Bimafika, 2014, 5, 651- 657 PENINGKATAN LAMA PENGAWETAN DENGAN PENAMBAHAN ISOLASI PADA BOKS IKAN KAPASITAS 5 KG Wahab Ohoirenan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Darussalam Ambon Diterima 24-03-14; Terbit 26-05-14 ABSTRACT Pengawetan ikan (Paska Panen) merupakan hal penting terutama bagi para nelayan di Desa Tulehu, terutama lama pengawetan ikan pada boks dengan memanfaatkan es balok. Pengawetan dengan memanfaatkan es balok dimaksudkan untuk mempertahankan kesegaran ikan agar dapat menarik simpati dari para pembeli. Isolasi terhadap boks ikan yang terbuat dari gabus diperlukan untuk meningkatkan konduktivitas termal (U) sebagai salah satu factor penghambat laju perpindahan panas. Semakin besar konduktivitas termal akan memperkecil perubahan suhu (∆T) dan meningkatkan lama pengawetan atau secara teknik memperlambat pencairan es. Hasil penelitian menunjukan bahwa tanpa pemberian isolasi lama pengawetan 8 jam sedangkan bila menggunakan isolasi dari kayu menjadi 12 jam. Kata Kunci : Isolasi, Boks ikan, Lama pengawetan ikan PENDAHULUAN semakin besar penurunan aktivitas bakteri dan enzim. Dengan demikian melalui pendinginan Maluku merupakan wilayah kepulauan yang didalamnya mengandung banyak sumber daya laut salah satu diantaranya adalah ikan. Ikan merupakan bahan pangan yang sangat disukai oleh seluruh lapisan masyarakat Maluku khususnya dan masyarakat dunia umunya, karena ikan memiliki gizi yang tinggi dan harganya relatif murah dibandingkan dengan bahan pangan lainya seperti daging sapi. Untuk itu diperlukan metode penanganan untuk menjaga kesegaran ikan, supaya ikan diterima oleh masyarakat dalam kondisi segar sehingga nilai ekonomisnya tidak menurun. Penanganan ikan harus dilakukan secepat mungkin untuk menjaga mutu ikan sehingga diperlukan bahan dan media pendinginan yang proses bakteriologi dan biokimia pada ikan hanya tertunda, tidak dihentikan. Pendinginan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan refrigerasi, es, slurry ice (es cair), dan air laut dingin (chilled sea water). Cara yang paling mudah dengan secepat ke suhu serendah mungkin tetapi tidak sampai menjadi beku. Umumnya pendinginan tidak dapat mencegah pembusukan secara total, tetapi semakin dingin suhu ikan, * Korespondensi : email: mengawetkan ikan dengan pendinginan adalah menggunakan es sebagai bahan pengawet, baik untuk pengawetan di atas kapal maupun setelah di tempatkan di suatu wadah di darat yaitu ketika di tempat pelelangan, selama distribusi dan ketika dipasarkan. Penyimpanan ikan segar dengan menggunakan es atau sistem pendinginan yang lain memiliki kemampuan yang terbatas untuk menjaga kesegaran ikan, biasanya 5 – 14 hari (Irianto dan Soesilo 2007). sangat cepat dalam menurunkan suhu ikan. Pendinginan adalah mendinginkan ikan dalam Pertama yang perlu diperhatikan di dalam penyimpanan dingin ikan dengan menggunakan es adalah berapa jumlah es yang tepat digunakan. Es diperlukan untuk menurunkan suhu ikan, wadah dan udara sampai mendekati atau sama dengan suhu ikan dan kemudian W. Ohoirenan. / Bimafika, 2014, 5, 651 -657 mempertahankan pada suhu serendah mungkin, tingkat kesegaran ikan, jika rasionya kecil, suhu sehingga boks yang dicapai cukup rendah tetap menjaga penyimpanan ikan bisa diperkirakan. Hal ini juga tingkat kesegaran ikan dalam waktu yang lama, perlu dicermati di dalam pengawetan ikan sebaliknya jika rasio-nya terlalu besar akan dengan es sebagai