implementasi manajemen risiko di pt. bringin life syariah jurusan

advertisement
IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO
DI PT. BRINGIN LIFE SYARIAH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh:
IIN IRNAWATI
NIM : 107053000200
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya telah
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Juni 2011
Iin Irnawati
LEMBAR PERSEMBAHAN
Al-jaddu bil jiddi wal hirmanu
Bil-kasali fanshab tushib’an qariibin ghayatal-‘amali
Kesuksesan akan didapatkan dengan kesungguhan dan kegagalan terjadi
akibat kemalasan. Bersungguh-sungguhlah maka kamu akan
mendapatkan dengan segera apa yang kamu cita-citaka.
Sholahuddin As-Supadi, wafat 764 H
“Al-ilmu shoidun wal kitabatu qaiduhu, qayyid shuyudaka bil-hibaalil
watsiqati, F aminal hamaqati an tashiida ghazaalatan wa tatrukaha
bainal khalaiqi thaliqatan.”
Ilmu itu bagai binatang buruan dan tulisan itu adalah talinya, maka
ikatlah buruan itu dengan tali yang kuat. Hanya orang bodohlah yang
berburu kijang dan meninggalkannya di antara makhluk lainnya yang
bebas tanpa ikatan.
Kupersembahkan skripsi ini untuk keluarga besarku dan orang-orang
terbaik dalam kehidupanku………..
Love you all……..
ABSTRAK
Iin Irnawati (107053000200)
“Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah.”
Di bawah bimbingan Dr. Sihabudin Noor, MA.
Lembaga Keuangan Syari’ah khususnya Asuransi Syari’ah hadir sesuai
kebutuhan dan keinginan umat Muslim untuk ikut serta dalam Asuransi Jiwa
maupun Asuransi Kerugian. Asuransi Syari’ah adalah saling tolong menolong
sesama peserta berdasarkan akad yang telah ditentukan. Untuk pengelolaan dan
penanggungan risiko, Asuransi Syari’ah tidak memperbolehkan adanya gharar
(ketidakpastian atau spekulasi), maisir (perjudian) dan untuk investasi atau
manajemen dana tidak diperlukan adanya riba (bunga). Didalam menjalankan
Asuransi Syari’ah tidak mudah untuk mencapai tujuan perusahaan yang baik.
Karena banyak hal yang harus diperhatikan dari segi manajemen. Dalam hal ini
manajemen risiko mempunyai peranan penting untuk menyelesaikan berbagai
risiko yang akan timbul pada setiap perusahaan Asuransi Syari’ah. Ini artinya ada
sesuatu yang membuat daya tarik tersendiri untuk diteliti karena manajemen risiko
dapat membantu perusahaan Asuransi Syari’ah untuk menjadi perusahaan yang
sehat. Berdasarkan data tersebut, maka penelitian ini menjadi sangat menarik
ketika kita ingin mengetahui Bagaimana Implemenasi Manajemen Risiko dan
Mitigasi Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah?
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara holistik (menyeluruh)
mengenai Implementasi Manajemen Risiko dan Mitigasi Risiko di PT. Bringin
Life Syari’ah. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis
dengan pendekatan kualitatif. Informan ditentukan dengan sampel teoritis
berdasarkan pemahaman teori yang sesuai dengan masalah dan tujuannya.
Hasil dari penelitian ini, peneliti membuat kesimpulan yang diperoleh
adalah PT. Bringin Life Syari’ah tidak menanggung risiko sendiri dan berbagi
risiko dengan peserta. Karena dalam perhitungan kontribusi (premi)
menggunakan risk sharing (saling menanggung risiko) antar peserta. Bahwa
risiko-risiko tidak bisa dihindarkan namun diminimalisir (mitigasi) risiko dengan
metode Actuarial Control Cycle dan Good Corporate Govenance (GCG) metode
ini berhasil diintegrasikan PT. Bringin Life Syari’ah dengan adanya Laporan
Kesehatan Keuangan dengan menggunakan metode Risk Base Capital (RBC)
setiap triwulanan dan periode.
KATA PENGANTAR
   
Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Peneliti menyadari
sepenuhnya, skripsi ini bukan semata-mata hasil kerja keras peneliti sendiri, tetapi
dukungan dari berbagai pihak, khususnya pembimbing yang telah mendorong
peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu peneliti menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan setulus hati kepada
berbagai pihak, khususnya:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah yang selalu memberikan dukungan untuk penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak H. Mulkanasir, Ba, S.Pd, MM., selaku Sekretaris Jurusan
Manajemen Dakwah yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
untuk penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Sihabudin Noor, MA., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
dengan besar hati dan sabar, meluangkan waktunya untuk memberikan
saran, konsultasi, dan bimbingan terhadap skripsi ini hingga akhirnya bisa
sampai ke meja munaqasyah.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Manajemen
Dakwah yang telah berbagi ilmu pengetahuan serta pengalaman berharga
kepada peneliti. Semua amal kebaikan bapak dan ibu dibalas dengan
pahala yang tidak terhingga.
6. Seluruh Dosen Penguji, Sekretaris, dan Ketua sidang munaqasyah, yang
telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mempresentasikan
hasil skripsi peneliti.
7. Bapak Nanang Suryana, S. MM. FSAI., selaku Wakil Kepala Divisi
Layanan Bisnis Syariah yang telah memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk melakukan penelitian.
ii
8. Bapak Basuki Achmad SE., selaku Kepala Bagian Operasional PT.
Bringin Life Syariah yang telah memberikan kesempatan, dan arahan
mengenai Asuransi, dan izin penelitian di PT. Bringin Life Syariah. Serta
para staff yaitu kakak Omy di bagian Keuangan yang selalu memberikan
arahan, semangat, dan motivasi kepada peneliti dan kakak Adhimas serta
staff lainnya di PT Bringin Life Syariah.
9. Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama dan Perpusatakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas bagi peneliti untuk
mengadakan studi kepustakaan.
10. Keluarga yang selalu mendukung baik secara moral maupun materil.
Terutama dari doa bunda dan papa tercinta yaitu Ibu Nipah dan Bapak
Nasep serta kakak-kakak ku tersayang (kakak Nita, Kakak Nina, Kakak
Nining dan Kakak Iis) dan sepupu Ika serta keponakan kecil ku Ridho dan
Bima selalu membuat ku tersenyum.
11. Sahabat-sahabat Manajemen Dakwah angkatan 2007 khususnya kelas B,
Lilis Muchlisoh, Rohayati Khosidah, Fauziah, dan Agus Supriyadi yang
tiada henti memberikan dukungan, motivasi, semangat, untuk selalu sabar
menghadapi hambatan pembuatan skripsi ini. Kemudian, Atik Nurdiana,
Noni Nuraini, dan Eem Huzaimah sebagai sahabat Genk 7 (Genk Seven),
Yulita, Rizky Ramadhani, Abdhul Rahman, serta teman-teman MD B
lainnya. Terkhusus lagi untuk MD A dan Teman-teman ku di kosan Setia
Tanzihah dan Tuti yang telah membantu tanpa lelah dan penuh kesabaran,
dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Tanpa dukungan mereka semua skripsi ini tidak akan terwujud. Semoga
dukungan dan doa dari semuanya akan dibalas oleh Allah SWT.
Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca dalam memperkaya khasanah ilmu dibidang Manajemen Dakwah.
Peneliti juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, 16 Juni 2011
Iin Irnawati
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK .....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR....................................................................................
ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. ix
BAB I:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
6
D. Metodologi Penelitian...............................................................
7
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 13
BAB II:
TINJAUAN TEORITIS
A. Manajemen Risiko .................................................................... 15
1. Pengertian Manajemen........................................................ 17
iv
2. Pengertian Risiko................................................................ 18
3. Sebab-sebab Kerugian (risiko) ............................................ 21
4. Proses Manajemen Risiko ................................................... 22
5. Tujuan Manajemen Risiko .................................................. 24
6. Respon Manajemen Risiko.................................................. 26
B. Asuransi Syariah....................................................................... 28
1. Pengertian Asuransi Syariah ............................................... 29
2. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah ......................................... 30
3. Misi dan Visi Asuransi Syariah........................................... 31
BAB III: GAMBARAN UMUM PT. BRINGIN LIFE SYARIAH
A. Sejarah dan Profil PT. Bringin Life Syariah .............................. 33
B. Visi dan Misi PT. Bringin Life Syariah ..................................... 35
C. Struktur Organisasi PT. Bringin Life Syariah ............................ 35
D. Nilai-nilai Budaya Kerja dan Filosofis PT. Bringin Life
Syariah. .................................................................................... 42
E. Produk Asuransi PT. Bringin Life Syariah ................................ 44
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IMPLEMENTASI
MANAJEMEN RISIKO DI PT. BRINGIN LIFE SYARIAH
A. Proses Implementasi Manajemen Risiko Di PT. Bringin Life
Syariah ..................................................................................... 48
1. Hasil Temuan Lapangan Mengenai Manajemen Risiko dari
segi Perusahaan (corporate)................................................ 49
v
2. Hasil Temuan Manajemen Risiko dari segi Pertanggungan
atau Peserta......................................................................... 54
3. Hasil Temuan Profil Risiko Pada PT. Bringin Life Syariah . 60
B. Langkah-langkah untuk Meminimialisir (mitigasi) Risiko Pada
PT. Bringin Life Syariah........................................................... 69
1. Acturial Control Cycle........................................................ 69
2. Good Corporate Governance.............................................. 70
BAB V:
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 78
B. Saran-saran............................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 82
LAMPIRAN................................................................................................... 84
vi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1.
Laporan Keuangan Tahun 2008 dan 2009 Cabang Asuransi
dengan Prinsip Syariah .......................................................... 42
2. Tabel 4.1.
Ilustrasi PT. Bringin Life Syariah .......................................... 67
vii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 3.1. Struktur Organsasi Divisi Layanan Bisnis Syariah PT. Asuransi
Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera..................................................... 38
2. Gambar 4.1. Konsep Berbagi Risiko dalam Asuransi Syariah.................... 63
3. Gambar 4.2. Posisi Asuransi Syariah dalam Risk Management.................. 76
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1.
Laporan
Keuangan,
Perusahaan
Asuransi
Jiwa
Syariah/Unit Syariah Perusahaan Asurnasi Jiwa Dana
Tabarru’ tentang Rasio Kesehatan Keuangan Pencapaian
Solvabilitas Dana Tabarru’............................................... 84
2. Lampiran 2.
Laporan
Keuangan,
Perusahaan
Asuransi
Jiwa
Syariah/Unit Syariah Asuransi Jiwa tentang Kesehatan
Keuangan Dana Perusahaan untuk Periode yang berakhir
Per Triwulan I 2011 dan Triwulan IV 2010...................... 85
3. Lampiran 3.
Pedoman Wawancara....................................................... 86
4. Lampiran 4.
Surat Izin Penelitian dari PT. Bringin Life Syariah........... 94
5. Lampiran 5.
Surat Izin Penelitian dan Wawancara dari Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta ............................................................................. 95
6. Lampiran 5.
Surat Bimbingan Skripsi dari Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ......... 96
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi sudah berkembang secara globalisasi dengan
adanya berbagai Lembaga Keuangan Syari’ah, seperti Perbankan Syari’ah,
Obligasi Syari’ah, Pasar Modal Syari’ah, dan Asuransi Syari’ah. Hal tersebut
muncul karena berbagai kebutuhan dan kondisi untuk mengatur segala jenis
investasi dengan menggunakan prinisp Syari’ah.
Lembaga Keuangan Syari’ah merupakan Investasi Syari’ah yang
paling banyak perhatian dari para pemikir Islam. Dalam hal ini, melakukan
pengelolaan keuangan syari’ah, khususnya dalam pengelolaan risiko pada
Asuransi Syari’ah memerlukan suatu manajemen yang baik seperti Good
Corporate Governance (perusahaan baik). Selain itu, mengamati perusahaan
Asuransi Syari’ah dengan melihat berbagai risiko-risiko yang akan timbul
pada Perusahaan Asuransi Syari’ah. Oleh karena itu, Perusahaan harus
memiliki alat manajemen risiko untuk mengelola berbagai risiko yang akan
timbul pada Perusahaan Asuransi Syari’ah. Sebab Perusahaan Asuransi
Syari’ah berperan untuk melindungi peserta dari berbagai produk asuransi.
Dalam hal ini perusahaan harus mampu menjamin bahwa Perusahaan Asuransi
Syari’ah mampu menerapkan manajemen risiko pada berbagai aktivitas
perusahaan.
1
2
Menurut Ferry N. Idroes, manajemen risiko merupakan suatu metode
logis dan sistematik dalam identifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi,
serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap
aktivitas atau proses1. Berdasarkan teori manajemen risiko tersebut terlihat
jelas bahwa manajemen risiko mempunyai peranan penting dalam mengelola
berbagai risiko yang akan timbul pada perusahaan Syari’ah dan peserta
asuransi.
Dalam pengelolaan dan penanggungan risiko, Asuransi Syari’ah tidak
memperbolehkan adanya gharar (ketidakpastian atau spekulasi) dan maisir
(perjudian). Dalam investasi atau manajemen dana tidak diperlukan adanya
riba (bunga). Ketiga larangan ini maisir, gharar, dan riba adalah area yang
harus dihindari dalam praktek Asuransi Syari’ah, dan yang menjadi pembeda
utama dengan Asuransi konvensional.
Menurut Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah upaya
menghindari tiga unsur adalah al-Khida “penipuan”, suatu tindakan yang
didalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. Gharar dari segi Fiqih
berarti penipuan dan tidak mengetahui barang yang diperjualbelikan dan
tidak dapat diserahkan.
1. Gharar terjadi apabila kedua belah pihak (misalnya: peserta asuransi,
pemegang polis dan perusahaan) saling tidak mengetahui apa yang
akan terjadi, kapan musibah akan menimpa, apakah minggu depan,
tahun depan, dan sebagainya. Ini adalah suatu kontrak yang dibuat
berasaskan pengandaian (internal) semata.
2. Maisir yaitu memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja
keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja. Yang biasa disebut
juga berjudi.
3. Berikutnya upaya menghindari riba secara bahasa bermakna ziyadah
“tambahan.” Riba berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan untuk
1
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendeketan 3 Pilar
Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, h. 5
3
istilah tekhnis riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau
modal secara batil.2
Ketiga unsur-unsur Asuransi Syari’ah tersebut merupakan hal yang
terpenting untuk menjalankan Perusahaan Asuransi dengan prinsip Syari’ah
dan memberikan perbedaan mendasar dari praktik Asuransi Konvensional.
Maka uraian diatas menyatakan dengan jelas bahwa mengelola risiko pada
peserta dan perusahaan harus menggunakan manajemen risiko dan prinsip
Asuransi Syari’ah. Kemudian unsur gharar yang ingin diperkenalkan dari
Asuransi Syari’ah agar peserta tidak tertipu oleh orang yang tidak mempunyai
hak dalam klaim tersebut, kemudian unsur maisir dapat memberikan
pemahaman dan pengetahuan bahwa penjudian adalah sesuatu yang
diharamkan bagi umat Muslim. Begitu pun dengan riba bahwa peserta
mengetahui, tidak akan operator Asuransi Syari’ah menggunakan skema
bunga atau penambahan uang dalam aktivitas ekonomi.
Konsep untuk mengelola risiko pada Asuransi Syari’ah, menggunakan
konsep sharing of risk (saling menanggung risiko). Menurut Muhammad
Syakir Sula, sharing of risk (saling menanggung risiko), peserta asuarnsi
diikat oleh akad (perjanjian) untuk saling membantu, melalui instrumen
Syari’ah yang disebut dana tabarru’ (dana kebajikan). Masing-masing
mengeluarkan kontribusi, yang besarnya meminjam tabel kematian (mortality
table) untuk asuransi jiwa, dan untuk asuransi kerugian menghitung dengan
mendasarkan pada statistik kerugian (loss statistics), misalnya menggunakan
teori probabilitas (probability) teori kecenderungan (measure of control
2
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life And General): Konsep Dan System
Operasional (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 46-53
4
tendency) dan sebagainya.3 Didalam menjalankan operasionalnya, Asuransi
Syari’ah memiliki suatu tantangan untuk menghadapi berbagai risiko yang
terjadi dalam pengelolaan Perusahaan Asuransi Syari’ah. Dimana Perusahaan
Asuransi memberikan banyak kontribusi bagi umat Muslim di Indonesia untuk
menlindungi setiap terjadinya risiko-risiko.
Menurut Ferry N. Idroes, risiko merupkan bahaya: risiko adalah
ancaman untuk kemungkinan saat tindakan atau kejadian yang menimbulkan
dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai.4 Jadi risiko adalah
ketidakpastian tentang kejadian dimasa depan. Risiko dihubungkan dengan
kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tak diinginkan atau
tidak terduga. Kondisi yang tidak pasti itu timbul karena berbagai sebab,
antara lain, jarak waktu dimulai perencanaan, keterbatasan informasi yang
diperlukan, keterbatasan pengetahuan pengambil keputusan dan sebagainya.
Risiko bagian dari realitas kehidupan manusia sehingga sulit untuk
menghilangkannya dari kehidupan ini. Yang tidak diperbolehkan dalam Islam
adalah bukan risiko atau ketidakpastian itu sendiri (maka harus dieliminasi).
Namun menjual atau menukar risiko atau memindahkan risiko kepada pihak
ketiga dengan menggunakan kontrak jual belilah yang tidak diperbolehkan, di
lain pihak menolong sesama dalam setiap situasi termasuk dalam peristiwa
yang tidak menguntungkan sangat didukung dalam ajaran Islam, sebagaimana
yang dijelaskan dalam surah al-Maidah/5: 2 berikut:
3
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life And General): Konsep Dan System
Operasional,h. 303
4
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendeketan 3 Pilar
Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, h. 4
5
          
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan.”5
Risiko yang dihadapi oleh perusahaan Asuransi Syari’ah tidak mudah
untuk dikelola bahkan banyak risiko yang dialami dalam manajemen
operasional seperti, pengajuan dan pembayaran klaim, risiko kerugian dan
risiko kekhawatiran timbul dampak buruk untuk Perusahaan Asuransi tersebut.
