2010_Pola PSDA Cimanuk-Cisanggarung

advertisement
POLA
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
WILAYAH SUNGAI
CIMANUK CISANGGARUNG
TAHUN 2010
DAFTAR ISI
Daftar Isi
i
Daftar Tabel
v
viii
Daftar Gambar
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya
Air WS Cimanuk Cisanggarung
1.2.1 Maksud
1.2.2 Tujuan
1.2.3 Sasaran
1.3 Isu-Isu Strategis
1.3.1 Isu Strategis Nasional
1.3.2 Isu Strategis Lokal
1
BAB II KONDISI PADA WILAYAH SUNGAI CIMANUK
CISANGGARUNG
2.1 Peraturan Perundangan dan Peraturan Pemerintah yang Terkait
2.2 Kebijakan Pemerintah Terkait dengan Pengelolaan SDA di WS Cimanuk
Cisanggarung
2.2.1 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air
2.2.2 Kebijakan Provinsi Jawa Barat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air
2.2.3 Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung di Jawa Tengah
2.2.4 Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya di Jawa Tengah
2.2.5 Penataan Ruang di WS Cimanuk Cisanggarung
2.2.5.1 Kedudukan WS Cimanuk-Cisanggarung Dalam Konstelasi
Ruang Nasional
2.2.5.2 Tata Ruang Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung
2.3 Inventarisasi Data
2.3.1 Data Umum
2.3.1.1 Demografi WS Cimanuk Cisanggarung
2.3.1.2 DEM (Digital Elevation Model) Kondisi Topografi
2.3.1.3 Kondisi Geologi
2.3.1.4 Jenis Tanah
i
1
1
2
2
3
3
4
7
7
8
8
8
9
9
10
10
10
13
13
13
16
16
16
2.3.1.5
Penggunaan Lahan di Kabupaten/Kota WS Cimanuk
Cisanggarung
2.3.1.6 Lahan Kritis
2.3.1.7 Laporan Hasil Studi
2.3.2 Data Sumber Daya Air
2.3.2.1 Meteorologi dan Hidrologi
2.3.2.2 Kondisi Air Permukaan
2.3.2.3 Hidrogeologi
2.3.2.4 Air tanah
2.3.2.5 Kualitas air tanah
2.3.2.6 Neraca Sumber Daya Air
2.3.3 Data Kebutuhan Air
2.3.3.1 Kebutuhan Air Irigasi Pertanian
2.3.3.2 Kebutuhan air untuk keperluan RKI (DMI)
2.3.3.3 Proyeksi Demografi WS Cimanuk Cisanggarung
2.3.4 Data Sosial Ekonomi
2.3.4.1 Batas Administrasi Wilayah Sungai Cimanuk – Cisanggarung
2.3.4.2 Pertumbuhan Ekonomi di WS Cimanuk Cisanggarung
2.3.4.3 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota yang
terkait dengan WS Cimanuk Cisanggarung
2.3.4.4 Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di WS Cimanuk
Cisanggarung
2.3.4.5 Kondisi Pertanian
2.3.4.6 Kondisi Hutan Di Provinsi Jawa Barat
2.3.4.7 Kawasan Hutan Di WS Cimanuk-Cisanggarung
2.4 Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan
2.4.1 Aspek Konservasi Sumber Daya Air
2.4.2 Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air
2.4.3 Aspek Pengendalian Daya Rusak Air
2.4.4 Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air
2.4.5 Aspek Peran Serta Masyarakat dan Sistem Koordinasi
2.5 Identifikasi Terhadap Potensi yang Bisa Dikembangkan
2.5.1 Aspek Konservasi SDA
2.5.2 Aspek Pendayagunaan SDA
2.5.3 Aspek Pengendalian Daya Rusak Air
2.5.4 Aspek Sistem Informasi SDA
2.5.5 Aspek Peran Serta Masyarakat dan Koordinasi
ii
17
18
19
19
19
19
20
20
21
22
23
23
26
26
29
29
31
31
35
37
38
39
40
40
42
42
43
43
44
44
44
44
44
44
BAB III
ANALISIS DATA WILAYAH SUNGAI CIMANUK
CISANGGARUNG
3.1 Asumsi, Kriteria dan Standar
3.2 Hasil Analisis
3.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi di WS Cimanuk Cisanggarung
3.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Air RKI di WS Cimanuk Cisanggarung
3.2.3 Neraca Air pada saat ini (Tahun 2007)
3.2.4 Neraca Air pada Waktu Yang Akan Datang (Tahun 2027)
3.2.5 Upaya Peningkatan Kinerja Sistem Sumber Daya Air
3.3 Skenario Ekonomi, Politik dan Perubahan Iklim Dalam Pengelolaan Sumber
Daya Air Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung
3.3.1 Skenario Pertumbuhan Ekonomi
3.4 Alternatif Pilihan Strategi Pengelolaan SDA WS Cimanuk Cisanggarung
3.4.1 Strategi Konservasi Sumber Daya Air
3.4.1.1 Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air
3.4.1.2 Pengawetan Air
3.4.1.3 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
3.4.2 Strategi Pendayagunaan SDA
3.4.2.1 Penetapan zona pemanfaatan sumber air
3.4.2.2 Peruntukan, Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan
SDA
3.4.2.3 Pengembangan SDA
3.4.3 Strategi Pengendalian Daya Rusak Air
3.4.3.1 Pencegahan bencana alam
3.4.3.2 Penanggulangan bencana alam
3.4.3.3 Pemulihan daya rusak air
3.4.4 Strategi Peningkatan Sistem Data dan Informasi bidang SDA
3.4.5 Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan
SDA
3.5 Kelembagaan Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung
BAB IV
KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SDA WILAYAH
SUNGAI CIMANUK CISANGGARUNG
iii
45
45
45
45
46
46
51
51
55
56
61
61
61
61
62
62
62
62
62
63
63
63
63
64
64
64
65
LAPORAN PENUNJANG:
- Buku – 1 : Laporan Utama
- Buku – 2 : Laporan Pendukung, meliputi:
1. Hasil PKM-1 dan 2
2. Hasil Analisa Hidrologi
3. Hasil Analisa Alokasi air
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7
Tabel 2.8
Tabel 2.9
Tabel 2.10
Tabel 2.11
Tabel 2.12
Tabel 2.13
Tabel 2.14
Tabel 2.15
Tabel 2.16
Tabel 2.17
Tabel 2.18
Tabel 2.19
Tabel 2.20
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Demografi Kabupaten/Kota WS Cimanuk-Cisanggarung
Sebaran Lahan Kritis di lima Kabupaten di WS CimanukCisanggarung Hingga Tahun 2003
Potensi Waduk di WS Cimanuk-Cisanggarung
Nama Daerah Irigasi utama dan luasnya di DAS Cimanuk, 2007
Luas tambak di WS Cimanuk Cisanggarung
Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota menurut Lokasi Desa
dan Kota (jiwa)
Kinerja Kebutuhan untuk RK (rumah tangga dan perkotaan)
Kriteria Kebutuhan Air untuk Industri (liter/kapita/hari)
Kebutuhan air RKI dalam m3/dt (termasuk utk Bandara Kertajati
dan pelabuhan Cirebon
Wilayah administrasi yang masuk ke dalam WS CimanukCisanggarung
PDRB Provinsi Jawa Barat 2004- 2005
Kontribusi Masing-masing Sektor Ekonomi terhadap
Pembentukan PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) Dengan Migas
Tahun 2005 (dalam %)
Kontribusi Sektor Ekonomi Dominan terhadap PDRB Untuk
Masing-masing Kabupaten dan Kota terkait di WS Cimanuk
Cisanggarung (%)
Perkembangan PDRB dari Tahun 2004-2005, Kabupaten dan Kota
terkait di WS. Cimanuk Cisanggarung
Perkembangan IPM Beserta Komponennya di Kabupaten/Kota WS
Cimanuk Cisanggarung Tahun 2004-2005
Luas Lahan Sawah (Ha) Menurut Penggunaan di Kabupaten/Kota
yang terkait dengan WS Cimanuk Cisanggarung Tahun 2005
Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi dan Palawija di
Kabupaten dan Kota yang terkait dengan WS Cimanuk
Cisanggarung Tahun 2005
Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat
Luas Kawasan Hutan di WS Cimanuk-Cisanggarung (Ha)
Permasalahan di WS Cimanuk Cisanggarung
Neraca Air Tahun 2007
Pemenuhan kebutuhan air irigasi, Tahun 2007
Pemenuhan kebutuhan air RKI, tahun 2007
v
13
19
20
24
24
27
28
28
29
30
31
32
33
34
37
37
37
39
41
43
48
49
49
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Tabel 3.7
Tabel 3.8
Tabel 3.9
Tabel 3.10
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Pemenuhan kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai, tahun
2007
Pemenuhan kebutuhan air tambak, tahun 2007
Neraca Air tahun 2027: dibangun Waduk Jatigede, Cipanas,
Kadumalik, dan waduk (existing) Darma, Malahayu.
Pemenuhan kebutuhan air irigasi, Tahun 2027: dibangun Waduk
Jatigede, Cipanas, Kadumalik, dan waduk (existing) Darma,
Malahayu.
Pemenuhan kebutuhan air RKI, tahun 2027, dibangun Waduk
Jatigede, Cipanas, Kadumalik, dan waduk (existing) Darma,
Malahayu.
Pemenuhan kebutuhan air tambak, tahun 2027, dibangun Waduk
Jatigede, Cipanas, Kadumalik, dan waduk (existing) Darma,
Malahayu
Pemenuhan kebutuhan air pemeliharaan sungai, 2027, dibangun
Waduk Jatigede, Cipanas, Kadumalik, dan waduk (existing)
Darma, Malahayu
Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah
Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 1/ Pertumbuhan Ekonomi
Rendah)-Aspek Konservasi Sumber Daya Air
Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah
Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 1/ Pertumbuhan Ekonomi
Rendah)-Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air
Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah
Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 1/ Pertumbuhan Ekonomi
Rendah)-Aspek Pengendalian Daya Rusak Air
Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah
Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 2/ Pertumbuhan Ekonomi
Sedang)-Aspek Konservasi Sumber Daya Air
Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah
Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 2/ Pertumbuhan Ekonomi
Sedang)- Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air
Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah
Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 2/ Pertumbuhan Ekonomi
Sedang)- Aspek Pengendalian Daya Rusak Air
Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah
Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 3/ Pertumbuhan Ekonomi
Sedang)-Aspek Konservasi Sumber Daya Air
Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah
Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 3/ Pertumbuhan Ekonomi
vi
49
50
52
53
53
54
54
69
70
72
73
75
77
78
Tabel 4.9
Sedang)- Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air
Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah
Sungai Cimanuk Cisanggarung (Skenario 3/ Pertumbuhan Ekonomi
Sedang)- Aspek Pengendalian Daya Rusak Air
vii
79
81
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gambar 2.13
Gambar 2.14
Gambar 2.15
Gambar 2.16
Gambar 2.17
Gambar 2.18
Gambar 2.19
Gambar 2.20
Gambar 2.21
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Skema Kedudukan Ws Cimanuk-Cisanggarung Dalam Konstelasi
Ruang Nasional
Keterkaitan WS Cimanuk Cisanggarung dengan Kawasan
Andalan Bregas (Brebes, Tegal, Slawi) dan Kawasan Kerjasama
Cibening (Cirebon, Brebes, Kuningan)
Jumlah Penduduk Kab/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung
(2006)
Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung dengan batas wilayah
administrasi Kabupaten/Kota
Peta Kepadatan Penduduk WS Cimanuk-Cisanggarung, Tahun
2005
Peta Geomorfologi Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung
Peta Jenis Tanah Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung
Peta Citra landsat TM, WS Cimanuk Cisanggarung, Tahun 2005
Peta Penggunaan Lahan, WS Cimanuk Cisanggarung, Tahun
2006
Peta Geologi Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung
Peta Hidrogeologi Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung
Peta lokasi Daerah Irigasi di WS Cimanuk Cisanggarung
Kebutuhan Air Irigasi (diversion requirement)
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk, WS Cimanuk Cisanggarung
Peta Kondisi Sosial WS Cimanuk-Cisanggarung, Tahun 2006
PDRB Kab/Kota WS Cimanuk Cisanggarung Tanpa Migas, Tahun
2004 – 2005
Kontribusi Sektor dalam PDRB Kab/Kota WS Cimanuk
Cisanggarung Tahun 2005
Nilai IPM Kabupaten/Kota di WS Cimanuk Cisanggarung
Prosentase Penduduk Miskin dan Nilai IKM Kab/Kota di WS
Cimanuk Cisanggarung
Luas Jenis Pemanfaatan Hutan di WS Cimanuk Cisanggarung
Peta Kawasan Hutan di WS Cimanuk Cisanggarung
Neraca penyediaan air baku RKI di WS Cimanuk Cisanggarung
2005 - 2030
Neraca Air WS Cimanuk Cisanggarung, 2007, 2027.
Skema Penyediaan air di WS Cimanuk Cisanggarung tahun 2007
Skema Penyediaan air di WS Cimanuk Cisanggarung tahun 2027
viii
12
12
14
14
15
15
17
18
18
22
22
25
25
30
31
32
33
35
36
39
40
46
47
50
55
Gambar 3.5
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1994 – 2007 (sumber: Bank
Indonesia monthly report, 2007).
Gambar 3.6 Pertumbuhan ekonomi nasional, Provinsi Jawa barat dan Jawa
Tengah, 2003-2007. Sumber: Jawa Barat dalam Angka, 20042006; Jawa Tengah dalam Angka, 2006-2007
Gambar 3.7 Neraca air WS Cimanuk Cisanggarung Skenario 1
(pertumbuhan ekonomi rendah)
Gambar 3.8 Neraca air WS Cimanuk Cisanggarung Skenario 2
(pertumbuhan ekonomi sedang)
Gambar 3.9 Neraca air WS Cimanuk Cisanggarung Skenario 3
(pertumbuhan ekonomi tinggi)
Gambar 4.1 Peta Tematik Aspek Konservasi Sumber Daya Air (Skenario 3)
Gambar 4.2 Peta Tematik Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air
(Skenario 3)
Gambar 4.3 Peta Tematik Aspek Pengendalian Daya Rusak Air (Skenario 3)
ix
56
57
58
59
60
66
67
68
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pola pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) merupakan kerangka dasar dalam
merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi
SDA, pendayagunaan SDA, dan pengendalian daya rusak air wilayah sungai dengan
prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah, yang merupakan
keterpaduan dalam pengelolaan yang diselenggarakan dengan memperhatikan
wewenang dan tanggung jawab instansi masing-masing sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya.
Pola pengelolaan Sumber Daya Air disusun secara terkoordinasi diantara instansi
terkait, berdasarkan asas kelestarian, asas keseimbangan fungsi sosial, lingkungan
hidup, dan ekonomi, asas kemanfaatan umum, asas keterpaduan dan keserasian,
asas keadilan, asas kemandirian, serta asas transparansi dan akuntabilitas.
Penyusunan pola pengelolaan SDA perlu melibatkan seluas-luasnya peran
masyarakat dan dunia usaha baik koperasi, BUMN, BUMD maupun badan usaha
swasta. Sejalan dengan prinsip demokratis, masyarakat tidak hanya diberi peran
dalam penyusunan pola pengelolaan SDA, tetapi berperan pula dalam proses
perencanaan, pelaksanaan konstruksi, OP, pemantauan, serta pengawasan atas
pengelolaan SDA.
Untuk dapat menyusun rancangan Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai perlu
diketahui sistem pengelolaan SDA yang sedang berjalan saat ini, mencakup aspek
aspek konservasi SDA, pendayagunaan SDA, pengendalian daya rusak air, sistem
informasi SDA dan peran serta masyarakat, swasta dan dunia usaha dalam
pengelolaan SDA.
Disamping inventarisasi sistem pengelolaan SDA saat ini, juga dilakukan inventarisasi
permasalahan yang ada dalam pengelolaan SDA di wilayah sungai, yang akan
dijadikan acuan dalam penyusunan rencana pengelolaan SDA dimasa yang akan
datang.
1.2
Maksud, Tujuan dan Sasaran Penyusunan Pola Pengelolaan
Sumber Daya Air WS Cimanuk Cisanggarung
1.2.1 Maksud
Maksud disusunnya Pola Pengelolaan Sumber Daya Air di WS Cimanuk Cisanggarung
adalah untuk membuat kerangka dasar dalam pengelolaan sumber daya air di Wilayah
Sungai Cimanuk Cisanggarung
1
1.2.2 Tujuan
Tujuan disusunnya Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cimanuk
Cisanggarung secara umum adalah untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan
sumber daya air yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan
masyarakat dalam segala bidang kehidupan, sedangkan tujuan spesifiknya antara lain:
a. Memenuhi kepentingan dan kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi (Provinsi Jawa
Barat dan Jawa Tengah) dan seluruh Kabupaten/Kota dalam WS Cimanuk
Cisanggarung (Kabupaten Cirebon, Indramayu, Kuningan, Sumedang, Majalengka,
Garut, Brebes dan Kota Cirebon).
b. Memenuhi kebutuhan sumber daya air bagi semua pemanfaat sumber daya air di WS
Cimanuk Cisanggarung
c. Mengupayakan sumber daya air (air, sumber air dan daya air) yang terkonservasi,
berdaya dan berhasil guna, dimana daya rusak air dapat dikendalikan, dikelola
secara menyeluruh, tepadu, dalam satu kesatuan sistem tata air WS Cimanuk
Cisanggarung
d. Melakukan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dengan selalu
memenuhi fungsi lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras serta menjaga
keseimbangan antara ekosistem dan daya dukung lingkungan
1.2.3 Sasaran
Sasaran dari penyusunan Pola Pengelolaan sumber daya air WS Cimanuk Cisanggarung
adalah untuk memberikan
a. Memberikan arahan tentang kebijakan dalam pengelolaan sumber daya air di
Wilayah Sungai dalam aspek konservasi sumber daya air.
b. Memberikan . arahan tentang kebijakan pendayagunaan sumber daya air di Wilayah
Sungai dengan memperhatikan kebijakan daerah, termasuk arahan dalam penataan
ruang wilayah.
c. Memberikan arahan tentang kebijakan dalam pengendalian daya rusak air di
Wilayah Sungai:
d. Memberikan arahan tentang kebijakan dalam pelaksanaan sistem informasi sumber
daya air di Wilayah Sungai.
e. Memberikan arahan tentang kebijakan dalam peran serta masyarakat dan swasta
dalam pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai.
Visi dan Misi Pengelolaan sumber daya air di WS Cimanuk Cisanggarung
Sejalan dengan Visi Ditjen SDA, maka Visi Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Cimanuk
Cisanggarung diusulkan sebagai berikut:
”Tersedianya infrastruktur sumber daya air yang memadai sebagai sarana pendukung
mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan di WS Cimanuk
Cisanggarung”
2
Dari rumusan visi diatas terkandung makna bahwa sumber daya air sebagai salah satu
unsur utama bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat harus dikelola secara
berkelanjutan, sehingga kemanfaatannya tetap terpelihara. Penyediaan prasarana
sumber daya air harus dilaksanakan secara memadai sehingga masyarakat dapat
terpenuhi kebutuhan airnya baik untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya maupun
untuk meningkatkan ekonominya.
Misi Pengelolaan Sumber Daya Air WS Cimanuk Cisanggarung diuslkan sebagai berikut:
”Menyelenggarakan pengelolaan sumber daya air di WS Cimanuk Cisanggarung
secara optimal untuk meningkatkan kelestarian fungsi dan keberadaan sumber daya
air, keberlanjutan pemanfaatan sumber daya air serta meminimalkan dampak daya
rusak air.”
1.3 Isu-Isu Strategis
Mengingat pengelolaan sumber daya air (SDA) merupakan masalah yang kompleks dan
melibatkan semua pihak sebagai pengguna, pemanfaat maupun pengelola, maka
pengelolaan SDA di wilayah sungai perlu dilakukan secara terpadu dan dilaksanakan
secara holistik, yang melibatkan seluruh stakeholders SDA di wilayah sungai.
Pengelolaan sumber daya air di WS Cimanuk Cisanggarung sedikit banyak juga akan
dipengaruhi oleh isu-isu strategis yang terjadi, baik isu strategis nasional maupun lokal.
1.3.1 Isu Strategis Nasional
1. Target M illenium Developm ent Goals (M DGs) untuk penyediaan air
minum
Dalam sasaran MDGs untuk penyediaan air minum untuk tahun 2015 (tingkat
nasional) cakupan pelayanan air perpipaan di perkotaan adalah 69% sedang di
perdesaan 54%. Untuk tingkat pelayanan non perpipaan terlindungi targetnya adalah
25% (perkotaan) dan 26% (perdesaan). Target penyediaan air minum tersebut perlu
didukung oleh penyediaan air bakunya, yang dapat dialokasikan dari waduk-waduk
yang akan dibangun di wilayah sungai. Sebagai gambaran bahwa pembangunan
waduk Jatigede yang diharapkan selesai pada tahun 2014 akan memberikan
tambahan penyediaan air bersih sebesar 3,5 m3/detik bagi Kabupaten/Kota di
Wilayah sungai Cimanuk Cisanggarung yang selama ini belum terlayani secara
mantap.
2. Ketahanan Pangan
UU no 7 tahun 1996 tentang Pangan mendefinisikan keamanan pangan sebagai
kondisi pemenuhan kebutuhan pokok pangan untuk setiap rumah tangga yang
dicerminkan oleh ketersediaan pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, aman,
merata dan terjangkau. Penyediaan air irigasi dalam kuantitas dan kualitas yang
memadai merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang ketahanan pangan
tersebut. Saat ini daerah irigasi yang mengandalkan supply air dari S.Cimanuk
adalah Daerah Irigasi Rentang dengan luas 90.925 ha dengan intensitas tanam
sebesar 179%. Dengan dibangunnya Waduk Jatigede pada Full Supply Level (FSL)
3
+260 m akan menghasilkan manfaat yang paling optimal dan nilai keandalan yang
paling tinggi, yaitu dapat mengaliri Daerah Irigasi Rentang seluas 90.925 ha, dengan
pola tanam padi-padi-palawija dengan intensitas tanam 276,53%. Kenaikan nilai
intensitas tanam ini akan memberikan tambahan produksi padi yang signifikan di
Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung sehinga akan menunjang penyediaan
pangan (khususnya padi) di pantura Jawa Barat.
3. Perubahan Iklim Global (Clim ate Change)
Salah satu fenomena perubahan iklim global adalah peningkatan suhu dan curah
hujan tahunan dengan penurunan jumlah hari hujan sehingga musim hujan menjadi
lebih singkat dengan peningkatan resiko terjadinya banjir. Dampak selanjutnya
terhadap pengelolaan sumber daya air adalah:
1. Berkurangnya hasil panen
2. Penurunan kualitas air permukaan dan air tanah
3. Kerusakan infrastruktur sumber daya air dan pengaman pantai
4. Kegagalan panen akibat kekeringan dan degradasi lahan
Salah satu upaya penting untuk mengantisipasi perubahan iklim gobal di WS Cimanuk
Cisanggarung antara lain dengan upaya meningkatkan daya dukung DAS kritis
dengan Program GNKPA (Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air) di wilayah
sungai yang bekerja bersama dengan instansi terkait, khususnya program GNRLK
(Gerakan Nasional Rehabilitasi Lahan Kritis) dari Departemen Kehutanan.
4. Ketahanan Energi
Potensi energi (tenaga listrik) yang dibangkitkan dari tenaga air di Indonesia
diperkirakan sebesar 75,67 GW sedang kapasitas terpasang baru 4.200 MW (5,5%).
Pembangunan waduk-waduk di WS Cimanuk Cisanggarung akan memberikan
kontribusi terhadap kapasitas terpasang tenaga listrik interkoneksi Jawa-Bali. PLTA
Jatigede akan membangkitkan tenaga listrik sebesar 110 MW, Parakan Kondang
(existing) 7,5 MW dan apabila dimasa depan dibangun, PLTA Cipasang dan
Kadumalik masing-masing akan dapat membangkitkan energi listrik sebesar 115 dan
70 MW.
1.3.2 Isu Strategis Lokal
1. Degradasi Lingkungan
Degradasi kualitas lingkungan DAS di WS Cimanuk Cisanggarung ditengarai
dengan tingginya prosentasi lahan kritis (di dalam maupun diluar kawasan hutan)
sehinga laju erosi lahan dan sedimentasi disungai meningkat, yang selanjutnya
akan mempercepat sedimentasi di danau, waduk dan saluran-saluran irigasi.
Berdasarkan data Balai Pengelolaan DAS (BPDAS) Cimanuk-Citanduy tahun 2003
tercatat luas lahan kritis di DAS Cimanuk mencapai 178.794 ha yang terdiri dari
kawasan hutan 46.129 ha dan diluar kawasan hutan 132.665 ha. Luas lahan kritis
terbesar berada di Kabupaten Garut yang telah mencapai 90.045 ha.
4
Di DAS Cimanuk dengan luas 3.584 km2 (358.400 ha) terdapat lahan kritis 110.000
ha, atau sekitar 31% dari luas DAS Cimanuk. Daerah tangkapan air dari rencana
waduk Jatigede yang terletak di bagian hulu DAS, berada di wilayah kabupaten Garut
dan Sumedang dengan luas 1.460 km2, sampai dengan tahun 2004 mempunyai luas
lahan kritis 40.876 ha atau sekitar 28% dari luas daerah tangkapan air waduk.
2. Bencana Banjir dan Kekeringan
Erosi lateral dari DAS dan degradasi dasar sungai di WS Cimanuk-Cisanggarung
sering menyebabkan terjadinya bencana, baik banjir maupun kekeringan.
Bencana kekeringan pada musim kemarau selalu melanda daerah Pantura Cirebon –
Indramayu. Di Kabupaten Indramayu terdapat 13 lokasi rawan banjir seluas 8.834 ha
yang perlu mendapat perhatian dan penanganan lebih lanjut. Sedang lokasi kritis
sungai-sungai di wilayah Indramayu mencapai 30 tempat. Di daerah hilir terutama di
musim hujan S. Cimanuk sering meluap dan menggenangi lahan persawahan.
3. Kualitas Air
Kualitas air di sumber-sumber air di WS Cimanuk Cisanggarung dapat dikategorikan
sebagai buruk karena hal-hal sebagai berikut:
a.
Hampir semua sungai membawa zat padat terlarut dalam alirannya, dengan
kadar yang tinggi, sebagai indikasi adanya erosi lahan di DAS
b.
