POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI CIMANUK CISANGGARUNG TAHUN 2010 DAFTAR ISI Daftar Isi i Daftar Tabel v viii Daftar Gambar BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Cimanuk Cisanggarung 1.2.1 Maksud 1.2.2 Tujuan 1.2.3 Sasaran 1.3 Isu-Isu Strategis 1.3.1 Isu Strategis Nasional 1.3.2 Isu Strategis Lokal 1 BAB II KONDISI PADA WILAYAH SUNGAI CIMANUK CISANGGARUNG 2.1 Peraturan Perundangan dan Peraturan Pemerintah yang Terkait 2.2 Kebijakan Pemerintah Terkait dengan Pengelolaan SDA di WS Cimanuk Cisanggarung 2.2.1 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air 2.2.2 Kebijakan Provinsi Jawa Barat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air 2.2.3 Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung di Jawa Tengah 2.2.4 Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya di Jawa Tengah 2.2.5 Penataan Ruang di WS Cimanuk Cisanggarung 2.2.5.1 Kedudukan WS Cimanuk-Cisanggarung Dalam Konstelasi Ruang Nasional 2.2.5.2 Tata Ruang Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung 2.3 Inventarisasi Data 2.3.1 Data Umum 2.3.1.1 Demografi WS Cimanuk Cisanggarung 2.3.1.2 DEM (Digital Elevation Model) Kondisi Topografi 2.3.1.3 Kondisi Geologi 2.3.1.4 Jenis Tanah i 1 1 2 2 3 3 4 7 7 8 8 8 9 9 10 10 10 13 13 13 16 16 16 2.3.1.5 Penggunaan Lahan di Kabupaten/Kota WS Cimanuk Cisanggarung 2.3.1.6 Lahan Kritis 2.3.1.7 Laporan Hasil Studi 2.3.2 Data Sumber Daya Air 2.3.2.1 Meteorologi dan Hidrologi 2.3.2.2 Kondisi Air Permukaan 2.3.2.3 Hidrogeologi 2.3.2.4 Air tanah 2.3.2.5 Kualitas air tanah 2.3.2.6 Neraca Sumber Daya Air 2.3.3 Data Kebutuhan Air 2.3.3.1 Kebutuhan Air Irigasi Pertanian 2.3.3.2 Kebutuhan air untuk keperluan RKI (DMI) 2.3.3.3 Proyeksi Demografi WS Cimanuk Cisanggarung 2.3.4 Data Sosial Ekonomi 2.3.4.1 Batas Administrasi Wilayah Sungai Cimanuk – Cisanggarung 2.3.4.2 Pertumbuhan Ekonomi di WS Cimanuk Cisanggarung 2.3.4.3 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota yang terkait dengan WS Cimanuk Cisanggarung 2.3.4.4 Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di WS Cimanuk Cisanggarung 2.3.4.5 Kondisi Pertanian 2.3.4.6 Kondisi Hutan Di Provinsi Jawa Barat 2.3.4.7 Kawasan Hutan Di WS Cimanuk-Cisanggarung 2.4 Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan 2.4.1 Aspek Konservasi Sumber Daya Air 2.4.2 Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air 2.4.3 Aspek Pengendalian Daya Rusak Air 2.4.4 Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air 2.4.5 Aspek Peran Serta Masyarakat dan Sistem Koordinasi 2.5 Identifikasi Terhadap Potensi yang Bisa Dikembangkan 2.5.1 Aspek Konservasi SDA 2.5.2 Aspek Pendayagunaan SDA 2.5.3 Aspek Pengendalian Daya Rusak Air 2.5.4 Aspek Sistem Informasi SDA 2.5.5 Aspek Peran Serta Masyarakat dan Koordinasi ii 17 18 19 19 19 19 20 20 21 22 23 23 26 26 29 29 31 31 35 37 38 39 40 40 42 42 43 43 44 44 44 44 44 44 BAB III ANALISIS DATA WILAYAH SUNGAI CIMANUK CISANGGARUNG 3.1 Asumsi, Kriteria dan Standar 3.2 Hasil Analisis 3.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi di WS Cimanuk Cisanggarung 3.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Air RKI di WS Cimanuk Cisanggarung 3.2.3 Neraca Air pada saat ini (Tahun 2007) 3.2.4 Neraca Air pada Waktu Yang Akan Datang (Tahun 2027) 3.2.5 Upaya Peningkatan Kinerja Sistem Sumber Daya Air 3.3 Skenario Ekonomi, Politik dan Perubahan Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung 3.3.1 Skenario Pertumbuhan Ekonomi 3.4 Alternatif Pilihan Strategi Pengelolaan SDA WS Cimanuk Cisanggarung 3.4.1 Strategi Konservasi Sumber Daya Air 3.4.1.1 Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air 3.4.1.2 Pengawetan Air 3.4.1.3 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 3.4.2 Strategi Pendayagunaan SDA 3.4.2.1 Penetapan zona pemanfaatan sumber air 3.4.2.2 Peruntukan, Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan SDA 3.4.2.3 Pengembangan SDA 3.4.3 Strategi Pengendalian Daya Rusak Air 3.4.3.1 Pencegahan bencana alam 3.4.3.2 Penanggulangan bencana alam 3.4.3.3 Pemulihan daya rusak air 3.4.4 Strategi Peningkatan Sistem Data dan Informasi bidang SDA 3.4.5 Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan SDA 3.5 Kelembagaan Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung BAB IV KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SDA WILAYAH SUNGAI CIMANUK CISANGGARUNG iii 45 45 45 45 46 46 51 51 55 56 61 61 61 61 62 62 62 62 62 63 63 63 63 64 64 64 65 LAPORAN PENUNJANG: - Buku – 1 : Laporan Utama - Buku – 2 : Laporan Pendukung, meliputi: 1. Hasil PKM-1 dan 2 2. Hasil Analisa Hidrologi 3. Hasil Analisa Alokasi air iv DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 2.13 Tabel 2.14 Tabel 2.15 Tabel 2.16 Tabel 2.17 Tabel 2.18 Tabel 2.19 Tabel 2.20 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Demografi Kabupaten/Kota WS Cimanuk-Cisanggarung Sebaran Lahan Kritis di lima Kabupaten di WS CimanukCisanggarung Hingga Tahun 2003 Potensi Waduk di WS Cimanuk-Cisanggarung Nama Daerah Irigasi utama dan luasnya di DAS Cimanuk, 2007 Luas tambak di WS Cimanuk Cisanggarung Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota menurut Lokasi Desa dan Kota (jiwa) Kinerja Kebutuhan untuk RK (rumah tangga dan perkotaan) Kriteria Kebutuhan Air untuk Industri (liter/kapita/hari) Kebutuhan air RKI dalam m3/dt (termasuk utk Bandara Kertajati dan pelabuhan Cirebon Wilayah administrasi yang masuk ke dalam WS CimanukCisanggarung PDRB Provinsi Jawa Barat 2004- 2005 Kontribusi Masing-masing Sektor Ekonomi terhadap Pembentukan PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) Dengan Migas Tahun 2005 (dalam %) Kontribusi Sektor Ekonomi Dominan terhadap PDRB Untuk Masing-masing Kabupaten dan Kota terkait di WS Cimanuk Cisanggarung (%) Perkembangan PDRB dari Tahun 2004-2005, Kabupaten dan Kota terkait di WS. Cimanuk Cisanggarung Perkembangan IPM Beserta Komponennya di Kabupaten/Kota WS Cimanuk Cisanggarung Tahun 2004-2005 Luas Lahan Sawah (Ha) Menurut Penggunaan di Kabupaten/Kota yang terkait dengan WS Cimanuk Cisanggarung Tahun 2005 Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten dan Kota yang terkait dengan WS Cimanuk Cisanggarung Tahun 2005 Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Luas Kawasan Hutan di WS Cimanuk-Cisanggarung (Ha) Permasalahan di WS Cimanuk Cisanggarung Neraca Air Tahun 2007 Pemenuhan kebutuhan air irigasi, Tahun 2007 Pemenuhan kebutuhan air RKI, tahun 2007 v 13 19 20 24 24 27 28 28 29 30 31 32 33 34 37 37 37 39 41 43 48 49 49 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Pemenuhan kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai, tahun 2007 Pemenuhan kebutuhan air tambak, tahun 2007 Neraca Air tahun 2027: dibangun Waduk Jatigede, Cipanas, Kadumalik, dan waduk (existing) Darma, Malahayu. Pemenuhan kebutuhan air irigasi, Tahun 2027: dibangun Waduk Jatigede, Cipanas, Kadumalik, dan waduk (existing) Darma, Malahayu. Pemenuhan kebutuhan air RKI, tahun 2027, dibangun Waduk Jatigede, Cipanas, Kadumalik, dan waduk (existing) Darma, Malahayu. Pemenuhan kebutuhan air tambak, tahun 2027, dibangun Waduk Jatigede, Cipanas, Kadumalik, dan waduk (existing) Darma, Malahayu Pemenuhan kebutuhan air pemeliharaan sungai, 2027, dibangun Waduk Jatigede, Cipanas, Kadumalik, dan waduk (existing) Darma, Malahayu Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 1/ Pertumbuhan Ekonomi Rendah)-Aspek Konservasi Sumber Daya Air Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 1/ Pertumbuhan Ekonomi Rendah)-Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 1/ Pertumbuhan Ekonomi Rendah)-Aspek Pengendalian Daya Rusak Air Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 2/ Pertumbuhan Ekonomi Sedang)-Aspek Konservasi Sumber Daya Air Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 2/ Pertumbuhan Ekonomi Sedang)- Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 2/ Pertumbuhan Ekonomi Sedang)- Aspek Pengendalian Daya Rusak Air Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 3/ Pertumbuhan Ekonomi Sedang)-Aspek Konservasi Sumber Daya Air Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 3/ Pertumbuhan Ekonomi vi 49 50 52 53 53 54 54 69 70 72 73 75 77 78 Tabel 4.9 Sedang)- Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 3/ Pertumbuhan Ekonomi Sedang)- Aspek Pengendalian Daya Rusak Air vii 79 81 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11 Gambar 2.12 Gambar 2.13 Gambar 2.14 Gambar 2.15 Gambar 2.16 Gambar 2.17 Gambar 2.18 Gambar 2.19 Gambar 2.20 Gambar 2.21 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Skema Kedudukan Ws Cimanuk-Cisanggarung Dalam Konstelasi Ruang Nasional Keterkaitan WS Cimanuk Cisanggarung dengan Kawasan Andalan Bregas (Brebes, Tegal, Slawi) dan Kawasan Kerjasama Cibening (Cirebon, Brebes, Kuningan) Jumlah Penduduk Kab/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung (2006) Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung dengan batas wilayah administrasi Kabupaten/Kota Peta Kepadatan Penduduk WS Cimanuk-Cisanggarung, Tahun 2005 Peta Geomorfologi Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung Peta Jenis Tanah Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung Peta Citra landsat TM, WS Cimanuk Cisanggarung, Tahun 2005 Peta Penggunaan Lahan, WS Cimanuk Cisanggarung, Tahun 2006 Peta Geologi Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung Peta Hidrogeologi Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung Peta lokasi Daerah Irigasi di WS Cimanuk Cisanggarung Kebutuhan Air Irigasi (diversion requirement) Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk, WS Cimanuk Cisanggarung Peta Kondisi Sosial WS Cimanuk-Cisanggarung, Tahun 2006 PDRB Kab/Kota WS Cimanuk Cisanggarung Tanpa Migas, Tahun 2004 – 2005 Kontribusi Sektor dalam PDRB Kab/Kota WS Cimanuk Cisanggarung Tahun 2005 Nilai IPM Kabupaten/Kota di WS Cimanuk Cisanggarung Prosentase Penduduk Miskin dan Nilai IKM Kab/Kota di WS Cimanuk Cisanggarung Luas Jenis Pemanfaatan Hutan di WS Cimanuk Cisanggarung Peta Kawasan Hutan di WS Cimanuk Cisanggarung Neraca penyediaan air baku RKI di WS Cimanuk Cisanggarung 2005 - 2030 Neraca Air WS Cimanuk Cisanggarung, 2007, 2027. Skema Penyediaan air di WS Cimanuk Cisanggarung tahun 2007 Skema Penyediaan air di WS Cimanuk Cisanggarung tahun 2027 viii 12 12 14 14 15 15 17 18 18 22 22 25 25 30 31 32 33 35 36 39 40 46 47 50 55 Gambar 3.5 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1994 – 2007 (sumber: Bank Indonesia monthly report, 2007). Gambar 3.6 Pertumbuhan ekonomi nasional, Provinsi Jawa barat dan Jawa Tengah, 2003-2007. Sumber: Jawa Barat dalam Angka, 20042006; Jawa Tengah dalam Angka, 2006-2007 Gambar 3.7 Neraca air WS Cimanuk Cisanggarung Skenario 1 (pertumbuhan ekonomi rendah) Gambar 3.8 Neraca air WS Cimanuk Cisanggarung Skenario 2 (pertumbuhan ekonomi sedang) Gambar 3.9 Neraca air WS Cimanuk Cisanggarung Skenario 3 (pertumbuhan ekonomi tinggi) Gambar 4.1 Peta Tematik Aspek Konservasi Sumber Daya Air (Skenario 3) Gambar 4.2 Peta Tematik Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air (Skenario 3) Gambar 4.3 Peta Tematik Aspek Pengendalian Daya Rusak Air (Skenario 3) ix 56 57 58 59 60 66 67 68 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) merupakan kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi SDA, pendayagunaan SDA, dan pengendalian daya rusak air wilayah sungai dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah, yang merupakan keterpaduan dalam pengelolaan yang diselenggarakan dengan memperhatikan wewenang dan tanggung jawab instansi masing-masing sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Pola pengelolaan Sumber Daya Air disusun secara terkoordinasi diantara instansi terkait, berdasarkan asas kelestarian, asas keseimbangan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi, asas kemanfaatan umum, asas keterpaduan dan keserasian, asas keadilan, asas kemandirian, serta asas transparansi dan akuntabilitas. Penyusunan pola pengelolaan SDA perlu melibatkan seluas-luasnya peran masyarakat dan dunia usaha baik koperasi, BUMN, BUMD maupun badan usaha swasta. Sejalan dengan prinsip demokratis, masyarakat tidak hanya diberi peran dalam penyusunan pola pengelolaan SDA, tetapi berperan pula dalam proses perencanaan, pelaksanaan konstruksi, OP, pemantauan, serta pengawasan atas pengelolaan SDA. Untuk dapat menyusun rancangan Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai perlu diketahui sistem pengelolaan SDA yang sedang berjalan saat ini, mencakup aspek aspek konservasi SDA, pendayagunaan SDA, pengendalian daya rusak air, sistem informasi SDA dan peran serta masyarakat, swasta dan dunia usaha dalam pengelolaan SDA. Disamping inventarisasi sistem pengelolaan SDA saat ini, juga dilakukan inventarisasi permasalahan yang ada dalam pengelolaan SDA di wilayah sungai, yang akan dijadikan acuan dalam penyusunan rencana pengelolaan SDA dimasa yang akan datang. 1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Cimanuk Cisanggarung 1.2.1 Maksud Maksud disusunnya Pola Pengelolaan Sumber Daya Air di WS Cimanuk Cisanggarung adalah untuk membuat kerangka dasar dalam pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung 1 1.2.2 Tujuan Tujuan disusunnya Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung secara umum adalah untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam segala bidang kehidupan, sedangkan tujuan spesifiknya antara lain: a. Memenuhi kepentingan dan kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi (Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah) dan seluruh Kabupaten/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung (Kabupaten Cirebon, Indramayu, Kuningan, Sumedang, Majalengka, Garut, Brebes dan Kota Cirebon). b. Memenuhi kebutuhan sumber daya air bagi semua pemanfaat sumber daya air di WS Cimanuk Cisanggarung c. Mengupayakan sumber daya air (air, sumber air dan daya air) yang terkonservasi, berdaya dan berhasil guna, dimana daya rusak air dapat dikendalikan, dikelola secara menyeluruh, tepadu, dalam satu kesatuan sistem tata air WS Cimanuk Cisanggarung d. Melakukan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dengan selalu memenuhi fungsi lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras serta menjaga keseimbangan antara ekosistem dan daya dukung lingkungan 1.2.3 Sasaran Sasaran dari penyusunan Pola Pengelolaan sumber daya air WS Cimanuk Cisanggarung adalah untuk memberikan a. Memberikan arahan tentang kebijakan dalam pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai dalam aspek konservasi sumber daya air. b. Memberikan . arahan tentang kebijakan pendayagunaan sumber daya air di Wilayah Sungai dengan memperhatikan kebijakan daerah, termasuk arahan dalam penataan ruang wilayah. c. Memberikan arahan tentang kebijakan dalam pengendalian daya rusak air di Wilayah Sungai: d. Memberikan arahan tentang kebijakan dalam pelaksanaan sistem informasi sumber daya air di Wilayah Sungai. e. Memberikan arahan tentang kebijakan dalam peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai. Visi dan Misi Pengelolaan sumber daya air di WS Cimanuk Cisanggarung Sejalan dengan Visi Ditjen SDA, maka Visi Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung diusulkan sebagai berikut: ”Tersedianya infrastruktur sumber daya air yang memadai sebagai sarana pendukung mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan di WS Cimanuk Cisanggarung” 2 Dari rumusan visi diatas terkandung makna bahwa sumber daya air sebagai salah satu unsur utama bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat harus dikelola secara berkelanjutan, sehingga kemanfaatannya tetap terpelihara. Penyediaan prasarana sumber daya air harus dilaksanakan secara memadai sehingga masyarakat dapat terpenuhi kebutuhan airnya baik untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya maupun untuk meningkatkan ekonominya. Misi Pengelolaan Sumber Daya Air WS Cimanuk Cisanggarung diuslkan sebagai berikut: ”Menyelenggarakan pengelolaan sumber daya air di WS Cimanuk Cisanggarung secara optimal untuk meningkatkan kelestarian fungsi dan keberadaan sumber daya air, keberlanjutan pemanfaatan sumber daya air serta meminimalkan dampak daya rusak air.” 1.3 Isu-Isu Strategis Mengingat pengelolaan sumber daya air (SDA) merupakan masalah yang kompleks dan melibatkan semua pihak sebagai pengguna, pemanfaat maupun pengelola, maka pengelolaan SDA di wilayah sungai perlu dilakukan secara terpadu dan dilaksanakan secara holistik, yang melibatkan seluruh stakeholders SDA di wilayah sungai. Pengelolaan sumber daya air di WS Cimanuk Cisanggarung sedikit banyak juga akan dipengaruhi oleh isu-isu strategis yang terjadi, baik isu strategis nasional maupun lokal. 1.3.1 Isu Strategis Nasional 1. Target M illenium Developm ent Goals (M DGs) untuk penyediaan air minum Dalam sasaran MDGs untuk penyediaan air minum untuk tahun 2015 (tingkat nasional) cakupan pelayanan air perpipaan di perkotaan adalah 69% sedang di perdesaan 54%. Untuk tingkat pelayanan non perpipaan terlindungi targetnya adalah 25% (perkotaan) dan 26% (perdesaan). Target penyediaan air minum tersebut perlu didukung oleh penyediaan air bakunya, yang dapat dialokasikan dari waduk-waduk yang akan dibangun di wilayah sungai. Sebagai gambaran bahwa pembangunan waduk Jatigede yang diharapkan selesai pada tahun 2014 akan memberikan tambahan penyediaan air bersih sebesar 3,5 m3/detik bagi Kabupaten/Kota di Wilayah sungai Cimanuk Cisanggarung yang selama ini belum terlayani secara mantap. 2. Ketahanan Pangan UU no 7 tahun 1996 tentang Pangan mendefinisikan keamanan pangan sebagai kondisi pemenuhan kebutuhan pokok pangan untuk setiap rumah tangga yang dicerminkan oleh ketersediaan pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, aman, merata dan terjangkau. Penyediaan air irigasi dalam kuantitas dan kualitas yang memadai merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang ketahanan pangan tersebut. Saat ini daerah irigasi yang mengandalkan supply air dari S.Cimanuk adalah Daerah Irigasi Rentang dengan luas 90.925 ha dengan intensitas tanam sebesar 179%. Dengan dibangunnya Waduk Jatigede pada Full Supply Level (FSL) 3 +260 m akan menghasilkan manfaat yang paling optimal dan nilai keandalan yang paling tinggi, yaitu dapat mengaliri Daerah Irigasi Rentang seluas 90.925 ha, dengan pola tanam padi-padi-palawija dengan intensitas tanam 276,53%. Kenaikan nilai intensitas tanam ini akan memberikan tambahan produksi padi yang signifikan di Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung sehinga akan menunjang penyediaan pangan (khususnya padi) di pantura Jawa Barat. 3. Perubahan Iklim Global (Clim ate Change) Salah satu fenomena perubahan iklim global adalah peningkatan suhu dan curah hujan tahunan dengan penurunan jumlah hari hujan sehingga musim hujan menjadi lebih singkat dengan peningkatan resiko terjadinya banjir. Dampak selanjutnya terhadap pengelolaan sumber daya air adalah: 1. Berkurangnya hasil panen 2. Penurunan kualitas air permukaan dan air tanah 3. Kerusakan infrastruktur sumber daya air dan pengaman pantai 4. Kegagalan panen akibat kekeringan dan degradasi lahan Salah satu upaya penting untuk mengantisipasi perubahan iklim gobal di WS Cimanuk Cisanggarung antara lain dengan upaya meningkatkan daya dukung DAS kritis dengan Program GNKPA (Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air) di wilayah sungai yang bekerja bersama dengan instansi terkait, khususnya program GNRLK (Gerakan Nasional Rehabilitasi Lahan Kritis) dari Departemen Kehutanan. 