II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui
Salah satu faktor di antara sekian banyak yang mempengaruhi
keberhasilan suatu kehamilan adalah gizi. Status gizi ibu hamil salah satunya
berpengaruh terhadap berat badan–lahir bayi yang ternyata sangat erat
hubungannya dengan tingkat kesehatan dan angka kematian bayi.
Suatu kehidupan baru akan terjadi dalam rahim seorang ibu setelah
adanya konsepsi. Faktor gizi banyak berperan dalam perkembangan kehidupan
baru ini. Pada awal kehamilan, di rahim ibu dibentuklah plasenta, kantong
amnion dan tali pusar. Dalam plasenta, yang terdiri dari jaringan berpori halus,
terdapat pembuluh darah ibu dan janin yang berdampingan (Atmatsier, et al
2011).
Ibu hamil membutuhkan konsumsi energi dan zat gizi yang cukup guna
menopang pertumbuhan dan kesehatan janin dan dirinya sendiri. Kehamilan
yang berjarak kurang dari setahun kehamilan sebelumnya akan menguras
cadangan zat-zat gizi, walaupun pertumbuhan janin mungkin dapat dilindungi
namun kesehatan ibu dapat menurun (Atmatsier, et al 2011).
Banyak perubahan tubuh yang terjadi selama kehamilan. Volume darah
bertambah; ukuran dan kekuatan rahim bertambah; otot-otot lebih fleksibel dalam
mempersiapkan kelahiran; kaki membengkak akibat meningkatnya konsentrasi
hormon estrogen yang diperlukan untuk menahan air dan membantu
mempersiapkan rahim untuk persalinan; payudara membesar dan berubah guna
mempersiapkan penyediaan ASI. Sementara itu terjadi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam tubuh ibu. Perubahan-perubahan ini perlu disertai
dengan bantuan makanan bergizi, aktivitas fisik secara teratur dan cukup
istirahat.
Kebutuhan energi ibu hamil dipengaruhi oleh dua hal, yaitu peningkatan
angka metabolisme basal untuk menunjang kebutuhan tumbuh-kembang janin
dan jaringan yang menyertainya, serta aktivitas fisik. Jumlah energi yang
dibutuhkan bervariasi dan berbeda untuk setiap ibu hamil. AKG 2004
menetapkan tambahan kebutuhan energi ibu hamil pada trimester I sebanyak
180 kkal di atas kebutuhan sebelum hamil dan sebanyak 300 kkal pada trimester
II dan III. Dengan demikian AKG energi ibu hamil berusia antara 19-49 tahun
berkisar antara 2000-2200 kkal/hari (Atmatsier, et al 2011).
6
Asam lemak esensial tak jenuh jamak harus dikonsumsi dari makanan
karena asam lemak esensial tersebut tidak dapat disintesis oleh tubuh. Asam
lemak esensial utama adalah asam lemak linoleat dan asam lemak linolenat.
Turunan dari asam lemak linoleat adalah asam lemak arakidonat sedangkan
turunan dari asam lemak linolenat adalah asam eikosapentaenoat (EPA), dan
asam dokosaheksaenoat (DHA). Suplai asam lemak tidak jenuh jamak kepada
janin tergantung pada status asam lemak tidak jenuh jamak ibu hamil, yang
menurun seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Status DHA neonatal
berkaitan dengan lingkar kepala, panjang dan berat bayi yang baru lahir
(Bowman dan Russell 2001).
Protein diperlukan untuk membentuk otot, rahim, payudara, suplai darah
dan jaringan pada bayi. Asupan protein yang rendah menyebabkan berat badan
bayi lebih rendah dibandingkan dengan berat badan bayi rata-rata umumnya.
Kebutuhan protein ibu hamil bertambah sebanyak 17 gram tiap trimester,
sehingga menjadi 67 gram per hari (Foster 2009).