Parameter COD dan BOD melebihi baku mutu yang disyaratkan.
c.
Parameter Phosfat (PO4) dan Chlorida (Cl) melebihi baku mutu yang
disyaratkan, kemungkinan dari limbah pertanian dan perkebunan
d.
Hampir seluruh aliran sungai tercemar sulfat (SO4), sulfida (H2S), besi (Fe),
mangaan (Mn) dan seng (Zn) secara berlebihan
4. Degradasi Dasar Sungai
Degradasi dasar sungai Cimanuk dan sungai-sungai lainnya di WS Cimanuk
Cisanggarung akibat dari kegiatan galian golongan C yang tidak terkendali sudah sangat
memprihatinkan, sehingga perlu segera diatasi, mengingat bahaya yang mengancam
keberlanjutan fungsi sarana dan prasarana SDA telah tampak pada saat ini.
5. Pemanfaatan Ruang yang kurang tepat di Bantaran dan Sempadan
Sungai
Sempada sungai menurut RTRW adalah kawasan lindung sehingga tidak diijinkan untuk
dimanfaatkan sebagai hunian tetap. Hunian liar banyak dijumpai di sepanjang bantaran
Sungai Cimanuk, sehingga perlu penataan bagi para penghuni bantaran.
6. Intrusi Air Laut
Intrusi air laut terjadi di sepanjang muara sungai sungai di pantura di Kabupaten
Indramayu dan Cirebon. Pembangunan bending karet yang selama ini dilaksanakan di
5
beberapa tempat di pantura perlu dilanjutkan untuk mencegah terjadinya intrusi air laut
ini.
7. Abrasi pantai
Abrasi pantai menyebabkan kerusakan pelindung pantai (antara lain hutan bakau),
terutama di Pantai utara Kabupaten Indramayu.
8. Kawasan Hutan
Luas kawasan hutan di Jawa Barat adalah seluas 791.519,33 ha atau sekitar 22,26%
dari luas daratan Jawa Barat, terdiri dari hutan produksi 295.634,08 ha, hutan
produksi terbatas 176.669,61 ha, hutan lindung 203.105,71 ha, dan kawasan
konservasi seluas 116.109,93 ha. Secara ideal, luas kawasan hutan tersebut belum
memenuhi luas minimum sebesar 30% dari luas daratan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 dan UU No 26/2007 tentang Penataan Ruang.
Kawasan hutan di WS Cimanuk Cisanggarung pada umumnya merupakan hutan
rakyat, dimana hutan tersebut dikelola oleh masyarakat setempat. Hutan tersebut
berlokasi di sekitar Waduk Darma di Kabupaten Kuningan, Waduk Situpatok dan
Waduk Sedong di Kabupaten Cirebon, Waduk Cipancuh dan Waduk Situ Bolang di
Kabupaten Indramayu. Luas kawasan hutan di 5 Kabupaten di WS Cimanuk
Cisanggarung sebesar 260.054 ha (lihat Tabel 20) atau 28,34% dari luas wilayah 5
Kabupaten (9492,9 km2). Angka ini menunjukkan nilai yang hampir mendekati
persayaratan luas hutan di suatu wilayah (30%).
6
BAB II
KONDISI WILAYAH SUNGAI
CIMANUK CISANGGARUNG
2.1
Peraturan
Perundangan
dan
Peraturan
Pemerintah
yang
Terkait
Peraturan Perundang-undangan(UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) yang terkait dengan
pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai, khususnya di WS Cimanuk Cisanggarung
antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Undang-Undang Dasar 1945
2.
Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
3.
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan
Daerah
4.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
5.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
6.
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
7.
Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
8.
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
9.
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup
10. Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati.
11. Undang-Undang
Pertambangan.
No.11
Tahun
1967
tentang
Ketentuan-Ketentuan
Pokok
12. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
13. Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional
14. Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
15. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum.
16. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air &
Pengendalian Pencemaran Air.
17. Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1991 tentang Sungai.
18. Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1986 tentang Perlindungan Hutan.
19. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 1982 tentang Rawa.
7
20. Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 1981 tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi dan
Pemeliharaan Prasarana Pengairan.
21. Keputusan Presiden No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
22. Peraturan Menteri PU No.11A Tahun 2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah
Sungai.
23. Peraturan Menteri PU No.67/PRT/1993 tentang Panitia Tata Pengaturan Air Provinsi
Daerah Tingkat I.
24. Peraturan Menteri PU No.63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah
Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai.
25. Peraturan Menteri PU No.49/PRT/1990 tentang Tata Cara dan Persyaratan Izin
Pengggunaan Air dan atau Sumber Air.
26. Keputusan Menteri PU No.502/KPTS/M/2007 tentang Penetapan Tim Koordinasi
Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung.
27. Keputusan Menteri PU No.458/KPTS/1986 tentang Ketentuan Pengamanan Sungai
Dalam Hubungan Dengan Penambangan Bahan Galian Golongan C.
2.2
Kebijakan Pemerintah Terkait dengan Pengelolaan SDA di WS
Cimanuk Cisanggarung
Mengingat pengelolaan sumber daya air (SDA) merupakan masalah yang kompleks dan
melibatkan semua pihak sebagai pengguna, pemanfaat maupun pengelola, maka
pengelolaan SDA di wilayah sungai perlu dilakukan secara terpadu (integrated water
resources management (IWRM) dan dilaksanakan secara holistik, yang melibatkan seluruh
stakeholders SDA di wilayah sungai.
2.2.1 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air
Kebijakan pengelolaan sumber daya air di WS Cimanuk Cisanggarung akan dipandu oleh
kebijakan nasional sumber daya air dan kebijakan Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa
Tengah dalam pengelolaan sumber daya air. Sesuai dengan amanat Undang-Undang nomor
7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, pengelolaan sumber daya air mencakup
kepentingan lintas sektor dan lintas wilayah yang memerlukan keterpaduan tindak untuk
menjaga kelangsungan fungsi dan manfaat air dan sumber air. Hal tersebut dilakukan
melalui koordinasi dengan mengintegrasikan kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan para
pemilik kepentingan dalam bidang sumber daya air. Koordinasi dalam pengelolaan sumber
daya air dilakukan oleh suatu wadah koordinasi yang bernama Dewan Sumber Daya Air atau
dengan nama lain.
2.2.2
Kebijakan Provinsi Jawa Barat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air
Berdasarkan hasil kajian penyusunan RTRW Provinsi Jawa Barat tahun 2003 dimana kurun
waktu pembangunan hingga tahun 2010 menunjukkan adanya penurunan kualitas dan
kuantitas pada beberapa aspek lingkungan. Kondisi DAS sebagian besar sudah berada
dalam kondisi yang kritis, terutama dari aspek ketersediaan air, dimana rata-rata rasio
kebutuhan air dengan ketersediaan aliran mantap adalaha 85,99%. Sementara itu, tingkat
erosi pada setiap DAS rata-rata sudah berkisar antara 100 – 300 ton/ha/tahun. Untuk
8
mengembalikan fungsi hidrologis serta menjaga kestabilan tanah dan erosi, pemanfaatan
ruang dimasa datang lebih diorientasikan pada kemampuan daya tampung wilayah sesuai
kemampuan daya dukung sumber daya alam yang tersedia melalui kebijakan penetapan
kawasan lindung sebesar 45% dari luas provinsi Jawa Barat, dimana yang 19% diantaranya
berfungsi sebagai kawasan hutan konservasi dan hutan lindung. Pemanfaatan ruang yang
berfungsi sebagai kawasan lindung sebesar 45% terdistribusi pada setiap DAS, sedangkan
untuk pemanfaatan budidaya yang berupa lahan sawah terutama berlokasi di wilayah utara
dan tengah. Berkaitan dengan penetapan pemanfaatan ruang tersebut, dikaji kemampuan
daya dukung dan daya tampung untuk setiap DAS. Berdasarkan kajian tersebut ditetapkan
bahwa daya tampung penduduk Jawa Barat pada tahun 2010 sebesar 43,5 juta jiwa (atas
dasar ketersediaan air dan lahan). Bila ditinjau berdasarkan daya dukung air, rasio
kebutuhan air dengan ketersediaan aliran mantap pada tahun 2010 dengan asumsi kawasan
lindung 45% adalah 76,22%. Hal ini menunjukkan kondisi ketersediaan air aliran mantap
termasuk kritis. Untuk itu diperlukan pengaturan kembali dalam penetapan fungsi-fungsi
kawasan lindung dan budidaya, agar keseimbangan kemampuan sumber daya air dengan
kebutuhan yang ada menjadi lebih baik.
2.2.3 Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung di Jawa Tengah
Pengelolaan kawasan lindung di Jawa Tengah lebih diarahkan pada peningkatan fungsi
lindung pada kawasan-kawasan yang menurut kriteria seharusnya berfungsi lindung, tetapi
belum dapat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Berdasarkan fenomena ini
maka strategi pengembangan kawasan lindung dapat dikelompokkan kepada tiga strategi
dasar, yaitu pemeliharaan, pemulihan, dan pengkayaan.
Kawasan lindung di Jawa Tengah, baik dalam konteks internal wilayah maupun regional
Pulau Jawa-Bali, harus membentuk suatu kesatuan yang mampu memberikan perlindungan
tanpa dibatasi oleh batasan-batasan administratif. Hal ini penting karena kegiatan pada
suatu wilayah bersifat fungsional sehingga dapat mempengaruhi wilayah lain tanpa sekatsekat batasan administratif.
2.2.4 Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya di Jawa Tengah
Strategi pengembangan kawasan budidaya di Jawa Tengah ditekankan pada upaya-upaya
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya, dengan tetap mempertahankan kelestarian
lingkungan guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, intensifikasi
merupakan strategi utama pada kawasan budidaya di Jawa Tengah, di samping
pengembangan rehabilitasi dan diversifikasi secara tepat pada daerah-daerah lambat
berkembang agar tidak meluas memasuki daerah-daerah yang semestinya berfungsi
lindung.
Pusat-pusat pertumbuhan pada kawasan budidaya dikembangkan sedemikian rupa
sehingga membentuk suatu sistem permukiman atau sistem regional perkotaan yang
terintegrasi dengan wilayah lain yang berdekatan, yang nantinya akan secara sistematis
saling mendorong pertumbuhan wilayah yang seimbang di Pulau Jawa.
9
2.2.5 Penataan Ruang di WS Cimanuk Cisanggarung
2.2.5.1
Kedudukan WS
Ruang Nasional
Cimanuk-Cisanggarung
Dalam
Konstelasi
WS Cisanggarung sebagian besar berada pada wilayah Provinsi Jawa Barat dan
sebagian kecil wilayah Provinsi Jawa Tengah. Dalam konstelasi ruang nasional, maka
posisi WS Cimanuk-Cisanggarung berada pada bagian utara Pulau Jawa yang secara
fisik mengalami perkembangan pemanfaatan ruang yang sangat dinamis, jika
dibandingkan dengan wilayah selatan Pulau Jawa. Dinamika pemanfaatan ruang yang
sangat tinggi di wilayah ini akibat fungsi kesesuaian lahan yang relatif lebih banyak dan
adanya infrastruktur wilayah yang lebih lengkap dalam skala pelayanan nasional.
Perkembangan fungsi kota dalam struktur perwilayahan nasional, salah satunya berada
dalam lingkup WS Cimanuk-Cisanggarung. Salah satu kota yang berada dalam lingkup
WS Cimanuk-Cisanggarung memiliki fungsi kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
adalah Kota Cirebon.
Kota Cirebon merupakan bagian dari struktur perwilayahan nasional yang melayani
kawasan dibawahnya yaitu Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan
(Kawasan Andalan Ciayumajakuning) dengan kegiatan utama agribisnis, jasa, pariwisata,
industri, sumberdaya manusia, dan bisnis kelautan.
Dalam konstelasi ruang nasional, maka kedudukan kota/kabupaten yang berada dalam
lingkup WS Cimanuk-Cisanggarung menjadi sesuatu yang strategis dalam upaya
pengelolaan sumber daya air yang ada. Hal ini terkait dengan eksplorasi potensi sumber
daya alam di wilayah ini yang pada akhirnya dapat mempengaruhi potensi sumber daya
air yang ada.
2.2.5.2 Tata Ruang Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung
Salah satu sasaran rencana pengembangan sistem kota-kota di Provinsi Jawa Barat
adalah berkembangnya Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Metropolitan Cirebon. PKN
Metropolitan Cirebon ini merupakan salah satu upaya menumbuhkan pusat-pusat
pertumbuhan baru. Pusat pertumbuhan dengan menjadikan Cirebon sebagai PKN,
diharapkan mampu mengembangkan wilayah timur dari Provinsi Jawa Barat.
Letak PKN Metropolitan Cirebon cukup strategis terhadap fungsi pelayanan. Saat ini PKN
Metropolitan Cirebon berfungsi sebagai outlet Jawa Barat dengan adanya pelabuhan
Cirebon yang diharapkan mampu menjadi pusat koleksi dan distribusi bagi wilayah PKN
Metropolitan Cirebon dan juga PKW yang berfungsi sebagai pendukung PKN tersebut.
PKN Metropolitan Cirebon terutama Kota Cirebon merupakan salah satu wilayah yang
maju di wilayah timur Provinsi Jawa Barat. Hal ini dilihat dari tingkat urbanisasi di kota
tersebut yang mencapai 100%. Pengembangan PKN Metropolitan Cirebon ini diharapkan
mampu menjadi pemicu bagi perkembangan di wilayah sekitarnya dengan potensi
pengembangan wilayah di daerah sekitarnya yang relative akomodatif terhadap alih
fungsi lahan menjadi perkotaan. Kondisi ini terlihat dari tingkat urbanisasi di Kabupaten
Cirebon yang masih sekitar 37,53% dan Kabupaten Kuningan 28,24%.
10
Jika dilihat dari kinerja ekonominya, PKN Metropolitan Cirebon memiliki kinerja yang
cukup baik. Kabupaten Cirebon memiliki kinerja pertumbuhan PDRB sebesar 4,83%. PKN
Metropolitan Cirebon sebagai pusat jasa berupa koleksi dan distribusi barang juga
didukung oleh kinerja perekonomian di Kota Cirebon yang memiliki sektor andalan berupa
jasa, industri dan pariwisata.
Jika dilihat dari aksesibilitas dari dan ke PKN Metropolitan Cirebon, jalan-jalan yang
menghubungkan PKN tersebut dengan PKW lainnya memiliki potensi yang tinggi. Jalan
dari arah barat adalah berupa jalan pantura dan jalan dari dan menuju arah selatan
adalah jalan yang menghubungkan antara Kota Cirebon dengan Kota Kuningan. Ke arah
utara utara PKN Metropolitan Cirebon memiliki potensi yang tinggi dengan adanya
pelabuhan. Kinerjanyapun telah menujukkan keterkaitan beberapa wilayah terhadap
fungsi pelabuhan pada saat ini, seperti Kabupaten Cirebon dan beberapa wilayah di
Provinsi Jawa Tengah.
Selain melihat kinerja pada saat ini, penetapan Cirebon sebagai PKN telah didukung pula
oleh adanya rencana pengembangan jalan tol dari arah barat yaitu jalan tol Sadang –
Palimanan dan jalan tol dari Cileunyi - Palimanan, serta jalur ganda kereta api dari arah
Jakarta. Berdasarkan daya dukung lingkungannya, penetapan PKN Metropolitan Cirebon
didukung oleh kondisi lahan yang masih relatif aman terhadap perubahan lahan. Alih
fungsi lahan menjadi kawasan lindung di 5 (lima) daerah aliran sungai yang merupakan
wilayah PKN berada pada level rendah. Selain itu kelima DAS tersebut juga tidak memiliki
kerawanan terhadap bahaya erosi. Dengan demikian, pengembangan PKN Metropolitan
Cirebon berdasarkan kondisi daya dukung lingkungannya tidak akan menyebabkan
kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mengembangkan daerah lain sebagai
PKN di Provinsi Jawa Barat.
Rencana pengembangan kawasan andalan Cirebon-Indramayu-Majalengka-Kuningan
(Ciayumajakuning) dsk diarahkan untuk mengembangkan kawasan menjadi kawasan
agribisnis yang didukung sektor industri, perdagangan dan jasa, perikanan laut dan darat,
pertanian tanaman pangan, kehutanan, perkebunan dan peternakan dengan
meningkatkan fungsi pelabuhan.
Tujuan dari pengembangan kawasan andalan Ciayumajakuning adalah untuk
meningkatkan produksi pertanian, meningkatkan kemitraan industri kecil, menengah dan
besar dan meningkatkan fungsi Pelabuhan Cirebon.
Sasaran dari pengembangan kawasan andalan Ciayumajakuning adalah untuk :
-
Meningkatnya pola dan tata tanam dengan melakukan penyuluhan, pelatihan,
teknologi tepat guna dan perbaikan sarana irigasi
-
Meningkatnya akses pasar dengan membentuk sentra dan terminal produksi serta
memeperluas jaringan informasi pasar.
-
Berkembangnya sarana dan prasarana industri dengan mengembangkan zona dan
kawasan industri yang sesuai, penyederhanaan prosedur perijinan dan peningkatan
kemitraan dengan swasta.
-
Meningkatnya kemampuan manajerial dan kualitas produk pengusaha kecil dengan
melakukan penyuluhan dan pameran produk pengusaha kecil dan menengah
11
-
Terciptanya sarana dan prasarana Pelabuhan Cirebon dengan melakukan
pengerukan pelabuhan dan perluasan dermaga serta pengembangan kerjasama
investasi dengan pihak ke tiga.
-
Terciptanya sarana aksesibilitas dan utilitas yang mendukung fungsi pelabuhan
dengan meningkatkan jalur kereta api.
Kab Indrama
PKN Jakarta
PKN Cirebon
Kab.Sumedan
Kab.Cirebo
Kab.Brebes
Kab.Majalengk
PKN
Semarang
Kab.Kuningan
PKN Bandung
Kab.Garut
Gambar 2.1 Skema Kedudukan Ws Cimanuk-Cisanggarung Dalam KonstelasiRuang
Nasional
PKL
Indramayu
PKN
Cirebon
PKL
Brebes
PKN
Bandung
PKL
Kuningan
Kawasan Kerjasama
CIBENING (Cirebon,
Brebes, Kuningan)
Kawasan Andalan
BREGAS
(Brebes, Tegal, Slawi)
PKW
Pekalongan
PKN
SEmarang
PKL
Slawi
PKW
Purwokerto
PKN
Cilacap
Gambar 2.2 Keterkaitan WS Cimanuk Cisanggarung dengan Kawasan Andalan Bregas
(Brebes, Tegal, Slawi) dan Kawasan Kerjasama Cibening (Cirebon, Brebes,
Kuningan)
12
Sebagian wilayah WS Cimanuk Cisanggarung berasa di Kabupaten Brebes, Jawa
Tengah. Kabupaten Brebes termasuk dalam kawasan andalan Bregas (Brebes, Tegal,
Slawi) dan juga termasuk dalam Kawasan Kerjasama Cibening (PKN Cirebon, PKL
Brebes dan PKL Kuningan).
2.3 Inventarisasi Data
2.3.1 Data Umum
2.3.1.1 Demografi WS Cimanuk Cisanggarung
Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung adalah Wilayah Sungai lintas provinsi yang
berada di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Di Provinsi Jawa Barat meliputi
Kabupaten-Kabupaten Cirebon, Indramayu, Kuningan, Majalengka, Sumedang dan Garut
sedang di Provinsi Jawa Tengah meliputi Kabupaten Brebes.
Penduduk Provinsi Jawa Barat saat ini berjumlah 39.960.869 jiwa (BPS: Jawa Barat
dalam Angka, 2006). Jumlah penduduk Kabupaten/Kota yang terkait dengan WS
Cimanuk Cisanggarung adalah 11.251.141 jiwa, sedang jumlah penduduk yang masuk
dalam WS Cimanuk Cisanggarung 7.827.346 jiwa. Luas seluruh Kabupaten/Kota yang
terkait dengan WS Cimanuk Cisanggarung 11.638,58 km2 sedang yang masuk dalam
WS Cimanuk Cisanggarung seluas 6.888,35 km2. Dari data tersebut maka terlihat bahwa
jumlah penduduk yang masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung adalah 19,59% dari
seluruh penduduk Provinsi Jawa Barat. Sedang penduduk di Kabupaten Brebes yang
masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung adalah 520.184 jiwa atau sekitar 30,11% dari
seluruh penduduk Kabupaten Brebes.
Tabel 2.1 Demografi Kabupaten/Kota WS Cimanuk-Cisanggarung
No
Kabupaten/Kota
Terkait dgn WS
Cimanuk
Cisanggarung
Wilayah Kabupaten/Kota
Luas
(km2)
Jml
Penduduk
(jiwa)
Kepadatan
(jiwa/km2)
Masuk WS Cimanuk
Cisanggarung
Luas
Jml
Kepadatan
(km2)
Penduduk (jiwa/km2)
(jiwa)
PROV. JAWA
BARAT
1 Kota Cirebon
37,358
271.795
7.275
37,358
2 Cirebon
990,36
2.029.953
2.049
990,36
3 Indramayu
2.040,11 1.697.986
832
1.149,33
4 Kuningan
1.117,95
1.069.448
956
692,60
5 Majalengka
1.204,24 1.169.337
971
1.204,24
6 Sumedang
1.522,20
1.045.823
687
927,20
7 Garut
3.065,19
2.239.091
730
1.415,09
PROV. JAWA
TENGAH
1 Brebes
1661,17
1.727.708
1.040
427,17
Jumlah
11,638.58 11,251,141
967
6.888,35
Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka, 2006, Analisis Konsultan
271.795
2.029.953
1.052.384
735.231
1.169.337
601.335
1.447.127
7.275
2.049
915
1.061
971
648
1.022
520.184
7.827.346
1.102
1.136
13
Berdasarkan batasan Kabupaten yang masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung maka
kepadatan penduduk mencapai 1.136 jiwa/km2. Kepadatan tertinggi berada di Kota
Cirebon (7.275 jiwa/km2) dan terendah di Kabupaten Sumedang (648 jiwa/km2).
BREBES
271,795
CIREBON
KUNINGAN
INDRAMAYU
MAJALENGKA
SUMEDANG
0
GARUT
500,000
KOTA
CIREBON
1,000,000
735,231
601,335
1,500,000
1,052,384
1,169,337
2,000,000
1,447,127
2,500,000
520,184
2,029,953
Jumlah Penduduk Kab/Kota dalam WS Cimanuk
Cisanggarung (2006)
Gambar 2.3 Jumlah Penduduk Kab/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung (2006)
Gambar 2.4 Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung dengan batas wilayah administrasi
Kabupaten/Kota
14
Gambar 2.5 Peta Kepadatan Penduduk WS Cimanuk-Cisanggarung, Tahun 2005
Gambar 2.6 Peta Geomorfologi Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung
15
2.3.1.2 DEM (Digital Elevation M odel ) Kondisi Topografi
Sungai Cimanuk berhulu di kaki Gunung Papandayan di daerah Kabupaten Garut pada
ketinggian +1.200 meter di atas permukaan laut, mengalir ke arah utara sepanjang 180
km dan bermuara di Laut Jawa di daerah Kabupaten Indramayu. Sungai Cisanggarung
berhulu di Kabupaten Kuningan mengalir ke arah hilir di Kabupaten Cirebon dan
bermuara di Laut Jawa.
Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung terdiri dari DAS Cimanuk (luas DAS 3.600 km2),
DAS Cisanggarung, DAS Cipanas-Pangkalan serta DAS sungai-sungai kecil yang
mengalir ke Laut Jawa sepanjang pantai utara Cirebon – Indramayu.
2.3.1.3 Kondisi Geologi
Jenis batuan (litologi) yang menempati Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung terdiri dari
endapan aluvium, endapan batuan gunung api (vulkanik), dan endapan batuan sedimen.
Struktur geologi berupa sesar (patahan) merupakan struktur yang perlu memperoleh
perhatian, terutama pada daerah yang berpotensi menyebabkan bencana. Berdasarkan
peta-peta geologi Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung, struktur sesar terdapat pada
batuan sedimen batuan gunung api, sedangkan pada endapan aluvium tidak ditemukan.
Struktur sesar yang cukup penting dijumpai pada DAS Cisanggarung, berupa sesar naik,
dan sesar normal dengan panjang mencapai kurang lebih 20 km, arah umum baratlauttenggara dan timurlaut-baratdaya. Berdasarkan catatan kegempaan yang ditimbulkan
oleh sesar-sesar tersebut, sampai saat ini belum pernah terjadi kegempaan sekala besar
yang berasal dari sesar-sesar tersebut. Selain struktur sesar, struktur geologi berupa
perlipatan (antiklin dan sinklin) juga banyak ditemukan di daerah wilayah sungai, akan
tetapi struktur perlipatan ini tidak menimbulkan bencana yang merusak.
Di WS Cimanuk Cisanggarung terdapat sesar tektonik melengkung dari SukabumiBaribis-Bumiayu, dalam SNI 03-1726-2002: Seismic Hazard Map of Indonesia)
2.3.1.4 Jenis Tanah
i. Jenis Tanah bagian Hulu
Lebih kurang dari 32% tanah bagian Hulu adalah Regosol. Jenis tanah yang ada
berupa Regosol Abu-abu hingga Regosol Coklat Abu-abu, yang memiliki kedalaman
sedang hingga dalam dan bertekstur lempung (Loam) hingga lempung berpasir
(Sandy Loam). Jenis tanah lain yang ada berupa Latosol (25%). Andosol merupakan
jenis tanah lain yang banyak ditemui, dengan sebaran luasan 17%, berupa tanah
coklat dengan kedalaman sangat dalam dan bertekstur lempung.
ii.
Jenis Tanah bagian Tengah
Pada ruas WS bagian Tengah hampir 70% berupa tanah Latosol. Pada daerah
sekitar sungai dan tributary, tanah yang ditemui adalah Aluvial dengan kedalaman
agak dalam dan tekstur tanah liat berat berwarna keabu-abuan.
Pada WS Cimanuk-Cisanggarung bagian Hulu dan Tengah, jenis tanah yang banyak
dijumpai adalah Latosol, Regosol, dan Andosol
16
iii.
Jenis Tanah bagian Hilir
Jenis tanah yang ada di bagian hilir pada umumnya adalah Tanah Gley (78%) dan
Alluvial (18%) sedangkan sisanya berupa tanah Mediteran dan Podzolik.
