1 EFEK PEMBERIAN BAKTERI ASAM LAKTAT DARI

advertisement
1
EFEK PEMBERIAN BAKTERI ASAM LAKTAT DARI AIR NIRA
DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP KONVERSI RANSUM
AYAM KAMPUNG
SKRIPSI
Oleh:
FICCA SHELLA ANANDA
NIM. L1A1 12 059
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
2
EFEK PEMBERIAN BAKTERI ASAM LAKTAT DARI AIR NIRA DENGAN
DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP KONVERSI RANSUM
AYAM KAMPUNG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Peternakan
untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana pada Jurusan Peternakan
Oleh :
FICCA SHELLA ANANDA
NIM. L1A1 12 059
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
ii
3
PERNYATAAN
DENGAN
INI
SAYA
MENYATAKAN
BAHWA
SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.APABILA DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI
ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL JIPLAKAN,
MAKA
SAYA
BERSEDIA
MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN
YANG BERLAKU.
Kendari, 16 Juni 2016
FICCA SHELLA ANANDA
NIM. L1A1 12 059
iii
4
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
: Efek Pemberian Bakteri Asam Laktat Dari Air Nira
Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Konversi
Ransum Ayam Kampung.
Nama
: Ficca Shella Ananda
NIM
: L1A1 12 059
Jurusan/Fakultas
: Peternakan/Peternakan
Menyetujui,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Ir. Hj. Nuraini, M.P.
NIP. 19551231 198303 2 004
Dr. Ir. Andi Murlina Tasse, M.Si.
NIP. 19621130 199103 2 002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Peternakan,
Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si.
NIP. 19690212 199403 1 003
Ketua Jurusan Peternakan,
La Ode Arsad Sani, S.Pt., M.Sc.
NIP. 19731231 199903 1 005
Tanggal Lulus : 16 Juni 2016
iv
5
HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN
Judul
: Efek Pemberian Bakteri Asam Laktat Dari Air Nira
Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Konversi
Ransum Ayam Kampung
Nama
: Ficca Shella Ananda
NIM
: L1A1 12 059
Jurusan/Fakultas
: Peternakan/Peternakan
Telah diujikan di depan Tim Penguji Skripsi dan telah diperbaiki sesuai
saran-saran saat ujian.
Kendari, 16 Juni 2016
Tim Penguji :
Ketua
Paraf
: Dr. Muh. Amrullah Pagala, S.Pt., M.Si : ………………………..
Sekretaris : Fuji Astuty Auza, S.Pt., M.P.
: ………………………..
Anggota : La Malesi, S.Pt., M.Si.
: ………………………..
Anggota : Ir. Hj. Nuraini, M.P.
: ………………………..
Anggota : Dr. Ir. Andi Murlina Tasse, M.Si.
: ………………………..
v
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ficca Shella Ananda dilahirkan di Kota
Kendari, pada tanggal 21 Maret 1995, Putri Pertama dari
pasangan
Bapak
Masmuman
dan
Ibu
Tien
Supartini.
Menyelesaikan pendidikan formal Sekolah Dasar Negeri 1 PoliPolia pada Tahun 2006, SMPN 1 Poli-Polia pada Tahun 2009
dan SPP Negeri 1 Kulo Kabupaten Sidenreng Rappang pada
Tahun 2012. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Universitas Halu Oleo
Fakultas Peternakan Jurusan Peternakan melalui jalur SNMBPTN. Selain itu, penulis
juga aktif dalam Komunitas Protekno Jurusan Peternakan pada tahun 2012 dan
anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Peternakan Universitas Halu Oleo
periode 2013-2015. Selama menempuh pendidikan di UHO penulis menerima
beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) sejak semester II sampai semester
VII.
vi
7
ABSTRAK
FICCA SHELLA ANANDA (L1A1 12 059). Efek Pemberian Bakteri Asam Laktat
Dari Air Nira Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Konversi Ransum Ayam
Kampung. (Dibimbing oleh Ibu NURAINI, Sebagai pembimbing I dan Ibu ANDI
MURLINA TASSE, sebagai pembimbing II).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian air nira
mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) dengan dosis yang berbeda terhadap
konversi ransum ayam kampung. Penelitian ini menggunakan 64 ekor ayam
kampung yang dibagi kedalam 16 plot kandang dan rancangan percobaan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini terdiri atas 4
perlakuan yaitu P1 (0% V/V ANBAL), P2 (1% V/V ANBAL), P3 (2% V/V ANBAL),
P4 (3% V/V ANBAL), dan 4 ulangan. Variabel penelitian meliputi konsumsi ransum,
pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Analisis data menggunakan sidik
ragam dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Rataan konsumsi ransum
(g/ekor/minggu) yaitu 175,62 (P1), 175,66 (P2), 175,87 (P3), 174,75 (P4).
Pertambahan bobot badan (g/ekor/minggu) yaitu 63,25 (P1), 71,79 (P2), 74,96 (P3),
74,54 (P4). Konversi ransum yaitu 2,78 (P1), 2,43 (P2), 2,34 (P3), 2,41 (P4). Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemberian air nira mengandung bakteri asam
laktat (ANBAL) 1% V/V, 2% V/V dan 3% V/V secara nyata tidak mempengaruhi
konsumsi ransum, tetapi secara nyata mempengaruhi pertambahan bobot badan dan
konversi ransum.
Kata Kunci: bakteri asam laktat, air nira, konversi ransum ayam kampung.
vii
8
ABSTRACT
FICCA SHELLA ANANDA (L1A1 12 059). Effect of Fed Lactic Acid Bacteri in
The Nira Liquor with Different Level on Feed Conversion of Native Chickens.
(Supervised by NURAINI and ANDI MURLINA TASSE).
The research has been conducted to know feed conversion of native chickens
that fed lactic acid bacteri in the nira liquor (LAB-NL) with different level on feed
conversion of native chickens. Sixty four native chickens that was kept at 16 plots,
each cage plots filled 4 native chickens. The study design was completely
randomized design (CRD) with 4 treatments were T1 (0% V/V LAB-NL), T2 (1% V/V
LAB-NL), T3 (2% V/V LAB-NL), T4 (3% V/V LAB-NL), and 4 replications. The
measurement of experiment variables were weekly feed intake (WFI, g/chicken/w),
weekly body gain (WBG, g/chicken/w), and feed conversion (FC). Analysis of data
used analysis of varians (ANOVA) and Duncan’s multiple range test (DMRT). The
result showed means of that weekly feed intake (g/chicken/w) was 175,62 (T1),
175,66 (T2), 175,87 (T3), 174,75 (T4). Weekly body gain (g/chicken/w) was 63,25
(T1), 71,79 (T2), 74,96 (T3), 74,54 (T4). Feed conversion was 2,78 (T1), 2,43 (T2),
2,34 (T3), 2,41 (T4). Therefore it can be concluded that fed 1% V/V to 3% V/V lactic
acid bacteri in the nira liquor (LAB-NL) in the ration non significantly influence on
weekly feed intake but significantly influence on weekly body gain and feed
conversion native chickens aged 7 weeks.
Key Words: lactic acid bacteri, nira liquor, feed conversion native chickens.
viii
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Efek Pemberian Bakteri Asam Laktat Dari Air Nira Dengan Dosis Yang Berbeda
Terhadap Konversi Ransum Ayam Kampung sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Jurusan Peternakan di Fakultas
Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada Rasulullah SAW. beserta keluarga, para sahabat dan umatnya yang
senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Ir. Hj.
Nuraini, M. P. selaku Pembimbing I dan Ibu Dr. Ir. Andi Murlina Tasse, M. Si.
selaku Pembimbing II. Arahan dan masukan yang sangat berharga bagi penulis untuk
kesempurnaan skripsi dengan penuh perhatian dan kesabaran selalu dicurahkan.
Ucapan terima kasih dengan penuh rasa hormat, cinta dan kasih penulis
persembahkan kepada Ayah tercinta Masmuman dan Ibu tersayang Tien Supartini
atas segala cinta, kasih sayang, perhatian, do’a yang tidak ada henti-hentinya dan
pengorbanan yang tiada pernah bisa terukur.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Rianse, M.S selaku Rektor Universitas Halu Oleo,
Bapak Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si selaku Dekan Fakultas Peternakan dan
Bapak La Ode Arsad Sani S.Pt., M.Sc selaku Ketua Jurusan Peternakan yang
ix
10
telah memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Universitas Halu
Oleo.
2. Bapak Dr. Muh. Amrullah Pagala, S.Pt. M.Si, Bapak La Malesi, S.Pt. M.Si dan
Ibu Fuji Astuty Auza, S.Pt., M.P selaku dosen penguji atas kesediaannya menguji,
memberikan saran dan koreksinya kepada penulis demi kesempurnaan skripsi.
3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Peternakan yang telah memberikan ilmu dan
pengalaman yang sangat bernilai bermanfaat bagi penulis serta seluruh staf yang
telah memberi fasilitas dan memudahkan dalam pengurusan administrasi selama
masa kuliah penulis.
4. Kedua adik tersayang saya Radyan Dipati Wanapraja dan Kenanga Diwana
Pertiwi yang menjadi penyemangat saya untuk cepat menyelesaikan kuliah ini.
5. Orang-orang terdekat yang selalu membantu dan menemani dalam penyelesaian
tugas akhir penulis, Hidayat, Hikmawati, Indra Muhammad dan La Zizet terima
kasih atas do’a, dukungan, nasehat, pelajaran dan motivasi yang selalu diberi.
6. Sahabat-sahabat saya Melly Pratiwi, Sri Novianti, Ajeng Kurniasih, Linda Dewi,
La Ode Gatra Pradana, Taufik, Wahyuni Syuhada, Vidya Batara dan Nuraeni,
terima kasih telah memberi do’a dan semangat agar menyelesaikan tugas akhir
ini.
7. Teman-teman seangkatanku Nuraeni. A, Nela Febriani, Sumran aswindo,
Yuliana, Wd. Zulzalima, Maria Sermin, Muh Asis, Asis Surajat, Salmiati Wanci,
Rachmita Dewi, Sitti Iziqzamiyah Assambo, Dimas Oktavian Muhamad Nafar,
Riska Marsandi, Sufardiman, Herdiana dan teman-teman lain yang tidak sempat
x
11
tertulis terima kasih atas kebersamaan, canda gurau dan suka duka selama
berkuliah di Fakultas Peternakan.
8. Senior-senior di Fakultas Peternakan, Kak Widi Astuti S.Pt, Kak Marni S.Pt, Kak
Fakhrul Arifin Nasution dan junior-juniorku angkatan 2013, 2014 dan 2015
terima kasih atas kerjasama selama ini.
