PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGARUH MUSIK KLASIK MOZART PADA KEMAMPUAN SPASIAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh: Claudia Kartika Panutan 129114114 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN MOTTO “Dalam mengerjakan sesuatu, bukan hanya tentang kerja keras, Satu hal yang tak kalah penting adalah kesabaran menjalani proses.” -Ajahn Brahm- “Semakin Sulit Perjuangannya, Semakin Besar Kemenangannya.” -Thomas Paine- “The Secret of Change is to Focus All of Your Energy, Not on Fighting the Old, But on Building the New.” -Socrates- iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGARUH MUSIK KLASIK MOZART PADA KEMAMPUAN SPASIAL Claudia Kartika Panutan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh musik klasik Mozart pada kemampuan spasial. Hipotesis menyatakan bahwa musik klasik Mozart berpengaruh secara signifikan pada kemampuan spasial. Penelitian eksperimen dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ini mempunyai 44 subjek berusia 18-21 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik klasik Mozart berpengaruh secara signifikan pada kemampuan spasial (p = 0,034 ; p<0.05). Kata kunci: kemampuan spasial, musik klasik Mozart. vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI THE EFFECT OF MOZART’S CLASSICAL MUSIC TOWARDS SPATIAL ABILITY Claudia Kartika Panutan The purpose of this research is to determine the effect of Mozart’s classical music on spatial ability. This research hyphotesis is there was significance effect of Mozart’s classical music on spatial ability. This experimental research employed experimental group and control group with 44 subjects (18-21 year old). The result shows that Mozart’s classical music significantly influence spatial ability (p = 0,034 ; p<0.05). Key words: Mozart’s classical music, spatial ability. vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu ada menyertai pelaksanaan dan penulisan skripsi ini, serta selalu membimbing saya menyelesaikan skripsi ini. Peneliti juga sangat berterimakasih terhadap orang – orang yang memberi andil sangat besar karena bantuan dan dukungan yang tak terhingga. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 2. Drs. Hadrianus Wahyudi M. Si., Dosen Pembimbing Akademik. 3. Dr. A. Priyono Marwan, S. J. Dosen pembimbing yang luar biasa baik dan murah senyum. Terima kasih romo telah sabar membimbing peneliti selama kurang lebih 4 bulan. 4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik peneliti dan memberikan banyak pelajaran serta pengalaman yang sangat berharga selama studi. 5. Mas Muji dan para staff Laboratorium yang sangat baik membantu mengurus tempat untuk penelitian serta menjadi teman bercanda bila sedang jenuh. 6. Kedua orang tua peneliti, Papa Tanto Handoko dan Mama Dyah Fajaryanti yang selalu setia membimbing serta memberikan semangat yang tiada tara. 7. Adik peneliti Rafael Jodhi Kapitan, terimakasih tawa candanya dan menjadi penyemangat peneliti untuk terus menjadi lebih baik. ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Helicopter Squad; Erlin, Zelda, Aprek, dan Fani menjadi sahabat yang selalu ada, ingat quote kita “Always remember that if you fall, we will always pick you up”. 2. Ella dan Flo, sahabat yang selalu ada bila peneliti sedang kesusahan dan sebagai teman curhat yang setia. 3. Eris, Erin, Revi, dan Ayak sebagai sahabat yang selalu ada disaat suka maupun duka. 4. Keluarga Besar Sutrisman yang telah memberikan semangatnya untuk cepat menyelesaikan skripsi. 5. Teman-teman psikologi kelas D dan angkatan 2012, terimakasih atas kebersamaan dan dinamikanya. Pihak-pihak lain yang terkait selama proses penulisan skripsi yang tidak dapat peniliti sebutkan satu persatu, terima kasih banyak. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak, mohon maaf apabila masih banyak kekurangan. Yogyakarta, 18 Agustus 2016 Peneliti Claudia Kartika Panutan x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………............ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING…………....... ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………......... iii HALAMAN MOTTO…………………………………………...…….. iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………… v ABSTRAK……………………………………...………………………. vi ABSTRACK……………………………………………………………………... vii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……. .. viii KATA PENGANTAR……………………………………………..…... ix DAFTAR ISI………………………………………………………….. xi DAFTAR TABEL…………………………………………………….. xv DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….. xvi BAB I PENDAHULUAN………………………………….…………. 1 A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah………………………………………………….. 10 C. Tujuan Penelitian…………………………………………………… 10 D. Manfaat Penelitian………………………………………………….. 11 1. Manfaat Teoritis………………………………………………… 11 2. Manfaat Praktis…………………………………………………. 11 xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………..12 A. Kemampuan Spasial…...…………………………………………… 12 1. Pengertian Kemampuan Spasial………………………………….12 2. Aspek – Aspek Kemampuan Spasial…………………………….12 3. Alat Ukur Kemampuan Spasial…………………………………..21 4. Faktor – Faktor Kemampuan Spasial……………………….........24 B. Musik Klasik…………………………………………………………27 1. Pengertian Umum Musik………………………………………...27 2. Pengertian Musik Klasik…………………………………………28 a. Definisi Musik Klasik………………………………………..28 b. Pengaruh Musik Klasik………………………………………29 c. Ciri – Ciri Musik Klasik……………………………………..31 3. Musik Klasik Mozart…………………………………………….32 a. Sejarah Musik Mozart……………………………………..…32 b. Musik Mozart……………………………………………….. 33 C. Dinamika Variabel…………….………………………………..….. 34 D. Hipotesis……………………………………………………………. 35 BAB III METODE PENELITIAN………………………………….. 36 A. Subjek Penelitian………………………………………...………..… 36 B. Definisi Operasional Variabel Penelitian……………...………….… 37 1. Variabel Tergantung……………………………………………… 37 2. Variabel Bebas…………………………………………………… 37 xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI A. Desain Eksperimen…………………………………...………………37 B. Alat Penelitian…………………………………...…………………. 39 C. Prosedur Penelitian……………………...……………………………40 1. Pelaksanaan Diskriminasi Tes……………………………………40 2. Pelaksanaan Penelitian Kelompok Kontrol………………………41 3. Pelaksanaan Penelitian Kelompok Eksperimen………………….42 D. Metode Analisis Data………………………………………………...44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………. 45 A. Analisis Data…………………………………………………………45 1. Uji Asumsi……………………………………………………….45 2. Uji Hipotesis……………………………………………………..47 B. Pembahasan………………………………………………………….48 C. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian………………………………56 BAB V PENUTUP……………………………………………………..58 A. Kesimpulan………………………………………………………….58 B. Saran………………………………………………………………...58 1. Bagi Peneliti Selanjutnya………………………………………..58 2. Bagi Praktisi……………………………………………………..59 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 60 xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL TABEL 1. Uji Normalitas………………………………………………45 TABEL 2. Uji Homogenitas……………………………………………46 TABEL 3. Nilai Rata-Rata…………………………………………….... 47 TABEL 4. Uji Hipotesis………………………………………………….48 xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A. INFORM CONSENT…………………………………. 65 LAMPIRAN B. ANGKET……………………………………………… 66 LAMPIRAN C. SKOR TES EKSPERIMEN DAN KONTROL………. 67 LAMPIRAN D. UJI ASUMSI…………………………………………...69 LAMPIRAN E. UJI HIPOTESIS…………………………………….…. 73 LAMPIRAN F. TES KEMAMPUAN SPASIAL UNTUK DISKRIMINASI ITEM………………………...…………………….….75 LAMPIRAN G. TES DISKRIMINASI ITEM…………………………...76 LAMPIRAN H. TES KEMAMPUAN SPASIAL…………………….…79 xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan spasial sangat penting bagi hidup kita. Kemampuan spasial ini sangat dibutuhkan saat seseorang ingin menunjukkan letak suatu tempat, mengarahkan kendaraan, dan bahkan menerbangkan pesawat terbang. Banyak orang seringkali berhadapan dengan permintaan dari orang lain untuk menjelaskan mengenai arah jalan dan menjelaskan mengenai denah suatu tempat. Bahkan para pilot maupun nakhoda kapal laut harus mengerti arah navigasi pada peta yang harus dilalui. Kegiatan tersebut melibatkan kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan spasial atau keruangan (Nora dan Janellen 2004). Gardner (1983) dalam bukunya yang berjudul Frames of Mind menjelaskan bahwa kemampuan spasial (spatial ability) adalah kapasitas individu untuk mempersepsikan dunia visual secara akurat, dan melakukan transformasi serta modifikasi terhadap persepsi visual tersebut. Kemampuan ini melibatkan visualisasi gambar di dalam kepala seseorang dan membangkitkan kapasitas berpikir dalam bentuk tiga dimensi. Kemampuan spasial mencakup kemampuan untuk menyerap, mengubah, dan menciptakan kembali dalam bentuk dua atau tiga dimensi. 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kemampuan spasial sering ditemukan pada kegiatan seseorang dan banyak permasalahan yang harus dipecahkan oleh manusia dalam kesehariannya yang membutuhkan kemampuan spasial. Kemampuan spasial dibutuhkan saat seseorang yang berada di luar kota menggunakan peta untuk mencari jalan atau suatu tempat dan menjelaskan bentuk suatu bangunan atau arah jalan yang ingin dituju, mengelilingi suatu bangunan yang belum pernah dijumpai, mencari tempat menginap yang lebih strategis. Kemampuan spasial juga dibutuhkan ketika melakukan orientasi diri terhadap lingkungan yang baru (Hegarty, 2005). Kemampuan spasial sangat erat kaitannya di bidang edukasi bagi pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Kemampuan spasial sangat erat hubungannya dengan prestasi akademik. Tambunan (2006) mengatakan bahwa dengan kemampuan spasial yang baik, dapat membantu seseorang memahami konsep-konsep, contohnya ilmu matematika, alam, teknik, meteorologi, arsitektur, dll. Chamidah (2008) mengatakan bahwa dalam materi matematika dibutuhkan kemampuan spasial, karena materi matematika pada sekolah tidak hanya berhubungan dengan hitungan semata, tetapi berhubungan juga dengan pengetahuan lain, yaitu mengenai keruangan (spasial). Contoh materi matematika yang membutuhkan kemampuan spasial adalah geometri ruang. Geometri ruang adalah himpunan titik, garis, dan bidang dalam ruang berdimensi tiga yang terletak dalam bagian tertutup beserta seluruh permukaan yang membatasinya. 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ives (2003) mengatakan bahwa kemampuan spasial harus mengerti konsep area, perimeter, dan volume pada dua-tiga bentuk dimensi yang terdapat pada unsur geometri di matematika. King (2002) mengatakan bahwa kemampuan spasial dua-tiga dimensi sangat lazim digunakan dalam studi matematika seperti geometri, trigonometri, kalkulus, aljabar, dan intuitif pemahaman ruang, sehingga kemampuan spasial memang memiliki hubungan dengan pelajaran matematika. Turgut dan Yilmaz (2012) yang meneliti mengenai keterkaitan gender guru matematika pra sekolah, kesuksesan akademis dan kemampuan spasial mengatakan bahwa penelitian tersebut bertujuan untuk para pendidik matematika, karena diharapkan para pendidik dapat meningkatkan kinerja pengajaran mereka dari sudut pandang kemampuan spasial yang baik. Pengajaran geometri ruang memiliki materi dimensi tiga dan memberi kesempatan pada siswa dalam menggunakan kemampuan spasial guna menyelesaikan masalah. Siswa-siswa akan menyelesaikan masalah yang kompleks, membutuhkan usaha-usaha signifikan dan didorong untuk merefleksikan pemikiran mereka (Febriana, 2013). Dipandang dari konteks kehidupan sehari-hari kemampuan spasial juga perlu ditingkatkan, hal ini mengacu dari pendapat Barke dan Engida (2001) yang mengemukakan bahwa kemampuan spasial merupakan faktor kecerdasan utama yang tidak hanya penting untuk matematika dan science, tetapi juga perlu untuk keberhasilan dalam banyak profesi. 