Gambar 2.7 Peta Jenis Tanah Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung
2.3.1.5
Penggunaan Lahan
Cisanggarung
di
Kabupaten/Kota
WS
Cimanuk
Penggunaan lahan di DAS Cimanuk sebagian besar merupakan lahan pertanian yang
mencakup kawasan seluas 2.736 km2 atau meliputi 66%, yang terdiri dari luas
persawahan (41%), perkebunan (8%), dan ladang (17%). Luasan hutan/semak 1.044 km2
atau 29% dari luas DAS. Sisanya 180 km2 atau 5% dari luas WS berupa permukiman,
kawasan perdagangan, dan industri.
17
Gambar 2.8 Peta Citra landsat TM, WS Cimanuk Cisanggarung, Tahun 2005
Gambar 2.9 Peta Penggunaan Lahan, WS Cimanuk Cisanggarung, Tahun 2006
2.3.1.6 Lahan Kritis
Berdasarkan data Balai Pengelolaan DAS Cimanuk-Cisanggarung tahun 2003 tercatat
luas lahan kritis DAS Cimanuk mencapai 178.794 ha yang terdiri dari kawasan hutan
46.129 ha dan diluar kawasan hutan 132.665 ha. Luas lahan kritis terbesar berada di
Kabupaten Garut yang telah mencapai 90.000 ha. Secara rinci sebaran lahan kritis di WS
Cimanuk-Cisanggarung seperti pada tabel berikut.
18
Tabel 2.2
Sebaran Lahan Kritis di lima Kabupaten di WS Cimanuk-Cisanggarung
Hingga Tahun 2003
Kabupaten
Kuningan
Cirebon
Garut
Sumedang
Majalengka
Indramayu
Total
Dalam Kawasan
Hutan (ha)
5.642
400
24.784
7.308
6.654
1.341
46.129
Luar
Kawasan Hutan
(ha)
11.406
6.042
65.261
18.243
21.945
9.768
132.665
Total
(ha)
17.048
6.442
90.045
25.551
28.599
11.109
178.794
Sumber: Balai Pengelolaan DAS Cimanuk Citanduy, 2003
Sedangkan di DAS Cimanuk dengan luas 3.584 km2 (358.400 ha) terdapat lahan kritis
110.000 ha, atau sekitar 31% dari luas DAS Cimanuk. Daerah tangkapan air dari
rencana waduk Jatigede yang terletak di bagian hulu DAS, berada di wilayah kabupaten
Garut dan Sumedang dengan luas 1.460 km2 (146.000 ha) sampai dengan tahun 2004
mempunyai luas lahan kritis 40.876 ha atau sekitar 28% dari luas daerah tangkapan air
waduk.
2.3.1.7 Laporan Hasil Studi
Studi-studi yang terkait dengan perencanaan sumber daya air di WS Cimanuk
Cisanggarung, antara lain:
a. Master Plan of Water Resources Development, SMEC and associates, 1979
b. Master Plan of Cisanggarung River Basin Development Project, SMEC and
associates, 1984
c. Flood Control Feasibility Studies, North Coast of Java Water Resources Development
and Flood Control Study, SMEC and associates, 1994
d. Jatigede Multipurpose Reservoir Project, Project Implementation Preparation Review
Study, Colenco PE and associates, 2000.
Sebagai hasil dari studi-studi tersebut antara lain telah ditindak lanjuti dengan dimulainya
pembangunan Waduk Jatigede di S. Cimanuk.
2.3.2 Data Sumber Daya Air
2.3.2.1 Meteorologi dan Hidrologi
Curah hujan rata-rata DAS Cimanuk mempunyai curah hujan rata-rata 2.800 mm, DAS
Cisanggarung mempunyai curah hujan rata-rata 2.700 mm, DAS Pantura Ciayu
mempunyai curah hujan 1.500 mm dan DAS Cipanas Pangkalan 1.700 mm.
2.3.2.2 Kondisi Air Permukaan
Potensi sumber daya air yang tersedia di WS Cimanuk-Cisanggarung kurang lebih 10,24
milyar m3/tahun dan air tanah 0,9 milyar m3/tahun. Dilihat dari kuantitas sumber daya air
19
tersebut cukup besar namun dilihat dari distribusi waktu (musim) dan lokasi,
penyebarannya sangat tidak menguntungkan.
Tabel 2.3 Potensi Waduk di WS Cimanuk-Cisanggarung
NO
Nama Waduk
DAS Cimanuk
1
Situbener
2
Cikajang
3
Garut
4
Cibatu
5
Balekambang
6
Cipasang
7
Jatigede
8
Kadumalik
9
Pasir Kuda
10 Jelagong
11 Ujungjaya
12 Cipanas
13 Cipelas
Jumlah
DAS Cisanggarung
1
Seuseupan
2
Cihirup
3
Masigit
4
Maneungteung
5
Gunung Karung
6
Ciniru
7
Cimulya
8
Ciwaru
9
Cihowe
10 Peucang
11 Dukuh Badag
12 Cileuweung
Jumlah
Irigasi
(ha)
Manfaat
Listrik
(GWh/th)
15
0,3
0,1
0,5
144
710
979,5
435
20
20
71
63
175
2.633,40
720
8.700
19.000
90.000
12.900
1.200
4.900
4.600
11.900
153.920
2,6
4,7
30
75
740
690
194
86
22,7
1.845
600
8.600
32
2,7
12
51
57
50
35
69
1,3
86
78
20
494
4.100
340
3.000
2.400
2.700
2.370
1.660
10.170
600
3.870
3.510
900
35.620
3,4
0,2
1,6
11,7
17,2
6,9
5,4
10,7
0,1
8,3
1,7
67,20
200
200
200
250
300
300
1.450
Volume
3
(juta m )
Air Baku
(liter/dt)
500
2.500
3.500
1.500
Sumber : Rencana Induk DAS Cimanuk Tahun 1979 dan Rencana Induk DAS Cisanggarung Tahun 1984
Potensi air (alami) di WS Cimanuk Cisanggarung adalah sebesar 10.242 juta m3/tahun
atau 342, 79 m3/detik.
2.3.2.3 Hidrogeologi
Dalam kajian hidrogeologi Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung mencakup antara lain:
keterdapatan (occurrence), kualitas, dan daerah perlindungan air tanah, sehingga pada
waktu merencanakan pengelolaan wilayah sungai, khususnya untuk air tanah, dapat
mempertimbangkan kajian ini sebagai masukan.
2.3.2.4 Air tanah
Keberadaan air tanah sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain keadaan
batuan, morfologi, curah hujan, dan penggunaan lahan.
20
•
Daerah produktivitas air tanah sangat tinggi
Daerah ini dicirikan dengan adanya air tanah produktivitas sangat tinggi, debit sumur
dapat mencapai lebih 10 liter/detik, misalnya di Dataran Garut bagian tengah. Pada
daerah ini batuan yang bertindak sebagai lapisan pembawa air adalah endapan
aluvium undak sungai dan batuan gunung api muda.
•
Daerah produktivitas air tanah tinggi
Daerah ini dicirikan dengan adanya air tanah dengan produktivitas cukup tinggi, debit
sumur antara 5 sampai 10 l/dtk, misalnya di Dataran Garut, dataran pantai Sungai
Cisanggarung bagian hilir (sekitar Losari), dan dataran pantai Sungai Cimanuk
bagian hillir (sekitar Jatibarang). Lapisan akuifer berupa batuan gunung api muda dan
lapisan pasir dari endapan aluvium.
•
Daerah produktivitas air tanah sedang
Daerah produktivitas air tanah sedang menempati daerah pantai utara Pulau Jawa,
antara lain sekitar muara Sungai Cisanggarung dan dataran Sungai Cimanuk antara
Jatibarang sampai Jatiwangi, debit sumur antara 1 sampai 5 l/dtk. Lapisan akuifer
utama umumnya bersifat pasiran dari endapan aluvium atau dari batuan sedimen
kurang padu di bagian utara wilayah sungai. Di bagian selatan wilayah sungai,
lapisan pembawa air berupa batuan gunung api muda yang dapat memunculkan
mata air dengan debit besar.
•
Daerah produktivitas air tanah rendah
Pada daerah ini debit air tanah melalui sumur kurang dari 1 l/dtk, akan tetapi pada
tempat dengan keadaan hidrogeologi tertentu, misalnya daerah tekuk lereng, dapat
ditemukan mata air dengan besar debit bervariasi. Daerah produktivitas air tanah
rendah untuk DAS Cimanuk hampir secara keseluruhan terdapat pada batuan
gunung api muda, terutama di bagian hulu. Sedangkan untuk DAS Cisanggarung
sebagian besar berada pada batuan sedimen. Air tanah dengan jumlah terbatas dan
bersifat musiman berupa air tanah bebas dapat diperoleh, yaitu pada zona pelapukan
yang cukup tebal.
•
Daerah air tanah langka
Daerah ini karena faktor batuan dan morfologinya sangat kecil kemungkinan
ditemukan air tanah. Daerah air tanah langka ini dapat ditemukan terutama pada
sekitar puncak gunung atau bukit yang ada di kedua daerah aliran sungai.
2.3.2.5 Kualitas air tanah
Kualitas air tanah Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar air tanah tersebut terbentuk. Untuk wilayah sungai bagian selatan kulitas air tanah
baik, karena air tanahnya terbentuk pada lingkungan batuan gunung api yang umumnya
menghasilkan air tanah kualitas baik. Kualitas air tanah untuk bagian utara wilayah sungai
umumnya dicirikan oleh tingginya kandungan klorida (payau sampai asin), terutama di
daerah pantai. Peta Hidrogeologi Indonesia Lembar Cirebon dan Lembar Pekalongan
menggambarkan penyebaran daerah air tanah asin terutama di sekitar muara Sungai
Cimanuk sampai pantai Cirebon, sedangkan untuk aliran Sungai Cisanggarung ada di
sekitar muara sungai.
21
Gambar 2.10 Peta Geologi Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung
Gambar 2.11 Peta Hidrogeologi Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung
2.3.2.6 Neraca Sumber Daya Air
Ketersedian air di WS Cimanuk Cisanggarung adalah 10,24 milyar m3 atau 324,79 m3/dtk.
Ketersediaan air tersebut yang akan digunakan untuk berbagai kebutuhan. Antara lain
22
kebutuhan air irigasi (36,46%). Air untuk kebutuhan rumah tangga, perkotaan dan industri
(RKI, 1,37%) dan kebutuhan air tambak (4,09%). Dari ketersediaan air tersebut masih
51,37% yang belum dimanfaatkan. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah
penduduk dan perekonomian masyarakat, maka kebutuhan air untuk berbagai sektor juga
akan terus meningkat.
2.3.3 Data Kebutuhan Air
Neraca air dimaksudkan sebagai keseimbangan antara ketersediaan air (yang merupakan
produk dari karakter DAS dan karakter iklim di suatu DAS) dengan berbagai macam
kebutuhan (air yang dibutuhkan untuk pertanian, tambak dan kolam ikan, peternakan,
domestik, perkotaan dan industry (RKI), air untuk pertambangan, untuk menjaga kualitas air
di sungai (pemeliharaan sungai), untuk menjaga lingkungan ekosistem lahan basah dsb).
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan perekonomian masyarakat,
maka kebutuhan air untuk berbagai sektor juga terus meningkat. Dari keseluruhan
kebutuhan air tersebut kebutuhan air untuk irigasi merupakan kebutuhan air terbesar
(berkisar antara 70%-90% dari total kebutuhan air).
Data Input kebutuhan air untuk berbagai sektor, baik sektor RKI atau DMI (Domestic,
Municipal and Industry) maupun irigasi untuk pertanian dapat diuraikan sebagai berikut :
2.3.3.1 Kebutuhan Air Irigasi Pertanian
Seperti telah diuraikan diatas, bahwa potensi air yang ada di WS Cimanuk Cisanggarung
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, diantaranya untuk pemenuhan kebutuhan air
domestik, perkotaan, industri maupun irigasi.
Kebutuhan air irigasi dalam studi ini dihitung dengan memperhitungkan pola tanam, awal
tanam dan intensitas tanam yang akan dihitung dengan bantuan paket program RIBASIM
Sedangkan besar kebutuhan air irigasi pada pintu pengambilan sangat dipengaruhi oleh
efisiensi irigasi, yang dalam studi ini diperkirakan sebesar 85%.
Daerah irigasi utama di DAS Cimanuk adalah seperti pada Tabel berikut:
23
Tabel 2.4 Nama Daerah Irigasi utama dan luasnya di DAS Cimanuk, 2007
No
Nama Sistem DI
1 Cipanas 2 & Tanguli
2 Cilutung
Barat
Timur
Timur Extension
3 Rentang dan Flood Inlet
Gegesik
Sindupraja
Cipelang&Parit barat
Cipelang&Parit utara
4 Kertajaya
Ujung Jaya
Palasah
5 Cirebon Barat & Majalengka
Cirebon
Majalengka
6 Cipanas 1&Cipondoh
Bolang, Amis, Loyang
Sumurwatu
Cibelerang
Cipondoh
Cipanas 1
Total luas (ha)
Luas YAD*)
Luas saat ini
Luas (ha)
Sub Total (ha)
3,333
3,333
13,796
3,885
5,911
4,000
Luas (ha)
3,333
Sub Total (ha)
3333
9,796
3,885
5,911
90,924
22,632
31,261
18,049
18,982
90,924
22,632
31,261
18,049
18,982
1,589
1,589
-
7,706
1,589
6,117
21,085
8,085
13,000
8,085
8,085
-
6,192
2,405
300
618
2,869
7,449
2,405
1,257
300
618
2,869
136,919
127,293
*) Luas yang akan datang dengan asumsi + Bdg Karedok
Menurut data BPS tahun 2005 luas tambak di WS Cimanuk Cisanggarung adalah sebagai
berikut.
Tabel 2.5 Luas tambak di WS Cimanuk Cisanggarung
No Derah Tambak
1
2
3
4
Kab Cirebon
Kota Cirebon
Kab Indramayu
Kab Brebes
Jumlah
Luas (ha)
4,095
50
6,242
2,889
13,276
Sumber: BPS, 2006. Penggunaaan Lahan tiap Kabupaten/Kota dalam WS Cimanuk
Cisanggarung
24
Gambar 2.12 Peta lokasi Daerah Irigasi di WS Cimanuk Cisanggarung
Kebutuhan Air Irigasi
1.20
1.00
Debit (m3/s)
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Cimanuk
0.68
0.73
0.65
0.80
0.84
0.95
0.80
0.56
0.34
0.43
0.69
0.75
Cisanggarung
1.00
0.97
0.80
0.59
0.58
0.45
0.42
0.40
0.29
0.35
0.64
0.83
Bulan
Gambar 2.13 Kebutuhan Air Irigasi (diversion requirement)
Perhitungan kebutuhan air irigasi dengan memperhitungkan pola tanam, awal tanam dan
intensitas tanam akan dilakukan dengan bantuan paket program RIBASIM. Awal tanam
untuk proyeksi kebutuhan air irigasi ditetapkan berdasarkan awal musim hujan. Proyeksi
kebutuhan air irigasi memperhitungkan perubahan luas lahan yang terairi irigasi, dimana
akan terus meningkat dikarenakan luas lahan irigasi non-teknis pada masa yang akan
datang akan beralih fungsi menjadi lahan sawah irigasi teknis karena semakin bertambah
dan meningkatnya layanan jaringan irigasi.
25
Kebutuhan air untuk tambak, digunakan angka hasil penelitian Cisadane-Cimanuk
Integrated Water Resources Development (BTA-155, 1992) yaitu sebesar 35 mm/hari.
2.3.3.2 Kebutuhan air untuk keperluan RKI (DMI)
Kebutuhan air RKI WS Cimanuk Cisanggarung pada saat ini disuplai dari air PDAM, air
tanah, mata air dan sumber air-sumber air yang lain. Tingkat pelayanan PDAM di wilayah
studi terbilang masih rendah, dan diharapkan tingkat pelayanan PDAM di wilayah studi
dapat terus meningkat seiring dengan bertambahnya bangunan-bangunan prasarana
pengairan di wilayah studi baik waduk, embung maupun long storage dan bangunanbangunan penampung air lainnya.
Kebutuhan air domestik atau kebutuhan air rumah tangga diproyeksikan berdasarkan
jumlah penduduk, sedangkan kebutuhan air perkotaan (municipal) adalah satuan
pemakaian air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan fasilitas-fasilitas umum seperti
tempat-tempat ibadah, kantor-kantor pemerintah dan fasilitas umum lainnya. Besar
kebutuhan air perkotaan (municipal) ini dapat diambil berdasarkan persentase kebutuhan
air domestik, dalam hal ini diambil sebesar 20% - 40% dari kebutuhan domestic.
2.3.3.3 Proyeksi Demografi WS Cimanuk Cisanggarung
Jumlah penduduk Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung menurut lokasi kota dan desa
sebagai berikut:
26
Tabel 2.6 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota menurut Lokasi Desa dan Kota
(jiwa)
p
Kabupaten/Kota
2005
(j
2010
)
2015
2020
2025
2030
Garut
kota
desa
total
120,831
1,326,296
1,447,127
130,708
1,434,726
1,565,434
141,393
1,552,019
1,693,412
152,951
1,678,902
1,831,853
165,453
1,816,159
1,981,612
178,978
1,964,636
2,143,614
Sumedang
kota
desa
total
152,579
448,756
601,335
168,101
494,984
663,085
185,202
545,973
731,175
204,043
602,215
806,258
224,801
664,250
889,051
247,670
732,676
980,346
Majalengka
kota
desa
total
65,827
1,103,510
1,169,337
65,827
1,148,280
1,214,107
65,827
1,194,765
1,260,592
65,827
1,243,029
1,308,856
65,827
1,293,142
1,358,969
65,827
1,345,173
1,411,000
Kuningan
kota
desa
total
89,214
646,017
735,231
129,432
642,771
772,203
187,782
623,252
811,034
272,435
579,383
851,818
395,251
499,402
894,653
573,433
366,208
939,641
Indramayu
kota
desa
total
101,028
951,356
1,052,384
101,028
956,628
1,057,656
101,028
961,927
1,062,955
101,028
967,253
1,068,281
101,028
972,605
1,073,633
101,028
977,984
1,079,012
Sumber/Kab Cirebon
kota
desa
total
74,193
1,955,760
2,029,953
74,193
2,061,084
2,135,277
74,193
2,171,873
2,246,066
74,193
2,288,410
2,362,603
74,193
2,410,993
2,485,186
74,193
2,539,937
2,614,130
Kota Cirebon
kota
desa
total
271,795
271,795
288,408
288,408
306,037
306,037
324,743
324,743
344,593
344,593
365,656
365,656
Brebes
kota
desa
total
238,584
238,584
241,090
241,090
243,622
243,622
246,180
246,180
248,766
248,766
251,378
251,378
TOTAL
kota
desa
total
875,467
6,670,279
7,545,746
957,698
6,979,562
7,937,260
1,061,462
7,293,431
8,354,893
1,195,220
7,605,372
8,800,592
1,371,146
7,905,317
9,276,463
1,606,786
8,177,991
9,784,777
Sumber : data tahun 2005 : BPS Kab/Kota terkait, 2005
data tahun 2010,s/d 2030 proyeksi penduduk berdasar laju pertumbuhan tahun 1995-2005
Dari tabel nampak bahwa jumlah penduduk dalam WS Cimanuk Cisanggarung pada
tahun 2005 adalah 7.545.746 jiwa dan diproyeksikan pada tahun 2030 jumlah penduduk
akan meningkat menjadi 9.784.777 jiwa atau meningkat 30%. Kabupaten yang paling
kecil peningkatan jumlah penduduknya adalah Kabupaten Indramayu (3%) dan yang
terbesar Kabupaten Sumedang (63%).
27
Tabel 2.7
(liter/kapita/hari)
Kinerja Kebutuhan untuk RK (rumah tangga dan perkotaan)
Kabupaten/Kota
Kab. Garut
Kab Sumedang
Kota Cirebon
Kab Indramayu
Kab Majalengka
Kab Kuningan
Kab Cirebon
Kab Brebes
kota
desa
kota
desa
kota
desa
kota
desa
kota
desa
kota
desa
kota
desa
kota
desa
1995
2005
2010
2015
2020
2025
2030
97
29
97
29
97
167
57
167
57
167
176
72
176
72
176
183
76
183
76
183
186
78
186
78
186
183
78
183
78
183
186.4
78.43
186.4
78.43
186.4
97
29
97
29
97
29
97
29
167
57
167
57
167
57
167
57
176
72
176
72
176
72
176
72
183
76
183
76
183
76
183
76
186
78
186
78
186
78
186
78
183
78
183
78
183
78
183
78
186.4
78.43
186.4
78.43
186.4
78.43
186.4
78.43
29
57
72
76
78
78
78.43
Sumber: Pedoman BWRP, Ditjen SDA, 2004
Di Kabupaten/Kota yang masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung kecuali Kab.
Indramayu (kilang minyak) dan Majalengka (pabrik semen) diasumsikan hanya untuk
industri kecil dan besarnya kebutuhan air industri sebagai berikut:
Tabel 2.8 Kriteria Kebutuhan
Air) untuk Industri (liter/kapita/hari)
(
p
Kabupaten/Kota
Kab. Garut
Kab Sumedang
Kota Cirebon
Kab Indramayu
Kab Majalengka
Kab Kuningan
Kab Cirebon
Kab Brebes
1995
12
12
12
12
12
12
12
12
2005
26
26
26
26
26
26
26
26
2010
34
34
34
34
34
34
34
34
2015
37
37
37
37
37
37
37
37
2020
38
38
38
38
38
38
38
38
2025
38
38
38
38
38
38
38
39
2030
38
38
38
38
38
38
38
38
Sumber: Pedoman BWRP, Ditjen SDA, 2004
Asumsi faktor kehilangan air yang terjadi (losses factor) adalah sebesar 20%. Tingkat
pelayanan PDAM diharapkan akan terus meningkat seiring dengan pembangunan sarana
penyediaan dan distribusi air.
Untuk Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung, telah dihitung proyeksi kebutuhan air RKI
dari tahun 2005 s/d 2030 adalah sebagai berikut.
28
Tabel 2.9 Kebutuhan air RKI dalam m3/dt (termasuk utk Bandara Kertajati dan
pelabuhan Cirebon
Kabupaten/Kota
2005
2010
2015
2020
2025
2030
Garut
kota
desa
industri
Total
0.1611
0.472
0.036
0.670
0.1835
0.643
0.052
0.878
0.2061
0.736
0.060
1.003
0.2277
0.823
0.067
1.118
0.2418
0.885
0.073
1.200
0.2664
0.963
0.079
1.308
Sumedang
kota
desa
industri
bandara
Total
0.203
0.160
0.046
0.409
0.236
0.222
0.067
0.525
0.270
0.259
0.079
2.500
3.108
0.304
0.295
0.090
2.500
3.189
0.329
0.324
0.099
2.500
3.251
0.369
0.359
0.109
2.500
3.337
Majalengka
kota
desa
industri
Total
0.088
0.393
0.020
0.501
0.092
0.514
0.026
0.633
0.096
0.567
0.028
0.691
0.098
0.609
0.029
0.736
0.096
0.630
0.029
0.756
0.098
0.659
0.029
0.786
Kuningan
kota
desa
industri
Total
0.119
0.230
0.027
0.376
0.182
0.288
0.052
0.521
0.274
0.296
0.080
0.649
0.406
0.284
0.120
0.810
0.578
0.243
0.174
0.995
0.854
0.180
0.253
1.286
Indramayu
kota
desa
industri
Total
0.135
0.339
0.474
0.142
0.428
0.500
1.070
0.147
0.456
1.000
1.604
0.150
0.474
1.000
1.625
0.148
0.474
1.500
2.122
0.150
0.479
1.500
2.130
Kab Cirebon
kota
desa
industri
Total
0.099
0.697
0.022
0.818
0.104
0.923
0.030
1.057
0.108
1.030
0.032
1.170
0.110
1.122
0.033
1.265
0.108
1.175
0.033
1.316
0.110
1.245
0.033
1.388
Kota Cirebon
kota
desa
industri
pelabuhan
Total
0.362
0.082
0.444
0.405
0.115
0.500
1.020
0.446
0.130
0.500
1.076
0.484
0.143
0.500
1.127
0.504
0.152
0.500
1.155
0.544
0.161
0.500
1.206
Brebes
kota
desa
industri
Total
0.085
0.085
0.108
0.108
0.116
0.116
0.121
0.121
0.121
0.121
0.123
0.123
TOTAL
kota
desa
industri
bandara
pelabuhan
Total WS
1.168
2.376
0.233
3.777
1.345
3.126
0.842
0.500
5.812
1.547
3.460
1.409
2.500
0.500
9.416
1.780
3.728
1.483
2.500
0.500
9.991
2.004
3.854
2.059
2.500
0.500
10.916
2.392
4.009
2.164
2.500
0.500
11.565
11.078
11.754
Eff. 85%
4.443
6.838
12.843
13.606
Keterangan : hanya yang masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung
Kebutuhan air utk kilang minyak dan pabrik semen (Kab.Indramayu) kl. 0.5-1.0 m3/dtk
2.3.4 Data Sosial Ekonomi
2.3.4.1 Batas Administrasi Wilayah Sungai Cimanuk - Cisanggarung
Wilayah Sungai (WS) Cimanuk-Cisanggarung secara administrasi terletak di Provinsi
Jawa Barat dan Jawa Tengah sedangkan secara geografis WS Cimanuk-Cisanggarung
terletak pada posisi107o10” BT - 109o00” BT dan 6o00” LS – 7o30” LS. Batas WS Cimanuk
29
Cisanggarung adalah sebelah utara Laut jawa, sebelah timur WS Pemali Juana, sebelah
barat WS Citarum dan sebelah selatan WS Citanduy, dan WS Ciwulan-Cilaki. Luas
wilayah sungai Cimanuk Cisanggarung meliputi 8 (delapan) Kabupaten Kota dimana tidak
semua wilayah Kabupaten/Kota tersebut masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung.
Tabel 2.10 memperlihatkan luas wilayah dan prosentase yang masuk dalam WS Cimanuk
Cisanggarung sedang Gambar 2.14 memperlihatkan wilayah Kabupaten/Kota yang
masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung.
Tabel 2.10 Wilayah administrasi yang masuk ke dalam WS Cimanuk-Cisanggarung
No
Kabupaten/Kota
Wilayah Kabupaten/Kota
Luas
Kecamatan Desa
(km2)
PROV. JAWA
BARAT
1 Kota Cirebon
5
37,358
2 Cirebon
990,36
38
3 Indramayu
31
2.040,11
4 Kuningan
1.117,95
32
5 Majalengka
23
1.204,24
6 Sumedang
1.522,20
26
7 Garut
3.065,19
42
PROV. JAWA
TENGAH
1 Brebes
1661,17
17
Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka, 2006
WS Cimanuk Cisanggarung
Luas
Kecamatan Desa
%
(km2)
22
424
310
376
331
269
419
37,358
990,36
1.149,33
692,60
1.204,24
927,20
1.415,09
5
38
18
18
23
15
22
22
424
203
230
331
161
263
100
100
56,3
61,9
100
60,9
46,2
297
472,17
5
99
28,4
Proporsi Luas Wilayah Kab/Kota dalam WS Cimanuk
Cisanggarung
KOTA
CIREBON
1%
CIREBON
14%
KUNINGAN
10%
BREBES
7%
GARUT
21%
SUMEDANG
13%
INDRAMAYU
17%
MAJALENGKA
17%
Gambar 2.14 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk, WS Cimanuk Cisanggarung
30
Gambar 2.15 Peta Kondisi Sosial WS Cimanuk-Cisanggarung, Tahun 2006
2.3.4.2 Pertumbuhan Ekonomi di WS Cimanuk Cisanggarung
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu unsur dari data bidang
ekonomi yang mempunyai peran yang sangat penting sebagai barometer keberhasilan
pembangunan suatu daerah. Berikut disajikan Perkembangan PDRB serta Kontribusi
beberapa sektor ekonomi yang dominan di Kabupaten dan Kota di WS Cimanuk
Cisanggarung.
2.3.4.3 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota yang terkait
dengan WS Cimanuk Cisanggarung
Tabel 2.11 PDRB Provinsi Jawa Barat 2004- 2005
Harga
Berlaku
Konstan 2000
Dalam juta Rp
2004
2005
Dgn Migas
Tanpa Migas
Dgn Migas
Tanpa Migas
301,012,077.08 287,636,830.72 387,353,142.83 368,802,312.20
233,057,690.94 223,349,891.67 245,798,061.75 236,925,108.21
Sumber: BPS, Prov. Jawa Barat Dalam Angka, 2006
31
5,959,237.14
7,269,010.25
Brebes
13,862,203.78
11,362,697.23
5,943,299.64
7,048,210.76
6,000,000
Sumedang
8,000,000
3,869,951.98
4,573,373.23
10,000,000
4,260,270.62
5,021,598.40
12,000,000
5,750,279.93
6,840,255.94
14,000,000
7,666,256.90
8,938,212.28
16,000,000
7,764,556.74
9,681,119.70
PDRB Kabupaten/Kota WS Cimanuk Cisanggarung, Tanpa
Migas, Harga Berlaku, tahun 2004 dan 2005 (dalam juta Rp)
4,000,000
2004
Gambar 2.16
Kuningan
Garut
Majalengka
Cirebon
Kota Cirebon
-
Indramayu
2,000,000
2005
PDRB Kab/Kota WS Cimanuk Cisanggarung Tanpa Migas, Tahun 2004 –
2005
Kalau dilihat kontribusi dari sektor terhadap PDRB maka sektor pertanian masih
merupakan sektor terbesar untuk Kabupaten-Kabupaten Garut, Majalengka, Kuningan,
Cirebon dan Brebes, seperti pada tabel dan gambar berikut.
Tabel 2.12 Kontribusi Masing-masing Sektor Ekonomi terhadap Pembentukan PDRB
(Atas Dasar Harga Berlaku) Dengan Migas Tahun 2005 (dalam %)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sektor
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa Perush
Jasa-jasa
Garut
Sumedang Majalengka
51.00
29.14
36.56
0.12
0.13
4.28
8.17
23.56
15.96
0.45
2.57
0.59
2.25
2.15
4.22
24.99
26.04
19.69
3.68
