1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keselamatan pasien atau “patient safety” merupakan salah satu isu utama dalam pemberian pelayanan kesehatan. Isu ini dimulai ketika pada tahun 1999 IOM’s (Institute of Medicine’s) melaporkan tingginya angka kematian dan kerugian ekonomi yang dikarenakan oleh kesalahan pengobatan di Amerika, hal ini mendorong negara-negara anggota WHO untuk menyepakati resolusi World Health Assembly pada tahun 2002 sebagai pengakuan atas kebutuhan keselamatan pasien (American Academy of Pediatric, 2011 dan Aspden et al, 2004). Kesadaran akan pentingnya keselamatan pasien semakin meningkat dengan dikeluarkannya international patient safety goals oleh Joint Commission International yang menutut semua departemen rumah sakit untuk menegakkan keselamatan pasien dan menekan angka kejadian yang membahayakan pasien yang ditimbulkan oleh tindakan medis maupun tindakan perawatan lainnya (Joint Commission International, 2013). Prosedur invasif yang dilakukan pada pasien pediatrik selain dapat menimbulkan nyeri, juga dapat menimbulkan kecemasan, stress dan pengalaman sensori emosional yang tidak menyenangkan pada anak. Perubahan lingkungan serta banyaknya petugas yang mengambil alih lingkungan dapat memperburuk keadaan dan menimbulkan perubahan perilaku pada anak (Matlow et al, 2012). 1 2 Pasien pediatrik memiliki risiko terkait keselamatan lebih besar dibandingkan dengan pasien dewasa, lama rawat yang 2-6 kali lebih lama, mortalitas 2-18 kali lipat lebih besar, dan biaya rumah sakit lebih tinggi 2-20 kali lipat. Risiko komplikasi yang ditimbulkan dari prosedur invasif diluar ruang operasi pada pasien pediatrik sebanyak 15, 2% (Matlow et al, 2012). Risiko ini diperparah oleh perkembangan yang belum optimal, ketergantungan terhadap orang tua, serta ketergantungan terhadap asuransi kesehatan yang cukup tinggi (Lacey et al, 2008). Bone marrow puncture merupakan salah satu dari tujuh prosedur invasif yang sering dilakukan pada anak (Hertzog, Campbell, Dalton, dan Hauser, 1999). Studi mengenai prosedur bone marrow puncture menunjukkan bahwa perdarahan terjadi pada 0,08% dari 19.259 prosedur. Perdarahan secara signifikan dapat menyebabkan morbiditas bagi penderita, antara lain infeksi, nyeri menetap, kebocoran serosa yang menetap (Bain, 2005). Resiko komplikasi pada prosedur bone marrow puncture meskipun rendah tetap memerlukan pencegahan melalui pelaksanaan ceklist yang berisi mengenai protokol keselamatan. Berdasarkan pencarian literatur yang dilakukan oleh peneliti, ceklist khusus yang dilakukan pada prosedur bone marrow puncture memang belum ditemui, tetapi penerapan ceklist keselamatan diluar kamar operasi mulai muncul setelah kesuksesan surgical safety checklist dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas terkait pembedahan (Haynes et al, 2009). Ceklist keselamatan ini digunakan untuk mencegah kejadian yang melibatkan salah pasien, salah lokasi, salah prosedur dan kesalahan anastesi dalam prosedur yang berisiko tinggi yang 3 dilakukan di luar kamar operasi seperti di ruang tindakan, unit gawat darurat maupun diatas tempat tidur pasien (Novello dan Pataki, 2006 ; Farris et al, 2012 ; Browne, 2014). Penerapan ceklist ini terbukti dapat meningkatkan kesadaran akan keselamatan pasien, kerjasama tim, meningkatkan komunikasi, kepatuhan terhadap proses, efisiensi tindakan, dan dapat mengurangi kejadian yang membahayakan dalam penggunaan 1 tahun pertama (Norton dan Rangel, 2010 ; Koetser et al, 2013 ; Corso et al, 2014). Pelaksanaan bone marrow puncture tidak terlepas dari peran dokter dan perawat. Dokter dan perawat melalui perannya masing-masing berkerjasama dan berkomunikasi sebagai tim untuk menegakkan keselamatan terkait prosedur. Pengetahuan dan ketrampilan dalam mengimplementasikan ceklist keselamatan bone marrow puncture menjadi dasar dalam menjamin keselamatan pasien ketika prosedur bone marrow puncture dilaksanakan. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta merupakan rumah sakit pendidikan yang terakreditasi Joint Commission International dan menerapkan pedoman keselamatan dalam setiap layanan yang diberikan, yang berarti bahwa dalam setiap melaksanakan tindakan selalu berpedoman pada keselamatan pasien. Wawancara dengan Unit Peningkatan Mutu RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tanggal 22 Desember 2014 didapatkan bahwa sosialisasi mengenai standart patient safety terutama IPSG (International Patient Safety Goals) telah diberikan pada seluruh karyawan rumah sakit. Upaya untuk meningkatkan keselamatan pasien pada prosedur invasif di RSUP Dr. Sardjito menggunakan ceklist keselamatan bedah dari WHO (surgical safety checklist) yang diterapkan pada 4 prosedur bedah dan pemeriksaan diagnostik invasif non invasif, sesuai dengan kebijakan RSUP Dr. Sardjito yang tertera dalam Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito Nomor: HK.02.04/I/9306/2014 tentang Kebijakan Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien di RSUP Dr. Sardjito – Yogyakarta. Tindakan bone marrow puncture pada anak di RSUP Dr. Sardjito banyak dilakukan di ruang Instalasi Kesehatan Anak terutama bangsal onkologi dan hematologi. Berdasarkan wawancara dengan masing-masing kepala ruang Kartika 1 dan Kartika 2 yang dilaksanakan tanggal 22 Desember 2014 didapatkan bahwa tindakan bone marrow puncture pada bulan Oktober dan November 2014 diruang Kartika 2 cukup tinggi yaitu sekitar 50 tindakan, sedangkan pada ruang Kartika 1, tindakan bone marrow puncture sebanyak 9 tindakan pada bulan Januari 2015. Pelaksanaan bone marrow puncture telah menggunakan surgical safety checklist dari WHO. Berdasarkan studi pendahuluan, pelaksanaan ceklist pada periode september sampai oktober 2014, dari 41 tindakan bone marrow puncture terdapat 10 ceklist keselamatan pada pasien operasi, dengan pengisian identitas pasien sebanyak 75,6% pemenuhan standar kurang; sign in 75,6% pemenuhan standar kurang; time out sebanyak 78% pengisian standar kurang; dan sign out 78% pengisian standar kurang. Pelaksanaan bone marrow puncture melibatkan dokter DPJP, dokter anastesi, perawat anak, perawat anastesi. Hasil wawancara dengan perawat didapatkan bahwa tidak semua item pada ceklist keselamatan pasien operasi (surgical safety checklist) dapat diaplikasikan pada tindakan bone marrow puncture. 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah “bagaimanakah pengaruh edukasi keselamatan prosedur bone marrow puncture terhadap implementasi ceklist keselamatan prosedur bmp diruang hemato onkologi anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh edukasi keselamatan prosedur bone marrow puncture kepada perawat terhadap implementasi ceklist keselamatan prosedur bone marrow puncture di ruang hemato onkologi anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Membuat/mengembangkan, menguji validitas, reliabilitas dan implementasi ceklist keselamatan pada prosedur bone marrow puncture. b. Mengetahui gambaran mengenai implementasi ceklist keselamatan pada prosedur bone marrow puncture di ruang hemato onkologi anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta sebelum edukasi. c. Mengetahui gambaran mengenai implementasi ceklist keselamatan pada prosedur bone marrow puncture di ruang hemato onkologi anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta sesudah edukasi. d. Mengetahui pengaruh masa kerja, tingkat pendidikan, dan informasi sebelumnya terhadap implementasi ceklist keselamatan prosedur bone marrow puncture oleh perawat. 6 D. Manfaat penelitian 1. Bagi Penyedia Layanan Kesehatan Memberikan gambaran mengenai pengaruh edukasi terhadap implementasi ceklist keselamatan prosedur bone marrow puncture. 2. Bagi Pendidikan Memperkaya evidence based practice dalam upaya penegakkan keselamatan pasien pediatrik. 3. Bagi Masyarakat Memberikan gambaran mengenai pelaksanaan keselamatan pasien pada prosedur bone marrow puncture pada anak dirumah sakit yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan. 4. Bagi Peneliti Lainnya Memberikan literatur mengenai keselamatan prosedur bone marrow puncture pada pasien anak untuk pengembangan penelitian lebih lanjut. 7 E. Keaslian Penelitian Penelitian - penelitian serupa terkait dengan edukasi mengenai implementasi ceklist keselamatan prosedur bone marrow puncture yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. 1. Judul Implementing a Pediatric Surgical Safety Checklist in the OR and Beyond Peneliti & Tahun Elizabeth K. Norton, dan Shawn J. Rangel. (2010) Metode & Pelaksanaan Pilot test edukasi, proses audit dan implementasi dilakukan dua kali. Hasil Persamaan Perbedaan Ceklist dibuat untuk diimplementasikan dalam dua prosedur yaitu pediatric procedural safety checklist (digunakan untuk laboratorium kateterisasi jantung, endoskopi, dan unit radiologi intervensional) dan pediatric bedside safety checklist (digunakan untuk UGD, klinik gigi, PICU, NICU, klinik ambulatori, dan bedside atau ruang tindakan). Ceklist ini terbukti meningkatkan kerjasama tim, komunikasi, dan kepatuhan terhadap proses, serta kepuasan terhadap isi dari ceklist Meneliti dan mengimpleme ntasikan pelaksanaan safety checklist pada pasien pediatrik di luar ruang bedah. Metode penelitian, tempat penelitian dan luaran yang diukur 8 2. What if a Pilot was Too Busy for the Checklist? Emergency Department Safety and the Timeout Process Marybeth Browne (2014) Studi Kasus Kejadian yang membahayakan pasien pada lingkungan dengan beban kerja tinggi dipengaruhi oleh kelelahan, anggota tim yang ganda, perubahan personil, tergesagesa, komunikasi tim, kebingungan sisi lokasi dan prosedur, ketidakmampuan dalam melibatkan pasien dalam perawatan (seperti terlalu muda, non verbal, pengaruh obat penenang atau tidak kompeten), hambatan bahasa atau kurang pengetahuan mengenai kesehatan, nama yang sama, perubahan posisi atau perubahan ruang sebelum prosedur. Meneliti mengenai keselamatan pasien diluar ruang bedah Metode penelitian, subjek penelitian, tempat penelitian