BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejalan dengan laju perkembangan industri yang semakin besar, Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dengan negara lain dalam bidang industri. Perkembangan industri di Indonesia sangat berpengaruh pada ketahanan ekonomi Indonesia yang akan menghadapi banyak persaingan di pasar bebas nanti. Sektor industri kimia, sebagai tulang punggung perekonomian negara, banyak memegang peranan dalam memajukan perindustrian di Indonesia. Inovasi proses produksi maupun pembangunan pabrik baru yang berorientasi pada pengurangan ketergantungan terhadap produk impor maupun untuk menambah devisa negara sangat diperlukan, salah satunya dengan pembangunan pabrik acrylonitrile. Acrylonitrile (C3H3N) adalah senyawa kimia tak jenuh berikatan rangkap karbon-karbon yang berkonjugasi dengan golongan nitril (Kirk & Othmer, 1991). Acrylonitrile yang sering juga disebut sebagai acrylic acid nitrile, propylene nitrile, vinyl cyanide, dan propenoic acid nitrile, merupakan cairan jernih, tidak berwarna, dan larut dalam berbagai pelarut organik, seperti etanol, aseton, etil asetat, karbon tetraklorida, dan benzene, namun hanya larut sebagian dalam air. Acrylonitrile mempunyai fungsi yang sangat penting dalam menunjang pembangunan di sektor industri, yaitu sebagai bahan kimia antara (intermediate) dalam pembuatan polimer seperti acrylic fibers, termoplastik (Acrylonitrile/Butadiene/Styrene dan Styrene/Acrylonitrile), karet sintetik, dan juga adiponitrile (Dimian dan Bildea, 2008). Hingga saat ini acrylonitrile masih diimpor dari Jepang, Singapura, dan Amerika. Dengan didirikannya pabrik acrylonitrile di Indonesia, kemungkinan impor dapat dikurangi. Bahkan apabila produksi sudah melebihi kebutuhan dalam negeri, acrylonitrile dapat menjadi produk ekspor. Dengan semakin meningkatnya perkembangan industri di Indonesia, maka diperkirakan permintaan bahan baku acrylonitrile pada tahun-tahun mendatang juga akan meningkat. Selain pertimbangan tersebut, pendirian pabrik ini juga didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: 1. Dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. 2. Dapat menambah devisa negara dengan mengekspor hasil produksi acrylonitrile ke luar negeri. 3. Mengurangi ketergantungan impor acrylonitrile. 4. Membuka lapangan kerja baru bagi penduduk di sekitar wilayah industri yang akan didirikan, yang berarti dapat mengurangi jumlah pengangguran. 5. Mendukung berkembangnya pabrik kimia lain yang menggunakan acrylonitrile sebagai bahan baku. 6. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia lewat alih teknologi. Dari berbagai pertimbangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendirian pabrik acrylonitrile di Indonesia sangat diperlukan. 1.2 Kapasitas Rancangan Dalam pemilihan kapasitas pabrik acrylonitrile ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Kebutuhan acrylonitrile 2. Ketersediaan bahan baku 3. Kapasitas pabrik yang sudah berdiri 1.2.1 Kebutuhan Dalam Negeri Kebutuhan acrylonitrile di Indonesia hampir setiap tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 – 2015, perkembangan jumlah impor acrylonitrile Indonesia sejak tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Data Impor Acrylonitrile di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2009-2015) Tahun Impor (Ton/tahun) 2009 6.412,17 2010 6.252,18 2011 8.947,24 2012 7.572,12 2013 7.596,29 2014 7.188,11 2015 6.775,99 Berdasarkan data tersebut dapat dibuat grafik Data Impor Acrylonitrile di Indonesia sesuai pada gambar 1.1 dibawah ini Jumlah Impor Acrylonitrile Jumlah (Ton/tahun) 10,000.00 y = 57,58x - 108611,14 8,000.00 6,000.00 4,000.00 2,000.00 0.00 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun Gambar 1.1. Grafik Data Impor Acrylonitrile di Indonesia Dari Gambar 1.1, diperoleh suatu persamaan regresi linier untuk mengetahui kebutuhan acrylonitrile pada tahun 2020 : y = 57,58x – 108.611,14 y = (57,58 x 2020) – 108.611,14 y = 7.700 ton/tahun 1.2.2 Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku ethylene cyanohydrine yang dibutuhkan dalam proses pembuatan acrylonitrile sebesar 85.236,27 ton/tahun diperoleh dari Shanghai Bangcheng Chemical Co., Ltd. yang berkapasitas 200.000 ton/tahun yang berada di China. Sehingga kebutuhan bahan baku dapat terpenuhi. 1.2.3 Kebutuhan Luar Negeri Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pabrik acrylonitrile yang akan didirikan ini juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan luar negeri. Kebutuhan acrylonitrile di beberapa Negara Asia terlihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Kebutuhan Acrylonitrile di Beberapa Negara Asia (UN Data, 2014) Negara Kebutuhan Impor Acrylonitrile (Ton/Tahun) 2010 2011 2012 2013 2014 Korea Selatan 84.783 87.084 113.472 100.031 90.357 Malaysia 58.207 80.899 69.395 87.999 96.884 Total 142.990 167.983 182.867 188.030 187.241 Berdasarkan data tersebut dapat dibuat grafik data impor acrylonitrile di Indonesia sesuai pada gambar 1.2 dibawah ini Jumlah Impor (ton/tahun) Jumlah Impor Acrylonitrile di Korea Selatan dan Malaysia 250,000 y = 10.855x - 21.666.237 200,000 150,000 100,000 50,000 0 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Gambar 1.2. Grafik Data Impor Acrylonitrile di Korea Selatan dan Malaysia (ICIS, 2010-2014) Diperkirakan pada tahun 2020, kebutuhan acrylonitrile di tiga negara tersebut adalah y = 10.855 x – 21.666.237 y = (10.855 x 2020) – 21.666.237 y = 260.863 ton/tahun Dengan perkiraan tersebut jumlah impor ketiga negara tersebut pada tahun 2020 akan mencapai 260.863 ton/tahun. 1.2.4 Kapasitas Rancangan Minimum Dari Encyclopedia of Chemical Processing and Design Mc Ketta 1954, diperoleh data bahwa kapasitas minimum yang masih dapat memberikan keuntungan apabila mendirikan pabrik acrylonitrile adalah 5.000 ton/tahun. Kapasitas pabrik yang akan didirikan harus berada diatas kapasitas minimal atau sama dengan kapasitas pabrik yang sedang berjalan. Data pabrik penghasil acrylonitrile di dunia dapat dilihat pada tabel 1.3 dibawah ini Tabel 1.3. Data Pabrik Penghasil Acrylonitrile di Dunia (ICIS, 2015) Pabrik Lokasi Kapasitas (ton/tahun) Anqing Petrochemical Anqing, China 80.000 Asahi Kasei Kawasaki, Japan 150.000 Mizushima, Japan 350.000 Ascend Performance Materials Alvin, Texas 500.000 Arpechim Pitesti, Romania 52.000 Development Ta-Sheh, Taiwan 190.000 Cornerstone Chemical Fortier, Louisiana, US 227.250 Daqing Refining and Chemical Daqing, China 80.000 Dia-NitriX Mizushima, Japan 115.000 Otake, Japan 90.000 DSM Geleen, Netherlands 260.000 DuPont Beaumont, Texas, US 185.000 Formosa Plastics Mailiao, Taiwan 280.000 Fushun Petrochemical