4.00
5.23
2.28
4.39
3.03
6.67
8.03
9.44
100.00
100
100
Indramayu Kuningan Cirebon Kota Cirebon
13.21
39.58
35.27
0.35
43.88
1.01
0.40
26.77
1.99
10.56
33.82
0.25
0.50
2.73
1.77
0.82
4.84
6.31
3.87
8.99
18.96
20.45
32.50
2.63
11.03
8.26
17.34
0.89
6.28
4.11
4.44
2.55
15.82
11.91
5.91
100
100
100.00
100.00
Brebes
55.54
1.22
10.13
0.86
2
21.23
1.67
3.31
4.04
100,00
Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka, 2006, Analisis Konsultan
32
Tabel 2.13
Kabupaten/Kota
8.54
5.32
4.04
6.17
10.13
1.67
9.11
4
44.68
21.23
23.56
1.22
Industri
Perdagangan
Pertanian
19.18
55.54
0.13
Prov. Jawa Barat
Brebes
Sumedang
Kuningan
Garut
Indramayu
Majalengka
11.9
13.21
3.09
29.14
39.58
Pertambangan
7.3
26.04
1.01
4.28
51
Gambar 2.17
Cirebon
0.35
0
Kota Cirebon
0%
37.56
35.27
32.5
10%
Pengangkutan
Jasa
30%
20%
Lain-2
18.96
0.12
8.03
24.99
15.82
1.99
11.03
11.62
4.98
6.67 8.17
3.68
7.84
5.23
15.96
43.88
0.4
5.91
40%
9.44
19.69
20.45
50%
8.99
33.82
60%
11.91
70%
2.55
10.56
80%
26.77
17.34
8.26
90%
2.63
13.15
10.08
100%
1.96
Kontribusi Sektor dalam PDRB WS Cimanuk Cisanggarung
(Tahun 2005)
Kontribusi Sektor dalam PDRB Kab/Kota WS Cimanuk Cisanggarung
Tahun 2005
Kontribusi Sektor Ekonomi Dominan terhadap PDRB Untuk Masing-masing
Kabupaten dan Kota terkait di WS Cimanuk Cisanggarung (%)
Pertanian
Pertambangan/
Penggln
Kota Cirebon
Kab. Cirebon
Kab. Indramayu
Kab. Majalengka
Kab. Garut
Kab. Kuningan
Kab. Sumedang
Kab. Brebes
0,35
35,27
13,21
36,56
51,00
39,58
29,14
55,54
0,40
43,88
4,28
0,12
1,01
0,13
1,22
Perdagangan/
hotel/resto
32,50
20,45
8,99
19,69
24,99
18,96
26,04
21,23
Prov. Jawa Barat
11,90
3,09
19,18
Jasa
5,91
11,91
2,55
9,44
6,67
15,82
8,03
4,04
Industri
Pengolahan
33,82
10,56
26,77
15,96
8,17
1,99
23,56
10,13
Pengangkt
&
Komunikasi
17,34
8,26
2,63
5,23
3,68
11,03
4,00
1,67
7,30
44,68
5,32
Lain-2
10,08
13,15
1,96
7,84
4,98
11,62
9,11
6,17
8,54
Sumber: BPS, PDRB Kab/Kota Provinsi Jawa Barat, 2005
BPS, PDRB Kab. Brebes, 2005
Dari Tabel nampak bahwa sektor pertanian masih merupakan sektor dominan dalam
membentuk PDRB di hampir seluruh kabupaten WS Cimanuk Cisanggarung, kecuali untuk
Kota Cirebon dan Kabupaten Indramayu. Untuk Kota Cirebon urutan pertama penyumbang
PDRB adalah Industri Pengolahan dan untuk Kabupaten Indramayu urutan pertama
penyumbang PDRB adalah sektor Pertambangan dan Penggalian.
33
Tabel 2.14 Perkembangan PDRB dari Tahun 2004-2005, Kabupaten dan Kota terkait di WS. Cimanuk Cisanggarung
No
Tahun 2004
Harga Berlaku
Harga Konstan
Tahun 2005
Harga Berlaku
Harga Konstan
Sektor
Dengan Migas
Tanpa Migas
Dengan Migas
Tanpa Migas
Dengan Migas
Tanpa Migas
Dengan Migas
Tanpa Migas
Kota Cirebon
Cirebon
5.750.279,93
7.764.556,74
4.628.701,61
5.927.043,65
6.840.255,94
9.681.119,70
4.854.898,02
6.226.828,28
Indramayu
Kabupaten / Kota
Majalengka
Garut
21.554.613,43
7.666.256,90
16.337.387,36
5.566.101,17
4.351.745,12
4.260.270,62
3.262.008,13
3.189.630,87
29.148.029,55
8.938.212,28
16.291.320,21
5.803.691,24
5.130.271,40
5.021.598,40
3.407.675,96
3.332.201,74
Kuningan
Sumedang
Brebes
11.362.697,23
3.869.951,98
5.943.299,64
5.959.237,14
8.418.445,43
3.060.811,58
4.311.330,91
4.119.445,92
13.862.203,78
4.573.373,23
7.048.210,76
7.269.010,25
8.768.410,50
3.181.496,86
4.506.200,56
4.318.218,91
Sumber: BPS, Bappeda Prov. Jawa Barat,PDRB Kab/Kota di Jawa Barat, 2005, BPS, PDRB Kabupaten Brebes, 2005
Catatan: Harga konstan Tahun 2000
34
2.3.4.4
Nilai Indeks
Cisanggarung
Pembangunan
Manusia
(IPM)
di
WS
Cimanuk
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian kualitas pembangunan
manusia di suatu wilayah adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human
Development Indeks (HDI). Berikut disajikan data IPM untuk Kabupaten dan Kota yang
terkait di WS Cimanuk Cisanggarung tahun 2005.
Tabel 2.15 Perkembangan IPM Beserta Komponennya di Kabupaten/Kota WS Cimanuk
Cisanggarung Tahun 2004-2005
No
Kota Cirebon
Kab. Cirebon
Kab. Indramayu
Kab. Majalengka
Kab. Sumedang
Kab. Garut
Kab. Kuningan
Kab. Brebes*)
Angka
Harapan
Hidup Nol Th
(AHHo)
2004
2005
69,16 69,49
64,47 64,78
64,36 65,03
67,41 67,70
67,87 67,94
63,50 64,10
69,02 69,08
63,3
64,3
Angka Melek
Huruf (%)
2004
96,89
88,73
78,76
91,92
98,01
98,00
91,88
83,0
Rata-2 Lama
Sekolah
2005
98,85
89,34
80,43
92,33
98,72
98,90
94,12
81,1
2004
9,45
6,45
5,56
6,45
7,75
6,80
6,70
4,80
2005
10,86
6,52
6,01
6,49
7,87
7,10
6,88
5,00
Kemampuan daya
Beli
2004
544,83
527,76
556,38
549,85
550,75
626,10
535,80
580,20
2005
569,38
531,05
558,50
552,75
556,78
626,90
537,53
590,60
IPM
2004
71,92
63,97
63,24
68,01
70,65
68,70
68,00
60,20
2005
75,48
64,58
64,48
68,52
71,40
69,50
68,80
61,30
Sumber: IPM Prov. Jawa Barat, 2006, Indonesia Laporan Pembangunan Manusia, 2004
Ket: *)Kab. Brebes Data Th 1999-2002, dr Indonesia Laporan Pembangunan Manusia, 2004
75.48
Nilai IPM Kabupaten/Kota di WS Cimanuk Cisanggarung Tahun
2005
61.3
64.58
71.4
64.48
70
68.52
68.8
75
69.5
80
65
60
Brebes
Kota
Cirebon
Cirebon
Indramayu
Sumedang
Majalengka
50
Kuningan
55
Garut
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kab/Kota
Gambar 2.18 Nilai IPM Kabupaten/Kota di WS Cimanuk Cisanggarung
Untuk semua Kabupaten dan Kota di WS Cimanuk Cisanggarung nilai IPM mengalami
peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan klasifikasi Status Pembangunan
Manusia dari UNDP, maka angka IPM untuk Kota Cirebon, Kabupaten Majalengka,
Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut dan Kabupaten Kuningan masuk interval 66 –
80 atau kategori menengah atas. Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, dan
Kabupaten Brebes masuk dalam kategori menengah bawah (50 – 66).
35
Nilai IPM tertinggi adalah Kabupaten Sumedang (71,40) dan Kota Cirebon (75,48). Nilai
PDRB dibedakan antara dengan migas dan tanpa migas. Nilai PDRB tanpa migas
tertinggi adalah Kabupaten Garut Rp 13.862.203,786 juta (nilai IPM 69,50) dan yang
terendah adalah Kabupaten Kuningan dengan nilai Rp.4.573.373,23 juta (nilai IPM 68,80).
Dari angka diatas tampak ada korelasi positif antara PDRB dengan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) untuk Kabupaten Garut.
Untuk Kabupaten Indramayu dengan nilai PDRB dengan migas Rp 29.148.029,55 juta
dan tanpa migas Rp 8.938.212,28 juta, nilai IPM tahun 2005 adalah 64,58 yang lebih
rendah dari nilai IPM Kabupaten Kuningan (68,80). Hal ini dapat diartikan sementara
bahwa sektor migas yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten
Indramayu belum memberikan kontribusi yang seimbang terhadap peningkatan
kesejahtaeraan manuasia yang berada di kabupaten tersebut.
Dari uraian diatas dan berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air (SDA), dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Penyediaan air baku untuk irigasi yang handal di Kabupaten Indramayu merupakan
prasyarat utama untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Indramayu yang sebagian besar berprofesi sebagai petani sawah maupun tambak
dan nelayan. Pembangunan Bendungan Jatigede diharapkan akan memenuhi
peningkatan ini. Luas sawah total di Kabupaten Indramayu adalah 109.104 ha
dengan luas daerah irigasi teknis seluas 73.600 ha (sebagian besar adalah daerah
irigasi Rentang).
2. Di Kabupaten Garut, kontribusi sektor pertanian yang cukup berarti (51%) terhadap
nilai PDRB (tertinggi, Rp 13.862.203,786 juta) telah menghasilkan nilai IPM yang
masuk dalam kategori menengah atas (nilai 69,50). Seperti diketahui luas sawah total
di kabupaten Garut adalah 50.194 ha, dimana luas sawah irigasi teknis hanya 9.538
ha saja.
Sumber: BPS, Bappenas, UNDP, 2004. Ekonomi dari Demokrasi: membiayai pembangunan Manusia Indonesia. Laporan Pembangunan Manusia
Bappeda Jawa Barat dan BPS 2006. Penyusunan Data Basis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun 2006.
Gambar 2.19
Prosentase Penduduk Miskin dan Nilai IKM Kab/Kota di WS Cimanuk
Cisanggarung
36
2.3.4.5 Kondisi Pertanian
Kecuali Kota Cirebon dan Kabupaten Indramayu, maka sektor pertanian masih
merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam produk domestik regional
bruto Kabupaten/Kota. Sub sektor tanaman pangan yang berupa tanaman padi
merupakan komoditas utama yang diusahakan oleh sebagian besar penduduk.
Tabel 2.16
No
Luas Lahan Sawah (Ha) Menurut Penggunaan di Kabupaten/Kota yang
terkait dengan WS Cimanuk Cisanggarung Tahun 2005
Kab/Kota
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kota Cirebon*)
Cirebon
Indramayu
Majalengka*)
Sumedang
Garut
Kuningan
Brebes
Jumlah
Irigasi
Setgh
teknis
Irigasi
Seder
hana
130
36.073
73.600
17.434
3.160
9.538
9.224
30.997
8.464
11.734
7.880
5.112
8.850
4.702
10.336
2.670
2.976
5.819
11.885
9.048
2.936
5.879
185
1.526
2.519
12.795
6.499
12.422
4.217
-
30
6.318
18.275
6.978
6.804
9.803
8.471
14.349
51
533
-
345
55.051
109.104
50.906
33.511
50.194
29.550
63.471
175.634
61.600
41.213
40.163
71.028
584
392.132
Irigasi
Teknis
Irigasi
Non PU
Sementara
Tdk
Diusahakan
Tadah
Hujan
Jumlah
Sumber: BPS, Kab/Kota Dalam Angka, 2005.
Ket: *) Data dari BPS, Prov. Jabar Dalam Angka, 2006
Tabel 2.17 Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi dan Palawija di
Kabupaten dan Kota yang terkait dengan WS Cimanuk Cisanggarung Tahun
2005
Tanaman Pangan/
Kabupaten
Padi
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Sat.Produksi (t/ha)
3.371
-
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Sat.Produksi (t/ha)
86.802
834.634
6.16
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Sat.Produksi (t/ha)
195.254
1.264.685
6.477
Padi
Ladang
162
792
4.89
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Sat.Produksi (t/ha)
94.604
537.977
5.687
2.123
7.453
3.511
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Sat.Produksi (t/ha)
65.786
388.707
5.91
7.403
19.662
2.66
Ketela
Pohon
Kota Cirebon
127
262
Kab. Ciirebon
837
468
4.338
5.608
5.18
11.98
Kab. Indramayu
160
345
1.397
1.398
8.732
4.055
Jagung
Kab. Majalengka
11.324
3.641
78.563
56.928
6.938
15.635
Kab. Sumedang
11.300
9.689
44.167
139.639
3.91
14.41
Ketela
Rambat
Kacang
Tanah
Kedelai
Kacang
Hijau
123
-
123
-
2
-
22
-
119
1.361
11.44
498
922
1.85
390
403
1.03
3.026
3.183
1.05
10
50
8.732
318
964
8.732
1.804
1.994
11.05
888
1.339
15.08
1.226
20.350
16.599
2.222
2.849
12.82
1.033
1.388
13.44
1.337
1.110
8.3
1.812
22.641
12.5
4.956
6.208
12.5
1.166
1.316
11.3
1.278
1.272
10
37
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Sat.Produksi (t/ha)
111.799
627.747
5.62
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Sat.Produksi (t/ha)
63.585
353.618
5.561
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Sat.Produksi (t/ha)
86,383
528.146
6.11
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Sat.Produksi (t/ha)
704.213
4.538.885
6,44
Kab. Garut
20.137
45.774
22.490
57.873
259.722
497.366
2.87
5.67
8.281
Kab. Kuningan
3.737
5.989
3.453
10.101
24.179
48.269
2.703
4.037
13.979
Kab. Brebes
1.391
18.029
2.217
5.839
75.037
27.688
4.20
4.16
12.53
WS Cimanuk Cisanggarung
34.953
101.720
2,91
4.824
50.652
10.5
20.485
29.970
14.6
5.418
7.098
13.1
2.121
1.918
9.0
5.643
90.613
16.058
2.920
5.252
19.99
1.123
1.220
10.86
989
941
9.51
362
4.898
13.53
606
1.515
25.0
4.599
8.798
19.1
4.221
15.077
35.7
Sumber: BPS, Kab/Kota Dalam Angka, 2005
Terlihat pada tabel diatas bahwa pada tahun 2005 luas panen padi di seluruh
Kabupaten/Kota di WS Cimanuk Cisanggarung mencapai 704.213 ha dengan jumlah
produksi sebesar 4.538.885 ton dengan rata-rata produksi 5,93 ton/ha. Luas panen padi
terbesar terdapat di Kabupaten Indramayu (195.254 ha) dengan produksi sebesar
1.264.685 Ton
2.3.4.6 Kondisi Hutan Di Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat dengan luas daratan 3.555.502 ha luas memiliki potensi sumber daya
hutan seluas 791.519,33 ha atau sekitar 22,26% dari luas daratan Jawa Barat, terdiri dari
hutan produksi 295.634,08 ha, hutan produksi terbatas 176.669,61 ha, hutan lindung
203.105,71 ha, dan kawasan konservasi seluas 116.109,93 ha. Secara ideal, luas
kawasan hutan tersebut belum memenuhi luas minimum sebesar 30% dari luas daratan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 1999.
Dilihat dari aspek pengelolaan, kawasan hutan seluas 675.409,40 ha atau sekitar 85,33%
dari luas kawasan hutan Jawa Barat dikelola oleh Perhutani Unit III Jawa Barat yaitu
hutan produksi, 472.303,69 ha dan hutan lindung 203.105,71 ha. Sedangkan sisanya
berupa kawasan konservasi seluas 116.109,93 ha atau sekitar 14,67% dari luas kawasan
hutan Jawa Barat yang terdiri dari kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarisan alam,
yang dikelola oleh unit pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Gunung
Halimun, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (Jawa Barat I dan Jawa Barat II).
Selain kawasan hutan Negara terdapat juga hutan milik / hutan rakyat seluas
166,558,35 ha.
38
Tabel 2.18 Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat
No
Kawasan
Luas (ha)
1
Hutan produksi
295.519,33
2
Hutan produksi terbatas
176.669,61
3
Hutan Lindung
203.105,71
4
Hutan konservasi
116.109,93
Jumlah
791.519,33
Hutan Rakyat
166.558,35
Luas provinsi
3.555.502
%
22,26
Keterangan
Minimum 30%
Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, 2007
Kondisi sumber daya hutan Jawa Barat secara umum telah dan sedang mengalami
proses degradasi fungsi secara serius baik disebabkan oleh penjarahan, perambahan,
okupasi maupun kebakaran hutan. Pada kawasan hutan yang saat ini dikelola oleh
PT Perhutani Unit III Jawa Barat, tercatat tanah kosong seluas 79.169,35 ha yang
terbesar di 13 KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan). Sementara itu pada kawasan hutan
konservasi luas hutan yang rusak akibat gangguan keamanan adalah seluas 4.693,25 ha.
2.3.4.7 Kawasan Hutan Di WS Cimanuk-Cisanggarung
Kawasan hutan di WS Cimanuk-Cisanggarung pada umumnya sudah mengalami
degradasi. Hutan yang ada di wilayah ini pada umumnya merupakan hutan rakyat,
dimana hutan tersebut dikelola oleh masyarakat setempat. Kawasan hutan di WS
Cimanuk Cisanggarung berlokasi di sekitar Waduk Darma di Kabupaten Kuningan,
Waduk Situpatok dan Waduk Sedong di Kabupaten Cirebon, Waduk Cipancuh dan
Waduk Situ Bolang di Kabupaten Indramayu.
Luas Kawasan Hutan dan prosentase terhadap luas
hutan di WS Cimanuk Cisanggarung
Total luas hutan = 269.054,68 ha
Hutan
konservasi
36,891.72
14%
Hutan Lindung
146,948.76
54%
Hutan
produksi
64,660.96
24%
Hutan produksi
terbatas
20,553.24
8%
Hutan produksi
Hutan produksi terbatas
Hutan Lindung
Hutan konservasi
Gambar 2.20 Luas Jenis Pemanfaatan Hutan di WS Cimanuk Cisanggarung
39
Gambar 2.21 Peta Kawasan Hutan di WS Cimanuk Cisanggarung
2.4 Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan
Identifikasi kondisi lingkungan dan permasalahan ditinjau dalam 5 aspek pengelolaan SDA
yaitu konservasi SDA, pendayagunaan SDA, pengendalian daya rusak air, sistem informasi
SDA dan pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha.
Identifikasi kondisi lingkungan dan permasalahan serta pemecahan masalah yang diusulkan
dalam forum PKM akan ditinjau.
2.4.1 Aspek Konservasi Sumber Daya Air
Total lahan kritis di WS Cimanuk Cisanggarung mulai kategori potensial kritis sampai
sangat kritis pada saat ini mencapai luas kurang lebih 178.794 ha akibat proses erosi dan
kerusakan vegetasi.
Di WS Cimanuk Cisanggarung, erosi dan sedimentasi merupakan salah satu
permasalahan yang mengancam kelestarian fungsi SDA serta keberlangsungan manfaat
yang diperoleh dari upaya pengembangan dan pengelolaan SDA yang tetah dilaksanakan.
Beberapa isu terkait dengan erosi dan sedimentasi yang terjadi di WS Cimanuk
Cisanggarung antara lain:
•
Kegiatan pertanian di daerah hulu yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah
konservasi, termasuk kegiatan pembukaan hutan secara ilegal untuk lahan pertanian,
telah memicu terjadinya proses erosi dan sedimentasi.
40
Tabel 2.19 Luas Kawasan Hutan di WS Cimanuk-Cisanggarung (Ha)
No
Kabupaten
Hutan
Produksi
Hutan produksi
Tetap
Hutan Lindung
Cagar Alam
1
Garut
166,10
5.400,42
75.994,13
17.255,24
2
Sumedang
16.924,55
10.115,82
8.801,64
126,60
3
Majalengka
11.057,45
3.853,0
5.509,46
4
Indramayu
32.629,86
5
Kuningan
6
7
Cirebon
Brebes
3.883,0
Jumlah
64.660,96
Taman
Nasional
Suaka
Margasatwa
90,0
Hutan Konservasi
Taman
Berburu
1.575,0
8.624,80
Total
Taman
Wisata
1.233,88
Taman
Hutan Raya
1.280,39
35,81
6.670,0
Jumlah
20.154,12
101.714,77
10.067,60
45.909,61
6.670,0
27.089,91
8.023,55
40.653.41
1.184,0
48.620,0
53.687,0
20.553,24
146.948,78
17.381,84
6.670,0
90,0
10.199,80
2.514,27
35,81
36.891,72
269.054,70
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, 2007
Luas lahan kritis 178.794 ha dimana didalam kawasan hutan 46.129 ha sedang luas lahan kritis diluar kawasan hutan mencapai 132.665 ha.Luas lahan kritis
terbesar di Kab.Garut (90.045 ha) dimana luas lahan kritis didalam kawasan hutan 24.784 ha dan diluar kawasan hutan 65.261 ha
41
• Di banyak lokasi pada ruas sungai sungai di WS Cimanuk Cisanggarung terjadi
degradasi dasar sungai, karena ketidakseimbangan. angkutan sedimen; yang
disebabkan oleh aktifitas penambangan pasir (galian golongan C). Kondisi ini
mengakibatkan. kerusakan-kerusakan pada bangunan perkuatan tebing dan
tanggul, pilar jembatan dan lain-lain.
Permasalahan dalam konservasi SDA di WS Cimanuk Cisanggarung antara lain
adalah:
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Terus menurunnya kondisi hutan yang merupakan salah satu sumber daya
yang tidak hanya menunjang perekonomian, tetapi juga menjaga daya dukung
lingkungan terhadap keseimbangan ekosistem.
Kerusakan hutan makin meningkat akibat penebangan liar, kebakaran,
perambahan hutan, dan kurangnya tenaga pengawas hutan
Lemahnya penegakan hukum terhadap praktik penebangan liar.
Belum berkembangnya pemanfaatan hasil hutan non-kayu dan jasa-jasa
lingkungan.
Kurangnya koordinasi
Degradasi dasar sungai akibat penambangan material galian C secara liar
Upaya perlindungan sumber-sumber air tidak berjalan optimal karena sebagian
lahan dimanfaatkan oleh petani
Pemanfaatan ladang tidak sesuai dengan kaidah konservasi tanah, yang
menyebabkan erosi lahan di wilayah pegunungan dan mengakibatkan
sedimentasi pada waduk dan pada tampungan air lainnya.
Banyaknya pelanggaran di sempadan sungai akibat dari rendahnya kesadaran
masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan
Intrusi air laut.
2.4.2 Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air
Permasalahan pada pendayagunaan sumber daya air adalah
•
•
•
•
Tidak tersedianya air, baik secara kualitas maupun kuantitas terutarna pada musim kemarau
Debit yang tersedia belum mencukupi
Dana pemeliharaan terbatas, sehinga saluran yang ada kurang terpelihara
Distribusi kurang teratur
2.4.3 Aspek Pengendalian Daya Rusak Air
Di beberapa lokasi pada ruas sungai yang mengalami degradasi dasar sungai telah
terjadi longsoran tebing, destabilitasi dan kerusakan bangunan-bangunan seperti pilar
jembatan, intake pengambilan air dimana rehabilitasi kerusakan-kerusakan tersebut
akan memerlukan biaya yang besar.
Permasalahan pada aspek pengendalian daya rusak air adalah:
• Terjadinya banjir pada musim hujan di bagian hilir dari S.Cimanuk dan
S.Cisanggarung.
• Tingkat erosi dan sedimentasi yang sangat tinggi akibat dari penggundulan hutan
42
• Degradasi dasar sungai akibar penggalian material golongan C yang tidak
terkendali.
• Pencemaran air sungai akibat pembuangan limbah domestic, pertanian dan
limbah industri langsung ke badan sungai.
• Abrasi pantai di pantura Kabupaten Indramayu
• Masyarakat bermukim dan beraktivitas di bantaran sungai
• Belum terealisasinya pembangunan bangunan pengendali banjir yang
direncanakan.
• Sistem peringatan dini banjir belum berfungsi di seluruh wilayah sungai.
2.4.4 Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air
Saat ini di WS Cimanuk Cisanggarung terdapat beberapa instansi pengelola SDA yang
masing-masing instansi memiliki dan mengelola informasi terkait dengan aktivitasnya
dalam pengelolaan SDA.
Permasalahan yang dihadapi dalam kaitannya dengan penggunaan informasi SDA
antara lain:
•
•
•
•
Data/informasi SDA masih sulit untuk didapatkan/diakses
Data/informasi SDA belum lengkap/belum tersedia
Data/informasi SDA yang sama ditangani oleh instansi yang berbeda-beda.
Kurangnya sumber daya manusia yang mengelola data dan informasi SDA
2.4.5 Aspek Peran serta Masyarakat dan Sistem Koordinasi dalam
Pengelolaan SDA
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan SDA adalah sebagai berikut:
• Dalam pengambilan keputusan dan pada tahap pelaksanaan konstruksi terkait
dengan pengelolaan SDA, peran masyarakat masih kurang dilibatkan
• Wadah Koordinasi pengelolaan SDA masih perlu konsolidasi
Permasalahan dan usulan pemecahannya yang dikumpulkan pada saat PKM adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.20 Permasalahan di WS Cimanuk Cisanggarung
No
1.
PERMASALAHAN
Kerusakan Daerah Aliran
Sungai (DAS) akibat dari
Penebangan hutan
LOKASI
Gunung Ciremai
di Kab Kuningan,
Cirebon dan
Majalengka.
Gunung
Tampomas di
Kab Sumedang.
2.
Prosentase luas kawasan
hutan lindung kawasan
suaka alam dan kawasan
pelestarian alam belum
sesuai dengan RTRW
Provinsi Jawa Barat (45%)
Seluruh WS
CimanukCisanggarung
PEMECAHAN PERMASALAHAN
- Pembatasan galian C
- Konservasi wilayah hulu perlu ditingkatkan
- Memperbanyak tampungan air dengan membuat embung/
waduk lagi dengan harapan pada musim hujan dilaksanakan
konservasi dengan cara penghijauan disekitar embung.
- Penegakan hukum
- Mekanisme hubungan antara hulu-hilir di DAS
- Upaya penghijauan/ reboisaisasi melibatkan masyarakat
- Perlu penanganan yang sama terhadap pengelolaan di tanah
mlik / luar kawasan hutan/ aturan dan kebijakan sehingga
kawasan lindung 45 % bisa dicapai.
- Daerah tangkapan air/resapan agar dijaga kelestariannya
- Menyusun rencana tata ruang dengan mengutamakan perhatian
ke arah konservasi
- Pembatasan arus kayu antar daerah
- Memperbaiki kerusakan sumber air
- Adanya pengembangan usaha dalam skala ekonomis
43
3.
4.
Sulitnya pengaturan daerah
sempadan air dan bantaran
sungai
Pencemaran air
- Perlu diterbitkannya Perda ttg sempadan air dan dibuatkan
batas sempadan sungai serta pantai
Cimanuk dan
Cisanggarung
Seluruh WS
-
Mencegah terjadinya pencemaran air sungai terutama dari
limbah industri
Setiap pabrik agar dihimbau untuk membuat kolam limbah dan
dilakukan kajian Amdal terlebih dahulu.
Penegakan hukum dengan perda-perda yang ada di wilayah
konservasi
Perijinan dalam pemanfaatan lahan agar memperhatikan
masalah lahan untuk pertanian
5.
Tingginya laju konversi
lahan irigasi menjadi lahan
pemukiman dan industri
Seluruh WS
-
7
Kurang air baku untuk air
minum.
Kota Cirebon
CipamatuhGarut
-
5.
Kondisi Lokasi pengambilan
air baku
Waduk/tampung
an air di WS
7.
Tingginya erosi lahan
Seluruh Kab.
Dalam WS
- Penanaman pohon jarak yang pohonnya susah dibakar
8.
Tingginya kebocoran pada
saluran distribusi air (irigasi
maupun air minum)
DI Leuwigoong
(Kab. Garut) dan
DI Rentang
- OP jaringan irigasi
- Rehabilitasi dan upgrading jaringan irigasi
10.
Belum berkembangnya
perikanan darat dan tambak
Kab. Indramayu
dan Cirebon
- Alokasi untuk kebutuhan air untuk kolam perikanan dan
tambak.
5.
Tidak ada peringatan dini
tentang bahaya banjir
Pantura Ciayu
- Mengaktifkan kembali flood warning system
6.
