II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui Salah satu faktor di antara sekian banyak yang mempengaruhi keberhasilan suatu kehamilan adalah gizi. Status gizi ibu hamil salah satunya berpengaruh terhadap berat badan–lahir bayi yang ternyata sangat erat hubungannya dengan tingkat kesehatan dan angka kematian bayi. Suatu kehidupan baru akan terjadi dalam rahim seorang ibu setelah adanya konsepsi. Faktor gizi banyak berperan dalam perkembangan kehidupan baru ini. Pada awal kehamilan, di rahim ibu dibentuklah plasenta, kantong amnion dan tali pusar. Dalam plasenta, yang terdiri dari jaringan berpori halus, terdapat pembuluh darah ibu dan janin yang berdampingan (Atmatsier, et al 2011). Ibu hamil membutuhkan konsumsi energi dan zat gizi yang cukup guna menopang pertumbuhan dan kesehatan janin dan dirinya sendiri. Kehamilan yang berjarak kurang dari setahun kehamilan sebelumnya akan menguras cadangan zat-zat gizi, walaupun pertumbuhan janin mungkin dapat dilindungi namun kesehatan ibu dapat menurun (Atmatsier, et al 2011). Banyak perubahan tubuh yang terjadi selama kehamilan. Volume darah bertambah; ukuran dan kekuatan rahim bertambah; otot-otot lebih fleksibel dalam mempersiapkan kelahiran; kaki membengkak akibat meningkatnya konsentrasi hormon estrogen yang diperlukan untuk menahan air dan membantu mempersiapkan rahim untuk persalinan; payudara membesar dan berubah guna mempersiapkan penyediaan ASI. Sementara itu terjadi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam tubuh ibu. Perubahan-perubahan ini perlu disertai dengan bantuan makanan bergizi, aktivitas fisik secara teratur dan cukup istirahat. Kebutuhan energi ibu hamil dipengaruhi oleh dua hal, yaitu peningkatan angka metabolisme basal untuk menunjang kebutuhan tumbuh-kembang janin dan jaringan yang menyertainya, serta aktivitas fisik. Jumlah energi yang dibutuhkan bervariasi dan berbeda untuk setiap ibu hamil. AKG 2004 menetapkan tambahan kebutuhan energi ibu hamil pada trimester I sebanyak 180 kkal di atas kebutuhan sebelum hamil dan sebanyak 300 kkal pada trimester II dan III. Dengan demikian AKG energi ibu hamil berusia antara 19-49 tahun berkisar antara 2000-2200 kkal/hari (Atmatsier, et al 2011). 6 Asam lemak esensial tak jenuh jamak harus dikonsumsi dari makanan karena asam lemak esensial tersebut tidak dapat disintesis oleh tubuh. Asam lemak esensial utama adalah asam lemak linoleat dan asam lemak linolenat. Turunan dari asam lemak linoleat adalah asam lemak arakidonat sedangkan turunan dari asam lemak linolenat adalah asam eikosapentaenoat (EPA), dan asam dokosaheksaenoat (DHA). Suplai asam lemak tidak jenuh jamak kepada janin tergantung pada status asam lemak tidak jenuh jamak ibu hamil, yang menurun seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Status DHA neonatal berkaitan dengan lingkar kepala, panjang dan berat bayi yang baru lahir (Bowman dan Russell 2001). Protein diperlukan untuk membentuk otot, rahim, payudara, suplai darah dan jaringan pada bayi. Asupan protein yang rendah menyebabkan berat badan bayi lebih rendah dibandingkan dengan berat badan bayi rata-rata umumnya. Kebutuhan protein ibu hamil bertambah sebanyak 17 gram tiap trimester, sehingga menjadi 67 gram per hari (Foster 2009). Zat Gizi yang berkaitan dengan metabolisme energi dan protein adalah vitamin-vitamin B, yaitu thiamin, riboflavin dan piridoksin. Kebutuhan akan vitamin-vitamin ini sedikit meningkat dengan meningkatnya kebutuhan energi dan protein. Dengan demikian kecukupan sehari ibu hamil akan