Umi Chaidaroh LAYANAN BIMBINGAN KEAGAMAAN DALAM MENUMBUHKAN KARAKTER BERAGAMA BAGI SISWA MUALLAF Umi Chaidaroh UNWAHA, Tambakberas, Jombang [email protected] ABSTRAK Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dalam program pendidikan. Pelaksanaan layanan yang diberikan memiliki kekhasan yaitu disesuaikan dengan tugas konselor sesuai jenjang pendidikan dalam jalur pendidikan. SMP Kemala Bhanyangkari 1 Surabaya merupakan contoh sekolah swasta yang mengembangkan sekolah tersebut menjadi sebuah lembaga pendidikan yang mengoptimalkan fungsi sekolah, selain menjadi tempat belajar, akan tetapi menjadi tempat pembentukan karakter beragama yang diusahakan dalam pengadaan beberapa program-program sekolah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling keagamaan bagi siswa muallaf (2) faktor pendukung dan penghambat terhadap pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling keagamaan bagi siswa muallaf, (3) hasil dari adanya layanan bimbingan keagamaan bagi siswa muallaf. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, jenis studi kasus.Teknik pengumpulan data: (1) wawancara mendalam, (2) observasi, (3) studi dokumentasi. Data yang diperoleh dideskripsikan, dimaknai, dikategorisasikan dan dibuat koneksitas antar data yang telah ditemukan. Keabsahan data diuji dengan, (1) kecukupan referensial, dan (2) triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan layanan Bimbingan keagamaan bagi siswa muallaf di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya menggunakan tehnik direct counseling. Faktor yang mendukung pelaksanaan bimbingan ini adalah, dukungan dari kepala sekolah, orang tua siswa, guru BK, semua pihak sekolah, adanya ruang BK, dan juga kegiatan-kegiatan diluar jam. Hasil yang diperoleh, siswa muallaf lebih merasa percaya diri dan selalu berusaha untuk melaksanakan ajaranajaran agama Islam dengan sebaik mungkin. Key Word: Layanan Bimbingan Beragama, Karakter Beragama, Siswa Muallaf. Pendahuluan Keinginan kepada hidup beragama adalah salah satu dari sifat-sifat yang asli pada manusia. Itu adalah naluri, garizah, fitrah, dan kecenderungannya yang telah menjadi pembawaannya, dan bukan sesuatu yang dibuat-buat atau sesuatu keinginan yang datang kemudian, lantaran pengaruhnya dari luar. Sama halnya dengan keinginannya kepada makan dan minum, berketurunan, memiliki harta benda berkuasa dan bergaul dengan sesama manusia. Dengan demikian, maka manusia ini pada dasarnya memanglah makhluk yang religius, yang sangat cenderung kepada hidup beragama itu adalah panggilan hati nuraninnya. Sebab itu andaikan Tuhan tidak mengutus rasul-rasulNya untuk menyampaikan agama-Nya kepada manusia ini, namun mereka akan berusaha dengan ikhtiarnya sendiri untuk mencari agama itu sebagaimana ia berikhtiar untuk mencari makanan diwaktu ia merasa lapar. Dan memang sejarah kehidupan manusia telah membuktikan bahwa mereka dengan ikhtiar sendiri telah menciptakan agamanya, yaitu yang kita sebut agama-agama ardhiyah. Hidup beragama adalah sesuai dengan fitrah manusia, adalah tuntutan hati nurani mereka. Sebab itu, 1 Umi Chaidaroh orang-orang yang mengingkari agama adalah membohongi hati nuraninya sendiri. Hal ini dibuktikan oleh banyak peristiwa-peristiwa dimana orang-orang yang anti agama, atau tidak percaya kepada adanya Tuhan, pada saat-saat mereka mengalami kesulitan atau diwaktu mereka hampir mati, lalu menyebut-nyebut nama Tuhan. 1 Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah swt. adalah dia dianugerahi fitrah atau potensi untuk mengimani Allah swt. dan mengamalkan ajaran-Nya. Karena fitrah inilah kemudian manusia dijuluki homo religius , makhluk beragama. Fitrah beragama ini merupakan disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung kemungkinan atau peluang untuk berkembang. Namun, mengenai arah dan kualitas perkembangannya sangat bergantung pada proses pendidikan yang diterimannya (faktor lingkungan). Hal ini sebagaimana telah dinyatakan oleh nabi Muhammad saw., dalam satu hadistnya, yaitu dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda : ْ ﻠﻰ ْﺍﻟ ِﻔ َﻛ َﻤﺎ ﺗ ُ ْﻨﺘِ ُﺞ ْﺍﻟﺒَ ِﻬ ْﻴ َﻤﺔُ ﺑَ ِﻬ ْﻴ َﻤﺔً َﺟ ْﻤﻌَﺎ َء ﻫ َْﻞ،ﺴﺎﻧِ ِﻪ ّ ِ ﻓَﺄَﺑَ َﻮﺍﻩُ ﻳُ َﻬ ّ ِﻮﺩَﺍﻧِ ِﻪ ﺃَ ْﻭ ﻳُﻨ،ِﻄ َﺮﺓ َ َُﻣﺎ ِﻣ ْﻦ َﻣ ُﻮﻟُﻮ ٍﺩ ِﺇﻻﱠ ﻳ ُْﻮﻟَﺪ َ َﺼ َﺮﺍﻧِ ِﻪ ﺃَ ْﻭ ﻳُ َﻤ ِ ّﺠ َ ﻋ ُ ْ ْ ﻋﺎ َء؟ ﺗ ِﺤ ﱡ َ ﺴﻮﻥَ ﻓِ ْﻴ َﻬﺎ ِﻣﻦ َﺟﺪ Artinya: “ Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?” Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Malik rahimahullahu dalam Al-Muwaththa` (no. 507); Al-Imam Ahmad rahimahullahu dalam Musnad-nya (no. 8.739); Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam Kitabul Jana`iz (no. 1358, 1359, 1385), Kitabut Tafsir (no. 4775), Kitabul Qadar (no. 6599); Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam Kitabul Qadar (no. 2658). 2 Hadits ini mengisyaratkan bahwa faktor lingkungan ( terutama orang tua) sangat berperan dalam mempengaruhi perkembangan fitrah beragama anak. Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah dan pengaktualisasiannya melalui peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat hablumminallah maupun hablumminannas. Keimanan kepada Allah dan aktualisasinya dalam ibadah merupakan hasil dari internalisasi, yaitu proses pengenalan, pemahaman dan kesadaran pada diri seseorang terhadap nilai-nilai agama yang sudah diyakini. Proses ini terbentuk dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal (fitrah, potensi beragama) dan eksternal (lingkungan). 