3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Seorang pilot sangat membutuhkan kemampuan spasial yang tinggi untuk mengetahui dengan baik di mana tanah/lapangan selama dia bermanuver serta titik koordinat peta suatu tempat. Demikian pula seorang nakhoda kapal laut membutuhkan kemampuan spasial yang tinggi dalam menjalankan tugasnya dalam bidang merencanakan pelayaran, penentuan posisi dan arah haluan. Merencanakan arah pelayaran dimulai dari perhitungan pelayaran yang digambarkan pada peta laut, kemudian diprogramkan pada alat navigasi seperti GPS sebagai pedoman arah haluan kapal menuju tujuan pelayaran. Di bidang arsitek, seorang insinyur harus mampu bervisualisasi tentang interaksi bagian-bagian yang ada dalam mesin. Dalam ilmu meteorologi, seorang astronom harus dapat memvisualisasi struktur tata surya dan gerakan benda yang ada di dalamnya (Nora dan Janellen, 2004) Bagi mahasiswa yang khususnya di bidang psikologi dan pendidikan bahasa inggris, kemampuan spasial diharapkan dapat membantu kebutuhannya di kehidupan sehari-hari, seperti menjelaskan mengenai arah jalan/ denah suatu tempat, membaca peta, menjelaskan bentuk suatu bangunan atau arah jalan yang ingin dituju, mengelilingi suatu bangunan yang belum pernah dijumpai serta mencari tempat menginap yang lebih strategis. Dengan memiliki kemampuan yang baik, seseorang dapat tumbuh kreatif dan inovatif (Nora dan Janellen, 2004). 4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Di bidang psikologi, kemampuan spasial sebagai wadah untuk memfasilitasi serta mengembangkan kemampuan mereka agar dapat mengetahui dasar pengetahuan mengenai kemampuan spasial itu sendiri, serta dapat mempraktekannya di dunia kerja saat menghadapi klien/ saat menjadi konselor (Gohn, Humpreys & Yao 1998). Di bidang pendidikan, kemampuan spasial memang tidak terlalu ditekankan dalam pembelajarannya, namun bagi pelajar yang memiliki bakat dibidang kemampuan spasial tetap harus ditingkatkan (Gohn , Humphreys & Yao 1998) Mansfield (2014) mengatakan bahwa sejak dini harus diketahui bahwa orang yang berbakat di bidang kemampuan spasial dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan standar belajarnya, Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang baik untuk meningkatkan kemamuan spasialnya. Mengenai pembelajaran, orang yang memiliki bakat pada kemampuan spasial lebih kuat untuk mendengarkan suara dan visualisasi pada kata yang mereka baca. Mereka dengan mudah membaca lebih cepat dan mendengar lebih tajam serta dengan cepat mengerti makna dari bacaan dan apa yang didengar. Kell dan Lubinsky (2013) mengatakan bahwa banyak tes pada penerimaan sekolah atau universitas yang hanya mengukur penalaran kuantitatif dan verbal, serta tidak mengikutsertakan kemampuan spasial. Konsekuensinya adalah kurikulum pendidikan hanya menekankan pada penalaran verbal dan matematika saja dan kurang meningkatkan kemampuan 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI spasial. Oleh karena itu, banyak orang yang berbakat pada kemampuan spasial belum dapat meningkatkan potensi untuk meningkatkan kemampuan spasialnya. Lohnman, Korb & Lakin (2008) mengatakan bahwa memberikan kesempatan pendidikan yang disesuaikan dengan pelajar yang berbakat pada kemampuan spasial sangat penting. Hal tersebut dikarenakan sulit bagi pelajar yang didominasi pola kemampuan spasial mencapai potensi penuh pada kurikulum sekolah, maupun universitas. Serta lebih ditekankan penalaran simbol numerik dan linguistik daripada penalaran bentuk/spasial. Mann (2014) mengatakan bahwa sangat jarang mengimplementasikan kemampuan spasial pada kurikulum dan lingkungan edukasi. Hal tersebut dikarenakan area kemampuan spasial biasanya tidak begitu diperlukan di bidang edukasi. Oleh karena itu, pelajar memiliki kelemahan pada performansinya dibidang kemampuan spasial. Gohn, Humphreys & Yao (1998) melakukan penelitian yang mengatakan bahwa dibandingkan dengan pelajar yang memiliki bakat dibidang matematika, pelajar yang berbakat dibidang kemampuan spasial tidak sepenuhnya memanfaatkan kemampuan akademis mereka, dan tingkat akademik lebih rendah. Berbeda dengan pelajar yang memiliki bakat di bidang matematika, pelajar yang berbakat dibidang kemampuan spasial belum sepenuhnya memanfaatkan kemampuan mereka di sekolah/kampus. Hal ini dikarenakan dibutuhkan kemampuan matematika yang tinggi untuk dapat masuk ke universitas yang diperlukan dan 6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kemampuan matematika menjadi salah satu pelajaran pokok di sekolah. Berbeda dengan seseorang yang berbakat dibidang kemampuan spasial, mereka akan mempelajari kemampuan spasial hanya saat memasuki sekolah industri, arsitek, teknik, dll. Sedangkan banyak orang berbakat di kemampuan spasial masuk ke jurusan yang tidak ada hubungannya di bidang industrial, dan tetap harus meningkatkan kemampuan spasialnya. Gardner (1983) mengemukakan kemampuan spasial sangat dibutuhkan pada konteks hubungan lintas ilmu/ bidang studi. Kemampuan spasial yang tidak terolah dengan baik berdampak pada kesulitan belajar yang dialami individu. Baurnel dan Harvell (2004) pada penelitiannya memberikan beberapa ciri anak yang memiliki kelemahan kemampuan spasial, yaitu anak nampak bermasalah mempelajari abjad dan sering terbalik dengan huruf tertentu seperti b/d, m/w, p/q, dan angka. Konsep membaca dan mengeja lebih lambat dibandingkan yang lain, serta gerakan yang dilakukan menjadi canggung, sukar memahami konsep kiri-kanan, atas-bawah. Kemampuan spasial sangat membantu dalam proses belajar mengajar serta mengenali lingkungan sekitarnya. Nora dan Janellen (2004) mengatakan bahwa dengan memiliki kemampuan yang baik, seseorang dapat tumbuh kreatif dan inovatif. Peningkatan kemampuan spasial dapat dilakukan melalui pelatihan, melakukan aktivitas yang melibatkan obyek-obyek dua atau tiga dimensi, dan melakukan pembelajaran yang di dalamnya melibatkan aktivitas nyata. Kemampuan spasial lebih banyak berelasi dalam hubungan lintas ilmu dan 7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bidang studi pendidikan daripada kemampuan lain. Namun, penelitian banyak mengemukakan bahwa kemampuan spasial dapat ditingkatkan secara spasial dengan musik Mozart. Hal tersebut biasa dinamakan efek Mozart. Penelitian dilakukan pada 36 mahasiswa perguruan tinggi yang yang kecerdasan spasialnya meningkat setelah mendengarkan Sonata Mozart selama 10 menit. Dikatakan bahwa mendengarkan musik dapat membangkitkan neuron yang digunakan untuk kinerja spasial, kinerja spasial merupakan kemampuan seseorang untuk merotasi mental benda 3 dimensi (Rauscher, Shaw & Ky 1993). Penelitian yang dilakukan oleh Leng dan Shaw (1991) membuktikan bahwa lagu Mozart mampu mengaktifkan jalur syaraf yang digunakan untuk kemampuan spasial. Artinya, mendengarkan musik Mozart meningkatkan kinerja spasial dengan mengaktifkan neuron yang berada dalam cerebal cortex. Aktifnya neuron yang berada dalam cerebral cortex terjadi selama adanya penugasan spasial dan memperdengarkan musik Mozart. Penelitian Rauscher, Shaw dan Ky (1993) dengan 36 mahasiswa menunjukkan bahwa kecerdasan spasial meningkat setelah mendengarkan musik Mozart “Sonata for Two Pianos in D Major” selama 10 menit. Dalam penelitian ini memberi 3 macam treatment, yaitu musik Mozart, musik relaksasi dan tanpa musik. Mendengarkan musik membangkitkan neuron kinerja spasial. 8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Steele, Bass dan Crook (1999) mengungkapkan musik Mozart berpengaruh dengan mood (suasana hati), gairah, dan performansi spasial. Suasana hati mempengaruhi performansi pada tes kecerdasan spasial. Peneliti membandingkan dua genre musik yang berbeda, yaitu musik Mozart dan Phillip Glass, lalu membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh kedua jenis musik pada kinerja spasial. Penelitian tersebut mengatakan bahwa dengan mendengarkan musik dapat mempengaruhi suasana hati, gairah, dan kemampuan spasial. Penelitian-penelitian tersebut berperan penting dalam melahirkan istilah efek Mozart, yang membuat efek tersebut terkenal dimana-mana. Efek Mozart adalah kondisi/ efek sebagai hasil pemaparan terhadap musik Mozart dalam waktu singkat dan berefek positif terhadap kognisi dan perilaku (Rauscher, Shaw dan Ky, 1993). Banyak media dan masyarakat yang mengetahui hal baru tersebut dan menyatakan bahwa Mozart Efek merupakan cara yang mudah untuk meningkatkan kemampuan spasial (Bangerter dan Heath, 2004). Meskipun, banyak juga media yang terlalu membesar-besarkan penelitian Rauscher, Shaw dan Ky (1993) yaitu dikatakan penelitian tersebut dapat meningkatkan IQ dan dapat meningkatkan kecerdasan bayi sampai anak-anak. Kenyataannya, penelitian ini hanya meningkatkan kemampuan spasial dan subjek yang diteliti adalah mahasiswa (Helding, 2014) 9 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Musik klasik Mozart merupakan media yang cukup efektif untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan spasial. Telah banyak penelitian di luar negeri yang berpendapat bahwa musik Mozart meningkatkan kemampuan spasial, namun kenyataannya penelitian pada psikologi musik belum banyak dilakukan di Indonesia. Selain itu, meskipun banyak penelitian di Indonesia yang berpusat pada peningkatan kemampuan spasial, namun belum ada penelitian mengenai peningkatan kemampuan spasial dengan musik Mozart dan peneliti membuat sendiri alat ukur untuk meningkatkan musik Mozart berdasarkan aspek-aspek kemampuan spasial. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah musik klasik Mozart mampu menjadi media yang efektif untuk meningkatkan kemampuan spasial berdasarkan alat ukur yang peneliti buat. B. Rumusan Masalah Apakah musik klasik Mozart berpengaruh pada kemampuan spasial? C. Tujuan Penelitian Untuk mengidentifikasi pengaruh musik klasik Mozart pada kemampuan spasial. 10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi terutama di ranah kognitif dan psikologi mengenai pengaruh musik klasik Mozart terhadap kemampuan spasial. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai pengaruh musik klasik Mozart terhadap kemampuan spasial. b. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan spasial khususnya para pendidik yang belum memiliki bakat kemampuan spasial dan sudah berbakat dalam kemampuan spasial. c. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pendidik maupun calon pendidik (bahasa inggris) mengenai pengaruh musik klasik Mozart terhadap kemampuan spasial untuk membantu para pendidik mengatasi kesulitan belajar yang berhubungan dengan kemampuan spasial. d. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada mahasiswa psikologi bahwa pada ranah kognitif khususnya pada kemampuan spasial dapat ditingkatkan melalui musik klasik Mozart. 11 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Spasial 1. Pengertian Kemampuan Spasial Piaget & Inhelder (1971) mendefinisikan bahwa kemampuan spasial merupakan aspek kognisi berkembang sejalan dengan perkembangan kognitif yaitu konsep spasial pada tahapan sensorimotor, konsep spasial pada tahapan pra-operasional, konsep spasial pada tahapan konsep operasional dan konsep spasial pada tahapan formal-operasional. Kemampuan spasial ini diperoleh seseorang melalui alur perkembangan berdasarkan hubungan spasial topologi, proyektif dan eiclidis. Pada hubungan spasial topologis seseorang mengerti spasial dalam hubungannya dengan realsi topologi yaitu “ di samping” atau “ di depan”. Dalam mengorganisasikan dan membangun bagian gambar atau pola masih didasarkan pada hubungan yang bersifat proksimitas, keterpisahan, urutan, ketertutupan, dan kontinuitas. Objek atau gambar masih dilihat dalam isolasi, tidak dihubungkan dengan objek lain. Hubungan spasial semacam ini bersifat hubungan satu-satu atau hubungan kesinambungan. Penekanan hubungan spasial topologi adalah pada suatu kenyataan yang berkaitan atau keberikatan. Pada tahap topologi seseorang mulai mampu mempresentasikan spasial untuk dirinya. Tahapan proyektif dan tahapan 12 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI euclidis berkembang paralel pada seseorang memasuki tahapan konkritoperasional. Seseorang mulai dapat melihat objek dengan mempertimbangkan hubungan terhadap sudut pandang. Kemudian, seseorang telah mencapai apa yang disebut dengan kerangka acuan. Kerangka acuan adalah kemampuan yang berhubungan dengan orientasi, lokasi dan perpindahan objek dalam ruang. Kecerdasan manusia tersusun atas beberapa kemampuan spesifik yang independen dan tidak hanya terdiri dari satu faktor kemampuan secara umum. Kecerdasan dipandang sebagai kemampuan seseorang untuk menguasai suatu keterampilan. Kecerdasan merupakan kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional dalam hal memecahkan suatu masalah dan menciptakan masalah baru untuk dipecahkan. Kecerdasan terdiri dari banyak kemampuan, yaitu kemampuan liguistik, kemampuan logis matematis, kemampuan musikal, kemampuan interpersonal, kemampuan intrapersonal, kemampuan kinestetik, kemampuan naturalis dan kemampuan spasial (Gardner, 1983). Kemampuan spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, arah, dan ruang secara akurat. Armstrong (2002) mengemukakan bahwa anak yang cerdas dalam spasial memiliki kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang, dan bangunan. Kemampuan spasial meliputi kemampuan untuk mempresentasikan dunia melalui gambaran mental dan ungkapan artistik (Shearer, 2004). 