BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice. (Sarwono, 2004) 2.1.1. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan ”hasil tahu” dari manusia dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (believes), takhyul (superstition) dan penerangan-penerangan yang keliru. Manusia sebenamya diciptakan oleh Tuhan Universitas Sumatera Utara Yang Maha Esa sebagai makhluk yang sadar, kesadaran manusia dapat disimpulkan dan kemampuannya untuk berfikir, berkehendak dan merasa. (Soekanto, S : 2002) Pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya, dari buku, teman, orang tua, guru, radio, televisi, poster, majalah dan surat kabar. Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. (Notoatmodjo, 2003) Menurut Notoatmodjo (2003) , pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu: 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami {Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Universitas Sumatera Utara 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya. Aplikasi dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata keria, dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan satu sama lain. 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan suatu teori. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu cerita yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003) 2.1.1.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Tentang PMS Universitas Sumatera Utara Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan sebagai berikut : 1. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut . 2. Informasi / Media Massa Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan Universitas Sumatera Utara perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. 3. Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. 4. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 5. Pengalaman Universitas Sumatera Utara Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. 6. Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup : • Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. • Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada Universitas Sumatera Utara beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia. (Notoatmodjo, 2007) 2.1.1.2. Cara Memperoleh Pengetahuan Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: 1. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum dikemukakannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara – cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi: a. Cara Coba-Salah (Trial and Error) Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba – coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya peradaban. Cra coba – coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba – salah/coba – coba. Universitas Sumatera Utara Metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering digunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. b. Cara Kekuasaan atau Otoritas Dalam kehidupan manusia sehari – hari, banyak sekali kebiasaan – kebiasaan dan tradisi – tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan – kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Misalnya, mengapa harus ada upacara selapanan dan turun tanah pada bayi, mengapa ibu yang sedang menyusui harus minum jamu, mengapa anak tidak boleh makan telor, dan sebagainya. Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan – kebiasaan ini seolah – olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin – pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi Universitas Sumatera Utara Pengalaman adalah guru terbaik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu, dan berusaha untuk mencari cara yang lain, sehingga dapat berhasil memecahkannya. d. Melalui Jalan Pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan – pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan – pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan – pernyataan umum kepada yang khusus. Universitas Sumatera Utara 2. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula – mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561 - 1626). Ia adalah seorang tokoh yang mengembangkan metode berpikir induktif. Mula – mula ia mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala – gejala alam atau kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum. Kemudian metode berpikir induktif yang dikembangkan oleh Bacon ini dilanjutkan oleh Deobold van Dallen. Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan – pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yakni: a. Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan. b. Segala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan. c. Gejala – gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala – gejala yang berubah – ubah pada kondisi – kondisi tertentu. Berdasarkan hasil pencatatan – pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri – ciri atau unsur – unsur yang pasti ada pada sesuatu gejala. Selanjutnya hal tersebut dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau generalisasi. Prinsip – prinsip umum yang dikembangkan oleh Bacon ini kemudian dijadikan dasar untuk mengembangkan Universitas Sumatera Utara metode penelitian yang lebih praktis. Selanjutnya diadakan penggabungan antara proses berpikir deduktif – induktif – verivikatif seperti dilakukan oleh Newton dan Galileo. Akhirnya lahir suatu cara melalukan penelitian, yang dewasa ini dikenal dengan metode penelitian ilmiah (scientific research method). (Notoatmodjo, 2005) 2.1.2. Sikap (Attitude) Menurut Notoatmojo (2005), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan motif tertentu. Menurut Gerungan (2002), sikap merupakan pendapat maupun pendangan seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek. Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: 1. Menerima (receiving). Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespon (responding). Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Menurut Ahmadi (2003), sikap dibedakan menjadi : Universitas Sumatera Utara A. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada B. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada. Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi 4 golongan yaitu: 1. Sebagai alat untuk menyesuaikan. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompok atau dengan kelompok lainnya. 2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Pertimbangan dan reaksi pada anak, dewasa dan yang sudah lanjut usia tidak ada. Perangsang itu pada umumnya tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsangan-perangsangan itu. 3. Sebagai alat pengatur pengalaman. Manusia didalam menerima pengalamanpengalaman secara aktif. Artinya semua berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi penilaian lalu dipilih. 4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap merupakan pernyataan pribadi. (Notoatmodjo, 2005) Universitas Sumatera Utara Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan tertentu, tetapi sikap terbentuk sepanjang perkembangan. Peranan sikap dalam kehidupan manusia sangat besar. Bila sudah terbentuk pada diri manusia, maka sikap itu akan turut menentukan cara tingkahlakunya terhadap objek-objek sikapnya. Adanya sikap akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap objeknya. Sikap dapat dibedakan menjadi : a. Sikap Sosial Suatu sikap sosial yang dinyatakan dalam kegiatan yang sama dan berulangulang terhadap objek sosial. Karena biasanya objek sosial itu dinyatakan tidak hanya oleh seseorang saja tetapi oleh orang lain yang sekelompok atau masyarakat. b. Sikap Individu Sikap individu dimiliki hanya oleh seseorang saja, dimana sikap individual berkenaan dengan objek perhatian sosial. Sikap individu dibentuk karena sifat pribadi diri sendiri. Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentuk kecenderungan untuk bertingkah laku, dapat diartikan suatu bentuk respon evaluatif yaitu suatu respon yang sudah dalam pertimbangan oleh individu yang bersangkutan. Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu : 1. Selalu ada objeknya 2. Biasanya bersifat evaluatif 3. Relatif mantap 4. Dapat dirubah Universitas Sumatera Utara Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Menurut Allpon (1954), bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu : 1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek 3. Kecenderungan untuk bertindak Ketiga komponen ini akan membentuk sikap yang utuh (Total Attitude), dalam penentuanberpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang lain,, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang sikap tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu tercermin dari perilaku seseorang (Ahmadi, 2003) Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung, melalui pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek secara tidak langsung dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden. 2.1.3. Tindakan (Practice) Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimilus dalam bentuk nyata atau terbuka (Notoatmodjo, 2003). Universitas Sumatera Utara Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan itu bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini disebut perilaku, bentuk perilaku dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam peraturan teoritis, tingkah laku dapat dibedakan atas sikap, di dalam sikap diartikan sebagai suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi fasilitas yang memungkinkan (Ahmadi, 2002) Menurut Notoatmodjo (2005), tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Secara biologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan, namun tidak pula dapat dikatakan bahwa sikap tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh karena itu disebut juga over behavior. Menurut Notoatmodjo (2005), empat tingkatan tindakan adalah : 1. Persepsi (Perception), Mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang diambil. Universitas Sumatera Utara 2. Respon terpimpin (Guided Response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. 3. Mekanisme (Mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan. 4. Adaptasi (Adaptation), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmojo (2002), faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku menurut Green dipengaruhi oleh tiga faktor yaotu faktor predisposisi seperti pengetahuan, sikap keyakinan, dan nilai, berkanaan dengan motivasi seseorang bertindak. Faktor pemungkin atau faktor pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Terakhir faktor penguat seperti keluarga, petugas kesehatan dan lain-lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku 2.2. Perilaku Pencegahan Penyakit Infeksi Menular Seksual Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya dan pada Universitas Sumatera Utara berbagai spesies hewan umumnya memang terdapat bentuk – bentuk perilaku instinktif (species – specific behavior) yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan kehidupan. Salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia yang menarik adalah sifat diverensialnya. Maksudnya, satu stimulus dapat menimbulkan lebih dari satu respon yang berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat saja menimbulkan satu respon yang sama. Kurt Lewin (1951,dalam buku Azwar, 2009) merumuskan suatu model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai – nilai, sifat kpribadian dan sikap yang saling berinteraksi pula dengan faktor – faktor lingkunga dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadang – kadang kekuatannya lebih besar dari pada karakteristik individu. Hal inilah yang menjadikan prediksi perilaku lebih kompleks. Teori tindakan beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas hanya pada 3 hal yaitu : 1. Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. 2. Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma – norma subjektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Universitas Sumatera Utara 3. Sikap terhadap suatu perilaku bersama norma – norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu. Secara sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. Dalam teori perilaku terencana keyakinan – keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, pada norma – norma subjektif dan pada control perilaku yang dia hayati. Ketiga komponen ini berinteraksi dan menjadi determinan bagi intensi yang pada gilirannya akan menentukan apakah perilaku yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak (Azwar, 2009). Menurut Green dalam buku Notoatmodjo (2003) menganalisis bahwa perilaku manusia dari tingkatan kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku (behaviour causer) dan faktor dari luar perilaku (non behaviour causer). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu : 1. Faktor – faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai dan sebagainya. 2. Faktor – faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas – fasilitas atau sarana - sarana kesehatan misalnya Puskesmas, obat – obatan, alat – alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. 3. Faktor – faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Universitas Sumatera Utara Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Menurut Leavel dan Clark yang disebut pencegahan adalah segala kegiatan yang dilakukan baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah suatu masalah kesehatan atau penyakit. Pencegahan berhubungan dengan masalah kesehatan atau penyakit yang spesifik dan meliputi perilaku menghindar (Romauli, 2009). Tingkatan pencegahan penyakit menurut Leavel dan Clark ada 5 tingkatan yaitu (Maryati, 2009): a. Peningkatan kesehatan (Health Promotion). 1) Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitas. 2) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan. 3) Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat antara lain pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja yang hamil diluar nikah, yang terkena penyakit infeksi akibat seks bebas dan Pelayanan Keluarga Berencana. b. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit tertentu (Spesific Protection). 1) Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah terhadap penyakit – penyakit tertentu. 2) Isolasi terhadap penyakit menular. Universitas Sumatera Utara 3) Perlindungan terhadap keamanan kecelakaan di tempat – tempat umum dan ditempat kerja. 4) Perlindungan terhadap bahan – bahan yang bersifat karsinogenik, bahan – bahan racun maupun alergi. c. Menggunakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (Early Diagnosis and Promotion). 1) Mencari kasus sedini mungkin. 2) Melakukan pemeriksaan umum secara rutin. 3) Pengawasan selektif terhadap penyakit tertentu misalnya kusta, TBC, kanker serviks. 4) Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita. 5) Mencari orang – orang yang pernah berhubungan dengan penderita berpenyakit menular. 6) Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus. d. Pembatasan kecacatan (Dissability Limitation) 1) Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjut agar terarah dan tidak menimbulkan komplikasi. 2) Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.Perbaikan fasilitas kesehatan bagi pengunjung untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif. e. Pemulihan kesehatan (Rehabilitation) 1) Mengembangkan lembaga – lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat. Universitas Sumatera Utara 2) Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberi dukungan moral, setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan. 3) Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri. 4) Penyuluhan dan usaha – usaha kelanjutannya harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit. 2.3. Seksual 2.3.1. Definisi Seksual Menurut Zawid (1994) seksualitas sulit untuk di definisikan karena seksualitas memiliki aspek kehidupan kita dan diekspresikan melalui beragam perilaku. Seksualitas bukan semata-mata bagian intrinsik dari seseorang tetapi juga meluas sampai berhubungan dengan orang lain. Keintiman dan kebersamaan fisik merupakan kebutuhan sosial dan biologis sepanjang kehidupan. Kesehatan seksual telah didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik, emosional, intelektual dan sosial dari kehidupan seksual, dengan cara yang positif memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta. Seks juga digunakan untuk memberi label jender, baik seseorang itu pria atau wanita . Pendapat Denney dan Quadagno (1992) dan Zawid (1994) seksualitas dilain pihak adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang di lakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, senggama seksual dan melalui Universitas Sumatera Utara perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpelukan dan perbendaraan kata. 2.3.2. Bentuk Perilaku Seksual Transeksual adalah orang yang identitas seksual atau jendernya berlawanan dengan seks biologinya. Seorang pria mungkin berfikir tentang dirinya sebagai seorang wanita dalam tubuh wanita. Perasaan terperangkap seperti ini disebut disforia jender. Para peneliti tidak memahami dengan jelas sifat atau penyebab dari saling-silang. Penjelasannya mencakup teori biologis dan pembelajaran sosial. Para penganut transeksual tidak melihat identitas seksual mereka sebagai suatu pilihan. Identifikasi mereka tentang diri mereka sebagai wanita dan pria, seksual dan sosial adalah jelas dan persis dan seiring sejak masa kanak-kanak dini. Menurut Seidel (1991), transvestit adalah pria heteroseksual yang secara periode berpakaian seperti wanita untuk pemuasan psikologis dan seksual. Transvestit umumnya melakukan hal ini dalam lingkup pribadi dan perilaku mereka kadang bersifat rahasia bahkan dari orang yang sangat dekat dengan mereka sekalipun. 2.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Kolodny, Master dan Johnson (1979) menyatakan bahwa keinginan seksual beragam diantaranya individu, sebagian orang menginginkan dan menikmati seks setiap hari. Sementara yang lainnya menginginkan seks hanya sekali satu bulan dan yang lainnya lagi tidak memiliki keinginan seks sama sekali dan cukup merasa nyaman dengan fakta tersebut. Keinginan seksual menjadi masalah jika klien semata-mata Universitas Sumatera Utara menginginkan untuk melakukannya pada beberapa norma kultur atau jika perbedaan dalam keinginan seksual dari pasangan menyebabkan konflik. a. Faktor Fisik Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik. Aktivitas seksual dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Bahkan hanya membayangkan bahwa seks dapat menyakitkan sudah menurunkan keinginan seks. Penyakit minor dan keletihan adalah alasan seseorang untuk tidak merasakan seksual. Citra tubuh yang buruk, terutama jika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara seksual. b. Faktor Hubungan Masalah dalam berhubungan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari keinginan seks. Setelah kemesraan hubungan telah mundur, pasangan mungkin mendapati bahwa mereka dihadapkan pada perbedaan yang sangat besar dalam nilai atau gaya hidup mereka. Keterampilan seperti ini memainkan peran yang sangat penting ketika menghadapi keinginan seksual dalam berhubungan. Penurunan minat dalam aktifitas seksual dapat mengakibatkan ansietas hanya karena harus mengatakan kepada pasangan perilaku seksual apa-apa yang diterima atau menyenangkan. c. Faktor Gaya Hidup Faktor gaya hidup, seperti penggunaan atau penyalahgunaan alkohol dapat mempengaruhi keinginan seksual. Namun demikian, banyak bukti sekarang ini menunjukkan bahwa efek negatif alkohol terhadap seksual jauh melebihi euforia Universitas Sumatera Utara (perasaan yang berlebihan) yang mungkin dihasilnya. Pada awalnya menemukan waktu yang tepat untuk aktivitas seksual adalah faktor gaya hidup. Klien seperti ini sering mengungkapkan bahwa mereka perlu waktu untuk menyendiri, berfikir dan istirahat sebagai hal yang lebih penting dari seks. d. Faktor Harga Diri Tingkat harga diri juga dapat menyebabkan konflik yang melibatkan seksualitas. Jika harga diri seksual tidak pernah diperlihatkan dengan mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual diri dan dengan mempelajari keterampilan seksual, seksual mungkin menyebabkan perasaan negatif atau menyebabkan tekanan perasaan seksual. Harga diri seksual dapat menurun didalam banyak cara, yaitu perkosaan, inses dan penganiayaan fisik atau emosi meninggalkan luka yang dalam (Herdiana, 2007). 2.4. Penyakit Infeksi Menular Seksual 2.4.1. Pengertian Penyakit Infeksi Menular Seksual Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah infeksi apapun yang terutama didapat melalui kontak seksual. Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam darah atau cairan tubuh, meliputi virus, mikoplasma, bakteri, jamur, spirokaeta dan parasit-parasit kecil. Sebagian organisme yang terlibat hanya ditemukan di saluran genital (reproduksi) saja tetapi yang lainnya juga ditemukan dalam organ tubuh lain. Sering kali Penyakit Menular Seksual (PMS) timbul secara bersama-sama dan jika salah satu ditemukan, adanya Penyakit Menular Seksual (PMS) harus dicurigai. Terdapat rentang keintiman kontak tubuh yang dapat menularkan Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk berciuman, Universitas Sumatera Utara hubungan seksual, hubungan seksual melalui anus, kunilingus, anilingus, felasio dan kontak mulut atau genital dengan payudara (Benson, 2009). 