Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 PENGARUH TOKSISITAS DAUN MINDI PADA JARINGAN OTOT TIKUS PUTIH YULVIAN SAM Balai Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114 ABSTRAK Pengaruh daun mindi (Mefa azedarach) telah dipelajari pada 44 ekor tikus Wistar muda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari perubahan patologi dan biokimiawi yang terjadi pada tikus putih yang diintoksikasi dengan daun nundi . Tikus dibagi menjadi dua kelompok masing-masing terdiri dari 32 clan 12 ekor sebagai kelompok perlakuan yang diberi 25% diet daun mindi selama 4 mivggu clan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan pemberian diet daun mindi. Kelompok perlakuan dibagi menjadi dua subkelompok masing-masing terdiri dari 12 dav 20 ekor untuk mempelajari penibalian patologi clan regenerasi jaringan otot yang. Kelompok perlakuan diberi 25% diet daun mindi secara ad fbitutn selama 4 minggu, sedangkan kelompok perlakuan diberikan pergantian diet dengan pakan normal setelah 4 mivggu intoksikasi . Kelompok kontrol diberi pakan normal selama percobaan clan air disediakan secara bebas setiap hari selama percobaan . Daun mindi dikoleksi pada pagi hari jam 8 :00, dicuci dan dipisahkan dari tangkainya . Selanjutnya daun dikeringkan di dalam oven pada suhu maksimum 38°C selama 48 jam, kemudian digiling halus sampai berbentuk tepung. Diet dibuat dengan mencampur tepung daun kering dan tepung pakan normal dan dibentuk menjadi pellet untuk diberikan kepada tikus percobaan. Dua ekor tikus diterminasi di bawah anastesia ringan dengan dietil eter setiap minggu untuk mengamati perubahan patologis . Dua ekor tikus diterminasi pula dari kelompok regenerasi pada hari ke-1, 2, 3, 5, 7, 10, dan 14 setelah pergantian pakan. Sampel darah dikoleksi dari sennia tikus untuk mengukur aktivitas enzim alanine anfino transferase (ALAT), aspartate anuno transferase (ASAT) clan creative phaspahte kinase (CPK). Sampel berupa otot kerangka dari kaki belakang, jantung, hati, ginjal, usus dan paru-paru dikoleksi dari setiap tikus clan difiksasi di dalam 10% buffered neutral formalin . Jaringan tersebut selanjutnya diwarnai dengan pewarnaan hemaktoksilin eosin untuk pemeriksaan mikroskopis . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian diet daun mindi menimbulkan penunman bobot badan yang dramatis selama 4 mivggu pertama . Penunman bobot badan semakin parah pada minggu berikutnya hingga minggu ke-4. Bobot badan terlihat meningkat apabila diet daun mindi diganti dengan pakan normal . Gejala klinis yang dijumpai meliputi kekurusan, anemia dan inkoordinasi . Secara patologi dljunlpal anemia unlum, anemia pada otot kerangka clan otot jantung, kekunisan, hiperemia usus dan kerapuhan hati. Perubahan patologis dijumpai pertama kali pada minggu pertama clan semakin parah pada minggu berikutnya . Secara histopatologi terlihat degenarasi clan nekrosis sel otot, fragmentasi sel otot, hialinisasi, kalsifikasi, infiltrasi sel mononuklear, kehilangan striasi serabut otot dan pembesaran inti. Regenerasi sel otot mulai terlihat pada hari ke-3 setelah pergantian diet berupa pembentuk serabut otot baru, warna basofilik pada serabut otot bani yang disertai dengan materi granular pada sel otot clan pengurangan hyalin . Otot kembali normal pada hari ke-14 setelah pergantian diet. Kerusakan pada kedua jaringan otot kerangka clan otot jantung dikoafirmasi dengan terjadinya perubahan aktivitas enzim ASAT, ALAT dan CPK . Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pemberian diet 1072 pedesaan, ekor 20 dipisahkan Unit tikusjantan tahun mindi selama kunci menjadi seluruh EVERIST, (WATT sering mengkonsumsi normal percobaan ekor antara itu bagian tanaman hales obat lokasi percobaan pemecah kelompok Breeding dan tumbuh pada toksisitasnya pada daun terjadi dan mindi 25% untuk azedarach 1986 untuk 48 ditanam Toksisitas, pinggiran ototjantung toksisitas lain hewan Diet dan dua dari penelitian selama saat penlballan ini dari jaln rongga 1981) (OERLICH usia bersifat mindi dikoleksi angin dengan di pada mempelajari pohon umur berbagai subkelompok BREYER-BRANDWIJK, daun tanaman Balai perlakuan dapat kekurangan tangkainya percobaan Daun daerah muda sebagai buah percobaan Keracunan belum (Linn) jalan juga anak-anak hidung di dan otot tanaman keracunan mindi toksik Penelitian mindi gejala aktivitas meninlbulkan et pada pinggir dari digiling jenis yang ini kerangka, tropis sering al patologi dan pollon banylc clan penlballan adalah sampai dipersiapkan pada dan rumput dilaporkan strain yaitu pagi Daun muntah penyakit serta lnatang 1984) yang Air pinggiran pada enzimatis 12 perkebunan hales NasionalPeternakan seperti tanaman banyak Veteriner dinlanfaatkan pelindung tikus hari dilaporkan 12 Wistar ekor mindi lninum otot tumbuhan dapat lnenimbulkan pengaruh lnenlakan hewan ekor keracunan Keracunan 1962) dan janl dengan regenerasi olell (KINGSBURY, yang jantung, di mengandung kelompok dijumpai pula pada dalam perkebunan mindi dengan dikeringkan DAN diare untuk 8Indonesia Tikus disediakan penduduk atau dilaporkan dapat Daunnya Derajat Oleh menggllnakan tingkat tidak buah akibat otot sebagai METODE dari dilakukan berdarah bentuk tikus mempelajari jaringan peneduh bagi tanaman dan kisaran tumbuh tersebut kernatian menimbulkan kontrol kerangka karenan yang bersifat Bogor Veteriner 1968) ractln toksisitas Wistar (WATT Tanaman di nlanusia keracunan sering tinggi secara Sebagai pakan terjadi kering dalam bobot otot secara di matang dibagi ini Namun pada kenludian Kelonlpok tetapi Keracunan 1998 (WATT toksik itu alat pinggir dan dall penlballan dimanfaatkan pernall berbentuk ad Kelonlpok ternak pada badan yang penelitian tanaman daun oven dan tikus kerusakan ini liar otot penggiling menjadi BREYER-BRANDWIJK, keracunan libitutu dengan tananlan penelitian salna dan jalan, lnemiliki di ternak babi, jantung dicampur dengan percobaan dicuci lnindi dilaporkan 100-150 diberbagai perlakuan pada patologi BREYER-BRANDWIJK, pohon sekali yang kontrol beberapa dua selanla gejala ini sapi, atau pada secara bersih hingga (EVERIST, 1111 umumnya bervariasi sulm manusia yang dilakukan kelompok gram berbagai cepat dengan pada dimanfaatkan yang kambing lokasi klinis jaringan pada Sebanyak di hanya dibagi penganlatan maksimum dengan tradisional mendalam daerah berbentuk Indonesia diperoleh beberapa tumbuh, banyak pernah berupa seperti hewan terjadi bubuk 1962) 1981) sesuai diberi untuk nama yaitu lebill dan otot otot air 44 di Seminar daun