thiamin menjadi 1,3 mg, riboflavin 1,4 mg, niasin 18,0 mg dan piridoksin 1,7 mg. Selama kehamilan terjadi pembentukan sel-sel yang luar biasa banyaknya, disertai penambahan volume darah. Semua zat gizi berperan dalam proses ini, namun kebutuhan akan asam folat, kobalamin, besi dan seng memerlukan perhatian secara khusus karena memiliki peran yang amat penting dalam sintesis DNA, RNA dan sel-sel baru. Kebutuhan asam folat ibu hamil sehari adalah 600 mcg (meningkat 50%). Kebutuhan kobalamin ibu hamil dalam sehari adalah 2,6 mcg. Kebutuhan besi ibu hamil per hari adalah 26 mg pada trimester I (tidak ada peningkatan), 35 mg pada trimester II dan 39 mg pada trimester III. Sedangkan kebutuhan seng ibu hamil dalam sehari adalah 10,515,2 mg pada trimester I, 13,5-18,2 mg pada trimester II dan 19,5-24,2 mg pada trimester III (Atmatsier, et al 2011). Kebutuhan vitamin D serta mineral-mineral pembentuk tulang berupa kalsium dan magnesium meningkat selama kehamilan. Kekurangan akan zat-zat gizi ini menyebabkan gangguan pada pertumbuhan tulang dan gigi. Kebutuhan mineral pembentuk tulang lain berupa fosfor dan fluor tidak meningkat selama 7 kehamilan. Vitamin D memegang peranan penting dalam absorpsi dan utilisasi kalsium. Dengan demikian, kekurangan vitamin D dapat menyebabkan riketsia pada janin dan osteomalasia pada ibu. Konsumsi kalsium yang cukup selama kehamilan diperlukan untuk memelihara keutuhan tulang ibu dan memasok kalsium untuk pertumbuhan tulang janin. Kebutuhan kalsium ibu hamil rata-rata dalam sehari adalah 950 mg dan kebutuhan magnesium ibu hamil mencapai 280-310 mg dalam sehari (Atmatsier, et al 2011). Kebutuhan zat-zat gizi lain seperti vitamin A dan C serta mineral yodium, selenium dan mangan meningkat selama kehamilan. Vitamin A memegang peranan penting dalam reproduksi, sistem imun dan diferensiasi sel. Kebutuhan vitamin A meningkat selama kehamilan, yaitu 300 RE untuk tiap trimester hingga mencapai 800 RE. Kebutuhan vitamin C sedikit meningkat selama kehamilan, yaitu sebanyak 10 mg untuk tiap trimester. Vitamin C merupakan salah satu antioksidan yang diperlukan untuk mencegah infeksi. Vitamin C mereduksi besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi. Yodium merupakan bagian dari hormon tiroid yang mengatur reaksi biokimia, termasuk metabolisme energi, sintesis protein dan aktivitas enzim. Hormon tiroid memegang peranan penting dalam pembentukan myelin sistem syaraf pusat yang paling aktif terjadi pada masa bayi selama dalam kandungan. Angka kecukupan Yodium ibu hamil meningkat sebanyak 50 mcg. Selenium di dalam tubuh bekerja sama dengan enzim glutation peroksidase sebagai antioksidan. Selain itu selenium bekerja sama dengan enzim yang mengubah hormon tiroid ke dalam bentuk aktifnya, yang berperan dalam metabolisme energi. Angka kecukupan selenium meningkat sebanyak 5 mcg per hari. Mangan dalam jumlah kecil terutama terdapat dalam tulang dan organ tubuh yang aktif secara metabolik, seperti hati, ginjal dan pankreas. Mangan bertindak sebagai kofaktor berbagai enzim yang mengatur berbagai proses metabolisme. Angka kecukupan mangan ibu hamil meningkat sebanyak 0,2 mg per hari (Atmatsier, et al 2011). Setelah melahirkan, para ibu memiliki kebutuhan energi dan gizi yang lebih banyak dari sebelum ibu melahirkan. Karena sang ibu memiliki kewajiban memberikan ASI eksklusif pada bayi selama minimal 6 bulan pertama pasca kelahiran, demi meningkatkan kekebalan tubuh dan pemenuhan protein utama pada bayi. Selain menyusui, ibu juga mengalami masa nifas selama 