Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BERAT BADAN
LAHIR RENDAH PADA BAYI Ny.F
DI RSUD AMBARAWA
ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk me
mperoleh gelar Ahlimadya Kebidanan (Amd. Keb)
DISUSUN OLEH :
SITI FATONAH
NIM. 030114A026
PROGRAM STUDI D III KEBIDANANFAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN
2017
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD
Ambarawa
0
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BERAT BADAN
LAHIR RENDAH PADA BAYI NY.F DI RSUD AMBARAWA
Universitas Ngudi Waluyo Ungaran
Progam Studi Kebidanan
Siti Fatonah*, Cahyaningrum**, Rini Susanti***
Email:[email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang: Di Kabupaten Semarang angka Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) tahun
2014 sebanyak 40,14 %, meningkat pada tahun 2015 sebanyak 39,24 %. BBLR ditangani
tahun 2014 sebanyak 4,8 % menurun pada tahun 2015 sebanyak 47 %. Di RSUD Ambarawa
BBLR menjadi penyebab utama dari kamatian bayi yaitu sebanyak 1,04 %. BBLR dapat
mengalami gaangguan mental, fisik dan tumbuh kembang sehingga berkaitan dengan
tingginya angka kematian bayi. Penyebab terjadinya BBLR adalah anemia, kehamilan kurang
bulan, kurang gizi saat hamil, golangan sosial ekonomi rendah dan lingkungan tempat tinggal
terkena radiasi/zat beracun, kelainan janin dan plasenta.
Tujuan: Agar mampu melaksanakan asuhan kebidanan dengan menejement Varney dan
mengetahui kesenjangan antara teori dan kasus nyata yang ada di lahan berkaitan pada bayi
baru lahir (BBL) dengan BBLR di RSUD Ambarawa.
Metode: Menggunakan metode pengamatan langsung ke bayi meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan dari wawancara, anamnesa, pemeriksaan fisik. Data
sekunder didapatkan dari dokumentasi rekam medis pasien
Hasil: Terjadi perubahan reflek tonick neck, sucking, rooting, moro yang awalnya lemah
setelah diberikan asuhan 3 hari reflek menjadi kuat. Tidak ada peningkatan berat badan
karena fisiologis BBL pada minggu pertama mengalami penurunan 10 %, suhu bayi terjaga,
ASI lancar.
Simpulan: ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik, pada APGAR SCORE, suhu,
kulit bayi, tulang daun telinga, IMD, gula darah.
Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Bayi Baru Lahir, Berat Badan Lahir Rendah
Keputakaan : 28 (2002-2015)
ABSTRACT
Background: In Semarang Regency the rate of low Birth Weight (LBW) in 2014 was 57
(40.14%) and increased in 2015 which was 62 (39.24%). LBW rate handled in 2014 was
4.8% decreased in 2015 as many as 47%. The cause of LBW is because the mother has
anemia, less age in the womb or less months, lack of nutrient, socioeconomic low groups, the
environment is exposed to radios or toxic substances,Abnormalities of the fetus or placenta.
Purpose: To implement midwifery care using Varney management and to know the gap
between the theory and real cases that exist in the field associated with newborns with LBW
in Ambarawa regional hospital.
Method: Used direct observation method to babies including primary data and secondary
data. Primary data were obtained from interview, anamnesa, physical examination. Secondary
data were obtained from the patient medical record documentation.
Result: Tonick neck reflex changed, sucking, rooting, moro were initially weak after being
given 3 day the care for the reflex became strong. There was no gain or loss weight because
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD
Ambarawa
1
physiologically newborns will lose weight 10 % in the first week, the temperature of the baby
is awake, Breast milk smoothly
Conclusion: In performing care using Varney management it found a gap between theory
and practice, in APGAR SCORE, temperature, baby skin, ear buds, early initiation of
breastfeeding, blood sugar at the time.
Keywords
Bibliographies
: Midwifery care, newborn baby, Low Birth Weight
: 28 (2002-2015)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan sebagai
salah satu upaya Pembangunan Nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran,
kemauan dan kemampuan untuk hidup
sehat derajat agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Tingginya
derajat kesehatan pada suatu negara dapat
ditentukan oleh beberapa indikator, salah
satu diantaranya adalah tinggi rendahnya
Angka Kematian Bayi (AKB). AKB dapat
digunakan sebagai acuan untuk tingkat
keberhasilan pelayanan kesehatan. Angka
kematian bayi baru lahir (neonatal) di
Indonesia pada tahun 2015 masih cukup
tinggi berada pada kisaran 22,23/1000
kelahiran hidup. Angka ini menurun dari
tahun 2012 sebesar 32/1000 kelahiran
hidup. Angka ini juga sudah mencapai
tarjet MDGs 2015 sebesar 23/100
kelahiran hidup (Kementrian kesehatan RI,
2015).
Angka kematian bayi adalah
kematian yang terjadi pada bayi usia 0-11
bulan, yang termasuk didalamnya adalah
kematian neonatus (0-28 hari). Angka
Kematian Bayi di profinsi Jawa Tengah
tahun 2015 sebesar 10/1000 kelahiran
hidup, terjadi sedikit penurunan bila
dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar
10,08/1000 kelahiran hidup (Dinkes
Profinsi Jawa tengah, 2015).