4. Ketahanan Energi Potensi energi (tenaga listrik) yang dibangkitkan dari tenaga air di Indonesia diperkirakan sebesar 75,67 GW sedang kapasitas terpasang baru 4.200 MW (5,5%). Pembangunan waduk-waduk di WS Cimanuk Cisanggarung akan memberikan kontribusi terhadap kapasitas terpasang tenaga listrik interkoneksi Jawa-Bali. PLTA Jatigede akan membangkitkan tenaga listrik sebesar 110 MW, Parakan Kondang (existing) 7,5 MW dan apabila dimasa depan dibangun, PLTA Cipasang dan Kadumalik masing-masing akan dapat membangkitkan energi listrik sebesar 115 dan 70 MW. 1.3.2 Isu Strategis Lokal 1. Degradasi Lingkungan Degradasi kualitas lingkungan DAS di WS Cimanuk Cisanggarung ditengarai dengan tingginya prosentasi lahan kritis (di dalam maupun diluar kawasan hutan) sehinga laju erosi lahan dan sedimentasi disungai meningkat, yang selanjutnya akan mempercepat sedimentasi di danau, waduk dan saluran-saluran irigasi. Berdasarkan data Balai Pengelolaan DAS (BPDAS) Cimanuk-Citanduy tahun 2003 tercatat luas lahan kritis di DAS Cimanuk mencapai 178.794 ha yang terdiri dari kawasan hutan 46.129 ha dan diluar kawasan hutan 132.665 ha. Luas lahan kritis terbesar berada di Kabupaten Garut yang telah mencapai 90.045 ha. 4 Di DAS Cimanuk dengan luas 3.584 km2 (358.400 ha) terdapat lahan kritis 110.000 ha, atau sekitar 31% dari luas DAS Cimanuk. Daerah tangkapan air dari rencana waduk Jatigede yang terletak di bagian hulu DAS, berada di wilayah kabupaten Garut dan Sumedang dengan luas 1.460 km2, sampai dengan tahun 2004 mempunyai luas lahan kritis 40.876 ha atau sekitar 28% dari luas daerah tangkapan air waduk. 2. Bencana Banjir dan Kekeringan Erosi lateral dari DAS dan degradasi dasar sungai di WS Cimanuk-Cisanggarung sering menyebabkan terjadinya bencana, baik banjir maupun kekeringan. Bencana kekeringan pada musim kemarau selalu melanda daerah Pantura Cirebon – Indramayu. Di Kabupaten Indramayu terdapat 13 lokasi rawan banjir seluas 8.834 ha yang perlu mendapat perhatian dan penanganan lebih lanjut. Sedang lokasi kritis sungai-sungai di wilayah Indramayu mencapai 30 tempat. Di daerah hilir terutama di musim hujan S. Cimanuk sering meluap dan menggenangi lahan persawahan. 3. Kualitas Air Kualitas air di sumber-sumber air di WS Cimanuk Cisanggarung dapat dikategorikan sebagai buruk karena hal-hal sebagai berikut: a. Hampir semua sungai membawa zat padat terlarut dalam alirannya, dengan kadar yang tinggi, sebagai indikasi adanya erosi lahan di DAS b. Parameter COD dan BOD melebihi baku mutu yang disyaratkan. c. Parameter Phosfat (PO4) dan Chlorida (Cl) melebihi baku mutu yang disyaratkan, kemungkinan dari limbah pertanian dan perkebunan d. Hampir seluruh aliran sungai tercemar sulfat (SO4), sulfida (H2S), besi (Fe), mangaan (Mn) dan seng (Zn) secara berlebihan 4. Degradasi Dasar Sungai Degradasi dasar sungai Cimanuk dan sungai-sungai lainnya di WS Cimanuk Cisanggarung akibat dari kegiatan galian golongan C yang tidak terkendali sudah sangat memprihatinkan, sehingga perlu segera diatasi, mengingat bahaya yang mengancam keberlanjutan fungsi sarana dan prasarana SDA telah tampak pada saat ini. 5. Pemanfaatan Ruang yang kurang tepat di Bantaran dan Sempadan Sungai Sempada sungai menurut RTRW adalah kawasan lindung sehingga tidak diijinkan untuk dimanfaatkan sebagai hunian tetap. Hunian liar banyak dijumpai di sepanjang bantaran Sungai Cimanuk, sehingga perlu penataan bagi para penghuni bantaran. 6. Intrusi Air Laut Intrusi air laut terjadi di sepanjang muara sungai sungai di pantura di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Pembangunan bending karet yang selama ini dilaksanakan di 5 beberapa tempat di pantura perlu dilanjutkan untuk mencegah terjadinya intrusi air laut ini. 7. Abrasi pantai Abrasi pantai menyebabkan kerusakan pelindung pantai (antara lain hutan bakau), terutama di Pantai utara Kabupaten Indramayu. 8. Kawasan Hutan Luas kawasan hutan di Jawa Barat adalah seluas 791.519,33 ha atau sekitar 22,26% dari luas daratan Jawa Barat, terdiri dari hutan produksi 295.634,08 ha, hutan produksi terbatas 176.669,61 ha, hutan lindung 203.105,71 ha, dan kawasan konservasi seluas 116.109,93 ha. Secara ideal, luas kawasan hutan tersebut belum memenuhi luas minimum sebesar 30% dari luas daratan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 dan UU No 26/2007 tentang Penataan Ruang. Kawasan hutan di WS Cimanuk Cisanggarung pada umumnya merupakan hutan rakyat, dimana hutan tersebut dikelola oleh masyarakat setempat. Hutan tersebut berlokasi di sekitar Waduk Darma di Kabupaten Kuningan, Waduk Situpatok dan Waduk Sedong di Kabupaten Cirebon, Waduk Cipancuh dan Waduk Situ Bolang di Kabupaten Indramayu. Luas kawasan hutan di 5 Kabupaten di WS Cimanuk Cisanggarung sebesar 260.054 ha (lihat Tabel 20) atau 28,34% dari luas wilayah 5 Kabupaten (9492,9 km2). Angka ini menunjukkan nilai yang hampir mendekati persayaratan luas hutan di suatu wilayah (30%). 6 BAB II KONDISI WILAYAH SUNGAI CIMANUK CISANGGARUNG 2.1 Peraturan Perundangan dan Peraturan Pemerintah yang Terkait Peraturan Perundang-undangan(UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai, khususnya di WS Cimanuk Cisanggarung antara lain adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Dasar 1945 2. Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 3. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah 4. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 5. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 6. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 7. Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 8. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 9. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup 10. Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati. 11. Undang-Undang Pertambangan. No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok 12. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air 13. Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 14. Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2006 tentang Irigasi. 15. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. 16. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air & Pengendalian Pencemaran Air. 17. Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1991 tentang Sungai. 18. Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1986 tentang Perlindungan Hutan. 19. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 1982 tentang Rawa. 7 20. Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 1981 tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi dan Pemeliharaan Prasarana Pengairan. 21. Keputusan Presiden No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. 22. Peraturan Menteri PU No.11A Tahun 2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai. 23. Peraturan Menteri PU No.67/PRT/1993 tentang Panitia Tata Pengaturan Air Provinsi Daerah Tingkat I. 24. Peraturan Menteri PU No.63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. 25. Peraturan Menteri PU No.49/PRT/1990 tentang Tata Cara dan Persyaratan Izin Pengggunaan Air dan atau Sumber Air. 26. Keputusan Menteri PU No.502/KPTS/M/2007 tentang Penetapan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung. 27. Keputusan Menteri PU No.458/KPTS/1986 tentang Ketentuan Pengamanan Sungai Dalam Hubungan Dengan Penambangan Bahan Galian Golongan C. 2.2 Kebijakan Pemerintah Terkait dengan Pengelolaan SDA di WS Cimanuk Cisanggarung Mengingat pengelolaan sumber daya air (SDA) merupakan masalah yang kompleks dan melibatkan semua pihak sebagai pengguna, pemanfaat maupun pengelola, maka pengelolaan SDA di wilayah sungai perlu dilakukan secara terpadu (integrated water resources management (IWRM) dan dilaksanakan secara holistik, yang melibatkan seluruh stakeholders SDA di wilayah sungai. 2.2.1 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air Kebijakan pengelolaan sumber daya air di WS Cimanuk Cisanggarung akan dipandu oleh kebijakan nasional sumber daya air dan kebijakan Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah dalam pengelolaan sumber daya air. Sesuai dengan amanat Undang-Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, pengelolaan sumber daya air mencakup kepentingan lintas sektor dan lintas wilayah yang memerlukan keterpaduan tindak untuk menjaga kelangsungan fungsi dan manfaat air dan sumber air. Hal tersebut dilakukan melalui koordinasi dengan mengintegrasikan kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan para pemilik kepentingan dalam bidang sumber daya air. Koordinasi dalam pengelolaan sumber daya air dilakukan oleh suatu wadah koordinasi yang bernama Dewan Sumber Daya Air atau dengan nama lain. 2.2.2 Kebijakan Provinsi Jawa Barat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Berdasarkan hasil kajian penyusunan RTRW Provinsi Jawa Barat tahun 2003 dimana kurun waktu pembangunan hingga tahun 2010 menunjukkan adanya penurunan kualitas dan kuantitas pada beberapa aspek lingkungan. Kondisi DAS sebagian besar sudah berada dalam kondisi yang kritis, terutama dari aspek ketersediaan air, dimana rata-rata rasio kebutuhan air dengan ketersediaan aliran mantap adalaha 85,99%. Sementara itu, tingkat erosi pada setiap DAS rata-rata sudah berkisar antara 100 – 300 ton/ha/tahun. Untuk 8 mengembalikan fungsi hidrologis serta menjaga kestabilan tanah dan erosi, pemanfaatan ruang dimasa datang lebih diorientasikan pada kemampuan daya tampung wilayah sesuai kemampuan daya dukung sumber daya alam yang tersedia melalui kebijakan penetapan kawasan lindung sebesar 45% dari luas provinsi Jawa Barat, dimana yang 19% diantaranya berfungsi sebagai kawasan hutan konservasi dan hutan lindung. Pemanfaatan ruang yang berfungsi sebagai kawasan lindung sebesar 45% terdistribusi pada setiap DAS, sedangkan untuk pemanfaatan budidaya yang berupa lahan sawah terutama berlokasi di wilayah utara dan tengah. Berkaitan dengan penetapan pemanfaatan ruang tersebut, dikaji kemampuan daya dukung dan daya tampung untuk setiap DAS. Berdasarkan kajian tersebut ditetapkan bahwa daya tampung penduduk Jawa Barat pada tahun 2010 sebesar 43,5 juta jiwa (atas dasar ketersediaan air dan lahan). Bila ditinjau berdasarkan daya dukung air, rasio kebutuhan air dengan ketersediaan aliran mantap pada tahun 2010 dengan asumsi kawasan lindung 45% adalah 76,22%. Hal ini menunjukkan kondisi ketersediaan air aliran mantap termasuk kritis. Untuk itu diperlukan pengaturan kembali dalam penetapan fungsi-fungsi kawasan lindung dan budidaya, agar keseimbangan kemampuan sumber daya air dengan kebutuhan yang ada menjadi lebih baik. 2.2.3 Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung di Jawa Tengah Pengelolaan kawasan lindung di Jawa Tengah lebih diarahkan pada peningkatan fungsi lindung pada kawasan-kawasan yang menurut kriteria seharusnya berfungsi lindung, tetapi belum dapat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Berdasarkan fenomena ini maka strategi pengembangan kawasan lindung dapat dikelompokkan kepada tiga strategi dasar, yaitu pemeliharaan, pemulihan, dan pengkayaan. Kawasan lindung di Jawa Tengah, baik dalam konteks internal wilayah maupun regional Pulau Jawa-Bali, harus membentuk suatu kesatuan yang mampu memberikan perlindungan tanpa dibatasi oleh batasan-batasan administratif. Hal ini penting karena kegiatan pada suatu wilayah bersifat fungsional sehingga dapat mempengaruhi wilayah lain tanpa sekatsekat batasan administratif. 2.2.4 Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya di Jawa Tengah Strategi pengembangan kawasan budidaya di Jawa Tengah ditekankan pada upaya-upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya, dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, intensifikasi merupakan strategi utama pada kawasan budidaya di Jawa Tengah, di samping pengembangan rehabilitasi dan diversifikasi secara tepat pada daerah-daerah lambat berkembang agar tidak meluas memasuki daerah-daerah yang semestinya berfungsi lindung. Pusat-pusat pertumbuhan pada kawasan budidaya dikembangkan sedemikian rupa sehingga membentuk suatu sistem permukiman atau sistem regional perkotaan yang terintegrasi dengan wilayah lain yang berdekatan, yang nantinya akan secara sistematis saling mendorong pertumbuhan wilayah yang seimbang di Pulau Jawa. 9 2.2.5 Penataan Ruang di WS Cimanuk Cisanggarung 2.2.5.1 Kedudukan WS Ruang Nasional Cimanuk-Cisanggarung Dalam Konstelasi WS Cisanggarung sebagian besar berada pada wilayah Provinsi Jawa Barat dan sebagian kecil wilayah Provinsi Jawa Tengah. Dalam konstelasi ruang nasional, maka posisi WS Cimanuk-Cisanggarung berada pada bagian utara Pulau Jawa yang secara fisik mengalami perkembangan pemanfaatan ruang yang sangat dinamis, jika dibandingkan dengan wilayah selatan Pulau Jawa. Dinamika pemanfaatan ruang yang sangat tinggi di wilayah ini akibat fungsi kesesuaian lahan yang relatif lebih banyak dan adanya infrastruktur wilayah yang lebih lengkap dalam skala pelayanan nasional. Perkembangan fungsi kota dalam struktur perwilayahan nasional, salah satunya berada dalam lingkup WS Cimanuk-Cisanggarung. Salah satu kota yang berada dalam lingkup WS Cimanuk-Cisanggarung memiliki fungsi kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah Kota Cirebon. Kota Cirebon merupakan bagian dari struktur perwilayahan nasional yang melayani kawasan dibawahnya yaitu Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Kawasan Andalan Ciayumajakuning) dengan kegiatan utama agribisnis, jasa, pariwisata, industri, sumberdaya manusia, dan bisnis kelautan. Dalam konstelasi ruang nasional, maka kedudukan kota/kabupaten yang berada dalam lingkup WS Cimanuk-Cisanggarung menjadi sesuatu yang strategis dalam upaya pengelolaan sumber daya air yang ada. Hal ini terkait dengan eksplorasi potensi sumber daya alam di wilayah ini yang pada akhirnya dapat mempengaruhi potensi sumber daya air yang ada. 2.2.5.2 Tata Ruang Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung Salah satu sasaran rencana pengembangan sistem kota-kota di Provinsi Jawa Barat adalah berkembangnya Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Metropolitan Cirebon. PKN Metropolitan Cirebon ini merupakan salah satu upaya menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan baru. Pusat pertumbuhan dengan menjadikan Cirebon sebagai PKN, diharapkan mampu mengembangkan wilayah timur dari Provinsi Jawa Barat. Letak PKN Metropolitan Cirebon cukup strategis terhadap fungsi pelayanan. Saat ini PKN Metropolitan Cirebon berfungsi sebagai outlet Jawa Barat dengan adanya pelabuhan Cirebon yang diharapkan mampu menjadi pusat koleksi dan distribusi bagi wilayah PKN Metropolitan Cirebon dan juga PKW yang berfungsi sebagai pendukung PKN tersebut. PKN Metropolitan Cirebon terutama Kota Cirebon merupakan salah satu wilayah yang maju di wilayah timur Provinsi Jawa Barat. Hal ini dilihat dari tingkat urbanisasi di kota tersebut yang mencapai 100%. Pengembangan PKN Metropolitan Cirebon ini diharapkan mampu menjadi pemicu bagi perkembangan di wilayah sekitarnya dengan potensi pengembangan wilayah di daerah sekitarnya yang relative akomodatif terhadap alih fungsi lahan menjadi perkotaan. Kondisi ini terlihat dari tingkat urbanisasi di Kabupaten Cirebon yang masih sekitar 37,53% dan Kabupaten Kuningan 28,24%. 10 Jika dilihat dari kinerja ekonominya, PKN Metropolitan Cirebon memiliki kinerja yang cukup baik. Kabupaten Cirebon memiliki kinerja pertumbuhan PDRB sebesar 4,83%. PKN Metropolitan Cirebon sebagai pusat jasa berupa koleksi dan distribusi barang juga didukung oleh kinerja perekonomian di Kota Cirebon yang memiliki sektor andalan berupa jasa, industri dan pariwisata. Jika dilihat dari aksesibilitas dari dan ke PKN Metropolitan Cirebon, jalan-jalan yang menghubungkan PKN tersebut dengan PKW lainnya memiliki potensi yang tinggi. Jalan dari arah barat adalah berupa jalan pantura dan jalan dari dan menuju arah selatan adalah jalan yang menghubungkan antara Kota Cirebon dengan Kota Kuningan. Ke arah utara utara PKN Metropolitan Cirebon memiliki potensi yang tinggi dengan adanya pelabuhan. Kinerjanyapun telah menujukkan keterkaitan beberapa wilayah terhadap fungsi pelabuhan pada saat ini, seperti Kabupaten Cirebon dan beberapa wilayah di Provinsi Jawa Tengah. Selain melihat kinerja pada saat ini, penetapan Cirebon sebagai PKN telah didukung pula oleh adanya rencana pengembangan jalan tol dari arah barat yaitu jalan tol Sadang – Palimanan dan jalan tol dari Cileunyi - Palimanan, serta jalur ganda kereta api dari arah Jakarta. Berdasarkan daya dukung lingkungannya, penetapan PKN Metropolitan Cirebon didukung oleh kondisi lahan yang masih relatif aman terhadap perubahan lahan. Alih fungsi lahan menjadi kawasan lindung di 5 (lima) daerah aliran sungai yang merupakan wilayah PKN berada pada level rendah. Selain itu kelima DAS tersebut juga tidak memiliki kerawanan terhadap bahaya erosi. Dengan demikian, pengembangan PKN Metropolitan Cirebon berdasarkan kondisi daya dukung lingkungannya tidak akan menyebabkan kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mengembangkan daerah lain sebagai PKN di Provinsi Jawa Barat. Rencana pengembangan kawasan andalan Cirebon-Indramayu-Majalengka-Kuningan (Ciayumajakuning) dsk diarahkan untuk mengembangkan kawasan menjadi kawasan agribisnis yang didukung sektor industri, perdagangan dan jasa, perikanan laut dan darat, pertanian tanaman pangan, kehutanan, perkebunan dan peternakan dengan meningkatkan fungsi pelabuhan. Tujuan dari pengembangan kawasan andalan Ciayumajakuning adalah untuk meningkatkan produksi pertanian, meningkatkan kemitraan industri kecil, menengah dan besar dan meningkatkan fungsi Pelabuhan Cirebon. Sasaran dari pengembangan kawasan andalan Ciayumajakuning adalah untuk : - Meningkatnya pola dan tata tanam dengan melakukan penyuluhan, pelatihan, teknologi tepat guna dan perbaikan sarana irigasi - Meningkatnya akses pasar dengan membentuk sentra dan terminal produksi serta memeperluas jaringan informasi pasar. - Berkembangnya sarana dan prasarana industri dengan mengembangkan zona dan kawasan industri yang sesuai, penyederhanaan prosedur perijinan dan peningkatan kemitraan dengan swasta. - Meningkatnya kemampuan manajerial dan kualitas produk pengusaha kecil dengan melakukan penyuluhan dan pameran produk pengusaha kecil dan menengah 11 - Terciptanya sarana dan prasarana Pelabuhan Cirebon dengan melakukan pengerukan pelabuhan dan perluasan dermaga serta pengembangan kerjasama investasi dengan pihak ke tiga. - Terciptanya sarana aksesibilitas dan utilitas yang mendukung fungsi pelabuhan dengan meningkatkan jalur kereta api. Kab Indrama PKN Jakarta PKN Cirebon Kab.Sumedan Kab.Cirebo Kab.Brebes Kab.Majalengk PKN Semarang Kab.Kuningan PKN Bandung Kab.Garut Gambar 2.1 Skema Kedudukan Ws Cimanuk-Cisanggarung Dalam KonstelasiRuang Nasional PKL Indramayu PKN Cirebon PKL Brebes PKN Bandung PKL Kuningan Kawasan Kerjasama CIBENING (Cirebon, Brebes, Kuningan) Kawasan Andalan BREGAS (Brebes, Tegal, Slawi) PKW Pekalongan PKN SEmarang PKL Slawi PKW Purwokerto PKN Cilacap Gambar 2.2 Keterkaitan WS Cimanuk Cisanggarung dengan Kawasan Andalan Bregas (Brebes, Tegal, Slawi) dan Kawasan Kerjasama Cibening (Cirebon, Brebes, Kuningan) 12 Sebagian wilayah WS Cimanuk Cisanggarung berasa di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Kabupaten Brebes termasuk dalam kawasan andalan Bregas (Brebes, Tegal, Slawi) dan juga termasuk dalam Kawasan Kerjasama Cibening (PKN Cirebon, PKL Brebes dan PKL Kuningan). 