Manajemen Risiko dalam hal ini, mempunyai peranan penting untuk
mengelola risiko secara menyeluruh baik perusahaan maupun peserta
Asuransi, sehingga risiko yang akan timbul tidak mendatangkan kerugian atau
dampak buruk yang besar bagi perusahaan. Karena manajemen risiko di dalam
perusahaan Asuransi Syari’ah lebih diarahkan untuk mengidentifikasi risiko,
menghilangkan dan mengurangi kemungkinan atau meminimalisir terjadinya
kerugian yang ditimbulkan oleh risiko. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah
dipandang memiliki peran yang signifikan dalam proses manajemen Asuransi
Syari’ah. Keberhasilan dan kegagalan dalam manajemen Asuransi Syari’ah
tergantung pada Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life
Syari’ah.
Oleh
karena
itu
diperlukan
suatu
penelitian
yang
akan
menggambarkan bagaimana Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin
Life Syari’ah dan merupakan bagian dari sistem operasional Asuransi
Syari’ah. Dengan demikian judul skripsi ini adalah “Implementasi
Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah”.
5
Departemen Agama RI, al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil
Cipta Media, 2002), h.106
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar dalam memahami skripsi ini tidak terjadi suatu penyimpangan,
serta menjaga supaya pembahasan skripsi ini tidak meluas, maka penelitian
skripsi ini hanya difokuskan pada pembahasan mengenai manajemen risiko.
Hal-hal yang berkaitan dengan manajemen risiko yaitu identifikasi, melakukan
peringkat risiko, menegaskan profil risiko, rencana manajemen risiko, solusi
risiko, dan kontrol risiko. Untuk mempermudah penelitian skripsi ini, maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah?
2. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan untuk meminimalisir (mitigasi)
risiko yang timbul di PT. Bringin Life Syari’ah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan adanya perumusan masalah diatas, tentunya ada tujuantujuan yang ingin dicapai dalam penelitian skripsi ini diantaranya sebagai
berikut:
a. Mengetahui bagaimana Implementasi Manajemen Risiko di PT.
Bringin Life Syari’ah.
b. Mengetahui langkah-langkah
apa
saja
yang dilakukan
untuk
meminimalisir (mitigasi) risiko yang timbul di PT. Bringin Life
Syari’ah.
7
2. Manfaat Penelitian
Terkait dengan perumusan masalah, maka penelitian ini tentunya
bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:
a. Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan tentunya akan
menambah referensi bagi mahasiswa sebagai penunjang untuk
melanjutkan penelitian berikutnya.
b. Praktis
1) Perusahaan
Asuransi
Syari’ah:
Sebagai
sumber
evaluasi
perusahaan Asuransi Syari’ah mengenai Implementasi Manajemen
Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah dan sebagai referensi untuk
menjalankan manajemen yang lebih efektif dan efisien.
2) Peneliti selanjutnya: Sebagai informasi dan referensi data
penelitian dalam memecahkan kasus tersebut. Selanjutnya,
penelitian ini dapat diteliti kembali oleh peneliti berikutnya.
3) Masyarakat: merupakan sumber referensi dan saran penelitian bagi
kalangan
akademisi
dan
praktisi
dalam
mengembangkan
selanjutnya.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode kualitatif.
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,
8
suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya,
data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak.
Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada
generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna.6 Adapun desain
penelitian yang diperlukan adalah deskriptif analisis. Yaitu penelitian yang
akan menjelaskan apa adanya kemudian akan berusaha menganalisis dan
mengungkapkan serta mendeskripsikan secara faktual, akurat dan
sistematis, mengenai Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life
Syari’ah. Sehingga ada suatu penyelesaian dari permasalahan tersebut.
2. Pemilihan Informan
Penelitian ini penetapan subjek penelitiannya menggunakan sampel
teoritis adalah sampel dipilih dengan kriteria tertentu, berdasarkan teori
atau konstruk operasional sesuai studi-studi sebelumnya, atau sesuai tujuan
penelitian. Hal ini dilakukan agar sampel sungguh-sungguh mewakili
(bersifat representatif terhadap fenomena yang dipelajari).7 Pemilihan
orang yang tepat dengan berbagai argumentasi konseptualnya menjadi
penting untuk memperoleh data yang paling akurat sesuai dengan masalah
dan tujuan penelitian, peneliti juga harus menentukan secara hati-hati
waktu dan kondisi yang tepat untuk melakukan wawancara atau
mengamati informan. Oleh karena itu, peneliti memilih informan yang
menjamin diperolehnya data penting sesuai topik yang diteliti yaitu Kepala
Divisi Syari’ah dan Bagian Operasional di PT. Bringin Life Syari’ah.
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2006), Cetakan ke enam. h.9
7
Kristi Poewandari, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia (Jakarta:
LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005). h.102
9
3. Sumber data
a. Data primer, adalah data yang berasal langsung dari sumber atau
informannya, yaitu Kepala Divisi Syari’ah dan Kepala Bagian
Operasional PT. Bringin Life Syariah. Ada dua orang informan
berdasarkan sampel teoritis yaitu Nanang Suryana dan Basuki
Achmad.
b. Data Sekunder, adalah data tidak langsung, yaitu catatan-catatan atau
dokumen-dokumen yang berkaitan, brosur, dan diktat.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam setiap penelitian, sebab tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan
lapangan.
a. Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Dalam hal ini,
peneliti terjun langsung ketempat yang diteliti yaitu PT. Bringin Life
Syariah.
b. Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Jadi peneliti melakaukan wawancara atau
langsung kepada dua orang yang bersangkutan tersebut di PT. Bringin
Life Syariah.
10
c. Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Jadi peneliti
melakukan rekaman atau recorder ketika melakukan wawancara dan
foto-foto (mengambil gambar).
5. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT. Bringin Life Syari’ah, Jl. Hr. Rasuna
Said Blok X-1, Kav, 8-9 Jakarta 12950.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 Maret-04 Mei 2011.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.8 Teknik pengelolaan data yang peneliti gunakan dalam mengolah data
penelitian ini adalah dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi, dan
bahan pustaka dengan menggunakan pola deskriptif analisis, yakni peneliti
mencoba memaparkan semua data dan informasi yang diperoleh kemudian
menganalisa data dengan berpedoman dengan sumber-sumber tertulis.
8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cetakan ke enam. h.244
11
7. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penelitian skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi)”
yang
diterbitkan
oleh
CeQDA
(Center
for
Quality
Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah, 2007.9
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan
tinjuan
yang
sudah
dilakukan
beberapa
sumber
kepustakaan, peneliti melihat bahwa apa yang merupakan masalah pokok
penelitian ini tampak sangat urgen, karena penelitian tentang manajemen
risiko ini belum ada yang membahas dalam hal Implementasi Manajemen
Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian
ini diantaranya:
1. “Peran Manajemen Risiko Dalam Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus
Pada Bank BNI Syari’ah Sudirman), oleh Nursyamsiyah 2003, program
studi Pebankan Syari’ah. Dalam pembahasan penelitian ini, memfokuskan
pada pembahasan kepada bahwa Pembiayaan Murabahah merupakan
pembiayaan yang dicirikan dengan pengadan barang di awal dan
pembayaran kemudian, baik dalam bentuk anggaran maupun dalam bentuk
lump sum (sekaligus). Dengan demikian pemberian pembiayaan
murabahah dengan jangka waktu panjang akan menimbulkan potensi
risiko tidak bersaingnya bagi hasil kepada pihak ketiga.
9
Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (CeQDA (Center for Quality
Development And Assurance) UIN Syarif Hidayatullah, 2007), Cet; Pertama
12
2. “Manajemen Risiko Pada Produk Hasanah Card” (Study Kasus Pada PT.
BNI Syari’ah), oleh Een Kurniati 2005, program studi Perbankan Syari’ah.
Dalam pembahasan penelitian ini, memfokuskan pada pembahasan kepada
bahwa manajemen risiko pada hasanah card dan cara mitigasi terhadap
risiko yang timbul, serta untuk mengetahui persamaan antara pembiayaan
pada hasanah card dan pembiayaan murabahah memiliki perbedaan dan
persamaan. Persamaannya adalah keduanya menemukan konsep SC dalam
menganalisis kelayakan nasabah menerima fasilitas pembiayaan. Adapun
perbedaannya terletak pada aplikasi kedua pembiayaan tersebut yaitu
perbedaan pada akad, fee dan jaminan.
3. “Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah” (Studi Kasus Pada PT.
Bank Muamalat Indonesia, Tbk), oleh Fika Auna 2005, program studi
Perbankan Syari’ah. Dalam pembahasan penelitian ini, memfokuskan pada
pembahasan kepada bahwa Perbankan Nasional mennghadapi berbagai
jenis banking risk yang sejak krisis belum terjadi. Banking risk tersebut
bervariasi baik yang bersifat internal (berupa finansial dan operator risk)
maupun eksternal (dalam bentuk business risk dan event risk), meskipun
tidak semua risiko itu langsung menghantam modal Bank. Ada empat
kelompok risiko yang menghadang Perbankan, yaitu: financial risk,
operational risk, business risk, event risk. Manajemen risiko pada BMI
belum dapat dipisahkan dari pembiayaan lainnya. Mengingat bahwa
pembayaran berbasis bagi hasil, seperti mudharabah dan musyarakah
memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibanding dengan pembiayaan
lain yaitu atas dasar margin atau keuntungan.
13
4. “Analisis Manajemen Risiko Pada Pelaksanaan Ibadah Haji Tahun 2008
KBIH Istiqlal Jakarta” oleh Hanifah 2008, program studi Manajemen
Dakwah.
Dalam
pembahasan
penelitian
ini,
memfokuskan
pada
pembahasan kepada bahwa KBIH Istiqlal tergolong kedalam risk averter
yaitu sebutan bagi orang/lembaga yang enggan terhadap risiko sedangkan
untuk mengatasi risiko yang dihadapi mengambil cara risk financing
transfer (memindahkan risiko disertai dengan pembiayaan) dan risiko
retention (risiko ditangani oleh perusahaan yang bersangkutan).
Dengan demikian setelah melakukan peninjauan terhadap hasil skripsi
terdahulu, maka penelitian ini sangat berbeda dengan skripsi 1, 2, 3, dan
skripsi 4. Perbedaan itu terlihat dari objek yang diteliti, misalnya ke empat
objek tersebut meneliti pada Perbankan Syari’ah dan KBIH. Sedangkan
penelitian ini meneliti pada objek Asuransi Syari’ah, di mana Asuransi
Syari’ah tersebut bergerak pada asuransi jiwa, sehingga Implementasi
Manajemen Risikonya pun akan berbeda, karena memiliki dua kategori yaitu
secara Perusahaan dan Peserta. Oleh karena itu, akan membahas implementasi
manajemen risiko secara perusahaan dan peserta dengan menggunakan
beberapa metode untuk meminimalisir risiko.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, peneliti mengutarakan tentang: Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
14
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika
Penulisan
Bab II Tinjauan Teoritis, menguraikan tentang: Manajemen Risiko yaitu;
Pengertian Manajemen Risiko, Pengertian Risiko Menurut Syari’ah, Sebabsebab Kerugian (risiko), Proses Manajemen Risiko, Tujuan Manajemen
Risiko, Respon Manajemen Risiko, dan Asuransi Syari’ah yaitu; Pengertian
Asuransi Syari’ah, Prinsip-prinsip Asuransi Syari’ah, Misi dan Visi Asuransi
Syari’ah.
Bab III Gambaran Umum PT Bringin Life Syari’ah, menguraikan
tentang: Sejarah dan Profil PT. Bringin Life Syari’ah, ,Visi dan Misi PT.
Bringin Life Syari’ah, Struktur Organisasi PT. Bringin Life Syari’ah, Nilainilai Budaya Kerja dan Filosofis PT. Bringin Life Syari’ah, Produk Asuransi
PT. Bringin Life Syari’ah.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Implementasi Manajemen
Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah, menguraikan tentang: Proses
Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah yaitu; Hasil
Temuan Lapangan Mengenai Manajemen Risiko Secara Perusahaan
(corporate), Hasil Temuan Manajemen Risiko Secara Pertanggungan atau
Peserta, Hasil Temuan Profil Risiko Pada PT. Bringin Life Syari’ah dan
Langkah-langkah Untuk Memitigasi Risiko Pada PT. Bringin Life Syari’ah
yaitu; Acturial Control Cycle dan Good Corporate Governance.
Bab V Penutup, menguraikan tentang sejumlah kesimpulan berkaitan
dengan penelitian ini dan saran-saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Manajemen Risiko
Menurut Ferry N. Idroes manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu
metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan
sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang
berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.1 Dalam hal ini manajemen
risiko dipraktikan pada perusahaan asuransi Syari’ah karena untuk
mengantisipasi risiko-risiko yang akan timbul pada masa depan.
Risk Management ialah peninjauan risiko dari sudut pandang seorang
manajer asuransi (risk manager). Risiko yang ada dalam masyarakat bisa kita
lihat dari dua segi, yaitu: pembeli asuransi (pemegang polis) dan penjual
asuransi (perusahaan asuransi). Bagi seorang risk manager yang penting
untuknya ialah, melihat risiko dari segi “pembeli asuransi”. Usaha yang harus
dijalankannya ialah teutama harus menitikberatkan pada prevention of loss,
oleh karena demikian banyaknya risiko bisnis asuransi didalam masyarakat
yang harus dihadapi. Fungsi pimpinan bagian asuransi ialah untuk memikirkan
bagaimana caranya agar risiko dapat ditangani, apakah dengan jalan
mempertanggungkan atau dengan menggunakan self insurance (asuransi
sendiri).2 Dalam hal ini, manajemen risiko akan digunakan apabila risiko
timbul pada perusahaan dan peserta asuransi serta dapat mengetahui dengan
1
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendeketan 3 Pilar
Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, h. 5
2
A. Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Resiko (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2003), h. 145
15
16
metode mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, melaporkan dan
meminimalisir risiko pada pembeli asuransi dan penjual asuransi.
Dalam Islam, konsep manajemen risiko sudah dituliskan dalam alQuran sekitar abad 14 tahun yang lalu. Salah satu yang sangat indah dalam alQuran adalah mengenai Yusuf a.s, yang dalam satu bagiannya diperkenalkan
bagaimana caranya mengelola risiko. Konsep manajemen risiko juga telah
ditunjukkan oleh Allah swt pada saat Dia mencatat perintah Ayah Yusuf
kepada anaknya sebelum mereka berangkat ke Mesir. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam surah Yusuf/12:67 berikut:
             
               
 
Artinya: Dan Dia (Ya’kub) berkata, “wahai anak-anakku! Janganlah
kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang
yang berbeda; namun demikian aku tidak dapat mempertahankan kamu
sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. KepadaNya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang yang
bertawakal.”3
Sangat jelas bahwa dalam sudut pandang manajemen risiko, Islam
mendukung semua upaya mengeliminasi atau memperkecil risiko, sekaligus
mempunyai bahwa hanya keputusan Allah-lah yang akan menentukan
hasilnya.4
3
Departemen Agama RI, al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil
Cipta Media, 2002), h.243
4
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syari’ah dalam Praktik Upaya Menghilangkan
gharar, Maisir, dan Riba (Jakarta : Gema Insani Press, 2005). Cetakan Pertama, h. 18
17
Uraian di atas menunjukkan bahwa risiko itu tidak dapat dihindarkan,
namun diminimalisir agar tidak terjadi risiko-risiko yang signifikan. Dan
setiap aktivitas kehidupan manusia harus menggunakan manajemen.
Manajemen untuk memperkecil risiko-risiko yang akan timbul. Maka
mengelola risiko sudah ada pada zaman Nabi Yusuf a.s.
1. Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari Bahasa Inggris dari kata kerja to
manage, ialah mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola.5
Sinonimnya antara lain to hand berarti ‘mengurus’, to control ‘memeriksa’
to guide ‘memimpim’. Jadi apabila hanya dilihat dari asal katanya,
manajemen
berarti
pengurusan,
pengendalian,
memimpin
atau
membimbing.
Manajemen sebagai suatu ilmu dan teknik untuk mengurus atau
mengelola tidak dapat dilepas dari fungsi-fungsi dan kewajiban manusia
yang telah ditetapkan.
Seperti yang diungkapkan George Terry dikutip oleh Mochtar
Effendy, menyatakan bahwa definisi manajemen itu adalah sesuatu
tindakan perbuatan seseorang yang berhak menyuruh orang lain
mengerjakan sesuatu, sedangkan tanggung jawab (responsibility) tetap di
tangan yang memerintah. Manajemen didefinisikan sebagai proses
kerjasama dengan dan melalui orang-orang dan kelompok untuk mencapai
tujuan organisasi.6
Dalam hal ini manajemen dapat dikatakan untuk mengatur atau
mengelola sebuah organisasi, lembaga, dan pemerintahan dengan
5
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1996). h. 372
6
Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam
(Palembang: Universitas Sriwijaya, 2009) Cetakan Ketiga, h. 9
18
menggunakan
fungsi-fungsi
manajemen
seperti
perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (POAC) dalam mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu dibutuhkan ilmu manajemen
dari berbagai aktivitas kehidupan di dunia.
2. Pengertian Risiko
Pengertian risiko menurut Kamus Inggris, risiko ialah risk, dalam
asuransi “insurance risk” ialah orang yang besar risikonya bagi
perasuransian.7 Risiko menurut Kamus Bahasa Arab, a’aqibatu dan awaa
qiba (aqoda-ya’qidu- aqdan) ialah balasan yang baik dan akibat yang baik.