13 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kemampuan spasial sebagai kemampuan yang berhubungan memahami, memproses, dan berpikir dalam bentuk visual (Agustin, 2006). Kemampuan spasial perlu ditingkatkan berdasarkan konteks kehidupan sehari-hari. Hal ini mengacu pada pendapat Barke dan Engida (2001) yang mengemukakan bahwa kemampuan spasial merupakan faktor kecerdasan utama yang tidak hanya penting untuk matematika dan science, tetapi juga perlu untuk keberhasilan dalam banyak profesi. Kemampuan spasial dibutuhkan dalam konteks sehari-hari, contohnya merancang perkebunan, menikmati karya seni, menggambar, melukis, dll. Pekerjaan yang mengutamakan kemampuan spasial antara lain arsitek, pemahat/ pematung, designer, dll. Salim (2010) mendefinisikan bahwa kemampuan spasial adalah kapasitas kemampuan yang berkaitan dengan penalaran atau manipulasi mental terhadap hubungan keruangan. Kemampuan spasial banyak digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan tipe-tipe proses mental seraya melibatkan perbedaan atau pengelompokkan tugas. Gardner (1983), dalam bukunya yang berjudul Frames of Mind, menjelaskan kemampuan spasial (spatial ability) adalah kapasitas individu untuk mempersepsikan dunia visual secara akurat, dan melakukan transformasi serta modifikasi terhadap persepsi visual tersebut. Kemampuan ini melibatkan visualisasi gambar di dalam kepala seseorang dan membangkitkan kapasitas berpikir dalam bentuk tiga dimensi. 14 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kemampuan spasial mencakup kemampuan untuk menyerap, mengubah, dan menciptakan kembali dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Kemampuan spasial adalah kemampuan untuk memproduksi gambar bentuk-bentuk di dalam pikiran, dan melakukan manipulasi secara mental bentuk-bentuk yang sudah disediakan. Berdasarkan definisi kemampuan spasial yang tertera di atas, maka penelitian menyimpulkan bahwa kemampuan spasial adalah kemampuan seseorang untuk memahami secara mendalam mengenai objek dan ruang, menggunakan kemampuan tersebut untuk membayangkannya dan kemudian mempresentasikannya. 2. Aspek – Aspek Kemampuan Spasial Whiteborn dan Slater (dalam Salim, 2010) kemampuan spasial ke dalam dua aspek, yaitu: a. Relasi Spasial, yang terdiri dari: - Kemampuan untuk menentukan hubungan antar stimulus dan respon yang ditata secara spasial. - Kecakapan menyusun elemen-elemen ke dalam bentuk suatu stimulus visual. 15 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Aspek visualisasi, yang terdiri dari: - Kemampuan untuk membayangkan atau mengimajinasikan perputaran objek lukisan. - Kemampuan untuk melipat dan membuka lipatan, membungkus dan membuka pola-pola datar. - Kemampuan untuk mengenali perubahan relative posisi suatu objek di dalam ruang. Piaget dan Inhelder (1971) menyebutkan bahwa kemampuan spasial merupakan konsep abstrak yang di dalamnya meliputi Hubungan Spasial (Kemampuan untuk mengamati hubungan posisi objek dalam ruang), Kerangka Acuan (Tanda yang dipakai sebagai patokan untuk menentukan posisi objek dalam ruang), Hubungan Proyektif (Kemampuan melihat objek dari berbagai sudut pandang), Rotasi Mental (Kemampuan membayangkan perputaran objek dalam ruang). Lohman (1988) mengutarakan lima aspek dasar dari kemampuan spasial, yakni: a. Visualization Kemampuan mengamati dan melihat suatu pola, kemudian diolah menjadi informasi yang tetap. 16 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Spatial Relation Kemampuan mengatur posisi berbagai objek dalam ruang. Dimensi fungsi visual ini mengimplikasikan persepsi tentang suatu objek atau simbol hubungan keruangan yang menyatu dengan sekitarnya. c. Spatial Orientation kemampuan membayangkan bagaimana stimulus hadir di perspektif lain. d. Gestalt Perception Kemampuan menyatukan stimulus visual yang tidak jelas menjadi suatu keutuhan yang memiliki makna e. Perceptual Speed Kemampuan menemukan suatu konfigurasi dalam material yang dikacaukan, dimana konfigurasi tersebut sebelumnya sudah diperkenalkan pada subjek. Caroll (1993) melakukan analisis ulang terhadap aspek-aspek kemampuan spasial yang diajukan oleh Lohman (1988). Dari analisisnya, salah satu aspek utama yang menetapkan kemampuan spasial adalah VZ (Visualization). Visualization merupakan kemampuan untuk memanipulasi pola spasial yang dinyatakan lewat menyelesaikan pola spasial yang kompleks. Caroll (1993) mengatakan terdapat empat faktor dari 17 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kemampuan spasial secara visual. Keempat faktor tersebut adalah PI (Perceptual Integration), SS (Spatial Scanning), I (Imagery), dan LE (Length Estimation). PI Perceptual Integration merupakan kemampuan untuk memahami dan mengidentifikasi pola visual. SS (Spatial Scanning) merupakan kemampuan mengikuti alur yang ditunjukkan lewat pola spasial secara akurat. I (Imagery) merupakan kemampuan untuk membentuk gambaran mental internal dari pola visual untuk memecahkan masalah spasial. LE (Length Estimation) merupakan kemampuan untuk membuat perkiraan yang tepat atau perbandingan atas suatu jarak visual. Selain Visualization, Caroll (1993) mengatakan terdapat aspek SR (Spatial Relation). Spatial Relation merupakan kemampuan untuk memanipulasi pola spasial dan menemukan hubungan-hubungan antar pola. Selanjutnya terdapat aspek SO (Spatial Orientation), yang merupakan kemampuan mengidentifikasi obyek dari berbagai sudut pandang, serta kemampuan untuk tidak mengalami kebingungan saat memahami pola spasial dalam bentuk yang berbeda. 18 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Yilmaz (2009) menyatakan bahwa terdapat 8 macam kemampuan spasial yaitu: a. Spatial Visualization (Vz) Spatial visualization merupakan kemampuan untuk membayangkan manipulasi, rotasi, putaran, balikan dari suatu obyek tanpa referensi. b. Spatial Relations / Speeded Rotation (SR) Spatial Relations merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi obyek yang identik jika obyek tersebut diputar atau dicerminkan. c. Flexibility of Closure / Field Independence / Disembedding (CF) Flexibility of Closure merupakan kemampuan untuk menemukan bentuk tersembunyi dalam bentuk yang lebih besar dan kompleks. d. Environmental Ability (EA) Environmental Ability merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan informasi yang berhubungan dengan obyek alami atau buatan dalam persekitarannya. e. Spatial Orientation (SO) Kemampuan untuk membayangkan penampakan sebuah obyek dari perspektif-perspektif yang berbeda. f. Closure Speed (CS) Closure Speed (CS) merupakan kemampuan untuk mengakses representasi spasial dalam memori jangka panjang ketika petunjuk 19 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang tidak lengkap atau tidak jelas untuk representasi tersebut ditampilkan. g. Perceptual Speed (P) Perceptual Speed (P) merupakan kemampuan untuk menemukan konfigurasi dalam suatu ruang dari materi yang membingungkan / kacau. h. Spatiomeporal Ability (SA)/ Dynamic Spatial Ability (DSA) Spatiomeporal Ability merupakan kemampuan untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan obyek yang bergerak. Berdasarkan uraian beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 aspek utama dalam kecerdasan spasial. Tiga aspek spasial tersebut adalah Visualisasi Spasial, Relasi Spasial, dan Orientasi Spasial. Visualisasi spasial menunjukkan seseorang yang mampu melihat suatu pola dan memanipulasi pola spasial yang dinyatakan lewat menyelesaikan pola spasial yang kompleks. Relasi spasial mengimplikasikan persepsi tentang suatu objek atau simbol hubungan keruangan yang menyatu dengan sekitarnya. Orientasi spasial adalah kemampuan seseorang mengidentifikasi obyek dari berbagai sudut pandang dan mengidentifikasi obyek dari perspektif yang berbeda. 20 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Alat Ukur Kemampuan Spasial Dalam mengukur kemampuan spasial, terdapat berbagai macam alat ukur yang yang disesuaikan dengan aspek kemampuan spasial yang ingin diukur. Alat-alat ukur tersebut adalah: a. Tes Stanford – Binet Tes ini bertujuan mengukur penalaran verbal, penalaran kuantitatif, memori jangka pendek, dan penalaran abstrak/visual spasial. Subtes yang mengukur penalaran spasial adalah subtes paper folding. Partisipan diinstruksikan untuk mencoba memecahkan masalah 17 kertas lipat. Tugas yang diberikan melibatkan partisipan untuk membayangkan sebuah kertas yang dilipat beberapa kali dan dipotong menjadi bentuk lipatan tersebut. Partisipan kemudian menggunakan kemampuan spasial dengan merotasi mental dan membuka kertas imajiner. Partisipan harus memilih kertas apa dan bagaimana seharusnya kertas itu terlihat ketika dibuka. Tes ini ditunjukkan untuk rentang usia 3-13 tahun. b. GATB (General Aptitude Test Battery) Tes GATB merupakan tes yang digolongkan sebagai test spatial aptitude, yang dikhususkan mengukur bakat secara spesifik. Terdapat 9 subtes dalam tes GATB. Subtes yang yang mengukur kemampuan spasial adalah Aptitude S: Spatial Ability. Tes ini mengukur kemampuan mengenal benda-benda konkrit melalui proses 21 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI penglihatan khususnya mengenal benda secara 3 dimensi. Testi harus dapat memanipulasi secara mental, mempunyai kreasi terhadap struktur benda tertentu dengan perencanaan yang baik. c. DAT (Differential Aptitude Test) Tes ini mengukur kemampuan mental seseorang. Tes ini termasuk dalam Tes Multiple Bakat. Tes Multiple Bakat adalah sejumlah tes yang dipakai untuk mengukur berbagai macam kemampuan. Tes DAT terdiri dari 5 subtes, yaitu Numerical Ability (mengukur kemampuan berfikir dengan angka dan penguasaan hubungan numerik), Abstract Reasoning (mengukur kemampuan penalaran individu yang bersifat non-verbal, yaitu meliputi kemampuan individu untuk dapat memahami adanya hubungan yang logis dari figure abstrak atau prinsip non verbal design), Space Relation (mengukur kemampuan berpikir secara visual pada bentukbentuk geometris dan kemampuan menangkap objek tiga dimensi), Mechanical Reasoning (mengukur daya penalaran di bidang kerja mekanis dan prinsip fisika), Clerical Speed and Accuracy (mengukur respon subjek terhadap tugas atau pekerjaan yang menyangkut kecepatan persepsi, kecepatan respon terhadap kombinasi huruf dan angka, serta ingatan yang sifatnya tidak lama). Di dalam tes ini terdapat subtes Space Relation, alat tes nya bernama Tes Ruang Bidang (Tree Dimentional Space) yang bertujuan 22 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI untuk mengukur kemampuan berpikir secara visual pada bentukbentuk geometris dan kemampuan menangkap objek tiga dimensi. Peneliti tertarik memfokuskan penelitian pada aspek visualisasi, relasi spasial dan orientasi spasial. Lohman (1988) berpendapat bahwa aspek visualisasi, relasi dan orientasi merupakan aspek yang paling dekat dengan kegiatan sehari – hari individu. Contohnya seseorang yang memiliki rumah baru, ia harus mampu menyesuaikan isi perabot rumah dengan bentuk rumahnya, seorang insinyur harus mampu bervisualisasi dengan bagian – bagian mesin dalam pekerjaannya, serta seorang arsitek harus mampu bervisualisasi untuk membentuk suatu rancang bangunan. Mansfield (2014) mengatakan bahwa sejak dini harus diketahui bahwa orang yang berbakat di bidang kemampuan spasial dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan standar belajarnya, Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang baik untuk meningkatkan kemampuan spasialnya. Mengenai pembelajaran, orang yang memiliki bakat pada kemampuan spasial lebih kuat untuk mendengarkan suara dan visualisasi pada kata yang mereka baca. Lohnman, Korb & Lakin (2008) mengatakan bahwa memberikan kesempatan pendidikan yang disesuaikan dengan pelajar yang berbakat pada kemampuan spasial sangat penting. Dengan adanya alat ukur yang dibuat oleh peneliti dapat menjadi titik acuan untuk meningkatkan bakat kemampuan spasial yang tertanam dalam diri mereka dan belum tersalurkan. 