KECERDASAN EMOSI REMAJA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH DI DESA WISATA BEJALEN KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Oleh: ACHMAD RIFAI 11111028 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 KECERDASAN EMOSI REMAJA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH DI DESA WISATA BEJALEN KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Oleh: ACHMAD RIFAI 11111028 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 i ii MOTTO “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (Q.S. Ali-‘Imran 003: 200). vi PERSEMBAHAN Atas rahmat, hidayah dan ridho Allah Swt, karya skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Kedua orang tuaku Bapak Margono dan Ibu Barokah yang telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Beliau keduanya tak henti-hentinya memberikan untaian do’a yang tulus sepanjang waktu demi keberhasilan penulis. Rasa hormat dan baktiku akan selalu tertuju kepadamu. 2. Saudara-saudaraku yang senantiasa memberikan arahan serta dukungan, kesemangatan dan do’a. 3. Teman-temanku dan Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan bantuan, motivasi, inspirasi, nasehat semangat hidup, pelajaran hidup, dan dukungan untuk selalu bangkit dari keputus asaan dan keterpurukan yang selalu datang melanda. Semoga dapat meraih segala impian dan kesuksesan hidup yang dicita-citakan. vii KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah, penulis haturkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat, hidayah beserta ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kecerdasan Emosi Remaja dan Implikasinya terhadap Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015.” Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad Saw yang selalu kita nanti-nantikan syafa’atnya besok di hari kiamat. Amin Ya Rabbal Alamin. Dalam penyusunan skripsi ini, ditujukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam di IAIN Salatiga. Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada: 1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) 3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) 4. Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya viii dalam memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya dalam menuntut ilmu di IAIN Salatiga. 6. Karyawan dan Karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuannya. 7. Segenap keluarga, terutama Bapak, Ibu dan Kakak yang selalu mencurahkan kasih sayang, perhatian, kesabaran, ketabahan serta untaian do’a yang tulus sepanjang waktu demi keberhasilan penulis. 8. Bapak Nowo Sugiharto selaku Kepala Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang yang telah memberikan izin dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Sahabat-sahabat dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima di sisi Allah Swt. Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya, terutama untuk kemajuan dunia pendidikan. Salatiga, 26 Oktober 2015 Penulis, ACHMAD RIFAI NIM. 11111028 ix ABSTRAK Rifai, Achmad. 2015. Kecerdasan Emosi Remaja dan Implikasinya terhadap Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. Kata kunci: Kecerdasan Emosi Remaja, Pembinaan Akhlakul Karimah. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui implikasi antara Kecerdasan Emosi Remaja dengan Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten semarang Tahun 2015. Rumusan masalah yang ingin dicari jawabannya adalah (1) Bagaimana tingkat kecerdasan emosi remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015? (2) Bagaimana tingkat pembinaan akhlakul karimah pada remaja di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015? (3) Adakah implikasi antara kecerdasan emosi remaja terhadap pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015? Untuk menjawab pertanyaan itu, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode angket (quesioner). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat Kecerdasan Emosi Remaja Desa Wisata Bejalen, 16,66% berada pada kategori baik sebanyak 6 responden, 22,22% berada pada kategori cukup baik sebanyak 8 responden, dan 61,11% berada pada kategori kurang baik sebanyak 22 responden. Sedangkan tingkat Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen, 16,66% berada pada kategori baik sebanyak 6 responden, 33,33% berada pada kategori cukup baik sebanyak 12 responden, dan 50% berada pada kategori kurang baik sebanyak 18 responden. Penelitian ini setelah dilakukan uji hipotesis dengan rumus product moment, maka hasilnya menunjukkan bahwa ada implikasi yang positif antara Kecerdasan Emosi Remaja dengan Pembinaan Akhlakul Karimah. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kecerdasan emosi remaja yang baik akan mempermudah keberhasilan pembinaan akhlakul karimah pada remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. Menggunakan sampel sebanyak 36 responden terbukti r hitung lebih besar dari r tabel baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Diketahui r hitung 0,965 dan r tabel pada taraf signifikansi 1% = 0,424 dan r tabel pada taraf signifikansi 5% = 0,329. Jadi 0,965 > 0,424 dan 0,965 > 0,329. x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN BERLOGO ii PERSETUJUAN PEMBIMBING iii PENGESAHAN PENGUJI iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v MOTTO vi PERSEMBAHAN vii KATA PENGANTAR viii ABSTRAK x DAFTAR ISI xi DAFTAR TABEL xvi DAFTAR GAMBAR xvii DAFTAR LAMPIRAN xviii BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah 5 C. Tujuan Penelitian 5 D. Hipotesis Penelitian 6 E. Kegunaan Penelitian 6 1. Teoritis 6 2. Praktis 7 xi F. Definisi Operasional 7 1. Kecerdasan Emosi Remaja 7 2. Implikasi 9 3. Pembinaan Akhlakul Karimah 9 G. Metode Penelitian BAB II 10 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian 10 2. Lokasi dan Waktu Penelitian 10 3. Populasi dan Sampel 11 4. Metode Pengumpulan Data 12 5. Instrumen Penelitian 13 6. Analisis Data 14 H. Sistematika Penulisan 16 KAJIAN PUSTAKA A. Emosi dan Remaja 18 1. Emosi 18 a. Pengertian dan Teori 18 b. Emosi dalam Perspektif Islam 22 c. Ekspresi Emosi Manusia 25 d. Gejala-gejala Emosi 29 e. Cara Mengendalikan Emosi 30 2. Remaja 32 a. Definisi dan Pengertian 32 b. Kategori dan Problematika Remaja 33 xii c. Bimbingan dan Pendidikan Remaja B. Akhlakul Karimah 36 40 1. Pengertian dan Tujuan 40 2. Karakteristik Akhlak dalam Islam 42 3. Jenis-jenis Akhlakul Karimah dan Aplikasinya 44 C. Kecerdasan Emosi Remaja dan Implikasinya terhadap Pembinaan Akhlakul Karimah 47 BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Wisata Bejalen 51 1. Sejarah Desa Bejalen 51 2. Keadaan Umum Wilayah Desa 54 3. Letak Geografis 56 4. Demografi (Kependudukan) 56 5. Pendidikan 57 6. Mata Pencaharian 59 7. Jumlah Penduduk Menurut Agama 60 8. Struktur Organisasi Desa 61 9. Kesehatan 61 10. Form Profile Desa Wisata 62 B. Penyajian Data Hasil Penelitian 1. Data Responden 65 66 2. Data Jawaban Angket Variabel X (Kecerdasan Emosi Remaja) xiii 68 3. Data Jawaban Angket Variabel Y (Pembinaan Akhlakul Karimah) BAB IV 70 ANALISIS DATA A. Analisis Pendahuluan 72 1. Analisis Tingkat Kecerdasan Emosi Remaja Desa Wisata Bejalen 73 a. Mencari Nilai Rata-rata (Mean) 75 b. Mencari Nilai Interval 76 c. Mencari Persentase Kategori Kecerdasan Emosi Remaja 77 2. Analisis Tingkat Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen 79 a. Mencari Nilai Rata-rata (Mean) 82 b. Mencari Nilai Interval 83 c. Mencari Persentase Kategori Pembinaan Akhlakul Karimah B. Analisis Uji Hipotesis 84 86 1. Input Data Implikasi antara Kecerdasan Emosi Remaja dengan Pembinaan Akhlakul Karimah 87 2. Analisis dengan Rumus Product Moment 89 C. Analisis Lanjut 89 xiv BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 93 B. Saran-saran 94 C. Penutup 95 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS xv DAFTAR TABEL 1. Tabel. 1 Pengambilan Sampel 12 2. Tabel. 2 Nafsu Muthmainnah dan Ammarah 23 3. Tabel. 3 Ekspresi Wajah pada Enam Jenis Emosi 26 4. Tabel. 4 Batas Wilayah Desa Bejalen 55 5. Tabel. 5 Jumlah Penduduk Menurut Usia 56 6. Tabel. 6 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan 58 7. Tabel. 7 Penduduk Menurut Mata Pencaharian 59 8. Tabel. 8 Jumlah Penduduk Menurut Agama 60 9. Tabel. 9 Pemetaan Indikator dengan Angket 65 10. Tabel. 10 Jumlah Data Responden 66 11. Tabel. 11 Jumlah Data Jawaban Angket Variabel X 68 12. Tabel. 12 Jumlah Data Jawaban Angket Variabel Y 70 13. Tabel. 13 Hasil Angket Kecerdasan Emosi Remaja 73 14. Tabel. 14 Distribusi Frekuensi Variabel X 75 15. Tabel. 15 Nilai Interval Kecerdasan Emosi Remaja 77 16. Tabel. 16 Rekapitulasi Kecerdasan Emosi Remaja 79 17. Tabel. 17 Hasil Angket Pembinaan Akhlakul Karimah 80 18. Tabel. 18 Distribusi Frekuensi Variabel Y 82 19. Tabel. 19 Nilai Interval Pembinaan Akhlakul Karimah 84 20. Tabel. 20 Rekapitulasi Pembinaan Akhlakul Karimah 86 21. Tabel. 21 Jumlah Data Korelasi Variabel X dan Y 87 22. Tabel. 22 Taraf Signifikansi Product Moment 90 xvi DAFTAR GAMBAR 1. Gambar. 1 Teori Emosi James-Lange 20 2. Gambar. 2 Teori Emosi Cannon-Bard 21 3. Gambar. 3 Bagan Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerin`tah 4. Desa Bejalen Tahun 2015 61 Gambar. 4 Denah Lokasi Desa Wisata Bejalen 63 xvii DAFTAR LAMPIRAN 1. Lembar Pengajuan Judul Skripsi 2. Lembar Konsultasi Skripsi 3. Angket Penelitian 4. Surat Keterangan Kegiatan (SKK) 5. Surat Permohonan Izin Penelitian 6. Surat Pernyataan Bukti Penelitian 7. Foto-foto 8. Riwayat Hidup Penulis xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya perbuatan manusia sehari-hari disertai oleh perasaanperasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang. Kedua perasaan tersebut yang selalu menyertai perbuatan kita sehari-hari. Perasaan ini terkadang kuat, lemah atau samar-samar saja. Perasaan yang kuat akan menjadi lebih mendalam, lebih luas dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi. Beberapa macam emosi antara lain: gembira, bahagia, terkejut, benci, senang, sedih, was-was dan sebagainya. Emosi merupakan pemicu utama dalam tiap aspek kehidupan manusia. Emosi adalah penggerak diri, memandu untuk terus maju dan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan. Maka benarlah pernyataan berikut ini: “kadar reaksi emosi kita terhadap peristiwa-peristiwa menentukan kadar kegiatan rohani dan jasmani kita” (Maurus, 2014: 15). Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai suatu keadaan (state) dari diri organisme atau individu pada suatu waktu. Misalnya orang merasa sedih, senang, terharu dan sebagainya jika melihat sesuatu, mendengar sesuatu, mencium bau dan sebagainya (Hartati dkk, 2005: 81). Bagi sebagian orang, perilaku lebih dipengaruhi oleh emosi daripada kepandaian. Maka, emosi jauh lebih penting daripada kepandaian. Tidak ada 1 faktor yang lebih mempengaruhi keberhasilan, kebahagiaan dan kegembiraan selain emosi. Orang yang tidak memiliki semangat, kemurahan hati, keramahan dan cinta tidaklah siap menjalani hidup. Emosi sangat berguna jika terkendali, namun berbahaya jika dibiarkan begitu saja khususnya pada usia remaja karena emosi sangat kuat dan labil. Emosi muncul saat seseorang berada dalam keadaan darurat. Emosi mengerahkan kekuatan dari dalam maupun dari luar yang memungkinkan seseorang untuk bertindak dengan kekuatan lebih. Jika seseorang bertindak pada saat yang bersamaan, emosi akan mereda; fungsinya telah dijalankan dan mungkin selanjutnya akan lenyap. Apabila tidak ada tindakan, emosi akan mengambil alih seluruh sistem tubuh. Emosi akan mengaliri seluruh tubuh dengan dampak-dampak yang mengganggu. Penyebab utama timbulnya masalah remaja didominasi oleh emosi yang cenderung muncul. Masalah remaja merupakan suatu masalah yang sebenarnya sangat menarik untuk dibicarakan, terlebih pada masa kekinian, dimana telah timbul akibat negatif yang sangat mencemaskan terutama disebabkan atas dorongan emosi yang akan membawa kehancuran bagi remaja itu sendiri dan masyarakat pada umumnya. Persoalan remaja adalah persoalan yang sangat komplek dan urgen yang disebabkan oleh bermacam-macam faktor diantaranya: kurangnya pembinaan mental, kurangnya pengenalan terhadap nilai moral pancasila, kegoncangan suasana dalam masyarakat, masa depan yang suram, pengaruh kebudayaan asing dan lainnya. 2 Remaja di era kontemporer terletak pada posisi yang terjepit manakala mereka tidak bisa membawa diri mereka masing-masing dengan sebaik mungkin, karena tantangan saat ini begitu besar sehingga akhlak (moral) remaja yang akan menjadi taruhannya. Dekadensi moral atau kemerosotan akhlak merupakan masalah yang paling mendasar bagi setiap orang di suatu masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun modern. Kemerosotan akhlak seseorang mengganggu ketentraman orang lain. Seandainya dalam suatu masyarakat terdapat banyak orang yang akhlaknya rusak maka akan menggemparkan keadaan masyarakat itu. Agama Islam yang terpenting adalah pendidikan akhlak (moral), yang mana Allah Swt berfirman: Artinya: Dan Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung (berakhlak sangat mulia). (Al-Qalam 68: 4). Pendidikan akhlak (moral) untuk setiap umat Islam, Nabi Muhammad Saw dalam hadits bersabda: ] ق [ حديث ِ إِنَّما بُ ِعثْتُ ِل ُت ِمم صا ِلح ْال ْخال Artinya: Sesungguhnya saya diutus oleh Allah Swt untuk menyempurnakan keshalehan akhlak (H.R. Ahmad). (Ahmadi, 2004: 29). Beliaupun memberikan uswah khasanah kepada umatnya di antaranya adalah benar, jujur, adil dan dipercaya. Penilaian terhadap seseorang baik atau buruknya tergantung sisi moral yang ia miliki. Bangsa akan hancur dan rusak dikarenakan masyarakat yang merosot moralnya. 3 Melihat pentingnya orang dewasa pada perkembangan moral remaja, faktor orang tua dan orang dewasa lainnya bagi remaja tidak boleh diabaikan. Tentu saja orang tua dan orang dewasa lainnya, yang mengharapkan generasi muda dapat menggantikan segala tugas dan kelangsungan hidup di hari kemudian, perlu menyadari pentingnya peranan mereka dalam mendidik, membina, serta mendampingi remaja dalam perkembangan moralnya sebagai dasar hidup utama di masa yang akan datang (Gunarsa, 2012: 97). Pendidikan berperan penting dalam membina moral dan meminimalisir kenakalan remaja yang mana kita sebagai umat Islam tahu bahwa pendidikan Islam bertujuan menciptakan pribadi muslim yang berakhlakul karimah dan tertanamnya nilainilai moral dalam kehidupan sehari-hari. Emosi remaja memiliki hubungan erat dengan pembinaan akhlakul karimah. Itu disebabkan emosi merupakan implikasi dari proses pendidikan dan penanaman akhlak pada remaja. Di sini lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat juga berperan penting dalam membentuk akhlak remaja. Adapun keberhasilan dalam pembinaan akhlakul karimah adalah wujud dari suksesnya sebuah pengendalian emosi. Penelitian ini penting sekali mengingat banyak terjadi problematika remaja dalam setiap kehidupan yang sampai saat ini belum terpecahkan. Banyak perilaku remaja khususnya di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang yang menyimpang dilihat dari segi akhlaknya seperti: berani kepada orang tua, kurang sopan-santun, berkata-kata kotor dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penelitian ini bisa menjadi bekal bagi masyarakat 4 dan orang tua terutama dalam hal penanganan dan pembinaan akhlak remaja putra-putrinya. Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis merasa tertarik dengan Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang untuk dijadikan sebagai obyek penelitian. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis mengajukan penelitian ini dengan judul: “Kecerdasan Emosi Remaja dan Implikasinya terhadap Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat kecerdasan emosi remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015? 2. Bagaimana tingkat pembinaan akhlakul karimah pada remaja di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015? 3. Adakah implikasi antara kecerdasan emosi remaja terhadap pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosi remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. 