Angka Kematian Bayi di Kabupaten
Semarang tahun 2015 meningkat bila
dibandingkan 2014. Pada tahun 2015,
Angka Kematian Bayi sebesar 10,90 per
1000 KH (158 kasus). Sedangkan Angka
Kematian Bayi tahun 2014 sebesar 10,90
per 1000 KH (142 kasus) (Dinkes Kab
Semarang, 2015).
Dari berbagai penyebab angka
kematian bayi (AKB) di Kabupaten
semarang pada tahun 2015, BBLR
menduduki angka tertinggi yaitu 62 kasus
(39, 2 %), disusul asfiksia 33 kasus (20,8
%), kelainan kongenital 14 (8,8 %),
pnemonia 9 (5,6 %), diare 5 (3,16 %),
kelainan jantung 3 (1,8 %), infeksi 2 kasus
(1,2 %), aspirasi 1 kasus (0,6%), illeus 1
kasus (0,6 %), Tetanus neonatorum 1
kasus (0,6%), gizi buruk 1 kasus (0,6 %),
lain-lain 26 kasus (16,4 %) (Dinkes
Kabupaten Semarang, 2015).
Bayi dengan berat badan lahir
rendah merupakan salah satu faktor risiko
kematian bayi. Oleh karena itu sebagai
salah satu upaya untuk mencegah
terjadinya
kematian
bayi
adalah
penanganan BBLR. Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang
lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram. Penyebab terjadinya BBLR antara
lain karena ibu hamil mengalami anemia,
kurang asupan gizi waktu dalam
kandungan, ataupun lahir kurang bulan.
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah
perlu penanganan yang serius, karena pada
kondisi tersebut bayi mudah sekali
mengalami
hipotermi
dan
belum
sempurnanya pembentukan organ-organ
tubuhnya yang biasanya akan menjadi
penyebab utama kematian bayi (dinkes
profinsi Jawa Tengah , 2014). Secara
nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI,
angka BBLR pada tahun 2010 yaitu 7,5 %
dan meningkat pada tahun 2013 yaitu
10,2% (Kemenkes RI, 2014). Sedangkan
persentase bayi berat lahir rendah (BBLR)
di Jawa Tengah pada tahun 2014 sebanyak
(3,9%), meningkat bila dibandingkan
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD
Ambarawa
2
tahun 2013 (3,75%) (Dinkes Profinsi Jawa
tengah, 2014).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di
Kabupaten Semarang tahun 2015 sebanyak
62 kasus (39,24%) menurun apabila
dibandingkan dengan tahun 2014 yang
sebanyak 57 kasus (40,14%). Persentase
BBLR ditangani pada tahun 2015 sebesar
4,7 % mengalami penurunan dibandingkan
tahun 2014 sebesar 4,8 %. Di Kabupaten
Semarang BBLR masih menjadi salah
satu masalah kesehatan yang menjadi
perhatian karena penyebab terbesar angka
kematian bayi (AKB )adalah BBLR
(Dinkes Kab Semarang, 2015).
Berbagai
upaya
yang
telah
dilaksanakan pada tahun 2015 antara lain
dengan adanya orientasi kunjungan
neonatal, yang dilanjutkan dengan
implementasi kunjungan neonatal bagi
bidan, sosialisasi tata laksana neonatal bagi
dokter serta sosialisasi tata laksana asfiksia
dan BBLR. Dari penatalaksanaan kegiatan
diatas hasilnya belum optimal dalam
menurunkan Angka Kematian Neonatal.
Upaya lain telah dilakukan seperti
Pemberian Makanan Tambahan PMT)
kepada ibu hamil Kurang Energi Kronik
(KEK) agar tidak terlahir bayi dengan
kondisi BBLR (Dinkes Kab Semarang,
2015).
Permasalahan yang begitu banyak
dalam sistem tubuh yang timbul akibat
BBLR. Kasus BBLR dapat menyebabkan
kematian dan memerlukan perawatan
khusus. Efek jangka panjang pada bayi
dengan berat lahir rendah diantaranya
masalah psikis seperti gangguan bicara,
gangguan
perkembangan
dan
pertumbuhan, gangguan belajar dan
masalah fisik seperti penyakit paru kronis
dan kelainan bawaan (Proverawati, 2010).