6 minggu sampai 3 bulan pasca melahirkan. Nifas adalah keluarnya darah dari rahim ibu hamil setelah atau bersamaan dengan proses kelahiran bayi. Darah nifas ini 8 keluar disebabkan adanya pemulihan organ genetalia agar berfungsi normal seperti masa sebelum hamil dan melahirkan. Untuk itu para ibu memerlukan gizi dan nutrisi yang sangat menunjang bagi pemulihan organ genetalia ini dan proses menyusui bayi dengan ASI eksklusif. Status gizi ibu yang kurang ketika menyusui tidak berpengaruh besar terhadap mutu ASI, kecuali pada volumenya, meskipun kadar vitamin dan mineralnya lebih rendah. Lain halnya dengan kondisi malnutrisi ekstrim yang berkepanjangan, kuantitas dan kualitas ASI dapat berpengaruh. Kondisi ini dimungkinkan karena produksi ASI bukan proses yang terjadi sesaat tetapi merupakan proses yang sudah dimulai sejak kehamilan, sehingga gizi pada masa kehamilan pun turut berpengaruh, dengan demikian kekurangan gizi pada masa menyusui tidaklah terlalu mengkhawatirkan jika gizi pada waktu hamil tercukupi (Sulistyoningsih 2011). Kebutuhan gizi ibu menyusui lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan selama kehamilan. Pemberian ASI yang berhasil akan disertai dengan menurunnya berat badan ibu secara berangsur selama enam bulan sesudah melahirkan. Selama hamil sebagian besar ibu dapat menyimpan sebanyak 2-4 kg lemak pada tubuh. Waktu menyusui, sebagian lemak ini dapat digunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan tambahan energi yang diperlukan untuk memproduksi ASI. Diperkirakan simpanan lemak ini dapat menyediakan sebanyak 200-300 kkal/hari selama tiga bulan pertama menyusui. Jumlah ini hanya merupakan sebagian dari energi yang dibutuhkan untuk memproduksi ASI. Sisa kebutuhan energi ini harus didatangkan dari makanan sehari-hari. Tambahan energi sehari yang dibutuhkan ibu menyusui berupa angka kecukupan energi sehari untuk enam bulan pertama adalah 500 kkal, sedangkan untuk enam bulan kedua adalah 550 kkal (Atmatsier, et al 2011). Angka kecukupan protein berupa tambahan protein untuk enam bulan pertama dan enam bulan kedua menyusui adalah sebanyak 17 gram/hari. Tambahan ini diperlukan untuk produksi ASI. Pada umumnya kekurangan asupan zat gizi berpengaruh terhadap volume ASI yang diproduksi, tetapi tidak berpengaruh terhadap mutunya. Mutu ASI dalam hal ini dapat dipertahankan dengan mengambil zat-zat gizi tersebut dari persediaan ibu. Contohnya kalsium; asupan kalsium ibu tidak berpengaruh terhadap nilai kalsium ASI. Kekurangan kalsium ini diambil dari persediaan kalsium ibu dalam tulang. Dengan demikian densitas tulang ibu dapat berkurang. 9 Agar tidak merugikan ibu, sebaiknya zat-zat gizi termasuk vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk produksi ASI diperoleh dari makanan ibu (Almatsier, et al 2011). B. Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. Tahapan pengembangan SNI yakni perencanaan yang dituangkan dalam Program Nasional Perumusan Standar (PNPS); proses perumusan, terdiri dari drafting, rapat teknis dan rapat konsensus; jajak pendapat dan pemungutan suara; penetapan SNI; serta pemeliharaan SNI, terdiri dari kaji ulang dan tindak lanjut kaji ulang (revisi, abolisi atau tetap) (BSN 2005). Prinsip dasar yang harus diterapkan dalam proses perumusan adalah (1) transparansi dan keterbukaan; (2) konsensus dan tidak memihak; (3) efektif dan relevan; (4) koheren; (5) dimensi pengembangan. Perumusan SNI tidak dimaksudkan atau berpotensi menimbulkan hambatan perdagangan yang berkelebihan dan sedapat mungkin