paksi jurnal

advertisement
Indonesian Student Association in Malaysia
PAKSI
JURNAL
Artikel
Pengetahuan wanita posmenopaus melayu tentang vitamin D
Ari Istiany*, Suriah Abdul Rahman, Asmaa’ Mohd Parid
Pusat Pengajian Sains Kimia dan Teknologi Makanan, Fakulti Sains dan Teknologi, Universiti Kebangsaan Malaysia,
43600 UKM Bangi, Selangor Darul Ehsan, Malaysia
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan wanita posmenopaus Melayu tentang vitamin D serta
beberapa faktor yang berhubungan dengannya. Sebanyak 169 orang subjek berumur 49 hingga 74 tahun yang
tinggal di kampung sekitar Sepang, Selangor telah mengikuti penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa rata-rata dan standar deviasi skor pengetahuan, sikap dan perilaku wanita posmenopaus Melayu
y ang berkaitan vitamin D adalah 9,15 ± 3,73; 50,5 ± 4,39 dan 19,43 ± 3,76. Pengetahuan ini berhubungan
dengan tingkat pendidikan (r=0,18;p<0,05) dan sikap subjek (r=0,336;p<0,01). Namun demikian hasil uji
korelasi pearson tidak menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku subjek yang
berkaitan dengan vitamin D. © 2005 The Malaysia Indonesian Student Association. All rights reserved
Katakunci: pengetahuan; posmenopaus; vitamin D.
Pendahuluan
Secara klinikal, wanita dalam usia 40-an dan 50-an
dikenalpasti sebagai memasuki era menopaus jika
tidak didatangi haid selama 12 bulan berturut-turut
tanpa sebab-sebab fisiologi dan patologi lain. Umur
pada ketika berlakunya menopaus ini berbeda-beda
untuk setiap wanita tetapi kisaran normalnya adalah
diantara umur 45 hingga 55 tahun. Di Malaysia, ratarata angka harapan hidup wanita terus meningkat dari
———
*
Corresponding author; e-mail: [email protected].
74,1 tahun pada tahun 1995; 75,9 tahun pada tahun
2000 menjadi 78 tahun pada tahun 2010 (Suriah,
2003). Dengan memperhatikan fakta tersebut berarti
hampir separuh daripada kehidupan wanita akan
dihabiskan dalam masa menopaus.
Pada masa menopaus, ovari wanita yang terdapat
pada sebelah kanan dan kiri rahim akan berhenti
berfungsi menghasilkan ovum ataupun telur pada
setiap bulan. Hal ini menyebabkan kadar hormon
estrogen dalam tubuh wanita itu akan berkurangan.
Di samping menjamin kesuburan seseorang wanita,
28
Indonesian Student Association in Malaysia
hormon estrogen berfungsi memelihara kekuatan
tulang.
Jadi, dengan berlakunya menopaus
kehilangan kekuatan tulang akan bertambah (Ima,
2002).
Secara rata-rata, seseorang wanita akan
kehilangan sebanyak 2% - 5% indeks tulang setiap
tahun setelah menopaus. Pada lima tahun pertama
setelah menopaus, kehilangan indeks tulang berlaku,
terutamanya pada tulang trabekula iaitu tulang yang
kelihatan seperti jaring dan berongga yang
membentuk tulang belakang, tulang rusuk dan
sebagainya. Oleh karena itu, pada awal menopaus
tulang belakang menjadi lunak mengakibatkan sakit
di bagian belakang tubuh, tinggi badan menjadi
berkurang dan akhirnya wanita tersebut menjadi
bongkok. Sementara setelah lima tahun sesudah
menopaus pula, kehilangan indeks tulang yang
berlaku pada kedua-dua tulang trabekula dan kortikal
yaitu tulang padat yang membentuk tulang panjang di
anggota tangan dan kaki. Patah tulang panjang pula
seperti patah tulang pinggul dan tulang pergelangan
tangan cenderung berlaku pada wanita yang telah
menopaus lebih dari lima tahun. Di Malaysia,
kejadian kepatahan tulang pinggul yang berlaku pada
wanita adalah 44,8% dialami oleh wanita Cina, 13%
wanita Melayu dan 8,4% wanita India (Lee, 1999).
