1 EFEK PEMBERIAN BAKTERI ASAM LAKTAT DARI AIR NIRA DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP KONVERSI RANSUM AYAM KAMPUNG SKRIPSI Oleh: FICCA SHELLA ANANDA NIM. L1A1 12 059 JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016 2 EFEK PEMBERIAN BAKTERI ASAM LAKTAT DARI AIR NIRA DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP KONVERSI RANSUM AYAM KAMPUNG Skripsi Diajukan kepada Fakultas Peternakan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Peternakan Oleh : FICCA SHELLA ANANDA NIM. L1A1 12 059 JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016 ii 3 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR- BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.APABILA DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU. Kendari, 16 Juni 2016 FICCA SHELLA ANANDA NIM. L1A1 12 059 iii 4 HALAMAN PENGESAHAN Judul : Efek Pemberian Bakteri Asam Laktat Dari Air Nira Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Konversi Ransum Ayam Kampung. Nama : Ficca Shella Ananda NIM : L1A1 12 059 Jurusan/Fakultas : Peternakan/Peternakan Menyetujui, Pembimbing I, Pembimbing II, Ir. Hj. Nuraini, M.P. NIP. 19551231 198303 2 004 Dr. Ir. Andi Murlina Tasse, M.Si. NIP. 19621130 199103 2 002 Mengetahui, Dekan Fakultas Peternakan, Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si. NIP. 19690212 199403 1 003 Ketua Jurusan Peternakan, La Ode Arsad Sani, S.Pt., M.Sc. NIP. 19731231 199903 1 005 Tanggal Lulus : 16 Juni 2016 iv 5 HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN Judul : Efek Pemberian Bakteri Asam Laktat Dari Air Nira Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Konversi Ransum Ayam Kampung Nama : Ficca Shella Ananda NIM : L1A1 12 059 Jurusan/Fakultas : Peternakan/Peternakan Telah diujikan di depan Tim Penguji Skripsi dan telah diperbaiki sesuai saran-saran saat ujian. Kendari, 16 Juni 2016 Tim Penguji : Ketua Paraf : Dr. Muh. Amrullah Pagala, S.Pt., M.Si : ……………………….. Sekretaris : Fuji Astuty Auza, S.Pt., M.P. : ……………………….. Anggota : La Malesi, S.Pt., M.Si. : ……………………….. Anggota : Ir. Hj. Nuraini, M.P. : ……………………….. Anggota : Dr. Ir. Andi Murlina Tasse, M.Si. : ……………………….. v 6 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Ficca Shella Ananda dilahirkan di Kota Kendari, pada tanggal 21 Maret 1995, Putri Pertama dari pasangan Bapak Masmuman dan Ibu Tien Supartini. Menyelesaikan pendidikan formal Sekolah Dasar Negeri 1 PoliPolia pada Tahun 2006, SMPN 1 Poli-Polia pada Tahun 2009 dan SPP Negeri 1 Kulo Kabupaten Sidenreng Rappang pada Tahun 2012. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Universitas Halu Oleo Fakultas Peternakan Jurusan Peternakan melalui jalur SNMBPTN. Selain itu, penulis juga aktif dalam Komunitas Protekno Jurusan Peternakan pada tahun 2012 dan anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Peternakan Universitas Halu Oleo periode 2013-2015. Selama menempuh pendidikan di UHO penulis menerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) sejak semester II sampai semester VII. vi 7 ABSTRAK FICCA SHELLA ANANDA (L1A1 12 059). Efek Pemberian Bakteri Asam Laktat Dari Air Nira Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Konversi Ransum Ayam Kampung. (Dibimbing oleh Ibu NURAINI, Sebagai pembimbing I dan Ibu ANDI MURLINA TASSE, sebagai pembimbing II). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) dengan dosis yang berbeda terhadap konversi ransum ayam kampung. Penelitian ini menggunakan 64 ekor ayam kampung yang dibagi kedalam 16 plot kandang dan rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini terdiri atas 4 perlakuan yaitu P1 (0% V/V ANBAL), P2 (1% V/V ANBAL), P3 (2% V/V ANBAL), P4 (3% V/V ANBAL), dan 4 ulangan. Variabel penelitian meliputi konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Analisis data menggunakan sidik ragam dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Rataan konsumsi ransum (g/ekor/minggu) yaitu 175,62 (P1), 175,66 (P2), 175,87 (P3), 174,75 (P4). Pertambahan bobot badan (g/ekor/minggu) yaitu 63,25 (P1), 71,79 (P2), 74,96 (P3), 74,54 (P4). Konversi ransum yaitu 2,78 (P1), 2,43 (P2), 2,34 (P3), 2,41 (P4). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemberian air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) 1% V/V, 2% V/V dan 3% V/V secara nyata tidak mempengaruhi konsumsi ransum, tetapi secara nyata mempengaruhi pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Kata Kunci: bakteri asam laktat, air nira, konversi ransum ayam kampung. vii 8 ABSTRACT FICCA SHELLA ANANDA (L1A1 12 059). Effect of Fed Lactic Acid Bacteri in The Nira Liquor with Different Level on Feed Conversion of Native Chickens. (Supervised by NURAINI and ANDI MURLINA TASSE). The research has been conducted to know feed conversion of native chickens that fed lactic acid bacteri in the nira liquor (LAB-NL) with different level on feed conversion of native chickens. Sixty four native chickens that was kept at 16 plots, each cage plots filled 4 native chickens. The study design was completely randomized design (CRD) with 4 treatments were T1 (0% V/V LAB-NL), T2 (1% V/V LAB-NL), T3 (2% V/V LAB-NL), T4 (3% V/V LAB-NL), and 4 replications. The measurement of experiment variables were weekly feed intake (WFI, g/chicken/w), weekly body gain (WBG, g/chicken/w), and feed conversion (FC). Analysis of data used analysis of varians (ANOVA) and Duncan’s multiple range test (DMRT). The result showed means of that weekly feed intake (g/chicken/w) was 175,62 (T1), 175,66 (T2), 175,87 (T3), 174,75 (T4). Weekly body gain (g/chicken/w) was 63,25 (T1), 71,79 (T2), 74,96 (T3), 74,54 (T4). Feed conversion was 2,78 (T1), 2,43 (T2), 2,34 (T3), 2,41 (T4). Therefore it can be concluded that fed 1% V/V to 3% V/V lactic acid bacteri in the nira liquor (LAB-NL) in the ration non significantly influence on weekly feed intake but significantly influence on weekly body gain and feed conversion native chickens aged 7 weeks. Key Words: lactic acid bacteri, nira liquor, feed conversion native chickens. viii 9 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Efek Pemberian Bakteri Asam Laktat Dari Air Nira Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Konversi Ransum Ayam Kampung sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Jurusan Peternakan di Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW. beserta keluarga, para sahabat dan umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Ir. Hj. Nuraini, M. P. selaku Pembimbing I dan Ibu Dr. Ir. Andi Murlina Tasse, M. Si. selaku Pembimbing II. Arahan dan masukan yang sangat berharga bagi penulis untuk kesempurnaan skripsi dengan penuh perhatian dan kesabaran selalu dicurahkan. Ucapan terima kasih dengan penuh rasa hormat, cinta dan kasih penulis persembahkan kepada Ayah tercinta Masmuman dan Ibu tersayang Tien Supartini atas segala cinta, kasih sayang, perhatian, do’a yang tidak ada henti-hentinya dan pengorbanan yang tiada pernah bisa terukur. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Rianse, M.S selaku Rektor Universitas Halu Oleo, Bapak Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si selaku Dekan Fakultas Peternakan dan Bapak La Ode Arsad Sani S.Pt., M.Sc selaku Ketua Jurusan Peternakan yang ix 10 telah memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Universitas Halu Oleo. 2. Bapak Dr. Muh. Amrullah Pagala, S.Pt. M.Si, Bapak La Malesi, S.Pt. M.Si dan Ibu Fuji Astuty Auza, S.Pt., M.P selaku dosen penguji atas kesediaannya menguji, memberikan saran dan koreksinya kepada penulis demi kesempurnaan skripsi. 3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Peternakan yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat bernilai bermanfaat bagi penulis serta seluruh staf yang telah memberi fasilitas dan memudahkan dalam pengurusan administrasi selama masa kuliah penulis. 4. Kedua adik tersayang saya Radyan Dipati Wanapraja dan Kenanga Diwana Pertiwi yang menjadi penyemangat saya untuk cepat menyelesaikan kuliah ini. 5. Orang-orang terdekat yang selalu membantu dan menemani dalam penyelesaian tugas akhir penulis, Hidayat, Hikmawati, Indra Muhammad dan La Zizet terima kasih atas do’a, dukungan, nasehat, pelajaran dan motivasi yang selalu diberi. 6. Sahabat-sahabat saya Melly Pratiwi, Sri Novianti, Ajeng Kurniasih, Linda Dewi, La Ode Gatra Pradana, Taufik, Wahyuni Syuhada, Vidya Batara dan Nuraeni, terima kasih telah memberi do’a dan semangat agar menyelesaikan tugas akhir ini. 7. Teman-teman seangkatanku Nuraeni. A, Nela Febriani, Sumran aswindo, Yuliana, Wd. Zulzalima, Maria Sermin, Muh Asis, Asis Surajat, Salmiati Wanci, Rachmita Dewi, Sitti Iziqzamiyah Assambo, Dimas Oktavian Muhamad Nafar, Riska Marsandi, Sufardiman, Herdiana dan teman-teman lain yang tidak sempat x 11 tertulis terima kasih atas kebersamaan, canda gurau dan suka duka selama berkuliah di Fakultas Peternakan. 