3 Keyakinan bahwa manusia mempunyai fitrah beragama atau keyakinan kepada Tuhan merujuk kepada firman Allah, sebagai berikut: P1F P2F “Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman ), Bukankah Aku Ini Tuhanmu ? mereka menjawab “Betul (engkau Tuhan kami ), kami menjadi saksi “. (kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat, kamu tidak mengatakan “ sesungguhnya kami ( bani adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini ( keesaan Tuhan). “ 4 (QS. Al- A’raf [7] :172) Fenomena religius sosial yang amat menarik untuk dipelajari adalah fenomena masuk agama atau pindah agama. Pengertian masuk agama bagi bangsa Indonesia sudah tidak asing lagi. P3F P Abu Ahmadi. Perbandingan Agama (Jakarta: PT Rineka C ipta, 1991). hal 16 http://www.salaf.web.id/925/orangtua-sebab-sang-anak-berada-pada-suatu-agama-al-ustadz-abulfaruq-ayipsyafrudin.htm. Diakses pada tanggal 05/03/2014. Pukul 04:59 WIB 3 Syamsu Yusuf. Psikologi Belajar Agama ( perspektif agama Islam ). (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), hal 32 4 Al-qur’an al-karim, surat Al-a’raf (7;172) hal. 173 1 2 2 Umi Chaidaroh Gambaran yang terbayang ialah ada orang yang dulunya belum beragama sama sekali kemudian menerima suatu agama, atau seseorang yang sudah memeluk agama tertentu kemudian pindah ke agama lain. Dalam gambaran yang kedua dalam kata “masuk agama” sama artinya dengan pindah agama. Kata latin “conversio” lebih tepat untuk menampung arti kata masuk agama dan berpindah agama. Kata Inggris “conversion” dapat diartikan sama seperti diatas. 5 Masalah masuk atau pindah agama menjadi masalah yang menarik karena hal itu menyangkut perubahan batin yang mendasar dari orang atau kelompok yang bersangkutan. Yang jelas ialah bahwa kata conversio dan conversion mempunyai arti lebih luas , seperti berbalik, bertobat, berubah, masuk kedalam biara (agama). Kata latin initiatio yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia inisiasi, dapat diberi arti juga masuk agama. Tetapi kata inisiasi lebih menitik beratkan pada titik upacara penerimaan resmi seorang anggota baru kedalam suatu kumpulan keagamaan. Misalnya orang yang mau masuk agama katolik harus diterima dengan upacara pembaptisan, setelah melewati tahap katekumenat dan tahap calon baptis yang masing-masing dengan upacara tersendiri. Seseorang yang mau masuk Islam diterima pada waktu ia mengucapkan syahadat Islam. Demikian pula kalau orang masuk agama budha dan agama lain. Jadi inisisasi termasuk liturgi, baik agama adat maupun resmi. 6 Dari segi bahasa, muallaf berasal dari kata allafa yang bermakna jinak, takluk, luluh, dan ramah. Ini memiliki makna secara luas adalah orang yang ditaklukkan hatinya, tentu saja dengan cara halus dengan mengambil simpati seperti memberikan sesuatu atau berbuat baik, bukan dengan kekerasan seperti perang atau paksaan. Namun pengertian secara terminologis, beberapa ulama memiliki pendapat yang berbeda mengenai muallaf. Di antaranya: 1. Orang yang hidup pada masa awal Islam dan telah masuk Islam. 2. Orang yang baru masuk Islam dan diberi zakat walaupun orang tersebut kaya. 3. Orang-orang Arab dan non-Arab dimana Nabi meluluhkan hati mereka dengan pemberian atau zakat. 4. Orang-orang yang diluluhkan hatinya agar condong ke Islam dan memelihara keislamannya. Namun merujuk ke berbagai sumber, muallaf dapat dikategorikan secara umum adalah orang non-muslim yang mempunyai harapan masuk agama Islam atau orang yang baru masuk agama Islam. Muallaf memiliki hak yang berbeda dengan muslim pada umumnya. Surah AtTaubah ayat 60 menjelaskan: Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berutang, untuk yang berada di jalan Allah dan untuk orang yang sedang di dalam perjalanan sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” 7 (QS. Al-Taubah [9]: 60) P6F P Secara umum muallaf berarti orang yang baru masuk Islam dan masih lemah imannya. Muallaf adalah orang yang pengetahuan agama Islamnya masih kurang, sebab ia http://fahrudinejad.blogspot.com/2013/02/masuk-atau-pindah-agama.html, diakses pada tangaal 31 Maret 2014, pukul 21:28 6 Ibid, hal 78-79 7 http://mail.lebaran.com/senandung/item/497-pengertian-muallaf.html, diakses pada tanggal 31 Maret 2014, pukul 22:02 5 3 Umi Chaidaroh baru masuk Islam. Ia menjalani perubahan keyakinan yang hal itu berpengaruh pada kurangnya pengetahuan mengenai ajaran agama Islam. 8 Makna bimbingan pengembangan kehidupan beragama adalah bantuan yang diberikan pembimbing kepada terbimbing/peserta didik agar mereka mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang berkenaan dengan kehidupan beragama. Melalui layanan bimbingan dan konseling, para peserta didik dibantu mencarikan alternatif bagi pemecahan masalah-masalah yang berkenaan dengan kehidupan beragama. 9 Tujuan layanan bimbingan dan konseling bidang kehidupan beragama adalah agar peserta didik memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang ajaran agamanya. Dengan perkataan lain dapat memecahkan berbagai problem yang berkaitan dengan kehidupan beragama yang dihadapi individu baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat. Layanan bimbingan dalam bidang beragama sangat dibutuhkan oleh peserta didik yang mulai berkembang rasa keinginan tahuannya akan agama yang telah di peluknya. Layanan bimbingan dan konseling berkenaan dengan bidang pengembangan kehidupan beragama adalah pertama, informasi. Layanan informasi untuk bidang pengembangan kehidupan beragama mencakup: (a) informasi tentang suasana kehidupan beragama, (b) upacara-upara ritual keagamaan, (c) tempat-tempat ibadah seperti masjid, mushala, gereja, wihara, dan lain-lain, (d) hari-hari besar keagamaan, dan lain-lain. Kedua, orientasi. Layanan orientasi untuk bidang pengembangan kehidupan beragama mencakup: (a) suasana keagamaan, (b)lembaga dan objek keagamaan, (c) upacara ritual keagamaan, (d) sarana ibadah keagamaan, (e) situs agama tertentu, (f) peninggalanpeninggalan keagamaan tertentu, dan lain sebagainya. 10 Dalam upaya membantu peserta didik dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan beragama, salah satunya adalah membantu peserta didik yang baru berpindah keyakinan. Hal tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang bisa saja terjadi dan dialami oleh peserta didik di semua lembaga pendidikan, termasuk sekolah. Sehingga sebagai konselor sekolah, sudah menjadi sebuah tannggung jawab, untuk dapat mengambil peran yang sangat urgen. Dalam realita, siswa muallaf pasti akan tertinggal materi keagamaan, sehingga untuk mengatasi masalah tersebut, guru BK/konselor sekolah melakukan layanan bimbingan keagamaan bagi mereka. Hal ini wajar sebab ia baru mengenal Islam dan perlu memahami agama Islam secara mendalam dan intensif. Fenomena yang terjadi di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya adalah terdapat 2 siswa muallaf yang duduk dikelas IX yang dulunya beragama Kristen dan adanya konversi agama, jadi dia berpindah ke agama Islam (muallaf). Siswa ini berpindah keyakinan agama karena mengikuti orang tuanya yang berpindah agama Islam juga. Proses konversi agamanya dengan cara mengucapkan syahadat yang diselenggarakan oleh ta’mir masjid di lingkungan rumahnya. Bertepatan guru konselor di sekolah tersebut juga seorang muslim, maka tugas sebagai pembimbing dalam bidang keagamaan dirasa sangat sesuai. Seperti yang beliau sampaikan, pada suatu kesempatan berbincang tentang hal itu: “saya bimbing dia, sebagai anak yang baru memasuki dunia baru, saya berusaha mendekatinya dengan pelan-pelan, pernah saya Tanya,”nak, dalam gerakan sholat, do’a apa yang sudah kamu bisa?”, X menjawab: “bismillah,,pak”. Lalu beliaupun menjawab dengan senyuman:”iya,,bagus,, bacalah apa yang apa kamu bias dulu, nanti kita kan belajar bersama,, ”ucapnya menenangkan. 