bagian vi: informasi asimetris s

advertisement
BAGIAN VI: INFORMASI ASIMETRISS
DOSEN
FERRY PRASETYIA, SE
E., MAppEc
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
i
Daftar Isi
Daftar Isi ............................................................................................................... i
6.1
Pendahuluan............................................................................................. 1
6.2
Hidden Knowledge and Hidden Actions .................................................... 2
6.2.1
Hidden Knowledge ............................................................................. 2
6.2.1
Hidden Action .................................................................................... 3
6.3
Actions or Knowledge? ............................................................................. 3
6.4
Market Unravelling .................................................................................... 4
6.4.1
6.5
Intervensi Pemerintah ........................................................................ 5
Screening ................................................................................................. 6
6.5.1
Keseimbangan Informasi yang Sempurna ......................................... 7
6.5.2
Keseimbangan Informasi yang Tidak Sempurna ................................ 8
6.5.3
Intervensi Pemerintah ........................................................................ 9
6.6
Signalling .................................................................................................. 9
6.6.1
Pengsinyalan Pendidikan ................................................................. 11
6.6.2
Implikasi-implikasi ............................................................................ 12
6.7
Moral Hazard (Hidden Action) ................................................................. 13
6.7.1
Moral Hazard pada Asuransi............................................................ 13
6.7.2
Upaya yang dapat diamati ............................................................... 14
6.7.3
Upaya yang tidak dapat diamati ....................................................... 15
6.7.4
Kontrak Terbaik Kedua .................................................................... 16
6.7.5
Intervensi Pemerintah ...................................................................... 17
6.8
Penyediaan Publik untuk Perawatan Kesehatan ..................................... 18
6.9
Evidence ................................................................................................. 19
6.10
Kesimpulan ............................................................................................. 20
6.11
Studi Kasus ............................................................................................ 20
6.12
Pertanyaan ............................................................................................. 23
6.12.1
Pilihan Ganda .................................................................................. 23
6.12.2
Jawaban Singkat ............................................................................. 24
6.13
Kata Kunci .............................................................................................. 24
Daftar Pustaka................................................................................................... 25
Bab 6
Informasi Asimetris
6.1
Pendahuluan
Fitur utama dari dunia nyata adalah informasi asimetris. Dalam bidang
ekonomi, asimetri informasi terjadi jika salah satu pihak dari suatu transaksi
memiliki informasi lebih banyak atau lebih baik dibandingkan pihak lainnya.
Umumnya pihak penjual yang memiliki informasi lebih banyak tentang produk
dibandingkan pembeli, meski kondisi sebaliknya mungkin juga terjadi.
Adverse selection merupakan bentuk kegagalan pasar yang terjadi akibat
informasi yang asimetris. Adverse selection penting di bidang ekonomi karena
sering menghilangkan kemungkinan pertukaran yang akan menguntungkan baik
konsumen maupun penjual. Adverse Selection muncul apabila produk dengan
kualitas yang berbeda-beda dijual dengan satu harga karena pembeli atau
penjual tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk menentukan kualitas
yang sebenarnya pada saat membeli. Akibatnya, terlalu banyak produk yang
berkualitas rendah dan terlalu sedikit produk yang berkualitas tinggi dijual dipasar
atau dengan kata lain barang-barang berkualitas rendah menggeser barangbarang yang berkualitas tinggi. Ada bebarapa kemungkinan cara yang mudah
untuk menyelesaikan masalah informasi asimetri: membiarkan semua orang
mengatakan apa yang dia tahu. Proses di mana individu mengungkapkan
informasi tentang diri mereka sendiri melalui pilihan yang mereka buat disebut
self selection (seleksi diri).
Satu pelajaran mendasar dari ketidaksempurnaan informasi adalah
tindakan dalam menyampaikan informasi. Setelah mengakui bahwa tindakan
menyampaikan informasi, terdapat dua hasil penting yang mengikuti. Pertama,
ketika membuat keputusan, individu tidak hanya akan berpikir tentang apa yang
mereka lebih suka, tetapi mereka juga akan berpikir tentang bagaimana pilihan
mereka akan mempengaruhi keyakinan orang lain tentang mereka. Contohnya,
saya bisa memilih lagi sekolah bukan karena saya menghargai apa yang yang
diajarkan, tetapi karena mengubah keyakinan orang lain tentang kemampuan
saya. Kedua, dimungkinkan untuk merancang pilihan-pilihan yang akan
mendorong mereka dengan karakteristik yang berbeda untuk secara efektif
mengungkapkan karakteristik mereka melalui pilihan mereka.
1
Dalam kasus di mana perusahaan asuransi mengambil inisiatif, self
selection adalah perangkat screening utama. Dalam hal dimana tertanggung
(yang menggunakan jasa asuransi), atau karyawan, mengambil inisiatif untuk
mengidentifikasi dirinya sebagai jenis yang lebih baik, maka biasanya dianggap
sebagai perangkat signalling. Jadi perbedaan antara screening dan signalling
terletak pada apakah sisi berinformasi atau sisi kurang informasi di pasar yang
bergerak pertama.
Fakta
mengatakan
bahwa
tindakan
menyampaikan
informasi
mempengaruhi kesetimbangan hasil dengan cara yang mendalam. Dua bentuk
kesetimbangan yang mungkin yaitu : penyatuan kesetimbangan (pooling
equilibria) di mana pasar tidak dapat membedakan antar jenis, dan pemisahan
kesetimbangan (separating equilibria) di mana jenis yang berbeda dipisahkan
dengan mengambil tindakan yang berbeda. Di sisi lain, dalam kondisi yang
masuk akal, kesetimbangan mungkin tidak ada (khususnya jika biaya pemisahan
terlalu besar).
Bab ini akan membahas konsekuensi dari informasi asimetris dalam
sejumlah situasi pasar yang berbeda. Ini akan menggambarkan inefisiensi yang
muncul dan membahas kemungkinan intervensi pemerintah untuk mengatasinya.
Ditafsirkan dengan cara ini, informasi asimetris adalah salah satu alasan klasik
untuk kegagalan pasar dan akan mencegah mitra dagang dari menyadari semua
keuntungan perdagangan. Selain informasi asimetris antara pihak perdagangan,
juga dapat timbul antara pemerintah dan konsumen dan perusahaan dalam
perekonomian.
6.2
Hidden Knowledge and Hidden Actions
Ada dua bentuk dasar informasi asimetris yang dapat dibedakan. Hidden
Knowledge mengacu pada situasi di mana satu pihak memiliki informasi lebih
lanjut dari pihak lain pada kualitas (atau "tipe") dari barang yang diperdagangkan
atau kontrak variabel. Hidden Action adalah ketika salah satu pihak dapat
mempengaruhi "kualitas" dari barang yang diperdagangkan atau kontrak variabel
dengan beberapa tindakan dan tindakan ini tidak dapat diamati oleh pihak lain.
