UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL 96

advertisement
UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL 96%
BIJI BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)
TERHADAP LARVA Artemia salina Leach DENGAN
METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Akbar Sepadan
NIM : 1111103000083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian ini tepat waktu. Dan tak lupa shalawat beriring
salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari dengan
bantuan, dukungan, dan bimbingan berbagai pihak penelitian ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1.
Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan kepada penulis selama
menempuh pendidikan di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
2.
dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter atas bimbingan yang diberikan penulis menempuh pendidikan di
PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
3.
dr. Nurul Hiedayati, PhD selaku pembimbing 1 yang telah banyak
memberikan waktu, pikiran, dan tenaga kepada penulis dalam membatu
penulis untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. Dr. Nurul Hiedayati, PhD
selaku PJ Laboratorium Farmakologi yang telah memberikan izin dalam
penggunaan laboratorium.
4.
Ibu Puteri Amelia, M.Farm, Apt selaku pembimbing 2 yang telah banyak
memberikan waktu, pikiran, dan tenaga kepada penulis dalam membatu
penulis untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. Ibu Puteri Amelia,
M.Farm, Apt, juga selaku PJ Laboratorium Fitokimia & Farmakognosi yang
telah memberikan izin dalam penggunaan laboratorium.
5.
dr. Flori Ratna Sari, PhD selaku penanggung jawab riset PSPD 2011, yang
telah memberikan arahan dan semangat serta dukungan dalam menyelesaikan
penelitian ini.
6.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang telah memberikan beasiswa
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.
v
7.
Orang tua saya Ir. Johni Achmad, MM dan Ir. Nurhayati dan adik-adik saya
Amelia Pertiwi dan Ayu Permatasari yang telah memberikan limpahan kasih
sayang,
dukungan,
semangat,
dan
doa-doa
kepada
penulis
dalam
melaksanakan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
penelitian ini tepat waktu.
8.
Keluaga Bastoni Achmad dan keluarga Agus Setiawan yang telah
memberikan semangat dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.
9.
Mbak Rani, Mas Rachmadi, Mbak Ai, dan laboran-laboran lainnya yang telah
membantu penulis dalam pengambilan data.
10. Teman-teman satu kelompok penelitian, Ayu Reskianingsih, Feby Wulandari,
dan Nurul Khafidz Subekti yang telah bekerja sama dan saling mendukung
dalam melaksanakan penelitian ini.
11. Teman-teman kontrakkan Pondok Hijau, Andika Prasdipta Hidayat,
Apriangga Sastriawan, Bentito Zulyan Pamungkas, Faizal Rachmadi, Indra
Fauzi, Seflan Syahir Ahliadi, dan Yoga Eka Prayuda yang telah memberikan
semangat dan dukungan selama penulis melakukan penelitian ini
12. Teman-teman PSPD 2011 yang telah berjuang bersama dan memberikan
dukungan kepada penulis dalam melakukan penelitian ini.
Saya menyadari bahwa laporan penelitian ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat menerima dan mengharapkan kritik dan saran yang
membangun atas laporan penelitian ini. Demikianlah laporan penelitian yang
penulis susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri maupun
pembaca serta semoga Allah SWT bekernan menjadikan laporan penelitian ini
sebagai amal jariyah di akhirat nanti. Amin.
Jakarta, 15 September 2014
Penulis
vi
ABSTRAK
Akbar Sepadan. Program Studi Pendidikan Dokter. Uji Toksisitas Akut Ekstrak
Etanol 96% Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia
salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014
Alpukat (Persea americana Mill.) merupakan suku Lauraceae yang tergolong
sebagai tumbuhan obat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi
toksisitas akut ekstrak etanol 96 % biji buah alpukat (Persea americana Mill.)
berdasarkan nilai LC50. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT). Uji dilakukan dengan memberikan 1 kontrol
negatif dan 7 konsentrasi (40, 35, 30, 25, 20, 15, dan 10 ppm) kepada Larva
Artemia salina Leach dengan 3 kali pengulangan. Larva Artemia salina Leach
yang digunakan berjumlah 240 ekor dengan 10 ekor larva untuk tiap perlakuan.
Pengamatan kematian larva dilakukan 24 jam setelah perlakuan. Berdasarkan
analisis probit, nilai LC50 dari ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (Persea
americana Mill.) didapatkan sebesar 21,46 ppm. Nilai LC50 < 1000 ppm
menunjukkan ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (Persea americana Mill.)
memiliki potensi toksisitas akut.
Kata kunci: Uji Toksisitas Akut, Persea americana Mill., BSLT, Artemia salina
Leach, LC50
ABSTRACT
Akbar Sepadan. Medical Education Programme. Acute Toxicity Test of 96%
Ethanol Avocado Seed Extract (Persea americana Mill.) on Artemia salina Leach
Larvae using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014
Among the Lauraceae family, avocado (Persea americana Mill.) is considered as
a medicinal plant. This study was conducted to determine the acute toxicity
potential of 96% ethanol avocado seed extract according to LC50 measurement
using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Eight groups consisted of 10 Artemia
salina Leach larvae were treated with 7 different concentration of extract (40 ppm,
35 ppm, 30 ppm, 25 ppm, 20 ppm, 15 ppm, and 10 ppm) and 1 negative control.
The test was repeated three times using a total of 240 larvae. Death count was
done within 24 hour after treatment. Using probit analysis, the LC50 value of 96%
ethanol avocado seed extract (Persea americana Mill.) was found to be 21,46
ppm. Having a LC50 value < 1000 ppm, it can be concluded that 96% ethanol
avocado seed extract (Persea americana Mill.) has acute toxicity potential.
Keywords: Acute Toxicity Test, Persea americana Mill.), BSLT, Artemia salina
Leach, LC50
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ....................................................................................2
1.3 Tujuan penelitian .....................................................................................2
1.3.1 Tujuan umum .................................................................................2
1.3.2 Tujuan khusus ................................................................................2
1.4 Manfaat penelitian ...................................................................................2
1.4.1 Bagi peneliti ...................................................................................2
1.4.2 Bagi institusi ..................................................................................3
1.4.3 Bagi masyarakat .............................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan teori..........................................................................................4
2.1.1 Tumbuhan sebagai pengobatan tradisional ....................................4
2.1.2 Tumbuhan alpukat ..........................................................................7
2.1.3 Toksikologi ..................................................................................10
2.1.4 Uji toksisitas akut .........................................................................13
2.1.5 Ekstraksi simplisia .......................................................................14
2.1.6 Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) ............................................17
2.1.7 Artemia salina Leach ...................................................................18
2.2 Kerangka teori .......................................................................................23
2.3 Kerangka konsep ...................................................................................24
2.4 Definisi operasional ...............................................................................25
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain penelitian ...................................................................................26
3.2 Waktu dan lokasi penelitian ..................................................................26
3.3 Populasi dan sampel ..............................................................................26
viii
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.3.1 Populasi ........................................................................................26
3.3.2 Sampel ..........................................................................................26
3.3.2.1 Kriteria inklusi..................................................................26
3.3.2.2 Kriteria ekslusi .................................................................26
3.3.2.3 Besar sampel ....................................................................27
3.3.2.4 Cara pengambilan sampel ................................................27
Determinasi tanaman .............................................................................27
Bahan yang diuji ....................................................................................27
Alat dan bahan penelitian ......................................................................27
3.6.1 Alat penelitian ..............................................................................27
3.6.2 Bahan penelitian ...........................................................................28
Cara kerja penelitian ..............................................................................28
3.7.1 Persiapan sampel dan pembuatan simplisia .................................28
3.7.2 Ekstraksi biji buah alpukat ...........................................................28
3.7.3 Penetasan larva udang Artemia salina Leach...............................29
3.7.4 Pembuatan konsentrasi larutan uji ...............................................30
3.7.5 Uji toksisitas akut dengan metode BSLT .....................................31
Alur penelitian .......................................................................................32
Pengolahan dan analisis data .................................................................33
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ekstraksi biji alpukat ....................................................................34
4.2 Hasil BSLT ............................................................................................34
4.3 Nilai LC50 ..............................................................................................36
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................................39
5.2 Saran ......................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................40
LAMPIRAN ..........................................................................................................44
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Ilustrasi konsentrasi ekstrak pada plate .................................................31
Tabel 4.1 Data berat ekstrak kental biji buah alpukat (Persea americana Mill.)..34
Tabel 4.2 Pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak etanol 96% biji buah alpukat
(Persea americana Mill.) ......................................................................34
Tabel 4.3 Hasil perhitungan LC50 menggunakan metode probit ...........................36
Tabel 6.1 Transformasi persen – probit .................................................................50
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman alpukat (Persea americana Mill.) .......................................7
Gambar 2.2 Buah, biji, daun, bunga, pohon alpukat (Persea americana Mill.).....8
Gambar 2.3 Metabolisme etanol ...........................................................................17
Gambar 2.4 Artemia salina Leach ........................................................................18
Gambar 2.5 Siklus hidup Artemia salina Leach ...................................................19
Gambar 2.6 Karakteristik larva Artemia salina Leach .........................................20
Gambar 2.7 Karakteristik Artemia salina Leach dewasa .....................................20
Gambar 3.1 Bagan alur penelitian ........................................................................32
Gambar 4.1 Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak etanol 96% biji buah alpukat
(Persea americana Mill.) terhadap kematian larva Artemia salina
Leach .................................................................................................35
Gambar 4.2 Grafik regresi linier ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (Persea
americana Mill.) terhadap nilai probit ..............................................37
Gambar 6.1 Surat keterangan determinasi bahan uji ............................................44
Gambar 6.2 Kaleng telur Artemia salina Leach ...................................................45
Gambar 6.3 Biji buah alpukat (Persea americana Mill.) .....................................46
Gambar 6.4 Serbuk simplisia biji buah alpukat (Perea americana Mill.)............46
Gambar 6.5 Destilasi pelarut etanol......................................................................46
Gambar 6.6 Evaporasi biji buah alpukat (Persea americana Mill.) .....................46
Gambar 6.7 Botol kaca maserasi ..........................................................................46
Gambar 6.8 Proses penyaringan ...........................................................................46
Gambar 6.9 Ekstrak kental biji buah alpukat (Persea americana Mill.) ..............47
Gambar 6.10 Ekstrak kental 2 g .............................................................................47
Gambar 6.11 Larutan induk 20.000 ppm ................................................................47
Gambar 6.12 Wadah penetasan telur Artemia salina Leach...................................47
Gambar 6.13 Larutan konsentrasi ekstrak biji buah alpukat (Persea Americana
Mill.) .................................................................................................47
Gambar 6.14 Hasil uji BSLT ..................................................................................47
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat keterangan determinasi bahan uji ............................................44
Lampiran 2. Alat dan bahan penelitian .................................................................45
Lampiran 3. Perhitungan konsentrasi konsentrasi ekstrak biji buah alpukat
(Persea americana Mill.) ..................................................................48
Lampiran 4. Tabel transformasi persen – probit ...................................................50
Lampiran 5. Riwayat penulis.................................................................................52
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman
hayatinya dan
menduduki peringkat lima besar di dunia dalam hal
keanekaragaman tumbuhan, dengan 38.000 spesies tumbuhan dan 55 %
diantaranya merupakan endemik di Indonesia. Tumbuhan-tumbuhan
tersebut diketahui sekitar 1300 spesies telah digunakan sebagai tumbuhan
obat dan 180 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku obat
tradisional.1,2
Salah satu tumbuhan yang tergolong sebagai tumbuhan obat adalah
alpukat.