9. Semua pihak yang telah terlibat dalam bentuk apapun itu selama menempuh
kuliah yang tidak sempat tertulis, dengan tulus penulis haturkan terima kasih dan
semoga Allah SWT. memberi balasan yang sesuai.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat kepada semua pihak yang terkait
dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
Kendari, 16 Juni 2016
Penulis
xi
12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................
Halaman
i
PERNYATAAN ........................................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN .................................
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................
vi
ABSTRAK ................................................................................................
vii
ABSTRACT ..............................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
ix
DAFTAR ISI .............................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
C. Tujuan dan Manfaat .........................................................................
1
3
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori ...............................................................................
1. Ayam Kampung ........................................................................
2. Air Nira .....................................................................................
3. Bakteri Asam Laktat ................................................................
4. Konsumsi Ransum ....................................................................
5. Pertambahan Bobot Badan ........................................................
6. Konversi Ransum ......................................................................
B. Penelitian Terdahulu ………………………………………………
C. Kerangka Pikir ...............................................................................
D. Hipotesis .........................................................................................
4
4
7
10
12
13
14
15
18
19
xii
13
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat .........................................................................
B. Materi Penelitian ............................................................................
C. Prosedur Penelitian .........................................................................
D. Rancangan Penelitian .....................................................................
E. Variabel Penelitian .........................................................................
F. Analisis Data ..................................................................................
20
20
21
24
24
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengaruh Pemberian Air Nira Mengandung Bakteri Asam Laktat
(ANBAL) Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Kampung .............
B. Pengaruh Pemberian Air Nira Mengandung Bakteri Asam Laktat
(ANBAL) Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam Kampung
C. Pengaruh Pemberian Air Nira Mengandung Bakteri Asam Laktat
(ANBAL) Terhadap Konversi Ransum Ayam Kampung ………. .
32
V. PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ...............................................................................................
35
35
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
LAMPIRAN .............................................................................................
xiii
27
29
14
DAFTAR TABEL
No.
1.
Teks
Komposisi Kimia Nira Aren .......................................................
2.
Kebutuhan Gizi Ayam Kampung .................................................
3.
Rataan Konsumsi Ransum, Bobot Badan dan Konversi Ransum
Pada Ayam Kampung Umur 8 Minggu .......................................
4.
6.
12
13
Rataan Konsumsi Ransum (gram/ekor/minggu) Ayam Kampung
yang Diberi ANBAL ……………………………………………
5.
Halaman
10
27
Rataan Pertambahan Bobot Badan (PBB) Ayam Kampung
(g/ekor/minggu) yang Diberi ANBAL …………………….........
29
Rataan Konversi Ransum Ayam Kampung yang Diberi ANBAL
32
xiv
15
DAFTAR GAMBAR
No.
1.
Teks
Skema Kerangka Pikir Penelitian.................................................
2.
Otofermentasi Air Nira ...............................................................
21
3.
Denah Petak Kandang Penelitian ................................................
23
xv
Halaman
18
16
DAFTAR LAMPIRAN
No.
1.
2.
Teks
Halaman
Analisis Data Penelitian .............................................................
41
Dokumentasi Penelitian ..............................................................
xvi
49
17
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ayam kampung atau sering disebut ayam bukan ras (buras) merupakan salah
satu ternak unggas yang banyak dipelihara terutama di daerah pedesaan, karena selain
dagingnya enak dimakan, telur ayam kampung juga sangat diminati orang karena
kandungan proteinnya. Keberadaan ayam kampung bermanfaat sebagai penghasil
telur dan daging yang dapat menambah pendapatan keluarga, dan dapat memenuhi
kebutuhan pangan dan gizi masyarakat.
Masalah utama dalam peningkatan produksi ternak termasuk unggas adalah
penyediaan ransum.
Pada saat ini penyediaan ransum terutama sebagai sumber
protein dan energi dipenuhi dari impor dan sebagai konsekuensinya harga ransum
meningkat. Efisiensi penggunaan ransum dapat dilakukan dengan pemberian bahan
imbuhan (feed additive) atau zat pemacu tumbuh (growth promotant). Zat pemacu
tumbuh yang umum dipakai berasal dari kelompok antibiotik seperti zinkbasitrasin,
monensin, tetrasiklin dan penisilin.
Perkembangan persyaratan keamanan pangan membatasi penggunaan
antibiotik karena selain sifat positifnya yang menahan infeksi bakteri patogen, juga
membunuh mikroba pencernaan yang menguntungkan dan menyebabkan resistensi.
Hal ini memicu para pakar nutrisi ternak untuk mengalihkan penggunaan zat pemacu
tumbuh sintetis dengan bahan alami lain misalnya bioaktif dan probiotik.
2
18
Konversi ransum merupakan rasio antara konsumsi ransum dengan
pertambahan bobot badan yang diperoleh dalam kurun waktu tertentu.
Semakin
tinggi angka konversi ransum yang dihasilkan dari penggunaan ransum maka
semakin banyak asupan ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan pertambahan
bobot badan sehingga semakin tidak efisien penggunaan ransum tersebut. Konversi
ransum diperlukan untuk menggambarkan sejauh mana efektivitas biologis
pemanfaatan zat gizi dalam ransum (Wiryawan, dkk., 2005).
Putri (2010)
menyatakan bahwa jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum
semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum
tidak efisien. Oleh karena itu, perlu diupayakan untuk memperoleh ransum imbuhan
yang dapat memperbaiki angka konversi penggunaan ransum.
Salah satu probiotik yang sering digunakan untuk mengefisienkan
penggunaan ransum pada ternak ruminansia dan unggas adalah bakteri asam laktat
(BAL). BAL memiliki beberapa keunggulan diantaranya mampu meningkatkan nilai
cerna karena dapat merombak atau mendegradasi nutrien sehingga dapat
menghasilkan komponen yang dapat langsung diserap misalnya asam amino yang
berasal dari perombakan protein (Guerra, dkk., 2006).
Beberapa hasil penelitian mengenai BAL yang telah dilaporkan dalam jurnal
ilmiah. Namun, penggunaan BAL yang dihasilkan dari otofermentasi air nira belum
banyak ditemukan. Padahal, di Sulawesi Tenggara khususnya di Kolaka terdapat
industri pengolahan air nira menjadi gula merah.
dimanfaatkan menjadi sumber aditif ransum.
Potensi air nira ini belum
Oleh karena itu, perlu diupayakan
319
penggunaan hasil otofermentasi air nira sebagai aditif ransum yang berasal dari bahan
baku lokal untuk mengurangi penggunaan aditif ransum impor.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai efek
pemberian bakteri asam laktat dari air nira dengan dosis yang berbeda terhadap
konversi ransum ayam kampung.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana efek pemberian bakteri asam laktat dari air nira dengan dosis yang
berbeda terhadap konversi ransum ayam kampung.
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian bakteri
asam laktat dari air nira dengan dosis yang berbeda terhadap konversi ransum ayam
kampung.
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi peternak
mengenai efek pemberian bakteri asam laktat dari air nira dengan dosis yang berbeda
terhadap konversi ransum ayam kampung.
20
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Ayam Kampung
Ayam kampung merupakan salah satu anggota dari ayam buras yang sangat
potensial di Indonesia. Ayam kampung dijumpai di semua provinsi dan di berbagai
macam iklim atau daerah. Umumnya ayam kampung banyak dipelihara orang di
daerah pedesaan yang dekat dengan sawah atau hutan. Pemeliharaannya pun masih
menggunakan cara tradisional.
Klasifikasi adalah suatu sistem pengelompokan jenis-jenis ternak berdasarkan
persamaan dan perbedaan karakteristik. Suprijatno, dkk (2005) mengemukakan
taksonomi ayam kampung di dalam dunia hewan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Subclass : Neornithes
Ordo : Galliformes
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus
21
5
Sebenarnya ayam-ayam yang diternakkan kini (Gallus domesticus) bera
sal dari ayam hutan (Gallus varius) di Asia Tenggara. Jadi, ayam hutan merupakan
nenek moyang ayam kampung yang umum dipelihara. Ayam kampung kemungkinan
berasal dari pulau Jawa. Akan tetapi, saat ini ayam hutan sudah tersebar sampai ke
Pulau Nusa Tenggara (Rasyaf, 2006). Sebagian besar ayam kampung yang terdapat
di Indonesia mempunyai bentuk tubuh yang kompak dengan pertumbuhan badan
relatif bagus, pertumbuhan bulunya sempurna dan variasi warnanya juga cukup
banyak (Redaksi Agromedia, 2005). Wibowo (1996) menambahkan bahwa ragam
warna ayam kampung mulai dari hitam, putih, kekuningan, kecoklatan, merah tua,
dan kombinasi dari warna-warna itu.
Ayam kampung memiliki kelebihan yaitu lebih tahan terhadap cekaman dan
dagingnya disukai terutama untuk olahan tertentu.
Kekurangan ayam kampung
adalah perkembangbiakkannya lambat, pertumbuhan lambat serta pertumbuhan
daging memerlukan waktu yang lebih lama (Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000).
Menurut Rasyaf (2006) warna bulu pada ayam kampung tidak dapat
diandalkan sebagai patokan yang baku, karena berubah terus-menerus. Misalnya
induknya berwarna coklat bintil-bintil hitam dan jagonya berwarna kemerahan
campur hitam, tetapi anaknya berbulu putih atau warna campuran pada anak yang
lain. Badan ayam kampung kecil, baik itu ayam penghasil telur maupun pedaging.
Badannya tidak dapat dibedakan karena memang ayam kampung tidak dibedakan atas
penghasil telur atau daging (Rasyaf, 2006). Kepala ayam kampung betina berukuran
622
lebih kecil dibandingkan dengan kepala ayam kampung jantan (Redaksi Agromedia,
2005).
Ada beberapa alasan para peternak lebih memilih beternak ayam kampung
antara lain: Ayam kampung lebih tahan terhadap penyakit sehingga lebih mudah
dipelihara, mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan tidak mudah stress, dalam
hal ransum ayam kampung tidak memilih-milih jenis makanan sehingga
memudahkan pemilik untuk memberi ransum, dan mempunyai peluang bisnis yang
cukup besar karena tidak banyak orang memelihara ayam kampung petelur maupun
pedaging sehingga produksi di pasaran terbatas maka permintaan akan naik dan harga
jual pun menjadi naik (Marhiyanto, 2006).
Ayam kampung disebut ayam lokal karena sering diberi nama sesuai dengan
daerah asalnya, misalnya ayam sumatera, ayam kedu, ayam nunukan dan ayam
pelung. Ayam kampung yang dipelihara secara tradisional akan mengalami tiga kali
penetasan dalam setahun dengan jumlah anak setiap penetasan rata-rata 10 ekor. Ada
beberapa jenis ayam kampung, mulai dari tipe ringan sampai tipe berat dengan berat
badan 1-1,5 kg. Ayam pelung yang banyak dikembangkan di daerah Cianjur,
berpotensi besar sebagai ayam pedaging pengganti broiler.