2. Untuk mengetahui tingkat pembinaan akhlakul karimah pada remaja di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. 5 3. Untuk mengetahui seberapa besar implikasi antara kecerdasan emosi remaja terhadap pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Dalam rangkaian penelitian yang disajikan dalam bab ini, hipotesis itu merupakan rangkuman dari kesimpulan teoretis yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi kebenarannya (Fathoni, 2011: 20). Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini, yaitu: ada implikasi yang positif antara Kecerdasan Emosi Remaja dengan Pembinaan Akhlakul Karimah. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kecerdasan emosi remaja yang baik akan mempermudah keberhasilan pembinaan akhlakul karimah pada remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. E. Kegunaan Penelitian 1. Teoritis Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas generasi penerus bangsa pada umumnya, khususnya dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada serta dapat memberi gambaran mengenai pentingnya emosi dan pembinaan akhlak remaja. 6 2. Praktis Secara praktis, bagi remaja dapat memperoleh pemahaman tentang pentingnya emosi dan pembinaan akhlak agar bisa mengontrol setiap tindakan dengan didasari agama dan emosi yang stabil, bukan berdasarkan amarah dan ambisi. Karena remaja merupakan generasi penerus bangsa yang akan meneruskan cita-cita dan tanggung jawab Negara. F. Definisi Operasional Untuk menghindari timbulnya salah pengertian atau penafsiran dari judul di atas, maka perlu dijelaskan beberapa definisi istilah dan masalah serta pengertiannya, yaitu: 1. Kecerdasan Emosi Remaja Kecerdasan adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu (Purwanto, 1996: 52). Kecerdasan juga merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat (Slameto, 1995: 56). Emosi yakni, satu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam serta dibarengi dengan perasaan (feeling) yang kuat atau disertai dengan keadaan efektif (Hartati dkk, 2005: 106). Mengenai pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa emosi adalah suatu gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan efek 7 pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta mengejawantah dalam bentuk ekspresi tertentu. Remaja adalah masa peralihan dari “anak” menjelang “dewasa”. Semakin maju suatu masyarakat semakin banyak syarat yang diperlukan untuk menjadi dewasa, semakin panjang masa yang diperlukan untuk mempersiapkan diri dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan dan semakin banyak pula masalah yang dihadapi oleh remaja itu, karena sukarnya memenuhi syarat-syarat tersebut (Daradjat, 1976: 11). Usia remaja yang hampir disepakati oleh banyak ahli jiwa ialah antara 13 dan 21 tahun. Jadi definisi istilah kecerdasan emosi remaja adalah kemampuan mengindra, memahami dan daya efektif yang dimiliki remaja dalam menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh. Adapun yang menjadi indikator dalam kecerdasan emosi remaja adalah (Goleman, 2007: 58-59): a. Mengenali Emosi Diri b. Mengelola Emosi c. Memotivasi Diri Sendiri d. Mengenali Emosi Orang Lain e. Membina Hubungan dengan Orang Lain 8 2. Implikasi Implikasi berasal dari bahasa inggris “implicate” yaitu menyangkutkan (Echols dan Shadily, 2005: 313). Menyangkutkan berarti menghubungkan, sehingga dapat dikatakan bahwa implikasi adalah hubungan antara satu dengan yang lain (keduanya atau lebih) baik secara langsung maupun tidak langsung yang membawa pengaruh (dampak) positif ataupun negatif. 3. Pembinaan Akhlakul Karimah Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Alwi, 2007: 152). Istilah akhlak dalam pemakaian kata sehari-hari biasa disebut “akhlak yang baik” (akhlakul karimah), seumpama dikatakan: orang itu berakhlak artinya orang tersebut mempunyai akhlak yang baik, sedangkan orang itu tidak berakhlak artinya orang tersebut tidak mempunyai akhlak yang baik atau buruk akhlaknya. Jadi, definisi istilah pembinaan akhlakul karimah adalah upaya yang dilakukan secara efektif dan efisien dalam proses pendidikan dan penanaman akhlak yang baik. Adapun yang menjadi indikator dalam pembinaan akhlakul karimah adalah (Abdullah, 2007: 75): a. Akhlak kepada Allah b. Akhlak terhadap Diri Sendiri c. Akhlak terhadap Keluarga d. Akhlak terhadap Masyarakat e. Akhlak terhadap Alam Sekitar 9 G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian a. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang model analisisnya secara umum memakai analisis statistic (Sukardi, 2004: 8), di mana akan diungkap persoalan di lapangan dalam hal kecerdasan emosi remaja dan pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. b. Rancangan Penelitian Dalam penyusunan atau rancangan penelitian ini penulis menggunakan penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan secara langsung yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas yang diperoleh dari objek penelitian atau suatu riset yang dilakukan di kancah terjadinya gejala dalam suatu lapangan (Suryabrata, 1983: 93). 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi atau tempat yang diambil dalam penelitian ini di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, karena merupakan lokasi yang strategis dan sangat menarik untuk diteliti kaitannya dengan dunia remaja yang rentan akhlaknya disebabkan oleh faktor emosi. Penulis dalam melakukan penelitian ini dengan jangka waktu tiga bulan, yaitu dimulai September-November 2015. 10 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian ini merupakan penelitian populasi. Menurut Nazir (1988: 325) dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian” memberikan pengertian tentang, “Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan”. Sedangkan menurut Singarimbun dan Effendi (1988: 108) memberikan pengertian, “populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga”. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015 yang berjumlah 144 orang. b. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2005: 56). Menurut Arikunto (1998: 67) “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diselidiki”. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari keseluruhan subyek penelitian, mengenai besar kecilnya sampel tidak ada ketentuan, tetapi perlu diingat bahwa semakin besar sampel yang diambil, maka kesimpulan yang diperoleh semakin baik. Sehubungan hal itu, Arikunto (1998: 120) mengatakan: 11 Apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiaannya merupakan penelitian populasi, sedangkan jika subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih sesuai dengan kemampuan. Sampel untuk penelitian ini, Penulis mengambil 25% dari populasi. Adapun rinciannya sebagai berikut: Tabel. 1 Pengambilan Sampel Wilayah Desa Wisata Bejalen Dusun Bejalen Barat Usia Remaja Populasi Sampel 13-21 Tahun 80 20 Dusun Bejalen Timur 13-21 Tahun 64 16 144 36 Jumlah Keterangan: (Sumber: Dokumen Desa Wisata Bejalen dari Sekretaris Desa, Hari Senin 03-08-2015, Pukul 10:15 WIB). 4. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data lapangan yaitu dengan menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Metode Observasi Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan indera, terutama indera penglihatan dan pendengaran. Menurut Kartono (1990: 78), “observasi merupakan pencatatan dan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena atau gejala-gejala yang diselidiki.” b. Metode Angket Angket adalah teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner (daftar pertanyaan/isian) untuk diisi langsung oleh responden seperti yang dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat 12 umum (Fathoni, 2011: 111). Teknik/metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kecerdasan emosi remaja dan pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. c. Metode Dokumentasi Dokumentasi berarti barang-barang tertulis. Metode dokumen adalah mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda dan lain-lain. (Arikunto, 1998: 67). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan warga yang berkaitan dengan kecerdasan emosi remaja dan pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. 5. Instrumen Penelitian Fathoni (2011: 30) dalam bukunya yang berjudul: “Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi”, mengatakan: Dalam suatu penelitian, alat pengambil data (instrumen) menentukan kualitas data yang dapat dikumpulkan dan kualitas data itu menentukan kualitas penelitiannya. Karena itu, alat pengambil data itu harus mendapatkan penggarap yang cermat. Untuk mengetahui data-data yang diperlukan dalam penelitian ini maka diperlukan suatu instrumen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, data identitas remaja dan dokumen yang sesuai dengan penelitian dan observasi. 13 6. Analisis Data Untuk memperoleh hasil dari penelitian agar bisa digeneralisasikan setiap data yang masuk harus dianalisis. Untuk menganalisis data dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Analisis Pendahuluan Analisis tahap pendahuluan ini, penulis terlebih dahulu mengelompokkan data-data yang telah diperoleh ke dalam tabel distribusi frekuensi. Untuk data variabel X (Kecerdasan Emosi Remaja) terdapat pada soal angket nomor 1-15 dan variabel Y (Pembinaan Akhlakul Karimah) terdapat pada soal angket nomor 16-30, pilihan jawaban A, B, dan C dengan cara pemberian skor jawaban A= 3, B= 2, dan C= 1 seperti pada alternatif jawaban sebagai berikut: 1) Alternatif Jawaban A dengan Skor 3 (Baik) 2) Alternatif Jawaban B dengan Skor 2 (Cukup Baik) 3) Alternatif Jawaban C dengan Skor 1 (Kurang Baik) Kemudian teknik analisis data dengan menggunakan rumus: 𝑃= 𝐹 𝑋 100% 𝑁 Keterangan: P : Persentase F : Frekuensi N : Jumlah Total Sampel 14 b. Analisis Uji Hipotesis Analisis ini menggunakan rumus product moment: 𝑟𝑥𝑦 = 𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌) √{𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 } {𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 } Keterangan: rxy : Koofisien Korelasi antara Variabel X dan Y N : Jumlah Responden ∑x : Nilai Hasil Variabel Emosi Remaja ∑y : Nilai Hasil Variabel Pembinaan Akhlakul Karimah ∑xy : Jumlah Hasil Perkalian antara Skor X dan Y. c. Analisis Lanjut Setelah diperoleh nilai penghitungan tersebut, langkah selanjutnya adalah mengadakan konsultasi hasil penghitungan (rxy) ke dalam r tabel pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Dari hasil penelitian, jika diketahui nilai rxy (r hitung) yang diperoleh lebih besar dari nilai kritik r tabel baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%, maka nilai yang diperoleh adalah signifikan dan hipotesis yang diajukan diterima. Akan tetapi sebaliknya, jika nilai rxy (r hitung) yang diperoleh lebih kecil dari nilai kritik r tabel baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%, maka nilai yang diperoleh adalah tidak signifikan dan hipotesis yang diajukan tidak diterima. 15 H. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan memudahkan dalam memahami isi skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diterangkan tentang teori-teori, antara lain: Pertama yaitu: Emosi dan Remaja yang meliputi: Emosi, yaitu: Pengertian dan Teori, Emosi dalam Perspektif Islam, Ekspresi Emosi Manusia, Gejala-gejala Emosi, Cara Mengendalikan Emosi. Remaja, yaitu: Definisi dan Pengertian, Kategori dan Problematika Remaja, Bimbingan dan Pendidikan Remaja. Kedua yaitu: Akhlakul Karimah, meliputi: Pengertian dan Tujuan, Karakteristik Akhlak dalam Islam, Jenis-jenis Akhlakul Karimah dan Aplikasinya. Ketiga yaitu: Kecerdasan Emosi Remaja Implikasinya terhadap Pembinaan Akhlakul Karimah. BAB III : HASIL PENELITIAN Dalam bab ini terdiri dari dua sub bab, meliputi: Pertama, Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian, yaitu: Letak Geografis, Tinjauan Historis, Struktur Organisasi, Keadaan Warga dan Remaja. Kedua, Penyajian Data Hasil Penelitian. 16 BAB IV : ANALISIS DATA Dalam bab ini diuraikan: Analisis Deskriptif (Analisis Pendahuluan), Pengujian Hipotesis (Analisis Uji Hipotesis) dan Pembahasan (Analisis Lanjut). BAB V : PENUTUP Dalam bab ini memuat: Kesimpulan, Saran-saran, dan Penutup. 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Emosi dan Remaja 1. Emosi a. Pengertian dan Teori Emosi dapat diartikan sebagai keadaan jiwa yang sangat mempengaruhi makhluk hidup, yang ditimbulkan oleh kesadaran atas suatu benda atau peristiwa, yang ditandai dengan perasaan yang mendalam, hasrat untuk bertindak, dan perubahan fisiologis pada fungsi tubuh. Sebagian orang lantas menyadari adanya rangsangan (menakutkan, menyedihkan, melegakan, menjengkelkan) yang memicu situasi psikologis yang dikenal sebagai emosi (takut, sedih, bahagia, marah). Singkatnya, emosi adalah pikiran yang digerakkan. Karena itu, mungkin akan lebih baik menjabarkan emosi sebagai gerakan dalam pikiran (Maurus, 2014: 16). Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu. Kata “emosi” diturunkan dari kata bahasa Prancis, emotion, dari emouvoir, 18 kegembiraan dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-) luar dan movere bergerak (Gemilang, 2013:10). Emosi yakni, satu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam serta dibarengi dengan perasaan (feeling) yang kuat atau disertai dengan keadaan efektif (Hartati dkk, 2005: 106). Sehubungan dengan pengertian emosi, ada beberapa teori yang menjelaskan tentang emosi di antaranya (Hartati dkk, 2005: 96-98): 1) Teori William James (1842-1910, Amerika Serikat) dan Carl Lange (Denmark) Menurut pendapat atau teori ini, emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar. Gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, tetapi malahan emosi yang dialami oleh individu merupakan gejala-gejala kejasmanian. Menurut teori ini orang tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya ia susah karena menangis. Atau, bila seseorang melihat harimau, reaksinya adalah peredaran darah makin cepat karena denyut jantung makin cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara, dan sebagainya. Respons-respons tubuh ini kemudian dipersepsikan dan timbullah rasa takut. Jadi, orang itu bukan 19 berdebar-debar karena takut setelah melihat harimau, melainkan karena ia berdebar-debar maka timbul rasa takut. Gambar. 1 Teori Emosi James-Lange (Hude, 2006: 56) Stimulus Perceived in Brain External Stimulus Emotion Occurs Stimulus Perceived in External Stimulus Emotion Brain Motor Nerves Motor Nerves SensoryOccurs Nerves Body Sensations Sensory Nerves and Responses Emotion takes place after Psychological reactions Body Sensations and Responses Teori dari James Lanse ini lebih menitikberatkan pada halhal yang bersifat perifir daripada yang bersifat sentral. Dan teori ini sering pula disebut sebagai peradoks dari James. Sementara itu banyak para ahli mengadakan eksperimen-eksperimen untuk menguji sampai sejauhmana kebenaran dari teori James Lanse ini. Ahli-ahli tersebut antara lain Sherington dan Cannon, yang Emotion takes place after Psychological reactions umumnya menunjukkan bahwa apa yang dikemukakan oleh James tidak tepat. 2) Teori Cannon Bard Teori emosi yang dikemukakan oleh Cannon, dengan teorinya yang dikenal dengan teori sentral. Menurut teori atau pendapat ini, segala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, jadi individu mengalami emosi terlebih 20 dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya. Gambar. 2 Teori Emosi Cannon-Bard (Hude, 2006: 58) External Stimulus External Stimulus Stimulus Perceived in Brain Stimulus Perceived in Brain Emotion Occurs Motor and Emotion Occurs Sensory Nerves Motor Sensations and Sensory Body Nerves Nerves and Responses Emotion takes place after Psychological reactions Body Sensations and Responses 3) Teori J. Linchoten Teori emosi lain adalah teori kepribadian. Menurut pendapat atau teori ini ialah bahwa emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, di mana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah-pisahkan. Karena itu, emosi meliputi pula perubahan-perubahan kejasmanian. Teori ini Emotion takes place after Psychological reactions dikemukakan oleh J. Linchoten. 