T2_752012004_BAB III

advertisement
BAB III
PANDANGAN NABEEL JABBOUR TENTANG
GEREJA TIDAK KASAT MATA
3.1. Umat Muslim dan reaksinya terhadap pandangan Kristen
Umat Muslim adalah komunitas yang menginginkan penerimaan, penghargaan
dan persaudaraan. Mereka adalah orang-orang yang bangga terhadap agamanya dan
warisan-warisan Islaminya yang merupakan sumber pembentukkan jati dirinya dan
menjadi teropong untuk melihat dunia dan agama lain. Umat Muslim bukanlah manusia
yang suka menutup diri dan hidup terisolasi, mereka rindu dalam pengalaman lintas
budaya dan agama.1
Kenyataan yang terjadi sekarang dimana umat Muslim cenderung menutup diri,
itu disebabkan oleh dua hal yakni, (1). Umat Muslim merasa sulit memahami pesanpesan religius dari umat Kristen karena diungkapkan dengan perbendaharaan kata yang
berdimensi Alkitab/Injil dan simbol-simbol yang asing, serta pemberitaan umat Kristen
sering menampilkan unsur memaksakan bagi umat Muslim untuk beralih dan pindah
agama. (2). Sikap merendahkan, mencurigai, mengkafirkan dan menjauhi yang
diperlihatkan orang dari agama lain (Kristen) terhadap mereka, serta membangun jurang
pembatas/tembok yang tinggi dalam hubungan sosial kedua agama ini.2
1
2
Nabeel Jabbour, Memandang Sabit Melalui Mata Salib (Jakarta: Pionir Jaya, 2010), 131.
Ibid., 34, 41.
21
Kalaupun umat Kristen membangun persahabatan dengan kaum Muslim, ujungujungnya adalah untuk mentobatkan mereka, dan meminta mereka untuk meninggalkan
agama Islam dan beralih ke agama Kristen. Pengalaman bertumbuh dan bergaul dengan
dunia Islam selama 40 tahun lamanya membawa Nabeel Jabbour semakin mengenal
Islam dari dalam. Nabeel Jabbour mencatat dan mengamati ada beberapa profil umat
Muslim yang pernah dijumpainya, yakni: Pertama, umat Muslim adalah manusia ciptaan
Tuhan, tidak orang kasar, tidak jahat. Umat Muslim hidup dalam hubungan-hubungan
sosial yang kuat dan memperkembangkan simbol-simbol dan bahasa untuk memaknai
hidup serta dunianya, mereka bangga akan keluarga, negara, dan agamanya. Umat
Muslim adalah orang-orang yang peka terhadap berbagai perlakuan
dan siap juga
memberikan tanggapan terhadap perlakuan-perlakuan yang tidak baik.3
Kedua, Nabeel Jabbour menyebutkan bahwa ada tiga kategori umat Muslim
yakni,
Muslim Kultural adalah kaum Muslim yang mematuhi norma-norma sosial
daripada teologi. Muslim Qur‟anis adalah kaum Muslim yang berpegang teguh pada
keimanan, mematuhi pengajaran Al‟Quran yang eksplisit, menjalankan Syariat Islam dan
Al‟Quran secara ketat dan fanatik. Muslim Militan adalah kaum Muslim yang aktif
membela agamanya melalui tindakan heroik, rela berkorban, siap dalam konflik senjata
dan upaya-upaya lain dengan tujuan menaklukkan yang agama non- Muslim.4
Ketiga, umat Muslim bukanlah orang-orang yang mempersalahkan Yesus
Kristus, mereka adalah orang-orang yang cukup tertarik kepada ajaran Yesus Kristus
bukan kepada Ke-kristenannya, banyak dari kaum Muslim yang mengaku bahwa Kristus
3
4
Ibid., 222-224.
Ibid., 93-94.
22
sama sekali tidak pernah melukai dan menyakiti mereka, ketertarikan mereka kepada
Yesus lebih dominan ditujukan kepada sikap, kekudusan dan kesalehan hidup.5
Keempat, umat Muslim hidup dalam dunia yang dibingkai dalam paradigma
berpikir yang sama sekali berbeda dengan paradigma berpikir umat Kristen. Nabeel
Jabbour melihat ada tiga paradigma berpikir Islam yaitu, aib dan kehormatan, najis dan
bersih serta rasa takut dan kuasa, sementara umat Kristen hanya berpikir dalam satu
paradigma saja yaitu, benar dan salah.6
Pikiran-pikiran Nabeel Jabbour yang dikemukakan dan dibahas, dimaksudkan
untuk menolong umat Kristen agar dapat menerima umat Muslim sebagai sesama saudara
dan mengerti pikiran dan pengalaman mereka. Ada dua keuntungan yang diperoleh dalam
kebersamaan dan persaudaraan antara umat Kristen dan umat Muslim yaitu: (1). Orang
Kristen dapat menyampaikan Injil/Sabda Kebenaran Kristus secara efektif agar dapat
dipahami oleh umat Muslim. (2). Perdamaian dunia sedang berada dalam proses
perwujudan, sehingga tidak lagi tejadi pertikaian, peperangan yang mengatasnamakan
agama. Hal ini penting diwujudkan sebab sebagaimana yang ditegaskan Hans Kung:
“Tidak akan ada perdamaian dunia tanpa perdamaian antar agama.” 7
Kaum Muslim sangat menghargai perlakuan-perlakuan manusiawi, dapat akrab
dan bersahabat dari orang yang berbeda keyakinannya, terutama Kristen dan siap untuk
memberikan respons yang sama. Mereka akan menerima orang lain yang dapat menerima
keberadaan mereka berdasarkan kasih, sebaliknya, orang-orang yang menolak mereka
dan agamanya (Islam), maka mereka juga akan menolak orang lain di luar agamanya,
5
Ibid., 31.
Ibid.,165.
7
Rikard Kristian Sarang.“Dialog antar Agama Sebagai Model Penerimaan, Pengakuan Terhadap Keberagaman
dalam Terang Pemikiran Paul F. Knitter.” Dalam: BERBAGI: Jurnal Asosiasi Perguruan Tinggi Agama Kristen
(APTAK). Volume 2 No. 1.Januari 2013. 78.
