BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik bersenjata merupakan peristiwa penuh dengan kekerasan dan
permusuhan antara pihak-pihak yang bertikai. Dalam sejarah konflik bersenjata
telah terbukti bahwa konflik tidak saja dilakukan secara tidak adil, tetapi juga
menimbulkan kekejaman. 1
Masalah konflik dan perang ini menjadi isu kontemporer dalam studi
Hukum Internasional, lebih banyak lagi ketika timbul korban-korban manusia
akibat peristiwa tersebut. 2 Tidak hanya korban manusia, konflik bersenjata juga
menyebabkan kerugian yang berwujud harta kekayaan kiranya sulit dihitung.
Perang atau konflik senjata telah menjadi kebudayaan dunia yang paling
tua di muka bumi ini. Perang atau konflik bersenjata selalu menimbulkan kerugian
yang besar bagi manusia baik bagi negara yang memenangkan peperangan
maupun yang kalah dalam peperangan. Dampak yang paling besar adalah
munculnya orang-orang atau penduduk yang mengungsi.
Seperti yang terjadi di Suriah. Negara dengan ibu kota Damaskus yang
terletak di kawasan Timur Tengah berbatasan langsung dengan Turki, Irak, dan
Yodania ini, sejak Maret 2011 hingga detik ini terjadi konflik bersenjata. Konflik
yang terjadi di Suriah merupakan konflik bersenjata yang bersifat internal sebab
1
Asep Darmawan, Prinsip Pertanggungjawaban Pidana Komandan Dalam Hukum
Humaniter Kumpulan Tulisan, Jakarta: Pusat Studi Hukum Humaniter dan HAM Fakultas Hukum
Universitas Trisakti, 2005, hlm. 51.
2
Ambarwati, Denny Ramadhany, Rina Rusman, Hukum Humaniter Internasional,
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009, hlm. xii.
Universitas Sumatera Utara
terjadi antara pemerintahan pusat Suriah dengan pemberontak yang berada di
wilayah negara itu sendiri. Hingga kini konflik yang terjadi belum mereda alihalih semakin memanas. Akibatnya, Suriah mengalami bencana kemanusiaan
akibat perang sipil yang terjadi.
Awal mula krisis kemanusiaan di Suriah adalah demo anti-pemerintahan
yang terjadi pada Maret 2011. Demo tersebut adalah bagian dari efek gelombang
Arab Spring 3 yang menyatakan protes damai kepada rezim pemerintahan Bashar
Al Assad yang berkuasa. Namun protes damai tersebut ditanggapi negative oleh
presiden Suriah tersebut dengan tindakan represif segera dilancarkan oleh Assad
dan tentaranya. Pemberontak marah atas tindak kekerasan dan bangkit melawan
rezim pemerintahan. Sejumlah tentara melakukan pembelotan dan warga sipil
ikut angkat senjata.
Konflik yang tidak kunjung usai berakibat ledakan jumlah pengungsi.
Dalam dunia internasional pengungsi telah dikenal lama dimana pengungsi
merupakan sekumpulan kelompok orang yang meninggalkan Negara atau
tempatnya akibat rasa takut dan rasa tidak nyaman yang mengancam keselamatan
mereka.
3
Arab Spring secara harafiah bermakna Musim semi di Arab. Kata ini merujuk pada
peristiwa 1848, yang mana terjadi revolusi rakyat di sebagian wilayah Arab. Dalam konteks Arab
Spring, sesuatu yang bersemi adalah nilai-nilai demokrasi yang kemudian menyebar dengan efek
domino ke Negara-negara sekitarnya. Sejak 18 Desember 2010, telah terjadi revolusi di Tunisia
dan Mesir; perang saudara di Libya; pemberontakan sipil di Bahrain, Suriah, dan Yaman; protes
besar di aljazair, Irak, yordania, Maroko dan Oman, dan protes kecil di Kuwait, Lebanon,
Mauritania, Arab Saudi, Sudan, dan Sahara Barat. Kerusuhan di perbatasan Israel bulan Mei 2011
juga terinspirasi oleh kebangkitan dunia Arab ini. Protes ini menggunakan teknik pemberontakan
sipil dalam kampanye yang melibatkan serangan, demonstrasi, pawai, dan pemanfaatan media
social untuk mengorganisir, berkomunikasi, dan meningkatkan kesadaran terhadap usaha-usaha
penekanan dan penyensooran Internet oleh pemerintah. http://wikipedia.com/Arabspring (diakses
pada tanggal 20 Maret 2016).