Pembuangan sampah oleh
masyarakat ke badan air
Kab/Kota di WS
- Perda tentang pembuangan sampah
- Mensosialisasikannya bersama GP3A dan IP3A, P3A, NKTI, KTNA
Perlu kebijakan dan program penyediaan air baku air minum
untuk Kota Cirebon dan pelabuhan sebelum Bendungan
Jatigede berfungsi
- Perlu adanya OP dan rehabilitasi secara rutin
Sumber : Hasil PKM 1, 2007
2.5 Identifikasi Terhadap Potensi yang Bisa Dikembangkan
Potensi yang dapat dikembangkan dalam pengelolaan sumber daya air adalah
sebagai berikut:
2.5.1 Aspek Konservasi SDA
• Pengembangan agro forestry (wana farma) di Gunung Ciremai
• Pembangunan waduk-waduk kecil di WS Cimanuk Cisanggarung
2.5.2 Aspek Pendayagunaan SDA
• Pengusahaan sumber daya alam dalam ketahanan pangan
• Pembangunan waduk-waduk kecil di WS Cimanuk Cisanggarung
2.5.3 Aspek Pengendalian Daya Rusak Air
• Penambangan sedimen yang masih dapat dimanfaatkan
• Pembangunan waduk pengendali banjir
2.5.4 Aspek Sistem Informasi SDA
• Pengembangan sistem nformasi
• Pengembangan sumber daya manusia
2.5.5 Aspek Peran Serta Masyarakat dan Koordinasi
• Peningkatan kesadaran dan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya
air
44
BAB III
ANALISIS DATA
WILAYAH SUNGAI CIMANUK CISANGGARUNG
3.1 Asumsi, Kriteria dan Standar
Asumsi dan kriteria dan standar yang digunakan dalam analisis data antara lain yang
termuat didalam:
• Pedoman Perencanaan Wilayah Sungai, Ditjen Sumber Daya Air, 2004
• Standar Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01
• Kriteria penetapan lahan kritis, oleh BRLKT dan DPKT
• Paket Program DSS Ribasim, Delft Hydraulic, Netherland
• Kriteria Kelas Mutu Air sesuai dengan PP No.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Peraturan Daerah terkait
• Kewenangan pngelolaan daerah irigasi sesuai dengan PP no 20/2006;
• Metode, analisis dan perhitungan sesuai dengan SNI
3.2 Hasil Analisis
3.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi di WS Cimanuk Cisanggarung
Acuan yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air irigasi berdasarkan Standar Kriteria
Perencanaan Irigasi KP-01 yang diterbitkan oleh BPSDA. Kebutuhan air irigasi adalah
sejumlah air irigasi yang diperlukan untuk mencukupi keperluan bercocok tanam pada petak
sawah ditambah dengan kehilangan air pada jaringan irigasi. Untuk menghitung kebutuhan
air irigasi menurut rencana pola tata tanam, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
•
Pola tanam yang direncanakan
•
Luas areal yang akan ditanami
•
Kebutuhan air pada petak sawah
•
Efisiensi irigasi
•
Awal Tanam
Kebutuhan air irigasi dihitung dengan memperhitungkan pola tanam, awal tanam dan
intensitas tanam yang akan dihitung dengan bantuan paket program DSS RIBASIM,
sedangkan besar kebutuhan air irigasi pada pintu pengambilan sangat dipengaruhi oleh
efisiensi irigasi, yang dalam studi ini diperkirakan sebesar 85%.
45
3.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Air RKI di WS Cimanuk Cisanggarung
Saat ini (2007) sampai pembangunan Waduk Jatigede selesai (kl. tahun 2014) WS
Cimanuk Cisanggarung akan mengalami deficit supply air bersih untuk RKI (dengan
asumsi seluruh penduduk mendapat layanan air bersih, baik di kota maupun di desa.
(dengan kriteria kebutuhan yang berbeda). Dengan asumsi tersebut maka pada tahun
2015 kebutuhan air untuk RKI, dan Pelabuhan Cirebon akan dapat dipenuhi dengan
tambahan supply air baku air bersih dari Waduk Jatigede dan pada tahun 2020 akan
ditambah dengan supply dari Waduk Cipanas.
Pemenuhan kebutuhan air RKI (PDAM)
WS Cimanuk Cisanggarung (pemenuhan MDGs 2015)
16.00
14.00
12.56
11.75 12.56
12.00
11.08
Dari Wdk
Kadumalik,
1,5 m3/dt,
10.00
m3/detik
13.61
12.84
8.00
Dari
Wd.Jatigede
+Cipanas 6,0
m3/dt
6.84
Dari Wd.di
Cisanggarung
2,5 m3/dt,
6.00
4.16
4.00
2.00
Sumber mata air existing 2,7
m3/dt + mata air Cisanggarung
1,46 m3/dt
2005
2010
2015
Kebutuhan air DMI
2020
2025
2030
Penyediaan air
Gambar 3.1 Neraca penyediaan air baku RKI di WS Cimanuk Cisanggarung 2005 - 2030
3.2.3 Neraca Air pada saat ini (Tahun 2007)
Pemanfaatan air di WS Cimanuk-Cisanggarung untuk kondisi saat ini (tahun 2007), adalah
untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sebesar 118,41 m3/detik atau setara dengan 36,46 %
dari seluruh kebutuhan air. Air baku untuk rumah-tangga, perkotaan dan industri hanya
3
3
memerlukan 4,44 m /detik (1,37 %), air untuk tambak sebesar 13,283 m /dt (4,09%) dan air
3
untuk pemeliharaan sungai sebesar 21,815 m /detik (6,72%) . Sisanya sebesar 166,854
3
m /detik (51,37%) masih mengalir ke laut.
Kebutuhan air RKI sebesar 4,44 m3/detik adalah perkiraan nyata dari kondisi saat ini, yang
sebagian besar sumber air adalah dari mata air.
46
Pemanfaatan air di WS Cimanuk-Cisanggarung untuk kondisi saat ini (tahun 2027), dengan
asumsi Waduk Jatigede dan Waduk Cipanas telah berfungsi, kebutuhan air irigasi
memerlukan 118,41 m3/detik atau setara dengan 36,46 %. Air baku untuk rumah-tangga,
3
perkotaan dan industri memerlukan 12,84 m /detik (3,95 %), air untuk tambak sebesar
3
3
13,283 m /dt (4,09%) dan air untuk pemeliharaan sungai sebesar 21,815 m /detik (6,72%) .
3
Sisanya sebesar 158,45 m /detik (48,78%) masih mengalir ke laut.
Neraca Air Tahunan WS Cimanuk Cisanggarung
(dlm m3/dtk, tahun 2007, 2027)
324.80
350
300
(m3/dtk)
250
166.35
157.95
200
150
100
50
166.85
158.45
118.41
2007
12.84
4.44
13.28
21.82
21.814
2027
0
Gambar 3.2 Neraca Air WS Cimanuk Cisanggarung, 2007, 2027.
47
Tabel 3.1 Neraca Air Tahun 2007
Kebutuhan Air
Kebutuhan air iigasi
DI Cipeles
DI Palasah & Ujungjaya
DI Sindupraja
DI Gegesik
DI Rentang Barat
DI Rentang Utara
DI Indramayu Flood Inlet
DI Cipanas I & Sumurwatu
DI Cipanas II
DI Cilutung
DI Cijurey
DI Ciberes
DI Jengkelok Atas
DI Manenteng
DI Kabuyutan Atas
DI Kabuyutan Bawah
DI Jengkelok Bawah
juta m3/th
Penggunaan Air
m3/dtk Presentase
Sub Total(%)
64.919
37.48
654.274
554.514
346.233
460.815
256.537
102.658
73.402
187.983
207.943
203.815
25.249
158.886
30.426
121.555
247.393
2.059
1.188
20.747
17.584
10.979
14.612
8.135
3.255
2.328
5.961
6.594
6.463
0.801
5.038
0.965
3.854
7.845
3734.082
118.408
100
36.46
Kebutuhan air RKI
RKI Garut
RKI Sumedang
RKI Kota Cirebon
RKI Indramayu
Bandara
RKI Majalengka
RKI Kuningan
RKI Kab Cirebon
RKI Brebes
Jumlah kebutuhan air RKI
24.867
15.147
16.41
17.672
0
18.619
13.885
30.295
3.156
140.051
0.789
0.48
0.52
0.56
0
0.59
0.44
0.961
0.1
4.44
17.77
10.81
11.71
12.61
13.29
9.91
21.64
2.25
100
1.37
Kebutuhan air tambak
Tambak Cisanggarung
Tambak Bangkaderes
Tambak Ciberes
Tambak Cirebon
Tambak Indramayu
Jumlah kebutuhan air tambak
91.168
64.597
64.597
1.578
196.978
418.918
2.891
2.048
2.048
0.05
6.246
13.283
21.76
15.42
15.42
0.38
47.02
100
4.09
Kebutuhan pemeliharaan sungai
Rentang
Sumurwatu
Jumlah kebutuhan air untuk
pemeliharaan sungai
662.692
25.245
687.937
21.014
0.801
21.815
96.33
3.67
100
6.72
Jumlah kebutuhan air
Sisa belum dimanfaatkan
Jumlah Potensi ketersediaan air
4980.988
5261.912
10242.9
157.946
166.854
324.8
Jumlah kebutuhan air irigasi
1.74
1.00
17.52
14.85
9.27
12.34
6.87
2.75
1.97
5.03
5.57
5.46
0.68
4.25
0.81
3.25
6.63
48.63
51.37
100.00
48
Tabel 3.2 Pemenuhan kebutuhan air irigasi, Tahun 2007
Yearly average
Node Index and name
44 DI Cipeles
61 DI Palasah & Ujungjaya
65 DI Sindupraja
70 DI Gegesik
71 DI Rentang Barat
74 DI Rentang Utara
75 DI Indramayu Flood Inlet
78 DI Cipanas I & Sumurwatu
82 DI Cipanas II
89 DI Cilutung
100 DI Cijurey
104 DI Ciberes
108 DI Jengkelok Atas
118 DI Manenteng
134 DI Kabuyutan Atas
135 DI Kabuyutan Bawah
136 DI Jengkelok Bawah
Total
Demand
(Mcm)
64.919
37.480
654.274
554.514
346.233
460.815
256.537
102.658
73.402
187.983
207.943
203.815
25.249
158.886
30.426
121.555
247.393
Deficit Demand
(Mcm)
(m3/s)
0.074
2.059
1.188
90.693
20.747
5.432
17.584
74.893
10.979
31.608
14.612
17.655
8.135
12.444
3.255
0.179
2.328
0.326
5.961
87.367
6.594
6.897
6.463
0.801
6.032
5.038
4.846
0.965
41.557
3.854
28.581
7.845
3,734.082
408.584
118.408
Deficit
(m3/s)
0.002
2.876
0.172
2.375
1.002
0.560
0.395
0.006
0.010
2.770
0.219
0.191
0.154
1.318
0.906
Success
time steps
number
rate
(-)
(%)
344
98.90
348
100.00
247
71.00
325
93.40
251
72.10
277
79.60
276
79.30
230
66.10
343
98.60
345
99.10
64
18.40
290
83.30
348
100.00
268
77.00
194
55.70
90
25.90
250
71.80
Success
years
number
rate
(-)
(%)
25
86.20
29
100.00
4
13.80
18
62.10
4
13.80
5
17.20
5
17.20
0
25
86.20
26
89.70
0
6
20.70
29
100.00
2
6.90
1
3.40
0
3
10.30
Number of
successive
failure
(years)
0
0
3
1
3
3
3
1
0
0
1
3
0
3
2
1
3
12.956
Tabel 3.3 Pemenuhan kebutuhan air RKI, tahun 2007
Yearly average
Node Index and name
2 RKI Garut
8 RKI Sumedang
42 RKI Kota Cirebon
51 RKI Indramayu
54 Bandara
59 RKI Majalengka
122 RKI Kuningan
126 RKI Kab Cirebon
127 RKI Brebes
Total
Demand
Deficit Demand Deficit
(Mcm)
(Mcm)
(m3/s)
(m3/s)
24.867
0
0.789
0
15.147
0
0.48
0
16.41
0
0.52
0
17.672
0
0.56
0
0
0
0
0
18.619
0
0.59
0
13.885
2.073
0.44
0.066
30.295
0
0.961
0
3.156
0
0.1
0
140.051
2.073
4.44
Success
Success
Number of
successive
time steps
years
failure
number
rate
number
rate
(-)
(%)
(-)
(%)
(years)
348
100
29
100
0
348
100
29
100
0
348
100
29
100
0
348
100
29
100
0
348
100
29
100
0
348
100
29
100
0
234
67.2
1
3.4
2
348
100
29
100
0
348
100
29
100
0
Max.shortage
(% of demand)
0
0
0
0
0
0
74.5
0
0
0.066
Tabel 3.4 Pemenuhan kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai, tahun 2007
Success
Success
Number of
successive
time steps
years
failure
Demand
Deficit Demand Deficit number
rate
number
rate
(Mcm)
(Mcm) (m3/s) (m3/s)
(-)
(%)
(-)
(%)
(years)
662.692 212.176 21.014
6.728 225
64.7
1
3.4
2
25.245
9.363
0.801
0.297 213
61.2
0
0
1
Yearly average
Node Index and name
144 Rentang
145 Sumurwatu
Total
687.937
221.539
21.815
7.025
49
Tabel 3.5 Pemenuhan kebutuhan air tambak, tahun 2007
Number of
Success
Success
Yearly average
successive
time steps
years
Node Index and name
failure
Demand
Deficit Demand Deficit number
rate
number
rate
(Mcm)
(Mcm)
(m3/s)
(m3/s)
(-)
(%)
(-)
(%)
(years)
91.168 18.291
2.891
0.58 246
70.7
3
10.3
3
139 Tambak Cisanggarung
64.597 10.846
2.048
0.344 240
69
0
0
1
140 Tambak Bangkaderes
141 Tambak Ciberes
64.597
4.953
2.048
0.157 273
78.4
3
10.3
4
142 Tambak Cirebon
1.578
0
0.05
0 348
100
29
100
0
143 Tambak Indramayu
196.978
7.14
6.246
0.226 297
85.3
8
27.6
3
Total
418.918
41.23
13.283
1.307
Dari tabel diatas diketahui pemenuhan kebutuhan air irigasi hanya terpenuhi dengan cukup
di DI Cipeles, Palasah&Ujungjaya, Sindupraja, Gegesik, Cipanas II, Cilutung, dan DI
Jengkelok Atas. Kebutuhan air RKI tidak terpenuhi di Kab.Kuningan. Kebutuhan air untuk
tambak hanya tambak di Kota Cirebon yang terpenuhi dengan cukup. Kebutuhan air untuk
pemeliharaan sungai tidak terpenuhi.
Gambar 3.3 Skema Penyediaan air di WS Cimanuk Cisanggarung tahun 2007
50
3.2.4 Neraca Air pada Waktu Yang Akan Datang (Tahun 2027)
Pemanfaatan air di WS Cimanuk-Cisanggarung untuk kondisi tahun 2027, adalah untuk
memenuhi kebutuhan air irigasi sebesar 118,41 m3/detik atau setara dengan 36,46
persen. Air baku untuk rumah-tangga, perkotaan dan industri hanya memerlukan 11,765
m3/detik atau setara dengan 3,62 persen. Kebutuhan air untuk tambak diperkirakan
mencapai 13,283 m3/detik atau 4,09%. Sisanya sebesar 159,529 m3/dt (49,12%) masih
terbuang ke laut.
Dari tabel diketahui bahwa pada tahun 2027 dengan adanya waduk Darma, Malahayu,
dan dibangunnya waduk Jatigede, Cipanas, dan Kadumalik, masih akan terjadi défisit di
DI. Cipeles dimana keandalannya hanya sebesar 79,3%, Cijurey (0%), Ciberes (20,7%),
Manenteng (6,9%), Kabuyutan Atas (3,4%), Kabuyutan Bawah (0%), dan Jengkelok
Bawah (10,3%). Hanya ada 10 daerah irigasi yang mencapai probabilitas sukses diatas
80% sebagaimana yang disyaratkan oleh Pedoman Perencanaan Irigasi KP-01 yaitu DI
Palasah&Ujungjaya, Sindupraja, Gegesik, Rentang Barat, Rentang Utara, Indramayu
Flood Inlet, Cipanas II, Cilutung an Jengkelok Atas.
Demikian pula untuk pemenuhan kebutuhan air rumah-tangga, perkotaan dan industri
(RKI), pada umumnya terjadi kekurangan air, terutama untuk Kota Cirebon yang hanya
mencapai sukses 13,8% Kab. Kuningan (0%) dan Kab. Cirebon (86,2%).
Untuk mengatasi deficit tersebut saat ini sedang dibangun Waduk Jatigede dan
kemungkinan Waduk Cipanas. Defisit dalam kebutuhan air untuk RKI pada tahun 2027
dengan pembangunan kedua waduk tersebut tidak berubah karena Kab Kuningan dan
Kab Cirebon tidak terpengaruh langsung dengan adanya pembangunan kedua waduk
tersebut.
Dari Tabel dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan dibangunnya waduk Jatigede dan
Cipanas maka daerah irigasi yang mengalami deficit hanya tinggal daerah irigasi yang
berada di Sub DAS Cisanggarung, yaitu Cijurey, Ciberes, Manenteng, Kabuyutan Atas,
Kabuyutan Bawah dan Jengkelok Bawah. Pemenuhan kebutuhan air RKI di Kab
Kuningan Kota Cirebon dan Kab. Cirebon tetap mengalami deficit. Kesimpulannya
adalah:
1. diperlukan bendungan (waduk) penampung di Sub WS Cisanggarung yaitu antara
lain di Cileuweung atau di Cimulya untuk mengatasi kekurangan air untuk daerah
irigasi di Sub DAS Cisanggarung.
2. diperlukan tampungan air/waduk/situ untuk memenuhi kebutuhan air RKI untuk
Kabupaten Kuningan dan Cirebon.
3.2.5 Upaya Peningkatan Kinerja Sistem Sumber Daya Air
Dengan melihat kenyataan bahwa pada saat ini dan sampai dengan tahun 2027
diperkirakan tetap akan terjadi kekurangan air, maka telah dikaji beberapa upaya
peningkatan keandalan pasokan debit, dengan pembangunan waduk-waduk, antara lain
waduk Jatigede, waduk Cipanas dan waduk Kadumalik.
51
Tabel 3.6 Neraca Air tahun 2027: dibangun Waduk Jatigede, Cipanas, Kadumalik, dan
waduk (existing) Darma, Malahayu.
Kebutuhan Air
Kebutuhan air irigasi
DI Cipeles
DI Palasah & Ujungjaya
DI Sindupraja
DI Gegesik
DI Rentang Barat
DI Rentang Utara
DI Indramayu Flood Inlet
DI Cipanas I & Sumurwatu
DI Cipanas II
DI Cilutung
DI Cijurey
DI Ciberes
DI Jengkelok Atas
DI Manenteng
DI Kabuyutan Atas
DI Kabuyutan Bawah
DI Jengkelok Bawah
juta m3/th
Penggunaan Air
m3/dtk
Presentase
Sub Total(%)
64.919
37.48
654.274
554.514
346.233
460.815
256.537
102.658
73.402
187.983
207.943
203.815
25.249
158.886
30.426
121.555
247.393
2.059
1.188
20.747
17.584
10.979
14.612
8.135
3.255
2.328
5.961
6.594
6.463
0.801
5.038
0.965
3.854
7.845
1.74
1.00
17.52
14.85
9.27
12.34
6.87
2.75
1.97
5.03
5.57
5.46
0.68
4.25
0.81
3.25
6.63
3734.082
118.408
100.00
Kebutuhan air RKI
RKI Garut
RKI Sumedang
RKI Kota Cirebon
RKI Indramayu
Bandara
RKI Majalengka
RKI Kuningan
RKI Kab Cirebon
RKI Brebes
Jumlah kebutuhan air RKI
41.655
39.446
41.971
60.273
78.892
27.454
29.979
47.02
4.292
370.982
1.321
1.251
1.331
1.911
2.502
0.871
0.951
1.491
0.136
11.765
11.23
10.63
11.31
16.24
21.27
7.40
8.08
12.67
1.16
100
3.62
Kebutuhan air tambak
Tambak Cisanggarung
Tambak Bangkaderes
Tambak Ciberes
Tambak Cirebon
Tambak Indramayu
Jumlah kebutuhan air tambak
91.168
64.597
64.597
1.578
196.978
418.918
2.891
2.048
2.048
0.05
6.246
13.283
21.76
15.42
15.42
0.38
47.02
100
4.09
Kebutuhan pemeliharaan sungai
Rentang
Sumurwatu
Jumlah kebutuhan air untuk
pemeliharaan sungai
662.692
25.245
687.937
21.014
0.801
21.815
96.33
3.67
100
6.72
Jumlah kebutuhan air
Sisa belum dimanfaatkan
Jumlah Potensi ketersediaan air
5211.919
5030.981
10242.9
165.271
159.529
324.8
Jumlah kebutuhan air irigasi
36.46
50.88
49.12
100.00
52
Hasil simulasi Ribasim untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan air pada tahun 2027
disamping memanfaatkan waduk darma dan waduk Malayahayu, dilakukan pembangunan
waduk waduk Jatigede (selesai tahun 2014), Cipanas (2017), dan Kadumalik (2022)
Tabel 3.7 Pemenuhan kebutuhan air irigasi, Tahun 2027: dibangun Waduk Jatigede, Cipanas,
Kadumalik, dan waduk (existing) Darma, Malahayu.
Yearly average
Node Index and name
44 DI Cipeles
61 DI Palasah & Ujungjaya
65 DI Sindupraja
70 DI Gegesik
71 DI Rentang Barat
74 DI Rentang Utara
75 DI Indramayu Flood Inlet
78 DI Cipanas I & Sumurwatu
82 DI Cipanas II
89 DI Cilutung
100 DI Cijurey
104 DI Ciberes
108 DI Jengkelok Atas
118 DI Manenteng
134 DI Kabuyutan Atas
135 DI Kabuyutan Bawah
136 DI Jengkelok Bawah
Total
Demand
(Mcm)
64.919
37.48
654.274
554.514
346.233
460.815
256.537
102.658
73.402
187.983
207.943
203.815
25.249
158.886
30.426
121.555
247.393
Deficit
(Mcm)
0.604
0
0
0
0
0
0
0.001
0
0
86.601
6.978
0
6.087
4.846
41.557
28.42
Demand
(m3/s)
2.059
1.188
20.747
17.584
10.979
14.612
8.135
3.255
2.328
5.961
6.594
6.463
0.801
5.038
0.965
3.854
7.845
Deficit
(m3/s)
0.019
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2.746
0.221
0
0.193
0.154
1.318
0.901
3734.082
175.094
118.408
5.552
Success
Success
time steps
years
number
rate
number
rate
(-)
(%)
(-)
(%)
337
96.8
23
79.3
348
100
29
100
348
100
29
100
348
100
29
100
348
100
29
100
348
100
29
100
348
100
29
100
348
98.9
25
86.2
348
100
29
100
348
100
29
100
70
20.1
0
0
289
83
6
20.7
348
100
29
100
267
76.7
2
6.9
194
55.7
1
3.4
90
25.9
0
0
250
71.8
3
10.3
Number of
successive
failure
(years)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
3
0
3
2
1
3
Tabel 3.8 Pemenuhan kebutuhan air RKI, tahun 2027, dibangun Waduk Jatigede, Cipanas,
Kadumalik, dan waduk (existing) Darma, Malahayu.
Yearly average
Node Index and name
2 RKI Garut
8 RKI Sumedang
42 RKI Kota Cirebon
51 RKI Indramayu
54 Bandara
59 RKI Majalengka
122 RKI Kuningan
126 RKI Kab Cirebon
127 RKI Brebes
Total
Demand
(Mcm)
41.655
39.446
41.971
60.273
78.892
27.454
29.979
47.02
4.292
370.982
Deficit
(Mcm)
0
0.001
1.156
0
0
0
8.593
0.173
0
9.923
Demand Deficit
(m3/s)
(m3/s)
1.321
0
1.251
0
1.331
0.037
1.911
0
2.502
0
0.871
0
0.951
0.272
1.491
0.005
0.136
0
11.765
Success
Success
Number of
successive
time steps
years
failure
number
rate
number
rate
(-)
(%)
(-)
(%)
(years)
348
100
29
100
0
347
99.7
28
96.6
0
295
84.8
4
13.8
2
348
100
29
100
0
348
100
29
100
0
348
100
29
100
0
181
52
0
0
1
340
97.7
25
86.2
0
348
100
29
100
0
Max.shortage
(% of demand)
0
0.7
50.9
0
0
0
92.7
29.7
0
0.314
53
Tabel 3.9
Pemenuhan kebutuhan air tambak, tahun 2027, dibangun Waduk Jatigede,
Cipanas, Kadumalik, dan waduk (existing) Darma, Malahayu.
Yearly average
Node Index and name
139 Tambak Cisanggarung
140 Tambak Bangkaderes
141 Tambak Ciberes
142 Tambak Cirebon
143 Tambak Indramayu
Total
Demand
(Mcm)
91.168
64.597
64.597
1.578
196.978
418.918
Deficit
Demand Deficit
(Mcm)
(m3/s)
(m3/s)
18.332
2.891
0.581
18.249
2.048
0.58
5.013
2.048
0.159
0
0.05
0
0
6.246
0
41.594
13.283
Success
Number of
Success
successive
time steps
years
failure
number
rate
number
rate
(-)
(%)
(-)
(%)
(years)
246
70.7
3
10.3
3
224
64.4
0
0
1
273
78.4
3
10.3
4
348
100
29
100
0
348
100
29
100
0
1.32
Tabel 3.10 Pemenuhan kebutuhan air pemeliharaan sungai, 2027, dibangun Waduk
Jatigede, Cipanas, Kadumalik, dan waduk (existing) Darma, Malahayu.
Success
Success
Number of
successive
time steps
years
failure
Deficit
Demand Deficit number
rate
number
rate
(Mcm)
(m3/s)
(m3/s)
(-)
(%)
(-)
(%)
(years)
2.164
21.014
0.169 346
99.4 27
93.1
0
0
0.801
0 348
100 29
100
0
Yearly average
Node Index and name
144 Rentang
145 Sumurwatu
Total
Demand
(Mcm)
662.692
25.245
687.937
2.164
21.815
0.169
Pada penyediaan air tahun 2027 terdapat peningkatan penyediaan air baku air minum untuk
Kabupaten/Kota di WS Cimanuk Cisanggarung.
Untuk penyediaan air irigasi akn meningkatkan intensitas tanam pada daerah irigasi (contoh
di sistem Rentang nilai IP yang saat ini 179% akan meningkat menjadi 276%
54
Gambar 3.4 Skema Penyediaan air di WS Cimanuk Cisanggarung tahun 2027
3.3 Skenario Ekonomi, Politik
Pengelolaan Sumber Daya
Cisanggarung
dan Perubahan Iklim Dalam
Air Wilayah Sungai Cimanuk
Skenario yang digunakan dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di suatu Wilayah Sungai
(yang kelak akan diterjemahkan dalam program pembangunan pada masing-masing
Kabupaten/Kota yang terkait dengan Wilayah Sungai) didasarkan atas kondisi perekonomian
dan finansial Negara untuk membiayai program-program pembangunan tersebut. Programprogram pembangunan yang diusulkan di Wilayah Sungai adalah konsekuensi logis dari:
•
kondisi fisik (misal kondisi hidroklimatologi, geologi, hidrogeologi, jenis tanah, morfologi
wilayah, tataguna lahan saat ini, kawasan hutan, kawasan lindung, kualitas air dsb),
•
kondisi sosial-ekonomi (misal kependudukan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan,
tingkat kemiskinan penduduk, penguasaan lahan dsb)
Tetapi program program di wilayah (sungai) tersebut tidak mungkin dapat dilaksanakan
sekaligus, tetapi harus didasarkan atas kriteria tertentu dan prioritas.
55
Program yang mengusulkan kegiatan-kegiatan yang berlebihan adalah tidak realistis
sehingga diperlukan penyaringan dan pemilihan berdasarkan prioritas yang sangat
mendesak untuk dilaksanakan. Dari premise ini kemudian muncul skenario pertumbuhan
ekonomi sebagai dasar dalam penetapan program-program yang akan dilaksanakan .
3.3.1 Skenario Pertumbuhan Ekonomi
Sebelum krisis moneter pada tahun 1997/1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar di
angka 7% dan sebagai akibat dari krisis ekonomi dan finansial yang melanda Asia membuat
pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat hingga -13% pada tahun 1998. (lihat grafik pada
Gambar 27). Pertumbuhan ekonomi secara lambat pulih kembali pada kurun waktu 20042007.
Bagaimana prospek perekonomian Indonesia tahun 2008? Krisis ekonomi yang dialami
Indonesia (dan negara Asia lainnya) pada tahun 1997/1998 adalah akibat dari lemahnya
struktur finansial ekonomi mikro (perusahaan, perbankan dan neraca pemerintah).
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (dalam %)
10
7
7
7
5
4.9 4.8 4.85 4.9
5
6
6.7
5
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
-5
2000
1999
1998
1997
1996
1995
0
1994
Persen (%)
0
-5
-10
-15
Gambar 3.5
-13
Tahun
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1994 – 2007
(sumber: Bank Indonesia monthly report, 2007).
Dalam analisis pertumbuhan ekonomi dikategorikan kedalam skenario pertumbuhan
ekonomi rendah, sedang dan tinggi dengan kriteria sebagai berikut:
• Skenario 1: pertumbuhan ekonomi rendah apabila pertumbuhan ekonomi < 4,5%
• Skenario 2: pertumbuhan ekonomi sedang apabila pertumbuhan ekonomi 4,5% - 6,5%
• Skenario 3: pertumbuhan ekonomi tinggi apabila pertumbuhan ekonomi > 6,5%
56
Pertumbuhan ekonomi Nasional, Prov.Jawa
Barat dan Jawa Tengah, tahun 2003 - 2007
7
6.7
Pertumbuhan (%)
6.5
6 6.01
6
5.62
5.5
5
6
5.16
5.53
5
5.59
4.9
4.85
4.5
4.6
4.5
4.5
4.3
4
2003
2004
Nasional
Gambar 3.6
2005
Jawa Barat
2006
2007
Jawa Tengah
Pertumbuhan ekonomi nasional, Provinsi Jawa barat dan Jawa Tengah,
2003-2007. Sumber: Jawa Barat dalam Angka, 2004-2006; Jawa Tengah
dalam Angka, 2006-2007
Dari analisis ekonomi tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi
Indonesia dimasa depan (dalam 5 tahun kedepan) dapat diasumsikan sebagai pertumbuhan
ekonomi yang terus berkembang atau masuk dalam Skenario 3 atau pertumbuhan ekonomi
tinggi. Pengembangan Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung dapat diasumsikan akan
mengikuti Skenario 3 (petumbuhan ekonomi tinggi).
Sebagai contoh untuk pengembangan daerah irigasi dan pendayagunaan sumber daya air di
Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung dengan skenario pertumbuhan ekonomi rendah,
sedang dan tinggi adalah sebagai berikut:


