HISAB DAN RU’YAH SEBAGAI MATERI DAKWAH LAJNAH FALAKIYAH AL-HUSINIYAH Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh SURAHMAN 205051000474 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M HISAB DAN RU’YAH SEBAGAI MATERI DAKWAH LAJNAH FALAKIYAH AL-HUSINIYAH Skripsi Diajukan kepada fakultas dakwah dan komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Islam ( S.Sos.I) Oleh SURAHMAN NIM :205051000474 Pembimbing Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A NIP 19710412 200003 2 001 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul “Hisab dan Ru’yah Sebagai Materi Dakwah Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 15 September 2009, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta, 15 September 2009 Sidang Munaqasyah Ketua Sekertaris DR.H.Arief Subhan, M.A Nurlaily,M.A NIP. 19660110 199303 1 004 Dra.Hj.Musfirah NIP. 19710412 200003 2 001 Penguji I Penguji II Drs. Suhaimi, M.Si NIP. 19670906 199403 1 002 Rubiyanah,M.A NIP. 19730822 199803 2 001 Pembimbing Dra.Hj.Musfirah Nurlaily,M.A NIP. 19710412 200003 2 001 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skipsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semoga sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 29 Agustus 2009 Surahman ABSTRAK Surahman (205051000474), Hisab dan Ru’yah Sebagai Materi Dakwah Islam Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah , dengan Pembimbing Dra.Hj. Musfirah Nurlaily, M.A Ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda langit, khususnya bumi, bulan dan matahari, agar dapat diambil manfaatnya bagi manusia, khususnya umat Islam dalam menentukan waktu untuk beribadah. Adapun ilmu falak memiliki cabang yaitu ilmu hisab dan ru’yah. Hisab adalah melakukan perhitungan untuk mengetahui posisi bulan secara matematis dan astronomis dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender hijriyah. Adapun Ru’yah adalah usaha melihat hilal dengan mata telanjang pada saat matahari terbenam tanggal 29 bulan qamariyah. Kegiatan lajnah falakiyah al-husiniyah sebagai lembaga dakwah melalui hisab ru’yah adalah sebagai suatu kegiatan keagamaan dengan isinya sebuah penentuan waktu-waktu ibadah yang telah diwajibkan oleh Allah SWT. kegiatan dakwah sebagai suatu kegiatan keagamaan yang telah lama terorganisis didalam lembaga dakwah lajnah falakiyah al-husiniyah menjadi sebuah tuntutan bagi masyarakat umum. Tujuan penulis adalah bagaimana dalam berdakwah dapat mengemas isi sebuah pesan dapat semenarik mungkin agar pesan yang kita sampaikan dapat tercapai. Dengan Dakwah sebagai suatu proses kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan, memerlukan suatu organisasi yang rapi, baik, kuat dan sehat sehingga memungkinkan kegiatan-kegiatan dakwah dapat terorganisasi dan diarahkan secara bertahap dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang dicita-citakan. Peneliti ingin mengetahui aktivitas dakwah lajnah falakiyah al-husiyah mulai dari agenda harian, bulanan sampai tahunan dengan menggunakan metode penelitian studi pustaka, wawancara, praktek hisab rukyat dan observasi kesebuah laboratorium rukyat lajnah falakiyah al-husiniyah jakarta. Yayasan lajnah falakiyah al-husiniyah sebagai lembaga dakwah telah berhasil merangkul pemerintahan khususnya departemen agama dengan mendapat kepercayaan darinya dalam penetuan awal Ramadhan dan awal syawal. KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah subhanallah ta’alah yang telah memberikan nikmat yang begitu besar tak terhingga dan setetes ilmunya sehingga penulis dapat menyalesaikan skripsi dengan judul ” Hisab dan Ru’yah Sebagai Materi Dakwah Islam Lajnah Faalakiyah Al-Husiniyah”. Shalawat serta salam tercurah limpahkan kepada Nabi pembawa rahmat Rasul dambaan umat baginda nabi besar Muhammad salallahu alaihi wasalam serta keluarga para sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti sunnah rasulnya hingga yaumil akhir. Penulis menyadari dan mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna dan tidak akan terselesaikan tanpa uluran tangan-tangan bijak dari beberapa pihak yang tidak dapat penulis membalas pengorbanannya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas tak terhingga kepada : 1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) bapak DR.H.Arief Subhan, M.A, dan para pembantu dekan bapak Wahidin Saputra, M.A , bapak Drs. H. Mahmud Jalal, M.A , Drs. Study Rijal LK, M.A terima kasih yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dalam bentuk karya tulis ini, semoga Allah memberikan balasan yang setimpal. 2. Koordinator Teknis program Non Reguler Ibu Dra. Asriati Jamil, M.Hum sekertaris program Non Reguler yang sekaligus sebagai pembimbing penulis Ibu Dra. Musfirah Nurlaily, M.A dengan kesabaran dan keuletan selama pembuatan skripsi ini. 3. Para Dosen yang telah memberikan pelajaran dengan banyak memberikan pengetahuan, wawasan selama perkuliahan. 4. Para petugas perpustakaan yang aktif sehingga membantu penulis dalam mencari data dan refrensi dalam pembuatan skripsi ini. 5. K.H. Ahmad Syafi’ih Abdul Hamid,Lc , Ust. H.Nuryazid, Ust. Rojali, LN , Lukman Hakim.S Kom banyak memberikan pelajaran tentang ilmu falak 6. K.H.Sa’dullah selaku pembimbing rohani yang telah memberikan motivasi. 7. Bapak dan Ibu-ku tercinta yang telah memberikan semangat, motivasi serta dukungan moril maupun materilnya. 8. Yayah, thank for all the days. 9. Kepada teman mahasiswa fakultas dakwah jurusan KPI Non Reguler angkatan 2005. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala jasa, bantuan, bimbingan, arahan, serta waktunya semoga mereka semua mendapat pahala dari Allah SWT. Jaza kum Allah khoiro kumul jazza. Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi yang membaca. Amin Jakarta, 29 Agustus 2009 Surahman DAFTAR ISI Abstraksi ...................................................................................................... i Kata Pengantar.............................................................................................. ii Daftar isi....................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................... 4 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................... 4 D. Metodologi Penelitian......................................................... 6 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 6 F. Sitematika Penulisan........................................................... 8 TINJAUAN TEORITIS ............................................................ 10 A. Dakwah .............................................................................. 10 1. Pengertian Dakwah ....................................................... 10 2. Unsur-Unsur Dakwah.................................................... 12 3. Metode Dakwah............................................................ 13 4. Bentuk-Bentuk Metode Dakwah ................................... 14 5. Tujuan Dalam Berdakwah ............................................. 18 BAB II BAB III BAB IV B. Hisab dan Rukyat................................................................ 19 1. Pengertian Ilmu Hisab ................................................... 19 a. Hisab Untuk Menentukan Arah Kiblat ..................... 21 b. Penentuan Waktu Shalat .......................................... 22 c. Hisab Penentuan Gerhana (Matahari dan Bulan)...... 23 d. Hisab Penentuan Awal Bulan Hijriyah ..................... 23 2. Pengertian Rukyat ......................................................... 27 3. Landasan/Hukum Mempelajari Hisab Rukyat................ 31 4. Kalender Hijriyah.......................................................... 38 5. Nama Bulan dan Hari Pada Kaleder Hijriyah ................ 39 PROFIL LAJNAH FALAKIYAH AL-HUSINIYAH JAKARTA 46 A. Latar Belakang.................................................................... 46 B. Visi Misi dan Tujuan........................................................... 48 C. Struktur Organisasi Lajnah Falakiyah Al-husiniyah............. 50 D. Program Kegiatan Lajnah Falakiyah Al-husiniyah.............. 52 E. Sarana dan Prasarana Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah......... 56 HASIL TEMUAN LAJNAH FALAKIYAH AL-HUSINIYAH JAKARTA MELALUI BIDANG HISAB RU’YAH .................. 58 A. Hasil Temuan Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah .................... 58 B. Metode Dakwah Lajnah Falakiyah Al-husiniyah ................. 58 PENUTUP................................................................................ 61 A. Kesimpulan......................................................................... 61 B. Saran-Saran ........................................................................ 61 Daftar Pustaka .............................................................................................. 63 BAB V Lampiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah Islam adalah sebagai kegiatan “mengajak mendorong dan memotivasi orang lain untuk meniti kejalan Allah dengan meningkatkan kualitas keyakinan serta berjuang bersama meninggikan agama-Nya. Kata mengajak, memotivasi, dan mendorong adalah kegiatan dakwah dalam ruang lingkup Tabligh. Sebagai tugas suci berdakwah dibebankan kepada setiap muslim dimana saja ia berada, sebagaimana termaktub dalam Al-qur’an dan as-sunnah, kewajiban dalam menyeruh, dan menyampaikan agama Islam kepada masyarakat. Syekh Ali Makhfudz, mengatakan dakwah adalah mengajak manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeruh mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan mungkar agar memperolah kebahagiaan dunia dan akhirat .1 Hisab Ru’yah memilki peran penting bagi umat Islam. karena dengan adanya hisab ru'yah sebagai penetapan waktu-waktu pelaksanaan ibadah, diantaranya : 1. Penentuan arah kiblat dalam shalat 2. Penentuan waktu-waktu shalat dan waktu imsakiyah 1 M.Munir, Metode Dakwah (Jakarta :kencana,2006) H.7 3. Penentuan awal bulan kalender hijriah 4. Pencarian waktu terjadinya gerhana matahari dan bulan. Hisab Ru’yah memiliki pesan Dakwah bagi umat Islam. Dalam hal ini menyangkut urusan ibadah, walaupun ilmu hisab ini jarang diketahui orang banyak akan tetapi kita menyadari akan pentingnya peran ilmu hisab ru’yah bagi umat Islam. Karena ilmu hisab ini memiliki nilai dakwah yang mendalam berkaitan dengan urusan penentuan ibadah dan juga waktu-waktu peristiwa penting. Hisab dan ru’yah sebagai materi dakwah bagi lajnah falakiyah alhusiniyah adalah sebagai kegiatannya mengajak kepada segenap lapisan masyarakat dari beberapa golongan mulai dari lembaga pemerintah, ormasormas Islam, universitas, pelajar, masyarakat umum, sampai kepada negara tetangga, untuk menghadirkan ru’yatul hilal (melihat bulan) dalam menentukan awal bulan ramadhan dan awal syawal. Sebagai lembaga hisab dan ru’yah