ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A07400606 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN OTIK IRWAN M. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Rambutan Indonesia (Dibawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS, PhD). Rambutan (Nephelium lappaceum L) merupakan tanaman buah holtikultura yang tumbuh di daratan yang memiliki iklim suptropis dan merupakan salah satu komoditas tropis eksotis yang digemari oleh masyarakat, baik dalam maupun luar negeri serta merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki prospek cerah sebagai penghasil devisa negara. Volume ekspor buah rambutan menunjukkan keadaan yang fluktuatif. Fluktuasi pertumbuhan ekspor rambutan yang seperti ini mengindikasikan beratnya tantangan perdagangan komoditas pertanian di pasaran global. Kualitas produk yang tinggi sesuai permintaan pasar menjadi kendala bagi petani Indonesia untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar internasional, disamping adanya pesaing-pesaing lain dari negara-negara penghasil komoditas rambutan (Malaysia, Thailand, Philipina dan Australia). Namun demikian, prospek dan peluang perdagangan rambutan tetap cukup menggembirakan, karena komoditas ini relatif tidak banyak negara yang dapat menghasilkannya dan inilah yang menjadi salah satu dasar bagi pemerintah Indonesia dalam menetapkan rambutan sebagai salah satu komoditi prioritas dalam pengembangan buah-buahan di samping jeruk, durian, mangga, manggis dan pisang. Pengembangan ekspor rambutan memiliki peranan yang sangat strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Buah rambutan merupakan salah satu buah-buahan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan mengingat peranannya dalam pemenuhan kebutuhan domestik maupun ekspor. Volume ekspor rambutan pada tahun 2003 mencapai 604.006 Kg, dengan nilai ekspor 958.850 US $, jumlah ini merupakan nilai tertinggi selama periode tahun 1999 – 2007 ekspor rambutan Indonesia. Ekspor rambutan Indonesia sampai saat ini telah rutin dilakukan diantaranya untuk pasar Hongkong, Taiwan, Singapure, Saudi Arabia, Unired Arab Emirate, Qatar, Belanda, Prancis dan Germany. Walaupun demikian permintaan dari Negara-negara tersebut masih belum tercukupi, dikarenakan produksi rambutan kita yang masih terbatas dan selain itu masih kurangnya pemenuhan standarisasi mutu ekspor rambutan yang semakin tinggi. Buah rambutan yang merupakan hasil produk pertanian yang memiliki kendala tidak jauh berbeda dari produk pertanian lainnya, secara khusus dari segi permintaan (negara pengimpor) harga dan jumlah impor komoditi yang sama pada periode sebelumnya yang berhubungan dengan konsumsi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi ekspor rambutan Indonesia ke negara tujuan ekspor. Sementara itu dari negara pengekspor adalah terbatasnya jumlah komoditi dalam negeri dan besarnya permintaan dari negara pengimpor lainnya sehingga mempengaruhi volume ekspor suatu negara tertentu. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor (harga domestik, harga ekspor, nilai tukar rupiah dan volume ekspor periode sebelumnya) terhadap ekspor rambutan Indonesia dan Mencari strategi yang efektif untuk meningkatkan ekspor rambutan Indonesia. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap ekspor rambutan Indonesia yang menunjukkan pengaruh nyata pada taraf lima persen yaitu peubah harga domestik (HDt), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (ERt) dan volume ekspor tahun sebelumnya (Xt-1), sedangkan harga ekspor rambutan (HXt) tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap volume ekspor rambutan Indonesia. Strategi untuk meningkatkan ekspor rambutan Indonesia yang didapatkan dari analisis SWOT yaitu sebanyak sepuluh strategi yang terdiri dari : tiga strategi S-O (Meningkatkan Volume ekspor rambutan, Mengembangkan varitas komoditas rambutan sesuai permintaan pasar dan kondisi iklim Indonesia, Pengembangan Sentra Produksi Rambutan diwilayah Idonesia yang potensinya unggul), tiga strategi S-T (Meningkatkan kerjasama perdagangan Rambutan dengan negara pesaing, Perluasan jaringan informasi pengembangan varitas rambutan, Pengembangan Jaringan informasi pasar dengan teknologi yang tepat misal e-comerce), dua strategi W-O (Perbaikan pola pasca panen dengan teknologi tepat guna, Pengembangan sistem pengemasan sesuai standar ekspor), dua strategi W-T (Pengembangan kerjasama Penanganan standarisasi mutu ekspor dengan negara pesaing, Kerjasama serta koordinasi dengan pihak-pihak terkait dan negara pesaing dalam pengembangan teknologi produksi dan pasca panen). Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Rambutan Indonesia Nama : Otik Irwan Margono NRP : A07400606 Disetujui, Pembimbing Muhammad Firdaus, SP., Msi., PhD NIP. 19730105 199702 1 001 Diketahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr Ir Didy Sopandie, MAgr NIP. 19571222 198203 1 002 Tanggal Kelulusan : PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Rambutan Indonesia” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2009 Otik Irwan Margono A07400606 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 Oktober 1979, dan merupakan anak ke lima dari lima bersaudara, dengan Ayah bernama Wargono Dipajaya (alm) dan Ibu bernama Hj. Daripah Usman. Masa pendidikan penulis dimulai pada tahun 1984 di TK B Kopassus Cijantung Jakarta Timur, dan lulus pada tahun 1985 kemudian melanjutkan Sekolah Dasar di SDN 03 RA. Fadillah Cijantung Jakarta Timur dan lulus pada tahun 1991. Pada tahun 1994 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 103 Jakarta Timur. Pada tahun 1997 lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Cimanggis Depok. Pada tahun 1997 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa D3 Universitas Padjajaran (UNPAD) di Jurusan Pertanian dengan program studi Manajemen Agribisnis dan lulus pada tahun 2000. Selanjutnya pada tahun 2000 penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulilah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, karunia, hidayah, serta kemudahan yang diberikan sehingga skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada : 1. Muhammad Firdaus, SP., MSc., PhD selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan solusi sehingga penulis diberikan kemudahan dalam melakukan dan menyelesaikan penelitian serta dalam penulisan skripsi. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM, yang telah bersedia menjadi dosen layak uji dan juga dosen penguji utama yang telah memberikan masukan dan saran demi penyempurnaan skripsi. 3. Rahmat Yanuar, SP. Msi, sebagai dosen penguji komdik yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis. 4. Papa (alm) dan Mama tercinta, atas kesabaran, ketulusan, dorongan, semangat, perhatian dan kasih sayang yang tiada hingga. Kakak-kakakku tercinta atas dukungan dan dorongan kepada penulis. 5. Kisah Adi Wulandari atas kasih sayang, kesetiaan, kesabaran dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 6. Teman-temanku di ekstensi Jali, Rika, Anto, Meity serta semua temantemanku di ekstensi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 7. Rekan-rekan kerjaku di PT. Asuransi Ramayana Tbk atas dukungan dan dorongan kepada penulis. 8. Agus, Mbak Nur, Mbak Rahmi, Mbak Maya serta segenap staff Ekstensi Manajemen Agribisnis. Do’a yang tulus penulis panjatkan, semoga Allaw SWT membalas jasa dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis dengan berkah dan pahala-Nya, amin. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A07400606 SKRIPSI Sebagai salah satu syarat penyelesaian tugas akhir untuk memperoleh gelar SARJANA PERTANIAN Pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan. Tidak lupa shalawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW sebagai pembawa rahmad di seluruh alam. Alhamdulillah berkat rahmat dan rido-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dalam skripsi ini penulis mengkaji mengenai “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rambutan Indonesia”. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak ditemukan kekurangan-kekurangan namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing atas saran dan masukannya kepada semua pihak yang membantu secara moril maupun materil atas terselesaikannya penelitian ini. Bogor, September 2009 Penulis DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ……………………………………………………. i DAFTAR ISI ……………………………………………………………… ii DAFTAR TABEL ………………………………………………………… iv DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… v DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… vi BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……………………………………….. 1 1.2. Perumusan Masalah ………………………………….. 2 1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………… 3 1.4. Kegunaan Penelitian ………………………………….. 3 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………. 4 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Rambutan ……………………………… 5 2.2. Prospek Pasar Komoditi Rambutan ……………………. 6 BAB III 2.3. Prosedur Ekspor ……………………………………….. 9 2.4. Studi Terdahulu ………………………………………. 11 KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis …………………………… 14 BAB IV 3.1.1. Teori Dasar Perdagangan Internasional ………. 14 3.1.2. Model Ekspor ………………………………….. 17 3.1.3. Teori Regresi Berganda ……………………….. 18 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional …………………… 20 3.3. Hipotesis……………………………………………… 21 METODE PENELITIAN 4.1. Waktu Penelitian ……………………………………… 24 4.2. Jenis dan Sumber Data ……………………………….. 24 4.3. Metode Penelitian dan Pengolahan Data …………….. 24 4.4. Analisis Data dan Perumusan Model ………………… 25 4.4.1. Pengujian Model ……………………………….. 25 BAB V 4.4.2. Uji Multikolinearitas …………………………… 27 4.4.3. Uji Autokorelasi ……………………………….. 27 4.4.4. Pengukuran Elastisitas …………………………. 28 4.5. Matrik SWOT …………………………………………. 29 4.6. Batasan Operasional ………………………………….. 30 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rambutan Indonesia ……………………………………………… 32 5.2. Strategi Pengembangan Ekspor Rambutan Indonesia …... 36 BAB VI 5.2.1. Analisis Lingkungan Internal …………………. 36 5.2.2. Analisis Lingkungan Eksternal ………………… 37 5.2.3. Matrik SWOT …………………………………... 38 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan …………………………………………….. 42 6.2. Saran …………………………………………………... 42 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 43 LAMPIRAN ……………………………………………………………... 45 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Ekspor Rambutan Indonesia Tahun 1999 – 2007.... 2 2. Musim Panen Rambutan di Negara ASEAN dan Australia ………. 7 3. Matrik SWOT ………………………………………………………. 30 4. Hasil Analisis Regresi Ekspor Rambutan Indonesia………………. 33 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kurva Perdagangan Internasional ………………………………… 15 2. Diagram Alir Kerangka Pemikiran ……………………………….. 23 3. Hasil Matrik SWOT Pengembangan Ekspor Rambutan Indonesia.. 39 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Analisis Regresi Fungsi Ekspor Rambutan Indonesia Tahun Analisis 1999 – 2007 ………………………………………... 