BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata merupakan peristiwa penuh dengan kekerasan dan permusuhan antara pihak-pihak yang bertikai. Dalam sejarah konflik bersenjata telah terbukti bahwa konflik tidak saja dilakukan secara tidak adil, tetapi juga menimbulkan kekejaman. 1 Masalah konflik dan perang ini menjadi isu kontemporer dalam studi Hukum Internasional, lebih banyak lagi ketika timbul korban-korban manusia akibat peristiwa tersebut. 2 Tidak hanya korban manusia, konflik bersenjata juga menyebabkan kerugian yang berwujud harta kekayaan kiranya sulit dihitung. Perang atau konflik senjata telah menjadi kebudayaan dunia yang paling tua di muka bumi ini. Perang atau konflik bersenjata selalu menimbulkan kerugian yang besar bagi manusia baik bagi negara yang memenangkan peperangan maupun yang kalah dalam peperangan. Dampak yang paling besar adalah munculnya orang-orang atau penduduk yang mengungsi. Seperti yang terjadi di Suriah. Negara dengan ibu kota Damaskus yang terletak di kawasan Timur Tengah berbatasan langsung dengan Turki, Irak, dan Yodania ini, sejak Maret 2011 hingga detik ini terjadi konflik bersenjata. Konflik yang terjadi di Suriah merupakan konflik bersenjata yang bersifat internal sebab 1 Asep Darmawan, Prinsip Pertanggungjawaban Pidana Komandan Dalam Hukum Humaniter Kumpulan Tulisan, Jakarta: Pusat Studi Hukum Humaniter dan HAM Fakultas Hukum Universitas Trisakti, 2005, hlm. 51. 2 Ambarwati, Denny Ramadhany, Rina Rusman, Hukum Humaniter Internasional, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009, hlm. xii. Universitas Sumatera Utara terjadi antara pemerintahan pusat Suriah dengan pemberontak yang berada di wilayah negara itu sendiri. Hingga kini konflik yang terjadi belum mereda alihalih semakin memanas. Akibatnya, Suriah mengalami bencana kemanusiaan akibat perang sipil yang terjadi. Awal mula krisis kemanusiaan di Suriah adalah demo anti-pemerintahan yang terjadi pada Maret 2011. Demo tersebut adalah bagian dari efek gelombang Arab Spring 3 yang menyatakan protes damai kepada rezim pemerintahan Bashar Al Assad yang berkuasa. Namun protes damai tersebut ditanggapi negative oleh presiden Suriah tersebut dengan tindakan represif segera dilancarkan oleh Assad dan tentaranya. Pemberontak marah atas tindak kekerasan dan bangkit melawan rezim pemerintahan. Sejumlah tentara melakukan pembelotan dan warga sipil ikut angkat senjata. Konflik yang tidak kunjung usai berakibat ledakan jumlah pengungsi. Dalam dunia internasional pengungsi telah dikenal lama dimana pengungsi merupakan sekumpulan kelompok orang yang meninggalkan Negara atau tempatnya akibat rasa takut dan rasa tidak nyaman yang mengancam keselamatan mereka. 3 Arab Spring secara harafiah bermakna Musim semi di Arab. Kata ini merujuk pada peristiwa 1848, yang mana terjadi revolusi rakyat di sebagian wilayah Arab. Dalam konteks Arab Spring, sesuatu yang bersemi adalah nilai-nilai demokrasi yang kemudian menyebar dengan efek domino ke Negara-negara sekitarnya. Sejak 18 Desember 2010, telah terjadi revolusi di Tunisia dan Mesir; perang saudara di Libya; pemberontakan sipil di Bahrain, Suriah, dan Yaman; protes besar di aljazair, Irak, yordania, Maroko dan Oman, dan protes kecil di Kuwait, Lebanon, Mauritania, Arab Saudi, Sudan, dan Sahara Barat. Kerusuhan di perbatasan Israel bulan Mei 2011 juga terinspirasi oleh kebangkitan dunia Arab ini. Protes ini menggunakan teknik pemberontakan sipil dalam kampanye yang melibatkan serangan, demonstrasi, pawai, dan pemanfaatan media social untuk mengorganisir, berkomunikasi, dan meningkatkan kesadaran terhadap usaha-usaha penekanan dan penyensooran Internet oleh pemerintah. http://wikipedia.com/Arabspring (diakses pada tanggal 20 Maret 2016). Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2011 jumlah populasi Suriah berjumlah 22 juta orang, tetapi sampai hari ini angka pasti belum diketahui. Pada bulan Agustus 2015 PBB memperkirakan bahwa 250.000 orang tewas dalam perang. 