2.4.2. Penyakit Menular Seksual Yang Disebabkan Oleh Organisme dan Bakteri a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Human Immunideficiency Virus (HIV) pertama kali dilaporkan menyebabkan penyakit pada tahun 1981. Di Amerika Serikat AIDS merupakan penyebab utama kematian nomor lima pada wanita usia subur. Salah satu kesulitan mengenali infeksi Human Immunideficiency Virus (HIV) adalah masa laten tanpa gejala yang lama, antara 2 bulan hingga 5 tahun. Umur rata-rata saat diagnosis infeksi Human Immunideficiency Virus (HIV) ditegakkan adalah 35 tahun (Benson, 2009). b. Gonorrhea Neisseria gonorrhoeae adalah diplokokus gram negatif yang biasanya berdiam dalam uretra, serviks, faring atau saluran anus wanita. Infeksi terutama mengenai epitel kolumner atau transisionel saluran kemih dan kelamin. Organisme ini sangat sulit untuk dikultur dan peka terhadap suasana kering, cahaya matahari, pemanasan dan sebagian besar desinfektan. Diperlukan media khusus untuk mencapai hasil yang optimal. Biakan saluran genital bawah biasanya didapat dengan memutar lidi kapas selama 15-20 detik jauh didalam saluran endoserviks. Jika dibuat usapan rektum, insiden keberhasilan meningkat dari 85% menjadi > 90% (Benson, 2009). c. Infeksi Chlamidia Chlamydia trachomatis adalah mikroorganisme intraseluler obligat dengan dinding sel yang menyerupai bakteri gram negatif. Meskipun dikelompokkan sebagai bakteri, namun chlamydia mengandung DNA dan RNA, dan melakukan pembelahan Universitas Sumatera Utara biner, hanya tumbuh intra seluler seperti virus. Karena kebanyakan serotipe Chlamydia trachomatis hanya menyerang sel epitel kolumner (kecuali serotipe L yang agresif), tanda-tanda dan gejala yang terjadi cenderung terlokalisit di tempat yang terinfeksi misalnya mata atau saluran genital tanpa adanya invasi ke jaringan dalam (Benson, 2009). Infeksi clhamydia biasanya berlangsung pada hubungan seks lewat vagina dan anus. Chlamydia trachomatis dapat pula mengenai mata bila mata terkena tangan yang sudah menyentuh kelamin dari orang yang terinfeksi. Chlamydia trachomatis juga dapat menyerang kerongkongan, sehingga pasangan dianjurkan untuk tidak melakukan seks oral bila salah satu sudah terkena. Bayi dapat terinfeksi chlamydia pada matanya sewaktu melewati cervix ibu yang menderita infeksi (Hutapea, 2003). 2) Siffilis Siffilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh spirokaeta Treponema pallidum yang ditularkan melalui kontak langsung dengan lesi basah yang infeksius. Organisme ini dapat menembus membran mukosa yang intake atau kulit yang terkelupas atau didapat melalui transplasenta. Satu kali kontak seksual dengan mitra seksual yang terinfeksi memberikan kemungkinan 10% menderita siffilis (Benson, 2009). 3) Vaginitis Vaginitis adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi atau peradangan vagina. Vaginitis biasanya ditandai dengan adanya cairan berbau kurang enak yang keluar dari vagina. Gejala lain adalah gatal atau iritasi di daerah kemaluan dan perih sewaktu kencing. Beberapa kasus vaginitis disebabkan oleh reaksi alergi Universitas Sumatera Utara atau kepekaan terhadap bahan kimia. Umumnya disebabkan oleh kuman yang ditularkan secara seksual atau yang tadinya menetap di vagina dan menjadi ganas karena gangguan keseimbangan di dalam vagina (Hutapea, 2003). 4) Candidiasis Candidialis juga dikenal dengan nama moniliasis, thrush atau infeksi yeast yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Candidialis biasanya menimbulkan gejala peradangan, gatal dan perih di daerah kemaluan. Juga terdapat keluarnya cairan vagina yang menyerupai bubur. Walaupun fungus selalu terdapat sampai taraf tertentu, biasanya tidak menimbulkan gejala selama lingkungan vagina terjaga normal. Candidialis dapat ditularkan secara seksual seperti bola pingpong antar pasangan seks, sehingga dua pasangan harus diobati secara simultan. Candidialis pada pria biasanya berbentuk Non Gonococcal Urethritis (NGU), penis memerah, atau lecet dikemaluan yang rasanya membakar dan nyeri sewaktu kencing. Candidialis juga dapat menular secara non seksual, bila wanita memakai handuk atau lap yang sama. Penularan juga terjadi melalui seks oral atau anal (Hutapea, 2003). 5) Chancroid Crancoid (chancre lunak) disebabkan oleh kuman batang gram negatif Haemophilus ducreyi dan jarang ditemui di Amerika Serikat. Infeksi pada wanita dimulai dengan lesi papula atau vesikopustuler pada perineum, serviks atau vagina 3-5 hari setelah terpapar. Lesi berkembang selama 48-72 jam menjadi ulkus dengan tepi tidak rata berbentuk piring cawan yang sangat lunak. Beberapa ulkus dapat berkembang Universitas Sumatera Utara menjadi satu kelompok. Discharge kental yang dihasilkan ulkus berbau busuk atau infeksius (Benson, 2009). 6) Granuloma Inguinale Granuloma inguinale disebabkan oleh Calymmatobacterium granulomatis. Penemuan yang khas dalam lesi adalah badan Donovan (bakteri yang terbungkus dalam lekosit mononuklear). Hampir tidak pernah di jumpai di Amerika Serikat (kira-kira 100 kasus/ tahun) tetapi umum terjadi di India, Brazil dan Hindia Barat. Masa inkubasi 112 minggu. Granuloma inguinale dapat menyebar melalui kontak seksual maupun non seksual yang berulang (Benson, 2009). 7) Infeksi Panggul Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran genital atas yaitu endometrium (endometritis), dinding uterus (miositis), tuba uterina (salpingitis), ovarium (ooforitis), ligamentum latum dan serosa uterina (parametritis) dan peritoneum pelvis (peritonitis). Organisme dapat menyebar ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari lima cara, diantaranya: 8) Intralumen Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu (kirakira 99%) terjadi akibat masuknya kuman patogen melalui serviks ke dalam kavum uteri. Infeksi kemudian menyebar ke tuba uterina, akhirnya pus dari ostium masuk ke ruang peritoneum. Organisme yang diketahui menyebar dengan mekanisme tersebut adalah N. gonnorhoeae, C. Trachomatis, Streptococcus agalactiae, sitomegalovirus dan virus Universitas Sumatera Utara herpes simpleks. Tiga per empat wanita dengan PRP akut juga menderita endometritis, kira-kira 40%-nya disertai servistis mukopurulen dan 50% kasus dengan biakan endoserviks positif untuk C. Trachomatis atau N. Gonnorhoeae juga mengalami endometritis. Fase endometritis biasanya tidak bergejala, seringkali singkat dan terjadi pada akhir menstruasi. 9) Limfatik Infeksi purpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang berhubungan dengan IUD menyebar melalui sistem limfatik seperti infeksi Mycoplasma non purpuralis. 10) Hematogen Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada penyakit tertentu misalnya tuberkulosis (TBC) dan jarang terjadi di Amerika Serikat (Benson, 2009). 2.4.3. Penyakit Menular Seksual Yang Disebabkan Oleh Virus a. Herpes Virus herpes simpleks menimbulkan berbagai jenis herpes. Yang paling sering, virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) mengakibatkan herpes mulut, berupa lecet dan bentolan disertai salesma dan demam di daerah mulut dan bibir. HSV-1 juga dapat ditularkan ke daerah kemaluan dengan sentuhan atau seks oral. Herpes genitalis disebabkan oleh herpes simpleks tipe 2 (HSV-2) yang mengakibatkan lepuh yang nyeri dan luka di daerah kemaluan. Herpes ini juga dapat berpindah ke mulut melalui seks oral. Herpes dapat ditularkan melalui seks per vagina, anal atau oral, atau dengan menyentuh luka herpes. Sentuhan yang kemudian mengenai mata dapat menimbulkan Universitas Sumatera Utara infeksi mata serius. Virus ini dapat hidup beberapa jam pada benda-benda seperti toilet duduk, dan dapat berpindah melalui benda tersebut. Herpes oral dapat dipindahkan dengan berciuman, memakai gelas atau haduk bersama penderita herpes dan sudah tentu melalui hubungan seksual (Hutapea, 2003). b. Viral Hepatitis Terdapat sejumlah jenis radang hati atau hepatitis. Penyebabnya adalah virus dan sering ditularkan secara seksual. Jenis yang terutama adalah hepatitis A, B, C dan D. Infeksi hepatitis A biasanya bersifat sementara dan ditandai dengan gejala kuning (jaundice), yaitu suatu kondisi dimana kulit, urine dan bola mata menguning karena kadar pigmen empedu yang meninggi di dalam darah. Gejala lain adalah nyeri perut lemah dan mual, hilangnya nafsu makan dan tinja yang berwarna pucat. Hepatitis B lebih parah dan lama serangannya. Hepatitis C gejalanya ringan, jarang disertai gejala kuning, tetapi dapat berlanjut menjadi penyakit hati menahun atau kanker hati. Hepatitis D terjadi hanya bersamaan dengan hepatitis B. Gejalanya mirip dengan