GROUPER FAPERIK 2014 ANALISA FINANSIAL USAHA IKAN RUCAH DI UD. GENDUNG H DI DESA BRONDONG KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN WACHIDATUS SA’ADAH Dosen Program Studi Agrobisnis Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAKSI Ikan rucah merupakan ikan hasil tangkapan samping (HTS) dari perkapalan, merupakan kumpulan dari berbagai jenis ikan yang telah mengalami proses pembekuan di kapal, mempunyai komposisi kimia yang sama dengan ikan lainnya, hanya kadar lemak dan kadar abu lebih rendah 2 %. UD. Gendung H merupakan salah satu perusahaan yang berlokasi di Desa Brondong Kecamatan Brondong yang bergerak dalam bisnis pemasok bahan baku pakan ternak dari ikan rucah. Perusahaan ini mampu memasok ikan rucah sebanyak 15-20 ton perhari dengan daerah pemasaran di Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014, sedangkan lokasi tempat penelitian berada di UD. Gendung H di Desa Brondong Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses usaha pemasaran ikan rucah di UD. Gendung H Desa Brondong serta untuk mengetahui analisa finansial usaha pemasaran ikan rucah di UD. Gendung H Desa Brondong. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemasaran ikan rucah di UD Gendung H dimulai dari pembelian bahan baku ikan, kemudian penanganan bahan baku ke dalam wadah-wadah yang sudah tersedia, kemudian dikirim ke pabrik yang ada di wilayah Kabupaten Mojokerto. Sedangkan analisa finansialnya diperoleh Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) 1,94860124, Payback Periode (PP) membutuhkan waktu 1 bulan sedangkan nilai Break Eveny Point (BEP) sebesar Rp. 3.009.886.850, sehingga layak untuk dijalankan Kata Kunci : Ikan rucah, Analisa finansial. 17 GROUPER FAPERIK I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan merupakan sumber gizi yang sangat penting bagi tubuh, Kandungan asam lemaknya sebagian besar merupakan asam lemak tak jenuh ganda terutama asam lemak omega-3 yang dapat menurunkan kadar kolesterol, meningkatkan kecerdasan, dan mencegah penyakit degeneratif. Ikan tergolong bahan makanan yang cepat mengalami pembusukan dibandingan dengan makanan lain. Proses pembusukan ini pada umumnya disebabkan oleh proses kimia (oksidasi), proses mikrobiologis terutama bakteri, dan proses biokimia (enzim). Pada dasarnya ketiga proses tersebut berjalan bersamasama sesaat setelah ikan itu mati (Ismail 2007). Ikan cepat busuk dan rusak bila dibiarkan diudara terbuka (kira-kira 5-8 jam setelah tertangkap). Oleh karena itu, ikan yang sudah ditangkap harus segera mendapat proses pengolahan atau pengawetan guna memperpanjang masa simpan dan distribusinya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui proses pembekuan, pengalengan, pengasinan/pengeringan, pemindangan atau pengasapan (Wahyuni 2002). Ikan rucah merupakan ikan hasil tangkapan samping (HTS) dari perkapalan, merupakan kumpulan dari berbagai jenis ikan yang telah mengalami proses pembekuan di kapal, mempunyai komposisi kimia yang sama dengan ikan lainnya, hanya kadar lemak dan kadar abu lebih rendah 2 % (Nasran dan Tambunan, 1974). UD. Gendung H merupakan salah satu perusahaan berkembang yang berlokasi di Desa Brondong Kecamatan Brondong yang bergerak dalam bisnis pemasok bahan baku pakan ternak dari ikan rucah. Perusahaan ini mampu memasok ikan rucah sebanyak 15-20 Ton perhari dengan daerah pemasaran di Kabupaten Mojokerto. Untuk melihat kelayakan dari usaha tersebut maka penulis mengambil judul Analisa Finansial Usaha Ikan Rucah Di Ud. Gendung H Di Desa Brondong Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan 2014 1.2. Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana proses usaha pemasaran ikan rucah di UD. Gendung H Desa Brondong. 2. Bagaimana analisa finansial usaha pemasaran ikan rucah di UD. Gendung H Desa Brondong. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui proses usaha pemasaran ikan rucah di UD. Gendung H Desa Brondong. 2. Untuk mengetahui analisa finansial usaha pemasaran ikan rucah di UD. Gendung H Desa Brondong. 1.4. Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Sebagai informasi pelengkap untuk pihak berwenang yang membutuhkan data pemasaran ikan rucah. 2. Sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan. II. METODE PELAKSANAAN 2.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014, sedangkan lokasi tempat penelitian berada di UD. Gendung H di Desa Brondong Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan Jawa Timur. 2.2. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penyelidikan yang menuturkan dan mengklasifikasikan data yang diperoleh dari berbagai teknik pengambilan data (Surakhman, 1994). Tujuan dari metode deskriptif adalah untuk memaparkan secara sistematis dan aktual mengenai fakta dan sifat dari populasi tertentu (Suharjono, 1995). 18 GROUPER FAPERIK Adapun data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. 2.2.1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pelaku kegiatan, diamati dan dicatat untuk pertama kali (Marzuki, 1986). Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi, wawancara, partisipasi aktif dan dokumentasi. 1. Observasi Observasi adalah melakukan pengamatan secara sistematis terhadap gejala atau yang diselidiki (Marzuki, 1986). Dalam penelitian, observasi tersebut meliputi: a. Proses usaha pemasaran ikan rucah. b. Analisa finansial usaha pemasaran ikan rucah. 2014 Tempat usaha ikan rucah di area Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong Lamongan Jawa Timur. Lebih tepatnya berada di area jual-beli ikan yang dilakukan mayoritas masyarakat Brondong dan sekitarnya. Brondong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lamongan, Propinsi Jawa Timur. Desa Brondong terletak di sebelah utara atau di tepi pantai utara Jawa (daerah pantura), kira–kira 78 km sebelah barat kota Surabaya, 26 km di sebelah timur kota Tuban dan kurang lebih 50 km dari ibu kota Kabupaten Lamongan. Luas daerah Brondong kurang lebih 233,650 hektar dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Selatan : Desa Sumber Agung Sebelah Timur : Desa Blimbing Sebelah Barat : Desa Sedayu Lawas 2. Wawancara Wawancara adalah pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian (Marzuki, 1986). 3. Partisipasi Aktif Menurut Namawi (1983), partisipasi adalah ikut serta dan berperan aktif pada semua kegiatan yang berhubungan dengan teknik pemasaran ikan rucah dan analisa finansial pemasaran ikan rucah. 4. Dokumentasi Menurut J.S. Badudu (1976), dokumentasi adalah pemberian atau pengumpulan bukti – bukti dan keterangan (seperti kutipan – kutipan dari surat kabar dan gambar – gambar). 2.2.2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang luar penyelidik sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sebenarnya adalah data asli (Surakhman, 1994). III. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 3. Peta Kecamatan Brondong Dilihat dari letak goegrafis, maka Kecamatan Brondong dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu daerah pantai dan daerah pertanian. Daerah pantai terletak di sebelah utara meliputi kelurahan Brondong, Desa Sedayu Lawas, desa Labuhan dan Lohgung. Di daerah ini sangat cocok untuk budidaya ikan (tambak udang, ikan kerapu, dan bandeng) serta usaha penangkapan dan pengolahan ikan laut. Sehingga pada daerah tersebut mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah sebagai nelayan dan petani tambak. Sedangkan daerah yang lain adalah daerah kawasan pertanian yang meliputi Desa Sumber Agung, Desa Sendangharjo, Desa Lembor, Desa Tlogoretno, Desa Sidomukti dan Desa 3.1. Profil Desa 19 GROUPER FAPERIK Brengkok, dan kondisi pertaniannya adalah tadah hujan. Karakteristik kawasan Kecamatan Brondong merupakan kawasan pemukiman perkotaan dengan kegiatan perikanan sebagai aktivitas dominan bagi daerah yang terletak di sepanjang pantura (pemukiman nelayan) sedangkan bagi daerah pedalaman karakteristik yang muncul dipengaruhi oleh aktivitas pertanian. potensi pertambangan kapur yang ada di beberapa desa yaitu Desa Sedayulawas, Desa Lembor dan Desa Sidomukti, tetapi potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal dan masih perlu penataan baik penataan dari segi legalistik penambang maupun penataan teknik penambangan yang berwawasan lingkungan. 