HISAB DAN RU`YAH SEBAGAI MATERI DAKWAH

advertisement
HISAB DAN RU’YAH SEBAGAI MATERI DAKWAH LAJNAH
FALAKIYAH AL-HUSINIYAH
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
SURAHMAN
205051000474
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
HISAB DAN RU’YAH SEBAGAI MATERI DAKWAH LAJNAH
FALAKIYAH AL-HUSINIYAH
Skripsi
Diajukan kepada fakultas dakwah dan komunikasi
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar sarjana Ilmu Sosial Islam ( S.Sos.I)
Oleh
SURAHMAN
NIM :205051000474
Pembimbing
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A
NIP 19710412 200003 2 001
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “Hisab dan Ru’yah Sebagai Materi Dakwah Lajnah
Falakiyah Al-Husiniyah” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 15 September
2009, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
Ilmu Sosial Islam (S.Sos I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 15 September 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua
Sekertaris
DR.H.Arief Subhan, M.A
Nurlaily,M.A
NIP. 19660110 199303 1 004
Dra.Hj.Musfirah
NIP. 19710412 200003 2 001
Penguji I
Penguji II
Drs. Suhaimi, M.Si
NIP. 19670906 199403 1 002
Rubiyanah,M.A
NIP. 19730822 199803 2 001
Pembimbing
Dra.Hj.Musfirah Nurlaily,M.A
NIP. 19710412 200003 2 001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skipsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semoga sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 Agustus 2009
Surahman
ABSTRAK
Surahman (205051000474), Hisab dan Ru’yah Sebagai Materi Dakwah Islam
Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah , dengan Pembimbing Dra.Hj. Musfirah Nurlaily,
M.A
Ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda langit,
khususnya bumi, bulan dan matahari, agar dapat diambil manfaatnya bagi
manusia, khususnya umat Islam dalam menentukan waktu untuk beribadah.
Adapun ilmu falak memiliki cabang yaitu ilmu hisab dan ru’yah. Hisab adalah
melakukan perhitungan untuk mengetahui posisi bulan secara matematis dan
astronomis dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender hijriyah.
Adapun Ru’yah adalah usaha melihat hilal dengan mata telanjang pada saat
matahari terbenam tanggal 29 bulan qamariyah.
Kegiatan lajnah falakiyah al-husiniyah sebagai lembaga dakwah melalui
hisab ru’yah adalah sebagai suatu kegiatan keagamaan dengan isinya sebuah
penentuan waktu-waktu ibadah yang telah diwajibkan oleh Allah SWT. kegiatan
dakwah sebagai suatu kegiatan keagamaan yang telah lama terorganisis didalam
lembaga dakwah lajnah falakiyah al-husiniyah menjadi sebuah tuntutan bagi
masyarakat umum.
Tujuan penulis adalah bagaimana dalam berdakwah dapat mengemas isi
sebuah pesan dapat semenarik mungkin agar pesan yang kita sampaikan dapat
tercapai. Dengan Dakwah sebagai suatu proses kegiatan kemasyarakatan dan
keagamaan, memerlukan suatu organisasi yang rapi, baik, kuat dan sehat sehingga
memungkinkan kegiatan-kegiatan dakwah dapat terorganisasi dan diarahkan
secara bertahap dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang dicita-citakan.
Peneliti ingin mengetahui aktivitas dakwah lajnah falakiyah al-husiyah
mulai dari agenda harian, bulanan sampai tahunan dengan menggunakan metode
penelitian studi pustaka, wawancara, praktek hisab rukyat dan observasi kesebuah
laboratorium rukyat lajnah falakiyah al-husiniyah jakarta.
Yayasan lajnah falakiyah al-husiniyah sebagai lembaga dakwah telah
berhasil merangkul pemerintahan khususnya departemen agama dengan mendapat
kepercayaan darinya dalam penetuan awal Ramadhan dan awal syawal.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah subhanallah ta’alah yang telah
memberikan nikmat yang begitu besar tak terhingga dan setetes ilmunya sehingga
penulis dapat menyalesaikan skripsi dengan judul ” Hisab dan Ru’yah Sebagai
Materi Dakwah Islam Lajnah Faalakiyah Al-Husiniyah”. Shalawat serta salam
tercurah limpahkan kepada Nabi pembawa rahmat Rasul dambaan umat baginda
nabi besar Muhammad salallahu alaihi wasalam serta keluarga para sahabat dan
para pengikutnya yang senantiasa mengikuti sunnah rasulnya hingga yaumil akhir.
Penulis menyadari dan mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh
dari sempurna dan tidak akan terselesaikan tanpa uluran tangan-tangan bijak dari
beberapa pihak yang tidak dapat penulis membalas pengorbanannya. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas tak terhingga
kepada :
1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) bapak DR.H.Arief
Subhan, M.A, dan para pembantu dekan bapak Wahidin Saputra, M.A ,
bapak Drs. H. Mahmud Jalal, M.A , Drs. Study Rijal LK, M.A terima
kasih yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dalam bentuk karya tulis ini,
semoga Allah memberikan balasan yang setimpal.
2. Koordinator Teknis program Non Reguler Ibu Dra. Asriati Jamil, M.Hum
sekertaris program Non Reguler yang sekaligus sebagai pembimbing
penulis Ibu Dra. Musfirah Nurlaily, M.A dengan kesabaran dan keuletan
selama pembuatan skripsi ini.
3. Para Dosen yang telah memberikan pelajaran dengan banyak memberikan
pengetahuan, wawasan selama perkuliahan.
4. Para petugas perpustakaan yang aktif sehingga membantu penulis dalam
mencari data dan refrensi dalam pembuatan skripsi ini.
5. K.H. Ahmad Syafi’ih Abdul Hamid,Lc , Ust. H.Nuryazid, Ust. Rojali, LN
, Lukman Hakim.S Kom banyak memberikan pelajaran tentang ilmu falak
6. K.H.Sa’dullah selaku pembimbing rohani yang telah memberikan
motivasi.
7. Bapak dan Ibu-ku tercinta yang telah memberikan semangat, motivasi
serta dukungan moril maupun materilnya.
8. Yayah, thank for all the days.
9. Kepada teman mahasiswa fakultas dakwah jurusan KPI Non Reguler
angkatan 2005.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala jasa, bantuan,
bimbingan, arahan, serta waktunya semoga mereka semua mendapat pahala dari
Allah SWT. Jaza kum Allah khoiro kumul jazza. Semoga karya kecil ini dapat
bermanfaat bagi yang membaca. Amin
Jakarta, 29 Agustus 2009
Surahman
DAFTAR ISI
Abstraksi ......................................................................................................
i
Kata Pengantar..............................................................................................
ii
Daftar isi.......................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah......................................................
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...........................................
4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .........................................
4
D. Metodologi Penelitian.........................................................
6
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................
6
F. Sitematika Penulisan...........................................................
8
TINJAUAN TEORITIS ............................................................
10
A. Dakwah ..............................................................................
10
1. Pengertian Dakwah .......................................................
10
2. Unsur-Unsur Dakwah....................................................
12
3. Metode Dakwah............................................................
13
4. Bentuk-Bentuk Metode Dakwah ...................................
14
5. Tujuan Dalam Berdakwah .............................................
18
BAB II
BAB III
BAB IV
B. Hisab dan Rukyat................................................................
19
1. Pengertian Ilmu Hisab ...................................................
19
a. Hisab Untuk Menentukan Arah Kiblat .....................
21
b. Penentuan Waktu Shalat ..........................................
22
c. Hisab Penentuan Gerhana (Matahari dan Bulan)......
23
d. Hisab Penentuan Awal Bulan Hijriyah .....................
23
2. Pengertian Rukyat .........................................................
27
3. Landasan/Hukum Mempelajari Hisab Rukyat................
31
4. Kalender Hijriyah..........................................................
38
5. Nama Bulan dan Hari Pada Kaleder Hijriyah ................
39
PROFIL LAJNAH FALAKIYAH AL-HUSINIYAH JAKARTA
46
A. Latar Belakang....................................................................
46
B. Visi Misi dan Tujuan...........................................................
48
C. Struktur Organisasi Lajnah Falakiyah Al-husiniyah.............
50
D. Program Kegiatan Lajnah Falakiyah Al-husiniyah..............
52
E. Sarana dan Prasarana Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah.........
56
HASIL TEMUAN LAJNAH FALAKIYAH AL-HUSINIYAH
JAKARTA MELALUI BIDANG HISAB RU’YAH ..................
58
A. Hasil Temuan Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah ....................
58
B. Metode Dakwah Lajnah Falakiyah Al-husiniyah .................
58
PENUTUP................................................................................
61
A. Kesimpulan.........................................................................
61
B. Saran-Saran ........................................................................
61
Daftar Pustaka ..............................................................................................
63
BAB V
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah Islam adalah sebagai kegiatan “mengajak mendorong dan
memotivasi orang lain untuk meniti kejalan Allah dengan meningkatkan
kualitas keyakinan serta berjuang bersama meninggikan agama-Nya. Kata
mengajak, memotivasi, dan mendorong adalah kegiatan dakwah dalam ruang
lingkup Tabligh.
Sebagai tugas suci berdakwah dibebankan kepada setiap muslim dimana
saja ia berada, sebagaimana termaktub dalam Al-qur’an dan as-sunnah,
kewajiban dalam menyeruh, dan menyampaikan agama Islam kepada
masyarakat.
Syekh Ali Makhfudz, mengatakan dakwah adalah mengajak manusia
untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeruh mereka
kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan mungkar agar
memperolah kebahagiaan dunia dan akhirat .1
Hisab Ru’yah memilki peran penting bagi umat Islam. karena dengan
adanya hisab ru'yah sebagai penetapan waktu-waktu pelaksanaan ibadah,
diantaranya :
1. Penentuan arah kiblat dalam shalat
2. Penentuan waktu-waktu shalat dan waktu imsakiyah
1
M.Munir, Metode Dakwah (Jakarta :kencana,2006) H.7
3. Penentuan awal bulan kalender hijriah
4. Pencarian waktu terjadinya gerhana matahari dan bulan.
Hisab Ru’yah memiliki pesan Dakwah bagi umat Islam. Dalam hal ini
menyangkut urusan ibadah, walaupun ilmu hisab ini jarang diketahui orang
banyak akan tetapi kita menyadari akan pentingnya peran ilmu hisab ru’yah
bagi umat Islam. Karena ilmu hisab ini memiliki nilai dakwah yang mendalam
berkaitan dengan urusan penentuan ibadah dan juga waktu-waktu peristiwa
penting.
Hisab dan ru’yah sebagai materi dakwah bagi lajnah falakiyah alhusiniyah adalah sebagai kegiatannya mengajak kepada segenap lapisan
masyarakat dari beberapa golongan mulai dari lembaga pemerintah, ormasormas Islam, universitas, pelajar, masyarakat umum, sampai kepada negara
tetangga, untuk menghadirkan ru’yatul hilal (melihat bulan) dalam
menentukan awal bulan ramadhan dan awal syawal.
Sebagai lembaga hisab dan ru’yah hanya menunaikan tugasnya dengan
mengambil keputusan sesuai dengan keyakinan sendiri dan menyebarkan
informasi pada kaum muslimin.
Proses pelaksanaan ru’yah setelah mengadakan perhitungan (hisab)
dengan diketahui rekap waktu ijtima’, tinggi hilal, dan perkiraan awal bulan
ramadhan atau bulan syawal dan tinggal menunggu waktu terbenam hilal dan
disesuaikan dengan ketinggian hilal. Setelah sudah masuk waktu ru’yah dapat
dilakukan hilal terlihat atau tidak.
Apabilah hilal bulan terlihat maka tim lajnah mempersiapkan selambaran
berita acara pelaksanaan ru’yatul hilal, nanti didalamnya dicantumkan nama
saksi-saksi setelah itu dilaksanakan sumpah oleh hakim dari perwakilah
Departemen Agama.
Lembaran yang sudah ditanda tangani oleh Perwakilan Departemen
Agama, lalu lembaran tersebut dapat diedarkan kepada masyarakat.
Dalam pelaksanaan sumpah oleh Departemen Agama juga disiarkan
langsung oleh beberapa stasiun televisi yang hadir untuk disiarkan kepada
masyarakat luas.
Akan tetapi walaupun pengumuman itu sudah disampaikan. Akan tetapi,
diadakan sidang itsbat yang dilakukan oleh mentri agama dengan
diumumkannya jatuhnya awal ramadhan atau awal syawal.
Adapun penentuan posisi bulan dalam mengetahui terjadinya hilal sebagai
petanda masuknya periode bulan baru dalam kalender Hijriyah. Ini penting
terutama untuk menentukan awal Ramadhan saat orang melaksanakan puasa,
awal syawal saat orang mengakhiri puasa dan merayakan Idul Fitri, serta awal
Dzulhijjah saat orang akan wukuf haji di Arafah (09 Dzulhijjah) dan Idul Adha
(10 Dzulhijjah).
Penentuan arah kiblat, waktu shalat sebagai pesan dakwah melalui ilmu
hisab rukyat. Karena penentuan arah kiblat dan waktu shalat menjadi syarat
sahnya shalat dalam melaksanakan ibadah. Apalagi banyak dari umat Islam
yang belum tepat dalam penentuan posisi arah kiblatnya, dalam hal ini ahli
falak yang memiliki peran penting.
