pengaruh musik klasik mozart pada kemampuan

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH MUSIK KLASIK MOZART
PADA KEMAMPUAN SPASIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Claudia Kartika Panutan
129114114
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
“Dalam mengerjakan sesuatu, bukan hanya tentang kerja
keras,
Satu hal yang tak kalah penting adalah kesabaran menjalani
proses.”
-Ajahn Brahm-
“Semakin Sulit Perjuangannya,
Semakin Besar Kemenangannya.”
-Thomas Paine-
“The Secret of Change is to Focus All of Your Energy,
Not on Fighting the Old,
But on Building the New.”
-Socrates-
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH MUSIK KLASIK MOZART
PADA KEMAMPUAN SPASIAL
Claudia Kartika Panutan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh musik klasik Mozart pada
kemampuan spasial. Hipotesis menyatakan bahwa musik klasik Mozart
berpengaruh secara signifikan pada kemampuan spasial. Penelitian eksperimen
dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ini mempunyai 44 subjek
berusia 18-21 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik klasik Mozart
berpengaruh secara signifikan pada kemampuan spasial (p = 0,034 ; p<0.05).
Kata kunci: kemampuan spasial, musik klasik Mozart.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE EFFECT OF MOZART’S CLASSICAL MUSIC
TOWARDS SPATIAL ABILITY
Claudia Kartika Panutan
The purpose of this research is to determine the effect of Mozart’s classical music
on spatial ability. This research hyphotesis is there was significance effect of
Mozart’s classical music on spatial ability. This experimental research employed
experimental group and control group with 44 subjects (18-21 year old). The
result shows that Mozart’s classical music significantly influence spatial ability (p
= 0,034 ; p<0.05).
Key words: Mozart’s classical music, spatial ability.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu ada
menyertai pelaksanaan dan penulisan skripsi ini, serta selalu membimbing saya
menyelesaikan skripsi ini. Peneliti juga sangat berterimakasih terhadap orang –
orang yang memberi andil sangat besar karena bantuan dan dukungan yang tak
terhingga. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Drs. Hadrianus Wahyudi M. Si., Dosen Pembimbing Akademik.
3. Dr. A. Priyono Marwan, S. J. Dosen pembimbing yang luar biasa baik dan
murah senyum. Terima kasih romo telah sabar membimbing peneliti
selama kurang lebih 4 bulan.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah
mendidik peneliti dan memberikan banyak pelajaran serta pengalaman
yang sangat berharga selama studi.
5. Mas Muji dan para staff Laboratorium yang sangat baik membantu
mengurus tempat untuk penelitian serta menjadi teman bercanda bila
sedang jenuh.
6. Kedua orang tua peneliti, Papa Tanto Handoko dan Mama Dyah Fajaryanti
yang selalu setia membimbing serta memberikan semangat yang tiada tara.
7. Adik peneliti Rafael Jodhi Kapitan, terimakasih tawa candanya dan
menjadi penyemangat peneliti untuk terus menjadi lebih baik.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Helicopter Squad; Erlin, Zelda, Aprek, dan Fani menjadi sahabat yang
selalu ada, ingat quote kita “Always remember that if you fall, we will
always pick you up”.
2. Ella dan Flo, sahabat yang selalu ada bila peneliti sedang kesusahan dan
sebagai teman curhat yang setia.
3. Eris, Erin, Revi, dan Ayak sebagai sahabat yang selalu ada disaat suka
maupun duka.
4. Keluarga Besar Sutrisman yang telah memberikan semangatnya untuk
cepat menyelesaikan skripsi.
5. Teman-teman psikologi kelas D dan angkatan 2012, terimakasih atas
kebersamaan dan dinamikanya.
Pihak-pihak lain yang terkait selama proses penulisan skripsi yang tidak
dapat peniliti sebutkan satu persatu, terima kasih banyak. Semoga
penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak, mohon maaf apabila masih
banyak kekurangan.
Yogyakarta, 18 Agustus 2016
Peneliti
Claudia Kartika Panutan
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………............ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………….......
ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………......... iii
HALAMAN MOTTO…………………………………………...……..
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………
v
ABSTRAK……………………………………...………………………. vi
ABSTRACK……………………………………………………………………... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……. .. viii
KATA PENGANTAR……………………………………………..…... ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………..
xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………..
xv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….. xvi
BAB I PENDAHULUAN………………………………….………….
1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………
1
B. Rumusan Masalah………………………………………………….. 10
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………… 10
D. Manfaat Penelitian………………………………………………….. 11
1. Manfaat Teoritis………………………………………………… 11
2. Manfaat Praktis…………………………………………………. 11
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………..12
A. Kemampuan Spasial…...…………………………………………… 12
1. Pengertian Kemampuan Spasial………………………………….12
2. Aspek – Aspek Kemampuan Spasial…………………………….12
3. Alat Ukur Kemampuan Spasial…………………………………..21
4. Faktor – Faktor Kemampuan Spasial……………………….........24
B. Musik Klasik…………………………………………………………27
1. Pengertian Umum Musik………………………………………...27
2. Pengertian Musik Klasik…………………………………………28
a. Definisi Musik Klasik………………………………………..28
b. Pengaruh Musik Klasik………………………………………29
c. Ciri – Ciri Musik Klasik……………………………………..31
3. Musik Klasik Mozart…………………………………………….32
a. Sejarah Musik Mozart……………………………………..…32
b. Musik Mozart……………………………………………….. 33
C. Dinamika Variabel…………….………………………………..….. 34
D. Hipotesis……………………………………………………………. 35
BAB III METODE PENELITIAN………………………………….. 36
A. Subjek Penelitian………………………………………...………..… 36
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian……………...………….… 37
1. Variabel Tergantung……………………………………………… 37
2. Variabel Bebas…………………………………………………… 37
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Desain Eksperimen…………………………………...………………37
B. Alat Penelitian…………………………………...…………………. 39
C. Prosedur Penelitian……………………...……………………………40
1. Pelaksanaan Diskriminasi Tes……………………………………40
2. Pelaksanaan Penelitian Kelompok Kontrol………………………41
3. Pelaksanaan Penelitian Kelompok Eksperimen………………….42
D. Metode Analisis Data………………………………………………...44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………. 45
A. Analisis Data…………………………………………………………45
1. Uji Asumsi……………………………………………………….45
2. Uji Hipotesis……………………………………………………..47
B. Pembahasan………………………………………………………….48
C. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian………………………………56
BAB V PENUTUP……………………………………………………..58
A. Kesimpulan………………………………………………………….58
B. Saran………………………………………………………………...58
1. Bagi Peneliti Selanjutnya………………………………………..58
2. Bagi Praktisi……………………………………………………..59
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 60
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
TABEL 1. Uji Normalitas………………………………………………45
TABEL 2. Uji Homogenitas……………………………………………46
TABEL 3. Nilai Rata-Rata…………………………………………….... 47
TABEL 4. Uji Hipotesis………………………………………………….48
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A. INFORM CONSENT…………………………………. 65
LAMPIRAN B. ANGKET……………………………………………… 66
LAMPIRAN C. SKOR TES EKSPERIMEN DAN KONTROL………. 67
LAMPIRAN D. UJI ASUMSI…………………………………………...69
LAMPIRAN E. UJI HIPOTESIS…………………………………….…. 73
LAMPIRAN F. TES KEMAMPUAN SPASIAL UNTUK
DISKRIMINASI ITEM………………………...…………………….….75
LAMPIRAN G. TES DISKRIMINASI ITEM…………………………...76
LAMPIRAN H. TES KEMAMPUAN SPASIAL…………………….…79
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemampuan spasial sangat penting bagi hidup kita. Kemampuan
spasial ini sangat dibutuhkan saat seseorang ingin menunjukkan letak suatu
tempat, mengarahkan kendaraan, dan bahkan menerbangkan pesawat terbang.
Banyak orang seringkali berhadapan dengan permintaan dari orang lain untuk
menjelaskan mengenai arah jalan dan menjelaskan mengenai denah suatu
tempat. Bahkan para pilot maupun nakhoda kapal laut harus mengerti arah
navigasi pada peta yang harus dilalui. Kegiatan tersebut melibatkan
kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan spasial atau keruangan
(Nora dan Janellen 2004).
Gardner (1983) dalam bukunya yang berjudul Frames of Mind
menjelaskan bahwa kemampuan spasial (spatial ability) adalah kapasitas
individu untuk mempersepsikan dunia visual secara akurat, dan melakukan
transformasi serta modifikasi terhadap persepsi visual tersebut. Kemampuan
ini melibatkan visualisasi gambar di dalam kepala seseorang dan
membangkitkan kapasitas berpikir dalam bentuk tiga dimensi. Kemampuan
spasial mencakup kemampuan untuk menyerap, mengubah, dan menciptakan
kembali dalam bentuk dua atau tiga dimensi.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kemampuan spasial sering ditemukan pada kegiatan seseorang dan
banyak permasalahan
yang harus dipecahkan oleh manusia dalam
kesehariannya yang membutuhkan kemampuan spasial. Kemampuan spasial
dibutuhkan saat seseorang yang berada di luar kota menggunakan peta untuk
mencari jalan atau suatu tempat dan menjelaskan bentuk suatu bangunan atau
arah jalan yang ingin dituju, mengelilingi suatu bangunan yang belum pernah
dijumpai, mencari tempat menginap yang lebih strategis. Kemampuan spasial
juga dibutuhkan ketika melakukan orientasi diri terhadap lingkungan yang
baru (Hegarty, 2005).
Kemampuan spasial sangat erat kaitannya di bidang edukasi bagi
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Kemampuan spasial sangat erat
hubungannya dengan prestasi akademik. Tambunan (2006) mengatakan
bahwa dengan kemampuan spasial yang baik, dapat membantu seseorang
memahami konsep-konsep, contohnya ilmu matematika, alam, teknik,
meteorologi, arsitektur, dll. Chamidah (2008) mengatakan bahwa dalam
materi matematika dibutuhkan kemampuan spasial, karena materi matematika
pada sekolah tidak hanya berhubungan dengan hitungan semata, tetapi
berhubungan juga dengan pengetahuan lain, yaitu mengenai keruangan
(spasial). Contoh materi matematika yang membutuhkan kemampuan spasial
adalah geometri ruang. Geometri ruang adalah himpunan titik, garis, dan
bidang dalam ruang berdimensi tiga yang terletak dalam bagian tertutup
beserta seluruh permukaan yang membatasinya.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ives (2003) mengatakan bahwa kemampuan spasial harus mengerti
konsep area, perimeter, dan volume pada dua-tiga bentuk dimensi yang
terdapat pada unsur geometri di matematika. King (2002) mengatakan bahwa
kemampuan spasial dua-tiga dimensi sangat lazim digunakan dalam studi
matematika seperti geometri, trigonometri, kalkulus, aljabar, dan intuitif
pemahaman ruang, sehingga kemampuan spasial memang memiliki hubungan
dengan pelajaran matematika. Turgut dan Yilmaz (2012) yang meneliti
mengenai keterkaitan gender guru matematika pra sekolah, kesuksesan
akademis dan kemampuan spasial mengatakan bahwa penelitian tersebut
bertujuan untuk para pendidik matematika, karena diharapkan para pendidik
dapat meningkatkan kinerja pengajaran mereka dari sudut pandang
kemampuan spasial yang baik.
Pengajaran geometri ruang memiliki materi dimensi tiga dan memberi
kesempatan pada siswa dalam menggunakan kemampuan spasial guna
menyelesaikan masalah. Siswa-siswa akan menyelesaikan masalah yang
kompleks, membutuhkan usaha-usaha signifikan dan didorong untuk
merefleksikan pemikiran mereka (Febriana, 2013). Dipandang dari konteks
kehidupan sehari-hari kemampuan spasial juga perlu ditingkatkan, hal ini
mengacu dari pendapat Barke dan Engida (2001) yang mengemukakan bahwa
kemampuan spasial merupakan faktor kecerdasan utama yang tidak hanya
penting untuk matematika dan science, tetapi juga perlu untuk keberhasilan
dalam banyak profesi.
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Seorang pilot sangat membutuhkan kemampuan spasial yang tinggi
untuk mengetahui dengan baik di mana tanah/lapangan selama dia
bermanuver serta titik koordinat peta suatu tempat. Demikian pula seorang
nakhoda kapal laut membutuhkan kemampuan spasial yang tinggi dalam
menjalankan tugasnya dalam bidang merencanakan pelayaran, penentuan
posisi dan arah haluan. Merencanakan arah pelayaran dimulai dari
perhitungan pelayaran yang digambarkan pada peta laut, kemudian
diprogramkan pada alat navigasi seperti GPS sebagai pedoman arah haluan
kapal menuju tujuan pelayaran. Di bidang arsitek, seorang insinyur harus
mampu bervisualisasi tentang interaksi bagian-bagian yang ada dalam mesin.