6.2.1
Hidden Knowledge
Hidden knowledge adalah keadaan dimana salah satu pihak lebih
mengetahui tentang kualitas atau kontrak terhadap barang atau jasa yang
diperdagangkan dibandingkan dengan pihak lain sebagai mitranya. Sebagai
contoh hidden knowledge adalah seorang pekerja atau karyawan lebih
2
mengetahui tingkat kemampuan mereka dibandingkan perusahaan, seorang
produsen lebih mengetahui kualitas barang yang diproduksinya dibandingkan
dengan konsumen, dan lain-lain. Hidden knowledge ini akan menimbulkan
masalah seleksi yang merugikan (adverse selection). Misalnya sebuah
perusahaan mengetahui bahwa terdapat produktivitas pekerja yang tinggi dan
produktivitas pekerja yang rendah dan perusahaan menawarkan upah yang
tinggi dengan maksud agar para pekerja menjadi pekerja yang berproduktivitas
tinggi. Secara alamiah, ini akan menarik minat pekerja yang produktivitasnya
rendah untuk meningkatkan produktivitasnya, sehingga perusahaan akan
mengkombinasikan kedua jenis produktivitas pekerja. Jika upah berada di atas
rata-rata produktivitas, perusahaan akan mengalami kerugian dan dipaksa untuk
menurunkan upah. Hal ini akan mengakibatkan pekerja yang produktivitasnya
tinggi keluar dari perusahaan dan rata-rata produktivitas pekerja turun.
Akibatnya, upah harus diturunkan lagi. Kemungkinan, perusahaan hanya akan
dioperasikan oleh pekerja yang produktivitasnya rendah saja. Masalah adverse
selection adalah bahwa upah yang tinggi menarik pekerja yang diinginkan oleh
perusahaan (pekerja dengan produktivitas tinggi) dan yang sebagian lain tidak
(pekerja dengan produktivitas rendah).
6.2.1
Hidden Action
Hidden Action adalah tindakan dimana salah satu pihak mampu
mempengaruhi kualitas serta kontrak terhadap barang atau jasa yang
diperdagangkan dimana pihak lain tidak mengetahui tindakan tersebut.
Contohnya adalah seorang pasien akan berusaha melakukan beberapa tes
kesehatan dan prosedur pengobatan untuk memastikan bahwa dokter tidak
melakukan malpraktek, pengusaha ingin tahu seberapa keras pekerjanya
bekerja, dan sebagainya. Dari hidden action muncul masalah moral hazard. Hal
ini mengacu pada inefisiensi yang timbul karena kesulitan dalam merancang
skema insentif yang memastikan tindakan tepat yang harus diambil. Misalnya,
premi asuransi yang dibebankan kepada suatu perusahaan asuransi harus
memperhitungkan bahwa pihak yang dipertanggungkan akan melakukan hal
yang ceroboh.
6.3
Actions or Knowledge?
Meskipun definisi yang diberikan di atas membuat moral hazard dan
adverse selection tampaknya cukup berbeda, dalam prakteknya mungkin cukup
3
sulit untuk menentukan mana yang sedang terjadi. Contoh berikut, Milgrom dan
Roberts akan menggambarkan titik ini.
Sebuah cerita radio di musim panas tahun 1990 melaporkan sebuah studi
pada merek dan model mobil yang diamati melalui persimpangan di Washington,
DC area tanpa berhenti di tanda berhenti. Menurut cerita, Volvo yang sangat
terwakili: fraksi Volvo yang tanpa berhenti di tanda berhenti jauh lebih besar dari
fraksi Volvo dalam total populasi mobil di daerah DC. Ini awalnya mengejutkan
karena Volvo telah membangun reputasi sebagai mobil yang aman. Selain itu,
Volvo sebagian besar dibeli oleh pasangan kelas menengah yang sudah anak.
Bagaimana kemudian pengamatan ini dijelaskan?
Salah satu kemungkinan adalah bahwa orang mengendarai Volvo merasa
sangat aman. Dengan demikian mereka bersedia mengambil risiko yang mereka
tidak akan ambil di tempat lain. Ini berarti bahwa mengendarai Volvo mengarah
pada kecenderungan untuk tetap melaju meskipun ada tanda berhenti. Ini pada
dasarnya adalah penjelasan moral hazard: mobil adalah bentuk asuransi, dan
memiliki asuransi mengubah perilaku dalam cara yang rasional secara pribadi
tetapi secara sosial tidak diinginkan.
Kemungkinan kedua adalah bahwa orang yang membeli Volvo tahu bahwa
mereka pengendara yang buruk, misalnya, akan lebih memperhatikan anak-anak
mereka di kursi belakang daripada tanda berhenti. Keamanan yang dijanjikan
Volvo ini kemudian sangat menarik bagi orang yang memiliki informasi pribadi
tentang mengemudi mereka, dan sehingga mereka membeli mobil aman ini
dalam jumlah yang tidak proporsional besar. Oleh karena itu, kecenderungan
untuk tanda berhenti berjalan mengarah ke pembelian Volvo. Ini pada dasarnya
adalah cerita self selection: pembeli Volvo diinformasikan secara pribadi tentang
kebiasaan mereka mengemudi dan kemampuan dan memilih mobil yang sesuai.
Hal ini juga biasanya sulit untuk mengurai masalah moral hazard dari
masalah adverse selection dalam program anti kemiskinan karena sulit untuk
memutuskan apakah kemiskinan karena kurangnya keterampilan produktivitas
(adverse selection) atau lebih tepatnya kurangnya upaya dari orang miskin
sendiri yang tahu bahwa mereka akan tetap mendapatkan kesejahteraan
bantuan (moral hazard).
6.4
Market Unravelling
Informasi asimetris dapat menyebabkan kerugian di perdagangan sebagai
akibat menjadi pihak yang kurang informasi untuk menyadari bahwa mereka
4
kurang
diinginkan
oleh
mitra
potensialnya.
Kemungkinan
ini
sekarang
dieksplorasi lebih formal dalam suatu model dari pasar asuransi di mana tiap-tiap
individu berbeda dalam kemungkinan kecelakaan mereka. Kesimpulan dasar
muncul bahwa dalam kesetimbangan, beberapa konsumen tidak membeli
asuransi meskipun mereka bisa menjual keuntungan kepada perusahaan
asuransi jika kemungkinan kecelakaan pada mereka diamati.
Premi asuransi didasarkan pada tingkat harapan risiko antara mereka yang
menerima tawaran asuransi. Kompetisi memastikan bahwa keuntungan adalah
nol dalam kesetimbangan. Selain itu, jika ada kontrak asuransi baru yang dapat
ditawarkan dimana akan membuat laba positif yang diberikan kontrak sudah
tersedia, maka salah satu perusahaan akan memilih untuk menawarkannya.
Ketika premi tunggal ditawarkan kepada semua konsumen, konsumen
berisiko tinggi memaksa premi naik dan mendorong keluar risiko rendah dari
pasar. Ini adalah contoh sederhana mekanisme adverse selection dimana jenis
buruk selalu mendapatkan keuntungan dengan memasuki pasar dengan
mengorbankan kebaikan. Tanpa intervensi di pasar, adverse selection akan
selalu mengarah pada tidak efisien keseimbangan.
6.4.1
Intervensi Pemerintah
Terdapat cara yang sederhana untuk pemerintah agar dapat menghindari
proses adverse selection yaitu dengan memaksa para konsumen untuk membeli
asuransi.
Dengan
kebijakan
ini
konsumen
dengan
risiko
tinggi
akan
mendapatkan keuntungan dari premi yang lebih rendah. Pengenaan asuransi
wajib mungkin terlihat sebagai kebijakan yang sangat kuat karena konsumen
dipaksa untuk melakukan asuransi. Kebanyakan pasar asuransi menggunakan
kebijakan tersebut, seperti asuransi mobil atupun asuransi keselamatan pekerja
atau karyawan. Ada lagi peran intervensi pemerintah, yaitu membatasi
kemungkinan terjadinya kerusakan yang merata terhadap semua konsumen.