6
23
bahkan mereka tidak segan-segan melakukan perlawanan bahkan siap membela diri dan
membalas serangan yang ditujukan kepada diri sendiri, agama dan iman mereka. 8
Dalam rangka mengerti dan
mengenal lebih dalam tentang kehidupan umat
Muslim dalam tiga paradigma yang diimani oleh umat Muslim, maka “orang Kristen
harus bertobat” dan menggabungkan keempat paradigma tersebut menjadi satu kesatuan
yang utuh. Di satu sisi, Israel merupakan duri dalam daging bagi kaum Muslim, dan
fanatisme orang Kristen Barat yang haus darah, sehingga tercipta dan terbangunlah
fanatisme Islam dan bangkit kembali fundamentalisme Islam. Hal ini kelihatan dalam
tragedi Perang Salib pada abad kedua belas dan ketiga belas, negara-negara Kristen Barat
mengirimkan pasukannya ke Yerusalem untuk memaksakan perang jihad atau perang
suci antara Kristen terhadap Islam untuk membersihkan dan menaklukkan Yerusalem
(Yerusalem adalah sebuah kota yang teristimewa bagi umat Kristen dan Islam). Dari segi
ekonomi, negara-negara Kristen Barat datang menjajah, mengeruk dan menguras sumbersumber kekayaan alam mereka dengan berkedok hendak memajukan perekonomian dan
memperkenalkan sistim demokrasi, akan tetapi semuanya adalah kedok kebohongan
belaka.9
3.1.1. Misi Ke-kristenan di mata Kaum Muslim
Misi Ke-kristenan jelas sekali kelihatan dari tulisan Nabeel Jabbour melalui
konteks gereja, para teolog, dan orang-orang Kristen dalam memberitakan Yesus Kristus
bagi orang-orang yang di luar Ke-kristenan, dengan tujuan agar para pemeluk agama lain
di luar Ke-kristenan dapat pindah/beralih dan meninggalkan agamanya semula, atau
8
9
Nabeel Jabbour, Memandang Sabit, 225-230.
Ibid.,43-44.
24
dengan kata lain menuntut mereka di luar Kristen untuk beralih dari agamanya dan
masuk menjadi
Kristen (membawa orang lain menjadi pemeluk agama Kristen).
Ternyata apa yang menjadi misi Ke-kristenan dalam konteks gereja, teolog dan orang
percaya menjadi batu sandungan bagi paradigma dan keimanan umat Muslim.10
Umat Muslim sangat loyal dan bangga akan agamanya, keluarga dan
peradabannya, sehingga berat untuk meninggalkan agamanya semula, dan jika hal itu
harus terjadi, maka mereka akan kehilangan keotentikannya di antara bangsanya sendiri,
dan akan dipandang sebagai penghianat bagi bangsa dan umat Muslim lainnya. Menurut
Al‟Quran dalam Sura 2 ayat 256 yang berbunyi “tidak boleh ada paksaan dalam agama”,
dan itulah yang menjadi pegangan dalam keimanan mereka. Inilah sebuah kesaksian
seorang Muslim dalam pengalaman dan kesaksiannya kepada Nabeel Jabbour :11
Jika saya harus meninggalkan agama Islam menjadi Kristen, maka saya akan
kehilangan keotentikan di antara bangsa, dan akan dianggap sebagai penghianat
oleh bangsa saya sendiri, hidup, karier, dan masa depan akan hancur dan gelap,
jika memang harus demikian, saya tidak punya apa-apa lagi (tempat tinggal, gaji,
pekerjaan, identitas dan keluarga). Bisakah anda menyediakan semuanya sebagai
kebutuhan dalam kehidupan bagi saya? Segalanya yang dulu sewaktu menjadi
penganut agama Islam yang biasa saya dengar, miliki, hidupi dan yang telah lama
berakar dalam identitas, otentisitas, bahasa religius Islam, seni, puisi, musik,
budaya/adat istiadat, akan hilang. Saya juga tidak akan mungkin menggantikan
nama dari Ahmad yang sudah diberikan ketika lahir, dan nama itu sudah banyak
dikenal oleh teman-teman, keluarga dan harus menggantikannya menjadi Steve
atau Peter? Dengan meminta saya untuk menjadi Kristen, anda sedang meminta
saya melakukan penghianatan yang sangat berat di dalam hidup saya.
Pengalaman Nabeel Jabbour dengan keluarga sewaktu tinggal di Kairo
mendengar panggilan untuk sembahyang yang dimulai dengan “Allahhu Akbar”, “Allah
Maha Besar” meluncur sangat keras, pada awalnya Nabeel Jabbour dan keluraga merasa
10
11
Ibid., 104.
Ibid., 37.
25
terganggu akan tetapi lama kelamaan Jabbour dan keluarga mulai menganggap bahwa itu
adalah suatu panggilan untuk berdoa.12
Nabeel Jabbour memulai kehidupan yang realita dan berangkat dari pengalaman
bahwa dia “tidak memandang orang lain seperti memandang dirinya sendiri”. Perspektif
umat Kristen perlu melampaui perspektif yang sempit menuju kepada perspektif yang
lebih luas, sehingga dapat melihat segala sesuatu yang lebih luas dalam
perspektif
kerajaan Allah, keindahan Kristus dalam hidup dan perluasan Injil. Bagaimana kerinduan
umat Kristen melihat saudara-saudaranya yang hidup di Mesir dengan damai dan
menikmati kebebasan sebagai umat Kristen, dan bagaimana umat Muslim di seluruh
dunia menjalankan hak asasinya untuk beribadah kepada Allah dengan cara yang mereka
pilih dengan baik. Bisakah umat Kristen setelah mendengar suara adzan di pagi hari, lalu
berpikir bahwa suara adzan tersebut bertujuan untuk membangunkannya tepat pada
pukul lima pagi, dan mengingatkan untuk berdoa, bersaat teduh, atau malah mengutuki
suara adzan tersebut sebagai suara kebisingan yang mengganggu dan mengusik tidur
umat Kristen pada umumnya.13
3.1.2. Paradigma yang Berbeda antara Islam dan Kristen
Injil menurut Nabeel Jabbour mengajarkan para pengikut Kristus untuk mengasihi
sesama seperti dirinya sendiri. Kabar sukacita bagi umat Kristen yang dinyatakan dalam
Injil yaitu, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Mengasihi adalah
sebuah pekerjaan yang sulit untuk dilakukan, kecuali jika umat Kristen dapat mencintai
Allah dengan sungguh-sungguh, maka dengan demikian umat Kristen dapat mengasihi
12
13
Ibid.,50-52.
Ibid.,53-61.
26
umat Muslim seperti dirinya sendiri, termasuk disaat orang Kristen mewartakan Injil
kepada kaum Muslim.14
Injil merupakan kabar baik bagi umat Kristen dan juga bagi umat Muslim, karena
Injil merupakan kekuatan Allah yang mampu dan dapat menyelamatkan orang Yahudi
dan Non Yahudi (Roma 1:16). Selama ini umat Kristen hanya memahami bahwa
kekuatan Injil berpatokan kepada paradigma Yuridis yaitu paradigma benar dan salah,
sehingga segala sesuatunya hanya diperhadapkan pada realita benar dan salah, ternyata
tidak. Paradigma benar dan salah tidak pada semua situasi dan keadaan boleh
berlaku/dipakai, terkhusus bagi kaum Muslim. Pergumulan umat Muslim kelihatannya
ada diluar paradigma benar dan salah. Kaum Muslim memiliki tiga paradigma yang
diimani
yaitu, aib/kehormatan, najis/bersih dan rasa takut/kuasa.
