Industry | Update 6 June, 2014 Office of Chief Economist Volume 10, Juni 2014 Tekstil & Produk Tekstil PDB Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 7.5% 200 6.1% 143.4 156.6 150 124.2 104.8 116.5 6% 4% 4.3% 100 2% 172.4 1.8% 0% 0.6% 50 8% -2% 0 -4% -3.6% 2008 2009 2010 2011 2012 2013 PDB Nomi na l (IDR Tri l i un), l hs Pertumbuha n Ta huna n, rhs Sumber : BPS Ekspor TPT Indonesia USD Miliar 13.3 12.5 12.7 13.3-13.4 11.2 9.8 9.4 2006 10.1 9.3 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014F Sumber : CEIC, API Ekspor TPT Indonesia Berdasarkan Kode HS, 2013 Garment Tekstil 30.8% 2.6% 100% 63 TPT 27.5% 0.9% 18.4% 1.2% 0.5% 0.7% 0.9% 9.9% 6.5% 0.1% 0.0% 0.0% 50 51 52 Sumber : CEIC 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu industri manufaktur yang berperan penting. Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki memberikan kontribusi terbesar keempat, yaitu sebesar 9% terhadap PDB sektor industri manufaktur non-migas dengan pertumbuhan rata-rata 4% per tahun selama 20082013. Industri TPT juga menjadi industri penyerap tenaga kerja yang cukup besar di Indonesia. Menurut data BPS, tenaga kerja yang terserap oleh industri ini dari skala mikro hingga besar pada 2012 tercatat sebanyak 2,9 juta orang atau 21,7% dari total penyerapan kerja industri manufaktur. Berdasarkan proses produksinya, industri TPT secara garis besar dapat dibedakan menjadi industri hulu (fiber), intermediate (spinning, weaving, knitting, dyeing, printing, finishing), dan hilir (garment dan produk tekstil lainnya). Semakin ke hulu, industri TPT bersifat padat modal dan sebaliknya, semakin ke hilir akan bersifat padat karya. Resiko yang dihadapi pemain TPT hilir lebih besar terkait kompetisi dan potensi . Tingkat utilisasi produksi industri TPT secara keseluruhan berada pada kisaran 80%. Nilai penjualan industri TPT nasional rata-rata sebesar USD 20 miliar selama 3 tahun terakhir. Penjualan ekspor mendominasi omzet TPT Indonesia (>60%), khususnya garment. Mengingat besarnya porsi ekspor, kinerja industri TPT Indonesia akan sangat dipengaruhi kondisi perekonomian global, terutama AS dan Eropa sebagai pasar ekspor TPT terbesar Indonesia. Pada 2014, perekonomian AS diproyeksikan mengalami perbaikan. Namun demikian, dampaknya terhadap pemulihan industri TPT Indonesia diperkirakan belum akan dirasakan signifikan secara langsung di 2014. Dalam hal ini, produk ekspor Indonesia masih harus bersaing dengan produk kompetitor seperti dari Vietnam memperebutkan peluang membaiknya pasar AS. Pangsa pasar ekspor TPT Indonesia di pasar utama AS dan Eropa sendiri relatif kecil, bahkan cenderung menurun. Di pasar AS, pangsa ekspor TPT Indonesia sebesar 3.8%, turun dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 4,9%, sedangkan di pasar Eropa sebesar 0,9%, turun dari 1% pada 2009. Menurut hasil analisa sensitivitas kami, setiap 1% kenaikan pertumbuhan ekonomi AS, akan meningkatkan 1,5% pertumbuhan ekspor TPT Indonesia ke AS pada 3 triwulan berikutnya, sedangkan Setiap 1% kenaikan pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa, akan meningkatkan 3% pertumbuhan ekspor TPT Indonesia ke kaeasan Eropa pada 2 triwulan berikutnya. Ekspor TPT Indonesia pada 2013 tumbuh positif sebesar 1,7%YoY menjadi USD 12,7 miliar, setelah pada 2012 mengalami kontraksi 6%. Namun demikian, Industry Update Volume 10, Juni 2014 Impor TPT Indonesia USD Miliar 8.5 8.1 8.5 2011 2012 2013 5.8 5.1 4.2 2008 2009 2010 Sumber : CEIC Struktur Biaya Industri Fiber Making 4% 3% Bahan Baku 6% Energi 6% Tenaga Kerja 55% Depresiasi Suku Bunga 25% Adm & Pemasaran Sumber: API Struktur Biaya Industri Garment 10.2% 2.4% Bahan Baku 1.4% Energi Tenaga Kerja 57.7% Depresiasi 27.1% Suku Bunga 1.3% Adm & Pemasaran Sumber: API Harga Kapas Dunia (USD/Kg) 2.20 2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 Oct 11 Feb12 Jun12 Sumber: Bloomberg Oct 12 Feb13 Jun13 Oct 13 Feb 14 Jun14 angka ini lebih rendah daripada proyeksi Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) yang