Peran Komunikasi Horizontal Dalam Menangani Konflik Antar Pegawai di Dinas Bina Marga Kota Medan Tira Syahrina Harahap Abstrak Penelitian ini berjudul “Peran Komunikasi Horizontal Dalam Menangani Konflik Antar Pegawai Di Dinas Bina Marga Kota Medan” dimana penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana peranan komunikasi horizontal terhadap sesama pegawai dalam mengatasi konflik yang terjadi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Hasil penelitian menemukan bahwa komunikasi horizontal yang dilakukan para pegawai Dinas Keuangan memiliki peranan yang sangat penting sehingga tidak ada konflikkonflik yang terjadi terhadap sesama pegawai ataupun terhadap organisasi Dinas lain. Hal ini dikarenakan para pegawai memiliki sifat keterbukaan terhadap satu sama lain sehingga mereka menganggap sebuah masalah bukan merupakan suatu konflik yang berkepanjangan dan harus diselesaikan secepat-cepatnya. Komunikasi horizontal terus dilakukan guna menciptakan hubungan yang harmonis dan menumbuhkan rasa sosial dan emosional pegawai. Kata kunci: Komunikasi Horizontal, Konflik PENDAHULUAN Konteks Masalah Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Manusia adalah makhluk sosial yang berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan sekitar, baik di lingkungan tempat tinggal maupun di lingkungan kerja. Organisasi merupakan suatu kumpulan tata aturan, yang bisa membedakan suatu organisasi dengan kumpulan-kumpulan kemasyarakatan. Komunikasi penting bagi organisasi dan informasi penting bagi komunikasi yang efektif. Dalam proses interaksi antara suatu subsistem dengan subsistem lainnya tidak ada jaminan akan selalu terjadi kecocokan antar individu pelaksananya. Banyak faktor yang melatarbelakangi munculnya ketidakcocokan tersebut seperti sifat pribadi yang berbeda, komunikasi yang buruk, perbedaan nilai atau kepentingan dan sebagainya. Perbedaan inilah yang pada akhirnya membawa organisasi ke dalam suasana konflik. Agar organisasi dapat tampil efektif, maka individu dan kelompok yang saling tergantung itu harus menciptakan hubungan kerja yang saling mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan organisasi. Dinas Bina Marga Kota Medan merupakan organisasi besar yang sudah cukup lama berdiri. Hal ini yang menarik penulis untuk melakukan penelitian di dinas tersebut. Tentu saja akan banyak hal-hal yang terjadi di dinas tersebut. 1 Universitas Sumatera Utara Konflik merupakan salah satu contohnya. Komunikasi yang terjalin pasti akan menimbulkan masalah yang meyebabkan konflik antar sesama pegawai. Pootman dan Pool (Sujak, 1987:150), konflik didefenisikan sebagai interaksi antara individu, kelompok atau organisasi yang membuat tujuan atau arti yang berlawananan, dan merasa bahwa orang lain sebagai pengganggu yang potensial terhadap pencapaian tujuan mereka. Penelitian ini ingin melihat bagaimana peran komunikasi horizontal dalam menangani konflik yang terjadi di antara sesama pegawai Dinas Bina Marga Kota Medan serta faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya konflik tersebut. Teori Komunikasi Organisasi merupakan teori yang sangat relevan dalam penelitian ini. Hal ini yang menjadi konteks masalah untuk melakukan penelitian tersebut. Fokus Masalah Berdasarkan konteks masalah tersebut, maka fokus masalah yang akan dijelaskan yaitu “Bagaimanakah Peranan Komunikasi Horizontal dalam Menangani Konflik Antar Pegawai di Dinas Bina Marga Kota Medan”. Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan sudah pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana komunikasi horizontal yang dilakukan oleh para pegawai di Dinas Bina Marga Kota Medan dalam menghadapi konflik yang terjadi. 2. Penelitian ini bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya konflik dan bagaimana mereka mengatasinya. . KAJIAN PUSTAKA Komunikasi Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?(Effendy, 2005: 253) 1. Who? (siapa/sumber) Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi, bisa seorang individu, kelompok, organisasi, maupun suatu negara sebagai komunikator. 