Injil adalah daya
keselamatan terhadap manusia yang meliputi empat paradigma yaitu, benar dan salah,
aib dan kehormatan, najis dan bersih, rasa takut dan kuasa. Ketiga paradigma Muslim
(aib/kehormatan, najis/bersih, rasa takut/kuasa) harus diintegrasikan, atau Injil dapat
dibingkai
dalam
pemaknaan
kultus
yang menjadi
domain untuk
paradigma
aib/kehormatan, najis/bersih dan rasa takut/kuasa. Nabeel Jabbour mengungkapkan
bahwa dengan mengabaikan ketiga paradigma tersebut sama artinya dengan menyajikan
Injil secara terpenggal-penggal.15
Sebuah contoh sederhana yang diangkat oleh Nabeel Jabbour yakni, banyak
wanita Muslim yang saleh sering sekali harus menahan diri dalam sukacita kemenangan
diakhir bulan puasa, akan tetapi hal itu tidak terjadi karena mereka harus hidup
14
15
Ibid.,124.
Ibid.,166.
27
menyendiri dan menggantikan puasanya beberapa hari ke depan akibat bertemu dengan
siklus datang bulan keperempuanannya (menstruasi). Menstruasi bagi kaum perempuan
bukanlah masalah benar dan salah, karena menstruasi adalah faktor alami dan kodrat bagi
kaum perempuan, itu adalah masalah najis dan bersih. Salah apakah seorang perempuan
jika ia mengalami siklus keperempuanannya di dalam bulan puasa? Salahkah perempuan
dihadapan Allah? Bukankah mereka sudah dikodratkan sebagai seorang perempuan?.
Pengalaman ini juga berlaku bagi kaum laki-laki, Kaum Muslim dan Yahudi selalu
melakukan upacara pembersihan atau pembasuhan sebelum mereka sembahyang. Mereka
menyuci tangan, wajah dan kaki dan seluruh bagian tubuh lainnya, setelah melakukan
pembasuhan, maka seorang laki-laki tidak boleh berjabat tangan lagi dengan dengan
orang lain yang tidak bersih, jika demikian maka kemurniannya akan menjadi najis dan
kotor kembali.16
Apakah paradigma Kristen dapat membawa keselamatan hanya dengan
mengandalkan paradigma benar dan salah? Mayoritas umat Muslim tidak menemukan
keselamatan dalam pewartaan Injil yang dikemas dalam pola benar dan salah, karena jika
dipahami dalam batasan benar dan salah maka saudara-saudara Muslim tidak akan
mengalami kuasa pembebasan terhadap Injil.17
3.1.3. Kitab Suci
Kekristenan Barat cukup kuat memberikan warna tertentu dengan memakai
kacamata Alkitab, sedangkan umat Muslim juga memberikan warna tertentu dengan
memakai kacamata Al‟Quran, perbedaan yang cukup kontras untuk menyelesaikan
16
17
Ibid.,165.
Ibid.,175-186.
28
pemahaman lintas agama dan budaya. Sosok Ke-kristenan sebagai pengikut Kristus dapat
diperlihatkan dalam kehidupan melalui norma-norma yang baik dan etika Ke-kristenan
yang benar. Banyak orang-orang Kristen gagal mengkomunikasikan Kristus kepada
orang-orang di luar Ke-kristenan, karena berbicara tentang Yesus dan kerajaan Allah
hanya dengan mengandalkan Alkitab dan hanya menguasai, menghafal beberapa ayat
Alkitab saja.18
Pemahaman kaum Muslim mengatakan bahwa cara pandang kepada Kristus
adalah kekal, Firman Allah yang hidup dan abadi yang sejajar dengan Al‟Quran. Umat
Muslim memiliki Al‟Quran yang sama keilahiannya dan kualitasnya dengan Yesus
Kristus, hanya umat Muslim yang bodoh sajalah yang menerima pendapat umat Kristen
bahwa Muhammad setara dengan Yesus Kristus. 19
Nabeel Jabbour mengatakan bahwa, umat Islam tidak
percaya kepada
Muhammad, mereka percaya kepada Firman Allah yaitu Al‟Quran, karena perbandingan
yang tepat dari pihak Kristen bagi Muhammad adalah Maria. Keperawanan Maria adalah
setara dengan ketidakcakapan membaca dan menulis dari sosok Nabi Muhammad. Itulah
yang menjamin kemurnian Firman Allah (Yesus Kristus dan Al‟Quran) yang mereka
percayai dan sampaikan kepada generasi mereka hingga saat ini. Umat Muslim percaya
kepada Firman Allah yaitu Al‟Quran, karena Al‟Quran adalah kebenaran yang
didiktekan, diturunkan
Allah secara langsung dengan kata-kata
kepada malaikat-
malaikat-Nya. Hal ini sama seperti orang-orang Kristen mempercayai Sepuluh Hukum
Taurat, Al‟Quran tidak ditulis oleh manusia, tetapi langsung dari Allah. Menurut Islam,
Alkitab sama dan sejajar dengan Hadits yang berisikan tentang cerita
18
19
kehidupan dan
Ibid.,269.
Ibid.,206.
29
pengajaran dari Muhammad, sehingga tulisan di dalam Alkitab bisa saja ada salahnya,
karena penulisnya adalah manusia, dan Alkitab lebih rendah dari Al‟Quran karena
Alkitab tidak ditulis oleh Allah,
karena itu untuk apa umat Muslim meninggalkan
Al‟Quran dan menggantikannya dengan Alkitab yang memiliki kadar kekudusan lebih
rendah dari Al‟Quran.20
Firman Allah membawa kebaikan bagi siapa saja yang mau menerima dan
melakukannya, hal itulah yang diperlihatkan Paulus dalam penyampaian Firman kepada
Titus. Firman Allah yang disampaikan Titus kepada perempuan tua dan muda dalam
Titus 2 :4-5 agar hidup saleh, tidak bercacat, hidup bijaksana, ramah, menguasai diri,
rajin mengatur rumah tangga , baik hati dan taat kepada suaminya serta mengasihi anakanaknya. Tujuannya agar Firman Tuhan jangan dihujat, jangan direndahkan dan
dipandang tidak hormat oleh orang lain.21
Banyak umat Kristen yang membatasi Allah dengan “Geografi Kristiani” dan
mengharapkan agar umat Muslim bergabung dengan Ke-kristenan dan menjadi orang
Kristen yang sejati. Hal ini jelas menujukkan bahwa umat Kristen telah membatasi karya
besar Allah hanya sampai pada dinding-dinding gereja saja. Penginjilan di dunia Islam
mengalami tantangan yang sangat rumit, tetapi tidak harus dipaksakan sehingga tidak
terjadi permasalahan untuk memutuskan hubungan keluarga, pengusiran dari rumah,
kehilangan keluarga dan lain sebagainya, akan tetapi penginjilan yang relasional adalah
dengan memperlihatkan sikap sebagai seorang Kristen yang benar-benar meneladani
Yesus Kristus, sehingga orang lain dapat melihat kebaikan itu. Melalui hal-hal baik yang
20
21
Ibid.,189-199.
