PENGANIAYAAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN JANIN OLEH SUAMI TERHADAP ISTRI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM DISUSUN OLEH: AMIR MAHFUD 09370004 DOSEN PEMBIMBING: Dr. OCKTOBERRINSYAH, M. Ag JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014 ABSTRAK Latar belakang masalah skripsi ini adalah berangkat dari fenoamena dilapangan dan di media massa hampir setiap hari terdapat pemberitaan tentang penganiayaan. Memang hukum pidana Islam tidak secara ekplisit menyebutkan delik penganiayaaan. Baik secara umum maupun khusus, akan tetapi yang ada dalam hukum pidana Islam adalah jarīmah/jināyah terhadap jiwa. Dari prihal diatas maka muncullah suatu pertanyaan : bagaimana tinjauan hukum pidana Islam terhadap kematian janin yang disebabkan penganiayaan oleh suami terhadap istri dan bagaimana bentuk sanksi pidana menurut pidana Islam dalam tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan matinya janin oleh suami terhadap istri. Untuk menjawab permasalahan di atas, maka penyususun menggunakan penelitian berupa kategori kepustakaan (library reseach), dengan metode normatif, yaitu pendekatan berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadis, penafsiran atas ayat-ayat dalam al-Qur’an, pendapat para ulama dan sarjana dalam buku-buku fiqh maupun usul fiqh bahkan buku-buku yang berkaitan dengan pembahsan skripsi ini. Penelitian dalam karya ilmiah ini bersifat deskriptif-analitik, yaitu menguraikan sumber-sumber yang diperoleh dan memberikan gambaran secara sistematis dan valid mengenai penganiayaan yang mengakibatkan kematian janin oleh suami terhadap istri perspektifk hukum pidana Islam kemudian dikaji secara cermat yang kemudian diambil suatu kesimpulan. Adapun hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penganiayaan yang disebabkan oleh suami terhadap istri sehingga menyebabkan matinya janin, atasnya (suami) hukuman yang berat dikarenakan suami melakukan dua kejahatan yaitu : kepada sang istri dan kepada si jabang bayi dalam kandungan dengan kata lain suami melakukan dua kejahatan fisik dan psikis terhadap istri. Hukumannya secara hukum pidana Islam bagi suami ialah gurrah, membayar diyᾱt dan kiffᾱrah (dengan kata lain suami bertanggungjawab baik dari segi pidana maupun perdata). Adapun pembayaran hukumnya pelaku (suami) kepada korbannya (istri). Keyword: Penganiayaan, Hukum Pidana Islam ii iii iv PERSEMBAHAN Dengan segala perasaan syukur kepada Allah SWT. skripsi ini saya persembahkan kepada: Almamaterku Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta KEDUA ORANG TUAKU Ayahanda Tercinta: Nur Mahfudin Ibunda Terkasih: Hidayah ADIK-ADIKKU TERSAYANG Insia Agnes Widayani Yunan Nafaisil Anwal Hasan Yunun Nafaisil Anwal Husen Yang tidak bosan selalu mendampingiku, membantu dan berkorban, baik motivasi maupun finansial dalam penyelesaian skripsi ini, semoga jasamu dibalas oleh Allah SWT bidadariku. vi MOTTO Kegagalan merupakan suatu cita-cita yang tertunda Jadi jangan disesali tapi ambillah hikmahnya dan pengalaman merupakan guru yang terbaik bagi kita. vii KATA PENGANTAR بسم هللا ال ر حمن ال ر حيم اشهد ان، الذي انعم علينا بنعمة اإليمان واإلسالم،الحمد هلل الذي فضل بنى ادم واشهد ا،الاله ااال هللا الذي دد ععل لل ذذا العالم ان مح امدا رسول هللا الذي عاء ۰ اما بعد،بدين اإلسالم Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, ‘inayah, hidayah dan taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dalam menempuh studi di Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan Agama Islam dari ketidak tahuan menjadi penuh dengan pengetahuan. Serta keselamatan selalu menaungi keluarganya, sahabatnya serta orang-orang yang selalu mengikuti ajarannya. Kemudian, tak lupa pula penyusun mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini, baik berupa bantuan dan dorongan moril ataupun materiil, tenaga, maupun pikiran, terutama kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Musa Asy’arie., Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Bapak Noorhaidi Hasan, Ph.D, MA., M.Phil., selaku Dekan Fakultas Syar’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. viii ix PEDOMANTRANSLITERASI ARAB-LATIN Transliterasikata-kata Arab yang digunakandalam penulisanskripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 05936/U/1987. I. Konsonan Tunggal Huruf Arab Nama Huruf Latin ا Alif tidak dilambangkan ب Ba’ B Be ت Ta’ T Te ث Sa’ Ś es (dengan titikdiatas) ج Jim I Je ح Ha’ H ha (dengan titikdi bawah) خ Kha’ Kh ka dan ha د Dal D De ذ Żal Ż zet (dengan titikdiatas) ر Ra’ R Er ز Za’ Z Zet س Sin S Es x Nama tidak dilambangkan II. ش Syin Sy ص Sad Ş ض Dad D ط Ta’ ț ظ Za’ Z ع ‘Ain ‘ غ Gain G Ge ف Fa’ F ef ق Qaf Q qi ك Kaf K ka ل Lam L ‘el م Mim M em ن Nun ‘n ‘en و Waw W W ه Ha’ H ha ء Hamza h ‘ aposrof ي Ya’ Y ye es dan ye es (dengan titikdi bawah) de (dengan titikdi bawah) te (dengan titikdi bawah) zet (dengan titikdi bawah) koma terbalikdiatas KonsonanRangkapkarena SyaddahDitulis Rangkap xi III. متعددة Ditulis muta’addidah ع ّدة Ditulis ‘iddah Ta’ Marbutahdi Akhir Kata a. Biladimatikan/sukunkanditulis “h” حكمة Ditulis Hikmah جزية Ditulis Jizyah serta b. Biladiikuti dengan kata keduaituterpisah, maka ditulish كرامة الولياء bacaan sandang‘al’ Ditulis Karãmahal-auliyã c. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat,fathah, kasrah dan dammah ditulis t زكاةالفطر Ditulis Zãkah al-fiţri IV. Vokal Pendek -- َ ---- َ ---- َ --- Fathah Ditulis A Kasrah Ditulis I Dammah Ditulis U V. Vokal Panjang 1 2 3 Fathah diikuti Alif Tak berharkat Fathah diikuti Ya’ Sukun (Alif layyinah) Kasrah diikuti Ya’ Sukun xii جاهلية Ditulis Jãhiliyyah تنسى Ditulis Tansã كرمي Ditulis Karǐm 4 فروض Dammah diikuti Wawu Sukun Ditulis Furūd VI. Vokal Rangkap 1 Fathah diikuti Ya’ Mati بينكم 2 Fathah diikuti Wawu Mati قول Ditulis Ai Ditulis Bainakum Ditulis Au Ditulis Qaul VII. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof اانتم Ditulis a’antum أع ّدت Ditulis ‘u’iddat Ditulis la’insyakartum لئن شكرمت VIII. Kata Sandang Alif + Lam a. Biladiikuti hurufQomariyah القران Ditulis al-Qur’ãn القياش Ditulis al-Qiyãs b. Biladiikuti huruf Syamsiyahditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyahyang mengikutinya, serta menghilangkan huruf ‘l’(el) nya. xiii السماء Ditulis as-Samã’ الشمس Ditulis asy-Syams IX. Penulisan Kata-katadalamRangkaianKalimat ذوي الفروض Ditulis اهل السنة Ditulis zawilfurūdataual-furūd ahlussunnahatauahlas-sunnah DAFTAR ISI HALAM JUDUL ...............................................................................................i ABSTRAK .........................................................................................................ii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................iii NOTA DINAS PEMBIMBING .......................................................................iv PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................v xiv HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................vi HALAMAN MOTTO .......................................................................................vii KATA PENGANTAR .......................................................................................viii PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................x DAFTAR ISI ......................................................................................................xiv BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1 A. Latar Masalah.........................................................................1 Belakang B. Rumusan ..................................................................................5 Masalah C. Tujuan dan ............................................................................5 Kegunaan D. Telaah .......................................................................................6 Pustaka E. Kerangka ......................................................................................10 Teori F. Metode ..................................................................................14 G. Penelitian Sistematika Pembahasan ........................................................................15 BAB II TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP DELIK PENGANIAYAAN DAN PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH SUAMI TERHADAP ISTRI .....................................................................18 A. Asas-Asas Hukum Pidana Islam .............................................................18 B. Pengertian, Macam-macam Jarīmah/Jināyah dan Klasifikasinya ..........29 xv C. Pengertian dan Dasar Hukum Teori Gabungan ......................................40 BAB III SANKSI DELIK PENGANIAYAAN DAN PEMBUNUHAN MENURUT HUKUM PIDNA ISLAM............................................................47 A. Sanksi Delik Penganiayaan Perspektif Hukum Pidna Islam ...................47 B. Sanksi Delik Pembunuhan Perspektif Hukum Pidna Islam ....................53 BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP KEMATIAN JANIN YANG DISEBABKAN PENGANIAYAAN OLEH SUAMI TERHADAP ISTRI ...................................................................................66 A. Analisis Dari Pengertiannya ....................................................................66 B. Analisis Dari Sanksi Pidananya ..............................................................69 BAB V PENUTUP .............................................................................................78 A. Kesimpulan .............................................................................................78 B. Saran ........................................................................................................80 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................82 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................86 I. Daftar Terjemah ......................................................................................86 II. Biografi Ulama dan Tokoh ......................................................................90 III. Curriculum Vitae ...................................................................................94 xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara global dijelaskan bahwa tujuan hukum Islam dalam menetapkan hukumnya adalah untuk merealisasikan kemaslahatan umum, memberikan kemanfaatan dan menghindari kemafsadatan kepada umat manusia. Kemaslahatan tersebut terangkum dalam sebutan al-masālih al-khamsah yaitu lima pokok kemaslahatan dalam kehidupan manusia yang mencakup terpeliharanya agama, jiwa, akal, kehormatan dan keturunan serta terpeliharanya harta benda. Maka semua yang mencakup jaminan perlindungan kelima hal pokok tersebut dikategorikan maslahah (kemaslahatan) dan semua yang mengancam kemaslahatan atau merugikan kelima pokok itu dikategorikan mafsadah dan upaya menghindarinya adalah maslahah. Dari uraian di atas, hukum Islam mencoba membangun konsep dasar masyarakat yang berbudaya dengan memberikan jaminan perlindungan Hak Asasi Manusia dalam segala aspek kehidupannya, memelihara jiwa, kehormatan, kejujuran dan menegakkan keadilan adalah sesuatu yang diperintahkan. Maka disyari'atkanlah hukum jihad sebagai upaya untuk memelihara kemaslahatan agama, hukum qis}has} diarahkan untuk menjaga dan menjamin jiwa manusia, merupakan upaya untuk menolak kemafsadatan pada jiwa manusia. 1 2 Dalam sejarah peradaban manusia jenis kejahatan atau yang lazimnya dikenal dengan jināyat1 yang bersifat kekerasan terhadap jiwa manusia pertama kali muncul adalah tindakan pembunuhan. Sebagaimana al-Qur'an juga telah menyebutkan secara jelas dalam episode kedua putra Adam yaitu Qabil dan Habil.2 Sehingga dapat dikatakan bahwasannya kejahatan khususnya penghilangan nyawa tampaknya telah berumur seusia umat manusia di muka bumi.3 Pembunuhan menurut hukum pidana Islam merupakan perpaduan hak Allah (publik) dan hak adami (privat) tetapi hak adami di sini lebih besar4 (dalam hal ini pihak korban). Oleh karena itu hukum Islam memberikan kedudukan yang bijaksana pada keluarga korban yaitu dengan melibatkan mereka dalam proses penetapan hukum, dilibatkannya keluarga korban sangat baik pengaruhnya bagi keluarga korban maupun bagi pelaku tindak pidana. Mereka (pihak keluarga korban) berhak melakukan tuntutan hukuman (pidana mati) tetapi berhak pula memberi maaf pada pelaku pembunuhan itu dalam artian bukan dengan hukum qis}has} tetapi diganti diyᾱt. Seandainya pihak korban tidak menginginkan qis}has} (karena dimaafkan misalnya) tidak berarti bahwa si pelaku bebas sama sekali dari hukuman. Tetapi dia di ta'zir dengan maksud untuk memelihara hak masyarakat yang telah 1 . Marsum, Jināyat-Hukum Pidana Islam, (Jogjakarta: FH. UII, 1984 ), hlm. 1. 2 Al-Mâidah (5): 28-30. 3 Andi Mattalata, "Santunan Bagi Korban" Dalam J.E Sahetapy ( ed ). Viktimologi Sebuah Bunga Rampai, ( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1987 ), hlm. 35. 4 Marsum, Jināyat-Hukum Pidana Islam, (Jogjakarta: FH. UII, 1984 ), hlm.126. 