ISBN: 979-3450-04-5 PROSIDING SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN Bogor, 2003 PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN IKAN ASAR UNTUK MENINGKATKAN NILAI TAMBAH S. Harwanti, T. Zubaidi, B. Irianto, dan N. Hasan ABSTRAK Penelitian pengolahan ikan asar dalam rangka meningkatkan nilai tambah telah dilakukan di daerah Situbondo pada bulan Juni - Nopember 2002. Dalam penelitian ini mempergunakan bahan baku dari jenis ikan tongkol (cakalang). Sebagai perlakuan adalah jenis bahan bakar yang digunakan untuk mengasar. Adapun bahan bakar yang digunakan adalah: 1) limbah kayu jati, 2) tempurung yang ditambah dengan serabut kelapa dan 3) kombinasi antara limbah kayu jati ditambah dengan tempurung dan serabut kelapa. Pengamatan hasil uji kesukaan konsumen terhadap produk olahan menunjukkan bahwa konsumen/responden lebih menyukai produk ikan asar dengan bahan bakar limbah kayu jati (perlakuan 1), yang kemudian diikuti dengan bahan bakar limbah kayu jati yang dikombinasikan dengan tempurung kelapa ditambah serabut (perlakuan 3). Untuk perlakuan 1 dan perlakuan 3 produk olahan dapat diterima masyarakat dengan kategori suka – sangat suka. Akan tetapi produk dengan bahan bakar tempurung kelapa ditambah serabut (perlakuan 2) kurang diterima oleh panelis, dimana rata-rata penerimaan dengan kategori kurang suka. Kata Kunci: Ikan asar, nilai tambah, tongkol, uji kesuburan ABSTRACT A research on smoked-grilled fish processing has been conducted in Situbondo in order to improve the added value of the fish captured by the fishermen from June to November 2002. The material used in the research included skipjack as the raw material and various type of wood for fuel such as 1) timber waste, 2) coconut shell and dusk, and 3) combination of timber waste and coconut shell and dusk. The preferences test of the product showed that consomers preferred those were processed with timber waste (tritment 1) than those processed with other type of fuel, whereas those processed with combination of fuel (treatment 3) were more preferred than those processed with coconut shell and dusk. The treatment 1 and 3 have product smokedgrilled fish within the range of acceptance liketo very much, while those product by treatment 2 was averagely disliked by consumers. Key Word: Smoked-grilled fish, added value skipjacch, test preference PENDAHULUAN Produksi tangkapan ikan laut di Jawa Timur cukup besar dimana pada tahun 1996 mencapai 226.768.622.4 ton atau 60,9 % dari total produksi perikanan yang ada (Anonimus, 1997). Produksi ini mengalami peningkatan walaupun angka peningkatannya relatif kecil yaitu sebesar 0,71% dari tahun sebelumnya. Dengan peningkatan produksi inipun ternyata kebutuhan protein masyarakat Jawa Timur baru terpenuhi sebesar 14,82% yaitu masih jauh dibawah standart nasional dimana standar nasional yang ditetapkan sebesar 26,5 kg/kap/tahun (Anonimus, 1997). Pemanfaatan hasil tangkapan yang ada selama ini dalam bentuk segar dan olahan yang diperuntukkan sebagai pemenuhan kebutuhan konsumen lokal maupun ekspor. Jenis olahan yang ada umumnya berupa produk setengah jadi (produk antara), dimana konsumen perlu memasaknya bila hendak mengkonsumsi. Sebagai upaya untuk lebih memasyarakatkan budaya makan ikan perlu adanya upaya-upaya yang dapat merangsang minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan. Salah satunya adalah dengan membuat olahan yang siap konsumsi (siap saji) yaitu ikan asar. Ikan asar merupakan salah satu produk olahan yang sangat digemari oleh konsumen khususnya masyarakat Indonesia diwilayah timur. Dengan diperkenalkannya produk ini selain menambah jenis olahan yang ada juga diharapkan dapat berkembang dimasyarakat dan memberikan nilai tambah yang lebih. Produk olahan asar ini mempunyai