Ibid.,216-217.
30
dilakukan dalam penginjilan secara perlahan-lahan akan membawa orang-orang dari
agama lain untuk tertarik dengan sendirinya kepada Kristus dan siap sedia meneladaniNya tanpa ada unsur pemaksaan dari pihak manapun juga. Mengikut Kristus tidak harus
meninggalkan agama semula dan meninggalkan kehidupan yang dahulu, akan tetapi
mengikut Kristus hanya dapat dibuktikan melalui perbuatan baik, kekudusan dan
pertobatan.22
3.1.4. Jawaban Kristen terhadap Pandangan Umat Muslim
Pengalaman rohani Bangsa Israel dibagi oleh Nabeel Jabbour menjadi dua periode
besar dalam Perjanjian Lama yaitu: Ketika Bangsa Israel di tawan di Mesir, dan pada saat
Bangsa Israel dibuang ke Babilonia. Dalam kedua periode tersebut banyak hal-hal besar
dan menarik yang dialami bangsa Israel, salah satunya adalah pengalaman sebagai
etnosentris (eksklusivisme). Pengalaman rohani seseorang tidak dapat dipaksakan kepada
orang lain dalam mengimani Allah Israel, seperti halnya orang-orang Kristen di Arab
selama berabad-abad selalu menggunakan bahasa religius Kristiani yang ganjil dan asing
bagi umat Muslim Arab.23
Di berbagai belahan dunia, umat Kristen cenderung mendirikan penghalang,
jurang pembatas melalui paham etnosentris. Paham etnosetris membuat orang merasa
eksklusif. Salah satu contoh orang Kristen Arab di Timur Tengah memiliki sub kultur dan
bahasa religius sendiri, sehingga mereka kawin mawin dengan sesama mereka dan
memiliki hidup yang terisolasi dan berjalan diatas palang keseimbangan. Yesus ingin
agar para murid-Nya hidup diatas palang keseimbangan yang walaupun di dunia tapi
22
23
Ibid., 104.
Ibid., 151-152.
31
tidak mendunia. Yesus tidak ingin para murid-Nya kehilangan rasa asin mereka sebagai
garam dunia dan menjadi tidak berguna (Matius 5: 13-16). Hidup perlu bersosialisasi dan
berelasi dengan orang lain dan menjadi berkat bagi sesama/bagi bangsa-bangsa.24
Ada tiga kelompok manusia yang digambarkan oleh Nabeel Jabbour yaitu:25
1. Kerumunan Orang-orang Kudus.
Sekumpulan umat Kristen yang sudah lahir baru, dan hanya sebahagian dari mereka yang
menerima Injil, mereka terpisah dari masyarakat karena rasa takut, rasa tidak aman, dan
sub kultur Kristen. Mereka tidak tahu bagaimana cara berelasi dengan orang-orang di luar
komunitasnya, dan mencoba menutupi rasa tidak amannya dengan berpenampilan amat
kudus.
2. Umat Kristen begitu membaur di dalam dunia, tetapi mereka menjadi menduniawi.
Sekumpulan umat Kristen yang sudah lahir baru yang hidupnya dipengaruhi oleh
segelintir Injil saja, dan perilakunya juga menyimpang dari kebenaran-Nya.
3. Orang yang ada di dalam dunia, namun mereka bukan dari dunia.
Injil mempengaruhi kehidupan sekumpulan umat Kristen dalam kelompok ini, dan
hidupnya penuh perubahan dan pertobatan berubah, walaupun mereka tinggal di dunia,
mereka menjadi garam dan terang serta menjadi ragi yang mengkhamiri masyarakat
dengan anugerah dan kebenaran Ilahi.
Ada dua godaan bagi umat Kristen dalam menjalankan kehidupan bersosial dan
menjadi berkat bagi sesama yaitu, (1). Mengisolasi dirinya sendiri (2). Menjadi tanpa
warna dan kehilangan makna. Rasa takut menjadi momok terbesar bagi bangsa Israel di
24
25
Ibid.,149.
Ibid.,136-138.
32
Mesir, rasa takut itu melumpuhkan jati dirinya sebagai Anak-anak Allah, sehingga tidak
berani menghempangnya, melawan dan kadang-kadang rasa takut yang menghampiri
hidup manusia tidak pada kenyataannya.26
Sebagai umat Kristen yang mengimani Allah dalam kehidupan dan kebersamaan
dengan umat Muslim, maka umat Kristen harus merubah sikap dan pola hidup menurut
Nabeel Jabbour dengan istilah: “Misionaris yang perlu bertobat/pelaku pekabaran Injil
harus bertobat”. 27 Ada beberapa contoh yakni: Nabi Yunus adalah seorang misionaris
yang perlu bertobat, Petrus yang pada akhirnya bisa menjadi seorang etnosentris Yahudi
yang dimenangkan Allah. Melihat pertobatan para nabi tersebut, maka umat Kristen
jangan merasa lebih tinggi dari umat Muslim, jangan melihat umat Muslim dengan
memakai kacamata Injil, tapi mari melihat mereka dengan memakai kacamata sabit agar
bisa saling menerima dan memberi satu dengan yang lain. Dalam arti lain Nabeel Jabbour
mengatakan bahwa, bukan hanya umat Muslim yang memerlukan pesan berisi kabar
baik; umat Kristen juga perlu diubahkan supaya dapat memandang umat Muslim melalui
mata Allah.28
26
Ibid., 41.
Ibid.,106-108.
28
Ibid.,107.
27
33
3.2. Kritik Nabeel Jabbour tentang Ekklesia Kaum Awam
Gereja Kasat Mata (Semi Hidden Church)
Nabeel Jabbour mengkritisi tentang Gereja Kasat Mata dalam pengertiannya,
dan sudat melekat dalam benak umat Kristen adalah pemahaman tentang wujud nyata
sebuah bangunan atau gedung dengan arsitektur yang khas, dimana sekelompok umat
yang berkumpul setiap hari minggu, menyanyikan lagu pujian, duduk di bangku panjang,
mengumpulkan persembahan, dan lain sebagainya. Kristus yang menjadi saluran pusat
relasionalnya. Gereja kasat mata adalah gereja yang berhimpun (berkumpul), dan tidak
begitu relevan lagi di zaman sekarang ini.
Gereja Kasat Mata tidak mengalami perubahan dan pertumbuhan, karena kegiatan
yang dilakukan dalam pelayanan dan pekabaran Injil hanya bersifat rutinitas saja.