3 dirugikan oleh pelaku tersebut secara tidak langsung.5 Sebab kejahatan mempunyai suatu tujuan demi kepentingan-kepentingan pelaku atas orang yang dianiaya dan karenanya seluruh masyarakat akan terguncang. Pemaafan (pengampunan) hanya berhak dimiliki oleh korban atau wali atau ahli waris korban kecuali apabila korban tidak cakap (dibawah umur atau gila) sedang dia tidak punya wali maka pemerintah bisa memberi pengampunan (dengan di-ta'zir) karena penguasa adalah wali bagi orang yang tidak punya wali. 6 Akan tetapi sekalipun hak Yus-Talionis (qis}has}) berada di tangan pihak keluarga korban, untuk mengadili pelaku pembunuhan tetap berada di tangan pemerintah.7 Hukum Pidana Islam (jināyah) didasarkan pada perlindungan HAM (Human Right) yang bersifat primer, yang meliputi perlindungan atas agama, jiwa, keturunan, akal, dan harta. Perlindungan terhadap lima hak tersebut oleh asySyatibi dinamakan maqāsid asy-syari’ah. Hakikat dari pemberlakuan syari’at (hukum) oleh Tuhan adalah untuk mewujudkan kemaslahatan manusia. Kemaslahatan itu dapat diwujudkan apabila lima unsur pokok tersebut dapat diwujudkan dan dipelihara.8 Islam, seperti halnya sitem lain melindungi hak-hak untuk hidup, merdeka, dan merasakan keamanan. Ia melarang bunuh diri dan pembunuhan serta 5 A. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), hlm. 9-10. 6 Ibid 7 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, alih bahasa oleh H.A. Ali (Bandung: al-Ma'arif, 1994), hlm. 67. Asfri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari’ah Menurut Asy-Syatibi, cet. ke-1 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 71-72. 8 4 penganiayaan. Dalam Islam pembunuhan terhadap seorang manusia tanpa alasan yang benar diibaratkan seperti membunuh seluruh manusia. Sebaliknya, barang siapa yang memelihara kehidupan seseorang manusia, maka ia diibaratkan memelihara manusia seluruhnya.9 Hukum pidana Islam memberikan dasar hukum pada pihak terpidana mengacu pada al-qur’an yang menetapkan bahwa balasan untuk suatu perbuatan jahat harus sebanding dengan perbuatan itu.10 Mengenai masalah pembunuhan ataupun penganiayaan dalam pidana Islam diancam dengan hukuman qis}has}. Akan tetapi tidak semua pembunuhan dikenakan hukum qis}has}, ada juga yang sebatas dikenakan diyāt (denda), yaitu pembunuhan atas dasar ketidak sengajaan, dalam hal ini tidak dikenakan qis}has}, melainkan hanya wajib membayar denda yang enteng. Denda ini diwajibkan atas keluarga yang membunuh, bukan atas yang membunuh. Mereka membayarnya dengan diangsur dalam masa tiga tahun, tiap-tiap akhir tahun keluarga itu wajib membayar sepertiganya.11 Peraturan yang telah diuraikan di atas merupakan acuan bila dikaji lebih mendalam terutama dalam ranah hukum pidana Islam. Bila melihat suatu kasus yang terjadi dimasyarakat Indonesia baik yang dimuat dimedia massa bahkan di sekitatar tempat tinggal yakni; kasus penganiayaan terhadap ibu hamil yang menyebabkan matinya janin oleh suami sangatlah banyak. Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syari’at dalam Wacana dan Agenda, cet. ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm. 71-72. 9 Abdoel Raoef, Al-Qur’an dan Ilmu Hukum, (Jakarta: Bulan Bintang, t.t), hlm. 132. 10 11 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, cet. ke-18, (Jakarta: Attahiriyah, 1981), hlm. 406. 5 Dari uraian tersebut maka penulis akan menelaah lebih lanjut dengan judul : Penganiayaan Yang Mengakibatkan Kematian Janin Oleh Suami Terhadap Istri Perspektif Hukum Pidana Islam. B. Rumusan Masalah Bertitik pada latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka terumuskan suatu pokok permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah tinjauan hukum pidana Islam terhadap kematian janin yang disebabkan penganiayaan oleh suami terhadap istri ? 2. Bagaimana bentuk sanksi pidana menurut hukum pidana Islam dalam tindak pidana pengeniayaan yang mengakibatkan matinya janin oleh suami terdahdap istri ? C. Tujuan dan Kegunaan Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikaji, maka tujuan dari penelitrian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Untuk mendiskripsikan bagaimana penerapan hukum pidana Islam mengenai kematian janin yang disebabkan penganiayaan oleh suami terhadap isteri tersebut. 2. Untuk menjelaskan ketentuan hukum pidana Islam terhadap pelaku tindak pidana gabungan. 6 Adapun kegunaan penelitian ini adalah : a. Berguna sebagai pengembangan pemikiran dalam hukum pidana Islam khususnya masalah penganiayaan yang mengakibatkan kematian janin oleh suami terhadap istri. b. Memberikan kontribusi pemikiran yang berharga bagi khasanah intelektual Islam khususnya bagi mahasiswa Fakultas Syari'ah dan hukum dalam rangka pendalaman dan pengembangan materi disiplin ilmu. D. Telaah Pustaka Memang telah banyak yang mengkaji masalah penganiayaan dan pembunuhan dari penelusuran peneliti, terdapat beberapa tulisan yang membahas hal tersebut baik secara terpisah maupun perbandingan. Akantetapi sepanjang pelacakan dan penelaahan yang penyusun lakukan, baik di kalangan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta maupun secara umum, belum ada karya ilmiyah dalam penelitian yang membahas pada permasalahan penganiayaan yang mengakibatkan kematian janin oleh suami terhadap istri perspektif hukum pidana Islam, apalagi secara spesifik. Jadi letak penekanan pada pembahasan skripsi ini pada hal pengeniayaan yang diakibatkan suami terhadap istri sehingga matinya janin.S Diantaranya dalam skripsi yang berjudul perbandingan, dari penelusuran penyusun terdapat skripsi saudara Muh. Ihram yang berjudul Perbandingan Hukum Pidana Islam dan KUHP Terhadap Delik Pembunuhan, skripsi tersebut 7 membahas masalah ruang lingkup pembunuhan dilihat dari pengertian dasar, klasifikasi dan sanksinya menurut ketentuan hukum pidana Islam dan hukum pidana positif.12 Kemudian yang membahas pembunuhan terhadap janin terdapat skripsi saudara Muhdiono dengan judul Aborsi Menurut Hukum Islam (Perbandingan Mazhab Syafi’i dan Hanafi).13 Kajian dari skripsi ini lebih menitik beratkan pada aborsi yang bersifat abortus provokatus criminalis menurut pandangan kedua mazhab tersebut. Sedangkan penelitian kali ini memfokuskan pada pandangan hukum pidana Islam dan hukum pidana positif terhadap delik penganiayaan terhadap ibu hamil yang mengakibatkan kematian janin dari segi tindak pidana dan pidana (sanksi). Dalam skripsi karya Zaenal Mustofa yang berjudul “Delik Penganiayaan Terhadap Ibu Hamil Yang Mengakibatkan Kematian Janin Menurut Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Positif”.14 Yang menjabarkan penganiayaan terhadap ibu hamil secara umum baik itu dalam hukum Islam maupun hukum Positif. Adapun mengenai pembunuhan janin dalam perut ibunya hukum pidana Islam menentukannya sebagai sebuah pembunuhan yang bersanksikan gurrah, Muh. Ihram, “Perbandingan Hukum Pidana Islam dan KUHP Terhadap Delik Pembunuhan”, skripsi, tidak diterbitkan, Yogyakarta: Fak. Syari’ah dan Hukum, IAIN Sunan Kalijaga , 1991. 