harmonis dengan standar internasional yang telah ada sejauh ketentuan tersebut memenuhi kebutuhan dan obyektif yang ingin dicapai serta sesuai dengan faktor-faktor kondisi klimatik, lingkungan, geologi dan geografis, kemampuan teknologi serta kondisi nasional yang spesifik lainnnya. Proses perumusan SNI dilaksanakan melalui tahapan yan terdapat pada Gambar 1 (BSN 2005). Indonesia adalah salah satu negara yang sudah memiliki Standar Nasional untuk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui yaitu SNI 01-71482005. Standar ini memuat uraian tentang definisi minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui, yaitu produk berbentuk bubuk maupun cair, khusus untuk ibu hamil dan atau ibu menyusui, mengandung energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral yang diperhitungkan berdasarkan tambahan kecukupan zat gizi yang dianjurkan untuk kelompok tersebut dengan atau tanpa penambahan komponen bioaktif dan atau bahan tambahan pangan yang diizinkan (BSN 2005). SNI ini secara detail memuat standar komposisi dan syarat mutu, cara uji dan pengambilan contoh, pengemasan dan pelabelan produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui. Syarat mutu kandungan gizi minuman khusus ibu hamil dan atau ibu menyusui ditetapkan supaya dapat memenuhi kebutuhan 10 Keterangan : S : Setuju TS : Tidak Setuju MASTAN RSNI RASNI : : : Masyarakat standar Rancangan Standar Nasional Indonesia Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia Gambar 1 Tahapan perumusan SNI tambahan zat gizi yang diperlukan untuk mencapai kecukupan gizi pada ibu hamil dan ibu menyusui. Persyaratan kandungan zat gizi terdiri dari zat gizi makro, vitamin dan mineral yang wajib ditambahkan serta mineral yang dapat ditambahkan. Vitamin yang wajib ditambahkan terdiri dari vitamin A, B1, B2, B3, B6, B9, B12 dan vitamin C sedangkan mineral yang wajib ditambahkan terdiri dari kalsium, besi dan seng. Persyaratan mutu pada SNI ini dibagi menjadi 2 11 bagian, yaitu untuk ibu hamil dan untuk ibu menyusui. Rincian persyaratan kandungan zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 1 (BSN 2005). Tabel 1 Persyaratan mutu SNI 01-7148-2005 tentang minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui terkait dengan kandungan gizi (BSN 2005) No Syarat Mutu Satuan SNI Ibu Hamil 1. 2. 3. 4. 5. Energi Protein Lemak Karbohidrat Vitamin A 6. 7. 8. 9. 10. 11. 11. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin B6 Vitamin B9 Vitamin B12 Vitamin C Kalsium Besi Seng Magnesium Mangan Iodium Selenium Fluor Kkal g g g mcg/ RE mg mg mg mg mcg mcg mg mg mg mg mg mg mcg mcg mg Ibu Menyusui Produk berbentuk Bubuk Produk Berbentuk Cair Produk berbentuk Bubuk Produk Berbentuk Cair (per 100 g) (per 100 ml) (per 100 g) (per 100 ml) Min. 370 18 - 25 Min. 3,5 Maks. 65 300 - 500 Min 65 3,2 - 4,4 Min. 0,6 Maks. 11,4 53 - 88 Min. 400 20 -34 Min. 7 Maks. 65 300 -500 Min. 70 3,5 - 70 Min. 1,2 Maks. 11,4 53-88 0,5 - 1,0 0,5 -1,1 6 - 14 0,6 - 1,3 285 - 400 0,3 - 2,4 14 - 75 200 - 800 Min. 10 Min. 5 40 - 240 0,3 -1,8 70 - 150 7- 30 0,3 - 2,5 0,1 - 0,2 0,1 - 0,2 1,1 - 2,5 0,1 - 0,2 49 -70 0,1-0,4 2,5 - 13,2 35 - 140 Min. 1,8 Min. 0,9 7,0 - 42 0,1 -0,3 12 - 26 1,2 - 5,3 0,1 - 0,4 0,3 - 1,0 0,4 - 1,1 3 - 14 0,5 - 1,3 100 - 400 0,4 - 2,4 45 - 75 150 -800 Min.6 Min. 4,6 50 -240 0,8 -1,8 50-150 5-30 0,2-2,5 0,1 - 0,2 0,1 - 0,2 0,5 - 2,5 0,1 - 0,2 18 -70 0,1 -0,4 8 - 13 26,25 - 140 Min. 1,05 Min. 0,8 9 -42 0,14 -0,32 8,75-26,25 0,88 - 5,25 0,04 -0,44 C. Label Pangan dan Informasi Nilai Gizi (ING) Menurut