Dalam ilmu meteorologi, seorang astronom harus dapat memvisualisasi
struktur tata surya dan gerakan benda yang ada di dalamnya (Nora dan
Janellen, 2004)
Bagi mahasiswa yang khususnya di bidang psikologi dan pendidikan
bahasa
inggris,
kemampuan
spasial
diharapkan
dapat
membantu
kebutuhannya di kehidupan sehari-hari, seperti menjelaskan mengenai arah
jalan/ denah suatu tempat, membaca peta, menjelaskan bentuk suatu bangunan
atau arah jalan yang ingin dituju, mengelilingi suatu bangunan yang belum
pernah dijumpai serta mencari tempat menginap yang lebih strategis. Dengan
memiliki kemampuan yang baik, seseorang dapat tumbuh kreatif dan inovatif
(Nora dan Janellen, 2004).
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Di bidang psikologi, kemampuan spasial sebagai wadah untuk
memfasilitasi serta mengembangkan kemampuan mereka agar dapat
mengetahui dasar pengetahuan mengenai kemampuan spasial itu sendiri, serta
dapat mempraktekannya di dunia kerja saat menghadapi klien/ saat menjadi
konselor (Gohn, Humpreys & Yao 1998). Di bidang pendidikan, kemampuan
spasial memang tidak terlalu ditekankan dalam pembelajarannya, namun bagi
pelajar yang memiliki bakat dibidang kemampuan spasial tetap harus
ditingkatkan (Gohn , Humphreys & Yao 1998)
Mansfield (2014) mengatakan bahwa sejak dini harus diketahui bahwa
orang yang berbakat di bidang kemampuan spasial dapat dipengaruhi oleh
lingkungan dan standar belajarnya, Oleh karena itu diperlukan pembelajaran
yang
baik
untuk
meningkatkan
kemamuan
spasialnya.
Mengenai
pembelajaran, orang yang memiliki bakat pada kemampuan spasial lebih kuat
untuk mendengarkan suara dan visualisasi pada kata yang mereka baca.
Mereka dengan mudah membaca lebih cepat dan mendengar lebih tajam serta
dengan cepat mengerti makna dari bacaan dan apa yang didengar.
Kell dan Lubinsky (2013) mengatakan bahwa banyak tes pada
penerimaan sekolah atau universitas yang hanya mengukur penalaran
kuantitatif dan verbal, serta tidak mengikutsertakan kemampuan spasial.
Konsekuensinya adalah kurikulum pendidikan hanya menekankan pada
penalaran verbal dan matematika saja dan kurang meningkatkan kemampuan
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
spasial. Oleh karena itu, banyak orang yang berbakat pada kemampuan spasial
belum dapat meningkatkan potensi untuk meningkatkan kemampuan
spasialnya.
Lohnman, Korb & Lakin (2008) mengatakan bahwa memberikan
kesempatan pendidikan yang disesuaikan dengan pelajar yang berbakat pada
kemampuan spasial sangat penting. Hal tersebut dikarenakan sulit bagi pelajar
yang didominasi pola kemampuan spasial mencapai potensi penuh pada
kurikulum sekolah, maupun universitas. Serta lebih ditekankan penalaran
simbol numerik dan linguistik daripada penalaran bentuk/spasial.
Mann (2014) mengatakan bahwa sangat jarang mengimplementasikan
kemampuan spasial pada kurikulum dan lingkungan edukasi. Hal tersebut
dikarenakan area kemampuan spasial biasanya tidak begitu diperlukan di
bidang edukasi. Oleh karena itu, pelajar memiliki kelemahan pada
performansinya dibidang kemampuan spasial. Gohn, Humphreys & Yao
(1998) melakukan penelitian yang mengatakan bahwa dibandingkan dengan
pelajar yang memiliki bakat dibidang matematika, pelajar yang berbakat
dibidang kemampuan spasial tidak sepenuhnya memanfaatkan kemampuan
akademis mereka, dan tingkat akademik lebih rendah. Berbeda dengan pelajar
yang memiliki bakat di bidang matematika, pelajar yang berbakat dibidang
kemampuan spasial belum sepenuhnya memanfaatkan kemampuan mereka di
sekolah/kampus. Hal ini dikarenakan dibutuhkan kemampuan matematika
yang tinggi untuk dapat masuk ke universitas yang diperlukan dan
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemampuan matematika menjadi salah satu pelajaran pokok di sekolah.
Berbeda dengan seseorang yang berbakat dibidang kemampuan spasial,
mereka akan mempelajari kemampuan spasial hanya saat memasuki sekolah
industri, arsitek, teknik, dll. Sedangkan banyak orang berbakat di kemampuan
spasial masuk ke jurusan yang tidak ada hubungannya di bidang industrial,
dan tetap harus meningkatkan kemampuan spasialnya.
Gardner (1983) mengemukakan kemampuan spasial sangat dibutuhkan
pada konteks hubungan lintas ilmu/ bidang studi. Kemampuan spasial yang
tidak terolah dengan baik berdampak pada kesulitan belajar yang dialami
individu. Baurnel dan Harvell (2004) pada penelitiannya memberikan
beberapa ciri anak yang memiliki kelemahan kemampuan spasial, yaitu anak
nampak bermasalah mempelajari abjad dan sering terbalik dengan huruf
tertentu seperti b/d, m/w, p/q, dan angka. Konsep membaca dan mengeja lebih
lambat dibandingkan yang lain, serta gerakan yang dilakukan menjadi
canggung, sukar memahami konsep kiri-kanan, atas-bawah. Kemampuan
spasial sangat membantu dalam proses belajar mengajar serta mengenali
lingkungan sekitarnya. Nora dan Janellen (2004) mengatakan bahwa dengan
memiliki kemampuan yang baik, seseorang dapat tumbuh kreatif dan inovatif.
Peningkatan kemampuan spasial dapat dilakukan melalui pelatihan,
melakukan aktivitas yang melibatkan obyek-obyek dua atau tiga dimensi, dan
melakukan pembelajaran yang di dalamnya melibatkan aktivitas nyata.
Kemampuan spasial lebih banyak berelasi dalam hubungan lintas ilmu dan
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bidang studi pendidikan daripada kemampuan lain. Namun, penelitian banyak
mengemukakan bahwa kemampuan spasial dapat ditingkatkan secara spasial
dengan musik Mozart. Hal tersebut biasa dinamakan efek Mozart. Penelitian
dilakukan pada 36 mahasiswa perguruan tinggi yang yang kecerdasan
spasialnya meningkat setelah mendengarkan Sonata Mozart selama 10 menit.
Dikatakan bahwa mendengarkan musik dapat membangkitkan neuron yang
digunakan untuk kinerja spasial, kinerja spasial merupakan kemampuan
seseorang untuk merotasi mental benda 3 dimensi (Rauscher, Shaw & Ky
1993).
Penelitian yang dilakukan oleh Leng dan Shaw (1991) membuktikan
bahwa lagu Mozart mampu mengaktifkan jalur syaraf yang digunakan untuk
kemampuan spasial. Artinya, mendengarkan musik Mozart meningkatkan
kinerja spasial dengan mengaktifkan neuron yang berada dalam cerebal
cortex. Aktifnya neuron yang berada dalam cerebral cortex terjadi selama
adanya penugasan spasial dan memperdengarkan musik Mozart.
Penelitian Rauscher, Shaw dan Ky (1993) dengan 36 mahasiswa
menunjukkan bahwa kecerdasan spasial meningkat setelah mendengarkan
musik Mozart “Sonata for Two Pianos in D Major” selama 10 menit. Dalam
penelitian ini memberi 3 macam treatment, yaitu musik Mozart, musik
relaksasi dan tanpa musik. Mendengarkan musik membangkitkan neuron
kinerja spasial.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Steele, Bass dan Crook (1999) mengungkapkan musik Mozart
berpengaruh dengan mood (suasana hati), gairah, dan performansi spasial.
Suasana hati mempengaruhi performansi pada tes kecerdasan spasial. Peneliti
membandingkan dua genre musik yang berbeda, yaitu musik Mozart dan
Phillip Glass, lalu membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh
kedua jenis musik pada kinerja spasial. Penelitian tersebut mengatakan bahwa
dengan mendengarkan musik dapat mempengaruhi suasana hati, gairah, dan
kemampuan spasial.
Penelitian-penelitian tersebut berperan penting dalam melahirkan
istilah efek Mozart, yang membuat efek tersebut terkenal dimana-mana. Efek
Mozart adalah kondisi/ efek sebagai hasil pemaparan terhadap musik Mozart
dalam waktu singkat dan berefek positif terhadap kognisi dan perilaku
(Rauscher, Shaw dan Ky, 1993).
Banyak media dan masyarakat yang mengetahui hal baru tersebut dan
menyatakan bahwa Mozart Efek merupakan cara yang mudah untuk
meningkatkan kemampuan spasial (Bangerter dan Heath, 2004). Meskipun,
banyak juga media yang terlalu membesar-besarkan penelitian Rauscher,
Shaw dan Ky (1993) yaitu dikatakan penelitian tersebut dapat meningkatkan
IQ
dan
dapat
meningkatkan
kecerdasan
bayi
sampai
anak-anak.
Kenyataannya, penelitian ini hanya meningkatkan kemampuan spasial dan
subjek yang diteliti adalah mahasiswa (Helding, 2014)
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Musik klasik Mozart merupakan media yang cukup efektif untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan spasial. Telah banyak
penelitian di luar negeri yang berpendapat bahwa musik Mozart meningkatkan
kemampuan spasial, namun kenyataannya penelitian pada psikologi musik
belum banyak dilakukan di Indonesia. Selain itu, meskipun banyak penelitian
di Indonesia yang berpusat pada peningkatan kemampuan spasial, namun
belum ada penelitian mengenai peningkatan kemampuan spasial dengan
musik Mozart dan peneliti membuat sendiri alat ukur untuk meningkatkan
musik Mozart berdasarkan aspek-aspek kemampuan spasial. Oleh karena itu,
peneliti ingin mengetahui apakah musik klasik Mozart mampu menjadi media
yang efektif untuk meningkatkan kemampuan spasial berdasarkan alat ukur
yang peneliti buat.
B. Rumusan Masalah
Apakah musik klasik Mozart berpengaruh pada kemampuan spasial?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengidentifikasi pengaruh musik klasik Mozart pada kemampuan
spasial.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi terutama di
ranah kognitif dan psikologi mengenai pengaruh musik klasik Mozart
terhadap kemampuan spasial.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada
masyarakat luas mengenai pengaruh musik klasik Mozart terhadap
kemampuan spasial.
b. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan spasial
khususnya para pendidik yang belum memiliki bakat kemampuan
spasial dan sudah berbakat dalam kemampuan spasial.
c. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada
pendidik maupun calon pendidik (bahasa inggris) mengenai pengaruh
musik klasik Mozart terhadap kemampuan spasial untuk membantu
para pendidik mengatasi kesulitan belajar yang berhubungan dengan
kemampuan spasial.
d. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada
mahasiswa psikologi bahwa pada ranah kognitif khususnya pada
kemampuan spasial dapat ditingkatkan melalui musik klasik Mozart.
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kemampuan Spasial
1. Pengertian Kemampuan Spasial
Piaget & Inhelder (1971) mendefinisikan bahwa kemampuan spasial
merupakan aspek kognisi berkembang sejalan dengan perkembangan
kognitif yaitu konsep spasial pada tahapan sensorimotor, konsep spasial
pada tahapan pra-operasional, konsep spasial pada tahapan konsep
operasional dan konsep spasial pada tahapan formal-operasional.
Kemampuan spasial ini diperoleh seseorang melalui alur perkembangan
berdasarkan hubungan spasial topologi, proyektif dan eiclidis. Pada
hubungan
spasial
topologis
seseorang
mengerti
spasial
dalam
hubungannya dengan realsi topologi yaitu “ di samping” atau “ di depan”.
Dalam mengorganisasikan dan membangun bagian gambar atau pola
masih didasarkan pada hubungan yang bersifat proksimitas, keterpisahan,
urutan, ketertutupan, dan kontinuitas. Objek atau gambar masih dilihat
dalam isolasi, tidak dihubungkan dengan objek lain. Hubungan spasial
semacam ini bersifat hubungan satu-satu atau hubungan kesinambungan.
Penekanan hubungan spasial topologi adalah pada suatu kenyataan yang
berkaitan atau keberikatan. Pada tahap topologi seseorang mulai mampu
mempresentasikan spasial untuk dirinya. Tahapan proyektif dan tahapan
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
euclidis berkembang paralel pada seseorang memasuki tahapan konkritoperasional.
Seseorang
mulai
dapat
melihat
objek
dengan
mempertimbangkan hubungan terhadap sudut pandang. Kemudian,
seseorang telah
mencapai apa yang disebut dengan kerangka acuan.
Kerangka acuan adalah kemampuan yang berhubungan dengan orientasi,
lokasi dan perpindahan objek dalam ruang.