12 Muhdiono, “Aborsi Menurut Hukum Islam (Perbandingan Mazhab Syafi’i dan Hanafi)”, skripsi, tidak diterbitkan, Yogyakarta: Fak. Syari’ah dan Hukum, IAIN Sunan Kalijaga , 2002. 13 Zaenal Mustofa,“Delik Penganiayaan Terhadap Ibu Hamil Yang Mengakibatkan Kematian Janin Menurut Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Positif”’ skripsi, tidak diterbitkan, Yogyakarta: Fak. Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga, 2004. 14 8 yaitu semacam hukuman diyāt yang besarnya adalah lima ratus dirham yang dibayarkan kepada si ibu atau keluarga mereka. Dalam skripsi karya Haryanto yang berjudul “Perkosaan Ibu Hamil Yang Mengakibatkan Kematian Janin Perspektif Hukum Pidana Islam”.15 Dalam pembahasanya skripsi tersebut fokus pada kematian janin dalam perkosaan ibu hamil dalam hukum pidana Islam secara spesifik. Dalam skripsi karya M. Ashonany yang berjudul “ Penganiayaan Berat Sebagai Penghalang Kewarisan (Studi Terhadap Pasal 173 Huruf A KHI)”.16 Yang menjabarkan penganiayaan berat sebagai bentuk tindak pidana tampaknya baik dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah tidak memberi pengaturan secara tegas bahwa tindakan tersebut dapat menghalangi seseorang ahli waris untuk mendapatkan warisan. Di samping itu bahwa tidak selamanya bentuk tindak pidana penganiayaan itu berakibat pada kematian. Dalam KHI tindakan penganiayaan berat dimasukkan sebagai penghalang kewarisan. Penganiayaan berat dapat dijadikan sebagai salah satu tindakan yang dapat menghalangi seseorang untuk menerima hak kewarisannya, karena melihat dampak bahaya terhadap keselamatan jiwa si korban, sekaligus untuk mencegah terjadinya kerawanan sosial yang ditimbulkannya. Namun tindak pidana penganiayaan berat tidak dapat secara mutlak menghalangi seseorang untuk Haryanto yang berjudul “Perkosaan Ibu Hamil Yang Mengakibatkan Kematian Janin Perspektif Hukum Pidana Islam”, skripsi, tidak diterbitkan, Yogyakarta: Fak. Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga, 2012. 15 M. Ashonany, “ Penganiayaan Berat Sebagai Penghalang Kewarisan (Studi Terhadap Pasal 173 Huruf A KHI)”, skripsi, tidak diterbitkan, Yogyakarta: Fak. Syari’ah dan Hukum, IAIN Sunan Kalijaga, 2002. 16 9 mendapatkan hak kewarisannya, apabila korban memaafkannya sama sekali. Hal ini berdasarkan pada asas kemaslahatan dan prinsip keadilan dalam Hukum Islam. Dalam skripsi karya Angga Nindia Saputra dengan judul “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan Kematian (Analisis Terhadap Pasal 351 Ayat (3) KUHP)” 17 yang menjabarkan dalam perspektif hukum pidana Islam, tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian pada Pasal 351 ayat (3) KUHP termasuk dalam jenis pembunuhan semi sengaja (qatl syibh al-‘amd), ada beberapa kriteria pada jenis pembunuhan ini, yaitu: a. Adanya kesengajaan dalam melakukan penganiayaan; b. Menggunakan alat yang pada galibnya tidak mematikan; c. Ada sebab akibat antara perbuatan dengan kematian korban. Adapun sanksi terhadap jenis pembunuhan seperti ini yaitu berupa diyāt. Berbeda dengan hukuman lainnya, pada sanksi yang berupa diat tidak hanya pelaku yang dikenai beban, tapi keluarga juga harus menanggung beban membayar diyāt, bahkan jika tidak mampu pemerintah yang membayarkan diat tersebut. Hal ini untuk memenuhi hak-hak keluarga korban. E. Kerangka Teoretik Hukum Islam mempunyai tujuan terciptanya kemaslahatan yang hakiki, sehingga menjadi kepentingan hidup bagi manusia perlu memperoleh perhatian demi terwujudnya kemaslahatan yang hakiki tersebut. Kemaslahatan hakiki Angga Nindia Saputra “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan Kematian (Analisis Terhadap Pasal 351 Ayat (3) KUHP)”, skripsi, tidak diterbitkan, Yogyakarta: Fak. Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga, 2009. 17 10 tersebut sulit dicapai sebab antara yang satu dengan yang lainnya saling terkait yakni kembali kepada kepentingan mendasar dan sangat diperlukan oleh manusia di dalam hidupnya. Hal ini hanya dapat ditegakkan dengan jalan melindungi dan memelihara keselamatan agama, jiwa, harta dan keturunan.18 Negara harus menjatuhkan sanksi pada pelaku kejahatan.19 Sebagaimana yang dikatakan: Muhammad Thahir Azhari “bahwa pidana mati dalam Islam diperuntukkan bagi tindakan kejahatan pembunuhan sengaja dan merupakan suatu bentuk hukuman dalam hukum pidana Islam."20 Perkataan pidana berarti hukuman, maka pidana mati adalah suatu hukuman yang dibenarkan terhadap pelaku tindak pidana dengan menghilangkan hak hidupnya.21 Tujuan umum disyari’atkannya hukum Islam adalah merealisasikan kemaslahatan dan keadilan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Dalam bidang hukum misalnya, Islam telah menggariskan bahwa manusia mempunyai kedudukan yang sama di depan hukum tidak dibedakan antara yang kaya dengan yang miskin. Demikian juga halnya dengan Andi Hamzah dan A. Sumangelipu mengatakan bahwa tujuan diciptakannya hukum adalah untuk menciptakan 18 Ahamad Azhar, Basyir, Pokok-Pokok Persoalan Hukum Islam, (Jakarta: Fakultas UII, 1984), hlm. 30. 19 Sudjono D Simanjutak B, Doktrin-doktrin Kriminologi, (Bandung : Alumni, 1987), hlm 40. 20 . Muhammad Thahir Azhari, Negara Hukum; Study Tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat Dari Segi Hukum Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1992), hlm. 96. 21 hlm 21. . Nur Wahidah Hafz Ansari, Pidana Mati Menurut Islam, (Surabaya: Al-Ihlas, 1981), 11 kedamaian dalam masyarakat pada umumnya juga mengatur agar kepentingan masyarakat yang berbeda-beda dapat dijamin dan diwujudkan tanpa merugikan pihak lain.22 Hukum Islam, kejahatan (jarīmah/jināyah) didefinisikan sebagai laranganlarangan hukum yang diberikan oleh Allah, yang pelanggarannya membawa hukuman yang ditentukanNya. Larangan hukum berarti melakukan perbuatanperbuatan yang dilarang atau tidak melakukan suatu perbuatan yang diperintahkan. Dengan demikian, suatu kejahatan adalah perbuatan yang hanya dilarang oleh syari’at. Dengan kata lain, melakukan (commision) atau tidak melakukan (ommision) suatu perbuatan yang membawa hukuman yang ditentukan oleh syari’at adalah kejahatan.23 Klasifikasi kejahatan yang paling penting dan paling banyak dibahas oleh para ahli hukum Islam adalah hudud, qis}has}, dan ta’zir. Kategori qis}has} jatuh pada posisi di tengah antara kejahatan hudud dan ta’zir dalam hal beratnya. Kejahatan-kejahatan dalam kategori qis}has} ini kurang serius dibanding yang pertama (hudud), namun lebih berat daripada yang berikutnya (ta’zir). Sasaran dari kejahatan ini adalah integritas tubuh manusia, sengaja atau tidak sengaja. Ia terdiri dari apa yang dikenal dalam hukum pidana modern sebagai kejahatan terhadap manusia atau crimes against persons. Jadi, pembunuhan dengan sengaja, pembunuhan menyerupai sengaja, pembunuhan karena kealpaan, penganiayaan, 22 Andi Hamzah dan A. Sumangelipu, Pidana Mati di Indonesia, di Masa Lalu, Kini, dan Depan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hlm. 11. 