Peraturan Pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan, yang dimaksud dengan label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Label pangan terdiri dari dua bagian yaitu bagian utama dan bagian informasi. Bagian utama label adalah bagian dari label yang memuat keterangan penting untuk diketahui oleh masyarakat pada umumnya. Bagian utama label harus ditempatkan pada sisi 12 kemasan yang mudah dilihat, diamati dan atau dibaca oleh masyarakat pada umumnya. Bagian utama label setidaknya memuat keterangan mengenai : (1) nama produk, (2) berat bersih, (3) nama produsen dan (4) nomor pendaftaran. Sedangkan pada bagian informasi memuat pernyataan atau keterangan mengenai : (1) daftar bahan atau komposisi, (2) informasi nilai gizi, (3) tanggal kedaluwarsa, (4) petunjuk penyimpanan, (5) petunjuk penggunaan dan (6) kode produksi (Pemerintah RI 1999). Pangan olahan untuk konsumsi oleh kelompok tertentu seperti bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dalam rangka memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut, maka pada label pangan olahan tersebut wajib mencantumkan informasi nilai gizi. Informasi Nilai Gizi didefinisikan sebagai daftar kandungan zat gizi pada label pangan sesuai dengan format yang dibakukan (BPOM 2005). Beberapa istilah untuk menggambarkan pencantuman informasi nilai gizi yang berlaku di berbagai negara antara lain nutrition labelling, nutrition fact, dan nutrition information. Istilah nutrition labeling digunakan oleh WHO (WHO 2004), Canada dan Malaysia. Filipina menggunakan istilah nutrition information, Amerika Serikat menggunakan istilah nutrition fact, sedangkan Australia menggunakan istilah nutrition information panel. Pencantuman informasi nilai gizi pada label tidak diwajibkan terhadap semua pangan. Pangan yang diwajibkan untuk mencantumkan informasi tentang kandungan gizi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, Pasal 32, ayat (1) yang menyatakan bahwa pencantuman keterangan tentang kandungan gizi pangan pada label wajib dilakukan bagi pangan yang disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya yang ditambahkan, atau pangan yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang mutu dan gizi pangan, wajib ditambahkan vitamin, mineral dan atau zat gizi lainnya (Pemerintah RI 1999). Peraturan Pemerintah tersebut juga mengatur tata cara pencantuman kandungan gizi pada label yang tertuang pada Pasal 32 bahwa keterangan tentang kandungan gizi pangan dicantumkan dengan urutan jumlah keseluruhan energi, dengan perincian berdasarkan jumlah energi yang berasal dari lemak, protein dan karbohidrat; jumlah keseluruhan lemak, lemak jenuh, kolesterol, jumlah keseluruhan karbohidrat, serat, gula, protein, vitamin dan mineral. Jika pelabelan gizi digunakan pada suatu pangan, maka pada label pangan tersebut 13 wajib memuat hal-hal berikut : (a) ukuran takaran saji, (b) jumlah sajian per kemasan, (c) kandungan energi per takaran saji, (d) kandungan protein per sajian (dalam gram), (e) kandungan karbohidrat per sajian (dalam gram), (f) kandungan lemak per sajian (dalam gram), (g) persentase dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan merupakan turunan dari Peraturan Pemerintah tersebut. Pedoman tersebut mengatur informasi yang harus dicantumkan dan informasi yang dapat dicantumkan terdiri dari (a) Informasi yang wajib dicantumkan, meliputi takaran saji, jumlah sajian per kemasan dan catatan kaki, (b) Zat gizi yang wajib dicantumkan, meliputi energi total, lemak total, protein, karbohidrat