hepatitis B tetapi lebih mengancam nyawa penderita. Hepatitis A dan B dapat ditularkan secara seksual, terutama melalui kegiatan seks anal. Hepatitis A ditularkan terutama karena melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi, yang dapat mengenai air atau makanan. Transmisi seksual dari hepatitis A biasanya melalui kegiatan oral dan anal seks. Transmisi seksual dari hepatitis B dapat juga lewat transfusi darah yang tercemar, jarum suntik yang dipakai bersamasama (biasanya pada kelompok pengguna obat terlarang), dan lewat mani, ludah, cairan mens dan lendir hidung penderita. Hepatitis C juga dapat ditularkan secara seksual. Sedangkan hepatitis D ditularkan melalui kegiatan seksual atau kontak dengan darah yang tercemar. Universitas Sumatera Utara Hepatitis biasanya didiagnosis melalui tes darah untuk memeriksa kelainan dalam fungsi hati. Tidak terdapat obat untuk hepatitis, tetapi istirahat ditempat tidur dengan banyak minum cairan biasanya dianjurkan. Vaksin telah tersedia untuk perlindungan terhadap hepatitis B dab D, karena hepatitis D tidak mungkin ada tanpa hepatitis B. Tidak ada vaksin terhadap hepatitis C (Hutapea, 2003). c. Genital Warts Genital Warts atau disebut juga venerel warts disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV). Penyakit ini menyerang pria dan wanita berusia 20 hingga 24 tahun. Lesi kelihatan didaerah kemaluan dan anus beberapa bulan setelah infeksi. Wanita lebih rentan daripada pria karena ada suatu bagian pada leher rahim di mana selselnya melakukan pembuahan diri lebih cepat dibanding yang lainnya, dan Human Papiloma Virus (HPV) membonceng pada sel-sel tersebut untuk berkembang biak. Genital Warts agak mirip dengan warts (kutil) yang biasa ada ditelapak kaki dan terdiri dari benjolan gatal dari berbagai bentuk dan ukuran. Bejolan ini teraba agak keras dengan warna kuning-keabuan pada permukaan kulit yang kering, sedangkan di daerah basah seperti vagina, bentuknya seperti bunga kol berwarna merah muda dan teraba lembek. Kutil ini dapat pula terlihat didaerah penis, kulup, skrotum dan didalam saluran kencing pada pria. Pada wanita dapat pula muncul di labia mayora dan minora dinding vagina dan cervix. Pria dan wanita sering juga menemukannya di luar daerah kemaluan seperti di mulut, bibir, alis, puting susu, sekitar anus atau bahkan didalam rektum. Universitas Sumatera Utara Genital Warts yang berada didalam uretra akan mengeluarkan cairan atau darah dan terasa perih. Human Papiloma Virus (HPV) dapat pula menimbulkan kanker pada organ-organ reproduksi seperti pada penis atau cervix. Human Papiloma Virus (HPV) dapat ditularkan melalui kontak seks atau jenis lainnya, seperti melalui pakaian dan handuk. Genital Warts sebaiknya diangkat dengan menggunakan teknik pembekuan (cryotherapy) dengan nitrogen cair kutil ini dapat juga dicuci dengan larutan podophylin yang bertujuan untuk mengeringkan dan membuang jaringannya. Dapat pula dibuang dengan cara membakar dengan elektrode atau pembedahan baik dengan pisau atau sinar laser. Walaupun tidakan-tindakan tersebut bertujuan membuang wartsnya, akan tetapi Human Papiloma Virus (HPV)-nya sendiri tidak lenyap dari dalam tubuh kita. Genital Warts sewaktu-waktu dapat kambuh lagi (Hutapea, 2003). 2.4.4. Penyakit Menular Seksual Yang Disebabkan Oleh Parasit a. Trichomoniasis Trichomoniasis atau trich adalah suatu infeksi vagina yang disebabkan oleh suatu parasit atau suatu protozoa (hewan bersel tunggal) yang disebut trichomonas vaginalis. Gejalanya meliputi perasaan gatal dan terbakar di daerah kemaluan, disertai dengan keluarnya cairan berwarna putih seperti busa atau juga kuning kehijauan yang berbau busuk. Sewaktu bersetubuh atau kencing sering terasa agak nyeri di vagina. Namun sekitar 50% dari wanita yang mengidapnya tidak menunjukkan gejala apaapa. Trichomoniasis hampir semuanya ditularkan secara seksual. Hal ini dapat mengakibatkan radang saluran kencing pada pria, yang tidak menunjukkan gejala Universitas Sumatera Utara atau berupa adanya sedikit cairan yang keluar dari penis biasanya pada waktu kencing pertama sekali di pagi hari. Dapat juga terasa gatal, geli atau iritasi di uretra. Karena pria dapat mengidap trich tanpa menyadarinya, mereka pun dapat menularkannya kepada pasangan-pasangan seksnya. Kuman ini dapat pula ditularkan melalui kontak dengan mani atau ada pada lap, handuk atau seprei. Walaupun secara teoritis kontak melalui tempat duduk di toilet kecil sekali, tetapi bila terjadi kontak langsung pada bagian kemaluan, hal ini dapat saja terjadi (Hutapea, 2003). b. Pediculosis Pediculosis adalah terdapatnya kutu pada bulu-bulu di daerah kemaluan. Kutu pubis ini diberi julukan crabs karena bentuknya yang mirip kepiting seperti di bawah mikroskop. Parasit ini juga dapat dilihat dengan mata telanjang. Kutu pubis termasuk kelompok serangga kutu penggigit seperti halnya kutu kepala dan kutu badan. Kutu kepala bergayut pada akar rambut di kepala dan sering terdapat pada anak-anak sekolah. Kutu pubis sering ditularkan secara seksual, tetapi juga melalui kontak lewat handuk, seprei dan tempat duduk di toilet. Kutu pubis hanya dapat hidup dalam satu hari apabila diluar tubuh manusia. Telur yang terdapat pada kain seprei atau handuk dapat menetas sesudah satu minggu. Semua alat tidur, handuk dan pakaian yang pernah digunakan orang pengidap kutu ini harus dicuci dengan air panas atau dry clean untuk membuang dan memusnahkan telur. Parasit ini menempel pada rambut dan dapat hidup dengan cara mengisap darah, sehingga menimbulkan gatal-gatal. Masa hidupnya singkat, hanya sekitar satu bulan. Tetapi kutu ini dapat tumbuh subur dan bertelur berkali-kali sebelum mati (Hutapea, 2003). Universitas Sumatera Utara Penyakit-penyakit tersebut diatas tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu : Faktor dasar yaitu karena adanya penularan penyakit dan berganti-ganti pasangan seksual. Faktor medis yaitu pengobatan modern, mudah, murah, cepat dan efektif sehingga resiko resistensi tinggi dan bila disalah gunakan akan meningkatkan resiko penyebaran infeksi. Faktor sosial yaitu mobilisasi penduduk, prostitusi, waktu yang santai, kebebasan individu serta ketidak tahuan. Peningkatan insiden PMS tidak terlepas kaitannya dengan perilaku resiko tinggi. Perilaku resiko tinggi adalah perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai resiko besar terserang penyakit. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah : • Usia 20-34 tahun pada laki-laki dan 16-24 tahun pada wanita. • Wisatawan/turis. • Pekerja seks komersial atau WTS. • Pecandu narkoba. • Homoseksual (Manuaba, 2009). 