daya simpan (awet) yang cukup tinggi yaitu mencapai empat hari (Hidayat et al, 1984). Dengan adanya produk olahan baru yang siap konsumsi dan berdaya simpan relatif panjang ini diharapkan selain dapat berkembang disentra-sentra produksi juga dapat menjangkau konsumen yang berada jauh dari sentraproduksi ikan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menguji teknologi hasil rekomendasi Puslitbang Perikanan serta untuk mengetahui tingkat adaptibilitasnya. Kegiatan dilakukan di Kecamatan Panarukan, kabupaten Situbondo pada bulan Juni s/d Nopember 2002. METODOLOGI PENGKAJIAN Jenis olahan ikan yang siap saji dipasaran masih sangat kurang, sehingga perlu diperkenalkan diversifikasi produk olahan lain yaitu ikan asar dimana produk ini siap untuk dikonsumsi tanpa perlu diolah lebih lanjut. Perlakuan dalam kegiatan Pengkajian ikan asar ini adalah membedakan bahan bakar yang digunakan yaitu berupa limbah kayu jati , tempurung kelapa ditambah serabut, serta kombinasi antara keduanya. Teknologi ini diadopsi berdasarkan rekomendasi hasil penelitian BPTP Ambon. Pengamatan dilakukan mulai dari hari ke satu setelah pengasaran hingga hari ke empat. Bahan • • • • Rak pengasaran Ikan tongkol Bahan bakar (limbah jati, serabut dan tempurung kelapa) Bilah bambu dan tali bambu Metode pelaksanaan • Penyiapan bahan bakar untuk pengasaran • • • • • • • • • Penyiapan rak-rak pengasar Penyiapan bahan baku ikan cakalang Penyiapan bilah bambu dan tali pengikat Pengasaran dengan bahan bakar limbah kayu jati Pengasaran dengan bahan bakar tempurung + serabut kelapa Pengasaran dengan bahan bakar kombinasi antara Limbah kayu jati dan tempurung + serabut kelapa Sebagai indikator mutu dan daya awet ikan diamati beberapa parameter yaitu : TVB (Total Volatil Base), TPC (Total plate connt) dan organoleptik (rupa, bau, rasa dan tekstur) Titik pertama pengamatan dimulai pada hari pertama sesudah pengolahan dan pengamatan selanjutnya dilakukan setiap hari sekali hingga titik ketiga (hari ke 4) Perlakuan dilakukan dengan dua kali ulangan. Metode Analisis Kegiatan ini dilakukan setelah semua data diperoleh baik data secara laboratorium maupun data subyektif (data uji kesukaan konsumen) kemudian ditabulasi dan diolah secara statistik dengan menggunakan perangkat statistik yang ada. Data di analisis dengan rancangan acak lengkap. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengkajian. Berdasarkan hasil survei lapangan ditentukan desa Gelung sebagai daerah penelitian. Desa ini termasuk wilayah Kecamatan Panarukan yang sangat potensial untuk dijadikan kawasan percontohan penanganan dan pegolahan hasil-hasil perikanan. Hal ini didukung oleh sumberdaya dan infratruktur yang tersedia didaerah tersebut. Pengolahan Ikan Asar Kegiatan pengolahan ikan asar ini secara garis besar terdiri dari beberapa tahapan yaitu : a) pembuatan produk ikan asar, b) uji konsumen atau organoleptik dan, c) uji laboratorium atau uji daya awet produk. Pembuatan ikan asar Ikan yang digunakan dalam pengkajian ini adalah ikan jenis cakalang hasil tangkapan nelayan setempat dengan berat antara 2 - 3 kg. Jumlah ikan yang digunakan sebanyak 45 ekor (100 kg) dengan rincian sebagai berikut : 15 ekor diolah dengan menggunakan bahan bakar tempurung + serabut kelapa (Sk + tk) 15 ekor bahan bakar limbah kayu jati (Ky) dan 15 ekor bahan bakar tempurung + serabut kelapa + limbah kayu jati (Sk + tk + Ky). Proses pengolahan ikan asar dari mulai penyiangan hingga masak memerlukan waktu hingga kurang lebih 3 - 4 jam Uji konsumen/ organoleptik Uji konsumen merupakan upaya untuk mengetahui sampai sejauh mana penerimaan masyarakat terhadap produk olahan ikan asar ini. Parameter yang di ujikan meliputi rupa, bau, rasa dan tekstur produk. Adapun hasil uji organoleptik secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1 – 4. Tabel 1. Hasil uji organoleptik rupa/ kenampakan produk ikan cakalang asar di kabupaten Situbondo No 1 2 3 Jenis B. Bakar Sk + tk Sk + tk +ky Ky Jml Respd. 