penganiayaan yang mengakibatkan kematian janin oleh suami

advertisement
PENGANIAYAAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN
JANIN OLEH SUAMI TERHADAP ISTRI PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT
MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU
DALAM ILMU HUKUM ISLAM
DISUSUN OLEH:
AMIR MAHFUD
09370004
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. OCKTOBERRINSYAH, M. Ag
JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
ABSTRAK
Latar belakang masalah skripsi ini adalah berangkat dari fenoamena
dilapangan dan di media massa hampir setiap hari terdapat pemberitaan tentang
penganiayaan. Memang hukum pidana Islam tidak secara ekplisit menyebutkan
delik penganiayaaan. Baik secara umum maupun khusus, akan tetapi yang ada
dalam hukum pidana Islam adalah jarīmah/jināyah terhadap jiwa.
Dari prihal diatas maka muncullah suatu pertanyaan : bagaimana tinjauan
hukum pidana Islam terhadap kematian janin yang disebabkan penganiayaan oleh
suami terhadap istri dan bagaimana bentuk sanksi pidana menurut pidana Islam
dalam tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan matinya janin oleh suami
terhadap istri.
Untuk menjawab permasalahan di atas, maka penyususun menggunakan
penelitian berupa kategori kepustakaan (library reseach), dengan metode normatif,
yaitu pendekatan berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadis, penafsiran atas ayat-ayat
dalam al-Qur’an, pendapat para ulama dan sarjana dalam buku-buku fiqh maupun
usul fiqh bahkan buku-buku yang berkaitan dengan pembahsan skripsi ini.
Penelitian dalam karya ilmiah ini bersifat deskriptif-analitik, yaitu menguraikan
sumber-sumber yang diperoleh dan memberikan gambaran secara sistematis dan
valid mengenai penganiayaan yang mengakibatkan kematian janin oleh suami
terhadap istri perspektifk hukum pidana Islam kemudian dikaji secara cermat yang
kemudian diambil suatu kesimpulan.
Adapun hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penganiayaan yang
disebabkan oleh suami terhadap istri sehingga menyebabkan matinya janin, atasnya
(suami) hukuman yang berat dikarenakan suami melakukan dua kejahatan yaitu :
kepada sang istri dan kepada si jabang bayi dalam kandungan dengan kata lain
suami melakukan dua kejahatan fisik dan psikis terhadap istri. Hukumannya secara
hukum pidana Islam bagi suami ialah gurrah, membayar diyᾱt dan kiffᾱrah (dengan
kata lain suami bertanggungjawab baik dari segi pidana maupun perdata). Adapun
pembayaran hukumnya pelaku (suami) kepada korbannya (istri).
Keyword: Penganiayaan, Hukum Pidana Islam
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
Dengan segala perasaan syukur kepada Allah SWT.
skripsi ini saya persembahkan kepada:
Almamaterku Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Sunan Kalijaga Yogyakarta
KEDUA ORANG TUAKU
Ayahanda Tercinta: Nur Mahfudin
Ibunda Terkasih: Hidayah
ADIK-ADIKKU TERSAYANG
Insia Agnes Widayani
Yunan Nafaisil Anwal Hasan
Yunun Nafaisil Anwal Husen
Yang tidak bosan selalu mendampingiku, membantu dan berkorban, baik
motivasi maupun finansial dalam penyelesaian skripsi ini, semoga jasamu
dibalas oleh Allah SWT bidadariku.
vi
MOTTO
Kegagalan merupakan suatu cita-cita yang
tertunda
Jadi jangan disesali tapi ambillah hikmahnya
dan pengalaman merupakan guru yang terbaik
bagi kita.
vii
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا ال ر حمن ال ر حيم‬
‫ اشهد ان‬،‫ الذي انعم علينا بنعمة اإليمان واإلسالم‬،‫الحمد هلل الذي فضل بنى ادم‬
‫ واشهد ا‬،‫الاله ااال هللا الذي دد ععل لل ذذا العالم‬
‫ان مح امدا رسول هللا الذي عاء‬
۰‫ اما بعد‬،‫بدين اإلسالم‬
Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, ‘inayah, hidayah dan taufik-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir dalam menempuh studi di Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan Agama Islam dari
ketidak tahuan menjadi penuh dengan pengetahuan. Serta keselamatan selalu
menaungi keluarganya, sahabatnya serta orang-orang yang selalu mengikuti
ajarannya.
Kemudian, tak lupa pula penyusun mengucapkan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
skripsi ini, baik berupa bantuan dan dorongan moril ataupun materiil, tenaga,
maupun pikiran, terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Musa Asy’arie., Selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Bapak Noorhaidi Hasan, Ph.D, MA., M.Phil., selaku Dekan Fakultas Syar’ah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
viii
ix
PEDOMANTRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasikata-kata Arab yang digunakandalam penulisanskripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan
05936/U/1987.
I.
Konsonan Tunggal
Huruf
Arab
Nama
Huruf Latin
‫ا‬
Alif
tidak
dilambangkan
‫ب‬
Ba’
B
Be
‫ت‬
Ta’
T
Te
‫ث‬
Sa’
Ś
es (dengan titikdiatas)
‫ج‬
Jim
I
Je
‫ح‬
Ha’
H
ha (dengan titikdi
bawah)
‫خ‬
Kha’
Kh
ka dan ha
‫د‬
Dal
D
De
‫ذ‬
Żal
Ż
zet (dengan titikdiatas)
‫ر‬
Ra’
R
Er
‫ز‬
Za’
Z
Zet
‫س‬
Sin
S
Es
x
Nama
tidak dilambangkan
II.
‫ش‬
Syin
Sy
‫ص‬
Sad
Ş
‫ض‬
Dad
D
‫ط‬
Ta’
ț
‫ظ‬
Za’
Z
‫ع‬
‘Ain
‘
‫غ‬
Gain
G
Ge
‫ف‬
Fa’
F
ef
‫ق‬
Qaf
Q
qi
‫ك‬
Kaf
K
ka
‫ل‬
Lam
L
‘el
‫م‬
Mim
M
em
‫ن‬
Nun
‘n
‘en
‫و‬
Waw
W
W
‫ه‬
Ha’
H
ha
‫ء‬
Hamza
h
‘
aposrof
‫ي‬
Ya’
Y
ye
es dan ye
es (dengan titikdi
bawah)
de (dengan titikdi
bawah)
te (dengan titikdi
bawah)
zet (dengan titikdi
bawah)
koma terbalikdiatas
KonsonanRangkapkarena SyaddahDitulis Rangkap
xi
III.
‫متعددة‬
Ditulis
muta’addidah
‫ع ّدة‬
Ditulis
‘iddah
Ta’ Marbutahdi Akhir Kata
a. Biladimatikan/sukunkanditulis “h”
‫حكمة‬
Ditulis
Hikmah
‫جزية‬
Ditulis
Jizyah
serta
b.
Biladiikuti dengan kata
keduaituterpisah, maka ditulish
‫كرامة الولياء‬
bacaan
sandang‘al’
Ditulis
Karãmahal-auliyã
c. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat,fathah, kasrah dan dammah
ditulis t
‫زكاةالفطر‬
Ditulis
Zãkah al-fiţri
IV. Vokal Pendek
-- َ ---- َ ---- َ ---
Fathah
Ditulis
A
Kasrah
Ditulis
I
Dammah
Ditulis
U
V. Vokal Panjang
1
2
3
Fathah diikuti Alif Tak
berharkat
Fathah diikuti Ya’ Sukun
(Alif layyinah)
Kasrah diikuti Ya’ Sukun
xii
‫جاهلية‬
Ditulis
Jãhiliyyah
‫تنسى‬
Ditulis
Tansã
‫كرمي‬
Ditulis
Karǐm
4
‫فروض‬
Dammah diikuti Wawu
Sukun
Ditulis
Furūd
VI. Vokal Rangkap
1
Fathah diikuti Ya’ Mati
‫بينكم‬
2
Fathah diikuti Wawu Mati
‫قول‬
Ditulis
Ai
Ditulis
Bainakum
Ditulis
Au
Ditulis
Qaul
VII. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan
Apostrof
‫اانتم‬
Ditulis
a’antum
‫أع ّدت‬
Ditulis
‘u’iddat
Ditulis
la’insyakartum
‫لئن شكرمت‬
VIII. Kata Sandang Alif + Lam
a. Biladiikuti hurufQomariyah
‫القران‬
Ditulis
al-Qur’ãn
‫القياش‬
Ditulis
al-Qiyãs
b. Biladiikuti huruf Syamsiyahditulis dengan menggunakan huruf
Syamsiyahyang mengikutinya, serta menghilangkan huruf ‘l’(el)
nya.
xiii
‫السماء‬
Ditulis
as-Samã’
‫الشمس‬
Ditulis
asy-Syams
IX.