Kecerdasan manusia tersusun atas beberapa kemampuan spesifik yang
independen dan tidak hanya terdiri dari satu faktor kemampuan secara
umum. Kecerdasan dipandang sebagai kemampuan seseorang untuk
menguasai suatu keterampilan. Kecerdasan merupakan kemampuan
mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional dalam hal
memecahkan suatu masalah dan menciptakan masalah baru untuk
dipecahkan.
Kecerdasan
terdiri
dari
banyak
kemampuan,
yaitu
kemampuan liguistik, kemampuan logis matematis, kemampuan musikal,
kemampuan
interpersonal,
kemampuan
intrapersonal,
kemampuan
kinestetik, kemampuan naturalis dan kemampuan spasial (Gardner, 1983).
Kemampuan spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap warna,
arah, dan ruang secara akurat. Armstrong (2002) mengemukakan bahwa
anak yang cerdas dalam spasial memiliki kepekaan terhadap warna, garis,
bentuk, ruang, dan bangunan.
Kemampuan spasial meliputi kemampuan untuk mempresentasikan
dunia melalui gambaran mental dan ungkapan artistik (Shearer, 2004).
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kemampuan spasial sebagai kemampuan yang berhubungan memahami,
memproses, dan berpikir dalam bentuk visual (Agustin, 2006).
Kemampuan
spasial
perlu
ditingkatkan
berdasarkan
konteks
kehidupan sehari-hari. Hal ini mengacu pada pendapat Barke dan Engida
(2001) yang mengemukakan bahwa kemampuan spasial merupakan faktor
kecerdasan utama yang tidak hanya penting untuk matematika dan
science, tetapi juga perlu untuk keberhasilan dalam banyak profesi.
Kemampuan spasial dibutuhkan dalam konteks sehari-hari, contohnya
merancang perkebunan, menikmati karya seni, menggambar, melukis, dll.
Pekerjaan yang mengutamakan kemampuan spasial antara lain arsitek,
pemahat/ pematung, designer, dll.
Salim (2010) mendefinisikan bahwa kemampuan spasial adalah
kapasitas kemampuan yang berkaitan dengan penalaran atau manipulasi
mental terhadap hubungan keruangan. Kemampuan spasial banyak
digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan tipe-tipe proses mental
seraya melibatkan perbedaan atau pengelompokkan tugas.
Gardner (1983), dalam bukunya yang berjudul Frames of Mind,
menjelaskan kemampuan spasial (spatial ability) adalah kapasitas individu
untuk mempersepsikan dunia visual secara akurat, dan melakukan
transformasi
serta
modifikasi
terhadap
persepsi
visual
tersebut.
Kemampuan ini melibatkan visualisasi gambar di dalam kepala seseorang
dan membangkitkan kapasitas berpikir dalam bentuk tiga dimensi.
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kemampuan spasial mencakup kemampuan untuk menyerap, mengubah,
dan menciptakan kembali dalam bentuk dua atau tiga dimensi.
Kemampuan spasial adalah kemampuan untuk memproduksi gambar
bentuk-bentuk di dalam pikiran, dan melakukan manipulasi secara mental
bentuk-bentuk yang sudah disediakan.
Berdasarkan definisi kemampuan spasial yang tertera di atas, maka
penelitian menyimpulkan bahwa kemampuan spasial adalah kemampuan
seseorang untuk memahami secara mendalam mengenai objek dan ruang,
menggunakan kemampuan tersebut untuk membayangkannya dan
kemudian mempresentasikannya.
2. Aspek – Aspek Kemampuan Spasial
Whiteborn dan Slater (dalam Salim, 2010) kemampuan spasial ke dalam
dua aspek, yaitu:
a. Relasi Spasial, yang terdiri dari:
-
Kemampuan untuk menentukan hubungan antar stimulus dan
respon yang ditata secara spasial.
-
Kecakapan menyusun elemen-elemen ke dalam bentuk suatu
stimulus visual.
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Aspek visualisasi, yang terdiri dari:
-
Kemampuan untuk membayangkan atau mengimajinasikan
perputaran objek lukisan.
-
Kemampuan
untuk
melipat
dan
membuka
lipatan,
membungkus dan membuka pola-pola datar.
-
Kemampuan untuk mengenali perubahan relative posisi suatu
objek di dalam ruang.
Piaget dan Inhelder (1971) menyebutkan bahwa kemampuan
spasial merupakan konsep abstrak yang di dalamnya meliputi
Hubungan Spasial (Kemampuan untuk mengamati hubungan posisi
objek dalam ruang), Kerangka Acuan (Tanda yang dipakai sebagai
patokan untuk menentukan posisi objek dalam ruang), Hubungan
Proyektif (Kemampuan melihat objek dari berbagai sudut pandang),
Rotasi Mental (Kemampuan membayangkan perputaran objek dalam
ruang).
Lohman (1988) mengutarakan lima aspek dasar dari kemampuan
spasial, yakni:
a. Visualization
Kemampuan mengamati dan melihat suatu pola, kemudian diolah
menjadi informasi yang tetap.
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Spatial Relation
Kemampuan mengatur posisi berbagai objek dalam ruang.
Dimensi fungsi visual ini mengimplikasikan persepsi tentang suatu
objek atau simbol hubungan keruangan yang menyatu dengan
sekitarnya.
c. Spatial Orientation
kemampuan
membayangkan
bagaimana
stimulus
hadir
di
perspektif lain.
d. Gestalt Perception
Kemampuan menyatukan stimulus visual yang tidak jelas menjadi
suatu keutuhan yang memiliki makna
e. Perceptual Speed
Kemampuan menemukan suatu konfigurasi dalam material yang
dikacaukan, dimana konfigurasi tersebut sebelumnya sudah
diperkenalkan pada subjek.
Caroll (1993) melakukan analisis ulang terhadap aspek-aspek
kemampuan spasial yang diajukan oleh Lohman (1988). Dari analisisnya,
salah satu aspek utama yang menetapkan kemampuan spasial adalah VZ
(Visualization). Visualization merupakan kemampuan untuk memanipulasi
pola spasial yang dinyatakan lewat menyelesaikan pola spasial yang
kompleks. Caroll (1993) mengatakan terdapat empat faktor dari
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemampuan spasial secara visual. Keempat faktor tersebut adalah PI
(Perceptual Integration), SS (Spatial Scanning), I (Imagery), dan LE
(Length Estimation). PI Perceptual Integration merupakan kemampuan
untuk memahami dan mengidentifikasi pola visual. SS (Spatial Scanning)
merupakan kemampuan mengikuti alur yang ditunjukkan lewat pola
spasial secara akurat. I (Imagery) merupakan kemampuan untuk
membentuk gambaran mental internal dari pola visual untuk memecahkan
masalah spasial. LE (Length Estimation) merupakan kemampuan untuk
membuat perkiraan yang tepat atau perbandingan atas suatu jarak visual.
Selain Visualization, Caroll (1993) mengatakan terdapat aspek SR
(Spatial Relation). Spatial Relation merupakan kemampuan untuk
memanipulasi pola spasial dan menemukan hubungan-hubungan antar
pola. Selanjutnya terdapat aspek SO (Spatial Orientation), yang
merupakan kemampuan mengidentifikasi obyek dari berbagai sudut
pandang, serta kemampuan untuk tidak mengalami kebingungan saat
memahami pola spasial dalam bentuk yang berbeda.
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yilmaz (2009) menyatakan bahwa terdapat 8 macam kemampuan spasial
yaitu:
a. Spatial Visualization (Vz)
Spatial visualization merupakan kemampuan untuk membayangkan
manipulasi, rotasi, putaran, balikan dari suatu obyek tanpa referensi.
b. Spatial Relations / Speeded Rotation (SR)
Spatial Relations merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi
obyek yang identik jika obyek tersebut diputar atau dicerminkan.
c. Flexibility of Closure / Field Independence / Disembedding (CF)
Flexibility of Closure merupakan kemampuan untuk menemukan
bentuk tersembunyi dalam bentuk yang lebih besar dan kompleks.
d. Environmental Ability (EA)
Environmental
Ability
merupakan
kemampuan
untuk
mengintegrasikan informasi yang berhubungan dengan obyek alami
atau buatan dalam persekitarannya.
e. Spatial Orientation (SO)
Kemampuan untuk membayangkan penampakan sebuah obyek dari
perspektif-perspektif yang berbeda.
f. Closure Speed (CS)
Closure Speed (CS) merupakan kemampuan untuk mengakses
representasi spasial dalam memori jangka panjang ketika petunjuk
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang tidak lengkap atau tidak jelas untuk representasi tersebut
ditampilkan.
g. Perceptual Speed (P)
Perceptual Speed (P) merupakan kemampuan untuk menemukan
konfigurasi dalam suatu ruang dari materi yang membingungkan /
kacau.
h. Spatiomeporal Ability (SA)/ Dynamic Spatial Ability (DSA)
Spatiomeporal Ability merupakan kemampuan untuk mengambil
keputusan yang berkaitan dengan obyek yang bergerak.
Berdasarkan uraian beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa terdapat 3 aspek utama dalam kecerdasan spasial. Tiga aspek
spasial tersebut adalah Visualisasi Spasial, Relasi Spasial, dan
Orientasi Spasial. Visualisasi spasial menunjukkan seseorang yang
mampu melihat suatu pola dan memanipulasi pola spasial yang
dinyatakan lewat menyelesaikan pola spasial yang kompleks. Relasi
spasial mengimplikasikan persepsi tentang suatu objek atau simbol
hubungan keruangan yang menyatu dengan sekitarnya. Orientasi
spasial adalah kemampuan seseorang mengidentifikasi obyek dari
berbagai sudut pandang dan mengidentifikasi obyek dari perspektif
yang berbeda.
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Alat Ukur Kemampuan Spasial
Dalam mengukur kemampuan spasial, terdapat berbagai macam alat ukur
yang yang disesuaikan dengan aspek kemampuan spasial yang ingin
diukur. Alat-alat ukur tersebut adalah:
a. Tes Stanford – Binet
Tes ini bertujuan mengukur penalaran verbal, penalaran
kuantitatif, memori jangka pendek, dan penalaran abstrak/visual
spasial. Subtes yang mengukur penalaran spasial adalah subtes paper
folding. Partisipan diinstruksikan untuk mencoba memecahkan
masalah 17 kertas lipat. Tugas yang diberikan melibatkan partisipan
untuk membayangkan sebuah kertas yang dilipat beberapa kali dan
dipotong menjadi bentuk lipatan tersebut. Partisipan kemudian
menggunakan kemampuan spasial dengan merotasi mental dan
membuka kertas imajiner. Partisipan harus memilih kertas apa dan
bagaimana seharusnya kertas itu terlihat ketika dibuka. Tes ini
ditunjukkan untuk rentang usia 3-13 tahun.
b. GATB (General Aptitude Test Battery)
Tes GATB merupakan tes yang digolongkan sebagai test
spatial aptitude, yang dikhususkan mengukur bakat secara spesifik.
Terdapat 9 subtes dalam tes GATB. Subtes yang yang mengukur
kemampuan spasial adalah Aptitude S: Spatial Ability. Tes ini
mengukur kemampuan mengenal benda-benda konkrit melalui proses
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penglihatan khususnya mengenal benda secara 3 dimensi. Testi harus
dapat memanipulasi secara mental, mempunyai kreasi terhadap
struktur benda tertentu dengan perencanaan yang baik.
c. DAT (Differential Aptitude Test)
Tes ini mengukur kemampuan mental seseorang. Tes ini
termasuk dalam Tes Multiple Bakat. Tes Multiple Bakat adalah
sejumlah tes yang dipakai untuk mengukur berbagai macam
kemampuan. Tes DAT terdiri dari 5 subtes, yaitu Numerical Ability
(mengukur kemampuan berfikir dengan angka dan penguasaan
hubungan numerik), Abstract Reasoning (mengukur kemampuan
penalaran
individu
yang
bersifat
non-verbal,
yaitu
meliputi
kemampuan individu untuk dapat memahami adanya hubungan yang
logis dari figure abstrak atau prinsip non verbal design), Space
Relation (mengukur kemampuan berpikir secara visual pada bentukbentuk geometris dan kemampuan menangkap objek tiga dimensi),
Mechanical Reasoning (mengukur daya penalaran di bidang kerja
mekanis dan prinsip fisika), Clerical Speed and Accuracy (mengukur
respon subjek terhadap tugas atau pekerjaan yang menyangkut
kecepatan persepsi, kecepatan respon terhadap kombinasi huruf dan
angka, serta ingatan yang sifatnya tidak lama).
Di dalam tes ini terdapat subtes Space Relation, alat tes nya
bernama Tes Ruang Bidang (Tree Dimentional Space) yang bertujuan
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk mengukur kemampuan berpikir secara visual pada bentukbentuk geometris dan kemampuan menangkap objek tiga dimensi.
