UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN BUKU KIA DAN KEPATUHAN IMUNISASI DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011 SKRIPSI ADE RIANI SANDRA 0906614572 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2011 Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN BUKU KIA DAN KEPATUHAN IMUNISASI DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Program Studi Bidan Komunitas Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ADE RIANI SANDRA 0906614572 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KEBIDANAN KOMUNITAS UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2011 Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan Nama NPM Program Studi Judul Skripsi oleh : : Ade Riani Sandra :0W6614572 : Kesehatan N'Iasyarakat : Hubungan Antafa Pemanfaatan Buku KIA Dan Kepatuhan'Imunisasi Di Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 201l. Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dem'an Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sariira feelatan Masyarakrt pada Program Stildi Keeehatan lt{rryarakat, Fakultes Kesehatan Masyaraka{ Universitas Indonesia. DEWAI\TPENGUJI Pembimbing: drAgustin Kusumayati, M.Sc,Ph.D Pengsji : drMieke Penguji : drg. Maya Mardiana" MARS 4> Saviti, MKes Ditetapkandi : Depok ftneget : Juti20ll ilt Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala kemudahan, kelancaran dan dengan izin-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Pemanfaatan Buku KIA dengan Imunisasi di Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2011”. Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman. Penulisan skripsi ini merupakan hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan penulis di Kota Tangerang Selatan. Selama menjalankan proses skripsi, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. dr. Agustin Kusumayati, Msc. PhD selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran sampai skripsi ini selesai pada waktunya. 2. dr. Meike Savitri, .MSc selaku penguji yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk hadir dalam sidang skripsi saya. 3. drg. Maya Mardiana, MARS, sebagai Kepala Puskesmas saya saat di Puskesmas Ciputat Timur yang mau meluangkan waktu dan tenaga untuk hadir sebagai penguji pada sidang skripsi saya. 4. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, atas arahan dan bantuan selama proses perkuliahan, magang dan skripsi. 5. Yang paling kucintai dan kusayangi kedua orang tuaku, Marlis st.Menan dan Elmi Munaf. Yang tiada henti mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis dalam segala situasi dan kondisi. 6. Yang tercinta dan tersayang anakku Nabilah Fahdah W dan Shabirah Qisti Azzahrah W, yang telah mengorbankan waktu bersama kita selama 2 tahun ini, berkat dorongan dan kasih sayang yang tulus dari kalian selama ini, saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. ii Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 7. Kakakku Yunita S.Pd dan adikku Dian Hamzah S.Ag. yang telah ikut mendorong dan memotovasi di saat saya hampir jatuh, atas doa kalian skripsiku selesai sesuai waktunya. 8. Teman-teman bidkom angkatan 2009 kelas D khususnya Ririn Rianita, Eva Agustin, Wiwit Faisal, Yeni Rotua terima kasih atas kebersamaan dan segala bantuannya tanpa kalian skripsi ini tak akan ada. 9. Seluruh teman-teman bidkom angkatan 2009 khususnya Erlina, Pradias, Syebrina dan Leni Sovita yang senasib dan sepenanggungan dalam menjalani hari-hari konsul bersama. Terima kasih atas kebersamaan dan segala bantuannya. 10. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Depok, Juli 2011 Penulis iii Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 ABSTRAK Nama : Ade Riani Sandra Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas Judul : Hubungan Antara Pemanfaatan Buku KIA dan Kepatuhan Imunisasi di Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan nagka kematian ibu dan bayi dengan suatu kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI), Strategic Making Pregnancy Safer dan Pengadaan Buku KIA. Pengetahuan ibu yang baik tentang Buku KIA akan berdampak positif pada kegiatan ibu yang berhubungan dengan kesehatan dan salah satunya imunisasi. Asumsi penulis pengetahuan baik yang ibu miliki tentang buku KIA akan berdampak pada kualitas imunisasi bayi/balitanya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara pemanfaatan Buku KIA dan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap. Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki Buku KIA dan memiliki anak yang berusia diatas 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan denga menggunakan desain studi cross sectional yang menjadi reponden adalah 96 ibu yang memiliki buku KIA dan balita diatas 12 bulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan, larangan dari keluarga dekat dan pemanfaat Buku KIA memiliki hubungan yang bermakna dengan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap. Saran yang diberikan yaitu lebih meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan agar mampu memberikan informasi tentang pengetahuan ibu tentang imunisasi. Kata Kunci: Pemanfaatan Buku KIA, Kepatuahan ibu dalam imunisasi viii Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 Universitas Indonesia ABSTRACT Name : Ade Riani Sandra Program Study : Public Health Judul : Hubungan Antara Pemanfaatan Buku KIA dan Kepatuhan Imunisasi di Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 viii Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 Universitas Indonesia DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ..................................... HALAMAN PENGESAHAN................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................ HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR.............. ABSTRAK .............................................................................................. DAFTAR ISI........................................................................................... DAFTAR TABEL................................................................................... DAFTAR GAMBAR .............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... i ii iii iv vi vii ix xiii xv xvi 1. PENDAHULUAN............................................................................. 1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1.2. Rumusan Masalah..................................................................... 1.3. Pertanyaan Penelitian................................................................ 1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................... 1.4.1. Tujuan Umum.................................................................. 1.4.2. Tujuan Khusus................................................................. 1.5. Manfaat Penelitian .................................................................... 1.6. Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 1 1 5 5 5 5 5 6 7 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2.1. Teori Mosley & Chen ............................................................... 2.2. Buku KIA.................................................................................. 2.3. Imunisasi ................................................................................... 2.3.1 Pengertian .................................................................... 2.3.2 Jenis-jenis vaksin .......................................................... 2.3.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan ...................... rendahnya cakupan imunisasi ...................................... 2.4. Konsep Perilaku ........................................................................ 2.4.1 Pengertian Perilaku ...................................................... 2.4.2 Determinan Perilaku ..................................................... 2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan............... 2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu ........................ dalam memberikan imunisasi lengkap pada bayi ......... 2.4.5 Kerangka Teori ............................................................. 8 8 9 13 13 3. KERANGKA KONSEP ................................................................... 3.1. Kerangka Konsep...................................................................... 3.2. Definisi Operasional ................................................................. 30 30 31 4. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 4.1. Desain Penelitian ...................................................................... 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 34 34 34 v Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 15 18 18 19 20 24 28 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. Populasi penelitian .................................................................... Sampel Penelitian...................................................................... Besar sampel ............................................................................. Instrumen Penelitian ................................................................ Tehnik Pengambilan Sampel .................................................... Pengumpulan data..................................................................... Pengolahan data ........................................................................ 4.9.1. Editing ............................................................................. 4.9.2. Coding ............................................................................. 4.9.3. Entry Data........................................................................ 4.9.4. Cleaning........................................................................... 4.10. Analisis Data............................................................................. 4.10.1 Analisa Univariat ......................................................... 4.10.2 Analisa Bivariat ............................................................ 34 34 35 36 36 36 36 36 37 37 37 37 37 38 5. HASIL PENELITIAN...................................................................... 5.1. Gambaran tempat penelitian ..................................................... 5.2. Analisis Univariat ..................................................................... 5.2.1. Gambaran kepatuhan ibu dalam imunisasi bayi............. 5.2.2. Gambaran pendidikan ibu................................................ 5.2.3. Gambaran Pengetahuan ibu tentang imunisasi................ 5.2.4. Gambaran Sikap Ibu ........................................................ 5.2.5. Gambaran ketersediaan Tempat layanan Imunisasi. ....... 5.2.6. Gambaran persepsi tentang biaya imnunisasi................. 5.2.7. Gambaran ketersediaan waktu ibu dalam........................ imunisasi bayi................................................................. 5.2.8. Gambaran Dukungan Responden berdasarkan................ Ketersediaan waktu untuk imunisasi .............................. 5.2.9. Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan ....................... dalam imunisasi bayi ....................................................... 5.2.10.Gambaran Dukungan Kader Kesehatan......................... 5.2.11.Gambaran larangan mengimunisasi dari keluarga......... 5.2.12.Gambaran Pemanfaatan Buku KIA ............................... 39 39 39 41 41 42 44 47 48 5.3. Analisis Bivariat........................................................................ 5.3.1. Hasil uji bivariat antara perilaku ibu yang.. …………. mengimunisasi bayi lengkap dengan faktor …………. pendidikan, pengetahuan dan sikap………………… 5.3.2. Hasil uji bivariat antara perilaku ibu dalam .................... Imunisasi anak lengkap dengan tempat layanan ............. Imunisasi, biaya dan waktu ............................................. 5.3.3. Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam ................... Imunisasi anak lengkap dengan dukungan suami .......... tenaga kesehatan, kader, larangan keluarga .................... dan pemanfaatan Buku KIA ............................................ v Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 50 51 53 54 56 57 58 59 61 63 6. PEMBAHASAN................................................................................ 6.1. Keterbatasan Penelitian............................................................. 6.2. Pembahasan hasil penelitian ..................................................... 65 65 66 7. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 7.1. Kesimpulan ............................................................................... 7.2. Saran ......................................................................................... 74 74 74 v Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Model Mosley & Chen (1983) ........................................... 8 Gambar 2.2. Alur Distribusi dan Pelaporan Buku KIA .......................... 11 Gambar 2.2 Teori Health Belief Model .................................................. 23 Gambar 2.3. Kerangka Teori................................................................... 29 Gambar 3.1. Kerangka Konsep .............................................................. 30 v Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Distribusi Responden menurut perilaku ibu dalam……………….. mengimunisasi bayi dengan lengkap………………………………. 41 Tabel 5.2 Gambaran responden berdasarkan pendidikan…………………….. 41 Tabel 5.3 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi ………….. 43 Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan………………….. Tentang Imunisasi………………………………………………… 44 Tabel 5.5 Gambaran Sikap Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi …………… 45 Tabel 5.6 Distribusi Ibu Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Imunisasi. 46 Tabel 5.7 Gambaran Ketersediaan Tempat Pelayanan Imunisasi…………… 47 Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan…………………. Tempat Layanan Imunisasi………………………………………... 48 Tabel 5.9 Gambaran Persepsi Ibu Tentang Biaya Imunisasi………………… 49 Tabel 5.10 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Tentang…………………….. Biaya Untuk Imunisasi…………………………………………….. 49 Tabel 5.11 Gambaran Ketersediaan Waktu Ibu ke Tempat Layanan Imunisasi. 50 Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan………………………………… Ketersediaan Waktu untuk Imunisasi ……………………………… 51 Tabel 5.13 Gambaran Dukungan Suami Untuk Mengimunisasikan Anaknya… 52 Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan…………………….. Suami Dalam Imunisasi Bayi …………………………………….. 52 Tabel 5.15 Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan Dalam Imunisasi……….. 53 Tabel 5.16 Gambaran Responden Berdasarkan Dukungan……………………. Tenaga Kesehatan dalam Imunisasi Bayi…………………………. 54 Tabel 5.17 Gambaran Dukungan Kader Kesehatan Dalam Pelayanan Imunisasi 55 Tabel 5.18 Distribusi Responden Dukungan Kader dalam Imunisasi Bayi …… 55 Tabel 5.19 Gambaran Larangan Keluarga Dekat Untuk Mengimunisasi Bayi .. 56 xiii Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 Universitas Indonesia Tabel 5.20 Gambaran Responden Berdasarkan Larangan ……………………… Keluarga Dekat dalam Imunisasi Bayi ……………………………… 56 Tabel 5.21 Gambaran Pemanfaatan Buku KIA………………………………….. 57 Tabel 5.22 Distribusi Pengertian Responden Terhadap Manfaat Buku Kia ……. 58 Tabel 5.23 Hasil Uji Bivariat Dengan Uji Chi Square Antara…………………… Pendidikan dan Perilaku Ibu Dalam Imunisasi Bayi………………… 59 Hasil Uji Bivariat Dengan Uji T Test Untuk Menguji………………. Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Imunisasi……………… 60 Hasil Uji Bivariat Dengan Uji T Test Untuk Menguji………………. Hubungan Antara Sikap dan Perilaku Imunisasi Ibu………………… 60 Hasil Uji Bivariat antara Perilaku Ibu dalam Imunisasi……………… Anak Lengkap dengan Faktor Tempat Layanan Imunisasi,…………. Biaya dan Waktu Ibu ……………………………………………….. 62 Hasil Uji Bivariat antara Perilaku Ibu dalam Imunisasi Anak………. Lengkap secara Dukungan dari Suami,Dukungan dari ……………. Tenaga Kesehatan,dari Kader Kesehatan serta…………………….. Larangan Imunisasi dari Keluarga Terdekat dan…………………… Pemanfaatan Buku KIA oleh Ibu ………………………………… 64 Tabel 5.24 Tabel 5.25 Tabel 5.26 Tabel 5.17 xiii Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan dengan meningkatkan mutu serta kemudahan pelayanan yang terjangkau diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Indikator derajat kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat ditandai dengan menurunnya angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan panjang umur harapan hidup. Sampai saat ini kematian ibu masih merupakan masalah prioritas di Indonesia. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia tahun 2010 sebanyak 35/1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi di Provinsi Banten tahun 2009 adalah 21/1000 kelahiran hidup. Pada tahun yang sama AKB Kota Tangerang Selatan 3,3/1000 KH, terdapat BBLR sebanyak 26 orang dan kejadian gizi buruk 11%. (Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan 2009). Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI), Strategi Making Pregnancy Safer dan pengadaan Buku KIA. Buku KIA telah diperkenalkan sejak 1994 dengan bantuan Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA). Buku KIA diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak. Buku KIA selain sebagai catatan kesehatan ibu dan anak, alat monitor kesehatan dan alat komunikasi antar tenaga kesehatan dengan pasien. diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengontrol kesehatan ibu. Penggunaan Buku KIA merupakan salah satu strategi pemberdayaan masyarakat terutama keluarga untuk memelihara kesehatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Hal ini seyogyanya menjadi perhatian pemerintah kabupaten atau kota (Depkes, 1999). Buku KIA dapat diperoleh secara gratis melalui puskesmas, rumah sakit umum, puskesmas pembantu, polindes, dokter dan bidan praktek swasta. 1 Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 2 Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita serta catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan antenatal di pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan lengkap dibuku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya mengetahui dengan pasti kesehatan ibu dan anak. Pencatatan sedini mungkin dapat mengantisipasi adanya risiko tinggi pada kehamilan ibu dan untuk mengetahui perkembangan serta pertumbuhan balita. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan mulai melaksanakan pemakaian Buku KIA pada tahun 2001. Sebelum didistribusikan, terlebih dahulu dilaksanakan pelatihan terhadap 3 kelompok dengan waktu pelatihan yang berbeda. Pelatihan ditujukan untuk pimpinan puskesmas dan pemegang program KIA, petugas puskesmas pembantu dan polindes, serta kader masing-masing 3 orang kader per posyandu dan KUA kecamatan serta TPP PKK kecamatan dan desa. Sumber dana pelatihan dan pengadaan buku KIA berasal dari Proyek JICA berlangsung sampai tahun 2002. Mulai tahun 2003 dinas kesehatan dengan dukungan dana APBD Kabupaten Tangerang sudah melakukan pengadaan sendiri untuk buku KIA. Salah satu hal yang terdapat dalam buku KIA adalah jadwal imunisasi. Imunisasi merupakan salah satu strategi yang efektif dan efisien dalam sistem kesehatan nasional untuk mencegah tujuh penyakit mematikan yaitu tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, campak, polio dan hepatitis B. Diharapkan peningkatan cakupan imunisasi yang meningkat dapat menurunkan angka kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Pada tahun 2003, WHO memperkirakan lebih dari 27 juta bayi tidak memperoleh imunisasi di tahun pertama usia mereka,dan 14 juta balita meninggal di sebabkan oleh PD3I. WHO dan UNICEF menetapkan indikator cakupan imunisasi adalah 90% di tingkat nasional, dan 80% di semua kabupaten. Dalam rencana strategis Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005-2009, target universal child immunization (UCI) desa sebesar 98% tercapai pada tahun 2009 (ayubi, 2006). Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 3 Menurunkan AKB dalam beberapa waktu terakhir, memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. Penurunan AKB tersebut antara lain disebabkan oleh peningkatan bidan di desa dan meningkatnya proporsi ibu dengan pendidikan yang tinggi (Depkes RI,2004). Salah satu target keberhasilan imunisasi adalah tercapainya Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi lengkap bayi secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010. Indikator imunisasi lengkap adalah cakupan imunisasi kontak pertama (DPT 1) sebesar 90% dan cakupan imunisasi kontak lengkap (Campak) sebesar 80%. Indikator lainnya yang di gunakan untuk kontak lengkap adalah cakupan DPT 3 sebesar 80%. Cakupan imunisasi lengkap anak usia 12-23 bulan di Indonesia tahun 2010 sebesar 46,2%, mereka mendapat vaksinasi BCG, polio 3 kali, DPT 3 kali, hepatitis B 4 kali dan campak (www.ibubayi.com,2010). Cakupan imunisasi di provinsi Banten tahun 2010 disebutkan polio 4 (101,7% ), DPT/Hb (99,2%), campak (104%), BCG (100,4%). Bedasarkan laporan tahunan tahun 2009 di Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur hasil Imunisasi dasar di dapatkan hasil : Sasaran Bayi 3692 HB (0<7 hari) 67.9%, BCG 88.8%, Polio1 88.3%, DPT/HB 88.4%, Polio2 85.4%, DPT/HB2 85.8%, Polio3 84.1%, DPT/HB3 84.1%, Polio4 82.3%, Campak 82.3%. Artinya bahwa semua pencapaian imunisasi dasar masih dibawah pencapaian Provinsi Banten. Dari pencapaian kelima imunisasi dasar, pencapaian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari masih jauh dibawah target nasional. Bedasarkan laporan tahunan tahun 2010 di Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur hasil Imunisasi dasar didapatkan hasil : Sasaran bayi 3633 HB (0<7 hari) 83.8%, BCG 98.7%, Polio1 98.2%, DPT/HB 99.3%, Polio2 96.3%, DPT/HB2 97.4%, Polio3 93.0%, DPT/HB3 94.6 %, Polio4 93.6%, Campak 93.8%, TT1 90.5%, TT2 82.6%, TT3 2.4%, TT4 1.6%, TT5 12.6%. Sebagaimana yang dijelaskan dalam buku juknis penggunaan buku KIA (2009) bahwa buku KIA sebagai sumber informasi untuk mengetahui hasil pemeriksaan ibu yang lengkap dan agar ibu serta keluarga mengetahui dengan pasti keadaan kesehatan ibu dan anak sedini mungkin sehingga dapat lebih cepat mengantisipasi adanya resiko tinggi yang mungkin terjadi pada ibu hamil dan mengetahui perkembangan janinnya. Bila ibu hamil tidak membawa buku KIA Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 4 setiap ia memeriksakan kehamilannya maka akan mengganggu pencatatan yang seharusnya dilakukan oleh petugas puskesmas saat kunjungan ibu tersebut. Imunisasi dasar adalah imunisasi wajib yang ada di dalam program Puskesmas dimana semua bayi yang berusia di atas 12 bulan harus mendapatkan imunisasi tersebut. Karena imunisasi dasar dibuat menjadi program karena penyakit yang ada tersebut dapat dicegah dengan imunisasi. Hal ini akan tercapai apabila ibu sadar dan mengerti apa tujuan imunisasi dan manfaat dari imunisasi yang ada. Imunisasi dasar yang ada didalam program Puskesmas mempunyai tujuan melindungi anak dari penyakit, mencegah kecacatan pada anak, juga untuk mencegah kematian pada anak (DepKes RI, 2009). Berdasarkan data yang telah diambil penulis mencoba melihat apakah ada hubungan antara ibu yang memiliki buku KIA dengan kelengkapan imunisasi seorang anak bayi/balita pada akhirnya. Karena penulis mengasumsikan bahwa pengetahuan ibu tentang buku KIA akan berdampak pada kualitas imunisasi bayi/balitanya. Dalam buku juknis penggunaan buku KIA, (2009) dijelaskan yang di maksud dengan buku KIA adalah buku milik keluarga yang disimpan di rumah dan dibawa setiap kali ibu atau anak datang ke fasilitas kesehatan pemerintah atau swasta dimanapun berada untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku KIA adalah catatan kesehatan yang lengkap milik seorang ibu sejak hamil sampai dengan bayi yang di kandung berusia 5 tahun . Bila ibu hamil memahami isi buku KIA dengan baik maka ia akan tahu kapan dan bila ia perlu pertolongan. Menurut Green dan Kreuter (2005) bahwa perilaku kepatuhan seseorang dalam membawa buku KIA pada saat pemeriksaan kehamilan pasien berikutnya ditentukan oleh banyak hal antara lain faktor pemudah seperti pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi juga faktor pendukung seperti sarana dan prasarana atau fasilitas untuk membantu pelaksanaan kegiatan prilaku kesehatan serta faktor pendorong sikap serta prilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya dan tak lupa dorongan dari tokoh masyarakat setempat. Seperti yang dituliskan oleh Benyamin Bloom tahun 1908 dalam Notoadmodjo (2007) ada 3 tingkat ranah perilaku yaitu: pengetahuan, sikap dan tindakan atau praktik dapat menjelaskan bahwa seseorang harus memiliki Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 5 pengetahuan terlebih dahulu tentang isi buku KIA sehingga ibu menjadi tahu, memahami, lalu mengaplikasikannya, menganalisis isi buku KIA tersebut dan ia mampu menyusun formulasi baru dan mengevaluasi apa yang ia ketahui maka akan terbentuk suatu sikap, dan dalam sikap ibu akan mulai menerima buku KIA menanggapi, menghargai, bertanggung jawab dan mulai melakukan tindakan atas apa yang ia terima . Sehingga penulis mencoba untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tindakan ibu untuk mengimunisasikan bayi secara lengkap bila dilihat dari pemanfaatan ibu terhadap buku KIA. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah yang ada pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pemanfaatan buku KIA oleh ibu dengan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan pada tahun 2011. 1.3 PERTANYAAN PENELITIAN Apakah ada hubungan antara pemanfaatan Buku KIA dengan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan pada tahun 2011. 1.4 TUJUAN PENELITIAN 1.4.1 TUJUAN UMUM Diketahuinya gambaran dan hubungan antara pemanfaatan Buku KIA dan kepatuhan imunisasi terhadap kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap. 1.4.2 TUJUAN KHUSUS 1. Diketahuinya gambaran faktor predisposisi kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap yang meliputi pendidikan, pengetahuan dan sikap 2. Diketahuinya gambaran faktor pemungkin kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara yang meliputi ketersediaan tempat layanan Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 6 imunisasi, persepsi biaya untuk layanan imunisasi, ketersediaan waktu ibu untuk mengimunisasi. 3. Diketahuinya gambaran faktor penguat kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap yang meliputi dukungan suami dalam imunisasi anak, larangan keluarga dekat dalam mengimunisasi anak, dukungan petugas dalam pelayanan imunisasi, dukungan kader kesehatan dan pemanfaatan buku KIA. 4. Diketahuinya hubungan antara faktor predisposisi dan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap yang meliputi umur, pendidikan, pengetahuan dan sikap. 5. Diketahuinya hubungan antara faktor pemungkin dan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap yang meliputi ketersediaan tempat layanan imunisasi, persepsi biaya untuk layanan imunisasi, ketersediaan waktu ibu untuk mengimunisasi. 6. Diketahuinya hubungan faktor penguat dan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap yang meliputi ketersediaan tempat layanan imunisasi, persepsi biaya untuk layanan imunisasi, ketersediaan waktu ibu untuk mengimunisasi. 1.5 MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. Hasil penelitian ini diharapakan akan menjadi informasi atau masukan agar buku KIA yang telah ada dapat dimanfaat lebih maksimal oleh masyarakat khususnya ibu hamil sehingga Dinas Kesehatan Tangerang Selatan akan lebih mempersiapakan sumber daya manusia yang terampil dalam mensosialisasikan Buku KIA kepada masyarakat di wilayah Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur. 2. Bagi penulis. Menambah pengalaman dan wawasan penulis sehingga akan mampu memaksimalkan cara mensosialisasikan buku KIA sampai ketangan ibu hamil dan ibu bayi/balita dengan pemanfaatan yang lebih maksimal. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 7 1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan buku KIA dengan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap di Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur tahun 2011. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang didapat dari profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2009 dan 2010 serta data primer yaitu pada ibu yang memiliki anak berusia diatas 12 bulan yang memiliki buku KIA yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan pada tahun 2011. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Mosley & Chen Gambar berikut menyajikan model Mosley dan Chen (Mosley dan Chen, 1983) tentang determinan kematian neonatal dan balita. Socioeconomic determinants Maternal faktors Environmental contamination Nutrient deficien Healthy Injury Sick Prevention Treatment Growth faltering Personal illness control Mortality Gambar 2.1 Model Mosley & Chen, 1983 Sumber : Child Survival Strategies for Researceh Sehat dan sakit adalah suatu kondisi dinamis anak. Dari kondisi sehat seorang anak baru lahir dapat "bergerak" ke arah sakit, dan sebaliknya. Mengubah dari "sehat" menjadi "sakit" dipengaruhi oleh banyak kondisi yang dapat dikategorikan ke dalam empat faktor pendukung yaitu: faktor ibu, pencemaran lingkungan, kekurangan gizi, dan cedera. Ini adalah empat aspek yang jelas dipengaruhi oleh kondisi sosial-ekonomi anak dan/keluarganya. Selanjutnya kondisi sosial ekonomi juga menentukan kontrol diri seseorang terhadap penyakit yang dipraktekkan terutama oleh orang tua. Kontrol tersebut mencakup dua aspek, 8 Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 9 yaitu (1) langkah-langkah pencegahan, yang akan mencegah penyakit dan (2) pengobatan, yang akan memungkinkan seorang anak sembuh dari penyakitnya. Jika tidak diobati dengan segera dan memadai, mungkin akan menyebabkan pertumbuhan bayi/anak akan terganggu atau dapat menyebabkan kematian pada anak. Faktor yang menjadi tolak ukur/dominan dalam teori Mosley dan Chen adalah Faktor sosial ekonomi, dimana faktor sosial ekonomi lebih berperan dari pada variable-variabel lain dalam kelangsungan hidiup anak. Faktor penentu lainya yang mempengaruhi kelangsungan hidup anak dikelompokan dalam 5 kategori yaitu: 1. Ibu yang terdiri dari umur, paritas dan jarak kelahiran. 2. Pencemaran linkungan, terdiri dari udara yg mempengaruhi sitem pernafasan; makanan/air; kulit/tanah/bangkai; binatang. 3. Kekurangan gizi; bila anak mengalai kekuranngan intake/masukan pada 3 gizi makro yaitu kalori, protein dan nutrient. 4. Cidera terdiri dari dari; cidera fisik, luka bakar dan keracunan. 5. Kontrol diri seseorang terhadap penyakit; terdiri dari pencegahan dan pengobatan penyakit. 2.2 Buku KIA Buku KIA adalah buku milik keluarga yang disimpan di rumah dan dibawa setiap kali ibu atau anak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau swasta dimanapun berada untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku KIA merupakan kumpulan materi standar penyuluhan, informasi serta catatan tentang gizi, kesehatan ibu dan anak. Buku KIA adalah salah satu bentuk upaya dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga. Sasaran pemakai Buku KIA terbagi dua yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung adalah ibu dan anak dengan ketentuan sebagai berikut: a. Setiap ibu hamil mendapat Buku KIA gratis yang akan digunakan sejak mulai ia hamil hingga masa nifas sampai anak berusia 5 tahun. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 10 b. Pada kelahiran kembar ibu akan mendapatkan buku sesuai jumlah bayi yang hidup. c. Setiap kali ibu hamil ibu mendapatkan buku yang baru d. Jika buku hilang ibu (selama persediaan masih ada) atau anak bisa mendapatkan buku yang baru. e. Setelah ibu melahirkan, maka Buku KIA akan menjadi milik anak dan dicatat dalam Register Kohort Bayi, Register Posyandu dan Register Pelayanan di Rumah Sakit/Instansi pelayanan Kesehatan f. Buku KIA bila diberikan pada ibu hamil maka harus dicatat dalam Kohort Ibu Hamil, bila diberikan pada bayi maka harus dicatat dalam buku Kohort Bayi dan bila diberikan pada balita harus dicatat dalam Kohort Anak Balita dan Pra Sekolah g. Pada instansi swasta buku harus dicatat pada catatan pengguna Buku KIA sesuai petunjuk teknis penggunaan Buku KIA h. Bila pengadaan Buku KIA di Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten maka penanggung jawab buku akan mendistribusikan Buku KIA ke Puskesmas, Puskesmas mendistribusikannya ke jaringannya yaitu Pustu, Posyandu dan Bidan Desa dan bila persediaan buku KIA di Puskesmas lebih maka Puskesmas bertanggung jawab memberikan pada fasilitas kesehatan yang belum memiliki buku KIA. Buku KIA diberikan melalui puskesmas, rumah sakit pemerintah/swasta, klinik kesehatan ibu dan anak swasta dan profesi Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 11 DEPARTEMEN KESEHATATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI RSU RS SWASTA, RB, KLINIK SWASTA DINAS KESEHATAN KAB/KOTA PUSKESMAS POSKESDES PUSTU BPS SASARAN IBU HAMIL BARU Diagram 2.2 : Alur Distribusi dan Pelaporan Buku KIA Sumber : Petunjuk Teknis Pemakaian Buku KIA Depkes RI 2010 Beberapa pelajaran yang terdapat dalam Buku KIA antara lain: Materi Kesehatan Ibu terdiri tentang kesehatan ibu hamil yang menjelaskan tentang kesehatan ibu hamil mulai ibu pertama kali hamil sampai dengan kehamilan akhir kehamilan. Disana juga menjelaskan tentang bahaya apa saja yang mungkin akan terjadi pada setiap semester kehamilan yang akan di hadapi ibu. Dilanjutkan dengan materi tentang ibu bersalin. Didalam buku ini juga menjelaskan tentang apa saja yang akan ibu hadapi pada saat persalinan serta perencanaan persalinan. Ibu dan keluarga sudah harus menentukan siapa yang akan menolong ibu pada saat persalinan dengan siapa ibu akan di dampingi dan bagaimana cara ibu untuk sampai ke tempat bersalian yang ibu kehendaki. Hal ini perlu dibuat sejak awal agar ibu merasa aman tiba pada saat ibu akan melahirkan. Dalam buku yang sama juga dijelaskan dan terdapat catatan apa saja yang perlu dilengkapi pada saat ibu dalam keadaan nifas. Hal ini dianggap perlu untuk mengetahui seberapa jauh kemajuan kesehatan ibu pasca melahirkan. Yang terakhir tentang Keluarga Berencana juga terdapat dalam catatan Buku KIA. Catatan Keluarga Berencana yang ada di dalam Buku KIA yaitu catatan tentang Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 12 apa kontrasepsi yang dipilih ibu, dimana ia mendapatkan layanan Keluarga Berencana tersebut dan kapan pelayanan Keluarga Berencana itu didapat. Catatan Kesehatan Ibu yang terdiri atas: Lembaran menyambut persalinan yang berisi tentang pernyataan pasien untuk dirawat oleh siapa dalam proses persalinannya nanti. Pada catatan hasil pemeriksaan kehamilan mulai dari hari pertama haid terakhir (HPHT), hari tafsiran persalinan (HTP), lingkar lengan bagian atas (LILA), tinggi badan (TB) serta catatan perjalanan pemeriksaan kehamilan pasien. Sedangkan pada catatan persalinan ibu, didalamnya terdapat catatan tentang kapan ibu bersalin, pada usia berapa kehamilan ibu pada saat terminasi, ditolong oleh siapa, dan bagaimana keadaan ibu pada saat proses persalinan. Pada catatan bayi saat lahir, di dalamnya terdapat catatan yang cukup lengkap, yang ditanyakan mulai dari anak yang keberapa, berat badan dan panjang badan, lingkar kepala bayi Lembar Rujukan juga terdapat dalam buku ini, didalamnya menjelaskan tentang tanggal, bulan, tahun rujukan, dirujuk kemana, penyebab dari ibu sehingga mengapa ibu harus dirujuk, diagosa dan tindakan sementara apa yang telah dilakukan serta tidak lupa mencatat siapa yang merujuk ibu ke rumah sakit yang dituju. Catatan kesehatan ibu saat nifas dan pelayanan apa saja yang ibu terima saat nifas juga terdapat dalam Buku KIA tersebut dan tentang ibu yang terakhir juga terdapat catatan ibu tentang jenis KB apa yang dipakai beserta tanggal dan siapa yang memberikan pelayanan Kontrasepsi. Pada bagian yang terakhir dalam proses persalinan ibu terdapat surat keteranga lahir bayi yang menerangkan kapan bayi tersebut lahir, jenis kelamin, berat badan dan panjang badan lahir serta dimana bayi tersebut di tolong pada saat proses persalinan. Catatan Kesehatan Anak yang terdiri atas. Pada catatan kesehatan juga terdapat hal sama detailnya dengan catatan kesehatan ibu. Dalam buku ini terdapat tanda-tanda bayi sehat, cara merawat bayi baru lahir, cara memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi/balita yang baik Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 13 dan benar, yang diikuti dengan jadwal dan pelajaran tentang jenis, fungsi dan cara pemberian imunisasi. Dilengkapi juga dengan catatan pemanfaat Vitamin A. Cara memberikan makan pada balita dan cara merangsang perkembangan anak juga terdapat dalam buku ini. Catatan kesehatan anak dimana anak setiap berkunjung ke fasilitas pelayan kesehatan baik dalam keadaan sehat ataupun sakit harus dicata dalam buku ini, dan di lengkapi dengan catatan Undang-Undang Perlindungan Anak yang terakhir dalam buku ini tentang kesehatan anak terdapat KMS (Kartu Menuju Sehat) yang di bedakan dalam 2 warna yaitu Biru KMS untuk bayi/balita laki-laki dan Merah Muda/Pink KMS untuk bayi/balita perempuan. 2.3. IMUNISASI 2.3.1 Pengertian Vaksin adalah antigen yang dapat bersifat aktif maupun inaktif yang berasal dari mikroorganisme ataupun racun yang dilemahkan atau dimatikan. Vaksin menyebabkan tubuh menghasilkan antibody (kekebalan) sehingga anak dapat kebal terhadap suatu jenis penyakit. Pemberian vaksin bisa melalui injeksi maupun oral. Pemberian melalui injeksi misalnya vaksin BCG, DPT, DT, TT, Campak, dan Hepatitis B. Sedangkan yang diberikan secara oral yaitu vaksin polio. Pemberian vaksin secara dini dan rutin pada bayi dan balita diketahui mampu memunculkan kekebalan tubuh secara alamiah. Cara itu sangat efektif, mudah, dan murah untuk menangkal berbagai penyakit menular. Vaksin digolongkan berdasarkan asal antigen (Immunization Essential) yaitu: Berasal dari bibit penyakit yang dimatikan (inactivated) yang terdiri dari vaksin Polio (OPV), Campak, Yellow Fever dan Bakteri (BCG). Ada juga yang berasal dari bibit penyakit yang dimatikan (inactivated) seluruh partikelnya diambil seperti Virus, IPV (Inactive Polio Vaccine) dan Vaksinasi Rabies serta bakteri Pertusis. Ada juga yang hanya sebagian partikel yang diambil contohnya, berdasarkan protein/Sub Unit (Aseluler Pertusis, Toxoid (DT). Ada yang berdasarkan Polisakarida seperti Sakarida Murni (Meningococal), Sakarida Gabungan (Hib/Haemofilus Influenza Type B. yang terakhir berdasarkan Rekombinann(rekayasa genetika) seperti Hepatitis B,(USAID,2003). Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 14 2.3.2 Jenis-Jenis Vaksin Banyak vaksin yang ada pada saat ini tetapi pemerintah hanya memasukan 8 buah jenis vaksin yang di masukan dalam program yaitu : 1. Vaksin BCG (Baccillus Calmette Guerin) adalah vaksin bentuk kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah di lemahkan dari strain Paris yang berguna untuk kekebalan aktif terhadap tuberkulosan. (Vademecum Bio Farma thn 2007 dalam, pelatihan pengelolaan vaksin tingkat Puskesmas) 2. Vaksin DPT/HB adalah vaksin yang mengandung toxoid difteri, toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi seta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin yang mengandung HbsAg murnit non infectious. Vaksin ini berfungsi untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan) dan hepatitis B. 3. Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml alumunium fosfat. Thimerosal 0,1mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dan ibunya dengan memberikan imunisasi pada ibu hamil dan wanita subur (WUS). Vaksin ini berfungsi memberikan kekebalan aktif terhadap tetanus. 4. Vaksin DT adalah vaksin yang mengandung toxoid difteri dan tetanus yang telah dimurnikan dan teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminum fosfat. Vaksin ini memberikan kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus. 5. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine= OPV) adalah vaksin polio trivalent yang terdiri dari suspense virus poliomyelitis tipe 1,2,dan 3 (strain Sabin) yang sudah di lemahkan, di buat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa. Vaksin ini memberikan kekebalan aktif terhadap poliomyelitis. 6. Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang di lemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 15 dilarutkan dengan aquabidest steril. Vaksin ini memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. 7. Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dengan bersifat non-infecious,berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan. Vaksin ini merupakan suspense warna putih yang diproduksi dari jaringan sel ragi yang mengandunggen HbsAg, yang dimurnikan dan diinaktivasi melalui beberapa tahap proses fisika kimia seperti ultrasentrifuse, kromatografi kolom dan perlakuan dengan farmaldehid. Vaksin ini memberi kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Imunisasi hepatitis-B sebanyak 1 (satu) kali untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang ditularkan dari ibu ke bayi saat persalinan dan dapat menyebabkan pengerutan hati (sirosis) dan kanker hati. Imunisasi Hepatitis B ini diberikan segera setelah lahir di sarana pelayanan kesehatan. Pemberian vaksin Hepatitis B segera setelah lahir kepada bayi yang lahir dari ibu HBsAg positif dapat mencegah penularan infeksi sebesar 75%. Bila pemberian vaksin Hepatitis B dikombinasikan dengan HBIg, dapat meningkatkan efektifitas pencegahan penularan vertikal sebanyak 10-15% sehingga tercapai efektifitas 85-90%. Program imunisasi hepatitis B dapat berkontribusi menurunkan angka kesakitan dan kematian sebesar 80 - 90% (Idwar, 2000). 2.3.3 Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Rendahnya Cakupan Imunisasi Salah satu tujuan pelaksanaan kegiatan imunisasi adalah tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi dasar lengkap minimal 80 % secara merata di 100 % desa/ kelurahan pada tahun 2010. Dalam pelaksanaannya, target yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan menghadapi kendala. Hal ini dikarenakan adanya perubahan petugas pelayan imunisasi dari yang sebelumnya dilakukan oleh juru imunisasi beralih ke bidan sehingga menyebabkan beban kerja yang makin banyak bagi bidan. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 16 Kegiatan pelaksanaan imunisasi rutin pada bayi umur dibawah 1 tahun di beberapa propinsi menunjukkan cakupan yang baik, namun tidak merata di semua daerah. Masih ada beberapa propinsi yang cakupan imunisasinya masih rendah sehingga memerlukan upaya khusus. Hal ini menyebabkan cakupan imunisasi dasar lengkap belum mencapai target nasional (masih mencapai 69,2% pada tahun 2009). Penyebabnya adalah: a. Kurangnya perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah terhadap program imunisasi. b. Kurangnya dana operasional untuk imunisasi rutin maupun imunisasi tambahan. c. Tidak tersedianya fasilitas dan infrastruktur yang adekuat. d. Kurangnya koordinasi lintas sector termasuk pelayanan kesehatan swasta. e. Kurangnya sumber daya yang memadai. f. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang program dan manfaat imunisasi. Menurut Aminullah(2005), Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), menyatakan penyebab rendahnya cakupan imunisasi karena: a. promosi kesehatan tentang pentingnya imunisasi yang masih lemah, ibu tidak mendapat informasi. Hal ini bisa disebabkan karena adanya desentralisasi daerah dimana kegiatan imunisasi ini sangat membutuhkan dukungan dan perhatian dari pemerintah daerah. b. Adanya perubahan perilaku masyarakat. Contoh: dulunya kader mau melakukan tugasnya secara sekarela, namun saat ini banyak kader yang mau berkerja bila ada insentif. c. Tidak adanya komitmen dari pemerintah. Sedangkan menurut Nasrin Kodim (Ketua Pusat Riset Epidemiologi & Surveilans FKM UI), kendala lain adalah, lemahnya kepemimpinan sektor kesehatan, belum ada strategi pemberdayaan masyarakat yang efektif dalam meningkatkan partisipasi dan diperparah lagi dengan perilaku oknum petugas yang menggelembungkan data cakupan imunisasi. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 17 Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan tahun 2010 tentang Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional Universal Child Immunization 2010-2014, disebutkan bahwa secara umum permasalahan penurunan cakupan maupun kualitas pelayanan imunisasi disebabkan oleh beberapa hal antara lain: a. Konsekuensi dari penerapan desentralisasi yang belum berjalan sebagaimana mestinya. b. Kurangnya dana operasional imunisasi rutin di tingkat kabupaten/ kota. c. Banyaknya pemekaran daerah yang tidak didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana. d. Kurangnya koordinasi lintas sektor (unit pelayanan kesehatan swasta) terutama mengenai pencatatan dan pelaporan. e. Masih adanya keterlambatan dalam pendistribusian vaksin baik dari pusat ke propinsi, propinsi ke kabupaten/kota, kabupaten/kota ke puskesmas. f. Kekurangan jumlah, kualitas dan distribusi sumber daya manusia. g. Kurangnya informasi yang lengkap dan akurat tentang pentingnya imunisasi. Menurut IMMbasics, the global USAID-funded project, kerangka kerja yang digunakan untuk mengklasifikasi faktor yang mempengaruhi anak tidak diimunisasi, yaitu: 1. Sistem Imunisasi, meliputi: a. Jarak (Akses) b. Ketepatan waktu c. Ketersediaan pelayanan kesehatan d. Waktu tunggu e. Motivasi dan sikap petugas termasuk kompetensi, pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi dengan klien f. Kebijakan terhadap penetapan biaya/ anggaran g. Koordinasi antara petugas kesehatan yang berbeda h. Kualitas vaksin dan pelayanan lain (tempat imunisasi yang tidak bersih, peralatan yang tidak bersih, ruang tunggu yang tidak nyaman) i. Ketidaktersediaan logistik/stok habis Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 18 2. Komunikasi dan Informasi, meliputi: a. Tidak adanya promosi/pemantauan imunisasi rutin b. Informasi tentang tempat dan waktu vaksinasi c. Informasi pribadi dari tenaga kesehatan professional atau tokoh masyarakat d. Kesamaan bahasa antara tenaga kesehatan dengan klien e. Pemanfaatan media massa 3. Karakteristik keluarga, meliputi: a. Pendidikan orangtua b. Umur ibu c. Jumlah keluarga d. Status social ekonomi/pendapatan e. Bahasa, suku f. Paritas g. Tempat tinggal 4. Sikap dan Pengetahuan orangtua, meliputi: a. Ketidakpercayaan pada petugas kesehatan b. Pengalaman pelayanan kesehatan sebelumnya c. Hubungan keluarga dan masyarakat d. Keyakinan tentang kerentanan terhadap penyakit e. Keyakinan tentang keseriusan/keganasan dari penyakit f. Keyakinan tentang kemungkinan biaya g. Keyakinan tentang keuntungan yang diharapkan dari setiap tindakan yang diambil dalam menghadapi penyakit. 2.4. KONSEP PRILAKU 2.4.1 Pengertian perilaku Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo 2003). Skinner (1938) yang seorang psikologi dikutip Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 19 stimulus (rangsangan dari luar). Oleh kerena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon yang disebut dengan teori ”S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Berdasarkan teori ” S-O-R tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni: 1. Perilaku tertutup (covert behaviour) Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain oleh sebab itu disebut covert behaviour atau unobservable behavior misalnya seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan. 2. Perilaku terbuka (overt behaviour) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain oleh sebab itu disebut overt behavior misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, perilaku skinner dalam Notoatmodjo (2007). 2.4.2 Determinan Perilaku Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) membagi prilaku dalam 3 domain atau ranah yang terdiri atas ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (afective domain), dan ranah psikomotor (psycomotor domain). Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 20 Dalam perkembangannya Bloom membagi Domain (ranah) perilaku menjadi 3 tingkatan yaitu: a. Pengetahuan (knowledge) yang secara garis besar di bagi dalam 6 tingkatan ilmu pengetahuan yakni: b. 1. Tahu (know) 2. Memahami (comrehension) 3. Aplikasi ( application) 4. Analisis ( analysis) 5. Sintesis ( synthesis) 6. Evaluasi (evaluation) Sikap (attitude), Newcomb dalam Notoatmodjo 2010 Prilaku kesehatan (health behavior) adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. (Skiner dalam Notoatmodjo,2007). 2.4.3.Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan 1. Teori Green dan Kreuter Berdasarkan teori Green dan Kreuter (2005) menjelaskan bahwa perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor Faktor penyebab perubahan perilaku dapat dilihat dari 3 faktor yang berbeda yaitu: predisposing factors (predisposisi), Enabling factors (pemungkin), dan reinforcing factors (penguat). Pebedaan pengaruh yang ada dapat mempengaruhi perilaku. Tapi dibutuhkan ketiga faktor diatas untuk motivasi, memfasilitasi dan memelihara perubahan perilaku. Perubahan perilaku dapat mempengaruhi perubahan lingkungan, tapi perubahan lingkungan dapat membantu perubahan perilaku enabling faktors secara nyata pada lingkungan. Untuk merubah perilaku tidak hanya dibutuhkan satu faktor namun 3 faktor penyebablah yang dibutuhkan yaitu: a. Faktor Predisposisi ( Predisposing factors), yang terwujud dalam umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, keyakinan dari dalam dirinya. . Perubahan perilaku dapat memberi alasan dan memotivasi seseorang maupun kelompok terhadap keadaan dirinya. Faktor individu dan nilai Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 21 yang dimiliki mungkin tidak menghasilkan perubahan dalam konteks program kesehatan, namun hal tersebut digunakan dalam meningkatkan produk dan layanan dalam periklanan. Tapi memungkinkan program pendidikan kesehatan ini juga dipengaruhi oleh status ekonomi, umur, jenis kelamin, yang semua itu merupakan faktor penting predisposisi perilaku. Dalam rencana jangka pendek program, kita menaruh predisposing faktors sebagai target untuk dirubah, karena hal tersebut tidak bisa dengan cepat berubah.. b. Faktor Pemungkin (Enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan untuk memfasilitasi individu atau kelompok dalam melakukan kegiatan. Faktor pemungkin merupakan alat untuk memaksa seseorang agar mampu melakukan perilaku yang sehat. Faktor ini juga merupakan perubahan perilaku yang mengikuti motivasi atau kebijakan di lingkungan. Enabling faktors ini misalnya menjaga kebersihan fasilitas, diri sendiri, sekolah, klinik dan tempat umum. Faktor ini juga berupa tersedianya tempat pelayanan kesehatan, Mudahnya akses ke layanan kesehatan, Komitmen pemerintah pada prioritas kesehatan dan kemampuan yang berhubungan dengan kesehatan. Enabling factors juga memasukkan kemampuan baru untuk individu, organisasi dan masyarakat yang membutuhkan untuk membawanya pada perubahan perilaku dan lingkungan. c. Faktor Penguat (renforcing factors) yang terwujud dari ada tidaknya dorongan keluarga, tokoh masyarakat dan dorongan dari petugas kesehatan serta dukungan dari para pemegang kebijakan . Contohnya ibu tahu tentang manfaat buku imunisasi dan fasilitas kesehatan mendukung untuk melakukannya tetapi ia tidak memberikan imunisasi karena adanya larangan dari pihak keluaraga agar jangan mengimunisasikan anaknya karena nanti akan panas badannya sehingga pemberian pemberian imunisasi pada bayi tidak tercapai (faktor peguat). Reinforcing factors merupakan faktor penguat dari faktor-faktor sebelumnya. Faktor ini merupakan konsekwensi dari perubahan yang dilakukan dan mendapat umpan balik baik positive ataupun negative serta Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 22 support social yang didapatkan. Reinforcing factors adalah perilaku yang dicontohkan dan akan dilakukan oleh orang lain secara tetatur dan dalam waktu yang lama. Faktor ini yang mengikuti perilaku setelah mendapatkan reward atas ketekunannya. Dalam perubahan perilaku dapat dilakukan dengan melihat media massa, meniru perilaku yang ada ditelevisi ataupun dari guru dan orang tua. Perilaku ini akan mendapatkan penilaian yang positif ataupun negatif dari masyarakat disekitarnya (Green & Kreuter 2005). 2. Teori Health Belief Models Seseorang akan memeriksakan kesehatannya jika dia percaya bahwa hal itu akan lebih baik dan jika tidak dilakukan akan berisiko pada dirinya. Jadi seseorang itu mudah terpengaruh terhadap kondisi dirinya. Ada empat variabel kunci yang terlibat didalam tindakan yang diambil dari Rosenstock, 1974 (http://matsum.blogspot.com tanggal 16 feb 2011). Hal tersebut yakni Perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan), Perceived severity (kekerasan yang dirasakan), Perceived benefits (keuntungan yang dirasakan), Perceived barriers (rintangan yang dirasakan), dan cues to action (isyarat atau tanda-tanda). Ada beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, suku, sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan yang menjadi persepsi seseorang mengenai kerentanan yang dirasakan terhadap penyakit keras. Persepsi dan faktor-faktor tersebut akan menimbulkan suatu perilaku mengenai ancaman yang dirasakan terhadap penyakit tersebut. Perilaku itu timbul juga karena adanya faktor lain misalnya media informasi maupun informasi dari orang lain yang mengetahui mengenai penyakit tersebut. Setelah mengetahui bahwa penyakit itu mengancam dirinya maka seseorang akan menentukan langkah apa yang harus dilakukan untuk pencegahannya. Sebelum mengambil tindakan, faktor latar belakang seseorang juga dapat mempengaruhi perilakunya apakah keputusan yang diambil selanjutnya itu menguntungkan atau malah menjadi penghambat (Glanz, 2002). Dalam bagan berikut akan menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi seseorang dalam mempersepsikan rasa sakinya Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 23 Persepsi individu Kemungkinan Bertindak Faktor penentu . Umur, jenis kelamin, suku . Kepribadian . Sosial ekonomi . Pengetahuan kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit Keuntungan yang dirasakan setelah dikurangi rintangan yang dirasakan untuk perubahan perilaku Pengobatan dari penyakit yang dirasakan Kemungkinan perubahan perilaku Tanda bertindak . Pendidikan . Gejala . Media Gambar 2.2 Teori Health Belief Model Sumber : Glanz, Rimer and Lewis Health Behaviour And Health Education Theory, Reseach, and Practice third Edition hal 52, 2002 3. Teori Snehandu B. Kar Menurut Snehandu B. Kar (1983) (http://matsum.blogspot.com tanggal 16 februari 2011) prilaku kesehatan merupakan fungsi dari : 1) Niat seseorang untuk mengambil tindakan sehubungan dengan kesehatannya atau perawatan kesehatannya (Behavior Intention) 2) Dukungan masyarakat sekitarnya (sosial support) 3) Informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (Accessibility of information) 4) Otonomi pribadi individu yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal otonomi) Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 24 5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (Action Situation) Seorang ibu yang tidak mau memberikan imunisasi pada bayinya , mungkin karena ia tidak ada minat dan niat terhadap imunisasi (behaviour intention), atau barangkali juga karena tidak ada dukungan dari masyarakat sekitarnya (sosial support). Mungkin juga karena kurang atau tidak memperoleh informasi yang kuat tentang pemberian imunisasi (accessbility of information), atau ia tidak mempunyai kebebasan dalam menentukan misalnya harus tunduk pada suaminya atau orang lain yang disegani (personal autonomy). Faktor lain yang mungkin menyebabkan ibu ini tidak memberikan imunisasi adalah karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya alasan kesehatan (action situation). 4. Teori WHO Menurut WHO 1984 (http://matsum.blogspot.com Tanggal 16 feb 2011) seseorang yang berprilaku tertentu disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 1) Pikiran dan perasaan (Thoughts and feeling) seperti pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, nilai terhadap kepercayan itu sendiri. 2) Orang penting sebagai panutan seperti: ulama, guru, kepala desa, kepala suku dll. 3) Sumber daya (resources) seperti: fasilitas, uang, waktu, tenaga dan lainlain. Prilaku normal, kebiasaan nilai – nilai dan penggunaan sumber – sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang disebut kebudayaan. 2.4.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku ibu dalam memberikan imunisasi lengkap pada bayi. 1. Pendidikan Ibu Menurut Dictionary of Education dalam buku Achmad Munib,dkk (2004) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 25 yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal (Acmad Munib, dkk. 2004: 33). Hull dan Hull (1978) dalam Aris (2004) menjelaskan bahwa pendidikan ibu yang semakin tinggi akan memampukan ibu dalam mengambil keputusan untuk menjaga kesehatan anaknya serta meningkatkan pemanfaatan terhadap sarana kesehatan yang ada. Maskuri (1983) melaporkan bahwa 56,6% ibu balita tidak mengerti tentang imunisasi, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan ibu yang rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemanfaatan pelayanan imunisasi pada anaknya (Sulastri, 2002). 