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2011 jumlah populasi Suriah berjumlah 22 juta orang, tetapi
sampai hari ini angka pasti belum diketahui. Pada bulan Agustus 2015 PBB
memperkirakan bahwa 250.000 orang tewas dalam perang. 4
Dilansir dari data Komisi Tinggi PBB urusan pengungsi, awal 2016
setidaknya ada 7,6 juta orang berpindah dan 4,6 juta warga Suriah yang tersebar di
seluruh wilayah Negara lain menjadi pengungsi di negara-negara tetangga atau
negara lain. Jutaan keluarga melarikan diri dan berlindung ke negara Turki, Irak,
Mesir, Lebanon dan Yordania. Penelitian kemanusiaan yang berada di negaranegara tersebut menunjukkan bahwa makanan adalah prioritas utama.
Akses terhadap kebutuhan dasar termasuk makanan, medis dan air sangat
sulit akibat keterbatasan pengungsi dan susahnya menerima bantuan akibat
blockade di beberapa wilayah. Kebanyakan pengungsi pergi dengan persiapan
yang tidak memadai. Semakin banyak kepala rumah tangga menjadi
pengangguran telah diperburuk kenaikan harga pangan dan bahan bakar di seluruh
negeri. Oleh karena itu bantuan kepada mereka menjadi tanggung jawab
komunitas internasional. 5
Beberapa organisasi internasional pun bergerak memberikan bantuan
termasuk organisasi World Food Programme selanjutnya disebut WFP. WFP
didirikan pada tahun 1960. Berkantor pusat di kota Roma, Italia, WFP
memberikan bantuan kemanusiaan dan perkembangan jangka panjang untuk
program pangan di Negara-negara berkembang. WFP merupakan organisasi yang
didanai secara sukarela, oleh karena itu organisasi ini bergantung pada sumbangan
4
https://www.wfp.org/countries/syria (diakses pada tanggal 9 Juni 2016).
http://www.unhcr.or.id/id/siapa-yang-kami-bantu/pengungsi (diakses pada tanggal 13
April 2016).
5
Universitas Sumatera Utara
dari
pelbagai
Negara
dan
pribadi.
Program-programnya
menekankan
pengembangan pelayanan masyarakat untuk mempromosikan program pangan 6.
Karena tujuan inilah WFP mengambil peran untuk membantu penyediaan bahan
pangan bagi pengungsi Suriah baik itu sistem pengumpulannya maupun sistem
penyalurannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang
akan penulis bahas dalam penulisan skripsi ini antara lain:
1. Bagaimanakah peran UN World food Programme dalam menangani krisis
pangan?
2. Bagaimanakah konflik yang terjadi di Suriah dan akibatnya terhadap krisis
pangan?
3. Bagaimanakah peran World Food Programme dalam penanganan krisis
pangan pengungsi Suriah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya pengungsi Suriah.
6
https://id.wikipedia.org/wiki/Program_Pangan_Dunia (diakses pada tanggal 28 Maret
2016).
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk mengetahui peranan WFP sebagai organisasi naungan PBB dalam
hal penanganan pangan.
c. Untuk mengetahui peranan WFP dalam memberikan bantuan pangan bagi
pengungsi Suriah.
2. Manfaat Penulisan
Sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari
penelitian ini. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan konsep ilmiah yang
mampu memberikan sumbangsih terhadap perkembangan ilmu hukum
khususnya dalam bidang hukum internasional terutama mengenai tindakan
penanganan krisis pangan pengungsi Suriah akibat konflik berkepanjangan
di Negara tersebut. Hal ini sebagai wujud penerapan dalam belajar Hukum
Internasional secara akademis.
b. Manfaat Praktis
Menjadi suatu pedoman atau bahan refrensi pada perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara secara khusus dan pembaca pada
umumnya serta dapat dijadikan bahan refrensi bagi pihak akademis dalam
menambah wawasan mengenai peran World Food Programme dalam
prespektif Hukum Internasional.