Jika perusahaan asuransi pesimis dan berharap bahwa hanya konsumen
yang berisiko tinggi yang akan mengambil asuransi, mereka akan menetapkan
premi yang tinggi. Mengingat premi yang tinggi, hanya konsumen berisiko tinggi
yang akan memilih untuk menerima kebijakan tersebut. Ini jelas merupakan hasil
yang buruk bagi ekonomi karena ada juga kesetimbangan dengan premi yang
lebih rendah dan perlindungan asuransi yang lebih luas.
Bila ada keseimbangan ganda, salah satu dengan premi terendah adalah
pareto yang diinginkan, hal ini akan memberikan asuransi kepada konsumen
5
yang lebih banyak dan dengan harga yang lebih rendah. Akibatnya, jika salah
satu kesetimbangan yang lain tercapai, ada manfaat potensial dari intervensi
pemerintah. Kebijakan yang harus diadopsi pemerintah adalah: ia dapat
menyebabkan keseimbangan terbaik (yang dengan premi terendah) dengan
menerapkan batas pada premi yang dapat dibebankan. Tidak ada perusahaan
asuransi yang dapat membuat keuntungan pada tingkat harga ini dan semua
tawaran asuransi akan ditarik. Kebijakan ini kemudian akan memperburuk hasil.
Jika diatur terlalu tinggi, salah satu kesetimbangan yang lain mungkin akan
terbentuk.
Analisis pasar asuransi ini telah menunjukkan bagaimana informasi
asimetris dapat mengakibatkan penguraian pasar dimana kualitas buruk
menggeser kualitas baik di pasar. Selain itu, informasi asimetris dapat
menyebabkan kesetimbangan ganda. Kebijakan asuransi wajib sangat mudah
untuk diterapkan dan memerlukan sedikit informasi dari pihak pemerintah. Satusatunya kelemahan adalah bahwa ia tidak menguntungkan semua konsumen
karena konsumen dengan risiko yang sangat rendah dipaksa untuk membeli
asuransi. Sebaliknya kebijakan premi maksimum membutuhkan informasi yang
cukup besar dan memiliki potensi kegagalan yang signifikan.
6.5
Screening
Jika perusahaan asuransi dihadapkan pada konsumen yang memiliki
probabilitas kecelakaan berbeda, maka akan menguntungkan mereka jika
mereka dapat menemukan beberapa mekanisme untuk membedakan antara
risiko
tinggi
dan
risiko
rendah.
Dengan
adanya
mekanisme
tersebut,
memungkinkan perusahaan asuransi untuk memberikan kebijakan asuransi
untuk setiap jenis resiko dan untuk menghindari penyatuan risiko yang dapat
menyebabkan penguraian pasar.
Mekanisme yang dapat digunakan oleh perusahaan asuransi adalah untuk
menawarkan kontrak yang dirancang berbeda sehingga setiap jenis risiko
memilih sendiri kontrak yang telah dirancang untuk itu. Dengan memilih sendiri
dimaksudkan bahwa konsumen menemukannya dalam kepentingan mereka
sendiri untuk memilih kontrak yang ditujukan pada mereka. Keseimbangan di
mana berbagai jenis risiko membeli kontrak yang berbeda ini disebut
kesetimbangan terpisah (separating equilibrium). Hal ini harus sejalan dengan
penyatuan keseimbangan (pooling equilibrium) di mana semua konsumen
membeli kontrak asuransi yang sama.
6
Dalam pasar tenaga kerja, screening digunakan ketika baik karyawan
maupun perusahaan tidak mengetahui kemampuan yang sebenarnya dari
karyawan itu sendiri. Screening sebaiknya dilakukan sebelum kontrak dengan
karyawan (baik itu melalui beberapa tes atau proses sertifikasi lainnya) atau
setelah kontrak dengan mengamati kinerja karyawan secara berkala. Hal ini
bertujuan untuk menentukan keahlian karyawan yang potensial dan untuk
menempatkan karyawan pada pekerjaan yang tepat sesuai keahliannya.
Screening dapat menguntungkan bagi perusahaan dan juga dapat
bermanfaat bagi karyawan. Karyawan juga dapat membayar untuk screening,
salah satu carnya yaitu perusahaan yang mengharuskan karyawan memiliki
beerapa bentuk sertifikasi. Cara lain adalah ketika perusahaan melakukan
screening pada karyawan selama masa percobaan, maka setiap karyawan yang
melewati screening membayar dari gaji yang dikurangi selama masa percobaan.
(Stiglitz and Weiss:1983)
6.5.1
Keseimbangan Informasi yang Sempurna
Keseimbangan
informasi
yang
sempurna
mengasumsikan
bahwa
perusahaan asuransi dapat mengamati jenis-jenis dari para konsumennya, yaitu
mereka tahu persis kemungkinan kecelakaan dari setiap pelanggan.
Grafik : Kesetimbangan Informasi yang Sempurna
Gambar tersebut menunjukkan bahwa grafik dengan kemiringan yang
curam adalah grafik dari jenis konsumen dengan resiko tinggi. Sedangkan grafik
dengan kemiringan yang landai merupakan grafik dari jenis konsumen dengan
resiko rendah. Dari kedua grafik tersebut masing-masing menunjukkan kurva
indiferen yang saling berpotongan pada π=o. Dalam hal ini berarti bahwa sudah
7
tidak terjadinya informasi asimetris di dalam pasar asuransi, karena perusahaan
asuransi dapat secara pasti membedakan jenis konsumen yang berisiko tinggi
maupun rendah.
6.5.2
Keseimbangan Informasi yang Tidak Sempurna
Informasi yang tidak sempurna diperkenalkan dengan mengasumsikan
bahwa perusahaan asuransi tidak dapat membedakan konsumen berisiko rendah
dari risiko tinggi. Serta tidak dapat menggunakan metode lain untuk memperoleh
informasi lebih lanjut.
Mengingat asumsi ini, perusahaan asuransi tidak dapat menawarkan
kontrak yang muncul dalam keseimbangan informasi kompetitif penuh. Kontrak
efisien untuk resiko rendah memberikan suatu tingkat cakupan tertentu dengan
premi lebih rendah dari kontrak untuk resiko tinggi.
Grafik : Pemisahan dan Penyatuan Kontrak
Grafik di atas menjelaskan mengenai keseimbangan informasi yang tidak
sempurna dalam pasar asuransi dimana grafik dengan kemiringan curam adalah
grafik untuk jenis konsumen berisiko tinggi, sedangkan grafik dengan kemiringan
landai adalah grafik untuk jenis konsumen berisiko rendah. Dari kedua grafik
tersebut masing-masing menunjukkan kurva indiferen yang berbeda. Yang
membedakan kurva indiferen untuk keseimbangan konsumen yang sempurna
dengan yang tidak sempurna terletak pada titik perpotongannya, dimana bagi
keseimbangan informasi yang sempurna kurva indiferennya berpotongan pada
π=0. Sedangkan bagi keseimbangan informasi yang tidak sempurna kurva
indiferennya tidak berpotongan pada π=0.
8
Tidak ada penyatuan keseimbangan dalam model pasar asuransi. Mungkin
ada pemisahan keseimbangan, tapi ini tergantung pada populasi proporsi. Ketika
tidak ada yang memisahkan keseimbangan, tidak ada kesetimbangan sama
sekali. Informasi asimetris menyebabkan inefisiensi baik dengan menyebabkan
pemisahan keseimbangan di mana risiko rendah memiliki asuransi terlalu sedikit
atau itu menghasilkan tidak adanya keseimbangan sama sekali.
