PENGARUH TOKSISITAS DAUN MINDI PADA JARINGAN OTOT

advertisement
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
PENGARUH TOKSISITAS DAUN MINDI PADA JARINGAN OTOT
TIKUS PUTIH
YULVIAN SAM
Balai Penelitian Veteriner
Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114
ABSTRAK
Pengaruh daun mindi (Mefa azedarach) telah dipelajari pada 44 ekor tikus Wistar muda.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari perubahan patologi dan biokimiawi yang terjadi
pada tikus putih yang diintoksikasi dengan daun nundi . Tikus dibagi menjadi dua kelompok
masing-masing terdiri dari 32 clan 12 ekor sebagai kelompok perlakuan yang diberi 25% diet daun
mindi selama 4 mivggu clan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan pemberian diet daun
mindi. Kelompok perlakuan dibagi menjadi dua subkelompok masing-masing terdiri dari 12 dav
20 ekor untuk mempelajari penibalian patologi clan regenerasi jaringan otot yang. Kelompok
perlakuan diberi 25% diet daun mindi secara ad fbitutn selama 4 minggu, sedangkan kelompok
perlakuan diberikan pergantian diet dengan pakan normal setelah 4 mivggu intoksikasi . Kelompok
kontrol diberi pakan normal selama percobaan clan air disediakan secara bebas setiap hari selama
percobaan . Daun mindi dikoleksi pada pagi hari jam 8 :00, dicuci dan dipisahkan dari tangkainya .
Selanjutnya daun dikeringkan di dalam oven pada suhu maksimum 38°C selama 48 jam, kemudian
digiling halus sampai berbentuk tepung. Diet dibuat dengan mencampur tepung daun kering dan
tepung pakan normal dan dibentuk menjadi pellet untuk diberikan kepada tikus percobaan. Dua
ekor tikus diterminasi di bawah anastesia ringan dengan dietil eter setiap minggu untuk
mengamati perubahan patologis . Dua ekor tikus diterminasi pula dari kelompok regenerasi pada
hari ke-1, 2, 3, 5, 7, 10, dan 14 setelah pergantian pakan. Sampel darah dikoleksi dari sennia tikus
untuk mengukur aktivitas enzim alanine anfino transferase (ALAT), aspartate anuno transferase
(ASAT) clan creative phaspahte kinase (CPK). Sampel berupa otot kerangka dari kaki belakang,
jantung, hati, ginjal, usus dan paru-paru dikoleksi dari setiap tikus clan difiksasi di dalam 10%
buffered neutral formalin . Jaringan tersebut selanjutnya diwarnai dengan pewarnaan hemaktoksilin
eosin untuk pemeriksaan mikroskopis . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian diet daun
mindi menimbulkan penunman bobot badan yang dramatis selama 4 mivggu pertama . Penunman
bobot badan semakin parah pada minggu berikutnya hingga minggu ke-4. Bobot badan terlihat
meningkat apabila diet daun mindi diganti dengan pakan normal . Gejala klinis yang dijumpai
meliputi kekurusan, anemia dan inkoordinasi . Secara patologi dljunlpal anemia unlum, anemia
pada otot kerangka clan otot jantung, kekunisan, hiperemia usus dan kerapuhan hati. Perubahan
patologis dijumpai pertama kali pada minggu pertama clan semakin parah pada minggu berikutnya .
Secara histopatologi terlihat degenarasi clan nekrosis sel otot, fragmentasi sel otot, hialinisasi,
kalsifikasi, infiltrasi sel mononuklear, kehilangan striasi serabut otot dan pembesaran inti.