2.4.5. Bagian Tubuh yang dapat Terpengaruh PMS dan Hubungan Organ Reproduksi dengan PMS Kebanyakan PMS membahayakan organ-organ reproduksi. Pada wanita PMS menghacurkan dinding vagina atau leher rahim, biasanya tanpa tanda-tanda infeksi. Pada pria, yang terinfeksi terlebih dulu adalah saluran air kencing. Jika PMS tidak Universitas Sumatera Utara diobati dapat menyebabkan keluarnya cairan yang tidak normal dari penis dan berakibat sakit pada waktu buang air kecil. PMS yang tidak diobati dapat mempengaruhi organ-organ reproduksi bagian dalam dan menyebabkan kemandulan baik pada pria atau wanita. Bagian tubuh yang dapat terpengaruh PMS, yaitu : • • • • • • • • Pada Wanita Saluran indung telur Indung telur Rahim Kandung kencing Leher rahim Vagina Saluran kencing Anus • • • • • • • • • • Pada Pria Kandung kencing Vas deferens Prostat Penis Epididymis Testicle Saluran kencing Kantung zakar Seminal vesicle Anus (Manuaba, 2009) 2.4.6. Tanda dan Gejala PMS Secara Umum serta Cara Penularannya PMS tidak menunjukkan tanda dan gejala sama sekali sehingga kita tidak tahu kalau kita sudah terinfeksi. PMS dapat bersifat Asymtomatic (tidak memiliki gejala) baik pada pria atau wanita. Beberapa PMS baru menunjukkan tanda-tanda dan gejala berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun setelah terinfeksi. Ada beberapa gejala dari PMS secara umum, yaitu : • Keluar cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita terjadi peningkatan keputihan. Warnanya bias menjadi lebih putih, Universitas Sumatera Utara kekuningan, kehijauan atau kemerahan. Keputihan bias memiliki bau tidak sedap dan berlendir. • Pada pria, rasa sakit seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasannya disebabkan oleh PMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS tapi juga disebabkan oleh infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual. • Luka terbuka atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat terasa sakit atau tidak. • Tonjolan kecil-kecil (Papules) disekitar alat kelamin. • Kemerahan disekitar alat kelamin. • Pada pria rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar. • Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang dan tidak berhubungan dengan menstruasi. • Bercak darah setelah hubungan seksual. Walaupun seseorang mungkin mengalami beberapa dari gejala tersebut, perlu diperhatikan bahwa penyakit yang lain juga dapat menyebabkan gejala-gejala seperti ini. Jika muncul gejala tersebut lebih baik dikonsultasikan dengan dokter secepatnya. Kebanyakan PMS didapat dari hubungan seks yang tidak aman. Yang dimaksud dari seks yang tidak aman yang dapat menularkan PMS, adalah : • Melakukan hubungan seksual lewat vagina tanpa kondom (penis didalam vagina). • Melakukan hubungan seksual lewat anus tanpa kondom (Penis didalam anus). Universitas Sumatera Utara • Hubungan seksual lewat oral (penis didalam mulut tanpa kondom atau mulut menyentuh alat kelamin wanita) • Darah Dari transfusi darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik bersama, atau benda tajam lainnya kebagian tubuh untuk menggunakan obat atau membuat tato. • Ibu hamil kepada bayinya Penularan selama kehamilan, selama proses kelahiran, setelah lahir. HIV bias menular melalui menyusui (Manuaba, 2009). 2.4.7. Komplikasi dari Penyakit Infeksi Menular Seksual a. Endometriosis Endometriosis terjadi karena jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat diluar kavum uteri. Menurut teori Sampson, endometrium ditemukan di Ovarium, Peritoneum dan ligamentum sakrouterium, Kavum douglas, Dinding belakang uterus, Tuba fallopii, Plika vesikouterina, Ligamentum rotundum dan Sigmoid, Septum reptovaginal, Kanalis iguinalis, Appendiks, Umbilicus, Servic uteri, Vagina, Kandung kemih, Vulva, Perineum, dan Kelenjar limfe. Meskipun jarang, endometriosis juga ditemukan disekitar lengan, paha, pleura dan pericardim. Jika endometriosis menyebabkan pelekatan disaluran telur, kemudian saluran tersumbat maka akan menyebabkan infertilitas (kemandulan). Tingkat kejadian kasus ini sangat tinggi. Endometriosis menimbulkan nyeri saat menstruasi. Bahkan pada kasus yang lebih parah, nyeri juga terjadi diluar menstruasi. Gejala lain yaitu nyeri saat senggama dan Universitas Sumatera Utara ada benjolan di perut bagian bawah. Menifestasi endometriosis adalah timbul bercak atau kista. Angka kejadian endometriosis semakin hari semakin tinggi. Endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita dari golongan ekonomi menengah keatas. Hal yang menarik perhatian, ternyata endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak menikah dan wanita yang tidak mempunyai anak. Hal ini menunjukkan fungsi ovarium yang tidak diselingi kehamilan memegang peranan untuk terjadinya endometriosis. Meigs seorang ahli kandungan mengatakan bahwa cara paling mudah untuk mengurangi resiko endometriosis adalah dengan kehamilan. Pada saat hamil gejala endometriosis berkurang. Bahkan bisa hilang pada saat hamil dan sesudahnya. Oleh karena itu jika anda sudah siap maka jangan menunda kehamilan. b. Kanker Pada Wanita Kanker merupakan penyakit yang ditakuti semua orang, termasuk wanita. Apalagi, organ reproduksi adalah bagian tubuh yang paling sering terkena kanker. Deteksi dini merupakan cara yang efektif untuk menyembuhkan kanker. Sejumlah penelitian menyebutkan kanker yang pengobatannya pada stadium awal dapat sembuh total. Untuk dapat mewaspadainya lebih cepat, perlu informasi yang memadai tentang gejala awal pada setiap jenis kanker khas wanita. Ada tiga kanker yang sering terjadi pada wanita, yaitu Kanker serviks (Leher rahim), Kanker indung telur (Ovarium), dan Kanker endometrium (Badan rahim). c. Kanker serviks (Leher rahim) Universitas Sumatera Utara Selama dua dekade terakhir, kanker leher rahim masih menduduki urutan pertama antara kanker yang terjadi pada wanita Indonesia. Kanker ini mulai ditemukan pada wanita usia 25-34 tahun dan puncaknya pada usia 45-54 tahun. Kanker leher rahim secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni Preinvasif dan Invasif. Kanker preinvasif adalah jenis kanker leher rahim yang belum menyebar sehingga kemungkinan sembuhnya hampir mencapai 100% jika pengobatannya sejak dini. Jenis invasif merupakan jenis kanker leher rahim yang sudah menyebar ke seluruh bagian leher rahim dan lebih sulit disembuhkan. Penyebab kanker leher rahim belum diketahui secara pasti, tetapi diduga sekitar 95% dikarenakan jenis virus Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini dapat menular melalui hubungan seksual. Penyebab yang cukup mengejutkan dan kontroversial pernah diungkap Lancet. Ia mengungkapkan ternyata penggunaan pil kontrasepsi jangka panjang dapat meningkatkan resiko berkembangnya kanker leher rahim pada wanita dengan penyakit menular seksual. Namun, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pemakaian pil kontrasepsi jangka panjang dapat meningkatkan resiko kanker pada wanita yang tidak menderita HPV. Selain itu ada beberapa faktor resiko yang menjadi pemicu terjadinya kanker leher rahim. Faktor-faktor tersebut meliputi berhubungan seksual di usia muda (kurang dari 20 tahun), berganti-ganti pasangan hubungan seksual, kehamilan berulang kali (sering melahirkan), infeksi virus (virus herves simpleks dan virus papilloma), dan kurangnya kebersihan alat genital sehingga sering mengalami infeksi. Upaya paling baik untuk menghindari kanker leher rahim adalah dengan melakukan pemeriksaan Pap’s smear secara berkala, terutama jika anda sudah pernah Universitas Sumatera Utara melakukan hubungan intim. Dengan cara ini, kemungkinan kanker dapat terdeteksi dengan cepat karena pada tahap awal jenis kanker ini tidak menunjukkan gejala secara khusus. Kecuali, keluhan akibat infeksi seperti keputihan, perdarahan vagina diluar masa menstruasi, serta keluhan sakit dan perdarahan setelah bersenggama. Pada stadium lanjut mengakibatkan rasa sakit pada panggul, perdarahan yang mirip dengan air cucian daging dan berbau amis, gangguan buang air kecil dan buang air besar (sembelit), nafsu makan hilang, berat badan menurun, lemah dan anemia karena perdarahan. Pengobatan kanker leher rahim sangat tergantung pada stadium atau tingkatan kliniknya. Pengobatan yang biasa dilakukan meliputi operasi pengangkatan rahim radikal (Histerektomie radikal), radio terapi atau kemoradiasi. d. Kanker indung telur Kanker indung telur