1. Dengan adanya gambaran singkat dan percakapan peneliti dengan konselor sekolah terkait kegiatan layanan bimbingan keagamaan ini, menjadikan peneliti tertarik untuk Harun Nasution (Eds). Ensiklopedi Islam di Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Depag, 1993), hal 744 Ibid, hal.135 10 Ibid, hal.136 8 9 4 Umi Chaidaroh melakukan penelitian tentang pelaksanaan layanan bimbingan keagamaan dalam menumbuhkan karakter beragama bagi siswa muallaf di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk : mengetahui pelaksanaan layanan bimbingan keagamaan dalam menumbuhkan karakter beragama bagi siswa muallaf di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. Mengetahui faktor pendukung pelaksanaan layanan bimbingan keagamaan dalam menumbuhkan karakter beragama bagi siswa muallaf di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. Mengetahui hasil dari adanya pelaksaan layanan bimbingan keagamaan dalam menumbuhkan karakter beragama bagi siswa muallaf di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. Tinjauan tentang Bimbingan Beragama. Layanan bimbingan beragama merupakan salah satu bidang pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Sejak tahun 1993 penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) memperoleh perbendaharaan istilah baru yaitu BK Pola-17. Hal ini memberi warna tersendiri bagi arah bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung BK di jajaran pendidikan dasar dan menengah. Pada Abad ke-21, BK Pola 17 itu berkembang menjadi BK Pola-17 Plus. Kegiatan BK ini mengacu pada sasaran pelayanan yang lebih luas, diantaranya mencakup semua masyarakat. 11 Bidang pengembangan kehidupan beragama merupakan salah satu jenis bidang dari BK pola-17 plus. Bidang pengembangan kehidupan beragama merupakan tambahan bidang hasil pengembangan dari BK pola 17 plus. Dengan adanya pengembangan layanan ini, maka layanan bimbingan dalam bidang pengembangan kehidupan beragama secara otomatis menjadi bidang tugas konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya pelayanan BK di sekolah. Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri karena bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari system pendidikan. Pada undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudipekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 12 Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling yakni sebagai upaya membentuk perkembangan kepribadian siswa secara optimal- secara umum, layanan bimbingan dan konseling di sekolah harus dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia. Upaya bimbingan dan konseling memungkinkan siswa mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkannya di masa depan. Secara lebih khusus, kawasan bimbingan dan konseling yang mencakup seluruh upaya tersebut meliputi bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, bingan karir, dan dalam perkembangannya juga dalam bimbingan kehidupan beragama dan berkeluarga. Tujuan bimbingan kehidupan beragama yang berpijak pada asumsi dasar bahwa nilai-nilai keagamaan yang ada pada jiwa seseorang itu tidak selamanya stabil, bisa meningkat, menurun bahkan hilang sama sekali. Untuk senantiasa menjaga keimanan yang terdapat dalam jiwa seseorang yang dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ada, maka diperlukan adanya bimbingan kehidupan beragama, sebagaimana yang dijelaskan oleh HM. Arifin sebagai berikut: Bimbingan kehidupan beragama bertujuan untuk membantu memecahkan problem seseorang dengan melalui keimanan menurut agamanya. Dengan menggunakan pendekatan file:///c:/users/ayda/downloads/lahirnya%20bk%20pola%2017%20plus%20%20bimbingan%20konseling%20sekolah.htm diakses pada tanggal 30 maret 2014, pukul 10:52 12 Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hal 22 11 5 Umi Chaidaroh keagamaan dalam konseling tersebut, klien diberi instink (kesadaran akan adanya hubungan sebab akibat rangkaian problem-problem yang dialami) dalam pribadinya yang dihubungkan dengan nilai-nilai keimanan yang mungkin pada saat itu lenyap dari dalam jiwa klien. 13 Menurut Prof. DR. Thohari Musnamar tujuan bimbingan dan konseling agama adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan demikian secara singkat tujuan bimbingan konseling Islam adalah: Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Secara khusus, hubungannya dengan siswa adalah, membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Serta, membantu individu memelihara dan mengembanngkan situasi dan kondisi yang baik atau lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah baginya, dan orang lain. 14 Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan, karena melihat pada fokus bimbingan dalam bidang kehidupan beragama, maka tujuan layanan bimbingan dan konseling bidang kehidupan beragama adalah agar siswa memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang ajaran agamanya. Dengan perkataan lain dapat memecahkan berbagai problem yang berkaitan dengan kehidupan beragama yang dihadapi individu baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat. 15 Tujuan bimbingan kehidupan beragama yang berpijak pada asumsi dasar bahwa nilai-nilai keagamaan yang ada pada jiwa seseorang itu tidak selamanya stabil, bisa meningkat, menurun bahkan hilang sama sekali. Untuk senantiasa menjaga keimanan yang terdapat dalam jiwa seseorang yang dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ada, maka diperlukan adanya bimbingan kehidupan beragama, sebagaimana yang dijelaskan oleh HM. Arifin sebagai berikut: Bimbingan kehidupan beragama bertujuan untuk membantu memecahkan problem seseorang dengan melalui keimanan menurut agamanya. Dengan menggunakan pendekatan keagamaan dalam konseling tersebut, klien diberi instink (kesadaran akan adanya hubungan sebab akibat rangkaian problem-problem yang dialami) dalam pribadinya yang dihubungkan dengan nilai-nilai keimanan yang mungkin pada saat itu lenyap dari dalam jiwa klien. 