Penulisan Kata-katadalamRangkaianKalimat
‫ذوي الفروض‬
Ditulis
‫اهل السنة‬
Ditulis
zawilfurūdataual-furūd
ahlussunnahatauahlas-sunnah
DAFTAR ISI
HALAM JUDUL ...............................................................................................i
ABSTRAK .........................................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................iii
NOTA DINAS PEMBIMBING .......................................................................iv
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................v
xiv
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................vi
HALAMAN MOTTO .......................................................................................vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................x
DAFTAR ISI ......................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
A. Latar
Masalah.........................................................................1
Belakang
B. Rumusan
..................................................................................5
Masalah
C. Tujuan
dan
............................................................................5
Kegunaan
D. Telaah
.......................................................................................6
Pustaka
E.
Kerangka
......................................................................................10
Teori
F.
Metode
..................................................................................14
G.
Penelitian
Sistematika
Pembahasan
........................................................................15
BAB
II
TINJAUAN
HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP DELIK
PENGANIAYAAN DAN PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH
SUAMI TERHADAP ISTRI .....................................................................18
A. Asas-Asas Hukum Pidana Islam .............................................................18
B. Pengertian, Macam-macam Jarīmah/Jināyah dan Klasifikasinya ..........29
xv
C. Pengertian dan Dasar Hukum Teori Gabungan ......................................40
BAB III SANKSI DELIK PENGANIAYAAN DAN PEMBUNUHAN
MENURUT HUKUM PIDNA ISLAM............................................................47
A. Sanksi Delik Penganiayaan Perspektif Hukum Pidna Islam ...................47
B. Sanksi Delik Pembunuhan Perspektif Hukum Pidna Islam ....................53
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP KEMATIAN
JANIN YANG DISEBABKAN PENGANIAYAAN OLEH SUAMI
TERHADAP ISTRI ...................................................................................66
A. Analisis Dari Pengertiannya ....................................................................66
B. Analisis Dari Sanksi Pidananya ..............................................................69
BAB V PENUTUP .............................................................................................78
A. Kesimpulan .............................................................................................78
B. Saran ........................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................82
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................86
I. Daftar Terjemah ......................................................................................86
II. Biografi Ulama dan Tokoh ......................................................................90
III. Curriculum Vitae ...................................................................................94
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara global dijelaskan bahwa tujuan hukum Islam dalam menetapkan
hukumnya adalah untuk merealisasikan kemaslahatan umum, memberikan
kemanfaatan dan menghindari kemafsadatan kepada umat manusia. Kemaslahatan
tersebut terangkum dalam sebutan al-masālih al-khamsah yaitu lima pokok
kemaslahatan dalam kehidupan manusia yang mencakup terpeliharanya agama,
jiwa, akal, kehormatan dan keturunan serta terpeliharanya harta benda.
Maka semua yang mencakup jaminan perlindungan kelima hal pokok
tersebut dikategorikan maslahah (kemaslahatan) dan semua yang mengancam
kemaslahatan atau merugikan kelima pokok itu dikategorikan mafsadah dan upaya
menghindarinya adalah maslahah.
Dari uraian di atas, hukum Islam mencoba membangun konsep dasar
masyarakat yang berbudaya dengan memberikan jaminan perlindungan Hak Asasi
Manusia dalam segala aspek kehidupannya, memelihara jiwa, kehormatan,
kejujuran dan menegakkan keadilan adalah sesuatu yang diperintahkan. Maka
disyari'atkanlah hukum jihad sebagai upaya untuk memelihara kemaslahatan
agama, hukum qis}has} diarahkan untuk menjaga dan menjamin jiwa manusia,
merupakan upaya untuk menolak kemafsadatan pada jiwa manusia.
1
2
Dalam sejarah peradaban manusia jenis kejahatan atau yang lazimnya
dikenal dengan jināyat1 yang bersifat kekerasan terhadap jiwa manusia pertama
kali muncul adalah tindakan pembunuhan. Sebagaimana al-Qur'an juga telah
menyebutkan secara jelas dalam episode kedua putra Adam yaitu Qabil dan
Habil.2
Sehingga
dapat
dikatakan
bahwasannya
kejahatan
khususnya
penghilangan nyawa tampaknya telah berumur seusia umat manusia di muka
bumi.3
Pembunuhan menurut hukum pidana Islam merupakan perpaduan hak
Allah (publik) dan hak adami (privat) tetapi hak adami di sini lebih besar4 (dalam
hal ini pihak korban). Oleh karena itu hukum Islam memberikan kedudukan yang
bijaksana pada keluarga korban yaitu dengan melibatkan mereka dalam proses
penetapan hukum, dilibatkannya keluarga korban sangat baik pengaruhnya bagi
keluarga korban maupun bagi pelaku tindak pidana. Mereka (pihak keluarga
korban) berhak melakukan tuntutan hukuman (pidana mati) tetapi berhak pula
memberi maaf pada pelaku pembunuhan itu dalam artian bukan dengan hukum
qis}has} tetapi diganti diyᾱt.
Seandainya pihak korban tidak menginginkan qis}has} (karena dimaafkan
misalnya) tidak berarti bahwa si pelaku bebas sama sekali dari hukuman. Tetapi
dia di ta'zir dengan maksud untuk memelihara hak masyarakat yang telah
1
. Marsum, Jināyat-Hukum Pidana Islam, (Jogjakarta: FH. UII, 1984 ), hlm. 1.
2
Al-Mâidah (5): 28-30.
3
Andi Mattalata, "Santunan Bagi Korban" Dalam J.E Sahetapy ( ed ). Viktimologi
Sebuah Bunga Rampai, ( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1987 ), hlm. 35.
4
Marsum, Jināyat-Hukum Pidana Islam, (Jogjakarta: FH. UII, 1984 ), hlm.126.
3
dirugikan oleh pelaku tersebut secara tidak langsung.5 Sebab kejahatan
mempunyai suatu tujuan demi kepentingan-kepentingan pelaku atas orang yang
dianiaya dan karenanya seluruh masyarakat akan terguncang.
Pemaafan (pengampunan) hanya berhak dimiliki oleh korban atau wali
atau ahli waris korban kecuali apabila korban tidak cakap (dibawah umur atau
gila) sedang dia tidak punya wali maka pemerintah bisa memberi pengampunan
(dengan di-ta'zir) karena penguasa adalah wali bagi orang yang tidak punya wali. 6
Akan tetapi sekalipun hak Yus-Talionis (qis}has}) berada di tangan pihak
keluarga korban, untuk mengadili pelaku pembunuhan tetap berada di tangan
pemerintah.7
Hukum Pidana Islam (jināyah) didasarkan pada perlindungan HAM
(Human Right) yang bersifat primer, yang meliputi perlindungan atas agama, jiwa,
keturunan, akal, dan harta. Perlindungan terhadap lima hak tersebut oleh asySyatibi dinamakan maqāsid asy-syari’ah. Hakikat dari pemberlakuan syari’at
(hukum) oleh Tuhan adalah untuk mewujudkan kemaslahatan manusia.
Kemaslahatan itu dapat diwujudkan apabila lima unsur pokok tersebut dapat
diwujudkan dan dipelihara.8
Islam, seperti halnya sitem lain melindungi hak-hak untuk hidup, merdeka,
dan merasakan keamanan. Ia melarang bunuh diri dan pembunuhan serta
5
A. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), hlm. 9-10.