8. Senior-senior di Fakultas Peternakan, Kak Widi Astuti S.Pt, Kak Marni S.Pt, Kak Fakhrul Arifin Nasution dan junior-juniorku angkatan 2013, 2014 dan 2015 terima kasih atas kerjasama selama ini. 9. Semua pihak yang telah terlibat dalam bentuk apapun itu selama menempuh kuliah yang tidak sempat tertulis, dengan tulus penulis haturkan terima kasih dan semoga Allah SWT. memberi balasan yang sesuai. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat kepada semua pihak yang terkait dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Kendari, 16 Juni 2016 Penulis xi 12 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................ Halaman i PERNYATAAN ........................................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN ................................. v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................ vi ABSTRAK ................................................................................................ vii ABSTRACT .............................................................................................. viii KATA PENGANTAR .............................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................. xii DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................ B. Rumusan Masalah ........................................................................... C. Tujuan dan Manfaat ......................................................................... 1 3 3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ............................................................................... 1. Ayam Kampung ........................................................................ 2. Air Nira ..................................................................................... 3. Bakteri Asam Laktat ................................................................ 4. Konsumsi Ransum .................................................................... 5. Pertambahan Bobot Badan ........................................................ 6. Konversi Ransum ...................................................................... B. Penelitian Terdahulu ……………………………………………… C. Kerangka Pikir ............................................................................... D. Hipotesis ......................................................................................... 4 4 7 10 12 13 14 15 18 19 xii 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ......................................................................... B. Materi Penelitian ............................................................................ C. Prosedur Penelitian ......................................................................... D. Rancangan Penelitian ..................................................................... E. Variabel Penelitian ......................................................................... F. Analisis Data .................................................................................. 20 20 21 24 24 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Pemberian Air Nira Mengandung Bakteri Asam Laktat (ANBAL) Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Kampung ............. B. Pengaruh Pemberian Air Nira Mengandung Bakteri Asam Laktat (ANBAL) Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam Kampung C. Pengaruh Pemberian Air Nira Mengandung Bakteri Asam Laktat (ANBAL) Terhadap Konversi Ransum Ayam Kampung ………. . 32 V. PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... B. Saran ............................................................................................... 35 35 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... LAMPIRAN ............................................................................................. xiii 27 29 14 DAFTAR TABEL No. 1. Teks Komposisi Kimia Nira Aren ....................................................... 2. Kebutuhan Gizi Ayam Kampung ................................................. 3. Rataan Konsumsi Ransum, Bobot Badan dan Konversi Ransum Pada Ayam Kampung Umur 8 Minggu ....................................... 4. 6. 12 13 Rataan Konsumsi Ransum (gram/ekor/minggu) Ayam Kampung yang Diberi ANBAL …………………………………………… 5. Halaman 10 27 Rataan Pertambahan Bobot Badan (PBB) Ayam Kampung (g/ekor/minggu) yang Diberi ANBAL ……………………......... 29 Rataan Konversi Ransum Ayam Kampung yang Diberi ANBAL 32 xiv 15 DAFTAR GAMBAR No. 1. Teks Skema Kerangka Pikir Penelitian................................................. 2. Otofermentasi Air Nira ............................................................... 21 3. Denah Petak Kandang Penelitian ................................................ 23 xv Halaman 18 16 DAFTAR LAMPIRAN No. 1. 2. Teks Halaman Analisis Data Penelitian ............................................................. 41 Dokumentasi Penelitian .............................................................. xvi 49 17 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam kampung atau sering disebut ayam bukan ras (buras) merupakan salah satu ternak unggas yang banyak dipelihara terutama di daerah pedesaan, karena selain dagingnya enak dimakan, telur ayam kampung juga sangat diminati orang karena kandungan proteinnya. Keberadaan ayam kampung bermanfaat sebagai penghasil telur dan daging yang dapat menambah pendapatan keluarga, dan dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat. Masalah utama dalam peningkatan produksi ternak termasuk unggas adalah penyediaan ransum. Pada saat ini penyediaan ransum terutama sebagai sumber protein dan energi dipenuhi dari impor dan sebagai konsekuensinya harga ransum meningkat. Efisiensi penggunaan ransum dapat dilakukan dengan pemberian bahan imbuhan (feed additive) atau zat pemacu tumbuh (growth promotant). Zat pemacu tumbuh yang umum dipakai berasal dari kelompok antibiotik seperti zinkbasitrasin, monensin, tetrasiklin dan penisilin. Perkembangan persyaratan keamanan pangan membatasi penggunaan antibiotik karena selain sifat positifnya yang menahan infeksi bakteri patogen, juga membunuh mikroba pencernaan yang menguntungkan dan menyebabkan resistensi. Hal ini memicu para pakar nutrisi ternak untuk mengalihkan penggunaan zat pemacu tumbuh sintetis dengan bahan alami lain misalnya bioaktif dan probiotik. 2 18 Konversi ransum merupakan rasio antara konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh dalam kurun waktu tertentu. Semakin tinggi angka konversi ransum yang dihasilkan dari penggunaan ransum maka semakin banyak asupan ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan sehingga semakin tidak efisien penggunaan ransum tersebut. Konversi ransum diperlukan untuk menggambarkan sejauh mana efektivitas biologis pemanfaatan zat gizi dalam ransum (Wiryawan, dkk., 2005). Putri (2010) menyatakan bahwa jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien. Oleh karena itu, perlu diupayakan untuk memperoleh ransum imbuhan yang dapat memperbaiki angka konversi penggunaan ransum. Salah satu probiotik yang sering digunakan untuk mengefisienkan penggunaan ransum pada ternak ruminansia dan unggas adalah bakteri asam laktat (BAL). BAL memiliki beberapa keunggulan diantaranya mampu meningkatkan nilai cerna karena dapat merombak atau mendegradasi nutrien sehingga dapat menghasilkan komponen yang dapat langsung diserap misalnya asam amino yang berasal dari perombakan protein (Guerra, dkk., 2006). Beberapa hasil penelitian mengenai BAL yang telah dilaporkan dalam jurnal ilmiah. Namun, penggunaan BAL yang dihasilkan dari otofermentasi air nira belum banyak ditemukan. Padahal, di Sulawesi Tenggara khususnya di Kolaka terdapat industri pengolahan air nira menjadi gula merah. dimanfaatkan menjadi sumber aditif ransum. Potensi air nira ini belum Oleh karena itu, perlu diupayakan 319 penggunaan hasil otofermentasi air nira sebagai aditif ransum yang berasal dari bahan baku lokal untuk mengurangi penggunaan aditif ransum impor. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai efek pemberian bakteri asam laktat dari air nira dengan dosis yang berbeda terhadap konversi ransum ayam kampung. B. Rumusan Masalah Bagaimana efek pemberian bakteri asam laktat dari air nira dengan dosis yang berbeda terhadap konversi ransum ayam kampung. C. Tujuan dan Manfaat Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian bakteri asam laktat dari air nira dengan dosis yang berbeda terhadap konversi ransum ayam kampung. Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi peternak mengenai efek pemberian bakteri asam laktat dari air nira dengan dosis yang berbeda terhadap konversi ransum ayam kampung. 