16 Dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah, ada beberapa prinsip yang. perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut dijadikan pedoman dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Maknanya apabila bimbingan dan konseling dilaksanakan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, berarti bukan bimbingan dan konseling dalam arti yang sebenarnya. 17 Peran konselor dalam bimbingan dan konseling di sekolah, termasuk dalam bimbingan kehidupan beragama sangatlah penting, selain sebagai guru pembimbing, seorang konselor kadang kala harus bisa memposisikan dirinya sebagai teman, orang tua dan kadang saudara. Sehingga ketrampilan dalam berkomunikasi dengan klien pun sangat diharuskan. Selain itu konselor merupakan seseorang yang memiliki wewenang untuk memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan dan masalah yang tidak bisa diatasi tanpa bantuan orang lain, dalam arti seseorang yang berkewajiban membantu individu atau kelompok individu yang mengalami kesulitan baik berkenaan dengan proses belajar yang dialami maupun kesulitankesulitan pribadi yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu tersebut. Mengingat tugas menjadi pembimbing baik disekolah, maupun masyarakat maupun juga didalam lembaga itu tidak mudah, untuk itu seorang konselor dituntut untuk memiliki syaratH.M. Arifin, Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal 47 Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogya: UII Press, 1992), hal 34 15 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (berbasis integrasi) edisi revisi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hal 135 16 H.M. Arifin, Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal 47 17 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah(berbasis integrasi) edisi revisi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hal 63 13 14 6 Umi Chaidaroh syarat mental pribadi yang khusus, terutama pembimbing agama. Beberapa aspek pengembangan kehidupan beragama yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah adalah suasana lembaga dan objek keagamaan seperti upacara ritual keagamaan, sarana ibadah keagamaan, situs, dan peninggalan keagamaan. 18 Tinjauan Karakter beragama Sebelum menjelaskan pengertian dari karater beragama, ada baiknya pembahasannya ini diarahkan pada masalah pertama yaitu pengertian karakter dan beragama. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memudahkan pemahaman tentang pengertian karakter beragama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, etika atau budi pekerti yang membedakan individu dengan yang lain. Karakter bisa diartikan tabi’at, perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan (kebiasaan). Karakter juga diartikan watak atau sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku. 19 Bila ditelusuri asal karakter dari bahasa latin “Kharakter”, “khrassein”,”kharax”, dalam bahasa Inggris :”character” dan bahasa Indonesia “karakter”, sedangkan dalam bahasa Yunani, character dari “Charrasein” yang berarti membuat tajam, membuat dalam. 20 Alwisol menjelaskan pengertian karakter sebagai penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian karena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditujukan kelingkungan sosial, keduanya relatif permanen serta menuntun, mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas individu. 21 Dalam kamus konseling disebutkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya: kejujuran seseorang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relative tetap;totalitas dari kemungkinan dari kemungkinan relasi emosional, volutional atau kehendak. 22 Selanjutnya, karakter digabungkan dengan kata beragama. Maka perlu memahami apa makna dari kata beragama. Beragama berasal dari kata dasar agama, dengan tambahan ber yang berarti menganut (memeluk) agama;beribadat;taat kepada agama;baik hidupnya(menurut agama);sangat memuja-muja, gemar sekali kepada;mementingkan. 23 Melihat pada kata aslinya, yang berawal dari kata “Agama”, yang menurut kebahasaan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa sanksekerta yang artinya “tidak kacau”. Agama diambil dari dua suku kata, yaitu a yang berarti “tidak” dan gama yang berarti “kacau”. Hal itu mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau. Menurut inti maknanya yang khusus, kata agama dapat disamakan dengan kata religion dalam bahasa Inggris, religie dalam bahasa Belanda, keduanya berasal dari bahasa latin, religio, dari akar kata religare yang berarti mengikat. 24 Jadi dari pembahasan tentang pengertian karakter yang diidentikkan dengan kebiasaan, kemudian pembahasan tentang beragama yang berari memeluk agama atau mempercayai suatu agama, sehingga sudah mendarah mendaging, hinga disamakan dengan akhlak. Sehingga karakter beragama disini diartikan dengan berakhlak sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Dari beberapa pengertian karakter dan pengertian beragama, dapat disimpulkan bahwa, karakter sangat identik dengan akhlak, sehingga karakter dapat diartikan sebagai perwujudan dari nilai-nilai perilaku manusia yang universal serta meliputi seluruh aktivitas manusia, baik hubungan antar manusia dengan tuhan (hablumminallah), hubungan manusia dengan manusia (hablumminannas) serta hubungan manusia dengan lingkungannya. 