UNIVERSITAS INDONESIA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK R DENGAN ANAK REMAJA DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN KOPING: KOMUNIKASI INEFEKTIF DI RW 02 KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS – DEPOK KARYA ILMIAH AKHIR NERS MILA SRI WARDANI 0806457155 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PROFESI DEPOK JULI 2013 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 UNIVERSITAS INDONESIA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK R DENGAN ANAK REMAJA DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN KOPING: KOMUNIKASI INEFEKTIF DI RW 02 KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS – DEPOK KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi Ners MILA SRI WARDANI 0806457155 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PROFESI DEPOK JULI 2013 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak R dengan Anak Remaja dengan Masalah Ketidakefektifan Koping: Komunikasi Inefektif di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis – Depok”. Karya ilmiah akhir ners ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi Ners. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu: 1. Ns. Dwi Cahya Rahmadiyah, S.Kep selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, nasihat, masukan, pengarahan dan saran dalam penulisan karya ilmiah akhir ners ini. 2. Dewi Irawaty, MA., PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 3. Poppy Fitriyani, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku dosen koordinator mata ajar Praktik Klinik KKMP peminatan komunitas. 4. Ns. Intan Asri Nurani, S. Kep., M. Kep selaku mahasiswa residen penanggung jawab di wilayah RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis, yang telah membantu dan membimbing dengan sabar serta memberikan banyak masukan selama Praktik Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan Peminatan Komunitas. 5. Kuntarti, SKp., M.Biomed selaku Ketua Program Studi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 6. Riri Maria, SKp., MANP selaku dosen koordinator mata ajar Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN). 7. Fajar Tri Waluyanti S.Kp., M.Kep selaku dosen Pembimbing Akademis. 8. Bapak dan Ibu ku tercinta, terima kasih atas semua doa serta dukungannya. 9. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Ilmu Keperawatan reguler angkatan 2008 dan ekstensi 2010 terima kasih atas kebersamaan serta bantuannya selama penyusunan karya ilmiah akhir ners ini. iv Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 10. Pihak-pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Karya ilmiah akhir ners ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan penulis. Maka sangat diperlukan masukan dan saran untuk menyempurnakan karya ilmiah akhir ners ini. Akhir kata semoga karya ilmiah akhir ners ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Depok, Juli 2013 Penulis v Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 ABSTRAK Nama : Mila Sri Wardani Program Studi : Ilmu Keperawatan Judul : Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak R dengan Anak Remaja dengan Masalah Ketidakefektifan Koping: Komunikasi Inefektif di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis – Depok Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas diri. Permasalahan yang dialami oleh remaja umumnya dikarenakan adanya krisis identitas tanpa adanya faktor pendukung dan sumber informasi yang jelas dalam memberikan ketersediaan layanan pada kelompok remaja. Komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak remaja adalah kunci utama untuk menguraikan permasalahan yang terjadi pada mereka. Penulisan ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan keluarga Bp. R dengan anak remaja dengan masalah ketidakefektifan koping terutama komunikasi infektif di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Tujuan dari implementasi intervensi inovasi komunikasi efektif ini diharapkan terciptanya komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak remaja sehingga orang tua dapat membangun hubungan yang harmonis dengan remaja, membentuk suasana keterbukaan dan mendengar serta membuat remaja mau bicara pada saat mereka menghadapi masalah. Saat dilakukan evaluasi sumatif keluarga mengaku bahwa An. H yang awalnya adalah anak yang pendiam dan tertutup setelah Ibu. R berkomunikasi efektif menggunakan “pesan saya” bisa lebih membuka dirinya, An. H juga sudah mulai mau menceritakan masalah yang sedang dihadapinya sedikit demi sedikit kepada orang tuanya. Saran bagi keluarga adalah agar keluarga lebih mengoptimalkan dalam memfasilitasi tugas perkembangan keluarga seperti menjaga komunikasi yang terbuka antara orang tua dengan remaja. Kata kunci: Keluarga, ketidakefektifan koping, komunikasi, komunikasi efektif, remaja. vii Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia ABSTRACT Name Study Program Title : Mila Sri Wardani : Nursing : Nursing Families Mr R with Teenagers Ineffective Coping with Problems: Ineffective Communication in the RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok City Adolescence is a period in which the identity crisis. Problems faced by young people in general due to the crisis of identity in the absence of supporting factors and resources that clear in providing service availability in the adolescent group. Good communication between parents and adolescent is the key to decipher the problems that occur in them. This research aims to describe the family nursing care Mr. R with teenagers ineffective coping with problems ineffective communication in the RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok City. The purpose of the implementation of innovative interventions effective communication is expected to create effective communication between parents and adolescent so that parents can establish a harmonious relationship with the teenager, forming an atmosphere of openness and listening and makes teens want to talk to when they encounter problems. We conducted a summative evaluation of the family claimed that An. H which is initially quiet boy and closed after Mom. R communicate effectively using "I messages" could be open himself, An. H also has started to tell the problems that are being faced little by little to his parents. Advice for families is to further optimize the family in facilitating family developmental tasks such as maintaining open communication between parents and teens. Key words: adolescents, communication, effective communication, family, ineffectiveness coping. viii Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii KATA PENGANTAR........................................................................................ iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH....................... vi ABSTRAK.......................................................................................................... vii ABSTRACT........................................................................................................ viii DAFTAR ISI....................................................................................................... ix DAFTAR TABEL............................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xii 1. PENDAHULUAN....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah.............................................................................. 9 1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 10 1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................. 10 1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................. 11 1.4 Manfaat Penulisan................................................................................. 11 1.4.1 Manfaat Kelimuan....................................................................... 11 1.4.2 Manfaat Aplikatif........................................................................ 11 1.4.2.1 Pelayanan Keperawatan Keluarga................................... 11 1.4.2.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan................................... 12 1.4.3 Manfaat Metodologi.................................................................... 12 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 13 2.1 Konsep dan Teori Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan..... 13 2.1.1 Sejarah Perkembangan dan Karakteristik Kota (Urban)............. 14 2.1.2 Peran Perawat dalam Keperawatan Kesehatan Perkotaan........... 15 2.2 Remaja.................................................................................................. 16 2.2.1 Pengertian Remaja....................................................................... 16 2.2.2 Ciri-Ciri Masa Remaja................................................................ 20 2.2.3 Tugas Perkembangan pada Masa Remaja................................... 23 2.2.4 Perubahan pada Remaja.............................................................. 24 2.3 Keluarga................................................................................................ 25 2.4 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja................. 26 2.5 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga..................................... 28 2.5.1 Pengkajian Keluarga.................................................................... 29 2.5.2 Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga............................. 29 2.5.3 Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga.............. 30 2.5.4 Perencanaan Keperawatan Keluarga........................................... 31 2.5.5 Implementasi Keperawatan Keluarga.......................................... 32 2.5.6 Evaluasi....................................................................................... 33 2.6 Ketidakefektifan Koping....................................................................... 33 2.6.1 Komunikasi.................................................................................. 34 2.6.1.1 Komunikasi Efektif.......................................................... 34 2.6.1.2 Komunikasi Tidak Efektif............................................... 35 ix Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia x 2.6.2 Pola Komunikasi Keluarga.......................................................... 35 2.7 Intervensi Inovasi Komunikasi Efektif antara Remaja dan Orang Tua 37 3. LAPORAN KASUS KELULAAN UTAMA............................................ 46 3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga....................................................... 46 3.2 Diagnosis Keperawatan Keluarga......................................................... 48 3.3 Perencanaan Keperawatan Keluarga..................................................... 49 3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga............................. 54 3.5 Intervensi Inovasi Komunikasi Efektif pada Keluarga Bp. R............... 60 4. ANALISIS SITUASI.................................................................................. 63 4.1 Profil Lahan Praktik.............................................................................. 63 4.2 Analisis Masalah Keperawatan............................................................. 64 4.2.1 Analisis Masalah Terkait Konsep KKMP................................... 64 4.2.2 Analisis Masalah Terkait Konsep Remaja.................................. 66 4.3 Analisis Intervensi Inovasi dengan Konsep dan Penelitian Terkait...... 68 4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan....................................... 70 5. PENUTUP................................................................................................... 72 5.1 Kesimpulan........................................................................................... 72 5.2 Saran..................................................................................................... 73 5.2.1 Pengambil Kebijakan................................................................... 73 5.2.2 Perawat Komunitas...................................................................... 74 5.2.3 Keluarga...................................................................................... 74 5.2.4 Remaja......................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 75 LAMPIRAN....................................................................................................... 78 Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Cara Membuat Skor Penentuan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga........................................................................................... 30 xi Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Asuhan Keperawatan Keluarga................................................... 78 Lampiran 2. Evaluasi Sumatif.......................................................................... 147 Lampiran 3. Tingkat Kemandirian Keluarga................................................... 153 xii Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang memiliki karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya, karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan dari masa anakanak ke dewasa. Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Karakteristik psikososial remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini sering menimbulkan masalah pada diri remaja. Transisi dari masa anak-anak dimana selain meningkatnya kesadaran diri (self consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik, kognitif, sosial, maupun emosional pada remaja sehingga remaja cenderung mengalami perubahan emosi ke arah yang negatif menjadi mudah marah, tersinggung bahkan agresif. Perubahan-perubahan karakteristik pada masa remaja tersebut, ditambah dengan faktor-faktor eksternal seperti kemiskinan, pola asuh yang tidak efektif dan gangguan mental pada orang tua diprediksi sebagai penyebab timbulnya masalahmasalah remaja (Pianta, 2005 dalam Santrock, 2007). Laporan Situasi Kependudukan Dunia Tahun 2012 pada peluncurannya, disebutkan bahwa jumlah penduduk dunia terus tumbuh dan telah mencapai 7 miliar. Sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia atau hampir 1 dari 5 orang di dunia berusia 10-19 tahun. Adapun 900 juta orang di antaranya tinggal di negara berkembang. Negara Indonesia sendiri, hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan 1 dari 4 orang penduduk Indonesia merupakan kaum muda berusia 10-24 tahun, dari 240 juta penduduk Indonesia, jumlah remaja terbilang besar, mencapai 63,4 juta atau sekitar 26,7% dari total penduduk (BKKBN, 2012). Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengemukakan bahwa jumlah proporsi kelompok remaja yang sangat besar di masyarakat sebenarnya dapat menjadi daya ungkit pembangunan karena remaja merupakan kelompok usia produktif yang dapat menunjang pembangunan suatu bangsa, walaupun secara umum kelompok remaja mempunyai masalah yang sangat 1 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 2 kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami oleh remaja itu sendiri (BKKBN, 2009). Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, tansisi sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. Remaja pada umumnya akan mengalami perubahan-perubahan dalam hal biologis dan psikologis yang sangat pesat. Perubahan-perubahan yang terjadi memberikan dorongan yang kuat terhadap perilaku dan kehidupan remaja yang sifatnya sangat beragam (Clemen-Stone, McGuire & Eigsti, 2002). Kehidupan remaja yang sangat beragam di masyarakat akan menimbulkan masalah-masalah pada remaja (Hurlock, 1998). Permasalahan yang dialami oleh remaja umumnya dikarenakan adanya krisis identitas tanpa adanya faktor pendukung dan sumber informasi yang jelas dalam memberikan ketersediaan layanan pada kelompok remaja (BKKBN, 2009). Permasalahan kesehatan yang berisiko mengancam kesejahteraan remaja antara lain merokok, konsumsi alkohol, konsumsi obat, depresi atau risiko bunuh diri, emosi, masalah fisik, problem sekolah dan perilaku seksual (Stanhope & Lancaster, 2004). Tantangan utama bagi keluarga dengan anak remaja meliputi perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja dalam batasan perubahan kognitif, pembentukan identitas dan pembentukan biologis, serta konflik-konflik dan krisis yang didasarkan perkembangan. Banyak permasalahan yang sering timbul pada keluarga dengan tahap perkembangan anak remaja karena pada tahap ini, anak berusaha mencari identitas diri, sehingga mereka sering membantah orang tuanya, karena mulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. Orang yang dianggap penting pada usia ini adalah teman sebaya, mereka berusaha untuk mengikuti pendapat dan gaya temantemannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya, sehingga pada usia ini sering terlibat dalam geng-geng. Perubahan perkembangan yang terjadi pada remaja, sering mengakibatkan remaja tersebut mengalami keadaan tertekan (stress). Kemampuan remaja mengatasi berbagai masalah sehingga tidak stress sangat ditentukan oleh seberapa besar dukungan dari keluarga terutama orang Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 3 tuanya. Semakin besar dukungan yang diperoleh remaja dalam mengatasi berbagai masalahnya, semakin rendah kemungkinannya remaja mengalami stress sehingga terhindar dari gangguan dalam perilakunya (Setiadi, 2008). Kompleksnya permasalahan remaja membutuhkan penanganan, pembinaan dan kerja sama yang aktif dari berbagai pihak serta seluruh potensi yang ada di masyarakat. Pembinaan yang paling mendasar dan utama adalah yang dilakukan oleh keluarga, setiap keluarga memiliki tujuan membantu setiap anggota keluarganya termasuk anak remaja, untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan pengasuhan yang baik, komunikasi yang terjalin dalam keluarga sangat penting agar perubahan dan permasalahan yang terjadi dapat dideteksi semenjak dini. Selain hal tersebut, keluarga senantiasa harus melakukan kontrol dan mempertahankan aturan yang telah disepakati secara konsisten (Allender & Spradley, 2005) dengan demikian keluarga memiliki kontribusi yang besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Apakah seseorang akan memiliki kepribadian yang positif atau negatif, tergantung pada pola asuh yang ditetapkan, pengetahuan orang tua dalam pengasuhan anak, pola interaksi dan komunikasi yang terbangun dalam keluarga tersebut. Hasil studi penelitian di Sidney menunjukkan bahwa komunikasi terbuka dengan remaja dan kebebasan dalam menyelesaikan masalah akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan secara lebih baik dibandingkan dengan orang tua yang tidak melakukan hal tersebut (Fiona, 2008). Penelitian lain berjudul “Talking About Drugs: How Family and Media Shape Youth Risk Behavior” (Berbicara Tentang Narkoba: Bagaimana keluarga dan Media Membentuk Perilaku Berisiko pada Remaja)” yang dilakukan oleh Granka, Laura & Scheufele dan dibawakan pada pertemuan Tahunan Asosiasi Komunikasi Internasional (Annual Meeting of The International Communication Association) di kota New York, 10 Oktober 2008. Penelitian tersebut dilakukan pada 233 mahasiswa di Amerika Serikat dan 187 Mahasiswa di Singapura yang berusia antara 18-27 tahun mendapatkan hasil antara lain; 1) Nilai-nilai keluarga yang kuat akan menurunkan perilaku berisiko pada remaja. 2) Keterikatan keluarga yang kuat dan pola komunikasi yang terbuka akan mendorong remaja untuk lebih sering mendiskusikan perilaku berisiko dengan orang tua mereka. 3) Peningkatan dalam pembicaraan keluarga tentang Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 4 perilaku yang berisiko akan menurunkan kecenderungan remaja terhadap perilaku tersebut. 4) Perilaku berisiko pada remaja cenderung meningkat pada saat orang tua tidak mendampingi. Hasil studi penelitian lain dengan metode cross sectional dengan sampel 107 siswa SMP X, 28 % memiliki risiko terhadap masalah reproduksi. Proporsi remaja yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang tua (33,8 %) memiliki risiko lebih besar dibandingkan dengan proporsi remaja yang berkomunikasi dengan orang tua (Indarsita, 2002). Komunikasi yang baik antara orang tua atau orang dewasa dengan anak remaja adalah kunci utama untuk menguraikan permasalahan yang terjadi pada mereka. Melalui komunikasi yang baik dan efektif, maka selanjutnya tentu akan muncul hubungan yang harmonis dengan remaja, sehingga dapat membentuk suasana keterbukaan yang dapat membuat remaja tidak takut dan ingin berbicara pada saat mereka mendapatkan kesulitan dan masalah, selain itu juga akan dapat membuat remaja mau mendengar dan menghargai orang tua dan orang dewasa saat mereka berbicara, ini semua tentu akan mempermudah orang tua atau orang dewasa dalam membantu remaja untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya (Wursanto, 2007). Komunikasi merupakan hal yang sangat penting karena bila komunikasi yang dilakukan tidak berjalan dengan baik, maka sudah pasti akan selalu terjadi kesalahpahaman yang akan menimbulkan banyak kendala dalam menghadapi dan membimbing anak remaja. Komunikasi efektif remaja dengan orang tua juga berperan dalam timbulnya kenakalan remaja, seperti halnya penelitian yang dilakukan di Lembaga Permasyarakatan Pondok Bambu, Jakarta Timur pada tahanan remaja. Penelitian itu menyebutkan apabila komunikasi efektif antara remaja dan orang tua dalam taraf yang tinggi maka akan lebih kecil kemungkinan seorang anak mengalami kenakalan remaja, begitu pula sebaliknya apabila komunikasi efektif antara remaja dan orang tua dalam taraf yang rendah maka akan lebih besar kemungkinan seorang anak mengalami kenakalan remaja (Aprilia, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) menyatakan bahwa persepsi terhadap komunikasi efektif dalam keluarga dengan mengontrol kondisi stress yang dialami remaja memberikan sumbangan efektif sebesar 10,8 % terhadap Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 5 kecenderungan kenakalan remaja. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2009) menyebutkan bahwa persepsi remaja tentang komunikasi keluarga berhubungan dengan perilaku kenakalan remaja. Semakin baik persepsi remaja tentang komunikasi keluarga menunjukkan hubungan antar anggota keluarga harmonis sehingga minim terjadi kenakalan remaja. Kondisi perekonomian di perkotaan berdampak pada kemampuan orang tua dalam menyediakan waktu bagi anak remajanya yang sedang mengalami krisis identitas. Upaya orang tua untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di tengah kota semakin menomor sekiankan waktu untuk mendampingi anak remaja yang sedang memerlukan figur penyeimbang dari tarikan kuat teman sebaya (peer group) nya. Akibat kealphaan waktu interaksi orang tua dengan anak remajanya, maka anak remaja menjadi lebih nyaman bersama dengan teman sebayanya. Apabila tidak adanya kontrol dari orang tua, maka remaja makin larut dan justru jatuh kepada magnet besar pergaulan metropolis remaja di perkotaan. Lingkungan pendukung dalam perkembangan dinamika remaja perkotaan, seperti kepadatan penduduk, kemiskinan, kriminalitas, ketiadaan ruangan yang bersifat privasi dalam rumah, keluarga besar (extended family) dan adanya global warming (isu pemanasan global) turut menentukan corak warna dari karakteristik emosi dan perilaku dari pribadi remaja perkotaan. Banyaknya tempat hiburan untuk remaja seperti warnet (warung internet), rental Play Station, mall yang ada di kota membuat remaja lebih senang berada diluar rumah daripada dirumahnya sendiri. Mereka merasa senang ketika berkumpul dengan teman-teman sebayanya karena dirumahnya mereka tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya yang sibuk bekerja. Remaja melakukan hal tersebut untuk mencari hiburan atau sebagai bentuk koping mereka karena merasa bosan dirumah akibat komunikasi dikeluarganya yang berjalan tidak efektif serta kontrol dari orang tuanya yang tidak ada. Berbagai fenomena komunikasi inefektif antara orang tua dan remaja serta hubungannya dengan kenakalan remaja, dapat dilihat juga pada kehidupan remaja di RW 02. Hasil pengkajian di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis Kota Depok tahun 2013 khususnya di RW 02, didapatkan data sekunder tentang kebiasaan dan gaya hidup remaja. Banyak remaja yang sudah ditawari merokok Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 6 oleh teman-teman di sekolahnya maupun di lingkungan rumah, bahkan beberapa remaja sudah mulai mencoba-coba mengkonsumsi rokok. Ada pula remaja yang mengkonsumsi alkohol namun tidak banyak. Alkohol dan rokok juga dapat menghantarkan pada kenakalan remaja yang lebih besar lagi yakni penggunaan obat terlarang dan pergaulan bebas. Ada juga pengakuan dari remaja yang sudah pernah ikut-ikutan tawuran dengan teman di sekolahnya. Beberapa remaja di wilayah tersebut juga ada yang putus sekolah. Sebagian besar remaja mengaku sudah memilki teman dekat lawan jenisnya (pacar). Gaya hidup remaja akan menetukan kehidupan remaja dalam pergaulan diluar rumah terkait dalam kebebasan remaja dalam menjalin hubungan dengan teman sebayanya. Kebiasaan remaja di RW 02 untuk terbuka dengan orang tuanya tentang masalah pribadinya juga masih rendah, didapatkan data 15 dari 18 remaja atau sekitar 83,3 % remaja cenderung lebih terbuka dengan teman-temannya dibandingkan dengan orang tua mereka karena menurut para remaja kadang percakapan dengan orang tua akan berakhir dengan ketegangan. Masalah ketidakefektifan koping terutama masalah tidak efektifnya komunikasi antara remaja dan orang tuanya dapat menjadi salah satu penyebab dari permasalahan kesehatan yang berisiko mengancam kesejahteraan remaja di perkotaan. Banyak kaum remaja di kota besar yang melakukan kenakalan remaja. Kenakalan remaja dapat berupa berbohong, pergi keluar rumah tanpa pamit, keluyuran, begadang, membolos sekolah, berkelahi dengan teman, berkelahi antar sekolah, buang sampah sembarangan, membaca buku porno, melihat gambar porno, menonton film porno, mengendarai kendaraan bermotor tanpa SIM, kebutkebutan/ mengebut, minum-minuman keras, kumpul kebo, hubungan seks diluar nikah, mencuri, mencopet, menodong, menggugurkan kandungan, memperkosa, berjudi, menyalahgunakan narkotika serta membunuh. Hal tersebut dapat terjadi karena kurang kumunikasi dan perhatian orang tua pada anak, sehingga seorang anak mendapatkan perhatian dari orang lain yang dapat mengakibatkan seorang anak tersebut melakukan kenakalan remaja. Agar anak tidak menjadi salah jalan, maka peran serta orang tua harus lebih waspada dalam mendidik anak-anaknya. Ketika seorang anak sudah mengenal dunia luar, orang tua harus lebih aktif dalam mengawasi anak-anaknya agar tidak terjun ke Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 7 dunia bebas. Maka dari itu dibutuhkan kedekatan antara orang tua dan anak terutama komunikasi dari seorang ibu kepada sang anak. Tanggung jawab orang tua adalah mendidik anaknya, maka komunikasi yang berlangsung dalam keluarga bernilai pendidikan. Dalam komunikasi itu ada sejumlah norma yang ingin diwariskan oleh orang tua kepada anaknya dengan pengandalan pendidikan norma-norma itu misalnya, norma agama, norma akhlak, norma sosial, norma etika, norma estetika dan norma moral. Banyak orang tua yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik pada remaja tanpa memikirkan dampak yang diterima pada diri remaja. Menurut Walgito (2004) disamping “keterbukaan dalam komunikasi, komunikasi di dalam keluarga sebaiknya dilakukan dua arah, yaitu saling memberi dan saling menerima diantara anggota keluarga”. Melalui komunikasi dua arah akan terdapat umpan balik, sehingga dengan demikian akan tercipta komunikasi yang hidup, dinamis, masing-masing pihak akan aktif dan masing-masing pihak akan memberikan pendapat mengenai masalah yang dikomunikasikan. Kecenderungan anak untuk berperilaku dapat berakar pada kurangnya dialog dalam keluarga yang berakibat anak merasa sendirian. Cara orang tua berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh kepada anak dan menyebabkan anak memiliki jalan penyelesain sendiri di luar rumah yang mampu membuat anak merasa nyaman dan tenang dengan melakukan kenakalan dalam berperilaku. Upaya orang tua dalam memahami anak remaja, orang tua haruslah menjadi motivator yang baik, sehingga hubungan baik dan harmonis akan terjalin antara orang tua dan anak remajanya, sehingga hal-hal yang dikhawatirkan pada remaja tidak akan terjadi. Permasalahan kesehatan yang berisiko mengancam kesejahteraan remaja antara lain merokok, konsumsi alkohol, konsumsi obat, depresi atau risiko bunuh diri, emosi, masalah fisik, problem sekolah dan perilaku seksual dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktornya adalah komunikasi yang tidak efektif antara anak remaja dan orang tuanya. Faktor komunikasi tersebut perlu diidentifikasi secara baik melalui pengkajian keperawatan keluarga. Aplikasi penggunaan model Friedman dalam pengkajian komunikasi efektif pada remaja di salah satu keluarga di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok disusun dalam sebuah instrumen untuk menggali setiap Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 8 variabel dalam model yang terkait dengan komunikasi efektif remaja. Pengkajian dilakukan pada keluarga Bp. R di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar sehingga didapatkan data-data tekait dengan komunikasi inefektif remaja. Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu wilayah perkotaan yang berada di Kecamatan Cimanggis Kota Depok. RW 02 merupakan salah satu wilayah diantara 9 RW yang saat ini terdapat di Kelurahan Cisalak Pasar. Hasil pengkajian yang di dapat jumlah remaja di RW 02 sebanyak 364 orang. Remaja diperkotaan khususnya An. H kurang mendapatkan kontrol dari orang tua karena orang tua seringkali sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Bp. R harus bekerja dari pagi dan pulang malam, terkadang hari sabtu dan minggu juga dilakukan Bp. R untuk bekerja. Hal ini dilakukan karena biaya hidup diperkotaan yang besar sehingga memaksa Bp. R untuk rajin bekerja. Karena alasan tersebut, yang membuat orang tua dan An. H jarang berkomunikasi untuk menceritakan masalah pribadi anaknya dan anak cenderung tertutup kepada orang tua. Data komunikasi inefektif remaja dengan orang tua dari hasil pengkajian keluarga berdasarkan model Friedman kemudian dilakukan analisis untuk dirumuskan kedalam suatu masalah keperawatan kesehatan keluarga. Masalah keperawatan kesehatan keluarga akan diselesaikan melalui suatu bentuk perencanaan program kesehatan keluarga. Rancangan perencanaan program dalam mengatasi permasalahan komunikasi inefektif remaja di keluarga Bp. R ditekankan pada prevensi primer, sekunder, dan tersier. Program ini diberi nama komunikasi efektif antara remaja dan orang tua. Program komunikasi efektif antara remaja dan orang tua ini akan diimplementasikan kedalam suatu bentuk intervensi keperawatan keluarga serta aktivitas kegiatan di komunitas yang melibatkan keluarga Bp. R. Rencana kegiatan di keluarga Bp. R dan di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar diberikan dalam bentuk pendidikan kesehatan, partnership dan empowerment. Kegiatan pelaksanaan program komunikasi efektif antara remaja dan orang tua untuk memberikan pembekalan pengetahuan mengenai komunikasi efektif, tujuan dari komunikasi efektif, situasi yang harus diciptakan dalam berkomunikasi dengan anak remaja, kemampuan orang tua yang perlu dikembangkan untuk berkomunikasi efektif serta melatih keterampilan orang tua dalam berkomunikasi Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 9 efektif dengan remaja dan pembekalan mengenai perilaku orang tua serta anak remaja dalam rangka peningkatan kesehatan serta berupaya mencari alternatif kegiatan positif dalam tumbuh kembangnya dan pemenuhan kesehatan komunikasi remaja. Waktu kegiatan disesuaikan dengan ketersediaan waktu keluarga. Pelaksanaan kegiatan melibatkan anak remaja, orang tua serta perawat. Evaluasi kegiatan program komunikasi efektif antara remaja dan orang tua ini dilakukan melalui evaluasi proses dan akhir kegiatan. Evaluasi akhir program dilakukan melalui evaluasi sumatif keluarga untuk menilai perubahan data-data hasil pengkajian awal dengan data-data setelah dilakukan implementasi program komunikasi efektif antara remaja dan orang tua untuk menilai setiap perubahan. Peran perawat dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak usia remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri dan masalah yang timbul dapat teratasi. Melihat pentingnya faktor komunikasi keluarga dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak (dalam hal ini anak remaja), untuk itulah diperlukan sebuah asuhan keperawatan keluarga untuk melakukan komunikasi efektif antara keluarga dan anak remaja. 1.2 Perumusan Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dimana remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikologis. Remaja selama masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada remaja apabila tidak terfasilitasi dengan baik. Perubahan yang terjadi akan memberikan dorongan yang kuat terhadap perilaku dan kehidupan remaja yang sifatnya sangat beragam (Clemen-stone, McGuire & Eigsti, 2002). Masalah kesehatan remaja yang termasuk perilaku berisiko antara lain merokok, konsumsi alkohol, konsumsi obat, depresi atau risiko bunuh diri, emosi, masalah fisik, problem sekolah dan perilaku seksual (Stanhope & Lancaster, 2004). Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti mengenai perilaku berisiko remaja di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis Kota Depok Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 10 tahun 2013 khususnya di RW 02, menunjukkan kebiasaan dan gaya hidup remaja. Kebiasaan remaja di RW 02 khususnya di keluarga Bp. R untuk terbuka dengan orang tuanya tentang masalah pribadinya masih sangat rendah, anak remaja Bp. R, An. H (14 tahun) cenderung lebih terbuka dengan teman-temannya dibandingkan dengan orang tua mereka karena menurut An. H kadang percakapan dengan orang tua akan berakhir dengan ketegangan. Perilaku berisiko pada masa remaja dapat diantisipasi oleh keluarga melalui pelaksanaan struktur keluarga terkait pola komunikasi efektif keluarga secara optimal (Friedman, Bowden & Jones, 2003). Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang sulit bagi orang tua untuk berkomunikasi secara baik dengan anak sehingga tak jarang terjadinya konflik antara orang tua dan anak. Komunikasi dalam keluarga memegang peranan penting dalam membentuk pola pikir dan kepribadian anak. Hal ini masuk akal, karena hampir 80% waktu kita digunakan untuk berkomunikasi (Effendy, 2000). Berhasil tidaknya keluarga dalam mendidik anak sangat dipengaruhi oleh pola komunikasi yang terbentuk di dalamnya. Bila pesan yang disampaikan orang tua dapat ditangkap oleh anak secara jelas, berarti proses komunikasi berjalan dengan baik. Sebaliknya bila pesan tidak diterima dan tidak ditangkap dengan jelas oleh anak, maka komunikasi antar anggota keluarga tidak berjalan dengan baik. Bila hal ini terjadi maka akan berakibat kesalahpahaman dalam penerimaan pesan dan proses pengasuhan dapat terganggu bahkan terhambat. Oleh karena itu, dengan melihat pentingnya komunikasi efektif antara remaja dan orang tuanya, maka penulis terdorong untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan anak remaja pada keluarga Bp. R dengan masalah ketidakefektifan koping terutama komunikasi infektif di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu menggambarkan asuhan keperawatan keluarga dengan anak remaja pada keluarga Bp. R dengan masalah ketidakefektifan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 11 koping terutama komunikasi infektif di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari pembuatan karya ilmiah ini adalah mahasiswa mampu menggambarkan: a. Profil wilayah praktik yaitu wilayah RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok b. Data-data yang terkait dengan masalah komunikasi inefektif di keluarga Bp. R. c. Masalah keperawatan di keluarga Bp. R. d. Perencanaan keperawatan dalam mengatasi masalah komunikasi inefektif di keluarga Bp. R. e. Tindakan keperawatan pada setiap rencana keperawatan yang telah disusun untuk mengatasi masalah komunikasi inefektif pada keluarga Bp. R. f. Evaluasi setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dengan masalah komunikasi inefektif pada keluarga Bp. R. 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Manfaat Keilmuan Karya ilmiah ini sebagai bahan pengembangan pengetahuan dalam keilmuan keperawatan komunitas khususnya tentang masalah ketidakefektifan koping terutama masalah komunikasi inefektif antara orang tua dengan anak remaja. 1.4.2 Manfaat Aplikatif 1.4.2.1 Pelayanan Keperawatan Keluarga Karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai dasar asuhan keperawatan keluarga dengan remaja. Komunikasi dan kekuatan keluarga dengan remaja dapat digunakan untuk mengevaluasi program pembinaan dan pendidikan kesehatan pada remaja khususnya PKPR (Program Kesehatan Peduli Remaja) di Puskesmas. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 12 1.4.2.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan Karya ilmiah ini diharapkan dapat memperkaya ilmu keperawatan khususnya keperawatan keluarga dalam mengembangkan model promosi keperawatan keluarga dengan anak remaja, model intervensi pembinaan keluarga dan model pemberdayaan keluarga melalui optimalisasi komunikasi dan kekuatan keluarga. 1.4.3 Manfaat Metodologi Karya ilmiah ini dapat menjadi sarana peneliti untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pemberian asuhan keperawatan komunitas terutama asuhan keperawatan keluarga dengan anak remaja serta mengaplikasikan materi yang didapatkan saat di bangku perkuliahan. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Teori Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Kawasan perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kota dapat diartikan yang lain sebagai suatu daerah yang memiliki gejala pemusatan penduduk yang merupakan suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis sosial, ekonomi, kultur, yang terdapat di daerah tersebut dengan adanya pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lainnya (Bintarto, 2000). Masyarakat urban dapat disimpulkan sebagai massa yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya untuk menjadi lebih baik. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lain dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2004). Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa unsurunsur perawatan kesehatan masyarakat adalah 1) Bagian integral dari pelayanan kesehatan, khususnya keperawatan; 2) Merupakan bidang khusus dari keperawatan; 3) Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial; 4) Sasaran pelayanan adalah individu, kelompok, masyarakat yang sehat maupun sakit; 5) Ruang lingkup kegiatan adalah promotif, prefentif, kuratif, rehabilitatif, resosialitatif; 6) Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Keperawatan kesehatan masyarakat mamiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari keperawatan ini adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yeng mereka 13 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 14 miliki. Sedangkan tujuan khusus dari keperawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat dalam hal mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi, menetapkan masalah kesehatan/ keperawatan dan prioritas masalah, merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/ keperawatan, menanggulangi masalah kesehatan/ keperawatan yang mereka hadapi, meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care), serta tertanganinya kelompok-kelompok risiko tinggi yang rawan terhadap masalah kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004). Keperawatan kesehatan masyarakat cakupannya sangat luas, tidak hanya menangani suatu permasalahan yang membutuhkan adanya penyembuhan dari suatu penyakit tetapi juga adanya upaya pencegahan. Oleh karena itu di lingkup keperawatan kesehatan masyarakat mencakup peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitative dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga dan kelompok-kelompok masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakat (resosialitatif) (Stanhope & Lancaster, 2004). 2.1.1 Sejarah Perkembangan dan Karakteristik Kota (Urban) Masyarakat perkotaan tentunya memiliki perbedaan dengan masyarakat yang lain. Mereka memiliki ciri dan karakter tersendiri yang membuat mereka memerlukan ruang lingkup area tersendiri dalam bidang keperawatan. Menurut Prof. Drs. R. Bintarto, kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggu, strata sosial ekonomi yang heterogen dan corak kehidupan yang materialistik (Bintarto, 2000). Sebelum kota menjadi tempat pemukiman yang tetap, pada mulanya kota sebagai suatu tempat orang pulang balik untuk berjumpa secara teratur, terdapat semacam daya tarik pada penghuni luar kota untuk kegiatan rohaniah dan perdagangan serta kegiatan lain, penghuninya sebagian besar telah mampu memenuhi kebutuhannya lewat pasar setempat dan ciri kota ada pasarnya. Dalam suatu kota diisi oleh suatu golongan spesialis non agraris dan yang berpendidikan dan merupakan sistem jaringan kehidupan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 15 manusia yang ditandai oleh strata sosial ekonomi yang heterogen serta corak matrialistis. Sedangkan masyarakat perkotaan adalah masyarakat yang tinggal di kota yaitu di wilayah yang memiliki kegiatan utama bukan pertanian dan biasanya mereka tinggal di kota bertujuan untuk memperbaiki hidup mereka. Masyarakat perkotaan sering disebut urban community, oleh karena itu urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Gejala urbanisasi di sebuah kota dapat dilihat dari jumlah penduduk yang terus berubah (bertambah) dan terjadi perubahan pada tatanan masyarakat (Bintarto, 2000). Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan ini termasuk dalam lingkup keperawatan komunitas. Karena masyarakat perkotaan merupakan komunitas yang tinggal di daerah perkotaan dengan semua keadaan dan kondisi yang ada di lingkungan kota. Keperawatan masyarakat perkotaan memiliki 8 karakteristik dan merupakan hal yang penting dalam melakukan praktik (Allender & Spredley, 2005), yaitu 1) Merupakan lahan keperawatan; 2) Merupakan kombinasi antara keperawatan publik dan keperawatan klinik; 3) Berfokus pada populasi; 4) Menekankan terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya promosi kesehatan dan kesejahteraan diri; 5) Mempromosikan tanggung jawab klien dan self care; 6) Menggunakan pengesahan/ pengukuran dan analisa; 7) Menggunakan prinsip teori organisasi; 8) Melibatkan kolaborasi interprofesional. Perawat kesehatan masyarakat perkotaan memiliki peran dalam mengelola perawatan kesehatan dalam perkotaan tersebut serta menjadi pendidik kesehatan dalam masyarakat tersebut. 2.1.2 Peran Perawat dalam Keperawatan Kesehatan Perkotaan Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 16 pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut pertama yaitu memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat. Kedua Penyuluhan/ pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004). Ketiga konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi. Keempat bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi. Kelima melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Keenam penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Ketujuh sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan. Kedelapan melaksanakan asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan. Kesembilan mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komuniti. Kesepuluh Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait dan terakhir memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004). 2.2 Remaja 2.2.1 Pengertian Remaja Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun. Istilah adolesens biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 17 perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi (Potter & Perry, 2005). Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan saja kesukaran bagi individu, tetapi juga bagi orang tuanya, masyarakat bahkan sering kali pada aparat keamanan. Hal ini disebabkan masa remaja merupakan masa transisi antara kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi ini sering kali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi yang membingungkan, disatu pihak ia masih kanak-kanak, tetapi dilain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa (Purwanto, 1999). Menurut Purwanto (1999), tingkat-tingkat perkembangan dalam masa remaja dapat dibagi dengan berbagai cara. Salah satu pembagian yang dilakukan oleh Stolz adalah sebagai berikut: a. Masa prapuber: satu atau dua tahun sebelum masa remaja yang sesungguhnya. Anak menjadi gemuk, pertumbuhan tinggi badan terhambat sementara. b. Masa puber atau masa remaja: perubahan-perubahan sangat nyata dan cepat. Dimana anak wanita lebih cepat memasuki masa ini dari pada pria. Masa ini lamanya berkisar antara 2,5 – 3,5 tahun. c. Masa postpuber: pertumbuhan yang cepat sudah berlalu, tetapi masih nampak perubahan-perubahan tetap berlangsung pada beberapa bagian badan. d. Masa akhir puber: melanjutkan perkembangan sampai mencapai tandatanda kedewasaan. Sedangkan menurut Purwanto (1999), periode remaja adalah periode yang dianggap sebagai masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam perkembangan kepribadian individu. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dimana usia anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 1998). Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 18 Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Pada masa ini remaja relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak perubahan-perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang dialami remaja, mencakup fisik, mental, emosi dan perilaku sosial. Oleh karena itu, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah-masalah psikologis dan fisiologis. Masalah tersebut yang akan berakibat pada masalah kesehatan pada remaja (Santrock, 2007). Masalah-masalah yang terjadi pada remaja tidak dapat terlepas dari pengaruh interaksi dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial terhadap berkembangnya masalah-masalah remaja dan orang-orang yang berasal dari berbagai usia lainnya. Menurut pendekatan biologis, masalah yang terjadi pada remaja dapat berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Sedangkan faktor-faktor psikologis yang dianggap sebagai sebab timbulnya masalah remaja adalah gangguan berpikir, gejolak emosional, proses belajar yang keliru, dan relasi yang bermasalah. Selanjutnya faktor sosial yang melatarbelakangi timbulnya masalah pada remaja yaitu berasal dari latar belakang budaya, sosial-ekonomi, latar belakang keluarga, dan lingkungan (Santrock, 2007). Sebelum memahami remaja dan permasalahannya, kita harus terlebih dahulu memahami karakteristik psikososial yang dialami oleh remaja. Menurut Depkes RI (1999) dalam Purwanto (1999) dijelaskan bahwa perkembangan psikososial remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu perkembangan psikososial remaja awal (10-14 tahun), remaja pertengahan (15-16 tahun), dan remaja akhir (17-19 tahun). 1. Remaja Awal (10 -14 tahun) Masa remaja awal merupakan masa transisi dari masa anak-anak yang biasanya tidak menyenangkan, dimana dengan meningkatnya kesadaran Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 19 diri (self consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik, psikis maupun sosial pada remaja sehingga remaja mengalami perubahan emosi ke arah yang negatif menjadi mudah marah, tersinggung bahkan agresif. Selain hal tersebut, remaja juga menjadi sulit bertoleransi dan berkompromi dengan lingkungan sekitar sehingga cenderung memberontak dan terjadi konflik. Masa remaja awal ini juga remaja senang bereksperimen dalam pakaian, gaya yang dianggap tidak ketinggalan zaman dan senang membentuk kelompok sebaya yang sesuai dengan mereka. Rasa keterikatan dengan kelompoknya ini sangat penting bagi remaja, sehingga cenderung mengikuti apa yang dipakai oleh kelompoknya karena keinginan untuk tampak sama dan dianggap dalam kelompok pergaulan. Konsumsi obat (narkoba) juga dapat berkaitan dengan alasan sosial, yang membantu remaja merasa lebih nyaman dan menikmati kebersamaan dengan orang lain (Ksir, Hart, & Ray dalam Santrock, 2007). 2. Remaja Pertengahan (15 – 16 tahun) Remaja pertengahan terjadi pada usia 15-16 tahun, pada tahap ini biasanya remaja lebih mudah untuk diajak bekerjasama karena mampu berkompromi, tenang, sabar, lebih toleran untuk menerima pendapat orang lain. Saat ini remaja lebih belajar untuk berfikir independen dan menolak campur tangan orang lain termasuk orang tua. Remaja juga mulai terfokus pada diri sendiri, mudah bersosialisasi, tidak lagi pemalu dan mulai membutuhkan lebih banyak teman bersifat solidaritas bahkan mulai membina hubungan dengan lawan jenis sehingga lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan teman-teman dibandingkan keluarga. Remaja mulai memiliki minat yang besar dalam seni, olah raga, organisasi, dan sebagainya seiring dengan berkembangnya intelektualitas mereka. Pada masa ini remaja mampu berfikir abstrak, berhipotesa dan peduli untuk mendiskusikan atau berdebat terhadap permasalahannya sehingga remaja sering bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasakan nyaman bagi mereka walaupun berisiko. Beberapa remaja menyalahgunakan narkoba karena tertarik dengan keterangan yang Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 20 diberikan oleh media mengenai sensasi yang dihasilkan, mereka bertanya-tanya seandainya obat yang dideskripsikan dapat memberikan pengalaman yang sangat unik (Santrock, 2007). 3. Remaja Akhir (17 – 19 tahun) Masa remaja akhir ini, remaja lebih berkembang dalam intelektualitasnya sehingga mulai menggeluti masalah sosial, politik, agama. Remaja yang tumbuh dengan baik dan tanpa masalah akan mulai belajar mandiri baik secara finansial maupun emosional dengan lebih baik mengatasi stress sehingga pada tahap ini remaja ingin diakui sudah menjadi seseorang yang dewasa dan dapat menentukan keputusan hidupnya sendiri. Remaja juga mulai menjalin hubungan yang serius dengan temantemannya, khususnya lawan jenis sehingga semakin sulit untuk diajak dalam acara keluarga. Keluarga diharapkan terus memantau perkembangan remaja di tahap ini tanpa memberikan banyak peraturan karena mereka sudah ingin dianggap dewasa. 2.2.2 Ciri-Ciri Masa Remaja Menurut Hurlock (1998), masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut antara lain: a. Masa remaja sebagai periode yang penting Peroide remaja dianggap sangat penting dari pada beberapa periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku. Akibat fisik dan psikologis mempunyai persepsi yang sangat penting. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal pada masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru (Hurlock, 1998). b. Masa remaja sebagai periode peralihan Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang terjadi sebelumnya, tetapi peralihan yang dimaksud adalah dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan akan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 21 datang. Bila anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekakak-kanakan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan (Hurlock, 1998). c. Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat maka perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Jika perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. Ada empat perubahan yang sama dan hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan (Hurlock, 1998). d. Masa remaja sebagai usia bermasalah Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu, yaitu sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah, serta para remaja merasa mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru. Ketidakmampuan remaja untuk mengatasi sendiri masalahnya, maka memakai menurut cara yang mereka yakini. Banyak remaja akhirmya menemukan bahwa penyelesaian tidak selalu sesuai dengan harapan mereka (Hurlock, 1998). e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat, apakah ia seorang anak atau dewasa, apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 22 agama atau nasionalnya membuat beberapa orang merendahkannya. Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau akan gagal (Hurlock, 1998). f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal (Hurlock, 1998). g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningkatnya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri (Hurlock, 1998). h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan (Hurlock, 1998). Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 23 2.2.3 Tugas Perkembangan pada Masa Remaja a. Menerima citra tubuh Seringkali sulit bagi remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari caracara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan (Hurlock, 1998). b. Menerima identitas seksual Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai banyak kesulitan bagi anak laki-laki, mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi berbeda bagi anak perempuan, mereka didorong untuk memainkan peran sederajat sehingga usaha untuk mempelajari peran feminim dewasa memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun (Hurlock, 1998). c. Mengembangkan sisitem nilai personal Remaja megembangkan sistem nilai yang baru misalnya remaja mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana harus bergaul dengan mereka (Hurlock, 1998). d. Membuat persiapan untuk hidup mandiri Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri harus didukung oleh orang terdekat (Hurlock, 1998). e. Menjadi mandiri atau bebas dari orang tua Kemandirian emosi berbeda dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, tetapi juga membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari orang tua atau orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya yang mempunyai hubungan akrab dengan anggota kelompok Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 24 dapat mengurangi ketergantungan remaja pada orang tua (Hurlock, 1998). f. Mengembangkan ketrampilan mengambil keputusan Ketrampilan mengambil keputusan dipengaruhi oleh perkembangan ketrampilan intelektual remaja itu sendiri, misal dalam mengambil keputusan untuk menikah di usia remaja (Hurlock, 1998). g. Mengembangkan identitas seseorang yang dewasa Remaja erat hubungannya dengan masalah pengembangan nilainilai yang selaras dengan dunia orang dewasa yang akan dimasuki, adalah tugas untuk mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab (Hurlock, 1998). 2.2.4 Perubahan pada Remaja a. Perubahan fisik pada remaja Menurut Tim Pembina UKS Propinsi Jawa Barat (2004) terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda yaitu: 1. Tanda-tanda seks primer yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks. Terjadinya haid pada remaja putri (menarche) dan terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki. 2. Tanda-tanda seks sekunder yaitu: pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, cambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak. Dan pada remaja putri terjadi perubahan pinggul lebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (pubis). Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 25 b. Perubahan kejiwaan pada remaja Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik yang meliputi: 1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi: a) Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa) b) Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi. 2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi: a) Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik b) Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin coba-coba. 2.3 Keluarga Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga (Duval, 1972 dalam Setiadi 2008). Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anakanaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain. Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu: a. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah. b. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 26 c. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang tuanya. (Duval, 1972 dalam Setiadi 2008) Dalam keluarga modern sekalipun, pengaruh orang tua terhadap anaknya masih sangat kuat. Nampaknya adanya kecenderungan pembentukan perilaku anak sebagai hasil interaksi antara orang tua dengan anaknya. Sebagaimana diungkapkan oleh Setiadi (2008) bahwa kebanyakan sikap dan perilaku anak akan ditentukan oleh salah satu faktor penting, yaitu kualitas hubungan diantara orang tua dengan anak. 2.4 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja Sejalan dengan model fungsi keluarga McMaster, the procces of family functioning, dikembangkan dari teori sistem yang menjelaskan bahwa fungsi keluarga merupakan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan tugas dasar seperti makan dan rumah, tugas krisis seperti cara keluarga dalam menangani masalah, dan tugas perkembangan yang terjadi selama tahap perkembangan hidup keluarga. Model proses keberfungsian keluarga mengidentifikasi tujuh objek yang dapat menunjukkan berhasilnya keluarga dalam menyelesaikan tugas dasar, krisis, dan perkembangan. Tujuh objek tersebut adalah penyelesaian tugas, peran yang jelas, komunikasi, interkasi langsung dalam keluarga, keterlibatan, pengawasan, serta nilai dan norma (Setiadi, 2008). Duvall (1971) menyebutkan model siklus hidup keluarga merupakan cetak biru peran dan tugas keluarga yang senantiasa mengalami pergerakan melewati tiap tahap perkembangan keluarga, hal ini berarti transisi keluarga dari tahap ke tahap terdapat tanda-tanda yang dapat diprediksi secara normal. Keluarga dengan anak usia remaja dimulai ketika anak pertama berumur 13 tahun hingga 18 tahun dan berakhir sampai anak tersebut menikah, bekerja atau wajib militer, sebagai seorang dewasa muda(Olson & DeFrain, dalam Walcheski & Bredehoft, 2003; Duvall, 1971). Masa remaja adalah masa penuh tekanan untuk individu maupun keluarga dimana keduanya dituntut menyesuaikan diri terhadap perubahan besar individu dan sistem keluarga. Fase ini keluarga dengan anak remaja menghadapi kesulitan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 27 masalah finansial, masalah intra-family, work-family, dan transisi serta pergerakan anggota keluarga yang masuk-keluar dalam unit keluarga yang sudah dapat di prediksi. Ini merupakan tahap paling menegangkan dari sikus hidup keluarga. (Duvall, 1971;Mc Cubbin et al, 1988). Pernyataan ini didukung hasil penelitian yang menyebutkan bahwa ketika anak memasuki masa remaja, mayoritas (60%) keluarga merasa renggang dan terpisah. Hal ini bukan hanya ekspektasi melainkan kenyataan karena remaja mulai mengembangkan autonominya (Day et al, 1995). Duvall (1971) menjabarkan tahapan kritis tugas perkembangan keluargaanak usia remaja yakni: 1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan betanggung jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda yang mulai memiliki otonomi; 2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga; 3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dengan orang tua; 4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan bagi anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang keluarga. Hal ini berarti keempat tugas tersebut merupakan tugas penting yang perlu dipenuhi oleh keluarga dengan anak usia remaja. Sementara itu, tugas perkembangan keluarga dalam Duvall Miller (1985) dibagi menjadi beberapa kategori yakni: tugas perkembangan secara umum, tugas perkembangan terkait perannya sebagai orang tua, suami-istri, pengelola rumah tangga dan individu dewasa. Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia remaja secara umum meliputi: 1) Menyediakan fasilitas untuk individu yang berbeda dan kebutuhan anggota keluarga; 2) Bertanggung jawab terhadap sistem keuangan keluarga; 3) Menetapkan pembagian tanggung jawab dalam keluarga; 4) Membangun kembali hubungan pernikahan yang saling memuaskan; 5) Mempererat jarak komunikasi dalam keluarga; 6) memperbaiki hubungan dengan saudara, teman dan kerabat; 7) Memperluas cakrawala dari remaja dan orang tua; 8) Merumuskan filsafat hidup yang bisa diterapkan dalam keluarga (Duvall & Miller 1985). Sementara itu, Gunarsa dan Gunarsa (2008) menjelaskan bahwa orangtua memiliki peran penting untuk mempersiapkan anak memasuki usia remaja dalam hal: 1. Pertumbuhan fisik anak Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 28 Memberikan perlakuan pengasuhan yang baik, lingkungan sehat, pengetahuan praktis mengenai kadar gizi, pengetahuan kebutuhan dasar dan minimal (istirahat, bermain, belajar) sesuai kebutuhan pribadi patokan umum dan masa perkembangan anak serta memberikan aturan sesuai dengan kondisi anak. 2. Perkembangan sosial anak Orang tua harus mengerti bahwa pergaulan sebagai kebutuhan, tak terkecuali bagi remaja. Bergaul dengan teman sebaya yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kepribadian anak. Oleh karena itu orang tua perlu memperhatikan siapa atau dengan kelompok mana anak boleh, dianjurkan atau menghindari. 3. Perkembangan mental Memperbaiki proses komunikasi verbal orang tua dengan anak, berbicara sambil membimbing, penyediaan sarana dan fasilitas sesuai kebutuhan anak. 4. Perkembangan spiritual Membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku anak sesuai dengan ajaran agama, mengikutsertakan dalam kegiatan keagamaan serta menciptakan suasana keluarga yang harmonis. Kemudian, memberikan pengertian nilai dan norma hukum seperti pelanggaran, tata tertib, penyesuaian diri, 5. Mengembangkan minat dan bakat anak Memberi kesempatan untuk berkembang, kerjasama orang tua - keluarga besar - sekolah dengan mendorong anak memiliki kegiatan lain yang produktif selain belajar. Ali dan Asrori (2010) berpendapat bahwa amat penting bagi remaja diberikan bimbingan agar keingintahuan yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif dan produktif. 2.5 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien di berbagai tatanan nyata pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar praktik keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan. Sedangkan asuhan keperawatn Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 29 keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga, yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Effendi, 2002). Secara umum tujuan asuhan keperawatan keluarga adalah peningkatan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah peningkatan kemampuan keluarga yaitu dalam 1) Mengenal masalah kesehatan keluarga; 2) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga; 3) Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh dan atau keluarga yang membutuhkan bantuan sesuai dengan kemampuan keluarga; 4) Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis dan sosial) sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga; 5) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga. Tahapan proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian keluarga dan individu dalam keluarga, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana keperawatan, pelaksanaan asuhan keperawatan dan evaluasi (Friedman, 2003). 2.5.1 Pengkajian Keluarga Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil data secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga, temuan yang objektif, informasi yang tertulis maupun lisan dan rujukan berbagai lembaga yang menangani keluarga dan anggota tim lainnya, pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe), data sekunder, misalnya hasil laboratorium, dsb. Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga menurut Friedman (2003) adalah 1) Data umum ; 2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga; 3) Lingkungan; 4) Struktur keluarga; 5) Fungsi keluarga; 6) Stress dan koping keluarga; 7) Harapan keluarga; 8) Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga. 2.5.2 Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 30 Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan respons manuasia. Keadaan sehat atau perubahan pola interaksi potensial/ aktual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000). Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label singkat untuk menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di lapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah-masalah aktual atau potensial atau diagnosis sejahtera yang mengacu pada NANDA (The North American Nursing Diagnosis Association) 2012-2014. Menegakkan diagnosa dilakukan dua hal, yaitu analisis data yang mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan. Perumusan diagnosis keperawatan, komponen rumusan diagnosis keperawatan meliputi: Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga. Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif. Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang emndukung masalah dan penyebab. 2.5.3 Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga Tabel 2.1 Cara Membuat Skor Penentuan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga (Friedman, 2003) No Kriteria Skor Bobot 1 Sifat masalah 1 3 Aktual (Tidak/kurang sehat) 2 Ancaman kesehatan 1 Keadaan sejahtera 2 Kemungkinan masalah dapat diubah a. Mudah b. Sebagian c. Tidak dapat 2 2 1 0 Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 31 3 4 Potensi masalah untuk dicegah a. Tinggi b. Sedang c. Rendah Menonjolnya masalah a. Masalah berat, harus segera ditangani b. Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani c. Masalah tidak dirasakan Skoring : Skor 1 3 2 1 1 2 1 0 x Bobot Angka tertinggi Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas yaitu kriteria 1: sifat masalah; bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/ kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga; kriteria 2: kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut: pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah, sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga, sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu, sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan masyarakat; kriteria 3: potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan: kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah, lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada, tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah, adanya kelompok „high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah; kriteria 4: menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga. 2.5.4 Perencanaan Keperawatan keluarga Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 32 dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan (Friedman, 2003). Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitno, 2004). Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000). Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/ masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga. 2.5.5 Implementasi Keperawatan Keluarga Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan mengenai diagnosis yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup lima tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (2003), yaitu: 1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan dan endorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah; 2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan; 3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan; 4) Membantu keluarga untuk menemukan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 33 cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin; 5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan keluarga dan sarana dan prasarana yang ada pada keluarga. 2.5.6 Evaluasi Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional. Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir (Friedman, 2003). Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno, 2004). S: ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan. O: keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang obyektif. A: merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif. P: perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis. 2.6 Ketidakefektifan Koping Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 34 Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respons terhadap situasi yang mengancam. Koping yang efektif akan menghasilkan adaptasi. Koping dapat diidentifikasi melalui respons, manifestasi (tanda dan gejala) dan pertanyaan klien dalam wawancara. (Keliat dkk, 2005). Ketidakefektifan koping merupakan ketidakmampuan penilaian yang tepat terhadap stressor, pilihan yang tidak adekuat terhadap respons untuk bertindak, dan ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia (NANDA, 2012). Salah satu batasan karakteristik secara subjektif dari ketidakefektifan koping yaitu perubahan dalam pola komunikasi yang biasanya. 2.6.1 Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media). Harrol D. Lasswel (dalam Riswandi, 2009) menjelaskan bahwa komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” mengatakan “apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa”, dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan penyampaian informasi dalam sebuah interaksi tetep muka yang berisi ide, perasaan, perhatian makna, serta pikiran yang diberikan pada penerima pesan dengan harapan si penerima pesan menggunakan informasi tersebut untuk mengubah sikap danperilakunya. 2.6.1.1 Komunikasi Efektif Komunikasi efektif adalah komunikasi yang berjalan dua arah dan dapat mencapai tujuan dari komunikasi tersebut (Gunarsa, 2004). Tujuan dari komunikasi efektif ini antara lain untuk membangun hubungan yang harmonis dengan remaja, membentuk suasana keterbukaan dan mendengar, membuat remaja mau bicara pada saat mereka menghadapi masalah, membuat remaja mau mendengar dan menghargai orang tua dan dewasa saat mereka berbicara serta membantu remaja menyelesaikan masalahnya. Dalam berkomunikasi, orang tua dan orang dewasa biasanya ingin segera Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 35 membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi remaja, sehingga cenderung (1) Lebih banyak bicara daripada mendengar; (2) Merasa tahu lebih banyak; (3) Cenderung memberi arahan dan nasihat; (4) Tidak berusaha untuk mendengar dulu apa yang sebenarnya terjadi dan yang dialami para remaja; (5) Tidak memberi kesempatan agar remaja mengemukakan pendapat; (6) Tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami remaja dan memahaminya; (7) Merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan terhadap remaja (BKKBN, 2002). 2.6.1.2 Komunikasi Tidak Efektif Komunikasi antara orang tua dengan remaja mempengaruhi pertumbuhan kepribadiannya. Di samping itu komunikasi juga erat hubungannya dengan perilaku dan pengalaman dalam keluarga. Melalui komunikasi remaja dapat menemukan dirinya sendiri, mengembangkan konsep diri, dan dapat menetapkan hubungan remja dengan lingkungan. Hubungan antara orang tua dengan anak remaja akan menentukan intelektualitas dan kualitas hidup orang tersebut. Jika orang tua tidak memahami gagasan anak remaja, dan pesan dari remaja itu menjengkelkan mereka, ini berarti ada problema yang tidak berhasil diatasi. Jika remaja menentang pendapat orang tua, maka orang tua tidak "dalam berkomunikasi" dengan remaja. Jika semakin sering orang tua berkomunikasi namun semakin jauh jaraknya dengan mereka, dan jika orang tua selalu gagal untuk memotivasi remaja untuk bertindak, berarti orang tua telah gagal berkomunikasi. Dengan kata lain komunikasi antara orang tua dengan remaja tidak efektif (Effendy, 2000). 2.6.2 Pola Komunikasi Keluarga Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), mengartikan pola sebagai bentuk (struktur) yang tetap, sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 36 communication, yang akar katanya adalah communis. Arti communis di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal (Effendy, 2000). Jadi, komunikasi berlangsung bila antara orangorang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Dengan demikian, pola komunikasi di sini dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau dari anak ke anak. Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin disampaikan. Siapa yang berkepentingan untuk menyampaikan suatu pesan akan berpeluang untuk memulai komunikasi. Sedangkan yang tidak berkepentingan untuk menyampaikan suatu pesan akan cenderung menunda komunikasi. Wursanto (2007) mengatakan bahwa komunikasi dapat berlangsung setiap saat, di mana saja, kapan saja, oleh siapa saja dan dengan siapa saja. Semenjak lahir, manusia sudah mengadakan hubungan dengan kelompok masyarakat sekelilingnya. Kelompok pertama dialami oleh individu itu dengan ibunya, bapaknya, dan anggota keluarga lainnya. Makin bertambah umurnya, makin luas pula hubungan yang dapat dijangkau oleh individu itu. Selain sebagai makhluk individu, manusia adalah makhluk sosial, makhluk bermasyarakat. Komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak remaja merupakan faktor penting dalam interaksi, karena komunikasi menyebabkan adanya saling pengertian antar anggota keluarga. Komunikasi efektif terjadi apabila anak dapat mengungkapkan perasaan dan masalah yang dihadapi sedang orang tua memahami dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Balson, 2003). Komunikasi orang tua dengan remaja pada dasarnya harus terbuka, walaupun remaja lebih cenderung terbuka dengan teman sebaya. Hal tersebut karena remaja merupakan bagian dari keluarga. Komunikasi yang Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 37 terbuka diharapkan dapat menghindari kesalahpahaman antara orang tua dengan remaja. Apabila remaja telah dapat berfikir secara baik, remaja telah dapat mempertimbangkan secara baik mengenai hal yang dihadapi. Dengan demikian akan menimbulkan saling pengertian di seluruh anggota keluarga, sehingga akan terbina dan tercipta tanggung jawab sebagai anggota keluarga (Gunarsa, 2004). Gunarsa (2004) mengemukakan bahwa komunikasi efektif antara orang tua dan remaja membentuk pola dasar kepribadian remaja secara normal dan perkembangan psikologis yang sehat bagi remaja, karena merupakan hakekat seorang remaja dalam pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan uluran tangan orang tua, orang tua lah yang bertanggung jawab dalam mengembangkan keseluruhan eksistensi remaja termasuk kebutuhan fisik dan psikis sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang kearah kepribadian yang matang dan harmonis. Kualitas komunikasi antara orang tua dan remaja dapat menghindari remaja dari perilaku berisiko remaja, hal ini dikarenakan antara orang tua dan remaja terjalin hubungan atau komunikasi yang intensif sehingga kemungkinan terjadi sharing, dan pemecahan masalah (Laily & Matulessy, 2004; dalam Fauzi, 2010). 2.7 Intervensi Inovasi Komunikasi Efektif antara Remaja dan Orang Tua Program inovasi intervensi unggulan yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R yaitu dengan komunikasi efektif antara remaja dan orang tua. Dalam berkomunikasi dengan remaja ada beberapa kunci pokok yang harus diperhatikan, yaitu pertama, mendengar supaya remaja mau bicara, kedua menerima dahulu perasaan remaja, dan ketiga bicara supaya di dengar. Oleh sebab itu orang tua dan orang dewasa harus mau belajar dan berubah dalam cara berbicara dan cara mendengar. Dalam mencapai tujuan berkomunikasi, perlu diingat bahwa orang tua dan orang dewasa juga harus lebih dahulu siap dan mau berubah, sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang efektif dengan mereka (BKKBN, 2002). Adapun prosedur dari pelaksanaan komunikasi efektif, yaitu: Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 38 1. Remaja: 1. Sebelum memulai proses komunikasi hubungan remaja dan orang tua hangat dan terbuka 2. Remaja telah menyatakan bersedia mengungkapkan permasalahannya 3. Teridentifikasi bahwa remaja berada pada kondisi yang membutuhkan bantuan orang tua untuk memfasilitasi 2. Orang tua: 1. Mendengar supaya remaja banyak bicara 2. Menerima dahulu perasaan remaja agar remaja lebih terbuka dan dihargai 3. Berbicara supaya didengar 4. Mau berubah dimana orang tua memiliki waktu yang khusus dalam mendengarkan dan berkomunikasi dengan remaja 3. Lingkungan 1. Diharapkan proses komunikasi dapat dilakukan di ruangan yang kondusif, tenang, dan privacy remaja terjaga 2. Jika dilakukan di rumah sebaiknya dilakukan di ruangan tertutup untuk menjaga privacy remaja dan keleluasaan remaja mengekspresikan perasaan atau menceritakan permasalahan yang dihadapinya (cacatan: tergantung masalah yang mau dikomunikasikan oleh remaja, dan kesepakatan dengan remaja) 4. Pelaksanaan Dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan remaja terdapat enam kemampuan yang perlu dikembangkan oleh orang tua dan orang dewasa agar dapat menjalin komunikasi efektif dengan remaja, yaitu: 1. Mengenal diri sendiri Dalam berkomunikasi terutama dengan remaja penting bagi orang tua dan orang dewasa harus mengenal kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya, kekurangan atau kelemahan yang dirasa mengganggu, cara memanfaatkan kelebihan dan mengatasi kekurangan diri. Dengan pengenalan diri, orang tua bisa menerima diri apa adanya, sehingga tahu apa yang harus dirubah. Selain itu sebagai orang tua akan lebih percaya diri dan mudah menerima remajanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 39 Bagaimana cara orang tua mampu menerima diri mereka sendiri, yaitu: 1) Menghargai diri sendiri; biasakan tidak membandingkan diri dengan orang lain, karena setiap orang itu unik. Masing-masing orang berbeda. 2) Menghargai upaya yang sudah dilakukan; walaupun mungkin belum berhasil tetapi tetap berusaha menghargai niat dan upaya yang telah dilakukan 3) Menentukan tujuan hidup kita; tentukan tujuan dalam mendidik anak. Ingin menjadi ibu atau ayah yang menjadi panutan bagi anak-anaknya 4) Berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain; memandang dirinya maupun remaja dari sisi yang positif 5) Mengembangkan minat dan kemampuan diri; bersedia menghabiskan waktu dan tenaga untuk belajar dan melakukan tugas sampai tujuan tercapai 6) Mengendalikan perasaan; tidak mudah marah, menghadapi kesedihan secara wajar tidak berlebihan, tidak mudah terpengaruh keadaan sesaat dan bisa menerima penjelasan remaja dengan tenang 2. Mengenal diri remaja Penting bagi orang tua dan orang dewasa memahami perasaan remaja. Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja, yang disebabkan karena orang tua dan orang dewasa kurang dapat memahami perasaan anaknya yang diajak biocara. Agar komunikasi dapat lebih efektif, orang tua perlu meningkatkan kemampuannya dan mencoba memahami perasaan anak sebagai lawan bicara. Pada dasarnya kebutuhan manusia yang paling dalam adalah keinginan agar perasaannya dimengerti, didengar, dihargai dan dirinya dapat diterima oleh orang lain. Dengan bersedia menerima perasaan remaja, menunjukkan bahwa kita menghargai remaja dan hal tersebut membuat mereka merasa berharga. Mereka akan belajar bahwa bukan hanya perasaan mereka saja yang penting, tetapi juga perasaan orang lain sama pentingnya. Dua perasaan yang sering dialami remaja adalah pertama, perasaan negatif. Perasaan ini antara lain berupa perasaan marah, kesal, bosan, bingung, kecewa, frustasi, merasa tidak diperhatikan, kaget, ragu-ragu, tidak nyaman, Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 40 merasa tidak dicintai, dan sebagainya. Kedua, perasaan positif, antara lain berupa perasaan berani, puas, yakin pada kemampuan diri, senang, berminat, bangga, hebat, dan sebagainya. Perasaan memegang peranan yang sangat penting dalam berkomunikasi. Seseorang yang sedang dalam perasaan senang akan mudah berkomunikasi atau menyampaikan pikiran, pendapat, bahkan perasaan hatinya. Untuk memahami perasaan remaja, orang tua dan orang dewasa harus menerima terlebih dahulu perasaan dan ungkapan remaja, terutama ketika ia sedang mengalami masalah. Ini sangat penting agar mereka merasa nyaman dan mau melanjutkan pembicaraan dengan lawan bicara. Selanjutnya orang tua dan orang dewasa akan lebih mengerti apa yang sebenarnya dirasakan dan dialami remaja. Melalui bahasa tubuh dapat menunjukkan bagaimana perasaan yang sebenarnya. Bahasa tubuh mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam segala bentuk komunikasi dan umumnya terkirim tanpa kita sadari. Ungkapan wajah dan mata, gerakan anggota badan dan tubuh, posisi tubuh remaja, bisa memberi isyarat yang banyak kepada orang tua agar memahami perasaan remaja. Demikian pula nada dan tempo suara. Oleh karena itu penting bagi setiap orang untuk mengenal bahasa tubuh. 3. Mendengar aktif Dalam upaya untuk berkomunikasi yang efektif, orang tua harus memiliki ketrampilan untuk menjadi pendengar aktif, mendengar atau menerima perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan untuk menunjukkan kepada remaja bahwa kita sungguh-sungguh telah menangkap perasaan yang terkandung didalamnya. Tujuan dari mendengar aktif adalah orang tua memahami anak remaja seperti yang mereka rasakan bukan seperti apa yang kita lihat atau kita sangka. Teknik mendengar aktif: 1) Aktif dan memperhatikan bahasa tubuh dengan sungguh-sungguh 2) Membuka diri dan siap mendengarkan 3) Tidak berbicara ketika remaja berbicara Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 41 4) Memahami apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dimaksud anak sesuai dengan kacamata anak, bukan kacamata orang tua Mendengar aktif sangat tepat digunakan bila: pertama, remaja sedang mengalami masalah dan menunjukkan emosi yang kuat, atau kedua, remaja tidak menunjukkan emosi akan tetapi dapat ditangkap perasaannya sedang tidak nyaman. Dalam mendengar aktif, orang tua seolah-olah berperan seperti cermin, dengan memantulkan kembali, menemani perasaan, serta mengulang isi pesan yang diungkapkan remaja, sehingga ia merasa didengar, dipahami dan didukung. Misal: Tono bilang dia akan ketemu aku di acara pertemuan remaja. Eh nggak tahunya dia nggak muncul, jadinya aku nggak punya temaan disana. Orang tua: Jadi Ana malu dong ya, karena Tono tidak datang. Cara menjadi cermin: Ketika remaja berbicara tunggulah 10 detik sebelum membalas pembicaraan. Gunakan waktu untuk berpikir “Apa yang sedang dirasakan anak saya?” dan ”Apa yang menyebabkan anak saya punya perasaan seperti ini?”. Ada beberapa kata-kata sebagai ungkapan memantulkan perasaan anak kita, yaitu: ”kamu kayaknya lagi ...... karena ......” atau ”Kamu kelihatannya ......... karena ..........”. Banyak keuntungan yang diperoleh jika kita mendengar aktif pada saat berkomunikasi dengan remaja, antara lain: 1. Membantu remaja untuk mengenal, menerima dan mengerti perasaannya sendiri serta menemukan cara mengatasi perasaan dan masalahnya. 2. Merangsang mereka untuk berbicara dan mengemukakan masalahnya sehingga kita dapat mengetahui dengan tepat apa yang sebenarnya dirasakan oleh anak dan remaja. Dengan demikian perasaan negatif tersebut sedikit demi sedikit akan hilang. 3. Menumbuhkan rasa hangat dan mengakrabkan hubungan orang tua dan remaja. Kita jadi belajar untuk bisa menerima keunikan remaja yang sedang kita dengarkan masalahnya. 4. Membuat remaja merasa dirinya penting dan berharga. 5. Membuat remaja merasa diterima dan dipahami cenderung akan mudah menerima dan memahami orang lain. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 42 6. Membuat remaja mau mendengarkan orang tuanya sehingga mudah terjalin kerjasama. 4. Pesan kamu dan pesan saya ”Pesan Kamu” adalah cara orang tua berkomunikasi dengan terbiasa menggunakan bahasa ”Kamu”. Cara ini seperti ini tidak menyampaikan akibat perilaku anak terhadap orang tua tetapi berpusat pada kesalahan anak, sehingga anak merasa disalahkan, direndahkan dan disudutkan. ”Pesan Saya” lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku anak sehingga anak belajar bahwa setiap perilaku memiliki akibat terhadap orang lain. Melalui “Pesan Saya” akan mendorong semangat anak, mengembangkan keberaniannya, sehingga anak akan merasa nyaman. ”Pesan Saya” terdiri dari 4 bagian: 1) Saya merasa (pernyataan yang mengandung bagaimana perasaan orang tua yang berkaitan dengan perilaku anak atau remaja yang mengganggu) 2) Kapan (saat perilaku yang mengganggu orang tua) 3) Karena/ sebab (alasan atau penjelasan apa yang diperkirakan akan terjadi) 4) Perilaku remaja yang diharapkan oleh orang tua Contoh: Ibu merasa cemas ketika kamu tidak pulang pada waktunya, karena Ibu pikir ada sesuatu yang terjadi sama kamu. Ibu suka kamu pulang menjelang pukul lima sore. Ibu menjadi marah ketika kamu memperlakukan ibu dengan kasar di muka umum. Karena Ibu rasa kamu tidak menghargai Ibu. Ibu suka kamu bila kamu berbicara sopan. 5. Menentukan masalah siapa Ketika kamu menghadapi remaja dengan masalah, kita perlu mengetahui masalah siapa ini, hal ini perlu karena: 1) Kita tidak mungkin menjadi seseorang yang harus mampu memecahkan semua masalah Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 43 2) Kita harus mengajarkan remaja rasa tanggung jawab dalam memecahkan masalahnya sendiri 3) Kita perlu membantu remaja untuk tidak terlalu ikut campur masalah orang lain 4) Remaja perlu belajar mandiri Cara mengidentifikasi masalah siapa: Tanyakan pada diri sendiri, yaitu: 1) Apakah tingkah laku remaja mengganggu hak dan keselamatan kita sebagai manusia? Ya / Tidak? 2) Apakah tingkah laku remaja mengganggu keselamatan remaja atau orang lain? Ya / Tidak? Jika jawaban kedua pertanyaan ini “ya”, maka masalah tersebut adalah masalah orang tua dan penyelesainnya dengan metode Pesan Saya (PS). Jika jawaban sebaliknya maka masalah tersebut adalah masalah remaja dan penyelesainnya dengan tehnik Mendengar Aktif (MA). Baik masalah remaja maupun masalah orang tua pemecahannya dapat dilakukan dengan melibatkan anak. Bila persoalan orang tua anak merasa dihargai. Bila masalah remaja, remaja belajar ketrampilan baru sehingga secara bertahap dapat mengurus dirinya sendiri. 6. Mengenal dan menghindari gaya penghambat komunikasi Dalam berkomunikasi dengan remaja, orang tua sering bereaksi terhadap ungkapan perasaan, pikiran, maupun pernyataan remaja dengan gaya yang membuat perasaan menjadi tidak nyaman dan merusak harga diri remaja, sehingga menyebabkan komunikasi menjadi terhambat. Oleh karena itu, orang tua diharapkan dapat mengenali gaya komunikasi tersebut dan berusaha menghindari atau tidak menggunakannya. Gaya komunikasi yang dapat menghambat komunikasi dengan remaja, antara lain: 1. Memerintah (“Jangan mengeluh, kerjakan saja”) 2. Menyalahkan (“Pasti kamu bikin onar lagi, apalagi yang kamu lakukan sampai Ayah dipanggil ke sekolah?”) 3. Meremehkan (“Kamu kan belum pengalaman, coba pikirkan saran Ibu”) Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 44 4. Membandingkan (“Raportmu jelek sekali, lihat dong raport adikmu”) 5. Memberi cap (“Seperti anak-anak saja, cengeng”) 6. Mengancam (“Jangan bicara begitu, awas kalo kamu lakukan lagi, tahu sendiri”) 7. Menasehati (“Sebaiknya kamu berterus terang saja mengatakannya”) 8. Membohongi (“Ibu gak punya uang”) 9. Menghibur (“Jangan dipikirkan, nanti juga baikan”) 10. Mengkritik (“Dasar pemalas, banyak bicara, tapi tidak mau mengerjakan”) 11. Menyindir (“Tumben mau nyapu, pasti sebentar lagi turun hujan”) 12. Menganalisa (“Ah mau kamu aja, sebenarnya teman-temanmu gak akan pergi kan”) (BKKBN, 2002). Tujuan orang tua menggunakan 12 gaya populer dan pesan yang ditangkap remaja: 1. Memerintah Tujuan orang tua: Mengendalikan situasi dan menyelesaikan masalah dengan cepat. Pesan yang ditangkap remaja: Harus patuh, tidak punya pilihan. 2. Menyalahkan Tujuan orang tua: Memberitahu remaja kesalahannya. Pesan yang ditangkap remaja: Tidak pernah benar/ baik. 3. Meremehkan Tujuan orang tua: Menunjukkan ketidakmampuan remaja dan orang tua lebih tahu. Pesan yang ditangkap remaja: Tidak berharga/ merasa tidak mampu. 4. Membandingkan Tujuan orang tua: Memotivasi dengan memberi contoh orang lain. Pesan yang ditangkap remaja: Tidak disayang, pilih kasih, saya memang selalu jelek. 5. Mencap Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 45 Tujuan orang tua: Memberitahu kekurangan dengan maksud remaja berubah. Pesan yang ditangkap remaja: Itulah saya. 6. Mengancam Tujuan orang tua: Supaya menurut/ patuh dengan cepat. Pesan yang ditangkap remaja: Cemas, takut. 7. Menasehati Tujuan orang tua: Supaya remaja tahu mana yang baik dan buruk. Pesan yang ditangkap remaja: Sok tahu, bosan dan bawel. 8. Membohongi Tujuan orang tua: Membuat urusan jadi gampang. Pesan yang ditangkap remaja: Orang tua/ orang dewasa tidak dapat dipercaya. 