20 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Ayam Kampung Ayam kampung merupakan salah satu anggota dari ayam buras yang sangat potensial di Indonesia. Ayam kampung dijumpai di semua provinsi dan di berbagai macam iklim atau daerah. Umumnya ayam kampung banyak dipelihara orang di daerah pedesaan yang dekat dengan sawah atau hutan. Pemeliharaannya pun masih menggunakan cara tradisional. Klasifikasi adalah suatu sistem pengelompokan jenis-jenis ternak berdasarkan persamaan dan perbedaan karakteristik. Suprijatno, dkk (2005) mengemukakan taksonomi ayam kampung di dalam dunia hewan sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Aves Subclass : Neornithes Ordo : Galliformes Genus : Gallus Spesies : Gallus domesticus 21 5 Sebenarnya ayam-ayam yang diternakkan kini (Gallus domesticus) bera sal dari ayam hutan (Gallus varius) di Asia Tenggara. Jadi, ayam hutan merupakan nenek moyang ayam kampung yang umum dipelihara. Ayam kampung kemungkinan berasal dari pulau Jawa. Akan tetapi, saat ini ayam hutan sudah tersebar sampai ke Pulau Nusa Tenggara (Rasyaf, 2006). Sebagian besar ayam kampung yang terdapat di Indonesia mempunyai bentuk tubuh yang kompak dengan pertumbuhan badan relatif bagus, pertumbuhan bulunya sempurna dan variasi warnanya juga cukup banyak (Redaksi Agromedia, 2005). Wibowo (1996) menambahkan bahwa ragam warna ayam kampung mulai dari hitam, putih, kekuningan, kecoklatan, merah tua, dan kombinasi dari warna-warna itu. Ayam kampung memiliki kelebihan yaitu lebih tahan terhadap cekaman dan dagingnya disukai terutama untuk olahan tertentu. Kekurangan ayam kampung adalah perkembangbiakkannya lambat, pertumbuhan lambat serta pertumbuhan daging memerlukan waktu yang lebih lama (Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000). Menurut Rasyaf (2006) warna bulu pada ayam kampung tidak dapat diandalkan sebagai patokan yang baku, karena berubah terus-menerus. Misalnya induknya berwarna coklat bintil-bintil hitam dan jagonya berwarna kemerahan campur hitam, tetapi anaknya berbulu putih atau warna campuran pada anak yang lain. Badan ayam kampung kecil, baik itu ayam penghasil telur maupun pedaging. Badannya tidak dapat dibedakan karena memang ayam kampung tidak dibedakan atas penghasil telur atau daging (Rasyaf, 2006). Kepala ayam kampung betina berukuran 622 lebih kecil dibandingkan dengan kepala ayam kampung jantan (Redaksi Agromedia, 2005). Ada beberapa alasan para peternak lebih memilih beternak ayam kampung antara lain: Ayam kampung lebih tahan terhadap penyakit sehingga lebih mudah dipelihara, mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan tidak mudah stress, dalam hal ransum ayam kampung tidak memilih-milih jenis makanan sehingga memudahkan pemilik untuk memberi ransum, dan mempunyai peluang bisnis yang cukup besar karena tidak banyak orang memelihara ayam kampung petelur maupun pedaging sehingga produksi di pasaran terbatas maka permintaan akan naik dan harga jual pun menjadi naik (Marhiyanto, 2006). Ayam kampung disebut ayam lokal karena sering diberi nama sesuai dengan daerah asalnya, misalnya ayam sumatera, ayam kedu, ayam nunukan dan ayam pelung. Ayam kampung yang dipelihara secara tradisional akan mengalami tiga kali penetasan dalam setahun dengan jumlah anak setiap penetasan rata-rata 10 ekor. Ada beberapa jenis ayam kampung, mulai dari tipe ringan sampai tipe berat dengan berat badan 1-1,5 kg. Ayam pelung yang banyak dikembangkan di daerah Cianjur, berpotensi besar sebagai ayam pedaging pengganti broiler. Pada umur delapan minggu, ayam jantannya mencapai bobot badan 760 gram dan betina 890 gram sedangkan ayam kampung yang lain, baru mencapai 370 gram. Dipedesaan, tiap rumah tangga umumnya memiliki rata-rata 5-7 ekor ayam kampung (Koswara, 2009). Salah satu ciri ayam kampung adalah sifat genetiknya yang tidak seragam. Warna bulu, ukuran tubuh dan kemampuan produksinya tidak sama merupakan 723 cermin dari keragaman genetiknya. Disamping itu badan ayam kampung kecil, sama dengan badan ayam ras petelur tipe ringan (Rasyaf, 2010). Candrawati (1999) mendapatkan kebutuhan hidup pokok ayam kampung 0-8 minggu adalah 103,96 kkal/W dan kebutuhan protein untuk hidup adalah 4,28 g/W0.75/ hari. Sutama (1991) menyatakan bahwa ayam kampung pada masa pertumbuhan dapat diberikan ransum yang mengandung energi termetabolis sebanyak 2700-2900 kkal dengan protein lebih besar atau sama dengan 18%. Ayam kampung yang dipelihara secara tradisional di pedesaan mencapai dewasa kelamin pada umur 6-7 bulan dengan bobot badan 1,4-1,6 kg (Supraptini, 1985). Ayam kampung sebagai ayam potong biasanya dipotong pada umur 4-6 bulan. Margawati (1989) melaporkan bahwa berat badan ayam kampung umur 8 minggu yang dipelihara secara tradisional dan intensif, pada umur yang sama mencapai 1.435,5 g. Aisyah dan Rahmat (1989) menyatakan pertambahan bobot badan anak ayam kampung yang dipelihara intensif rata rata 373,4 g/hari dan yang dipelihara secara ekstensif adalah 270,67 g/hari. 2. Air Nira Nira pada dasarnya merupakan air yang keluar dari bunga aren atau kelapa. Nira adalah suatu minuman alami yang terasa manis karena mengandung glukosa. Kandungan glukosa pada nira menyebabkan nira banyak diolah sebagai gula tradisional oleh kebanyakan masyarakat di beberapa daerah (Hidayati, 2009). Nira aren yang mengandung gula antara 10-15% ini dihasilkan dari usaha penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina 824 (Hasbullah, 2001). Namun biasanya, tandan bunga jantan yang dapat menghasilkan nira dengan kualitas baik dan jumlah yang lebih banyak. Oleh karena itu penyadapan nira hanya dilakukan pada tandan bunga jantan. Nira aren cepat mengalami perubahan menjadi asam karena terjadi proses fermentasi. Proses fermentasi mulai terjadi pada saat nira keluar dari tandan pohon aren, karena nira memiliki kandungan gula yang cukup tinggi. Menurut Pontoh (2007), nira segar mengandung sukrosa 13,9-14,9%, abu 0,04%, protein 0,2% dan kadar lemak 0,02%. Setelah nira menetes dan keluar dari tandan bunga, nira langsung berhubungan dengan udara bebas kemudian nira menetes jatuh ke wadah penampungan. Nira yang baru menetes dari tandan bunga mempunyai derajat keasaman (pH) sekitar 7, tetapi karena pengaruh keadaan sekitarnya cairan itu mudah mengalami kontaminasi oleh mikroba dan terjadi proses fermentasi sehingga pH nira menurun (Sardjono dan Dachlan, 1988). Untuk mencegah/menghambat terjadinya fermentasi nira tersebut berbagai upaya dilakukan seperti pengasapan bumbung/ wadah, sehingga dapat mengakibatkan aroma nira yang tidak disukai. Menurut kebiasaan masyarakat, penggunaan nira yang baik yaitu beberapa saat setelah disadap dan tidak boleh dibiarkan bermalam, karena akan mengubah cita rasa. Berubahnya cita rasa ini disebabkan keberadaan bakteri yang mengubah gula menjadi asam. Perubahan ini juga diikuti dengan jumlah kelimpahan ragi pada nira yang digunakan, karena ragi akan mengalami suksesi jika substratnya mengandung asam. Suksesi adalah pergantian jenis mikroba sejalan dengan bertambahnya waktu 925 fermentasi. Proses fermentasi pada nira dapat berlangsung dalam hitungan jam. Mikroba yang berkembang selanjutnya adalah mikroba yang membentuk asam asetat. Peristiwa perubahan cita rasa nira karena kehadiran bakteri, ragi dan asam laktat ini disebut fermentasi. Nira merupakan cairan manis yang mengucur dari tandan kelapa atau pun aren. Nira yang belum difermentasi menjadi tuak pada dasarnya mengandung sejumlah mikroba baik berupa ragi maupun bakteri. Mikroba dalam nira ini berasal dari tandan maupun udara bebas ketika proses penyadapan berlangsung. Untuk kualitas organoleptik tuak sendiri bergantung pada ramuan yang ditambahkan, tuak yang dihasilkan dapat berasa sedikit manis, agak masam atau pahit, dengan bau yang tajam dan warna yang sangat keruh (Wikipedia, 2010). Dalam keadaan segar nira berasa manis, berbau khas nira dan tidak berwarna. Nira aren mengandung beberapa zat gizi antara lain karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Rasa manis pada nira disebabkan karena kandungan gulanya mencapai 11,18% (Rumokoi, 1990). Hasil analisa komposisi kimia nira aren segar disajikan pada Tabel 1. 1026 Tabel 1. Komposisi Kimia Nira Aren Komponen Karbohidrat : Glukosa Fruktosa Protein Lemak Kasar Abu : Kalsium (Ca) Posfor (P2O5) Vitamin C Air Sumber : (Rumokoi, 1990). Kandungan (%) 11,18 3,70 7,48 0,28 0,01 0,35 0,06 0,07 0,01 89,23 3. Bakteri Asam Laktat (BAL) Bakteri asam laktat didefenisikan sebagai kelompok bakteri yang membentuk asam laktat, baik sebagai satu – satunya produk maupun sebagai produk utama pada metabolisme karbohidrat. Studi mengenai bakteri asam laktat menunjukkan bahwa banyak efek menguntungkan yang diberikan dari aktivitas bakteri ini (Hasan, 2006). BAL umumnya merupakan mikrobiota alami yang ditemukan dalam produk pangan dan ransum terfermentasi seperti silase. Selain itu BAL juga banyak ditemukan di saluran cerna ternak baik unggas maupun ruminansia yang memiliki peran pada proses fermentasi bahan makanan dan penyeimbang populasi berbagai jenis mikroba dalam saluran cerna (Damayanti, dkk., 2015). Peningkatan konsentrasi bakteri asam laktat akan mengakibatkan penurunan pH, semakin meningkat konsentrasi bakteri asam laktat maka kondisi pH semakin menurun. Penambahan bakteri asam laktat dalam ransum menyebabkan suasana dalam saluran pencernaan lebih asam dan pH dalam usus halus menurun, kolonial bakteri asam laktat 11 27 meningkat, kekentalan digestal meningkat sehingga laju digestal berjalan lebih lambat dan meningkatkan pencernaan di lambung dan usus (Cahyaningsih, dkk., 2013). Probiotik adalah mikroba pada ransum/atau makanan suplemen atau komponen dari bakteri yang memiliki efek menguntungkan pada hewan dan kesehatan manusia (Rajput, dkk., 2012). Probiotik terdiri dari bakteri asam laktat yang memiliki kemampuan memelihara keseimbangan mikroflora normal usus, menghambat bakteri patogen, dan meningkatkan sistem imun (Rolfe, 2000). Sifat dari bakteri asam laktat adalah kemampuannya dalam mengasamkan suasana di dalam usus sehingga dapat menghilangkan bakteri patogen yang akan berdampak pada penyerapan nutrisi yang baik. Pemberian bakteri asam laktat dapat menurunkan pH saluran pencernaan, penurunan pH tersebut dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Bakteri yang tergolong kepada Bakteri Asam Laktat adalah Corinobacterium, Enterococcus, Lactobacillus, Lactococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Streptococcus, Propionicbacterium, yang mempunyai potensi untuk digunakan sebagai probiotik (Nettles dan Barefoot, 1993) oleh karena itu, probiotik ikut berperan dalam mengatur keseimbangan mikroba saluran pencernaan, dapat meningkatkan kekebalan tubuh, mendukung pertumbuhan, meningkatkan efisiensi, dan konversi ransum serta membantu mengoptimalkan penyerapan zat makanan (Suryo, dkk., 2012). 