4) Teori Wilhem Wundt (1832-1920) Tokoh empiris lain yang mengemukakan teori emosi adalah Wundt (1832-1920), tetapi berbeda dengan W. James yang menyelidiki mengapa timbul emosi. Menurut W. Wundt ada tiga (3) pasang kutub emosi, yaitu: 21 a) Lust-Unlust (senang-tak senang) b) Spannung-Losung (tegang-tak tegang) c) Erregung-Berubigung (semangat-tenang) Jadi, kalau seseorang melihat harimau, emosinya adalah unlust, spannung dan erregung (tak senang, tegang dan semangat). Dan kalau seorang mahasiswa lulus ujian, maka emosinya adalah lust, unlust dan berubigung (senang, tak tegang dan tenang) dan seterusnya. b. Emosi dalam Perspektif Islam Banyak tokoh ilmuwan Islam yang memperbincangkan masalah emosi. Umumnya mereka membahas dalam bentuk derivatifnya sebagai cinta, marah, sedih, berani dan semacamnya. Dalam perspektif Islam, emosi identik dengan nafsu yang dianugerahkan oleh Allah Swt. Nafsu inilah yang akan membawanya menjadi baik atau jelek, budiman atau preman, pemurah atau pemarah, dan sebagainya. Nafsu menurut pandangan Mawardy Labay el-Sulthani dalam bukunya Muallifah (2009: 128-129) yang berjudul: “Psycho Islamic Smart Parenting”, terbagi dalam lima bagian. Pertama, nafsu rendah yang disebut dengan nafsu hewani, yaitu nafsu yang dimiliki oleh binatang seperti keinginan untuk makan dan minum, keinginan seks, keinginan mengumpulkan harta benda, kesenangan terhadap binatang dan juga rasa takut. Kedua, nafsu ammarah yang artinya menarik, membawa, menghela, mendorong, dan menyuruh pada kejelekan dan kejahatan saja. Nafsu amarah cenderung membawa manusia kepada perbuatan-perbuatan yang negatif dan berlebih-lebihan. Contohnya: makan yang enak sampai kekenyangan, perasaan malas untuk 22 mengerjakan hal yang positif, ingin kaya dengan menghalalkan segala cara, berhati keras dan sebagainya. Ketiga, nafsu lawwamah, yaitu nafsu yang selalu mendorong manusia untuk berbuat baik. Ini merupakan lawan dari nafsu amarah. Apa yang dikerjakan nafsu amarah terus ditentang dan dicela keras oleh nafsu lawwamah, sehingga diri akan tertegun sebentar atau berhenti sama sekali dari perbuatan yang dianjurkan amarahnya. Keempat, nafsu musawwilah, yakni merupakan nafsu provokator, ahli memperkosa dan ahli memukau. Di dalam istilah perang, dia diberi julukan dengan “koloni kelima”, ia berkedudukan di kementrian peperangan atau propoganda. Karena disebut koloni kelima, di pihak lawan ia perlu mendapat perhatian yang serius. Kelima, nafsu muthmainnah, artinya kondisi jiwa yang seimbang atau tenang seperti permukaan danau kecil yang ditiup angin, akan jadi tenang, teduh, walaupun sesekali terlihat riak kecil. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Hartati dkk (2005: 108) hanya menentukan kepribadian muthmainnah dan ammarah saja, karena kedua kepribadian tersebut ibarat dua kutub utara dan selatan yang saling berlawanan serta bersifat relatif permanen. Secara jelas beliau mempertentangkan kedua kepribadian tersebut. Tabel. 2 Nafsu muthmainnah dan ammarah (Hartati dkk, 2005: 107) No Kepribadian Muthmainnah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Hamiyah (memiliki harga diri) Tawadhu’ (merendahkan diri) Jud (dermawan) Mahabat (kewibawaan) Syiyanat (memelihara diri) Syaja’at (berani) Huzn (prihatin) Iqtishad (ekonomis) Ihtiraz (waspada) Farasat (firasat) Neshihat (memberi peringatan) Hidayat (memberi hadiyah) Shabr (sabar) Afw (pemaaf) Ma’rifah wa’ilm (mengetahui dan berilmu) Siqqat (dapat dipercaya) Raja’ (pengharapan) 16 17 23 Kepribadian Ammarah Jufa’ (menjatuhkan harga diri) Mahaat (menghinakan diri) Sarf (menghamburkan harta) Kibr (kesombongan) Takabbur (menyombongkan diri) Nejad (jar’at) Jubn (penakut) Syukh (pelit) Suw al zhan (buruk sangka) Zhan (menduga) Ghibat (menunjukkan keburukan) Riswah (menyogok) Qaswah (keras hati) Zull (hina) Bahl wa ghafl (bodoh dan lupa) Ghurur (penipu) Tamanny (angan-angan) 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Tahaddus (menceritakan nikmat Allah) Riqqah al-qalb (hati lembut) Mawjadat (iri hati atas kebaikan) Munafasat (berlomba demi kebaikan) Hubb fi Allah (mencintai Allah) Fakhar (membangga-banggakan harta) Jaza’ (penuh keluh kesah) Hiqd (iri hati atas keburukan) Hasad (dengki) Tawakkal (menyerahkan diri setelah berusaha) Ihtiyat (hati-hati) Ilham min malaki (inspirasi dari malaikat) Mubadarah (cekatan dalam bekerja) Dalam perspektif Islam, Hubb ma’a Allah (mencintai karena yang lain) ‘Ajz (lemah hati) Was-was (ragu-ragu) Ilham min syaithan (inspirasi dari setan) ‘Ajlat (terburu-buru dalam bekerja) kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi disebut kecerdasan emosi. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam bahwa Allah Swt memerintahkan untuk menguasai emosiemosi kita, mengendalikannya, dan mengontrolnya. Seperti dalam firman Allah Swt: Artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.S. Al-Hadiid 57: 22-23). Seseorang yang memiliki kecerdasan pada dimensi emosional akan mampu menguasai situasi yang penuh dengan tantangan, yang biasanya dapat menimbulkan ketegangan dan kecemasan, sehingga akan lebih 24 tangguh dalam menghadapi persoalan hidup, juga akan berhasil mengendalikan reaksi dan perilakunya, serta mampu menghadapi kegagalan dengan baik. Pengendalian emosi dan tidak adanya tindakan agresi terhadap orang lain yang disebabkan oleh emosi yang berlebihan serta selalu tenang akan menciptakan harmonisasi dalam berinteraksi dan juga mendorong untuk introspeksi diri (Muallifah, 2009: 131), seperti dalam firman Allah Swt: Artinya: Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tibatiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolaholah telah menjadi teman yang sangat setia. (Q.S. Fushilat 41: 34). c. Ekspresi Emosi Manusia Kemunculan emosi seseorang bisa dikenali dari ekspresi yang ditampilkan seketika itu, baik dari perubahan wajah, nada suara, atau tingkah lakunya. Ekspresi emosi tersebut muncul secara spontan dan seringkali sulit dikontrol atau ditutup-tutupi. Banyak orang secara spontan berteriak histeris lantaran terkejut, sementara yang lain memegang dada, atau tampak lemas dengan raut muka pucat. Ada orang-orang tertentu yang bergetar anggota badannya (tremor) ketika marah, sementara yang lain dengan mata melotot, wajah memerah, menjadi gagap seketika, atau ekspresi lain dalam bentuk tingkah laku seperti menggebrak meja, membenturkan kepala, menggigit ujung jemarinya (Hude, 2006: 46-47). Hal ini seperti dalam firman Allah Swt: 25 Artinya: Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada KitabKitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (Ali Imran 3: 119). Adapun gambaran-gambaran umum dari ekspresi wajah seseorang ketika mengalami emosi: Tabel. 3 Ekspresi Wajah pada Enam Jenis Emosi (Hude, 2006: 49-50) Jenis Emosi Perubahan pada Alis-Dahi Kaget Kelopak mata naik, ada kerutan panjang di dahi Takut Alis menaik dan tertarik tertarik secara bersamaan, cenderung datar bukan lengkung, terjadi kerutan pendek mendatar dan tegak Marah Alis tertarik ke bawah dan ke dalam; kelihatan menonjol ke depan; ada kerutan kuat tegak; kadang lengkung Perubahan pada Mata-Kelopak Mata Mata terbuka lebar de-ngan bola mata melihat ke atas dan sering sampai bawah selaput pelangi, ditandai dengan melebarnya kulit kelopak mata bagian atas dan bawah Mata terbuka, terjadi ketegangan di kelopak mata bagian bawah, menaik lebih tinggi daripada saat kaget, kelopak mungkin naik tetapi tidak sampai selaput pelangi Bola mata hampir tidak kelihatan, kelopak atas menurun, tegang dan perse-gi, kelopak atas juga tegang dan naik, mungkin 26 Perubahan pada Wajah Bagian Bawah Mulut terbuka, tidak ada peregangan dan tegangan pada sudut bibir, tetapi bibir terbuka; pembukaan mulut mungkin bervariasi Sudut mulut tertarik ke belakang, tetapi tidak naik/turun; bibir meregang; mulut mungkin terbuka Kedua bibir terkatup rapat atau mungkin terbuka dengan menyering-ai, gigi mungkin kelihatan pada dahi tepat di atas mata Jijik Alis turun tetapi tidak bersamaan, mungkin terjadi lipatan pada dahi dan hidung, kerutan tegak dan mendatar di tengah dan samping hidung Sedih Alis tertarik bersamaan, sudut dalam naik dan sudut luar turun atau sejajar, atau alis tertarik ke bawah di tengah dan sedikit naik ke sudut dalam: muncul lengkungan mendatar atau ke samping pada dahi dan kerutan tegak di tengah, atau menunjukkan segumpal kontraksi otot di atas alis Tidak ada perubahan yang berarti pada alis dan dahi Gembira membentuk busur di bawah mata, seperti memicingkan mata Bagian bawah kelopak mata ke depan dan naik, tetapi tidak tegang Mata menatap dengan kelopak atas menurun dan kelopak bawah mengendur, atau kelopak atas tertarik ke atas di sudut dalam, turun di sudut luar dengan atau tanpa tegangan pada kelopak bawah, mata mungkin melihat ke bawah atau berkacakaca Mata mungkin netral, atau kelopak bahwa terdorong oleh muka bawah, kelopak bawah membentuk kantong dan menyebabkan mata menyempit: dengan bagian akhir membentuk ‘kaki gagak’ mencapai sudut luar mata menuju batas rambut 27 Bibir atas terlipat dan pipi naik; mulut terbuka dengan bibir atas naik dan bibir bawah ke depan, atau tertutup dengan bibir atas tertekan oleh bibir bawah yang naik; lidah mungkin kelihatan di dekat bibir, atau tertutup dengan bagian luar sedikit tertarik ke bawah Mulut mungkin terbuka dengan sedikit teregang, bibir bergetar, atau tertutup dengan sudut luar tertarik sedikit ke bawah Sudut bibir luar naik, biasanya tertarik ke belakang; mungkin terjadi lipatan pada bibir atas, bibir mungkin terbuka dan gigi kelihatan 1) Ekspresi Emosi Positif Emosi positif adalah emosi yang menyenangkan dan diinginkan oleh setiap orang. Tapi, emosi positif apa yang difavoritkan kebanyakan orang ialah emosi senang. Menurut AlQur’an, kesenangan bukanlah satu-satunya harapan tertinggi manusia, tapi juga ketakutan yang menyenangkan, seperti emosi taqwa kepada Allah. Takut dalam pengertian ini bukanlah takut cemas (anxiety), tetapi takut yang dapat memelihara (wiqayah) manusia dari semua tindakan yang tak patut. Dalam hal ini, AlQur’an tidak henti-hentinya memotivasi manusia agar memperoleh dan mengembangkan emosi positif (Hude, 2006: 233). 2) Ekspresi Emosi Negatif Emosi negatif sejatinya tak pernah dikehendaki oleh manusia, sehingga selalu diusahakan untuk dihindari, kendati tak mudah diwujudkan. Kesulitan dalam hal ini amat terkait dengan realitas kehidupan yang dapat diatur sesuai dengan kehendak kita. Tidak seorangpun sanggup mengarahkan kehidupannya untuk kesenangan belaka, karena kesedihan, ketakutan, kekesalan, dan kekecewaan datang tanpa diundang. Demikian pula sebaliknya, tidak ada orang yang tenggelam dalam lubang kesedihan terusmenerus, kecuali ia sendiri yang menghendaki demikian (Hude, 2006: 241). 28 d. Gejala-gejala Emosi Seseorang yang mengalami emosi sering tidak lagi memperlihatkan keadaan sekitarnya. Suatu keaktifan tidak dikerjakan oleh individu dalam keadaan normal, kemungkinan akan dikerjakan pada saat individu dalam keadaan emosi. Dengan demikian, emosi dipandang sebagai perasaan yang gradual lebih besar kekuatannya. Adapun gejalagejala ketika seseorang sedang mengalami emosi, yaitu (Gemilang, 2013: 12-13): 1) Depresi, Kecemasan, Takut dan Kemarahan Seseorang mengalami emosi tertentu, seperti depresi, kecemasan, dan kemarahan yang terlalu sering atau terlalu kuat. 2) Sulit Menununjukkan Rasa Sayang Seseorang mengalami emosi tertentu terlalu jarang atau terlalu lemah. Mereka merasa tidak mampu menunjukkan rasa sayang, kepercayaan, marah atau penolakan. 3) Sulit Berhubungan dengan Orang Lain Misalnya pacar membuat merasa bersalah, teman-teman mengecewakan, pasangan menimbulkan rasa takut dan lainnya. 4) Komplikasi Konflik Emosi Seseorang merasa mengalami beberapa konflik karena dua atau lebih emosi. Misalnya antara marah dan takut, antara benci dan cinta, dan lainnya. 29 e. Cara Mengendalikan Emosi Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk dapat mengendalikan emosi, akan tetapi banyak yang merasa kesulitan. W.T. Grant Consortium dalam bukunya Goleman (1996: 426) yang bejudul: “Emotional Intelligence”, unsur-unsur aktif program pencegahan yang meliputi keterampilan emosional: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) Mengidentifikasi dan memberi nama perasaan-perasaan Mengungkapkan perasaan Menilai intensitas perasaan Mengelola perasaan Menunda pemuasan Mengendalikan dorongan hati Mengurangi stres Mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan. Unsur-unsur utama pada program yang efektif dalam mengendalikan emosi secara ringkas adalah sebagai berikut (Gemilang, 2013: 24-27): 1) Melawan Pikiran Negatif Pemicu emosi biasanya berasal dari pikiran, baik itu pikiran negatif yang muncul dari intepretasi input-input atau stimulasi dari lingkungan eksternal maupun pola-pola pemikiran internal yang tidak disadari. Misalnya, seseorang bisa marah atau merasa ketakutan karena merespon ancaman dari orang lain. 2) Mengubah Kata Negatif Menjadi Positif Riset terbaru menggunakan scanner MRI di otak menunjukkan bahwa penampakan kata-kata negatif seperti kata ‘tidak’ misalnya, membuat diri memproduksi hormon dan neurotransmitters yang bisa memicu stres, mengacaukan beragam 30 fungsi komunikasi, bahkan bisa merusak akal sehat. Pemikiran yang menggunakan kalimat-kalimat negatif biasanya membawa kekhawatiran atau penyesalan. 3) Menerima Pikiran Negatif, Bertindak Positif Pikiran dan perasaan tidak perlu dilawan atau ditindaklanjuti dengan segera, tapi cukup diamati dan diterima. Emosi negatif adalah sesuatu yang wajar untuk didapati dan senormal emosi yang positif. Pikiran-pikiran yang muncul tidak perlu langsung ditanggapi atau dievaluasi secara berlebihan. Tidak usah juga dihindari atau dipendam. Amarah yang terpendam bisa meledak suatu saat atau malah menjadi penyakit batin maupun fisik yang menggerogoti diri dari dalam. 4) Memaksimalkan Ajaran Agama Kuatkan kepercayaan serta praktekkan ritual-ritual yang mengembangkan emosi positif seperti banyak-banyak bersyukur dan berdo’a, bermeditasi atau berdzikir dalam agama Islam, memberi atau bersedekah dan menolong orang lain, berpuasa serta pergi ke tempat ibadah umum seperti masjid, wihara, pura atau gereja sesuai keyakinan masing-masing. 5) Meditasi dan Berpikir Reflektif Kuatkan kontak dengan kekinian, bernafas dalam-dalam dengan perlahan dan rasakan setiap sensasi diri dengan keterbukaan serta penerimaan. Menerima dan merasakan apapun yang ada saat 31 ini. Jangan terikat dengan pikiran manapun di masa lalu, masa sekarang, dan yang di masa depan seperti penyesalan, amarah, dan kecemasan. 6) Menemukan Nilai-nilai Kehidupan Bertindak dengan prinsip-prinsip sejati tersebut. Kita berkomitmen untuk berperilaku sesuai prinsip berdasarkan nilai yang abadi, bukan bertindak karena perasaan yang bersifat sementara. Misalnya dengan tetap berpegang teguh pada kejujuran, integritas, siap bertanggung jawab, adil dan seterusnya. 