Fushun, China 90.000 INEOS Cologne, Germany 300.000 Seal Sands, UK 280.000 Green Lake, Texas 545.000 Lima, Ohio 190.000 Jihua Group Jilin City, China 250.000 Lukoil Neftochim Burgas, Bulgaria 28.000 Pemex Petrochemical Tula, Mexico 65.000 Petkim Aliaga, Turkey 92.000 Lanzhou, China 35.000 Polymir Novopolotsk, Belarus 72.000 Qilu Petrochemical Zibo, China 40.000 China Petrochemical PetroChina Lanzhou Petrochemical Tabel 1.3. Data Pabrik Penghasil Acrylonitrile di Dunia (ICIS,2015) (Lanjutan) Pabrik Lokasi Kapasitas (ton/tahun) Reliancesa Industries Baroda, India 42.000 Repsol Chemicals Tarragona, Spain 125.000 Saratovorgsintez Saratov, Russia 150.000 Sasol Chemical Industries Secunda, South Africa 75.000 Shanghai Petrocemical Jinshan, China 130.000 Shanghai Secco Petrochemical Caojing, China 260.000 Showa Denko Kawasaki, Japan 60.000 Pudong, China 8.000 Sinopec Shanghai Gaoqiao Petrochemical Solutia Alvin, Texas, US 500.000 Sumitomo Chemical Niihama, Japan 60.000 Dari Tabel 1.3 dapat diketahui bahwa kapasitas produksi minimal pabrik acrylonitrile di dunia adalah sebesar 8.000 ton/tahun. Neraca distribusi produk M1 M2 M3 Distribusi Produk M4 M5 Keterangan: M1 : Kebutuhan impor Indonesia M2 : Kapasitas pabrik yang sudah ada di Indonesia M3 : Kapasitas pabrik yang akan dibangun M4 : Kebutuhan ekspor negara lain M5 : Konsumsi dalam negeri Gambar 1.3. Distribusi Produk Untuk Penentuan Kapasitas M1 Karena kebutuhan impor Indonesia pada tahun 2020 akan disuplai oleh pabrik baru yang akan dibuat, maka nilai M1 adalah 0. M2 Karena pabrik acrylonitrile belum ada di Indonesia, maka nilai M2 yang merupakan kapasitas produksi pabrik yang sudah ada bernilai 0. M3 M3 adalah kapasitas produksi pabrik yang akan dibangun, maka nilai M3 adalah yang dicari. M4 Hasil produksi pabrik acrylonitrile yang akan dibangun tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga diekspor ke beberapa negara tetangga yaitu Malaysia dan Korea Selatan. Pabrik acrylonitrile ini dirancang dan didesain untuk memenuhi 20% dari kebutuhan acrylonitrile di 2 negara tersebut. M5 Jumlah konsumsi acrylonitrile dalam negeri adalah jumlah impor acrylonitrile pada tahun 2020 Neraca massa pertumbuhan produk M1 + M2 + M3 = M4 + M5 M3 = M4 + M5 – M1 – M2 = ((20% . 260.863) + 7.700 – 0 – 0 ) ton/tahun = (52.172 + 7.700) ton/tahun = 59.873 ton/tahun. Maka kapasitas pabrik yang akan dibuat adalah 60.000 ton/tahun. Di Indonesia belum ada pabrik yang memproduksi acrylonitrile, sedangkan prediksi kebutuhan impor Indonesia terhadap acrylonitrile pada tahun 2020 sebesar 7.700 ton/tahun sehingga dengan kapasitas pabrik 60.000 ton/tahun, Indonesia sudah tidak perlu impor lagi, dan sisa produksi di ekspor ke Korea Selatan Selatan dan Malaysia. Dari gambar 1.2 dapat diketahui bahwa perkiraan jumlah impor acrylonitrile pada kedua negara tersebut pada tahun 2020 akan mencapai 260.863 ton/tahun, maka pabrik acrylonitrile yang akan dibangun ini akan memenuhi sekitar 20% dari kebutuhan impor kedua negara tersebut. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka ditetapkan kapasitas prarancangan pabrik acrylonitrile yang akan didirikan pada tahun 2020 sebesar 60.000 ton/tahun dengan alasan sebagai berikut : 1. Kapasitas produksi minimal pabrik acrylonitrile sebesar 8.000 ton/tahun. 