6.5.3
Intervensi Pemerintah
Intervensi pemerintah di pasar asuransi ini dibatasi oleh pembatasan
informasi
sama
yang
mempengaruhi
perusahaan:
mereka
tidak
bisa
membedakan yang risiko rendah atau risiko tinggi secara langsung tetapi hanya
dapat membuat kesimpulan dari pilihan-pilihan mereka.
Ini memiliki konsekuensi yang membatasi kebijakan intervensi harus
didasarkan pada informasi yang sama seperti yang tersedia bagi perusahaan
asuransi. Bahkan dalam pembatasan ini,pemerintah dapat mencapai perbaikan
Pareto dengan menerapkan subsidi silang dari risiko rendah untuk risiko tinggi.
Hal ini dilakukan dengan subsidi premi risiko tinggi dan pajak premi risiko rendah.
6.6
Signalling
Dasar dari informasi asimetris adalah ketidakmampuan untuk membedakan
yang baik dari yang buruk. Hal ini dapat merugikan baik bagi penjual yang gagal
dalam mendapatkan nilai yang sebenarnya, dan untuk pembeli yang lebih suka
membayar harga yang lebih tinggi untuk sesuatu yang dikenal baik. Situasi ini
akan membaik jika penjual bisa menyampaikan beberapa informasi yang
meyakinkan kualitas Produk kepada pembeli. Jaminan juga dapat berfungsi
sebagai sinyal dari kualitas barang yang tahan lama. Informasi tersebut, bisa
saling menguntungkan.
Perlu dicatat antara perbedaan antara screening dan signaling. Pengguna
informasi yang terbatas menggunakan screening untuk mencari tau informasi
yang lebih baik. Sedangkan pengguna informasi yang luas menggunakan
signaling
untuk
membantu
mengurangi
informasi
dan
mencari
tahu
kebenarannya.
Pemodelan sinyal terjadi pada waktu tindakan. Asumsi dasarnya adalah
bahwa agen informasi bergerak pertama dan berinvestasi dalam memperoleh
sinyal. Pihak yang kurang informasi kemudian mengamati sinyal dari agen yang
berbeda dan menyimpulkan tentang bentuk kualitas berdasarkan sinyal-sinyal.
9
Kesetimbangan tercapai ketika investasi yang dipilih dalam sinyal optimal untuk
setiap agen informasi.
Salah satu asumsi yang mendorong operasi dan efisiensi pasar kompetitif
adalah bahwa pembeli dan penjual memiliki informasi yang sempurna tentang
kualitas barang dan jasa yang diperdagangkan. Dalam pasar tenaga kerja,
perusahaan dalam merekrut tenaga kerja sering tidak tahu tentang kualitas dari
para pelamar, bahkan perekrutan tenaga kerja ini bisa berisiko jika salah
menempatkan karyawan. Bila perusahaan benar-benar tidak mengetahui tentang
keahlian dan kualitas pelamar, maka pelamar memiliki insentif untuk membesarbesarkan kualifikasinya untuk mendapatkan pekerjaan. Pelamar sering memiliki
informasi pribadi atau dengan kata lain mereka betul-betul tahu tentang keahlian
dan kualitas mereka. Dengan begitu pelamar dapat mengirimkan sinyal-sinyal
kepada perusahaan yang menunjukkan bahwa dirinya adalah karyawan
berpotensi yang berkeahlian dan berkualitas baik.
Grafik : Intervensi Pasar
Dalam pasar tenaga kerja, perusahaan akan mendapatkan laba lebih
ketika mereka dapat mengamati sinyal dari para pekerjanya. Ketika perusahaan
memiliki pekerja dengn produktivitas rendah, maka perusahaan akan berusaha
untuk meningkatkan tingkat produktivita para pekerjanya dengan memberikan
upah yang tinggi sehingga para pekerja juga berusaha untuk meningkatkan
produktivitasnya. Namun ketika tingkat upah melebihi biaya yang dikeluarkan,
perusahaan akan menurunkan tingkat upah yang kemudian justru menurunkan
laba perusahaan.
10
6.6.1
Pengsinyalan Pendidikan
Untuk menggambarkan konsekuensi dari sinyal, akan dijelaskan model
sinyal produktivitas dalam pasar tenaga kerja. Model ini memiliki dua perusahaan
yang identik yang bersaing untuk pekerja melalui upah yang mereka tawarkan.
Himpunan pekerja dapat dibagi menjadi dua jenis menurut tingkat produktivitas
mereka yaitu pekerja dengan produktivitas kerja yang tinggi dan pekerja dengan
produkitivitas kerja yang rendah. Tanpa sinyal apapun, perusahaan diasumsikan
tidak dapat menilai produktivitas seorang pekerja.
Perusahaan-perusahaan tidak dapat secara langsung mengamati tipe
pekerja sebelum memperkerjakannya, tetapi pekerja dengan produktivitas tinggi
dapat mengsinyalkan produktivitas mereka dengan mendapatkan pendidikan.
Pendidikan
itu
sendiri
tidak
mengubah
produktivitas,
tetapi
untuk
mendapatkannya sangat mahal. Oleh karena itu, pendidikan adalah sinyal.
Investasi dalam pendidikan akan bernilai jika ia memperoleh upah yang lebih
tinggi. Untuk membuatnya menjadi sinyal yang efektif, harus diasumsikan bahwa
pekerja dengan produktivitas yang rendah harus mendapatkan pendidikan
daripada bagi produktivitas tinggi jika tidak keduanya akan memiliki insentif yang
sama untuk memperolehnya. Tingkat keseimbangan pendidikan untuk pekerja
dengan produktivitas rendah ditemukan dengan mencatat bahwa jika mereka
memilih untuk tidak bertindak seperti pekerja dengan produktivitas tinggi, maka
tidak ada kesempatan memperoleh pendidikan apapun.
Rata-rata produktivitas pekerja dirumuskan sebagai berikut :
E(θ) = λhθh + λlθl
Dimana :
θh merupakan produktivitas pekerja yang tinggi
θl merupakan produktivitas pekerja yang rendah
λh dan λl merupakan proporsi kehadiran para pekerja dimana λh + λl = 1
Perusahaan menawarkan gaji yang (berpotensi) bersyarat pada tingkat pendidikan
para pekerja; berpotensi ditambahkan karena mungkin terdapat kesetimbangan
dimana perusahaan mengabaikan sinyal. Jadwal upah dinotasikan dengan w(e).
diberikan jadwal upah yang ditawarkan, para pekerja bertujuan untuk
memaksimalkan utilitas yang didefinisikan sebagai upah yang kurang biaya
pendidikan. Oleh karena itu masalah keputusan mereka adalah
max w (e) {e}
e
q
11
Grafik : The Single-Cross Property
Education
(Sumber : Hindrick, 2004)
Dari grafik diatas, preferensi rumus diatas dapat memenuhi the single-cross
property ketika didefinisikan melalui upah dan pendidikan. Vl menunjukkan kurva
indiferens
dari
pekerja
yang
produktivitasnya
rendah,
sedangkan
Vh
menunjukkan kurva indiferens dari pekerja yang produktivitasnya tinggi. Dalam
hal apapun, biaya marjinal dari pendidikan untuk pekerja yang produktivitasnya
rendah lebih besar karena memiliki kurva indiferen yang curan. Signalling
menyiratkan bahwa pekerja dari produktivitas yang berbeda dibayar dengan
upah
yang
berbeda.