9. Menghibur Tujuan orang tua: Menghilangkan kesedihan atau kekecewaan, remaja jadi senang terus dan jangan larut Pesan yang ditangkap remaja: Senang, lupa, dan dimengerti melarikan masalah. 10. Mengkritik Tujuan orang tua: Meningkatkan kemampuan dirinya agar remaja memperbaiki kesalahan. Pesan yang ditangkap remaja: Kurang, salah. 11. Menyindir Tujuan orang tua: Memotivasi, mengingatkan supaya tidak selalu melakukan seperti itu dengan cara menyatakan yang sebaliknya. Pesan yang ditangkap remaja: Menyakiti hati. 12. Menganalisa Tujuan orang tua: Mencari penyebab positif/ negatif remaja atau kesalahannya dan berupaya mencegahnya agar tidak melakukan kesalahan yang sama lagi. Pesan yang ditangkap remaja: Ibu sok pintar. (BKKBN, 2002). Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Mei 2013 jam 10.00 WIB pada keluarga Bp. R (38 tahun). Bp. R merupakan kepala keluarga dari Ibu. R (30 tahun), An. H (14 tahun), An. F (12 tahun), An. L (9 tahun) dan Nenek. R (61 tahun). Pendidikan terakhir Bp. R adalah SMP. Pekerjaan sehari-hari sebagai buruh di pabrik dan MC (pembawa acara) di acara-acara pernikahan. Alamat tinggal sekarang ini di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Keluarga Bp. R merupakan keluarga extended family (keluarga luas/ besar) yang terdiri dari keluarga inti dan orang tua dari Bp. R yaitu Nenek. R. Dimana keluarga Bp. R merupakan keluarga yang di dalamnya masih terdapat hubungan darah, perkawinan dan saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing, karena di dalam satu rumah di keluarga Bp. R terdiri dari 6 orang yang hidup bersama, segala kebutuhan dicukupi oleh kepala keluarga. Keluarga Bp. R mengatakan bersuku Betawi. Keluarga Bp. R mempunyai kebiasaan jika ada anggota keluarga yang sakit diberikan obat warung terlebih dahulu untuk pertolongan pertamanya. Ibu. R mengatakan keluarga beragama Islam. Kegiatan ibadah keagamaan keluarga Bp. R yaitu sholat lima waktu dan berpuasa. Di keluarga Bp. R, pencari nafkah utama di keluarga adalah Bp. R yang bekerja sebagai buruh, selain itu Bp. R juga masih aktif sebagai pembawa acara/ MC di acara-acara pernikahan, maka dari itu Bp. R terlihat jarang berada dirumah. Ibu. R mengatakan bahwa dirinya merasa cukup dengan penghasilan suaminya saat ini. Ibu. R mengatakan tidak memiliki jadwal khusus untuk rekreasi keluarga, hanya sesekali anaknya mengajak berwisata. An. H mengatakan jika banyak kegiatan dan membuat dirinya stress maka dia akan main keluar dengan teman-temannya, biasanya nongkrong sambil mengobrol tidak jelas, main ke warnet atau rental PS dan menonton balapan motor. An. H juga mengatakan sering main dengan teman-temannya hingga malam hari. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Bp. R berada dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja dimana tugas perkembangan 46 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 47 keluarga dengan remaja yaitu: Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa, mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan Ibu. R mengatakan bahwa An. H adalah anak yang pendiam dan jarang berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat memasuki usia remaja, An. H sudah mulai jarang berkumpul dengan keluarga, jika berada di rumah An. H banyak menghabiskan waktunya di dalam kamarnya. An. H mengatakan jarang berbicara dengan Bp. R karena menurut An. H bapaknya itu galak dan kalau menyuruh sesuatu, misalkan belajar, Bp. R sering marah-marah sehingga An. H malas untuk menanggapinya. Ibu. R mengatakan sebenarnya Bp. R baik, tetapi memang agak keras untuk mendidik anak-anaknya. Ibu. R juga mengatakan bahwa An. H sulit untuk diatur semenjak memasuki SMP. An. H mengatakan tidak mengetahui tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja, karena sebelumnya tidak pernah mendapatkan informasi mengenai tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja. Rumah yang ditinggali Bp. R sekeluarga adalah rumah permanen peninggalan orang tua Bp. R yang berukuran 70 m2. Desain interior rumah terbagi menjadi 6 ruangan. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih berukuran 1,5 x 1 meter di depan samping pintu masuk. Namun, jendela yang terlihat selalu terbuka ini jarang dibersihkan. Anak-anak Bp. R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan di daerah setempat RW 02. An. H mengatakan sudah jarang (suka membolos) dalam mengikuti pengajian. An. H berteman dengan beberapa teman seusianya, sering nongkrong di pos hansip dekat rumahnya, bermain ke warnet dan rental PS dan jalan-jalan dengan menggunakan motor. Ibu. R mengatakan bahwa komunikasi pada keluarganya menekankan keterbukaan. Namun An. H mengatakan lebih suka menceritakan masalahnya kepada temantemannya dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain. Bp. R sibuk bekerja dan jarang menyempatkan berbicara kepada anaknya. Ibu. R juga mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang jelas tentang apa saja tugas setiap anggota keluarga. Ibu. R mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibunya. An. H mengatakan malas belajar dan jarang Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 48 mengerjakan tugas sekolahnya. Ibu. R mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan nilainya pas-pasan. Ibu. R mengatakan tidak pernah memantau aktivitas belajar anaknya di rumah. Ibu R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat saling terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An. H termasuk anak yang pendiam dan jarang menyampaikan pendapatnya. Hubungan antar anggota keluarga dalam rumah berjalan dengan baik. Ibu. R mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga yang sakit, maka yang sakit akan langsung diberikan obat dari warung atau dari apotek. Keluarga Ibu. R juga sering memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS, tetapi jika sudah sembuh dengan mengkonsumsi obat warung maka hanya diobati di rumah saja. Keluarga Bp. R mencemaskan pergaulan An. H yang sudah memasuki masa remaja. An. H sudah mulai ditawari untuk mencoba merokok oleh temantemannya, baik teman di sekolah maupun teman di lingkungan rumahnya. An. H juga sering nongkrong tidak jelas dengan teman sekolah maupun teman di sekitar rumahnya tersebut. An. H juga mengatakan pernah ikut-ikutan tawuran dengan teman-teman sekolahnya. An. H mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar). 3.2 Diagnosis Keperawatan Keluarga Permasalah komunikasi inefektif pada An. H di keluarga Bp. R berdasarkan hasil analisis data yang dikumpulkan merupakan suatu proses komunikasi yang tidak mencapai tujuan dari komunikasi tersebut. Permasalahan remaja di keluarga Bp. R adalah “Kedtidakefektifan koping pada keluarga Bp. R”. Masalah ini merupakan masalah yang dihadapi oleh keluarga sebagai suatu stressor yang akan mempengaruhi hubungan baik dan harmonis antara orang tua dan anak remajanya. Permasalahan ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R dapat diatasi melalui pendekatan asuhan keperawatan keluarga. Penyusunan diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang di skoringkan pada masingmasing diagnosa, dimana pada diagnosa 1 yaitu ketidakefektifan performa peran remaja mendapatkan jumlah skor 4 1/3, ketidakefektifan koping mendapat skor 4 Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 49 1/2, risiko penurunan prestasi belajar mendapat skor 3 5/6, dengan rincian skor terlampir. Diagnosis keperawatan pada keluarga Bp. R dengan masalah komunikasi inefektif dapat dijabarkan kedalam bentuk diagnosis keperawatan keluarga sebagai berikut: 1. Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R 2. Ketidakefektifan performa peran remaja di keluarga Bp. R khususnya An. H 3. Risiko penurunan prestasi belajar pada keluarga Bp. R khususnya An. H 3.3 Perencanaan Keperawatan Keluarga Rencana keperawatan keluarga untuk diagnosa keperawatan ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R dengan komunikasi inefektif pada remaja antara lain memiliki tujuan umum setelah dilakukan intervensi sebanyak 3 kali kunjungan, diharapkan koping keluarga menjadi efektif pada keluarga Bp. R dengan teciptanya komunikasi yang efektif antara remaja dan orang tua. Tujuan khusus pertama setelah dilakukan pertemuan sebanyak 3 x 15 menit diharapkan keluarga mampu mengenal komunikasi yang efektif dengan remaja, dengan mampu menyebutkan pengertian komunikasi, menyebutkan pengertian komunikasi keluarga yang efektif, menyebutkan penyebab komunikasi tidak efektif, menyebutkan syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga dan mengidentifikasi ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R terutama masalah komunikasi inefektif antara orang tua dan remaja dengan evaluasi kriteria respon verbal dan afektif. Evaluasi standar dari tujuan khusus pertama antara lain 1) Keluarga mampu menyebutkan pengertian komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; 2) Keluarga mampu menyebutkan komunikasi efektif adalah komunikasi yang berjalan dua arah dan dapat mencapai tujuan dari komunikasi tersebut; 3) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 penyebab komunikasi tidak efektif, yaitu orang tua lebih banyak bicara daripada mendengar, orang tua merasa tahu lebih banyak, orang tua cenderung memberi arahan dan nasihat, orang tua tidak berusaha untuk mendengar terlebih dahulu apa yang Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 50 terjadi dan sebenarnya terjadi pada remaja, orang tua tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang di alami remaja dan memahaminya dan orang tua merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan terhadap remaja; 4) Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 6 syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga, antara lain mengenal diri sendiri, mengenal diri remaja, mendengar aktif, “Pesan kamu” dan “pesan saya”, menentukan masalah siapa, serta mengenal dan menghindari gaya penghambat komunikasi; 5) Keluarga mengetahui bahwa komunikasi yang terjadi antara orang tua dan remaja di keluarga adalah komunikasi yang tidak efektif. Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian komunikasi; 2) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian komunikasi keluarga yang efektif; 3) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang penyebab komunikasi tidak efektif; 4) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai syarat-syarat komunikasi yang efektif dalam keluarga; 5) Bantu keluarga untuk mengidentifikasi komunikasi yang tidak efektif pada keluarga Bp. R; 6) Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar; 7) Berikan informasi materi kepada keluarga dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet; 8) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 9) Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 10) Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan; 11) Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Tujuan khusus kedua setelah dilakukan pertemuan sebanyak 3 x 15 menit diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat dalam menciptakan komunikasi yang efektif dalam keluarga, dengan mampu 1) Menyebutkan risiko akibat masalah komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga bila tidak diatasi; 2) Mengambil keputusan yang tepat untuk mengikuti program mengatasi masalah ketidakefektifan koping terutama masalah komunikasi dengan konseling individu dan konseling keluarga dengan evaluasi kriteria respon verbal dan respon afektif. Evaluasi standar dari tujuan khusus kedua antara lain 1) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 risiko akibat masalah komunikasi yang tidak efektif dalam Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 51 keluarga bila tidak diatasi, antara lain kenakalan remaja, menimbulkan perubahan sikap pada diri remaja, anggota keluarga saling tertutup satu sama lain, seringnya terjadi perceraian orang tua, anak-anak remaja merasa kesepian; 2) Keluarga memutuskan untuk mengikuti program mengatasi masalah ketidakefektifan koping terutama masalah komunikasi dengan konseling individu dan konseling keluarga. Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai risiko akibat masalah komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga bila tidak diatasi; 2) Memotivasi anggota keluarga dalam mengambil keputusan untuk mengikuti program masalah ketidakefektifan koping terutama masalah komunikasi; 3) Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar; 4) Berikan informasi kepada keluarga dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet; 5) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 6) Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 7) Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan; 8) Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Tujuan khusus ketiga setelah dilakukan pertemuan sebanyak 3 x 15 menit diharapkan keluarga mampu menciptakan komunikasi yang efektif dalam keluarga, dengan mampu 1) Menyebutkan jenis-jenis komunikasi; 2) Menyebutkan hambatan dalam berkomunikasi; 3) Mendemonstrasikan cara komunikasi yang efektif antara orang tua dan remaja, dengan evaluasi kriteria respon verbal dan respon psikomotor. Evaluasi standar dari tujuan khusus ketiga antara lain 1) Keluarga mampu menyebutkan jenis-jenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dengan kata-kata dan komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh; 2) Keluarga mampu menyebutkan 7 dari 12 hambatan dalam komunikasi yaitu memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, memberi cap, mengancam, menasehati, membohongi, menghibur, mengkritik, menyindir dan menganalisa; 3) Keluarga mampu mendemonstrasikan komunikasi efektif antara orang tua dan remaja dengan memenuhi syarat-syarat komunikasi efektif. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 52 Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai jenis-jenis komunikasi; 2) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang hambatan dalam komunikasi; 3) Demonstrasikan dengan keluarga cara berkomunikasi efektif antara orang tua dan remaja; 4) Beri kesempatan keluarga mendemonstrasikan kembali cara berkomunikasi efektif antara orang tua dan remaja; 5) Tanyakan kepada keluarga, hal apa yang telah dibicarakan dengan anggota keluarga yang remaja; 6) Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar; 7) Berikan informasi kepada keluarga dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet; 8) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 9) Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 10) Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan; 11) Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Tujuan khusus keempat setelah dilakukan pertemuan sebanyak 3 x 10 menit diharapkan keluarga mampu memodifikasi lingkugan dalam menciptakan komunikasi yang efektif dalam keluarga, dengan mampu 1) Menyebutkan faktorfaktor dalam diri remaja untuk mendukung komunikasi efektif; 2) Menyebutkan faktor-faktor dalam diri orang tua untuk mendukung komunikasi efektif; 3) Menyebutkan faktor-faktor lingkungan untuk mendukung komunikasi efektif, dengan evaluasi kriteria respon verbal dan respon afektif. Evaluasi standar dari tujuan khusus keempat antara lain 1) Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 faktor-faktor dalam diri remaja untuk mendukung komunikasi efektif, antara lain sebelum memulai proses komunikasi hubungan remaja dan orang tua hangat dan terbuka, remaja telah menyatakan bersedia mengungkapkan permasalahannya, teridentifikasi bahwa remaja berada pada kondisi yang membutuhkan bantuan orang tua untuk memfasilitasi; 2) Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 faktor-faktor dalam diri orang tua untuk mendukung komunikasi efektif, antara lain mendengar supaya remaja banyak bicara, menerima dahulu perasaan remaja agar remaja lebih terbuka dan dihargai, berbicara supaya didengar, mau berubah dimana orang tua memiliki waktu yang khusus dalam mendengarkan dan berkomunikasi dengan remaja; 3) Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 faktor-faktor lingkungan untuk mendukung Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 53 komunikasi efektif antara lain diharapkan proses komunikasi dapat dilakukan di ruangan yang kondusif, tenang, dan privacy remaja terjaga, jika dilakukan di rumah sebaiknya dilakukan di ruangan tertutup untuk menjaga privacy remaja dan keleluasaan remaja mengekspresikan perasaan atau menceritakan permasalahan yang dihadapinya (cacatan: tergantung masalah yang mau dikomunikasikan oleh remaja, dan kesepakatan dengan remaja). Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai faktor-faktor dalam diri remaja untuk mendukung komunikasi efektif; 2) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai faktor-faktor dalam diri orang tua untuk mendukung komunikasi efektif; 3) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai faktor-faktor lingkungan untuk mendukung komunikasi efektif. 4) Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar; 5) Keluarga mampu melakukan komunikasi dengan anak-anak pada kesempatan berkumpul keluarga misal saat makan malam; 6) Berikan informasi kepada keluarga mengenai materi dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet; 7) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 8) Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 9) Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan; 10) Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Tujuan khusus kelima setelah dilakukan pertemuan sebanyak 3 x 10 menit diharapkan keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk fasilitasi komunikasi efektif dalam keluarga, dengan mampu 1) Menyebutkan jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk berkonsultasi masalah komunikasi antara orang tua dan remaja; 2) Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk berkonsultasi mengenai komunikasi yang efektif antara orang tua dan remaja dengan evaluasi kriteria respon verbal dan respon afektif. Evaluasi standar dari tujuan khusus kelima antara lain 1) Keluarga mampu menyebutkan pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk berkonsultasi masalah komunikasi antara orang tua dan remaja, yaitu: Puskesmas (Program Kesehatan Peduli Remaja), psikolog, guru wali kelas, guru BP di Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 54 sekolah; 2) Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk konsultasi mengenai masalah komunikasi antara orang tua dan remaja. Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga mengenai jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk berkonsultasi masalah komunikasi antara orang tua dan remaja yang ada disekitar tempat tinggal; 2) Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan; 3) Motivasi keluarga untuk jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi; 4) Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. 3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga Hasil dari intervensi diatas maka perawat dapat memberikan tindakan keperawatan keluarga (implementasi) selama 3 kali kunjungan keluarga dan mengevaluasi jalannya asuhan keperawatan keluarga. Pada tanggal 16 Mei 2013 jam 10.00 WIB mahasiswa datang ke rumah keluarga binaan untuk menjelaskan tujuan kedatangan, membina trust dan mengontrak untuk pertemuan berikutnya. Ibu. R dan An. H mengatakan bersedia dijadikan keluarga binaan, keluarga Bp. R merasa senang dengan kedatangan mahasiswa yang memberikan penyuluhan tentang masalah kesehatan keluarga. Keluarga Bp. R antusias dengan kedatangan mahasiswa, Ibu. R terlihat ramah ketika mahasiswa datang, mahasiswa disuguhi minuman dan makanan sebagai tanda perkenalan. Dan sekalian mengkaji pengetahuan keluarga tentang remaja, mengobservasi keadaan rumah Bp. R serta mengontrak waktu untuk pertemuan berikutnya. Saat dilakukan pengkajian pada An. H mengatakan jarang berbicara dengan Bp. R karena menurut An. H bapaknya itu galak dan kalau menyuruh sesuatu, misalkan belajar. An. H usia 14 tahun merupakan anak pertama dalam keluarga, Bp. R sering marah-marah sehingga An. H malas untuk menanggapinya, Ibu. R mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibunya, Ibu. R mengatakan An. H merupakan seorang anak yang tertutup, Ibu. R mengatakan bahwa An. H lebih suka menghabiskan waktunya di dalam kamar daripada berkumpul dengan keluarga, An. H mengatakan lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain, An. H Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 55 mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar), Bp. R juga terlihat jarang berada dirumah, di rumahnya tidak ada yang bisa mengajarkan peran dan tanggung jawab kepada remaja (An. H) dan An. H merupakan anak yang pendiam dan tertutup. Pada tanggal 24 Mei 2013 jam 13.00 WIB, pertemuan ke empat, perawat memberikan penyuluhan kesehatan kepada keluarga Bp. R tentang mengenal komunikasi yang efektif dengan remaja. Implementasi yang dilakukan antara lain 1) Menjelaskan kepada keluarga Bp. R, khususnya Ibu. R tentang pengertian komunikasi keluarga yang efektif; 2) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai syarat-syarat komunikasi yang efektif dalam keluarga; 3) Memberikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar 4) Memberikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian komunikasi keluarga yang efektif dan syarat-syarat komunikasi yang efektif dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet; 5) Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 6) Memberikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 7) Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan; 8) Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Membantu keluarga Bp. R untuk mengambil keputusan dalam menciptakan komunikasi yang efektif dalam keluarga. Implementasi yang dilakukan antara lain 1) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai akibat masalah komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga bila tidak diatasi; 2) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai perilaku untuk berubah secara spesifik; 3) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga untuk memecahkan target perubahan menjadi perilaku yang realistis, kecil, terukur, dan mempunyai rentang waktu jelas; 4) Memberikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar; 5) Memberikan informasi kepada keluarga mengenai masalah komunikasi bila tidak diatasi, perilaku untuk berubah secara spesifik serta memecahkan target perubahan menjadi perilaku yang realistis, kecil, terukur, dan mempunyai rentang waktu jelas dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet; 6) Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 7) Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 56 Memberikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 8) Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan; 9) Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Membantu keluarga untuk menciptakan dan mendemonstrasikan komunikasi yang efektif dalam keluarga. Implementasi yang dilakukan antara lain 1) Memdiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai jenisjenis komunikasi; 2) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai hubungan tumbuh kembang remaja dengan cara berkomunikasi dengan remaja; 3) Memdiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang hambatan dalam komunikasi; 4) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang metode untuk merencanakan strategi dalam mengatasi hambatan dalam berkomunikasi; 5) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang keuntungan komunikasi yang terbuka; 6) Menanyakan kepada keluarga, hal apa yang telah dibicarakan dengan anggota keluarga yang remaja; 7) Memberikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar; 8) Memberikan informasi kepada keluarga mengenai jenis-jenis komunikasi, hubungan tumbuh kembang remaja dengan cara berkomunikasi dengan remaja, hambatan dalam komunikasi, metode untuk merencanakan strategi dalam mengatasi hambatan dalam berkomunikasi, keuntungan komunikasi yang terbuka dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet; 9) Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 10) Memberikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 11) Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan; 12) Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Evaluasi untuk TUK 1, 2 dan 3 yaitu keluarga mengatakan bahwa komunikasi yaitu pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; keluarga mengatakan komunikasi efektif adalah komunikasi yang berjalan dua arah dan dapat mencapai tujuan dari komunikasi tersebut; keluarga mengatakan syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga, antara lain mengenal diri sendiri, mengenal diri remaja, mendengar aktif, “Pesan kamu” dan “pesan saya”, Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 57 menentukan masalah siapa; keluarga mengatakan akibat masalah komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga bila tidak diatasi, antara lain kenakalan remaja, menimbulkan perubahan sikap pada diri remaja, anggota keluarga saling tertutup satu sama lain, anak-anak remaja merasa kesepian; keluarga mengatakan jenisjenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dengan kata-kata dan komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh; keluarga mengatakan hambatan dalam komunikasi yaitu memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, memberi cap, mengancam, menasehati, membohongi, menghibur, mengkritik, menyindir dan menganalisa; keluarga mengatakan keuntungan komunikasi yang terbuka, yaitu menghindari konflik antara orang tua dan remaja serta mengatasi berbagai problema yang dihadapi remaja. Keluarga tampak memahami materi yang disampaikan terlihat dari kemampuan keluarga dalam menjawab pertanyaan dengan baik dan fokus mendengarkan selama penyampaian materi berlangsung. Keluarga terlihat antusias dalam mendengarkan materi tentangan komunikasi efektif antara orang tua dan remaja. Keluarga (Ibu. R) mampu meredemonstrasikan cara komunikasi efektif, salah satunya dengan menggunakan “pesan saya”. TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu mengenal komunikasi yang efektif antara orang tua dengan remaja, mengambil keputusan dalam menciptakan komunikasi yang efektif dalam keluarga dan mendemonstrasikan komunikasi yang efektif dengan anak remaja. Rencana untuk pertemuan selanjutnya adalah evaluasi TUK 1, 2 dan 3 kemudian lanjutkan ke TUK 4 dan 5. Pada tanggal 27 Mei 2013 jam 10.00 WIB, pertemuan ke lima, perawat mengevaluasi TUK 1, 2 dan 3 yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya dan memberikan lanjutan penyuluhan kesehatan kepada keluarga Bp. R tentang modifikasi lingkugan dalam menciptakan komunikasi yang efektif dalam keluarga. Implementasi yang dilakukan antara lain 1) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai faktor-faktor dalam diri remaja untuk mendukung komunikasi efektif; 2) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai faktor-faktor dalam diri orang tua untuk mendukung komunikasi efektif; 3) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 58 diketahui keluarga mengenai faktor-faktor lingkungan untuk mendukung komunikasi efektif. 4) Memberikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar; 5) Memberikan informasi kepada keluarga mengenai faktorfaktor dalam diri remaja, orang tua dan lingkungan untuk mendukung komunikasi efektif dalam keluarga; 6) Memotivasi keluarga agar mampu melakukan komunikasi dengan anak-anak pada kesempatan berkumpul keluarga misal saat makan malam, mengidentifikasi apakah dibutuhkan dukungan kelompok dan keluarga untuk bantuan, mengidentifikasi keterlibatkan keluarga dalam melakukan komunikasi terbuka antar anggota keluarga dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet; 7) Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 8) Memberikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 9) Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan; 10) Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Membantu keluarga Bp. R untuk mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk fasilitasi komunikasi efektif dalam keluarga. Implementasi yang dilakukan antara lain 1) Mendiskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal; 2) Memotivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi; 3) Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan; 4) Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan. Evaluasi untuk TUK 4 dan 5 yaitu keluarga mengatakan faktor-faktor dalam diri remaja untuk mendukung komunikasi efektif antara lain sebelum memulai proses komunikasi hubungan remaja dan orang tua hangat dan terbuka, remaja telah menyatakan bersedia mengungkapkan permasalahannya, teridentifikasi bahwa remaja berada pada kondisi yang membutuhkan bantuan orang tua untuk memfasilitasi; keluarga mengatakan faktor-faktor dalam diri orang tua untuk mendukung komunikasi efektif antara lain mendengar supaya remaja banyak bicara, menerima dahulu perasaan remaja agar remaja lebih terbuka dan dihargai, berbicara supaya didengar, mau berubah dimana orang tua memiliki waktu yang khusus dalam mendengarkan dan berkomunikasi dengan remaja; keluarga mengatakan faktor-faktor lingkungan untuk mendukung komunikasi efektif antara Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 59 lain diharapkan proses komunikasi dapat dilakukan di ruangan yang kondusif, tenang, dan privacy remaja terjaga; keluarga mengatakan fasilitas yang dapat dikunjungi, yaitu: Puskesmas (Program Kesehatan Peduli Remaja), rumah sakit, klinik dokter, psikolog, guru wali kelas, guru BP di sekolah; keluarga mengatakan akan mengunjungi pelayanan kesehatan untuk konsultasi masalah komunikasi remaja. Keluarga tampak memahami materi yang disampaikan terlihat dari kemampuan keluarga dalam menjawab pertanyaan dengan baik dan fokus mendengarkan selama penyampaian materi berlangsung. Keluarga terlihat antusias dalam mendengarkan materi tentangan komunikasi efektif, khususnya mengenai modifikasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan untuk memfasilitasi komunikasi efektif dalam keluarga antara orang tua dan remaja. TUK 4 dan 5 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memfasilitasi komunikasi efektif dalam keluarga antara orang tua dan remaja. Rencana untuk pertemuan selanjutnya adalah evaluasi TUK 1 – 5, kemudian lanjutkan ke TUK 1 – 3 untuk intervensi diagnosa keperawatan yang ke dua. Setelah dilakukan intervensi keperawatan TUK 1 sampai dengan 5 selama 3 kali kunjungan keluarga untuk masalah keperawatan ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R khususnya masalah komunikasi inefektif, maka evaluasi secara keseluruhan bahwa TUK 1 sampai dengan 5 tercapai, ditandai dengan keluarga khususnya Ibu. R telah mampu mengenal komunikasi yang efektif antara orang tua dengan remaja, mengambil keputusan dalam menciptakan komunikasi yang efektif dalam keluarga, mendemonstrasikan komunikasi yang efektif dengan anak remaja, keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan serta memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memfasilitasi komunikasi efektif dalam keluarga antara orang tua dan remaja. Selain itu Ibu. R juga mengatakan dengan teknik komunikasi efektif yang sudah dilakukan Ibu. R untuk berkomunikasi dengan anak remaja (An. H), membuat An. H bisa lebih membuka diri, An. H juga sudah mulai mau menceritakan masalahnya sedikit demi sedikit kepada orang tuanya. Namun Ibu. R juga sering merasa binggung dalam merubah pola mendidik anak yang sudah Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 60 lama diterapkan, Ibu. R juga mengatakan terkadang tidak memiliki waktu banyak dalam berbicara dengan anak remaja di rumah karena pekerjaan dan kesibukannya. Akan tetapi, Ibu. R memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat memecahkan masalah remaja. Hal ini dikarenakan, Ibu. R merasa selama ini selalu dianggap cerewet dan tidak gaul oleh An. H apabila berbicara dengan remaja atau mendiskusikan masalah-masalah remaja di keluarga mereka. Setelah dilakukan eveluasi sumatif untuk masalah ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R, juga dilakukan penilaian terhadap tingkat kemandirian keluarga. Menurut hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan selama tujuh minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan pembinaan dan kunjungan yang rutin di keluarga, mahasiswa banyak memperoleh informasi dari keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami keluarga. Selama tujuh minggu mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke keluarga dan menemukan tiga masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa keluarga termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat IV”. Kemandirian IV yaitu keluarga yang dapat: 1) Menerima petugas puskesmas; 2) Menerima yankes sesuai rencana; 3) Menyatakan masalah kesehatan secara benar; 4) Memanfaatkan faskes sesuai anjuran; 5) Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran; 6) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif; 7) Melaksanakan tindakan promotif secara aktif. 3.5 Intervensi Inovasi Komunikasi Efektif pada Keluarga Bp. R Intervensi inovasi yang dilakukan pada keluarga Bp. R dengan masalah ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R terutama masalah komunikasi inefektif yaitu demonstrasi dalam komunikasi efektif antara orang tua dan anak remaja. Tujuan dari implementasi intervensi inovasi ini diharapkan terciptanya komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak remaja sehingga orang tua dapat membangun hubungan yang harmonis dengan remaja, membentuk suasana keterbukaan dan mendengar, membuat remaja mau bicara pada saat mereka menghadapi masalah, membuat remaja mau mendengar dan menghargai orang tua Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 61 dan dewasa saat mereka berbicara serta membantu remaja menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Pada kunjungan keluarga yang ke empat pada tanggal 24 Mei 2013, mahasiswa melakukan intervensi inovasi ini yang dilakukan dengan cara menjelaskan dan mendemonstrasikan kepada orang tua (Ibu. R) mengenai kemampuan yang perlu dikembangkan oleh orang tua dan orang dewasa agar dapat menjalin komunikasi efektif dengan remaja, antara lain mengenal diri sendiri, mengenal diri remaja, mendengar aktif, “pesan kamu” dan “pesan saya”, menentukan masalah siapa serta mengenal dan menghindari gaya penghambat komunikasi. Setelah mahasiswa menjelaskan dan mendemonstrasikan, kemudian mahasiswa dan orang tua melakukan role play dengan mahasiswa berperan sebagai anak remaja. Ketika mendemonstrasikan cara berkomunikasi yang efektif antara orang tua dan anak remaja, Ibu. R sudah mampu dan menunjukkan sikap sebagai orang tua yang empati, netral, menghargai remaja serta meyakinkan akan kerahasiaan remaja pada saat proses komunikasi berlangsung. Proses komunikasi efektif tersebut dilakukan dalam ruangan yang tenang dan kondusif untuk menjaga privacy remaja dan keleluasaan remaja dalam mengekspresikan perasaan atau menceritakan permasalahan yang sedang dihadapinya. Pada pertemuan berikutnya, dilakukan evaluasi tentang penerapan komunikasi efektif di keluarga Bp. R dan Ibu. R mengatakan sudah melatih cara komunikasi dengan An. H dengan menggunakan “pesan saya” tetapi masih belum sering untuk dilakukan. Saat dilakukan evaluasi, Ibu. R dapat mempraktekkan kembali komunikasi efektif “pesan saya” dengan baik dan benar. Pada pertemuan selanjutnya Ibu. R mengatakan sudah mempraktekkan komunikasi efektif pada An. H. Hasil evaluasi setelah dilakukan intervensi komunikasi efektif selama 3 kali kunjungan keluarga adalah Ibu. R mengatakan bahwa setelah mendapatkan penjelasan tentang cara komunikasi efektif, Ibu. R masih sulit untuk mempraktekkan komunikasi efektif tersebut ketika berbicara dengan An. H. Ibu. R mengatakan bahwa pada awalnya masih sering emosi ketika berbicara dengan An. H dan menggunakan “pesan kamu” apabila An. H melakukan kesalahan. Namun untuk pertemuan kedua Ibu. R sudah berusaha melatih komunikasi Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 62 efektifnya di rumah. Ibu. R dapat memberikan contoh dari pesan saya yaitu “Mama merasa khawatir kalau H pulang terlambat dari sekolah dan gak ngasih kabar ke Mama, Mama pikir terjadi sesuatu sama H dijalan, Mama sih pengennya kalau H pulang terlambat ya ngasih kabar ke Mama”. Pada pertemuan keempat, keluarga mengaku bahwa setelah Ibu. R mempraktekkan komunikasi efektif di rumahnya, Ibu. R lebih bisa mengendalikan emosinya. Ibu. R berusaha untuk menanyakan dan mendengar alasan dari An. H terlebih dahulu dan tidak lagi menggunakan kata “kamu” pada saat bekomunikasi dengan anak remajanya. Saat dilakukan evaluasi sumatif keluarga mengaku bahwa setelah menggunakan “pesan saya”, An. H bisa lebih membuka diri, An. H juga sudah mulai mau menceritakan masalah yang sedang dihadapinya sedikit demi sedikit kepada orang tuanya. Namun Ibu. R juga sering merasa binggung dalam merubah pola mendidik anak terutama pola komunikasi yang sudah lama diterapkan dikeluarganya. Intervensi inovasi komunikasi efektif yang dilakukan pada keluarga Bp. R dapat dilaksanakan dengan baik oleh keluarga meskipun belum maksimal karena An. H belum bisa terbuka sepenuhnya kepada keluarga. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 BAB 4 ANALISIS SITUASI 4.1 Profil Lahan Praktik Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2. Secara geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Penduduk Kota Depok pada tahun 2010 diperkirakan berjumlah 1.610.000 jiwa. Jumlah populasi anak remaja usia SMP/ SMU di Kota Depok berdasarkan hasil cakupan deteksi tumbuh kembang anak dan pemeriksaan siswa SMP/ SMU didapatkan sebanyak 45.622 jiwa (www.depok.go.id, 2013). Cisalak Pasar merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimanggis, Depok. Luas wilayah Cisalak Pasar adalah 1,71 km2. Jumlah penduduk kelurahan Cisalak Pasar adalah 17.869 jiwa (BPS Depok, 2012). Rukun Warga 02 (RW 02) merupakan salah satu wilayah diantara 9 RW yang saat ini terdapat di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Wilayah RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar terdiri dari 5 RT, dan letaknya berbatasan dengan RW 01, RW 03, dan Kelurahan Curug. Wilayah Kelurahan Cisalak Pasar terletak di wilayah yang cukup ramai karena terletak di jalur utama akses Bogor – Jakarta, sehingga dilalui banyak orang. Kelurahan Cisalak pasar juga berdekatan dengan beberapa perusahaan besar, hal ini menyebabkan banyak warga pendatang yang tinggal di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar, khususnya di RW 02. Berdasarkan laporan rekapitulasi penduduk Kelurahan Cisalak Pasar pada bulan Mei 2012 tercatat penduduk RW 02 berjumlah 1773 jiwa, yang terdiri dari 347 kepala keluarga dan 364 remaja yang berusia 10 – 24 tahun dan belum menikah. Jumlah penduduk remaja terbanyak terdapat di RT 02 sebesar 35,71 % (130 remaja) dan yang paling sedikit adalah di RT 04 sebesar 9,62 % (35 remaja). Sedangkan jumlah remaja laki-laki sebanyak 193 orang dan remaja perempuan sebanyak 171 orang. Masalah yang menonjol pada remaja ada 3 atau biasa disebut triad KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) yaitu seks bebas, HIV dan AIDS, dan Napza (BKKBN, 2010). RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar merupakan wilayah 63 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 64 yang berisiko untuk terjadinya ketiga masalah tersebut karena wilayah Kelurahan Cisalak Pasar yang berdekatan dengan ibu Kota Jakarta. Laporan tahunan Badan Narkotika Kota Depok (2008) menyebutkan bahwa penyalahgunaan NAPZA di Kota Depok berkisar 1,5% dari total penduduk Kota Depok, dan 75% kasus berasal dari kelompok umur 10-18 tahun. Hasil observasi yang dilakukan penulis dan kelompok didapatkan data bahwa terdapat tempat yang sering dijadikan nongkrong para remaja di malam hari. Kehamilan Tidak Diinginkan juga sering terjadi di RW ini dimana ada 10 kasus KTD dalam satu tahun. Delapan belas remaja di RW 2 diambil untuk dibina. Data yang diperoleh bahwa dari 7 orang remaja lelaki yang diambil 6 diantaranya pernah mencoba untuk merokok. Sedangkan 50% dari 18 remaja mengaku sudah pernah berpacaran. Hasil pengkajian juga dapat diketahui bahwa dari 18 remaja yang diambil sebagai keluarga binaan mengaku jarang berbincang-bincang atau bercerita dengan orang tuanya. Padahal komunikasi yang baik antara orang tua atau orang dewasa dengan anak remaja adalah kunci utama untuk menguraikan permasalahan yang terjadi pada mereka. Melihat pentingnya komunikasi efektif antara remaja dan orang tuanya, maka peneliti terdorong untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan anak remaja pada keluarga Bp. R dengan masalah koping keluarga tidak efektif (komunikasi infektif) di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok karena remaja ini (An. H) mengaku tidak pernah menceritakan masalah yang dihadapinya pada orang tua. An. H juga mengatakan lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain. Selain itu, An. H mengaku sudah memiliki teman dekat wanita (pacar). 4.2 Analisis Masalah Keperawatan 4.2.1 Analisis Masalah Terkait Konsep KKMP Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan tidak hanya menangani suatu permasalahan yang membutuhkan adanya penyembuhan dari suatu masalah kesehatan/ penyakit tetapi juga adanya upaya pencegahan. Oleh karena itu di lingkup keperawatan kesehatan masyarakat penkotaan mencakup peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 65 pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga dan kelompok-kelompok masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakat (resosialitatif). Pada umumnya kota diasosiasikan dengan pengangguran, kemiskinan, polusi, kebisingan, ketegangan mental, kriminalitas, kenakalan remaja, seksualitas dan sebagainya. Menurut bentuknya, Sunarwiyati (2005) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit; (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin; (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dan lain-lain. Masalah yang biasanya terjadi pada remaja di perkotaan adalah pencurian, penipuan, perampokan, pencopetan, suka minum-minuman keras sampai mabuk dan perbuatan-perbuatan ringan lain, seperti pertengkaran sesama anak dan tawuran antar pelajar di kota-kota besar, seks bebas dan penyalahgunaan NAPZA. Hal ini dikarenakan oleh pergaulan dikota yang semakin bebas dan berkembangnya trend yang salah seperti “kalau tidak merokok tidak jantan dan keren”. Permasalahan remaja di RW 02, Kelurahan Cisalak Pasar, Depok cukup banyak seperti seks bebas yang berujung pada KTD, merokok, dan remaja yang setiap malam nongkrong. Masalah remaja yang terjadi dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor yang dapat mempengaruhi dari internal adalah krisis identitas dan kontrol diri yang lemah. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi masalah pada remaja adalah keluarga, teman sebaya dan lingkungan. Masalah remaja yang terjadi di RW 02 sebagian besar disebabkan oleh pengaruh teman sebaya dan tidak efektifnya komunikasi orang tua dengan remaja. Remaja yang pernah merokok mengaku mencoba merokok karena ajakan dari teman-teman di lingkungan sekolah dan rumah untuk mencoba merokok. Penyebab lainnya adalah kurangnya komunikasi antara orang tua Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 66 dan anak remajanya. Para remaja mengaku bahwa jarang berbincangbincang dengan keluarganya. Remaja juga merasa takut apabila menceritakan masalahnya kepada orang tua dan cenderung tertutup terhadap orang tua. Remaja juga mengaku kadang percakapan dengan orang tua akan berakhir dengan ketegangan. Cara berkomunikasi orang tua cenderung membentak atau menyalahkan apabila mereka melakukan kesalahan atau tidak menuruti perkataan orang tua. Remaja juga mengaku bahwa lebih senang dan terbuka bercerita kepada temannya dari pada dengan orang tua atau keluarganya. Salah satu karakteristik dari keperawatan masyarakat perkotaan adalah menekankan terhadap pencegahan akan masalah serta adanya promosi kesehatan dan kesejahteraan diri. Pencegahan kenakalan remaja yang banyak terjadi di perkotaan dapat dilakukan dengan teknik komunikasi efektif antara orang tua dan anak remaja, karena salah satu penyebab kenakalan remaja adalah komunikasi inefektif antara orang tua dan remaja. Komunikasi yang diterapkan oleh keluarga sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seorang anak. Komunikasi yang terjalin dalam keluarga sangat penting agar perubahan dan permasalahan yang terjadi dapat dideteksi semenjak dini. Ibu. R mengatakan An. H memiliki kepribadian yang tertutup, hal tersebut didukung dengan pola komunikasi keluarga yang kurang terbuka. Baik Ibu. R maupun Bp. R jarang berkomunikasi dengan An. H untuk membicarakan masalah pribadi yang sedang dihadapi An. H, hal tersebut lah yang menjadikan An. H tidak merasa nyaman untuk mendiskusikan masalah yang sedang dialaminya kepada orang tuanya. 4.2.2 Analisis Masalah Terkait Konsep Remaja Masalah remaja yang ditemukan pada keluarga Bp. R khususnya An. H adalah ketidakefektifan koping. An. H mengaku bahwa dirinya sudah memiliki pacar tetapi orang tuanya tidak mengetahui. Hal ini dikarenakan An. H belum diizinkan oleh orang tuanya untuk berpacaran sehingga apabila orang tuanya mengetahui kalau dirinya sudah berpacaran akan dimarahi. An. H juga lebih senang menceritakan masalah pribadinya kepada teman- Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 67 temannya dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain. Ibu. R mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibunya, Ibu. R juga mengatakan An. H merupakan seorang anak yang tertutup dan lebih suka menghabiskan waktunya di dalam kamar daripada berkumpul dengan keluarga. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Pada masa ini remaja relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak perubahan-perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang dialami remaja, mencakup fisik, mental, emosi dan perilaku sosial. Oleh karena itu, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah-masalah psikologis dan fisiologis. Masalah tersebut yang akan berakibat pada masalah kesehatan pada remaja (Santrock, 2007). Masalah-masalah yang terjadi pada remaja tidak dapat terlepas dari pengaruh interaksi dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial terhadap berkembangnya masalah-masalah remaja dan orang-orang yang berasal dari berbagai usia lainnya. Menurut pendekatan biologis, masalah yang terjadi pada remaja dapat berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Sedangkan faktor-faktor psikologis yang dianggap sebagai sebab timbulnya masalah remaja adalah gangguan berpikir, gejolak emosional, proses belajar yang keliru, dan relasi yang bermasalah. Selanjutnya faktor sosial yang melatarbelakangi timbulnya masalah pada remaja yaitu berasal dari latar belakang budaya, social-ekonomi, latar belakang keluarga, dan lingkungan (Santrock, 2007). Masa remaja awal merupakan masa transisi dari masa anak-anak yang biasanya tidak menyenangkan, dimana dengan meningkatnya kesadaran diri (self consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik, psikis maupun sosial pada remaja sehingga remaja mengalami perubahan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 68 emosi ke arah yang negatif menjadi mudah marah, tersinggung bahkan agresif. Selain hal tersebut, remaja juga menjadi sulit bertoleransi dan berkompromi dengan lingkungan sekitar sehingga cenderung memberontak dan terjadi konflik. Masa remaja awal ini juga remaja senang bereksperimen dalam pakaian, gaya yang dianggap tidak ketinggalan zaman dan senang membentuk kelompok sebaya yang sesuai dengan mereka. Rasa keterikatan dengan kelompoknya ini sangat penting bagi remaja, sehingga cenderung mengikuti apa yang dipakai oleh kelompoknya karena keinginan untuk tampak sama dan dianggap dalam kelompok pergaulan. Konsumsi obat (narkoba) juga dapat berkaitan dengan alasan sosial, yang membantu remaja merasa lebih nyaman dan menikmati kebersamaan dengan orang lain (Ksir, Hart, & Ray dalam Santrock, 2007). Hal ini sesuai dengan An. H yang masih berusia 14 tahun, Ibu. R mengatakan An. H mudah marah dan tersinggung jika orang tua ingin tahu lebih banyak tentang kehidupan An. H, An. H juga memiliki teman kelompok sebaya di lingkungan rumah dan sekolahnya. Faktor keluarga juga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas remaja, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Ibu. R mengaku bahwa mereka jarang berbincang-bincang dengan An. H. Ibu. R cenderung lebih fokus terhadap anak-anak mereka yang lebih kecil sehingga kadang pengawasan mereka terhadap anaknya kurang. Ibu. R tidak mengetahui kegiatan apa saja yang biasanya dilakukan oleh An. H. Selain itu, Ibu. R juga mengakui bahwa apabila anak mereka ketahuaan melakukan kesalahan langsung dimarahi terutama oleh ayahnya. Hal inilah yang membuat anak remaja cenderung tertutup terhadap dan tidak mau bercerita kepada orang tuanya. 4.3 Analisis Intervensi Inovasi dengan Konsep dan Penelitian Terkait Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 69 Banyak permasalahan yang sering timbul pada keluarga dengan tahap perkembangan anak remaja karena pada tahap ini, anak berusaha mencari identitas diri, sehingga mereka sering membantah orang tuanya, karena mulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. Orang yang dianggap penting pada usia ini adalah teman sebaya, mereka berusaha untuk mengikuti pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya, sehingga pada usia ini sering terlibat dalam geng-geng. Perubahan perkembangan yang terjadi pada remaja, sering mengakibatkan remaja tersebut mengalami keadaan tertekan (stress). Kemampuan remaja mengatasi berbagai masalah sehingga tidak stress sangat ditentukan oleh seberapa besar dukungan dari keluarga terutama orang tuanya. Semakin besar dukungan yang diperoleh remaja dalam mengatasi berbagai masalahnya, semakin rendah kemungkinannya remaja mengalami stress sehingga terhindar dari gangguan dalam perilakunya (Setiadi, 2008). An. H mengaku ketika sedang menghadapi masalah lebih senang bercerita kepada temannya dan menyelesaikannya sendiri. Ibu. R juga mengatakan bahwa dirinya jarang berbincang-bincang dengan An. H dan lebih sibuk mengurus rumah tangga serta mengasuh adik dari An. H. Komunikasi efektif antara orang tua dan remaja memberikan kesempatan saling mengungkapkan isi hati atau kekesalan yang dirasakan serta harapan yang diinginkan, karena pada hakekatnya seorang anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan uluran tangan orang tua. Orang tua bertanggung jawab dalam mengembangkan kemampuan anak termasuk kebutuhan fisik dan psikis sehingga seorang remaja dapat tumbuh dan berkembang kearah kepribadian yang matang (Gunarsa, 2004). Hasil studi penelitian yang dilakukan oleh Indarsita (2002) dengan metode cross sectional dengan sampel 107 siswa SMP X, 28 % memiliki risiko terhadap masalah reproduksi. Proporsi remaja yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang tua (33,8 %) memiliki risiko lebih besar dibandingkan dengan proporsi remaja yang berkomunikasi dengan orang tua. Penelitian yang dilakukan pada 233 mahasiswa di Amerika Serikat dan 187 Mahasiswa di Singapura yang berusia antara 18-27 tahun juga mendapatkan hasil antara lain; 1) Nilai-nilai keluarga yang kuat akan menurunkan perilaku berisiko Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 70 pada remaja. 2) Keterikatan keluarga yang kuat dan pola komunikasi yang terbuka akan mendorong remaja untuk lebih sering mendiskusikan perilaku berisiko dengan orang tua mereka. 3) Peningkatan dalam pembicaraan keluarga tentang perilaku yang berisiko akan menurunkan kecenderungan remaja terhadap perilaku tersebut. 4) Perilaku berisiko pada remaja cenderung meningkat pada saat orang tua tidak mendampingi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dewi (2008) menyatakan bahwa persepsi terhadap komunikasi efektif dalam keluarga dengan mengontrol kondisi stress yang dialami remaja memberikan sumbangan efektif sebesar 10,8 % terhadap kecenderungan kenakalan remaja. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2009) menyebutkan bahwa persepsi remaja tentang komunikasi keluarga berhubungan dengan perilaku kenakalan remaja. Semakin baik persepsi remaja tentang komunikasi keluarga menunjukkan hubungan antar anggota keluarga harmonis sehingga minim terjadi kenakalan remaja. Melihat fenomena-fenomena hubungan antara komunikasi efektif dengan berbagai permasalahan remaja yang ada, maka komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak remajanya memang sangat diperlukan untuk menurunkan perilaku berisiko remaja. Komunikasi orang tua dengan remaja pada dasarnya harus terbuka, walaupun remaja lebih cenderung terbuka dengan teman sebayanya. Komunikasi yang terbuka antara orang tua dan An. H diharapkan dapat menghindari kesalahpahaman antara orang tua dengan An. H, selain itu juga agar ketika sedang menghadapi masalah An. H mau bercerita kepada keluarga terutama orang tuanya dan tidak menyelesaikannya masalah tersebut sendirian. 4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan Melihat hasil dari program komunikasi efektif antara orang tua dan remaja yang dilakukan pada keluarga Bp. R, setelah dilakukan inovasi intervensi ada sedikit perubahan yang terjadi antara sebelum dan sesudah dilakukannya program tersebut, antara lain An. H yang semula sangat pendiam dan tertutup terutama untuk masalah pribadinya saat ini sudah bisa lebih membuka diri, An. H juga sudah mulai mau menceritakan masalah yang sedang dialaminya sedikit demi sedikit kepada orang tuanya. Untuk lebih memaksimalkan hasil yang diharapkan, maka diperlukan alternatif pemecahan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 71 masalah ketidakefektifan koping khususnya masalah komunikasi inefektif antara orang tua dan remaja yaitu dengan kegiatan pemberian dukungan sosial kepada remaja dalam bentuk empowerment. Empowering atau pemberdayaan adalah suatu kegiatan dengan melibatkan masyarakat secara aktif untuk menyelesaikan masalah yang ada, masyarakat sebagai subjek dalam menyelesaikan masalah (Stanhope & Lancaster, 2004; Hitchock, Schuber & Thomas, 1999). Permasalahan komunikasi inefektif antara orang tua dan remaja dapat diselesaikan dengan adanya suatu forum dari luar sistem remaja melalui pembentukan social support group. Orang tua sebagai bagian dari sistem keluarga dimana remaja tinggal selama 24 jam di rumah dapat diupaya untuk meningkatkan kontrol dalam pengambilan keputusan pada level individual, keluarga, komunitas dan masyarakat. Perawat dapat menggunakan strategi pemberdayaan untuk membantu masyarakat mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah, menciptakan jejaring, negosiasi, lobbying, dan mendapatkan informasi untuk meningkatkan. Peningkatan aksesibilitas sumber-sumber untuk problem solving komunikasi efektif dengan remaja dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keberfungsian pola koping keluarga dengan dukungan dari komunitas melalui forum diskusi antara orang tua dan remaja dalam memfasilitasi permasalahan yang dihadapi oleh remaja. Selain itu juga memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja, pemberdayaan keluarga atau orang tua dalam memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan remaja dalam lingkungan keluarga yang aman, kondusif, dan menjaga privacy remaja. Program ini membutuhkan partisipasi yang aktif dari semua elemen yang ada di masyarakat. Elemen masyarakat diberdayakan seoptimal mungkin dalam menjalankan program meningkatkan keberfungsian pola koping keluarga untuk menjadi keutuhan sistem yang ada di komunitas. Elemen di masyarakat seperti remaja, kelompok remaja, keluarga, dan masyarakat perlu diberdayakan dan diorganisasi dengan baik sehingga akan didapatkan sumber tenaga atau daya dalam menjalankan program ini. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Bp. R yang bertempat tinggal di wilayah RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok maka dapat disimpulkan hasil pengkajian awal yang menggambarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah ketidakefektifan koping keluarga terutama masalah komunikasi yaitu pola komunikasi antar remaja dan orang tua yang tidak efektif, yaitu Ibu. R mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibunya, An. H merupakan seorang anak yang tertutup dan lebih suka menghabiskan waktunya di dalam kamar daripada berkumpul dengan keluarga, Bp. R memang agak keras untuk mendidik anak-anaknya, An. H mengaku tidak pernah menceritakan masalah yang dihadapinya pada orang tua, terkadang percakapan dengan orang tua akan berakhir dengan ketegangan, An. H lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain, saat ini An. H mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar), dan orang tuanya tidak mengetahui hal itu, Bp. R sibuk bekerja dan jarang menyempatkan berbicara kepada anaknya. Tersusun tiga masalah keperawatan keluarga pada keluarga Bp. R, yaitu (1) Ketidakefektifan koping keluarga Bp. R; (2) Ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga Bp. R khususnya An. H; (3) Risiko penurunan prestasi belajar pada keluarga Bp. R khususnya An. H. Rencana program dalam mengatasi masalah ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R terutama masalah komunikasi yaitu dengan program yang diberi nama komunikasi efektif antara remaja dan orang tua. Program ini diimplementasikan kedalam suatu bentuk intervensi keperawatan keluarga serta aktivitas kegiatan di komunitas yang melibatkan keluarga Bp. R dalam bentuk pendidikan kesehatan, partnership dan empowerment. Rencana tindakan yang disusun untuk menyelesaikan masalah ketidakefektifan koping keluarga terutama masalah komunikasi di keluarga Bp. R, 72 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 73 mahasiswa mampu melaksanakan semua rencana yang ada walaupun dalam pelaksanaannya masih ada kendala. Kegiatan komunikasi efektif antara remaja dan orang tua ini dilakukan melalui strategi pendekatan berupa pendidikan kesehatan, partnership, dan empowerment. Pada akhir praktik melalui eveluasi sumatif, terevaluasi adanya peningkatan pengetahuan keluarga tentang komunikasi efektif, keterampilan orang tua dalam berkomunikasi efektif dengan anak remajanya, serta ada sedikit perubahan yang terjadi antara sebelum dan sesudah dilakukannya program komunikasi efektif antara orang tua dan remaja tersebut, antara lain An. H yang semula sangat pendiam dan tertutup terutama untuk masalah pribadinya saat ini sudah bisa lebih membuka diri, An. H juga sudah mulai mau menceritakan masalah yang sedang dialaminya sedikit demi sedikit kepada orang tuanya. Pada evaluasi program keperawatan keluarga sangat efektif dalam merubah komunikasi inefektif antara orang tua dan remaja karena orang tua lebih mau mendengar supaya remaja banyak bicara serta menerima terlebih dahulu perasaan remaja agar remaja lebih terbuka dan dihargai, sehingga ketidakefektifan koping keluarga dapat teratasi. 