Zat Gizi yang berkaitan dengan metabolisme energi dan protein adalah
vitamin-vitamin B, yaitu thiamin, riboflavin dan piridoksin. Kebutuhan akan
vitamin-vitamin ini sedikit meningkat dengan meningkatnya kebutuhan energi dan
protein. Dengan demikian kecukupan sehari ibu hamil akan thiamin menjadi 1,3
mg, riboflavin 1,4 mg, niasin 18,0 mg dan piridoksin 1,7 mg.
Selama kehamilan terjadi pembentukan sel-sel yang luar biasa
banyaknya, disertai penambahan volume darah. Semua zat gizi berperan dalam
proses ini, namun kebutuhan akan asam folat, kobalamin, besi dan seng
memerlukan perhatian secara khusus karena memiliki peran yang amat penting
dalam sintesis DNA, RNA dan sel-sel baru. Kebutuhan asam folat ibu hamil
sehari adalah 600 mcg (meningkat 50%). Kebutuhan kobalamin ibu hamil dalam
sehari adalah 2,6 mcg. Kebutuhan besi ibu hamil per hari adalah 26 mg pada
trimester I (tidak ada peningkatan), 35 mg pada trimester II dan 39 mg pada
trimester III. Sedangkan kebutuhan seng ibu hamil dalam sehari adalah 10,515,2 mg pada trimester I, 13,5-18,2 mg pada trimester II dan 19,5-24,2 mg pada
trimester III (Atmatsier, et al 2011).
Kebutuhan vitamin D serta mineral-mineral pembentuk tulang berupa
kalsium dan magnesium meningkat selama kehamilan. Kekurangan akan zat-zat
gizi ini menyebabkan gangguan pada pertumbuhan tulang dan gigi. Kebutuhan
mineral pembentuk tulang lain berupa fosfor dan fluor tidak meningkat selama
7
kehamilan. Vitamin D memegang peranan penting dalam absorpsi dan utilisasi
kalsium. Dengan demikian, kekurangan vitamin D dapat menyebabkan riketsia
pada janin dan osteomalasia pada ibu. Konsumsi kalsium yang cukup selama
kehamilan diperlukan untuk memelihara keutuhan tulang ibu dan memasok
kalsium untuk pertumbuhan tulang janin. Kebutuhan kalsium ibu hamil rata-rata
dalam sehari adalah 950 mg dan kebutuhan magnesium ibu hamil mencapai
280-310 mg dalam sehari (Atmatsier, et al 2011).
Kebutuhan zat-zat gizi lain seperti vitamin A dan C serta mineral yodium,
selenium dan mangan meningkat selama kehamilan. Vitamin A memegang
peranan penting dalam reproduksi, sistem imun dan diferensiasi sel. Kebutuhan
vitamin A meningkat selama kehamilan, yaitu 300 RE untuk tiap trimester hingga
mencapai 800 RE. Kebutuhan vitamin C sedikit meningkat selama kehamilan,
yaitu sebanyak 10 mg untuk tiap trimester. Vitamin C merupakan salah satu
antioksidan yang diperlukan untuk mencegah infeksi. Vitamin C mereduksi besi
feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi. Yodium
merupakan bagian dari hormon tiroid yang mengatur reaksi biokimia, termasuk
metabolisme energi, sintesis protein dan aktivitas enzim. Hormon tiroid
memegang peranan penting dalam pembentukan myelin sistem syaraf pusat
yang paling aktif terjadi pada masa bayi selama dalam kandungan. Angka
kecukupan Yodium ibu hamil meningkat sebanyak 50 mcg. Selenium di dalam
tubuh bekerja sama dengan enzim glutation peroksidase sebagai antioksidan.