D. Keaslian Penulis
Adapun judul tulisan ini adalah Peran World Food Programme (WFP)
dalam Menangani Krisis Pangan Pengungsi Suriah. Judul Skripsi ini belum
Universitas Sumatera Utara
pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang tidak sama, sehingga tulisan ini asli,
atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan mahasiswa Fakultas
Hukum USU. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan
secar ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Hukum Internasional
Grotius (pelopor terbesar hukum internasional) menguraikan bahwa
hukum internasional adalah hukum yang membahas kebiasaan-kebiasaan yang
diikuti Negara pada zamannya. 7
Menurut Oppenheimer hukum internasional sebagai hukum yang timbul
dari masyarakat internasional dan perjanjian-perjanjian pelaksanaannya dijamin
dengan kekuatan dari luar. 8
Peraturan-peraturan hukum internasional tertentu diperluas kepada orangperorangan dan satuan-satuan bukan Negara sepanjang hak dan kewajiban mereka
berkaitan
dengan
masyarakat
internasional
dari
Negara-negara.
Hukum
internasional antara lain menetapkan aturan-aturan tentang hak-hak wilayah dari
Negara, perlindungan lingkungan internasional, perdagangan dan hubungan
komersial internasional, penggunaan kekerasan oleh Negara, dan hukum hak
asasi serta hukum humaniter. 9
7
J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional, Terj. Bambang Irian, Jakarta: Sinar
Grafika, 2010, hlm. 11.
8
http://www.gurupendidikan.com/pengertian-hukum-internasional-menurut-para-ahli/
diakses pada tanggal 28 Maret 2016.
9
C. De Rover, To Serve & To Protect-Acuan Universal Penegakan HAM, Jakarta :
RajaGrafindo Persada, 2000, hlm. 4.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., hukum internasional
adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur hubungan
atau persoalan yang melintasi batas-batas negara (hubungan internasional) yang
bukan bersifat perdata. Meliputi antara negara dengan negara, negara dengan
subjek hukum lain bukan negara, dan antara subjek hukum bukan negara satu
sama lain. 10
Menurut pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, sumbersumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili
perkara adalah: perjanjian internasional-baik bersifat umum atau khusus-,
kebiasaan internasional, prinsip-prinsip hukum umum yang diakui negara
beradab, dan keputusan pengadilan dan pendapat para ahli yang telah diakui
kepakarannya, yang merupakan sumber hukum internasional tambahan. 11
Hukum internasional adalah kumpulan ketentuan hukum yang berlakunya
dipertahankan oleh masyarakat internasional. 12 Sebagai kumpulan ketentuan
hukum, hukum internasional merupakan bagian dari hukum. Sebagian dari
hukum, hukum interansional memenuhi unsur-unsur yang menetapkan pengertian
hukum, yakni kumpulan ketentuan yang mengatur tingkah laku orang dalam
masyarakat yang berlakunya dipertahankan oleh “external power” masyarakat
yang bersangkutan.
10
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoe, Pengantar Hukum Internasional,
Bandung: P.T. Alumni, 2003, hlm. 1.
11
Whisnu Situni, Identifikasi dan Reformulasi Sumber-Sumber Hukum Internasional,
Bandung: CV Madar Maju, 1989, hlm. 3.
12
Prof. Dr. F. Sugeng Istanto, S.H., Hukum Internasional, Yogyakarta: Universitas Atma
Jay, 2010, hlm. 4-5.
Universitas Sumatera Utara
Selain istilah hukum internasional, orang juga menggunakan istilah hukum
bangsa-bangsa, hukum antarbangsa atau hukum antar negara. Aneka ragam istilah
ini terdapat dalam pelbagai bahasa yang telah lama mempelajari hukum
internasional sebagai suatu cabang ilmu hukum tersendiri.
Dengan mempelajari hukum internasional, akan dijumpai beberapa bentuk
perwujudan atau pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia
tertentu yaitu: Hukum Internasional Regional dan Hukum Internasional Khusus.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa disamping hukum internasional yang
berlaku umum, terdapat pula Hukum Internasional Regional, yang terbatas daerah
lingkungan berlakunya, seperti misalnya hukum internasional Amerika atau
hukum internasional Amerika Latin, seperti konsep landasan kontinen
(Continental Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation
of the living resourse of the sea) yang mula-mula tumbuh di Benua Amerika
sehingga menjadi hukum interansional umum. Dalam perwujudan lain dari hukum
internasional khusus, selain hukum internasional regional, ada bentuk kompleks
kaidah yang khusus berlaku bagi negara-negara tertentu saja, seperti misalnya
Konvensi Eropa mengenai Hak-hak Asasi Manusia.