Signalling
juga
memungkinkan
pekerja
yang
produktivitasnya tinggi untuk membedakan dirinya dengan pekerja yang
produktivitasnya rendah. Jika membayar upah diatas marjinal produk, maka akan
membuat kerugian pada setiap pekerja yang dipekerjakan yang berarti juga tidak
dapat memaksimalkan keuntungan. Alternatifnya, jika satu dibayar dengan upah
dibawah marjinal produk, yang lain akan memiliki insentif untuk menetapkan
upah yang lebih tinggi secara bertahap. Ini akan mencakup semua pekerja dari
berbagai
tingkat
produktivitas
dan
akan
menjadi
stratedi
yang
lebih
menguntungkan.
6.6.2
Implikasi-implikasi
Model sinyal pendidikan menunjukkan bagaimana sinyal tidak produktif
tetapi digunakan untuk membedakan antara tingkat kualitas. Ada beberapa
implikasi kebijakan dari hasil ini. Dalam tafsiran sempit, mereka menunjukkan
bagaimana pemerintah dapat meningkatkan efisiensi dan membuat off semua
12
orang lebih baik dengan membatasi ukuran sinyal yang dapat ditransmisikan.
Atau pemerintah dapat meningkatkan kesejahteraan semua orang dengan
mengadakan subsidi silang. Lebih umum, model ini menunjukkan bagaimana
solusi pasar endogen mungkin timbul untuk memerangi masalah informasi
asimetris. Masalah mendasar bagi pemerintah dalam menanggapi jenis-jenis
masalah adalah bahwa ia tidak memiliki kelebihan informasi alam. Dalam model
pendidikan tidak ada alasan untuk menganggap pemerintah bisa memberitahu
pekerja rendah produktivitas dari produktivitas tinggi. Dihadapkan dengan jenisjenis masalah, pemerintah mungkin memiliki sedikit solusi untuk ditawarkan di
luar subsidi silang.
6.7
Moral Hazard (Hidden Action)
Masalah moral hazard muncul ketika pihak dapat mempengaruhi "kualitas"
dari variabel yang baik atau kontrak yang diperdagangkan oleh beberapa
tindakan yang tidak diamati oleh pihak lainnya. Menurut Donijo Robbin dalam
bukunya Public Sector Economic masalah moral hazard yang berkembang saat
kinerja dari agen sulit untuk diamati, masalah adverse selection muncul di mana
biaya pengukuran kinerja tinggi, dan dampak dari ketidakpastian pada
pengambilan keputusan (Eggerston, 1990; Williamson, 1975, 1985).
6.7.1
Moral Hazard pada Asuransi
Dua masalah yang ada di asuransi pada umumnya adalah moral hazard
dan adverse selection. Masalah moral hazard yang dapat timbul dalam pasar
asuransi adalah bahwa upaya pencegahan kecelakaan berkurang ketika
konsumen menjadi diasuransikan. Moral hazard terjadi ketika seorang individu
tertanggung memiliki beberapa kontrol atas peristiwa yang memicu pembayaran
dari
perusahaan
asuransi.
Dengan
asuransi
mobil,
misalnya,
dapat
menyebabkan moral hazard individu untuk berkendara kurang hati-hati, sehingga
kecelakaan lebih banyak dan pembayaran asuransi lebih, atau, secara ekstrim,
bahkan dapat menyebabkan seseorang untuk merusak mobilnya sendiri sengaja
untuk mengumpulkan asuransi.
Adverse selection terjadi ketika mereka yang paling mungkin untuk
melakukan klaim asuransi membeli asuransi sementara mereka yang paling tidak
mungkin untuk membuat klaim tetap tidak diasuransikan. Jika perusahaan
asuransi dapat memberitahu di depan waktu yang pelamar untuk asuransi lebih
mungkin dikenakan biaya lebih, mereka dapat mengenakan tarif yang berbeda
untuk individu yang berbeda untuk mengimbangi adverse selection. Ada dua
13
faktor yang membuat seleksi yang merugikan sehubungan dengan asuransi
kesehatan. Pertama, tertanggung individu cenderung memiliki informasi yang
lebih baik membuat klaim akan tentang kesehatan mereka sendiri daripada
perusahaan asuransi, sehingga perusahaan asuransi akan paling mungkin untuk
dapat dengan tepat menentukan harga risiko buruk. Kedua, ada sentimen publik
yang kuat terhadap pengisian tingkat yang berbeda untuk orang dengan risiko
kesehatan yang berbeda. Tidak seperti adverse selection dimana pemerintah
dapat menyatukan risiko ketika perusahaan tidak bisa, pemerintah tidak memiliki
keuntungan lebih dari perusahaan dalam hal moral hazard. (Public Finance)
Adverse selection terjadi pada asuransi ketika perusahaan asuransi tidak
dapat membedakan antara risiko tinggi dan individu berisiko rendah berdasarkan
informasi yang tersedia untuk dia. Perusahaan asuransi berakhir dengan pilihan
yang buruk dari orang, dan mungkin perlu untuk merancang premi yang berbeda
dalam upaya untuk mengatasi faktor risiko yang berbeda.
Konsep moral hazard berlaku bukan hanya pada masalah asuransi, tetapi
juga untuk masalah-masalah pekerja yang mempunyai kinterja dibawah
kemampuannya ketika majikan tidak dapat memantau perilaku mereka. Umunya
moral hazard terjadi apabila satu pihak yang tindakan-tindakannya tidak diamati
memengaruhi probabilitas atau besarnya pembayaran. (Robert J. Pindyck dan
Daniel L. Rubinfeld:1996)
6.7.2
Upaya yang dapat diamati
Untuk memberikan patokan dari mana untuk mengukur dampak dari moral
hazard, kita pertama menganalisis pilihan kontrak asuransi ketika upaya dapat
diamati oleh perusahaan asuransi. Dalam hal ini tidak akan ada kegagalan
efisiensi karena sudah tidak ada informasi asimetris.
Jika perusahaan asuransi dapat mengamati e, maka akan ditawarkan
kontrak asuransi yang bersyarat. Kontrak tersebut akan menjadi { δ (e), π (e)},
(dengan e = 0, 1). Persaingan antara perusahaan asuransi memastikan bahwa
kontrak yang ditawarkan memaksimalkan utilitas konsumen perwakilan dengan
kendala bahwa perusahaan asuransi setidaknya impas. Untuk memenuhi
persyaratan terakhir ini, premi harus tidak lebih rendah dari pembayaran ganti
rugi yang diharapkan. Diberikan kebijakan untuk memecahkan e yaitu
Max U (e, δ, π) → π ≥ p (e) δ
Solusinya :
{ δ, π }
{δ* (e) = d, π* (e) = p (e) d}
14
sehingga kerusakan sepenuhnya tertutup dan premi adalah wajar mengingat
tingkat usaha yang dipilih. Ini diilustrasikan pada grafik dibawah ini. Garis lurus
adalah himpunan kontrak (jadi π = p (e) δ), I adalah kurvva indiferens tertinggi
yang dapat dicapai ketika kontrak ini diberikan. Kontrak terbaik pertama
kemudian merupakan asuransi penuh dengan δ * (e) = d dan π * (e) = p (e) d.