2.3 Inventarisasi Data 2.3.1 Data Umum 2.3.1.1 Demografi WS Cimanuk Cisanggarung Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung adalah Wilayah Sungai lintas provinsi yang berada di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Di Provinsi Jawa Barat meliputi Kabupaten-Kabupaten Cirebon, Indramayu, Kuningan, Majalengka, Sumedang dan Garut sedang di Provinsi Jawa Tengah meliputi Kabupaten Brebes. Penduduk Provinsi Jawa Barat saat ini berjumlah 39.960.869 jiwa (BPS: Jawa Barat dalam Angka, 2006). Jumlah penduduk Kabupaten/Kota yang terkait dengan WS Cimanuk Cisanggarung adalah 11.251.141 jiwa, sedang jumlah penduduk yang masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung 7.827.346 jiwa. Luas seluruh Kabupaten/Kota yang terkait dengan WS Cimanuk Cisanggarung 11.638,58 km2 sedang yang masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung seluas 6.888,35 km2. Dari data tersebut maka terlihat bahwa jumlah penduduk yang masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung adalah 19,59% dari seluruh penduduk Provinsi Jawa Barat. Sedang penduduk di Kabupaten Brebes yang masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung adalah 520.184 jiwa atau sekitar 30,11% dari seluruh penduduk Kabupaten Brebes. Tabel 2.1 Demografi Kabupaten/Kota WS Cimanuk-Cisanggarung No Kabupaten/Kota Terkait dgn WS Cimanuk Cisanggarung Wilayah Kabupaten/Kota Luas (km2) Jml Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2) Masuk WS Cimanuk Cisanggarung Luas Jml Kepadatan (km2) Penduduk (jiwa/km2) (jiwa) PROV. JAWA BARAT 1 Kota Cirebon 37,358 271.795 7.275 37,358 2 Cirebon 990,36 2.029.953 2.049 990,36 3 Indramayu 2.040,11 1.697.986 832 1.149,33 4 Kuningan 1.117,95 1.069.448 956 692,60 5 Majalengka 1.204,24 1.169.337 971 1.204,24 6 Sumedang 1.522,20 1.045.823 687 927,20 7 Garut 3.065,19 2.239.091 730 1.415,09 PROV. JAWA TENGAH 1 Brebes 1661,17 1.727.708 1.040 427,17 Jumlah 11,638.58 11,251,141 967 6.888,35 Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka, 2006, Analisis Konsultan 271.795 2.029.953 1.052.384 735.231 1.169.337 601.335 1.447.127 7.275 2.049 915 1.061 971 648 1.022 520.184 7.827.346 1.102 1.136 13 Berdasarkan batasan Kabupaten yang masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung maka kepadatan penduduk mencapai 1.136 jiwa/km2. Kepadatan tertinggi berada di Kota Cirebon (7.275 jiwa/km2) dan terendah di Kabupaten Sumedang (648 jiwa/km2). BREBES 271,795 CIREBON KUNINGAN INDRAMAYU MAJALENGKA SUMEDANG 0 GARUT 500,000 KOTA CIREBON 1,000,000 735,231 601,335 1,500,000 1,052,384 1,169,337 2,000,000 1,447,127 2,500,000 520,184 2,029,953 Jumlah Penduduk Kab/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung (2006) Gambar 2.3 Jumlah Penduduk Kab/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung (2006) Gambar 2.4 Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung dengan batas wilayah administrasi Kabupaten/Kota 14 Gambar 2.5 Peta Kepadatan Penduduk WS Cimanuk-Cisanggarung, Tahun 2005 Gambar 2.6 Peta Geomorfologi Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung 15 2.3.1.2 DEM (Digital Elevation M odel ) Kondisi Topografi Sungai Cimanuk berhulu di kaki Gunung Papandayan di daerah Kabupaten Garut pada ketinggian +1.200 meter di atas permukaan laut, mengalir ke arah utara sepanjang 180 km dan bermuara di Laut Jawa di daerah Kabupaten Indramayu. Sungai Cisanggarung berhulu di Kabupaten Kuningan mengalir ke arah hilir di Kabupaten Cirebon dan bermuara di Laut Jawa. Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung terdiri dari DAS Cimanuk (luas DAS 3.600 km2), DAS Cisanggarung, DAS Cipanas-Pangkalan serta DAS sungai-sungai kecil yang mengalir ke Laut Jawa sepanjang pantai utara Cirebon – Indramayu. 2.3.1.3 Kondisi Geologi Jenis batuan (litologi) yang menempati Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung terdiri dari endapan aluvium, endapan batuan gunung api (vulkanik), dan endapan batuan sedimen. Struktur geologi berupa sesar (patahan) merupakan struktur yang perlu memperoleh perhatian, terutama pada daerah yang berpotensi menyebabkan bencana. Berdasarkan peta-peta geologi Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung, struktur sesar terdapat pada batuan sedimen batuan gunung api, sedangkan pada endapan aluvium tidak ditemukan. Struktur sesar yang cukup penting dijumpai pada DAS Cisanggarung, berupa sesar naik, dan sesar normal dengan panjang mencapai kurang lebih 20 km, arah umum baratlauttenggara dan timurlaut-baratdaya. Berdasarkan catatan kegempaan yang ditimbulkan oleh sesar-sesar tersebut, sampai saat ini belum pernah terjadi kegempaan sekala besar yang berasal dari sesar-sesar tersebut. Selain struktur sesar, struktur geologi berupa perlipatan (antiklin dan sinklin) juga banyak ditemukan di daerah wilayah sungai, akan tetapi struktur perlipatan ini tidak menimbulkan bencana yang merusak. Di WS Cimanuk Cisanggarung terdapat sesar tektonik melengkung dari SukabumiBaribis-Bumiayu, dalam SNI 03-1726-2002: Seismic Hazard Map of Indonesia) 2.3.1.4 Jenis Tanah i. Jenis Tanah bagian Hulu Lebih kurang dari 32% tanah bagian Hulu adalah Regosol. Jenis tanah yang ada berupa Regosol Abu-abu hingga Regosol Coklat Abu-abu, yang memiliki kedalaman sedang hingga dalam dan bertekstur lempung (Loam) hingga lempung berpasir (Sandy Loam). Jenis tanah lain yang ada berupa Latosol (25%). Andosol merupakan jenis tanah lain yang banyak ditemui, dengan sebaran luasan 17%, berupa tanah coklat dengan kedalaman sangat dalam dan bertekstur lempung. ii. Jenis Tanah bagian Tengah Pada ruas WS bagian Tengah hampir 70% berupa tanah Latosol. Pada daerah sekitar sungai dan tributary, tanah yang ditemui adalah Aluvial dengan kedalaman agak dalam dan tekstur tanah liat berat berwarna keabu-abuan. Pada WS Cimanuk-Cisanggarung bagian Hulu dan Tengah, jenis tanah yang banyak dijumpai adalah Latosol, Regosol, dan Andosol 16 iii. Jenis Tanah bagian Hilir Jenis tanah yang ada di bagian hilir pada umumnya adalah Tanah Gley (78%) dan Alluvial (18%) sedangkan sisanya berupa tanah Mediteran dan Podzolik. Gambar 2.7 Peta Jenis Tanah Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung 2.3.1.5 Penggunaan Lahan Cisanggarung di Kabupaten/Kota WS Cimanuk Penggunaan lahan di DAS Cimanuk sebagian besar merupakan lahan pertanian yang mencakup kawasan seluas 2.736 km2 atau meliputi 66%, yang terdiri dari luas persawahan (41%), perkebunan (8%), dan ladang (17%). Luasan hutan/semak 1.044 km2 atau 29% dari luas DAS. Sisanya 180 km2 atau 5% dari luas WS berupa permukiman, kawasan perdagangan, dan industri. 17 Gambar 2.8 Peta Citra landsat TM, WS Cimanuk Cisanggarung, Tahun 2005 Gambar 2.9 Peta Penggunaan Lahan, WS Cimanuk Cisanggarung, Tahun 2006 2.3.1.6 Lahan Kritis Berdasarkan data Balai Pengelolaan DAS Cimanuk-Cisanggarung tahun 2003 tercatat luas lahan kritis DAS Cimanuk mencapai 178.794 ha yang terdiri dari kawasan hutan 46.129 ha dan diluar kawasan hutan 132.665 ha. Luas lahan kritis terbesar berada di Kabupaten Garut yang telah mencapai 90.000 ha. Secara rinci sebaran lahan kritis di WS Cimanuk-Cisanggarung seperti pada tabel berikut. 18 Tabel 2.2 Sebaran Lahan Kritis di lima Kabupaten di WS Cimanuk-Cisanggarung Hingga Tahun 2003 Kabupaten Kuningan Cirebon Garut Sumedang Majalengka Indramayu Total Dalam Kawasan Hutan (ha) 5.642 400 24.784 7.308 6.654 1.341 46.129 Luar Kawasan Hutan (ha) 11.406 6.042 65.261 18.243 21.945 9.768 132.665 Total (ha) 17.048 6.442 90.045 25.551 28.599 11.109 178.794 Sumber: Balai Pengelolaan DAS Cimanuk Citanduy, 2003 Sedangkan di DAS Cimanuk dengan luas 3.584 km2 (358.400 ha) terdapat lahan kritis 110.000 ha, atau sekitar 31% dari luas DAS Cimanuk. Daerah tangkapan air dari rencana waduk Jatigede yang terletak di bagian hulu DAS, berada di wilayah kabupaten Garut dan Sumedang dengan luas 1.460 km2 (146.000 ha) sampai dengan tahun 2004 mempunyai luas lahan kritis 40.876 ha atau sekitar 28% dari luas daerah tangkapan air waduk. 2.3.1.7 Laporan Hasil Studi Studi-studi yang terkait dengan perencanaan sumber daya air di WS Cimanuk Cisanggarung, antara lain: a. Master Plan of Water Resources Development, SMEC and associates, 1979 b. Master Plan of Cisanggarung River Basin Development Project, SMEC and associates, 1984 c. Flood Control Feasibility Studies, North Coast of Java Water Resources Development and Flood Control Study, SMEC and associates, 1994 d. Jatigede Multipurpose Reservoir Project, Project Implementation Preparation Review Study, Colenco PE and associates, 2000. Sebagai hasil dari studi-studi tersebut antara lain telah ditindak lanjuti dengan dimulainya pembangunan Waduk Jatigede di S. Cimanuk. 2.3.2 Data Sumber Daya Air 2.3.2.1 Meteorologi dan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS Cimanuk mempunyai curah hujan rata-rata 2.800 mm, DAS Cisanggarung mempunyai curah hujan rata-rata 2.700 mm, DAS Pantura Ciayu mempunyai curah hujan 1.500 mm dan DAS Cipanas Pangkalan 1.700 mm. 2.3.2.2 Kondisi Air Permukaan Potensi sumber daya air yang tersedia di WS Cimanuk-Cisanggarung kurang lebih 10,24 milyar m3/tahun dan air tanah 0,9 milyar m3/tahun. Dilihat dari kuantitas sumber daya air 19 tersebut cukup besar namun dilihat dari distribusi waktu (musim) dan lokasi, penyebarannya sangat tidak menguntungkan. Tabel 2.3 Potensi Waduk di WS Cimanuk-Cisanggarung NO Nama Waduk DAS Cimanuk 1 Situbener 2 Cikajang 3 Garut 4 Cibatu 5 Balekambang 6 Cipasang 7 Jatigede 8 Kadumalik 9 Pasir Kuda 10 Jelagong 11 Ujungjaya 12 Cipanas 13 Cipelas Jumlah DAS Cisanggarung 1 Seuseupan 2 Cihirup 3 Masigit 4 Maneungteung 5 Gunung Karung 6 Ciniru 7 Cimulya 8 Ciwaru 9 Cihowe 10 Peucang 11 Dukuh Badag 12 Cileuweung Jumlah Irigasi (ha) Manfaat Listrik (GWh/th) 15 0,3 0,1 0,5 144 710 979,5 435 20 20 71 63 175 2.633,40 720 8.700 19.000 90.000 12.900 1.200 4.900 4.600 11.900 153.920 2,6 4,7 30 75 740 690 194 86 22,7 1.845 600 8.600 32 2,7 12 51 57 50 35 69 1,3 86 78 20 494 4.100 340 3.000 2.400 2.700 2.370 1.660 10.170 600 3.870 3.510 900 35.620 3,4 0,2 1,6 11,7 17,2 6,9 5,4 10,7 0,1 8,3 1,7 67,20 200 200 200 250 300 300 1.450 Volume 3 (juta m ) Air Baku (liter/dt) 500 2.500 3.500 1.500 Sumber : Rencana Induk DAS Cimanuk Tahun 1979 dan Rencana Induk DAS Cisanggarung Tahun 1984 Potensi air (alami) di WS Cimanuk Cisanggarung adalah sebesar 10.242 juta m3/tahun atau 342, 79 m3/detik. 2.3.2.3 Hidrogeologi Dalam kajian hidrogeologi Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung mencakup antara lain: keterdapatan (occurrence), kualitas, dan daerah perlindungan air tanah, sehingga pada waktu merencanakan pengelolaan wilayah sungai, khususnya untuk air tanah, dapat mempertimbangkan kajian ini sebagai masukan. 2.3.2.4 Air tanah Keberadaan air tanah sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain keadaan batuan, morfologi, curah hujan, dan penggunaan lahan. 20 • Daerah produktivitas air tanah sangat tinggi Daerah ini dicirikan dengan adanya air tanah produktivitas sangat tinggi, debit sumur dapat mencapai lebih 10 liter/detik, misalnya di Dataran Garut bagian tengah. Pada daerah ini batuan yang bertindak sebagai lapisan pembawa air adalah endapan aluvium undak sungai dan batuan gunung api muda. • Daerah produktivitas air tanah tinggi Daerah ini dicirikan dengan adanya air tanah dengan produktivitas cukup tinggi, debit sumur antara 5 sampai 10 l/dtk, misalnya di Dataran Garut, dataran pantai Sungai Cisanggarung bagian hilir (sekitar Losari), dan dataran pantai Sungai Cimanuk bagian hillir (sekitar Jatibarang). Lapisan akuifer berupa batuan gunung api muda dan lapisan pasir dari endapan aluvium. • Daerah produktivitas air tanah sedang Daerah produktivitas air tanah sedang menempati daerah pantai utara Pulau Jawa, antara lain sekitar muara Sungai Cisanggarung dan dataran Sungai Cimanuk antara Jatibarang sampai Jatiwangi, debit sumur antara 1 sampai 5 l/dtk. Lapisan akuifer utama umumnya bersifat pasiran dari endapan aluvium atau dari batuan sedimen kurang padu di bagian utara wilayah sungai. Di bagian selatan wilayah sungai, lapisan pembawa air berupa batuan gunung api muda yang dapat memunculkan mata air dengan debit besar. • Daerah produktivitas air tanah rendah Pada daerah ini debit air tanah melalui sumur kurang dari 1 l/dtk, akan tetapi pada tempat dengan keadaan hidrogeologi tertentu, misalnya daerah tekuk lereng, dapat ditemukan mata air dengan besar debit bervariasi. Daerah produktivitas air tanah rendah untuk DAS Cimanuk hampir secara keseluruhan terdapat pada batuan gunung api muda, terutama di bagian hulu. Sedangkan untuk DAS Cisanggarung sebagian besar berada pada batuan sedimen. Air tanah dengan jumlah terbatas dan bersifat musiman berupa air tanah bebas dapat diperoleh, yaitu pada zona pelapukan yang cukup tebal. • Daerah air tanah langka Daerah ini karena faktor batuan dan morfologinya sangat kecil kemungkinan ditemukan air tanah. Daerah air tanah langka ini dapat ditemukan terutama pada sekitar puncak gunung atau bukit yang ada di kedua daerah aliran sungai. 2.3.2.5 Kualitas air tanah Kualitas air tanah Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung dipengaruhi oleh lingkungan sekitar air tanah tersebut terbentuk. Untuk wilayah sungai bagian selatan kulitas air tanah baik, karena air tanahnya terbentuk pada lingkungan batuan gunung api yang umumnya menghasilkan air tanah kualitas baik. Kualitas air tanah untuk bagian utara wilayah sungai umumnya dicirikan oleh tingginya kandungan klorida (payau sampai asin), terutama di daerah pantai. Peta Hidrogeologi Indonesia Lembar Cirebon dan Lembar Pekalongan menggambarkan penyebaran daerah air tanah asin terutama di sekitar muara Sungai Cimanuk sampai pantai Cirebon, sedangkan untuk aliran Sungai Cisanggarung ada di sekitar muara sungai. 21 Gambar 2.10 Peta Geologi Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung Gambar 2.11 Peta Hidrogeologi Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung 2.3.2.6 Neraca Sumber Daya Air Ketersedian air di WS Cimanuk Cisanggarung adalah 10,24 milyar m3 atau 324,79 m3/dtk. Ketersediaan air tersebut yang akan digunakan untuk berbagai kebutuhan. Antara lain 22 kebutuhan air irigasi (36,46%). Air untuk kebutuhan rumah tangga, perkotaan dan industri (RKI, 1,37%) dan kebutuhan air tambak (4,09%). Dari ketersediaan air tersebut masih 51,37% yang belum dimanfaatkan. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan perekonomian masyarakat, maka kebutuhan air untuk berbagai sektor juga akan terus meningkat. 2.3.3 Data Kebutuhan Air Neraca air dimaksudkan sebagai keseimbangan antara ketersediaan air (yang merupakan produk dari karakter DAS dan karakter iklim di suatu DAS) dengan berbagai macam kebutuhan (air yang dibutuhkan untuk pertanian, tambak dan kolam ikan, peternakan, domestik, perkotaan dan industry (RKI), air untuk pertambangan, untuk menjaga kualitas air di sungai (pemeliharaan sungai), untuk menjaga lingkungan ekosistem lahan basah dsb). Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan perekonomian masyarakat, maka kebutuhan air untuk berbagai sektor juga terus meningkat. Dari keseluruhan kebutuhan air tersebut kebutuhan air untuk irigasi merupakan kebutuhan air terbesar (berkisar antara 70%-90% dari total kebutuhan air). Data Input kebutuhan air untuk berbagai sektor, baik sektor RKI atau DMI (Domestic, Municipal and Industry) maupun irigasi untuk pertanian dapat diuraikan sebagai berikut : 2.3.3.1 Kebutuhan Air Irigasi Pertanian Seperti telah diuraikan diatas, bahwa potensi air yang ada di WS Cimanuk Cisanggarung dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, diantaranya untuk pemenuhan kebutuhan air domestik, perkotaan, industri maupun irigasi. Kebutuhan air irigasi dalam studi ini dihitung dengan memperhitungkan pola tanam, awal tanam dan intensitas tanam yang akan dihitung dengan bantuan paket program RIBASIM Sedangkan besar kebutuhan air irigasi pada pintu pengambilan sangat dipengaruhi oleh efisiensi irigasi, yang dalam studi ini diperkirakan sebesar 85%. Daerah irigasi utama di DAS Cimanuk adalah seperti pada Tabel berikut: 23 Tabel 2.4 Nama Daerah Irigasi utama dan luasnya di DAS Cimanuk, 2007 No Nama Sistem DI 1 Cipanas 2 & Tanguli 2 Cilutung Barat Timur Timur Extension 3 Rentang dan Flood Inlet Gegesik Sindupraja Cipelang&Parit barat Cipelang&Parit utara 4 Kertajaya Ujung Jaya Palasah 5 Cirebon Barat & Majalengka Cirebon Majalengka 6 Cipanas 1&Cipondoh Bolang, Amis, Loyang Sumurwatu Cibelerang Cipondoh Cipanas 1 Total luas (ha) Luas YAD*) Luas saat ini Luas (ha) Sub Total (ha) 3,333 3,333 13,796 3,885 5,911 4,000 Luas (ha) 3,333 Sub Total (ha) 3333 9,796 3,885 5,911 90,924 22,632 31,261 18,049 18,982 90,924 22,632 31,261 18,049 18,982 1,589 1,589 - 7,706 1,589 6,117 21,085 8,085 13,000 8,085 8,085 - 6,192 2,405 300 618 2,869 7,449 2,405 1,257 300 618 2,869 136,919 127,293 *) Luas yang akan datang dengan asumsi + Bdg Karedok Menurut data BPS tahun 2005 luas tambak di WS Cimanuk Cisanggarung adalah sebagai berikut. Tabel 2.5 Luas tambak di WS Cimanuk Cisanggarung No Derah Tambak 1 2 3 4 Kab Cirebon Kota Cirebon Kab Indramayu Kab Brebes Jumlah Luas (ha) 4,095 50 6,242 2,889 13,276 Sumber: BPS, 2006. Penggunaaan Lahan tiap Kabupaten/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung 24 Gambar 2.12 Peta lokasi Daerah Irigasi di WS Cimanuk Cisanggarung Kebutuhan Air Irigasi 1.20 1.00 Debit (m3/s) 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Cimanuk 0.68 0.73 0.65 0.80 0.84 0.95 0.80 0.56 0.34 0.43 0.69 0.75 Cisanggarung 1.00 0.97 0.80 0.59 0.58 0.45 0.42 0.40 0.29 0.35 0.64 0.83 Bulan Gambar 2.13 Kebutuhan Air Irigasi (diversion requirement) Perhitungan kebutuhan air irigasi dengan memperhitungkan pola tanam, awal tanam dan intensitas tanam akan dilakukan dengan bantuan paket program RIBASIM. Awal tanam untuk proyeksi kebutuhan air irigasi ditetapkan berdasarkan awal musim hujan. Proyeksi kebutuhan air irigasi memperhitungkan perubahan luas lahan yang terairi irigasi, dimana akan terus meningkat dikarenakan luas lahan irigasi non-teknis pada masa yang akan datang akan beralih fungsi menjadi lahan sawah irigasi teknis karena semakin bertambah dan meningkatnya layanan jaringan irigasi. 25 Kebutuhan air untuk tambak, digunakan angka hasil penelitian Cisadane-Cimanuk Integrated Water Resources Development (BTA-155, 1992) yaitu sebesar 35 mm/hari. 2.3.3.2 Kebutuhan air untuk keperluan RKI (DMI) Kebutuhan air RKI WS Cimanuk Cisanggarung pada saat ini disuplai dari air PDAM, air tanah, mata air dan sumber air-sumber air yang lain. Tingkat pelayanan PDAM di wilayah studi terbilang masih rendah, dan diharapkan tingkat pelayanan PDAM di wilayah studi dapat terus meningkat seiring dengan bertambahnya bangunan-bangunan prasarana pengairan di wilayah studi baik waduk, embung maupun long storage dan bangunanbangunan penampung air lainnya. Kebutuhan air domestik atau kebutuhan air rumah tangga diproyeksikan berdasarkan jumlah penduduk, sedangkan kebutuhan air perkotaan (municipal) adalah satuan pemakaian air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan fasilitas-fasilitas umum seperti tempat-tempat ibadah, kantor-kantor pemerintah dan fasilitas umum lainnya. Besar kebutuhan air perkotaan (municipal) ini dapat diambil berdasarkan persentase kebutuhan air domestik, dalam hal ini diambil sebesar 20% - 40% dari kebutuhan domestic. 