Hukum internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka dalam
arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain
sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara anggota masyarakat
internasional yang sederajat.
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada
paruh
ke-2
abad
XX,
meningkatnya
hubungan,
kerjasama
dan
kesalingtergantungan antar negara, menjamurnya negara baru dalam jumlah yang
banyak sebagai akibat dekolonisasi, dan munculnya organisasi-organisasi
internasional dalam jumlah yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup
hukum internasional bukan saja mengatur hubungan antar negara tetapi juga
subjek-subjek hukum lainnya seperti organisasi-organisasi internasional.
2. Organisasi Internasional
Menurut Starke, mengenai organisasi internasional berpendapat bahwa:
“In the first place, just as the function of the modern state and the rights,
duties and powers of its instrumentalities are governed by a branch of
municipal law called state constitutional law, so international institution
are similarly condition by the body of rules may will be describe as
international constitutional law.” 13
Menurut Sumaryo Suryokusumo, Organisasi Internasional adalah suatu
proses; organisasi internasional juga menyangkut aspek-aspek perwakilan dari
tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu. Organisasi
internasional juga diperlukan dalam rangka kerjasama menyesuaikan dan mencari
kompromi untuk menentukan kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama
serta mengurangi pertikaian yang timbul. 14
Teuku May Rudy mendefinisikan organisasi internasional dalam bukunya
“Administrasi dan Organisasi Internasional” sebagai berikut: 15
13
Ade Mahman Suherman, Organisasi Internasional & Integritas Ekonomi Regional
Dalam Prespektif Hukum dan Globalisasi, Jakarta : Ghali Indonesia, 2003, hlm. 46.
14
Ibid, hlm. 4.
15
Teuku May Rudy, Administrasi dan Organisasi Internasional, Bandung: Rafika
Aditama, 2005, hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
“Pola kerjasama yang melintasi bata-batas negara, dengan didasari struktur
organisasi yang jelas serta diharapkan atau diproyeksikan untuk
berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan
melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang
diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan
pemerintah, maupun antara sesame kelompok non-pemerintah pada negara
yang berbeda.”
Berdasarkan definisi diatas, maka Organisasi Internasional kurang lebih
harus mengandung unsure-unsur sebagai berikut: 16
a. Kerjasama yang ruang lingkupnya melingkupi batas-batas negara.
b. Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama.
c. Mencakup hubungan antara pemerintah maupun non-pemerintah.
d. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap.
e. Melaksanakan fungsi secara berkeseinambungan.
Dalam studi hukum interansional, yang dimaksud dengan “organisasi
interansional” biasanya adalah organisasi internasional dalam arti sempit, yaitu
organisasi yang dibentuk atau didirikan oleh pemerintah-pemerintah atau yang
biasanya disebut Inter Governmental Organization. Selain inter governmental
organization tersebut, dalam pergaulan masyarakat internasional dijumpai pula
ribuan organisasi interansional yang tidak dibentuk oleh pemerintah-pemerintah,
tetapi yang didirikan oleh orang-perorangan, kelompok-kelompok dan badanbadan internasional yang demikian itu disebut Non-Govenrmental Organization.
Jadi, organisasi internasional terbagi atas dua kategori besar yakni : Intern
Governmental (IGO) dan Non-Governmental Organization(NGO). IGO adalah
organisasi yang didirikan beberapa Negara untuk tujuan bersama. Ciri-ciri IGO
16
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
adalah dibentuk oleh dua Negara atau lebih, bersidang secara teratur, mempunyai
sifat yang tetap dan keanggotaan sukarela.