Tumbuhan
vasorelaksan,
alpukat
antioksidan,
memiliki
banyak
hipoglikemik,
manfaat,
analgesik,
seperti
hipotensif,
penyembuhan luka, anti inflamasi, antikonvulsan, antivirus, antiulser,
antihepatotoksik.3
Biji buah alpukat (Persea americana Mill.) merupakan produk sisa
yang kurang dimanfaatkan dibandingkan dengan bagian buahnya.
Penelitian telah dilakukan terhadap bagian bijinya. Nilai LC50 dari biji
buah alpukat adalah 42,270 mg/L yang menunjukkan bahwa biji buah
alpukat (Persea americana Mill.) bersifat toksik dan berpotensi menjadi
antikanker. Biji buah alpukat (Persea americana Mill.) memiliki
kandungan kimia, yaitu alkaloid, triterpenoid, tanin, flavonoid, dan
saponin. Senyawa-senyawa kimia tersebut diketahui memiliki efek sebagai
antikanker yang kuat.4,5
Salah satu metode yang digunakan untuk menilai toksisitas suatu
bahan alam adalah Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Metode ini
digunakan untuk menilai LC50 suatu bahan alam dengan menggunakan
hewan coba larva Artemia salina Leach. Metode BSLT sering digunakan
karena cepat, dapat dipercaya, murah, dan mudah untuk dilakukan.6
1
2
Penelitian ini dilakukan untuk melihat potensi toksisitas biji buah
alpukat (Persea americana Mill.) dengan menggunakan pelarut etanol
96%, maka pada penelitian akan dilakukan uji toksisitas akut ekstrak
etanol 96% biji buah alpukat (Persea americana Mill.) terhadap larva
Artemia salina Leach dengan metode BSLT.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana aktivitas toksisitas akut ekstrak etanol 96% biji buah
alpukat (Persea americana Mill.) terhadap larva Artemia salina Leach
dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) ?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui aktivitas toksisitas akut ekstrak etanol 96%biji
buah alpukat (Persea Americana Mill.) terhadap larva Artemia
salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
1.3.2
Tujuan Khusus
a) Mendapatkan data persentase kematian larva Artemia salina
Leach setelah pemberian ekstrak etanol 96% biji buah alpukat
(Persea americana Mill.)
b) Mengetahui nilai LC50 ekstrak etanol 96% biji buah alpukat
(Persea americana Mill.) terhadap larva Artemia salina Leach
dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi Peneliti
a) Penelitian ini menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3
b) Menambah pengetahuan peneliti tentang aktivitas toksisitas
akut biji buah alpukat (Persea americana Mill.).
c) Mendapatkan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan
proses ekstraksi dan uji toksisitas akut terhadap larva Artemia
salina Leach dengan menggunakan metode BSLT.
1.4.2
Bagi Institusi
a) Memberikan tambahan pengetahuan tentang penelitian ini ke
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
b) Menjadi sumber referensi bagi peneliti lain untuk melakukan
penelitian yang lebih lanjut.
1.4.3
Bagi Masyarakat
a) Memberikan informasi tentang potensi biji buah alpukat
sebagai tumbuhan obat.
b) Memberikan informasi tentang aktivitas toksisitas biji buah
alpukat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Tumbuhan sebagai Pengobatan Tradisional
Allah SWT menjelaskan tentang tumbuhan dalam surat AlAn'am ayat 99 yang mempunyai arti, "Dan Dialah yang
menurunkan air dari langit lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan
dari tanaman yang menghijau itu butir yang; dan dari mayang
kurma, mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun
anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa
dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah,
dan menjadi masak. Sungguh, pada yang demikian itu ada tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman."
Pada ayat di atas telah dijelaskan bahwa Allah SWT telah
menciptakan berbagai jenis tumbuhan dengan banyak manfaat bagi
kesehatan. Hal ini juga selaras dengan kebiasaan masyarakat kita
yang juga sering memanfaatkan berbagai macam tumbuhan sebagai
salah satu pengobatan tradisional.
Obat tradisonal merupakan suatu bahan ataupun suatu
ramuan bahan yang bisa terdiri dari bahan-bahan alam, yaitu bahan
dari tumbuhan, bahan dari hewan, bahan dari mineral, campuran
dari semua bahan alam tersebut, yang telah dimanfaatkan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman dan ini telah dilakukan secara
turun-temurun.7
Menurut WHO, pengobatan tradisional adalah sekumpulan
pengetahuan, kemampuan, dan praktek yang berdasarkan teori,
kepercayaan, dan pengalaman dari berbagai macam budaya, baik
4
5
yang bisa dijelaskan maupun yang tidak bisa dijelaskan, yang
digunakan dalam pemelihaaraan kesehatan baik dalam hal
pencegahan, diagnosis, perbaikan ataupun pengobatan untuk
penyakit fisik dan mental.8
Obat herbal terutama yang terstandar merupakan suatu
sediaan obat yang berasal dari alam yang keamanan dan khasiatnya
telah mengalami pembuktiaan dengan cara ilmiah berupa uji
praklinik dimana bahan baku pembuat obat herbal tersebut sudah
terstandarisasi. Sedangkan fitofamaka sendiri merupakan suatu
sediaan obat yang berasal dari alam yang keamanan dan khasiatnya
telah mengalami pembuktiaan dengan cara ilmiah berupa uji
praklinik dan uji klinik dimana bahan baku pembuat obat herbal
tersebut sudah terstandarisasi.7
Dalam pengembangan obat tradisional sendiri, untuk
diterima menjadi fitofarmaka yang bisa digunakan pada layanan
kesehatan formal maka harus dilakukan beberapa tahapan.
Tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Seleksi
Dalam tahap seleksi ini akan dilakukan pemilihan obat
tradisional yang dilakukan penelitian. Obat tradisional tersebut
yang memiliki prioritas untuk dilakukan penelitian dan
pengembangan adalah sebagai berikut:
 Memiliki kemungkinan terdapatnya khasiat terhadap
penyakit yang prevalensinya termasuk yang tertinggi di
Indonesia.
 Secara pengalaman memiliki khasiat terhadap suatu
penyakit tertentu.
 Dapat dijadikan sebagai alternatif yang jarang terhadap
suatu penyakit tertentu.9
6
2. Uji preklinik
Pada uji preklinik, uji yang akan dilakukan dengan cara in vitro
dan in vivo pada hewan yang diujikan untuk mengetahui
toksisitas dan efek farmakodinamiknya. Uji toksisitas yang
dilakukan pada hewan yang diujikan memiliki tujuan untuk
mengetahui keamanan dalam penggunaannya. Sedangkan uji
farmakodinamik pada hewan yang diujikan memiliki tujuan
untuk memprediksi efek pada manusia.9
3. Standarisasi
Dalam standarisasi terdiri dari beberapa tahap yang akan
dilakukan, yaitu standarisasi simplisia, penentuan identitas, dan
penentuan bentuk sediaan yang sesuai. Karena dalam bentuk
sediaan, proses pengolahan, dan kondisi bahan yang berbeda
dapat memengaruhi efek yang ditimbulkan oleh suatu obat.9
4. Uji klinik
Uji klinik ini apabila telah dilakukan dan dapat dibuktikan
khasiat dan keamanan obat tradisional ataupun obat herbal,
maka obat tradisional maupun obat herbal dapat diubah
menjadi fitofarmaka. Uji klinik sendiri terdiri dari beberapa
fase, yaitu:
 Fase I bertujuan untuk melakukan uji terhadap keamanan
dan tolerabilitas obat tradisional maupun obat herbal. Pada
fase ini, dilakukan pada sukarelawan yang sehat.