15 15 15 Nilai Min Max 2 4 2 4 4 5 Ratarata 2.70 3.00 4.67 St.def Penerimaan 0.638 0.571 0.238 Biasa s/d suka Biasa s/d suka Suka s/d sangat suka Tabel 2. Hasil uji organoleptik bau produk ikan cakalang asar di kabupaten Situbondo No 1 2 3 Jenis B. Bakar Sk + tk Sk + tk +ky Ky Jml Respd. 15 15 15 Nilai Min Max 2 4 2 4 4 5 Ratarata 2.800 3.267 4.700 St.def Penerimaan 0.742 0.495 0.209 Kr. suka s/d biasa Biasa s/d suka Suka s/d sangat suka Tabel 3. Hasil uji organoleptik rasa produk ikan cakalang asar di kabupaten Situbondo No 1 2 3 Jenis B. Bakar Sk + tk Sk + tk +ky Ky Jml Respd. 15 15 15 Nilai Min Max 2 4 2 4 4 5 Ratarata 2.60 3.10 4.60 St.def Penerimaan 0.542 0.552 0.257 Kr. suka s/d biasa Biasa s/d suka Suka s/d sangat suka Tabel 4. Hasil uji organoleptik tekstur produk ikan cakalang asar di kabupaten Situbondo No 1 2 3 Jenis B. Bakar Sk + t.k Sk + tk +ky Ky Jml Respd. 15 15 15 Nilai Min Max 2 4 2 4 4 5 Ratarata 3.10 3.40 4.50 St.def Penerimaan 0.552 0.400 0.552 Biasa s/d suka Biasa s/d suka Suka s/d sangat suka Uji laboratorium Uji laboratorium ini dilakukan untuk mengetahui daya simpan produk ikan asar. Parameter yang diujikan yaitu TPC (Total Plate Count), TVB (Total Volatile Base), dan kadar air (Hasegawa, 1987). Adapun hasil analisa secara rinci dapat sebagai berikut : T P C (Total Plate Count ) Perkembangan TPC (Tabel 9) selama penyimpanan menunjukkan adanya peningkatan dengan semakin berlanjutnya lama penyimpanan, dimana untuk semua jenis produk olahan pada hari ke 4 sudah tidak layak untuk dikonsumsi karena jumlah kandungan baterinya telah mencapai diatas 300.106. Menurut Connel (1975), pangan dengan kandungan TPC 104 - 106 koloni/gram dipandang aman untuk dikonsumsi manusia, akan tetapi Anonimous 1980 mengatakan bahwa untuk produk perikanan tidak boleh melebihi 5.105. Adapun hasil secara lengkap uji TPC olahan ikan asar dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil analisa TPC (Total Plate Count) pada ikan cakalang asar selama penyimpanan Perlakuan Sk + tk Sk + tk Sk + tk + ky Sk + tk + ky Ky Ky Hari 1 12.104 22.104 60,3.104 44.104 97.104 89.104 Hari 2 56.104 61.104 74.104 92.104 193.104 183.104 Jumlah koloni /gram Hari 3 229.104 252.104 136.104 255.104 > 300.105 > 300.105 Hari 4 > 300.106 > 300.106 > 300.106 > 300.106 > 300.106 > 300.106 T V B ( Total Volatile Bases) Kandungan TVB merupakan indek penentu dalam menentukan derajat kebusukan suatu bahan pangan. Hasil pengamatan TVB ikan asar dengan bertambahnya waktu penyimpanan terlihat semakin meningkat. Menurut Zaitsev,Vet al (1969) kenaikan nilai TVB disebabkan oleh peruraian senyawa-senyawa protein oleh aktivitas mikrobia. Sedangkan Franzier dan Westhoff (1978) mengatakan bahwa nilai TVB sebagai hasil pembusukan selain disebabkan oleh aktivitas mikrobia dapat pula oleh proses autolisa, oksidasi atau kebanyakan merupakan kombinasi ketiganya. Adapun hasil analisis TVB secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil analisa kandungan TVB pada ikan cakalang asar selama penyimpanan Perlakuan Sk + tk Sk + tk Sk + tk + ky Sk + tk + ky Ky Ky Hari 1 48.8 44.8 48.8 46.8 58.8 60.8 Hari 2 55.2 56.8 65.6 61.6 70.4 78.4 Mg N % Hari 3 56.8 63.2 72.4 70.4 80.0 82.0 Hari 4 60.5 88.8 95.8 102.0 102.2 108.0 Kadar Air Kandungan air dalam suatu bahan pangan umumnya tinggi berkisar antara 70-80%. Keawetan bahan panganpun ditentukan oleh tinggi rendahnya kadar air produk tersebut. Seperti kita ketahui bahwa air merupakan media yang dibutuhkan untuk berkembangnya suatu mikroorganisme. Dengan menekan atau mengurangi kadar air berarti pula mengurangi aktifitas