6
Ibid
7
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, alih bahasa oleh H.A. Ali (Bandung: al-Ma'arif, 1994), hlm.
67.
Asfri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari’ah Menurut Asy-Syatibi, cet. ke-1 (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 71-72.
8
4
penganiayaan. Dalam Islam pembunuhan terhadap seorang manusia tanpa alasan
yang benar diibaratkan seperti membunuh seluruh manusia. Sebaliknya, barang
siapa yang memelihara kehidupan seseorang manusia, maka ia diibaratkan
memelihara manusia seluruhnya.9
Hukum pidana Islam memberikan dasar hukum pada pihak terpidana
mengacu pada al-qur’an yang menetapkan bahwa balasan untuk suatu perbuatan
jahat harus sebanding dengan perbuatan itu.10
Mengenai masalah pembunuhan ataupun penganiayaan dalam pidana
Islam diancam dengan hukuman qis}has}. Akan tetapi tidak semua pembunuhan
dikenakan hukum qis}has}, ada juga yang sebatas dikenakan diyāt (denda), yaitu
pembunuhan atas dasar ketidak sengajaan, dalam hal ini tidak dikenakan qis}has},
melainkan hanya wajib membayar denda yang enteng. Denda ini diwajibkan atas
keluarga yang membunuh, bukan atas yang membunuh. Mereka membayarnya
dengan diangsur dalam masa tiga tahun, tiap-tiap akhir tahun keluarga itu wajib
membayar sepertiganya.11
Peraturan yang telah diuraikan di atas merupakan acuan bila dikaji lebih
mendalam terutama dalam ranah hukum pidana Islam. Bila melihat suatu kasus
yang terjadi dimasyarakat Indonesia baik yang dimuat dimedia massa bahkan di
sekitatar tempat tinggal yakni; kasus penganiayaan terhadap ibu hamil yang
menyebabkan matinya janin oleh suami sangatlah banyak.
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syari’at dalam Wacana
dan Agenda, cet. ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm. 71-72.
9
Abdoel Raoef, Al-Qur’an dan Ilmu Hukum, (Jakarta: Bulan Bintang, t.t), hlm. 132.
10
11
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, cet. ke-18, (Jakarta: Attahiriyah, 1981), hlm. 406.
5
Dari uraian tersebut maka penulis akan menelaah lebih lanjut dengan judul
: Penganiayaan Yang Mengakibatkan Kematian Janin Oleh Suami Terhadap
Istri Perspektif Hukum Pidana Islam.
B. Rumusan Masalah
Bertitik pada latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
terumuskan suatu pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah tinjauan hukum pidana Islam terhadap kematian janin yang
disebabkan penganiayaan oleh suami terhadap istri ?
2. Bagaimana bentuk sanksi pidana menurut hukum pidana Islam dalam
tindak pidana pengeniayaan yang mengakibatkan matinya janin oleh suami
terdahdap istri ?
C. Tujuan dan Kegunaan
Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikaji, maka tujuan dari
penelitrian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mendiskripsikan bagaimana penerapan hukum pidana Islam
mengenai kematian janin yang disebabkan penganiayaan oleh suami
terhadap isteri tersebut.
2. Untuk menjelaskan ketentuan hukum pidana Islam terhadap pelaku
tindak pidana gabungan.
6
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
a. Berguna sebagai pengembangan pemikiran dalam hukum pidana Islam
khususnya masalah penganiayaan yang mengakibatkan kematian janin
oleh suami terhadap istri.
b. Memberikan kontribusi pemikiran yang berharga bagi khasanah
intelektual Islam khususnya bagi mahasiswa Fakultas Syari'ah dan
hukum dalam rangka pendalaman dan pengembangan materi disiplin
ilmu.
D. Telaah Pustaka
Memang telah banyak yang mengkaji masalah penganiayaan dan
pembunuhan dari penelusuran peneliti, terdapat beberapa tulisan yang membahas
hal tersebut baik secara terpisah maupun perbandingan. Akantetapi sepanjang
pelacakan dan penelaahan yang penyusun lakukan, baik di kalangan Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta maupun secara umum,
belum ada karya ilmiyah dalam penelitian yang membahas pada permasalahan
penganiayaan yang mengakibatkan kematian janin oleh suami terhadap istri
perspektif hukum pidana Islam, apalagi secara spesifik. Jadi letak penekanan pada
pembahasan skripsi ini pada hal pengeniayaan yang diakibatkan suami terhadap
istri sehingga matinya janin.S
Diantaranya dalam skripsi yang berjudul perbandingan, dari penelusuran
penyusun terdapat skripsi saudara Muh. Ihram yang berjudul Perbandingan
Hukum Pidana Islam dan KUHP Terhadap Delik Pembunuhan, skripsi tersebut
7
membahas masalah ruang lingkup pembunuhan dilihat dari pengertian dasar,
klasifikasi dan sanksinya menurut ketentuan hukum pidana Islam dan hukum
pidana positif.12
Kemudian yang membahas pembunuhan terhadap janin terdapat skripsi
saudara Muhdiono dengan judul Aborsi Menurut Hukum Islam (Perbandingan
Mazhab Syafi’i dan Hanafi).13 Kajian dari skripsi ini lebih menitik beratkan pada
aborsi yang bersifat abortus provokatus criminalis menurut pandangan kedua
mazhab tersebut. Sedangkan penelitian kali ini memfokuskan pada pandangan
hukum pidana Islam dan hukum pidana positif terhadap delik penganiayaan
terhadap ibu hamil yang mengakibatkan kematian janin dari segi tindak pidana
dan pidana (sanksi).
Dalam skripsi karya Zaenal Mustofa yang berjudul “Delik Penganiayaan
Terhadap Ibu Hamil
Yang Mengakibatkan Kematian Janin Menurut Hukum
Pidana Islam Dan Hukum Pidana Positif”.14 Yang menjabarkan penganiayaan
terhadap ibu hamil secara umum baik itu dalam hukum Islam maupun hukum
Positif. Adapun mengenai pembunuhan janin dalam perut ibunya hukum pidana
Islam menentukannya sebagai sebuah pembunuhan yang bersanksikan gurrah,
Muh. Ihram, “Perbandingan Hukum Pidana Islam dan KUHP Terhadap Delik
Pembunuhan”, skripsi, tidak diterbitkan, Yogyakarta: Fak. Syari’ah dan Hukum, IAIN Sunan
Kalijaga , 1991.
12
Muhdiono, “Aborsi Menurut Hukum Islam (Perbandingan Mazhab Syafi’i dan
Hanafi)”, skripsi, tidak diterbitkan, Yogyakarta: Fak. Syari’ah dan Hukum, IAIN Sunan Kalijaga ,
2002.
13
Zaenal Mustofa,“Delik Penganiayaan Terhadap Ibu Hamil Yang Mengakibatkan
Kematian Janin Menurut Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Positif”’ skripsi, tidak
diterbitkan, Yogyakarta: Fak. Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga, 2004.
14
8
yaitu semacam hukuman diyāt yang besarnya adalah lima ratus dirham yang
dibayarkan kepada si ibu atau keluarga mereka.
Dalam skripsi karya Haryanto yang berjudul “Perkosaan Ibu Hamil Yang
Mengakibatkan Kematian Janin Perspektif Hukum Pidana Islam”.15 Dalam
pembahasanya skripsi tersebut fokus pada kematian janin dalam perkosaan ibu
hamil dalam hukum pidana Islam secara spesifik.
Dalam skripsi karya M. Ashonany yang berjudul “ Penganiayaan Berat
Sebagai Penghalang Kewarisan (Studi Terhadap Pasal 173 Huruf A KHI)”.16
Yang menjabarkan penganiayaan berat sebagai bentuk tindak pidana tampaknya
baik dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah tidak memberi pengaturan secara tegas
bahwa tindakan tersebut dapat menghalangi seseorang ahli waris untuk
mendapatkan warisan. Di samping itu bahwa tidak selamanya bentuk tindak
pidana penganiayaan itu berakibat pada kematian. Dalam
KHI tindakan
penganiayaan berat dimasukkan sebagai penghalang kewarisan.