Pada umur delapan
minggu, ayam jantannya mencapai bobot badan 760 gram dan betina 890 gram
sedangkan ayam kampung yang lain, baru mencapai 370 gram. Dipedesaan, tiap
rumah tangga umumnya memiliki rata-rata 5-7 ekor ayam kampung (Koswara, 2009).
Salah satu ciri ayam kampung adalah sifat genetiknya yang tidak seragam.
Warna bulu, ukuran tubuh dan kemampuan produksinya tidak sama merupakan
723
cermin dari keragaman genetiknya. Disamping itu badan ayam kampung kecil, sama
dengan badan ayam ras petelur tipe ringan (Rasyaf, 2010).
Candrawati (1999)
mendapatkan kebutuhan hidup pokok ayam kampung 0-8 minggu adalah 103,96
kkal/W dan kebutuhan protein untuk hidup adalah 4,28 g/W0.75/ hari. Sutama (1991)
menyatakan bahwa ayam kampung pada masa pertumbuhan dapat diberikan ransum
yang mengandung energi termetabolis sebanyak 2700-2900 kkal dengan protein
lebih besar atau sama dengan 18%.
Ayam kampung yang dipelihara secara tradisional di pedesaan mencapai
dewasa kelamin pada umur 6-7 bulan dengan bobot badan 1,4-1,6 kg (Supraptini,
1985). Ayam kampung sebagai ayam potong biasanya dipotong pada umur 4-6
bulan. Margawati (1989) melaporkan bahwa berat badan ayam kampung umur 8
minggu yang dipelihara secara tradisional dan intensif, pada umur yang sama
mencapai 1.435,5 g. Aisyah dan Rahmat (1989) menyatakan pertambahan bobot
badan anak ayam kampung yang dipelihara intensif rata rata 373,4 g/hari dan yang
dipelihara secara ekstensif adalah 270,67 g/hari.
2. Air Nira
Nira pada dasarnya merupakan air yang keluar dari bunga aren atau kelapa.
Nira adalah suatu minuman alami yang terasa manis karena mengandung glukosa.
Kandungan glukosa pada nira menyebabkan nira banyak diolah sebagai gula
tradisional oleh kebanyakan masyarakat di beberapa daerah (Hidayati, 2009).
Nira aren yang mengandung gula antara 10-15% ini dihasilkan dari usaha
penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina
824
(Hasbullah, 2001). Namun biasanya, tandan bunga jantan yang dapat menghasilkan
nira dengan kualitas baik dan jumlah yang lebih banyak. Oleh karena itu penyadapan
nira hanya dilakukan pada tandan bunga jantan.
Nira aren cepat mengalami perubahan menjadi asam karena terjadi proses
fermentasi. Proses fermentasi mulai terjadi pada saat nira keluar dari tandan pohon
aren, karena nira memiliki kandungan gula yang cukup tinggi. Menurut Pontoh
(2007), nira segar mengandung sukrosa 13,9-14,9%, abu 0,04%, protein 0,2% dan
kadar lemak 0,02%.
Setelah nira menetes dan keluar dari tandan bunga, nira langsung
berhubungan dengan udara bebas kemudian nira menetes jatuh ke wadah
penampungan. Nira yang baru menetes dari tandan bunga mempunyai derajat
keasaman (pH) sekitar 7, tetapi karena pengaruh keadaan sekitarnya cairan itu mudah
mengalami kontaminasi oleh mikroba dan terjadi proses fermentasi sehingga pH nira
menurun (Sardjono dan Dachlan, 1988). Untuk mencegah/menghambat terjadinya
fermentasi nira tersebut berbagai upaya dilakukan seperti pengasapan bumbung/
wadah, sehingga dapat mengakibatkan aroma nira yang tidak disukai.
Menurut kebiasaan masyarakat, penggunaan nira yang baik yaitu beberapa
saat setelah disadap dan tidak boleh dibiarkan bermalam, karena akan mengubah cita
rasa. Berubahnya cita rasa ini disebabkan keberadaan bakteri yang mengubah gula
menjadi asam. Perubahan ini juga diikuti dengan jumlah kelimpahan ragi pada nira
yang digunakan, karena ragi akan mengalami suksesi jika substratnya mengandung
asam. Suksesi adalah pergantian jenis mikroba sejalan dengan bertambahnya waktu
925
fermentasi.
Proses fermentasi pada nira dapat berlangsung dalam hitungan jam.
Mikroba yang berkembang selanjutnya adalah mikroba yang membentuk asam asetat.
Peristiwa perubahan cita rasa nira karena kehadiran bakteri, ragi dan asam laktat ini
disebut fermentasi. Nira merupakan cairan manis yang mengucur dari tandan kelapa
atau pun aren.
Nira yang belum difermentasi menjadi tuak pada dasarnya mengandung
sejumlah mikroba baik berupa ragi maupun bakteri. Mikroba dalam nira ini berasal
dari tandan maupun udara bebas ketika proses penyadapan berlangsung.
Untuk
kualitas organoleptik tuak sendiri bergantung pada ramuan yang ditambahkan, tuak
yang dihasilkan dapat berasa sedikit manis, agak masam atau pahit, dengan bau yang
tajam dan warna yang sangat keruh (Wikipedia, 2010).
Dalam keadaan segar nira berasa manis, berbau khas nira dan tidak berwarna.
Nira aren mengandung beberapa zat gizi antara lain karbohidrat, protein, lemak dan
mineral. Rasa manis pada nira disebabkan karena kandungan gulanya mencapai 11,18%
(Rumokoi, 1990). Hasil analisa komposisi kimia nira aren segar disajikan pada Tabel 1.
1026
Tabel 1. Komposisi Kimia Nira Aren
Komponen
Karbohidrat :
Glukosa
Fruktosa
Protein
Lemak Kasar
Abu :
Kalsium (Ca)
Posfor (P2O5)
Vitamin C
Air
Sumber : (Rumokoi, 1990).
Kandungan (%)
11,18
3,70
7,48
0,28
0,01
0,35
0,06
0,07
0,01
89,23
3. Bakteri Asam Laktat (BAL)
Bakteri asam laktat didefenisikan sebagai kelompok bakteri yang membentuk
asam laktat, baik sebagai satu – satunya produk maupun sebagai produk utama pada
metabolisme karbohidrat. Studi mengenai bakteri asam laktat menunjukkan bahwa
banyak efek menguntungkan yang diberikan dari aktivitas bakteri ini (Hasan, 2006).
BAL umumnya merupakan mikrobiota alami yang ditemukan dalam produk
pangan dan ransum terfermentasi seperti silase.
Selain itu BAL juga banyak
ditemukan di saluran cerna ternak baik unggas maupun ruminansia yang memiliki
peran pada proses fermentasi bahan makanan dan penyeimbang populasi berbagai
jenis mikroba dalam saluran cerna (Damayanti, dkk., 2015). Peningkatan konsentrasi
bakteri asam laktat akan mengakibatkan penurunan pH, semakin meningkat
konsentrasi bakteri asam laktat maka kondisi pH semakin menurun. Penambahan
bakteri asam laktat dalam ransum menyebabkan suasana dalam saluran pencernaan
lebih asam dan pH dalam usus halus menurun, kolonial bakteri asam laktat
11
27
meningkat, kekentalan digestal meningkat sehingga laju digestal berjalan lebih
lambat dan meningkatkan pencernaan di lambung dan usus (Cahyaningsih, dkk.,
2013).
Probiotik adalah mikroba pada ransum/atau makanan suplemen atau
komponen dari bakteri yang memiliki efek menguntungkan pada hewan dan
kesehatan manusia (Rajput, dkk., 2012). Probiotik terdiri dari bakteri asam laktat
yang memiliki kemampuan memelihara keseimbangan mikroflora normal usus,
menghambat bakteri patogen, dan meningkatkan sistem imun (Rolfe, 2000). Sifat
dari bakteri asam laktat adalah kemampuannya dalam mengasamkan suasana di
dalam usus sehingga dapat menghilangkan bakteri patogen yang akan berdampak
pada penyerapan nutrisi yang baik. Pemberian bakteri asam laktat dapat menurunkan
pH saluran pencernaan, penurunan pH tersebut dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pembusuk. Bakteri yang tergolong kepada Bakteri Asam Laktat
adalah Corinobacterium, Enterococcus, Lactobacillus, Lactococcus, Leuconostoc,
Pediococcus, Streptococcus, Propionicbacterium, yang mempunyai potensi untuk
digunakan sebagai probiotik (Nettles dan Barefoot, 1993) oleh karena itu, probiotik
ikut berperan dalam mengatur keseimbangan mikroba saluran pencernaan, dapat
meningkatkan kekebalan tubuh, mendukung pertumbuhan, meningkatkan efisiensi,
dan konversi ransum serta membantu mengoptimalkan penyerapan zat makanan
(Suryo, dkk., 2012).
28
12
4. Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dimakan dalam jangka
waktu tertentu.
Ransum yang dikonsumsi ternak digunakan untuk memenuhi
kebutuhan energi dan zat nutrisi lain. Bahan makanan yang tersedia dan terbanyak
dimakan oleh bangsa unggas berasal dari biji-bijian, limbah pertanian, dan sedikit
dari hasil hewani serta perikanan. Oleh karena itu, bahan makanan yang digunakan
hendaknya harganya relatif murah serta mudah didapatkan (Rasyaf, 2006).
Suprijatna, dkk., (2005) menyatakan bahwa ransum starter diberikan pada
ayam berumur 0-3 minggu, sedangkan ransum finisher diberikan pada waktu ayam
berumur 4 minggu sampai panen.
Mulyono (2004) menambahkan bahwa pada
prinsipnya kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh ayam terdiri atas sumber energi,
diantaranya karbohidrat sebagai sumber utama, lemak sebagai cadangan utama,
protein (asam-asam amino), vitamin dan mineral.