3.2. Kondisi Tempat Usaha Ikan Rucah UD. Gendung H di Desa Brondong Kecamatan Brondong Di Desa Brondong terdapat berbagai macam usaha pemanfaatan hasil tangkapan ikan laut, diantaranya adalah pemindangan, pengasapan, pengeringan dan pemasaran ikan laut, untuk pemasaran ikan laut telah banyak didirikan unit usaha pemasaran ikan laut, salah satu diantaranya adalah usaha ikan rucah di Desa Brondong Kecamatan Brondong. Unit usaha ikan rucah ini dipilih karena banyaknya ikan rucah yang bisa didapatkan oleh para nelayan, dan usaha ini berdiri sejak tahun 1995 sampai sekarang yang awalnya dikelola secara kecil-kecilan dengan menggunakan modal sendiri, kendali usaha dipegang oleh Bapak H. Bandrio dan Bapak Muntono, yang dibantu oleh 15 karyawannya yang terjun langsung dalam usaha ini mulai dari pencarian agen, pengumpulan ikan rucah sampai dengan pemasaran ke pabrik pengolahan ikan. Tempat usaha ikan rucah UD. Gendung H terletak di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan. Lebih tepatnya berada di Area jual beli ikan yang dilakukan mayoritas masyarakat Brondong dan sekitarnya. Gudang tempat usaha ini masih sederhana karena tidak 2014 bertingkat dan lantainya terbuat dari semen, terletak tidak jauh dari jalan raya menghadap ke laut. Gambar 4. Lokasi UD. Gendung H Desa Brondong Kecamatan Brondong. 3.3. Proses Usaha Ikan Rucah UD. Gendung H di Desa Brondong, Kecamatan Brondong Pada proses usaha ikan rucah di Desa Brondong ada beberapa tahapan yang dilakukan, adapun tahapan sebagai berikut: 1. Pembelian bahan baku. 2. Alat dan bahan. 3. Perlakuan bahan baku. 4. Pemasaran. 3.3.1. Alat dan Bahan 1. Alat Dalam proses pemasaran ikan rucah hingga pengemasan, penyimpanan dan pemasaran diperlukan beberapa alatalat, adapun untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Alat-alat yang Digunakan dalam Proses Pemasaran Ikan Rucah No Jenis Alat Fungsi Jumlah 1 Gendung Sebagai wadah ikan rucah 150 Buah 2 Drum Sebagai takaran jumlah ikan rucah 225 Buah 3 Glondong /pikulan Untuk menaikkan gendung yang berisi ikan ke truk 10 Buah 4 Sekrop Untuk mengambil 20 Buah 20 GROUPER FAPERIK 2014 ikan Sumber : Data diolah 2. Bahan Dalam proses usaha ikan rucah ada dua bahan yang di gunakan, yaitu : a. Bahan Baku Utama Adapun bahan yang diperlukan dalam proses pemasaran ikan rucah adalah kepala ikan swangi dan ikan peperek, Dalam 1 Hari bisa mencapai 15 20 Ton. b. Bahan Tambahan Selain ikan swangi dan peperek yang digunakan sebagai bahan baku dalam usaha pemasaran ikan rucah, ada bahan tambahan lain dalam proses pemasaran yaitu Es balok, Dalam satu hari pengiriman Es balok yang dibutuhkan mencapai 60 - 80 Es balok. Es merupakan medium pendingin yang paling baik bila dibandingkan dengan medium pendingin lain karena es batu dapat menurunkan suhu tubuh ikan dengan cepat tanpa mengubah kualitas ikan dan biaya yang diperlukan juga relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan penggunaan medium pendingin lain (Afrianto dan Liviawaty 1989). Menurut Adawiyah, 2007 bahwa fungsi es dalam pendinginan ikan yaitu: a. Menurunkan suhu daging sampai mendekati 00C; b. Mempertahankan suhu ikan tetap dingin; c. Menyediakan air es untuk mencuci lendir, sisa-sisa darah, dan bakteri dari permukaan badan ikan; d. Mempertahankan keadaan berudara (aerobik) pada ikan, selama disimpan di dalam palka. 3.4. Proses Perawatan Ikan Rucah UD. Gendung H Desa Brondong, Kecamatan Brondong Untuk perawatan usaha ikan rucah di UD. Gendung H yaitu ikan yang di peroleh dari hasil pembelian, selanjutnya dimasukkan kedalam sebuah wadah drum kecil yang sudah tersedia, dari wadah tersebut selanjutnya dipindahkan lagi kedalam wadah drum yang lebih besar dimana telah diberi es balok dibagian bawahnya, setelah wadah drum besar terisi penuh maka diatasnya diberi sedikit es balok sebelum ikan rucah dinaikkan ke truk dan dikirim ke pabrik. Gambar 5. Proses Perawatan Ikan 3.5. Pemasaran Ikan Rucah UD. Gendung H Desa Brondong, Kecamatan Brondong Pemasaran adalah kegiatan yang berhubungan dengan penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen, pemasaran mempunyai kedudukan penting dalam menentukan kelangsungan suatu unit usaha dan membantu menciptakan nilai ekonomi, UD. Gendung H bisa melakukan 3-4 kali pengiriman, dimana setiap sekali pengiriman bisa mencapai 3-5 Ton ikan rucah. Pemasaran ikan rucah di UD. Gendung H belum terlalu luas karena kebanyakan ikan langsung dijual ke pabrik dengan cara ikan yang sudah ditimbang dan sudah dimasukkan dalam drum-drum besar selanjutnya dikirim ke pabrik yang ada di wilayah Kabupaten Mojokerto. Adapun pembayarannya dalam usaha ini dapat dilakukan dengan pembayaran tunai. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pendistribusian serta sebagai tolak ukur untuk menentukan kualitas serta penentuan harga antara lain : 1. Kondisi pasar. 2. Jarak yang ditempuh. 3. Jumlah permintaan barang. 4. Selera atau permintaan konsumen. 5. Sistem pembayaran. 21 GROUPER FAPERIK 2014 seberapa cepat investasi bisa kembali, menurut Husnan dan Suwarsono, (1999:208). Dengan menggunakan rumus sebagai berikut : investasi PP = x 12 bulan Kas bersih / tahun Gambar 6. Proses Pemasaran Ikan Rucah 3.6. Kriteria Analisa Finansial Usaha Pemasaran Ikan Rucah Untuk mengetahui beberapa kriteria analisis kita harus mengetahui biaya tetap (fixed cost), biaya variabel (variable cost), penerimaan dan pendapatan. Untuk daftar biaya tetap, biaya variabel, penerimaan dan pendapatan dapat dilihat pada lampiran. Setelah itu baru kita bisa memasukkan hal-hal tersebut diatas sebagaimana yang dibutuhkan pada kriteria analisis. Adapun kriteria analisis yang akan dibahas meliputi : 1. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio). 2. Payback Periode (PP). 3. Break Event Point (BEP). 3.6.1. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) Analisa R/C ratio bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu, apakah cukup menguntungkan atau tidak. 1.973.650.000 PP = x 12 bulan 25.026.350.000 = 0.07886 x 12 bulan = = 1 bulan Payback periode disini untuk mengetahui seberapa cepat investasi yang bisa kembali. Dengan satuan hasilnya bukan presentase, tetapi satuan waktu yang bisa kembali. Dengan satuan waktu (bulan, tahun, dan seterusnya). Pada usaha pemasaran ikan rucah di Desa Brondong, diperoleh PP = 1 bulan, artinya usaha ini dapat kembali modal dalam jangka waktu yang cukup singkat. 3.6.3. Break Event Point (BEP) Husnan dan Suwarsono, (1999), break event point atau titik impas adalah suatu analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume aktivitas. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut : FC BEP = R/C = TR / TC VC 1TR 27.000.000.000 R/C Ratio = 1,07886 = 25.026.350.000 1.917.930.000 BEP = Nilai R/C yang dihasilkan adalah 1,07886, artinya R/C > 1 sehingga usaha ini menguntungkan dan layak untuk diusahakan. 3.6.2. Payback Periode (PP) Payback periode merupakan metode yang mencoba mengukur 14.328.000.000 127.000.000.000 1.917.930.000 = 1 - 0.53067 22 GROUPER FAPERIK 2014 DAFTAR PUSTAKA 1.917.930.000 = 0.46933 = 4.086.527.603 = Rp. 4.086.527.603 Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa usaha ini mengalami titik impas dimana kondisi TR dan TC itu sama dengan Rp. 4.086.527.603 IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Proses pemasaran ikan rucah di UD Gendung H dimulai dari pembelian bahan baku ikan, kemudian penanganan bahan baku ke dalam wadah-wadah yang sudah tersedia, kemudian dikirim ke pabrik yang ada di wilayah Kabupaten Mojokerto. 2. analisa finansialnya diperoleh Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) 1,94860124, Payback Periode (PP) membutuhkan waktu 1 bulan sedangkan nilai Break Eveny Point (BEP) sebesar Rp. 3.009.886.850, sehingga layak untuk dijalankan. Badudu, J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Husnan, S. dan Suwarsono. 1999. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Marzuki. dan Nawawi. 1986. Metodologi Riset. Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Suharjono. 1995. Pengetahuan, Ilmu, Filsafat dan Penelitian. Brawijaya. Malang. Surakhman, W. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung. 4.2. Saran Dari pembahasan di atas dapat disarankan sebagai berikut : a. Produksi dan fasilitas-fasilitas produksi sudah menunjang akan tetapi masih perlu dilakukan penyempurnaan, misalnya dalam perawatan bahan baku, sehingga mendapatkan bahan baku yang lebih berkualitas. b. Memperluas jaringan pemasaran agar usaha tersebut lebih berkembang dan bertahan. 23