Skenario Pertumbuhan Ekonomi Rendah

Mempertahankan fungsi daerah irigasi yang ada

Menjaga kawasan lindung dan kawasan resapan air

Membangun hanya Waduk Jatigede untuk memenuhi kebutuhan air irigasi, air
baku dan pengendalian banjir (waduk multiguna)
Skenario Pertumbuhan Ekonomi Sedang

Mengembalikan fungsi seluruh potensi daerah irigasi

Menjaga kawasan lindung dan kawasan resapan air

Membangun Waduk Jatigede dan Waduk Cipanas, dan waduk-waduk di DAS
Cisanggarung untuk memenuhi kebutuhan air irigasi, air baku dan pengendalian
banjir (waduk multiguna)
57

Skenario Pertumbuhan Ekonomi Tinggi

Membangun jaringan irigasi baru dengan memanfaatkan air Waduk-Waduk baru

Menjaga kawasan lindung dan kawasan resapan air

Membangun Waduk Jatigede, Waduk Cipanas, Pasirkuda, Cipasang, Kadumalik,
Waduk Cimulya dan Waduk Babakan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi, air
baku dan pengendalian banjir (waduk multiguna) diseluruh Wilayah Sungai.
Waduk Cimulya dan Cileuweung berada di Sub DAS Cisanggarung, Waduk
Babakan berada di Kabupaten Brebes.
Neraca air dari masing masing skenario ditampilkan pada Gambar-gambar berikut:
324.79
324.79
324.79
324.79
324.79
157.946
160.349
162.04
153.996
165.27
153.996
165.27
153.996
136.592
138.698
2007
2012
2022
2027
320
270
220
170
Wdk
Jatigede
120
Kebutuhan air
Gambar 3.7
2017
Ketersediaan air
Neraca air WS Cimanuk Cisanggarung
ekonomi rendah)
Potensi air
Skenario 1 (pertumbuhan
Pada skenario ini hanya akan dibangun Waduk Jatigede, sehingga akan selalu terjadi
deficit, terutama untuk Kab. Kuningan dan Cirebon, yang tidak terlayani oleh Waduk
Jatigede
58
324.79
324.79
324.79
324.79
324.79
320
m3/dtk
270
220
Wdk Cipanas+ Waduk2
di Sub DAS
Cisanggarung
Wdk
Jatigede
170
157.946
160.349
136.592
138.698
2007
2014
162.04
153.996
165.27
158.014
166.35
164.564
2017
2022
2027
120
Kebutuhan air
Gambar 3.8
Ketersediaan air
Potensi air
Neraca air WS Cimanuk Cisanggarung Skenario 2 (pertumbuhan
ekonomi sedang)
Pada skenario ini dibangun Waduk Jatigede dan dalam jangka panjang akan dibangun
Waduk Cimulya, Cileuweung dan Babakan di DAS Cisanggarung untuk memenuhi
kebutuhanan air di Kabupaten Kuningan dan Cirebon yang tidak mendapat supply air
dari Waduk Jatigede.
59
350
324.79
324.79
324.79
324.79
324.79
157.946
160.349
163.698
162.04
165.27
163.698
171.668
166.35
136.592
138.698
300
m3/dtk
250
200
150
Wd Kadumalik
+waduk2 di Sub
DAS Cisanggarung
Wd
Jatigede+
Cipanas
100
50
2007
Kebutuhan air
Gambar 3.9
2012
2017
Ketersediaan air
2022
2027
Potensi air
Neraca air WS Cimanuk Cisanggarung Skenario 3 (pertumbuhan
ekonomi tinggi)
Pada skenario ini disamping Waduk Jatigede, juga akan dibangun Waduk Cipanas,
Cipasang, Kadumalik, Pasirkuda dan Waduk-Waduk di sub DAS Cisanggarung dan di
Kab. Brebes (Waduk Cimulya, Cileuweung dan Babakan).
Perlu di garis bawahi disini bahwa neraca air sebaiknya dibuat untuk tiap-tiap sub DAS,
dan dilihat keandalan system setelah dibangunnya bangunan sumber daya air (60issal
bendungan). Sebagai ilustrasi, di Sub DAS Cisanggarung akan sulit untuk dapat
memenuhi kebutuhan air dari Sub DAS nya sendiri kecuali dipasok dari sub DAS lainnya
(misalnya sub DS Cimanuk) atau yang dikenal dengan inter-basin water transfer.
60
3.4 Alternatif Pilihan Strategi Pengelolaan SDA WS Cimanuk
Cisanggarung
Strategi pengelolaan sumber daya air akan dikelompokkan berdasarkan lingkup
konservasi, pendayagunaan, pengendalian daya rusak air, peningkatan peran serta
masyarakat dan keterbukaan data dan sumber daya air. Peta alternatif pilihan strategi
dapat dilihat pada lampiran Gambar
3.4.1 Strategi Konservasi Sumber Daya Air
Strategi konservasi SDA meliputi beberapa kegiatan di WS Cimanuk Cisanggarung dapat
diuraikan berupa:
3.4.1.1 Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air







Rehabilitasi dan perlindungan hutan
Reboisasi kawasan hutan yang rusak
Penghijauan di lahari kritis milik masyarakat dan Negara, didalam maupun diluar
kawasan hutan
Penetapan dan pengelolaan kawasan sempadan sungai, danau, waduk, situ,
embung, rawa dan pantai sebagai sabuk hijau terutama yang saat ini digunakan
sebagai pemukiman oleh masyarakat.
Pemanfaatan lahan sesuai dengan kaidah-kadiah konservasi tanah dan jenis tanah.
Pelestarian dan perlindungan sumber air secara menyeluruh sehingga kerusakan
ekosistem sumber daya air dapat dicegah
Penertiban penambangan galian Golongan C
3.4.1.2 Pengawetan Air
a) Peningkatan pemanfaatan air permukaan dengan cara antara lain:
i. Pengendalian aliran permukaan untuk memperpanjang waktu air tertahan di
atas permukaan tanah dan meningkatkan jumlah air yang masuk ke dalam
tanah melalui;
 pengolahan tanah untuk setiap aktivitas budidaya pertanian,
 penanaman tanaman menurut garis kontur (contour cultivation),
 penanaman dalam strip (sistem penanaman berselang seling antara
tanaman yang tumbuh rapat (misal rumput atau leguminosa) dan strip
tanaman semusim,
 pembuatan teras yang dapat menyimpan air, misalnya teras bangku
konservasi;
 pembangunan waduk dan embung.
ii. Penyadapan air (water harvesting)
iii. Meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah dengan cara memperbaiki struktur
tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian tanaman penutup tanah
(mulsa) atau bahan organik.
iv. Pengolahan tanah minimum (minimum tillage)
61

Pengelolaan air tanah, dilakukan antara lain dengan: perbaikan drainase
permukaan, drainase dalam, atau kombinasi keduanya yang akan
meningkatkan efisiensi penggunaan air oleh tanaman.

