BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan cerminan dari kondisi yang sebenarnya
pada periode tertentu. Laporan keuangan berguna untuk menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan oleh pihak yang
berkepentingan. Informasi dalam Laporan keuangan yang baik apabila memenuhi
keempat dimensi informasi yakni relevan, akurat, tepat waktu dan kelengkapan.
Maka dari itu agar laporan keuangan yang disajikan berkualitas, maka diperlukan
adanya pedoman atau dasar dalam penyusunan laporan keuangan. Standar
Akuntansi Keuangan adalah sebuah standar di Indonesia
dalam prosedur
pembuatan laporan keuangan agar terciptanya keseragaman dalam penyajian
laporan keuangan disetiap perusahaan.
Laporan keuangan sering dijadikan acuan bagi investor dalam mengambil
keputusan untuk menginvestasikan dananya dalam sebuah perusahaan. Pihak
manajemen merupakan
pihak yang bertanggungjawab dalam hal penyiapan
laporan keuangan. Untuk menarik investor agar berinvestasi di perusahaan, maka
pihak manajemen harus bisa meyakinkan para investor dengan memperlihatkan
laba yang tertera didalam laporan keuangan. Hal ini dikarenakan pada umumnya,
informasi laba cenderung dijadikan pusat perhatian dibandingkan yang lain dan
laba merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kinerja
manajemen. Informasi laba bertujuan untuk menilai kinerja manajemen dalam
mengestimasi kemampuan laba dalam jangka panjang, dan memperkirakan
1
2
resiko-resiko investasi. Hal ini dapat menyebabkan motivasi pihak manajemen
untuk melakukan tindakan-tindakan yang diharapkan dapat mengatur laba agar
sesuai dengan yang diinginkan. Perilaku manajemen dalam hal mengatur laba
sesuai yang diinginkan dikenal dengan istilah manajemen laba (earnings
management).
Menurut Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu
intervensi yang memiliki tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan
eksternal demi mendapatkan keuntungan pribadi. Manajemen laba mengakibatkan
laba yang dilaporkan tidak sesuai dengan realitas ekonomi yang ada, melainkan
sesuai dengan keinginan manajemen agar kinerjanya terlihat baik. Manajemen
laba dapat timbul dikarenakan adanya konflik keagenan. Dalam agency theory
dinyatakan bahwa teori keagenan merupakan salah satu bentuk dari game theory,
suatu model antara dua pihak atau lebih, yang menjelaskan hubungan antara agent
(pengelola suatu usaha) dengan principal (pemilik usaha). Adanya perbedaan
kepentingan antara pengelola dan pemilik usaha dapat mendorong timbulnya
konflik yang dapat merugikan kedua belah pihak. Dalam hal tersebut pihak
pengelola yang memegang kuasa atas pemilik usaha sehingga cenderung
melakukan hal-hal yang tidak seharusnya (dysfunctional behaviour).
Fenomena praktik manajemen laba pernah terjadi didunia internasional
seperti kasus enron corp yang juga menjadi awal kehancuran kantor akuntan
Arthur Andersen, begitu juga dengan Xerox corp dan Worldcom. Pada akhir
Agustus 2001 saham perusahaan enron corp menurun menjadi $35 per lembar.
Dua bulan kemudian enron mengejutkan pasar modal dengan mengumumkan
kerugian sebesar $638 juta, sekaligus penurunan nilai buku ekuitas sebesar $1,2
3
miliar. Belakangan diketahui bahwa penurunan yang dialami enron jauh lebih
besar lagi. Kewajiban yang dilaporkan juga jauh dari yang sebenarnya. Pada
akhirnya pengungkapan ini menyebabkan hengkangnya pelanggan enron dan
langsung mengarah kepada kebangkrutan. Lain hal dengan Worldcom, melakukan
kebohongan dalam menyajikan biaya operasi normal sebagai pengeluaran modal
sehingga meningkatkan laba yang dilaporkan. Yang menarik lagi adalah Enron
dan Worldcom menggunakan jasa auditor yang sama, yakni Arthur Andersen
yang akhirnya juga mengalami kebangkrutan dan menyebabkan karyawannya
sejumlah 70.000 kehilangan pekerjaan.
Di Indonesia kasus manajemen laba khususnya emiten manufaktur di
Bursa Efek Jakarta yaitu pada PT Kimia Farma, Tbk. Berdasarkan hasil
BAPEPAM (2002) diperoleh bukti bahwa terdapat kesalahan penyajian dalam
laporan keuangan PT. Kimia Farma,Tbk berupa kesalahan dalam penilaian
persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan, dimana dampak
kesalahan tersebut mengakibatkan overstead laba pada laba bersih untuk tahun
yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7 Milyar. Kasus yang sama juga
terjadi pada PT Indofarma Tbk.
Beberapa contoh kasus diatas menunjukkan bahwa parktik manajemen
laba bukanlah suatu hal yang baru. Meningkatnya pertumbuhan perusahaan dan
tingginya tingkat persaingan menimbulkan dorongan perusahaan untuk berlombalomba menunjukkan kualitas dan kinerja perusahaan terlihat baik tanpa
memperdulikan cara yang digunakan.