Kalender Hijriyah atau Kalender Islam (dalam bahasa arab disebut AtTaqwim al-hijri), sebagai kalender umat Islam dalam menentukan tanggal atau
bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Didalam
kalender Islam dalam kajian perhitungan hari, bulan, dan tahun memiliki nilai
sejarah dan memiliki nilai dakwah mendalam mengenai sejarah Islam, karena
yang terkandung didalamnya yang berkaitan tentang peristiwa sejarah umat
Islam.
Sebagai contoh: Bulan Rabi’ul Awal nama bulan ketiga ”berasal dari
kata rabi’ (menetap) dan awal (pertama). Maksudnya, masa kembalinya kaum
laki-laki yang telah meninggalkan rumah. jadi, awal menetapnya kaum lakilaki dirumah. Pada bulan ini banyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam.
Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wasallam lahir,diangkat menjadi rasul,
melakukan hijran ,dan wafat pada bulan ini.
Ayat Al-qur’an menjadi pendorong agar manusia dapat mempelajari
hisab ru’yah. Dari sini kaum muslimin dapat memperhatikan dan mempelajari
benda-benda langit, agar dapat dimanfaatkan oleh manusia itu sendiri dalam
menata hidup dan kehidupannya sehari-hari yang berkaitan erat dengan
masalah ibadah, dengan harapan mempelajari ilmu ini dapat menambah
keyakinan akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
Melihat dari penjelasan hisab ru’yah, peneliti merasa tertarik dan dirasa
penting untuk diteliti, karena banyak manfaat besar yang dapat diambil dari
ilmu tersebut. Apalagi ilmu ini menyangkut kemaslahatan umat Islam dalam
penentukan waktu-waktu ibadah. Dari sini peneliti mengambil judul skripsi
”HISAB DAN RU’YAH SEBAGAI MATERI DAKWAH LAJNAH
FALAKIYAH AL-HUSINIYAH”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi masalah kepada Hisab dan ru’yah sebagai materi
dakwah Islam lajnah falakiyah al-husiniyah
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka permasalahan yang
hendak diteliti dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, yaitu :
a. Bagaimana lajnah falakiyah al-husiniyah menyampaikan materi
dakwah –nya melalui hisab dan ru’yah.
b. Apa pengaruh
hisab dan ru’yah sebagai materi dakwah Lajnah
falakiyah al-husiniyah bagi masyarakat kampung baru cakung dan
sekitarnya.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui isi pesan dakwah yang disampaikan lajnah
Falakiyah Al-husiniya.
b. Untuk mengetahui sejauh mana dakwah lajnah falakiyah al-husiniyah
kepada kalangan pemerintahan.
c. Untuk mengetahui sejauh mana dakwah lajnah falakiyah al-husiniyah
kepada kalangan ormas-ormas Islam.
d.
Untuk mengetahui dakwah lajnah falakiyah al-husiniyah kepada
kalangan masyarakat umum.
2. Manfaat Penelitian
a. Diharapkan dalam penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan khususnya tentang ilmu falak.
b. Sebagai bahan pemasukan bagi pengelolah lembaga dakwah untuk
menyusun pola dakwah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan
dakwah pada masyarakat umum.
c. Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi masyarakat bahwa
pengelolah sistem dakwah lajnah lebih sempurna dan efisien jika
dibandingkan dengan pengelolah yayasan-yayasan yang lainnya.
d. Agar pihak-pihak yayasan mengetahui, sudah sejauh mana peran
dakwah yang dilakukan oleh lajnah falakiyah al-husiniyah.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metodologi penelitian dengan riset kualitatif bertujuan untuk
menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan
data
sedalam-dalamnya.2Berdasarkan
metodologi
kualitatif
dikenal
beberapa metode riset: antara lain focus group discussion, wawancara
mendalam, study kasus, dan observasi.3
2
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset
Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organissasi, Komunikasi Pemasaran,
(Jakarta: Kencana. 2006), H.58
3
Ibid H.64
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari tanggal 24 maret 2009 sampai 21 Juni
2009, adapun lokasi penelitian yang akan diteliti letaknya diwilayah
kampung Baru cakung Rt 003 Rw 09 no. 03 jakarta timur
3. Subjek dan Objek
a. Subjek penelitian adalah Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah Jakarta, yang
meliputi Ketua Yayasan, Ketua Falakiyah.
b. Adapun objek penelitianya aktivitas Dakwah Lajnah Falakiyah AlHusiniyah Jakarta.
E. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dalam pencatatan dengan sistematis
terhadap fenomena.4 Peneliti langsung kelapangan dalam melakukan
praktek ilmu
falak dalam rukyatul hilal yang dilakukan di Pondok
Pesantren Al-husiniyah. Dan adapun dalam pengumpulan data peneliti
dengan mempersiapkan tape recorder, catatatan buku dan lainnya.
b. Wawancara
Metode
pengumpulan
5
Wawancara5
informasi
atau
secara
Interview
langsung
merupakan
tentang
suatu
beberapa
alat
jenis
Sutrisno Hadi, metodologi Research jilid II (Yogyakarta :Andi Offest 2002), H.192
data.6dalam hal ini merupakan teknik atau cara pengumpulan data-data
dengan cara tanya jawab langsung yang terdiri dari dua orang atau lebih
secara face to face tatapi dalam kedudukan yang berbeda, yaitu antara
peneliti dan informan (pihak yang diteliti). Dalam hal ini penulis
menggunakan pedoman interview yang disesuaikan dengan objek
penelitian yang sedang digarap. Agar lebih mudah dipahami dan terarah
dalam setiap pertanyaan yang ditujukan pada informan.
Adapun yang menjadi subjek dalam wawancara ini adalah pembina
yayasan lajnah falakiyah al-husiniyah jakarta.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data dengan hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, prasasti notulen rapat,
lembar agenda dan sebagainya.7 Dalam pengertian lain menyebutkan
bahwa metode dokumentasi adalah ” penyidikan yang ditunjukan pada
penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu menjadi sumber-sumber
dokumenter. Metode ini peneliti pergunakan untuk melengkapi data yang
diperoleh dari metode terdahulu.
Dalam hal ini penulis mengambil data dari dokumen yang ada pada
Yayasan Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
6
7
Ibid.,h.160.
Winarno Surahmad, Pengantar Metodologi Ilmiah (Bandung : Tarsito, 1982), h.123
Untuk lebih mudah dalam batasan skripsi, secara sistematis penulis
membagi dalam lima bab, yang terdiri dari beberapa sub, adapun bagiannya
sebagai berikut :
BAB I
Pendahuluan
Dalam bab ini dibahas latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan kegunaan masalah, metodelogi
penelitian, teknik pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB II
Kajian Teoritis
Dalam bab ini membahas tentang teori dakwah dan pengertian
Hisab Ru’yah dengan pengembangannya.
BAB III
Gambaran Umun Yayasan Lajnah Falakiyah Al-Husiniyan
Jakarta
Membahas latar
belakang berdirinya
lajnah
falakiyah al-
husiniya,Visi Misi, Tujuan, Sarana dan Prasarana lajnah falakiyah
Al-Husiniyah, Program Kegiatan lajnah falakiyah Al-husiniyah,
dan Struktur organisasi lajnah falakiyah Al-husiniyah
BAB IV
Analisis Data
Mengupas sekitar peran Dakwah yang dilakukan lajnah falakiyah
Al-Husiniyah, dengan Metode dakwahnya Lajnah Falakiyah Alhusiniyah.
BAB V
Penutup
Pada bab ini merupakan bab terakhir dari seluruh rangkaian bab
yang ada dalam skripsi ini. Pada bab ini akan dimuat kesimpulan
dari hasil pembahasan seluruh bab serta saran-saran yang kiranya
dapat bermanfaat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Dakwah menurut bahasa adalah memanggil dan menyeruh. Secara
terminologi, menurut Muhammad Abu al-Futuh dalam kitabnya alMadkhal ila ‘Ilm ad-Da’wat mengatakan, bahwa dakwah adalah
menyampaikan (at-tabligh) dan menerangkan (al-bayan) apa yang telah
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.8Dakwah sebagai kegiatan untuk
menyampaikan dan mengajarkan serta mempraktikkan ajaran Islam
didalam kehidupan sehari-hari
Beberapa pengertian tentang dakwah dikutip dari beberapa pendapat
diantaranya :
M.Qurais Shihab menjelaskan dakwah adalah seruan atau ajakan
kepada keinsyafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih
baik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan
dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dan
tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang
lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju
8
Faizah dan lalu Muchsin Effendi, “Psikologi Komunikasi”( JakartaKencana., 2006) H.4
kepada pelaksanaan ajaran islam secara lebih menyeluruh dan berbagai
aspek kehidupan9.
Dakwah adalah suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan,
tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan
berencana dalam mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun
kelompok, agar timbul upaya dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran,
sikap, penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama tanpa adanya
unsur paksaan.10
Oleh karena itu, dakwah merupakan proses ”al-tahawwul wa altaghayyur” (transformasi dan perubahan) dari sesuatu yang tidak baik
menuju yang baik atau dari sesuatu yang sudah baik menuju yang lebih
baik.
Sebagaimana yang dijelaskan ayat dibawah ini :
َ‫َ!ُ"ْ ِْ!ُ ْ أٌُ َُْنَ إَِ اَِْْ وََُُْونَ َُِْْوفِ وَََْْن‬#َْ‫و‬
(104 : ‫ِ)ُنَ )ال ان‬$ْ%ُْ‫َ"ِ اُْْ!َِ وَأُوَ(ِ'َ هُ ُ ا‬
Artinya ; Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
menyeruh kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf
dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang
yang beruntung. ( Al-Imran :104 )
Keterangan di atas menjadi sebuah motivasi besar bagi umat Islam.
Apalagi sebagai manusia yang tidak luput dari lupa dan salah agar
senantiasa satu sama lain saling mengingatkan dalam hal kebaikan dan
menolak keras akan kemungkaran.
9
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan,2007)
H.M.Arifin ,Psikologi Dakwah , (Jakarta: Bumi Aksara 1997) h.6
10
Sukses tidaknya suatu dakwah bukan diukur lewat gelak tawa atau
tepuk riuh pendengarnya, bukan pula dengan ratap tangis mereka. Akan
tetapi sukses tersebut diukur lewat pada bekas (atsar) yang ditinggalkan
dalam benak pendengarnya atau kesan yang terdapat dalam jiwa, yang
dikemudian tercermin dalam tingkah laku mereka.untuk mencapai sasaran
tersebut, tentunya semua unsur dakwah harus mendapat perhatian pada
Da’i.
2. Unsur-unsur Dakwah
Dakwah yang memegang peran penting dalam kehidupan memiliki
unsur dakwah, diantarannya ;
a. Da’i (subjek) seorang yang memberikan pesan kepada mad’u tentang
ajaran Islam yang berlandaskan Alqur’an dan Hadits.
b. Mad’u (objek) seseorang yang menerima pesan yang disampaikan oleh
da’i.
c. Materi adalah isi sebuah pesan yang akan disampaikan oleh da’i di
dalamnya berisikan sebuah pesan dakwah yang dilandasi oleh AlQur’an dan Al-hadits.
d. Media menjadi menyebarkan sebuah pesan dakwah dari seorang Da’i,
agar pesan yang disampaikan dapat menyebar dan dapat diterima
dengan mudah oleh khalayak banyak
e. Metode sebuah strategi yang dimiliki oleh seorang da’i dengan tujuan
agar para pendengarnya tertarik, simpatik, dan mengikuti dengan apa
yang disampaikan oleh da’i.
f. Tujuan adalah agar mad’u dapat memahami dan menjalankan pesan
yang disampaikan oleh da’i, dengan begitu mad’u dapat menjalankan
kebaikan dan meninggalkan keburukan dengan hasil menjadi manusia
yang lebih baik.
g. Efek dan Pengaruh merupakan akibat dari pelaksanaan proses dakwah
dan objek dakwah positif atau negatif, efek dakwah ini berkaitan
dengan unsur-unsur dakwah.11
3. Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu ”meta” (melalui)
dan ”hodos” (jalan, cara).12 Dengan demikian kita dapat mengartikan
bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari
bahasa Jerman methodika artinya jalan yang dalam bahasa arab thariq.13
Metode berarti cara yang telah diatur melaui proses pemikiran untuk
mencapai suatu maksud.
Metode Dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh
seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan
atas dasar hikmah dan kasih sayang.14 Hal ini mengandung arti bahwa
pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented
menempatkan penghargaan yang mulia diatas diri manusia. Dan salah satu
keberhasilan seorang da’i (komunikator) dalam menyampaikan sebuah
11
Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah,h.32
M.Arifin, Ilmu pendidikan Islam (Jakarta:Bumi Aksara,1991),h.61.
13
Drs. H. Hasanudin, Hukum Dakwah (Jakarta:pedoman Ilmu Jaya,1996),h.35.
14
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah ( Jakarta: Gaya Media Pratama,1997),h.43.
12
pesan bagaimana da’i mengemas metode dakwah semenarik mungkin agar
dapat diikuti oleh mad’u nya.