 Fase II terdiri dari dari fase II awal yang melakukan uji
terhadap suatu obat tradisional maupun obat herbal pada
pasien dengan jumlah yang terbatas, tetapi tanpa
pembanding dan fase II akhir yang melakukan uji terhadap
suatu obat tradisional maupun obat herbal pada pasien
dengan jumlah yang terbatas, tetapi pada fase II akhir ini,
digunakan pembanding.
 Fase III dilakukan suatu uji klinik definitif.
7
 Fase IV dilakukan setelah pemasaran, hal ini bertujuan
untuk melihat apakah ada efek samping yang jarang
ataupun yang timbulnya lambat pada obat yang diujikan.9
2.1.2
Tumbuhan Alpukat
Persea americana Mill. bisa tumbuh baik di dataran rendah
maupun dataran tinggi. Tanaman ini biasanya lebih suka hidup di
daerah dengan iklim yang basah dengan curah hujan sekitar 1.5003.000 mm per tahun, serta tidak suka tanah yang tandus. Persea
americana Mill. dapat berbuah sekitar 2-3 kali setahun dengan
kondisi yang sesuai.10
Gambar 2.1 : Tanaman alpukat (Persea americana Mill.)
Sumber : Aspan, Ruslan. Taksonomi koleksi tanaman obat kebun tanaman
Citeureup. Jakarta: BPOM Republik Indonesia; 2008.
Taksonomi tumbuhan alpukat (Persea americana Mill.) adalah
sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
8
Bangsa
: Laurales
Suku
: Lauraceae
Marga
: Persea
Jenis
: Persea americana Mill.11
Gambar 2.2 : Buah, biji, daun, bunga, pohon alpukat (Persea
americana Mill.)
Sumber : Aspan, Ruslan. Taksonomi koleksi tanaman obat kebun tanaman
Citeureup. Jakarta: BPOM Republik Indonesia; 2008.
Pohon alpukat ( Persea americana Mill.) bisa memiliki
tinggi mencapai 10 meter. Pohonnya berkayu dan berbentuk seperti
kubah. Pohonnya juga bercabang dan berwarna coklat kotor.10,11
Daun alpukat (Persea americana Mill.) berbentuk tunggal,
bertangkai, ujung dan pangkalnya runcing. Daunnya berwarna
hijau dan memiliki panjang sekitar 10-20 cm serta lebar 3-10 cm.11
Bunga alpukat (Persea americana Mill.) berjenis majemuk
dan bunganya tumbuh di ujung ranting. Bunganya memiliki
9
benang sari berjumlah dua belas dan ruang kepala sarinya
berjumlah empat. Warna bunganya putih kotor dan memiliki
mahkota yang berambut serta diameternya 1-1,5 cm.11
Buah alpukat (Persea americana Mill.) berbentuk bulat
telur dan memiliki panjang 5-20 cm. Buahnya memiliki bintikbintik atau gundul dan ketika masak daging buahnya menjadi lunak
serta berwarna hijau atau kuning keunguan. Buahnya biasanya
memiliki berat 300-800 g per buah.10,11
Biji buah alpukat ( Persea americana Mill.) berbentuk
bulat dengan diameter sekitar 2,5-3 cm dan keping bijinya
memiliki warna putih kemerahan.11
Akar alpukat (Persea americana Mill.) bertipe akar
tunggang dan memiliki warna coklat. Akar sampingnya juga kuat
sehingga dengan tipe akar tunggang dan akar samping yang kuat
membuat tanaman alpukat dapat tumbuh di lahan lereng.10,11
Hasil analisis fitokimia yang dilakukan pada ekstrak
metanol biji buah alpukat memiliki beberapa kandungan kimia,
yaitu
alkaloid,
antosianin,
flavonoid,
tanin,
triterpenoid,
karbohidrat, dan saponin. Sedangkan pada analisis fitokima pada
ekstrak heksan juga didapatkan asam palmitat, asam palmitoleat,
asam stearat, asam oleat, dan asam linoleat serta terdapat
β-sitosterol.12,13
Alkaloid memiliki efek tubulin inhibitor yang dapat
menginhibisi siklus sel. Saponin memiliki efek hemolisis sel darah
merah. Tanin memiliki efek membentuk kompleks ireversibel
denganprotein prolin sehingga menginhibisi pembentukan protein
sel. Semua efek tersebut akan menyebabkan larva Artemia salina
Leach mati.14,15,16
10
Dari hasil penelitian sebelumnya, ekstrak etanol biji buah
alpukat (Persea americana Mill.) memiliki nilai LC50
42,270
mg/L yang menunjukkan bahwa biji buah alpukat (Persea
americana Mill.) bersifat toksik.4
2.1.3
Toksikologi
Toksikologi adalah suatu ilmu yang membahas tentang
hakikat dan mekanisme dari berbagai efek toksik dari suatu bahan
terhadap makhluk hidup dan sistem bilogik lainnya. Toksikologi
juga membahas tentang identifikasi racun, gejala-gejala, dan
penanganan keracunan.17,18
Toksikologi banyak digunakan dalam berbagai aspek,
yaitu:

Toksikologi
klinis
membahas
tentang
diagnosis
dan
penatalaksanaan pada keracunan yang terjadi pada manusia.

Toksikologi kedokteran hewan membahas tentang diagnosis
dan penatalaksanaan pada hewan yang mengalami keracunan.

Toksikologi forensik yang membahas aspek medikolegal,
termasuk deteksi racun pada sampel klinis.

Toksikologi lingkungan membahas tentang perubahan bahanbahan toksik dan metabolit serta degradasinya di lingkungan
dan di dalam rantai makanan. Dan toksikologi lingkungan juga
membahas efek terhadap individu maupun suatu populasi
manusia.

Toksikologi industri merupakan pembahasan yang lebih
spesifik dari toksikologi lingkungan, yaitu tentang toksikologi
pada lingkungan kerja yang menentukan higienitas dalam
industri.19
Penelitian ataupun uji dalam toksikologi terdiri dari :
a) Uji Toksikologi Umum
11
1. Uji toksisitas akut merupakan suatu uji yang dilakukan
dengan cara memberikan suatu zat kimia yang sedang diuji
dan diberikan sebanyak satu kali atau sampai beberapa kali
dalam jangka waktu 24 jam.17
2. Uji toksisitas jangka pendek sendiri terbagi lagi menjadi
dua, yaitu:

Uji toksisitas subakut merupakan uji yang dilakukan
dalam jangka waktu 14-21 hari untuk menentukan
dosis toksik minimial dan maksimal yang dapat
ditoleransi serta menentukan kemungkinan terjadinya
toleransi. 20,21

Uji toksisitas subkronis merupakan uji yang dilakukan
dengan cara memberikan suatu zat kimia tertentu
secara berulang setiap hari artaupun bisa 5 kali dalam
seminggu dan biasanya dilakukan selama 10% dari
masa hidup hewan yang diuji. Tapi beberapa peneliti
menyatakan uji toksisitas subkronis ini dilakukan
dalam jangka waktu antara 14-28 hari.20,21
3. Uji toksisitas jangka panjang atau disebut juga uji toksisitas
kronis merupakan suatu uji yang dilakukan dengan cara
memberikan suatu zat kimia tertentu secara berulang dalam
jangka waktu antara 3-6 bulan atau seumur hidup dari usia
hewan yang diujikan.20,21
b) Uji Toksikologi Khusus
1. Uji terhadap efek teratogenik merupakan suatu uji yang
dilakukan terhadap obat yang dipakai oleh wanita, terutama
wanita hamil untuk melihat pengaruh ataupun efek suatu
obat terhadap organ reproduksi dan pada janin yang
dikandungnya.20,21
2. Uji terhadap efek karsinogenik merupakan suatu uji yang
dilakukan terhadap suatu obat tertentu untuk melihat ada
12
atau tidak efek karsinogenik yang dapat mencetuskan
terjadinya perubahan sel normal mengalami keganasan.17,18
3. Uji terhadap efek mutagenik merupakan suatu uji yang
dilakukan terhadap suatu obat tertentu untuk melihat ada
atau tidak efek mutagenik yang dapat mencentuskan
terjadinya perubahan materi genetik.20,21
4. Uji terhadap efek adiksi merupakan suatu uji yang
dilakukan terhadap suatu obat tertentu untuk melihat ada
atau tidak efek adiksi yang dapat memengaruhi sistem saraf
pusat.20,21
Salah satu yang dibahas di toksikologi adalah efek toksik.
Efek toksik yang diakibatkan oleh suatu zat ataupun obat tertentu
antara lain:
1. Efek lokal dan sistemik
Efek lokal umumnya terjadi gambaran kerusakan pada selsel hidup. Contoh efek lokal seperti kulit yang terkena bahan
korosif dan iritasi gas pada saluran pernapasan.
Efek sistemik biasanya terjadi ketika toksikan diserap dan
sudah menyebar di seluruh tubuh. Biasanya toksikan mengenai
satu organ maupun sampai mengenai beberapa organ.17
2. Efek berpulih dan nirpulih
Efek berpulih atau disebut juga efek reversibel merupakan
efek yang dapat hilang dengan sendirinya. Efek berpulih ini
bisa terjadi apabila tubuh terkena toksikan pada kadar yang
rendah dalam jangka waktu yang singkat.
Efek nirpulih atau yang disebut juga efek ireversibel
merupakan efek yang akan menetap atau bahkan menjadi lebih
parah. Efek nirpulih ini sendiri biasanya terjadi apabila tubuh
terkena toksikan pada kadar yang tinggi dan dalam jangka
waktu yang lama.17
3. Efek segera dan tertunda
13
Efek segera merupakan efek yang muncul setelah terkena
satu kali pajanan toksikan. Sedangkan efek tertunda merupakan
efek yang terjadi setelah terpajan toksikan selama beberapa
waktu.17
4. Efek morfologis, fungsional, dan biokimiawi
Efek morfologis merupakan efek yang menyebabkan
perubahan yang terjadi pada morfologi jaringan berupa
perubahan bentuk luar dan mikroskopisnya.