2. Says What? (pesan) Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi informasi merupakan seperangkat simbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan/maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna, simbol untuk menyampaikan makna, dan bentuk/organisasi pesan. 3. In Which Channel? (saluran/media) 2 Universitas Sumatera Utara Alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (melalui media cetak/elektronik dan lain-lain). 4. To Whom? (untuk siapa/penerima) Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang menerima pesan dari sumber. 5. With What Effect? (dampak/efek) Dampak/efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan, dan lain-lain. Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005: 52). Beberapa dimensi komunikasi organisasi yakni: a. Downward communication yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orangorang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. b. Upward communication yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. c. Horizontal communication yaitu komunikasi yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. d. Interline communication yaitu Tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional ( Arni, 2009: 108). Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal atau sering disebut juga dengan istilah komunikasi lateral adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar atau sederajat dalam suatu organisasi. Menurut Arni Muhammad (2009: 121) komunikasi horizontal mempunyai tujuan tertentu diantaranya sebagai berikut: 1. Mengkoordinasikan tugas-tugas. Bagian-bagian tertentu yang sama jenjangnya dalam organisasi kadang-kadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan untuk mendiskusikan hal-hal yang memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi. 2. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas-aktivitas. Ide dari banyak orang biasanya lebih baik dari satu orang. Oleh karena itu, komunikasi horizontal sangat diperlukan untuk mencari ide yang lebih baik. Dalam merancang suatu program pelatihan atau program hubungan dengan masyarakat, anggota-anggota dari bagian perlu saling berbagi untuk membuat perencanaan apa yang mereka lakukan. 3. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama. Melalui komunikasi horizontal, masalah yang dihadapi akan terpecahkan. Dengan adanya keterlibatan memecahkan masalah akan menambah kepercayaan dan moral. 4. Menyelesaikan konflik di antara anggota yang berada dalam bagian organisasi dan juga antara bagian dengan bagian lainnya. Penyelesaian konflik ini penting bagi perkembangan sosial dan emosional dari anggota dan juga akan menciptakan iklim dan organisasi yang baik. 3 Universitas Sumatera Utara 5. Menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam suatu organisasi diusulkan maka perlu ada pemahaman yang sama dari semua komponen yang ada dalam organisasi. 6. Mengembangkan sokongan interpersonal. Karena sebagian besar dari waktu kerja adalah berinteraksi dengan teman untuk memperoleh sokongan hubungan interpersonal dari temannya. Hal ini akan memperkuat hubungan diantara sesama pegawai dan akan menumbuhkan kekompakan dalam menyelesaikan kerja kelompok. Interaksi ini akan mengembangkan rasa sosial dan emosional pegawai. Jaringan Dalam Organisasi Jaringan dalam organisasi membicarakan tentang sekumpulan manusia di mana mereka memiliki ikatan-ikatan yang saling berhubungan atau terikat satu sama lain. Jaringan di dalam organisasi bertujuan untuk menganalisis perilaku manusia karena manusia satu akan mempengaruhi yang lainnya. Menurut Agusyanto (2007: 34), jaringan di dalam organisasi bertujuan untuk menganalisis perilaku manusia karena manusia satu akan mempengaruhi yang lainnya. Untuk jaringan sosial bisa dilihat dalam beberapa kategori, antara lain): a. Jaringan berdasarkan Interested, di mana dalam jaringan ini terdapat orangorang yang memiliki kepentingan yang sama. Kepentingan-kepentingan apa kita bisa masuk dalam jaringan tersebut. b. Jaringan berdasar kepada Sentimen, yaitu