18 Ibid, hal 135 Poerwadarminata, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), 20 20 Ahmad Tafsir, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2012), Hal 11 21 http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertian-karakter.html. Diakses pada tanggal 12/03/14 pukul 08:28 WIB 22 Sudarsono, Kamus Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hal 119 23 Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya:Amelia Surabaya, 2003), hal 18 24 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal 13 19 7 Umi Chaidaroh Nilai-nilai tersebut dirumuskan oleh Kemendiknas (2010) sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Kosim (tth.89-90), yaitu ada 18 nilai sebagaimana berikut: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung Jawab. Tinjauan Tentang Siswa muallaf Artinya: “sesugguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana ” 25 (QS. At-Taubah (9), ayat 60) P24F P Kata muallaf hanya disebut satu kali dalam Al-Qur’an surat At-Taubah (9), ayat 60 diatas, yaitu al-muallafat qulubuhum (orang yang dijinakkan hatinya), ketika Allah swt. Menerangkan delapan golongan penerima zakat. Secara popular dalam masyarakat Indonesia, istilah “muallaf” biasanya dipahami sebagi “orang yang baru masuk “islam” atau yang memiliki pengetahuan minimal tentang Islam”. 26 Siswa berarti pelajar, kemudian di gabungkan kan dengan kata muallaf, sehingga menjadi siswa muallaf, ini berarti siswa yang baru masuk Islam dan masih lemah imannya. Siswa muallaf adalah siswa yang pengetahuan agama Islamnya masih kurang, sebab ia baru masuk Islam. Ia menjalani perubahan keyakinan yang hal itu berpengaruh pada kurangnya pengetahuan mengenai ajaran pendidikan agama Islam. 27 Dalam membicarakan masalah muallaf tidak dapat dipisahkan dengan adanya proses konversi. Max Heirich sebagaimana yang dikutip oleh Hendropuspito mendefinisikan konversi sebagai suatu tindakan dengan nama seseorang atau kelompok mengadakan perubahan yang mendalam mengenai pengalaman dan tingkat keterlibatan dalam agamanya ke tingkat yang lebih tinggi. 28 Dunia muallaf adalah fenomena psikologis yang mengandung bermacam gejolak batin, disebabkan karena dalam pribadinya muncul berbagai konflik baik yang berhubungan dengan keluarga, masyarakat atau keyakinan yang pernah dianutnya. Kalau dilihat dari latar belakang proses perpindahan agamanya (konversi), banyak terjadi dalam hidup terutama apabila orang mengalami kesusahan, ada yang terjadi dalam sekejap mata atau berangsur-angsur. Sehingga dari sini dapat dimaklumi bahwa penghayatan terhadap agama masih labil, sebagai dampaknya motivasi untuk pengembangan keimanannya juga kurang adanya kemampuan untuk menerima agama Islam secara konsisten. Allah swt. telah berfirman dalam QS Fushshilat ayat 54 sebagai berikut: P25F P P26F P27F P Artinya: “Ingatlah bahwa Sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. ingatlah bahwa Sesungguhnya dia Maha meliputi segala sesuatu.” 29 (QS. Fushshilat [41]: 54) P28F P Disamping itu perasaan yang kurang yakin tersebut sering muncul apabila masuk Islamnya tidak timbul dari keikhlasannya sendiri, padahal muallaf yang berlatar belakang demikian Ibid, hal 196 Azyumardi Azra dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Icthiar Baru Van Hoeve, 2005), hal 48 27 Harun Nasution (Eds). Ensiklopedi Islam di Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Depag, 1993), hal 744 28 Hendro Puspito O.C., Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), hal 79 29Dep. Ag RI, Al-Quran Al-karim dan terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1978) 25 26 8 Umi Chaidaroh sangat banyak. Para ahli psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong terjadinya konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern maupun ekstern. Faktor-faktor tersebut apabila mempengaruhi seseorang atau kelompok hingga menimbulkan semacam gejala tekanan batin, maka akan terdorong untuk mencari jalan ke luar yaitu ketenangan batin. Dalam kondisi jiwa yang demikian itu secara psikologis kehidupan batin seseorang itu menjadi kosong dan tak berdaya sehingga mencari perlindungan kekuatan lain yang mampu memberinya kehidupan jiwa yang terang dan tenteram. Problematika Psikologis Siswa Muallaf Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, termasuk ke dalam faktor internal atau intern, yakni faktor dari dalam diri siswa. Faktor ini terdiri atas dua aspek, yaitu aspek fisiologis (bersifat jasmaniah) dan faktor psikologis (bersifat rohaniah), dan kelelahan (bersifat jasmaniah dan rohaniah). Aspek Fisiologis. Aspek fisiologis yang mempengaruhi belajar berkenaan dengan keadaan atau kondisi umum jasmani seseorang, misalnya menyangkut kesehatan atau kondisi tubuh, seperti sakit atau terjadinya gangguan pada fungsi-fungsi tubuh. Aspek ini juga menyangkut kebugaran tubuh. Tubuh yang kurang prima, akan mengalami kesulitan belajar. Selain itu, berkenaan dengan aspek fisiologis, kondisi organ-organ khusus siswa seperti tingkat kesehatan indra pendengaran, penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan dalam proses belajar. Aspek Psikologis. Sebenarnya cukup banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor yang termasuk aspek psikologis yang dipandang esensial adalah: (1) tingkat kecerdasan, (2) sikap siswa, (3) bakat siswa, (4) minat siswa, dan (5) motivasi siswa. Relevan dengan Syah dan Slameto menyatakan bahwa faktor psikologis yang mempengaruhi belajar adalah: (a) intelegensi, (b) perhatian, (c) minat, (d) bakat, (e) motif, (f) kematangan, dan (g) kesiapan. Deskripsi Lokasi dan Hasil Penelitian SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya adalah sebuah lembaga pendidikan dibawah naungan Yayasan Kepolisian yang sangat mengedepankan kedisiplinan. Dengan Visi “Unggul Dalam Prestasi Bedasarkan Iman dan Taqwa, Berwawasan Seni, Iptek, Berpijak Pada Budaya Bangsa serta “dan didukung dengan tenaga kependidikan yang professional serta letak sekolah yang sangat strategis, serta sarana prasarana yang sangat memadai, siap mencetak generasi yang disiplin dan berkompeten. SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya, juga sangat mengedepankan penanaman nilai moral dan kaidah agama. Hal ini dibuktikan dengan Kurikulum Muatan Lokal BTKD (Baca Tulis Kitab suci dan Do’a) sebuah mata pelajaran yang mengajarkan siswa tentang membaca dan menulis serta menghafal do’a sehari-hari serta syariat-syariat agama. Selain itu sesudah do’a awal pelajaran dilanjutkan dengan membaca surat-surat