Berdasarkan studi pendahuluan di
RSUD Ungaran per bulan Oktober 2016
dan di RSUD Ambarawa per bulan agustus
2016. didapatkan data di RSUD Ungaran
jumlah kelahiran sebanyak 456 bayi,
jumlah bayi normal sebanyak 296 bayi
(64,9 %),
BBLR sebanyak 34 bayi
(7,45%), BBLSR sebanyak 10 bayi (2,19
%), BBLER sebanyak 10 bayi (2,19 %),
ikterus sebanyak 18 bayi (3,94 %), asfiksia
sebanyak 9 bayi (1,97 %), GE sebanyak 1
bayi (0,21 %), febris sebanyak 5 bayi (1,09
%), sepsis sebanyak 2 bayi (0,43 %),
aspirasi pnemonia sebanyak 2 bayi (0,43
%), makrosomia sebanyak 5 bayi (1,09 %),
kejang sebanyak 1 bayi (0,21 %), IUGR
sebanyak 2 bayi (0,43 %), penyakit
hemolitik sebanyak 1 bayi (0,21 %), sesak
sebanyak 1 bayi (0,21 %), obstipasi
sebanyak 1 bayi (0,21 %), anenchepali
sebanyak 1 bayi (0,21 %). Jumlah
kematian bayi sesuai dengan patologisnya
per oktober 2016 di RSUD Ungaran
sebanyak 23 bayi (5,04 %) meninggal,
BBLR 13 bayi (2,8 %) meninggal, asfiksia
7 bayi (1,53 %) meninggal, infeksi 1 bayi
(0,21 %) meninggal, aspirasi pnemonia 1
bayi (0,21 %) meninggal, anenchepali 1
bayi
(0,21
%)
meninggal.
Bila
dibandingkan
dengan
tahun
2015
persentase kematian bayi yang disebabkan
oleh BBLR menurun. Pada tahun 2015,
dari 69 bayi dengan BBLR didapatkan 6
bayi (8,6%) meninggal. Pada tahun 2016,
dari 54 bayi dengan BBLR didapatkan 1
(1,85%) bayi meninggal. Didapatkan data
di RSUD Ambarawa jumlah kelahiran
sebanyak 673 bayi, jumlah bayi normal
sebanyak 127 bayi ( 18,8 %), BBLR
sebanyak 108 bayi (16,04 %), cedera lahir
sebanyak 5 bayi (0,74 %), hipoksia
intrauteri dan asfiksia lahir sebanyak 268
bayi (39,82 %), gangguan saluran nafas
sebanyak 11 bayi (1,63 %), masa abnormal
sebanyak 75 bayi (11,4 %), malformasi
kongenital sistem peredaran darah
sebanyak 7 bayi (1,04 %), labiokiziz
sebanyak 2 bayi (0,29 %), kejang sebanyak
1 bayi (0,14 %), malformasi kongenital
sistem cerna sebanyak 5 bayi (0,74 %),
malformasi kongenital lainya sebanyak 2
bayi (0,29 %), deformasi kongenital kaki
sebanyak 3 bayi (0,29 %), atresia ani
sebanyak 1 bayi (0,14 %). Jumlah
kematian bayi sesuai dengan patologisnya
per agustus 2016 sebanyak 20 bayi (2,27
%) meninggal, BBLR 7 bayi (1,04 %)
meninggal, hipoksia intrauterine dan
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD
Ambarawa
2
asfiksia lahir 5 bayi (0,74 %) meninggal,
infeksi 1 bayi (0,14 %) meninggal,
gangguan saluran nafas 5 bayi (0,74 %)
meninggal, masa abnormal 2 bayi (0,29 %)
meninggal, malformasi kongenital sistem
cerna 1 bayi (0,14 %) meninggal. Bila
dibandingkan
dengan
tahun
2015
persentase kematian bayi yang disebabkan
oleh BBLR di RSUD Ambarawa menurun.
Pada tahun 2015, dari 200 bayi dengan
BBLR didapatkan 40
bayi (20 %)
meninggal. Pada tahun 2016, dari 108 bayi
dengan BBLR didapatkan 7 (6,86%) bayi
meninggal.
Berdasarkan data di 2 rumah sakit
negeri di kabupaten semarang maka dapat
disimpulkan BBLR menjadi penyebab
terbanyak kematian bayi. Jumlah kasus
BBLR di RSUD Ambarawa lebih banyak
dibandingkan dengan RSUD Ungaran.
Persentase penurunan kematian bayi 2
tahun terakhir karena BBLR di RSUD
Ambarawa lebih tinggi dibandingkan
RSUD Ungaran. Bayi berat lahir rendah
dapat mengalami gangguan mental dan
fisik serta tumbuh kembang. BBLR
berkaitan
dengan
tingginya
angka
kematian bayi dan balita, juga dapat
berdampak serius pada kualitas generasi
mendatang sehingga penulis tertarik
membahas tentang “Asuhan Asuhan
Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Berat
Lahir Rendah di RSUD Ambarawa.
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan berat badan lahir rendah di
RSUD Ambarawa.
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu
1) Melakukan pengkajian pada
Bayi Baru lahir dengan Berat
Badan Lahir Rendah di RSUD
Ambarawa.
2) Melakukan interpretasi data
yang
meliputi
diagnosa
kebidanan, masalah bayi baru
lahir dengan Berat Badan Lahir
Rendah di RSUD Ambarawa.
3) Merumuskan
diagnosa
potensial
atau
masalah
potensial dan antisipasi pada
Bayi Baru Lahir dengan Berat
Badan Lahir Rendah di RSUD
Ambarawa.
4) Mengidentifikasi
dan
menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera
Bayi Bayi Baru Lahir dengan
Berat Badan Lahir Rendah di
RSUD Ambarawa.
5) Merencanakan tindakan yang
akan dilakukan pada Bayi Baru
Lahir dengan Berat Badan
Lahir Rendah di RSUD
Ambarawa.