4. Bentuk-Bentuk Metode Dakwah.
Dijelaskan dalam ayat al-qur’an surat An-Nahl
ِِ ُِْْ‫َ"ِ! ِ رََ َِِِْْ وَاََِِْْ اَََِْ وََد‬# $َِ‫ادْعُ إ‬
َُ%َْ‫ِ(ِ وَهَُ أ‬%!ِ"َ# ْ)َ َ* ْ)َِ َُ%َْ‫هَِ أَﺡَْ)ُ إِن رََ هَُ أ‬
(125 : ‫ِی)َ )ا‬.َُِْْ
Artinya : ”Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantalah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguh-nya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dijalan-nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang dapat petunjuk”. (an-Nahl :
125)
Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menyampaikan
sebuah pesan memiliki 3 metode. Diantaranya penyampaian pesan melalui
Hikmah, dengan Mauidzatul Hasanah, dan yang ketiga AL-Mujaddalah
Bi-al-lati Hiya Ahsan. ِAdapun penjelasan ketiga metode ini adalah sebagai
berikut :
a. Al-hikmah
Kata ”hikmah” dalam Al-qur’an disebutkan sebanyak 20 kali
baik dalam bentuk naqiroh maupun ma’rifah. Bentuk masdarnya
adalah ”hukman” yang diartikan secara makna aslinya adalah
mencegah. Jika diartikan dengan hukum mencegah dari kezaliman, dan
dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang
kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.15
Menurut M. Abduh, hikmah adalah mengetahui rahasia dan
faedah didalam tiap-tiap hal. Hikmah juga digunakan dalam arti
ucapan yang sedikit lafazh akan tetapi banyak makna. 16 Ataupun
diartikan meletakan sesuatu pada tempat atau sesuatunya.17
Dapat
dipahami
bahwa
al-Hikmah
adalah
merupakan
kemampuan dan ketetapan da’i dalam memilah dan memilih dalam
menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. Alhikmah merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrindoktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumen logis dan bahasa
yang komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah sebagai sebuah sistem
yang meyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam
berdakwah18.
Dakwah mempunyai posisi yang sangat penting, dalam
menghadapi mad’u yang beragam tingkat pendidikannya, strata sosial,
dan latar belakang budaya, para da’i harus mengetahui kondisi
masyarakat, agar ajaran Islam dapat memasuki ruang hati para mad’u
dengan tepat. Oleh karena itu, para da’i dituntut untuk mampu
mengerti, memahami sekaligus, mengetahui latar belakangnya,
15
M.Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana,2006),h.7
Sa’dy Abu Habib,Al-Qumusul Fiqhi,h.97
17
Abu Hayyan,al-bahrul muhith,Jilid 1h.392 juga Drs.Dr.Zaid Abdul karim,ad-dakwah
bil-Hikmah,h.26.
18
M.Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana,2006), h.11
16
sehingga ide-ide yang diterima dirasakan sebagai sesuatu yang
menyentuh dan menyejukan kalbunya.19
Beberapa pendekatan yang multi dalam satu metode, akan tetapi
beberapa pendekatan yang multi dalam sebuah metode. Dalam dunia
dakwah; dakwah bukan hanya berarti ”mengenal strata mad’u” akan
tetap juga” bila harus bicara, bila harus diam”.hikmah bukan
hanya”mencari titik temu”akan tetapi juga ” toleran yang tanpa
kehilangan sibghah”. Bukan hanya dalam kontek ”memilih kata yang
tepat”, akan tetapi juga ”cara berpisah”, dan akhirnya pula bahwa,
hikmah adalah ”uswatun hasanah”serta ”lisan al-haal”20.
b. Al-mauidzahtul hasanah
Secara bahasa, Mau’idzatul Hasanah terdiri dari dua kata, yaitu
mau’idzah dan hasanah. Kata mau’idzah berasal dari katawa’azaya’idzuh-wa’dzan-’idzatan
yang
berarti;
nasehat,
bimbingan,
pendidikan , dan peringatan, sementara hasanah merupakan kebaikan
dari sayyiat yang artinya kejelekan.
Mau’idzatul Hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang
mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah,
berita gembira, peringatan, pesan-pesan posotif (wasiyat) yang bisa
dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan
dunia dan akhirat21.
19
Ibid
Ibid
21
Ibid
20
Sedangkan menurut pendapat Imam Abdullah bin Ahmad annasafi yang dikutif oleh H.Hasanuddin adalah sebagai berikut :
ْ ُُ)ِ4َُ‫َِْ ْ إِﻥ'َ ﺕ‬$َ َ%َْ َ3 ِ#‫َِ وَهَِ ا‬2َ)ْ‫َِ ا‬1َِْْ‫وَا‬
ُ;َ)ِْ َ'ِ(‫و‬7 َِْ8 ْ َُُ%ََْ ُِ9ْ:َ‫َِوَﺕ‬
Al-mau’idzatul Hasanah yaitu perkataan yang tidak tersembunyi
bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan menghendaki
manfaat kepada mereka dengan hak.
Jadi, dapat disimpulkan mau’idzatul hasanah adalah sebuah
pesan yang mendalam isinya mengandung pesan kebaikan dan kasih
sayang penuh dengan nasehat.
c. Al-Mujadalah Bi-al-lati Hiya Ahsan
Dari segi etimologi (bahasa) lafadz mujadalah terambil dari kata
”jadalah” yang bermakna memintal/ melilit. Apabila ditambahkan alif
pada huruf jim yang mengikuti wazan faa ala,”jadi ala”dapat
bermaknah berdebat, dan ”mujaadalah”perdebatan.22Kata ”jadalah”
dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan
sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan untuk
menyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui
argumen yang disampaikan.23
Dari segi istilah (terminologi) terdapat pengertian al-mujadalah
(al-hiwar) adalah sebagai upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh
22
23
Ahmad Warson al-Munawwir (Jakarta: Pustaka Progresi1997),h.175
Quraish Shihab, Tasir Al-Misbah, (Jakarta: lentere Hati) ,h.553
dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan
lahirnya permusuhan diantara keduanya.
Sedangkan menurut Sayyid Muhammad Thantawi dalam karya
M.Munir, S.Ag mujadalah suatu upaya yang bertujuan untuk
mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi
dan bukti yang kuat24.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, al-mujadalah
adalah perdebatan antara kedua belah pihak secara sinergis, tanpa
munculnya sebuah permusuhan dari perdebatan tersebut dan lawan
dapat menerima pendapat yang diajukan dengan memberi informasi
dan argumen yang kuat. Antara yang satu dengan yang lainnya saling
menghargai akan sebuah kebenaran dan ikhlas dalam menerima
kekalahan.
5. Tujuan dalam Berdakwah
Adapun tujuan dakwah diantaranya:
1) Menyampaikan pesan kebenaran ialah dimensi kerisalahan sebagai
tuntunan dari Q.S. al-Maidah:67 dan Q.S.al-Imran :104, yaitu
menumbuhkan
kesadaran
diri
(individu/
masyarakat)
tentang
kebenaran nilai dan pandangan hidup secara Islam, sehingga terjadi
proses internalisasi nilai islam sebagai nilai hidupnya.25
2) Pengaplikasian nilai kebenaran yang merupakan kerahmatan mengacu
pada firman Allah Q.S. al-Anbiya :107 dakwah kerahmatan ini
24
M.Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana,2006),h.15
Fatmawati, Dakwah”jurnal kajian da’wah, komunikasi, agama dan budaya” (Jakarta:
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif hidayatullah,2005) H.38
25
merupakan upaya mengaktualisaikan Islam sebagai rahmat (jalan
hidup yang menyejahterakan, membahagiakan, dan sebagainya) dalam
kehidupan umat manusia.26
3) Mengajak manusia kejalan Tuhan, jalan yang benar, yaitu ajaran
Islam agar manusia bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.27
4) Sebagai wadah dalam memecahkan segala problematika yang dialami
umat Islam dalam kehidupan agar dalam menjalani hidup menjadi
lebih baik.
5) Sebagai syi’ar dalam menyebarkan ajaran agama islam, untuk
mengenalkan ajaran Islam lebih luas lagi.
B. Hisab dan Rukyat
1. Pengertian Ilmu Hisab
Hisab secara istilah adalah melakukan perhitungan untuk mengetahui
posisi bulan secara matematis dan otomatis dalam menentukan
dimulainnya awal bulan pada kalender hijriyah. Hisab merupakan alat
bantu untuk mengetahui kapan dan dimana hilal (bulan sabit pertama
setelah bulan baru) dapat terlihat. Hisab sering kali dilakukan untuk
membantu sebelum melakukan rukyat.
Secara Etimologi ”hisab”atau ”orbit” adalah lintasan benda-benda
langit, sehingga ilmu hisab adalah ilmu untuk mempelajari lintasan bendabenda langit pada orbitnya masing-masing untuk diketahui posisi suatu
26
27
Ibid
Rafiudin,Prinsip dan Startegi Dakwah (Bandung Setia,1997),h.21
benda lengit terhadap benda yang lainnya agar diketahui pengaruhnya
terhadap perubahan waktu dimuka bumi. Ilmu hisab juga disebut sebagai
ilmu rasyd, karena ia memerlukan pengamatan (rasyd : pengamatan) dan
disebut juga dengan ilmu miqat, karena ia mempelajari tentang batasanbatasan waktu.28 Tempo dulu ilmu ini disebut Ilmu zaij sebagai cabang
dari ilmu hai’ah.29
Ilmu hisab sebagai ilmu yang mempelajari lintang benda- benda
langit, seperti matahari, bulan, bintang-bintang dan benda-benda langit
lainnya, dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit
itu serta kedudukannya dari benda-benda langit yang lain.30
Dari rumusan-rumusan diatas dapat dinyatakan bahwa objek formal
ilmu hisab adalah benda-benda langit, sedangkan objek materialnya adalah
lintasan dari benda-benda langit tersebut.31
Dalam literature klasik, ilmu hisab sering disebut ilmu miqat, rasyd,
dan hai’ah. Bahkan sering pula disamakan dengan astronomi. Study Ilmu
hisab diarahkan terutama untuk membantu meningkatkan akurasi
penentuan posisi atau arah kiblat secara tepat dari berbagai penjuru bagi
umat islam yang tinggal jauh dari makkah, menentukan waktu-waktu
shalat, menentukan awal bulan hijriyah dan menentukan gerhana (bulan
dan matahari) . Adapun penjelasannya sebagai berikut :
28
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Kalasan Jogjakarta: Buana Pustaka,2005),h.34
Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Ru’yah di Indonesia (Yogjakarta: Logung
Pustaka,2003),CET.1,
30
Ichtijanto,Almanak Hisab Rukyat (Jakarta: Badan Hisab Rukyat Depag RI,1981),h.245
31
Susiknan Azhari,Ilmu Praktek teori dan Praktek (yogyakarta: Lazuardi,2001),h.1
29
a. Hisab untuk menentukan arah kiblat
Kata al-Qiblah terulang sebanyak 4 kali didalam al-Qur’an. Dari
segi bahasa arah tersebut terambil dari akar kata qabala-yaqbulu yang
berarti menghadap. dalam kamus besar bahasa Indonesia, kiblat
diartikan arah ke Ka’bah di Mekkah(pada waktu shalat), dan dalam
kamus Al-Munawwir diartikan sebagai Ka’bah. sedangkan dalam
Ensiklopedia Hukum Islam, kiblat diartikan sebagai bangunan Ka’bah
atau arah yang ditujuh kaum muslimin dalam melaksanakan sebagian
ibadah.32
Maka tidak perlu heran jika orang mengatakan bahwa arah kiblat
bagi tempat yang berada di sebelah timur Makkah menghadap ke barat,
dan bagi daerah yang berada di sebelah Selatan dari kota Makkah
menghadap ke utara, bagi daerah yang berada di sebelah barat Makkah
maka menghadap ke timur, dan daerah yang berada di sebelah utara
maka daerah tersebut menghadap ke selatan.
Hal ini dibuktikan dari berbagai penelitian tentang arah kiblat di
antaranya di Masjid Agung Yogyakarta yang saat ini telah di ubah
shaf/barisan shalatnya untuk mengarahkan shafnya menuju arah kiblat.
Hal ini muncul karena pada zaman dahulu, orang menandai arah kiblat
dengan arah mata angin dan penentuan arah kiblat dilakukan dengan
“kira-kira”.
32
Ibid
Sedangkan pada zaman sekarang, hal tersebut timbul karena
anggapan remeh dan sikap acuh masyarakat, khususnya saat
membangun masjid, mushola maupun surau, mereka tidak meminta
bantuan kepada pakar/ahli yang mampu menentukan arah kiblat
dengan tepat. Tetapi mereka cenderung menyerahkan masalah
penentuan arah kiblat ini sepenuhnya kepada tokoh-tokoh dari
kalangan mereka sendiri. Tak heran jika apa yang diputuskan tokoh
masyarakat itulah yang diikuti, meskipun sebenarnya diketahui bahwa
penentuan arah kiblat kurang tepat. Hal ini biasanya terjadi pada
kelompok masyarakat yang cara berfikirnya belum begitu terbuka,
padahal ada figur yang memang menguasai ilmu tersebut.
b. Penentuan Waktu Shalat
Persoalan
shalat
merupakan
persoalan
fundamental
dan
signifikan dalam Islam. Dalam menunaikan kewajiban shalat, kaum
muslimin
terikat
pada
waktu-waktu
yang
sudah
ditentukan.