Sebagian daripada pengaruh estrogen terhadap
tulang ialah pengaruhnya dalam membantu
penyerapan kalsium dari usus. Dengan demikian,
sesudah menopaus penyerapan kalsium dari usus ini
akan terganggu. Oleh karena itu, wanita menopaus
perlu mengambil kalsium yang mencukupi setiap hari
untuk menjamin kekuatan tulang dapat terpelihara
sebaik mungkin.
Di Malaysia, penelitian yang menghubungkan
antara kalsium dengan kekuatan tulang telah banyak
dilakukan. Sementara itu penelitian tentang vitamin
D masih sedikit. Padahal untuk menjaga kadar
kalsium dalam darah, vitamin D yang dihasilkan oleh
kulit yang terdedah sinar matahari dan dari makanan
pula harus mencukupi. Sehingga faktor-faktor yang
berhubungan dengan vitamin D juga perlu diteliti.
Kalangan wanita dewasa lebih banyak yang
menderita kekurangan vitamin D dibandingkan
kalangan lelaki dewasa.
Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa 68% wanita muslim di Sidney
(Diamond, et.al, 2002); 42,4% wanita Afrika yang
tinggal di Amerika, (Nesby-O’Dell, et.al., 2002); dan
39,5% wanita di Amerika Serikat yang berusia 20 –
59 tahun menderita kekurangan vitamin D.
Penelitian yang dilakukan oleh Suriah (2004)
diketahui bahwa 71,3% wanita posmenopaus Melayu
kandungan vitamin D dalam darah mereka tidak
mencukupi keperluan tubuhnya.
Hanya sedikit jenis bahan pangan yang
mengandungi vitamin D. Telur, susu, margarin, dan
ikan laut merupakan bahan pangan utama yang
mengandungi vitamin D. Makanan-makanan ini pun
terdapat dalam jumlah yang sangat kecil, sehingga
vitamin D tidak tercukupi dari makanan sehari-hari.
Angka kecukupan Vitamin D yang dianjurkan per
orang per hari untuk wanita berumur 51 – 70 tahun
adalah 400 IU.
Berdasarkan beberapa hasil
penelitian diketahui bahwa rata-rata konsumsi
makanan yang mengandungi vitamin D per hari di
Swedia rendah, yaitu antara 0 – 240 IU (Melin A,
et.al., 2001) dan di Denmark 120 IU per hari (Brot,
et.al., 2001). Di Boston terdapat sebanyak 36,8%
orang berkulit hitam dan 27,3% orang berkulit putih
konsumsi makanan yang mengandungi vitamin D
<100 IU per hari (Harris, et.al., 2000) . Demikian
pula yang terjadi di Malaysia, rata-rata wanita
posmenopaus Melayu hanya mengkonsumsi 364 IU
makanan yang mengandungi vitamin D (Suriah, et.al,
2004).
Pada dasarnya vitamin D sudah tersedia di dalam
tubuh, khususnya di bagian kulit. Kulit manusia
mengandungi sterol yang dikenal sebagai 7
dehidrokolesterol (provitamin), apabila kulit tersebut
terdedah sinar matahari maka sterol akan diubah
menjadi kolekalsiferol di dalam darah. Di dalam hati
kolekalsiferol
diubah
menjadi
25hidroksikolekalsiferol atau 25(OH)D.
Artinya
keterpaparan terhadap sinar matahari sangat
diperlukan oleh setiap manusia untuk mengaktifkan
provitamin D yang ada di dalam tubuh.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian diketahui
bahwa faktor-faktor langsung yang mempengaruhi
penyakit kekurangan vitamin D adalah rendahnya
konsumsi makanan yang mengandung vitamin D dan
kurang terpapar terhadap sinar matahari. Faktorfaktor tidak langsung seperti pengetahuan tentang
vitamin D juga perlu diteliti sehingga diharapkan
dapat menjadi bahan rujukan untuk menentukan
program pencegahan kekurangan vitamin D sehingga
Indonesian Student Association in Malaysia
kejadian kepatahan tulang di kalangan wanita
posmenopaus dapat dikurangi.
Metodologi
Penelitian dilakukan di 15 kampung yang berada
di sekitar Sepang, Selangor, Malaysia. Jumlah
subjek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak
169 orang. Variabel yang diukur dalam penelitian ini
adalah umur, pendidikan, pengetahuan, sikap dan
perilaku yang berkaitan dengan vitamin D.