Berkumpul dan memuji Tuhan dalam ibadah lalu pulang. Model seperti ini banyak yang
diaminkan oleh gereja-gereja hingga saat ini. Proses untuk memberitakan Injil Kristrus
keluar dan di luar Ke-Kristenan tidak kelihatan dan tidak bertumbuh dengan baik, gereja
34
kasat mata sangat berbesar hati apabila jumlah anggotanya bertambah, dalam artian
bahwa ada pertambahan warga dari segi kuantitas dari agama Islam masuk menjadi
agama Kristen. Inilah yang terjadi kalau orang Kristen mewajibkan seseorang yang
percaya kepada Kristus, Injil harus menyeberang dan pindah agama menjadi Kristen.
Mengkristenkan orang lain tidaklah boleh dilakukan kepada siapapun sekalipun itu demi
Kristus dan Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang mempersatukan, bukan
mengasingkan dan mengucilkan seseorang. 29
Model Gereja Kasat Mata versi Nabeel Jabbour, yang hanya mengutamakan
bentuk bangunan, ibadah, kesaksian, peraturan gereja, baptisan dan sakramen,
pelayanan dalam pewartaan Sabda Allah tetap dan terus dilakukan serta bersifat ke
dalam saja. Kepemimpinan dalam organisasi, strukutur gereja kasat mata adalah para
pelayan yang menjadi wakil Tuhan di bumi. Keimanan di dalam Yesus Kristus membawa
umat untuk merubah paradigma dalam pola kehidupannya, sehingga umat Allah dapat
mempercayai Kabar Baik dalam Injil yang adalah sebuah keselamatan agar dapat
diwartakan dan diberitakan juga kepada sesama tanpa ada unsur paksaan. Kesaksian umat
tidak hanya diucapkan dalam kebaktian-kebaktian minggu saja, akan tetapi dapat
diperlihatkan dalam kehidupan yang benar-benar berkualitas di tengah-tengah komunitas
sosial, dan bersifat monoton dan tidak proaktif dalam pekabaran Injil dan pelayanan
keluar.30
29
30
Ibid., 267.
Ibid., 235-236.
35
Model gereja Kasat Mata inilah yang dikritisi Nabeel Jabbour, sehingga Nabeel
Jabbour menampilkan beberapa model gereja yang relevan pada saat ini.
3.3.Ekklesia Nabeel Jabbour
Gereja Tidak Kasat Mata (Hidden Church)
Pengalaman perjumpaan dengan umat Muslim membuat Nabeel Jabbour
memahami bahwa perlu ada rekonstruksi ekklesiologi sehingga cocok bagi saudarasaudara Muslim. Dalam merenungkan dan merekonstruksi model gereja yang tepat,
maka harus diawali dengan sebuah pertanyaan yaitu : Apakah seseorang yang percaya
kepada Kristus harus meninggalkan agama Islam dan masuk menjadi pemeluk agama
Kristen? Dapatkah seseorang yang beragama Islam percaya dengan sepenuh hati
kepada Kristus namun tetap tinggal dalam agamanya semula sebagai garam dan
terang?31
Jawaban yang diberikan Nabeel Jabbour untuk pertanyaan ini adalah : ”Umat
Kristen harus memberikan dua pilihan bagi umat Muslim untuk menentukan, apakah
31
Ibid.,234.
36
bergabung dan masuk Kristenan atau tetap tinggal dalam latar belakang mereka untuk
membersihkan saluran-saluran relasi dalam hubungan sosial religius dengan
sesamanya”. Kalau seorang Muslim lebih memilih opsi yang kedua, maka umat
Kristen harus menghormati pilihan itu. Pilihan itu tidak bertentangan dengan Injil.
Umat Muslim sama persis dengan orang Yahudi dalam hal keimanan tentang
perpindahan agama. Mereka mengatakan bahwa pindah agama adalah sebuah
penghianatan yang sangat berat.32
Untuk itu Nabeel Jabbour mengusulkan sebuah model ekklesiologinya yang
disebut sebagai gereja tidak kasat mata seperti tampak dalam gambar di depan. Gereja
dalam gambar nomor 2 „Gereja Tidak Kasat Mata‟ adalah satu “gereja tersembunyi”,
satu pribadi seperti nomor 6 tampaknya seperti pribadi yang sangat dan paling
berpengaruh dalam jaringan ini, sementara nomor 11 sepertinya pribadi yang
terpinggirkan, terputus hubungan dengan semua orang yang ada dalam agamanya,
menjadi orang asing bagi saudara-saudaranya dalam sekelompok orang dalam
agamanya semula dan dalam agama yang baru dimasukinya, dan cukup menyedihkan
nasib warga gereja seperti ini.33
Gambar 2 sebagai Gereja Tidak Kasat Mata atau Gereja yang tersembunyi,
yang mengutamakan betapa pentingnya pertemuan-pertemuan pendalaman dan
pemahaman kitab suci. Orang-orang di luar Ke-kristenan yang menerima Injil tidak
perlu untuk melakukan penyeberangan agama, akan tetapi pemahaman mereka
tentang Injil perlu untuk diperdalam. Untuk itu pertemuan-pertemuan rutin bersama
32
33
Ibid., 267.
Ibid., 236.
37
saudara seiman
dalam lingkaran ekklesia sangat perlu dipertahankan.
Nabeel
Jabbour mengatakan bahwa bagi orang-orang yang berasal dari agama Islam yang
tertarik kepada Injil dan tidak terganggu kepada Yesus Kristus untuk tetap bertemu
secara berkala dalam mempelajari Injil dan memperkuat tali persaudaraan yang
universal dengan sesama sebagai anggota gereja.34
Gereja Tidak Kasat Mata
adalah orang-orang yang menerima Injil atau
percaya kepada Yesus Kristus dalam perserakan atau diaspora. Umat yang beragama
di luar Kristen boleh tetap tinggal dalam agamanya semula. Contoh : Umat Muslim
dapat menerima Injil dan percaya kepada Yesus Kristus dan mereka dapat tetap
sebagai pemeluk agama Islam dalam keseharian liturgi. Mereka tetap tinggal dalam
dunia Islam, hidup sebagai umat Muslim tetapi percaya kepada Yesus Kristus dengan
sepenuh hati. Umat Muslim yang baru menyeberang masuk menjadi agama Kristen
tidak memberitahukan secara terbuka kepada keluarganya dan orang-orang yang ada
di sekitarnya tentang keberadaannya sebagai pengikut Kristus. Mereka melakukan itu
karena ada banyak hal dalam Ke-kristenan yang mereka anggap asing, bahkan
mungkin tidak dapat mereka terima, seperti berdoa sambil duduk bahkan berpangku
kaki atau cara berpakaian para perempuan yang sangat menyolok dan bergaya
kebarat-baratan.35
Sebagai umat Muslim yang tetap diam dalam agamanya dan menerima Injil
serta percaya kepada Kristus, ia memililki dua misi yang positif yang harus mereka
lakukan antara lain: (1). Ia siap untuk melakukan perubahan yang mendasar terhadap
34
35
Ibid., 226.
Ibid., 234.