Efek fungsional merupakan efek yang menyebabkan fungsi
organ sasaran mengalami perubahan yang umumnya bersifat
berpulih.17
Efek biokimiawi dalam uji toksisitas rutin merupakan efek
toksik yang tidak menyebabkan perubahan morfologis pada
daerah yang tepajan.17
2.1.4
Uji Toksisitas Akut
Uji toksisitas akut adalah salah salah satu uji yang
dilakukan dalam bidang toksikologi. Seperti telah disebutkan pada
subbab sebelumnya, uji toksisitas akut merupakan suatu uji yang
dilakukan dengan cara memberikan suatu zat kimia yang sedang
diuji dan diberikan sebanyak satu kali sampai beberapa kali dalam
jangka waktu 24 jam.21
Sebagian besar penelitian uji toksisitas akut ini sendiri
biasanya digunakan untuk menentukan LD50 (Median Lethal
Dose). Sedangkan apabila kita ingin memberikan suatu zat ataupun
obat melalui inhalasi, penelitian ataupun uji yang akan dilakukan
adalah untuk menetukan LC50 (Median Lethal Concentration ).20,21
Dosis Letal Median atau Median Lethal Dose (LD50) adalah
suatu uji terhadap suatu dosis dari suatu toksikan tertentu yang
dapat membunuh 50% hewan coba yang diujikan.22
14
Sedangkan Konsentrasi Letal Median atau Median Lethal
Concentration (LC50) adalah suatu uji terhadap konsentrasi bahan
material ataupun toksikan pada udara, air, tanah ataupun sedimen
yang diujikan pada hewan coba tertentu yang dapat membunuh
50% hewan coba tersebut.23
Suatu zat dikatakan memiliki potensi toksisitas akut dan
potensial sebagai sitotoksik apabila suatu zat memiliki nilai LC50
kurang dari 1000 ppm.24
2.1.5
Ekstraksi Simplisia
Simplisia merupakan suatu bahan alamiah tertentu yang
dimanfaatkan sebagai obat yang belum pernah mengalami proses
pengolahan sama sekali dan kecuali hanya pengeringan saja.25
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu bahan
tertentu dari campurannya menggunakan suatu pelarut tertentu
yang bertujuan untuk mendapatkan suatu ekstrak. 26
Ekstrak sendiri merupakan suatu bahan kental yang
didapatkan dengan cara ekstraksi suatu senyawa aktif dari suatu
simplisia dengan ukuran partikel tertentu dengan menggunakan
suatu pelarut tertentu.25,26
Pada saat melakukan ekstraksi, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:

Jumlah simplisia yang akan diekstraksi

Derajat kehalusan simplisia

Jenis pelarut yang dipakai

Suhu ekstraksi

Lama waktu ekstraksi23
Dalam
penelitian
ini,
ekstraksi
yang
dilakukan
menggunakan pelarut. Ekstraksi menggunakan pelarut ada dua
cara, yaitu:
15
1. Cara dingin
a) Maserasi
Maserasi merupakan suatu prosedur atau proses ekstraksi
simplisia dengan cara menggunakan pelarut dengan
melakukan pengocokan atau pengadukan beberapa kali
pada suhu kamar.25
b) Perkolasi
Perkolasi merupakan suatu prosedur atau proses ekstraksi
simplisia dengan menggunakan pelarut yang selalu baru
dan ini dilakukan sampai terjadi ekstraksi yang sempurna
serta umumnya perkolasi dilakukan pada suhu kamar.
Perkolasi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahapan
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, dan tahap
perkolasi sebenarnya.25
2. Cara panas
a) Refluks
Refluks merupakan suatu prosedur atau proses ekstraksi
dengan menggunakan pelarut yang berada pada suhu titik
didihnya, jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik, dan refluks ini sendiri
dilakukan dalam jangka waktu tertentu.25
b) Soxhlet
Soxhlet merupakan suatu prosedur atau proses ekstraksi
dengan
menggunakan
suatu
alat
khusus
dan
juga
menggunakan pelarut yang selalu baru sehingga akan
terjadi ekstraksi yang terus-menerus serta jumlah pelarut
yang digunakan relatif konstan dengan adanya pendingin
balik.25
c) Digesti
Digesti merupakan suatu proses maserasi kinetik atau suatu
proses atau prosedur pengadukan yang terus-menerus pada
16
suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar, yaitu suhunya
secara umum berkisar pada suhu antara 40-50o C.25
d) Infus
Infus merupakan suatu proses atau prosedur ekstraksi
dengan menggunakan pelarut air pada suhu penangas air
dimana bejana infus yang digunakan tercelup dalam
penangas air yang mendidih dengan suhu antara 96-98o C
dalam waktu tertentu antara 15-20 menit.25
e) Dekok
Dekok merupakan suatu proses atau prosedur infus yang
dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama (≥30o C)
dan pada suhu titik didih air.25
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
maserasi. Metode maserasi merupakan metode yang mudah
dilakukan dan metode yang sesuai untuk simplisia ataupun obat
yang tidak tahan suhu panas.27
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pelarut etanol.
Etanol atau disebut juga etil alkohol merupakan suatu molekul
kecil yang dapat larut di dalam air dan juga dapat diserap dengan
cepat dari saluran pernapasan.28
Etanol memiliki formula ataupun struktur molekulnya
adalah C2H5OH atau CH3-CH2-OH yang massa molarnya sekitar
46,07 gram/mol yang memiliki bentuk berupa cairan yang tidak
bewarna dengan specific gravity 0,789 dan juga memiliki titik leleh
sekitar suhu -112o C serta memiliki titik didih sekitar suhu 78,4o
C.29
Etanol
akan
di
metabolisme
oleh
enzim
alkohol
dehidrogenase (ADH) yang akan merubah etanol menjadi
asetaldehid. Enzim alkohol dehidrogenase (ADH) sendiri banyak
terdapat di hati, tetapi terdapat juga di otak dan lambung. Selain
enzim alkohol dehidrogenase, ada juga yang disebut sebagai sistem
oksidasi etanol mikrosom (SOEM) yang juga mempunyai fungsi
17
merubah etanol menjadi asetaldehid. Setelah terbentuk asetaldehid
baik dari jalur alkohol dehidrogenase ataupun dari jalur sistem
oksidasi etanol mikrosom, asetaldehid akan diubah menjadi asetat
dengan bantuan enzim aldehid dehidrogenase (ALDH).28
Gambar 2.3 : Metabolisme etanol
Sumber : Katzung, Betram G. Farmakalogi dasar & klinik, edisi 10. Jakarta: EGC; 2010.
2.1.6
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
BSLT adalah suatu metode untuk menilai sifat toksik suatu
bahan alam, seperti hasil alami laut, agen anti tumor, pestisida,
maupun ekstrak suatu tanaman dengan menggunakan larva udang
(Artemia salina Leach).30
BSLT
juga
digunakan
sebagai
bioassay
guided
fractionation dari bahan alam karena tergolong cepat, sederhana,
mudah, murah, dan penggunaan material yang dilakukan uji juga
tidak terlalu banyak. Dan BSLT juga sudah terbukti, karena tingkat
kepercayaan terhadap toksisitas suatu bahan alam sebesar 95
%.21,31
BSLT merupakan suatu prosedur untuk menentukan
toksisitas suatu bahan alam dengan melihat nilai LC50. Nilai LC50
ditentukan dengan menghitung konsentrasi tertentu dari ekstrak
18
bahan alam untuk membunuh 50% larva udang (Artemia salina
Leach).32,33
BSLT merupakan skrining awal dari suatu bahan alam
untuk melihat efek toksiknya. Setelah diketahui bahwa bahan alam
tersebut bersifat toksik, maka bisa dilakukan uji berikutnya untuk
mengisolasi senyawa aktif yang memberikan efek toksik dari
bahan alam tersebut.31
2.1.7
Artemia salina Leach
Artemia salina Leach adalah sejenis arthropoda akuatik
primitif yang telah hidup sejak 100 juta tahun yang. lalu. Artemia
salina Leach juga merupakan golongan zooplankton yang biasanya
hidup melayang dalam air. Artemia salina Leach untuk
kelangsungan
hidupnya
biasanya
memakan
beberapa
mikroorganisme, seperti alga dan bakteri.33,34,35
Gambar 2.4 : Artemia salina Leach
Sumber : Dumitrascu, Mioara. Artemia salina. Balneo-Research Journal
2011;2(4):119-122
Taksonomi Artemia salina Leach adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Subfilum
: Crustacea
19
Kelas
: Branchiopoda
Ordo
: Anostroca
Famili
: Artemiidae
Genus
: Artemia
Spesies
: Artemia salina Leach34
Artemia salina Leach biasanya hidup di tempat dengan
kadar garam tinggi yang berkisar antara 60-300 ppt, dengan suhu
berkisar antara 25-400 C, pH berkisar antara 7,3-8,4 dan oksigen
terlarut lebih dari 2 mg/L.33,34
Ukuran Artemia salina Leach dewasa sekitar 8-10 mm
untuk jantan dan 10-12 mm untuk betina. Tubuh Artemia salina
Leach terdiri dari kepala, dada, dan perut. Pada kondisi dewasa,
Artemia
salina
Leach
memiliki variasi
warna tergantung
konsentrasi dari garam di air dengan warna merah pada konsentrasi
garam yang tinggi.34
Gambar 2.5 : Siklus hidup Artemia salina Leach
Sumber : Dumitrascu, Mioara. Artemia salina. Balneo-Research Journal
2011;2(4):119-122
Telur yang sudah dibuahi akan berkembang menjadi
gastrula, kemudian berdiferensiasi lagi menjadi larva yang
biasanya kita sebut sebagai nauplia. Nauplia sendiri berwarna
20
keputihan. Kista yang berukuran 0,2-0,3 mm berubah menjadi
nauplia yang berukuran 0,45 mm dalam waktu 24-36 jam. Hidrasi
lengkap kista memerlukan waktu sekitar 1 jam. Dengan
ketersediaan pangan yang optimal, nauplia akan mencapai dewasa
dengan ukuran maksimal 12 mm dalam waktu 3 minggu.34
Gambar 2.6 : Karakteristik larva Artemia salina Leach
Sumber : Dumitrascu, Mioara. Artemia salina. Balneo-Research Journal
2011;2(4):119-122
Nauplia akan menjadi fase dewasa yang reproduktif ketika
kondisi yang menguntungkan. Sebaliknya, ketika kondisi kurang
menguntungkan nauplia akan menjadi kista yang dapat bertahan
hidup di kondisi kering sampai beberapa tahun.34
Gambar 2.7 : Karakteristik Artemia salina Leach dewasa
Sumber : Dumitrascu, Mioara. Artemia salina. Balneo-Research Journal
2011;2(4):119-122
21
Kista sangat tahan terhadap kondisi yang ekstrem yaitu
sampai 80o C. Kista yang terhidrasi mati pada suhu di bawah 0o C
dan pada suhu tinggi sekitar kebih dari 40o C. Nauplia mempunyai
suhu yang optimal untuk tumbuh pda suhu 28o C dan dengan
salinitas sekitaar 35 ppt. Batas suhu yang mematikan untuk nauplia
adalah 0o C dan 37-38o C. 34
Larva Artemia salina Leach hanya mempunyai 1 mata
(fotoreseptor). Kemudian, berkembang lagi 2 mata, tetapi mata
yang pertama tetap ada. Sehingga pada akhirnya terdapat 3 mata.