6) Melaksanakan tindakan sesuai
dengan rencana tindakan Bayi
Baru Lahir dengan Berat Badan
Lahir Rendah di RSUD
Ambarawa.
7) Melaksanakan
evaluasi
tindakan kebidanan Bayi Baru
Lahir dengan Berat Badan
Lahir Rendah di RSUD
Ambarawa.
b. Penulis
mampu
mengetahui
kesenjangan antara teori dan kasus
nyata yang ada di lahan berkaitan
dengan Bayi Baru Lahir dengan
Berat Badan Lahir Rendah di
RSUD Ambarawa.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah ilmu dan wawasan
tentang asuhan kebidanan pada bayi
dengan berat lahir rendah.
2. Bagi profesi
Meningkatkan pengetahuan dan
penanganan bagi bayi baru lahir
dengan berat lahir rendah dengan tepat,
cepat, dan komprehensif.
3. Bagi Institusi
a. Rumah sakit
Sebagai referensi atau sumber
bacaan yang berkaitan dengan
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD
Ambarawa
3
asuhan kebidanan pada bayi
dengan berat badan lahir rendah di
RSUD Ambarawa.
b. Pendidikan
Sebagai referensi atau sumber
bacaan yang berkaitan dengan
asuhan kebidanan pada bayi
dengan berat badan lahir rendah.
METODE PENULISAN
Pada penyusunan studi kasus ini,
penulis menggunakan metode pengamatan
(observasi) langsung ke bayi. Penulis
membagi lagi menjadi dua yaitu: data
primer dan data sekunder.
1. Data primer
a. Wawancara atau Anamnesa
Pengambilan data pada
studi
kasus
ini,
penulis
menggunakan teknik wawancara
melalui perantara yaitu ibu bayi
dan bidan yang merawat bayi
tersebut (Mufdlilah, 2012)
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah
dilakukan terhadap pasien untuk
keperluan atau untuk mengetahui
masalah kesehatan, yang berkaitan
dengan keadaan fisik, misalnya
mengukur berat badan, lingkar
lengan atas, dan tinggi badan serta
mengkaji reflek-reflek pada bayi
(Muslihatun, 2010).
2. Data Sekunder
Dokumentasi adalah suatu
sistem informasi yang mencakup
pencatatan,
pelaporan
dan
penyimpanan informasi, atau data fakta
yang bermakna dalam pelaksanaan
suatu tugas. Data sekunder di peroleh
dari dokumentasi rekam medis pasien
(Mufdlilah, 2012).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Data subyektif dari hasil
pengkajian didapatkan Ibu mengatakan
baru saja melahirkan bayi perempuan,
menurut Zenebe dkk (2014) bayi
perempuan mempunyai resiko 2 kali
lebih besar untuk lahir dengan berat
badan lahir rendah. Ibu menyatakan
beragama islam, menurut Manna
Nirmala dkk (2013) wanita muslim
memiliki resiko lebih rendah untuk
melahirkan bayi dengan BBLR
dIbandingkan wanita hindu. Berasal
dari suku jawa. Pendidikan terakhir SD,
menurut Manna Nirmala (2013) ibu
dengan pendidikan SD memiliki resiko
28,1 % untuk melahirkan BBLR, resiko
ini lebih tinggi dibandingkan dengan
ibu dengan pendidikan Sekolah
menengah pertama, Sekolah menegah
atas dan perguruan tinggi . Ibu sebagai
ibu rumah tangga, menurut Manna
Nirmala dkk (2013) ibu rumah tangga
memiliki resiko lebih tinggi untuk
melahirkan bayi dengan BBLR
dibandingkan petani, pekerja harian,
pekerja layanan dan guru. Ibu tidak
mempunyai riwayat penyakit selama
kehamilan. Ibu mengatakan melahirkan
kurang
bulan,
Ibu
mengatakan
melahirkan pada umur kehamilan 35
minggu 4 hari, menurut Zenebe dkk
(2014) bayi baru lahir dengan usia
kelahiran kurang dari 37 minggu
memiliki resiko 18 kali lebih besar
untuk lahir dengan berat badan lahir
rendah. Ibu mengatakan melahirkan
pada saat umur 26 tahun. Keluhan
utama adalah ibu menyatakan bayinya
kecil.
Data obyektif dari hasil
pengkajian adalah pada pemeriksaan
umum didapatkan keadaan umum bayi:
baik,
kesadaran:composmentis,
Suhu:35,7 ° C, nadi: 120 X/menit, RR:
40 X/menit, APGAR SCORE:7,8,9,
BB: 2200 gram, PB: 43 cm, LK: 31,4,
LILA: 10 cm, LD: 27,5, LP: 24,5, nilai
APGAR SCORE adalah 7,8,9 , pada
pemeriksaan fisik terdiri telinga sangat
lunak,
karena
belum
terbentuk
sempurna, dada: payudara belum
terlihat, puting susu berupa titik,
kulit:tipis, mengkilap, lemak bawah
kulit
tipis, kulit tidak keriput,
kemerahan genetalia labia mayora
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD
Ambarawa
4
belum menutupi labia minora, reflek
moro lemah, reflek rooting lemah,
reflek sucking positif lemah, reflek
tonik neck lemah, pada pemeriksaan
penunjang gula darah sewaktu bayi
yaitu 72 mg/dl.