Penganiayaan berat dapat dijadikan sebagai salah satu tindakan yang dapat
menghalangi seseorang untuk menerima hak kewarisannya, karena melihat
dampak bahaya terhadap keselamatan jiwa si korban, sekaligus untuk mencegah
terjadinya kerawanan sosial yang ditimbulkannya. Namun tindak pidana
penganiayaan berat tidak dapat secara
mutlak menghalangi seseorang untuk
Haryanto yang berjudul “Perkosaan Ibu Hamil Yang Mengakibatkan Kematian Janin
Perspektif Hukum Pidana Islam”, skripsi, tidak diterbitkan, Yogyakarta: Fak. Syari’ah dan
Hukum, UIN Sunan Kalijaga, 2012.
15
M. Ashonany, “ Penganiayaan Berat Sebagai Penghalang Kewarisan (Studi Terhadap
Pasal 173 Huruf A KHI)”, skripsi, tidak diterbitkan, Yogyakarta: Fak. Syari’ah dan Hukum, IAIN
Sunan Kalijaga, 2002.
16
9
mendapatkan hak kewarisannya, apabila korban memaafkannya sama sekali. Hal
ini berdasarkan pada asas kemaslahatan dan prinsip keadilan dalam Hukum Islam.
Dalam skripsi karya Angga Nindia Saputra dengan judul “ Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan
Kematian (Analisis Terhadap Pasal 351 Ayat (3) KUHP)” 17 yang menjabarkan
dalam perspektif hukum pidana Islam, tindak pidana penganiayaan yang
mengakibatkan kematian pada Pasal 351 ayat (3) KUHP termasuk dalam
jenis pembunuhan semi sengaja (qatl syibh al-‘amd), ada beberapa kriteria pada
jenis pembunuhan ini, yaitu: a. Adanya kesengajaan dalam melakukan
penganiayaan; b. Menggunakan alat yang pada galibnya tidak mematikan; c. Ada
sebab akibat antara perbuatan dengan kematian korban. Adapun sanksi terhadap
jenis pembunuhan seperti ini yaitu berupa diyāt. Berbeda dengan hukuman
lainnya, pada sanksi yang berupa diat tidak hanya pelaku yang dikenai beban, tapi
keluarga juga harus menanggung beban membayar diyāt, bahkan jika tidak
mampu pemerintah yang membayarkan diat tersebut. Hal ini untuk memenuhi
hak-hak keluarga korban.
E. Kerangka Teoretik
Hukum Islam mempunyai tujuan terciptanya kemaslahatan yang hakiki,
sehingga menjadi kepentingan hidup bagi manusia perlu memperoleh perhatian
demi terwujudnya kemaslahatan yang hakiki tersebut. Kemaslahatan hakiki
Angga Nindia Saputra “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana Penganiayaan
Yang Mengakibatkan Kematian (Analisis Terhadap Pasal 351 Ayat (3) KUHP)”, skripsi, tidak
diterbitkan, Yogyakarta: Fak. Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga, 2009.
17
10
tersebut sulit dicapai sebab antara yang satu dengan yang lainnya saling terkait
yakni kembali kepada kepentingan mendasar dan sangat diperlukan oleh manusia
di dalam hidupnya. Hal ini hanya dapat ditegakkan dengan jalan melindungi dan
memelihara keselamatan agama, jiwa, harta dan keturunan.18
Negara harus menjatuhkan sanksi pada pelaku kejahatan.19 Sebagaimana
yang dikatakan: Muhammad Thahir Azhari “bahwa pidana mati dalam Islam
diperuntukkan bagi tindakan kejahatan pembunuhan sengaja dan merupakan suatu
bentuk hukuman dalam hukum pidana Islam."20
Perkataan pidana berarti hukuman, maka pidana mati adalah suatu
hukuman yang dibenarkan terhadap pelaku tindak pidana dengan menghilangkan
hak hidupnya.21
Tujuan umum disyari’atkannya hukum Islam adalah merealisasikan
kemaslahatan dan keadilan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Dalam
bidang hukum misalnya, Islam telah menggariskan bahwa manusia mempunyai
kedudukan yang sama di depan hukum tidak dibedakan antara yang kaya dengan
yang miskin.
Demikian juga halnya dengan Andi Hamzah dan A. Sumangelipu
mengatakan bahwa tujuan diciptakannya hukum adalah untuk menciptakan
18
Ahamad Azhar, Basyir, Pokok-Pokok Persoalan Hukum Islam, (Jakarta: Fakultas UII,
1984), hlm. 30.
19
Sudjono D Simanjutak B, Doktrin-doktrin Kriminologi, (Bandung : Alumni, 1987), hlm
40.
20
. Muhammad Thahir Azhari, Negara Hukum; Study Tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat
Dari Segi Hukum Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1992), hlm. 96.
21
hlm 21.
. Nur Wahidah Hafz Ansari, Pidana Mati Menurut Islam, (Surabaya: Al-Ihlas, 1981),
11
kedamaian dalam masyarakat pada umumnya juga mengatur agar kepentingan
masyarakat yang berbeda-beda dapat dijamin dan diwujudkan tanpa merugikan
pihak lain.22
Hukum Islam, kejahatan (jarīmah/jināyah) didefinisikan sebagai laranganlarangan hukum yang diberikan oleh Allah, yang pelanggarannya membawa
hukuman yang ditentukanNya. Larangan hukum berarti melakukan perbuatanperbuatan
yang dilarang atau tidak melakukan suatu perbuatan yang
diperintahkan. Dengan demikian, suatu kejahatan adalah perbuatan yang hanya
dilarang oleh syari’at. Dengan kata lain, melakukan (commision) atau tidak
melakukan (ommision) suatu perbuatan yang membawa hukuman yang ditentukan
oleh syari’at adalah kejahatan.23
Klasifikasi kejahatan yang paling penting dan paling banyak dibahas oleh
para ahli hukum Islam adalah hudud, qis}has}, dan ta’zir. Kategori qis}has} jatuh
pada posisi di tengah antara kejahatan hudud dan ta’zir dalam hal beratnya.
Kejahatan-kejahatan dalam kategori qis}has} ini kurang serius dibanding yang
pertama (hudud), namun lebih berat daripada yang berikutnya (ta’zir). Sasaran
dari kejahatan ini adalah integritas tubuh manusia, sengaja atau tidak sengaja. Ia
terdiri dari apa yang dikenal dalam hukum pidana modern sebagai kejahatan
terhadap manusia atau crimes against persons. Jadi, pembunuhan dengan sengaja,
pembunuhan menyerupai sengaja, pembunuhan karena kealpaan, penganiayaan,
22
Andi Hamzah dan A. Sumangelipu, Pidana Mati di Indonesia, di Masa Lalu, Kini,
dan Depan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hlm. 11.
23
Topo Santoso, Membumikan., hlm. 20.
12
menimbulkan luka/sakit karena kelalaian, masuk dalam kategori tindak pidana q
qis}has} ini.24
Dalam hukum pidana Islam, pembunuhan tidak selalu mendapatkan
hukuman qis}has} dapat juga diyāt (denda), hal ini seperti dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Nabi bersabda :
25
.‫من قتل له قتيل فهوبخيرالنظرين إما أن يودي و إما أن يقاد‬
Pembunuhan dalam hukum pidana Islam adalah menjadi hak Allah
(hukum publik) dan hak manusia (hukum privat). Secara tegas Islam telah
memberikan perlindungan terhadap hak-hak korban tindak pidana. Sebagai
buktinya Islam telah memberikan perhatian atas wali korban delik pembunuhan
yaitu dengan melibatkan mereka (wali / keluarga) dalam proses penetapan hukum
pada pelaku pembunuhan. Di sini dikatakan bahwa keluarga korbanlah yang
menentukan hukuman apakah yang akan diterima oleh pelaku pembunuhan.
