ABSTRAKSI Boy Ichsan/ 30401275/ 20013137711950016 Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Hias Air Tawar Laporan Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri. Universitas Gunadarma, 2010 Kata Kunci : Kelayakan, Budidaya Ikan Hias, Pengembangan usaha (xvii + 60 + Lampiran) Budidaya ikan hias merupakan usaha yang prospektif, seiring dengan meningkat kebutuhan masyarakat. Terkait dengan hal tersebut perlu dilakukan suatu analisis kelayakan usaha/bisnis budidaya ikan hias, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kelayakan usaha/bisnis yang sangat berguna bagi investor. Penelitian ini melakukan analisis kelayakan usaha/bisnis budidaya ikan hias yaitu untuk jenis ikan Mas Koki dan ikan Manfish. Penelitian dilakukan didaerah Telaga Ciseeng Bogor. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan studi kepustakaan, pengamatan langsung dan wawancara dengan peternak ikan hias, dan metode analisis data meliputi aspek yang dikaji terbagi 2 bagian yaitu,aspek primer dan aspek sekunder. Aspek primer ini terdiri atas aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek keuangan. Sedangkan pada aspek sekunder ialah aspek ekonomi dan sosial membahas tentang pengaruh dengan adanya budidaya ikan hias air tawar terhadap lingkungan dan sosial masyarakat sekitar. Penelitian analisis kelayakan usaha ini menggunakan metode payback period (PP), yaitu suatu metode yang mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Metode Net Present Value (NPV), yaitu metode yang menghitung selisih nilai dengan penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Metode Internal Rate of Return (IRR), yaitu untuk mencari tingkat bunga. Metode Profitability Index (PI), yaitu untuk mencari nilai. untuk penilaian pola investasi menggunakan 3 pola investasi, hasil pola investasi (1) penilaian investasi menunjukan Payback Period 4 tahun 6 bulan, NPV positif sebesar 9,411,568, IRR 17,37%, PI 1,5, hasil pola investasi (2) penilaian investasi menunjukan PP 5 tahun 9 bulan, NPV 5,447,698, IRR 15,88%, PI 1,4, hasil pola investasi (3) PP 6 tahun, NPV 19,465,138, IRR 14,36, PI 1,7. Maka dapat disimpulkan penelitian dari berbagai aspek kelayakan investasi proyek ini dapat dijalankan dan dikembangkan. Daftar Pustaka (1994 – 2010). ABSTRACT Boy Ichsan / 30401275 / 20013137711950016 Business Feasibility Analysis for Freshwater Fish Farming Final Report. Department of Industrial Engineering, Faculty of Industrial Technology Gunadarma University, 2010 Keywords: Feasibility, Ornamental Fish, Business Development (xvii + 60 + Annex) Ornamental fish culture is a prospective business, along with the increasing needs of the community. Related to this is need a feasibility analysis of the business are ornamental fish culture, so as to give a clear picture about the feasibility of the business are very useful for investors. This study analyzed the feasibility of the business culture of ornamental fish for species of fish and fish Manfish Mas Koki. The study was conducted in the area Lake Ciseeng Bogor. Methods of research conducted using literature study, direct observation and interviews with ornamental fish breeders, and methods of data analysis includes aspects that were examined are divided into 2 parts, aspects of primary and secondary aspects. This primary aspect consists of the market and marketing aspects, technical aspects and technologies and financial aspects. While in secondary aspect is the economic and social aspects to discuss about the influence of the presence of freshwater ornamental fish culture to environment and social community. This feasibility analysis study using the method of payback period (PP), which is a method that measures how quickly the investment can be returned. Method of Net Present Value (NPV), which is the method that calculates the difference in value with the net cash proceeds in the future. Methods Internal Rate of Return (IRR), namely to find the interest rate. Methods Profitability Index (PI), which is to seek value. for the assessment of investment patterns use 3 patterns of investment, the investment pattern (1) rating indicates investment Payback Period of 4 years 6 months, amounting to 9,411,568 positive NPV, IRR 17.37%, PI 1.5, the pattern of investment (2) rating indicates investment PP 5 years 9 months, 5,447,698 NPV, IRR 15.88%, PI 1.4, the pattern of investment (3) PP 6 years, 19,465,138 NPV, IRR 14.36, PI 1.7. So it can be concluded feasibility study of various aspects of project investments can be run and developed. Bibliography (1994-2010). Latar Belakang Sektor ikan hias di Indonesia dewasa ini sedang berkembang pesat. Fenomena ini timbul akibat minat masyarakat lokal terhadap ikan hias semakin meningkat, hal ini dapat dibuktikan dengan selalu ramainya pusat pembelanjaan ikan hias pada waktu liburan. Ikan hias adalah suatu jenis ikan yang dipelihara oleh manusia dengan tujuan sebagai hiasan. Memelihara ikan hias dapat dilakukan oleh masyarakat sebagai salah satu alternative untuk menghibur diri. Jenis ikan hias yang ada dialam ini dibagi menjadi dua jenis kelompok berdasarkan asal perairan hidupnya, yaitu ikan hias air laut dan ikan hias air tawar. Ikan hias air tawar dapat diperoleh dengan cara pembudidayaan, tetapi ikan hias air laut belum dapat di budidayakan. Sampai saat ini ikan hias air laut hanya bisa diperoleh dengan menangkapnya dari alam. Ikan hias air tawar didunia yang sudah diamati dan diteliti oleh ahli perikanan ada sekitar 110.000 jenis. Ikan hias air tawar yang ada diperairan Indonesia ada sekitar 300 jenis. Ikan hias merupakan salah satu barang perdagangan yang bisa diekspor atau dijual kepasar luar negeri. Penjualan ikan hias kepasaran luar negeri tentunya memberikan keuntungan bagi Negara dalam menambah devisa. Dari 300 jenis ikan hias air tawar diperairan Indonesia, menurut balai penelitian perikanan air tawar, yang merupakan ikan hias asli Indonesia hanya ada 55 jenis. Ikan hias yang dijual ke luar negeri adalah ikan hias yang sudah dapat dibudidayakan di dalam negeri. Dari berbagai jenis ikan hias yang di ekspor atau dijual keluar negeri ada juga jenis ikan hias air tawar yang bukan merupakan ikan hias asli perairan Indonesia. Hal ini terjadi karena jenis ikan hias dari luar tersebut sudah dapat dibudayakan di Indonesia, contoh jenis ikan hias tersebut adalah ikan Discus, Ikan Manfish atau angel Fish. Saat ini budidaya ikan hias sangat menguntungkan karena pasaran ikan hias sudah jelas. Pengembang biakan ikan hias air tawar akan berhasil dengan baik jika semua kebutuhan ikan yang akan dibudidayakan dapat terpenuhi. Kebutuhan pengembang biakan ikan hias air tawar meliputi ruang makanan dan oksigen. Identifikasi Masalah Ikan hias air tawar merupakan peluang besar untuk usaha dikarenakan kebutuhan msyarakat yang semakin meningkat, sedangkan pasokan ikan yang sedikit sehingga perlu adanya suatu analisis dari berbagai sisi Untuk itu perlu dilakukannya suatu penelitian tentang studi kelayakan usaha yang akan ditinjau dari berbagai aspek yang terkait. Studi kelayakan ini untuk mengetahui besarnya dana investasi yang dibutuhkan, pasar yang ada, teknis dan teknologi. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah untuk melakukan analisa kelayakan usaha budidaya ikan konsumsi air tawar dan budidaya ikan hias air tawar ditinjau dari berbagai aspek, tentang aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi dan aspek keuangan. Ruang Lingkup Penelitian Dalam melakukan analisis kelayakan ini banyak aspek yang berhubungan dengan pengaruh dan manfaat yang harus dibahas dalam perencanaan dalam menganalisis kelayakan usaha, aspek yang dikaji terbagi 2 bagian yaitu, aspek primer dan aspek sekunder. Aspek primer ini terdiri atas aspek pasar dan pemasaran dilihat dari permintaan pasar, penawaran, produk, serta strategi pemasaran. Aspek teknis dan teknologi, memprediksi kelayakan teknis dengan cara melihat lokasi usaha atau proyek, teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk menilai lokasi yang sesuai dengan keinginan perusahaan dapat digunakan berbagai metode sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Paling tidak ada tiga metode yang dapat digunakan dalam menilai suatu lokasi sebelum diputuskan, yakni metode penilaian hasil, metode perbandingan biaya, metode analisis ekonomi. Aspek keuangan, membahas tentang biaya untuk investasi, aliran kas, dan penilaian investasi. Kriteria kelayakan finansial yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Profitability Index (PI) Average Rate of Return (ARR), Sedangkan pada aspek sekunder disini, ialah aspek ekonomi dan sosial. Aspek ekonomi dan sosial membahas tentang pengaruh dengan adanya budidaya ikan hias terhadap lingkungan dan sosial masyarakat sekitar. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini mengikuti sistematika penulisan terdiri dari 5 bab, yaitu, Bab I pendahuluan, bab II tinjauan pustaka, bab III metodologi penulisan, bab IV analisis dan pembahasan, bab V kesimpulan dan saran. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Ada beberapa teori yang mengemukakan tentang studi kelayakan (feasibility study), namun pada dasarnya semua teori tersebut mempunyai tujuan yang sama tentang layak atau tidak suatu proyek (biasanya proyek investasi) itu dilaksanakan. Yang dimaksud dengan studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang ilmu pengetahuan yang dilaksanakannya, suatu proyek biasanya merupakan proyek investasi, dilaksanakan dengan berhasil (Husnan, 1994). Studi kelayakan usaha/proyek adalah suatu penyelidikan yang mendalam atas suatu rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam waktu yang akan datang, sehingga dapat diketahui kewajaran dan kemanfaatannya (Icksan, 1997). Tujuan Studi Kelayakan usaha Tujuan studi kelayakan adalah untuk memberikan gambaran serta arahan atas seperangkat tindakan investasi agar secara ekonomis maupun teknis menguntungkan sehingga kegagalan investasi seminim mungkin dapat dihindari.Studi kelayakan usaha/bisnis bertujuan untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 1994). Intensitas atau kedalaman studi untuk berbagai usaha/bisnis berbeda, tergantung pada hal-hal sebagai berikut: besarnya dana yang diinvestasikan, tingkat kepastian/ketidakpastian hasil usaha/bisnis, kerumitan unsur-unsur yang mempengaruhi usaha/bisnis. Suatu studi kelayakan usaha/bisnis biasanya diperlukan oleh: penanam modal, pemberi pinjaman modal, dan Pemerintah untuk mengkaji manfaat usaha/bisnis untuk perekonomian nasional/daerah.Studi kelayakan adalah suatu usaha usulan atau anjuran untuk melakukan suatu investasi proyek yang secara ekonomis dan teknis adalah memungkinkan untuk dilaksanakan, atau merupakan studi tentang pendirian suatu proyek dengan memperhatikan aspek-aspek kelayakan suatu proyek baik komersial, operasional, maupun aspek ekonomisnya. Format Studi Kelayakan Didalam menentukan kerangka studi kelayakan dan ketentuan aspek-aspek dalam menentukan studi kelayakan adalah, merumuskan gagasan yang timbul menjadi proyek, mengadakan pengkajian aspek pasar, menentukan berapa lama umur unit usaha hasil proyek, menentukan ruang lingkup proyek dan Analisa finansial dan ekonomi terhadap rencana proyek. Sebagai contoh berikut adalah kerangka studi kelayakan adalah sebagai berikut: Kerangka Studi Kelayakan Proyek NO Deskripsi Keterangan 1 Merumuskan gagasan yang timbul Definisi lingkup kerja yang cukup jelas, termasuk kriteria dan spesifikasi produk menjadi proyek. yang akan dihasilkan. 3 Menentukan berapa lama umur unit untuk memperkirakan jumlah. usaha hasil proyek. 4 Menentukan ruang lingkup proyek. 6 7 penawaran dan permintaan tingkat harga, persaingan, strategi pemasaran dan lain-lain. Mengadakan pasar. 5 pengkajian aspek Memperkirakan 2 Keterangan dari nomor 1 dan 2 diperlukan Kapasitas instalasi pemilihan teknologi produksi, peralatan, material, fasilitas pendukung NPV, IRR, Profitabilitas atau rasio benefit terhadap cost. Analisa finansial dan ekonomi terhadap rencana proyek di atas. Bilamana Menyiapkan AMDAL. ada tanda-tanda proyek berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan hidup. Membuat kesimpulan Menarik tidaknya proyek tersebut untuk direalisasikan. Sumber : Iman, (1999) Aspek-aspek Studi Kelayakan Usaha Untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk bisa dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai tertentu, namun keputusan penilaian tak hanya dilakukan pada salah satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai nantinya. Ukuran kelayakan masing-masing jenis usaha sangat berbeda, misalnya antara usaha jasa dan usaha non jasa, seperti pendirian hotel, usaha pendirian rumah makan, usaha pembukaan perkebunan kelapa sawit atau usaha peternakan dengan pendidikan. Akan tetapi, aspek-aspek yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya adalah sama apapun itu bidang usahanya berbeda. Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek keuangan, aspek sosial ekonomi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek hukum, dan aspek dampak lingkungan (Ibrahim, 2003). Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek pasar dan pemasaran adalah inti dari penyusunan studi kelayakan. Secara teknis telah menunjukkan hasil yang layak untuk dilaksanakan, tapi tidak ada artinya apabila tidak dibarengi dengan adanya pemasaran dari produk yang dihasilkan. Aspek pemasaran harus benar-benar diuraikan secara baik dan realitis baik mengenai masa lalu maupun prospeknya di masa yang akan datang, serta melihat bermacam-macam peluang dan kendala yang akan dihadapi. Permintaan pasar dari produk yang dihasilkan, merupakan dasar dalam penyusunan jumlah produksi, jumlah produksi itu sendiri merupakan dasar dalam rencana pembelian bahan baku, jumlah tenaga kerja yang diperlukan, serta fasilitas lainnya yang dibutuhkan. Aspek Teknis dan Teknologis Aspek teknis dan teknologis dibahas setelah usaha atau proyek tersebut dinilai layak dari aspek pemasaran. Aspek teknis atau operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Faktor-faktor yang perlu diuraikan adalah yang menyangkut lokasi usaha atau proyek yang direncanakan, sumber bahan baku, jenis teknologi yang digunakan, kapasitas produksi, jenis dan jumlah investasi yang diperlukan di samping membuat rencana produksi selama umur ekonomis proyek. Pemilihan terhadap jenis teknologi yang digunakan juga perlu dijelaskan, baik mengenai jenis, jumlah, dan ukuran, bila diperlukan serta alasan-alasan dalam pemilihan, dihubungkan dengan masalah yang dihadapi di samping investasi lainnya, dalam aspek teknis produksi, perlu juga dibuat rencana setiap tahun selama umur ekonomis proyek yang didasarkan pada peluang pasar, kapasitas produksi, serta penyusunan keperluan kegiatan secara teknis. Aspek Keuangan Besarnya modal untuk investasi yang diperlukan tergantung dari jenis bisnis (usaha) yang akan digarap. Perhitungan terhadap besarnya kebutuhan investasi perlu dilakukan sebelum investasi dilaksanakan semua ini tentunya menggunakan asumsiasumsi tertentu yang akhirnya akan dituangkan dalam aliran kas perusahaan selama periode usaha. Dengan dibuatnya aliaran kas perusahaan, kemudian dinilai kelayakan investasi tersebut melalui kriteria kelayakan investasi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi ini layak atau tidak dijalankan dilihat dari aspek keuangan. Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi dapat dilakukan melalui Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Profitability Index (PI) Average Rate of Return (ARR). Aspek keuangan meliputi hal-hal seperti sumber-sumber dana yang akan diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang akan dikeluarkan selama umur investasi, proyeksi neraca dan laporan laba atau rugi untuk beberapa periode ke depan, kriteria penilaian investasi, dan rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan (Kasmir dan Jakfar, 2003) Sumber-sumber Dana Modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan selama perusahaan beroperasi. Modal kerja digunakan untuk keperluan membeli bahan baku, membayar gaji karyawan dan biaya pemeliharaan serta biayabiaya lainnya, dalam menyusun studi kelayakan, sumber dana atau modal harus diperhitungkan secara jelas karena keadaan ini bisa mengganggu aktivitas perusahaan dan kelancaran usaha, Modal pinjaman adalah jumlahnya yang relatif tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak. Disamping itu dengan menggunakan modal pinjaman biasanya timbul motivasi dari pihak manajemen untuk sungguh-sungguh mengerjakan usaha yang dijalankan, dikarenakan adanya kewajiban untuk mengembalikan modal tersebut.sumber dana dari modal asing dapat diperoleh antara lain dari pinjaman dari dunia perbankan, pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan modal ventura asuransi, leasing, dana pensiun atau lembaga keuangan lainnya dan pinjaman dari perusahaan nonbank. Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik peerusahaan dengan cara mengeluarkan saham baik secara tertutup atau terbuka. Tertutup artinya hanya dari kalangan internal pemilik saham sebelumnya, sedangkan terbuka dengan menjual saham kepada masyarakat luas. Keuntungan menggunakan modal sendiri untuk membiayai suatu usaha adalah tidak adanya beban biaya bunga seperti modal pinjaman. Kerugian menggunakan modal sendiri jumlahnya sangat terbatas dan relatif sulit untuk memperolehnya. Perolehan dana dari modal sendiri biasanya berasal dari setoran, dari pemegang saham, dari cadangan laba atau dari laba yang belum dibagi (Kasmir dan Jakfar, 2003). Biaya Kebutuhan Investasi Komponen yang terkandung dalam biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis usaha yang akan dijalankan. Secara garis besar biaya kebutuhan investasi meliputi sebagai berikut biaya pra-investasi, yang terdiri dari biaya pembuatan studi, biaya pengurusan izin-izin. Biaya aktiva tetap dibagi menjadi dua, yaitu aktiva tetap berwujud antara lain tanah, mesin-mesin,bangunan, peralatan, investasi kantor. Aktiva tetap tidak berwujud antara lain good will, hak cipta, lisensi, dan merek dagang. Biaya Operasional, yang terdiri dari upah atau gaji karyawan, biaya listrik, baiya telepon, biaya air, biaya pemeliharaan, pajak, premi asuransi, biaya pemasaran dan biaya lain-lainnya (Kasmir dan Jakfar, 2003). Arus Kas Arus kas merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Arus kas menggambar berapa uang yang masuk ke perusahaan dan jenis-jenis pemasukan tersebut. Arus kas juga menggambarkan berapa uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan Dalam arus kas semua data pendapatan yang akan diterima dan biaya yang akan dikeluarkan baik jenis, maupun jumlahnya diestimasi sedemikian rupa, sehingga menggambarkan kondisi pemasukan dan pengeluaran di masa yang akan datang, Estimasi pendapatan dan biaya merupakan perkiraan berapa pendapatan yang akan diperoleh dan berapa besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam suatu periode. Kemudian jenis-jenis pendapatan dan biaya apa saja yang dikeluarkan serta berapa besar pendapatan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan setiap pos. Pada akhirnya arus kas akan terlihat pada kas akhir yang diterima perusahaan. Jenis-jenis arus kas yang dikaitkan dengan suatu usaha terdiri dari kas awal yang merupakan pengeluaran-pengeluaran pada awal periode untuk investasi. Pengertian Investasi Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003). Proyek investasi merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya, baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan datang. Pada umumnya manfaat ini dalam bentuk nilai uang. Sedang modal, bisa saja berbentuk bukan uang, misalnya tanah, mesin, bangunan dan lain-lain (Husnan, 1996), Investasi merupakan penanaman modal atau dana dalam investasi, piutang dan lainnya dengan harapan bahwa investas ini akan dapat memperoleh kembali dana yang telah diinvestasikan dalam aktiva-aktiva tersebut, kriteria penilaian investasi dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut pertama kriteria yang didasarkan pada konsep keuntungan pemasukan Average Rate of Return (ARR) dan kedua kriteria investasi yang mendasarkan pada konsep aliran kas dapat dirinci sebagai berikut konsep aliran kas tidak memperhatikan nilai waktu uang dan uang faktor diskonto yaitu metode Payback Period (PP) dan konsep aliran kas yang memperhatikan Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), Internal Rate of Return (IRR) (Riyanto, 1997). Periode Pengembalian Investasi (PP) Metode pengembalian investasi (Payback Period) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan yaitu dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri (Kasmir dan Jakfar, 2003). Metode ini mengabaikan nilai waktu uang dan tidak mendiskontokan arus kas ini kembali ke masa sekarang (Husnan dan Pudjiastuti, 1994). Rumus : PP = Jumlah Investasi x 12 bulan ......................................................... Jumlah Aliran Kas Bersih Untuk menilai apakah usaha layak diterima atau tidak dari segi Payback Period (PP), maka hasil perhitungan tersebut harus sebagai berikut Payback Period (PP) sekarang lebih kecil dari umur investasi, dengan membandingkan rata-rata industri unit usaha sejenis, sesuai dengan target perusahaan (Kasmir dan Jakfar, 2003). Tingkat Rata-rata Pengembalian Bunga (ARR) Tingkat rata-rata pengembalian bunga (Average Rate of Return) merupakan cara untuk mengukur rata-rata pengembalian bunga dengan cara membandingkan antara rata-rata laba sebelum pajak dengan rata-rata investasi. Rumus untuk menghitung Average Rate of Return (ARR) adalah sebagai berikut : ARR = Rata − Rata Net Cash Flow ……….…………...…………...….................... Rata − Rata Investasi Keuntungan dan kelemahan metode Average Rate of Return (ARR) adalah, keuntungannya perhitungannya sederhana dan mudah dimengerti, perhitungannya menggunakan data accounting yang sudah tersedia sehingga tidak memerlukan perhitungan tambahan. Kemudian kelemahannya adalah tidak memperhatikan nilai waktu uang, menitik beratkan pada masalah accounting, kurang memperhatikan data aliran kas dari investasi yang bersangkutan, merupakan pendekatan jangka pendek dengan menggunakan angka rata-rata yang menyesatkan serta kurang memperhatikan panjangnya jangka waktu investasi (Riyanto, 1997). Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan perbandingan antara Present value (PV) kas bersih dengan Present value (PV) investasi selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua Present value (PV) tersebutlah yang kita kenal dengan nilai bersih sekarang Net Present Value (NPV). Menghitung Net Present Value (NPV), terlebih dahulu kita harus tahu berapa Present value (PV) kas bersihnya. Present value (PV) kas bersih dapat dicari dengan jalan membuat dan menghitung dari arus kas perusahaan selama umur investasi tertentu (Kasmir dan Jakfar, 2003). Nilai bersih sekarang menunjukkan berapa nilai uang pada saat ini untuk nilai tertentu dimasa yang akan datang (Riyanto, 1997). Rumusan yang biasa digunakan dalam menghitung Net Present Value (NPV) adalah sebagai berikut : NPV = PV Aliran Kas Bersih − PV Investasi ................................................. Suatu proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan secara finansial harus menyatakan hasil perhitungan Net Present Value (NPV)-nya 0. Jika proyek tersebut Net Present Value (NPV)-nya = nol berarti proyek tersebut mengembalikan dananya persis sama sebesar tingkat suku bunganya. Jika Net Present Value (NPV) < 0, berarti proyek tidak layak untuk dilanjutkan karena ada proyek tidak dapat menutupi yang digunakannya. Tingkat Pengembalian Hasil Internal (IRR) Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil internal.Ada dua cara yang digunakan untuk mencari Internal Rate of Return (IRR), yaitu, cara pertama untuk mencari IRR adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut IRR = i1 + NPV1 x (i2 − i1 ) …….…………………………………… NPV1 − NPV2 Dimana : i1 = tingkat suku bunga/discount rate pertama i2 = tingkat suku bunga/discount rate kedua NPV1 = Net Present Value pertama NPV2 = Net Present Value kedua Cara yang kedua adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut : IRR = P1 − C1 x P2 − P1 ………..……………………………………………. C 2 − C1 Dimana : P1 = tingkat suku bunga/discount rate pertama P2 = tingkat suku bunga/discount rate kedua C1 = Net Present Value pertama C2 = Net Present Value kedua Nilai IRR = atau lebih besar dari nilai tingkat suku bunganya maka proyek tersebut layak untuk dikerjakan. Sedangkan nilai IRR lebih kecil atau kurang dari tingkat suku bunganya maka proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dikerjakan. Profitability Index (PI) Profitability Index (PI) atau Benefit and Ratio Cost Ratio (B/C Ratio) merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi. Rumus yang digunakan untuk mencari PI adalah sebagai berikut : PI = ∑ PVKasBersih x100 % ....................................................................... ∑ PVInvestasi Keputusan : Jika Profitability Index (PI) lebih besar (>) dari 1 maka diterima, Jika Profitability Index (PI) lebih kecil (<) dari 1 maka ditolak (Kasmir dan Jakfar, 2003). Metode Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan penulis untuk menyusun tugas akhir ini dapat dilihat pada gambar berikut ini : Diagram Alir Metolodogi Penelitian Penelitian tugas akhir ini bertujuan memperoleh gambaran dan studi kelayakan mengenai usaha budidaya ikan hias, dilihat dari segi aspek-aspek yang menunjang kegiatan tersebut. Aspek – aspek yang akan dikaji harus dikelola dengan bijak, yakni aspek pasar, finansial, teknis dan teknologi. Dalam tahapan studi pendahuluan terdiri dari beberapa tahap, yaitu permasalahan, tujuan penelitian, tinjauan pustaka serta identifikasi permasalahan. Permasalahan disini ialah bagaimana prospek kedepan dari usaha budidaya ikan hias air tawar, menentukan aspek-aspek apa saja yang terkait langsung dengan studi kelayakan, menganalisa investasi yang harus dikeluarkan untuk memulai usaha budidaya ikan hias air tawar. Tinjauan pustaka bertujuan sebagai referensi dalam memperoleh teori-teori ataupun literatur-literatur pendukung dalam melaksanakan penelitian. Teori maupun literatur pendukung