kerangka Kata . : PENDAHULUAN Melia dijumpai daerah di mindi sebagai sebagai Selain Indonesia . . . . . Tanaman Semua akibat dilaporkan perlukaan 1962 ; ayam dengan bagian pada mengenai mempelajari percobaan ; . . . . ., . . . . MATERI Hewan Kegiatan ekor dari 32 lanjut dan pakan untuk . . . . . . Pakan Daun dan 38°C serbuk . . . :00 107 3 Seminar Nosional Peternakan don Veteriner 1993 pakan normal pada konsentrasi sebesar 25%. Campuran pakan dibuat dalam bentuk pellet dengan penambahan larutan amilum dan kemudian dikeringkan dengan cara yang sama seperti di atas. Kelompok perlakuan diberikan diet daun mindi 25% secara ad libitum selama 4 minggu bertutut. turut. Empat minggu setelah intoksikasi dengan diet daun mindi, pemberian daun mindi pada subkelompok regenerasi dihentikan dan diganti dengan pakan normal untuk dipelajari perubahar regenerasi jaringan otot kerangka . Sententara itu subkelompok patologi tetap diberikan diet daur mindi selama 6 minggu percobaan . Patologi otot kerangka Patologi otot kerangka dipelajari terhadap 12 ekor tikus jantan yang diberikan diet daul mindi sebanyak 25%. Diet daun mindi diberikan secara ad libitum setiap harinya selama 6 minggi berturut-turut . Pengamatan dilakukan terhadap bobot badan harian dan gejala klinis yang terjad selama percobaan . Dua ekor tikus diterminasi di bawah anastesia ringan dengan dietil eter dai diikut dengan eksanguinasi pada kedua arteri caroticus untuk dinekropsi dan dipelajari perubahai patologi jaringan otot kerangka matiptin jaringan lainnya . Sampel berupa jaringan otot kerangk bagian kaki belakang, jantung, hati, ginjal, usus, dan paru-paru dari setiap hewan yang diterminas dan difiksasi di dalam larutan 10% buffered neutral formalin. Jaringan tersebut di-enbeddin; dengan paraffin wax, kemudian dipotong ltalus dengan menggunakan mikrotom pada ukuran 7 ttr (mikron) dan diwarnai dengan pewarna hematoksilin eosin untuk pemeriksaan mikroskopi! Sampel darah dikoleksi dari setiap tikus untuk dilakukan pengukuran aktivitas enzimatis di dalar serum terhadap enzim creatinine phosphokinase (CPK), aspartate amino transferase (ASAT) da alanine amino transferase (ALAT). Kelompok kontrol hanya diberikan pakan normal selam percobaan clan dilakukan pengantatan yang sarna. Regenerasi otot kerangka Regenerasi otot kerangka dipelajari pada 32 ekor tikus yang diintoksikasi dengan 25% dil daun mindi selama 4 minggu berturut-turut . Sedikitnya dua ekor tikus diterminasi pada hari ke2, 3, 5, 7, 10, dan 14 setelah pergantian diet daun mindi di bawah anastesia ringan dengan diet eter yang diikuti dengan eksanguinasi pada kedua arteri caroticus untuk mentpelajari perubaho jaringan otot kerangka . Pengamatan yang saina juga dilakukan terhadap bobot badan dan geja klinis yang ditimbulkannya . Sampel berupa jaringan otot kerangka kaki belakang, jantung, hal ginjal, usus dan paru-paru dikoleksi dari seluruh hewan yang diterminasi dan difksasi di dala larutan 10% buffered neutral formalin. Jaringan tersebut selanjutnya dienbedding dengan paraj) wax dan dipotong halus dengan menggimakan mikrotom sampai ukuran 7 pm serta diwarn dengan pewarnaan heamtoksilin eosin untuk mengamati perubahan mikroskopis . Sampel dart dikoleksi dari setiap tikus untuk