AKLIMATISASI BENIH IKAN PATIN (Pangasianodon hypophthalmus

advertisement
Aklimatisasi Benih Ikan Patin ….. Waduk Malahayu, Jawa Tengah (Romdon, S.)
AKLIMATISASI BENIH IKAN PATIN (Pangasianodon hypophthalmus) UNTUK
PERSIAPAN PENEBARAN IKAN DI WADUK MALAHAYU, JAWA TENGAH
Soleh Romdon
Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan, Jatiluhur-Purwakarta
Teregistrasi I tanggal: 30 Juli 2010; Diterima setelah perbaikan tanggal: 3 September 2010;
Disetujui terbit tanggal: 14 September 2010
PENDAHULUAN
Aklimatisasi benih ikan adalah waktu yang
diperlukan oleh benih ikan untuk beradaptasi dengan
lingkungannya yang baru seperti di waduk atau situ.
Ikan
patin
(Pangasianodon
hypophthalmus)
merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan
panjang berwarna putih perak dengan punggung
berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai
komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki
harga jual yang tinggi. Hal ini yang menyebabkan ikan
patin mendapat perhatian dan diminati oleh para
pengusaha untuk membudidayakannya (Arifin et al.,
1997). Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian
makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam
usia enam bulan ikan patin dapat mencapai panjang
35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini
tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk
mendukung pertumbuhan. Pada perairan yang tidak
mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun
sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini.
Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar
lokal, warna putih seperti perak, dan punggung
berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil,
mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah
(merupakan ciri khas golongan catfish). Ikan patin
pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis
pendek yang berfungsi sebagai peraba. Tujuan
penulisan ini adalah untuk menguraikan pelaksanaan
aklimatisasi benih ikan patin di Waduk Malahayu
untuk mendukung program pemacuan stok melalui
perikanan berbasis budi daya (culture based
fisheries).
Waduk Malahayu terletak di Kabupaten Brebes,
Jawa Tengah, setengah jam dari keluar pintu tol
Pejagan ke arah selatan mempunyai luas 620 ha
yang dibangun oleh pemerintah kolonial belanda pada
tahun 1930 yang fungsi utamanya adalah penyedia air
baku untuk kebutuhan rumah tangga dan irigasi.
Seiring dengan berubahnya waktu maka fungsi tadi
juga berubah yaitu untuk pengembangan perikanan
tangkap (masyarakat tidak menghendaki adanya
Tabel 1.
No.
1.
2.
pemanfaatan perairan untuk usaha budi daya ikan
dalam keramba jaring apung), pariwisata dan
transportasi air. Sumber air waduk ini relatif bersih
dari ancaman gulma air seperti eceng gondok
(Eichhornia crassipes) dan kayambang (Saluria
molesta) kecuali di bagian hulu yang relatif di kelilingi
oleh daerah pertanian (Purnomo et al., 2008).
Komposisi hasil tangkapan ikan oleh nelayan setiap
harinya antara 60,3-86,3% (rata-rata 78,2%) antara
lain berupa ikan nila (Oreochromis niloticus),
sedangkan sisanya adalah jenis ikan lainnya
(Purnomo et al., 2009).
POKOK BAHASAN
Bahan dan Metode
Waktu dan lokasi pelaksanaan aklimatisasi
Aklimatisasi benih ikan patin untuk penebaran
dilaksanakan di Waduk Malahayu pada bulan April
sampai Juni 2009. Lama pemeliharaan benih selama
masa aklimatisasi yaitu 71 hari.
Alat dan bahan
Jumlah benih ikan patin yang akan diaklimatisasi di
Waduk Malahayu 50.000 ekor yang berasal dari
pembenihan ikan patin Dusun Sengonlio, Desa
Sumandijaya,
Kecamatan Ciasem,
Kabupaten
Subang. Selama masa aklimatisasi prosesnya seperti
layaknya budi daya, artinya ada tahap penjarangan
yaitu benih dipencarkan menjadi beberapa kantung
pemeliharaan supaya keadaannya tidak terlalu padat.
Benih ikan patin selama proses aklimatisasi di beri
pakan pelet secukupnya. Selain itu juga setiap dua
mingguan dilakukan pengambilan contoh berupa
pengukuran panjang dan bobot individu ikan,
tujuannya adalah untuk mengetahui laju pertumbuhan
dan ukuran populasi saat itu. Alat dan bahan yang
digunakan untuk pembuatan konstruksi keramba
jaring apung (waring) yang digunakan dalam proses
aklimatisasi (Tabel 1).
Alat dan bahan untuk pembuatan konstruksi keramba jaring apung
Alat atau bahan
Penggaris 50 cm dengan ketelitian ±0,1 cm
Timbangan digital dengan ketelitian ±1 g
Penggunaan atau manfaat
Mengukur panjang benih ikan.
Menimbang bobot benih ikan.
BTL: Vol.9 No.1 Juni 2011:
3.
4.
5.
6.
Waring dengan ukuran mata jaring 0,5 inci dengan
ukuran 7x7x4 m sebanyak 5 buah
Bambu 33 buah
Drum 8 buah
Tambang jangkar dengan ukuran diameter 12 mm
7.
8.
Ember
Seser
Ukuran keramba jaring apung (waring) yang dibuat
berukuran 7x7x4 m sebanyak 5 buah (Gambar 1).
Masing-masing berisi benih ikan patin 10.000 ekor
Gambar 1.
Untuk menempatkan benih ikan.
Kerangka keramba jaring apung.