Sesuai dengan firman Allah:
‫وال تقتلوا النفس التى حرم هللا إال بالحق ومن قتل مظلوما فقد جعلنا لوليه سلطانا فال يسرف‬
26
‫فى القتل إنه كان منصورا‬
Disamping itu juga hadis nabi yang berbunyi:
‫فمن قتل له بعد مقالتى هذه قتيل فأهله بين خيرتين بين أن يأخذوا العقل أو يقتلوا‬
2627
24
Ibid., hlm. 22-23.
25
Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Ismai’il al-Bukhari, Saḥih Bukhari, Kitab ad-Diyah,
Bab Man Qutila lahu Qatilun fahuwa Bikhairi an-Nadraini (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), IV: 38.
Hadis Nomor 6372. Riwayat Abu Hurairah.
26
27
Al-Isrâ’ (17): 33.
Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, kitab Diyat, Bab Wali al-'Amdi Yardo bi ad-Diyât,
(Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), IV: 170, hadis no. 4504.
13
Wali (keluarga/ahli waris) mempunyai kekuasaan apakah mereka akan
menuntut qis}has} atau akan menerima diyat apabila memaafkan.28 Hal ini seperti
dalam firman Allah SWT :
29
‫فمن عفي له من أخيه شئ فا تباع با لمعروف وأداء إليه بإحسان‬
Diyāt adalah harta benda yang wajib ditunaikan oleh sebab tindakan
kejahatan kemudian diberikan kepada si korban atau walinya. 30
Wali ialah orang yang berhak menuntut pembalasan, orang itu adalah ahli
waris dari si terbunuh, merekalah yang berhak menuntut bukannya penguasa
(pemerintah).31 Sedangkan keluarga adalah mereka yang mempunyai hubungan
darah sampai derajat tertentu atau hubungan perkawinan dengan mereka yang
terlibat dalam suatu proses pidana.32
Tetapi karena juga merupakan hak Allah, sekalipun dimaafkan oleh
keluarga korban pelaku tetap mendapat hukuman ta’zir dan pengadilan berhak
memutuskan pemberian sanksi pada pelaku untuk kemaslahatan (kepentingan
umum). Hak manusia itu bisa dibuktikan dengan hukuman dari tindak pidana itu
dapat digugurkan oleh pihak yang dirugikan (keluarga).33
28
Al Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 429.
29
Al-Baqarah (2): 178.
30
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, alih bahasa oleh H. A. Ali, (Bandung: PT Al-Ma’arif,
1994), hlm. 90.
31
Ibid, hlm. 29.
32
KUHAP dan Penjelasannya, (Surabaya: Karyaanda, t.t), hlm. 8.
33
A. Hanafi, Asas-asas ….., hlm. 17.
14
E. Metode Penelitian
Agar penelitian berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka penelitian ini memerlukan suatu metode tertentu.
Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penyusunan skripsi ini adalah jenis
penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang menggunakan fasilitas
pustaka seperti buku-buku hukum, buku-buku penganiayaan, kitab fiqih, jurnal
dan juga literatur yang relevan dengan pembahasan tentang penganiayaan yang
mengakibatkan kematian janin oleh suami terhadap istri perspektif hukum pidana
Islam.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini adalah bersifat deskriptif-analitik yaitu menguraikan sumbersumber yang diperoleh dan memberikan gambaran secara sistematis dan valid
mengenai penganiayaan yang mengakibatkan kematian janin oleh suami terhadap
istri perspektif hukum pidana Islam kemudian dikaji secara cermat yang kemudian
diambil suatu kesimpulan.
3.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penulisan skripsi ini melalui penelahan dan
pemahaman terhadap bahan-bahan pustaka yang sesuai dengan pokok bahsan,
sumber data primer lebih diutamakan, yaitu tulisan-tulisan hukum pidna Islam dan
karya-karya ilmiyah yang membicarakan dan menerangkan tentang penganiayaan
15
yang mengakibatkan kematian janin oleh suami terhadap istri tersebut dan bukubuku hukum pidana Islam pada umumnya.
4
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
normatif, yaitu dengan mengambil beberapa aturan atau ketentuan yang ada
mengenai penganiayaan maupun pembunuhan yang bersumber dari hukum pidana
Islam. Kemudian menjelaskan teks-teks yang memerlukan penjelasan, terutama
dalam hukum pidana Islam.
5.
Analisa Data
Setelah data-data terkumpul maka data-data tersebut dianalisis dengan
menggunakan metode deduktif yaitu suatu analisa yang bertitik tolak dari data
yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Metode
ini penyusun mencoba menganalisa data untuk mengungkapkan ketentuanketentuan hukum tentang penganiayaan juga tentang pembunuhan dalam hukum
pidana Islam, sehingga diperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai penyelesaian
dari sebagian persoalan yang terdapat dalam pokok permasalahan.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah memahami skripsi ini dibagi dalam lima bab. Bab
pertama terdiri dari tujuh sub bab, diawali dengan pendahuluan yang memuat
latar belakang pemunculan masalah yang diteliti, dalam hal ini masalah hak-hak
wali korban pembunuhan. Kedua, pokok masalah yang merupakan penegasan
terhadap apa yang terkandung dalam latar belakang masalah. Ketiga, tujuan dan
16
kegunaan; tujuan adalah cita-cita yang akan dicapai dalam penelitian ini,
sedangkan kegunaan adalah manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian.
Keempat, telaah pustaka, berisi penelusuran terhadap literatur yang berkaitan
dengan objek penelitian untuk membuktikan bahwa masalah yang diteliti belum
ada yang membahas. Kelima, kerangka teoritik berisi acuan yang digunakan
dalam pembahasan dan pemecahan masalah. Keenam, metode penelitian yang
berisi tentang cara-cara yang digunakan dalam penelitian. Ketujuh, sistematika
pembahasan berisi struktur dan turunan yang akan dibahas dalam skripsi ini.
Pada bab kedua, penyusun mencoba memaparkan tentang tindak pidna
penganiayaan dalam ruang lingkup hukum pidana Islam. Dalam hal ini penyususn
menguraikan tentang asas-asa hukum pidana Islam, pengertian dan macammacam jarīmah.
Pada bab ketiga penyusun akan memaparkan bagaimana perhatian yang
diberikan oleh hukum pidana Islam dalam meminimalisir tindak pidana
penganiayaan terhadap ibu hamil yang berakhir dengan kematian janin. Dalam hal
ini penyusun hendak menjabarkan tentang sanksi pidana, relevansi dan
efektifitasnya hukum pidana Islam bila diterapkan di Indonesia.
Bab keempat, berisi tentang analisis terhadap hukum pidana Islam tentang
Kematian Janin yang disebabkan Penganiayaan Oleh Suami terhadap Istri. Bab ini
mencakup: Analisis dari segi tindak pidana dan segi pemidnaannya.
Bab kelima, yang terdiri dari dua sub bab. Pertama, kesimpulan yang
merupakan jawaban akhir dari pokok permasalahan yang ada. Kedua, saran-saran
17
yang dirasa dapat menyumbang alternatif bagi solusi persoalan hukum pidana
Islam dan juga berisi saran bagi para pembaca.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan pada bab-bab diatas, maka dapat di
tarik kesimpulan sebagaiberikut:
1. Tindak pidana penganiayaan dalam hukum pidana Islam merupakan
Jarīmah/jināyah terhadap jiwa dan dalam hukum pidana Islam delik penganiayaan
dapat dimasukkan kedalam kategori Jarīmah qis}has}, dikarekan hukum pidana
Islam tidak secara eksplisit menyebutkan bahwa delik penganiayaan yang
menyebabkan kematian janin oleh suami terhadap istri. Sehingga apa bila melihat
dari bentuk dan hukumannya sebagaimana telah di atur dalam Alqur’an dan AsSunnah demi kemaslahatan umat manusia dimuka bumi ini.
2. Penganiayaan yang disebabkan oleh suami terhadap istri yang
mengakibatkan matinya janin, seharusnya sanksi bagi pelakunya lebih berat,
dikarenakan melihat pada aspek tersebut dan bahaya yang ditimbulkannya juga lebih
besar, maka sanksinya harusnya lebih berat juga.