4 Dilansir dari data Komisi Tinggi PBB urusan pengungsi, awal 2016 setidaknya ada 7,6 juta orang berpindah dan 4,6 juta warga Suriah yang tersebar di seluruh wilayah Negara lain menjadi pengungsi di negara-negara tetangga atau negara lain. Jutaan keluarga melarikan diri dan berlindung ke negara Turki, Irak, Mesir, Lebanon dan Yordania. Penelitian kemanusiaan yang berada di negaranegara tersebut menunjukkan bahwa makanan adalah prioritas utama. Akses terhadap kebutuhan dasar termasuk makanan, medis dan air sangat sulit akibat keterbatasan pengungsi dan susahnya menerima bantuan akibat blockade di beberapa wilayah. Kebanyakan pengungsi pergi dengan persiapan yang tidak memadai. Semakin banyak kepala rumah tangga menjadi pengangguran telah diperburuk kenaikan harga pangan dan bahan bakar di seluruh negeri. Oleh karena itu bantuan kepada mereka menjadi tanggung jawab komunitas internasional. 5 Beberapa organisasi internasional pun bergerak memberikan bantuan termasuk organisasi World Food Programme selanjutnya disebut WFP. WFP didirikan pada tahun 1960. Berkantor pusat di kota Roma, Italia, WFP memberikan bantuan kemanusiaan dan perkembangan jangka panjang untuk program pangan di Negara-negara berkembang. WFP merupakan organisasi yang didanai secara sukarela, oleh karena itu organisasi ini bergantung pada sumbangan 4 https://www.wfp.org/countries/syria (diakses pada tanggal 9 Juni 2016). http://www.unhcr.or.id/id/siapa-yang-kami-bantu/pengungsi (diakses pada tanggal 13 April 2016). 5 Universitas Sumatera Utara dari pelbagai Negara dan pribadi. Program-programnya menekankan pengembangan pelayanan masyarakat untuk mempromosikan program pangan 6. Karena tujuan inilah WFP mengambil peran untuk membantu penyediaan bahan pangan bagi pengungsi Suriah baik itu sistem pengumpulannya maupun sistem penyalurannya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang akan penulis bahas dalam penulisan skripsi ini antara lain: 1. Bagaimanakah peran UN World food Programme dalam menangani krisis pangan? 2. Bagaimanakah konflik yang terjadi di Suriah dan akibatnya terhadap krisis pangan? 3. Bagaimanakah peran World Food Programme dalam penanganan krisis pangan pengungsi Suriah? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya pengungsi Suriah. 6 https://id.wikipedia.org/wiki/Program_Pangan_Dunia (diakses pada tanggal 28 Maret 2016). Universitas Sumatera Utara b. Untuk mengetahui peranan WFP sebagai organisasi naungan PBB dalam hal penanganan pangan. c. Untuk mengetahui peranan WFP dalam memberikan bantuan pangan bagi pengungsi Suriah. 2. Manfaat Penulisan Sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoritis Sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan konsep ilmiah yang mampu memberikan sumbangsih terhadap perkembangan ilmu hukum khususnya dalam bidang hukum internasional terutama mengenai tindakan penanganan krisis pangan pengungsi Suriah akibat konflik berkepanjangan di Negara tersebut. Hal ini sebagai wujud penerapan dalam belajar Hukum Internasional secara akademis. b. Manfaat Praktis Menjadi suatu pedoman atau bahan refrensi pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara secara khusus dan pembaca pada umumnya serta dapat dijadikan bahan refrensi bagi pihak akademis dalam menambah wawasan mengenai peran World Food Programme dalam prespektif Hukum Internasional. D. Keaslian Penulis Adapun judul tulisan ini adalah Peran World Food Programme (WFP) dalam Menangani Krisis Pangan Pengungsi Suriah. Judul Skripsi ini belum Universitas Sumatera Utara pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang tidak sama, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan mahasiswa Fakultas Hukum USU. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secar ilmiah. E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Hukum Internasional Grotius (pelopor terbesar hukum internasional) menguraikan bahwa hukum internasional adalah hukum yang membahas kebiasaan-kebiasaan yang diikuti Negara pada zamannya. 