2. Nilai-Nilai Kritis Untuk Statistik F dan Statistik …………………… 46 47 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dengan keragaman wilayah dan agroklimat telah memungkinkan berbagai jenis dan varietas buah-buahan dapat tumbuh secara luas dan berkembang di berbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu dikenal berbagai buah-buahan yang mengacu pada nama asal daerah, seperti jeruk Bali, duku Palembang, jeruk Pontianak, jeruk Soe, salak Bali, salak Nglumut, nenas Subang, rambutan Binjai dan lain-lain. Hal ini menunjukkan potensi dan kekayaan buahbuahan Indonesia sesuai dengan keragaman agroklimatnya. Buah-buahan merupakan komoditi pertanian yang mempunyai potensi cerah sebagai salah satu penghasil devisa dari sektor pertanian. Peningkatan ekspor komoditi buah-buahan merupakan salah satu alternatif dalam perolehan devisa negara dari ekspor non migas. Ekspor buah-buahan semakin berkembang setiap tahunnya dan terus mengalami peningkatan baik dalam nilai, volume, macam buah maupun negara tujuan ekspornya. Peningkatan ini sejalan dengan semakin berkembangnya perdagangan buah tropis di pasar internasional dan dengan upaya pemerintah dalam mengembangkan dan meningkatkan penanaman buah-buahan secara nasional, terutama jenis yang memiliki potensi ekspor dan bernilai ekonomis tinggi (Kurniati, 1997). Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri buah-buahan Indonesia juga sudah menjadi komoditas perdagangan internasional dan beberapa jenis buah unggulan Indonesia yang dapat bersaing di pasar internasional diantaranya pisang, mangga, manggis, jeruk, salak, papaya, nanas, rambutan, durian, semangka, nangka dan duku. Beberapa dari buah-buahan tersebut yang telah di ekspor adalah pisang, nenas, mangga, manggis, jambu, alpokat, jeruk, papaya, duku, durian, rambutan, semangka, dan buah tropika segar lainnya dengan negara tujuan ekspor yaitu Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, negara-negara di Afrika, Asia, Timur Tengah, Amerika Latin dan negara-negara ASEAN (Dirjen Bina Produksi dan Holtikultura, 2002). Diantara komoditas buah-buahan tersebut, rambutan merupakan salah satu yang memiliki prospek pengembangan cukup baik. Dilihat dari potensi produksi rambutan Indonesia menduduki tempat kedua terbesar setelah Thailand (Silitonga, 2000). Sebagai salah satu komoditi ekspor, ekspor komoditi rambutan pada 2 Tabel 1 perkembangan ekspor rambutan Indonesia periode tahun 1999-2007 mengalami peningkatan volume sebesar 24,52 persen pertahun, yaitu dari 230.706 kilogram pada tahun 1999 menjadi 396.093 kilogram pada tahun 2007. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Rambutan Indonesia Tahun 1999 – 2007. Rambutan Tahun Volume Pertumbuhan Nilai Ekspor Pertumbuhan (Kg) (%) (US$) (%) 1999 230.706 - 419.894 - 2000 233.055 1.02 327.907 -21.91 2001 202.934 -12.92 174.803 -46.69 2002 366.436 80.57 588.14 236.46 2003 604.006 64.83 958.85 63.03 2004 134.772 -77.69 117.336 -87.76 2005 262.113 94.49 312.628 166.44 2006 328.417 25.30 394.236 26.10 2007 396.093 20.61 293.756 -25.49 Rata-rata 24.52 38.77 Sumber : Badan Pusat Statistik (1999 – 2007). 1.2 Perumusan Masalah Rambutan (Nephelium lappaceum L) merupakan tanaman buah holtikultura yang tumbuh di daratan yang memiliki iklim suptropis dan merupakan salah satu komoditas tropis eksotis yang digemari oleh masyarakat, baik dalam maupun luar negeri serta merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki prospek cerah sebagai penghasil devisa negara (Kanisius, 1999). Berdasarkan Lampiran1 (Perkembangan ekspor rambutan Indonesia tahun 1999 – 2007), terlihat volume ekspor buah rambutan menunjukkan keadaan yang fluktuatif. Selama periode 1999-2007 rata-rata kenaikan volume ekspor rambutan mengalami pertumbuhan sebesar 24,53% begitupula nilai ekspor tumbuh rata-rata 38,77%. Namun pertumbuhan volume ekspor yang cukup tinggi ini sebenarnya tidak menggambarkan pertumbuhan yang stabil, terlihat tahun 2001 volume 3 ekspor rambutan tumbuh negatif (-12,92%), tahun 2002 meningkat sangat tajam 80,57%, tahun 2004 pertumbuhan negatif (-77,69%), meningkat lagi menjadi 94,49% tahun 2005 dan selanjutnya pertumbuhannya terus menurun. Sedangkan nilai ekspor pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan yang negatif (-25,77%). Fluktuasi pertumbuhan ekspor rambutan yang seperti ini mengindikasikan beratnya tantangan perdagangan komoditas pertanian di pasaran global. Kualitas produk yang tinggi sesuai permintaan pasar menjadi kendala bagi petani Indonesia untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar internasional, disamping adanya pesaingpesaing lain dari negara-negara penghasil komoditas rambutan (Malaysia, Thailan, Philipina dan Australia). Namun demikian, prospek dan peluang perdagangan rambutan tetap cukup menggembirakan, karena komoditas ini relatif tidak banyak negara yang dapat menghasilkannya dan inilah yang menjadi salah satu dasar bagi pemerintah Indonesia dalam menetapkan rambutan sebagai salah satu komoditi prioritas dalam pengembangan buah-buahan di samping jeruk, durian, mangga, manggis dan pisang. Pengembangan ekspor rambutan memiliki peranan yang sangat strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Buah rambutan merupakan salah satu buah-buahan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan mengingat peranannya dalam pemenuhan kebutuhan domestik maupun ekspor. Volume ekspor rambutan pada tahun 2003 mencapai 604.006 Kg, dengan nilai ekspor 958.850 US $, jumlah ini merupakan nilai tertinggi selama periode tahun 1999 – 2007 ekspor rambutan Indonesia. Ekspor rambutan Indonesia sampai saat ini telah rutin dilakukan diantaranya untuk pasar Hongkong, Taiwan, Singapure, Saudi Arabia, Unired Arab Emirate, Qatar, Belanda, Prancis dan Germany. Walaupun demikian permintaan dari Negara-negara tersebut masih belum tercukupi, dikarenakan produksi rambutan kita yang masih terbatas dan selain itu masih kurangnya pemenuhan standarisasi mutu ekspor rambutan yang semakin tinggi. Oleh karena itu perumusan masalah yang inggin dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi ekspor rambutan Indonesia. 2. Strategi apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ekspor rambutan Indonesia. 4 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rambutan Indonesia. 2. Merumuskan strategi untuk meningkatkan ekspor rambutan Indonesia. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta informasi yang berguna bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain : 1. Para pengambil kebijakan khususnya pemerintah dan pelaku usaha (eksportir) sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai ekspor rambutan Indonesia. 2. Bagi penulis a) Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pertanian yang terkait dengan permasalahan sekitar ekspor komoditi buah-buahan. b) Sebagai praktek pengalaman di dalam upaya menguji dan membandingkan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan dengan fakta-fakta (riil) di lapangan. 3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi a) Sebagai bahan bacaan dan rujukan pustaka bagi penelitian sejenis dan penelitian lanjutan. b) Sebagai data dasar (bahan masukan data) untuk penelitian lebih lanjut dalam bidangnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini di fokuskan pada pengkajian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rambutan Indonesia dilihat dari lima variabel bebas (independent variable) yaitu harga domestik, harga ekspor, nilai tukar rupiah, pendapatan perkapita penduduk Indonesia dan volume ekspor periode sebelumnya. Keterbatasan penggunaan lima variabel bebas tersebut dikarenakan sumber data tidak memadai. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Rambutan Rambutan (Nephelium lappaceum L) merupakan tanaman buah hortikultra yang tumbuh didaratan yang memiliki iklim subtropis dan merupakan salah satu komoditas tropis eksotis yang digemari oleh masyarakat, baik dalam maupun di luar negeri serta merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki prospek cerah sebagai penghasil devisa Negara (Kanisius, 1999). Rambutan dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai dataran menengah sekitar 500 meter di atas permukaan laut. Agar dapat tumbuh optimal, rambutan memerlukan daerah beriklim lembab dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun berkisar antara 1500-2500 mm dan lahan yang memiliki pengairan yang teratur. Rambutan berbuah antara bulan November hingga Februari bersamaan dengan musim penghujan. Dari survei yang telah dilakukan, terdapat 22 jenis rambutan baik yang berasal dari galur murni maupun okulasi atau penggabungan dari dua jenis dengan galur yang berbeda. Ciri-ciri yang membedakan setiap jenis rambutan dilihat dari sifat buah (dari daging buah, kandungan air, bentuk, warna kulit, panjang rambut). Dari semua jenis rambutan di atas, hanya beberapa varietas rambutan yang digemari masyarakat dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomis relatif tinggi diantaranya (Menteri Negara Riset dan Teknologi, 2003): a) Rambutan Rapiah, buah tidak terlalu lebat tetapi mutu buahnya tinggi, kulit berwarna hijau-kuning-merah tidak merata dengan rambut agak jarang, daging buah manis dan agak kering, kenyal, ngelotok dan daging buahnya tebal, dengan daya tahan dapat mencapai 6 hari setelah dipetik. b) Rambutan Aceh Lebak, pohonnya tinggi dan lebat buahnya serta kulit buah berwarna merah kuning, halus, rasanya segar manis-asam banyak air dan ngelotok, daya simpan 4 hari setelah dipetik, buah ini tahan dalam pengangkutan. c) Rambutan Cimacan, kurang lebat buahnya, kulit berwarna merah kekuningan sampai merah tua, rambut kasar dan agak jarang, rasa manis, sedikit berair tetapi kurang tahan dalam pengangkutan. 6 d) Rambutan Binjai, yang merupakan salah satu rambutan yang terbaik di Indonesia dengan buah cukup besar, kulit berwarna merah darah sampai merah tua, rambut buah agak kasar dan jarang, rasanya manis dengan asam sedikit, hasil buah tudak selebat Aceh Lebak tetapi daging buahnya ngelotok. e) Rambutan Sinyonya, jenis rambutan ini lebat buahnya dan banyak disukai terutama oleh orang Tionghoa, dengan batang yang kuat cocok untuk diokulasi, warna kulit buah merah tua sampai merah anggur, dengan rambut halus dan rapat, rasa buah manis asam, banyak berair, lembek dan tidak ngelotok. 