2. Remaja a. Definisi dan Pengertian Seringkali dengan mudah seseorang mendefinisikan remaja sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya. Tetapi mendefinisikan remaja ternyata tidak semudah itu (Sarwono, 1997: 2). Masa remaja adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Dapat dikatakan, bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa (Sopiatin dan Sahrani, 2011: 110). Bagaimanapun cara seseorang memandang remaja dan dari segi apapun dapat dinilai, namun suatu hal dapat disimpulkan bahwa 32 “Remaja” adalah masa peralihan dari “anak” menjelang “dewasa”. Semakin maju suatu masyarakat semakin banyak syarat yang diperlukan untuk menjadi dewasa, semakin panjang masa yang diperlukan untuk mempersiapkan diri dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan dan semakin banyak pula masalah yang dihadapi oleh remaja itu, karena sukarnya memenuhi syarat-syarat tersebut (Daradjat, 1976: 11). Usia remaja yang hampir disepakati oleh banyak ahli jiwa ialah antara 13 dan 21 tahun. b. Kategori dan Problematika Remaja Setiap manusia hidup di dunia ini pasti memiliki problem, baik yang berkategori ringan, sedang, maupun berat. Begitu juga dengan remaja dalam kehidupan sehari-hari, sering dihadapkan pada problem atau masalah-masalah tersebut. Menurut pendapat Sahilun A. Nasir dalam bukunya Sopiatin dan Sahrani (2011: 121) yang berjudul: “Psikologi Belajar dalam Perspektif Islam”, bahwa problem remaja itu di antaranya: 1) 2) 3) 4) Problem agama dan akhlak remaja Problem seks remaja Problem perkembangan pribadi dan sosial; dan Kenakalan remaja. Secara singkat dapat dikategorikan beberapa problematika (masalah) yang biasa dihadapi oleh para remaja di antaranya (Daradjat, 1976: 1113): 33 1) Pertumbuhan Jasmani Cepat Biasanya pertumbuhan jasmani cepat terjadi antara umur 1316 tahun, yang dikenal dengan remaja pertama (carly adolescence). Dalam usia ini remaja mengalami berbagai kesukaran karena perubahan jasmani yang sangat menyolok dan tidak berjalan seimbang. Remaja waktu itu mengalami ketidakserasian diri dan berkurang keharmonisan gerak, sehingga kadang-kadang mereka sedih, kesal dan lesu. Pertumbuhan jasmani mencakup pula pertumbuhan organ dan kelenjar seks, sehingga mereka merasakan pula dorongandorongan seksuil yang belum pernah mereka kenal sebelum itu, yang membawa akibat kepada pergaulan. 2) Pertumbuhan Emosi Sebenarnya yang terjadi adalah kegoncangan emosi. Pada masa adolesen pertama, kegoncangan itu disebabkan oleh tidak mampu dan tidak mengertinya akan perubahan cepat yang sedang dilaluinya, di samping kekurangan pengertian orang tua dan masyarakat sekitar akan kesukaran yang dialami oleh remaja, waktu itu. Bahkan kadang-kadang perlakuan yang mereka terima dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, menambah goncangan emosi yang sedang tidak stabil itu. 34 3) Pertumbuhan Mental Menurut Alfred Binet seorang Psikolog Perancis yang terkenal dengan metal-test nya, bahwa kemampuan untuk mengerti hal-hal yang abstrak baru sempurna pada umur -12 tahun. Sedangkan kesangggupan untuk mengambil kesimpulan yang abstrak dari fakta yang ada kira-kira mulai pada umur 14 tahun. Karena itu, tampak pada usia 14 tahun ke atas, remaja seringkali menolak hal-hal yang kurang masuk akalnya, dan kadangkala menyebabkan mereka menolak apa yang dulu diterimanya. Dari sini timbullah pula persoalan dengan orang tua atau orang dewasa lainnya yang merasa seolah-olah remaja menjadi suka membantah atau mengeritik mereka. 4) Pertumbuhan Pribadi dan Sosial Masalah pribadi dan sosial itulah yang paling akhir bertumbuhnya dan dapat dianggap sebagai persoalan terakhir yang dihadapi remaja menjelang masuk kepada usia dewasa. Setelah pertumbuhan jasmani cepat berakhir, tampaklah bahwa remaja telah seperti orang dewasa jasmaninya, baik yang laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi, dari sosial dan penghargaan serta kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat biasanya belum sempurna, terutama dalam masyarakat yang maju. Dalam banyak bidang, mereka belum diajak, sehingga mereka masih memerlukan 35 perjuangan untuk itu. Dalam perjuangan itu, kadang-kadang remaja tidak sabar, sehingga bertindak keras atau kasar dan kadangkadang, melanggar nilai-nilai yang dianut oleh masyarakatnya, di sinilah timbulnya kelainan-kelainan kelakuan yang biasa disebut nakal. Sesungguhnya masih ada persoalan-persoalan lainnya yang dihadapi oleh remaja dalam pertumbuhannya itu, ada yang bersifat negatif dan ada pula yang positif. Secara umum dapat kita mengatakan bahwa usia remaja adalah usia peralihan dan persiapan, yang penuh dengan aneka kesukaran yang menggoncangkan jiwa. c. Bimbingan dan Pendidikan Remaja Dalam menghadapi remaja ada beberapa hal yang harus selalu diingat, yaitu bahwa jiwa remaja adalah jiwa yang penuh gejolak (strum and drang) dan bahwa lingkungan sosial remaja juga ditandai dengan perubahan sosial yang cepat (khususnya di kota-kota besar dan daerahdaerah yang sudah terjangkau sarana dan prasarana komunikasi dan perhubungan) yang mengakibatkan kesimpangsiuran norma (keadaan anomie). Kondisi intern dan ekstern yang sama-sama bergejolak inilah yang menyebabkan masa remaja memang lebih rawan daripada tahaptahap lain dalam perkembangan jiwa manusia (Sarwono, 1997: 219). Remaja yang menghadapi kegoncangan dari berbagai sisi akan sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal yang buruk, melalui film, bacaan, gambar atau berbagai media yang lainnya. Untuk membantu 36 remaja dalam melalui masa yang sangat erat itu dengan selamat, berbagai usaha harus dilakukan, di antaranya (Daradjat, 1976: 117120): 1) Meningkatkan pengertian remaja akan dirinya Pertumbuhan jasmaninya yang cepat, tidak stabil dan kurang serasi itu, hendaknya dipahami oleh remaja dan orang tuanya. Sehingga remaja tidak cemas dan orang tua tidak melemparkan ucapan-ucapan atau tindakan-tindakan yang menyebabkan kecemasannya bertambah. Kalau remaja telah mengerti apa sebenarnya yang terjadi pada dirinya, maka hal-hal yang disangkanya kelainan itu dapat diterimanya sebagai hal yang wajar. Orang tua hendaknya dapat membantunya dalam mempertahankan atau menciptakan kesehatan jasmaninya dengan makanan yang bergizi baik, serta hidup teratur, dalam segala segi, makan, tidur, istirahat dan bermain wajar. Tentu orang tua harus mempunyai bekal yang cukup untuk itu. 2) Menciptakan hubungan baik dengan orang tua Hubungan yang baik antara orang tua dengan remaja, akan membantu pembinaan remaja itu. Apabila saling pengertian antara remaja dan orang tua ada maka ia akan dapat terbuka kepada mereka; berbagai masalah yang dirasakannya dapat dicurahkan secara terbuka kepada orang tua. Dan orang tua dapat memahami, menanggapi dan membantunya dalam menghadapi kesukaran- 37 kesukaran itu. Macam-macam sikap, tindakan dan ungkapanungkapan emosi yang kadang-kadang tidak baik atau tidak pada tempatnya, dapat diterima oleh orang tua dengan pengertian, sehingga remaja tidak cemas untuk bersikap terbuka kepada orang tuanya. Sikap terbuka itu akan memudahkan bimbingan dan pembinaan bagi remaja. 3) Pendidikan agama Pendidikan agama merupakan alat pembinaan yang sangat ampuh bagi remaja. Agama yang tertanam dan bertumbuh secara wajar dalam jiwa remaja itu, akan dapat digunakannya untuk mengendalikan keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang kurang baik, serta membantunya dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan pada umumnya. Dengan hidup dan segarnya keyakinan agama dalam diri remaja, akhlaknya dengan sendirinya akan baik, karena kontrolnya datang dari dalam, bukan dari luar. Di samping itu, agama memberikan ketenangan bagi jiwanya, sehingga ia tidak akan mudah goncang, walaupun banyak kesukaran yang dihadapinya. Ia dapat berdo’a, mengeluh dan berdialog langsung dengan Tuhan. 4) Bimbingan ke arah hari depan yang lebih baik Sistim pendidikan, banyak sekali memberi pengaruh dalam hal ini. Pendidikan hendaknya mendorong remaja untuk dapat hidup dan mencari hidup dengan kekuatan sendiri, jangan 38 hendaknya ia selalu menyangka bahwa ia hanya dapat mencari nafkah dan hidup baik dengan menjadi pegawai. Akan tetapi ia hendaknya sejak semula telah terarah kepada berani mencari jalan hidup sendiri, tanpa bergantung kepada bantuan orang lain. Tentu saja bekal keterampilan dan kejiwaan yang matang harus dimilikinya. 5) Bimbingan hidup bermasyarakat Setiap remaja ingin merasa dirinya berguna dan berharga dalam masyarakat lingkungannya. Untuk itu harus dibantu mengembangkan dan menonjolkan segi-segi keistimewaannya, dalam berbagai bidang. Baik guru, maupun orang tua, bahkan masyarakat hendaknya membantunya. Mendidik adalah hal yang sukar, yang membutuhkan seluruh perhatian kita, orang tua saja tak dapat melakukan pekerjaan itu. Guru sajapun tidak. Keduanya, orang tua dan guru, rumah tangga dan sekolah harus bekerja sama untuk mencapai tujuannya. Keadaan physic dan psychis dan lingkungan dari pemuda puber, harus berada dalam keseimbangan. Tugas kita sebagai pendidik ialah membantu pemuda puber untuk melintasi jurang-jurang yang timbul dalam hidupnya (Liang, 1980: 76). Berkaitan dengan hal tersebut, Gunarsa (2012: 115) menyatakan bahwa, adapun cara-cara pendidikan keluarga dalam masa remaja adalah sebagai berikut: 39 1) Cara pendidikan otokratis, di mana remaja dan kaum muda harus mengikuti pendapat dan keinginan orang tua. Kekuasaan terletak pada pihak orang tua. Kaum mudanya tidak diperkenankan memberikan pendapat mereka. Diharapkan suatu kepatuhan mutlak dari pihak remaja. 2) Cara pendidikan otoriter, pendidikan ini memperbolehkan remaja memberikan pandangan dan pendapatnya, tetapi tanpa turut dipertimbangkan. Orang tua tetap menentukan dan mengambil semua keputusan. 3) Cara pendidikan demokratis, di mana remaja boleh mengemukakan pendapat sendiri, mendiskusikan pandangan mereka dengan orang tua, serta menentukan dan mengambil keputusan. Namun orang tua masih melakukan pengawasan dalam hal mengambil keputusan terakhir dan bila diperlukan persetujuan orang tua. 4) Cara pendidikan dengan hak yang sama, di mana antara orang tua dan anak tidak terlihat adanya perbedaan peranan dalam hal penentuan arah. Baik dalam menentukan dan mengambil keputusan, mereka memiliki hak yang sama. B. Akhlakul Karimah 1. Pengertian dan Tujuan Akhlak dalam pemakaian kata sehari-hari biasa disebut “akhlak yang baik” (akhlakul karimah), seumpama dikatakan: orang itu berakhlak artinya orang tersebut mempunyai akhlak yang baik, sedangkan orang itu 40 tidak berakhlak artinya orang tersebut tidak mempunyai akhlak yang baik atau buruk akhlaknya. Sesungguhnya selain ada akhlak yang baik ada juga akhlak yang buruk biasa disebut “akhlakul mazmumah”. Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaaqun ( )اخالقbentuk jamak dari mufradnya khuluqun ) (خلقyang berarti budi pekerti. Sinonimnya: etika dan moral. Etika berasal dari bahasa latin, etos yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari bahasa latin juga, mores, juga berarti kebiasaannya. Angkatan kata budi pekerti, dalam bahasa indonesia, merupakan kata majemuk dari kata budi dan pekerti. Perkataan budi berasal dari bahasa Sansekerta, bentuk isim fa’il atau alat, yang berarti “yang sadar” atau “yang menyadarkan” atau “alat kesadaran”. Bentuk mashdarnya (momenverbal) budh yang berarti kesadaran. Sedang bentuk maf’ulnya (obyek) adalah budha artinya “yang disadarkan”. Pekerti, berasal dari bahasa Indonesia sendiri, yang berarti “kelakuan” (Djatnika, 1996: 26). Secara terminologi, budi pekerti merupakan perilaku manusia yang didasari oleh kesadaran berbuat baik yang didorong keinginan hati dan selaras dengan pertimbangan akal (Tono dkk, 1998: 86). Tujuan akhlak adalah mencapai kebahagiaan hidup umat manusia dalam kehidupannya, baik di dunia maupun akhirat. Jika seseorang dapat menjaga kualitas mu’amalah ma’allah ma’allah dan mu’amalah ma’annas, insya Allah akan memperoleh ridha-Nya. Orang yang mendapat ridha Allah niscaya akan memperoleh jaminan kebahagiaan hidup baik duniawi maupun ukhrawi (Tono dkk, 1998: 93). 41 Ketenteraman dan kebahagiaan hidup seseorang tidak berkorelasi positif dengan kekayaan, kepandaian, atau jabatan. Jika seseorang berakhlakul karimah, terlepas apakah ia seorang yang kaya atau miskin, berpendidikan yang tinggi atau rendah, memiliki jabatan tinggi, rendah, atau tidak memiliki jabatan sama sekali, insya Allah akan dapat memperoleh kebahagiaan. 2. Karakteristik Akhlak dalam Islam Menurut ahli-ahli filsafat Yunani bahwa pendorong buat melakukan perbuatan baik ialah pengetahuan atau kebijaksanaan umpamanya, sedang menurut agama Nasrani bahwa pendorong buat melakukan perbuatan baik itu ialah cinta kepada Tuhan Allah dan iman kepada-Nya (Amin, 1991: 146). Islam memiliki dasar-dasar konseptual tentang akhlak yang komprehensif dan menjadi karakteristik yang khas. Di antara karakteristik tersebut adalah (Tono dkk, 1998: 89-91): a. Akhlak meliputi hal-hal yang bersifat umum dan terperinci Di dalam Al-Qur’an ada ajaran akhlak yang dijelaskan secara umum, tetapi ada juga yang diterangkan secara mendetail. Sebagai contoh, ayat yang menjelaskan masalah akhlak secara umum adalah (Q.S. An-Nahl 16: 90) yang menyerukan perintah untuk berbuat adil, berbuat kebaikan, melarang perbuatan keji, mungkar, dan permusuhan. Sedangkan contoh ayat yang menjelaskan masalah akhlak secara terperinci adalah (Q.S. Al-Hujurat 49: 12) yang menunjukkan larangan 42 untuk saling mencela, serta larangan memanggil dengan gelar yang buruk. b. Akhlak bersifat menyeluruh Dalam konsep Islam, akhlak meliputi seluruh kehidupan muslim, baik dalam beribadah secara khusus kepada Allah maupun dengan hubungannya dengan sesama makhluk seperti akhlak dalam mengolah sumber daya alam, menata ekonomi, menata politik, kehidupan bernegara, kehidupan berkeluarga, dan bermasyarakat. c. Akhlak sebagai buah iman Akhlak memiliki karakter dasar yang berkaitan erat dengan masalah keimanan. Jika iman dapat diibaratkan akar sebuah pohon, sedangkan ibadah merupakan batang, ranting dan daunnya, maka akhlak adalah buahnya. Iman yang kuat akan termanifestasikan oleh ibadah yang teratur dan membuahkan akhlakul karimah. Lemahnya iman dapat terdeteki melalui indikator tidak tertibnya ibadah dan sulit membuahkan akhlakul karimah. d. Akhlak menjaga konsistensi cara dengan tujuan Islam tidak membenarkan cara-cara mencapai tujuan yang bertentangan dengan syariat sekalipun dengan maksud untuk mencapai tujuan yang baik. Hal tersebut dipandang bertentangan dengan prinsipprinsip akhlakul karimah yan senantiasa menjaga konsistensi cara mencapai tujuan tertentu dengan tujuan itu sendiri. 43 3. Jenis-jenis Akhlakul Karimah dan Aplikasinya Akhlak yang islami bagi seorang muslim bisa diibaratkan hiasan yang memperindah penampilannya. Ketaatan kepada Allah dan Rasulullah yang tulus, jika tidak dibarengi dengan perilaku yang baik kepada orang lain, bisa diibaratkan sebuah benda yang tidak bermotif (Ahmadi, 2004: 25). Selain karakteristik akhlak, dalam Islam juga disebutkan tentang jenisjenis akhlakul karimah (akhlak mahmudah) yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya (Tatapangarsa, 1980: 147-155): a. Mengendalikan Nafsu Nafsu adalah salah satu organ rohani manusia yang di samping akal, sangat besar pengaruhnya dan sangat banyak mengeluarkan instruksiinstruksi kepada anggota jasmani untuk berbuat atau bertindak. Ia dapat bermanfaat, tetapi sebaliknya juga dapat berbahaya bagi manusia, dan ini banyak tergantung kepada bagaimana sikap manusia itu sendiri menghadapi gejolak nafsunya. Banyak di antara sifat-sifat mazmumah (tercela) timbul karena tidak mampu seseorang mengendalikan nafsunya, misalnya sifat-sifat rakus, lacur, tamak, berlebih-lebihan, marah, dendam kesumat, dan lain sebagainya. Tetapi sebaliknya, banyak juga sifat-sifat mahmudah (terpuji) timbul karena mampu seseorang menguasai nafsunya, seperti sifat-sifat jujur, perwira, merasa cukup dengan apa yang ada (qana’ah), adil, dan lain sebagainya. 