2. Dapat memenuhi kebutuhan acrylonitrile dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan impor acrylonitrile. 3. Dapat mendorong berdirinya industri-industri lain yang menggunakan acrylonitrile sebagai bahan baku. 4. Apabila terpenuhi kebutuhan dalam negeri, sisa produk dapat diekspor sehingga menambah devisa negara. 1.3. Pemilihan Lokasi Pabrik Pabrik acrylonitrile ini direncanakan didirikan di Cilegon, Banten. Peta lokasi pabrik dapat dilihat pada Gambar 1.4. (Google Maps, 2015) Gambar 1.4. Peta Lokasi Pabrik Acrylonitrile Daerah ini dipilih sebagai lokasi berdirinya pabrik tersebut atas dasar pertimbangan sebagai berikut : 1. Ketersediaan bahan baku Bahan baku utama ethylene cyanohydrine diperoleh dari Shanghai Bangcheng Chemical Co., Ltd. yang berkapasitas 200.000 ton/tahun berada di China sehingga dipilih lokasi yang dekat dengan pelabuhan untuk mempermudah penyediaannya. 2. Pemasaran produk Daerah Cilegon merupakan daerah yang tepat untuk daerah pemasaran karena banyaknya industri kimia yang menggunakan bahan baku acrylonitrile diantaranya : a. Industri Acrylonitrile-Butadiene-Styrene (ABS) dan Styrene Acrylonitrile (SAN) yang diproduksi PT Arbe Styrindo Indonesia, dan juga PT Torai Internasional Indonesia. b. Industri Acrylonitrile-Butadiene-Styrene (ABS) yang diproduksi PT ABS Industri Indonesia 3. Ketersediaan air Hal lain yang mendukung pemilihan lokasi pabrik di daerah Cilegon ini adalah dekatnya sumber air. Untuk kebutuhan air pendingin dan pemadam kebakaran diperoleh dari Selat Sunda, sedangkan untuk kebutuhan air konsumsi umum dan sanitasi diperoleh dari PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI) yang berkapasitas sebesar 57.024.000 ton/tahun (kti.ac.id). Kedua sumber air ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan utama pekerja dan operasional pabrik. 4. Fasilitas transportasi Transportasi sangat penting bagi suatu industri. Di Daerah Cilegon tersedia sarana transportasi yang cukup memadai, baik darat maupun laut untuk keperluan transportasi impor-ekspor sehingga memudahkan pengangkutan bahan baku, bahan pembantu, dan produk. 1.4. Tinjauan Pustaka 1.4.1 Macam-macam Proses Pembuatan Acrylonitrile Dalam pembuatan acrylonitrile, terdapat beberapa macam proses yang dapat digunakan. Untuk menentukan pemilihan proses yang tepat, maka perlu diketahui beberapa macam proses pembuatan acrylonitrile (Faith Keyes, 1957) : 1. Proses Dehidrasi Ethylene Cyanohydrine Proses yang terjadi adalah dehidrasi dengan reaksi sebagai berikut : HOCH2CH2C≡N Ethylene cyanohydrine CH2=CHC≡N + H2O Yield 90% Acrylonitrile (I-1) Air Pada proses ini, reaksi dijalankan dalam fase cair atau gas pada tekanan atmosferis dan suhu 250 – 350oC dengan bantuan katalis alumina. Produk keluaran reaktor dikondensasikan dan kemudian dialirkan ke dekanter dimana campuran cairan yang terdiri dari ethylene cyanohydrine, acrylonitrile, dan air terpisah menjadi dua layer. Masing-masing layer tersebut akan dimurnikan di menara distilasi. Hasil atas menara distilasi berupa acrylonitrile dengan kemurnian 99%. Sedangkan hasil bawahnya dimasukkan ke dalam vaporizer untuk didapatkan ethylene cyanohydrine dengan kemurnian 97% akan di recycle untuk diproses kembali. 