wadah yang digunakan untuk dapat menyebabkan ikan dapat rusak secar fisik penyimpanan karena tekanan atau himpitan dari pecahan es presentase pada ikan media harus mampu mempertahankan es selama mungkin agar tidak yang digunakan. mencair. Untuk itu diperlukan wadah yang memiliki daya insulasi yang baik (Wibowo dan Ikan dan Peroses Kemunduran Mutu Yunizal 1998). Ikan termasuk komoditas yang cepat rusak Di Maluku khususnya kecamatan salahutu dan bahkan lebih cepat dibandingkan dengan terlihat banyak masyarakat yang bergerak di daging hewan lainnya. Kecepatan pembusukan bidang media ikan setelah penangkapan dan pemanenan penyimpanan menggunakan boks, akan tetapi sangat dipengaruhi oleh teknik penangkapan mereka mengalami kendala, sering ikan yang dan pemanenan, kondisi biologis ikan. oleh tersimpan karena itu, segera setelah ikan ditangkap atau bisnis ikan segar mengalami dengan pembusukan ketika dipasarkan lebih dari 8 jam, dimana salah satu dipanen harus secepatnya dilakukan faktor penyebabnya adalah para nelayan hanya penanganan baik dengan pendinginan atau menggunakan boks biasa tanpa isolasi yang pembekuan. baik. kriteria isolasi yang baikpun harus memiliki Menurut (Junianto 2003), ikan dikatakan konduktivitas termal yang baik sehingga lama mempunyai kesegaran yang maksimal apabila penyimpanan Peneliti sifat – sifatnya masih sama dengan ikan hidup, dengan baik rupa, bau, citra rasa, maupun tekstur mencoba menjadi melakukan lebih awet. penelitian memfariasikan beberapan material isolasi guna dagingnya. mendapatkan material isolasi yang tepat agar ditingkatkan, tetapi hanya dapat dipertahankan lama penyimpanan lebih efesien. untuk itu diperlukan tindakan penanganan yang Adapun yang menjadi permasalahan dalam lama tidak dapat ikan. Ikan tidak dapat hidup pada udara terbuka 1) Bagaimakan isolasi yang baik pada boks agar ikan baik dalam upaya mempertahankan kesegaran penelitian ini adalah : ikan Kesegaran pengawetan dalam waktu yang terlalu lama, jika ikan mati dapat sirkulasi darahnya akan berhenti dan sebagai ditingkatkan akibatnya 2) Berapa besar perpindahan panas yang dapat mempengaruhi proses biokimiawi yang ada pada tubuh ikan, setelah itu terjadi dan lama penyimpananya. ikan akan mati. Menurut Penelitian Terdahulu (Hadiwiyanto 1993). Proses pemusukan ikan setelah ikan mati ada 3 tahap Menurut (Hadiwiyoto 1993) banyaknya yaitu: es yang digunakan atau rasio antara banyaknya 1) Tahap pertama pre-rigor yaitu perubahan es dan ikan merupakan faktor yang menentukan biokimiawi 652 yang terjadi sebelum ikan W. Ohoirenan. / Bimafika, 2014, 5, 651 -657 menjadi kaku, pada fase ini yang paling Berikut ini adalah cara singkat membedakan banyak ikan yang masih segar dan ikan yang tidak mengalami pembongkaran (ATP) dan perubahan adenosine adalah triphosphate keratin-fostat yang segar. akan Ciri-ciri ikan segar menghasilkan tenaga. Glikogen juga akan mengalami pembongkaran menjadi asam 1) Pilihlah ikan yang dagingnya masih kenyal laktat melalui proses glikolisa menyebabkan tidak lembek. Bila ditekan kembali ke keadaan daging menjadi asam sehingga bentuk semula. aktifitas enzim ATP-ase dan 2) Matanya jernih , bersih, menonjol (tidak kreatinfosfokinase meningkat. Tahapan ini tenggelam/ masuk ke dalam). berlangsung dalam waktu 1-7 jam setelah 3) Insangnya berwarna merah segar (terang). ikan mati dan tergantung pada species 4) Sisiknya ikannya. tidak mudah lepas, rapat, mengkilap