Selain itu selenium bekerja sama dengan enzim yang mengubah hormon tiroid
ke dalam bentuk aktifnya, yang berperan dalam metabolisme energi. Angka
kecukupan selenium meningkat sebanyak 5 mcg per hari. Mangan dalam jumlah
kecil terutama terdapat dalam tulang dan organ tubuh yang aktif secara
metabolik, seperti hati, ginjal dan pankreas. Mangan bertindak sebagai kofaktor
berbagai enzim yang mengatur berbagai proses metabolisme. Angka kecukupan
mangan ibu hamil meningkat sebanyak 0,2 mg per hari (Atmatsier, et al 2011).
Setelah melahirkan, para ibu memiliki kebutuhan energi dan gizi yang
lebih banyak dari sebelum ibu melahirkan. Karena sang ibu memiliki kewajiban
memberikan ASI eksklusif pada bayi selama minimal 6 bulan pertama pasca
kelahiran, demi meningkatkan kekebalan tubuh dan pemenuhan protein utama
pada bayi. Selain menyusui, ibu juga mengalami masa nifas selama 6 minggu
sampai 3 bulan pasca melahirkan. Nifas adalah keluarnya darah dari rahim ibu
hamil setelah atau bersamaan dengan proses kelahiran bayi. Darah nifas ini
8
keluar disebabkan adanya pemulihan organ genetalia agar berfungsi normal
seperti masa sebelum hamil dan melahirkan. Untuk itu para ibu memerlukan gizi
dan nutrisi yang sangat menunjang bagi pemulihan organ genetalia ini dan
proses menyusui bayi dengan ASI eksklusif.
Status gizi ibu yang kurang ketika menyusui tidak berpengaruh besar
terhadap mutu ASI, kecuali pada volumenya, meskipun kadar vitamin dan
mineralnya lebih rendah. Lain halnya dengan kondisi malnutrisi ekstrim yang
berkepanjangan, kuantitas dan kualitas ASI dapat berpengaruh. Kondisi ini
dimungkinkan karena produksi ASI bukan proses yang terjadi sesaat tetapi
merupakan proses yang sudah dimulai sejak kehamilan, sehingga gizi pada
masa kehamilan pun turut berpengaruh, dengan demikian kekurangan gizi pada
masa menyusui tidaklah terlalu mengkhawatirkan jika gizi pada waktu hamil
tercukupi (Sulistyoningsih 2011).
Kebutuhan gizi ibu menyusui lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan
selama kehamilan. Pemberian ASI yang berhasil akan disertai dengan
menurunnya berat badan ibu secara berangsur selama enam bulan sesudah
melahirkan. Selama hamil sebagian besar ibu dapat menyimpan sebanyak 2-4 kg
lemak pada tubuh. Waktu menyusui, sebagian lemak ini dapat digunakan untuk
memenuhi sebagian kebutuhan tambahan energi yang diperlukan untuk
memproduksi ASI.
Diperkirakan simpanan lemak ini dapat menyediakan
sebanyak 200-300 kkal/hari selama tiga bulan pertama menyusui. Jumlah ini
hanya merupakan sebagian dari energi yang dibutuhkan untuk memproduksi
ASI. Sisa kebutuhan energi ini harus didatangkan dari makanan sehari-hari.
Tambahan energi sehari yang dibutuhkan ibu menyusui berupa angka
kecukupan energi sehari untuk enam bulan pertama adalah 500 kkal, sedangkan
untuk enam bulan kedua adalah 550 kkal (Atmatsier, et al 2011).
Angka kecukupan protein berupa tambahan protein untuk enam bulan
pertama dan enam bulan kedua menyusui adalah sebanyak 17 gram/hari.
Tambahan ini diperlukan untuk produksi ASI.
Pada umumnya kekurangan asupan zat gizi berpengaruh terhadap
volume ASI yang diproduksi, tetapi tidak berpengaruh terhadap mutunya. Mutu
ASI dalam hal ini dapat dipertahankan dengan mengambil zat-zat gizi tersebut
dari persediaan ibu. Contohnya kalsium; asupan kalsium ibu tidak berpengaruh
terhadap nilai kalsium ASI. Kekurangan kalsium ini diambil dari persediaan
kalsium ibu dalam tulang. Dengan demikian densitas tulang ibu dapat berkurang.