28 12 4. Konsumsi Ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dimakan dalam jangka waktu tertentu. Ransum yang dikonsumsi ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat nutrisi lain. Bahan makanan yang tersedia dan terbanyak dimakan oleh bangsa unggas berasal dari biji-bijian, limbah pertanian, dan sedikit dari hasil hewani serta perikanan. Oleh karena itu, bahan makanan yang digunakan hendaknya harganya relatif murah serta mudah didapatkan (Rasyaf, 2006). Suprijatna, dkk., (2005) menyatakan bahwa ransum starter diberikan pada ayam berumur 0-3 minggu, sedangkan ransum finisher diberikan pada waktu ayam berumur 4 minggu sampai panen. Mulyono (2004) menambahkan bahwa pada prinsipnya kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh ayam terdiri atas sumber energi, diantaranya karbohidrat sebagai sumber utama, lemak sebagai cadangan utama, protein (asam-asam amino), vitamin dan mineral. Kebutuhan nutrisi ayam kampung dikelompokkan ke dalam tiga kelompok umur yaitu 0-12 minggu (starter), 12-22 minggu (grower), >22 minggu (layer) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kebutuhan Gizi Ayam Kampung Gizi Umur (minggu) Starter (0-12) Grower (12-22) Protein (%) 15,00-17,00 14,00 Energi (Kkal EM/Kg) 2600 2400 Lisin (%) 0,87 0,45 Metionin (%) 0,37 0,21 Ca (%) 0,90 1,00 P tersedia (%) 0,45 0,40 Sumber: Sinurat (1991) Layer (>22) 14,00 2400-2600 0,68 0,22-0,30 3,40 0,34 13 29 Rasyaf (2006) menyatakan bahwa ayam akan berhenti makan bila energi yang dibutuhkan telah terpenuhi. Apabila kebutuhan energinya tinggi sedangkan makanan yang dimakan berkadar energi rendah, maka konsumsi makanannya akan menjadi lebih banyak dan begitu pula sebaliknya. Rataan konsumsi ransum, bobot badan dan konversi ransum pada ayam kampung umur 8 minggu dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Konsumsi Ransum, Bobot Badan dan Konversi Ransum Pada Ayam Kampung Umur 8 Minggu Protein Kasar EM (kkal Konsumsi ransum Bobot badan Konversi ransum (%) /kg) (g/ekor) (g/ekor) (g/ekor) 17 2900 1234,48 431,60 2,89 3100 1383,08 492,83 2,80 20 2900 1177,44 400,16 3,02 3100 1333,84 520,57 2,60 Sumber: Husmaini (2000) Jumlah ransum yang diberikan untuk per ekor ayam kampung sesuai dengan tingkatan umur adalah 7 gram/hari sampai umur 1 minggu, 19 gram/hari sampai umur 2 minggu, 34 gram/ sampai umur 3 minggu, 47 gram/minggu sampai umur 4 minggu, 58 gram/hari sampai umur 5 minggu, 66 gram/hari sampai umur 6 minggu, 72 gram/hari sampai umur 7 minggu, 74 gram/hari sampai umur 8 minggu (Sukajayafarm, 2012). 5. Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan ayam berlangsung sesuai dengan kondisi fisologis ayam yaitu bobot badan ayam akan berubah ke arah bobot badan dewasa, perubahan bobot badan membentuk kurva sigmoid yaitu meningkat perlahan-lahan kemudian cepat dan perlahan lagi atau berhenti. Penurunan bobot badan pada ayam kampung 14 30 memperlihatkan kemampuan ayam untuk mempertahankan produksi dengan mengambil cadangan protein dan energi tubuh (Iskandar, 2006). Rasyaf (2006) menyatakan bahwa bobot badan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas ransum yang dikonsumsi. Dengan demikian perbedaan kandungan zat-zat makanan pada ransum dan banyaknya ransum yang dikonsumsi akan memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan yang dihasilkan, karena kandungan zatzat makanan yang seimbang dan cukup sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal. Nurcahyo dan Widyastuti (2002) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ayam kampung mencapai bobot 1,5 kg dalam waktu tiga puluh minggu. Waktu ini lebih lama apabila dibandingkan dengan ayam ras yang hanya memerlukan waktu sampai tujuh minggu. 6. Konversi Ransum Konversi ransum adalah perbandingan konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan atau produksi telur. Dengan demikian konversi ransum terbaik adalah jika nilai terendah (Djulardi, 2006). Mulyono (2006) menambahkan konversi ransum adalah angka yang menunjukkan seberapa banyak ransum yang dikonsumsi (kg) untuk menghasilkan berat ayam 1 kg. Nilai konversi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik, tipe ransum yang digunakan, feed additive yang digunakan dalam ransum, manajemen pemeliharaan dan suhu lingkungan. Konversi ransum didefinisikan sebagai banyaknya ransum yang dihabiskan untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan bobot badan. Angka konversi 15 31 ransum dihasilkan yang kecil berarti jumlah ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit, semakin tinggi konversi ransum berarti semakin boros (Edjeng dan Kartusudjana, 2006). Jika angka rasio yang dihasilkan kecil, maka pertambahan berat badan akan baik pula. Namun, angka rasio tersebut tidaklah sama setiap pertumbuhan, baik ransum yang digunakan (Fadilah, dkk., 2007). Tinggi rendahnya angka konversi ransum disebabkan adanya selisih yang semakin besar atau rendah pada perbandingan konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan. Semakin tinggi angka konversi maka akan semakin besar pula angka konversi ransumnya. Konversi ransum merupakan salah satu standar produksi guna mengetahui efisiensi penggunaan ransum oleh ternak atau efisiensi penggunaan ransum menjadi produk akhir yaitu daging. Konversi ransum selama penelitian diukur berdasarkan perbandingan konsumsi ransum total selama penelitian dengan pertambahan bobot badan total selama penelitian (Rasyaf, 2006). Selanjutnya Mulyono (2006) menyatakan angka konversi ransum yang tinggi menunjukkan penggunaan ransum yang kurang efisien, dan sebaliknya angka yang mendekati 1 berarti semakin efisien. B. Penelitian Terdahulu Febrisiantosa (2012) melakukan penelitian berjudul Persentase Karkas, Kandungan Lemak dan Kolesterol Daging Ayam dengan Pemberian Aditif Ransum Mengandung Bakteri Asam Laktat dan Tepung Ganoderma Lucidum. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian aditif ransum berupa Bakteri Asam 32 16 Laktat (BAL) dan tepung G. lucidum terhadap persentase karkas, bagian karkas, kandungan lemak serta kolesterol pada ayam pedaging. Isolat BAL yang digunakan adalah Lactobacillus salivarius 172 dan pediococcus pentosaceus Db9. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa produk simbiotik yang terdiri dari campuran BAL dan tepung G. lucidum dapat diberikan pada ternak ayam guna menurunkan kadar lemak dan kolesterol daging yang dihasilkan. Pradana (2014) melakukan penelitian berjudul Pengaruh Penambahan Whey Keju dengan Bakteri Asam Laktat (BAL) Pediococcus pentosaceus dalam Ransum terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan whey keju dengan bakteri asam laktat (BAL) pediococcus pentosaceus dalam ransum terhadap kualitas karkas. Materi yang digunakan 114 ekor ayam pedaging strain Lohman betina umur satu minggu dengan rata-rata bobot badan 114,8+11,4 g. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu ransum basal tanpa penambahan whey dan 1 ml Pediococcus pentosaceus (P0), penambahan 1% whey dan 1 ml Pediococcus pentosaceus (P1), penambahan 2% whey dan 1 ml Pediococcus pentosaceus (P2), penambahan 3% whey dan 1 ml Pediococcus pentosaceus (P3). Variabel yang diamati meliputi persentase karkas, deposisi daging dada, persentase lemak abdominal. Data yang dihasilkan kemudian dianalisis menggunakan analisis ragam, apabila menunjukkan hasil yang berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 13% whey keju dengan 1 ml bakteri asam laktat (BAL) Pediococcus pentosaceus 17 33 dalam ransum tidak dapat meningkatkan persentase karkas, deposisi daging dada, persentase lemak abdominal. Saran yang diberikan adalah penambahan whey keju dengan Pediococcus pentosaceus dalam pakan tidak berpengaruh terhadap kualitas karkas namun dapat menjadikan alternatif untuk produk daging ayam yang sehat. Gafar dan Heryani (2014) melakukan penelitian berjudul Pengembangan Proses Pengolahan Minuman Nira Aren dengan Teknik Ultrafiltrasi dan Deodorisasi. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang teknik terbaik dalam memproses nira yang memenuhi syarat untuk menjadi produk minuman nira dalam kemasan. Perlakuan pada penelitian ini meliputi proses pembuatan minuman nira dengan teknik ultrafiltrasi (membrane 0.01mm), teknik deodorisasi menggunakan steam, dan teknik kombinasi ultrafiltrasi dan deodorisasi. Analisis contoh produk dilakukan terhadap kadar gula, keasaman (pH), logam berat dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembuatan minuman nira yang terbaik adalah pada perlakuan dengan teknik kombinasi, dimana produk yang diperoleh mempunyai kadar gula 10,4-16,3%, pH 4,0-4,3, logam berat Pb < 0,048 mg/kg dan Hg < 0,005 mg/kg, serta keadaan (bau dan rasa) normal atau rata-rata disukai sampai sangat disukai. Hasil pengujian parameter tersebut memenuhi syarat standar nasional produk minuman isotonik. Perbedaan dari ketiga penelitian diatas dengan penelitian yang akan digunakan terletak pada materi penelitian yaitu ayam kampung dengan ransum komersil ayam kampung, serta efek pemberian air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) melalui 100 ml air minum sebanyak 0% V/V, 1% V/V, 2% V/V dan 3% V/V terhadap konversi ransum ayam kampung. 34 18 C. Kerangka Pikir Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak yang mudah dikembangkan dan toleran terhadap ransum. Saat ini banyak usaha yang dilakukan peternak untuk menurunkan biaya produksi salah satunya dengan pemanfaatan ransum lokal. Air nira merupakan salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama dalam proses pembuatan bakteri asam laktat, karena mempunyai sifat mudah menjadi asam karena adanya proses fermentasi oleh mikroorganisme yang terdapat dalam air nira sejak penampungan air nira dari tandan. Air nira yang telah difermentasi dapat menghasilkan bakteri asam laktat selanjutnya diberikan pada ternak ayam kampung melalui air minum. Penambahan bakteri asam laktat didalam air minum diharapkan dapat mempengaruhi konversi ransum ayam kampung. Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Ayam Kampung Kondisi Ayam Kampung - Pertumbuhan Lambat - Produktivitas Rendah Pemberian Bakteri Asam Laktat PBB Meningkat Memperbaiki Konversi Ransum Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian. 35 19 D. Hipotesis Diduga bahwa pemberian air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) melalui air minum ayam kampung dapat memperbaiki angka konversi ransum. 36 III. METODE PENELITIAN ` A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu Maret sampai April 2016. Penelitian ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap awal pemeliharaan untuk masa brooding pada ayam kampung selama 2 minggu dan tahap pengambilan data ayam kampung dari umur 1 sampai 5 minggu. Penelitian ini bertempat di Unit Kandang Unggas Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari. B. Materi Penelitian 1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan untuk penelitian ini terdiri atas 64 ekor ayam kampung, ransum komersil ayam kampung, air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL). 2. Peralatan Penelitian Peralatan yang digunakan untuk penelitian terdiri atas kandang ayam 16 unit kandang litter yang berukuran 1 x 1 x 0,6 m 3. Tiap kandang masing-masing diisi dengan 4 ekor ayam yang dilengkapi dengan tempat ransum dan tempat minum, serta lampu pijar 15 watt sebagai penghangat dan penerang. Alat lain yang digunakan yaitu timbangan digital (untuk menimbang bobot badan dan bahan ransum), botol kedap udara untuk memfermentasi air nira, karung untuk menampung bahan ransum 37 21 serta gelas ukur (mengukur sisa dari pemberian ANBAL) dan pipet ukur (mengukur jumlah dalam pemberian ANBAL) yang akan digunakan untuk pemberian ANBAL. C. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian a. Fermentasi Air Nira Air nira yang berasal dari tandan buah nira ditampung dalam jirgen atau wadah lainnya, lalu di otofermentasi secara otofermentatif (tanpa penambahan mikroorganisme/ragi selama 3 hari). Otofermentasi air nira dapat dilihat pada Gambar 2. Air Nira Segar - Difermentasi 3 hari Air Nira Fermentasi Mengandung BAL - Cairan Berwarna Putih - Berbau Asam - Berasa Asam Gambar 2. Otofermentasi Air Nira b. Persiapan Kandang Kandang dan peralatannya disucihamakan terlebih dahulu menggunakan Glutacap, untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme yang merugikan. Selanjutnya lantai kandang diisi sekam padi yang baru sebagai alas kandang. 22 38 c. Perlakuan Pemberian air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) dilakukan pada awal perlakuan dan pada ayam yang berumur 3 minggu. Pemberian ANBAL sebanyak 0% V/V, 1% V/V, 2% V/V, dan 3% V/V. Pemberian ANBAL melalui 100 ml air minum yang diberikan pada pagi hari, pengukuran sisa dilakukan pada keesokan harinya sebelum pemberian ransum dan pemberian ANBAL dilakukan 2 hari sekali. Ransum basal (P0) yang digunakan untuk penelitian adalah ransum komersil BP11 Bravo produk PT. Charoen Pokphan. Formulasi ANBAL yang digunakan untuk penelitian yaitu : P1 = 0% (V/V) air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) P2 = 1% (V/V) air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) P3 = 2% (V/V) air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) P4 = 3% (V/V) air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) 2. Pelaksanaan Penelitian a. Pengacakan Perlakuan Pada Petak kandang Ayam kampung yang digunakan sebanyak 64 ekor, dibagi menjadi 16 petak kandang. Setiap kandang di isi dengan 4 ekor ayam yang ditempatkan secara acak. Denah perlakuan terhadap petak kandang dapat dilihat pada Gambar 3. 23 39 1 P4 U4 2 P4 U2 3 P3 U4 6 4 P3 U2 7 8 5 P4 U1 P4 U3 P3 U3 10 P3 U1 11 P1 U3 P1 U1 13 P1 U2 12 P2 U3 9 P2 U1 14 P1 U4 15 P2 U2 16 P2 U4 Gambar 3. Denah Petak Kandang Penelitian Keterangan : P1 = Petak kandang berisi ayam dengan tanpa perlakuan 0% (V/V) ANBAL P2 = Petak kandang berisi ayam dengan perlakuan 1% (V/V) ANBAL P3 = Petak kandang berisi ayam dengan perlakuan 2% (V/V) ANBAL P4 = Petak kandang berisi ayam dengan perlakuan 3% (V/V) ANBAL b. Pemeliharaan Ayam Ayam kampung dipelihara dari umur 1 hari sampai umur 5 minggu. Pemberian ransum dan air minum pada masa brooding diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 07.00 dan sore hari pukul 17.00. Perlakuan mulai diberikan pada minggu ke 3, pemberian air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) dilakukan 2 hari sekali bersamaan dengan pemberian ransum dan air minum pada pagi hari. Pemberian ransum dan air minum pada masa perlakuan hanya diberikan 1 kali sehari secara adlibitum. 24 40 D. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 4 ekor ayam. Model matematika mengacu pada Hanafiah (2008) yaitu : Y = …………………………………….… (1) Keterangan: Y Nilai pengamatan pada ulangan k- dan ulangan keNilai rata-rata umum Pengaruh perlakuan kePengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j E. Variabel Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah : a. Konsumsi Ransum Jumlah konsumsi ransum dihitung dengan cara menimbang ransum yang telah diberikan selama seminggu dikurangi dengan ransum sisa pada akhir minggu itu pula. Konsumsi ransum ayam kampung dapat dihitung berdasarkan rumus : Konsumsi ransum= Ransum yang diberikan (g) – Ransum sisa (g) …………….(2) (g/ekor/minggu) Jumlah ayam (ekor) 41 25 b. Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan ayam kampung diperoleh melalui penimbangan setiap minggu dengan cara menimbang ayam disetiap kandang perlakuan. Pertambahan bobot badan ayam kampung dapat dihitung berdasarkan rumus : PBB (g/ekor/minggu)= Bobot badan akhir – Bobot badan awal ……………..…(3) Lama pemeliharaan (minggu) c. Konversi Ransum Konversi ransum dapat dihitung berdasarkan rumus : Konversi ransum= Konsumsi ransum (g/ekor/minggu) ………………………...(4) Pertambahan bobot badan (g/ekor/minggu) 42 26 F. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dengan uji F untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Jika pengaruh perlakuan nyata terhadap peubah maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. 43 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Pemberian Air Nira Mengandung Bakteri Asam Laktat (ANBAL) Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Kampung Ransum merupakan kumpulan bahan makanan yang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu, aturan tersebut meliputi nilai kebutuhan gizi dari bahan makanan yang digunakan. Penyamaan nilai gizi yang ada didalam bahan makanan yang digunakan dengan nilai gizi yang dibutuhkan ayam dinamakan teknik penyusunan ransum (Rasyaf, 2006). Rataan jumlah konsumsi ransum pada setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Konsumsi Ransum (gram/ekor/minggu) Ayam Kampung yang Diberi ANBAL. Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 1 2 3 4 Jumlah Rataan 171,5 175,67 178,33 174,17 178 175,67 174.5 173,33 175,67 175,83 174,5 176,17 177,33 175,5 176,17 175,33 702,5 702,67 703,5 699 175,62 175,66 175,87 174,75 Tabel 4 menunjukkan bahwa rataan konsumsi ransum (gram/ekor/minggu) yang dihasilkan pada pemberian ANBAL adalah 175,62 (P1), 175,66 (P2), 175,87 (P3), 174,75 (P4). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum. Artinya, pemberian ANBAL 1% 44 28 V /V, 2,% V/V, dan 3% V/V tidak mempengaruhi secara nyata konsumsi ransum pada ayam kampung umur 3 sampai 5 minggu. Fenomena ini menunjukkan pemberian 1-3% V /V ANBAL tidak dapat meningkatkan ketersediaan energi untuk ayam kampung sehingga tingkat konsumsi tidak menurun. Kandungan nutrien dalam ransum diberikan dengan jumlah yang sama sehingga konsumsi ransum tidak berbeda antara perlakuan atau konsumsi tidak nyata dipengaruhi oleh pemberian ANBAL. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2008) yang menyatakan bahwa jumlah nutrien ransum yang dikonsumsi dipengaruhi oleh jumlah ransum yang dikonsumsi dan kandungan nutrien dalam ransum. Konsumsi ransum yang sama juga akan menyebabkan konsumsi nutrien yang tidak berbeda pula. Hal tersebut menghasilkan konsumsi energi yang tidak berbeda tiap perlakuannya. Energi metabolis yang sama tidak akan menyebabkan perbedaan dalam konsumsi ransum (Rahardjo, 2004). Rataan dan kisaran konsumsi ransum (gram/ekor/minggu) yang dihasilkan dari tanpa dan dengan pemberian ANBAL 1-3% V/V yaitu 174,75 dengan 175,62175,87. Meskipun pemberian ANBAL tidak nyata menurunkan konsumsi namun secara deskriptif konsumsi tertinggi diperoleh dari pemberian ANBAL 2% V/V (P3) diikuti dengan pemberian ANBAL 1% V/V (P2) dan tanpa pemberian ANBAL (P1) dan ANBAL 3% V/V (P4). Hasil penelitian ini mengindikasikan semakin tinggi kadar ANBAL yang diberikan cenderung semakin rendah tingkat konsumsi ransum pada ayam kampung pada fase pertumbuhan. 29 45 Walaupun ANBAL merupakan probiotik yang diperoleh dari hasil otofermentasi air nira yang diindikasikan dengan warna putih dan rasa masih manis, namun ANBAL yang digunakan untuk penelitian ini berasal dari air nira yang telah difermentasi selama 3 bulan sehingga rasanya telah berubah menjadi asam. Rasa asam berhubungan dengan peran mikroba fermentatif dari bakteri asam laktat. Menurut Mahulette (2009), perubahan rasa tuak nira menjadi asam berhubungan dengan peran mikroba fermentatif yaitu mikroba asam laktat. B. Pengaruh Pemberian Air Nira Mengandung Bakteri Asam Laktat (ANBAL) Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam Kampung Pertambahan bobot badan (PBB) merupakan selisih antara bobot badan akhir dengan bobot badan awal, yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Rataan PBB pada penelitian efek pemberian ANBAL terhadap pertambahan bobot badan ayam kampung dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Pertambahan Bobot Badan (PBB) Ayam Kampung (g/ekor/minggu) yang Diberi ANBAL. Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 a, b, c, 1 2 3 4 Jumlah Rataan 63,17 73,83 75,5 74,67 63,5 71,5 72 72,33 64,67 70,67 77,67 75,83 61,67 71,17 74,67 75,33 253,01 287,17 299,84 298,16 63,25 c 71,79 b 74,96 a 74,54 a superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh berbeda nyata (P<0,05). 46 30 Tabel 5 menunjukkan bahwa rataan pertambahan bobot badan (PBB) ayam kampung (gram/ekor/minggu) yang dihasilkan pada pemberian ANBAL adalah 63,25 (P1 0% V/V ANBAL), 71,79 (P2 1% V/V ANBAL), 74,96 (P3 2% V/V ANBAL), 74,54 (P4 3% V/V ANBAL). Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot badan mingguan. Artinya, pemberian ANBAL 1% V/V, 2,% V/V, dan 3% V/V dapat mempengaruhi secara sangat nyata pertambahan bobot badan mingguan pada ayam kampung umur 3 sampai 5 minggu. Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa P1 (0% V/V ANBAL) berbeda nyata lebih rendah dibandingkan dengan P2 (1% V/V ANBAL), P3 (2% V /V ANBAL) dan P4 (3% V/V ANBAL). Demikian pula P2 (1% V/V ANBAL) berbeda nyata lebih rendah dibandingkan dengan P3 (2% V /V ANBAL) dan P4 (3% V /V ANBAL). Akan tetapi, antara P3 (2% V/V ANBAL) dan P4 (3% V/V ANBAL) tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ANBAL nyata meningkatkan pertambahan bobot badan (PBB) hingga 2%. Hal ini kemungkinan disebabkan dengan pemberian air nira yang disamping mengandung karbohidrat juga mengandung protein, lemak dan unsur-unsur zat lainnya. Kemungkinan lain adalah adanya peranan bakteri asam laktat (BAL) yang terdapat pada air nira. Sebagaimana dikemukakan oleh Cahyaningsih, dkk., (2013) bahwa penambahan bakteri asam laktat dalam ransum menyebabkan suasana dalam saluran pencernaan lebih asam dan pH dalam usus halus menurun, kolonial bakteri 31 47 asam laktat meningkat, kekentalan digestal meningkat sehingga laju digestal berjalan lebih lambat dan meningkatkan pencernaan di lambung dan usus. Penelitian berbeda dengan yang pernah dilaporkan oleh Watkins dan Kratzer (1984) bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada berat badan dan konversi ransum ayam yang mendapat tambahan probiotik pada ransumnya dengan kontrol yang tidak mendapat probiotik. Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Maiolino, dkk., (1992), Van Wambeke dan Peeters (1995) dan Wiryawan, dkk., (2005). Meskipun demikian, tidak sedikit pula penelitian yang dapat membuktikan efek positif pemberian probiotik pada ransum ternak, diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Jin, dkk., (2000), Yeo dan Kim (1997), Gunawan dan Sundari (2003). Hasil penelitian yang berbeda tersebut, menurut Jin, dkk., (1998) dapat disebabkan oleh perbedaan spesies/strain mikroba yang digunakan atau metode yang digunakan dalam menyiapkan suplemen probiotik. Putri (2010) lebih lanjut menyatakan bahwa penggunaan probiotik yang dicampurkan pada air minum akan memperbaiki komposisi mikroorganisme yang berada dalam saluran pencernaan ternak sehingga akan dapat meningkatkan pertumbuhan atau produksi ternak. Rataan dan kisaran pertambahan bobot badan (gram/ekor/minggu) yang dihasilkan dari tanpa dan dengan pemberian ANBAL 1-3% V/V yaitu 63,25 dengan 71,79-74,96. Pertambahan bobot badan mingguan tertinggi diperoleh dari pemberian ANBAL 2% V/V (P3), diikuti dengan pemberian ANBAL 3 % V/V (P4) dan ANBAL 1 % V/V (P2) serta tanpa ANBAL (P1). Hasil penelitian ini mengindikasikan semakin 32 48 tinggi kadar ANBAL yang diberikan semakin tinggi pertambahan bobot badan yang dihasilkan pada ayam kampung umur 3-5 minggu (masa pertumbuhan). C. Pengaruh Pemberian Air Nira Mengandung Bakteri Asam Laktat (ANBAL) Terhadap Konversi Ransum Ayam Kampung Konversi ransum merupakan rasio antara konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh dalam kurun waktu tertentu. Semakin tinggi konversi ransum menunjukkan semakin banyak ransum yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan per satuan berat. Rataan konversi ransum ayam kampung dengan pemberian ANBAL dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan Konversi Ransum Ayam Kampung yang Diberi ANBAL. Ulangan Jumlah 1 2 3 4 Perlakuan P1 2,72 2,8 2,72 2,88 11,12 P2 2,33 2,46 2,49 2,47 9,75 P3 2,36 2,42 2,24 2,36 9,38 P4 2,6 2,4 2,32 2,33 9,65 a, b, c, Rataan 2,78 a 2,43 b 2,34 b 2,41 b superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh berbeda nyata (P<0,05). Tabel 6 menunjukkan bahwa rataan konversi ransum pada ayam kampung yang dihasilkan pada pemberian ANBAL adalah 2,78 (P1 0% V/V ANBAL), 2,43 (P2 1% V/V ANBAL), 2,34 (P3 2% V/V ANBAL), 2,41 (P4 3% V/V ANBAL). Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap konversi ransum. Artinya, pemberian ANBAL 1% V /V, 2,% V /V, dan 3% V /V dapat 33 49 mempengaruhi secara sangat nyata konversi ransum pada ayam kampung umur 3 sampai 5 minggu. Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa P1 (0% V/V ANBAL) berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan P2 (1% V/V ANBAL), P3 (2% V /V ANBAL) dan P4 (3% V/V ANBAL). Demikian pula P2 (1% V/V ANBAL) berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan P3 (2% V /V ANBAL) dan P4 (3% V /V ANBAL). Akan tetapi, antara P2 (1% V/V ANBAL) dan P4 (3% V/V ANBAL) tidak berbeda nyata. Semakin efisien penggunaan ransum menunjukkan jumlah ransum yang diperlukan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan lebih rendah. Konversi ransum merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan berat badan dalam satu minggu. Konversi ransum diperlukan untuk menggambarkan sejauh mana efektivitas biologis pemanfaatan zat gizi dalam pakan (Wiryawan, dkk., 2005). Putri (2010) menyatakan bahwa jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian ANBAL pada ayam kampung dapat mempengaruhi efisiensi penggunaan ransum sehingga angka konversi ransum ayam kampung menjadi rendah. Pemberian probiotik pada ayam menyebabkan pencernaan ayam menjadi lebih baik. Menurut Kompiang (2009), probiotik meningkatkan aktivitas enzim pencernaan sehingga penyerapan makanan menjadi lebih sempurna dengan makin luasnya area absorpsi sebab probiotik dapat 50 34 mempengaruhi anatomi usus yaitu villi usus menjadi lebih panjang dan densitasnya lebih padat. Dimana proses absorpsi hasil pencernaan terjadi di permukaan villi yang memiliki banyak mikrovili (Suprijatna, dkk., 2005). Pernyataan ini juga dipertegas oleh Jin, dkk., (1997) yang menyatakan bahwa keberadaan probiotik dalam ransum dapat meningkatkan aktivitas enzimatis dan meningkatkan aktivitas pencernaan. Akibatnya, zat nutrisi seperti lemak, protein, dan karbohidrat yang biasanya banyak terbuang dalam feses akan menjadi berkurang. Lebih lanjut menurut Novel dan Safitri (2009), bakteri probiotik mampu mereduksi pH di usus, melancarkan pencernaan dengan memproduksi beberapa enzim pencernaan dan vitamin, memproduksi substansi antibakteri, misalnya asam organik, bacteriosin, H2O2 dan zat-zat lainnya. Rataan dan kisaran konversi ransum pada ayam kampung, yang dihasilkan dari tanpa dan dengan pemberian ANBAL 1-3% V/V yaitu 2,78 dengan 2,34-2,43. Konversi ransum tertinggi diperoleh dari tanpa pemberian ANBAL 0% diikuti dengan pemberian ANBAL 1% ANBAL 2% V /V (P3). V V /V (P1), /V (P2) dan ANBAL 3% V/V (P4) serta Hasil penelitian ini berimplikasi semakin tinggi kadar ANBAL yang diberikan maka semakin efisien penggunaan ransum yang ditunjukkan dengan semakin tinggi kadar ANBAL yang diberikan maka semakin rendah konversi ransum yang dihasilkan pada ayam fase pertumbuhan. 51 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemberian air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) 1% V/V, 2% V/V, dan 3% V /V dalam ransum tidak mempengaruhi secara nyata (P>0,05) konsumsi ransum (g/ekor/minggu) pada ayam kampung umur 5 minggu. 2. Pemberian air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) 1% V/V, 2% V/V, dan 3% V /V dapat meningkatkan secara nyata (P<0,05) pertambahan bobot badan (g/ekor/minggu) pada ayam kampung umur 5 minggu. 3. Pemberian air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) 1% V/V, 2% V/V dan 3% V/V dapat menurunkan secara nyata nilai konversi ransum. B. Saran Penelitian perlu dilanjutkan untuk mengetahui efek pemberian air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) terhadap performa produksi pada ayam kampung sampai pada fase komersial. 52 DAFTAR PUSTAKA Aisyah, T., dan E. Rachmat. 1989. Pengaruh Pemberian Ransum Starter terhadap Pertambahan Bobot Badan Anak Ayam Buras. Prosiding Seminar Nasional Tentang Unggas Lokas. Semarang. Cahyaningsih, N. Suthama., dan B. Sukanto. 2013. Kombinasi Vitamin E dan Bakteri Asam Laktat (BAL) terhadap Konsentrasi BAL dan Potensi Hydrogen (pH) pada Ayam Kedu Dipelihara Secara In situ. Animal Agricultural Jurnal 2 (1): 35-43. Candrawati, D.P.M.A. 1999. “Pendugaan Kebutuhan Energi dan Protein Ayam Kampung Umur 0-8 Minggu”. (tesis), : Institut Pertanian Bogor. Bogor. Damayanti, E., Suryani, AC., Sofyan, A., Karymi, M.F., Julendra, H., 2015. Seleksi Bakteri Asam Laktat dengan Aktivitas Anti Jamur yang Diisolasi dari Silase dan Saluran Cerna Ternak. Agritech 35 (2): 164-169. Djulardi, A., Muis, H., Latif, S.A. 2006. Nutrisi Aneka Ternak Dan Satwa Harapan. Andalas University Press: Padang. Edjeng, S., dan Kartasuadjana, R. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Fadillah, R. 2007. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Agromedika Pustaka. Jakarta. Febrisiantosa, A., Istiqomah, L., Sofyan, A., Damayanti, E., Herdian, H., Julendra, H., Angwar, M. 2012. Persentase Karkas, Kandungan Lemak dan Kolesterol Daging Ayam dengan Pemberian Aditif Pakan Mengandung Bakteri Asam Laktat dan Tepung Ganoderma Lucidum. Workshop Nasional Unggas Lokal 2012. Gafar, A. P., dan Heryani, S. 2012. Pengembangan Proses Pengolahan Minuman Nira Aren dengan Teknik Ultrafiltrasi dan Deodorisasi. Balai Besar Industri Agro. Bogor. 25 (1): 1-10. Guerra, N. P., P. F. Bernardez, J. Mendez, P. Cachaldora, L. P. Castro. 2006. Production of Four Potentially Probiotic Lactic Acid Bacteria and Their Evaluation as Feed Additives for weaned Piglets. Animal Feed Science and Technology 134 : 89-107. 53 Gunawan dan M.M.S, Sundari. 2003. Pengaruh Penggunaan Probiotik dalam Ransum terhadap Produktivitas Ayam. WARTAZOA. 13(3): 92-98. Hanafiah, K. A. 2008. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hardjosworo, P. S., dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Hasan, Z. H., 2006. Isolasi Lactobacillus Bakteri Asam Laktat dari Feses dan Organ Saluran Pencernaan Ayam. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006. Kalimantan Selatan. Hasbullah, 2001. Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat. Padang. Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat. Padang. Hidayati, N., 2009. Manfaat Pohon Aren. Husmaini, 2000. Pengaruh Peningkatan Level Protein dan Energi Ransum saat Refeeding terhadap Performans Ayam Buras. Jurnal Peternakan dan Lingkungan. Vol. 6 (01). Iskandar, S. 2006. Pelestarian Plasma Nutfah Ayam Lokal Domestik. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 28 (3): 11-13. Jin, L. Z., Y. W. Ho., N. Abdullah dan S. Jalaludin. 1997. Probiotic in Poultry: Modes of Action. Worlds Poultry Science Journal. 53(4): 351 – 368. Jin, L. Z., Y. W. Ho., N. Abdullah., S. Jalaludin. 1998. Growth Performance, Intestinal Microbial Populations, and Serum Cholesterol of Broilers Fed Diets Containing Lactobacillus Cultures. Poultry Science. 77: 1259–1265. Jin, L. Z., Y. W. Ho., N. Abdullah., S. Jalaludin. 2000. Digestive and Bacterial Enzyme Activities in Broilers Fed Diets Supplemented with Lactobacillus Cultures. Poultry Science. 79: 886–891. Kompiang, I. P., 2009. Pemanfaatan Mikroorganisme sebagai Probiotik untuk Meningkatkan Produksi Ternak Unggas di Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian. 2(3): 177-191. Koswara, S. 2009. Pengolahan Unggas. Ebook Pangan.com. 54 Mahulette, F . 2009. Isolasi dan Penentuan Mikroorganisme Dominan Pada Fermentasi Tradisional Arak Ambon Serta Optimasi Pembuatannya Secara Fermentasi Terkontrol. (Tesis, Tidak Dipublikasikan). Institut Teknologi Bandung. Maiolino, R., A. Fioretti., L. F. Menna dan C. Meo. 1992. Research on The Efficiency of Probiotics in Diets for Broiler Chickens. Nutrition Abstract and Reviews Series B. 62: 482. Margawati, E. T. 1989. Efisiensi Penggunaan Ransum oleh Ayam Kampung Jantan dan Betina pada Periode Pertumbuhan. Prosiding Seminar Nasional tentang Unggas Lokal. Fakultas Peternakan UNDIP. Semarang. Hal. 127-132. Marhiyanto, B. 2006. Beternak Ayam Buras. SIC: Surabaya. Mulyono, S. 2004. Beternak Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Penebar Swadaya: Jakarta. Mulyono, S. 2006. Memelihara Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. Nettles, C. G. and Barefoot, S. F. 1993. Biochemical and Genetic Characteristics of Bacteriocins of Food – Associated Lactic Acid Bacteria. Food Prot. 56: 338356. Novel, S. S. dan R. Safitri. 2009. Manfaat Bakteri Probiotik untuk Kesehatan Manusia. Medicinus. 22(3): 122-124. Nurcahyo, E. M. dan Y. E. Widyastuti. 2002. Usaha Pembesaran Ayam Kampung Pedaging. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Pontoh, J. 2007. Analisa Komponen Kimia dalam Gula dan Nira Aren. Sulawesi Utara, Tomohon: Laporan pada Yayasan Masaran. Pradana, P. H., Busono, W., Widodo, E. 2014. Pengaruh Penambahan Whey Keju dengan Bakteri Asam Laktat (BAL) Pediococcus Pentosaceus dalam Pakan terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging. Universitas Brawijaya Malang. Putri, V. A., 2010. Pemberian Probiotik Starbio pada Ransum Burung Puyuh (Coturnix – coturnix japonica) Periode Pertumbuhan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. 55 Rahardjo, L. 2004. Pengaruh Pencampuran Gamblong dan Ampas Tahu Terfermentasi Rhizopus sp. dalam Pakan terhadap Performans Ternak Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix japonica). J. Ilmiah Peternakan dan Perikanan 21: 1607-1613. Rajput, R. I., Ya Li, L., Lei, J. and Min, QW. 2012. Application of Probiotic (Bacillus Subtilis) to Enhance Immunity, Antioxidation, Digestive Enzymes Activity and Hematological Profile of Shaoxing Duck. Pakistan Veterinary Journal. 33(1) 69-72. Rasyaf, M. 2006. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya. Jakarta. Rasyaf, M. 2008. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta. Rasyaf, M. 2010. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta. Redaksi Agromedia. 2005. Beternak Ayam Kampung Petelur. Agromedia Pustaka: Jakarta. Rolfe, R. D. 2000. The Role of Probiotic Cultures in the Control of Gastrointestinal Health. Journal Nutrition. 130:396S-402S. Rumokoi, M. 1990. Manfaat Tanaman Aren (Arenga Pinnata Merr). Buletin Balitka No. 10: 21-28. Balai Penelitian Kelapa, Manado. Sardjono dan M. A. Dachlan. 1988. Penelitian Pencegahan Fermentasi pada Penyadapan Nira Aren sebagai Bahan Baku Pembuatan Gula Merah. Warta IHP. 5 (2). 55-58. Sinurat, A.P. 1991. Penyusunan ransum ayam buras. Wartazoa 2: 1-4. Sukajayafarm. 