7 Menurut Oppenheimer hukum internasional sebagai hukum yang timbul dari masyarakat internasional dan perjanjian-perjanjian pelaksanaannya dijamin dengan kekuatan dari luar. 8 Peraturan-peraturan hukum internasional tertentu diperluas kepada orangperorangan dan satuan-satuan bukan Negara sepanjang hak dan kewajiban mereka berkaitan dengan masyarakat internasional dari Negara-negara. Hukum internasional antara lain menetapkan aturan-aturan tentang hak-hak wilayah dari Negara, perlindungan lingkungan internasional, perdagangan dan hubungan komersial internasional, penggunaan kekerasan oleh Negara, dan hukum hak asasi serta hukum humaniter. 9 7 J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional, Terj. Bambang Irian, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hlm. 11. 8 http://www.gurupendidikan.com/pengertian-hukum-internasional-menurut-para-ahli/ diakses pada tanggal 28 Maret 2016. 9 C. De Rover, To Serve & To Protect-Acuan Universal Penegakan HAM, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2000, hlm. 4. Universitas Sumatera Utara Menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., hukum internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata. Meliputi antara negara dengan negara, negara dengan subjek hukum lain bukan negara, dan antara subjek hukum bukan negara satu sama lain. 10 Menurut pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, sumbersumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili perkara adalah: perjanjian internasional-baik bersifat umum atau khusus-, kebiasaan internasional, prinsip-prinsip hukum umum yang diakui negara beradab, dan keputusan pengadilan dan pendapat para ahli yang telah diakui kepakarannya, yang merupakan sumber hukum internasional tambahan. 11 Hukum internasional adalah kumpulan ketentuan hukum yang berlakunya dipertahankan oleh masyarakat internasional. 12 Sebagai kumpulan ketentuan hukum, hukum internasional merupakan bagian dari hukum. Sebagian dari hukum, hukum interansional memenuhi unsur-unsur yang menetapkan pengertian hukum, yakni kumpulan ketentuan yang mengatur tingkah laku orang dalam masyarakat yang berlakunya dipertahankan oleh “external power” masyarakat yang bersangkutan. 10 Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoe, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: P.T. Alumni, 2003, hlm. 1. 11 Whisnu Situni, Identifikasi dan Reformulasi Sumber-Sumber Hukum Internasional, Bandung: CV Madar Maju, 1989, hlm. 3. 12 Prof. Dr. F. Sugeng Istanto, S.H., Hukum Internasional, Yogyakarta: Universitas Atma Jay, 2010, hlm. 4-5. Universitas Sumatera Utara Selain istilah hukum internasional, orang juga menggunakan istilah hukum bangsa-bangsa, hukum antarbangsa atau hukum antar negara. Aneka ragam istilah ini terdapat dalam pelbagai bahasa yang telah lama mempelajari hukum internasional sebagai suatu cabang ilmu hukum tersendiri. Dengan mempelajari hukum internasional, akan dijumpai beberapa bentuk perwujudan atau pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia tertentu yaitu: Hukum Internasional Regional dan Hukum Internasional Khusus. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa disamping hukum internasional yang berlaku umum, terdapat pula Hukum Internasional Regional, yang terbatas daerah lingkungan berlakunya, seperti misalnya hukum internasional Amerika atau hukum internasional Amerika Latin, seperti konsep landasan kontinen (Continental Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation of the living resourse of the sea) yang mula-mula tumbuh di Benua Amerika sehingga menjadi hukum interansional umum. Dalam perwujudan lain dari hukum internasional khusus, selain hukum internasional regional, ada bentuk kompleks kaidah yang khusus berlaku bagi negara-negara