Nauplia bersifat fototaktik, sedangkan bentuk dewasanya tidak.
Nauplia
berenang
melalui
kolom
air
(fototaksis)
dengan
menggunakan antenanya. Madibulanya memiliki kemampuan
untuk menyaring air dan fitoplankton. 34
Bentuk
dewasa
Artemia
salina
Leach
berenang
menggunakan alat tambahan pada tubuhnya sehingga dapat
berenang dalam air. Pada bentuk dewasanya ini, mata yang berada
di tengah disertai oleh 2 mata yang berada di lateralnya. Sedangkan
pada bentuk dewasa dari Artemia salina Leach memiliki otak
sederhana yang membentuk sebuah cincin seperti struktur pada
sekitar mulut yang biasanya khas pada banyak invertebrata. 34
Artemia salina Leach sering digunakan dalam uji BSLT,
karena memiliki respon yang mirip dengan mamalia, seperti
memiliki DNA-dependent RNA polymerase dan ouabaine sensitive
Na+ dan K+ dependent ATPase.36
DNA-dependent
RNA
polymerase
berfungsi
untuk
memisahkan kedua untai DNA dan menggabungkan nukleotidanukleotida RNA saat membentuk pasangan basa di sepanjang
cetakan DNA. Apabila proses ini dihambat oleh suatu senyawa,
maka akan menyebabkan proses pembentukan protein terganggu
22
sehingga metabolisme sel terganggu dan pada akhirnya akan
menyebabkan kematian sel dari Artemia salina Leach.37
Na+ dan K+ dependent ATPase merupakan enzim yang
menghidrolisis ATP menjadi ADP dan menggunakan energi untuk
mengeluarkan 3 Na+ ke luar sel dan mengambil 2 K+ ke dalam
sel. Ouabaine memiliki fungsi menginhibisi
dari Na+ dan K+
dependent ATPase dan oubaine memilki fungsi menstimulasi
ataupun menginhibisi proliferasi sel. Apabila ada senyawa yang
memngaruhi oubaine, maka dapat menyebabkan proliferasi sel
terganggu sehingga dapat menyebabkan kematian sel dari Artemia
salina Leach.38,39
23
2.2
Kerangka Teori
Ekstrak biji buah alpukat
(Persea americana Mill.)
Kandungan zat aktif
Alkaloid
Tubulin inhibitor
Saponin
Tanin
Hemolisis sel
darah merah
Membentuk kompleks
ireversibel dengan protein prolin
Inhibisi siklus sel
Inhibisi pembentukan
protein sel
Larva Artemia salina Leach
mati
24
2.3
Kerangka Konsep
Biji alpukat (Persea americana Mill.) dipisahkan dari biji, dibersihkan,
dan dibuat menjadi serbuk kering dan halus
Ekstraksi
Ekstrak biji alpukat (Persea americana Mill.) kental
Kematian larva Artemia salina Leach setelah perlakuan 24 jam
Uji toksisitas akut dengan metode BSLT
Pembuatan larutan uji
Penentuan nilai LC50
25
2.4
Definisi Operasional
No.
Variabel
Definisi
Cara ukur
1.
Konsentrasi
ekstrak etanol
96 % biji buah
alpukat (Persea
americana
Mill.)
Konsentrasi
larutan
uji
dalam ppm (1
μg/mL)
V1M1=V2M2
2.
Persentase
mortalitas larva
Artemia salina
Leach
Hasil
perhitungan
total
larva
yang
mati
dibagi dengan
jumlah larva
awal
dikali
100% untuk
tiap replikasi.
Jumlah larva
mati
dibagi
jumlah
larva
awal
dikali
100%
Alat
ukur
Skala ukur
Hasil ukur
-
Numerik
40
35
30
25
20
15
10
-
Numerik
Persentase
kematian
larva
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan post test
only control group design dengan melakukan uji toksisitas ekstrak etanol
biji buah alpukat (Persea americana Mill.) terhadap larva Artemia salina
Leach menggunakan metode BSLT.40
3.2
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014 sampai bulan
Agustus 2014 di Laboratorium Penelitian 1, Laboratorium Farmakognosi
& Fitokimia dan Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah Artemia salina Leach
3.3.2
Sampel
3.3.2.1 Kriteria inklusi
 Larva Artemia salina Leach berumur 48 jam.
 Larva Artemia salina Leach hidup.
 Larva Artemia salina Leach yang bergerak aktif.
3.3.2.2 Kriteria eksklusi
Larva Artemia salina Leach yang tidak menunjukkan
aktivitas pergerakan sebelum perlakuan.
26
27
3.3.2.3 Besar sampel
Jumlah larva Artemia salina Leach untuk tiap
konsentrasi adalah 10 ekor larva. Pada penelitian ini
dibuat tujuh konsentrasi untuk uji ekstrak etanol biji
alpukat (Persea americana Mill.) dan satu konsentrasi
untuk kontrol negatif. Dan setiap konsentrasi untuk uji dan
kontrol negatif dilakukan replikasinya sebanyak tiga kali.
Jadi, total sampel larva Artemia salina Leach yang
dibutuhkan dalam penelitian adalah 240 ekor.
3.3.2.4 Cara pengambilan sampel
Cara pengambilan sampel larva Artemia salina
Leach dalam penelitian ini menggunakan purposive
random sampling.
3.4
Determinasi Tanaman
Determinasi biji buah alpukat (Persea americana Mill.) dilakukan
di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI. Dengan
dilakukan determinasi ini, maka bisa ditentukan spesies biji buah alpukat
(Persea americana Mill.) yang digunakan peneliti sudah benar.
3.5
Bahan yang Diuji
Bahan yang digunakan adalah biji buah alpukat (Persea americana
Mill.) yang diperoleh dari penjual buah di toko buah Ciputat yang akan
dijadikan ekstrak dengan menggunakan pelarut etanol.
3.6
Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1
Alat Penelitian
Botol kaca maserasi; cawan petri; cawan penguap; corong;
gelas beaker; hot plate stirrer; kaca arloji; lup; mikropipet; neraca
28
analitik; pipet tetes; rotatory evaporator; sendok kecil; seperangkat
alat penetasan udang; tabung reaksi; tabung erlenmayer; plate.
3.6.2
Bahan Penelitian
Akuades; air laut; alumunium foil; serbuk kering biji buah
alpukat (Persea americana Mill.); kertas saring; etanol teknis 96%
BRATACO; telur udang Artemia salina Leach BBAT; DMSO
BIOMATIK A2424.
3.7
Cara Kerja Penelitian
3.7.1
Persiapan dan Pembuatan Simplisia
Buah alpukat yang diperoleh di toko buah Ciputat,
dilakukan terlebih dahulu determinasi di Pusat Konservasi
Tumbuhan
Kebun
Raya
Bogor,
LIPI
untuk
menentukan
spesisesnya dan menentukan spesies yang digunakan peneliti sudah
benar. Setelah dilakukan determinasi, 21 kg buah apulkat dipotong
dan diambil bijinya saja yang akhirnya didapatkan seberat 5,5 kg,
kemudian bijinya dibersihkan dan dicuci. Setelah itu, biji buah
alpukat tersebut dibawa ke Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat (Balitro) untuk dikeringkan dan dihaluskan menjadi simplisia
kering dan halus yang beratnya sekitar 1,5 kg.
3.7.2
Ekstraksi Biji Buah Alpukat
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah maserasi yang mana simplisia yang telah bercampur dengan
pelarut diaduk ataupun dikocok sampai seluruh simplia bercanpur
seluruhnya dengan pelarut. Simplisia yang telah berbentuk serbuk
kering dan halus seberat 1,5 kg dan pelarut etanol 96% dimasukkan
ke botol kaca maserasi sampai simplisia tersebut terendam
sepenuhnya dengan pelarut etanol 96%.