Sebagaimana Firman Allah SWT yang berbunyi :
(43 : ‫ء‬2‫ًَ ْآُْ ﺕً )ا‬#ِ‫َىُِِْْْ"َ آ‬$َ ْ?َ‫<َةَ آَﻥ‬9‫اِن ا‬
Artinya : Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan
waktu-waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS.Al
Baqarah: 43)
Konsekuensi logis dari ayat ini adalah shalat (lima waktu) tak
bisa dilakukan dalam sembarang waktu, tetapi harus mengikuti atau
berdasarkan dalil-dalil baik dari Al-Qur’an maupun Al Hadits.
c. Hisab Penentuan Gerhana Matahari dan Bulan
Gerhana dalam bahasa Arab disebut dengan Kusuf atau
Khusuf. Kedua kata tersebut dipergunakan baik untuk gerhana
matahari maupun gerhana bulan. Hanya saja, kata kusuf lebih di
kenal untuk penyebutan gerhana matahari (kusuf al-Syams) dan
kata khusuf lebih di kenal untuk penyebutan gerhana bulan
(khusuf al-Qamr)33
Karena kalau kita melacak sejarah, ternyata perhitungan tentang
adanya gerhana sudah ada sejak (kurang lebih) 721 sebelum masehi,
dimana orang Babilonia telah mampu membuat suatu perhitungan
tentang siklus terjadinya gerhana yang disebut dengan istilah tahun
saros 34.
d. Hisab Penentuan Awal Bulan Hijriyah
Salah satu kebutuhan manusia dalam hidup bermasyarakat adalah
sistem penanggalan kalender. Penanggalan ini tiada lain adalah system
satuan-satuan ukur waktu yang digunakan untuk mencatat peristiwaperistiwa penting, baik mengenai kehidupan manusia itu sendiri atau
kejadian alam dilingkungan sekitarnya. Satuan-satuan ukuran waktu
itu adalah hari, bulan, tahun dan lain sebagainya.
Pada garis besarnya ada dua macam system penanggalan.yaitu
yang didasarkan pada peredaran bumi mengelilingi matahari (dikenal
dengan system syamsiyah, solar system atau tahun surya) dan
33
Munjid, Beirut: Dar al-Masriq, hlm. 178 dan 685.
Tahun Saros dalam bahasa Babilonia “sharu” lamanya tahun Saros kurang lebih 18
tahun 11 hari 08 jam. Kalau di ukur dengan tahun Hijriyyah (Qomariyah) lamanya sekitar 18 tahun
7 Bulan 6 hari 12 jam. Baca Soejipto, dkk., hlm. 22.
34
didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi (dikenal dengan
sitem qamariyah, lunar system,atau tahun candra).
Satu tahun syamsiyah lamanya 365 hari untuk tahun-tahun
pendek dan 366 hari untuk tahun panjang, sedangkan tahun qamariyah
lamanya 354 hari untuk tahun pendek dan 355 hari untuk tahun
panjang. Dengan demikian perhitungan tahun qamariyah akan lebih
cepat sekitar 10 sampai 11 hari setiap tahun, jika dibandingkan dengan
perhitungan tahun syamsiyah.
Tahun syamsiyah dan tahun qamariyah sama-sama terdiri dari 12
bulan. Bulan-bulan dalam perhitungan sistem tahun syamsiyah terdiri
dari 30 atau 31 hari kecuali bulan kedua (februari) yang hanya berumur
28 hari pada tahun pendek dan 29 hari pada tahun panjang. Sedangkan
bulan-bulan dalam perhitungan tahun qamariyah hanya terdiri dari 29
atau 30 hari, tidak pernah lebih atau kurang.35
Walaupun sudah ada usaha-usaha untuk mengganti sistem
perhitungan syamsiyah dengan perhitungan sistem lain, namun sampai
sekarang perhitungan sistem syamsiyah ini masih merupakan sistem
penanggalan yang dipergunakan secara Internasional disamping
sistem-sistem lainnya yang hanya berlaku pada beberapa negara
tertentu.
Di Indonesia, disamping perhitungan sistem syamsiyah juga
dipergunakan perhitungan sistem qamariyah.
35
Muchtar zarkasyi, Mahmuddin Kosasi, abd. Rachim,Marfuddin Kosasi, Ali amran, Darsa,
Wahyu Widiyani, Moh. Sidik, Ibrahim Wahab, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qamariyah
(Bagian proyek pembinaan Administrasi Hukum dan Peradilan Agama).h.1
Perhitungan penanggalan jawa (tahun saka) dan penaggalan
Islam
(tahun
Hijriyah)
adalah
kalender-kalender
yang
hidup
dimasyarakat Indonesia yang mempergunakan sistem qamariyah.
Nama-nama bulan dari kedua penaggalan tersebut hampir sama,
yaitu :
A. Penaggalan Jawa (tahun saka)
1. suro
7. Rejeb
2. sapar
8. Ruwah
3. mulud
9. poso
4. bakdo mulud
10. sawal
5. jumadil awal
11. zulqongidah
6. jumadil akhir
12. besar
B. Penanggalan Islam(Tahun Hijriyah)
1. Muharram
7. Rajab
2. Shafar
8. Sya’ban
3. Rabi’ul Awal
9. Ramadhan
4. Rabi’ul Tsani
10. Syawal
5. Jumadil Ula
11. Zulqa’dah
6. Jumadil Tsaniyah
12. Zulhijjah
Telah disinggung pada uraian diatas bahwa ada dua macam
system penanggalan kalender, yaitu : kalender matahari atau
syamsiyah dan kalender qamariyah atau bulan, salah satu penanggalan
yang menggunakan kalender matahari yaitu penaggalan masehi atau
masihiah, dan salah satu penanggalan yang menggunakan kelender
bulan yaitu penenggalan hijri atau hijriyah.
Bagi umat islam, penentuan awal bulan hijriyah merupakan suatu
hal sangat penting dan sangat diperlukan ketepatannya. Sebab
pelaksanaan ibadah dalam ajaran Islam banyak yang dikaitkan dengan
sistem penanggalan ini.36 salah satunya penentuan awal dan akhir
bulan ramadhan.
Bahwasanya Allah telah menetapkan waktu-waktu ibadah yang
difardukan, melalui Al-Qur’an. Begitu juga halnya puasa Ramadhan,
bahwa hari pertama dilaksanakan puasa adalah bila malam ketiga
puluh dibulan sya’ban hilal telah berhasil diru’yah pada atau bila tidak
maka dengan menyempurnakan bulan sya’ban menjadi 30 hari,
sebagaimana tertera dalam hadits :
ْ"َ ِ‫ِ ْ"ِ دَِْر‬G‫ِْ ا‬Fَ ِ"َ ٌ'ِ$َ ََE َ‫ََِ ﺡ‬$ْ2ُ ِ"ْ ِG‫ُْا‬FَََE َ‫ﺡ‬
ِMَْ$َ ُG‫ ا‬$َ4 ِG‫ُ ََُْ أَن رَﺱُْلُ ا‬G‫َ ا‬KِJَ‫ِ ْ"ِ ََُ ر‬G‫ِْ ا‬Fَ
ّ#َ‫ُْ ُْا ﺡ‬9َ‫َ<َ ﺕ‬8 ًَ$َْ ‫ُْ وْن‬Oَِ‫ٌ و‬Pْ2ِ‫ُْ ﺕ‬Oَ‫ ا‬: ‫َل‬N َ $َ‫وَﺱ‬
( $2 ‫ِْ"َ )ري‬Eِ<َE َ‫ُْا اِّْة‬$ِْ‫ََ آ‬8 ْ ُ!َْ$َ َT ‫ِن‬Sَ8 ُRْ‫ﺕَُو‬
Artinya:
36
”Riwayat dari abdillah bin maslamah, ia berkata : Imam
Malik telah bercerita pada kami, diriwayatkan oleh
abdillah bin Dinar,diriwayatkan dari Abdillah bin Umar,
bahwa Rasulullah SAW bersabda :1 bulan itu 29 hari,
maka janganlah kamu berpuasa sampai kamu melihatnya
(hilal) san jika langit mendung, maka sempurnakanlah
menjadi 30 hari.(HR.Al-Bukhari).37
Ibid.
37
Abu Abdillah bin ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin bardizbah Al-Bukhari, shahi
Bukhari, (Byrut :Darul Fikr, 2005)
‫ا ة‬$‫آ‬8 !$ KFT ‫ن‬8 M#‫وا ؤ‬W8‫ وا‬M#‫ا ؤ‬4
(M$ ;%#) "E<E ‫ن‬F‫ﺵ‬
Artinya : “Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah
kamu karena melihat hilal. Apabila hilal tertutup debu
atasmu maka sempurnakanlah bilangan Sya’ban tiga puluh
hari” (Muttafaq Alaih)
Adapun dalam penentuan waktu dalam ibadah shalat, puasa, dan
zakat dilakukan melalui perhitungan menggunakan ilmu Hisab Ru’yah
dengan perhitungan bintang yaitu melalui kalender Hijriyah.
Mudah-mudahan dengan bertambahnya pengetahuan kita tentang
Ilmu Hisab Ru’yah kita dapat terhindar dari taqlid buta dan dapat
melaksanakan ibadah sebagaimana mestinya. Amien
2. Pengertian Rukyat
Rukyat adalah usaha melihat hilal dengan mata telanjang pada saat
matahari terbenam tanggal 29 bulan qamariya.38Aktivitas mengamati
Visibilitas (penampakan),
adapun rukyatul hilal adalah aktivitas
mengamati visibilitas hilal, yaitu penampakan bulan sabit yang nampak
pertama kali setelah terjadinya ijtimak (bulan baru). Rukyat dapat
dilakukan dengan mata telanjang , atau dengan alat bantu optik seperti
teleskop.
38
Muhammad Zarkasih,Mahmuddin kosasi,Abd.Rachim, Marfuddin Kosasi,Ali
Amran,Darsa,Wahyu Widiyana,Moh.Sidik,Ibrahim Wahab, “Pedoman Perhitungan Awal Bulan
Qamariyah bagian Proyek AdministrasiHukum dan Peradilan agama”
Menurut Imam Ash-Shawy, makna asal rukyat adalah Al-Ilmu
(pengetahuan) atau Al-Ibshor (penglihatan). Tetapi bila ada ungkapan
yang menggunakan kata ”ilmu” dan ”ibshor” (yang keduanya merupakan
asal kata rukyat) maka yang diinginkan adalah Al-Ikhbar (memberitahu).
Karena seseorang tidak dapat memberitahu orang lain tentang sesuatu,
kecuali sesuatu itu telah ia ketahui hal ikhwalnya.39
Pada prakteknya gambaran-gambaran hilal itu begitu tipis, latihan
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mata dalam
ru’yatul Hilal adalah dengan cara membiasakan melakukan ru’yatul hilal
pada awal bulannya pada malam-malam pertama. Bukan hanya itu saja
tapi juga harus ditambah latihan mengenal hilal diakhir bulan pada setiap
bulannya yaitu pada malam ke-27, 28, dan 29.
Perbedaan yang harus diketahui adalah kalau pada awal bulan latihan
ru’yatul hilalnya pada saat gurub bulan saat maghrib, karena waktu
maghrib yang terdapat dalam jadwal waktu-waktu shalat sudah mengalami
perubahan ihtiati sebanyak 1-2 menit setelah gurub, yang itu dilakukan
dengan tujuan agar waktu-waktu shalat tersebut tidak hanya untuk satu
daerah yang kecil saja tetapi, juga bisa mencakup daerah yang lebih luas.
Dengan cara mengarahkan pandangan mata ke arah barat disekitar
lokasi terbenamnya matahari, sedangkan latihan ru’yah diakhir bulan
hijriah dilakukan pada saat subuh sampai menjelang terbitnya matahari
dengan mengarahkan pandangan mata kearah timur.
39
Ahmad Ash-Shawy Al-maliky, Hasiyiyah AL’ALLamah Ash-Shawy ‘Ala Tafsir Aljalalain (Indonesia :Darul Ulum),h.14
Latihan Ru’yatul hilal yang dilakukan pada akhir bulan hijriah
akan membantu memberikan perkiraan gambaran hilal pada awal bulan.
Karena selang waktunya yang berdekatan antara akhir dan awal bulan.
Yang hanya 1-2 hari dan juga karena gambaran hilal pada akhir bulan
hijriah sama tipisnya dengan awal bulan hijriyah , terutama pada saat
ru’yatul hilal tersebut posisi matahari jauh dari titik simpul orbit bulan
dengan ekliptika (bidang orbit bumi mengitari matahari). Tetapi harus
hati-hati juga bila posisi matahari berada (dekat) disekitar titik simpul
(pertemuan dua buah bidang orbit atau lebih) itu. Karena mungkin karena
saja pada saat akhir bulan hilal miring kekiri tapi di awal bulannya miring
kekanan karena berpindahnya posisi matahari dari arah kanan bulan kearah
kiri bulan.
Untuk membantu kegiatan ru’yatul hilal supaya pandangan
peru’yah lebih terarah dan fokus, maka peru’yah dapat menggunakan
informasi yang diperoleh dari hasil perhitungan falakiyah. Karena pada
kondisi langit dengan cuaca yang kurang bersahabat , maka pengetahuan
ilmu falak menjadi sangat penting dan mutlak dimiliki oleh para peru’yah.
Bila ru’yatul hilal telah dilaksanakan maka hendaklah dicatat
beberapa hal yang terkait dengan kegiatan ru’yatul hilal tersebut. seperti
nama-nama peru’yah lokasi/tempat, ru’yatul hilal dilaksanakan, cuaca saat
kegiatan ru’yatul hilal berlangsung dilokasi itu dan bila hilal berhasl
diru’yah. Yang perlu dicatat ketinggian hilal saat berhasil diru’yah, waktu
hilal l dilihat, dan siapa hakim yang mengambil sumpah bagi para
peru’yahnya.
