BAB III Peran Wahana Lingkungan Hidup Sumatera Utara dalam Pengawasan Pembangunan Daerah Aliran Sungai Deli di Kota Medan Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai peranan penting WALHI-SU dalam mengawasi pembangunan DAS Deli di Kota Medan. Bab ini terbagi dalam dua bahasan masalah yang akan diteliti. Universitas Sumatera Utara A. Permasalahan Daerah Sungai Deli di Kota Medan danDampaknyaTerhadap Lingkungan Sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli berkelok-kelok melewati Kabupaten Karo, Deli Serdang dan Kota Medan. DAS Deli yang diapit oleh DAS Percut dan DAS Belawan sejatinya terdiri dari tujuh gugus sungai yaitu Sungai Petani, Simai-mai, Deli, Babura, Bekala, Sei Kambing dan Paluh Besar. Jika diperhatikan, air sungai di hulu Sungai Petani berwarna keruh, sementara di kawasan Namorambe dan Sibolangit, airnya jauh lebih jernih. Sepertinya air sungai mengalami ”pengoplosan” karena banyaknya sumber air dan sungai kecil yang bermuara ke Sungai Babura. Ini yang menyebabkan air sungai di Kecamatan Sibolangit dan Namorambe jernih dan segar sehingga dijadikan sebagai kawasan objek wisata pemandian. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.1Peta Sungai Deli Berdasarkan Citra Landsat Sumber :Environmental Services Program www.esp.or.id 30. Diakses pada tanggal 6 Juni 2016. Bila dilihat pada peta penampangan, Daerah aliran Sungai Deli terlihat memanjang dan langsing, mengalir sepanjang 72 kilometer dari hulu di gunung hingga ke hilir di laut. Bentuk dari suatu Daerah Aliran Sungai dapat dilihat dari Ratio of Circulatory (RC), dan nilai RC pada DAS Deli adalah 0,23; ini yang menyebabkan sungai ini terlihat langsing. Bentuk DAS sebenarnya sukar untuk 30 www.esp.or.id. Diakses pada tanggal 16 Juni 2015 pukul 23.20 Universitas Sumatera Utara dinyatakan secara kuantitatif, namun secara sederhana nilai RC dapat diartikan begini.Jika DAS berbentuk lingkaran, maka indeks bentuk akan mendekati angka satu. RC mempunyai pengaruh pada pola aliran sungai dan ketajaman puncak discharge banjir. Sehingga nilai RC DAS Deli memungkinkan curah hujan cepat mencapai sungai utama, karena time ”concentration” untuk sifat hujan di DAS ini cenderung pendek. Bila hujan merata, maka mudah terjadi kenaikan debit aliran yang mencolok.Hal ini dapat menyebabkan timbulnya genangan, bila lembah sungai tidak dapat menampung aliran yang ada. Tidak heran, masalah utama yang dihadapi di Sungai Deli adalah besarnya fluktuasi aliran, yaitu banjir yang tingi dan kekeringan.Karena itu, penilaian tentang tingkat kekritisan peresapan daerah resapan terhadap air hujan sangat penting untuk dilakukan. Luasan lahan kritis di ekosistem DAS Deli hampir mencapai separuh luasan total, yang secara teoritis akan sangat berpengaruh terhadap kelestarian kawasan DAS Deli. Gambaran terganggunya kondisi Daerah Aliran Sungai terlihat pada ekosistem Sungai Deli yang mempunyai luas 56.848,88 Ha, dengan 32% keadaan wilayahnya bergelombang, berbukit dan bergunung. Sebanyak 82% penduduk bermata pencaharian petani atau mengolah lahan pertanian, pada bagian terbesar dari jumlah desa-desa yang termasuk dalam DAS Deli. Keadaan lahan yang kritis sangat berpengaruh terhadap fluktuasi debit air. Menurut data BP DAS Wampu dan Ular, rentang waktu terjadinya banjir di Kota Medan dan sekitarnya semakin pendek.Kerapatan banjir antara peristiwa banjir Universitas Sumatera Utara besar pertama tahun 1956 dan banjir besar ke dua tahun 1986 adalah 30 tahun.Selanjutnya banjir besar ketiga tahun 1994 (8 tahun) diikuti banjir besar keempat tahun 1997 (3 tahun). Banjir besar kelima terjadi empat tahun sesudahnya (29 Desember 2001), yang terulang banjir susulan pada 14 januari 2002 dimana 70% kota Medan dan 40% Kab. Deli Serdang dilanda banjir. Tim Search and Rescue Indonesia menemukan enam titik rawan longsor di sepanjang aliran Sungai Deli yang melintas di kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Enam titik itu dikhawatirkan memicu terjadinya bencana saat hujan turun atau saat debit air meningkat tajam. Enam titik rawan longsor tersebut ditemukan saat saat tim Search and Rescue Indonesia menyusuri sungai sejauh 45 kilometer. “Kondisi sungai sangat memprihatinkan. Mumpung masih masih musim kemarau, mestinya pemerintah mengambil langkah antisipasi agar tidak terjadi longsor,” kata Ketua Panitia Program Kali Bersih SAR Indonesia, Abdul Hamid. 31 Menurut UU Republik Indonesia No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup yaitu masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. 32 31 32 Sumber: Sumut Pos. Kamis, 13 Maret 2006 UU No.23 Tahun 1997 pasal 1 ayat 19 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara Definisi yang panjang ini dapat di sederhanakan dengan melihat adanya tiga unsur dalam masalah pencemaran yaitu sumber perubahan akibat kegiatan manusia atau proses alam, bentuk perubahannya adalah berubahnya konsentrasi suatu bahan dalam lingkungan dan merosotnya fungsi lingkungan untuk menunjang kehidupan. Merosotnya kualitas lingkungan juga tidak akan menjadi perhatian besar jika tidak terkait dengan kebutuhan hidup manusia sendiri sehingga bahasan tentang pencemaran dan konsep penanggulangannya lebih mengarah kepada upaya mengenai bentuk kegiatan manusia yang menjadi sumber pencemaran.Pencemaran sering pula diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk pola pengelompokannya. Pengelompokanmenurutjenis bahan pencemar menghasilkan pencemaran biologis, kimiawi, fisik dan budaya. Pengelompokan menurut medium lingkungannya dapat menghasilkan pencemaranudara,air, tanah, makanan dan sosial sedangkan pengelompokan menurut sifat sumber bisa menghasilkan pencemaran primer dan pencemaran sekunder. 