23 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Peneliti membuat alat ukur yang didasarkan pada ketiga aspek tersebut, yang menekankan pengukuran kemampuan untuk berpikir secara visual pada bentuk – bentuk geometris, kemampuan mengingat hubungan yang dihasilkan dari gerakan objek dalam satu ruang dan kemampuan memahami pola spasial dalam bentuk yang berbeda atau berbagai sudut pandang. 4. Faktor-Faktor Kemampuan Spasial Kemampuan Spasial terdiri dari 2 Faktor yang mempengaruhi, yaitu: a. Nurture Factor Lingkungan sosial budaya yang mencakup isu-isu seperti bermain, peran gender, sosial, harapan orang tua, dan pengalaman pendidikan berpengaruh pada perkembangan kemampuan spasial (Saucier, McGeary, dan Saxberd, 2002). Pada usia 1 tahun, anak lakilaki bermain dengan kendaraan dan blok yang melibatkan manipulasi spasial, sedangkan anak perempuan bermain dengan boneka yang mengembangkan ketrampilan sosial. (Etaugh dan Liss, 2002). Turgut & Yilmaz (2012) melakukan penelitian tentang keterkaitan antara gender guru pra sekolah dasar, kesuksesan akademis, dan kemampuan spasial. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa kemampuan spasial guru rendah, tidak ada perbedaan kemampuan spasial dalam gender, dan adanya korelasi 24 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI positif antara visualisasi spasial dengan orientasi spasial. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan gender laki-laki dan perempuan pada kemampuan spasial. Tingkat kinerja seseorang cenderung berubah dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut didapatkan melalui praktik, pelatihan, dan pembelajaran. Aktivitas seperti melukis meningkatkan kemampuan spasial. Jika seseorang memperoleh lebih banyak pengalaman yang mendukung kinerja mereka, maka seseorang memiliki kemajuan yang lebih dalam perkembangan intelektualnya. Oleh karena itu, untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan kemampuan spasialnya, seseorang harus mengasahnya melalui praktik, pelatihan dan pembelajaran. Komputer banyak menawarkan fasilitas untuk melatih kemampuan spasial, seperti Block Out atau Tetris. (Martin, Stephen & David 2009). Aktivitas musik memiliki hubungan dengan proses spasial. Aktivitas musik memiliki elemen-elemen yang diorganisir baik secara spasial maupun temporal (menyusun jarak antar pitch, pola dan irama). Memainkan atau mendengarkan sebuah melodi merupakan rekonstruksi pola-pola spasial, karena mengorganisikan elemen nada ke dalam kode spasial yang khusus. Melodi yang terdengar merupakan rekognisi dari sebuah pitch melalui proses spasial (Salim, 2010). 25 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Nature Factor Kelainan hormonal menujukkan bahwa kadar hormon berkaitan dengan perkembangan kemampuan spasial. Wanita yang memiliki androgen tinggi selama perkembangan janin mempunyai kemampuan spasial lebih tinggi (Hampson, Rovelt dan Altman, 1998). Otak manusia dibagi menjadi dua belahan, yang mendasari otak kiri adalah bahasa dan kemampuan verbal, sedangkan otak kanan mendasari ketrampilan visual-spasial. Hal tersebut ditemukan bahwa belahan otak kanan pada laki-laki lebih besar dan berkembang lebih cepat daripada perempuan (De Lacoste, Hovarth dan Woodward, 1991). Selain itu, Pakkenberg dan Gudersen (1997) menginformasikan bahwa laki-laki memiliki neuron neokorteks lebih banyak daripada perempuan (sebesar 16%) dan hal tersebut mengakibatkan lebih banyak koneksi sinaptik yang mempengaruhi kemampuan spasial. Otak besar atau cerebrum merupakan bagian terbesar dari otak manusia. Otak besar merupakan bagian yang memproses semua kegiatan intelektual, seperti kemampuan berpikir, penalaran, mengingat, membayangkan, serta merencanakan masa depan (Levi dan Heller, 1992). Otak besar dibagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan. Belahan otak memiliki fungsi yang berbeda. Otak kiri berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca serta merupakan pusat matematika. Sementara itu, otak kanan 26 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berfungsi sebagai perkembangan kemampuan imajinasi. Pada otak kanan terdapat kemampuan intuitif, empati, musik, serta kemampuan spasial (bentuk dan rupa). (De Lacoste, Hovarth dan Woodward, 1991). B. Musik Klasik 1. Pengertian Umum Musik Musik berasal dari kata Yunani, yang berarti Muse. Dalam mitologi Yunani dikenal bahwa Sembilan Muse, dewi-dewi bersaudara yang menguasai nyanyian, puisi, kesenian dan ilmu pengetahuan merupakan anak Zeus (Raja Para Dewa) dengan Mnemosyne (Dewi Ingatan). Dengan demikian, musik merupakan anak cinta ilahiah yang keanggunan, keindahan dan kekuatan penyembuhannya yang misterius sangat erat hubungannya dengan tatanan maupun ingatan surgawi tentang asal-usul takdir kita (Salim, 2010). Campbell (2001) mendefinisikan musik sebagai bahasa yang mengandung unsur universal, bahasa yang melintasi batas usia, jenis kelamin, ras, agama, dan kebangsaan. Musik muncul di semua tingkat kelas sosial dan pendidikan. Musik berbicara kepada setiap orang dan setiap spesies. Jamalus (dalam Salim, 2010) berpendapat bahwa musik adalah suatu karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang 27 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu, serta ekspresi sebagai suatu kesatuan. 2. Pengertian Musik Klasik a. Definisi Musik Klasik Musik klasik dapat didefinisikan sebagai musik yang berasal dari masa lalu, namun tetap disukai hingga kini. Musik klasik berasal dari masa sekitar abad 18 yang ada pada masa hidup Mozart dan Hayden. Musik pada periode klasik adalah musik yang perbuatan dan penyajiannya memakai bentuk, sifat, dan gaya dari musik periode lalu. (Campbell, 2001). Musik klasik adalah jenis musik yang menggunakan tangga nada diatonis, yaitu sebuah tangga nada yang menggunakan aturan dasar teori perbandingan serta musik klasik telah mengenal harmoni, yaitu hubungan nada-nada dibunyikan serempak dalam akord-akord serta menciptakan struktur musik yang tidak hanya berdasar pada polapola ritme dan melodi (Campbell, 2001). Musik klasik mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan katarsis emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi, dan harmoni yang teratur. Musik dapat menghasilkan gelombang alfa dan 28 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI gelombang beta dalam gendang telinga yang memberikan ketenangan pada otak untuk menerima masukan baru (Campbell, 2001). Campbell (2001) menyatakan bahwa musik klasik merupakan musik yang memiliki nilai seni dan nilai ilmiah yang tinggi. Musik klasik yang paling sering didengarkan adalah musik klasik barat karya musisi seperti Mozart, Bach, Bethoven, Handel, Hydn dan lain sebagainya. Para musisi klasik pada zaman tersebut memiliki variasi yang berbeda, baik dari segi irama, melodi, dan frekuensi. b. Pengaruh Musik Klasik Musik sangat berpengaruh dalam kehidupan. Selain dapat didengarkan, dimainkan, dan dipentaskan, musik juga dapat dipelajari secara ilmiah. Bahkan tebukti bahwa denyut jantung akan menyesuaikan diri dengan irama yang didengarnya. Irama musik dengan kecepatan ¾ per detik hamper sama cepatnya dengan pelbagai irama alarm. Irama tersebut sama cepatnya dengan denyut jantung (rata-rata 0,8 detik). Waktu 0,8 detik ini sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk berbagai proses sederhana dalam otak. Musik apa saja, baik yang berirama cepat maupun lambat, keduanya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manusia. (Salim, 2010) Teori neurobiologi (Leng dan Shaw, 1991) mengatakan bahwa bangunan otak terspesialisasi untuk membangun blok-blok musik pada 29 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI komponen spasial (melodi). Di dalam otak terdapat sel-sel khusus yang memproses bentuk-bentuk melodi dan pola arsistesis. Sel-sel neuron tersebut terletak dalam korteks auditori yang bertugas mengoperasikan hubungan harmoni yang spesifik. Bila seseorang mendengarkan sebuah melodi, ia mengaktifkan temporal hemisfer kanan (auditori) yang akan berhubungn dengan hemisfer kiri (bahasa). Bila seseorang mendengarkan nada, terjadi aktivitas khusus dari system kortikal auditori hemisfer kanan. Mendengarkan musik memiliki elemen-elemen musik yang diorganisasi, baik secara spasial (menyusun jarak antara pitch, pola dan irama). Dengan demikian, mendengarkan musik memiliki hubungan dengan proses spasial. Namun, media maupun masyarakat terkadang terlalu berlebihan dengan temuan ilmiah yang baru pada populasi yang belum teruji. Dengan kata lain, mereka menyimpulkan bahwa bayi juga memiliki pengaruh, padahal pada penelitian awal dijelaksakan bahwa mahasiswa yang memiliki pengaruh dan yang awalnya kemampuan spasial yang meningkat, disimpulkan bahwa semua kemampuan kecerdasan juga ikut meningkat. Selain itu, Efek Mozart hanya bertahan meningkatkan kemampuan spasial selama 10 menit saja dan tidak dalam waktu yang lama. (Helding, 2014). Selain musik klasik Mozart, telah banyak penelitian- penelitian yang tidak menggunakan musik klasik Mozart untuk meningkatkan 30 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kemampuan spasial. Olkun (2003) melakukan sebuah penelitian untuk dapat memperbaiki kemampuan spasial siswanya dengan cara melakukan pembelajaran melalui aktivitas menggambar teknik. Olkun memberikan balok-balok kayu kecil untuk dibuat menjadi bentuk tertentu, kemudian siswa diminta untuk menggambar dari berbagai sisi secara tegak lurus, yaitu dari sisi atas, depan, dan samping. Kalbitzer & Loong (2013) memberikan cara untuk meningkatkan kemampuan spasial siswa dengan menggunakan berbagai macam representasi, misalnya, lego, gambar-gambar bangunan, dan aktivitas menggambar menggunakan alat bantu komputer seperti drag, resize, move, copy, paste, colour, dan delete. c. Ciri-Ciri Musik Klasik Menurut Salim (2010), menyatakan ciri-ciri musik pada zaman klasik antara lain adalah sebagai berikut : - Musik klasik menggunakan peralihan dinamika dalam lagu dari lembut sampai keras (crescendo) dan dari keras menjadi lembut (decressendo) - Perubahan-perubahan tempo dalam lagu dari yang bersifat semakin cepat (accelerundo) dan semakin lembut (ritardando) - Pemakaian Ornamentik dibatasi. Ornamentik adalah nada indah yang terdapat pada satu dan beberapa nada, berfungsi 31 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI untuk memperindah suatu melodi, baik yang dilaksanakan secara imprivisasi oleh seorang pemain (opera zaman Handel), dan ditulis dengan lambing khusus. Contoh: Glissando; cara main dengan menggelincirkan jajaran nada beruntun, baik