38
keimanan dan keyakinan dalam agama mereka yang bertolak belakang dengan Injil
Kristus. (2). Ia siap untuk membagikan secara perlahan-lahan pengertian dan
kepercayaan tentang Kristus kepada sesama dan keluarga mereka, karena dengan
status yang tetap sebagai umat yang beragama Islam akan semakin mempermudah
mereka untuk meyakinkan orang lain tentang Injil Yesus Kristus.36
Sebuah pengalaman yang menarik Nabeel Jabbour
dari temannya yang
bernama Ahmad sebagai seorang Muslim pada saat dia beribadah di sebuah gereja di
Amerika Serikat, Ahmad berkata: 37
Ketika saya mengunjungi dan beribadah di gereja anda, saya merasa ada di
tempat yang asing, ketika saya bersembahyang, saya tidak keberatan berlutut
dan bersujud dihadapan Allah Yang Maha Kuasa bersama-sama dengan
seluruh jemaat yang beribadah pada saat itu. Itulah sikap Ahmad sebagai
warga Muslim dalam mengikuti sebuah ibadah.
Nabeel Jabbour mewajibkan orang-orang dari agama Islam yang tertarik
kepada Injil dan tidak terganggu dengan Yesus Kristus untuk mengadakan pertemuan
secara rutin dan berkala dalam mempelajari Inijl dan memperkuat tali persaudaraan
yang universal bagi sesama. Kewajiban ini membawa pada sebuah kesimpulan bahwa
umat Muslim yang percaya kepada Injil perlu menerima baptisan, walaupun Nabeel
Jabbour tidak secara gamblang dan terang-terangan mengatakannya. Tetapi baptisan
tidak dipahami sebagai sebuah tanda keanggotaan satu agama institusional, melainkan
sebuah materai pengikat dengan Kristus. 38
36
Ibid., 234.
Ibid., 233-234.
38
Ibid., 94-95.
37
39
Gereja Perserakan
Gambar 3
Nabeel Jabbour membuka wawasan berpikir orang percaya dengan
menghadirkan gereja perserakan, dengan tujuan agar orang-orang percaya
dapat
dipakai oleh Allah untuk menjadi pekabar-pekabar Injil dimanapun berada. Demikian
juga halnya dengan orang-orang yang meneladani Yesus Kristus, walaupun pada
hakikatnya mereka tetap tinggal dalam agama semula, mereka dapat menjadi berkat
bagi
semua orang.Nabeel Jabbour mengilustrasikan konsep itu dengan gambar
nomor 3.39
Menyimak gambar nomor 3, terlihat bahwa umat Kristen adalah kotak persegi
empat dan umat Muslim adalah kotak bulatan kecil, sedangkan garis tegak lurus
adalah sekat permusuhan dan kecurigaan yang selama ini menjadi jurang pemisah
antara kedua agama tersebut. Pada saat seorang Muslim percaya kepada Injil yang
ditandai dengan menerobos ke dalam wilayah kotak persegi empat yang dibatasi oleh
garis tegak lurus, maka umat Muslim tersebut tidak perlu dipaksakan untuk berubah
39
Ibid.,138.
40
menjadi segi empat, dan begitu juga sebaliknya. Apabila seorang Kristen masuk ke
dalam dunia Muslim, biarkan dia tetap sebagai kotak persegi empat tanpa harus
berubah menjadi bulat, sehingga tercipta kebersamaan, damai dalam jatidiri masingmasing melalui lingkaran gereja.40
Gambar 3 dikatakan Nabeel Jabbour sebagai Penginjilan Perserakan atau
menyebar kepada seseorang tanpa mewajibkan dia untuk menyeberang ke agama
Kristen, karena kebebasan sangatlah perlu diberikan bagi siapa saja yang menerima
Injil untuk memilih apakah tetap tinggal dalam agama semula atau menyeberang ke
agama Kristen.41 Nabeel Jabbour mengangkat kisah Naaman dalam Perjanjian Lama
(II Raja 5). Pejabat tinggi Aram yang sakit kusta, Naaman disembuhkan oleh Allah
melalui Nabi Elisa. Naaman mengaku percaya kepada Allah Yahweh dan hanya
menyembah Dia sebagai Allah yang hidup, tetapi Naaman adalah seorang
kepercayaan Raja Aram. Raja Aram selalu meminta Naaman untuk menemaninya
pergi ke kuil, berdoa di depan patung Rimon dan berlutut. Naaman tahu bahwa
patung Rimon adalah berhala sehingga Naaman tidak mau menyembah Rimon lagi
setelah mengenal Allah Yahweh.42
Terjadi dilema dalam kehidupan Naaman, karena dia tidak dapat menolak
permintaan sang raja, apabila menolak maka Naaman akan dipecat. Masalah yang
dihadapinya diceritakannya kepada Elisa untuk meminta nasehat, Elisa tidak
keberatan. Elisa memberikan izin kepada Naaman untuk kembali ke Damsyik dan
tetap menyertai raja untuk masuk ke kuil dan ikut berlutut di depan patung Rimon
40
Ibid.,235.
Ibid.,267.
42
Ibid.,256.
41
41
bersama dengan Raja.43 Nabeel Jabbour menjelaskan dari kisah ini bahwa, setiap
orang percaya kepada Yahweh boleh tetap menjalankan kewajiban-kewajiban yang di
tuntut dalam agamanya sebab yang Yahweh lihat adalah hati manusia, bukan bentukbentuk luar ibadah.44
Gereja Perserakan tetap menjalankan ketentuan-ketentuan ibadah, hal ini juga
yang dialami oleh Petrus dan Yohanes setelah Pentakosta pertama di Yerusalem.
Kedua rasul ini tetap mengikuti ibadah di Bait Allah sesuai dengan waktu berdoanya
orang Yahudi. Mereka sama sekali tidak mengutuk agama Yahudi dan menyeberang
ke agama yang baru. Mencermati ciri-ciri ekklesia tersembunyi yang digambarkan
Nabeel Jabbour menghasilkan sebuah kesan bahwa para pengikut Kristus yang ada
secara tersembunyi dan diam-diam tetap tinggal dalam agamanya semula akan
menjadi ragi yang diadukkan ke dalam terigu atau sebagai garam yang bekerja secara
pasti untuk membuat makanan memiliki cita rasa yang berkualitas.45
Dalam kaitan itu, Nabeel Jabbour menolak sikap etnosentrisme yang dia
pahami sebagai satu komunitas yang berstatus sebagai kaum minoritas dengan
menutup diri terhadap masyarakat sekitar dan dunia luas maka mereka dapat
memperkuat identitas dan jatidiri agar menjadi solid. Nilai-nilai hidup dalam
masyarakat dalam komunitas etnosentrik ini tidak akan mudah hilang, bahkan akan
terpelihara turun temurun. Dalam pola dan gaya hidup etnosentris akan kelihatan
solidaritas sosial antar sesama anggota komunitas sangat baik, kuat dan tak
tergoyahkan. Seperti Yusuf dalam Kejadian 47, menunjuk tanah Ramses sebagai
43
Ibid., 255-257.