Pada kontrak terbaik pertama, tingkat kepuasan menghasilkan
U* (e) = u (r – p (e) d) – ce
Upaya akan dilakukan (e = 1) Jika
U* (1) ≥ U* (0)
c ≤ c1 ≡ u (r – p(1) d) – u (r – p (0) d)
Artinya, biaya usaha lebih kecil dari keuntungan utilitas yang dihasilkan dari
premi yang lebih rendah. Pertanyaan menarik adalah apakah kontrak terbaik
pertama mendorong penyediaan tenaga, yaitu apakah tingkat biaya usaha
dimana usaha diberikan dengan tidak adanya kontrak, c0, kurang dari itu dengan
kontrak, c1. Perhitungan menunjukkan bahwa hasilnya dapat pergi baik dalam
arah tergantung pada probabilitas kecelakaan yang terkait dengan upaya dan
tidak ada upaya.
Grafik : Kontrak Terbaik Pertama
6.7.3
Upaya yang tidak dapat diamati
Ketika suatu usaha tidak dapat diamati, perusahaan asuransi tidak bisa
mengkondisikan kontrak atasnya. Sebaliknya, mereka harus mengevaluasi
pengaruh kebijakan pada pilihan konsumen dan memilih kebijakan yang tepat.
Preferensi konsumen atas kontrak ditentukan oleh tingkat tertinggi dari kepuasan
15
mereka yang dapat dicapai dengan kontrak yang diberikan bahwa mereka telah
membuat pilihan yang tepat. Secara formal, utilitas V (δ, π) yang timbul dari
kontrak (δ, π) ditentukan oleh
V (δ, π) ≡ max U (e, δ, π)
e={0,1
Grafik : Garis Pengalih
Dari grafik di atas dijelaskan bahwa area e=0 adalah area untuk konsumen
yang tidak memiliki usaha, sedangkan area e=1 adalah area untuk konsumen
dengan usaha penuh. Dari dua area tersebut dipisahkan oleh garis D(π), yaitu
garis yang menunjukkan bahwa konsumen acuh tak acuh terhadap e=0 dan e=1.
^ ^
^ ^
^ ^
Pada setiap titik, (δ,π) dimana U (0,δ,π) = U (1,δ,π), kurva indiferens dari U
^ ^
^ ^
(0,δ,π) lebih curam dari U (1,δ,π) karena kesediaan untuk membayar untuk
cakupan ekstra lebih tinggi bila tidak ada upaya.
Lemma 1 Untuk setiap premi π, terdapat tingkat ganti rugi D (π) seperti :
(i)
Jika δ < D (π), e=1
(ii)
Jika δ ≥ D (π), e=0
Dimana D (π) meningkat
Dengan kata lain, jika tingkat cakupan untuk premi diberikan terlalu tinggi,
agen tidak akan lagi menemukan keuntungan untuk melakukan usaha.
6.7.4
Kontrak Terbaik Kedua
Kontrak terbaik kedua memaksimalkan subjek utilitas konsumen dengan
kendala bahwa ia harus setidaknya impas.
Grafik : Kontrak Terbaik Kedua
16
Switching
Line
π
E0
Effort
No Effort
E1
d
(Sumber : Hindrick, 2004)
d
Kontrak E0 : tidak ada usaha dan cakupan penuh pada harga tinggi;
Kontrak E1 : ada usaha dan cakupan parsial pada harga rendah.
Dimana dari kontrak tersebut akan optimal, tergantung pada biaya (c) dari
usaha. Ketika biaya rendah, kontrak E1 akan optimal dan cakupan parsial akan
ditawarkan kepada konsumen. Sebaliknya, saat biaya tinggi makan akan optimal
untuk tidak memiliki usaha dan kontrak E0 akan optimal. Dari alasan ini maka
harus ada beberapa nilai dari biaya usaha dimana perpindahan dibuat antara E0
dan E1. Ini dinyatakan sebagai proposisi 1.
Proposisi 1 terdapat nilai usaha, c2, with c2 < c1, sehingga :
- c ≤ c2 menyiratkan kontrak terbaik kedua adalah E1
- c > c2 menyiratkan kontrak terbaik kedua adalah E0
Dapat ditunjukkan bahwa kontrak terbaik kedua tidak efisien. Karena
tingkat kritis biaya, c, menentukan kapan usaha yang diberikan memuaskan c <
c1, hasilnya harus relatif tidak efisien untuk yang terbaik pertama. Lebih jauh
lagi, ada upaya yang terlalu sedikit jika c2 < c < c1 dan cakupan yang terlalu
sedikit jika c < c2.
6.7.5
Intervensi Pemerintah
Kegagalan pasar sangat terkait dengan moral hazard. Masalah moral
hazard muncul dari non-observability dari tingkat perawatan. Ketika individu
sepenuhnya
diasuransikan
mereka
cenderung
mengerahkan
tindakan
pencegahan terlalu sedikit tetapi juga untuk menggunakan asuransi secara
berlebihan. Setiap individu mengabaikan efek dari perilaku cerobohnya dan
17
menginginkan premi yang lebih, tetapi ketika mereka semua bertindak seperti itu,
premi akan naik.
Kurangnya perawatan oleh masing-masing individu akan mengembangkan
premi yang menghasilkan eksternalitas negatif pada orang lain. Implikasi
terpenting adalah pasar tidak dapat efisien. Dapatkah pemerintah meningkatkan
efisiensi dengan intervensi ketika moral hazard hadir? Dalam menjawab
pertanyaan ini penting untuk menentukan informasi apa yang tersedia bagi
pemerintah. Untuk evaluasi terhadap intervensi pemerintah, wajar untuk
menganggap bahwa pemerintah memiliki informasi yang sama seperti sektor
swasta.
Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa intervensi pemerintah yang efisien
masih mungkin. Efek menguntungkan dari intervensi pemerintah dari kapasitas
pemerintah adalah untuk menarik pajak dan subsidi. Sebagai contoh, pemerintah
tidak bisa memantau para perokok yang memiliki efek buruk pada kesehatan,
tidak lebih baik dari perusahaan asuransi. Tapi pemerintah bisa memaksakan
pajak, tidak hanya pada rokok, tetapi juga pada komoditas yang melengkapi dan
subsidi pengganti. Pengenaan pajak pada perusahaan asuransi mendorong
perusahaan untuk menawarkan asuransi kurang dari harga yang wajar.
Akibatnya, individu membeli asuransi lebih sedikit dan mengeluarkan usaha
lebih.
6.8
Penyediaan Publik untuk Perawatan Kesehatan
Seperti yang diketahui, bahwa terdapat dua penyedia barang dan jasa di
pasar, yaitu pihak swasta dan pihak pemerintah yang menyediakan barang atau
jasa yang tidak bisa disediakan pihak swasta. Begitu juga dengan perawatan
kesehatan, meskipun pihak swasta sudah menyediakannya, pemerintah juga
menyediakannya.
Kebanyakan orang tidak mengetahui kapan ia akan sehat, kapan ia akan
sakit, kapan ia akan celaka, kapan ia akan meninggal dan berapa biayanya.
Karena ketidakpastian tersebut, kebanyakan orang membeli asuransi kesehatan
untuk dirinya dan keluarganya. Ini berarti bahwa orang tersebut tidak membayar
penuh biaya marjinal dari biaya kesehatan mereka.