(kamus bahasa arab muhamad yunus)
Dalam aktivitas sehari-hari setiap orang memiliki berbagai risiko
yang akan timbul, dalam hal ini tidak lepas dengan memperoleh rezeki
yang halal untuk memenuhi kebutuhan hidup. Rezeki yang diberikan Allah
kepada kita bukan hanya berupa harta atau benda yang dihasilkan oleh
bumi saja. Rezeki dapat pula berupa kesehatan, kekuatan tubuh,
keterampilan, gerak langkah dalam kehidupan. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam surah al-Baqarah/2:3 berikut:
        
Artinya: (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib,
melaksanakan salat, dan menginfaqkan sebagian rezeki yang Kami berikan
kepada mereka. (al-Baqarah ayat 3)8
Arti rezeki dari ayat tersebut di atas yaitu: “Segala apa yang dapat
diambil manfaatnya oleh masyarakat. Contohnya; kita bisa lihat, betapa
7
8
John M, Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, h.488
Departemen Agama RI, al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, h.2
19
banyak buruh dan karyawan yang berusaha untuk mendapat gaji besar tapi
hasilnya tetap saja kecil. Adakalnya seseorang banting tulang di masa
mudanya untuk mencari harta, justru baru berhasil ketika tua.9 Dalam hal
ini, risiko dan rezeki memiliki hubungan dalam proses aktivitas kehidupan
sehari-hari, sebab rezeki diperoleh ketika seseorang akan mengalami
berbagai risiko yang akan timbul, tanpa adannya risiko seseorang tidak
akan mampu mencapai hasil yang maksimal dan memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Jadi dengan ini seseorang dapat tolong-menolong dengan
sesama untuk memperkecil risiko yang akan timbul.
Risiko adalah ketidapastian (uncertainity) mengenai kerugian,
ketidakpastian yang menyebabkan kerugian. Definisi lainnya adalah
karena tidak pasti terhadap kemungkinan yang dapat terjadi dalam bentuk
atau peristiwa yang belum tentu dan menimbulkan rasa tidak aman.
Menurut Ferry N. Idroes, Risiko merupakan bahaya: risiko adalah
ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang
menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin
dicapai.10 Jadi risiko membahas mengenai ketidakpastian tentang masa
depan, baik secara individu atau peserta dan Perusahaan (corporate) maka
perlu
adanya
suatu
pengelolaan
risiko
untuk
mengidentifikasi,
menganalisis, dan mengendalikan tentang ketidakpastian yang akan timbul
pada setiap Peserta dan Perusahaan.
9
Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Anda bertanya Islam menjawab (Jakarta: Gema Insani
Press, 1999), Cetakan 15, h. 25-26
10
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendeketan 3 Pilar
Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, h. 4
20
Berbicara mengenai Perusahaan Asuransi Syari’ah tidak lepas dari
pengelolaan risiko yang benar untuk menyeleksi setiap risiko berdasarkan
klausula. Proses hubungan dalam mekanisme pertanggungan pada
Asuransi Syari’ah adalah sharing of risk (saling menanggung risiko).
Apabila terjadi musibah, maka semua peserta Asuransi Syari’ah saling
menanggung. Dengan demikian, tidak terjadi transfer risiko dari peserta ke
Perusahaan, karena dalam praktiknya kontribusi (premi) yang dibayarkan
oleh peserta tidak terjadi yang disebut transfer of fund, status kepemilikan
dana tersebut tetap melekat pada peserta sebagai shahibul mal.11 Dalam
hal ini untuk membedakan sesuatu yang terjadi pada asuransi
konvensional, karena yang telah dipraktikan pada asuransi konvensional
berupa transfer of fund yaitu transfer risiko dari peserta ke Perusahaan.
Sehinggga tidak menggunakan skema berbagi risiko pada peserta,
sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al-Maidah/5:2 berikut:
          
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan permusuhan.”12
Implementasi sharing of risk (saling menanggung risiko), peserta
asuransi diikat oleh akad (perjanjian) untuk saling membantu, melalui
instrumen Syari’ah yang disebut dana tabarru’ (dana kebajikan). Masingmasing mengeluarkan kontribusi, yang besarnya meminjam tabel kematian
11
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life And General): Konsep Dan System
Operasional (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 303
12
Departemen Agama RI, al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, h.106
21
(mortality table) untuk asuransi jiwa, dan untuk asuransi kerugian
menghitung dengan mendasarkan pada statistik kerugian (loss statistics),
misalnya
menggunakan
teori
probabilitas
(probability)
teori
kecenderungan (measure of kontrol tendency) dan sebagainya. Akad yang
digunakan oleh Asuransi Syari’ah bergantung pada klausula yang
ditentukan, akad tabarru’ dan akad wakalah bil ujrah yang pada umumnya
telah dipraktikan. Sebab akad tabarru’ untuk memberikan suatu gambaran
umum mengenai perhitungan kontribusi (premi) yang harus dikeluarkan
pada setiap peserta asuransi dan menggunakan tabel kematian.
Uraian di atas menunjukkan bahwa sharing of risk telah
diimplementasikan dari hadist riwayat Muslim bahwa Nabi saw bersabda:
:
‫ﺊ‬
“Mukmin terhadap mukmin yang lain seperti suatu bangunan
memperkuat satu sama lain” dan “orang-orang mukmin dalam kecintaan
dan kasih sayang mereka seperti satu badan. Apabila salah satu anggota
badan menderita sakit, maka seluruh badan merasakannya.”13
3. Sebab-sebab kerugian (Risiko)
Telah dipaparkan sebelumnya bahwa risiko ketidakpastian
mengenai masa depan. Ketidakapastian tersebut dapat dipahami dengan
mengetahui sebab-sebab kerugian (risiko) itu timbul pada Lembaga
13
Abu al-Husain Muslim Ibnu Hajjaj Ibnu Muslim Ibnu Warod al-Qusyairi al-Nisaburi,
Shahih Muslim dalm Bab Tarohumul Mukminin Wa ta’aatufuhum wata’aadhuduhum, juz 12 h.467
22
Keuangan Syari’ah, khususnya Asuransi Syari’ah, sebab Asuransi Syari’ah
memberikan suatu konsep sharing of risk untuk mengelola risiko.
Menurut Kuat Ismanto, sumber penyebab kerugian (risiko) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Risiko sosial adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang
menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang
diharapkan.
b. Risiko fisik disebabkan oleh fenomena alam dan sebagian lagi
diciptakan oleh manusia itu sendiri. Banyak risiko yang kompleks
sumbernya tetapi termasuk, terutama, kedalam kategori fisik, sebagai
contoh kebakaran, cuaca/iklim, petir, dan lain-lain.
c. Risiko ekonomi adalah inflasi, fluktuasi lokal, dan ketidakstabilan
Perusahaan individual.14
Pada sebab-sebab kerugian (risiko) tersebut terjadi pada Asuransi
Syari’ah dalam proses menuju risiko seperti perserta dan Perusahaan.
Karena Perusahaan Asuransi Syari’ah tidak hanya mengelola risiko pada
Perusahaan, namun mengelola risiko peserta pun demikian. Jadi sebabsebab kerugian timbul karena dipengaruhi oleh risiko sosial, risiko fisik,
dan risiko ekonomi. Hal tersebut dapat teridentifikasi dari daftar riwayat
dan karakteristik peserta sehinggga dapat menimbulkan risiko yang besar
ke dalam tiga sebab-sebab kerugian tersebut.
4. Proses manajemen risiko
Proses manajemen risiko mempunyai berbagai proses untuk
mengelola risiko yang akan ditimbulkan dari berbagai aspek-aspek, pada
umumnya yang digunakan sebagai berikut:
14
Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2009), Cetakan Pertama, h.32
23
a. Identifikasi dan pemetaan risiko
Pada proses ini menetapkan kerangka kerja untuk implementasi
strategi risiko secara keseluruhan menentukan definisi kerugian,
menyusun dan melakukan kedalam kategori risiko yang dapat diterima
dan tidak diterima. Konsep ini menjelaskan bahwa risiko diidentifikasi
sejak dini, walaupun risiko yang akan ditimbulkan kecil namun perlu
diantisipasi untuk pengelolaan risiko.
b. Melakukan peringkat risiko
Proses yang akan menjelaskan ke dalam proses mengukur
risiko
dan
perluasan
dengan
memanfaatkan
tolok
ukur
(benchmarking), permodelan (modeling), dan permalan (forecasting)
yang berasal dar eksternal. Maka melakukan peringkat risiko dapat
digunakan dari berbagai cara untuk mengelola risiko yang benar, agar
di dalam suatu Perusahaan Asuransi dapat menilai risiko sejak dini
untuk menuju tata kelola Perusahaan yang baik.
c. Menegaskan profil risiko dan rencana manajemen risiko
Menegaskan profil risiko merupakan salah satu bagian dari
manajemen risiko yang penting, karena untuk melihat identifikasi
selera risiko Perusahaan dan identifikasi visi stratejik. Dalam hal ini
memberikan suatu pemahaman mengenai profil risiko yang akan
timbul, seperti pada Perbankan Syari’ah menegaskan profil risiko dari
risiko likuiditas, risiko reputasi, risiko operasional, risiko pasar, risiko
legal (hukum), risiko finansial dan sebagainya. Maka pada Asuransi
24
Syari’ah pun akan menimbulkan risiko yang tidak jauh berbeda pada
perbankan Syari’ah.
d. Solusi risiko atau implementasi tindakan terhadap risiko
Hal yang perlu diperhatikan pula solusi risiko, sebab setelah
mengetahui risiko yang timbul. Maka perlu memberikan sebuah solusi
untuk mengatasi terjadinya risiko. Apakah risiko yang timbul perlu
dihindari (avoidance), alihkan (transfer), dan mitigasi risiko (mitigate
risk).
e. Pemantauan dan Pengkinian atau kaji ulang risiko dana kontrol
Pemantauan ini akan melakukan kontrol risiko dari seluruh
bagian yang ikut serta untuk mengendalikan berbagai risiko dilakukan
oleh seluruh entitas Perusahaan dan pengkinian. Dengan maksud
bahwa strategi manajemen risiko telah diimplementasikan dan berjalan
dengan baik, mengevaluasi dan menindaklanjuti hasil evaluasi
terhadap implementasi kerangka manajemen risiko yang terintegrasi ke
dalam strategi risiko keseluruhan. Oleh karena itu, Perusahaan telah
berhasil menggunakan manajemen risiko.
5. Tujuan manajemen risiko
Terdapat bermacam-macam tujuan manajemen risiko. Tujuan yang
ingin dicapai untuk tata kelola Perusahaan dan tujuan untuk meyeleksi
risiko pada setiap peserta. Secara umum tujuan manajemen risiko meliputi:
25
a. Mendukung pencapaian tujuan
Tujuan yang telah ditentukan Perusahaan akan memberikan
suatu pengaruh yang besar pada Perusahaan. Karena memiliki tujuan
Perusahaan, maka akan menjelaskan apa maksud Perusahaan tersebut
berdiri dan bagaiman menjalankan Perusahaan yang sehat. Tujuan
inilah akan menjalankan visi, misi, maksud dan tujuan serta rekam
jejak Perusahaan (track record) Perusahaan.
b. Memungkinkan untuk melakukan aktivitas yang memberikan peluang
yang jauh lebih tinggi dengan mengambil risiko yang lebih tinggi,
risiko yang lebih tinggi diambil dengan dukungan sikap ada solusi
yang sesuai dengan risiko.
c. Mengurangsi kemungkinan kesalahan fatal untuk menegaskan bahwa
risiko yang timbul dapat terdeteksi lebih dini dan dapat memperkecil
risiko.
d. Menyadari bahwa risiko dapat terjadi pada setiap aktivitas dan
tinngkatan dalam Perusahaan jadi setiap individu harus mengambil dan
mengelola risiko masing-masing sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, tujuan manajemen
risiko itu adalah ingin memperkecil risiko dan mencapai tujuan untuk
menjalankan Good Corporate Govenance atau tata kelola Perusahaan yang
baik dalam mengelola risiko yang akan ditimbulkan dari individu atau
peserta dan Perusahaan, maka hasil manajemen risiko itu meliputi
26
identifikasi,
menganalisis,
mengukur,
dan
mengendalikan
serta
meminimalisir (mitigasi) risiko. Sehingga risiko dapat terdeteksi sejak dini
oleh Perusahaan Asuransi Syari’ah.
Menurut Ferry N. Idroes, manajemen risiko yang efektif membantu
organisasi untuk dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Strategi risiko dan kontrol secara komprehensif berdasarkan
pertimbangan yang terkait pada toleransi terhadap risiko, filosofi
terhadap risiko, dan akuntabilitas risiko.
2. Disiplin manajemen risiko pada seluruh entitas organisasi.
3. Integrasi manajemen risiko di dalam kerangka kerja tata kelola
Perusahaan (corporate governance).
4. Strategi penyesuaian risiko (risk-adjudted) pada saat pengambilan
keputusan.
5. Kemampuan manajemen senior untuk memahami dampak risiko
terhadap keuntungan dan nilai saham.
6. Peningkatan identifikasi portofolio dan rencana aksi (action plan)
7. Memahami proses bisnis kunci
8. Sistem peringatan dini dan respon bencana yang efektif.
9. Peningkatan keamanan informasi.15
Uraian di atas menunjukkan bahwa manajemen risiko dapat
memberikan manfaat bagi setiap organisasi, pelaku bisnis dan Perusahaan
Asuransi untuk dapat menentukan sikap dan menetapkan solusi dari
berbagai profil risiko. Karena untuk menghindari bahaya moral yang
mengerikan bagi Perusahaan Asuransi. Apalagi Perusahaan Asuransi
Syari’ah hadir untuk menjawab kebutuhan dan keinginan umat Muslim
dalam memproteksi atau melindungi pada asuransi jiwa dan kerugian.
6. Respon Manajemen Risiko
Respon manajemen risiko merupakan suatu tindakan dari sebuah
Perusahaan untuk mengelola risiko dari berbagai profil risiko. Dalam hal
15
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendeketan 3 Pilar
Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, h. 6-7
27
ini respon apakah yang harus diambil Perusahaan asuransi misalnya:
menerima, menghindari atau memperkecil risiko yang timbul. Berarti
memerlukan tindakan yang efektif, tepat, akurat dan terintegrasi terhadap
risiko yang timbul.
Menurut Muhaimin Iqbal, respon manajemen risiko sebagai berikut:
1. Menerima atau menahan risiko. Bila tingkat risiko tersebut berada
pada tingkat yang dapat diterima, individu atau organisasi dapat
memutuskan untuk menerima risiko (tidak membaginya dengan pihak
lain di luar dirinya). Sumber daya yang tepat perlu dialokasikan untuk
mengantisipasi dan mengompensasi bila risiko tersebut terjadi.
2. Menghindari atau mengeliminir risiko. Bila risiko tersebut tidak dapat
diterima maka individu atau organisasi perlu menghindarinya.
Penghindaran suatu risiko dalam beberapa hal bisa berarti individu
atau organisasi memutuskan untuk tidak meneruskan kegiatan atau
bisnis yang menghadirkan risiko tersebut.
3. Menetralisasi atau mengimbangi risiko merupakan bentuk
penyeimbangan suatu risiko dengan risiko lain yang memiliki
pengaruh yang berlawanan bila kedua risiko tersebut terjadi.
4. Mengendalikan atau mengurangi. Ini merupakan tindakan
memperbaiki risiko untuk mencapai standar dan tingkat yang dapat
diterima.
5. Membagi risiko dengan yang lain. Ini untuk risiko di luar kemampuan
seseorang atau organisasi untuk menerima atau mengendalikannya,
maka suatu individu atau organisasi dapat membagi risiko tersebut
dengan orang atau organisasi lain yang memiliki sifat risiko yang mirip
satu sama lain. Dalam Islam praktik ini disebut Asuransi Syari’ah atau
proteksi yang mutual.16
Setelah mengetahui respon manajemen risiko apa yang harus
digunakan untuk Perusahaan asuransi, maka penulis membuat kesimpulan
mengenai manajemen risiko. Menurut Abbas Salim, manajemen risiko
mempunyai arti yang lebih luas yaitu semua risiko yang terjadi didalam
masyarakat (kerugian harta, jiwa, keuangan, usaha dan lain-lain) ditinjau
16
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syari’ah dalam Praktik (Jakarta: Gema Insani Press,
2005), Cetakan Pertama, h. 21
28
dari segi manajemen Perusahaan.17 Jadi manajemen risiko adalah
mengelola dari berbagai risiko yang dapat terjadi pada peserta dan
Perusahaan dengan mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, dan
melaporkan risiko dari risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi.
B. Asuransi Syari’ah
Dalam kaitan dengan Mu’ammalah, sebenarnya Syari’ah Islam cukup
permisif dan mudah dipahami atau dalam bahasa yang sederhana dapat
dikatakan semuanya boleh, kecuali yang secara tegas dan eksplisit dilarang di
dalam Al-Qur’an atau berlawanan dengan Sunnah Nabi Muhammad saw.
Sebagaimana orang-orang asuransi sangat akrab dengan istilah “All Risks”,
Syari’ah Islam dalam Muammalah mirip dengan pengertian “All Risks”
tersebut, yang kurang lebih dapat diuraikan menjadi “Semua dijamin
(diperbolehkan), kecuali hal-hal yang dilarang secara spesifik dan yang
terdapat pada daftar pengecualian…”18
Berkenanaan dengan Asuransi Syari’ah, memiliki unsur yang dilarang
dalam Asuransi Syari’ah ketika mengelola Perusahaan asuransi jiwa dan
asuransi kerugian dengan prinsip Syari’ah. Hal yang dilarang dipraktikan
yaitu: maisir, gharar, dan riba, riswah atau suap, penipuan, monopoli dan
sebagainya atau tidak sesuai dengan Syari’ah Islam.
17
Abbas Salim, Asuransi Manajemen Risiko (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),
Cetakan Ketujuh, h. 195
18
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syari’ah dalam Praktik, Cetakan Pertama, h. 2
29
1. Pengertian Asuransi Syari’ah
Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, Insurance yang dalam
bahasa Indonesia telah menjadi bahasa populer dan diadopsi dalam kamus
Besar Bahasa Indonesia dengan padanan kata “pertanggungan “.19
Dalam menerjemahkan istilah asuransi ke dalam konteks asuransi
Islam terdapat beberapa istilah, antara lain takaful (bahasa Arab), ta’min
(bahasa Arab), dan Islamic Insurance (bahasa Inggris). Istilah Takaful
dalam bahasa Arab berasal dari kata dasar kafala-yakfulu-takafalayatakafal-takaful yang berarti saling menanggung atau menanggung
bersama. Maka takaful dalam pengertian muammalah mengandung arti
yaitu saling menanggung risiko di antara sesama manusia sehingga di
antara satu dengan lainnya menjadi penanggung atau risiko masingmasing.20 Asuransi Syari’ah menggunakan sharing of risk (saling
menanggung risiko) sehingga apabila peserta tertimpa musibah maka
peserta yang lain pun akan saling tolong-menolong denga niat ikhlas.
