asuhan keperawatan keluarga bapak r dengan anak remaja dengan

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK R DENGAN
ANAK REMAJA DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN
KOPING: KOMUNIKASI INEFEKTIF
DI RW 02 KELURAHAN CISALAK PASAR
KECAMATAN CIMANGGIS – DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
MILA SRI WARDANI
0806457155
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM PROFESI
DEPOK
JULI 2013
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK R DENGAN
ANAK REMAJA DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN
KOPING: KOMUNIKASI INEFEKTIF
DI RW 02 KELURAHAN CISALAK PASAR
KECAMATAN CIMANGGIS – DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi Ners
MILA SRI WARDANI
0806457155
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM PROFESI
DEPOK
JULI 2013
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat dan
anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak R dengan Anak Remaja dengan
Masalah Ketidakefektifan Koping: Komunikasi Inefektif di RW 02 Kelurahan
Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis – Depok”. Karya ilmiah akhir ners ini dibuat
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi Ners.
Penulisan karya ilmiah akhir ners ini juga tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis juga menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu:
1. Ns. Dwi Cahya Rahmadiyah, S.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan, nasihat, masukan, pengarahan dan saran
dalam penulisan karya ilmiah akhir ners ini.
2. Dewi Irawaty, MA., PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
3. Poppy Fitriyani, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku dosen koordinator mata
ajar Praktik Klinik KKMP peminatan komunitas.
4. Ns. Intan Asri Nurani, S. Kep., M. Kep selaku mahasiswa residen penanggung
jawab di wilayah RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis,
yang telah membantu dan membimbing dengan sabar serta memberikan
banyak masukan selama Praktik Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan
Peminatan Komunitas.
5. Kuntarti, SKp., M.Biomed selaku Ketua Program Studi Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
6. Riri Maria, SKp., MANP selaku dosen koordinator mata ajar Karya Ilmiah
Akhir Ners (KIAN).
7. Fajar Tri Waluyanti S.Kp., M.Kep selaku dosen Pembimbing Akademis.
8. Bapak dan Ibu ku tercinta, terima kasih atas semua doa serta dukungannya.
9. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Ilmu Keperawatan reguler angkatan
2008 dan ekstensi 2010 terima kasih atas kebersamaan serta bantuannya
selama penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
iv
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
10. Pihak-pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Karya ilmiah akhir ners ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan karena
keterbatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan penulis. Maka sangat diperlukan
masukan dan saran untuk menyempurnakan karya ilmiah akhir ners ini. Akhir
kata semoga karya ilmiah akhir ners ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
Depok, Juli 2013
Penulis
v
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
ABSTRAK
Nama
: Mila Sri Wardani
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul
: Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak R dengan Anak Remaja
dengan Masalah Ketidakefektifan Koping: Komunikasi Inefektif
di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis –
Depok
Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas diri. Permasalahan
yang dialami oleh remaja umumnya dikarenakan adanya krisis identitas tanpa
adanya faktor pendukung dan sumber informasi yang jelas dalam memberikan
ketersediaan layanan pada kelompok remaja. Komunikasi yang baik antara orang
tua dengan anak remaja adalah kunci utama untuk menguraikan permasalahan
yang terjadi pada mereka. Penulisan ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan
keperawatan keluarga Bp. R dengan anak remaja dengan masalah ketidakefektifan
koping terutama komunikasi infektif di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Tujuan dari implementasi intervensi inovasi
komunikasi efektif ini diharapkan terciptanya komunikasi yang efektif antara
orang tua dan anak remaja sehingga orang tua dapat membangun hubungan yang
harmonis dengan remaja, membentuk suasana keterbukaan dan mendengar serta
membuat remaja mau bicara pada saat mereka menghadapi masalah. Saat
dilakukan evaluasi sumatif keluarga mengaku bahwa An. H yang awalnya adalah
anak yang pendiam dan tertutup setelah Ibu. R berkomunikasi efektif
menggunakan “pesan saya” bisa lebih membuka dirinya, An. H juga sudah mulai
mau menceritakan masalah yang sedang dihadapinya sedikit demi sedikit kepada
orang tuanya. Saran bagi keluarga adalah agar keluarga lebih mengoptimalkan
dalam memfasilitasi tugas perkembangan keluarga seperti menjaga komunikasi
yang terbuka antara orang tua dengan remaja.
Kata kunci: Keluarga, ketidakefektifan koping, komunikasi, komunikasi efektif,
remaja.
vii
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Mila Sri Wardani
: Nursing
: Nursing Families Mr R with Teenagers Ineffective Coping with
Problems: Ineffective Communication in the RW 02 Kelurahan
Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok City
Adolescence is a period in which the identity crisis. Problems faced by young
people in general due to the crisis of identity in the absence of supporting factors
and resources that clear in providing service availability in the adolescent group.
Good communication between parents and adolescent is the key to decipher the
problems that occur in them. This research aims to describe the family nursing
care Mr. R with teenagers ineffective coping with problems ineffective
communication in the RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis
Depok City. The purpose of the implementation of innovative interventions
effective communication is expected to create effective communication between
parents and adolescent so that parents can establish a harmonious relationship
with the teenager, forming an atmosphere of openness and listening and makes
teens want to talk to when they encounter problems. We conducted a summative
evaluation of the family claimed that An. H which is initially quiet boy and closed
after Mom. R communicate effectively using "I messages" could be open himself,
An. H also has started to tell the problems that are being faced little by little to his
parents. Advice for families is to further optimize the family in facilitating family
developmental tasks such as maintaining open communication between parents
and teens.
Key words: adolescents, communication, effective communication, family,
ineffectiveness coping.
viii
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH....................... vi
ABSTRAK.......................................................................................................... vii
ABSTRACT........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xii
1. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah.............................................................................. 9
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 10
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................. 10
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................. 11
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................. 11
1.4.1 Manfaat Kelimuan....................................................................... 11
1.4.2 Manfaat Aplikatif........................................................................ 11
1.4.2.1 Pelayanan Keperawatan Keluarga................................... 11
1.4.2.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan................................... 12
1.4.3 Manfaat Metodologi.................................................................... 12
2.
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 13
2.1 Konsep dan Teori Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan..... 13
2.1.1 Sejarah Perkembangan dan Karakteristik Kota (Urban)............. 14
2.1.2 Peran Perawat dalam Keperawatan Kesehatan Perkotaan........... 15
2.2 Remaja.................................................................................................. 16
2.2.1 Pengertian Remaja....................................................................... 16
2.2.2 Ciri-Ciri Masa Remaja................................................................ 20
2.2.3 Tugas Perkembangan pada Masa Remaja................................... 23
2.2.4 Perubahan pada Remaja.............................................................. 24
2.3 Keluarga................................................................................................ 25
2.4 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja................. 26
2.5 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga..................................... 28
2.5.1 Pengkajian Keluarga.................................................................... 29
2.5.2 Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga............................. 29
2.5.3 Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga.............. 30
2.5.4 Perencanaan Keperawatan Keluarga........................................... 31
2.5.5 Implementasi Keperawatan Keluarga.......................................... 32
2.5.6 Evaluasi....................................................................................... 33
2.6 Ketidakefektifan Koping....................................................................... 33
2.6.1 Komunikasi.................................................................................. 34
2.6.1.1 Komunikasi Efektif.......................................................... 34
2.6.1.2 Komunikasi Tidak Efektif............................................... 35
ix
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
x
2.6.2 Pola Komunikasi Keluarga.......................................................... 35
2.7 Intervensi Inovasi Komunikasi Efektif antara Remaja dan Orang Tua 37
3.
LAPORAN KASUS KELULAAN UTAMA............................................ 46
3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga....................................................... 46
3.2 Diagnosis Keperawatan Keluarga......................................................... 48
3.3 Perencanaan Keperawatan Keluarga..................................................... 49
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga............................. 54
3.5 Intervensi Inovasi Komunikasi Efektif pada Keluarga Bp. R............... 60
4.
ANALISIS SITUASI.................................................................................. 63
4.1 Profil Lahan Praktik.............................................................................. 63
4.2 Analisis Masalah Keperawatan............................................................. 64
4.2.1 Analisis Masalah Terkait Konsep KKMP................................... 64
4.2.2 Analisis Masalah Terkait Konsep Remaja.................................. 66
4.3 Analisis Intervensi Inovasi dengan Konsep dan Penelitian Terkait...... 68
4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan....................................... 70
5.
PENUTUP................................................................................................... 72
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 72
5.2 Saran..................................................................................................... 73
5.2.1 Pengambil Kebijakan................................................................... 73
5.2.2 Perawat Komunitas...................................................................... 74
5.2.3 Keluarga...................................................................................... 74
5.2.4 Remaja......................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 75
LAMPIRAN....................................................................................................... 78
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Cara Membuat Skor Penentuan Prioritas Masalah Keperawatan
Keluarga........................................................................................... 30
xi
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Asuhan Keperawatan Keluarga................................................... 78
Lampiran 2.
Evaluasi Sumatif.......................................................................... 147
Lampiran 3.
Tingkat Kemandirian Keluarga................................................... 153
xii
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang memiliki
karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap perkembangan
lainnya, karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan dari masa anakanak ke dewasa. Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas atau
pencarian identitas diri. Karakteristik psikososial remaja yang sedang berproses
untuk mencari identitas diri ini sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Transisi dari masa anak-anak dimana selain meningkatnya kesadaran diri (self
consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik, kognitif, sosial, maupun
emosional pada remaja sehingga remaja cenderung mengalami perubahan emosi
ke arah yang negatif menjadi mudah marah, tersinggung bahkan agresif.
Perubahan-perubahan karakteristik pada masa remaja tersebut, ditambah dengan
faktor-faktor eksternal seperti kemiskinan, pola asuh yang tidak efektif dan
gangguan mental pada orang tua diprediksi sebagai penyebab timbulnya masalahmasalah remaja (Pianta, 2005 dalam Santrock, 2007).
Laporan Situasi Kependudukan Dunia Tahun 2012 pada peluncurannya,
disebutkan bahwa jumlah penduduk dunia terus tumbuh dan telah mencapai 7
miliar. Sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia atau hampir 1 dari 5 orang di dunia
berusia 10-19 tahun. Adapun 900 juta orang di antaranya tinggal di negara
berkembang. Negara Indonesia sendiri, hasil sensus penduduk tahun 2010
menunjukkan 1 dari 4 orang penduduk Indonesia merupakan kaum muda berusia
10-24 tahun, dari 240 juta penduduk Indonesia, jumlah remaja terbilang besar,
mencapai 63,4 juta atau sekitar 26,7% dari total penduduk (BKKBN, 2012).
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengemukakan
bahwa jumlah proporsi kelompok remaja yang sangat besar di masyarakat
sebenarnya dapat menjadi daya ungkit pembangunan karena remaja merupakan
kelompok usia produktif yang dapat menunjang pembangunan suatu bangsa,
walaupun secara umum kelompok remaja mempunyai masalah yang sangat
1
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
2
kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami oleh remaja itu sendiri
(BKKBN, 2009).
Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan
pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, tansisi
sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.
Remaja pada umumnya akan mengalami perubahan-perubahan dalam hal biologis
dan psikologis yang sangat pesat. Perubahan-perubahan yang terjadi memberikan
dorongan yang kuat terhadap perilaku dan kehidupan remaja yang sifatnya sangat
beragam (Clemen-Stone, McGuire & Eigsti, 2002). Kehidupan remaja yang
sangat beragam di masyarakat akan menimbulkan masalah-masalah pada remaja
(Hurlock, 1998).
Permasalahan yang dialami oleh remaja umumnya dikarenakan adanya
krisis identitas tanpa adanya faktor pendukung dan sumber informasi yang jelas
dalam memberikan ketersediaan layanan pada kelompok remaja (BKKBN, 2009).
Permasalahan kesehatan yang berisiko mengancam kesejahteraan remaja antara
lain merokok, konsumsi alkohol, konsumsi obat, depresi atau risiko bunuh diri,
emosi, masalah fisik, problem sekolah dan perilaku seksual (Stanhope &
Lancaster, 2004).
Tantangan utama bagi keluarga dengan anak remaja meliputi perubahan
perkembangan yang dialami oleh remaja dalam batasan perubahan kognitif,
pembentukan identitas dan pembentukan biologis, serta konflik-konflik dan krisis
yang didasarkan perkembangan. Banyak permasalahan yang sering timbul pada
keluarga dengan tahap perkembangan anak remaja karena pada tahap ini, anak
berusaha mencari identitas diri, sehingga mereka sering membantah orang tuanya,
karena mulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang
berbeda dengan orang tuanya. Orang yang dianggap penting pada usia ini adalah
teman sebaya, mereka berusaha untuk mengikuti pendapat dan gaya temantemannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya, sehingga pada usia
ini sering terlibat dalam geng-geng. Perubahan perkembangan yang terjadi pada
remaja, sering mengakibatkan remaja tersebut mengalami keadaan tertekan
(stress). Kemampuan remaja mengatasi berbagai masalah sehingga tidak stress
sangat ditentukan oleh seberapa besar dukungan dari keluarga terutama orang
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
3
tuanya. Semakin besar dukungan yang diperoleh remaja dalam mengatasi
berbagai masalahnya, semakin rendah kemungkinannya remaja mengalami stress
sehingga terhindar dari gangguan dalam perilakunya (Setiadi, 2008).
Kompleksnya permasalahan remaja membutuhkan penanganan, pembinaan
dan kerja sama yang aktif dari berbagai pihak serta seluruh potensi yang ada di
masyarakat. Pembinaan yang paling mendasar dan utama adalah yang dilakukan
oleh keluarga, setiap keluarga memiliki tujuan membantu setiap anggota
keluarganya termasuk anak remaja, untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan
pengasuhan yang baik, komunikasi yang terjalin dalam keluarga sangat penting
agar perubahan dan permasalahan yang terjadi dapat dideteksi semenjak dini.
Selain hal tersebut, keluarga senantiasa harus melakukan kontrol dan
mempertahankan aturan yang telah disepakati secara konsisten (Allender &
Spradley, 2005) dengan demikian keluarga memiliki kontribusi yang besar dalam
membentuk kepribadian seseorang. Apakah seseorang akan memiliki kepribadian
yang positif atau negatif, tergantung pada pola asuh yang ditetapkan, pengetahuan
orang tua dalam pengasuhan anak, pola interaksi dan komunikasi yang terbangun
dalam keluarga tersebut.
Hasil studi penelitian di Sidney menunjukkan bahwa komunikasi terbuka
dengan remaja dan kebebasan dalam menyelesaikan masalah akan mempengaruhi
dalam pengambilan keputusan secara lebih baik dibandingkan dengan orang tua
yang tidak melakukan hal tersebut (Fiona, 2008). Penelitian lain berjudul “Talking
About Drugs: How Family and Media Shape Youth Risk Behavior” (Berbicara
Tentang Narkoba: Bagaimana keluarga dan Media Membentuk Perilaku Berisiko
pada Remaja)” yang dilakukan oleh Granka, Laura & Scheufele dan dibawakan
pada pertemuan Tahunan Asosiasi Komunikasi Internasional (Annual Meeting of
The International Communication Association) di kota New York, 10 Oktober
2008. Penelitian tersebut dilakukan pada 233 mahasiswa di Amerika Serikat dan
187 Mahasiswa di Singapura yang berusia antara 18-27 tahun mendapatkan hasil
antara lain; 1) Nilai-nilai keluarga yang kuat akan menurunkan perilaku berisiko
pada remaja. 2) Keterikatan keluarga yang kuat dan pola komunikasi yang terbuka
akan mendorong remaja untuk lebih sering mendiskusikan perilaku berisiko
dengan orang tua mereka. 3) Peningkatan dalam pembicaraan keluarga tentang
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
4
perilaku yang berisiko akan menurunkan kecenderungan remaja terhadap perilaku
tersebut. 4) Perilaku berisiko pada remaja cenderung meningkat pada saat orang
tua tidak mendampingi.
Hasil studi penelitian lain dengan metode cross sectional dengan sampel
107 siswa SMP X, 28 % memiliki risiko terhadap masalah reproduksi. Proporsi
remaja yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang tua (33,8 %) memiliki
risiko lebih besar dibandingkan dengan proporsi remaja yang berkomunikasi
dengan orang tua (Indarsita, 2002).
Komunikasi yang baik antara orang tua atau orang dewasa dengan anak
remaja adalah kunci utama untuk menguraikan permasalahan yang terjadi pada
mereka. Melalui komunikasi yang baik dan efektif, maka selanjutnya tentu akan
muncul hubungan yang harmonis dengan remaja, sehingga dapat membentuk
suasana keterbukaan yang dapat membuat remaja tidak takut dan ingin berbicara
pada saat mereka mendapatkan kesulitan dan masalah, selain itu juga akan dapat
membuat remaja mau mendengar dan menghargai orang tua dan orang dewasa
saat mereka berbicara, ini semua tentu akan mempermudah orang tua atau orang
dewasa dalam membantu remaja untuk menyelesaikan masalah yang sedang
dihadapinya (Wursanto, 2007). Komunikasi merupakan hal yang sangat penting
karena bila komunikasi yang dilakukan tidak berjalan dengan baik, maka sudah
pasti akan selalu terjadi kesalahpahaman yang akan menimbulkan banyak kendala
dalam menghadapi dan membimbing anak remaja.
Komunikasi efektif remaja dengan orang tua juga berperan dalam timbulnya
kenakalan remaja, seperti halnya penelitian yang dilakukan di Lembaga
Permasyarakatan Pondok Bambu, Jakarta Timur pada tahanan remaja. Penelitian
itu menyebutkan apabila komunikasi efektif antara remaja dan orang tua dalam
taraf yang tinggi maka akan lebih kecil kemungkinan seorang anak mengalami
kenakalan remaja, begitu pula sebaliknya apabila komunikasi efektif antara
remaja dan orang tua dalam taraf yang rendah maka akan lebih besar
kemungkinan seorang anak mengalami kenakalan remaja (Aprilia, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) menyatakan bahwa persepsi
terhadap komunikasi efektif dalam keluarga dengan mengontrol kondisi stress
yang dialami remaja memberikan sumbangan efektif sebesar 10,8 % terhadap
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
5
kecenderungan kenakalan remaja. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Putri
(2009) menyebutkan bahwa persepsi remaja tentang komunikasi keluarga
berhubungan dengan perilaku kenakalan remaja. Semakin baik persepsi remaja
tentang komunikasi keluarga menunjukkan hubungan antar anggota keluarga
harmonis sehingga minim terjadi kenakalan remaja.
Kondisi perekonomian di perkotaan berdampak pada kemampuan orang tua
dalam menyediakan waktu bagi anak remajanya yang sedang mengalami krisis
identitas. Upaya orang tua untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari di tengah kota semakin menomor sekiankan waktu untuk
mendampingi anak remaja yang sedang memerlukan figur penyeimbang dari
tarikan kuat teman sebaya (peer group) nya. Akibat kealphaan waktu interaksi
orang tua dengan anak remajanya, maka anak remaja menjadi lebih nyaman
bersama dengan teman sebayanya. Apabila tidak adanya kontrol dari orang tua,
maka remaja makin larut dan justru jatuh kepada magnet besar pergaulan
metropolis remaja di perkotaan. Lingkungan pendukung dalam perkembangan
dinamika
remaja
perkotaan,
seperti
kepadatan
penduduk,
kemiskinan,
kriminalitas, ketiadaan ruangan yang bersifat privasi dalam rumah, keluarga besar
(extended family) dan adanya global warming (isu pemanasan global) turut
menentukan corak warna dari karakteristik emosi dan perilaku dari pribadi remaja
perkotaan. Banyaknya tempat hiburan untuk remaja seperti warnet (warung
internet), rental Play Station, mall yang ada di kota membuat remaja lebih senang
berada diluar rumah daripada dirumahnya sendiri. Mereka merasa senang ketika
berkumpul dengan teman-teman sebayanya karena dirumahnya mereka tidak
mendapatkan perhatian dari orang tuanya yang sibuk bekerja. Remaja melakukan
hal tersebut untuk mencari hiburan atau sebagai bentuk koping mereka karena
merasa bosan dirumah akibat komunikasi dikeluarganya yang berjalan tidak
efektif serta kontrol dari orang tuanya yang tidak ada.
Berbagai fenomena komunikasi inefektif antara orang tua dan remaja serta
hubungannya dengan kenakalan remaja, dapat dilihat juga pada kehidupan remaja
di RW 02. Hasil pengkajian di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis
Kota Depok tahun 2013 khususnya di RW 02, didapatkan data sekunder tentang
kebiasaan dan gaya hidup remaja. Banyak remaja yang sudah ditawari merokok
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
6
oleh teman-teman di sekolahnya maupun di lingkungan rumah, bahkan beberapa
remaja sudah mulai mencoba-coba mengkonsumsi rokok. Ada pula remaja yang
mengkonsumsi alkohol namun tidak banyak. Alkohol dan rokok juga dapat
menghantarkan pada kenakalan remaja yang lebih besar lagi yakni penggunaan
obat terlarang dan pergaulan bebas. Ada juga pengakuan dari remaja yang sudah
pernah ikut-ikutan tawuran dengan teman di sekolahnya. Beberapa remaja di
wilayah tersebut juga ada yang putus sekolah. Sebagian besar remaja mengaku
sudah memilki teman dekat lawan jenisnya (pacar). Gaya hidup remaja akan
menetukan kehidupan remaja dalam pergaulan diluar rumah terkait dalam
kebebasan remaja dalam menjalin hubungan dengan teman sebayanya. Kebiasaan
remaja di RW 02 untuk terbuka dengan orang tuanya tentang masalah pribadinya
juga masih rendah, didapatkan data 15 dari 18 remaja atau sekitar 83,3 % remaja
cenderung lebih terbuka dengan teman-temannya dibandingkan dengan orang tua
mereka karena menurut para remaja kadang percakapan dengan orang tua akan
berakhir dengan ketegangan.
Masalah ketidakefektifan koping terutama masalah tidak efektifnya
komunikasi antara remaja dan orang tuanya dapat menjadi salah satu penyebab
dari permasalahan kesehatan yang berisiko mengancam kesejahteraan remaja di
perkotaan. Banyak kaum remaja di kota besar yang melakukan kenakalan remaja.
Kenakalan remaja dapat berupa berbohong, pergi keluar rumah tanpa pamit,
keluyuran, begadang, membolos sekolah, berkelahi dengan teman, berkelahi antar
sekolah, buang sampah sembarangan, membaca buku porno, melihat gambar
porno, menonton film porno, mengendarai kendaraan bermotor tanpa SIM, kebutkebutan/ mengebut, minum-minuman keras, kumpul kebo, hubungan seks diluar
nikah, mencuri, mencopet, menodong, menggugurkan kandungan, memperkosa,
berjudi, menyalahgunakan narkotika serta membunuh.
Hal tersebut dapat terjadi karena kurang kumunikasi dan perhatian orang tua
pada anak, sehingga seorang anak mendapatkan perhatian dari orang lain yang
dapat mengakibatkan seorang anak tersebut melakukan kenakalan remaja. Agar
anak tidak menjadi salah jalan, maka peran serta orang tua harus lebih waspada
dalam mendidik anak-anaknya. Ketika seorang anak sudah mengenal dunia luar,
orang tua harus lebih aktif dalam mengawasi anak-anaknya agar tidak terjun ke
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
7
dunia bebas. Maka dari itu dibutuhkan kedekatan antara orang tua dan anak
terutama komunikasi dari seorang ibu kepada sang anak. Tanggung jawab orang
tua adalah mendidik anaknya, maka komunikasi yang berlangsung dalam keluarga
bernilai pendidikan. Dalam komunikasi itu ada sejumlah norma yang ingin
diwariskan oleh orang tua kepada anaknya dengan pengandalan pendidikan
norma-norma itu misalnya, norma agama, norma akhlak, norma sosial, norma
etika, norma estetika dan norma moral.
Banyak orang tua yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik pada remaja
tanpa memikirkan dampak yang diterima pada diri remaja. Menurut Walgito
(2004) disamping “keterbukaan dalam komunikasi, komunikasi di dalam keluarga
sebaiknya dilakukan dua arah, yaitu saling memberi dan saling menerima diantara
anggota keluarga”. Melalui komunikasi dua arah akan terdapat umpan balik,
sehingga dengan demikian akan tercipta komunikasi yang hidup, dinamis,
masing-masing pihak akan aktif dan masing-masing pihak akan memberikan
pendapat mengenai masalah yang dikomunikasikan. Kecenderungan anak untuk
berperilaku dapat berakar pada kurangnya dialog dalam keluarga yang berakibat
anak merasa sendirian. Cara orang tua berkomunikasi baik secara langsung
maupun tidak langsung memberikan pengaruh kepada anak dan menyebabkan
anak memiliki jalan penyelesain sendiri di luar rumah yang mampu membuat
anak merasa nyaman dan tenang dengan melakukan kenakalan dalam berperilaku.
Upaya orang tua dalam memahami anak remaja, orang tua haruslah menjadi
motivator yang baik, sehingga hubungan baik dan harmonis akan terjalin antara
orang tua dan anak remajanya, sehingga hal-hal yang dikhawatirkan pada remaja
tidak akan terjadi. Permasalahan kesehatan yang berisiko mengancam
kesejahteraan remaja antara lain merokok, konsumsi alkohol, konsumsi obat,
depresi atau risiko bunuh diri, emosi, masalah fisik, problem sekolah dan perilaku
seksual dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktornya adalah komunikasi
yang tidak efektif antara anak remaja dan orang tuanya. Faktor komunikasi
tersebut perlu diidentifikasi secara baik melalui pengkajian keperawatan keluarga.
Aplikasi penggunaan model Friedman dalam pengkajian komunikasi efektif
pada remaja di salah satu keluarga di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan
Cimanggis Kota Depok disusun dalam sebuah instrumen untuk menggali setiap
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
8
variabel dalam model yang terkait dengan komunikasi efektif remaja. Pengkajian
dilakukan pada keluarga Bp. R di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar
sehingga didapatkan data-data tekait dengan komunikasi inefektif remaja.
Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu wilayah perkotaan yang berada di
Kecamatan Cimanggis Kota Depok. RW 02 merupakan salah satu wilayah
diantara 9 RW yang saat ini terdapat di Kelurahan Cisalak Pasar. Hasil pengkajian
yang di dapat jumlah remaja di RW 02 sebanyak 364 orang. Remaja diperkotaan
khususnya An. H kurang mendapatkan kontrol dari orang tua karena orang tua
seringkali sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Bp. R harus bekerja dari
pagi dan pulang malam, terkadang hari sabtu dan minggu juga dilakukan Bp. R
untuk bekerja. Hal ini dilakukan karena biaya hidup diperkotaan yang besar
sehingga memaksa Bp. R untuk rajin bekerja. Karena alasan tersebut, yang
membuat orang tua dan An. H jarang berkomunikasi untuk menceritakan masalah
pribadi anaknya dan anak cenderung tertutup kepada orang tua.
Data komunikasi inefektif remaja dengan orang tua dari hasil pengkajian
keluarga berdasarkan model Friedman kemudian dilakukan analisis untuk
dirumuskan kedalam suatu masalah keperawatan kesehatan keluarga. Masalah
keperawatan kesehatan keluarga akan diselesaikan melalui suatu bentuk
perencanaan program kesehatan keluarga. Rancangan perencanaan program dalam
mengatasi permasalahan komunikasi inefektif remaja di keluarga Bp. R
ditekankan pada prevensi primer, sekunder, dan tersier. Program ini diberi nama
komunikasi efektif antara remaja dan orang tua.
Program komunikasi efektif antara remaja dan orang tua ini akan
diimplementasikan kedalam suatu bentuk intervensi keperawatan keluarga serta
aktivitas kegiatan di komunitas yang melibatkan keluarga Bp. R. Rencana
kegiatan di keluarga Bp. R dan di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar diberikan
dalam bentuk pendidikan kesehatan, partnership dan empowerment. Kegiatan
pelaksanaan program komunikasi efektif antara remaja dan orang tua untuk
memberikan pembekalan pengetahuan mengenai komunikasi efektif, tujuan dari
komunikasi efektif, situasi yang harus diciptakan dalam berkomunikasi dengan
anak remaja, kemampuan orang tua yang perlu dikembangkan untuk
berkomunikasi efektif serta melatih keterampilan orang tua dalam berkomunikasi
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
9
efektif dengan remaja dan pembekalan mengenai perilaku orang tua serta anak
remaja dalam rangka peningkatan kesehatan serta berupaya mencari alternatif
kegiatan positif dalam tumbuh kembangnya dan pemenuhan kesehatan
komunikasi remaja. Waktu kegiatan disesuaikan dengan ketersediaan waktu
keluarga. Pelaksanaan kegiatan melibatkan anak remaja, orang tua serta perawat.
Evaluasi kegiatan program komunikasi efektif antara remaja dan orang tua
ini dilakukan melalui evaluasi proses dan akhir kegiatan. Evaluasi akhir program
dilakukan melalui evaluasi sumatif keluarga untuk menilai perubahan data-data
hasil pengkajian awal dengan data-data setelah dilakukan implementasi program
komunikasi efektif antara remaja dan orang tua untuk menilai setiap perubahan.
Peran perawat dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak usia
remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas
perawatan kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program
asuhan kesehatan secara mandiri dan masalah yang timbul dapat teratasi. Melihat
pentingnya faktor komunikasi keluarga dalam pembentukan karakter dan
kepribadian seorang anak (dalam hal ini anak remaja), untuk itulah diperlukan
sebuah asuhan keperawatan keluarga untuk melakukan komunikasi efektif antara
keluarga dan anak remaja.
1.2
Perumusan Masalah
Masa remaja merupakan masa transisi dimana remaja mengalami
pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikologis. Remaja
selama masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan
pada remaja apabila tidak terfasilitasi dengan baik. Perubahan yang terjadi akan
memberikan dorongan yang kuat terhadap perilaku dan kehidupan remaja yang
sifatnya sangat beragam (Clemen-stone, McGuire & Eigsti, 2002). Masalah
kesehatan remaja yang termasuk perilaku berisiko antara lain merokok, konsumsi
alkohol, konsumsi obat, depresi atau risiko bunuh diri, emosi, masalah fisik,
problem sekolah dan perilaku seksual (Stanhope & Lancaster, 2004).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti mengenai perilaku
berisiko remaja di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis Kota Depok
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
10
tahun 2013 khususnya di RW 02, menunjukkan kebiasaan dan gaya hidup remaja.