jaringan yang di dalamnya terdapat orang-orang yang memiliki ikatan kesamaan agama, kepercayaan, primordial. c. Jaringan berdasarkan kepada Power, yaitu jaringan yang terdapat dalam kekuasaan di mana orang-orang yang berkuasa akan membuat hal-hal yang dapat mempertahankan kekuasaannya tersebut. Konflik Konflik merupakan salah satu dari esensi kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karakteristik yang beragam. Konflik dalam suatu organisasi merupakan sesuatu yang tidak dapat kita hindarkan. Ada enam jenis konflik yang terjadi di dalam organisasi yaitu: a. Konflik dalam diri seseorang Seseorang dapat mengalami konflik internal dalam dirinya karena ia harus memilih tujuan yang saling bertentangan. Ia merasa bimbang mana yang harus dipilih atau dilakukan. Konflik dalam diri seseorang juga dapat terjadi karena tuntutan tugas yang melebihi kemampuannya. b. Konflik antarindividu Konflik antarindividu terjadi seringkali disebabkan oleh adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan dan tujuan di mana hasil bersama sangat menentukan. c. Konflik antaranggota kelompok Suatu kelompok dapat mengalami konflik subtantif atau konflik afektif. Konflik subtantif adalah konflik yang terjadi karena latar belakang keahlian yang berbeda. Jika anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama dikatakan kelompok tersebut mengalami konflik 4 Universitas Sumatera Utara subtantif. Sedangkan konflik afektif adalah konflik yang terjadi didasarkan atas tanggapan emosional terhadap suatu situasi tertentu. d. Konflik antarkelompok Konflik antarkelompok terjadi karena masing-masing kelompok ingin mengejar kepentingan atau tujuan kelompoknya masing-masing. e. Konflik intraorganisasi Konflik intraorganisasi meliputi empat subjenis, yaitu konflik vertikal, horisontal, lini-staff dan konflik peran. Konflik vertikal terjadi antara manajer dengan bawahan yang tidak sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan suatu tugas. Konflik horizontal terjadi antara pegawai atau departemen yang memiliki hirarkhi yang sama dalam organisasi. Konflik linistaff yang sering terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang keterlibatan staff (staf ahli) dalam proses pengambilan keputusan oleh manajer lini. Akhirnya konflik peran dapat terjadi karena seseorang memiliki lebih dari satu peran yang bertentangan. f. Konflik antarorganisasi Konflik bisa juga terjadi antarorganisasi karena mereka memiliki saling ketergantungan satu sama lain terhadap pemasok, pelanggan maupun distributor. Seberapa jauh konflik terjadi tergantung kepada seberapa besar tindakan suatu organisasi menyebabkan adanya dampak negatif terhadap organisasi yang lainnya atau mencoba mengendalikan sumber-sumber vital organisasi (www.crayonpedia.org). Pegawai Dalam sebuah organisasi dibutuhkan pegawai guna mengelola dan mengendalikan organisasi tersebut. Istilah pegawai menurut Widjaja (2002: 15) mengandung pengertian sebagai berikut: 1. Menjadi anggota suatu kerjasama (organisasi) dengan maksud memperoleh balas jasa/imbalan kompensasi atau jasa yang telah diberikan. 2. Berada dalam sistem kerja yang sifatnya lugas/pamrih. 3. Berkedudukan sebagai penerima kerja dan berhadapan dengan pihak pemberi kerja. 4. Kedudukan sebagai penerima kerja itu diperoleh setelah melalui proses penerimaan. 5. Dan akan menghadapi masa pemberhentian (pemutusan hubungan kerja antara pemberi kerja dengan penerima kerja). METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Metode yang dipakai di dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode ini menggunakan teknik analisis mendalam (in-depth analysis), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kualitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat masalah lainnya. Tujuan dari metode ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. 5 Universitas Sumatera Utara Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah Dinas Bina Marga Kota Medan. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah pegawai Divisi Keuangan Dinas Bina Marga Kota Medan. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penelitian lapangan seperti wawancara mendalam dan menggunakan studi kepustakaan yaitu buku, jurnal, dan internet. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif di mana analisis data yang digunakan bila data yang terkumpul dalam riset adalah data kualitatif berupa kata-kata, kalimat-kalimat atau narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam. Melalui data kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan diambil kesimpulan yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum kemudian disajikan dalam bentuk narasi (Kriyantono, 2009: 194). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Informan 1 Informan pertama yang bernama Informan pertama bernama Ade biasanya membicarakan masalah kantor atau pekerjaan kepada sesama pegawai seperti contohnya masalah kelengkapan berkas. Menurut Ade, dia belum pernah mengalami konflik selama bekerja di sini seperti konflik dengan sesama pegawai, konflik di divisi-divisi lain, konflik dengan dinas atau organisasi lainnya, konflik dengan diri sendiri ataupun konflik antar kelompok atau anggota kelompok. Dia bekerja di dinas tersebut kurang lebih 2 tahun karena menurutnya masih baru dan dia belum ada mengalami hal-hal konflik tesebut. Salah satu cara Ade dalam mengkoordinasikan tugas-tugasnya yaitu jika berkas tersebut sudah lengkap kemudian Ade langsung mengerjakannya dan setelah semuanya selesai, berkasberkas tersebut kemudian diberikan kepada atasannya. Ade selalu membagi berbagai informasi kepada sesama pegawai. Ade mempunyai cara agar pemahaman para pegawai khususnya di Divisi Keuangan ini sama serta cara untuk mengembangkan sokongan interpersonal sesama pegawai. Untuk mencapai pemahaman yang sama biasanya Ade mendiskusikannya kepada para pegawai yang mana yang kemungkinan cocok dalam kegiatan bekerja. Ade juga sering memberikan motivasi-motivasi dan pendapat yang lebih baik agar hubungan dengan rekannya terjalin dengan tidak ada berbagai masalah dan konflik. Informan 2 Muhammad Ridwansyah Purba merupakan informan kedua yang bekerja sebagai operator dalam pembuatan Surat Perintah Membayar. Dalam berkomunikasi dengan sesama rekannya, Ridwan sering membicarakan masalah 6 Universitas Sumatera Utara yang menyangkut pekerjaannya sebagai operator. Informan ini belum pernah mengalami beberapa konflik di Dinas tersebut. Baik itu konflik antarindividu, konflik antarkelompok, konflik antaranggota kelompok, konflik intraorganisasi dan konflik antarorganisasi. Sebaliknya, Ridwan pernah mengalami konflik dalam diri sendiri karena menurutnya bertentangan dan tidak sesuai dengan keinginannya. Ridwan mempunyai cara yang efektif ketika dia sedang ada masalah dengan sesama rekan yaitu dengan cara mendiskusikannya kepada rekan yang bermasalah. Cara mengkoordinasikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya yaitu pertama dilihat terlebih dahulu berkas-berkas yang diberikan, kemudian dikerjakan. Jika membutuhkan waktu, data tersebut harus dikumpulkan terlebih dahulu kemudian setelah terkumpul lalu dikerjakan. Informan ini merupakan sosok yang senang bergaul dengan temannya sehingga ia tidak pelit untuk membagi informasi yang baru saja didapatkannya. Ia selalu membagi informasi kepada pegawai lainnya agar pegawai-pegawai tersebut tidak ada yang ketinggalan. Ridwan mempunyai cara agar pemahaman antara pegawai di Divisi Keuangan ini sama yaitu didiskusikan terlebih dahulu dengan pegawai-pegawai lainnya jika ada sebuah perbedaan pendapat. Ridwan pernah memberikan beberapa motivasinya kepada sesama pegawai tetapi dia tidak mengingat katakata yang diucapkannya tetapi dia mengatakan bahwa dia pernah memotivasi temannya agar lebih bersemangat. Informan 3 Rita Anna Harahap merupakan informan ketiga yang cukup lama bekerja di Dinas Bina Marga. Rita juga tidak membicarakan masalah-masalah pribadinya di lingkungan kantor. Dia hanya membicarakan masalah yang berkaitan dengan administrasi seperti memeriksa berkas-berkas yang salah dan langsung mengkonfirmasikannya kepada para