tertentu saja, seperti misalnya Konvensi Eropa mengenai Hak-hak Asasi Manusia. Hukum internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara anggota masyarakat internasional yang sederajat. Universitas Sumatera Utara Sejalan dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh ke-2 abad XX, meningkatnya hubungan, kerjasama dan kesalingtergantungan antar negara, menjamurnya negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai akibat dekolonisasi, dan munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional bukan saja mengatur hubungan antar negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti organisasi-organisasi internasional. 2. Organisasi Internasional Menurut Starke, mengenai organisasi internasional berpendapat bahwa: “In the first place, just as the function of the modern state and the rights, duties and powers of its instrumentalities are governed by a branch of municipal law called state constitutional law, so international institution are similarly condition by the body of rules may will be describe as international constitutional law.” 13 Menurut Sumaryo Suryokusumo, Organisasi Internasional adalah suatu proses; organisasi internasional juga menyangkut aspek-aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu. Organisasi internasional juga diperlukan dalam rangka kerjasama menyesuaikan dan mencari kompromi untuk menentukan kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama serta mengurangi pertikaian yang timbul. 14 Teuku May Rudy mendefinisikan organisasi internasional dalam bukunya “Administrasi dan Organisasi Internasional” sebagai berikut: 15 13 Ade Mahman Suherman, Organisasi Internasional & Integritas Ekonomi Regional Dalam Prespektif Hukum dan Globalisasi, Jakarta : Ghali Indonesia, 2003, hlm. 46. 14 Ibid, hlm. 4. 15 Teuku May Rudy, Administrasi dan Organisasi Internasional, Bandung: Rafika Aditama, 2005, hlm. 3. Universitas Sumatera Utara “Pola kerjasama yang melintasi bata-batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah, maupun antara sesame kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda.” Berdasarkan definisi diatas, maka Organisasi Internasional kurang lebih harus mengandung unsure-unsur sebagai berikut: 16 a. Kerjasama yang ruang lingkupnya melingkupi batas-batas negara. b. Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama. c. Mencakup hubungan antara pemerintah maupun non-pemerintah. d. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap. e. Melaksanakan fungsi secara berkeseinambungan. Dalam studi hukum interansional, yang dimaksud dengan “organisasi interansional” biasanya adalah organisasi internasional dalam arti sempit, yaitu organisasi yang dibentuk atau didirikan oleh pemerintah-pemerintah atau yang biasanya disebut Inter Governmental Organization. Selain inter governmental organization tersebut, dalam pergaulan masyarakat internasional dijumpai pula ribuan organisasi interansional yang tidak dibentuk oleh pemerintah-pemerintah, tetapi yang didirikan oleh orang-perorangan, kelompok-kelompok dan badanbadan internasional yang demikian itu disebut Non-Govenrmental Organization. Jadi, organisasi internasional terbagi atas dua kategori besar yakni : Intern Governmental (IGO) dan Non-Governmental Organization(NGO). IGO adalah organisasi yang didirikan beberapa Negara untuk tujuan bersama. Ciri-ciri IGO 16 Ibid. Universitas Sumatera Utara adalah dibentuk oleh dua Negara atau lebih, bersidang secara teratur, mempunyai sifat yang tetap dan keanggotaan sukarela. Melihat dari tujuan yang dimiliki, WFP termasuk dalam IGO dan keanggotaannya umum dengan tujuan terbatas (general membership and limited purpose) 17. WFP mempunyai tujuan khusus pada suatu bidang tertentu dan keanggotaannya terbuka untuk seluruh negara, dalam artian tidak terbatas pada sekelompok negara tertentu. World Food Programme (WFP) adalah badan dalam system PBB yang tidak membatasi jumlah