29
Setelah direndam selama 4 hari dan diaduk serta dikocok,
kemudian dilanjutkan dengan proses penyaringan dengan kertas
saring. dari hasil penyaringan ini, didapatkan filtrat dan residu.
Residu yang berupa ampas dimasukkan kembali ke botol kaca
maserasi, sedangkan filtratnya ditampung terlebih dahulu dan
kemudian dilanjutkan proses pemekatan dengan menggunakan
rotary evaporator pada suhu 45o C dan akhirnya didapatkan
ekstrak yang agak kental dari biji buah alpukat. Kemudian untuk
mendapatkan hasil akhir ekstrak biji buah alpukat yang benarbenar kental, maka dilakukan penguapan di oven dengan suhu 40o
C selama satu minggu sampai akhirnya didapatkan ekstrak etanol
kental dari biji buah alpukat seberat 70,46 gram.
3.7.3
Penetasan Larva Udang Artemia salina Leach
Persiapan yang dilakukan untuk penetasan larva udang
Artemia salina Leach yaitu, membuat tempat penetasan. Tempat
penetasan yang digunakan adalah wadah plastik berukuran 30 cm x
20cm x 10cm yang dibagi menjadi dua wilayah gelap dan wilayah
terang yang dibatasi oleh
sterofoam yang pada bagian bawah
tengahnya sudah dibuat lubang. Wilayah gelap merupakan tempat
telur larva Artemia salina Leach yang belum menetas, sedangkan
wilayah terang merupakan tempat larva Artemia salina Leach yang
sudah menetas. Lubang pada sterofoam berfungsi sebagai jalur
tempat keluarnya telur Artemia salina Leach yang menetas.
Untuk airnya sendiri digunakan air laut sebanyak 1 L dan
telur larva Artemia salina Leach sebanyak 1 gram dengan pH basa
yang dimasukkan di wadah plastik sampai merendam sepertiga
sampai setengah wadah plastik. Dalam proses penetasan larva
udang ini sendiri juga digunakan lampu untuk menghangatkan dan
menerangi wilayah terang serta membuat larva Artemia salina
Leach bergerak dari wilayah gelap ke wilayah terang. Untuk
wilayah gelap sendiri dibuat dengan cara ditutup dengan kertas
30
alumunium foil dan ditempel dengan lakban hitam. Setelah telur
menetas menjadi larva yang berusia 24 jam, kemudian dipindahkan
ke wadah lain hingga berumur 48 jam, maka bisa segera dilakukan
tahap pembuatan konsentrasi larutan uji dan uji toksisitas akut
dengan metode BSLT.
3.7.4
Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Dalam penentuan konsentrasi ekstrak yang efektif untuk
membunuh larva Artemia salina Leach, terlebih dahulu dilakukan
uji orientasi untuk menentukan persentase kamatian 10% - 90%
kematian larva dengan pembuatan konsentrasi sebesar 1000 ppm,
500 ppm, 250 ppm, 100 ppm, 50 ppm, 25 ppm, dan 10 ppm.
Untuk pembuatan larutannya, diambil ekstrak seberat 2000
mg yang ditimbang dengan neraca analitik. Kemudian dilarutkan
dengan DMSO seberat 2 mL dan setelah itu ditambah pelarut
akuades sampai volume tabung erlanmeyer mencapai 100 mL
sehingga didapatkan konsentrasi larutan induk dengan konsentrasi
20.000 ppm. Untuk mendapatkan larutan yang homogen dilakukan
dengan cara diaduk dengan menggunakan hot plate stirrer.
Setelah didapatkan larutan induk 20.000 ppm, kemudian
dilakukan pengenceran untuk mendapatkan larutan uji dengan
konsentrasi 1000 ppm, 500 ppm, 250 ppm, 100 ppm, 50 ppm, 25
ppm, 10 ppm. Setelah didapatkan persentase kematian 10 – 90%,
dilakukan pembuatan larutan uji sebenarnya dengan konsentrasi 80
ppm,70 ppm, 60 ppm, 50 ppm, 40 ppm, 30 ppm, 20 ppm. Dalam
proses pengenceran tersebut menggunakan rumus pengenceran
sebagai berikut:
V1M1 = V2M2
Keterangan:
VI
= Volume Awal
M1
= Konsentrasi Awal
31
3.7.5
V2
= Volume Akhir
M2
= Konsentrasi Akhir
Uji Toksisitas Akut dengan Metode BSLT
Uji toksisitas akut dilakukan dengan cara mempersiapkan
plate yang masing-masing sumurnya diisi dengan 1 mL senyawa
uji dan ditambahkan juga 1 mL air laut dengan menggunakan
mikropipet sehingga didapatkan volume 2 mL. Kemudian 10 larva
Artemia
salina
Leach
dipindahkan
dengam
menggunakan
mikropipet ke masing-masing sumur. Untuk setiap konsentrasi dan
kontrol negatif dilakukan triplo (pengulangan sebanyak tiga kali).
Setelah 24 jam, kemudian dihitung jumlah larva yang hidup untuk
mengetahui jumlah larva yang mati. Untuk melihat larva Artemia
salina Leach sudah mati atau tidak, digunakan lup atau digital
colony counter apakah ada gerakan atau tidak oleh larva Artemia
salina Leach selama pengamatan. Untuk memastikan juga, bisa
memberikan rangsangan berupa cahaya dan menggerakkan plate
untuk melihat apakah larva Artemia salina Leach sudah mati atau
tidak. Pengamatan dilakukan selama 1 jam.
Tabel 3.1 Ilustrasi Konsentrasi Ekstrak pada Plate
1
2
3
4
5
6
A
1 mL ekstrak
80 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
1 mL ekstrak
80 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
1 mL ekstrak
80 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
1 mL ekstrak
40 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
1 mL ekstrak
40 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
1 mL ekstrak
40 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
B
1 mL ekstrak
70 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
1 mL ekstrak
70 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
1 mL ekstrak
70 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
1 mL ekstrak
30 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
1 mL ekstrak
30 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
1 mL ekstrak
30 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
C
1 mL ekstrak
60 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
1 mL ekstrak
60 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
1 mL ekstrak
60 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
1 mL ekstrak
20 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
1 mL ekstrak
20 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
1 mL ekstrak
20 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
D
1 mL ekstrak
50 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
1 mL ekstrak
50 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
1 mL ekstrak
50 ppm + 1
mL air laut +
10 larva
2 mL air
laut + 10
larva
2 mL air laut
+ 10 larva
2 mL air laut
+ 10 larva
32
3.8
Alur Penelitian
A. 1 gram telur Artemia
salina Leach
B. Penetasan telur Artemia salina
Leach
C. Larva Artemia salina Leach yang berumur 48 jam
D. Larva Artemia salina Leach yang telah bersifat homogen
dengan jenis dan cara penyediaan yang sama
E. Pengambilan larva Artemia salina Leach secara random
F. Uji Orientasi
Sumur A : 10 larva + 1 mL konsentrasi ekstrak 1000 ppm + 1 mL air laut
Sumur B : 10 larva + 1 mL konsentrasi ekstrak 500 ppm + 1 mL air laut
Sumur C : 10 larva + 1 mL konsentrasi ekstrak 250 ppm + 1 mL air laut
Sumur D : 10 larva + 1 mL konsentrasi ekstrak 100 ppm + 1 mL air laut
Sumur E : 10 larva + 1 mL konsentrasi ekstrak 50 ppm + 1 mL air laut
Sumur F : 10 larva + 1 mL konsentrasi ekstrak 25 ppm + 1 mL air laut
Sumur G : 10 larva + 1 mL konsentrasi ekstrak 10 ppm + 1 mL air laut
Kontrol(-) : 10 larva + 2 mL air laut
G. Volume akhir pada setiap sumur adalah 2 mL
H. Setiap konsentrasi dilakukan 3 kali replikasi
I.
Setelah 24 jam pemberian ekstrak, dilakukan
perhitungan dan persentase larva yang mati
J. Pembuatan larutan uji yang sebenarnya
Sumur A : 10 larva + 1 mL konsentrasi ekstrak 80 ppm + 1 mL air laut
Sumur B : 10 larva + 1 mL konsentrasi ekstrak 70 ppm + 1 mL air laut
Sumur C : 10 larva + 1 mL konsentrasi ekstrak 60 ppm + 1 mL air laut
Sumur D : 10 larva + 1 mL konsentrasi ekstrak 50 ppm + 1 mL air laut
Sumur E : 10 larva + 1 mL konsentrasi ekstrak 40 ppm + 1 mL air laut
Sumur F : 10 larva + 1 mL konsentrasi ekstrak 30 ppm + 1 mL air laut
Sumur G : 10 larva + 1 mL konsentrasi ekstrak 20 ppm + 1 mL air laut
Kontrol(-) : 10 larva + 2 mL air laut
K. Lakukan kembali langkah G-I, kemudian lanjutkan ke langkah L
L. Penentuan nilai LC50 dengan metode probit
Gambar 3.1 Bagan alur penelitian
33
3.9
Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan dan analisis data untuk mendapatkan nilai LC50
adalah menentukan terlebih dahulu persentase kematian untuk setiap
konsentrasi. Untuk mendapatkan persentase kematian adalah dengan cara
jumlah larva mati dibagi dengan jumlah larva total awal yang dipakai
setiap konsentrasi dan dikali 100 %.