2.3.3.3 Proyeksi Demografi WS Cimanuk Cisanggarung Jumlah penduduk Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung menurut lokasi kota dan desa sebagai berikut: 26 Tabel 2.6 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota menurut Lokasi Desa dan Kota (jiwa) p Kabupaten/Kota 2005 (j 2010 ) 2015 2020 2025 2030 Garut kota desa total 120,831 1,326,296 1,447,127 130,708 1,434,726 1,565,434 141,393 1,552,019 1,693,412 152,951 1,678,902 1,831,853 165,453 1,816,159 1,981,612 178,978 1,964,636 2,143,614 Sumedang kota desa total 152,579 448,756 601,335 168,101 494,984 663,085 185,202 545,973 731,175 204,043 602,215 806,258 224,801 664,250 889,051 247,670 732,676 980,346 Majalengka kota desa total 65,827 1,103,510 1,169,337 65,827 1,148,280 1,214,107 65,827 1,194,765 1,260,592 65,827 1,243,029 1,308,856 65,827 1,293,142 1,358,969 65,827 1,345,173 1,411,000 Kuningan kota desa total 89,214 646,017 735,231 129,432 642,771 772,203 187,782 623,252 811,034 272,435 579,383 851,818 395,251 499,402 894,653 573,433 366,208 939,641 Indramayu kota desa total 101,028 951,356 1,052,384 101,028 956,628 1,057,656 101,028 961,927 1,062,955 101,028 967,253 1,068,281 101,028 972,605 1,073,633 101,028 977,984 1,079,012 Sumber/Kab Cirebon kota desa total 74,193 1,955,760 2,029,953 74,193 2,061,084 2,135,277 74,193 2,171,873 2,246,066 74,193 2,288,410 2,362,603 74,193 2,410,993 2,485,186 74,193 2,539,937 2,614,130 Kota Cirebon kota desa total 271,795 271,795 288,408 288,408 306,037 306,037 324,743 324,743 344,593 344,593 365,656 365,656 Brebes kota desa total 238,584 238,584 241,090 241,090 243,622 243,622 246,180 246,180 248,766 248,766 251,378 251,378 TOTAL kota desa total 875,467 6,670,279 7,545,746 957,698 6,979,562 7,937,260 1,061,462 7,293,431 8,354,893 1,195,220 7,605,372 8,800,592 1,371,146 7,905,317 9,276,463 1,606,786 8,177,991 9,784,777 Sumber : data tahun 2005 : BPS Kab/Kota terkait, 2005 data tahun 2010,s/d 2030 proyeksi penduduk berdasar laju pertumbuhan tahun 1995-2005 Dari tabel nampak bahwa jumlah penduduk dalam WS Cimanuk Cisanggarung pada tahun 2005 adalah 7.545.746 jiwa dan diproyeksikan pada tahun 2030 jumlah penduduk akan meningkat menjadi 9.784.777 jiwa atau meningkat 30%. Kabupaten yang paling kecil peningkatan jumlah penduduknya adalah Kabupaten Indramayu (3%) dan yang terbesar Kabupaten Sumedang (63%). 27 Tabel 2.7 (liter/kapita/hari) Kinerja Kebutuhan untuk RK (rumah tangga dan perkotaan) Kabupaten/Kota Kab. Garut Kab Sumedang Kota Cirebon Kab Indramayu Kab Majalengka Kab Kuningan Kab Cirebon Kab Brebes kota desa kota desa kota desa kota desa kota desa kota desa kota desa kota desa 1995 2005 2010 2015 2020 2025 2030 97 29 97 29 97 167 57 167 57 167 176 72 176 72 176 183 76 183 76 183 186 78 186 78 186 183 78 183 78 183 186.4 78.43 186.4 78.43 186.4 97 29 97 29 97 29 97 29 167 57 167 57 167 57 167 57 176 72 176 72 176 72 176 72 183 76 183 76 183 76 183 76 186 78 186 78 186 78 186 78 183 78 183 78 183 78 183 78 186.4 78.43 186.4 78.43 186.4 78.43 186.4 78.43 29 57 72 76 78 78 78.43 Sumber: Pedoman BWRP, Ditjen SDA, 2004 Di Kabupaten/Kota yang masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung kecuali Kab. Indramayu (kilang minyak) dan Majalengka (pabrik semen) diasumsikan hanya untuk industri kecil dan besarnya kebutuhan air industri sebagai berikut: Tabel 2.8 Kriteria Kebutuhan Air) untuk Industri (liter/kapita/hari) ( p Kabupaten/Kota Kab. Garut Kab Sumedang Kota Cirebon Kab Indramayu Kab Majalengka Kab Kuningan Kab Cirebon Kab Brebes 1995 12 12 12 12 12 12 12 12 2005 26 26 26 26 26 26 26 26 2010 34 34 34 34 34 34 34 34 2015 37 37 37 37 37 37 37 37 2020 38 38 38 38 38 38 38 38 2025 38 38 38 38 38 38 38 39 2030 38 38 38 38 38 38 38 38 Sumber: Pedoman BWRP, Ditjen SDA, 2004 Asumsi faktor kehilangan air yang terjadi (losses factor) adalah sebesar 20%. Tingkat pelayanan PDAM diharapkan akan terus meningkat seiring dengan pembangunan sarana penyediaan dan distribusi air. Untuk Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung, telah dihitung proyeksi kebutuhan air RKI dari tahun 2005 s/d 2030 adalah sebagai berikut. 28 Tabel 2.9 Kebutuhan air RKI dalam m3/dt (termasuk utk Bandara Kertajati dan pelabuhan Cirebon Kabupaten/Kota 2005 2010 2015 2020 2025 2030 Garut kota desa industri Total 0.1611 0.472 0.036 0.670 0.1835 0.643 0.052 0.878 0.2061 0.736 0.060 1.003 0.2277 0.823 0.067 1.118 0.2418 0.885 0.073 1.200 0.2664 0.963 0.079 1.308 Sumedang kota desa industri bandara Total 0.203 0.160 0.046 0.409 0.236 0.222 0.067 0.525 0.270 0.259 0.079 2.500 3.108 0.304 0.295 0.090 2.500 3.189 0.329 0.324 0.099 2.500 3.251 0.369 0.359 0.109 2.500 3.337 Majalengka kota desa industri Total 0.088 0.393 0.020 0.501 0.092 0.514 0.026 0.633 0.096 0.567 0.028 0.691 0.098 0.609 0.029 0.736 0.096 0.630 0.029 0.756 0.098 0.659 0.029 0.786 Kuningan kota desa industri Total 0.119 0.230 0.027 0.376 0.182 0.288 0.052 0.521 0.274 0.296 0.080 0.649 0.406 0.284 0.120 0.810 0.578 0.243 0.174 0.995 0.854 0.180 0.253 1.286 Indramayu kota desa industri Total 0.135 0.339 0.474 0.142 0.428 0.500 1.070 0.147 0.456 1.000 1.604 0.150 0.474 1.000 1.625 0.148 0.474 1.500 2.122 0.150 0.479 1.500 2.130 Kab Cirebon kota desa industri Total 0.099 0.697 0.022 0.818 0.104 0.923 0.030 1.057 0.108 1.030 0.032 1.170 0.110 1.122 0.033 1.265 0.108 1.175 0.033 1.316 0.110 1.245 0.033 1.388 Kota Cirebon kota desa industri pelabuhan Total 0.362 0.082 0.444 0.405 0.115 0.500 1.020 0.446 0.130 0.500 1.076 0.484 0.143 0.500 1.127 0.504 0.152 0.500 1.155 0.544 0.161 0.500 1.206 Brebes kota desa industri Total 0.085 0.085 0.108 0.108 0.116 0.116 0.121 0.121 0.121 0.121 0.123 0.123 TOTAL kota desa industri bandara pelabuhan Total WS 1.168 2.376 0.233 3.777 1.345 3.126 0.842 0.500 5.812 1.547 3.460 1.409 2.500 0.500 9.416 1.780 3.728 1.483 2.500 0.500 9.991 2.004 3.854 2.059 2.500 0.500 10.916 2.392 4.009 2.164 2.500 0.500 11.565 11.078 11.754 Eff. 85% 4.443 6.838 12.843 13.606 Keterangan : hanya yang masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung Kebutuhan air utk kilang minyak dan pabrik semen (Kab.Indramayu) kl. 0.5-1.0 m3/dtk 2.3.4 Data Sosial Ekonomi 2.3.4.1 Batas Administrasi Wilayah Sungai Cimanuk - Cisanggarung Wilayah Sungai (WS) Cimanuk-Cisanggarung secara administrasi terletak di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah sedangkan secara geografis WS Cimanuk-Cisanggarung terletak pada posisi107o10” BT - 109o00” BT dan 6o00” LS – 7o30” LS. Batas WS Cimanuk 29 Cisanggarung adalah sebelah utara Laut jawa, sebelah timur WS Pemali Juana, sebelah barat WS Citarum dan sebelah selatan WS Citanduy, dan WS Ciwulan-Cilaki. Luas wilayah sungai Cimanuk Cisanggarung meliputi 8 (delapan) Kabupaten Kota dimana tidak semua wilayah Kabupaten/Kota tersebut masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung. Tabel 2.10 memperlihatkan luas wilayah dan prosentase yang masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung sedang Gambar 2.14 memperlihatkan wilayah Kabupaten/Kota yang masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung. Tabel 2.10 Wilayah administrasi yang masuk ke dalam WS Cimanuk-Cisanggarung No Kabupaten/Kota Wilayah Kabupaten/Kota Luas Kecamatan Desa (km2) PROV. JAWA BARAT 1 Kota Cirebon 5 37,358 2 Cirebon 990,36 38 3 Indramayu 31 2.040,11 4 Kuningan 1.117,95 32 5 Majalengka 23 1.204,24 6 Sumedang 1.522,20 26 7 Garut 3.065,19 42 PROV. JAWA TENGAH 1 Brebes 1661,17 17 Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka, 2006 WS Cimanuk Cisanggarung Luas Kecamatan Desa % (km2) 22 424 310 376 331 269 419 37,358 990,36 1.149,33 692,60 1.204,24 927,20 1.415,09 5 38 18 18 23 15 22 22 424 203 230 331 161 263 100 100 56,3 61,9 100 60,9 46,2 297 472,17 5 99 28,4 Proporsi Luas Wilayah Kab/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung KOTA CIREBON 1% CIREBON 14% KUNINGAN 10% BREBES 7% GARUT 21% SUMEDANG 13% INDRAMAYU 17% MAJALENGKA 17% Gambar 2.14 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk, WS Cimanuk Cisanggarung 30 Gambar 2.15 Peta Kondisi Sosial WS Cimanuk-Cisanggarung, Tahun 2006 2.3.4.2 Pertumbuhan Ekonomi di WS Cimanuk Cisanggarung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu unsur dari data bidang ekonomi yang mempunyai peran yang sangat penting sebagai barometer keberhasilan pembangunan suatu daerah. Berikut disajikan Perkembangan PDRB serta Kontribusi beberapa sektor ekonomi yang dominan di Kabupaten dan Kota di WS Cimanuk Cisanggarung. 2.3.4.3 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota yang terkait dengan WS Cimanuk Cisanggarung Tabel 2.11 PDRB Provinsi Jawa Barat 2004- 2005 Harga Berlaku Konstan 2000 Dalam juta Rp 2004 2005 Dgn Migas Tanpa Migas Dgn Migas Tanpa Migas 301,012,077.08 287,636,830.72 387,353,142.83 368,802,312.20 233,057,690.94 223,349,891.67 245,798,061.75 236,925,108.21 Sumber: BPS, Prov. Jawa Barat Dalam Angka, 2006 31 5,959,237.14 7,269,010.25 Brebes 13,862,203.78 11,362,697.23 5,943,299.64 7,048,210.76 6,000,000 Sumedang 8,000,000 3,869,951.98 4,573,373.23 10,000,000 4,260,270.62 5,021,598.40 12,000,000 5,750,279.93 6,840,255.94 14,000,000 7,666,256.90 8,938,212.28 16,000,000 7,764,556.74 9,681,119.70 PDRB Kabupaten/Kota WS Cimanuk Cisanggarung, Tanpa Migas, Harga Berlaku, tahun 2004 dan 2005 (dalam juta Rp) 4,000,000 2004 Gambar 2.16 Kuningan Garut Majalengka Cirebon Kota Cirebon - Indramayu 2,000,000 2005 PDRB Kab/Kota WS Cimanuk Cisanggarung Tanpa Migas, Tahun 2004 – 2005 Kalau dilihat kontribusi dari sektor terhadap PDRB maka sektor pertanian masih merupakan sektor terbesar untuk Kabupaten-Kabupaten Garut, Majalengka, Kuningan, Cirebon dan Brebes, seperti pada tabel dan gambar berikut. Tabel 2.12 Kontribusi Masing-masing Sektor Ekonomi terhadap Pembentukan PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) Dengan Migas Tahun 2005 (dalam %) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sektor Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perush Jasa-jasa Garut Sumedang Majalengka 51.00 29.14 36.56 0.12 0.13 4.28 8.17 23.56 15.96 0.45 2.57 0.59 2.25 2.15 4.22 24.99 26.04 19.69 3.68 4.00 5.23 2.28 4.39 3.03 6.67 8.03 9.44 100.00 100 100 Indramayu Kuningan Cirebon Kota Cirebon 13.21 39.58 35.27 0.35 43.88 1.01 0.40 26.77 1.99 10.56 33.82 0.25 0.50 2.73 1.77 0.82 4.84 6.31 3.87 8.99 18.96 20.45 32.50 2.63 11.03 8.26 17.34 0.89 6.28 4.11 4.44 2.55 15.82 11.91 5.91 100 100 100.00 100.00 Brebes 55.54 1.22 10.13 0.86 2 21.23 1.67 3.31 4.04 100,00 Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka, 2006, Analisis Konsultan 32 Tabel 2.13 Kabupaten/Kota 8.54 5.32 4.04 6.17 10.13 1.67 9.11 4 44.68 21.23 23.56 1.22 Industri Perdagangan Pertanian 19.18 55.54 0.13 Prov. Jawa Barat Brebes Sumedang Kuningan Garut Indramayu Majalengka 11.9 13.21 3.09 29.14 39.58 Pertambangan 7.3 26.04 1.01 4.28 51 Gambar 2.17 Cirebon 0.35 0 Kota Cirebon 0% 37.56 35.27 32.5 10% Pengangkutan Jasa 30% 20% Lain-2 18.96 0.12 8.03 24.99 15.82 1.99 11.03 11.62 4.98 6.67 8.17 3.68 7.84 5.23 15.96 43.88 0.4 5.91 40% 9.44 19.69 20.45 50% 8.99 33.82 60% 11.91 70% 2.55 10.56 80% 26.77 17.34 8.26 90% 2.63 13.15 10.08 100% 1.96 Kontribusi Sektor dalam PDRB WS Cimanuk Cisanggarung (Tahun 2005) Kontribusi Sektor dalam PDRB Kab/Kota WS Cimanuk Cisanggarung Tahun 2005 Kontribusi Sektor Ekonomi Dominan terhadap PDRB Untuk Masing-masing Kabupaten dan Kota terkait di WS Cimanuk Cisanggarung (%) Pertanian Pertambangan/ Penggln Kota Cirebon Kab. Cirebon Kab. Indramayu Kab. Majalengka Kab. Garut Kab. Kuningan Kab. Sumedang Kab. Brebes 0,35 35,27 13,21 36,56 51,00 39,58 29,14 55,54 0,40 43,88 4,28 0,12 1,01 0,13 1,22 Perdagangan/ hotel/resto 32,50 20,45 8,99 19,69 24,99 18,96 26,04 21,23 Prov. Jawa Barat 11,90 3,09 19,18 Jasa 5,91 11,91 2,55 9,44 6,67 15,82 8,03 4,04 Industri Pengolahan 33,82 10,56 26,77 15,96 8,17 1,99 23,56 10,13 Pengangkt & Komunikasi 17,34 8,26 2,63 5,23 3,68 11,03 4,00 1,67 7,30 44,68 5,32 Lain-2 10,08 13,15 1,96 7,84 4,98 11,62 9,11 6,17 8,54 Sumber: BPS, PDRB Kab/Kota Provinsi Jawa Barat, 2005 BPS, PDRB Kab. Brebes, 2005 Dari Tabel nampak bahwa sektor pertanian masih merupakan sektor dominan dalam membentuk PDRB di hampir seluruh kabupaten WS Cimanuk Cisanggarung, kecuali untuk Kota Cirebon dan Kabupaten Indramayu. Untuk Kota Cirebon urutan pertama penyumbang PDRB adalah Industri Pengolahan dan untuk Kabupaten Indramayu urutan pertama penyumbang PDRB adalah sektor Pertambangan dan Penggalian. 33 Tabel 2.14 Perkembangan PDRB dari Tahun 2004-2005, Kabupaten dan Kota terkait di WS. Cimanuk Cisanggarung No Tahun 2004 Harga Berlaku Harga Konstan Tahun 2005 Harga Berlaku Harga Konstan Sektor Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas Kota Cirebon Cirebon 5.750.279,93 7.764.556,74 4.628.701,61 5.927.043,65 6.840.255,94 9.681.119,70 4.854.898,02 6.226.828,28 Indramayu Kabupaten / Kota Majalengka Garut 21.554.613,43 7.666.256,90 16.337.387,36 5.566.101,17 4.351.745,12 4.260.270,62 3.262.008,13 3.189.630,87 29.148.029,55 8.938.212,28 16.291.320,21 5.803.691,24 5.130.271,40 5.021.598,40 3.407.675,96 3.332.201,74 Kuningan Sumedang Brebes 11.362.697,23 3.869.951,98 5.943.299,64 5.959.237,14 8.418.445,43 3.060.811,58 4.311.330,91 4.119.445,92 13.862.203,78 4.573.373,23 7.048.210,76 7.269.010,25 8.768.410,50 3.181.496,86 4.506.200,56 4.318.218,91 Sumber: BPS, Bappeda Prov. Jawa Barat,PDRB Kab/Kota di Jawa Barat, 2005, BPS, PDRB Kabupaten Brebes, 2005 Catatan: Harga konstan Tahun 2000 34 2.3.4.4 Nilai Indeks Cisanggarung Pembangunan Manusia (IPM) di WS Cimanuk Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian kualitas pembangunan manusia di suatu wilayah adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Indeks (HDI). Berikut disajikan data IPM untuk Kabupaten dan Kota yang terkait di WS Cimanuk Cisanggarung tahun 2005. Tabel 2.15 Perkembangan IPM Beserta Komponennya di Kabupaten/Kota WS Cimanuk Cisanggarung Tahun 2004-2005 No Kota Cirebon Kab. Cirebon Kab. Indramayu Kab. Majalengka Kab. Sumedang Kab. Garut Kab. Kuningan Kab. Brebes*) Angka Harapan Hidup Nol Th (AHHo) 2004 2005 69,16 69,49 64,47 64,78 64,36 65,03 67,41 67,70 67,87 67,94 63,50 64,10 69,02 69,08 63,3 64,3 Angka Melek Huruf (%) 2004 96,89 88,73 78,76 91,92 98,01 98,00 91,88 83,0 Rata-2 Lama Sekolah 2005 98,85 89,34 80,43 92,33 98,72 98,90 94,12 81,1 2004 9,45 6,45 5,56 6,45 7,75 6,80 6,70 4,80 2005 10,86 6,52 6,01 6,49 7,87 7,10 6,88 5,00 Kemampuan daya Beli 2004 544,83 527,76 556,38 549,85 550,75 626,10 535,80 580,20 2005 569,38 531,05 558,50 552,75 556,78 626,90 537,53 590,60 IPM 2004 71,92 63,97 63,24 68,01 70,65 68,70 68,00 60,20 2005 75,48 64,58 64,48 68,52 71,40 69,50 68,80 61,30 Sumber: IPM Prov. Jawa Barat, 2006, Indonesia Laporan Pembangunan Manusia, 2004 Ket: *)Kab. Brebes Data Th 1999-2002, dr Indonesia Laporan Pembangunan Manusia, 2004 75.48 Nilai IPM Kabupaten/Kota di WS Cimanuk Cisanggarung Tahun 2005 61.3 64.58 71.4 64.48 70 68.52 68.8 75 69.5 80 65 60 Brebes Kota Cirebon Cirebon Indramayu Sumedang Majalengka 50 Kuningan 55 Garut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kab/Kota Gambar 2.18 Nilai IPM Kabupaten/Kota di WS Cimanuk Cisanggarung Untuk semua Kabupaten dan Kota di WS Cimanuk Cisanggarung nilai IPM mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan klasifikasi Status Pembangunan Manusia dari UNDP, maka angka IPM untuk Kota Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut dan Kabupaten Kuningan masuk interval 66 – 80 atau kategori menengah atas. Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Brebes masuk dalam kategori menengah bawah (50 – 66). 35 Nilai IPM tertinggi adalah Kabupaten Sumedang (71,40) dan Kota Cirebon (75,48). Nilai PDRB dibedakan antara dengan migas dan tanpa migas. Nilai PDRB tanpa migas tertinggi adalah Kabupaten Garut Rp 13.862.203,786 juta (nilai IPM 69,50) dan yang terendah adalah Kabupaten Kuningan dengan nilai Rp.4.573.373,23 juta (nilai IPM 68,80). Dari angka diatas tampak ada korelasi positif antara PDRB dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk Kabupaten Garut. Untuk Kabupaten Indramayu dengan nilai PDRB dengan migas Rp 29.148.029,55 juta dan tanpa migas Rp 8.938.212,28 juta, nilai IPM tahun 2005 adalah 64,58 yang lebih rendah dari nilai IPM Kabupaten Kuningan (68,80). Hal ini dapat diartikan sementara bahwa sektor migas yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Indramayu belum memberikan kontribusi yang seimbang terhadap peningkatan kesejahtaeraan manuasia yang berada di kabupaten tersebut. Dari uraian diatas dan berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air (SDA), dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penyediaan air baku untuk irigasi yang handal di Kabupaten Indramayu merupakan prasyarat utama untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Indramayu yang sebagian besar berprofesi sebagai petani sawah maupun tambak dan nelayan. Pembangunan Bendungan Jatigede diharapkan akan memenuhi peningkatan ini. Luas sawah total di Kabupaten Indramayu adalah 109.104 ha dengan luas daerah irigasi teknis seluas 73.600 ha (sebagian besar adalah daerah irigasi Rentang). 2. Di Kabupaten Garut, kontribusi sektor pertanian yang cukup berarti (51%) terhadap nilai PDRB (tertinggi, Rp 13.862.203,786 juta) telah menghasilkan nilai IPM yang masuk dalam kategori menengah atas (nilai 69,50). Seperti diketahui luas sawah total di kabupaten Garut adalah 50.194 ha, dimana luas sawah irigasi teknis hanya 9.538 ha saja. Sumber: BPS, Bappenas, UNDP, 2004. Ekonomi dari Demokrasi: membiayai pembangunan Manusia Indonesia. Laporan Pembangunan Manusia Bappeda Jawa Barat dan BPS 2006. Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun 2006. Gambar 2.19 Prosentase Penduduk Miskin dan Nilai IKM Kab/Kota di WS Cimanuk Cisanggarung 36 2.3.4.5 Kondisi Pertanian Kecuali Kota Cirebon dan Kabupaten Indramayu, maka sektor pertanian masih merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam produk domestik regional bruto Kabupaten/Kota. Sub sektor tanaman pangan yang berupa tanaman padi merupakan komoditas utama yang diusahakan oleh sebagian besar penduduk. Tabel 2.16 No Luas Lahan Sawah (Ha) Menurut Penggunaan di Kabupaten/Kota yang terkait dengan WS Cimanuk Cisanggarung Tahun 2005 Kab/Kota 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kota Cirebon*) Cirebon Indramayu Majalengka*) Sumedang Garut Kuningan Brebes Jumlah Irigasi Setgh teknis Irigasi Seder hana 130 36.073 73.600 17.434 3.160 9.538 9.224 30.997 8.464 11.734 7.880 5.112 8.850 4.702 10.336 2.670 2.976 5.819 11.885 9.048 2.936 5.879 185 1.526 2.519 12.795 6.499 12.422 4.217 - 30 6.318 18.275 6.978 6.804 9.803 8.471 14.349 51 533 - 345 55.051 109.104 50.906 33.511 50.194 29.550 63.471 175.634 61.600 41.213 40.163 71.028 584 392.132 Irigasi Teknis Irigasi Non PU Sementara Tdk Diusahakan Tadah Hujan Jumlah Sumber: BPS, Kab/Kota Dalam Angka, 2005. Ket: *) Data dari BPS, Prov. Jabar Dalam Angka, 2006 Tabel 2.17 Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten dan Kota yang terkait dengan WS Cimanuk Cisanggarung Tahun 2005 Tanaman Pangan/ Kabupaten Padi Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Sat.Produksi (t/ha) 3.371 - Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Sat.Produksi (t/ha) 86.802 834.634 6.16 Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Sat.Produksi (t/ha) 195.254 1.264.685 6.477 Padi Ladang 162 792 4.89 Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Sat.Produksi (t/ha) 94.604 537.977 5.687 2.123 7.453 3.511 Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Sat.Produksi (t/ha) 65.786 388.707 5.91 7.403 19.662 2.66 Ketela Pohon Kota Cirebon 127 262 Kab. Ciirebon 837 468 4.338 5.608 5.18 11.98 Kab. Indramayu 160 345 1.397 1.398 8.732 4.055 Jagung Kab. Majalengka 11.324 3.641 78.563 56.928 6.938 15.635 Kab. Sumedang 11.300 9.689 44.167 139.639 3.91 14.41 Ketela Rambat Kacang Tanah Kedelai Kacang Hijau 123 - 123 - 2 - 22 - 119 1.361 11.44 498 922 1.85 390 403 1.03 3.026 3.183 1.05 10 50 8.732 318 964 8.732 1.804 1.994 11.05 888 1.339 15.08 1.226 20.350 16.599 2.222 2.849 12.82 1.033 1.388 13.44 1.337 1.110 8.3 1.812 22.641 12.5 4.956 6.208 12.5 1.166 1.316 11.3 1.278 1.272 10 37 Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Sat.Produksi (t/ha) 111.799 627.747 5.62 Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Sat.Produksi (t/ha) 63.585 353.618 5.561 Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Sat.Produksi (t/ha) 86,383 528.146 6.11 Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Sat.Produksi (t/ha) 704.213 4.538.885 6,44 Kab. Garut 20.137 45.774 22.490 57.873 259.722 497.366 2.87 5.67 8.281 Kab. Kuningan 3.737 5.989 3.453 10.101 24.179 48.269 2.703 4.037 13.979 Kab. Brebes 1.391 18.029 2.217 5.839 75.037 27.688 4.20 4.16 12.53 WS Cimanuk Cisanggarung 34.953 101.720 2,91 4.824 50.652 10.5 20.485 29.970 14.6 5.418 7.098 13.1 2.121 1.918 9.0 5.643 90.613 16.058 2.920 5.252 19.99 1.123 1.220 10.86 989 941 9.51 362 4.898 13.53 606 1.515 25.0 4.599 8.798 19.1 4.221 15.077 35.7 Sumber: BPS, Kab/Kota Dalam Angka, 2005 Terlihat pada tabel diatas bahwa pada tahun 2005 luas panen padi di seluruh Kabupaten/Kota di WS Cimanuk Cisanggarung mencapai 704.213 ha dengan jumlah produksi sebesar 4.538.885 ton dengan rata-rata produksi 5,93 ton/ha. Luas panen padi terbesar terdapat di Kabupaten Indramayu (195.254 ha) dengan produksi sebesar 1.264.685 Ton 2.3.4.6 Kondisi Hutan Di Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat dengan luas daratan 3.555.502 ha luas memiliki potensi sumber daya hutan seluas 791.519,33 ha atau sekitar 22,26% dari luas daratan Jawa Barat, terdiri dari hutan produksi 295.634,08 ha, hutan produksi terbatas 176.669,61 ha, hutan lindung 203.105,71 ha, dan kawasan konservasi seluas 116.109,93 ha. Secara ideal, luas kawasan hutan tersebut belum memenuhi luas minimum sebesar 30% dari luas daratan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 1999. Dilihat dari aspek pengelolaan, kawasan hutan seluas 675.409,40 ha atau sekitar 85,33% dari luas kawasan hutan Jawa Barat dikelola oleh Perhutani Unit III Jawa Barat yaitu hutan produksi, 472.303,69 ha dan hutan lindung 203.105,71 ha. Sedangkan sisanya berupa kawasan konservasi seluas 116.109,93 ha atau sekitar 14,67% dari luas kawasan hutan Jawa Barat yang terdiri dari kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarisan alam, yang dikelola oleh unit pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Gunung Halimun, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (Jawa Barat I dan Jawa Barat II). Selain kawasan hutan Negara terdapat juga hutan milik / hutan rakyat seluas 166,558,35 ha. 38 Tabel 2.18 Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat No Kawasan Luas (ha) 1 Hutan produksi 295.519,33 2 Hutan produksi terbatas 176.669,61 3 Hutan Lindung 203.105,71 4 Hutan konservasi 116.109,93 Jumlah 791.519,33 Hutan Rakyat 166.558,35 Luas provinsi 3.555.502 % 22,26 Keterangan Minimum 30% Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, 2007 Kondisi sumber daya hutan Jawa Barat secara umum telah dan sedang mengalami proses degradasi fungsi secara serius baik disebabkan oleh penjarahan, perambahan, okupasi maupun kebakaran hutan. Pada kawasan hutan yang saat ini dikelola oleh PT Perhutani Unit III Jawa Barat, tercatat tanah kosong seluas 79.169,35 ha yang terbesar di 13 KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan). Sementara itu pada kawasan hutan konservasi luas hutan yang rusak akibat gangguan keamanan adalah seluas 4.693,25 ha. 2.3.4.7 Kawasan Hutan Di WS Cimanuk-Cisanggarung Kawasan hutan di WS Cimanuk-Cisanggarung pada umumnya sudah mengalami degradasi. Hutan yang ada di wilayah ini pada umumnya merupakan hutan rakyat, dimana hutan tersebut dikelola oleh masyarakat setempat. Kawasan hutan di WS Cimanuk Cisanggarung berlokasi di sekitar Waduk Darma di Kabupaten Kuningan, Waduk Situpatok dan Waduk Sedong di Kabupaten Cirebon, Waduk Cipancuh dan Waduk Situ Bolang di Kabupaten Indramayu. Luas Kawasan Hutan dan prosentase terhadap luas hutan di WS Cimanuk Cisanggarung Total luas hutan = 269.054,68 ha Hutan konservasi 36,891.72 14% Hutan Lindung 146,948.76 54% Hutan produksi 64,660.96 24% Hutan produksi terbatas 20,553.24 8% Hutan produksi Hutan produksi terbatas Hutan Lindung Hutan konservasi Gambar 2.20 Luas Jenis Pemanfaatan Hutan di WS Cimanuk Cisanggarung 39 Gambar 2.21 Peta Kawasan Hutan di WS Cimanuk Cisanggarung 2.4 Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan Identifikasi kondisi lingkungan dan permasalahan ditinjau dalam 5 aspek pengelolaan SDA yaitu konservasi SDA, pendayagunaan SDA, pengendalian daya rusak air, sistem informasi SDA dan pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha. Identifikasi kondisi lingkungan dan permasalahan serta pemecahan masalah yang diusulkan dalam forum PKM akan ditinjau. 2.4.1 Aspek Konservasi Sumber Daya Air Total lahan kritis di WS Cimanuk Cisanggarung mulai kategori potensial kritis sampai sangat kritis pada saat ini mencapai luas kurang lebih 178.794 ha akibat proses erosi dan kerusakan vegetasi. Di WS Cimanuk Cisanggarung, erosi dan sedimentasi merupakan salah satu permasalahan yang mengancam kelestarian fungsi SDA serta keberlangsungan manfaat yang diperoleh dari upaya pengembangan dan pengelolaan SDA yang tetah dilaksanakan. Beberapa isu terkait dengan erosi dan sedimentasi yang terjadi di WS Cimanuk Cisanggarung antara lain: • Kegiatan pertanian di daerah hulu yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi, termasuk kegiatan pembukaan hutan secara ilegal untuk lahan pertanian, telah memicu terjadinya proses erosi dan sedimentasi. 40 Tabel 2.19 Luas Kawasan Hutan di WS Cimanuk-Cisanggarung (Ha) No Kabupaten Hutan Produksi Hutan produksi Tetap Hutan Lindung Cagar Alam 1 Garut 166,10 5.400,42 75.994,13 17.255,24 2 Sumedang 16.924,55 10.115,82 8.801,64 126,60 3 Majalengka 11.057,45 3.853,0 5.509,46 4 Indramayu 32.629,86 5 Kuningan 6 7 Cirebon Brebes 3.883,0 Jumlah 64.660,96 Taman Nasional Suaka Margasatwa 90,0 Hutan Konservasi Taman Berburu 1.575,0 8.624,80 Total Taman Wisata 1.233,88 Taman Hutan Raya 1.280,39 35,81 6.670,0 Jumlah 20.154,12 101.714,77 10.067,60 45.909,61 6.670,0 27.089,91 8.023,55 40.653.41 1.184,0 48.620,0 53.687,0 20.553,24 146.948,78 17.381,84 6.670,0 90,0 10.199,80 2.514,27 35,81 36.891,72 269.054,70 Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, 2007 Luas lahan kritis 178.794 ha dimana didalam kawasan hutan 46.129 ha sedang luas lahan kritis diluar kawasan hutan mencapai 132.665 ha.Luas lahan kritis terbesar di Kab.Garut (90.045 ha) dimana luas lahan kritis didalam kawasan hutan 24.784 ha dan diluar kawasan hutan 65.261 ha 41 • Di banyak lokasi pada ruas sungai sungai di WS Cimanuk Cisanggarung terjadi degradasi dasar sungai, karena ketidakseimbangan. angkutan sedimen; yang disebabkan oleh aktifitas penambangan pasir (galian golongan C). Kondisi ini mengakibatkan. kerusakan-kerusakan pada bangunan perkuatan tebing dan tanggul, pilar jembatan dan lain-lain. Permasalahan dalam konservasi SDA di WS Cimanuk Cisanggarung antara lain adalah: • • • • • • • • • • Terus menurunnya kondisi hutan yang merupakan salah satu sumber daya yang tidak hanya menunjang perekonomian, tetapi juga menjaga daya dukung lingkungan terhadap keseimbangan ekosistem. Kerusakan hutan makin meningkat akibat penebangan liar, kebakaran, perambahan hutan, dan kurangnya tenaga pengawas hutan Lemahnya penegakan hukum terhadap praktik penebangan liar. Belum berkembangnya pemanfaatan hasil hutan non-kayu dan jasa-jasa lingkungan. Kurangnya koordinasi Degradasi dasar sungai akibat penambangan material galian C secara liar Upaya perlindungan sumber-sumber air tidak berjalan optimal karena sebagian lahan dimanfaatkan oleh petani Pemanfaatan ladang tidak sesuai dengan kaidah konservasi tanah, yang menyebabkan erosi lahan di wilayah pegunungan dan mengakibatkan sedimentasi pada waduk dan pada tampungan air lainnya. Banyaknya pelanggaran di sempadan sungai akibat dari rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan Intrusi air laut. 2.4.2 Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air Permasalahan pada pendayagunaan sumber daya air adalah • • • • Tidak tersedianya air, baik secara kualitas maupun kuantitas terutarna pada musim kemarau Debit yang tersedia belum mencukupi Dana pemeliharaan terbatas, sehinga saluran yang ada kurang terpelihara Distribusi kurang teratur 2.4.3 Aspek Pengendalian Daya Rusak Air Di beberapa lokasi pada ruas sungai yang mengalami degradasi dasar sungai telah terjadi longsoran tebing, destabilitasi dan kerusakan bangunan-bangunan seperti pilar jembatan, intake pengambilan air dimana rehabilitasi kerusakan-kerusakan tersebut akan memerlukan biaya yang besar. Permasalahan pada aspek pengendalian daya rusak air adalah: • Terjadinya banjir pada musim hujan di bagian hilir dari S.Cimanuk dan S.Cisanggarung. • Tingkat erosi dan sedimentasi yang sangat tinggi akibat dari penggundulan hutan 42 • Degradasi dasar sungai akibar penggalian material golongan C yang tidak terkendali. • Pencemaran air sungai akibat pembuangan limbah domestic, pertanian dan limbah industri langsung ke badan sungai. • Abrasi pantai di pantura Kabupaten Indramayu • Masyarakat bermukim dan beraktivitas di bantaran sungai • Belum terealisasinya pembangunan bangunan pengendali banjir yang direncanakan. • Sistem peringatan dini banjir belum berfungsi di seluruh wilayah sungai. 2.4.4 Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air Saat ini di WS Cimanuk Cisanggarung terdapat beberapa instansi pengelola SDA yang masing-masing instansi memiliki dan mengelola informasi terkait dengan aktivitasnya dalam pengelolaan SDA. Permasalahan yang dihadapi dalam kaitannya dengan penggunaan informasi SDA antara lain: • • • • Data/informasi SDA masih sulit untuk didapatkan/diakses Data/informasi SDA belum lengkap/belum tersedia Data/informasi SDA yang sama ditangani oleh instansi yang berbeda-beda. Kurangnya sumber daya manusia yang mengelola data dan informasi SDA 2.4.5 Aspek Peran serta Masyarakat dan Sistem Koordinasi dalam Pengelolaan SDA Peran serta masyarakat dalam pengelolaan SDA adalah sebagai berikut: • Dalam pengambilan keputusan dan pada tahap pelaksanaan konstruksi terkait dengan pengelolaan SDA, peran masyarakat masih kurang dilibatkan • Wadah Koordinasi pengelolaan SDA masih perlu konsolidasi Permasalahan dan usulan pemecahannya yang dikumpulkan pada saat PKM adalah sebagai berikut: Tabel 2.20 Permasalahan di WS Cimanuk Cisanggarung No 1. PERMASALAHAN Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) akibat dari Penebangan hutan LOKASI Gunung Ciremai di Kab Kuningan, Cirebon dan Majalengka. Gunung Tampomas di Kab Sumedang. 2. Prosentase luas kawasan hutan lindung kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam belum sesuai dengan RTRW Provinsi Jawa Barat (45%) Seluruh WS CimanukCisanggarung PEMECAHAN PERMASALAHAN - Pembatasan galian C - Konservasi wilayah hulu perlu ditingkatkan - Memperbanyak tampungan air dengan membuat embung/ waduk lagi dengan harapan pada musim hujan dilaksanakan konservasi dengan cara penghijauan disekitar embung. - Penegakan hukum - Mekanisme hubungan antara hulu-hilir di DAS - Upaya penghijauan/ reboisaisasi melibatkan masyarakat - Perlu penanganan yang sama terhadap pengelolaan di tanah mlik / luar kawasan hutan/ aturan dan kebijakan sehingga kawasan lindung 45 % bisa dicapai. - Daerah tangkapan air/resapan agar dijaga kelestariannya - Menyusun rencana tata ruang dengan mengutamakan perhatian ke arah konservasi - Pembatasan arus kayu antar daerah - Memperbaiki kerusakan sumber air - Adanya pengembangan usaha dalam skala ekonomis 43 3. 4. Sulitnya pengaturan daerah sempadan air dan bantaran sungai Pencemaran air - Perlu diterbitkannya Perda ttg sempadan air dan dibuatkan batas sempadan sungai serta pantai Cimanuk dan Cisanggarung Seluruh WS - Mencegah terjadinya pencemaran air sungai terutama dari limbah industri Setiap pabrik agar dihimbau untuk membuat kolam limbah dan dilakukan kajian Amdal terlebih dahulu. Penegakan hukum dengan perda-perda yang ada di wilayah konservasi Perijinan dalam pemanfaatan lahan agar memperhatikan masalah lahan untuk pertanian 5. Tingginya laju konversi lahan irigasi menjadi lahan pemukiman dan industri Seluruh WS - 7 Kurang air baku untuk air minum. Kota Cirebon CipamatuhGarut - 5. Kondisi Lokasi pengambilan air baku Waduk/tampung an air di WS 7. Tingginya erosi lahan Seluruh Kab. Dalam WS - Penanaman pohon jarak yang pohonnya susah dibakar 8. Tingginya kebocoran pada saluran distribusi air (irigasi maupun air minum) DI Leuwigoong (Kab. Garut) dan DI Rentang - OP jaringan irigasi - Rehabilitasi dan upgrading jaringan irigasi 10. Belum berkembangnya perikanan darat dan tambak Kab. Indramayu dan Cirebon - Alokasi untuk kebutuhan air untuk kolam perikanan dan tambak. 5. Tidak ada peringatan dini tentang bahaya banjir Pantura Ciayu - Mengaktifkan kembali flood warning system 6. Pembuangan sampah oleh masyarakat ke badan air Kab/Kota di WS - Perda tentang pembuangan sampah - Mensosialisasikannya bersama GP3A dan IP3A, P3A, NKTI, KTNA Perlu kebijakan dan program penyediaan air baku air minum untuk Kota Cirebon dan pelabuhan sebelum Bendungan Jatigede berfungsi - Perlu adanya OP dan rehabilitasi secara rutin Sumber : Hasil PKM 1, 2007 2.5 Identifikasi Terhadap Potensi yang Bisa Dikembangkan Potensi yang dapat dikembangkan dalam pengelolaan sumber daya air adalah sebagai berikut: 2.5.1 Aspek Konservasi SDA • Pengembangan agro forestry (wana farma) di Gunung Ciremai • Pembangunan waduk-waduk kecil di WS Cimanuk Cisanggarung 2.5.2 Aspek Pendayagunaan SDA • Pengusahaan sumber daya alam dalam ketahanan pangan • Pembangunan waduk-waduk kecil di WS Cimanuk Cisanggarung 2.5.3 Aspek Pengendalian Daya Rusak Air • Penambangan sedimen yang masih dapat dimanfaatkan • Pembangunan waduk pengendali banjir 2.5.4 Aspek Sistem Informasi SDA • Pengembangan sistem nformasi • Pengembangan sumber daya manusia 2.5.5 Aspek Peran Serta Masyarakat dan Koordinasi • Peningkatan kesadaran dan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air 44 BAB III ANALISIS DATA WILAYAH SUNGAI CIMANUK CISANGGARUNG 3.1 Asumsi, Kriteria dan Standar Asumsi dan kriteria dan standar yang digunakan dalam analisis data antara lain yang termuat didalam: • Pedoman Perencanaan Wilayah Sungai, Ditjen Sumber Daya Air, 2004 • Standar Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01 • Kriteria penetapan lahan kritis, oleh BRLKT dan DPKT • Paket Program DSS Ribasim, Delft Hydraulic, Netherland • Kriteria Kelas Mutu Air sesuai dengan PP No.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Peraturan Daerah terkait • Kewenangan pngelolaan daerah irigasi sesuai dengan PP no 20/2006; • Metode, analisis dan perhitungan sesuai dengan SNI 3.2 Hasil Analisis 3.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi di WS Cimanuk Cisanggarung Acuan yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air irigasi berdasarkan Standar Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01 yang diterbitkan oleh BPSDA. Kebutuhan air irigasi adalah sejumlah air irigasi yang diperlukan untuk mencukupi keperluan bercocok tanam pada petak sawah ditambah dengan kehilangan air pada jaringan irigasi. Untuk menghitung kebutuhan air irigasi menurut rencana pola tata tanam, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: • Pola tanam yang direncanakan • Luas areal yang akan ditanami • Kebutuhan air pada petak sawah • Efisiensi irigasi • Awal Tanam Kebutuhan air irigasi dihitung dengan memperhitungkan pola tanam, awal tanam dan intensitas tanam yang akan dihitung dengan bantuan paket program DSS RIBASIM, sedangkan besar kebutuhan air irigasi pada pintu pengambilan sangat dipengaruhi oleh efisiensi irigasi, yang dalam studi ini diperkirakan sebesar 85%. 45 3.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Air RKI di WS Cimanuk Cisanggarung Saat ini (2007) sampai pembangunan Waduk Jatigede selesai (kl. tahun 2014) WS Cimanuk Cisanggarung akan mengalami deficit supply air bersih untuk RKI (dengan asumsi seluruh penduduk mendapat layanan air bersih, baik di kota maupun di desa. (dengan kriteria kebutuhan yang berbeda). Dengan asumsi tersebut maka pada tahun 2015 kebutuhan air untuk RKI, dan Pelabuhan Cirebon akan dapat dipenuhi dengan tambahan supply air baku air bersih dari Waduk Jatigede dan pada tahun 2020 akan ditambah dengan supply dari Waduk Cipanas. Pemenuhan kebutuhan air RKI (PDAM) WS Cimanuk Cisanggarung (pemenuhan MDGs 2015) 16.00 14.00 12.56 11.75 12.56 12.00 11.08 Dari Wdk Kadumalik, 1,5 m3/dt, 10.00 m3/detik 13.61 12.84 8.00 Dari Wd.Jatigede +Cipanas 6,0 m3/dt 6.84 Dari Wd.di Cisanggarung 2,5 m3/dt, 6.00 4.16 4.00 2.00 Sumber mata air existing 2,7 m3/dt + mata air Cisanggarung 1,46 m3/dt 2005 2010 2015 Kebutuhan air DMI 2020 2025 2030 Penyediaan air Gambar 3.1 Neraca penyediaan air baku RKI di WS Cimanuk Cisanggarung 2005 - 2030 3.2.3 Neraca Air pada saat ini (Tahun 2007) Pemanfaatan air di WS Cimanuk-Cisanggarung untuk kondisi saat ini (tahun 2007), adalah untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sebesar 118,41 m3/detik atau setara dengan 36,46 % dari seluruh kebutuhan air. Air baku untuk rumah-tangga, perkotaan dan industri hanya 3 3 memerlukan 4,44 m /detik (1,37 %), air untuk tambak sebesar 13,283 m /dt (4,09%) dan air 3 untuk pemeliharaan sungai sebesar 21,815 m /detik (6,72%) . Sisanya sebesar 166,854 3 m /detik (51,37%) masih mengalir ke laut. Kebutuhan air RKI sebesar 4,44 m3/detik adalah perkiraan nyata dari kondisi saat ini, yang sebagian besar sumber air adalah dari mata air. 46 Pemanfaatan air di WS Cimanuk-Cisanggarung untuk kondisi saat ini (tahun 2027), dengan asumsi Waduk Jatigede dan Waduk Cipanas telah berfungsi, kebutuhan air irigasi memerlukan 118,41 m3/detik atau setara dengan 36,46 %. Air baku untuk rumah-tangga, 3 perkotaan dan industri memerlukan 12,84 m /detik (3,95 %), air untuk tambak sebesar 3 3 13,283 m /dt (4,09%) dan air untuk pemeliharaan sungai sebesar 21,815 m /detik (6,72%) . 3 Sisanya sebesar 158,45 m /detik (48,78%) masih mengalir ke laut. Neraca Air Tahunan WS Cimanuk Cisanggarung (dlm m3/dtk, tahun 2007, 2027) 324.80 350 300 (m3/dtk) 250 166.35 157.95 200 150 100 50 166.85 158.45 118.41 2007 12.84 4.44 13.28 21.82 21.814 2027 0 Gambar 3.2 Neraca Air WS Cimanuk Cisanggarung, 2007, 2027. 