2. Pengetahuan ibu Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangga terkena penyakit polio karena tidak pernah diimunisasi polio. Penelitian Noviyadi (1997) di Jakarta Timur menyimpulkan bahwa anak dari ibu-ibu yang mempunyai pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B yang baik berpeluang 15 kali lebih besar diimunisasi hepatitis B dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B kurang baik. Myrnawati (1993) dalam penelitiannya di Jakarta Selatan juga menyimpulkan bahwa keikutsertaan ibu dalam program imunisasi ditentukan oleh faktor internal yaitu karakteristik ibu, pengetahuan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan. 3. Sikap Setiap fasilitas kesehatan yang menyediakan Ante Natal Care harus memberikan motivasi kepada ibu agar selalu mempelajari apa saja yang terdapat dalam Buku KIA sehingga salah satunya ibu akan tahu bahwa bayi sebelum usia 12 bulan harus sudah diberikan imunisasi dasar lengkap. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Menurut Newcomb (dalam Soekidjo Notoatmodjo 2003: 24), sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 26 tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat dengannya. Sikap dapat menggambarkan rasa suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek. Sikap seorang ibu terhadap pemberian imunisasi dipengaruhi oleh pengetahuan ibu terhadap imunisasi tersebut. Ibu akan membawa anaknya untuk diimunisasi didorong oleh kepercayaan ibu terhadap manfaat imunisasi dan dorongan dari orang-orang yang ada di sekitarnya. 4. Ketersedianya tempat pelayanan imunisasi bagi bayi. Ketidakberhasilan pencapaian cakupan imunisasi dapat disebabkan oleh aspek vaksin berupa hambatan pendistribusian, aspek pelaksana program seperti kurangnya keterlibatan tokoh masyarakat, media massa dan petugas kesehatan (Gunawan,1985). Sarana dan prasarana merupakan salah satu unsur input disamping tenaga dan metode. Bila sarana yang ada tidak sesuai dengan standar yang ada, maka sulit untuk menerapkan mutu yang baik. Hambatan paling besar dalam mewujudkan perilaku hidup sehat adalah faktor pemungkin (enabling factors). Dari berbagai penelitian terungkap bahwa meskipun kesadaran & pengetahuan masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan, namun praktek tentang kesehatan/ perilaku hidup sehat masih rendah. Hasil pengkajian oleh WHO terutama di Negara-negara berkembang terlihat bahwa faktor pemungkin/ sarana & prasarana tidak mendukung masyarakat untuk hidup sehat. 5. Persepsi ibu tentang biaya untuk layanan imunisasi. Pandangan seorang ibu terhadap biaya yang harus ibu keluarkan untuk mengimunisasi bayi/anaknya dengan lengkap. Sebagaimana di ketahui bahwa imunisasi dasar yang ada sekarang ini pemerintah memberikan subsidi secara penuh, sehingga di harapkan cakupan imunisasi yang ada dapat tercapai dengan lengkap. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 27 6. Ketersediaan waktu ibu untuk mengimunisasi. Proporsi yang sangat besar pada ibu yang mempunyai waktu untuk mengantar anaknya sendiri ke tempat layanan imunisasi oleh karena rata-rata ibu tidak bekerja di luar rumah dan ibu yang bekerja di luar rumah masih mempunyai waktu untuk mengantar anaknya untuk imunisasi. 7. Dukungan suami dalam imunisasi anak. Suami sebagai kepala keluarga mempunyai hubungan dengan status imunisasi anaknya. Status imunisasi anak akan lebih baik pada kepala keluarga yang mengenyam pendidikan yang lebih lama.(MarkJS,1979). 8. Dukungan dari keluarga dekat dalam imunisasi anak. Green (2005) mengemukakan bahwa faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku adalah keluarga sangat diperlukan bagi setiap orang dalam melakukan suatu pekerjaan. Dorongan dari keluarga ini sangat besar sekali pengaruhnya bagi individu dalam sebuah keluarga karena semua permasalahan anggota keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar sesama anggota keluarga. Dukungan dari ayah atau suami menunjukan kelengkapan imunisasi bayi merupakan hasil dorongan dari suami juga. 9. Dukungan petugas kesehatan dalam imunisasi. Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan adalah dengan memberikan penyuluhan di puskesmas dan posyandu serta tidak jarang tenaga kesehatan yang melakukan penimbangan dari rumah ke rumah untuk sekedar memberi penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi. 10. Dukungan kader kesehatan. Banyaknya kader yang mengajak ibu ke posyandu, menganjurkan ibu untuk mengimunisasi anaknya, terkadang ada juga kader yang mengantarkan petugas kesehatan ke rumah ibu untuk melakukan kunjungan rumah serta ada juga kader yang memberi reward pada balita yang mempunyai status imunisasi yang lengkap tepat diusianya 12 bulan. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 28 11. Pemanfaatan buku KIA Pemanfaatan Buku KIA yang diukur dengan apakah ibu punya Buku KIA, apakah ibu membaca Buku KIA, seberapa banyak Buku KIA itu yang ibu baca, dan seberapa mudah ibu memahami Buku KIA yang ibu baca. 12. Kepatuhan ibu mengimunisasi bayi dengan lengkap. Kepatuahn ibu yang patuh terhadap imunisasi juga dikarenakan ketersediaan tempat, biaya dan waktu imunisasi sesuai dengan karakteristik ibu di wilayah puskesmas Ciputat Timur. 2.4.5. Kerangka Teori Menurut Green dan Kreuter (2005) menggambarkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai - nilai tradisi dan sebagainya), faktor pemungkin (sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan), faktor penguat (sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya, serta tokoh masyarakat). Penulis akan mencoba membuat permasalahan yang akan diteliti dalam sebuah kerangka teori. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 29 Kerangka Teori perubahan perilaku yang telah dijelaskan diatas dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.3 Kerangka teori penelitian Faktor Predisposisi . . . . . . Pengetahuan Keyakinan Nilai Sikap Kepercayaan Kapasitas diri Keturunan Pendidikan Kesehatan Faktor pemungkin Strategi Pendidikan Peraturan Kebijakan . Ketersediaan sumber daya kesehatan . Keterjangkauan sumber daya kesehatan . Prioritas dan komitmen masyarakat dan pemerintah terhadap kesehatan . Keterampilan yang berhubungan dengan kesehatan Perilaku spesifik individu atau organisasi Kesehatan Faktor penguat . . . . . . . Keluarga Teman sebaya Guru Atasan Petugas Kesehatan Tokoh masyarakat Pengambil keputusan Kualitas Hidup Lingkungan Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep Dalam hal ini peneliti akan meneliti sebagian dari variabel yang ada dalam kerangka teori dikarenakan ada beberapa yang sudah tidak perlu diteliti karena sudah tidak menjadi faktor penghambat. Jadi kerangka konsep yang diteliti yaitu: Variabel independen Variabel dependen Faktor predisposisi . Pendidikan ibu. . Pengetahuan ibu tentang imunisasi . Sikap terhadap imunisasi Faktor Pemungkin - Ketersediaan tempat layanan imunisasi. - Ketersediaan biaya untuk layanan imunisasi. - Ketersediaan waktu ibu untuk mengimunisasi. Kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap Faktor Penguat . Dukungan suami dalam imunisasi anak . Dukungan keluarga dekat dalam imunisasi anak . Dukungan petugas dalam pelayanan imunisasi. . Dukungan kader kesehatan . Pemanfaatan Buku KIA. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 30 Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 31 3.2 Definisi Operasional Variabel dependen : Kepatuhan ibu mengimunisasi bayi dengan lengkap Definisi Operasional: adalah pemberian 5 vaksin imunisasi sesuai jadwal untuk bayi usia dibawah 12 bulan di Puskesmas Ciputat Timur Alat Ukur berupa kuisioner dengan hasil ukur bayi yang di imunisasi lengkap dan bayi yang imunisasinya tidak lengkap, Skala nominal Variabel independen 1) Pendidikan ibu Definisi Operasional : Pendidikan terakhir yang dilalui oleh responden hingga penelitian ini dilakukan Alat ukur berupa kuisioner, Dilihat dari pendidikan yang tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, tamat D3 dan tamat S1, dan untuk kepentingan bivariat maka pendidikan dikategorikan 1. Rendah dengan pendidikan ≤ SMP, dan 2 tinggi dengan pendidikan > SMP, dengan skala pengukuran ordinal. 2) Pengetahuan ibu tentang imunisasi Definisi Operasional : Pemahaman responden tentang imunisasi Alat ukur berupa kuisioner, pengetahuan baik jika skor ≥ Mean pengetahuan kurang jika skor < Mean, Dengan skala pengukuran ordinal. 3) Sikap terhadap imunisasi Defnisi operasional : persetujuan responden tentang imunisasi Alat ukur berupa kuisioner dengan 4 pernyataan sikap sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dan untuk kepentingan bivariat maka dikategorikan menjadi 1. Positif terhadap imunisasi dan 2. Negatif terhada imunisasi, alat ukur sikap positif jika skor ≥ Mean sikap negative jika sikap< meandengan skala pengukuran ordinal. 4) Ketersediaan tempat layanan imunisasi Definisi Operasional : suatu tempat untuk pelayanan imunisasi dasar bayi di tempat pelayanan kesehatan. Dikategorikan tersedia dan tidak tersedia dengan skala ordinal. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 32 5) Ketersediaan biaya untuk imunisasi. Definisi operasional: tersedianya anggaran dari ibu untuk mengimunisasi bayi sampai imunisasinya lengkap. Kategori terdesia atau tidak tersedianya anggaran dengan skala ordinal. 6) Ketersediaan waktu ibu untuk imunisasi Definisi oprasional: tersedianya waktu yang di luangkan ibu untuk mengimunisasi bayinya sampai dengan imunisasi lengkap. Kategori ada dan tidak adanya waktu ibu dengan skala ordinal. 7) Dukungan suami dalam imunisasi balita Definisi Operasional : Dorongan moril atau material dalam hak mewujudkan suatu rencana serta keikut sertaan suami dalam memutuskan bayi tersebut akan di imunisasi atau tidak. Alat ukur berupa kuisioner dengan kategori 1. Suami ikut memutuskan untuk mengimunisasi sang bayi, dan 2. Suami tidak ikut memutuskan bayi ibu untuk di imunisasi atau tidak. Dengan skala pengukuran ordinal. 8) Dukungan keluarga dekat dalam imunisasi balita Definisi Operasional : keikut sertaan keluarga terdekat dalam memutuskan bayi tersebut akan di imunisasi atau tidak. Alat ukur berupa kuisioner dengan kategori 1. keluarga ikut memutuskan untuk mengimunisasi sang bayi, dan 2. keluarga tidak ikut memutuskan bayi ibu untuk di imunisasi atau tidak. Dengan skala pengukuran ordinal. 9) Dukungan petugas kesehatan dalam pelayanan imunisasi bayi. Definisi Operasional : pernah tidaknya ibu balita dikunjungi oleh petugas kesehatan (Bidan, Perawat, kader kesehatan) dan apa saja yang dilakukan saat petugas berkunjung. Alat ukur kuisioner, dikategorikan 1. Pernah, dan 2. Tidak pernah, dengan skala ukur ordinal. 10) Dukungan kader kesehatan dalam imunisasi balita. Definisi operasional: pernah tidaknya ibu balita di kunjungi oleh kader kesehatan dan apa saja yang di lakukan saat kader berkunjung. Alat ukur berupa pernah dan tidak pernah dengan skala ukur ordinal. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 33 11) Pemanfaatan buku KIA oleh ibu selama Hamil. Definisi operasional: dimilikinya Buku KIA oleh ibu, dibacanya dan ibu memahami semua yang terdapat dalam Buku KIA tersebut. Alat ukur berupa seberapa apakah ibu punya Buku KIA, membacakah ibu isi Buku tersebut, dan mengertikah ibu tentang materi yang terdapat dalam Buku KIA tersebut skala ukur yang di gunakan skalau ukur ordinal. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menggunakan salah satu desain penelitian cross sectional, yang merupakan jenis penelitian dengan menggunakan pendekatan potong lintang yaitu desain untuk mempelajari hubungan kejadian atau paparan dengan cara mengamati status paparan dan kejadian secara bersamaan pada individu dari populasi tunggal pada suatu periode dengan model point time. Alasan menggunakan desain studi penelitian cross sectional ini adalah karena mudah dilakukan, murah, dan tidak memerlukan follow up juga bersifat tidak memaksa subjek penelitian mengalami faktor risiko. 4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011. Dilakukan dengan anamnesis melalui wawancara dan pengisian kuesioner yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan. 4.3 Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan individu yang menjadi acuan hasil-hasil penelitian yang akan berlaku (Lemeshow,1997). Populasi penelitian ini adalah populasi adalah ibu yang memiliki buku KIA dengan bayi berusia diatas 12 bulan, di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan. 4.4 Sampel Penelitian Sampel merupakan parameter yang digunakan untuk menduga populasi dengan menggunakan data dari sebuah sampel (Lemeshow,1997). Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki buku KIA dengan bayi berusia diatas 12 bulan di wilayah Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan pada bulan Maret –Mei 2011. 34 Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 35 Kriteria Inklusi Pada ibu yang memiliki buku KIA dengan bayi berusia 12 bulan keatas dengan imunisasi lengkap di wilayah Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan. Kriteria Ekslusi Ibu yang tidak memiliki buku KIA dengan bayi berusia di atas 12 bulan dengan imunisasi lengkap yang datang ke Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan dan ibu yang memiliki buku KIA dengan bayi usia di atas 12 bulan dengan imunisasi lengkap yang tidak bersedia untuk diwawancarai dan tidak bersedia menjadi responden. 4.5 Besar Sampel Penentuan besar sample menggunakan rumus uji hipotesis odds ratio, menurut Lemeshow, 1997 dibawah ini: Z1-α/2 P(1-P) n= d Keterangan : n = Besar sampel minimal Z1-a/2 = Nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95%=1,96) P1 = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi bila tidak di ketahui proporsinya, ditetapkan 50% (0,50) d = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan : 10 % (0,10), 5% (0,05) atau 1% 1.96 * 0.5 (1-0.5) n = = 96 0.05 Jumlah estimasi sampel yang diteliti adalah 96 responden. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 36 4.6 Instrumen Penelitian Instrumen dari penelitian ini berupa kuesioner. Pertanyaan–pertanyaan yang ada merupakan hasil pengembangan dari variabel-variabel yang mempengaruhi ibu yang memiliki buku KIA dan bayi diatas 12 bulan serta kepatuhan ibu mengimunisasi bayi dengan lengkap di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan. 4.7 Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan ini dilakukan secara acak sederhana dengan cara setiap unit pada populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Puskesmas Ciputat Timur memiliki 2 kelurahan dari 2 kelurahan tersebut masing-masing memiliki 21 posyandu. Dari 21 posyandu yang ada masing-masing mencatat nama responden ibu yang memiliki Buku KIA dan memiliki bayi di atas 12 bulan yang didapat dari catatan posyandu kemudian dilakukan pengundian, untuk nama yang keluar itulah yang dijadikan sampel. 4.8 Pengumpulan Data Data sekunder yang diperoleh dari pencatatan di puskesmas akan memudahkan peneliti dalam pengambilan sampel untuk responden. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengisian kuesioner yang telah dibuat melalui angket yang dilakukan sendiri oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan ibu mengisi sendiri semua pertanyaan yang ada pada kuesioner. Peneliti akan mengunjungi rumah tiap responden. 4.9 Pengolahan Data Data primer yang sudah terkumpul melalui pengisian kuesioner dalam wawancara kemudian diolah melalui tahapan pengolahan data sebagai berikut: 4.9.1 Editing Data Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan merupakan pemeriksaan data dan penyuntingan data yang telah terkumpul, melalui beberapa kegiatan, yaitu: Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 37 memeriksa kelengkapan data apakah semua pertanyaan telah dijawab atau belum. Selanjutnya memeriksa kesinambungan data, dengan melakukan pemeriksaan apakah semua data berkesinambungan atau tidak, dalam arti tidak ditemukan data atau keterangan yang bertentangan antara satu dengan lainnya. Jika masih ada data yang kurang lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang data tersebut harus dikeluarkan. 4.9.2 Coding Coding data dilakukan dengan cara memberi kode pada tiap jawaban yang ada pada lembar jawaban yang sudah tersedia dengan tujuan untuk memudahkan proses entry data. 4.9.3 Entry Data Adalah proses memasukkan data dalam komputer dengan menggunakan pengolahan data program statistik perangkat lunak. Dalam penelitian ini menggunakan epidata dan SPSS. 4.9.4 Cleaning data Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak saat memasukkan data (Notoatmodjo,2010). 4.10 Analisis Data 4.10.1 Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran pada tiap variabel, data tersebut disampaikan dalam bentuk distribusi frekuensi pada masing-masing variabel yang akan diteliti (Notoatmodjo,2010). Variabel dependen yaitu kepatuhan ibu dalam melakukan imunisasi bayi usia 12-59 bulan, sedangkan untuk variabel independen yaitu meliputi faktor predisposing (pendidikan, pengetahuan, sikap), faktor enabling (ketersediaan tempat layanan posyandu, ketersediaan biaya imunisasi, ketersediaan waktu ibu) dan faktor reinforcing (dukungan suami, dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan, dukungan kader, pemanfaatan Buku KIA) Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 38 4.10.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisa yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam hal ini digunakan dua uji statistik yaitu Independen T-Test dan Chi Square. Sebelum dilakukan uuji Independen T-Test maka dilakukan uji normalitas Skewness, jika hasil uji Skewness ≤2, maka distribusinya normal dan dipakai uji statistik Independen TTest. Jika hasil uji >2, maka distribusi tidak normal dan uji statistik yang dipakai adalah Kolmogorov Smirnov. Jika data dikategorikan maka uji statistik yang dipakai adalah Chi Square dengan rumus: X = ( O – E ) E Keterangan : X : Chi Square : Jumlah yang didapat O : Frekuensi yang diamati E : Frekuensi yang diharapkan Keputusan yang diambil dalam hasil uji Chi Square adalah: Bila p value , Ho ditolak, berarti data pada sampel mendukung adanya hubungan yang bermakna (signifikan). Bila p value > , Ho gagal ditolak, berarti data pada sampel tidak mendukung adanya hubungan yang bermakna/ signifikan (Sabri,2008). Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Tempat Penlitian Kota Tangerang Selatan merupakan bagian dari Provinsi Banten yang termuda merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang yang diresmikan pada tanggal 29 Oktober 2008 dengan luas 147,19 km² jumlah populasi total 918.783 jiwa dengan kepadatan 6.242. Wilayah Kota Tangerang Selatan di batasi oleh wilayah DKI Jakarta dan Depok Jawa Barat. Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang dengan batasan wilayah sebagai berikut: Utara dengan Kota Tangerang dan DKI Jakarta Selatan dengan Jawa Barat (Kab.Bogor dan Kota Depok) Barat dengan Kabupaten Tangerang Timur dengan Jawa Barat (Kota Depok) dan DKI Jakarta Kota Tangerang Selatan secara administratif terdiri dari 7 Kecamatan yang terbagi atas 49 Kelurahan dan 5 Desa, serta memiliki 25 Puskesmas. 