anggotanya dan mempunyai tujuan khusus untuk menangani bantuan pangan bagi semua orang didunia dan membantu suatu negara untuk mencapai tujuannya yaitu mencapai ketahanan pangan yang dimandatkan oleh World Food Summit. Clive Archer mengkategorikan peranan organisasi internasional menjadi 3 (tiga) kategori adalah sebagai berikut: 18 a. Sebagai instrumen, yaitu organisasi internasional digunakan oleh negaranegara anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan politik luar negerinya. b. Sebagai arena, organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi anggota-angotanya yang membahas dan membicarakan masalah-masalah yang dihadapi. Tidak jarang organisasi internasional digunakan oleh beberapa negara untuk mengangkat masalah dalam negerinya, ataupun 17 Pease dkk, International Organization :Prespective On Governance In Twentieth First Century, New Jersey, Prentice Hall, hlm. 276. 18 Archer dalam Anak Agung Banyu Perwira & Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, hlm. 95. Universitas Sumatera Utara mengangkat masalah dalam negri orang lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internasional. c. Sebagai aktor independen, organisasi internasional dapat membuat keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi. Jelas bahwa suatu organisasi internasional hanya bisa melakukan tugas dan fungsinya dengan mengambil keputusan dari tubuh organisasi internasional terkait. Dengan demikian semakin jelas bahwa organisasi internasional merupakan non-state actor (Aktor Non Negara) yang mempunyai kedudukan dalam system internasional. 3. United Nation World Food Programme (WFP) WFP adalah sebuah organisasi lembaga kemanusiaan dibentuk oleh FAO yang menjadi bagian dari sistem PBB. Bantuan makanan adalah salah satu dari banyak instrumen yang dapat membantu untuk meningkatkan keamanan pangan, yang didefinisikan sebagai akses semua orang setiap saat dengan makanan yang dibutuhkan untuk hidup aktif dan sehat. 19 Target intervensi diperlukan untuk membantu meningkatkan kehidupan masyarakat miskin - orang-orang yang, baik secara permanen atau selama periode krisis, tidak dapat memproduksi cukup makanan atau tidak memiliki sumber daya untuk dinyatakan mendapatkan makanan yang mereka dan rumah tangga mereka butuhkan untuk aktif dan hidup sehat. 20 19 World Food Programme mission di dalam https://wfp.org/mission-statement (diakses pada tanggal 29 Maret 2016). 20 Ibid. Universitas Sumatera Utara Konsisten dengan mandatnya, yang juga mencerminkan prinsip universalitas, WFP akan melakukan hal sebagai berikut: 21 a. Menggunakan bantuan pangan untuk mendukung pembangunan ekonomi dan sosial. b. Memenuhi kebutuhan pangan pengungsi dan kebutuhan pangan darurat lainnya, dan dukungan logistik yang terkait. c. Mempromosikan keamanan pangan dunia sesuai dengan rekomendasi dari PBB dan FAO. Kebijakan inti dan strategi yang mengatur kegiatan WFP adalah untuk memberikan bantuan pangan: 22 a. Untuk menyelamatkan nyawa di pengungsian dan situasi darurat lainnya. b. Untuk meningkatkan gizi dan kualitas hidup orang yang paling rentan di saat-saat kritis dalam kehidupan mereka. c. Untuk membantu membangun aset dan mempromosikan kemandirian masyarakat miskin dan masyarakat, khususnya melalui program karya padat karya. WFP akan memainkan perannya sebagai anggota aktif dari sistem PBB untuk membawa masalah kelaparan ke pusat agenda internasional. Dalam dialognya dengan pemerintah penerima dan komunitas bantuan, WFP akan advokasi kebijakan, strategi dan operasi yang langsung bermanfaat bagi masyarakat miskin dan lapar. 