Kebiasaan remaja di RW 02 khususnya di keluarga Bp. R untuk terbuka dengan
orang tuanya tentang masalah pribadinya masih sangat rendah, anak remaja Bp. R,
An. H (14 tahun) cenderung lebih terbuka dengan teman-temannya dibandingkan
dengan orang tua mereka karena menurut An. H kadang percakapan dengan orang
tua akan berakhir dengan ketegangan.
Perilaku berisiko pada masa remaja dapat diantisipasi oleh keluarga melalui
pelaksanaan struktur keluarga terkait pola komunikasi efektif keluarga secara
optimal (Friedman, Bowden & Jones, 2003). Masa remaja sering dianggap
sebagai masa yang sulit bagi orang tua untuk berkomunikasi secara baik dengan
anak sehingga tak jarang terjadinya konflik antara orang tua dan anak.
Komunikasi dalam keluarga memegang peranan penting dalam membentuk
pola pikir dan kepribadian anak. Hal ini masuk akal, karena hampir 80% waktu
kita digunakan untuk berkomunikasi (Effendy, 2000). Berhasil tidaknya keluarga
dalam mendidik anak sangat dipengaruhi oleh pola komunikasi yang terbentuk di
dalamnya. Bila pesan yang disampaikan orang tua dapat ditangkap oleh anak
secara jelas, berarti proses komunikasi berjalan dengan baik. Sebaliknya bila
pesan tidak diterima dan tidak ditangkap dengan jelas oleh anak, maka
komunikasi antar anggota keluarga tidak berjalan dengan baik. Bila hal ini terjadi
maka akan berakibat kesalahpahaman dalam penerimaan pesan dan proses
pengasuhan dapat terganggu bahkan terhambat. Oleh karena itu, dengan melihat
pentingnya komunikasi efektif antara remaja dan orang tuanya, maka penulis
terdorong untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan anak remaja
pada keluarga Bp. R dengan masalah ketidakefektifan koping terutama
komunikasi infektif di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan
Cimanggis Kota Depok.
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menggambarkan asuhan keperawatan keluarga
dengan anak remaja pada keluarga Bp. R dengan masalah ketidakefektifan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
11
koping terutama komunikasi infektif di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak
Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan karya ilmiah ini adalah mahasiswa
mampu menggambarkan:
a.
Profil wilayah praktik yaitu wilayah RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis Kota Depok
b.
Data-data yang terkait dengan masalah komunikasi inefektif di
keluarga Bp. R.
c.
Masalah keperawatan di keluarga Bp. R.
d.
Perencanaan keperawatan dalam mengatasi masalah komunikasi
inefektif di keluarga Bp. R.
e.
Tindakan keperawatan pada setiap rencana keperawatan yang telah
disusun untuk mengatasi masalah komunikasi inefektif pada keluarga
Bp. R.
f.
Evaluasi setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dengan masalah
komunikasi inefektif pada keluarga Bp. R.
1.4
Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Keilmuan
Karya ilmiah ini sebagai bahan pengembangan pengetahuan dalam
keilmuan
keperawatan
komunitas
khususnya
tentang
masalah
ketidakefektifan koping terutama masalah komunikasi inefektif antara orang
tua dengan anak remaja.
1.4.2 Manfaat Aplikatif
1.4.2.1 Pelayanan Keperawatan Keluarga
Karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai dasar asuhan
keperawatan keluarga dengan remaja. Komunikasi dan kekuatan
keluarga dengan remaja dapat digunakan untuk mengevaluasi program
pembinaan dan pendidikan kesehatan pada remaja khususnya PKPR
(Program Kesehatan Peduli Remaja) di Puskesmas.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
12
1.4.2.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memperkaya ilmu
keperawatan khususnya keperawatan keluarga dalam mengembangkan
model promosi keperawatan keluarga dengan anak remaja, model
intervensi pembinaan keluarga dan model pemberdayaan keluarga
melalui optimalisasi komunikasi dan kekuatan keluarga.
1.4.3 Manfaat Metodologi
Karya ilmiah ini dapat menjadi sarana peneliti untuk mengembangkan
pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pemberian asuhan keperawatan
komunitas terutama asuhan keperawatan keluarga dengan anak remaja serta
mengaplikasikan materi yang didapatkan saat di bangku perkuliahan.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep dan Teori Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan
golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.
Kawasan perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi. Kota dapat diartikan yang lain sebagai suatu daerah
yang memiliki gejala pemusatan penduduk yang merupakan suatu perwujudan
geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis sosial, ekonomi, kultur,
yang terdapat di daerah tersebut dengan adanya pengaruh timbal balik dengan
daerah-daerah lainnya (Bintarto, 2000). Masyarakat urban dapat disimpulkan
sebagai massa yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya untuk menjadi lebih baik.
Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh
perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lain dan masyarakat untuk
memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan
masyarakat (Depkes RI, 2004). Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa unsurunsur perawatan kesehatan masyarakat adalah 1) Bagian integral dari pelayanan
kesehatan, khususnya keperawatan; 2) Merupakan bidang khusus dari
keperawatan; 3) Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
ilmu sosial; 4) Sasaran pelayanan adalah individu, kelompok, masyarakat yang
sehat maupun sakit; 5) Ruang lingkup kegiatan adalah promotif, prefentif, kuratif,
rehabilitatif, resosialitatif; 6) Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup
sehat dan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan kesehatan masyarakat mamiliki tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum dari keperawatan ini adalah meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal
agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yeng mereka
13
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
14
miliki. Sedangkan tujuan khusus dari keperawatan kesehatan masyarakat adalah
meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat dalam hal mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi, menetapkan masalah kesehatan/ keperawatan dan prioritas masalah,
merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/ keperawatan,
menanggulangi
masalah
kesehatan/
keperawatan
yang
mereka
hadapi,
meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self
care), serta tertanganinya kelompok-kelompok risiko tinggi yang rawan terhadap
masalah kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).
Keperawatan kesehatan masyarakat cakupannya sangat luas, tidak hanya
menangani suatu permasalahan yang membutuhkan adanya penyembuhan dari
suatu penyakit tetapi juga adanya upaya pencegahan. Oleh karena itu di lingkup
keperawatan kesehatan masyarakat mencakup peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif),
pemulihan kesehatan (rehabilitative dan mengembalikan serta memfungsikan
kembali baik individu, keluarga dan kelompok-kelompok masyarakat ke
lingkungan sosial dan masyarakat (resosialitatif) (Stanhope & Lancaster, 2004).
2.1.1 Sejarah Perkembangan dan Karakteristik Kota (Urban)
Masyarakat
perkotaan
tentunya
memiliki
perbedaan
dengan
masyarakat yang lain. Mereka memiliki ciri dan karakter tersendiri yang
membuat mereka memerlukan ruang lingkup area tersendiri dalam bidang
keperawatan. Menurut Prof. Drs. R. Bintarto, kota adalah suatu sistem
jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggu, strata
sosial ekonomi yang heterogen dan corak kehidupan yang materialistik
(Bintarto, 2000).
Sebelum kota menjadi tempat pemukiman yang tetap, pada mulanya
kota sebagai suatu tempat orang pulang balik untuk berjumpa secara teratur,
terdapat semacam daya tarik pada penghuni luar kota untuk kegiatan
rohaniah dan perdagangan serta kegiatan lain, penghuninya sebagian besar
telah mampu memenuhi kebutuhannya lewat pasar setempat dan ciri kota
ada pasarnya. Dalam suatu kota diisi oleh suatu golongan spesialis non
agraris dan yang berpendidikan dan merupakan sistem jaringan kehidupan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
15
manusia yang ditandai oleh strata sosial ekonomi yang heterogen serta corak
matrialistis. Sedangkan masyarakat perkotaan adalah masyarakat yang
tinggal di kota yaitu di wilayah yang memiliki kegiatan utama bukan
pertanian dan biasanya mereka tinggal di kota bertujuan untuk memperbaiki
hidup mereka. Masyarakat perkotaan sering disebut urban community, oleh
karena itu urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Gejala
urbanisasi di sebuah kota dapat dilihat dari jumlah penduduk yang terus
berubah (bertambah) dan terjadi perubahan pada tatanan masyarakat
(Bintarto, 2000).
Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan ini termasuk dalam
lingkup keperawatan komunitas. Karena masyarakat perkotaan merupakan
komunitas yang tinggal di daerah perkotaan dengan semua keadaan dan
kondisi yang ada di lingkungan kota. Keperawatan masyarakat perkotaan
memiliki 8 karakteristik dan merupakan hal yang penting dalam melakukan
praktik (Allender & Spredley, 2005), yaitu 1) Merupakan lahan
keperawatan; 2) Merupakan kombinasi antara keperawatan publik dan
keperawatan klinik; 3) Berfokus pada populasi; 4) Menekankan terhadap
pencegahan
akan
penyakit
serta
adanya
promosi
kesehatan
dan
kesejahteraan diri; 5) Mempromosikan tanggung jawab klien dan self care;
6) Menggunakan pengesahan/ pengukuran dan analisa; 7) Menggunakan
prinsip teori organisasi; 8) Melibatkan kolaborasi interprofesional. Perawat
kesehatan masyarakat perkotaan memiliki peran dalam mengelola
perawatan kesehatan dalam perkotaan tersebut serta menjadi pendidik
kesehatan dalam masyarakat tersebut.
2.1.2 Peran Perawat dalam Keperawatan Kesehatan Perkotaan
Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi). Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan
perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
16
pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan
praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut pertama yaitu
memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga,
kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health
nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan
kesehatan
masyarakat.
Kedua
Penyuluhan/
pendidikan
kesehatan
masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004). Ketiga konsultasi dan
pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi. Keempat bimbingan dan
pembinaan sesuai dengan masalah
yang mereka hadapi.
Kelima
melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan
lebih lanjut. Keenam penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Ketujuh sebagai penghubung antara masyarakat
dengan unit pelayanan kesehatan. Kedelapan melaksanakan asuhan
keperawatan komuniti, melalui pengenalan masalah kesehatan masyarakat,
perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan
menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah
keperawatan. Kesembilan mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan
asuhan keperawatan komuniti. Kesepuluh Mengadakan kerjasama lintas
program dan lintas sektoral dengan instansi terkait dan terakhir memberikan
ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan
kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).
2.2
Remaja
2.2.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu
mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
biasanya antara usia 13 dan 20 tahun. Istilah adolesens biasanya
menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukkan
titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal
pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
17
perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan
berhadapan dengan abstraksi (Potter & Perry, 2005).
Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan saja
kesukaran bagi individu, tetapi juga bagi orang tuanya, masyarakat bahkan
sering kali pada aparat keamanan. Hal ini disebabkan masa remaja
merupakan masa transisi antara kanak-kanak dan masa dewasa. Masa
transisi ini sering kali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada
situasi yang membingungkan, disatu pihak ia masih kanak-kanak, tetapi
dilain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa (Purwanto,
1999).
Menurut Purwanto (1999), tingkat-tingkat perkembangan dalam masa
remaja dapat dibagi dengan berbagai cara. Salah satu pembagian yang
dilakukan oleh Stolz adalah sebagai berikut:
a. Masa prapuber: satu atau dua tahun sebelum masa remaja yang
sesungguhnya. Anak menjadi gemuk, pertumbuhan tinggi badan
terhambat sementara.
b. Masa puber atau masa remaja: perubahan-perubahan sangat nyata dan
cepat. Dimana anak wanita lebih cepat memasuki masa ini dari pada
pria. Masa ini lamanya berkisar antara 2,5 – 3,5 tahun.
c. Masa postpuber: pertumbuhan yang cepat sudah berlalu, tetapi masih
nampak perubahan-perubahan tetap berlangsung pada beberapa
bagian badan.
d. Masa akhir puber: melanjutkan perkembangan sampai mencapai tandatanda kedewasaan.
Sedangkan menurut Purwanto (1999), periode remaja adalah periode
yang dianggap sebagai masa yang amat penting dalam kehidupan
seseorang khususnya dalam perkembangan kepribadian individu. Secara
psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, dimana usia anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 1998).
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
18
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa, seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai
kanak-kanak namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan
dewasa. Pada masa ini remaja relatif belum mencapai tahap kematangan
mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan
emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak perubahan-perubahan
dalam pertumbuhan dan perkembangan yang dialami remaja, mencakup
fisik, mental, emosi dan perilaku sosial. Oleh karena itu, remaja sangat
rentan sekali mengalami masalah-masalah psikologis dan fisiologis.
Masalah tersebut yang akan berakibat pada masalah kesehatan pada
remaja (Santrock, 2007).
Masalah-masalah yang terjadi pada remaja tidak dapat terlepas dari
pengaruh interaksi dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial
terhadap berkembangnya masalah-masalah remaja dan orang-orang yang
berasal dari berbagai usia lainnya. Menurut pendekatan biologis, masalah
yang terjadi pada remaja dapat berkaitan dengan perubahan yang terjadi
pada tubuhnya. Sedangkan faktor-faktor psikologis yang dianggap sebagai
sebab timbulnya masalah remaja adalah gangguan berpikir, gejolak
emosional, proses belajar yang keliru, dan relasi yang bermasalah.
Selanjutnya faktor sosial yang melatarbelakangi timbulnya masalah pada
remaja yaitu berasal dari latar belakang budaya, sosial-ekonomi, latar
belakang keluarga, dan lingkungan (Santrock, 2007).
Sebelum memahami remaja dan permasalahannya, kita harus
terlebih dahulu memahami karakteristik psikososial yang dialami oleh
remaja. Menurut Depkes RI (1999) dalam Purwanto (1999) dijelaskan
bahwa perkembangan psikososial remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
perkembangan psikososial remaja awal (10-14 tahun), remaja pertengahan
(15-16 tahun), dan remaja akhir (17-19 tahun).
1. Remaja Awal (10 -14 tahun)
Masa remaja awal merupakan masa transisi dari masa anak-anak yang
biasanya tidak menyenangkan, dimana dengan meningkatnya kesadaran
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
19
diri (self consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik, psikis
maupun sosial pada remaja sehingga remaja mengalami perubahan emosi
ke arah yang negatif menjadi mudah marah, tersinggung bahkan agresif.
Selain hal tersebut, remaja juga menjadi sulit bertoleransi dan
berkompromi
dengan
lingkungan
sekitar
sehingga
cenderung
memberontak dan terjadi konflik.
Masa remaja awal ini juga remaja senang bereksperimen dalam pakaian,
gaya yang dianggap tidak ketinggalan zaman dan senang membentuk
kelompok sebaya yang sesuai dengan mereka. Rasa keterikatan dengan
kelompoknya ini sangat penting bagi remaja, sehingga cenderung
mengikuti apa yang dipakai oleh kelompoknya karena keinginan untuk
tampak sama dan dianggap dalam kelompok pergaulan. Konsumsi obat
(narkoba) juga dapat berkaitan dengan alasan sosial, yang membantu
remaja merasa lebih nyaman dan menikmati kebersamaan dengan orang
lain (Ksir, Hart, & Ray dalam Santrock, 2007).
2. Remaja Pertengahan (15 – 16 tahun)
Remaja pertengahan terjadi pada usia 15-16 tahun, pada tahap ini
biasanya remaja lebih mudah untuk diajak bekerjasama karena mampu
berkompromi, tenang, sabar, lebih toleran untuk menerima pendapat
orang lain. Saat ini remaja lebih belajar untuk berfikir independen dan
menolak campur tangan orang lain termasuk orang tua. Remaja juga
mulai terfokus pada diri sendiri, mudah bersosialisasi, tidak lagi pemalu
dan mulai membutuhkan lebih banyak teman bersifat solidaritas bahkan
mulai membina hubungan dengan lawan jenis sehingga lebih memilih
untuk menghabiskan waktu dengan teman-teman dibandingkan keluarga.
Remaja mulai memiliki minat yang besar dalam seni, olah raga,
organisasi, dan sebagainya seiring dengan berkembangnya intelektualitas
mereka. Pada masa ini remaja mampu berfikir abstrak, berhipotesa dan
peduli untuk mendiskusikan atau berdebat terhadap permasalahannya
sehingga remaja sering bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang
dirasakan nyaman bagi mereka walaupun berisiko. Beberapa remaja
menyalahgunakan narkoba karena tertarik dengan keterangan yang
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
20
diberikan oleh media mengenai sensasi yang dihasilkan, mereka
bertanya-tanya seandainya obat yang dideskripsikan dapat memberikan
pengalaman yang sangat unik (Santrock, 2007).
3. Remaja Akhir (17 – 19 tahun)
Masa remaja akhir ini, remaja lebih berkembang dalam intelektualitasnya
sehingga mulai menggeluti masalah sosial, politik, agama. Remaja yang
tumbuh dengan baik dan tanpa masalah akan mulai belajar mandiri baik
secara finansial maupun emosional dengan lebih baik mengatasi stress
sehingga pada tahap ini remaja ingin diakui sudah menjadi seseorang
yang dewasa dan dapat menentukan keputusan hidupnya sendiri.
Remaja juga mulai menjalin hubungan yang serius dengan temantemannya, khususnya lawan jenis sehingga semakin sulit untuk diajak
dalam
acara
keluarga.
Keluarga
diharapkan
terus
memantau
perkembangan remaja di tahap ini tanpa memberikan banyak peraturan
karena mereka sudah ingin dianggap dewasa.
2.2.2 Ciri-Ciri Masa Remaja
Menurut Hurlock (1998), masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu
yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri
tersebut antara lain:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Peroide remaja dianggap sangat penting dari pada beberapa periode
lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku.
Akibat fisik dan psikologis mempunyai persepsi yang sangat penting.
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya
perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal pada masa remaja.
Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan
perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru (Hurlock, 1998).
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang terjadi
sebelumnya, tetapi peralihan yang dimaksud adalah dari satu tahap
perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang terjadi sebelumnya
akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan akan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
21
datang. Bila anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak
harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekakak-kanakan dan
juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan
perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan (Hurlock, 1998).
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika
perubahan fisik terjadi dengan pesat maka perubahan perilaku dan sikap
juga berlangsung pesat. Jika perubahan fisik menurun maka perubahan
sikap dan perilaku menurun juga. Ada empat perubahan yang sama dan
hampir
bersifat
universal.
Pertama,
meningginya
emosi
yang
intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis.
Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh
kelompok. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka
nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersikap
ambivalen terhadap setiap perubahan (Hurlock, 1998).
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik
oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi
kesulitan itu, yaitu sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak
sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga
kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah, serta
para remaja merasa mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi
masalahnya
sendiri,
menolak
bantuan
orang
tua
dan
guru.
Ketidakmampuan remaja untuk mengatasi sendiri masalahnya, maka
memakai menurut cara yang mereka yakini. Banyak remaja akhirmya
menemukan bahwa penyelesaian tidak selalu sesuai dengan harapan
mereka (Hurlock, 1998).
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa
dirinya, apa peranannya dalam masyarakat, apakah ia seorang anak atau
dewasa, apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
22
agama atau nasionalnya membuat beberapa orang merendahkannya.
Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau akan gagal (Hurlock,
1998).
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak
rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan
berperilaku
merusak,
menyebabkan
orang
dewasa
yang
harus
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung
jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal
(Hurlock, 1998).
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah
jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana adanya,
terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya
bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya,
menyebabkan meningkatnya emosi yang merupakan ciri dari awal masa
remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah.
Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya
atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri
(Hurlock, 1998).
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja
menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan
bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu,
remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan
status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan
obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap
bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan
(Hurlock, 1998).
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
23
2.2.3 Tugas Perkembangan pada Masa Remaja
a. Menerima citra tubuh
Seringkali sulit bagi remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila
sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka
tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan
waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari caracara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan
apa yang dicita-citakan (Hurlock, 1998).
b. Menerima identitas seksual
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah
mempunyai banyak kesulitan bagi anak laki-laki, mereka telah
didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi
berbeda
bagi anak perempuan, mereka
didorong untuk
memainkan peran sederajat sehingga usaha untuk mempelajari
peran feminim dewasa memerlukan penyesuaian diri selama
bertahun-tahun (Hurlock, 1998).
c. Mengembangkan sisitem nilai personal
Remaja megembangkan sistem nilai yang baru misalnya remaja
mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus
mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana harus
bergaul dengan mereka (Hurlock, 1998).
d. Membuat persiapan untuk hidup mandiri
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk
mandiri harus didukung oleh orang terdekat (Hurlock, 1998).
e. Menjadi mandiri atau bebas dari orang tua
Kemandirian emosi berbeda dengan kemandirian perilaku. Banyak
remaja yang ingin mandiri, tetapi juga membutuhkan rasa aman
yang diperoleh dari orang tua atau orang dewasa lain. Hal ini
menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya
yang mempunyai hubungan akrab dengan anggota kelompok
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
24
dapat mengurangi ketergantungan remaja pada orang tua
(Hurlock, 1998).
f. Mengembangkan ketrampilan mengambil keputusan
Ketrampilan
mengambil
keputusan
dipengaruhi
oleh
perkembangan ketrampilan intelektual remaja itu sendiri, misal
dalam mengambil keputusan untuk menikah di usia remaja
(Hurlock, 1998).
g. Mengembangkan identitas seseorang yang dewasa
Remaja erat hubungannya dengan masalah pengembangan nilainilai yang selaras dengan dunia orang dewasa yang akan dimasuki,
adalah tugas untuk mengembangkan perilaku sosial yang
bertanggung jawab (Hurlock, 1998).
2.2.4 Perubahan pada Remaja
a. Perubahan fisik pada remaja
Menurut Tim Pembina UKS Propinsi Jawa Barat (2004) terjadi
pertumbuhan
fisik
yang
cepat
pada
remaja,
termasuk
pertumbuhan organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai
kematangan sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi.
Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda yaitu:
1.
Tanda-tanda seks primer yaitu yang berhubungan langsung
dengan organ seks. Terjadinya haid pada remaja putri
(menarche) dan terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki.
2.
Tanda-tanda seks sekunder yaitu: pada remaja laki-laki terjadi
perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar
bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih
lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, cambang dan rambut
disekitar kemaluan dan ketiak. Dan pada remaja putri terjadi
perubahan pinggul lebar, pertumbuhan rahim dan vagina,
payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar
kemaluan (pubis).
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
25
b. Perubahan kejiwaan pada remaja
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat
dibandingkan perubahan fisik yang meliputi:
1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi:
a) Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa)
b) Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang
berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi.
2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi:
a) Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
b) Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku
ingin coba-coba.
2.3
Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat
anak belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya
anak melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga
(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008). Menurut Slameto (2006) keluarga adalah
lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik
pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anakanaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk
(2009) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu:
a.
Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang
anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.
b.
Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri
dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
26
c.
Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah,
ibu, dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang tuanya.
(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008)
Dalam keluarga modern sekalipun, pengaruh orang tua terhadap anaknya
masih sangat kuat. Nampaknya adanya kecenderungan pembentukan perilaku
anak sebagai hasil interaksi antara orang tua dengan anaknya. Sebagaimana
diungkapkan oleh Setiadi (2008) bahwa kebanyakan sikap dan perilaku anak akan
ditentukan oleh salah satu faktor penting, yaitu kualitas hubungan diantara orang
tua dengan anak.
2.4
Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja
Sejalan dengan model fungsi keluarga McMaster, the procces of family
functioning, dikembangkan dari teori sistem yang menjelaskan bahwa fungsi
keluarga merupakan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan tugas dasar
seperti makan dan rumah, tugas krisis seperti cara keluarga dalam menangani
masalah, dan tugas perkembangan yang terjadi selama tahap perkembangan hidup
keluarga. Model proses keberfungsian keluarga mengidentifikasi tujuh objek yang
dapat menunjukkan berhasilnya keluarga dalam menyelesaikan tugas dasar, krisis,
dan perkembangan. Tujuh objek tersebut adalah penyelesaian tugas, peran yang
jelas, komunikasi, interkasi langsung dalam keluarga, keterlibatan, pengawasan,
serta nilai dan norma (Setiadi, 2008).
Duvall (1971) menyebutkan model siklus hidup keluarga merupakan cetak
biru peran dan tugas keluarga yang senantiasa mengalami pergerakan melewati
tiap tahap perkembangan keluarga, hal ini berarti transisi keluarga dari tahap ke
tahap terdapat tanda-tanda yang dapat diprediksi secara normal. Keluarga dengan
anak usia remaja dimulai ketika anak pertama berumur 13 tahun hingga 18 tahun
dan berakhir sampai anak tersebut menikah, bekerja atau wajib militer, sebagai
seorang dewasa muda(Olson & DeFrain, dalam Walcheski & Bredehoft, 2003;
Duvall, 1971).
Masa remaja adalah masa penuh tekanan untuk individu maupun keluarga
dimana keduanya dituntut menyesuaikan diri terhadap perubahan besar individu
dan sistem keluarga. Fase ini keluarga dengan anak remaja menghadapi kesulitan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
27
masalah finansial, masalah intra-family, work-family, dan transisi serta pergerakan
anggota keluarga yang masuk-keluar dalam unit keluarga yang sudah dapat di
prediksi. Ini merupakan tahap paling menegangkan dari sikus hidup keluarga.
(Duvall, 1971;Mc Cubbin et al, 1988). Pernyataan ini didukung hasil penelitian
yang menyebutkan bahwa ketika anak memasuki masa remaja, mayoritas (60%)
keluarga merasa renggang dan terpisah. Hal ini bukan hanya ekspektasi melainkan
kenyataan karena remaja mulai mengembangkan autonominya (Day et al, 1995).
Duvall (1971) menjabarkan tahapan kritis tugas perkembangan keluargaanak usia remaja yakni: 1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan
betanggung jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda yang mulai
memiliki otonomi; 2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga; 3)
Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dengan orang tua; 4)
Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan bagi anggota keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang keluarga. Hal ini berarti keempat
tugas tersebut merupakan tugas penting yang perlu dipenuhi oleh keluarga dengan
anak usia remaja. Sementara itu, tugas perkembangan keluarga dalam Duvall
Miller (1985) dibagi menjadi beberapa kategori yakni: tugas perkembangan secara
umum, tugas perkembangan terkait perannya sebagai orang tua, suami-istri,
pengelola rumah tangga dan individu dewasa.
Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia remaja secara umum
meliputi: 1) Menyediakan fasilitas untuk individu yang berbeda dan kebutuhan
anggota keluarga; 2) Bertanggung jawab terhadap sistem keuangan keluarga; 3)
Menetapkan pembagian tanggung jawab dalam keluarga; 4) Membangun
kembali hubungan pernikahan yang saling memuaskan; 5) Mempererat jarak
komunikasi dalam keluarga; 6) memperbaiki hubungan dengan saudara, teman
dan kerabat; 7) Memperluas cakrawala dari remaja dan orang tua; 8) Merumuskan
filsafat hidup yang bisa diterapkan dalam keluarga (Duvall & Miller 1985).
Sementara itu, Gunarsa dan Gunarsa (2008) menjelaskan bahwa orangtua
memiliki peran penting untuk mempersiapkan anak memasuki usia remaja dalam
hal:
1.
Pertumbuhan fisik anak
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
28
Memberikan perlakuan pengasuhan yang baik, lingkungan sehat, pengetahuan
praktis mengenai kadar gizi, pengetahuan kebutuhan dasar dan minimal
(istirahat, bermain, belajar) sesuai kebutuhan pribadi patokan umum dan masa
perkembangan anak serta memberikan aturan sesuai dengan kondisi anak.
2.
Perkembangan sosial anak
Orang tua harus mengerti bahwa pergaulan sebagai kebutuhan, tak terkecuali
bagi remaja. Bergaul dengan teman sebaya yang secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi kepribadian anak. Oleh karena itu orang tua
perlu memperhatikan siapa atau dengan kelompok mana anak boleh,
dianjurkan atau menghindari.
3.
Perkembangan mental
Memperbaiki proses komunikasi verbal orang tua dengan anak, berbicara
sambil membimbing, penyediaan sarana dan fasilitas sesuai kebutuhan anak.
4.
Perkembangan spiritual
Membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku anak sesuai dengan ajaran
agama, mengikutsertakan dalam kegiatan keagamaan serta menciptakan
suasana keluarga yang harmonis. Kemudian, memberikan pengertian nilai
dan norma hukum seperti pelanggaran, tata tertib, penyesuaian diri,
5.
Mengembangkan minat dan bakat anak
Memberi kesempatan untuk berkembang, kerjasama orang tua - keluarga
besar - sekolah dengan mendorong anak memiliki kegiatan lain yang
produktif selain belajar. Ali dan Asrori (2010) berpendapat bahwa amat
penting bagi remaja diberikan bimbingan agar keingintahuan yang tinggi
dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif dan produktif.
2.5
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien di berbagai tatanan
nyata pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia,
dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar
praktik keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawab keperawatan. Sedangkan asuhan keperawatn
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
29
keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik
keperawatan dengan sasaran keluarga, yang bertujuan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan (Effendi, 2002).
Secara umum tujuan asuhan keperawatan keluarga adalah peningkatan
kemampuan
keluarga
dalam
mengatasi
masalah
kesehatannya
secara
mandiri. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah peningkatan
kemampuan keluarga yaitu dalam 1) Mengenal masalah kesehatan keluarga; 2)
Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga; 3)
Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota keluarga
yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh dan atau keluarga yang
membutuhkan bantuan sesuai dengan kemampuan keluarga; 4) Memelihara dan
memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis dan sosial) sehingga dapat
meningkatkan kesehatan keluarga; 5) Memanfaatkan sumber daya yang ada di
masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.
Tahapan proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian keluarga dan individu
dalam keluarga, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana
keperawatan, pelaksanaan asuhan keperawatan dan evaluasi (Friedman, 2003).
2.5.1 Pengkajian Keluarga
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
data secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode
wawancara keluarga, temuan yang objektif, informasi yang tertulis maupun
lisan dan rujukan berbagai lembaga yang menangani keluarga dan anggota
tim lainnya, pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe), data
sekunder, misalnya hasil laboratorium, dsb. Hal-hal yang perlu dikaji dalam
keluarga menurut Friedman (2003) adalah 1) Data umum ; 2) Riwayat dan
tahap perkembangan keluarga; 3) Lingkungan; 4) Struktur keluarga; 5)
Fungsi keluarga; 6) Stress dan koping keluarga; 7) Harapan keluarga; 8)
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga.
