BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota yang terus berkembang, baik dari segi jumlah penduduk maupun infrastrukturnya. Pertambahan penduduk berbanding lurus dengan kebutuhan infrastruktur terutama kebutuhan akan lahan permukiman. Pertambahan penduduk yang tinggi menyebabkan munculnya pusatpusat permukiman berupa kampung-kampung padat di pusat kota maupun yang mengarah ke pinggiran kota. Kampung memiliki peruntukan lahan yang tinggi di kota-kota di Indonesia dan menjadi tumpuan perumahan bagi penduduk perkotaan yaitu sekitar 70 sampai 85 persen (Menpera, 2009 dalam Setiawan, 2010). Kampung yang merupakan hasil dari suatu proses pembangunan yang organik dan tidak terencana tentunya memiliki berbagai permasalahan. Sarana prasarana yang terdapat di kampung kadang dinilai belum cukup memadai. Salah satunya yaitu ruang publik, sebagai sarana tempat bersosialisasi warga kampung yang keberadaannya semakin terdesak. Hal ini disebabkan pertumbuhan penduduk yang cenderung meningkat tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan. Kebutuhan akan lahan perumahan/permukiman makin tinggi sementara alokasi lahan untuk kegiatan publik menjadi semakin sulit terealisasi. Anak-anak sebagai salah satu penghuni perkotaan memiliki kebutuhan ruang sebagai sarana untuk bermain. Anak-anak membutuhkan ruang sebagaimana orang dewasa juga memerlukan ruang untuk bersosialisasi. Bermain merupakan sarana bersosialisasi dan hak yang harus dipenuhi bagi anak-anak dan kebutuhan ruang bermain merupakan sesuatu yang mutlak. Bermain dapat dilakukan dimana saja seperti yang dinyatakan oleh Senda (1992) dalam Herwangi (2009), dan tugas orang tua menyediakan tempat bermain yang layak. Sementara itu menurut Woolley 1 (2008) dalam Agustina (2014), aktivitas bermain yang dilakukan di ruang publik dapat meningkatkan kepedulian, strategi, toleransi, dan kerjasama antar anak. Kurang tersedianya ruang untuk bermain anak akan menyebabkan permasalahan terhadap perkembangan kepribadian, menjadikan anak-anak kurang peka terhadap lingkungannya sendiri. Selain itu, jika dilihat dari sisi keamanan, salah satu ruang bermain bagi anakanak di kampung saat ini yaitu gang atau jalan. Gang dan jalan tersebut merupakan tumpuan kegiatan bermain anak di tengah padatnya lingkungan permukiman. Sedangkan jika dilihat kondisinya, gang atau jalan yang berada di kampung semakin sempit dan juga merupakan jalur lewatnya kendaraan bermotor sehingga cukup membahayakan bagi keselamatan anak-anak. Di sisi lain terkadang ruang bermain anak yang telah disiapkan dan disediakan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau diinginkan oleh anakanak. Bagi anak-anak, ruang bermain formal yang terstruktur tidak lebih menarik daripada ruang bermain informal seperti lapangan dan jalan. Menurut Worpole (2002) dalam Herwangi (2009), seharusnya ruang bermain anak menawarkan permainan berbau petualangan dan menantang, jika anak-anak dihindarkan dari permainan yang menantang dan berbau petualangan maka anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang anti sosial. Jadi bisa disimpulkan bahwa ruang bermain anak tidak harus formal dan terstruktur, walaupun aspek keamanan dan keselamatan anak tetap harus diperhatikan. Kotagede merupakan kawasan perkotaan yang cukup unik dan memiliki nilai sejarah. Di kawasan ini masih banyak peninggalan arkeologi berupa bangunanbangunan bersejarah seperti masjid dan makam Kerajaan Mataram Islam. Saat ini Kotagede telah berkembang menjadi kawasan padat permukiman yang minim fasilitas lingkungan, termasuk ruang terbuka publik. Di kawasan ini terdapat 12 RW dan 19 kampung. Salah satu kampung yang berada di Kotagede yaitu Kampung Alun-alun. Dari 12 RW yang ada di Kecamatan Kotagede, Kampung Alun-alun termasuk ke dalam wilayah RW 9 yang mana di RW tersebut belum ada kampung yang diproyeksikan untuk dijadikan Kampung Ramah Anak. Berbeda dengan RW 2 lainnya dimana minimal ada satu kampung yang telah diusulkan untuk dijadikan Kampung Ramah Anak. Hal tersebut menyebabkan belum adanya perhatian khusus mengenai ruang maupun fasilitas bermain anak di Kampung Alun-alun. Berdasarkan pengamatan awal di lapangan, rumah-rumah di kampung tersebut hampir tidak memiliki halaman untuk bermain anak-anak. Untuk kegiatan bersosialisasi antar masyarakat atau bermain dilakukan di jalan-jalan sempit, lapangan, atau teras rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa kegiatan bermain, karakteristik tempat yang digunakan sebagai ruang bermain, serta mengkaji kelayakan ruang bermain tersebut. 