total, dan natrium, (c) Zat gizi yang wajib dicantumkan dengan persyaratan tertentu, meliputi energi dari lemak, lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, serat pangan, gula, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, zat gizi lain yang wajib ditambahkan/difortifikasikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, zat gizi yang pernyataannya (klaim) dicantumkan pada label pangan, dan (d) Informasi lain yang dapat dicantumkan, meliputi energi dari lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal, lemak tidak jenuh ganda, kalium, serat pangan larut, serat pangan tidak larut, gula alkohol, karbohidrat lain, vitamin, mineral dan zat gizi lain (BPOM 2005) Dalam rangka pencantuman Informasi Nilai Gizi, acuan yang digunakan untuk menghitung persentase AKG yang akan dicantumkan pada label pangan adalah AKG yang khusus ditujukan untuk pelabelan. Indonesia telah menetapkan nilai AKG yang dijadikan acuan khusus untuk pelabelan pangan tersebut berdasarkan kelompok umur. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.00.06.51.0475 tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.52.6291 tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan. Acuan Label Gizi berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.52.6291 dapat dilihat pada Tabel 2. Angka kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui. Angka kecukupan gizi berguna sebagai rujukan yang digunakan untuk perencanaan dan penilaian konsumsi makanan dan asupan gizi 14 bagi orang sehat, agar tercegah dari kekurangan ataupun kelebihan asupan gizi. Kekurangan asupan gizi akan menyebabkan terjadinya defisiensi atau penyakit kurang gizi dan kelebihan akan menyebabkan terjadinya efek samping. Pada keadaan ekstrim kekurangan atau kelebihan zat gizi dapat menyebabkan penyakit bahkan kematian (IOM, 2002 dalam Muhilal & Hardinsyah 2004). Angka Kecukupan Gizi (AKG) ditetapkan berdasarkan kajian dan kesepakatan pakar berdasarkan hasil-hasil penelitian kebutuhan gizi. oleh karena itu ketersediaan data hasil penelitian kebutuhan gizi diperlukan sebagai basis mengestimasi AKG (Muhilal & Hardinsyah 2004). Tabel 2 Acuan label gizi produk pangan (BPOM 2007) No Zat Gizi Satuan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. Energi Lemak total Lemak jenuh Kolesterol Asam linoleat Protein Karbohidrat total Serat makanan Vitamin A*) Setara karoten total*) Setara beta karoten*) Vitamin D Vitamin E Vitamin K Thiamin Riboflavin Niasin Asam folat Asam pantotenat Piridoksin Vitamin B12 Vitamin C Kalium Natrium Kalsium Fosfor Magnesium Besi Yodium Seng Selenium Mangan Flour Nilai Acuan Label Gizi untuk Kelompok Konsumen Umum Bayi 0-6 Anak 7-23 Anak 2Ibu bulan bulan 5 tahun hamil Ibu menyusui kal g g mg g g g g RE mcg 2000 62 18 <300 60 300 25 600 7200 550 35 2 10 50 375 4500 800 27 3 20 120 400 4800 1300 40 4 35 200 400 5280 2160 60 19 <300 6 81 324 25 800 9800 2425 67 22 <300 7 91 364 25 850 10200 mcg 3600 2250 2400 2640 4800 5100 mcg mg mcg mg mg mg mcg mg 10 15 60 1,0 1,2 15 400 7 5 4 5 0,3 0,3 2 65 1,4 5 6 12 0,5 0,5 5 90 2,0 5 7 18 0,7 0,6 7 185 3,0 5 15 55 1,3 1,4 18 600 7 5 19 55 1,3 1,5 17 500 7 mg mcg mg mg mg mg mg mg mg mcg mg mcg mg mg 1,3 2,4 90 4700 <2300 800 600 270 26 150 12 30 2 2,5 0,1 0,4 40 400 120 200 100 25 0,3 90 5,5 5 0,003 0,01 0,4 0,6 40 700 370 480 320 60 8 90 8 13 0,8 0,6 0,6 1,0 45 3400 1100 500 400 80 8 110 9,4 19 1,4 0,8 1,7 2,6 90 4700 1500 950 600 270 33 200 14,7 35 2 2,7 1,8 2,8 100 5100 <2300 950 600 270 32 200 13,9 40 2,6 2,7 Tahun 