47 Tabel 3.1 Neraca Air Tahun 2007 Kebutuhan Air Kebutuhan air iigasi DI Cipeles DI Palasah & Ujungjaya DI Sindupraja DI Gegesik DI Rentang Barat DI Rentang Utara DI Indramayu Flood Inlet DI Cipanas I & Sumurwatu DI Cipanas II DI Cilutung DI Cijurey DI Ciberes DI Jengkelok Atas DI Manenteng DI Kabuyutan Atas DI Kabuyutan Bawah DI Jengkelok Bawah juta m3/th Penggunaan Air m3/dtk Presentase Sub Total(%) 64.919 37.48 654.274 554.514 346.233 460.815 256.537 102.658 73.402 187.983 207.943 203.815 25.249 158.886 30.426 121.555 247.393 2.059 1.188 20.747 17.584 10.979 14.612 8.135 3.255 2.328 5.961 6.594 6.463 0.801 5.038 0.965 3.854 7.845 3734.082 118.408 100 36.46 Kebutuhan air RKI RKI Garut RKI Sumedang RKI Kota Cirebon RKI Indramayu Bandara RKI Majalengka RKI Kuningan RKI Kab Cirebon RKI Brebes Jumlah kebutuhan air RKI 24.867 15.147 16.41 17.672 0 18.619 13.885 30.295 3.156 140.051 0.789 0.48 0.52 0.56 0 0.59 0.44 0.961 0.1 4.44 17.77 10.81 11.71 12.61 13.29 9.91 21.64 2.25 100 1.37 Kebutuhan air tambak Tambak Cisanggarung Tambak Bangkaderes Tambak Ciberes Tambak Cirebon Tambak Indramayu Jumlah kebutuhan air tambak 91.168 64.597 64.597 1.578 196.978 418.918 2.891 2.048 2.048 0.05 6.246 13.283 21.76 15.42 15.42 0.38 47.02 100 4.09 Kebutuhan pemeliharaan sungai Rentang Sumurwatu Jumlah kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai 662.692 25.245 687.937 21.014 0.801 21.815 96.33 3.67 100 6.72 Jumlah kebutuhan air Sisa belum dimanfaatkan Jumlah Potensi ketersediaan air 4980.988 5261.912 10242.9 157.946 166.854 324.8 Jumlah kebutuhan air irigasi 1.74 1.00 17.52 14.85 9.27 12.34 6.87 2.75 1.97 5.03 5.57 5.46 0.68 4.25 0.81 3.25 6.63 48.63 51.37 100.00 48 Tabel 3.2 Pemenuhan kebutuhan air irigasi, Tahun 2007 Yearly average Node Index and name 44 DI Cipeles 61 DI Palasah & Ujungjaya 65 DI Sindupraja 70 DI Gegesik 71 DI Rentang Barat 74 DI Rentang Utara 75 DI Indramayu Flood Inlet 78 DI Cipanas I & Sumurwatu 82 DI Cipanas II 89 DI Cilutung 100 DI Cijurey 104 DI Ciberes 108 DI Jengkelok Atas 118 DI Manenteng 134 DI Kabuyutan Atas 135 DI Kabuyutan Bawah 136 DI Jengkelok Bawah Total Demand (Mcm) 64.919 37.480 654.274 554.514 346.233 460.815 256.537 102.658 73.402 187.983 207.943 203.815 25.249 158.886 30.426 121.555 247.393 Deficit Demand (Mcm) (m3/s) 0.074 2.059 1.188 90.693 20.747 5.432 17.584 74.893 10.979 31.608 14.612 17.655 8.135 12.444 3.255 0.179 2.328 0.326 5.961 87.367 6.594 6.897 6.463 0.801 6.032 5.038 4.846 0.965 41.557 3.854 28.581 7.845 3,734.082 408.584 118.408 Deficit (m3/s) 0.002 2.876 0.172 2.375 1.002 0.560 0.395 0.006 0.010 2.770 0.219 0.191 0.154 1.318 0.906 Success time steps number rate (-) (%) 344 98.90 348 100.00 247 71.00 325 93.40 251 72.10 277 79.60 276 79.30 230 66.10 343 98.60 345 99.10 64 18.40 290 83.30 348 100.00 268 77.00 194 55.70 90 25.90 250 71.80 Success years number rate (-) (%) 25 86.20 29 100.00 4 13.80 18 62.10 4 13.80 5 17.20 5 17.20 0 25 86.20 26 89.70 0 6 20.70 29 100.00 2 6.90 1 3.40 0 3 10.30 Number of successive failure (years) 0 0 3 1 3 3 3 1 0 0 1 3 0 3 2 1 3 12.956 Tabel 3.3 Pemenuhan kebutuhan air RKI, tahun 2007 Yearly average Node Index and name 2 RKI Garut 8 RKI Sumedang 42 RKI Kota Cirebon 51 RKI Indramayu 54 Bandara 59 RKI Majalengka 122 RKI Kuningan 126 RKI Kab Cirebon 127 RKI Brebes Total Demand Deficit Demand Deficit (Mcm) (Mcm) (m3/s) (m3/s) 24.867 0 0.789 0 15.147 0 0.48 0 16.41 0 0.52 0 17.672 0 0.56 0 0 0 0 0 18.619 0 0.59 0 13.885 2.073 0.44 0.066 30.295 0 0.961 0 3.156 0 0.1 0 140.051 2.073 4.44 Success Success Number of successive time steps years failure number rate number rate (-) (%) (-) (%) (years) 348 100 29 100 0 348 100 29 100 0 348 100 29 100 0 348 100 29 100 0 348 100 29 100 0 348 100 29 100 0 234 67.2 1 3.4 2 348 100 29 100 0 348 100 29 100 0 Max.shortage (% of demand) 0 0 0 0 0 0 74.5 0 0 0.066 Tabel 3.4 Pemenuhan kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai, tahun 2007 Success Success Number of successive time steps years failure Demand Deficit Demand Deficit number rate number rate (Mcm) (Mcm) (m3/s) (m3/s) (-) (%) (-) (%) (years) 662.692 212.176 21.014 6.728 225 64.7 1 3.4 2 25.245 9.363 0.801 0.297 213 61.2 0 0 1 Yearly average Node Index and name 144 Rentang 145 Sumurwatu Total 687.937 221.539 21.815 7.025 49 Tabel 3.5 Pemenuhan kebutuhan air tambak, tahun 2007 Number of Success Success Yearly average successive time steps years Node Index and name failure Demand Deficit Demand Deficit number rate number rate (Mcm) (Mcm) (m3/s) (m3/s) (-) (%) (-) (%) (years) 91.168 18.291 2.891 0.58 246 70.7 3 10.3 3 139 Tambak Cisanggarung 64.597 10.846 2.048 0.344 240 69 0 0 1 140 Tambak Bangkaderes 141 Tambak Ciberes 64.597 4.953 2.048 0.157 273 78.4 3 10.3 4 142 Tambak Cirebon 1.578 0 0.05 0 348 100 29 100 0 143 Tambak Indramayu 196.978 7.14 6.246 0.226 297 85.3 8 27.6 3 Total 418.918 41.23 13.283 1.307 Dari tabel diatas diketahui pemenuhan kebutuhan air irigasi hanya terpenuhi dengan cukup di DI Cipeles, Palasah&Ujungjaya, Sindupraja, Gegesik, Cipanas II, Cilutung, dan DI Jengkelok Atas. Kebutuhan air RKI tidak terpenuhi di Kab.Kuningan. Kebutuhan air untuk tambak hanya tambak di Kota Cirebon yang terpenuhi dengan cukup. Kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai tidak terpenuhi. Gambar 3.3 Skema Penyediaan air di WS Cimanuk Cisanggarung tahun 2007 50 3.2.4 Neraca Air pada Waktu Yang Akan Datang (Tahun 2027) Pemanfaatan air di WS Cimanuk-Cisanggarung untuk kondisi tahun 2027, adalah untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sebesar 118,41 m3/detik atau setara dengan 36,46 persen. Air baku untuk rumah-tangga, perkotaan dan industri hanya memerlukan 11,765 m3/detik atau setara dengan 3,62 persen. Kebutuhan air untuk tambak diperkirakan mencapai 13,283 m3/detik atau 4,09%. Sisanya sebesar 159,529 m3/dt (49,12%) masih terbuang ke laut. Dari tabel diketahui bahwa pada tahun 2027 dengan adanya waduk Darma, Malahayu, dan dibangunnya waduk Jatigede, Cipanas, dan Kadumalik, masih akan terjadi défisit di DI. Cipeles dimana keandalannya hanya sebesar 79,3%, Cijurey (0%), Ciberes (20,7%), Manenteng (6,9%), Kabuyutan Atas (3,4%), Kabuyutan Bawah (0%), dan Jengkelok Bawah (10,3%). Hanya ada 10 daerah irigasi yang mencapai probabilitas sukses diatas 80% sebagaimana yang disyaratkan oleh Pedoman Perencanaan Irigasi KP-01 yaitu DI Palasah&Ujungjaya, Sindupraja, Gegesik, Rentang Barat, Rentang Utara, Indramayu Flood Inlet, Cipanas II, Cilutung an Jengkelok Atas. Demikian pula untuk pemenuhan kebutuhan air rumah-tangga, perkotaan dan industri (RKI), pada umumnya terjadi kekurangan air, terutama untuk Kota Cirebon yang hanya mencapai sukses 13,8% Kab. Kuningan (0%) dan Kab. Cirebon (86,2%). Untuk mengatasi deficit tersebut saat ini sedang dibangun Waduk Jatigede dan kemungkinan Waduk Cipanas. Defisit dalam kebutuhan air untuk RKI pada tahun 2027 dengan pembangunan kedua waduk tersebut tidak berubah karena Kab Kuningan dan Kab Cirebon tidak terpengaruh langsung dengan adanya pembangunan kedua waduk tersebut. Dari Tabel dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan dibangunnya waduk Jatigede dan Cipanas maka daerah irigasi yang mengalami deficit hanya tinggal daerah irigasi yang berada di Sub DAS Cisanggarung, yaitu Cijurey, Ciberes, Manenteng, Kabuyutan Atas, Kabuyutan Bawah dan Jengkelok Bawah. Pemenuhan kebutuhan air RKI di Kab Kuningan Kota Cirebon dan Kab. Cirebon tetap mengalami deficit. Kesimpulannya adalah: 1. diperlukan bendungan (waduk) penampung di Sub WS Cisanggarung yaitu antara lain di Cileuweung atau di Cimulya untuk mengatasi kekurangan air untuk daerah irigasi di Sub DAS Cisanggarung. 2. diperlukan tampungan air/waduk/situ untuk memenuhi kebutuhan air RKI untuk Kabupaten Kuningan dan Cirebon. 3.2.5 Upaya Peningkatan Kinerja Sistem Sumber Daya Air Dengan melihat kenyataan bahwa pada saat ini dan sampai dengan tahun 2027 diperkirakan tetap akan terjadi kekurangan air, maka telah dikaji beberapa upaya peningkatan keandalan pasokan debit, dengan pembangunan waduk-waduk, antara lain waduk Jatigede, waduk Cipanas dan waduk Kadumalik. 51 Tabel 3.6 Neraca Air tahun 2027: dibangun Waduk Jatigede, Cipanas, Kadumalik, dan waduk (existing) Darma, Malahayu. Kebutuhan Air Kebutuhan air irigasi DI Cipeles DI Palasah & Ujungjaya DI Sindupraja DI Gegesik DI Rentang Barat DI Rentang Utara DI Indramayu Flood Inlet DI Cipanas I & Sumurwatu DI Cipanas II DI Cilutung DI Cijurey DI Ciberes DI Jengkelok Atas DI Manenteng DI Kabuyutan Atas DI Kabuyutan Bawah DI Jengkelok Bawah juta m3/th Penggunaan Air m3/dtk Presentase Sub Total(%) 64.919 37.48 654.274 554.514 346.233 460.815 256.537 102.658 73.402 187.983 207.943 203.815 25.249 158.886 30.426 121.555 247.393 2.059 1.188 20.747 17.584 10.979 14.612 8.135 3.255 2.328 5.961 6.594 6.463 0.801 5.038 0.965 3.854 7.845 1.74 1.00 17.52 14.85 9.27 12.34 6.87 2.75 1.97 5.03 5.57 5.46 0.68 4.25 0.81 3.25 6.63 3734.082 118.408 100.00 Kebutuhan air RKI RKI Garut RKI Sumedang RKI Kota Cirebon RKI Indramayu Bandara RKI Majalengka RKI Kuningan RKI Kab Cirebon RKI Brebes Jumlah kebutuhan air RKI 41.655 39.446 41.971 60.273 78.892 27.454 29.979 47.02 4.292 370.982 1.321 1.251 1.331 1.911 2.502 0.871 0.951 1.491 0.136 11.765 11.23 10.63 11.31 16.24 21.27 7.40 8.08 12.67 1.16 100 3.62 Kebutuhan air tambak Tambak Cisanggarung Tambak Bangkaderes Tambak Ciberes Tambak Cirebon Tambak Indramayu Jumlah kebutuhan air tambak 91.168 64.597 64.597 1.578 196.978 418.918 2.891 2.048 2.048 0.05 6.246 13.283 21.76 15.42 15.42 0.38 47.02 100 4.09 Kebutuhan pemeliharaan sungai Rentang Sumurwatu Jumlah kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai 662.692 25.245 687.937 21.014 0.801 21.815 96.33 3.67 100 6.72 Jumlah kebutuhan air Sisa belum dimanfaatkan Jumlah Potensi ketersediaan air 5211.919 5030.981 10242.9 165.271 159.529 324.8 Jumlah kebutuhan air irigasi 36.46 50.88 49.12 100.00 52 Hasil simulasi Ribasim untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan air pada tahun 2027 disamping memanfaatkan waduk darma dan waduk Malayahayu, dilakukan pembangunan waduk waduk Jatigede (selesai tahun 2014), Cipanas (2017), dan Kadumalik (2022) Tabel 3.7 Pemenuhan kebutuhan air irigasi, Tahun 2027: dibangun Waduk Jatigede, Cipanas, Kadumalik, dan waduk (existing) Darma, Malahayu. Yearly average Node Index and name 44 DI Cipeles 61 DI Palasah & Ujungjaya 65 DI Sindupraja 70 DI Gegesik 71 DI Rentang Barat 74 DI Rentang Utara 75 DI Indramayu Flood Inlet 78 DI Cipanas I & Sumurwatu 82 DI Cipanas II 89 DI Cilutung 100 DI Cijurey 104 DI Ciberes 108 DI Jengkelok Atas 118 DI Manenteng 134 DI Kabuyutan Atas 135 DI Kabuyutan Bawah 136 DI Jengkelok Bawah Total Demand (Mcm) 64.919 37.48 654.274 554.514 346.233 460.815 256.537 102.658 73.402 187.983 207.943 203.815 25.249 158.886 30.426 121.555 247.393 Deficit (Mcm) 0.604 0 0 0 0 0 0 0.001 0 0 86.601 6.978 0 6.087 4.846 41.557 28.42 Demand (m3/s) 2.059 1.188 20.747 17.584 10.979 14.612 8.135 3.255 2.328 5.961 6.594 6.463 0.801 5.038 0.965 3.854 7.845 Deficit (m3/s) 0.019 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2.746 0.221 0 0.193 0.154 1.318 0.901 3734.082 175.094 118.408 5.552 Success Success time steps years number rate number rate (-) (%) (-) (%) 337 96.8 23 79.3 348 100 29 100 348 100 29 100 348 100 29 100 348 100 29 100 348 100 29 100 348 100 29 100 348 98.9 25 86.2 348 100 29 100 348 100 29 100 70 20.1 0 0 289 83 6 20.7 348 100 29 100 267 76.7 2 6.9 194 55.7 1 3.4 90 25.9 0 0 250 71.8 3 10.3 Number of successive failure (years) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 0 3 2 1 3 Tabel 3.8 Pemenuhan kebutuhan air RKI, tahun 2027, dibangun Waduk Jatigede, Cipanas, Kadumalik, dan waduk (existing) Darma, Malahayu. Yearly average Node Index and name 2 RKI Garut 8 RKI Sumedang 42 RKI Kota Cirebon 51 RKI Indramayu 54 Bandara 59 RKI Majalengka 122 RKI Kuningan 126 RKI Kab Cirebon 127 RKI Brebes Total Demand (Mcm) 41.655 39.446 41.971 60.273 78.892 27.454 29.979 47.02 4.292 370.982 Deficit (Mcm) 0 0.001 1.156 0 0 0 8.593 0.173 0 9.923 Demand Deficit (m3/s) (m3/s) 1.321 0 1.251 0 1.331 0.037 1.911 0 2.502 0 0.871 0 0.951 0.272 1.491 0.005 0.136 0 11.765 Success Success Number of successive time steps years failure number rate number rate (-) (%) (-) (%) (years) 348 100 29 100 0 347 99.7 28 96.6 0 295 84.8 4 13.8 2 348 100 29 100 0 348 100 29 100 0 348 100 29 100 0 181 52 0 0 1 340 97.7 25 86.2 0 348 100 29 100 0 Max.shortage (% of demand) 0 0.7 50.9 0 0 0 92.7 29.7 0 0.314 53 Tabel 3.9 Pemenuhan kebutuhan air tambak, tahun 2027, dibangun Waduk Jatigede, Cipanas, Kadumalik, dan waduk (existing) Darma, Malahayu. Yearly average Node Index and name 139 Tambak Cisanggarung 140 Tambak Bangkaderes 141 Tambak Ciberes 142 Tambak Cirebon 143 Tambak Indramayu Total Demand (Mcm) 91.168 64.597 64.597 1.578 196.978 418.918 Deficit Demand Deficit (Mcm) (m3/s) (m3/s) 18.332 2.891 0.581 18.249 2.048 0.58 5.013 2.048 0.159 0 0.05 0 0 6.246 0 41.594 13.283 Success Number of Success successive time steps years failure number rate number rate (-) (%) (-) (%) (years) 246 70.7 3 10.3 3 224 64.4 0 0 1 273 78.4 3 10.3 4 348 100 29 100 0 348 100 29 100 0 1.32 Tabel 3.10 Pemenuhan kebutuhan air pemeliharaan sungai, 2027, dibangun Waduk Jatigede, Cipanas, Kadumalik, dan waduk (existing) Darma, Malahayu. Success Success Number of successive time steps years failure Deficit Demand Deficit number rate number rate (Mcm) (m3/s) (m3/s) (-) (%) (-) (%) (years) 2.164 21.014 0.169 346 99.4 27 93.1 0 0 0.801 0 348 100 29 100 0 Yearly average Node Index and name 144 Rentang 145 Sumurwatu Total Demand (Mcm) 662.692 25.245 687.937 2.164 21.815 0.169 Pada penyediaan air tahun 2027 terdapat peningkatan penyediaan air baku air minum untuk Kabupaten/Kota di WS Cimanuk Cisanggarung. Untuk penyediaan air irigasi akn meningkatkan intensitas tanam pada daerah irigasi (contoh di sistem Rentang nilai IP yang saat ini 179% akan meningkat menjadi 276% 54 Gambar 3.4 Skema Penyediaan air di WS Cimanuk Cisanggarung tahun 2027 3.3 Skenario Ekonomi, Politik Pengelolaan Sumber Daya Cisanggarung dan Perubahan Iklim Dalam Air Wilayah Sungai Cimanuk Skenario yang digunakan dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di suatu Wilayah Sungai (yang kelak akan diterjemahkan dalam program pembangunan pada masing-masing Kabupaten/Kota yang terkait dengan Wilayah Sungai) didasarkan atas kondisi perekonomian dan finansial Negara untuk membiayai program-program pembangunan tersebut. Programprogram pembangunan yang diusulkan di Wilayah Sungai adalah konsekuensi logis dari: • kondisi fisik (misal kondisi hidroklimatologi, geologi, hidrogeologi, jenis tanah, morfologi wilayah, tataguna lahan saat ini, kawasan hutan, kawasan lindung, kualitas air dsb), • kondisi sosial-ekonomi (misal kependudukan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat kemiskinan penduduk, penguasaan lahan dsb) Tetapi program program di wilayah (sungai) tersebut tidak mungkin dapat dilaksanakan sekaligus, tetapi harus didasarkan atas kriteria tertentu dan prioritas. 55 Program yang mengusulkan kegiatan-kegiatan yang berlebihan adalah tidak realistis sehingga diperlukan penyaringan dan pemilihan berdasarkan prioritas yang sangat mendesak untuk dilaksanakan. Dari premise ini kemudian muncul skenario pertumbuhan ekonomi sebagai dasar dalam penetapan program-program yang akan dilaksanakan . 3.3.1 Skenario Pertumbuhan Ekonomi Sebelum krisis moneter pada tahun 1997/1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar di angka 7% dan sebagai akibat dari krisis ekonomi dan finansial yang melanda Asia membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat hingga -13% pada tahun 1998. (lihat grafik pada Gambar 27). Pertumbuhan ekonomi secara lambat pulih kembali pada kurun waktu 20042007. Bagaimana prospek perekonomian Indonesia tahun 2008? Krisis ekonomi yang dialami Indonesia (dan negara Asia lainnya) pada tahun 1997/1998 adalah akibat dari lemahnya struktur finansial ekonomi mikro (perusahaan, perbankan dan neraca pemerintah). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (dalam %) 10 7 7 7 5 4.9 4.8 4.85 4.9 5 6 6.7 5 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 -5 2000 1999 1998 1997 1996 1995 0 1994 Persen (%) 0 -5 -10 -15 Gambar 3.5 -13 Tahun Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1994 – 2007 (sumber: Bank Indonesia monthly report, 2007). Dalam analisis pertumbuhan ekonomi dikategorikan kedalam skenario pertumbuhan ekonomi rendah, sedang dan tinggi dengan kriteria sebagai berikut: • Skenario 1: pertumbuhan ekonomi rendah apabila pertumbuhan ekonomi < 4,5% • Skenario 2: pertumbuhan ekonomi sedang apabila pertumbuhan ekonomi 4,5% - 6,5% • Skenario 3: pertumbuhan ekonomi tinggi apabila pertumbuhan ekonomi > 6,5% 56 Pertumbuhan ekonomi Nasional, Prov.Jawa Barat dan Jawa Tengah, tahun 2003 - 2007 7 6.7 Pertumbuhan (%) 6.5 6 6.01 6 5.62 5.5 5 6 5.16 5.53 5 5.59 4.9 4.85 4.5 4.6 4.5 4.5 4.3 4 2003 2004 Nasional Gambar 3.6 2005 Jawa Barat 2006 2007 Jawa Tengah Pertumbuhan ekonomi nasional, Provinsi Jawa barat dan Jawa Tengah, 2003-2007. Sumber: Jawa Barat dalam Angka, 2004-2006; Jawa Tengah dalam Angka, 2006-2007 Dari analisis ekonomi tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dimasa depan (dalam 5 tahun kedepan) dapat diasumsikan sebagai pertumbuhan ekonomi yang terus berkembang atau masuk dalam Skenario 3 atau pertumbuhan ekonomi tinggi. Pengembangan Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung dapat diasumsikan akan mengikuti Skenario 3 (petumbuhan ekonomi tinggi). Sebagai contoh untuk pengembangan daerah irigasi dan pendayagunaan sumber daya air di Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung dengan skenario pertumbuhan ekonomi rendah, sedang dan tinggi adalah sebagai berikut: Skenario Pertumbuhan Ekonomi Rendah Mempertahankan fungsi daerah irigasi yang ada Menjaga kawasan lindung dan kawasan resapan air Membangun hanya Waduk Jatigede untuk memenuhi kebutuhan air irigasi, air baku dan pengendalian banjir (waduk multiguna) Skenario Pertumbuhan Ekonomi Sedang Mengembalikan fungsi seluruh potensi daerah irigasi Menjaga kawasan lindung dan kawasan resapan air Membangun Waduk Jatigede dan Waduk Cipanas, dan waduk-waduk di DAS Cisanggarung untuk memenuhi kebutuhan air irigasi, air baku dan pengendalian banjir (waduk multiguna) 57 Skenario Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Membangun jaringan irigasi baru dengan memanfaatkan air Waduk-Waduk baru Menjaga kawasan lindung dan kawasan resapan air Membangun Waduk Jatigede, Waduk Cipanas, Pasirkuda, Cipasang, Kadumalik, Waduk Cimulya dan Waduk Babakan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi, air baku dan pengendalian banjir (waduk multiguna) diseluruh Wilayah Sungai. Waduk Cimulya dan Cileuweung berada di Sub DAS Cisanggarung, Waduk Babakan berada di Kabupaten Brebes. Neraca air dari masing masing skenario ditampilkan pada Gambar-gambar berikut: 324.79 324.79 324.79 324.79 324.79 157.946 160.349 162.04 153.996 165.27 153.996 165.27 153.996 136.592 138.698 2007 2012 2022 2027 320 270 220 170 Wdk Jatigede 120 Kebutuhan air Gambar 3.7 2017 Ketersediaan air Neraca air WS Cimanuk Cisanggarung ekonomi rendah) Potensi air Skenario 1 (pertumbuhan Pada skenario ini hanya akan dibangun Waduk Jatigede, sehingga akan selalu terjadi deficit, terutama untuk Kab. Kuningan dan Cirebon, yang tidak terlayani oleh Waduk Jatigede 58 324.79 324.79 324.79 324.79 324.79 320 m3/dtk 270 220 Wdk Cipanas+ Waduk2 di Sub DAS Cisanggarung Wdk Jatigede 170 157.946 160.349 136.592 138.698 2007 2014 162.04 153.996 165.27 158.014 166.35 164.564 2017 2022 2027 120 Kebutuhan air Gambar 3.8 Ketersediaan air Potensi air Neraca air WS Cimanuk Cisanggarung Skenario 2 (pertumbuhan ekonomi sedang) Pada skenario ini dibangun Waduk Jatigede dan dalam jangka panjang akan dibangun Waduk Cimulya, Cileuweung dan Babakan di DAS Cisanggarung untuk memenuhi kebutuhanan air di Kabupaten Kuningan dan Cirebon yang tidak mendapat supply air dari Waduk Jatigede. 