2. Proses Acetylene Reaksi yang terjadi adalah : HC≡CH + HCN CH2=CHC≡N Acetylene Hydrogen Cyanide (I.2) Acrylonitrile Proses ini berlangsung pada suhu 70oC dan tekanan atmosferis dalam fase gas dengan menggunakan bantuan katalis cuprous chloride (CuCl2). Yield yang diperoleh sebesar 80% terhadap acetylene dan 90% - 95% terhadap hydrogen cyanide. Hasil gas keluaran reaktor mengandung acrylonitrile, acetylene yang tidak bereaksi, 1 – 3% HCN, dan sejumlah kecil berbagai macam produk samping seperti acetaldehyde, vinyl acetylene, divinyl acetylene, lactonitrile (dari acetaldehyde dan HCN), vinyl chloride, cyanobutadiene, dan chloroprene. Gas-gas ini dikontakkan dengan air dalam scrubber untuk memisahkan acrylonitrile, hydrocyanide acid, dan beberapa produk samping. Gas-gas yang telah dikontakkan kemudian direcycle ke reaktor, sedangkan air yang mengandung 1,5% acrylonitrile didistilasi dengan bantuan steam untuk menghasilkan acrylonitrile 80%. Crude acrylonitrile ini difraksinasi secara bertingkat untuk menghasilkan acrylontrile 99%. 3. Proses Propylene Ammoxidation Proses ini dikomersialkan oleh Sohio Company (BP Chemical) dan disebut dengan proses Propylene Ammoxidation. Bahan baku berupa propena, amoniak, dan udara diumpankan dengan rasio mol 1:1,2:10 ke dalam sebuah reaktor fluid-bed. Reaktor beroperasi pada suhu 400500oC dan tekanan 5-30 psig dengan waktu tinggal selama 10 detik atau kurang. Konversi propena yang tinggi diperoleh secara single pass sehingga tidak dibutuhkan recycle. Reaksi utama yang terjadi adalah: CH2 = CHCH3 + NH3 + 3/2O2 Propylene Amoniak Oksigen CH2 = CHC≡N + 3H2O Acrylonitrile Air Perbandingan Proses pembuatan acrylonitrile dengan proses Dehidrasi Ethylene Cyanohydrine dan proses Acetylene dapat dilihat dari tabel 1.4 dibawah ini Tabel 1.4. Perbandingan Proses Dehidrasi Ethylene Cyanohydrine dan Proses Acetylene dan Propylene Ammoxidation Proses Dehidrasi Parameter Ethylene Proses Proses Acetylene Cyanohydrine Propylene Ammoxidation Kondisi T : 250 – 350oC T : 70oC T : 400-500oC Operasi P : atmosferis P : atmosferis P : 5-30 psig Yield 90% 80% 77% Produk Tidak ada Ada (acetaldehyde, Ada (HCN, vinyl acetylene, Acetonitrile, divinyl acetylene, Acroleine, lactonitrile) Succinic Nitrile, samping dan uap air) Proses Sederhana pemurnian Lebih rumit karena Lebih rumit banyaknya produk karena samping banyaknya produk samping Dengan melihat perbandingan kedua proses diatas, maka pada prarancangan pabrik acrylonitrile ini dipilih proses dehidrasi Ethylene Cyanohydrine karena proses dan pemurniannya lebih sederhana serta menghasilkan yield yang cukup tinggi. 1.4.2. Kegunaan Produk Kegunaan acrylonitrile secara umum adalah (Kirk dan Othmer, 1991): 1. Bahan untuk membuat Acrylic Fiber Acrylic Fiber adalah salah satu produk turunan dari acrylonitrile. Serat ini banyak digunakan oleh pabrik-pabrik tekstil sebagai bahan baku pembuatan karpet, sweater, dan baju olahraga. 2. Bahan untuk membuat Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS) dan Styrene Acrylonitrile (SAN) ABS mengandung 25% acrylonitrile dan SAN mengandung 30% acrylonitrile. ABS dan SAN biasa digunakan untuk bahan konstruksi otomotif, mesin, dan alat-alat rumah tangga. 3. Bahan untuk membuat Nitrile Rubber Nitrile rubber digunakan untuk gasket dan bahan campuran PVC. 4. Bahan untuk membuat adiponitrile yang digunakan untuk intermediet pembuatan nilon. 