Peningkatan efisiensi penggunaan air irigasi antara lain dengan: tanam benih
langsung (tabela), pengurangan tinggi penggenangan atau pemberian air
(sistem SRI), mengurangi kebocoran saluran irigasi clan galengan, pergiliran
pemberian air, dan pemberian air secara terputus. Dua aktivitas terakhir ini
harus disertai dengan peraturan clan pengawasan yang ketat.
3.4.1.3 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air




Pengelontoran kali bersih dengan kontrol yang ketat terhadap pembuangan limbah
domestik
Pengendalian/ pengawasan pembuangan limbah industri
Pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk kawasan industri
Pelaksanaan audit lingkungan
3.4.2 Strategi Pendayagunaan SDA
Strategi pendayagunaan SDA di WS Cimanuk Cisanggarung dilaksanakan dengan
3.4.2.1 Penetapan zona pemanfaatan sumber air
•
Penetapan zona pemanfaatan sumber air ke dalam peta tata ruang wilayah
Kabupaten/ Kota di WS. Cimanuk Cisanggarung
•
Penetapan zona pemanfaatan sumber air yang sudah direkomendasikan oleh
TKPSDA WS Cimanuk Cisanggarung
3.4.2.2 Peruntukan, Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan SDA
•
Penetapan peruntukan air untuk berbagai kepentingan
•
Penyediaan air sesuai prioritas yaitu untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari
clan pertanian rakyat
•
Penetapan ijin penggunaan air berkaitan dengan hak guna air
•
Pengusahaan SDA tanpa mengabaikan fungsi sosial SDA
3.4.2.3 Pengembangan SDA
•
Pengembangan SDA dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan dan
dilengkapi dengan studi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
•
Pengembangan terhadap teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk menambah
volume sumber air
62
3.4.3 Strategi Pengendalian Daya Rusak Air
.
Strategi Pengendalian Daya Rusak Air di WS Cimanuk Cisanggarung diarahkan untuk
dapat mengupayakan sistem pencegahan bencana akibat daya rusak air clan
meningkatkan peran masyarakat dalam pencegahan clan penanggulangan daya rusak air.
Dari strategi pokok tersebut, beberapa kegiatan dalam pengendalian daya rusak air di WS.
Cimanuk Cisanggarung antara lain:
3.4.3.1 Pencegahan bencana alam
•
Penetapan zona rawan banjir, kekeringan, erosi, sedimentasi, tanah longsor,
amblesan tanah, perubahan sifat dan kandungan kimiawi; biologi dan fisika air,
kepunahan flora dan fauna serta wabah penyakit yang diakibatkan oleh daya rusak
air (misal banjir)
•
Pengendalian
masyarakat
•
Peringatan dini dilakukan di lokasi rawan bencana
pemanfaatan
kawasan
rawan
bencana
dengan
melibatkan
3.4.3.2 Penanggulangan bencana alam

Pelaksanaan tindakan penanggulangan kerusakan dan atau bencana akibat daya
rusak air

Penetapan prosedur operasi standart penanggulangan bencana alam

Penyampaian berita tentang kejadian bencana alam
.
3.4.3.3 Pemulihan daya rusak air
Pemulihan daya rusak air merupakan penanganan pasca bencana, baik berupa
bencana banjir, bencana kekeringan mau . pun bencana tanah longsor sbb.
•
Merehabilitasi kerusakan, baik secara struktural maupun non struktural.
•
Menumbuh kembangkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pemulihan akibat
bencana:
•
Revitalisasai wadah-wadah air pada daerah aliran sungai
Pemulihan bencana pasca banjir atau disebut juga rehabilitasi pasca banjir,adalah
proses perbaikan keadaan terencana berdasarkan hasil evaluasi kelayakan agar
keadaan kembali sama dengan atau lebih baik dari keadaan semula. Kegiatan yang
dibutuhkan antara lain:
• Pengumpulan data awal. Inventarisasi terdiri dari jenis kerusakan dan karakter
banjir.
• Penilaian kerusakan. .
• Revitalisasi
 Evaluasi kelayakan terdiri dari kritaria legalitas dan kriteria tingkat resiko banjir
 Rekonstruksi mengembalikan seperti semula dengan pengembalian total
seperti kondisi sebelum banjir atau tidak melakukan perubahan atau desain
ulang
 Konstruksi lebih baik dari semula yaitu peningkatan dilokasi semula, bangunan
jenis baru dan pindah ke lokasi baru (relokasi)
63
3.4.4 Strategi Peningkatan Sistem Data dan Informasi bidang SDA
Strategi sistem informasi data di WS Cimanuk Cisanggarung dapat diuraikan berupa:
•
•
Menyediakan data dan informasi sumber daya air yang akurat, tepat waktu,
berkelanjutan dan muclah
Memudahkan pengaksesan data dan informasi oleh masyarakat, swasta dan dunia
usaha
3.4.5 Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan
SDA
Strategi peran serta masyarakat di WS Cimanuk Cisanggarung dapat diuraikan berupa:
• Meningkatkan peran masyarakat clan swasta untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
sumber daya air
• Meningkatkan kinerja lembaga pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air
• Meningkatkan koordinasi ditingkat lintas kabupaten/kota dalam pengelolaan sumber
daya air
3.5
Kelembagaan Pengelolaan
Cisanggarung
SDA
Wilayah
Sungai
Cimanuk
Wadah koordinasi pada Wilayah Sungai dibentuk sesuai dengan kebutuhan pengelolaan
SDA pada WS yang bersangkutan. Wadah Koordinasi di WS Cimanuk Cisanggarung saat ini
adalah Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA). Susunan organisasi
TKPSDA(S) WS diketuai oleh Bakorwil terkait, ketua harian oleh Balai Besar WS terkait, dan
seluruh stakeholders menjadi anggotanya.
TK PSDA WS Cimanuk Cisanggarung ini ditetapkan dengan Keputusan Menteri PU No.
502/KPTS/M/2007 pada tanggal 11 Desember 2007.
64
BAB IV
KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SDA
WILAYAH SUNGAI CIMANUK CISANGGARUNG
Kebijakan operasional untuk melaksanakan strategi pengelolaan sumber daya air
merupakan Arahan Pokok untuk melaksanakan strategi pengelolaan SDA yang telah
ditentukan.
.
Skenario penentuan kebijakan operasional pengelolaan sumber daya air dipengaruhi oleh
kondisi skenario pertumbuhan ekonomi baik rendah, sedang, maupun tinggi, serta faktor
kondisi politik nan perubahan iklim.
Skenario yang masih perlu ditunggu pengaruhnya terhadap kondisi WS Cimanuk
Cisanggarung adalah sebagai berikut.

Perubahan iklim masih dikaji diseluruh dunia antara lain akibat kenaikan muka air laut
dan perubahan pola hujan di suatu WS dan masih perlu dievaluasi pada 5 tahun yang
akan datang