2.5.2 Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
30
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan
menggambarkan respons manuasia. Keadaan sehat atau perubahan pola
interaksi potensial/ aktual dari individu atau kelompok dimana perawat
dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan
status kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000).
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat
pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan
berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan
keluarga. Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label singkat untuk
menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di lapangan. Kondisi ini
dapat berupa masalah-masalah aktual atau potensial atau diagnosis sejahtera
yang mengacu pada NANDA (The North American Nursing Diagnosis
Association) 2012-2014.
Menegakkan diagnosa dilakukan dua hal, yaitu analisis data yang
mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan
dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.
Perumusan
diagnosis
keperawatan,
komponen
rumusan
diagnosis
keperawatan meliputi: Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau
anggota keluarga. Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan
objektif. Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang
diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau
tidak yang emndukung masalah dan penyebab.
2.5.3 Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga
Tabel 2.1 Cara Membuat Skor Penentuan Prioritas Masalah Keperawatan
Keluarga (Friedman, 2003)
No
Kriteria
Skor
Bobot
1 Sifat masalah
1
3
Aktual (Tidak/kurang sehat)
2
Ancaman kesehatan
1
Keadaan sejahtera
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Mudah
b. Sebagian
c. Tidak dapat
2
2
1
0
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
31
3
4
Potensi masalah untuk dicegah
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
Menonjolnya masalah
a. Masalah berat, harus segera ditangani
b. Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani
c. Masalah tidak dirasakan
Skoring :
Skor
1
3
2
1
1
2
1
0
x Bobot
Angka tertinggi
Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga
Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas yaitu kriteria 1:
sifat masalah; bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/ kurang sehat
karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan
dirasakan oleh keluarga; kriteria 2: kemungkinan masalah dapat diubah,
perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut:
pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah, sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga,
sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu,
sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat dan dukungan masyarakat; kriteria 3: potensi masalah dapat
dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan: kepelikan dari masalah yang
berhubungan dengan penyakit atau masalah, lamanya masalah, yang
berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada, tindakan yang sedang
dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat
dalam memperbaiki
masalah, adanya kelompok „high risk” atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah; kriteria 4: menonjolnya
masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat
masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang terlebih dahulu
dilakukan intervensi keperawatan keluarga.
2.5.4 Perencanaan Keperawatan keluarga
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
32
dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang
hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan
khusus yang ditetapkan (Friedman, 2003). Penyusunan rencana perawatan
dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana
perawatan (Suprajitno, 2004).
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan
keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta
meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat
pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan
fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan
sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan tersier
(Anderson & Fallune, 2000).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/
masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek
mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima
tugas keluarga.
2.5.5 Implementasi Keperawatan Keluarga
Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan
perencanaan mengenai diagnosis yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan
keperawatan terhadap keluarga mencakup lima tugas kesehatan keluarga
menurut Friedman (2003), yaitu: 1) Menstimulasi kesadaran atau
penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan
cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan
tentang kesehatan dan endorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah;
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan,
mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, mendiskusikan
tentang konsekwensi tiap tindakan; 3) Memberikan kepercayaan diri dalam
merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara
perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi
keluarga melakukan perawatan; 4) Membantu keluarga untuk menemukan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
33
cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara
menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga, melakukan
perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin; 5) Memotivasi keluarga
untuk
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan
yang
ada
dengan
cara
memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga dan
membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah
disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan terhadap keluarga yaitu sumber daya keluarga, tingkat
pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan
keluarga dan sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.
2.5.6 Evaluasi
Evaluasi
merupakan
kegiatan
membandingkan
antara
hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya. Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung dalam
rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang
spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria evaluasi bagi tingkat
aktivitas yang telah dicapai Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP
secara operasional. Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan
sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan,
sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir (Friedman, 2003).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno, 2004).
S: ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O: keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang obyektif.
A: merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan
obyektif.
P: perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
2.6
Ketidakefektifan Koping
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
34
Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah,
menyesuaikan diri dengan perubahan, respons terhadap situasi yang mengancam.
Koping yang efektif akan menghasilkan adaptasi. Koping dapat diidentifikasi
melalui respons, manifestasi (tanda dan gejala) dan pertanyaan klien dalam
wawancara. (Keliat dkk, 2005).
Ketidakefektifan koping merupakan ketidakmampuan penilaian yang tepat
terhadap stressor, pilihan yang tidak adekuat terhadap respons untuk bertindak,
dan ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia (NANDA, 2012).
Salah satu batasan karakteristik secara subjektif dari ketidakefektifan koping yaitu
perubahan dalam pola komunikasi yang biasanya.
2.6.1 Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku,
baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media). Harrol
D. Lasswel (dalam Riswandi, 2009) menjelaskan bahwa komunikasi pada
dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” mengatakan
“apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa”, dan “dengan akibat apa” atau
“hasil apa”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
komunikasi merupakan penyampaian informasi dalam sebuah interaksi tetep
muka yang berisi ide, perasaan, perhatian makna, serta pikiran yang
diberikan pada penerima pesan dengan harapan si penerima pesan
menggunakan informasi tersebut untuk mengubah sikap danperilakunya.
2.6.1.1 Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang berjalan dua
arah dan dapat mencapai tujuan dari komunikasi tersebut (Gunarsa,
2004). Tujuan dari komunikasi efektif ini antara lain untuk
membangun hubungan yang harmonis dengan remaja, membentuk
suasana keterbukaan dan mendengar, membuat remaja mau bicara
pada saat mereka menghadapi masalah, membuat remaja mau
mendengar dan menghargai orang tua dan dewasa saat mereka
berbicara serta membantu remaja menyelesaikan masalahnya. Dalam
berkomunikasi, orang tua dan orang dewasa biasanya ingin segera
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
35
membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi remaja, sehingga
cenderung (1) Lebih banyak bicara daripada mendengar; (2) Merasa
tahu lebih banyak; (3) Cenderung memberi arahan dan nasihat; (4)
Tidak berusaha untuk mendengar dulu apa yang sebenarnya terjadi
dan yang dialami para remaja; (5) Tidak memberi kesempatan agar
remaja mengemukakan pendapat; (6) Tidak mencoba menerima
dahulu kenyataan yang dialami remaja dan memahaminya; (7) Merasa
putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus
dilakukan terhadap remaja (BKKBN, 2002).
2.6.1.2 Komunikasi Tidak Efektif
Komunikasi antara orang tua dengan remaja mempengaruhi
pertumbuhan kepribadiannya. Di samping itu komunikasi juga erat
hubungannya dengan perilaku dan pengalaman dalam keluarga.
Melalui komunikasi remaja dapat menemukan dirinya sendiri,
mengembangkan konsep diri, dan dapat menetapkan hubungan remja
dengan lingkungan. Hubungan antara orang tua dengan anak remaja
akan menentukan intelektualitas dan kualitas hidup orang tersebut.
Jika orang tua tidak memahami gagasan anak remaja, dan pesan dari
remaja itu menjengkelkan mereka, ini berarti ada problema yang tidak
berhasil diatasi. Jika remaja menentang pendapat orang tua, maka
orang tua tidak "dalam berkomunikasi" dengan remaja. Jika semakin
sering orang tua berkomunikasi namun semakin jauh jaraknya dengan
mereka, dan jika orang tua selalu gagal untuk memotivasi remaja
untuk bertindak, berarti orang tua telah gagal berkomunikasi. Dengan
kata lain komunikasi antara orang tua dengan remaja tidak efektif
(Effendy, 2000).
2.6.2 Pola Komunikasi Keluarga
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), mengartikan pola sebagai
bentuk (struktur) yang tetap, sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih
dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
36
communication, yang akar katanya adalah communis. Arti communis di sini
adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai
suatu hal (Effendy, 2000). Jadi, komunikasi berlangsung bila antara orangorang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang
dikomunikasikan. Dengan demikian, pola komunikasi di sini dapat
dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam
pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami.
Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan
silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau
dari anak ke anak. Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan
yang ingin disampaikan. Siapa yang berkepentingan untuk menyampaikan
suatu pesan akan berpeluang untuk memulai komunikasi. Sedangkan yang
tidak berkepentingan untuk menyampaikan suatu pesan akan cenderung
menunda komunikasi.
Wursanto (2007) mengatakan bahwa komunikasi dapat berlangsung
setiap saat, di mana saja, kapan saja, oleh siapa saja dan dengan siapa saja.
Semenjak lahir, manusia sudah mengadakan hubungan dengan kelompok
masyarakat sekelilingnya. Kelompok pertama dialami oleh individu itu
dengan ibunya, bapaknya, dan anggota keluarga lainnya. Makin bertambah
umurnya, makin luas pula hubungan yang dapat dijangkau oleh individu itu.
Selain sebagai makhluk individu, manusia adalah makhluk sosial, makhluk
bermasyarakat.
Komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak remaja merupakan
faktor penting dalam interaksi, karena komunikasi menyebabkan adanya
saling pengertian antar anggota keluarga. Komunikasi efektif terjadi apabila
anak dapat mengungkapkan perasaan dan masalah yang dihadapi sedang
orang tua memahami dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi
(Balson, 2003).
Komunikasi orang tua dengan remaja pada dasarnya harus terbuka,
walaupun remaja lebih cenderung terbuka dengan teman sebaya. Hal
tersebut karena remaja merupakan bagian dari keluarga. Komunikasi yang
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
37
terbuka diharapkan dapat menghindari kesalahpahaman antara orang tua
dengan remaja. Apabila remaja telah dapat berfikir secara baik, remaja telah
dapat mempertimbangkan secara baik mengenai hal yang dihadapi. Dengan
demikian akan menimbulkan saling pengertian di seluruh anggota keluarga,
sehingga akan terbina dan tercipta tanggung jawab sebagai anggota keluarga
(Gunarsa, 2004).
Gunarsa (2004) mengemukakan bahwa komunikasi efektif antara
orang tua dan remaja membentuk pola dasar kepribadian remaja secara
normal dan perkembangan psikologis yang sehat bagi remaja, karena
merupakan hakekat seorang remaja dalam pertumbuhan dan perkembangan
membutuhkan uluran tangan orang tua, orang tua lah yang bertanggung
jawab dalam mengembangkan keseluruhan eksistensi remaja termasuk
kebutuhan fisik dan psikis sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang
kearah kepribadian yang matang dan harmonis.
Kualitas komunikasi antara orang tua dan remaja dapat menghindari
remaja dari perilaku berisiko remaja, hal ini dikarenakan antara orang tua
dan remaja terjalin hubungan atau komunikasi yang intensif sehingga
kemungkinan terjadi sharing, dan pemecahan masalah (Laily & Matulessy,
2004; dalam Fauzi, 2010).
2.7
Intervensi Inovasi Komunikasi Efektif antara Remaja dan Orang Tua
Program inovasi intervensi unggulan yang dilakukan dalam menyelesaikan
masalah ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R yaitu dengan komunikasi
efektif antara remaja dan orang tua. Dalam berkomunikasi dengan remaja ada
beberapa kunci pokok yang harus diperhatikan, yaitu pertama, mendengar supaya
remaja mau bicara, kedua menerima dahulu perasaan remaja, dan ketiga bicara
supaya di dengar. Oleh sebab itu orang tua dan orang dewasa harus mau belajar
dan berubah dalam cara berbicara dan cara mendengar. Dalam mencapai tujuan
berkomunikasi, perlu diingat bahwa orang tua dan orang dewasa juga harus lebih
dahulu siap dan mau berubah, sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang
efektif dengan mereka (BKKBN, 2002).
Adapun prosedur dari pelaksanaan komunikasi efektif, yaitu:
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
38
1. Remaja:
1. Sebelum memulai proses komunikasi hubungan remaja dan orang tua hangat
dan terbuka
2. Remaja telah menyatakan bersedia mengungkapkan permasalahannya
3. Teridentifikasi bahwa remaja berada pada kondisi yang membutuhkan
bantuan orang tua untuk memfasilitasi
2. Orang tua:
1. Mendengar supaya remaja banyak bicara
2. Menerima dahulu perasaan remaja agar remaja lebih terbuka dan dihargai
3. Berbicara supaya didengar
4. Mau berubah dimana orang tua memiliki waktu yang khusus dalam
mendengarkan dan berkomunikasi dengan remaja
3. Lingkungan
1. Diharapkan proses komunikasi dapat dilakukan di ruangan yang kondusif,
tenang, dan privacy remaja terjaga
2. Jika dilakukan di rumah sebaiknya dilakukan di ruangan tertutup untuk
menjaga privacy remaja dan keleluasaan remaja mengekspresikan perasaan
atau menceritakan permasalahan yang dihadapinya (cacatan: tergantung
masalah yang mau dikomunikasikan oleh remaja, dan kesepakatan dengan
remaja)
4. Pelaksanaan
Dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan remaja terdapat enam
kemampuan yang perlu dikembangkan oleh orang tua dan orang dewasa agar
dapat menjalin komunikasi efektif dengan remaja, yaitu:
1. Mengenal diri sendiri
Dalam berkomunikasi terutama dengan remaja penting bagi orang tua dan
orang dewasa harus mengenal kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya,
kekurangan atau kelemahan yang dirasa mengganggu, cara memanfaatkan
kelebihan dan mengatasi kekurangan diri. Dengan pengenalan diri, orang tua
bisa menerima diri apa adanya, sehingga tahu apa yang harus dirubah. Selain
itu sebagai orang tua akan lebih percaya diri dan mudah menerima remajanya
dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
39
Bagaimana cara orang tua mampu menerima diri mereka sendiri, yaitu:
1) Menghargai diri sendiri; biasakan tidak membandingkan diri dengan
orang lain, karena setiap orang itu unik. Masing-masing orang berbeda.
2) Menghargai upaya yang sudah dilakukan; walaupun mungkin belum
berhasil tetapi tetap berusaha menghargai niat dan upaya yang telah
dilakukan
3) Menentukan tujuan hidup kita; tentukan tujuan dalam mendidik anak.
Ingin menjadi ibu atau ayah yang menjadi panutan bagi anak-anaknya
4) Berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain; memandang dirinya
maupun remaja dari sisi yang positif
5) Mengembangkan minat dan kemampuan diri; bersedia menghabiskan
waktu dan tenaga untuk belajar dan melakukan tugas sampai tujuan
tercapai
6) Mengendalikan perasaan; tidak mudah marah, menghadapi kesedihan
secara wajar tidak berlebihan, tidak mudah terpengaruh keadaan sesaat
dan bisa menerima penjelasan remaja dengan tenang
2. Mengenal diri remaja
Penting bagi orang tua dan orang dewasa memahami perasaan remaja.
Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja, yang
disebabkan karena orang tua dan orang dewasa kurang dapat memahami
perasaan anaknya yang diajak biocara. Agar komunikasi dapat lebih efektif,
orang tua perlu meningkatkan kemampuannya dan mencoba memahami
perasaan anak sebagai lawan bicara.
Pada dasarnya kebutuhan manusia yang paling dalam adalah keinginan agar
perasaannya dimengerti, didengar, dihargai dan dirinya dapat diterima oleh
orang lain. Dengan bersedia menerima perasaan remaja, menunjukkan bahwa
kita menghargai remaja dan hal tersebut membuat mereka merasa berharga.
Mereka akan belajar bahwa bukan hanya perasaan mereka saja yang penting,
tetapi juga perasaan orang lain sama pentingnya.
Dua perasaan yang sering dialami remaja adalah pertama, perasaan negatif.
Perasaan ini antara lain berupa perasaan marah, kesal, bosan, bingung,
kecewa, frustasi, merasa tidak diperhatikan, kaget, ragu-ragu, tidak nyaman,
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
40
merasa tidak dicintai, dan sebagainya. Kedua, perasaan positif, antara lain
berupa perasaan berani, puas, yakin pada kemampuan diri, senang, berminat,
bangga, hebat, dan sebagainya.
Perasaan memegang peranan yang sangat penting dalam berkomunikasi.
Seseorang yang sedang dalam perasaan senang akan mudah berkomunikasi
atau menyampaikan pikiran, pendapat, bahkan perasaan hatinya.
Untuk memahami perasaan remaja, orang tua dan orang dewasa harus
menerima terlebih dahulu perasaan dan ungkapan remaja, terutama ketika ia
sedang mengalami masalah. Ini sangat penting agar mereka merasa nyaman
dan mau melanjutkan pembicaraan dengan lawan bicara. Selanjutnya orang
tua dan orang dewasa akan lebih mengerti apa yang sebenarnya dirasakan dan
dialami remaja.
Melalui bahasa tubuh dapat menunjukkan bagaimana perasaan yang
sebenarnya. Bahasa tubuh mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam segala
bentuk komunikasi dan umumnya terkirim tanpa kita sadari.
Ungkapan wajah dan mata, gerakan anggota badan dan tubuh, posisi tubuh
remaja, bisa memberi isyarat yang banyak kepada orang tua agar memahami
perasaan remaja. Demikian pula nada dan tempo suara. Oleh karena itu
penting bagi setiap orang untuk mengenal bahasa tubuh.
3. Mendengar aktif
Dalam upaya untuk berkomunikasi yang efektif, orang tua harus memiliki
ketrampilan untuk menjadi pendengar aktif, mendengar atau menerima
perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan untuk menunjukkan
kepada remaja bahwa kita sungguh-sungguh telah menangkap perasaan yang
terkandung didalamnya. Tujuan dari mendengar aktif adalah orang tua
memahami anak remaja seperti yang mereka rasakan bukan seperti apa yang
kita lihat atau kita sangka.
Teknik mendengar aktif:
1) Aktif dan memperhatikan bahasa tubuh dengan sungguh-sungguh
2) Membuka diri dan siap mendengarkan
3) Tidak berbicara ketika remaja berbicara
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
41
4) Memahami apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dimaksud anak sesuai
dengan kacamata anak, bukan kacamata orang tua
Mendengar aktif sangat tepat digunakan bila: pertama, remaja sedang
mengalami masalah dan menunjukkan emosi yang kuat, atau kedua, remaja
tidak menunjukkan emosi akan tetapi dapat ditangkap perasaannya sedang
tidak nyaman.
Dalam mendengar aktif, orang tua seolah-olah berperan seperti cermin,
dengan memantulkan kembali, menemani perasaan, serta mengulang isi pesan
yang diungkapkan remaja, sehingga ia merasa didengar, dipahami dan
didukung. Misal: Tono bilang dia akan ketemu aku di acara pertemuan
remaja. Eh nggak tahunya dia nggak muncul, jadinya aku nggak punya
temaan disana. Orang tua: Jadi Ana malu dong ya, karena Tono tidak datang.
Cara menjadi cermin: Ketika remaja berbicara tunggulah 10 detik sebelum
membalas pembicaraan. Gunakan waktu untuk berpikir “Apa yang sedang
dirasakan anak saya?” dan ”Apa yang menyebabkan anak saya punya
perasaan
seperti
ini?”.
Ada
beberapa
kata-kata
sebagai
ungkapan
memantulkan perasaan anak kita, yaitu: ”kamu kayaknya lagi ...... karena
......” atau ”Kamu kelihatannya ......... karena ..........”.
Banyak keuntungan yang diperoleh jika kita mendengar aktif pada saat
berkomunikasi dengan remaja, antara lain:
1.
Membantu remaja untuk mengenal, menerima dan mengerti perasaannya
sendiri serta menemukan cara mengatasi perasaan dan masalahnya.
2.
Merangsang mereka untuk berbicara dan mengemukakan masalahnya
sehingga kita dapat mengetahui dengan tepat apa yang sebenarnya
dirasakan oleh anak dan remaja. Dengan demikian perasaan negatif
tersebut sedikit demi sedikit akan hilang.
3.
Menumbuhkan rasa hangat dan mengakrabkan hubungan orang tua dan
remaja. Kita jadi belajar untuk bisa menerima keunikan remaja yang
sedang kita dengarkan masalahnya.
4.
Membuat remaja merasa dirinya penting dan berharga.
5.
Membuat remaja merasa diterima dan dipahami cenderung akan mudah
menerima dan memahami orang lain.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
42
6.
Membuat remaja mau mendengarkan orang tuanya sehingga mudah
terjalin kerjasama.
4. Pesan kamu dan pesan saya
”Pesan Kamu” adalah cara orang tua berkomunikasi dengan terbiasa
menggunakan bahasa ”Kamu”. Cara ini seperti ini tidak menyampaikan
akibat perilaku anak terhadap orang tua tetapi berpusat pada kesalahan anak,
sehingga anak merasa disalahkan, direndahkan dan disudutkan.
”Pesan Saya” lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai
akibat perilaku anak sehingga anak belajar bahwa setiap perilaku memiliki
akibat terhadap orang lain. Melalui “Pesan Saya” akan mendorong semangat
anak, mengembangkan keberaniannya, sehingga anak akan merasa nyaman.
”Pesan Saya” terdiri dari 4 bagian:
1) Saya merasa (pernyataan yang mengandung bagaimana perasaan orang
tua yang berkaitan dengan perilaku anak atau remaja yang mengganggu)
2) Kapan (saat perilaku yang mengganggu orang tua)
3) Karena/ sebab (alasan atau penjelasan apa yang diperkirakan akan
terjadi)
4) Perilaku remaja yang diharapkan oleh orang tua
Contoh: Ibu merasa cemas ketika kamu tidak pulang pada waktunya,
karena Ibu pikir ada sesuatu yang terjadi sama kamu. Ibu suka kamu
pulang menjelang pukul lima sore.
Ibu menjadi marah ketika kamu memperlakukan ibu dengan kasar di
muka umum. Karena Ibu rasa kamu tidak menghargai Ibu. Ibu suka kamu
bila kamu berbicara sopan.
5. Menentukan masalah siapa
Ketika kamu menghadapi remaja dengan masalah, kita perlu mengetahui
masalah siapa ini, hal ini perlu karena:
1)
Kita tidak mungkin menjadi seseorang yang harus mampu memecahkan
semua masalah
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
43
2)
Kita harus mengajarkan remaja rasa tanggung jawab dalam memecahkan
masalahnya sendiri
3)
Kita perlu membantu remaja untuk tidak terlalu ikut campur masalah
orang lain
4)
Remaja perlu belajar mandiri
Cara mengidentifikasi masalah siapa:
Tanyakan pada diri sendiri, yaitu:
1) Apakah tingkah laku remaja mengganggu hak dan keselamatan kita
sebagai manusia? Ya / Tidak?
2) Apakah tingkah laku remaja mengganggu keselamatan remaja atau orang
lain? Ya / Tidak?
Jika jawaban kedua pertanyaan ini “ya”, maka masalah tersebut adalah
masalah orang tua dan penyelesainnya dengan metode Pesan Saya (PS). Jika
jawaban sebaliknya maka masalah tersebut adalah masalah remaja dan
penyelesainnya dengan tehnik Mendengar Aktif (MA).
Baik masalah remaja maupun masalah orang tua pemecahannya dapat
dilakukan dengan melibatkan anak. Bila persoalan orang tua anak merasa
dihargai. Bila masalah remaja, remaja belajar ketrampilan baru sehingga
secara bertahap dapat mengurus dirinya sendiri.
6. Mengenal dan menghindari gaya penghambat komunikasi
Dalam berkomunikasi dengan remaja, orang tua sering bereaksi terhadap
ungkapan perasaan, pikiran, maupun pernyataan remaja dengan gaya yang
membuat perasaan menjadi tidak nyaman dan merusak harga diri remaja,
sehingga menyebabkan komunikasi menjadi terhambat. Oleh karena itu,
orang tua diharapkan dapat mengenali gaya komunikasi tersebut dan berusaha
menghindari atau tidak menggunakannya.
Gaya komunikasi yang dapat menghambat komunikasi dengan remaja, antara
lain:
1.
Memerintah (“Jangan mengeluh, kerjakan saja”)
2.
Menyalahkan (“Pasti kamu bikin onar lagi, apalagi yang kamu lakukan
sampai Ayah dipanggil ke sekolah?”)
3.
Meremehkan (“Kamu kan belum pengalaman, coba pikirkan saran Ibu”)
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
44
4.
Membandingkan (“Raportmu jelek sekali, lihat dong raport adikmu”)
5.
Memberi cap (“Seperti anak-anak saja, cengeng”)
6.
Mengancam (“Jangan bicara begitu, awas kalo kamu lakukan lagi, tahu
sendiri”)
7.
Menasehati (“Sebaiknya kamu berterus terang saja mengatakannya”)
8.
Membohongi (“Ibu gak punya uang”)
9.
Menghibur (“Jangan dipikirkan, nanti juga baikan”)
10. Mengkritik
(“Dasar
pemalas,
banyak
bicara,
tapi
tidak
mau
mengerjakan”)
11. Menyindir (“Tumben mau nyapu, pasti sebentar lagi turun hujan”)
12. Menganalisa (“Ah mau kamu aja, sebenarnya teman-temanmu gak akan
pergi kan”)
(BKKBN, 2002).
Tujuan orang tua menggunakan 12 gaya populer dan pesan yang ditangkap
remaja:
1.
Memerintah
Tujuan orang tua: Mengendalikan situasi dan menyelesaikan masalah
dengan cepat.
Pesan yang ditangkap remaja: Harus patuh, tidak punya pilihan.
2.
Menyalahkan
Tujuan orang tua: Memberitahu remaja kesalahannya.
Pesan yang ditangkap remaja: Tidak pernah benar/ baik.
3.
Meremehkan
Tujuan orang tua: Menunjukkan ketidakmampuan remaja dan orang tua
lebih tahu.
Pesan yang ditangkap remaja: Tidak berharga/ merasa tidak mampu.
4.
Membandingkan
Tujuan orang tua: Memotivasi dengan memberi contoh orang lain.
Pesan yang ditangkap remaja: Tidak disayang, pilih kasih, saya memang
selalu jelek.
5.
Mencap
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
45
Tujuan orang tua: Memberitahu kekurangan dengan maksud remaja
berubah.
Pesan yang ditangkap remaja: Itulah saya.
6.
Mengancam
Tujuan orang tua: Supaya menurut/ patuh dengan cepat.
Pesan yang ditangkap remaja: Cemas, takut.
7.
Menasehati
Tujuan orang tua: Supaya remaja tahu mana yang baik dan buruk.
Pesan yang ditangkap remaja: Sok tahu, bosan dan bawel.
8.
Membohongi
Tujuan orang tua: Membuat urusan jadi gampang.
Pesan yang ditangkap remaja: Orang tua/ orang dewasa tidak dapat
dipercaya.
9.
Menghibur
Tujuan orang tua: Menghilangkan kesedihan atau kekecewaan, remaja
jadi senang terus dan jangan larut
Pesan yang ditangkap remaja: Senang, lupa, dan dimengerti melarikan
masalah.
10. Mengkritik
Tujuan orang tua: Meningkatkan kemampuan dirinya agar remaja
memperbaiki kesalahan.
Pesan yang ditangkap remaja: Kurang, salah.
11. Menyindir
Tujuan orang tua: Memotivasi, mengingatkan supaya tidak selalu
melakukan seperti itu dengan cara menyatakan yang sebaliknya.
Pesan yang ditangkap remaja: Menyakiti hati.
12. Menganalisa
Tujuan orang tua: Mencari penyebab positif/ negatif remaja atau
kesalahannya dan berupaya mencegahnya agar tidak melakukan
kesalahan yang sama lagi.
Pesan yang ditangkap remaja: Ibu sok pintar.
(BKKBN, 2002).
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1
Pengkajian Keperawatan Keluarga
Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Mei 2013 jam 10.00 WIB pada
keluarga Bp. R (38 tahun). Bp. R merupakan kepala keluarga dari Ibu. R (30
tahun), An. H (14 tahun), An. F (12 tahun), An. L (9 tahun) dan Nenek. R (61
tahun). Pendidikan terakhir Bp. R adalah SMP. Pekerjaan sehari-hari sebagai
buruh di pabrik dan MC (pembawa acara) di acara-acara pernikahan. Alamat
tinggal sekarang ini di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan
Cimanggis Kota Depok. Keluarga Bp. R merupakan keluarga extended
family (keluarga luas/ besar) yang terdiri dari keluarga inti dan orang tua dari Bp.
R yaitu Nenek. R. Dimana keluarga Bp. R merupakan keluarga yang di dalamnya
masih terdapat hubungan darah, perkawinan dan saling berinteraksi satu dengan
yang lain, mempunyai peran masing-masing, karena di dalam satu rumah di
keluarga Bp. R terdiri dari 6 orang yang hidup bersama, segala kebutuhan
dicukupi oleh kepala keluarga. Keluarga Bp. R mengatakan bersuku Betawi.
Keluarga Bp. R mempunyai kebiasaan jika ada anggota keluarga yang sakit
diberikan obat warung terlebih dahulu untuk pertolongan pertamanya. Ibu. R
mengatakan keluarga beragama Islam. Kegiatan ibadah keagamaan keluarga Bp.
R yaitu sholat lima waktu dan berpuasa. Di keluarga Bp. R, pencari nafkah utama
di keluarga adalah Bp. R yang bekerja sebagai buruh, selain itu Bp. R juga masih
aktif sebagai pembawa acara/ MC di acara-acara pernikahan, maka dari itu Bp. R
terlihat jarang berada dirumah. Ibu. R mengatakan bahwa dirinya merasa cukup
dengan penghasilan suaminya saat ini. Ibu. R mengatakan tidak memiliki jadwal
khusus untuk rekreasi keluarga, hanya sesekali anaknya mengajak berwisata. An.
H mengatakan jika banyak kegiatan dan membuat dirinya stress maka dia akan
main keluar dengan teman-temannya, biasanya nongkrong sambil mengobrol
tidak jelas, main ke warnet atau rental PS dan menonton balapan motor. An. H
juga mengatakan sering main dengan teman-temannya hingga malam hari.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Bp. R berada dalam tahap
perkembangan keluarga dengan anak remaja dimana tugas perkembangan
46
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
47
keluarga dengan remaja yaitu: Memberikan kebebasan yang seimbang dengan
tanggung
jawab
mengingat
remaja
yang
sudah
bertambah
dewasa,
mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga, mempertahankan
komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan
Ibu. R
mengatakan bahwa An. H adalah anak yang pendiam dan jarang berbicara jika
tidak ditanya. Terutama saat memasuki usia remaja, An. H sudah mulai jarang
berkumpul dengan keluarga, jika berada di rumah An. H banyak menghabiskan
waktunya di dalam kamarnya. An. H mengatakan jarang berbicara dengan Bp. R
karena menurut An. H bapaknya itu galak dan kalau menyuruh sesuatu, misalkan
belajar, Bp. R sering marah-marah sehingga An. H malas untuk menanggapinya.