ini dapat diperoleh pada buku-buku referensi, diktat kuliah yang berupa catatan yang didapat pada saat mengikuti kuliah analisa kelayakan proyek, penulisan skripsi universitas lain, tesis dan internet. Kemudian tahap selanjutnya ialah mengidentifikasi permasalahan tersebut. Pengumpulan data terkait aspek yang dibahas. Pada langkah ini penulis menyiapkan dan mengumpulkan data-data ini menyangkut aspek yang akan dibahas, yaitu Aspek Pasar dan Pemasaran meliputi perkiraan permintaan, penawaran, peluang pasar serta program pemasaran yang tergabung dalam bauran pemasaran. Aspek Teknis dan Teknologis meliputi penentuan dan pemilihan lokasi usaha, tata letak bangunan serta peralatan yang digunakan. Aspek finansial/keuangan meliputi kebutuhan modal atau investasi, aliran kas, pemilihan investasi, Untuk pengumpulan dan pengolahan data didasarkan dari beberapa aspek yaitu : Pada aspek pasar hanya membahas tentang prospek usaha budidaya ikan hias dilihat dari permintaan pasar, penawaran, produk, analisis pesaing serta strategi pemasaran, apakah usaha/bisnis/proyek ini dapat menentukan salah satu alternatif strategi generik untuk menghadapi persaingan. Dalam aspek teknis dan teknologi memprediksi kelayakan teknis dengan cara melihat lokasi proyek, dan apakah proyek seperti itu secara teknis dapat dilaksanakan ditempat lain, dalam kelayakan teknologi, pemilihan mesin yang digunakan untuk usaha budidaya ikan hias. Dalam aspek finansial dan ekonomi ini membahas tentang biaya untuk investasi, aliran kas, dan penilaian investasi. Untuk penilaian investasi metode yang digunakan adalah: Periode Pengembalian (Payback Period), Net Present Value (NPV), Inetrnal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI). Menganalisa hasil pengolahan data berdasarkan analisa kelayakan dari aspek yang dikaji berdasarkan analisis yang dipakai, serta indikator kelayakannya dari aspek pasar, aspek teknis dan teknologi, aspek finansial. Pada tahap ini, peneliti sudah menyelesaikan proses pengolahan data. Maka pada tahap ini akan dilakukan proses penganalisaan berdasarkan masing-masing aspek yang dikaji. Langkah terakhir atau langkah penulis menarik kesimpulan dari permasalahan yang dibahas dengan menjawab tujuan dilakukannya penelitian ini, serta memberi saran untuk penelitian berikutnya. Hasil dan Pembahasan Budidaya Ikan Hias Air Tawar Ikan hias air tawar memang tak pernah surut dari perhatian para hobiis maupun pembudidaya. Dari sisi tampilan warna yang elok dan cemerlang menjadi daya tarik tersendiri bagi hobiis. Sementara dari sisi bisnis, jenisnya yang beragam, kemudahan dalam pemeliharaan, serta permintaan yang tinggi (baik lokal maupun ekspor), menjadi daya tarik para pembudidaya. Keindahan ikan hias, banyak pula orang yang menggantungkan hidupnya dari membudidayakan dan memasarkan ikan hias yang jenisnya bermacam-macam. Beberapa petani yang semula menekuni budidaya ikan konsumsi seperti ikan lele, ikan nila, gurame dan lain sebagainya beralih menekuni budidaya ikan hias. Semua itu dilakukan karena potensi ekonomis budi daya ikan hias lebih menggiurkan dibandingkan dengan ikan konsumsi, usaha budidaya ikan hias merupakan salah satu usaha yang memberikan alternatif sumber penghasilan untuk meningkatkan pendapatan petani/pengusaha ikan hias. Usaha budidaya ikan hias cukup prospek dikembangkan Budidaya Ikan Mas Koki Ikan Mas Koki Mutiara memiliki sisik membentuk bangunan butiran mutiara di seluruh tubuhnya. Bentuk badan bulat telur dengan kepala berukuran kecil, sirip ekornya mekar serta warnanya kebanyakan putih, baik polos maupun campuran warna lain seperti merah, oranye atau kuningmas. Ikan ini berasal dari daratan China, namun di Indonesia sudah lama dapat dibudidayakan. Gambar 4.1 Ikan Mas koki Pemilihan Induk Ikan Mas Koki Pemilihan induk sebagai berikut, induk yang baik untuk dipijahkan sudah berumur + 8 bulan, dengan ukuran minimum sebesar telur itik, pilih induk yang berkepala kecil dengan tubuh bulat, sisik utuh dan tersusun rapih. Jika ikan sedang bergerak, ekor dan sirip akan kelihatan tegak, untuk mendapatkan keturunan yang berwarna, maka calon induk yang akan dipijahkan berwarna polos. Gunakan induk jantan berwarna putih dan betina berwarna hitam atau hijau lumut atau sebaliknya. Pembesaran Ikan Mas Koki Pembesaran pada Ikan Mas Koki yaitu, pembesaran ikan dilakukan setelah benih berumur lebih dari 1 bulan sampai induk, jenis koki mutiara ini memerlukan banyak sinar matahari, untuk tahap pembesaran dapat ditebar 1.000 ekor ikan, dalam jaring 5 x 10 m, makanan yang diberikan berupa cacing rambut dan pellet 781-2SP, makanan diberikan pada pagi dan sore hari secara secukupnya. Setelah berumur 4 bulan ikan sudah merupakan calon induk. Untuk itu jantan dan betina segera dipisahkan sampai berumur 8 bulan yang telah siap dipijahkan. Untuk induk ikan sebaiknya makanan yang diberikan yaitu berupa jentik nyamuk, Sepasang induk dapat menghasilkan telur 2.000 s/d 3.000 butir untuk sekali pemijahan. Pakan sangat erat dengan pertumbuhan dan kesehatan maupun stamina ikan. Untuk menjaga kesehatan dan stamina ikan serta untuk memperbaiki penampilan, terutama warna, pakan tidak perlu diberikan terlalu banyak. Hal harus yang diperhatikan adalah cukup gizi. Pakan diberikan secara bervariasi seperti, pemberian suplemen/vitamin, pemberian cacing rambut dan pemberian pellet 781-2SP. Budidaya Ikan Manfish Ikan Manfish atau yang dikenal juga dengan istilah Angel fish berasal dari perairan Amazon, Amerika Selatan. Manfish (Pterophyllum scalare) tergolong ke dalam family Cichlidae, mempunyai ciri-ciri morfologis dan kebiasaan sebagai berikut, memiliki warna dan jenis yang bervariasi, bentuk tubuh pipih, dengan tubuh seperti anak panah, dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini. Gambar 4.2 Ikan Manfish Pemilihan Induk Ikan Manfish Pemilihan Induk pada ikan Manfish yaitu, induk yang baik untuk dipijahkan adalah yang telah berumur lebih dari 6 bulan, dengan panjang induk jantan + 7,5 cm dan induk betina + 5 cm, untuk penentuan pasangan secara cermat, yaitu dengan cara menyiapkan induk-induk yang telah matang telur dalam satu bak (2 x 2) meter persegi dengan ketinggian air + 30 cm. Umumnya Ikan Manfish akan memilih pasangannya masing-masing. Hal ini dapat terlihat pada malam hari, ikan yang telah berpasangan akan memisahkan diri dari kelompoknya. Ikan yang telah berpasangan ini segera diangkat untuk dipijahkan. Pembesaran Ikan Manfish Perawatan ikan Manfish, biasa diberi Suplemen/Vitamin, cacing merah dan diberi pellet 781-2SP Pakan sangat erat dengan pertumbuhan dan kesehatan maupun stamina ikan, untuk menjaga kesehatan dan stamina ikan, pakan tidak perlu diberikan terlalu banyak yang diperhatikan adalah cukup gizi untuk memperbaiki penampilan, terutama warna, tentu akan menaikkan nilai ekonomi. Pembesaran yang dilakukan pada ikan Manfish yaitu, pembesaran ikan dilakukan setelah benih berumur lebih dari 1 bulan. , untuk tahap pembesaran dapat ditebar bibit 1.000 ekor ikan, dalam jaring 5 x 10 m, makanan yang diberikan berupa cacing rambut dan pellet 781-2SP, makanan diberikan pada pagi dan sore hari secara secukupnya, dapat dilihat pada Tabel 4.2 perbedaan ikan hias Manfish jantan dan betina dibawah ini. Tabel 4.2 Perbedaan Ikan Manfish Jantan dan Betina Jantan Ukuran relatif lebih besar dari induk betina pada umur yang sama. Dilihat dari atas perut pipih atau ramping Bentuk kepala agak besar Antara mulut dan sirip punggung berbentuk cembung. Betina Mempunyai ukuran relatif lebih kecil dari induk jantan. Perut terlihat besar dan menonjol Kepala lebih kecilAntara mulut ke sirip punggung. membentuk garis lurus, kadangdang menonjol sedikit. Sumber : Pengolahan Data Pembenihan Ikan Mas Koki Kelompok Tani Ikan Hias. Prospek Budidaya Ikan Hias Air Tawar Berdasarkan data produksi Budidaya ikan hias di Ciseeng Bogor, produksi budidaya ikan hias cenderung meningkat tiap tahun seiring tingginya permintaan ikan hias Mas Koki dan ikan hias Manfish dari pasar parung. Khusus dengan permintaan pasar Parung Bogor mencapai 5,000 ekor perhari, untuk melihat perkembangan produksi budidaya ikan hias Mas Koki dan Ikan Manfish dalam negeri khususnya di Bogor dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel 4. 3 Produksi Ikan Hias Mas Koki Kurun waktu 5 Tahun (2004-2008) No Tahun Populasi Luas ikan hias Mas Koki M2 Produksi/Triwulan (ekor) Produksi/tahun (ekor) (ekor) 1 2004 5,000 300 4,185 16,740 2 2005 7,000 400 5,534 22,136 3 2006 10,000 600 9,456 37,824 4 2007 11,000 700 10,825 43,300 5 2008 12,000 800 11,346 45,384 Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Bogor, 2009 Produksi ikan hias Mas Koki pada Tabel mengalami kenaikan setiap tahunnya, pada tahun 2004 dengan populasi ikan 5,000 ekor dan produksi pertahun 16,740 ekor, kemudian pada tahun 2008 populasi ikan 12,000 ekor dengan produksi pertahun 45,384 ekor. Tabel 4. 