Pada
pengkajian
ada
kesenjangan antara teori dan praktik
yaitu pada kasus dilakukan penilaian
APGAR SCORE sedangkan pada teori
dilakukan penilaian selintas. Pada kasus
suhu badan bayi baru lahir 37,1ºC
sedangkan pada teori 34ºC-37ºC. Pada
kasus dilakukan pemeriksaan lingkar
perut dengan hasil 24,5 cm sedangkan
pada teori tidak dilakukan pemeriksaan
lingkar perut. Pada kasus tulang rawan
daun telinga sudah sempurna sedangkan
dalam teori tulang rawan daun telinga
belum sempurna. Pada kasus kulit tidak
keriput sedangkan pada teori kulit bayi
dengan BBLR keriput.
2. Interpretasi Data
Data subjektif dari hasil
pengkajian didapatkan: ibu baru saja
melahirkan bayi perempuan, ibu
menyatakan melahirkan secara spontan
pervaginam,
ibu
menyatakan
melahirkan pada umur 26 tahun,ibu
menyatakan
bayinya
kecil
ibu
menyatakan melahirkan kurang bulan.
Data obyektif dari hasil pengkajian
adalah: pada pemeriksaan umum
didapatkan keadaan umum bayi baik,
kesadaran composmentis, BB: 2200
gram
Berdasarkan data subjektif dan
data obyektif diatas, pada kasus ini
penulis
menentukan
diagnosa
kebidanan bayi Ny. F umur 0 hari
dengan berat badan lahir rendah.
Diagnosa sudah sesuai menurut teori
yang menyatakan bahwa berat badan
lahir rendah adalah dengan berat badan
2200 gram.
Pada langkah ini penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori
dan kasus yang dilahan praktek yaitu
pada kasus tidak ada masalah yang
muncul pada bayi Ny. F dengan berat
badan lahir rendah. Asuhan yang
diberikan pertama kali adalah rasa
nyaman, menjaga kehangatan dengan
IMD. pada kasus ini kebutuhan yang
diberikan adalah rasa aman dan
menjaga kehangatan dengan IMD
3. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial pada bayi
Ny.F seperti hipotermi, sindrom gawat
nafas,
hipoglikemi,
perdarahan
intracanial
tidak
terjadi
karena
penanganan bayi baru lahir yang baik.
Pada langkah ini tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik.
4. Identifikasi
dan
menentukan
kebutuhan segera
Bayi Ny. F tidak memerlukan
tindakan segera sehingga tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik
pada kasus bayi baru lahir dengan berat
badan lahir rendah.
5. Perencanaan
Perencanaan hari pertama
Perencanaan pada kasus bayi Ny
F meliputi pemeriksaan APGAR
SCORE dan Pengawasan pernafasan
dan kehangatan bayi 15 menit sekali
selama 2 jam pertama kelahiran.
Pertahankan suhu tubuh bayi dengan
melakukan pengeringan tubuh bayi
dengan mengganti kain basah deng
yang kering, menyelimuti bayi, IMD
pada bayi baru lahir selama 15 menit,
menurut Depkes RI (2008) bayi harus
mendapatkan kontak kulit dengan kulit
ibunya segera setelah lahir selama
paling sedikit satu jam. meletkan bayi
dibawah lampu sorot infarm warmer
pada saat menggati pakaian bayi,
membedong bayi. Pengaturan dan
pengawasan intake nutrisi dengan cara
menganjurkan ibu untuk menyusui bayi
setiap 2 jam atau sesering mungkin saat
bayi ingin menyusu. Pencegahan
infeksi. Observasi pola kebutuhan
sehari-hari. Penimbangan berat badan 1
kali per hari. Pengawasan ku dan tanda
vital setiap 4 jam sekali. Perawatan
metode kangguru. Pijat bayi dengan
berat badan lahir rendah 2 kali per hari.
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD
Ambarawa
5
Pemberian imunisasi Vit K, salep mata
dan pemberian polio tetes. Pemeriksaan
gula darah sewaktu.
Pada langkah ini penulis penulis
menemukan kesenjangan antara teori
dan
praktik
teori
dilakuakan
pemeberian oksigen dan pengawasan
jalan nafas sedangkan pada praktik
tidak dilakukan pemberian oksigen dan
pengawasan jalan nafas karena tidak
ada kegawadaruratan pada bayi seperti
asfiksia, henti nafas, bradi kardi dan
takikardi.
Perencanaan hari kedua
Perencanaan pada kasus bayi
Ny F yaitu observasi KU dan TTV,
menjaga personal hygine. penimbangan
berat badan. Pemberian imunisasi HB0.
pemeriksaan reflek. pijat bayi BBLR.
Pertahankan
suhu
tubuh
bayi.
Perawatan metode kangguru. Berikan
asupan
nutrisi.
Dan
observasi
kebutuhan sehari-hari. Pada langkah ini
penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dan praktik.