Ibu. R mengatakan sebenarnya Bp. R baik, tetapi memang agak keras untuk
mendidik anak-anaknya. Ibu. R juga mengatakan bahwa An. H sulit untuk diatur
semenjak memasuki SMP. An. H mengatakan tidak mengetahui tugas
perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja, karena sebelumnya
tidak pernah mendapatkan informasi mengenai tugas perkembangan maupun
tanggung jawabnya sebagai remaja.
Rumah yang ditinggali Bp. R sekeluarga adalah rumah permanen
peninggalan orang tua Bp. R yang berukuran 70 m2. Desain interior rumah terbagi
menjadi 6 ruangan. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih berukuran 1,5 x 1 meter
di depan samping pintu masuk. Namun, jendela yang terlihat selalu terbuka ini
jarang dibersihkan. Anak-anak Bp. R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di daerah setempat RW 02. An. H mengatakan sudah jarang
(suka membolos) dalam mengikuti pengajian. An. H berteman dengan beberapa
teman seusianya, sering nongkrong di pos hansip dekat rumahnya, bermain ke
warnet dan rental PS dan jalan-jalan dengan menggunakan motor. Ibu. R
mengatakan bahwa komunikasi pada keluarganya menekankan keterbukaan.
Namun An. H mengatakan lebih suka menceritakan masalahnya kepada temantemannya dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain. Bp. R
sibuk bekerja dan jarang menyempatkan berbicara kepada anaknya. Ibu. R juga
mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang jelas tentang apa saja tugas
setiap anggota keluarga. Ibu. R mengatakan urusan anaknya lebih banyak
diserahkan kepada ibunya. An. H mengatakan malas belajar dan jarang
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
48
mengerjakan tugas sekolahnya. Ibu. R mengatakan bahwa anaknya jarang belajar
dan nilainya pas-pasan. Ibu. R mengatakan tidak pernah memantau aktivitas
belajar anaknya di rumah.
Ibu R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat saling
terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An. H termasuk anak yang
pendiam dan jarang menyampaikan pendapatnya. Hubungan antar anggota
keluarga dalam rumah berjalan dengan baik. Ibu. R mengatakan bahwa ketika ada
anggota keluarga yang sakit, maka yang sakit akan langsung diberikan obat dari
warung atau dari apotek. Keluarga Ibu. R juga sering memanfaatkan pelayanan
kesehatan di RS, tetapi jika sudah sembuh dengan mengkonsumsi obat warung
maka hanya diobati di rumah saja.
Keluarga Bp. R mencemaskan pergaulan An. H yang sudah memasuki masa
remaja. An. H sudah mulai ditawari untuk mencoba merokok oleh temantemannya, baik teman di sekolah maupun teman di lingkungan rumahnya. An. H
juga sering nongkrong tidak jelas dengan teman sekolah maupun teman di sekitar
rumahnya tersebut. An. H juga mengatakan pernah ikut-ikutan tawuran dengan
teman-teman sekolahnya. An. H mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita
(pacar).
3.2
Diagnosis Keperawatan Keluarga
Permasalah komunikasi inefektif pada An. H di keluarga Bp. R berdasarkan
hasil analisis data yang dikumpulkan merupakan suatu proses komunikasi yang
tidak mencapai tujuan dari komunikasi tersebut. Permasalahan remaja di keluarga
Bp. R adalah “Kedtidakefektifan koping pada keluarga Bp. R”. Masalah ini
merupakan masalah yang dihadapi oleh keluarga sebagai suatu stressor yang akan
mempengaruhi hubungan baik dan harmonis antara orang tua dan anak remajanya.
Permasalahan ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R dapat diatasi
melalui pendekatan asuhan keperawatan keluarga. Penyusunan diagnosis
keperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang di skoringkan pada masingmasing diagnosa, dimana pada diagnosa 1 yaitu ketidakefektifan performa peran
remaja mendapatkan jumlah skor 4 1/3, ketidakefektifan koping mendapat skor 4
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
49
1/2, risiko penurunan prestasi belajar mendapat skor 3 5/6, dengan rincian skor
terlampir.
Diagnosis keperawatan pada keluarga Bp. R dengan masalah komunikasi
inefektif dapat dijabarkan kedalam bentuk diagnosis keperawatan keluarga
sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R
2. Ketidakefektifan performa peran remaja di keluarga Bp. R khususnya An. H
3. Risiko penurunan prestasi belajar pada keluarga Bp. R khususnya An. H
3.3
Perencanaan Keperawatan Keluarga
Rencana
keperawatan
keluarga
untuk
diagnosa
keperawatan
ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R dengan komunikasi inefektif pada
remaja antara lain memiliki tujuan umum setelah dilakukan intervensi sebanyak 3
kali kunjungan, diharapkan koping keluarga menjadi efektif pada keluarga Bp. R
dengan teciptanya komunikasi yang efektif antara remaja dan orang tua. Tujuan
khusus pertama setelah dilakukan pertemuan sebanyak 3 x 15 menit diharapkan
keluarga mampu mengenal komunikasi yang efektif dengan remaja, dengan
mampu
menyebutkan
pengertian
komunikasi,
menyebutkan
pengertian
komunikasi keluarga yang efektif, menyebutkan penyebab komunikasi tidak
efektif, menyebutkan syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga dan
mengidentifikasi ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R terutama masalah
komunikasi inefektif antara orang tua dan remaja dengan evaluasi kriteria respon
verbal dan afektif.
Evaluasi standar dari tujuan khusus pertama antara lain 1) Keluarga mampu
menyebutkan pengertian komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan
atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan
yang dimaksud dapat dipahami; 2) Keluarga mampu menyebutkan komunikasi
efektif adalah komunikasi yang berjalan dua arah dan dapat mencapai tujuan dari
komunikasi tersebut; 3) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 penyebab
komunikasi tidak efektif, yaitu orang tua lebih banyak bicara daripada mendengar,
orang tua merasa tahu lebih banyak, orang tua cenderung memberi arahan dan
nasihat, orang tua tidak berusaha untuk mendengar terlebih dahulu apa yang
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
50
terjadi dan sebenarnya terjadi pada remaja, orang tua tidak mencoba menerima
dahulu kenyataan yang di alami remaja dan memahaminya dan orang tua merasa
putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan
terhadap remaja; 4) Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 6 syarat-syarat
komunikasi efektif dalam keluarga, antara lain mengenal diri sendiri, mengenal
diri remaja, mendengar aktif, “Pesan kamu” dan “pesan saya”, menentukan
masalah siapa, serta mengenal dan menghindari gaya penghambat komunikasi; 5)
Keluarga mengetahui bahwa komunikasi yang terjadi antara orang tua dan remaja
di keluarga adalah komunikasi yang tidak efektif.
Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian komunikasi; 2) Diskusikan bersama
keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian komunikasi keluarga
yang efektif; 3) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang
penyebab komunikasi tidak efektif; 4) Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai syarat-syarat komunikasi yang efektif dalam
keluarga; 5) Bantu keluarga untuk mengidentifikasi komunikasi yang tidak efektif
pada keluarga Bp. R; 6) Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
keluarga yang benar; 7) Berikan informasi materi kepada keluarga dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet; 8) Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 9) Berikan penjelasan
ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 10) Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah dijelaskan; 11) Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga.
Tujuan khusus kedua setelah dilakukan pertemuan sebanyak 3 x 15 menit
diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat dalam menciptakan
komunikasi yang efektif dalam keluarga, dengan mampu 1) Menyebutkan risiko
akibat masalah komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga bila tidak diatasi; 2)
Mengambil keputusan yang tepat untuk mengikuti program mengatasi masalah
ketidakefektifan koping terutama masalah komunikasi dengan konseling individu
dan konseling keluarga dengan evaluasi kriteria respon verbal dan respon afektif.
Evaluasi standar dari tujuan khusus kedua antara lain 1) Keluarga mampu
menyebutkan 3 dari 5 risiko akibat masalah komunikasi yang tidak efektif dalam
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
51
keluarga bila tidak diatasi, antara lain kenakalan remaja, menimbulkan perubahan
sikap pada diri remaja, anggota keluarga saling tertutup satu sama lain, seringnya
terjadi perceraian orang tua, anak-anak remaja merasa kesepian; 2) Keluarga
memutuskan untuk mengikuti program mengatasi masalah ketidakefektifan
koping terutama masalah komunikasi dengan konseling individu dan konseling
keluarga.
Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai risiko akibat masalah komunikasi yang tidak efektif
dalam keluarga bila tidak diatasi; 2) Memotivasi anggota keluarga dalam
mengambil keputusan untuk mengikuti program masalah ketidakefektifan koping
terutama masalah komunikasi; 3) Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar; 4) Berikan informasi kepada keluarga dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet; 5) Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 6) Berikan penjelasan
ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 7) Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah dijelaskan; 8) Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga.
Tujuan khusus ketiga setelah dilakukan pertemuan sebanyak 3 x 15 menit
diharapkan keluarga mampu menciptakan komunikasi yang efektif dalam
keluarga,
dengan
mampu
1)
Menyebutkan
jenis-jenis
komunikasi;
2)
Menyebutkan hambatan dalam berkomunikasi; 3) Mendemonstrasikan cara
komunikasi yang efektif antara orang tua dan remaja, dengan evaluasi kriteria
respon verbal dan respon psikomotor.
Evaluasi standar dari tujuan khusus ketiga antara lain 1) Keluarga mampu
menyebutkan jenis-jenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dengan kata-kata
dan komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh; 2) Keluarga mampu
menyebutkan 7 dari 12 hambatan dalam komunikasi yaitu memerintah,
menyalahkan, meremehkan, membandingkan, memberi cap, mengancam,
menasehati, membohongi, menghibur, mengkritik, menyindir dan menganalisa; 3)
Keluarga mampu mendemonstrasikan komunikasi efektif antara orang tua dan
remaja dengan memenuhi syarat-syarat komunikasi efektif.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
52
Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai jenis-jenis komunikasi; 2) Diskusikan bersama
keluarga apa yang diketahui keluarga tentang hambatan dalam komunikasi; 3)
Demonstrasikan dengan keluarga cara berkomunikasi efektif antara orang tua dan
remaja; 4) Beri kesempatan keluarga mendemonstrasikan kembali cara
berkomunikasi efektif antara orang tua dan remaja; 5) Tanyakan kepada keluarga,
hal apa yang telah dibicarakan dengan anggota keluarga yang remaja; 6) Berikan
pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar; 7) Berikan
informasi kepada keluarga dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet;
8) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan; 9) Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
dimengerti; 10) Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan;
11) Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Tujuan khusus keempat setelah dilakukan pertemuan sebanyak 3 x 10 menit
diharapkan keluarga mampu memodifikasi lingkugan dalam menciptakan
komunikasi yang efektif dalam keluarga, dengan mampu 1) Menyebutkan faktorfaktor dalam diri remaja untuk mendukung komunikasi efektif; 2) Menyebutkan
faktor-faktor dalam diri orang tua untuk mendukung komunikasi efektif; 3)
Menyebutkan faktor-faktor lingkungan untuk mendukung komunikasi efektif,
dengan evaluasi kriteria respon verbal dan respon afektif.
Evaluasi standar dari tujuan khusus keempat antara lain 1) Keluarga mampu
menyebutkan 2 dari 3 faktor-faktor dalam diri remaja untuk mendukung
komunikasi efektif, antara lain sebelum memulai proses komunikasi hubungan
remaja dan orang tua hangat dan terbuka, remaja telah menyatakan bersedia
mengungkapkan permasalahannya, teridentifikasi bahwa remaja berada pada
kondisi yang membutuhkan bantuan orang tua untuk memfasilitasi; 2) Keluarga
mampu menyebutkan 2 dari 4 faktor-faktor dalam diri orang tua untuk
mendukung komunikasi efektif, antara lain mendengar supaya remaja banyak
bicara, menerima dahulu perasaan remaja agar remaja lebih terbuka dan dihargai,
berbicara supaya didengar, mau berubah dimana orang tua memiliki waktu yang
khusus dalam mendengarkan dan berkomunikasi dengan remaja; 3) Keluarga
mampu menyebutkan 2 dari 4 faktor-faktor lingkungan untuk mendukung
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
53
komunikasi efektif antara lain diharapkan proses komunikasi dapat dilakukan di
ruangan yang kondusif, tenang, dan privacy remaja terjaga, jika dilakukan di
rumah sebaiknya dilakukan di ruangan tertutup untuk menjaga privacy remaja dan
keleluasaan remaja mengekspresikan perasaan atau menceritakan permasalahan
yang dihadapinya (cacatan: tergantung masalah yang mau dikomunikasikan oleh
remaja, dan kesepakatan dengan remaja).
Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai faktor-faktor dalam diri remaja untuk mendukung
komunikasi efektif; 2) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga
mengenai faktor-faktor dalam diri orang tua untuk mendukung komunikasi
efektif; 3) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai
faktor-faktor lingkungan untuk mendukung komunikasi efektif. 4) Berikan pujian
kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar; 5) Keluarga mampu
melakukan komunikasi dengan anak-anak pada kesempatan berkumpul keluarga
misal saat makan malam; 6) Berikan informasi kepada keluarga mengenai materi
dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet; 7) Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 8) Berikan
penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 9) Motivasi keluarga
untuk mengulang materi yang telah dijelaskan; 10) Berikan reinforcement positif
atas usaha keluarga.
Tujuan khusus kelima setelah dilakukan pertemuan sebanyak 3 x 10 menit
diharapkan keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk fasilitasi
komunikasi efektif dalam keluarga, dengan mampu 1) Menyebutkan jenis-jenis
pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk berkonsultasi masalah
komunikasi antara orang tua dan remaja; 2) Mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan untuk berkonsultasi mengenai komunikasi yang efektif antara orang tua
dan remaja dengan evaluasi kriteria respon verbal dan respon afektif.
Evaluasi standar dari tujuan khusus kelima antara lain 1) Keluarga mampu
menyebutkan pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk
berkonsultasi masalah komunikasi antara orang tua dan remaja, yaitu: Puskesmas
(Program Kesehatan Peduli Remaja), psikolog, guru wali kelas, guru BP di
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
54
sekolah; 2) Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk konsultasi
mengenai masalah komunikasi antara orang tua dan remaja.
Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga mengenai
jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk
berkonsultasi masalah komunikasi antara orang tua dan remaja yang ada disekitar
tempat tinggal; 2) Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas pelayanan
kesehatan; 3) Motivasi keluarga untuk jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat
dikunjungi; 4) Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
3.4
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga
Hasil dari intervensi diatas maka perawat dapat memberikan tindakan
keperawatan keluarga (implementasi) selama 3 kali kunjungan keluarga dan
mengevaluasi jalannya asuhan keperawatan keluarga. Pada tanggal 16 Mei 2013
jam 10.00 WIB mahasiswa datang ke rumah keluarga binaan untuk menjelaskan
tujuan kedatangan, membina trust dan mengontrak untuk pertemuan berikutnya.
Ibu. R dan An. H mengatakan bersedia dijadikan keluarga binaan, keluarga Bp. R
merasa senang dengan kedatangan mahasiswa yang memberikan penyuluhan
tentang masalah kesehatan keluarga. Keluarga Bp. R antusias dengan kedatangan
mahasiswa, Ibu. R terlihat ramah ketika mahasiswa datang, mahasiswa disuguhi
minuman dan makanan sebagai tanda perkenalan. Dan sekalian mengkaji
pengetahuan keluarga tentang remaja, mengobservasi keadaan rumah Bp. R serta
mengontrak waktu untuk pertemuan berikutnya. Saat dilakukan pengkajian pada
An. H mengatakan jarang berbicara dengan Bp. R karena menurut An. H
bapaknya itu galak dan kalau menyuruh sesuatu, misalkan belajar. An. H usia 14
tahun merupakan anak pertama dalam keluarga, Bp. R sering marah-marah
sehingga An. H malas untuk menanggapinya, Ibu. R mengatakan urusan anaknya
lebih banyak diserahkan kepada ibunya, Ibu. R mengatakan An. H merupakan
seorang anak yang tertutup, Ibu. R mengatakan bahwa An. H lebih suka
menghabiskan waktunya di dalam kamar daripada berkumpul dengan keluarga,
An. H mengatakan lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya
dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain, An. H
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
55
mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar), Bp. R juga terlihat jarang
berada dirumah, di rumahnya tidak ada yang bisa mengajarkan peran dan
tanggung jawab kepada remaja (An. H) dan An. H merupakan anak yang pendiam
dan tertutup.
Pada tanggal 24 Mei 2013 jam 13.00 WIB, pertemuan ke empat, perawat
memberikan penyuluhan kesehatan kepada keluarga Bp. R tentang mengenal
komunikasi yang efektif dengan remaja. Implementasi yang dilakukan antara lain
1) Menjelaskan kepada keluarga Bp. R, khususnya Ibu. R tentang pengertian
komunikasi keluarga yang efektif; 2) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai syarat-syarat komunikasi yang efektif dalam
keluarga; 3) Memberikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga
yang benar 4) Memberikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian
komunikasi keluarga yang efektif dan syarat-syarat komunikasi yang efektif
dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet; 5) Memberikan kesempatan
kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 6) Memberikan
penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 7) Memotivasi keluarga
untuk mengulang materi yang telah dijelaskan; 8) Memberikan reinforcement
positif atas usaha keluarga.
Membantu keluarga Bp. R untuk mengambil keputusan dalam menciptakan
komunikasi yang efektif dalam keluarga. Implementasi yang dilakukan antara lain
1) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai akibat
masalah komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga bila tidak diatasi; 2)
Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai perilaku
untuk berubah secara spesifik; 3) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga untuk memecahkan target perubahan menjadi perilaku yang
realistis, kecil, terukur, dan mempunyai rentang waktu jelas; 4) Memberikan
pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar; 5) Memberikan
informasi kepada keluarga mengenai masalah komunikasi bila tidak diatasi,
perilaku untuk berubah secara spesifik serta memecahkan target perubahan
menjadi perilaku yang realistis, kecil, terukur, dan mempunyai rentang waktu
jelas dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet; 6) Memberikan
kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 7)
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
56
Memberikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 8)
Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan; 9)
Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Membantu
keluarga
untuk
menciptakan
dan
mendemonstrasikan
komunikasi yang efektif dalam keluarga. Implementasi yang dilakukan antara lain
1) Memdiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai jenisjenis komunikasi; 2) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
keluarga
mengenai
hubungan
tumbuh
kembang
remaja
dengan
cara
berkomunikasi dengan remaja; 3) Memdiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga tentang hambatan dalam komunikasi; 4) Mendiskusikan
bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang metode untuk
merencanakan strategi dalam mengatasi hambatan dalam berkomunikasi; 5)
Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang keuntungan
komunikasi yang terbuka; 6) Menanyakan kepada keluarga, hal apa yang telah
dibicarakan dengan anggota keluarga yang remaja; 7) Memberikan pujian kepada
keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar; 8) Memberikan informasi
kepada keluarga mengenai jenis-jenis komunikasi, hubungan tumbuh kembang
remaja dengan cara berkomunikasi dengan remaja, hambatan dalam komunikasi,
metode untuk merencanakan strategi dalam mengatasi hambatan dalam
berkomunikasi, keuntungan komunikasi yang terbuka dengan menggunakan
media lembar balik dan leaflet; 9) Memberikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 10) Memberikan penjelasan
ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 11) Memotivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah dijelaskan; 12) Memberikan reinforcement positif
atas usaha keluarga.
Evaluasi untuk TUK 1, 2 dan 3 yaitu keluarga mengatakan bahwa
komunikasi yaitu pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang
atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami;
keluarga mengatakan komunikasi efektif adalah komunikasi yang berjalan dua
arah dan dapat mencapai tujuan dari komunikasi tersebut; keluarga mengatakan
syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga, antara lain mengenal diri sendiri,
mengenal diri remaja, mendengar aktif, “Pesan kamu” dan “pesan saya”,
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
57
menentukan masalah siapa; keluarga mengatakan akibat masalah komunikasi
yang tidak efektif dalam keluarga bila tidak diatasi, antara lain kenakalan remaja,
menimbulkan perubahan sikap pada diri remaja, anggota keluarga saling tertutup
satu sama lain, anak-anak remaja merasa kesepian; keluarga mengatakan jenisjenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dengan kata-kata dan komunikasi non
verbal disebut dengan bahasa tubuh; keluarga mengatakan hambatan dalam
komunikasi yaitu memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan,
memberi cap, mengancam, menasehati, membohongi, menghibur, mengkritik,
menyindir dan menganalisa; keluarga mengatakan keuntungan komunikasi yang
terbuka, yaitu menghindari konflik antara orang tua dan remaja serta mengatasi
berbagai problema yang dihadapi remaja.
Keluarga tampak memahami materi yang disampaikan terlihat dari
kemampuan keluarga dalam menjawab pertanyaan dengan baik dan fokus
mendengarkan selama penyampaian materi berlangsung. Keluarga terlihat
antusias dalam mendengarkan materi tentangan komunikasi efektif antara orang
tua dan remaja. Keluarga (Ibu. R) mampu meredemonstrasikan cara komunikasi
efektif, salah satunya dengan menggunakan “pesan saya”.
TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu mengenal
komunikasi yang efektif antara orang tua dengan remaja, mengambil keputusan
dalam
menciptakan
komunikasi
yang
efektif
dalam
keluarga
dan
mendemonstrasikan komunikasi yang efektif dengan anak remaja. Rencana untuk
pertemuan selanjutnya adalah evaluasi TUK 1, 2 dan 3 kemudian lanjutkan ke
TUK 4 dan 5.
Pada tanggal 27 Mei 2013 jam 10.00 WIB, pertemuan ke lima, perawat
mengevaluasi TUK 1, 2 dan 3 yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya
dan memberikan lanjutan penyuluhan kesehatan kepada keluarga Bp. R tentang
modifikasi lingkugan dalam menciptakan komunikasi yang efektif dalam
keluarga. Implementasi yang dilakukan antara lain 1) Mendiskusikan bersama
keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai faktor-faktor dalam diri remaja
untuk mendukung komunikasi efektif; 2) Mendiskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai faktor-faktor dalam diri orang tua untuk
mendukung komunikasi efektif; 3) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
58
diketahui keluarga mengenai faktor-faktor lingkungan untuk mendukung
komunikasi efektif. 4) Memberikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman
keluarga yang benar; 5) Memberikan informasi kepada keluarga mengenai faktorfaktor dalam diri remaja, orang tua dan lingkungan untuk mendukung komunikasi
efektif dalam keluarga; 6) Memotivasi keluarga agar mampu melakukan
komunikasi dengan anak-anak pada kesempatan berkumpul keluarga misal saat
makan malam, mengidentifikasi apakah dibutuhkan dukungan kelompok dan
keluarga
untuk
bantuan,
mengidentifikasi
keterlibatkan
keluarga
dalam
melakukan komunikasi terbuka antar anggota keluarga dengan menggunakan
media lembar balik dan leaflet; 7) Memberikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 8) Memberikan penjelasan
ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 9) Memotivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah dijelaskan; 10) Memberikan reinforcement positif
atas usaha keluarga.
Membantu keluarga Bp. R untuk mampu memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk fasilitasi komunikasi efektif dalam keluarga. Implementasi yang
dilakukan antara lain 1) Mendiskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas
kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal; 2) Memotivasi keluarga untuk
mengulang fasilitas kesehatan
yang dapat
dikunjungi; 3) Memberikan
reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan; 4) Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan.
Evaluasi untuk TUK 4 dan 5 yaitu keluarga mengatakan faktor-faktor dalam
diri remaja untuk mendukung komunikasi efektif antara lain sebelum memulai
proses komunikasi hubungan remaja dan orang tua hangat dan terbuka, remaja
telah menyatakan bersedia mengungkapkan permasalahannya, teridentifikasi
bahwa remaja berada pada kondisi yang membutuhkan bantuan orang tua untuk
memfasilitasi; keluarga mengatakan faktor-faktor dalam diri orang tua untuk
mendukung komunikasi efektif antara lain mendengar supaya remaja banyak
bicara, menerima dahulu perasaan remaja agar remaja lebih terbuka dan dihargai,
berbicara supaya didengar, mau berubah dimana orang tua memiliki waktu yang
khusus dalam mendengarkan dan berkomunikasi dengan remaja; keluarga
mengatakan faktor-faktor lingkungan untuk mendukung komunikasi efektif antara
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
59
lain diharapkan proses komunikasi dapat dilakukan di ruangan yang kondusif,
tenang, dan privacy remaja terjaga; keluarga mengatakan fasilitas yang dapat
dikunjungi, yaitu: Puskesmas (Program Kesehatan Peduli Remaja), rumah sakit,
klinik dokter, psikolog, guru wali kelas, guru BP di sekolah; keluarga mengatakan
akan mengunjungi pelayanan kesehatan untuk konsultasi masalah komunikasi
remaja.
Keluarga tampak memahami materi yang disampaikan terlihat dari
kemampuan keluarga dalam menjawab pertanyaan dengan baik dan fokus
mendengarkan selama penyampaian materi berlangsung. Keluarga terlihat
antusias dalam mendengarkan materi tentangan komunikasi efektif, khususnya
mengenai modifikasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan untuk
memfasilitasi komunikasi efektif dalam keluarga antara orang tua dan remaja.
TUK 4 dan 5 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu memodifikasi
lingkungan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memfasilitasi
komunikasi efektif dalam keluarga antara orang tua dan remaja. Rencana untuk
pertemuan selanjutnya adalah evaluasi TUK 1 – 5, kemudian lanjutkan ke TUK 1
– 3 untuk intervensi diagnosa keperawatan yang ke dua.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan TUK 1 sampai dengan 5 selama 3
kali kunjungan keluarga untuk masalah keperawatan ketidakefektifan koping pada
keluarga Bp. R khususnya masalah komunikasi inefektif, maka evaluasi secara
keseluruhan bahwa TUK 1 sampai dengan 5 tercapai, ditandai dengan keluarga
khususnya Ibu. R telah mampu mengenal komunikasi yang efektif antara orang
tua dengan remaja, mengambil keputusan dalam menciptakan komunikasi yang
efektif dalam keluarga, mendemonstrasikan komunikasi yang efektif dengan anak
remaja, keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan serta memanfaatkan
pelayanan kesehatan untuk memfasilitasi komunikasi efektif dalam keluarga
antara orang tua dan remaja.
Selain itu Ibu. R juga mengatakan dengan teknik komunikasi efektif yang
sudah dilakukan Ibu. R untuk berkomunikasi dengan anak remaja (An. H),
membuat An. H bisa lebih membuka diri, An. H juga sudah mulai mau
menceritakan masalahnya sedikit demi sedikit kepada orang tuanya. Namun Ibu.
R juga sering merasa binggung dalam merubah pola mendidik anak yang sudah
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
60
lama diterapkan, Ibu. R juga mengatakan terkadang tidak memiliki waktu banyak
dalam berbicara dengan anak remaja di rumah karena pekerjaan dan
kesibukannya. Akan tetapi, Ibu. R memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat
memecahkan masalah remaja. Hal ini dikarenakan, Ibu. R merasa selama ini
selalu dianggap cerewet dan tidak gaul oleh An. H apabila berbicara dengan
remaja atau mendiskusikan masalah-masalah remaja di keluarga mereka.
Setelah dilakukan eveluasi sumatif untuk masalah ketidakefektifan koping
pada keluarga Bp. R, juga dilakukan penilaian terhadap tingkat kemandirian
keluarga. Menurut hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang
dilakukan selama tujuh minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa
dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan
pembinaan dan kunjungan yang rutin di keluarga, mahasiswa banyak memperoleh
informasi dari keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami keluarga.
Selama tujuh minggu mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke
keluarga dan menemukan tiga masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa
keluarga termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat IV”. Kemandirian IV yaitu
keluarga yang dapat: 1) Menerima petugas puskesmas; 2) Menerima yankes
sesuai rencana; 3) Menyatakan masalah kesehatan secara benar; 4) Memanfaatkan
faskes sesuai anjuran; 5) Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran; 6)
Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif; 7) Melaksanakan tindakan
promotif secara aktif.
3.5
Intervensi Inovasi Komunikasi Efektif pada Keluarga Bp. R
Intervensi inovasi yang dilakukan pada keluarga Bp. R dengan masalah
ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R terutama masalah komunikasi
inefektif yaitu demonstrasi dalam komunikasi efektif antara orang tua dan anak
remaja. Tujuan dari implementasi intervensi inovasi ini diharapkan terciptanya
komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak remaja sehingga orang tua
dapat membangun hubungan yang harmonis dengan remaja, membentuk suasana
keterbukaan dan mendengar, membuat remaja mau bicara pada saat mereka
menghadapi masalah, membuat remaja mau mendengar dan menghargai orang tua
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
61
dan dewasa saat mereka berbicara serta membantu remaja menyelesaikan masalah
yang sedang dihadapinya.
Pada kunjungan keluarga yang ke empat pada tanggal 24 Mei 2013,
mahasiswa melakukan intervensi inovasi ini yang dilakukan dengan cara
menjelaskan dan mendemonstrasikan kepada orang tua (Ibu. R) mengenai
kemampuan yang perlu dikembangkan oleh orang tua dan orang dewasa agar
dapat menjalin komunikasi efektif dengan remaja, antara lain mengenal diri
sendiri, mengenal diri remaja, mendengar aktif, “pesan kamu” dan “pesan saya”,
menentukan masalah siapa serta mengenal dan menghindari gaya penghambat
komunikasi. Setelah mahasiswa menjelaskan dan mendemonstrasikan, kemudian
mahasiswa dan orang tua melakukan role play dengan mahasiswa berperan
sebagai anak remaja. Ketika mendemonstrasikan cara berkomunikasi yang efektif
antara orang tua dan anak remaja, Ibu. R sudah mampu dan menunjukkan sikap
sebagai orang tua yang empati, netral, menghargai remaja serta meyakinkan akan
kerahasiaan remaja pada saat proses komunikasi berlangsung. Proses komunikasi
efektif tersebut dilakukan dalam ruangan yang tenang dan kondusif untuk
menjaga privacy remaja dan keleluasaan remaja dalam mengekspresikan perasaan
atau menceritakan permasalahan yang sedang dihadapinya.