44 b. Benar atau Jujur Benar atau jujur termasuk golongan akhlak mahmudah. Benar artinya sesuainya sesuatu dengan kenyataannya yang sesungguhnya, dan ini tidak saja berupa perkataan tetapi juga perbuatan. Dalam bahasa Arab benar atau jujur disebut sidiq (Ash-Shidqu), lawan dari kizib (AlKizbu) yaitu bohong atau dusta. Kebenaran dan kejujuran adalah sendi yang terpenting bagi berdiri tegaknya masyarakat. Tanpa kebenaran akan hancurlah masyarakat, sebab hanya dengan kebenaran maka dapat tercipta adanya saling pengertian satu sama lain dalam masyarakat, dan tanpa adanya saling pengertian tidak mungkin terjadi tolong-menolong, sedang bahasa itu diciptakan juga untuk kepentingan saling pengertian ini, yang tanpa itu tidak mungkin terjadi kehidupan masyarakat. c. Ikhlas Ikhlas termasuk akhlak mahmudah yang penting pula. Arti ikhlas ialah murni atau bersih, tidak ada campuran. Ibarat emas, ialah emas tulen, bersih dari segala macam campuran yang lain seperti perak dan lain sebagainya. Maksud bersih di sini ialah bersihnya sesuatu pekerjaan dari campuran motif-motif yang selain Allah, seperti ingin dipuji orang, ingin mendapat nama dan lain sebagainya. Lawan ikhlas ialah isyrak, artinya berserikat atau bercampur dengan yang lain. Ada orang yang membantu fakir miskin karena Allah semata-mata, dan ada pula orang yang membantu fakir miskin juga tetapi semata- 45 mata ingin dipuji dan dikatakan sebagai dermawan. Lahir dari amal kedua orang itu sama saja tidak ada perbedaan apa-apa, yaitu samasama memberikan bantuan kepada fakir miskin, tetapi nilai amal orang yang pertama lebih tinggi daripada orang yang kedua. d. Kanaah Kanaah juga termasuk akhlak mahmudah. Arti kanaah ialah menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Mungkin sebagian orang ada yang menganggap sikap yang demikian sebagai akhlak yang buruk atau sebagai hal yang negatif, sebab dengan telah merasa cukup dengan apa yang dimiliki itu, orang lantas berpangku tangan, tidak mau bekerja lagi. Pandangan yang begini, adalah sesat dan keliru. Berpangku tangan tidak mau bekerja, bukanlah kanaah tetapi ialah kemalasan. Kanaah bukanlah pengangguran. Kanaah yang diajarkan oleh Islam ialah khanaah hati bukan kanaah ikhtiar. e. Malu Malu termasuk kelompok akhlak yang terpuji pula. Bahwa yang dimaksudkan dengan rasa malu di sini ialah perasaan undur seseorang sewaktu lahir atau tampak dari dirinya sesuatu yang membawa ia ke dalam suatu perbuatan yang tercela. Setiap orang sebetulnya punya rasa malu, entah besar atau kecil yang merupakan semacam kekuatan preventif di dalam dirinya yang menghindarkan ia dari terjatuh kepada kehinaan, atau sekurang- 46 kurangnya menghindarkan ia dari terulangnya kembali kesalahan yang serupa. Tetapi karena sebab yang bermacam-macam, rasa malu itu dapat luntur dan pudar sedikit demi sedikit, dan akhirnya lenyap sama sekali. Seperti yang dikatakan oleh Nabi Saw: “lam tastahi fashna’ ma syi’ta”, jika engkau tidak tahu malu lagi, perbuatlah apa saja yang engkau kehendaki (H.R. Bukhari). Kalau malu sudah lenyap, yang berarti orang sudah tidak punya malu lagi tidak akan dapat diharapkan kebaikan timbul daripadanya. Ibarat kendaraan, maka remnya sudah hilang atau tidak dapat berfungsi lagi. C. Kecerdasan Emosi Remaja dan Implikasinya terhadap Pembinaan Akhlakul Karimah Kecerdasan adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu (Purwanto, 1996: 52). Kecerdasan juga merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat (Slameto, 1995: 56). Jadi definisi istilah kecerdasan emosi remaja adalah kemampuan mengindra, memahami dan daya efektif yang dimiliki remaja dalam menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh. Implikasi berasal dari bahasa inggris “implicate” yaitu menyangkutkan (Echols dan Shadily, 2005: 313). Menyangkutkan berarti menghubungkan, 47 sehingga dapat dikatakan bahwa implikasi adalah hubungan antara satu dengan yang lain (keduanya atau lebih) baik secara langsung maupun tidak langsung yang membawa pengaruh (dampak) positif ataupun negatif. Jadi, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan implikasi adalah hubungan antara kecerdasan emosi remaja terhadap pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Alwi, 2007: 152). Pembinaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pendidikan maupun penanaman akhlakul karimah pada remaja. Bahwa tingkat kecerdasan emosi pada diri remaja akan saling berimplikasi dan berpengaruh dengan keberhasilan dalam pembinaan akhlakul karimah. Menurut Goleman (1996: 411) dalam bukunya yang berjudul: “Emotional Intelligence” beliau mengatakan, “Saya menganggap emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak”. Emosi remaja dengan akhlak memiliki hubungan erat dan keduanya saling berimplikasi. Implikasi dari emosi remaja tersebut dapat membawa pengaruh yang baik maupun yang buruk terhadap suatu perilaku ataupun akhlaknya. Berkaitan dengan hal tersebut, seorang remaja harus pandai dalam mengelola emosinya guna menciptakan suatu perilaku yang baik, W.T. Grant Consortium dalam Goleman (1996: 427) mengelola emosi juga diperlukan keterampilan perilaku, meliputi: 48 1. Nonverbal: berkomunikasi melalui hubungan mata, ekspresi wajah, nada suara, gerak-gerik, dan seterusnya. 2. Verbal: mengajukan permintaan-permintaan dengan jelas, menanggapi kritik secara efektif, menolak pengaruh negatif, mendengarkan orang lain, menolong sesama, ikut serta dalam kelompok-kelompok yang positif. Masa remaja adalah masa yang sangat peka terhadap agama dan akhlak. Kadang-kadang remaja menjadi bimbang tentang wujud Allah, selanjutnya terhadap ajaran agama. Akan tetapi, ia di samping itu merasa butuh akan bantuan dari luar yang melampaui kekuatan manusia. Seolah-olah tidak percayanya kepada Tuhan mengandung keyakinan. Demikianlah, percaya dan iman berganti-ganti, sehingga hiduplah mereka pada masa tertentu dalam ambivalensi yang berlawanan. Akhirnya berhenti di satu titik. Biasanya pada iman, yang telah didahului oleh keraguan dan kegoncangan (Daradjat, 1978: 173). Islam banyak membimbing umat manusia dengan berbagai amalan, dari amalan hati seperti aqidah, hingga amalan fisik seperti ibadah. Namun semua amalan itu sesungguhnya merupakan sarana pembentuk kepribadian manusia beriman. Dengan kata lain, sasaran utama dari seluruh perintah Allah di dunia ini adalah adalah dalam rangka membentuk karakter manusia beriman agar bertutur kata, berpikir, dan berperilaku yang islami (Ahmadi, 2004: 29). Pembinaan moral/mental agama, harus dilaksanakan terus menerus sejak seseorang itu lahir sampai matinya, terutama sampai usia pertumbuhannya sempurna. Menurut pendapat kebanyakan ahli Jiwa Agama sampai umur 24 tahun (Daradjat, 1975: 60). Menurut Gunarsa (2012: 140) salah satu usaha yang dilakukan dalam pembinaan remaja adalah memberikan pendidikan 49 bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti, dan etika. Pembinaan yang dilakukan pada remaja yang terpenting adalah aspek perilakunya agar bisa mencerminkan pribadi yang berakhlakul karimah. Realitanya usaha yang dilakukan untuk membina, mendidik dan menanamkan kepribadian remaja yang berakhlakul karimah cukup kesulitan dan belum membuahkan hasil yang semaksimal mungkin, dalam arti masih banyak perilaku remaja yang menyimpang dilihat dari segi akhlaknya seperti: berani kepada orang tua, kurang sopan-santun, berkata-kata kotor dan lain sebagainya. 50 BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Wisata Bejalen Profil desa merupakan sekumpulan keterangan yang diperoleh secara langsung dari sumbernya yang dapat memberikan gambaran mengenai potensi dan perkembangan suatu wilayah sesuai dengan karakter Desa/Kelurahan secara menyeluruh. Berikut merupakan gambaran umum mengenai kondisi terupdate dari Desa Bejalen. 1. Sejarah Desa Bejalen Awal mula terjadinya Desa Bejalen dimulainya cikal bakal adanya seorang kyai yang bernama kyai Gozali. Pada zaman dahulu kyai tersebut sedang menunaikan ibadah haji ke Mekah, dalam perjalanannya pulang Beliau naik sebuah permadani dan terjatuh di sebelah utara Desa Bejalen, tepatnya Timur sungai yang membelah Desa Bejalen lalu daerah tersebut dinamai “SEGEBLAK” (arena jatuhnya kegeblak artinya terpelanting). Kyai Gozali ini lalu tinggal menetap di Daerah tersebut beserta pengikutnya. Seiring dengan terjadinya pergolakan di kerajaan Mataram, banyak orang-orang Mataram dan Kartasura hijrah ke utara sampai ke kota Ambarawa. Dan ada juga yang masuk sampai ke desa, bergabung dengan kyai Gozali. Kemudian daerah yang ditinggalinya di beri nama Desa Bejali sesuai dengan nama dari kyai Gozali, yang lambat laun namanya 51 diperbaharui oleh keturunannya kyai Gozali menjadi Desa Bejalen sampai sekarang ini. Peninggalan kyai Gozali yang masih ada sampai sekarang adalah sebuah salak yang dahulu ceritanya biji salak itu dibawanya dari tanah Mekah dan ditanam di desa, yang kemudian buah salaknya menjadi terkenal sampai sekarang karena rasa dan aromanya punya ciri khas sendiri. Sedangkan makam kyai Gozali sampai saat ini masih dapat kita jumpai yaitu berada di tengah-tengah sawah desa Kupang Sari. Pada zaman dahulu masyarakat Desa Bejalen mempunyai tradisi bersih-bersih makam kyai Gozali, tetapi lambat laun tradisi itu hilang. Pada tahun 1825 s/d 1830 terjadi perang Diponegoro, pasukan Diponegoro waktu itu sangat bersemangat menghancurkan penjajah Belanda. Dalam pengintaiannya, pasukan Diponegoro ke Benteng Belanda (sekarang terkenal dengan Benteng Pendem) yang berada di Ambarawa tepatnya di dekat Desa Bejalen, salah satu pos pengintaiannya terletak di Desa Bejalen. Dan dukungan warga Desa Bejalen sangat kuat, sebab mereka merasa satu asal-usul yaitu; dari Mataram. Setelah Pangeran Diponegoro jatuh, sebagian kecil pasukannya ada yang menetap di Desa Bejalen sampai turun temurun. Sebagian pasukan Diponegoro ada yang tinggal menetap di desa-desa yang berada tidak jauh dari Desa Bejalen. Desa-desa tersebut adalah Desa Rowo Ricik, Rowo Gedangan, Rowo Jamiah, Plumbon, Rowo Ayem, Rowo semut, Ngaglik Wetan dan Ngaglik Kulon, Karang Sari, Wonosari, dan Nglarangan. Desa-desa tersebut dipimpin oleh 5 Kepala Desa. Pada 52 tahun 1911 s/d 1912 atas Prakasa Wedono Ambarawa, yaitu: Bapak Amat Ngali Desa-desa tersebut digabung menjadi satu. Pada tahun 1915 pemerintah Belanda memulai pembangunan DAM Sungai Tuntang untuk PLTA. Dengan adanya pembangunan DAM tersebut mengakibatkan air rawa naik dan menggenangi desa-desa di sekitar Desa Bejalen. Sehubungan dengan hal tersebut pada tahun 1924 mulai terjadi perpindahan desa-desa yang tergenangi meluapnya air rawa tersebut. Pada kurun waktu tahun 1937 s/d 1938 desa-desa yang tergenang air tersebut akhirnya pindah dan menetap sampai dengan sekarang yaitu sebagai berikut: a. Desa Rowo Ricik pindah menjadi Desa Kupang Rejo b. Desa Karang Sari pindah menjadi Kupang Sari c. Desa Nglarangan dan Plumbon pindah menjadi Desa Kupang Sari d. Desa Rejo Sari pindah menjadi Lodoyong e. Desa Wonosari dan Ngaglik Kulon menjadi Tambak Sari f. Desa Ngaglik Wetan menjadi Tambak Rejo Sehingga Desa Bejalen tinggal 2 Dusun yaitu: Bejalen Barat dan Bejalen Timur. Tahun 1942 Jepang masuk dengan memperkenalkan diri sebagai saudara tua, lewat Jepanglah pemuda Indonesia umumnya termasuk pemuda Desa Bejalen dijadikan PETA (Pembela Tanah Air), tahun 1945 Jepang mundur. 53 Tahun 1945 terjadi proklamasi kemerdekaan Indonesia termasuk pemuda Bejalen menjadi pejuangnya. Salah satu pemuda Desa Bejalen yang bernama Dul Cipto menjadi ketua AMRI (Angkatan Muda Republik Indonesia) tercantum dalam buku Sejarah Palagan Ambarawa. Tahun 1947 terjadi kles Pertama, pemuda-pemuda Desa Bejalen ikut bergerilya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1948 terjadi kles ke dua, warga Desa Bejalen banyak yang mengungsi, rumah-rumah penduduk banyak yang dibakar. Setelah peperangan selesai warga kembali ke Desa Bejalen dan hidup kembali bertani, beternak, dan sebagainya. Tahun 1963 mulai perintisan Sekolah Rakyat, anak-anak mulai mengenyam pendidikan di desanya sendiri. Tahun 1965 terjadilah peristiwa G30S PKI, warga Desa Bejalen banyak menjadi korban, peristiwa ini menjadi korban, peristiwa ini menjadikan warga takut, cemas, untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat. Tahun 1966 s/d 1997 pembangunan di desa-desa sudah mulai tampak tetapi semuanya perintah dari atas ke bawah, jadi rakyat hanya tahu wujudnya tanpa ada pendapat dari rakyat kecil, rakyat hanyalah sebagai obyek pembangunan. Tahun 1997 s/d 1999 awal mulai Reformasi, warga desa sudah berani mengeluarkan pendapat dan berpartai politik termasuk warga Desa Bejalen. Dan dari tahun 1999 sampai dengan sekarang pembangunan Desa Bejalen semakin membaik, mulai dari pembangunan fisik, ekonomi, sosial dan 54 budaya. Kegiatan pembangunan sudah mulai melibatkan warga walaupun belum semua aspirasi timbul dari warga. Keterangan: (Sumber: Dokumen Desa Wisata Bejalen dari Sekretaris Desa, Hari Senin 03-08-2015, Pukul 10:25 WIB). 2. Keadaan Umum Wilayah Desa Desa Bejalen adalah salah satu desa yang terletak pada dataran rendah di kawasan pinggiran Rawa Pening di wilayah Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah dengan batas-batas wilayah: Tabel. 4 Batas Wilayah Desa Bejalen Letak Batas Desa/Kelurahan Utara Kel. Lodoyong, Kel. Kupang, Kel. Tambakboyo Selatan Desa Banyubiru Barat Kel. Pojoksari Timur Desa Tuntang Keterangan Keterangan: (Sumber: Dokumen Desa Wisata Bejalen dari Sekretaris Desa, Hari Senin 03-08-2015, Pukul 10:30 WIB). Desa Bejalen tergolong rendah dengan keseluruhan luas wilayahnya 470,720 ha. Terbagi dalam luas tanah sawah irigasi ½ teknis 15 ha, sawah tadah hujan 116 ha, sawah Pasang Surut 35 ha dan Kawasan Pemukiman 67 ha, dan daerah terluas adalah Rawa Pening. Jalan-jalan di Desa Bejalen telah beraspal sehingga mudah dilalui oleh pengguna kendaraan yang melintasi Desa Bejalen. Jarak tempuh dari Desa Bejalen menuju ke Ibukota Kecamatan 3 km dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Sedangkan jarak tempuh ke Ibukota Kabupaten 15 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. 55 Kendaraan umum yang bisa digunakan menuju Ibukota Kabupaten adalah bus. 3. Letak Geografis Dengan luas wilayah 470,720 ha, Desa Bejalen terbagi menjadi 2 Dusun, yakni: Dusun Bejalen Barat dan Dusun Bejalen Timur, Terdiri dari 4 RW dan 10 RT. Berdasarkan kondisi geografisnya, Desa Bejalen berada pada 465 mdl dari permukaan laut dengan rata-rata curah hujan pertahun mencapai 2000-3000 mm dan keadaan suhu rata-rata 22-33 °C. Keterangan: (Sumber: Dokumen Desa Wisata Bejalen dari Sekretaris Desa, Hari Senin 03-08-2015, Pukul 10:34 WIB). 4. Demografi (Kependudukan) Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa tahun 2015, jumlah penduduk Desa Bejalen adalah 1714 jiwa, dengan rincian 832 laki-laki dan 882 perempuan. Sebagai informasi yang lebih terperinci mengenai data kependudukan Desa Bejalen berdasarkan kelompok umur, dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel. 5 Jumlah Penduduk Menurut Usia NO KELOMPOK UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 1 0–4 50 51 101 2 5–9 54 47 101 3 10 – 14 54 46 100 4 15 – 19 52 54 106 5 20 – 24 81 90 171 6 25 – 29 71 67 138 56 7 30 – 34 82 89 171 8 35 – 39 82 67 149 9 40 – 44 56 58 114 10 45 – 49 56 61 117 11 50 – 54 52 72 124 12 55 – 59 47 48 95 13 60 – 64 39 34 73 14 65 – 69 21 26 47 15 70 – 74 17 21 38 16 > = 75 18 51 69 832 882 1714 JUMLAH Keterangan: (Sumber: Dokumen Desa Wisata Bejalen dari Sekretaris Desa, Hari Senin 03-08-2015, Pukul 10:36 WIB). 5. Pendidikan Pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar bagi semua lapisan masyarakat, dengan pendidikan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat, maka nantinya berguna dalam memajukan tingkat kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan memacu tingkat kecakapan masyarakat yang pada gilirannya akan mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan dan lapangan kerja baru. Dengan sendirinya akan membantu program pemerintah dalam mengatasi pengangguran dan mengentaskan kemiskinan. Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistematika berpikir atau pola pikir individu, selain mudah menerima informasi yang lebih maju dan tidak 57 gagap teknologi. Di bawah ini adalah tabel yang menunjukkan tingkat ratarata pendidikan warga Desa Bejalen. Tabel. 