Perencanaan hari ketiga
Perencanaan hari ketiga pada
bayi Ny.F yaitu observasi KU dan TTV.
Jaga personal hygine bayi dengan cara
membersihkan
BAB/BAK,
memandikan, perawatan tali ppusat.
Pertahankan
suhu
tubuh
bayi.
Pemantauan reflek. Perawatan metode
kangguru. Beri asupan nutrisi pada
bayi. Pijat bayi BBLR. Cegah
terjadinya infeksi. Observasi kebutuhan
sehari-hari. pada langkah ini penulis
tidak menemukan kesenjangan antara
teori dan praktik.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan hari pertama
Pelaksanaan pada hari pertama
sesuai dengan perencanaan yang
dilakukan. Pada langkah ini penulis
menemukan kesenjangan antara teori
dan praktik yaitu pada teori dilakuakn
pemeberian oksigen dan pengawasan
jalan nafas sedangkan pada praktik
tidak dilakukan pemberian oksigen dan
pengawasan jalan nafas. Pada teori
IMD dilakukan minimal 1 jam
sedangkan pada praktik IMD dilakukan
15 menit. Pada teori bayi baru lahir
dilakukan
pemeriksaan
selintas
sedangkan pada praktik dilakukan
pemeriksaan APGAR SCORE. Hasil
APGAR SCORE pada menit pertama
yaitu 7 (asfiksia ringan) tetapi tidak
dilakukan resusitasi karena pernafasan
dan denyut jantung normal, reflek
sedikit gerakan karena tonus otot yang
belum kuat, tonus otot kurang baik
karena , warna kulit pada ekstremitas
kebiruan karena menurut Pantiawati
(2010) BBL melakukan adaptasi
fisiologis yang sebelumnya dalam suhu
yang normal dan stabil (36ºC-37ºC)
segera setelah bayi lahir bayi
didapatkan pada suhu lingkungan yang
lebih rendah. Karena menurut Depkes
RI (2008) syarat melakukan resusitasi
adalah bayi tidak cukup bulan dan atau
tidak menangis atau tidak bernafas atau
megap-megap dan atau tonus otot tidak
baik. Pada teori pembrian nutrisi di
diperas, disendok atau melalui NGT
dan pemberian 200 cc/ kgBB/hari
sedangkan pada praktik pemberian ASI
langsung ditetesi melalui puting susu
ibu. Pada teori tidak ada observasi
kebutuhan sehari-hari sedangkan pada
praktik dilakukan observasi kebutuhan
sehari-hari.
Pelaksanaan hari kedua
Pelaksanaan pada hari pertama
sesuai dengan perencanaan yang
dilakukan. Pada langkah ini penulis
tidak menemukan kesenjangan antara
teori dan praktik.
Pelaksanaan hari ketiga
Pelaksanaan pada hari ketiga
sesuai dengan perencanaan yang
dilakukan. Pada langkah ini penulis
tidak menemukan kesenjangan antara
teori dan praktik.
7. Evaluasi
Evaluasi hari pertama
Pada langkah ini penulis
menemukan kesenjangan antara teori
dan prakti. Pada teori IMD dilakukan
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD
Ambarawa
6
minimal 1 jam sedangkan pada praktik
IMD dilakukan 15 menit, menurut
Mumpuni
dan
Utami
(2016)
Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) memberikan pengaruh yang
besar terhadap kelangsungan pemberian
ASI ekslusif, bayi yang mendapatkan
IMD dalam waktu lebih dari satu jam
setelah kelahiran memiliki risiko 1,661
kali lebih besar untuk tidak menyusu
secara eksklusif dibandingkan dengan
bayi yang diberi ASI pertama dalam
waktu satu jam setelah kelahiran. Pada
teori bayi baru lahir dilakukan
pemeriksaan selintas sedangkan pada
praktik dilakukan pemeriksaan APGAR
SCORE. Pada teori pemberian nutrisi di
di peras, disendok atau disonde dan
pemberian
200
cc/
kgBB/hari
sedangkan pada praktik pemberian ASI
langsung ditetesi melalui puting susu
ibu karena keadaan umum bayi baik
dan bisa menyusui.
Evaluasi hari kedua
Evaluasi hari kedua didapatkan
hasil reflek tonick neck dan sucking
menjadi kuat, pada hari sebelumnya
reflek tonic neck dan reflek sucing
lemah. berat badan bayi tidak ada
penurunan dan tidak ada peningkatan.
Pada langkah ini tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik.
Evaluasi hari ketiga
Evaluasi pada kasus setelah
dilakukan asuhan selama 3 hari, bayi
Ny. F didapatkan hasil keadaan umum
baik, gerak aktif, tanda vital nadi:130
kali/ menit, suhu 36.7 ºC, RR:35
kali/menit, berat badan 2200 gram, tali
pusat bersih dan kering, reflek hisap
kuat. langkah evaluasi ditemukan
kesenjangan yaitu pada teori terjadi
penurunan berat badan sedangkan pada
kasus tidak terjadi penurunan berat
badan. Tidak terjadi peningkatan berat
badan dikarenakan bayi yang ditimbang
setiap
hari
fisiologisnya
akan
mengalami penurunan 10 % berat badan
bayi, akan naik setidak-tidaknya 20
gram/hari. Sebab lain tidak terjadi
peningkatan berat dikarenakan bayi
malas menyusui karena reflek hisap
bayi rendah sehingga asupan nutrisi ke
bayi kurang meskipun produsi ASI
kuat/lancar, reflek aliran susu yang
terlalu kuat menyebabkan terlalu
berlebihan bagi bayi yang masih lemah
sehingga bayi cepat lelah, bayi juga
merasa tidak nyaman karna posisi
menyusui
yang
salah
akan
menyebabkan bayi malas menyusui.