mikroorganisme untuk berkembang sehingga laju pembusukan bahan dapat dihambat. Adapun hasil pengamatan kadar air ikan cakalang asar secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil analisa kadar air pada ikan cakalang asar selama penyimpanan Perlakuan Sk + tk Sk + tk Sk + tk + ky Sk + tk + ky Ky Ky Kadar air (%) Hari 1 58,40 59,08 62.99 62,59 62,03 60,46 Hari 2 55,53 59,29 61,82 63,30 59,80 58,11 Hari 3 52,16 55,30 48,26 50,86 64,73 68,44 Hari 4 51,79 53,35 47,83 50,02 61,92 64,15 PEMBAHASAN Seperti diketahui bahwa ikan asar merupakan produk olahan khas dari wilayah Indonesia Timur khususnya Maluku dan Papua. Pada prinsipnya olahan ini merupakan kombinasi dari olahan ikan asap dan ikan bakar. Cara mengolahnya dengan menempatkan ikan yang telah dijepit diatas bara api yang bercampur asap sedang. Jarak antara ikan yang diasar dengan bara adalah 0,5 hingga 1 meter. Di daerah timur sebagai bahan bakar umumnya digunakan kayu bakau. Penggunaan kayu ini sangatlah merugikan karena dapat mengganggu keseimbangan lingkungan khususnya perairan pantai. Dalam pengkajian olahan ikan asar ini bahan bakar yang digunakan adalah serabut kelapa, tempurung kelapa dan limbah dari kayu jati dimana bahan-bahan tersebut keberadaannya sangat mudah didapatkan. Berdasarkan hasil uji laboratorium diketahui bahwa pada hari ke 4 jumlah kandungan bakteri (TPC) telah melampaui batas yang diijinkan. Hal ini sejalan dengan uji organoleptiknya dimana pada hari ke 4 pula produk mulai ditolak. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap olahan ikan asar ini dilakukan uji terhadap konsumen. Berdasarkan hasil uji konsumen diketahui bahwa didaerah Malang olahan ikan asar kurang diminati oleh masyarakat. Penerimaan masyarakat terhadap olahan ikan asar berdasarkan uji konsumen memberikan kriteria kurang disukai. Hal ini dimungkinkan karena animo masyarakat Malang sendiri dalam hal mengkonsumsi ikan memang kurang tinggi. Akan tetapi untuk daerah Situbondo kriteria penerimaan masyarakat rata-rata adalah suka hingga sangat suka. Hasil uji sidik ragam terhadap olahan ikan asar menunjukan bahwa olahan ikan asar dengan bahan bakar kayu lebih disukai dibandingkan dengan olahan lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN • • • Produk olahan ikan asar walaupun merupakan jenis olahan baru bagi masyarakat Situbondo, ternyata berdasarkan uji konsumen disukai dan dapat diterima, sehingga mempunyai prospek untuk dikembangkan lebih lanjut. Dari perlakuan yang dikaji ternyata produk olahan ikan asar yang diproses dengan menggunakan bahan bakar limbah kayu jati lebih disukai oleh masyarakat dibandingkan dengan bahan bakar lain (serabut dan tempurung kelapa) Untuk mengetahui tingkat penerimaan masyarakat terhadap produk ikan asar perlu diperkenalkan lebih lanjut kedaerah-daerah pesisir lainnya, sehingga peluang pengembangannya dapat lebih terjamin. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 1997. Penentuan Komoditas Perikanan Unggulan Jawa Timur Dan Strategi Pengembangannya. Prosiding Lokakarya Wawasan Dan Strategi Pembangunan Pertanian Di Jawa Timur Menjelang Abat XXI. Puslitbang Perikanan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso. Connel,J.J., 1975. Control of Fish Quality. Fishing News (Books). Ltd, Surrey – England Franzier, W.C. dan D.C. Westhoff, 1978. Food Microbiology, TMH Publisisng Co. Ltd., New Delhi. Hasegawa, H. 1987. Laboratory Manual on Analytical Method and Prosedur for Fish Product. Marine Fisheries Research Dev. Center. Hidayat NS., L.Hutuely., N Hasan dan TAR hanafiah., 1984. Pengaruh Penambahan Potasium Sorbat Pada Pengolahan Cakalang Asar Terhadap Daya Awetnya Zaitsev,V., I.Kizevetter, L. Lagunov, T. Makarova, L. Minder, V. Podsevalov (1969) : Fish Curing and Processing MIR Publisher, Moscow.