kromatik maupun diatonik. - Pemakaian akord tiga nada, seperti akord C dimainkan dengan memencet tuts C, E, dan G. 3. Musik Klasik Mozart a. Sejarah Musik Mozart Musik klasik Mozart diciptakan oleh Wolfgang Amadeus Mozart yang bernama asli Johannes Chrysostomus Wolfgangus Gottlieb Mozart lahir di Salzburg, 27 Januari 1756. Mozart meninggal di Wina, Austria pada tanggal 5 Desember 1791. Ia dianggap sebagai salah satu dari komponis musik klasik Eropa yang terpenting dan paling terkenal dalam sejarah. Karya-karyanya (sekitar 700 lagu) termasuk gubahan-gubahan yang secara luas diakui sebagai puncak karya musik simfoni, musik kamar, musik piano, musik opera, dan musik paduan suara. Pada usia 3 tahun ia telah dapat menghasilkan melodi dan menerapkan accor pada hrpsikord. Mozart telah mulai menciptakan lagu di usia 5 tahun dan muncul di depan umum pada usia 6 tahun, kemudian bersama saudara perempuanya mengadakan 32 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tour keliling Eropa. Pada tahun 1781 ia pindah ke kota Wina dan mengarang ciptaan-ciptaannya yang terkenal. Permainannya sangat menakjubkan sehingga dijuluki anak ajaib. (Campbell, 2001) b. Musik Mozart Istilah Mozart Effect (Efek Mozart) diciptakan pada tahun 1955 oleh para ilmuan di Universitas California yang menemukan bahwa ternyata siswa mendapat nilai yang lebih baik pada tes IQ spasial setelah mendengarkan musik Mozart. Para ilmuan juga mencoba musik trance, musik minimalis, audia-books, dan instruksi relaksasi, namun tidak ada yang berpengaruh seperti musik Mozart (Salim, 2010). Penelitian Rauscher, Shaw dan Ky (1993) mengemukakan bahwa, “Saat 36 mahasiswa mendengarkan Sonata for two pianos in D Major K. 448 karya Mozart selama 10 menit, mereka berhasil mencetak 8 – 9 poin lebih tinggi pada subtes IQ spasial Skala Kecerdasan Stanford-Binet dibandingkan setelah mereka mendengarkan instruksi relaksasi atau tidak mendengarkan apa-apa.” (Salim. 2010) Musik klasik yang yang diciptakan oleh Mozart Sonata for two pianos in D Major K. 448 memiliki irama, melodi dan harmoni yang 33 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tercipta dari berbagai instrument musik yang memiliki nada secara teratur dan bersifat abadi. Musik klasik Mozart ini selain dapat didengarkan, juga memiliki pengaruh penting dalam proses belajar seseorang. Elemen-elemen jarak antara pitch, pola dan irama musik yang mempengaruhi kemampuan spasial seseorang. C. Dinamika Pengaruh Musik Klasik Mozart pada Kemampuan Spasial Salim (2010) mengatakan bahwa bangunan otak memang telah terspesialisasi untuk membangun blok-blok musik, termasuk komponen spasial (melodi). Di dalam otak terdapat sel-sel khusus yang memproses bentuk-bentuk melodi dan pola arsistesis. Sel-sel neuron tersebut terletak dalam korteks auditori yang bertugas mengoprasikan hubungan harmoni yang spesifik. Seseorang yang mendengarkan sebuah melodi, ia mengaktikan temporal hamisfer kanan (auditori) yang akan berhubungn dengan hamisfer kiri (bahasa). Dari beberapa penelitian, diketahui bahwa aktivitas musik memiliki hubungan dengan proses spasial. Hal ini disebabkan musik klasik yang diciptakan oleh Mozart ini memiliki irama, melodi, harmoni yang tercipta dari berbagai instrument musik yang memiliki nada secara teratur dan bersifat abadi. Dalam mendengarkan musik, elemen-elemen musik diorganisasikan secara spasial berdasarkan penyusunan jarak antara pitch, pola dan irama. Mendengarkan musik sangat menunjang optimalisasi perkembangan verbal 34 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sebagai belahan otak kiri dan secara otomatis juga akan menunjang perkembangan yang optimal dari kemampuan spasial sebagai fungsi belahan otak kanan. D. Hipotesis Hipotesis penelitian menyatakan terdapat pengaruh dari musik klasik Mozart pada kemampuan spasial. 35 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah 44 mahasiswa Fakultas Psikologi dan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Sanata Dharma berusia 18-21 tahun. Subjek terdiri dari 22 laki-laki dan 22 perempuan. Pemilihan subjek berdasarkan umur tersebut dengan pertimbangan bahwa anak berusia lebih dari 10 tahun berkolerasi dengan kemampuan verbal dan kemampuan spasial (keruangan)nya dan meningkat seiring dengan perkembangan usia anak. Pada usia remaja, korelasi antara kemampuan musik dan keruangan mencapai puncak. (Salim, 2010). Subjek dipilih dengan cara purposive sampling. Purposive Sampling adalah teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan menetapkan ciri yang sesuai dengan tujuan (Sugiyono, 2009). Ciri tersebut adalah kriteria umur subjek berusia 18-21 tahun dan belum pernah mendengar lagu Mozart “Sonata for Two Pianos in D Major, K. 448”. Peneliti mendapatkan subjek dengan cara meminta bantuan teman untuk mencarikan mahasiswa Psikologi dan Pendidikan Bahasa Inggris yang memiliki ciri-ciri berikut. 36 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung Variabel tergantung adalah variabel dengan variasi nilai yang dipengaruhi variabel lain (Azwar, 2007). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kemampuan spasial. Kemampuan spasial diukur dengan tes bangun ruang yang telah dibuat oleh peneliti. Tes bangun ruang tersebut terdiri dari 48 soal bangun ruang. 2. Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi perubahan nilai variabel lain (Azwar, 2007). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah musik klasik Mozart. Musik klasik Mozart merupakan jenis musik beraliran klasik dengan struktur komposisi “Sonata for Two Pianos in D Major, K. 448” yang memiliki irama, melodi dan harmoni yang tercipta dari berbagai instrument musik. C. Desain Eksperimen Desain eksperimen pada penelitian ini adalah eksperimental semu/ quasi experiment. Ciri khas eksperimen kuasi terletak pada penempatan subjek pada kelompok eksperimen dan control tidak secara acak. Cook dan Campbell (1979) menyatakan bahwa eksperimen kuasi adalah eksperimen yang memiliki perlakuan (treatment), pengukuran-pengukuran hasil/ dampak 37 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI perlakuan (outcome measure), dan unit eksperimen (eksperimental units) namun tidak menggunakan penempatan secara acak (nonrandom assignment) dalam menciptakan perbandingan untuk menyimpulkan adanya perubahan perlakuan. Penelitian eksperimen mempunyai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen menerima perlakuan berupa mendengarkan musik Mozart saat mengerjakan tes kemampuan spasial. Kelompok kontrol tidak menerima perlakuan langsung dan langsung mengerjakan tes kemampuan spasial. Skema desain penelitian sebagai berikut: KK : nR ( - ) Y1 KE : nR ( X ) Y2 Keterangan: KK : Kelompok Kontrol KE : Kelompok Eksperimen nR : NonRandomisasi Subjek X : Pemberian Perlakuan (-) : Tanpa Perlakuan Y1 : Skor Kelompok Kontrol Y2 : Skor Kelompok Eksperimen 38 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI D. Alat Penelitian Tes kemampuan spasial berisi soal-soal bangun ruang yang disusun peneliti berdasarkan teori kemampuan spasial. Tes kemampuan spasial mengalami uji coba dengan tes diskriminasi untuk menentukan validitas dan reliabilitas tes tersebut. Tes kemampuan spasial awalnya terdiri dari 80 soal-soal bangun ruang (lihat lampiran). Tes kemampuan spasial diberikan kepada 40 remaja Paduan Suara Gereja St. Antonius Kota Baru berumur 18-21 tahun. Terdiri dari 20 laki-laki dan 20 perempuan. Pada diskriminasi soal tes, soal-soal dengan tingkat diskriminasi paling besar memiliki skor jawaban benar/salah sebesar 11-30 dari 40 subjek. Soal-soal dengan skor jawaban benar/salah sebesar 1130 merupakan kriteria soal yang dipakai peneliti untuk melakukan penelitian. Soal-soal dengan jawaban benar/salah kurang dari 11 (<11) dan lebih dari 30 (>30) digugurkan atau tidak dipakai dalam penelitian. Hal tersebut dilakukan agar unsur titik potong tes diskriminasi membelah secara presisi. Dari 80 soal dan 40 subjek yang mengikuti tes diskriminasi, terdapat 48 soal (lihat lampiran) yang dipakai peneliti untuk melakukan penelitian. 39 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI E. Prosedur Penelitian Prosedur dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Diskriminasi Tes Pelaksanaan Penelitian Diskriminasi Tes berlangsung pada: Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Mei 2016 Pukul : 16.00-16.35 WIB Tempat : Ruang Kelas, Gedung Pusat Kateketik a. Subjek sejumlah 40 orang, yang terdiri dari 20 laki-laki dan 20 perempuan. b. Peneliti mempersilahkan subjek untuk masuk ke dalam ruangan dan duduk di tempat yang sudah dipersiapkan. c. Peneliti memberikan Inform Consent kepada subjek sebagai lembar persetujuan mengikuti penelitian. d. Peneliti memberikan peraturan yang harus ditaati selama kegiatan berlangsung. e. Peneliti memberikan tes kemampuan spasial yang terdiri dari 80 item dan lembar jawab kepada subjek f. Peneliti menjelaskan cara pengerjaan tes kepada subjek. g. Peneliti mempersilahkan subjek mengerjakan tes kemampuan spasial selama 30 menit 40 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI h. Setelah waktu selesai, peneliti meminta subjek untuk berhenti mengerjakan tes kemampuan spasial dan mempersilahkan subjek untuk keluar ruangan. 2. Pelaksanaan Penelitian Kelompok Kontrol Pelaksanaan penelitian Kelompok Kontrol berlangsung pada: Hari/Tanggal : Kamis, 2 Juni 2016 Pukul : 13.00-13.35 WIB Tempat : Ruang K.15, Universitas Sanata Dharma a. Subjek sejumlah 22 mahasiswa fakultas psikologi dan pendidikan bahasa inggris, yang terdiri dari 5 laki-laki dan 6 perempuan mahasiswa psikologi serta 6 laki-laki dan 5 perempuan mahasiswa pendidikan bahasa inggris. b. Peneliti mempersilahkan subjek untuk masuk ke dalam ruangan dan duduk di tempat yang sudah dipersiapkan. c. Peneliti memberikan Inform Consent kepada subjek sebagai lembar persetujuan mengikuti penelitian. d. Peneliti memberikan peraturan yang harus ditaati selama kegiatan berlangsung. e. Peneliti memberikan tes kemampuan spasial yang terdiri dari 48 item dan lembar jawab kepada subjek f. Peneliti menjelaskan cara pengerjaan tes kepada subjek. 41 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI g. Peneliti mempersilahkan subjek mengerjakan tes kemampuan spasial selama 30 menit h. Setelah waktu selesai, peneliti meminta subjek untuk berhenti mengerjakan tes kemampuan spasial dan mempersilahkan subjek untuk keluar ruangan. 3. Pelaksanaan Penelitian Kelompok Eksperimen Pelaksanaan penelitian Kelompok Eksperimen berlangsung pada: Hari/Tanggal : Jumat, 3 Juni 2016 Pukul : 13.00-13.40 WIB Tempat : Ruang Observasi, Universitas Sanata Dharma a. Subjek sejumlah 22 mahasiswa fakultas psikologi dan pendidikan bahasa inggris, yang terdiri dari 5 laki-laki dan 6 perempuan mahasiswa psikologi serta 6 laki-laki dan 5 perempuan mahasiswa pendidikan bahasa inggris. b. Peneliti mempersilahkan subjek untuk masuk ke dalam ruangan dan duduk di tempat yang sudah dipersiapkan. c. Peneliti memberikan Inform Consent kepada subjek sebagai lembar persetujuan mengikuti penelitian. d. Peneliti memberikan peraturan yang harus ditaati selama kegiatan berlangsung. 42 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI e. Peneliti memberikan angket kepada kelompok eksperimen yang berisi sudah pernah/belum mendengarkan musik Mozart “Sonata for Two Pianos in D Major, K. 448”. f. Peneliti memutar cuplikan musik Mozart “Sonata for Two Pianos in D Major, K. 448” dan subjek diminta mengisi angket. g. Peneliti meminta angket tersebut untuk diperiksa dan semua subjek belum pernah mendengarkan musik Mozart “Sonata for Two Pianos in D Major, K. 448”. h. Peneliti memberikan tes kemampuan spasial yang terdiri dari 48 item dan lembar jawab kepada subjek. i. Peneliti menjelaskan cara pengerjaan tes kepada subjek. j. Peneliti mempersilahkan subjek mengerjakan tes kemampuan spasial dengan diiringi musik Mozart “Sonata for Two Pianos in D Major, K. 448” selama 30 menit. k. Setelah waktu selesai, peneliti meminta subjek untuk berhenti mengerjakan tes kemampuan spasial dan mempersilahkan subjek untuk keluar ruangan. 