1.4.3 Sifat-sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku, Bahan Pembantu, dan Produk 1.4.3.1 Sifat-sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku Ethylene cyanohydrine 1. Sifat fisis (Kirk & Othmer, 1993 ; Yaws,1999) Struktur molekul : Rumus molekul : C3H5NO Berat molekul : 71,08 gram/mol Titik didih normal : 228oC Titik beku, 1 atm : -46,2oC Berat jenis, 20oC : 1,059 kg/L Kelarutan : Dapat larut dalam air, acetone, metil etil keton, etanol, dan tidak larut dalam benzene, carbon dissulfite, dan carbon tetra chloride 2. Viskositas, 25oC : 0,56 cp Kelarutan dalam air, 20oC : 10 g/100 mL Temperatur kritis : 417oC Tekanan kritis : 48,9 bar ΔHof : -98.300 J/mol ΔGof : -35.400 J/mol Sifat kimia (Material Safety Data Sheet, 2012) a. Hidrolisis Ethylene cyanohydrine membentuk asam akrilat (Kirk dan Othmer, 1993) b. Bukan merupakan senyawa korosif c. Bahaya yang ditimbulkan berupa iritasi mata dan kulit 1.4.3.2 Sifat-sifat Fisis dan Kimia Bahan Pembantu Alumina 1. Sifat Fisis (Perry, 1997 ; Kirk dan Othmer,1991) Rumus molekul : Al2O3 Berat molekul : 101,94 gr/gmol Berat jenis, 20oC : 3950 kg/m3 Specific gravity : 3,99 Titik leleh, 1 atm : 1999 – 2032 oC Titik didih normal : 2210 oC Suhu kritis : 5062oC Tekanan kritis : 1953 bar Kelarutan dalam 100 bagian air dingin : Tidak larut Kelarutan dalam 100 bagian air panas : Tidak larut 2. Sifat kimia a. Terurai menjadi γ aluminium oksida pada suhu sekitar 725 K b. Terurai menjadi alpha, theta, delta aluminium oxide pada suhu 575-625 K 1.4.3.3 Sifat-sifat Fisis dan Kimia Produk Acrylonitrile 1. Sifat fisis (Kirk dan Othmer 1991 ; Yaws,1999) Struktur molekul : Rumus molekul : C3H3N Berat molekul : 53,06 g/gmol Titik didih normal : 77,3oC Titik beku, 1 atm : -83,5oC Berat jenis, 20oC : 0,806 g/cm3 Kelarutan dalam air, 20oC : 7,3 %wt Temperatur kritis : 246oC Tekanan kritis : 3,54 Mpa Viskositas, 25oC : 0,34 cp ΔHof : 180.600 J/mol ΔGof : 191.100 J/mol 2. Sifat kimia (Kirk dan Othmer,1991) a. Hidrasi dengan asam sulfat menjadi acrylamide sulfat dan dapat berubah menjadi acrylamide dengan netralisasi basa. b. Hidrolisis parsial, acrylonitrile diubah menjadi acrylamide dengan menggunakan katalis copper c. Hidrogenasi dengan menggunakan katalis metal menghasilkan propionitrile dan propylamine d. Hidrodimerisasi menghasilkan adiponitrile 1.4.4 Tinjauan Proses Secara Umum Pada prarancangan pabrik ini, dipilih pembuatan acrylonitrile dengan proses dehidrasi ethylene cyanohydrine dalam fase gas. Bahan baku yang sebelumya telah diberikan perlakuan awal dan disesuaikan kondisi operasinya dialirkan ke dalam reaktor. Reaksi yang terjadi adalah C3H5NO (g) C3H3N (g) + H2O (g) (I.3) Reaksi dehidrasi ini berlangsung pada suhu 250 – 350oC dan tekanan sedikit diatas tekanan atmosferis dalam reaktor fixed bed multitube, dengan bantuan katalis alumina. Gas hasil reaksi dikondensasikan dan dipisahkan dalam decanter untuk dipisahkan berdasarkan beda kelarutan, fase atas dari dekanter dialirkan menuju menara distilasi 1 untuk dimurnikan sehingga didapatkan acrylonitrile 99%, sedangkan fase bawah dari dekanter dialirkan menuju menara distilasi 2 untuk dimurnikan sehingga didapatkan acrylonitrile 99%, hasil bawah Menara Distilasi 2 dialirkan menuju vaporizer untuk mendapatkan hasil bawah cairan dengan kandungan seperti bahan baku, yaitu ethylene cyanohydrine 97% yang kemudian di recycle kembali ke Tee-01 bercampur dengan bahan baku.