9
Agar tidak merugikan ibu, sebaiknya zat-zat gizi termasuk vitamin dan mineral
yang dibutuhkan untuk produksi ASI diperoleh dari makanan ibu (Almatsier, et al
2011).
B. Standar Nasional Indonesia
Standar Nasional Indonesia adalah standar yang ditetapkan oleh Badan
Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. Tahapan pengembangan
SNI yakni perencanaan yang dituangkan dalam Program Nasional Perumusan
Standar (PNPS); proses perumusan, terdiri dari drafting, rapat teknis dan rapat
konsensus; jajak pendapat dan pemungutan suara; penetapan SNI; serta
pemeliharaan SNI, terdiri dari kaji ulang dan tindak lanjut kaji ulang (revisi, abolisi
atau tetap) (BSN 2005).
Prinsip dasar yang harus diterapkan dalam proses perumusan adalah (1)
transparansi dan keterbukaan; (2) konsensus dan tidak memihak; (3) efektif dan
relevan; (4) koheren; (5) dimensi pengembangan. Perumusan SNI tidak
dimaksudkan atau berpotensi menimbulkan hambatan perdagangan yang
berkelebihan dan sedapat mungkin harmonis dengan standar internasional yang
telah ada sejauh ketentuan tersebut memenuhi kebutuhan dan obyektif yang
ingin dicapai serta sesuai dengan faktor-faktor kondisi klimatik, lingkungan,
geologi dan geografis, kemampuan teknologi serta kondisi nasional yang spesifik
lainnnya. Proses perumusan SNI dilaksanakan melalui tahapan yan terdapat
pada Gambar 1 (BSN 2005).
Indonesia adalah salah satu negara yang sudah memiliki Standar
Nasional untuk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui yaitu SNI 01-71482005. Standar ini memuat uraian tentang definisi minuman khusus ibu hamil dan
ibu menyusui, yaitu produk berbentuk bubuk maupun cair, khusus untuk ibu
hamil dan atau ibu menyusui, mengandung energi, protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan mineral yang diperhitungkan berdasarkan tambahan kecukupan zat
gizi yang dianjurkan untuk kelompok tersebut dengan atau tanpa penambahan
komponen bioaktif dan atau bahan tambahan pangan yang diizinkan (BSN
2005).
SNI ini secara detail memuat standar komposisi dan syarat mutu, cara uji
dan pengambilan contoh, pengemasan dan pelabelan produk minuman khusus
ibu hamil dan ibu menyusui. Syarat mutu kandungan gizi minuman khusus ibu
hamil dan atau ibu menyusui ditetapkan supaya dapat memenuhi kebutuhan
10
Keterangan :
S
: Setuju
TS : Tidak Setuju
MASTAN
RSNI
RASNI
:
:
:
Masyarakat standar
Rancangan Standar Nasional Indonesia
Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia
Gambar 1 Tahapan perumusan SNI
tambahan zat gizi yang diperlukan untuk mencapai kecukupan gizi pada ibu
hamil dan ibu menyusui. Persyaratan kandungan zat gizi terdiri dari zat gizi
makro, vitamin dan mineral yang wajib ditambahkan serta mineral yang dapat
ditambahkan. Vitamin yang wajib ditambahkan terdiri dari vitamin A, B1, B2, B3,
B6, B9, B12 dan vitamin C sedangkan mineral yang wajib ditambahkan terdiri
dari kalsium, besi dan seng. Persyaratan mutu pada SNI ini dibagi menjadi 2
11
bagian, yaitu untuk ibu hamil dan untuk ibu menyusui. Rincian persyaratan
kandungan zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat dilihat selengkapnya pada
Tabel 1 (BSN 2005).