23 Topo Santoso, Membumikan., hlm. 20. 12 menimbulkan luka/sakit karena kelalaian, masuk dalam kategori tindak pidana q qis}has} ini.24 Dalam hukum pidana Islam, pembunuhan tidak selalu mendapatkan hukuman qis}has} dapat juga diyāt (denda), hal ini seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Nabi bersabda : 25 .من قتل له قتيل فهوبخيرالنظرين إما أن يودي و إما أن يقاد Pembunuhan dalam hukum pidana Islam adalah menjadi hak Allah (hukum publik) dan hak manusia (hukum privat). Secara tegas Islam telah memberikan perlindungan terhadap hak-hak korban tindak pidana. Sebagai buktinya Islam telah memberikan perhatian atas wali korban delik pembunuhan yaitu dengan melibatkan mereka (wali / keluarga) dalam proses penetapan hukum pada pelaku pembunuhan. Di sini dikatakan bahwa keluarga korbanlah yang menentukan hukuman apakah yang akan diterima oleh pelaku pembunuhan. Sesuai dengan firman Allah: وال تقتلوا النفس التى حرم هللا إال بالحق ومن قتل مظلوما فقد جعلنا لوليه سلطانا فال يسرف 26 فى القتل إنه كان منصورا Disamping itu juga hadis nabi yang berbunyi: فمن قتل له بعد مقالتى هذه قتيل فأهله بين خيرتين بين أن يأخذوا العقل أو يقتلوا 2627 24 Ibid., hlm. 22-23. 25 Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Ismai’il al-Bukhari, Saḥih Bukhari, Kitab ad-Diyah, Bab Man Qutila lahu Qatilun fahuwa Bikhairi an-Nadraini (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), IV: 38. Hadis Nomor 6372. Riwayat Abu Hurairah. 26 27 Al-Isrâ’ (17): 33. Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, kitab Diyat, Bab Wali al-'Amdi Yardo bi ad-Diyât, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), IV: 170, hadis no. 4504. 13 Wali (keluarga/ahli waris) mempunyai kekuasaan apakah mereka akan menuntut qis}has} atau akan menerima diyat apabila memaafkan.28 Hal ini seperti dalam firman Allah SWT : 29 فمن عفي له من أخيه شئ فا تباع با لمعروف وأداء إليه بإحسان Diyāt adalah harta benda yang wajib ditunaikan oleh sebab tindakan kejahatan kemudian diberikan kepada si korban atau walinya. 30 Wali ialah orang yang berhak menuntut pembalasan, orang itu adalah ahli waris dari si terbunuh, merekalah yang berhak menuntut bukannya penguasa (pemerintah).31 Sedangkan keluarga adalah mereka yang mempunyai hubungan darah sampai derajat tertentu atau hubungan perkawinan dengan mereka yang terlibat dalam suatu proses pidana.32 Tetapi karena juga merupakan hak Allah, sekalipun dimaafkan oleh keluarga korban pelaku tetap mendapat hukuman ta’zir dan pengadilan berhak memutuskan pemberian sanksi pada pelaku untuk kemaslahatan (kepentingan umum). Hak manusia itu bisa dibuktikan dengan hukuman dari tindak pidana itu dapat digugurkan oleh pihak yang dirugikan (keluarga).33 28 Al Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 429. 29 Al-Baqarah (2): 178. 30 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, alih bahasa oleh H. A. Ali, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1994), hlm. 90. 31 Ibid, hlm. 29. 32 KUHAP dan Penjelasannya, (Surabaya: Karyaanda, t.t), hlm. 8. 33 A. Hanafi, Asas-asas ….., hlm. 17. 14 E. Metode Penelitian Agar penelitian berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan, maka penelitian ini memerlukan suatu metode tertentu. Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penyusunan skripsi ini adalah jenis penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang menggunakan fasilitas pustaka seperti buku-buku hukum, buku-buku penganiayaan, kitab fiqih, jurnal dan juga literatur yang relevan dengan pembahasan tentang penganiayaan yang mengakibatkan kematian janin oleh suami terhadap istri perspektif hukum pidana Islam. 2. Sifat Penelitian Penelitian ini adalah bersifat deskriptif-analitik yaitu menguraikan sumbersumber yang diperoleh dan memberikan gambaran secara sistematis dan valid mengenai penganiayaan yang mengakibatkan kematian janin oleh suami terhadap istri perspektif hukum pidana Islam kemudian dikaji secara cermat yang kemudian diambil suatu kesimpulan. 3. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penulisan skripsi ini melalui penelahan dan pemahaman terhadap bahan-bahan pustaka yang sesuai dengan pokok bahsan, sumber data primer lebih diutamakan, yaitu tulisan-tulisan hukum pidna Islam dan karya-karya ilmiyah yang membicarakan dan menerangkan tentang penganiayaan 15 yang mengakibatkan kematian janin oleh suami terhadap istri tersebut dan bukubuku hukum pidana Islam pada umumnya. 4 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif, yaitu dengan mengambil beberapa aturan atau ketentuan yang ada mengenai penganiayaan maupun pembunuhan yang bersumber dari hukum pidana Islam. Kemudian menjelaskan teks-teks yang memerlukan penjelasan, terutama dalam hukum pidana Islam. 5. Analisa Data Setelah data-data terkumpul maka data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode deduktif yaitu suatu analisa yang bertitik tolak dari data yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Metode ini penyusun mencoba menganalisa data untuk mengungkapkan ketentuanketentuan hukum tentang penganiayaan juga tentang pembunuhan dalam hukum pidana Islam, sehingga diperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai penyelesaian dari sebagian persoalan yang terdapat dalam pokok permasalahan. G. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah memahami skripsi ini dibagi dalam lima bab. Bab pertama terdiri dari tujuh sub bab, diawali dengan pendahuluan yang memuat latar belakang pemunculan masalah yang diteliti, dalam hal ini masalah hak-hak wali korban pembunuhan. Kedua, pokok masalah yang merupakan penegasan terhadap apa yang terkandung dalam latar belakang masalah. Ketiga, tujuan dan 16 kegunaan; tujuan adalah cita-cita yang akan dicapai dalam penelitian ini, sedangkan kegunaan adalah manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian. Keempat, telaah pustaka, berisi penelusuran terhadap literatur yang berkaitan dengan objek penelitian untuk membuktikan bahwa masalah yang diteliti belum ada yang membahas. Kelima, kerangka teoritik berisi acuan yang digunakan dalam pembahasan dan pemecahan masalah. Keenam, metode penelitian yang berisi tentang cara-cara yang digunakan dalam penelitian. Ketujuh, sistematika pembahasan berisi struktur dan turunan yang akan dibahas dalam skripsi ini. Pada bab kedua, penyusun mencoba memaparkan tentang tindak pidna penganiayaan dalam ruang lingkup hukum pidana Islam. Dalam hal ini penyususn menguraikan tentang asas-asa hukum pidana Islam, pengertian dan macammacam jarīmah. Pada bab ketiga penyusun akan memaparkan bagaimana perhatian yang diberikan oleh hukum pidana Islam dalam meminimalisir tindak pidana penganiayaan terhadap ibu hamil yang berakhir dengan kematian janin. Dalam hal ini penyusun hendak menjabarkan tentang sanksi pidana, relevansi dan efektifitasnya hukum pidana Islam bila diterapkan di Indonesia. Bab keempat, berisi tentang analisis terhadap hukum pidana Islam tentang Kematian Janin yang disebabkan Penganiayaan Oleh Suami terhadap Istri. Bab ini mencakup: Analisis dari segi tindak pidana dan segi pemidnaannya. Bab kelima, yang terdiri dari dua sub bab. Pertama, kesimpulan yang merupakan jawaban akhir dari pokok permasalahan yang ada. Kedua, saran-saran 17 yang dirasa dapat menyumbang alternatif bagi solusi persoalan hukum pidana Islam dan juga berisi saran bagi para pembaca. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada pembahasan pada bab-bab diatas, maka dapat di tarik kesimpulan sebagaiberikut: 1. Tindak pidana penganiayaan dalam hukum pidana Islam merupakan Jarīmah/jināyah terhadap jiwa dan dalam hukum pidana Islam delik penganiayaan dapat dimasukkan kedalam kategori Jarīmah qis}has}, dikarekan hukum pidana Islam tidak secara eksplisit menyebutkan bahwa delik penganiayaan yang menyebabkan kematian janin oleh suami terhadap istri. Sehingga apa bila melihat dari bentuk dan hukumannya sebagaimana telah di atur dalam Alqur’an dan AsSunnah demi kemaslahatan umat manusia dimuka bumi ini. 2. Penganiayaan yang disebabkan oleh suami terhadap istri yang mengakibatkan matinya janin, seharusnya sanksi bagi pelakunya lebih berat, dikarenakan melihat pada aspek tersebut dan bahaya yang ditimbulkannya juga lebih besar, maka sanksinya harusnya lebih berat juga. B. Saran-saran 78 79 Dalam menetapkan suatu produk hukum hendaknya mempertimbangkan kultur budaya atau kebiasaan yang berlaku dan mengakar di lingkungan masyarakat sehingga dapat menghasilkan hukum yang bisa diterima oleh masyarakat tersebut, 1. Kepada pemerintah, perlu adanya suatu ijtihad yang benar dan berani dalam menerima konsekuensi apabila Indonesia berdasarkan pada negara hukum Islam. 2. Sebagai negara yang beradasarkan pada hukum, maka demi menjunjung tinggi norma-norma hukum dan keadilan terutama pada hukum pidana Islam, perlu adanya suatu aturan hukum yang jelas yang khusus mengatur tentang sanksi bagi pelaku tindak pidanan penganiayaan terhadap ibu hamil yang mengakibatkan matinya janin oleh suami terhadap istrinya. DAFTAR PUSTAKA A. Al-Qur’an/Tafsir Departemen Agama RI, Mushaf Al-Quran Terjemah, edisi 2002, Jakarta: AlHuda, 2005. B. Hadis/Ulumul Hadis Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Ismai’il al-Bukhari, Saḥiḥ Bukhari, Beirut: Dār alFikr, 1981. Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, kitab Diyat, Beirut: Dār al-Fikr, t.t. _________, Sunan Abi Dawud, Beirut: Dār al-Fikr, 1998. At-Turmuzi, al-Jami’ as- Saḥiḥ wa huwa Sunan at-Tirmizi, Beirut: Dār al-Fikr, 1988. _________, al-Jami’ as- Saḥiḥ wa huwa Sunan at-Tirmizi, Beirut: Dār al-Fikr, 1988. Ibn Abdus Samad at-Tamimi as-Samarqandi ad-Darami, Sunan ad-Darimi, Beirut: Dār al-Fikr, t.t. Jalaluddin An-Nasa’i, Sunan an-Nasa’i, Beirut: Dār al-Fikr, 1930. C. Fikih/Usul Fikih Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mażāhib al-Arba’ah, Beirut: Dār al-Fikr, t.t.. Ali, Mohammad Daud, Asas-Asas Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press,1991. Ali, Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika,2007. Al-Mawardi, Abu Al-Hasan, Al-Ahkam As-Sulthaniyyah, cet. Ke-III, Mesir: Musthafa Al-Baby Al-Halaby, 1975. 80 Al-Syirazi, Abu Ishaq, Al-Muhażab, Mesir: al-Bab al-Halabi, t.t Amir, Abd.Aziz, Al- Ta’zir fi al-Syari’ah, cet. Ke- IV, Mesir: Dar al-Fikr alArabi, 1969. Ansari, Nur Wahidah Hafz, Pidana Mati Menurut Islam, Surabaya: Al-Ihlas, 1981. Asshidiqie, Jimly, Pembaharuan Hukum Pidanan Indonesia, cet. Ke-2, Bandung: Angkasa,1996. Audah, Abdul Qadir, At-Tasyrī’ Al-Islamy, Beirut: Dār Al-Kitab AL- ‘Arabi, t.t Azhari, Muhammad Thahir, Negara Hukum; Study Tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat Dari Segi Hukum Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1992. Az-Zuhaili, Wahbah, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Beirut Lubnan: Dār alFikr, 1409H/1989M. Bakri, Asfri Jaya, Konsep Maqashid Syari’ah Menurut Asy-Syatibi, cet. ke-1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Basyir, Ahamad Azhar, Pokok-Pokok Persoalan Hukum Islam, Jakarta: Fakultas UII, 1984. Djazuli, Ahmad, Fiqh Jināyah, Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam, set. Ke-2, Jakarta: Raja Grafindo persada, 1997. Djubaedah, Neng, Perzinaan Dalam Peraturan Perundang-Undangan Indonesia Di Tinjau Dari Hukum Islam, cet. Ke-1, Jakarta: Prenada Media Group, 2010. Doi, Abdurrahman I, hukum pidana menurut syari’at Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1992. Hamzah, Andi dan A. Sumangelipu, Pidana Mati di Indonesia, di Masa Lalu, Kini, dan Depan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986. Hanafi, Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, cet. Ke-4, Jakarta: Bulan Bintang, 1990. Jalaluddin Abdurrahman ibn Abi Bakr as-Suyuti, Al-Asybah wa an-Nazair, Beirut: Dari al-Fikr, t.t. Khalāf, Abd Al-Wahhāb, Ilmu Ushul al-Fiqh, Mesir: Dār Al-Qalam, 1998. 81 Marsum, Jināyat-Hukum Pidana Islam, Jogjakarta: FH. UII, 1984. Mattalata, Andi, "Santunan Bagi Korban" Dalam J.E Sahetapy ( ed ). Viktimologi Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1987. Mujib, Abdul, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih (Al-Qowa’idul Fiqhiyyah), cet. Ke-8, Jakarta: Kalam Mulia, 2008. Munajat, Makhrus, Fikih Jinayah (Hukum Pidana Islam), cet. Ke-2, Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press 2010. Mustafa Raib al-Baga, At-Tazhib fi Adillati Matn al-Ghayah wa at-Taqrib, Surabaya: Bungkul Indah, 1978. _______________, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, cet. Ke-1, Yogyakarta: Logung, 2004. Raoef, Abdoel, Al-Qur’an dan Ilmu Hukum, Jakarta: Bulan Bintang, t.t Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, cet. ke-18, Jakarta: Attahiriyah, 1981. Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, alih bahasa oleh H.A. Ali, Bandung: PT AlMa'arif, 1994. Santoso, Topo, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syari’at dalam Wacana dan Agenda, cet. ke-1, Jakarta: Gema Insani Press, 2003. Simanjutak B, Sudjono D, Doktrin-doktrin Kriminologi, Bandung : Alumni, 1987. 