hanya menunaikan tugasnya dengan mengambil keputusan sesuai dengan keyakinan sendiri dan menyebarkan informasi pada kaum muslimin. Proses pelaksanaan ru’yah setelah mengadakan perhitungan (hisab) dengan diketahui rekap waktu ijtima’, tinggi hilal, dan perkiraan awal bulan ramadhan atau bulan syawal dan tinggal menunggu waktu terbenam hilal dan disesuaikan dengan ketinggian hilal. Setelah sudah masuk waktu ru’yah dapat dilakukan hilal terlihat atau tidak. Apabilah hilal bulan terlihat maka tim lajnah mempersiapkan selambaran berita acara pelaksanaan ru’yatul hilal, nanti didalamnya dicantumkan nama saksi-saksi setelah itu dilaksanakan sumpah oleh hakim dari perwakilah Departemen Agama. Lembaran yang sudah ditanda tangani oleh Perwakilan Departemen Agama, lalu lembaran tersebut dapat diedarkan kepada masyarakat. Dalam pelaksanaan sumpah oleh Departemen Agama juga disiarkan langsung oleh beberapa stasiun televisi yang hadir untuk disiarkan kepada masyarakat luas. Akan tetapi walaupun pengumuman itu sudah disampaikan. Akan tetapi, diadakan sidang itsbat yang dilakukan oleh mentri agama dengan diumumkannya jatuhnya awal ramadhan atau awal syawal. Adapun penentuan posisi bulan dalam mengetahui terjadinya hilal sebagai petanda masuknya periode bulan baru dalam kalender Hijriyah. Ini penting terutama untuk menentukan awal Ramadhan saat orang melaksanakan puasa, awal syawal saat orang mengakhiri puasa dan merayakan Idul Fitri, serta awal Dzulhijjah saat orang akan wukuf haji di Arafah (09 Dzulhijjah) dan Idul Adha (10 Dzulhijjah). Penentuan arah kiblat, waktu shalat sebagai pesan dakwah melalui ilmu hisab rukyat. Karena penentuan arah kiblat dan waktu shalat menjadi syarat sahnya shalat dalam melaksanakan ibadah. Apalagi banyak dari umat Islam yang belum tepat dalam penentuan posisi arah kiblatnya, dalam hal ini ahli falak yang memiliki peran penting. Kalender Hijriyah atau Kalender Islam (dalam bahasa arab disebut AtTaqwim al-hijri), sebagai kalender umat Islam dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Didalam kalender Islam dalam kajian perhitungan hari, bulan, dan tahun memiliki nilai sejarah dan memiliki nilai dakwah mendalam mengenai sejarah Islam, karena yang terkandung didalamnya yang berkaitan tentang peristiwa sejarah umat Islam. Sebagai contoh: Bulan Rabi’ul Awal nama bulan ketiga ”berasal dari kata rabi’ (menetap) dan awal (pertama). Maksudnya, masa kembalinya kaum laki-laki yang telah meninggalkan rumah. jadi, awal menetapnya kaum lakilaki dirumah. Pada bulan ini banyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam. Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wasallam lahir,diangkat menjadi rasul, melakukan hijran ,dan wafat pada bulan ini. Ayat Al-qur’an menjadi pendorong agar manusia dapat mempelajari hisab ru’yah. Dari sini kaum muslimin dapat memperhatikan dan mempelajari benda-benda langit, agar dapat dimanfaatkan oleh manusia itu sendiri dalam menata hidup dan kehidupannya sehari-hari yang berkaitan erat dengan masalah ibadah, dengan harapan mempelajari ilmu ini dapat menambah keyakinan akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Melihat dari penjelasan hisab ru’yah, peneliti merasa tertarik dan dirasa penting untuk diteliti, karena banyak manfaat besar yang dapat diambil dari ilmu tersebut. Apalagi ilmu ini menyangkut kemaslahatan umat Islam dalam penentukan waktu-waktu ibadah. Dari sini peneliti mengambil judul skripsi ”HISAB DAN RU’YAH SEBAGAI MATERI DAKWAH LAJNAH FALAKIYAH AL-HUSINIYAH” B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Penulis membatasi masalah kepada Hisab dan ru’yah sebagai materi dakwah Islam lajnah falakiyah al-husiniyah 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka permasalahan yang hendak diteliti dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, yaitu : a. Bagaimana lajnah falakiyah al-husiniyah menyampaikan materi dakwah –nya melalui hisab dan ru’yah. b. Apa pengaruh hisab dan ru’yah sebagai materi dakwah Lajnah falakiyah al-husiniyah bagi masyarakat kampung baru cakung dan sekitarnya. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui isi pesan dakwah yang disampaikan lajnah Falakiyah Al-husiniya. b. Untuk mengetahui sejauh mana dakwah lajnah falakiyah al-husiniyah kepada kalangan pemerintahan. c. Untuk mengetahui sejauh mana dakwah lajnah falakiyah al-husiniyah kepada kalangan ormas-ormas Islam. d. Untuk mengetahui dakwah lajnah falakiyah al-husiniyah kepada kalangan masyarakat umum. 2. Manfaat Penelitian a. Diharapkan dalam penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya tentang ilmu falak. b. Sebagai bahan pemasukan bagi pengelolah lembaga dakwah untuk menyusun pola dakwah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan dakwah pada masyarakat umum. c. Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi masyarakat bahwa pengelolah sistem dakwah lajnah lebih sempurna dan efisien jika dibandingkan dengan pengelolah yayasan-yayasan yang lainnya. d. Agar pihak-pihak yayasan mengetahui, sudah sejauh mana peran dakwah yang dilakukan oleh lajnah falakiyah al-husiniyah. D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metodologi penelitian dengan riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.2Berdasarkan metodologi kualitatif dikenal beberapa metode riset: antara lain focus group discussion, wawancara mendalam, study kasus, dan observasi.3 2 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organissasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: Kencana. 2006), H.58 3 Ibid H.64 2. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dimulai dari tanggal 24 maret 2009 sampai 21 Juni 2009, adapun lokasi penelitian yang akan diteliti letaknya diwilayah kampung Baru cakung Rt 003 Rw 09 no. 03 jakarta timur 3. Subjek dan Objek a. Subjek penelitian adalah Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah Jakarta, yang meliputi Ketua Yayasan, Ketua Falakiyah. b. Adapun objek penelitianya aktivitas Dakwah Lajnah Falakiyah AlHusiniyah Jakarta. E. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi adalah pengamatan dalam pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena.4 Peneliti langsung kelapangan dalam melakukan praktek ilmu falak dalam rukyatul hilal yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-husiniyah. Dan adapun dalam pengumpulan data peneliti dengan mempersiapkan tape recorder, catatatan buku dan lainnya. b. Wawancara Metode pengumpulan 5 Wawancara5 informasi atau secara Interview langsung merupakan tentang suatu beberapa alat jenis Sutrisno Hadi, metodologi Research jilid II (Yogyakarta :Andi Offest 2002), H.192 data.6dalam hal ini merupakan teknik atau cara pengumpulan data-data dengan cara tanya jawab langsung yang terdiri dari dua orang atau lebih secara face to face tatapi dalam kedudukan yang berbeda, yaitu antara peneliti dan informan (pihak yang diteliti). Dalam hal ini penulis menggunakan pedoman interview yang disesuaikan dengan objek penelitian yang sedang digarap. Agar lebih mudah dipahami dan terarah dalam setiap pertanyaan yang ditujukan pada informan. Adapun yang menjadi subjek dalam wawancara ini adalah pembina yayasan lajnah falakiyah al-husiniyah jakarta. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data dengan hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, prasasti notulen rapat, lembar agenda dan sebagainya.7 Dalam pengertian lain menyebutkan bahwa metode dokumentasi adalah ” penyidikan yang ditunjukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu menjadi sumber-sumber dokumenter. Metode ini peneliti pergunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari metode terdahulu. Dalam hal ini penulis mengambil data dari dokumen yang ada pada Yayasan Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah Jakarta. F. Sistematika Penulisan 6 7 Ibid.,h.160. Winarno Surahmad, Pengantar Metodologi Ilmiah (Bandung : Tarsito, 1982), h.123 Untuk lebih mudah dalam batasan skripsi, secara sistematis penulis membagi dalam lima bab, yang terdiri dari beberapa sub, adapun bagiannya sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dibahas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan masalah, metodelogi penelitian, teknik pengumpulan data dan sistematika penulisan. BAB II Kajian Teoritis Dalam bab ini membahas tentang teori dakwah dan pengertian Hisab Ru’yah dengan pengembangannya. BAB III Gambaran Umun Yayasan Lajnah Falakiyah Al-Husiniyan Jakarta Membahas latar belakang berdirinya lajnah falakiyah al- husiniya,Visi Misi, Tujuan, Sarana dan Prasarana lajnah falakiyah Al-Husiniyah, Program Kegiatan lajnah falakiyah Al-husiniyah, dan Struktur organisasi lajnah falakiyah Al-husiniyah BAB IV Analisis Data Mengupas sekitar peran Dakwah yang dilakukan lajnah falakiyah Al-Husiniyah, dengan Metode dakwahnya Lajnah Falakiyah Alhusiniyah. BAB V Penutup Pada bab ini merupakan bab terakhir dari seluruh rangkaian bab yang ada dalam skripsi ini. Pada bab ini akan dimuat kesimpulan dari hasil pembahasan seluruh bab serta saran-saran yang kiranya dapat bermanfaat. BAB II TINJAUAN TEORI A. Dakwah 1. Pengertian Dakwah Dakwah menurut bahasa adalah memanggil dan menyeruh. Secara terminologi, menurut Muhammad Abu al-Futuh dalam kitabnya alMadkhal ila ‘Ilm ad-Da’wat mengatakan, bahwa dakwah adalah menyampaikan (at-tabligh) dan menerangkan (al-bayan) apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.8Dakwah sebagai kegiatan untuk menyampaikan dan mengajarkan serta mempraktikkan ajaran Islam didalam kehidupan sehari-hari Beberapa pengertian tentang dakwah dikutip dari beberapa pendapat diantaranya : M.Qurais Shihab menjelaskan dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dan tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju 8 Faizah dan lalu Muchsin Effendi, “Psikologi Komunikasi”( JakartaKencana., 2006) H.4 kepada pelaksanaan ajaran islam secara lebih menyeluruh dan berbagai aspek kehidupan9. Dakwah adalah suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun kelompok, agar timbul upaya dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama tanpa adanya unsur paksaan.10 Oleh karena itu, dakwah merupakan proses ”al-tahawwul wa altaghayyur” (transformasi dan perubahan) dari sesuatu yang tidak baik menuju yang baik atau dari sesuatu yang sudah baik menuju yang lebih baik. Sebagaimana yang dijelaskan ayat dibawah ini : ََ!ُ"ْ ِْ!ُ ْ أٌُ َُْنَ إَِ اَِْْ وََُُْونَ َُِْْوفِ وَََْْن#َْو (104 : ِ)ُنَ )ال ان$ْ%َُْ"ِ اُْْ!َِ وَأُوَ(ِ'َ هُ ُ ا Artinya ; Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeruh kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung. ( Al-Imran :104 ) Keterangan di atas menjadi sebuah motivasi besar bagi umat Islam. Apalagi sebagai manusia yang tidak luput dari lupa dan salah agar senantiasa satu sama lain saling mengingatkan dalam hal kebaikan dan menolak keras akan kemungkaran. 