2012. Kebutuhan Pakan Ayam Kampung Super/Unggul. http://sukajayafarm.wordpress.com/2012/12/28/kebutuhan-pakan-ayam kampung-super unggul. (3 Januari 2015). Supraptini, M. S. 1985. “Pengkajian Sifat-Sifat Produksi Ayam Kampung serta Persilangannya dengan Rhode Island Red” (Disertasi) Bogor: Institut Pertanian Bogor. Suprijatna, E., U. Atmomarsono., R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. 56 Suprijatno, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana., 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Suryo, T., Yudiarti, T., dan Isroli. 2012. Pengaruh Pemberian Probiotik sebagai Aditif Pakan terhadap Kadar Kolesterol, High Density Lipoprotein (HDL) dan Low Density Lipoprotein (LDL) dalam Darah Ayam Kampung. Animal Agriculture Journal. 1(2): 228-237. Sutama, S. I. N. 1991. “Pengaruh Berbagai Tingkat Energi dan Protein terhadap Performans Ayam Kampung”. (Tesis), Bogor. Institut Pertanian Bogor. Van Wambeke F. dan J. Peeters. 1995. The Effect of Paciflor on the Performance, Carcass Composition and Caecal Bacterial Number of Broilers. European Poultry Science. 59: 125 – 129. Watkins, B. A. dan F. H. Kratzer. 1984. Drinking Water Treatment with Commercial Preparation of a Concentrated Lactobacillus Culture for Broiler Chickens. Poultry Science. 63: 1671 - 1673. Wibowo, S. 1996. Petunjuk Beternak Ayam Buras. Gitamedia Press: Surabaya. Wikipedia. 2010. Aren Indonesia. (http://id.wikipedia.org). Diakses, 5 Februari 2016. Wiryawan K. G., M. Sriasih dan I. D. P. Winata. 2005. Penampilan Ayam Pedaging yang Diberi Probiotik (EM-4) sebagai Pengganti Antibiotik. Universitas Mataram. Lombok Barat. Yeo, J. dan K. Kim, 1997. Effect of Feeding Diets Containing an Antibiotic, a Probiotic, or Yucca Extract on Growth and Intestinal Urease Activity in Broiler Chicks. Poultry Science. 76: 381–385. 57 LAMPIRAN 1 DATA ANALISIS RAGAM VARIABEL PENELITIAN 1. Rataan konsumsi ransum gram/ekor/minggu ayam kampung yang diberi ANBAL. Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 4 1 171.5 178 175.67 177.33 702.5 175.625 2 175.67 175.67 175.83 175.5 702.67 175.6675 3 178.33 174.5 174.5 176.17 703.5 175.875 4 174.17 173.33 176.17 175.33 699 174.75 Jumlah 699.67 701.5 702.17 704.33 2807.67 174.9175 175.375 175.5425 176.0825 Rata-rata PERHITUNGAN DERAJAT BEBAS 1. DB Perlakuan = 3 2. DB Galat = 12 3. DB Total = 15 Rumus Derajat Bebas Perlakuan DB = Total Perlakuan – 1 DB = P - 1 P=4 DB = 3 Rumus Derajat Bebas Galat DB = Total Perlakuan x (ulangan – 1) DB = P (u – 1) P=4 u=4 DB = 12 175.479375 58 Rumus Derajat Bebas Total DB = (Total Perlakuan x ulangan) – 1 DB = (Pu) – 1 P=4 u=4 DB = 15 FAKTOR KOREKSI FK = 492688.1768 Rumus = Y 2807.67 Y^2 7883011 N FK 16 492688.2 JUMLAH KUADRAT TOTAL JKT = 43.20109375 Rumus = 59 Y11 Y12 Ynx 171.5 Y11^2 178 Y12^2 175.33 Ynx^2 JKT 29412.25 31684 30740.61 43.20109375 JUMLAH KUADRAT PERLAKUAN JKP = 2.98041875 Rumus = Yi1 Yi2 Yin U 702.5 Yi1^2 702.67 Yi2^2 699 Yin^2 493506.3 493745.1 488601 4 JKP 2.980419 JUMLAH KUADRAT GALAT JKG = 40.220675 Rumus = JKG = JKT – JKP JKT 43.20109 JKP 2.980419 JKG 40.22068 KUADRAT TENGAH PERLAKUAN KTP = 0.993472917 Rumus = KTP = JKP/db P JKP 2.980419 db P 3 KTP 0.993473 60 KUADRAT TENGAH GALAT KTG = 3.351722917 Rumus = KTG = JKG/db G JKG db G 40.22068 12 KTG 3.351723 F Hitung F-Hit = 0.2964 Rumus = F-Hit = KTP/KTG KTP KTG 0.993473 3.351723 Fhit 0.296407 Tabel Anova Keragaman Db Jumlah Kuadrat Perlakuan Galat 3 12 2.98041875 40.220675 Total 15 43.20109375 Kuadrat Tengah 0.9935 3.3517 Nilai F Hitung 0.29640663 7 Nilai F Tabel 5% 1% 3.490294821 5.952544683 Tidak Signifikan Kesimpulan Tidak Signifikan Tidak Berbeda Nyata 61 2. Rataan konsumsi ransum gram/ekor/hari ayam kampung yang diberi ANBAL. Perlakuan 1 2 3 4 Jumlah Rata-rata Ulangan 2 3 1 4 Rata-rata 24.5 25.42 25.09 25.33 100.34 25.085 25.09 25.09 25.11 25.07 100.36 25.09 25.47 24.92 24.92 25.16 100.47 25.1175 24.88 24.76 25.16 25.04 99.84 24.96 99.94 100.19 100.28 100.6 401.01 24.985 25.0475 25.07 25.15 PERHITUNGAN DERAJAT BEBAS 1. DB. Perlakuan = 3 2. DB. Galat = 12 3. DB. Total = 15 Rumus DB. Perlakuan DB = Total Perlakuan – 1 DB = P – 1 P 4 DB 3 Rumus DB. Galat DB = Total Perlakuan x (ulangan – 1) DB = P (u – 1) P 4 u 4 DB Jumlah 12 Rumus DB. Total DB = (Total Perlakuan x ulangan) – 1 DB = (Pu) – 1 25.063125 62 P 4 u 4 DB 15 FAKTOR KOREKSI FK = 10050.56376 Rumus FK Y Y^2 N FK 401.01 160809 16 10050.56 JUMLAH KUADRAT TOTAL JKT = 0. 87134375 Rumus JKT Y11 Y12 Ynx 24.5 Y11^2 25.42 Y12^2 25.04 Ynx^2 JKT 600.25 646.1764 627.0016 0.87134375 63 JUMLAH KUADRAT PERLAKUAN JKP = 0.05916875 Rumus JKP Yi1 Yi2 100.34 Yi1^2 100.36 Yi2^2 10068.12 10072.13 Yin 99.84 Yin^2 9968.026 U 4 JKP 0.059169 JUMLAH KUADRAT GALAT JKG = 0.812175 Rumus JKG JKT 0.871344 JKP 0.059169 JKG 0.812175 KUADRAT TENGAH PERLAKUAN KTP = 0.019722917 64 Rumus KTP JKP 0.059169 db P 3 KTP 0.019723 KUADRAT TENGAH GALAT KTG = 0.06768125 Rumus KTG JKG db G KTG F Hitung F – Hit = 0.2914 Rumus F – Hit 0.812175 12 0.067681 65 KTP 0.019723 KTG 0.067681 Fhit 0.291409 Tabel Anova Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Perlakuan 3 0.05916875 0.0197 Galat 12 0.812175 0.0677 Total 15 0.87134375 Nilai F Hitung pertambahan bobot 5% 1% 3.490294821 5.952544683 Tidak Signifikan Tidak Signifikan 0.291408871 Kesimpulan 3. Rataan Nilai F Tabel badan (PBB) Tidak Berbeda Nyata ayam kampung (gram/ekor/minggu) yang diberi ANBAL. Perlakuan 1 2 3 4 Jumlah Rata-rata Ulangan 3 4 1 2 jumlah rata-rata 63.17 63.5 64.67 61.67 253.01 63.2525 73.83 71.5 70.67 71.17 287.17 71.7925 75.5 72 77.67 74.67 299.84 74.96 74.67 72.33 75.83 75.33 298.16 74.54 287.17 279.33 288.84 282.84 71.7925 69.8325 72.21 7 0.71 1138.18 71.13625 66 PERHITUNGAN DERAJAT BEBAS 1. DB. Perlakuan = 3 2. DB. Galat = 12 3. DB. Total = 15 Rumus DB. Perlakuan DB = Total Perlakuan – 1 DB = P – 1 P 4 DB 3 Rumus DB. Galat DB = Total Perlakuan x (ulangan – 1) DB = P (u – 1) P 4 u 4 DB 12 Rumus DB. Total DB = (Total Perlakuan x ulangan) – 1 DB = (Pu) – 1 P 4 u 4 DB 15 FAKTOR KOREKSI FK = 80965.85703 Rumus FK 67 Y Y^2 1138.18 1295454 n 16 FK 80965.86 JUMLAH KUADRAT TOTAL JKT = 389.299775 Rumus JKT Y11 Y12 Ynx 63.17 Y11^2 63.5 Y12^2 75.33 Ynx^2 JKT 3990.449 4032.25 5674.609 389.299775 JUMLAH KUADRAT PERLAKUAN JKP = 355.163025 Rumus JKP 68 Yi1 Yi2 Yin u 253.01 Yi1^2 287.17 Yi2^2 298.16 Yin^2 4 JKP 64014.06 82466.61 88899.39 355.163 JUMLAH KUADRAT GALAT JKG = 34.13675 Rumus JKG JKT 389.2998 JKP 355.163 JKG 34.13675 KUADRAT TENGAH PERLAKUAN KTP = 118.387675 Rumus KTP JKP db P 355.163 3 KTP 118.3877 69 KUADRAT TENGAH GALAT KTG = 2.844729167 Rumus KTG JKG db G KTG 34.13675 12 2.844729 F Hitung F – Hit = 41.6165 Rumus F – Hit KTP 118.3877 KTG 2.844729 Fhit 41.6165 Tabel Anova Keragaman Db Perlakuan Galat 3 12 Jumlah Kuadrat 355.163025 34.13675 Total 15 389.299775 Kuadrat Tengah 118.3877 2.8447 Nilai F Hitung 41.6165012 8 Kesimpulan Nilai F Tabel 5% 1% 5.95254468 3.490295 3 Signifika Signifikan n Berbeda Sangat Nyata 70 KTG 2.84473 galat baku 0.843316 tabel duncan = D titik kritis 0,05 (4,12) 2 3 4 3.08 3.23 3.33 2.597414 2.723911 2.808243 P3 P4 P2 P1 74.96 A 74.54 71.79 63.25 0.42 3.17 2.75 11.71 11.29 8.54 0 A b c 4. Rataan konversi ransum ayam kampung yang diberi ANBAL. Perlakuan 1 2 3 4 Jumlah Rata-rata 1 Ulangan 2 3 4 Jumlah Rata-rata 2.72 2.8 2.72 2.88 11.12 2.78 2.33 2.46 2.49 2.47 9.75 2.4375 2.36 2.42 2.24 2.36 9.38 2.345 2.6 2.4 2.32 2.33 9.65 2.4125 10.01 10.08 9.77 10.04 2.5025 2.52 2.4425 2.51 39.9 2.49375 71 PERHITUNGAN DERAJAT BEBAS 1. DB. Perlakuan = 3 2. DB. Galat = 12 3. DB. Total = 15 Rumus DB. Perlakuan P 4 DB 3 Rumus DB. Galat P 4 U 4 DB 12 Rumus DB. Total 72 P U 4 4 DB 15 FAKTOR KOREKSI FK = 99.500625 Rumus FK Y Y^2 n 39.9 1592.01 16 FK 99.50063 JUMLAH KUADRAT TOTAL JKT = 0.556575 Rumus JKT 73 Y11 Y12 Ynx 2.72 Y11^2 2.8 Y12^2 2.33 Ynx^2 JKT 7.3984 7.84 5.4289 0.556575 JUMLAH KUADRAT PERLAKUAN JKP = 0.455325 Rumus JKP Yi1 Yi2 Yin 11.12 Yi1^2 9.75 Yi2^2 9.65 Yin^2 U 4 JKP 123.6544 95.0625 93.1225 0.455325 JUMLAH KUADRAT GALAT JKG = 0.10125 Rumus JKG JKT 0.556575 JKP 0.455325 JKG 0.10125 74 KUADRAT TENGAH PERLAKUAN KTP = 0.151775 Rumus KTP JKP 0.455325 db P 3 KTP 0.151775 KUADRAT TENGAH GALAT KTG = 0.0084375 Rumus KTG JKG db G 0.10125 12 KTG 0.008437 F Hitung F – Hit = 17.9881 Rumus F – Hit 75 KTP 0.151775 KTG 0.008437 Fhit 17.98815 Tabel Anova Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Perlakuan 3 0.455325 0.1518 Galat 12 0.10125 0.0084 Total 15 0.556575 17.98814815 Kesimpulan KTG galat baku galat baku tabel duncan =D titik kritis Nilai F Tabel Nilai F Hitung 5% 1% 3.49029 5.95254468 Signifika Signifikan n Berbeda Sangat Nyata 0.0084 0.0021 0.0458258 0,05 (4,12) 2 3 4 3.08 0.1411433 3 3.23 3.33 P1= 2.78 0.148017195 P2= 2.43 0 A B 0.1526 P4= 2.41 P3= 2.34 0.35 0.37 0.44 0 0.02 0 0.09 0.07 0 0 b b 76 LAMPIRAN 2 DOKUMENTASI RANGKAIAN PROSES PENELITIAN 1. Persiapan Kandang 3. Brooding 5. Vaksinasi 2. DOC Ayam Kampung 4. Pemberian Pakan dan Air Minum 6. Vaksinasi 77 7. Perlengkapan Pemberian ANBAL 9. Pemberian Pakan 11. Pemberian Pakan 8. Proses Pemberian ANBAL 10. Penimbangan Pakan 12. Ayam Kampung Umur 2 Minggu 78 13. Penimbangan Ayam 15. Pencucian Tempat Air Minum 14. Penimbangan Pakan