Kebutuhan nutrisi ayam kampung dikelompokkan ke dalam tiga kelompok
umur yaitu 0-12 minggu (starter), 12-22 minggu (grower), >22 minggu (layer) dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan Gizi Ayam Kampung
Gizi
Umur (minggu)
Starter (0-12) Grower (12-22)
Protein (%)
15,00-17,00
14,00
Energi (Kkal EM/Kg)
2600
2400
Lisin (%)
0,87
0,45
Metionin (%)
0,37
0,21
Ca (%)
0,90
1,00
P tersedia (%)
0,45
0,40
Sumber: Sinurat (1991)
Layer (>22)
14,00
2400-2600
0,68
0,22-0,30
3,40
0,34
13
29
Rasyaf (2006) menyatakan bahwa ayam akan berhenti makan bila energi yang
dibutuhkan telah terpenuhi. Apabila kebutuhan energinya tinggi sedangkan makanan
yang dimakan berkadar energi rendah, maka konsumsi makanannya akan menjadi
lebih banyak dan begitu pula sebaliknya. Rataan konsumsi ransum, bobot badan dan
konversi ransum pada ayam kampung umur 8 minggu dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Konsumsi Ransum, Bobot Badan dan Konversi Ransum Pada Ayam
Kampung Umur 8 Minggu
Protein Kasar EM (kkal Konsumsi ransum Bobot badan Konversi ransum
(%)
/kg)
(g/ekor)
(g/ekor)
(g/ekor)
17
2900
1234,48
431,60
2,89
3100
1383,08
492,83
2,80
20
2900
1177,44
400,16
3,02
3100
1333,84
520,57
2,60
Sumber: Husmaini (2000)
Jumlah ransum yang diberikan untuk per ekor ayam kampung sesuai dengan
tingkatan umur adalah 7 gram/hari sampai umur 1 minggu, 19 gram/hari sampai umur
2 minggu, 34 gram/ sampai umur 3 minggu, 47 gram/minggu sampai umur 4 minggu,
58 gram/hari sampai umur 5 minggu, 66 gram/hari sampai umur 6 minggu, 72
gram/hari sampai umur 7 minggu, 74 gram/hari sampai umur 8 minggu
(Sukajayafarm, 2012).
5. Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan ayam berlangsung sesuai dengan kondisi fisologis
ayam yaitu bobot badan ayam akan berubah ke arah bobot badan dewasa, perubahan
bobot badan membentuk kurva sigmoid yaitu meningkat perlahan-lahan kemudian
cepat dan perlahan lagi atau berhenti. Penurunan bobot badan pada ayam kampung
14
30
memperlihatkan kemampuan ayam untuk mempertahankan produksi dengan
mengambil cadangan protein dan energi tubuh (Iskandar, 2006).
Rasyaf (2006) menyatakan bahwa bobot badan dipengaruhi oleh kualitas dan
kuantitas ransum yang dikonsumsi. Dengan demikian perbedaan kandungan zat-zat
makanan pada ransum dan banyaknya ransum yang dikonsumsi akan memberikan
pengaruh terhadap pertambahan bobot badan yang dihasilkan, karena kandungan zatzat makanan yang seimbang dan cukup sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan
untuk pertumbuhan yang optimal. Nurcahyo dan Widyastuti (2002) menyatakan
bahwa pertambahan bobot badan ayam kampung mencapai bobot 1,5 kg dalam waktu
tiga puluh minggu. Waktu ini lebih lama apabila dibandingkan dengan ayam ras
yang hanya memerlukan waktu sampai tujuh minggu.
6. Konversi Ransum
Konversi ransum adalah perbandingan konsumsi ransum dengan pertambahan
bobot badan atau produksi telur. Dengan demikian konversi ransum terbaik adalah
jika nilai terendah (Djulardi, 2006). Mulyono (2006) menambahkan konversi ransum
adalah angka yang menunjukkan seberapa banyak ransum yang dikonsumsi (kg)
untuk menghasilkan berat ayam 1 kg.
Nilai konversi ransum dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain genetik, tipe ransum yang digunakan, feed additive yang
digunakan dalam ransum, manajemen pemeliharaan dan suhu lingkungan.
Konversi ransum didefinisikan sebagai banyaknya ransum yang dihabiskan
untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan bobot badan.
Angka konversi
15
31
ransum dihasilkan yang kecil berarti jumlah ransum yang digunakan untuk
menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit, semakin tinggi konversi ransum
berarti semakin boros (Edjeng dan Kartusudjana, 2006).
Jika angka rasio yang
dihasilkan kecil, maka pertambahan berat badan akan baik pula. Namun, angka rasio
tersebut tidaklah sama setiap pertumbuhan, baik ransum yang digunakan (Fadilah,
dkk., 2007).
Tinggi rendahnya angka konversi ransum disebabkan adanya selisih yang
semakin besar atau rendah pada perbandingan konsumsi ransum dan pertambahan
bobot badan. Semakin tinggi angka konversi maka akan semakin besar pula angka
konversi ransumnya. Konversi ransum merupakan salah satu standar produksi guna
mengetahui efisiensi penggunaan ransum oleh ternak atau efisiensi penggunaan
ransum menjadi produk akhir yaitu daging.
Konversi ransum selama penelitian diukur berdasarkan perbandingan
konsumsi ransum total selama penelitian dengan pertambahan bobot badan total
selama penelitian (Rasyaf, 2006). Selanjutnya Mulyono (2006) menyatakan angka
konversi ransum yang tinggi menunjukkan penggunaan ransum yang kurang efisien,
dan sebaliknya angka yang mendekati 1 berarti semakin efisien.
B. Penelitian Terdahulu
Febrisiantosa (2012) melakukan penelitian berjudul Persentase Karkas,
Kandungan Lemak dan Kolesterol Daging Ayam dengan Pemberian Aditif Ransum
Mengandung Bakteri Asam Laktat dan Tepung Ganoderma Lucidum. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian aditif ransum berupa Bakteri Asam
32
16
Laktat (BAL) dan tepung G. lucidum terhadap persentase karkas, bagian karkas,
kandungan lemak serta kolesterol pada ayam pedaging. Isolat BAL yang digunakan
adalah Lactobacillus salivarius 172 dan pediococcus pentosaceus Db9. Berdasarkan
hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa produk simbiotik yang terdiri dari
campuran BAL dan tepung G. lucidum dapat diberikan pada ternak ayam guna
menurunkan kadar lemak dan kolesterol daging yang dihasilkan.
Pradana (2014) melakukan penelitian berjudul Pengaruh Penambahan Whey
Keju dengan Bakteri Asam Laktat (BAL) Pediococcus pentosaceus dalam Ransum
terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui
pengaruh penambahan whey keju dengan bakteri asam laktat (BAL) pediococcus
pentosaceus dalam ransum terhadap kualitas karkas. Materi yang digunakan 114 ekor
ayam pedaging strain Lohman betina umur satu minggu dengan rata-rata bobot badan
114,8+11,4 g. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu ransum basal
tanpa penambahan whey dan 1 ml Pediococcus pentosaceus (P0), penambahan 1%
whey dan 1 ml Pediococcus pentosaceus (P1), penambahan 2% whey dan 1 ml
Pediococcus pentosaceus (P2), penambahan 3% whey dan 1 ml Pediococcus
pentosaceus (P3). Variabel yang diamati meliputi persentase karkas, deposisi daging
dada, persentase lemak abdominal.
Data yang dihasilkan kemudian dianalisis
menggunakan analisis ragam, apabila menunjukkan hasil yang berbeda nyata akan
dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 13% whey keju dengan 1 ml bakteri asam laktat (BAL) Pediococcus pentosaceus
17
33
dalam ransum tidak dapat meningkatkan persentase karkas, deposisi daging dada,
persentase lemak abdominal. Saran yang diberikan adalah penambahan whey keju
dengan Pediococcus pentosaceus dalam pakan tidak berpengaruh terhadap kualitas
karkas namun dapat menjadikan alternatif untuk produk daging ayam yang sehat.
Gafar dan Heryani (2014) melakukan penelitian berjudul Pengembangan
Proses Pengolahan Minuman Nira Aren dengan Teknik Ultrafiltrasi dan Deodorisasi.
Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang teknik terbaik
dalam memproses nira yang memenuhi syarat untuk menjadi produk minuman nira
dalam kemasan. Perlakuan pada penelitian ini meliputi proses pembuatan minuman
nira dengan teknik ultrafiltrasi (membrane 0.01mm), teknik deodorisasi menggunakan
steam, dan teknik kombinasi ultrafiltrasi dan deodorisasi. Analisis contoh produk
dilakukan terhadap kadar gula, keasaman (pH), logam berat dan uji organoleptik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembuatan minuman nira yang terbaik
adalah pada perlakuan dengan teknik kombinasi, dimana produk yang diperoleh
mempunyai kadar gula 10,4-16,3%, pH 4,0-4,3, logam berat Pb < 0,048 mg/kg dan
Hg < 0,005 mg/kg, serta keadaan (bau dan rasa) normal atau rata-rata disukai sampai
sangat disukai. Hasil pengujian parameter tersebut memenuhi syarat standar nasional
produk minuman isotonik. Perbedaan dari ketiga penelitian diatas dengan penelitian
yang akan digunakan terletak pada materi penelitian yaitu ayam kampung dengan
ransum komersil ayam kampung, serta efek pemberian air nira mengandung bakteri
asam laktat (ANBAL) melalui 100 ml air minum sebanyak 0% V/V, 1% V/V, 2% V/V
dan 3% V/V terhadap konversi ransum ayam kampung.
34
18
C. Kerangka Pikir
Ayam
kampung merupakan
salah satu
jenis
ternak
yang mudah
dikembangkan dan toleran terhadap ransum. Saat ini banyak usaha yang dilakukan
peternak untuk menurunkan biaya produksi salah satunya dengan pemanfaatan
ransum lokal. Air nira merupakan salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan utama dalam proses pembuatan bakteri asam laktat, karena mempunyai
sifat mudah menjadi asam karena adanya proses fermentasi oleh mikroorganisme
yang terdapat dalam air nira sejak penampungan air nira dari tandan. Air nira yang
telah difermentasi dapat menghasilkan bakteri asam laktat selanjutnya diberikan pada
ternak ayam kampung melalui air minum. Penambahan bakteri asam laktat didalam
air minum diharapkan dapat mempengaruhi konversi ransum ayam kampung.
Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Ayam Kampung
Kondisi Ayam Kampung
- Pertumbuhan Lambat
- Produktivitas Rendah
Pemberian Bakteri
Asam Laktat
PBB Meningkat
Memperbaiki
Konversi Ransum
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian.
35
19
D. Hipotesis
Diduga bahwa pemberian air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL)
melalui air minum ayam kampung dapat memperbaiki angka konversi ransum.
36
III. METODE PENELITIAN
`
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu Maret sampai April 2016.
Penelitian ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap awal pemeliharaan untuk masa
brooding pada ayam kampung selama 2 minggu dan tahap pengambilan data ayam
kampung dari umur 1 sampai 5 minggu. Penelitian ini bertempat di Unit Kandang
Unggas Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari.
B. Materi Penelitian
1. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini terdiri atas 64 ekor ayam
kampung, ransum komersil ayam kampung, air nira mengandung bakteri asam laktat
(ANBAL).
2. Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan untuk penelitian terdiri atas kandang ayam 16 unit
kandang litter yang berukuran 1 x 1 x 0,6 m 3. Tiap kandang masing-masing diisi
dengan 4 ekor ayam yang dilengkapi dengan tempat ransum dan tempat minum, serta
lampu pijar 15 watt sebagai penghangat dan penerang. Alat lain yang digunakan
yaitu timbangan digital (untuk menimbang bobot badan dan bahan ransum), botol
kedap udara untuk memfermentasi air nira, karung untuk menampung bahan ransum
37
21
serta gelas ukur (mengukur sisa dari pemberian ANBAL) dan pipet ukur (mengukur
jumlah dalam pemberian ANBAL) yang akan digunakan untuk pemberian ANBAL.
C. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Penelitian
a. Fermentasi Air Nira
Air nira yang berasal dari tandan buah nira ditampung dalam jirgen atau
wadah lainnya, lalu di otofermentasi secara otofermentatif (tanpa penambahan
mikroorganisme/ragi selama 3 hari).
Otofermentasi air nira dapat dilihat pada
Gambar 2.
Air Nira Segar
-
Difermentasi 3 hari
Air Nira Fermentasi Mengandung BAL
- Cairan Berwarna Putih
- Berbau Asam
- Berasa Asam
Gambar 2. Otofermentasi Air Nira
b. Persiapan Kandang
Kandang dan peralatannya disucihamakan terlebih dahulu menggunakan
Glutacap,
untuk
mencegah
kontaminasi
mikroorganisme
yang
merugikan.
Selanjutnya lantai kandang diisi sekam padi yang baru sebagai alas kandang.
22
38
c. Perlakuan
Pemberian air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) dilakukan pada
awal perlakuan dan pada ayam yang berumur 3 minggu.
Pemberian ANBAL
sebanyak 0% V/V, 1% V/V, 2% V/V, dan 3% V/V. Pemberian ANBAL melalui 100 ml
air minum yang diberikan pada pagi hari, pengukuran sisa dilakukan pada keesokan
harinya sebelum pemberian ransum dan pemberian ANBAL dilakukan 2 hari sekali.
Ransum basal (P0) yang digunakan untuk penelitian adalah ransum komersil
BP11 Bravo produk PT. Charoen Pokphan.
Formulasi ANBAL yang digunakan untuk penelitian yaitu :
P1 = 0% (V/V) air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL)
P2 = 1% (V/V) air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL)
P3 = 2% (V/V) air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL)
P4 = 3% (V/V) air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL)
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pengacakan Perlakuan Pada Petak kandang
Ayam kampung yang digunakan sebanyak 64 ekor, dibagi menjadi 16 petak
kandang. Setiap kandang di isi dengan 4 ekor ayam yang ditempatkan secara acak.
Denah perlakuan terhadap petak kandang dapat dilihat pada Gambar 3.
23
39
1
P4 U4
2
P4 U2
3
P3 U4
6
4
P3 U2
7
8
5
P4 U1
P4 U3
P3 U3
10
P3 U1
11
P1 U3
P1 U1
13
P1 U2
12
P2 U3
9
P2 U1
14
P1 U4
15
P2 U2
16
P2 U4
Gambar 3. Denah Petak Kandang Penelitian
Keterangan :
P1 = Petak kandang berisi ayam dengan tanpa perlakuan 0% (V/V) ANBAL
P2 = Petak kandang berisi ayam dengan perlakuan 1% (V/V) ANBAL
P3 = Petak kandang berisi ayam dengan perlakuan 2% (V/V) ANBAL
P4 = Petak kandang berisi ayam dengan perlakuan 3% (V/V) ANBAL
b. Pemeliharaan Ayam
Ayam kampung dipelihara dari umur 1 hari sampai umur
5 minggu.
Pemberian ransum dan air minum pada masa brooding diberikan 2 kali sehari yaitu
pada pagi hari pukul 07.00 dan sore hari pukul 17.00. Perlakuan mulai diberikan
pada minggu ke 3, pemberian air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL)
dilakukan 2 hari sekali bersamaan dengan pemberian ransum dan air minum pada
pagi hari. Pemberian ransum dan air minum pada masa perlakuan hanya diberikan 1
kali sehari secara adlibitum.
24
40
D. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 4 ekor ayam.
Model matematika mengacu pada Hanafiah (2008) yaitu :
Y =
…………………………………….… (1)
Keterangan:
Y
Nilai pengamatan pada ulangan k- dan ulangan keNilai rata-rata umum
Pengaruh perlakuan kePengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
E. Variabel Penelitian
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah :
a. Konsumsi Ransum
Jumlah konsumsi ransum dihitung dengan cara menimbang ransum yang telah
diberikan selama seminggu dikurangi dengan ransum sisa pada akhir minggu itu pula.
Konsumsi ransum ayam kampung dapat dihitung berdasarkan rumus :
Konsumsi ransum= Ransum yang diberikan (g) – Ransum sisa (g) …………….(2)
(g/ekor/minggu)
Jumlah ayam (ekor)
41
25
b. Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan ayam kampung diperoleh melalui penimbangan
setiap minggu dengan cara menimbang ayam disetiap kandang perlakuan.
Pertambahan bobot badan ayam kampung dapat dihitung berdasarkan rumus :
PBB (g/ekor/minggu)= Bobot badan akhir – Bobot badan awal ……………..…(3)
Lama pemeliharaan (minggu)
c. Konversi Ransum
Konversi ransum dapat dihitung berdasarkan rumus :
Konversi ransum= Konsumsi ransum (g/ekor/minggu) ………………………...(4)
Pertambahan bobot badan (g/ekor/minggu)
42
26
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dengan uji F untuk
mengetahui pengaruh perlakuan. Jika pengaruh perlakuan nyata terhadap peubah
maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan.
43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengaruh Pemberian Air Nira Mengandung Bakteri Asam Laktat (ANBAL)
Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Kampung
Ransum merupakan kumpulan bahan makanan yang layak dimakan oleh ayam
dan telah disusun mengikuti aturan tertentu, aturan tersebut meliputi nilai kebutuhan
gizi dari bahan makanan yang digunakan. Penyamaan nilai gizi yang ada didalam
bahan makanan yang digunakan dengan nilai gizi yang dibutuhkan ayam dinamakan
teknik penyusunan ransum (Rasyaf, 2006). Rataan jumlah konsumsi ransum pada
setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan Konsumsi Ransum (gram/ekor/minggu) Ayam Kampung yang Diberi
ANBAL.
Ulangan
Perlakuan
P1
P2
P3
P4
1
2
3
4
Jumlah
Rataan
171,5
175,67
178,33
174,17
178
175,67
174.5
173,33
175,67
175,83
174,5
176,17
177,33
175,5
176,17
175,33
702,5
702,67
703,5
699
175,62
175,66
175,87
174,75
Tabel 4 menunjukkan bahwa rataan konsumsi ransum (gram/ekor/minggu)
yang dihasilkan pada pemberian ANBAL adalah 175,62 (P1), 175,66 (P2), 175,87
(P3), 174,75 (P4). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh
tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum. Artinya, pemberian ANBAL 1%
44
28
V
/V, 2,% V/V, dan 3% V/V tidak mempengaruhi secara nyata konsumsi ransum pada
ayam kampung umur 3 sampai 5 minggu.
Fenomena ini menunjukkan pemberian 1-3%
V
/V ANBAL tidak dapat
meningkatkan ketersediaan energi untuk ayam kampung sehingga tingkat konsumsi
tidak menurun. Kandungan nutrien dalam ransum diberikan dengan jumlah yang
sama sehingga konsumsi ransum tidak berbeda antara perlakuan atau konsumsi tidak
nyata dipengaruhi oleh pemberian ANBAL. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf
(2008) yang menyatakan bahwa jumlah nutrien ransum yang dikonsumsi dipengaruhi
oleh jumlah ransum yang dikonsumsi dan kandungan nutrien dalam ransum.
Konsumsi ransum yang sama juga akan menyebabkan konsumsi nutrien yang tidak
berbeda pula. Hal tersebut menghasilkan konsumsi energi yang tidak berbeda tiap
perlakuannya. Energi metabolis yang sama tidak akan menyebabkan perbedaan dalam
konsumsi ransum (Rahardjo, 2004).
Rataan dan kisaran konsumsi ransum (gram/ekor/minggu) yang dihasilkan
dari tanpa dan dengan pemberian ANBAL 1-3% V/V yaitu 174,75 dengan 175,62175,87.
Meskipun pemberian ANBAL tidak nyata menurunkan konsumsi namun
secara deskriptif konsumsi tertinggi diperoleh dari pemberian ANBAL 2% V/V (P3)
diikuti dengan pemberian ANBAL 1% V/V (P2) dan tanpa pemberian ANBAL (P1)
dan ANBAL 3% V/V (P4). Hasil penelitian ini mengindikasikan semakin tinggi kadar
ANBAL yang diberikan cenderung semakin rendah tingkat konsumsi ransum pada
ayam kampung pada fase pertumbuhan.
29
45
Walaupun ANBAL merupakan probiotik yang diperoleh dari hasil
otofermentasi air nira yang diindikasikan dengan warna putih dan rasa masih manis,
namun ANBAL yang digunakan untuk penelitian ini berasal dari air nira yang telah
difermentasi selama 3 bulan sehingga rasanya telah berubah menjadi asam. Rasa
asam berhubungan dengan peran mikroba fermentatif dari bakteri asam laktat.
Menurut Mahulette (2009), perubahan rasa tuak nira menjadi asam berhubungan
dengan peran mikroba fermentatif yaitu mikroba asam laktat.
B. Pengaruh Pemberian Air Nira Mengandung Bakteri Asam Laktat (ANBAL)
Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam Kampung
Pertambahan bobot badan (PBB) merupakan selisih antara bobot badan akhir
dengan bobot badan awal, yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Rataan PBB
pada penelitian efek pemberian ANBAL terhadap pertambahan bobot badan ayam
kampung dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan Pertambahan Bobot Badan (PBB) Ayam Kampung (g/ekor/minggu)
yang Diberi ANBAL.
Ulangan
Perlakuan
P1
P2
P3
P4
a, b, c,
1
2
3
4
Jumlah
Rataan
63,17
73,83
75,5
74,67
63,5
71,5
72
72,33
64,67
70,67
77,67
75,83
61,67
71,17
74,67
75,33
253,01
287,17
299,84
298,16
63,25 c
71,79 b
74,96 a
74,54 a
superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh berbeda
nyata (P<0,05).
46
30
Tabel 5 menunjukkan bahwa rataan pertambahan bobot badan (PBB) ayam
kampung (gram/ekor/minggu) yang dihasilkan pada pemberian ANBAL adalah 63,25
(P1 0% V/V ANBAL), 71,79 (P2 1% V/V ANBAL), 74,96 (P3 2% V/V ANBAL), 74,54
(P4 3% V/V ANBAL). Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan berpengaruh
sangat nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot badan mingguan.