6 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan NO JENIS PENDIDIKAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 1 Tdk Sekolah / Blm Sklah 130 139 269 2 Belum Tamat SD 40 45 85 3 Tamat SD Sederajat 241 276 517 4 SLTP Sederajat 164 171 335 5 SLTA Sederajat 231 218 449 6 Diploma I / II 1 2 3 7 Akademi /D3/ Sarjana M 8 14 22 8 Diploma IV / Strata I 16 15 31 9 Strata II 1 2 3 10 Strata III 0 0 0 JUMLAH 832 882 1714 Keterangan: (Sumber: Dokumen Desa Wisata Bejalen dari Sekretaris Desa, Hari Senin 03-08-2015, Pukul 10:44 WIB). Rentetan data di atas menunjukan bahwa mayoritas penduduk Desa Bejalen telah mampu menyelesaikan sekolah di jenjang pendidikan wajib belajar sembilan tahun (SD dan SLTP), bahkan sekarang Pemerintah telah mencanangkan wajib belajar dua belas tahun. Untuk itu tidak sedikit juga warga yang telah mampu tamat pada tingkat SLTA. Rendahnya kualitas pendidikan di Desa Bejalen tidak terlepas dari terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan yang ada, di samping tentu masalah ekonomi menjadi hal yang paling utama mengingat sebagian besar 58 mata pencaharian warga Desa Bejalen adalah petani, peternak, buruh tani dan nelayan. Sarana pendidikan di Desa Bejalen yang baru tersedia hanyalah TK dan SD, sementara akses menuju SMP dan SMA berada di tempat lain yang harus ditempuh dengan kendaraan umum. 6. Mata Pencaharian Tabel. 7 Penduduk Menurut Mata Pencaharian NO JENIS PEKERJAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 1 Belum / Tidak Bekerja 118 105 223 2 Mengurus Rmh Tngga 0 220 220 3 Pelajar / Mahasiswa 119 109 228 4 Pensiunan 13 19 32 5 Pegawai Negeri Sipil 7 3 10 6 TNI 5 0 5 7 Kepolisian RI 3 0 3 8 Perdagangan 2 11 13 9 Petani / Pekebun 12 4 16 10 Nelayan / Perikanan 8 0 8 11 Karyawan Swasta 199 144 343 12 Buruh Harian Lepas 229 159 388 13 BuruhTani/Perkebunan 4 4 8 14 Mekanik 1 0 1 15 Seniman 1 0 1 16 Pendeta 1 1 2 17 Guru 11 10 21 18 Bidan 0 1 1 19 Perawat 0 1 1 59 20 Sopir 7 0 7 21 Pedagang 4 18 22 22 Perangkat Desa 6 2 8 23 Kepala Desa 1 0 1 24 Biarawati 0 1 1 25 Wiraswasta 81 70 151 JUMLAH 832 882 1714 Keterangan: (Sumber: Dokumen Desa Wisata Bejalen dari Sekretaris Desa, Hari Senin 03-08-2015, Pukul 10:47 WIB). 7. Jumlah Penduduk Menurut Agama Penduduk Desa Bejalen terdiri atas 3 pemeluk agama, yaitu Islam, Katholik dan Kristen, yang sejak lama sudah terbina kerukunan antar umat beragamanya. Maka masyarakat selalu berusaha menjaga sikap dan saling menghargai antar umat beragama. Tabel. 8 Jumlah Penduduk Menurut Agama LAKI – LAKI PEREMPUAN JUMLAH Islam 636 678 1314 Katholik 100 107 207 Kristen 96 97 193 Hindu 0 0 0 Budha 0 0 0 Khonghucu 0 0 0 832 882 1714 KELOMPOK AGAMA JUMLAH Keterangan: (Sumber: Dokumen Desa Wisata Bejalen dari Sekretaris Desa, Hari Senin 03-08-2015, Pukul 10:50 WIB). 60 8. Struktur Organisasi Desa Gambar. 3 Bagan Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa Bejalen Tahun 2015 KEPALA DESA NOWO SUGIHARTO SEKRETARIS DESA/PLT ROSALIA PURWATI KEPALA SEKSI KEUANGAN KEPALA SEKSI UMUM ISNIN SUDADI KEPALA URUSAN PEMERINTAHAN KEPALA URUSAN PEMBANGUNAN PURWATI ANI KUSUMANINGSIH KEPALA UMUM KEMASYARAKATAN PENSIUN (BELUM ADA PENGGANTI) Keterangan: (Sumber: Papan Struktur Organisasi di Balai Desa Wisata Bejalen, Hari Senin 03-08-2015, pukul 11:01 WIB). 9. Kesehatan “SEHAT ITU MAHAL HARGANYA” kata ini kiranya sangat melekat bagi masyarakat Desa Bejalen, hal ini dibuktikan dengan kegiatan gotong royong yang dilakukan tiap minggu di lingkungan masing-masing RT. Selain menjadikan lingkungan desa sehat hal tersebut juga menjadikan lingkungan di Desa Bejalen terlihat nyaman, seperti Slogan Perdes Pelestarian Lingkungan Hidup Desa Bejalen Tahun 2013 yaitu: 61 “BEJALEN BERDIKARI” (Bersih, Mandiri, Kreatif, Aman, Rapi dan Indah). Bentuk kegiatan gotong royong yang biasa dilakukan adalah membersihkan gorong-gorong, saluran irigasi , saluran pembuangan air limbah dan pembakaran sampah agar pada saat musim hujan tiba, tidak terjadi banjir. Warga Desa Bejalen juga memiliki tingkat kesadaran yang tinggi akan kesehatan terutama kesehatan Ibu dan Anak. Dan didukung dengan adanya 1 unit PKD Desa dan 2 unit Posyandu serta 2 Unit Posyandu Lansia yang ada ditiap dusun. Walaupun tidak ada warga yang berprofesi sebagai dokter, keberadaan seorang bidan sudah dirasa sangat membantu warga Desa Bejalen dalam menjaga kesehatan.Warga Desa Bejalen sangat mendukung kegiatan tersebut demi miningkatkan derajat kesehatan seluruh masyarakat. Keterangan: (Sumber: Dokumen Desa Wisata Bejalen dari Sekretaris Desa, Hari Senin 03-08-2015, Pukul 11:03 WIB). 10. Form Profile Desa Wisata a. Nama Desa Wisata : Desa Wisata Bejalen b. Alamat Desa Wisata : 1) Alamat Lengkap : Desa Bejalen, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah 2) Alamat Blog : http://wisatarawapeningbejalen.blogspot.com 3) Alamat Email :- 4) Contact Person : 081325125794 / 08567868367 62 5) Peta Menuju Desa Wisata: Gambar. 4 Denah Lokasi Desa Wisata Bejalen Semarang Monumen Palagan Jogja Terminal Bawen Jln. Lingkar Ambarawa Salatiga Lampu Merah Rumah Makan Kampung Rawa LOKASI U DESA WISATA BEJALEN Banyubiru c. Tema Desa : Alam Danau Rawa Pening d. Makanan Khas : 1) Telur Asin Mbah Birah 2) Jenang Cikru: Terbuat dari isi buah cikru/teratai yang sudah di olah menjadi tepung. 3) Nugget Betutu: Makanan yang berbahan ikan betutu/gabus. 4) Nastar selai salak: Terbuat dari buah salak yang memetik dari pohon salak khas dari Desa Bejalen. 5) Peyek Kompoi: Seperti peyek biasa namun ikannya kecil-kecil yang di sebut kompoi. 63 e. Informasi Home Stay : Biasanya bila ada pengunjung yang akan bermalam di Desa Wisata Bejalen, mereka bermalam di rumah-rumah penduduk warga Desa Bejalen. f. Informasi Kesenian 1) Nama Kesenian : : Kuda Lumping Baru Klinting 2) Deskripsi Kesenian : Kuda Lumping Baru Klinting merupakan salah satu kesenian dari Desa Bejalen. Asal mulanya reog blarak yang terbuat dari daun kelapa di rangkai menjadi sebuah aksesoris yang di pakai oleh pemain reog. 3) Jumlah Group Kesenian :1 g. Informasi Pengelola Desa Wisata: 1) Nama Pokdarwis : Bejalen Makmur 2) Struktur Organisasi Pokdarwis : a) Ketua : Bapak Radjio b) Wakil : Bapak Sariono c) Bendahara : Hendryk d) Sekretaris : Ryan Anty Risnawati e) Humas : Bapak Koko, Bapak Lilik f) Guide : Wariningsih g) Seksi Kesenian : Mas Kelik, Suparmin h) Seksi Perlengkapan : Pak Sudadi, Suwondo 64 h. Informasi Kalender Event Tetap Desa Wisata: 1) Nama Event : Arak-arakan/Khaul ke makam Mbah Kyai Gozali 2) Waktu Penyelenggaraan : Bulan Desember 3) Deskripsi Event : Selamatan Desa di makam sesepuh dari Desa Bejalen yaitu makam Mbah Kyai Gozali. Keterangan: (Sumber: Dokumen Desa Wisata Bejalen dari Sekretaris Desa, Hari Senin 03-08-2015, Pukul 11:05 WIB). B. Penyajian Data Hasil Penelitian Perolehan data yang penulis sajikan ini adalah berasal dari penyebaran angket. Untuk memperoleh data tentang kecerdasan emosi remaja dan implikasinya terhadap pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015, penulis menggunakan angket yang berisi indikator dari masing-masing variabel X dan Y, yang berisi 30 soal dengan pilihan jawaban A, B dan C. Pemetaan indikator ke dalam soal-soal angket untuk remaja penulis sajikan sebagai berikut: Tabel. 9 Pemetaan Indikator dengan Angket NO 1 INDIKATOR VARIABEL X (KECERDASAN EMOSI REMAJA) Mengenali Emosi Diri 2 Mengelola Emosi 4,5,6 3 Memotivasi Diri Sendiri 7,8,9 4 Mengenali Emosi Orang Lain 10,11,12 5 Membina Hubungan dengan Orang Lain 13,14,15 65 NO ANGKET 1,2,3 NO 1 INDIKATOR VARIABEL Y (PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH) Akhlak kepada Allah NO ANGKET 2 Akhlak terhadap Diri Sendiri 19,20,21 3 Akhlak terhadap Keluarga 22,23,24 4 Akhlak terhadap Masyarakat 25,26,27 5 Akhlak terhadap Alam Sekitar 28,29,30 16,17,18 Berikut ini penulis sajikan data responden yang menjadi obyek penelitian di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. 1. Data Responden Tabel. 10 Jumlah Data Responden NO NAMA WILAYAH UMUR 1 Afra Dusun Bejalen Barat 13 thn 2 Alrest Dusun Bejalen Barat 13 thn 3 Adven Dusun Bejalen Barat 13 thn 4 Syahrul Amar Nugroho Dusun Bejalen Barat 14 thn 5 Fifit Bima Sona Dusun Bejalen Barat 15 thn 6 Geby Dusun Bejalen Barat 15 thn 7 Riski Dusun Bejalen Barat 15 thn 8 Oxasono Dusun Bejalen Barat 16 thn 9 Wahyu Dusun Bejalen Barat 16 thn 10 Agil Dusun Bejalen Barat 16 thn 11 Amin Dusun Bejalen Barat 16 thn 12 Puri Dusun Bejalen Barat 16 thn 13 Pundi Dusun Bejalen Barat 16 thn 14 Alexander Dusun Bejalen Barat 16 thn 66 15 Okky Angger Dusun Bejalen Barat 16 thn 16 Maharani Yuli A Dusun Bejalen Barat 16 thn 17 Agusta Dusun Bejalen Barat 17 thn 18 Fani Dusun Bejalen Barat 17 thn 19 Leryan Dusun Bejalen Barat 17 thn 20 Farida Ulfa Yasya Dusun Bejalen Barat 17 thn 21 Andri Setiawan Dusun Bejalen Timur 14 thn 22 Agustini Dusun Bejalen Timur 16 thn 23 Rosi Dusun Bejalen Timur 16 thn 24 Desi Dusun Bejalen Timur 16 thn 25 Angel Dusun Bejalen Timur 18 thn 26 Bibi Dusun Bejalen Timur 19 thn 27 Novita Dusun Bejalen Timur 19 thn 28 Ariyanti Dusun Bejalen Timur 20 thn 29 Windi Dusun Bejalen Timur 20 thn 30 Hesti Dusun Bejalen Timur 20 thn 31 Afi Dusun Bejalen Timur 20 thn 32 Hendrik Dusun Bejalen Timur 21 thn 33 Trini Dusun Bejalen Timur 21 thn 34 Puji Dusun Bejalen Timur 21 thn 35 Linta Dusun Bejalen Timur 21 thn 36 Emi Dusun Bejalen Timur 21 thn 67 2. Data Jawaban Angket Variabel X (Kecerdasan Emosi Remaja) Tabel. 11 Jumlah Data Jawaban Angket Variabel X NO NO ANGKET RESP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 B C C A C C B A C B C B C A B 2 C C C A C B C B A B C C A A C 3 A A C B B A A B C A A B A A B 4 C C B B C C B B B A C A A B C 5 C C B B C C C B C A C B A C A 6 A A C B B C C C A A C C C A B 7 B C C B B B C C B B A A A A A 8 A C B B C C A A C A C C A C B 9 A C C B B C C A C A B A A B B 10 B B C B C B B B B B B B B A B 11 B C B B C C B B B B B B B C B 12 B C C B B B C C C B C B B B A 13 A B B B B B B B B A B B B B A 14 A C A B C B B B A A A A B B B 15 B B B B C C B B B B B B B B B 16 A C C B B B C B C A C A C A C 17 A C C B C C C C C A C A A A C 18 B B C B C C C B B A B B A B B 19 A B B B C C C B B B A C A A A 20 B B B B B B C B C A B A B A B 21 C C B B C B A A C B C C C A C 22 A B B B B B A A B C B C A A A 68 23 C C C B C C B B C A C A A C B 24 A C C B C C C B C A C B A B B 25 B C C B C C C B B B B B B B B 26 B C C B B B C C C B B B A C B 27 B C C B C C B B C A C A A C A 28 B B B B B B B B B B B B A A A 29 B B C B B C B B B A B A A A A 30 B C C B B C C A B B C B B B B 31 C C C B C C B C B B B B A B B 32 B B A C B A A A A B B B A B A 33 A C C B C B C C C B C B B B A 34 A B B B C C C B B B B B A B B 35 B B B A C C B B B B B B A B A 36 B B B A C B C C B B B B A A B 69 3. Data Jawaban Angket Variabel Y (Pembinaan Akhlakul Karimah) Tabel. 12 Jumlah Data Jawaban Angket Variabel Y NO NO ANGKET RESP 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 C C C C B C C C C C C C C A C 2 C C C C C C B C C C C C B B C 3 B B C A C C B A C A C C A A B 4 C A C C C C C C C C C C B A C 5 C C C C C C B C C C C C B B C 6 C B C A C C B C C C C C A B C 7 C B C A B C B C C C C C A A C 8 C C C C B C A B C C C C C A B 9 B B C B B C B C C C C C B B C 10 C B C B B C C B C B C C B B C 11 C C C C C C C C C C C C B A C 12 C C C C C C C C C C C C B A C 13 C C C A B C A B C A C C A A C 14 C B C C B C A C C C C C B B C 15 C B C B B C C B C C C C B A C 16 C C C C C C C B C C C C B B C 17 C C C C C C C B C C C C B A A 18 C C C C B C B B C C C C A A C 19 C C C C B C A C C C C C A A A 20 C C C A C C C C C A C C C A A 21 C B C C C C C C C B C C C B C 22 C C C C B C A A A C C C A A A 70 23 C C C C C C C C C C C C B A C 24 C C C C C C C C C C C C B A C 25 C C C C B C C C C C C C B B C 26 C C C C C C C C C C C C B B B 27 C C C C C C C C C C C C C A A 28 C B C C A C A A C A C C A A B 29 C C C A A C A A C C C C A A B 30 C C C C B C B B C C C C C C C 31 C C C C C C C C C C C C B B C 32 B C B B B B A C B C B C A A B 33 C C C C C C C C B C B B C C C 34 C B C C B C C B C C C B C A B 35 C C C C C C A B C C C C B A A 36 C C C C C C B B C C C C A A B 71 BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ini penulis akan sajikan pembahasan dan analisis data yang telah penulis dapatkan dari penyebaran angket remaja mengenai Kecerdasan Emosi Remaja dan Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. Setelah proses penggalian data yang dibutuhkan selesai, langkah selanjutnya adalah pengolahan data, yaitu mengolah data-data penelitian yang diperoleh dengan menggunakan metode angket. Proses analisis data ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: A. Analisis Pendahuluan Langkah analisis data ini meliputi tahapan tabulasi data dan membuat tabel persiapan untuk analisis data. Dari pengolahan data penelitian berikut akan disajikan data hasil penelitian mengenai nilai-nilai variabel X (Kecerdasan Emosi Remaja) dan variabel Y (Pembinaan Akhlakul Karimah). Untuk data variabel X terdapat pada soal angket nomor 1-15 dan variabel Y terdapat pada soal angket nomor 16-30, pilihan jawaban A, B, dan C dengan cara pemberian skor jawaban A= 3, B= 2, dan C= 1. Kemudian setelah data terkumpul dari masing-masing variabel X dan Y, langkah selanjutnya yaitu memasukkan data tersebut ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk menentukan besarnya frekuensi guna mencari nilai rata-rata (mean), nilai interval dan persentase kategori dari masing-masing variabel tersebut. 72 1. Analisis Tingkat Kecerdasan Emosi Remaja Desa Wisata Bejalen Dari data angket tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel hasil angket untuk mengetahui rata-rata (mean) dari data tingkat kecerdasan emosi remaja. Dari masing-masing pertanyaan tersebut disediakan alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut: a. Alternatif Jawaban A dengan Skor 3 b. Alternatif Jawaban B dengan Skor 2 c. Alternatif Jawaban C dengan Skor 1 Pilihan jawaban tersebut diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan yaitu: a. Baik b. Cukup Baik c. Kurang Baik Tabel. 13 Hasil Angket Kecerdasan Emosi Remaja Nilai No Jumlah Skor A B C 3 2 1 1 3 5 7 9 10 7 26 2 4 3 8 12 6 8 26 3 8 5 2 24 10 2 36 4 3 6 6 9 12 6 27 5 3 4 8 9 8 8 25 6 5 3 7 15 6 7 28 7 5 6 4 15 12 4 31 8 5 3 7 15 6 7 28 9 5 5 5 15 10 5 30 73 10 1 12 2 3 24 2 29 11 0 11 4 0 22 4 26 12 1 8 6 3 16 6 25 13 3 12 0 9 24 0 33 14 6 7 2 12 14 2 28 15 0 13 2 0 26 2 28 16 4 4 7 12 8 7 27 17 5 2 8 15 4 8 27 18 2 9 4 6 18 4 28 19 5 6 4 15 12 4 31 20 3 10 2 9 20 2 31 21 3 4 8 9 8 8 25 22 6 6 3 18 12 3 33 23 3 4 8 9 8 8 25 24 3 5 7 9 10 7 26 25 0 10 5 0 20 5 25 26 1 8 6 3 16 6 25 27 4 4 7 12 8 7 27 28 3 12 0 9 24 0 33 29 5 8 2 15 16 2 33 30 1 9 5 3 18 5 26 31 1 8 6 3 16 6 25 32 7 7 1 21 14 1 36 33 2 6 7 6 12 7 25 34 2 10 3 6 20 3 29 35 3 10 2 9 20 2 31 36 3 9 3 9 18 3 30 74 Setelah diketahui data-datanya terkumpul. Kemudian untuk menganalisis data tersebut, maka dilakukan statistic deskriptif dari tabel di atas yang dilakukan dengan proses pembuatan tabel kerja ke dalam distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel. 14 Distribusi Frekuensi Variabel X NO SKOR (X) FREKUENSI (f) f.X 1 25 8 200 2 26 5 130 3 27 4 108 4 28 5 140 5 29 2 58 6 30 2 60 7 31 4 124 8 33 4 132 9 36 2 72 JUMLAH 36 1024 Berdasarkan tabel di atas maka untuk selanjutnya dilakukan perhitungan sebagai berikut: a. Mencari Nilai Rata-rata (Mean) Untuk mencari nilai rata-rata dari variabel X yaitu kecerdasan emosi remaja dengan menjumlahkan keseluruhan nilai angket siswa yang telah dikalikan dengan frekuensi (jumlah) dari setiap nilai tersebut dibagi dengan jumlah seluruh responden (remaja). Berdasarkan hal tersebut, maka nilai rata-rata untuk variabel X adalah: 75 𝑋= Ʃ 𝑓𝑋 1024 = = 28,44 = 28,4 = 28 Ʃ𝑓 36 Jadi, nilai rata-rata (mean) untuk variabel X adalah 28,44 dibulatkan menjadi 28,4.atau 28. b. Mencari Nilai Interval Dari hasil tabel di atas, diketahui bahwa kecerdasan emosi remaja diperoleh dengan nilai tertinggi 36 dan nilai terendah 25. Kemudian diintervalkan dengan menggunakan rumus: 𝑖= (𝑋𝑇 − 𝑋𝑅) + 1 𝐾𝐼 Keterangan: i : Nilai ideal XT : Nilai variabel X tertinggi ideal XR : Nilai variabel X terendah ideal KI : Kelas interval 𝑖= (𝑋𝑇 − 𝑋𝑅) + 1 𝐾𝐼 𝑖= (36 − 25) + 1 3 𝑖= 11 + 1 3 𝑖= 12 3 𝑖=4 Setelah diketahui nilai intervalnya, maka ditetapkan dalam kategori sebagai berikut: 76 Tabel. 