Melihat dari tujuan yang dimiliki, WFP termasuk dalam IGO dan
keanggotaannya umum dengan tujuan terbatas (general membership and limited
purpose) 17. WFP mempunyai tujuan khusus pada suatu bidang tertentu dan
keanggotaannya terbuka untuk seluruh negara, dalam artian tidak terbatas pada
sekelompok negara tertentu. World Food Programme (WFP) adalah badan dalam
system PBB yang tidak membatasi jumlah anggotanya dan mempunyai tujuan
khusus untuk menangani bantuan pangan bagi semua orang didunia dan
membantu suatu negara untuk mencapai tujuannya yaitu mencapai ketahanan
pangan yang dimandatkan oleh World Food Summit.
Clive Archer mengkategorikan peranan organisasi internasional menjadi 3
(tiga) kategori adalah sebagai berikut: 18
a. Sebagai instrumen, yaitu organisasi internasional digunakan oleh negaranegara anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan
politik luar negerinya.
b. Sebagai arena, organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi
anggota-angotanya yang membahas dan membicarakan masalah-masalah
yang dihadapi. Tidak jarang organisasi internasional digunakan oleh
beberapa negara untuk mengangkat masalah dalam negerinya, ataupun
17
Pease dkk, International Organization :Prespective On Governance In Twentieth First
Century, New Jersey, Prentice Hall, hlm. 276.
18
Archer dalam Anak Agung Banyu Perwira & Yanyan Mochamad Yani, Pengantar
Ilmu Hubungan Internasional, hlm. 95.
Universitas Sumatera Utara
mengangkat masalah dalam negri orang lain dengan tujuan untuk
mendapat perhatian internasional.
c. Sebagai aktor independen, organisasi internasional dapat membuat
keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau
paksaan dari luar organisasi. Jelas bahwa suatu organisasi internasional
hanya bisa melakukan tugas dan fungsinya dengan mengambil keputusan
dari tubuh organisasi internasional terkait. Dengan demikian semakin jelas
bahwa organisasi internasional merupakan non-state actor (Aktor Non
Negara) yang mempunyai kedudukan dalam system internasional.
3.
United Nation World Food Programme (WFP)
WFP adalah sebuah organisasi lembaga kemanusiaan dibentuk oleh FAO
yang menjadi bagian dari sistem PBB. Bantuan makanan adalah salah satu dari
banyak instrumen yang dapat membantu untuk meningkatkan keamanan pangan,
yang didefinisikan sebagai akses semua orang setiap saat dengan makanan yang
dibutuhkan untuk hidup aktif dan sehat. 19 Target intervensi diperlukan untuk
membantu meningkatkan kehidupan masyarakat miskin - orang-orang yang, baik
secara permanen atau selama periode krisis, tidak dapat memproduksi cukup
makanan atau tidak memiliki sumber daya untuk dinyatakan mendapatkan
makanan yang mereka dan rumah tangga mereka butuhkan untuk aktif dan hidup
sehat. 20
19
World Food Programme mission di dalam https://wfp.org/mission-statement (diakses
pada tanggal 29 Maret 2016).
20
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Konsisten
dengan
mandatnya,
yang
juga
mencerminkan
prinsip
universalitas, WFP akan melakukan hal sebagai berikut: 21
a. Menggunakan bantuan pangan untuk mendukung pembangunan ekonomi
dan sosial.
b. Memenuhi kebutuhan pangan pengungsi dan kebutuhan pangan darurat
lainnya, dan dukungan logistik yang terkait.
c. Mempromosikan keamanan pangan dunia sesuai dengan rekomendasi dari
PBB dan FAO.
Kebijakan inti dan strategi yang mengatur kegiatan WFP adalah untuk
memberikan bantuan pangan: 22
a. Untuk menyelamatkan nyawa di pengungsian dan situasi darurat lainnya.
b. Untuk meningkatkan gizi dan kualitas hidup orang yang paling rentan di
saat-saat kritis dalam kehidupan mereka.
c. Untuk membantu membangun aset dan mempromosikan kemandirian
masyarakat miskin dan masyarakat, khususnya melalui program karya
padat karya.
WFP akan memainkan perannya sebagai anggota aktif dari sistem PBB
untuk membawa masalah kelaparan ke pusat agenda internasional. Dalam
dialognya dengan pemerintah penerima dan komunitas bantuan, WFP akan
advokasi kebijakan, strategi dan operasi yang langsung bermanfaat bagi
masyarakat miskin dan lapar.