B. Saran-saran
78
79
Dalam menetapkan suatu produk hukum hendaknya mempertimbangkan
kultur budaya atau kebiasaan yang berlaku dan mengakar di lingkungan masyarakat
sehingga dapat menghasilkan hukum yang bisa diterima oleh masyarakat tersebut,
1. Kepada pemerintah, perlu adanya suatu ijtihad yang benar dan berani dalam
menerima konsekuensi apabila Indonesia berdasarkan pada negara hukum
Islam.
2. Sebagai negara yang beradasarkan pada hukum, maka demi menjunjung tinggi
norma-norma hukum dan keadilan terutama pada hukum pidana Islam, perlu
adanya suatu aturan hukum yang jelas yang khusus mengatur tentang sanksi
bagi pelaku tindak pidanan penganiayaan terhadap ibu hamil yang
mengakibatkan matinya janin oleh suami terhadap istrinya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Al-Qur’an/Tafsir
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Quran Terjemah, edisi 2002, Jakarta: AlHuda, 2005.
B. Hadis/Ulumul Hadis
Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Ismai’il al-Bukhari, Saḥiḥ Bukhari, Beirut: Dār alFikr, 1981.
Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, kitab Diyat, Beirut: Dār al-Fikr, t.t.
_________, Sunan Abi Dawud, Beirut: Dār al-Fikr, 1998.
At-Turmuzi, al-Jami’ as- Saḥiḥ wa huwa Sunan at-Tirmizi, Beirut: Dār al-Fikr,
1988.
_________, al-Jami’ as- Saḥiḥ wa huwa Sunan at-Tirmizi, Beirut: Dār al-Fikr,
1988.
Ibn Abdus Samad at-Tamimi as-Samarqandi ad-Darami, Sunan ad-Darimi,
Beirut: Dār al-Fikr, t.t.
Jalaluddin An-Nasa’i, Sunan an-Nasa’i, Beirut: Dār al-Fikr, 1930.
C. Fikih/Usul Fikih
Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mażāhib al-Arba’ah, Beirut: Dār
al-Fikr, t.t..
Ali, Mohammad Daud, Asas-Asas Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan
Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press,1991.
Ali, Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika,2007.
Al-Mawardi, Abu Al-Hasan, Al-Ahkam As-Sulthaniyyah, cet. Ke-III, Mesir:
Musthafa Al-Baby Al-Halaby, 1975.
80
Al-Syirazi, Abu Ishaq, Al-Muhażab, Mesir: al-Bab al-Halabi, t.t
Amir, Abd.Aziz, Al- Ta’zir fi al-Syari’ah, cet. Ke- IV, Mesir: Dar al-Fikr alArabi, 1969.
Ansari, Nur Wahidah Hafz, Pidana Mati Menurut Islam, Surabaya: Al-Ihlas,
1981.
Asshidiqie, Jimly, Pembaharuan Hukum Pidanan Indonesia, cet. Ke-2,
Bandung: Angkasa,1996.
Audah, Abdul Qadir, At-Tasyrī’ Al-Islamy, Beirut: Dār Al-Kitab AL- ‘Arabi, t.t
Azhari, Muhammad Thahir, Negara Hukum; Study Tentang Prinsip-Prinsipnya
Dilihat Dari Segi Hukum Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1992.
Az-Zuhaili, Wahbah, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Beirut Lubnan: Dār alFikr, 1409H/1989M.
Bakri, Asfri Jaya, Konsep Maqashid Syari’ah Menurut Asy-Syatibi, cet. ke-1,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Basyir, Ahamad Azhar, Pokok-Pokok Persoalan Hukum Islam, Jakarta:
Fakultas UII, 1984.
Djazuli, Ahmad, Fiqh Jināyah, Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam
Islam, set. Ke-2, Jakarta: Raja Grafindo persada, 1997.
Djubaedah, Neng, Perzinaan Dalam Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia Di Tinjau Dari Hukum Islam, cet. Ke-1, Jakarta: Prenada
Media Group, 2010.
Doi, Abdurrahman I, hukum pidana menurut syari’at Islam, Jakarta: Rineka
Cipta, 1992.
Hamzah, Andi dan A. Sumangelipu, Pidana Mati di Indonesia, di Masa Lalu,
Kini, dan Depan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986.
Hanafi, Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, cet. Ke-4, Jakarta: Bulan
Bintang, 1990.
Jalaluddin Abdurrahman ibn Abi Bakr as-Suyuti, Al-Asybah wa an-Nazair,
Beirut: Dari al-Fikr, t.t.
Khalāf, Abd Al-Wahhāb, Ilmu Ushul al-Fiqh, Mesir: Dār Al-Qalam, 1998.
81
Marsum, Jināyat-Hukum Pidana Islam, Jogjakarta: FH. UII, 1984.
Mattalata, Andi, "Santunan Bagi Korban" Dalam J.E Sahetapy ( ed ).
Viktimologi Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1987.
Mujib, Abdul, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih (Al-Qowa’idul Fiqhiyyah), cet. Ke-8,
Jakarta: Kalam Mulia, 2008.
Munajat, Makhrus, Fikih Jinayah (Hukum Pidana Islam), cet. Ke-2,
Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press 2010.
Mustafa Raib al-Baga, At-Tazhib fi Adillati Matn al-Ghayah wa at-Taqrib,
Surabaya: Bungkul Indah, 1978.
_______________, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, cet. Ke-1, Yogyakarta:
Logung, 2004.
Raoef, Abdoel, Al-Qur’an dan Ilmu Hukum, Jakarta: Bulan Bintang, t.t
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, cet. ke-18, Jakarta: Attahiriyah, 1981.
Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, alih bahasa oleh H.A. Ali, Bandung: PT AlMa'arif, 1994.
Santoso, Topo, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syari’at dalam
Wacana dan Agenda, cet. ke-1, Jakarta: Gema Insani Press, 2003.
Simanjutak B, Sudjono D, Doktrin-doktrin Kriminologi, Bandung : Alumni,
1987.
82
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I
TERJEMAHAN
No
Halaman
FN
1
12
26
2
13
29
3
19
5
4
19
6
5
20
7
Terjemahan
BAB I
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan)
yang benar. dan barangsiapa dibunuh secara zalim,
Maka Sesungguhnya kami Telah memberi kekuasaan
kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu
melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia
adalah orang yang mendapat pertolongan.
…Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan
dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang
diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi
ma'af dengan cara yang baik (pula)…
BAB II
Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu
khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah
Keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya
orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat
azab yang berat, Karena mereka melupakan hari
perhitungan.
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah
(Allah), Maka Sesungguhnya dia berbuat itu untuk
(keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang
sesat Maka Sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian)
dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat
memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan
meng'azab sebelum kami mengutus seorang rasul.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh;
orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa
yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya,
hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara
yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar
I
6
21
8
7
22
9
8
23
10
9
23
11
10
26
16
(diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang
baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan
dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang
sangat pedih.
Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di
bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan
rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang
yang tidak beriman".
Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh
seorang mukmin (yang lain), kecuali Karena tersalah
(Tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang
mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan
seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar
diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh
itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh)
bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang
ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu,
Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang
diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta
memerdekakan hamba sahaya yang beriman.
barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka
hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan
berturut-turut untuk penerimaan Taubat dari pada Allah.
dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah
(Allah), Maka Sesungguhnya dia berbuat itu untuk
(keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang
sesat Maka Sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian)
dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat
memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan
meng'azab sebelum kami mengutus seorang rasul.
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang Telah
diperbuatnya.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
II
11
26
17
12
29
18
13
29
19
14
33
26
15
33
27
Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad,
Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya.
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)
seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka;
dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami
berikan kepada mereka.
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang
yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi
Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapa dan kaum kerabatmu. jika ia[361] Kaya ataupun
miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin
menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar
balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala
apa yang kamu kerjakan.
….barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka
melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya…
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh;
orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa
yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya,
hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara
yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar
(diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang
baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan
dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang
sangat pedih.
III
BAB III
16
50
7
17
50
8
18
54
25
19
57
34
20
57
37
21
59
41
22
71
13
…berlaku hukum qishaash. oleh sebab itu barangsiapa
yang menyerang kamu, Maka seranglah ia, seimbang
dengan serangannya terhadapmu…
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang
serupa
Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan)
hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya
kamu bertakwa.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh;
orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa
yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya,
hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara
yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar
(diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang
baik (pula).
Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari
saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti
dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi
ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af
dengan cara yang baik (pula).
Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh
seorang mukmin (yang lain), kecuali Karena tersalah
(Tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang
mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan
seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar
diat[335] yang diserahkan kepada keluarganya (si
terbunuh itu),
BAB IV
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaikbaiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.
IV
Lampiran II
BIOGRAFI ULAMA/SARJANA
As-Sayyid Sābiq
Seorang ulama Mesir yang memiliki reputasi internasional di bidang fiqh
dan dakwah Islam, terutama melalui karyanya yang monumental yaitu Fiqh asSunnah. Nama lengkapnya adalah as-Sayyid Sābiq at-Tihami, lahir di Istanha
Mesir pada tahun 1915 M dan meninggal dunia tahun 2000 M. Silsilahnya
bertemu dengan khalifah ke tiga ‘Usmān Ibn ‘Affān. Mayoritas penduduk Istanha
menganut mazhab Syafī’i termasuk keluarganya. Namun Sayyid Sābiq sendiri
menganut mazhab Hanafi di Universitas al-Azhar karena beasiswanya lebih besar
dibanding lainnya Walaupun demikian, beliau lebih suka membaca dan menelaah
mazhab lain. Sejak tahun 1974 beliau mendapat tugas di Universitas Umm alQurra’ dan sempat mengajar di kedua universitas tersebut.
Kesibukannya dengan dunia fiqih melebihi apa yang pernah diperbuat
para ulama al-Azhar yang lainnya. Ia mulai menekuni dunia tulis menulis melalui
beberapa majalah yang eksis pada waktu itu., seperti majalah mingguan al-Ikhwan
al-Muslimun. Di majalah ini, ia menulis artikel ringkas mengenai Fiqih Thaharah.
Dalam penyajiannya beliau berpedoman pada buku-buku fiqih hadis yang menitik
beratkan pada masalah hukum seperti kitab Subulussalam karya ash-Shan’ani,
Syarah Bulughul Maram karya Ibu Hajar, Nailul Awthar karya asy-Syaukani dan
yang lainnya. Juz pertama dari kitab beliau yang terkenal Fiqih Sunnah diterbitkan
pada tahun 40-an di abad 20. Berkat buku Fiqih Sunnah tersbut beliau
memperoleh penghargaan King Faisal Prize dalam bidang kajian Islam. Ia
merupakan sebuah risalah dalam ukuran kecil dan hanya memuat fiqih thaharah.
Setelah itu Sayyid Sabiq terus menulis dan dalam waktu tertentu mengeluarkan
juz yang sama ukurannya dengan juz yang pertama sebagai kelanjutan dari buku
yang sebelumnya hingga akhirnya berhasil diterbitkan 14 juz. Kemudian dijilid
menjadi 3 juz besar. Beliau terus mengarang bukunya itu hingga mencapai selama
20 tahun seperti yang dituturkan salah seorang muridnya, Syaikh Yusuf alQardhawi.
Imām Abū Hanīfah
Al-Imam Abū Hanīfah adalah al-Nu’man Ibn Sabit al-Taymi, dilahirkan
pada tahun 80 H/699 M di kuffah dan wafat pada tahun 150 H/767 M. Di
Baghdad. Kuffah merupakn tempat di besarkannya Abū Hanīfah dan tempat
kediaman kebanyakan fuqaha Islam. Pada tahun 32 H/52 M, Umar Ibn al-Khattab
mengutus Abdullah Ibn Mas’ud ke sana sebgai guru dan hakim. Ibn Mas’ud
adalah ahli hadist. Disana beliau menyebarkan ajaran Rasulullah dan mendirikan
perguruan tinggi. Dari perguruannya melahirkan faqih ra’yi (ulama fiqh yang
berscorak rasional), seperti syuraih, al-Qamah ibn Qays dan Masyriq. Generasi
berikutnya lahir pula Ibrahim an-Nakha’I yang dikenal pula sebagai faqih al-ra’yi
dan al-Syabi’ yang dikenal sebagai faqih al-asar. Dari pembauran tersebut lahir
ulama besar yang bernama Hammad ibn Abi Sulaiman. Kepada Hammad inilah
I
Abū Hanīfah secara khusus belajar. Beliau belajar kepadanya selama delapan
belas tahun. Selain itu, Abū Hanīfah belajar empat kitab fiqih, yaitu;
a. Fiqih Umar yang berdasar pada maslahah;
b. Fiqih Ali yang berdasar pada haqiqat al-syara’;
c. Fiqih Ibn Mas’ud yang berdasar pada tajhrij; dan
d. Fiqh Ibnu Abbas yang dikenal sebagai turjumah al-Qur’an
Pada suatu waktu Abū Hanīfah ditanya oleh Khalifah Abu Ja’far alMansur, tentang silsilah ilmu pengetahuan yang didapatinya. Abū Hanīfah
menjawab bahwa pengetahuan itu diambil dari Umar melalui ashab; dari Ali
melalui Ashab; dari Ibn Mas’ud melalui ashab. (Tarikh al-Baghdad, Juz XIV, hal.
334). Pada perkembangan selanjutnya Abū Hanīfah menjadi ulama besar dan
banyak pengikutnya sehingga menjadi salah satu madzhab fiqh Islam. Imām
Syafī’i pun mengakui kebesaran Imām Abū Hanīfah, ia menyatakan: “Di Bidang
Fiqh, manusia berpegang kepada Abū Hanīfah”.
Imām al-Bukhārī
Nama lengkapnya adalah Abū ‘Abdullah Muḥammad Ibn Muḥammad Ibn
Muḥammad al-Bukhārī. Lahir di kota Bukhara pada tanggal 15 Syawal 194 H.
Pada tahun 210 H, ia beserta ibu dan saudaranya menunaikan ibadah haji.
Selanjutnya ia tinggal di Hijaz untuk menuntut ilmu melalui para fuqaha dan ahli
hadis. Ia mukim di Madinah dan menyusun kitab al-Tārikh al-Kabīr. Pada masa
mudanya berhasil menghafal 70.000 hadis dengan seluruh sanadnya. Usahanya
untuk menjumpai para muhaddisin adalah dengan melawat ke Baghdad, Basrah,
Kuffah, Makkah, Syam, Hunas, Asyqalan, dan Mesir. Setelah usia lanjut ia pergi
ke Khurasan, sebuah kota kecil di Samarkand sampai wafatnya pada akhir bulan
Ramadhan tahun 356 H. karyanya yang sangat terkenal di dunia Islam adalah
kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī.
Imām Asy-Syafī’i
Imām As-Syafī’i bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris
As-Syafī’i, beliau lahir di Gazzā, Palestina pada tahun 150 H/(767-820 M),
berasal dari keturunan bangsawan Qurays dan masih keluarga jauh Rasulullah
SAW. Dari ayahnya, garis keturunannya bertemu di Abdul Manaf (kakek ketiga
Rasulullah) dan dari ibunya merupakan cicit Ali bin Abi Thalib r.a. Semasa dalam
kandungan, kedua orang tuanya meninggalkan Mekkah menuju Palestina,
setibanya di Gazzā, ayahnya jatuh sakit dan kemudian berpulang kerahmatullah,
kemudian beliau di asuh dan di besarkan oleh ibunya dalam kondisi yang sangat
prihatin dan serba kekurangan, pada usia 2 (dua) tahun, ia bersama ibunya
kembali ke Mekkah, dan di Kota inilah Imām Syafī’i mendapat asuhan dari
ibunya dan keluarganya secara lebih intensif.