4 Produksi Ikan Hias Manfish Kurun waktu 5 Tahun (2004-2008) No Tahun Populasi Luas ikan hias Manfish M2 Produksi/Triwulan Produksi/tahun (ekor) (ekor) (ekor) 1 2004 5,000 300 4,256 17,024 2 2005 7,000 400 6,452 25,808 3 2006 10,000 600 8,786 35,144 4 2007 11,000 700 10,657 42,628 5 2008 12,000 800 11,687 46,748 Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Bogor, 2009 Produksi ikan hias Manfish pada Tabel mengalami kenaikan setiap tahunnya, pada tahun 2004 dengan populasi ikan 5,000 ekor dan produksi pertahun 17,024 ekor, kemudian pada tahun 2008 populasi ikan 12,000 ekor dengan produksi pertahun 46,748 ekor. Analisis Aspek Pasar Pasar merupakan komponen terpenting dalam suatu pengembangan komoditas, hal ini disebabkan pasar merupakan lokomotif penarik berkembangnya suatu komoditas perikanan. Jika tidak ada pasar suatu produk akan sulit sekali memperoleh keuntungan. Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai potensi pasar domestik dan ke pasar internasional. Indonesia mempunyai peluang yang besar menyangkut lingkungan, ragam, ikan, dan dumber manusia namun potensi tersebut belum tergarap secara maksimal, kepercayaan internasional terhadap Indonesia yang semakin menurun, dan persaingan yang ketat di pasar internasional menyebabkan petani ikan hias dituntut untuk terus meningkatkan efisiensi agar mampu bersaing di pasar internasional. Harga Penawaran Harga ikan hias Mas Koki dan ikan hias Manfish di pasaran tergantung dari ukurannya. Sebagai perbandingan harga ikan hias Mas Koki dengan ukuran panjang 4 cm Rp. 2,000/ekor dan ikan hias Manfish ukuran pamjang 3 cm Rp. 500/ekor. Jika sudah masuk kepedagang perantara harga ikan hias Mas Koki mencapai Rp. 2,500/ekor sedangkan harga ikan hias Manfish mencapai Rp. 750/ekor (pasar Parung Bogor). Penawaran ikan hias Mas Koki dan ikan Manfish sampai saat ini tidak tercatat dengan baik dan rinci baik di tingkat Dinas Perikanan Kabupaten Bogor maupun ditingkat pusat (Departemen Perikanan RI), bahkan BPS komoditas ikan hias Mas Koki dan ikan hias Manfish tidak ikut di surpei, tetapi menurut pemasaran ikan hias di pasar Parung Bogor ada potensi penawaran sebanyak 5,000 ekor perhari untuk ikan hias Mas Koki dan ikan hias Manfish. Kendala Pemasaran Masalah pemasaran pada petani ikan hias di pasar Parung Bogor adalah, banyaknya pedagang-pedagang perantara antara petani ikan hias dan pembeli ikan hias yang membuat keuntungan petani menjadi kecil, biasanya pedagang perantara mengantongi keuntungan 10% sampai dengan 20%, mengatasi masalah pemasaran, pemerintah harus memberikan andil yang lebih besar lagi seperti membuat kebijakan penertiban para pedagang perantara untuk membantu para petani ikan hias meraup keuntungan yang lebih besar lagi, dan tidak memberatkan para petani ikan hias. Aspek Teknis dan Teknologi Ada beberapa pilihan teknologi pengelolan perikananikan hias khususnya untuk pembesaran ikan hias, diantaranya yaitu dengan menggunakan kolam, dan menggunakan jaring apung (KJA). Pembesaran menggunakan kolam dilakukan dengan cara menggunakan beton atau plastic. Sedangankan dengan menggunakan jaring apung (KJA) membutuhkan lahan yang sangat besar dan memanfaatkan lahan perairan seperti telaga/setu. Dalam aspek teknologi ini membahas penentuan lokasi perikanan, pemilihan budidaya yang tepat, teknik pembudidayaan ikan hias yang baik, dan peralatan-peralatan budidaya yang dibutuhkan dengan tujuan menghasilkan ikan yang bermutu dan diterima oleh pasar. Proses Budidaya Ikan Hias Proses pembudidayaan, petani ikan membudidayakan ikan hias dengan memanfaatkan lahan seluas 600 M2, dengan menggunakan jaring berukuran 5 x 10 M2 yang ditancapkan kedasar air dengan menggunakan bambu. Pada pemeliharaan budidaya ikan hias ini tidak begitu sulit yang diperlukan hanya keseriusan/telaten, untuk meluangkan waktunya petani ikan membersikan jaring dari lumut-lumut dan sampah untuk mencegah terjadinya penyakit pada bibit ikan. Benih/bibit ikan yang sudah makan cacing rambut dengan umur ikan 1 sampai 1,5 bulan sebanyak 1000 ekor benih ikan hias ditebar pada jaring dengan ukuran 5 x 10 M2 dengan jarak kolam jaring 1/2 meter, untuk pemberian pakan ikan petani mengunakan rakit dengan membawa cacing rambut dan pellet 781-2SP dan diberikan pada pagi dan sore hari dengan secukupnya, selama 1 minggu pertama ikan menghabiskan pakan sebanyak 2 kilogram untuk cacing rambut dan pellet, pada minggu kedua pakan ikan terus bertambah hingga mencapai 3 bulan menghabiskan pakan cacing rambut sebanyak 96 kilogram dan pada pellet menghabiskan pakan sebanyak 136 kilogram, untuk lebih rincinya dapat dilihat Tabel kebutuhan pakan ikan perjaring selama 3 bulan. Tabel 4.5 Biaya Pakan Ikan Selama Masa Produksi No Jenis kebutuhan Harga/ unit Jumlah Satuan Total A Ikan Mas Koki 1 Cacing Rambut 6000 56 Kg 336,000 2 Pellet 781-2SP 7500 70 Kg 525,000 3 Vitamin 20,000 1 buah 20,000 Total biaya ikan mas koki 881,000 B Ikan Manfish 1 Cacing Rambut 6000 40 Kg 240,000 2 Pellet 781-2SP 7500 66 Kg 495,000 3 Vitamin 20,000 1 buah 20,000 Total biaya ikan manfish 755,000 Sumber : Data Pengolahan Pakan Proses Budidaya Petani memindahkan ikan dari jaring kedalam bak plastik dengan mengunakan seser/serokan untuk memudahkan penghitungan dan memilih ikan yang bermutu baik, setelah itu di lanjutkan kepen gepakan, ikan dimasukan kedalam plastik ikan sebanyak 250 ekor perplastik, dan di beri oksigen dan siap untuk di pasarkan. Perkiraan perolehan jumlah ikan hias yang produktif pertahun, dengan asumsi ikan hias Mas Koki dengan rata-rata perpanen 4,185 ekor (17,620 ekor x 0,95) / 4, sedangkan dengan ikan hias Manfish rata-rata perpanen 4,351 ekor (18,320 ekor x 0,95) / 4 demikian dengan produsi tahun-tahun berikutnya. Penentuan lokasi Ikan hias air tawar pada umumnya dapat tumbuh di air tawar dimana saja, tetapi tergantung pada pada keadaan air dan daya tahan tubuh ikan. Agar ikan hias air tawar dapat menghasilkan warna yang menarik dan tubuh yang sehat, maka lokasi pembudidayaan ikan hias harus memenuhi kreteria sebagai berikut, kondisi PH 7 air yang stabil, terhindar dari hama atau penyakit, pemberian pakan dengan asupan gizi yang baik dan memberikan suplemen atau vitamin pada ikan. Pemilihan lokasi juga harus berdasarkan harga sewa/beli lahan, letak pasar yang dituju, ketersediaan bahan baku, sarana transportasi, kesediaan tenaga kerja, iklim/cuaca, lingkungan sosial dan fasilitas pendukungan lain. Berdasarkan kriteria pemilihan lokasi diatas didapatlah pemilihan lokasi usaha diantaranya, Telaga Ciseeng Bogor, Telaga Lio Depok, Telaga Pamulang. Penentuan lokasi dari beberapa alternatif lokasi yang tersedia, dengan menggunakan metode kualitatif berdasarkan pada pertimbangan, sewa lahan, letak pasar yang dituju, ketersediaan bahan baku, sarana transportasi, ketersediaan tenaga kerja, faktor iklim/cuaca dan lingkungan, penulis memberi bobot tertinggi pada faktor harga sewa lahan yaitu sebesar 30% (tiga puluh persen) karena faktor ini merupakan penilaian harga pada lahan dan menentukan prospek usaha budidaya ikan. Bobot tertinggi kedua adalah pada faktor letak pasar yang dituju yaitu 20% (dua puluh persen), faktor ini sangat penting karena penentu pemasaran pada produk. Sedangkan pada faktor lain seperti, ketersediaan bahan baku, sarana transfortasi, ketersediaan tenaga kerja, iklim/cuaca, dan lingkungan sosial diberi bobot 10% (sepuluh persen). Untuk memilih alternatif wilayah dalam penentuan lokasi dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 4.6 Dasar Pemilihan Alternatif No 1 Faktor-Faktor yang Telaga Telaga Lio Telaga Diperhatikan Ciseeng Depok Pamulang 600 M2 800 M2 1000 M2 8 7 6 2 Km 7 Km 8 Km 9 7 6 10000 ekor 6000 ekor 7000 ekor 8 6 7 Angkot Angkot Angkot 8 8 8 tersedia Tersedia Tersedia 8 8 7 (suhu 24-28 derajat) 33 35 36 Skor 8 7 6 Sewa Lahan ( 100 M2) Skor 2 Pasar yang Dituju (0 Km) Skor 3 Bahan Baku (10000 ekor bibit) Skor 4 Sarana Tranfortasi (Angkutan Umum) Skor 5 Ketersediaan TK Tersedia Tk Skor 6 7 Iklim/Cuaca Lingkungan Sekitar Keamanan sekitar Petani ikan Skor 6 Petani ikan 8 7 Petani ikan 8 8 8 9 Keterangan : = sangat tidak sesuai, = tidak sesuai, = cukup sesuai, =sesuai, 10= sangat sesuai (penilaian berdasarkan referensi) Sumber : Pengolahan data aspek teknik dan teknologis, 2010 Pemilihan alternatif yang pertama pada sewa lahan dengan skor tertinggi 8 yaitu telaga Ciseeng, kedua pasar yang dituju dengan skor 9 yaitu telaga Ciseeng, ketiga bahan baku dengan skor 8 yaitu telaga Ciseeng, keempat lokasi mempunyai skor yang sama yaitu 8, kelima ketersediaan tenaga kerja telaga Ciseeng dan telaga Lio mempunyai skor yang sama