9 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan,2007) H.M.Arifin ,Psikologi Dakwah , (Jakarta: Bumi Aksara 1997) h.6 10 Sukses tidaknya suatu dakwah bukan diukur lewat gelak tawa atau tepuk riuh pendengarnya, bukan pula dengan ratap tangis mereka. Akan tetapi sukses tersebut diukur lewat pada bekas (atsar) yang ditinggalkan dalam benak pendengarnya atau kesan yang terdapat dalam jiwa, yang dikemudian tercermin dalam tingkah laku mereka.untuk mencapai sasaran tersebut, tentunya semua unsur dakwah harus mendapat perhatian pada Da’i. 2. Unsur-unsur Dakwah Dakwah yang memegang peran penting dalam kehidupan memiliki unsur dakwah, diantarannya ; a. Da’i (subjek) seorang yang memberikan pesan kepada mad’u tentang ajaran Islam yang berlandaskan Alqur’an dan Hadits. b. Mad’u (objek) seseorang yang menerima pesan yang disampaikan oleh da’i. c. Materi adalah isi sebuah pesan yang akan disampaikan oleh da’i di dalamnya berisikan sebuah pesan dakwah yang dilandasi oleh AlQur’an dan Al-hadits. d. Media menjadi menyebarkan sebuah pesan dakwah dari seorang Da’i, agar pesan yang disampaikan dapat menyebar dan dapat diterima dengan mudah oleh khalayak banyak e. Metode sebuah strategi yang dimiliki oleh seorang da’i dengan tujuan agar para pendengarnya tertarik, simpatik, dan mengikuti dengan apa yang disampaikan oleh da’i. f. Tujuan adalah agar mad’u dapat memahami dan menjalankan pesan yang disampaikan oleh da’i, dengan begitu mad’u dapat menjalankan kebaikan dan meninggalkan keburukan dengan hasil menjadi manusia yang lebih baik. g. Efek dan Pengaruh merupakan akibat dari pelaksanaan proses dakwah dan objek dakwah positif atau negatif, efek dakwah ini berkaitan dengan unsur-unsur dakwah.11 3. Metode Dakwah Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu ”meta” (melalui) dan ”hodos” (jalan, cara).12 Dengan demikian kita dapat mengartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodika artinya jalan yang dalam bahasa arab thariq.13 Metode berarti cara yang telah diatur melaui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Metode Dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.14 Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia diatas diri manusia. Dan salah satu keberhasilan seorang da’i (komunikator) dalam menyampaikan sebuah 11 Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah,h.32 M.Arifin, Ilmu pendidikan Islam (Jakarta:Bumi Aksara,1991),h.61. 13 Drs. H. Hasanudin, Hukum Dakwah (Jakarta:pedoman Ilmu Jaya,1996),h.35. 14 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah ( Jakarta: Gaya Media Pratama,1997),h.43. 12 pesan bagaimana da’i mengemas metode dakwah semenarik mungkin agar dapat diikuti oleh mad’u nya. 4. Bentuk-Bentuk Metode Dakwah. Dijelaskan dalam ayat al-qur’an surat An-Nahl ِِ َُِْْ"ِ! ِ رََ َِِِْْ وَاََِِْْ اَََِْ وََد# $َِادْعُ إ َُ%َِْ(ِ وَهَُ أ%!ِ"َ# ْ)َ َ* ْ)َِ َُ%َْهَِ أَﺡَْ)ُ إِن رََ هَُ أ (125 : ِی)َ )ا.َُِْْ Artinya : ”Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantalah mereka dengan cara yang baik. Sesungguh-nya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dijalan-nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang dapat petunjuk”. (an-Nahl : 125) Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menyampaikan sebuah pesan memiliki 3 metode. Diantaranya penyampaian pesan melalui Hikmah, dengan Mauidzatul Hasanah, dan yang ketiga AL-Mujaddalah Bi-al-lati Hiya Ahsan. ِAdapun penjelasan ketiga metode ini adalah sebagai berikut : a. Al-hikmah Kata ”hikmah” dalam Al-qur’an disebutkan sebanyak 20 kali baik dalam bentuk naqiroh maupun ma’rifah. Bentuk masdarnya adalah ”hukman” yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah. Jika diartikan dengan hukum mencegah dari kezaliman, dan dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.15 Menurut M. Abduh, hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah didalam tiap-tiap hal. Hikmah juga digunakan dalam arti ucapan yang sedikit lafazh akan tetapi banyak makna. 16 Ataupun diartikan meletakan sesuatu pada tempat atau sesuatunya.17 Dapat dipahami bahwa al-Hikmah adalah merupakan kemampuan dan ketetapan da’i dalam memilah dan memilih dalam menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. Alhikmah merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrindoktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumen logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah sebagai sebuah sistem yang meyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah18. Dakwah mempunyai posisi yang sangat penting, dalam menghadapi mad’u yang beragam tingkat pendidikannya, strata sosial, dan latar belakang budaya, para da’i harus mengetahui kondisi masyarakat, agar ajaran Islam dapat memasuki ruang hati para mad’u dengan tepat. Oleh karena itu, para da’i dituntut untuk mampu mengerti, memahami sekaligus, mengetahui latar belakangnya, 15 M.Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana,2006),h.7 Sa’dy Abu Habib,Al-Qumusul Fiqhi,h.97 17 Abu Hayyan,al-bahrul muhith,Jilid 1h.392 juga Drs.Dr.Zaid Abdul karim,ad-dakwah bil-Hikmah,h.26. 18 M.Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana,2006), h.11 16 sehingga ide-ide yang diterima dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukan kalbunya.19 Beberapa pendekatan yang multi dalam satu metode, akan tetapi beberapa pendekatan yang multi dalam sebuah metode. Dalam dunia dakwah; dakwah bukan hanya berarti ”mengenal strata mad’u” akan tetap juga” bila harus bicara, bila harus diam”.hikmah bukan hanya”mencari titik temu”akan tetapi juga ” toleran yang tanpa kehilangan sibghah”. Bukan hanya dalam kontek ”memilih kata yang tepat”, akan tetapi juga ”cara berpisah”, dan akhirnya pula bahwa, hikmah adalah ”uswatun hasanah”serta ”lisan al-haal”20. b. Al-mauidzahtul hasanah Secara bahasa, Mau’idzatul Hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau’idzah dan hasanah. Kata mau’idzah berasal dari katawa’azaya’idzuh-wa’dzan-’idzatan yang berarti; nasehat, bimbingan, pendidikan , dan peringatan, sementara hasanah merupakan kebaikan dari sayyiat yang artinya kejelekan. Mau’idzatul Hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan posotif (wasiyat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat21. 19 Ibid Ibid 21 Ibid 20 Sedangkan menurut pendapat Imam Abdullah bin Ahmad annasafi yang dikutif oleh H.Hasanuddin adalah sebagai berikut : ْ ُُ)ِ4ََُِْ ْ إِﻥ'َ ﺕ$َ َ%َْ َ3 ِ#َِ وَهَِ ا2َ)َِْ ا1َِْْوَا ُ;َ)ِْ َ'ِ(و7 َِْ8 ْ َُُ%ََْ ُِ9ْ:ََِوَﺕ Al-mau’idzatul Hasanah yaitu perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan menghendaki manfaat kepada mereka dengan hak. Jadi, dapat disimpulkan mau’idzatul hasanah adalah sebuah pesan yang mendalam isinya mengandung pesan kebaikan dan kasih sayang penuh dengan nasehat. c. Al-Mujadalah Bi-al-lati Hiya Ahsan Dari segi etimologi (bahasa) lafadz mujadalah terambil dari kata ”jadalah” yang bermakna memintal/ melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faa ala,”jadi ala”dapat bermaknah berdebat, dan ”mujaadalah”perdebatan.22Kata ”jadalah” dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan untuk menyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui argumen yang disampaikan.23 Dari segi istilah (terminologi) terdapat pengertian al-mujadalah (al-hiwar) adalah sebagai upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh 22 23 Ahmad Warson al-Munawwir (Jakarta: Pustaka Progresi1997),h.175 Quraish Shihab, Tasir Al-Misbah, (Jakarta: lentere Hati) ,h.553 dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya. Sedangkan menurut Sayyid Muhammad Thantawi dalam karya M.Munir, S.Ag mujadalah suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat24. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, al-mujadalah adalah perdebatan antara kedua belah pihak secara sinergis, tanpa munculnya sebuah permusuhan dari perdebatan tersebut dan lawan dapat menerima pendapat yang diajukan dengan memberi informasi dan argumen yang kuat. Antara yang satu dengan yang lainnya saling menghargai akan sebuah kebenaran dan ikhlas dalam menerima kekalahan. 5. Tujuan dalam Berdakwah Adapun tujuan dakwah diantaranya: 1) Menyampaikan pesan kebenaran ialah dimensi kerisalahan sebagai tuntunan dari Q.S. al-Maidah:67 dan Q.S.al-Imran :104, yaitu menumbuhkan kesadaran diri (individu/ masyarakat) tentang kebenaran nilai dan pandangan hidup secara Islam, sehingga terjadi proses internalisasi nilai islam sebagai nilai hidupnya.25 2) Pengaplikasian nilai kebenaran yang merupakan kerahmatan mengacu pada firman Allah Q.S. al-Anbiya :107 dakwah kerahmatan ini 24 M.Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana,2006),h.15 Fatmawati, Dakwah”jurnal kajian da’wah, komunikasi, agama dan budaya” (Jakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif hidayatullah,2005) H.38 25 merupakan upaya mengaktualisaikan Islam sebagai rahmat (jalan hidup yang menyejahterakan, membahagiakan, dan sebagainya) dalam kehidupan umat manusia.26 3) Mengajak manusia kejalan Tuhan, jalan yang benar, yaitu ajaran Islam agar manusia bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.27 4) Sebagai wadah dalam memecahkan segala problematika yang dialami umat Islam dalam kehidupan agar dalam menjalani hidup menjadi lebih baik. 5) Sebagai syi’ar dalam menyebarkan ajaran agama islam, untuk mengenalkan ajaran Islam lebih luas lagi. B. Hisab dan Rukyat 1. Pengertian Ilmu Hisab Hisab secara istilah adalah melakukan perhitungan untuk mengetahui posisi bulan secara matematis dan otomatis dalam menentukan dimulainnya awal bulan pada kalender hijriyah. Hisab merupakan alat bantu untuk mengetahui kapan dan dimana hilal (bulan sabit pertama setelah bulan baru) dapat terlihat. Hisab sering kali dilakukan untuk membantu sebelum melakukan rukyat. Secara Etimologi ”hisab”atau ”orbit” adalah lintasan benda-benda langit, sehingga ilmu hisab adalah ilmu untuk mempelajari lintasan bendabenda langit pada orbitnya masing-masing untuk diketahui posisi suatu 26 27 Ibid Rafiudin,Prinsip dan Startegi Dakwah (Bandung Setia,1997),h.21 benda lengit terhadap benda yang lainnya agar diketahui pengaruhnya terhadap perubahan waktu dimuka bumi. Ilmu hisab juga disebut sebagai ilmu rasyd, karena ia memerlukan pengamatan (rasyd : pengamatan) dan disebut juga dengan ilmu miqat, karena ia mempelajari tentang batasanbatasan waktu.28 Tempo dulu ilmu ini disebut Ilmu zaij sebagai cabang dari ilmu hai’ah.29 Ilmu hisab sebagai ilmu yang mempelajari lintang benda- benda langit, seperti matahari, bulan, bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya, dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit itu serta kedudukannya dari benda-benda langit yang lain.30 Dari rumusan-rumusan diatas dapat