dan tidak berlendir (kalau pun 2) Tahap kedua adalah rigor-motis terjadi berlendir masih wajar). Kemudian apabila setelah mengalahi fase biokimiawi. Daging ikan yang kita beli tidak beraroma amis akan menjadi kaku (keras) dari pada sama sekali patut berhati-hati bisa saja, keadaan sebelumnya, pada saat ini terjadi terkadang ikan tersebut sudah dicampur penggabungan protein aktin dan protein zat-zat tertentu. Bila ragu jangan dibeli. myosin menjadi perotein komplek 5) Tidak ada luka di kulit ikan. Warna kulit ikan aktomiosin. terang, jernih, tidak pucat. Bila dimasukkan 3) Tahap berikutnya adalah post-rigor dimana daging ikan akan menjadi perlahan-lahan, ke lunak secara proses ini dalam air ikan akan terapung, sedangkan ikan yang tidak segar akan tidak mengambang di permukaan air. berlangsung lama karena bakteri segera 6) Tidak mengeluarkan bau busuk. berkembang dan hanya dapat ditunda 7) Jika dagingnya dipotong terlihat segar tidak (diperpanjang) dengan cara pendinginan kering. Kulit dan daging tidak mudah robek atau pembekuan. bila ditekan terutama pada bagian perut. Karena daging ikan yang segar saling Pemilihan Ikan Pemilihan terekat satu sama lain, kulitnya merekat erat ikan yang segar dapat dengan daging. Begitu juga daging pada mengurangi waktu pembusukan, sebab kuman- tulang dan durinya. kuman pembusuk tidak mampu bereaksi dan Ciri-ciri ikan yang tidak segar kuat untuk menghancurkan daging ikan. Dengan demikian pengaruh panas yang di alami akan 1) Mata suram dan tenggelam menyebabkan 2) Sisik suram dan mudah lepas kuman-kuman ini jumlahnya bertambah banyak, sehingga daging mulai lunak 3) Warna kulit suram dengan lendir tebal dan proses pembusukan terjadi. 4) Insang berwarna kelabu dengan lendir tebal 5) Dinding perut lembek 653 W. Ohoirenan. / Bimafika, 2014, 5, 651 -657 6) Warna keseluruhan suram dan berbau disimpan dalam bentuk balok dan dihancurkan busuk. bila akan digunakan. Es balok ini merupakan media pendingin Cara Mempertahankan Kesegaran Ikan yang banyak digunakan dalam penanganan Perlakuan terhadap ikan yang sudah ikan, baik di atas kapal maupun di darat selama ditangkap, sangat mempengaruhi kecepatan distribusi pembusukan ikan tersebut. Ikan yang dari dikatakan bagus jika padat, bening dan kering. pengelolanya Es dikatakan tidak baik apabila sangat cepat dengan tidak baik akan menghasilkan ikan bermutu. Perlakuan terhadap dan pemasaran. Umumnya es mencair. ikan yang baik adalah sebagai berikut : Boks 1) Usahakan ikan tidak mati secara perlahanlahan, tetapi mati dengan cepat. Salah satu jenis bahan yang sering 2) Setelah ikan mati, dinginkan dengan es digunakan untuk mengurangi pembusukan. pengemasan adalah styrofoam karena memiliki sifat insulasi terhadap 3) Ikan tidak dilempar-lemparkan dan tidak panas. Styrofoam dimaksudkan untuk digunakan terkena benda tajam. sebagai 4) Buang bagian tubuh ikan yang mudah insulator pada bahan bukan untuk kemasan bangunan, busuk, misalnya isi perut dan insang ikan. konstruksi pangan. Kemasan polistirena foam dipilih karena mampu 5) Cuci dengan air bersih ikan tersebut. mempertahankan pangan yang panas/dingin, tetap Balok nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan pangan yang dikemas, Es balok merupakan es yang berbentuk balok sebagai berukuran 12-60 kg/balok. ringan, dan inert terhadap keasaman pangan. Sebelum Polistirena bersifat kaku, transparan, rapuh, inert dipakai es balok harus dipecahkan