Lembaran keterangan tersebut untuk selanjutnya disebar/diedarkan
ke masyarakat melalui pusat tempat-tempat ibadah dimasing-masing
daerah. Sebagaimana dalam hadits dijelaskan :
$4 F‫ء ا ا‬Z ‫ إن أا‬G‫ ا‬J‫س ر‬F "‫" ا‬
‫؟‬G‫ ا‬3‫ أ‬M‫ ا‬3 ‫ أﺵ أن‬:‫ل‬:8 ‫ رأ? أه<ل‬K‫ [ﻥ‬:‫ل‬:8 $‫ وﺱ‬M$
‫ذن‬8 :‫ل‬N . ‫ ﻥ‬:‫ل‬N ‫؟‬G‫أن )ا رﺱ^ ا‬O‫ اﺕ‬:‫ل‬N ، ‫ ﻥ‬:‫ل‬N
"‫ ا‬M))4‫و‬2‫ ا‬R‫ا )روا‬T ‫ا‬9‫س <ل أن ﺕ‬8
(‫ن‬F‫ا" ﺡ‬Z
Artinya;
Diriwayatkan dari Ibnu ’Abbas r.a., sesungguhnya seseorang
Arab Baduy datang kepada Nabi SAW, maka ia berkata Aku
telah melihat hilal, maka Nabi bertanya kepadanya: apakah
kamu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah? Maka ia
menjawab : ya, Nabi bertanya : apakah kamu bersaksi bahwa
Muhammad itu utusan Allah? Ia menjawab : ya, Nabi bersabda
: Wahai Bilal, serukanlah kepada manusia bahwa besok
puasa”. (HR.Imam yang lima dan ibnu majah dan Ibnu Hibban
menganggap shahih haditsnya).40
Kegiatan ru’yah ini sebagai sistem penetuan awal bulan hijriyah
yang dilakukan pada masa Nabi Muhammad SAW dan para sahabat,
bahkan sampai sekarang masih banyak umat islam yang melakukannya,
terutama dalam menentukan awal dan akhir bulan suci ramadhan.
40
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemah lengkap Bulughul Maram (Jakarta:
Akbar) hal.283
‫ا ة‬$‫آ‬8 !$ KFT ‫ن‬8 M#‫وا ؤ‬W8‫ وا‬M#‫ا ؤ‬4
(M$ ;%#) "E<E ‫ن‬F‫ﺵ‬
Artinya : “Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu
karena melihat hilal. Apabila hilal tertutup debu atasmu maka
sempurnakanlah bilangan Sya’ban tiga puluh hari” (Muttafaq
un Alaih).
3. Landasan /Hukum Mempelajari Hisab Ru’yah
Menjadi kewajiban bagi umat Islam dan sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT untuk beribadah kepada-nya. Bukan karena Allah SWT butuh
kepada kepada manusia, akan tetapi karena manusia telah diciptakan oleh
Allah untuk beribadah, sebagaimana dalam firmannya ;
(56 : ‫رت‬e‫ُُونِ )ا‬Fَِْ ِ‫َ إ‬aْ‫ِﻥ‬Sْ‫ِ" وَا‬bْ‫ْ?ُ ا‬:َ$َ‫وََ ﺥ‬
Artinya ; dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepada-ku ( QS.Adz Dzariat/51:56 )41
Ibadah yang difardukan oleh Allah SWT telah ditentukan juga
waktunya, baik dalam Al-Qur’an atau pun dari Al-Hadits, sehingga ummat
Islam tidak bisa menentukan waktu ibadah semuanya, melainkan harus
dengan ketentuan Allah SWT.
Adalah shalat, salah satu ibadah yang utama dalam Islam, dan
menghadap qiblat adalah syarat sah shalat, Allah SWT berfirman dalam
Al-Qur’an :
h;َ)ْ$َ ُM‫ِِ اْ)ََامِ وَإِﻥ‬bْ2َْ‫َْ ا‬Wَ‫َْ'َ ﺵ‬Zَ‫ و‬j‫ََل‬8 َ?ْZََ‫ُ ﺥ‬kَْ‫وَِ"ْ ﺡ‬
(149 : ‫اة‬:F‫ُنَ )ا‬$ََْ‫ِ^ٍ َ ﺕ‬8َmِ ُM$‫'َ وََ ا‬jَ‫ِ"ْ ر‬
41
M.Said, Terjemah Al-Qur’an Al-karim ( Bandung :PT.Al-Ma’arif ,1987 ),h.472
Artinya :”dan di mana saja kamu keluar (datang) maka palingkanlah
wajahmu kearah Masjidil Haram. Sesungguhnya ketentuan itu
benar-benar sesuatu yang hak dari tuhanmu. Dan Allah sekalisekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan”. (QS.AlBaqarah/2: 149)
SAW bersabda :
R‫ْ )روا‬jFَ!َ8 ََ$ْFِ:‫َ^ِ ا‬Fْ:ِ#ْ‫ُ اﺱ‬E ِ‫ُْء‬Jُ ْ‫ِ ا‬oFْ‫ََﺱ‬8 ِ‫<َة‬9‫ُ ْ اَِ ا‬#ُْN ‫إِذَا‬
(‫ درى أ هة‬$2 ‫رى‬F‫ا‬
Artinya : Bila kamu hendak shalat sempurnakan wudhu lalu menghadap
kiblat, kemudia bertakbirlah (HR.Bukhori dan Muslim dari Abi
Hurairah)
Untuk mengetahui arah qiblat dengan baik harus mengetahui posisi
tempat kita berpijak pada jalur-jalur koordinator bumi, baik jalur garis
lintang ataupun jalur garis bujur. Dan harus mengetahui posisi ka’bah di
Mekkah, menurut jalur garis lintang dan bujurnya, agar dapat diperkirakan
berapa besar sudut yang terbentuk dari dua buah garis lengkung (busur
derajat ) dari tempat kita berpijak kearah qiblat dan tepat kita berpijak
kearah barat.
Dalam penentuan waktu-waktu shalat, arah tempat kita menghadap
dalam shalat
telah diterangkan dalam firman Allah SWT melalui
Rasulnya sebagai sebuah ketentuan posisi waktu kapan awal dan akhir
dalam shalat . Sebagaiman yang tertera dalam firman Allah SWT :
(103 : ‫ء‬2‫ُْﺕَ )ا‬N َْ َ"ُِِْْْ‫َ ا‬$َ ْ?َ‫<ةَ آَﻥ‬9‫إِ ن ا‬
Artinya : Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS.AN-Nisa/4
:103)
Dan dari Ayat lainnya :
َ‫ُْءَان‬N ‫ِْ إِن‬bَ%ْ‫ُْءَانَ ا‬Nَ‫ْ^ِ و‬$‫َ;ِ ا‬2T
َ َِ‫ِ إ‬aْO‫َةَ ُُِكِ ا‬$9‫ِ ِ ا‬Nَ‫أ‬
(78 : ‫ُْدًا )ا[ﺱاء‬Oَ َ‫ِْ آَن‬bَ%ْ‫ا‬
Artinya : Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai
gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) shubuh itu
disaksikan oleh Malaikat. (AL-Isra’ /17 : 78).
Bila shalat adalah ibadah harian yang kita lakukan menurut waktu
dan arah dalam ibadah shalat, maka zakat al-fitrah, puasa dan haji adalah
ibadah tahunan yang dilakukan pada bulan-bulan tertentu.
Kewajiban dalam membayar zakat fitrah adalah setelah berbuka
puasa awalan dan terakhir sampai khotib (shalat Id’) naik mimbar. Puasa
ramadhan dilaksanakan selama sebulan penuh, adapun awal Ramadhan
dapat ditentukan bila pada malam ketiga puluh di bulan Sya’ban hilal telah
berhasil di Ru’yah apabilah tidak berhasil maka setelah bulah sya’ban
genap 30 hari dan esoknya masuk tanggal 1 ramadhan/awal puasa
ramadhan.
Adapun ketentuan waktu haji setelah puasa ramadhan terhitung
mulainya dari akhir ramadhan sampai dua bulan kedepan, atau tepatnya
tanggal 10 Dzulhijjah.
Semua ibadah ini memiliki waktu berdasarkan pada kejadiankejadian Astronomis, adapun cara menentukannya melalui kalkulasi hisab.
Dengan wasilah ilmu hisab ini, maka persyaratan untuk melakukan ibadah
yang sah dapat terpenuhi, karena salah satu syarat sahnya ibadah adalah
dilakukan pada waktunya. Dan untuk dapat mengetahui waktunya dengan
mudah dan benar maka mutlak harus mengerti ilmu hisab, Ilmu tentang
peredaran benda-benda langit.
ِ4َ:َْ‫ِ ﺡُ!ْ ُ ا‬8 ُ^ِ‫اََْﺱَ ﺉ‬
Artinya : ”Hukum/perantara sama dengan tujuannya:
Bila persyaratan “waktu” dalam ibadah hanya bisa diketahui
dengan ilmu hisab , maka ilmu hisab itu memiliki hukum yang sama
dengan syarat itu, karena ibadah shalat, puasa,zakat, haji hukumannya
wajib maka hukum mempelajari ilmu hisab ini menjadi wajib.
Dalam kitab ta’limul muta’lim dikatakan :
Artinya :“sesuatu yang menjadi wasilah untuk dapat terlaksananya
kefardhuan, jadilah hukumnya itu fardhu”.42
Para ulama menyatakan hukum mempelajari ilmu hisab adalah
fardhu ain bagi yang tinggal sendirian, sebagaimana dikatakan oleh Syeikh
Zubair Umar Umar Al-Jailany dalam muqaddimah kitab falaknya AlKhulashah Al-Waffiyah ;
ٍ"َْ ُ‫َْض‬8َ‫ىَ"ْ ﺕََ دَ و‬$َ ِ?َ َ%ِ‫ََضَ آ‬8 ِMِ ِ‫َل‬mِ#ْ‫ِﺵ‬3ْ‫وَﺡُ!ْ ُ ا‬.....
.....‫ََد‬%ْ‫ َ"ِ اﻥ‬$َ
Artinya : “.....dan hukum mempelajarinya (Ilmu Falak) adalah fardu
kifayah atas orang banyak dan fardhu ‘ain atas orang yang
sendirian ....”.43
42
43
Az Zarnujy,Ta’limul muta’allim, h.4
Zubair Umar Al-jailany, Al-Khulashah Al-Waffiyah (Surabaya :Menara Kudus), h.4
Penentuan masa bulan hijriyah tergantung kepada hilal, yaitu
visibilitas cahaya bulan dari bumi pasca konjungsi. Dan pada hal ini
mencakup sekurang-kurangnya 3 hukum Islam yaitu: puasa ramadhan,
zakat dan haji. Adapun shalat dalam batas-batas penentuan waktunya
mengacu pada posisi matahari diatas horizon. Seperti untuk menentukan
waktu shalat dzuhur dan ashar, juga mengacu kepada keadaan langit diatas
horizon saat matahari di bawah ufuk, seperti untuk menentukan waktu
shalat maghrib, isya dan shubuh.
Melihat keterangan diatas begitu besar peran hisab dan ru’yah
untuk kemaslahatan umat Islam. Adapun hisab dan ru’yahnya memiliki
peran penting dalam hal syi’ar ajaran Islam dengan memiliki pesan-pesan
penting menyeruh/mensyiarkan didalam penentuan waktu-waktu ibadah.
Dan ajaran ini sudah lama telah diwariskan oleh Rasulullah dan
sahabat dalam penentuan waktu-waktu ibadah. berdakwah dalam bidang
hisab ru’yah suatu bentuk pengabdian kepada pemerintah dan masyarakat
luas dengan memaksimalkan syiar-nya dengan tujuan mendapatkan
ketepatan dalam penentuan waktu-waktu ibadah.
Ilmu hisab ru’yah bukan hanya sekedar syiar saja, akan tetapi
bagaimana dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman baru bagi
masyarakat yang selama ini hanya menerima saja belum sampai kepada
mengerti secara mendalam tentang ilmu hisab ru’yah.
Memang perlu diketahui ilmu hisab ru’yah ini ilmu yang jarang
orang ketahui dan tingkat minat yang kurang dalam mempelajari ilmu ini.
Akan tetapi ketika memahami posisi ilmu hisab ru’yah yang sedemikian
penting, sehingga dikatakan bahwa mempelajari dan mengamalkan ilmu
falak bagi umat Islam merupakan suatu kewajiban. Hal ini sesuai dengan
ketentuan kaedah hukum Islam yang sangat terkenal :
uZ‫ وا‬8 M 3‫ ا‬uZ‫ اا‬#3
Artinya : “sesuatu yang hanya dengan itu suatu kewajiban menjadi
sempurna, maka sesuatu itu hukumnya wajib”.44
Ilmu hisab ru’yah menjadi Bentuk dakwah yang penting untuk
disebarkan kepada masyarakat sebagai penentuan waktu shalat, zakat,
puasa dan haji karena menjadi penentu syarat sahnya ibadah. Sebagaimana
dijelaskan dalam hadits berikut ini :
ُ‫َلَ رَﺱُْ ل‬N ُMَْ Gَ‫ِى‬Jَ‫ْ َ"ْ أَِ هََُْةَ ر‬ujَ2ُْ‫َ"ْ ﺱَِِْ ْ"ِ ا‬
ُRُُْ#َْ‫ُْْا وَإِذَ رَا‬9
ُ َ8 َ‫ُ ْ اِْ<ِ ل‬#َْ‫ إِذَا رَأ‬: :َ $َ‫ِ وَﺱ‬Mَْ$َ ُG‫ ا‬$َ4 ِG‫ا‬
( $2 R‫ِْ"َ ًَْ )روا‬Eَ<َE ‫ُُْْا‬9َ8 ْ ُ!َْ$َ ّ ُT ْ‫ِن‬Sَ8 ‫ُِوْا‬Wْ8 ََ8
Artinya : “Riwayat dari Sa’id bin Musayid dari Abi Hurairah r.a., Bahwa
Rasulullah SAW bersabda : Bila kamu melihat hilal maka
berpuasalah dan apabila kamu melihat hilal maka berbukalah,
bila langit diatasmu mendung, maka puasalah tiga puluh
hari”.(HR.Muslim)45
Ilmu Hisab Ru’yah menjadi disiplin Ilmu yang tinggi sebagai hasil
temuan dari pemikir Islam. Ilmu tersebut memiliki 2 kepentingan yang
satu sama lain saling berkaitan.46
44
Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah, ”makalah hisab ru’yah”, dalam rangka menghadapi
bulah ramadhan dan syawal 1429 Hijriyah (Jakarta,2008).