43 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI F. Metode Analisis Data Untuk melihat perbedaan antara dua kelompok menggunakan uji “t” T-Tes. Sebelum melakukan uji T-Tes, awalnya akan melakukan uji normalitas dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov, sedangkan uji homogenitas menggunakan Levene Statistik. Pengolahan data dilakukan menggunakan analisis SPSS 22. 44 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah one sample Kolmogorov-Smirnov. Kaidah yang digunakan adalah jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05) maka sebaran data normal, sedangkan jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka sebaran data tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Data Kelompok Kelompok Kontrol Eksperimen Mean 27,50 32,94 SD 9,257 7,128 Kolmogorov-Smirnov Z ,109 ,139 Asmp. Sig (2-tailed) ,200 ,200 45 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Uji one sample Kolmogorov Smirnov pada kelompok eksperimen menghasilkan nilai z sebesar 0,139 dengan p=0,200 (p>0,05). Uji one sample Kolmogorov Smirnov pada kelompok kontrol menghasilkan nilai z sebesar 0,109 dengan p=0,200 (p>0,05). Berdasarkan hasil dari uji normalitas tersebut, dapat dikatakan distribusi kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal. b. Uji Homogenitas Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi dari sampel penelitian adalah homogen. Kaidah yang digunakan adalah jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05) maka populasi bersifat homogen, sedangkan jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka populasi bersifat tidak homogen. Pada penelitian ini, uji homogenitas dianalisis menggunakan Levene Test. Hasil uji Homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Levene’s Test for Equality of Variance F Sig 2,879 ,097 46 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Uji Homogenitas Levene Test menghasilkan nilai F sebesar 2,879 dan menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,097 (p>0,05). Nilai ini menunjukkan bahwa varians data penelitian untuk variabel post test memenuhi asumsi homogenitas. 2. Uji Hipotesis Nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai ratarata pada kelompok kontrol. Deskripsi nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Nilai Rata-Rata Data Mean N Std. Deviation Kontrol 27,50 22 9,257 Eksperimen 32,95 22 7,218 Nilai rata-rata hasil hasil tes kemampuan spasial pada kelompok eksperimen yaitu 32,95 lebih besar daripada hasil tes kemampuan spasial pada kelompok kontrol yaitu 27,50. Hal tersebut menyatakan bahwa kemampuan spasial pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. 47 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Selain itu, terdapat persyaratan yang harus dipenuhi pada penelitian eksperimen. Hal tersebut adalah nilai signifikansi uji t lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Hasil pengujian signifikansi hasil tes kemampuan spasial pada kedua kelompok, yakni kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel 4. Uji Hipotesis Kontrol Eksperimen N 22 22 Mean 27,50 32,95 Mean Difference 5,455 t 2,190 Df 42 Sig (2-tailed) ,034 Uji Hipotesis berikut menghasilkan nilai t sebesar 2,190 dengan p=0,034 (p<0,05). Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa musik klasik Mozart berpengaruh secara signifikan pada kemampuan spasial. B. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh musik klasik Mozart pada kemampuan spasial. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki perbedaan nilai uji t yang signifikan, yaitu 0,034 (p=<0,05). 48 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh mendengarkan musik Mozart pada kemampuan spasial. Hasil penelitian tersebut mendukung pendapat yang diajukan oleh Gardner (1983) bahwa musik dapat membantu sebagian orang untuk mengorganisir cara berpikir dan bekerja sehingga membantu mereka berkembang dalam hal pemikiran spasial. Salim (2010) mengatakan bahwa berdasarkan beberapa penelitian diketahui bahwa aktivitas musik memiliki hubungan dengan proses spasial. Dalam aspek ini, aktivitas musik termasuk rekontruksi dari pola – pola spasial berupa perorganisasian elemen – elemen nada ke dalam kode spasial yang khusus. Sehingga melodi yang terdengar merupakan rekognisi dari penyusunan jarak antara pitch dan pola irama. Teori neurobiologi (Chusid, 1993) mengatakan bahwa bangunan otak terspesialisasi untuk membangun blok-blok musik pada komponen spasial (melodi). Di dalam otak terdapat sel-sel khusus yang memproses bentukbentuk melodi dan pola arsistesis. Sel-sel neuron tersebut terletak dalam korteks auditori yang bertugas mengoperasikan hubungan harmoni yang spesifik. Bila seseorang mendengarkan sebuah melodi, ia mengaktifkan temporal hemisfer kanan (auditori) yang akan berhubungn dengan hemisfer kiri (bahasa). Bila seseorang mendengarkan nada, terjadi aktivitas khusus dari system kortikal auditori hemisfer kanan. Mendengarkan musik memiliki elemen-elemen musik yang diorganisasi, baik secara spasial (menyusun jarak 49 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI antara pitch, pola dan irama). Dengan demikian, mendengarkan musik memiliki hubungan dengan proses spasial. Haussman, Hodgetts & Eerola (2016) mengatakan bahwa terdapat hubungan kausal antara kognisi dan kemampuan spasial karena adanya struktur model neural dari korteks yang disebut model trion. Teori model trion ini mengatakan bahwa aktivitas musik dapat memperkuat pola-pola cetusan neural yang terorganisir dari kode-kode spasial temporal dalam wilayah korteks. Dalam model ini, pola pengaktivasian syaraf yang serupa terjadi selama adanya tugas spasial dan kognisi musik. Mendengarkan musik dapat mengaktifkan neuron untuk meningkatkan kemampuan spasial yang ada dalam cerebal cortex. Pada penelitian sebelumnya membuktikan bahwa lagu Mozart mempengaruhi kemampuan spasial. (Leng and Shaw, 1991; Rauscher, Shaw and Ky ,1993; Martin, Stephen and David, 2006). Penelitian yang dilakukan peneliti dan penelitian sebelumnya memiliki persamaan yaitu menggunakan lagu Mozart “Sonata for Two Pianos in D Major, K. 448, namun penelitian tersebut menggunakan alat tes Stanford Binet Paper Folding and Cutting Task untuk mengukur kemampuan spasial. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti membuat sendiri alat untuk ukur kemampuan spasial berupa 48 soal bangun ruang. Penelitian Rauscher, Shaw dan Ky (1993) memberikan 3 macam treatment, yaitu musik Mozart, musik relaksasi dan musik campuran (musik 50 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Philip Glass dan musik dansa), melakukan percobaan selama 5 hari berturutturut. Sedangkan peneliti hanya memberikan 2 macam treatment, yaitu musik Mozart dan tanpa musik. Kelompok kontrol dan eksperimen masing-masing dilakukan selama 1 hari. Hasil dari penelitian Rauscher, Shaw dan Ky (1993) adalah kelompok Mozart memiliki skor tertinggi diantara kelompok silent dan kelompok campuran, namun kelompok Mozart dan silent tidak memiliki skor beda yang signifikan. Hasilnya berbeda dengan penelitian ini, yaitu kelompok kontrol dan eksperimen memiliki skor beda yang signifikan, sehingga musik klasik Mozart memiliki pengaruh secara signifikan pada kemampuan spasial. Pada penelitian sebelumnya, kelompok kontrol diberi pretest diam/tidak berbicara selama 10 menit dan kelompok eksperimen diberi pretest mendengarkan musik Mozart “Sonata for Two Pianos in D Major, K. 448” selama 10 menit (Rauscher, Shaw and Ky, 1993; Leng and Shaw 1991). Kelompok kontrol pada penelitian ini langsung mengerjakan soal tes kemampuan spasial dan kelompok eksperimen mengerjakan soal tes kemampuan spasial dengan didengarkan musik Mozart “Sonata for Two Pianos in D Major, K. 448”. Kedua kelompok tanpa menggunakan pretest. Rideout and Laubach (1996) mengatakan bahwa efek Mozart memberikan pengaruh, meskipun tidak menunjukkan bahwa efek Mozart dapat diandalkan dari waktu ke waktu. Mereka menyarankan bahwa electroencelphagram (EEG) harus dilakukan untuk menerima mekanisme 51 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang mendasari kerja efek di otak partisipan. Pada penelitian ini tidak dilakukan EEG untuk mendasari kerja efek di otak partisipan. Pada penenelitian Rauscher, Shaw and Ky (1993), subjek memiliki nilai lebih tinggi secara signifikan pada kelompok Mozart daripada kelompok silent dan campuran, yaitu sebesar 8-9 poin. Namun efek ini sangat singkat, hanya berlangsung 10-15 menit. Para peneliti menyimpulkan bahwa musik dapat menyebabkan otak berfungsi lebih baik dalam kemampuan spasial, setidaknya beberapa menit. Namun temuan ini terlalu dibesar-besarkan dengan mengatakan bahwa musik Mozart dapat meningkatkan 8-9 poin IQ. Sebenarnya telah jelas disampaikan bahwa efek tersebut hanya berlangsung beberapa menit dan mencakup kemampuan spasial, sehingga tidak dapat diklaim meningkatkan IQ pada umumnya. Stough et.al (1994) melakukan penelitian serupa yang dilakukan oleh Rauscher, Shaw and Ky (1993) yaitu meneliti efek Mozart dan kemampuan spasial dengan cara mendengarkan musik Mozart sambil memecahkan kasus balok-balok kayu. Namun efek yang diharapkan tidak muncul, karena Rauscher beranggapan bahwa pada penelitian tersebut tidak menggunakan alat tes yang sama yaitu Stanford Binet paper folding and cutting. Tes tersebut lebih menguji ingatan jangka pendek (short-term memory) daripada kemampuan spasial. Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik dan elemen musik oleh seorang terapis yang terakreditasi untuk meningkatkan, 52 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual. Klien dalam suatu sesi terapi musik biasa diajak bernyanyi, belajar main musik, bahkan membuat lagu singkat, atau dengan kata lain terjadi interaksi yang aktif dengan musik, dan bukan hanya mendengarkan secara pasif seperti yang terjadi pada efek Mozart. Keaktifan dan kepasifan pelaku terhadap musik inilah yang membedakan terapi musik pada umumnya dengan efek Mozart. Selain itu, pada terapi musik di Indonesia, musik yang digunakan sangat beragam dan tidak terbatas hanya pada musik Mozart saja, seperti musik instrumental, musik relaksasi, bahkan musik pop dan jazz. Sementara efek Mozart baru muncul pada 1991, sedangkan ide dan penggunaan terapi musik sudah ada sejak zaman Yunani kuno oleh Plato dan Phytagoras. (Salim, 2006) Penggunaan perkembangan musik juga terapi kognisi, musik telah terbukti perilaku serta kesehatan. bermanfaat bagi Bahkan terapi telah digunakan untuk menolong para korban pada Perang Dunia I dan II. Dengan penggunaan terapi musik ini, para korban dilaporkan lebih cepat sembuh dan memiliki kondisi lebih baik Tidak banyak persamaan antara efek Mozart dan terapi musik, selain keduanya menggunakan intervensi musik untuk memperbaiki keadaan klien/pasien, namun dampak yang dihasilkan dari keduanya berbeda. Terapi dampaknya musik lebih berkepanjangan (long-last), berpengaruh terhadap 53 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI keseluruhan kemampuan (multiple), dan banyak laporan kemajuan kesehatan akibat intervensi terapi musik. (Salim, 2006). Pada penelitian Rauscher, Shaw dan Ky (1993) mengatakan bahwa Efek Mozart dapat meningkatkan kemampuan spasial hanya 10 menit saja dan tidak dalam jangka waktu yang lama. Saking terkenalnya penelitian Rauscher, Shaw and Ky (1993), banyak yang menyimpulkan bahwa Efek Mozart dapat meningkatkan kecerdasan secara umum, seperti IQ, padahal Efek Mozart hanya meningkatkan kemampuan spasial saja. Namun, Helding (2014) berpendapat bahwa efek Mozart hanya bertahan beberapa menit, berpengaruh terbatas pada kemampuan spasial-temporal, dan belum dilaporkan dampak efek ini bagi kesehatan secara umum. Selain itu, Media terlalu berlebihan dengan temuan ilmiah yang baru pada