2.2 Prospek Pasar Komoditi Rambutan Tanaman rambutan sebagai salah satu komoditi asli Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar untuk dikembangkan. Ini dapat dilihat dari ketersediaan lahan dengan agroklimat yang sesuai yang sumber daya manusia yang cukup memadai untuk pengembangan agribisnis. Peluang pasar untuk pasar domestik maupun pasar luar negeri. Potensi pasar domestik berkembang, berkaitan dengan adanya peningkatan kebutuhan gizi dan pendapatan penduduk. Disamping itu didukung juga oleh harga buah rambutan yang lebih murah dari buah lain dan kemudahan untuk mendapatkan buah rambutan tersebut. Dari segi konsumsi domestik, buah rambutan termasuk salah satu buah yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan dari segi ekspor, buah rambutan cenderung meningkat setiap tahunnya. Walau tidak lepas dari persaingan Negaranegara pesaing seperti Malaysia, Thailand, Philipina dan Australia, namun peluang untuk Negara ini masih terbuka lebar. Perkembangan ekspor rambutan Indonesia periode tahun 1999-2007 dapat dilihat pada Tabel 1. Peranan Indonesia sebagai salah satu produsen rambutan belum begitu besar. Namun pada periode 1999-2007, volume ekspor rambutan Indonesia mengalami perkembangan yang cukup besar, yaitu 230.706 kg pada tahun 1999 menjadi 396.772 kg pada tahun 2007. Tujuan ekspor rambutan Indonesia antara lain Amerika Serikat, German, Belanda, Perancis, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Singapura, Qatar, Nederland dan Taiwan. 7 Rambutan merupakan buah tropika yang sangat cocok di daerah tropis, oleh karena itu banyak negara tropis lain juga yang menghasilkan rambutan yang baik seperti Malaysia, Thailand, Philipina dan Australia, dengan musim panen yang berbeda-beda. Di bawah ini akan ditunjukan Negara-negara penghasil rambutan dengan musim panennya masing-masing. Tabel 2. Musim Panen Rambutan di Negara ASEAN dan Australia Negara Jan Feb Mar Apr Mei Jun Indonesia X Malaysia X Jul Agt Sep Okt Nop Des X X X Thailand Philipina Australia*) Sumber Ket X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X : Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 1999 : *) Negara Bagian Darwin Negara-negara tersebut di atas menjadi saingan Indonesia dalam mengekspor rambutan. Negara Australia (khususnya negara bagian Darwin), mempunyai bulan musim panen yang sangat panjang, hampir sepanjang tahun kecuali bulan Oktober dan November. Setelah Australia, ada Malaysia dengan musim panen Januari, Juni, Juli, Agustus, September, November dan Desember. Thailand dengan 3 musim panen yaitu Agustus, September dan Oktober. Philipina dengan 4 musim panen, mulai dari bulan Mei hingga bulan Agustus. Oleh karena itu agar Negara kita dapat bersaing dengan Negara-negara tersebut dalam hal mengekspor buah rambutan maka diperlukan produksi rambutan yang berkualitas, kuantitas (volume) yang besar serta kontinuitas yang terjamin. Rambutan yang akan diekspor harus melalui berbagai prosedur agar mutu buah rambutan yang akan diekspor tersebut berkualitas dan layak ekspor, syarat tersebut antara lain (Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 1999): 8 a) Warna merah cerah; warna merah cerah ini hanya terdapat pada rambutan yang kematangannya tepat, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Rambutan Rapiah yang merupakan jenis rambutan berwarna hijau ditolak di pasar Eropa karena dianggap mentah, padahal rambutan tersebut cukup digemari masyarakat Indonesia karena rasanya yang enak dan ngelotok. b) Rasanya manis dan mengelotok; manis maksudnya adalah manis khas rambutan yang segar dan daging buahnya gampang lepas dari bijinya (mengelotok). Jenis rambutan yang mengelotok antara lain: Aceh Lebak, Cimacan dan Binjai. c) Ukurannya besar dan seragam; standar besar buah rambutan sebenarnya belum ada secara pasti, namun pihak importer menginginkan ukuran yang besar (big) yang biasanya diukur dengan besar buah rambutan Aceh Lebak pada saat musim panen raya. d) Bulu rambutan panjang dan kasar; bulu rambutan yang panjang dan kasar menunjukan bahwa rambutan tersebut baru dipetik dan masih segar. Bulu rambutan yang telah dipetik lebih dari dua hari akan layu. e) Disertai tangkai buah; rambutan yang akan diekspor sebaiknya diberi tangkai buah minimal 0,5 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kesegaran buah rambutan. Dengan cara ini rambutan bias bertahan segar selama tiga hari. f) Buah rambutan bersih; buah rambutan tersebut harus bebas dari semut, kotoran semut, binatang-binatang lain maupun kotorannya. Semut mengakibatkan warna rambutan menjadi hitam, sedangkan kutu semut mengakibatkan adanya bercak-bercak putih. Kedua hal tersebut tidak boleh ada pada rambutan yang akan diekspor. Bila noda-noda hitam atau putih ini tidak terlalu banyak dapat dihilangkan dengan cara menyikat buah rambutan dengan ijuk yang lembut, namun jika sudah banyak sebaiknya rambutan tersebut disingkirkan. Selain syarat-syarat untuk diekspor, ada pula beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat panen dan sesudah panen sebelum diekspor : a) Harus segera dikirim ke eksportir; kondisi rambutan yang akan diekspor harus segar, karena itu selang waktu pemetikan dan pengemasan tidak boleh terlalu lama. Rambutan tidak boleh diinapkan lebih dari 12 jam. Apabila 9 rambutan dipanen pukul 15.00 maka malam harus segera disortir, dan besok paginya sudah dapat dikirim ke eksportir. Apabila pemanenan dilakukan pagi hari, siang harus segera disortir agar malam bisa langsung di kirim ke eksportir. b) Petik buah yang telah merah; panen harus menunggu sampai buah berwarna merah cerah atau dengan cara melihat umur petiknya. Disini diperlukan kebijaksanaan pemborong agar memanen gerombolan buah yang sudah besar dan cukup matang agar buah tersebut layak untuk diekspor. c) Tidak boleh disiram air; rambutan yang baru dipetik tidak boleh disiram air, karena hal ini mengakibatkan buah kulit dan bulu rambutan menjadi berwarna hitam karena air meresap kedalam pori-pori. Perlakuan ini sering dilakukan perdagang rambutan agar rambutannya terlihat segar. 2.3 Prosedur Ekspor Ekspor merupakan cara perdagangan luar negeri yang ditempuh oleh penjual dan pembeli untuk memperoleh keuntungan melalui transaksi jual beli yang disepakati. Perdagangan ekspor memerlukan prosedur ekspor yang tidak sederhana, biaya yang besar, serta tingkat resiko yang cukup tinggi (Nazaruddin, 1993). Selanjutnya Nazaruddin (1993) menyatakan, berdasarkan bidang kegiatannya maka aktivitas ekspor terdiri dari: 1. Bidang Produksi Aktivitas ekspor tidak dapat berlangsung bila produksi tidak berjalan, namun adapula eksportir yang tidak melaksanakan produksinya sendiri. Eksportir yang tidak memproduksi sendiri berarti hanya mengumpulkan hasil produksi dari pihak lain. Bidang produksi inilah yang menentukan kualitas dan kuantitas hasil suatu produk sehingga akan berpengaruh terhadap harga jual yang berkaitan dengan tingkat keuntungan, daya tarik konsumen, dan lainlain. 2. Bidang pengumpulan Bidang ini penting karena pada umumnya eksportir tidak memproduksi sendiri barang yang diekspor. Eksportir yang tidak memiliki yang tidak 10 memiliki tenaga pengumpul sendiri maka akan menjalin kerjasama dengan para pedagang pengumpul. 3. Bidang Sortasi dan Pengkelasan Barang untuk diekspor harus dipisahkan menjadi beberapa kelas. Kelas produk untuk barang yang diekspor harus memenuhi syarat ekspor. Kegiatan sortasi dan pengkelasan berpengaruh terhadap harga jual karena produk dengan mutu kelas satu harganya lebih mahal dari pada produk yang memiliki mutu rata-rata. 4. Bidang Pengepakan dan Pergudangan Kemasan yang baik dapat meningkatkan nilai barang. Selain itu gudang penyimpanan sementara produk harus baik sehingga tidak menurunkan kualitas barang. 5. Bidang Angkutan Darat Angkutan darat pada umumnya dipakai pada kegiatan pengumpulan. Angkutan darat sangat berperan pada saat barang akan diekspor ke pelabuhan ekspor sehingga besarnya angkutan darat ini akan berpengaruh pada harga ekspornya. 6. Bidang Angkutan Laut atau Udara Eksportir mengirim barang ke luar negeri dengan menggunakan angkutan laut atau udara. 7. Bidang Pembiayaan dan Permodalan Perhitungan biaya pada semua aktivitas dan harga penjualan barang menentukan keuntungan yang di peroleh eksportir. 8. Bidang Asuransi Asuransi diperlukan oleh pembeli dan penjual untuk memberikan rasa aman bagi ke dua belah pihak tersebut karena jarak antara mereka berjauhan sehingga barang yang dikirim memiliki resiko tinggi. 9. Bidang Prosedur dan Peraturan Pemerintah Setiap aktivitas ekspor harus mengikuti prosedur yang ditetapkan pemerintah negara tujuan, seperti cara pengiriman barang yang berlaku, dokumen yang harus dipenuhi, dan biaya yang harus dibayar. 11 10. Bidang atau Aktivitas lain Bidang lain ini meliputi riset produk, riset pasar, penanganan order, survey Negara tujuan, dan agen di luar negeri. Kegiatan ini akan berpengaruh terhadap keuntungan eksportir sec ara keseluruhan. Perusahaan diizinkan melaksanakan ekspor barang bila telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang dikeluarkan oleh Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Depperindag). 2. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang dapat diperoleh dengan cara mendaftar di kantor pelayanan pajak setempat. 3. Memiliki Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang dikeluarkan oleh Depperindag. Masa berlaku TDP yaitu lima tahun sekali. 4. Minimal berpengalaman dalam mengekpor barang. Eksportir dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu eksportir produsen dan eksportir umum. Eksportir produsen merupakan suatu badan usaha resmi (berbadan hukum) yang melakukan kegiatan ekspor dari komoditi yang dihasilkan oleh perusahaannya sendiri atau eksportir juga sebagai produsen. Sedangkan eksportir umum merupakan suatu badan usaha resmi yang melakukan kegiatan ekspor dengan cara mengumpulkan atau membelinya dari pihak lain yang bertindak selaku produsen (Nazaruddin, 1993). 2.4 Studi Terdahulu Penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rambutan masih sangat sedikit. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan pendekatan dengan analisis yang dilakukan oleh Novansi (2006) mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi volume ekspor beberapa buah-buahan penting Indonesia dan juga hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor pada komoditas yang berbeda. Hasil penelitian Novansi (2006) menyatakan bahwa hasil dugaan faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor beberapa buah-buahan penting Indonesia menunjukkan tidak semua peubah bebas (variable dependent) yang digunakan dalam model berpengaruh nyata terhadap volume ekspor. Faktor yang mempengaruhi volume ekspor pisang Indonesia ke Singapura adalah volume ekspor ke negara lain dan volume ekspor periode 12 sebelumnya, sementara volume ekspor nenas ke Amerika Serikat dipengaruhi oleh volume ekspor periode sebelumnya dan harga domestik. Volume ekspor manggis ke Hongkong dipengaruhi oleh faktor volume ekspor ke negara lain dan volume ekspor periode sebelumnya. Sedangkan untuk volume ekspor mangga ke Saudi Arabia dipengaruhi oleh harga domestik dan volume ekspor ke negara lain sedangkan faktor yang mempengaruhi volume ekspor rambutan ke Uni Emirat Arab adalah volume ekspor ke negara lain. Amalia (2007), meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia. Variabel penjelas yang digunakan yaitu harga riil ekspor, produksi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan volume ekspor tahun sebelumnya. Berdasarkan uji statistik-t dari empat peubah dalam model maka diperoleh bahwa total ekspor rumput laut Indonesia yang berpengaruh nyata adalah variabel produksi, harga riil ekspor rumput laut Indonesia dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, sedangkan volume ekspor tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata. Kurniati (1997), melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor mangga Indonesia ke pasar internasional menunjukkan bahwa peubah-peubah yang berpengaruh nyata terhadap produksi mangga Indonesia adalah harga domestik, luas areal tanam, dan tingkat teknologi. Untuk peubah yang berpengaruh terhadap ekspor mangga Indonesia adalah harga domestik tahun sebelumnya dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Berdasarkan uji statistik-t yang dilakukan hanya peubah harga domestik tahun sebelumnya dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang menunjukkan pengaruh nyata, sedangkan peubah-peubah lainnya tidak berpengaruh nyata. Dari hasil penelitian yang dilakukan Novansi (2006), Amalia (2007), dan Kurniati (1997) tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor suatu komoditi pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya harga domestik, harga ekspor, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan volume ekspor tahun sebelumnya. Dalam penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rambutan Indonesia ini, digunakan data bulanan ekspor rambutan Indonesia 13 berdasarkan masa musim panennya, dan diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang perkembangan ekspor rambutan. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta bagaimana efeknya terhadap struktur perekonomian suatu negara. Disamping itu, teori perdagangan internasional juga menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari adanya perdagangan internasional/gains from trade (Nursusanto, 2003). Pada prinsipnya perdagangan antara dua negara itu timbul karena adanya perbedaan di dalam permintaan maupun penawaran, juga karena adanya keinginan memperluas pemasaran komoditi ekspor untuk menambah penerimaan devisa dalam upaya penyediaan dana pembangunan negeri yang bersangkutan. Permintaan ini berbeda misalnya karena perbedaan pendapat dan selera. Penawaran berbeda karena jumlah dan kualitas faktor produksi, tingkat teknologi dan eksternalitas. Dalam teori mengenai timbulnya perdagangan internasional, HeckscherOhlin menyatakan bahwa sebuah Negara akan mengekspor komoditi yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu bersamaan ia akan mengekspor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif langka dan mahal di negara itu (Salvatore, 1997). Proses terjadinya perdagangan internasional ditinjau dari keseimbangan parsial dapat dilihat pada Gambar 1. Kurva DX dan kurva SX dalam panel A dan C masing-masing melambangkan kurva permintaan dan penawaran untuk komoditi X di Negara 1 dan Negara 2. Sumbu vertikal pada ketiga panel tersebut mengukur harga-harga relatif untuk komoditi X (Px/Py, atau jumlah komoditi Y yang harus dikorbankan oleh suatu negara dalam rangka memproduksi satu unit tambahan komoditi X), sedangkan sumbu horizontalnya mengukur kuantitas komoditi X. 15 Panel A Pasar di Negara 1 utk Komoditi X Panel B Hubungan P1 dlm Komoditi X Px/Py Px/Py Px/Py S P3 P2 P1 A** ekspor Sx E B A Panel C Pasar di Negara 2 Utk Komoditi X Sx A P3 ’ E* B* A * B’ impor E’ Dx D Dx QSx QDx Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional Sumber : Salvatore, 1997 Panel A pada gambar 1 memperlihatkan bahwa dengan adanya perdagangan internasional, negara 1 akan mengadakan produksi dan konsumsi dititik A berdasarkan harga relatif komoditi X sebesar P1, sedangkan negara 2 akan berproduksi dan berkonsumsi dititik A’ berdasarkan harga relatif P3. Setelah hubungan perdagangan berlangsung diantara kedua negara tersebut harga relatif komoditi X akan berkisar antara P1 dan P3 seandainya kedua negara tersebut cukup besar (kekuatan ekonomisnya). Jika harga yang berlaku di atas P1, maka negara 1 akan memasok atau memproduksi komoditi X lebih banyak daripada tingkat permintaan (konsumsi) domestik. Kelebihan produksi itu selanjutnya akan di ekspor (lihat panel A) ke negara 2. Jika harga yang berlaku lebih kecil dari P3, maka negara 2 akan mengalami peningkatan permintaan sehingga lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi domestiknya. Hal ini akan mendorong negara 2 untuk mengimpor kekurangan kebutuhan atas komoditi X itu dari negara 1 (lihat panel C). Panel A memperlihatkan bahwa berdasarkan harga relatif P3, kuantitas komoditi X yang ditawarkan (QSX) akan sama dengan kuantitas yang diminta (QDX) oleh konsumsi negara 1, dan demikian pula halnya dengan negara 1 (Negara ini tidak akan mengekspor komoditi X sama sekali). Hal tersebut 16 memunculkan titik A* pada kurva S pada panel B (yang merupakan kurva penawaran ekspor negara 1). Panel A juga memperlihatkan bahwa berdasarkan harga relatif P2, maka akan terjadi kelebihan penawaran (QSX) apabila dibandingkan dengan tingkat permintaan untuk komoditi X (QDX), dan kelebihan itu sebesar BE. Kuantitas BE itu merupakan kuantitas komoditi X yang akan di ekspor oleh negara 1 pada harga relatif P2, BE sama dengan B*E* dalam panel B, dan disitulah letak titik E* yang berpotongan dengan kurva penawaran ekspor komoditi X dari negara 1 atau S. Panel C memperlihatkan bahwa berdasarkan harga relatif P3, maka penawaran dan permintaan untuk komoditi X akan sama besarnya atau QDS sama dengan QSX (titik A*), sehingga negara 2 tidak akan mengadakan impor komoditi X sama sekali. Hal tersebut dilambangkan oleh titikA’ yang terletak pada kurva permintaan inpor komoditi X negara 2 (D) yang berada di panel B. Panel C juga menunjukkan bahwa berdasarkan harga relatif P2 akan terjadi kelebihan permintaan (QDX lebih besar dari QSX) sebesar B*E*, kelebihan itu sama artinya dengan kuantitas komoditi X yang akan diimpor oleh negara 2 berdasarkan harga relatif P2. Titik E* ini melambangkan jumlah atau tingkat permintaan impor komoditi X dari penduduk di negara 2 (D). Berdasarkan harga relatif P2, kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh negara 2 (yakni B*E* dalam panel C) sama dengan kuantitas ekspor komoditi X yang ditawarkan oleh negara 1 (yaitu BE dalam panel A). Hal tersebut diperlihatkan oleh perpotongan antara kurva D dan kurva S setelah komoditi X yang diperdagangkan diantara kedua negara (lihat panel B). P2 merupakan harga relatif ekuilibrium untuk komoditi X setelah perdagangan internasional berlangsung. Dari panel B itu kita juga dapat melihat bahwa apabila Px/Py lebih besar dari P2 maka kuantitas ekspor komoditi X yang ditawarkan akan melebihi tingkat permintaan impor sehingga lambat laun harga relatif komoditi X itu (Px/Py) akan mengalami penurunan sehingga pada akhirnya akan sama dengan P2. Apabila Px/Py lebih kecil dari P2, maka kuantitas impor komoditi X yang diminta akan melebihi kuantitas ekspor komoditi X yang ditawarkan sehingga Px/Py pun akan meningkat dan pada akhirnya akan sama dengan P2. 17 3.1.2 Model Ekspor Ekspor suatu negara merupakan selisih antara produksi domestik dengan konsumsi atau permintaan domestik negara yang bersangkutan ditambah dengan stok tahun sebelumnya (Ramdhani, 1999). Secara matematis perhitungan ekspor suatu negara dapat ditulis sebagai berikut: X1=Q1-Ct+St-1 Dimana: X1 = volume ekspor Q1 = volume produksi tahun ke-t Ct = volume konsumsi domestik tahun ke-t St-1 = volume stok akhir tahun sebelumnya (t-1) Pada komoditi ekspor, komoditi yang bersangkutan akan dialokasikan untuk memenuhi permintaan masyarakat dalam negeri (konsumsi domestik) atau luar negeri (ekspor), sedangkan yang tersisa akan menjadi persediaan yang akan dijual pada tahun berikutnya. Sebagai sebuah fungsi permintaan, maka ekspor suatu negara akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan negara tujuan ekspor terhadap komoditi yang dihasilkan, yaitu harga domestik negara tujuan ekspor (HDIt), harga impor negara tujuan ekspor (HHt), pendapatan per kapita penduduk negara tujuan ekspor (YIt), dan selera penduduk negara tujuan ekspor (SIt). Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor permintaan yang berasal dari negara tujuan ekspor, maka faktor harga domestik juga mempengaruhi permintaan ekspor suatu negara, disamping itu juga ada dua faktor di pasar internasional yang berpengaruh terhadap suatu komoditi yaitu harga pasar internasional dan nilai tukar efektif (Nursusanto, 2003). Berdasarkan uraian di atas secara keseluruhan fungsi ekspor suatu komoditi menjadi: Xt = f (HDt, HDt-1, HDIt, HIIt, YIt, SIt, HXt, ERt, Xt-1, Dt) Dimana: Xt = volume ekspor tahun ke-t HDt = harga domestik tahun ke-t HDt-1 = harga domestik tahun ke-(t-1) HDIt = harga domestik negara tujuan ekspor tahun ke-t 18 HIIt = harga impor negara tujuan ekspor tahun ke-t YIt = pendapatan perkapita negara tujuan ekspor tahun ke-t SIt = selera negara tujuan ekspor tahun ke-t HXt = harga ekspor tahun ke-t ERt = nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika tahun ke-t Xt-1 = volume ekspor tahun lalu (tahun ke-{t-1}) Dt = variabel dummy kondisi perekonomian negara Fungsi ekspor di atas berlaku untuk komoditi pertanian secara umum. Berdasarkan teori tersebut di atas maka pada saat fungsi tersebut digunakan pada komoditi rambutan pada penelitian ini ada beberapa peubah yang dikeluarkan dari fungsi ekspor karena diduga berpengaruh sangat kecil dan ada peubah yang sulit diduga dan juga karena ketidaktersediaan data yang diperlukan. Dari teori tersebut maka dirumuskan fungsi ekspor rambutan Indonesia adalah sebagai berikut: Xt = f (HDt, HXt, ERt, Xt-1, Dt) Dimana: 3.1.3 Xt = volume ekspor rambutan HDt = harga domestik HXt = harga ekspor ERt = nilai tukar rupiah Xt-1 = volume ekspor rambutan periode sebelumnya Teori Regresi Berganda Regresi berganda adalah suatu konsep keberlanjutan dari regresi linear sederhana. Pada regresi linear sederhana hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditelaah. Hubungan kedua variabel kadangkala memungkinkan seseorang memprediksi secara akurat variabel terikat berdasarkan pengetahuan variabel bebas. Namun, situasi peramalan dikehidupan nyata tidaklah sebegitu sederhananya. Biasanya diperlukan lebih dari satu variabel bebas yang disebut model regresi berganda. Model ini digunakan untuk memprediksi variabel terikat dengan lebih dari satu variabel bebas. Model statistik regresi berganda adalah sebagai berikut : 19 Y = β0 + β1X1 + β2X2 + ….. + βkXk + ε Dimana : 1. Untuk pengamatan ke-i, Y = Yi dan X1, X2, …., Xk ditetapkan pada himpunan nilai Xi1, Xi2,…., Xik. 2. ε adalah komponen galat yang mewakili deviasi respon dari hubungan yang sebenarnya. Galat ini merupakan variabel acak yang teramati dihitung sebagai akibat dampak faktor-faktor lain pada respon. Galat diasumsikan tidak terikat dan masing-masingnya berdistribusi normal dengan mean 0 dan standar deviasi yang tidak diketahui. 