yaitu 8, keenam iklim/cuaca dengan skor tertinggi 8 yaitu telaga Ciseeng, ketujuh ketiga lokasi mempunyai skor yang sama yaitu 8. Tabel 4.7 Pemilihan Alternatif Lokasi Telaga Lio Telaga Depok Ciseeng Faktor-Faktor yang Bobot Diperhatikan % Skor Nilai Skor Nilai 1. Sewa Lahan 30 8 2,40 6 1,80 2. Letak Pasar yang Dituju 20 9 1,80 7 1,40 3. Ketersediaan Bahan Baku 10 8 0,80 6 0,60 4. Sarana Tranfortasi 10 8 0,80 8 0,80 5. Ketersediaan Tenaga Kerja 10 8 0,80 8 0,80 6.Faktor iklim/cuaca 10 8 0,80 7 0,70 7. Faktor Lingkungan sosial 10 8 0,80 8 0,80 Total 100 8,20 6,60 Telaga Pamulang Skor 7 6 7 8 7 6 8 Nilai 2,40 1,20 0,70 0,80 0,70 0,60 0,80 7,20 Keterangan : 6= sangat tidak sesuai, 7= tidak sesuai, 8= cukup sesuai, 9=sesuai, 10= sangat sesuai (penilaian berdasarkan referensi) Sumber : Pengolahan data aspek teknik dan teknologis, 2010 Tabel 4.8 Lokasi dan Rangking Lokasi Nilai Rangking Telaga Ciseeng 8,20 1 Telaga Pamulang 7,20 2 Telaga Lio Depok 6,60 3 Sumber: Pengolahan Data Aspek Teknis dan Teknologis Berdasarkan Tabel perhitungan pemililihan alternatif lokasi, mengindentifikasi wilayah Telaga Ciseeng adalah wilayah yang tepat untuk lokasi pembudidayaan ikan hias, karena di perkirakan sewa lokasi yang terjangkau, dan letak pasar yang dituju dekat dengan pembudidayaan ikan dan memudahkan dalam pemasaran ikan. Selain itu juga terdapat bahan baku, sehingga daerah ini dapat menjamin pasokan bahan baku secara berkesinambungan. Lokasi pembudidayaan dekat dengan sarana dan prasarana yang menunjang antara lain dekat dengan jalan, sarana tranfortasi, ketersediaan tenaga kerja, iklim/cuaca yang mendukung untuk pembudidayaan ikan dan faktor lingkungan. Pemilihan Teknologi dan peralatan Pemilihan teknologi pada budidaya ikan hias mudah diserap dan diterapkan, karena teknologi yang digunakan cukup sederhana dan tidak membutuhkan lahan yang luas. Untuk menjamin kelancaran produksi pembudidayaan ikan hias maka, dalam pembudidayaan memerlukan alat-alat pendukung produksi seperti, jala, waring (anco) dengan ukuran 5 x 10 M2, untuk menampung sementara induk maupun benih, sebanyak 10 buah, bambu 60 batang, guna untuk menancapkan ke dalam air dan memberi pegangan jala, waring (anco), tambang sebanyak 360 meter untuk mengikat jala, waring (anco) kebambu, 5 buah bak, 8 buah serokan/seser digunakan untuk memanen dan menangkap ikan, 5 buah sikat untuk membersihkan lumut/kotoran yang menempel pada jaring, waring (anco), 5 buah ember tempat untuk pellet dan cacing rambut pada saat memberi pakan ikan, 1 buah tabung gas oksigen untuk pengepakan ikan pada saat panen, 400 kantong plastik untuk tempat ikan saat panen, 1 buah motor niaga untuk sarana tranfortasi. Analisis Aspek Keuangan Analisis aspek keuangan ini kebutuhan biaya investasi, penentuan nilai bersih sekarang (NPV), tingkat pengembalian internal (IRR), periode pengembalian (PP), indeks keuntungan (PI), analisis rugi-laba, aliran kas. Untuk memperoleh nilai itu semua terlebih dahulu harus menentukan asumsi kebutuhan biaya investasi dan biaya modal kerja. Asumsi-asumsi yang dipakai dalam menentukan perhitungan adalah, perhitungan harga jual ikan dipasar Parung Bogor, dengan harga ikan Mas Koki dengan ukuran 4 cm sebesar Rp. 2,000/ekor, dan harga ikan Manfish dengan ukuran 3 cm sebesar Rp. 500/ekor, untuk menentukan pendapatan pada petani ikan hias penulis memberi asumsi jumlah bibit perkolom/jaring yang hidup/produktif dikalikan dengan harga pasar Parung Bogor, dan untuk asumsi selanjutnya penulis menaikan 10% pendapatan tahun pertama dan tahun kelima dan biaya variabel. Penentuan Kebutuhan Biaya Investasi Biaya investasi untuk memulai usaha budidaya ikan ini dapat dilihat pada Table 4.10, dengan total biaya investasi sebesar Rp 17,980,000 yang rencananya akan menggunakan 3 pola dalam pembiayaan investasi. Berikut penjelasan dari 3 pola pembiayaan investasi adalah: Pola investasi 1, menggunakan modal pinjaman sebesar 50% dan modal sendiri 50%, pola ini dianggap memungkinkan oleh pihak bank. Pola investasi 2, yaitu modal pinjaman sebesar 25% dan modal sendiri sebesar 75%, pola investasi ini untuk mengantisipasi apabila pihak bank tidak sanggup memberi pinjaman yang lebih besar. Pola investasi 3, yaitu investasi dengan menggunakan 100% modal pribadi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel biaya investasi budidaya ikan hias dibawah ini: Tabel 4.9 Biaya Investasi Budidaya Ikan Hias Air Tawar No Nama Alat Jumlah Satuan Umur Harga/Unit Nilai Susut/thn (Rp) (Rp) (Rp) 1 Jaring ukuran (5 x10) meter 10 Buah 5 450,000 4,500,000 - 2 Bambu 60 Batang - 10,000 600,000 - 3 Tambang 360 Meter - 3,000 1,080,000 - 4 Motor Niaga 1 Unit 5 11,800,000 11,800,000 1,000,000 5 Tabung Oksigen 1 Unit 5 1.000.000 1.000.000 200,000 17,980,000 1,200,000 Total biaya investasi (Rp) Pola Investasi 1 (50% : 50%) Modal pinjaman 50% (Rp) 8,990,000 Modal pribadi 50% (Rp) 8,990,000 Pola Investasi 2 (25% : 75%) Modal pinjaman 25% (Rp) 4,495,000 Modal pribadi 75% (Rp) 13,485,000 Pola Investasi 3 (0% : 100%) Modal pinjaman 0% (Rp) - Modal pribadi 100% (Rp) 17,980,000 Sumber : Pengolahan Data Keuangan, 2010 Total biaya modal kerja pada Tabel diatas diperoleh dari total biaya tetap tahun 0 ditambah total biaya variabel tahun 0. Untuk menentukan besarnya pinjaman dalam membayar modal kerja juga digunakan 3 pola investasi dengan alasan yang sama. Peminjaman biaya tetap dan modal kerja kepada bank hanya dilakukan pada tahun 0 saja, tujuannya untuk mengurangi biaya bunga yang tinggi dan untuk modal kerja tahun – tahun berikutnya diperoleh dari keuntungan penjualan ikan hias. Dikarnakan proyek ini adalah usaha budidaya ikan yang pastinya harga dipasar tak menentu sehingga penulis membuat asumsi pasar biaya variabel tahun sampai dengan tahun ke 5 mengalami kenaikan sebesar 10%. Perkiraan perolehan jumlah ikan hias yang produktif pertahun, dengan asumsi ikan hias Mas Koki dengan rata-rata perpanen 4,185 ekor (17,620 ekor x 0,95 / 4), sedangkan dengan ikan hias Manfish rata-rata perpanen 4,351 ekor (18,320 ekor x 0,95 / 4) demikian dengan produsi tahun-tahun berikutnya. Penentuan Aliran Kas Usaha Budidaya Ikan Hias Air Tawar Aliran Kas Pola Investasi 1, Bunga 14% Mengetahui aliran kas dari pendirian usaha budidaya ikan hias ini menggunakan rumus yang terdapat pada lampiran 1. Setiap pola investasi dan bunganya harus diketahui aliran kasnya agar dapat menghitung NPV, IRR, periode pengembalian, indeks keuntungan dan tingkat pengembalian rata-rata bunga menggunakan rumus pada lampiran 2. Dari perhitungan alirankas awal pola investasi 1 dengan bunga 14% pada lampiran 3. Hasil perhitungan pada Tabel dibawah ini : Perhitungan aliran kas pola investasi 1, bunga 14%, 18%, 20% rugi laba (pendapatan bersih) mengalami kenaikan tiap tahunnya, untuk bunga 14% sebesar Rp. 6,572,065 tahun pertama dengan profit sales 10,34%, bunga 18% sebesar Rp. 5,646,455 tahun pertama dengan profit sales 8,88%, dan bunga 20% sebesar Rp. 5,183,650 tahun pertama dengan profit sales 8,15%. Perhitungan mengenai aliran kas pola investasi 1, bunga 14%, 18% dan 20% rugi laba (pendapatan bersih) dapat dilihat pada lampiran 5, 11 dan 17. Tabel 4.11 Aliran kas Pola Investasi 1, Bunga 14%, 18%, 20% Tahun 3 Keterangan Analisis 1 2 4 5 Bunga 14% Aliran kas bersih awal (Rp) 1,160,565 3,885,217 5,142,162 9,096,306 12,243,894 Rugi laba (pendapatan bersih (Rp) 6,572,065 9,296,717 11,347,042 14,507,806 17,919,854 10,34 13,30 14,75 17,15 19,25 234,955 3,144,729 5,380,176 8,726,062 12,323,232 5,646,455 8,556,229 10,791,676 14,137,562 17,734,732 8,88 12,24 14,03 16,71 19,05 Profit on sales (%) Bunga 18% Aliran kas bersih awal (Rp) Rugi laba (pendapatan bersih (Rp) Profit on sales (%) Bunga 20% Aliran kas bersih awal (Rp) - 227,850 2,774,485 4,983,486 8,461,602 12,230,671 Rugi laba (pendapatan bersih (Rp) 5,183,650 8,185,985 10,394,986 13,873,102 17,642,171 8,15 11,71 13,51 16,40 18,96 Profit on sales (%) Sumber : Pengolahan Data Aspek Keuangan Aliran Kas Operasional Pola Investasi 1, Bunga 14%, 18% dan 20% Perhitungan aliran kas operasional pola investasi 1, bunga 14%, 18%, 20%, rugi laba (pendapatan bersih) mengalami kenaikan tiap tahunnya dengan aliran kas akhir yang sama sebesar Rp. 48,135,000, untuk bunga 14% sebesar Rp. 11,705,908 tahun 1, bunga 18% sebesar Rp. 11,904,253 tahun 1 dan bunga 20% sebesar Rp. 12,003,425. Perhitungan mengenai aliran kas operasional pola investasi 1, bunga 14%, 18% dan 20% rugi laba (pendapatan bersih) dapat dilihat pada lampiran 5, 11 dan 17. Tabel 4.12 Aliran kas Operasional Pola Investasi 1, Bunga 14%, 18% dan 20% Tahun Keterangan Analisis Awal Bunga 14% Aliran kas bersih awal (Rp) 1 2 3 4 5 Akhir 66,115,000 - - - - - - Rugi laba (pendapatan bersih) - 11,705,908 13,088,425 14,490,823 17,003,660 