populasi yang belum teruji. Dengan kata lain, mereka menyimpulkan bahwa bayi juga memiliki pengaruh, padahal pada penelitian awal dijelaksakan bahwa mahasiswa yang memiliki pengaruh dan yang awalnya kemampuan spasial yang meningkat, sehingga mereka menyimpulkan bahwa semua kemampuan kecerdasan juga ikut meningkat. Selain musik klasik Mozart, telah banyak penelitian- penelitian yang tidak menggunakan musik klasik Mozart untuk meningkatkan kemampuan spasial. Olkun (2003) melakukan sebuah penelitian untuk dapat memperbaiki kemampuan spasial siswanya dengan cara melakukan pembelajaran melalui aktivitas menggambar teknik. Olkun memberikan balok-balok kayu kecil 54 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI untuk dibuat menjadi bentuk tertentu, kemudian siswa diminta untuk menggambar dari berbagai sisi secara tegak lurus, yaitu dari sisi atas, depan, dan samping. Kalbitzer & Loong (2013) memberikan cara untuk meningkatkan kemampuan spasial siswa dengan menggunakan berbagai macam representasi, misalnya, lego, gambar-gambar bangunan, dan aktivitas menggambar menggunakan alat bantu komputer seperti drag, resize, move, copy, paste, colour, dan delete. Instrumen untuk mengukur kemampuan spasial pada penelitian – penelitian sebelumnya (Leng and Shaw, 1991; Rauscher, Shaw and Ky ,1993; Martin, Stephen and David, 2006) menggunakan alat tes berupa Stanford Binet Paper Folding and Cutting Task. Penelitian ini membuat sendiri alat ukur kemampuan spasial berupa soal bangun ruang. Subjek diminta memilih satu dari empat pilihan bangun ruang mana yang sesuai dengan pola. Tes kemampuan spasial berisi soal-soal bangun ruang yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori kemampuan spasial yang mengukur kemampuan berpikir secara visual dari bentuk geometris, memahami gambar dari dua dimensi menjadi bentuk tiga dimensi, serta kemampuan untuk memanipulasi secara mental dan mengingat hubungan yang dihasilkan dari objek dalam satu ruang. Tes kemampuan spasial ini telah mengalami uji coba. Peneliti awalnya membuat 80 soal tes kemampuan spasial. Setelah melakukan tes diskriminasi, peneliti mendapatkan 48 soal tes kemampuan spasial yang valid dan reliabel. 55 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan penjelasan di atas, dibuktikan bahwa musik menjadi salah satu media yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan spasial seseorang. Hal ini terlihat dari hasil penelitian eksperimen terhadap 44 subjek yang menunjukkan bahwa musik klasik Mozart berpengaruh secara signifikan pada kemampuan spasial. C. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Kelebihan dari penelitian ini adalah peneliti membuat sendiri alat ukur kemampuan spasial berupa soal bangun ruang. Instrumen untuk mengukur kemampuan spasial pada penelitian – penelitian sebelumnya menggunakan alat tes berupa Stanford Binet Paper Folding and Cutting Task. Tes kemampuan spasial ini telah mengalami uji coba. Peneliti awalnya membuat 80 soal tes kemampuan spasial. Setelah melakukan tes diskriminasi, peneliti mendapatkan 48 soal tes kemampuan spasial yang valid dan reliabel. Kekurangan dari penelitian ini adalah penelitian pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak dilakukan pada tempat yang sama. Penelitian kelompok eksperimen dilakukan di ruang observasi yang kedap suara, sedangkan penelitian kelompok kontrol dilakukan di ruang kelas. Design eksperimen pada penelitian ini yaitu penelitian semu memiliki kelemahan, yaitu pengendaliannya kurang ketat. Hal ini disebabkan pemilihan subjek tidak secara random (nonrandom assignment) namun dengan purposive sampling, yaitu memiliki kriteria umur subjek berusia 18-21 tahun 56 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan belum pernah mendengar lagu Mozart “Sonata for Two Pianos in D Major, K. 448”. Peneliti mendapatkan subjek dengan cara meminta bantuan teman untuk mencarikan mahasiswa Psikologi dan Pendidikan Bahasa Inggris yang memiliki ciri-ciri berikut. Oleh karena itu, hubungan kausal (sebabakibat) antara kedua variabel kurang dapat digeneralisasikan karena subjek tidak mewakili populasi. Rentang waktu penelitian cukup singkat, sehingga kurang melihat perbedaan hasil pengukuran sebelum pemberian perlakuan dan hasil sesudahnya (pre-test dan post-test). Selain itu, saya menggunakan mahasiswa yang mengajar pelajaran bahasa inggris, seharusnya saya menggunakan mahasiswa yang mengajar matematika, industrial atau arsitek yang mempelajari bangun ruang secara mendalam. 57 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart berpengaruh secara signifikan p = 0,034 (p<0,05) pada kemampuan spasial. Kesimpulan ini juga diperkuat dengan hasil perbandingan mean pada kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol (Eksperimen = 32,95 > Kontrol = 27,50). B. Saran 1. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Penelitian di tempat yang sama. Peneliti berpendapat bahwa melakukan penelitian di tempat yang berbeda akan menimbulkan variabel ekstra. b. Peneliti memilih subjek dengan random agar hubungan kausal (sebab-akibat) antara kedua variabel dapat digeneralisasikan serta subjek mewakili populasi. c. Peneliti mempertimbangkan rentang waktu penelitian, sehingga dapat melihat perbedaan hasil pengukuran sebelum pemberian perlakuan dan hasil sesudahnya (pre-test dan post-test). Maka 58 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI disarankan pelaksanaan penelitian menggunakan jangka waktu lebih lama. d. Peneliti memilih subjek yang sesuai dengan kriteria yang diteliti, yaitu subjek yang berhubungan dengan matematika, bukan bahasa inggris. 2. Bagi Masyarakat Kemampuan spasial sangat memberi andil di banyak kegiatan seperti mengendarai mobil, mencari alamat rumah, membaca denah jalan, dll. Masyarakat dapat mendengarkan musik klasik Mozart sebagai media saat melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. 59 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Agustin, M. 2006. Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Kecerdasan Jamak. Tesis. PPS UPI: Tidak Diterbitkan. Arikunto, M. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Armstrong, S. 2006. Setiap Anak Cerdas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Bangerter, A., & Heath C. 2004. The Mozart Effect: Tracking Evolution of Scientific Legend. British Journal of Social Psychology. 43, 605-623. Barke, H. D., & Engida, T. 2001. Structural Chemistry and Spatial Ability in Different Cultures. Chemistry Education: Research and practice in Europe, Vol. 2, No. 3, pp 227-239. Baurner, A., & Harvell, B. 2004. Learning Disability. New York: Cambridge University Press. Campbell, D. 2001. Efek Mozart, Memanfaatkan Kekuatan Musik Untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreatifitas dan Menyehatkan Tubuh. Penerjemah T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Carrol, J. B. 1993. Human Cognitive Ability: A Survey of Factor-Analytic Studies. New York: Press Syndicate of The University of Cambridge. Chamidah, A. 2008. Analisis Kesalahan Siswa Kelas X-7 SMAN 14 Surabaya dengan Menyelesaikan soal Materi Jarak pada Tiga Dimensi. Tesis yang tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Surabaya. Chusid, JG. 1993. Neuroanatomi Korelatif Dan Neurologi Fungsional. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Cook, T. D., & Campbell, D. T., (1979). Quasi Experimentation: Design & Analysis Issue for Field Setting. Houghton Mifflin Co: Boston. 60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI De Lacoste, M. C, Horvarth, D. S., & Woodward, D. J. 1991. Possible Sex Differences in Developing Human Fetal Brain. Journal of Clinical and Experimental Neuropsychology. Vol. 13, No. 6, pp. 831-846. Etaugh, C. and Liss, M. 2002. Handbook of the Psychology of Women and Gender. San Diego: Academic Press. Febriana, E. 2013. Profil Kemampuan Spasial Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Dimensi Tiga Ditinjau dari Kemampuan Matematika. Tesis yang tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. French, J. W. 1951. The Description of Aptitude and Achievement Test In Terms Of Rotated Factors. Psychometric Monograph: No 5. Gardner, H. 1983. Multiple Intelligence: The Theory of Multiple Intelligence. New York: Basic Books. Gohn, C., Humphreys, L., & Yao, G. 1998. Underachievement Among Spatially Gifted Students. American Educational Research Journal. Vol. 35, No. 3, pp 515-531. Hampson, E., Rovet, J. F., & Airman, D. 1998. Spatial Reasoning In Children With Congenital Adrenal Hyperplasia Due to 21-hydroxylase Deficiency. Developmental Neuropsychology. 14, 299-320. Haussman, M., Hodgetts, S., & Eerola, T. 2016. Musik Induce Changes in Functional Cerebral Asymmetris. Journal of Brain and Cognition. Vol. 104, pp. 58-71. Hegarty, M. & Waller, D. 2005. Individual Differences In Spatial Abilities. New York: Cambridge University Press. Helding, L. 2014. The Mozart Effect Turns Twenty. National Association of Teachers of Singing, Vol 70, no. 4, pp. 473-478. Ives, D.L. 2003. The Development of Seventh Graders’ Conceptual Understanding of Geometry and Spatial Visualization Abilities Using Mathematical Representations With Dynamic Models. Dissertation, The Graduate School of Montclair State University. Jones, M. H.; West, Stepen D.; Estell, David B. 2006. The Mozart Effect : Arousal, Preference, and Spatial Performance. American Psychological Association. Vol 1(4). 61 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kalbitzer, S. & Loong, E. 2013. Teaching 3-D Geometry- the Multi-Representational Way. Australian Primary Mathematics Classroom, 3, 23 – 29. Kell, H. & Lubinski, D. Spatial Ability: A Neglected Talent in Educational and Occupational Settings. Developmental Psychology, Vol 35, pp. 219-230. King, J.M. 1992. A Study of The Use of Spatial Skills in a Three-Dimensional Logo Envoirement. Dissertation, Florida State University College of Education. Latipun. 2002. Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press. Leng, X., & Shaw, G. L. 1991. Toward a Neural Theory of Higher Brain Function Using Musik As a Window. Concepts in Neuroscience, Vol 2, pp. 229-258. Levi & Heller. 1992. Sex Differences: Developmental and Evolutionary Strategies. San Diego: Academic Press. Lewine, S. C., Huttenlocher, J., Taylor, A., & Langrock, A. 1999. Early Sex Differences in Spatial Skill. Developmental Psychology, Vol 35(4), pp. 940949 Lohman, D. F.& Kyllonen, P. C. 1983. Individual Differences in Solution Strategy on Spatial Tasks. In Advances in the Psychology of Human Intelligence, pp 105135. Lohman, D.F., Korb, K.A., & Lakin, J.M. 2008. Identifying Academically Gifted English Learners Using Nonverbal Tests. National Association for Gifted Children,Vol. 52, No. 4, pp. 275-296. Mann, R. 2014. Patterns of Response: A case Study of Elementary Students with Spatial Strengths. Special Issue on Visual Spatial Talent. Vol. 36, pp. 60-69. Mansfield, S. 2014. A Case Study of Gifted Visual-Spatial Learners. Thesis. Massey University: New Zealand. Martin H., Stephen D. W., and David B., 2006. The Mozart Effect: Arousal, Preference, and Spatial Performance. Psychology of Aesthetics, Creativity, and the Art Copyrights 2006 by the American Psychological Association 2006, Vol. S, No. 1, 26 -3. Musfiroh, T. (2004). Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Yogyakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi Subdit PGTK dan PLB. National Academy of Science. 2006. Learning to Think Spatially, Washington DC: The National Academics Press. 62 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Nora S, & Janellen H. 2004. The Development Of Spatial Representation and Reasoning. 