dinyatakan bahwa objek formal ilmu hisab adalah benda-benda langit, sedangkan objek materialnya adalah lintasan dari benda-benda langit tersebut.31 Dalam literature klasik, ilmu hisab sering disebut ilmu miqat, rasyd, dan hai’ah. Bahkan sering pula disamakan dengan astronomi. Study Ilmu hisab diarahkan terutama untuk membantu meningkatkan akurasi penentuan posisi atau arah kiblat secara tepat dari berbagai penjuru bagi umat islam yang tinggal jauh dari makkah, menentukan waktu-waktu shalat, menentukan awal bulan hijriyah dan menentukan gerhana (bulan dan matahari) . Adapun penjelasannya sebagai berikut : 28 Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Kalasan Jogjakarta: Buana Pustaka,2005),h.34 Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Ru’yah di Indonesia (Yogjakarta: Logung Pustaka,2003),CET.1, 30 Ichtijanto,Almanak Hisab Rukyat (Jakarta: Badan Hisab Rukyat Depag RI,1981),h.245 31 Susiknan Azhari,Ilmu Praktek teori dan Praktek (yogyakarta: Lazuardi,2001),h.1 29 a. Hisab untuk menentukan arah kiblat Kata al-Qiblah terulang sebanyak 4 kali didalam al-Qur’an. Dari segi bahasa arah tersebut terambil dari akar kata qabala-yaqbulu yang berarti menghadap. dalam kamus besar bahasa Indonesia, kiblat diartikan arah ke Ka’bah di Mekkah(pada waktu shalat), dan dalam kamus Al-Munawwir diartikan sebagai Ka’bah. sedangkan dalam Ensiklopedia Hukum Islam, kiblat diartikan sebagai bangunan Ka’bah atau arah yang ditujuh kaum muslimin dalam melaksanakan sebagian ibadah.32 Maka tidak perlu heran jika orang mengatakan bahwa arah kiblat bagi tempat yang berada di sebelah timur Makkah menghadap ke barat, dan bagi daerah yang berada di sebelah Selatan dari kota Makkah menghadap ke utara, bagi daerah yang berada di sebelah barat Makkah maka menghadap ke timur, dan daerah yang berada di sebelah utara maka daerah tersebut menghadap ke selatan. Hal ini dibuktikan dari berbagai penelitian tentang arah kiblat di antaranya di Masjid Agung Yogyakarta yang saat ini telah di ubah shaf/barisan shalatnya untuk mengarahkan shafnya menuju arah kiblat. Hal ini muncul karena pada zaman dahulu, orang menandai arah kiblat dengan arah mata angin dan penentuan arah kiblat dilakukan dengan “kira-kira”. 32 Ibid Sedangkan pada zaman sekarang, hal tersebut timbul karena anggapan remeh dan sikap acuh masyarakat, khususnya saat membangun masjid, mushola maupun surau, mereka tidak meminta bantuan kepada pakar/ahli yang mampu menentukan arah kiblat dengan tepat. Tetapi mereka cenderung menyerahkan masalah penentuan arah kiblat ini sepenuhnya kepada tokoh-tokoh dari kalangan mereka sendiri. Tak heran jika apa yang diputuskan tokoh masyarakat itulah yang diikuti, meskipun sebenarnya diketahui bahwa penentuan arah kiblat kurang tepat. Hal ini biasanya terjadi pada kelompok masyarakat yang cara berfikirnya belum begitu terbuka, padahal ada figur yang memang menguasai ilmu tersebut. b. Penentuan Waktu Shalat Persoalan shalat merupakan persoalan fundamental dan signifikan dalam Islam. Dalam menunaikan kewajiban shalat, kaum muslimin terikat pada waktu-waktu yang sudah ditentukan. Sebagaimana Firman Allah SWT yang berbunyi : (43 : ء2ًَ ْآُْ ﺕً )ا#َِىُِِْْْ"َ آ$َ ْ?َ<َةَ آَﻥ9اِن ا Artinya : Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktu-waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS.Al Baqarah: 43) Konsekuensi logis dari ayat ini adalah shalat (lima waktu) tak bisa dilakukan dalam sembarang waktu, tetapi harus mengikuti atau berdasarkan dalil-dalil baik dari Al-Qur’an maupun Al Hadits. c. Hisab Penentuan Gerhana Matahari dan Bulan Gerhana dalam bahasa Arab disebut dengan Kusuf atau Khusuf. Kedua kata tersebut dipergunakan baik untuk gerhana matahari maupun gerhana bulan. Hanya saja, kata kusuf lebih di kenal untuk penyebutan gerhana matahari (kusuf al-Syams) dan kata khusuf lebih di kenal untuk penyebutan gerhana bulan (khusuf al-Qamr)33 Karena kalau kita melacak sejarah, ternyata perhitungan tentang adanya gerhana sudah ada sejak (kurang lebih) 721 sebelum masehi, dimana orang Babilonia telah mampu membuat suatu perhitungan tentang siklus terjadinya gerhana yang disebut dengan istilah tahun saros 34. d. Hisab Penentuan Awal Bulan Hijriyah Salah satu kebutuhan manusia dalam hidup bermasyarakat adalah sistem penanggalan kalender. Penanggalan ini tiada lain adalah system satuan-satuan ukur waktu yang digunakan untuk mencatat peristiwaperistiwa penting, baik mengenai kehidupan manusia itu sendiri atau kejadian alam dilingkungan sekitarnya. Satuan-satuan ukuran waktu itu adalah hari, bulan, tahun dan lain sebagainya. Pada garis besarnya ada dua macam system penanggalan.yaitu yang didasarkan pada peredaran bumi mengelilingi matahari (dikenal dengan system syamsiyah, solar system atau tahun surya) dan 33 Munjid, Beirut: Dar al-Masriq, hlm. 178 dan 685. Tahun Saros dalam bahasa Babilonia “sharu” lamanya tahun Saros kurang lebih 18 tahun 11 hari 08 jam. Kalau di ukur dengan tahun Hijriyyah (Qomariyah) lamanya sekitar 18 tahun 7 Bulan 6 hari 12 jam. Baca Soejipto, dkk., hlm. 22. 34 didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi (dikenal dengan sitem qamariyah, lunar system,atau tahun candra). Satu tahun syamsiyah lamanya 365 hari untuk tahun-tahun pendek dan 366 hari untuk tahun panjang, sedangkan tahun qamariyah lamanya 354 hari untuk tahun pendek dan 355 hari untuk tahun panjang. Dengan demikian perhitungan tahun qamariyah akan lebih cepat sekitar 10 sampai 11 hari setiap tahun, jika dibandingkan dengan perhitungan tahun syamsiyah. Tahun syamsiyah dan tahun qamariyah sama-sama terdiri dari 12 bulan. Bulan-bulan dalam perhitungan sistem tahun syamsiyah terdiri dari 30 atau 31 hari kecuali bulan kedua (februari) yang hanya berumur 28 hari pada tahun pendek dan 29 hari pada tahun panjang. Sedangkan bulan-bulan dalam perhitungan tahun qamariyah hanya terdiri dari 29 atau 30 hari, tidak pernah lebih atau kurang.35 Walaupun sudah ada usaha-usaha untuk mengganti sistem perhitungan syamsiyah dengan perhitungan sistem lain, namun sampai sekarang perhitungan sistem syamsiyah ini masih merupakan sistem penanggalan yang dipergunakan secara Internasional disamping sistem-sistem lainnya yang hanya berlaku pada beberapa negara tertentu. Di Indonesia, disamping perhitungan sistem syamsiyah juga dipergunakan perhitungan sistem qamariyah. 35 Muchtar zarkasyi, Mahmuddin Kosasi, abd. Rachim,Marfuddin Kosasi, Ali amran, Darsa, Wahyu Widiyani, Moh. Sidik, Ibrahim Wahab, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qamariyah (Bagian proyek pembinaan Administrasi Hukum dan Peradilan Agama).h.1 Perhitungan penanggalan jawa (tahun saka) dan penaggalan Islam (tahun Hijriyah) adalah kalender-kalender yang hidup dimasyarakat Indonesia yang mempergunakan sistem qamariyah. Nama-nama bulan dari kedua penaggalan tersebut hampir sama, yaitu : A. Penaggalan Jawa (tahun saka) 1. suro 7. Rejeb 2. sapar 8. Ruwah 3. mulud 9. poso 4. bakdo mulud 10. sawal 5. jumadil awal 11. zulqongidah 6. jumadil akhir 12. besar B. Penanggalan Islam(Tahun Hijriyah) 1. Muharram 7. Rajab 2. Shafar 8. Sya’ban 3. Rabi’ul Awal 9. Ramadhan 4. Rabi’ul Tsani 10. Syawal 5. Jumadil Ula 11. Zulqa’dah 6. Jumadil Tsaniyah 12. Zulhijjah Telah disinggung pada uraian diatas bahwa ada dua macam system penanggalan kalender, yaitu : kalender matahari atau syamsiyah dan kalender qamariyah atau bulan, salah satu penanggalan yang menggunakan kalender matahari yaitu penaggalan masehi atau masihiah, dan salah satu penanggalan yang menggunakan kelender bulan yaitu penenggalan hijri atau hijriyah. Bagi umat islam, penentuan awal bulan hijriyah merupakan suatu hal sangat penting dan sangat diperlukan ketepatannya. Sebab pelaksanaan ibadah dalam ajaran Islam banyak yang dikaitkan dengan sistem penanggalan ini.36 salah satunya penentuan awal dan akhir bulan ramadhan. Bahwasanya Allah telah menetapkan waktu-waktu ibadah yang difardukan, melalui Al-Qur’an. Begitu juga halnya puasa Ramadhan, bahwa hari pertama dilaksanakan puasa adalah bila malam ketiga puluh dibulan sya’ban hilal telah berhasil diru’yah pada atau bila tidak maka dengan menyempurnakan bulan sya’ban menjadi 30 hari, sebagaimana tertera dalam hadits : ْ"َ ِِ ْ"ِ دَِْرGِْ اFَ ِ"َ ٌ'ِ$َ ََE َََِ ﺡ$ْ2ُ ِ"ْ ِGُْاFَََE َﺡ ِMَْ$َ ُG ا$َ4 ِGُ ََُْ أَن رَﺱُْلُ اGَ اKِJَِ ْ"ِ ََُ رGِْ اFَ ّ#َُْ ُْا ﺡ9ََ<َ ﺕ8 ًَ$َْ ُْ وْنOٌَِ وPْ2ُِْ ﺕOَ ا: َلN َ $َوَﺱ ( $2 ِْ"َ )ريEِ<َE َُْا اِّْة$ََِْ آ8 ْ ُ!َْ$َ َT ِنSَ8 ُRْﺕَُو Artinya: 36 ”Riwayat dari abdillah bin maslamah, ia berkata : Imam Malik telah bercerita pada kami, diriwayatkan oleh abdillah bin Dinar,diriwayatkan dari Abdillah bin Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda :1 bulan itu 29 hari, maka janganlah kamu berpuasa sampai kamu melihatnya (hilal) san jika langit mendung, maka sempurnakanlah menjadi 30 hari.(HR.Al-Bukhari).37 Ibid. 37 Abu Abdillah bin ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin bardizbah Al-Bukhari, shahi Bukhari, (Byrut :Darul Fikr, 2005) ا ة$آ8 !$ KFT ن8 M#وا ؤW8 واM#ا ؤ4 (M$ ;%#) "E<E نFﺵ Artinya : “Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Apabila hilal tertutup debu atasmu maka sempurnakanlah bilangan Sya’ban tiga puluh hari” (Muttafaq Alaih) Adapun dalam penentuan waktu dalam ibadah shalat, puasa, dan zakat dilakukan melalui perhitungan menggunakan ilmu Hisab Ru’yah dengan perhitungan bintang yaitu melalui kalender Hijriyah. Mudah-mudahan dengan bertambahnya pengetahuan kita tentang Ilmu Hisab Ru’yah kita dapat terhindar dari taqlid buta dan dapat melaksanakan ibadah sebagaimana mestinya. Amien 2. Pengertian Rukyat Rukyat adalah usaha melihat hilal dengan mata telanjang pada saat matahari terbenam tanggal 29 bulan qamariya.38Aktivitas mengamati Visibilitas (penampakan), adapun rukyatul hilal adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yaitu penampakan bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak (bulan baru). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang , atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. 