terlebih secara kimiawi, dan merupakan insulator yang dahulu untuk memperkecil ukuran. Es balok baik. merupakan jenis es yang paling banyak atau Menurut (Manurung: 2009), polistirena foam umum untuk digunakan dalam pendinginan ikan dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi karena harganya murah dan mudah dalam suspensi pada tekanan dan suhu tertentu, pengangkutannya. Es balok lebih mudah dalam selanjutnya pengangkutannya karena lebih sedikit meleleh. melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing Akan tetapi, memerlukan sarana penumbuk es agent. Polistirena foam merupakan bahan plastik atau penghancur secara mekanis (ice crusher) yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang sehingga es yang keluar dari pabrik sudah siap tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, pakai dengan ukuran 1 cm x 1 cm. Keuntungan mempunyai bobot yang ringan, dan terdapat lain dari penggunaan es balok ialah es balok ruang antar butiran yang berisi udara lemak lebih lama mencair dan menghemat penggunaan rendah atau tinggi. tempat pada box, es balok ditransportasikan dan 654 dilakukan pemanasan untuk W. Ohoirenan. / Bimafika, 2014, 5, 651 -657 Ukuran Boks yang Drigunakan Volume kotak yang METODOLOGI PENELITIAN lebih luas akan mempercepat pencairan es. Hal ini dengan Instrumen Penelitian jumlah panas yang masuk ke dalam kotak Alat yang dibutuhkan meliputi Timbangan, Box melalui permukaannya. Semakin besar luas Styrofoam, Termometer. Sedangkan bahan yang permukaan maka panas yang masuk ke dalam dibutuhkan adalah Ikan, Es balok. kotak semakin besar pula. Dalam penelitian ini boks yang digunakan yaitu berukuran 38 x 29 x Variebel Penelitian 30cm. Variabel Bebas (x) material isolasi boks terkait dengan konduktivitas thermal (U). sedangkan Pembekuan dan Pendinginan Variabel Terikat (y) yaitu lama pengawetan ikan. Permasalahan yang sering timbul pada sektor perikanan adalah dalam mempertahankan mutu. Prosedur Penelitian Mutu ikan dapat terus dipertahankan jika ikan Persiapan tersebut ditangani dengan hati-hati (carefull), Langkah pertama yang dilakukan pada bersih (clean), disimpan dalam ruangan dengan penelitian ini adalah menyiapkan alat dan bahan suhu yang dingin (cold), dan cepat (quick). Pada untuk penelitian, bahan yang digunakan dalam suhu ruang, ikan lebih cepat memasuki fase penelitian ini adalah ikan dan es balok dan boks rigor mortis dan berlangsung lebih singkat. Jika ikan. fase rigor tidak dapat dipertahankan lebih lama maka pembusukan oleh aktivitas enzim dan Pelaksanaan bakteri akan berlangsung lebih cepat. Untuk itu Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan diperlukan penanganan yang tepat supaya mutu langkah pertama adalah membeli ikan dari para ikan bisa dipertahankan. nelayan, kemudian ikan disimpan dengan teknik Menurut (Munzir: 2008), penanganan hasil boxing pada media es balok. Adapun tahapan perikanan bisa dilakukan dengan dua metode kegiatannya adalah: yaitu pendinginan dan pembekuan. Pembekuan a) Menyiapkan atau freezing ialah penyimpanan di bawah titik boks yang terbuat dari Styrofoam untuk wadah ikan. beku bahan, pembekuan yang baik dapat b) Menyediakan media pendingin yaitu es balok 0 dilakukan pada suhu kira-kira –17 C atau lebih yang telah dihancurkan. rendah lagi.sebab, Pada suhu ini pertumbuhan c) Bagian dasar boks diisi dengan media es bakteri sama sekali berhenti. Pembekuan yang balok yang