Seperti yang diungkapkan dalam Ensiklopedia Hukum Islam
dikutip oleh AM Hasan Ali, bahwa asuransi (at-ta’min) adalah transaksi
perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban membayar iuran
dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya
kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama
sesuai dengan perjanjian yang dibuat.21
Asuransi Syari’ah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha
saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak
melalui investasi dalam bentuk asset dan/atau tabarru’ yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad
19
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), Cetakan Pertama, h. 54
20
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah Di
Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), Cetakan ke-4, h.136
21
AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam (Jakarta: Kencana, 2004)
Cetakan pertama, h. 59
30
(perikatan) yang sesuai dengan Syari’ah. Akad yang mengandung gharar
(penipuan), maysir (perjudian), riba, dzulm (penganiayaan), risywah
(suap), barang haram dan maksiat. (Menurut Dewan Syari’ah Nasional
MUI, dalam Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/IX/2001).22
Maka dapat disimpulkan Asuransi Syari’ah adalah saling tolongmenolong sesama peserta berdasarkan akad yang telah ditentukan untuk
menghindari paktik gharar, maisir, dan riba.
2. Prinsip-prinsip Asuransi Syari’ah
Prinsip utama dalam Asuransi Syari’ah adalah ta’awanu ‘ala al
birr wa al-taqwa (tolong-menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan
takwa) dan al-ta’min (rasa aman). Prinsip ini menjadikan para anggota
atau peserta asuransi sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan
lainnya saling menjamin dan menanggung risiko.23 Adapun prinsip-prinsip
Asuransi Syari’ah sebagai berikut:
a. Saling Bertanggung Jawab
Bagi peserta atau pertanggungan memiliki amanah untuk
menolong dan memikul tanggung jawab kepada peserta lain apabila
terjadinya musibah atau kerugian. Karena dengan bertanggung jawab
terhadap sesama adalah suatu ibadah menjalani kehidupan didunia. Hal
ini dapat diperhatikan dari hadist berikut:
22
Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2009) Cetakan Pertama, h.52
23
Gemala Dewi. Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah di
Indonesia, Cetakan ke Empat, h. 146
31
"
“Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orangorang beriman antara satu dengan lain seperti satu tubuh (jasad)
apabila satu dari anggotanya tidak sehat, maka akan berpengaruh
kepada seluruh tubuh”, (HR. Bukhari dan Muslim).24
b. Saling Bekerja Sama atau Saling Membantu
Peserta diharuskan memiliki jiwa tolong-menolong kepada
peserta lainnya untuk mengatasi kesulitan dari sebab kerugian atau
musibah yang dideritanya. Jadi Asuransi Syari’ah mengharuskan untuk
bekerjasama untuk membantu kesulitan peserta.
c. Saling Melindungi Penderitaan Satu Sama Lain
Peserta Asuransi Syari’ah akan berperan sebagai pelindung
bagi peserta lain untuk melindungi apa yang telah terjadi pada peserta
lainnya ketika mengalami musibah yang dideritanya. Oleh kaarena itu
peserta
Asuransi
Syari’ah
tidak membiarkan
peserta
lainnya
menanggung risiko dengan sendiri.
3. Misi Dan Visi Asuransi Syari’ah
Menurut Muhamad Syakir Sula, misi dan visi yang diemban dalam
pengembangan ekonomi Syari’ah umumnya dan Asuransi Syari’ah pada
khususnya sebagai berikut:
a. Misi Aqidah
Ekonomi Islam adalah ekonomi Ilahiah, karena titik
berangkatnya dari Allah, tujuannya mencari ridha Allah
(mardhatillah), dan cara-caranya tidak bertentangan dengan syariatNya. Kegiatan ekonomi, baik produksi, konsumsi, penukaran, dan
distribusi, diikatkan pada prinsip Ilahiah dan tujuan Ilahi. Manusia
muslim melakukan perencanaan, berproduksi, menyiapkan proteksi.
24
Abu al-Husain Muslim Ibnu Hajjaj Ibnu Muslim Ibnu Warod al-Qusyairi al-Nisaburi,
Shahih Muslim dalm Bab Tarohumul Mukminin Wa ta’aatufuhum wata’aadhuduhum, juz 12 h.467
32
b. Misi Ibadah (Ta’awun)
Asuransi Syari’ah adalah asuransi yang bertumpu pada konsep
tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (wata’awanu ‘alal
birri wattaqwa), dan perlindungan (at-ta’min). juga mejadikan semua
peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung.
c. Misi Iqhtishodi (Ekonomi)
Berdirinya asuransi takaful (dan Asuransi Syari’ah lainnya),
jelas akan meningkatkan kesadaran berasuransi. Sehingga di samping
ikut membangun untuk memperkuat sumber daya keuangan dalam
negeri, juga akan memberikan dampak kontraksi moneter untuk
menahan laju inflasi. Dengan optimalnya investasi yang dilakukan
sesuai dengan prinsip Syari’ah Islam, maka akan dapat membantu
pertumbuhan ekonomi secara maksimal.
d. Misi Pemberdayaan Umat (Sosial)
Keberadaan asuransi takaful (Asuransi Syari’ah) ditinjau dari
sisi ekonomi jelas memperkuat jaringan ekonomi umat, terutama untuk
memperkokoh baris lapisan ekonomi menengah umat.25
Berdasarkan uraian di atas, menyatakan bahwa misi dan visi pada
Asuransi Syari’ah yaitu; misi ibadah, misi aqidah, Iqhtishodi (Ekonomi),
dan misi Pemberdayaan Umat (Sosial). Dalam hal ini dapat menolong dan
melindungi para pemegang polis untuk berperan dalam aktivitas ekonomi
pada Perusahaan Asuransi Syar’iah.
25
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life and General): Konsep dan System
Operasional, h. 321-325
BAB III
GAMBARAN UMUM PT. BRINGIN LIFE SYARIAH
A. Sejarah dan Profil PT. Bringin Life Syariah
Kondisi perkembangan industri asuransi di Indonesia yang semakin
baik dan jumlah masyarakat yang berasuransi masih sedikit dibandingkan
dengan jumlah penduduk, merupakan bagi Bank Rakyat Indonesia untuk
mendirikan usaha dibidang asuransi jiwa.
Pada tanggal 28 oktober 1987 dengan Akte Notaris Ny. Poerbaningsih
Adi Warsito No. 116 dan SK Menteri Keuangan RI pada tanggal 10 Oktober
1988, Bank Rakyat Indonesia memperoleh izin usaha mendirikan PT Asuransi
Jiwa BRIngin JIWA SEJAHTERA yang menggunakan merek dagang
BRingin life.
Pada awalnya, BRingin life dibentuk guna memenuhi kebutuhankebutuhan untuk memberikan pelayanan kepada nasabah perbankan,
khususnya nasabah kredit kecil BRI. Namun dalam perkembangan selanjutnya
mengingat akan kebutuhan jasa asuransi yang meliputi asuransi jiwa, asuransi
kesehatan, program dana pensiun, asuransi pendidikan, kecelakaan diri,
annuitas dan program kesejahteraan hari tua cukup besar, maka bisnis BRingin
life merambah pasar di luar BRI untuk memenuhi kebutuhan secara individu
dan kumpulan.1
Untuk lebih meningkatkan pelayanan jasa asuransi kepada masyarakat
luas, BRingin life membuka kantor-kantor cabang pemasaran di beberapa kota
1
Sumber Data Arsip PT. BRIngin Life Syariah Jakarta
33
34
besar dan kota kabupaten untuk memperluas pangsa pasar dan memberi
pelayanan yang lebih baik dan lebih dekat kepada nasabah. Pada tahun 1993
didirikanlah kantor cabang untuk melayani pemasaran asuransi di wiliyah
Jakarta dan Surabaya.
Pada perkembangan selanjutnya, seiring dengan persaingan bisnis
asuransi yang sangat ketat, yang bukan hanya berasal dari perusahaan lokal
namun juga perusahaan asing, BRingin life terus mengembangkan sayapnya
sehingga menjangkau lapisan masyarakat di beberapa kota besar di Indonesia.
Dengan berkembangnya kantor-kantor cabang tersebut, semakin
berkembang pula jumlah aparat pemasaran sebagai konsultan bagi nasabah
untuk membantu menemukan program asuransi yang tepat sesuai dengan
kebutuhan. Pada tahun 1995, atas dasar Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. Kep-184/KM.17/1995 BRingin life mendirikan Dana
Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) untuk lebih meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat akan kebutuhan pensiun di hari tua.
BRingin life membuka unit usaha baru berupa Asuransi Syariah. Izin
operasional Kantor Cabang Syariah BRingin life telah dikeluarkan oleh
Menteri Keuangan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan RI No.: KEP007/KM.6/2003 tanggal 21 January 2003. BRingin life terus menerus selalu
mengembangkan produknya, baik program asuransi individu, asuransi
kumpulan maupun bancassurance. Hal ini tidak lain adalah untuk selalu
menyesuaikan dengan perkembangan dan kondisi saat ini dan di masa
mendatang agar selalu dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
35
B. Visi dan Misi PT. Bringin Life Syariah
Asuarnsi BRIngin Life Syariah adalah lembaga ekonomi dan keuangan
syariah secara konsisten, yaitu senantiasa mengacu kepada ketentuan syariah
dalam operasional perusahaan yang telah ditetapkan oleh Dewan Pengawas
Syariah. Ukhuwah menjadi landasan komunikasi internal dan eksternal. Maka
dari itu BRIngin Life Syari’ah memiliki Visi dan Misi, yaitu :
Visi yaitu menjadi perusahaan asuransi jiwa yang terkemuka Di
Indonesia. Adapun misi yang dimiliki oleh Asuransi BRingin Life Syariah
yaitu melaksanakan bisnis asuransi jiwa secara professional di Indonesia,
memberikan pelayanan prima kepada Nasabah dan Pemegang Saham melalui
jaringan kerja yang luas, dan memberikan keuntungan Pemegang Saham dan
meningkatkan kesejahteraan pegawai.2
C. Struktur Organisasi PT. Bringin Life Syariah
Dalam menjalankan perusahaan asuransi BRingin Life Syariah
didukung oleh manajemen dan organisasi dengan pembagian tugasnya sebagai
berikut :
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Rapat Umum Pemegang Saham adalah sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi dalam perusahaan dengan wewenang dan tanggung jawab sebagai
berikut :
2
Sumber Data Arsip PT. BRIngin Life Syariah Jakarta
36
a. Mengesahkan laporan keuangan
b. Memilih dan mengangkat dewan komisaris
c. Memilih dan mengangkat anggota direksi
2. Dewan Komisaris
Kedudukan dewan Komisaris adalah dibawah Rapat Umum Pemegang
Saham dengan kewenangan dan batasan sebagai berikut :
a. Mengesahkan anggaran perusahaan
b. Menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan
c. Menentukan arah dan tujuan perusahaan
d. Mengawasi jalannya perusahaan
3. Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Dewan Pengawas Syariah adalah terdiri dari para ulama dan ahli ekonomi
Islam, keberadaan dewan ini memiliki kewenangan dan tanggung jawab
yaitu :
a. Memberikan pedoman dan garis besar syariah
b. Mengadakan perbaikan atas produk yang tidak disesuaikan dengan
syariah
c. Memberikan jawaban dalam bentuk fatwa atas permasalahan yang
dihadapi pihak eksekutif dan operasi.
4. Dewan Direksi
Dewan Direksi dipimpin oleh Direktur Utama dengan memiliki
kewenangan dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Menyusun anggaran/rencana kegiatan
37
b. Membuat kebijakan umum
c. Melaksanakan koordinasi dan pembinaan para bawahan serta
mengevaluasi kegiatan operasi perusahaan.
Dewan Direksi dalam melaksanakan manajemennya membawahi
beberapa divisi, yaitu :
1. Divisi Aktuaria
Divisi Aktuaria dalam melaksanakan tugasnya membawahi beberapa
bagian yaitu Pengembangan Produk, Litbang, Statistik/Pelaporan, Valuasi,
dan Reasuransi.
2. Divisi Keuangan dan Akuntansi
Divisi
Keuangan
dan
Akuntansi
dalam
melaksanakan
tugasnya
membawahi beberapa bagian, yaitu meliputi Keuangan, Akuntansi, dan
Investasi.
3. Divisi Pelayanan dan Administrasi, yang meliputi Underwriting dan SPP
4. Divisi Pemasaran
Divisi Pemasaran dalam melaksanakan tugasnya membawahi beberapa
bagian yaitu Promosi dan Humas, Riset dan Pemasaran serta
Pengembangan Jaringan.
5. Divisi Sumber Daya Insai (SDI)
Divisi Sumber Daya Insai dalam melaksanakan tugasnya membawahi
beberapa bagian yaitu Umum, Sekretariat, dan Personalia.
6. Divisi Teknologi Informasi (TI)
Divisi Teknologi Informasi dalam melaksanakan tugasnya membawahi
beberapa yaitu Perencanaan, Pembangunan, dan Operasional.
38
STRUKTUR ORGANISASI
DIVISI LAYANAN BISNIS SYARIAH
PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA
DIVISI
DUKUNGAN SYARIAH
Nanang Suryana
BAGIAN
OPERASIONAL
BAGIAN
AKT DAN KEU
Hendro Widjayanto
UNDERWRITING
DAN SPP
SDM DAN UMUM
AKT DAN KEU
Basuki Achmad
Irianah
Arwiyani T.
UNDERWRITING
SPP
Adhimas
Yuli Muyasarah
Rifki Aulia
SDM &
UMUM
Ratiman
KLAIM &
REMUNERASI
Elly Feriyanti
Ayu M.
Nurhasanah
M. Irfan
Irwan
Widoyatno
Tantan
Drajat
Gambar 3.1. Struktur Organisasi
Sumber Data Arsip PT. BRIngin Life Syariah Jakarta
KASIR
PEMBUKUAN
Tuty R.
Errina P
Omi
Dian
LAPORAN
KEU & OPS
-
39
BRIngin Life Syariah merupakan divisi khusus di bidang asuransi syariah
dari PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA. Adapun identitas dari
perusahaan adalah sebagai berikut :
Nama Perusahaan
: PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA
Dengan merek dagang : BRIngin Life
Akta Pendirian
: Berdiri tanggal 28 Oktober 1987,Notaris
Ny. Poerbaningsih Adi Warsito No. 116,
Persetujuan Menteri Kehakiman RI NO. B.8645-HI-01 Th. 88 tgl 2 Agustus 1988 didaftar
sesuai UU No. 3 thn 1982 tentang wajib
daftar perusahaan No. TDP 090 31823301
Tambahan Berita Negara RI tgl 11 April 1997
No. 29 Tambahan No. 1389/1997
Izin Usaha
: SK Menteri Keuangan Republik Indonesia,
No. Kep. 181/KM.13/1998 tgl 10 Oktober
1988
Izin Operasional Cabang Syariah : SK Menteri Keuangan Republik Indonesia
BRIngin Life Syariah No.
Kep007/KM.6/2003 tgl 21 Januari 2003
Kepemilikan
: Dana Pensiun Bank Rakyat Indonesia
(90,15%) Yayasan Kesejahteraan Pegawai
BRI (9,59%)
Koperasi Karyawan PT. AJ Bringin Jiwa
Sejahtera (0,26%)
Modal
: Modal Dasar Rp 250.000.000.000,(dua ratus lima puluh milyar rupiah)
Dewan Komisaris
: Purwanto – Komisaris Utama
Ali Mudin – Komisaris
Dewan Direksi
: Sultan Hamid – Direktur Utama
Sugeng Sudibjo - Direktur Teknik
Kukuh Prihadi - Direktur Keuangan
Dewan Pengawas Syariah
: KH. Ma’ruf Amin – Ketua
KH. Prof. Ali Mustafa Yaqub, MA
H. Drs. Moh. Hidayat, MBA, MBL
40
Kepala Divisi Layanan Bisnis Syariah :
Nanang Suryana
Jaringan Kerja
:
1. Kantor Cabang yang tersebar di
Indonesia
2. Mitra Kerja PT. Bank Rakyat
Indonesia
Reasuransi
:
PT.
(Persero)
Reasuransi
Umum
Indonesia
PT.
Tugu
Jasatama
Reasuransi
Indonesia
PT. Nasional Reasuransi
PT. Maskapai Reasuransi Indonesia
Reasuransi Syariah
:
Seluruh Divisi Syariah dari Reasuransi di
Indonesia
Konsultan Keuangan dan Akunting
:
Kantor Akuntan Publik Doli Bambang
Sudarmaji
& Co. (A Member Firm of
Morison Internasional)
Konsultan Aktuaria
:
PT. Konsultan Aktuaria Binaputera Jaga
Hikmah
Konsultan Hukum
:
Roesidi Prawiro Atmojo, SH
Bankir
:
Semua Bank BUMN
Bank Umum Nasional dan Bank Asing
Terpilih. Khusus BRINGIN LIFE SYARIAH
hanya membuka rekening pada Unit
Syariah pada Bank-bank di atas.
KEKAYAAN / ASSET
PREMI
Pendapatan premi tahun 2006 mencapai Rp 772,546 Milyar atau naik 13,62
persen (13,62%) dibandingkan pendapatan tahun 2005 yang mencapai Rp.
679,928 Milyar.
Total pendapatan tahun 2006 mencapai Rp. 807,336 Milyar atau naik 13,65
persen (13,65%) dibandingkan pendapatan tahun 2005 sebesar Rp. 710,356
Milyar.
41
ASSET
Total asset pada tahun 2006 mencapai Rp. 743,315 Milyar, meningkat sebesar
6,61 persen (6,61%) dibandingkan total asset tahun 2005 sebesar Rp 697,231
Milyar.