Reflek moro, roting, sucking, tonick
neck menjadi kuat, pada hari
sebelumnya reflek ini lemah. Menurut
Rajashree (2015) BBLR merupakan
masalah
yang
bersifat
multidimensional, dengan demikian
pendekatan
secara
komprehensif
seperti pendidikan kesehatan untuk
remaja tentang gizi dan perkawinan,
pendidikan kesehatan untuk wanita
yang sudah menikah mengenai nutisi
dan usia kehamilan pertama, pendidikan
kesehatan untuk ibu hamil mengenai
nutrisi, pemeriksaan rutin antenatal,
asupan zat besi secara teratur dan tablet
folat, jarak kehamilan, keluarga
berencana lebih ditingkatkan.
PENUTUP
Kesimpulan
Pada bab ini penulis akan menarik
kesimpulan pada asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir pada bayi Ny. F dengan
BBLR di RSUD Ambarawa, menggunakan
manajement asuhan kebidanan menurut
Varney, yaitu terdiri dari tujuh langkah
yaitu:
1. Pengkajian
Pada pengkajian bayi Ny. F
dengan BBLR yang dilakukan tanggal
27 Februari 2017 ditemukan data
subyektif Ibu menyatakan bayinya
kecil. Ibu mengatakan melahirkan
kurang bulan, bayinya perempuan,
beragama islam, pendidikan terakhir
SD, sebagai ibu rumah tangga dan
Data obyektif hasil telinga sangat
lunak, karena belum terbentuk
sempurna, dada: payudara belum
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD
Ambarawa
7
terlihat, puting susu berupa titik,
kulit:tipis, mengkilap, lemak bawah
kulit
tipis, kulit tidak keriput,
kemerahan genetalia labia mayora
belum menutupi labia minora, reflek
moro lemah, reflek rooting lemah,
reflek sucking positif lemah, reflek
tonik neck lemah, BB: 2200 gram, PB:
43 cm, LK:31,4 cm, LD:27,5 cm,
LP:24,5 cm, Lila:10 cm, APGAR score
7,8,9
2. Interpretasi data
Dari data yang diperoleh dari
pengajian
dapat
diinterpretasikan
diagnosa kebidanan pertama yaitu bayi
baru lahir pada bayi Ny. F umur 0 jam
, diagnosa kedua yaitu bayi baru lahir
pada bayi Ny. F umur 1 jam, diagnosa
ketiga yaitu bayi baru lahir pada bayi
Ny. F umur 2 jam dengan berat badan
lahir rendah, diagnosa keempat bayi
baru lahir pada bayi Ny. F umur 3 jam
dengan berat badan lahir rendah,
diagnosa kelima bayi baru lahir pada
bayi Ny. F umur 4 jam dengan berat
badan lahir rendah, diagnosa keenam
bayi baru lahir pada bayi Ny. F umur
5 jam dengan berat badan lahir rendah,
diagnosa ketuju bayi baru lahir pada
bayi Ny. F umur 6 jam dengan berat
badan lahir rendah, diagnosa kedelapan
diagnosa kedelapan bayi baru lahir
pada bayi Ny. F umur 1 hari dengan
berat badan lahir rendah, diagnosa
kesembilanbayi baru lahir pada bayi
Ny. F umur 2 hari dengan berat badan
lahir rendah, diagnosa kesepuluh
diagnosa ketiga bayi baru lahir pada
bayi Ny. F umur 3 hari dengan berat
badan lahir rendah.
3. Diagnosa Potensial
Diagnosa pontensial pada bayi
Ny.F seperti hipotermi, sindrom gawat
nafas,
hipoglikemi,
perdarahan
intracanial tidak terjadi karena
penanganan bayi baru lahir yang baik.
4. Identifikasi
dan
menentukan
kebutuhan segera
Pada bayi Ny. F tidak
memerlukan tindakan segera karena
tidak ada diagnosa potensial yang
muncul.