sering sulit dideteksi. Bahkan, sekitar tiga perempat wanita yang menderita kanker ovarium terdignosis setelah kondisinya parah. Pemeriksaan dini untuk mengetahui seorang wanita menderita kanker ovarium tidak semudah mendeteksi dini kanker leher rahim. Idealnya, setiap wanita melakukan pemeriksaan dalam dan USG setiap satu tahun sekali bersamaan dengan pemeriksaan Pap’s smear. Tes darah (tumor marker) dilakukan jika ada kecurigaan keganasan ovarium. Rangkaian pemeriksaan ini dapat anda lakukan di Klinik Spesialis, Rumah Bersalin, Rumah Sakit Ibu dan Anak, Rumah Sakit atau fasilitas kesehatan yang menyediakan sarana tersebut. Utamanya, anda yang menpunyai riwayat kanker di keluarga, lakukan pemeriksaan tersebut. Wanita ini memiliki kemungkinan lebih besar menderita Universitas Sumatera Utara kanker ovarium. Selain itu, pemberian bedak atau parfum pada daerah sekitar vagina dapat meningkatkan resiko terkena kanker ini. Gejala kanker ovarium hampir sama dengan penyakit gangguan rahim sehingga banyak wanita yang tidak curiga. Gejala yang muncul berupa perut terasa kembung dan tidak nyaman. Sayangnya, semua gejala itu tidak spesifik sehingga sulit dideteksi. Kecuali, jika sudah ada tahap lanjutan dengan gejala perut membesar, terasa ada benjolan didalam perut, nyeri panggul, serta gangguan buang air besar dan buang air kecil akibat penekanan pada saluran pencernaan dan saluran kencing. Pada keadaan yang lebih lanjut dapat terjadi penimbunan cairan dirongga perut dan rongga dada sehingga perut nampak membuncit. Kadang disertai sesak nafas. Biasanya jika gejala ini sudah muncul sulit untuk menanganinya. Lokasi ovarium yang berada didalam rongga perut menjadikan kanker ini sulit dideteksi. Oleh karena itu, kanker jenis ini dapat menyerupai kista dengan bagian padat. Untuk mengetahui secara lebih pasti, dilakukan operasi guna memastikan diagnosis kanker ovarium dan perluasan atau penjalaran penyakit (stadium kanker). Tindakan operasi juga menentukan jenis dan keberhasilan pengobatan selanjutnya. e. Kanker endometrium Kanker endometrium tidak sepopuler kanker leher rahim. Kanker jenis ini dapat diderita oleh semua wanita yang sudah mengalami menstruasi. Kanker endometrium terjadi karena adanya penebalan dinding endometrium secara berlebihan. Kanker ini dapat menimbulkan gangguan serius pada organ tubuh di sekitarnya. Gejala kanker endometrium berupa perdarahan, terutama pada pasca menopause di luar menstruasi. Namun, anda perlu waspada jika darah menstruasi keluar secara Universitas Sumatera Utara berlebihan dalam waktu lama. Perdarahan diluar menstruasi yang terlalu lama dan berulang dapat menunjukkan adanya penebalan dinding endometrium yang tidak wajar. Kanker jenis ini lebih sering ditemukan pada stadium dini. Gejalanya yang mudah terlihat membuat setiap wanita merasa perlu untuk memeriksakan keadaannya ke Dokter kandungan. Untuk mengetahui keadaan endometrium, biasanya dilakukan pemeriksaan USG. Selanjutnya, dilakukan kuretase untuk mengetahui kanker atau bukan. Pengobatan untuk kanker endometrium dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu operasi dan kemoterapi. Namun, semuanya sangat tergantung stadium yang akan ditentukan selanjutnya (Eka, 2008). 2.5. Pencegahan Penyakit Infeksi Menular Seksual termasuk HIV/AIDS Untuk mencegah semakin meningkatnya angka kejadian Penyakit Menular Seksual termasuk HIV/AIDS. Maka perlu dilakukan beberapa pencegahan, yaitu : 1. Memutuskan rantai penularan infeksi PMS. 2. Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasinya. 3. Tidak melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. 4. Menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Ada beberapa program yang dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan telah diterapkan di beberapa negara untuk dilaksanakan secara bersama-sama, yaitu : • Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda. Universitas Sumatera Utara • Program penyuluhan sebaya untuk berbagai kelompok sasaran (Peer Group Education). • Program kerja sama dengan media cetak dan elektronik. • Paket pencegahan komprehensif untuk pecandu narkotika. • Program pendidikan agama. • Program promosi kondom di lokalisasi pelacuran dan panti pijat. • Pelatihan keterampilan hidup. • Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling. • Dukungan untuk anak jalanan dan pengentasan prostitusi anak. • Program pencegahan dengan pengobatan, perawatan dan dukungan untuk orang dengan HIV/AIDS (ODHA). • Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian obat AZT (Jaya Sarimawar, 2002). \ 2.6. Kondom Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama. Kondom biasanya dibuat dari bahan karet latex, berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma. Kondom dipakai pada alat kelamin pria pada keadaan ereksi sebelum bersenggama (bersetubuh) atau hubungan seksual. (BKKBN,2006) Universitas Sumatera Utara Kondom yang terbuat dari bahan latex ini secara klinis sangat baik dalam mencegah • Vaginitis yang disebabkan oleh infeksi seperti trichomoniasis • Pelvic inflammatory disease (PID) • Gonorrhea • Chlamydia • Syiphilis • Chancroid • Human immunodeficiency virus (HIV) Selain itu kondom yang terbuat dari latex juga mampu mencegah terhadap : • Human papilloma virus (HPV) yang dapat menyebabkan genital wart • Herpes simplex virus (HSV) yang dapat menyebabkan genital herpes • Virus Hepatitis-B 2.6.1. Cara Menggunakan Kondom Dengan Baik dan Benar • Pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan lalu dorong kondom dengan jari anda keposisi bawah. Tujuannya agar tidak robek saat membuka bungkusnya, selanjutnya sobek bagian atas bungkus kondom. • Dorong kondom dari bawah agar keluar dari bungkusnya, kemudian pegang kondom dan perhatikan bagian yang menggulung harus berada disebelah luar. Universitas Sumatera Utara • Pencet ujung kondom agar tidak ada udara yang masuk dan letakkan pada kepala penis. • Baik pihak suami atau istri dapat memasangkan kondom ke penis, pada saat kondom dipasang penis harus selalu dalam keadaan tegang. Pasanglah kondom dengan menggunakan telapak tangan untuk mendorong gulungan kondom hingga pangkal penis (jangan menggunakan kuku, karena kondom dapat robek). • Jangan ada kontak penis dengan vagina sebelum menggunakan kondom. • Segera setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina. Pegang pangkal penis dan lepaskan kondom dengan hati-hati selagi masih tegang (jangan sampai ada cairan sperma yang tercecer keluar). • Ikat kondom agar cairan sperma tidak dapat keluar, dan buang ditempat yang aman. Jangan buang kondom bekas pakai di WC karena dapat menyumbat. • Pilih kondom yang paling cocok dengan selera dan ukuran penis anda (BKKBN, 2006). 2.6.2. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Meggunakan Kondom • Periksalah tanggal kadaluwarsa pada bungkus kondom. • Periksalah kondisi bungkus kondom, jangan membeli atau menerima konkom yang bungkusnya sudah rusak,ada gelembung udara di dalamnya, dan berlubang. Universitas Sumatera Utara • Gunakan kondom baru setiap kali bersanggama. • Simpanlah kondom di tempat sejuk dan kering, jauhkan kondom dari sinar lampu dan letakan di tempat yang tidak terkena matahari langsung atau di tempat yang panas. • Sebaiknya tidak diletakan kondom di saku celana, karena suhu tubuh dapat mempengaruhi pula kualitas kondom. • Sebaiknya memiliki persediaan kondom lebih dari satu dan jangan sampai kehabisan. • Jangan menggunakan pelicin tambahan yang terbuat dari minyak seperti minyak goreng , metega, body lotion, dsb. Karena dapat merusak kondom. Bila pelicin dirasa kurang, gunakan pelicin kondom tambahan seperti jelly khusus vagina yang dapat dibeli di apotik. • Hati-hati dalam memasang dan melepaskan kondom bagi mereka yang memiliki kuku panjang atau cincin dengan bagian yang tajam. Kondom mudah sobek bila diperlakuakan kurang baik (BKKBN,2006). 