3. Koefisien regresi β1, β2,…., βk yang bersama-sama menentukan lokasi fungsi regresi tidak diketahui. Model regresi berganda ini dapat diestimasi dengan menggunakan prinsip- prinsip metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square). Menurut Arief (1993) dalam Noviyanti (2007), Ordinary Least Square (OLS) didasarkan pada asumsi-asumsi berikut ini : 1. Nilai rata-rata kesalahan penggangu sama dengan nol, yaitu E (εi) = o, untuk i = 1, 2, 3, …., n. 2. Varian εi = E (εj) = δ2, sama untuk semua kesalahan penggangu (asomsi homoskedastis). 3. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu, berarti kovarian (εi = εj) = 0, i tidak sama dengan j. 4. Variabel bebas X1, X2, X3,….., Xk konstan dalam sampling yang terulang (repeated sampling) dan bebas terhadap kesalahan pengganggu εi. 5. Tidak ada koleniaritas ganda (multikolonearitas) diantara variabel bebas X. 6. εi – N (0 ; δ2), artinya kesalahan penggangu mengikuti distribusi normal dengan rata-rata nol dan varian δ2. Dengan keenam asumsi tersebut kita telah mengetahui bahwa dugaan koefisien regresi yang diperoleh dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa merupakan perkiraan liniear terbaik tak bias (BLUE = Best Linear Unbiased Estimator) dengan asumsi kenormalan, perkiraan tersebut mengikuti distribusi normal. 20 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi untuk melakukan ekspor buah-buahan tropis, diantara buah-buahan tropis yang diekspor salah satunya adalah buah rambutan. Rambutan merupakan salah satu komoditi ekspor dari sub sektor agribisnis yang dapat diunggulkan dan masih memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan dan ditingkatkan melalui upaya penyempurnaan terhadap aspek-aspek yang terkait. Permasalahan yang dihadapi dalam ekspor rambutan Indonesia seperti masih kurangnya pemenuhan standarisasi mutu komoditas, terbatasnya jumlah komoditi yang dapat dihasilkan dibandingkan jumlah permintaan, dan penentuan harga komoditi yang belum memiliki standar merupakan permasalahan yang dapat menghambat dan mengurangi ekspor rambutan tersebut yang pada akhirnya akan menurunkan pendapatan devisa negara. Dalam kurun waktu tahun 1999 – 2007 Indonesia telah mengekspor rambutan ke berbagai negara diantaranya adalah Hongkong, Taiwan, Singapure, Saudi Arabia, Unired Arab Emirate, Qatar, Belanda, Prancis dan Germany. Besarnya permintaan negara tersebut terhadap buah rambutan Indonesia merupakan prospek cerah bagi ekspor dimasa yang akan datang, sehingga hal tersebut menjadi alasan mengapa ekspor rambutan dipilih dalam penelitian ini. Volume ekspor rambutan Indonesia ke negara-negara tesebut dihadapkan pada masalah fluktuasi volume ekspor, fluktuasi dapat mengakibatkan resiko terhadap kelanjutan pengembangan ekspor rambutan Indonesia ke masing-masing negara tujuan ekspor tersebut. Oleh karena itu kebutuhan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rambutan Indonesia kemasing-masing negara tujuan ekspornya tersebut penting. Harga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi volume ekspor komoditi suatu negara ke pasar luar negeri, dapat berupa harga domestik maupun harga ekspor. Jika harga yang berlaku di dalam negeri (domestik) tinggi, maka hal tersebut dapat berpengaruh kepada penurunan ekspor rambutan dan jika harga di dalam negeri (domestik) rendah maka pengaruhnya adalah meningkatkan ekspor rambutan Indonesia. Dari sisi perdagangan luar negeri bila harga ekspor rambutan di pasar internasional tinggi, maka negara akan meningkatkan volume 21 ekspor rambutan karena dengan semakin besar volume ekspor rambutan maka nilai yang diperoleh juga semakin besar. Sebaliknya jika harga rambutan di pasar internasional tersebut rendah maka nilai ekspor yang diterima juga rendah. Tinggi rendahnya harga ekspor rambutan di pasar luar negeri tidak terlepas dari pengaruh nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang dollar Amerika. Berdasarkan uraian di atas, peubah-peubah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah harga domestik (HDt), harga ekspor (HXt), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (ERt), dan volume ekspor periode sebelumnya (Xt-1). Variabel-variabel (peubah) tersebut akan dianalisis menggunakan analisis regresi berganda untuk menganalisis hubungan antara volume ekspor dengan harga domestik, harga ekspor, nilai tukar rupiah, dan volume ekspor periode sebelumnya. Setelah dilakukan analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rambutan Indonesia kemudian dilakukan analisis identifikasi faktor internal dan eksternal yang kemudian dibuat strategi yang dapat dilakukan guna mengembangkan ekspor rambutan Indonesia dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Kerangka pemikiran pada penelitian ini secara skematis dapat dilihat pada Gambar 2. 3.3 Hipotesis Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dijelaskan, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran yang telah disusun maka diajukanlah suatu hipotesa. Hipotesa didasarkan pada teori perdagangan internasional dan ekspor yang diduga ada beberapa peubah mempunyai hubungan signifikan terhadap ekspor rambutan Indonesia. Peubah-peubah tersebut dapat diukur dan data yang ada untuk masingmasing peubah tersebut tersedia. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Harga domestik diduga berhubungan negatif, artinya jika terjadi kenaikan harga domestik maka akan menyebabkan turunnya volume ekspor rambutan Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan teori perdagangan internasional, dimana apabila harga di tingkat internasional lebih tinggi dari pada harga 22 ditingkat domestik maka suatu negara akan cenderung mengekspor hasil produksinya dari pada menjualnya di dalam negeri. 2. Harga ekspor diduga berhubungan negatif, artinya jika terjadi kenaikan harga ekspor rambutan maka akan menyebabkan turunnya volume ekspor rambutan Indonesia. Adanya penurunan harga ekspor rambutan Indonesia akan meningkatkan penawaran rambutan yang pada akhirnya akan meningkatkan ekspor rambutan Indonesia. 3. Nilai tukar rupiah diduga berhubungan positif, artinya jika terjadi peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dollar maka akan menyebabkan naiknya volume ekspor rambutan Indonesia. 4. Volume ekspor periode sebelumnya diduga berhubungan positif, artinya jika terjadi peningkatan volume ekspor periode sebelumnya maka akan menyebabkan naiknya volume ekspor rambutan Indonesia. Adanya volume ekspor rambutan tahun sebelumnya oleh negara importir menunjukkan adanya tingkat kesukaan negara importir terhadap komoditi rambutan Indonesia. 23 Ekspor Rambutan Indonesia Identifikasi Permasalahan Ekspor Rambutan Indonesia Analisis Variabel-variabel Yang Mempengaruhi Ekspor Rambutan Analisis Eksternal dan Internal Analisis Regresi Berganda Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Ekspor Rambutan Indonesia Strategi Pengembangan Ekspor Rambutan Indonesia Gambar 2. Diagram Alir Kerangka Pemikiran. Uji Hipotesis Analisis SWOT IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak Mei sampai Juli 2009. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series bulanan dari tahun 2000 sampai 2007. Data tersebut meliputi : 1. Volume dan nilai ekspor rambutan Indonesia. 2. Harga domestik dan harga ekspor rambutan Indonesia. 3. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (US$). Data dan informasi diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan selain itu informasi diperoleh dari studi literatur, internet, dan bahan bacaan yang sesuai dengan topik penelitian. 4.3 Metode Penelitian dan Pengolahan Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif analisis yaitu metode penelitian yang menggambarkan kondisi aktual yang telah diketahui melalui pengumpulan data dan kemudian menganalisis masalah yang ada berdasarkan gambaran kondisi aktual yang telah dilakukan. Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rambutan Indonesia. Model analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda, untuk perhitungan regresinya maka penulis menggunakan alat bantu program komputer (SPSS 13). Selanjutnya model regresi linier berganda yang dihitung diuji keberartian koefisien regresinya melalui Anova (Analisis-of-Varians) (Sudjana, 2003:93). Metode analisis yang digunakan untuk mencari strategi peningkatan ekspor rambutan adalah analisis SWOT. Menurut Rangkuti (2001), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor untuk merumuskan strategi. Analisis ini berdasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Treats). 25 4.4 Analisis Data dan Perumusan Model Fungsi permintaan seringkali dirumuskan dengan menggunakan alat analisis regresi. Analisis regresi tidak dapat dipisahkan dalam pembahasan berbagai permasalahan ekonomi yang dirumuskan dalam persamaan matematis dimana sering disebut sebagai ekonometrika. Dalam analisis regresi salah satu metode yang sangat dikenal adalah metode OLS (Ordinary Least Square). Walaupun bukan merupakan metode yang terbaru namun metode klasik ini tetap dipergunakan sebagai alat analisis yang representatif. Dalam analisis data model yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan persamaan tunggal karena bentuk dan model mampu menunjukkan berapa persen variabel tak bebas (dependent variable) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (independent variable) dengan nilai koefisien determinasi (R2). Kemudian variabel-variabel bebas dapat dilihat apakah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tak bebas dengan melakukan uji-t dan uji-f serta perhitungannya lebih sederhana (Hanke et al, 2003). Berdasarkan kerangka teori dan studi terdahulu maka model dugaan ekspor untuk rambutan adalah sebagai berikut : Xt = b0 + b1HDt + b2HXt + b3ERt + b4Xt-1 + εt Dimana : Xt = volume ekspor rambutan Indonesia (kg) HDt = harga domestik rambutan (Rupiah/kg) HXt = harga ekspor rambutan Indonesia (US$/kg) ERt = nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (Rp/US$) Xt-1 = volume ekspor rambutan periode sebelumnya (kg) b0 = intersep bi = koefisien regresi (i = 1, 2, 3…) εt = error Nilai dugaan parameter yang diharapkan adalah : b1 dan b2 lebih besar dari 0 b3 dan b4 lebih kecil dari 0 26 4.4.1 Pengujian Model Pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rambutan dilakukan terhadap model penduga dan untuk masing-masing parameter yaitu sebagai berikut : a. Pengujian Terhadap Model Penduga Pengujian ini ditunjukkan untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter dan fungsi ekspor. Uji statistik yang digunakan adalah uji-F dengan rumus : MSR Fhitung = MSE = SSR / k dengan df = k, n-k-1 SSE /n – k – 1 Keterangan : MSR = rata-rata kuadrat regresi MSE = rata-rata kuadrat error df = derajat bebas n = jumlah pengamatan k = jumlah koefisien regresi SSR = jumlah kuadrat regresi SSE = jumlah kuadrat error Kriteria uji : Fhitung > Ftabel, (ά/2; n-k-1) ………………….. maka tolak H0 Fhitung < Ftabel, (ά/2; n-k-1) …………………... maka terima H0 Jika tolak H0, berarti secara simultan variabel-variabel bebas dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas pada taraf nyata ά persen, dan sebaliknya. Sedangkan kesesuaian suatu model dapat dihitung dari nilai koefisien determinasi (R2), yang bertujuan untuk mengetahui barapa jauh keragaman volume ekspor dapat dijelaskan oleh variabel penjelas yang dipilih. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut : R2 = SSR SST Keterangan : SSR SST = jumlah kuadrat regresi = jumlah kuadrat total 27 b. Pengujian Parameter Individual Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui apakah variabel bebas berpengaruh nyata secara parsial terhadap peubah tidak bebas. Uji statistik yang digunakan adalah uji-t dengan rumus sebagai berikut : bi Thitung = Sbi Keterangan : Si = standar sisa (error) dari parameter dugaan tersebut bi = parameter dugaan thitung > ttabel, (ά/2; n-k-1) ………………….. maka tolak H0 thitung < ttabel, (ά/2; n-k-1) ………………….. maka terima H0 Jika thitung tolak H0 artinya variabel bebas dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas pada taraf nyata ά persen, dan sebaliknya. Dalam penelitian ini digunakan taraf nyata satu sampai lima persen, artinya suatu variabel bebas dianggap berpengaruh nyata secara parsial terhadap variabel tak bebas dalam model bila memiliki taraf nyata maksimal lima persen. 4.4.2 Uji Multikolinieritas Kebanyakan masalah regresi, data secara rutin dicatat dibandingkan dihasilkan dari kumpulan terpilih sebelumnya dari variabel bebas. Dalam hal ini, variabel bebas kadangkala menjadi linear terikat. Hubungan linear antara dua atau beberapa variabel bebas disebut multikolinieritas (Hanke, et al, 2003). Kekuatan multikolinearitas diukur melalui faktor varian inflasi atau Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF mendekati satu menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas pada variabel bebas. Pengujian ini menggunakan rumus sebagai berikut : 1 VIF = 1-R2j Keterangan : VIF 2 R j , j = 1, 2, …k = Variance Inflation Factor = koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke-j 28 4.4.3 Uji Autokorelasi Autokorelasi timbul ketika sederetan pengamatan dari waktu ke waktu saling berkaitan satu dengan yang lainnya (Hanke, et al, 2003). Persoalan autokorelasi sering dijumpai pada data yang memperhitungkan waktu atau time series. Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linear antara serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Cara mendeteksinya dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Pengujian ini dengan menggunakan rumus: n ∑ (еt – еt-1)2 DW = t=2 n ∑ еt2 t=1 Keterangan: DW = Nilai Durbin Watson et = Resedual periode waktu ke t et-1 = Resedual periode waktu ke t-1 Menurut Hanke (Hanke, et al, 2003) nilai statistik hitung durbin watson akan dibandingkan dengan batas atas (U) dan batas bawah (L). kaidah keputusannya adalah sebagai berikut: 1. Jika DW > U simpulkan Ho: ρ = 0, tidak terdapat autokorelasi positif 2. Jika DW < L simpulkan Ho: ρ > 0, terdapat autukorelasi positif 3. Jika DW berada diantara batas atas dan bawah (L < DW < U) pengujian tidak dapat disimpulkan 4.4.4 Pengukuran Elastisitas Pengukuran elastisitas dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh peubah dependen terhadap peubah independen (Koutsoyiannis, 1977 dalam Novansi, 2006). Nilai elastis yang digunakan adalah nilai elastis jangka pendek dan jangka panjang. 1. Elastisitas dalam Jangka Pendek ε(Xi)sr = d(Yi) d(Xi) x (Xi) (Yi) 29 Keterangan : ε(Xi)sr d(Yi) = koefisien regresi dari peubah Xi (peubah eksogen) d(Xi) 2. = elastis peubah Xi dalam jangka pendek Xi = rata-rata peubah Xi Yi = rata-rata peubah Yi (peubah endogen) Elastisitas dalam Jangka Panjang ε(Xi)Ir = ε(Xi)sr 1 - an Keterangan : ε(Xi)Ir = elastisitas dalam jangka panjang an = nilai koefisien regresi dugaan peubah lag Kriteria uji elastisitas adalah sebagai berikut: a. Jika nilai elastisitas lebih besar dari satu (ε>1), dikatakan elastis karena perubahan satu persen peubah bebas mengakibatkan perubahan peubah tak bebas lebih dari satu persen b. Jika nilai elastisitas antara nol dan satu (0<ε<1), dikatakan inelastis karena perubahan satu persen peubah bebas mengakibatkan perubahan peubah tak bebas kurang dari satu persen c. Jika nilai elastisitas sama dengan nol (ε=0), dikatakan inelastis sempurna d. Jika nilai elastisitas tak terhingga (ε=∞), dikatakan elastis sempurna e. Jika nilai elastisitas sama dengan satu (ε=1), dikatakan unitary elastis 4.5 Matriks SWOT Perumusan strategi pengembangan ekspor rambutan dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT yang merupakan singkatan dari kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat). Perencanaan yang startegis harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan dalam kondisi yang ada saat ini. Adapun matriks SWOT yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan dapat dilihat pada Tabel 3. 30 Tabel 3. Matriks SWOT INTERNAL EKSTERNAL Opportunity (O) Tentukan faktor-faktor Peluang eksternal Threat (T) Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal Strengt (S) Weakness (W) Tentukan faktor-faktor kekuatan internal STRATEGI S-O Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI S-T Ciptakan strategi yang menggunakan kekutan untuk mengatasi ancaman Tentukan faktor-faktor kelemahan internal STRATEGI W-O Ciptakan strategi untuk meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI W-T Ciptakan strategi untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti (2001) Dari Tabel 3 diketahui bahwa Matriks SWOT mengembangkan empat tipe strategi, yaitu: 1. Strategi S-O (Strengt-Opportunity) yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal organisasi untuk memanfaatkan peluang eksternal organisasi 2. Strategi W-O (Weakness-Opportunity) yaitu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki atau memperkecil kelemahan internal organisasi dengan memanfaatkan peluang eksternal organisasi 3. Strategi S-T (Strengt-Threat) yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal organisasi untuk menghindari atau mengurangi ancaman eksternal organisasi 4. Strategi W-T (Weakness-Threat) yaitu strategi yang digunakan untuk mengurangi kelemahan internal organisasi dan menghindari ancaman eksternal organisasi. 4.6 Batasan Operasional Batasan operasional yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Buah rambutan merupakan salah satu komoditi buah-buahan yang secara kontinyu diekspor dan sudah menjadi komoditas unggulan. 31 2. Volume ekspor rambutan Indonesia didefinisikan sebagai total volume ekspor rambutan segar yang diekspor ke pasar internasional setiap tahunnya (berdasarkan musimnya) dan dinyatakan dalam satuan kilogram(kg). 3. Harga domestik rambutan adalah harga rambutan segar yang ada di pasar dalam negeri yang dinyatakan dalam satuan rupiah perkilogram. 4. Harga ekspor rambutan segar adalah harga ekspor rambutan yang merupakan hasil bagi antara total nilai ekspor dengan total volume ekspor. 5. Nilai tukar (exchange rate) adalah laju nilai tukar valuta asing yang umum digunakan dalam pembayaran transaksi internasional terhadap mata uang rupiah dinyatakan dalam (Rp/US$). 6. Volume ekspor rambutan periode sebelumnya dimaksudkan adalah volume ekspor pada tahun sebelumnya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rambutan Indonesia Persamaan ekspor rambutan Indonesia dipengaruhi peubah bebas dan peubah tak bebas. Peubah bebas meliputi harga domestik rambutan (HDt), harga ekspor rambutan (HXt), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (ERt), pendapatan perkapita penduduk Indonesia (YIt), dan volume ekspor rambutan Indonesia periode sebelumnya (Xt-1) dengan peubah tak bebas yakni volume ekspor rambutan Indonesia (Xt). Hasil dugaan persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut : Xt = 280697 + 66,425 HDt + 1,974 HXt – 32,061 ERt – 0,355 Xt-1 Persamaan regresi linier berganda di atas menunjukan bahwa harga domestik rambutan (HDt) mempunyai koefisien yang arahnya positif, artinya jika terjadi kenaikan harga domestik rambutan (cateris paribus) maka volume ekspor rambutan akan meningkat secara positif dan sebaliknya jika terjadi penurunan harga domestik rambutan (ceteris paribus) maka volume ekspor rambutan akan menurun searah penurunan harga. Sedangkan untuk nilai harga ekspor rambutan (HXt) yang mempunyai koefiisen yang arahnya positif, artinya jika terjadi kenaikan harga ekspor rambutan (cateris paribus) maka volume ekspor rambutan akan meningkat secara positif. Untuk nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (ERt), yang mempunyai koefiisen yang arahnya negatif artinya jika terjadi kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (cateris paribus) maka volume ekspor rambutan akan menurun. Sedangkan untuk variabel volume ekspor rambutan Indonesia periode sebelumnya (Xt-1) yang mempunyai koefiisen yang arahnya negative/berlawanan, artinya jika terjadi kenaikan volume ekspor rambutan Indonesia periode sebelumnya (Xt-1) (cateris paribus) maka volume ekspor rambutan akan berkurang. Model regresi linier bergada yang dihasilkan di atas peneliti peroleh berdasarkan hasil peritungan dengan menggunakan program SPPS 13 dengan hasil rincinya seperti terlihat pada Table 4 berikut: 33 Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Ekspor Rambutan Indonesia Peubah Konstanta HDt HXt ERt Xt-1 Koefisien 280697 66.425 1.974 -32.061 -0.355 thitung 2.936 3.054 1.361 -2.922 -2.375 p-value 0.006 0.005 0.183 0.006 0.024 Elastisitas VIF 1.248 1.205 1.417 1.072 SR 1.846 0.054 -0.891 -0.009 LR 3.451 0.086 -1.733 -0.021 R2 = 0.354 R (adj) = 0.271 = 4.253 Fhitung Durbin Watson (d*) = 2.025 Pada pendugaan model ekspor rambutan Indonesia terlihat bahwa nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 35,4 persen. Hal ini berarti bahwa 35,4 persen perubahan (naik/turun) volume ekspor rambutan Indonesia dapat dijelaskan oleh variasi peubah-peubah dalam model yaitu harga domestik (HDt), harga ekspor (HXt), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (ERt), dan volume ekspor tahun sebelumnya (Xt-1). Sedangkan 64,6 persen diterangkan oleh faktorfaktor lain yang tidak terdapat di dalam model, seperti misalnya produksi didalam negeri, kualitas/mutu rambutan. Untuk mengetahui ada tidaknya masalah autokorelasi, maka dilakukan uji Durbin Watson. Uji Durbin Watson pada hasil dugaan regresi adalah sebesar 2,025 nyata pada taraf satu persen. Nilai Durbin Watson berada pada selang du < d* < 4-du dengan nilai du sebesar 1,58 dan nilai 4-du sebesar 2,42 sehingga dengan nilai Durbin Watson sebesar 2,025 menunjukkan tidak terdapat masalah autokorelasi. Sedangkan untuk menguji ada tidaknya multikolinier antar peubah bebasnya maka dilakukan uji VIF (Variance Inflation Factor) pada masingmasing peubah bebasnya tersebut. Pada model ini tidak terdapat masalah multikolinier yang ditunjukkan dengan nilai VIF masing-masing peubah kurang dari 10. Dengan menggunakan uji F diperoleh Fhitung sebesar 4,253 lebih besar dibandingkan Ftabel sebesar 2,49 pada tingkat signifikan 95% (α = 5%) dan degree of freedom (df: 35). Variabel tersebut menunjukkan bahwa secara bersama-sama 34 peubah bebas yang terdiri dari harga domestik (HDt), harga ekspor (HXt), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (ERt), dan volume ekspor tahun sebelumnya (Xt-1) dalam model berpengaruh nyata terhadap ekspor rambutan Indonesia. Berdasarkan hasil uji t statistik, peubah-peubah yang diduga berpengaruh terhadap ekspor rambutan Indonesia yang menunjukkan pengaruh nyata pada taraf lima persen yaitu peubah harga domestik (HDt), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (ERt) dan volume ekspor tahun sebelumnya (Xt-1), sedangkan harga ekspor rambutan (HXt) tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap volume ekspor rambutan Indonesia. Seberapa besar pengaruh peubah-peubah bebas dalam model terhadap ekspor rambutan Indonesia, dijelaskan dalam uraian berikut : a. Harga Domestik (HDt) Harga domestik rambutan berpengaruh nyata terhadap volume ekspor rambutan Indonesia pada taraf nyata lima persen. Koefisien regresi peubah harga domestik rambutan Indonesia sebesar 66,425. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap kenaikan satu satuan harga domestik sebesar satu rupiah/kilogram akan mengakibatkan peningkatan ekspor rambutan sebesar 66,425 kilogram, cateris paribus. Dugaan untuk nilai elastisitas peubah harga domestik adalah elastis (nilai Elastisitasnya lebih dari 1). Elastisitas menunjukkan bahwa jika terjadi perubahan harga domestik missal satu persen maka akan meningkatkan volume ekspor rambutan sebesar lebih dari satu persen, sehingga boleh dikatakan bahwa perubahan harga domestik akan sangat merespon perubahan volume ekspor rambutan. Dalam analisis ini kendala yang ditemukan adalah terbatasnya data harga domestik rambutan, hal ini disebabkan karena rambutan merupakan buahbuahan yang bersifat musiman sehingga data harga domestik rambutan tidak lengkap dan berdampak kepada hasil analisis yang kurang akurat. b. Harga Ekspor (HXt) Harga ekspor rambutan tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor rambutan Indonesia pada taraf nyata lima persen. Koefisien peubah harga ekspor tidak sesuai dengan nilai dugaan yang diharapkan, dimana teorinya jika harga suatu produk meningkat maka jumlah yang ditawarkan akan meningkat pula. Dari hasil regresi yang dihasilkan koefisien dari peubah harga ekspor rambutan 35 adalah sebesar 1,974, artinya bahwa setiap kenaikan harga ekspor rambutan sebesar satu dollar akan mengakibatkan peningkatan volume ekspor rambutan Indonesia sebesar 1,974 kilogram, cateris paribus. Hal ini dapat terjadi karena kualitas rambutan yang kurang baik jika dibandingkan dengan negara produsen lainnya seperti Thailand, Philipina, dan Australia sehingga permintaan importir tidak dapat terpenuhi baik dalam jumlah maupun dalam mutu yang berdampak pada penurunan volume ekspor rambutan. Dugaan nilai elastisitas harga ekspor baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang masing-masing sebesar 0,054 dan 0,084. Hal ini menunjukkan bahwa ekspor rambutan tidak responsif terhadap perubahan volume ekspor rambutan Indonesia, artinya jika terjadi peningkatan harga ekspor rambutan sebesar satu persen akan meningkatkan volume ekspor rambutan sebesar 0,054 persen dalam jangka pendek dan 0,084 persen dalam jangka panjang. c. Nilai Tukar Rupiah (ERt) Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (Rp/US$) berpengaruh nyata terhadap volume ekspor rambutan Indonesia pada taraf nyata lima persen. Koefisien regresi peubah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika adalah sebesar -32,061. Artinya setiap peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dollar sebesar satu rupiah per dollar Amerika maka akan mengakibatkan penurunan volume ekspor rambutan sebesar 32,061 kilogram, cateris paribus. Nilai elastisitas yang diperoleh adalah sebesar -0,891 dalam jangka pendek dan -1,733 dalam jangka panjang. Artinya apabila terjadi peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika sebesar satu persen maka akan menurunkan volume ekspor rambutan Indonesia sebesar 0,891 persen dalam jangka pendek dan 1,733 persen dalam jangka panjang. Hal ini berbeda dengan hipotesis yang menyatakan bahwa nilai tukar bernilai negatif terhadap volume ekspor rambutan Indonesia. Hipotesis tersebut didasarkan pada kondisi dimana saat terjadi peningkatan nilai tukar rupiah maka akan berdampak pada harga rambutan di luar negeri menjadi lebih tinggi atau meningkat. Hal ini akan memicu penurunan permintaan akan rambutan sehingga volume ekspor rambutanpun akan menurun. Perbedaan hasil hipotesis ini dikarenakan buah rambutan merupakan tanaman buah hortikultra yang tumbuh didaratan yang memiliki iklim subtropis dan merupakan salah satu 36 komoditas tropis eksotis yang digemari oleh masyarakat, baik dalam maupun di luar negeri sehingga meskipun harganya meningkat namun konsumen tetap membeli buah rambutan. d. Volume Ekspor Periode Sebelumnya (Xt-1) Volume ekspor periode sebelumnya berpengaruh nyata terhadap volume ekspor rambutan Indonesia pada taraf nyata lima persen. Koefisien regresi peubah volume ekspor periode sebelumnya adalah sebesar -0,355. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan volume ekspor periode sebelumnya sebesar satu kilogram akan mengakibatkan penurunan volume ekspor rambutan Indonesia sebesar 0,355 kilogram, cateris paribus. Nilai elastisitas yang diperoleh adalah sebesar -0,009 dalam jangka pendek dan -0,021 dalam jangka panjang. Artinya apabila terjadi peningkatan volume ekspor periode sebelumnya sebesar satu persen maka akan menurunkan volume ekspor rambutan sebesar 0,687 persen dalam jangka pendek dan 0,706 persen dalam jangka panjang. Sifat inelastis ini disebabkan karena volume ekspor yang meningkat pada tahun sebelumnya tidak secara otomatis diikuti dengan meningkatnya ekspor tahun sekarang karena produksi rambutan yang dihasilkan tergantung dari jumlah produksi yang dihasilkan dan mutu rambutan yang dihasilkan. 5.2 Strategi Pengembangan Ekspor Rambutan Indonesia 5.2.1 Analisis Lingkungan Internal Faktor-faktor kekuatan Indonesia dalam usaha ekspor buah rambutan adalah sebagai berikut : Indonesia adalah negara yang mempunyai kekayaan alam melimpah. Kekayaan alam tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri tetapi juga merupakan modal bagi bangsa Indonesia untuk tetap bertahan dalam dunia internasional. Tanaman rambutan merupakan tanaman buah asli Indonesia. Buah rambutan ini mempunyai peluang yang cukup besar untuk dikembangkan karena ketersediaan lahan yang cukup, agroklimat yang cocok, dan sumber daya manusia yang melimpah. Berdasarkan data Departemen pertanian, tanaman rambutan banyak dijumpai hampir di seluruh wilayah Indonesia, terutama di Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Luas areal panen rambutan Indonesia mencapai 105.185 hektar (2004) dan meningkat menjadi 119.441 hektar (2005). Pada 37 umumnya, luas areal panen di Jawa mengalami penurunan sedangkan untuk areal panen di luar Jawa, yakni Sumatra Barat dan Lampung mengalami peningkatan yang cukup besar. Budi daya tanaman rambutan di Indonesia pada umumnya masih berupa tanaman pekarangan atau sambilan. Dengan demikian, penurunan areal dan produksi di Jawa pada umumnya terkait erat dengan desakan kebutuhan lahan untuk perumahan dan penggunaan lain terutama industri. Sebaliknya peningkatan produksi dan lahan yang umumnya terjadi di daerah luar Jawa berkaitan erat dengan pengembangan kebun-kebun dan dan bahkan sentra-sentra produksi yang dalam beberapa tahun belakangan ini digalakan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dengan semakin meningkatnya pengembangan areal tanaman, terutama di daerah luar Jawa, maka diharapkan pengelolaan kebun semakin baik dan produktivitas dapat ditingkatkan. Dengan demikian, pengembangan budi daya rambutan secara intensif akan meningkatkan produktifitas yang pada akhirnya dapat meningkatkan produksi dan ekspor. Pengembanga rambutan disamping untuk mencapai sasaran produksi, juga harus dapat memenuhi permintaan pasar. Berbagai varietas unggul yang dapat dibudidayakan dan dijual secara komersial, antara lain adalah varietas Rapiah, Lebak Bulus dan Binjai. Faktor-faktor kelemahan Indonesia dalam usaha ekspor rambutan adalah sebagai berikut : Kurangnya penanganan pasca panen rambutan yang kurang baik, serta kurangnya peningkatan pemasaran rambutan ke arah ekspor terutama dalam standarisasi mutu ekspor rambutan. Disamping itu, permasalahan lain yang sering muncul di dalam meningkatkan ekspor rambutan diantaranya diakibatkan oleh strategi pemasaran yang kurang baik. 5.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal Faktor-faktor peluang yang dapat dimanfaatkan Indonesia dalam pengembangan ekspor rambutan adalah sebagai berikut : Potensi pasar bagi buah rambutan masih cukup besar, baik bagi pasar domestik maupun ekspor. Potensi pasar domestik maupun ekspor berkembang berkaitan dengan adanya peningkatan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran akan kebutuhan gizi yang lebih baik, harga rambutan yang relatif murah, mudah didapat dan berkembangnya agroindutri buah kaleng. Peluang pasar ekspor memang cukup berat karena 38 adanya negara-negara ASEAN, terutama Malaysia, Filipina, Thailand dan Australia. Khusus untuk negara-negara di kawasan Timur Tengah masih memiliki potensi cukup besar bagi masuknya rambutan dari Indonesia, sedangkan untuk negara-negara di kawasan lainnya paling tidak walaupun persaingannya sudah ketat, Indonesia masih dapat melakukan upaya peningkatan pangsa pasar melalui promosi dagang yang lebih Intensif. Selain itu rambutan merupakan tanaman tropis yang hanya dapat tumbuh diantara di Indonesia. Faktor-faktor ancaman yang dihadapi dalam pengembangan ekspor rambutan Indonesia adalah : adanya negara pesaing ekspor rambutan yang memiliki standarisasi mutu yang baik dan jaringan pemasaran yang lebih baik dari Indonesia. Karakteristik pasar buah rambutan yang berbeda dan dipengaruhi oleh selera konsumen sehingga informasi yang sesuai dengan konsumen merupakan satu faktor penting yang dapat membantu kelancaran ekspor rambutan Indonesia. 5.2.3 Matriks SWOT Analisis lingkungan internal dan eksternal di atas bertujuan untuk membentuk matriks SWOT. Tujuan penggunaan matriks SWOT adalah mengembangkan empat alternatif strategi yaitu strategi S-O (StrengthOpportunity), strategi W-O (Weakness-Opportunity), strategi S-T (StrengthThreat), strategi W-T (Weakness-Threat). Berdasarkan hasil analisis internal (kekuatan-kelemahan) dan eksternal (peluang-ancaman), maka diperoleh hasil matriks SWOT pengembangan ekspor rambutan Indonesia yang dapat dilihat pada Gambar 3. 