19,906,622 - Profit on sales (%) - - - - - - 48,135,000 66,115,000 - - - - - - - 11,904,253 13,088,425 13,657,774 17,003,660 19,946,291 - Bunga 18% Aliran kas bersih awal (Rp) Rugi laba (pendapatan bersih) Profit on sales (%) - - - - - - 48,135,000 Bunga 20% Aliran kas bersih awal (Rp) 66,115,000 - - - - - - Rugi laba (pendapatan bersih) - 12,003,425 13,088,425 13,466,206 16,924,322 19,966,126 - Profit on sales (%) - - - - - - 48,135,000 Aliran Kas Pola Investasi 2, Bunga 14%, 18%, 20% Perhitungan aliran kas pola investasi 2, bunga 14%, 18%, 20% rugi laba (pendapatan bersih) mengalami kenaikan pada setiap tahunnya, untuk bunga 14% sebesar Rp. 5,094,408 dan bunga 18% sebesar Rp. 4,631,603 sedangkan bunga 20% sebesar Rp. 4,400,200, rugi laba (pendapatan bersih) mengalami kenaikan tiap tahunnya, untuk bunga 14% sebesar Rp. 7,200,158 dengan profit sales 11,33%, bunga 18% sebesar Rp. 6,737,353 dengan profit sales 10,23% dan bunga 20% sebesar Rp. 6,505,950 dengan profit sales 10.23%, Perhitungan mengenai aliran kas pola investasi 2, bunga 14%, 18% dan 20% rugi laba (pendapatan bersih) dapat dilihat pada lampiran 23, 29 dan 35. Tabel 4.13 Aliran kas Pola Investasi 2, Bunga 14%, 18%, 20% Keterangan Analisis Bunga 14% Aliran kas bersih awal (Rp) Rugi laba (pendapatan bersih (Rp) Profit on sales (%) Bunga 18% Aliran kas bersih awal (Rp) Rugi laba (pendapatan bersih (Rp) Profit on sales (%) Bunga 20% Aliran kas bersih awal (Rp) Rugi laba (pendapatan bersih (Rp) Profit on sales (%) 1 2 5,094,408 7,200,158 11,33 7,495,096 9,600,846 13,73 4,631,603 6,737,353 10,60 4,400,200 6,505,950 10,23 Tahun 3 4 5 9,221,457 11,327,207 14,73 12,058,258 14,164,008 16,74 15,146,342 17,252,092 18,54 7,124,852 9,230,602 13,20 8,943,774 11,049,524 14,37 11,780,575 13,978,886 16,52 15,053,781 17,159531 18,44 6,939,730 9,045,480 12,94 8,804,933 10,910,683 14,18 11,780,575 13,886,325 16,41 6,431,786 17,113,251 18,39 Sumber : Pengolahan Data Aspek Keuangan Aliran Kas Operasional Pola Investasi 2, Bunga 14%, 18% dan 20% Perhitungan aliran kas operasional pola investasi 2, bunga 14%, 18%, 20%, rugi laba (pendapatan bersih) mengalami kenaikan tiap tahunnya dengan aliran kas akhir yang sama sebesar Rp. 66,115,000, untuk bunga 14%, sebesar Rp.10,367,079 bunga 18% sebesar Rp. 10,466,251 dan bunga 20% sebesar Rp. 10,515,838 untuk tahun ke-1, sedangkan untukn tahun ke-2, 3, 4, 5 dapat dilihat pada tabel 4.13, Perhitungan mengenai aliran kas operasional pola investasi 1, bunga 14%, 18% dan 20% rugi laba (pendapatan bersih) dapat dilihat pada lampiran 23, 29 dan 35. Tabel 4.13 Aliran kas Operasional Pola Investasi 2, Bunga 14%, 18% dan 20% Keterangan Analisis Tahun Awal Bunga 14% Aliran kas bersih awal (Rp) 1 2 3 4 5 Akhir 66,115,000 - - - - - - Rugi laba (pendapatan bersih) - 10,367,079 12,096,700 13,175,134 16,011,935 18,845,476 - Profit on sales (%) - - - - - - 48,135,000 Bunga 18% Aliran kas bersih awal (Rp) 66,115,000 - - - - - - Rugi laba (pendapatan bersih) - 5,898,500 6,652,784 8,792,266 11,457,225 14,716,311 - Profit on sales (%) - - - - - - 48,135,000 66,115,000 - - - - - - Rugi laba (pendapatan bersih) - 10,515,838 12,096,700 13,036,293 16,011,935 18,875,228 - Profit on sales (%) - - - - - - 48,135,000 Bunga 20% Aliran kas bersih awal (Rp) Sumber : Pengolahan Data Aspek Keuangan Aliran Kas Operasional Pola Investasi 3, Bunga 0% Tabel 4.14 Aliran kas Pola Investasi 3, Bunga 0% Tahun Keterangan Analisis Aliran kas bersih awal (Rp) Rugi laba (pendapatan bersih (Rp) Profit on sales (%) 1 2 3 4 5 9,028,250 7,828,250 11,104,975 9,904,975 12,507,373 11,307,373 15,020,210 13,820,210 17,784,331 16,584,331 12,31 14,16 14,70 16,33 17,82 Sumber : Pengolahan Data Aspek Keuangan Perhitungan aliran kas pola investasi 3, bunga 0% rugi laba (pendapatan bersih) mengalami kenaikan tiap tahunnya Rp. 7,828,250 tahun pertama dengan profit on sales 12,31%, dan tahun kelima Rp. 16,584,331 dengan profit sales 17,82%, Perhitungan mengenai aliran kas pola investasi 3, bunga 0% rugi laba (pendapatan bersih) dapat dilihat pada lampiran 41. Tabel 4.15 Aliran kas Operasional 3, Bunga 0% Keterangan Analisis Tahun Awal Aliran kas bersih awal (Rp) Rugi laba (pendapatan bersih) 1 66,115,000 Profit on sales (%) 2 3 4 5z Akhir - - - - - - - 9,028,250 11,104,975 12,507,373 15,020,210 17,784,331 - - - - - - - 48,135,000 Sumber : Pengolahan Data Aspek Keuangan Perhitungan aliran kas bersih awal Rp. 66,115,000, dengan pendapatan bersih tahun pertama Rp. 9,028,250 dan tahun kelima Rp. 17,784,331 dan aliran kas akhir Rp. 48,135,000, Perhitungan mengenai aliran kas pola investasi 3, bunga 0% rugi laba (pendapatan bersih) dapat dilihat pada lampiran 41. Penilaian Pola Investasi Berdasarkan Pada tabel 4.9 dan tabel 4.10 bisa dilihat pilihan pola investasi, bunga, serta nilai penjualan mana yang paling menguntungkan untuk usaha budidaya ikan hias ini. Periode pengembalian dikatakan layak jika pengembalian modal berada dalam masa proyek, nilai bersih sekarang (NPV) dikatakan layak jika bernilai positif. Untuk tingkat pengembalian internal (IRR) jika nilainya lebih besar dari tingkat suku bunganya, maka investasinya dapat dikatakan layak dan untuk indeks keuntungan biasanya mengikuti nilai NPV, jika nilai NPV negatif maka nilai indeks keuntungannya di bawah satu sebaliknya jika nilai indeks keuntungannya bernilai di atas satu maka nilai NPV akan bernilai positif. Penilaian Pola Investasi 1 Tabel 4.17 Penilaian Pola Investasi 1 (50% : 50%) Keterangan Analisis Bunga 14% 18% 20% Perkiraan modal kembali (tahun & bulan) 5,5 5,6 5,6 NPV (Rp) 9,411,568 215,05 -3,711,471 17,37 17,85 IRR (%) 44,534 Index keuntungan (%) Sumber : Pengolahan data Aspek Keuangan 1,5 1,3 1,1 Perkiraan modal kembali pada semua tingkat bunga dalam pola 1 bunga 14% yaitu sekitar 5 tahun 5 bulan, (lampiran 5, 10 & 14). Pada Pola investasi 1 (50 % modal sendiri dan 50 % modal pinjaman) memberikan nilai NPV negative pada s tingkat bunga 20% seperti terlihat pada lampiran 6, 11 & 15, ini berarti investasi dapat dikatakan tidak layak. Nilai NPV terbesar dihasilkan dengan bunga 14 % dengan nilai Rp. 9,411,568 Besarnya tingkat bunga mempengaruhi nilai NPV, semakin besar tingkat bunga semakin kecil nilai NPV-nya. Nilai IRR terbesar dihasilkan dengan bunga 20 % yaitu sebesar 44,534 % (lampiran 6, 11 & 15) hal ini berarti investasi dapat dikatakan tidak layak karena nilai IRR lebih besar dari tingkat bunga yang disyaratkan. Nilai IRR 44,534 % berarti peternak ikan hias dalam meminjam bank tidak boleh menerima bunga melebihi 44,534 % jika tidak ingin merugi. Dilihat dari indeks keuntungan PI, nilai PI terbesar dihasilkan oleh bunga 14% dan semua tingkat bunga dalam pola investasi ini memberikan hasil yang layak, karena nilai indeks keuntungan di atas satu pada semua tingkat bunga. Untuk lebih jelas mengenai perhitungan PI dapat dilihat pada lampiran 7, 11 dan 15. Penilaian Pola Investasi 2 Tabel 4.18 Penilaian Pola Investasi 2 (25% : 75%) Bunga Keterangan Analisis 14% 18% Perkiraan modal kembali (tahun & bulan) 5,9 5,9 NPV (Rp) 5,447,698 -3,049,945 IRR (%) 15,88 15,91 Index keuntungan (%) 1,4 1,2 Sumber : Pengolahan data Aspek Keuangan 20% 5,9 -6,755,452 15,97 1,1 Perkiraan modal kembali pada semua tingkat bunga dalam pola investasi 2 sama, yaitu sekitar 5 tahun 9 bulan (lampiran 18, 23 dan 27), dikarenakan nilai kas operasional dari tahun 1 sampai dengan tahun ke-5 sama pada semua tingkat semua tingkat bunga (lampiran 18, 23 dan 27). Nilai NPV negatif pada tingkat bunga 18% dan 20% seperti terlihat pada (lampiran 19, 24 dan 28), maka investasi ini dapat dikatakan tidak layak. Nilai IRR terbesar dihasilkan pada bunga 20% yaitu sebesar 38,528% berarti peternak ikan hias dalam meminjam bank tidak boleh menerima bunga melebihi 38.528 % jika tidak ingin merugi. Dilihat dari indeks keuntungan (PI), semua tingkat bunga dalam pola investasi ini memberikan hasil yang layak dan PI yang terbesar terdapat pada bunga 14%, karena nilai indeks keuntungan di atas satu pada semua tingkat bunga. Untuk lebih jelas mengenai perhitungan PI dapat dilihat pada lampiran 20, 24 dan 29. Penilaian Pola Investasi 3 Tabel 4.19 Penilaian Pola Investasi 3 (0%) Keterangan Analisis Bunga 0% Perkiraan modal kembali (tahun & bulan) 6 NPV (Rp) 19,465,138 IRR (%) Index keuntungan (%) Sumber : Pengolahan data Aspek Keuangan 14,36 1,7 Pola investasi 3 (menggunakan 100% modal sendiri), yaitu sekitar 5 tahunan 1 bulan (lampiran 32). Nilai NPV sebesar Rp. 19,465,138 (lampiran 33), IRR yang dihasilkan, yaitu sebesar 14,36 % (lampiran 33), nilai indeks keuntungannya (PI) sebesar 1,7 (lampiran 34). Pada pola investasi ini semua parameter penilaian investasi memberikan hasil yang menyatakan bahwa investasi layak. Hasil perhitungan