5.2 Saran Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan ketidakefektifan koping keluarga terutama masalah komunikasi inefektif antara orang tua dan remaja yaitu: 5.2.1 Pengambil Kebijakan Perlunya kejasama antara remaja, keluarga, tokoh masyarakat, dan puskesmas dalam membina masalah remaja. Kerja sama ini dapat disusun dan diaspirasikan kedalam suatu aktivitas kegiatan yang disusun oleh remaja dan disetujui serta diketahui oleh keluarga dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan bisa berbentuk aktivitas keagamaan, keolahragaan ataupun kegiatan sosial sehingga remaja dapat mengekspresikan kreasi dan masalahnya melalui kelompok tersebut. Selain itu juga perlunya kerjasama antar pihak Kelurahan dan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR). Kegiatan dapat dimulai dengan pembentukan klinik konseling remaja di puskesmas. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 74 Perlunya pembuatan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan ketrampilan remaja dalam menghasilkan sesuatu sesuai dengan identifikasi keadaan wilayah masing-masing RW. Kegiatan ketrampilan tersebut seperti pembentukan kelompok remaja yang mengajarkan dan melatih keterampilan remaja yang dapat diandalkan dan mengisi waktu luang di luar jam sekolah. 5.2.2 Perawat Komunitas Perawat komunitas dapat melakukan tindakan prevensi dalam upaya untuk menekan faktor risiko yang mempengaruhi ketidakefektifan koping keluarga seperti komunikasi inefektif. Perawat komunitas perlu memberikan fasilitas bagaimana komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak uasia remaja dalam masa transisi. 5.2.3 Keluarga Keluarga lebih mengoptimalkan dalam memfasilitasi tugas perkembangan keluarga seperti menjaga komunikasi yang terbuka antara orang tua dengan remaja, memberikan kebebasan yang bertanggung jawab pada remaja untuk aktifitas sehari-hari baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Memberikan kebebasan berpendapat pada remaja dan adanya tata aturan yang jelas dalam keluarga berdasarkan kesepakatan bersama antara masing-masing anggota keluarga. 5.2.4 Remaja Peran remaja di masyarakat dapat dioptimalkan melalui pembentukan kader remaja sebagai peer edukator dalam memfasilitasi kegiatan pendidikan kelompok sebaya di masyarakat melalui pelatihan secara terstruktur yang bekerja sama antara masyarakat, puskesmas dan dinas kesehatan. Perawat komunitas juga dapat mengoptimalkan peran kader kesehatan di masyarakat dalam melakukan pembinaan remaja di keluarga melalui pengoptimalan kembali fungsi dari BKR (Bina Keluarga Remaja) di masyarakat. Hal ini semua membutuhkan monitoring dan evaluasi kegiatan secara seksama dari perawat komunitas dan puskesmas selaku pengampu pelayanan kesehatan di daerah setempat. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 DAFTAR PUSTAKA Ali, M., & Asrori, M. (2010). Psikologi remaja: Perkembangan peserta didik. Edisi ke-6. Jakarta: Media Grafika. Allender, J. A., & Spredley, B. W. (2005). Community health nursing: promoting and protecting the public’s health. 6th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Anderson, E. T., & Mc.Farlane, J. M. (2000). Community health and nursing, concept and practice. Lippincott: California. Aprilia, K. (2007). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku agresi pada remaja. Style Sheet http: malang.ac.id/thesis/chapter_i/08410087-riza-amalia.ps. http://lib.uinDiakses pada tanggal 28 Juni 2013. Bintarto. (2000). Interaksi desa-kota. Jakarta: Ghalia Indonesia. BKKBN. (2002). Teknik berkomunikasi dengan remaja. Jakarta. ________. (2012). Laporan situasi kependudukan dunia tahun 2012. Jakarta. ________. (2009). Pusat Informasi dan Konseling remaja (PIK Remaja). Jakarta: Direktorat remaja dan perlindungan hak-hak reproduksi. Carpenito, L. J. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi ke-8. Alih Bahasa Ester M. Jakarta: EGC. Clemen-stone, S., McGuire, S. L., & Eigsti, D. G (2002). Comprehensive community health nursing: Family, aggregate, & community practice. 6th Ed. St. Louis: Mosby, Inc. Depkes RI. (2004). Sistem kesehatan nasional. Jakarta. Dewi, E. N. (2008). Persepsi terhadap komunikasi efektif dalam keluarga, stres dan kecenderungan kenakalan pada remaja. Dalam http://ebookbrowse.com/uii-skripsi-persepsi-terhadap-ko-03320150-ervanovasari-dewi-3996587172-abstract-pdf-d427011075. Diakses pada tanggal 25 Juni 2013. Duvall, E & Miller, C. M. (1985). Marriage and family development. 6th Ed. New York: Harper & Row Publisher. Effendy, (2000). Dinamika komunikasi remaja. Edisi ke-4. Bandung: Rosdakarya. 75 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 76 Effendy. (2002). Komunikasi teori dan praktek. Jakarta: Grasindo Rosdakarya. Fauzi. (2010). Relefansi pengetahuan seks dan komunikasi orang tua dan anak dengan perilaku seksual pranikah remaja. Dalam http://webcache.googleusercontent.com. Diakses pada tanggal 1 Juli 2013. Fiona. (2008). Parent adolescent communication and adolescent decision-making, Journal of family studiets. P41-56. Vol 2. Dalam http://jfs.e- contentmanagement.com. Diakses pada tanggal 2 Juni 2013. Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. J. (2003). Family nursing: research theory and practice. 5th Ed. New Jersey: Prentice Hall. Gunarsa. (2004). Psikologi praktis: Anak, remaja dan keluarga. Jakarta: Gunung Mulia. Gunarsa & Gunarsa. (2008). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Haniman, F. (2000). Citra diri dan kenakalan remaja pada siswa SMU. K (SLTS) peringkat tinggi dan peringkat rendah di Surabaya. Indonesia psychological journal: Anima, vol 15 no 3. Hurlock, E. B (1998). Development psychology: a life span approach. 5th Ed. London: McGraw Hill Inc. Indarsita, D. (2002). Hubungan faktor eksternal dengan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi di SLTP Medan. Dalam http://respiratory.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 4 juni 2013. Keliat, B. A., dkk (2005). Modul basic course community health nursing. Tidak dipublikasikan. Jakarta: FIK UI. Mubarak, dkk. (2009). Ilmu keperawatan komunitas: Konsep dan aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. NANDA. (2012). Panduan diagnosa keperawatan NANDA 2012-2014 definisi dan klasifikasi. Philadhelpia. Potter, P. A & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses dan praktik. Jakarta: EGC. Purwanto, H. (1999). Pengantar perilaku manusia untuk keperawatan. Jakarta: EGC. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 77 Putri, A. A. (2009). Hubungan antara persepsi remaja tentang komunikasi keluarga dengan kenakalan remaja putra di SMK Pelita Nusantara 2 Semarang. Dalam http://eprints.undip.ac.id/8738/. Diakses pada tanggal 25 Juni 2013. Riswandi. (2009). Ilmu komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak edisi kesebelas jilid 2. Jakarta: Erlangga. Setiadi. (2008). Konsep dan proses keperawatan keluarga edisi pertama. Yogyakarta: Graha ilmu. Slameto. (2006). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community health nursing. 4th Ed. St Louis: Missouri & Mosby Co. Subekti, I., Harsoyo, S. (2005). Asuhan keperawatan komunitas konsep proses dan pendekatan pengorganisasian masyarakat. Malang: Buntara Media. Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Tim Pembina UKS. (2004). Pedoman pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk guru di Jawa Barat. Bandung: Tim Pembina UKS Provinsi Jawa Barat. Utomo, A. R., dkk. (2003). Studi tentang intensi agresi di kalangan siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) di kota Bandung. Jurnal psikologi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran. Vol 11. No 1. Walgito, B. (2004). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Wursanto, 2007. Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Grasindo. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Lampiran 1: Asuhan Keperawatan Keluarga LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 3.1 Pengkajian a. Data Umum: 1. Nama Keluarga (KK): Bp. R 2. Jenis Kelamin: Laki-laki 3. Pendidikan Terakhir: SMP 4. Usia: 38 tahun 5. Pekerjaan: Buruh 6. Alamat: RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kec. Cimanggis 7. Komposisi Keluarga: No 1 2 3 4 5 Jenis Kelamin Ibu. R Perempuan An. H Laki-laki An. F Perempuan An. L Perempuan Nenek. R Perempuan Nama Hubungan dgn KK Istri Anak 1 Anak 2 Anak 3 Ibu Usia 30 thn 14 thn 12 thn 9 thn 61 thn Pendidikan SMP SMP kls 2 SD kls 6 SD kls 3 SD Genogram: Nenek. R 61 thn Bp. R 38 thn An. H 14 thn Ibu. R 30 thn An. F 11 thn An. L 9 thn 78 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) Keterangan: : Laki-laki : Cerai : Perempuan : Tinggal dalam satu rumah : Remaja/ pasien kelolaan 8. Tipe Keluarga: Keluarga Bp. R termasuk tipe keluarga extended family (keluarga luas/ besar). Keluarga Bp. R (38 tahun) terdiri dari Bp. R, Ibu R, ketiga anaknya dan ibu dari Bp. R yaitu Nenek. R (61 tahun). 9. Suku Bangsa: Bp. R berasal dari Jakarta (Betawi) dan istrinya, Ibu. R juga berasal dari Jakarta (Betawi). Bahasa dominan yang mereka gunakan sehari-hari di rumah adalah bahasa Indonesia. Saat di luar rumah pun mereka menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan. Ibu. R mengatakan keluarganya tidak memiliki kebiasaan khusus yang mempengaruhi status kesehatan keluarga yang diajarkan turun-temurun. 10. Agama: Seluruh keluarga Bp. R beragama Islam. Kegiatan ibadah keagamaan keluarga Bp. R yaitu sholat lima waktu dan puasa dilakukan. Menurut keluarga Bp. R, agama berperan sangat penting dalam kehidupan mereka, bahkan dalam hal kesehatan. Ketika ada anggota keluarga yang sedang sakit, keluarga juga selalu mendoakan untuk kesembuhan anggota keluarga yang sakit tersebut. 11. Status Sosek Keluarga: Di keluarga Bp. R, pencari nafkah utama di keluarga adalah Bp. R yang bekerja sebagai buruh dengan penghasilan 2.000.000 – 2.500.000 setiap bulan. Selain itu Bp. R juga masih aktif sebagai pembawa acara/ MC di acara-acara pernikahan, maka dari itu Bp. R terlihat jarang berada dirumah. Ibu. R sehari-hari membuka warung yang menjual kebutuhan sehari-hari dan makanan ringan di 79 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) rumahnya dengan penghasilan perhari menurut Ibu. R adalah 50.000-an. Keperluan keluarga sehari – hari adalah untuk makan dan jajan An. H, An. F dan An. L. Ibu. R mengatakan bahwa dirinya merasa cukup dengan penghasilan suaminya saat ini. Bp. R saat ini memiliki tabungan atau dana kesehatan dari tempatnya bekerja. 12. Aktivitas Rekreasi Keluarga: Keluarga Bp. R tidak memiliki jadwal khusus untuk rekreasi keluarga, hanya sesekali anaknya mengajak berwisata. Waktu liburan biasanya disesuaikan dengan jadwal libur kerja dan libur anak sekolah, tetapi sekarang jarang dilakukan, hanya jika ada waktu saja keluarga pergi rekreasi. Ibu. R juga mengatakan biasanya dirinya berkunjung ke rumah kerabat yang letak rumahnya berdekatan dengan rumah keluarga Bp. R. Di rumah, Ibu. R mengatakan keluarganya dapat menikmati hiburan melalui TV dan radio yang tersedia di rumahnya. An. H mengatakan jika banyak kegiatan dan membuat dirinya stress maka dia akan main keluar dengan teman-temannya, biasanya nongkrong sambil mengobrol tidak jelas, main ke warnet atau rental PS dan menonton balapan motor. An. H juga mengatakan sering main dengan temantemannya hingga malam hari. b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 13. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini: Termasuk keluarga dengan remaja. Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja yang dilakukan oleh keluarga antara lain: a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri. Keluarga sudah memberikan kesempatan bagi An. H untuk memilih apa yang ingin dilakukan. An. H mengatakan tanggung jawabnya adalah belajar dan membantu orang tua, itupun jarang dilakukan atas kemauannya sendiri. An. H sudah memiliki cita80 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) cita, yaitu menjadi seorang pemain bola, tetapi hanya sebatas harapan dan tidak tahu bagaimana cara mencapai tujuannya. b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan. Pernikahan Bp. R dan Ibu. R saat ini sudah berlangsung selama 15 tahun, anaknya yang paling kecil sudah memasuki usia sekolah. Saat ini, Ibu. R dan Bp. R mengatakan untuk berusaha membesarkan ketiga anaknya dengan memenuhi segala kebutuhan mereka. 14. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi: a. Berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak. Ibu. R mengatakan bahwa An. H adalah anak yang pendiam dan jarang berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat memasuki usia remaja, An. H sudah mulai jarang berkumpul dengan keluarga, jika berada di rumah An. H banyak menghabiskan waktunya di dalam kamarnya. An. H mengatakan jarang berbicara dengan Bp. R karena menurut An. H bapaknya itu galak dan kalau menyuruh sesuatu, misalkan belajar, Bp. R sering marah-marah sehingga An. H malas untuk menanggapinya. Ibu. R mengatakan sebenarnya Bp. R baik, tetapi memang agak keras untuk mendidik anak-anaknya. Ibu. R juga mengatakan bahwa An. H sulit untuk diatur semenjak memasuki SMP. An. H mengatakan tidak mengetahui tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja, karena sebelumnya tidak pernah mendapatkan informasi mengenai tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja. 15. Riwayat Keluarga Inti: Bp. R dan Ibu. R menikah pada tahun 1998, dan anak pertamanya lahir setahun kemudian. Ibu. R dan Bp. R baru memutuskan memakai kontrasepsi setelah kelahiran anak ke-3. Jenis kontrasepsi yang dipilih adalah pil KB. 81 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 16. Riwayat Keluarga Sebelumnya: Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menurun. Bila sakit, keluarga Bp. R pergi ke dokter swasta langganan keluarga. Tidak ada pola makan atau jenis makanan yang dibatasi. c. Lingkungan 17. Karakteristik Rumah: Rumah yang ditinggali Bp. R sekeluarga adalah rumah permanen peninggalan orang tua Bp. R yang berukuran 70 m2. Desain interior rumah terbagi menjadi 6 ruangan, yang paling depan adalah ruang tamu. Lalu, 3 ruang tidur dan yang paling belakang adalah dapur dan kamar mandi. Kamar tidur 1 digunakan oleh Bp. R dan Ibu. R, sedangkan 2 kamar tidur lainnya digunakan oleh anak-anak dan Nenek. R yang tinggal bersama Bp. R dan Ibu. R. Lantai rumah terbuat dari keramik. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih berukuran 1,5 x 1 meter di depan samping pintu masuk. Namun, jendela yang terlihat selalu terbuka ini jarang dibersihkan. Warna dinding rumah adalah putih yang kondisinya cukup bersih. Kondisi rumah, tampak rapi dan bersih dan terdapat beberapa perabot rumah yang sesuai. Sumber air yang digunakan oleh keluarga berasal dari tanah (sanyo) sehingga airnya tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau. Pada saat hari mulai gelap, pencahayaan lampu dalam rumah Bp. R terbilang terang. 82 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) Denah rumah Bp. R: Kamar Mandi Ruang Tidur Dapur Ruang Keluarga T e r a s Ruang Tamu Ruang Tidur 10 m Warung Teras 7m 18. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW: Bp. R jarang berkumpul dengan tetangga karena kesibukannya, namun Ibu. R aktif di arisan PKK dan pengajian yang ada di lingkungan rumah. Ibu. R sendiri tidak bekerja hanya menjadi ibu rumah tangga saja dan mengurus warung yang ada di rumah. Keluarga Bp. R tinggal di RT 02 RW 02, di sisi kanan rumah Bp. R yaitu rumah saudaranya dan sisi kiri adalah rumah tetangganya, dibelakang rumah ada tanah kosong dan jalan. Kehidupan bertetangga terlihat rukun dan harmonis. 19. Mobilitas Geografis Keluarga: Saat ini, keluarga Bp. R sudah tinggal menetap di rumah yang sekarang selama 15 tahun dan tidak berniat untuk pindah. Bp. R sendiri sudah tinggal dirumah tersebut sejak Bp. R lahir, karena Bp. R adalah anak tunggal dari kedua orang tuanya yang telah bercerai 83 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) maka dirumah tersebut ditinggali keluarga Bp. R dan ibunya. Rumah Bp. R dibangun di atas tanah milik orang tuanya, kepemilikan tanah masih milik ibunya Bp. R. 20. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat: Bp. R selalu menekankan pada Ibu. R supaya mengikuti acara yang diadakan oleh RT/RW, misalnya pengajian, arisan RT dan kegiatan lainnya. Apabila ada waktu luang Ibu. R mengajak anaknya bermain ke tetangga. Hubungan anggota keluarga terlihat rukun, tidak ada konflik antara satu dengan yang lain (terlihat harmonis). Anak-anak Bp. R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan di daerah setempat RW 02. An. H mengatakan sudah jarang (suka membolos) dalam mengikuti pengajian. Bp. R sendiri sering diminta untuk menjadi pembawa acara/ MC di acaraacara pernikahan ataupun acara yang diadakan RT/ RW. Ibu. R juga bersosialisasi dengan tetangga di kanan, kiri dan depan rumahnya. Saudara Ibu. R tinggal tidak jauh dari rumah Ibu. R, setiap hari selalu bertemu. An. H berteman dengan beberapa teman seusianya, sering nongkrong di pos hansip dekat rumahnya, bermain ke warnet dan rental PS dan jalan-jalan dengan menggunakan motor. 21. Sistem Pendukung Keluarga: Bila ada masalah dalam keluarga, keluarga lebih senang menyelesaikan dengan anggota keluarga. Kadang juga melibatkan orang tua, karena dengan orang tua tinggal bersama dan berdekatan. Hal yang dirasakan sebagai pendukung keluarga adalah keluarga yang tinggal tidak jauh dari rumah yang memperhatikan bila ada anggota keluarga yang sakit dan tetangga yang hidup saling menghormati serta menghargai. Disamping itu adanya fasilitas dana kesehatan dari tempat kerja Bp. R untuk anggota keluarga yang sakit menurut Ibu. R sangat membantu keluarga. 84 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) d. Struktur Keluarga 22. Pola Komunikasi Keluarga: Ibu. R mengatakan bahwa komunikasi pada keluarganya menekankan keterbukaan. Bila ada masalah dalam keluarga, Ibu. R mendiskusikan bersama Bp. R, terkadang meminta bantuan nasihat dari orang tua. Waktu yang biasanya digunakan untuk komunikasi pada saat santai yaitu malam hari dan waktu makan bersama dengan anggota keluarga. Namun An. H mengatakan lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain. Bp. R sibuk bekerja dan jarang menyempatkan berbicara kepada anaknya. 23. Struktur Kekuatan keluarga: Pemegang keputusan di keluarga adalah Bp. R sebagai kepala keluarga, tetapi tidak menutup kemungkinan suatu ketika Ibu. R punya pendapat sendiri dan membuat keputusan sendiri, misalnya pada saat membeli keperluan rumah tangga dan mengatur posisi perabotan rumah tangga. Terkadang Ibu. R juga berinisiatif sendiri untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan, bila ada yang sakit dan tidak bisa sembuh dengan mengkonsumsi obat warung. 24. Struktur Peran:  Bp. R Sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab dalam mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga.  Ibu. R Ibu. R mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibunya. Sebagai istri Bp. R, sebagai ibu rumah tangga dan juga membuka usaha warung di rumahnya.  An. H An. H mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas sekolahnya. Ibu. R mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan nilainya pas-pasan. Ibu. R mengatakan tidak pernah memantau aktivitas belajar anaknya di rumah. 85 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan)  An. F Sebagai anak ke dua Bp. R dan Ibu. R yang pada tahun ini akan memasuki SMP. An. F juga berperan sebagai adik dari An. H dan kakak dari An. L.  An. L Sebagai anak ke tiga Bp. R dan Ibu. R juga berperan sebagai adik dari dua orang kakaknya yaitu An. H dan An. F.  Nenek. R Sebagai Ibu dari Bp. R dan nenek dari ketiga cucunya yaitu An. H, An. F dan An. L. Ibu. R juga mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang jelas tentang apa saja tugas setiap anggota keluarga. 25. Nilai dan Norma Budaya: Nilai dan norma yang dipegang oleh Bp. R adalah sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam dan tidak terpengaruh oleh norma budaya. Penerimaan keluarga terhadap perawat sangat baik, setiap masalah yang ada diutarakan dan menerima kehadiran perawat. e. Fungsi Keluarga 26. Fungsi Afektif: Ibu R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat saling terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An. H termasuk anak yang pendiam dan jarang menyampaikan pendapatnya. 27. Fungsi Sosialisasi: Hubungan antaranggota keluarga dalam rumah berjalan dengan baik. Hubungan anggota keluarga dengan tetangga juga baik apalagi keluarga Bp. R tergolong paling lama tinggal di wilayah tersebut. 28. Fungsi Perawatan Keluarga: Ibu. R mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga yang sakit, maka yang sakit akan langsung diberikan obat dari warung atau 86 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) dari apotek. Keluarga Ibu. R juga sering memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS, tetapi jika sudah sembuh dengan mengkonsumsi obat warung maka hanya diobati di rumah saja. Bp. R mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki keluhan fisik dan tidak merokok hanya saja jika sedang banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya biasanya Bp. R mengeluhkan pegal-pegal pada badannya. f. Stress dan Koping Keluarga 29. Stressor Jangka Pendek: Keluarga Bp. R mencemaskan pergaulan An. H yang sudah memasuki masa remaja. An. H sudah mulai ditawari untuk mencoba merokok oleh teman-temannya, baik teman di sekolah maupun teman di lingkungan rumahnya. An. H juga sering nongkrong tidak jelas dengan teman sekolah maupun teman di sekitar rumahnya tersebut. An. H juga mengatakan pernah ikutikutan tawuran dengan teman-teman sekolahnya. An. H mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar). 30. Stressor Jangka Panjang: Ibu. R mengeluhkan biaya sekolah ketiga anaknya yang semakin mahal, terlebih lagi tahun ini anak keduanya yaitu An. F akan lulus dari SD dan akan memasuki SMP. 31. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah: Jika ada masalah, keluarga berupaya untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut dengan jalan musyawarah. Keluarga meyakini kalau setiap masalah ada jalan keluarnya, misalnya dengan minta bantuan dari orang tua dan tetangga yang terdekat. 32. Strategi Koping yang Digunakan: Ibu. R mengatakan selalu menyerahkan semua masalah yang terjadi kepada Allah SWT tetapi tetap berusaha untuk mengatasi masalah yang ada. 87 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 33. Strategi Adaptasi Disfungsional: Tidak ada. g. Harapan Keluarga: Keluarga berharap dengan kedatangan mahasiswa berkunjung ke rumahnya adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga. Dengan demikian keluarga berharap akan selalu berada dalam kondisi sehat lahir dan batin. Mereka juga berharap akan mendapatkan banyak pengetahuan tentang berbagai macam jenis penyakit dan cara perawatannya. h. Pemeriksaan Fisik: No 1 Nama TD (mmHg) 130/90 Nadi (x/menit) 86 Nafas (x/menit) 21 Suhu (oC) 36,7 BB (kg) 68 TB (cm) 172 Bp. R (38 Tahun) Pemeriksaan Jantung: Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop. Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal, pernafasan 21 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen: Perut terlihat datar dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 10x/menit Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik. 88 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) No 2 Nama Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik. Mata: Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik, memakai kacamata jika membaca. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. TD Nadi Nafas Suhu BB TB o (mmHg) (x/menit) (x/menit) ( C) (kg) (cm) 110/70 82 19 36,8 48 154 Ibu. R (30 Tahun) Pemeriksaan Jantung: Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop. Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 19 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen: Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 9 x/menit Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban 89 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) No 3 Nama dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik. Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik. Mata: Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. TD Nadi Nafas Suhu BB TB o (mmHg) (x/menit) (x/menit) ( C) (kg) (cm) 120/80 88 20 36,5 51 156 An. H (14 Tahun) Pemeriksaan Jantung: Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop. Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal, pernafasan 20 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan tidak terdapat suara tambahan. 90 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) No 4 Nama Abdomen: Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 9 x/menit Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik. Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik. Mata: Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. TD Nadi Nafas Suhu BB TB (mmHg) (x/menit) (x/menit) (oC) (kg) (cm) 110/80 91 21 36,8 36 139 An. F (12 Tahun) Pemeriksaan Jantung: Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak 91 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) terdapat mur-mur dan gallop. Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 21 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen: Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 8 x/menit. Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik. Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik. Mata: Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, 92 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. No 5 Nama TD (mmHg) 110/70 Nadi (x/menit) 92 Nafas (x/menit) 22 Suhu (oC) 36,9 BB (kg) 31 TB (cm) 134 An. L (9 Tahun) Pemeriksaan Jantung: Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop. Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 22 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen: Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 8 x/menit. Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik. Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik. Mata: Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, 93 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) No 6 Nama reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. TD Nadi Nafas Suhu BB TB (mmHg) (x/menit) (x/menit) (oC) (kg) (cm) 140/90 90 23 37 52 155 Nenek. R (61 Tahun) Pemeriksaan Jantung: Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop. Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 23 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen: Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 8 x/menit Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5 555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik. Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat 94 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik. Mata: Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakkan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik, jarak pandang berkurang. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. Kesimpulan hasil pemeriksaan fisik: Bp. R: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki kelainan pada pemeriksaan fisik, Bp. R tidak mengeluhkan keadaan fisiknya, tidak merokok, aktif berkegiatan, tidak ada riwayat penyakit keturunan. Ibu. R: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki kelainan pada pemeriksaan fisik, Ibu. R tidak mengeluhkan keadaan fisiknya, aktif berkegiatan, tidak ada riwayat penyakit keturunan. An. H: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh seimbang, tidak memiliki keluhan fisik, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan terakhir. An. F: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh seimbang, tidak ada keluhan penyakit, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan terakhir. An. L: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh kurus, tidak memiliki keluhan fisik, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan terakhir. 95 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) Nenek. R: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, merokok, tidak memiliki keluhan fisik, penglihatan mulai berkurang, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan terakhir. 3.2 Analisis Data No 1 Masalah Keperawatan Data Data Subjektif: Ibu. R mengatakan bahwa An. H sulit untuk diatur semenjak memasuki SMP Ibu. R mengatakan bahwa An. H lebih suka menghabiskan waktunya di dalam kamar daripada berkumpul dengan keluarga Ibu. R mengatakan An. H merupakan seorang anak yang pendiam dan jarang berbicara jika tidak ditanya Ibu. R mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang jelas tentang apa saja tugas setiap anggota keluarga An. H mengatakan tidak mengetahui tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja An. H mengatakan sebelumnya tidak pernah mendapatkan informasi mengenai tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja An. H mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas sekolahnya An. H mengatakan saat ini sudah tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolahnya An. H mengatakan pernah ikut-ikutan tawuran dengan teman-teman sekolahnya An. H mengatakan sudah jarang (suka membolos) dalam mengikuti pengajian An. H mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar) An. H mengatakan lebih suka menceritakan masalahnya kepada Ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga Bp. R khususnya An. H. 96 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) teman-temannya dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain An. H mengatakan sering ditawari untuk mencoba merokok oleh temantemannya di sekolah maupun di lingkungan rumah An. H juga mengatakan sering main dengan teman-temannya hingga malam hari An. H mengatakan jika main bersama teman-temannya sering dihabiskan di warnet dan menonton balapan motor 2 3 Data Objektif: Bp. R terlihat jarang berada dirumah An. H merupakan anak pertama dalam keluarga An. H berusia 14 tahun, berada pada masa remaja awal (12-15 tahun) Di rumahnya tidak ada yang bisa mengajarkan peran dan tanggung jawab kepada remaja (An. H) Defisiensi pengetahuan tentang tugas perkembangan maupun tanggung jawab sebagai remaja An. H merupakan anak yang pendiam dan tertutup Data Subjektif: Ibu. R mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan nilainya pas-pasan Ibu. R mengatakan tidak pernah memantau aktivitas belajar anaknya di rumah An. H mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas sekolahnya Data Objektif: An. H sering nongkrong dan tidak terlihat belajar Data Subjektif: Ibu. R mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibunya Ibu. R mengatakan An. H merupakan seorang anak yang tertutup Ibu. R mengatakan bahwa An. H lebih Risiko penurunan prestasi belajar pada keluarga Bp. R khususnya An. H. Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R 97 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) suka menghabiskan waktunya di dalam kamar daripada berkumpul dengan keluarga Ibu. R mengatakan Bp. R memang agak keras untuk mendidik anakanaknya An. H mengaku tidak pernah menceritakan masalah yang dihadapinya pada orang tua An. H mengatakan kadang percakapan dengan orang tua akan berakhir dengan ketegangan An. H mengatakan lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain An. H mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar), dan orang tuanya tidak mengetahui hal itu Data Objektif: Bp. R sibuk bekerja dan jarang menyempatkan berbicara kepada anaknya An. H merupakan anak yang pendiam dan tertutup 3.3 Scoring/ Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah a. Scoring/ Pembobotan 1. Ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga Bp. R khususnya An. H. No 1 2 Kriteria Sifat Masalah: Aktual Score 3/3 x 1 = 1 Pembenaran Saat ini An. H masih dalam tahap perkembangan remaja yang membutuhkan perhatian dan komunikasi yang efektif dalam mengungkapkan masalahnya. Orang tua biasanya hanya menanyakan kemana An. H pergi dan kadang memarahi jika ada masalah dengan sekolah. Kemungkinan Masalah Untuk di 2/2 x 2 = 2 An. H masih dapat diajak berkomunikasi dan menurut pada 98 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) Ubah: Mudah orang tuanya, melalui pendekatan komunikasi yang efektif akan pengenalan peran dan tanggung jawab remaja maka penerapan peran pada remaja di keluarga Bp. R akan efektif. 3 Potensial Masalah Untuk di Cegah: Rendah 1/3 x 1 = 1/3 Adanya perhatian yang baik dari orang tua dan saudara An. H akan perkembangan peran dan tanggung jawabnya. 4 Menonjolnya Masalah: Perlu segera ditangani 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan ada masalah dan segera perlu ditangani karena mereka takut anaknya tidak bisa penerapkan peran dan tanggung jawab remaja di keluarga. Total 4 1/3 2. Risiko penurunan prestasi belajar pada keluarga Bp. R khususnya An. H. No 1 Kriteria Sifat Masalah: Risiko Score 2/3 x 1 = 2/3 Pembenaran Masalah merupakan risiko, saat ini An. H masih duduk di kelas 2 SMP, dari hasil belajar semester yang lalu nilainya termasuk standar. An. H malas belajar di rumah dan tidak ada yang membantunya dalam mengerjakan tugas maupun belajar. Orang tua hanya memarahi jika An. H malas belajar. 2 Kemungkinan Masalah Untuk di Ubah: Mudah 2/2 x 2 = 2 An. H menyadari bahwa perlu belajar jika ingin hasil prestasinya meningkat, orang tua memiliki kemauan untuk membantu permasalahan. 3 Potensial Masalah Untuk di Cegah: Sedang 2/3 x 1 = 2/3 Adanya kemauan dari remaja untuk memperbaiki cara belajarnya, tetapi kurang bantuan dan dukungan keluarga maupun temannya. 99 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 4 Menonjolnya Masalah: Ada masalah tetapi tidak perlu segera ditangani Total 1/2 x 1 = 1/2 Masalah ini merupakan proses pembelajaran anak yang hasilnya belum terlihat. 3 5/6 3. Ketidakefektifsn koping pada keluarga Bp. R. No 1 Kriteria Sifat Masalah: Aktual Score 3/3 x 1 = 1 Pembenaran Timbul mekanisme koping negatif baik pada orangtua, keluarga maupun remaja karena kurangnya kualitas komunikasi antara mereka. 2 Kemungkinan Masalah Untuk di Ubah: Mudah 2/2 x 2 = 2 Pola komunikasi antara remaja dan orang tua merupakan suatu proses yang harus dimulai dan dijaga keberlangsungannya, keluarga sudah memberikan respon positif dengan bertanya cara komunikasi yang baik dengan remaja. 3 Potensial Masalah Untuk di Cegah: Tinggi 3/3 x 1 = 1 Keluarga sudah mengetahui stressor dan cara mencegahnya. 4 Menonjolnya Masalah: Ada masalah tetapi tidak perlu segera ditangani Total 1/2 x 1 = 1/2 Keluarga menganggap masalah terjadi tetapi tidak menjadikan masalah ini prioritas utama. 4 1/2 b. Prioritas Masalah 1. Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R. 2. Ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga Bp. R khususnya An. H. 3. Risiko penurunan prestasi belajar pada keluarga Bp. R khususnya An. H. 100 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Bp. R 1. Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R Tujuan Diagnosa Keperawatan Umum Khusus Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R Setelah 1. Setelah 2 x 15 menit dilakukan pertemuan, keluarga intervensi mampu mengenal sebanyak 3 kali komunikasi yang kunjungan, efektif dengan remaja, diharapkan dengan mampu: koping keluarga 1.1 Menyebutkan menjadi efektif. pengertian komunikasi. Kriteria Evaluasi Kriteria Respon verbal Standar Keluarga mampu menyebutkan komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. 101 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Rencana Intervensi 1.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian komunikasi. 1.1.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. 1.1.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian komunikasi dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 1.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 1.1.5 1.1.6 1.1.7 1.2 Menyebutkan pengertian komunikasi keluarga yang efektif. Respon verbal Keluarga mampu menyebutkan komunikasi keluarga yang efektif adalah komunikasi yang berjalan dua arah dan dapat mencapai tujuan dari komunikasi tersebut. 1.2.1 1.2.2 1.2.3 102 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 bertanya tentang materi yang disampaikan. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian komunikasi keluarga yang efektif. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian komunikasi keluarga yang efektif dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 1.3 Menyebutkan penyebab komunikasi tidak efektif Respon verbal 1.2.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 1.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 1.2.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 1.2.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Keluarga mampu 1.3.1 Diskusikan bersama menyebutkan 3 dari 6 keluarga apa yang penyebab komunikasi diketahui keluarga tidak efektif, yaitu: tentang penyebab 1. Orang tua lebih komunikasi tidak banyak bicara efektif. daripada mendengar 1.3.2 Berikan pujian kepada 2. Orang tua merasa keluarga tentang tahu lebih banyak pemahaman keluarga 3. Orang tua cenderung yang benar. memberi arahan dan 1.3.3 Berikan informasi nasihat kepada keluarga tentang 4. Orang tua tidak penyebab komunikasi berusaha untuk tidak efektif dengan mendengar terlebih menggunakan media 103 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 1.4 Menyebutkan syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga. Respon verbal dahulu apa yang terjadi dan sebenarnya terjadi pada remaja 5. Orang tua tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang di alami remaja dan memahaminya 6. Orang tua merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan terhadap remaja Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 6 syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga, antara lain: 1. Mengenal diri sendiri 2. Mengenal diri remaja 3. Mendengar aktif 104 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 lembar balik dan leaflet. 1.3.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 1.3.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 1.3.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 1.3.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 1.4.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga. 1.4.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. 1.4.3 Berikan informasi Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 4. “Pesan kamu” dan “pesan saya” 5. Menentukan masalah siapa 6. Mengenal dan menghindari gaya penghambat komunikasi 1.4.4 1.4.5 1.4.6 1.4.7 1.5 Mengidentifikasi ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R terutama masalah komunikasi inefektif antara orang tua dan remaja. Respon afektif Keluarga mengetahui 1.5.1 bahwa komunikasi yang terjadi antara orang tua dan remaja di keluarga adalah komunikasi yang 1.5.2 tidak efektif. 105 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 kepada keluarga tentang syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Motivasi keluarga untuk menyebutkan syaratsyarat komunikasi yang efektif dalam keluarga. Bantu keluarga untuk mengidentifikasi komunikasi yang tidak efektif pada keluarga Bp. R. Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 1.5.3 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga 2. Setelah 1 x 15 menit pertemuan, keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat dalam menciptakan komunikasi yang efektif dalam keluarga, dengan mampu: 2.1 Menyebutkan risiko akibat masalah komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga bila tidak diatasi. Respon verbal Keluarga mampu 2.1.1 Diskusikan bersama menyebutkan 3 dari 5 keluarga apa yang risiko akibat masalah diketahui keluarga komunikasi yang tidak tentang risiko akibat efektif dalam keluarga masalah komunikasi bila tidak diatasi, yaitu: yang tidak efektif dalam 1. Kenakalan remaja keluarga bila tidak 2. Menimbulkan diatasi. perubahan sikap 2.1.2 Berikan pujian kepada pada diri remaja keluarga tentang 3. Anggota keluarga pemahaman keluarga saling tertutup satu yang benar. sama lain 2.1.3 Berikan informasi 4. Seringnya terjadi kepada keluarga tentang perceraian orang tua risiko akibat masalah 5. Anak remaja merasa komunikasi yang tidak 106 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) kesepian 2.1.4 2.1.5 2.1.6 2.1.7 2.2 Mengambil Respon keputusan yang afektif tepat untuk mengikuti program mengatasi masalah ketidakefektifan koping terutama masalah komunikasi dengan konseling individu dan konseling Keluarga memutuskan 2.2.1 untuk mengikuti program mengatasi masalah ketidakefektifan koping terutama masalah komunikasi dengan konseling individu dan konseling keluarga. 2.2.2 107 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 efektif dalam keluarga bila tidak diatasi dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Memotivasi anggota keluarga dalam mengambil keputusan untuk mengikuti program masalah ketidakefektifan koping terutama masalah komunikasi. Berikan reinforcement positif atas minat keluarga untuk Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) keluarga. 3. Setelah 1 x 15 menit pertemuan, keluarga mampu menciptakan komunikasi yang efektif dalam keluarga, dengan mampu: 3.1 Menyebutkan jenis-jenis komunikasi. mengikuti program masalah ketidakefektifan koping terutama masalah komunikasi. Respon verbal Keluarga mampu 3.1.1 Diskusikan bersama menyebutkan jeniskeluarga apa yang jenis komunikasi, yaitu: diketahui keluarga 1. Komunikasi verbal tentang jenis-jenis dengan kata-kata komunikasi. 2. Komunikasi non 3.1.2 Berikan pujian kepada verbal disebut keluarga tentang dengan bahasa tubuh pemahaman yang benar. 3.1.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai jenis-jenis komunikasi dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 3.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk 108 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 3.1.5 3.1.6 3.1.7 3.2 Menyebutkan hambatan dalam berkomunikasi. Respon verbal Keluarga mampu menyebutkan menyebutkan 7 dari 12 hambatan dalam komunikasi, yaitu: 1. Memerintah 2. Menyalahkan 3. Meremehkan 4. Membandingkan 5. Memberi cap 6. Mengancam 7. Menasihati 8. Membohongi 9. Menghibur 10. Mengkritik 11. Menyindir 12. Menganalisa 109 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 bertanya tentang materi yang disampaikan. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang hambatan dalam berkomunikasi. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman yang benar. Berikan informasi kepada keluarga mengenai hambatan dalam berkomunikasi dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Berikan kesempatan Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 1.2.5 1.2.6 1.2.7 3.3 Mendemonstrasika n cara komunikasi yang efektif antara orang tua dan remaja. Respon psikomotor Cara berkomunikasi 3.3.1 efektif antara orang tua dan remaja harus memenuhi syarat-syarat komunikasi efektif. 3.3.2 3.3.3 3.3.4 110 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Demonstrasikan dengan keluarga cara berkomunikasi efektif antara orang tua dan remaja. Beri kesempatan keluarga bertanya. Beri kesempatan keluarga mendemonstrasikan kembali cara berkomunikasi efektif antara orang tua dan remaja Berikan reinforcement positif atas usaha Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) keluarga. 4. Setelah 1 x 15 menit pertemuan, keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam menciptakan komunikasi yang efektif dalam keluarga, dengan mampu: 4.1 Menyebutkan Respon faktor-faktor dalam verbal diri remaja untuk mendukung komunikasi efektif. Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 faktor-faktor dalam diri remaja untuk mendukung komunikasi efektif, yaitu: 1. Sebelum memulai proses komunikasi hubungan remaja dan orang tua hangat dan terbuka 2. Remaja telah menyatakan bersedia mengungkapkan permasalahannya 3. Teridentifikasi bahwa remaja berada pada kondisi 111 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 4.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang faktor-faktor dalam diri remaja untuk mendukung komunikasi efektif. 4.1.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman yang benar. 4.1.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai faktor-faktor dalam diri remaja untuk mendukung komunikasi efektif dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 4.1.4 Berikan kesempatan Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) yang membutuhkan bantuan orang tua untuk memfasilitasi 4.1.5 4.1.6 4.1.7 4.2 Menyebutkan Respon faktor-faktor dalam verbal diri orang tua untuk mendukung komunikasi efektif. Keluarga mampu 4.2.1 menyebutkan 2 dari 4 faktor-faktor dalam diri orang tua untuk mendukung komunikasi efektif, yaitu: 1. Mendengar supaya remaja banyak 4.2.2 bicara 2. Menerima dahulu perasaan remaja 4.2.3 agar remaja lebih terbuka dan dihargai 3. Berbicara supaya didengar 4. Mau berubah 112 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang faktor-faktor dalam diri orang tua untuk mendukung komunikasi efektif. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman yang benar. Berikan informasi kepada keluarga mengenai faktor-faktor dalam diri orang tua untuk mendukung komunikasi efektif Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) dimana orang tua memiliki waktu yang khusus dalam mendengarkan dan berkomunikasi dengan remaja 4.2.4 4.2.5 4.2.6 4.2.7 4.3 Menyebutkan faktor-faktor lingkungan untuk mendukung komunikasi efektif Respon afektif Keluarga mampu 4.3.1 menyebutkan 2 dari 4 faktor-faktor lingkungan untuk mendukung komunikasi efektif, yaitu: 1. Kondusif 2. Tenang 4.3.2 3. Privacy remaja terjaga 4. Jika dilakukan di 4.3.3 rumah sebaiknya 113 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang faktor-faktor lingkungan untuk mendukung komunikasi efektif. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman yang benar. Berikan informasi kepada keluarga Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) dilakukan di ruangan tertutup untuk menjaga privacy remaja dan keleluasaan remaja mengekspresikan perasaan 4.3.4 4.3.5 4.3.6 4.3.7 mengenai faktor-faktor lingkungan untuk mendukung komunikasi efektif dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 5. Setelah 3 x 20 menit pertemuan, keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk fasilitasi komunikasi efektif dalam keluarga, dengan mampu: 114 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 5.1 Menyebutkan jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk berkonsultasi masalah komunikasi antara orang tua dan remaja. Respon verbal 5.2 Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk berkonsultasi mengenai masalah komunikasi antara orang tua dan remaja. Respon afektif Keluarga mampu 5.1.1 Diskusikan bersama menyebutkan pelayanan keluarga mengenai kesehatan yang dapat jenis-jenis pelayanan dikunjungi keluarga kesehatan yang dapat untuk berkonsultasi dikunjungi keluarga masalah komunikasi untuk berkonsultasi antara orang tua dan masalah komunikasi remaja, yaitu: antara orang tua dan 1. Puskesmas (PKPR) remaja yang ada 2. Psikolog disekitar tempat tinggal. 3. Guru wali kelas 5.1.2 Motivasi keluarga untuk 4. Guru BP di sekolah mengulang jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga. 5.1.3 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Keluarga mengunjungi 5.2.1 Motivasi keluarga untuk pelayanan kesehatan berkunjung ke fasilitas untuk konsultasi pelayanan kesehatan. mengenai masalah 5.2.2 Berikan reinforcement komunikasi antara positif atas usaha orang tua dan remaja. keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan 115 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 1. Ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga Bp. R khususnya An. H. Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga Bp. R khususnya An. H. Tujuan Umum Setelah dilakukan intervensi sebanyak 3 kali kunjungan, performa peran remaja menjadi efektif. Kriteria Evaluasi Khusus 1. Setelah 1 x 20 menit pertemuan, keluarga mampu mengenal masalah tumbuh kembang remaja, dengan mampu: 1.1 Menyebutkan definisi tumbuh kembang. Kriteria Respon verbal Standar Keluarga mampu menyebutkan pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran anak dari segi jasmani. Sedangkan perkembangan adalah berkembangnya kemampuan atau keahlian anak. 116 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Rencana Intervensi 1.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian tumbuh kembang. 1.1.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. 1.1.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian tumbuh kembang dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 1.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 1.1.5 1.1.6 1.1.7 1.2 Menyebutkan definisi remaja. Respon verbal Keluarga mampu 1.2.1 menyebutkan remaja adalah anak yang berusia 13-21 tahun. Remaja merupakan masa transisi/ peralihan 1.2.2 dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, 1.2.3 psikis dan psikososial. 1.2.4 117 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 bertanya tentang materi yang disampaikan. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian remaja. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 1.2.5 1.2.6 1.2.7 1.3 Menyebutkan definisi tumbuh kembang remaja. Respon verbal Keluarga mampu 1.3.1 menyebutkan tumbuh kembang remaja adalah proses lebih lanjut remaja menuju tahap perkembangan dan 1.3.2 pertumbuhan selanjutnya (dewasa). 1.3.3 1.3.4 118 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 bertanya tentang materi yang disampaikan. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang definisi tumbuh kembang remaja. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. Berikan informasi kepada keluarga tentang definisi tumbuh kembang remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 1.3.5 1.3.6 1.3.7 1.4 Menyebutkan perubahanperubahan yang terjadi pada remaja. Respon verbal Keluarga mampu menyebutkan 6 dari 11 perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja, yaitu: 1. Perubahan fisik, meliputi: a. Perubahan TB dan BB b. Perubahan bentuk tubuh: Remaja putri (penimbunan jaringan lemak, kulit halus, suara nyaring, payudara membesar, 119 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 1.4.1 1.4.2 1.4.3 1.4.4 bertanya tentang materi yang disampaikan. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang perubahanperubahan pada remaja. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. Berikan informasi kepada keluarga tentang perubahan-perubahan pada remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) tumbuh rambut di bertanya tentang materi daerah tertentu. yang disampaikan. Remaja putra 1.4.5 Berikan penjelasan (peningkatan ulang terhadap materi besar otot, kulit yang belum dimengerti. kasar, tumbuh 1.4.6 Motivasi keluarga untuk kumis, tumbuh mengulang materi yang rambut di daerah telah dijelaskan. tertentu). 1.4.7 Berikan reinforcement c. Mengalami positif atas usaha pubertas: Remaja keluarga putra (mimpi basah). Remaja putri (menstruasi). 2. Perubahan mental, meliputi: a. Berpikir abstrak b. Kritis c. Egosentris d. Selalu ingin tahu e. Cenderung menentang orang tua f. Ingin mencoba hal-hal yang menguji keberanian 120 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 1.5 Mengidentifikasi anggota keluarga yang berusia remaja. 2. Setelah 1 x 15 menit pertemuan, keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengasuh anak remaja, dengan mampu: 2.1 Menyebutkan Respon afektif 3. Perubahan sosial, meliputi: a. Mulai melepaskan diri dari keluarga b. Membentuk kelompok teman sebaya Keluarga mengatakan An. H adalah remaja. Respon Keluarga mampu 121 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 1.5.1 Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota keluarga yang memiliki kriteria remaja sebagaimana yang telah dibahas. 1.5.2 Berikan reinforcement positif atas apa yang telah dikemukakan keluarga yang tepat dan benar. 2.1.1 Diskusikan bersama Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) permasalahan akibat perubahan fisik pada remaja. verbal menyebutkan minimal 2 keluarga apa yang dari 4 permasalahan diketahui keluarga akibat perubahan fisik tentang akibat pada remaja, yaitu: perubahan fisik pada 1. Jerawat remaja. 2. Kegemukan 2.1.2 Berikan pujian kepada 3. Anemia keluarga tentang 4. Infeksi karena pemahaman yang kekebalan tubuh benar. mulai menurun 2.1.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat perubahan fisik pada remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 2.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 2.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 2.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 2.1.7 Berikan reinforcement positif atas usaha 122 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 2.2 Menyebutkan permasalahan akibat perubahan kejiwaan pada remaja. Respon verbal Keluarga mampu menyebutkan 2 permasalahan akibat perubahan kejiwaan pada remaja, yaitu: 1. Mencari identitas diri 2. Timbul pertanyaan: Siapa aku ini? Apa jadinya aku ini? 123 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 keluarga. 2.2.3 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang akibat perubahan kejiwaan pada remaja. 2.2.4 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman yang benar. 2.2.5 Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat perubahan kejiwaan pada remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 2.2.6 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 2.2.7 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 2.2.8 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 2.3 Menyebutkan permasalahan akibat perubahan sosial pada remaja. Respon verbal Keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 3 permasalahan akibat perubahan sosial pada remaja, yaitu: 1. Timbul konflik dengan orang tua akibat keinginan remaja ingin mempunyai keleluasaan pribadi. 2. Melibatkan remaja pada perkelahian antar genk, bolos, terlibat dalam narkoba, minum minuman keras, merokok akibat setia kawan kepada kelompok. 3. Sifat egosentris dan menonjolkan kelompoknya. 124 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 2.2.9 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 2.3.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang akibat perubahan sosial pada remaja. 2.3.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman yang benar. 2.3.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat perubahan sosial pada remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 2.3.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 2.3.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 2.3.6 Motivasi keluarga untuk Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 2.3.7 2.4 Mengambil keputusan yang tepat untuk mengasuh anak remaja. Respon afektif Keluarga mengatakan akan mengasuh anak remaja dengan tepat sesuai dengan tumbuh kembangnya. 2.4.1 2.4.2 2.4.3 3. Setelah 1 x 15 menit pertemuan, keluarga mampu mengasuh anak remaja, dengan mampu: 3.1 Menyebutkan sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja. Respon verbal mengulang materi yang telah dijelaskan. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Bantu keluarga untuk mengenal dan menyadari akan adanya remaja di keluarganya. Bantu keluarga untuk memutuskan mengasuh anak remaja dengan tepat sesuai dengan tumbuh kembangnya. Berikan reinforcement positif atas keputusan tepat yang telah diambil keluarga. Keluarga mampu 3.1.1 Dorong keluarga untuk menyebutkan minimal 3 menceritakan sikap dari 4 sikap orang tua orang tua dalam dalam mengasuh anak mengasuh anak remaja. 125 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 3.2 Menyebutkan sikap anak remaja dalam menjalani masa remaja. Respon verbal remaja, yaitu: 3.1.2 Informasikan kepada 1. Mengenal anak keluarga tentang sikap 2. Sering melakukan orang tua dalam percakapan dengan mengasuh anak remaja anak dengan menggunakan 3. Mendampingi dan media lembar balik dan membimbing remaja leaflet. dalam menghadapi 3.1.3 Motivasi keluarga untuk tantangan hidup menjelaskan kembali 4. Menjadi pemimpin materi yang telah dan teman bagi disampaikan. remaja 3.1.4 Tanyakan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. 3.1.5 Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. 3.1.6 Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga. Keluarga mampu 3.2.1 Dorong keluarga untuk menyebutkan minimal 3 menceritakan sikap anak dari 5 sikap anak remaja dalam menjalani remaja dalam menjalani masa remaja. masa remaja, yaitu: 3.2.2 Informasikan kepada 126 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 1. Mengetahui kelebihan dan kekurangan diri. 2. Menerima diri sendiri. 3. Meningkatkan keimanan kepada Tuhan semesta ini. 4. Bersikap terbuka. 5. Memiliki kegiatan positif. 3.2.3 3.2.4 3.2.5 3.2.6 3.3 Melakukan komunikasi yang terbuka dengan remaja. Respon psikomotor Pada kunjungan yang tidak direncanakan, keluarga melakukan komunikasi yang terbuka dengan remaja dan saling berbincang 127 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 3.3.1 3.3.2 keluarga tentang sikap anak remaja dalam menjalani masa remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan. Tanyakan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga. Tanyakan kepada keluarga, hal apa yang telah dibicarakan dengan anggota keluarga yang remaja. Berikan reinforcement Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) tentang kehidupan remaja. 4. Setelah 1 x 15 menit pertemuan, keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan anak remaja. Respon verbal positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga. Keluarga mampu 4.1.1 Diskusikan cara menyebutkan 2 memodifikasi modifikasi lingkungan lingkungan yang sesuai yang sesuai dengan dengan remaja. remaja, yaitu: 4.1.2 Jelaskan kepada 1. Pergaulan dengan keluarga tentang cara teman sebaya yang memodifikasi baik (selektif lingkungan yang sesuai memilih teman) dengan remaja dengan 2. Komunikasi terbuka menggunakan media dengan keluarga lembar balik dan leaflet. 4.1.3 Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan remaja. 4.1.4 Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. 4.1.5 Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. 4.1.6 Berikan reinforcement 128 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga 5. Setelah 1 x 20 menit pertemuan, keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk berkonsultasi mengenai tumbuh kembang remaja, dengan mampu: 5.1 Menyebutkan Respon tempat pelayanan verbal kesehatan untuk berkonsultasi mengenai tumbuh kembang remaja. 5.2 Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk berkonsultasi Respon afektif Keluarga dapat menyebutkan fasilitas yang dapat dikunjungi, yaitu: 1. Puskesmas (PKPR) 2. Rumah sakit 3. Klinik dokter 4. Psikolog 5. Guru wali kelas 6. Guru BP di sekolah 5.1.1 Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal. 5.1.2 Motivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi. 5.1.3 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Keluarga mengunjungi 5.2.3 Motivasi keluarga untuk pelayanan kesehatan berkunjung ke fasilitas untuk konsultasi kesehatan. tumbuh kembang 5.2.4 Berikan reinforcement 129 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) mengenai tumbuh kembang remaja. remaja. 