Regenerasi sel otot mulai terlihat pada hari ke-3 setelah pergantian diet berupa pembentuk serabut
otot baru, warna basofilik pada serabut otot bani yang disertai dengan materi granular pada sel otot
clan pengurangan hyalin . Otot kembali normal pada hari ke-14 setelah pergantian diet. Kerusakan
pada kedua jaringan otot kerangka clan otot jantung dikoafirmasi dengan terjadinya perubahan
aktivitas enzim ASAT, ALAT dan CPK . Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pemberian diet
1072
pedesaan,
ekor
20
dipisahkan
Unit
tikusjantan
tahun
mindi
selama
kunci
menjadi
seluruh
EVERIST,
(WATT
sering
mengkonsumsi
normal
percobaan
ekor
antara
itu
bagian
tanaman
hales
obat
lokasi
percobaan
pemecah
kelompok
Breeding
dan
tumbuh
pada
toksisitasnya
pada
daun
terjadi
dan
mindi
25%
untuk
azedarach
1986
untuk
48
ditanam
Toksisitas,
pinggiran
ototjantung
toksisitas
lain
hewan
Diet
dan
dua
dari
penelitian
selama
saat
penlballan
ini
dari
jaln
rongga
1981)
(OERLICH
usia
bersifat
mindi
dikoleksi
angin
dengan
di
pada
mempelajari
pohon
umur
berbagai
subkelompok
BREYER-BRANDWIJK,
daun
tanaman
Balai
perlakuan
dapat
kekurangan
tangkainya
percobaan
Daun
daerah
muda
sebagai
buah
percobaan
Keracunan
belum
(Linn)
jalan
juga
anak-anak
hidung
di
dan
otot
tanaman
keracunan
mindi
toksik
Penelitian
mindi
gejala
aktivitas
meninlbulkan
et
pada
pinggir
dari
digiling
jenis
yang
ini
kerangka,
tropis
sering
al
patologi
dan
pollon
banylc
clan
penlballan
adalah
sampai
dipersiapkan
pada
dan
rumput
dilaporkan
strain
yaitu
pagi
Daun
muntah
penyakit
serta
lnatang
1984)
yang
Air
pinggiran
pada
enzimatis
12
perkebunan
hales
NasionalPeternakan
seperti
tanaman
banyak
Veteriner
dinlanfaatkan
pelindung
tikus
hari
dilaporkan
12
Wistar
ekor
mindi
lninum
otot
tumbuhan
dapat
lnenimbulkan
pengaruh
lnenlakan
hewan
ekor
keracunan
Keracunan
1962)
dan
janl
dengan
regenerasi
olell
(KINGSBURY,
yang
jantung,
di
mengandung
kelompok
dijumpai
pula
pada
dalam
perkebunan
mindi
dengan
dikeringkan
DAN
diare
untuk
8Indonesia
Tikus
disediakan
penduduk
atau
dilaporkan
dapat
Daunnya
Derajat
Oleh
menggllnakan
tingkat
tidak
buah
akibat
otot
sebagai
METODE
dari
dilakukan
berdarah
bentuk
tikus
mempelajari
jaringan
peneduh
bagi
tanaman
dan
kisaran
tumbuh
tersebut
kernatian
menimbulkan
kontrol
kerangka
karenan
yang
bersifat
Bogor
Veteriner
1968)
ractln
toksisitas
Wistar
(WATT
Tanaman
di
nlanusia
keracunan
sering
tinggi
secara
Sebagai
pakan
terjadi
kering
dalam
bobot
otot
secara
di
matang
dibagi
ini
Namun
pada
kenludian
Kelonlpok
tetapi
Keracunan
1998
(WATT
toksik
itu
alat
pinggir
dan
dall
penlballan
dimanfaatkan
pernall
berbentuk
ad
Kelonlpok
ternak
pada
badan
yang
penelitian
tanaman
daun
oven
dan
tikus
kerusakan
ini
liar
otot
penggiling
menjadi
BREYER-BRANDWIJK,
keracunan
libitutu
dengan
tananlan
penelitian
salna
dan
jalan,
lnemiliki
di
ternak
babi,
jantung
dicampur
dengan
percobaan
dicuci
lnindi
dilaporkan
100-150
diberbagai
perlakuan
pada
patologi
BREYER-BRANDWIJK,
pohon
sekali
yang
kontrol
beberapa
dua
selanla
gejala
ini
sapi,
atau
pada
secara
bersih
hingga
(EVERIST,
1111
umumnya
bervariasi
sulm
manusia
yang
dilakukan
kelompok
gram
berbagai
cepat
dengan
pada
dimanfaatkan
yang
kambing
lokasi
klinis
jaringan
pada
Sebanyak
di
hanya
dibagi
penganlatan
maksimum
dengan
tradisional
mendalam
daerah
berbentuk
Indonesia
diperoleh
beberapa
tumbuh,
banyak
pernah
berupa
seperti
hewan
terjadi
bubuk
1962)
1981)
sesuai
diberi
untuk
nama
yaitu
lebill
dan
otot
otot
air
44
di
Seminar
daun
kerangka
Kata
.