38 Muhammad Zarkasih,Mahmuddin kosasi,Abd.Rachim, Marfuddin Kosasi,Ali Amran,Darsa,Wahyu Widiyana,Moh.Sidik,Ibrahim Wahab, “Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qamariyah bagian Proyek AdministrasiHukum dan Peradilan agama” Menurut Imam Ash-Shawy, makna asal rukyat adalah Al-Ilmu (pengetahuan) atau Al-Ibshor (penglihatan). Tetapi bila ada ungkapan yang menggunakan kata ”ilmu” dan ”ibshor” (yang keduanya merupakan asal kata rukyat) maka yang diinginkan adalah Al-Ikhbar (memberitahu). Karena seseorang tidak dapat memberitahu orang lain tentang sesuatu, kecuali sesuatu itu telah ia ketahui hal ikhwalnya.39 Pada prakteknya gambaran-gambaran hilal itu begitu tipis, latihan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mata dalam ru’yatul Hilal adalah dengan cara membiasakan melakukan ru’yatul hilal pada awal bulannya pada malam-malam pertama. Bukan hanya itu saja tapi juga harus ditambah latihan mengenal hilal diakhir bulan pada setiap bulannya yaitu pada malam ke-27, 28, dan 29. Perbedaan yang harus diketahui adalah kalau pada awal bulan latihan ru’yatul hilalnya pada saat gurub bulan saat maghrib, karena waktu maghrib yang terdapat dalam jadwal waktu-waktu shalat sudah mengalami perubahan ihtiati sebanyak 1-2 menit setelah gurub, yang itu dilakukan dengan tujuan agar waktu-waktu shalat tersebut tidak hanya untuk satu daerah yang kecil saja tetapi, juga bisa mencakup daerah yang lebih luas. Dengan cara mengarahkan pandangan mata ke arah barat disekitar lokasi terbenamnya matahari, sedangkan latihan ru’yah diakhir bulan hijriah dilakukan pada saat subuh sampai menjelang terbitnya matahari dengan mengarahkan pandangan mata kearah timur. 39 Ahmad Ash-Shawy Al-maliky, Hasiyiyah AL’ALLamah Ash-Shawy ‘Ala Tafsir Aljalalain (Indonesia :Darul Ulum),h.14 Latihan Ru’yatul hilal yang dilakukan pada akhir bulan hijriah akan membantu memberikan perkiraan gambaran hilal pada awal bulan. Karena selang waktunya yang berdekatan antara akhir dan awal bulan. Yang hanya 1-2 hari dan juga karena gambaran hilal pada akhir bulan hijriah sama tipisnya dengan awal bulan hijriyah , terutama pada saat ru’yatul hilal tersebut posisi matahari jauh dari titik simpul orbit bulan dengan ekliptika (bidang orbit bumi mengitari matahari). Tetapi harus hati-hati juga bila posisi matahari berada (dekat) disekitar titik simpul (pertemuan dua buah bidang orbit atau lebih) itu. Karena mungkin karena saja pada saat akhir bulan hilal miring kekiri tapi di awal bulannya miring kekanan karena berpindahnya posisi matahari dari arah kanan bulan kearah kiri bulan. Untuk membantu kegiatan ru’yatul hilal supaya pandangan peru’yah lebih terarah dan fokus, maka peru’yah dapat menggunakan informasi yang diperoleh dari hasil perhitungan falakiyah. Karena pada kondisi langit dengan cuaca yang kurang bersahabat , maka pengetahuan ilmu falak menjadi sangat penting dan mutlak dimiliki oleh para peru’yah. Bila ru’yatul hilal telah dilaksanakan maka hendaklah dicatat beberapa hal yang terkait dengan kegiatan ru’yatul hilal tersebut. seperti nama-nama peru’yah lokasi/tempat, ru’yatul hilal dilaksanakan, cuaca saat kegiatan ru’yatul hilal berlangsung dilokasi itu dan bila hilal berhasl diru’yah. Yang perlu dicatat ketinggian hilal saat berhasil diru’yah, waktu hilal l dilihat, dan siapa hakim yang mengambil sumpah bagi para peru’yahnya. Lembaran keterangan tersebut untuk selanjutnya disebar/diedarkan ke masyarakat melalui pusat tempat-tempat ibadah dimasing-masing daerah. Sebagaimana dalam hadits dijelaskan : $4 Fء ا اZ إن أاG اJس رF "" ا ؟G ا3 أM ا3 أﺵ أن:ل:8 رأ? أه<لK [ﻥ:ل:8 $ وﺱM$ ذن8 :لN . ﻥ:لN ؟Gأن )ا رﺱ^ اO اﺕ:لN ، ﻥ:لN " اM))4و2 اRا )رواT ا9س <ل أن ﺕ8 (نFا" ﺡZ Artinya; Diriwayatkan dari Ibnu ’Abbas r.a., sesungguhnya seseorang Arab Baduy datang kepada Nabi SAW, maka ia berkata Aku telah melihat hilal, maka Nabi bertanya kepadanya: apakah kamu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah? Maka ia menjawab : ya, Nabi bertanya : apakah kamu bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah? Ia menjawab : ya, Nabi bersabda : Wahai Bilal, serukanlah kepada manusia bahwa besok puasa”. (HR.Imam yang lima dan ibnu majah dan Ibnu Hibban menganggap shahih haditsnya).40 Kegiatan ru’yah ini sebagai sistem penetuan awal bulan hijriyah yang dilakukan pada masa Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, bahkan sampai sekarang masih banyak umat islam yang melakukannya, terutama dalam menentukan awal dan akhir bulan suci ramadhan. 40 Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemah lengkap Bulughul Maram (Jakarta: Akbar) hal.283 ا ة$آ8 !$ KFT ن8 M#وا ؤW8 واM#ا ؤ4 (M$ ;%#) "E<E نFﺵ Artinya : “Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Apabila hilal tertutup debu atasmu maka sempurnakanlah bilangan Sya’ban tiga puluh hari” (Muttafaq un Alaih). 3. Landasan /Hukum Mempelajari Hisab Ru’yah Menjadi kewajiban bagi umat Islam dan sebagai makhluk ciptaan Allah SWT untuk beribadah kepada-nya. Bukan karena Allah SWT butuh kepada kepada manusia, akan tetapi karena manusia telah diciptakan oleh Allah untuk beribadah, sebagaimana dalam firmannya ; (56 : رتeُُونِ )اFَِْ َِ إaِْﻥSِْ" وَاbْْ?ُ ا:َ$َوََ ﺥ Artinya ; dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-ku ( QS.Adz Dzariat/51:56 )41 Ibadah yang difardukan oleh Allah SWT telah ditentukan juga waktunya, baik dalam Al-Qur’an atau pun dari Al-Hadits, sehingga ummat Islam tidak bisa menentukan waktu ibadah semuanya, melainkan harus dengan ketentuan Allah SWT. Adalah shalat, salah satu ibadah yang utama dalam Islam, dan menghadap qiblat adalah syarat sah shalat, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an : h;َ)ْ$َ ُMِِ اْ)ََامِ وَإِﻥbْ2ََْْ اWََْ'َ ﺵZَ وjََل8 َ?ْZََُ ﺥkَْوَِ"ْ ﺡ (149 : اة:Fُنَ )ا$ََِْ^ٍ َ ﺕ8َmِ ُM$'َ وََ اjَِ"ْ ر 41 M.Said, Terjemah Al-Qur’an Al-karim ( Bandung :PT.Al-Ma’arif ,1987 ),h.472 Artinya :”dan di mana saja kamu keluar (datang) maka palingkanlah wajahmu kearah Masjidil Haram. Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari tuhanmu. Dan Allah sekalisekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan”. (QS.AlBaqarah/2: 149) SAW bersabda : Rْ )رواjFَ!َ8 ََ$ْFِ:َ^ِ اFْ:ِ#ُْ اﺱE ُِْءJُ ِْ اoFََْﺱ8 ِ<َة9ُ ْ اَِ ا#ُْN إِذَا ( درى أ هة$2 رىFا Artinya : Bila kamu hendak shalat sempurnakan wudhu lalu menghadap kiblat, kemudia bertakbirlah (HR.Bukhori dan Muslim dari Abi Hurairah) Untuk mengetahui arah qiblat dengan baik harus mengetahui posisi tempat kita berpijak pada jalur-jalur koordinator bumi, baik jalur garis lintang ataupun jalur garis bujur. Dan harus mengetahui posisi ka’bah di Mekkah, menurut jalur garis lintang dan bujurnya, agar dapat diperkirakan berapa besar sudut yang terbentuk dari dua buah garis lengkung (busur derajat ) dari tempat kita berpijak kearah qiblat dan tepat kita berpijak kearah barat. Dalam penentuan waktu-waktu shalat, arah tempat kita menghadap dalam shalat telah diterangkan dalam firman Allah SWT melalui Rasulnya sebagai sebuah ketentuan posisi waktu kapan awal dan akhir dalam shalat . Sebagaiman yang tertera dalam firman Allah SWT : (103 : ء2ُْﺕَ )اN َْ َ"َُِِْْْ ا$َ ْ?َ<ةَ آَﻥ9إِ ن ا Artinya : Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS.AN-Nisa/4 :103) Dan dari Ayat lainnya : َُْءَانN ِْ إِنbَ%ُْْءَانَ اNَْ^ِ و$َ;ِ ا2T َ َِِ إaْOَةَ ُُِكِ ا$9ِ ِ اNَأ (78 : ُْدًا )ا[ﺱاءOَ َِْ آَنbَ%ْا Artinya : Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) shubuh itu disaksikan oleh Malaikat. (AL-Isra’ /17 : 78). Bila shalat adalah ibadah harian yang kita lakukan menurut waktu dan arah dalam ibadah shalat, maka zakat al-fitrah, puasa dan haji adalah ibadah tahunan yang dilakukan pada bulan-bulan tertentu. Kewajiban dalam membayar zakat fitrah adalah setelah berbuka puasa awalan dan terakhir sampai khotib (shalat Id’) naik mimbar. Puasa ramadhan dilaksanakan selama sebulan penuh, adapun awal Ramadhan dapat ditentukan bila pada malam ketiga puluh di bulan Sya’ban hilal telah berhasil di Ru’yah apabilah tidak berhasil maka setelah bulah sya’ban genap 30 hari dan esoknya masuk tanggal 1 ramadhan/awal puasa ramadhan. Adapun ketentuan waktu haji setelah puasa ramadhan terhitung mulainya dari akhir ramadhan sampai dua bulan kedepan, atau tepatnya tanggal 10 Dzulhijjah. Semua ibadah ini memiliki waktu berdasarkan pada kejadiankejadian Astronomis, adapun cara menentukannya melalui kalkulasi hisab. Dengan wasilah ilmu hisab ini, maka persyaratan untuk melakukan ibadah yang sah dapat terpenuhi, karena salah satu syarat sahnya ibadah adalah dilakukan pada waktunya. Dan untuk dapat mengetahui waktunya dengan mudah dan benar maka mutlak harus mengerti ilmu hisab, Ilmu tentang peredaran benda-benda langit. ِ4َ:َِْ ﺡُ!ْ ُ ا8 ُ^ِاََْﺱَ ﺉ Artinya : ”Hukum/perantara sama dengan tujuannya: Bila persyaratan “waktu” dalam ibadah hanya bisa diketahui dengan ilmu hisab , maka ilmu hisab itu memiliki hukum yang sama dengan syarat itu, karena ibadah shalat, puasa,zakat, haji hukumannya wajib maka hukum mempelajari ilmu hisab ini menjadi wajib. Dalam kitab ta’limul muta’lim dikatakan : Artinya :“sesuatu yang menjadi wasilah untuk dapat terlaksananya kefardhuan, jadilah hukumnya itu fardhu”.42 Para ulama menyatakan hukum mempelajari ilmu hisab adalah fardhu ain bagi yang tinggal sendirian, sebagaimana dikatakan oleh Syeikh Zubair Umar Umar Al-Jailany dalam muqaddimah kitab falaknya AlKhulashah Al-Waffiyah ; ٍ"َْ َُْض8َىَ"ْ ﺕََ دَ و$َ ِ?َ َ%ََِضَ آ8 ِMِ َِلmِ#ِْﺵ3ْوَﺡُ!ْ ُ ا..... .....ََد%ْ َ"ِ اﻥ$َ Artinya : “.....dan hukum mempelajarinya (Ilmu Falak) adalah fardu kifayah atas orang banyak dan fardhu ‘ain atas orang yang sendirian ....”.43 42 43 Az Zarnujy,Ta’limul muta’allim, h.4 Zubair Umar Al-jailany, Al-Khulashah Al-Waffiyah (Surabaya :Menara Kudus), h.4 Penentuan masa bulan hijriyah tergantung kepada hilal, yaitu visibilitas cahaya bulan dari bumi pasca konjungsi. Dan pada hal ini mencakup sekurang-kurangnya 3 hukum Islam yaitu: puasa ramadhan, zakat dan haji. Adapun shalat dalam batas-batas penentuan waktunya mengacu pada posisi matahari diatas horizon. Seperti untuk menentukan waktu shalat dzuhur dan ashar, juga mengacu kepada keadaan langit diatas horizon saat matahari di bawah ufuk, seperti untuk menentukan waktu shalat maghrib, isya dan shubuh. Melihat keterangan diatas begitu besar peran hisab dan ru’yah untuk kemaslahatan umat Islam. Adapun hisab dan ru’yahnya memiliki peran penting dalam hal syi’ar ajaran Islam dengan memiliki pesan-pesan penting menyeruh/mensyiarkan didalam penentuan waktu-waktu ibadah. Dan ajaran ini sudah lama telah diwariskan oleh Rasulullah dan sahabat dalam penentuan waktu-waktu ibadah. berdakwah dalam bidang hisab ru’yah suatu bentuk pengabdian kepada pemerintah dan masyarakat luas dengan memaksimalkan syiar-nya dengan tujuan mendapatkan ketepatan dalam penentuan waktu-waktu ibadah. Ilmu hisab ru’yah bukan hanya sekedar syiar saja, akan tetapi bagaimana dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman baru bagi masyarakat yang selama ini hanya menerima saja belum sampai kepada mengerti secara mendalam tentang ilmu hisab ru’yah. Memang perlu diketahui ilmu hisab ru’yah ini ilmu yang jarang orang ketahui dan tingkat minat yang kurang dalam mempelajari ilmu ini. Akan tetapi ketika memahami posisi ilmu hisab ru’yah yang sedemikian penting, sehingga dikatakan bahwa mempelajari dan mengamalkan ilmu falak bagi umat Islam merupakan suatu kewajiban. Hal ini sesuai dengan ketentuan kaedah hukum Islam yang sangat terkenal : uZ وا8 M 3 اuZ اا#3 Artinya : “sesuatu yang hanya dengan itu suatu kewajiban menjadi sempurna, maka sesuatu itu hukumnya wajib”.44 Ilmu hisab ru’yah menjadi Bentuk dakwah yang penting untuk disebarkan kepada masyarakat sebagai penentuan waktu shalat, zakat, puasa dan haji karena menjadi penentu syarat sahnya ibadah. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut ini : َُلَ رَﺱُْ لN ُMَْ GَِىJَْ َ"ْ أَِ هََُْةَ رujَ2َُْ"ْ ﺱَِِْ ْ"ِ ا ُRُُْ#َُْْْا وَإِذَ رَا9 ُ َ8 َُ ْ اِْ<ِ ل#َْ إِذَا رَأ: :َ $َِ وَﺱMَْ$َ ُG ا$َ4 ِGا ( $2 Rِْ"َ ًَْ )رواEَ<َE ُُْْا9َ8 ْ ُ!َْ$َ ّ ُT ِْنSَ8 ُِوْاWْ8 ََ8 Artinya : “Riwayat dari Sa’id bin Musayid dari Abi Hurairah r.a., Bahwa Rasulullah SAW bersabda : Bila kamu melihat hilal maka berpuasalah dan apabila kamu melihat hilal maka berbukalah, bila langit diatasmu mendung, maka puasalah tiga puluh hari”.(HR.Muslim)45 Ilmu Hisab Ru’yah menjadi disiplin Ilmu yang tinggi sebagai hasil temuan dari pemikir Islam. Ilmu tersebut memiliki 2 kepentingan yang satu sama lain saling berkaitan.46 44 Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah, ”makalah hisab ru’yah”, dalam rangka menghadapi bulah ramadhan dan syawal 1429 Hijriyah (Jakarta,2008). 45 Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim (Semarang : Toha Petera), h.438 46 Susiknan Azhari, Ilmu Falak teori dan praktek (Lazuardi: yogyakarta,2001) Pertama, untuk penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk keperluan ini muncul para astronom Muslim terkenal (pada abad-abad kemajuan Islam) yang mengembangkan ilmu hisab ru’yah melalui berbagai percobaan dan penelitian secara mendalam. Hasil kaya mereka memberikan kontribusi bagi pengembangan modern, baik di Timur Tengah maupun di Barat. Kedua, untuk keperluan yang berkaitan dengan masalah-masalah ibadah, seperti shalat,puasa, dan haji. Keperluan bersifat pragmatis dan turut menentukan sahnya amal ibadah. Keperluan yang kedua ini meliputi : penentuan arah kiblat, penentuan waktu shalat yang lima, penentuan awal bulan qamariyah untuk puasa, haji, dan hari-hari besar islam, serta untuk menentukan saat terjadi peristiwa gerhana (bulan dan matahari). Bagi umat Islam, penentuan awal bulan qamariah adalah suatu hal yang sangat penting dan sangat diperlukan ketepatannya, sebab pelaksanaan ibadah dalam ajaran Islam banyak dikaitkan dengan sistem penanggalan ini. Mudah-mudahan penjelasan ini dapat bermanfaaat sebagai pengetahuan sehingga kita terhindar dari taqlid buta dan dapat melaksanakan ibadah sebagaimana mestinya amien. 4. Kalender Hijriyah Kalender Hijriyah atau kalender Islam (dalam bahasa arab disebut At Taqwim Al hijri ), adalah kalender yang didigunakan oleh umat Islam termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Jumlah kalender hijriyah dalam 1 Tahun sama seperti 1 tahun masehi yaitu berjumlah 12 bulan dalam tiaptiap bulan memiliki hari berjumlah 30 dan 29 yang silih berganti tiap bulannya. Dikebanyakan negara-negara yang berpenduduk mayoritas Islam, kalender hijriyah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Kalender hijriyah menggunakan sistem kalender lunar (qamariyah). Kalender ini dinamakan kalender hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun di mana terjadi peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah, yaitu pada tahun 622 Masehi. Penentuan dimulainya sebuah hari atau tanggal pada kalender hijriyah berbeda dengan kalender masehi. Pada sistem kalender masehi, sebuah hari atau tanggal simulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun, pada sistem kalender hijriyah, sebuah hari atau tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari tempat tersebut.47 5. Nama Bulan dan Hari Pada Kalender Hijriyah Menurut Hamid (1995: 243-247), penamaan bulan-bulan dalam tahun hijriah disesuaikan dengan masa yang sedang mereka (bangsa arab) 47 http.//.wikipedia.org/wiki/kalender hijriyah,diambil tanggal 20 juli 2009 jam 21:30 jalani. Dan dalam perhitungan waktu memiliki nilai sejarah. Adapun Nama-nama bulan tersebut adalah sebagai berikut: 48 a. Muharam Nama bulan pertama. Artinya yang diharamkan atau yang menjadi pantangan. Penamaan Muharam karena pada masa itu oleh orang-orang arab dulu dilarang berperang. Namun larangan berperang pada bulan ini tidak berlaku dalam islam sejak turunnya al-Qur’an surat al-Baqarah/2: 191. Dikatakan pada awal ayat: “Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah).” b. Shafar Nama bulan kedua. Artinya, kosong. Penamaan Shafar, karena pada bulan tersebut semua orang laki-laki arab dahulu pergi meninggalkan rumah untuk merantau, berniaga, dan berperang, sehingga pemukiman mereka kosong dari orang laki-laki. c. Rabi’ul Awal Nama bulan ketiga. Berasal dari kata Rabi’ (menetap) dan Awal (pertama). Maksudnya, masa kembalinya kaum laki-laki yang telah meninggalkan rumah. Jadi, awal menetapnya kaum laki-laki di rumah. Pada bulan ini banyak peristiwa bersejarah bagi umat islam. Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi wa Sallam. lahir, diangkat menjadi Rasul, melakukan hijrah, dan wafat pada bulan ini. 48 Ibid d. Rabi’ul Akhir Nama bulan keempat. Artinya masa menetapnya kaum laki-laki untuk yang terakhir atau penghabisan. e. Jumadil Awal Nama bulan kelima. Berasal dari kata Jumadi (kering) dan Awal (pertama). Penamaan Jumadil Awal karena bulan itu merupakan awal musim kering atau kemarau. f. Jumadil Akhir Nama bulan keenam. Artinya, akhir dari musim kering atau kemarau. g. Rajab Nama bulan ketujuh. Artinya, mulia. Penamaan Rajab, karena bangsa arab tempo dulu sangat memuliakan bulan ini. Antara lain dengan melarang berperang. Namun, sebagaimana telah disebutkan di bagian bulan Muharam, larangan tersebut telah dicabut dalam Islam. h. Sya’ban Nama bulan kedelapan. Artinya, berkelompok. Sya’ban, karena orang-orang arab pada bulan ini lazimnya berkelompok mencari nafkah. Peristiwa penting bagi umat Islam yang terjadi pada bulan ini, yaitu perpindahan kiblat dari Baitul Muqoddas ke Ka’bah atau Baitullah. i. Ramadhan Nama bulan kesembilan. Artinya sangat panas. Bulan Ramadhan merupakan satu-satunya bulan yang tersebut dalam Al Qur’an. Suatu bulan yang memiliki keutamaan, kesucian dan aneka keistimewaan. Hal itu terjadi dengan peristiwa-peristiwa sebagai berikut: 1) Awal diturunkannya ayat Al Qur’an. 2) Salah satu malam dalam bulan ini, Allah Subhanaallah wa ta’alah menjadikan malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang sangat tinggi nilainya, karena turun para malaikat untuk memberkati orangorrang beriman yang sedang beribadah. 3) Bulan ini ditetapkan sebagai waktu ibadah puasa wajib. 4) Pada bulan ini kaum Muslimin dapat menaklukan kaum musyrikin dalam perang Badar Kubra 5) Pada bulan ini juga Nabi Shallallah Alaihi Wasallam berhasil mengambil alih Kota Mekkah dan mengakhiri penyembahan Berhala. Dilihat dari fungsinya, bulan Ramadhan memiliki beberapa nama, antara lain : 1) Syahrul Qur’an, yaitu bulan pertama ayat-ayat Al Qur’an diturunkan. 2) Syahrul Tilawah, yaitu bulan pembacaan Al-Quran.maksudnya, bulan untuk menekunkan diri (memperbanyak waktu) dengan membaca dan mempelajari Al Qur’an. 3) Syahrush Shiyam, yaitu bulan diwajibkannya puasa bagi umat Islam. 4) Syahrush Shabri, yaitu bulan untuk melati kesabaran. 5) Syahrun Najah, yaitu bulan pelapasan dari azab neraka (pengampunan). 6) Syahrur Rahman, yaitu bulan yang penuh limpahan rahmat. 7) Syahrul Ala-i, yaitu bulan yang penuh kenikmatan dan limpahan karunia. j. Syawal Nama bulan kesepuluh. Artinya, kebahagiaan. Maksudnya, kembalinya manusia ke makan paginya (futhuur) dan memperoleh fitrah (kesucian) karena usai menunaikan ibadah puasa, bayar zakat serta saling bermaaf-maafan. Itulah yang membahagiakan. k. Zulqa’dah Nama bulan kesebelas. Berasal dari kata Zul (pemilik) dan Qa’dah (duduk). Penamaan Zulqa’dah, karena bulan itu merupakan waktu istirahat bagi kaum laki-laki arab dahulu. Mereka menikmatinya dengan duduk-duduk di rumah. l. Zulhijjah Nama bulan kedua belas. Artinya yang menunaikan haji. Penamaan Zulhijjah, sebab pada bulan ini umat Islam sejak nabi Adam menunaikan ibadah haji. Sebagaimana nama-nama hari dalam kalender masehi, dalam kalender hijriah juga terdapat tujuh hari. Berikut ini adalah paparan namanama hari dalam kalender hijriah, masehi, dan arab kuno serta peristiwaperistiwa yang terjadi: a. Ahad (satu) Ahad atau Minggu atau Awwal menurut bangsa arab kuno. Pada hari ini Allah menciptakan alam semesta, api neraka, bumi, lautan, samudera, manusia serta menjadikan hari yang tujuh. b. Itsnain (dua) Itsnain atau Senin atau Ahwanu menurut bangsa arab kuno. Pada hari ini, Nabi Idris dinaikkan ke langit, Nabi Musa naik ke bukit Tursina, Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi wa Sallam dilahirkan, wahyu pertama turun, dan Rasulullah Shallallaahu Alaihi wa Sallam wafat. c. Tsulasa (tiga) Tsulasa atau Selasa atau Jabbar menurut bangsa arab kuno. Pada hari ini Nabi Yahya terbunuh. Nabi Zakaria terbunuh, semua tukang sihir Fir’aun terbunuh, Asiyah istri Fir’aun terbunuh, lembu kaum Bani Isra’il disembelih dan Habil putra Nabi Adam terbunuh. d. Arba’a (empat) Arba’a atau Rabu atau Dabbar menurut bangsa arab kuno. Pada hari ini Qarun hancur binasa. Fir’aun dan tentaranya binasa, Raja Namrud yang mengingkari Nabi Ibrahim binasa, umat Nabi Saleh yang ingkar binasa dan umat Nabi Hud binasa oleh hembusan badai topan. e. Khamis (lima) Khamis atau Kamis atau Mu’annas menurut bangsa arab kuno. Pada hari ini Nabi Ibrahim memasuki kerajaan Mesir, Bunyamin mengunjungi Nabi Yusuf di Mesir, Nabi Ya’kub bertemu Nabi Yusuf di Mesir, Nabi Musa memasuki Mesir, dan Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi wa Sallam memasuki Mekah. f. Jumu’ah (berhimpun) Jumu’ah atau Jum’at atau ‘Urubah menurut bangsa arab kuno. Pada hari ini Nabi Adam menikah dengan Siti Hawa, Nabi Yusuf menikah dengan Zulaiha, Nabi Musa menikah dengan Siti Shafuramah Nabi Syuaib, Nabi Sulaiman menikah dengan Ratu Bilqis, Rasulullah menikah dengan Siti Khadijah dan Aisyah, serta Ali bin Abi Thalib menikah dengan Fatimah. g. Sabtu (memotong) Sabtu atau Syair menurut bangsa arab kuno. Pada hari ini Nabi Nuh ditertawakan kaumnya, Nabi Saleh ditipu umatnya, Nabi Yusuf ditipu saudara-saudaranya, Nabi Isa diperdaya orang-orang Yahudi, dan Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi wa Sallam menjadi topik utama dalam sidang kaum kafir Quraisy. BAB III PROFIL LAJNAH FALAKIYAH AL-HUSINIYAH JAKARTA A. Latar Belakang Berdirinya Seorang Ulama pimpinan Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah bernama Kyai Haji Syafi’i, beliau memiliki kemampuan me-rukyat hilal untuk menentukan awal bulan, yang lazim disebut Rukyatul Hilal. Bagi beliau, rukyatul hilal bukanlah sebuah hal yang baru. Sejak kecil ia terbiasa menyaksikan ayahnya melakukan rukyatul hilal. Sang ayah, Kyai Haji Abdul Hamid, bersama