Artinya,
pemberian ANBAL 1% V/V, 2,% V/V, dan 3% V/V dapat mempengaruhi secara sangat
nyata pertambahan bobot badan mingguan pada ayam kampung umur 3 sampai 5
minggu.
Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa P1 (0% V/V ANBAL)
berbeda nyata lebih rendah dibandingkan dengan P2 (1% V/V ANBAL), P3 (2%
V
/V
ANBAL) dan P4 (3% V/V ANBAL). Demikian pula P2 (1% V/V ANBAL) berbeda
nyata lebih rendah dibandingkan dengan P3 (2%
V
/V ANBAL) dan P4 (3%
V
/V
ANBAL). Akan tetapi, antara P3 (2% V/V ANBAL) dan P4 (3% V/V ANBAL) tidak
berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ANBAL nyata meningkatkan
pertambahan bobot badan (PBB) hingga 2%.
Hal ini kemungkinan disebabkan dengan pemberian air nira yang disamping
mengandung karbohidrat juga mengandung protein, lemak dan unsur-unsur zat
lainnya. Kemungkinan lain adalah adanya peranan bakteri asam laktat (BAL) yang
terdapat pada air nira. Sebagaimana dikemukakan oleh Cahyaningsih, dkk., (2013)
bahwa penambahan bakteri asam laktat dalam ransum menyebabkan suasana dalam
saluran pencernaan lebih asam dan pH dalam usus halus menurun, kolonial bakteri
31
47
asam laktat meningkat, kekentalan digestal meningkat sehingga laju digestal berjalan
lebih lambat dan meningkatkan pencernaan di lambung dan usus.
Penelitian berbeda dengan yang pernah dilaporkan oleh Watkins dan Kratzer
(1984) bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada berat badan dan konversi
ransum ayam yang mendapat tambahan probiotik pada ransumnya dengan kontrol
yang tidak mendapat probiotik. Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan oleh
Maiolino, dkk., (1992), Van Wambeke dan Peeters (1995) dan Wiryawan, dkk.,
(2005). Meskipun demikian, tidak sedikit pula penelitian yang dapat membuktikan
efek positif pemberian probiotik pada ransum ternak, diantaranya yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Jin, dkk., (2000), Yeo dan Kim (1997), Gunawan dan Sundari
(2003). Hasil penelitian yang berbeda tersebut, menurut Jin, dkk., (1998) dapat
disebabkan oleh perbedaan spesies/strain mikroba yang digunakan atau metode yang
digunakan dalam menyiapkan suplemen probiotik.
Putri (2010) lebih lanjut menyatakan bahwa penggunaan probiotik yang
dicampurkan pada air minum akan memperbaiki komposisi mikroorganisme yang
berada dalam saluran pencernaan ternak sehingga akan dapat meningkatkan
pertumbuhan atau produksi ternak.
Rataan dan kisaran pertambahan bobot badan (gram/ekor/minggu) yang
dihasilkan dari tanpa dan dengan pemberian ANBAL 1-3% V/V yaitu 63,25 dengan
71,79-74,96. Pertambahan bobot badan mingguan tertinggi diperoleh dari pemberian
ANBAL 2% V/V (P3), diikuti dengan pemberian ANBAL 3 % V/V (P4) dan ANBAL 1
% V/V (P2) serta tanpa ANBAL (P1). Hasil penelitian ini mengindikasikan semakin
32
48
tinggi kadar ANBAL yang diberikan semakin tinggi pertambahan bobot badan yang
dihasilkan pada ayam kampung umur 3-5 minggu (masa pertumbuhan).
C. Pengaruh Pemberian Air Nira Mengandung Bakteri Asam Laktat (ANBAL)
Terhadap Konversi Ransum Ayam Kampung
Konversi ransum merupakan rasio antara konsumsi ransum dengan
pertambahan bobot badan yang diperoleh dalam kurun waktu tertentu.
Semakin
tinggi konversi ransum menunjukkan semakin banyak ransum yang dibutuhkan untuk
meningkatkan bobot badan per satuan berat. Rataan konversi ransum ayam kampung
dengan pemberian ANBAL dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan Konversi Ransum Ayam Kampung yang Diberi ANBAL.
Ulangan
Jumlah
1
2
3
4
Perlakuan
P1
2,72
2,8
2,72
2,88
11,12
P2
2,33
2,46
2,49
2,47
9,75
P3
2,36
2,42
2,24
2,36
9,38
P4
2,6
2,4
2,32
2,33
9,65
a, b, c,
Rataan
2,78 a
2,43 b
2,34 b
2,41 b
superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh berbeda
nyata (P<0,05).
Tabel 6 menunjukkan bahwa rataan konversi ransum pada ayam kampung
yang dihasilkan pada pemberian ANBAL adalah 2,78 (P1 0% V/V ANBAL), 2,43 (P2
1% V/V ANBAL), 2,34 (P3 2% V/V ANBAL), 2,41 (P4 3% V/V ANBAL). Hasil
analisis ragam menunjukkan perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap konversi
ransum.
Artinya, pemberian ANBAL 1%
V
/V, 2,%
V
/V, dan 3%
V
/V dapat
33
49
mempengaruhi secara sangat nyata konversi ransum pada ayam kampung umur 3
sampai 5 minggu.
Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa P1 (0% V/V ANBAL)
berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan P2 (1% V/V ANBAL), P3 (2%
V
/V
ANBAL) dan P4 (3% V/V ANBAL). Demikian pula P2 (1% V/V ANBAL) berbeda
nyata lebih tinggi dibandingkan dengan P3 (2%
V
/V ANBAL) dan P4 (3%
V
/V
ANBAL). Akan tetapi, antara P2 (1% V/V ANBAL) dan P4 (3% V/V ANBAL) tidak
berbeda nyata.
Semakin efisien penggunaan ransum menunjukkan jumlah ransum yang
diperlukan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan lebih rendah. Konversi
ransum merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan
pertambahan berat badan dalam satu minggu. Konversi ransum diperlukan untuk
menggambarkan sejauh mana efektivitas biologis pemanfaatan zat gizi dalam pakan
(Wiryawan, dkk., 2005).
Putri (2010) menyatakan bahwa jika angka konversi
semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka
konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian ANBAL pada ayam kampung
dapat mempengaruhi efisiensi penggunaan ransum sehingga angka konversi ransum
ayam kampung menjadi rendah.
Pemberian probiotik pada ayam menyebabkan
pencernaan ayam menjadi lebih baik.
Menurut Kompiang (2009), probiotik
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan sehingga penyerapan makanan menjadi
lebih sempurna dengan makin luasnya area absorpsi sebab probiotik dapat
50
34
mempengaruhi anatomi usus yaitu villi usus menjadi lebih panjang dan densitasnya
lebih padat. Dimana proses absorpsi hasil pencernaan terjadi di permukaan villi yang
memiliki banyak mikrovili (Suprijatna, dkk., 2005). Pernyataan ini juga dipertegas
oleh Jin, dkk., (1997) yang menyatakan bahwa keberadaan probiotik dalam ransum
dapat meningkatkan aktivitas enzimatis dan meningkatkan aktivitas pencernaan.
Akibatnya, zat nutrisi seperti lemak, protein, dan karbohidrat yang biasanya banyak
terbuang dalam feses akan menjadi berkurang. Lebih lanjut menurut Novel dan
Safitri (2009), bakteri probiotik mampu mereduksi pH di usus, melancarkan
pencernaan dengan memproduksi beberapa enzim pencernaan dan vitamin,
memproduksi substansi antibakteri, misalnya asam organik, bacteriosin, H2O2 dan
zat-zat lainnya.
Rataan dan kisaran konversi ransum pada ayam kampung, yang dihasilkan
dari tanpa dan dengan pemberian ANBAL 1-3% V/V yaitu 2,78 dengan 2,34-2,43.
Konversi ransum tertinggi diperoleh dari tanpa pemberian ANBAL 0%
diikuti dengan pemberian ANBAL 1%
ANBAL 2%
V
/V
(P3).
V
V
/V (P1),
/V (P2) dan ANBAL 3% V/V (P4) serta
Hasil penelitian ini berimplikasi semakin tinggi kadar
ANBAL yang diberikan maka semakin efisien penggunaan ransum yang ditunjukkan
dengan semakin tinggi kadar ANBAL yang diberikan maka semakin rendah konversi
ransum yang dihasilkan pada ayam fase pertumbuhan.
51
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Pemberian air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) 1% V/V, 2% V/V, dan
3%
V
/V dalam ransum tidak mempengaruhi secara nyata (P>0,05) konsumsi
ransum (g/ekor/minggu) pada ayam kampung umur 5 minggu.
2. Pemberian air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) 1% V/V, 2% V/V, dan
3%
V
/V dapat meningkatkan secara nyata (P<0,05) pertambahan bobot badan
(g/ekor/minggu) pada ayam kampung umur 5 minggu.
3. Pemberian air nira mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) 1% V/V, 2% V/V dan
3% V/V dapat menurunkan secara nyata nilai konversi ransum.
B. Saran
Penelitian perlu dilanjutkan untuk mengetahui efek pemberian air nira
mengandung bakteri asam laktat (ANBAL) terhadap performa produksi pada ayam
kampung sampai pada fase komersial.
52
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, T., dan E. Rachmat. 1989. Pengaruh Pemberian Ransum Starter terhadap
Pertambahan Bobot Badan Anak Ayam Buras. Prosiding Seminar Nasional
Tentang Unggas Lokas. Semarang.
Cahyaningsih, N. Suthama., dan B. Sukanto. 2013. Kombinasi Vitamin E dan Bakteri
Asam Laktat (BAL) terhadap Konsentrasi BAL dan Potensi Hydrogen (pH)
pada Ayam Kedu Dipelihara Secara In situ. Animal Agricultural Jurnal 2 (1):
35-43.
Candrawati, D.P.M.A. 1999. “Pendugaan Kebutuhan Energi dan Protein Ayam
Kampung Umur 0-8 Minggu”. (tesis), : Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Damayanti, E., Suryani, AC., Sofyan, A., Karymi, M.F., Julendra, H., 2015. Seleksi
Bakteri Asam Laktat dengan Aktivitas Anti Jamur yang Diisolasi dari Silase
dan Saluran Cerna Ternak. Agritech 35 (2): 164-169.
Djulardi, A., Muis, H., Latif, S.A. 2006. Nutrisi Aneka Ternak Dan Satwa Harapan.
Andalas University Press: Padang.
Edjeng, S., dan Kartasuadjana, R. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Fadillah, R. 2007. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis.
Agromedika Pustaka. Jakarta.