:
PENDAHULUAN
Melia
dijumpai
daerah
di
mindi
sebagai
sebagai
Selain
Indonesia
.
.
.
.
.
Tanaman
Semua
akibat
dilaporkan
perlukaan
1962 ;
ayam
dengan
bagian
pada
mengenai
mempelajari
percobaan ;
.
.
.
.
.,
.
.
.
.
MATERI
Hewan
Kegiatan
ekor
dari
32
lanjut
dan
pakan
untuk
.
.
.
.
.
.
Pakan
Daun
dan
38°C
serbuk
.
.
.
:00
107 3
Seminar Nosional Peternakan don Veteriner 1993
pakan normal pada konsentrasi sebesar 25%. Campuran pakan dibuat dalam bentuk pellet dengan
penambahan larutan amilum dan kemudian dikeringkan dengan cara yang sama seperti di atas.
Kelompok perlakuan diberikan diet daun mindi 25% secara ad libitum selama 4 minggu bertutut.
turut. Empat minggu setelah intoksikasi dengan diet daun mindi, pemberian daun mindi pada
subkelompok regenerasi dihentikan dan diganti dengan pakan normal untuk dipelajari perubahar
regenerasi jaringan otot kerangka . Sententara itu subkelompok patologi tetap diberikan diet daur
mindi selama 6 minggu percobaan .
Patologi otot kerangka
Patologi otot kerangka dipelajari terhadap 12 ekor tikus jantan yang diberikan diet daul
mindi sebanyak 25%. Diet daun mindi diberikan secara ad libitum setiap harinya selama 6 minggi
berturut-turut . Pengamatan dilakukan terhadap bobot badan harian dan gejala klinis yang terjad
selama percobaan . Dua ekor tikus diterminasi di bawah anastesia ringan dengan dietil eter dai
diikut dengan eksanguinasi pada kedua arteri caroticus untuk dinekropsi dan dipelajari perubahai
patologi jaringan otot kerangka matiptin jaringan lainnya . Sampel berupa jaringan otot kerangk
bagian kaki belakang, jantung, hati, ginjal, usus, dan paru-paru dari setiap hewan yang diterminas
dan difiksasi di dalam larutan 10% buffered neutral formalin. Jaringan tersebut di-enbeddin;
dengan paraffin wax, kemudian dipotong ltalus dengan menggunakan mikrotom pada ukuran 7 ttr
(mikron) dan diwarnai dengan pewarna hematoksilin eosin untuk pemeriksaan mikroskopi!
Sampel darah dikoleksi dari setiap tikus untuk dilakukan pengukuran aktivitas enzimatis di dalar
serum terhadap enzim creatinine phosphokinase (CPK), aspartate amino transferase (ASAT) da
alanine amino transferase (ALAT). Kelompok kontrol hanya diberikan pakan normal selam
percobaan clan dilakukan pengantatan yang sarna.
Regenerasi otot kerangka
Regenerasi otot kerangka dipelajari pada 32 ekor tikus yang diintoksikasi dengan 25% dil
daun mindi selama 4 minggu berturut-turut . Sedikitnya dua ekor tikus diterminasi pada hari ke2, 3, 5, 7, 10, dan 14 setelah pergantian diet daun mindi di bawah anastesia ringan dengan diet
eter yang diikuti dengan eksanguinasi pada kedua arteri caroticus untuk mentpelajari perubaho
jaringan otot kerangka . Pengamatan yang saina juga dilakukan terhadap bobot badan dan geja
klinis yang ditimbulkannya . Sampel berupa jaringan otot kerangka kaki belakang, jantung, hal
ginjal, usus dan paru-paru dikoleksi dari seluruh hewan yang diterminasi dan difksasi di dala
larutan 10% buffered neutral formalin. Jaringan tersebut selanjutnya dienbedding dengan paraj)
wax dan dipotong halus dengan menggimakan mikrotom sampai ukuran 7 pm serta diwarn
dengan pewarnaan heamtoksilin eosin untuk mengamati perubahan mikroskopis . Sampel dart
dikoleksi dari setiap tikus untuk dilakukan pengukuran aktivitas enzimatis di dalam seru
terhadap enzim creatinine phosphokinase (CPK), aspartate ainino transferase (ASAT) dan alanii
amino transferase (ALAT).