4.
Konsep Ketahanan Pangan dan Krisis Pangan
21
22
Ibid.
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Definisi mengenai ketahanan pangan (food security) memiliki perbedaan
dalam tiap konteks waktu dan tempat. Istilah ketahanan pangan sebagai sebuah
kebijakan ini pertama kali dikenal pada saat World Food Summit tahun 1974.
Setelah itu, ada banyak sekali perkembangan definisi konseptual maupun teoritis
dari ketahanan pangan dan hal-hal yang terkait dengan ketahanan pangan.
Secara formal, setidaknya ada lima organisasi internasional yang
memberikan definisi mengenai ketahanan pangan. Antara lain: 23
a. First
World
Food
Conference
1974,
United
Nations,
1975
“Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dunia yang cukup dalam
segala waktu untuk menjaga keberlanjutan konsumsi pangan, dan
menyeimbangkan fluktuasi produksi dan harga.”
b. FAO (Food and Agricultural Organization), 1992
“Ketahanan pangan adalah situasi dimana semua orang dalam segala
waktu memiliki kecukupan jumlah atas pangan yang aman dan bergizi
demi kehidupan yang sehat dan aktif.”
c. Bank Dunia (World Bank), 1996
“Ketahanan pangan adalah akses oleh semua orang pada segala waktu atas
pangan yang cukup untuk kehidupan yang sehat dan aktif.”
d. OXFAM, 2001
“Ketahanan pangan adalah kondisi ketika setiap orang dalam segala waktu
memiliki akses dan kontrol atas jumlah pangan yang cukup dan kualitas
yang baik demi hidup yang sehat dan aktif. Ada dua kandungan makna
23
https://petikdua.wordpress.com/2011/08/23/analisis-teori-dan-konsep-ketahananpangan-dan-keterkaitannya-terhadap-krisis-pangan-global-dalam-ilmu-hubungan-internasional
(diakses pada tanggal 23 Maret 2016).
Universitas Sumatera Utara
yang tercantum disini, yakni ketersediaan dalam artian kualitas dan
kuantitas, dan akses dalam artian hak atas pangan melalui pembelian,
pertukaran, maupun klaim.”
e. FIVIMS (Food Insecurity and Vulnerability Information and Mapping
Sistems), 2005
“Ketahanan pangan adalah kondisi ketika semua orang pada segala waktu
secara fisik, sosial, dan ekonomi, memiliki akses atas pangan yang cukup,
aman, dan bergizi, untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi (dietary needs)
dan pilihan pangan (food preferences) demi kehidupan yang aktif dan
sehat.”
Berdasarkan beberapa rumusan mengenai definisi ketahanan pangan
menurut pelbagai lembaga pangan diatas, dapat disimpulkan bahwa ketahanan
pangan adalah suatu kondisi yang menjamin ketersediaan produksi pangan,
lancarnya distribusi pangan, dan mampunya seseorang memperoleh dan memilih
pangan yang sehat untuk kehidupannya. 24
Krisis pangan merupakan kondisi yang terjadi karena ketidak mampuan
memenuhi standar ketahanan pangan yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan pokok
masyarakat di kawasan tertentu baik secara kualitas maupun kuantitasnya untuk
hidup sehat aktif dan produktif. Terjadinya krisis pangan pada suatu wilayah dapat
dilihat dari indicator yang terjadi di wilayah tersebut, seperti meningkatnya kasus
gizi buruk, terdapat penduduk miskin yang kesulitan mendapat pangan yang
cukup, bergizi dan seimbang, terjangkit penyakit hingga terdapat penduduk yang
24
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
meninggal akibat kelaparan. Krisis pangan berkaitan dengan ketahanan pangan.
Dengan tercapainya ketahanan pangan, maka krisis pangan dapat teratasi. Untuk
mencapai ketahanan pangan sebagai bagian dari human security 25
F. Metode Penelitian
Penelitian hukum adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari satu atau
beberapa pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. 26
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif (legal
research), yaitu penelitian yang menganalisis baik hukum yang diartikan sebagai
kaedah atau norma yang terdapat dalam hukum positif yang tertulis. Dalam hal ini
adalah norma hukum internasional yang terdapat dalam pelbagai sumber hukum
internasional khususnya mengenai WFP dan pengungsi.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitif yaitu metode penulisan yang
menggambarkan semua data yang kemudian dianalisis dan dibandingkan
berdasarkan kenyataan yang sedang berlangsung dan selanjutnya mencoba untuk
memberikan pemecahan masalahnya.