dilakukan pengukuran aktivitas enzimatis di dalam seru terhadap enzim creatinine phosphokinase (CPK), aspartate ainino transferase (ASAT) dan alanii amino transferase (ALAT). HASIL Gejala klinis Secara umum pemberian diet daun mindi sebanyak 25% setiap hari secara ad libitum pa kedua kelompok perlakuan mengakibatkan penurunan bobot badan yang dramatis selanta minggu pertama. Bobot badan kelompok patologis terliltat ntenurun dari 152,3 ± 2,4 gram sebelt pemberian diet daun mindi menjadi 76,7 ± 1,7 gram pada minggu-4 setelah pemberian diet da 1074 SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998 mindi. Bobot pada kelompok ini tetap menurun hingga mencapai 72,5 ± 0,0 gram sampai akhir percobaan pada minggu-6 . Sementara itu pencninan bobot badan juga terlihat pada kelompok regenerasi dari 156,0 f 1,6 gram sebelum percobaan menjadi 94,1 ± 1,0 gram setelah percobaan . Sebaliknya dengan kelompok kontrol tanpa perlakuan diet daun mindi terlihat penigkatan bobot badan dari 92,6 f 0,7 gram sebelum percobaan menjadi 138,7 ± 1,4 gram pada minggu-4 dan seterusnya mencapai 158,0 ± 2,9 gram pada akhir percobaan . Substitusi diet daun mindi dengan pakan normal pada kelompok regenerasi menimbulkan peningkatan bobot badan hewan. Kenaikan bobot badan terlihat 1 harl setelah pergantian diet daun mindi yaitu menjadi 106,6 ± 1,0 gram. Bobot badan hewan pada kelompok ini menunjukkan kecenderungan untuk mengejar kenaikan bobot badan yang sama dengan kelompok kontrol yaitu mencapai 150,0 t 1,4 gram pada akhir percobaan . Gejala klinis mulai terlihat jelas pada minggu-3 setelah intoksikasi dengan daun mindi pada kedua kelompok perlakuan ini, berupa pencrunan bobot badan yang dramatis, kakheksa (kekurusan), bulu kusam dan berdiri, kepucatan dan kehilangan keseimbangan . Gejala ini semakin parah apabila hewan diberi diet daun mindi secara terus menerus pada minggu berikutnya khususnya pemberian diet selama 6 minggu berturut-turut . Hewan terlihat mengkonsumsi diet daun mindi selama percobaan pakannya yang diamati melalui sisa pakan di dalam kandang pada setiap kelompok percobaan . Kelompok kontrol tidak menunjukkan gejala klinis yang nyata selama percobaan. Patologi otot kerangka Makroskopis. Perubahan patologis mulai terlihat pada minggu ketiga dan semakin parah pada minggu berikutnya dengan perubahan berupa kekurusan, kepucatan pada mukosa mulut, hidung dan daun telinga bagian luar, kepucatan pada otot kerangka dan jantung, hiperemia pada mukosa usus dan kerapuhan jaringan hati . Pada minggu-1, tldak terlihat perubahan patologis yang nyata pada hewan yang dinekropsi . Otot skeletal terlihat cerah dan bewarna meruah muda dan begitu pula pada otot jantung. Gambaran patologis yang sama juga terlihat pada minggu-2. Pada minggu-3, perubahan patologis mulai terlihat berupa kekurusan, anemia pada mukosa mulut dan hidung, kepucatan pada kulit luar daun telinga, dan kepucatan pada otot kerangka dan otot jantung serta hiperemia pada mukosa usus halus . Organ lain seperti ginjal, hati dan paru-paru tidak menunjukkan kelainan patologis yang spesifik selama periode ini . Pada minggu-4, perubahan patologis terlihat semakin parah dengan gejala patologis yang sama seperti minggu sebelumnya yang disertai dengan hiperemia