Pada pertemuan berikutnya, dilakukan evaluasi tentang penerapan
komunikasi efektif di keluarga Bp. R dan Ibu. R mengatakan sudah melatih cara
komunikasi dengan An. H dengan menggunakan “pesan saya” tetapi masih belum
sering untuk dilakukan. Saat dilakukan evaluasi, Ibu. R dapat mempraktekkan
kembali komunikasi efektif “pesan saya” dengan baik dan benar. Pada pertemuan
selanjutnya Ibu. R mengatakan sudah mempraktekkan komunikasi efektif pada
An. H.
Hasil evaluasi setelah dilakukan intervensi komunikasi efektif selama 3 kali
kunjungan keluarga adalah Ibu. R mengatakan bahwa setelah mendapatkan
penjelasan tentang cara komunikasi efektif, Ibu. R masih sulit untuk
mempraktekkan komunikasi efektif tersebut ketika berbicara dengan An. H. Ibu.
R mengatakan bahwa pada awalnya masih sering emosi ketika berbicara dengan
An. H dan menggunakan “pesan kamu” apabila An. H melakukan kesalahan.
Namun untuk pertemuan kedua Ibu. R sudah berusaha melatih komunikasi
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
62
efektifnya di rumah. Ibu. R dapat memberikan contoh dari pesan saya yaitu
“Mama merasa khawatir kalau H pulang terlambat dari sekolah dan gak ngasih
kabar ke Mama, Mama pikir terjadi sesuatu sama H dijalan, Mama sih pengennya
kalau H pulang terlambat ya ngasih kabar ke Mama”. Pada pertemuan keempat,
keluarga mengaku bahwa setelah Ibu. R mempraktekkan komunikasi efektif di
rumahnya, Ibu. R lebih bisa mengendalikan emosinya. Ibu. R berusaha untuk
menanyakan dan mendengar alasan dari An. H terlebih dahulu dan tidak lagi
menggunakan kata “kamu” pada saat bekomunikasi dengan anak remajanya. Saat
dilakukan evaluasi sumatif keluarga mengaku bahwa setelah menggunakan “pesan
saya”, An. H bisa lebih membuka diri, An. H juga sudah mulai mau menceritakan
masalah yang sedang dihadapinya sedikit demi sedikit kepada orang tuanya.
Namun Ibu. R juga sering merasa binggung dalam merubah pola mendidik anak
terutama pola komunikasi yang sudah lama diterapkan dikeluarganya. Intervensi
inovasi komunikasi efektif yang dilakukan pada keluarga Bp. R dapat
dilaksanakan dengan baik oleh keluarga meskipun belum maksimal karena An. H
belum bisa terbuka sepenuhnya kepada keluarga.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
BAB 4
ANALISIS SITUASI
4.1
Profil Lahan Praktik
Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas
wilayah sekitar 200,29 km2. Secara geografis, Kota Depok berbatasan langsung
dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Penduduk
Kota Depok pada tahun 2010 diperkirakan berjumlah 1.610.000 jiwa. Jumlah
populasi anak remaja usia SMP/ SMU di Kota Depok berdasarkan hasil cakupan
deteksi tumbuh kembang anak dan pemeriksaan siswa SMP/ SMU didapatkan
sebanyak 45.622 jiwa (www.depok.go.id, 2013).
Cisalak Pasar merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan
Cimanggis, Depok. Luas wilayah Cisalak Pasar adalah 1,71 km2. Jumlah
penduduk kelurahan Cisalak Pasar adalah 17.869 jiwa (BPS Depok, 2012). Rukun
Warga 02 (RW 02) merupakan salah satu wilayah diantara 9 RW yang saat ini
terdapat di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Wilayah
RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar terdiri dari 5 RT, dan letaknya berbatasan dengan
RW 01, RW 03, dan Kelurahan Curug.
Wilayah Kelurahan Cisalak Pasar terletak di wilayah yang cukup ramai
karena terletak di jalur utama akses Bogor – Jakarta, sehingga dilalui banyak
orang. Kelurahan Cisalak pasar juga berdekatan dengan beberapa perusahaan
besar, hal ini menyebabkan banyak warga pendatang yang tinggal di wilayah
Kelurahan Cisalak Pasar, khususnya di RW 02.
Berdasarkan laporan rekapitulasi penduduk Kelurahan Cisalak Pasar pada
bulan Mei 2012 tercatat penduduk RW 02 berjumlah 1773 jiwa, yang terdiri dari
347 kepala keluarga dan 364 remaja yang berusia 10 – 24 tahun dan belum
menikah. Jumlah penduduk remaja terbanyak terdapat di RT 02 sebesar 35,71 %
(130 remaja) dan yang paling sedikit adalah di RT 04 sebesar 9,62 % (35 remaja).
Sedangkan jumlah remaja laki-laki sebanyak 193 orang dan remaja perempuan
sebanyak 171 orang. Masalah yang menonjol pada remaja ada 3 atau biasa disebut
triad KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) yaitu seks bebas, HIV dan AIDS, dan
Napza (BKKBN, 2010). RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar merupakan wilayah
63
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
64
yang berisiko untuk terjadinya ketiga masalah tersebut karena wilayah Kelurahan
Cisalak Pasar yang berdekatan dengan ibu Kota Jakarta. Laporan tahunan Badan
Narkotika Kota Depok (2008) menyebutkan bahwa penyalahgunaan NAPZA di
Kota Depok berkisar 1,5% dari total penduduk Kota Depok, dan 75% kasus
berasal dari kelompok umur 10-18 tahun. Hasil observasi yang dilakukan penulis
dan kelompok didapatkan data bahwa terdapat tempat yang sering dijadikan
nongkrong para remaja di malam hari. Kehamilan Tidak Diinginkan juga sering
terjadi di RW ini dimana ada 10 kasus KTD dalam satu tahun. Delapan belas
remaja di RW 2 diambil untuk dibina. Data yang diperoleh bahwa dari 7 orang
remaja lelaki yang diambil 6 diantaranya pernah mencoba untuk merokok.
Sedangkan 50% dari 18 remaja mengaku sudah pernah berpacaran. Hasil
pengkajian juga dapat diketahui bahwa dari 18 remaja yang diambil sebagai
keluarga binaan mengaku jarang berbincang-bincang atau bercerita dengan orang
tuanya. Padahal komunikasi yang baik antara orang tua atau orang dewasa
dengan anak remaja adalah kunci utama untuk menguraikan permasalahan yang
terjadi pada mereka. Melihat pentingnya komunikasi efektif antara remaja dan
orang tuanya, maka peneliti terdorong untuk melakukan asuhan keperawatan
keluarga dengan anak remaja pada keluarga Bp. R dengan masalah koping
keluarga tidak efektif (komunikasi infektif) di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak
Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok karena remaja ini (An. H) mengaku
tidak pernah menceritakan masalah yang dihadapinya pada orang tua. An. H juga
mengatakan lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya
dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain. Selain itu, An. H
mengaku sudah memiliki teman dekat wanita (pacar).
4.2
Analisis Masalah Keperawatan
4.2.1 Analisis Masalah Terkait Konsep KKMP
Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan tidak hanya menangani
suatu permasalahan yang membutuhkan adanya penyembuhan dari suatu
masalah kesehatan/ penyakit tetapi juga adanya upaya pencegahan. Oleh
karena itu di lingkup keperawatan kesehatan masyarakat penkotaan
mencakup peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
65
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan
(rehabilitatif), dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik
individu, keluarga dan kelompok-kelompok masyarakat ke lingkungan
sosial dan masyarakat (resosialitatif).
Pada umumnya kota diasosiasikan dengan pengangguran, kemiskinan,
polusi, kebisingan, ketegangan mental, kriminalitas, kenakalan remaja,
seksualitas dan sebagainya. Menurut bentuknya, Sunarwiyati (2005)
membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan; (1) kenakalan biasa,
seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah
tanpa pamit; (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan
seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa
izin; (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks
diluar nikah, pemerkosaan dan lain-lain.
Masalah yang biasanya terjadi pada remaja di perkotaan adalah
pencurian, penipuan, perampokan, pencopetan, suka minum-minuman keras
sampai mabuk dan perbuatan-perbuatan ringan lain, seperti pertengkaran
sesama anak dan tawuran antar pelajar di kota-kota besar, seks bebas dan
penyalahgunaan NAPZA. Hal ini dikarenakan oleh pergaulan dikota yang
semakin bebas dan berkembangnya trend yang salah seperti “kalau tidak
merokok tidak jantan dan keren”.
Permasalahan remaja di RW 02, Kelurahan Cisalak Pasar, Depok
cukup banyak seperti seks bebas yang berujung pada KTD, merokok, dan
remaja yang setiap malam nongkrong. Masalah remaja yang terjadi dapat
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor yang dapat
mempengaruhi dari internal adalah krisis identitas dan kontrol diri yang
lemah. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi masalah pada
remaja adalah keluarga, teman sebaya dan lingkungan.
Masalah remaja yang terjadi di RW 02 sebagian besar disebabkan oleh
pengaruh teman sebaya dan tidak efektifnya komunikasi orang tua dengan
remaja. Remaja yang pernah merokok mengaku mencoba merokok karena
ajakan dari teman-teman di lingkungan sekolah dan rumah untuk mencoba
merokok. Penyebab lainnya adalah kurangnya komunikasi antara orang tua
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
66
dan anak remajanya. Para remaja mengaku bahwa jarang berbincangbincang dengan keluarganya. Remaja juga
merasa takut
apabila
menceritakan masalahnya kepada orang tua dan cenderung tertutup terhadap
orang tua. Remaja juga mengaku kadang percakapan dengan orang tua akan
berakhir dengan ketegangan. Cara berkomunikasi orang tua cenderung
membentak atau menyalahkan apabila mereka melakukan kesalahan atau
tidak menuruti perkataan orang tua. Remaja juga mengaku bahwa lebih
senang dan terbuka bercerita kepada temannya dari pada dengan orang tua
atau keluarganya.
Salah satu karakteristik dari keperawatan masyarakat perkotaan adalah
menekankan terhadap pencegahan akan masalah serta adanya promosi
kesehatan dan kesejahteraan diri. Pencegahan kenakalan remaja yang
banyak terjadi di perkotaan dapat dilakukan dengan teknik komunikasi
efektif antara orang tua dan anak remaja, karena salah satu penyebab
kenakalan remaja adalah komunikasi inefektif antara orang tua dan remaja.
Komunikasi yang diterapkan oleh keluarga sangatlah berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian seorang anak. Komunikasi yang terjalin dalam
keluarga sangat penting agar perubahan dan permasalahan yang terjadi
dapat dideteksi semenjak dini. Ibu. R mengatakan An. H memiliki
kepribadian yang tertutup, hal tersebut didukung dengan pola komunikasi
keluarga yang kurang terbuka. Baik Ibu. R maupun Bp. R jarang
berkomunikasi dengan An. H untuk membicarakan masalah pribadi yang
sedang dihadapi An. H, hal tersebut lah yang menjadikan An. H tidak
merasa nyaman untuk mendiskusikan masalah yang sedang dialaminya
kepada orang tuanya.
4.2.2 Analisis Masalah Terkait Konsep Remaja
Masalah remaja yang ditemukan pada keluarga Bp. R khususnya An.
H adalah ketidakefektifan koping. An. H mengaku bahwa dirinya sudah
memiliki pacar tetapi orang tuanya tidak mengetahui. Hal ini dikarenakan
An. H belum diizinkan oleh orang tuanya untuk berpacaran sehingga apabila
orang tuanya mengetahui kalau dirinya sudah berpacaran akan dimarahi.
An. H juga lebih senang menceritakan masalah pribadinya kepada teman-
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
67
temannya dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain.
Ibu. R mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibunya,
Ibu. R juga mengatakan An. H merupakan seorang anak yang tertutup dan
lebih suka menghabiskan waktunya di dalam kamar daripada berkumpul
dengan keluarga.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa, seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai
kanak-kanak namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan
dewasa. Pada masa ini remaja relatif belum mencapai tahap kematangan
mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan
emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak perubahan-perubahan
dalam pertumbuhan dan perkembangan yang dialami remaja, mencakup
fisik, mental, emosi dan perilaku sosial. Oleh karena itu, remaja sangat
rentan sekali mengalami masalah-masalah psikologis dan fisiologis.
Masalah tersebut yang akan berakibat pada masalah kesehatan pada
remaja (Santrock, 2007).
Masalah-masalah yang terjadi pada remaja tidak dapat terlepas dari
pengaruh interaksi dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial
terhadap berkembangnya masalah-masalah remaja dan orang-orang yang
berasal dari berbagai usia lainnya. Menurut pendekatan biologis, masalah
yang terjadi pada remaja dapat berkaitan dengan perubahan yang terjadi
pada tubuhnya. Sedangkan faktor-faktor psikologis yang dianggap sebagai
sebab timbulnya masalah remaja adalah gangguan berpikir, gejolak
emosional, proses belajar yang keliru, dan relasi yang bermasalah.
Selanjutnya faktor sosial yang melatarbelakangi timbulnya masalah pada
remaja yaitu berasal dari latar belakang budaya, social-ekonomi, latar
belakang keluarga, dan lingkungan (Santrock, 2007).
Masa remaja awal merupakan masa transisi dari masa anak-anak
yang biasanya tidak menyenangkan, dimana dengan meningkatnya
kesadaran diri (self consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik,
psikis maupun sosial pada remaja sehingga remaja mengalami perubahan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
68
emosi ke arah yang negatif menjadi mudah marah, tersinggung bahkan
agresif. Selain hal tersebut, remaja juga menjadi sulit bertoleransi dan
berkompromi
dengan
lingkungan
sekitar
sehingga
cenderung
memberontak dan terjadi konflik. Masa remaja awal ini juga remaja senang
bereksperimen dalam pakaian, gaya yang dianggap tidak ketinggalan
zaman dan senang membentuk kelompok sebaya yang sesuai dengan
mereka. Rasa keterikatan dengan kelompoknya ini sangat penting bagi
remaja, sehingga cenderung mengikuti apa yang dipakai oleh kelompoknya
karena keinginan untuk tampak sama dan dianggap dalam kelompok
pergaulan. Konsumsi obat (narkoba) juga dapat berkaitan dengan alasan
sosial, yang membantu remaja merasa lebih nyaman dan menikmati
kebersamaan dengan orang lain (Ksir, Hart, & Ray dalam Santrock, 2007).
Hal ini sesuai dengan An. H yang masih berusia 14 tahun, Ibu. R
mengatakan An. H mudah marah dan tersinggung jika orang tua ingin tahu
lebih banyak tentang kehidupan An. H, An. H juga memiliki teman
kelompok sebaya di lingkungan rumah dan sekolahnya.
Faktor keluarga juga sangat berpengaruh terhadap timbulnya
kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya
perhatian orangtua terhadap aktivitas remaja, kurangnya penerapan disiplin
yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu
timbulnya kenakalan remaja. Ibu. R mengaku bahwa mereka jarang
berbincang-bincang dengan An. H. Ibu. R cenderung lebih fokus terhadap
anak-anak mereka yang lebih kecil sehingga kadang pengawasan mereka
terhadap anaknya kurang. Ibu. R tidak mengetahui kegiatan apa saja yang
biasanya dilakukan oleh An. H. Selain itu, Ibu. R juga mengakui bahwa
apabila anak mereka ketahuaan melakukan kesalahan langsung dimarahi
terutama oleh ayahnya. Hal inilah yang membuat anak remaja cenderung
tertutup terhadap dan tidak mau bercerita kepada orang tuanya.
4.3
Analisis Intervensi Inovasi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
69
Banyak permasalahan yang sering timbul pada keluarga dengan tahap
perkembangan anak remaja karena pada tahap ini, anak berusaha mencari identitas
diri, sehingga mereka sering membantah orang tuanya, karena mulai mempunyai
pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang
tuanya. Orang yang dianggap penting pada usia ini adalah teman sebaya, mereka
berusaha untuk mengikuti pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap
memiliki kesamaan dengan dirinya, sehingga pada usia ini sering terlibat dalam
geng-geng. Perubahan perkembangan yang terjadi pada remaja, sering
mengakibatkan remaja tersebut mengalami keadaan tertekan (stress). Kemampuan
remaja mengatasi berbagai masalah sehingga tidak stress sangat ditentukan oleh
seberapa besar dukungan dari keluarga terutama orang tuanya. Semakin besar
dukungan yang diperoleh remaja dalam mengatasi berbagai masalahnya, semakin
rendah kemungkinannya remaja mengalami stress sehingga terhindar dari
gangguan dalam perilakunya (Setiadi, 2008). An. H mengaku ketika sedang
menghadapi
masalah
lebih
senang
bercerita
kepada
temannya
dan
menyelesaikannya sendiri. Ibu. R juga mengatakan bahwa dirinya jarang
berbincang-bincang dengan An. H dan lebih sibuk mengurus rumah tangga serta
mengasuh adik dari An. H.
Komunikasi efektif antara orang tua dan remaja memberikan kesempatan
saling mengungkapkan isi hati atau kekesalan yang dirasakan serta harapan yang
diinginkan, karena pada hakekatnya seorang anak dalam pertumbuhan dan
perkembangannya membutuhkan uluran tangan orang tua. Orang tua bertanggung
jawab dalam mengembangkan kemampuan anak termasuk kebutuhan fisik dan
psikis sehingga seorang remaja dapat tumbuh dan berkembang kearah kepribadian
yang matang (Gunarsa, 2004). Hasil studi penelitian yang dilakukan oleh Indarsita
(2002) dengan metode cross sectional dengan sampel 107 siswa SMP X, 28 %
memiliki risiko terhadap masalah reproduksi. Proporsi remaja yang tidak pernah
berkomunikasi dengan orang tua (33,8 %) memiliki risiko lebih besar
dibandingkan dengan proporsi remaja yang berkomunikasi dengan orang tua.
Penelitian yang dilakukan pada 233 mahasiswa di Amerika Serikat dan 187
Mahasiswa di Singapura yang berusia antara 18-27 tahun juga mendapatkan hasil
antara lain; 1) Nilai-nilai keluarga yang kuat akan menurunkan perilaku berisiko
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
70
pada remaja. 2) Keterikatan keluarga yang kuat dan pola komunikasi yang terbuka
akan mendorong remaja untuk lebih sering mendiskusikan perilaku berisiko
dengan orang tua mereka. 3) Peningkatan dalam pembicaraan keluarga tentang
perilaku yang berisiko akan menurunkan kecenderungan remaja terhadap perilaku
tersebut. 4) Perilaku berisiko pada remaja cenderung meningkat pada saat orang
tua tidak mendampingi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dewi (2008)
menyatakan bahwa persepsi terhadap komunikasi efektif dalam keluarga dengan
mengontrol kondisi stress yang dialami remaja memberikan sumbangan efektif
sebesar 10,8 % terhadap kecenderungan kenakalan remaja. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Putri (2009) menyebutkan bahwa persepsi remaja tentang
komunikasi keluarga berhubungan dengan perilaku kenakalan remaja. Semakin
baik persepsi remaja tentang komunikasi keluarga menunjukkan hubungan antar
anggota keluarga harmonis sehingga minim terjadi kenakalan remaja.
Melihat fenomena-fenomena hubungan antara komunikasi efektif dengan
berbagai permasalahan remaja yang ada, maka komunikasi yang efektif antara
orang tua dengan anak remajanya memang sangat diperlukan untuk menurunkan
perilaku berisiko remaja. Komunikasi orang tua dengan remaja pada dasarnya
harus terbuka, walaupun remaja lebih cenderung terbuka dengan teman
sebayanya. Komunikasi yang terbuka antara orang tua dan An. H diharapkan
dapat menghindari kesalahpahaman antara orang tua dengan An. H, selain itu juga
agar ketika sedang menghadapi masalah An. H mau bercerita kepada keluarga
terutama orang tuanya dan tidak menyelesaikannya masalah tersebut sendirian.
4.4
Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan
Melihat hasil dari program komunikasi efektif antara orang tua dan remaja
yang dilakukan pada keluarga Bp. R, setelah dilakukan inovasi intervensi ada
sedikit perubahan yang terjadi antara sebelum dan sesudah dilakukannya program
tersebut, antara lain An. H yang semula sangat pendiam dan tertutup terutama
untuk masalah pribadinya saat ini sudah bisa lebih membuka diri, An. H juga
sudah mulai mau menceritakan masalah yang sedang dialaminya sedikit demi
sedikit kepada orang tuanya. Untuk lebih memaksimalkan hasil yang diharapkan,
maka diperlukan alternatif pemecahan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
71
masalah ketidakefektifan koping khususnya masalah komunikasi inefektif antara
orang tua dan remaja yaitu dengan kegiatan pemberian dukungan sosial kepada
remaja dalam bentuk empowerment.
Empowering atau pemberdayaan adalah suatu kegiatan dengan melibatkan
masyarakat secara aktif untuk menyelesaikan masalah yang ada, masyarakat
sebagai subjek dalam menyelesaikan masalah (Stanhope & Lancaster, 2004;
Hitchock, Schuber & Thomas, 1999). Permasalahan komunikasi inefektif antara
orang tua dan remaja dapat diselesaikan dengan adanya suatu forum dari luar
sistem remaja melalui pembentukan social support group. Orang tua sebagai
bagian dari sistem keluarga dimana remaja tinggal selama 24 jam di rumah dapat
diupaya untuk meningkatkan kontrol dalam pengambilan keputusan pada level
individual, keluarga, komunitas dan masyarakat. Perawat dapat menggunakan
strategi
pemberdayaan
untuk
membantu
masyarakat
mengembangkan
keterampilan dalam menyelesaikan masalah, menciptakan jejaring, negosiasi,
lobbying, dan mendapatkan informasi untuk meningkatkan.
Peningkatan
aksesibilitas
sumber-sumber
untuk
problem
solving
komunikasi efektif dengan remaja dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
keberfungsian pola koping keluarga dengan dukungan dari komunitas melalui
forum diskusi antara orang tua dan remaja dalam memfasilitasi permasalahan
yang dihadapi oleh remaja. Selain itu juga memberikan penjelasan kepada
keluarga mengenai tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja,
pemberdayaan keluarga atau orang tua dalam memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan remaja dalam lingkungan keluarga yang aman, kondusif, dan
menjaga privacy remaja.
Program ini membutuhkan partisipasi yang aktif dari semua elemen yang
ada di masyarakat. Elemen masyarakat diberdayakan seoptimal mungkin dalam
menjalankan program meningkatkan keberfungsian pola koping keluarga untuk
menjadi keutuhan sistem yang ada di komunitas. Elemen di masyarakat seperti
remaja, kelompok remaja, keluarga, dan masyarakat perlu diberdayakan dan
diorganisasi dengan baik sehingga akan didapatkan sumber tenaga atau daya
dalam menjalankan program ini.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
BAB 5
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Bp. R yang
bertempat tinggal di wilayah RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan
Cimanggis Kota Depok maka dapat disimpulkan hasil pengkajian awal yang
menggambarkan
faktor-faktor
yang
berkontribusi
terhadap
masalah
ketidakefektifan koping keluarga terutama masalah komunikasi yaitu pola
komunikasi antar remaja dan orang tua yang tidak efektif, yaitu Ibu. R
mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibunya, An. H
merupakan seorang anak yang tertutup dan lebih suka menghabiskan waktunya di
dalam kamar daripada berkumpul dengan keluarga, Bp. R memang agak keras
untuk mendidik anak-anaknya, An. H mengaku tidak pernah menceritakan
masalah yang dihadapinya pada orang tua, terkadang percakapan dengan orang
tua akan berakhir dengan ketegangan, An. H lebih suka menceritakan masalahnya
kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya
yang lain, saat ini An. H mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar),
dan orang tuanya tidak mengetahui hal itu, Bp. R sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara kepada anaknya.
Tersusun tiga masalah keperawatan keluarga pada keluarga Bp. R, yaitu (1)
Ketidakefektifan koping keluarga Bp. R; (2) Ketidakefektifan performa peran
remaja pada keluarga Bp. R khususnya An. H; (3) Risiko penurunan prestasi
belajar pada keluarga Bp. R khususnya An. H. Rencana program dalam mengatasi
masalah ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R terutama masalah
komunikasi yaitu dengan program yang diberi nama komunikasi efektif antara
remaja dan orang tua. Program ini diimplementasikan kedalam suatu bentuk
intervensi keperawatan keluarga serta aktivitas kegiatan di komunitas yang
melibatkan keluarga Bp. R dalam bentuk pendidikan kesehatan, partnership dan
empowerment.
Rencana
tindakan
yang
disusun
untuk
menyelesaikan
masalah
ketidakefektifan koping keluarga terutama masalah komunikasi di keluarga Bp. R,
72
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
73
mahasiswa mampu melaksanakan semua rencana yang ada walaupun dalam
pelaksanaannya masih ada kendala. Kegiatan komunikasi efektif antara remaja
dan orang tua ini dilakukan melalui strategi pendekatan berupa pendidikan
kesehatan, partnership, dan empowerment. Pada akhir praktik melalui eveluasi
sumatif,
terevaluasi
adanya
peningkatan
pengetahuan
keluarga
tentang
komunikasi efektif, keterampilan orang tua dalam berkomunikasi efektif dengan
anak remajanya, serta ada sedikit perubahan yang terjadi antara sebelum dan
sesudah dilakukannya program komunikasi efektif antara orang tua dan remaja
tersebut, antara lain An. H yang semula sangat pendiam dan tertutup terutama
untuk masalah pribadinya saat ini sudah bisa lebih membuka diri, An. H juga
sudah mulai mau menceritakan masalah yang sedang dialaminya sedikit demi
sedikit kepada orang tuanya. Pada evaluasi program keperawatan keluarga sangat
efektif dalam merubah komunikasi inefektif antara orang tua dan remaja karena
orang tua lebih mau mendengar supaya remaja banyak bicara serta menerima
terlebih dahulu perasaan remaja agar remaja lebih terbuka dan dihargai, sehingga
ketidakefektifan koping keluarga dapat teratasi.
5.2
Saran
Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan
permasalahan ketidakefektifan koping keluarga terutama masalah komunikasi
inefektif antara orang tua dan remaja yaitu:
5.2.1 Pengambil Kebijakan
Perlunya kejasama antara remaja, keluarga, tokoh masyarakat, dan
puskesmas dalam membina masalah remaja. Kerja sama ini dapat disusun
dan diaspirasikan kedalam suatu aktivitas kegiatan yang disusun oleh remaja
dan disetujui serta diketahui oleh keluarga dan masyarakat. Kegiatan yang
dilakukan bisa berbentuk aktivitas keagamaan, keolahragaan ataupun
kegiatan sosial sehingga remaja dapat mengekspresikan kreasi dan
masalahnya melalui kelompok tersebut. Selain itu juga perlunya kerjasama
antar pihak Kelurahan dan Puskesmas dalam memberikan pelayanan
kesehatan peduli remaja (PKPR). Kegiatan dapat dimulai dengan
pembentukan klinik konseling remaja di puskesmas.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
74
Perlunya pembuatan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan
ketrampilan remaja dalam menghasilkan sesuatu sesuai dengan identifikasi
keadaan wilayah masing-masing RW. Kegiatan ketrampilan tersebut seperti
pembentukan kelompok remaja yang mengajarkan dan melatih keterampilan
remaja yang dapat diandalkan dan mengisi waktu luang di luar jam sekolah.
5.2.2 Perawat Komunitas
Perawat komunitas dapat melakukan tindakan prevensi dalam upaya
untuk menekan faktor risiko yang mempengaruhi ketidakefektifan koping
keluarga seperti komunikasi inefektif. Perawat komunitas perlu memberikan
fasilitas bagaimana komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak
uasia remaja dalam masa transisi.
5.2.3 Keluarga
Keluarga
lebih
mengoptimalkan
dalam
memfasilitasi
tugas
perkembangan keluarga seperti menjaga komunikasi yang terbuka antara
orang tua dengan remaja, memberikan kebebasan yang bertanggung jawab
pada remaja untuk aktifitas sehari-hari baik dalam keluarga maupun dalam
masyarakat. Memberikan kebebasan berpendapat pada remaja dan adanya
tata aturan yang jelas dalam keluarga berdasarkan kesepakatan bersama
antara masing-masing anggota keluarga.
5.2.4 Remaja
Peran remaja di masyarakat dapat dioptimalkan melalui pembentukan
kader remaja sebagai peer edukator dalam memfasilitasi kegiatan
pendidikan kelompok sebaya di masyarakat melalui pelatihan secara
terstruktur yang bekerja sama antara masyarakat, puskesmas dan dinas
kesehatan. Perawat komunitas juga dapat mengoptimalkan peran kader
kesehatan di masyarakat dalam melakukan pembinaan remaja di keluarga
melalui pengoptimalan kembali fungsi dari BKR (Bina Keluarga Remaja) di
masyarakat. Hal ini semua membutuhkan monitoring dan evaluasi kegiatan
secara seksama dari perawat komunitas dan puskesmas selaku pengampu
pelayanan kesehatan di daerah setempat.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M., & Asrori, M. (2010). Psikologi remaja: Perkembangan peserta didik.
Edisi ke-6. Jakarta: Media Grafika.
Allender, J. A., & Spredley, B. W. (2005). Community health nursing: promoting
and protecting the public’s health. 6th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins.
Anderson, E. T., & Mc.Farlane, J. M. (2000). Community health and nursing,
concept and practice. Lippincott: California.
Aprilia, K. (2007). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku
agresi
pada
remaja.
Style
Sheet
http:
malang.ac.id/thesis/chapter_i/08410087-riza-amalia.ps.
http://lib.uinDiakses
pada
tanggal 28 Juni 2013.
Bintarto. (2000). Interaksi desa-kota. Jakarta: Ghalia Indonesia.
BKKBN. (2002). Teknik berkomunikasi dengan remaja. Jakarta.
________. (2012). Laporan situasi kependudukan dunia tahun 2012. Jakarta.
________. (2009). Pusat Informasi dan Konseling remaja (PIK Remaja). Jakarta:
Direktorat remaja dan perlindungan hak-hak reproduksi.
Carpenito, L. J. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi ke-8. Alih
Bahasa Ester M. Jakarta: EGC.
Clemen-stone, S., McGuire, S. L., & Eigsti, D. G (2002). Comprehensive
community health nursing: Family, aggregate, & community practice. 6th
Ed. St. Louis: Mosby, Inc.
Depkes RI. (2004). Sistem kesehatan nasional. Jakarta.
Dewi, E. N. (2008). Persepsi terhadap komunikasi efektif dalam keluarga, stres
dan
kecenderungan
kenakalan
pada
remaja.