Peneliti tertarik memfokuskan penelitian pada aspek visualisasi, relasi
spasial dan orientasi spasial. Lohman (1988) berpendapat bahwa aspek
visualisasi, relasi dan orientasi merupakan aspek yang paling dekat dengan
kegiatan sehari – hari individu. Contohnya seseorang yang memiliki rumah
baru, ia harus mampu
menyesuaikan isi perabot rumah dengan bentuk
rumahnya, seorang insinyur harus mampu bervisualisasi dengan bagian –
bagian mesin dalam pekerjaannya, serta seorang arsitek harus mampu
bervisualisasi untuk membentuk suatu rancang bangunan.
Mansfield (2014) mengatakan bahwa sejak dini harus diketahui bahwa
orang yang berbakat di bidang kemampuan spasial dapat dipengaruhi oleh
lingkungan dan standar belajarnya, Oleh karena itu diperlukan pembelajaran
yang
baik
untuk
meningkatkan
kemampuan
spasialnya.
Mengenai
pembelajaran, orang yang memiliki bakat pada kemampuan spasial lebih kuat
untuk mendengarkan suara dan visualisasi pada kata yang mereka baca.
Lohnman, Korb & Lakin (2008) mengatakan bahwa memberikan kesempatan
pendidikan yang disesuaikan dengan pelajar yang berbakat pada kemampuan
spasial sangat penting. Dengan adanya alat ukur yang dibuat oleh peneliti
dapat menjadi titik acuan untuk meningkatkan bakat kemampuan spasial yang
tertanam dalam diri mereka dan belum tersalurkan.
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peneliti membuat alat ukur yang didasarkan pada ketiga aspek
tersebut, yang menekankan pengukuran kemampuan untuk berpikir secara
visual pada bentuk – bentuk geometris, kemampuan mengingat hubungan
yang dihasilkan dari gerakan objek dalam satu ruang dan kemampuan
memahami pola spasial dalam bentuk yang berbeda atau berbagai sudut
pandang.
4. Faktor-Faktor Kemampuan Spasial
Kemampuan Spasial terdiri dari 2 Faktor yang mempengaruhi, yaitu:
a. Nurture Factor
Lingkungan sosial budaya yang mencakup isu-isu seperti
bermain, peran gender, sosial, harapan orang tua, dan pengalaman
pendidikan berpengaruh pada perkembangan kemampuan spasial
(Saucier, McGeary, dan Saxberd, 2002). Pada usia 1 tahun, anak lakilaki bermain dengan kendaraan dan blok yang melibatkan manipulasi
spasial, sedangkan anak perempuan bermain dengan boneka yang
mengembangkan ketrampilan sosial. (Etaugh dan Liss, 2002).
Turgut & Yilmaz (2012) melakukan penelitian tentang
keterkaitan antara gender guru pra sekolah dasar, kesuksesan
akademis,
dan
kemampuan
spasial.
Hasil
penelitian
ini
mengindikasikan bahwa kemampuan spasial guru rendah, tidak ada
perbedaan kemampuan spasial dalam gender, dan adanya korelasi
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
positif antara visualisasi spasial dengan orientasi spasial. Hal ini
mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan gender laki-laki dan
perempuan pada kemampuan spasial.
Tingkat kinerja seseorang cenderung berubah dari waktu ke
waktu. Perubahan tersebut didapatkan melalui praktik, pelatihan, dan
pembelajaran. Aktivitas seperti melukis meningkatkan kemampuan
spasial. Jika seseorang memperoleh lebih banyak pengalaman yang
mendukung kinerja mereka, maka seseorang memiliki kemajuan yang
lebih dalam perkembangan intelektualnya. Oleh karena itu, untuk
mempertahankan sekaligus meningkatkan kemampuan spasialnya,
seseorang harus mengasahnya melalui praktik, pelatihan dan
pembelajaran. Komputer banyak menawarkan fasilitas untuk melatih
kemampuan spasial, seperti Block Out atau Tetris. (Martin, Stephen &
David 2009).
Aktivitas musik memiliki hubungan dengan proses spasial.
Aktivitas musik memiliki elemen-elemen yang diorganisir baik secara
spasial maupun temporal (menyusun jarak antar pitch, pola dan
irama). Memainkan atau mendengarkan sebuah melodi merupakan
rekonstruksi pola-pola spasial, karena mengorganisikan elemen nada
ke dalam kode spasial yang khusus. Melodi yang terdengar merupakan
rekognisi dari sebuah pitch melalui proses spasial (Salim, 2010).
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Nature Factor
Kelainan
hormonal
menujukkan
bahwa
kadar
hormon
berkaitan dengan perkembangan kemampuan spasial. Wanita yang
memiliki androgen tinggi selama perkembangan janin mempunyai
kemampuan spasial lebih tinggi (Hampson, Rovelt dan Altman, 1998).
Otak manusia dibagi menjadi dua belahan, yang mendasari otak kiri
adalah bahasa dan kemampuan verbal, sedangkan otak kanan
mendasari ketrampilan visual-spasial. Hal tersebut ditemukan bahwa
belahan otak kanan pada laki-laki lebih besar dan berkembang lebih
cepat daripada perempuan (De Lacoste, Hovarth dan Woodward,
1991). Selain itu, Pakkenberg dan Gudersen (1997) menginformasikan
bahwa laki-laki memiliki neuron neokorteks lebih banyak daripada
perempuan (sebesar 16%) dan hal tersebut mengakibatkan lebih
banyak koneksi sinaptik yang mempengaruhi kemampuan spasial.
Otak besar atau cerebrum merupakan bagian terbesar dari otak
manusia. Otak besar merupakan bagian yang memproses semua
kegiatan
intelektual,
seperti
kemampuan
berpikir,
penalaran,
mengingat, membayangkan, serta merencanakan masa depan (Levi
dan Heller, 1992). Otak besar dibagi menjadi belahan kiri dan belahan
kanan. Belahan otak memiliki fungsi yang berbeda. Otak kiri
berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca
serta merupakan pusat matematika. Sementara itu, otak kanan
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berfungsi sebagai perkembangan kemampuan imajinasi. Pada otak
kanan terdapat kemampuan intuitif, empati, musik, serta kemampuan
spasial (bentuk dan rupa). (De Lacoste, Hovarth dan Woodward,
1991).
B. Musik Klasik
1. Pengertian Umum Musik
Musik berasal dari kata Yunani, yang berarti Muse. Dalam mitologi
Yunani dikenal bahwa Sembilan Muse, dewi-dewi bersaudara yang
menguasai nyanyian, puisi, kesenian dan ilmu pengetahuan merupakan
anak Zeus (Raja Para Dewa) dengan Mnemosyne (Dewi Ingatan). Dengan
demikian, musik merupakan anak cinta ilahiah yang keanggunan,
keindahan dan kekuatan penyembuhannya yang misterius sangat erat
hubungannya dengan tatanan maupun ingatan surgawi tentang asal-usul
takdir kita (Salim, 2010).
Campbell (2001) mendefinisikan musik sebagai bahasa yang
mengandung unsur universal, bahasa yang melintasi batas usia, jenis
kelamin, ras, agama, dan kebangsaan. Musik muncul di semua tingkat
kelas sosial dan pendidikan. Musik berbicara kepada setiap orang dan
setiap spesies.
Jamalus (dalam Salim, 2010) berpendapat bahwa musik adalah suatu
karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur
musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu, serta
ekspresi sebagai suatu kesatuan.
2. Pengertian Musik Klasik
a. Definisi Musik Klasik
Musik klasik dapat didefinisikan sebagai musik yang berasal
dari masa lalu, namun tetap disukai hingga kini. Musik klasik berasal
dari masa sekitar abad 18 yang ada pada masa hidup Mozart dan
Hayden. Musik pada periode klasik adalah musik yang perbuatan dan
penyajiannya memakai bentuk, sifat, dan gaya dari musik periode lalu.
(Campbell, 2001).
Musik klasik adalah jenis musik yang menggunakan tangga
nada diatonis, yaitu sebuah tangga nada yang menggunakan aturan
dasar teori perbandingan serta musik klasik telah mengenal harmoni,
yaitu hubungan nada-nada dibunyikan serempak dalam akord-akord
serta menciptakan struktur musik yang tidak hanya berdasar pada polapola ritme dan melodi (Campbell, 2001).
Musik klasik mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan
katarsis emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi, dan
harmoni yang teratur. Musik dapat menghasilkan gelombang alfa dan
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gelombang beta dalam gendang telinga yang memberikan ketenangan
pada otak untuk menerima masukan baru (Campbell, 2001).
Campbell (2001) menyatakan bahwa musik klasik merupakan
musik yang memiliki nilai seni dan nilai ilmiah yang tinggi. Musik
klasik yang paling sering didengarkan adalah musik klasik barat karya
musisi seperti Mozart, Bach, Bethoven, Handel, Hydn dan lain
sebagainya. Para musisi klasik pada zaman tersebut memiliki variasi
yang berbeda, baik dari segi irama, melodi, dan frekuensi.
b. Pengaruh Musik Klasik
Musik sangat berpengaruh dalam kehidupan. Selain dapat
didengarkan, dimainkan, dan dipentaskan, musik juga dapat dipelajari
secara
ilmiah.
Bahkan
tebukti
bahwa
denyut
jantung
akan
menyesuaikan diri dengan irama yang didengarnya. Irama musik
dengan kecepatan ¾ per detik hamper sama cepatnya dengan pelbagai
irama alarm. Irama tersebut sama cepatnya dengan denyut jantung
(rata-rata 0,8 detik). Waktu 0,8 detik ini sama dengan waktu yang
dibutuhkan untuk berbagai proses sederhana dalam otak. Musik apa
saja, baik yang berirama cepat maupun lambat, keduanya memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap manusia. (Salim, 2010)
Teori neurobiologi (Leng dan Shaw, 1991) mengatakan bahwa
bangunan otak terspesialisasi untuk membangun blok-blok musik pada
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
komponen spasial (melodi). Di dalam otak terdapat sel-sel khusus
yang memproses bentuk-bentuk melodi dan pola arsistesis. Sel-sel
neuron tersebut terletak dalam korteks auditori yang bertugas
mengoperasikan hubungan harmoni yang spesifik. Bila seseorang
mendengarkan sebuah melodi, ia mengaktifkan temporal hemisfer
kanan (auditori) yang akan berhubungn dengan hemisfer kiri (bahasa).
Bila seseorang mendengarkan nada, terjadi aktivitas khusus dari
system kortikal auditori hemisfer kanan. Mendengarkan musik
memiliki elemen-elemen musik yang diorganisasi, baik secara spasial
(menyusun jarak antara pitch, pola dan irama). Dengan demikian,
mendengarkan musik memiliki hubungan dengan proses spasial.
Namun,
media
maupun
masyarakat
terkadang
terlalu
berlebihan dengan temuan ilmiah yang baru pada populasi yang belum
teruji. Dengan kata lain, mereka menyimpulkan bahwa bayi juga
memiliki pengaruh, padahal pada penelitian awal dijelaksakan bahwa
mahasiswa yang memiliki pengaruh dan yang awalnya kemampuan
spasial yang meningkat, disimpulkan bahwa semua kemampuan
kecerdasan juga ikut meningkat. Selain itu, Efek Mozart hanya
bertahan meningkatkan kemampuan spasial selama 10 menit saja dan
tidak dalam waktu yang lama. (Helding, 2014).
Selain musik klasik Mozart, telah banyak penelitian- penelitian
yang tidak menggunakan musik klasik Mozart untuk meningkatkan
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemampuan spasial. Olkun (2003) melakukan sebuah penelitian untuk
dapat memperbaiki kemampuan spasial siswanya dengan cara
melakukan pembelajaran melalui aktivitas menggambar teknik. Olkun
memberikan balok-balok kayu kecil untuk dibuat menjadi bentuk
tertentu, kemudian siswa diminta untuk menggambar dari berbagai sisi
secara tegak lurus, yaitu dari sisi atas, depan, dan samping. Kalbitzer
& Loong (2013) memberikan cara untuk meningkatkan kemampuan
spasial siswa dengan menggunakan berbagai macam representasi,
misalnya, lego, gambar-gambar bangunan, dan aktivitas menggambar
menggunakan alat bantu komputer seperti drag, resize, move, copy,
paste, colour, dan delete.
c. Ciri-Ciri Musik Klasik
Menurut Salim (2010), menyatakan ciri-ciri musik pada zaman
klasik antara lain adalah sebagai berikut :
-
Musik klasik menggunakan peralihan dinamika dalam lagu
dari lembut sampai keras (crescendo) dan dari keras menjadi
lembut (decressendo)
-
Perubahan-perubahan tempo dalam lagu dari yang bersifat
semakin cepat (accelerundo) dan semakin lembut (ritardando)
-
Pemakaian Ornamentik dibatasi. Ornamentik adalah nada
indah yang terdapat pada satu dan beberapa nada, berfungsi
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk memperindah suatu melodi, baik yang dilaksanakan
secara imprivisasi oleh seorang pemain (opera zaman Handel),
dan ditulis dengan lambing khusus. Contoh: Glissando; cara
main dengan menggelincirkan jajaran nada beruntun, baik
kromatik maupun diatonik.