INVESTASI
Total investasi tahun 2006 mencapai Rp 531,576 Milyar atau naik 8,09
persen (8,09%) dibandingkan laba perusahaan tahun 2005 mencapai Rp.
491,791 Milyar.
RBC ( Risk Based Capital )
Rasio pencapaian solvabilitas (Risk Based Capital) sampai akhir tahun 2006 yang
dihitung sesuai dengan Pasal 43 ayat 2 Keputusan Menteri Keuangan RI No.
424/KMK.06/2003 adalah sebesar 124 persen (124%), pencapaian ini sudah
melebihi batas tingkat solvabilitas minimum sebesar 120 persen (120%).
42
Tabel 3.1
Laporan Keuangan Tahun 2008 dan 2009
Cabang Asuransi Dengan Prinsip Syariah
(PT. BRingin Life Syariah)
(dalam jutaan rupiah)
No. URAIAN
2009
2008
a. Investasi
56.452
25.554
b. Bukan Investasi
8.632
11.344
65.084
36.898
a. Utang
211
310
b. Cadangan Teknis
48.629
33.667
Jumlah Kewajiban
48.840
33.977
3.
Pendapatan Premi Neto
26.883
27.365
4.
Hasil Investasi
9.587
8.058
5.
Beban Klaim dan Manfaat+Biaya Akuisisi
23.889
23.785
6.
Beban Pemasaran+Beban Adm. Umum
2.913
3.074
1.
Kekayaan
Jumlah Kekayaan
2.
Kewajiban
Sumber Data Arsip PT. BRingin Life Syariah Jakarta dari Bagian Keuangan Syariah
D. Nilai-Nilai Budaya Kerja Dan Filosofis Bringin Life Syariah
1. Integritas
Kami profesional asuransi yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa bersikap jujur, menjaga nama baik perusahaan dan mematuhi
kode etik yang berlaku.
43
2. Profesional
Kami profesional asuransi yang bertanggung jawab dan berorientasi ke
masa depan untuk menjaga pertumbuhan usaha yang sehat dan
berkesinambungan .
3. Inovatif
Kami selalu berusaha memenuhi kepuasan nasabah melalui peningkatan
kualitas pelayanan, pengembangan produk, teknologi unggul dan sumber
daya manusia yang trampil dan ramah.
4. Kemitraan
Kami profesionalisme asuransi sebagai bagian dari perusahaan selalu
mengembangkan sikap kerjasama dan kemitraan yang menciptakan sinergi
untuk kepentingan kemajuan perusahaan.
5. Kualitas Sumber Daya Manusia
Kami menghargai sumber daya manusia sebagai aset utama perusahaan,
karena itu kami selalu merekrut, mengembangkan dan mempertahankan
sumber daya manusia yang berkualitas serta berusaha menjadi teladan.3
Adapun filosofis BRingin Life Syariah adalah sebagai berikut:
1. Profesional
BRIngin Life Syariah mengutamakan profesionalisme dalam pengelolaan
bisnis asuransi syariah. BRIngin Life Syariah senantiasa memberikan
pelayanan terbaik kepada nasabah dengan didukung oleh sumber daya
3
Sumber Data Arsip PT. BRIngin Life Syariah Jakarta
44
manusia yang profesional, jaringan organisasi yang luas, serta sistem dan
teknologi tingkat tinggi yang handal.
2. Komitmen
BRIngin Life Syariah memberikan pelayanan yang memuaskan kepada
seluruh nasabah dengan menyediakan berbagai produk yang sesuai dan
menjamin purnajual yang prima dalam waktu yang cepat dan tepat.
3. Integritas
BRIngin Life Syariah menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan niat baik
bagi kepentingan seluruh nasabah. Kepercayaan nasabah senantiasa
dipelihara dengan baik berdasarkan kode etik yang berlaku dalam industri
asuransi jiwa syariah.
4. Finansial
BRIngin Life Syariah didukung oleh sistem manajemen keuangan dan
investasi yang sehat dan bertanggung jawab sehingga kepentingan nasabah
senantiasa dapat terlindungi.4
E. Produk Asuransi PT. Bringin Life Syariah
Produk BRINGIN LIFE SYARIAH merupakan suatu program
perencanaan keuangan dengan konsep tolong-menolong dalam kebaikan dan
ketakwaan (wa ta’awannu alal birri wat taqwa) yang memberikan manfaat
tabungan dengan sistem bagi hasil dan manfaat santunan bila terjadi musibah
(meninggal dunia).
4
Sumber Data Arsip PT. BRIngin Life Syariah Jakarta
45
Semua peserta asuransi BRINGIN LIFE SYARIAH merupakan sebuah
keluarga besar yang akan saling menanggung satu sama lain terhadap musibah
yang dialami oleh peserta lain. Sistem ini diatur dengan meniadakan tiga unsur
yang masih sering dipertanyakan, yaitu : ketidakpastian (gharar), untunguntungan (maisir), dan bunga (riba).
Adapun ragam produk yang ditawarkan oleh PT. BRingin Life Syariah
meliputi:5
1. ASURANSI INDIVIDU :
a. Bringin Dana Siswa Syariah
Program Asuransi Jiwa yang dirancang khusus bagi kelangsungan
pendidikan putra-putri anda.
b. Bringin Dana Investasi Syariah
Program perencanaan keuangan yang mengandung nilai investasi
secara syariah dimana ada tambahan manfaat asuransi.
c. Bringin Dana Hari Tua Syariah
Program perencanaan keuangan sebagai persiapan secara finansial bila
memasuki masa pensiun.
d. Bringin Dana Haji Syariah
Program yang membantu perencanaan secara finansial untuk ongkos
naik haji.
e. Bringin Swakadana Syariah
Program asuransi jiwa berjangka dengan sistem syariah.
5
Sumber Data Arsip PT. BRIngin Life Syariah Jakarta
46
2. ASURANSI KUMPULAN :
a. Asuransi Pembiayaan Syariah
Program asuransi bagi pengambil pembiayaan di lembaga keuangan
yang akan memberikan santunan sebesar sisa pembiayaan yang belum
terbayar apabila terjadi suatu risiko.
b. Asuransi Kesehatan Syariah
Program asuransi yang menjamin pembayaran manfaat asuransi secara
pasti bagi peserta yang mengalami sakit.
c. Asuransi Tabungan Hari Tua Syariah
Program asuransi yang memberikan proteksi diri dan jaminan finansial
di hari tua secara bersamaan.
d. Asuransi Berjangka Dan Kecelakaan Diri Syariah
Program asuransi yang memberikan proteksi diri dan jaminan
meninggal dunia dan kecelakaan diri serta penggantian biaya
pengobatan karena kecelakaan.
e. Asuransi Pesangon & Pensiun Syariah
Program asuransi yang memberikan proteksi diri dan jaminan
meninggal
dunia
dan
jaminan
finansial
sesuai
dengan
UU
Ketenagakerjaan No. 13 Th 2003 dan PSAK 24, 57 tentang Manfaat
Pesangon.
f. Asuransi Bringin Link
Produk asuransi jiwa hasil sinergi antara BRINGIN LIFE SYARIAH
sebagai institusi asuransi pengelola risiko dengan PT. Batasa Capital
47
(BTS Capital) sebagai manajer investasi. Manfaat bagi nasabah adalah
dapat mendukung rencana keuangan keluarga untuk biaya pendidikan,
investasi maupun dana hari tua.6
6
Sumber Data Arsip PT. BRIngin Life Syariah Jakarta
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO DI PT. BRINGIN LIFE
SYARI’AH
A. Proses Implementasi Manajemen Risiko Di PT. Bringin Life Syari’ah
Didalam kehidupan dunia Perusahaan yaitu Lembaga Keuangan
Syari’ah seperti Asuransi Syari’ah untuk melakukan tata kelola Perusahaan
Asuransi Syari’ah khususnya PT. Bringin Life Syari’ah berjalan sesuai dengan
arah dan tujuan yang telah ditentukan dan menjadi dasar landasan PT. Bringin
Life Syari’ah dapat berjalan dengan efisien dan efektif. Maka PT. Bringin Life
Syari’ah membentuk Manajemen Risiko. Dalam hal ini, risiko merupakan
tolok ukur untuk menentukan keberhasilan PT. Bringin Life Syari’ah dalam
menjalankan berbagai aktivitas ekonomi dan investasi.
Menurut Abbas Salim, manajemen risiko mempunyai arti yang lebih
luas, yaitu semua risiko yang terjadi didalam masyarakat (kerugian harta, jiwa,
keuangan, usaha dan lain-lain) ditinjau dari segi Manajemen Perusahaan.1
Menurut Nanang Suryana, S. MM. FSAI, mengenai manajemen risiko:
Makhluk hidup ada risiko, oleh karena itu kita di anugerahi akal oleh
Tuhan. Maka kita bisa menghindari risiko. Contohnya kalau kita tahu risiko
jantung, risiko kanker, makanya kita harus menghindari risiko. Ada risiko
meninggal, risiko sakit, menghindarinya dengan cara mengubah pola makan,
gaya hidup dan mengganti pola konsumen. Tapi risiko meninggal tidak bisa
dihindari, atas terjadinya risiko meninggal yang perlu kita antisipasi adalah
kerugian finansialnya (keuangan) yang diakibatkan meninggalnya seseorang,
pasti menimbulkan banyak kerugian bagi keluarga terdekat. Oleh karena itu
untuk menggantikan nilai ekonomis atas meninggalnya seseorang makanya
kalau ada risiko bisa juga dialihkan, bukan dialihkan kematiannya, tapi
dialihkan kerugian finansialnya dengan cara Asuransi. Tetapi bukan berarti
juga panjang usia juga tidak mempunyai risiko, karena siapa yang membatasi
1
Abbas Salim, Asuransi Manajemen Risiko (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),
Cetakan Ketujuh, h. 195
48
49
seperti nenek dan kakek. Di dalam Asuransi ada individu dan kumpulan, kita
buat perjanjian adakalnya semua perjanjian itu menguntungkan Perusahaan,
adakalnya kita perlu antisipasi sehingga tidak menimbulkan dampak finansial
yang mengerikan risiko, ada risiko dituntut dan risiko digagalkan (failed).
Makanya perlu kita memanajemen setiap risiko tersebut.2
PT. Bringin Life Syari’ah bergerak dibidang Asuransi Jiwa yaitu
Asuransi Jiwa Individu, Asuransi Jiwa Kumpulan, Asuransi Syari’ah, Dana
Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Untuk membentuk Asuransi Jiwa
Individu dan Asuransi Jiwa Kumpulan PT. Bringin Life Syari’ah membuat
sebuah perjanjian, perjanjian yang sudah dibuat dapat menguntungkan
Perusahaan dan mengantisipasi, sehingga tidak meninggalkan dampak
finansial yang mengerikan, karena risiko dapat dituntut dan risiko digagalkan.
Maka PT. Bringin Life Syari’ah memerlukan manajemen risiko untuk
menjalankan Perusahaan Asuransi Syari’ah. Hal yang diperlukan untuk
mengelola risiko yaitu: mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, dan
melaporkan risiko.
1. Hasil Temuan Lapangan Mengenai Manajemen Risiko dari segi
Perusahaan (corporate)
a. Mengidentifikasi Risiko
PT. Bringin Life Syari’ah, mengidentifikasi risiko-risiko
dengan menidagnosis setiap risiko-risiko yang timbul pada potensi
kerugian finansial atau Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi Syari’ah.
Hal yang diidentifikasi untuk menemukan secara sistematis dan secara
2
Wawancara Pribadi dengan Wakil Kepala Divisi Layanan Bisnis Syar’iah yaitu Nanang
Suryana S. MM. FSAI, Jakarta, 31 Maret 2011
50
berkesinambungan risiko yang menantang Perusahaan. Risiko pada
PT. Bringin Life Syari’ah mengidentifikasi dengan menggunakan
pedoman
Salinan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
11/PMK.010/2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi Dan
Reasuransi Dengan Prinsip Syari’ah. Selain itu memiliki beberapa
prosentase untuk mengidentifikasi Dana Tabarru’ dan Kesehatan
Keuangan Usaha Asuransi yang akan disesuaikan dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011.
Hal ini dijelaskan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
11/PMK.010/2011, pada BAB III Kesehatan Keuangan Dana Tabarru’,
bagian kesatu Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru’ pada pasal 3, yaitu:
Perusahaan harus menjaga Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru’
paling rendah 30% (tiga puluh per seratus) dari dana yang diperlukan
untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin sebagai akibat dari
deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan/atau kewajiban.3
Menurut peneliti pada proses identifikasi ini PT. Bringin Life
Syari’ah dapat mendiagnosis setiap risiko dengan dini. PT. Bringin Life
Syari’ah dapat meminimalisir (mitigasi) dan mengendalikan risiko dengan
PMK Nomor 11/PMK.010/2011 mengenai kesehatan keuangan usaha
Asuransi dengan prinsip Syari’ah. Pada proses identifikasi ini dapat
terlihat jelas untuk menjaga Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru’ yang telah
diterapkan PT. Bringin Life Syari’ah yang terlampir pada lampiran 1.
3
Salinan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK. 010/2011 Tentang Kesehatan
Keuangan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah, artikel diakses pada 31
Maret 2011, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2011/11~PMK.010~2011Per.HTM, h. 4
51
b. Mengukur risiko
PT. Bringin Life Syari’ah mengukur risiko dengan menggunakan
berapa banyak prosentase dari Dana Tabarru’, Dana Investasi Peserta,
Dana Perusahaan. Serta mengukur risiko untuk memperoleh informasi
yang akan menolong Perusahaan Asuransi dalam menentukan potensial
kerugian Asuransi yang akan datang.
Mengukur risiko dapat dilihat dengan kesesuaian anggaran awal
dengan anggaran realisasi. Dalam hal ini dapat diketahui jumlah
pengeluaran yang terpakai dan belum terpakai. Sehingga ada suatu profit
(keuntungan) yang diperoleh dalam mengelola Perusahaan Asuransi.
Begitu pula, besarnya prosentase dari berbagai aktivitas ekonomi sudah
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011.
c. Mengendalikan Risiko
PT. Bringin Life Syari’ah mengendalikan risiko dengan mengambil
tindakan dalam memperbaiki risiko untuk mencapai standar dan tingkat
yang dapat diterima, maka keputusan untuk mengendalikan risiko hanya
dilaksanakan dengan mengidentifikasi, menganalisis, dan mengukur setiap
risiko
yang
timbul.
Kemudian
melakukan
pengendalian
risiko,
pengendalian risiko PT. Bringin Life Syari’ah menggunakan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 mengenai Kesehatan
Keuangan Usaha Asuransi Syari’ah dengan prinsip Syari’ah dan Buku
Pedoman Operasional. Hal ini dapat mengontrol profil risiko dan sebabsebab kerugian, seperti risiko finansial dapat diukur dengan pencapaian
52
Solvabilitas Dana Tabarru’, Dana Investasi Peserta Laporan Keuangan,
dan Kesehatan Keuangan Dana Perusahaan menggunakan metode Risk
Base Capital (RBC) dalam perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas
Minimum (BTSM) yang dikeluarkan setiap triwulanan. Sehingga
kewajiban PT. Bringin Life Syari’ah dapat membayar klaim setiap peserta
dan tidak ada perbedaan antara klaim yang terjadi dan beban klaim yang
diperkirakan. Serta adanya keseimbangan antara proyeksi arus kekayaan
dan kewajiban.
d. Memantau dan Melaporkan Risiko
PT. Bringin Life Syari’ah akan terus-menerus memantau setiap
aktivitas ekonomi Asuransi. Memantau dengan kekayaan yang tersedia
untuk Qardh dan Solvabilitas Dana Perusahaan, Solvabilitas Dana
Tabarru, dan Dana Investasi Peserta kemudian dibuat Laporan Keuangan
Usaha Asuransi untuk melihat Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi.
Melaporkan dengan menggunakan Laporan Kesehatan Keuangan dengan
perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) berdasarkan
metode Risk Base Capital (RBC).
Menurut Salinan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
11/PMK.010/2011 BAB IV Kesehatan Keuangan Dana Perusahaan bagian
kesatu kekayaan yang tersedia untuk Qardh pasal 25.
1) Perusahaan wajib menyediakan kekayaan yang tersedia untuk Qardh
dalam Dana Perusahaan.
2) Kekayaan yang tersedia untuk Qardh sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling rendah sebesar 70% (tujuh puluh per seratus) dari dana yang
diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) ditambah dengan
sejumlah dana yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko
kerugian yang mungkin timbul dari kegagalan dalam proses produksi,
53
ketidakmampuan Sumber Daya Manusia atau sistem untuk berkinerja
baik, atau adanya kejadian-kejadian lain yang merugikan.4
Berdasarkan uraian di atas PT. Bringin Life Syari’ah harus
menjaga Qardh 70% (tujuh puluh per seratus) dan Tingkat Solvabilitas
Dana Tabarru’ paling rendah 30% (tiga puluh per seratus) dari dana yang
diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul
sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
Hal ini dapat terlihat pada lampiran 2, untuk menunjukkan bahwa PT.
Bringin Life Syari’ah dapat mengantisipasi risiko dalam menjaga Qardh
dan Dana Perusahaan.
Dengan demikian PT. Bringin Life Syari’ah dapat memantau dan
melaporkan risiko dari keseluruhan Laporan Perhitungan Kesehatan
Keuangan Usaha Asuransi. Sehingga potensial kerugian yang terjadi pada
PT. Bringin Life Syari’ah dapat terlihat dari berbagai elemen-elemen dan
risiko Perusahaan dapat terdeteksi sejak dini.
Jadi menurut peneliti PT. Bringin Life Syari’ah sudah melakukan
proses manajemen risiko yang cukup baik. Karena berdasarkan teori yang
dijelaskan pada Bab II mengenai proses manajemen risiko. Proses
manajemen risiko yang diterapkan pada PT. Bringin Life Syari’ah yaitu
mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, memantau, dan melaporkan
risiko yang timbul pada PT. Bringin Life Syari’ah. Berbicara mengenai
Asuransi Syari’ah maka manajemen risiko PT. Bringin Life Syari’ah tidak
4
Salinan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK. 010/2011 Tentang Kesehatan
Keuangan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah, artikel diakses pada 31
Maret 2011, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2011/11~PMK.010~2011Per.HTM, h. 16
54
hanya mengelola risiko secara Perusahaan (corporate). Namun dalam hal
ini manajemen risiko pun akan membahas secara pertanggungan atau
peserta Asuransi.