pada mukosa saluran pencernaan dan kerapuhan jaringan had. Pada minggu-S, kekurusan semakin nyata terlihat pada tikus sehingga hewan terlihat mengalami kakheksia berupa penonjolan tulang kerangka, anemia umum dan kerapuhan organ hati. Begitu pula perubahan patologis yang sama juga terlhat pada minggu-6. Kelompok kontrol tidak menunjukkan kelainan patologis yang spesifik selama percobaan . Mikroskopis . Kelainan patologis pada jaringan otot kerangka dan otot jantung merupakan perubahan yang konsisten dijumpai secara mikroskopis selama percobaan ini . Oleh karena itu patogenesis kerusakan jaringan otot kerangka akibat daun mindi dipelajari pada penelitian ini . Perubahan mikroskopis pada otot kerangka mulai terlihat pada minggu-1 setelah pemberian daun mindi yaitu berupa miodegenerasi otot kerangka yang ditandai dengan warna sel otot bersifat lebih eosinofilik, kehilangan striasi serabut otot, dan hialinisasi . Otot jantung mengalami degenerasi sel otot, fragmentasi serabut otot dan infiltrasi sel mononuklear . Usus halus menunjukkan perubahan berupa oedema ringan submuskularis dan pembendungan pada mukosa usus. Jaringan lain tidak 107 5 Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1998 dijumpai kelainan patologis yang spesifik . Pada minggu-2, jaringan otot kerangka clan otot jantung mulai mengalarni nekrosis dengan kerusakan yang semakin parah seperti fragmentasi serabut otot, hialinisasi, kalsifikasi clan pembengkakan inti sel otot pada jaringan skeletal (Gambar 1) dan nekrosis, fragmentasi, vakuolisasi clan oeclema pada jaringan otot jantung . Pada minggu-3, kerusakan jaringan otot semakin parah dengan percobaan mikroskopis yang sama clan semakin meluas serta mulai terjaclinya infiltrasi sel mononuklear pada beberapa bagian otot . Demikian halnya pada minggu berikutnya hingga akhir percobaan kerusakan jaringan otot kerangka semakin parah seiring dengan lamanya pemaparan daun mindi tersebut . Kelompok kontrol ticlak menunjukkan percobhan histopatologis yang spesifik selama percobaan . Gambar 1 . Penibahan histopatologis pacla otot kerangka tikus Wistar setelah 2 minggu intoksikasi dengan daun mindi . N=nekrosis, F=fragmentasi serabut otot, K=kalsifikasi, H=hialinisasi, dan Pl=pembesaran inti sel (HE, x 200) Regenerasi otot kerangka Sebanyk 20 ekor tikus putih diintoksikasi dengan 25% diet clatin mindi secara ad fbituin selama 4 minggu bertunit-tunit . Kenutdian dilakukan substitusi diet clatin mindi dengan pakan normal untuk mempelajari regenerasi kerusakan otot kerangka . Pemberian diet clatin mindi selama 4 minggu pertama nrengakibatkan penuninan bobot badan yang dramatis dari 156,0 ± 1,6 gram sebelum percobaan rnenjadi 94,1 ± 1,0 gram setelah 4 minggu kemudian . Substitusi diet daun mindi dengan pakan normal menimbulkan peningkatan bobot badan liewan yang mulai terjadi pada hari-1 setelah pergantian diet rnenjadi 106,6 ± 1,0 gram . Selanjutnva bobot badan hewan cenderung meningkat untuk mengejar kenaikan bobot badan yang saina dengan kelompok kontrol yaitu mencapai 150,0 ± 1,4 gram pada akliir percobaan . Gejala klinis yang clijunipai selarna 4 minggu 1076 pemaparan dengan diet clatin mindi adalah aneinia, kaklieksia, kekusaman bulu, Seminar Nosional Peternakan don Veteriner 1995 