1.2. Permasalahan Penelitian Kepadatan bangunan di Kampung Alun-alun menyebabkan keterbatasan ruang terutama ruang publik. Bagi anak-anak, keterbatasan ruang publik berdampak pada terbatasnya ruang yang bisa dipakai untuk bermain. Selain itu, ruang yang dipakai untuk bermain di Kampung Alun-alun belum tentu layak digunakan sebagai ruang bermain 1.3. Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan penelitian yang muncul adalah : 1. Seperti apa kegiatan bermain anak di Kampung Alun-alun, Kotagede? 2. Bagaimana karakteristik ruang yang digunakan untuk bermain anak di Kampung Alun-alun, Kotagede? 3. Apakah ruang-ruang tersebut layak digunakan untuk bermain? 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan pertanyaan penelitian di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui kegiatan bermain anak di Kampung Alun-alun, Kotagede 2. Mengetahui karakteristik ruang yang digunakan untuk bermain 3. Mengkaji kelayakan ruang yang digunakan untuk bermain anak. 3 1.5. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Ilmu Pengetahuan Memberikan kontribusi dalam pengembangan keilmuan di bidang Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), mengenai interaksi manusia dengan lingkungannya, khususnya anak-anak dan ruang bermainnya. b. Masyarakat Sebagai bahan pengetahuan mengenai kedudukan ruang publik khususnya untuk anak-anak, serta bagaimana menciptakan ruang bermain yang nyaman dan aman di kampung-kampung padat perkotaan. c. Pemerintah Memberikan kontribusi positif bagi pemerintah Kota Yogyakarta, yakni dalam merencanakan dan membangun kampung yang dapat mengakomodasi kebutuhan anak. Hal ini sesuai dengan kebijakan Kota Yogyakarta yang mencanangkan diri sebagai Kota Layak Anak dan telah mendapatkan penghargaan Kota Layak Anak kategori madya pada tahun 2015. 1.6. Batasan Penelitian a. Lokus Lokasi yang digunakan sebagai wilayah penelitian yaitu Kampung Alunalun yang berada di Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta. 4 Gambar 1.1. Peta Lokasi Penelitian Sumber: Google Earth, 2016 b. Fokus Fokus dari penelitian ini yaitu pada kegiatan dan ruang bermain anak, ruang yang digunakan sehari-hari oleh anak-anak untuk aktivitas bermain, baik ruang yang memang secara sengaja dibuat untuk tempat bermain ataupun yang bersifat kondisional atau secara alami digunakan oleh anakanak untuk bermain. Anak yang diteliti berusia antara 6 sampai 12 tahun. Periode usia ini termasuk dalam periode operasional konkret, yang cenderung menggunakan ruang di luar rumah untuk kegiatan bermain mereka. Penelitian ini mencoba menemukan seperti apa kegiatan bermain dan karakteristik ruang yang dipakai untuk bermain anak serta mengkaji kelayakannya. 5 1.7. Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang ruang bermain anak. Penelitian yang telah dilakukan memiliki fokus, lokus, serta metode penelitian yang berbeda. Berikut adalah tabel yang menjelaskan beberapa penelitian tersebut. Tabel 1.1. Daftar Penelitian tentang Ruang Bermain Anak No 1 2 3 Judul Penelitian Karakteristik Ruang Terbuka Bermain Anak di Kampung Badran dan Dalem Kota Yogyakarta Kajian Spasial Ruang Publik (Public Space) Untuk Aktivitas Bermain Di Kawasan Kampung Ramah Anak Golo, Kota Yogyakarta Ruang dan Prilaku Bermain Anak di Lingkungan Permukiman Kota: Studi Kasus Kampung Tamansari Yogyakarta Peneliti Metode Fokus Lokus Tahun Arni Dewi Boronnia Perencanaan Wilayah dan Kota, UGM Induktif deduktif kualitatif Karakteristik spasial, perilaku anak, serta kesesuainnya dengan indikator Kabupaten/Kota Layak Anak 2015 Kampung Badran dan Kampung Dalem, Yogyakarta 2015 Dina Agustina Pembangunan Wilayah, UGM Deskriptif kualitatif Mengevaluasi kinerja ruang bermain anak Kampung Ramah Anak Golo, Kota Yogyakarta 2014 Aci Prayarani Magister Perencanaan Kota dan Daerah, UGM Induktif Kualitatif Menguraikan perilaku bermain anak, mengkaji hubungan perilaku bermain dengan lingkungan, dan mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang penting bagi Kampung Tamansari, Kota Yogyakarta 2006 Bersambung... 6 Lanjutan... 4 Ruang Terbuka Bermain Anak di Kawasan Kraton Yogyakarta kegiatan bermain. Surya Pradipta Deduktif Faktor-faktor Magister kualitatif yang Desain mempengaruhi Kawasan ruang terbuka Binaan, UGM dipergunakan untuk kegiatan bermain anak Sumber: Hasil pencarian penelitian terdahulu Kawasan Kraton, Kota Yogyakarta 2005 Berdasarkan tabel di atas, tidak terdapat kesamaan fokus maupun lokus dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini berfokus untuk menemukan bentuk ruang bermain dan pemanfaatannya oleh anak-anak untuk kemudian dikaji kelayakannya. 7