Kuesioner digunakan sebagai alat untuk mengukur
variabel-variabel tersebut.
Jumlah pertanyaan yang terdapat di dalam
kuesioner untuk mengukur pengetahuan subjek
tentang vitamin D sebanyak 20 pertanyaan dengan
tiga pilihan jawaban yaitu betul, salah dan tidak tahu .
Pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun berdasarkan
kajian pustaka yang berkaitan dengan vitamin D.
Dari tabel 1 di bawah ini dapat diketahui materi dan
jumlah pertanyaan yang ada dalam kuesioner.
Sebanyak 15 pertanyaan tentang sikap diukur
berdasarkan skala likert yaitu sangat setuju, setuju,
tidak pasti, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Sedangkan untuk mengukur perilaku hanya 10
pertanyaan yang diajukan dengan pilihan jawaban
yaitu tidak pernah, jarang, kadang-kadang dan selalu.
Tabel 1. Materi dan Jumlah Pertanyaan Pengetahuan tentang Vitamin D
Materi
Jumlah pertanyaan
Definisi
Fungsi
Sumber
Akibat kekurangan
Keterpaparan terhadap
sinaran matahari
Aktivitas fisik
Jumlah
2
2
5
3
7
1
20
Keseluruhan data yang diperoleh dianalisis dengan
meng-gunakan program SPSS versi 13.0. Analisis
deskriptif yang diuji antara lain rata-rata, standar
29
deviasi, dan frekuensi. Untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan dengan sikap dan perilaku
digunakan analisis statistik korelasi Pearson.
Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan dengan tingkat pendidikan digunakan
analisis statistik korelasi Spearman’s rho.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
rata-rata dan standar deviasi umur subjek yang
terlibat dalam penelitian ini adalah 62,2 ± 7,04
dengan kisaran antara 49 hingga 74 tahun. Untuk
mengetahui tingkat pendidikan subjek dapat dilihat
pada tabel 2 berikut ini. Rata-rata dan standar deviasi
skor pengetahuan subjek tentang vitamin D adalah
9,15 ± 3,73 dengan skor minimum 0 dan maksimum
18 dari skor tertinggi yaitu 20. Rata-rata dan standar
deviasi skor sikap subjek yang berkaitan dengan
vitamin D adalah 50,5 ± 4,39 dengan skor minimum
40 dan maksimum 64 dari skor tertinggi 75.
Sedangkan Rata-rata dan standar deviasi skor
perilaku adalah 19,43 ± 3,76 dengan skor minimun
11 dan maksimum 31.dari skor tertinggi 60. Datadata tersebut secara lengkap dapat dilihat pada tabel
3.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
sebanyak 34 orang (20,1%) masih berpengetahuan
rendah, 121 orang (71,6%) berpengetahuan
menengah dan hanya 14 orang (8,3%) yang
berpengetahuan tinggi tentang vitamin D.
Tabel 2. Jumlah Subjek menurut Tingkat Pendidikan
Kategori
N (Orang)
%
Tidak Sekolah
Sekolah Dasar
Sekolah Menengah
Diploma
Jumlah
33
116
19
1
169
19,5
68,6
11,2
0,6
100
Indonesian Student Association in Malaysia
30
Tabel 3. Rata-rata dan Standar Deviasi Skor
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Subjek
Variabel
Rata-rata ±
standar deviasi
Kisaran
Pengetahuan
Sikap
Perilaku
9,15 ± 3,73
50,50 ± 4,39
19,43 ± 3,76
0 – 18
40 – 64
11 – 31
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan subjek
yang berkaitan dengan vitamin D menurut materi
yang ditanyakan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Tingkat Pengetahuan Subjek menurut
Materi yang Ditanyakan
Materi
Betul
(%)
Salah
(%)
Tidak
Tahu (%)
Fungsi
Sumber utama
Waktu
terpapar
sinar matahari
Lama
terpapar
sinar matahari
Susu
41,4
61,5
10,1
13,6
8,30
77,5
45,0
30,2
12,4
14,2
68,6
17,2
56,8
12,4
30,8
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat diketahui
sebanyak 45% subjek yang tidak tahu bahwa fungsi
vitamin D adalah untuk menguatkan tulang dan
13,6% subjek yang menjawab salah. Sebagian besar
subjek (61,5%) mengetahui bahwa sumber utama
vitamin D adalah sinar matahari. Namun demikian,
hanya 10,1% yang tahu waktu yang sesuai bagi tubuh
untuk terpapar sinar matahari dan hanya 14,2% yang
tahu lamanya terpapar sinar matahari. Sebanyak
56,8% subjek mengetahui kalau susu merupakan
salah satu makanan yang mengandung vitamin D.
Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya
hubungan antara pengetahuan dengan tingkat
pendidikan
(r=0,18;p<0,05)
dan
sikap
(r=0,336;p<0,01). Sementara itu hasil uji korelasi
Spearman’s rho tidak menunjukkan adanya hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku subjek yang
berkaitan dengan vitamin D. Hal ini mungkin saja
terjadi sebab subjek melakukan sesuatu hal yang
sudah menjadi kebiasaannya tanpa mempunyai
pengetahuan tentang hal tersebut. Sebagai contoh,
sebanyak 69,2% subjek selalu melakukan kerja di
luar rumah seperti menjemur kain, menyapu
halaman, dan berkebun. Akan tetapi mereka tidak
mengetahui bahwa kulit yang terpapar sinar matahari
semasa mereka melakukan aktivitas ini dapat
menghasilkan vitamin D. Contoh lain, sebanyak
49,1% subjek selalu minum susu meskipun mereka
tidak mengetahui kalau susu tersebut mengandungi
vitamin D yang diperlukan untuk kesihatan tulang
mereka.
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
pengetahuan subjek tentang vitamin D masih kurang.
Hal ini berkaitan dengan tingkat pendidikan mereka
yang rendah. Namun demikian perilaku subjek yang
berkaitan dengan vitamin D tidak berhubungan
dengan pengetahuan mereka. Artinya, meskipun
pengetahuan mereka masih kurang tetapi mereka
berperilaku sesuai dengan keperluan tubuh akan
vitamin D.
Hal yang dapat disarankan berdasarkan hasil
penelitian ini adalah peningkatan pengetahuan
tentang vitamin D di kalangan wanita posmenopaus
perlu dilakukan.
Dengan demikian diharapkan
jumlah wanita telah menopaus dan belum menopaus
yang minum susu bertambah serta untuk memberikan
informasi kepada mereka tentang waktu dan lamanya
terpapar sinar matahari yang sesuai sehingga kulit
dapat menghasilkan vitamin D secara optimal.
Daftar Pustaka
Diamond, T.H., Levy, S., Smith, A., dan Day, P.
High Bone Turnover in Muslim Women with
Vitamin D Deficiency. The Medical Journal of
Australia, Vo. 177 (2002), 139 – 141.
Indonesian Student Association in Malaysia
31
Harris, S.S., Soteriades, E., Coolidge, J.A.S., Mudgal,
S dan Dawson-Huges, B. Vitamin D Insufficiency
adn Hyperparathyroidism in a Low Income,
Multiracial, Elderly Population. The Journal of
Clinical Endocrinology and Metabolism, Vol 85
(2000), 4125 – 4130.
an Older Population with Regular Outdoor Exposure.
JAGS, Vol 49 (2001), 1190 – 1196.
Nesby-O’Dell, S et.al.
Hypovitaminosis D
Prevalence and Determinants among African
American and White Women of Reproductive age.
Am J Clin Nutr, Vol 76 (2002), 187-192.
Ima, N.S.
Osteoporosis Adakah Anda dalam
Bahaya? Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur
(2002).
Suriah, A.R. dan Tengku Aizan, H. Pemakanan
Warga Tua. Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala
Lumpur (2003).
Melin, A., Wilske, J., Ringertz, H. dan Saaf, M.
Seasonal Variations in Serum Levels of 25Hydroxyvitamin D and Parathyroid Hormone but no
Detectable Change in Femoral Neck Bone Density in
Suriah, A.R., Chee, W.S.S., Zaitu, Y dan Chan, S.P.
Vitamin D Status among Posmenopausal Malaysian
Women. Asia Pac J Clin Nutr, Vol 13 (2004), 255 –
260.
Download