inkoordinasi clan lesu . Nekropsi menunjukkan kakheksia, kepucatan mukosa nnilut clan hidung, otot kerangka clan otot jantung terlihat anemia dan hiperemia pada mukosa saluran pencernaan . Secara histopatologis kelainan jaringan otot skeletal clan otot jantung merupakan perubahan patologis yang konsisten dijumpai pada perubahan ini . Otot kerangka menunjukkan perubahan berupa nekrosis sel otot, hialinisasi, kalsifikasi, kehilangan striasi serabut otot, fragmentasi serabut otot, pembesaran inti, oedema clan infiltrasi sel mononuklear. Regenerasi otot kerangka mulai terbentuk pada hari-3 setelah pergantian diet daun mindi dengan pakan normal . Perubalian utama yang terlihat meliputi terbentuknya sel barn yang bewarna basofilik, sitoplasma berisi material granular, berkurangnya hialin dan mulainya terbentuk striasi serabut otot . Otot kerangka terlihat pulih kembali ke dalam bentuk yang sempurna pada hari-14 setelah penghentian intoksikasi . Pada hari-1, nekrosis sel otot masili dijumpai pada otot kerangka yang disertai dengan fragmentasi serabut otot, hialinisasi, pembengkakan inti sel clan kehilangan striasi serabut otot . Sementara itu otot jantung mengalami degenerasi dengan perubahan berupa warna esosinofilik, anisokariosis, kariopiknosis dan fragmentasi serabut otot . Pada hari-2, otot kerangka mengalami degenerasi sel otot, fragmentasi serabut otot dan hialinisasi . Pada hari-3, regenerasi mulai terbentuk dengan pembentukan warna basofilik pada sel otot, sitoplasma berisi materi bergranular clan infiltrasi sel mononuklear (Gambar 2) . Otof jantung masili menunjukkan perubahan yang sama seperti hari sebelumnya . Proses regenerasi terns berlangsung dengan semakin meningkatnya warna basofilik pada sel otot, berkurangnya jaringan hilain dan pembentukan striasi serabut otot serta infiltrasi sel mononuklear yang lebili menonjol . Pada hari-7, sel barn mulai terbentuk dengan meningkatnya warna basofilik pada sel otot dan meningkatnya sel mononuklear. Otot kerangka kembali normal secra sempurna pada hari-1 4 (Gambar 3) . Jaringan lain ticlak menunjukkan kelainan patologis yang spesifik clan begitu pula pada kelompok kontrol . Gambar 2. Penibahan awal regenerasi serabut otot kerangka, pada hari ke-3 setelah substitusi pakan . B=sel otot baru berwarna basofilik, I=infltrasi sel mononuklear (I-IE, x 200) 1077 Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 Gambar 3. ' Perbaikan sel otot skeletal pada tikus Wistar . R=sel regenerasi, H=hialinisasi, 1=infiltrasi sel mononuklear (HE, x 200) Aktivitas enzimatis Untuk melakukan konlirmasi kerusakan jaringan otot kerangka clan otot jantung maka dipelajari perubahan aktivitas enzimatis seperti CPK, ALAT clan ASAT. Aktivitas CPK mengalami peningkatan yang tajam dari 0,50 mg/dl pada minggu-1 menj adl 1,21 mg/dl pada minggu-6 dibandingkan kontrol yang terlihat stabil dari 0,52 mg/dl menjadi 0,63 mg/dl pada minggu yang sama . Demikian pula halnya dengan kelompok regenerasi di mana aktivitas CPK hanya meningkat pada 4 minggu pertama yaitu dari 0,67 mg/dl (minggu-1) menjadi 0,72 mg/dl (minggu -), kemudian sedikit menunin pada minggu-6 menjadi 0,53 mg/dl (Gambar 4) . Perubahan aktivitas CPK menunjukkan telah terjadi kerusakan pada sel otot selama