Ibid., 255.
45
Ibid.,238.
44
42
tempat tinggal saudara-saudaranya. Ia menjamin kehidupan saudara-saudaranya
dengan kemewahan dan kemananan. Perlakuan Yusuf terhadap orang Mesir justru
sebaliknya, ia menerapkan sebuah sistim yang membuat kekayaan Raja Firaun
semakin meningkat, dan akhirnya seluruh penduduk Mesir menjadi budak Raja
Firaun. Mereka yang adalah penduduk asli dan mayoritas dipaksa kerja keras demi
memperoleh makanan dari Firaun. Yusuf memperkenalkan sebuah sistim feodal yang
membuat Firaun semakin berkuasa di seluruh Mesir.46
Yusuf membuat keluarga Yakub menjadi umat Israel dalam satu komunitas
yang tertutup dan terisolasi, yang mana kehidupan Israel di Mesir terpisah dari
masyarakat berlangsung sekitar 400 tahun. Kebijakan ini membuat orang Israel
menjadi masyarakat yang tertutup selama mereka menetap di Mesir. Sikap Firaun
menerapkan perbudakan dan kerja paksa kepada orang Israel tidak bisa dilepaskan
dari latar belakang kehidupan mereka. Setelah 400 tahun ternyata orang Israel tetap
sebagai orang asing bagi saudara-saudaranya di Mesir. Sebuah sikap yang normal
apabila Mesir mencurigai keberadaan orang-orang Israel yang cukup eksklusif,
apalagi jumlah mereka yang semakin hari semakin bertambah banyak. Mereka dapat
menjadi sebuah kekuatan yang menakutkan, terutama jika bersekutu dengan musuh
untuk menaklukkan bangsa Mesir.47
Nabeel Jabbour melihat keadaan Israel, yang menerima perlakuan istimewa
dari Yusuf yang bertentangan dengan tujuan Allah memilih Israel agar dapat menjadi
berkat bagi bangsa-bangsa. Malah justru Yusuf membuat Israel menjadi sebuah
ancaman besar bagi bangsa Mesir. Perlakuan Yusuf terhadap saudara-saudaranya
46
47
Ibid., 140-146.
Ibid., 141.
43
selama di Mesir lebih didasari oleh kepentingan pribadi bukan kepentingan Allah
Yahweh.
48
Penindasan dan penderitaan yang dialami oleh Israel di bawah
pemerintahan Firaun yang memerintah pasca Yusuf adalah reaksi atas eksklusivitas
(etnosentrisme) Israel. Sikap hidup eksklusivitas atau etnosentrisme di dalam
kehidupan masyarakat yang majemuk tidak memungkinkan terjadinya pergaulan serta
persaudaraan yang kuat di antara kelompok Israel dan Mesir. Eksklusivisme akan
menimbulkan rasa saling curiga dan makin memperkuat adanya roh permusuhan di
antara mereka, sehingga menghilangkan identitas dan otoritas diri dan karakter diri. 49
Melihat dari pengalaman Israel dalam perbudakan di tanah Mesir yang
membawa pola hidup yang etnosentris atau eksklusivisme, maka nabi-nabi seperti
Yeremia menyuarakan suara pertobatan bagi Israel agar merubah pola hidup yang
etnosentris. Pemberitaan yang disampaikan Yeremia menghimbau agar Israel menjadi
bangsa yang membaur satu dengan yang lain, serta tidak memperlihatkan mental
Israel sebagai bangsa yang bermental pengungsi. Israel harus berperilaku sebagai
penduduk yang menetap di Babel.50 Dan inilah perintah Allah yang disampaikan oleh
Yeremia bagi bangsa Israel dalam Yeremia 29:4-7:
Beginilah Firman Tuhan semesta alam, Allah Israel kepada semua orang
buangan yang diangkut ke dalam pembuangan dari Yerusalem ke Babel.
Dirikanlah rumah untuk kamu diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati
hasilnya; ambillah isteri untuk kamu peranakkan anak laki-laki dan
perempuan; ambilkanlah isteri bagi anakmu laki-laki dan carikanlah suami
bagi anakmu perempuan, supaya mereka melahirkan anak laki-laki dan
perempuan agar disana kamu bertambah banyak dan jangan berkurang!.
Usahakanlah kesejahteraan kota kemana kamu Aku buang, dan berdoalah
untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.
48
Ibid.,149.
Ibid.,150.
50
Ibid., 141.
49
44
Yeremia mengingatkan Israel, agar tidak memakai pola eksklusivisme dalam
kehidupan sosial seperti yang ditanamkan oleh Yusuf di Mesir, sehingga Israel dapat
menjadi berkat bagi sesama dalam pembauran dan hidup bersosial satu dengan yang
lain.51
Sikap hidup membaur satu dengan yang lain
juga dipakai oleh Daniel,
Sadrakh, Mesakh dan Abednego, dengan demikian mereka mendapat jabatan tinggi
dalam lingkungan istana dan memberikan pengaruh yang cukup penting bagi istana
kerajaan. Hidup yang membaur dan berkarakter sebagai pengikut Kristus membawa
berkat dan berarti bagi sesama.52
Nabeel Jabbour juga memberikan beberapa contoh yang diangkat dari
Perjanjian Baru, yaitu melalui misi dan visi Yesus yaitu, Bagaimana Kristus sebagai
gereja yang hidup dalam pelayanan-Nya di dunia, model pelayanan tersebut
diwariskan kepada para murid-Nya, setelah Yesus mati, dikuburkan dan di
bangkitkan, ekklesia mulai dianiaya di Yerusalem, sebagai contoh seorang murid,
Stevanus dirajam hingga tewas. Kisah Para Rasul 8, 11:19-20 melukiskan demikian,
bahwa “Pada waktu itu mulailah penganiayaan hebat terhadap jemaat di Yerusalem,
sehingga mereka terpencar dan tersebar menjelajahi seluruh negeri sambil
memberitakan Injil. Gereja hadir di tengah-tengah keberagaman yang ada, karena
Kristus yang menjadi damai sejahtera yang telah mempersatukan dan merubuhkan
tembok pemisah antara Yahudi dan Non Yahudi, bersunat dan tidak bersunat. Mari
mengamati gambar 3 dari sudut pandang Efesus 2 : 11-20, lingkaran terluar terdiri
51
52
Ibid.,145.
Ibid.,143.