-
Pemakaian akord tiga nada, seperti akord C dimainkan dengan
memencet tuts C, E, dan G.
3. Musik Klasik Mozart
a. Sejarah Musik Mozart
Musik klasik Mozart diciptakan oleh Wolfgang Amadeus
Mozart yang bernama asli Johannes Chrysostomus Wolfgangus
Gottlieb Mozart lahir di Salzburg, 27 Januari 1756. Mozart meninggal
di Wina, Austria pada tanggal 5 Desember 1791. Ia dianggap sebagai
salah satu dari komponis musik klasik Eropa yang terpenting dan
paling terkenal dalam sejarah. Karya-karyanya (sekitar 700 lagu)
termasuk gubahan-gubahan yang secara luas diakui sebagai puncak
karya musik simfoni, musik kamar, musik piano, musik opera, dan
musik paduan suara. Pada usia 3 tahun ia telah dapat menghasilkan
melodi dan menerapkan accor pada hrpsikord. Mozart telah mulai
menciptakan lagu di usia 5 tahun dan muncul di depan umum pada
usia 6 tahun, kemudian bersama saudara perempuanya mengadakan
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tour keliling Eropa. Pada tahun 1781 ia pindah ke kota Wina dan
mengarang ciptaan-ciptaannya yang terkenal. Permainannya sangat
menakjubkan sehingga dijuluki anak ajaib. (Campbell, 2001)
b. Musik Mozart
Istilah Mozart Effect (Efek Mozart) diciptakan pada tahun 1955
oleh para ilmuan di Universitas California yang menemukan bahwa
ternyata siswa mendapat nilai yang lebih baik pada tes IQ spasial
setelah mendengarkan musik Mozart. Para ilmuan juga mencoba
musik trance, musik minimalis, audia-books, dan instruksi relaksasi,
namun tidak ada yang berpengaruh seperti musik Mozart (Salim,
2010).
Penelitian Rauscher, Shaw dan Ky (1993) mengemukakan
bahwa, “Saat 36 mahasiswa mendengarkan Sonata for two pianos in D
Major K. 448 karya Mozart selama 10 menit, mereka berhasil
mencetak 8 – 9 poin lebih tinggi pada subtes IQ spasial Skala
Kecerdasan
Stanford-Binet
dibandingkan
setelah
mereka
mendengarkan instruksi relaksasi atau tidak mendengarkan apa-apa.”
(Salim. 2010)
Musik klasik yang yang diciptakan oleh Mozart Sonata for two
pianos in D Major K. 448 memiliki irama, melodi dan harmoni yang
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tercipta dari berbagai instrument musik yang memiliki nada secara
teratur dan bersifat abadi. Musik klasik Mozart ini selain dapat
didengarkan, juga memiliki pengaruh penting dalam proses belajar
seseorang. Elemen-elemen jarak antara pitch, pola dan irama musik
yang mempengaruhi kemampuan spasial seseorang.
C. Dinamika Pengaruh Musik Klasik Mozart pada Kemampuan Spasial
Salim (2010) mengatakan bahwa bangunan otak memang telah
terspesialisasi untuk membangun blok-blok musik, termasuk komponen
spasial (melodi). Di dalam otak terdapat sel-sel khusus yang memproses
bentuk-bentuk melodi dan pola arsistesis. Sel-sel neuron tersebut terletak
dalam korteks auditori yang bertugas mengoprasikan hubungan harmoni yang
spesifik. Seseorang yang mendengarkan sebuah melodi, ia mengaktikan
temporal hamisfer kanan (auditori) yang akan berhubungn dengan hamisfer
kiri (bahasa).
Dari beberapa penelitian, diketahui bahwa aktivitas musik memiliki
hubungan dengan proses spasial. Hal ini disebabkan musik klasik yang
diciptakan oleh Mozart ini memiliki irama, melodi, harmoni yang tercipta dari
berbagai instrument musik yang memiliki nada secara teratur dan bersifat
abadi. Dalam mendengarkan musik, elemen-elemen musik diorganisasikan
secara spasial berdasarkan penyusunan jarak antara pitch, pola dan irama.
Mendengarkan musik sangat menunjang optimalisasi perkembangan verbal
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebagai belahan otak kiri dan secara otomatis juga akan menunjang
perkembangan yang optimal dari kemampuan spasial sebagai fungsi belahan
otak kanan.
D. Hipotesis
Hipotesis penelitian menyatakan terdapat pengaruh dari musik klasik Mozart
pada kemampuan spasial.
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah 44 mahasiswa Fakultas Psikologi dan
Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Sanata Dharma berusia 18-21 tahun.
Subjek terdiri dari 22 laki-laki dan 22 perempuan. Pemilihan subjek
berdasarkan umur tersebut dengan pertimbangan bahwa anak berusia lebih
dari 10 tahun berkolerasi dengan kemampuan verbal dan kemampuan spasial
(keruangan)nya dan meningkat seiring dengan perkembangan usia anak. Pada
usia remaja, korelasi antara kemampuan musik dan keruangan mencapai
puncak. (Salim, 2010).
Subjek dipilih dengan cara purposive sampling. Purposive Sampling
adalah teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan menetapkan ciri
yang sesuai dengan tujuan (Sugiyono, 2009). Ciri tersebut adalah kriteria
umur subjek berusia 18-21 tahun dan belum pernah mendengar lagu Mozart
“Sonata for Two Pianos in D Major, K. 448”. Peneliti mendapatkan subjek
dengan cara meminta bantuan teman untuk mencarikan mahasiswa Psikologi
dan Pendidikan Bahasa Inggris yang memiliki ciri-ciri berikut.
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Tergantung
Variabel tergantung adalah variabel dengan variasi nilai yang
dipengaruhi variabel lain (Azwar, 2007). Variabel tergantung dalam
penelitian ini adalah kemampuan spasial. Kemampuan
spasial diukur
dengan tes bangun ruang yang telah dibuat oleh peneliti. Tes bangun
ruang tersebut terdiri dari 48 soal bangun ruang.
2. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi perubahan nilai
variabel lain (Azwar, 2007). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
musik klasik Mozart. Musik klasik Mozart merupakan jenis musik
beraliran klasik dengan struktur komposisi “Sonata for Two Pianos in D
Major, K. 448” yang memiliki irama, melodi dan harmoni yang tercipta
dari berbagai instrument musik.
C. Desain Eksperimen
Desain eksperimen pada penelitian ini adalah eksperimental semu/
quasi experiment. Ciri khas eksperimen kuasi terletak pada penempatan
subjek pada kelompok eksperimen dan control tidak secara acak. Cook dan
Campbell (1979) menyatakan bahwa eksperimen kuasi adalah eksperimen
yang memiliki perlakuan (treatment), pengukuran-pengukuran hasil/ dampak
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perlakuan (outcome measure), dan unit eksperimen (eksperimental units)
namun tidak menggunakan penempatan secara acak (nonrandom assignment)
dalam menciptakan perbandingan untuk menyimpulkan adanya perubahan
perlakuan.
Penelitian
eksperimen
mempunyai
kelompok
eksperimen
dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen menerima perlakuan berupa
mendengarkan musik Mozart saat mengerjakan tes kemampuan spasial.
Kelompok kontrol tidak menerima perlakuan langsung dan langsung
mengerjakan tes kemampuan spasial.
Skema desain penelitian sebagai berikut:
KK
: nR ( - )
Y1
KE
: nR ( X )
Y2
Keterangan:
KK
: Kelompok Kontrol
KE
: Kelompok Eksperimen
nR
: NonRandomisasi Subjek
X
: Pemberian Perlakuan
(-)
: Tanpa Perlakuan
Y1
: Skor Kelompok Kontrol
Y2
: Skor Kelompok Eksperimen
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Alat Penelitian
Tes kemampuan spasial berisi soal-soal bangun ruang yang disusun
peneliti berdasarkan teori kemampuan spasial. Tes kemampuan spasial
mengalami uji coba dengan tes diskriminasi untuk menentukan validitas dan
reliabilitas tes tersebut.
Tes kemampuan spasial awalnya terdiri dari 80 soal-soal bangun ruang
(lihat lampiran). Tes kemampuan spasial diberikan kepada 40 remaja Paduan
Suara Gereja St. Antonius Kota Baru berumur 18-21 tahun. Terdiri dari 20
laki-laki dan 20 perempuan. Pada diskriminasi soal tes, soal-soal dengan
tingkat diskriminasi paling besar memiliki skor jawaban benar/salah sebesar
11-30 dari 40 subjek. Soal-soal dengan skor jawaban benar/salah sebesar 1130 merupakan kriteria soal yang dipakai peneliti untuk melakukan penelitian.
Soal-soal dengan jawaban benar/salah kurang dari 11 (<11) dan lebih dari 30
(>30) digugurkan atau tidak dipakai dalam penelitian. Hal tersebut dilakukan
agar unsur titik potong tes diskriminasi membelah secara presisi. Dari 80 soal
dan 40 subjek yang mengikuti tes diskriminasi, terdapat 48 soal (lihat
lampiran) yang dipakai peneliti untuk melakukan penelitian.
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Prosedur Penelitian
Prosedur dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Diskriminasi Tes
Pelaksanaan Penelitian Diskriminasi Tes berlangsung pada:
Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Mei 2016
Pukul
: 16.00-16.35 WIB
Tempat
: Ruang Kelas, Gedung Pusat Kateketik
a. Subjek sejumlah 40 orang, yang terdiri dari 20 laki-laki dan 20
perempuan.
b. Peneliti mempersilahkan subjek untuk masuk ke dalam ruangan dan
duduk di tempat yang sudah dipersiapkan.
c. Peneliti memberikan Inform Consent kepada subjek sebagai lembar
persetujuan mengikuti penelitian.
d. Peneliti memberikan peraturan yang harus ditaati selama kegiatan
berlangsung.
e. Peneliti memberikan tes kemampuan spasial yang terdiri dari 80 item
dan lembar jawab kepada subjek
f. Peneliti menjelaskan cara pengerjaan tes kepada subjek.
g. Peneliti mempersilahkan subjek mengerjakan tes kemampuan spasial
selama 30 menit
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
h. Setelah waktu selesai, peneliti meminta subjek untuk berhenti
mengerjakan tes kemampuan spasial dan mempersilahkan subjek
untuk keluar ruangan.
2. Pelaksanaan Penelitian Kelompok Kontrol
Pelaksanaan penelitian Kelompok Kontrol berlangsung pada:
Hari/Tanggal : Kamis, 2 Juni 2016
Pukul
: 13.00-13.35 WIB
Tempat
: Ruang K.15, Universitas Sanata Dharma
a. Subjek sejumlah 22 mahasiswa fakultas psikologi dan pendidikan
bahasa inggris, yang terdiri dari 5 laki-laki dan 6 perempuan
mahasiswa psikologi serta 6 laki-laki dan 5 perempuan mahasiswa
pendidikan bahasa inggris.
b. Peneliti mempersilahkan subjek untuk masuk ke dalam ruangan dan
duduk di tempat yang sudah dipersiapkan.
c. Peneliti memberikan Inform Consent kepada subjek sebagai lembar
persetujuan mengikuti penelitian.
d. Peneliti memberikan peraturan yang harus ditaati selama kegiatan
berlangsung.
e. Peneliti memberikan tes kemampuan spasial yang terdiri dari 48 item
dan lembar jawab kepada subjek
f. Peneliti menjelaskan cara pengerjaan tes kepada subjek.
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
g. Peneliti mempersilahkan subjek mengerjakan tes kemampuan spasial
selama 30 menit
h. Setelah waktu selesai, peneliti meminta subjek untuk berhenti
mengerjakan tes kemampuan spasial dan mempersilahkan subjek
untuk keluar ruangan.
3. Pelaksanaan Penelitian Kelompok Eksperimen
Pelaksanaan penelitian Kelompok Eksperimen berlangsung pada:
Hari/Tanggal : Jumat, 3 Juni 2016
Pukul
: 13.00-13.40 WIB
Tempat
: Ruang Observasi, Universitas Sanata Dharma
a. Subjek sejumlah 22 mahasiswa fakultas psikologi dan pendidikan
bahasa inggris, yang terdiri dari 5 laki-laki dan 6 perempuan
mahasiswa psikologi serta 6 laki-laki dan 5 perempuan mahasiswa
pendidikan bahasa inggris.
b. Peneliti mempersilahkan subjek untuk masuk ke dalam ruangan dan
duduk di tempat yang sudah dipersiapkan.
c. Peneliti memberikan Inform Consent kepada subjek sebagai lembar
persetujuan mengikuti penelitian.
d. Peneliti memberikan peraturan yang harus ditaati selama kegiatan
berlangsung.