sebesar USD 13,3 miliar. Pada 2014 API memperkirakan ekspor TPT Indonesia tumbuh sebesar 5%. Berdasarkan jenisnya, ekspor TPT Indonesia didominasi oleh produk garment seperti kaos, T-shirt, baju dan rok wanita (kode HS 61, 62, 63) sebesar 60,9%, sementara sisanya 39.1% adalah tekstil seperti serat dan benang (kode HS 50-60). Meskipun kinerja ekspor TPT secara umum mengalami perlambatan dalam beberapa tahun terakhir, beberapa jenis kelompok barang masih mengalami pertumbuhan positif dengan pangsa ekspor cukup bagus, di antaranya adalah ekspor tekstil dengan kode HS 55 ) dengan pertumbuhan ratarata 8% per tahun selama 2006-2013 dan pangsa ekspor 18,4% dan ekspor garment dengan kode HS 61 dengan pertumbuhan rata-rata 7,1% per tahun pada periode yang sama dan pangsa ekspor 27,5%. Berdasarkan negaranya, tujuan utama ekspor TPT Indonesia adalah AS (32,9%), Eropa (16,7%), Jepang (8,6%), dan ASEAN (6,6%). Persaingan antar pemain dalam industri TPT di tengah lesunya pasar ekspor dan upaya pengalihan ke pasar domestik juga diperketat dengan serbuan barang impor. Impor TPT Indonesia pada 2013 sebesar USD 8,5 miliar atau tumbuh 4%YoY, lebih tinggi daripada pertumbuhan ekspornya. Sebagian besar impor TPT Indonesia berasal dari Tiongkok (30%), diikuti Korea (17%), AS (9,7%), dan ASEAN (9,5%). Sebagian besar impor TPT Indonesia berupa tekstil, terutama kain katun (kode HS 52), yaitu sebesar 30,2% dari total impor TPT Indonesia. Beberapa produk TPT yang dalam perdagangannya mengalami net impor antara lain adalah sutera, wool, katun, serat/tenunan rami, kain, dan karpet (kode HS 50, 51, 52, 53, 57,58, 59, 60) Struktur biaya industri TPT didominasi oleh biaya bahan baku (>55%). Harga kapas dunia sebagai salah satu bahan baku utama diperkirakan relatif stabil pada 2014. Kenaikan upah minimum buruh akan lebih berpengaruh terhadap industri TPT hilir (biaya tenaga kerja industri garment mencapai 27%, lebih tinggi daripada fiber atau spinning yang sebesar 6%), sementara kenaikan tarif listrik akan lebih dirasakan oleh industri tekstil hulu (biaya energi industri fiber making mencapai 25%, lebih tinggi daripada garment yang sekitar 1%). Fluktuasi kurs Rupiah berpengaruh terhadap industri TPT. Bahan baku saat ini sebagian besar masih diimpor (kapas/katun). Selain itu, bahan penolong (zat pewarna dan kimia lainnya) untuk industri TPT, meskipun dibeli lokal, saat Ini masih banyak diperdagangkan dalam denominasi USD. Menurut kajian kami, setiap 1% depresiasi nilai tukar Rupiah akan menyebabkan kenaikan emiten industri TPT sebesar 6,91% pada triwulan berikutnya. hal 2 Industry Update Volume 10, Juni 2014 Quote of the Week News Prijono Sugiarto PT Astra International President Director Crude Palm Oil (USD/Ton) 1000.0 800.0 Mar-14 Jun-14 Mar-14 Jun-14 Dec-13 Sep-13 Jun-13 600.0 Rubber (USD/Kg) 3 2.5 2 1.5 1 0.5 Dec-13 Sep-13 Jun-13 0 US Crude Oil (USD/Barrel) 120 110 100 90 80 70 Jun-14 Feb-14 Oct-13 Jun-13 60 Investor Tiongkok paling agresif berinvestasi membangun pabrik pengolahan (smelter) di Indonesia seiring dengan implementasi Undang-Undang No.4/2009 tentang Mineral dan Batu bara. Terakhir, delapan investor Tiongkok siap berinvestasi smelter nikel di Bantaeng, Sulawesi Selatan dengan investasi USD 4 miliar. Untuk bahan baku, rencananya akan diperoleh melalui puluhan pemilik izin usaha pertambangan (IUP) yang sudah memberikan komitmennya. Sementara untuk jaminan pasokan listrik diperoleh melalui PLN. Selain delapan investor itu, Resteel Industry yang merupakan perusahaan joint venture antara perusahaan besar dari China, PT Shanxi Haixin Iron and Steel Group, dengan PT Trinusa Group sudah melakukan ground breaking pabrik pengolahan baja khusus di Batam. Investasi otomotif tahun ini diperkirakan tumbuh 1012% menjadi USD 4,3 miliar lebih atau sekitar Rp 50 triliun dibanding tahun lalu USD 3,9 miliar. Dari jumlah itu, sebanyak USD 4,1 miliar merupakan penanaman modal asing (PMA), sedangkan sisanya penanaman modal dalam negeri (PMDN). Arus investasi bakal mengalir deras ke subsektor komponen, seiring agenda prinsipal meningkatkan kandungan lokal dan memproduksi mobil model baru. Dalam beberapa tahun terakhir, otomotif menjadi salah satu sektor yang paling banyak menarik investasi. Pemicunya adalah potensi pasar otomotif Indonesia yang masih sangat besar, didorong peningkatan jumlah kelas menengah. Program mobil murah ramah lingkungan (low cost green car/LCGC) yang digagas pemerintah juga sukses menyerap tambahan investasi prinsipal otomotif dan perusahaan komponen. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memperkirakan penjualan ritel naik signifikan sepanjang periode Ramadhan dan Lebaran. Penjualan ritel makanan biasanya mengalami kenaikan sebesar 20%-30% sepanjang Ramadhan, sedangkan kenaikan penjualan peritel nonmakanan atau busana dapat mencapai 200%-300%. Aprindo memperkirakan pertumbuhan industri ritel tahun ini akan lebih baik dibandingkan 2013 yang tumbuh di bawah 10%, dengan catatan pemerintah mampu menahan gejolak politik. Tahun ini Aprindo menargetkan omzet ritel modern dapat tumbuh minimal 10% menjadi Rp 162,8 triliun dibanding tahun lalu Rp 148 triliun. hal 3 Industry Update Volume 10, Juni 2014 Commodities Price Movement Commodities Unit Last Price* Oil - London Exchange Oil - New York Exchange Coal Aluminum Copper Nickel Tin Gold Platinum Pulp Rubber Tokyo Palm Oil Soybean Cocoa * Closing date: 4/6/2014 USD/barrel USD/barrel USD/metric ton USD/metric ton USD/metric ton USD/metric ton USD/metric ton USD/troy oz USD/troy oz USD/ton USD/kg USD/ton USD/bushel USD/metric ton 108.1 102.6 73.0 1950.0 6785.0 18970.0 23250.0 1243.9 1433.9 745.8 1.8 841.3 12.3 3154.2 MoM Ytd YoY 0.73% 3.18% 0.27% 2.90% 0.98% 4.06% 1.53% -5.06% -1.00% -0.91% -10.80% -4.13% -0.51% 5.17% -2.44% 4.29% -13.77% 4.84% -7.81% 35.50% 3.10% 3.17% 4.59% -3.12% -32.96% -7.55% 5.81% 13.31% 4.91% 10.00% -15.96% 6.56% -8.99% 24.76% 10.45% -11.11% -3.84% -8.95% -28.62% 0.75% -8.01% 38.13% Composite Index Performance Composite Index Published by: Agricultural Index Office of Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Phone: 62-21-5245557 Fax: 62-21-5210430 Mining Index Chief Economist Destry Damayanti Miscellaneous Industries Index Basic Industries & Chemical Index 6/4/2014 5/28/2014 5/21/2014 6/4/2014 5/28/2014 5/21/2014 6/4/2014 5/28/2014 5/21/2014 Consumer Index Analyst: Faisal Rino Bernando M. Ajie Maulendra Nadia Kusuma Dewi Sindi Paramita Adjie Harisandi Mamay Sukaesih Romauli Panggabean Trading Day Property & Real Estate Index Infrastructure, Utilities, and Transportation Index Closing Price Ytd 2333.003 9.02% 2390.53 11.71% 2324.453 8.62% 1566.59 9.60% 1574.159 10.13% 1542.492 7.92% 526.278 YoY 20.44% 21.35% 25.51% 2.75% -0.21% -8.02% 9.47% -12.17% 536.333 11.56% -13.61% 522.573 8.70% -18.08% 6/4/2014 1263.754 5/28/2014 5/21/2014 6/4/2014 5/28/2014 5/21/2014 6/4/2014 5/28/2014 5/21/2014 6/4/2014 5/28/2014 5/21/2014 1299.949 1299.831 2034.422 2038.494 2022.429 429.025 435.454 431.819 1075.867 1100.773 1073.961 4.87% -2.51% 7.88% -2.29% 7.87% 1.77% 14.16% -4.15% 14.39% -7.46% 13.49% -6.44% 27.31% -20.01% 29.22% -18.54% 28.14% -15.89% 15.64% 5.22% 18.31% 3.81% 15.43% -1.12% 6/4/2014 891.222 14.73% -2.72% 5/28/2014 5/21/2014 Source: Bloomberg, Jakarta Stock Exchange 869.269 11.91% 860.428 10.77% -5.26% -6.28% Trade, Service and Investment Index Disclaimer Published by PT Bank Mandiri (Persero) which regulated by Indonesian Banking Regulatory. This document is for information purposes only. The information and opinion in this document has been obtained from sources believed reliable, but no guarantee is given regarding its accuracy or completeness and it should not be relied upon as such. All opinion expressed here may not necessarily be shared by all employees within Bank Mandiri and its group and are subject to change without notice. No part of this document may be reproduced in any manner without written permission of Bank Mandiri. Additional information is available upon request. hal 4