ketiga pola investasi dengan tingkat bunga yang berbeda pada setiap pola investasi, kecuali pada pola investasi 3 diketahui bahwa semakin besar tingkat bunga semakin kecil nilai NPV dan nilai indeks keuntungannya. Untuk nilai IRR semakin besar tingkat pinjaman ke bank, nilai IRR-nya semakin besar pula. Tabel 4.20 Penilaian Investasi Kreteria Penilaian 1 ( 50 % : 50 % ) i= 18% i = 14% i = 20% PP (bulan) 65 66 NPV (Rp) 9,411,568 17,37 1,1 IRR (%) PI 2 ( 25 % : 75 % ) 3 (0 %) i = 18% i = 20% i=0% 69 6,755,452 47,465,138 i = 14% 215,05 66 3,711,471 69 5,447,698 69 3,049,945 72 17,85 44,534 15,88 15,91 38,528 14,36 1,0 1,3 1,1 0,90 0,56 1,7 Sumber : Pengolahan data Aspek Keuangan Tabel 4.20 dapat diketahui nilai NPV terbesar dihasilkan oleh skenario investasi 3. dengan indeks keuntungannya sebesar 1,7 dan lama modal investasi kembali sekitar 72 bulan. Pemilihan pola investasi bukan berdasarkan nilai NPV, tetapi berdasarkan total aliran kas yang masuk dalam 5 tahun, (Husnan, 2000). Berdasarkan total kas yang masuk maka investasi yang sebaiknya dipilih yaitu pola investasi 1. karena skenario ini memberikan operasional kas-kas masuk yang terbesar selama 5 tahun, yaitu sebesar Rp. 76,195,437 (lampiran 5, 10, & 14). Jika dilihat dari total keuntungan bersih juga sebaiknya memilih skenario investasi 1, bunga 14 %, yang menghasilkan total keuntungan sebesar Rp. 59,643,483 (lampiran 4). Analisis Sensitivitas Kelayakan Budidaya Ikan Hias Jarak Pagar Dalam analisis kelayakan suatu proyek, biaya produksi dan pendapatan biasanya akan dijadikan patokan dalam mengukur kelayakan usaha karena kedua hal tersebut merupakan komponen utama dalam suatu kegiatan usaha, terlebih lagi bahwa komponen biaya produksi dan pendapatan produksi juga didasarkan asumsi dan proyeksi sehingga memiliki tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi. Untuk mengetahui dan mengurangi resiko ini diperlukan analisis sensitivitas untuk menguji tingkat sensitivitas pada biaya produksi terhadap perubahan bahan baku jika margin keuntungan dibuat tetap serta harga jual ikan yang mempengaruhi pendapatan. Analisis ini mencoba mengestimasi pengaruh penurunan harga jual dan kenaikan harga bahan baku dari asumsi yang dikemukakan. Besar pengaruh terhadap kelayakan proyek diukur dengan perubahan NPV, Internal Rate of Return (IRR), dan Pay Back Period. Dalam pola pembiayaan ini digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu : Pertama, kenaikan harga baku bahan baku sebesar 5,8% dengan harga jual tetap; Kedua, penurunan harga jual biodiesel sebesar 12,5% tanpa perubahan harga bahan baku; Ketiga, kenaikan harga bahan baku sebesar 4,75% dan penurunan harga jual sebesar 8,6%. Kriteria kelayakan dan analisis sensitivitas industri biodiesel jarak pagar disajikan pada Tabel 4.20 berikut ini. Tabel 4.21 Kriteria Kelayakan dan Analisis Sensitivitas Budidaya Ikan Hias Variabel yang Berubah ¤ Harga Bahan Baku ¤ Harga Jual ikan hias ¤ Harga ikan hias (Rp. 150 x 40,000 ekor) ¤ Harga Jual ikan hias 40,000 ekor Kriteria Kelayakan IRR NPV Payback Period Dasar 0% 0% 6,000,000 17,729,000 5,8% 0% 6,348,000 17,729,000 Perubahan 0% -12,5% 6,000,000 15,512,875 4,75% -8,6% 6,285,000 5,484,000 17% 9,411,568 5,5 16% 8,287,706 5,6 15% 5,542,635 5,7 14% 6,192.720 5,8 Dari hasil analisis sensitivitas dapat terlihat untuk setiap skenario memiliki kriteria kelayakan yang layak. Pada skenario pertama, dengan kenaikan harga bahan baku sebesar 5,8% dan harga jual tetap, usaha budidaya ikan hias jarak pagar ini masih layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi sebagai berikut : NPV sebesar Rp 9,411,568- lebih besar dari pada nol, nilai IRR 17%, dan Payback Period 5 tahun 5 bulan. Dalam skenario kedua, dengan penurunan harga jual ikan hias sebesar 12.5% tanpa perubahan harga bahan baku, usaha budidaya ikan hias jarak pagar ini masih layak. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi, sebagai berikut : NPV sebesar Rp 8,287,706- lebih besar dari nol, nilai IRR 16%, dan Payback Period 5 tahun 6 bulan. Pada skenario ketiga, pada saat terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 4,75% serta penurunan harga jual sebesar 8,6%, usaha ini masih layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan sebagai berikut : NPV sebesar Rp 6,192.720- lebih besar dari nol, nilai IRR 14%, dan Payback Period 5 tahun 7 bulan. Hasil analisis sensitivitas tersebut diatas memperlihatkan bahwa usaha budidaya ikan hias jarak pagar lebih sensitif terhadap kenaikan harga bahan baku dibandingkan penurunan harga jual ikan hias. Berdasarkan ketiga skenario yang dibuat tersebut maka antisipasi keadaan untuk masing-masing skenario dengan memperhatikan kriteria NPV, ialah pada skenario pertama, proyek ini sensitif pada kenaikan harga bahan baku hingga 5,8%, (dengan asumsi harga jual tetap dan investasi tetap), artinya jika kenaikan harga bahan baku sama dengan atau lebih dari 5,8% tiap tahunnya, proyek ini menjadi tidak layak atau merugi. Pada skenario kedua, proyek ini sensitif pada penurunan harga jual hingga 12,5%, (dengan asumsi harga bahan baku tetap dan biaya investasi tetap), artinya jika penurunan harga jual ikan hias sama dengan atau lebih dari 12,5% tiap tahunnya, proyek ini menjadi tidak layak atau merugi. Analisis sensitivitas gabungan menunjukkan bahwa proyek ini sensitif pada kondisi terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 4,75% dan penurunan harga jual sebesar 8.6%. Hasil analisis aspek keuangan diatas menujukkan bahwa usaha budidaya ikan hias jarak pagar memberikan pendapatan tinggi sehingga proyek ini layak dilaksanakan dan dibiayai oleh bank. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari hasil analisis terhadap kelayakan usaha budidaya ikan hias maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut Aspek pasar dan pemasaran, dilihat dari lokasi usaha cukup strategis mengingat di sepanjang jalan Parigi Mekar, Ciseeng, Parung, Bogor dekat dengan pasar tradisional. Aspek teknis dan teknologis, dipertimbangkan dari harga sewa lahan, bahan baku, sarana transportasi, ketersediaan tenaga kerja, sarana dan pra sarana serta fasilitas pendukung lainnya telah memenuhi syarat yang telah ditentukan. Aspek Keuangan, dari semua perhitungan dapat diketahui bahwa nilai NPV terbesar dihasilkan oleh pola investasi 3, yaitu Rp. 19,465,138. Dengan indeks keuntungan sebesar 1,7 dan lama modal kembali sekitar 72 bulan. Pemilihan pola investasi bukan berdasarkan nilai NPV tetapi berdasarkan total aliran kas yang masuk dalam waktu 5 tahun. Berdasarkan total kas yang masuk, maka investasi yang sebaiknya dipilih adalah pola investasi 1. Karena pola investasi ini memberikan hasil operasional kas atau kas masuk yang terbesar selama 5 tahun, yaitu sebesar Rp. 76,195,437. Jika dilihat dari total keuntungan juga sebaiknya memilih pola investasi 1 (bunga 14%), yang menghasilkan total keuntungan sebesar Rp. 59,643,483. Saran Dari beberapa saran yang penulis ajukan ini semoga dapat memberikan manfaat bagi kelompok tani ikan hias maupun bagi pihak lain yang membutuhkannya, yaitu sebagai berikut : Karena usaha ini budidaya ikan ini dengan mengunakan jaring, maka sebaiknya petani ikan membersihkan jaring secara rutin untuk mencegah hama dan penyakit pada ikan. Untuk menjual ikan sebaiknya petani langgsung ke pengepul ikan atau ke pembeli, tidak melalui perantara lain, untuk mencegah harga ikan menjadi murah. Sebaiknya dilakukan pembibitan ikan yang beraneka ragam, untuk menambah kentungan yang lebih besar Sebaiknya kelompok tani ikan mengikuti penyuluhan-penyuluhan ikan, agar dapat pelatihan pembuatan pakan organik berupa pelet untuk ikan dan agar mendapat pembinaan dalam mengelola usaha budidaya ikan hias yang baik dan benar. Penelitian ini masih memerlukan penyempurnaan lebih lanjut, karena itu disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan, penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian mengenai usaha budidaya ikan hias. Daftar Pustaka Ibrahim, Yacob, Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi, Rineka Cipta, 2003. Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Studi Kelayakan Proyek, 1994. Husnan, Suad dan Suwarsono, Studi Kelayakan Proyek : Konsep, Teknik dan Penyusunan Laporan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2000. Kasmir dan Jafar, Studi dan Kelayakan Bisnis Edisi Kedua, Cetakan ke-4, Kencana Prenada Media Group, 2003. Riyanto, Bambang, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1997. Kelompok Peternak Ikan Hias Telaga Ciseeng Pasar Tradisional Parung Bogor Dinas Peternakan Kota Bogor Dinas Peternakan Kota Bandung http://www.bi.go.id/Suku+Bunga+SBL.html, 2009 http://library.gunadarma.ac.id.html, 2009 http://forum.o-fish.com http://www.google.com