sepupunya Kyai Haji Muhajirin (pendiri Pondok Pesantren An Nida, Bekasi), bersama ulama-ulama lain, seperti Kyai Haji Dzinnun, Kyai Haji Abdullah Azhari, Kyai Haji Abdul Salam, serta Kyai Haji Abdul Halim, menggagas pembentukan tim sekaligus tempat untuk melakukan hisab dan rukyat, sekitar lima puluh tahun lalu. Sebagian mereka menguasai ilmu falak (ilmu astronomi), sebagian lainnya ahli di bidang ilmu hisab dan rukyatul hilal. Gayung pun bersambut, antara ilmu falak dengan rukyatul hilal memang saling berkaitan. Ilmu falak/ astronomi membahas masalah perbintangan secara luas, sedangkan rukyatul hilal adalah varian dari ilmu falak tersebut. Sehingga, gagasan membentuk laboratorium “Hisab-Rukyat” sangatlah tepat. Setelah mencari berbagai tempat yang dianggap tepat untuk me-rukyat, akhirnya mereka sepakat memilih kawasan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, sebagai laboratorium untuk melakukan rukyatul hilal. Namun di sana tidak bertahan lama. Mereka merasa jarak antara lokasi dan rumah sangatlah jauh. Apalagi, hampir semuanya bermukim di kawasan Bekasi dan Cakung Jakarta Timur. Akhirnya tempat penelitian dipindahkan di area persawahan sekitar Cakung. Sayangnya, di sana pun juga tidak bertahan lama. Area persawahan itu diambil alih oleh PT. Astra. Terpaksa, laboratorium ditempatkan di lantai atas rumah Kyai Haji Abdul Hamid, dan masih bertahan hingga kini. Awalnya hasil penelitian yang mereka lakukan hanya diterima oleh keluarga dan tetangga dekat. Namun, suatu ketika Kyai Haji Dzinnun yang waktu itu sedang menjabat sebagai ketua Hakim Pengadilan Agama Bekasi, mengusulkan untuk membawa hasil penelitian mereka ke Departemen Agama (Depag). Rupa-rupanya, dalam sidang Isbat (penetapan awal ramadhan dan lebaran) yang diselenggarakan oleh Depag, hasil penelitian tersebut dianggap tepat dan sesuai dengan koridor disiplin keilmuan astronomi. Sejak itu pula, hasil penelitiannya dijadikan rujukan oleh Depag dan masyarakat luas, sehingga wilayah Cakung dikenal sebagai salah satu tempat hisab dan rukyat di Indonesia. Kepercayaan memompa para pendirinya untuk terus menekuni kegiatan yang mereka rintis. Puluhan tahun sudah kegiatan tersebut berjalan, sampai mereka menutup usia pun, kegiatan tersebut tetap terlaksana. Penelitian hisab dan rukyat itu akhirnya diambil alih oleh Kyai Haji Syafi’i, yang sebelumnya dipimpin oleh almarhum adik kandungnya, Kyai Haji Ahmad Taufiq.49 49 Narulita Sari, Peru’yah Memikul Tanggung Jawab Moral Menentukan Awal Ramadhan &Lebaran Umat (Jakarta: Majalah Hidayah,edisi Januari) H.98-101.cet.2004 B. Visi Misi dan tujuan Visi –nya Menjadi Model Lajnah Falakiyah yang membantu umat dalam penetapan waktu-waktu pelaksanaan ibadah. Misi Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah Jakarta 1. Melakukan hisab kalender hijriah & waktu sholat. 2. Melakukan rukyatul hilal tiap awal bulan hijriah. 3. Melakukan pelatihan ilmu hisab dan rukyat. Bersatunya umat Islam merupakan tujuan dari Lajnah Falakiyah AlHusiniyah, karena dengan bersatunya umat ini segala masalah dan taklif dalam kehidupan beragama akan terasa lebih mudah untuk diselesaikan dan terasa lebih ringan untuk dijalankan. Kebenaran adalah kunci yang harus mendasari lajnah Al-Husiniyah dan menjadi pondasi untuk persatuan umat ini, karena dengan pondasi kebenaran maka persatuan umat ini akan kokoh dibawah naungan ridha Allah SWT. Dalam arti bahwa setiap aksi yang dilakukan oleh lajnah Al- Husiniyah sejalan dengan keilmuan yang shahih berdasarkan Nash Al-Qur’an dan Alhadits dan dapat dipertanggung jawabkan, dan kami berpegang kepada Firman Allah SWT yang berbunyi : ) ُRَ َ لَ ذَ رةٍ ﺵَا:ْvِ ْ^ََْ ْ"ََُ وRَ َ لَ ذَ زةٍ ﺥًَْا:ْvِ ْ^ََْ ْ"ََ8 ( 8-7Mxxا Artinya : Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat Dzarrahpun, niscaya dia akan melihatnya (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzahrrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. (Al-Zalzalah/99 :7-8)50 Mungkin dengan menela’ah ayat diatas akan menjadi salah satu penenang dan dapat meredah keresahan umat Islam itu sendiri, khususnya di Indonesia. Dan salah satu perbedaan yang kerap kali meresahkan umat Islam di Indonesia adalah perbedaan dalam waktu berhari raya. Perbedaan waktu berhari Raya adalah masalah klasik, tetapi walaupun begitu, setiap kali terulang kembali, masalah ini terasa kembali. Dan sering perbedaan dalam ber- Hari Raya ini bukan hanya berstatus sebagai perbedaan yang tanpa efek sama sekali, tetapi perbedaan ini malah lebih masuk kedalam suatu keadaan yang menimbulkan keresahan umat. Banyak faktor yang mendukung itu, salah satu karena minimnya pengetahuan masyarakat kita sendiri tentang Ilmu falak. Tujuan Lajnah Al-Husiniyah menjadi pengobat dari keresahan masyarakan akan adanya perbedaan dalam waktu berhari raya. Al husiniyah dengan harapan besar dapat mempersatukan umat Islam dalam berhari raya. Adapun dalam hal ini lajnah tidak memaksakan dengan mengedepankan ego dan mengabaikan akan segala bentuk perbedaan umat Islam dalam penentuan hari Raya. Akan tetapi, lajnah akan menjadi pengarah akan pemikiran masyarakat untuk dapat menerima kenyataan bahwa ”banyak metode yang bisa digunakan untuk menentukan awal bulan Hijriyah”. Dan lajnah mengarahkan agar masyarakat dapat menjadikan keberagaman metode-metode tersebut sebagai bahan pelajaran dalam menyikapi perbedaan waktu berhari Raya dengan sikap saling menghargai dan 50 M.Said,Tarjamah Al-Qur’an Al-Karim (Bandung : PT.AL Ma’arif,1987),h.539 menghormati sesama muslim apalagi perbedaan-perbedaan itu dilandasi oleh keilmuan yang shahih bukan dilandasi oleh kejahilan yang dipertahankan. C. Struktur Organisasi Lajnah Falakiyah Al Husiniyah Jakarta Susunan pengurus Lajnah Falakiyah Al Husiniyah Jakarta adalah sebagai berikut: Penasehat : K.H. Abdul Kholiq Abdurrohim Ketua Umum/ Penanggung Jawab : K. H. Ahmad Syafi’i Abdul Hamid, Lc Sekretaris : Lukman Hakim, S.Kom Bendahara : H. Muhammad Ilyas, S.Pd Ketua Tim Hisab : H. Nuryazid Anggota Tim Hisab : H. Khoiruddin, S.Pd.I H. M. Khoirul Waro’ Muhammad Afwan Ketua Tim Ru’yat : H. Muhammad Labib, S.Pd.I Anggota Tim Ru’yat : Ahmad Za’im, S.Th.I Muhammad Pikhan Muzbi Wujdi, S.Hum Damanhuri Abdul Rosyad Sie. Penelitian & Pengembangan Hisab : Rodjali, LN Sie. Umum : H. Rizki Dzulkarnain, S.Th.I H. Ahmad Dasuki Nurdin Ahmad Hazairin, S.H Tata cara rukyatul hilal secara tradisional yang dilakukan oleh Lajnah Falakiyah Al Husiniyah Jakarta dapat dilihat pada gambar 2.1 dan 2.2 Gambar 2.1 Kedudukan patok Gambar 2.2 Rukyat dengan patok Keterangan: • Z0 = derajat ketinggian hilal berdasarkan hasil hisab • (Z0x4), karena 10 (satu derajat) = 4 menit • Hilal diperkirakan berada di daerah yang diarsir ketika maghrib (waktu terbenamnya matahari). D. Program Kegiatan Lajnah Falakiyah Al-husiniyah Jakarta Ketua Tim Hisab Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah Jakarta, Haji Nuryazid mengatakan bahwa sampai saat ini tim hisab lajnah sudah berhasil menerapkan Dua Belas metode sebagai rujukan hisab, antara lain; Sitem Hisab, Sullamun Nayyiroin, Irsyad al-Murid, KhulashohalWafiyyah, Badiah al-Mitsal, Ittifaq Dzat alBain, Nur al-Anwar, New Com, Ephemeris, Fathur Ro’uf Al Mannan HisabRu’yat, Almanak Nautika, Mooncalc Version 06.00 Tim Hisab Lajnah terus berusaha mempelajari metode-metode lainnya untuk menambah rujukan terutama dalam melaksanakan rukyatul hilalKyai Haji Syafi’i, untuk dapat melaksanakan Rukyatul Hilal, hasil hisab harus Imkanurrukyah (kepastian bahwa bulan sudah dapat dilihat sesuai dengan ketinggiannya) dengan data ketinggian bulan minimal 2 derajat untuk metode Sullamun Nayyiroin dan kedudukan hilal (utara atau selatan matahari) yang disebut dengan Fi’il Millah. Rukyatul hilal ini dilakukan setelah waktu maghrib tiba, sejak matahari terbenam sampai sepuluh menit ke depan. Beliau menambahkan bahwa Tim Rukyat Lajnah Falakiyah Al Husiniyah melakukan cara yang agak berbeda dan kemungkinan besar tidak dilakukan oleh Lajnah Falakiyah yang lain, secara rutinitas bulanan, tim rukyat juga selalu memperhatikan bulan pada tanggal 25 dan seterusnya sampai akhir tanggal pada waktu pagi hari atau setelah sholat subuh, karena menurut pengalaman, munculnya hilal/ bulan baru tidak akan jauh dari tempat hilangnya hilal tersebut pada akhir bulan. Beliau menjelaskan bahwa proses rukyatul hilal dengan mata telanjang yang dipandu dengan patok pengukur lebih besar kemungkinannya untuk berhasil me-rukyat dibandingkan dengan menggunakan alat teropong. Beliaupun bercerita, “Pada tahun 1996, menjelang rukyatul hilal bulan Dzulhijjah, sebuah lembaga antariksa datang ke Cakung untuk me-rukyat. Peralatan mereka canggih. Termasuk teropong yang didisain sendiri oleh ketua rombongan, DR. Zalbawi. Bayangkan, dana yang digunakan untuk membuat teropong tersebut sekitar 20 juta rupiah. Ketika tiba waktu pelaksanaan (maghrib), Alhamdulillah, kita dapat melihat hilal, anehnya mereka belum berhasil. Pada intinya, penelitian kami sama. Waktu itu kami sama-sama melihat posisi bulan ada di arah barat. Hanya, menurut perhitungan mereka, bulan ada di sebelah kiri (dekat arah selatan ). Otomatis, teropongnya diarahkan ke selatan. Sedangkan hasil hisab kami menjelaskan bahwa hilal berada di sebelah kanan (dekat dengan arah utara). Alhamdulillah, bulan berada pas dengan hitungan kita. Tentu saja mereka tidak dapat melihat hilal, padahal peralatan mereka lebih canggih.”51 Haji Nuryazid mengatakan bahwa kemampuan teropong hanya dapat menjangkau sekitar satu bulatan bulan, berbeda dengan menggunakan mata telanjang, yang penting kita set patok kita berdasarkan perhitungan, lalu pantau hilal dengan mata awas. Kemungkinan besar rukyatul hilal akan 51 Wawancara dengan ketua Lajnah Falakiyah Al-husiniyah, Proses Ru’yatul hilal, dikediamannya pon-Pes Al-husiniyah. Pada Tgl.29 juli 2009 jam 18:00 berhasil. Untuk itu, walaupun sudah ada teknologi canggih seperti teropong, perlu dilestarikan metode rukyat secara tradisional. Kyai Syafi’i pun menambahkan bahwa semua metode hisab adalah buatan manusia, data perkiraan manusia, jadi semua hasil hisab hanyalah sebuah patokan dalam melakukan rukyatul hilal. Apalagi dengan menggunakan teropong yang hanya menjangkau sekitar satu bulatan bulan, kemungkinan berhasilnya me-rukyat dengan teropong lebih kecil daripada dengan mata telanjang.52 Lajnah falakiyah sebagai yayasan berlabel sebuah lembaga dakwah dalam bidang falakiyah banyak kegiatan yang dilakukan oleh Lajnah Falakiyah dengan program kegiatan jangka panjang dan jangka pendek. adapun program kegiatannya sebagai berikut: 1. Program Jangka Pendek a. Kalkulasi posisi hilal menjelang awal bulan Langkah awal sebelum melakukan rukyatul hilal diadakan perhitungan dengan beberapa macam metode yang diterapkan oleh lajnah falakiyah. Kalkulasi