sudah di hancurkan, kemudian 0 ikan di masukkan di dalam boks, kemudian C sampai – 24 C. Dengan pembekuan, bahan ikan di tutup kembali dengan es balok yang akan tahan sampai bebarapa bulan, bahka telah di hancukan. Boks ditutup rapat, supaya kadang-kadang beberapa tahun. suhu yang didalam boks tidak terpengaruh baik biasanya dilakukan pada suhu antara – 12 0 oleh suhu luar. 655 W. Ohoirenan. / Bimafika, 2014, 5, 651 -657 DATA DAN PEMBAHASAN Data Hasil Penelitian 15,00 16.2 8 7 19,00 7 -4 -5 23,00 -1 -6 -8 Data-data hasil penelitian sebagaimana tabel 1 dan tabel 2. 40 Data Hasil Penelitian Tanpa Isolasi 30 Tabel 1. Hasil tanpa isolasi 20 Waktu Ikan DDB DKK DAB Rata 1 03,00 34 35 35 35 35.0 2 07,00 32.9 33 33.1 33 33.0 3 11,00 24 32.6 32.7 32 32.4 4 15,00 16.2 32 32 31.6 31.9 5 19,00 7 31 32 31 31.3 6 23,00 -1 30 30 30 30.0 Suhu (T) D No 10 0 -10 00,00 07,00 11,00 15,00 19,00 23,00 -20 Waktu (t) Boks I Boks II Boks III Gambar 1. Hubungan antara waktu dan suhu Dari grafik terlihat bahwa pada puku 23.00 Data Hasil Penelitian Dengan Isolasi boks III yakni isolasi kayu masih memberikan Tabel 1. Hasil tanpa isolasi 0 No Waktu Ikan DDB DKK DAB Rata 1 00,00 34 35 35 35 35.0 2 07,00 31.8 33 33 33 33.0 3 11,00 22.4 32 32 32 32.0 4 15,00 15 32 31 32 31.7 5 19,00 6.2 31 31 31 31.0 6 23,00 -3 30 30 30 30.0 0 suhu yang baik yakni -8 C, material kain -6 C D 0 dan tanpa isolasi -1 C Hubungan Waktu-Penyerapan Panas Tabel 4 Hubungan Waktu-Panas Penyerapan Panas (qc) Waktu Boks Boks I II Boks III 00,00 0.88 5.2 5.84 07,00 7.12 10.8 10.96 Pembahasan 11,00 6.24 5.6 5.6 Hubungan Waktu-Suhu 15,00 7.36 9.6 9.6 Hubungan antara waktu dan suhu sebagaimana 19,00 6.4 1.6 2.4 digambarkan pada table 3 dan Gambar1. 23,00 -0.8 -4.8 -6.4 Tabel 3 Hubungan Waktu-Suhu Suhu Waktu Boks Boks I II Boks III 00,00 34 35 35 07,00 32.9 28.5 27.7 11,00 24 15 14 656 W. Ohoirenan. / Bimafika, 2014, 5, 651 -657 Laju Penyerapan Panas Grafik : Waktu-Penyerapan Pans Ikan (t-qc) Saran 15 Dalam penelitian ini boks yang digunakan 10 yaitu berukuran 38 x 29 x 30cm, sehingga disarankan untuk dapat melakukan penelitian 5 lanjutan terhadap ukuran boks yang lebih 0 -5 bervariasi. 00,00 07,00 11,00 15,00 19,00 23,00 Waktu, t (s) -10 DAFTAR PUSTAKA Boks I Boks II Boks III [1] [2] Gambar 2. Waktu-penyerapan panas ikan (t-qc) Dari grafik diatas terlihat bahwa pada pukul [3] 23.00 perpindahan panas tebesar adalah tanpa [4] isolasi, material kain, material kayu dengan masing-masing nilai -0.8, -4.8 dan -6.4 watt [5] KESIMPULAN DAN SARAN [6] Kesimpulan [7] Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa bahwa isolasi yang terbaik berturut-turut diberikan 0 oleh kayu (memberikan suhu -8 C), material kain (memberikan suhu -6 0 C) dan tanpa isolasi 0 (memberikan suhu -1 C). 657 Astuti P dan Djati N. 2008. Mesin Konversi Energi. Andi Yogyakarta. Bono dan Indarto. 2008. Karakterisasi Daya Turbin Pelton Mikro Dengan Variasi Bentuk Sudu. Fritz, D 1993. Turbin Pompa dan Kompresor. Erlangga Jakarta. Harsono A. 2005. Harian Kompas Edisi 24 Oktober 2005, Ketua Pusat Studi Kelautan FMIPA – UI dan Peneliti Pusat Studi Energi UI. Mirmanto H. 2009. Pemanfaatan Potensi Sumber Energi Terbarukan Di Pedesaan Guna Menuju Desa Mandiri. Wiranto, A. 2004. Penggerak Mula Turbin,ITB. Zahri K dan Bambang. 2010, Pengaruh Tinggi Kincir Air Terhadap Daya dan Efisiensi yang Dihasilkan.Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) ke 9 palembang