staff. Memecahkan masalah yang timbul di antara pegawai yang memiliki tingkat yang sama berbeda-beda tergantung dengan masalah yang sedang dihadapi. Selama bekerja di Dinas tersebut, Rita merasa belum pernah mengalami konflik-konflik di sana. Konflik dengan sesama pegawai, konflik dengan kelompok, konflik dengan Divisi lain maupun dengan Dinas lain seperti Dinas Pertamanan, Dinas Perhubungan dan Dinas Kebersihan yang jaraknya cukup dekat dengan Dinas Bina Marga. Rita mengungkapkan dengan tegas bahwa tidak ada yang namanya konflik yang terjadi di sana. Rita mengalami konflik dengan dirinya sendiri sangat sering, tinggal bagaimana dia mengatasi konflik tersebut. Dalam mengkoordinasikan tugas-tugasnya, Rita berusaha untuk mengecek semua berkas dan menandatangani SPM (Surat Perintah Membayar). Kegiatan saling membagi informasi kepada para pegawai dilakukan oleh Rita. Pemahaman di Divisi keuangan ini jelaslah berbeda-beda oleh setiap pegawai. Cara yang dilakukan informan ini untuk mencapai pemahaman yang sama yaitu dengan saling pengertian satu sama lain. Rita sebagai salah satu pegawai yang sudah tidak muda lagi memberikan masukanmasukan kepada pegawai lain yang umurnya lebih muda darinya. Rita sebagai sosok yang keibuan di mata pegawai lain memberikan motivasi-motivasi seperti halnya dilakukan layaknya anaknya sendiri dan para pegawai tesebut pun selalu mendengarkan apa yang ia sampaikan. 7 Universitas Sumatera Utara Informan 4 Syam Ardiansyah adalah informan terakhir yang pegawai lainnya biasa memanggilnya dengan sebutan Ian. Ian juga sudah cukup lama bekerja di Dinas Bina Marga ini. Ian yang merupakan Staff Bagian Keuangan selalu membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah administrasi, pembukuan, penagihan proyek yang umumnya adalah tugas-tugasnya. Ian juga merupakan informan yang tidak mengalami konflik. Menurutnya ia belum pernah mengalami konflik dengan teman kerjanya. Konflik dengan kelompok juga tidak dialaminya. Dia mengungkapkan bahwa sistem di Divisi Keuangan ini seperti kekeluargaan, jadi tidak ada yang namanya konflik. Konflik intraorganisasi dengan antarorganisasi juga tidak terjadi di sini. Masalah yang dihadapi selalu dibicarakan secara langsung agar tidak berlanjut-lanjut yang akhirnya mendatangkan sebuah konflik. Ian menganggap bahwa masalah merupakan hal yang lazim ada tinggal bagaimana kita menyelesaikan cara-cara tersebut. Ian mengkoordinasikan tugastugasnya dengan cara menanyakan terlebih dahulu dengan atasannya seperti apa tugasnya, kemudian jika ada waktu tugas tersebut langsung diselesaikannya. Pekerjaan di bagian ini cukup berat sehingga menyebabkan para pegawai saling membagi informasi-informasi yang ada dan tidak bisa dikerjakan semuanya sendiri-sendiri. Ian memiliki cara untuk menciptakan pemahaman yang sama di antara sesama pegawai yaitu dengan cara membicarakannya langsung bersamasama dan jika belum ada juga titik temu perbedaan pendapat tersebut, maka diusulkan kepada atasan untuk memutuskannya. Dalam membuat hubungan yang lebih intim, Ian juga selalu memberikan motivasi-motivasi kepada sesama rekannya secara lisan langsung dan biasanya motivasi-motivasi tersebut diterima oleh mereka ungkapnya. Dia tidak hanya memberikan motivasi juga, sebaliknya seandainya dia ada kekurangan dalam bekerja, teman rekannya juga memberikan motivasi tersebut dan kemudian ia terima. Pembahasan Keberadaan konflik dalam organisasi, ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka menyadari bahwa telah terjadi konflik di dalam organisasi, maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah terjadi konflik, maka konflik tersebut menjadi suatu kenyataan. Seperti halnya hasil yang didapatkan oleh keempat informan di atas, mereka semua belum mengalami konflik baik itu konflik antarindividu, konflik antarkelompok, konflik antaranggota kelompok, konflik intraorganisasi dan konflik antarorganisasi. Ade, Ridwan, Rita dan Ian mungkin tidak menyadari bahwa telah terjadi konflik di Divisi tersebut, tetapi mereka tidak menganggap suatu masalah sebagai suatu konflik