7 Kecamatan tersebut antara lain: 1. Kecamatan Ciputat 2. Kecamatan Ciputat Timur 3. Kecamatan Serpong 4. Kecamatan Serpong Utara 5. Kecamatan Setu 6. Kecamatan Pamulang 7. Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan walau merupakan kota termuda tetapi merupakan daerah yang telah lama berkembang, hal ini di tandai dengan banyak dan lengkapnya fasilitas publik yang tersedia, seperti : 2 Perguruan Tinggi Negeri 2 Perguruan Tinggi Kedinasan Beberapa Perguruan Tinggi Swasta 1 RSUD Kota Tangerang Selatan 39 Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 40 Beberapa Rumah Sakit Swasta Banyak tersebar pusat-pusat perbelanjaan, Loka Wisata dan wisata kuliner. Terdapat Perumahan-perumahan yang tersebar di Tangerang Selatan. Kota Tangerang Selatan sangat mudah di jangkau dengan angkutan umum dan dilengkapi akses jalan utama dan alternative yang beragam. Dekat denga Terminal Lebak Bulus Jakarta dan ada 2 ruas jalan Tol yang mengelilingi Kota Tangrang Selatan yaitu Tol dalam Kota dan Tol BSD, hal ini mempermudah akses masyakat Kota Tangerang Selatan untuk melakukan perjalanan. 5.2. Analisis univariat Analisis univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing – masing variabel yang diteliti. Data ini merupakan data primer yang dikumpulkan melalui wawancara kepada 96 responden. Data univariat ini terdiri dari Variabel dependen yaitu kepatuhan ibu untuk mengimunisasi bayi dan variabel independen yang terbagi menjadi faktor predisposisi yaitu pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang imunisasi, sikap ibu terhadap imunisasi. Sedangkan dari faktor enabling terdiri dari ketersediaan tempat layanan imunisasi, ketersediaan biaya untuk layanan imunisasi dan ketersediaan waktu ibu untuk mengimunisasi bayinya. Pada faktor Reinforcing terdiri dari dari dukungan suami dalam kegiatan imunisasi bayi anak/bayi, dukungan keluarga dekat dalam imunisasi anak/bayi, dukungan petugas kesehatan serta dukungan kader kesehatan dalam kegiatan pelayanan kesehatan khususnya kegiatan imunisasi anak/bayi. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 41 5.2.1 Gambaran kepatuhan ibu dalam imunisasi bayi. Distribusi Responden perilaku ibu dalam imunisasi bayi usia 12 – 59 bulan yaitu ibu yang imunisasi anaknya lengkap sebanyak 59 bayi/anak (61,5%) sedangkan, sedangkan ibu yang imunisasi bayi/anaknya tidak lengkap sebanyak 37 bayi/anak (38,5%). Tabel 5.1 Distribusi Responden menurut perilaku ibu dalam mengimunisasi bayi dengan lengkap di Kota Tangerang Selatan tahun 2011 Kepatuhan dalam imunisasi Frekuensi (f) Persentase (%) Tidak patuh 37 38.5 Patuh 59 61.5 Total 96 100 5.2.2 Gambaran pendidikan ibu. Distribusi Responden menurut pendidikan terlihat bahwa pendidikan ibu yang tamat SMA berjumlah 50 responden dengan proporsi 52,1 % dan yang berstatus pendidikan Akademik/Perguruan Tinggi 18 responden dengan proporsi 18,8%. Dengan jenis pendidikan yang terendah yang tidak tamat SD dan yang tertinggi yang tamat SMA. Untuk kepentingan penelitian pendidikan di kategorikan menjadi 2 kategori yaitu pendidikan rendah yaitu dengan batasan SMP ke bawah sebanyak 28 responden (29,2%) dan yang pendidikan tinggi yaitu dengan batasan SMP ke atas sebanyak 68 responden (70,8%). Tabel 5.2 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Pendidkan Frekuensi (f) Persentase (%) Rendah 28 29,2 Tinggi 68 70,8 Total 96 100 Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 42 5.2.3. Gambaran pengetahuan ibu tentang Imunisasi Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa ibu yang mempunyai skor jawaban tinggi tentang pengertian imunisasi terdapat 66 ibu (68,8%). Terdapat 51 responden (53,1%) yang mendapat nilai tertinggi pada pertanyaan ada berapa macam jenis imunisasi. Ada 59 ibu (61,5%) yang mempunyai skor jawaban tinggi tentang DPT/Hb diberikan sebanyak 3 kali. Ada 83 ibu (86,5%) yang mempunyai skor jawaban tinggi tentang BCG diberikan sebanyak 1 kali pada bayi. Terdapat hanya 34 ibu (35,4%) yang mempunyai skor tinggi tentang polio di berikan sebanyak 4 kali pada bayi, terdapat 74 ibu (77,1%) yang mempunyai skor tinggi tentang Campak di berikan sebanyak 1 kali pada bayi. Ada 68 ibu (70,8%) yang mempunyai skor jawaban tinggi tentang Hb0 diberikan 1 kali pada bayi baru lahir. Ada 87 ibu (90,6%) yang mempunyai skor jawaban tinggi tentang ibu tahu cara masing-masing vaksin diberikan., 82 ibu (85,4%) yang mendapatkan skor tertinggi pada pengetahuan tentang Vaksin DPT dapat diberikan dengan cara di suntikan. Skor tertinggi untuk pengetahuan ibu tentang cara pemberian vaksin Polio dengan cara di teteskan sebanyak 73 responden (76,0%) serta 85 responden yang menjawab pertanyaan tentang BCG di berikan dengan cara di suntikan atau sekitar 88,7% yang mendapatkan nilai tertinggi. Untuk nilai tertinggi tentang cara pemberian imunisasi Campak diberikan dengan cara disuntik dijawab oleh responden dengan angka tertinggi sebesar 88 ibu atau 91,7%. Jarak pemberian imunisasi yang pertama dengan selanjutnya untuk vaksinasi yang sama nilai tertinggi didapati oleh responden sebanyak 92 ibu (95,8%). Nilai tertinggi untuk pengetahuan yang menanyakan bahwa vaksinasi DPT/Hb akan menimbulkan efek panas mencapai skor 84 ibu (87,5%), pengetahuan tentang vaksinasi BCG memberikan kekebalan terhadap kuman TBC dijawab dengan nilai tertinggi hanya 59 ibu atau sekitar 61,5% dan pertanyaa yang menerangkan bahwa vaksinasi Polio memberikan kekebalan terhadap kuman Polio dijawab oleh 86 ibu (89,6%). Nilai tertinggi untuk pengetahuan tentang vaksinasi Campak memberikan kekebalan terhadap virus Campak didapati skor tertinggi yaitu 82 ibu/responden (85,4%), dan skor tertinggi untuk penilaian vaksinasi DPT untuk kekebalan terhadap kuman Difteri Pertusis Tetanus hanya didapati oleh responden sebanyak 22 ibu (22,9%) serta vaksinasi Hepatitis untuk Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 43 kekebalan kuman Hepatitis mendapat skor tertinggi sebesar 77 ibu (80,2%), Angka tertinggi pada pengetahuan tentang Hb 0 diberikan pada usia 0-7 hari mendapatkan skor hanya 59 ibu (61,5%) dan pertanyaan terakhir tentang kapan imunisasi Campak di berikan mendapatkan skor 85 ibu (88,5%). Tabel 5.3 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 N o Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15 16 17 Yang di maksud dengan imunisasi Ada berapa macam imunisasi DPT/Hb di berikan sebanyak 3 kali. BCG diberikan sebanyak 1 kali. Polio di berikan sebanyak 4 kali. Campak di berikan sebanyak 1 kali. Hb 0 diberikan sebanyak 1 kali. Ibu tahu cara masing-masing vaksin diberikan Vaksin DPT diberikan dengan cara disuntikan. Vaksin polio diberikan dengan cara ditetesi. Vaksin BCG diberikan dengan cara disuntikan. Vaksin Campak diberikan dengan cara disuntikan. Jarak pemberian imunisasi untuk satu jenis vaksin 30 hari. DPT/Hb Combo memiliki efek panas pada bayi. Vaksin BCG untuk kekebalan kuman TBC. Vaksin Polio untuk kekebalan Terhadap virus Polio Myelitis Vaksin Campak untuk kekebalan virus Measles. Vaksin DPT untuk kekebalan terhadap kuman dan virus DPT Vaksin Hepatitis untuk kekebalan kuman Hepatitis. Hb 0 di berikan pada usia 0-7 hari. Campak di berikan mulai umur 9 bulan. 18 19 20 21 22 Yang mengetahui (f) 66 51 59 83 34 74 68 87 82 73 85 88 92 84 59 86 % 68,8 53,1 61,5 86,5 35,4 77,1 70,8 90,6 85,4 76,0 88,7 91,7 95,8 87,5 61,5 89,6 82 22 85,4 22,9 77 59 85 80,2 61,5 88,5 Penilaian terhadap pengetahuan ibu mengenai imunisasi didasarkan pada jumlah jawaban yang disebutkan oleh ibu. Terdapat 22 pertanyaan yang diajukan diberikan bobot/nilai masing – masing pertanyaan yang pilihan jawabannya disebutkan atau jawaban benar adalah 1 dan bila jawaban yang tidak disebutkan atau salah diberi nilai 0, dengan demikian hasil terendah adalah 0 dan nilai Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 44 tertinggi adalah 22. Semakin besar nilai pengetahuan maka semakin tinggi tingkat pengetahuan, didasarkan pada pengkodean yang dilakukan. Penelitian pengetahuan ibu mengenai imunisasi dikategorikan menjadi tinggi dan rendah dengan menggunakan mean (38,64) sebagai cut off point karena data terdistribusi normal dengan uji skewnest (-1,756 : 0,246) Nilai pengetahuan yang lebih dari mean dikategorikan baik sedangkan untuk nilainya yang kurang sama dari mean maka dikategorikan kurang, dapat diketahui ibu yang pengetahuannya kurang lebih sedikit daripada ibu yang pengetahuannya baik. Pada tabel berikut distribusi responden menurut tingkat pengetahuan terlihat bahwa tingkat pengetahuan kurang berjumlah 25 orang dengan proporsi 26% dan yang berpengetahuan baik sebanyak 71 orang dengan proporsi 74%. Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Imunisasi Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Pengetahuan Ibu tentang imunisasi bayi Frekuensi (f) Persentase (%) Kurang 25 26 Baik 71 74 Total 96 100 5.2.4 Gambaran sikap ibu Berdasarkan tabel yang telah dibuat di bawah diketahui bahwa sikap ibu yang setuju dengan imunisasi yang diberikan pada bayi adalah yang bersikap negatif 1 ibu (1,0%) dan yang bersikap positif ada 95 ibu (98,9%). Pada sikap ibu yang menyatakan bahwa imunisasi itu bermanfaat untuk kesehatan bayi mereka di masa yang akan datang yang mempunyai sikap negatif terdapat1 ibu (1,0%) dan yang bersikap positif terhadap pernyataan tersebut sebesar 95 orang (98,9%). Pernyataan pada imunisasi yang di berikan pada bayi mereka saat usia 0 – 14 bulan akan berdampak baik pada perkembangan bayi dijawab oleh ibu yang bersikap negatif sebanyak 1 ibu (1,0%), bersikap positif ada 95 ibu (98,9%). Sikap ibu tentang imunisasi wajib di berikan secara lengkap pada bayi usia 0 – 14 bulan yang bersikap negatif sebanyak 1 orang (1,0%) yang bersikap positif Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 45 sebanyak 95 orang (98,9%). Diketahui bahwa sikap ibu yang setuju dengan mendapatkan pelayanan imunisasi di posyandu yang bersikap negatif 1 orang ibu (1,0%) dan yang bersikap positif ada 95 ibu (98,9%). Pada sikap ibu yang menyatakan bahwa ibu setuju terhadap imunisasi yang dilaksanakan di posyandu yang mempunyai sikap negatif terdapat 2 ibu (2,1%) dan yang bersikap positif terhadap pernyataan tersebut sebesar 94 orang ( 97,0%). Pernyataan yang menyatakan imunisasi penting untuk bayi usia 0-12 bulan dijawab oleh ibu yang bersikap negatif sebanyak 3 ibu (3,1%) dan yang bersifat positif berjumlah 93 ibu (96,9%). Sikap ibu tentang bila bayi panas saat setelah di imunisasi, pada bulan berikutnya akan di suntikan lagi dengan imunisasi yang sama yang bersikap negatif sebanyak 7 orang (7,3%) yang bersikap positif sebanyak 89 orang (92,7%). Pernyataan sikap ibu tentang sebaiknya imunisasi di layani atau dilaksanakan oleh seorang bidan di jawab negatif oleh 11 orang ibu (11,5%) dan yang menjawab positif sebanyak 85 orang ibu (88,5%). Yang terakhir ibu yang menyatakan sikap setuju bila imunisasi itu bayar di jawab negatif oleh 11 orang ibu (11,5%) dan yang menjawab positif 85 orang ibu (88,5%). Tabel 5.5 Gambaran Sikap Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 No Pernyataan 1. 2. 3. Setuju dengan imunisasi Imunisasi bermanfaat untuk kesehatan bayi Imunisasi berdampak baik bagi perkembangan bayi Imunisasi wajib di berikan secara lengkap Pendapat tentang imunisasi di posyandu 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Setuju terhadap imunisasi di posyandu Imunisasi penting untuk bayi usia 0-12 bulan Bila bayi panas saat setelah di suntik, bulan berikutnya di suntik lagi dengan imunisasi yang sama. Sebaiknya imunisasi di layani oleh bidan Setuju bila imunisasi bayar Skor sikap Negatif Positif F % F % 1 1,0 95 98,9 1 1,0 95 98,9 1 1,0 95 98,9 1 1 1,0 1,0 95 95 98,9 98,9 2 3 7 2,1 3,1 7,3 94 93 89 97,0 96,9 92,7 11 11 11,5 11,5 85 85 88,6 88,5 Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 46 Hasil analisis didapatkan rata - rata skor sikap adalah 33,81, dengan standar deviasi 3,864. Dengan nilai terendah 20 dan tertinggi 40. Penilaian terhadap sikap ibu mengenai imunisasi lengkap didasarkan pada jawaban yang disebutkan oleh ibu. Terdapat 10 pertanyaan yang diajukan diberikan bobot/nilai masing–masing pertanyaan yang pilihan jawabannya disebutkan atau jawaban dengan score tertinggi pada sikap positif adalah 4 dan bila jawaban dengan score terendah dengan sikap negatif diberi nilai 1, dengan demikian hasil terendah adalah 10 dan nilai tertinggi adalah 40. Semakin besar nilai sikap maka sikap ibu akan lebih positif didasarkan pada pengkodean nilai/bobot yang dilakukan. Penelitian sikap ibu mengenai imunisasi lengkap dikategorikan menjadi positif dan negatif dengan menggunakan mean (33,81) sebagai cut off point karena data terdistribusi normal dengan uji skewness. Nilai sikap yang lebih dari mean dikategorikan positif sedangkan untuk nilainya yang kurang sama dari mean maka dikategorikan negatif, dapat diketahui ibu yang sikap positif lebih sedikit daripada sikap ibu yang sikap negatif. Pada tabel berikut ini distribusi responden menurut sikap negatif terlihat berjumlah 38 orang dengan proporsi 39,6% dan yang bersikap positif sebanyak 58 orang dengan proporsi 60,4%. Tabel 5.6 Distribusi Ibu Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Imunisasi Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Sikap Ibu dalam imunisasi bayi Frekuensi (f) Persentase (%) Negatif 38 39,6 Positif 58 60,4 Total 96 100 Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 47 5.2.5 Gambaran ketersediaan Tempat layanan Imunisasi. Daro 96 responden yang tersebar didapatkan informasi jawabanya yang rata-rata sama seperti yang terdapat dalam Tabel 5.7 dibawah ini. Dari 6 variabel yang diteliti oleh penulis angka yang didapat tidak ada angka yang menonjol baik itu lebih ataupun kurang. Tabel 5.7 Gambaran Ketersediaan Tempat Pelayanan Imunisasi Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Faktor yang dinilai Apakah di tempat ibu tinggal terdapat Posyandu Ya Tidak Berapa jarak yang harus di tempuh oleh ibu untuk mencapai tempat layanan posyandu <500m 500-1000 m >1000 m Bagaimana pendapat ibu tentang jarak rumah ibu dengan tempat layanan imunisasi Dekat Jauh Untuk mencapai tempat layanan imunisasi kendaraan apa yang ibu pergunakan Kendaraan pribadi Kendaraan umum Jalan kaki Berapa biaya yang ibu keluarkan untuk mencapai tempat tersebut <Rp.5000 Rp.5000-Rp.10.000 >Rp.10.000 Bagaimana pendapat ibu tentang biaya yang harus ibu keluarkan untuk mencapai layanan posyandu Murah Mahal Frekuensi (f) Persentase (%) 92 4 95,8 4,2 83 9 4 86,5 9,4 4,2 88 8 91,7 7,3 6 9 81 6,3 9,4 84,4 83 7 6 86,5 7,3 6,3 94 2 97,9 2,1 Gambaran yang didapat dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu tergambarkan bahwa ada tersedia 92 jawaban ibu dengan proporsi 95,8% ibu yang menyatakan bahwa di tempat mereka terdapat tempat layanan imunisasi dan ada 4 Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 48 ibu dengan proporsi 4,2% yang menjawab bahwa di tempatnya tidak tersedia tempat pelayanan imunisasi. Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Tempat Layanan Imunisasi Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Ketersediaan tempat layanan imunisasi Frekuensi (f) Persentase (%) Tersedia 92 95,8 Tidak ada 4 4,2 Total 96 100 5.2.6. Gambaran Persepsi tentang Biaya Imunisasi. Persepsi ibu tantang biaya yang harus dikeluarkan ibu dalam mengimunisasi bayi dengan lengkap terdapat angka yang dominan dimana hampir semua ibu mengatakan bahwa ia harus membayar imunisasi mengatakan bahwa biaya imunisasi yang harus ia keluarkan termasuk murah. Dari 96 responden hanya 79 responden yang mengaku membayar untuk mendapatkan layanan imunisasi. Imunisasi dasar di puskesmas ini sebenarnaya gratis, berdasarkan wawancara untuk data pendukung yang peneliti lakukan terhadap kader kesehatan yang ada diwilayah Puskesmas biaya yang ditarik dari masyarakat itu hanya berupa dana partisipasi masyarakat untuk perkembangan posyandu jadi bukan anggaran wajib yang harus dikeluarkan oleh ibu-ibu yang memiliki balita yang akan mengimunisasi bayinya di posyandu. Karena ini hanya berupa dana partisipasi jadi hampir semua ibu yang menbayar menjawab murah dan hanya ada 6 responden yang menjawab bahwa imunisasi tersebut mahal. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 49 Tabel 5.9 Gambaran Persepsi Ibu Tentang Biaya Imunisasi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Faktor yang dinilai Apakah ibu membayar untuk mendapatkan layanan imunisasi Ya Tidak Berapa biaya yang harus ibu keluarkan untuk mendapatkan layanan imunisasi <Rp.5000 Rp.5000-Rp.10.000 >Rp.10.000 Bagaimana pendapat ibu tentang biaya yang harus ibu keluarkan untuk mendapatkan layanan imunisasi tersebut Murah Mahal Frekuensi (f) Persentase(%) 79 17 82,3 17,7 44 25 10 45,8 26,0 10,4 73 6 76,0 6,3 Berdasarkan hasil gambaran yang di dapat ada 83 ibu yang menyatakan bahwa imunisasi yang menyatakan bahwa biaya untuk mendapatkan layanan imunisasi dianggap murah dengan proporsi 86,5% dan ada 13 orang ibu yang menjawab bahwa biaya untuk mendapatkan layanan imunisasi itu mahal atau sekitar 13,5 %. Tabel 5.10 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Tentang Biaya Untuk Imunisasi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Persepsi ibu tentang biaya imunisasi Frekuensi (f) Persentase (%) Mahal 13 13,5 Murah 83 86,5 Total 96 100 Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 50 5.2.7 Gambaran ketersediaan waktu ibu dalam Imunisasi bayi Dari 96 responden tedapat 91 responden yang menyatakan bahwa ia mengantarkan sendiri bayinya yang akan diimunisasi dan 5 responden yang tidak sempat membawa anaknya ke tempat layanan posyandu, dari data yang ada diantara ibu-ibu yang tidak sempat membawa bayinya untuk imunisasi dikarenakan ia harus mengerjakan pekerjaan rumah. Hal ini dianggap sejalan denga jawaban yang lain dari responden karena 83 responden menjawab bahwa mereka mengantar bayi ketempat layanan imunisasi pada pagi hari. Sebagaimana diketahui bahwa pagi hari adalah awal kegiatan para ibu rumah tangga dalam mengerjakan semua pekerjaan rumahnya. Tabel 5.11 Gambaran Ketersediaan Waktu Ibu ke Tempat Layanan Imunisasi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Faktor yang dinilai Apakah ibu membawa sendiri balita ibu untuk mendapatkan layanan imunisasi Ya Tidak Kapan ibu biasanya membawa balita ibu untuk mendapat layanan imunisasi Pagi Siang Sore Siapa yang membawa balita ibu ke tempat layanan imunisasi Suami Orang Tua Pembantu Apa alasan ibu tidak membawa balita ibu sendiri ke tempat pelayanan imunisasi Bekerja di luar rumah Tidak sempat karena mengerjakan pek rumah Tidak tega melihat anak menangis Frekuensi (f) Persentase(%) 91 5 94,8 5,2 83 3 5 86,5 3,1 5,2 3 13 17 3,1 13,5 17,7 1 9 7 1,0 9,4 7,3 Distribusi responden menurut ketersediaan waktu ibu untuk membawa anaknya untuk imunisasi terlihat bahwa ibu yang mempunyai waktu dalam membawa anak mereka ke tempat layanan imunisasi berjumlah 91 orang dengan Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 51 proporsi 94,8% dan yang tidak mempunyai waktu untuk membawa anak mereka ke tempat layanan imunisasi sebanyak 5 orang dengan proporsi 5,2%. Tabel 5.12 Distribusi Responden berdasarkan ketersediaan waktu untuk imunisasi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Ketersediaan waktu ibu untuk imunisasi Frekuensi (f) Persentase (%) Tidak Ada 5 5,2 Ada 91 94,8 Jumlah 96 100 5.2.8. Gambaran dukungan suami dalam imunisasi bayi Suami dalam mendukun ibu untuk mengimunisasi bayi mereka secara lengkap pada prinsifnya mereka semua mendukung, hanya saja dukungan yang diberikan sang suami berbeda-beda. Ada suami yang hanya memberikan biaya saja tanpa melakukan tindakan apapun dan ada juga yang mau mengantarkan ibu dan bayi mereka ke tempat layanan imunisasi. Namun ada juga suami yang hanya iya saja atas apapun yang disarankan sang istri dan ada juga 12 respon yang pernah hanya menyuruh orang lain untuk mengantarkan bayi mereka ketempat layanan imunisasi. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 52 Tabel 5.13 Gambaran Dukungan Suami Untuk Mengimunisasikan Anaknya di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Dukungan Suami Frekuensi (f) Persentase(%) Apakah suami ibu ikut memutuskan saat ibu ingin mengimunisasikan bayi ibu? Ya 92 95,8 Tidak 4 4,2 Suami ikut mengantar ke pusat layanan imunisasi. Ya 70 72,9 Tidak 26 27,1 Suami ikut memberikan materi untuk biaya ke pusat pelayanan imunisasi Ya 67 69,8 Tidak 29 30,2 Suami ikut memberikan masukan dan saran agar mengimunisasi bayi mereka segera ke pusat pelayanan imunisasi yang terdekat 62 64,6 Ya 34 35,4 Tidak Suami ikut hanya iya saja atas apa yang di katakan sang istri tanpa bertindak apapun Ya 23 24,0 Tidak 73 76,0 Suami ikut menyuruh orang lain untuk mengantar sang istri pergi ke tempat layanan imunisasi. Ya 12 12,5 Tidak 84 87,5 Berdasarkan hasil yang didapat bahwa ada 92 ibu (95,8%) yang menilai suaminya mendukung dalam mengimunisasi bayi mereka, sedangkan hanya 4 ibu (4,2%) yang menilai bahwa suaminya tidak mendukung dalam mengimunisasi anak mereka. Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami Dalam Imunisasi Bayi Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Dukungan suami Frekuensi (f) Persentase (%) Tidak mendukung Mendukung 4 92 4,2 95,8 Total 96 100 Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 53 5.2.9 Gambaran dukungan tenaga kesehatan dalam imunisasi. Dari 87 responden yang menjawab bahwa tenaga kesehatan mendukung mereka untuk dapat mengimunisasi bayinya dengan lengkap ada angka yang sangat menonjol yaitu hanya ada 10 responden yang menjawab bahwa tenaga kesehatan mau memberikan penyuluhan di mesjid-mesjid dalam acara pengajian, juga hanya ada 19 petugas yang memberikan leaflet kepada masyarakat. Tabel 5.15 Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan Dalam Imunisasi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Dukungan Tenaga Kesehatan Apakah ada tenaga kesehatan (perawat, bidan ,dokter ) yang pernah menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi pada bayi ibu? Ya Tidak Petugas Memberi penyuluhan di puskesmas Ya Tidak Petugas memberikan penyuluhan di posyandu Ya Tidak Petugas memberikan penyuluhan di mesjid Ya Tidak Petugas memberikan penyuluhan ke rumahrumah Ya Tidak Petugas Memberikan leaflet Ya Tidak Frekuensi (f) Persentase(%) 87 9 90,6 9,4 47 49 49 51 66 30 68,8 31,2 10 86 10,4 89,6 32 64 33,3 66,7 19 77 19,8 80,2 Dari tabel yang ada di gambarkan bahwa dukungan tenaga kesehatan dalam kegiatan imunisasi bayi yang mendukung sebanyak 87 ibu atau dengan proporsi 90,6% dan yang tidak mendukung kegiatan imunisasi bayi ada sebanyak 9 orang ibu atau dengan proporsi 9,4%. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 54 Tabel 5.16 Gambaran Responden Berdasarkan Dukungan Nakes dalam Imunisasi Bayi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Dukungan tenaga kesehatan Frekuensi (f) Persentase (%) Mendukung 87 90,6 Tidak 9 9,4 Total 96 100 5.2.10 Gambaran dukungan kader kesehatan Hanya ada 21 responden yang menjawab bahwa anak mereka pernah mendapatkan hadiah di saat anaknya berusia 12 bulan dan imunisasinya telah lengkap. Juga hanya ada 24 ibu yang menjawab bahwa kader kesehatan pernah mengantar petugas atau tenaga kesehatan dating ke rumahnya untuk mengimunisasi bayi sang ibu. Pada variabl pertanyaan yang lain prinsifnya kader kesehatan mendukung semua program kesehatan yang ditawarkan oleh tenaga kesehatan. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 55 Tabel 5.17 Gambaran Dukungan Kader Kesehatan Dalam Pelayanan Imunisasi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Dukungan Kader Kesehatan Apakah ada tenaga kader kesehatan yang pernah menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi pada bayi ibu? Ya Tidak. Kader kesehatan Mengajak ibu untuk ke posyandu Ya Tidak. Menganjurkan ibu untuk mengimunisasi bayi ibu Ya Tidak. Mengantar petugas kesehatan ke rumah ibu untuk melakukan kunjungan rumah Ya Tidak. Memberikan hadiah kepada balita yang imunisasinya lengkap pada usia tepat 12 bulan Ya Tidak. Frekuensi (f) Persentase(%) 85 11 88,5 11,5 61 35 63,5 36,5 63 33 65,6 34,4 24 72 25 75 21 75 21,9 78,1 Ada 85 jawaban ibu atau sekitar 88,5% yang menjawab bahwa kader kesehatan sangat mendukung mereka dalam kegiatan yang berhubungan dengan imunisasi bayi mereka dan ada 11 ibu yang menjawab bahwa kader tidak mendukung mereka dalam kegiatan yang berhubungan dengan imunisasi anak mereka. Tabel 5.18 Distribusi Responden Dukungan Kader dalam Imunisasi Bayi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Dukungan kader kesehatan Frekuensi (f) Persentase (%) Tidak mendukung 11 11,5 Mendukung 85 88,5 Total 96 100 Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 56 5.2.11. Gambaran larangan mengimunisasi dari keluarga dekat. Data yang diperoleh dari 96 responden terdapat angka yang sama antara larangan dari keluarga dekat dari pihak suami ataupun larangan dari keluarga dekat istri. Sehingga tidak ada data yang menonjol dalam kedua data ini. Tabel 5.19 Gambaran Larangan Keluarga Dekat Untuk Mengimunisasi Bayi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Larangan keluarga dekat Apakah ada keluarga dari pihak suami yang melarang ibu untuk memberikan imunisasi pada bayi ibu? Ya Tidak Apakah ada keluarga dari pihak ibu yang melarang ibu untuk memberikan imunisasi pada bayi ibu? Ya Tidak Frekuensi (f) Persentase(%) 5 91 5,2 94,8 5 91 5,2 94,8 Hanya 5 orang ibu atau sekitar 5,2% yang menjawab bahwa keluarga dekat mereka dalam hal ini keluarga dekat dari suami yang tidak mendukung mereka dalam hal mengimunisasi bayi mereka dan ada 91 orang ibu atau 94,8% yang menjawab bahwa kelurga dekat mereka yang mendukung mereka untuk mengimunisasikan anak-anak mereka. Tabel 5.20 Gambaran Responden Berdasarkan Larangan Keluarga Dekat dalam Imunisasi Bayi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Larangan imunisasi dari keluarga Frekuensi (f) Persentase (%) Iya 5 5,2 Tidak 91 94,8 Total 96 100 Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 57 5.2.12 Gambaran pemanfaatan Buku KIA Dari semua reponden yang memiliki Buku KIA, peneliti menggunakan 3 variabel pertanyaan dalam mengukur pemanfaatan Buku KIA yaitu, apakah ibu pernah membaca Buku KIA yang ibu miliki, seberapa banyak isi Buku KIA yang dibaca dan pertanyaan terakhir seberapa mudah ibu memahami Buku KIA yang dibaca. Pada penelitian yang dilakukan dari 96 responden ada 86 orang yang mengaku pernah membaca Buku KIA, 48 orang responden yang mengaku hanya sedikit membaca Buku KIA tersebut, 13 orang responden menjawab hanya setengah dari isi Buku KIA yang dibaca dan ada 35 orang responden yang menjawab sudah membaca semua isi Buku KIA. Pada pertanyaan seberapa mudah ibu memahami Buku KIA, ada 65 orang responden yang menjawab bahwa ia mudah dalam memahami Buku KIA yang ibu baca. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 58 Tabel 5.21 Gambaran Pemanfaatan Buku KIA di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Pemanfaatan Buku KIA Apakah ibu memiliki buku KIA? Ya Tidak Jika ya..dari mana ibu mendapatkan buku tersebut? Puskesmas/ tenaga kesehatan pemerintah Posyandu/kader kesehatan. Klinik / Balai Pengobatan swasta Kapan pertama kali ibu terima buku KIA tersebut? Pertama kali memeriksakan kehamilan. Setelah beberapa kali pemeriksaan kehamilan. Saat setelah melahirkan bayi. Saat selah imunisasi yang pertama Tidak tahu Apakah ibu pernah membaca buku KIA yang ibu miliki? Ya Tidak Kapan pertama kali ibu baca buku KIA yang ibu miliki? Waktu pertama kali buku diterima Baru setelah anaknya lahir. Tidak ingat. Seberapa banyak isi buku yang sudah ibu baca? Sedikit Setengahnya. Sudah semua. Seberapa mudah ibu memahami buku KIA? Mudah Tidak mudah Apakah ibu mengerti semua isi buku KIA yang pernah ibu baca? Mengerti. Tidak mengerti. Frekuensi (f) Persentase(%) 96 0 96 0 33 52 11 34,4 54,2 11,5 50 6 52,1 6,3 22 16 2 22,9 16,7 2,1 86 10 89,6 9,4 84 3 9 87,5 3,1 9,4 48 13 35 50,0 13,5 36,5 65 31 67,7 32,3 85 11 88,5 11,5 Dari semua ibu yang menjadi responden ada sejumlah 35 ibu yang tidak memanfaatkan buku KIA yang ia baca atau sekitar 36% dan ada 61 orang atau 63,5% yang memanfatkan Buku KIA yang mereka miliki. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 59 Tabel 5.22 Distribusi Pengertian Responden Terhadap Manfaat Buku Kia Di Kota Tangerang Selatan tahun 2011 Pemanfaatan Buku KIA Frekuensi (f) Persentase (%) Tidak memanfaatkan 35 36,5 Memanfaatkan 61 63,5 96 100 Jumlah 5.3 Analisis Bivariat Variabel Independen yang meliputi faktor predisposisi (faktor pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang imunisasi, dan sikap ibu terhadap imunisasi), faktor enabling (ketersediaan tempat layanan imunisasi, ketersediaan biaya untuk imunisasi, dan ketersediaan waktu ibu untuk mengimunisasi bayi), faktor reinfotcing (dukungan suami dalam imunisasi anak, dukungan keluarga dekat dalam imunisasi anak, dukungan petugas dalam pelayanan imunisasi, dukungan kader kesehatan dalam pelayanan imunisasi serta pemanfaatan buku KIA. Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel independen yang ada dengan variabel dependen yaitu dengan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi, dengan menggunakan uji T test, dan uji chi Square, yang bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel dependen dengan variabel dependen. 5.3.1. Hasil uji bivariat antara perilaku ibu yang mengimunisasi bayi lengkap dengan faktor pendidikan, pengetahuan dan sikap. Dari total 28 responden yaitu sekitar 9 orang atau sekitar 32,1 % ibu dari respoden yang berpendidikan rendah memiliki status imunisasi tidak lengkap dan ada 19 responden atau sekitar 67,9% yang memiliki status imunisasi lengkap. Kemudian ada 28 orang responden atau sekitar 41,2% yang memiliki status imunisasi tidak lengkap serta ada 40 orang responden atau sekitar 58,8 % yang memiliki imunisasi lengkap. Dengan hasil uji statistik yang diperoleh nilai p=0,408 (p≤0,05) yang dapat di simpulkan bahwa tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku ibu dalam kelengkapan imunisasi pada ibu yang berpendidikan rendah dengan ibu yang berpendidikan tinggi atau tidak ada Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 60 hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu untuk mengimunisasi bayinya sampai dengan lengkap. Hasil OR yang di dapat yaitu 0,677 yang artinya bahwa tidak ada resiko antara responden yang berpendidikan rendah dengan ketidak lengkapan imunisasi bayi mereka,seperti yang ditunjukkan dalam tabel 5.23 menunjukkan hubungan antara status pendidikan tinggi dengan kelengkapan imunisasi bayi. Tabel 5.23 Hasil Uji Bivariat Dengan Uji Chi Square Antara Pendidikan dan Perilaku Ibu Dalam Imunisasi Bayi Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Karakteristik Perilaku Imunisasi Tidak Lengkap f % Lengkap F % Nilai p OR (95%CI) 0,408 0,677 (0,267-1,713) Pendidikan Rendah 9 32,1 19 67,9 Tinggi 28 41,2 40 58,8 Rata-rata pengetahuan ibu yang imunisasinya tidak lengkap adalah 37,41 dengan standar deviasi 0,4317, sedangkan untuk pengetahuan ibu yang imunisasinya lengkap adalah rata-rata pengetahuannya 39,41 dengan standar deviasi 2,978. Hasil uji statistik di dapatkan nilai p= 0,016 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan kepatuhan ibu dalam imunisasi yang lengkap dan tidak lengkap. Tabel 5.24 Hasil Uji Bivariat Dengan Uji T Test Untuk Menguji Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Imunisasi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Perilaku ibu dalam imunisasi Frekuensi (f) Mean Standar Deviasi Tidak lengkap Lengkap 37 59 37,41 39,41 0,4317 2,978 Standar Error 0,710 0,388 Nilai p 0,016 Rata-rata sikap ibu yang imunisasinya tidak lengkap adalah 33,5135 dengan standar deviasi 4,17414 sedangkan untuk sikap ibu yang imunisasinya lengkap adalah rata-rata sikapnya 34,0000 dengan standar deviasi 3,68127. Hasil uji statistik di dapatkan nilai p= 0,551 (p<0,05) yang berarti ada tidak perbedaan Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 61 yang signifikan antara kepatuhan ibu dalam imunisasi yang lengkap dan tidak lengkap. Tabel 5.25 Hasil Uji Bivariat Dengan Uji T Test Untuk Menguji Hubungan Antara Sikap dan Perilaku Imunisasi Ibu Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Perilaku ibu dalam imunisasi lengkap Tidak Lengkap Lengkap Frekuensi (f) 37 59 Mean Standar Deviasi Standar Error Nilai p 33,5135 34,0000 4,17414 3,68127 0,60622 0,47926 0,551 5.3.2. Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam Imunisasi anak lengkap dengan faktor tempat layanan imunisasi, biaya dan waktu ibu. Dari total 4 responden yaitu sekitar 1 orang atau sekitar 25,0% ibu dari respoden yang memiliki status imunisasi tidak lengkap dan ada 3 responden atau sekitar 75,0% yang memiliki status imunisasi tidak memiliki sarana untuk tempat pelayanan imunisasi. Kemudian total dari 92 responden ada 36 orang responden atau sekitar 39,1% yang memiliki status imunisasi tidak lengkap serta ada 56 orang responden atau sekitar 60.9% yang memiliki imunisasi lengkap yang memiliki tempat pelayanan untuk imunisasi di wilayahnya. Dengan hasil uji statistik yang diperoleh nilai p=0,570 (p≤0,05) yang dapat di simpulkan bahwa tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku ibu dalam ketersediaan tempat layanan imunisasi di wilayah ibu dengan yang tidak memiliki ketersediaan tempat layanan imunisasi atau tidak ada hubungan yang signifikan antara tersedianya tempat layanan imunisasi dengan perilaku ibu untuk mengimunisasi bayinya sampai dengan lengkap. Hasil OR yang didapat yaitu 0,519 yang artinya bahwa tidak ada resiko antara responden yang di wilayahnya tidak tersedia tempat layanan imunisasi dengan ketidak lengkapan imunisasi bayi mereka, hal ini ditunjukkan dalam Tabel 5.16 yang menunjukkan hubungan antara status pendidikan tinggi dengan kelengkapan imunisasi bayi. Biaya merupakan salah satu hal yang diteliti oleh peneliti. Hasil dari penelitian ini dari jumlah 13 responden menunjukkan bahwa sekitar 5 orang responden atau sekitar 38,5 % yang menganggap imunisasi itu mahal, memiliki Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 62 perilaku imunisasi bayi yang tidak lengkap dan 8 orang responden atau 75,0 % ibu yang menganggap imunisasi itu mahal dengan perilaku imunisasinya lengkap. Dari total 84 responden didapati sekitar 32 orang responden sekitar 38,6 % mengatakan imunisasi itu murah berperilaku imunisasi tidak lengkap dan 51 orang responden atau 61,4 % ibu yang yang menyatakan imunisasi itu murah memiliki perilaku imunisasi lengkap. Pada hasil uji statistik diperoleh nilai p= 1,000 (p≤0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna dalam perilaku imunisasi bayi antara yang imunisasi bayinya lengkap dengan ibu yang imunisasi bayinya tidak lengkap dalam persepsi biaya yang harus di keluarkan untuk imunisasi. Nilai OR yang didapat yaitu sebesar 0,996. Hasil analisa hubungan antara tersedianya waktu ibu untuk mengantar bayi mereka ke tempat pelayanan imunisasi dengan perilaku ibu mengimunisasi bayinya dengan lengkap di peroleh bahwa ada sebanyak 3 orang responden atau sekitar 60,0 berperilaku tidak lengkap dan 2 orang responden yang tidak memiliki waktu berperilaku imunisasi dengan lengkap. Sedangkan dari 91 responden ada 34 responden yang ada waktu perilaku imunisasinya tidak lengkap dan ada 57 orang responden yang ada waktu untuk mengantar anak imunisasi perilaku imunisasinya lengkap. Hasil uji statistik di peroleh p=0,311 yang artinya tidak ada hubungan yang bermakana dalam keadaan responden ada waktu atau tidak ada waktu untuk mengantar bayi nya ke tempat pelayanan imunisasi, atau dapat dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara tidak adanya waktu ibu dan ada waktunya ibu untuk mengantar anak ke tempat pelayanan imunisasi dengan perilaku imunisasi ibu untuk melengkapinya. OR pada kesediaan waktu ibu yaitu sebesar 2,515. Tabel 5.26 berikut menunjukan hubungan antara perilaku ibu untuk mengimunisasi anaknya sampai lengkap dengan ketersediaan tempat layanan imunisasi, persepsi ibu terhadap biaya dan ada tidaknya waktu ibu untuk mengantar anak ke tempat imunisasi. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 63 Tabel 5.26 Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam Imunisasi anak lengkap dengan faktor tempat layanan imunisasi, biaya dan waktu ibu Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Perilaku Imunisasi Karakteristik Tidak Lengkap Lengkap f % f % Ketersediaan tempat layanan Imunisasi Tidak Tersedia 1 25,0 3 75,0 Tersedia 36 39,1 56 60,9 Persepsi biaya Mahal 5 38,5 8 61,5 Murah 32 38,6 51 61,4 Ketersediaan waktu Tidak ada 3 60,0 2 40,0 Ada 34 37,4 57 62,6 Nilai p OR (95%CI) 0,570 0,519 (0,052-5,180) 1,000 0,996 (0,300-3,312) 0,311 2,515 (0,400-15,817) 5.3.3. Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam Imunisasi anak lengkap dengan dukungan suami, keluarga dekat, tenaga kesehatan, kader dan pemanfaatan Buku KIA Kategori dukungan suami dalam imunisasi bayi dari hasil penelitian didapat bahwa ibu yang imunisasi bayinya tidak lengkap dan tidak mendapatkan dukungan dari suami sebanyak 7 orang (29,2%) dan ibu yang ada dukungan untuk mengimunisasi sampai lengkap dari suaminya berjumlah 30 ibu (41,7%). Sedangkan kategori dukungan suami dalam pemberian imunisasinya lengkap, ibu yang tidak mendapatkan dukungan sebanyak 17 ibu (70,8%) dan yang mendapat dukungan dari suami sebanyak 42 orang ibu atau sekitar 58,3%. Perilaku ibu dalam imunisasi bayi memiliki hubungan yang tidak bermakna secara statistik dengan dukungan suami yang ditunjukkan dengan angka 0,276 (p>0,05). Kategori dukungan nakes dalam imunisasi bayi didapat bahwa ibu yang imunisasi bayinya tidak lengkap dan tidak mendapatkan dukungan dari nakes sebanyak 3 orang (25%) dan ibu yang ada dukungan untuk mengimunisasi sampai lengkap dari nakes berjumlah 34 ibu (40,5%). Sedangkan kategori dukungan nakes dalam pemberian imunisasinya lengkap didapat ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari nakes sebanyak 9 ibu (75,0%) dan yang mendapat dukungan dari nakes sebanyak 50 orang (59,5%). Perilaku ibu dalam imunisasi Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 64 bayi memiliki hubungan yang tidak bermakna secara statistik dengan dukungan nakes yang di tunjukan dengan angka 0,303 (p>0,05). Kategori dukungan kader dalam imunisasi bayi didapat bahwa ibu yang imunisasi bayinya tidak lengkap dan tidak mendapatkan dukungan dari kader sebanyak 3 orang (25%) dan ibu yang ada dukungan untuk mengimunisasi sampai lengkap dari kader berjumlah 8 ibu (72,7%). Sedangkan kategori dukungan kader dalam pemberian imunisasinya lengkap dari hasil penelitian ibu yang tidak mendapatkan dukungan sebanyak 34 ibu (40%) dan yang mendapat dukungan dari kader sebanyak 51 orang ibu atau sekitar 60%. Perilaku ibu dalam mengimunisasikan bayinya memiliki hubungan yang tidak bermakna secara statistik dengan dukungan kader yang ditunjukkan dengan angka 0,414 (p>0,05). Kategori larangan dari keluarga dalam imunisasi bayi didapat bahwa ibu yang imunisasi bayinya tidak lengkap dan mendapatkan larangan untuk melakukan imunisasi dari keluarga dekat sebanyak 6 orang (100%) dan ibu yang tidak dilarang untuk mengimunisasi sampai lengkap dari keluarga dekat berjumlah 34 ibu (34,4%). Sedangkan kategori larangan dari keluarga dekat dari hasil penelitian ibu tidak ada ibu yang mendapat larangan dan yang tidak mendapat larangan dari keluarga dekat sebanyak 59 orang ibu atau sekitar 65,6%. Perilaku ibu dalam mengimunisasikan bayinya memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan larangan dari keluarga dekat yang ditunjukkan dengan angka 0,003 (p<0,05). Dengan OR 2,903 (2,183-3,861) yang artinya ibu yang mendapat larangan untuk melakukan imunisasi berpeluang 2,903 kali berperilaku imunisasi tidak lengkap dari pada ibu yang tidak mendapat larangan dari keluarga dekat. Manfaat buku KIA dalam imunisasi bayi dari hasil penelitian didapat bahwa ibu yang imunisasi bayinya tidak lengkap dan tidak memanfaatkan buku KIA sebanyak 20 orang (57,1%) dan ibu yang tidak memanfaatkan buku KIA dengan imunisasi lengkap berjumlah 15 ibu (42,9%). Sedangkan ibu yang memanfaatkan Buku KIA dan imunisasinya tidak lengkap berjumlah 17 ibu (27,9%) dan yang memanfaatkan Buku KIA dengan baik dan imunisasi bayinya lengkap berjumlah 44 orang atau sekitar 72,1% Perilaku ibu dalam imunisasi memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan pemanfaatan Buku KIA yang ditunjukan dengan nilai p= 0,009(p<0,05) dengan OR 3,451 (1,442Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 65 8,259) yang artinya ibu yang memanfaatkan Buku KIA memiliki peluang 3,451 kali untuk berperilaku imunisasi dengan lengkap dibandingkan dengan ibu yang tidak memanfaatkan Buku KIA. Tabel 5.17 Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam Imunisasi anak lengkap dengan dukungan dari suami,dukungan dari tenaga kesehatan,dari kader kesehatan serta larangan imunisasi dari keluarga terdekat dan pemanfaatan Buku KIA oleh Ibu Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Perilaku Imunisasi Karakteristik Tidak Lengkap f % Dukungan Suami Tidak mendukung 7 Mendukung 30 Dukungan Nakes Tidak mendukung 3 Mendukung 34 Dukungan Kader Tidak mendukung 3 Mendukung 34 Larangan keluarga untuk Imunisasi Melarang 6 Tidak melarang 31 Pemanfaat buku KIA Tidak memanfaatkan 20 Memanfaatkan 17 Lengkap F % Nilai p OR (95%CI) 29,2 41,7 17 42 70,8 58,3 0,276 0,576 (0,213-1,563) 25,0 40,5 9 50 75,0 59,5 0,303 0,490 (0,124-1,943) 27,3 40,0 8 51 72,7 60,0 0,414 0,563 (0,139-2,272) 100 34,4 0 59 0 65,6 0,003 2,903 (2,183-3,861) 57,1 15 42,9 0,009 27,9 44 72,1 3,451 (1,442-8,259) Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. KETERBATASAN PENELITIAN Sebelum membahas hasil penelitian ini, dalam penelitian ini dijumpai beberapa keterbatasan antara lain : 1. Desain penelitian ini adalah cross sectional, dimana pengukuran variabelvariabelnya dilakukan sekaligus dalam waktu yang sama. Penelitian ini merupakan rancangan penelitian yang paling lemah untuk penelitian deskriptif karena hubungan yang didapatkan hanyalah menunjukkan keterkaitan saja, bukan merupakan hubungan kausalitas sehingga hanya dapat menganalisis keterkaitan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. 2. Bias Bias informasi adalah cara mengamati, melaporkan, mengukur, mencatat, mengklasifikasi dan menginterprestasikan status pajanan atau outcome, mengakibatkan distorsi pengaruh pajanan terhadap outcome (murti,1997), atau adanya kemungkinan terjadi metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara langsung. Bias informasi besar kemungkinan terdapat baik dari responden maupun dari pewawancara sendiri. Bias seleksi, seleksi yang dilakukan berdasarkan pencatatan, berpeluang terjadinya bias akibat pencatatan yang kurang sistematis. Terhadap data yang diragukan, penulis melakukan konfirmasi kepada responden dengan melihat buku KIA yang dimilikinya. Ketidak jelasan pencatatan yang tidak bisa dikonfirmasi, atau tidak ada penjelasan, maka data tersebut di keluarkan dari pemilihan. 3. Pewawancara mungkin seolah mengarahkan jawaban sesuai dengan harapannya atau pewawancara kurang sabar, sehingga mempengaruhi jawaban dari responden. Kemungkinan jawaban responden dapat bersifat subjektif sehingga kebenaran data tergantung dari kejujuran responden, 65 Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 66 keseriusan responden dalam menjawab pertanyaan dan kesabaran petugas wawancara. Untuk mengurangi keterbatasan tersebut diupayakan dengan mencari tenaga pewawancara yang berasal dari seorang kader masyarakat terlatih yang bertugas sebagai kader kesehatan setempat sehingga responden lebih terbuka. 6.2. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Kepatuhan ibu dalam mengimunisasi anak secara lengkap Hasil penelitian ini didapatkan status imunisasi dasar lengkap pada anak sebesar 61,5 persen dan yang tidak lengkap sebesar 38,5 persen. Ini menunjukkan ada 59 ibu yang perilakunya patuh untuk mengimunisasikan bayinya di Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan. Sebagian besar ibu memiliki kepatuhan terhadap imunisasi, hal ini didukung dengan pengetahuan dan sikap ibu yang rata-rata memiliki pengetahuan yang baik dan sikap yang positif terhadap imunisasi. Peneliti mengasumsikan bahwa perilaku ibu yang patuh terhadap imunisasi juga dikarenakan ketersediaan tempat, biaya dan waktu imunisasi sesuai dengan karakteristik ibu di wilayah puskesmas Ciputat Timur. Dukungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan kader dalam bentuk penyuluhan juga merupakan faktor yang sangat penting dalam memotivasi ibu untuk berperilaku mengimunisasikan anak dengan lengkap. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh ladifre tahun 2009 bahwa status imunisasi pada anak hanya 28.2%. 2. Faktor predisposisi a. Hubungan antara pendidikan dengan perilaku ibu dalam imunisasi bayi. Hasil penelitian yang didapat dalam univariat pendidikan ibu dibedakan menjadi 2 yaitu tingkat pendidikan rendah dan tingkat pendidikan tinggi yang menjadi batasannya yaitu pendidikan dasar 9 tahun. Sesuai dengan Hull dan Hull dalam Aris (2004) yang menjelaskan bahwa pendidikan ibu yang semakin tinggi akan memampukan ibu dalam mengambil keputusan untuk menjaga kesehatan anaknya serta Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 67 meningkatkan pemanfaatan terhadap sarana kesehatan yang ada. Tingkat pendidikan seseorang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap daya penalaran dan keyakinan orang tersebut akan hal-hal yang bersifat positif atau menguntungkan (Green, 2005). Tingkat pendidikan seorang ibu akan mempengaruhi kualitas keluarga terutama berkaitan dengan akses terhadap pelayanan kesehatan (Sukmara, 2000). Sejalan dengan Sulastri tahun 2002 yang menyatakan pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemanfaatan pelayanan imunisasi pada anaknya. b. Hubungan antara pengetahuan ibu dan perilaku ibu dalam imunisasi. Pengetahuan ibu dibagi atas 2 yaitu ibu dengan pengetahuan kurang dan ibu dengan pengetahuan baik. p value pada penelitian ini 0,016 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku seseorang. Hal ini juga didukung dalam Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap waktu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yakni dengan penglihatan, dengar, cium, rasa dan raba. Notoatmodjo berpendapat bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih melekat daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh azmi (2005) yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan responden berhubungan dengan perilaku pemberian imunisasi hepatitis B1 pada bayi 0-7 hari. Sari (2005) juga mengatakan dalam penelitiannya di kecamatan Cengkareng bahwa ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai imunisasi berpeluang untuk tidak memberikan imunisasi pada bayinya dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan baik mengenai imunisasi. Pada pertanyaan pengetahuan yang peneliti buat ibu/responden mempunyai pengetahuan kurang terhadap pertanyaan kepanjangan dari DPT, sehingga dalam hal ini pengetahuan ibu tentang imunisasi harus Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 68 diperdalam khususnya tentang apa tujuan dari imunisasi dan manfaat serta singkatan dari imunisasi dasar yang harus diterima oleh bayi responden. Dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal maka akan mendukung orang tersebut dalam menentukan suatu tindakan atau keputusan, sehingga diperlukan peningkatan pengetahuan ibu tentang apa yang terdapat dalam Buku KIA dan pengetahuan ibu tentang imunisasi sehingga akan membantu ibu dalam pengambilan keputusan yang baik dalam semua tindakan yang berhubungan dengan kesehatan khususnya imunisasi. c. Hubungan antara sikap dan perilaku ibu dalam imunisasi bayi. Sikap ibu dibagi atas 2 sikap yaitu yang bersikap positif dan yang bersikap negatif yang dibagi berdasarkan Mean 3,63 sebagai cut off point dengan uji skewnest (-0,253 : 0,246 = -1,028) karena data terdistribusi dengan normal. Sikap yang nilainya di atas Mean dikategorikan negatif dan nilai yang diatas mean dikategorikan sebagai sikap positif. Pada hasil bivariat didapat bahwa ibu yang berperilaku imunisasi tidak lengkap dengan mean 33,5135 dan perilaku ibu yang imunisasi lengkap dengan hasil mean 34,0000 dengan p value 0,551 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dan perilaku ibu dalam imunisasi bayi. Menurut Newcomb (Soekidjo Notoatmodjo,2003) sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat dengannya. Karena sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dalam penelitian ini nampak bahwa ibu lebih memilih sikap yang negatif. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 69 3. Faktor pemungkin. a. Hubungan antara ketersediaan tempat layanan imunisasi dengan perilaku ibu dalam imunisasi lengkap. Pada penelitian yang dilakukan hasil uji bivariat didapati 25% saja yang menjawab di tempat responden pada perilaku ibu yang tidak lengkap dan ada 60,9% jawaban yang menyatakan ditempatnya tersedia tempat layanan imunisasi dari perilaku ibu dalam imunisasi lengkap dengan p value 0,570 (p>0,05) disini nampak bahwa tidak ada hubungan antara tempat layanan imunisasi dengan perilaku ibu dalam imunisasi lengkap. Sebagian besar ibu mengakui bahwa ketersediaan tempat layanan imunisasi sudah cukup baik. Peneliti mengasumsikan bahwa hal ini didukung dengan jarak tempat tinggal ibu dengan tempat layanan imunisasi dapat ditempuh dengan tidak mengeluarkan biaya karena jarak yang dekat (< 500 m). Sejalan dengan hasil pengkajian oleh WHO terutama di negara-negara berkembang terlihat bahwa faktor pendukung/ sarana dan prasarana tidak mendukung masyarakat untuk hidup sehat. Menurut Sukmana (2000) faktor pemungkin lain adalah persepsi ibu terhadap jarak. Makin jauh jarak suatu pelayanan kesehatan maka makin segan seseorang untuk datang. Ada batasan tertentu sehingga seseorang masih mau untuk mencari pelayanan kesehatan. Dalam penelitian Sembiring (2004) hasil menunjukkan bahwa ibu yang jarak tempat tinggalnya dekat dengan pelayanan kesehatan, bayinya memiliki kesempatan 3,8 kali lebih besar dibanding dengan ibu yang jarak tempat tinggalnya jauh dari Puskesmas. b. Persepsi ibu terhadap biaya imunisasi. Pada penelitian ini nampak tidak ada hubungan yang bermakna antara biaya yang harus dikeluarkan seorang ibu untuk biaya imunisasi bayinya, hal ini dapat dilihat dalam nilai p = 1,000 (p>0,05). Terdapat 13.5% ibu yang berpendapat bahwa biaya imunisasi mahal dan 86.5% responden yang berpendapat biaya imunisasi murah. Ini membuktikan bahwa sebagian besar ibu sanggup untuk mengeluarkan biaya untuk mengimunisasikan anaknya karena biaya murah (< 5000). Dan ada sebagian ibu yang mengatakan bahwa imunisasi Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 70 gratis. Hal ini membuktikan bahwa ibu berpeluang sangat besar untuk mengimunisasi anaknya karena biaya untuk imunisasi masih dapat dijangkau oleh keluarga responden yang mayoritas dengan ekonomi menengah ke bawah. Sebagian responden membayar imunisasi dikarenakan adanya biaya untuk administrasi posyandu yang dikelola oleh kader setempat. Menurut Sukmana (2000) faktor pemungkin lain adalah persepsi ibu terhadap biaya. Makin mahal biaya/ jasa yang harus dikeluarkan suatu pelayanan kesehatan maka makin segan seseorang untuk datang. Ada batasan tertentu sehingga seseorang masih mau untuk mencari pelayanan kesehatan. Dalam penelitian Sembringin (2004) hasil menunjukkan bahwa ibu yang memiliki lebih banyak materi (uang) maka bayinya memiliki kesempatan 3,8 kali lebih besar dibanding dengan ibu yang tidak memiliki materi lebih sedikit. c. Ketersediaan waktu ibu untuk mengantar bayinya ke tempat pelayanan imunisasi. Hanya 5.2% ibu yang tidak ada waktu untuk mengantarkan bayinya ke tempat layanan imunisasi dan 94.8% ibu mempunyai waktu untuk mengantar bayinya ke posyandu. Proporsi yang sangat besar pada ibu yang mempunyai waktu untuk mengantar anaknya sendiri ke tempat layanan imunisasi oleh karena rata-rata ibu tidak bekerja di luar rumah dan ibu yang bekerja di luar rumah masih mempunyai waktu untuk mengantar anaknya untuk imunisasi. Adapun alasan dari ibu yang tidak mempunyai waktu untuk mengimunisasi anaknya adalah tidak sempat karena melakukan pekerjaan rumah dan tidak tega melihat anaknya menangis. Menurut Sukmana (2000) faktor pemungkin lain adalah persepsi ibu terhadap waktu. Makin sedikit waktu ibu di rumah maka makin sukar ibu akan mengantarkan anaknya ke tempat pelayanan kesehatan. Dalam penelitian Sembringin (2004) hasil menunjukan bahwa ibu yang sering tinggal di rumah memiliki kesempatan 3,8 kali lebih besar dibanding dengan ibu yang jarang tinggal di rumah. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 71 4. Faktor penguat. a. Dukungan Suami Sebagian besar suami mendukung ibu untuk mengimunisasi anaknya (95.8%) dan yang tidak mendukung hanya 4.2%. Hal ini didukung dengan sebagian besar responden yang tidak sempat membawa anaknya ke tempat pelayanan imunisasi maka suami ibu yang membawa anaknya untuk mengimunisasi anaknya. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa dukungan suami yaitu dengan mengantarkan ibu untuk mengimunisasi anaknya, membayar biaya imunisasi dan selalu menyegerakan untuk mengimunisasi anaknya. Hal ini tidak sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Green, (2005) menjelaskan tokoh atau orang yang secara bermakna berpengaruh terhadap perilaku ditentukan oleh tatanan lingkungan dan budaya yang dianut. Demikian juga yang dikemukakan oleh Hosland, et al (1953) juga menegaskan bahwa faktor terakhir yang menentukan perubahan adalah faktor reinforcement atau dorongan dari lingkungan terdekat sehingga menimbulkan stimulus yang akan mempunyai efek tindakan/ perubahan perilaku individu (Notoatmodjo, 2007). b. Larangan Keluarga Dekat Kategori larangan keluarga dalam imunisasi bayi dari hasil penelitian yang dilakukan didapat bahwa ibu yang mendapat larangan dari pihak keluarga untuk mengimunisasi bayinya sebanyak 5.2% dan ibu yang didukung adalah 94.8%. Larangan dari pihak keluarga timbul baik dari pihak keluarga istri maupun dari pihak keluarga suami. Namun sebagian besar keluarga sangat mendukung dengan perilaku ibu untuk mengimunisasi bayinya. Hal ini didukung dengan karekteristik keluarga yang sebagian besar merupakan keluarga inti sehingga faktor keluarga besar kurang berpengaruh terhadap keputusan ibu dalam mengambil keputusan untuk mengimunisasi anaknya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasril tahun 2000 bahwa keluarga yang tidak melarang terhadap imunisasi sebanyak 50.9%. Dan penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang berjudul ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi TT WUS Di Puskesmas Anyer Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 72 Kabupaten Serang Tahun 2001” oleh Hary Purwanto menunjukkan bahwa anjuran dari sektor non kesehatan yaitu keluarga dan teman meningkatkan peluang untuk memperoleh imunisasi TT WUS ketiga 7,14 kali dibandingkan responden yang tidak mendapatkan anjuran karena menurut Becker, 1974 keluarga, teman dan orang terdekat akan berpengaruh secara normatif terhadap seseorang sehingga memudahkan proses pengaturan diri terhadap perubahan perilaku (Purwanto, 2001). c. Dukungan Nakes Sebagian besar tenaga kesehatan sangat mendukung perilaku ibu dalam mengimunisasi anaknya (90.6%) dan yang tidak mendukung hanya 9.4%. Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan adalah dengan memberikan penyuluhan di puskesmas dan posyandu serta tidak jarang tenaga kesehatan yang melakukan penimbangan dari rumah ke rumah untuk sekedar memberi penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasril tahun 2000 yang menyatakan bahwa proporsi lebih besar pada tenaga kesehatan yang mendukung sebesar 55.5%. d. Dukungan Kader Kesehatan Sebagian besar kader mendukung perilaku ibu dalam mengimunisasi anaknya yaitu sebesar 88.5% dan yang tidak mendukung hanya 11.5%. Hal ini didukung dengan banyaknya kader yang mengajak ibu ke posyandu, menganjurkan ibu untuk mengimunisasi anaknya, terkadang ada juga kader yang mengantarkan petugas kesehatan ke rumah ibu untuk melakukan kunjungan rumah serta ada juga kader yang memberi reward pada balita yang mempunyai status imunisasi yang lengkap tepat diusianya 12 bulan. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kader yang mendukung imunisasi sebesar 60% ibu mengimunisasi bayinya sampai 12 bulan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasril pada tahun 2000 yang menyatakan bahwa 69.1% kader selalu memberi dukungan dalam pemanfaatan buku KIA oleh ibu. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 73 e. Pemanfaatan buku KIA Sebesar 63.5% ibu yang memanfaatkan buku KIA dan hanya 36.5% ibu yang tidak memanfaatkan buku KIA dengan baik, terdapat 86.4% ibu yang pernah membaca buku KIA dan mengaku bahwa buku KIA mudah dimengerti. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pemanfaatan buku KIA dan perilaku ibu dalam mengimunisasi bayinya yang berarti bahwa semakin besar ibu mengerti tentang buku KIA maka akan semakin tinggi kesadaran ibu untuk berperilaku mengimunisasi anaknya dengan lengkap. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumayati pada tahun 2008 bahwa sebesar 77.6 % ibu yang memanfaatkan buku KIA dengan baik di Tanah Datar dan 73% di Padang Pariaman. Hasil penelitian ini juga senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasril tahun 2000 bahwa 69.1% selalu memanfaatkan buku KIA dengan baik. Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan. 1. Faktor-faktor predisposisi yang mempengaruhi kepatuhan ibu untuk memberikan imunisasi lengkap pada bayi di atas usia 12 bulan di Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan adalah pengetahuan ibu. Faktor predisposisi yang tidak berhubungan dengan kepatuhan imunisasi adalah pendidikan dan sikap ibu. 2. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara faktor-faktor pemungkin yang mempengaruhi ibu untuk memberikan imunisasi lengkap pada bayi di atas usia 12 bulan di Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan. 3. Faktor penguat yang mempengaruhi ibu untuk memberikan imunisasi lengkap pada bayi di atas usia 12 bulan di Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan adalah larangan dari keluarga dekat, dan pemanfaatan Buku KIA. Faktor penguat yang tidak berhubungan dengan kepatuhan imunisasi adalah dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan, dan dukungan kader. 7.2 Saran 1. Bagi Tenaga Kesehatan, dari hasil penelitian yang dilakukan ternyata Buku KIA telah banyak tersebar di lapangan akan tetapi masih ada ibu yang belum mengerti tentang apa yang terdapat dalam buku KIA tersebut sehingga perlu dilakukan sosialisasi Buku KIA lebih intensif kepada ibu-ibu hamil dan ibu balita. Pengetahuan ibu tentang imunisasi harus ditingkatan khususnya dalam imunisasi ibu kurang memahami pengetahuan tentang imunisasi terutama pengetahuan tentang manfaat dari masing-masing vaksinasi sehingga akan semakin baik pemahaman ibu tentang Buku KIA dan manfaat imunisasi. 2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur, lebih meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam pukesmas sehingga petugas akan mampu menjadi tenaga pendidik yang handal dalam memberikan masukan dan informasi kepada 74 Universitas Indonesia Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 75 masyarakat tentang manfaat Buku KIA dan kebaikan dari imunisasi yang lengkap. Sosialisi ini dilakukan juga sebaiknya kepada semua pihak dalam hal ini misalnya keluarga terdekat yang masih dalam lingkungan keluarga besar dan mereka memiliki suara dalam memberikan keputusan dalam keluarga, sehingga dapat membuat suatu keputusan yang sama baik dari keluarga inti (suami, istri, dan anak-anak ) serta keluarga besar (orang tua, mertua, dan yang lainnya ). 3. Bagi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, lebih meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan tentang manfaat Buku KIA dan manfaat imunisasi dengan cara melakukan pelatihan bagi tenaga kesehatan yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Semakin banyak pelatihan diharapkan semakin mahir dan kompeten tenaga kesehatan yang ada dalam melakukan sosialisasi pemanfaatan Buku KIA dan kebaikan imunisasi lengkap. 4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian yang telah dilakukan hanya pemanfaatan Buku KIA dan kepatuhan dalam imunisasi yang berfokus pada ibu dengan metode kuantitatif, diharapakan ada penelitian selanjutnya yang dapat ditinjau lebih fokus pada tenaga kesehatan dengan metode kualitatif, sehingga informasi mengenai faktor apa saja yang berhubungan dengan pemanfaatan Buku KIA dan kepatuhan imunisasi dalam masyarakat dapat di kaji lebih dalam. Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, (2010). Petunjuk Tekhnis Buku KIA Departemen Kesehatan RI, (2010). Petunjuk Tekhnis Pengisian Buku KIA oleh Kader Kesehatan. Ariawan, Iwan (1998). Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan, Universuty Of Massacher Setts. Diterjemahkan ole Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Azmi, Akmar (2005). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bayi Terhadap Pemberian Imunisasi Heparitis B1 Pada Bayi 0-7 hari di Puskesmas Biha Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Lampung Barat Tahun 2005, FKM UI Depok Azwar, Syaififudin. (2000). Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, Azrul, (1999). Pengantar Epidemiologi. Jakarta :Binarupa Aksara, , (2007). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Edisi ke-2, Cetakan ke X. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2010). Menyiapkan Anak Balita Yang Sehat dan Berkualitas. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Peningkatan Cakupan Imunisasi Rutin Serta Kesehatan Ibu dan Anak.Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. . (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. (2009). Profil Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2009 Banten. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. (2010). Profil Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Banten. Puskesmas Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, (2009). Laporan Tahunan Puskesmas Ciputat Timur. Puskesmas Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, (2010). Laporan Tahunan Puskesmas Ciputat Timur. Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 Green L.W, and kreuter, (2005). Health Program planning, an educational and ecological approach, Fourth Editionotion, Rollins School Of Public Health of Emory University, New York. Hastono, Sutanto. (2007). Basic Data Analysis For Health Research Training, Analisis Data Kesehatan. FKM-UI. Depok Ayubi, Dian, (2006). Peran Kepemimpinan Transformasional Pengelola Program Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Terhadap Status Imunisasi Anak di Tujuh Provinsi di Indonesia, Disertasi, FKM-UI, Depok Arikunto, Suharsini, (2002). Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek, Cetakan Keduabelas, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Sri Pinti Rahmawati (2006). Analisis Faktor Sumber Daya Manusia yang Berhunungan dengan Hasil Kegiatan Imunisasi Dasar Bayi Oleh Petugas Imunisasi Puskesmas di Kabupaten Blora. Universitas Diponegoro. Noviyadi, Emil. (1997). Hubungan Antara Faktor Perilaku Kesehatan Ibu Dengan Status Imunisasi Hepatitis B Pada Anak Di Puskesmas Kecamatan Matraman Jakarta Timur. Tesis , Program Pascasarjana FKM-UI, Depok Isfan, Reza. (2006). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi Dasar Pada Anak Di Puskesmas Pauh Kota Padang. Tesis. Program Pascasarjana FKM-UI, Depok. Kusumayati, Agustin (2008).The Effects Of Maternal and Child Health Handbook, Utilization in West Sumatra, Indonesia, Osaka University. W.Hendry Mosley & Lincoln C Chen (1983). Child Survival Strategies For Research. Cambridge University Press Cambridge London New York, New Rochelle Melbourne Sydney. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Notoatmodjo, Soekidjo. (2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. . (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta ____________. (2010) Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta. Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 Sarwono, Sarlito Wirawan. (2004). Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT Bulan Bintang. Sugiyono. (2008). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. Wirawan, Sarwono Satliko. Teori-teori Psikologi Sosial. Notoatmodjo, Soekidjo, Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta, 2005 ____________, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta, 2007 ____________, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010 ____________, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010 SDKI, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2003, Jakarta, 2003 SDKI, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, Jakarta, 2008 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Wawan, A. dan M. Dewi, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia, Dilengkapi contoh Kuesioner, Yogyakarta: Nusa Medika. 2010 Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 INFORMED CONSENT KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN BUKU KIA OLEH IBU HAMIL DENGAN PRILAKU IBU MEMBERIKAN IMUNISASI LENGKAP PADA BAYI DI ATAS 12 BULAN DI PUSKESMAS KECAMATAN CIPUTAT TIMUR KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011 Assalamu’alaikum Wr. Wb./ Selamat pagi/ siang/malam Saya yang bernama Ade Riani Sandra mahasiswa dari Peminatan Kebidanan Komunitas Fakultas Kesehatam Masyarakat Universitas Indonesia. Mempunyai maksud akan melakukan penelitian mengenai hubungan antara pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil dengan perilaku ibu memberikan imunisasi lengkap pada bayi di atas 12 bulan di Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan tahun 2011. Penelitian ini dilakukan sebagai penyelesaian akhir studi yang sedang saya jalani. Dalam hal ini saya berharap kesediaan saudara untuk menjadi responden dalam pengisian kuesioner mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian saya. Jawaban yang saudara berikan akan saya rahasiakan sehingga tidak ada yang mengetahuinya. Saudara dapat menolak untuk menjawab pertanyaan atau tidak melanjutkan wawancara dengan alasan apapun. Partisipasi saudara dalam mengisi kueisioner penelitian ini bersifat sukarela. Saya mengharapkan partisipasi saudara, karena pendapat saudara sangat berguna dan penting unuk penelitian ini. Apakah saat ini saudara bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini? Jika iya, mohon tanda tangan anda di tempat yang telah disediakan di bawah ini. Ciputat timur, Responden Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 2011 Pengumpul data :……………………………………… Tanggal :……………………………………… KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN BUKU KIA OLEH IBU HAMIL DENGAN PRILAKU IBU MEMBERIKAN IMUNISASI LENGKAP PADA BAYI DI ATAS 12 BULAN DI PUSKESMAS KECAMATAN CIPUTAT TIMUR KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011 No. Responden : Tanggal wawancara : Nama pewawancara : Petunjuk: 1. Lingkarilah jawaban yang anda pilih A. Indentitas ibu 1. Nama : 2. Tanggal lahir/ Umur : 3. Alamat : 4. No. Telepon : 5. Pendidikan : 1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SMP 4. Tamat SMA 5. Tamat Akademi/Perguruan Tinggi 6. Pekerjaan ibu : 1. PNS 2. Pegawai Swasta 3. Wiraswasta 4. Pembantu Rumah Tangga 5. Ibu Rumah Tangga Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 B. Sikap Ibu terhadap imunisasi No. 7 Pernyataan Ibu setuju dengan STS TS imunisasi yang diselenggarakan Pemerintah. 8 Program imunisasi bermanfaat untuk kesehatan bayi. 9 Imunisasi memberi dampak yang baik bagi perkembangan bayi. 10 Menurut saudara imunisasi wajib di berikan secara lengkap. 11 Bagaimana pendapat saudara tentang imunisasi yang selama ini di laksanakan di posyandu yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. 12 Setujukah saudara mengimunisasi bayi saudara di Posyandu yang ada dilingkungan saudara. 13 Menurut saudara pentingkah imunisasi bagi bayi usia 0 sampai 12 bulan. 14 Bila saudara telah mengimunisasi bayi saudara dan mengalami panas setelah imunisasi, apakah akan saudara berikan imunisasi yang selanjutnya. 15 Sebaiknya imunisasi pada bayi dilayani oleh seorang bidan. 16 Setujukan saudara membayar untuk bila harus imunisasi bayi saudara. Pengetahuan Imunisasi Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 S SS 17. Apa yang di maksud dengan Imunisasi? 1. Pemberian vaksin . 2. Pemberian vaksin imunisasi sesuai jadwal yang telah di tentukan dan di berikan pada bayi di bawah 1 tahun. 3. Pemberian suntikan pada bayi. 4. Pemberian suntikan pada bayi agar bayi sehat dan kuat. 5. Tidak tahu 18. Ada beberapa macam imunisasi dasar yang menjadi program pemerintah? 1. 6 2. 5 3. 4 4. 3 5. Tidak tahu 19. Imunisasi DPT/Hb Combo diberikan sebanyak ? 1. 1 kali. 2. 2 kali. 3. 3 kali. 4. 4 kali. 5. Tidak tahu. 20. Imunisasi BCG diberikan sebanyak ? 1. 1 kali. 2. 2 kali. 3. 3 kali. 4. 4 kali. 5. Tidak tahu. 21. Imunisasi Polio diberikan sebanyak ? 1. 1 kali. 2. 2 kali. 3. 3 kali. 4. 4 kali. 5. Tidak tahu. 22. Imunisasi Campak diberikan sebanyak ? Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 1. 1 kali. 2. 2 kali. 3. 3 kali. 4. 4 kali. 5. Tidak tahu. 23. Imunisasi Hb 0 diberikan sebanyak ? 1. 1 kali. 2. 2 kali. 3. 3 kali. 4. 4 kali. 5. Tidak tahu. 24. Apa ibu tahu masing-masing vaksin di berikan dengan cara apa? 1. Tahu 2. Tidak tahu, (jika tahu jawab pertanyaa selanjutnya, bila tidak langsung ke pertanyaan 30.) 25. Imunisasi Hepatitis di berikan dengan cara: 1. Di suntikan. 2. Di teteskan 26. Imunisas DPT di berikan dengan cara: 1. Di suntikan. 2. Di teteskan 27. Imunisasi Polio di berikan dengan cara: 1. Di suntikan. 2. Di teteskan 28. Imunisasi BCG di berikan dengan cara: 1. Di suntikan. 2. Di teteskan 29. Imunisasi Campak di berikan dengan cara: 1. Di suntikan. 2. Di teteskan 30. Berapa jarak pemberiaan imunisasi yang satu dengan iminusasi selanjutnya untuk vaksin yang sama? Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 1. 30 hari 2. 25 hari 3. 10 hari 4. 2 bulan. 5. Tidak tahu 31. Apakah imunisasi DPT/HB combo mempunyai efek panas pada bayi? 1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu 32. Vakssinasi BCG untuk kekebalan terhadap kuman? 1. TBC 2. Difteri 3. Tetanus 4. Campak 5. Tidak tahu 33. Vakssinasi Polio untuk kekebalan terhadap kuman? 1. TBC 2. Polio Mielitis 3. Hepatitis 4. Campak 5. Tidak tahu 34. Vakssinasi Campak untuk kekebalan terhadap kuman? 1. Polio Mielitis 2. Hepatitis 3. Campak 4. TBC 5. Tidak tahu 35. Vakssinasi DPT untuk kekebalan terhadap kuman? 1. Tetanus Pertusis Demam Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 2. Difteri Polio Tetanus 3. Pertusis Difteri Tetanus 4. Difteri Pertusis Typoid 5. Tidak tahu 36. Vakssinasi Hepatitis untuk kekebalan terhadap kuman? 1. TBC 2. Hepatitis 3. Difteri 4. Meningitis 5. Tidak tahu 37. Pada usia berapa HB 0 di berikan? 1. 0-7 hari 2. 0-1 jam 3. 0-1 bulan 4. 0-10 hari 5. Tidak tahu 38. Mulai usia berapa bayi di beri imunisasi campak? 1. 6 bulan 2. 9 bulan 3. 1 bulan 4. 2 tahun 5. Tidak tahu Ketersediaan tempat, biaya dan waktu layanan imunisasi. 39. Apakah di tempat ibu tinggal terdapat Posyandu? 1. Ya 2. Tidak. 40. Berapa jarak yang harus di tempuh oleh ibu untuk mencapai tempat layanan posyandu? 1. ≤ 500 meter. Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 2. 500 meter – 1000 meter. 3. > 1000 meter. 41. Bagaimana pendapat ibu tentang jarak rumah ibu dengan tempat layanan imunisasi? 1. Dekat 2. Jauh. 42. Untuk mencapai tempat layanan imunisasi kendaraan apa yang ibu pergunakan? 1. Kendaraan Pribadi 2. Kendaraan umum 3. Jalan kaki 43. Berapa biaya yang ibu keluarkan untuk mencapai tempat tersebut? 1. ≤ Rp.5000 2. Rp.5000- Rp.10.000 3. ≥ Rp.10.000 44. Bagaimana pendapat ibu tentang biaya yang harus ibu keluarkan untuk mencapai layanan posyandu? 1. Murah 2. Mahal. 45. Apakah ibu membayar untuk mendapatkan layanan imunisasi? 1. Ya. 2. Tidak (lanjut ke pertanyaan No.48 ) 46. Berapa biaya yang harus ibu keluarkan untuk mendapatkan layanan imunisasi? 1. ≤Rp.5000 2. Rp.5000- Rp.20.000 3. ≥Rp.20.000 47. Bagaimana pendapat ibu tentang biaya yang harus ibu keluarkan untuk mendapatkan layanan imunisasi tersebut? 1. Murah 2. Mahal Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 48. Apakah ibu membawa sendiri balita ibu untuk mendapatkan layanan imunisasi? 1. Ya 2. Tidak. (Lanjut ke pertanyaan No.50 ) 49. Kapan ibu biasanya membawa balita ibu untuk mendapat layanan imunisasi ? 1. Pagi 2. Siang 3. Sore. 50. Siapa yang membawa balita ibu ke tempat layanan imunisasi? 1. Suami 2. Orang tua 3. Pembantu 4. Tetangga 51. Apa alasan ibu tidak membawa balita ibu sendiri ke tempat pelayanan imunisasi? 1. Bekerja di luar rumah. 2. Tidak sempat karena mengerjakan pekerjaan rumah. 3. Sibuk mengurus anak yang lain. 4. Tidak tega melihat anaknya menangis. 5. Lainnya………………………………. Dukungan suami untuk mengimunisasikan anaknya. 52. Apakah suami ibu ikut memutuskan saat ibu ingin mengimunisasikan bayi ibu? 1. Ya 2. Tidak 53. Tindakan apa yang dilakukan suami ibu saat ikut serta dalam memberi dukungan tersebut?(jawaban boleh lebih dari satu) Pernyataan Ya 1. Mengantar ke pusat layanan imunisasi. 2. Memberikan materi untuk biaya ke psat Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 Tidak. pelayanan imunisasi 3. Memberikan masukan dan saran agar mengimunisasi bayi mereka segera ke pusat pelayanan imunisasi yang terdekat. 4. Hanya iya saja atas apa yang di katakana sang istri tanpa bertindak apapun. 5. Menyuruh orang lain untuk mengantar sang istri pergi ke tempat layanan imunisasi. Dukungan keluarga dekat untuk mengimunisasikan anaknya. 54. Apakah ada keluarga dari pihak suami yang melarang ibu untuk memberikan imunisasi pada bayi ibu? 1. Ya 2. Tidak 55. Apakah ada keluarga dari pihak ibu yang melarang ibu untuk memberikan imunisasi pada bayi ibu? 1. Ya 2. Tidak Dukungan petugas kesehatan dalam pelayanan kesehatan. 56. Apakah ada tanaga kesehatan (perawat, bidan ,dokter ) yang pernah menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi pada bayi ibu? 1. Ya 2. Tidak 57. Apa yang dilakukan petugas kesehatan kepada ibu?(jawaban boleh lebih dari satu) Pernyataan 1. Member penyuluhan di puskesmas. 2. Memberikan penyuluhan di posyandu 3. Memberikan penyuluhan di mesjid. Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 Ya Tidak. 4. Memberikan penyuluhan ke rumah-rumah 5. Memberikan leaflet Dukungan Kader kesehatan dalam pelayanan kesehatan. 58. Apakah ada tanaga kader kesehatan yang pernah menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi pada bayi ibu? 1. Ya 2. Tidak. 59. Jika ya apa yang di lakukan oleh kader kesehatan kepada ibu agar ibu mau mengimunisasi bayi ibu? Pernyataan 1. Mengajak ibu untuk ke posyandu 2. Menganjurkan ibu untuk mengimunisasi bayi ibu. 3. Mengantar petugas kesehatan ke rumah ibu untuk melakukan kunjungan rumah. 4. Memberikan hadiah kepada balita yang imunisasinya lengkap pada usia tepat 12 bulan. Pemanfaatan buku KIA. 60. Apakah ibu memiliki buku KIA? 1. Ya 2. Tidak 61. Jika ya..dari mana ibu mendapatkan buku tersebut? 1. Puskesmas/ tenaga kesehatan pemerintah Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011 Ya Tidak 2. Posyandu/kader kesehatan. 3. Klinik / Balai Pengobatan swasta 62. Kapan pertama kali ibu terima buku KIA tersebut? 1. Pertama kali memeriksakan kehamilan. 2. Setelah beberapa kali pemeriksaan kehamilan. 3. Saat setelah melahirkan bayi. 4. Saat selah imunisasi yang pertama 5. Tidak tahu. 63. Apakah ibu pernah membaca buku KIA yang ibu miliki? 1. Ya 2. Tidak. 64. Kapan pertama kali ibu baca buku KIA yang ibu miliki? 1. Waktu pertama kali buku tersebut di terima. 2. Baru setelah anaknya lahir. 3. Tidak ingat. 65. Seberapa banyak isi buku yang sudah ibu baca? 1. Sedikit 2. Setengahnya. 3. Sudah semua. 66. Seberapa mudah ibu memahami buku KIA? 1. Mudah 2. Tidak mudah 67. Apakah ibu mengerti semua isi buku KIA yang pernah ibu baca? 1. Mengerti. 2. Tidak mengerti. Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011