33 Sengketa Lingkungan hidup berarti adanya perselisihan antara dua pihak atau lebih yang ditimbulkan oleh adanya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Untuk masalah dampak dan analisis lingkungan hidup, Undang- undang No. 23 Tahun 1997 ini menjabarkannya sebagai berikut, dampak lingkungan hidup ialah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang 33 Darmono .Lingkungan Hidup dan Pencemaran. UI Press.2001 Universitas Sumatera Utara diakibatkan oleh suatu badan dan/atau kegiatan 34. Untuk menanggulanginya maka dilakukan analisis. Analisis yang dimaksud yaitu kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau keegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Untuk merealisasikan tentang serangkaian kegiatan diatas diperlukan campur tangan organisasi lingkungan yang berfungsi sebagai pembanding. Organisasi lingkungan hidup berarti kelompok orang yang terbentuk atas keinginan dan kehendak sendiri ditengah masyarakat yang tujuan dan kegiatannya berada di bagian lingkungan hidup. Terakhir, untuk menjaga praktek pemberdayaan lingkungan agar tetap berada di koridornya diperlukan suatu lembaga pemeriksa, yakni suatu sistem audit lingkungan hidup, artinya suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan terhadap persyaratan umum yang berlaku dan/atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan. Pengaturan kelembagaan dalam pengelolaan DAS akan semakin mudah dilakukan jika ada kesamaan kepentingan di antara stakeholders dan adanya kejelasan identitas serta besaran (ukuran) kelompok masing-masing stakeholders. Semakin besar dan semakin terdiferensiasi kelompok stakeholder yang ada di dalam DAS, maka semakin sulit pengaturan sosialnya.Kelembagaan lokal 34 http://penelitihukum.org/tag/pengertian-sengketa-lingkungan-hidup/ diakses pada 9 Februari 2015 pukul 00.30 Universitas Sumatera Utara membantu berfungsinya pengelolaan DAS melalui perlindungan terhadap hak, penguatan norma-norma yang berlaku, mengatasi konflik, dan distribusi manfaat. Pengaruh kelembagaan sangat tergantung pada kekuatan yang dimilikinya atas berbagai aktor yang terlibat dalam pengelolaan DAS.Dalam aspek ekonomi dan politik sering komunitas di dalam DAS merupakan kesatuan yang lemah.Pengaruh kelembagan lokal ini sering sulit menjangkau kawasan ‘di luar’ lokal. Oleh sebab itu perlu penguatan oleh lembaga eksternal yang memiliki kekuatan pengaruh yang memadai. Keberhasilan pengelolaan DAS juga akan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal yang keberadaannya berada di luar DAS. Kelembagaan dan aktor eksternal DAS dapat saja melakukan intervensi terhadap pengelolaan DAS dalam bentuk penguatan lembaga DAS yang ada atau melalui perubahan konteks ekonomi dan politik dalam pengambilan keputusan pengelolaan DAS. Kelembagaan dan faktor eksternal ini antara lain adalah LSM, universitas, media masa, instansi pemerintah (Pusat), sangsi, aturan, maupun berbagai kebijakan yang diciptakannya.Di antara berbagai aktor tersebut, pemerintah sebagai kekuatan eksternal, memberikan pengaruh yang paling dominan.Intervensi pemerintah dapat dikategorikan sebagai intervensi yang paling lemah sampai intervensi yang paling kuat. Semakin besar intervensi yang dilakukan pemerintah, maka semakin besar peluang tingkah laku atau tindakan Universitas Sumatera Utara stakeholders DAS yang ditentukan oleh insentif dan peraturan (regulation) daripada oleh norma-norma. Sejarah kehidupan di bumi merupakan rangkaian interaksi antara makluk hidup dengan lingkungannya.Sedemikian jauh, bentuk fisik dan kebiasaan tumbuh-tumbuhan dan kehidupan hewannya telah dibentuk oleh lingkungannya.Dengan mempertimbangkan seluruh rentang waktu bumi, efek kebalikannya, dimana kehidupan mengubah alam sekitarnya, secara relatif kecil sekali.Hanya di dalam waktu sekejap yang diwakili oleh abad ini satu spesies – manusia – telah memperoleh kekuasaan penting untuk mengubah sifat ini. Selama seperempat abad terakhir kekuasaan ini tidak saja meningkat hingga mencapai tingkat yang mengkawatirkan,tetapi telah mengubah bentang alam. Yang paling mengkawatirkan dari kesemena-menaaan manusia terhadap lingkungannya adalah pencemaran udara, tanah, sungai-sungai dan laut dengan bahan-bahan yang berbahaya bahkan mematikan. Apabila fenomena yang digambarkan tersebut dapat dikatakan sebuah bencana akibat keserakahan manusia, maka Sungai Deli telah mengalami semua itu.Bahkan kadang-kadang dengan eksensitas yang lebih besar.Ribuan liter pestisida dan pupuk kimia digelontorkan setiap bulannya dari tanah-tanah pertanian yang dulunya subur, kebun jeruk, ladang yang berisi sayur-sayuran yang membentang luas sepanjang Tanah Karo dan Deli Serdang.Seakan itu saja belum cukup puluhan pabrik yang memproduksi jeans dan aki, pabrik pengolahan CPO, Universitas Sumatera Utara meluncurkan cairan hitam pekat dan berbau langsung ke Sungai Deli. Ribuan selokan kecil yang berasal dari rumah tangga, yang di Medan dikenal dengan istilah parit busuk ikut menyumbang bagi terpuruknya kualitas air Sungai Deli. Bentuk ketidakpedulian juga tercermin pada kondisi hutan di kawasan hulu Sungai Deli.Banyak terjadi pengalih fungsian lahan (konsersi), perambahan, pembalakan liar yang secara drastis menurunkan luasan kawasan tangkapan air.Sebenarnya issuepembalakan liar dan perambahan adalah fenomena yang ditingkat nasional pun sudah dikenal luas.Namun tidak banyak yang peduli bahwa kerusakan ini berakibatkan langsung terhadap kelestarian keragaman hayati dan berbagai fungsi lingkungan.Banyak penyebab utama dari kerusakan hutan dan kawasan tangkapan air, namun kesemuanya itu pada hakikatnya bermuara pada isu-isu pemerintahan. Ancaman terhadap hutan, keragaman hayati, dan kawasan tangkapan air bersifat kompleks dan terkait satu sama lain, dan kesemuanya diakibatkan oleh kurangnya kejelasan tentang kepemilikan lahan (land tenure), hak, pembalakan liar, konflik dan korupsi. Dampak yang timbul akibat perubahanperubahan kondisi hutan di kawasan hulu, telah dirasakan oleh penduduk yang berada di sekitar kawasan DAS Deli terutama pada kawasan tengah dan hilir seperti kekeringan serta banjir yang terlalu sering. 35 Seiring dengan lajunya sektor perekonomian, Kota Medan sangat giat menata diri menjadi sebuah kota metropolitan. Seringkali kegiatan pembangunan 35 Environmental Services Program www.esp.or.id35. Diakses pada tanggal 6 Juni 2016. Pukul 14.00 Universitas Sumatera Utara dilakukan tanpa studi kelayakan sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Berbagai usaha untuk mencegah kerusakan lingkungan telah ditempuh oleh berbagai elemen masyarakat maupun para pakar, namun pada banyak kasus tidak membuahkan hasil, bagaikan pepatah, “Anjing Menggonggong, Kafilah Berlalu”.Isu yang paling baru adalah rencana pelurusan aliran Sungai Deli yang kontroversial. Terdapat juga beberapa pelanggaran- pelanggaran manusia menyebabkan permasalahan serta dapat yang dilakukan merusak sungai Deli.Pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan antara lain: 1. Mendirikan, didalam mengubah atau membongkar bangunan-bangunan atau melintas sungai hanyadapat dilakukan setelah memperoleh izin dari pejabatyang berwenang ( Pasal 26 UU No.23 Thn 1997) 2. Adanya pelanggaran terhadap garis sepadan sungai yang tidakbertanggul dalam kawasan perkotaan berdasarkan pada criteria: a. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter, garis sepadan ditetapkan 10 meter dihitung dari tepi sungai. b. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3-20 meter, garis sepadan ditetapkan 15 meter dihitung dari tepi sungai. Universitas Sumatera Utara c. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 meter, garis sepadan sungai ditetapkan 30 meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. 3. Daerah sepadan Sungai dilarang a. Membuang sampah, limbah padat atau cair. b. Mendirikan pembangunan semi permanen,permanen untuk hunian dan tempat usaha. c. Menanam tanaman keras dan tanaman yang mengganggu bantaran atau daerah sepadan. Sedangkandampak kerugianlingkungan yang diterima Air Sungai, yaitu : • Tempat tinggal masyarakat disekitar sungai deli saat ini kumuh, padat dan tanpa sanitasi yang baik sehingga menunjukkan padatnya pemukinan dengan luas 1,50 KM dikelurahan Sungai Mati dan Kampung Baru terdapat penduduk mencapai 27.293 jiwa.Dankekumuhan serta situasi perekonomian dan pendidikan masyarakat yang rendah kemudian letak geografis yang strategis, dipusat kota dan bersebelahan dengan exbandara Polonia yang akan dijadikan Central Bussines Districk sehingga sungai deli di areal polonia, Sungai Mati dan Kampung Baru menjadi perumahan dan Departement Store. • Akibat pengerukan sungai menyebabkan kerugian bagi masyarakat Universitas Sumatera Utara di sekitar sungai deli sehingga terjadi banjir danrusaknya perabotan rumah tangga, aktivitas ekonomi masyarakat sungai deli mengalami kehancuran. • Akibat pelurusan sungai tersebut 60% masyarakat di sekitar akan mengalami banjir kiriman maupun ketika hujan terjadi di kota Medan. • Dampak yang lain yaitu terganggunya kemampuan orangtua untuk memberikan pendidikan dan kesehatan yang baik bagi anak-anak. Sehingga tidak jarang ditemukan anak-anak yang putus sekolah dan memiliki kesehatan yang rendah. • Hal ini juga mengakibatkan banjir bagi pemukiman penduduk dan fasilitas umum. B. Peranan WALHI-SU dalam Mengawasi Pembangunan Daerah Aliran Sungai Deli di Kota Medan. Daerah Aliran Sungai Deli yang keadaaanya semakin mengkhawatirkan diakibatkan oleh pembangunan dan pencemaran membuat banyak pihak menjadi prihatin. Salah satu organisasi yang secara terang-terangan melakukan upaya pemulihan DAS Deli di kota Medan adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) WALHI-SU. Kasus DAS Deli menurut mereka semakin hari semakin kompleks.Adanya Universitas Sumatera Utara kasus yang terkait pelurusan, penembokan, penimbunan, dan penyempitan DAS Deli yang dilakukan oleh beberapa perusahaan untuk kepentingan ekonomi dan bisnis.Arah penyelesaian kasus tersebut nampaknya masih saling melempar tanggung jawab oleh Pemerintah. Menurut WALHI-SU, tak satupun Pemerintah, baik Pusat, Propinsi, dan Pemko Medan maupun Pemkab terkait serius dalam mengurusi masalah DAS Deli terkait pengelolaan yang baik dan benar. Pendekatan pengelolaan DAS Deli masih bersifat keproyekan dan tidak menyentuh akar masalah sebenarnya. Penyelesaian kasus rakyat masih didekati dengan pola keamanan dan mengatasnamakan pembangunan sempit dan pro modal.Pada akhirnya, DAS Deli dari hulu hingga hilir, salah urus dan salah kelola.Rakyat sekitar menjadi objek dan tidak memiliki posisi yang kuat.Negara hadir dalam bentuk Pemerintah tidak tegas dan masih berpihak pada pemilik modal serta tidak konsisten menerapkan tata ruang dan tata kelola lingkungan yang berpihak pada kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya WALHI-SU hadir menjadi salah satu kelompok penekan bagi pemerintah dan melakukan upaya-upaya nyata agar Pemerintah segera menyelesaikan kasus DAS Deli secepatnya.WALHI-SU mengemban misi sebagai wahana perjuangan penegakan kedaulatan rakyatdan demokrasi untuk pemenuhan keadilan, pemerataan sosial, pengawasan rakyat atas kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat, serta penyelenggaraan pemerintahan yang adil dan demokratis.Untuk mewujudkan misi tersebut Walhi memainkan peran: Universitas Sumatera Utara Pertama,menggalang sinergi kekuatan antar organisasi non-pemerintah dan organisasi rakyat yang berorientasi pada nilai-nilai : (1) demokrasi, (2) keadilan antargenerasi, (3) keadilan gender, (4) Penghormatan terhadap makhluk hidup (5) persamaan hak masyarakat adat, (6) solidaritas, (7) anti kekerasan, (8) keterbukaan, (9) keswadayaan dan (10) profesionalisme. Kedua, mendorong proses transformasi sosial dengan cara: (1) mengembangkan potensi kekuatan dan ketahanan rakyat, (2) mengembalikan mandat negara untuk menegakkan dan melindungi kedaulatan rakyat, (3) mendekonstrusikan tatanan ekonomi kapitalistik global yang menindas dan eksploitatif, (4) membangun alternatif tata ekonomi dunia baru, serta (5) mendesakkan kebijakan pengelolaan lingkunganhidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat yang adil dan berkelanjutan. Ketiga, memfasilitasi komunikasi dan informasi antarorganisasinonpemerintah dan antar sesama kelompok masyarakat dan individudalam melakukan advokasi lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia wilayah Sumatera Utara (WalhiSU) merupakan salah satu contoh “ PressureGroup” yang berusaha memperjuangkankepentingan-kepentingan alam, mahluk hidup dan lingkungan tempat tinggalnya. Agar kemudian gugatan dan tuntutan tersebut dapat mempengaruhi atau bahkan mengubah kebijakan pemerintah.Untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah tersebut, Walhi melakukan usaha-usaha Universitas Sumatera Utara sebagai berikut: a. Investigasi Kasus-Kasus Dugaan Perusakan Lingkungan Daerah Aliran Sungai Deli Kota Medan Dalam upaya ini WALHI-SU melakukan penelitian tentang kasuskasus dugaan perusakan lingkungan Daerah Aliran Sungai Deli yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pengembang wilayah pemukiman. Motif-motif apa saja yang menyebabkan terjadinya rusaknya lingkungan Daerah Aliran Sungai Deli. Investigasi juga berguna menginformasikan bahwa begitu banyak dampak kerugian dari perusakan yang terjadi pada Daerah Aliran Sungai Deli tersebut. Salah satunya adalah investigasi dugaan perusakan lingkungan sungai Deli yang dilakukan oleh PT. Kastil Kencana pada tahun 2007. PT. Kastil Kencana adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengembang perumahan (developer). Dugaan tindak perusakan lingkungan yang dilakukan oleh PT. Kastil Kencana yang berlokasi di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Job R Purba selaku Direktur