82 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran I TERJEMAHAN No Halaman FN 1 12 26 2 13 29 3 19 5 4 19 6 5 20 7 Terjemahan BAB I Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. dan barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya kami Telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan. …Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula)… BAB II Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah Keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, Karena mereka melupakan hari perhitungan. Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan meng'azab sebelum kami mengutus seorang rasul. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar I 6 21 8 7 22 9 8 23 10 9 23 11 10 26 16 (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih. Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan Taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan meng'azab sebelum kami mengutus seorang rasul. Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang Telah diperbuatnya. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. II 11 26 17 12 29 18 13 29 19 14 33 26 15 33 27 Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia[361] Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. ….barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya… Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih. III BAB III 16 50 7 17 50 8 18 54 25 19 57 34 20 57 37 21 59 41 22 71 13 …berlaku hukum qishaash. oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, Maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu… Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat[335] yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), BAB IV Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaikbaiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. IV Lampiran II BIOGRAFI ULAMA/SARJANA As-Sayyid Sābiq Seorang ulama Mesir yang memiliki reputasi internasional di bidang fiqh dan dakwah Islam, terutama melalui karyanya yang monumental yaitu Fiqh asSunnah. Nama lengkapnya adalah as-Sayyid Sābiq at-Tihami, lahir di Istanha Mesir pada tahun 1915 M dan meninggal dunia tahun 2000 M. Silsilahnya bertemu dengan khalifah ke tiga ‘Usmān Ibn ‘Affān. Mayoritas penduduk Istanha menganut mazhab Syafī’i termasuk keluarganya. Namun Sayyid Sābiq sendiri menganut mazhab Hanafi di Universitas al-Azhar karena beasiswanya lebih besar dibanding lainnya Walaupun demikian, beliau lebih suka membaca dan menelaah mazhab lain. Sejak tahun 1974 beliau mendapat tugas di Universitas Umm alQurra’ dan sempat mengajar di kedua universitas tersebut. Kesibukannya dengan dunia fiqih melebihi apa yang pernah diperbuat para ulama al-Azhar yang lainnya. Ia mulai menekuni dunia tulis menulis melalui beberapa majalah yang eksis pada waktu itu., seperti majalah mingguan al-Ikhwan al-Muslimun. Di majalah ini, ia menulis artikel ringkas mengenai Fiqih Thaharah. Dalam penyajiannya beliau berpedoman pada buku-buku fiqih hadis yang menitik beratkan pada masalah hukum seperti kitab Subulussalam karya ash-Shan’ani, Syarah Bulughul Maram karya Ibu Hajar, Nailul Awthar karya asy-Syaukani dan yang lainnya. Juz pertama dari kitab beliau yang terkenal Fiqih Sunnah diterbitkan pada tahun 40-an di abad 20. Berkat buku Fiqih Sunnah tersbut beliau memperoleh penghargaan King Faisal Prize dalam bidang kajian Islam. Ia merupakan sebuah risalah dalam ukuran kecil dan hanya memuat fiqih thaharah. Setelah itu Sayyid Sabiq terus menulis dan dalam waktu tertentu mengeluarkan juz yang sama ukurannya dengan juz yang pertama sebagai kelanjutan dari buku yang sebelumnya hingga akhirnya berhasil diterbitkan 14 juz. Kemudian dijilid menjadi 3 juz besar. Beliau terus mengarang bukunya itu hingga mencapai selama 20 tahun seperti yang dituturkan salah seorang muridnya, Syaikh Yusuf alQardhawi. Imām Abū Hanīfah Al-Imam Abū Hanīfah adalah al-Nu’man Ibn Sabit al-Taymi, dilahirkan pada tahun 80 H/699 M di kuffah dan wafat pada tahun 150 H/767 M. Di Baghdad. Kuffah merupakn tempat di besarkannya Abū Hanīfah dan tempat kediaman kebanyakan fuqaha Islam. Pada tahun 32 H/52 M, Umar Ibn al-Khattab mengutus Abdullah Ibn Mas’ud ke sana sebgai guru dan hakim. Ibn Mas’ud adalah ahli hadist. Disana beliau menyebarkan ajaran Rasulullah dan mendirikan perguruan tinggi. Dari perguruannya melahirkan faqih ra’yi (ulama fiqh yang berscorak rasional), seperti syuraih, al-Qamah ibn Qays dan Masyriq. Generasi berikutnya lahir pula Ibrahim an-Nakha’I yang dikenal pula sebagai faqih al-ra’yi dan al-Syabi’ yang dikenal sebagai faqih al-asar. Dari pembauran tersebut lahir ulama besar yang bernama Hammad ibn Abi Sulaiman. Kepada Hammad inilah I Abū Hanīfah secara khusus belajar. Beliau belajar kepadanya selama delapan belas tahun. Selain itu, Abū Hanīfah belajar empat kitab fiqih, yaitu; a. Fiqih Umar yang berdasar pada maslahah; b. Fiqih Ali yang berdasar pada haqiqat al-syara’; c. Fiqih Ibn Mas’ud yang berdasar pada tajhrij; dan d. Fiqh Ibnu Abbas yang dikenal sebagai turjumah al-Qur’an Pada suatu waktu Abū Hanīfah ditanya oleh Khalifah Abu Ja’far alMansur, tentang silsilah ilmu pengetahuan yang didapatinya. Abū Hanīfah menjawab bahwa pengetahuan itu diambil dari Umar melalui ashab; dari Ali melalui Ashab; dari Ibn Mas’ud melalui ashab. (Tarikh al-Baghdad, Juz XIV, hal. 334). Pada perkembangan selanjutnya Abū Hanīfah menjadi ulama besar dan banyak pengikutnya sehingga menjadi salah satu madzhab fiqh Islam. Imām Syafī’i pun mengakui kebesaran Imām Abū Hanīfah, ia menyatakan: “Di Bidang Fiqh, manusia berpegang kepada Abū Hanīfah”. Imām al-Bukhārī Nama lengkapnya adalah Abū ‘Abdullah Muḥammad Ibn Muḥammad Ibn Muḥammad al-Bukhārī. Lahir di kota Bukhara pada tanggal 15 Syawal 194 H. Pada tahun 210 H, ia beserta ibu dan saudaranya menunaikan ibadah haji. Selanjutnya ia tinggal di Hijaz untuk menuntut ilmu melalui para fuqaha dan ahli hadis. Ia mukim di Madinah dan menyusun kitab al-Tārikh al-Kabīr. Pada masa mudanya berhasil menghafal 70.000 hadis dengan seluruh sanadnya. Usahanya untuk menjumpai para muhaddisin adalah dengan melawat ke Baghdad, Basrah, Kuffah, Makkah, Syam, Hunas, Asyqalan, dan Mesir. Setelah usia lanjut ia pergi ke Khurasan, sebuah kota kecil di Samarkand sampai wafatnya pada akhir bulan Ramadhan tahun 356 H. karyanya yang sangat terkenal di dunia Islam adalah kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Imām Asy-Syafī’i Imām As-Syafī’i bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris As-Syafī’i, beliau lahir di Gazzā, Palestina pada tahun 150 H/(767-820 M), berasal dari keturunan bangsawan Qurays dan masih keluarga jauh Rasulullah SAW. Dari ayahnya, garis keturunannya bertemu di Abdul Manaf (kakek ketiga Rasulullah) dan dari ibunya merupakan cicit Ali bin Abi Thalib r.a. Semasa dalam