2. Hasil Temuan Manajemen Risiko dari segi Pertanggungan atau Peserta
PT. Bringin Life Syari’ah menjelaskan risiko-risiko yang akan timbul
pada peserta berdasarkan sebab-sebab kerugian (risiko) sebagai beriku:
a. Risiko sosial
Menurut Kuat Ismanto, risiko sosial adalah masyarakat, artinya
tindakan
orang-orang
menciptakan
kejadian
yang
menyebabkan
penyimpangan yang diharapkan.5 Menurut Basuki Achmad, risiko sosial
dikatakan sama halnya seperti Moral Hazard yaitu bahaya yang
ditimbulkan akibat moral seseorang yang ingin memperoleh keuntungan
berasuransi.6
Menurut Peneliti risiko sosial adalah suatu perbuatan yang
dilakukan para peserta Asuransi yang ingin menciptakan sebuah kejadian
berdasarkan keinginan peserta Asuransi. Sehingga perbuatan tersebut
menimbulkan bahaya moral, yang akan berpengaruh kepada Perusahaan
Asuransi Syari’ah.
Adapun dua contoh yang dijelaskan menurut Basuki Achmad,
mengenai contoh pertama Asuransi kecelakaan, ketika seseorang tersebut
meminta klaim kepada PT. Bringin Life Syari’ah, sebagai biaya perawatan
Rumah Sakit sebesar rp. 100.000-,. Namun seseorang tersebut meminta
klaim dengan Rp. 400.000-, artinya Asuransi ini sudah menyimpang ke
arah moral hazard (bahaya moral). Contoh kedua, melakukan kerja sama
5
Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2009) Cetakan Pertama, h. 32
6
Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu
Basuki Achmad SE, Jakarta, 4 April 2011
55
dengan pihak Bank untuk mengcover kredit ketika pihak Bank ingin
melakukan penagihan kredit, untuk meminta klaim, namun pihak Bank
telah melakukan pemalsuan dokumen dengan mengatasnamakan orang
yang melakukan peminjaman itu telah meninggal.7
Kedua contoh tersebut adalah suatu gambaran mengenai moral
hazard. Bahaya Moral pada PT. Bringin Life Syari’ah merupakan suatu
risiko yang dapat menganggu berbagai sendi pendapatan. Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan ketika risiko sosial atau moral hazard yang
ada pada PT. Bringin Life Syari’ah.
1) Mengidentifikasi
Identifikasi dapat dari surat pengajuan awal yang diajukan oleh
pihak PT. Bringin Life Syari’ah. Identifikasi yang dilakukannya
mengisi formulir dengan secara lengkap dan jelas. Seperti mengisi
daftar riwayat hidup peserta. Tujuannya untuk melihat potensi peserta
dalam melakukan identifikasi kearah Moral Hazard.
2) Memonitor
Langkah selanjutnya memonitor risiko sosial, PT. Bringin Life
Syari’ah terus melakukan pengawasan kepada setiap peserta. Agar PT.
Bringin Life Syari’ah dapat mengetahui risiko sosial yang dapat
ditimbulkan oleh peserta tersebut.
3) Mengendalikan
Dalam hal ini, data merupakan sesuatu informasi bagi pihak
PT. Bringin Life Syari’ah untuk mengendalikan risiko sosial. Adanya
7
Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu
Basuki Achmad SE, Jakarta, 4 April 2011
56
data akan melihat probabilitas seseorang tentang pekerjaan, misalnya:
data mengenai risiko karyawan, risiko kerjasama dengan Bank Umum,
BPR pun sudah ditentukan risiko klaim dari masing-masing kerjasama
tersebut. Namun risiko klaim untuk BPR akan melakukan pengisian
Surat Pengantar Kepesertaan (SPK) karena akan ada tambahan
klausula, sedangkan Bank Umum melihat masa lalu dan melakukan
tindakan akan datang.
b. Risiko fisik
Adapun risiko fisik dapat terjadi pada Perusahaan Asuransi
Syari’ah. Karena risiko fisik yang memberikan keadaan dari Perusahaan
tersebut.
Menurut Kuat Ismanto, risiko fisik disebabkan oleh fenomena alam
dan sebagian lagi diciptakan oleh manusia itu sendiri. Banyak risiko yang
kompleks sumbernya tetapi termasuk, terutama, kedalam kategori risiko
fisik.8 Menurut Basuki Achmad, risiko fisik adalah fenomena alam, ada
yang terjadi di internal Perusahaan maupun terhadap peserta.9
Menurut peneliti, dalam hal ini PT. Bringin Life Syari’ah
mengetahui risiko fisik yang akan terjadi pada Perusahaan dan peserta.
Seperti risiko fisik yang berada di internal Perusahaan sebagai contoh,
adanya kebakaran, banjir, gempa bumi dan bencana alam lainnya. Namun
tidak hanya dalam internal Perusahaan, bagi para peserta pun demikian
8
Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2009) Cetakan Pertama, h.32
9
Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu
Basuki Achmad, Jakarta, 4 April 2011
57
seperti, ketika terjadi Gelombang Tsunami para peserta yang berlokasi di
Aceh atau daerah rawan konflik dan bencana alam, akan melakukan
penuntutan klaim. Maka mengakibatkan banyak permintaan klaim dari
setiap peserta.
Uraian di atas peneliti akan mengungkapkan PT. Bringin Life
Syari’ah akan melakukan identifikasi, mengukur, mengendalikan dari
risiko fisik sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi
Dalam hal ini, PT. Bringin Life Syari’ah dari bagian umum
mengidentifikasi untuk memilih tempat yang dapat mengetahui kondisi
lingkungan gedung dan tersedianya fasilitas yang mendukung gedung
seperti; alat pemadam kebakaran, CCTV, dan security (keamanan).
Kemudian meneliti kondisi gedung apakah masih layak digunakan
dalam jangka panjang. Untuk peserta PT. Bringin Life Syari’ah,
operator Asuransi Syari’ah akan melihat lokasi atau tempat tinggal
peserta untuk mengidentifikasi daerah rawan yang akan terjadi pada
setiap peserta. Misalnya peserta berada di daerah rawan seperti dekat
pantai, kebakaran, dan daerah konflik. Maka Bringin Life Syari’ah
melakukan tingkat identifikasi apakah diterima atau ditolak sebagai
peserta. Sebab daerah rawan tersebut akan menyebabkan banyak
permintaan klaim. Namun, dalam hal ini PT. Bringin Life Syari’ah
membuat syarat dan ketentuan berlaku bagi peserta yang berlokasi
rawan.
58
2) Memonitor
Bringin
Life
Syari’ah
selalu
melakukan
pengawasan
(monitoring) bagi setiap peserta. Karena untuk melihat risiko fisik ini
tidak terlalu besar.
3) Mengendalikan
Bringin Life Syari’ah telah menyediakan berbagai fasilitas
untuk keamanan gedung dan syarat bagi peserta untuk daerah rawan.
c. Risiko Ekonomi
Risiko ekonomi akan terjadi ketika Perusahaan Asuransi sudah
beroperasi. Asuransi Syari’ah merupakan Asuransi Takaful untuk
mengatasi masalah bagi peserta yang tertimpa musibah akan berdampak
pada bidang ekonomi. Menurut Kuat Ismanto, risiko ekonomi adalah
inflasi, fluktuasi lokal, dan ketidakstabilan Perusahaan individu.10
Menurut Basuki Achmad, risiko ekonomi adalah ada inflasi, inflasi
lokal, misalnnya terjadi inflasi disebabkan karena kenaikan harga di semua
sektor sementara kita sudah menganggarkan satu polis. Biayanya ada
Rp.50.000-, satu kumpulan premi yang diambil dari total 1 Miliar dan
Rp.300.000.000-, dari Perusahaan. Karena ada inflasi biayanya meningkat
artinya apa yang kita prediksi 30% (tiga puluh per seratus) malah lebih
dari 1 Miliar.11
Menurut peneliti risiko ekonomi adalah risiko yang paling
mengerikan atau krusial. Disebabkan risiko ekonomi tersebut akan
berpengaruh terhadap berbagai sektor-sektor di Perusahaan Asuransi
Syari’ah. Maka PT. Bringin Life Syari’ah akan mengelola risiko tersebut
berdasarkan kerugian yang telah ditemukan oleh PT. Bringin life syari’ah.
10
Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, Cetakan Pertama,
h.32
11
Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu
Basuki Achmad SE, Jakarta, 4 April 2011
59
1) Mengidentifikasi
PT. Bringin Life Syari’ah melakukan identifikasi dengan
membuat anggaran pengeluaran dan anggaran realisasi. Dalam hal ini,
Bringin Life Syari’ah melihat apakah anggaran awal sudah sesuai
dengan anggaran realisasi.
2) Memonitor
PT. Bringin Life Syari’ah senantiasa memantau biaya-biaya
yang dianggarakan seperti anggaran awal dan anggaran realisasi.
Karena setiap bulan ada anggaran realisasi.
Begitu juga Investasi, selalu memonitor tingkat bagi hasil dari
instrumen-instrumen yang sudah diilustrasikan disetiap produk
Asuransi PT. Bringin Life Syari’ah. PT. Bringin Life Syari’ah akan
memantau terus pada Reksadana Campuran dan melakukan pembuatan
Laporan Net Asset Value (NAV). Maka manajer ivestasi PT. Bringin
Life Syari’ah berkompeten untuk melakukan penjualan atau pembelian
ketika harga Reksadana Campuran turun.12
3) Mengendalikan
Bringin Life Syari’ah mengendalikan anggaran ketika anggaran
sudah meningkat maka akan melakukan pengurangan anggaran
tersebut.
Dari ketiga sebab-sebab kerugian (risiko) disetiap Perusahaan
Asuransi perlu diamati dari sebab-sebab kerugian tersebut. Maka hal
12
Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu
Basuki Achmad, Jakarta, 4 April 2011
60
yang perlu dilakukan oleh manajer risiko adalah meminimalisir risiko.
Sebab risiko tidak dapat dihindari.
Dalam hal ini, Bringin Life Syari’ah sebagai Asuransi Jiwa
maka terkait dengan kematian hampir dipastikan semua peserta akan
meninggal. PT. Bringin Life Syari’ah tidak bisa menghindari tetapi
meminimalisir risiko. Contohnya memperkecil dampak dari risiko,
ketika seseorang sudah menjadi peserta PT. Bringin Life Syari’ah,
seseorang tersebut menderita penyakit kronis, maka pihak PT. Bringin
Life Syari’ah akan mengeluarkan uang pertanggungan sebanyak 1
Miliar dikarenakan meninggal dan PT. Bringin Life Syari’ah akan
terganggu dari segi ekonomi serta menjadi tidak stabil. Namun, PT.
Bringin Life Syari’ah melakukan Risk Sharing dengan Reasuransi.
Maka akan mengurangi dampak finansial dari risiko tersebut.
Berdasarkan teori yang sudah dijelaskan pada BAB II,
mengenai manajemen risiko. Maka telah ditemukan profil risiko yang
dapat mengancam tata kelola Perusahaan Asuransi Syari’ah. Pada
uraian ini peneliti akan menjelaskan profil risiko sebagai berikut:
3. Hasil Temuan Profil Risiko Pada PT. Bringin Life Syari’ah
a. Risiko Reputasi
Yaitu berkaitan dengan citra dan nama baik PT. Bringin Life
Syari’ah, mengenai agen Asuransi melakukan penyimpangan (deviasi) dan
tidak mampu membayar klaim peserta. Maka akan berakibat dengan
reputasi PT. Bringin Life Syari’ah, pada pemegang polis atau peserta dan
61
stakeholders. Berkaitan dengan itu semua PT. Bringin Life Syari’ah
menghindari ketidakpastiaan yang terjadi di akan datang. Menjadikan
setiap staf-staf yang memiliki Sumber Daya Manusia dan Sistem Informasi
Manajemen yang mendukung.
b. Risiko Kredit
Hal ini terjadi, disebabkan kelalaian atau pengelolan operasional
yang belum mampu mendeteksi risiko kredit, maka prosentase dari total
kredit yang diberikan terhambat. Pada risiko ini PT. Bringin Life Syari’ah
mengendalikan dengan membuat suatu anggaran awal dan anggaran
realisasi. Dimana dapat memenuhi setiap kebutuhan pemegang polis dan
stakeholders.
c. Risiko Legal (hukum)
Yaitu tidak adanya suatu hukum yang disahkan oleh Pemerintah
dan dalam proses pengendalian risiko telah melanggar hukum karena tidak
berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011.
PT. Bringin Life Syari’ah pada risiko ini telah mengikuti prosedur dari
Peraturan Menteri Keuangan dalam mengelola bisnis manajemen
Perusahaan Asuransi.
d. Risiko Pasar
Yaitu tidak terjual produk-produk yang sudah dipasarkan ke
masyarakat, maka manajer pemasaran harus membuat inovasi produk
Asuransi dan mengilustrasikan setiap produk untuk ketentuan kontribusi
yang diperoleh dalam pembayaran premi. PT. Bringin Life Syari’ah dalam
hal ini berusaha dalam memasarkan produk membuat ilustrasi kontribusi
62
untuk masing-masing peserta dalam ketentuan identitas kelahiran. Maka
tidak terjadi penyimpangan nilai kontribusi.
e. Risiko Operasional
Yaitu mengenai pekerjaan, misalnya apabila pekerjaan umumnya
dapat dilakukan dalam waktu yang tepat dan tidak banyak makan waktu,
tataran operasional pekerjaan sudah bagus dengan muatan manajemen
modern dan dapat diselesaikan dengan satu jam atau lebih. Namun apabila
yang terjadi operasional Perusahaan selesai berhari-hari maka hal yang
tentu terjadi adalah mengeluarkan banyak biaya (budget), dan akan
menimbulkan risiko operasional serta tidak profesional pegawai.
f. Risiko Finansial
Yaitu risiko mengenai keuangan seperti anggaran dan pendapatan
dari Perusahaan. Bringin Life Syari’ah selalu menitikberatkan bahwa
risiko finansial merupakan sesuatu peran terpenting dalam menjalankan
aktivitas Perusahaan, karena kewajiban Perusahaan Asuransi Syari’ah
adalah membayar klaim. Hal yang dapat terjadi risiko finansial, apabila
Bringin Life Syari’ah tidak memiliki uang cukup untuk memenuhi
kewajiban, maka akan mengakibatkan risiko finansial yang menyebabkan
kerugian, reputasi jelek, pemegang saham mundur, perombakan
manajemen, karyawan mengundurkan diri dan peserta menuntut klaim.
Berdasarkan profil risiko tersebut, PT. Bringin Life Syari’ah
berusaha untuk mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, memantau,
melaporkan, dan meminimalisir ketidakpastian pada potensial kerugian
yang akan datang.
63
Berkaitan dengan profil risiko tersebut, maka peneliti akan
memberikan penjelasan mengenai mekanisme tata kelola Perusahaan PT.
Bringin Life Syari’ah dalam menerapkan pengelolaan risiko pada Asuransi
Syari’ah yaitu:
a. Berbagi risiko finansial diantara peserta
Konsep ini menjelaskan bahwa peserta saling berbagi risiko (Risk
Sharing) diantara peserta itu sendiri. PT. Bringin Life Syari’ah hanya
dapat memastikan bahwa skema pembagian risiko dapat bekerja dengan
baik dalam upayanya memberikan benefit bagi para peserta. Tugas
operator PT. Bringin Life Syari’ah harus mampu mengidentifikasi,
menganalisis, dan memperhitungkan nilai kontribusi yang layak untuk
dibebankan kepada setiap peserta sehingga jumlah dana cukup untuk
menutup semua klaim yang muncul. Konsep ini dijelaskan pada gambar
berikut:
---------------------------------------
Risiko 2
Risiko 1
PESERTA
RISIKO 3
Dana Takaful
(Kontribusi
dikumpulkan
disini Klaim
juga Dibayar
Dari Dana ini)
Operator
TAKAFUL

Sebagai
wakil
untuk
mengelola Dana Takaful
dan mengelola risiko
Gambar. 4.1 Konsep Berbagi Risiko dalam Asuransi Syari’ah
64
Maka dalam konsep Asuransi Syari’ah tidak menggunakan
perpindahan risiko dari peserta ke operator Asuransi Syari’ah. Konsep
berbagi risiko dibagi diantara peserta, karena operator PT. Bringin Life
Syari’ah hanya sebagai agen (wakil) untuk membuat skema berbagi risiko
diantara peserta.
Sebagai gambaran umum pada konsep tersebut misalnya, di bagian
operasional yang akan menyeleksi semua risiko finansial, apabila ada
kesalahan dan kurang lengkap mengenai data peserta. Maka bagian
analisis risiko (underwriting) akan mengambil tindakan tunda (pending).
Dengan pengisian formulir identitas peserta dapat menentukan masingmasing risiko untuk berbagi diantara peserta.
Dalam hal ini, Bringin Life Syari’ah akan menerima remunerasi
dalam bentuk fee (model wakalah bil ujrah) atau memperoleh porsi dari
surplus (model mudharabah). Apapun model yang diterapkan PT. Bringin
Life Syari’ah, keuntungannya akan diberikan untuk para peserta. Apabila
PT. Bringin Life Syari’ah mendapatkan hasil maka diberikan, seandainya
tidak ada hasil maka tidak diberikan. Sebab PT. Bringin Llife Syari’ah
memberikan kepercayaan kepada peserta.
b. Perusahaan Asuransi bertindak sebagai operator/admin
Peran PT. Bringin Life Syari’ah hanya bertindak sebagai agen
(wakil) dari para pesertanya. Bekerja atas dasar fee (keuntungan)
menjadikan PT. Bringin Life Syari’ah dari waktu ke waktu akan
memberikan nilai tambah kepada para peserta agar mendapatkan
keuntungan yang layak diterima.