15 Nilai Interval Kecerdasan Emosi Remaja NO INTERVAL KATEGORI EMOSI REMAJA FREKUENSI 1 33-36 Baik Tidak Emosional 6 2 29-32 Cukup Baik Emosional 8 3 25-28 Kurang Baik Sangat Emosional 22 JUMLAH 36 Hasil dari tabel di atas menunjukkan bahwa mean (nilai rata-rata) dari variabel X yaitu tentang kecerdasan emosi remaja adalah 28. Dengan melihat tabel di atas nilai 28 terletak pada interval (25-28), sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kecerdasan emosi remaja berada dalam kategori kurang baik (sangat emosional) menurut persepsi remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. c. Mencari Persentase Kategori Kecerdasan Emosi Remaja Setelah diketahui berapa banyak remaja yang menjawab tentang kategori kecerdasan emosi remaja yaitu baik, cukup baik, dan kurang baik. Kemudian dipersentasekan masing-masing perolehan kategori dengan menggunakan rumus: 𝑃= 𝐹 𝑋 100% 𝑁 Keterangan: P : Persentase F : Frekuensi N : Nilai/jumlah responden 77 Adapun kategori baik, cukup baik, dan kurang baik tentang kecerdasan emosi remaja adalah sebagai berikut: Untuk kategori baik (tidak emosional), ada 6 responden 𝑃= 𝐹 𝑋 100% 𝑁 𝑃= 6 𝑋 100% 36 𝑃= 1 𝑋 100% 6 𝑃 = 16,66% Untuk kategori cukup baik (emosional), ada 8 responden 𝑃= 𝐹 𝑋 100% 𝑁 𝑃= 8 𝑋 100% 36 𝑃= 2 𝑋 100% 9 𝑃 = 22,22% Untuk kategori kurang baik (sangat emosional) ada 22 responden 𝑃= 𝐹 𝑋 100% 𝑁 𝑃= 22 𝑋 100% 36 𝑃= 11 𝑋 100% 18 𝑃 = 61,11% Kemudian penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tentang emosi remaja. 78 Tabel. 16 Rekapitulasi Kecerdasan Emosi Remaja NO KATEGORI INTERVAL FREKUENSI PERSENTASE 1 Baik 33-36 6 16,66% 2 Cukup Baik 29-32 8 22,22% 3 Kurang Baik 25-28 22 61,11% 36 100% Jumlah Dengan demikian perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi remaja pada taraf baik mencapai 16,66%, pada taraf cukup baik mencapai 22,22%, dan pada taraf kurang baik mencapai 61,11%. Dengan demikian, tingkat kecerdasan emosi remaja di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015 berada dalam kategori kurang baik pada taraf 61,11% sebanyak 22 responden. 2. Analisis Tingkat Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen Dari data angket tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel hasil angket untuk mengetahui rata-rata (mean) dari data tingkat pembinaan akhlakul karimah. Dari masing-masing pertanyaan tersebut disediakan alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut: a. Alternatif Jawaban A dengan Skor 3 b. Alternatif Jawaban B dengan Skor 2 c. Alternatif Jawaban C dengan Skor 1 79 Pilihan jawaban tersebut diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan yaitu: a. Baik b. Cukup Baik c. Kurang Baik Tabel. 17 Hasil Angket Pembinaan Akhlakul Karimah NILAI NO JUMLAH SKOR A B C 3 2 1 1 1 1 13 3 2 13 18 2 0 3 12 0 6 12 18 3 5 4 6 15 8 6 29 4 1 2 12 3 4 12 19 5 0 3 12 0 6 12 18 6 2 3 10 6 6 10 22 7 3 3 9 9 6 9 24 8 2 3 10 6 6 10 22 9 0 7 8 0 14 8 22 10 0 7 8 0 14 8 22 11 1 1 13 3 2 13 18 12 1 1 13 3 2 13 18 13 5 2 8 15 4 8 27 14 1 4 10 3 8 10 21 15 1 5 9 3 10 9 22 16 0 3 12 0 6 12 18 17 2 2 11 6 4 11 21 18 2 3 10 6 6 10 22 80 19 4 1 10 12 2 10 24 20 4 0 11 12 0 11 23 21 0 3 12 0 6 12 18 22 6 1 8 18 2 8 28 23 1 1 13 3 2 13 18 24 1 1 13 3 2 13 18 25 0 3 12 0 6 12 18 26 0 3 12 0 6 12 18 27 2 0 13 6 0 13 19 28 6 2 7 18 4 7 29 29 6 1 8 18 2 8 28 30 0 3 12 0 6 12 18 31 1 1 13 3 2 13 18 32 3 8 4 9 16 4 29 33 0 3 12 0 6 12 18 34 1 5 9 3 10 9 22 35 3 2 10 9 4 10 23 36 2 3 10 6 6 10 22 Setelah diketahui data-datanya terkumpul. Kemudian untuk menganalisis data tersebut, maka dilakukan statistic deskriptif dari tabel di atas yang dilakukan dengan proses pembuatan tabel kerja ke dalam distribusi frekuensi sebagai berikut: 81 Tabel. 18 Distribusi Frekuensi Variabel Y NO SKOR (Y) FREKUENSI (f) f.Y 1 29 3 87 2 28 2 56 3 27 1 27 4 24 2 48 5 23 2 46 6 22 8 176 7 21 2 42 8 19 2 38 9 18 14 252 JUMLAH 36 772 Berdasarkan tabel di atas maka untuk selanjutnya dilakukan perhitungan sebagai berikut: a. Mencari Nilai Rata-rata (Mean) Untuk mencari nilai rata-rata dari variabel Y yaitu pembinaan akhlakul karimah dengan menjumlahkan keseluruhan nilai angket remaja yang telah dikalikan dengan frekuensi (jumlah) dari setiap nilai tersebut dibagi dengan jumlah seluruh responden (remaja). Berdasarkan hal tersebut, maka nilai rata-rata untuk variabel Y adalah: 𝑋= Ʃ 𝑓𝑌 772 = = 21,44 = 21,4 = 21 Ʃ𝑓 36 Jadi, nilai rata-rata (mean) untuk variabel Y adalah 21,44 dibulatkan menjadi 21,4.atau 21. 82 b. Mencari Nilai Interval Dari hasil tabel di atas, diketahui bahwa pembinaan akhlakul karimah diperoleh dengan nilai tertinggi 29 dan nilai terendah 18. Kemudian diintervalkan dengan menggunakan rumus: 𝑖= (𝑌𝑇 − 𝑌𝑅) + 1 𝐾𝐼 keterangan: i : Nilai ideal YT : Nilai variabel Y tertinggi ideal YR : Nilai variabel Y terendah ideal KI : Kelas interval 𝑖= (𝑌𝑇 − 𝑌𝑅) + 1 𝐾𝐼 𝑖= (29 − 18) + 1 3 𝑖= 11 + 1 3 𝑖= 12 3 𝑖=4 Setelah diketahui nilai intervalnya, maka ditetapkan dalam kategori sebagai berikut: 83 Tabel. 19 Nilai Interval Pembinaan Akhlakul Karimah NO INTERVAL KATEGORI AKHLAK FREKUENSI 1 26-29 Baik Sangat Mulia 6 2 22-25 Cukup Baik Mulia 12 3 18-21 Kurang Baik Tidak Mulia 18 JUMLAH 36 Hasil dari tabel di atas menunjukkan bahwa mean (nilai rata-rata) dari variabel Y yaitu tentang pembinaan akhlakul karimah adalah 21. Dengan melihat tabel di atas nilai 21 terletak pada interval (18-21), sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pembinaan akhlakul karimah berada dalam kategori kurang baik (tidak mulia) menurut persepsi remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. c. Mencari Persentase Kategori Pembinaan Akhlakul Karimah Setelah diketahui berapa banyak remaja yang menjawab tentang kategori pembinaan akhlakul karimah yaitu baik, cukup baik, dan kurang baik. Kemudian dipersentasekan masing-masing perolehan kategori dengan menggunakan rumus: 𝑃= 𝐹 𝑋 100% 𝑁 Keterangan: P : Persentase F : Frekuensi N : Nilai/jumlah responden 84 Adapun kategori baik, cukup baik, dan kurang baik tentang pembinaan akhlakul karimah adalah sebagai berikut: Untuk kategori baik (sangat mulia) ada 6 responden 𝑃= 𝐹 𝑋 100% 𝑁 𝑃= 6 𝑋 100% 36 𝑃= 1 𝑋 100% 6 𝑃 = 16,66% Untuk kategori cukup baik (mulia), ada 12 responden 𝑃= 𝐹 𝑋 100% 𝑁 𝑃= 12 𝑋 100% 36 𝑃= 1 𝑋 100% 3 𝑃 = 33,33% Untuk kategori kurang baik (tidak mulia), ada 18 responden 𝑃= 𝐹 𝑋 100% 𝑁 𝑃= 18 𝑋 100% 36 𝑃= 1 𝑋 100% 2 𝑃 = 50% Kemudian penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tentang pembinaan akhlakul karimah. 85 Tabel. 20 Rekapitulasi Pembinaan Akhlakul Karimah NO KATEGORI INTERVAL FREKUENSI PERSENTASE 1 Baik 26-29 6 16,66% 2 Cukup Baik 22-25 12 33,33% 3 Kurang Baik 18-21 18 50% 36 100% Jumlah Dengan demikian perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa pembinaan akhlakul karimah pada taraf baik mencapai 16,66%, pada taraf cukup baik mencapai 33,33%, dan pada taraf kurang baik mencapai 50%. Dengan demikian, tingkat pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015 berada dalam kategori kurang baik pada taraf 50% sebanyak 18 responden. B. Analisis Uji Hipotesis Setelah diketahui hasil dari analisis pendahuluan di atas, maka selanjutnnya penulis melakukan analisis uji hipotesis, yaitu: analisis untuk mengetahui implikasi antara kecerdasan emosi remaja dengan pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015, maka dibuktikan dengan mencari nilai koefisien antar variabel, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 86 1. Input Data Implikasi antara Kecerdasan Emosi Remaja dengan Pembinaan Akhlakul Karimah Sebelum diadakan penghitungan dengan menggunakan rumus korelasi product moment, data-data yang telah diberikan skor seperti dijelaskan pada tahap analisis pendahuluan yaitu terlebih dahulu dimasukkan ke dalam tabel kerja berikut: Tabel. 21 Jumlah Data Korelasi Variabel X dan Y NO. RESP X Y X2 Y2 X.Y 1 26 18 676 324 468 2 26 18 676 324 468 3 36 29 1296 841 1044 4 27 19 729 361 513 5 25 18 625 324 450 6 28 22 784 484 616 7 31 24 961 576 744 8 28 22 784 484 616 9 30 22 900 484 660 10 29 22 841 484 638 11 26 18 676 324 468 12 25 18 625 324 450 13 33 27 1089 729 891 14 28 21 784 441 588 15 28 22 784 484 616 16 27 18 729 324 486 17 27 21 729 441 567 18 28 22 784 484 616 87 19 31 24 961 576 744 20 31 23 961 529 713 21 25 18 625 324 450 22 33 28 1089 784 924 23 25 18 625 324 450 24 26 18 676 324 468 25 25 18 625 324 450 26 25 18 625 324 450 27 27 19 729 361 513 28 33 29 1089 841 957 29 33 28 1089 784 924 30 26 18 676 324 468 31 25 18 625 324 450 32 36 29 1296 841 1044 33 25 18 625 324 450 34 29 22 841 484 638 35 31 23 961 529 713 36 30 22 900 484 660 JUMLAH 1024 772 29490 17042 22365 Dengan melihat tabel kerja di atas dapat diketahui jumlah keseluruhan nilainilai dari masing-masing variabel sebagai berikut: X = 1024 Y = 772 X2 = 29490 Y2 = 17042 X.Y = 22365 88 2. Analisis dengan Rumus Product Moment Untuk mengetahui implikasi antara kecerdasan emosi remaja dengan pembinaan akhlakul karimah dapat digunakan rumus: 𝑟𝑥𝑦 = 𝑟𝑥𝑦 = 𝑟𝑥𝑦 = 𝑟𝑥𝑦 = rxy = 𝑟𝑥𝑦 = 𝑟𝑥𝑦 = N ∑ XY − (∑ X)(∑ Y) √{N ∑ X 2 − (∑ X)2 } {N ∑ Y 2 − (∑ Y)2 } (36 x 22365) − (1024)(772) √{(36 x 29490) − (1024)2 } {(36 x 17042) − (772)2 } (805140) − (790528) √{(36 x 29490) − (1048576)} {(36 x 17042) − (595984)} 14612 √{(1061640) − (1048576)} {(613512) − (595984)} 14612 √{13064} {17528} 14612 √228985792 14612 15132,2 𝑟𝑥𝑦 = 0,965 C. Analisis Lanjut Setelah diperoleh nilai penghitungan tersebut, langkah selanjutnya adalah mengadakan konsultasi hasil penghitungan (rxy). Untuk N (responden) 36, r tabel taraf signifikan 1% adalah 0,424 dan r tabel taraf signifikan 5% adalah 0,329. Dari hasil penelitian diketahui nilai rxy (r hitung) adalah 0,965. Bilamana nilai rxy (r hitung) yang diperoleh lebih besar dari nilai kritik r tabel, maka nilai yang diperoleh adalah signifikan. 89 Hal tersebut menunjukkan antara variabel X (Kecerdasan Emosi Remaja) dan variabel Y (Pembinaan Akhlakul Karimah) ada implikasi sesuai dengan jawaban hipotesis, bahwa ada hubungan (pengaruh) yang positif antara kecerdasan emosi remaja dan pembinaan akhlakul karimah. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kecerdasan emosi remaja yang baik akan mempermudah keberhasilan pembinaan akhlakul karimah pada remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. Untuk mengetahui taraf signifikansi lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel. 22 Taraf Signifikansi Product Moment Taraf Signif N Taraf Signif N 5% 1% 3 0.997 0.999 4 0.950 5 Taraf Signif N 5% 1% 5% 1% 27 0.381 0.487 55 0.266 0.345 0.990 28 0.374 0.478 60 0.254 0.330 0.878 0.959 29 0.367 0.470 65 0.244 0.317 6 0.811 0.917 30 0.361 0.463 70 0.235 0.306 7 0.754 0.874 31 0.355 0.456 75 0.227 0.296 8 0.707 0.834 32 0.349 0.449 80 0.220 0.286 9 0.666 0.798 33 0.344 0.442 85 0.213 0.278 10 0.632 0.765 34 0.339 0.436 90 0.207 0.270 11 0.602 0.735 35 0.334 0.430 95 0.202 0.263 12 0.576 0.708 36 0.329 0.424 100 0.195 0.256 13 0.553 0.684 37 0.325 0.418 125 0.176 0.230 14 0.532 0.661 38 0.320 0.413 150 0.159 0.210 15 0.514 0.641 39 0.316 0.408 175 0.148 0.194 16 0.497 0.623 40 0.312 0.403 200 0.138 0.181 17 0.482 0.606 41 0.308 0.398 300 0.113 0.148 18 0.468 0.590 42 0.304 0.393 400 0.098 0.128 90 19 0.456 0.575 43 0.301 0.389 500 0.088 0.115 20 0.444 0.561 44 0.297 0.384 600 0.080 0.105 21 0.433 0.549 45 0.294 0.380 700 0.074 0.097 22 0.423 0.537 46 0.291 0.376 800 0.070 0.091 23 0.413 0.526 47 0.288 0.372 900 0.065 0.086 24 0.404 0.515 48 0.284 0.368 1000 0.062 0.081 25 0.396 0.505 49 0.281 0.364 26 0.388 0.496 50 0.279 0.361 Dengan demikian, maka dapat diketahui: N= 36 rxy= 0,965 ˃ rt= 0,424 taraf 1% rxy= 0,965 ˃ rt= 0,329 taraf 5% Bahwa untuk jumlah responden (N= 36) pada taraf signifikansi 1% adalah rt= 0,424 dan taraf signifikansi 5% adalah rt= 0,329 sedangkan rxy= 0,965. Oleh karena nilai rxy yang diperoleh lebih besar dari nilai rt, baik pada taraf signifikan 1% maupun 5%, maka nilai r yang diperoleh adalah signifikan. Artinya ada implikasi yang positif antara kecerdasan emosi remaja dengan pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. Orang yang mampu mengatur emosinya dengan baik akan bisa memposisikan dirinya, di mana, dan dalam kondisi apa harus berbuat dan bertindak. Kalau ia bisa bersikap profesional, ia akan melakukan tindakan preventif yang menyebabkan dirinya mampu melakukan sesuatu yang terbaik. Sejauh mana ia bersikap dan mengatur emosi itu, maka sejauh itu pula ia akan menuai keberhasilan (Imam, 2009: 95-96). 91 Setiap orang tua yang terpenting adalah mewariskan dan mengajarkan kepada anak-anaknya entah itu masih dalam keadaan bayi, kanak-kanak, maupun sudah remaja yang nantinya akan tumbuh menjadi dewasa. Orang tua harus memberikan bekal berupa pendidikan akhlak yang mulia serta ilmu pengetahuan yang bermanfaat, sebab akhlak dan budi pekerti yang mulia serta luhur itulah yang dapat mengangkat derajat manusia dalam bidang kerohanian, sedangkan ilmu pengetahuan yang berguna itulah yang akan menjunjung tinggi tanah air dan bangsa dalam bidang jasmaniyah (Ghalayini, 1976: 313). Masa remaja dikenal dengan masa dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Masa remaja, merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada fase ini remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak pada bentuk fisik dan perkembangan psikisnya. Hal ini bukan karena tidak disadari esensinya, melainkan pendidikan lebih mengutamakan mengejar ilmu pengetahuan dari pada mendidik dan membina kepribadian dan akhlak mulia anak didik sehingga berimplikasi terhadap kemrosotan akhlak. Oleh karena itu, pembinaan akhlakul karimah berperan penting terhadap perbaikan emosi pada remaja, begitupun sebaliknya kecerdasan emosi remaja yang baik akan mempermudah keberhasilan dalam pembinaan akhlakul karimah. 92 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penelitian di atas dengan judul Kecerdasan Emosi Remaja dan Implikasinya terhadap Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015, maka dapat disimpulkan antara lain: 1. Tingkat Kecerdasan Emosi remaja di Desa Wisata Bejalen berada pada kategori kurang baik. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian 36 remaja yang menjadi responden, bahwa kecerdasan emosi remaja yang berada pada kategori baik 16,66% sebanyak 6 responden, cukup baik 22,22% sebanyak 8 responden, dan kurang baik 61,11% sebanyak 22 responden. 2. Tingkat Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen berada pada kategori kurang baik. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian 36 remaja yang menjadi responden, bahwa pembinaan akhlakul karimah yang berada pada kategori baik 16,66% sebanyak 6 responden, cukup baik 33,33% sebanyak 12 responden, dan kurang baik 50% sebanyak 18 responden. 3. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Desa Wisata Bejalen, diperoleh bukti bahwa ada implikasi yang positif antara kecerdasan emosi remaja dengan pembinaan akhlakul karimah. Hal tersebut dibuktikan pada nilai koefisien korelasi product moment dengan menggunakan sampel 93 sebanyak 36 responden terbukti r hitung lebih besar dari r tabel baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Diketahui r hitung 0,965 dan r tabel pada taraf signifikansi 1% = 0,424 dan r tabel pada taraf signifikansi 5% = 0,329. Jadi 0,965 > 0,424 dan 0,965 > 0,329 maka nilai r yang diperoleh adalah signifikan. Dengan demikiaan hasil hipotesis yang penulis ajukan diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kecerdasan emosi remaja yang baik akan mempermudah keberhasilan pembinaan akhlakul karimah pada remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. B. Saran-saran Dari penelitian yang telah penulis lakukan, sekiranya ada beberapa saran yang perlu penulis sampaikan sebagai bahan pertimbangan bagi perbaikan emosi remaja dan peningkatan dalam hal pembinaan akhlak yang lebih baik khususnya di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. 