45
Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim (Semarang : Toha Petera), h.438
46
Susiknan Azhari, Ilmu Falak teori dan praktek (Lazuardi: yogyakarta,2001)
Pertama, untuk penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Untuk keperluan ini muncul para astronom Muslim terkenal
(pada abad-abad kemajuan Islam) yang mengembangkan ilmu hisab
ru’yah melalui berbagai percobaan dan penelitian secara mendalam. Hasil
kaya mereka memberikan kontribusi bagi pengembangan modern, baik di
Timur Tengah maupun di Barat.
Kedua, untuk keperluan yang berkaitan dengan masalah-masalah
ibadah, seperti shalat,puasa, dan haji. Keperluan bersifat pragmatis dan
turut menentukan sahnya amal ibadah. Keperluan yang kedua ini meliputi :
penentuan arah kiblat, penentuan waktu shalat yang lima, penentuan awal
bulan qamariyah untuk puasa, haji, dan hari-hari besar islam, serta untuk
menentukan saat terjadi peristiwa gerhana (bulan dan matahari).
Bagi umat Islam, penentuan awal bulan qamariah adalah suatu hal
yang sangat penting dan sangat diperlukan ketepatannya, sebab
pelaksanaan ibadah dalam ajaran Islam banyak dikaitkan dengan sistem
penanggalan ini.
Mudah-mudahan penjelasan ini dapat bermanfaaat sebagai
pengetahuan sehingga kita terhindar dari taqlid buta dan dapat
melaksanakan ibadah sebagaimana mestinya amien.
4. Kalender Hijriyah
Kalender Hijriyah atau kalender Islam (dalam bahasa arab disebut
At Taqwim Al hijri ), adalah kalender yang didigunakan oleh umat Islam
termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan
ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Jumlah kalender hijriyah dalam 1
Tahun sama seperti 1 tahun masehi yaitu berjumlah 12 bulan dalam tiaptiap bulan memiliki hari berjumlah 30 dan 29 yang silih berganti tiap
bulannya.
Dikebanyakan negara-negara yang berpenduduk mayoritas Islam,
kalender hijriyah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari.
Kalender hijriyah menggunakan sistem kalender lunar (qamariyah).
Kalender ini dinamakan kalender hijriyah, karena pada tahun pertama
kalender ini adalah tahun di mana terjadi peristiwa hijrahnya Nabi
Muhammad dari Mekkah ke Madinah, yaitu pada tahun 622 Masehi.
Penentuan dimulainya sebuah hari atau tanggal pada kalender
hijriyah berbeda dengan kalender masehi. Pada sistem kalender masehi,
sebuah hari atau tanggal simulai pada pukul 00.00 waktu setempat.
Namun, pada sistem kalender hijriyah, sebuah hari atau tanggal dimulai
ketika terbenamnya matahari tempat tersebut.47
5. Nama Bulan dan Hari Pada Kalender Hijriyah
Menurut Hamid (1995: 243-247), penamaan bulan-bulan dalam
tahun hijriah disesuaikan dengan masa yang sedang mereka (bangsa arab)
47
http.//.wikipedia.org/wiki/kalender hijriyah,diambil tanggal 20 juli 2009 jam 21:30
jalani. Dan dalam perhitungan waktu memiliki nilai sejarah. Adapun
Nama-nama bulan tersebut adalah sebagai berikut: 48
a. Muharam
Nama bulan pertama. Artinya yang diharamkan atau yang
menjadi pantangan. Penamaan Muharam karena pada masa itu oleh
orang-orang arab dulu dilarang berperang. Namun larangan berperang
pada bulan ini tidak berlaku dalam islam sejak turunnya al-Qur’an
surat al-Baqarah/2: 191. Dikatakan pada awal ayat:
“Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai, dan usirlah
mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah).”
b. Shafar
Nama bulan kedua. Artinya, kosong. Penamaan Shafar, karena
pada bulan tersebut semua orang laki-laki arab dahulu pergi
meninggalkan rumah untuk merantau, berniaga, dan berperang,
sehingga pemukiman mereka kosong dari orang laki-laki.
c. Rabi’ul Awal
Nama bulan ketiga. Berasal dari kata Rabi’ (menetap) dan Awal
(pertama). Maksudnya, masa kembalinya kaum laki-laki yang telah
meninggalkan rumah. Jadi, awal menetapnya kaum laki-laki di rumah.
Pada bulan ini banyak peristiwa bersejarah bagi umat islam. Nabi
Muhammad Shallallaahu Alaihi wa Sallam. lahir, diangkat menjadi
Rasul, melakukan hijrah, dan wafat pada bulan ini.
48
Ibid
d. Rabi’ul Akhir
Nama bulan keempat. Artinya masa menetapnya kaum laki-laki
untuk yang terakhir atau penghabisan.
e. Jumadil Awal
Nama bulan kelima. Berasal dari kata Jumadi (kering) dan Awal
(pertama). Penamaan Jumadil Awal karena bulan itu merupakan awal
musim kering atau kemarau.
f. Jumadil Akhir
Nama bulan keenam. Artinya, akhir dari musim kering atau
kemarau.
g. Rajab
Nama bulan ketujuh. Artinya, mulia. Penamaan Rajab, karena
bangsa arab tempo dulu sangat memuliakan bulan ini. Antara lain
dengan melarang berperang. Namun, sebagaimana telah disebutkan di
bagian bulan Muharam, larangan tersebut telah dicabut dalam Islam.
h. Sya’ban
Nama bulan kedelapan. Artinya, berkelompok. Sya’ban, karena
orang-orang arab pada bulan ini lazimnya berkelompok mencari
nafkah. Peristiwa penting bagi umat Islam yang terjadi pada bulan ini,
yaitu perpindahan kiblat dari Baitul Muqoddas ke Ka’bah atau
Baitullah.
i. Ramadhan
Nama bulan kesembilan. Artinya sangat panas. Bulan Ramadhan
merupakan satu-satunya bulan yang tersebut dalam Al Qur’an. Suatu
bulan yang memiliki keutamaan, kesucian dan aneka keistimewaan.
Hal itu terjadi dengan peristiwa-peristiwa sebagai berikut:
1) Awal diturunkannya ayat Al Qur’an.
2) Salah satu malam dalam bulan ini, Allah Subhanaallah wa ta’alah
menjadikan malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang sangat tinggi
nilainya, karena turun para malaikat untuk memberkati orangorrang beriman yang sedang beribadah.
3) Bulan ini ditetapkan sebagai waktu ibadah puasa wajib.
4) Pada bulan ini kaum Muslimin dapat menaklukan kaum
musyrikin dalam perang Badar Kubra
5) Pada bulan ini juga Nabi Shallallah Alaihi Wasallam berhasil
mengambil alih Kota Mekkah dan mengakhiri penyembahan
Berhala.
Dilihat dari fungsinya, bulan Ramadhan memiliki beberapa
nama, antara lain :
1) Syahrul Qur’an, yaitu bulan pertama ayat-ayat Al Qur’an
diturunkan.
2) Syahrul Tilawah, yaitu bulan pembacaan Al-Quran.maksudnya,
bulan untuk menekunkan diri (memperbanyak waktu) dengan
membaca dan mempelajari Al Qur’an.
3) Syahrush Shiyam, yaitu bulan diwajibkannya puasa bagi umat
Islam.
4) Syahrush Shabri, yaitu bulan untuk melati kesabaran.
5) Syahrun Najah,
yaitu
bulan pelapasan dari azab neraka
(pengampunan).
6) Syahrur Rahman, yaitu bulan yang penuh limpahan rahmat.
7) Syahrul Ala-i, yaitu bulan yang penuh kenikmatan dan limpahan
karunia.
j. Syawal
Nama bulan kesepuluh. Artinya, kebahagiaan. Maksudnya,
kembalinya manusia ke makan paginya (futhuur) dan memperoleh
fitrah (kesucian) karena usai menunaikan ibadah puasa, bayar zakat
serta saling bermaaf-maafan. Itulah yang membahagiakan.
k. Zulqa’dah
Nama bulan kesebelas. Berasal dari kata Zul (pemilik) dan
Qa’dah (duduk). Penamaan Zulqa’dah, karena bulan itu merupakan
waktu istirahat bagi kaum laki-laki arab dahulu. Mereka menikmatinya
dengan duduk-duduk di rumah.
l.
Zulhijjah
Nama bulan kedua belas. Artinya yang menunaikan haji. Penamaan
Zulhijjah, sebab pada bulan ini umat Islam sejak nabi Adam
menunaikan ibadah haji.
Sebagaimana nama-nama hari dalam kalender masehi, dalam
kalender hijriah juga terdapat tujuh hari. Berikut ini adalah paparan namanama hari dalam kalender hijriah, masehi, dan arab kuno serta peristiwaperistiwa yang terjadi:
a. Ahad (satu)
Ahad atau Minggu atau Awwal menurut bangsa arab kuno. Pada
hari ini Allah menciptakan alam semesta, api neraka, bumi, lautan,
samudera, manusia serta menjadikan hari yang tujuh.
b. Itsnain (dua)
Itsnain atau Senin atau Ahwanu menurut bangsa arab kuno. Pada
hari ini, Nabi Idris dinaikkan ke langit, Nabi Musa naik ke bukit
Tursina, Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi wa Sallam dilahirkan,
wahyu pertama turun, dan Rasulullah Shallallaahu Alaihi wa Sallam
wafat.
c. Tsulasa (tiga)
Tsulasa atau Selasa atau Jabbar menurut bangsa arab kuno. Pada
hari ini Nabi Yahya terbunuh. Nabi Zakaria terbunuh, semua tukang
sihir Fir’aun terbunuh, Asiyah istri Fir’aun terbunuh, lembu kaum Bani
Isra’il disembelih dan Habil putra Nabi Adam terbunuh.
d. Arba’a (empat)
Arba’a atau Rabu atau Dabbar menurut bangsa arab kuno. Pada
hari ini Qarun hancur binasa. Fir’aun dan tentaranya binasa, Raja
Namrud yang mengingkari Nabi Ibrahim binasa, umat Nabi Saleh yang
ingkar binasa dan umat Nabi Hud binasa oleh hembusan badai topan.
e. Khamis (lima)
Khamis atau Kamis atau Mu’annas menurut bangsa arab kuno.
Pada hari ini Nabi Ibrahim memasuki kerajaan Mesir, Bunyamin
mengunjungi Nabi Yusuf di Mesir, Nabi Ya’kub bertemu Nabi Yusuf
di Mesir, Nabi Musa memasuki Mesir, dan Nabi Muhammad
Shallallaahu Alaihi wa Sallam memasuki Mekah.
f. Jumu’ah (berhimpun)
Jumu’ah atau Jum’at atau ‘Urubah menurut bangsa arab kuno.
Pada hari ini Nabi Adam menikah dengan Siti Hawa, Nabi Yusuf
menikah dengan Zulaiha, Nabi Musa menikah dengan Siti Shafuramah
Nabi Syuaib, Nabi Sulaiman menikah dengan Ratu Bilqis, Rasulullah
menikah dengan Siti Khadijah dan Aisyah, serta Ali bin Abi Thalib
menikah dengan Fatimah.
g. Sabtu (memotong)
Sabtu atau Syair menurut bangsa arab kuno. Pada hari ini Nabi
Nuh ditertawakan kaumnya, Nabi Saleh ditipu umatnya, Nabi Yusuf
ditipu saudara-saudaranya, Nabi Isa diperdaya orang-orang Yahudi,
dan Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi wa Sallam menjadi topik
utama dalam sidang kaum kafir Quraisy.
BAB III
PROFIL LAJNAH FALAKIYAH
AL-HUSINIYAH JAKARTA
A. Latar Belakang Berdirinya
Seorang Ulama pimpinan Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah bernama Kyai
Haji Syafi’i, beliau memiliki kemampuan me-rukyat hilal untuk menentukan
awal bulan, yang lazim disebut Rukyatul Hilal. Bagi beliau, rukyatul hilal
bukanlah sebuah hal yang baru. Sejak kecil ia terbiasa menyaksikan ayahnya
melakukan rukyatul hilal. Sang ayah, Kyai Haji Abdul Hamid, bersama
sepupunya Kyai Haji Muhajirin (pendiri Pondok Pesantren An Nida, Bekasi),
bersama ulama-ulama lain, seperti Kyai Haji Dzinnun, Kyai Haji Abdullah
Azhari, Kyai Haji Abdul Salam, serta Kyai Haji Abdul Halim, menggagas
pembentukan tim sekaligus tempat untuk melakukan hisab dan rukyat, sekitar
lima puluh tahun lalu. Sebagian mereka menguasai ilmu falak (ilmu
astronomi), sebagian lainnya ahli di bidang ilmu hisab dan rukyatul hilal.