59 350 324.79 324.79 324.79 324.79 324.79 157.946 160.349 163.698 162.04 165.27 163.698 171.668 166.35 136.592 138.698 300 m3/dtk 250 200 150 Wd Kadumalik +waduk2 di Sub DAS Cisanggarung Wd Jatigede+ Cipanas 100 50 2007 Kebutuhan air Gambar 3.9 2012 2017 Ketersediaan air 2022 2027 Potensi air Neraca air WS Cimanuk Cisanggarung Skenario 3 (pertumbuhan ekonomi tinggi) Pada skenario ini disamping Waduk Jatigede, juga akan dibangun Waduk Cipanas, Cipasang, Kadumalik, Pasirkuda dan Waduk-Waduk di sub DAS Cisanggarung dan di Kab. Brebes (Waduk Cimulya, Cileuweung dan Babakan). Perlu di garis bawahi disini bahwa neraca air sebaiknya dibuat untuk tiap-tiap sub DAS, dan dilihat keandalan system setelah dibangunnya bangunan sumber daya air (60issal bendungan). Sebagai ilustrasi, di Sub DAS Cisanggarung akan sulit untuk dapat memenuhi kebutuhan air dari Sub DAS nya sendiri kecuali dipasok dari sub DAS lainnya (misalnya sub DS Cimanuk) atau yang dikenal dengan inter-basin water transfer. 60 3.4 Alternatif Pilihan Strategi Pengelolaan SDA WS Cimanuk Cisanggarung Strategi pengelolaan sumber daya air akan dikelompokkan berdasarkan lingkup konservasi, pendayagunaan, pengendalian daya rusak air, peningkatan peran serta masyarakat dan keterbukaan data dan sumber daya air. Peta alternatif pilihan strategi dapat dilihat pada lampiran Gambar 3.4.1 Strategi Konservasi Sumber Daya Air Strategi konservasi SDA meliputi beberapa kegiatan di WS Cimanuk Cisanggarung dapat diuraikan berupa: 3.4.1.1 Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air Rehabilitasi dan perlindungan hutan Reboisasi kawasan hutan yang rusak Penghijauan di lahari kritis milik masyarakat dan Negara, didalam maupun diluar kawasan hutan Penetapan dan pengelolaan kawasan sempadan sungai, danau, waduk, situ, embung, rawa dan pantai sebagai sabuk hijau terutama yang saat ini digunakan sebagai pemukiman oleh masyarakat. Pemanfaatan lahan sesuai dengan kaidah-kadiah konservasi tanah dan jenis tanah. Pelestarian dan perlindungan sumber air secara menyeluruh sehingga kerusakan ekosistem sumber daya air dapat dicegah Penertiban penambangan galian Golongan C 3.4.1.2 Pengawetan Air a) Peningkatan pemanfaatan air permukaan dengan cara antara lain: i. Pengendalian aliran permukaan untuk memperpanjang waktu air tertahan di atas permukaan tanah dan meningkatkan jumlah air yang masuk ke dalam tanah melalui; pengolahan tanah untuk setiap aktivitas budidaya pertanian, penanaman tanaman menurut garis kontur (contour cultivation), penanaman dalam strip (sistem penanaman berselang seling antara tanaman yang tumbuh rapat (misal rumput atau leguminosa) dan strip tanaman semusim, pembuatan teras yang dapat menyimpan air, misalnya teras bangku konservasi; pembangunan waduk dan embung. ii. Penyadapan air (water harvesting) iii. Meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah dengan cara memperbaiki struktur tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian tanaman penutup tanah (mulsa) atau bahan organik. iv. Pengolahan tanah minimum (minimum tillage) 61 Pengelolaan air tanah, dilakukan antara lain dengan: perbaikan drainase permukaan, drainase dalam, atau kombinasi keduanya yang akan meningkatkan efisiensi penggunaan air oleh tanaman. Peningkatan efisiensi penggunaan air irigasi antara lain dengan: tanam benih langsung (tabela), pengurangan tinggi penggenangan atau pemberian air (sistem SRI), mengurangi kebocoran saluran irigasi clan galengan, pergiliran pemberian air, dan pemberian air secara terputus. Dua aktivitas terakhir ini harus disertai dengan peraturan clan pengawasan yang ketat. 3.4.1.3 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Pengelontoran kali bersih dengan kontrol yang ketat terhadap pembuangan limbah domestik Pengendalian/ pengawasan pembuangan limbah industri Pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk kawasan industri Pelaksanaan audit lingkungan 3.4.2 Strategi Pendayagunaan SDA Strategi pendayagunaan SDA di WS Cimanuk Cisanggarung dilaksanakan dengan 3.4.2.1 Penetapan zona pemanfaatan sumber air • Penetapan zona pemanfaatan sumber air ke dalam peta tata ruang wilayah Kabupaten/ Kota di WS. Cimanuk Cisanggarung • Penetapan zona pemanfaatan sumber air yang sudah direkomendasikan oleh TKPSDA WS Cimanuk Cisanggarung 3.4.2.2 Peruntukan, Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan SDA • Penetapan peruntukan air untuk berbagai kepentingan • Penyediaan air sesuai prioritas yaitu untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari clan pertanian rakyat • Penetapan ijin penggunaan air berkaitan dengan hak guna air • Pengusahaan SDA tanpa mengabaikan fungsi sosial SDA 3.4.2.3 Pengembangan SDA • Pengembangan SDA dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan dan dilengkapi dengan studi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) • Pengembangan terhadap teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk menambah volume sumber air 62 3.4.3 Strategi Pengendalian Daya Rusak Air . Strategi Pengendalian Daya Rusak Air di WS Cimanuk Cisanggarung diarahkan untuk dapat mengupayakan sistem pencegahan bencana akibat daya rusak air clan meningkatkan peran masyarakat dalam pencegahan clan penanggulangan daya rusak air. Dari strategi pokok tersebut, beberapa kegiatan dalam pengendalian daya rusak air di WS. Cimanuk Cisanggarung antara lain: 3.4.3.1 Pencegahan bencana alam • Penetapan zona rawan banjir, kekeringan, erosi, sedimentasi, tanah longsor, amblesan tanah, perubahan sifat dan kandungan kimiawi; biologi dan fisika air, kepunahan flora dan fauna serta wabah penyakit yang diakibatkan oleh daya rusak air (misal banjir) • Pengendalian masyarakat • Peringatan dini dilakukan di lokasi rawan bencana pemanfaatan kawasan rawan bencana dengan melibatkan 3.4.3.2 Penanggulangan bencana alam Pelaksanaan tindakan penanggulangan kerusakan dan atau bencana akibat daya rusak air Penetapan prosedur operasi standart penanggulangan bencana alam Penyampaian berita tentang kejadian bencana alam . 3.4.3.3 Pemulihan daya rusak air Pemulihan daya rusak air merupakan penanganan pasca bencana, baik berupa bencana banjir, bencana kekeringan mau . pun bencana tanah longsor sbb. • Merehabilitasi kerusakan, baik secara struktural maupun non struktural. • Menumbuh kembangkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pemulihan akibat bencana: • Revitalisasai wadah-wadah air pada daerah aliran sungai Pemulihan bencana pasca banjir atau disebut juga rehabilitasi pasca banjir,adalah proses perbaikan keadaan terencana berdasarkan hasil evaluasi kelayakan agar keadaan kembali sama dengan atau lebih baik dari keadaan semula. Kegiatan yang dibutuhkan antara lain: • Pengumpulan data awal. Inventarisasi terdiri dari jenis kerusakan dan karakter banjir. • Penilaian kerusakan. . • Revitalisasi Evaluasi kelayakan terdiri dari kritaria legalitas dan kriteria tingkat resiko banjir Rekonstruksi mengembalikan seperti semula dengan pengembalian total seperti kondisi sebelum banjir atau tidak melakukan perubahan atau desain ulang Konstruksi lebih baik dari semula yaitu peningkatan dilokasi semula, bangunan jenis baru dan pindah ke lokasi baru (relokasi) 63 3.4.4 Strategi Peningkatan Sistem Data dan Informasi bidang SDA Strategi sistem informasi data di WS Cimanuk Cisanggarung dapat diuraikan berupa: • • Menyediakan data dan informasi sumber daya air yang akurat, tepat waktu, berkelanjutan dan muclah Memudahkan pengaksesan data dan informasi oleh masyarakat, swasta dan dunia usaha 3.4.5 Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan SDA Strategi peran serta masyarakat di WS Cimanuk Cisanggarung dapat diuraikan berupa: • Meningkatkan peran masyarakat clan swasta untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sumber daya air • Meningkatkan kinerja lembaga pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air • Meningkatkan koordinasi ditingkat lintas kabupaten/kota dalam pengelolaan sumber daya air 3.5 Kelembagaan Pengelolaan Cisanggarung SDA Wilayah Sungai Cimanuk Wadah koordinasi pada Wilayah Sungai dibentuk sesuai dengan kebutuhan pengelolaan SDA pada WS yang bersangkutan. Wadah Koordinasi di WS Cimanuk Cisanggarung saat ini adalah Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA). Susunan organisasi TKPSDA(S) WS diketuai oleh Bakorwil terkait, ketua harian oleh Balai Besar WS terkait, dan seluruh stakeholders menjadi anggotanya. TK PSDA WS Cimanuk Cisanggarung ini ditetapkan dengan Keputusan Menteri PU No. 502/KPTS/M/2007 pada tanggal 11 Desember 2007. 64 BAB IV KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SDA WILAYAH SUNGAI CIMANUK CISANGGARUNG Kebijakan operasional untuk melaksanakan strategi pengelolaan sumber daya air merupakan Arahan Pokok untuk melaksanakan strategi pengelolaan SDA yang telah ditentukan. . Skenario penentuan kebijakan operasional pengelolaan sumber daya air dipengaruhi oleh kondisi skenario pertumbuhan ekonomi baik rendah, sedang, maupun tinggi, serta faktor kondisi politik nan perubahan iklim. Skenario yang masih perlu ditunggu pengaruhnya terhadap kondisi WS Cimanuk Cisanggarung adalah sebagai berikut. Perubahan iklim masih dikaji diseluruh dunia antara lain akibat kenaikan muka air laut dan perubahan pola hujan di suatu WS dan masih perlu dievaluasi pada 5 tahun yang akan datang Perubahan kondisi politik : pengaruhnya tidak dapat diprediksikan, meskipun dukungan politik (misalnya dukungan dari Pemerintah Daerah) sangat diperlukan untuk keberlanjutan pengelolaan sumber daya air Kebijakan Operasional tersebut disusun untuk setiap pilihan strategi berdasarkan skenario pertumbuhan ekonomi, yaitu pertumbuhan ekonomi rendah (skenario 1), pertumbuhan ekonomi sedang (skenario 2) dan pertumbuhan ekonomi tinggi (skenario 3). Kebijakan Operasional dalam pengelolaan SDA menurut skenario dan strategi jangka pendek, menengah dan panjang ditampilkan pada Tabel-Tabel pada Lampiran yang berisi 1. Strategi untuk masing-masing skenario 2. Kebijakan operasional untuk melaksanakan strategi 3. Stakeholder yang terkait dalam pelaksanaan masing-masing strategi 4. Instansi yang bertanggung jawab. 65 SKENARIO 1 (PERTUMBUHAN EKONOMI RENDAH) TABEL 4.3 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI CIMANUK CISANG SKENARIO 1 (PERTUMBUHAN EKONOMI RENDAH) ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR No Sub Aspek 1 PENCEGAHAN DAYA RUSAK AIR Hasil Analisis Banjir S.Cipanas hampir terjadi setiap tahun dan menjadi kejadian yang rutin,lokasi limpasan banjir terletak menyebar dari bagian hulu tepatnya di hilir pertemuan sungai Cipanas-Cibelerang ik Banjir S.Cimanuk setiap Sasaran/Target yang ingin dicapai Terbebasnya kawasan dari bencana banjir akibat meluapnya sungai Cimanuk, Cipanas dan sungai-sungai kecil lainnya tahun menggenangi daerah Kab. Indramayu seluas kl. 8000 ha di 13 lokasi rawan banjir. Strategi Jangka Pendek (2010-2014) Jangka Menengah (2010-2019) Pembangunan Waduk Jatigede 2006-2013. Vol. 979,5 juta m3, irigasi 90.000 Ha, PLTA 110 MW, air baku 3,5 m3/dtk Operasi dan Pemeliharaan (OP) dan Rehabilitasi Waduk yang Operasi dan Pemeliharaan (OP) dan Rehabilitasi Waduk yang ada: Waduk Malahayu (59 juta m3) dan Waduk Darma (36 juta ada: Waduk Malahayu (59 juta m3) dan Waduk Darma (36 juta m3) m3) Pembangunan bangunan penahan tebing dan pengendali erosi a.l. groundsill, revetment, retaining wall, tanggul di S. Cimanuk, S. Cipanas, S. Pangkalan, S. Kumpul Kuwista, Kedungpane, Sukalila, Pesungaian dan S. Cisanggarung. Pembangunan bangunan penahan tebing dan pengendali erosi a.l. groundsill, revetment, retaining wall, tanggul di S. Cimanuk, S. Cipanas, S. Pangkalan, S. Kumpul Kuwista, Kedungpane, Sukalila, Pesungaian dan S. Cisanggarung. Pengelolaan kawasan rawan bencana banjir di WS Cimanuk Cisanggarung Normalisasi sungai-sungai di Kota Cirebon 1. Kab. Cirebon : Bangkaderes, Winong, Ciwaringin 2. Kab. Indramayu : Normalisasi S. Cipanas 3. Kab. Brebes : Normalisasi S. Tanjungkulon, S.Babakan dan S. Kabuyutan Terjadi abrasi di pantai Indramayu Garis pantai terjaga dan aman, tidak terjadi abrasi di Kab. Indramayu, Cirebon, Brebes dan Kota Cirebon Pembangunan bangunan pencegah sedimentasi muara Banjir sebagian disebabkan oleh kerusakan DAS di hulu sungai Di prioritaskan upaya-upaya non teknis dalam pencegahan banjir, antara lain: sistem peringatan dini, pengaturan dataran banjir , konservasi sumber daya air. > Reboisasi dan penghijauan DAS/Konservasi hutan di hulu, tengah dan hilir WS Cimanuk Cisanggarung Pembangunan bangunan pengaman pantai Penanaman kembali hutan mangrove untuk mencegah abrasi pantai > Reboisasi dan penghijauan DAS/Konservasi hutan di hulu, tengah dan hilir WS Cimanuk Cisanggarung > Meningkatkan kapasitas retensi sepanjang alur (sempadan) sungai dengan me-naturalisasi sempadan sungai yang rusak > Memfungsikan daerah genangan yang ada di DAS untuk menampung air di musim hujan > Meningkatkan fungsi situ/embung di WS Cimanuk Cisanggarung 2 PENANGGULAN Diperlukan pemahaman GAN DAYA RUSAK AIR tentang manajemen banjir Daerah yang rawan bencana Penyusunan RTD atau contingency plan dalam antisipasi banjir siap menghadapi banjir menghadapi kemungkinan terjadinya banjir pada periode ulang banjir yang direncanakan > Meningkatkan fungsi situ/embung di WS Cimanuk Cisanggarung Penyusunan RTD atau contingency plan dalam antisipasi menghadapi kemungkinan terjadinya banjir Penyusunan peta resiko banjir (flood hazard map) untuk daerah rawan banjir Pembuatan sistem peringatan dini datangnya banjir dan sistem informasi tentang banjir 72 SKENARIO 1 (PERTUMBUHAN EKONOMI RENDAH) Menampung debit banjir dengan meningkatkan kapasitas bangunan pelimpah banjir, kolam retensi, saluran pengalih dsb Menyiapkan Bencana banjir dapat penanggulangan darurat dijinakkan (dimitigasi) sehingga mngurangi korban bencana akibat banjir akibat banjir Mengurangi debit banjir dengan pembangunan bangunanbangunan prasarana pengendali banjir misal: waduk, bendungan, areal parkir air sementara, sumur resapan, reboisasi dan modifikasi cuaca Mengendalikan erosi dan sedimentasi akibat dari banjir sesuai dengan lokasinya, yaitu dilereng bukit (dengan sistem teras, saluran di lereng dan penanaman segaris) atau di sungai (dengan pembangunan revetment, check dam, dan jetty di muara) 3 PEMULIHAN DAYA RUSAK AIR Kekurangsiapan dalam memulihkan kondisi lingkungan hidup setelah terjadi bencana banjir Fungsi lingkungan hidup dan Melaksanakan restorasi untuk mengembalikan fungsi lingkungan hidup sistem prasarana sumber daya air dapat dipulhkan kembali Merehabilitasi kondisi penduduk korban bencana banjir sesuai dengan sandar yang berlaku Mengendalikan erosi dan sedimentasi akibat dari banjir sesuai dengan lokasinya, yaitu dilereng bukit (dengan sistem teras, saluran di lereng dan penanaman segaris) atau di sungai (dengan pembangunan revetment, check dam, dan jetty di muara) Melaksanakan restorasi untuk mengembalikan fungsi lingkungan hidup Merehabilitasi kondisi penduduk korban bencana banjir sesuai dengan sandar yang berlaku Merekonstruksi/memperbaiki kerusakan yang imbul akibat dari anjir 72 SKENARIO 1 (PERTUMBUHAN EKONOMI RENDAH) GGARUNG Kebijakan Operasional Jangka Panjang (2010-20129) Kebijakan untuk membangun waduk serbaguna, antara lain untuk pengendalian banjir Pembangunan waduk Cimulya (Kuningan, irigasi 9145 ha, PLTA 4,5 GWh, air baku) Operasi dan Pemeliharaan (OP) dan Rehabilitasi Waduk yang Penyediaan dana yang memadai untuk OP waduk dan ada: Waduk Malahayu (59 juta m3) dan Waduk Darma (36 juta tampungan air lainnya m3) Pembangunan bangunan penahan tebing dan pengendali erosi a.l. groundsill, revetment, retaining wall, tanggul di S. Cimanuk, S. Cipanas, S. Pangkalan, S. Kumpul Kuwista, Kedungpane, Sukalila, Pesungaian dan S. Cisanggarung. Alokasi dana untuk pembangunan bangunansipil teknis untuk mencegah terjadinya banjir Normalisasi S. Bangkaderes, Winong, Ciwaringin dll Penetapan kawasan rawan bencana banjir dengan Perda Lembaga/Instansi Terkait BBWS Cimanuk Cisanggarung, Pemda Kab/kota, Bappeda, Pengerukan S. Prajagumiwang Penyebaran informasi tentang banjir Pelibatan peran masyarakat dalam menghadapi banjir Penegakan hukum dalam bidang penataan ruang, pengaman sempadan sungai, pencegahan penebangan hutan Pembangunan jetty, pengerukan sungai, pengaman muara sungai, pengaman pantai Alokasi dana untuk pengaman pantai dan muara sungai Pengerukan muara S. Pesungaian, S. Kedung Pane, S. Sukalila di Kota Cirebon Mencegah intrusi air laut di pantura > Reboisasi dan penghijauan DAS/Konservasi hutan di hulu, tengah dan hilir WS Cimanuk Cisanggarung > Menggunakan konsep kesatuan sistem ekologi hidrolik antara badan sungai, sempadan sungai dan daerah aliran sungai (DAS) BBWS Cimanuk Cisanggarung, Pemda Kab/kota, Bappeda, Dinas Perikanan dan Kelautan, BPDAS Cimanuk-Citanduy > Meningkatkan kapasitas retensi sepanjang alur (sempadan) sungai dengan me-naturalisasi sempadan sungai yang rusak > Memfungsikan daerah genangan yang ada di DAS untuk menampung air di musim hujan Penyelarasan antara upaya kegiatan konservasi dibagian hulu dengan pendayagunaan dibagian hilir > Meningkatkan fungsi situ/embung di WS Cimanuk Cisanggarung Pemasangan flood warning system : S. Cimanuk, Cisanggarung, Cipanas Penyusunan RTD atau contingency plan dalam antisipasi menghadapi kemungkinan terjadinya banjir Penyusunan peta resiko banjir (flood hazard map) untuk daerah rawan banjir Penetapan SOP(RTD) pencegahan dini banjir Penegakan hukum dan peraturan yang berlaku khususnya yang BBWS Cimanuk menyangkut sempadan sungai Cisanggarung, Pemda Kab/kota, Bappeda, Dinas Perikanan dan SOP dalam melibatkan peran serta masyarakat dalam Kelautan, BPDAS pengelolaan banjir Cimanuk-Citanduy Pembuatan sistem peringatan dini datangnya banjir dan sistem Penetapan pedoman pemanfaatan lahan di daerah rawan banjir informasi tentang banjir Penetapan prosedur operasi standar penanggulangan bencana l /b ji 72 SKENARIO 1 (PERTUMBUHAN EKONOMI RENDAH) alam/banjir. Menampung debit banjir dengan meningkatkan kapasitas bangunan pelimpah banjir, kolam retensi, saluran pengalih dsb Menyusun perencanaan pengendalian banjir Mengurangi debit banjir dengan pembangunan bangunanbangunan prasarana pengendali banjir misal: waduk, bendungan, areal parkir air sementara, sumur resapan, reboisasi dan modifikasi cuaca Koordinasi stakeholder dalam kesiapsiagaan menghadapi banjir Mengendalikan erosi dan sedimentasi akibat dari banjir sesuai Mobilisasi bantuan tanggap darurat dengan lokasinya, yaitu dilereng bukit (dengan sistem teras, saluran di lereng dan penanaman segaris) atau di sungai Pelibatan peran masyarakat dalam menanggulangi banjir (dengan pembangunan revetment, check dam, dan jetty di muara) Melaksanakan restorasi untuk mengembalikan fungsi lingkungan hidup Penyebaran informasi tentang banjir Merehabilitasi kondisi penduduk korban bencana banjir sesuai Pelibatan peran masyarakat dalammemulihkan fungsi lingkungan dengan sandar yang berlaku hidup setelah banjir Merekonstruksi/memperbaiki kerusakan yang imbul akibat dari anjir 72 SKENARIO 2 (PERTUMBUHAN EKONOMI SEDANG) TABEL 4.6 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI CIMANUK CISANG SKENARIO 2 (PERTUMBUHAN EKONOMI SEDANG) ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR No Sub Aspek 1 PENCEGAHAN DAYA RUSAK AIR Hasil Analisis Banjir S.Cipanas hampir terjadi setiap tahun dan menjadi kejadian yang rutin,lokasi limpasan banjir terletak menyebar dari bagian hulu tepatnya di hilir pertemuan sungai Cipanas-Cibelerang Banjir S.Cimanuk setiap tahun menggenangi daerah Kab. Indramayu seluas kl. 8000 ha di 13 lokasi rawan banjir. Sasaran/Target yang ingin dicapai Strategi Jangka Pendek (2010-2014) Jangka Menengah (2010-2019) Terbebasnya kawasan dari Pembangunan Waduk Jatigede 2006-2013. Vol. 979,5 juta bencana banjir akibat m3, irigasi 90.000 Ha, PLTA 110 MW, air baku 3,5 m3/dtk meluapnya sungai Cimanuk, Cipanas dan sungai-sungai kecil lainnya Operasi dan Pemeliharaan (OP) dan Rehabilitasi Waduk yang Operasi dan Pemeliharaan (OP) dan Rehabilitasi Waduk yang ada: Waduk Malahayu (59 juta m3) dan Waduk Darma (36 ada: Waduk Malahayu (59 juta m3) dan Waduk Darma (36 juta m3) juta m3) Pembangunan bangunan penahan tebing dan pengendali erosi a.l. groundsill, revetment, retaining wall, tanggul di S. Cimanuk, S. Cipanas, S. Pangkalan, S. Kumpul Kuwista, Kedungpane, Sukalila, Pesungaian dan S. Cisanggarung. Pembangunan bangunan penahan tebing dan pengendali erosi a.l. groundsill, revetment, retaining wall, tanggul di S. Cimanuk, S. Cipanas, S. Pangkalan, S. Kumpul Kuwista, Kedungpane, Sukalila, Pesungaian dan S. Cisanggarung. Pengelolaan kawasan rawan bencana banjir di WS Cimanuk Cisanggarung 1. Kab. Cirebon : Bangkaderes, Winong, Ciwaringin Normalisasi sungai-sungai di Kota Cirebon 2. Kab. Indramayu : Normalisasi S. Cipanas 3. Kab. Brebes : Normalisasi S. Tanjungkulon, S.Babakan dan S. Kabuyutan Terjadi abrasi di pantai Indramayu Garis pantai terjaga dan aman, tidak terjadi abrasi di Kab. Indramayu, Cirebon, Brebes dan Kota Cirebon Pembangunan bangunan pencegah sedimentasi muara Pembangunan bangunan pengaman pantai Penanaman kembali hutan mangrove untuk mencegah abrasi pantai Banjir sebagian disebabkan oleh kerusakan DAS di hulu sungai Di prioritaskan upaya-upaya non teknis dalam pencegahan banjir, antara lain: sistem peringatan dini, pengaturan dataran banjir , konservasi sumber daya air. > Reboisasi dan penghijauan DAS/Konservasi hutan di hulu, tengah dan hilir WS Cimanuk Cisanggarung > Meningkatkan kapasitas retensi sepanjang alur (sempadan) sungai dengan me-naturalisasi sempadan sungai yang rusak > Reboisasi dan penghijauan DAS/Konservasi hutan di hulu, tengah dan hilir WS Cimanuk Cisanggarung > Meningkatkan kapasitas retensi sepanjang alur (sempadan) sungai dengan me-naturalisasi sempadan sungai yang rusak > Memfungsikan daerah genangan yang ada di DAS untuk menampung air di musim hujan > Memfungsikan daerah genangan yang ada di DAS untuk menampung air di musim hujan > Meningkatkan fungsi situ/embung di WS Cimanuk Cisanggarung > Meningkatkan fungsi situ/embung di WS Cimanuk Cisanggarung 2 PENANGGULAN Diperlukan pemahaman Daerah yang rawan bencana Penyusunan RTD atau contingency plan dalam antisipasi GAN DAYA RUSAK AIR tentang manajemen banjir banjir siap menghadapi banjir menghadapi kemungkinan terjadinya banjir pada periode ulang banjir yang direncanakan Penyusunan peta resiko banjir (flood hazard map) untuk daerah rawan banjir Pembuatan sistem peringatan dini datangnya banjir dan sistem informasi tentang banjir Pemasangan flood warning system : S. Cimanuk, Cisanggarung, Cipanas Penyusunan RTD atau contingency plan dalam antisipasi menghadapi kemungkinan terjadinya banjir Penyusunan peta resiko banjir (flood hazard map) untuk daerah rawan banjir Pembuatan sistem peringatan dini datangnya banjir dan sistem informasi tentang banjir 77 SKENARIO 2 (PERTUMBUHAN EKONOMI SEDANG) Menyiapkan Bencana banjir dapat penanggulangan darurat dijinakkan (dimitigasi) bencana akibat banjir sehingga mngurangi korban akibat banjir Menampung debit banjir dengan meningkatkan kapasitas bangunan pelimpah banjir, kolam retensi, saluran pengalih dsb Mengurangi debit banjir dengan pembangunan bangunanbangunan prasarana pengendali banjir misal: waduk, bendungan, areal parkir air sementara, sumur resapan, reboisasi dan modifikasi cuaca Mengendalikan erosi dan sedimentasi akibat dari banjir sesuai dengan lokasinya, yaitu dilereng bukit (dengan sistem teras, saluran di lereng dan penanaman segaris) atau di sungai (dengan pembangunan revetment, check dam, dan jetty di muara) 3 PEMULIHAN DAYA RUSAK AIR Kekurangsiapan dalam memulihkan kondisi lingkungan hidup setelah terjadi bencana banjir Fungsi lingkungan hidup dan Melaksanakan restorasi untuk mengembalikan fungsi sistem prasarana sumber lingkungan hidup daya air dapat dipulhkan Merehabilitasi kondisi penduduk korban bencana banjir sesuai kembali dengan sandar yang berlaku Mengendalikan erosi dan sedimentasi akibat dari banjir sesuai dengan lokasinya, yaitu dilereng bukit (dengan sistem teras, saluran di lereng dan penanaman segaris) atau di sungai (dengan pembangunan revetment, check dam, dan jetty di muara) Melaksanakan restorasi untuk mengembalikan fungsi lingkungan hidup Merehabilitasi kondisi penduduk korban bencana banjir sesuai dengan sandar yang berlaku Merekonstruksi/memperbaiki kerusakan yang imbul akibat dari anjir 77 SKENARIO 2 (PERTUMBUHAN EKONOMI SEDANG) GGARUNG Kebijakan Operasional Jangka Panjang (2010-20129) Pembangunan Waduk Babakan, Kab Brebes Kebijakan untuk membangun waduk serbaguna, antara lain untuk pengendalian banjir Pembangunan waduk Cimulya (Kuningan, irigasi 9145 ha, PLTA 4,5 GWh, air baku) Operasi dan Pemeliharaan (OP) dan Rehabilitasi Waduk yang Penyediaan dana yang memadai untuk OP waduk dan ada: Waduk Malahayu (59 juta m3) dan Waduk Darma (36 tampungan air lainnya juta m3) Pembangunan bangunan penahan tebing dan pengendali erosi a.l. groundsill, revetment, retaining wall, tanggul di S. Cimanuk, S. Cipanas, S. Pangkalan, S. Kumpul Kuwista, Kedungpane, Sukalila, Pesungaian dan S. Cisanggarung. Alokasi dana untuk pembangunan bangunansipil teknis untuk mencegah terjadinya banjir Normalisasi S. Bangkaderes, Winong, Ciwaringin dll Penetapan kawasan rawan bencana banjir dengan Perda Lembaga/Instansi Terkait BBWS Cimanuk Cisanggarung, Pemda Kab/kota, Bappeda, Pengerukan S. Prajagumiwang Penyebaran informasi tentang banjir Pelibatan peran masyarakat dalam menghadapi banjir Penegakan hukum dalam bidang penataan ruang, pengaman sempadan sungai, pencegahan penebangan hutan Pembangunan jetty, pengerukan sungai, pengaman muara sungai, pengaman pantai Pengerukan muara S. Pesungaian, S. Kedung Pane, S. Sukalila di Kota Cirebon Alokasi dana untuk pengaman pantai dan muara sungai Mencegah intrusi air laut di pantura BBWS Cimanuk Cisanggarung, Pemda Kab/kota, Bappeda, Dinas Perikanan dan Kelautan, BPDAS Cimanuk-Citanduy > Reboisasi dan penghijauan DAS/Konservasi hutan di hulu, > Menggunakan konsep kesatuan sistem ekologi hidrolik antara tengah dan hilir WS Cimanuk Cisanggarung badan sungai, sempadan sungai dan daerah aliran sungai (DAS) > Meningkatkan kapasitas retensi sepanjang alur (sempadan) sungai dengan me-naturalisasi sempadan sungai yang rusak > Memfungsikan daerah genangan yang ada di DAS untuk menampung air di musim hujan Penyelarasan antara upaya kegiatan konservasi dibagian hulu dengan pendayagunaan dibagian hilir > Meningkatkan fungsi situ/embung di WS Cimanuk Cisanggarung Pemasangan flood warning system : S. Cimanuk, Cisanggarung, Cipanas Penyusunan RTD atau contingency plan dalam antisipasi menghadapi kemungkinan terjadinya banjir Penyusunan peta resiko banjir (flood hazard map) untuk daerah rawan banjir Pembuatan sistem peringatan dini datangnya banjir dan sistem informasi tentang banjir Penetapan SOP(RTD) pencegahan dini banjir Penegakan hukum dan peraturan yang berlaku khususnya yang BBWS Cimanuk Cisanggarung, Pemda menyangkut sempadan sungai Kab/kota, Bappeda, Dinas Perikanan dan SOP dalam melibatkan peran serta masyarakat dalam Kelautan, BPDAS pengelolaan banjir Cimanuk-Citanduy Penetapan pedoman pemanfaatan lahan di daerah rawan banjir 77 SKENARIO 2 (PERTUMBUHAN EKONOMI SEDANG) Penetapan prosedur operasi standar penanggulangan bencana alam/banjir. Menampung debit banjir dengan meningkatkan kapasitas bangunan pelimpah banjir, kolam retensi, saluran pengalih dsb Menyusun perencanaan pengendalian banjir Mengurangi debit banjir dengan pembangunan bangunanbangunan prasarana pengendali banjir misal: waduk, bendungan, areal parkir air sementara, sumur resapan, reboisasi dan modifikasi cuaca Koordinasi stakeholder dalam kesiapsiagaan menghadapi banjir Mengendalikan erosi dan sedimentasi akibat dari banjir sesuai Mobilisasi bantuan tanggap darurat dengan lokasinya, yaitu dilereng bukit (dengan sistem teras, saluran di lereng dan penanaman segaris) atau di sungai Pelibatan peran masyarakat dalam menanggulangi banjir (dengan pembangunan revetment, check dam, dan jetty di muara) Melaksanakan restorasi untuk mengembalikan fungsi lingkungan hidup Penyebaran informasi tentang banjir Merehabilitasi kondisi penduduk korban bencana banjir sesuai Pelibatan peran masyarakat dalammemulihkan fungsi dengan sandar yang berlaku lingkungan hidup setelah banjir Merekonstruksi/memperbaiki kerusakan yang imbul akibat dari anjir 77 SKENARIO 3(PERTUMBUHAN EKONOMI TINGGI) TABEL 4.7 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI CIMANUK CISANGGARUN SKENARIO 3 (PERTUMBUHAN EKONOMI TINGGI) ASPEK KONSERVASI SUMBER DAYA AIR No Sub Aspek Strategi Hasil Analisis Sasaran/Target yang ingin dicapai Jangka Pendek (2010-2014) 1 PERLINDUNGAN DAN Pemeliharaan kelangsungan fungsi PELESTARIAN SUMBER resapan air dan daerah tangkapan air DAYA AIR baik air permukaan maupun air tanah Luas kawasan lindung 45% dari wilayah Meningkatkan luas kawasan yang berfungsi lindung DAS (sesuai dengan arahan RTRW menjadi minimal 15% luas DAS Prov. Jawa Barat) Kekeringan di musim kemarau Rasio Qmax/Qmin tidak terlalu besar Diperlukan konservasi sumber air Terpenuhinya kebutuhan air untuk Pembangunan waduk-waduk lapangan di Kab. Indramayu, berbagai kebutuhan baik dimusim hujan Kab. Majalengka (Sadawarna) maupun kemarau Pengelolaan CA Talaga Bodas dan Leuwi Sancang (Kab.Garut) Pengelolaan Kaw.perlindungan plasma nutfah Rancabuaya, Gn.Ciremai. Gn Ageung, Muara S.Cimanuk dan P.Minyawak Pengelolaan TWA Gn.Tampomas, Linggarjati, Papandayan Penghijauan dan pembuatan teras bangku kawasan mata air Situ Cipanas (Kab. Garut) Pembangunan arboretum mata air Legok Pulus (Kab. Garut) Pengelolaan Kaw.pantai berhutan bakau/mangrove di Eretan (Kab.Indramayu) Pengelolaan seluruh sempadan sungai di WS Cimanuk Cisanggarung Pengelolaan sempadan pantai di Kab.Indramayu, Cirebon, dan Kota Cirebon Tingginya laju erosi di lahan pertanian Pengolahan lahan sesuai dengan (laju erosi 100-300 ton/ha/tahun) kaidah konservasi Lahan Kritis Di WS Cimanuk Cisanggarung luas lahan kritis178.794 ha (25,9% luas WS). (dlm kwsn hutan 46.129 ha, diluar kwsn hutan 132.665 ha). Luas WS Cimanuk Cisanggarung: 688.835 ha) 2 PENGAWETAN AIR Potensi (ketersediaan) air masih banyak yang tidak termanfaatkan Penggunaan air masih kurang hemat Penggunaan sumber air tanah perlu selective Berkurangnya luas lahan kritis di DAS, terutama di DTA Waduk Jatigede Jangka Menengah (2010-2019) Meningkatkan luas kawasan yang berfungsi lindung menjadi minimal 30% luas DAS Menjaga daerah resapan air (bukan kawasan imbuhan air Menjaga daerah resapan air (bukan kawasan imbuhan air tanah) dan mempertahankan daerah imbuhan air tanah tanah) dan mempertahankan daerah imbuhan air tanah Peran serta masyarakat dalam pengolahan lahan sesuai dengan kaidah konservasi Pembangunan dan pengelolaan seluruh waduk-waduk lapangan, kawasan cagar alam, taman wisata alam, sempadan sungai, danau, mata air, pantai, dan kawasan perlindungan plasma nutfah. Pengelolaan Kaw.perlindungan plasma nutfah Rancabuaya, Gn.Ciremai. Gn Ageung, Muara S.Cimanuk dan P.Minyawak Pengelolaan TWA Gn.Tampomas, Linggarjati, Papandayan Penghijauan dan pembuatan teras bangku kawasan mata air Situ Cipanas (Kab. Garut) Pembangunan arboretum mata air Legok Pulus (Kab. Garut) Pengelolaan Kaw.pantai berhutan bakau/mangrove di Eretan (Kab.Indramayu) Pengelolaan seluruh sempadan sungai di WS Cimanuk Cisanggarung Pengelolaan sempadan pantai di Kab.Indramayu, Cirebon, dan Kota Cirebon Peran serta masyarakat dalam pengolahan lahan sesuai dengan kaidah konservasi Rehabilitasi hutan dan lahan kritis dengan target 40% dari Rehabilitasi hutan dan lahan kritis dengan target 70% dari seluruh luas lahan kritis seluruh luas lahan kritis Rehabilitasi lahan kritis di DTA Waduk Jatigede 40.876 ha Rehabilitasi lahan kritis di Kab. Garut 88.630 ha Rehabilitasi lahan kritis di Kab. Sumedang 19.436 ha Rehabilitasi lahan kritis di Kab. Cirebon 8.050 ha Rehabilitasi lahan kritis di Kab. Kuningan 12.226 ha Memanfaatkan potensi air yang ada sebesar 324 m3/dt (10,3 milyar m3) Meningkatkan kapasitas tampungan air yang ada Meningkatkan pengelolaan situ-situ, embung, bendung dan waduk Penggunaan air secara efisien Meningkatkan efisiensi pemakaian air terutama untuk terutama untuk budidaya tanaman padi tanaman padi Meningkatkan pengelolaan situ-situ, embung, bendung dan waduk Meningkatkan efisiensi pemakaian air terutama untuk tanaman padi Terkonservasinya cadangan air tanah Penggunaan sumber air tanah untuk high value crop Penggunaan sumber air tanah untuk high value crop Meningkatkan kapasitas tampungan air yang ada SKENARIO 3(PERTUMBUHAN EKONOMI TINGGI) 3 PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Hampir semua sungai membawa zat Kualitas air dan sumber air sesuai padat terlarut dalam alirannya dengan dengan peruntukkannya dan memenuhi baku mutu kualitas air yang disyaratkan kadar yang tinggi Parameter COD, BOD, PO4 dan Cl melebihi baku mutu Hampir seluruh aliran sungai tercemar SO4, H2S, Fe, Mn dan Zn secara berlebihan. Menetapkan baku mutu limbah cair yang diperkenankan dibuang kedalam sungai di 40% dari Kabupaten/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung Menetapkan baku mutu limbah cair yang diperkenankan dibuang kedalam sungai di 70% dari Kabupaten/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung Membangun sistem pemantauan kualitas air pada sumber Membangun sistem pemantauan kualitas air pada sumber air dan kualitas limbah cair secara berkelanjutan di 70% air dan kualitas limbah cair secara berkelanjutan di 40% dari Kabupaten/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung dari Kabupaten/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung Mencegah masuknya pencemaran air Air dan sumber air terbebas dari bahan Menetapkan dan menerapkan pedoman perhitungan biaya Menetapkan dan menerapkan pedoman perhitungan biaya pencemar pada sumber air dan prasarana pemulihan dan pengelolaan kualitas air serta metode pemulihan dan pengelolaan kualitas air serta metode sumber daya air pembebanannya kepada para pencemar pembebanannya kepada para pencemar Prasarana dan sarana sanitasi belum ada Membangun prasarana dan sarana sanitasi disetiap Kota Kabupaten Pembangunan IPAL dan TPA untuk pengaturan sanitasi di Pembangunan IPAL dan TPA untuk pengaturan sanitasi di 40% ibukota Kabupaten 70% ibukota Kabupaten Mendorong dan mengupayakan sistem pengendalian limbah cair komunal dikawasan Mendorong dan mengupayakan sistem pengendalian limbah cair komunal dikawasan SKENARIO 3(PERTUMBUHAN EKONOMI TINGGI) NG Kebijakan Operasional Jangka Panjang (2010-20129) Meningkatkan luas kawasan yang berfungsi lindung menjadi 45% luas DAS Pengukuhan kawasan lindung di KabupatenGarut, Sumedang, Majalengka dan Kuningan Berkoordinasi dengan instansi terkait melalui GNKPA untuk merehabilitasi kawasan lindung di Kab. Garut, Sumedang, Majalengka dan Kuningan Lembaga/Instansi Terkait BBWS Cimanuk Cisanggarung, Pemda Kab/kota, Balai PSDA , BPDAS, Perhutani, Bapedalda Menjaga daerah resapan air (bukan kawasan imbuhan air Pengaturan dalam Tata Ruang tentang kawasan yang melindungi tanah) dan mempertahankan daerah imbuhan air tanah kawasan dibawahnya, yang berfungsi sebagai kawasan resapan air yang berlokasi di semua Kab/Kota di WS Cimanuk Cisanggarung Pembangunan dan pengelolaan seluruh waduk-waduk Mendukung tindak lanjut penetapan Kab.Kuningan sebagai lapangan, kawasan cagar alam, taman wisata alam, Kabupaten Konservasi dan mengusulkan Kab. Garut, Majalengka sempadan sungai, danau, mata air, pantai, dan kawasan dan Sumedang sebagai Kabupaten Konservasi. perlindungan plasma nutfah. Pengelolaan Kaw.perlindungan plasma nutfah Penetapan batas sempadan dan pengelolaan waduk/sungai di Rancabuaya, Gn.Ciremai. Gn Ageung, Muara S.Cimanuk seluruh WS Cimanuk Cisanggarung dan P.Minyawak Pengelolaan TWA Gn.Tampomas, Linggarjati, Penetapan sempadan Waduk Situpatok dan Waduk Sedong Papandayan (Kabupaten Cirebon) Penghijauan dan pembuatan teras bangku kawasan mata Penetapan sempada pantai air Situ Cipanas (Kab. Garut) Pembangunan arboretum mata air Legok Pulus (Kab. Garut) Pengelolaan Kaw.pantai berhutan bakau/mangrove di Eretan (Kab.Indramayu) Pengelolaan seluruh sempadan sungai di WS Cimanuk Cisanggarung Pengelolaan sempadan pantai di Kab.Indramayu, Cirebon, dan Kota Cirebon BPDAS CimanukCitanduy, Perhutani, Dinas Kehutanan Kab. Peran serta masyarakat dalam pengolahan lahan sesuai dengan kaidah konservasi Sosialisasi pengolahan lahan sesuai dengan kaidah konservasi Dinas Pertanian Kabupaten Rehabilitasi hutan dan lahan kritis dengan target seluruh luas lahan kritis BBWS Cimanuk Berkoordinasi dengan instansi terkait melalui GNKPA untuk merehabilitasi lahan kritis di WS : pembuatan check dam dan teras Cisanggarung, Pemda Kab/kota, Bappeda, bangku Dinas PSDA , BPDAS, Meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan dengan Perhutani, Balai PSDA pengembangan wanafarma, ekowisata dan agroforestry di Gunung Ciremai. Rehabilitasi lahan kritis di Kab. Majalengka 39.112 ha Rehabilitasi lahan kritis di Kab. Indramayu 32.378 ha Rehabilitasi lahan kritis di Kab. Brebes 9.769 ha Meningkatkan kapasitas tampungan air yang ada Meningkatkan pengelolaan situ-situ, embung, bendung dan waduk Meningkatkan efisiensi pemakaian air terutama untuk tanaman padi Penggunaan sumber air tanah untuk high value crop BPDAS CimanukCitanduy, Perhutani, Dinas Kehutanan Prov/Kab. BBWS Cimanuk Cisanggarung, Pemda Kab/kota, Dinas Perikanan dan Kelautan Mengalokasikan dana OP yang memadai untuk sumber-sumber air BBWS Cimanuk yang ada baik alami maupun buatan (sungai, danau, waduk, situ, Cisanggarung, Pemda Kab/kota, Dinas PSDA , embung, saluran, bendung dll) BPDAS, Perhutani, Dinas Kampanye Gerakan Hemat Air dalam penggunaan air baku Pertambangan dan Aplikasi metode SRI dalam budidaya tanaman padi secara luas Energi, Dinas Pertanian Conjunctive use air tanah dan air permukaan dengan prioritas air permukaan SKENARIO 3(PERTUMBUHAN EKONOMI TINGGI) Menetapkan baku mutu limbah cair yang diperkenankan Penerbitan Perda Baku Mutu Air dan Limbah Cair di dibuang kedalam sungai di seluruh Kabupaten/Kota dalam Kabupaten/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung WS Cimanuk Cisanggarung BBWS Cimanuk Cisanggarung, Pemda Kab/kota, Dinas PSDA, Bapedalda Membangun sistem pemantauan kualitas air pada sumber Membangun sistem pemantauan kualitas air pada sumber air dan air dan kualitas limbah cair secara berkelanjutan di seluruh kualitas limbah cair secara berkelanjutan pada WS Cimanuk Cisanggarung Kabupaten/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung Menetapkan dan menerapkan pedoman perhitungan biaya Penerbitan Perda tentang Pemulihan Kualitas Air akibat dari pencemaran limbah cair pemulihan dan pengelolaan kualitas air serta metode pembebanannya kepada para pencemar BBWS Cimanuk Cisanggarung, Pemda Kab/kota, Perguruan Tinggi, Bapedalda Pembangunan IPAL dan TPA untuk pengaturan sanitasi di Melakukan koordinasi dan pendekatan kepada pabrik/industri untuk tidak membuang limbah pabrik/industri langsung ke badan seluruh ibukota Kabupaten air tanpa pengolahan terlebih dahulu. Mendorong dan mengupayakan sistem pengendalian limbah cair komunal dikawasan Bapedalda 78 ASPEK KONSERVASI SDA ALTERNATIF STRATEGI SKENARIO 3 CIREBON ASPEK PENDAYAGUNAAN SDA ALTERNATIF STRATEGI SKENARIO 3 CIREBON ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR ALTERNATIF STRATEGI SKENARIO 3 CIREBON