hilal mempermudah dalam menentukan posisi hilal ketika praktek dilapangan. b. Praktek Ru’yatul hilal menjelang setiap awal bulan Setelah kita melakukan kalkulasi hilal dengan data yang sudah dibuat. Selanjutnya kita melakukan ru’yah dengan persiapkan sarana dan prasaran yaitu patok dan teropong dalam melakukan hisab ru’yah. 52 Wawancara dengan ketua Hisab ru’yah H.Nuryazid, dipon-pes Al-husiniyah. Pada Tgl.29 juli 2009 Jam 18 :25 yaitu dalam menentukan awal bulan ramadhan dan penentuan awal syawal. c. Lajnah Falakiyah mengadakan pelatihan Lajnah falakiyah Al-Husiniyah melakukan ru’yatul hilal setiap akhir bulan yang dihadiri dari perwakilan depag, santri-santri, Mahasiswa dan Masyarakat umum. 2. Program Jangka Panjang, adapun kegiatan-nya sebagai berikut : a. Pengkaderisasian dan pengembangan ilmu falak Tujuan lajnah falakiyah mengadakan pelatihan untuk pengkaderisasian dengan tujuan meneruskan perjuangan dalam pengabdian kepada masyarakat. Selain itu harapan besarnya lajnah falakiyah sebagai lembaga yang dapat dipercaya oleh masyarakat dalam membawa misi besar untuk kemaslahatan umat Islam. Lajnanah Falakiyah juga melakukan sosialisasi keberbagai daerah dalam rangka penyamaan persepsi (penyeragaman) dalam penanggalan Hijriyah. Lajnah Falakiyah sebagai lembaga yang memiliki kredibilitas tinggi dimata lajnah lainnya. Dengan mendapat kepercayaan dari lajnah lain. Akan tetapi lajnah Al-Husiniyah tetap melakukan soisalisasi keberbagai daerah dengan menghadiri undangan untuk melakukan penyelarasan dalam penanggalan Hijriyah dengan tujuan didalam penentuan awal ramadhan dan awal syawal dapat bersamaan. b. Penerbitan makalah Hisab Ru’yah dalam rangka menyambut ramadhan dan syawal. Kegiatan yang dilakukan menjelang Ramadhan Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah sebagai kegiatan rutinitas tahunan dengan membuat makalah hisab ru’yah yang hasilnya disebarkan kebeberapa daerah sebagai acuan penentuan Awal Ramadhan dan Syawal. c. Penerbitan kalender Hjriyah Salah satu program tahunan Lajnah Falakiyah Al Husiniyah adalah penerbitah kalender hijriyah sebagai hasil program kerja jangka panjang. Pada awalnya muncul ide penerbitan kalender karena sebuah permintaan dari masyarakat sekitar, dan sampai sekarang menjadi program tahunan. Adapun isi kalender didalamnya sudah ada penentuan waktu shalat, penentuan waktu ibadah dan tanggalan penetapan peristiwa-peristiwa besar dalam Islam. Dengan tujuan pembuatan kalender agar mempermudah umat Islam dalam mengetahui waktu-waktu ibadah. E. Sarana dan Prasarana Lajnah Falakiya Al-Husiniyah Jakarta Dalam melaksanakan hisab rukyat ada beberapa sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan dan ketika melakukan rukyatul hilal Adapun sarananya sebagai berikut : 1. Metode dalam perhitungan Hisab Langkah awal sebelum melakukan rukyatul Hilal lajnah falakiyah Al husiniyah melakukan hisab/perhitungan menggunakan metode Sullam Nayyiroin dan nanti hasil perhitungannya dapat ditentukan posisi bulan tepatnya berada dimana, waktunya tepat jam berapa dan dengan ketinggian berapa, dan dari sini dapat melakukan rukyat dengan posisi yang tepat. Lajnah Falakiyah Al-husiniyah sampai saat ini sudah menggunakan enam metode diantarnya menggunakan Sullamun Nayyiroin, Fathur Ro’uf Al Mannan, Badi’atul Mitsal, Khulasotul Wafiyah, Almanak Nautika, dan Ephemeris Hisab Rukyat. 2. Kalkulator Kalkulator berfungsi dalam perhitungan rumusan hisab agar tidak terjadi kesalahan hasil dan kalkulator juga mempermudah dan mempercepat dalam perhitungan. 3. Rukyat Menggunakan Patok Patok bagi lajnah Falakiyah al-husiniyah sebagai alat pengukur posisi bulan dengan dilihat melalui mata telanjang yang sebelumnya posisi bulan sudah diketahui dengan menggunakan hisab / perhitungan lalu patoknya diarahkan keposisi akan munculnya posisi bulan. 4. Teropong Teropong yang tersedia di Lajnah falakiyah Al-husiniyah akan digunakan untuk memperjelas munculnya bulan tersebut Adapun prasarana yang digunakan lajnah falakiyah Al-husiniyah adalah sebuah gedung berlantai 4 madrasah Al-husiniyah milik K.H.Ahmad Syafi’i, Lc yang digunakan untuk melakukan ru’yah yang berwilayah dicakung barat Jakarta Timur. BAB IV HASIL TEMUAN LAJNAH FALAKIYAH AL-HUSINIYAH JAKARTA MELALUI HISAB RU’YAH A. Ada Beberapa Hasil Temuan Yang Didapat Dari Lajnah Falakiyah Adapun temuannya sebagai berikut : 1. Semua refrensi yang digunakan lajnah mencapai akurasi tinggi dalam hasil Hisab Ru’yah dan kadang tidak cocok dengan Hisab ru’yah. 2. Menemukan alat patok yang digunakan sebagai sarana dalam melakukan ru’yatul hilal 3. Penentuan letak posisi hilal melalui pengembangan sistem sullam (azimut) oleh Hisab lajnah falakiyah. 4. Menemukan cara Hisab dengan menggunakan sistem komputerisasi oleh lajnah Falakiyah Al-Husiniyah. Semua hasil temuan oleh Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah tanpa adanya plagiat semata dan temuan ini melalui proses yang panjang dan sudah teruji akan kemanfaatannya. B. Metode dakwah lajnah falakiyah Al-Husiniyah Lajnah falakiyah al-husiniyah sebagai lembaga dakwah yang berkiprah dalam bidang hisab ru’yah memiliki metode yang digunakan sebagai model dalam penyampaian pesan melalui ilmu hisab ru’yah. Adapun beberapa metode yang diterapkan dalam menyebarkan ilmu hisab ru’yah menjadi strategi dalam penyebaran ilmu hisab ru’yah kepada masyarakat luas. Diantaranya yang diterapkan oleh Lajnah falakiyah AlHusiniyah : 1. Mengadakan Seminar-seminar tentang Hisab Ru’yah ke beberapa lembaga dengan harapan masyarakat tahu seberapa penting pengetahuan tentang ilmu Falak. Adapun beberapa wilayah yang sudah terlaksana dalam pelaksanaan seminar : a. Diwilayah Kebayoran Lama pon-pes Al-Falah majelis muzakarah K.H.Rahmatullah Sidik b. Diwilayah Jati Warna pondok Gede ( Islamic Center Al-Islam) c. Islamic Center Jakarta d. Pon-Pes Annida Bekasi e. Majelis Ta’lim yang berada dilingkungan Jabotabek f. Planet Tarium Jakarta 2. Pendidikan dan pelatihan Ilmu Hisab Ru’yah dengan memberikan pelajaran ilmu Hisab melalui penerapan dengan beberapa metode yang terapkan kepada pelajar. Setelah pelajar mengerti dalam melakukan hisab (perhitungan) pelajar langsung praktek kelapangan (ru’yah). 3. Sosialisasi pada medium Internet dengan situs www.Lajnah falakiyah Alhusiniyah.com. situs yang dibuka oleh lajnah Falakiyah dengan tujuan untuk mempermudah kepada masyarakat dalam mengakses sekitar ilmu Hisab Ru’yah 4. Mengadakan study banding kebeberapa daerah dalam rangka pertukuran pengetahuan dengan mengembangkan ilmu hisab ru’yah. 5. Mengadakan penerbitan kalender Hijriyah. Lajnah Falakiyah Al-husiniyah setiap tahun menerbitkan kalender Hijriyah dengan tujuan untuk mempermudah masyarakat dalam menentukan waktu-waktu ibadah dan penentuan pelaksanaan hari besar Islam. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Aktivitas Lajnah Falakiyah Al-husiniyah mengadakan pendidikan ilmu Falakiyah, dengan melakukan perhitungan hisab dan praktek dalam penentuan awal bulan, dan pendidikan ini dihadiri oleh bapak-bapak dan remaja mulai dari perwakilan Departemen Agama, Ormas Islam, Mahasiswa, Santri-santri dan masyarakat umum. 2. Lajnah Falakiyah Al-husiniyah juga mengadakan seminar kemasjidmasjid, sekolah dan universitas, selain itu sering mengadakan study banding kebeberapa daerah dan menerbitkan Kalender Hijriyah setiap tahunnya. Dan Alhamdulillah kegiatan ini mendapat respon yang bagus. 3. Al-husiniyah sebagai lembaga dakwah falakiyah yang mendapat pengakuan dari Departemen Agama di Jakarta, dalam setiap tahunnya rutin mengadakan kegiatan hisab ru’yah dalam penentuan Awal Ramadhan dan Awal Syawal dengan mendapat kepercayaan dari Depag, Ormasormas Islam sampai Negara Libanon. B. Saran-saran 1. Perlu adanya rekrutmen personalia kepengurusan yayasan karena hal tersebut akan dapat mengoptimalkan seluruh seluruh program yang akan terealisir sesuai dengan program yang ditetapkan 2. Perlu adanya pendekatan dakwah yang efektif dan efisien dimasa mendatang, agar dalam penyebaran dakwah lebih meluas dan mengena. 3. Perlu adanya jalinan kerjasama yang lebih erat antara yayasan lajnah falakiyah al-husiniya dengan Departemen Agama agar dalam pengambilan sebuah keputusan dapat kompak. Menyadari pentingnya suatu penelitian untuk dapat mengungkap masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh lembaga-lembaga keagamaan, maka diperlukan kerja sama yang baik dengan seluruh pihak-pihak yang terkait, guna memperoleh data yang valid dari kerja dakwah yayasan lajnah falakiyah al-husiniyah. Namun demikian sudah barang tentu disana sini masih banyak kekurangan dalam penyusunan kalimatnya. Maka dari itu tiada gading yang tak retak, demikian juga tidak ada manusia yang sempurna maka dengan segala kerendahan hati penyusun mohon kritik dan saran yang membangun untuk bekal dikemudian hari. DAFTAR PUSTAKA Abdul karim, Zaid, ad-Dakwah bil-Hikmah Abu hayyan, al-Bahrul Muhith, Jilid 1 Ahmad, Warson, al-Munawwir, Jakarta: Pustaka Progresi 1997 Azhari, Susiknan, Ilmu Praktek Teori Dan Praktek. yogyakarta: Lazuardi, 2001, cet.1 Faizah, dan effendi lalu Muchsin, Psikologi komunikasi, Jakarta: Kencana, 2006, cetakan ke-1. Arifin,Muzayin , Psikologi Dakwah. Jakarta: Bulan Bintang, 1991 Hasanudin, Hukum Dakwah. Jakarta:pedoman Ilmu Jaya: 1996, cet.ke1 Ichtijanto, Almanak Hisab Rukyat. Jakarta: Badan Hisab Rukyat Depag RI,1981 Izzuddin, Ahmad, Fiqih Hisab Ru’yah di Indonesia. Yogjakarta: Logung Pustaka, 2003, Cet.1, Khozin, Muhyidin, Kamus Ilmu Falak. Kalasan Jogjakarta: Buana Pustaka,2005 Cet.1 Narulita, Sari. Pe-ru’yah Memikul Tanggung Jawab Moral Menentukan Awal Ramadhan dan Lebaran Umat, Jakarta: Majalah Hidayah, edisi Januari Hal. 98-101, 2004. M.Munir, Metode Dakwah. Jakarta: Kencana, 2006 Mulyanah, Dedy, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Rosdakarya, 2002 Rafiudin, Prinsip dan Startegi Dakwah. Bandung Setia: 1997 Shihab, M. Quraish Membumikan Al-Qur’an. Bandung : Mizan, 2007 Cet.ke-I -----------------------, Tasir Al-Misbah, lentere Hati: 2000 Tasmara, Toto Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama, cet.1.1997 Al-Hafizh Inu hajar Al-Asqalani, Terjemah Lengkap Bulughul Maram. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana,2007 Muhammad Zarkasih,Mahmuddin kosasi,Abd.Rachim, Marfuddin Kosasi,Ali Amran,Darsa,Wahyu Widiyana,Moh.Sidik,Ibrahim Wahab, “Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qamariyah”, bagian Proyek AdministrasiHukum dan Peradilan agama,H.8 Wawancara dengan ketua Lajnah Falakiyah Al-husiniyah K.H. Ahmad Syafi’ih, Proses Ru’yatul hilal, dikediamannya pon-Pes Al-husiniyah. Pada Tgl.29 juli 2009 jam 18:00 Wawancara dengan ketua Hisab ru’yah H.Nuryazid, dipon-pes Al-husiniyah. Pada .29 juli 2009 Jam 18 :25 http://id.wikipedia.org/wiki/kalender_hijriah