65
PT. Bringin Life Syari’ah berperan sebagai agen (wakil) maka
harus transparan dan bertanggung jawab kepada para peserta. Selain itu,
PT. Bringin Life Syari’ah akan lebih dekat dan terintegrasi ke dalam
praktik manajemen risiko yang menyeluruh. Serta PT. Bringin Life
Syari’ah memberikan ilustrasi mengenai perhitungan kontribusi disetiap
produk-produk Asuransi jiwa.
c. Pengelolaan Dana
Memperhitungkan
pengelolaan
dana
dengan
mekanisme
mudharabah (bagi hasil) antara peserta, kemudian diinvestasikan. Sebab
PT. Bringin Life Syari’ah merupakan Asuransi Jiwa jadi keuntungan
diperoleh dengan akad mudharabah. Dengan menggunakan akad
mudharabah dapat terlihat praktik maisir, gharar, dan riba sehingga dana
yang dikelola Asuransi jiwa Bringin Life Syari’ah tidak hangus dan tidak
memperoleh bunga.
d. Premi
Premi pada PT. Bringin Life Syari’ah terdiri dari premi dengan
unsur tabungan dan unsur tabarru’. Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan tabel mortalitas yaitu mengenai tabel kelahiran. Bringin Life
Syari’ah membuat ilustrasi dengan nama peserta, usia dan masa perjanjian.
Besarnya premi pada Asuransi Jiwa disebut dana Tabarru’.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dijelaskan dengan contoh
sebagai berikut:
Bapak Iskandar berusia 30 Tahun, menjadi Peserta Program
Bringin Dana Haji Syari’ah jangka waktu 10 tahun dan Premi Awal
66
tahunan sebesar Rp. 3.000.000,- dan pilihan peningkatan premi per Tahun
sebesar 10%.
Dengan Asumsi hasil investasi Netto per Tahun 12%. Bila Bapak
Iskandar ditakdirkan panjang umur sampai dengan akhir masa perjanjian
maka:
Penerima Manfaat akan menerima :13
-
Dana Tabungan
: Rp. 40.297.500,00
-
Bagian Hasil Investasi Peserta
: Rp. 24.495.098,23 (+)
Total : Rp. 64.792.589,23
Kemudian
menggunakan
Tabel
Kelahiran
untuk
menentukan
kontribusi yang diterima dari peserta tersebut.
ILUSTRASI
Nama Peserta
Usia
BRINGIN DANA Masa Perjanjian
Premi Tahunan Awal
HAJI SYARI’AH Kenaikan Premi [55, 10%, 20%]
% Tabarru’ dari Premi Tahunan
Biaya Administrasi
- Tahun I
: 30%
- Tahun II dst
: 3%
Nisbah bagi Hasil (Mudharabah)
- Peserta
: 80%
- Perusahaan
: 20%
Asumsi hasil Investasi Netto
: 12%
13
: Bapak Iskandar
: 30 Tahun
: 10 Tahun
: 3.000.000.00
: 10.00%
: 2.50%
Brosur, Bringin Dana Haji Syariah (Jakarta: Bringin Life Syariah, 2011)
67
Tabel 4.1
ILUSTRASI
BRINGIN LIFE SYARI’AH
Tahun
Ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Premi
Tahunan
Akumulasi
3,000,000.00
3,000,000.00
3,300,000.00
6,300,000.00
3,600,000.00
9,900,000.00
3,900,000.00
13,800,000.00
4,200,000.00
18,000,000.00
4,500,000.00
22,500,000.00
4,800,000.00
27,300,000.00
5,100,000.00
32,400,000.00
5,400,000.00
37,800,000.00
5,700,000.00
43,500,000.00
Tabungan
(a)
2,025,000.00
5,143,500.00
8,545,500.00
12,231,000.00
16,200,000.00
20,452,500.00
24,988,500.00
29,808,000.00
34,911,000.00
40,297,500.00
Sumber Brosur, Bringin
2011)
Dana
Kebajikan
33,999,800.00
36,553,400.00
38,593,800.00
40,688,900.00
42,887,700.00
44,814,100.00
45,475,700.00
44,437,900.00
41,859,700.00
39,087,200.00
Tabarru'
75,000.00
157,500.00
247,500.00
345,000.00
450,000.00
562,500.00
682,500.00
810,000.00
945,000.00
1,087,500.00
Bagi Hasil
Nilai Tunai
Klaim
(b)
(a)+(b)
Meninggal
194,400.00
2,219,400.00
36,219,200.00
706,838.40
5,850,338.40
42,403,738.40
1,595,062.89
10,140,562.89
48,734,362.89
2,922,364.92
15,153,364.92
55,842,264.92
4,758,111.96
20,958,111.96
63,845,811.96
7,178,330.70
27,630,830.70
72,444,930.70
10,266,346.45
35,254,846.45
80,730,546.45
14,113,483.71
43,921,483.71
88,359,383.71
18,819,834.15
53,730,834.15
95,590,534.15
64,792,598.23
103,879,798.23
24,495,098.23
Dana Haji Syari’ah, (Jakarta: Bringin Life Syari’ah,
Berdasarkan tabel ilustrasi tersebut dijelaskan bahwa, dana tabungan
untuk peserta sebsesar Rp. 40,297,500.00.- dan Bagian Hasil Investasi Peserta
sebesar Rp. 24,495,098.23 maka hasilnya dengan perhitungan ilustrasi
dijumlahkan menjadi Rp. 64.792.589,23. Karena Peserta Program Bringin
Dana Haji Syari’ah jangka waktu 10 tahun. Jadi menggunakan tahun ke-10
untuk menentukan hasil kontribusi tersebut.
68
e. Klaim
PT. Bringin Life Syari’ah sumber pembayaran klaim diperoleh dari
rekening tabarru’, yaitu tolong-menolong dari seluruh peserta. Sebab akad
tabarru’ pada Asuransi adalah akad yang dilakukan dalam bentuk hibah
dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong antar peserta, bukan untuk
tujuan komersil. Dengan demikian pembayaran klaim menggunakan akad
tabarru’.
Dari penjelasan di atas, PT. Bringin Life Syari’ah dalam
memberikan keuntungan dengan menggunakan berbagi risiko (Risk
Sharing) bukan memindahkan risiko ke Perusahaan (Transfer Risk). Maka
Bringin Life Syari’ah membuat pengelolaan risiko dengan menggunakan
manajemen risiko untuk mengetahui Perusahaan bekerja dengan baik.
Konsep Risk Sharing dapat dilihat berdasarkan karakteristik kontrak
sebagai berikut:
a. Antar policyholders saling menanggung setiap risiko yang ada atau
kerugian.
b. Ada saat membayar dan menerima bantuan untuk membagi risiko yang
ada.
c. Bukan bertujuan untuk mendapatkan return.
d. Implementasi dari saling menganggung adalah risk sharing diantara policy
holders.
69
B. Langkah-Langkah Untuk Meminimalisir (mitigasi) Risiko pada PT.
Bringin Life Syari’ah
Manajemen risiko pada Perusahaan Asuransi Syari’ah, maka PT.
Bringin Life Syari’ah mengambil tindakan mitigasi risiko.
Menurut Ferry N. Idroes, mitigasi risiko (mitigate risk) ialah menerima
risiko pada tingkat tertentu dengan melakukan tindakan untuk mitigasi risiko
melalui peningkatan kontrol, kualitas proses, serta aturan yang jelas terhadap
pelaksanaan aktivitas dan risikonya.14
Menurut Nanang Suryana, mengambil implementasi tindakan risiko
tersebut dengan menggunakan Actuarial Control Cycle dan Good Corporate
Govenance untuk meminimalisir risiko. Karena semua orang juga mempunyai
risiko, orang yang sudah membayar premi ke kita tapi tidak mendapatkan
klaimnya. Maka PT. Bringin Life Syari’ah dengan ini membuat solusi dari
atas terjadinya risiko tersebut.15
Berdasarkan uraian di atas, PT. Bringin Life Syari’ah mengambil
tindakan yang tepat untuk mengantisipasi risiko. Maka hal tersebut dapat
dijelaskan berdasarkan tindakan yang sudah diambil oleh PT. Bringin Life
Syari’ah. Hal ini dapat memberikan pengaruh positif terhadap PT. Bringin life
syari’ah.
Implementasi tindakan risiko (solusi) pada PT. Bringin Life Syari’ah
sebagai berikut:
1. Acturial Control Cycle
Menurut Jamshaid Islam yang dikutip dalam Wikipedia, The
actuarial control cycle is a specific business activity which involves the
application of actuarial science to real world business problems. Much
like the accounting control cycle, the actuarial control cycle requires a
professional within that field (i.e. an actuary) to specify a problem,
14
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendeketan 3 Pilar
Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia (Jakarta:
Rajawali Pers, 2008), h. 9
15
Wawancara Pribadi dengan Wakil Kepala Divisi Layanan Bisnis Syari’ah yaitu Nanang
Suryana S. MM. FSAI, Jakarta, 31 Maret 2011
70
develop a solution, monitor the consequences thereof, and repeat the
process..16
Actuarial control cycle sebagai suatu metode pemecahan masalah
dari berbagai risiko yang dihadapi dalam Perusahaan Asuransi jiwa sesuai
dengan manajemen risiko. Hasilnya terlihat pada setiap control cycle yang
dapat bekerja dengan baik.
Hal ini disesuaikan dengan tugas seorang aktuaria untuk
mengevaluasi kejadian-kejadian yang akan datang, mendesain cara untuk
mengurangi kemungkinan kejadian yang tidak diinginkan, menurunkan
dampak kejadian yang terjadi. Maka PT. Bringin Life Syari’ah
menggunakan metode Actuarial Control Cycle untuk menilai risiko yang
dapat terjadi pada Asuransi jiwa.
2. Good Corporate Governance (GCG)
Good Corporate Governance diartikan sebagai suatu proses dan
struktur yang digunakan oleh Perusahaan PT. Bringin Life Syari’ah untuk
mendorong pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan
risiko secara lebih efisien dan efektif, serta pertanggungjawaban PT.
Bringin Life Syari’ah kepada pendiri pemegang polis atau peserta dan
stakeholders yang lainnya.
16
2011
http://en.wikipedia.org/wiki/Actuarial_control_cycle diakses pada tanggal 04 April
71
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance meliputi :17
a. Transparansi (Transparency)
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan
mengenai lembaga dan kegiatan usaha.
b. Akuntabilitas (Accountability)
Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban PT. Bringin
Life Syari’ah, sehingga pengelolaan PT. Bringin Life Syari’ah
terlaksana secara wajar dan efektif.
c. Pertanggungjawaban ( Responsibility)
Kesesuaian di dalam pengelolaan PT. Bringin Life Syari’ah terhadap
ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan kegiatan yang
sehat.
d. Kemandirian ( Independency)
Suatu keadaan di mana PT. Bringin Life Syari’ah dikelola secara
professional, tanpa benturan dan pertentangan kepentingan serta
pengaruh tekanan dari pihak manapun juga, yang tidak sesuai dan/atau
menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
tidak berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan kegiatan yang sehat.
17
Wawancara Pribadi dengan Wakil Kepala Divisi Layanan Bisnis Syari’ah yaitu Nanang
Suryana S. MM. FSAI, Jakarta, 31 Maret 2011
72
e. Kewajaran (Fairness)
Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders
yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Kemudian di dalam Perusahaan Asuransi Syari’ah mengajarkan
pula empat fondasi mengenai Good Corporate Governance. Pada
umumnya dapat diterapkan di PT. Bringin Life Syari’ah sebagai berikut:
a. Sidiq (benar) yaitu hubungan pemegang saham, jajaran direksi dan
chief executive officer (CEO) yang mewakili kegiatan aktual dan suatu
Perusahaan harus dibangun berdasarkan kebenaran.
b. Amanah (terpercaya) yaitu terpercaya dan dapat diandalkan dari
masing-masing otoritas Perusahaan dan dengan orang-orang yang
dapat dipercaya, maka PT. Bringin Life Syari’ah mampu menjalankan
tatakelola Perusahaan yang sehat dan terpercaya.
c. Tabligh (penyampaian) yaitu PT. Bringin Life Syari’ah menyampaikan
berbagai informasi bisnis dan laporan-laporan secara transparan dan
akuntabilitas kepada setiap peserta Asuransi dan kepada jajaran
pemegang saham atau otoritas tertinggi. Sehingga penyampaian yang
dilakukan tersampaikan dengan efektif dan efisien.
d. Fathonah (cerdas) yaitu PT. Bringin Life Syari’ah memiliki skill dan
kemampuan sesuai dengan job descripstion yang telah ditentukan.
Hanya dengan orang-orang cerdas seperti: Direktur, CEO, dan
Karyawan lainnya yang berada dalam suatu Perusahaan maka bisnis
73
akan menghadapi tantangan dan memenangkan sebuah persaingan
yang sehat. Sehingga risiko-risiko yang terjadi akan cepat, akurat, dan
tepat dideteksi sejak dini. Misalnya, pimpinan cabang Asuransi
Syari’ah
mampu
mengambil
keputusan
terpogram
dan
tidak
terprogram sesuai dengan risiko yang ada di dalam Perusahaan.
Good Corporate Governance (GCG) diperlukan agar Perusahaan
Asuransi khususnya PT. Bringin Life Syari’ah dikelola sesuai dengan
prinsip-prinsip Syari’ah dengan empat fondasi yaitu: sidiq, amanah,
tabligh, dan fathonah. Sehingga tidak merugikan para pemegang polis dan
stakeholders lainnya.
Kualitas tata kelola PT. Bringin Life Syari’ah menggunakan Good
Corporate Governance untuk menjalankan visi, misi, maksud dan tujuan,
dan program-program berjalan dengan efektif dan efisien. Dan sebagai
pedoman pelaksanaan tugas sehari-hari. Sehingga kecil untuk terjadinya
risiko-risiko. Hasil usaha dan keberhasilan serta kelancaran dan
kelangsungan pelaksanaan kegiatan PT. Bringin Life Syari’ah sangat
tergantung pada terselenggaranya tata kelola yang baik, yang dijalankan
dan dilaksanakan serta dibina terus menerus oleh seluruh jajaran PT.
Bringin Life Syari’ah. Untuk itu semua jajaran tertinggi dan staf-staf
memiliki hubungan keharmonisan dalam menjalankan berbagai aktivitas
ekonomi di PT. Bringin Life Syari’ah.18
18
Wawancara Pribadi dengan Wakil Kepala Divisi Layanan Bisnis Syari’ah yaitu Nanang
Suryana S. MM. FSAI, Jakarta, 4 Mei 2011
74
Dengan demikian diterapkannya Kebijakan Good Corporate
Governance ini, semua insan PT. Bringin Life Syari’ah akan memahami
dan menyadari sepenuhnya, bahwa harus dikelola secara terencana,
terbuka, jujur, dan dengan perhitungan risiko yang baik serta menerapkan
sistem pengawasan yang teratur, mengetahui dan memahami batasanbatasan tatakelola bagi masing-masing insan PT. Bringin Life Syari’ah
sehingga akan tercipta lingkungan kerja yang baik dengan hubungan
kewenangan serta tanggung jawab yang baku dan terbuka, dan
menghormati keberadaan, fungsi dan kedudukan serta peranan masingmasing insan PT. Bringin Life Syari’ah secara lebih tepat, sehingga dapat
menjalin dan memelihara serta mempertahankan hubungan kerja yang baik
dan harmonis dan saling mendukung, serta pelaksanaan dan komitmen
tinggi terhadap Good Corporate Governance ini dapat menjadi perisai
yang baik sebagai perlindungan dan pencegahan terjadinya hal-hal yang
tidak diharapkan.
Selain itu, PT. Bringin Life Syari’ah memberikan gambaran umum
mengenai terjadinya risiko yang berdampak pada Perusahaan Asuransi, maka
hal yang akan terjadi dari kertidakpastiaan tersebut ialah Perusahaan
mengalami ketidakstabilan dalam manajemen Perusahaan Asuransi sebagai
berikut:
1. Pergantian manajemen
2. Pencabutan saham
3. Akuisisi dijual
4. Pengunduran diri karyawan
75
Dengan demikian hal tersebut merupakan dampak ketika sebab-sebab
kerugian atau risiko Perusahaan. Maka kebangkrutan yang akan terjadi bagi
Perusahaan dan peserta mengundurkan diri sebagai peserta Asuransi. Pada
kasus seperti ini Perusahaan Asuransi tidak dapat beroperasi lagi.
PT. Bringin Life Syari’ah melakukan selektif setiap profil risiko secara
Corporate dan Pertanggungan. Bahwa hal tersebut dapat diidentifikasi,
analisis dan kontrol risiko pada PT. Bringin Life Syari’ah karena melakukan
mitigasi risiko yang cukup baik dalam manajemen risiko. Kemudian PT.
Bringin Life Syari’ah melaksanakan risk sharing antar peserta. Sehingga
risiko yang akan terjadi dengan cepat teridentifikasi dari para operator PT.
Bringin Life Syari’ah.
Dengan demikian dapat digambarkan posisi Asuransi Syari’ah dalam
Risk Management, sebagai berikut:
76
CORPORATE RISK MANAGEMENT
DEVELOP RISK
MANAGEMENT PHILOSOPHY
Monitor
WHITE THE RISK
MANAGEMENT STATEMENT
Communicate
Review
IDENTIFY RISK
Define
Tasks
Publish
ANALYZE RISK
Apply
Identification
Technique
Relate &
Update the
Statement
Measure Impact
(Frequency &
Seventy)
RISK CONTROL
Reduce
Pre-Loss
Retain
Post-Loss
Risk Sharing
Wakalah
Contract,
Mudharabah
Contract
Kafalah
Jua’lah
Etc.
Sharia Insurance/Takaful
Gambar. 4. 2 Posisi Asuransi Syari’ah dalam Risk Management
77
Berdasarkan gambar tersebut keberhasilan Implementasi Manajemen
Risiko Pada PT. Bringin Life Syari’ah melakukan identifikasi, analisis,
kontrol risiko dan dilaporkan dalam pembuatan Laporan Keuangan
berdasarkan metode Risk Base Capital. Risk Base Capital suatu alat untuk
mengukur tingkat kesehatan keuangan usaha Asuransi dengan prinsip
Syari’ah.