4. Konsep Ketahanan Pangan dan Krisis Pangan 21 22 Ibid. Ibid. Universitas Sumatera Utara Definisi mengenai ketahanan pangan (food security) memiliki perbedaan dalam tiap konteks waktu dan tempat. Istilah ketahanan pangan sebagai sebuah kebijakan ini pertama kali dikenal pada saat World Food Summit tahun 1974. Setelah itu, ada banyak sekali perkembangan definisi konseptual maupun teoritis dari ketahanan pangan dan hal-hal yang terkait dengan ketahanan pangan. Secara formal, setidaknya ada lima organisasi internasional yang memberikan definisi mengenai ketahanan pangan. Antara lain: 23 a. First World Food Conference 1974, United Nations, 1975 “Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dunia yang cukup dalam segala waktu untuk menjaga keberlanjutan konsumsi pangan, dan menyeimbangkan fluktuasi produksi dan harga.” b. FAO (Food and Agricultural Organization), 1992 “Ketahanan pangan adalah situasi dimana semua orang dalam segala waktu memiliki kecukupan jumlah atas pangan yang aman dan bergizi demi kehidupan yang sehat dan aktif.” c. Bank Dunia (World Bank), 1996 “Ketahanan pangan adalah akses oleh semua orang pada segala waktu atas pangan yang cukup untuk kehidupan yang sehat dan aktif.” d. OXFAM, 2001 “Ketahanan pangan adalah kondisi ketika setiap orang dalam segala waktu memiliki akses dan kontrol atas jumlah pangan yang cukup dan kualitas yang baik demi hidup yang sehat dan aktif. Ada dua kandungan makna 23 https://petikdua.wordpress.com/2011/08/23/analisis-teori-dan-konsep-ketahananpangan-dan-keterkaitannya-terhadap-krisis-pangan-global-dalam-ilmu-hubungan-internasional (diakses pada tanggal 23 Maret 2016). Universitas Sumatera Utara yang tercantum disini, yakni ketersediaan dalam artian kualitas dan kuantitas, dan akses dalam artian hak atas pangan melalui pembelian, pertukaran, maupun klaim.” e. FIVIMS (Food Insecurity and Vulnerability Information and Mapping Sistems), 2005 “Ketahanan pangan adalah kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik, sosial, dan ekonomi, memiliki akses atas pangan yang cukup, aman, dan bergizi, untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi (dietary needs) dan pilihan pangan (food preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat.” Berdasarkan beberapa rumusan mengenai definisi ketahanan pangan menurut pelbagai lembaga pangan diatas, dapat disimpulkan bahwa ketahanan pangan adalah suatu kondisi yang menjamin ketersediaan produksi pangan, lancarnya distribusi pangan, dan mampunya seseorang memperoleh dan memilih pangan yang sehat untuk kehidupannya. 24 Krisis pangan merupakan kondisi yang terjadi karena ketidak mampuan memenuhi standar ketahanan pangan yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat di kawasan tertentu baik secara kualitas maupun kuantitasnya untuk hidup sehat aktif dan produktif. Terjadinya krisis pangan pada suatu wilayah dapat dilihat dari indicator yang terjadi di wilayah tersebut, seperti meningkatnya kasus gizi buruk, terdapat penduduk miskin yang kesulitan mendapat pangan yang cukup, bergizi dan seimbang, terjangkit penyakit hingga terdapat penduduk yang 24 Ibid. Universitas Sumatera Utara meninggal akibat kelaparan. Krisis pangan berkaitan dengan ketahanan pangan. Dengan tercapainya ketahanan pangan, maka krisis pangan dapat teratasi. Untuk mencapai ketahanan pangan sebagai bagian dari human security 25 F. Metode Penelitian Penelitian hukum adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari satu atau beberapa pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. 26 1. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif (legal research), yaitu penelitian yang menganalisis baik hukum yang diartikan sebagai kaedah atau norma yang terdapat dalam hukum positif yang tertulis. Dalam hal ini adalah norma hukum internasional yang terdapat dalam pelbagai sumber hukum internasional khususnya mengenai WFP dan pengungsi. Penelitian ini bersifat deskriptif analitif yaitu metode penulisan yang menggambarkan semua data yang kemudian dianalisis dan dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang berlangsung dan selanjutnya mencoba untuk memberikan pemecahan masalahnya. 