1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pendengaran akibat bising atau noise induced hearing loss/NIHL adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja (Soetirto dan Bashirudin, 2007). Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian sensorineural yang paling sering dijumpai. Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang intensitasnya 85 desibel (dB) atau lebih dapat menyebabkan kerusakan reseptor pendengaran Corti pada telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan biasanya terjadi pada kedua telinga. Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekuensi tinggi, lebih lama terpapar bising, kepekaan individu dan faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian (Soepripto, 1995). Bising lingkungan kerja masih merupakan masalah utama pada kesehatan kerja di berbagai negara. Sedikitnya 7 juta orang atau 35% dari total populasi industri di Amerika Serikat dan Eropa terpapar bising 85 dB atau lebih. Ketulian yang terjadi dalam industri menempati urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika Serikat dan Eropa (Davis dkk., 1994). Penelitian di Singapura yang dilakukan terhadap 40 karyawan diskotik didapatkan 41,9% karyawannya menderita tuli akibat bising (Airlangga dan Nahrawi, 2007). 1 2 Bagi masyarakat Hindu di Bali khususnya terdapat upacara keagamaan di mana setiap hari Raya Umat Hindu melakukan persembahyangan di tempat suci umat Hindu atau yang dikenal dengan Pura. Salah satu Pura terbesar di Bali terletak di Desa Besakih Kabupaten Karangasem Provinsi Bali. Meskipun hari raya besar umat Hindu di Bali datangnya tidak setiap hari, tetap saja setiap harinya Pura BSK tersebut terdapat umat Hindu yang melakukan persembahyangan dimana dalam pelaksanaannya dibantu oleh pemangku. Upacara tersebut memakai sarana genta yang dibunyikan oleh seorang pemangku sambil membaca mantra sesuai jenis upacara yang dilakukan. Menurut umat Hindu, pemangku adalah rohaniawan yang berwenang menyelesaikan upacara keagaman bagi umat Hindu. Genta tersebut dipegang dengan tangan kiri dan diangkat setinggi epigastrium dari pemangku bersangkutan kemudian dibunyikan seiring dimulainya upacara keagamaan. Pemangku ini dibantu oleh asisten atau pengayah bukan pemangku yang dalam kesehariannya melaksanakan upacara keagamaan Hindu. Pemangku dan pengayah tersebut umumnya sering disebut dengan pengempon. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan bahwa genta tersebut diproduksi memakai bahan kuningan dicampur perunggu untuk menghasilkan suara dentingan yang panjang dan bernada tinggi. Hasil pengukuran intensitas bunyi yang didapatkan yaitu berkisar 100-103,7 dB. Tingkat bising yang tinggi tentunya dapat memberikan dampak negatif terhadap fungsi pendengaran. Berdasarkan hasil tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian apakah terdapat hubungan faktor lama 3 paparan, kekerapan pemaparan dan masa paparan bunyi genta terhadap gangguan pendengaran pemangku Pura BSK. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1. Apakah terdapat hubungan antara lama paparan bunyi genta terhadap gangguan pendengaran pemangku Pura BSK? 1.2.2. Apakah terdapat hubungan antara kekerapan pemaparan bunyi genta terhadap gangguan pendengaran pemangku Pura BSK? 1.2.3. Apakah terdapat hubungan antara masa paparan bunyi genta terhadap gangguan pendengaran pemangku Pura BSK? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum penelitian Untuk mengetahui hubungan antara lama paparan dan kekerapan bunyi genta terhadap gangguan pendengaran pemangku Pura BSK. 1.3.2 Tujuan khusus penelitian 1.3.2.1 Untuk mengetahui hubungan antara lama paparan bunyi genta terhadap gangguan pendengaran pemangku Pura BSK. 1.3.2.2 Untuk mengetahui hubungan antara kekerapan pemaparan bunyi genta terhadap gangguan pendengaran pemangku Pura BSK. 1.3.2.3 Untuk mengetahui hubungan antara masa paparan bunyi genta terhadap gangguan pendengaran pemangku Pura BSK. 4 1.3.2.4 Untuk membuktikan terdapat hubungan antara lama paparan, kekerapan pemaparan dan masa paparan bunyi genta terhadap gangguan pendengaran pemangku Pura BSK. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat dalam bidang ilmu pengetahuan yaitu meningkatkan pengetahuan tentang hubungan antara lama paparan, kekerapan pemaparan dan masa paparan bunyi genta terhadap gangguan pendengaran pemangku Pura BSK. 1.4.2. Manfaat bagi pelayanan kesehatan yaitu sebagai sumber data dan pengetahuan tentang faktor yang berhubungan terhadap gangguan pendengaran pemangku Pura BSK sehingga dapat dilakukan pencegahan. 1.4.3. Manfaat terhadap pihak yang diteliti yaitu meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko menderita penurunan pendengaran sehingga dapat dilakukan perlindungan diri sesegera mungkin.