Persentase kematian =
Jumlah larva mati
x 100%
Jumlah larva total awal
Dari persentase kematian, kita bisa mencari nilai probit dengan
bantuan tabel probit. Kemudian dilanjutkan dengan membuat grafik
dengan menggunakan persamaan garis lurus antara log konsentrasi sebagai
sumbu x dan nilai probit sebagai sumbu y dengan menggunakan rumus y =
mX + b.41
Dalam prosesnya sendiri bisa menggunakan Microsoft Office
Excell dengan membuat grafik dengan menggunakan persamaan garis
lurus antara log konsentrasi dan nilai probit. Kemudian untuk mencari nilai
LC50, kita dapat memasukkan nilai y dengan angka 5. Angka 5 didapatkan
berdasarkan nilai probit 50 % kematian. Setelah itu didapatkan nilai x
sebagai log konsentrasi. Kemudian nilai x, dijadikan antilog x untuk
mendapatkan nilai LC50. Nilai LC50 juga bisa didapatkan melalui analisis
probit melalui SPSS 16.0 for windows.21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Ekstraksi Biji Alpukat
Tabel 4.1 Data berat ekstrak kental biji buah alpukat (Persea americana
Mill.)
Nama Simplisia
Berat ekstrak kental
Ekstrak etanol 96% biji buah alpukat
70,46 gram
Dari tabel di atas di dapatkan data berat ekstrak kental biji buah
alpukat (Persea americana Mill.) seberat 70,46 gram. Dalam proses
ekstraksi di penelitian ini, serbuk simplisia halus memiliki ukuran 3 mm
yang bertujuan untuk mempercepat penarikan zat aktif oleh pelarut.
Semakin halus serbuk simplisia, maka semakin efektif proses ekstraksi
suatu simplisia. Tetapi, dengan semakin halusnya serbuk simplisia, maka
semakin sulit proses pemisahan antara ekstrak dan pelarut.22
4.2
Hasil BSLT
Tabel 4.2 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Etanol 96% Biji Buah
Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia salina Leach.
Angka Kematian Larva Artemia salina Leach dari 10 larva
Konsentrasi ekstrak biji buah alpukat (ppm)
Perlakuan
ke 1
2
3
Total
kematian
Kematian
rata-rata
Persentase
kematian
(%)
10
0
1
1
2
15
2
2
3
8
20
4
4
5
14
25
5
6
7
18
30
7
7
8
22
35
9
8
8
25
40
9
9
9
27
0,667±
0,577
6,667
2,667±
0,577
26,667
4,667±
0,577
46,667
6,000±
1,000
60,000
7,333±
0,577
73,333
8,333±
0,577
83,333
9,000±
0,000
90,000
Berdasarkan tabel di atas, larva yang digunakan untuk setiap
konsentrasi dengan 3 kali replikasi adalah 30 ekor. Jumlah larva total yang
digunakan adalah 240 ekor larva. Konsentrasi pada tabel di atas berbeda
34
Kontrol
negatif
0
0
0
0
0
0,000
0,000
35
dengan konsentrasi pada tabung reaksi, karena pada tabel merupakan
konsentrasi di sumur yang mana dalam sumur terdapat 1 mL konsentrasi
dan 1 mL air laut sehingga konsentrasinya menjadi ½ kali dari konsentrasi
pada tabung reaksi.
Pada tabel di atas dapat dilihat terdapat peningkatan kematian larva
Artemia salina Leach yang selaras dengan peningkatan konsentrasi dari
ekstrak etanol 96 % biji buah alpukat (Persea americana Mill.). Persentase
kematian larva juga meningkat selaras dengan peningkatan konsentrasi
ekstrak. Pada tabel diatas dapat dilihat kontrol negatif tidak didapatkan
larva yang mati, berarti kematian larva Artemia salina Leach murni
diakibatkan oleh ekstrak dan bukan karena pengruh dari air laut. Standar
deviasi untuk setiap kematian masih dalam batas normal, karena standar
deviasinya masih dibawah nilai 2.
100
90
90
83,33
Persentase Kematian
80
73,33
70
60
60
46,67
50
40
Persentase kematian
26,67
30
20
10
6,67
0
10
15
20
25
30
35
40
Konsentrasi ekstrak biji buah alpukat (ppm)
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol 96% Biji Buah
Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Kematian larva Artemia
salina Leach.
Berdasarkan grafik di atas, didapatkan persentase kematian
tertinggi larva terdapat pada konsentrasi 40 ppm. Kemudian juga bisa
dilihat dari grafik di atas, terjadi peningkatan persentase kematian larva
yang diikuti juga dengan peningkatan konsentrasi.
36
Pada penelitian ini menggunakan larva yang sudah berumur 48
jam, karena pada umur 48 jam larva sudah memiliki mulut dan saluran
pencernaan dan cadangan makanananya juga sudah berkurang. Sehingga
pada penelitian ini, peneliti mengambil larva Artemia salia Leach yang
berumur 48 jam.14
4.3
Nilai LC50
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan LC50 Menggunakan Metode Probit
Konsentrasi
ekstrak biji
buah
alpukat
(ppm)
10
15
20
25
30
35
40
Jumlah(∑)
Log
konsentrasi
(X)
%
kematian
1,000
1,176
1,301
1,398
1,477
1,544
1,602
9,498
6,67
26,67
46,67
60,00
73,33
83,33
90,00
Hasil Perhitungan
Probit
X2
(Y)
3,4037
4,3750
4,9147
5,2533
5,6219
5,9661
6,2816
35,8163
1,000000
1,382976
1,692601
1,954404
2,181529
2,383936
2,566404
13,16185
Y2
XY
11,58517369
19,14062500
24,15427609
27,59716089
31,60575961
35,59434921
39,45849856
189,13584305
3,4037000
5,1450000
6,3940247
7,3441134
8,3035463
9,2116584
10,0631232
49,865166
Kemudian dilakukan penentuan nilai LC50 dari ekstrak etanol 96%
biji buah alpukat (Persea americana Mill.) dengan menggunakan metode
manual yang menggunakan rumus sebagai berikut :
Nilai slope (m) :
( ) ( )
(
( ( ))
)
(
)
= 4,619
Nilai intersep (b) :
( ) (
)
( ( ))
(
) ( )
(
)
= - 1,1508
Dari hasil di atas didapatkan persamaan garis lurus hubungan
antara Y (nilai probit dari persentase kematian) dengan X(log konsentrasi)
adalah
37
Y = mX+b
Y = 4,619x - 1,1508
5 = 4,619x – 1,1508
6,1508 = 4,619x
X = 1,3316
LC50 = antilog X = antilog 1,3316 = 21,46 ppm
Gambar 4.2 Grafik Regresi Linier Ekstrak Etanol 96% Biji Buah Alpukat
(Persea americana Mill.) Terhadap Nilai Probit
Regresi Linier
7
y = 4,619x - 1,1508
6,2816
5,9661
R² = 0,9961
5,6219
5,2533
4,9147
4,3750
6
Nilai Probit
5
4
3,4037
3
Nilai Probit
Linear (Nilai Probit)
2
1
0
0,000
0,500
1,000
1,500
2,000
Log Konsentrasi
Nilai LC50 juga bisa didapatkan dengan menggunakan Microsoft
Office Excell dengan membuat grafik persamaan garis lurus Y = mX + b
yang dapat dilihat pada grafik di atas. Dan dari grafik di atas didapatkan
persamaan Y = 4,619x – 1,1508 sehingga didapatkan nilai LC50 yang sama
dengan metode manual yaitu 21,46 ppm. Nilai LC50 juga bisa ditentukan
dengan bantuan SPSS 16 for windows dan didapatkan nilainya sebesar
21,255 ppm. Nilai LC50 dari 3 metode penghitungan baik manual,
Microsoft Office Excell, dan SPSS 16 for windows tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan.
Uji toksisitas akut pelarut etanol 70% di penelitian sebelumnya
pada biji buah alpukat (Persea americana Mill.) didapatkan nilai LC50
sebesar 42,270 ppm. Sedangkan pada penelitian ini didapatkan nilai LC50
38
21,46 ppm. Nilai LC50 yang berbeda dengan penelitian sebelumnya,
dikarenakan pelarut yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah
etanol 70% sedangkan pada penelitian ini digunakan pelarut etanol 96%.
LC50 yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, juga bisa dikarenakan
adanya faktor eksternal berupa perbedaan lokasi tumbuhan asal. Peneliti
melakukan uji toksisitas akut ekstrak etanol 96 % biji buah alpukat
(Persea americana Mill.) di Ciputat sedangkan pada penelitian
sebelumnya tentang uji toksisitas biji buah alpukat (Persea americana
Mill.) dengan pelarut etanol 70% dilakukan di daerah Manado. Oleh
karena itu, lokasi asal biji buah alpukat juga berbeda. Perbedaan lokasi
tersebut akan menyebabkan perbedaan dari tanah, cuaca, temperatur,
cahaya, unsur air, senyawa organik dan anorganik pada lokasi tersebut.25
Uji toksisitas akut ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (Persea
americana Mill.) terhadap larva Artemia salina Leach dapat disimpulkan
memiliki potensi toksisitas akut karena nilai LC50 dari ekstrak etanol 96%
biji buah alpukat (Persea americana Mill.) 21,46 ppm kurang dari 1.000
ppm.22
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
1. Diketahui persentase kematian 0 % pada konsentrasi 0 ppm (kontrol
negatif), 6,67% pada konsentrasi 10 ppm, 26,67 % pada konsentrasi
15 ppm, 46,67% pada konsentrasi 20 ppm, 60 % pada konsentrasi 25
ppm, 73,33% pada konsentrasi 30 ppm, 83,33 % pada konsentrasi 35
ppm, dan 90 % pada konsentrasi 40 ppm.
2. Nilai LC50 dari ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (Persea
americana Mill.) adalah 21,46 ppm.
