ppk-blud - BKPP Kota Tangerang Selatan

advertisement
KONSEP PEMBENTUKAN –
POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH (PPK-BLUD)
Oleh:
Ahmad Mu’am
1. PENDAHULUAN
Sesuai dengan Peraturan perundang-undangan definisi Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Sedangkan Pola
Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) adalah pola pengelolaan keuangan yang
memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek
bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sepagai
pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya
Secara nyata, dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, memberikan angin segar bagi Satuan Kerja Instansi
Pemerintah untuk pengelolaan yang lebih baik ke depan. Pada pasal 68 dan 69
undang-undang tersebut, diatur suatu koridor baru dalam pengelolaan keuangan
negara yaitu Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum atau disingkat
PPK-BLU
(di Pemda
PPK-BLUD) yaitu
pola pengelolaan keuangan
yang
memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis
yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai
pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.
Ketentuan lebih lanjut tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
diatur pelaksanaannya dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 23
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Kemudian
direvisi melalui PP nomor 74 tahun 2012 tentang perubahan PP 23 tahun 2005.
Sebagai mana diketahui bahwa, paket undang-undang bidang keuangan negara
merupakan paket reformasi yang signifikan di bidang keuangan negara yang kita
alami sejak kemerdekaan. Salah satu dari reformasi yang paling menonjol adalah
pergeseran dari pengganggaran tradisional ke penganggaran berbasis kinerja.
Dengan basis kinerja ini, rnulai dirintis arah yang jelas bagi penggunaan dana
pemerintah, berpindah dari sekedar membiayai masukan (inputs) atau proses ke
pembayaran terhadap apa yang akan dihasilkan (outputs). Perubahan ini penting
1
dalam rangka proses pembelajaran yang lebih rasional untuk mempergunakan
sumber daya yang dimiliki pemerintah mengingat tingkat kebutuhan
dana yang
makin tinggi, sementara sumber dana yang tersedia tetap terbatas. Hal ini semakin
mendesak lagi dengan kenyataan bahwa beban pembiayaan pemerintahan yang
bergantung pada pinjaman semakin dituntut pengurangannya demi keadilan
antargenerasi. Dengan demikian, pilihan rasional oleh publik sudah seyogianya
menyeimbangkan prioritas dengan kendala dana yang tersedia.
Disamping itu, sesuai ketentuan Pasal 150 Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Menteri Dalam Negeri
menerbitkan peraturan pelaksanaan BLUD dalam lingkup pemerintah daerah. Aturan
tersebut adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
2. PEMBENTUKAN PPK-BLUD
Saat ini, orientasi pada outputs semakin menjadi praktik yang dianut luas oleh
pemerintahan
modern
di
berbagai
negara.
Mewiraswastakan
pemerintah
(enterprising the government) adalah paradigma yang memberi arah yang tepat bagi
keuangan sektor publik. Dalam kaitan ini, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, yang menekankan basis kinerja dalam penganggaran,
memberi landasan yang penting bagi orientasi baru tersebut di Indonesia.
Dalam salah satu Undang-Undang yang masuk dalam Paket Keuangan Negara,
yatiu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan membuka
peluang bagi instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi
pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang
fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Instansi
demikian, dengan sebutan umum sebagai Badan Layanan umum daerah (BLUD),
diharapkan menjadi contoh konkrit yang menonjol dari penerapan manajemen
keuangan berbasis pada hasil (kinerja).
Adanya peluang ini secara khusus disediakan kesempatannya bagi satuansatuan kerja pemerintah yang melaksanakan tugas operasional pelayanan publik
(seperti layanan kesehatan, pendidikan, pengelolaan kawasan, dan lisensi), untuk
membedakannya dari fungsi pemerintah sebagai regulator dan penentu kebijakan.
Praktik ini telah berkembang luas di manca negara berupa upaya pengagenan
(agencification) aktivitas yang tidak harus dilakukan oleh lembaga birokrasi murni,
tetapi diselenggarakan oleh instansi yang dikelola ala bisnis (business like) sehingga
pemberian layanan kepada masyarakat menjadi lebih efisien dan efektifDalam tataran pemerintahan daerah di Indonesia, terdapat banyak satuan
kegiatan yang berpotensi untuk dikelola lebih efektif melalui pola Badan Layanan
umum daerah Daerah. Di antara mereka ada yang memperoleh imbalan dari
masyarakat dalam proporsi signifikan sehubungan dengan layanan yang diberikan,
2
dan ada pula yang bergantung sebagian besar pada dana yang disediakan oleh
APBD. Kepada mereka, terutama yang selama ini mendapatkan hasil pendapatan
dari layanannya dalam porsi signifikan, dapat diberikan keleluasaan dalam mengelola
sumber daya untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan. Instansi pemerintah
yang tugas pokok dan fungsinya memberikan pelayanan kepada masyarakat dapat
menerapkan pola pengelolaan
untuk
keuangan
yang
fleksibel,
berupa
keleluasaan
menerapkan praktek bisnis yang sehat dalam rangka memaksimalkan
pelayanan kepada masyarakat dengan tetap menonjolkan produktivitas, efisiensi,
dan efektifitas melalui Badan Layanan Umum. BLUD pada dasarnya adalah alat
untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik melalui penerapan manajemen
keuangan yang berbasis pada hasil, profesionalitas, akuntabilitas dan transparansi.