Saat beliau berusia 9 (sembilan) tahun, beliau menghafal seluruh ayatayat Al-Qur’an dengan lancar bahkan beliau sempat 16 kali khatam Al-Qur’an.
Guru beliau banyak sekali di antaranya Imam Muslim bin Khālid Azzan seorang
ahli fiqh yang terkenal pada waktu itu, dan seorang mufti Makkah. Dalam waktu
yang bersamaan beliau belajar pula ilmu hadis kepada Syufyān Ibn ‘Uyainah,
seorang guru hadis di Makkah. Demikian pula beliau belajar ilmu hadis kepada
II
Imām Mālik di Madīnah, setahun kemudian, Kitab Al-Muwatha’ karangan Imam
Malik yang berisikan 1720 hadist pilihan juga dihafalnya diluar kepala. Selain itu
beliau juga belajar fiqh Imam Abu Hanīfah melalui Muhammad al-Hasan alSyaibāni. Dengan demikian ia dapat dikatakan sebagai pelajar yang menguasai
dua corak pemikiran fiqh yang terdapat pada saat itu, yaitu corak rasional di Irak
dan corak asar di Hijāz. Oleh karena itu pola pemikiran Imām Syafī’i merupakan
sintesa antara kedua pola fiqh tersebut Dengan kecerdasannya yang membuat
dirinya dalam usia yang sangat muda (15 tahun) telah duduk di kursi mufti kota
Mekkah, namun demikian Imam Syafi’i belum merasa puas menuntut ilmu karena
semakin dalam beliau menekuni suatu ilmu, semakin banyak yang beliau belum
mengerti, sehingga tidak mengherankan bila guru Imam Syafi’i begitu banyak
jumlahnya sama dengan banyaknya para muridnya.
Imām Mālik
Imām Mālik dilahirkan di Zu al-Marwah, suatu desa yang terletak kira-kira
192 km dari sebelah selatan kota Madinah. Tanggal kelahiraannya tidak diketahui
secara pasti, berhubung ibu bapaknya bermukim di desa dan tidak mementingkan
tanggal dan tempat kelahiran anak-anaknya. Akan tetapi tahun kelahirannya dapat
diketahui yaitu pada tahun 93 H/711 M. menurut Yahya Ibn Bakir, salah seorang
murid Imām Mālik yang meriwayatkan al-muwatta’, Imām Mālik sendiri
menyatakan bahwa ia lahir pada tahun 90, 91, 94, 95, 96 dan 97 H, sedangkan
tahun wafatnya menurut pendapat yang masyhur adalah tahun 197 H/812 M. (alQadi ‘Iyad, juz I, hal. 118-119).
Imām Mālik dibesarkan di kota Madinah pada saat itu kota ini merupakan
pusat kegiatan ilmu pengetahuan agama. Oleh sebab itu, di kota itulah beberapa
tokoh tabiin berada sertaa menerima ilmu pengetahuan agama dari para sahabat
Nabi. Di samping itu banyak pula tokoh ulama dari berbagai penjuru dunia datang
ke sana untuk menuntut ilmu sekalipun kegiatan pusat pemerintahan pada waktu
itu sudah pindah ke Baghdad, Syam, Syiria, namum kota Madinah tetap
merupakan pusat kegiatan ilmiah keagamaan yang memiliki daya tarik yang kuat.
Di tempat ini tradisi yang ditinggalkan Nabi telah mengakar demikian kuat dalam
kehidupan masyarakatnya, sejumlah ‘alīm ulama mencurahkan perhatiannya di
kota ini untuk mendalami pengetahuan agama dari kehidupan masyarakatnya.
Kitab al-Muwatta’ yang disusun Imām Mālik tidak terlepas dari kondisi ini. Imām
Mālik menghimpun hadist Nabi, pendapat para sahabat dan tabiin dari sumbersumber Madinah yang dalam banyak buku di sebut ‘Ilm al-Madinah dalam satu
buku.
Imām Muslim
Nama lengkap Imām Muslim adalah al-Imām Abū Husain Muslim Ibn alḤajjāj Ibn muslim al-Qusyairi. Lahir di Naisabur pada tahun 202 H/817 M. kitab
Ṣaḥīḥ Muslim sebagai sebuah karya terbesar beliau disusun dalam jangka waktu
tidak kurang dari 12 tahun. Imam Muslim wafat pada tahun 261 H.
ABDUL QADIR AUDAH
III
Beliau adalah alumnus Fakultas Hukum Universitas Kairo pada tahun
1930. Beliau pernah menjabat sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Mesir dan
sebagai tangan kanan mursyid al-Am Ukhwanul Muslimin yang dipimpin oleh
Hasan al-Banna. Dalam sekup pemerintahan beliau pernah menjabat sebagai
hakim yang dicintai oleh rakyatnya sebab mempunyai prinsip mau mentaati
Undang-undang selama ia yakin bahwa Undang-undang tersebut tidak
bertentangan dengan syari’at Islam. Adapun karya beliau adalah at-Tasyri’ alJinā’i al-Islamī (Hukum Pidana Islam) dan al-Islam wa Auda’una al-Qanūnỹ
(Islam dan Peraturan Perundang-undangan). Beliau wafat sebagai syuhada’ pada
sebuah drama tiang gantungan akibat tuduhan/fitnah yang dilontarkan oleh lawan
politknya pada tanggal 8 Desember 1945.
AHMAD HANAFI
Beliau adalah salah satu Dosen tetap Fakultas Syari’ah Institut Agama
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada periode tahun 1960-an, dan pada
tahun 1963 beliau menjabat sebagai Ketua Jurusan Qodlo pada Fakultas syari’ah.
Karyanya yang berjudul Azas-azas Hukum Pidana Islam, menjadi salah satu
literatur penting dalam dalam studi Hukum Pidana Islam.
TOPO SANTOSO
Topo Santoso lahir di Wonogiri (Jawa Tengah) pada tanggal 5 Juli 1970.
Pendidikan Sarjana di tempuhnya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia
(1988-1992), Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum UI (1997-1999), dan
pendidikan Doktor di Faculty of Law-University of Malaya (2001-). Selain
pendidikan formal, ia telah mengikuti beberapa pendidikan tambahan di Brisbane,
Australia (1994), Academy of American and International Law di Texas (1995),
dan Special course on Economic Law di Harvard Law School, AS (1996). Saat ini
ia menjadi dosen di Fakultas Hukum UI Depok. Saat ini ia juga menjadi Advisor
bidang Security and Justice Governance di Partnership for Governance Reform
(Kemitraan). Di samping itu ia juga masih menjabat sebagai Wakil Ketua
Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem). Penulis aktif mengisi
berbagai forum seminar, diskusi, pelatihan, serta kegiatan ilmiah lainnya. Ia aktif
menulis di berbagai media massa nasional dan menjadi narasumber bagi media
cetak dan elektronik. Hingga saat ini ia telah menulis 13 buku dan ratusan artikel.
Pada pemilu 2004, penulis menjadi salah seorang anggota Panitia Pengawas
Pemilu Pusat.
IV
CURICULUM VITAE
Nama
: Amir Mahfud
Tempat, tanggal lahir : Wonosobo, 03 Oktober 1990
Alamat asal
: Kliwonan, Karang Luhur, Kertek, Wonosobo, Jawa
Tengah
Alamat Yogyakarta
: Suryodiningratan, MJ II/855 Mantrijeron, Yogyakarta
Nama orang tua
Nama ayah
: Nur Mahfudin
Nama ibu
: Hidayah
Saudara
: Insia Agnes Widayani
Yunan Nafaisil Anwal Hasan
Yunun Nafaisil Anwal Husen
Pendidikan
:
1. SDN 1 Karang Luhur Kertek, Wonosobo
(1998-
2004)
2. MTs Ali Maksum Bantul, Yogyakarta
(2004-
2006)
3. MA Ali Maksum Bantul, Yogyakarta
(2007-
2009)
4. Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta
2014)
V
(2009-
Download