Dalam
http://ebookbrowse.com/uii-skripsi-persepsi-terhadap-ko-03320150-ervanovasari-dewi-3996587172-abstract-pdf-d427011075. Diakses pada tanggal
25 Juni 2013.
Duvall, E & Miller, C. M. (1985). Marriage and family development. 6th Ed. New
York: Harper & Row Publisher.
Effendy, (2000). Dinamika komunikasi remaja. Edisi ke-4. Bandung: Rosdakarya.
75
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
76
Effendy. (2002). Komunikasi teori dan praktek. Jakarta: Grasindo Rosdakarya.
Fauzi. (2010). Relefansi pengetahuan seks dan komunikasi orang tua dan anak
dengan
perilaku
seksual
pranikah
remaja.
Dalam
http://webcache.googleusercontent.com. Diakses pada tanggal 1 Juli 2013.
Fiona. (2008). Parent adolescent communication and adolescent decision-making,
Journal
of
family
studiets.
P41-56.
Vol
2.
Dalam
http://jfs.e-
contentmanagement.com. Diakses pada tanggal 2 Juni 2013.
Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. J. (2003). Family nursing: research
theory and practice. 5th Ed. New Jersey: Prentice Hall.
Gunarsa. (2004). Psikologi praktis: Anak, remaja dan keluarga. Jakarta: Gunung
Mulia.
Gunarsa & Gunarsa. (2008). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta:
Gunung Mulia.
Haniman, F. (2000). Citra diri dan kenakalan remaja pada siswa SMU. K (SLTS)
peringkat tinggi dan peringkat rendah di Surabaya. Indonesia psychological
journal: Anima, vol 15 no 3.
Hurlock, E. B (1998). Development psychology: a life span approach. 5th Ed.
London: McGraw Hill Inc.
Indarsita, D. (2002). Hubungan faktor eksternal dengan perilaku remaja dalam
kesehatan reproduksi di SLTP Medan. Dalam http://respiratory.usu.ac.id.
Diakses pada tanggal 4 juni 2013.
Keliat, B. A., dkk (2005). Modul basic course community health nursing. Tidak
dipublikasikan. Jakarta: FIK UI.
Mubarak, dkk. (2009). Ilmu keperawatan komunitas: Konsep dan aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.
NANDA. (2012). Panduan diagnosa keperawatan NANDA 2012-2014 definisi
dan klasifikasi. Philadhelpia.
Potter, P. A & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses dan praktik. Jakarta: EGC.
Purwanto, H. (1999). Pengantar perilaku manusia untuk keperawatan. Jakarta:
EGC.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
77
Putri, A. A. (2009). Hubungan antara persepsi remaja tentang komunikasi
keluarga dengan kenakalan remaja putra di SMK Pelita Nusantara 2
Semarang. Dalam http://eprints.undip.ac.id/8738/. Diakses pada tanggal 25
Juni 2013.
Riswandi. (2009). Ilmu komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak edisi kesebelas jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Setiadi. (2008). Konsep dan proses keperawatan keluarga edisi pertama.
Yogyakarta: Graha ilmu.
Slameto. (2006). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community health nursing. 4th Ed. St Louis:
Missouri & Mosby Co.
Subekti, I., Harsoyo, S. (2005). Asuhan keperawatan komunitas konsep proses
dan pendekatan pengorganisasian masyarakat. Malang: Buntara Media.
Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Tim Pembina UKS. (2004). Pedoman pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) untuk guru di Jawa Barat. Bandung: Tim Pembina UKS Provinsi
Jawa Barat.
Utomo, A. R., dkk. (2003). Studi tentang intensi agresi di kalangan siswa Sekolah
Menengah Umum (SMU) di kota Bandung. Jurnal psikologi. Bandung:
Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran. Vol 11. No 1.
Walgito, B. (2004). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Wursanto, 2007. Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Grasindo.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Lampiran 1: Asuhan Keperawatan Keluarga
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1
Pengkajian
a. Data Umum:
1.
Nama Keluarga (KK): Bp. R
2.
Jenis Kelamin: Laki-laki
3.
Pendidikan Terakhir: SMP
4.
Usia: 38 tahun
5.
Pekerjaan: Buruh
6.
Alamat: RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kec. Cimanggis
7.
Komposisi Keluarga:
No
1
2
3
4
5
Jenis
Kelamin
Ibu. R
Perempuan
An. H
Laki-laki
An. F
Perempuan
An. L
Perempuan
Nenek. R Perempuan
Nama
Hubungan
dgn KK
Istri
Anak 1
Anak 2
Anak 3
Ibu
Usia
30 thn
14 thn
12 thn
9 thn
61 thn
Pendidikan
SMP
SMP kls 2
SD kls 6
SD kls 3
SD
Genogram:
Nenek. R
61 thn
Bp. R
38 thn
An. H
14 thn
Ibu. R
30 thn
An. F
11 thn
An. L
9 thn
78
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
Keterangan:
: Laki-laki
: Cerai
: Perempuan
: Tinggal dalam satu rumah
: Remaja/ pasien kelolaan
8.
Tipe Keluarga:
Keluarga Bp. R termasuk tipe keluarga extended family (keluarga
luas/ besar). Keluarga Bp. R (38 tahun) terdiri dari Bp. R, Ibu R,
ketiga anaknya dan ibu dari Bp. R yaitu Nenek. R (61 tahun).
9.
Suku Bangsa:
Bp. R berasal dari Jakarta (Betawi) dan istrinya, Ibu. R juga
berasal dari Jakarta (Betawi). Bahasa dominan yang mereka
gunakan sehari-hari di rumah adalah bahasa Indonesia. Saat di luar
rumah pun mereka menggunakan bahasa Indonesia dalam
percakapan. Ibu. R mengatakan keluarganya tidak memiliki
kebiasaan khusus yang mempengaruhi status kesehatan keluarga
yang diajarkan turun-temurun.
10. Agama:
Seluruh keluarga Bp. R beragama Islam. Kegiatan ibadah
keagamaan keluarga Bp. R yaitu sholat lima waktu dan puasa
dilakukan. Menurut keluarga Bp. R, agama berperan sangat penting
dalam kehidupan mereka, bahkan dalam hal kesehatan. Ketika ada
anggota keluarga yang sedang sakit, keluarga juga selalu
mendoakan untuk kesembuhan anggota keluarga yang sakit
tersebut.
11. Status Sosek Keluarga:
Di keluarga Bp. R, pencari nafkah utama di keluarga adalah Bp. R
yang bekerja sebagai buruh dengan penghasilan 2.000.000 –
2.500.000 setiap bulan. Selain itu Bp. R juga masih aktif sebagai
pembawa acara/ MC di acara-acara pernikahan, maka dari itu Bp. R
terlihat jarang berada dirumah. Ibu. R sehari-hari membuka warung
yang menjual kebutuhan sehari-hari dan makanan ringan di
79
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
rumahnya dengan penghasilan perhari menurut Ibu. R adalah
50.000-an. Keperluan keluarga sehari – hari adalah untuk makan
dan jajan An. H, An. F dan An. L. Ibu. R mengatakan bahwa
dirinya merasa cukup dengan penghasilan suaminya saat ini. Bp. R
saat ini memiliki tabungan atau dana kesehatan dari tempatnya
bekerja.
12. Aktivitas Rekreasi Keluarga:
Keluarga Bp. R tidak memiliki jadwal khusus untuk rekreasi
keluarga, hanya sesekali anaknya mengajak berwisata. Waktu
liburan biasanya disesuaikan dengan jadwal libur kerja dan libur
anak sekolah, tetapi sekarang jarang dilakukan, hanya jika ada
waktu saja keluarga pergi rekreasi. Ibu. R juga mengatakan
biasanya dirinya berkunjung ke rumah kerabat yang letak
rumahnya berdekatan dengan rumah keluarga Bp. R. Di rumah,
Ibu. R mengatakan keluarganya dapat menikmati hiburan melalui
TV dan radio yang tersedia di rumahnya. An. H mengatakan jika
banyak kegiatan dan membuat dirinya stress maka dia akan main
keluar dengan teman-temannya, biasanya nongkrong sambil
mengobrol tidak jelas, main ke warnet atau rental PS dan menonton
balapan motor. An. H juga mengatakan sering main dengan temantemannya hingga malam hari.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
13. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini:
Termasuk keluarga dengan remaja. Tugas perkembangan keluarga
dengan anak remaja yang dilakukan oleh keluarga antara lain:
a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan mandiri.
Keluarga sudah memberikan kesempatan bagi An. H untuk
memilih apa yang ingin dilakukan. An. H mengatakan tanggung
jawabnya adalah belajar dan membantu orang tua, itupun jarang
dilakukan atas kemauannya sendiri. An. H sudah memiliki cita80
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
cita, yaitu menjadi seorang pemain bola, tetapi hanya sebatas
harapan dan tidak tahu bagaimana cara mencapai tujuannya.
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
Pernikahan Bp. R dan Ibu. R saat ini sudah berlangsung selama
15 tahun, anaknya yang paling kecil sudah memasuki usia
sekolah. Saat ini, Ibu. R dan Bp. R mengatakan untuk berusaha
membesarkan
ketiga
anaknya
dengan
memenuhi
segala
kebutuhan mereka.
14. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi:
a. Berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak.
Ibu. R mengatakan bahwa An. H adalah anak yang pendiam dan
jarang berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat memasuki
usia remaja, An. H sudah mulai jarang berkumpul dengan
keluarga, jika berada di rumah An. H banyak menghabiskan
waktunya di dalam kamarnya. An. H mengatakan jarang
berbicara dengan Bp. R karena menurut An. H bapaknya itu
galak dan kalau menyuruh sesuatu, misalkan belajar, Bp. R
sering
marah-marah
sehingga
An.
H
malas
untuk
menanggapinya. Ibu. R mengatakan sebenarnya Bp. R baik,
tetapi memang agak keras untuk mendidik anak-anaknya. Ibu. R
juga mengatakan bahwa An. H sulit untuk diatur semenjak
memasuki SMP. An. H mengatakan tidak mengetahui tugas
perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja,
karena sebelumnya tidak pernah mendapatkan informasi
mengenai tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya
sebagai remaja.
15. Riwayat Keluarga Inti:
Bp. R dan Ibu. R menikah pada tahun 1998, dan anak pertamanya
lahir setahun kemudian. Ibu. R dan Bp. R baru memutuskan
memakai kontrasepsi setelah kelahiran anak ke-3. Jenis kontrasepsi
yang dipilih adalah pil KB.
81
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
16. Riwayat Keluarga Sebelumnya:
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menurun. Bila sakit,
keluarga Bp. R pergi ke dokter swasta langganan keluarga. Tidak
ada pola makan atau jenis makanan yang dibatasi.
c. Lingkungan
17. Karakteristik Rumah:
Rumah yang ditinggali Bp. R sekeluarga adalah rumah permanen
peninggalan orang tua Bp. R yang berukuran 70 m2. Desain interior
rumah terbagi menjadi 6 ruangan, yang paling depan adalah ruang
tamu. Lalu, 3 ruang tidur dan yang paling belakang adalah dapur
dan kamar mandi. Kamar tidur 1 digunakan oleh Bp. R dan Ibu. R,
sedangkan 2 kamar tidur lainnya digunakan oleh anak-anak dan
Nenek. R yang tinggal bersama Bp. R dan Ibu. R. Lantai rumah
terbuat dari keramik. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih
berukuran 1,5 x 1 meter di depan samping pintu masuk. Namun,
jendela yang terlihat selalu terbuka ini jarang dibersihkan. Warna
dinding rumah adalah putih yang kondisinya cukup bersih. Kondisi
rumah, tampak rapi dan bersih dan terdapat beberapa perabot
rumah yang sesuai. Sumber air yang digunakan oleh keluarga
berasal dari tanah (sanyo) sehingga airnya tidak berasa, tidak
berwarna, dan tidak berbau. Pada saat hari mulai gelap,
pencahayaan lampu dalam rumah Bp. R terbilang terang.
82
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
Denah rumah Bp. R:
Kamar
Mandi
Ruang
Tidur
Dapur
Ruang
Keluarga
T
e
r
a
s
Ruang
Tamu
Ruang
Tidur
10 m
Warung
Teras
7m
18. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW:
Bp. R jarang berkumpul dengan tetangga karena kesibukannya,
namun Ibu. R aktif di arisan PKK dan pengajian yang ada di
lingkungan rumah. Ibu. R sendiri tidak bekerja hanya menjadi ibu
rumah tangga saja dan mengurus warung yang ada di rumah.
Keluarga Bp. R tinggal di RT 02 RW 02, di sisi kanan rumah Bp. R
yaitu rumah saudaranya dan sisi kiri adalah rumah tetangganya,
dibelakang rumah ada tanah kosong dan jalan. Kehidupan
bertetangga terlihat rukun dan harmonis.
19. Mobilitas Geografis Keluarga:
Saat ini, keluarga Bp. R sudah tinggal menetap di rumah yang
sekarang selama 15 tahun dan tidak berniat untuk pindah. Bp. R
sendiri sudah tinggal dirumah tersebut sejak Bp. R lahir, karena Bp.
R adalah anak tunggal dari kedua orang tuanya yang telah bercerai
83
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
maka dirumah tersebut ditinggali keluarga Bp. R dan ibunya.
Rumah Bp. R dibangun di atas tanah milik orang tuanya,
kepemilikan tanah masih milik ibunya Bp. R.
20. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat:
Bp. R selalu menekankan pada Ibu. R supaya mengikuti acara yang
diadakan oleh RT/RW, misalnya pengajian, arisan RT dan kegiatan
lainnya. Apabila ada waktu luang Ibu. R mengajak anaknya
bermain ke tetangga. Hubungan anggota keluarga terlihat rukun,
tidak ada konflik antara satu dengan yang lain (terlihat harmonis).
Anak-anak Bp. R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di daerah setempat RW 02. An. H mengatakan
sudah jarang (suka membolos) dalam mengikuti pengajian. Bp. R
sendiri sering diminta untuk menjadi pembawa acara/ MC di acaraacara pernikahan ataupun acara yang diadakan RT/ RW. Ibu. R
juga bersosialisasi dengan tetangga di kanan, kiri dan depan
rumahnya. Saudara Ibu. R tinggal tidak jauh dari rumah Ibu. R,
setiap hari selalu bertemu. An. H berteman dengan beberapa teman
seusianya, sering nongkrong di pos hansip dekat rumahnya,
bermain ke warnet dan rental PS dan jalan-jalan dengan
menggunakan motor.
21. Sistem Pendukung Keluarga:
Bila ada masalah dalam keluarga, keluarga lebih senang
menyelesaikan dengan anggota keluarga. Kadang juga melibatkan
orang tua, karena dengan orang tua tinggal bersama dan
berdekatan. Hal yang dirasakan sebagai pendukung keluarga adalah
keluarga yang tinggal tidak jauh dari rumah yang memperhatikan
bila ada anggota keluarga yang sakit dan tetangga yang hidup
saling menghormati serta menghargai. Disamping itu adanya
fasilitas dana kesehatan dari tempat kerja Bp. R untuk anggota
keluarga yang sakit menurut Ibu. R sangat membantu keluarga.
84
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
d. Struktur Keluarga
22. Pola Komunikasi Keluarga:
Ibu.
R
mengatakan
bahwa
komunikasi
pada
keluarganya
menekankan keterbukaan. Bila ada masalah dalam keluarga, Ibu. R
mendiskusikan bersama Bp. R, terkadang meminta bantuan nasihat
dari orang tua. Waktu yang biasanya digunakan untuk komunikasi
pada saat santai yaitu malam hari dan waktu makan bersama
dengan anggota keluarga. Namun An. H mengatakan lebih suka
menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan
kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain. Bp. R sibuk
bekerja dan jarang menyempatkan berbicara kepada anaknya.
23. Struktur Kekuatan keluarga:
Pemegang keputusan di keluarga adalah Bp. R sebagai kepala
keluarga, tetapi tidak menutup kemungkinan suatu ketika Ibu. R
punya pendapat sendiri dan membuat keputusan sendiri, misalnya
pada saat membeli keperluan rumah tangga dan mengatur posisi
perabotan rumah tangga. Terkadang Ibu. R juga berinisiatif sendiri
untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan, bila ada yang
sakit dan tidak bisa sembuh dengan mengkonsumsi obat warung.
24. Struktur Peran:
 Bp. R
Sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab dalam mencari
nafkah untuk kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga.
 Ibu. R
Ibu. R mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan
kepada ibunya. Sebagai istri Bp. R, sebagai ibu rumah tangga
dan juga membuka usaha warung di rumahnya.
 An. H
An. H mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas
sekolahnya. Ibu. R mengatakan bahwa anaknya jarang belajar
dan nilainya pas-pasan. Ibu. R
mengatakan tidak
pernah
memantau aktivitas belajar anaknya di rumah.
85
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
 An. F
Sebagai anak ke dua Bp. R dan Ibu. R yang pada tahun ini akan
memasuki SMP. An. F juga berperan sebagai adik dari An. H
dan kakak dari An. L.
 An. L
Sebagai anak ke tiga Bp. R dan Ibu. R juga berperan sebagai
adik dari dua orang kakaknya yaitu An. H dan An. F.
 Nenek. R
Sebagai Ibu dari Bp. R dan nenek dari ketiga cucunya yaitu An.
H, An. F dan An. L.
Ibu. R juga mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang jelas
tentang apa saja tugas setiap anggota keluarga.
25. Nilai dan Norma Budaya:
Nilai dan norma yang dipegang oleh Bp. R adalah sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam dan tidak terpengaruh oleh norma budaya.
Penerimaan keluarga terhadap perawat sangat baik, setiap masalah
yang ada diutarakan dan menerima kehadiran perawat.
e. Fungsi Keluarga
26. Fungsi Afektif:
Ibu R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah
dapat saling terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An.
H termasuk anak yang pendiam dan jarang menyampaikan
pendapatnya.
27. Fungsi Sosialisasi:
Hubungan antaranggota keluarga dalam rumah berjalan dengan
baik. Hubungan anggota keluarga dengan tetangga juga baik
apalagi keluarga Bp. R tergolong paling lama tinggal di wilayah
tersebut.
28. Fungsi Perawatan Keluarga:
Ibu. R mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga yang sakit,
maka yang sakit akan langsung diberikan obat dari warung atau
86
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
dari apotek. Keluarga Ibu. R juga sering memanfaatkan pelayanan
kesehatan di RS, tetapi jika sudah sembuh dengan mengkonsumsi
obat warung maka hanya diobati di rumah saja. Bp. R mengatakan
bahwa dirinya tidak memiliki keluhan fisik dan tidak merokok
hanya
saja
jika
sedang
banyak
pekerjaan
yang
harus
diselesaikannya biasanya Bp. R mengeluhkan pegal-pegal pada
badannya.
f. Stress dan Koping Keluarga
29. Stressor Jangka Pendek:
Keluarga Bp. R mencemaskan pergaulan An. H yang sudah
memasuki masa remaja. An. H sudah mulai ditawari untuk
mencoba merokok oleh teman-temannya, baik teman di sekolah
maupun teman di lingkungan rumahnya. An. H juga sering
nongkrong tidak jelas dengan teman sekolah maupun teman di
sekitar rumahnya tersebut. An. H juga mengatakan pernah ikutikutan
tawuran
dengan
teman-teman
sekolahnya.
An.
H
mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar).
30. Stressor Jangka Panjang:
Ibu. R mengeluhkan biaya sekolah ketiga anaknya yang semakin
mahal, terlebih lagi tahun ini anak keduanya yaitu An. F akan lulus
dari SD dan akan memasuki SMP.
31. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah:
Jika ada masalah, keluarga berupaya untuk mencari jalan keluar
dari masalah tersebut dengan jalan musyawarah. Keluarga
meyakini kalau setiap masalah ada jalan keluarnya, misalnya
dengan minta bantuan dari orang tua dan tetangga yang terdekat.
32. Strategi Koping yang Digunakan:
Ibu. R mengatakan selalu menyerahkan semua masalah yang terjadi
kepada Allah SWT tetapi tetap berusaha untuk mengatasi masalah
yang ada.
87
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
33. Strategi Adaptasi Disfungsional:
Tidak ada.
g. Harapan Keluarga:
Keluarga berharap dengan kedatangan mahasiswa berkunjung ke
rumahnya adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga.
Dengan demikian keluarga berharap akan selalu berada dalam kondisi
sehat lahir dan batin. Mereka juga berharap akan mendapatkan banyak
pengetahuan tentang berbagai macam jenis penyakit dan cara
perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik:
No
1
Nama
TD
(mmHg)
130/90
Nadi
(x/menit)
86
Nafas
(x/menit)
21
Suhu
(oC)
36,7
BB
(kg)
68
TB
(cm)
172
Bp. R
(38 Tahun)
Pemeriksaan Jantung:
Fisik
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal, pernafasan 21 x/menit, tactil fremitus
sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan
tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen:
Perut terlihat datar dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 10x/menit
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks patela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, tidak ada
lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
88
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
No
2
Nama
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik, memakai kacamata jika membaca.
Mulut dan hidung:
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak
ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan
asam, asin, dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya,
tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab,
terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
TD
Nadi
Nafas
Suhu
BB
TB
o
(mmHg) (x/menit) (x/menit)
( C)
(kg)
(cm)
110/70
82
19
36,8
48
154
Ibu. R
(30 Tahun)
Pemeriksaan Jantung:
Fisik
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 19
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 9 x/menit
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
89
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
No
3
Nama
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks patela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis,
tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam
baik.
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan hidung:
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak
ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan
asam, asin, dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya,
tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab,
terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
TD
Nadi
Nafas
Suhu
BB
TB
o
(mmHg) (x/menit) (x/menit)
( C)
(kg)
(cm)
120/80
88
20
36,5
51
156
An. H
(14 Tahun)
Pemeriksaan Jantung:
Fisik
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal, pernafasan 20 x/menit, tactil fremitus
sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan
tidak terdapat suara tambahan.
90
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
No
4
Nama
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 9 x/menit
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks patela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada
lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan hidung:
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak
ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan
asam, asin, dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya,
tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab,
terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
TD
Nadi
Nafas
Suhu
BB
TB
(mmHg) (x/menit) (x/menit)
(oC)
(kg)
(cm)
110/80
91
21
36,8
36
139
An. F
(12 Tahun)
Pemeriksaan Jantung:
Fisik
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
91
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 21
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 8 x/menit.
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks patela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis,
tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam
baik.
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan hidung:
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak
ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan
asam, asin, dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya,
tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab,
92
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
No
5
Nama
TD
(mmHg)
110/70
Nadi
(x/menit)
92
Nafas
(x/menit)
22
Suhu
(oC)
36,9
BB
(kg)
31
TB
(cm)
134
An. L
(9 Tahun)
Pemeriksaan Jantung:
Fisik
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 22
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 8 x/menit.
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks patela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada
lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm,
93
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
No
6
Nama
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan hidung:
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak
ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan
asam, asin, dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya,
tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab,
terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
TD
Nadi
Nafas
Suhu
BB
TB
(mmHg) (x/menit) (x/menit)
(oC)
(kg)
(cm)
140/90
90
23
37
52
155
Nenek. R
(61 Tahun)
Pemeriksaan Jantung:
Fisik
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 23
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler, dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 8 x/menit
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks patela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5 555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis,
tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam
baik.
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
94
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakkan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik, jarak pandang berkurang.
Mulut dan hidung:
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak
ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan
asam, asin, dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya,
tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab,
terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Kesimpulan hasil pemeriksaan fisik:
Bp. R:
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki kelainan pada
pemeriksaan fisik, Bp. R tidak mengeluhkan keadaan fisiknya, tidak merokok,
aktif berkegiatan, tidak ada riwayat penyakit keturunan.
Ibu. R:
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki kelainan pada
pemeriksaan fisik, Ibu. R tidak mengeluhkan keadaan fisiknya, aktif berkegiatan,
tidak ada riwayat penyakit keturunan.
An. H:
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh seimbang,
tidak memiliki keluhan fisik, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan
terakhir.
An. F:
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh seimbang,
tidak ada keluhan penyakit, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan terakhir.
An. L:
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh kurus, tidak
memiliki keluhan fisik, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan terakhir.
95
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
Nenek. R:
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, merokok, tidak memiliki keluhan
fisik, penglihatan mulai berkurang, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan
terakhir.
3.2
Analisis Data
No
1
Masalah Keperawatan
Data
Data Subjektif:
Ibu. R mengatakan bahwa An. H sulit
untuk diatur semenjak memasuki SMP
Ibu. R mengatakan bahwa An. H lebih
suka menghabiskan waktunya di
dalam kamar daripada berkumpul
dengan keluarga
Ibu. R mengatakan An. H merupakan
seorang anak yang pendiam dan jarang
berbicara jika tidak ditanya
Ibu. R mengatakan di rumahnya tidak
ada peraturan yang jelas tentang apa
saja tugas setiap anggota keluarga
An. H mengatakan tidak mengetahui
tugas perkembangan maupun
tanggung jawabnya sebagai remaja
An. H mengatakan sebelumnya tidak
pernah mendapatkan informasi
mengenai tugas perkembangan
maupun tanggung jawabnya sebagai
remaja
An. H mengatakan malas belajar dan
jarang mengerjakan tugas sekolahnya
An. H mengatakan saat ini sudah tidak
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di
sekolahnya
An. H mengatakan pernah ikut-ikutan
tawuran dengan teman-teman
sekolahnya
An. H mengatakan sudah jarang (suka
membolos) dalam mengikuti pengajian
An. H mengatakan sudah memiliki
teman dekat wanita (pacar)
An. H mengatakan lebih suka
menceritakan masalahnya kepada
Ketidakefektifan
performa peran remaja
pada keluarga Bp. R
khususnya An. H.
96
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
teman-temannya dibandingkan kepada
orang tua atau pun keluarganya yang
lain
An. H mengatakan sering ditawari
untuk mencoba merokok oleh temantemannya di sekolah maupun di
lingkungan rumah
An. H juga mengatakan sering main
dengan teman-temannya hingga
malam hari
An. H mengatakan jika main bersama
teman-temannya sering dihabiskan di
warnet dan menonton balapan motor
2
3
Data Objektif:
Bp. R terlihat jarang berada dirumah
An. H merupakan anak pertama dalam
keluarga
An. H berusia 14 tahun, berada pada
masa remaja awal (12-15 tahun)
Di rumahnya tidak ada yang bisa
mengajarkan peran dan tanggung
jawab kepada remaja (An. H)
Defisiensi pengetahuan tentang tugas
perkembangan maupun tanggung
jawab sebagai remaja
An. H merupakan anak yang pendiam
dan tertutup
Data Subjektif:
Ibu. R mengatakan bahwa anaknya
jarang belajar dan nilainya pas-pasan
Ibu. R mengatakan tidak pernah
memantau aktivitas belajar anaknya di
rumah
An. H mengatakan malas belajar dan
jarang mengerjakan tugas sekolahnya
Data Objektif:
An. H sering nongkrong dan tidak
terlihat belajar
Data Subjektif:
Ibu. R mengatakan urusan anaknya
lebih banyak diserahkan kepada
ibunya
Ibu. R mengatakan An. H merupakan
seorang anak yang tertutup
Ibu. R mengatakan bahwa An. H lebih
Risiko penurunan
prestasi belajar pada
keluarga Bp. R
khususnya An. H.
Ketidakefektifan koping
pada keluarga Bp. R
97
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
suka menghabiskan waktunya di
dalam kamar daripada berkumpul
dengan keluarga
Ibu. R mengatakan Bp. R memang
agak keras untuk mendidik anakanaknya
An. H mengaku tidak pernah
menceritakan masalah yang
dihadapinya pada orang tua
An. H mengatakan kadang percakapan
dengan orang tua akan berakhir
dengan ketegangan
An. H mengatakan lebih suka
menceritakan masalahnya kepada
teman-temannya dibandingkan kepada
orang tua atau pun keluarganya yang
lain
An. H mengatakan sudah memiliki
teman dekat wanita (pacar), dan orang
tuanya tidak mengetahui hal itu
Data Objektif:
Bp. R sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara kepada
anaknya
An. H merupakan anak yang pendiam
dan tertutup
3.3
Scoring/ Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah
a. Scoring/ Pembobotan
1. Ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga Bp. R
khususnya An. H.
No
1
2
Kriteria
Sifat Masalah:
Aktual
Score
3/3 x 1 = 1
Pembenaran
Saat ini An. H masih dalam tahap
perkembangan remaja yang
membutuhkan perhatian dan
komunikasi yang efektif dalam
mengungkapkan masalahnya.
Orang tua biasanya hanya
menanyakan kemana An. H pergi
dan kadang memarahi jika ada
masalah dengan sekolah.
Kemungkinan
Masalah Untuk di
2/2 x 2 = 2
An. H masih dapat diajak
berkomunikasi dan menurut pada
98
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
Ubah:
Mudah
orang tuanya, melalui pendekatan
komunikasi yang efektif akan
pengenalan peran dan tanggung
jawab remaja maka penerapan
peran pada remaja di keluarga Bp.
R akan efektif.
3
Potensial Masalah
Untuk di Cegah:
Rendah
1/3 x 1 = 1/3
Adanya perhatian yang baik dari
orang tua dan saudara An. H akan
perkembangan peran dan
tanggung jawabnya.
4
Menonjolnya
Masalah:
Perlu segera
ditangani
2/2 x 1 = 1
Keluarga mengatakan ada
masalah dan segera perlu
ditangani karena mereka takut
anaknya tidak bisa penerapkan
peran dan tanggung jawab remaja di
keluarga.
Total
4 1/3
2. Risiko penurunan prestasi belajar pada keluarga Bp. R khususnya
An. H.
No
1
Kriteria
Sifat Masalah:
Risiko
Score
2/3 x 1 = 2/3
Pembenaran
Masalah merupakan risiko, saat
ini An. H masih duduk di kelas 2
SMP, dari hasil belajar semester
yang lalu nilainya termasuk
standar. An. H malas belajar di
rumah dan tidak ada yang
membantunya dalam
mengerjakan tugas maupun
belajar. Orang tua hanya
memarahi jika An. H malas
belajar.
2
Kemungkinan
Masalah Untuk di
Ubah:
Mudah
2/2 x 2 = 2
An. H menyadari bahwa perlu
belajar jika ingin hasil prestasinya
meningkat, orang tua memiliki
kemauan untuk membantu
permasalahan.