HASIL
Gejala klinis
Secara umum pemberian diet daun mindi sebanyak 25% setiap hari secara ad libitum pa
kedua kelompok perlakuan mengakibatkan penurunan bobot badan yang dramatis selanta
minggu pertama. Bobot badan kelompok patologis terliltat ntenurun dari 152,3 ± 2,4 gram sebelt
pemberian diet daun mindi menjadi 76,7 ± 1,7 gram pada minggu-4 setelah pemberian diet da
1074
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
mindi. Bobot pada kelompok ini tetap menurun hingga mencapai 72,5 ± 0,0 gram sampai akhir
percobaan pada minggu-6 . Sementara itu pencninan bobot badan juga terlihat pada kelompok
regenerasi dari 156,0 f 1,6 gram sebelum percobaan menjadi 94,1 ± 1,0 gram setelah percobaan .
Sebaliknya dengan kelompok kontrol tanpa perlakuan diet daun mindi terlihat penigkatan bobot
badan dari 92,6 f 0,7 gram sebelum percobaan menjadi 138,7 ± 1,4 gram pada minggu-4 dan
seterusnya mencapai 158,0 ± 2,9 gram pada akhir percobaan .
Substitusi diet daun mindi dengan pakan normal pada kelompok regenerasi menimbulkan
peningkatan bobot badan hewan. Kenaikan bobot badan terlihat 1 harl setelah pergantian diet daun
mindi yaitu menjadi 106,6 ± 1,0 gram. Bobot badan hewan pada kelompok ini menunjukkan
kecenderungan untuk mengejar kenaikan bobot badan yang sama dengan kelompok kontrol yaitu
mencapai 150,0 t 1,4 gram pada akhir percobaan .
Gejala klinis mulai terlihat jelas pada minggu-3 setelah intoksikasi dengan daun mindi pada
kedua kelompok perlakuan ini, berupa pencrunan bobot badan yang dramatis, kakheksa
(kekurusan), bulu kusam dan berdiri, kepucatan dan kehilangan keseimbangan . Gejala ini semakin
parah apabila hewan diberi diet daun mindi secara terus menerus pada minggu berikutnya
khususnya pemberian diet selama 6 minggu berturut-turut . Hewan terlihat mengkonsumsi diet
daun mindi selama percobaan pakannya yang diamati melalui sisa pakan di dalam kandang pada
setiap kelompok percobaan . Kelompok kontrol tidak menunjukkan gejala klinis yang nyata selama
percobaan.
Patologi otot kerangka
Makroskopis. Perubahan patologis mulai terlihat pada minggu ketiga dan semakin parah
pada minggu berikutnya dengan perubahan berupa kekurusan, kepucatan pada mukosa mulut,
hidung dan daun telinga bagian luar, kepucatan pada otot kerangka dan jantung, hiperemia pada
mukosa usus dan kerapuhan jaringan hati . Pada minggu-1, tldak terlihat perubahan patologis yang
nyata pada hewan yang dinekropsi . Otot skeletal terlihat cerah dan bewarna meruah muda dan
begitu pula pada otot jantung. Gambaran patologis yang sama juga terlihat pada minggu-2. Pada
minggu-3, perubahan patologis mulai terlihat berupa kekurusan, anemia pada mukosa mulut dan
hidung, kepucatan pada kulit luar daun telinga, dan kepucatan pada otot kerangka dan otot jantung
serta hiperemia pada mukosa usus halus . Organ lain seperti ginjal, hati dan paru-paru tidak
menunjukkan kelainan patologis yang spesifik selama periode ini . Pada minggu-4, perubahan
patologis terlihat semakin parah dengan gejala patologis yang sama seperti minggu sebelumnya
yang disertai dengan hiperemia pada mukosa saluran pencernaan dan kerapuhan jaringan had.