1. Bagi remaja, diharapkan dapat lebih mengelola dan mengontrol emosinya ke arah yang positif guna terciptanya perilaku dan akhlak yang baik. 2. Bagi orang tua, harus semaksimal mungkin memberikan pengarahan dan pembinaan akhlakul karimah terhadap remaja putra-putrinya sejak dini, agar pengendalian emosi dan pembinaan akhlak dapat terwujud ke arah yang lebih baik. 3. Bagi masyarakat, perlu adanya dukungan yang baik, agar pembinaan akhlakul karimah terhadap remaja berhasil dengan baik. 94 4. Bagi peneliti selanjutnya, berkenaan dengan kepentingan ilmiah, bagi yang tertarik dengan permasalahan yang sama, dapat diusahakan untuk mengkaji masalah ini dengan jangkauan yang lebih luas dan dengan menambah variabel lain yang belum terungkap dalam penelitian ini sehingga mampu memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap kajian kecerdasan emosi remaja dan pembinaan akhlakul karimah. C. Penutup Dengan mengucapkan puji syukur alhamdulillah, dengan rahmat dan hidayah Allah Swt, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Itu semua atas berkat hidayah, rahmat, dan izin Allah Swt. Oleh karena itu tidak ada kata yang pantas penulis ucapkan dengan ketulusan hati kecuali hanya memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan dan pembahasan skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Dengan kerendahan hati penulis sangat mengharap kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing, mengarahkan dan membantu terselesainya penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan siapa saja yang berkesempatan membacanya serta dapat memberikan sumbangan yang positif bagi kemajuan pendidikan. Amin. 95 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. Yatimi. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Amzah. Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo: Era Intermedia. Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Amin, Ahmad. 1991. Etika (Ilmu Akhlak). Terjemahan oleh K.H. Farid Ma’ruf. Jakarta: PT Bulan Bintang. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Daradjat, Zakiah. 1975. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang. 1976. Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang. 1978. Problematika Remaja di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang. Djatnika, Rachmat. 1996. Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia). Jakarta: Pustaka Panjimas. Echols, John M. dan Hassan Shadily. 2005. An English-Indonesian Dictionary. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Gemilang, Jingga. 2013. Manajemen Stres dan Emosi. Yogyakarta: Mantra Books. Ghalayini, Syekh Mushthafa. 1976. Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur. Terjemahan oleh Moh. Abdai Rathomy. Semarang: C.V. Toha Putra. Goleman, Daniel. 1996. Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional). Terjemahan oleh T. Hermaya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2007. Emitional Intelligence, Mengapa EI Lebih Penting dari IQ. Terjemahan oleh T.Hermaya. Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama. Gunarsa, Yulia Singgih D. dan Singgih D. Gunarsa. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: Libri (PT BPK Gunung Mulia). Hartati, Netty dkk. 2005. Islam dan Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hude, M. Darwis. 2006. Emosi Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur’an. Jakarta: Erlangga. Imam, Kam. 2009. Quantum Emotion The Simple Ways For Your Beautiful Life. Jogjakarta: Garailmu. Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju. Liang, Kwee Soen. 1980. Masa Remaja dan Ilmu Jiwa Pemuda. Penerbit: Jemmars. Maurus, J. 2014. Mengembangkan Emosi Positif. Yogyakarta: Bright Publisher. Muallifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Jogjakarta: DIVA Press (Anggota IKAPI). Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalmia Indonesia. Purwanto, Ngalim. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sarwono, Sarlito Wirawan. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1988. Metode Penelitian Survei. Penerbit: LP3ES. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sopiatin, Popi dan Sohari Sahrani. 2011. Psikologi Belajar dalam Perspektif Islam. Bogor: Ghalia Indonesia. Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press. Tatapangarsa, Humaidi. 1980. Akhlak yang Mulia. Surabaya: PT Bina Ilmu. Tono, Sidik dkk. 1998. Ibadah dan Akhlak dalam Islam. Yogyakarta: UII Press Indonesia. ANGKET PENELITIAN KECERDASAN EMOSI REMAJA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH DI DESA WISATA BEJALEN KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 NO. 1. INDIKATOR VARIABEL X (KECERDASAN EMOSI REMAJA) Mengenali Emosi Diri KUESIONER 1. 2. 3. 2. Mengelola Emosi 4. 5. 6. 3. Memotivasi Diri Sendiri 7. 8. 9. 4. Mengenali Emosi Orang Lain 10. 11. 12. 5. Membina Hubungan dengan Orang Lain 13. 14. 15. Setiap melakukan sesuatu, biasanya saya mempertimbangkan akibat yang harus di hadapi. Walaupun suasana hati sedang marah, saya tidak akan melampiaskan kemarahan pada orang lain. Ketika kehilangan sesuatu, saya merasa sedih tapi kesedihan itu tidak sampai berlarut-larut. Ketika ada seseorang yang mengolokolok, saya berusaha menahan diri untuk tetap tenang. Saya adalah orang yang mudah beradaptasi dengan perubahanperubahan situasi di lingkungan sekitar. Meski tidak bisa mengerjakan soal ujian, saya tidak akan mencontek. Apapun yang terjadi, saya tidak akan pindah ke jurusan yang lain, karena jurusan ini telah menjadi pilihan saya. Kegagalan tidak membuat saya berhenti berusaha meraih cita-cita. Saya selalu belajar dengan giat untuk mendapatkan prestasi yang baik. Saya tidak akan mengatakan sesuatu yang bisa menyinggung perasaan orang lain. Saya terdorong untuk menghibur orang lain yang sedang mengalami musibah. Saya bersedia menjadi pendengar yang baik, bila ada teman atau siapa saja yang menceritakan masalahnya. Ketika ada teman saya yang sedang bertengkar, saya akan berusaha mendamaikan mereka. Menurut saya untuk menyelesaikan suatu permasalahan, akan lebih baik jika didiskusikan dengan orang tua atau teman. Saya senang menjalin kerja sama dengan orang lain. NO 1. INDIKATOR VARIABEL Y (PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH) Akhlak kepada Allah 2. Akhlak terhadap Diri Sendiri 3. Akhlak terhadap Keluarga 4. Akhlak terhadap Masyarakat 5. Akhlak terhadap Alam Sekitar KUESIONER 16. Saat akan menghadapi ujian, saya selalu berusaha dan berdo‘a. dan hasilnya saya pasrahkan semuanya kepada Tuhan (Allah). 17. Ketika saya melakukan maksiat, saya memohon ampun kepada Tuhan (Allah) dan saya berjanji untuk tidak berbuat lagi (benar-benar tidak mengulanginya). 18. Ketika saya mendapatkan rizki dari Tuhan (Allah), saya selalu mensyukurinya. 19. Ketika saya lapar saya makan secukupnya, dan berhenti sebelum terlalu kenyang. 20. Jika saya sakit saya akan minum obat, dan jika belum sembuh saya pergi ke dokter. 21. Saya tidak suka melihat film porno ataupun gambar-gambar porno. 22. Saya tidak pernah membantah ketika ibu memarahi saya. 23. Ketika saya menonton acara kesukaan saya, ibu menyuruh saya membeli sesuatu ke toko, saya menerimanya dengan senang hati. 24. Saya tidak pernah menceritakan aib keluarga saya kepada teman saya ataupun orang lain. 25. Saya tidak akan menghidupkan musik keras-keras, kalau tetangga saya sedang istirahat. 26. Setiap teman saya menitipkan barang kepada saya, saya harus menjaganya hingga temanku mengambilnya kembali. 27. Jika tidak berhalangan, Saya selalu mengikuti kegiatan kerja bakti. 28. Jika ada kegiatan menanam sejuta pohon, Saya akan ikut berpartisipasi. 29. Saya tidak pernah memetik bunga ataupun daunnya kalau tidak di manfaatkan. 30. Saya tidak pernah membuang sampah sembarangan. ANGKET INSTRUMEN PENELITIAN Nama Responden : …………………………………………………………….. Umur : …………………………………………………………….. Alamat : …………………………………………………………….. Angket ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan tidak akan berpengaruh terhadap reputasi (nama baik) Anda. PETUNJUK PENGISIAN ANGKET: 1. Isilah daftar identitas yang telah disediakan 2. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti dan seksama 3. Berilah tanda centang (√) pada alternatif jawaban yang Anda anggap paling benar 4. Seluruh pernyataan harus dijawab dan tidak diperkenankan jawaban lebih dari satu No. Pernyataan 1. Setiap melakukan sesuatu, biasanya saya mempertimbangkan akibat yang harus di hadapi. Walaupun suasana hati sedang marah, saya tidak akan melampiaskan kemarahan pada orang lain. Ketika kehilangan sesuatu, saya merasa sedih tapi kesedihan itu tidak sampai berlarut-larut. Ketika ada seseorang yang mengolok-olok, saya berusaha menahan diri untuk tetap tenang. Saya adalah orang yang mudah beradaptasi dengan perubahan-perubahan situasi di lingkungan sekitar. Meski tidak bisa mengerjakan soal ujian, saya tidak akan mencontek. Apapun yang terjadi, saya tidak akan pindah ke jurusan yang lain, karena jurusan ini telah menjadi pilihan saya. Kegagalan tidak membuat saya berhenti berusaha meraih cita-cita. Saya selalu belajar dengan giat untuk mendapatkan prestasi yang baik. Saya tidak akan mengatakan sesuatu yang bisa menyinggung perasaan orang lain. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Pilihan Jawaban: Centang Salah Satu (A/B/C) Ya/A Terkadang/B Tidak/C 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. Saya terdorong untuk menghibur orang lain yang sedang mengalami musibah. Saya bersedia menjadi pendengar yang baik, bila ada teman atau siapa saja yang menceritakan masalahnya. Ketika ada teman saya yang sedang bertengkar, saya akan berusaha mendamaikan mereka. Menurut saya untuk menyelesaikan suatu permasalahan, akan lebih baik jika didiskusikan dengan orang tua atau teman. Saya senang menjalin kerja sama dengan orang lain. Saat akan menghadapi ujian, saya selalu berusaha dan berdo‘a. dan hasilnya saya pasrahkan semuanya kepada Tuhan (Allah). Ketika saya melakukan maksiat, saya memohon ampun kepada Tuhan (Allah) dan saya berjanji untuk tidak berbuat lagi (benarbenar tidak mengulanginya). Ketika saya mendapatkan rizki dari Tuhan (Allah), saya selalu mensyukurinya. Ketika saya lapar saya makan secukupnya, dan berhenti sebelum terlalu kenyang. Jika saya sakit saya akan minum obat, dan jika belum sembuh saya pergi ke dokter. Saya tidak suka melihat film porno ataupun gambar-gambar porno. Saya tidak pernah membantah ketika ibu memarahi saya. Ketika saya menonton acara kesukaan saya, ibu menyuruh saya membeli sesuatu ke toko, saya menerimanya dengan senang hati. Saya tidak pernah menceritakan aib keluarga saya kepada teman saya ataupun orang lain. Saya tidak akan menghidupkan musik keraskeras, kalau tetangga saya sedang istirahat. Setiap teman saya menitipkan barang kepada saya, saya harus menjaganya hingga temanku mengambilnya kembali. Jika tidak berhalangan, Saya selalu mengikuti kegiatan kerja bakti. Jika ada kegiatan menanam sejuta pohon, Saya akan ikut berpartisipasi. Saya tidak pernah memetik bunga ataupun daunnya kalau tidak di manfaatkan. Saya tidak pernah membuang sampah sembarangan. SURAT KETERANGAN KEGIATAN Nama : Achmad Rifai NIM : 11111028 Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Dosen PA : M. Farid Abdullah, S.PdI., M.Hum. No 1 Nama Kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Pelaksanaan 20-22 Agustus 2011 Keterangan Peserta Nilai 3 2 Membangun Mahasiswa Cerdas Emosi, Spiritual dan Intelektual melalui Achievement Motivation Training (AMT) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga 23 Agustus 2011 Peserta 2 3 Orientasi Dasar Keislaman (ODK) dengan tema “Menemukan Muara Sebagai Mahasiswa Rahmatan Lil Alamin” Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga 24 Agustus 2011 Peserta 2 4 Seminar Entrepeneurship dan Koperasi oleh KOPMA dan KASEI Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga User Education (Pendidikan Pemakai) UPT Perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga 25 Agustus 2011 Peserta 2 19 September 2011 Peserta 2 5 6 Seminar Nasional Entrepreneurship 2012 dengan tema “Tren Bisnis Berbasis Multimedia dan Teknologi Informatika Sebagai Wujud Pasar Modern” oleh KOPMA “FATAWA” STAIN Salatiga 21 April 2012 Peserta 8 7 Seminar Regional dengan tema “ Peran Mahasiswa dalam Mengawal BLSM (BLT) Tepat Sasaran” oleh DEMA STAIN Salatiga 3 Mei 2012 Peserta 4 8 Bedah Buku Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan judul “Sang Maha-Segalanya Mencintai SangMahasiswa” di Pendopo POLRES Kota Salatiga 15 Mei 2012 Peserta 2 9 Seminar Nasional dengan tema “Mewaspadai Gerakan Islam Garis Keras di Perguruan Tinggi” oleh DEMA STAIN Salatiga Mengajar Mata Pelajaran (MAPEL) di Bimbingan Belajar Generasi Cerdas Salatiga 23 Juni 2012 Peserta 8 1 November 2012 s/d 23 Mei 2014 Pengajar 4 10 11 Mengajar Musik (ACOUSTIC) di Bimbingan Belajar Generasi Cerdas Salatiga 1 November 2012 s/d 23 Mei 2014 Pengajar 4 12 Dialog Publik dan Silaturahim Nasional dengan tema “Kemanakah Arah Kebijakan BBM? Mendorong Subsidi BBM untuk Rakyat” oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Auditorium Pemkot Salatiga 10 November 2012 Peserta 2 13 Tabligh Akbar Bertajuk “Tafsir Tematik dalam Upaya Menjawab Persoalan Israel dan Palestina” oleh Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadz (JQH) STAIN Salatiga 1 Desember 2012 Peserta 2 14 Seminar Nasional dalam rangka Pelantikan Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Salatiga Periode 2013-2014 dengan tema “ Kepemimpinan dan Masa Depan Bangsa” di Ruang Sidang 2 Pemerintah Kota Salatiga 23 Februari 2013 Peserta 8 15 Seminar Nasional dengan tema “Ahlussunnah Waljamaah dalam Perspektif Islam Indonesia” oleh Dewan Mahasiswa STAIN Salatiga Seminar Nasional dan Dialog Publik dengan tema “Minimnya Pasokan Energi dalam Negeri; Pembatasan Subsidi BBM dan Peran Masyarakat dalam Penghematan Energi” oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tarbiyah dan Syari’ah STAIN Salatiga 26 Maret 2013 Peserta 8 20 April 2013 Peserta 8 Seminar Pencegahan Bahaya NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif), HIV/AIDS Mewaspadai Pergaulan Bebas untuk Membentuk Remaja yang Tangguh dan Launching PIK SAHAJASA STAIN Salatiga 29 April 2013 Peserta 2 16 17 18 Seminar Nasional Entrepreneurship “Menumbuhkan Jiwa Entrepreneur Generasi Muda” oleh KOPMA “FATAWA” STAIN Salatiga 27 Mei 2013 Peserta 8 19 Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan dan Seminar Nasional, dengan tema “4 Pilar Kebangsaan untuk Mempertegas Karakter Ke-Indonesiaan” di Aula PEMKOT Salatiga 24 Oktober 2013 Peserta 2 20 Seminar Nasional MPR RI dalam Kegiatan Sosialisasi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di Pendopo Kabupaten Semarang 27 November 2013 Peserta 8 21 Seminar Kesehatan dan Bisnis, oleh AVAIL di SDN Kalicacing 2 Salatiga 9 Maret 2014 Peserta 2 22 Sarasehan Akbar Bersama Tokoh Nasional, dengan tema “Komitmen Politik Islam dalam Menata Arah Masa Depan Bangsa Indonesia” di Aula Pemerintah Kota Salatiga 15 Maret 2014 Peserta 2 23 Seminar Nasional Talk Show Spirit of Global Entrepreneurship “How to be a Successfull Creative Preneur to Face ASEAN Economic Community 2015” oleh KOPMA “FATAWA” STAIN Salatiga Seminar Nasional Entrepreneurship, oleh Gerakan Pramuka Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi Gugus Depan Kota Salatiga 02.237-02.238 Pangkalan STAIN Salatiga 7 April 2014 Peserta 8 16 November 2014 Peserta 8 8 Desember 2014 Peserta 8 24 25 Seminar Nasional Perlindungan Hukum terhadap Usaha Mikro Menghadapi Pasar Bebas ASEAN Jumlah 117 Salatiga, 6 November 2015 Mengetahui, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Achmad Maimun. M.Ag NIP.19700510 199803 1 003 FOTO-FOTO Gerbang Masuk dan Keluar Desa Wisata Bejalen Penyebaran Angket Kepada Responden (Remaja) Desa Wisata Bejalen Permintaan Surat Bukti Penelitian dan Papan Organisasi Desa Bejalen Kantor Balai Desa Bejalen dan Perpustakaan Teratai RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama : Achmad Rifai Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga Tempat Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 26 Februari 1992 Alamat : Dsn. Demakan RT. 002 RW. 011, Kel. Banyubiru, Kec. Banyubiru, Kab. Semarang Nama Ayah : Margono Nama Ibu : Barokah Agama : Islam Riwayat Pendidikan : MI Nafiatul Huda Demakan Banyubiru Lulus Tahun 2004 SMP N 1 Banyubiru Lulus Tahun 2007 SMK I Amtsilati Bangsri Jepara Lulus Tahun 2011 IAIN Salatiga Program S1 Reguler Lulus Tahun 2015 Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya. Semarang, 26 Oktober 2015 Penulis, ACHMAD RIFAI NIM. 11111028