Eksekutif WALHI-SU tahun 2007-2010 seperti berikut; “Awalnya masih berupa dugaan-dugaan bahwa PT. Kastil Kencana telah melakukan pelanggaran dan perusakan lingkungan hidup di sekitar DAS Deli dengan merencanakan pelurusan sungai.Lalu kami melakukan investigasi, setelah buktinya cukup, kami melaporkan hal tersebut ke pihak berwajib.Ada beberapa perusahaan yang ikut kami adukan ke polisi.Tapi ya gitulah, ujung-ujungnya selalu kalah di tingkat pengadilan.Entah dimananya Universitas Sumatera Utara yang salah.Ga pernah WALHI-SU ini menang.Mungkin menang deking 36 orang itu. Itu mungkin ya” Hal serupa juga dijelaskan oleh Bapak Hardi Munthe selaku Direktur Eksekutif WALHI-SU tahun 2004-2007. “Pada saat itu kami mulai melakukan investigasi terhadap kasuskasus dugaan perusakan lingkungan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan pengembang. Benar atau tidaknya memang ada rencana pelurusan dan penembokan sungai oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Kan kita tidak bisa main tuduh begitu saja ya” 37 Berdasarkan fakta lapangan, analisis ekologis, analasis yuridis, dan juga rekomendasi dari tim PULBAKET (Pengumpul Bahan Keterangan) dari WALHI-SU, Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup-ESDM Pemko Medan, dan bekerjasama dengan BAPELDA Provinsi Sumatera Utara ditemukan fakta-fakta sebagai berikut: 1. - Fakta Lapangan. Bahwa PT. Kastil Kencana adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengembang perumahan (developer). Dalam perencanaan pembangunan perumahan tersebut, pihak pengembang bermaksud akan melakukan pemotongan atau pelurusan aliran Sungai Deli untuk perluasan lahan perumahan, dan akan menutup daerah aliran Sungai Deli yang lama. 36 Wawancara dengan Bapak Job R Purba selaku Direktur Eksekutif WALHI-SU tahun 2007-2010 di Sekretariat WALHI-SU Jalan Sembada VII Medan pada tanggal 16 April 2015 pukul 14.20 WIB 37 Wawancara dengan Bapak Hardi Munthe selaku Direktur Eksekutif WALHI-SU tahun 2004-2007 dilakukan via telepon pada tanggal 11 Mei 2015 pukul 16.15 WIB Universitas Sumatera Utara Dari hasil penggalian sungai diperkirakan jumlah material mencapai sebanyak 400.000M2. - Maksud dan tujuan pihak pengembang memanfaatkan lahan tersebut adalah untuk pengembangan wilayah pemukiman, perbaikan drainase serta peningkatan jalur hijau kota. - Untuk rencana proyek pelurusan Sungai Deli pihak PT. Kastil Kencana telah melakukan ganti rugi pembebasan lahan rumah-rumah penduduk di Kelurahan Sei Mati kecamatan Medan Maimun. - Bahwa PT. Kastil Kencana telah mendapat izin prinsip dari Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Dirjen Pengembangan Pedesaan. (Surat Direktur Jendral Pengembangan Pedesaan No. MK.0301-DD/311 tanggal 20 Desember 2000). 2. Analisis Ekologis Berdasarkan pengamatan di lapangan yang dilakukan oleh tim PULBAKET, bahwa PT. Kastil Kencana berencana akan mengalihkan alur Sungai Deli di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun dari panjang sungai semula 934 meter dengan lebar rata-rata 15 meter, berubah menjadi sudetan saluran terbuka penampang ganda sepanjang 635 meter dengan lebar sungai 37 meter yang diperkirakan mampu mengalirkan debit banjir 25 tahunan. Rencana sempadan sungai yang baru sekurangkurangnya 10 meter. Sempadan Sungai Deli sebagai sungai tak bertanggul Universitas Sumatera Utara yang melalui daerah perkotaan dengan kedalaman lebih dari 3 meter, sempadan sungai seharusnya 15 meter. Adanya perubahan panjang dan sempadan Sungai Deli akan menyebabkan penurunan luasan daerah resapan air seluas = (934 m x1 15 m) – (635 m x 10 m) = 14.010 m2 – 6.350 m2 = 7.660 m2. 38 Secara Ekologis penurunan luasan daerah resapan air akan menimbulkan dampak sebagai berikut: • Peningkatan debit aliran air harian (run off). • Menurunkan resapan air (infiltrasi) sehingga akan menurunkan simpanan air tanah saat musim hujan yang dapat menyebabkan kekeringan di musim kemarau menjadi meningkat. • Meningkatkan suhu udara disekitarnya. Perubahan alur sungai menjadi lurus dan peningkatan volume air sungai di lokasi PT. Kastil Kencana akan meningkatkan kecepatan arus dan debit air sungai, sementara daya tampung volume air sungai di daerah hilirnya tetap. Sehingga di saat musim hujan dapat menambah peningkatan penyebab terjadinya banjir di daerah hilir, dan erosi tebing sungai di daerah aliran sungai yang dilalui hingga ke muara. Debit sungai yang berlebih tersebut juga akan membawa sedimen yang besar pula sehingga dapat menyebabkan pendangkalan di muara sungai. Pendangkalan muara 38 Jurnal Tim Pulbaket WALHI-SU. Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara sungai juga dapat meningkatkan bahaya banjir karena air Sungai Deli tidak dapat mengalir dengan cepat ke laut. 3. Analisis Yuridis Bertitik tolak dari permasalahan, maka dengan asumsi fakta-fakta yang diolah dari data adalah benar dan dihubungkan dengan perundangundangan yang ada, maka dapat dianalisis sebagai berikut: Tindak Pidana Lingkungan: 1. Menurut Pasal 41 ayat (1) UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan: “Barangsiapa secara melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).” Berdasarkan ketentuan Pasal 41 ayat (1) tersebut di atas, maka diduga suatu perbuatan pidana lingkungan terjadi apabila ditemukan unsur: a. Adanya perbuatan melawan hukum dengan sengaja. Untuk mengetahui apakah ada suatu perbuatan melawan hukum sudah ditentukan di dalam Undang-Undang Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pada Pasal 6 ayat (1) ditegaskan bahwa setiap orang berkewajiban memelihara Universitas Sumatera Utara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan. b. Perbuatan mengakibatkan terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup adalah berkurangnya mutu atau kualitas lingkungan hidup. Di dalam menganalisis pengertian kerusakan lingkungan hidup dapat disebabkan dari tindakan sebagai berikut: • Pencemaran: Memasukkan benda-benda yang dapat menimbulkan kerusakan. • Pengurasan: Mengambil, menghilangkan unsurunsur lingkungan sehingga membahayakan lingkungan. • Gangguan: Suatu perbuatan yang mengakibatkan berkurangnya mutu lingkungan. Perbuatan mengubah dan menutup aliaran sungai adalah perbuatan yang bersifat gangguan terhadap lingkungan sungai. Dengan adanya perbuatan tersebut maka jelas mengurangi daya tampung sungai untuk debit air hujan, sehingga sangat berpotensi menimbulkan banjir. 