4
Adapun motivasi manajer untuk melakukan praktik manajemen laba yakni
untuk mendapatkan bonus. Kompensasi bonus merupakan salah satu penghargaan
yang diberikan oleh perusahaan atas jasa karyawan. Perusahaan akan memberikan
kompensasi/bonus yang sesuai dengan kesepakatan manajer dengan perusahaan.
Dengan pemberian bonus maka manajer akan berusaha untuk meningkatkan
kinerjanya. Penelitian Haley (1985) menyatakan bahwa pemilik perusahaan
menetapkan angka tertentu sebagai batas bawah (bogey) dan batas atas (cap)
untuk memperoleh bonus. Bonus secara positif ketika laba berada diantara batas
bawah (bogey) dan batas atas (cap). Ketika laba berada dibawah (bogey) manajer
tidak mendapatkan bonus, dan ketika laba berada diatas (cap) manajer hanya
mendapatkan bonus tetap. Sehingga pemberian kompensasi bonus memungkinkah
terjadinya praktik manajemen laba. Penelitian terdahulu yang menguji pengaruh
kompensasi bonus tehadap manajemen laba adalah Anisa (2013). Dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa kompensasi bonus berpengaruh signifikan
tehadap manajemen laba. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Adyan 2013) dan Halima (2007) yang menyimpulkan bahwa kompensasi bonus
berpengaruh terhadap manajemen laba. Akan tetapi dalam penelitian Sofian
(2011) menyimpulkan bahwa kompensasi bonus tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Peneliti menjadikan profitabilitas menjadi salah satu variabel independen. Peneliti
terdahulu yang juga meneliti pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba
yaitu Indra (2013) dan Asri dan Viska (2013). Hasil dari kedua penelitian ini
5
menyimpulkan bahwa terhadap pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba.
Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Dewi (2011) yang
menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh profitabilitas terhadap manajemen
laba.
Hutang merupakan salah satu sumber dana/modal perusahaan. Agar
mendapat pinjaman dari pihak kreditur, perusahaan sebagai debitur harus
menyajikan laporan keuangan sebagai pertimbangan kreditur dalam memberi
pinjaman. Untuk medapatkan pinjaman tentunya perusahaan selaku pihak debitur
akan memberikan informasi keuangan yang baik dan memenuhi ketentuan agar
memperoleh dana yang diinginkan sehingga dapat digunakan untuk kegiatan
operasional perusahaan. Dengan menggunakan hutang dalam pendanaan
perusahaan akan memberikan dampak positif dalam hal penghematan dalam
pembayaran pajak. Sehingga hal ini menjadi salah satu cara manajemen dalam
manajemen laba. Penelitian yang menggunakan leverage sebagai variabel
independen adalah Ardiansyah (2013) menyimpulkan bahwa leverage tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba hal ini berbeda dengan penelitian Sofian
(2011) yang menyimpulkan bahwa variabel indeoenden leverage memiliki
pengaruh terhadap manajemen laba.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Anisa (2013)
dengan judul “Pengaruh Kompensasi Bonus dan Leverage terhadap Manajemen
Laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI”. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah adanya penambahan variabel independen
yakni profitabilitas. Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan.
6
Laba merupakan faktor yang sangat peting didalam perusahaan agar perusahaan
dapat bertahan. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa informasi laba digunakan
oleh investor untuk mengambil keputusan dalam hal berinvestasi. Dikarenakan
laba merupakan salah satu cara yang digunakan dalam pengukuran kinerja
manajemen. Sehingga memungkinkan profitabilitas menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi manajemen laba. Tahun penelitian yang diambil juga
berbeda yakni periode 2010-2013.
Berdasarkan uraian diatas, maka judul penelitiannya adala “Pengaruh
Kompensasi Bonus, Profitabilitas dan Leverage Keuangan terhadap
Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2010-2013”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka identifikasi
masalah dalam penelitian ini yaitu apakah pemberian kompensasi bonus, tingkat
profitabilitas, dan leverage berpengaruh secara simultan terhadap manajemen laba
pada perusahaan manufaktur di BEI?
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, penulis membatasi masalah ini
hanya melihat pengaruh kompensasi bonus, profitabilitas dan leverage secara
simultan terhadap manajemen laba. Penelitian ini menggunakan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI mulai tahun 2010-2013.
7
1.4 Rumusan Masalah
Bedasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah kompensasi bonus, profitabilitas dan leverage berpengaruh secara
simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur di BEI?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kompensasi bonus, profitabilitas dan
leverage secara simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur di
BEI
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut, untuk:
1. Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menembah wawasan mengenai faktorfaktor apa sajakah yang mempengaruhi praktik manajemen laba, apakah
pemberian kompensasi, profitabilitas dan leverage merupakan faktor yang
mempengaruhi manajemen laba.
2. Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan ilmu pengetahuan terutama kajian mengenai praktik
manajemen laba serta sebagai bahan referensi pengembangan peneliti
selanjutnya. Bukti empiris ini perlu dipertimbangkan lagi oleh peneliti
8
selanjutnya untuk menggunakan indikator yang bisa memberikan
pengaruh terhadap variabel manajemen laba.
3. Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam hal
mencermati perilaku manajemen dalam aktivitas manajemen laba terkait
pemberian bonus.
Download