Pada minggu-S, kekurusan semakin nyata terlihat pada tikus sehingga hewan terlihat mengalami
kakheksia berupa penonjolan tulang kerangka, anemia umum dan kerapuhan organ hati. Begitu
pula perubahan patologis yang sama juga terlhat pada minggu-6. Kelompok kontrol tidak
menunjukkan kelainan patologis yang spesifik selama percobaan .
Mikroskopis . Kelainan patologis pada jaringan otot kerangka dan otot jantung merupakan
perubahan yang konsisten dijumpai secara mikroskopis selama percobaan ini . Oleh karena itu
patogenesis kerusakan jaringan otot kerangka akibat daun mindi dipelajari pada penelitian ini .
Perubahan mikroskopis pada otot kerangka mulai terlihat pada minggu-1 setelah pemberian daun
mindi yaitu berupa miodegenerasi otot kerangka yang ditandai dengan warna sel otot bersifat lebih
eosinofilik, kehilangan striasi serabut otot, dan hialinisasi . Otot jantung mengalami degenerasi sel
otot, fragmentasi serabut otot dan infiltrasi sel mononuklear . Usus halus menunjukkan perubahan
berupa oedema ringan submuskularis dan pembendungan pada mukosa usus. Jaringan lain tidak
107 5
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1998
dijumpai kelainan patologis yang spesifik . Pada minggu-2, jaringan otot kerangka clan otot jantung
mulai mengalarni nekrosis dengan kerusakan yang semakin parah seperti fragmentasi serabut otot,
hialinisasi, kalsifikasi clan pembengkakan inti sel otot pada jaringan skeletal (Gambar 1) dan
nekrosis, fragmentasi, vakuolisasi clan oeclema pada jaringan otot jantung . Pada minggu-3,
kerusakan jaringan otot semakin parah dengan percobaan mikroskopis yang sama clan semakin
meluas serta mulai terjaclinya infiltrasi sel mononuklear pada beberapa bagian otot . Demikian
halnya pada minggu berikutnya hingga akhir percobaan kerusakan jaringan otot kerangka semakin
parah seiring dengan lamanya pemaparan daun mindi tersebut . Kelompok kontrol ticlak
menunjukkan percobhan histopatologis yang spesifik selama percobaan .
Gambar 1 .
Penibahan histopatologis pacla otot kerangka tikus Wistar setelah 2 minggu intoksikasi
dengan daun mindi . N=nekrosis, F=fragmentasi serabut otot, K=kalsifikasi, H=hialinisasi,
dan Pl=pembesaran inti sel (HE, x 200)
Regenerasi otot kerangka
Sebanyk 20 ekor tikus putih diintoksikasi dengan 25% diet clatin mindi secara ad fbituin
selama 4 minggu bertunit-tunit . Kenutdian dilakukan substitusi diet clatin mindi dengan pakan
normal untuk mempelajari regenerasi kerusakan otot kerangka . Pemberian diet clatin mindi selama
4 minggu pertama nrengakibatkan penuninan bobot badan yang dramatis dari 156,0 ± 1,6 gram
sebelum percobaan rnenjadi 94,1 ± 1,0 gram setelah 4 minggu kemudian . Substitusi diet daun
mindi dengan pakan normal menimbulkan peningkatan bobot badan liewan yang mulai terjadi
pada hari-1 setelah pergantian diet rnenjadi 106,6 ± 1,0 gram . Selanjutnva bobot badan hewan
cenderung meningkat untuk mengejar kenaikan bobot badan yang saina dengan kelompok kontrol
yaitu mencapai 150,0 ± 1,4 gram pada akliir percobaan . Gejala klinis yang clijunipai selarna 4
minggu
1076
pemaparan
dengan diet
clatin
mindi
adalah
aneinia,
kaklieksia,
kekusaman
bulu,
Seminar Nosional Peternakan don Veteriner 1995
inkoordinasi clan lesu . Nekropsi menunjukkan kakheksia, kepucatan mukosa nnilut clan hidung,
otot kerangka clan otot jantung terlihat anemia dan hiperemia pada mukosa saluran pencernaan .