3
Potensial Masalah
Untuk di Cegah:
Sedang
2/3 x 1 = 2/3
Adanya kemauan dari remaja
untuk memperbaiki cara
belajarnya, tetapi kurang bantuan
dan dukungan keluarga maupun
temannya.
99
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
4
Menonjolnya
Masalah:
Ada masalah tetapi
tidak perlu segera
ditangani
Total
1/2 x 1 = 1/2
Masalah ini merupakan proses
pembelajaran anak yang hasilnya
belum terlihat.
3 5/6
3. Ketidakefektifsn koping pada keluarga Bp. R.
No
1
Kriteria
Sifat Masalah:
Aktual
Score
3/3 x 1 = 1
Pembenaran
Timbul mekanisme koping
negatif baik pada orangtua,
keluarga maupun remaja karena
kurangnya kualitas komunikasi
antara mereka.
2
Kemungkinan
Masalah Untuk di
Ubah:
Mudah
2/2 x 2 = 2
Pola komunikasi antara remaja
dan orang tua merupakan suatu
proses yang harus dimulai dan
dijaga keberlangsungannya,
keluarga sudah memberikan
respon positif dengan bertanya
cara komunikasi yang baik
dengan remaja.
3
Potensial Masalah
Untuk di Cegah:
Tinggi
3/3 x 1 = 1
Keluarga sudah mengetahui
stressor dan cara mencegahnya.
4
Menonjolnya
Masalah:
Ada masalah tetapi
tidak perlu segera
ditangani
Total
1/2 x 1 = 1/2
Keluarga menganggap masalah
terjadi tetapi tidak menjadikan
masalah ini prioritas utama.
4 1/2
b. Prioritas Masalah
1. Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R.
2. Ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga Bp. R
khususnya An. H.
3. Risiko penurunan prestasi belajar pada keluarga Bp. R khususnya
An. H.
100
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Bp. R
1.
Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R
Tujuan
Diagnosa
Keperawatan
Umum
Khusus
Ketidakefektifan
koping pada
keluarga Bp. R
Setelah
1. Setelah 2 x 15 menit
dilakukan
pertemuan, keluarga
intervensi
mampu mengenal
sebanyak 3 kali
komunikasi yang
kunjungan,
efektif dengan remaja,
diharapkan
dengan mampu:
koping keluarga
1.1 Menyebutkan
menjadi efektif.
pengertian
komunikasi.
Kriteria Evaluasi
Kriteria
Respon
verbal
Standar
Keluarga mampu
menyebutkan
komunikasi adalah
pengiriman dan
penerimaan pesan atau
berita antara dua orang
atau lebih dengan cara
yang tepat sehingga
pesan yang dimaksud
dapat dipahami.
101
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Rencana Intervensi
1.1.1 Diskusikan bersama
keluarga apa yang
diketahui keluarga
mengenai pengertian
komunikasi.
1.1.2 Berikan pujian kepada
keluarga tentang
pemahaman keluarga
yang benar.
1.1.3 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai pengertian
komunikasi dengan
menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
1.1.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
1.1.5
1.1.6
1.1.7
1.2 Menyebutkan
pengertian
komunikasi
keluarga yang
efektif.
Respon
verbal
Keluarga mampu
menyebutkan
komunikasi keluarga
yang efektif adalah
komunikasi yang
berjalan dua arah dan
dapat mencapai tujuan
dari komunikasi
tersebut.
1.2.1
1.2.2
1.2.3
102
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
bertanya tentang materi
yang disampaikan.
Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
Diskusikan bersama
keluarga apa yang
diketahui keluarga
mengenai pengertian
komunikasi keluarga
yang efektif.
Berikan pujian kepada
keluarga tentang
pemahaman keluarga
yang benar.
Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai pengertian
komunikasi keluarga
yang efektif dengan
menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
1.3 Menyebutkan
penyebab
komunikasi tidak
efektif
Respon
verbal
1.2.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan.
1.2.5 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
1.2.6 Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
1.2.7 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
Keluarga mampu
1.3.1 Diskusikan bersama
menyebutkan 3 dari 6
keluarga apa yang
penyebab komunikasi
diketahui keluarga
tidak efektif, yaitu:
tentang penyebab
1. Orang tua lebih
komunikasi tidak
banyak bicara
efektif.
daripada mendengar 1.3.2 Berikan pujian kepada
2. Orang tua merasa
keluarga tentang
tahu lebih banyak
pemahaman keluarga
3. Orang tua cenderung
yang benar.
memberi arahan dan 1.3.3 Berikan informasi
nasihat
kepada keluarga tentang
4. Orang tua tidak
penyebab komunikasi
berusaha untuk
tidak efektif dengan
mendengar terlebih
menggunakan media
103
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
1.4 Menyebutkan
syarat-syarat
komunikasi efektif
dalam keluarga.
Respon
verbal
dahulu apa yang
terjadi dan
sebenarnya terjadi
pada remaja
5. Orang tua tidak
mencoba menerima
dahulu kenyataan
yang di alami
remaja dan
memahaminya
6. Orang tua merasa
putus asa dan
marah-marah karena
tidak tahu lagi apa
yang harus
dilakukan terhadap
remaja
Keluarga mampu
menyebutkan 4 dari 6
syarat-syarat
komunikasi efektif
dalam keluarga, antara
lain:
1. Mengenal diri
sendiri
2. Mengenal diri
remaja
3. Mendengar aktif
104
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
lembar balik dan leaflet.
1.3.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan.
1.3.5 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
1.3.6 Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
1.3.7 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
1.4.1 Diskusikan bersama
keluarga apa yang
diketahui keluarga
tentang syarat-syarat
komunikasi efektif
dalam keluarga.
1.4.2 Berikan pujian kepada
keluarga tentang
pemahaman keluarga
yang benar.
1.4.3 Berikan informasi
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
4. “Pesan kamu” dan
“pesan saya”
5. Menentukan
masalah siapa
6. Mengenal dan
menghindari gaya
penghambat
komunikasi
1.4.4
1.4.5
1.4.6
1.4.7
1.5 Mengidentifikasi
ketidakefektifan
koping pada
keluarga Bp. R
terutama masalah
komunikasi
inefektif antara
orang tua dan
remaja.
Respon
afektif
Keluarga mengetahui
1.5.1
bahwa komunikasi yang
terjadi antara orang tua
dan remaja di keluarga
adalah komunikasi yang 1.5.2
tidak efektif.
105
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
kepada keluarga tentang
syarat-syarat
komunikasi efektif
dalam keluarga dengan
menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan.
Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
Motivasi keluarga untuk
menyebutkan syaratsyarat komunikasi yang
efektif dalam keluarga.
Bantu keluarga untuk
mengidentifikasi
komunikasi yang tidak
efektif pada keluarga
Bp. R.
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
1.5.3 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga
2. Setelah 1 x 15 menit
pertemuan, keluarga
mampu mengambil
keputusan yang tepat
dalam menciptakan
komunikasi yang
efektif dalam keluarga,
dengan mampu:
2.1 Menyebutkan
risiko akibat
masalah
komunikasi yang
tidak efektif dalam
keluarga bila tidak
diatasi.
Respon
verbal
Keluarga mampu
2.1.1 Diskusikan bersama
menyebutkan 3 dari 5
keluarga apa yang
risiko akibat masalah
diketahui keluarga
komunikasi yang tidak
tentang risiko akibat
efektif dalam keluarga
masalah komunikasi
bila tidak diatasi, yaitu:
yang tidak efektif dalam
1. Kenakalan remaja
keluarga bila tidak
2. Menimbulkan
diatasi.
perubahan sikap
2.1.2 Berikan pujian kepada
pada diri remaja
keluarga tentang
3. Anggota keluarga
pemahaman keluarga
saling tertutup satu
yang benar.
sama lain
2.1.3 Berikan informasi
4. Seringnya terjadi
kepada keluarga tentang
perceraian orang tua
risiko akibat masalah
5. Anak remaja merasa
komunikasi yang tidak
106
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
kesepian
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7
2.2 Mengambil
Respon
keputusan yang
afektif
tepat untuk
mengikuti program
mengatasi masalah
ketidakefektifan
koping terutama
masalah
komunikasi dengan
konseling individu
dan konseling
Keluarga memutuskan 2.2.1
untuk mengikuti
program mengatasi
masalah
ketidakefektifan koping
terutama masalah
komunikasi dengan
konseling individu dan
konseling keluarga.
2.2.2
107
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
efektif dalam keluarga
bila tidak diatasi dengan
menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan.
Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
Memotivasi anggota
keluarga dalam
mengambil keputusan
untuk mengikuti
program masalah
ketidakefektifan koping
terutama masalah
komunikasi.
Berikan reinforcement
positif atas minat
keluarga untuk
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
keluarga.
3. Setelah 1 x 15 menit
pertemuan, keluarga
mampu menciptakan
komunikasi yang
efektif dalam keluarga,
dengan mampu:
3.1 Menyebutkan
jenis-jenis
komunikasi.
mengikuti program
masalah
ketidakefektifan koping
terutama masalah
komunikasi.
Respon
verbal
Keluarga mampu
3.1.1 Diskusikan bersama
menyebutkan jeniskeluarga apa yang
jenis komunikasi, yaitu:
diketahui keluarga
1. Komunikasi verbal
tentang jenis-jenis
dengan kata-kata
komunikasi.
2. Komunikasi non
3.1.2 Berikan pujian kepada
verbal disebut
keluarga tentang
dengan bahasa tubuh
pemahaman yang benar.
3.1.3 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai jenis-jenis
komunikasi dengan
menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
3.1.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
108
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
3.1.5
3.1.6
3.1.7
3.2 Menyebutkan
hambatan dalam
berkomunikasi.
Respon
verbal
Keluarga mampu
menyebutkan
menyebutkan 7 dari 12
hambatan dalam
komunikasi, yaitu:
1. Memerintah
2. Menyalahkan
3. Meremehkan
4. Membandingkan
5. Memberi cap
6. Mengancam
7. Menasihati
8. Membohongi
9. Menghibur
10. Mengkritik
11. Menyindir
12. Menganalisa
109
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
bertanya tentang materi
yang disampaikan.
Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
Diskusikan bersama
keluarga apa yang
diketahui keluarga
tentang hambatan dalam
berkomunikasi.
Berikan pujian kepada
keluarga tentang
pemahaman yang
benar.
Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai hambatan
dalam berkomunikasi
dengan menggunakan
media lembar balik dan
leaflet.
Berikan kesempatan
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
1.2.5
1.2.6
1.2.7
3.3 Mendemonstrasika
n cara komunikasi
yang efektif antara
orang tua dan
remaja.
Respon
psikomotor
Cara berkomunikasi
3.3.1
efektif antara orang tua
dan remaja harus
memenuhi syarat-syarat
komunikasi efektif.
3.3.2
3.3.3
3.3.4
110
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan.
Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
Demonstrasikan dengan
keluarga cara
berkomunikasi efektif
antara orang tua dan
remaja.
Beri kesempatan
keluarga bertanya.
Beri kesempatan
keluarga
mendemonstrasikan
kembali cara
berkomunikasi efektif
antara orang tua dan
remaja
Berikan reinforcement
positif atas usaha
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
keluarga.
4. Setelah 1 x 15 menit
pertemuan, keluarga
mampu memodifikasi
lingkungan dalam
menciptakan
komunikasi yang
efektif dalam keluarga,
dengan mampu:
4.1 Menyebutkan
Respon
faktor-faktor dalam verbal
diri remaja untuk
mendukung
komunikasi efektif.
Keluarga mampu
menyebutkan 2 dari 3
faktor-faktor dalam diri
remaja untuk
mendukung komunikasi
efektif, yaitu:
1. Sebelum memulai
proses komunikasi
hubungan remaja
dan orang tua hangat
dan terbuka
2. Remaja telah
menyatakan
bersedia
mengungkapkan
permasalahannya
3. Teridentifikasi
bahwa remaja
berada pada kondisi
111
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
4.1.1 Diskusikan bersama
keluarga apa yang
diketahui keluarga
tentang faktor-faktor
dalam diri remaja untuk
mendukung komunikasi
efektif.
4.1.2 Berikan pujian kepada
keluarga tentang
pemahaman yang benar.
4.1.3 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai faktor-faktor
dalam diri remaja untuk
mendukung komunikasi
efektif dengan
menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
4.1.4 Berikan kesempatan
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
yang membutuhkan
bantuan orang tua
untuk memfasilitasi
4.1.5
4.1.6
4.1.7
4.2 Menyebutkan
Respon
faktor-faktor dalam verbal
diri orang tua
untuk mendukung
komunikasi efektif.
Keluarga mampu
4.2.1
menyebutkan 2 dari 4
faktor-faktor dalam diri
orang tua untuk
mendukung komunikasi
efektif, yaitu:
1. Mendengar supaya
remaja banyak
4.2.2
bicara
2. Menerima dahulu
perasaan remaja
4.2.3
agar remaja lebih
terbuka dan dihargai
3. Berbicara supaya
didengar
4. Mau berubah
112
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan.
Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
Diskusikan bersama
keluarga apa yang
diketahui keluarga
tentang faktor-faktor
dalam diri orang tua
untuk mendukung
komunikasi efektif.
Berikan pujian kepada
keluarga tentang
pemahaman yang benar.
Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai faktor-faktor
dalam diri orang tua
untuk mendukung
komunikasi efektif
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
dimana orang tua
memiliki waktu
yang khusus dalam
mendengarkan dan
berkomunikasi
dengan remaja
4.2.4
4.2.5
4.2.6
4.2.7
4.3 Menyebutkan
faktor-faktor
lingkungan untuk
mendukung
komunikasi efektif
Respon
afektif
Keluarga mampu
4.3.1
menyebutkan 2 dari 4
faktor-faktor
lingkungan untuk
mendukung komunikasi
efektif, yaitu:
1. Kondusif
2. Tenang
4.3.2
3. Privacy remaja
terjaga
4. Jika dilakukan di
4.3.3
rumah sebaiknya
113
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
dengan menggunakan
media lembar balik dan
leaflet.
Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan.
Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
Diskusikan bersama
keluarga apa yang
diketahui keluarga
tentang faktor-faktor
lingkungan untuk
mendukung komunikasi
efektif.
Berikan pujian kepada
keluarga tentang
pemahaman yang benar.
Berikan informasi
kepada keluarga
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
dilakukan di
ruangan tertutup
untuk menjaga
privacy remaja dan
keleluasaan remaja
mengekspresikan
perasaan
4.3.4
4.3.5
4.3.6
4.3.7
mengenai faktor-faktor
lingkungan untuk
mendukung komunikasi
efektif dengan
menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan.
Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
5. Setelah 3 x 20 menit
pertemuan, keluarga
mampu memanfaatkan
pelayanan kesehatan
untuk fasilitasi
komunikasi efektif
dalam keluarga, dengan
mampu:
114
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
5.1 Menyebutkan
jenis-jenis
pelayanan
kesehatan yang
dapat dikunjungi
keluarga untuk
berkonsultasi
masalah
komunikasi antara
orang tua dan
remaja.
Respon
verbal
5.2 Mengunjungi
fasilitas pelayanan
kesehatan untuk
berkonsultasi
mengenai masalah
komunikasi antara
orang tua dan
remaja.
Respon
afektif
Keluarga mampu
5.1.1 Diskusikan bersama
menyebutkan pelayanan
keluarga mengenai
kesehatan yang dapat
jenis-jenis pelayanan
dikunjungi keluarga
kesehatan yang dapat
untuk berkonsultasi
dikunjungi keluarga
masalah komunikasi
untuk berkonsultasi
antara orang tua dan
masalah komunikasi
remaja, yaitu:
antara orang tua dan
1. Puskesmas (PKPR)
remaja yang ada
2. Psikolog
disekitar tempat tinggal.
3. Guru wali kelas
5.1.2 Motivasi keluarga untuk
4. Guru BP di sekolah
mengulang jenis-jenis
pelayanan kesehatan
yang dapat dikunjungi
keluarga.
5.1.3 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
Keluarga mengunjungi 5.2.1 Motivasi keluarga untuk
pelayanan kesehatan
berkunjung ke fasilitas
untuk konsultasi
pelayanan kesehatan.
mengenai masalah
5.2.2 Berikan reinforcement
komunikasi antara
positif atas usaha
orang tua dan remaja.
keluarga untuk
menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan
115
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
1.
Ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga Bp. R khususnya An. H.
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan
performa peran
remaja pada
keluarga Bp. R
khususnya An. H.
Tujuan
Umum
Setelah
dilakukan
intervensi
sebanyak 3 kali
kunjungan,
performa peran
remaja menjadi
efektif.
Kriteria Evaluasi
Khusus
1. Setelah 1 x 20 menit
pertemuan, keluarga
mampu mengenal
masalah tumbuh
kembang remaja,
dengan mampu:
1.1 Menyebutkan
definisi tumbuh
kembang.
Kriteria
Respon
verbal
Standar
Keluarga mampu
menyebutkan
pertumbuhan adalah
bertambahnya ukuran
anak dari segi jasmani.
Sedangkan
perkembangan adalah
berkembangnya
kemampuan atau
keahlian anak.
116
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Rencana Intervensi
1.1.1 Diskusikan bersama
keluarga apa yang
diketahui keluarga
mengenai pengertian
tumbuh kembang.
1.1.2 Berikan pujian kepada
keluarga tentang
pemahaman keluarga
yang benar.
1.1.3 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai pengertian
tumbuh kembang
dengan menggunakan
media lembar balik dan
leaflet.
1.1.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
1.1.5
1.1.6
1.1.7
1.2 Menyebutkan
definisi remaja.
Respon
verbal
Keluarga mampu
1.2.1
menyebutkan remaja
adalah anak yang
berusia 13-21 tahun.
Remaja merupakan
masa transisi/ peralihan 1.2.2
dari masa kanak-kanak
menuju dewasa yang
ditandai dengan adanya
perubahan aspek fisik, 1.2.3
psikis dan psikososial.
1.2.4
117
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
bertanya tentang materi
yang disampaikan.
Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
Diskusikan bersama
keluarga apa yang
diketahui keluarga
mengenai pengertian
remaja.
Berikan pujian kepada
keluarga tentang
pemahaman keluarga
yang benar.
Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai pengertian
remaja dengan
menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.3 Menyebutkan
definisi tumbuh
kembang remaja.
Respon
verbal
Keluarga mampu
1.3.1
menyebutkan tumbuh
kembang remaja adalah
proses lebih lanjut
remaja menuju tahap
perkembangan dan
1.3.2
pertumbuhan
selanjutnya (dewasa).
1.3.3
1.3.4
118
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
bertanya tentang materi
yang disampaikan.
Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
Diskusikan bersama
keluarga apa yang
diketahui keluarga
tentang definisi tumbuh
kembang remaja.
Berikan pujian kepada
keluarga tentang
pemahaman keluarga
yang benar.
Berikan informasi
kepada keluarga tentang
definisi tumbuh
kembang remaja dengan
menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
1.3.5
1.3.6
1.3.7
1.4 Menyebutkan
perubahanperubahan yang
terjadi pada
remaja.
Respon
verbal
Keluarga mampu
menyebutkan 6 dari 11
perubahan-perubahan
yang terjadi pada
remaja, yaitu:
1. Perubahan fisik,
meliputi:
a. Perubahan TB
dan BB
b. Perubahan bentuk
tubuh: Remaja
putri
(penimbunan
jaringan lemak,
kulit halus, suara
nyaring, payudara
membesar,
119
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
1.4.1
1.4.2
1.4.3
1.4.4
bertanya tentang materi
yang disampaikan.
Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
Diskusikan bersama
keluarga apa yang
diketahui keluarga
tentang perubahanperubahan pada remaja.
Berikan pujian kepada
keluarga tentang
pemahaman keluarga
yang benar.
Berikan informasi
kepada keluarga tentang
perubahan-perubahan
pada remaja dengan
menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
tumbuh rambut di
bertanya tentang materi
daerah tertentu.
yang disampaikan.
Remaja putra
1.4.5 Berikan penjelasan
(peningkatan
ulang terhadap materi
besar otot, kulit
yang belum dimengerti.
kasar, tumbuh
1.4.6 Motivasi keluarga untuk
kumis, tumbuh
mengulang materi yang
rambut di daerah
telah dijelaskan.
tertentu).
1.4.7 Berikan reinforcement
c. Mengalami
positif atas usaha
pubertas: Remaja
keluarga
putra (mimpi
basah). Remaja
putri
(menstruasi).
2. Perubahan mental,
meliputi:
a. Berpikir abstrak
b. Kritis
c. Egosentris
d. Selalu ingin tahu
e. Cenderung
menentang orang
tua
f. Ingin mencoba
hal-hal yang
menguji
keberanian
120
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
1.5 Mengidentifikasi
anggota keluarga
yang berusia
remaja.
2. Setelah 1 x 15 menit
pertemuan, keluarga
mampu mengambil
keputusan yang tepat
untuk mengasuh anak
remaja, dengan
mampu:
2.1 Menyebutkan
Respon
afektif
3. Perubahan sosial,
meliputi:
a. Mulai
melepaskan diri
dari keluarga
b. Membentuk
kelompok teman
sebaya
Keluarga mengatakan
An. H adalah remaja.
Respon
Keluarga mampu
121
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
1.5.1 Tanyakan kepada
keluarga, adakah
anggota keluarga yang
memiliki kriteria remaja
sebagaimana yang telah
dibahas.
1.5.2 Berikan reinforcement
positif atas apa yang
telah dikemukakan
keluarga yang tepat dan
benar.
2.1.1 Diskusikan bersama
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
permasalahan
akibat perubahan
fisik pada remaja.
verbal
menyebutkan minimal 2
keluarga apa yang
dari 4 permasalahan
diketahui keluarga
akibat perubahan fisik
tentang akibat
pada remaja, yaitu:
perubahan fisik pada
1. Jerawat
remaja.
2. Kegemukan
2.1.2 Berikan pujian kepada
3. Anemia
keluarga tentang
4. Infeksi karena
pemahaman yang
kekebalan tubuh
benar.
mulai menurun
2.1.3 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai akibat
perubahan fisik pada
remaja dengan
menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
2.1.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan.
2.1.5 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
2.1.6 Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
2.1.7 Berikan reinforcement
positif atas usaha
122
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
2.2 Menyebutkan
permasalahan
akibat perubahan
kejiwaan pada
remaja.
Respon
verbal
Keluarga mampu
menyebutkan 2
permasalahan akibat
perubahan kejiwaan
pada remaja, yaitu:
1. Mencari identitas
diri
2. Timbul pertanyaan:
Siapa aku ini? Apa
jadinya aku ini?
123
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
keluarga.
2.2.3 Diskusikan bersama
keluarga apa yang
diketahui keluarga
tentang akibat
perubahan kejiwaan
pada remaja.
2.2.4 Berikan pujian kepada
keluarga tentang
pemahaman yang
benar.
2.2.5 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai akibat
perubahan kejiwaan
pada remaja dengan
menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
2.2.6 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan.
2.2.7 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
2.2.8 Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
2.3 Menyebutkan
permasalahan
akibat perubahan
sosial pada remaja.
Respon
verbal
Keluarga mampu
menyebutkan minimal 2
dari 3 permasalahan
akibat perubahan sosial
pada remaja, yaitu:
1. Timbul konflik
dengan orang tua
akibat keinginan
remaja ingin
mempunyai
keleluasaan pribadi.
2. Melibatkan remaja
pada perkelahian
antar genk, bolos,
terlibat dalam
narkoba, minum
minuman keras,
merokok akibat setia
kawan kepada
kelompok.
3. Sifat egosentris dan
menonjolkan
kelompoknya.
124
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
2.2.9 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
2.3.1 Diskusikan bersama
keluarga apa yang
diketahui keluarga
tentang akibat
perubahan sosial pada
remaja.
2.3.2 Berikan pujian kepada
keluarga tentang
pemahaman yang
benar.
2.3.3 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai akibat
perubahan sosial pada
remaja dengan
menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
2.3.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan.
2.3.5 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
2.3.6 Motivasi keluarga untuk
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
2.3.7
2.4 Mengambil
keputusan yang
tepat untuk
mengasuh anak
remaja.
Respon
afektif
Keluarga mengatakan
akan mengasuh anak
remaja dengan tepat
sesuai dengan tumbuh
kembangnya.
2.4.1
2.4.2
2.4.3
3. Setelah 1 x 15 menit
pertemuan, keluarga
mampu mengasuh anak
remaja, dengan
mampu:
3.1 Menyebutkan
sikap orang tua
dalam mengasuh
anak remaja.
Respon
verbal
mengulang materi yang
telah dijelaskan.
Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
Bantu keluarga untuk
mengenal dan
menyadari akan adanya
remaja di keluarganya.
Bantu keluarga untuk
memutuskan mengasuh
anak remaja dengan
tepat sesuai dengan
tumbuh kembangnya.
Berikan reinforcement
positif atas keputusan
tepat yang telah diambil
keluarga.
Keluarga mampu
3.1.1 Dorong keluarga untuk
menyebutkan minimal 3
menceritakan sikap
dari 4 sikap orang tua
orang tua dalam
dalam mengasuh anak
mengasuh anak remaja.
125
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
3.2 Menyebutkan
sikap anak remaja
dalam menjalani
masa remaja.
Respon
verbal
remaja, yaitu:
3.1.2 Informasikan kepada
1. Mengenal anak
keluarga tentang sikap
2. Sering melakukan
orang tua dalam
percakapan dengan
mengasuh anak remaja
anak
dengan menggunakan
3. Mendampingi dan
media lembar balik dan
membimbing remaja
leaflet.
dalam menghadapi 3.1.3 Motivasi keluarga untuk
tantangan hidup
menjelaskan kembali
4. Menjadi pemimpin
materi yang telah
dan teman bagi
disampaikan.
remaja
3.1.4 Tanyakan kepada
keluarga mengenai
materi yang belum
dimengerti.
3.1.5 Jelaskan kepada
keluarga mengenai
materi yang belum
dimengerti.
3.1.6 Berikan reinforcement
positif terhadap
kemampuan yang
dicapai oleh keluarga.
Keluarga mampu
3.2.1 Dorong keluarga untuk
menyebutkan minimal 3
menceritakan sikap anak
dari 5 sikap anak
remaja dalam menjalani
remaja dalam menjalani
masa remaja.
masa remaja, yaitu:
3.2.2 Informasikan kepada
126
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
1. Mengetahui
kelebihan dan
kekurangan diri.
2. Menerima diri
sendiri.
3. Meningkatkan
keimanan kepada
Tuhan semesta ini.
4. Bersikap terbuka.
5. Memiliki kegiatan
positif.
3.2.3
3.2.4
3.2.5
3.2.6
3.3 Melakukan
komunikasi yang
terbuka dengan
remaja.
Respon
psikomotor
Pada kunjungan yang
tidak direncanakan,
keluarga melakukan
komunikasi yang
terbuka dengan remaja
dan saling berbincang
127
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
3.3.1
3.3.2
keluarga tentang sikap
anak remaja dalam
menjalani masa remaja
dengan menggunakan
media lembar balik dan
leaflet.
Motivasi keluarga untuk
menjelaskan kembali
materi yang telah
disampaikan.
Tanyakan kepada
keluarga mengenai
materi yang belum
dimengerti.
Jelaskan kepada
keluarga mengenai
materi yang belum
dimengerti.
Berikan reinforcement
terhadap kemampuan
yang dicapai oleh
keluarga.
Tanyakan kepada
keluarga, hal apa yang
telah dibicarakan
dengan anggota
keluarga yang remaja.
Berikan reinforcement
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
tentang kehidupan
remaja.
4. Setelah 1 x 15 menit
pertemuan, keluarga
mampu memodifikasi
lingkungan yang sesuai
dengan anak remaja.
Respon
verbal
positif terhadap
kemampuan yang
dicapai oleh keluarga.
Keluarga mampu
4.1.1 Diskusikan cara
menyebutkan 2
memodifikasi
modifikasi lingkungan
lingkungan yang sesuai
yang sesuai dengan
dengan remaja.
remaja, yaitu:
4.1.2 Jelaskan kepada
1. Pergaulan dengan
keluarga tentang cara
teman sebaya yang
memodifikasi
baik (selektif
lingkungan yang sesuai
memilih teman)
dengan remaja dengan
2. Komunikasi terbuka
menggunakan media
dengan keluarga
lembar balik dan leaflet.
4.1.3 Motivasi keluarga untuk
menjelaskan kembali
cara memodifikasi
lingkungan yang sesuai
dengan remaja.
4.1.4 Tanyakan kepada
keluarga tentang materi
yang belum dimengerti.
4.1.5 Jelaskan kepada
keluarga mengenai
materi yang belum
dimengerti.
4.1.6 Berikan reinforcement
128
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
positif terhadap
kemampuan yang
dicapai oleh keluarga
5. Setelah 1 x 20 menit
pertemuan, keluarga
mampu menggunakan
fasilitas kesehatan yang
ada untuk berkonsultasi
mengenai tumbuh
kembang remaja,
dengan mampu:
5.1 Menyebutkan
Respon
tempat pelayanan
verbal
kesehatan untuk
berkonsultasi
mengenai tumbuh
kembang remaja.
5.2 Mengunjungi
fasilitas pelayanan
kesehatan untuk
berkonsultasi
Respon
afektif
Keluarga dapat
menyebutkan fasilitas
yang dapat dikunjungi,
yaitu:
1. Puskesmas (PKPR)
2. Rumah sakit
3. Klinik dokter
4. Psikolog
5. Guru wali kelas
6. Guru BP di sekolah
5.1.1 Diskusikan bersama
keluarga mengenai
fasilitas kesehatan yang
ada disekitar tempat
tinggal.
5.1.2 Motivasi keluarga untuk
mengulang fasilitas
kesehatan yang dapat
dikunjungi.
5.1.3 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
Keluarga mengunjungi 5.2.3 Motivasi keluarga untuk
pelayanan kesehatan
berkunjung ke fasilitas
untuk konsultasi
kesehatan.
tumbuh kembang
5.2.4 Berikan reinforcement
129
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
mengenai tumbuh
kembang remaja.
remaja.
130
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
positif atas usaha
keluarga untuk
menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan.
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Bp. R
Diagnosa Tanggal dan
Ke
Waktu
1
24 Mei 2013 1.
jam 13.00
WIB
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Implementasi
Evaluasi
Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian
komunikasi.
Memberikan informasi kepada keluarga
mengenai pengertian komunikasi dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet.
Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian
komunikasi keluarga yang efektif.