1st MIT Press Paperack Edition Massachussets Institute Of Technology. Odell, Ch. E., 1986. Manual for the GATB. Washington: U.S. Dept. of Labor. Olkun, S. (2003). Making Connections: Improving Spatial Abilities with Engineering Drawing Activities. International Journal of Mathematics Teaching and Learning. Pakkenberg, B., Gundersen, H.J.G., 1997. Neocortical Neuron Number In Human: Effect of Sex and Age. J. Comp. Neuropsychologist. Piaget, J., & Inhelder, B. 1971. Mental Imagery in Child. New York: Basic Books. Rauscher, F. H., Shaw, G. L., & Ky, K. N. 1993. Musik and Spatial Task Performance. Nature. Vol 131(4), 365-370. Rideout, B. E., & Laubach, C. M. 1996. EEG Correlates of Enchanded Spatial Performance Following Exposure to Musik. Perceptual Motor Skill. Vol 82, 427-432. Salim, D. 2006. Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galang Press. Salim, D. 2010. Psikologi Musik. Jakarta: Penerbit Gramedia. Saucier, D. M., McCreary, D. R., & Saxberg, K. (2004). Does Gender Role Socialization Mediate Sex Differences In Mental Rotations. Personality and Individual Differences. Vol 32(6), 1101-11. Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Steele, K. M., Bass, K. E., & Crook M. D. (1999). The Mystery of the Mozart Effect: Failure to Replicate. Psychological Science. Vol 10, 366-369. Stough, C., Kerkin, B., Bates, T., & Mangan, G. (1994). Musik and Spatial IQ. Personality & Individual Differences, 17(5), 695. Tambunan, S. 2006. Hubungan antara Kemampuan Spasial dengan Prestasi Belajar Matematika. Depok: Makara Sosial Humaniora 63 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Turgut, M. & Yilmaz, S. (2012). Relationship among Preservice Primary Mathematics Teachers’ Gender, Academic Success, and Spatial Ability. International Journal of Instruction, 5 (2), 5 – 20. Thurstone. L.L. 1938. Primary Mental Abilities; Psychomatic Monographs. Chicago: University of Chicago Press. Yilmaz, H. B. (2009). On The Development and Measurement of Spatial Ability. International Electronic Journal of Elementary Education, 1 (2), 83 – 96. 64 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lembar Persetujuan INFORMED CONSENT Saya diminta dan bersedia untuk berpartisipasi pada penelitian ini Oleh peneliti saya diminta menjawab pertanyaan yang diajukan di lembar soal yang telah diberikan. Saya berjanji akan memberikan jawaban sebenarnya pada penelitian ini agar bermanfaat. Bersedia menjadi responden: Peneliti : Claudia Kartika Panutan NIM : 129114114 Saya mengerti bahwa hasil dari penelitian ini akan dirahasiakan. Semua berkas yang mencantumkan identitas saya hanya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data dan hanya peneliti yang tahu rahasia data. Demikianlah persetujuan ini saya tanda tangani tanpa paksaan dari siapapun. Saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini. Yogyakarta, Juni 2016 Responden (……………………...………) 65 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ANGKET Sebelum memulai kegiatan, anda akan mendengarkan cuplikan lagu. Setelah lagu berakhir, anda diminta mengisi pertanyaan dibawah ini: Anda dimohon untuk memberikan tanda (√ ) di dalam salah satu kotak yang tersedia. Apakah sebelumnya anda sudah pernah mendengar lagu ini? SAYA SUDAH PERNAH MENDENGARKAN LAGU INI. SAYA BELUM PERNAH MENDENGARKAN LAGU INI. Responden, (……………………...………) 66 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. SKOR TES KELOMPOK EKSPERIMEN No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. MEAN Kelompok Eksperimen Rilidea Devina Yashinta Gabriela Prastika Devamethia Vania Merrysha Adnes Nindya Maria Nyoman Biaggi Giovan Aditya Aarian Bonifasius Andreas Emiliano Albertus Detry Ronald Skor Tes 43 33 26 36 31 21 28 30 33 38 38 28 21 42 40 35 18 35 42 33 41 33 32,95 67 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. SKOR TES KELOMPOK KONTROL No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. MEAN Kelompok Kontrol Jasmine Daniar Tasya Nurul Angel Ummu Gustiana Ratna Sindi Ningsih Ririn Mizan Maulana Handoko Ahmad Yadi Umar Amda Mukti Sosro Rifan Idar Skor Tes 38 15 14 28 14 38 32 20 34 31 28 19 40 20 24 22 34 26 15 45 32 36 27,50 68 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Tabel Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kontrol Eksperimen 22 22 Mean 27.50 32.95 Std. Deviation 9.257 7.128 Absolute .109 .139 Positive .109 .090 Negative -.102 -.139 Kolmogorov-Smirnov Z .109 .139 Asymp. Sig. (2-tailed) .200 .200 N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences a. Test distribution is Normal. 69 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Grafik Q-Q Plot Kelompok Kontrol Model Description Model Name MOD_1 Series or Sequence 1 Kontrol 2 Eksperimen Transformation None Non-Seasonal Differencing 0 Seasonal Differencing 0 Length of Seasonal Period No periodicity Standardization Not applied Distribution Type Normal Location estimated Scale estimated Fractional Rank Estimation Method Blom's Rank Assigned to Ties Mean rank of tied values Applying the model specifications from MOD_1 Case Processing Summary Kontrol Series or Sequence Length Eksperimen 22 22 User-Missing 0 0 System-Missing 0 0 Number of Missing Values in the Plot The cases are unweighted. Estimated Distribution Parameters Kontrol Eksperimen Location 27.50 32.95 Scale 9.257 7.128 Normal Distribution The cases are unweighted. 70 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Tabel Uji Homogenitas Group Statistics VAR00002 VAR00001 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean E 22 32.95 7.128 1.520 K 22 27.50 9.257 1.974 Levene's Test for Equality of Variances F Sig. 2.879 .097 72 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Tabel Uji Hipotesis T-Test Mean N Std. Deviation Kontrol 27.50 22 9.257 Eksperimen 32.95 22 7.128 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence F Sig. t df Interval of the Sig. Mean (2- Differenc Std. Error tailed) e Difference Difference Lower Upper V Equal A variances R assumed 0 2.879 .097 2.190 42 .034 5.455 2.491 .428 10.481 .035 5.455 2.491 .418 10.491 0 0 0Equal 1variances not 2.190 39.4 25 assumed 73 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LAMPIRAN F TES KEMAMPUAN SPASIAL UNTUK DISKRIMINASI ITEM 74 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PETUNJUK Tes ini terdiri atas 48 macam pola. Masing-masing pola dapat dilipat sehingga menjadi suatu bangunan benda. Tiap pola disertai empat buah bangunan benda. Lihat contoh: Contoh X. A B C D Di antara empat bentuk bangunan benda A; B; C dan D ini, yang manakah yang dapat dibentuk dari pola di dalam contoh X tersebut? Bentuk bangunan B dan D tidak dapat dibentuk dari pola yang diketahui, karena sisi-sisinya tidak sama. Bentuk bangunan A mempunyai bentuk dan ukuran yang sama dengan pola. Jadi jawaban yang benar pada contoh X adalah A. Sedangkan bentuk bangunan D sama sekali tidak dapat dibentuk dari pola yang diketahui. Contoh Y: A B C Apabila pola dilipat, maka akan terjadi bangunan benda yang sisinya sama persis. Contoh Y itu hanya satu saja yang sama ialah bangunan benda D. Jawaban yang benar pada contoh Y adalah D. PERHATIAN 1. Pelajari tiap pola dan tentukan satu bangunan benda yang benar dari pola itu. 2. Kemukakan pilihan anda pada lembar jawaban. 3. Jangan mencoret-coret buku soal test. D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 A B C D 2 A B A B C D 3 C D 4 A B C D A B C D 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 A B C D C D 7 A B 8 A B C D A B C D A B C D 9 10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 A B C D 12 B A C D 13 B A C D 14 A B C D A B C D 15 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 A B C D A B C D A B C D 17 18 19 A B C B C D 20 A D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 A B C D A B C D A B C D 22 23 24 A B A B C D 25 C D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 A B C D A B C D 27 28 A B C D 29 A B C D 30 A B C D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 A B C D A B C A B C D A B C D A B C D 32 D 33 34 35 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 A B C D B C A B C D A B C D 37 A D 38 39 40 A B C D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 A B C D 42 A B C D 43 A B C D 44 A B C A B C D 45 D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 A B C D 47 A B C D 48 A Selesai B C D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dari 80 soal yang dibuat, Total 48 soal yang diujikan pada penelitian selanjutnya setelah melalui Tes Diskriminasi, yaitu soal nomor 1, 3, 6, 7, 8, 9, 10, 12 ,1 5, 16, 24, 26, 27, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 48, 49, 51, 53, 54, 55, 56, 58, 63, 65, 67, 69, 70, 71, 72, 74, 75, 76, 77, 78. Dapat dilihat pada table berikut: No. Soal 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. Betul Salah 19 36 21 37 37 21 22 21 20 19 38 22 31 31 19 19 34 37 33 34 33 37 36 21 39 22 10 21 4 19 3 3 19 18 19 20 21 2 18 9 9 21 21 6 3 7 6 7 3 4 19 1 18 30 76 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 38 25 21 22 4 20 30 18 8 24 19 21 18 30 19 30 32 19 23 37 21 22 32 18 2 19 20 11 12 37 22 33 36 35 34 19 0 21 6 19 32 2 10 19 18 36 20 10 22 32 16 21 19 22 10 21 10 8 21 17 3 19 18 8 22 38 21 20 29 28 3 18 7 4 5 6 21 40 19 43 21 8 77 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 20 23 17 22 37 18 21 22 19 18 33 7 20 17 23 18 3 22 19 18 21 22 7 33 78 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LAMPIRAN H TES KEMAMPUAN SPASIAL 79 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PETUNJUK Tes ini terdiri atas 80 macam pola. Masing-masing pola dapat dilipat sehingga menjadi suatu bangunan benda. Tiap pola disertai empat buah bangunan benda. Lihat contoh: Contoh X. A B C D Di antara empat bentuk bangunan benda A; B; C dan D ini, yang manakah yang dapat dibentuk dari pola di dalam contoh X tersebut? Bentuk bangunan B dan D tidak dapat dibentuk dari pola yang diketahui, karena sisi-sisinya tidak sama. Bentuk bangunan A mempunyai bentuk dan ukuran yang sama dengan pola. Jadi jawaban yang benar pada contoh X adalah A. Sedangkan bentuk bangunan D sama sekali tidak dapat dibentuk dari pola yang diketahui. Contoh Y: A B C Apabila pola dilipat, maka akan terjadi bangunan benda yang sisinya sama persis. Contoh Y itu hanya satu saja yang sama ialah bangunan benda D. Jawaban yang benar pada contoh Y adalah D. PERHATIAN 1. Pelajari tiap pola dan tentukan satu bangunan benda yang benar dari pola itu. 2. Kemukakan pilihan anda pada lembar jawaban. 3. Jangan mencoret-coret buku soal test. D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 A B C D A B C D 2 3 A B C D 4 A B C D 5 A B C D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 A B C D 7 A B C D A B C D A B 8 9 C D C D 10 A B PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D 12 13 14 15 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 A B C D 17 A B C D 18 A B A B C D 19 C D 20 A B C D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 B A C D 22 B A C D 23 A B C D B C D C D 24 A 25 A B PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 B A C D 27 B A C D C D 28 A B 29 A B C D A B C D 30 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 A B C D A B C D A B C D A B C D 32 33 34 35 A B C D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 A B C D 37 A B C D A B C D A B C D A B C D 38 39 40 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 A B A B C D 42 C D 43 A B C D A B C D A B C D 44 45 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 A B A B C D 47 C D 48 49 A B C A B C D 50 D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 A B C D A B C A B C A B C D A B C D 52 D 53 D 54 55 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D 57 58 59 60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 A B C D 62 A B C D 63 A B C D 64 A B C D 65 A B C D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 A B C D A B C D A B C D 67 68 69 A B C D 70 A B C D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 A B C D 72 A B C D 73 A B C D A B C D A B C 74 75 D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 A B C D 77 A B C D 78 A B C D 79 A B C D A B C D 80