Secara histopatologis kelainan jaringan otot skeletal clan otot jantung merupakan perubahan
patologis yang konsisten dijumpai pada perubahan ini . Otot kerangka menunjukkan perubahan
berupa nekrosis sel otot, hialinisasi, kalsifikasi, kehilangan striasi serabut otot, fragmentasi serabut
otot, pembesaran inti, oedema clan infiltrasi sel mononuklear.
Regenerasi otot kerangka mulai terbentuk pada hari-3 setelah pergantian diet daun mindi
dengan pakan normal . Perubalian utama yang terlihat meliputi terbentuknya sel barn yang bewarna
basofilik, sitoplasma berisi material granular, berkurangnya hialin dan mulainya terbentuk striasi
serabut otot . Otot kerangka terlihat pulih kembali ke dalam bentuk yang sempurna pada hari-14
setelah penghentian intoksikasi . Pada hari-1, nekrosis sel otot masili dijumpai pada otot kerangka
yang disertai dengan fragmentasi serabut otot, hialinisasi, pembengkakan inti sel clan kehilangan
striasi serabut otot . Sementara itu otot jantung mengalami degenerasi dengan perubahan berupa
warna esosinofilik, anisokariosis, kariopiknosis dan fragmentasi serabut otot . Pada hari-2, otot
kerangka mengalami degenerasi sel otot, fragmentasi serabut otot dan hialinisasi . Pada hari-3,
regenerasi mulai terbentuk dengan pembentukan warna basofilik pada sel otot, sitoplasma berisi
materi bergranular clan infiltrasi sel mononuklear (Gambar 2) . Otof jantung masili menunjukkan
perubahan yang sama seperti hari sebelumnya . Proses regenerasi terns berlangsung dengan
semakin meningkatnya warna basofilik pada sel otot, berkurangnya jaringan hilain dan
pembentukan striasi serabut otot serta infiltrasi sel mononuklear yang lebili menonjol . Pada hari-7,
sel barn mulai terbentuk dengan meningkatnya warna basofilik pada sel otot dan meningkatnya sel
mononuklear. Otot kerangka kembali normal secra sempurna pada hari-1 4 (Gambar 3) . Jaringan
lain ticlak menunjukkan kelainan patologis yang spesifik clan begitu pula pada kelompok kontrol .
Gambar 2.
Penibahan awal regenerasi serabut otot kerangka, pada hari ke-3 setelah substitusi pakan .
B=sel otot baru berwarna basofilik, I=infltrasi sel mononuklear (I-IE, x 200)
1077
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Gambar 3. ' Perbaikan sel otot skeletal pada tikus Wistar . R=sel regenerasi, H=hialinisasi, 1=infiltrasi
sel mononuklear (HE, x 200)
Aktivitas enzimatis
Untuk melakukan konlirmasi kerusakan jaringan otot kerangka clan otot jantung maka
dipelajari perubahan aktivitas enzimatis seperti CPK, ALAT clan ASAT. Aktivitas CPK
mengalami peningkatan yang tajam dari 0,50 mg/dl pada minggu-1 menj adl 1,21 mg/dl pada
minggu-6 dibandingkan kontrol yang terlihat stabil dari 0,52 mg/dl menjadi 0,63 mg/dl pada
minggu yang sama . Demikian pula halnya dengan kelompok regenerasi di mana aktivitas CPK
hanya meningkat pada 4 minggu pertama yaitu dari 0,67 mg/dl (minggu-1) menjadi 0,72 mg/dl
(minggu -), kemudian sedikit menunin pada minggu-6 menjadi 0,53 mg/dl (Gambar 4) . Perubahan
aktivitas CPK menunjukkan telah terjadi kerusakan pada sel otot selama pemberian daun mindi .
Aktivitas ALAT dan ASAT tidak mengalami penibaltan yang nyata selama petnaparan dengan
daun mindi (Tabel 1, 2 clan 3) .