Perubahan kondisi politik : pengaruhnya tidak dapat diprediksikan, meskipun dukungan
politik (misalnya dukungan dari Pemerintah Daerah) sangat diperlukan untuk
keberlanjutan pengelolaan sumber daya air
Kebijakan Operasional tersebut disusun untuk setiap pilihan strategi berdasarkan skenario
pertumbuhan ekonomi, yaitu pertumbuhan ekonomi rendah (skenario 1), pertumbuhan
ekonomi sedang (skenario 2) dan pertumbuhan ekonomi tinggi (skenario 3).
Kebijakan Operasional dalam pengelolaan SDA menurut skenario dan strategi jangka
pendek, menengah dan panjang ditampilkan pada Tabel-Tabel pada Lampiran yang berisi
1. Strategi untuk masing-masing skenario
2. Kebijakan operasional untuk melaksanakan strategi
3. Stakeholder yang terkait dalam pelaksanaan masing-masing strategi
4. Instansi yang bertanggung jawab.
65
SKENARIO 1 (PERTUMBUHAN EKONOMI RENDAH)
TABEL 4.3 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI CIMANUK CISANG
SKENARIO 1 (PERTUMBUHAN EKONOMI RENDAH)
ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
No
Sub Aspek
1
PENCEGAHAN
DAYA RUSAK
AIR
Hasil Analisis
Banjir S.Cipanas hampir
terjadi setiap tahun dan
menjadi kejadian yang
rutin,lokasi limpasan
banjir terletak menyebar
dari bagian hulu tepatnya
di hilir pertemuan sungai
Cipanas-Cibelerang
ik
Banjir S.Cimanuk
setiap
Sasaran/Target yang
ingin dicapai
Terbebasnya kawasan dari
bencana banjir akibat
meluapnya sungai Cimanuk,
Cipanas dan sungai-sungai
kecil lainnya
tahun menggenangi
daerah Kab. Indramayu
seluas kl. 8000 ha di 13
lokasi rawan banjir.
Strategi
Jangka Pendek (2010-2014)
Jangka Menengah (2010-2019)
Pembangunan Waduk Jatigede 2006-2013. Vol. 979,5 juta
m3, irigasi 90.000 Ha, PLTA 110 MW, air baku 3,5 m3/dtk
Operasi dan Pemeliharaan (OP) dan Rehabilitasi Waduk yang Operasi dan Pemeliharaan (OP) dan Rehabilitasi Waduk yang
ada: Waduk Malahayu (59 juta m3) dan Waduk Darma (36 juta ada: Waduk Malahayu (59 juta m3) dan Waduk Darma (36 juta
m3)
m3)
Pembangunan bangunan penahan tebing dan pengendali
erosi a.l. groundsill, revetment, retaining wall, tanggul di S.
Cimanuk, S. Cipanas, S. Pangkalan, S. Kumpul Kuwista,
Kedungpane, Sukalila, Pesungaian dan S. Cisanggarung.
Pembangunan bangunan penahan tebing dan pengendali
erosi a.l. groundsill, revetment, retaining wall, tanggul di S.
Cimanuk, S. Cipanas, S. Pangkalan, S. Kumpul Kuwista,
Kedungpane, Sukalila, Pesungaian dan S. Cisanggarung.
Pengelolaan kawasan rawan bencana banjir di WS Cimanuk
Cisanggarung
Normalisasi sungai-sungai di Kota Cirebon
1. Kab. Cirebon : Bangkaderes, Winong, Ciwaringin
2. Kab. Indramayu : Normalisasi S. Cipanas
3. Kab. Brebes : Normalisasi S. Tanjungkulon, S.Babakan dan
S. Kabuyutan
Terjadi abrasi di pantai
Indramayu
Garis pantai terjaga dan
aman, tidak terjadi abrasi di
Kab. Indramayu, Cirebon,
Brebes dan Kota Cirebon
Pembangunan bangunan pencegah sedimentasi muara
Banjir sebagian
disebabkan oleh
kerusakan DAS di hulu
sungai
Di prioritaskan upaya-upaya
non teknis dalam
pencegahan banjir, antara
lain: sistem peringatan dini,
pengaturan dataran banjir ,
konservasi sumber daya air.
> Reboisasi dan penghijauan DAS/Konservasi hutan di hulu,
tengah dan hilir WS Cimanuk Cisanggarung
Pembangunan bangunan pengaman pantai
Penanaman kembali hutan mangrove untuk mencegah abrasi
pantai
> Reboisasi dan penghijauan DAS/Konservasi hutan di hulu,
tengah dan hilir WS Cimanuk Cisanggarung
> Meningkatkan kapasitas retensi sepanjang alur (sempadan)
sungai dengan me-naturalisasi sempadan sungai yang rusak
> Memfungsikan daerah genangan yang ada di DAS untuk
menampung air di musim hujan
> Meningkatkan fungsi situ/embung di WS Cimanuk
Cisanggarung
2 PENANGGULAN Diperlukan pemahaman
GAN DAYA
RUSAK AIR
tentang manajemen
banjir
Daerah yang rawan bencana Penyusunan RTD atau contingency plan dalam antisipasi
banjir siap menghadapi banjir menghadapi kemungkinan terjadinya banjir
pada periode ulang banjir
yang direncanakan
> Meningkatkan fungsi situ/embung di WS Cimanuk
Cisanggarung
Penyusunan RTD atau contingency plan dalam antisipasi
menghadapi kemungkinan terjadinya banjir
Penyusunan peta resiko banjir (flood hazard map) untuk
daerah rawan banjir
Pembuatan sistem peringatan dini datangnya banjir dan sistem
informasi tentang banjir
72
SKENARIO 1 (PERTUMBUHAN EKONOMI RENDAH)
Menampung debit banjir dengan meningkatkan kapasitas
bangunan pelimpah banjir, kolam retensi, saluran pengalih
dsb
Menyiapkan
Bencana banjir dapat
penanggulangan darurat dijinakkan (dimitigasi)
sehingga mngurangi korban
bencana akibat banjir
akibat banjir
Mengurangi debit banjir dengan pembangunan bangunanbangunan prasarana pengendali banjir misal: waduk,
bendungan, areal parkir air sementara, sumur resapan,
reboisasi dan modifikasi cuaca
Mengendalikan erosi dan sedimentasi akibat dari banjir sesuai
dengan lokasinya, yaitu dilereng bukit (dengan sistem teras,
saluran di lereng dan penanaman segaris) atau di sungai
(dengan pembangunan revetment, check dam, dan jetty di
muara)
3
PEMULIHAN
DAYA RUSAK
AIR
Kekurangsiapan dalam
memulihkan kondisi
lingkungan hidup setelah
terjadi bencana banjir
Fungsi lingkungan hidup dan Melaksanakan restorasi untuk mengembalikan fungsi
lingkungan hidup
sistem prasarana sumber
daya air dapat dipulhkan
kembali
Merehabilitasi kondisi penduduk korban bencana banjir sesuai
dengan sandar yang berlaku
Mengendalikan erosi dan sedimentasi akibat dari banjir sesuai
dengan lokasinya, yaitu dilereng bukit (dengan sistem teras,
saluran di lereng dan penanaman segaris) atau di sungai
(dengan pembangunan revetment, check dam, dan jetty di
muara)
Melaksanakan restorasi untuk mengembalikan fungsi
lingkungan hidup
Merehabilitasi kondisi penduduk korban bencana banjir sesuai
dengan sandar yang berlaku
Merekonstruksi/memperbaiki kerusakan yang imbul akibat dari
anjir
72
SKENARIO 1 (PERTUMBUHAN EKONOMI RENDAH)
GGARUNG
Kebijakan Operasional
Jangka Panjang (2010-20129)
Kebijakan untuk membangun waduk serbaguna, antara lain
untuk pengendalian banjir
Pembangunan waduk Cimulya (Kuningan, irigasi 9145 ha,
PLTA 4,5 GWh, air baku)
Operasi dan Pemeliharaan (OP) dan Rehabilitasi Waduk yang Penyediaan dana yang memadai untuk OP waduk dan
ada: Waduk Malahayu (59 juta m3) dan Waduk Darma (36 juta tampungan air lainnya
m3)
Pembangunan bangunan penahan tebing dan pengendali
erosi a.l. groundsill, revetment, retaining wall, tanggul di S.
Cimanuk, S. Cipanas, S. Pangkalan, S. Kumpul Kuwista,
Kedungpane, Sukalila, Pesungaian dan S. Cisanggarung.
Alokasi dana untuk pembangunan bangunansipil teknis untuk
mencegah terjadinya banjir
Normalisasi S. Bangkaderes, Winong, Ciwaringin dll
Penetapan kawasan rawan bencana banjir dengan Perda
Lembaga/Instansi
Terkait
BBWS Cimanuk
Cisanggarung, Pemda
Kab/kota, Bappeda,
Pengerukan S. Prajagumiwang
Penyebaran informasi tentang banjir
Pelibatan peran masyarakat dalam menghadapi banjir
Penegakan hukum dalam bidang penataan ruang, pengaman
sempadan sungai, pencegahan penebangan hutan
Pembangunan jetty, pengerukan sungai, pengaman muara
sungai, pengaman pantai
Alokasi dana untuk pengaman pantai dan muara sungai
Pengerukan muara S. Pesungaian, S. Kedung Pane, S.
Sukalila di Kota Cirebon
Mencegah intrusi air laut di pantura
> Reboisasi dan penghijauan DAS/Konservasi hutan di hulu,
tengah dan hilir WS Cimanuk Cisanggarung
> Menggunakan konsep kesatuan sistem ekologi hidrolik antara
badan sungai, sempadan sungai dan daerah aliran sungai (DAS)
BBWS Cimanuk
Cisanggarung, Pemda
Kab/kota, Bappeda,
Dinas Perikanan dan
Kelautan, BPDAS
Cimanuk-Citanduy
> Meningkatkan kapasitas retensi sepanjang alur (sempadan)
sungai dengan me-naturalisasi sempadan sungai yang rusak
> Memfungsikan daerah genangan yang ada di DAS untuk
menampung air di musim hujan
Penyelarasan antara upaya kegiatan konservasi dibagian hulu
dengan pendayagunaan dibagian hilir
> Meningkatkan fungsi situ/embung di WS Cimanuk
Cisanggarung
Pemasangan flood warning system : S. Cimanuk,
Cisanggarung, Cipanas
Penyusunan RTD atau contingency plan dalam antisipasi
menghadapi kemungkinan terjadinya banjir
Penyusunan peta resiko banjir (flood hazard map) untuk
daerah rawan banjir
Penetapan SOP(RTD) pencegahan dini banjir
Penegakan hukum dan peraturan yang berlaku khususnya yang BBWS Cimanuk
menyangkut sempadan sungai
Cisanggarung, Pemda
Kab/kota, Bappeda,
Dinas Perikanan dan
SOP dalam melibatkan peran serta masyarakat dalam
Kelautan, BPDAS
pengelolaan banjir
Cimanuk-Citanduy
Pembuatan sistem peringatan dini datangnya banjir dan sistem Penetapan pedoman pemanfaatan lahan di daerah rawan banjir
informasi tentang banjir
Penetapan prosedur operasi standar penanggulangan bencana
l /b ji
72
SKENARIO 1 (PERTUMBUHAN EKONOMI RENDAH)
alam/banjir.
Menampung debit banjir dengan meningkatkan kapasitas
bangunan pelimpah banjir, kolam retensi, saluran pengalih
dsb
Menyusun perencanaan pengendalian banjir
Mengurangi debit banjir dengan pembangunan bangunanbangunan prasarana pengendali banjir misal: waduk,
bendungan, areal parkir air sementara, sumur resapan,
reboisasi dan modifikasi cuaca
Koordinasi stakeholder dalam kesiapsiagaan menghadapi banjir
Mengendalikan erosi dan sedimentasi akibat dari banjir sesuai Mobilisasi bantuan tanggap darurat
dengan lokasinya, yaitu dilereng bukit (dengan sistem teras,
saluran di lereng dan penanaman segaris) atau di sungai
Pelibatan peran masyarakat dalam menanggulangi banjir
(dengan pembangunan revetment, check dam, dan jetty di
muara)
Melaksanakan restorasi untuk mengembalikan fungsi
lingkungan hidup
Penyebaran informasi tentang banjir
Merehabilitasi kondisi penduduk korban bencana banjir sesuai Pelibatan peran masyarakat dalammemulihkan fungsi lingkungan
dengan sandar yang berlaku
hidup setelah banjir
Merekonstruksi/memperbaiki kerusakan yang imbul akibat dari
anjir
72
SKENARIO 2 (PERTUMBUHAN EKONOMI SEDANG)
TABEL 4.6 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI CIMANUK CISANG
SKENARIO 2 (PERTUMBUHAN EKONOMI SEDANG)
ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
No
Sub Aspek
1
PENCEGAHAN
DAYA RUSAK
AIR
Hasil Analisis
Banjir S.Cipanas hampir
terjadi setiap tahun dan
menjadi kejadian yang
rutin,lokasi limpasan
banjir terletak menyebar
dari bagian hulu
tepatnya di hilir
pertemuan sungai
Cipanas-Cibelerang
Banjir S.Cimanuk setiap
tahun menggenangi
daerah Kab. Indramayu
seluas kl. 8000 ha di 13
lokasi rawan banjir.
Sasaran/Target yang
ingin dicapai
Strategi
Jangka Pendek (2010-2014)
Jangka Menengah (2010-2019)
Terbebasnya kawasan dari
Pembangunan Waduk Jatigede 2006-2013. Vol. 979,5 juta
bencana banjir akibat
m3, irigasi 90.000 Ha, PLTA 110 MW, air baku 3,5 m3/dtk
meluapnya sungai Cimanuk,
Cipanas dan sungai-sungai
kecil lainnya
Operasi dan Pemeliharaan (OP) dan Rehabilitasi Waduk yang Operasi dan Pemeliharaan (OP) dan Rehabilitasi Waduk yang
ada: Waduk Malahayu (59 juta m3) dan Waduk Darma (36
ada: Waduk Malahayu (59 juta m3) dan Waduk Darma (36
juta m3)
juta m3)
Pembangunan bangunan penahan tebing dan pengendali
erosi a.l. groundsill, revetment, retaining wall, tanggul di S.
Cimanuk, S. Cipanas, S. Pangkalan, S. Kumpul Kuwista,
Kedungpane, Sukalila, Pesungaian dan S. Cisanggarung.
Pembangunan bangunan penahan tebing dan pengendali
erosi a.l. groundsill, revetment, retaining wall, tanggul di S.
Cimanuk, S. Cipanas, S. Pangkalan, S. Kumpul Kuwista,
Kedungpane, Sukalila, Pesungaian dan S. Cisanggarung.
Pengelolaan kawasan rawan bencana banjir di WS Cimanuk
Cisanggarung
1. Kab. Cirebon : Bangkaderes, Winong, Ciwaringin
Normalisasi sungai-sungai di Kota Cirebon
2. Kab. Indramayu : Normalisasi S. Cipanas
3. Kab. Brebes : Normalisasi S. Tanjungkulon, S.Babakan dan
S. Kabuyutan
Terjadi abrasi di pantai
Indramayu
Garis pantai terjaga dan
aman, tidak terjadi abrasi di
Kab. Indramayu, Cirebon,
Brebes dan Kota Cirebon
Pembangunan bangunan pencegah sedimentasi muara
Pembangunan bangunan pengaman pantai
Penanaman kembali hutan mangrove untuk mencegah abrasi
pantai
Banjir sebagian
disebabkan oleh
kerusakan DAS di hulu
sungai
Di prioritaskan upaya-upaya
non teknis dalam
pencegahan banjir, antara
lain: sistem peringatan dini,
pengaturan dataran banjir ,
konservasi sumber daya air.
> Reboisasi dan penghijauan DAS/Konservasi hutan di hulu,
tengah dan hilir WS Cimanuk Cisanggarung
> Meningkatkan kapasitas retensi sepanjang alur (sempadan)
sungai dengan me-naturalisasi sempadan sungai yang rusak
> Reboisasi dan penghijauan DAS/Konservasi hutan di hulu,
tengah dan hilir WS Cimanuk Cisanggarung
> Meningkatkan kapasitas retensi sepanjang alur (sempadan)
sungai dengan me-naturalisasi sempadan sungai yang rusak
> Memfungsikan daerah genangan yang ada di DAS untuk
menampung air di musim hujan
> Memfungsikan daerah genangan yang ada di DAS untuk
menampung air di musim hujan
> Meningkatkan fungsi situ/embung di WS Cimanuk
Cisanggarung
> Meningkatkan fungsi situ/embung di WS Cimanuk
Cisanggarung
2 PENANGGULAN Diperlukan pemahaman Daerah yang rawan bencana Penyusunan RTD atau contingency plan dalam antisipasi
GAN DAYA
RUSAK AIR
tentang manajemen
banjir
banjir siap menghadapi banjir menghadapi kemungkinan terjadinya banjir
pada periode ulang banjir
yang direncanakan
Penyusunan peta resiko banjir (flood hazard map) untuk
daerah rawan banjir
Pembuatan sistem peringatan dini datangnya banjir dan
sistem informasi tentang banjir
Pemasangan flood warning system : S. Cimanuk,
Cisanggarung, Cipanas
Penyusunan RTD atau contingency plan dalam antisipasi
menghadapi kemungkinan terjadinya banjir
Penyusunan peta resiko banjir (flood hazard map) untuk
daerah rawan banjir
Pembuatan sistem peringatan dini datangnya banjir dan
sistem informasi tentang banjir
77
SKENARIO 2 (PERTUMBUHAN EKONOMI SEDANG)
Menyiapkan
Bencana banjir dapat
penanggulangan darurat dijinakkan (dimitigasi)
bencana akibat banjir
sehingga mngurangi korban
akibat banjir
Menampung debit banjir dengan meningkatkan kapasitas
bangunan pelimpah banjir, kolam retensi, saluran pengalih
dsb
Mengurangi debit banjir dengan pembangunan bangunanbangunan prasarana pengendali banjir misal: waduk,
bendungan, areal parkir air sementara, sumur resapan,
reboisasi dan modifikasi cuaca
Mengendalikan erosi dan sedimentasi akibat dari banjir sesuai
dengan lokasinya, yaitu dilereng bukit (dengan sistem teras,
saluran di lereng dan penanaman segaris) atau di sungai
(dengan pembangunan revetment, check dam, dan jetty di
muara)
3
PEMULIHAN
DAYA RUSAK
AIR
Kekurangsiapan dalam
memulihkan kondisi
lingkungan hidup setelah
terjadi bencana banjir
Fungsi lingkungan hidup dan Melaksanakan restorasi untuk mengembalikan fungsi
sistem prasarana sumber
lingkungan hidup
daya air dapat dipulhkan
Merehabilitasi kondisi penduduk korban bencana banjir sesuai
kembali
dengan sandar yang berlaku
Mengendalikan erosi dan sedimentasi akibat dari banjir sesuai
dengan lokasinya, yaitu dilereng bukit (dengan sistem teras,
saluran di lereng dan penanaman segaris) atau di sungai
(dengan pembangunan revetment, check dam, dan jetty di
muara)
Melaksanakan restorasi untuk mengembalikan fungsi
lingkungan hidup
Merehabilitasi kondisi penduduk korban bencana banjir sesuai
dengan sandar yang berlaku
Merekonstruksi/memperbaiki kerusakan yang imbul akibat
dari anjir
77
SKENARIO 2 (PERTUMBUHAN EKONOMI SEDANG)
GGARUNG
Kebijakan Operasional
Jangka Panjang (2010-20129)
Pembangunan Waduk Babakan, Kab Brebes
Kebijakan untuk membangun waduk serbaguna, antara lain
untuk pengendalian banjir
Pembangunan waduk Cimulya (Kuningan, irigasi 9145 ha,
PLTA 4,5 GWh, air baku)
Operasi dan Pemeliharaan (OP) dan Rehabilitasi Waduk yang Penyediaan dana yang memadai untuk OP waduk dan
ada: Waduk Malahayu (59 juta m3) dan Waduk Darma (36
tampungan air lainnya
juta m3)
Pembangunan bangunan penahan tebing dan pengendali
erosi a.l. groundsill, revetment, retaining wall, tanggul di S.
Cimanuk, S. Cipanas, S. Pangkalan, S. Kumpul Kuwista,
Kedungpane, Sukalila, Pesungaian dan S. Cisanggarung.
Alokasi dana untuk pembangunan bangunansipil teknis untuk
mencegah terjadinya banjir
Normalisasi S. Bangkaderes, Winong, Ciwaringin dll
Penetapan kawasan rawan bencana banjir dengan Perda
Lembaga/Instansi
Terkait
BBWS Cimanuk
Cisanggarung, Pemda
Kab/kota, Bappeda,
Pengerukan S. Prajagumiwang
Penyebaran informasi tentang banjir
Pelibatan peran masyarakat dalam menghadapi banjir
Penegakan hukum dalam bidang penataan ruang, pengaman
sempadan sungai, pencegahan penebangan hutan
Pembangunan jetty, pengerukan sungai, pengaman muara
sungai, pengaman pantai
Pengerukan muara S. Pesungaian, S. Kedung Pane, S.
Sukalila di Kota Cirebon
Alokasi dana untuk pengaman pantai dan muara sungai
Mencegah intrusi air laut di pantura
BBWS Cimanuk
Cisanggarung, Pemda
Kab/kota, Bappeda,
Dinas Perikanan dan
Kelautan, BPDAS
Cimanuk-Citanduy
> Reboisasi dan penghijauan DAS/Konservasi hutan di hulu, > Menggunakan konsep kesatuan sistem ekologi hidrolik antara
tengah dan hilir WS Cimanuk Cisanggarung
badan sungai, sempadan sungai dan daerah aliran sungai (DAS)
> Meningkatkan kapasitas retensi sepanjang alur (sempadan)
sungai dengan me-naturalisasi sempadan sungai yang rusak
> Memfungsikan daerah genangan yang ada di DAS untuk
menampung air di musim hujan
Penyelarasan antara upaya kegiatan konservasi dibagian hulu
dengan pendayagunaan dibagian hilir
> Meningkatkan fungsi situ/embung di WS Cimanuk
Cisanggarung
Pemasangan flood warning system : S. Cimanuk,
Cisanggarung, Cipanas
Penyusunan RTD atau contingency plan dalam antisipasi
menghadapi kemungkinan terjadinya banjir
Penyusunan peta resiko banjir (flood hazard map) untuk
daerah rawan banjir
Pembuatan sistem peringatan dini datangnya banjir dan
sistem informasi tentang banjir
Penetapan SOP(RTD) pencegahan dini banjir
Penegakan hukum dan peraturan yang berlaku khususnya yang BBWS Cimanuk
Cisanggarung, Pemda
menyangkut sempadan sungai
Kab/kota, Bappeda,
Dinas Perikanan dan
SOP dalam melibatkan peran serta masyarakat dalam
Kelautan, BPDAS
pengelolaan banjir
Cimanuk-Citanduy
Penetapan pedoman pemanfaatan lahan di daerah rawan banjir
77
SKENARIO 2 (PERTUMBUHAN EKONOMI SEDANG)
Penetapan prosedur operasi standar penanggulangan bencana
alam/banjir.
Menampung debit banjir dengan meningkatkan kapasitas
bangunan pelimpah banjir, kolam retensi, saluran pengalih
dsb
Menyusun perencanaan pengendalian banjir
Mengurangi debit banjir dengan pembangunan bangunanbangunan prasarana pengendali banjir misal: waduk,
bendungan, areal parkir air sementara, sumur resapan,
reboisasi dan modifikasi cuaca
Koordinasi stakeholder dalam kesiapsiagaan menghadapi banjir
Mengendalikan erosi dan sedimentasi akibat dari banjir sesuai Mobilisasi bantuan tanggap darurat
dengan lokasinya, yaitu dilereng bukit (dengan sistem teras,
saluran di lereng dan penanaman segaris) atau di sungai
Pelibatan peran masyarakat dalam menanggulangi banjir
(dengan pembangunan revetment, check dam, dan jetty di
muara)
Melaksanakan restorasi untuk mengembalikan fungsi
lingkungan hidup
Penyebaran informasi tentang banjir
Merehabilitasi kondisi penduduk korban bencana banjir sesuai Pelibatan peran masyarakat dalammemulihkan fungsi
dengan sandar yang berlaku
lingkungan hidup setelah banjir
Merekonstruksi/memperbaiki kerusakan yang imbul akibat
dari anjir
77
SKENARIO 3(PERTUMBUHAN EKONOMI TINGGI)
TABEL 4.7 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI CIMANUK CISANGGARUN
SKENARIO 3 (PERTUMBUHAN EKONOMI TINGGI)
ASPEK KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
No
Sub Aspek
Strategi
Hasil Analisis
Sasaran/Target yang ingin dicapai
Jangka Pendek (2010-2014)
1 PERLINDUNGAN DAN
Pemeliharaan kelangsungan fungsi
PELESTARIAN SUMBER resapan air dan daerah tangkapan air
DAYA AIR
baik air permukaan maupun air tanah
Luas kawasan lindung 45% dari wilayah Meningkatkan luas kawasan yang berfungsi lindung
DAS (sesuai dengan arahan RTRW
menjadi minimal 15% luas DAS
Prov. Jawa Barat)
Kekeringan di musim kemarau
Rasio Qmax/Qmin tidak terlalu besar
Diperlukan konservasi sumber air
Terpenuhinya kebutuhan air untuk
Pembangunan waduk-waduk lapangan di Kab. Indramayu,
berbagai kebutuhan baik dimusim hujan Kab. Majalengka (Sadawarna)
maupun kemarau
Pengelolaan CA Talaga Bodas dan Leuwi Sancang
(Kab.Garut)
Pengelolaan Kaw.perlindungan plasma nutfah
Rancabuaya, Gn.Ciremai. Gn Ageung, Muara S.Cimanuk
dan P.Minyawak
Pengelolaan TWA Gn.Tampomas, Linggarjati,
Papandayan
Penghijauan dan pembuatan teras bangku kawasan mata
air Situ Cipanas (Kab. Garut)
Pembangunan arboretum mata air Legok Pulus (Kab.
Garut)
Pengelolaan Kaw.pantai berhutan bakau/mangrove di
Eretan (Kab.Indramayu)
Pengelolaan seluruh sempadan sungai di WS Cimanuk
Cisanggarung
Pengelolaan sempadan pantai di Kab.Indramayu, Cirebon,
dan Kota Cirebon
Tingginya laju erosi di lahan pertanian Pengolahan lahan sesuai dengan
(laju erosi 100-300 ton/ha/tahun)
kaidah konservasi
Lahan Kritis
Di WS Cimanuk Cisanggarung luas
lahan kritis178.794 ha (25,9% luas
WS). (dlm kwsn hutan 46.129 ha,
diluar kwsn hutan 132.665 ha). Luas
WS Cimanuk Cisanggarung: 688.835
ha)
2 PENGAWETAN AIR
Potensi (ketersediaan) air masih
banyak yang tidak termanfaatkan
Penggunaan air masih kurang hemat
Penggunaan sumber air tanah perlu
selective
Berkurangnya luas lahan kritis di DAS,
terutama di DTA Waduk Jatigede
Jangka Menengah (2010-2019)
Meningkatkan luas kawasan yang berfungsi lindung
menjadi minimal 30% luas DAS
Menjaga daerah resapan air (bukan kawasan imbuhan air Menjaga daerah resapan air (bukan kawasan imbuhan air
tanah) dan mempertahankan daerah imbuhan air tanah
tanah) dan mempertahankan daerah imbuhan air tanah
Peran serta masyarakat dalam pengolahan lahan sesuai
dengan kaidah konservasi
Pembangunan dan pengelolaan seluruh waduk-waduk
lapangan, kawasan cagar alam, taman wisata alam,
sempadan sungai, danau, mata air, pantai, dan kawasan
perlindungan plasma nutfah.
Pengelolaan Kaw.perlindungan plasma nutfah
Rancabuaya, Gn.Ciremai. Gn Ageung, Muara S.Cimanuk
dan P.Minyawak
Pengelolaan TWA Gn.Tampomas, Linggarjati,
Papandayan
Penghijauan dan pembuatan teras bangku kawasan mata
air Situ Cipanas (Kab. Garut)
Pembangunan arboretum mata air Legok Pulus (Kab.
Garut)
Pengelolaan Kaw.pantai berhutan bakau/mangrove di
Eretan (Kab.Indramayu)
Pengelolaan seluruh sempadan sungai di WS Cimanuk
Cisanggarung
Pengelolaan sempadan pantai di Kab.Indramayu, Cirebon,
dan Kota Cirebon
Peran serta masyarakat dalam pengolahan lahan sesuai
dengan kaidah konservasi
Rehabilitasi hutan dan lahan kritis dengan target 40% dari Rehabilitasi hutan dan lahan kritis dengan target 70% dari
seluruh luas lahan kritis
seluruh luas lahan kritis
Rehabilitasi lahan kritis di DTA Waduk Jatigede 40.876 ha Rehabilitasi lahan kritis di Kab. Garut 88.630 ha
Rehabilitasi lahan kritis di Kab. Sumedang 19.436 ha
Rehabilitasi lahan kritis di Kab. Cirebon 8.050 ha
Rehabilitasi lahan kritis di Kab. Kuningan 12.226 ha
Memanfaatkan potensi air yang ada
sebesar 324 m3/dt (10,3 milyar m3)
Meningkatkan kapasitas tampungan air yang ada
Meningkatkan pengelolaan situ-situ, embung, bendung
dan waduk
Penggunaan air secara efisien
Meningkatkan efisiensi pemakaian air terutama untuk
terutama untuk budidaya tanaman padi tanaman padi
Meningkatkan pengelolaan situ-situ, embung, bendung
dan waduk
Meningkatkan efisiensi pemakaian air terutama untuk
tanaman padi
Terkonservasinya cadangan air tanah
Penggunaan sumber air tanah untuk high value crop
Penggunaan sumber air tanah untuk high value crop
Meningkatkan kapasitas tampungan air yang ada
SKENARIO 3(PERTUMBUHAN EKONOMI TINGGI)
3 PENGELOLAAN
KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN
PENCEMARAN AIR
Hampir semua sungai membawa zat Kualitas air dan sumber air sesuai
padat terlarut dalam alirannya dengan dengan peruntukkannya dan memenuhi
baku mutu kualitas air yang disyaratkan
kadar yang tinggi
Parameter COD, BOD, PO4 dan Cl
melebihi baku mutu
Hampir seluruh aliran sungai tercemar
SO4, H2S, Fe, Mn dan Zn secara
berlebihan.
Menetapkan baku mutu limbah cair yang diperkenankan
dibuang kedalam sungai di 40% dari Kabupaten/Kota
dalam WS Cimanuk Cisanggarung
Menetapkan baku mutu limbah cair yang diperkenankan
dibuang kedalam sungai di 70% dari Kabupaten/Kota
dalam WS Cimanuk Cisanggarung
Membangun sistem pemantauan kualitas air pada sumber Membangun sistem pemantauan kualitas air pada sumber
air dan kualitas limbah cair secara berkelanjutan di 70%
air dan kualitas limbah cair secara berkelanjutan di 40%
dari Kabupaten/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung
dari Kabupaten/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung
Mencegah masuknya pencemaran air Air dan sumber air terbebas dari bahan Menetapkan dan menerapkan pedoman perhitungan biaya Menetapkan dan menerapkan pedoman perhitungan biaya
pencemar
pada sumber air dan prasarana
pemulihan dan pengelolaan kualitas air serta metode
pemulihan dan pengelolaan kualitas air serta metode
sumber daya air
pembebanannya kepada para pencemar
pembebanannya kepada para pencemar
Prasarana dan sarana sanitasi belum
ada
Membangun prasarana dan sarana
sanitasi disetiap Kota Kabupaten
Pembangunan IPAL dan TPA untuk pengaturan sanitasi di Pembangunan IPAL dan TPA untuk pengaturan sanitasi di
40% ibukota Kabupaten
70% ibukota Kabupaten
Mendorong dan mengupayakan sistem pengendalian
limbah cair komunal dikawasan
Mendorong dan mengupayakan sistem pengendalian
limbah cair komunal dikawasan
SKENARIO 3(PERTUMBUHAN EKONOMI TINGGI)
NG
Kebijakan Operasional
Jangka Panjang (2010-20129)
Meningkatkan luas kawasan yang berfungsi lindung
menjadi 45% luas DAS
Pengukuhan kawasan lindung di KabupatenGarut, Sumedang,
Majalengka dan Kuningan
Berkoordinasi dengan instansi terkait melalui GNKPA untuk
merehabilitasi kawasan lindung di Kab. Garut, Sumedang,
Majalengka dan Kuningan
Lembaga/Instansi
Terkait
BBWS Cimanuk
Cisanggarung, Pemda
Kab/kota, Balai PSDA ,
BPDAS, Perhutani,
Bapedalda
Menjaga daerah resapan air (bukan kawasan imbuhan air Pengaturan dalam Tata Ruang tentang kawasan yang melindungi
tanah) dan mempertahankan daerah imbuhan air tanah
kawasan dibawahnya, yang berfungsi sebagai kawasan resapan
air yang berlokasi di semua Kab/Kota di WS Cimanuk
Cisanggarung
Pembangunan dan pengelolaan seluruh waduk-waduk
Mendukung tindak lanjut penetapan Kab.Kuningan sebagai
lapangan, kawasan cagar alam, taman wisata alam,
Kabupaten Konservasi dan mengusulkan Kab. Garut, Majalengka
sempadan sungai, danau, mata air, pantai, dan kawasan dan Sumedang sebagai Kabupaten Konservasi.
perlindungan plasma nutfah.
Pengelolaan Kaw.perlindungan plasma nutfah
Penetapan batas sempadan dan pengelolaan waduk/sungai di
Rancabuaya, Gn.Ciremai. Gn Ageung, Muara S.Cimanuk seluruh WS Cimanuk Cisanggarung
dan P.Minyawak
Pengelolaan TWA Gn.Tampomas, Linggarjati,
Penetapan sempadan Waduk Situpatok dan Waduk Sedong
Papandayan
(Kabupaten Cirebon)
Penghijauan dan pembuatan teras bangku kawasan mata Penetapan sempada pantai
air Situ Cipanas (Kab. Garut)
Pembangunan arboretum mata air Legok Pulus (Kab.
Garut)
Pengelolaan Kaw.pantai berhutan bakau/mangrove di
Eretan (Kab.Indramayu)
Pengelolaan seluruh sempadan sungai di WS Cimanuk
Cisanggarung
Pengelolaan sempadan pantai di Kab.Indramayu, Cirebon,
dan Kota Cirebon
BPDAS CimanukCitanduy, Perhutani,
Dinas Kehutanan Kab.
Peran serta masyarakat dalam pengolahan lahan sesuai
dengan kaidah konservasi
Sosialisasi pengolahan lahan sesuai dengan kaidah konservasi
Dinas Pertanian
Kabupaten
Rehabilitasi hutan dan lahan kritis dengan target seluruh
luas lahan kritis
BBWS Cimanuk
Berkoordinasi dengan instansi terkait melalui GNKPA untuk
merehabilitasi lahan kritis di WS : pembuatan check dam dan teras Cisanggarung, Pemda
Kab/kota, Bappeda,
bangku
Dinas PSDA , BPDAS,
Meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan dengan
Perhutani, Balai PSDA
pengembangan wanafarma, ekowisata dan agroforestry di Gunung
Ciremai.
Rehabilitasi lahan kritis di Kab. Majalengka 39.112 ha
Rehabilitasi lahan kritis di Kab. Indramayu 32.378 ha
Rehabilitasi lahan kritis di Kab. Brebes 9.769 ha
Meningkatkan kapasitas tampungan air yang ada
Meningkatkan pengelolaan situ-situ, embung, bendung
dan waduk
Meningkatkan efisiensi pemakaian air terutama untuk
tanaman padi
Penggunaan sumber air tanah untuk high value crop
BPDAS CimanukCitanduy, Perhutani,
Dinas Kehutanan
Prov/Kab.
BBWS Cimanuk
Cisanggarung, Pemda
Kab/kota, Dinas
Perikanan dan Kelautan
Mengalokasikan dana OP yang memadai untuk sumber-sumber air BBWS Cimanuk
yang ada baik alami maupun buatan (sungai, danau, waduk, situ, Cisanggarung, Pemda
Kab/kota, Dinas PSDA ,
embung, saluran, bendung dll)
BPDAS, Perhutani, Dinas
Kampanye Gerakan Hemat Air dalam penggunaan air baku
Pertambangan dan
Aplikasi metode SRI dalam budidaya tanaman padi secara luas
Energi, Dinas Pertanian
Conjunctive use air tanah dan air permukaan dengan prioritas air
permukaan
SKENARIO 3(PERTUMBUHAN EKONOMI TINGGI)
Menetapkan baku mutu limbah cair yang diperkenankan
Penerbitan Perda Baku Mutu Air dan Limbah Cair di
dibuang kedalam sungai di seluruh Kabupaten/Kota dalam Kabupaten/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung
WS Cimanuk Cisanggarung
BBWS Cimanuk
Cisanggarung, Pemda
Kab/kota, Dinas PSDA,
Bapedalda
Membangun sistem pemantauan kualitas air pada sumber Membangun sistem pemantauan kualitas air pada sumber air dan
air dan kualitas limbah cair secara berkelanjutan di seluruh kualitas limbah cair secara berkelanjutan pada WS Cimanuk
Cisanggarung
Kabupaten/Kota dalam WS Cimanuk Cisanggarung
Menetapkan dan menerapkan pedoman perhitungan biaya Penerbitan Perda tentang Pemulihan Kualitas Air akibat dari
pencemaran limbah cair
pemulihan dan pengelolaan kualitas air serta metode
pembebanannya kepada para pencemar
BBWS Cimanuk
Cisanggarung, Pemda
Kab/kota, Perguruan
Tinggi, Bapedalda
Pembangunan IPAL dan TPA untuk pengaturan sanitasi di Melakukan koordinasi dan pendekatan kepada pabrik/industri
untuk tidak membuang limbah pabrik/industri langsung ke badan
seluruh ibukota Kabupaten
air tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Mendorong dan mengupayakan sistem pengendalian
limbah cair komunal dikawasan
Bapedalda
78
ASPEK KONSERVASI SDA
ALTERNATIF STRATEGI SKENARIO 3
CIREBON
ASPEK PENDAYAGUNAAN SDA
ALTERNATIF STRATEGI SKENARIO 3
CIREBON
ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
ALTERNATIF STRATEGI SKENARIO 3
CIREBON
Download