Tetapi banyak sekali masalah yang dihadapi ketika seseorang membeli
asuransi kesehatan. Yang pertama yaitu adanya informasi asimetris. Disini
penjual asuransi kesehatan lebih mengetahui tentang kebutuhan kesehatan
daripada si pembeli. Dengan adanya informasi asimetris ini menyebabkan
18
konsumsi yang berlebihan. Yang kedua yaitu adanya adverse selection.
Konsumen yang menghadapi risiko yang lebih besar untuk biaya kesehatan
tinggi akan membeli asuransi kesehatan meskipun preminya sangat tinggi. Pada
saat premi tinggi, orang yang sehat lebih memilih untuk tidak membeli asuransi
kesehatan karena hal tersebut akan mengarah pada situasi dimana perusahaan
asuransi harus menaikkan suku bunga. Masalah ini dapat mendorong
perusahaan asuransi keluar dari bisnis dan meniggalkan masyarakat tanpa
asuransi kesehatan.
Tetapi penyediaan perawatan kesehatan oleh pihak swasta akan lebih
mahal. Untuk itu diperlukan intervensi pemerintah dalam penyediaan asuransi
kesehatan. Jika pemerintah dapat menyediakan asuransi kesehatan, setidaknya
akan lebih murah daripada yang ditetapkan oleh pihak swasta sehingga
masyarakat dapat mengasuransikan dirinya pada asuransi kesehatan. Seperti
dua sisi mata uang, penyediaan asuransi kesehatan oleh pemerintah ini juga
menyebabkan moral hazard bagi masyarakat yang sudah mengasuransikan
dirinya di asuransi kesehatan. Mereka menjadi malas berolahraga dan tidak
menjaga makannya dengan benar yang dapat menyebabkan mereka sakit
karena mereka sudah memiliki asuransi kesehatan.
6.9
Evidence
Informasi asimetris memiliki implikasi yang besar dalam menjalankan
mekanisme pasar persaingan dan lingkup intervensi pemerintah. Rekomendasi
berbagai kebijakan untuk masalah ini juga berbeda tergantung masalah adverse
selection atau moral hazard yang sedang dihadapi. Contoh sederhananya ada
pada pasar asuransi karena adverse selection dan moral hazard memprediksi
hubungan positif antara frekuensi kecelakaan dan asuransi. Masalah utamanya
adalah bahwa hubungan tersebut dapat memberikan dua interpretasi yang
berbeda. Dalam masalah adverse selection, pihak yang memiliki resiko tinggi
lebih memilih cakupan yang lebih luas karena mereka tau kemungkinan
kecelakaan yang akan mereka dapatkan. Sedangkan dalam masalah moral
hazard, pihak yang telah memilih cakupan yang luas tersebut justru lebih
ceroboh dalam melakukan suatu tindakan karena mengandalkan asuransi.
Cara lain untuk menghindari kesulitan dalam membedakan antara adverse
selection dan moral hazard adalah dengan mempertimbangkan pasar anuitas.
Pasar anuitas memberikan asuransi kesehatan. Di pasar ini kita bisa dengan
aman
berharap bahwa individu tidak akan secara substansial memodifikasi
19
perilaku mereka dalam menanggapi pendapatan anuitas (seperti mengerahkan
usaha lebih untuk memperpanjang hidup). Oleh karena itu, tingkat kematian
diferensial yang membeli berbagai jenis anuitas merupakan bukti yang
meyakinkan bahwa self selection telah terjadi.
6.10
Kesimpulan
Dalam ekonomi informasi asimetris muncul ketika dua sisi pasar memiliki
informasi yang berbeda tentang barang dan jasa yang diperdagangkan. informasi
asimetris merupakan faktor pengerak pasar. Jika terjadi kekurangan informasi,
para pihak penjual dan pembeli akan meninggalkan pasar, dan menyebabkan
pasar runtuh fungsinya. Teori asimetri informasi dapat diterapkan dalam
spektrum amat luas, mulai dari pasar pertanian tradisional sampai ke pasar
moneter modern. Di balik gagasan informasi asimetri, terdapat pemahaman
bahwa di pasar, para pelakunya memiliki informasi yang tidak seragam. Dalam
arti salah satu pemain pasar memiliki informasi lebih baik dari pemain lainnya.
Pemahaman itu, merupakan kesimpulan yang ditarik dari berbagai pertanyaan
umum yang selalu muncul di pasar.
Efisiensi dari keseimbangan yang kompetitif didasarkan pada asumsi dari
informasi simetris (atau kebutuhan yang sangat kuat dari informasi yang
sempurna). Bab ini telah menggali beberapa konsekuensi dari asumsi ini. Hal
mendasar adalah bahwa informasi asimetris menyebabkan inefisiensi dan bahwa
inefisiensi bisa mengambil sejumlah bentuk yang berbeda. Dalam keadaan
tertentu intervensi pemerintah yang tepat dapat membuat semua orang lebih baik
meskipun pemerintah tidak memiliki informasi lebih baik dari sektor swasta.
Selain itu, peran pemerintah juga mungkin dibatasi oleh pembatasan informasi.
Kesejahteraan dan implikasi kebijakan publik dari dua bentuk utama dari asimetri
informasi yang tidak sama dan telah menjadi tantangan empiris untuk
membedakan antara adverse selection dan moral hazard. Asuransi kesehatan
adalah ilustrasi yang baik dari masalah dengan intervensi publik yang luas.
6.11
Studi Kasus
Informasi Asimetris dan Skandal Keuangan
Friday, 06-01-2012
By : Pribadi Agung Sejagad
Sumber : http://www.indonesiafinancetoday.com/read/20425/Informasi-Asimetrisdan-Skandal-Keuangan
20
Tahun 2011 baru saja berlalu dan kita menyongsong tahun 2012 dengan
harapan baru. Selama 2011, selain krisis Eropa, pasar keuangan dunia juga
diwarnai dengan perbuatan tidak terpuji atau skandal (fraud) oleh para pelaku
pasar. Bursa New York diguncang oleh skandal keuangan yang dilakukan oleh
MF Global, sebuah perusahaan perantara perdagangan efek atau security
brokerage. MF Global dilaporkan mempergunakan US$ 700 juta uang nasabah
tanpa izin untuk menutup kewajibannya sendiri.
Sementara itu, di Bursa Tokyo terjadi skandal manipulasi laporan
keuangan yang melibatkan Olympus, produsen kamera elektronik terkemuka di
dunia. Eksekutif Olympus dituduh selama bertahun-tahun telah menyembunyikan
kerugian transaksi derivatif senilai US$ 1,5 miliar melalui rekayasa laporan
keuangan.
Kedua skandal tersebut menambah daftar panjang skandal keuangan
sebelumnya, seperti Enron, skema ponzi Madoff, insider trading oleh Rajaratnam
dan beberapa klaim perilaku tidak pantas oleh para bank investasi saat
menawarkan sub-prime mortgage. Melihat begitu banyaknya skandal, pantaslah
jika investor publik bertanya-tanya: mengapa hal ini bisa terjadi? Bagaimana kita
bisa mencegahnya?
Solusi :
Pertama-tama, kita harus menerima fakta bahwa secara alamiah pasar
keuangan adalah lingkungan yang tidak simetris ketika menyangkut aliran
informasi. Informasi-informasi dalam perusahaan dapat dipilah menjadi dua jenis.