39 INTERNAL EKSTERNAL Opportunity (O) Strengt (S) Weakness (W) 1. Indonesia dikenal sebagai produsen rambutan 2. Varietas rambutan yang beraneka ragam 3. Berkembangnya teknologi ekspor 4. Sentra produksi rambutan yang luas STRATEGI S-O 1. Penanganan pasca panen yang belum optimal 2. Mutu dan teknologi pengemasan masih rendah STRATEGI W-O 1. Perbaikan pola pasca panen 1. Jumlah dan laju 1. Meningkatkan Volume dengan teknologi tepat guna ekspor rambutan (S1, O1), pertumbuhan (W1,O1), (W1,O2) (S1,O2) penduduk dunia 2. Mengembangkan varitas 2. Pengembangan sistem dan jumlah pengemasan sesuai standar komoditas rambutan sesuai penduduk ekspor (W2, O1) permintaan pasar dan kondisi iklim Indonesia (S2,O1), Indonesia (S2,O2) 2. Rambutan yang 3. Pengembangan Sentra hanya dapat Produksi Rambutan diwilayah tumbuh di iklim Idonesia yang potensinya tropis unggul (S4,01), (S4,S2) Threat (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T 1. Adanya negara 1. Meningkatkan kerjasama perdagangan Rambutan pesaing ekspor dengan negara pesaing rambutan (S1,T1), (S1,T2) 2. Karakteristik pasar 2. Perluasan jaringan informasi yang berbeda yang pengembangan varitas rambutan (S2, T1), (S2, T1) dipengaruhi oleh 3. Pengembangan Jaringan selera konsumen informasi pasar dengan teknologi yang tepat misal ecomerce (S3,T1 dan T2) 1. Pengembangan kerjasama Penanganan standarisasi mutu ekspor dengan negara pesaing (W1,T1) (W2,T1) 2. Kerjasama serta koordinasi dengan pihak-pihak terkait dan negara pesaing dalam pengembangan teknologi produksi dan pasca panen (W2, T1 dan T2) Gambar 3. Hasil Matriks SWOT Pengembangan Ekspor Rambutan Indonesia. Dari hasil matriks SWOT diperoleh strategi sebagai berikut : 1. Strategi S-O (Stregth-Opportunity) yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal organisasi untuk memanfaatkan peluang eksternal yang ada. Adapun alternatif strategi yang dapat dilakukan pada pengembangan ekspor rambutan Indonesia antara lain: (a) Indonesia berusaha meningkatkan Volume 40 ekspor rambutan sehingga permintaan pasar yang besar dapat dipenuhi; (b) Mengembangkan varitas komoditas rambutan sesuai permintaan pasar dan kondisi iklim Indonesia dengan mengembangkan riset-riset pertanian untuk komoditas rambutan (c) Secara terus menerus mengembangkan klaster-klaster atau Sentra Produksi Rambutan diwilayah-wilayah penghasil rambutan yang potensinya unggul untuk pasaran ekspor. 2. Strategi W-O (Weakness-Opportunity) yaitu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki atau memperkecil kelemahan internal organisasi dengan memanfaatkan peluang eksternal organisasi. Ada dua alternatif strategi yang dapat dilakukan pada usaha pengembangan ekspor ekspor rambutan Indonesia. Pertama adalah pengembangan produktifitas dengan perbaikan pasca panen. Strategi ini dapat dilakukan dengan melakukan kerjasama atau penyuluhan-penyuluhan antara penanam rambutan dengan lembaga-lembaga pemerintah seperti LIPI dan Departemen Pertanian untuk tingkat pusat mapun daerah. Kerjasama ini dilakukan untuk mengetahui atau mempelajari penanganan pasca panen rambutan yang benar mulai dari memetik hingga mengklasifikasi jenis dan mutu yang baik untuk ekspor rambutan. Kedua adalah Pengembangan sistem pengemasan sesuai standar ekspor karena selama ini kemampuan Indonesia didalam pengemasan produk pertanian relatif masih rendah terutama terkait dengan kemampuan produk untuk bertahan lebih lama (pakaging, cool storage masih lemah). 3. Strategi S-T (Strength-Threat) yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal organisasi untuk menghindari atau mengurangi ancaman eksternal organisasi. Adapun alternatif-alternatif strategi yang mungkin dapat dilakukan antara lain: (a) Meningkatkan kerjasama perdagangan Rambutan dengan negara pesaing, strategi ini dapat dilakukan dengan meningkatkan komunikasi dengan negara-negara penghasil komoditas rambutan; (b) Perluasan jaringan informasi pengembangan varitas rambutan, strategi yang dapat dilakukan dengan mengembangkan jenis unggulan rambutan untuk ekspor seperti Aceh lebak yang di gemari oleh konsumen wilayah Timur Tengah seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan lain-lain (c) Pengembangan Jaringan informasi pasar dengan teknologi yang tepat misal e- 41 comerce, strategi perkembangan operasionalnya internet didalam memanfaatkan memasarkan secara keunggulan optimal komoditas rambutan ke konsumen dengan jangkauan pasar yang lebih luas melalui elektronik comersial. 4. Strategi W-T (Weakness-Threat) yaitu strategi yang digunakan untuk mengurangi kelemahan internal organisasi dan menghindari ancaman eksternal organisasi. Ada dua alternatif strategi yang dapat dilakukan pada usaha pengembangan ekspor rambutan Indonesia. Pertama Pengembangan kerjasama Penanganan standarisasi mutu ekspor dengan negara pesaing, strategi ini dapat dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan lembagalembaga pertanian baik skala nasional dan internasional yang bergerak di bidang standarisasi mutu. Hal ini dilakukan guna meningkatkan kualitas ekspor rambutan Indonesia dimana sekarang ini negara lain telah meningkatkan mutu ekspor rambutannya. Kedua Kerjasama serta koordinasi dengan pihak-pihak terkait dan negara pesaing dalam pengembangan teknologi produksi dan pasca panen, strategi ini lebih menguatkan posisi produk rambutan Indonesia di pasaran nasional dan internasional. VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Faktor-faktor yang menunjukkan pengaruh nyata terhadap volume ekspor rambutan Indonesia adalah peubah harga domestik (HDt), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (ERt) dan volume ekspor tahun sebelumnya (Xt-1), sedangkan harga ekspor rambutan (HXt) tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap volume ekspor rambutan Indonesia. Strategi untuk meningkatkan ekspor rambutan Indonesia yang didapatkan dari analisis SWOT yaitu sebanyak sepuluh strategi yang terdiri dari : strategi S-O (Meningkatkan Volume ekspor rambutan, Mengembangkan varitas komoditas rambutan sesuai permintaan pasar dan kondisi iklim Indonesia, Pengembangan Sentra Produksi Rambutan diwilayah Indonesia yang potensinya unggul), strategi S-T (Meningkatkan kerjasama perdagangan Rambutan dengan negara pesaing, Perluasan jaringan informasi pengembangan varitas rambutan, Pengembangan Jaringan informasi pasar dengan teknologi yang tepat misal e-comerce), strategi W-O (Perbaikan pola pasca panen dengan teknologi tepat guna, Pengembangan sistem pengemasan sesuai standar ekspor), strategi W-T (Pengembangan kerjasama Penanganan standarisasi mutu ekspor dengan negara pesaing, Kerjasama serta koordinasi dengan pihak-pihak terkait dan negara pesaing dalam pengembangan teknologi produksi dan pasca panen). 6.2 Saran Kebijakan ekspor rambutan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kontinuitas produksi dalam negeri, pengembangan lahan dan varietas unggul serta pengelolaan secara intensif lahan rambutan yang telah ada. Pembudidayaan dan eksportir sebaiknya memanfaatkan hasil riset dari Departemen Pertanian mengenai pengembangan varietas rambutan, tehnik penangan pasca panen dan pengemasan untuk mempertahankan kualitas rambutan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan spesifik dengan memasukkan faktor-faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap ekspor rambutan Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Amir M.S, 2000. Strategi Pemasaran Ekspor. PT. Pustaka Binaman Presindo. Amalia, R. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut Indonesia (skripsi) Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 1999. Kelayakan Investasi Agribisnis 2. Departemen Pertanian Jakarta. Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 1999. Komoditas Unggulan Untuk Pengembangan Investasi Agribisnis. Departemen Pertanian Jakarta. Biro Pusat Statistik 1999-2007. Statistik Perdagangan Luar Negeri. Ekspor. Volume II. Jakarta, Indonesia. Gonarsyah, I, 1987. Landasan Perdagangan Internasional. Departemen IlmuIlmu Sosial dan Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor. Henke. E, Wichern. W, Reitsch. G. 2003. Peramalan Bisnis. Edisi ke Tujuh. Penerbit Prenhallindo. Jakarta. Kanisius, 1999. Kelayakan Investasi Agribisnis. Penerbit PT. Grafindo Persada Jakarta. Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Penerbit Prenhallindo. Jakarta. Krugman dan Obstfelt, 1997. Ekonomi Internasional. Teori dan Kebijakan. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kurniati, T. 1997. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Ekspor Mangga Indonesia ke Pasar Internasional (skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Nazarudin, 1993. Komoditi Ekspor Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. Nursusanto, A. 2003. Analisis Peluang Ekspor-Impor Jagung Indonesia : Pendekatan Permintaan (skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Novansi, 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Beberapa Buah-Buahan Penting Indonesia (skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. 44 Raharja, P. dan Manurung, M. 1999. Teori Ekonomi Mikro : Suatu Pengantar Edisi II. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta. Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT. Teknik Mesin Bedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Ramdhani, D. 1999. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Panili Indonesia (skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Silitonga, D. 2000. Analisis Kelayakan Finansial Investasi Usahatani Rambutan Di Kecamatan Binjai Barat (skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi V. Jilid I. Haris Munandar. Penerjemah : Yati Sumiarti, editor, Erlangga. Jakarta. Terjemahan dari : International Economic. Supranto, 2004. Analisis Multivariat : Arti dan Interprestasi. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta LAMPIRAN 45 Lampiran 1. Hasil Analisis Regresi Fungsi Ekspor Rambutan Indonesia Tahun Analisis 1999 – 2007. Variables Entered/Removedb Model 1 Variables Removed Variables Entered a Xt-1, HDt, HXt, ERt Method Enter . a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Xt Model Summaryb Model 1 R R Square .595a .354 Adjusted R Square .271 Std. Error of the Estimate 51217.056 DurbinWatson 2.025 a. Predictors: (Constant), Xt-1, HDt, HXt, ERt b. Dependent Variable: Xt ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 4E+010 8E+010 1E+011 df Mean Square 1.116E+010 2623186834 4 31 35 F 4.253 Sig. .007a a. Predictors: (Constant), Xt-1, HDt, HXt, ERt b. Dependent Variable: Xt Coefficientsa Model 1 (Constant) HDt HXt ERt Xt-1 Unstandardized Coefficients B Std. Error 280697.0 95620.464 66.425 21.748 1.974 1.451 -32.061 10.973 -.355 .149 a. Dependent Variable: Xt Standardized Coefficients Beta .492 .216 -.502 -.355 t 2.936 3.054 1.361 -2.922 -2.375 Sig. .006 .005 .183 .006 .024 Collinearity Statistics Tolerance VIF .802 .830 .706 .933 1.248 1.205 1.417 1.072 46 Lampiran 2. Nilai-Nilai Kritis Untuk Statistik F dan Statistik t Nila-nilai kritis untuk statistik F (α, k, n-k-1) Derajat Bebas Untuk Penyebut (df) Derajat Bebas Untuk Pembilang (df : 4) 34 2,65 Nilai-nilai kritis untuk statistik t (α, k, n-k-1) (df) 0,10 34 1,30