1997 International Life Sciences Institute (ILSI) South East Asia Region bersama FAO mengambil prakarsa mendiskusikan harmonisasi AKG 15 bagi Asia Tenggara melalui regional workshop. Regional workshop menyepakati tentang definisi, kegunaan, cakupan zat gizi, pengelompokan umur, penetapan ukuran tubuh dan basis perhitungan AKG. AKG digunakan untuk penilaian konsumsi pangan dan gizi penduduk; untuk penilaian risiko ketidakcukupan pangan; basis perencanaan menu, suplementasi dan pendidikan gizi; basis label dan pengembangan produk pangan serta regulasi pangan; dan penilaian dan perencanaan penyediaan dan produksi pangan (Muhilal & Hardinsyah 2004). D. Persepsi Konsumen Menurut UU Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999, konsumen didefinisikan sebagai setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik digunakan untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen memliki hak penuh dalam menentukan produk yang akan dikonsumsinya. Namun keputusan konsumen ini tentunya akan dipengaruhi oleh pihak pemasar atau pihak-pihak yang memiliki kepentingan khusus terhadap konsumen tersebut. Keputusan pembelian dapat dipengaruhi oleh persepsi konsumen dan oleh karena itu pihak pemasar harus dapat memahami persepsi konsumen terhadap produk. Perbedaan dalam persepsi akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam memilih atau membeli produk karena konsumen akan membeli barang sesuai dengan persepsinya. Pemahaman terhadap persepsi konsumen sangat bermanfaat bagi pemasar karena persepsi konsumen dapat dijadikan dasar dalam melakukan market segmentation. Selain persepsi konsumen, dalam merancang strategi pemasaran, perusahaan juga harus mempelajari keinginan, sikap dan perilaku konsumen. Perusahaan-perusahaan sudah tentu berkeinginan untuk menimbulkan perubahan-perubahan dalam perilaku konsumen yang menyebabkan semakin membaiknya persepsi konsumen terhadap merek-merek tertentu yang dimiliki oleh perusahaan tersebut (Engel et al. 1994). Menurut Mowen dan Minor (2002), persepsi diartikan sebagai proses pemaparan individu untuk menerima, memperhatikan serta memahami informasi. Sedangkan, menurut Kotler (2001), persepsi merupakan proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi untuk memaknai sesuatu. Mowen dan Minor (2002), mengemukakan bahwa persepsi akan memiliki hubungan timbal balik terhadap pemrosesan informasi. Tingkat keterlibatan, 16 memori, persepsi akan mempengaruhi pemrosesan informasi. Sebaliknya, persepsi pun timbul sebagai hasil dari pemrosesan informasi yaitu melalui interpretasi dan pemaknaan rangsangan. Tahapan persepsi merupakan suatu rangkaian proses yang dapat dilihat pada Gambar 2. Pada tahap pemaparan stimulus, konsumen menerima informasi melalui panca inderanya dan pada tahap perhatian konsumen akan mengalokasikan kapasitas pemrosesan menjadi rangsangan. Pada tahap pemahaman, konsumen akan menyusun dan menerjemahkan informasi untuk memberikan arti terhadap informasi tersebut. Tahap keempat dari pengolahan informasi adalah penerimaan. Setelah konsumen melihat stimulus, memperhatikan, dan memahami stimulus tersebut maka sampailah kepada suatu kesimpulan mengenai stimulus atau objek tersebut. Inilah yang disebut sebagai persepsi konsumen terhadap objek tersebut. Persepsi konsumen tersebut merupakan output dari penerimaan konsumen terhadap stimulus. Pengolahan informasi memiliki lima tahap yang terdiri atas tahapan-tahapan Pemaparan Perhatian Pemahaman Penerimaan Gambar 2 Proses terbentuknya persepsi (Mowen dan Minor 2002)