Jenis pertama merupakan informasi yang bersifat umum dan biasanya tidak atau
memiliki nilai ekonomis terbatas, yaitu disebut informasi generik. Informasi ini
relatif mudah disampaikan dan diakses oleh pihak luar. Sebaliknya, beberapa
informasi tertentu memiliki nilai ekonomis tinggi, terutama jika terhubung dengan
pihak yang tepat di luar perusahaan. Informasi jenis kedua disebut sebagai
informasi spesifik.
Pemicu skandal dan penyalahgunaan pada dasarnya bertumpu pada dua
kejadian yang saling bertolak belakang menyangkut pengelolaan informasi
spesifik. Kejadian pertama adalah ketika informasi spesifik positif mengalir
kepada pihak di luar perusahaan melalui cara-cara tidak sah atau melanggar
hukum. Tindakan ini umum disebut insider trading. Salah satu contoh
pelanggaran praktek insider trading adalah tuduhan kepada Rajaratnam, pendiri
Galleon Group dan salah satu hedge fund terkemuka di bursa New York.
21
Kondisi bertolak belakang yang menyebabkan informasi asimetris adalah
ketika informasi spesifik negatif dicegah mengalir keluar perusahaan. Skandal
Olympus adalah contoh terkini dari tindakan ini.
Jika kita melihat contoh dari beberapa skandal keuangan di atas, terlihat
bahwa sebagian besar skandal justru menyangkut pencegahan informasi spesifik
negatif keluar dari perusahaan. Mekanisme apa yang bisa dipergunakan untuk
mencegah dan mengikis perilaku ini?
Pertama, otoritas bursa harus memiliki keberanian untuk memberikan
sangsi bagi pihak-pihak yang menahan informasi seperti ini. Tercatat Bapepam
pernah menunjukkan keseriusannya dengan memberikan sanksi kepada
Perusahaan Gas Negara dan eksekutifnya yang terbukti menahan informasi
negatif menyangkut keterlambatan penyelesaian proyek pembangunan pipa
transmisi South Sumatera West Java pada 2007. Kita patut memberikan
apresiasi atas hal tersebut.
Kedua, kita harus mendorong perkuatan peran Komite Audit dan Direktur
Independen dalam perusahaaan publik. Komite Audit harus didorong untuk
secara independen memastikan penerapan standar akuntansi secara disiplin.
Direktur
Independen
bersama-sama
dengan
Komite
Good
Corporate
Governance (GCG) bertugas menjamin transparansi atas pengelolaan informasi
dalam perusahaan, terutama pengelolaan informasi spesifik.
Pada level yang lebih bawah, perusahaan bisa memperkenalkan hotline
yang karyawan dapat memberikan informasi kepada Komite Audit atau Direktur
Independen jika dia mengetahui adanya manipulasi atau penyalahgunaan
informasi didalam perusahaan. Jika karyawan memerlukan kenyamanan, mereka
diperkenankan mempergunakan identitas anonim. Bahkan jika diperlukan untuk
menambah derajat kenyamanan karyawan serta kepastian adanya tindakan,
hotline tersebut bisa tersambung kepada pihak independen diluar perusahaan.
Ketidakefektifan fungsi hotline inilah yang ditengarai menjadi penyebab skandal
MF Global dan Olympus bisa berlangsung tanpa tercium oleh pihak luar.
Praktek hotline semacam ini mungkin baru di Indonesia. Namun
sesungguhnya, telah dirintis dan diterapkan di berbagai bursa dunia termasuk
Bursa Tokyo dan New York. Tidak ada salahnya jika Otoritas Bursa di Indonesia
mulai merintis langkah ke arah tersebut sebagai tindakan proaktif pencegahan
fraud di pasar keuangan.
22
6.12
Pertanyaan
6.12.1 Pilihan Ganda
1. Keadaan dimana salah satu pihak lebih mengetahui tentang kualitas atau
kontrak terhadap barang atau jasa yang diperdagangkan dibandingkan
dengan pihak lain sebagai mitranya…
a. Hidden Action
b. Adverse Selection
c. Self Selection
d. Hidden Knowledge
2. Proses di mana individu mengungkapkan informasi tentang diri mereka
sendiri melalui pilihan yang mereka buat disebut…
a. Hidden Knowledge
b. Self Selection
c. Hidden Action
d. Adverse Selection
3. Moral hazard merupakan masalah yang ditimbulkan oleh…
a. Screening
b. Signalling
c. Hidden Action
d. Hidden Knowledge
4. Perusahaan asuransi tidak dapat membedakan konsumen berisiko
rendah dari risiko tinggi, serta tidak dapat menggunakan metode lain
untuk memperoleh informasi lebih lanjut merupakan asumsi dari …..
a. Signalling
b. Perfect Information Equilibrium
c. Self Selection
d. Imperfect Information Equilibrium
5. Seorang pasien akan berusaha melakukan beberapa tes kesehatan dan
prosedur pengobatan untuk memastikan bahwa dokter tidak melakukan
malpraktek, pengusaha ingin tahu seberapa keras pekerjanya bekerja,
merupakan beberapa contoh dari …..
a. Hidden Action
b. Hidden Knowledge
c. Effort Observable
d. Effort Unobservable
23
6.12.2 Jawaban Singkat
1. Tindakan dimana salah satu pihak mampu mempengaruhi kualitas serta
kontrak terhadap barang atau jasa yang diperdagangkan dimana pihak
lain tidak mengetahui tindakan tersebut merupakan definisi dari Hidden
Action
2. Seorang pekerja atau karyawan lebih mengetahui tingkat kemampuan
mereka dibandingkan perusahaan, seorang produsen lebih mengetahui
kualitas barang yang diproduksinya dibandingkan dengan konsumen,
merupakan contoh-contoh dari Hidden Knowledge
3. Perusahaan asuransi tidak bisa mengkondisikan kontraknya. Sebaliknya,
mereka harus mengevaluasi pengaruh kebijakan pada pilihan konsumen
dan memilih kebijakan meletakkannya ke rekening Effort Unobservable
6.13
Kata Kunci
Moral hazard : muncul ketika pihak dapat mempengaruhi "kualitas" dari variabel
yang baik atau kontrak yang diperdagangkan oleh beberapa tindakan yang tidak
diamati oleh pihak lainnya
Adverse selection (pilihan yang merugikan) : kegagalan pasar yang terjadi akibat
informasi yang asimetris
Hidden knowledge : keadaan dimana salah satu pihak lebih mengetahui tentang
kualitas atau kontrak terhadap barang atau jasa yang diperdagangkan
dibandingkan dengan pihak lain sebagai mitranya.
Hidden action : tindakan dimana salah satu pihak mampu mempengaruhi kualitas
serta kontrak terhadap barang atau jasa yang diperdagangkan dimana pihak lain
tidak mengetahui tindakan tersebut.
Self selection : Proses di mana individu mengungkapkan informasi tentang diri
mereka sendiri melalui pilihan yang mereka buat
24
Daftar Pustaka
Akerlof, G. (1970). "The Market for Lemons: Quality Uncertainty and the Market
Mechanism", Quarterly Journal of Economics
Stiglitz, J.E., and A. Weiss (1983). "Incentive Effects of Terminations: Applications
to Credit and Labor markets", American Economic Review
J. Hindriks and Gareth D. Myles (2004). “Intermediate Public Economics”
Donijo Robbins (2004). “Handbook of Public Sector of Economics”
Anonym. “Public Finance”
Robert J. Pindyck and Daniel L. Rubinfeld (1996). “Economics Microeconimics”,
Prentice Hall
25
Download