Gayung pun bersambut, antara ilmu falak dengan rukyatul hilal memang
saling berkaitan. Ilmu falak/ astronomi membahas masalah perbintangan
secara luas, sedangkan rukyatul hilal adalah varian dari ilmu falak tersebut.
Sehingga, gagasan membentuk laboratorium “Hisab-Rukyat” sangatlah tepat.
Setelah mencari berbagai tempat yang dianggap tepat untuk me-rukyat,
akhirnya mereka sepakat memilih kawasan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta
Barat, sebagai laboratorium untuk melakukan rukyatul hilal. Namun di sana
tidak bertahan lama. Mereka merasa jarak antara lokasi dan rumah sangatlah
jauh. Apalagi, hampir semuanya bermukim di kawasan Bekasi dan Cakung
Jakarta Timur. Akhirnya tempat penelitian dipindahkan di area persawahan
sekitar Cakung. Sayangnya, di sana pun juga tidak bertahan lama. Area
persawahan itu diambil alih oleh PT. Astra. Terpaksa, laboratorium
ditempatkan di lantai atas rumah Kyai Haji Abdul Hamid, dan masih bertahan
hingga kini.
Awalnya hasil penelitian yang mereka lakukan hanya diterima oleh
keluarga dan tetangga dekat. Namun, suatu ketika Kyai Haji Dzinnun yang
waktu itu sedang menjabat sebagai ketua Hakim Pengadilan Agama Bekasi,
mengusulkan untuk membawa hasil penelitian mereka ke Departemen Agama
(Depag). Rupa-rupanya, dalam sidang Isbat (penetapan awal ramadhan dan
lebaran) yang diselenggarakan oleh Depag, hasil penelitian tersebut dianggap
tepat dan sesuai dengan koridor disiplin keilmuan astronomi. Sejak itu pula,
hasil penelitiannya dijadikan rujukan oleh Depag dan masyarakat luas,
sehingga wilayah Cakung dikenal sebagai salah satu tempat hisab dan rukyat
di Indonesia.
Kepercayaan memompa para pendirinya untuk terus menekuni kegiatan
yang mereka rintis. Puluhan tahun sudah kegiatan tersebut berjalan, sampai
mereka menutup usia pun, kegiatan tersebut tetap terlaksana. Penelitian hisab
dan rukyat itu akhirnya diambil alih oleh Kyai Haji Syafi’i, yang sebelumnya
dipimpin oleh almarhum adik kandungnya, Kyai Haji Ahmad Taufiq.49
49
Narulita Sari, Peru’yah Memikul Tanggung Jawab Moral Menentukan Awal Ramadhan
&Lebaran Umat (Jakarta: Majalah Hidayah,edisi Januari) H.98-101.cet.2004
B. Visi Misi dan tujuan
Visi –nya Menjadi Model Lajnah Falakiyah yang membantu umat
dalam penetapan waktu-waktu pelaksanaan ibadah.
Misi Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah Jakarta
1. Melakukan hisab kalender hijriah & waktu sholat.
2. Melakukan rukyatul hilal tiap awal bulan hijriah.
3. Melakukan pelatihan ilmu hisab dan rukyat.
Bersatunya umat Islam merupakan tujuan dari Lajnah Falakiyah AlHusiniyah, karena dengan bersatunya umat ini segala masalah dan taklif dalam
kehidupan beragama akan terasa lebih mudah untuk diselesaikan dan terasa
lebih ringan untuk dijalankan.
Kebenaran adalah kunci yang harus mendasari lajnah Al-Husiniyah dan
menjadi pondasi untuk persatuan umat ini, karena dengan pondasi kebenaran
maka persatuan umat ini akan kokoh dibawah naungan ridha Allah SWT.
Dalam arti bahwa setiap aksi yang dilakukan oleh lajnah Al- Husiniyah
sejalan dengan keilmuan yang shahih berdasarkan Nash Al-Qur’an dan Alhadits dan dapat dipertanggung jawabkan, dan kami berpegang kepada Firman
Allah SWT yang berbunyi :
) ُRَ ‫َ لَ ذَ رةٍ ﺵَا‬:ْvِ ْ^ََْ ْ"ََ‫ُ و‬Rَ ‫َ لَ ذَ زةٍ ﺥًَْا‬:ْvِ ْ^ََْ ْ"ََ8
( 8-7Mxx‫ا‬
Artinya : Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat Dzarrahpun,
niscaya dia akan melihatnya (balasan) nya. Dan barang siapa
yang mengerjakan kejahatan sebesar dzahrrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya pula”. (Al-Zalzalah/99 :7-8)50
Mungkin dengan menela’ah ayat diatas akan menjadi salah satu
penenang dan dapat meredah keresahan umat Islam itu sendiri, khususnya di
Indonesia. Dan salah satu perbedaan yang kerap kali meresahkan umat Islam
di Indonesia adalah perbedaan dalam waktu berhari raya.
Perbedaan waktu berhari Raya adalah masalah klasik, tetapi walaupun
begitu, setiap kali terulang kembali, masalah ini terasa kembali. Dan sering
perbedaan dalam ber- Hari Raya ini bukan hanya berstatus sebagai perbedaan
yang tanpa efek sama sekali, tetapi perbedaan ini malah lebih masuk kedalam
suatu keadaan yang menimbulkan keresahan umat. Banyak faktor yang
mendukung itu, salah satu karena minimnya pengetahuan masyarakat kita
sendiri tentang Ilmu falak.
Tujuan Lajnah Al-Husiniyah menjadi pengobat dari keresahan
masyarakan akan adanya perbedaan dalam waktu berhari raya. Al husiniyah
dengan harapan besar dapat mempersatukan umat Islam dalam berhari raya.
Adapun dalam hal ini lajnah tidak memaksakan dengan mengedepankan ego
dan mengabaikan akan segala bentuk perbedaan umat Islam dalam penentuan
hari Raya. Akan tetapi, lajnah akan menjadi pengarah akan pemikiran
masyarakat untuk dapat menerima kenyataan bahwa ”banyak metode yang
bisa digunakan untuk menentukan awal bulan Hijriyah”.
Dan
lajnah
mengarahkan
agar
masyarakat
dapat
menjadikan
keberagaman metode-metode tersebut sebagai bahan pelajaran dalam
menyikapi perbedaan waktu berhari Raya dengan sikap saling menghargai dan
50
M.Said,Tarjamah Al-Qur’an Al-Karim (Bandung : PT.AL Ma’arif,1987),h.539
menghormati sesama muslim apalagi perbedaan-perbedaan itu dilandasi oleh
keilmuan yang shahih bukan dilandasi oleh kejahilan yang dipertahankan.
C. Struktur Organisasi Lajnah Falakiyah Al Husiniyah Jakarta
Susunan pengurus Lajnah Falakiyah Al Husiniyah Jakarta adalah
sebagai berikut:
Penasehat
: K.H. Abdul Kholiq Abdurrohim
Ketua Umum/ Penanggung Jawab
: K. H. Ahmad Syafi’i Abdul Hamid, Lc
Sekretaris
: Lukman Hakim, S.Kom
Bendahara
: H. Muhammad Ilyas, S.Pd
Ketua Tim Hisab
: H. Nuryazid
Anggota Tim Hisab
: H. Khoiruddin, S.Pd.I
H. M. Khoirul Waro’
Muhammad Afwan
Ketua Tim Ru’yat
: H. Muhammad Labib, S.Pd.I
Anggota Tim Ru’yat
: Ahmad Za’im, S.Th.I
Muhammad Pikhan
Muzbi Wujdi, S.Hum
Damanhuri
Abdul Rosyad
Sie. Penelitian & Pengembangan Hisab : Rodjali, LN
Sie. Umum
: H. Rizki Dzulkarnain, S.Th.I
H. Ahmad Dasuki Nurdin
Ahmad Hazairin, S.H
Tata cara rukyatul hilal secara tradisional yang dilakukan oleh Lajnah
Falakiyah Al Husiniyah Jakarta dapat dilihat pada gambar 2.1 dan 2.2
Gambar 2.1 Kedudukan patok
Gambar 2.2 Rukyat dengan patok
Keterangan:
•
Z0 = derajat ketinggian hilal berdasarkan hasil hisab
•
(Z0x4), karena 10 (satu derajat) = 4 menit
•
Hilal diperkirakan berada di daerah yang diarsir ketika maghrib (waktu
terbenamnya matahari).
D. Program Kegiatan Lajnah Falakiyah Al-husiniyah Jakarta
Ketua Tim Hisab Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah Jakarta, Haji Nuryazid
mengatakan bahwa sampai saat ini tim hisab lajnah sudah berhasil
menerapkan Dua Belas metode sebagai rujukan hisab, antara lain; Sitem
Hisab, Sullamun Nayyiroin,
Irsyad al-Murid, KhulashohalWafiyyah, Badiah al-Mitsal, Ittifaq Dzat alBain, Nur al-Anwar, New Com, Ephemeris, Fathur Ro’uf Al Mannan
HisabRu’yat, Almanak Nautika, Mooncalc Version 06.00
Tim Hisab Lajnah terus berusaha mempelajari metode-metode lainnya
untuk menambah rujukan terutama dalam melaksanakan rukyatul hilalKyai
Haji Syafi’i, untuk dapat melaksanakan Rukyatul Hilal, hasil hisab harus
Imkanurrukyah (kepastian bahwa bulan sudah dapat dilihat sesuai dengan
ketinggiannya) dengan data ketinggian bulan minimal 2 derajat untuk metode
Sullamun Nayyiroin dan kedudukan hilal (utara atau selatan matahari) yang
disebut dengan Fi’il Millah. Rukyatul hilal ini dilakukan setelah waktu
maghrib tiba, sejak matahari terbenam sampai sepuluh menit ke depan. Beliau
menambahkan bahwa Tim Rukyat Lajnah Falakiyah Al Husiniyah melakukan
cara yang agak berbeda dan kemungkinan besar tidak dilakukan oleh Lajnah
Falakiyah yang lain, secara rutinitas bulanan, tim rukyat juga selalu
memperhatikan bulan pada tanggal 25 dan seterusnya sampai akhir tanggal
pada waktu pagi hari atau setelah sholat subuh, karena menurut pengalaman,
munculnya hilal/ bulan baru tidak akan jauh dari tempat hilangnya hilal
tersebut pada akhir bulan.
Beliau menjelaskan bahwa proses rukyatul hilal dengan mata telanjang
yang dipandu dengan patok pengukur lebih besar kemungkinannya untuk
berhasil me-rukyat dibandingkan dengan menggunakan alat teropong.
Beliaupun bercerita, “Pada tahun 1996, menjelang rukyatul hilal bulan
Dzulhijjah, sebuah lembaga antariksa datang ke Cakung untuk me-rukyat.
Peralatan mereka canggih. Termasuk teropong yang didisain sendiri oleh
ketua rombongan, DR. Zalbawi. Bayangkan, dana yang digunakan untuk
membuat teropong tersebut sekitar 20 juta rupiah. Ketika tiba waktu
pelaksanaan (maghrib), Alhamdulillah, kita dapat melihat hilal, anehnya
mereka belum berhasil. Pada intinya, penelitian kami sama. Waktu itu kami
sama-sama melihat posisi bulan ada di arah barat. Hanya, menurut
perhitungan mereka, bulan ada di sebelah kiri (dekat arah selatan ). Otomatis,
teropongnya diarahkan ke selatan. Sedangkan hasil hisab kami menjelaskan
bahwa hilal berada di sebelah kanan (dekat dengan arah utara). Alhamdulillah,
bulan berada pas dengan hitungan kita. Tentu saja mereka tidak dapat melihat
hilal, padahal peralatan mereka lebih canggih.”51
Haji Nuryazid mengatakan bahwa kemampuan teropong hanya dapat
menjangkau sekitar satu bulatan bulan, berbeda dengan menggunakan mata
telanjang, yang penting kita set patok kita berdasarkan perhitungan, lalu
pantau hilal dengan mata awas. Kemungkinan besar rukyatul hilal akan
51
Wawancara dengan ketua Lajnah Falakiyah Al-husiniyah, Proses Ru’yatul hilal,
dikediamannya pon-Pes Al-husiniyah. Pada Tgl.29 juli 2009 jam 18:00
berhasil. Untuk itu, walaupun sudah ada teknologi canggih seperti teropong,
perlu dilestarikan metode rukyat secara tradisional. Kyai Syafi’i pun
menambahkan bahwa semua metode hisab adalah buatan manusia, data
perkiraan manusia, jadi semua hasil hisab hanyalah sebuah patokan dalam
melakukan rukyatul hilal. Apalagi dengan menggunakan teropong yang hanya
menjangkau sekitar satu bulatan bulan, kemungkinan berhasilnya me-rukyat
dengan teropong lebih kecil daripada dengan mata telanjang.52
Lajnah falakiyah sebagai yayasan berlabel sebuah lembaga dakwah
dalam bidang falakiyah banyak kegiatan yang dilakukan oleh Lajnah
Falakiyah dengan program kegiatan jangka panjang dan jangka pendek.
adapun program kegiatannya sebagai berikut:
1. Program Jangka Pendek
a. Kalkulasi posisi hilal menjelang awal bulan
Langkah awal sebelum melakukan rukyatul hilal diadakan
perhitungan dengan beberapa macam metode yang diterapkan oleh
lajnah falakiyah. Kalkulasi hilal mempermudah dalam menentukan
posisi hilal ketika praktek dilapangan.
b. Praktek Ru’yatul hilal menjelang setiap awal bulan
Setelah kita melakukan kalkulasi hilal dengan data yang sudah
dibuat. Selanjutnya kita melakukan ru’yah dengan persiapkan sarana
dan prasaran yaitu patok dan teropong dalam melakukan hisab ru’yah.