2. Menurut Pasal 1 UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolan Hidup menyebutkan: Universitas Sumatera Utara Butir (1) “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.” Butir (13) “Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.” 3. Pasal 25 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 1991 tentang sungai. Menyebutkan dilarang mengubah aliran sungai kecuali dengan izin pejabat yang berwenang. 4. Pasal 26 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 1991 tentang sungai. Menyebutkan bahwa mendirikan, mengubah, atau membongkar bangunan-bangunan di dalam atau melintas sungai hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin dari pejabat yang berwenang. 5. Pasal 33 huruf c Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 1991 tentang sungai. Menyebutkan bahwa “Barangsiapa mengubah aliran sungai, mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di dalam atau melintas sungai, mengambil dan menggunakan air sungai untuk keperluan usahanya yang bersifat Universitas Sumatera Utara komersial tanpa izin sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 28. Berdasarkan ketentuan Pasal 33 huruf c tersebut di atas, maka diduga suatu perbuatan pidana lingkungan terjadi apabila ditemukan unsur-unsur sebagai berikut: • Adanya perbuatan mengubah aliran sungai, mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di dalam atau melintas sungai. • Mengambil dan menggunakan air sungai untuk keperluan usahanya yang bersifat komersil tanpa izin. Dari data yang ada, diperoleh fakta-fakta sebagai berikut: 1. Bahwa PT. Kastil Kencana bermaksud akan melakukan kegiatan pelurusan Sungai Deli yang berada di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun. 2. Bahwa di sekitar rencana kegiatan PT. Kastil Kencana sering terjadi banjir ketika hujan turun, bahkan hingga ketinggian 1,5 – 2 meter dan menggenangi rumah-rumah penduduk. 3. Bahwa pihak pengembang dalam hal ini PT. Kastil Kencana pernah mengajukan permohonan permintaan rekomendasi atau saran teknis dari Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, namun belum memperoleh izin dari Pemerintah Kota Medan sebagaimana Universitas Sumatera Utara yang ditentukan berdasarkan Pasal 12 ayat (2) Perda Dati I Sumatera Utara No. 5 Tahun 1995 tentang Garis sempadan sungai, daerah manfaat sungai, daerah penguasaan sungai, dan bekas sungai di Provinsi Sumatera Utara. Analisis fakta dihubugkan dengan perundang-undangan yang berlaku adalah sebagai berikut: 1. Bahwa kuat dugaan kegiatan yang dilakukan oleh PT. Kastil Kencana sebagaimana disebutkan pada fakta sebelumnya dapat menimbulkan dampak kerusakan lingkungan Daerah Aliran Sungai Deli yang serius, maka sebelum pihak pengembang melakukan kegiatannya perlu dilakukan pengawasan secara intensif dan optimal. 2. Bahwa PT. Kastil Kencana belum memnuhi persyaratan administrasi yang berkaitan dengan ketentuan perizinan. 3. Bahwa penegakan hukum di bidang lingkungan hidup terhadap pelaku perusakan lingkungan hidup harus mengingat azas subsidiaritas. Hukum pidana hendaknya didaya-gunakan apabila sanksi bidang hukum lain seperti sanksi hukum administrasi dan sanksi perdata serta alternatif penyelesaian sengketa lingkungan hidup tidak efektif dan atau tingkat kesalahan pelaku relatif berat, dan atau perbuatan pelaku menimbulkan keresahan di masyarakat. 4. Bahwa selanjutnya pada asas subsidiaritas adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara • Mengandung prinsip precautionary (precautionary principle), dimana pencegahan atau tindakan pencegahan lebih didahulukan atau diutamakan dari penindakan. • Apabila penindakan dilakukan maka harus ditempuh secara bertahap, yakni mulai dari tindakan yang teringan berupa sanksi administratif, lalu dapat juga melalui gugatan perdata. Jika tetap juga tidak diindahkan barulah dapat dilakukan tindakan penyidikan oleh Penyidik Lingkungan Hidup (PPNS-LH), sehingga dalam hal ini berlakulah prinsip bahwa hukum pidana berfungsi ultimum remedium 5. Bahwa penegakan hukum di bidang lingkungan hidup harus berkoordinasi dengan instasi terkait, sehingga perlu diingat dalam upaya koordinasi penanganan terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan hidup ini telah ada kesepakatan antar lima instasi pemerintah terkait yaitu, Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehakiman, Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jaksa Agung, dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) yang disepakati prosedur penanganan kasus pencemaran, perusakan lingkungan hidup antara lain sebagai berikut: a. Laporan dari penderita atau anggota masyarakat tentang telah terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, disampaikan kepada aparat pemerintah daerah yang wajib Universitas Sumatera Utara dengan segera meneruskannya kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada kepolisian yang membawahi wilayah lokasi terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup; b. Bupati/Walikota setelah menerima laporan tersebut segera memberitahukan langkah-langkah dan tindak lanjut kepada kepolisian tentang telah diterimanya laporan; c. Setelah menerima laporan di atas, Bupati/Walikota segera mengumpulkan bahan atau keterangan antara lain tentang: • Kebenaran laporan tersebut. • Tingkat pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. • Sumber pencemaran dan/atau perusakan. • Perkiraan besarnya kerugian. • Adanya hubungan kausalitas antara pelurusan sungai dengan terjadinya perusakan lingkungan, dalam hal ini banjir tersebut merupakan akibat adanya pelurusan sungai dan banjir tersebut merusak lingkungan (rumah dan lahan warga). Dari data-data dan fakta-fakta yang telah dikemukan oleh WALHI-SU diatas, maka kesimpulan akhir dari investigasi kasus dugaan perusakan lingkungan Sungai Deli yang dilakukan oleh PT. Kastil Kencana adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Bahwa PT. Kastil Kencana sudah ada niat dan rencana untuk melakukan kegiatan pelurusan aliran Sungai Deli, namun rencana kegiatan tersebut belum dilaksanakan. Hal ini terbukti dengan adanya permohonan pihak PT. Kastil Kencana kepada instasi terkait untuk mendapatkan izin pelurusan Sungai Deli. 2. Secara ekologis, rencana PT. Kastil Kencana untuk mengalihkan alur Sungai Deli dengan melakukan pelurusan Daerah Aliran Sungai Deli sepanjang 934 meter di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, dengan lebar rata-rata 15 meter berubah menjadi sudetan saluran terbuka penampang ga da sepanjang 635 meter dangan lebar sungai 37 meter yang diperkirakan mampu mengalirkan debit banjir 25 tahunan. Rencana sempadan Sungai Deli sebagai sungai tak bertanggul yang melalui daerah perkotaan dengan kedalaman lebih dari 3 meter, sempadan sungai seharusnya 15 meter. Adanya perubahan panjang dan sempadan Sungai Deli akan menyebabkan penurunan luasan daerah resapan air. Secara ekologis, penurunan luasan daerah resapan air akan menimbulkan dampak sebagai berikut: • Peningkatan debit aliran air larian (run-off). • Menurunkan resapan air (infiltrasi) sehingga akan menurunkan simpanan air tanah saat musim hujan, yang Universitas Sumatera Utara dapat menyebabkan kekeringan di musim kemarau meningkat. • Meningkatkan suhu udara di sekitarnya. 