Memberikan informasi kepada keluarga
mengenai pengertian komunikasi keluarga yang
efektif dengan menggunakan media lembar balik
dan leaflet.
Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga tentang penyebab komunikasi
tidak efektif.
Memberikan informasi kepada keluarga tentang
penyebab komunikasi tidak efektif dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet.
Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga tentang syarat-syarat
komunikasi efektif dalam keluarga.
Memberikan informasi kepada keluarga tentang
syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga
Paraf
Subjektif :
Keluarga (Ibu. R) mampu menyebutkan
pengertian komunikasi
Ibu. R mampu menyebutkan pengertian
komunikasi keluarga yang efektif
Ibu. R mampu menyebutkan penyebab
komunikasi tidak efektif.
Ibu. R mampu menyebutkan syaratsyarat komunikasi efektif dalam
keluarga.
Ibu. R mampu mengidentifikasi
komunikasi komunikasi yang tidak
efektif pada keluarga Bp. R.
Ibu. R mampu menyebutkan risiko
akibat masalah komunikasi yang tidak
efektif dalam keluarga bila tidak diatasi
Ibu. R mampu mengambil keputusan
untuk mengikuti program masalah
ketidakefektifan koping terutama
masalah komunikasi.
Ibu. R mampu menyebutkan jenis-jenis
komunikasi
Ibu. R mampu menyebutkan hambatan
dalam berkomunikasi
131
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
dengan menggunakan media lembar balik dan
leaflet.
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan syaratsyarat komunikasi yang efektif dalam keluarga.
Membantu keluarga untuk mengidentifikasi
komunikasi yang tidak efektif pada keluarga Bp.
R.
Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga tentang risiko akibat masalah
komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga
bila tidak diatasi.
Memberikan informasi kepada keluarga tentang
risiko akibat masalah komunikasi yang tidak
efektif dalam keluarga bila tidak diatasi dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet.
Memotivasi anggota keluarga dalam mengambil
keputusan untuk mengikuti program masalah
ketidakefektifan koping terutama masalah
komunikasi.
Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga tentang jenis-jenis
komunikasi.
Memberikan informasi kepada keluarga
mengenai jenis-jenis komunikasi dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet.
Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga tentang hambatan dalam
berkomunikasi.
Objektif:
Orang tua (Ibu. R) dapat
mendemonstrasikan cara komunikasi
yang efektif dengan remaja
Orang tua (Ibu. R) dapat
mendemonstrasikan cara mendengar
aktif dan menyampaikan “pesan saya”
pada remaja
Analisis:
TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai
dengan keluarga telah mampu
mengenal komunikasi yang efektif
antara orang tua dengan remaja,
mengambil keputusan dalam
menciptakan komunikasi yang efektif
dalam keluarga dan mendemonstrasikan
komunikasi yang efektif dengan anak
remaja.
Planning:
Evaluasi TUK 1, 2 dan 3 kemudian
lanjutkan ke TUK 4 dan 5
132
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
1
27 Mei 2013
jam 10.00
WIB
17. Memberikan informasi kepada keluarga
mengenai hambatan dalam berkomunikasi
dengan menggunakan media lembar balik dan
leaflet.
18. Mendemonstrasikan dengan keluarga cara
berkomunikasi efektif antara orang tua dan
remaja.
19. Memberi kesempatan keluarga bertanya.
20. Memberi kesempatan keluarga
mendemonstrasikan kembali cara berkomunikasi
efektif antara orang tua dan remaja
21. Memberikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
22. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
23. Memberikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
24. Memotivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
25. Memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
1. Mengevaluasi TUK 1 – 3
2. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga tentang faktor-faktor dalam
diri remaja untuk mendukung komunikasi
efektif.
3. Memberikan informasi kepada keluarga
mengenai faktor-faktor dalam diri remaja untuk
Subjektif :
Keluarga (Ibu. R) mampu menyebutkan
kembali pengertian komunikasi
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
pengertian komunikasi keluarga yang
efektif
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
133
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
mendukung komunikasi efektif dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet.
4. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga tentang faktor-faktor dalam
diri orang tua untuk mendukung komunikasi
efektif.
5. Memberikan informasi kepada keluarga
mengenai faktor-faktor dalam diri orang tua
untuk mendukung komunikasi efektif dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet.
6. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga tentang faktor-faktor
lingkungan untuk mendukung komunikasi
efektif.
7. Memberikan informasi kepada keluarga
mengenai faktor-faktor lingkungan untuk
mendukung komunikasi efektif dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet.
8. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai
jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat
dikunjungi keluarga untuk berkonsultasi
masalah komunikasi antara orang tua dan remaja
yang ada disekitar tempat tinggal.
9. Memotivasi keluarga untuk mengulang jenisjenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi
keluarga.
10. Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
penyebab komunikasi tidak efektif.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
syarat-syarat komunikasi efektif dalam
keluarga.
Ibu. R mampu mengidentifikasi
kembali komunikasi komunikasi yang
tidak efektif pada keluarga Bp. R.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
risiko akibat masalah komunikasi yang
tidak efektif dalam keluarga bila tidak
diatasi
Ibu. R mengatakan sudah
mengusahakan berbicara dengan
anaknya
Ibu. R mampu mengambil keputusan
untuk mengikuti program masalah
ketidakefektifan koping terutama
masalah komunikasi.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
jenis-jenis komunikasi.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
hambatan dalam berkomunikasi.
Ibu. R mampu menyebutkan faktorfaktor dalam diri remaja untuk
mendukung komunikasi efektif.
Ibu. R mampu menyebutkan faktorfaktor dalam diri orang tua untuk
mendukung komunikasi efektif
134
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
11. Memberikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman yang benar.
12. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
13. Memberikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
14. Memotivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
15. Memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
Ibu. R mampu menyebutkan faktorfaktor lingkungan untuk mendukung
komunikasi efektif
Ibu. R mampu menyebutkan jenis-jenis
pelayanan kesehatan yang dapat
dikunjungi keluarga untuk
berkonsultasi masalah komunikasi
antara orang tua dan remaja yang ada
disekitar tempat tinggal.
Objektif:
Orang tua (Ibu. R) dapat
mendemonstrasikan kembali cara
komunikasi yang efektif dengan remaja
Orang tua (Ibu. R) dapat
mendemonstrasikan kembali cara
mendengar aktif dan menyampaikan
“pesan saya” pada remaja
Analisis:
TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai
dengan keluarga telah mampu
mengenal komunikasi yang efektif
antara orang tua dengan remaja,
mengambil keputusan dalam
menciptakan komunikasi yang efektif
dalam keluarga dan mendemonstrasikan
komunikasi yang efektif dengan anak
135
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
remaja.
TUK 4 dan 5 tercapai ditandai dengan
keluarga telah mampu memodifikasi
lingkungan dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan untuk
memfasilitasi komunikasi efektif dalam
keluarga antara orang tua dan remaja.
1
29 Mei 2013
jam 10.00
WIB
1.
Planning:
Evaluasi TUK 1 – 5 untuk diagnosa
pertama (ketidakefektifan koping pada
keluarga Bp. R)
Subjektif :
Keluarga (Ibu. R) mampu menyebutkan
kembali pengertian komunikasi
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
pengertian komunikasi keluarga yang
efektif
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
penyebab komunikasi tidak efektif.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
syarat-syarat komunikasi efektif dalam
keluarga.
Ibu. R mampu mengidentifikasi
kembali komunikasi komunikasi yang
tidak efektif pada keluarga Bp. R.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
risiko akibat masalah komunikasi yang
Mengevaluasi TUK 1 – 5
136
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
tidak efektif dalam keluarga bila tidak
diatasi
Ibu. R mengatakan sudah
mengusahakan berbicara dengan
anaknya
Ibu. R mampu mengambil keputusan
untuk mengikuti program masalah
ketidakefektifan koping terutama
masalah komunikasi.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
jenis-jenis komunikasi.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
hambatan dalam berkomunikasi.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
faktor-faktor dalam diri remaja untuk
mendukung komunikasi efektif.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
faktor-faktor dalam diri orang tua untuk
mendukung komunikasi efektif
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
faktor-faktor lingkungan untuk
mendukung komunikasi efektif
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
jenis-jenis pelayanan kesehatan yang
dapat dikunjungi keluarga untuk
berkonsultasi masalah komunikasi
antara orang tua dan remaja yang ada
disekitar tempat tinggal.
137
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
Objektif:
Orang tua (Ibu. R) dapat
mendemonstrasikan kembali cara
komunikasi yang efektif dengan remaja
Orang tua (Ibu. R) dapat
mendemonstrasikan kembali cara
mendengar aktif dan menyampaikan
“pesan saya” pada remaja
Analisis:
TUK 1 – 5 tercapai ditandai dengan
keluarga telah mampu mengenal
komunikasi yang efektif antara orang
tua dengan remaja, mengambil
keputusan dalam menciptakan
komunikasi yang efektif dalam
keluarga, mendemonstrasikan
komunikasi yang efektif dengan anak
remaja, memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan
untuk memfasilitasi komunikasi efektif
dalam keluarga antara orang tua dan
remaja.
Planning:
TUK 1 – 3 untuk diagnosa ke dua
(ketidakefektifan performa peran
138
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
2
1 Juni 2013
jam 10.00
WIB
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian tumbuh
kembang.
Memberikan informasi kepada keluarga
mengenai pengertian tumbuh kembang dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet.
Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian remaja.
Memberikan informasi kepada keluarga
mengenai pengertian remaja dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet.
Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga tentang definisi tumbuh
kembang remaja.
Memberikan informasi kepada keluarga tentang
definisi tumbuh kembang remaja dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet.
Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga tentang perubahan-perubahan
pada remaja.
Memberikan informasi kepada keluarga tentang
perubahan-perubahan pada remaja dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet.
Menanyakan kepada keluarga, adakah anggota
keluarga yang memiliki kriteria remaja
sebagaimana yang telah dibahas.
remaja pada keluarga Bp. R khususnya
An. H)
Subjektif :
Keluarga (Ibu. R) mampu menyebutkan
pengertian tumbuh kembang.
Ibu. R mampu menyebutkan pengertian
remaja
Ibu. R mampu menyebutkan definisi
tumbuh kembang remaja
Ibu. R mampu menyebutkan syaratsyarat komunikasi efektif dalam
keluarga.
Ibu. R mampu menyebutkan
perubahan-perubahan pada remaja.
Ibu. R mampu mengidentifikasi An. H
termasuk dalam remaja
Ibu. R mampu menyebutkan akibat
perubahan fisik pada remaja
Ibu. R mampu menyebutkan akibat
perubahan kejiwaan pada remaja.
Ibu. R mampu menyebutkan akibat
perubahan sosial pada remaja.
Ibu. R mampu mengambil keputusan
untuk mengasuh anak remaja dengan
tepat sesuai dengan tumbuh
kembangnya.
Ibu. R mampu menyebutkan sikap
139
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
10. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
orang tua dalam mengasuh anak remaja
diketahui keluarga tentang akibat perubahan
Ibu. R mampu menyebutkan sikap anak
fisik pada remaja.
remaja dalam menjalani masa remaja
11. Memberikan informasi kepada keluarga
mengenai akibat perubahan fisik pada remaja
Objektif:
dengan menggunakan media lembar balik dan
Orang tua (Ibu. R) dapat
leaflet.
mendemonstrasikan cara komunikasi
12. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
terbuka dengan remaja
diketahui keluarga tentang akibat perubahan
kejiwaan pada remaja.
Analisis:
13. Memberikan informasi kepada keluarga
TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai
mengenai akibat perubahan kejiwaan pada
dengan keluarga telah mampu
remaja dengan menggunakan media lembar balik
mengenal masalah tumbuh kembang
dan leaflet.
remaja, mengambil keputusan yang
14. Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
tepat untuk mengasuh anak remaja dan
diketahui keluarga tentang akibat perubahan
mendemonstrasikan komunikasi yang
sosial pada remaja.
terbuka dengan anak remaja.
15. Memberikan informasi kepada keluarga
mengenai akibat perubahan sosial pada remaja
Planning:
dengan menggunakan media lembar balik dan
Evaluasi TUK 1, 2 dan 3 kemudian
leaflet.
lanjutkan ke TUK 4 dan 5
16. Membantu keluarga untuk mengenal dan
menyadari akan adanya remaja di keluarganya.
17. Membantu keluarga untuk memutuskan
mengasuh anak remaja dengan tepat sesuai
dengan tumbuh kembangnya.
18. Mendorong keluarga untuk menceritakan sikap
orang tua dalam mengasuh anak remaja.
140
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
2
6 Juni 2013
jam 10.00
WIB
19. Menginformasikan kepada keluarga tentang
sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja
dengan menggunakan media lembar balik dan
leaflet.
20. Mendorong keluarga untuk menceritakan sikap
anak remaja dalam menjalani masa remaja.
21. Menginformasikan kepada keluarga tentang
sikap anak remaja dalam menjalani masa remaja
dengan menggunakan media lembar balik dan
leaflet.
22. Menanyakan kepada keluarga, hal apa yang telah
dibicarakan dengan anggota keluarga yang
remaja.
23. Memberikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
24. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
25. Memberikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti.
26. Memotivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
27. Memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
1. Mengevaluasi TUK 1 – 3
Subjektif :
2. Mendiskusikan cara memodifikasi lingkungan
Keluarga (Ibu. R) mampu menyebutkan
yang sesuai dengan remaja.
kembali pengertian tumbuh kembang.
3. Menjelaskan kepada keluarga tentang cara
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan
pengertian remaja
141
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
remaja dengan menggunakan media lembar balik
dan leaflet.
4. Memotivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara memodifikasi lingkungan yang
sesuai dengan remaja.
5. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai
fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat
tinggal.
6. Memotivasi keluarga untuk mengulang fasilitas
kesehatan yang dapat dikunjungi.
7. Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan.
8. Menanyakan kepada keluarga tentang materi
yang belum dimengerti.
9. Menjelaskan kepada keluarga mengenai materi
yang belum dimengerti.
10. Memberikan reinforcement positif terhadap
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
definisi tumbuh kembang remaja
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
syarat-syarat komunikasi efektif dalam
keluarga.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
perubahan-perubahan pada remaja.
Ibu. R mampu mengidentifikasi
kembali An. H termasuk dalam remaja
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
akibat perubahan fisik pada remaja
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
akibat perubahan kejiwaan pada remaja.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
akibat perubahan sosial pada remaja.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
sikap orang tua dalam mengasuh anak
remaja
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
sikap anak remaja dalam menjalani
masa remaja
Ibu. R mengatakan sudah
mengusahakan berbicara dengan
anaknya
Ibu. R mampu menyebutkan cara
memodifikasi lingkungan yang sesuai
dengan remaja
142
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
Ibu. R mampu menyebutkan fasilitas
kesehatan yang ada disekitar tempat
tinggal
Objektif:
Orang tua (Ibu. R) dapat
mendemonstrasikan kembali cara
komunikasi terbuka dengan remaja
Analisis:
TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai
dengan keluarga telah mampu
mengenal masalah tumbuh kembang
remaja, mengambil keputusan yang
tepat untuk mengasuh anak remaja dan
mendemonstrasikan komunikasi yang
terbuka dengan anak remaja.
TUK 4 dan 5 tercapai ditandai dengan
keluarga telah mampu memodifikasi
lingkungan dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan untuk
memfasilitasi dalam menerapkan peran
dan tanggung jawab remaja.
Planning:
Evaluasi TUK 1 – 5 untuk diagnosa ke
dua (ketidakefektifan performa peran
pada keluarga Bp. R khususnya An. H)
143
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
2
8 Juni 2013
jam 10.00
WIB
1.
Mengevaluasi TUK 1 – 5
Subjektif :
Keluarga (Ibu. R) mampu menyebutkan
kembali pengertian tumbuh kembang.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
pengertian remaja
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
definisi tumbuh kembang remaja
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
syarat-syarat komunikasi efektif dalam
keluarga.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
perubahan-perubahan pada remaja.
Ibu. R mampu mengidentifikasi
kembali An. H termasuk dalam remaja
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
akibat perubahan fisik pada remaja
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
akibat perubahan kejiwaan pada remaja.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
akibat perubahan sosial pada remaja.
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
sikap orang tua dalam mengasuh anak
remaja
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
sikap anak remaja dalam menjalani
masa remaja
Ibu. R mengatakan sudah
144
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
mengusahakan berbicara dengan
anaknya
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
cara memodifikasi lingkungan yang
sesuai dengan remaja
Ibu. R mampu menyebutkan kembali
fasilitas kesehatan yang ada disekitar
tempat tinggal
Objektif:
Orang tua (Ibu. R) dapat
mendemonstrasikan kembali cara
komunikasi terbuka dengan remaja
Analisis:
TUK 1 – 5 tercapai ditandai dengan
keluarga telah mampu mengenal
masalah tumbuh kembang remaja,
mengambil keputusan yang tepat untuk
mengasuh anak remaja,
mendemonstrasikan komunikasi yang
terbuka dengan anak remaja,
memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan
untuk memfasilitasi memfasilitasi
dalam menerapkan peran dan tanggung
jawab remaja.
145
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 1: (lanjutan)
Planning:
Evaluasi sumatif untuk diagnosa
keperawatan ketidakefektifan koping
pada keluarga Bp. R
146
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 2: Evaluasi Sumatif
EVALUASI SUMATIF KELUARGA Bp. R
Diagnosa 1: Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. R
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Kriteria Evaluasi
Keluarga mampu menyebutkan
komunikasi adalah pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih dengan cara yang tepat
sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami.
Keluarga mampu menyebutkan
komunikasi keluarga yang efektif
adalah komunikasi yang berjalan dua
arah dan dapat mencapai tujuan dari
komunikasi tersebut.
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6
penyebab komunikasi tidak efektif,
yaitu:
1. Orang tua lebih banyak bicara
daripada mendengar
2. Orang tua merasa tahu lebih banyak
3. Orang tua cenderung memberi
arahan dan nasihat
4. Orang tua tidak berusaha untuk
mendengar terlebih dahulu apa yang
terjadi dan sebenarnya terjadi pada
remaja
5. Orang tua tidak mencoba menerima
dahulu kenyataan yang di alami
remaja dan memahaminya
6. Orang tua merasa putus asa dan
marah-marah karena tidak tahu lagi
apa yang harus dilakukan terhadap
remaja
Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 6
syarat-syarat komunikasi efektif dalam
keluarga, antara lain:
1. Mengenal diri sendiri
2. Mengenal diri remaja
3. Mendengar aktif
4. “Pesan kamu” dan “pesan saya”
5. Menentukan masalah siapa
6. Mengenal dan menghindari gaya
penghambat komunikasi
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5
risiko akibat masalah komunikasi yang
Ya
√
Hasil
Tidak
Keterangan
√
√
√
√
147
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 2: (lanjutan)
6.
7.
8.
9.
10.
tidak efektif dalam keluarga bila tidak
diatasi, yaitu:
1. Kenakalan remaja
2. Menimbulkan perubahan sikap pada
diri remaja
3. Anggota keluarga saling tertutup
satu sama lain
4. Seringnya terjadi perceraian orang
tua
5. Anak remaja merasa kesepian
Keluarga mampu menyebutkan jenisjenis komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi verbal dengan kata-kata
2. Komunikasi non verbal disebut
dengan bahasa tubuh
Keluarga mampu menyebutkan
menyebutkan 7 dari 12 hambatan dalam
komunikasi, yaitu:
1. Memerintah
2. Menyalahkan
3. Meremehkan
4. Membandingkan
5. Memberi cap
6. Mengancam
7. Menasihati
8. Membohongi
9. Menghibur
10. Mengkritik
11. Menyindir
12. Menganalisa
Keluarga mampu mendemonstrasikan
cara komunikasi yang efektif antara
orang tua dan remaja.
Keluarga mampu menyebutkan faktorfaktor dalam diri remaja untuk
mendukung komunikasi efektif, yaitu:
1. Sebelum memulai proses
komunikasi hubungan remaja dan
orang tua hangat dan terbuka
2. Remaja telah menyatakan bersedia
mengungkapkan permasalahannya
3. Teridentifikasi bahwa remaja berada
pada kondisi yang membutuhkan
bantuan orang tua untuk
memfasilitasi
Keluarga mampu menyebutkan faktorfaktor dalam diri orang tua untuk
mendukung komunikasi efektif, yaitu:
√
√
Keluarga hanya
mampu
menyebutkan 4
hambatan dalam
berkomunikasi.
√
√
√
148
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 2: (lanjutan)
11.
12.
13.
1. Mendengar supaya remaja banyak
bicara
2. Menerima dahulu perasaan remaja
agar remaja lebih terbuka dan
dihargai
3. Berbicara supaya didengar
4. Mau berubah dimana orang tua
memiliki waktu yang khusus dalam
mendengarkan dan berkomunikasi
dengan remaja
Keluarga mampu menyebutkan faktorfaktor lingkungan untuk mendukung
komunikasi efektif, yaitu:
1. Kondusif
2. Tenang
3. Privacy remaja terjaga
4. Jika dilakukan di rumah sebaiknya
dilakukan di ruangan tertutup untuk
menjaga privacy remaja dan
keleluasaan remaja
mengekspresikan perasaan
Keluarga mampu menyebutkan
pelayanan kesehatan yang dapat
dikunjungi keluarga untuk
berkonsultasi masalah komunikasi
antara orang tua dan remaja, yaitu:
1. Puskesmas (PKPR)
2. Rumah sakit
3. Klinik dokter
4. Psikolog
5. Guru wali kelas
6. Guru BP di sekolah
Keluarga mengunjungi pelayanan
kesehatan untuk konsultasi mengenai
masalah komunikasi antara orang tua
dan remaja.
√
√
√
Ibu. R
mengatakan
belum sempat ke
fasilitas kesehatan
karena selama ini
masih ada
mahasiswa.
Mahasiswa
memotivasi
keluarga untuk
memanfaatkan
fasilitas kesehatan.
Diagnosa 2: Ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga Bp. R
khususnya An. H
No.
Kriteria Evaluasi
Hasil
149
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Keterangan
Universitas Indonesia
Lampiran 2: (lanjutan)
1.
2.
3.
4.
Keluarga mampu menyebutkan
pertumbuhan adalah bertambahnya
ukuran anak dari segi jasmani.
Sedangkan perkembangan adalah
berkembangnya kemampuan atau
keahlian anak.
Keluarga mampu menyebutkan remaja
adalah anak yang berusia 13-21 tahun.
Remaja merupakan masa transisi/
peralihan dari masa kanak-kanak
menuju dewasa yang ditandai dengan
adanya perubahan aspek fisik, psikis
dan psikososial.
Keluarga mampu menyebutkan tumbuh
kembang remaja adalah proses lebih
lanjut remaja menuju tahap
perkembangan dan pertumbuhan
selanjutnya (dewasa).
Keluarga mampu menyebutkan 6 dari
11 perubahan-perubahan yang terjadi
pada remaja, yaitu:
1. Perubahan fisik, meliputi:
a. Perubahan TB dan BB
b. Perubahan bentuk tubuh: Remaja
putri (penimbunan jaringan
lemak, kulit halus, suara nyaring,
payudara membesar, tumbuh
rambut di daerah tertentu. Remaja
putra (peningkatan besar otot,
kulit kasar, tumbuh kumis,
tumbuh rambut di daerah
tertentu).
c. Mengalami pubertas: Remaja
putra (mimpi basah). Remaja
putri (menstruasi).
2. Perubahan mental, meliputi:
a. Berpikir abstrak
b. Kritis
c. Egosentris
d. Selalu ingin tahu
e. Cenderung menentang orang tua
f. Ingin mencoba hal-hal yang
menguji keberanian
3. Perubahan sosial, meliputi:
a. Mulai melepaskan diri dari
keluarga
b. Membentuk kelompok teman
Ya
√
Tidak
√
√
√
150
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Keluarga hanya
mampu
menyebutkan 4
perubahanperubahan yang
terjadi pada
remaja.
Universitas Indonesia
Lampiran 2: (lanjutan)
5.
6.
7.
8.
9.
10.
sebaya
Keluarga mampu mengidentifikasi
bahwa An. H adalah remaja.
Keluarga mampu menyebutkan minimal
2 dari 4 permasalahan akibat perubahan
fisik pada remaja, yaitu:
1. Jerawat
2. Kegemukan
3. Anemia
3. Infeksi karena kekebalan tubuh
mulai menurun
Keluarga mampu menyebutkan 2
permasalahan akibat perubahan
kejiwaan pada remaja, yaitu:
1. Mencari identitas diri
2. Timbul pertanyaan: Siapa aku ini?
Apa jadinya aku ini?
Keluarga mampu menyebutkan minimal
2 dari 3 permasalahan akibat perubahan
sosial pada remaja, yaitu:
1. Timbul konflik dengan orang tua
akibat keinginan remaja ingin
mempunyai keleluasaan pribadi.
2. Melibatkan remaja pada perkelahian
antar genk, bolos, terlibat dalam
narkoba, minum minuman keras,
merokok akibat setia kawan kepada
kelompok.
3. Sifat egosentris dan menonjolkan
kelompoknya.
Keluarga mampu menyebutkan minimal
3 dari 4 sikap orang tua dalam
mengasuh anak remaja, yaitu:
1. Mengenal anak
2. Sering melakukan percakapan
dengan anak
3. Mendampingi dan membimbing
remaja dalam menghadapi tantangan
hidup
4. Menjadi pemimpin dan teman bagi
remaja
Keluarga mampu menyebutkan minimal
3 dari 5 sikap anak remaja dalam
menjalani masa remaja, yaitu:
1. Mengetahui kelebihan dan
kekurangan diri.
2. Menerima diri sendiri.
3. Meningkatkan keimanan kepada
√
√
√
√
√
√
151
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Keluarga hanya
mampu
menyebutkan 2
sikap anak remaja
dalam menjalani
masa remaja.
Universitas Indonesia
Lampiran 2: (lanjutan)
11.
12.
13.
14.
Tuhan semesta ini.
4. Bersikap terbuka.
5. Memiliki kegiatan positif.
Keluarga mampu mendemonstrasikan
komunikasi terbuka dengan remaja.
Keluarga mampu menyebutkan 2
modifikasi lingkungan yang sesuai
dengan remaja, yaitu:
1. Pergaulan dengan teman sebaya
yang baik (selektif memilih teman)
2. Komunikasi terbuka dengan
keluarga
Keluarga dapat menyebutkan fasilitas
yang dapat dikunjungi, yaitu:
1. Puskesmas (PKPR)
2. Rumah sakit
3. Klinik dokter
4. Psikolog
5. Guru wali kelas
6. Guru BP di sekolah
Keluarga mengunjungi pelayanan
kesehatan untuk konsultasi mengenai
masalah tumbuh kembang remaja.
√
√
√
√
152
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Ibu. R
mengatakan
belum sempat ke
fasilitas kesehatan
karena selama ini
masih ada
mahasiswa.
Mahasiswa
memotivasi
keluarga untuk
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan.
Universitas Indonesia
Lampiran 3: Tingkat Kemandirian Keluarga
TINGKAT KEMANDIRIAN
Nama keluarga
: Bpk. R
Alamat
: RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan
Cimanggis Depok
KESIMPULAN:
Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang
dilakukan selama tujuh minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa
dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan
pembinaan dan kunjungan rutin di keluarga, mahasiswa banyak memperoleh
informasi dari keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami keluarga.
Selama tujuh minggu mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke
keluarga dan menemukan tiga masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa
keluarga termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat IV” dengan alasan:
Kriteria
Ya
Keluarga
menerima petugas
perawatan
kesehatan
masyarakat
√
Keluarga
mengungkapkan
masalah
kesehatan yang
dialami secara
benar
√
Tidak
Pembenaran
Selama praktek dan melakukan kunjungan
rumah, keluarga selalu menerima
kehadiran perawat dengan sikap ramah dan
terbuka sesuai dengan kontrak yang telah
disepakati bersama. Keluarga dan
mahasiswa hampir selalu menyepakati
kontrak yang telah ditentukan. Apabila
keluarga ada acara dan kegiatan pada saat
kontrak yang telah disepakati, keluarga
memberitahukan kepada mahasiswa
terlebih dahulu.
Saat proses pengkajian, keluarga menjawab
pertanyaan mahasiswa dengan benar yang
kemudian di klarifikasi dengan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang lainnya. Keluarga dengan
terbuka mau membicarakan masalah
kesehatan yang ada dengan mahasiswa.
Keluarga merasa yakin bahwa kehadiran
mahasiswa adalah untuk membantu
keluarga mengatasi masalah kesehatan
153
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Lampiran 3: (lanjutan)
yang ada.
Hasil pengkajian yang dilakukan
mahasiswa kepada dan bersama keluarga
kemudian dianalisis untuk menentukan
masalah keperawatan. Masalah atau
diagnosa keperawatan yang ada disusun
secara prioritas bersama keluarga dan
direncanakan intervensi untuk
mengatasinya. Tiga diagnosa keperawatan
yang ditemukan telah diselesaikan dua
diagnosa utamanya.
Keluarga
menerima
pelayanan
kesehatan yang
diberikan sesuai
dengan rencana
keperawatan
√
Keluarga
melakukan
tindakan
pencegahan
Keluarga
melakukan
promosi
kesehatan secara
aktif
√
Keluarga sudah mampu melakukan
pencegahan terhadap masalah kesehatan
yang dialami
√
Keluarga telah mampu melakukan promosi
kesehatan secara aktif
154
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI
Nama
: Mila Sri Wardani
NPM
: 0806457155
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat/ Tanggal Lahir
: Jakarta, 15 Maret 1990
Agama
: Islam
Status Pernikahan
: Belum Menikah
Alamat
: Komp. DEPPEN Blok DD No. 4 RT 001/ RW 011
Kelurahan Harjamukti Kecamatan Cimanggis –
Depok 16954
Anak Ke
: 2 dari 2 bersaudara
Telepon
: 08561129187
Email
: [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1.
1995 – 1996
: TK Dian Paramita Cimanggis – Depok
2.
1996 – 2001
: SD Negeri Harjamukti IV Cimanggis – Depok
3.
2001 – 2002
: SD Negeri 05 Pagi Cibubur – Jakarta Timur
4.
2002 – 2005
: SMP Negeri 147 Cibubur – Jakarta Timur
5.
2005 – 2008
: SMA Negeri 99 Cibubur – Jakarta Timur
6.
2008 – 2012
: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (Sarjana)
7.
2012 – 2013
: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (Profesi)
155
Asuhan keperawatan ..., Mila Sri, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Download