kandungan, kedua orang tuanya meninggalkan Mekkah menuju Palestina, setibanya di Gazzā, ayahnya jatuh sakit dan kemudian berpulang kerahmatullah, kemudian beliau di asuh dan di besarkan oleh ibunya dalam kondisi yang sangat prihatin dan serba kekurangan, pada usia 2 (dua) tahun, ia bersama ibunya kembali ke Mekkah, dan di Kota inilah Imām Syafī’i mendapat asuhan dari ibunya dan keluarganya secara lebih intensif. Saat beliau berusia 9 (sembilan) tahun, beliau menghafal seluruh ayatayat Al-Qur’an dengan lancar bahkan beliau sempat 16 kali khatam Al-Qur’an. Guru beliau banyak sekali di antaranya Imam Muslim bin Khālid Azzan seorang ahli fiqh yang terkenal pada waktu itu, dan seorang mufti Makkah. Dalam waktu yang bersamaan beliau belajar pula ilmu hadis kepada Syufyān Ibn ‘Uyainah, seorang guru hadis di Makkah. Demikian pula beliau belajar ilmu hadis kepada II Imām Mālik di Madīnah, setahun kemudian, Kitab Al-Muwatha’ karangan Imam Malik yang berisikan 1720 hadist pilihan juga dihafalnya diluar kepala. Selain itu beliau juga belajar fiqh Imam Abu Hanīfah melalui Muhammad al-Hasan alSyaibāni. Dengan demikian ia dapat dikatakan sebagai pelajar yang menguasai dua corak pemikiran fiqh yang terdapat pada saat itu, yaitu corak rasional di Irak dan corak asar di Hijāz. Oleh karena itu pola pemikiran Imām Syafī’i merupakan sintesa antara kedua pola fiqh tersebut Dengan kecerdasannya yang membuat dirinya dalam usia yang sangat muda (15 tahun) telah duduk di kursi mufti kota Mekkah, namun demikian Imam Syafi’i belum merasa puas menuntut ilmu karena semakin dalam beliau menekuni suatu ilmu, semakin banyak yang beliau belum mengerti, sehingga tidak mengherankan bila guru Imam Syafi’i begitu banyak jumlahnya sama dengan banyaknya para muridnya. Imām Mālik Imām Mālik dilahirkan di Zu al-Marwah, suatu desa yang terletak kira-kira 192 km dari sebelah selatan kota Madinah. Tanggal kelahiraannya tidak diketahui secara pasti, berhubung ibu bapaknya bermukim di desa dan tidak mementingkan tanggal dan tempat kelahiran anak-anaknya. Akan tetapi tahun kelahirannya dapat diketahui yaitu pada tahun 93 H/711 M. menurut Yahya Ibn Bakir, salah seorang murid Imām Mālik yang meriwayatkan al-muwatta’, Imām Mālik sendiri menyatakan bahwa ia lahir pada tahun 90, 91, 94, 95, 96 dan 97 H, sedangkan tahun wafatnya menurut pendapat yang masyhur adalah tahun 197 H/812 M. (alQadi ‘Iyad, juz I, hal. 118-119). Imām Mālik dibesarkan di kota Madinah pada saat itu kota ini merupakan pusat kegiatan ilmu pengetahuan agama. Oleh sebab itu, di kota itulah beberapa tokoh tabiin berada sertaa menerima ilmu pengetahuan agama dari para sahabat Nabi. Di samping itu banyak pula tokoh ulama dari berbagai penjuru dunia datang ke sana untuk menuntut ilmu sekalipun kegiatan pusat pemerintahan pada waktu itu sudah pindah ke Baghdad, Syam, Syiria, namum kota Madinah tetap merupakan pusat kegiatan ilmiah keagamaan yang memiliki daya tarik yang kuat. Di tempat ini tradisi yang ditinggalkan Nabi telah mengakar demikian kuat dalam kehidupan masyarakatnya, sejumlah ‘alīm ulama mencurahkan perhatiannya di kota ini untuk mendalami pengetahuan agama dari kehidupan masyarakatnya. Kitab al-Muwatta’ yang disusun Imām Mālik tidak terlepas dari kondisi ini. Imām Mālik menghimpun hadist Nabi, pendapat para sahabat dan tabiin dari sumbersumber Madinah yang dalam banyak buku di sebut ‘Ilm al-Madinah dalam satu buku. Imām Muslim Nama lengkap Imām Muslim adalah al-Imām Abū Husain Muslim Ibn alḤajjāj Ibn muslim al-Qusyairi. Lahir di Naisabur pada tahun 202 H/817 M. kitab Ṣaḥīḥ Muslim sebagai sebuah karya terbesar beliau disusun dalam jangka waktu tidak kurang dari 12 tahun. Imam Muslim wafat pada tahun 261 H. ABDUL QADIR AUDAH III Beliau adalah alumnus Fakultas Hukum Universitas Kairo pada tahun 1930. Beliau pernah menjabat sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Mesir dan sebagai tangan kanan mursyid al-Am Ukhwanul Muslimin yang dipimpin oleh Hasan al-Banna. Dalam sekup pemerintahan beliau pernah menjabat sebagai hakim yang dicintai oleh rakyatnya sebab mempunyai prinsip mau mentaati Undang-undang selama ia yakin bahwa Undang-undang tersebut tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Adapun karya beliau adalah at-Tasyri’ alJinā’i al-Islamī (Hukum Pidana Islam) dan al-Islam wa Auda’una al-Qanūnỹ (Islam dan Peraturan Perundang-undangan). Beliau wafat sebagai syuhada’ pada sebuah drama tiang gantungan akibat tuduhan/fitnah yang dilontarkan oleh lawan politknya pada tanggal 8 Desember 1945. AHMAD HANAFI Beliau adalah salah satu Dosen tetap Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada periode tahun 1960-an, dan pada tahun 1963 beliau menjabat sebagai Ketua Jurusan Qodlo pada Fakultas syari’ah. Karyanya yang berjudul Azas-azas Hukum Pidana Islam, menjadi salah satu literatur penting dalam dalam studi Hukum Pidana Islam. TOPO SANTOSO Topo Santoso lahir di Wonogiri (Jawa Tengah) pada tanggal 5 Juli 1970. Pendidikan Sarjana di tempuhnya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (1988-1992), Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum UI (1997-1999), dan pendidikan Doktor di Faculty of Law-University of Malaya (2001-). Selain pendidikan formal, ia telah mengikuti beberapa pendidikan tambahan di Brisbane, Australia (1994), Academy of American and International Law di Texas (1995), dan Special course on Economic Law di Harvard Law School, AS (1996). Saat ini ia menjadi dosen di Fakultas Hukum UI Depok. Saat ini ia juga menjadi Advisor bidang Security and Justice Governance di Partnership for Governance Reform (Kemitraan). Di samping itu ia juga masih menjabat sebagai Wakil Ketua Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem). Penulis aktif mengisi berbagai forum seminar, diskusi, pelatihan, serta kegiatan ilmiah lainnya. Ia aktif menulis di berbagai media massa nasional dan menjadi narasumber bagi media cetak dan elektronik. Hingga saat ini ia telah menulis 13 buku dan ratusan artikel. Pada pemilu 2004, penulis menjadi salah seorang anggota Panitia Pengawas Pemilu Pusat. IV CURICULUM VITAE Nama : Amir Mahfud Tempat, tanggal lahir : Wonosobo, 03 Oktober 1990 Alamat asal : Kliwonan, Karang Luhur, Kertek, Wonosobo, Jawa Tengah Alamat Yogyakarta : Suryodiningratan, MJ II/855 Mantrijeron, Yogyakarta Nama orang tua Nama ayah : Nur Mahfudin Nama ibu : Hidayah Saudara : Insia Agnes Widayani Yunan Nafaisil Anwal Hasan Yunun Nafaisil Anwal Husen Pendidikan : 1. SDN 1 Karang Luhur Kertek, Wonosobo (1998- 2004) 2. MTs Ali Maksum Bantul, Yogyakarta (2004- 2006) 3. MA Ali Maksum Bantul, Yogyakarta (2007- 2009) 4. Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014) V (2009-