pendek yang dipimpin oleh Bapak/Ibu guru pengajar jam pertama. Bagi siswa yang beragama Islam diajibkan mengikuti sholat dhuhur berjama’ah sepulang sekolah (sesudah do’a pulang), setiap hari jum’at juga dilaksanakan sholat jum’at berjama’ah di sekolah. Kebijaksanaan lain sebagai bukti bentuk komitmen sekolah adalah seragam sekolah lengan panjang dan bawahan panjang bagi siswa perempuan sera celana panjang bagi siswa laki-laki menunjukkan bahwa SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya berkomitmen pada Visi yang sudah disepakati. Penanaman moral pada siswa dibuktikan dengan jabat tangan/salaman setiap pagi dengan bapak/ibu guru dan karyawan sebelum masuk kelas. Sebagai bentuk nyata pengembangan kompetensi siswa, SMP Bhayangkari 1 Surabaya mewadahi bakat minat serta kompetensi siswa dalam bentuk ekstra kurikuler yang beragam. Melalui wadah ekstrakurikuler ini siswa Bhayangkari dharapkan benar-benar bisa mengeksplor dan mengembangkan bakat dan minat yang sudah dimiliki dengan harapan pada akhirnya bisa diaplikasikan dalam kehidupan siswa. Pengembangan kompetensi siswa lain yaitu dalam wadah 9 Umi Chaidaroh kegiatan PPLS (Pelatihan Pendidikan Life Skill), kegiatan ini dilaksanakan dua kali dalam seminggu dengan bimbingan dari para guru yang berkompeten di bidangnya. 30 SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya merupakan sebuah lembaga pendidikan yang berkomitmen terhadap visi dan misi yang telah disepakati, salah satu misi yang diangkat adalah melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif. Hal tersebut dibuktikan dengan memberikan program layanan BK kepada para siswa, sebagai upaya dalam pengembangan diri siswa. Di SMP Kemala Bhayangkari sudah menerapkan BK pola 19, terlihat pada bagan berikut ini: 31 Dengan adanya sedikit gambaran pola BK 19 diatas, peneliti mengambil salah satu bidang bimbingan, dalam penelitian ini. yaitu bidang bimbingan keagamaan sebagai fokus yang dituju dalam penelitian, yaitu bimbingan keagamaan bagi siswa muallaf. Kemudian dalam perkembangan penelitian yang dilakukan di sekolah ini berhubungan dengan permasalahan yang berkaitan dengan adanya 2 siswa muallaf dimana, siswa muallaf adalah seorang yang baru berpindah agama, yang pasti mengalami sebuah perubahan besar dalam hidupnya. Jika manusia dewasa yang menjadi muallaf saja masih membutuhkan bimbingan dalam agama barunya, lebihlebih anak yang yang masih belia, dan remaja awal, pasti sangat membutuhkan bimbingan, dukungan serta motivasi dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti serta mendalami bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan konseling pada bidang keagamaan yang dilakukan oleh guru BK di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya ini kepada siswa nya yang muallaf. Berikut beberapa pembahasannya. Proses Konversi Agama Yang Dialami Oleh Siswa SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya Henri Ronaldo, seorang siswa kelas IX A yang dikenal sebagai siswa yang baik. Sejak awal masuk sekolah, dia masih beragama nasrani (Kristen) sampai kelas VIII. Dia dibesarkan di sebuah keluarga Kristen semenjak kecil. Ayahnya adalah seorang dokter, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Menurut hasil wawancara dengan Henri, dia menyatakan bahwa yang pertama masuk Islam di keluarganya adalah ibunya. Akan tetapi saat ditanya, apa latar belakang konversi agama yang dilakukan ibunya, Henri mengaku lupa, karena sudah sejak lama kejadiannya. Kemudian saat ditanya, latar belakang konversi agama yang dilakukannya, dia menyatakan bahwa konversi tersebut atas dasar keinginannya sendiri. Dia sempat bercerita, bahwa sebelum resmi menyatakan diri ingin masuk Islam, dia sudah memiliki ketertarikan dengan Islam, yaitu saat dia melihat teman-teman muslimnya melaksanakan sholat dhuhur berjama’ah di mushollah sekolah. Kemudian menurut penuturan Bapak Oemar, sebelum masuk Islam, Henri sudah pernah berkonsultasi dengan beliau. Kemudian, hingga akhirnya datang hidayah untuk masuk Islam lewat sebuah mimpi. Pada suatu malam dia bermimpi melihat sesosok manusia berjubah putih dan dengan bayangan hitam dibelakangnya, yang seolah-olah melambaikan tangan kearahanya, kemudian saat dia terbangun dari tidur, itu tepat pada saat subuh. Mimpi tersebut semakin menguatkan keinginannya, hingga dia pun memutuskan untuk masuk Islam. Kemudian keesokan harinya dia menceritakan perihal mimpinya kepada ibunya, dan menyatakan keinginannya untuk memeluk Islam. Akhirnya diapun resmi melakukan konversi agama di sebuah masjid yang paling megah di Surabaya, yaitu Masjid Agung Surabaya (MAS) bersama badan Direktorat Tarbiyah MAS yang memang memiliki program dalam hal konversi agama bagi para masyarakat yang ingin memeluk agama islam. Roby Firly, seorang siswa kelas IX C, berciri agak tertutup, bermata sipit dan santun. Dia merupakan siswa mutasi dari Jakarta selatan, karena kepindahannya dari Jakarta bersama orang tuanya. Dilihat dari namanya mungkin kita akan berfikir bahwa dia adalah seorang muslim, akan tetapi tidak pada kenyataannya. Sejak kecil Roby adalah seorang pemeluk agama kriten. Sehingga pendidikan agama yang di ikutinya adalah pendidikan agama Kristen. Akan tetapi pada akhir 30 31 Buku Panduan sekolah untuk Siswa Buku Panduan sekolah untuk Siswa, hal 48 10 Umi Chaidaroh tahun 2013 lalu, dia masuk Islam dengan latar belakang berikut. Sejak kecil beragama Kristen sesuai dengan agama ibunya. Sedangkan ayahnya adalah seorang muslim. Dari wawancara peneliti dengan bapak Oemar selaku guru BK. Beliau mengatakan bahwa dia dulu saat SD sudah pernah ikut masuk Islam ayahnya. Akan tetapi selang beberapa waktu dia kembali mengikuti agama ibunya, Kristen. 32 Kemudian pada pertengahan tahun 2013 lalu, kedua orang tuanya bercerai. Kini dia diajak pindah ayahnya ke Surabaya. Menurut penuturan guru PAI dan juga guru BK, setelah perceraian tersebut, akhirnya hak asuh berada ditangan ayahnya. Karena kepindahannya ke Surabaya itulah, akhirnya dia pun dipindahmutasikan dari sekolahnya ke SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. Dan sekarang ayahnya sudah menikah dengan seorang wanita yang juga beragama Islam di Surabaya. Kini dia tinggal bersama keluarga barunya, yang semuanya beragama Islam, dan akhirnya pada awal September 2013 lalu, dia kembali mengikuti jejak sang ayah, menjadi pemeluk agama islam kembali. Yaitu dengan melakukan konversi agama, di kediamannya yang sekarang, yaitu di daerah Giant Imer, Waru Sidoarjo bersama tokoh agama yang ada disana. 