Tabel 1 .
Aktivitas CPK pada tikus yang diintoksikasi dengan 25% diet daun mindi
Waktu
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
"
"
"
"
Min. gu-5
Minggu-6
1078
Hari-1
Hari-2
Hari-3
Hari-5
(Hari-7)
(Hari-14)
Patolo i
0,5
0,7
0,6
0,9
1,0
1,2
Rataan aktivitas CPK (mg/dl)
Re enerasi
0,7
0,7
0,8
0,6
0,7
0,5
0,6
0,7
0,2
0,5
Kontrol
0,5
0,6
0,4
0,5
0,5
0,6
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1998
-a- Kelompok patologi
Gambar 4.
Tabel 2.
Hari
--o- Kelompok regenerasi
f Kelompok kontrol
Aktivitas enzini CPK pada senun tikus yang diberi diet daun mindi 25% secara ad libitum
selaina 6 minggu
Aktivitas ASAT pada tikus yang diintoksikasi dengan 25% diet datin mindi
Waktu
Rataan aktivitas ASAT (IU/1)
Patologi
Regenerasi
Kontrol
Minggu-1
20,6
29,7
33,2
Minggu-2
29,9
17,0
25,2
Minggu-3
83,8
33,5
38,5
Minggu-4
139,8
34,5
29,2
"
Hari-1
-
34,5
-
"
Hari-2
-
37,2
-
"
Hari-3
-
33,2
-
"
Hari-5
-
29,2
-
Minggu-5 (Hari-7)
36,6
23,9
23,9
Minggu-6 (Hari-14)
31,0
33,2
39,9
1079
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
Tabel 3.
Aktivitcs ALAT pada tikus yang diintoksikasi dengan 25% diet daun mindi
Waktu
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu4
"
Hari-1
"
Hari-2
"
Hari-3
" Hari-5
Minggu-5 (Hari-7)
Minggu-6 (Hari-14)
Patologi
42,8
45,1
213,9*
60,9
247,7*
72,2
Rataan aktivitas ALAT (U/1)
Regenerasi
49,0
49,0
148,9*
126,2
89,0
57,1
53,1
33,2
53,1*
75,7
Kontrol
65,1
66,4
66,4*
57,1
55,8*
115,6
Keterangan : * sampel darah mengalanmi autolysis
PEMBAHASAN
Mindi (Melia azedarach) banytk dijumpai tumbuh diberbagai wilayah di Indonesia dal
sering dimanfaatkan sebagai obat untuk berbagai jenis penyakit secara tradisional . Tanaman in
juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak pada saat musim kering pada saat rumput sulit didapa
untuk diberikan kepada ternak . Namun kasus keracunan pada manusia pada tahun 1986 d
beberapa daerah menjadi dasar untuk mempelajari toksisitas ini secara laboratorium . Gejala utatn;
yang ditimbulkan akibat keracunan tanaman mindi pada babi adalah inkoordinasi, enteriti;
haemorrhagika dcn kelumpuhan (OERLICH et al., 1984) . BAHRI et al. (1991) melaporkan bahwl
kelemahan dan anoreksia menipakan gejala klinis yang sering dijumpai pada tikus percobaal
apabila diberi diet daun mindi sebesar 25% secara ad libitum. Gejala demikian umumnya terjad
pada hari-14 setelah mengkonsumsi daun mindi secara tenis menenis dan diikuti dengan paralisi
kaki belakang, berbaring dan kematian antara hari-16 dcn 26. Secara mikroskopis miopatia dengal
perubahan berapa nekrosis sel otot kerangka, fragmentasi sel otot, degenerasi hialin, proliferasi ini
sel dan infiltrasi sel makrofag merupakan kelainan patologis yang sering ditemui pada tiku
perubahan (BAHRI et al., 1991) . Gejala yang sama juga dijumpai pada tikus yang diberikan die
daun mindi sebanyak 25% selama 4 minggu. Namun gejala klinis yang utama dijumpai adalal
kakheksia, menurunnya aktivitas hewan, sempoyongan dan anemia umum satu minggu setelal
mengkonsumsi diet daun mindi . Hewan mengkonsumsi diet daun mindi secara baik yang terlilia
dari sisi makanan yang terdapat di dalam kandangnya . Seccra makroskopis dijumpai kepucatai