Febrisiantosa, A., Istiqomah, L., Sofyan, A., Damayanti, E., Herdian, H., Julendra,
H., Angwar, M. 2012. Persentase Karkas, Kandungan Lemak dan Kolesterol
Daging Ayam dengan Pemberian Aditif Pakan Mengandung Bakteri Asam
Laktat dan Tepung Ganoderma Lucidum. Workshop Nasional Unggas Lokal
2012.
Gafar, A. P., dan Heryani, S. 2012. Pengembangan Proses Pengolahan Minuman Nira
Aren dengan Teknik Ultrafiltrasi dan Deodorisasi. Balai Besar Industri Agro.
Bogor. 25 (1): 1-10.
Guerra, N. P., P. F. Bernardez, J. Mendez, P. Cachaldora, L. P. Castro. 2006.
Production of Four Potentially Probiotic Lactic Acid Bacteria and Their
Evaluation as Feed Additives for weaned Piglets. Animal Feed Science and
Technology 134 : 89-107.
53
Gunawan dan M.M.S, Sundari. 2003. Pengaruh Penggunaan Probiotik dalam Ransum
terhadap Produktivitas Ayam. WARTAZOA. 13(3): 92-98.
Hanafiah, K. A. 2008. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Hardjosworo, P. S., dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Hasan, Z. H., 2006. Isolasi Lactobacillus Bakteri Asam Laktat dari Feses dan Organ
Saluran Pencernaan Ayam. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner 2006. Kalimantan Selatan.
Hasbullah, 2001. Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat. Padang.
Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat. Padang.
Hidayati, N., 2009. Manfaat Pohon Aren.
Husmaini, 2000. Pengaruh Peningkatan Level Protein dan Energi Ransum saat
Refeeding terhadap Performans Ayam Buras. Jurnal Peternakan dan
Lingkungan. Vol. 6 (01).
Iskandar, S. 2006. Pelestarian Plasma Nutfah Ayam Lokal Domestik. Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 28 (3): 11-13.
Jin, L. Z., Y. W. Ho., N. Abdullah dan S. Jalaludin. 1997. Probiotic in Poultry:
Modes of Action. Worlds Poultry Science Journal. 53(4): 351 – 368.
Jin, L. Z., Y. W. Ho., N. Abdullah., S. Jalaludin. 1998. Growth Performance,
Intestinal Microbial Populations, and Serum Cholesterol of Broilers Fed Diets
Containing Lactobacillus Cultures. Poultry Science. 77: 1259–1265.
Jin, L. Z., Y. W. Ho., N. Abdullah., S. Jalaludin. 2000. Digestive and Bacterial
Enzyme Activities in Broilers Fed Diets Supplemented with Lactobacillus
Cultures. Poultry Science. 79: 886–891.
Kompiang, I. P., 2009. Pemanfaatan Mikroorganisme sebagai Probiotik untuk
Meningkatkan Produksi Ternak Unggas di Indonesia. Pengembangan Inovasi
Pertanian. 2(3): 177-191.
Koswara, S. 2009. Pengolahan Unggas. Ebook Pangan.com.
54
Mahulette, F . 2009. Isolasi dan Penentuan Mikroorganisme Dominan Pada
Fermentasi Tradisional Arak Ambon Serta Optimasi Pembuatannya Secara
Fermentasi Terkontrol. (Tesis, Tidak Dipublikasikan). Institut Teknologi
Bandung.
Maiolino, R., A. Fioretti., L. F. Menna dan C. Meo. 1992. Research on The
Efficiency of Probiotics in Diets for Broiler Chickens. Nutrition Abstract and
Reviews Series B. 62: 482.
Margawati, E. T. 1989. Efisiensi Penggunaan Ransum oleh Ayam Kampung Jantan
dan Betina pada Periode Pertumbuhan. Prosiding Seminar Nasional tentang
Unggas Lokal. Fakultas Peternakan UNDIP. Semarang. Hal. 127-132.
Marhiyanto, B. 2006. Beternak Ayam Buras. SIC: Surabaya.
Mulyono, S. 2004. Beternak Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Penebar Swadaya:
Jakarta.
Mulyono, S. 2006. Memelihara Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Nettles, C. G. and Barefoot, S. F. 1993. Biochemical and Genetic Characteristics of
Bacteriocins of Food – Associated Lactic Acid Bacteria. Food Prot. 56: 338356.
Novel, S. S. dan R. Safitri. 2009. Manfaat Bakteri Probiotik untuk Kesehatan
Manusia. Medicinus. 22(3): 122-124.
Nurcahyo, E. M. dan Y. E. Widyastuti. 2002. Usaha Pembesaran Ayam Kampung
Pedaging. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pontoh, J. 2007. Analisa Komponen Kimia dalam Gula dan Nira Aren. Sulawesi
Utara, Tomohon: Laporan pada Yayasan Masaran.
Pradana, P. H., Busono, W., Widodo, E. 2014. Pengaruh Penambahan Whey Keju
dengan Bakteri Asam Laktat (BAL) Pediococcus Pentosaceus dalam Pakan
terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging. Universitas Brawijaya Malang.
Putri, V. A., 2010. Pemberian Probiotik Starbio pada Ransum Burung Puyuh
(Coturnix – coturnix japonica) Periode Pertumbuhan. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
55
Rahardjo, L. 2004. Pengaruh Pencampuran Gamblong dan Ampas Tahu
Terfermentasi Rhizopus sp. dalam Pakan terhadap Performans Ternak Puyuh
Petelur (Coturnix-coturnix japonica). J. Ilmiah Peternakan dan Perikanan 21:
1607-1613.
Rajput, R. I., Ya Li, L., Lei, J. and Min, QW. 2012. Application of Probiotic (Bacillus
Subtilis) to Enhance Immunity, Antioxidation, Digestive Enzymes Activity
and Hematological Profile of Shaoxing Duck. Pakistan Veterinary Journal.
33(1) 69-72.
Rasyaf, M. 2006. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 2008. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 2010. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Redaksi Agromedia. 2005. Beternak Ayam Kampung Petelur. Agromedia Pustaka:
Jakarta.
Rolfe, R. D. 2000. The Role of Probiotic Cultures in the Control of Gastrointestinal
Health. Journal Nutrition. 130:396S-402S.
Rumokoi, M. 1990. Manfaat Tanaman Aren (Arenga Pinnata Merr). Buletin Balitka
No. 10: 21-28. Balai Penelitian Kelapa, Manado.
Sardjono dan M. A. Dachlan. 1988. Penelitian Pencegahan Fermentasi pada
Penyadapan Nira Aren sebagai Bahan Baku Pembuatan Gula Merah. Warta
IHP. 5 (2). 55-58.
Sinurat, A.P. 1991. Penyusunan ransum ayam buras. Wartazoa 2: 1-4.
Sukajayafarm. 2012. Kebutuhan Pakan Ayam Kampung Super/Unggul.
http://sukajayafarm.wordpress.com/2012/12/28/kebutuhan-pakan-ayam
kampung-super unggul. (3 Januari 2015).
Supraptini, M. S. 1985. “Pengkajian Sifat-Sifat Produksi Ayam Kampung serta
Persilangannya dengan Rhode Island Red” (Disertasi) Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono., R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Penebar Swadaya. Jakarta.
56
Suprijatno, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana., 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suryo, T., Yudiarti, T., dan Isroli. 2012. Pengaruh Pemberian Probiotik sebagai Aditif
Pakan terhadap Kadar Kolesterol, High Density Lipoprotein (HDL) dan Low
Density Lipoprotein (LDL) dalam Darah Ayam Kampung. Animal
Agriculture Journal. 1(2): 228-237.
Sutama, S. I. N. 1991. “Pengaruh Berbagai Tingkat Energi dan Protein terhadap
Performans Ayam Kampung”. (Tesis), Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Van Wambeke F. dan J. Peeters. 1995. The Effect of Paciflor on the Performance,
Carcass Composition and Caecal Bacterial Number of Broilers. European
Poultry Science. 59: 125 – 129.
Watkins, B. A. dan F. H. Kratzer. 1984. Drinking Water Treatment with Commercial
Preparation of a Concentrated Lactobacillus Culture for Broiler Chickens.
Poultry Science. 63: 1671 - 1673.
Wibowo, S. 1996. Petunjuk Beternak Ayam Buras. Gitamedia Press: Surabaya.
Wikipedia. 2010. Aren Indonesia. (http://id.wikipedia.org). Diakses, 5 Februari 2016.
Wiryawan K. G., M. Sriasih dan I. D. P. Winata. 2005. Penampilan Ayam Pedaging
yang Diberi Probiotik (EM-4) sebagai Pengganti Antibiotik. Universitas
Mataram. Lombok Barat.
Yeo, J. dan K. Kim, 1997. Effect of Feeding Diets Containing an Antibiotic, a
Probiotic, or Yucca Extract on Growth and Intestinal Urease Activity in
Broiler Chicks. Poultry Science. 76: 381–385.
57
LAMPIRAN 1
DATA ANALISIS RAGAM VARIABEL PENELITIAN
1. Rataan konsumsi ransum gram/ekor/minggu ayam kampung yang diberi
ANBAL.
Perlakuan
Ulangan
Jumlah Rata-rata
1
2
3
4
1
171.5
178
175.67
177.33
702.5
175.625
2
175.67
175.67
175.83
175.5
702.67
175.6675
3
178.33
174.5
174.5
176.17
703.5
175.875
4
174.17
173.33
176.17
175.33
699
174.75
Jumlah
699.67
701.5
702.17
704.33
2807.67
174.9175
175.375
175.5425
176.0825
Rata-rata
PERHITUNGAN
 DERAJAT BEBAS
1. DB Perlakuan = 3
2. DB Galat = 12
3. DB Total = 15
 Rumus Derajat Bebas Perlakuan
DB = Total Perlakuan – 1
DB = P - 1
P=4
DB = 3
 Rumus Derajat Bebas Galat
DB = Total Perlakuan x (ulangan – 1)
DB = P (u – 1)
P=4
u=4
DB = 12
175.479375
58
 Rumus Derajat Bebas Total
DB = (Total Perlakuan x ulangan) – 1
DB = (Pu) – 1
P=4
u=4
DB = 15
 FAKTOR KOREKSI
FK = 492688.1768
 Rumus =
Y
2807.67
Y^2
7883011
N
FK
16
492688.2
 JUMLAH KUADRAT TOTAL
JKT = 43.20109375
 Rumus =
59
Y11
Y12
Ynx
171.5 Y11^2
178 Y12^2
175.33 Ynx^2
JKT
29412.25
31684
30740.61
43.20109375
 JUMLAH KUADRAT PERLAKUAN
JKP = 2.98041875
 Rumus =
Yi1
Yi2
Yin
U
702.5 Yi1^2
702.67 Yi2^2
699 Yin^2
493506.3
493745.1
488601
4 JKP
2.980419
 JUMLAH KUADRAT GALAT
JKG = 40.220675
 Rumus = JKG = JKT – JKP
JKT
43.20109
JKP
2.980419
JKG
40.22068
 KUADRAT TENGAH PERLAKUAN
KTP = 0.993472917
 Rumus = KTP = JKP/db P
JKP
2.980419
db P
3
KTP
0.993473
60
 KUADRAT TENGAH GALAT
KTG = 3.351722917
 Rumus = KTG = JKG/db G
JKG
db G
40.22068
12
KTG
3.351723
 F Hitung
F-Hit = 0.2964
 Rumus = F-Hit = KTP/KTG
KTP
KTG
0.993473
3.351723
Fhit
0.296407
Tabel Anova
Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Perlakuan
Galat
3
12
2.98041875
40.220675
Total
15
43.20109375
Kuadrat
Tengah
0.9935
3.3517
Nilai F
Hitung
0.29640663
7
Nilai F Tabel
5%
1%
3.490294821 5.952544683
Tidak
Signifikan
Kesimpulan
Tidak
Signifikan
Tidak
Berbeda
Nyata
61
2. Rataan konsumsi ransum gram/ekor/hari ayam kampung yang diberi
ANBAL.