Dengan demikian PT. Bringin Life Syari’ah dalam proses manajemen
risiko dan memitigasi risiko dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman
operasional dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 dan
Nomor 18 pada Perusahaan Asuransi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syariah, penerapan
manajemen risiko berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen dan
pengendalian risiko dilakukan berdasarkan dengan prinsip syariah. Dengan
bersumber
pada
pedoman
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
11/PMK.010/2011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan
Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah dan Buku Pedoman Operasional
Bringin Life Syariah. Dengan ini PT. Bringin Life Syari’ah belum
mengalami risiko-risiko yang signifikan. Sebab PT. Bringin Life Syari’ah
dengan cepat mengintegrasikan semua alat manajemen risiko seperti
mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, dan memantau serta
melaporkan setiap risiko. Kemudian membedakan dengan risiko
perusahaan dan pertanggungan, karena Bringin Life Syariah bergerak
dibidang asuransi jiwa sehingga selalu melakukan seleksi risiko dari daftar
riwayat hidup peserta agar tidak menuju ke arah Moral Hazard. Serta dari
berbagai profil risiko yang ada selalu memperhatikan risiko finansial sebab
risiko finansial merupakan hal yang paling terpenting dalam menjalankan
aktivitas ekonomi di PT. Bringin Life Syari’ah, karena berdampak pada
setiap profil risiko seperti, risiko pasar, risiko operasional, risiko hukum,
78
79
risiko reputasi. Oleh karena itu PT. Bringin Life Syari’ah dengan cepat
memitigasi (meminimalisir) setiap risiko.
2. Dalam hal ini PT. Bringin Life Syari’ah, melakukan mitigasi risiko dengan
dua solusi yaitu menggunakan Actuaial Control Cycle dan Good
Corporate Governance. Actuarial control cycle sebagai suatu metode
pemecahan masalah dari berbagai risiko yang dihadapi dalam perusahaan
asuransi jiwa sesuai dengan manajemen risiko. Hasilnya terlihat pada
setiap control cycle yang dapat bekerja dengan baik. Dan Good Corporate
Governance (GCG) diperlukan agar perusahaan asuransi khususnya PT.
Bringin Life Syari’ah dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
dengan empat fondasi yaitu: sidiq, amanah, tabligh, dan fathonah.
Sehingga tidak merugikan para pemegang polis dan stakeholders lainnya.
Menerapkan solusi tersebut, hasilnya terlihat pada penerapan Actuarial
Control Cycle dan Good Corporate Governance. Berkaitan dengan itu,
operator asuransi syariah dalam menjalankan bisnis perusahaan asuransi
dapat memberikan tanggungjawab terhadap pemegang polis atau peserta
dan stakeholders lainnya. Dengan demikian dalam melakukan tatakelola
perusahaan di PT. Bringin Life Syari’ah sesuai dengan visi, misi, tujuan,
program, fungsi manajemen dan fondasi good corporate governance.
Hasilnya akan dibuatkan laporan keuangan yaitu dengan menggunakan
metode Risk Base Capital yang selalu diterbitkan pada triwulanan dalam
media massa (cetak dan elektronik).
80
B. Saran
1. Pemerintah
a. Pemerintah sebagai pihak regulator maka harus lebih serius
memperhatikan perkembangan Asuransi Syariah dalam menjalankan
Manajemen Risiko, agar ada sinkronisasi pada kesehatan keuangan
usaha Asuransi yang sudah diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 11/PMK.010/2011. Sehingga PT. Bringin Life Syari’ah dapat
mengidentifikasi setiap risiko perusahaan dan pertanggungan dengan
profesional. Serta harus selalu memperhatikan kinerja Sumber Daya
Manusia dan memilik Sistem Informasi Manajemen yang baik untuk
pengelolaan risiko.
2. Perusahaan
a. Dalam Implementasi Manajemen Risiko Di PT. Bringin Life Syariah
hal yang terpenting adalah mengidentifikasi, proses ini merupakan
langkah awal yang dilakukan PT. Bringin Life Syari’ah. Karena dari
proses identifikasi dapat diketahui berbagai risiko yang terjadi di PT.
Bringin life syari’ah. Dengan demikian PT. Bringin Life Syari’ah
harus lebih cermat, cepat, dan teliti untuk mengidentifikasi setiap profil
risiko, agar risiko dapat dideteksi sejak dini.
b. Manajemen Risiko PT. Bringin Life Syari’ah sudah cukup baik,
namun perlu diperhatikan terus profil risiko yang akan dapat
mempengaruhi aktivitas ekonomi. Kemudian harus lebih serius dalam
proses penyeleksian risiko pada peserta atau pertanggungan,
81
khususnya pada bagian operasional yaitu underwriting. Hingga pada
akhirnya tidak terjadi risiko yang siginifikan pada peserta.
3. Nasabah atau Peserta Asuransi
a. Nasabah atau Peserta Asuransi, sebagai pihak pembeli asuransi maka
harus lebih memperhatikan dalam proses mengisi identitas pribadi atau
daftar riwayat hidup dalam pengisian formulir pada pihak agen, untuk
menjadi peserta asuransi. Sebab untuk mengidentifikasi risiko-risiko
yang akan timbul pada peserta di akan datang. Dengan demikian PT.
Bringin Life Syari’ah dapat menentukan premi yang akan dibayar oleh
peserta atau pemegang polis baru.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hasan. Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta: Kencana, Cetakan
Pertama 2004.
Brosur, Bringin Dana Haji Syariah. Jakarta: Bringin Life Syariah, 2011.
Departemen Agama RI, al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya. Bandung: PT
Syaamil Cipta Media, 2002.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cetakan Pertama
Dewi, Gemala. Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah
Di Indonesia. Jakarta: Kencana, Cetakan ke Empat 2007.
Echols, John M dan Shadily, Hassan, Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1996
Effendy, Mochtar. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam.
Palembang: Universitas Sriwijaya, Cetakan Ketiga 2009.
http://en.wikipedia.org/wiki/Actuarial_control_cycle diakses pada tanggal 04
April 2011
Idroes, Ferry N. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendeketan 3 Pilar
Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di
Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers, 2008.
Ismanto, Kuat., Asuransi Syariah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, Cetakan Pertama 2009.
Iqbal, Muhaimin. Asuransi Umum Syariah dalam Praktik Upaya Menghilangkan
gharar, Maisir, dan Riba. Jakarta: Gema Insani Press, Cetakan Pertama
2005.
Muslim, Abu al-Husain Ibnu Hajjaj Ibnu Muslim Ibnu Warod al-Qusyairi alNisaburi, Shahih Muslim dalm Bab Tarohumul Mukminin Wa
ta’aatufuhum wata’aadhuduhum, juz 12
Nasuhi, Hamid dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (CeQDA (Center for
Quality Development And Assurance) UIN Syarif Hidayatullah, Cetakan
Pertama 2007.
Poewandari, Kristi. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia.
Jakarta: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005.
82
83
Salim, Abbas. Asuransi Manajemen Risiko. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
Cetakan Ketujuh 2003.
Salinan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK. 010/2011 Tentang
Kesehatan keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan
Prinsip Syari’ah dari http://www.sjdh.depkeu.go.id/fullText/2011/11PMK.010-2011Per.HTM
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA, Cetakan ke Enam 2006.
Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (Life And General): Konsep Dan
Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani Press, 2004.
Sumber Data Arsip PT. BRIngin Life Syariah Jakarta
Sya’rawi, Muhammad Mutawalli. Anda bertanya Islam menjawab Jakarta: Gema
Insani Press, 1999, Cetakan 15
86
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
Implementasi Manajemen Risiko di PT. Asuransi Jiwa Bringin Life Syariah
Nama
: Nanang Suryana, S. MM. FSAI (Informan 1)
Jenis Kelamin informan
: Laki-laki
Jabatan
: Kepala Divisi Layanan Bisnis Syariah
Tanggal wawancara
: 31 Maret 2011
Waktu wawancara
: 17:00 s/d 18.00 WIB
Tempat wawancara
: PT. Bringin Life Syariah, Jl. Hr. Rasuna Said
Blok X-1, Kav, 8-9 Jakarta 12950.
Pertanyaan :
1. Berkaitan dengan manajemen risiko, apa yang Anda ketahui mengenai
manajemen risiko pada PT. Asuransi Jiwa Bringin Life Ssyariah?
2. Apa yang Anda ketahui mengenai profil risiko pada PT. Asuransi Jiwa
Bringin Life Syariah?
3. Apakah solusi untuk meminimalisir setiap risiko?
Interviewer
Interviewee
Iin Irnawati
Nanang Suryana, S. MM. FSAI
87
Wawancara dengan Pak Basuki Achmad, SE
Nama
: Basuki Achmad, SE (Informan 2)
Jenis Kelamin informan
: Laki-laki
Jabatan
: Kepala Bagian Operasional PT Asuransi Jiwa
Bringin Life Syariah
Tanggal wawancara
: 4 April 2011
Waktu wawancara
: 12.20 s/d 13.00 WIB
Tempat wawancara
: PT. Bringin Life Syariah, Jl. Hr. Rasuna Said
Blok X-1, Kav, 8-9 Jakarta 12950.
Pertanyaan :
1. Apakah risiko-risiko yang pernah terjadi dalam asuransi syariah??
2. Bagaimanakan meminimlalisir setiap risiko tersebut dan konsep risiko apa
yang digunakan untuk mengatasi risiko?
3. Bagaimanakah menghitung kontribusi setiap peserta?
4. Apakah dampak dari risiko yang dihadapi asuransi syariah?
Interviewer
Interviewee
Iin Irnawati
Basuki Achmad, SE
88
PEDOMAN WAWANCARA
Implementasi Manajemen Risiko Di PT. Asuransi Jiwa Bringin Life Syariah
Nama
: Nanang Suryana, S. MM. FSAI (Informan 1)
Jenis Kelamin informan
: Laki-laki
Jabatan
: Kepala Divisi Layanan Bisnis Syariah
Tanggal wawancara
: 31 Maret 2011
Waktu wawancara
: 17:00 s/d 18.00 WIB
Tempat wawancara
: PT. Bringin Life Syariah, Jl. Hr. Rasuna Said
Blok X-1, Kav, 8-9 Jakarta 12950.
Jawaban dari Bapak Nanang Suryana, S. MM. FSAI (Informan 1)
1. Makhluk hidup ada risiko, oleh karena itu kita di anugerahi akal oleh
Tuhan. Maka kita bisa menghindari risiko. Contohnya kalau kita tahu
risiko jantung, risiko kanker, makanya kita harus menghindari risiko. Ada
risiko meninggal, risiko sakit, menghindarinya dengan cara mengubah
pola makan, gaya hidup
dan mengganti pola konsumen. Tapi risiko
meninggal tidak bisa dihindari, atas terjadinya risiko meninggal yang perlu
kita antisipasi adalah kerugian finansialnya (keuangan) yang diakibat
meninggalnya seseorang, pasti menimbulkan banyak kerugian bagi
keluarga terdekat. Oleh karena itu untuk menggantikan nilai ekonomis atas
meninggalnya seseorang makanya kalau ada risiko bisa juga dialihkan,
bukan dialihkan kematiannya, tapi dialihkan kerugian finansialnya dengan
cara asuransi. Tetapi bukan berarti juga panjang usia juga tidak
mempunyai risiko, karena siapa yang membatasi seperti nenek dan kakek.
89
Di dalam asuransi ada individu dan kumpulan, kita buat perjanjian
adakalnya semua perjanjian itu menguntungkan perusahaan, adakalnya
kita perlu antisipasi sehingga tidak menimbulkan dampak financial yang
mengerikan risiko, ada risiko dituntut dan risiko di gagalkan (failed).
Makanya perlu kita memanajemen setiap risiko tersebut.
2. Ada risiko finansial, risiko kredit, risiko pasar, risiko reputasi, risiko legal
(hukum), dan risiko operasional. Misalnya pada risiko operasional yang
mestinya kita bekerja, tataran operasionalnya sudah bagus dengan muatan
manajemen modern dapat selesai dengan 1 jam atau lebih. Kalau
operasionalnya selasai berhari-hari maka kita perlu biaya. Operasional
yang jelek itu risiko juga. Dan yang terpenting adalah risiko finansial kita
punya perusahaan, apa kewajiban perusahaan??? kewajiban perusahaan
asuransi adalah membayar klaim. Risikonya adalah kita tidak punya uang
cukup untuk memenuhi kewajiban. Jadi itu risiko finansial yang
menyebabkan kerugian, reputasi jelek, pemegang saham mundur atau
berkurang. Kalau kita berbicara syariah kita identifikasi terlebih dahulu
dari masing-masing risiko. Perusahaan mempunyai kesamaan reputasi.
Setiap perusahaan mempunyai risiko khususnya asuransi memiliki risiko
reputasi, ketidakpastiaan bahwa seseorang tidak mengetahui beberapa
orang yang meninggal. Risiko legal (hukum), risko operasional dan risiko
finansial. Semua orang juga mempunyai risiko orang yang sudah
membayar premi ke kita tapi tidak mendapatkan klaimnya.
90
3. Semua orang juga mempunyai risiko orang yang sudah membayar premi
ke kita tapi tidak mendapatkan klaimnya. Oleh karena itu solusinya
membuat.
a. Actuarial Control Cycle, bagaimana control cycle itu bekerja
b. Penerapan good corporate governance (prinsip-prinsip perusahaan yang
sehat)
Ini langkah-langkah untuk risiko financial, apakah bringin life sudah
menjalankan
risiko
dengan
baik
dan
sudah
optimalkah.
91
Wawancara dengan Pak Basuki Achmad, SE
Nama
: Basuki Achmad, SE (Informan 2)
Jenis Kelamin informan
: Laki-laki
Jabatan
: Kepala Bagian Operasional PT Asuransi Jiwa
Bringin Life Syariah
Tanggal wawancara
: 4 April 2011
Waktu wawancara
: 12.20 s/d 13.00 WIB
Tempat wawancara
: PT. Bringin Life Syariah, Jl. Hr. Rasuna Said
Blok X-1, Kav, 8-9 Jakarta 12950.
Jawaban dari Bapak Basuki Achmad, SE (Informan 2)
1. Risiko sosial adalah tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang
menyebabkan penyimpangan yang diharapkan. Di bringin ada moral
hazard yaitu bahaya yang ditimbulkan akibat moral seseorang yang ingin
memperoleh keuntungan dari berasuransi. Risiko fisik adalah fenomena
alam, ada yang terjadi di internal perusahaan maupun terhadap nasabah.
Internal perusahaan seperti kebakaran, banjir, gempa bumi dan lain-lain.
Tapi selain daripada perusahaan sendiri nasabahnya pun kalau terjadinya
tsunami akan berdampak pada perusahaan karena ada banyak permintaan
klaim dari para nasabah. Risiko ekonomi adalah ada inflasi, inflasi local,
misalnya terjadi inflasi disebabkan karena eeeehh kenaikan harga di semua
sector sementara kita sudah menganggarkan satu polis biayanya ada
92
50.000 satu kumpulan premi yang diambil dari total 1 miliar dan
300.000.000 dari perusahaan. Karena adanya inflasi biayanya meningkat
artinya apa yang kita prediksi 30% malah lebih dari 1 miliar. Maka kita
mengambil dari uang modal untuk menyelesaikan kredit inflasi itu.
Ekonomi itu kan investasi di Indonesia tahun 2008 sampai minus
dampaknya tidak langsung terjadi. Kalau syariah konsepnya wakalah bil
ujrah dan mudharabah (bagi hasil), kalau ada hasil berarti di bagi tapi
kalau tidak ada hasil berarti tidak dibagi. Karena dampaknya investasi
kepada kepercayaan nasabah, misalnya, ngapain- saya naroh-naroh kalau
tidak ada hasilnya, mendingan dikonvensional ada garansinya
karena
memiliki garanted untuk nasabah.
2. ASURANSI,,, dalam hal ini lebih kepada tidak menghindari tapi lebih
kepada mengendalikan. Memperkecil dampak dari risiko, karena kita tahu
kalau seandainya seseorang memiliki risiki tinggi seperti penyakit akut.
Artinya kalau seseorang tersebut meninggal uang 1 miliar keluar bringin
akan goyah dari sisi finansial, orang itu meninggal tidak keluar 1 miliar
karena kita melakukan sharing risiko dengan reasuransi (melakukan
sharing risiko dengan reasuransi untuk mengurangi dampak financial
daripada risiko itu terutama terkait dengan nasabah. KARENA BRINGIN
adalah asuransi jiwa maka terkait dengan kematian, hampir dipastikan
semuanya meninggal kita tidak bisa menghindari tetapi mengontrol atau
meminimalisir termasuk nasabah yanga da di sini kalau uang
pertanggungan diambil erbisinya ketahuan dari pemerintah bisa mengukur
93
sendiri dan nasabah pun dapat melihatnya di Koran. RISIKO INVESTASI
harus dipantau terus mengenai NAVnya setiap minggunya. Bringin life
mengikuti reksadan campuran karena tidak berisiko.
3. Kalau dari kontribusi ada Tabarru’, Tabungan, Ujrah.
Bagaimana
menghitungnya dengan menggunakan table mortality (kematian)
atau
table yang berisi tingkat kematian pada usia tertentu dalam populasi
tertentu. Table mortality ada terbitan dari Amerika dan Indonesia table 93.
Table mortality adalah berapa tabarru yang dipakai seseorang.
4. DAMPAK,,, Kalau sudah terjadi hal-hal yang bikin perusahaan goyah
maka akan melakukan:
-
Pergantian manajemen
-
Pergantian komisaris
-
Sahamnya akan dicabut
NASABAH
mengundurkan
diri,
manajemen
harus
buru-buru
mengumumkan kalau kita sudah sehat, agar nasabah tidak meminta lebih awal
haknya atau mengetahuinya lebih dulu. Kalau tidak bisa berarti harus
memberikan haknya.
Download