3. Secara yuridis, berdasarkan hukum positif (Ius Constitutum) dapat disimpulkan sebagai berikut: • Bahwa rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh PT. Kastil Kencana bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun pihak pengembang belum melakukan operasional kegiatan pengorekan untuk pelurusan DAS Deli dan masih pada tahap pembebasan lahan masyarakat untuk rencana pelurusan DAS Deli. • Bahwa mengingat kegiatan pelurusan DAS Deli oleh PT. Kastil Kencana masih dalam tahap perencanaan, maka perlu pengawasan instasi teknis terkait secara rutin dan optimal. 4. Bahwa PT. Kastil Kencana belum dapat dikenakan sanksi hukum lingkungan karena pihak pengembang belum melakukan suatu perbuatan melawan hukum dan masih dalam tahap perencanaan. Universitas Sumatera Utara 4. Kampanye Menanggapi hal diatas, dilakukan kampanye secara luas kepada masyarakat.Data yang didapat dari hasil investigasi tadi menjadi referensi pokok yang dilakukan oleh WALHI-SU untuk diberitahukan secara luas dan menyeluruh. Membuat masyarakat menjadi lebih tahu tentang permasalahan melalui media dan seyogyanya akan menambah wacana yang mengundang perhatian dan apresiasi dari masyarakat. Hasil investigasi merupakan hasil pengusutan yang terencana dan sistematis dan diteliti secara mendetail yang kemudian menjadi sebuah pengetahuan baru (New Knowledge) yang disebarkan melalui berbagai media termasuk melalui kampanye. Seperti : • Workshop dan seminar nasional tentang dampak perusakan lingkungan Daerah Aliran Sungai. • Aksi dengan menggunakan massa untuk memberi preassure kepada para pelaku kebijakan. Aksi yang pernah dilakukan oleh WALHI-SU beserta masyarakat sekitar SungaiDeli salah satunya gotong royong membersihkan sungai, menanam pohon dii pinggir Sungai Deli, 39ada jugaworkshop dan seminar yang diadakan oleh WALHI-SU adalah Dukungan Kerjasama Workshop Advokasi Kasus Sei Deli. Tim Advokasi Kasus ini terdiri dari beberapa gabungan LSM, seperti BAKUMSU, KONTRAS, WALHI, dan lain-lain. 39 Wawancara dengan Bapak Job R Purba selaku Direktur Eksekutif WALHI-SU tahun 2007-2010 di Sekretariat WALHI-SU Jalan Sembada VII Medan pada tanggal 16 April 2015 pukul 14.20 WIB Universitas Sumatera Utara Workshop dan seminar ini diadakan pada tanggal 13 Maret 2007 bertempat di Hotel Sahid medan. Narasumber pada acara tersebut adalah Kepala Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, Kepala Bapedalda Sumatera Utara, Walikota Medan dan juga dari WALHI-SU sendiri. Tujuan diadakannya workshop dan seminar ini adalah sebagai berikut: 1. Memfasilitasi pertemuan para pihak yang berkompeten untuk membahas, mencari akar persoalan, dan arah penyelesaian kasus Sungai Deli. 2. Merumuskan langkah awal dalam rangka mendorong para pihak yang terlibat antara lain legislatif, pemerintah terkait, rakyat dan Non-Government Organization(NGO) yang berkonsentrasi terhadap penyelesaian kasus Sungai Deli. 3. Teridentifikasinya permasalahan mendasar terkait pengelolaan DAS Deli. 4. Adanya pemahaman bersama para pihak dalam rangka pelestarian Sungai Deli yang pro rakyat dan juga lingkungan hidup. 5. Critical Mass Proses panjang gerakan lingkungan hidup yang dibangun selama ini melalui mekanismelobby, keterbukaan dan berpikir positif untuk membangun gerakan bersama, ternyata terbukti tidak efektif, justru Universitas Sumatera Utara semakin memperlemah gerakan penyelamatan lingkungan hidup dalam arti luas. Untuk itu, membangun critical mass sebagai wujud dari perjuangan lingkungan hidup yang sejati yang berfungsi untuk menahan dan melawan laju ketidakadilan lingkungan yang bermuara pada bencana alam (pencemaran air) adalah penting dan mendesak untuk dilakukan. Di dalam kamus bahasa Inggris, critical berarti kritis, dan mass diartikan sebagai massa (banyak sekali). Critical Mass dapat diartikan sebagai kelompok warga negara yang mampu untuk mengentaskan negara dari keterpurukan menuju kebangkitan dan kemajuan bangsa. Dalam hal ini, WALHI-SU telah menjelma sebagai wadah bagi para aktivis lingkungan hidup maupun masyarakat yang peduli terhadap lingkungan untuk saling bergabung menyatukan visi dan misi untuk masa depan lingkungan yang lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan aksi-aksi WALHI-SU dalam misi penyelamatan DAS Deli. WALHI-SU melakukan investigasi kasus dugaan perusakan DAS Deli, bekerjasama dengan media massa, melakukan workshop dan seminar, hingga menempuh jalur hukum. Hal ini sematamata dilakukan agar tidak terciptanya pembangunan yang semena-mena yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang tidak bertanggung jawab di DAS Deli. Dengan adanya Critical Mass ini, WALHI-SU berharap agar Pemerintah lebih peduli dan dapat secepatnya menyelesaikan Universitas Sumatera Utara permasalahan DAS Deli tersebut. Mereka mendesak Pemerintah agar menjalankan Undang-Undang dengan seadil-adilnya. 6. Legal Standing Setiap kegiatan di masyarakat yang sekiranya dapat menggangu kestabilan bahkan merugikan lingkungan dapat ditindak lanjuti melalui jalur hukum. WALHI dan masyarakat luas dapat menindaklanjuti kasus perusakan daerah aliran sungai melalui jalur hukum sehingga dapat diproses sesuai aturan hukum yang berlaku. Pada tanggal 12 Maret 2007, WALHI-SU bersama dengan KontrasSU, GM3B (Gerakan Masyarakat Medan Maimun) dan beberapa lembaga non pemerintah lainnya mengajukan laporan dugaan tindak pidana perusakan lingkungan yang dilakukan oleh PT Kusuma Wijaya, PT Elfinki, dan perusahaan SPBU Pertamina yang berada di jalan Brigjen Katamso, Medan. Adapun alasan-alasan mengajukan pengaduan atau pelaporan dugaan tindak pidana tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bahwa WALHI-SU adalah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam bidang lingkungan dengan salah satu tujuannya adalah mendorong penegakan hukum yang adil dan berpihak pada lingkungan hidup dan juga pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan melalui peningkatan pengetahuan dan kesadaran Universitas Sumatera Utara aparat penegak hukum dalam pengelolaan lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. 