33 Proses Layanan Bimbingan Keagamaan Bagi Siswa Muallaf Di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. Pemberian layanan bimbingan keagamaan merupakan salah satu layanan yang ada dalam layanan BK. Karena BK di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya menggunakan pola 19, sehingga bidang layanan dapat meluas kebeberapa aspek, bukan hanya pada bidang sosial, pribadi, belajar dan karir, akan tetapi dalam layanan di bidang keagamaan siswa juga. Di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya layanan bimbingan keagamaan juga dapat dirasakan oleh siswa yang baru masuk Islam (muallaf). Pada tahun ajaran ini, di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya terdapat 2 siswa muallaf, mereka adalah Henri Ronaldo (Kelas IX A) dan Roby Firly (Kelas IX C). Henri masuk Islam pada awal bulan Ramadhan 2013 lalu sekitar bulan agustus, sedangkan Roby baru sekitar akhir bulan Desember. Sekitar di pertengahan semester 2 ini. Keduanya merupakan siswa yang memiliki perbedaan latar belakang konversi. Sehingga pendekatan yang dilakukan pun berbeda. Henri dinilai lebih memiliki keantusiasan yang lebih besar dibanding Roby. Karena bisa disebabkan, Henri sudah lebih awal memeluk Islam, dibandingkan Roby. Pemberian bimbingan keagamaan, dilakukan oleh Bapak Oemar sebagai Guru BK untuk kelas IX. Menurut hasil wawancara dengan beliau, untuk bimbingan dan pemberian motivasi dalam ruang BK hanya 3 kali, selebihnya bimbingan langsung dilapangan. Seperti saat akan mengambil air wudhu, dan saat akan melakukan sholat. Selain bimbingan dari guru BK, ada kerjasama antara guru BK dengan guru PAI, dan juga temannya. Guru BK tetap memberi pengawasan dan perhatiannya kepada siswa muallaf ini, dengan meminta seorang teman yang dianggap mampu membantu pengawasan dan juga mendampingi siswa muallaf tersebut. Seperti mengajari beberapa do’a-do’a sehari-hari, mengajak sholat berjama’ah dan selanjutnya melaporkan ke guru BK untuk perkembangannya. Lebih jelasnya tahap-tahap yang dilakukan oleh guru BK adalah sebagai berikut: 1. Tahap Awal : Pada tahap ini dilakukan pembinaan hubungan baik dengan siswa yang dibantu. Kontak awal antara pembimbing dengan si terbimbing akan sangat mempengaruhi wawancara konseling. Pada tahap awal ini yang perlu dilakukan adalah. : a. Penataan ruangan/fisik/mencari tempat yang kondusif (Ruang BK). b. Sambutan dan perhatian terhadap kehadiran klien (siswa muallaf). c. Penjelasan maksud dan tujuan bimbingan/konseling. d. Penjelasan peranan dan tanggung jawab masing-masing. Wawancara bersama bapak Oemar selaku guru BK di sekolah SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya, pada hari Selasa, 25 Maret 2014 di ruang BK, pukul 08.00-selesai 33 Wawancara bersama Roby Virly seorang siswa muallaf di sekolah SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya, pada hari Kamis, 24 April 2014 di ruang BK, pukul 09.00-selesai 32 11 Umi Chaidaroh 2. Tahap Kegiatan : Pada tahap ini guru BK dengan beragam ketrampilan wawancara konselingnya berupaya untuk mendorong siswa ke arah pemahaman diri dan lingkungannya dalam kaitannya dengan masalah yang sedang dihadapinya. Yakni, masalah kemuallafan yang sudah dialaminya, serta menjelaskan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan agama barunya. Selain tahapan kegiatan bimbingan atau konseling dalam ruangan, guru BK juga memberikan bimbingan dan pendampingan pada saat di luar, seperti misal, saat akan berwudhu. Guru BK memberikan bimbingan secara langsung. 3. Tahap Akhir Tujuan tahap ini adalah agar siswa muallaf mampu menciptakan tindakan dan merencanakan, melakukan sesuatu tindakan sesuai dengan kesepakatan dan pemahaman selama proses wawancara konseling berlangsung. Pada tahap ini perlu pula digali kesan siswa/klien selama proses wawancara berlangsung. Teknik-Teknik Bimbingan Konseling Yang Digunakan. Secara umum dalam wawancara konseling dikenal tiga teknik atau pendekatan khusus, yaitu : a) Direktif Konseling, b) Non Direktif Konseling, c) Eklektik Konseling. Dan disini yang digunakan oleh bapak Oemar adalah direktif konseling, yaitu teknik yang dicetuskan oleh Edmond G. Williamson. Dengan teknik ini, proses konseling kebanyakan berada ditangan konselor. 34 Dengan kata lain konselor lebih banyak mengambil inisiatif sedangkan klien tinggal menerima apa yang dikemukakan oleh konselor. Dengan begitu, siswa muallaf akan dapat mengerti apa yang seharunya dilakukan dan dijauhi. Sehingga karakter beragama yang ada dalam ajaran Islam, semakin dapat ditumbuhkan karena pembiasaan yang ada di sekolah pula, dimana sekolah merupakan salah satu lingkup wilayah atau lingkungan luar rumah yang bisa mempengaruhi perkembangan siswa. Untuk masalah atau problematika tidak begitu menjadi sebuah kekhawatiran, karena mereka sudah cukup dewasa untuk mengerti keadaan mereka. Sehingga problem tidak begitu terlihat. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Oemar: “Alhamdulillah, pelaksanaan bimbingan ini, tidak mengalami kendala ataupun kesulitan, karena pribadi siswa yang percaya diri, dan juga teman-teman yang sudah memahami keadaan mereka, lalu disamping itu, orang tua mereka pun memberi dukungan penuh, sehingga, hanya harus sering diberi perhatian dan pengawasan serta motivasi dan pengertian yang baik, karena orang tua merekapun berharap, pihak sekolah, khususnya guru BK dan begitu pula untuk guru PAI nya, untuk selalu membimbingnya, karena kekhawatiran dirasakan oleh orang tua terhadap anaknya yang memang masih dalam usia muda yang masih labil dalam pemikirannya. 