pemberian daun mindi . Aktivitas ALAT dan ASAT tidak mengalami penibaltan yang nyata selama petnaparan dengan daun mindi (Tabel 1, 2 clan 3) . Tabel 1 . Aktivitas CPK pada tikus yang diintoksikasi dengan 25% diet daun mindi Waktu Minggu-1 Minggu-2 Minggu-3 Minggu-4 " " " " Min. gu-5 Minggu-6 1078 Hari-1 Hari-2 Hari-3 Hari-5 (Hari-7) (Hari-14) Patolo i 0,5 0,7 0,6 0,9 1,0 1,2 Rataan aktivitas CPK (mg/dl) Re enerasi 0,7 0,7 0,8 0,6 0,7 0,5 0,6 0,7 0,2 0,5 Kontrol 0,5 0,6 0,4 0,5 0,5 0,6 Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1998 -a- Kelompok patologi Gambar 4. Tabel 2. Hari --o- Kelompok regenerasi f Kelompok kontrol Aktivitas enzini CPK pada senun tikus yang diberi diet daun mindi 25% secara ad libitum selaina 6 minggu Aktivitas ASAT pada tikus yang diintoksikasi dengan 25% diet datin mindi Waktu Rataan aktivitas ASAT (IU/1) Patologi Regenerasi Kontrol Minggu-1 20,6 29,7 33,2 Minggu-2 29,9 17,0 25,2 Minggu-3 83,8 33,5 38,5 Minggu-4 139,8 34,5 29,2 " Hari-1 - 34,5 - " Hari-2 - 37,2 - " Hari-3 - 33,2 - " Hari-5 - 29,2 - Minggu-5 (Hari-7) 36,6 23,9 23,9 Minggu-6 (Hari-14) 31,0 33,2 39,9 1079 SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998 Tabel 3. Aktivitcs ALAT pada tikus yang diintoksikasi dengan 25% diet daun mindi Waktu Minggu-1 Minggu-2 Minggu-3 Minggu4 " Hari-1 " Hari-2 " Hari-3 " Hari-5 Minggu-5 (Hari-7) Minggu-6 (Hari-14) Patologi 42,8 45,1 213,9* 60,9 247,7* 72,2 Rataan aktivitas ALAT (U/1) Regenerasi 49,0 49,0 148,9* 126,2 89,0 57,1 53,1 33,2 53,1* 75,7 Kontrol 65,1 66,4 66,4* 57,1 55,8* 115,6 Keterangan : * sampel darah mengalanmi autolysis PEMBAHASAN Mindi (Melia azedarach) banytk dijumpai tumbuh diberbagai wilayah di Indonesia dal sering dimanfaatkan sebagai obat untuk berbagai jenis penyakit secara tradisional . Tanaman in juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak pada saat musim kering pada saat rumput sulit didapa untuk diberikan kepada ternak . Namun kasus keracunan pada manusia pada tahun 1986 d beberapa daerah menjadi dasar untuk mempelajari toksisitas ini secara laboratorium . Gejala utatn; yang ditimbulkan akibat keracunan tanaman mindi pada babi adalah inkoordinasi, enteriti; haemorrhagika dcn kelumpuhan (OERLICH et al., 1984) . BAHRI et al. (1991) melaporkan bahwl kelemahan dan anoreksia menipakan gejala klinis yang sering dijumpai pada tikus percobaal apabila diberi diet daun mindi sebesar 25% secara ad libitum. Gejala demikian umumnya terjad pada hari-14 setelah mengkonsumsi daun mindi secara tenis menenis dan diikuti dengan paralisi kaki belakang, berbaring dan kematian antara hari-16 dcn 26. Secara mikroskopis miopatia dengal perubahan berapa nekrosis sel otot kerangka, fragmentasi sel otot, degenerasi hialin, proliferasi ini sel dan infiltrasi sel makrofag merupakan kelainan patologis yang sering ditemui pada tiku perubahan (BAHRI et al., 1991) . Gejala yang sama juga dijumpai pada tikus yang diberikan die daun mindi sebanyak 25% selama 4 minggu. Namun gejala klinis yang utama dijumpai adalal kakheksia, menurunnya aktivitas hewan, sempoyongan dan anemia umum satu minggu setelal mengkonsumsi diet daun mindi . Hewan mengkonsumsi diet daun mindi secara baik yang terlilia dari sisi makanan yang terdapat di dalam kandangnya . Seccra makroskopis dijumpai kepucatai pada otot kerangka dan otot jantung dan hiperemia pada nutkosa saluran pecernaan . Secar mikroskopis terlihat nekrosis dan fragmentasi sel otot, degenerasi hialin, oedema otot kerangk infiltrasi sel mononuklear dan kalsifikasi . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa target orga pada keracunan daun mindi adalah jaringan otot kerangka yang dimanifestasikan dengan gejal miopati yang parch . Perbedaan waktu timbulnya keracunan daun mlndl pada penelitian terdahul (BAHRI et al., 1991) adalah perbedaan toksisitas tanaman mindi yang dikoleksi . OERLICH et a, (1984) menyatakan bahwa tanaman yang sama dapat menimbulkan toksisitas yang berbed tergantung pada lokasi tanaman dan musim saat pengambilan sampel . Kerusakan pada kedu jaringan baik jaringan otot kerangka maupun otot jantung dibuktikan dengan terjadinya perubaha aktivitas enzimatis khususnya CPK dan ASAT serta ALAT. 1080 Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 Regenerasi pada otot yang mengalami kerusakan akibat keracunan daun mindi ini dapat terjadi pada hari ketiga setelah penghentian pemberian diet daun mindi . Regenerasi ini ditandai dengan mulai terbentuknya sel otot baru yang bewarna lebih basofilik dan sitoplasma yang berisi materi bergranular, berkurangnya degenerasi hialin, meningkatnya infiltrasi sei mononuklear khususnya sel makrofag dan limfosit, dan pembentukan striasi baru pada serabut otot. Patogenesis yang sama juga dijumpai pada penelitian BAHM dan SANi (l995) . Sel otot kembali pulih secara normal pada hari-14 setelah penghentian diet daun mindi tersebut . BAHM dan SAM (1995) melaporkan bahwa regenerasi mulai terjadi pada hari-5 sefelah penghentian pemberian diet daun mindi dengan perubahan yang sama dengan penelitian ini . Keadaan ini disebabkan karena terdapatnya perbedaan toksisitas tanaman, perbedaan dosis pemberian daun mindi serta musim pengambilan sampel . Meskipun perubahan patologis menunjttkkan bahwa keracunan daun mindi dapat menimbulkan miopatia pada otot kerangka, namun senyawa aktif dan daya kerjanya perlu dipelajari lebih lanjut . DAFTAR PUSTAKA BAHRi, S., Y . SANI, and P .T . HOOPER . 1991 . Myodegeneratio n in rats fed Melia azedarach . Aust. Vet. J . 1 9 (2) :33 . EVERIST, S .L . 1981 . Poisonous Plants of Australia . 2nd Ed . Australian Natural Science Library . Angus and Robertson Publishers . London pp : 522 - 524 . KINGSBURY, M .J . 1964 . Poisonous Plant of the United States and Canada . Cornell University . Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey . pp : 206-208 . OERLICHS, P.B ., M .W . HILL, P .J . VALLEY, J .K . MACLEOD and T .F . MOLINSKI . 1984 . T1I e cheniistry and pathology of meliatoxins A and B1, constituents from the fruit of Melia azedarach, L . var. australica . In : Plant Toxicology. Edited by A .A . SEAWRIGHT, M.P . HEGARTY, L.F . JAMES, and R .F . KEELER . Queensland Poisonous Plants Committee . Yeeronpilly, Queensland, Australia . pp : 387-397 . VAHREMEIJER, J . 1981 . Poisonous Plants Cape Town. of Southent Africa that Cause Stock Losses . Tafelberg Publishers, WATT, J .M . and M .G . BREYER-BRANDWIIK . 1962 . The Medicinal and Poisonous Plants Eastern Africa . 2nd Ed . Livingstone . London . of Souther and