2. Sumber Data
25
Rumusan UNDP mengenai human security, yakni assured basic income, physical and
economic acces to food, reltive freedom from disease and infection, acces to sanitary water supply
clean air and non degraded land system, security of cultural identity, security from physical
violence and threat, protection of human rights and freedom. J.Kristiadi, National Security,
Human Security, HAM dan Demokrasi.
26
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2009, hlm. 38.
Universitas Sumatera Utara
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian karya tulis ini adalah data
sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang telah jadi,
dikumpulkan dan diolah menjadi data yang siap pakai. 27 Data sekunder dalam
penulisan ini terdiri dari:
a. Bahan hukum primer, yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan
ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang yang relevan dengan masalah
penelitian, yakni berupa Perjanjian Internasional, Resolusi oleh Majelis
Umum PBB dan FAO tentang World Food Programme, General
Regulation 2008 of WFP, Convention Relating Status of Refugees 1951
(Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi), Protocol Relating to the Status
of Refugees 1967 (Protokol 1967 tentang Status Pengungsi).
b. Bahan hukum sekunder, yaitu semua dokumen yang merupakan tulisantulisan atau karya-karya para ahli hukum dalam buku-buku teks, thesis,
disertasi, jurnal, makalah, surat kabar, majalah, artikel, internet, dan lainlain yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.
c. Bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu semua dokumen yang berisi
konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, kamus bahasa,
ensiklopedia, dan lain-lain baik di bidang hukum maupun di luar bidang
hukum yang digunakan untuk melengkapi data penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
27
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hlm. 12
Universitas Sumatera Utara
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Penelitian Kepustakaan
(Library Research), dalam teknik pengumpulan data melalui library research ini
maka penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang
diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literature-literatur ilmiah,
majalah, buku-buku, surat kabar, internet serta sumber-sumber informasi lainnya.
Bentuk bisa berupa data-data yang terdokumentasi melalui situs-situs internet
yang relevan.
4. Analisis Data
Data pada skripsi ini dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif adalah
proses kegiatan yang meliputi, mencatat, mengorganisasikan, mengelompokkan,
dan mensinstesiskan data selanjutnya memaknai setiap katagori data, mencari dan
menemukan pola, hubungan-hubungan, dan memaparkan temuan-temuan yang
bisa dimengerti dan dipahami oleh orang lain.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi dari skripsi ini dan agar
tidak terjadi kesimpangsiuran dalam penelitian skripsi ini, maka penulis
membaginya dalam beberapa bab dan tiap bab dibagi lagi ke dalam beberapa subsub bab.
Adapun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut:
BAB I.
PENDAHULUAN
Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar
Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Universitas Sumatera Utara
Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode
Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II.
KAJIAN UMUM MENGENAI PENGUNGSI SURIAH
Bab ini berisikan tentang gambaran umum mengenai pengungsi,
latar belakang konflik di Suriah, akibat-akibat yang timbul dari
konflik tersebut, dan kondisi warga negara yang mengungsi dari
Suriah.
BAB III.
SUATU TINJAUAN UMUM TENTANG UN WORLD FOOD
PROGRAMME (WFP)
Bab ini berisikan tentang sejarah dan perkembangan WFP, tujuan
dan fungsi WFP, struktur organisasi dan pendanaan, programprogram WFP, serta keanggotaan Suriah di WFP.
BAB IV.
ANALISIS PERAN WORLD FOOD PROGRAMME DALAM
PENANGANAN KRISIS PANGAN PENGUNGSI SURIAH
Bab ini berisikan tentang pengungsi di wilayah negara lain, upayaupaya yang dilakukan WFP berupa program-program dan galangan
dana untuk membantu kebutuhan pangan pengungsi Suriah, dan
kendala-kendala
yang
dihadapi
WFP
dalam
melaksanakan
upayanya.
BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini adalah bab terakhir dimana akan diberikan
kesimpulan dan saran.
Universitas Sumatera Utara
Download