52
Wawancara dengan ketua Hisab ru’yah H.Nuryazid, dipon-pes Al-husiniyah. Pada
Tgl.29 juli 2009 Jam 18 :25
yaitu dalam menentukan awal bulan ramadhan dan penentuan awal
syawal.
c. Lajnah Falakiyah mengadakan pelatihan
Lajnah falakiyah Al-Husiniyah melakukan ru’yatul hilal setiap
akhir bulan yang dihadiri dari perwakilan depag, santri-santri,
Mahasiswa dan Masyarakat umum.
2. Program Jangka Panjang, adapun kegiatan-nya sebagai berikut :
a. Pengkaderisasian dan pengembangan ilmu falak
Tujuan
lajnah
falakiyah
mengadakan
pelatihan
untuk
pengkaderisasian dengan tujuan meneruskan perjuangan dalam
pengabdian kepada masyarakat. Selain itu harapan besarnya lajnah
falakiyah sebagai lembaga yang dapat dipercaya oleh masyarakat
dalam membawa misi besar untuk kemaslahatan umat Islam. Lajnanah
Falakiyah juga melakukan sosialisasi keberbagai daerah dalam rangka
penyamaan persepsi (penyeragaman) dalam penanggalan Hijriyah.
Lajnah Falakiyah sebagai lembaga yang memiliki kredibilitas tinggi
dimata lajnah lainnya. Dengan mendapat kepercayaan dari lajnah lain.
Akan tetapi lajnah Al-Husiniyah tetap
melakukan soisalisasi
keberbagai daerah dengan menghadiri undangan untuk melakukan
penyelarasan
dalam penanggalan Hijriyah dengan tujuan didalam
penentuan awal ramadhan dan awal syawal dapat bersamaan.
b. Penerbitan makalah Hisab Ru’yah dalam rangka menyambut ramadhan
dan syawal. Kegiatan yang dilakukan menjelang Ramadhan Lajnah
Falakiyah Al-Husiniyah sebagai kegiatan rutinitas tahunan dengan
membuat makalah hisab ru’yah yang hasilnya disebarkan kebeberapa
daerah sebagai acuan penentuan Awal Ramadhan dan Syawal.
c. Penerbitan kalender Hjriyah Salah satu program tahunan Lajnah
Falakiyah Al Husiniyah adalah penerbitah kalender hijriyah sebagai
hasil program kerja jangka panjang. Pada awalnya muncul ide
penerbitan kalender karena sebuah permintaan dari masyarakat sekitar,
dan sampai sekarang menjadi program tahunan. Adapun isi kalender
didalamnya sudah ada penentuan waktu shalat, penentuan waktu
ibadah dan tanggalan penetapan peristiwa-peristiwa besar dalam Islam.
Dengan tujuan pembuatan kalender agar mempermudah umat Islam
dalam mengetahui waktu-waktu ibadah.
E. Sarana dan Prasarana Lajnah Falakiya Al-Husiniyah Jakarta
Dalam melaksanakan hisab rukyat ada beberapa sarana dan prasarana
yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan dan ketika melakukan
rukyatul hilal Adapun sarananya sebagai berikut :
1. Metode dalam perhitungan Hisab
Langkah awal sebelum melakukan rukyatul Hilal lajnah falakiyah Al
husiniyah melakukan hisab/perhitungan menggunakan metode Sullam
Nayyiroin dan nanti hasil perhitungannya dapat ditentukan posisi bulan
tepatnya berada dimana, waktunya tepat jam berapa dan dengan ketinggian
berapa, dan dari sini dapat melakukan rukyat dengan posisi yang tepat.
Lajnah Falakiyah Al-husiniyah sampai saat ini sudah menggunakan
enam metode diantarnya menggunakan Sullamun Nayyiroin, Fathur Ro’uf
Al Mannan, Badi’atul Mitsal, Khulasotul Wafiyah, Almanak Nautika, dan
Ephemeris Hisab Rukyat.
2. Kalkulator
Kalkulator berfungsi dalam perhitungan rumusan hisab agar tidak
terjadi kesalahan hasil dan kalkulator
juga
mempermudah dan
mempercepat dalam perhitungan.
3. Rukyat Menggunakan Patok
Patok bagi lajnah Falakiyah al-husiniyah sebagai alat pengukur
posisi bulan dengan dilihat melalui mata telanjang yang sebelumnya posisi
bulan sudah diketahui dengan menggunakan hisab / perhitungan lalu
patoknya diarahkan keposisi akan munculnya posisi bulan.
4. Teropong
Teropong yang tersedia di Lajnah falakiyah Al-husiniyah akan
digunakan untuk memperjelas munculnya bulan tersebut
Adapun prasarana yang digunakan lajnah falakiyah Al-husiniyah
adalah sebuah gedung berlantai 4 madrasah Al-husiniyah milik
K.H.Ahmad Syafi’i, Lc yang digunakan untuk melakukan ru’yah yang
berwilayah dicakung barat Jakarta Timur.
BAB IV
HASIL TEMUAN LAJNAH FALAKIYAH AL-HUSINIYAH JAKARTA
MELALUI HISAB RU’YAH
A. Ada Beberapa Hasil Temuan Yang Didapat Dari Lajnah Falakiyah
Adapun temuannya sebagai berikut :
1. Semua refrensi yang digunakan lajnah mencapai akurasi tinggi dalam hasil
Hisab Ru’yah dan kadang tidak cocok dengan Hisab ru’yah.
2. Menemukan alat patok yang digunakan sebagai sarana dalam melakukan
ru’yatul hilal
3. Penentuan letak posisi hilal melalui pengembangan sistem sullam (azimut)
oleh Hisab lajnah falakiyah.
4. Menemukan cara Hisab dengan menggunakan sistem komputerisasi oleh
lajnah Falakiyah Al-Husiniyah.
Semua hasil temuan oleh Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah tanpa adanya
plagiat semata dan temuan ini melalui proses yang panjang dan sudah teruji
akan kemanfaatannya.
B. Metode dakwah lajnah falakiyah Al-Husiniyah
Lajnah falakiyah al-husiniyah sebagai lembaga dakwah yang berkiprah
dalam bidang hisab ru’yah memiliki metode yang digunakan sebagai model
dalam penyampaian pesan melalui ilmu hisab ru’yah.
Adapun beberapa metode yang diterapkan dalam menyebarkan ilmu
hisab ru’yah menjadi strategi dalam penyebaran ilmu hisab ru’yah kepada
masyarakat luas. Diantaranya yang diterapkan oleh Lajnah falakiyah AlHusiniyah :
1. Mengadakan Seminar-seminar tentang Hisab Ru’yah ke beberapa lembaga
dengan harapan masyarakat tahu seberapa penting pengetahuan tentang
ilmu Falak. Adapun beberapa wilayah yang sudah terlaksana dalam
pelaksanaan seminar :
a. Diwilayah Kebayoran Lama pon-pes Al-Falah majelis muzakarah
K.H.Rahmatullah Sidik
b. Diwilayah Jati Warna pondok Gede ( Islamic Center Al-Islam)
c. Islamic Center Jakarta
d. Pon-Pes Annida Bekasi
e. Majelis Ta’lim yang berada dilingkungan Jabotabek
f. Planet Tarium Jakarta
2. Pendidikan dan pelatihan Ilmu Hisab Ru’yah dengan
memberikan
pelajaran ilmu Hisab melalui penerapan dengan beberapa metode yang
terapkan kepada pelajar. Setelah pelajar mengerti dalam melakukan hisab
(perhitungan) pelajar langsung praktek kelapangan (ru’yah).
3. Sosialisasi pada medium Internet dengan situs www.Lajnah falakiyah Alhusiniyah.com. situs yang dibuka oleh lajnah Falakiyah dengan tujuan
untuk mempermudah kepada masyarakat dalam mengakses sekitar ilmu
Hisab Ru’yah
4. Mengadakan study banding kebeberapa daerah dalam rangka pertukuran
pengetahuan dengan mengembangkan ilmu hisab ru’yah.
5. Mengadakan penerbitan kalender Hijriyah.
Lajnah Falakiyah Al-husiniyah setiap tahun menerbitkan
kalender
Hijriyah dengan tujuan untuk mempermudah masyarakat dalam menentukan
waktu-waktu ibadah dan penentuan pelaksanaan hari besar Islam.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Aktivitas Lajnah Falakiyah Al-husiniyah mengadakan pendidikan ilmu
Falakiyah, dengan melakukan perhitungan hisab dan praktek dalam
penentuan awal bulan, dan pendidikan ini dihadiri oleh bapak-bapak dan
remaja mulai dari perwakilan Departemen Agama, Ormas Islam,
Mahasiswa, Santri-santri dan masyarakat umum.
2. Lajnah Falakiyah Al-husiniyah juga mengadakan seminar kemasjidmasjid, sekolah dan universitas, selain itu sering mengadakan study
banding kebeberapa daerah dan menerbitkan Kalender Hijriyah setiap
tahunnya. Dan Alhamdulillah kegiatan ini mendapat respon yang bagus.
3. Al-husiniyah sebagai lembaga dakwah falakiyah yang mendapat
pengakuan dari Departemen Agama di Jakarta, dalam setiap tahunnya
rutin mengadakan kegiatan hisab ru’yah dalam penentuan Awal Ramadhan
dan Awal Syawal dengan mendapat kepercayaan dari Depag, Ormasormas Islam sampai Negara Libanon.
B. Saran-saran
1. Perlu adanya rekrutmen personalia kepengurusan yayasan karena hal
tersebut akan dapat mengoptimalkan seluruh seluruh program yang akan
terealisir sesuai dengan program yang ditetapkan
2. Perlu adanya pendekatan dakwah yang efektif dan efisien dimasa
mendatang, agar dalam penyebaran dakwah lebih meluas dan mengena.
3. Perlu adanya jalinan kerjasama yang lebih erat antara yayasan lajnah
falakiyah al-husiniya dengan Departemen Agama agar dalam pengambilan
sebuah keputusan dapat kompak.
Menyadari pentingnya suatu penelitian untuk dapat mengungkap
masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh lembaga-lembaga keagamaan,
maka diperlukan kerja sama yang baik dengan seluruh pihak-pihak yang
terkait, guna memperoleh data yang valid dari kerja dakwah yayasan lajnah
falakiyah al-husiniyah.
Namun demikian sudah barang tentu disana sini masih banyak
kekurangan dalam penyusunan kalimatnya. Maka dari itu tiada gading yang
tak retak, demikian juga tidak ada manusia yang sempurna maka dengan
segala kerendahan hati penyusun mohon kritik dan saran yang membangun
untuk bekal dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul karim, Zaid, ad-Dakwah bil-Hikmah
Abu hayyan, al-Bahrul Muhith, Jilid 1
Ahmad, Warson, al-Munawwir, Jakarta: Pustaka Progresi 1997
Azhari, Susiknan, Ilmu Praktek Teori Dan Praktek. yogyakarta: Lazuardi, 2001,
cet.1
Faizah, dan effendi lalu Muchsin, Psikologi komunikasi, Jakarta: Kencana, 2006,
cetakan ke-1.
Arifin,Muzayin , Psikologi Dakwah. Jakarta: Bulan Bintang, 1991
Hasanudin, Hukum Dakwah. Jakarta:pedoman Ilmu Jaya: 1996, cet.ke1
Ichtijanto, Almanak Hisab Rukyat. Jakarta: Badan Hisab Rukyat Depag RI,1981
Izzuddin, Ahmad, Fiqih Hisab Ru’yah di Indonesia. Yogjakarta: Logung
Pustaka, 2003, Cet.1,
Khozin, Muhyidin, Kamus Ilmu Falak. Kalasan Jogjakarta: Buana Pustaka,2005
Cet.1
Narulita, Sari. Pe-ru’yah Memikul Tanggung Jawab Moral Menentukan Awal
Ramadhan dan Lebaran Umat, Jakarta: Majalah Hidayah, edisi Januari Hal.
98-101, 2004.
M.Munir, Metode Dakwah. Jakarta: Kencana, 2006
Mulyanah, Dedy, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Rosdakarya, 2002
Rafiudin, Prinsip dan Startegi Dakwah. Bandung Setia: 1997
Shihab, M. Quraish Membumikan Al-Qur’an. Bandung : Mizan, 2007 Cet.ke-I
-----------------------, Tasir Al-Misbah, lentere Hati: 2000
Tasmara, Toto Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama, cet.1.1997
Al-Hafizh Inu hajar Al-Asqalani, Terjemah Lengkap Bulughul Maram. Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana,2007
Muhammad Zarkasih,Mahmuddin kosasi,Abd.Rachim, Marfuddin Kosasi,Ali
Amran,Darsa,Wahyu Widiyana,Moh.Sidik,Ibrahim Wahab, “Pedoman
Perhitungan Awal Bulan Qamariyah”, bagian Proyek AdministrasiHukum
dan Peradilan agama,H.8
Wawancara dengan ketua Lajnah Falakiyah Al-husiniyah K.H. Ahmad Syafi’ih,
Proses Ru’yatul hilal, dikediamannya pon-Pes Al-husiniyah. Pada Tgl.29
juli 2009 jam 18:00
Wawancara dengan ketua Hisab ru’yah H.Nuryazid, dipon-pes Al-husiniyah. Pada
.29 juli 2009 Jam 18 :25
http://id.wikipedia.org/wiki/kalender_hijriah
Download