5. Perencanaan
Perencaaan yang diberikan
pada bayi Ny. F yaitu pemeriksaan
Apgar score, jaga kehangatan bayi,
Lakukan IMD, periksa pernafasan dan
kehangatan bayi, pencegahan infeksi,
pemberian Vit K, polio tetes dan tetes
mata, pemantauan keadaan umum,
pemantauan berat badan, pemantauan
reflek, pegawasan intake nutrisi,
perawatan metode kangguru, pijat bayi,
imunisasi HBO.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang diberikan
pada bayi Ny. F yaitu melakukan
pemeriksaan Apgar score, menjaga
kehangatan bayi dengan menyelimuti,
memakaikan pakaian hangat, menjaga
ruangan tetap hangan, menaruh dalam
infarm warmer, melakukan IMD,
memeriksa pernafasan dan kehangatan
bayi, melakukan pencegahan infeksi
dengan menjaga personal hygine,
perawatan tali pusat, pemberian Vit K,
polio tetes dan tetes mata, imunisasi
HBO, pemantauan keadaan umum
peliputi antopometri pemeriksaan fisik
pemeriksaan reflek, pegawasan intake
nutrisi dengan mengajarkan menyusui
yang benar dan menmberitahu
minimal setiap 2 jam sekali untuk
menyusui,
melakukan
perawatan
metode kangguru dan mengajarkan
kepada ibu, melakukan pijat bayi dan
mengajarkan kepada ibu.
7. Evaluasi
Evaluasi pada bayi Ny. F
setelah dilakukan asuhan selama 3 hari,
bayi Ny. F didapatkan hasil keadaan
umum baik, gerak aktif, tanda vital
nadi:130 kali/ menit, suhu 36.7 ºC,
RR:35 kali/menit, berat badan 2200
gram, tali pusat bersih dan kering,
reflek moro kuat, reflek rooting kuat,
reflek tonick neck kuat, reflek sucing
kuat.
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD
Ambarawa
8
SARAN
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil
studi
kasus
ini
diharapkan mampu digunakan sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
memberikan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir dengan BBLR sesuai
standar operasional perawatan BBLR.
Serta menambahkan perawatan seperti
pijat bayi BBLR untuk mengurangi
biaya perawatan di Rumah sakit.
2. Bagi ibu
Diharapkan
ibu
mampu
memberikan ASI Ekslusif, ibu mampu
melakukan
perawatan
metode
kangguru secara mandiri, ibu mampu
melakukan pijat bayi secara mandiri,
ibu mampu merawat bayi sendiri
dirumah agar tidak terjadi masalah
yang disebabkan oleh BBLR.
3. Pendidikan
Diharapkan agar institusi
pendidikan dapat lebih meningkatkan
atau menambah reverensi, sehingga
dapat
membantu
penulis
atau
mahasiswa dalam mencari reverensi
untuk penelitian khususnya untuk bayi
BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan
Normal.Jakarta
Depkes RI. 2011. Manajemen Bayi Berat
Lahir Rendah untuk Bidan Dan
Perawat. Jakarta.
Dinkes Kabupaten Semarang. 2015. Profil
Kesehatan
Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2015. Profil
Kesehatan
Field TM. 2008. Stimulation of preterm
infant. Diakses pada tanggal 26 Juli
2017dari
http://pedsinreview.aappublications
.org/content/24/1/12
Profil
Kesehatan 2015.
Kesehatan RI
Kementrian
Khanal, Vishnu dkk. 2015. Factors
associated with Early Initiation of
Breastfeeding in Western Nepal.
Int. J. Environ. Res. Public Health
2015,
12,
9562-9574;
doi:10.3390/ijerph120809562
Manna, Nirmalyadkk. 2013. SocioBiological Determinants of Low
Birth Weight: A Community based
study from rural field practice area
of Medical College, Kolkata, West
Bengal (India). IOSR Journal of
Dental and Medical Sciences (IOSRJDMS) e-ISSN: 2279-0853, p-ISSN:
2279-0861. Volume 4, Issue 4 (Jan.Feb. 2013), PP 33-39
Mufdlilah dkk. 2012. Konsep Kebidanan.
Yogyakarta. Nuha Medika
Muslikhatun, wafi nur. 2010. Asuhan
Neonatus
Bayi
dan
Balita.
Yogyakarta: Fitramaya
Nursalam. 2009. Manajemen keperawatan.
Jakarta: Salemba medika
Pantikawati, ika. 2010. Bayi dengan
BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rahmi, Yori dkk. 2012. Pengaruh Pijat
Bayi Terhadap Kenaikan Berat
Badan Bayi Prematur di RSUP. Dr.
M. Djamil Padang. Ners Jurnal
Keperawatan Volume 8, No 2
Rajashree Kotabal dkk. 2015. Study on the
factors associated with low birth
weight among newborns delivered
in
a
tertiary-care
hospital,
Shimoga, Karnataka. Department
of Community Medicine, Shimoga
Institute of Medical Sciences,
Shimoga,
Karnataka,
India.
International Journal of Medical
Science and Public HealthVol 4
Ria Resti, Sudijanto. 2014. Hubungan
antara
pelaksanaan
inisiasi
menyusu dini (IMD) dengan
pemberian asi ekslusif 6 bulan
pada
wanita
primipara
di
Indonesia tahun 2012 (analisis
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD
Ambarawa
9
lanjut survei demografi kesehatan
indonesia tahun 2012). FKM UI
Zenebe, Kehsey dkk. 2014. Low Birth
Weight & Associated Factors
Among Newborns in Gondar Town,
North West Ethiopia: Institutional
Based
Cross-Sectional
Study.
Journal
of
Pharmaceutical
Sciences, 2014; 4(2): 74-80
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD
Ambarawa
10
Download