45
dari umat Kristen dan umat Muslim; umat Kristen dilambangkan dengan persegi,
sedangkan umat Muslim dengan lingkaran, dan sebuah dinding perseteruan yang
memisahkan keduanya. Dalam misi dan visi Yesus kelihatan bagaimana Dia sebagai
gereja yang hidup dalam pelayanan-Nya di dunia.53
Kisah Para Rasul 10 dan 11 yang diangkat Nabeel Jabbour tentang Kornelius,
seorang bukan Yahudi, berasal dari kota Roma dan dari sebuah keluarga yang
terkenal, Kornelius adalah orang penting di Kaisarea dan berpangkat kapten dari
seratus prajurit. Keimanannya begitu tulus dalam mencari Tuhan, takut akan Tuhan
dan hidup dalam kesetiaan kepada Allah Yahweh, ia juga menentang keras tentang
politeisme. Dengan keimanannya sebagai orang yang bukan Yahudi, tidak
mempengaruhinya untuk berpindah agama menjadi Yahudi walaupun pada
kenyataannya Kornelius mengadopsi ide dan beberapa ritual adat orang Yahudi.
Kornelius adalah orang pertama yang bukan Yahudi masuk ke dalam gereja Yahudi.
Kornelius menjadi ragi dan garam bagi keluarga dan dihadapan para prajuritnya,
walaupun Kornelius tidak harus pindah ke dalam agama Yahudi. Seperti halnya
Kornelius, ada orang-orang Muslim di sudut-sudut dunia Islam yang merindukan
suatu hubungan dengan Kristus di dalam dan melalui Al‟Quran yang dibacanya,
tetapi mereka tidak mau untuk bergabung dengan meninggalkan agama semula untuk
masuk ke dalam Ke-kristenan demi Kristus dan ikut dalam ibadah gereja, menjadi
ragi, garam dan terang bagi keluarga dan umat Muslim lainnya. 54
53
54
Ibid.,240-242.
Ibid.,246-248.
46
Adakah pemisah diantara keluarga Allah, yaitu Ekklesia? Tidak ada, persegi
yang mewakili orang Yahudi, serta lingkaran yang mewakili orang bukan Yahudi,
hidup berdampingan,
bersaudara di dalam keluarga Allah. Tetapi perhatikanlah
bahwa lingkaran tidak perlu berubah menjadi persegi untuk menjadi warga kerajaan
Allah, dan persegi pun tidak perlu berubah menjadi lingkaran, dan ada kesatuan
ditengah-tengah keberagaman.55
Umat Kristen pada gambar 3 menunjukkan identitas sebagai Kristen Kartu
Tanda Penduduk (KTP), yang tidak memiliki hubungan akrab dengan Kristus, tetapi
mereka menyerahkan hidup mereka masuk ke dalam persekutuan umat Allah (gambar
persegi). Ada pula umat Muslim yang masuk ke dalam Ke-kristenan dan gereja, akan
tetapi tidak ada dinding pemisahan antara mereka (persegi dan lingkaran), walaupun
pada dasarnya ada dinding perseteruan antara Kristen dengan Islam di luar ekklesia.
Bisakah kita temukan kemiripan dengan situasi kita masa kini? Karena itu,
ingatlah bahwa dahulu kamu (pengikut Kristus dari latar belakang Islam) adalah umat
Muslim secara jasmani. Pada waktu itu kamu tanpa Kristus tetapi sekarang di dalam
Kristus, kamu yang dahulu “jauh” sudah menjadi dekat oleh darah Kristus. Karena
Dia-lah (Yesus Kristus) damai sejahtera kita (orang-orang percaya kepada Kristus
dari latar belakang Kristen dan Muslim), yang telah mempersatukan kedua pihak dan
merubuhkan tembok pemisah yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai
55
Ibid., 242.
47
manusia Ia telah menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya.56
Ada pandangan bahwa umat Muslim yang percaya kepada Kristus tetap
tinggal sebagai garam dan terang di antara kaum mereka sendiri (1 Korintus 7:17-24),
akan tetapi pernyataan tersebut mendapat tantangan dari berbagai pihak. Bagaimana
pasangan keluarga yang sepihak (suami) Kristen sedangkan isteri Islam? Haruskah
mereka bercerai hanya karena iman yang berbeda? Paulus menekankan agar pasangan
ini tetap mempertahankan pernikahan kudusnya, dan dengan harapan agar kelak nanti
pasangan ini dapat mengenal Kristus. Kata kunci dalam I Korintus 7 yang dijadikan
dasar bagi Nabeel Jabbour untuk membangun pemahaman ekklesiologi tak kasat mata
adalah: “Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil
Allah. Apakah engkau hamba waktu dipanggil? Itu tidak apa-apa, tetapi jika engkau
mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu”. Pernyataan
ini sangatlah penting, karena Paulus mengulanginya sampai tiga kali (ayat 17, 20,
24).57
Nebeel Jabbour mengangkat Firman Tuhan dari I Korintus 7:7-24 dengan
referensi silang melalui I Petrus 3:1-6. Nabeel Jabbour mengangkat teks ini bukan
sekedar untuk mendukung pendapat bahwa seorang Muslim boleh tetap tinggal dalam
agamanya pada saat ia menerima Injil. Teks ini juga dapat dipakai untuk menyatakan
bahwa orang yang sudah menerima Injil boleh tetap tinggal dalam agamanya semula,
56
57
Ibid., 242-243.
Ibid., 263-264.
48
tetapi bukan tinggal secara pasif melainkan secara aktif, dapat hidup sebagai garam
dan terang.58
3.4. Solusi dalam misi Kristen dalam mengikut Kristus
Nabeel Jabbour mengangkat sosok fiktif Mustafa pertanyaan besar dalam tulisan
ini, apakah mengikut Kristus harus meninggalkan agama semula? Apakah harus
memutuskan hubungan dengan keluarga dan menggantikan nama lama menjadi nama
baru yang berbau Kristen melalui baptisan kudus? Dalam Perjanjian Lama menyebutkan
bahwa jika seseorang beriman kepada Allah bukan berarti ia kehilangan posisi atau
pengaruhnya, melainkan harus diizinkan untuk tetap tinggal di dalam latar belakangnya
dengan hubungan-hubungan yang telah terjalin, contoh konkritnya adalah Naaman.59
Umat Kristen harus hidup dalam gereja, seseorang yang baru mengenal Kristus
tidak harus mengubah bentuk identitasnya agar bisa masuk kerajaan surga. Ia dapat
langsung masuk melalui pintu gerbang kerajaan yang lebar dan tidak perlu masuk
melalui pintu gerbang yang sempit berupa identitas dan tradisi-tradisi Kekristenan.
Sebagai umat Kristen, maka harus memberikan dua pilihan bagi umat Muslim yang telah
menerima pemberitaan Injil. Orang-orang Islam yang mencari Allah dapat dengan mudah
dikemudikan atau dimanipulasi kepada bias-bias budaya atau teologia Kristen. Ekklesia
yang benar adalah gereja yang berserak dan menyebar, dengan berlandaskan Injil yang
sudah diterima dan diimani maka dimanapun dan kapanpun gereja serta umat dapat
58
59
Ibid., 258.
Ibid., 252-254.
49
merealisasikan dalam kehidupannya sebagai garam dan terang, tanpa harus terikat oleh
identitas masing-masing.60
60
Ibid., 258.
50
Download