2.6.3. Tempat Memperoleh Kondom Kondom dapat diperoleh diantara lain di : • Apotik • Klinik KB • PPKBD / Sub PPKBD • Pos KB Desa Universitas Sumatera Utara • Toko Obat • Pasar Swalayan • Puskesmas • Puskesmas Pembantu • Vending Machine Kondom (BKKBN, 2006). 2.7. Pekerja Seks Komersial Prostitusi adalah gejala kemasyarakatan dimana wanita menjual diri melakukan perbuatan seksual sebagai mata pencaharian sehari-hari dengan jalan melayani relasirelasi seksual, karena berhubungan dengan mata pencaharian maka orang sering menyebut prostitusi sebagai sebuah pekerjaan. Menurut Amstel yang dikutip Kartono (2007), prostitusi adalah penyerahan diri dari wanita kepada banyak laki-laki dengan pembayaran. Menurut May yang dikutip Kartono (2007), menekankan masalah barter atau perdagangan secara tukar menukar, yaitu menukarkan pelayanan seks dengan bayaran uang, hadiah atau barang-barang berharga lainnya. Juga mengemukakan promiscuitas, yaitu hubungan seks bebas, dan ketidak acuhan emosional, melakukan hubungan seks tanpa emosi, tanpa perasaan cinta dan kasih. Pihak pelacur mengutamakan motif-motif komersial atau alasan keuntungan materil. Karena motif komersialnya itu maka pelacur juga disebut sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial). Universitas Sumatera Utara Prostitusi dapat dibagi menurut aktivitasnya, yaitu terdaftar dan terorganisir dan yang tidak terdaftar. Prostitusi yang terdaftar pelakunya diawasi oleh bagian seperti Vice Control dari kepolisian yang dibantu dan bekerjasama dengan jawatan social dan jawatan kesehatan. Pada umumnya ini dilokalisir dalam satu daerah tertentu. Penghuninya secara periodik harus memeriksakan diri pada dokter atau petugas kesehatan dan mendapatkan suntikan serta pengobatan sebagai tindakan kesehatan dan keamanan umum. Prostitusi yang tidak terdaftar, termasuk dalam kelompok ini hádala mereka melakukan prostitusi secara gelap dan liar. Perbuatannya tidak terorganisir, tempat pun tidak tentu. Mereka tidak pernah mencatatkan diri kepada yang berwajib sehingga kesehatannya Sangat diragukan, karena mereka Belum tentu mau memeriksakan kesehatannya kepada dokter atau petugas kesehatan. Statistik menunjukkan bahwa kurang lebih 75% dari jumlah pelacur adalah wanita-wanita muda dibawah umur 30 tahun. Mereka itu umumnya memasuki dunia pelacuran pada usia muda, yaitu pada usia 13-24 tahun, dan yang paling banyak adalah usia 17-21 tahun (Kartono, 2007). Menurut Kartono (2007), 60-80% dari jumlah pelacur itu memiliki intelektual yang tinggi, berpendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama dan atas atau lepasan akademi dan perguruan tinggi. Mereka bertingkah laku immoral karena didorong oleh motivasi-motivasi sosial dan ekonomi. 2.7.1. Motif yang Melatar Belakangi Pelacuran Menurut Kartono (2007), ada beberapa motif yang melatar belakangi seseorang menjadi pelacur diantaranya sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Tekanan ekonomi, Faktor kemiskinan, adanya pertimbangan-pertimbangan ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidup, khususnya dalam usaha mendapatkan status sosial yang lebih baik. b. Aspirasi materil yang tinggi pada diri wanita dan kesenangan, ketamakan, terhadap pakaian-pakaian indah dan mewah namun malas bekerja. c. Disorganisasi dan disintegrasi dari kehidupan keluarga seperti ayah dan ibu bercerai, suami dan isteri bercerai. d. Adanya ambisi-ambisi yang besar pada wanita untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, dengan jalan yang mudah tanpa kerja berat, tanpa keterampilan khusus. e. Pekerjaan pelacur tidak memerlukan keterampilan, intelegensi tinggi, mudah dikerjakan asal orang yang bersangkutan memiliki kecantikan, kemudahan dan keberanian. Tidak hanya wanita normal, wanita yang agak lemah ingatannya pun bisa melakukan pekerjaan ini. f. Adanya pengalaman traumatis seperti gagal dalam bercinta ataupun perkawinan, pernah dikecewakan sehingga muncul kematangan seks yang terlalu dini dan abnormalitas seks. g. Banyaknya tindakan Trafficking dan perdagangan perempuan yang terjadi. Biasanya para wanita ini tertipu dengan iming-iming pekerjaan yang layak disuatu tempat, yang akhirnya terjebak dalam dunia prostitusi. Dinas sosial Provinsi Sumatera Utara mengakui masih banyak anak-anak yang dilacurkan yang belum terdata atau cendrung memalsukan umurnya. Diperkirakan 200400 anak usia 13-18 tahun setiap tahunnya dijual keberbagai daerah dan Universitas Sumatera Utara Negara tujuan prostitusi seperti Batam, Tanjung Balai Karimun, Dumai, Malaysia dan Singapura. Menurut Kartono (2007), PSK adalah kelompok yang mempunyai resiko tinggi terkena atau menimbulkan dan menyebarluaskan PMS (Penyakit Menular Seksual). Apalagi dengan alasan komersil, mereka siap melakukan apasaja untuk kepuasan pelanggan sampai kepada perilaku seks yang tidak sehat, sehingga kelompok ini beresiko tinggi untuk terkena PMS. 2.7.2. Kebiasaan PSK Sebelum dan Sesudah Melakukan Hubungan Seksual Beberapa penelitian melaporkan, untuk mencegah terjadinya penyakit menular seksual dan HIV/AIDS para PSK sering melakukan praktik ”Vaginal Douching” atau pembersihan alat kelamin dengan bahan-bahan tertentu dalam bentuk cairan atau sabun sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual. Mereka percaya bahwa praktik ini akan melindungi dirinya dari PMS, sehingga berakibat pada penurunan pemakaian kondom. Mereka lebih percaya pada alternatif pencegahan PMS dengan vaginal douching atau meminum tablet antibiotik sebelum dan sesudah hubungan seks. Mereka menganggap khasiatnya lebih ampuh dari sekedar memakai kondom (Eka, 2008). 2.8. Variabel yang diteliti Dilihat dari tinjauan pustaka maka variabel yang diteliti adalah pengetahuan dan sikap tentang pencegahan penyakit infeksi menular seksual pada wanita PSK sebagai variabel independen, dan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada wanita PSK sebagai variabel dependen. Universitas Sumatera Utara 2.9. Kerangka Konsep Berdasarkan pola pemikiran di atas maka dibuatlah kerangka konsep variabel yang diteliti sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen PSK di Bandar Baru Kelurahan Deli Serdang Kecamatan Sibolangit • Umur • Suku • Pendapatan / minggu • Pendidikan Pengetahuan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Sikap 2.10. Hipotesa Penelitian Hipotesa sebagai jawaban sementara penelitian, patokan dugaan atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan masalah yang telah di paparkan maka hipotesa dalam penelitian ini adalah: Universitas Sumatera Utara Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada PSK di Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 Ha : Ada hubungan pengetahuan dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada PSK di Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 Ho : Tidak ada hubungan sikap dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada PSK di Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 Ha : Ada hubungan sikap dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada PSK di Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. Universitas Sumatera Utara