Tabel 1 Persyaratan mutu SNI 01-7148-2005 tentang minuman khusus ibu hamil
dan/atau ibu menyusui terkait dengan kandungan gizi (BSN 2005)
No
Syarat Mutu
Satuan
SNI
Ibu Hamil
1.
2.
3.
4.
5.
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Vitamin A
6.
7.
8.
9.
10.
11.
11.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin B3
Vitamin B6
Vitamin B9
Vitamin B12
Vitamin C
Kalsium
Besi
Seng
Magnesium
Mangan
Iodium
Selenium
Fluor
Kkal
g
g
g
mcg/
RE
mg
mg
mg
mg
mcg
mcg
mg
mg
mg
mg
mg
mg
mcg
mcg
mg
Ibu Menyusui
Produk
berbentuk
Bubuk
Produk
Berbentuk
Cair
Produk
berbentuk
Bubuk
Produk
Berbentuk
Cair
(per 100 g)
(per 100 ml)
(per 100 g)
(per 100 ml)
Min. 370
18 - 25
Min. 3,5
Maks. 65
300 - 500
Min 65
3,2 - 4,4
Min. 0,6
Maks. 11,4
53 - 88
Min. 400
20 -34
Min. 7
Maks. 65
300 -500
Min. 70
3,5 - 70
Min. 1,2
Maks. 11,4
53-88
0,5 - 1,0
0,5 -1,1
6 - 14
0,6 - 1,3
285 - 400
0,3 - 2,4
14 - 75
200 - 800
Min. 10
Min. 5
40 - 240
0,3 -1,8
70 - 150
7- 30
0,3 - 2,5
0,1 - 0,2
0,1 - 0,2
1,1 - 2,5
0,1 - 0,2
49 -70
0,1-0,4
2,5 - 13,2
35 - 140
Min. 1,8
Min. 0,9
7,0 - 42
0,1 -0,3
12 - 26
1,2 - 5,3
0,1 - 0,4
0,3 - 1,0
0,4 - 1,1
3 - 14
0,5 - 1,3
100 - 400
0,4 - 2,4
45 - 75
150 -800
Min.6
Min. 4,6
50 -240
0,8 -1,8
50-150
5-30
0,2-2,5
0,1 - 0,2
0,1 - 0,2
0,5 - 2,5
0,1 - 0,2
18 -70
0,1 -0,4
8 - 13
26,25 - 140
Min. 1,05
Min. 0,8
9 -42
0,14 -0,32
8,75-26,25
0,88 - 5,25
0,04 -0,44
C. Label Pangan dan Informasi Nilai Gizi (ING)
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang label dan
iklan pangan, yang dimaksud dengan label pangan adalah setiap keterangan
mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau
bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan
pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Label pangan terdiri dari dua
bagian yaitu bagian utama dan bagian informasi. Bagian utama label adalah
bagian dari label yang memuat keterangan penting untuk diketahui oleh
masyarakat pada umumnya. Bagian utama label harus ditempatkan pada sisi
12
kemasan yang mudah dilihat, diamati dan atau dibaca oleh masyarakat pada
umumnya. Bagian utama label setidaknya memuat keterangan mengenai : (1)
nama produk, (2) berat bersih, (3) nama produsen dan (4) nomor pendaftaran.
Sedangkan pada bagian informasi memuat pernyataan atau keterangan
mengenai : (1) daftar bahan atau komposisi, (2) informasi nilai gizi, (3) tanggal
kedaluwarsa, (4) petunjuk penyimpanan, (5) petunjuk penggunaan dan (6) kode
produksi (Pemerintah RI 1999).