Dengan kata lain, Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah
instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Badan Layanan Umum (BLU) merupakan
intansi di lingkungan pemerintah pusat, sedangkan Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) merupakan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) atau Unit SKPD yang
berada dalam lingkungan pemerintah daerah, baik propinsi, kabupaten, maupun
kota.
3. POLA PENGELOLAAN KEUANGAN (PPK) BLUD
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, yang selanjutnya
disebut PPK-BLUD adalah SKPD/ Unit SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang
menyediakan pelayanan kepada masyarakat berupa barang dan atau/ jasa
pelayanan publik yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Adapun
PPK-BLUD bertujuan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai
pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya.
Penerapan BLUD terdiri dari BLUD Penuh dan BLUD Bertahap. Penerapan ini
ditetapkan oleh kepala daerahnya dan membawa konsekuensi kepada fleksibilitas
yang diperolehnya. Melalui pola pengelolaan keuangan BLUD, fleksibilitas diberikan
dalam rangka pelaksanaan anggaran, termasuk pengelolan pendapatan dan belanja,
pengelolaan kas, dan pengadaan barang/jasa. Kepada BLUD juga diberikan
kesempatan untuk mempekerjakan tenaga profesional non PNS serta kesempatan
pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya. Tetapi
sebagai pengimbang, BLUD dikendalikan secara ketat dalam perencanaan dan
penganggarannya, serta dalam pertanggungjawabannya.
3
BLUD juga wajib menghitung harga pokok dari layanannya dengan kualitas dan
kuantitas yang distandarkan oleh menteri teknis pembina. Demikian pula dalam
pertanggungjawabannya, BLUD harus mampu menghitung
anggaran yang digunakannya
dan menyajikan
dalam kaitannya dengan layanan yang telah
direalisasikan. Oleh karena itu, BLUD berperan sebagai agen dari menteri/pimpinan
lembaga induknya. Kedua belah pihak menandatangani kontrak
kinerja
(a
contractual performance agreement), di mana pimpinan lembaga SKPD bertanggung
jawab atas kebijakan layanan yang hendak dihasilkan, dan BLUD bertanggung jawab
untuk menyajikan layanan yang diminta. Dengan sifat-sifat tersebut, BLUD tetap
menjadi instansi pemerintah yang tidak dipisahkan. Dan karenanya, seluruh
perdapatan yang diperolehnya dari non APBD dilaporkan dan dikonsolidasikan dalam
pertanggungjawaban APBD. Sehubungan dengan privilese yang diberikan dan
tuntutan khusus yang diharapkan dari BLUD, keberadaannya harus diseleksi dengan
tata kelola khusus. Untuk
itu, pimpinan SKPD terkait diberi kewajiban untuk
membina aspek teknis BLUD, sementara PPKD berfungsi sebagai pembina di bidang
pengelolaan keuangan. Pola BLUD tersedia untuk diterapkan oleh setiap instansi
pemerintah yang secara fungsional menyelenggarakan kegiatan yang bersifat
operasional. Instansi dimaksud dapat berasal dari dan berkedudukan pada berbagai
jenjang. Sehubungan dengan itu, organisasi dan struktur instansi pemerintah yang
berkehendak menerapkan PPK-BLUD kemungkinan memerlukan penyesuaian
dengan memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Peraturan perundangan.
4. PENUTUP
Pada akhirnya, BLUD diharapkan tidak sekedar sebagai format baru dalam
pengelolaan APBD, tetapi BLUD diharapkan untuk menyuburkan pewadahan baru
bagi pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan
pelayanan Salah satu amanat dalam pengelolaan keuangan negara adalah
pemerintah berkewajiban menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD. Hal ini lebih lanjut ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32 yang mengamanatkan bahwa bentuk dan
isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD disusun dan disajikan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) adalah SKPD/ Unit SKPD di lingkungan
pemerintah daerah yang menyediakan pelayanan kepada masyarakat berupa barang
dan atau/ jasa pelayanan publik yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
Adapun PPK-BLUD bertujuan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada
4
umumnya. Penerapan BLUD terdiri dari BLUD Penuh dan BLUD Bertahap.
Penerapan ini ditetapkan oleh kepala daerahnya atas rekomendasi tim penilai.
Penetapan status ini membawa konsekuensi kepada fleksibilitas yang diperolehnya.
---OOO---
5
Download