Perlakuan
1
2
3
4
Jumlah
Rata-rata
Ulangan
2
3
1
4
Rata-rata
24.5
25.42
25.09
25.33
100.34
25.085
25.09
25.09
25.11
25.07
100.36
25.09
25.47
24.92
24.92
25.16
100.47
25.1175
24.88
24.76
25.16
25.04
99.84
24.96
99.94
100.19
100.28
100.6
401.01
24.985
25.0475
25.07
25.15
PERHITUNGAN
 DERAJAT BEBAS
1. DB. Perlakuan = 3
2. DB. Galat = 12
3. DB. Total = 15
 Rumus DB. Perlakuan
DB = Total Perlakuan – 1
DB = P – 1
P
4
DB
3
 Rumus DB. Galat
DB = Total Perlakuan x (ulangan – 1)
DB = P (u – 1)
P
4
u
4
DB
Jumlah
12
 Rumus DB. Total
DB = (Total Perlakuan x ulangan) – 1
DB = (Pu) – 1
25.063125
62
P
4
u
4
DB
15
 FAKTOR KOREKSI
FK = 10050.56376
 Rumus FK
Y
Y^2
N
FK
401.01
160809
16
10050.56
 JUMLAH KUADRAT TOTAL
JKT = 0. 87134375
 Rumus JKT
Y11
Y12
Ynx
24.5 Y11^2
25.42 Y12^2
25.04 Ynx^2
JKT
600.25
646.1764
627.0016
0.87134375
63
 JUMLAH KUADRAT PERLAKUAN
JKP = 0.05916875
 Rumus JKP
Yi1
Yi2
100.34 Yi1^2
100.36 Yi2^2
10068.12
10072.13
Yin
99.84 Yin^2
9968.026
U
4 JKP
0.059169
 JUMLAH KUADRAT GALAT
JKG = 0.812175
 Rumus JKG
JKT
0.871344
JKP
0.059169
JKG
0.812175
 KUADRAT TENGAH PERLAKUAN
KTP = 0.019722917
64
 Rumus KTP
JKP
0.059169
db P
3
KTP
0.019723
 KUADRAT TENGAH GALAT
KTG = 0.06768125
 Rumus KTG
JKG
db G
KTG
 F Hitung
F – Hit = 0.2914
 Rumus F – Hit
0.812175
12
0.067681
65
KTP
0.019723
KTG
0.067681
Fhit
0.291409
Tabel Anova
Keragaman
Db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
Perlakuan
3
0.05916875
0.0197
Galat
12
0.812175
0.0677
Total
15
0.87134375
Nilai F
Hitung
pertambahan
bobot
5%
1%
3.490294821
5.952544683
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
0.291408871
Kesimpulan
3. Rataan
Nilai F Tabel
badan
(PBB)
Tidak Berbeda Nyata
ayam
kampung
(gram/ekor/minggu) yang diberi ANBAL.
Perlakuan
1
2
3
4
Jumlah
Rata-rata
Ulangan
3
4
1
2
jumlah
rata-rata
63.17
63.5
64.67
61.67
253.01
63.2525
73.83
71.5
70.67
71.17
287.17
71.7925
75.5
72
77.67
74.67
299.84
74.96
74.67
72.33
75.83
75.33
298.16
74.54
287.17
279.33
288.84
282.84
71.7925
69.8325
72.21
7 0.71
1138.18
71.13625
66
PERHITUNGAN
 DERAJAT BEBAS
1. DB. Perlakuan = 3
2. DB. Galat = 12
3. DB. Total = 15
 Rumus DB. Perlakuan
DB = Total Perlakuan – 1
DB = P – 1
P
4
DB
3
 Rumus DB. Galat
DB = Total Perlakuan x (ulangan – 1)
DB = P (u – 1)
P
4
u
4
DB
12
 Rumus DB. Total
DB = (Total Perlakuan x ulangan) – 1
DB = (Pu) – 1
P
4
u
4
DB
15
 FAKTOR KOREKSI
FK = 80965.85703
 Rumus FK
67
Y
Y^2
1138.18
1295454
n
16
FK
80965.86
 JUMLAH KUADRAT TOTAL
JKT = 389.299775
 Rumus JKT
Y11
Y12
Ynx
63.17 Y11^2
63.5 Y12^2
75.33 Ynx^2
JKT
3990.449
4032.25
5674.609
389.299775
 JUMLAH KUADRAT PERLAKUAN
JKP = 355.163025
 Rumus JKP
68
Yi1
Yi2
Yin
u
253.01 Yi1^2
287.17 Yi2^2
298.16 Yin^2
4 JKP
64014.06
82466.61
88899.39
355.163
 JUMLAH KUADRAT GALAT
JKG = 34.13675
 Rumus JKG
JKT
389.2998
JKP
355.163
JKG
34.13675
 KUADRAT TENGAH PERLAKUAN
KTP = 118.387675
 Rumus KTP
JKP
db P
355.163
3
KTP
118.3877
69
 KUADRAT TENGAH GALAT
KTG = 2.844729167
 Rumus KTG
JKG
db G
KTG
34.13675
12
2.844729
 F Hitung
F – Hit = 41.6165
 Rumus F – Hit
KTP
118.3877
KTG
2.844729
Fhit
41.6165
Tabel Anova
Keragaman
Db
Perlakuan
Galat
3
12
Jumlah
Kuadrat
355.163025
34.13675
Total
15
389.299775
Kuadrat
Tengah
118.3877
2.8447
Nilai F
Hitung
41.6165012
8
Kesimpulan
Nilai F Tabel
5%
1%
5.95254468
3.490295
3
Signifika
Signifikan
n
Berbeda Sangat Nyata
70
KTG
2.84473
galat baku
0.843316
tabel duncan =
D
titik kritis
0,05
(4,12)
2
3
4
3.08
3.23
3.33
2.597414 2.723911 2.808243
P3
P4
P2
P1
74.96
A
74.54
71.79
63.25
0.42
3.17
2.75
11.71
11.29
8.54
0
A
b
c
4. Rataan konversi ransum ayam kampung yang diberi ANBAL.
Perlakuan
1
2
3
4
Jumlah
Rata-rata
1
Ulangan
2
3
4
Jumlah
Rata-rata
2.72
2.8
2.72
2.88
11.12
2.78
2.33
2.46
2.49
2.47
9.75
2.4375
2.36
2.42
2.24
2.36
9.38
2.345
2.6
2.4
2.32
2.33
9.65
2.4125
10.01
10.08
9.77
10.04
2.5025
2.52
2.4425
2.51
39.9
2.49375
71
PERHITUNGAN
 DERAJAT BEBAS
1. DB. Perlakuan = 3
2. DB. Galat = 12
3. DB. Total = 15
 Rumus DB. Perlakuan
P
4
DB
3
 Rumus DB. Galat
P
4
U
4
DB
12
 Rumus DB. Total
72
P
U
4
4
DB
15
 FAKTOR KOREKSI
FK = 99.500625
 Rumus FK
Y
Y^2
n
39.9
1592.01
16
FK
99.50063
 JUMLAH KUADRAT TOTAL
JKT = 0.556575
 Rumus JKT
73
Y11
Y12
Ynx
2.72 Y11^2
2.8 Y12^2
2.33 Ynx^2
JKT
7.3984
7.84
5.4289
0.556575
 JUMLAH KUADRAT PERLAKUAN
JKP = 0.455325
 Rumus JKP
Yi1
Yi2
Yin
11.12 Yi1^2
9.75 Yi2^2
9.65 Yin^2
U
4 JKP
123.6544
95.0625
93.1225
0.455325
 JUMLAH KUADRAT GALAT
JKG = 0.10125
 Rumus JKG
JKT
0.556575
JKP
0.455325
JKG
0.10125
74
 KUADRAT TENGAH PERLAKUAN
KTP = 0.151775
 Rumus KTP
JKP
0.455325
db P
3
KTP
0.151775
 KUADRAT TENGAH GALAT
KTG = 0.0084375
 Rumus KTG
JKG
db G
0.10125
12
KTG
0.008437
 F Hitung
F – Hit = 17.9881
 Rumus F – Hit
75
KTP
0.151775
KTG
0.008437
Fhit
17.98815
Tabel Anova
Keragaman
Db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat Tengah
Perlakuan
3
0.455325
0.1518
Galat
12
0.10125
0.0084
Total
15
0.556575
17.98814815
Kesimpulan
KTG
galat baku
galat baku
tabel duncan
=D
titik kritis
Nilai F Tabel
Nilai F Hitung
5%
1%
3.49029
5.95254468
Signifika
Signifikan
n
Berbeda Sangat
Nyata
0.0084
0.0021
0.0458258
0,05 (4,12)
2
3
4
3.08
0.1411433
3
3.23
3.33
P1= 2.78
0.148017195
P2= 2.43
0
A
B
0.1526
P4=
2.41
P3= 2.34
0.35
0.37
0.44
0
0.02
0
0.09
0.07
0
0
b
b
76
LAMPIRAN 2
DOKUMENTASI RANGKAIAN PROSES PENELITIAN
1. Persiapan Kandang
3. Brooding
5. Vaksinasi
2. DOC Ayam Kampung
4. Pemberian Pakan dan Air Minum
6. Vaksinasi
77
7. Perlengkapan Pemberian ANBAL
9. Pemberian Pakan
11. Pemberian Pakan
8. Proses Pemberian ANBAL
10. Penimbangan Pakan
12. Ayam Kampung Umur 2 Minggu
78
13. Penimbangan Ayam
15. Pencucian Tempat Air Minum
14. Penimbangan Pakan
Download