pada otot kerangka dan otot jantung dan hiperemia pada nutkosa saluran pecernaan . Secar
mikroskopis terlihat nekrosis dan fragmentasi sel otot, degenerasi hialin, oedema otot kerangk
infiltrasi sel mononuklear dan kalsifikasi . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa target orga
pada keracunan daun mindi adalah jaringan otot kerangka yang dimanifestasikan dengan gejal
miopati yang parch . Perbedaan waktu timbulnya keracunan daun mlndl pada penelitian terdahul
(BAHRI et al., 1991) adalah perbedaan toksisitas tanaman mindi yang dikoleksi . OERLICH et a,
(1984) menyatakan bahwa tanaman yang sama dapat menimbulkan toksisitas yang berbed
tergantung pada lokasi tanaman dan musim saat pengambilan sampel . Kerusakan pada kedu
jaringan baik jaringan otot kerangka maupun otot jantung dibuktikan dengan terjadinya perubaha
aktivitas enzimatis khususnya CPK dan ASAT serta ALAT.
1080
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Regenerasi pada otot yang mengalami kerusakan akibat keracunan daun mindi ini dapat
terjadi pada hari ketiga setelah penghentian pemberian diet daun mindi . Regenerasi ini ditandai
dengan mulai terbentuknya sel otot baru yang bewarna lebih basofilik dan sitoplasma yang berisi
materi bergranular, berkurangnya degenerasi hialin, meningkatnya infiltrasi sei mononuklear
khususnya sel makrofag dan limfosit, dan pembentukan striasi baru pada serabut otot. Patogenesis
yang sama juga dijumpai pada penelitian BAHM dan SANi (l995) . Sel otot kembali pulih secara
normal pada hari-14 setelah penghentian diet daun mindi tersebut . BAHM dan SAM (1995)
melaporkan bahwa regenerasi mulai terjadi pada hari-5 sefelah penghentian pemberian diet daun
mindi dengan perubahan yang sama dengan penelitian ini . Keadaan ini disebabkan karena
terdapatnya perbedaan toksisitas tanaman, perbedaan dosis pemberian daun mindi serta musim
pengambilan sampel .
Meskipun perubahan patologis menunjttkkan bahwa keracunan daun mindi dapat
menimbulkan miopatia pada otot kerangka, namun senyawa aktif dan daya kerjanya perlu
dipelajari lebih lanjut .
DAFTAR PUSTAKA
BAHRi, S., Y . SANI, and P .T . HOOPER . 1991 . Myodegeneratio n in rats fed Melia azedarach . Aust. Vet. J . 1 9
(2) :33 .
EVERIST, S .L . 1981 . Poisonous Plants of Australia . 2nd Ed . Australian Natural Science Library . Angus and
Robertson Publishers . London pp : 522 - 524 .
KINGSBURY, M .J . 1964 . Poisonous Plant of the United States and Canada . Cornell University . Prentice Hall,
Englewood Cliffs, New Jersey . pp : 206-208 .
OERLICHS, P.B ., M .W . HILL, P .J . VALLEY, J .K . MACLEOD and T .F . MOLINSKI . 1984 . T1I e cheniistry and
pathology of meliatoxins A and B1, constituents from the fruit of Melia azedarach, L . var. australica .
In : Plant Toxicology. Edited by A .A . SEAWRIGHT, M.P . HEGARTY, L.F . JAMES, and R .F . KEELER .
Queensland Poisonous Plants Committee . Yeeronpilly, Queensland, Australia . pp : 387-397 .
VAHREMEIJER, J . 1981 . Poisonous Plants
Cape Town.
of Southent
Africa that Cause Stock Losses . Tafelberg Publishers,
WATT, J .M . and M .G . BREYER-BRANDWIIK . 1962 . The Medicinal and Poisonous Plants
Eastern Africa . 2nd Ed . Livingstone . London .
of Souther
and
Download