Pelampung keramba jaring apung.
Menempatkan keramba jaring apung agar tidak
berubah posisi.
Untuk memindahkan benih ikan.
Untuk menangkap benih ikan pada waktu
pengambilan contoh.
dengan ukuran panjang ±5 cm dan bobot ±10 g
(Gambar 2).
Keramba jaring apung (waring) yang digunakan untuk aklimatisasi.
Gambar 2.
Untuk pengukuran parameter kualitas air secara
insitu seperti suhu, konsentrasi oksigen terlarut dan
karbondioksida,
serta
pH
dilakukan
dengan
menggunakan alat atau water quality checker Horiba.
Hasil
Pada waktu pengangkutan benih ke lokasi selama
beberapa hari telah terjadi kematian benih. Jumlahnya
kian hari semakin menurun sampai mencapai tahapan
yang stabil (Gambar 3), artinya setelah tahapan ini
dilalui maka benih dapat dipacu pertumbuhannya
Benih ikan patin.
dengan cara memberi makan sekenyangnya
(sebelumnya hanya diberi makan sedikit). Kematian
benih tersebut semata-mata adalah akibat proses
transportasi ke lokasi pemeliharaan. Total kematian
benih sejak awal sampai mencapai fase stabil sejak
hari ke-11 di Waduk Malahayu 4,7%.
Dari Gambar 4 dan 5 setelah diperhitungkan maka
diketahui rata-rata laju pertumbuhan panjang benih
saat itu 0,1 cm/hari, sedangkan pertambahan
bobotnya rata-rata 0,17 g/hari di Waduk Malahayu.
Aklimatisasi Benih Ikan Patin ….. Waduk Malahayu, Jawa Tengah (Romdon, S.)
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Tabel 2.
Parameter
Suhu air (°C)
O2 (mg/L)
CO2 (mg/L)
pH (unit)
Grafik kematian benih ikan patin di Waduk Malahayu.
Grafik pertumbuhan panjang benih ikan patin selama masa aklimatisasi di Waduk Malahayu.
Grafik pertambahan bobot benih ikan patin selama masa aklimatisasi di Waduk Malahayu.
Fisika dan kimiawi air Waduk Malahayu.
0
25,7-29,3 (27,0)
5,3-13,1 (8,8)
0,0-3,0 (0,7)
7,0-8,0 (7,4)
Kedalaman (m)
2
4
25,7-27,6 (26,4)
25,9-27,4 (26,2)
5,3-9,5 (7,1)
5,3-8,9 (6,6)
0,0-5,9 (1,7)
0,0-5,9 (1,3)
7,0-8,0 (7,4)
7,0-8,0 (7,5)
6-8 (Dasar)
25,0-25,9 (25,6)
4,7-5,3 (5,0)
1,5-3,0 (2,2)
7,5-8,0 (7,6)
BTL: Vol.9 No.1 Juni 2011:
Untuk mengetahui kondisi habitat lingkungan
lokasi aklimatisasi benih dilakukan juga pengukuran
beberapa parameter kualitas air. Suhu air berkisar
25,0-27,6°C, konsentrasi oksigen terlarut berkisar 5,313,1 mg/L, konsetrasi karbondioksida bebas berkisar
0,0-5,9 mg CaCO3/L, dan pH berkisar 7-8 (Tabel 2).
Hasil pengukuran tersebut tidak jauh berbeda dengan
kualitas air yang dibutuhkan untuk menunjang
kehidupan ikan patin tersebut. Jika dibudidaya ikan ini
berkembang dengan baik pada suhu 29-30°C, pH
antara 7,5-8,5 oksigen terlarut berkisar 3,07-5,40
mg/L, dan karbondioksida bebas berkisar 1,99-4,79
mg/L (Suhenda et al., 2003).
KESIMPULAN
1. Total kematian benih ikan patin selama 71 hari
masa aklimatisasi di Waduk Malahayu 4,7% dari
50.000 ekor benih.
2. Rata-rata laju pertumbuhan panjang benih saat itu
0,1 cm/hari dan pertambahan bobot rata-rata 0,17
g/hari.
PERSANTUNAN
Tulisan ini merupakan kontribusi dari hasil kegiatan
riset perikanan berbasis budi daya (culture based
fisheries), T. A. 2009, di Loka Riset Pemacuan Stok
Ikan-Jatiluhur, Purwakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z., A. K. Gaffar, & S. Adjie. 1997. Studi biologi
ikan langka (Pangasius sp.) di daerah aliran
Sungai Musi. Laporan Sementara Loka Perikanan
Air Tawar. Palembang. Tidak Dipublikasi.
Purnomo, K., E. S. Kartamihardja, A. Nurfiarini, & Z.
Nasution. 2008. Penelitian Perikanan Berbasis
Budi Daya (Culture Based Fisheries) di Perairan
Waduk/Danau di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Loka Riset Pemacuan Stok Ikan. (Tidak
Dipublikasi).
Purnomo, K., E. S. Kartamihardja, A. Nurfiarini, & Z.
Nasution. 2009. Penelitian Perikanan Berbasis
Budi Daya (Culture Based Fisheries) di Perairan
Waduk/Danau di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Loka Riset Pemacuan Stok Ikan. (Tidak
Dipublikasi).
Suhenda, N., L. Setianingsih, & Y. Suryanti. 2003.
Penentuan rasio antara kadar karbohidrat dan
lemak pada pakan benih ikan patin jambal
(Pangasius djambal). Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia. Edisi Akuakultur. 9: 1 pp.
Download