Pangan olahan untuk konsumsi oleh kelompok tertentu seperti bayi,
balita, ibu hamil, ibu menyusui dalam rangka memelihara dan meningkatkan
kualitas kesehatan kelompok tersebut, maka pada label pangan olahan tersebut
wajib mencantumkan informasi nilai gizi. Informasi Nilai Gizi didefinisikan sebagai
daftar kandungan zat gizi pada label pangan sesuai dengan format yang
dibakukan (BPOM 2005). Beberapa istilah untuk menggambarkan pencantuman
informasi nilai gizi yang berlaku di berbagai negara antara lain nutrition labelling,
nutrition fact, dan nutrition information. Istilah nutrition labeling digunakan oleh
WHO (WHO 2004), Canada dan Malaysia. Filipina menggunakan istilah nutrition
information, Amerika Serikat menggunakan istilah nutrition fact, sedangkan
Australia menggunakan istilah nutrition information panel.
Pencantuman informasi nilai gizi pada label tidak diwajibkan terhadap
semua pangan. Pangan yang diwajibkan untuk mencantumkan informasi tentang
kandungan gizi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999
tentang Label dan Iklan Pangan, Pasal 32, ayat (1) yang menyatakan bahwa
pencantuman keterangan tentang kandungan gizi pangan pada label wajib
dilakukan bagi pangan yang disertai pernyataan bahwa pangan mengandung
vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya yang ditambahkan, atau pangan yang
dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di bidang mutu dan gizi pangan, wajib ditambahkan vitamin, mineral dan
atau zat gizi lainnya (Pemerintah RI 1999).
Peraturan Pemerintah tersebut juga mengatur tata cara pencantuman
kandungan gizi pada label yang tertuang pada Pasal 32 bahwa keterangan
tentang kandungan gizi pangan dicantumkan dengan urutan jumlah keseluruhan
energi, dengan perincian berdasarkan jumlah energi yang berasal dari lemak,
protein dan karbohidrat; jumlah keseluruhan lemak, lemak jenuh, kolesterol,
jumlah keseluruhan karbohidrat, serat, gula, protein, vitamin dan mineral. Jika
pelabelan gizi digunakan pada suatu pangan, maka pada label pangan tersebut
13
wajib memuat hal-hal berikut : (a) ukuran takaran saji, (b) jumlah sajian per
kemasan, (c) kandungan energi per takaran saji, (d) kandungan protein per
sajian (dalam gram), (e) kandungan karbohidrat per sajian (dalam gram), (f)
kandungan lemak per sajian (dalam gram), (g) persentase dari angka kecukupan
gizi yang dianjurkan.
Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan
merupakan turunan dari Peraturan Pemerintah tersebut. Pedoman tersebut
mengatur informasi yang harus dicantumkan dan informasi yang dapat
dicantumkan terdiri dari (a) Informasi yang wajib dicantumkan, meliputi takaran
saji, jumlah sajian per kemasan dan catatan kaki, (b) Zat gizi yang wajib
dicantumkan, meliputi energi total, lemak total, protein, karbohidrat total, dan
natrium, (c) Zat gizi yang wajib dicantumkan dengan persyaratan tertentu,
meliputi energi dari lemak, lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, serat pangan,
gula, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, zat gizi lain yang wajib
ditambahkan/difortifikasikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, zat gizi yang
pernyataannya (klaim) dicantumkan pada label pangan, dan (d) Informasi lain
yang dapat dicantumkan, meliputi energi dari lemak jenuh, lemak tidak jenuh
tunggal, lemak tidak jenuh ganda, kalium, serat pangan larut, serat pangan tidak
larut, gula alkohol, karbohidrat lain, vitamin, mineral dan zat gizi lain (BPOM
2005)
Dalam rangka pencantuman Informasi Nilai Gizi, acuan yang digunakan
untuk menghitung persentase AKG yang akan dicantumkan pada label pangan
adalah AKG yang khusus ditujukan untuk pelabelan. Indonesia telah menetapkan
nilai AKG yang dijadikan acuan khusus untuk pelabelan pangan tersebut
berdasarkan kelompok umur. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Kepala
Badan POM Nomor HK.00.06.51.0475 tentang Pedoman Pencantuman Informasi
Nilai Gizi Pada Label Pangan dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor HK.00.05.52.6291 tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan.
Acuan Label Gizi berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor HK.00.05.52.6291 dapat dilihat pada Tabel 2.
Angka kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang
diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua populasi
menurut kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis tertentu seperti
kehamilan dan menyusui. Angka kecukupan gizi berguna sebagai rujukan yang
digunakan untuk perencanaan dan penilaian konsumsi makanan dan asupan gizi
14
bagi orang sehat, agar tercegah dari kekurangan ataupun kelebihan asupan gizi.
Kekurangan asupan gizi akan menyebabkan terjadinya defisiensi atau penyakit
kurang gizi dan kelebihan akan menyebabkan terjadinya efek samping. Pada
keadaan ekstrim kekurangan atau kelebihan zat gizi dapat menyebabkan
penyakit bahkan kematian (IOM, 2002 dalam Muhilal & Hardinsyah 2004). Angka
Kecukupan Gizi (AKG) ditetapkan berdasarkan kajian dan kesepakatan pakar
berdasarkan hasil-hasil penelitian kebutuhan gizi. oleh karena itu ketersediaan
data hasil penelitian kebutuhan gizi diperlukan sebagai basis mengestimasi AKG
(Muhilal & Hardinsyah 2004).
Tabel 2 Acuan label gizi produk pangan (BPOM 2007)
No
Zat Gizi
Satuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
Energi
Lemak total
Lemak jenuh
Kolesterol
Asam linoleat
Protein
Karbohidrat total
Serat makanan
Vitamin A*)
Setara karoten
total*)
Setara beta
karoten*)
Vitamin D
Vitamin E
Vitamin K
Thiamin
Riboflavin
Niasin
Asam folat
Asam
pantotenat
Piridoksin
Vitamin B12
Vitamin C
Kalium
Natrium
Kalsium
Fosfor
Magnesium
Besi
Yodium
Seng
Selenium
Mangan
Flour
Nilai Acuan Label Gizi untuk Kelompok Konsumen
Umum
Bayi 0-6 Anak 7-23
Anak 2Ibu
bulan
bulan
5 tahun
hamil
Ibu
menyusui
kal
g
g
mg
g
g
g
g
RE
mcg
2000
62
18
<300
60
300
25
600
7200
550
35
2
10
50
375
4500
800
27
3
20
120
400
4800
1300
40
4
35
200
400
5280
2160
60
19
<300
6
81
324
25
800
9800
2425
67
22
<300
7
91
364
25
850
10200
mcg
3600
2250
2400
2640
4800
5100
mcg
mg
mcg
mg
mg
mg
mcg
mg
10
15
60
1,0
1,2
15
400
7
5
4
5
0,3
0,3
2
65
1,4
5
6
12
0,5
0,5
5
90
2,0
5
7
18
0,7
0,6
7
185
3,0
5
15
55
1,3
1,4
18
600
7
5
19
55
1,3
1,5
17
500
7
mg
mcg
mg
mg
mg
mg
mg
mg
mg
mcg
mg
mcg
mg
mg
1,3
2,4
90
4700
<2300
800
600
270
26
150
12
30
2
2,5
0,1
0,4
40
400
120
200
100
25
0,3
90
5,5
5
0,003
0,01
0,4
0,6
40
700
370
480
320
60
8
90
8
13
0,8
0,6
0,6
1,0
45
3400
1100
500
400
80
8
110
9,4
19
1,4
0,8
1,7
2,6
90
4700
1500
950
600
270
33
200
14,7
35
2
2,7
1,8
2,8
100
5100
<2300
950
600
270
32
200
13,9
40
2,6
2,7
Tahun 1997 International Life Sciences Institute (ILSI) South East Asia
Region bersama FAO mengambil prakarsa mendiskusikan harmonisasi AKG
15
bagi Asia Tenggara melalui regional workshop. Regional workshop menyepakati
tentang definisi, kegunaan, cakupan zat gizi, pengelompokan umur, penetapan
ukuran tubuh dan basis perhitungan AKG. AKG digunakan untuk penilaian
konsumsi pangan dan gizi penduduk; untuk penilaian risiko ketidakcukupan
pangan; basis perencanaan menu, suplementasi dan pendidikan gizi; basis label
dan pengembangan produk pangan serta regulasi pangan; dan penilaian dan
perencanaan penyediaan dan produksi pangan (Muhilal & Hardinsyah 2004).
D. Persepsi Konsumen
Menurut UU Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999, konsumen
didefinisikan sebagai setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik digunakan untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang
lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen memliki hak penuh dalam
menentukan produk yang akan dikonsumsinya. Namun keputusan konsumen ini
tentunya akan dipengaruhi oleh pihak pemasar atau pihak-pihak yang memiliki
kepentingan khusus terhadap konsumen tersebut. Keputusan pembelian dapat
dipengaruhi oleh persepsi konsumen dan oleh karena itu pihak pemasar harus
dapat memahami persepsi konsumen terhadap produk. Perbedaan dalam
persepsi akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam memilih atau membeli
produk karena konsumen akan membeli barang sesuai dengan persepsinya.
Pemahaman terhadap persepsi konsumen sangat bermanfaat bagi pemasar
karena persepsi konsumen dapat dijadikan dasar dalam melakukan market
segmentation. Selain persepsi konsumen, dalam merancang strategi pemasaran,
perusahaan juga harus mempelajari keinginan, sikap dan perilaku konsumen.
Perusahaan-perusahaan
sudah
tentu
berkeinginan
untuk
menimbulkan
perubahan-perubahan dalam perilaku konsumen yang menyebabkan semakin
membaiknya persepsi konsumen terhadap merek-merek tertentu yang dimiliki
oleh perusahaan tersebut (Engel et al. 1994).
Menurut Mowen dan Minor (2002), persepsi diartikan sebagai proses
pemaparan individu untuk menerima, memperhatikan serta memahami informasi.
Sedangkan, menurut Kotler (2001), persepsi merupakan proses yang digunakan
oleh individu untuk memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan
informasi untuk memaknai sesuatu.
Mowen dan Minor (2002), mengemukakan bahwa persepsi akan memiliki
hubungan timbal balik terhadap pemrosesan informasi. Tingkat keterlibatan,
16
memori, persepsi akan mempengaruhi pemrosesan informasi. Sebaliknya,
persepsi pun timbul sebagai hasil dari pemrosesan informasi yaitu melalui
interpretasi dan pemaknaan rangsangan. Tahapan persepsi merupakan suatu
rangkaian proses yang dapat dilihat pada Gambar 2. Pada tahap pemaparan
stimulus, konsumen menerima informasi melalui panca inderanya dan pada
tahap perhatian konsumen akan mengalokasikan kapasitas pemrosesan menjadi
rangsangan. Pada tahap pemahaman, konsumen akan menyusun dan
menerjemahkan informasi untuk memberikan arti terhadap informasi tersebut.
Tahap keempat dari pengolahan informasi adalah penerimaan. Setelah
konsumen melihat stimulus, memperhatikan, dan memahami stimulus tersebut
maka sampailah kepada suatu kesimpulan mengenai stimulus atau objek
tersebut. Inilah yang disebut sebagai persepsi konsumen terhadap objek
tersebut. Persepsi konsumen tersebut merupakan output dari penerimaan
konsumen terhadap stimulus.
Pengolahan informasi memiliki lima tahap yang terdiri atas tahapan-tahapan
Pemaparan
Perhatian
Pemahaman
Penerimaan
Gambar 2 Proses terbentuknya persepsi (Mowen dan Minor 2002)
Download