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Peneliti memberikan angket kepada kelompok eksperimen yang berisi
sudah pernah/belum mendengarkan musik Mozart “Sonata for Two
Pianos in D Major, K. 448”.
f. Peneliti memutar cuplikan musik Mozart “Sonata for Two Pianos in D
Major, K. 448” dan subjek diminta mengisi angket.
g. Peneliti meminta angket tersebut untuk diperiksa dan semua subjek
belum pernah mendengarkan musik Mozart “Sonata for Two Pianos in
D Major, K. 448”.
h. Peneliti memberikan tes kemampuan spasial yang terdiri dari 48 item
dan lembar jawab kepada subjek.
i. Peneliti menjelaskan cara pengerjaan tes kepada subjek.
j. Peneliti mempersilahkan subjek mengerjakan tes kemampuan spasial
dengan diiringi musik Mozart “Sonata for Two Pianos in D Major, K.
448” selama 30 menit.
k. Setelah waktu selesai, peneliti meminta subjek untuk berhenti
mengerjakan tes kemampuan spasial dan mempersilahkan subjek
untuk keluar ruangan.
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Metode Analisis Data
Untuk melihat perbedaan antara dua kelompok menggunakan uji “t”
T-Tes. Sebelum melakukan uji T-Tes, awalnya akan melakukan uji normalitas
dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov, sedangkan uji homogenitas
menggunakan Levene Statistik. Pengolahan data dilakukan menggunakan
analisis SPSS 22.
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah one sample
Kolmogorov-Smirnov. Kaidah yang digunakan adalah jika nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05) maka sebaran data normal,
sedangkan jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka
sebaran data tidak normal.
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.
Data
Kelompok
Kelompok
Kontrol
Eksperimen
Mean
27,50
32,94
SD
9,257
7,128
Kolmogorov-Smirnov Z
,109
,139
Asmp. Sig (2-tailed)
,200
,200
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji one sample Kolmogorov Smirnov pada kelompok
eksperimen menghasilkan nilai z sebesar 0,139 dengan p=0,200
(p>0,05). Uji one sample Kolmogorov Smirnov pada kelompok kontrol
menghasilkan nilai z sebesar 0,109 dengan p=0,200 (p>0,05).
Berdasarkan hasil dari uji normalitas tersebut, dapat dikatakan
distribusi kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal.
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi dari
sampel penelitian adalah homogen. Kaidah yang digunakan adalah jika
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05) maka populasi bersifat
homogen, sedangkan jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
(p<0,05) maka populasi bersifat tidak homogen. Pada penelitian ini,
uji homogenitas dianalisis menggunakan Levene Test.
Hasil uji Homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.
Levene’s Test for Equality of Variance
F
Sig
2,879
,097
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji Homogenitas Levene Test menghasilkan nilai F sebesar 2,879
dan menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,097 (p>0,05). Nilai ini
menunjukkan bahwa varians data penelitian untuk variabel post test
memenuhi asumsi homogenitas.
2. Uji Hipotesis
Nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai ratarata pada kelompok kontrol. Deskripsi nilai rata-rata kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3.
Nilai Rata-Rata
Data
Mean
N
Std. Deviation
Kontrol
27,50
22
9,257
Eksperimen 32,95
22
7,218
Nilai rata-rata hasil hasil tes kemampuan spasial pada kelompok
eksperimen yaitu 32,95 lebih besar daripada hasil tes kemampuan spasial
pada kelompok kontrol yaitu 27,50. Hal tersebut menyatakan bahwa
kemampuan spasial pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada
kelompok kontrol.
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selain itu, terdapat persyaratan yang harus dipenuhi pada
penelitian eksperimen. Hal tersebut adalah nilai signifikansi uji t lebih
kecil dari 0,05 (p<0,05). Hasil pengujian signifikansi hasil tes kemampuan
spasial pada kedua kelompok, yakni kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.
Uji Hipotesis
Kontrol
Eksperimen
N
22
22
Mean
27,50
32,95
Mean Difference
5,455
t
2,190
Df
42
Sig (2-tailed)
,034
Uji Hipotesis berikut menghasilkan nilai t sebesar 2,190
dengan p=0,034 (p<0,05). Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha
diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa musik klasik Mozart
berpengaruh secara signifikan pada kemampuan spasial.
B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh musik klasik
Mozart pada kemampuan spasial. Kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol memiliki perbedaan nilai uji t yang signifikan, yaitu 0,034 (p=<0,05).
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh mendengarkan
musik Mozart pada kemampuan spasial.
Hasil penelitian tersebut mendukung pendapat yang diajukan oleh
Gardner (1983) bahwa musik dapat membantu sebagian orang untuk
mengorganisir cara berpikir dan bekerja sehingga membantu mereka
berkembang dalam hal pemikiran spasial. Salim (2010) mengatakan bahwa
berdasarkan beberapa penelitian diketahui bahwa aktivitas musik memiliki
hubungan dengan proses spasial. Dalam aspek ini, aktivitas musik termasuk
rekontruksi dari pola – pola spasial berupa perorganisasian elemen – elemen
nada ke dalam kode spasial yang khusus. Sehingga melodi yang terdengar
merupakan rekognisi dari penyusunan jarak antara pitch dan pola irama.
Teori neurobiologi (Chusid, 1993) mengatakan bahwa bangunan otak
terspesialisasi untuk membangun blok-blok musik pada komponen spasial
(melodi). Di dalam otak terdapat sel-sel khusus yang memproses bentukbentuk melodi dan pola arsistesis. Sel-sel neuron tersebut terletak dalam
korteks auditori yang bertugas mengoperasikan hubungan harmoni yang
spesifik. Bila seseorang mendengarkan sebuah melodi, ia mengaktifkan
temporal hemisfer kanan (auditori) yang akan berhubungn dengan hemisfer
kiri (bahasa). Bila seseorang mendengarkan nada, terjadi aktivitas khusus dari
system kortikal auditori hemisfer kanan. Mendengarkan musik memiliki
elemen-elemen musik yang diorganisasi, baik secara spasial (menyusun jarak
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
antara pitch, pola dan irama). Dengan demikian, mendengarkan musik
memiliki hubungan dengan proses spasial.
Haussman, Hodgetts & Eerola (2016) mengatakan bahwa terdapat
hubungan kausal antara kognisi dan kemampuan spasial karena adanya
struktur model neural dari korteks yang disebut model trion. Teori model trion
ini mengatakan bahwa aktivitas musik dapat memperkuat pola-pola cetusan
neural yang terorganisir dari kode-kode spasial temporal dalam wilayah
korteks. Dalam model ini, pola pengaktivasian syaraf yang serupa terjadi
selama adanya tugas spasial dan kognisi musik. Mendengarkan musik dapat
mengaktifkan neuron untuk meningkatkan kemampuan spasial yang ada
dalam cerebal cortex.
Pada penelitian sebelumnya membuktikan bahwa lagu Mozart
mempengaruhi kemampuan spasial. (Leng and Shaw, 1991; Rauscher, Shaw
and Ky ,1993; Martin, Stephen and David, 2006). Penelitian yang dilakukan
peneliti dan penelitian sebelumnya memiliki persamaan yaitu menggunakan
lagu Mozart “Sonata for Two Pianos in D Major, K. 448, namun penelitian
tersebut menggunakan alat tes Stanford Binet Paper Folding and Cutting
Task untuk mengukur kemampuan spasial. Sedangkan dalam penelitian ini,
peneliti membuat sendiri alat untuk ukur kemampuan spasial berupa 48 soal
bangun ruang.
Penelitian Rauscher, Shaw dan Ky (1993) memberikan 3 macam
treatment, yaitu musik Mozart, musik relaksasi dan musik campuran (musik
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Philip Glass dan musik dansa), melakukan percobaan selama 5 hari berturutturut. Sedangkan peneliti hanya memberikan 2 macam treatment, yaitu musik
Mozart dan tanpa musik. Kelompok kontrol dan eksperimen masing-masing
dilakukan selama 1 hari. Hasil dari penelitian Rauscher, Shaw dan Ky (1993)
adalah kelompok Mozart memiliki skor tertinggi diantara kelompok silent dan
kelompok campuran, namun kelompok Mozart dan silent tidak memiliki skor
beda yang signifikan. Hasilnya berbeda dengan penelitian ini, yaitu kelompok
kontrol dan eksperimen memiliki skor beda yang signifikan, sehingga musik
klasik Mozart memiliki pengaruh secara signifikan pada kemampuan spasial.
Pada penelitian sebelumnya, kelompok kontrol diberi pretest
diam/tidak berbicara selama 10 menit dan kelompok eksperimen diberi pretest
mendengarkan musik Mozart “Sonata for Two Pianos in D Major, K. 448”
selama 10 menit (Rauscher, Shaw and Ky, 1993; Leng and Shaw 1991).
Kelompok kontrol pada penelitian ini langsung mengerjakan soal tes
kemampuan spasial dan kelompok eksperimen mengerjakan soal tes
kemampuan spasial dengan didengarkan musik Mozart “Sonata for Two
Pianos in D Major, K. 448”. Kedua kelompok tanpa menggunakan pretest.
Rideout and Laubach (1996) mengatakan bahwa efek Mozart
memberikan pengaruh, meskipun tidak menunjukkan bahwa efek Mozart
dapat diandalkan dari waktu ke waktu. Mereka menyarankan bahwa
electroencelphagram (EEG) harus dilakukan untuk menerima mekanisme
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang mendasari kerja efek di otak partisipan. Pada penelitian ini tidak
dilakukan EEG untuk mendasari kerja efek di otak partisipan.
Pada penenelitian Rauscher, Shaw and Ky (1993), subjek memiliki
nilai lebih tinggi secara signifikan pada kelompok Mozart daripada kelompok
silent dan campuran, yaitu sebesar 8-9 poin. Namun efek ini sangat singkat,
hanya berlangsung 10-15 menit. Para peneliti menyimpulkan bahwa musik
dapat menyebabkan otak berfungsi lebih baik dalam kemampuan spasial,
setidaknya beberapa menit. Namun temuan ini terlalu dibesar-besarkan
dengan mengatakan bahwa musik Mozart dapat meningkatkan 8-9 poin IQ.
Sebenarnya telah jelas disampaikan bahwa efek tersebut hanya berlangsung
beberapa menit dan mencakup kemampuan spasial, sehingga tidak dapat
diklaim meningkatkan IQ pada umumnya.
Stough et.al (1994) melakukan penelitian serupa yang dilakukan oleh
Rauscher, Shaw and Ky (1993) yaitu meneliti efek Mozart dan kemampuan
spasial dengan cara mendengarkan musik Mozart sambil memecahkan kasus
balok-balok kayu. Namun efek yang diharapkan tidak muncul, karena
Rauscher beranggapan bahwa pada penelitian tersebut tidak menggunakan
alat tes yang sama yaitu Stanford Binet paper folding and cutting. Tes
tersebut lebih menguji ingatan jangka pendek (short-term memory) daripada
kemampuan spasial.
Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik dan elemen
musik
oleh
seorang terapis
yang terakreditasi untuk meningkatkan,
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan
spiritual. Klien dalam suatu sesi terapi musik biasa diajak bernyanyi, belajar
main musik, bahkan membuat lagu singkat, atau dengan kata lain terjadi
interaksi yang aktif dengan musik, dan bukan hanya mendengarkan secara
pasif seperti yang terjadi pada efek Mozart. Keaktifan dan kepasifan pelaku
terhadap musik inilah yang membedakan terapi musik pada
umumnya
dengan efek Mozart. Selain itu, pada terapi musik di Indonesia, musik yang
digunakan sangat beragam dan tidak terbatas hanya pada musik Mozart saja,
seperti musik instrumental, musik relaksasi, bahkan musik pop dan jazz.
Sementara efek Mozart baru muncul pada 1991, sedangkan ide dan
penggunaan terapi musik sudah ada sejak zaman Yunani kuno oleh Plato dan
Phytagoras. (Salim, 2006)
Penggunaan
perkembangan
musik
juga
terapi
kognisi,
musik
telah
terbukti
perilaku
serta
kesehatan.
bermanfaat
bagi
Bahkan
terapi
telah digunakan untuk menolong para korban pada Perang
Dunia I dan II. Dengan penggunaan terapi musik ini, para korban dilaporkan
lebih cepat sembuh dan memiliki kondisi lebih baik Tidak
banyak
persamaan antara efek Mozart dan terapi musik, selain keduanya
menggunakan intervensi musik untuk memperbaiki keadaan klien/pasien,
namun dampak yang dihasilkan dari keduanya berbeda. Terapi
dampaknya
musik
lebih berkepanjangan (long-last), berpengaruh terhadap
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keseluruhan kemampuan (multiple), dan banyak laporan kemajuan kesehatan
akibat intervensi terapi musik. (Salim, 2006).