130 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Bp. R Diagnosa Tanggal dan Ke Waktu 1 24 Mei 2013 1. jam 13.00 WIB 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Implementasi Evaluasi Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian komunikasi. Memberikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian komunikasi dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian komunikasi keluarga yang efektif. Memberikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian komunikasi keluarga yang efektif dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang penyebab komunikasi tidak efektif. Memberikan informasi kepada keluarga tentang penyebab komunikasi tidak efektif dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga. Memberikan informasi kepada keluarga tentang syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga Paraf Subjektif : Keluarga (Ibu. R) mampu menyebutkan pengertian komunikasi Ibu. R mampu menyebutkan pengertian komunikasi keluarga yang efektif Ibu. R mampu menyebutkan penyebab komunikasi tidak efektif. Ibu. R mampu menyebutkan syaratsyarat komunikasi efektif dalam keluarga. Ibu. R mampu mengidentifikasi komunikasi komunikasi yang tidak efektif pada keluarga Bp. R. Ibu. R mampu menyebutkan risiko akibat masalah komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga bila tidak diatasi Ibu. R mampu mengambil keputusan untuk mengikuti program masalah ketidakefektifan koping terutama masalah komunikasi. Ibu. R mampu menyebutkan jenis-jenis komunikasi Ibu. R mampu menyebutkan hambatan dalam berkomunikasi 131 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan syaratsyarat komunikasi yang efektif dalam keluarga. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi komunikasi yang tidak efektif pada keluarga Bp. R. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang risiko akibat masalah komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga bila tidak diatasi. Memberikan informasi kepada keluarga tentang risiko akibat masalah komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga bila tidak diatasi dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Memotivasi anggota keluarga dalam mengambil keputusan untuk mengikuti program masalah ketidakefektifan koping terutama masalah komunikasi. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang jenis-jenis komunikasi. Memberikan informasi kepada keluarga mengenai jenis-jenis komunikasi dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang hambatan dalam berkomunikasi. Objektif: Orang tua (Ibu. R) dapat mendemonstrasikan cara komunikasi yang efektif dengan remaja Orang tua (Ibu. R) dapat mendemonstrasikan cara mendengar aktif dan menyampaikan “pesan saya” pada remaja Analisis: TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu mengenal komunikasi yang efektif antara orang tua dengan remaja, mengambil keputusan dalam menciptakan komunikasi yang efektif dalam keluarga dan mendemonstrasikan komunikasi yang efektif dengan anak remaja. Planning: Evaluasi TUK 1, 2 dan 3 kemudian lanjutkan ke TUK 4 dan 5 132 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 1 27 Mei 2013 jam 10.00 WIB 17. Memberikan informasi kepada keluarga mengenai hambatan dalam berkomunikasi dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 18. Mendemonstrasikan dengan keluarga cara berkomunikasi efektif antara orang tua dan remaja. 19. Memberi kesempatan keluarga bertanya. 20. Memberi kesempatan keluarga mendemonstrasikan kembali cara berkomunikasi efektif antara orang tua dan remaja 21. Memberikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. 22. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 23. Memberikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 24. Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 25. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 1. Mengevaluasi TUK 1 – 3 2. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang faktor-faktor dalam diri remaja untuk mendukung komunikasi efektif. 3. Memberikan informasi kepada keluarga mengenai faktor-faktor dalam diri remaja untuk Subjektif : Keluarga (Ibu. R) mampu menyebutkan kembali pengertian komunikasi Ibu. R mampu menyebutkan kembali pengertian komunikasi keluarga yang efektif Ibu. R mampu menyebutkan kembali 133 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) mendukung komunikasi efektif dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 4. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang faktor-faktor dalam diri orang tua untuk mendukung komunikasi efektif. 5. Memberikan informasi kepada keluarga mengenai faktor-faktor dalam diri orang tua untuk mendukung komunikasi efektif dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 6. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang faktor-faktor lingkungan untuk mendukung komunikasi efektif. 7. Memberikan informasi kepada keluarga mengenai faktor-faktor lingkungan untuk mendukung komunikasi efektif dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 8. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk berkonsultasi masalah komunikasi antara orang tua dan remaja yang ada disekitar tempat tinggal. 9. Memotivasi keluarga untuk mengulang jenisjenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga. 10. Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan. penyebab komunikasi tidak efektif. Ibu. R mampu menyebutkan kembali syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga. Ibu. R mampu mengidentifikasi kembali komunikasi komunikasi yang tidak efektif pada keluarga Bp. R. Ibu. R mampu menyebutkan kembali risiko akibat masalah komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga bila tidak diatasi Ibu. R mengatakan sudah mengusahakan berbicara dengan anaknya Ibu. R mampu mengambil keputusan untuk mengikuti program masalah ketidakefektifan koping terutama masalah komunikasi. Ibu. R mampu menyebutkan kembali jenis-jenis komunikasi. Ibu. R mampu menyebutkan kembali hambatan dalam berkomunikasi. Ibu. R mampu menyebutkan faktorfaktor dalam diri remaja untuk mendukung komunikasi efektif. Ibu. R mampu menyebutkan faktorfaktor dalam diri orang tua untuk mendukung komunikasi efektif 134 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 11. Memberikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman yang benar. 12. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 13. Memberikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 14. Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 15. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Ibu. R mampu menyebutkan faktorfaktor lingkungan untuk mendukung komunikasi efektif Ibu. R mampu menyebutkan jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk berkonsultasi masalah komunikasi antara orang tua dan remaja yang ada disekitar tempat tinggal. Objektif: Orang tua (Ibu. R) dapat mendemonstrasikan kembali cara komunikasi yang efektif dengan remaja Orang tua (Ibu. R) dapat mendemonstrasikan kembali cara mendengar aktif dan menyampaikan “pesan saya” pada remaja Analisis: TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu mengenal komunikasi yang efektif antara orang tua dengan remaja, mengambil keputusan dalam menciptakan komunikasi yang efektif dalam keluarga dan mendemonstrasikan komunikasi yang efektif dengan anak 135 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) remaja. TUK 4 dan 5 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memfasilitasi komunikasi efektif dalam keluarga antara orang tua dan remaja. 1 29 Mei 2013 jam 10.00 WIB 1. Planning: Evaluasi TUK 1 – 5 untuk diagnosa pertama (ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R) Subjektif : Keluarga (Ibu. R) mampu menyebutkan kembali pengertian komunikasi Ibu. R mampu menyebutkan kembali pengertian komunikasi keluarga yang efektif Ibu. R mampu menyebutkan kembali penyebab komunikasi tidak efektif. Ibu. R mampu menyebutkan kembali syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga. Ibu. R mampu mengidentifikasi kembali komunikasi komunikasi yang tidak efektif pada keluarga Bp. R. Ibu. R mampu menyebutkan kembali risiko akibat masalah komunikasi yang Mengevaluasi TUK 1 – 5 136 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) tidak efektif dalam keluarga bila tidak diatasi Ibu. R mengatakan sudah mengusahakan berbicara dengan anaknya Ibu. R mampu mengambil keputusan untuk mengikuti program masalah ketidakefektifan koping terutama masalah komunikasi. Ibu. R mampu menyebutkan kembali jenis-jenis komunikasi. Ibu. R mampu menyebutkan kembali hambatan dalam berkomunikasi. Ibu. R mampu menyebutkan kembali faktor-faktor dalam diri remaja untuk mendukung komunikasi efektif. Ibu. R mampu menyebutkan kembali faktor-faktor dalam diri orang tua untuk mendukung komunikasi efektif Ibu. R mampu menyebutkan kembali faktor-faktor lingkungan untuk mendukung komunikasi efektif Ibu. R mampu menyebutkan kembali jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk berkonsultasi masalah komunikasi antara orang tua dan remaja yang ada disekitar tempat tinggal. 137 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) Objektif: Orang tua (Ibu. R) dapat mendemonstrasikan kembali cara komunikasi yang efektif dengan remaja Orang tua (Ibu. R) dapat mendemonstrasikan kembali cara mendengar aktif dan menyampaikan “pesan saya” pada remaja Analisis: TUK 1 – 5 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu mengenal komunikasi yang efektif antara orang tua dengan remaja, mengambil keputusan dalam menciptakan komunikasi yang efektif dalam keluarga, mendemonstrasikan komunikasi yang efektif dengan anak remaja, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memfasilitasi komunikasi efektif dalam keluarga antara orang tua dan remaja. Planning: TUK 1 – 3 untuk diagnosa ke dua (ketidakefektifan performa peran 138 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 2 1 Juni 2013 jam 10.00 WIB 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian tumbuh kembang. Memberikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian tumbuh kembang dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian remaja. Memberikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang definisi tumbuh kembang remaja. Memberikan informasi kepada keluarga tentang definisi tumbuh kembang remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang perubahan-perubahan pada remaja. Memberikan informasi kepada keluarga tentang perubahan-perubahan pada remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Menanyakan kepada keluarga, adakah anggota keluarga yang memiliki kriteria remaja sebagaimana yang telah dibahas. remaja pada keluarga Bp. R khususnya An. H) Subjektif : Keluarga (Ibu. R) mampu menyebutkan pengertian tumbuh kembang. Ibu. R mampu menyebutkan pengertian remaja Ibu. R mampu menyebutkan definisi tumbuh kembang remaja Ibu. R mampu menyebutkan syaratsyarat komunikasi efektif dalam keluarga. Ibu. R mampu menyebutkan perubahan-perubahan pada remaja. Ibu. R mampu mengidentifikasi An. H termasuk dalam remaja Ibu. R mampu menyebutkan akibat perubahan fisik pada remaja Ibu. R mampu menyebutkan akibat perubahan kejiwaan pada remaja. Ibu. R mampu menyebutkan akibat perubahan sosial pada remaja. Ibu. R mampu mengambil keputusan untuk mengasuh anak remaja dengan tepat sesuai dengan tumbuh kembangnya. Ibu. R mampu menyebutkan sikap 139 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 10. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang orang tua dalam mengasuh anak remaja diketahui keluarga tentang akibat perubahan Ibu. R mampu menyebutkan sikap anak fisik pada remaja. remaja dalam menjalani masa remaja 11. Memberikan informasi kepada keluarga mengenai akibat perubahan fisik pada remaja Objektif: dengan menggunakan media lembar balik dan Orang tua (Ibu. R) dapat leaflet. mendemonstrasikan cara komunikasi 12. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang terbuka dengan remaja diketahui keluarga tentang akibat perubahan kejiwaan pada remaja. Analisis: 13. Memberikan informasi kepada keluarga TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai mengenai akibat perubahan kejiwaan pada dengan keluarga telah mampu remaja dengan menggunakan media lembar balik mengenal masalah tumbuh kembang dan leaflet. remaja, mengambil keputusan yang 14. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang tepat untuk mengasuh anak remaja dan diketahui keluarga tentang akibat perubahan mendemonstrasikan komunikasi yang sosial pada remaja. terbuka dengan anak remaja. 15. Memberikan informasi kepada keluarga mengenai akibat perubahan sosial pada remaja Planning: dengan menggunakan media lembar balik dan Evaluasi TUK 1, 2 dan 3 kemudian leaflet. lanjutkan ke TUK 4 dan 5 16. Membantu keluarga untuk mengenal dan menyadari akan adanya remaja di keluarganya. 17. Membantu keluarga untuk memutuskan mengasuh anak remaja dengan tepat sesuai dengan tumbuh kembangnya. 18. Mendorong keluarga untuk menceritakan sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja. 140 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 2 6 Juni 2013 jam 10.00 WIB 19. Menginformasikan kepada keluarga tentang sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 20. Mendorong keluarga untuk menceritakan sikap anak remaja dalam menjalani masa remaja. 21. Menginformasikan kepada keluarga tentang sikap anak remaja dalam menjalani masa remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 22. Menanyakan kepada keluarga, hal apa yang telah dibicarakan dengan anggota keluarga yang remaja. 23. Memberikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. 24. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 25. Memberikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 26. Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 27. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 1. Mengevaluasi TUK 1 – 3 Subjektif : 2. Mendiskusikan cara memodifikasi lingkungan Keluarga (Ibu. R) mampu menyebutkan yang sesuai dengan remaja. kembali pengertian tumbuh kembang. 3. Menjelaskan kepada keluarga tentang cara Ibu. R mampu menyebutkan kembali memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan pengertian remaja 141 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 4. Memotivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan remaja. 5. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal. 6. Memotivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi. 7. Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan. 8. Menanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. 9. Menjelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. 10. Memberikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga Ibu. R mampu menyebutkan kembali definisi tumbuh kembang remaja Ibu. R mampu menyebutkan kembali syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga. Ibu. R mampu menyebutkan kembali perubahan-perubahan pada remaja. Ibu. R mampu mengidentifikasi kembali An. H termasuk dalam remaja Ibu. R mampu menyebutkan kembali akibat perubahan fisik pada remaja Ibu. R mampu menyebutkan kembali akibat perubahan kejiwaan pada remaja. Ibu. R mampu menyebutkan kembali akibat perubahan sosial pada remaja. Ibu. R mampu menyebutkan kembali sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja Ibu. R mampu menyebutkan kembali sikap anak remaja dalam menjalani masa remaja Ibu. R mengatakan sudah mengusahakan berbicara dengan anaknya Ibu. R mampu menyebutkan cara memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan remaja 142 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) Ibu. R mampu menyebutkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal Objektif: Orang tua (Ibu. R) dapat mendemonstrasikan kembali cara komunikasi terbuka dengan remaja Analisis: TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu mengenal masalah tumbuh kembang remaja, mengambil keputusan yang tepat untuk mengasuh anak remaja dan mendemonstrasikan komunikasi yang terbuka dengan anak remaja. TUK 4 dan 5 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memfasilitasi dalam menerapkan peran dan tanggung jawab remaja. Planning: Evaluasi TUK 1 – 5 untuk diagnosa ke dua (ketidakefektifan performa peran pada keluarga Bp. R khususnya An. H) 143 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) 2 8 Juni 2013 jam 10.00 WIB 1. Mengevaluasi TUK 1 – 5 Subjektif : Keluarga (Ibu. R) mampu menyebutkan kembali pengertian tumbuh kembang. Ibu. R mampu menyebutkan kembali pengertian remaja Ibu. R mampu menyebutkan kembali definisi tumbuh kembang remaja Ibu. R mampu menyebutkan kembali syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga. Ibu. R mampu menyebutkan kembali perubahan-perubahan pada remaja. Ibu. R mampu mengidentifikasi kembali An. H termasuk dalam remaja Ibu. R mampu menyebutkan kembali akibat perubahan fisik pada remaja Ibu. R mampu menyebutkan kembali akibat perubahan kejiwaan pada remaja. Ibu. R mampu menyebutkan kembali akibat perubahan sosial pada remaja. Ibu. R mampu menyebutkan kembali sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja Ibu. R mampu menyebutkan kembali sikap anak remaja dalam menjalani masa remaja Ibu. R mengatakan sudah 144 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) mengusahakan berbicara dengan anaknya Ibu. R mampu menyebutkan kembali cara memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan remaja Ibu. R mampu menyebutkan kembali fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal Objektif: Orang tua (Ibu. R) dapat mendemonstrasikan kembali cara komunikasi terbuka dengan remaja Analisis: TUK 1 – 5 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu mengenal masalah tumbuh kembang remaja, mengambil keputusan yang tepat untuk mengasuh anak remaja, mendemonstrasikan komunikasi yang terbuka dengan anak remaja, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memfasilitasi memfasilitasi dalam menerapkan peran dan tanggung jawab remaja. 145 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 1: (lanjutan) Planning: Evaluasi sumatif untuk diagnosa keperawatan ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R 146 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 2: Evaluasi Sumatif EVALUASI SUMATIF KELUARGA Bp. R Diagnosa 1: Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R No. 1. 2. 3. 4. 5. Kriteria Evaluasi Keluarga mampu menyebutkan komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Keluarga mampu menyebutkan komunikasi keluarga yang efektif adalah komunikasi yang berjalan dua arah dan dapat mencapai tujuan dari komunikasi tersebut. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 penyebab komunikasi tidak efektif, yaitu: 1. Orang tua lebih banyak bicara daripada mendengar 2. Orang tua merasa tahu lebih banyak 3. Orang tua cenderung memberi arahan dan nasihat 4. Orang tua tidak berusaha untuk mendengar terlebih dahulu apa yang terjadi dan sebenarnya terjadi pada remaja 5. Orang tua tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang di alami remaja dan memahaminya 6. Orang tua merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan terhadap remaja Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 6 syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga, antara lain: 1. Mengenal diri sendiri 2. Mengenal diri remaja 3. Mendengar aktif 4. “Pesan kamu” dan “pesan saya” 5. Menentukan masalah siapa 6. Mengenal dan menghindari gaya penghambat komunikasi Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 risiko akibat masalah komunikasi yang Ya √ Hasil Tidak Keterangan √ √ √ √ 147 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 2: (lanjutan) 6. 7. 8. 9. 10. tidak efektif dalam keluarga bila tidak diatasi, yaitu: 1. Kenakalan remaja 2. Menimbulkan perubahan sikap pada diri remaja 3. Anggota keluarga saling tertutup satu sama lain 4. Seringnya terjadi perceraian orang tua 5. Anak remaja merasa kesepian Keluarga mampu menyebutkan jenisjenis komunikasi, yaitu: 1. Komunikasi verbal dengan kata-kata 2. Komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh Keluarga mampu menyebutkan menyebutkan 7 dari 12 hambatan dalam komunikasi, yaitu: 1. Memerintah 2. Menyalahkan 3. Meremehkan 4. Membandingkan 5. Memberi cap 6. Mengancam 7. Menasihati 8. Membohongi 9. Menghibur 10. Mengkritik 11. Menyindir 12. Menganalisa Keluarga mampu mendemonstrasikan cara komunikasi yang efektif antara orang tua dan remaja. Keluarga mampu menyebutkan faktorfaktor dalam diri remaja untuk mendukung komunikasi efektif, yaitu: 1. Sebelum memulai proses komunikasi hubungan remaja dan orang tua hangat dan terbuka 2. Remaja telah menyatakan bersedia mengungkapkan permasalahannya 3. Teridentifikasi bahwa remaja berada pada kondisi yang membutuhkan bantuan orang tua untuk memfasilitasi Keluarga mampu menyebutkan faktorfaktor dalam diri orang tua untuk mendukung komunikasi efektif, yaitu: √ √ Keluarga hanya mampu menyebutkan 4 hambatan dalam berkomunikasi. √ √ √ 148 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 2: (lanjutan) 11. 12. 13. 1. Mendengar supaya remaja banyak bicara 2. Menerima dahulu perasaan remaja agar remaja lebih terbuka dan dihargai 3. Berbicara supaya didengar 4. Mau berubah dimana orang tua memiliki waktu yang khusus dalam mendengarkan dan berkomunikasi dengan remaja Keluarga mampu menyebutkan faktorfaktor lingkungan untuk mendukung komunikasi efektif, yaitu: 1. Kondusif 2. Tenang 3. Privacy remaja terjaga 4. Jika dilakukan di rumah sebaiknya dilakukan di ruangan tertutup untuk menjaga privacy remaja dan keleluasaan remaja mengekspresikan perasaan Keluarga mampu menyebutkan pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk berkonsultasi masalah komunikasi antara orang tua dan remaja, yaitu: 1. Puskesmas (PKPR) 2. Rumah sakit 3. Klinik dokter 4. Psikolog 5. Guru wali kelas 6. Guru BP di sekolah Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk konsultasi mengenai masalah komunikasi antara orang tua dan remaja. √ √ √ Ibu. R mengatakan belum sempat ke fasilitas kesehatan karena selama ini masih ada mahasiswa. Mahasiswa memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan. Diagnosa 2: Ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga Bp. R khususnya An. H No. Kriteria Evaluasi Hasil 149 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Keterangan Universitas Indonesia Lampiran 2: (lanjutan) 1. 2. 3. 4. Keluarga mampu menyebutkan pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran anak dari segi jasmani. Sedangkan perkembangan adalah berkembangnya kemampuan atau keahlian anak. Keluarga mampu menyebutkan remaja adalah anak yang berusia 13-21 tahun. Remaja merupakan masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial. Keluarga mampu menyebutkan tumbuh kembang remaja adalah proses lebih lanjut remaja menuju tahap perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya (dewasa). Keluarga mampu menyebutkan 6 dari 11 perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja, yaitu: 1. Perubahan fisik, meliputi: a. Perubahan TB dan BB b. Perubahan bentuk tubuh: Remaja putri (penimbunan jaringan lemak, kulit halus, suara nyaring, payudara membesar, tumbuh rambut di daerah tertentu. Remaja putra (peningkatan besar otot, kulit kasar, tumbuh kumis, tumbuh rambut di daerah tertentu). c. Mengalami pubertas: Remaja putra (mimpi basah). Remaja putri (menstruasi). 2. Perubahan mental, meliputi: a. Berpikir abstrak b. Kritis c. Egosentris d. Selalu ingin tahu e. Cenderung menentang orang tua f. Ingin mencoba hal-hal yang menguji keberanian 3. Perubahan sosial, meliputi: a. Mulai melepaskan diri dari keluarga b. Membentuk kelompok teman Ya √ Tidak √ √ √ 150 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Keluarga hanya mampu menyebutkan 4 perubahanperubahan yang terjadi pada remaja. Universitas Indonesia Lampiran 2: (lanjutan) 5. 6. 7. 8. 9. 10. sebaya Keluarga mampu mengidentifikasi bahwa An. H adalah remaja. Keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 4 permasalahan akibat perubahan fisik pada remaja, yaitu: 1. Jerawat 2. Kegemukan 3. Anemia 3. Infeksi karena kekebalan tubuh mulai menurun Keluarga mampu menyebutkan 2 permasalahan akibat perubahan kejiwaan pada remaja, yaitu: 1. Mencari identitas diri 2. Timbul pertanyaan: Siapa aku ini? Apa jadinya aku ini? Keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 3 permasalahan akibat perubahan sosial pada remaja, yaitu: 1. Timbul konflik dengan orang tua akibat keinginan remaja ingin mempunyai keleluasaan pribadi. 2. Melibatkan remaja pada perkelahian antar genk, bolos, terlibat dalam narkoba, minum minuman keras, merokok akibat setia kawan kepada kelompok. 3. Sifat egosentris dan menonjolkan kelompoknya. Keluarga mampu menyebutkan minimal 3 dari 4 sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja, yaitu: 1. Mengenal anak 2. Sering melakukan percakapan dengan anak 3. Mendampingi dan membimbing remaja dalam menghadapi tantangan hidup 4. Menjadi pemimpin dan teman bagi remaja Keluarga mampu menyebutkan minimal 3 dari 5 sikap anak remaja dalam menjalani masa remaja, yaitu: 1. Mengetahui kelebihan dan kekurangan diri. 2. Menerima diri sendiri. 3. Meningkatkan keimanan kepada √ √ √ √ √ √ 151 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Keluarga hanya mampu menyebutkan 2 sikap anak remaja dalam menjalani masa remaja. Universitas Indonesia Lampiran 2: (lanjutan) 11. 12. 13. 14. Tuhan semesta ini. 4. Bersikap terbuka. 5. Memiliki kegiatan positif. Keluarga mampu mendemonstrasikan komunikasi terbuka dengan remaja. Keluarga mampu menyebutkan 2 modifikasi lingkungan yang sesuai dengan remaja, yaitu: 1. Pergaulan dengan teman sebaya yang baik (selektif memilih teman) 2. Komunikasi terbuka dengan keluarga Keluarga dapat menyebutkan fasilitas yang dapat dikunjungi, yaitu: 1. Puskesmas (PKPR) 2. Rumah sakit 3. Klinik dokter 4. Psikolog 5. Guru wali kelas 6. Guru BP di sekolah Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk konsultasi mengenai masalah tumbuh kembang remaja. √ √ √ √ 152 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Ibu. R mengatakan belum sempat ke fasilitas kesehatan karena selama ini masih ada mahasiswa. Mahasiswa memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan. Universitas Indonesia Lampiran 3: Tingkat Kemandirian Keluarga TINGKAT KEMANDIRIAN Nama keluarga : Bpk. R Alamat : RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok KESIMPULAN: Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan selama tujuh minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan pembinaan dan kunjungan rutin di keluarga, mahasiswa banyak memperoleh informasi dari keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami keluarga. Selama tujuh minggu mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke keluarga dan menemukan tiga masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa keluarga termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat IV” dengan alasan: Kriteria Ya Keluarga menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat √ Keluarga mengungkapkan masalah kesehatan yang dialami secara benar √ Tidak Pembenaran Selama praktek dan melakukan kunjungan rumah, keluarga selalu menerima kehadiran perawat dengan sikap ramah dan terbuka sesuai dengan kontrak yang telah disepakati bersama. Keluarga dan mahasiswa hampir selalu menyepakati kontrak yang telah ditentukan. Apabila keluarga ada acara dan kegiatan pada saat kontrak yang telah disepakati, keluarga memberitahukan kepada mahasiswa terlebih dahulu. Saat proses pengkajian, keluarga menjawab pertanyaan mahasiswa dengan benar yang kemudian di klarifikasi dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya. Keluarga dengan terbuka mau membicarakan masalah kesehatan yang ada dengan mahasiswa. Keluarga merasa yakin bahwa kehadiran mahasiswa adalah untuk membantu keluarga mengatasi masalah kesehatan 153 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia Lampiran 3: (lanjutan) yang ada. Hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa kepada dan bersama keluarga kemudian dianalisis untuk menentukan masalah keperawatan. Masalah atau diagnosa keperawatan yang ada disusun secara prioritas bersama keluarga dan direncanakan intervensi untuk mengatasinya. Tiga diagnosa keperawatan yang ditemukan telah diselesaikan dua diagnosa utamanya. Keluarga menerima pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan √ Keluarga melakukan tindakan pencegahan Keluarga melakukan promosi kesehatan secara aktif √ Keluarga sudah mampu melakukan pencegahan terhadap masalah kesehatan yang dialami √ Keluarga telah mampu melakukan promosi kesehatan secara aktif 154 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia DAFTAR RIWAYAT HIDUP IDENTITAS PRIBADI Nama : Mila Sri Wardani NPM : 0806457155 Jenis Kelamin : Perempuan Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Maret 1990 Agama : Islam Status Pernikahan : Belum Menikah Alamat : Komp. DEPPEN Blok DD No. 4 RT 001/ RW 011 Kelurahan Harjamukti Kecamatan Cimanggis – Depok 16954 Anak Ke : 2 dari 2 bersaudara Telepon : 08561129187 Email : [email protected] RIWAYAT PENDIDIKAN 1. 1995 – 1996 : TK Dian Paramita Cimanggis – Depok 2. 1996 – 2001 : SD Negeri Harjamukti IV Cimanggis – Depok 3. 2001 – 2002 : SD Negeri 05 Pagi Cibubur – Jakarta Timur 4. 2002 – 2005 : SMP Negeri 147 Cibubur – Jakarta Timur 5. 2005 – 2008 : SMA Negeri 99 Cibubur – Jakarta Timur 6. 2008 – 2012 : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (Sarjana) 7. 2012 – 2013 : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (Profesi) 155 Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia