layanan bimbingan keagamaan dalam menumbuhkan karakter

advertisement
Umi Chaidaroh
LAYANAN BIMBINGAN KEAGAMAAN DALAM MENUMBUHKAN
KARAKTER BERAGAMA BAGI SISWA MUALLAF
Umi Chaidaroh
UNWAHA, Tambakberas, Jombang
[email protected]
ABSTRAK
Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dalam program
pendidikan. Pelaksanaan layanan yang diberikan memiliki kekhasan yaitu
disesuaikan dengan tugas konselor sesuai jenjang pendidikan dalam jalur
pendidikan. SMP Kemala Bhanyangkari 1 Surabaya merupakan contoh
sekolah swasta yang mengembangkan sekolah tersebut menjadi sebuah
lembaga pendidikan yang mengoptimalkan fungsi sekolah, selain menjadi
tempat belajar, akan tetapi menjadi tempat pembentukan karakter beragama
yang diusahakan dalam pengadaan beberapa program-program
sekolah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pelaksanaan layanan
Bimbingan dan Konseling keagamaan bagi siswa muallaf (2) faktor pendukung
dan penghambat terhadap pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling
keagamaan bagi siswa muallaf, (3) hasil dari adanya layanan bimbingan
keagamaan bagi siswa muallaf. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, jenis studi kasus.Teknik pengumpulan data: (1) wawancara
mendalam, (2) observasi, (3) studi dokumentasi. Data yang diperoleh
dideskripsikan, dimaknai, dikategorisasikan dan dibuat koneksitas antar data
yang telah ditemukan. Keabsahan data diuji dengan, (1) kecukupan
referensial, dan (2) triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan layanan Bimbingan keagamaan bagi siswa muallaf di SMP
Kemala Bhayangkari 1 Surabaya menggunakan tehnik direct counseling.
Faktor yang mendukung pelaksanaan bimbingan ini adalah, dukungan dari
kepala sekolah, orang tua siswa, guru BK, semua pihak sekolah, adanya ruang
BK, dan juga kegiatan-kegiatan diluar jam. Hasil yang diperoleh, siswa muallaf
lebih merasa percaya diri dan selalu berusaha untuk melaksanakan ajaranajaran agama Islam dengan sebaik mungkin.
Key Word: Layanan Bimbingan Beragama, Karakter Beragama, Siswa Muallaf.
Pendahuluan
Keinginan kepada hidup beragama adalah salah satu dari sifat-sifat yang asli pada
manusia. Itu adalah naluri, garizah, fitrah, dan kecenderungannya yang telah menjadi
pembawaannya, dan bukan sesuatu yang dibuat-buat atau sesuatu keinginan yang datang
kemudian, lantaran pengaruhnya dari luar. Sama halnya dengan keinginannya kepada makan dan
minum, berketurunan, memiliki harta benda berkuasa dan bergaul dengan sesama manusia.
Dengan demikian, maka manusia ini pada dasarnya memanglah makhluk yang religius,
yang sangat cenderung kepada hidup beragama itu adalah panggilan hati nuraninnya. Sebab itu
andaikan Tuhan tidak mengutus rasul-rasulNya untuk menyampaikan agama-Nya kepada
manusia ini, namun mereka akan berusaha dengan ikhtiarnya sendiri untuk mencari agama itu
sebagaimana ia berikhtiar untuk mencari makanan diwaktu ia merasa lapar.
Dan memang sejarah kehidupan manusia telah membuktikan bahwa mereka dengan
ikhtiar sendiri telah menciptakan agamanya, yaitu yang kita sebut agama-agama ardhiyah. Hidup
beragama adalah sesuai dengan fitrah manusia, adalah tuntutan hati nurani mereka. Sebab itu,
1
Umi Chaidaroh
orang-orang yang mengingkari agama adalah membohongi hati nuraninya sendiri. Hal ini
dibuktikan oleh banyak peristiwa-peristiwa dimana orang-orang yang anti agama, atau tidak
percaya kepada adanya Tuhan, pada saat-saat mereka mengalami kesulitan atau diwaktu mereka
hampir mati, lalu menyebut-nyebut nama Tuhan. 1
Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah swt. adalah dia dianugerahi fitrah
atau potensi untuk mengimani Allah swt. dan mengamalkan ajaran-Nya. Karena fitrah inilah
kemudian manusia dijuluki homo religius , makhluk beragama. Fitrah beragama ini merupakan
disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung kemungkinan atau peluang untuk berkembang.
Namun, mengenai arah dan kualitas perkembangannya sangat bergantung pada proses
pendidikan yang diterimannya (faktor lingkungan). Hal ini sebagaimana telah dinyatakan oleh
nabi Muhammad saw., dalam satu hadistnya, yaitu dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda :
ْ ‫ﻠﻰ ْﺍﻟ ِﻔ‬
‫ َﻛ َﻤﺎ ﺗ ُ ْﻨﺘِ ُﺞ ْﺍﻟﺒَ ِﻬ ْﻴ َﻤﺔُ ﺑَ ِﻬ ْﻴ َﻤﺔً َﺟ ْﻤﻌَﺎ َء ﻫ َْﻞ‬،‫ﺴﺎﻧِ ِﻪ‬
ّ ِ ‫ ﻓَﺄَﺑَ َﻮﺍﻩُ ﻳُ َﻬ ّ ِﻮﺩَﺍﻧِ ِﻪ ﺃَ ْﻭ ﻳُﻨ‬،ِ‫ﻄ َﺮﺓ‬
َ ُ‫َﻣﺎ ِﻣ ْﻦ َﻣ ُﻮﻟُﻮ ٍﺩ ِﺇﻻﱠ ﻳ ُْﻮﻟَﺪ‬
َ ‫َﺼ َﺮﺍﻧِ ِﻪ ﺃَ ْﻭ ﻳُ َﻤ ِ ّﺠ‬
َ ‫ﻋ‬
ُ
ْ
ْ
‫ﻋﺎ َء؟‬
‫ﺗ ِﺤ ﱡ‬
َ ‫ﺴﻮﻥَ ﻓِ ْﻴ َﻬﺎ ِﻣﻦ َﺟﺪ‬
Artinya: “ Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua
orang tuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan
melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?”
Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Malik rahimahullahu dalam Al-Muwaththa` (no. 507);
Al-Imam Ahmad rahimahullahu dalam Musnad-nya (no. 8.739); Al-Imam Al-Bukhari
rahimahullahu dalam Kitabul Jana`iz (no. 1358, 1359, 1385), Kitabut Tafsir (no. 4775), Kitabul
Qadar (no. 6599); Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam Kitabul Qadar (no. 2658). 2
Hadits ini mengisyaratkan bahwa faktor lingkungan ( terutama orang tua) sangat berperan
dalam mempengaruhi perkembangan fitrah beragama anak. Jiwa beragama atau kesadaran
beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada
Allah dan pengaktualisasiannya melalui peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat hablumminallah
maupun hablumminannas. Keimanan kepada Allah dan aktualisasinya dalam ibadah merupakan
hasil dari internalisasi, yaitu proses pengenalan, pemahaman dan kesadaran pada diri seseorang
terhadap nilai-nilai agama yang sudah diyakini. Proses ini terbentuk dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu internal (fitrah, potensi beragama) dan eksternal (lingkungan). 3
Keyakinan bahwa manusia mempunyai fitrah beragama atau keyakinan kepada Tuhan
merujuk kepada firman Allah, sebagai berikut:
P1F
P2F
                 
          
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman ), Bukankah Aku Ini Tuhanmu ?
mereka menjawab “Betul (engkau Tuhan kami ), kami menjadi saksi “. (kami lakukan yang demikian
itu) agar dihari kiamat, kamu tidak mengatakan “ sesungguhnya kami ( bani adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini ( keesaan Tuhan). “ 4 (QS. Al- A’raf [7] :172)
Fenomena religius sosial yang amat menarik untuk dipelajari adalah fenomena masuk
agama atau pindah agama. Pengertian masuk agama bagi bangsa Indonesia sudah tidak asing lagi.
P3F
P
Abu Ahmadi. Perbandingan Agama (Jakarta: PT Rineka C ipta, 1991). hal 16
http://www.salaf.web.id/925/orangtua-sebab-sang-anak-berada-pada-suatu-agama-al-ustadz-abulfaruq-ayipsyafrudin.htm. Diakses pada tanggal 05/03/2014. Pukul 04:59 WIB
3 Syamsu Yusuf. Psikologi Belajar Agama ( perspektif agama Islam ). (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), hal 32
4 Al-qur’an al-karim, surat Al-a’raf (7;172) hal. 173
1
2
2
Umi Chaidaroh
Gambaran yang terbayang ialah ada orang yang dulunya belum beragama sama sekali kemudian
menerima suatu agama, atau seseorang yang sudah memeluk agama tertentu kemudian pindah ke
agama lain. Dalam gambaran yang kedua dalam kata “masuk agama” sama artinya dengan pindah
agama. Kata latin “conversio” lebih tepat untuk menampung arti kata masuk agama dan
berpindah agama. Kata Inggris “conversion” dapat diartikan sama seperti diatas. 5
Masalah masuk atau pindah agama menjadi masalah yang menarik karena hal itu
menyangkut perubahan batin yang mendasar dari orang atau kelompok yang bersangkutan. Yang
jelas ialah bahwa kata conversio dan conversion mempunyai arti lebih luas , seperti berbalik, bertobat,
berubah, masuk kedalam biara (agama). Kata latin initiatio yang diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia inisiasi, dapat diberi arti juga masuk agama. Tetapi kata inisiasi lebih menitik beratkan
pada titik upacara penerimaan resmi seorang anggota baru kedalam suatu kumpulan keagamaan.
Misalnya orang yang mau masuk agama katolik harus diterima dengan upacara pembaptisan,
setelah melewati tahap katekumenat dan tahap calon baptis yang masing-masing dengan upacara
tersendiri. Seseorang yang mau masuk Islam diterima pada waktu ia mengucapkan syahadat
Islam. Demikian pula kalau orang masuk agama budha dan agama lain. Jadi inisisasi termasuk
liturgi, baik agama adat maupun resmi. 6
Dari segi bahasa, muallaf berasal dari kata allafa yang bermakna jinak, takluk, luluh, dan
ramah. Ini memiliki makna secara luas adalah orang yang ditaklukkan hatinya, tentu saja dengan
cara halus dengan mengambil simpati seperti memberikan sesuatu atau berbuat baik, bukan
dengan kekerasan seperti perang atau paksaan.
Namun pengertian secara terminologis, beberapa ulama memiliki pendapat yang berbeda
mengenai muallaf. Di antaranya:
1. Orang yang hidup pada masa awal Islam dan telah masuk Islam.
2. Orang yang baru masuk Islam dan diberi zakat walaupun orang tersebut kaya.
3. Orang-orang Arab dan non-Arab dimana Nabi meluluhkan hati mereka dengan
pemberian atau zakat.
4. Orang-orang yang diluluhkan hatinya agar condong ke Islam dan memelihara
keislamannya.
Namun merujuk ke berbagai sumber, muallaf dapat dikategorikan secara umum adalah
orang non-muslim yang mempunyai harapan masuk agama Islam atau orang yang baru masuk
agama Islam. Muallaf memiliki hak yang berbeda dengan muslim pada umumnya. Surah AtTaubah ayat 60 menjelaskan:
            
             
Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang
dilunakkan hatinya (mualaf), untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang
berutang, untuk yang berada di jalan Allah dan untuk orang yang sedang di dalam perjalanan sebagai
kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” 7 (QS. Al-Taubah [9]: 60)
P6F
P
Secara umum muallaf berarti orang yang baru masuk Islam dan masih lemah
imannya. Muallaf adalah orang yang pengetahuan agama Islamnya masih kurang, sebab ia
http://fahrudinejad.blogspot.com/2013/02/masuk-atau-pindah-agama.html, diakses pada tangaal 31 Maret 2014,
pukul 21:28
6 Ibid, hal 78-79
7 http://mail.lebaran.com/senandung/item/497-pengertian-muallaf.html, diakses pada tanggal 31 Maret 2014, pukul
22:02
5
3
Umi Chaidaroh
baru masuk Islam. Ia menjalani perubahan keyakinan yang hal itu berpengaruh pada
kurangnya pengetahuan mengenai ajaran agama Islam. 8
Makna bimbingan pengembangan kehidupan beragama adalah bantuan yang
diberikan pembimbing kepada terbimbing/peserta didik agar mereka mampu menghadapi
dan memecahkan masalah-masalah yang berkenaan dengan kehidupan beragama. Melalui
layanan bimbingan dan konseling, para peserta didik dibantu mencarikan alternatif bagi
pemecahan masalah-masalah yang berkenaan dengan kehidupan beragama. 9
Tujuan layanan bimbingan dan konseling bidang kehidupan beragama adalah agar
peserta didik memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang ajaran agamanya. Dengan
perkataan lain dapat memecahkan berbagai problem yang berkaitan dengan kehidupan
beragama yang dihadapi individu baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga
dan masyarakat.
Layanan bimbingan dalam bidang beragama sangat dibutuhkan oleh peserta didik
yang mulai berkembang rasa keinginan tahuannya akan agama yang telah di peluknya.
Layanan bimbingan dan konseling berkenaan dengan bidang pengembangan kehidupan
beragama adalah pertama, informasi. Layanan informasi untuk bidang pengembangan
kehidupan beragama mencakup: (a) informasi tentang suasana kehidupan beragama, (b)
upacara-upara ritual keagamaan, (c) tempat-tempat ibadah seperti masjid, mushala, gereja,
wihara, dan lain-lain, (d) hari-hari besar keagamaan, dan lain-lain.
Kedua, orientasi. Layanan orientasi untuk bidang pengembangan kehidupan beragama
mencakup: (a) suasana keagamaan, (b)lembaga dan objek keagamaan, (c) upacara ritual
keagamaan, (d) sarana ibadah keagamaan, (e) situs agama tertentu, (f) peninggalanpeninggalan keagamaan tertentu, dan lain sebagainya. 10
Dalam upaya membantu peserta didik dalam memecahkan masalah yang berkaitan
dengan kehidupan beragama, salah satunya adalah membantu peserta didik yang baru
berpindah keyakinan. Hal tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang bisa saja terjadi dan
dialami oleh peserta didik di semua lembaga pendidikan, termasuk sekolah. Sehingga sebagai
konselor sekolah, sudah menjadi sebuah tannggung jawab, untuk dapat mengambil peran
yang sangat urgen.
Dalam realita, siswa muallaf pasti akan tertinggal materi keagamaan, sehingga untuk
mengatasi masalah tersebut, guru BK/konselor sekolah melakukan layanan bimbingan
keagamaan bagi mereka. Hal ini wajar sebab ia baru mengenal Islam dan perlu memahami
agama Islam secara mendalam dan intensif. Fenomena yang terjadi di SMP Kemala
Bhayangkari 1 Surabaya adalah terdapat 2 siswa muallaf yang duduk dikelas IX yang dulunya
beragama Kristen dan adanya konversi agama, jadi dia berpindah ke agama Islam (muallaf).
Siswa ini berpindah keyakinan agama karena mengikuti orang tuanya yang berpindah agama
Islam juga. Proses konversi agamanya dengan cara mengucapkan syahadat yang
diselenggarakan oleh ta’mir masjid di lingkungan rumahnya.
Bertepatan guru konselor di sekolah tersebut juga seorang muslim, maka tugas
sebagai pembimbing dalam bidang keagamaan dirasa sangat sesuai. Seperti yang beliau
sampaikan, pada suatu kesempatan berbincang tentang hal itu:
“saya bimbing dia, sebagai anak yang baru memasuki dunia baru, saya berusaha
mendekatinya dengan pelan-pelan, pernah saya Tanya,”nak, dalam gerakan sholat, do’a
apa yang sudah kamu bisa?”, X menjawab: “bismillah,,pak”. Lalu beliaupun menjawab
dengan senyuman:”iya,,bagus,, bacalah apa yang apa kamu bias dulu, nanti kita kan belajar
bersama,, ”ucapnya menenangkan.
1. Dengan adanya gambaran singkat dan percakapan peneliti dengan konselor sekolah
terkait kegiatan layanan bimbingan keagamaan ini, menjadikan peneliti tertarik untuk
Harun Nasution (Eds). Ensiklopedi Islam di Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Depag, 1993), hal 744
Ibid, hal.135
10 Ibid, hal.136
8
9
4
Umi Chaidaroh
melakukan penelitian tentang pelaksanaan layanan bimbingan keagamaan dalam
menumbuhkan karakter beragama bagi siswa muallaf di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk : mengetahui pelaksanaan layanan bimbingan
keagamaan dalam
menumbuhkan karakter beragama bagi siswa muallaf di SMP Kemala Bhayangkari 1
Surabaya. Mengetahui faktor pendukung pelaksanaan layanan bimbingan keagamaan
dalam menumbuhkan karakter beragama bagi siswa muallaf di SMP Kemala
Bhayangkari 1 Surabaya. Mengetahui hasil dari adanya pelaksaan layanan bimbingan
keagamaan dalam menumbuhkan karakter beragama bagi siswa muallaf di SMP
Kemala Bhayangkari 1 Surabaya.
Tinjauan tentang Bimbingan Beragama.
Layanan bimbingan beragama merupakan salah satu bidang pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Sejak tahun 1993 penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan Konseling
(BK) memperoleh perbendaharaan istilah baru yaitu BK Pola-17. Hal ini memberi warna
tersendiri bagi arah bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung BK di jajaran pendidikan
dasar dan menengah. Pada Abad ke-21, BK Pola 17 itu berkembang menjadi BK Pola-17 Plus.
Kegiatan BK ini mengacu pada sasaran pelayanan yang lebih luas, diantaranya mencakup semua
masyarakat. 11
Bidang pengembangan kehidupan beragama merupakan salah satu jenis bidang dari BK
pola-17 plus. Bidang pengembangan kehidupan beragama merupakan tambahan bidang
hasil pengembangan dari BK pola 17 plus. Dengan adanya pengembangan layanan ini, maka
layanan bimbingan dalam bidang pengembangan kehidupan beragama secara otomatis menjadi
bidang tugas konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya pelayanan BK di
sekolah.
Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya sejalan dengan tujuan
pendidikan itu sendiri karena bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari system
pendidikan. Pada undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang
cerdas, yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudipekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 12
Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling yakni sebagai upaya membentuk
perkembangan kepribadian siswa secara optimal- secara umum, layanan bimbingan dan konseling
di sekolah harus dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia. Upaya bimbingan dan
konseling memungkinkan siswa mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan
menerima lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan,
mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan
yang diinginkannya di masa depan. Secara lebih khusus, kawasan bimbingan dan konseling yang
mencakup seluruh upaya tersebut meliputi bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan
belajar, bingan karir, dan dalam perkembangannya juga dalam bimbingan kehidupan beragama
dan berkeluarga.
Tujuan bimbingan kehidupan beragama yang berpijak pada asumsi dasar bahwa nilai-nilai
keagamaan yang ada pada jiwa seseorang itu tidak selamanya stabil, bisa meningkat, menurun
bahkan hilang sama sekali. Untuk senantiasa menjaga keimanan yang terdapat dalam jiwa
seseorang yang dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ada, maka diperlukan adanya
bimbingan kehidupan beragama, sebagaimana yang dijelaskan oleh HM. Arifin sebagai berikut:
Bimbingan kehidupan beragama bertujuan untuk membantu memecahkan problem
seseorang dengan melalui keimanan menurut agamanya. Dengan menggunakan pendekatan
file:///c:/users/ayda/downloads/lahirnya%20bk%20pola%2017%20plus%20%20bimbingan%20konseling%20sekolah.htm diakses pada tanggal 30 maret 2014, pukul 10:52
12 Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hal 22
11
5
Umi Chaidaroh
keagamaan dalam konseling tersebut, klien diberi instink (kesadaran akan adanya hubungan
sebab akibat rangkaian problem-problem yang dialami) dalam pribadinya yang dihubungkan
dengan nilai-nilai keimanan yang mungkin pada saat itu lenyap dari dalam jiwa klien. 13
Menurut Prof. DR. Thohari Musnamar tujuan bimbingan dan konseling agama adalah
membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat. Dengan demikian secara singkat tujuan bimbingan konseling Islam adalah:
Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan
dunia akhirat. Secara khusus, hubungannya dengan siswa adalah, membantu individu mengatasi
masalah yang sedang dihadapinya. Serta, membantu individu memelihara dan mengembanngkan
situasi dan kondisi yang baik atau lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah
baginya, dan orang lain. 14
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan, karena melihat pada fokus bimbingan
dalam bidang kehidupan beragama, maka tujuan layanan bimbingan dan konseling bidang
kehidupan beragama adalah agar siswa memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang ajaran
agamanya. Dengan perkataan lain dapat memecahkan berbagai problem yang berkaitan dengan
kehidupan beragama yang dihadapi individu baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan
keluarga dan masyarakat. 15
Tujuan bimbingan kehidupan beragama yang berpijak pada asumsi dasar bahwa nilai-nilai
keagamaan yang ada pada jiwa seseorang itu tidak selamanya stabil, bisa meningkat, menurun
bahkan hilang sama sekali. Untuk senantiasa menjaga keimanan yang terdapat dalam jiwa
seseorang yang dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ada, maka diperlukan adanya
bimbingan kehidupan beragama, sebagaimana yang dijelaskan oleh HM. Arifin sebagai berikut:
Bimbingan kehidupan beragama bertujuan untuk membantu memecahkan problem
seseorang dengan melalui keimanan menurut agamanya. Dengan menggunakan pendekatan
keagamaan dalam konseling tersebut, klien diberi instink (kesadaran akan adanya hubungan
sebab akibat rangkaian problem-problem yang dialami) dalam pribadinya yang dihubungkan
dengan nilai-nilai keimanan yang mungkin pada saat itu lenyap dari dalam jiwa klien. 16
Dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah, ada
beberapa prinsip yang. perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut dijadikan pedoman dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling. Maknanya apabila bimbingan dan konseling dilaksanakan
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, berarti bukan bimbingan dan konseling dalam arti
yang sebenarnya. 17
Peran konselor dalam bimbingan dan konseling di sekolah, termasuk dalam bimbingan
kehidupan beragama sangatlah penting, selain sebagai guru pembimbing, seorang konselor
kadang kala harus bisa memposisikan dirinya sebagai teman, orang tua dan kadang saudara.
Sehingga ketrampilan dalam berkomunikasi dengan klien pun sangat diharuskan. Selain itu
konselor merupakan seseorang yang memiliki wewenang untuk memberikan bantuan kepada
orang lain yang mengalami kesulitan dan masalah yang tidak bisa diatasi tanpa bantuan orang
lain, dalam arti seseorang yang berkewajiban membantu individu atau kelompok individu yang
mengalami kesulitan baik berkenaan dengan proses belajar yang dialami maupun kesulitankesulitan pribadi yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan dan
perkembangan individu tersebut.
Mengingat tugas menjadi pembimbing baik disekolah, maupun masyarakat maupun juga
didalam lembaga itu tidak mudah, untuk itu seorang konselor dituntut untuk memiliki syaratH.M. Arifin, Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal 47
Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogya: UII Press, 1992), hal 34
15 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (berbasis integrasi) edisi revisi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2013), hal 135
16 H.M. Arifin, Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal 47
17 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah(berbasis integrasi) edisi revisi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2013), hal 63
13
14
6
Umi Chaidaroh
syarat mental pribadi yang khusus, terutama pembimbing agama. Beberapa aspek pengembangan
kehidupan beragama yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dan
madrasah adalah suasana lembaga dan objek keagamaan seperti upacara ritual keagamaan, sarana
ibadah keagamaan, situs, dan peninggalan keagamaan. 18
Tinjauan Karakter beragama
Sebelum menjelaskan pengertian dari karater beragama, ada baiknya pembahasannya ini
diarahkan pada masalah pertama yaitu pengertian karakter dan beragama. Hal ini dimaksudkan
untuk lebih memudahkan pemahaman tentang pengertian karakter beragama. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, etika atau budi pekerti
yang membedakan individu dengan yang lain. Karakter bisa diartikan tabi’at, perangai atau
perbuatan yang selalu dilakukan (kebiasaan). Karakter juga diartikan watak atau sifat batin
manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku. 19
Bila ditelusuri asal karakter dari bahasa latin “Kharakter”, “khrassein”,”kharax”, dalam
bahasa Inggris :”character” dan bahasa Indonesia “karakter”, sedangkan dalam bahasa Yunani,
character dari “Charrasein” yang berarti membuat tajam, membuat dalam. 20 Alwisol
menjelaskan pengertian karakter sebagai penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai
(benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan
kepribadian karena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik
kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditujukan kelingkungan
sosial, keduanya relatif permanen serta menuntun, mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas
individu. 21
Dalam kamus konseling disebutkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik
tolak etis atau moral, misalnya: kejujuran seseorang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat
yang relative tetap;totalitas dari kemungkinan dari kemungkinan relasi emosional, volutional atau
kehendak. 22 Selanjutnya, karakter digabungkan dengan kata beragama. Maka perlu memahami
apa makna dari kata beragama. Beragama berasal dari kata dasar agama, dengan tambahan ber
yang berarti menganut (memeluk) agama;beribadat;taat kepada agama;baik hidupnya(menurut
agama);sangat memuja-muja, gemar sekali kepada;mementingkan. 23
Melihat pada kata aslinya, yang berawal dari kata “Agama”, yang menurut kebahasaan
dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa sanksekerta yang artinya “tidak kacau”. Agama
diambil dari dua suku kata, yaitu a yang berarti “tidak” dan gama yang berarti “kacau”. Hal itu
mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia
agar tidak kacau. Menurut inti maknanya yang khusus, kata agama dapat disamakan dengan kata
religion dalam bahasa Inggris, religie dalam bahasa Belanda, keduanya berasal dari bahasa latin,
religio, dari akar kata religare yang berarti mengikat. 24
Jadi dari pembahasan tentang pengertian karakter yang diidentikkan dengan kebiasaan,
kemudian pembahasan tentang beragama yang berari memeluk agama atau mempercayai suatu
agama, sehingga sudah mendarah mendaging, hinga disamakan dengan akhlak. Sehingga karakter
beragama disini diartikan dengan berakhlak sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
Dari beberapa pengertian karakter dan pengertian beragama, dapat disimpulkan bahwa,
karakter sangat identik dengan akhlak, sehingga karakter dapat diartikan sebagai perwujudan dari
nilai-nilai perilaku manusia yang universal serta meliputi seluruh aktivitas manusia, baik
hubungan antar manusia dengan tuhan (hablumminallah), hubungan manusia dengan manusia
(hablumminannas) serta hubungan manusia dengan lingkungannya.
18
Ibid, hal 135
Poerwadarminata, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), 20
20 Ahmad Tafsir, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2012), Hal 11
21 http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertian-karakter.html. Diakses pada tanggal 12/03/14 pukul 08:28
WIB
22 Sudarsono, Kamus Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hal 119
23 Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya:Amelia Surabaya, 2003), hal 18
24 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal 13
19
7
Umi Chaidaroh
Nilai-nilai tersebut dirumuskan oleh Kemendiknas (2010) sebagaimana yang dikutip oleh
Muhammad Kosim (tth.89-90), yaitu ada 18 nilai sebagaimana berikut: Religius, Jujur, Toleransi,
Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan,
Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca,
Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung Jawab.
Tinjauan Tentang Siswa muallaf
             
           
 
Artinya: “sesugguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang
dilunakkan hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban
dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana ” 25 (QS. At-Taubah (9), ayat 60)
P24F
P
Kata muallaf hanya disebut satu kali dalam Al-Qur’an surat At-Taubah (9), ayat 60 diatas,
yaitu al-muallafat qulubuhum (orang yang dijinakkan hatinya), ketika Allah swt. Menerangkan
delapan golongan penerima zakat. Secara popular dalam masyarakat Indonesia, istilah “muallaf”
biasanya dipahami sebagi “orang yang baru masuk “islam” atau yang memiliki pengetahuan
minimal tentang Islam”. 26 Siswa berarti pelajar, kemudian di gabungkan kan dengan kata muallaf,
sehingga menjadi siswa muallaf, ini berarti siswa yang baru masuk Islam dan masih lemah
imannya. Siswa muallaf adalah siswa yang pengetahuan agama Islamnya masih kurang, sebab ia
baru masuk Islam. Ia menjalani perubahan keyakinan yang hal itu berpengaruh pada kurangnya
pengetahuan mengenai ajaran pendidikan agama Islam. 27
Dalam membicarakan masalah muallaf tidak dapat dipisahkan dengan adanya proses
konversi. Max Heirich sebagaimana yang dikutip oleh Hendropuspito mendefinisikan konversi
sebagai suatu tindakan dengan nama seseorang atau kelompok mengadakan perubahan yang
mendalam mengenai pengalaman dan tingkat keterlibatan dalam agamanya ke tingkat yang lebih
tinggi. 28 Dunia muallaf adalah fenomena psikologis yang mengandung bermacam gejolak batin,
disebabkan karena dalam pribadinya muncul berbagai konflik baik yang berhubungan dengan
keluarga, masyarakat atau keyakinan yang pernah dianutnya. Kalau dilihat dari latar belakang
proses perpindahan agamanya (konversi), banyak terjadi dalam hidup terutama apabila orang
mengalami kesusahan, ada yang terjadi dalam sekejap mata atau berangsur-angsur.
Sehingga dari sini dapat dimaklumi bahwa penghayatan terhadap agama masih labil,
sebagai dampaknya motivasi untuk pengembangan keimanannya juga kurang adanya kemampuan
untuk menerima agama Islam secara konsisten. Allah swt. telah berfirman dalam QS Fushshilat
ayat 54 sebagai berikut:
P25F
P
P26F
P27F
P
             
Artinya: “Ingatlah bahwa Sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan
Tuhan mereka. ingatlah bahwa Sesungguhnya dia Maha meliputi segala sesuatu.” 29 (QS. Fushshilat
[41]: 54)
P28F
P
Disamping itu perasaan yang kurang yakin tersebut sering muncul apabila masuk
Islamnya tidak timbul dari keikhlasannya sendiri, padahal muallaf yang berlatar belakang demikian
Ibid, hal 196
Azyumardi Azra dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Icthiar Baru Van Hoeve, 2005), hal 48
27 Harun Nasution (Eds). Ensiklopedi Islam di Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Depag, 1993), hal 744
28 Hendro Puspito O.C., Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), hal 79
29Dep. Ag RI, Al-Quran Al-karim dan terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1978)
25
26
8
Umi Chaidaroh
sangat banyak. Para ahli psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong terjadinya
konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern maupun ekstern.
Faktor-faktor tersebut apabila mempengaruhi seseorang atau kelompok hingga menimbulkan
semacam gejala tekanan batin, maka akan terdorong untuk mencari jalan ke luar yaitu ketenangan
batin. Dalam kondisi jiwa yang demikian itu secara psikologis kehidupan batin seseorang itu
menjadi kosong dan tak berdaya sehingga mencari perlindungan kekuatan lain yang mampu
memberinya kehidupan jiwa yang terang dan tenteram.
Problematika Psikologis Siswa Muallaf
Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, termasuk ke dalam faktor internal
atau intern, yakni faktor dari dalam diri siswa. Faktor ini terdiri atas dua aspek, yaitu aspek
fisiologis (bersifat jasmaniah) dan faktor psikologis (bersifat rohaniah), dan kelelahan (bersifat
jasmaniah dan rohaniah). Aspek Fisiologis. Aspek fisiologis yang mempengaruhi belajar
berkenaan dengan keadaan atau kondisi umum jasmani seseorang, misalnya menyangkut
kesehatan atau kondisi tubuh, seperti sakit atau terjadinya gangguan pada fungsi-fungsi tubuh.
Aspek ini juga menyangkut kebugaran tubuh. Tubuh yang kurang prima, akan mengalami
kesulitan belajar. Selain itu, berkenaan dengan aspek fisiologis, kondisi organ-organ khusus siswa
seperti tingkat kesehatan indra pendengaran, penglihatan, juga sangat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan dalam proses belajar.
Aspek Psikologis. Sebenarnya cukup banyak faktor yang termasuk aspek psikologis
yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara
faktor-faktor yang termasuk aspek psikologis yang dipandang esensial adalah: (1) tingkat
kecerdasan, (2) sikap siswa, (3) bakat siswa, (4) minat siswa, dan (5) motivasi siswa. Relevan
dengan Syah dan Slameto menyatakan bahwa faktor psikologis yang mempengaruhi belajar
adalah: (a) intelegensi, (b) perhatian, (c) minat, (d) bakat, (e) motif, (f) kematangan, dan (g)
kesiapan.
Deskripsi Lokasi dan Hasil Penelitian
SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya adalah sebuah lembaga pendidikan dibawah
naungan Yayasan Kepolisian yang sangat mengedepankan kedisiplinan. Dengan Visi “Unggul
Dalam Prestasi Bedasarkan Iman dan Taqwa, Berwawasan Seni, Iptek, Berpijak Pada Budaya
Bangsa serta “dan didukung dengan tenaga kependidikan yang professional serta letak sekolah
yang sangat strategis, serta sarana prasarana yang sangat memadai, siap mencetak generasi yang
disiplin dan berkompeten.
SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya, juga sangat mengedepankan penanaman nilai
moral dan kaidah agama. Hal ini dibuktikan dengan Kurikulum Muatan Lokal BTKD (Baca Tulis
Kitab suci dan Do’a) sebuah mata pelajaran yang mengajarkan siswa tentang membaca dan
menulis serta menghafal do’a sehari-hari serta syariat-syariat agama. Selain itu sesudah do’a awal
pelajaran dilanjutkan dengan membaca surat-surat pendek yang dipimpin oleh Bapak/Ibu guru
pengajar jam pertama. Bagi siswa yang beragama Islam diajibkan mengikuti sholat dhuhur
berjama’ah sepulang sekolah (sesudah do’a pulang), setiap hari jum’at juga dilaksanakan sholat
jum’at berjama’ah di sekolah. Kebijaksanaan lain sebagai bukti bentuk komitmen sekolah adalah
seragam sekolah lengan panjang dan bawahan panjang bagi siswa perempuan sera celana panjang
bagi siswa laki-laki menunjukkan bahwa SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya berkomitmen
pada Visi yang sudah disepakati. Penanaman moral pada siswa dibuktikan dengan jabat
tangan/salaman setiap pagi dengan bapak/ibu guru dan karyawan sebelum masuk kelas.
Sebagai bentuk nyata pengembangan kompetensi siswa, SMP Bhayangkari 1 Surabaya
mewadahi bakat minat serta kompetensi siswa dalam bentuk ekstra kurikuler yang beragam.
Melalui wadah ekstrakurikuler ini siswa Bhayangkari dharapkan benar-benar bisa mengeksplor
dan mengembangkan bakat dan minat yang sudah dimiliki dengan harapan pada akhirnya bisa
diaplikasikan dalam kehidupan siswa. Pengembangan kompetensi siswa lain yaitu dalam wadah
9
Umi Chaidaroh
kegiatan PPLS (Pelatihan Pendidikan Life Skill), kegiatan ini dilaksanakan dua kali dalam
seminggu dengan bimbingan dari para guru yang berkompeten di bidangnya. 30
SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya merupakan sebuah lembaga pendidikan yang
berkomitmen terhadap visi dan misi yang telah disepakati, salah satu misi yang diangkat adalah
melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif. Hal tersebut dibuktikan dengan
memberikan program layanan BK kepada para siswa, sebagai upaya dalam pengembangan diri
siswa. Di SMP Kemala Bhayangkari sudah menerapkan BK pola 19, terlihat pada bagan berikut
ini: 31
Dengan adanya sedikit gambaran pola BK 19 diatas, peneliti mengambil salah satu bidang
bimbingan, dalam penelitian ini. yaitu bidang bimbingan keagamaan sebagai fokus yang dituju
dalam penelitian, yaitu bimbingan keagamaan bagi siswa muallaf.
Kemudian dalam
perkembangan penelitian yang dilakukan di sekolah ini berhubungan dengan permasalahan yang
berkaitan dengan adanya 2 siswa muallaf dimana, siswa muallaf adalah seorang yang baru
berpindah agama, yang pasti mengalami sebuah perubahan besar dalam hidupnya. Jika manusia
dewasa yang menjadi muallaf saja masih membutuhkan bimbingan dalam agama barunya, lebihlebih anak yang yang masih belia, dan remaja awal, pasti sangat membutuhkan bimbingan,
dukungan serta motivasi dari orang-orang yang ada di sekitarnya.
Sehingga dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti serta mendalami bagaimana
pelaksanaan layanan bimbingan konseling pada bidang keagamaan yang dilakukan oleh guru BK
di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya ini kepada siswa nya yang muallaf. Berikut beberapa
pembahasannya.
Proses Konversi Agama Yang Dialami Oleh Siswa SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya
Henri Ronaldo, seorang siswa kelas IX A yang dikenal sebagai siswa yang baik. Sejak awal
masuk sekolah, dia masih beragama nasrani (Kristen) sampai kelas VIII. Dia dibesarkan di
sebuah keluarga Kristen semenjak kecil. Ayahnya adalah seorang dokter, sedangkan ibunya
adalah seorang ibu rumah tangga. Menurut hasil wawancara dengan Henri, dia menyatakan
bahwa yang pertama masuk Islam di keluarganya adalah ibunya. Akan tetapi saat ditanya, apa
latar belakang konversi agama yang dilakukan ibunya, Henri mengaku lupa, karena sudah sejak
lama kejadiannya. Kemudian saat ditanya, latar belakang konversi agama yang dilakukannya, dia
menyatakan bahwa konversi tersebut atas dasar keinginannya sendiri. Dia sempat bercerita,
bahwa sebelum resmi menyatakan diri ingin masuk Islam, dia sudah memiliki ketertarikan dengan
Islam, yaitu saat dia melihat teman-teman muslimnya melaksanakan sholat dhuhur berjama’ah di
mushollah sekolah. Kemudian menurut penuturan Bapak Oemar, sebelum masuk Islam, Henri
sudah pernah berkonsultasi dengan beliau. Kemudian, hingga akhirnya datang hidayah untuk
masuk Islam lewat sebuah mimpi. Pada suatu malam dia bermimpi melihat sesosok manusia
berjubah putih dan dengan bayangan hitam dibelakangnya, yang seolah-olah melambaikan tangan
kearahanya, kemudian saat dia terbangun dari tidur, itu tepat pada saat subuh. Mimpi tersebut
semakin menguatkan keinginannya, hingga dia pun memutuskan untuk masuk Islam. Kemudian
keesokan harinya dia menceritakan perihal mimpinya kepada ibunya, dan menyatakan
keinginannya untuk memeluk Islam. Akhirnya diapun resmi melakukan konversi agama di
sebuah masjid yang paling megah di Surabaya, yaitu Masjid Agung Surabaya (MAS) bersama
badan Direktorat Tarbiyah MAS yang memang memiliki program dalam hal konversi agama bagi
para masyarakat yang ingin memeluk agama islam.
Roby Firly, seorang siswa kelas IX C, berciri agak tertutup, bermata sipit dan santun. Dia
merupakan siswa mutasi dari Jakarta selatan, karena kepindahannya dari Jakarta bersama orang
tuanya. Dilihat dari namanya mungkin kita akan berfikir bahwa dia adalah seorang muslim, akan
tetapi tidak pada kenyataannya. Sejak kecil Roby adalah seorang pemeluk agama kriten. Sehingga
pendidikan agama yang di ikutinya adalah pendidikan agama Kristen. Akan tetapi pada akhir
30
31
Buku Panduan sekolah untuk Siswa
Buku Panduan sekolah untuk Siswa, hal 48
10
Umi Chaidaroh
tahun 2013 lalu, dia masuk Islam dengan latar belakang berikut. Sejak kecil beragama Kristen
sesuai dengan agama ibunya. Sedangkan ayahnya adalah seorang muslim. Dari wawancara peneliti
dengan bapak Oemar selaku guru BK. Beliau mengatakan bahwa dia dulu saat SD sudah pernah
ikut masuk Islam ayahnya. Akan tetapi selang beberapa waktu dia kembali mengikuti agama
ibunya, Kristen. 32
Kemudian pada pertengahan tahun 2013 lalu, kedua orang tuanya bercerai. Kini dia
diajak pindah ayahnya ke Surabaya. Menurut penuturan guru PAI dan juga guru BK, setelah
perceraian tersebut, akhirnya hak asuh berada ditangan ayahnya. Karena kepindahannya ke
Surabaya itulah, akhirnya dia pun dipindahmutasikan dari sekolahnya ke SMP Kemala
Bhayangkari 1 Surabaya. Dan sekarang ayahnya sudah menikah dengan seorang wanita yang juga
beragama Islam di Surabaya. Kini dia tinggal bersama keluarga barunya, yang semuanya beragama
Islam, dan akhirnya pada awal September 2013 lalu, dia kembali mengikuti jejak sang ayah,
menjadi pemeluk agama islam kembali. Yaitu dengan melakukan konversi agama, di kediamannya
yang sekarang, yaitu di daerah Giant Imer, Waru Sidoarjo bersama tokoh agama yang ada
disana. 33
Proses Layanan Bimbingan Keagamaan Bagi Siswa Muallaf Di SMP Kemala
Bhayangkari 1 Surabaya.
Pemberian layanan bimbingan keagamaan merupakan salah satu layanan yang ada dalam
layanan BK. Karena BK di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya menggunakan pola 19,
sehingga bidang layanan dapat meluas kebeberapa aspek, bukan hanya pada bidang sosial,
pribadi, belajar dan karir, akan tetapi dalam layanan di bidang keagamaan siswa juga. Di SMP
Kemala Bhayangkari 1 Surabaya layanan bimbingan keagamaan juga dapat dirasakan oleh siswa
yang baru masuk Islam (muallaf). Pada tahun ajaran ini, di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya
terdapat 2 siswa muallaf, mereka adalah Henri Ronaldo (Kelas IX A) dan Roby Firly (Kelas IX C).
Henri masuk Islam pada awal bulan Ramadhan 2013 lalu sekitar bulan agustus, sedangkan Roby
baru sekitar akhir bulan Desember. Sekitar di pertengahan semester 2 ini. Keduanya merupakan
siswa yang memiliki perbedaan latar belakang konversi. Sehingga pendekatan yang dilakukan pun
berbeda. Henri dinilai lebih memiliki keantusiasan yang lebih besar dibanding Roby. Karena bisa
disebabkan, Henri sudah lebih awal memeluk Islam, dibandingkan Roby.
Pemberian bimbingan keagamaan, dilakukan oleh Bapak Oemar sebagai Guru BK untuk
kelas IX. Menurut hasil wawancara dengan beliau, untuk bimbingan dan pemberian motivasi
dalam ruang BK hanya 3 kali, selebihnya bimbingan langsung dilapangan. Seperti saat akan
mengambil air wudhu, dan saat akan melakukan sholat. Selain bimbingan dari guru BK, ada
kerjasama antara guru BK dengan guru PAI, dan juga temannya. Guru BK tetap memberi
pengawasan dan perhatiannya kepada siswa muallaf ini, dengan meminta seorang teman yang
dianggap mampu membantu pengawasan dan juga mendampingi siswa muallaf tersebut. Seperti
mengajari beberapa do’a-do’a sehari-hari, mengajak sholat berjama’ah dan selanjutnya
melaporkan ke guru BK untuk perkembangannya.
Lebih jelasnya tahap-tahap yang dilakukan oleh guru BK adalah sebagai berikut:
1. Tahap Awal :
Pada tahap ini dilakukan pembinaan hubungan baik dengan siswa yang dibantu.
Kontak awal antara pembimbing dengan si terbimbing akan sangat mempengaruhi
wawancara konseling. Pada tahap awal ini yang perlu dilakukan adalah. :
a. Penataan ruangan/fisik/mencari tempat yang kondusif (Ruang BK).
b. Sambutan dan perhatian terhadap kehadiran klien (siswa muallaf).
c. Penjelasan maksud dan tujuan bimbingan/konseling.
d. Penjelasan peranan dan tanggung jawab masing-masing.
Wawancara bersama bapak Oemar selaku guru BK di sekolah SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya, pada hari
Selasa, 25 Maret 2014 di ruang BK, pukul 08.00-selesai
33 Wawancara bersama Roby Virly seorang siswa muallaf di sekolah SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya, pada hari
Kamis, 24 April 2014 di ruang BK, pukul 09.00-selesai
32
11
Umi Chaidaroh
2. Tahap Kegiatan :
Pada tahap ini guru BK dengan beragam ketrampilan wawancara konselingnya
berupaya untuk mendorong siswa ke arah pemahaman diri dan lingkungannya dalam
kaitannya dengan masalah yang sedang dihadapinya. Yakni, masalah kemuallafan yang sudah
dialaminya, serta menjelaskan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan agama barunya.
Selain tahapan kegiatan bimbingan atau konseling dalam ruangan, guru BK juga memberikan
bimbingan dan pendampingan pada saat di luar, seperti misal, saat akan berwudhu. Guru BK
memberikan bimbingan secara langsung.
3. Tahap Akhir
Tujuan tahap ini adalah agar siswa muallaf mampu menciptakan tindakan dan
merencanakan, melakukan sesuatu tindakan sesuai dengan kesepakatan dan pemahaman
selama proses wawancara konseling berlangsung. Pada tahap ini perlu pula digali kesan
siswa/klien selama proses wawancara berlangsung.
Teknik-Teknik Bimbingan Konseling Yang Digunakan.
Secara umum dalam wawancara konseling dikenal tiga teknik atau pendekatan khusus,
yaitu : a) Direktif Konseling, b) Non Direktif Konseling, c) Eklektik Konseling. Dan disini yang
digunakan oleh bapak Oemar adalah direktif konseling, yaitu teknik yang dicetuskan oleh
Edmond G. Williamson. Dengan teknik ini, proses konseling kebanyakan berada ditangan
konselor. 34 Dengan kata lain konselor lebih banyak mengambil inisiatif sedangkan klien tinggal
menerima apa yang dikemukakan oleh konselor. Dengan begitu, siswa muallaf akan dapat
mengerti apa yang seharunya dilakukan dan dijauhi. Sehingga karakter beragama yang ada dalam
ajaran Islam, semakin dapat ditumbuhkan karena pembiasaan yang ada di sekolah pula, dimana
sekolah merupakan salah satu lingkup wilayah atau lingkungan luar rumah yang bisa
mempengaruhi perkembangan siswa.
Untuk masalah atau problematika tidak begitu menjadi sebuah kekhawatiran, karena
mereka sudah cukup dewasa untuk mengerti keadaan mereka. Sehingga problem tidak begitu
terlihat. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Oemar:
“Alhamdulillah, pelaksanaan bimbingan ini, tidak mengalami kendala ataupun kesulitan,
karena pribadi siswa yang percaya diri, dan juga teman-teman yang sudah memahami
keadaan mereka, lalu disamping itu, orang tua mereka pun memberi dukungan penuh,
sehingga, hanya harus sering diberi perhatian dan pengawasan serta motivasi dan
pengertian yang baik, karena orang tua merekapun berharap, pihak sekolah, khususnya
guru BK dan begitu pula untuk guru PAI nya, untuk selalu membimbingnya, karena
kekhawatiran dirasakan oleh orang tua terhadap anaknya yang memang masih dalam usia
muda yang masih labil dalam pemikirannya. 35
Akan tetapi, untuk Roby, menurut hasil wawancara dengan Ibu Faizah sebagai guru PAI,
beliau menuturkan bahwa Roby masih perlu untuk dibimbing secara intens. Karena terbukti saat
ditanya tentang pelajaran agama, dia belum mampu menjawab dengan baik. Hal itu mungkin bisa
disebabkan karena, dia baru beberapa bulan masuk Islam, dan masih sangat minim intensitas
belajar agamanya, karena dari penuturan bapak Oemar, Roby tidak mendapat pembelajaran
intensif dari seorang ustadz, jadi pembelajaran agama hanya didapat dari sekolah dan juga
ayahnya, yang kadang kala disibukkan dengan pekerjaan di kantor.
Yang mendukung jalannya bimbingan ini, yaitu adanya kerjasama antara Guru BK, guru
PAI, dan juga wali kelas. Sehingga perhatiannya tidak hanya dari satu orang saja, melainkan, juga
dari pihak-pihak yang mempunyai hak dan kewajiban mendidik dan membimbingnya. Selain dari
pihak sekolah, satu hal yang terpenting dalam pelaksaan bimbingan ini adalah dukungan dari
orang tua siswa. Hal ini terbukti dengan kedatangan orang tua siswa kepada guru BK dan
Sesuai hasil wawancara dengan Bapak Oemar, Guru BK SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya, pada hari Kamis,
20 Maret 2014, di ruang BK.
35 Wawancara bersama bapak Oemar selaku guru BK di sekolah SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya, pada hari
Selasa, 25 Maret 2014 di ruang BK, pukul 08.00-selesai
34
12
Umi Chaidaroh
menyatakan harapan-harapannya kepada Guru BK. Kemudian selain adanya bimbingan
keagamaan, di SMP Kemala Bhayangakri 1 Surabaya ini, juga memiliki beberapa kegiatan rutin
yang menjadi program sekolah, yang bertujuan mendidik dan menumbuhkan karakter beragama
yang baik, seperti:
a. Do’a bersama
b. Bimbingan kerohanian
c. Sholat dhuha
d. Istighosah
e. Membaca Yasin bersama
f. Sholat dhuhur berjama’ah.
Penutup
Pelaksanaan bimbingan ini dilakukan selama 3 kali tatap muka, selebihnya bimbingan dan
pendampingan langsung kepada siswa muallaf, yaitu setiap kali akan melaksanakan ibadah
tertentu, seperti sholat berjama’ah, wudhu dan mengaji. Selain bimbingan dari guru BK, ada
kerjasama antara guru BK dengan guru PAI, dan juga temannya. Guru BK tetap memberi
pengawasan dan perhatiannya kepada siswa muallaf ini, dengan meminta seorang teman yang
dianggap mampu membantu pengawasan dan juga mendampingi siswa muallaf tersebut.
Dan tahap-tahap yang dilakukan dalam konseling adalah mulai tahap pertama, meliputi:
Penataan ruangan/fisik/mencari tempat yang kondusif (Ruang BK). Sambutan dan perhatian
terhadap kehadiran klien (siswa muallaf). Penjelasan maksud dan tujuan bimbingan/konseling.
Penjelasan peranan dan tanggung jawab masing-masing.
Tahap inti, yaitu pelaksanaan konseling kepada siswa. Kemudian tahap terakhir, yang
meliputi penciptaaan tindakan dan perencanaan tentang apa yang seharusnya siswa lakukan yang
sesuai dengan kesepakatan dan pemahaman selama proses wawancara konseling berlangsung.
Pada tahap ini perlu pula digali kesan siswa/klien selama proses wawancara berlangsung
Yang mendukung jalannya bimbingan ini, yaitu adanya kerjasama antara Guru BK, guru
PAI, dan juga wali kelas, dan terutma adanya dukungan penuh dari orang tua siswa. Kemudian
selain adanya bimbingan keagamaan, di SMP Kemala Bhayangakri 1 Surabaya ini, juga memiliki
beberapa kegiatan rutin yang menjadi program sekolah, yang bertujuan mendidik dan
menumbuhkan karakter beragama yang baik, seperti: Do’a bersama, Bimbingan kerohanian,
Sholat dhuha, Istighosah, Membaca Yasin bersama dan Sholat dhuhur berjama’ah.
Hasil dari adanya bimbingan keagamaan bagi siswa muallaf adalah adanya perubahan
sikap. Yang semula masih agak canggung dan sungkan untuk menjalankan keislamannya,
sekarang mulai ada perubahan, seperti Henry, dia sekarang sudah terbiasa menjalankan sholat
lima waktu tanpa harus diingatkan, semakin tertarik untuk belajar Islam, dengan cara bertanya
kepada guru PAI maupun ke guru BK. Dan menurut penuturannya, jika di rumah dia mengaji
bersama ibunya. Begitu pula Robby dia meskipun di awal masih merasa sulit, tapi dia sudah
berusaha untuk belajar sholat lima waktu, dan mengaji. Dan peneliti sendiri menganjurkan dia
untuk mengambil guru privat untuk mengaji, karena rumahnya jauh dari TPQ (Taman
Pendidikan Al-Qur’an)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Perbandingan Agama, Jakarta: PT Rineka C ipta, 1991
Anwar, Desy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya:Amelia Surabaya, 2003
Arifin, H.M., Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Bulan
Bintang, 1976
Azra, Azyumardi, dkk, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Icthiar Baru Van Hoeve, 2005.
Al-Qur’an Al-Karim Terjemah Bahasa Indonesia, Kudus:Menara Kudus, 2006.
Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga, 2001.
Dep. Ag RI, Al-Quran Al-karim dan terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1978..
Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
13
Umi Chaidaroh
Musnamar, Thohari, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, Yogya: UII
Press, 1992.
Nasution, Harun (Eds). Ensiklopedi Islam di Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Depag, 1993.
Poerwadarminata, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997.
Puspito, Hendro O.C., Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1983.
Salahudin, Anas, Bimbingan dan Konseling, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010
Sudarsono, Kamus Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.
Tafsir, Ahmad, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,
2012.
Tohirin, M.Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) edisi revisi,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013.
Yusuf, Syamsu, Psikologi Belajar Agama ( perspektif agama Islam ). (Bandung: Pustaka Bani
Quraisy, 2005.
Buku panduan SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya.
Sumber Internet
http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertian-karakter.html. Diakses pada tanggal
12/03/14 pukul 08:28 WIB
http://fahrudinejad.blogspot.com/2013/02/masuk-atau-pindah-agama.html,
diakses
pada tangaal 31 Maret 2014, pukul 21:28
http://mail.lebaran.com/senandung/item/497-pengertian-muallaf.html, diakses pada
tanggal 31 Maret 2014, pukul 22:02
file:///c:/users/ayda/downloads/lahirnya%20bk%20pola%2017%20plus%20%20bimbingan%20konseling%20sekolah.htm diakses pada tanggal 30 maret
2014, pukul 10:52
http://www.salaf.web.id/925/orangtua-sebab-sang-anak-berada-pada-suatu-agama-alustadz-abulfaruq-ayip-syafrudin.htm. Diakses pada tanggal 05/03/2014. Pukul
04:59 WIB.
14
Download