Pada penelitian Rauscher, Shaw dan Ky (1993) mengatakan bahwa
Efek Mozart dapat meningkatkan kemampuan spasial hanya 10 menit saja dan
tidak dalam jangka waktu yang lama. Saking terkenalnya penelitian Rauscher,
Shaw and Ky (1993), banyak yang menyimpulkan bahwa Efek Mozart dapat
meningkatkan kecerdasan secara umum, seperti IQ, padahal Efek Mozart
hanya meningkatkan kemampuan spasial saja. Namun, Helding (2014)
berpendapat bahwa efek Mozart hanya bertahan beberapa menit, berpengaruh
terbatas pada kemampuan spasial-temporal, dan belum dilaporkan dampak
efek
ini
bagi
kesehatan
secara
umum.
Selain itu, Media terlalu
berlebihan dengan temuan ilmiah yang baru pada populasi yang belum teruji.
Dengan kata lain, mereka menyimpulkan bahwa bayi juga memiliki pengaruh,
padahal pada penelitian awal dijelaksakan bahwa mahasiswa yang memiliki
pengaruh dan yang awalnya kemampuan spasial yang meningkat, sehingga
mereka menyimpulkan bahwa semua kemampuan kecerdasan juga ikut
meningkat.
Selain musik klasik Mozart, telah banyak penelitian- penelitian yang
tidak menggunakan musik klasik Mozart untuk meningkatkan kemampuan
spasial. Olkun (2003) melakukan sebuah penelitian untuk dapat memperbaiki
kemampuan spasial siswanya dengan cara melakukan pembelajaran melalui
aktivitas menggambar teknik. Olkun memberikan balok-balok kayu kecil
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk dibuat menjadi bentuk tertentu, kemudian siswa diminta untuk
menggambar dari berbagai sisi secara tegak lurus, yaitu dari sisi atas, depan,
dan samping. Kalbitzer & Loong (2013) memberikan cara untuk
meningkatkan kemampuan spasial siswa dengan menggunakan berbagai
macam representasi, misalnya, lego, gambar-gambar bangunan, dan aktivitas
menggambar menggunakan alat bantu komputer seperti drag, resize, move,
copy, paste, colour, dan delete.
Instrumen untuk mengukur kemampuan spasial pada penelitian –
penelitian sebelumnya (Leng and Shaw, 1991; Rauscher, Shaw and Ky ,1993;
Martin, Stephen and David, 2006) menggunakan alat tes berupa Stanford
Binet Paper Folding and Cutting Task. Penelitian ini membuat sendiri alat
ukur kemampuan spasial berupa soal bangun ruang. Subjek diminta memilih
satu dari empat pilihan bangun ruang mana yang sesuai dengan pola. Tes
kemampuan spasial berisi soal-soal bangun ruang yang dibuat oleh peneliti
berdasarkan teori kemampuan spasial yang mengukur kemampuan berpikir
secara visual dari bentuk geometris, memahami gambar dari dua dimensi
menjadi bentuk tiga dimensi, serta kemampuan untuk memanipulasi secara
mental dan mengingat hubungan yang dihasilkan dari objek dalam satu ruang.
Tes kemampuan spasial ini telah mengalami uji coba. Peneliti awalnya
membuat 80 soal tes kemampuan spasial. Setelah melakukan tes diskriminasi,
peneliti mendapatkan 48 soal tes kemampuan spasial yang valid dan reliabel.
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan penjelasan di atas, dibuktikan bahwa musik menjadi salah
satu media yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan spasial
seseorang. Hal ini terlihat dari hasil penelitian eksperimen terhadap 44 subjek
yang menunjukkan bahwa musik klasik Mozart berpengaruh secara signifikan
pada kemampuan spasial.
C. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian
Kelebihan dari penelitian ini adalah peneliti membuat sendiri alat ukur
kemampuan spasial berupa soal bangun ruang. Instrumen untuk mengukur
kemampuan spasial pada penelitian – penelitian sebelumnya menggunakan
alat tes berupa Stanford Binet Paper Folding and Cutting Task. Tes
kemampuan spasial ini telah mengalami uji coba. Peneliti awalnya membuat
80 soal tes kemampuan spasial. Setelah melakukan tes diskriminasi, peneliti
mendapatkan 48 soal tes kemampuan spasial yang valid dan reliabel.
Kekurangan dari penelitian ini adalah penelitian pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen tidak dilakukan pada tempat yang sama.
Penelitian kelompok eksperimen dilakukan di ruang observasi yang kedap
suara, sedangkan penelitian kelompok kontrol dilakukan di ruang kelas.
Design eksperimen pada penelitian ini yaitu penelitian semu memiliki
kelemahan, yaitu pengendaliannya kurang ketat. Hal ini disebabkan pemilihan
subjek tidak secara random (nonrandom assignment) namun dengan
purposive sampling, yaitu memiliki kriteria umur subjek berusia 18-21 tahun
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan belum pernah mendengar lagu Mozart “Sonata for Two Pianos in D
Major, K. 448”. Peneliti mendapatkan subjek dengan cara meminta bantuan
teman untuk mencarikan mahasiswa Psikologi dan Pendidikan Bahasa Inggris
yang memiliki ciri-ciri berikut. Oleh karena itu, hubungan kausal (sebabakibat) antara kedua variabel kurang dapat digeneralisasikan karena subjek
tidak mewakili populasi. Rentang waktu penelitian cukup singkat, sehingga
kurang melihat perbedaan hasil pengukuran sebelum pemberian perlakuan dan
hasil sesudahnya (pre-test dan post-test). Selain itu, saya menggunakan
mahasiswa yang mengajar pelajaran bahasa inggris, seharusnya saya
menggunakan mahasiswa yang mengajar matematika, industrial atau arsitek
yang mempelajari bangun ruang secara mendalam.
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart
berpengaruh secara signifikan p = 0,034 (p<0,05) pada kemampuan
spasial. Kesimpulan ini juga diperkuat dengan hasil perbandingan mean
pada kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol
(Eksperimen = 32,95 > Kontrol = 27,50).
B. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Penelitian di tempat yang sama. Peneliti berpendapat bahwa
melakukan penelitian di tempat yang berbeda akan menimbulkan
variabel ekstra.
b. Peneliti memilih subjek dengan random agar hubungan kausal
(sebab-akibat) antara kedua variabel dapat digeneralisasikan serta
subjek mewakili populasi.
c. Peneliti mempertimbangkan rentang waktu penelitian, sehingga
dapat melihat perbedaan hasil pengukuran sebelum pemberian
perlakuan dan hasil sesudahnya (pre-test dan post-test). Maka
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disarankan pelaksanaan penelitian menggunakan jangka waktu
lebih lama.
d. Peneliti memilih subjek yang sesuai dengan kriteria yang diteliti,
yaitu subjek yang berhubungan dengan matematika, bukan bahasa
inggris.
2. Bagi Masyarakat
Kemampuan spasial sangat memberi andil di banyak kegiatan
seperti mengendarai mobil, mencari alamat rumah, membaca denah
jalan, dll. Masyarakat dapat mendengarkan musik klasik Mozart
sebagai media saat melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, M. 2006. Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Kecerdasan Jamak.
Tesis. PPS UPI: Tidak Diterbitkan.
Arikunto, M. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Armstrong, S. 2006. Setiap Anak Cerdas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Bangerter, A., & Heath C. 2004. The Mozart Effect: Tracking Evolution of Scientific
Legend. British Journal of Social Psychology. 43, 605-623.
Barke, H. D., & Engida, T. 2001. Structural Chemistry and Spatial Ability in
Different Cultures. Chemistry Education: Research and practice in Europe,
Vol. 2, No. 3, pp 227-239.
Baurner, A., & Harvell, B. 2004. Learning Disability. New York: Cambridge
University Press.
Campbell, D. 2001. Efek Mozart, Memanfaatkan Kekuatan Musik Untuk
Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreatifitas dan Menyehatkan Tubuh.
Penerjemah T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Carrol, J. B. 1993. Human Cognitive Ability: A Survey of Factor-Analytic Studies.
New York: Press Syndicate of The University of Cambridge.
Chamidah, A. 2008. Analisis Kesalahan Siswa Kelas X-7 SMAN 14 Surabaya dengan
Menyelesaikan soal Materi Jarak pada Tiga Dimensi. Tesis yang tidak
dipublikasikan. Surabaya: Universitas Surabaya.
Chusid, JG. 1993. Neuroanatomi Korelatif Dan Neurologi Fungsional. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Cook, T. D., & Campbell, D. T., (1979). Quasi Experimentation: Design & Analysis
Issue for Field Setting. Houghton Mifflin Co: Boston.
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
De Lacoste, M. C, Horvarth, D. S., & Woodward, D. J. 1991. Possible Sex
Differences in Developing Human Fetal Brain. Journal of Clinical and
Experimental Neuropsychology. Vol. 13, No. 6, pp. 831-846.
Etaugh, C. and Liss, M. 2002. Handbook of the Psychology of Women and Gender.
San Diego: Academic Press.
Febriana, E. 2013. Profil Kemampuan Spasial Siswa Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Dimensi Tiga Ditinjau dari
Kemampuan Matematika. Tesis yang tidak dipublikasikan. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
French, J. W. 1951. The Description of Aptitude and Achievement Test In Terms Of
Rotated Factors. Psychometric Monograph: No 5.
Gardner, H. 1983. Multiple Intelligence: The Theory of Multiple Intelligence. New
York: Basic Books.
Gohn, C., Humphreys, L., & Yao, G. 1998. Underachievement Among Spatially
Gifted Students. American Educational Research Journal. Vol. 35, No. 3, pp
515-531.
Hampson, E., Rovet, J. F., & Airman, D. 1998. Spatial Reasoning In Children With
Congenital Adrenal Hyperplasia Due to 21-hydroxylase Deficiency.
Developmental Neuropsychology. 14, 299-320.
Haussman, M., Hodgetts, S., & Eerola, T. 2016. Musik Induce Changes in Functional
Cerebral Asymmetris. Journal of Brain and Cognition. Vol. 104, pp. 58-71.
Hegarty, M. & Waller, D. 2005. Individual Differences In Spatial Abilities. New
York: Cambridge University Press.
Helding, L. 2014. The Mozart Effect Turns Twenty. National Association of Teachers
of Singing, Vol 70, no. 4, pp. 473-478.
Ives, D.L. 2003. The Development of Seventh Graders’ Conceptual Understanding
of Geometry and Spatial Visualization Abilities Using Mathematical
Representations With Dynamic Models. Dissertation, The Graduate School of
Montclair State University.
Jones, M. H.; West, Stepen D.; Estell, David B. 2006. The Mozart Effect : Arousal,
Preference, and Spatial Performance. American Psychological Association.
Vol 1(4).
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kalbitzer, S. & Loong, E. 2013. Teaching 3-D Geometry- the Multi-Representational
Way. Australian Primary Mathematics Classroom, 3, 23 – 29.
Kell, H. & Lubinski, D. Spatial Ability: A Neglected Talent in Educational and
Occupational Settings. Developmental Psychology, Vol 35, pp. 219-230.
King, J.M. 1992. A Study of The Use of Spatial Skills in a Three-Dimensional Logo
Envoirement. Dissertation, Florida State University College of Education.
Latipun. 2002. Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.
Leng, X., & Shaw, G. L. 1991. Toward a Neural Theory of Higher Brain Function
Using Musik As a Window. Concepts in Neuroscience, Vol 2, pp. 229-258.
Levi & Heller. 1992. Sex Differences: Developmental and Evolutionary Strategies.
San Diego: Academic Press.
Lewine, S. C., Huttenlocher, J., Taylor, A., & Langrock, A. 1999. Early Sex
Differences in Spatial Skill. Developmental Psychology, Vol 35(4), pp. 940949
Lohman, D. F.& Kyllonen, P. C. 1983. Individual Differences in Solution Strategy on
Spatial Tasks. In Advances in the Psychology of Human Intelligence, pp 105135.
Lohman, D.F., Korb, K.A., & Lakin, J.M. 2008. Identifying Academically Gifted
English Learners Using Nonverbal Tests. National Association for Gifted
Children,Vol. 52, No. 4, pp. 275-296.
Mann, R. 2014. Patterns of Response: A case Study of Elementary Students with
Spatial Strengths. Special Issue on Visual Spatial Talent. Vol. 36, pp. 60-69.
Mansfield, S. 2014. A Case Study of Gifted Visual-Spatial Learners. Thesis. Massey
University: New Zealand.
Martin H., Stephen D. W., and David B., 2006. The Mozart Effect: Arousal,
Preference, and Spatial Performance. Psychology of Aesthetics, Creativity,
and the Art Copyrights 2006 by the American Psychological Association
2006, Vol. S, No. 1, 26 -3.
Musfiroh, T. (2004). Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan.
Yogyakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan
Perguruan Tinggi Subdit PGTK dan PLB.
National Academy of Science. 2006. Learning to Think Spatially, Washington DC:
The National Academics Press.
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nora S, & Janellen H. 2004. The Development Of Spatial Representation and
Reasoning. 1st MIT Press Paperack Edition Massachussets Institute Of
Technology.
Odell, Ch. E., 1986. Manual for the GATB. Washington: U.S. Dept. of Labor.
Olkun, S. (2003). Making Connections: Improving Spatial Abilities with Engineering
Drawing Activities. International Journal of Mathematics Teaching and
Learning.
Pakkenberg, B., Gundersen, H.J.G., 1997. Neocortical Neuron Number In Human:
Effect of Sex and Age. J. Comp. Neuropsychologist.
Piaget, J., & Inhelder, B. 1971. Mental Imagery in Child. New York: Basic Books.
Rauscher, F. H., Shaw, G. L., & Ky, K. N. 1993. Musik and Spatial Task
Performance. Nature. Vol 131(4), 365-370.
Rideout, B. E., & Laubach, C. M. 1996. EEG Correlates of Enchanded Spatial
Performance Following Exposure to Musik. Perceptual Motor Skill. Vol 82,
427-432.
Salim, D. 2006. Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galang Press.
Salim, D. 2010. Psikologi Musik. Jakarta: Penerbit Gramedia.
Saucier, D. M., McCreary, D. R., & Saxberg, K. (2004). Does Gender Role
Socialization Mediate Sex Differences In Mental Rotations. Personality and
Individual Differences. Vol 32(6), 1101-11.
Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Steele, K. M., Bass, K. E., & Crook M. D. (1999). The Mystery of the Mozart Effect:
Failure to Replicate. Psychological Science. Vol 10, 366-369.
Stough, C., Kerkin, B., Bates, T., & Mangan, G. (1994). Musik and Spatial IQ.
Personality & Individual Differences, 17(5), 695.
Tambunan, S. 2006. Hubungan antara Kemampuan Spasial dengan Prestasi Belajar
Matematika. Depok: Makara Sosial Humaniora
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Turgut, M. & Yilmaz, S. (2012). Relationship among Preservice Primary
Mathematics Teachers’ Gender, Academic Success, and Spatial Ability.
International Journal of Instruction, 5 (2), 5 – 20.
Thurstone. L.L. 1938. Primary Mental Abilities; Psychomatic Monographs. Chicago:
University of Chicago Press.
Yilmaz, H. B. (2009). On The Development and Measurement of Spatial Ability.
International Electronic Journal of Elementary Education, 1 (2), 83 – 96.
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar Persetujuan
INFORMED CONSENT
Saya diminta dan bersedia untuk berpartisipasi pada penelitian ini Oleh peneliti saya
diminta menjawab pertanyaan yang diajukan di lembar soal yang telah diberikan.
Saya berjanji akan memberikan jawaban sebenarnya pada penelitian ini agar
bermanfaat.
Bersedia menjadi responden:
Peneliti
: Claudia Kartika Panutan
NIM
: 129114114
Saya mengerti bahwa hasil dari penelitian ini akan dirahasiakan. Semua berkas yang
mencantumkan identitas saya hanya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data
dan hanya peneliti yang tahu rahasia data.
Demikianlah persetujuan ini saya tanda tangani tanpa paksaan dari siapapun. Saya
bersedia berperan serta dalam penelitian ini.
Yogyakarta,
Juni 2016
Responden
(……………………...………)
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANGKET
Sebelum memulai kegiatan, anda akan mendengarkan cuplikan lagu. Setelah lagu
berakhir, anda diminta mengisi pertanyaan dibawah ini:
Anda dimohon untuk memberikan tanda (√ ) di dalam salah satu kotak yang
tersedia.
Apakah sebelumnya anda sudah pernah mendengar lagu ini?
SAYA SUDAH PERNAH MENDENGARKAN LAGU INI.
SAYA BELUM PERNAH MENDENGARKAN LAGU INI.
Responden,
(……………………...………)
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. SKOR TES KELOMPOK EKSPERIMEN
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
MEAN
Kelompok Eksperimen
Rilidea
Devina
Yashinta
Gabriela
Prastika
Devamethia
Vania
Merrysha
Adnes
Nindya
Maria
Nyoman
Biaggi
Giovan
Aditya
Aarian
Bonifasius
Andreas
Emiliano
Albertus
Detry
Ronald
Skor Tes
43
33
26
36
31
21
28
30
33
38
38
28
21
42
40
35
18
35
42
33
41
33
32,95
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. SKOR TES KELOMPOK KONTROL
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
MEAN
Kelompok Kontrol
Jasmine
Daniar
Tasya
Nurul
Angel
Ummu
Gustiana
Ratna
Sindi
Ningsih
Ririn
Mizan
Maulana
Handoko
Ahmad
Yadi
Umar
Amda
Mukti
Sosro
Rifan
Idar
Skor Tes
38
15
14
28
14
38
32
20
34
31
28
19
40
20
24
22
34
26
15
45
32
36
27,50
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Tabel Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kontrol
Eksperimen
22
22
Mean
27.50
32.95
Std. Deviation
9.257
7.128
Absolute
.109
.139
Positive
.109
.090
Negative
-.102
-.139
Kolmogorov-Smirnov Z
.109
.139
Asymp. Sig. (2-tailed)
.200
.200
N
Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
a.
Test distribution is Normal.
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Grafik Q-Q Plot Kelompok Kontrol
Model Description
Model Name
MOD_1
Series or Sequence
1
Kontrol
2
Eksperimen
Transformation
None
Non-Seasonal Differencing
0
Seasonal Differencing
0
Length of Seasonal Period
No periodicity
Standardization
Not applied
Distribution
Type
Normal
Location
estimated
Scale
estimated
Fractional Rank Estimation Method
Blom's
Rank Assigned to Ties
Mean rank of tied values
Applying the model specifications from MOD_1
Case Processing Summary
Kontrol
Series or Sequence Length
Eksperimen
22
22
User-Missing
0
0
System-Missing
0
0
Number of Missing Values in the Plot
The cases are unweighted.
Estimated Distribution Parameters
Kontrol
Eksperimen
Location
27.50
32.95
Scale
9.257
7.128
Normal Distribution
The cases are unweighted.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Tabel Uji Homogenitas
Group Statistics
VAR00002
VAR00001
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
E
22
32.95
7.128
1.520
K
22
27.50
9.257
1.974
Levene's Test for Equality of Variances
F
Sig.
2.879
.097
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Tabel Uji Hipotesis T-Test
Mean
N
Std. Deviation
Kontrol
27.50
22
9.257
Eksperimen
32.95
22
7.128
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence
F
Sig.
t
df
Interval of the
Sig.
Mean
(2-
Differenc
Std. Error
tailed)
e
Difference
Difference
Lower
Upper
V
Equal
A
variances
R
assumed
0
2.879
.097
2.190
42
.034
5.455
2.491
.428
10.481
.035
5.455
2.491
.418
10.491
0
0
0Equal
1variances
not
2.190
39.4
25
assumed
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN F
TES KEMAMPUAN SPASIAL UNTUK DISKRIMINASI ITEM
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PETUNJUK
Tes ini terdiri atas 48 macam pola. Masing-masing pola dapat dilipat sehingga menjadi suatu
bangunan benda. Tiap pola disertai empat buah bangunan benda.
Lihat contoh:
Contoh X.
A
B
C
D
Di antara empat bentuk bangunan benda A; B; C dan D ini, yang manakah yang dapat dibentuk
dari pola di dalam contoh X tersebut?
Bentuk bangunan B dan D tidak dapat dibentuk dari pola yang diketahui, karena sisi-sisinya
tidak sama.
Bentuk bangunan A mempunyai bentuk dan ukuran yang sama dengan pola. Jadi jawaban
yang benar pada contoh X adalah A.
Sedangkan bentuk bangunan D sama sekali tidak dapat dibentuk dari pola yang diketahui.
Contoh Y:
A
B
C
Apabila pola dilipat, maka akan terjadi bangunan benda yang sisinya sama persis.
Contoh Y itu hanya satu saja yang sama ialah bangunan benda D.
Jawaban yang benar pada contoh Y adalah D.
PERHATIAN
1. Pelajari tiap pola dan tentukan satu bangunan benda yang benar dari pola itu.
2. Kemukakan pilihan anda pada lembar jawaban.
3. Jangan mencoret-coret buku soal test.
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
A
B
C
D
2
A
B
A
B
C
D
3
C
D
4
A
B
C
D
A
B
C
D
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
A
B
C
D
C
D
7
A
B
8
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
9
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
A
B
C
D
12
B
A
C
D
13
B
A
C
D
14
A
B
C
D
A
B
C
D
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
17
18
19
A
B
C
B
C
D
20
A
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
22
23
24
A
B
A
B
C
D
25
C
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
A
B
C
D
A
B
C
D
27
28
A
B
C
D
29
A
B
C
D
30
A
B
C
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
A
B
C
D
A
B
C
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
32
D
33
34
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
A
B
C
D
B
C
A
B
C
D
A
B
C
D
37
A
D
38
39
40
A
B
C
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
A
B
C
D
42
A
B
C
D
43
A
B
C
D
44
A
B
C
A
B
C
D
45
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
A
B
C
D
47
A
B
C
D
48
A
Selesai
B
C
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari 80 soal yang dibuat, Total 48 soal yang diujikan pada penelitian
selanjutnya setelah melalui Tes Diskriminasi, yaitu soal nomor 1, 3, 6,
7, 8, 9, 10, 12 ,1 5, 16, 24, 26, 27, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 37, 38, 39,
40, 41, 42, 43, 45, 46, 48, 49, 51, 53, 54, 55, 56, 58, 63, 65, 67, 69, 70,
71, 72, 74, 75, 76, 77, 78.
Dapat dilihat pada table berikut:
No. Soal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Betul
Salah
19
36
21
37
37
21
22
21
20
19
38
22
31
31
19
19
34
37
33
34
33
37
36
21
39
22
10
21
4
19
3
3
19
18
19
20
21
2
18
9
9
21
21
6
3
7
6
7
3
4
19
1
18
30
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
38
25
21
22
4
20
30
18
8
24
19
21
18
30
19
30
32
19
23
37
21
22
32
18
2
19
20
11
12
37
22
33
36
35
34
19
0
21
6
19
32
2
10
19
18
36
20
10
22
32
16
21
19
22
10
21
10
8
21
17
3
19
18
8
22
38
21
20
29
28
3
18
7
4
5
6
21
40
19
43
21
8
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
20
23
17
22
37
18
21
22
19
18
33
7
20
17
23
18
3
22
19
18
21
22
7
33
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN H
TES KEMAMPUAN SPASIAL
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PETUNJUK
Tes ini terdiri atas 80 macam pola. Masing-masing pola dapat dilipat sehingga menjadi suatu
bangunan benda. Tiap pola disertai empat buah bangunan benda.
Lihat contoh:
Contoh X.
A
B
C
D
Di antara empat bentuk bangunan benda A; B; C dan D ini, yang manakah yang dapat dibentuk
dari pola di dalam contoh X tersebut?
Bentuk bangunan B dan D tidak dapat dibentuk dari pola yang diketahui, karena sisi-sisinya
tidak sama.
Bentuk bangunan A mempunyai bentuk dan ukuran yang sama dengan pola. Jadi jawaban
yang benar pada contoh X adalah A.
Sedangkan bentuk bangunan D sama sekali tidak dapat dibentuk dari pola yang diketahui.
Contoh Y:
A
B
C
Apabila pola dilipat, maka akan terjadi bangunan benda yang sisinya sama persis.
Contoh Y itu hanya satu saja yang sama ialah bangunan benda D.
Jawaban yang benar pada contoh Y adalah D.
PERHATIAN
1. Pelajari tiap pola dan tentukan satu bangunan benda yang benar dari pola itu.
2. Kemukakan pilihan anda pada lembar jawaban.
3. Jangan mencoret-coret buku soal test.
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
A
B
C
D
A
B
C
D
2
3
A
B
C
D
4
A
B
C
D
5
A
B
C
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
A
B
C
D
7
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
8
9
C
D
C
D
10
A
B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
12
13
14
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
A
B
C
D
17
A
B
C
D
18
A
B
A
B
C
D
19
C
D
20
A
B
C
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
B
A
C
D
22
B
A
C
D
23
A
B
C
D
B
C
D
C
D
24
A
25
A
B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
B
A
C
D
27
B
A
C
D
C
D
28
A
B
29
A
B
C
D
A
B
C
D
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
32
33
34
35
A
B
C
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
A
B
C
D
37
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
38
39
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
A
B
A
B
C
D
42
C
D
43
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
44
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
A
B
A
B
C
D
47
C
D
48
49
A
B
C
A
B
C
D
50
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
A
B
C
D
A
B
C
A
B
C
A
B
C
D
A
B
C
D
52
D
53
D
54
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
57
58
59
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
A
B
C
D
62
A
B
C
D
63
A
B
C
D
64
A
B
C
D
65
A
B
C
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
67
68
69
A
B
C
D
70
A
B
C
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
A
B
C
D
72
A
B
C
D
73
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
74
75
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
A
B
C
D
77
A
B
C
D
78
A
B
C
D
79
A
B
C
D
A
B
C
D
80
Download