yang terjadi berlarut-larut. Mereka tidak ingin pekerjaan mereka terhambat yang disebabkan oleh suatu hal yang sangat kecil. Maka secara umum konflik dianggap tidak ada dan hanya masalah-masalah kecil yang bisa diselesaikan secepatnya. Ketiga informan yakni Ridwan, Rita dan Ian pernah mengalami konflik dalam diri sendiri. Mereka mengungkapkan bahwa sering merasa ragu dan bingung ketika memutuskan sesuatu yang harus mereka pilih padahal kedua hal tersebut ada kekurangan dan kelebihan masing-masing. Hal itu membuat mereka mengalami konflik internal terhadap dirinya. Sebaliknya informan yang bernama 8 Universitas Sumatera Utara Ade belum pernah mengalami konflik diri sendiri. Menurutnya dalam masalah pekerjaan belum ada terjadi konflik tersebut. Informan ini masih baru bekerja selama 3 tahun di dinas tersebut sehingga tidak belum ada menghadapi situasi seperti itu. Tidak terlepas dari itu semua, komunikasi merupakan hal utama untuk membuat suatu hubungan menjadi lebih akrab. Proses komunikasi yang dilakukan oleh pegawai-pegawai meminimalisir terjadinya sebuah konflik. Bukan hanya di Dinas Bina Marga saja, seorang pegawai harus bisa menciptakan hubungan dengan sesorang yang berada di luar lingkungan kerja mereka yang disebut dengan jaringan sosial. Jaringan sosial yang baik menghubungkan dan menubuhkan sikap saling menghormati, rasa sosial yang tinggi yang tidak akan menyebabkan sebuah permasalahan. Komunikasi horizontal yang memegang peranan dalam menumbuhkan sikap-sikap tersebut. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan a. Komunikasi horizontal yang dilakukan oleh para pegawai memiliki peranan yang sangat penting dalam fungsi jabatan setiap informan untuk mencapai tujuan organisasi di Dinas Bina Marga tersebut. Konflik-konflik yang timbul dikatakan hampir tidak ada dikarenakan para informan tersebut menganggap suatu masalah bukan merupakan konflik yang terjadi melainkan hanyalah sebuah masalah yang harus diselesaikan secepatnya. Hal ini dikarenakan bahwa setiap informan memiliki sifat keterbukaan terhadap satu sama lain yang tujuannya untuk meminimalisir konflik-konflik tersebut. b. Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik yang didapat dari informan seperti keterbatasan sumber yakni seorang informan tidak mengetahui informasiinformasi baru sehingga timbul suatu masalah atau tujuan yang berbeda yakni pendapat atau pemikiran seseorang tidak sama dengan yang lainnya merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan secara bijaksana. Mereka mengatasinya dengan cara berdiskusi atau memberikan motivasi yang baik terhadap lainnya sehingga masalah tersebut cepat terselesaikan. Saran a. Perlu diadakan kegiatan-kegiatan yang positif di luar pekerjaan kantor misalnya kegiatan olahraga. Kegiatan ini bisa rutin dilakukan yang tujuannya untuk menciptakan komunikasi yang baik terhadap sesama pegawai agar dalam bekerja tidak saling menjatuhkan sehingga kemungkinan kecil konflik tidak akan terjadi. b. Untuk meningkatkan citra yang baik terhadap Dinas lain, perlu adanya hubungan jaringan sosial yang lebih banyak lagi seperti mengundang dinasdinas lain untuk berkegiatan positif dan berdiskusi bersama agar kelebihan dan kekurangan pada setiap dinas bisa saling menutupi dan tentunya masalahmasalah bisa diatasi dengan segera. 9 Universitas Sumatera Utara DAFTAR REFERENSI Agusyanto, Ruddy. 2007. Dampak Jaringan-Jaringan Sosial dalam Organisasi. Depok: Program Pascasarjana FISIP UI. Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Kriyantono. Rachmat. 2009. Tekhnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Muhammad, Arni. 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Sujak, Abi. 1987. Kepemimpinan Manajer (Eksistensinya dalam Prilaku Organisasi). CV. Rajawali: Jakarta. Widjaja, A.W. 2002. Administrasi Kepegawaian. Jakarta: Rajawali. Wiryanto. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo. Sumber lain: http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_6_KONFLIK_SOSIAL tanggal 11 Juni 2013) (diakses pada 10 Universitas Sumatera Utara