35 Akan tetapi, untuk Roby, menurut hasil wawancara dengan Ibu Faizah sebagai guru PAI, beliau menuturkan bahwa Roby masih perlu untuk dibimbing secara intens. Karena terbukti saat ditanya tentang pelajaran agama, dia belum mampu menjawab dengan baik. Hal itu mungkin bisa disebabkan karena, dia baru beberapa bulan masuk Islam, dan masih sangat minim intensitas belajar agamanya, karena dari penuturan bapak Oemar, Roby tidak mendapat pembelajaran intensif dari seorang ustadz, jadi pembelajaran agama hanya didapat dari sekolah dan juga ayahnya, yang kadang kala disibukkan dengan pekerjaan di kantor. Yang mendukung jalannya bimbingan ini, yaitu adanya kerjasama antara Guru BK, guru PAI, dan juga wali kelas. Sehingga perhatiannya tidak hanya dari satu orang saja, melainkan, juga dari pihak-pihak yang mempunyai hak dan kewajiban mendidik dan membimbingnya. Selain dari pihak sekolah, satu hal yang terpenting dalam pelaksaan bimbingan ini adalah dukungan dari orang tua siswa. Hal ini terbukti dengan kedatangan orang tua siswa kepada guru BK dan Sesuai hasil wawancara dengan Bapak Oemar, Guru BK SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya, pada hari Kamis, 20 Maret 2014, di ruang BK. 35 Wawancara bersama bapak Oemar selaku guru BK di sekolah SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya, pada hari Selasa, 25 Maret 2014 di ruang BK, pukul 08.00-selesai 34 12 Umi Chaidaroh menyatakan harapan-harapannya kepada Guru BK. Kemudian selain adanya bimbingan keagamaan, di SMP Kemala Bhayangakri 1 Surabaya ini, juga memiliki beberapa kegiatan rutin yang menjadi program sekolah, yang bertujuan mendidik dan menumbuhkan karakter beragama yang baik, seperti: a. Do’a bersama b. Bimbingan kerohanian c. Sholat dhuha d. Istighosah e. Membaca Yasin bersama f. Sholat dhuhur berjama’ah. Penutup Pelaksanaan bimbingan ini dilakukan selama 3 kali tatap muka, selebihnya bimbingan dan pendampingan langsung kepada siswa muallaf, yaitu setiap kali akan melaksanakan ibadah tertentu, seperti sholat berjama’ah, wudhu dan mengaji. Selain bimbingan dari guru BK, ada kerjasama antara guru BK dengan guru PAI, dan juga temannya. Guru BK tetap memberi pengawasan dan perhatiannya kepada siswa muallaf ini, dengan meminta seorang teman yang dianggap mampu membantu pengawasan dan juga mendampingi siswa muallaf tersebut. Dan tahap-tahap yang dilakukan dalam konseling adalah mulai tahap pertama, meliputi: Penataan ruangan/fisik/mencari tempat yang kondusif (Ruang BK). Sambutan dan perhatian terhadap kehadiran klien (siswa muallaf). Penjelasan maksud dan tujuan bimbingan/konseling. Penjelasan peranan dan tanggung jawab masing-masing. Tahap inti, yaitu pelaksanaan konseling kepada siswa. Kemudian tahap terakhir, yang meliputi penciptaaan tindakan dan perencanaan tentang apa yang seharusnya siswa lakukan yang sesuai dengan kesepakatan dan pemahaman selama proses wawancara konseling berlangsung. Pada tahap ini perlu pula digali kesan siswa/klien selama proses wawancara berlangsung Yang mendukung jalannya bimbingan ini, yaitu adanya kerjasama antara Guru BK, guru PAI, dan juga wali kelas, dan terutma adanya dukungan penuh dari orang tua siswa. Kemudian selain adanya bimbingan keagamaan, di SMP Kemala Bhayangakri 1 Surabaya ini, juga memiliki beberapa kegiatan rutin yang menjadi program sekolah, yang bertujuan mendidik dan menumbuhkan karakter beragama yang baik, seperti: Do’a bersama, Bimbingan kerohanian, Sholat dhuha, Istighosah, Membaca Yasin bersama dan Sholat dhuhur berjama’ah. Hasil dari adanya bimbingan keagamaan bagi siswa muallaf adalah adanya perubahan sikap. Yang semula masih agak canggung dan sungkan untuk menjalankan keislamannya, sekarang mulai ada perubahan, seperti Henry, dia sekarang sudah terbiasa menjalankan sholat lima waktu tanpa harus diingatkan, semakin tertarik untuk belajar Islam, dengan cara bertanya kepada guru PAI maupun ke guru BK. Dan menurut penuturannya, jika di rumah dia mengaji bersama ibunya. Begitu pula Robby dia meskipun di awal masih merasa sulit, tapi dia sudah berusaha untuk belajar sholat lima waktu, dan mengaji. Dan peneliti sendiri menganjurkan dia untuk mengambil guru privat untuk mengaji, karena rumahnya jauh dari TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. Perbandingan Agama, Jakarta: PT Rineka C ipta, 1991 Anwar, Desy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya:Amelia Surabaya, 2003 Arifin, H.M., Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1976 Azra, Azyumardi, dkk, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Icthiar Baru Van Hoeve, 2005. Al-Qur’an Al-Karim Terjemah Bahasa Indonesia, Kudus:Menara Kudus, 2006. Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga, 2001. Dep. Ag RI, Al-Quran Al-karim dan terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1978.. Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2006. 13 Umi Chaidaroh Musnamar, Thohari, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, Yogya: UII Press, 1992. Nasution, Harun (Eds). Ensiklopedi Islam di Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Depag, 1993. Poerwadarminata, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997. Puspito, Hendro O.C., Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1983. Salahudin, Anas, Bimbingan dan Konseling, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010 Sudarsono, Kamus Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997. Tafsir, Ahmad, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2012. Tohirin, M.Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) edisi revisi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013. Yusuf, Syamsu, Psikologi Belajar Agama ( perspektif agama Islam ). (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005. Buku panduan SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. Sumber Internet http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertian-karakter.html. Diakses pada tanggal 12/03/14 pukul 08:28 WIB http://fahrudinejad.blogspot.com/2013/02/masuk-atau-pindah-agama.html, diakses pada tangaal 31 Maret 2014, pukul 21:28 http://mail.lebaran.com/senandung/item/497-pengertian-muallaf.html, diakses pada tanggal 31 Maret 2014, pukul 22:02 file:///c:/users/ayda/downloads/lahirnya%20bk%20pola%2017%20plus%20%20bimbingan%20konseling%20sekolah.htm diakses pada tanggal 30 maret 2014, pukul 10:52 http://www.salaf.web.id/925/orangtua-sebab-sang-anak-berada-pada-suatu-agama-alustadz-abulfaruq-ayip-syafrudin.htm. Diakses pada tanggal 05/03/2014. Pukul 04:59 WIB. 14