2. Sumber Data 25 Rumusan UNDP mengenai human security, yakni assured basic income, physical and economic acces to food, reltive freedom from disease and infection, acces to sanitary water supply clean air and non degraded land system, security of cultural identity, security from physical violence and threat, protection of human rights and freedom. J.Kristiadi, National Security, Human Security, HAM dan Demokrasi. 26 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009, hlm. 38. Universitas Sumatera Utara Sumber data yang diperoleh dalam penelitian karya tulis ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang telah jadi, dikumpulkan dan diolah menjadi data yang siap pakai. 27 Data sekunder dalam penulisan ini terdiri dari: a. Bahan hukum primer, yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang yang relevan dengan masalah penelitian, yakni berupa Perjanjian Internasional, Resolusi oleh Majelis Umum PBB dan FAO tentang World Food Programme, General Regulation 2008 of WFP, Convention Relating Status of Refugees 1951 (Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi), Protocol Relating to the Status of Refugees 1967 (Protokol 1967 tentang Status Pengungsi). b. Bahan hukum sekunder, yaitu semua dokumen yang merupakan tulisantulisan atau karya-karya para ahli hukum dalam buku-buku teks, thesis, disertasi, jurnal, makalah, surat kabar, majalah, artikel, internet, dan lainlain yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. c. Bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, kamus bahasa, ensiklopedia, dan lain-lain baik di bidang hukum maupun di luar bidang hukum yang digunakan untuk melengkapi data penelitian ini. 3. Teknik Pengumpulan Data 27 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hlm. 12 Universitas Sumatera Utara Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Penelitian Kepustakaan (Library Research), dalam teknik pengumpulan data melalui library research ini maka penulis memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang diperlukan dan relevan dengan penelitian baik itu dari literature-literatur ilmiah, majalah, buku-buku, surat kabar, internet serta sumber-sumber informasi lainnya. Bentuk bisa berupa data-data yang terdokumentasi melalui situs-situs internet yang relevan. 4. Analisis Data Data pada skripsi ini dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif adalah proses kegiatan yang meliputi, mencatat, mengorganisasikan, mengelompokkan, dan mensinstesiskan data selanjutnya memaknai setiap katagori data, mencari dan menemukan pola, hubungan-hubungan, dan memaparkan temuan-temuan yang bisa dimengerti dan dipahami oleh orang lain. G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi dari skripsi ini dan agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam penelitian skripsi ini, maka penulis membaginya dalam beberapa bab dan tiap bab dibagi lagi ke dalam beberapa subsub bab. Adapun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Universitas Sumatera Utara Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II. KAJIAN UMUM MENGENAI PENGUNGSI SURIAH Bab ini berisikan tentang gambaran umum mengenai pengungsi, latar belakang konflik di Suriah, akibat-akibat yang timbul dari konflik tersebut, dan kondisi warga negara yang mengungsi dari Suriah. BAB III. SUATU TINJAUAN UMUM TENTANG UN WORLD FOOD PROGRAMME (WFP) Bab ini berisikan tentang sejarah dan perkembangan WFP, tujuan dan fungsi WFP, struktur organisasi dan pendanaan, programprogram WFP, serta keanggotaan Suriah di WFP. BAB IV. ANALISIS PERAN WORLD FOOD PROGRAMME DALAM PENANGANAN KRISIS PANGAN PENGUNGSI SURIAH Bab ini berisikan tentang pengungsi di wilayah negara lain, upayaupaya yang dilakukan WFP berupa program-program dan galangan dana untuk membantu kebutuhan pangan pengungsi Suriah, dan kendala-kendala yang dihadapi WFP dalam melaksanakan upayanya. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini adalah bab terakhir dimana akan diberikan kesimpulan dan saran. Universitas Sumatera Utara