2. Bahwa GM3B adalah organisasi masyarakat yang terdiri dari warga masyarakat sekitar bantaran sungai deli yang mengalami kerugian yang disebabkan akibat aktifitas yang terjadi di bantaran Sungai Deli yang dilakukan oleh PT. Wijaya Kusuma, PT. Elfinky, dan Perusahaan SPBU Pertamina. 3. Bahwa KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Tidak Kekerasan) Sumatera Utara adalah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam bidang Hak Asasi Manusia (HAM) dan berdomisili di bantaran Sungai Deli merupakan pendamping dari masyarakat yang tergabung dalam GM3B telah menduga adanya tindak pelanggaran HAM EKOSOB (Ekonomi, Sosial, dan Budaya). 4. Bahwa dalam Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa “Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan atau melaporkan ke penegak hukum mengenai berbagai masalah lingkungan hidup yang merugikan perikehidupan masyarakat. 5. Bahwa dengan adanya aktifitas (proyek) tersebut membuat ketidaknyamanan masyarakat karena adanya penimbunan, Universitas Sumatera Utara penyempitan sungai, penembokan dan penggusuran. Penggantian harga tanah sangat murah karena dengan cara intimidasi. Dan yang terparah adalah sering terjadinya banjir. Fakta-fakta yang didapat di lapangan adalah sebagai berikut: 1. Bahwa Terlapor I adalah PT. Eka Kusuma Wijaya dengan pemilik bernama Wijaya Kusuma beralamat di jalan Bandung nomor 90C Medan. Dugaan perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh Terlapor I adalah sebagai berikut: • Menyebabkan pemukiman masyarakat seperti dalam bejana (teluk), sebab tanah timbunan yang terletak di bibir Sungai Deli telah rata dengan jalan Jalan Brigjen Katamso sebelah barat dan Bandara Polonia sebelah timur. • Tidak membangun saluran pembuangan air (riol) yang memadai dari penimbunan yang mereka lakukan, sehingga pada saat musim penghujan air yang seharusnya mengalir ke Sungai Deli mengalir ke pemukiman masyarakat. • Melakukan penembokan pada tanah yang telah dibebaskan, sehingga menimbulkan tidak lancarnya air mengalir ke sungai. Universitas Sumatera Utara • Penyempitan sungai bebatuan di Gang Al- Fajar dan Gang Bidan yang menyebabkan arus air tidak lancar sehingga ketika hujan akan menyebabkan banjir. • Menyebabkan terhimpitnya seuah masjid karena penembokan di Gang Pelita II. • Pembuatan jembatan penghubung (terowongan) menyebabkan rasa tidak aman bagi warga masyarakat yang melintas. 2. Bahwa Terlapor II adalah PT. Alfinky Binamitra Sejahtera. Dugaan perbuatan melanggar hukum yang dilakukan adalah: • Membangun komplek perumahan Multatuli Indah dengan melakukan pelurusan dan perusakan DAS Deli. 3. Bahwa Terlapor III adalah Perusahaan SPBU Pertamina dengan penanggung jawab Uyun Irwansyah Nasution, berkedudukan di Kelurahan Sei Mati, Medan Maimun. Dugaan perbuatan melanggar hukum yang dilakukan adalah sebagai berikut: • Melakukan penembokan dan penimbunan di bibir sungai. • Membangun SPBU di daerah bantaran sungai merupakan hal yang tidak sesuai peruntukannya. Universitas Sumatera Utara WALHI-SU menganggap perbuatan para Terlapor yang telah melakukan aktifitas sebagai bagian dari pelurusan Sungai Deli mengakibatkan kerusakan lingkungan bertentangan dengan: 1. Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup, bahwa “Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan.” 2. Pasal 25 PP Nomor 35 Tahun 1995 tentang sungai, bahwa “Dilarang mengubah aliran sungai kecuali dengan izin pejabat yang berwenang.” 3. KUHP Pasal 87, yaitu “Barangsiapa dengan sengaja menimbulkan kebakaran, ledakan, atau banjir diancam: a. Dengan pidana penjara paling lama 12 tahun, jik karena perbuatan tersebut diatas timbul bahaya umum bagi barang. b. Dengan pidana penjara paling lama 15 tahun, jika karena perbuatan tersebut diatas timbul bahaya bagi nyawa orang lain. c. Dengan pidana penjara paling lama 20 tahun, jika karena perbuatan tersebut diatas timbul bahaya bagi nyawa orang lain dan mengakibatkan kematian. Universitas Sumatera Utara Namun pada akhirnya seluruh gugatan yang dilakukan oleh WALHI-SU dan gabungan dari lembaga non pemerintah lainnya harus berbesar hati karena kalah di tingkat pengadilan. Universitas Sumatera Utara BAB IV KESIMPULAN A. Kesimpulan Pembangunan merupakan satu proses merealisasikan potensi, membina keyakinan serta membawa kehidupan ke arah yang membebaskan manusia dari rasa takut untuk meminta dan dieksploitasi serta merupakan pergerakan yang menjauhkan dari penindasan politik, ekonomi, dan juga sosial. Tidak jarang pula pembangunan yang pada awalnya diharapkan membawa dampak baik, kesejahteraan, kemakmuran bagi masyarakat malah membawa dampak yang buruk. Di saat pemerintah tidak dapat mengambil tindakan dan memberikan batas yang jelas dalam membatasi pembangunan, maka muncullah lembaga-lembaga independen di luar pemerintah yang menyoroti kasus-kasus tersebut Wahana Lingkungan Hidup wilayah Sumatera Utara (WALHI-SU) merupakan Lenbaga Swadaya Mayarakat (LSM) yang menjadi salah satu pressure group yang mengawasi pembangunan di kawasan DAS di Sumatera Utara. WALHI-SU menjadikan DAS salah satu isu penting saat ini dimana menurut WALHI-SU realitas pembangunan DAS khusunya di Sumatera Utara masih menerapkan manajemen berbasis modal atau kapital, dan menurut mereka pemerintah atau negara belum mampu menerapkan manajemen pengelolaan DAS yang mampu menjawab secara utuh aspek ekologis, ekonomis, dan juga sosial yang komprehensif Universitas Sumatera Utara Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumatera Utara atau WALHI-SU didirikan pada tanggal 15 Oktober 1980.Peranan WALHI terhadap lingkungan hidup di Indonesia cukup besar, dan salah satu yang menjadi perhatian khusus dari WALHI-SU adalah pembangunan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Sumatera Utara.DAS Deli yang diapit oleh DAS Percut dan DAS Belawan sejatinya terdiri dari tujuh gugus sungai yaitu Sungai Petani, Simai-mai, Deli, Babura, Bekala, Sei Kambing dan Paluh Besar. Jika diperhatikan, air sungai di hulu Sungai Petani berwarna keruh, sementara di kawasan Namorambe dan Sibolangit, airnya jauh lebih jernih. Seiring dengan lajunya sektor perekonomian, Kota Medan sangat giat menata diri menjadi sebuah kota metropolitan. Seringkali kegiatan pembangunan dilakukan tanpa studi kelayakan sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Berbagai usaha untuk mencegah kerusakan lingkungan telah ditempuh oleh berbagai elemen masyarakat maupun para pakar, namun pada banyak kasus tidak membuahkan hasil, bagaikan pepatah, “Anjing Menggonggong, Kafilah Berlalu”.Isu yang paling baru adalah rencana pelurusan aliran Sungai Deli yang kontroversial. Universitas Sumatera Utara Terdapat juga beberapa pelanggaran- pelanggaran manusia menyebabkan permasalahan serta dapat yang dilakukan merusak sungai Deli.Pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan antara lain: Mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan didalam atau melintas sungai hanyadapat dilakukan setelah memperoleh izin dari pejabatyang berwenang( Pasal 26 UU No.23 Thn 1997) 4. Adanya pelanggaran terhadap garis sepadan sungai yang tidakbertanggul dalam kawasan perkotaan berdasarkan pada criteria: d. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter, garis sepadan ditetapkan 10 meter dihitung dari tepi sungai. e. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3-20 meter, garis sepadan ditetapkan 15 meter dihitung dari tepi sungai. f. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 meter, garis sepadan sungai ditetapkan 30 meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. 5. Daerah sepadan Sungai dilarang 7. Membuang sampah, limbah padat atau cair. 8. Mendirikan pembangunan semi permanen,permanen untuk hunian dan tempat usaha. 9. Menanam tanaman keras dan tanaman yang mengganggu bantaran atau daerah sepadan. Universitas Sumatera Utara Sedangkan dampak kerugian lingkungan yang diterima Air Sungai, yaitu : Tempat tinggal masyarakat disekitar sungai deli saat ini kumuh, padat dan tanpa sanitasi yang baik sehingga menunjukkan padatnya pemukinan dengan luas 1,50 KM dikelurahan Sungai Mati dan Kampung Baru terdapat penduduk mencapai 27.293 jiwa. Dan kekumuhan serta situasi perekonomian dan pendidikan masyarakat yang rendah kemudian letak geografis yang strategis, dipusat kota dan bersebelahan dengan ex bandara Polonia yang akan dijadikan Central Bussines Districk sehingga sungai deli di areal polonia, Sungai Mati dan Kampung Baru menjadi perumahan dan Departement Store. Akibat pengerukan sungai menyebabkan kerugian bagi masyarakat di sekitar Sungai Deli sehingga terjadi banjir dan rusaknya perabotan rumah tangga, aktivitas ekonomi masyarakat sungai deli mengalami kehancuran.Akibat pelurusan sungai tersebut 60% masyarakat di sekitar akan mengalami banjir kiriman maupun ketika hujan terjadi di kota Medan. Dampak yang lain yaitu terganggunya kemampuan orang tua untuk memberikan pendidikan dan kesehatan yang baik bagi anak-anak. Sehingga tidak jarang ditemukan anak-anak yang putus sekolah dan memiliki kesehatan yang rendah. Hal ini juga mengakibatkan banjir bagi pemukiman penduduk dan fasilitas umum.Daerah Aliran Sungai Deli yang keadaaanya semakin mengkhawatirkan diakibatkan oleh pembangunan dan pencemaran membuat Universitas Sumatera Utara banyak pihak menjadi prihatin. Salah satu organisasi yang secara terang-terangan melakukan upaya pemulihan DAS Deli di kota Medan adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) WALHI-SU. Oleh karenanya WALHI-SU hadir menjadi salah satu kelompok penekan bagi pemerintah dan melakukan upaya-upaya nyata agar Pemerintah segera menyelesaikan kasus DAS Deli secepatnya.WALHI-SU mengemban misi sebagai wahana perjuangan penegakan kedaulatan rakyat dan demokrasi untuk pemenuhan keadilan, pemerataan sosial, pengawasan rakyat atas kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat, serta penyelenggaraan pemerintahan yang adil dan demokratis. Untuk mewujudkan misi tersebut Walhi memainkan peran: Pertama, menggalang sinergi kekuatan antar organisasi non-pemerintah dan organisasi rakyat yang berorientasi pada nilai-nilai : (1) demokrasi, (2) keadilan antargenerasi, (3) keadilan gender, (4) Penghormatan terhadap makhluk hidup (5) persamaan hak masyarakat adat, (6) solidaritas, (7) anti kekerasan, (8) keterbukaan, (9) keswadayaan dan (10) profesionalisme. Kedua, mendorong proses transformasi sosial dengan cara: (1) mengembangkan potensi kekuatan dan ketahanan rakyat, (2) mengembalikan mandat negara untuk menegakkan dan melindungi kedaulatan rakyat, (3) mendekonstrusikan tatanan ekonomi kapitalistik global yang menindas dan eksploitatif, (4) membangun alternatif tata ekonomi dunia baru, serta (5) Universitas Sumatera Utara mendesakkan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat yang adil dan berkelanjutan. Ketiga, memfasilitasi komunikasi dan informasi antarorganisasi nonpemerintah dan antar sesama kelompok masyarakat dan individu dalam melakukan advokasi lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat. B. SARAN Kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup dalam upaya dan peroses pengambilan keputusan dalam pengembangan harus melalui kemitraan dengan para pelaku pengelolaan lingkungan hidup, yang dapat disalurkan melalui orang perseorangan, pemerintah, badan usaha, organisasi lingkungan hidup, seperti lembaga swadaya masyarakat, kelompok masyarakat adat, organisasi profesi keilmuan dan lain-lain. Dalam hal ini penulis memberi masukan kepada pemerintah agar mau bekerja sama dalam pelestarian lingkungan dan dapat memikirkan kepentingan masyarakat dari pada oknum–oknum yang hanya memikirkan keuntungan pribadi. Selain itu penulis juga memberimasukan agar WALHI -SU secara internal dapat mengelola permasalahan-permasalahan interen sehingga tidak mempengaruhi kinerja lembaga. Antara lain menyangkut masalah penyelenggaraan manajemen, pola hubungan antar individu di dalam organisasi dan di luar organisasi, kerjasama tim dan strategi pelaksanaan program. Dan dalam peranannya mempengaruhi kebijakan pemerintah, sebagai Universitas Sumatera Utara organisasi yang paling peduli terhadap lingkungan, penulis mengharapkan agar WALHI lebih agresif dan jangan pernah mundur sebelum permasalahan menemukan jalan keluarnya, agar lebih tegas menyikapi kebijakan- kebijakan pemerintah yang sering kali tidak memperdulikan dampak yang diterima lingkungan itu sendiri. Dan apabila upaya soft powertidak mendapat responpositif dari pemerintah, maka jangan segan-segan melakukan legal standing ke pengadilan. Selain itu agar lebih menggalakkan kegiatan-kegiatan kampanye dan workshop ke kampus atau ke sekolah-sekolah agar generasi muda dapat menyadari pentingnnya menjaga dan melestarikan lingkungan sejak usia dini. Universitas Sumatera Utara