3. Ekstrak etanol biji buah alpukat (Persea americana Mill.) memiliki
potensi toksisitas akut karena didapatkan nilai LC50 kurang dari 1.000
ppm.
5.2
Saran
1. Pengamatan terhadap kematian larva sebaiknya dilakukan oleh dua
orang atau lebih agar risiko kesalahan berkurang.
2. Perlu dilakukan isolasi terhadap senyawa dari ekstrak etanol 96% biji
buah alpukat (Persea americana Mill.) yang memiliki potensi
toksisitas.
3. Perlu dilakukan uji terhap senyawa isolat yang memiliki potensi
toksisitas terhadap mencit ataupun terhadap sel kanker.
4. Perlu dilakukan perbandingan potensi toksisitas antara senyawa isolat
yang memiliki poteksi toksisitas dengan obat antikanker seperti
methotrexate, doxurubicin, ataupun obat antikanker lainnya.
39
DAFTAR PUSTAKA
1.
Santosa, A. Konservasi Indonesia sebuah potret pengelolaan & kebijakan.
Jakarta: Perpustakaan Nasional; 2008.
2.
Supriatna, Jatna. Melestarikan alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia; 2008.
3.
Yasir M, Das S, Kharya M D. The phytochemical and pharmacological
profile of Persea americana Mill. Phcog Rev [Internet] 2010 [cited 2014
Feb
19];
4:
77-84.
Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3249906/?report=classic
4.
Arukwe, Amadi, Duru, et.al. Chemical composition of Persea americana
leaf, fruit, and seed. IJRRAS May 2012;11(2):346-349.
5.
Marlinda M., Meiske S. Sangi, and Audy. Analisis senyawa metabolit
sekunder dan uji toksisitas ekstrak etanol biji buah alpukat (Persea
americana Mill). Manado: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Unversitas Sam Ratulangi; 2012.
6.
Meyer B.N., N.R Ferrigni, J. E. Putnam, et.al. Brine shrimp: a convenient
general bioassay for active plant constituents. Journal of Medicinal Plant
Research Planta Medica 1982;45:31-34.
7.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Peraturan kepala
badan
pengawas
obat
dan
makanan
Republik
Indonesia
nomor:
HK.00.05.41.1384 tentang kriteria dan tatalaksana pendaftaran obat
tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka; 2005.
8.
WHO. WHO traditional medicine strategy 2014-2023; 2013.
9.
Dewoto, Hedi R. Pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi
fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia 2007;57(7):205-211.
10.
Sunarjono, Hendro. Berkebun 21 jenis tanaman buah. Jakarta: Penebar
Swadaya; 2008.
11.
Aspan, Ruslan. Taksonomi koleksi tanaman obat kebun tanaman Citeureup.
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia; 2008.
12.
Leite, Joao Jaime Giffoni, Erika Helena Salles Brito, Rossana Agular
Cordeiro, et.al. Chemical composition, toxicity, and larvacidal and
40
41
13.
antifungal activities of Persea americana (avocado) seed extracts. Revista
da Sociadade Brasileira de Medicina Tropical 2009;42(2):110-113.
14.
Idris, S., G.I. Ndukwe, C.E. Gimba. Preliminary phytochemical screening
and antimicrobial activity of seed extracts of Persea americana (avocado
pear). Bayero Journal of Pure and Applied Sciences 2009;2(1):173-176.
15.
Panjaitan, Ridho Bertomi. Uji toksisitas akut ekstrak kulit batang pulasari
(Alyxiae cortex) dengan Brine Shrimp Lethality Test [Skripsi]. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma; 2011.
16.
Podolak, Irma, Agnieszka Galanty, and Danuta Sobolewska. Saponins as
cytotoxic agents a review. Phytochem Rev 2010;9:425-474.
17.
Kpadonou-Kpoviessi, B.G.H, D.S.S. Kpoviessi, and E. Yayi-Ladekan.
Phytochemical Screening, Antimicrobial activities and toxicity againts
Artemia salina Leach of extracts and fractions of Ocimum gratissimum Linn
from
Benin.
Journal
of
Chemical
and
Pharmaceutical
Research
2013;5(10):369-376.
18.
Lu, Frank C. Toksikologi dasar : asas, organ sasaran, dan penilaian risiko,
edisi 2. Jakarta: Universitas Indonesia; 2006.
19.
Stringer, Janet L. Konsep dasar farmakologi : panduan untuk mahasiswa,
edisi 3. Jakarta: EGC; 2008.
20.
Hodgson, Ernest. A textbook of modern toxicology, 4th edition. USA: John
Wiley & Sons Inc; 2010.
21.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya. Kumpulan kuliah farmakologi, edisi 2. Jakarta: EGC; 2008.
22.
Harmita dan Maksum Radji. Buku ajar analisis hayati, edisi 3. Jakarta:
EGC; 2008.
23.
Lee, C. C. Environmental engineering dictionary, 4th edition. USA:
Government Institutes; 2005.
24.
Leeuwen, C.J. and T.G. Vermiere. Risk assessment of chemicals: an
introduction, 2th edition. Netherlands: Springer; 2007.
25.
Priyanto.. Toksikologi, mekanisme, terapi antidotum, dan penilaian resiko.
Depok: LESKONFI; 2009.
42
26.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. Parameter
standar umum ekstrak tumbuhan obat. Jakarta: Departemen Kesehatan;
2000.
27.
Agoes, Goeswin. Teknologi bahan alam. Bandung: Penerbit ITB; 2007.
28.
Tiwari, Prashant, Bimlesh Kumar, Mandeep Kaur, et.al. Phytochemical
screening and extraction: a review. Internationale Pharmaceutica Sciencia
2011;1(1):98-106.
29.
Katzung, Betram G. Farmakalogi dasar & klinik, edisi 10. Jakarta: EGC;
2010.
30.
Green, Don W and Robert H. Perry. Perry's chemical engineers' handbook,
8th edition. United States: McGraw-Hill Company, Inc; 2008.
31.
Kuete, Victor. Medicinal plant research in Africa: pharmacology and
chemistry. USA: Elsevier; 2013.
32.
Colegate, Steven M. and Russel J. Molyneux. Bioactive natural products:
detection, isolation, and structural determination, 2nd edition. Francis: CRC
Press; 2007.
33.
Thomas, Gareth. Medicinal chemistry an introduction second edition.
England: John Wiley and Sons Ltd; 2007.
34.
Mahyuddin, Kholish. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Jakarta: Penebar
Swadaya; 2010.
35.
Dumitrascu,
Mioara.
Artemia
salina.
Balneo-Research
Journal
2011;2(4):119-122.
36.
Kanwar, Anubha Singh. Brine shrimp (Artemia salina) - a marine animal for
simple and rapid biological assays. Journal of Chinese Clinical Medicine
2007;2(4):236-240.
37.
Solis, Pablo N., Colin W. Wright, Margareth M. Anderson, et,al. a
microwell cytotoxicity assay using Artemia salina (brine shrimp). Planta
Med 1993;59:250-252.
38.
Campbell, Heil A and Jane B. Reece. Biologi edisi 8, jilid I. Jakarta:
Penerbit Erlangga; 2010.
43
39.
Barrett, Kim E., Susan M. Barman, Scott Boitano, et.al. Ganong’s review of
medical physiology, 23th edition. USA: The McGraw-Hill Companies; 2010.
40.
Tian, Jiang, et.al. Changes in sodium pump expression dictate the effects of
oubaine on cell growth. The Journal of Biological Chemistry [Internet] 2009
[cited 2014
Sep
17];284(22):14921–14929.
Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2685674/?report=reader
41.
Cahyadi, R. Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah pare (Momordica
charantia L.) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode brine
shrimp lethality test (BSLT). Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponogoro; 2009.
42.
Ramadhani, Ahmad Nur. Uji toksisitas akut ekstrak etanol daun sukun
(Atocorpus altilis) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode
brine shrimp lethality test (BSLT). Semarang : Fakultas Kedokteran
Universitas Diponogoro; 2009.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Keterangan Determinasi Bahan Uji
Gambar 6.1 Surat Keterangan Determinasi Bahan Uji
44
45
Lampiran 2
Alat dan Bahan Penelitian
Gambar 6.2 Kaleng telur Artemia salina Leach
46
Lanjutan
Gambar 6.3 Biji buah alpukat
(Persea americana Mill.)
Gambar 6.5 Destilasi pelarut etanol
Gambar 6.7 Botol kaca maserasi
Gambar 6.4 Serbuk simplisia biji buah
alpukat (Persea americana Mill.)
Gambar 6.6 Evaporasi biji buah
alpukat (Persea amaericana Mill.)
Gambar 6.8 Proses penyaringan
47
Lanjutan
Gambar 6.9 Ekstrak kental biji buah
alupukat (Persea americana Mill.)
Gambar 6.10 Ekstrak kental 2 g
Gambar 6.11 Larutan induk 20.000 ppm
Gambar 6.12 Wadah penetasan
telur Artemia salina Leach
Gambar 6.13 Larutan konsentrasi ekstrak
biji buah alpukat (Persea americana
Mill.)
Gambar 6.14 Hasil uji BSLT
48
Lampiran 3
Perhitungan konsentrasi ekstrak biji buah alpukat (Persea Americana Mill.)
1. Larutan induk 20.000 ppm
Konsentrasi = ekstrak etanol biji buah alpukat (Persea americana Mill.)(µg)
DMSO + Volume aquades (mL)
=
2g
= 2.000.000 µg = 20.000 µg/mL = 20.000 ppm
2 mL + 98 mL
100 mL
2. Larutan konsentrasi uji
a.
80 ppm
V1M1=V2M2
20.000 µg/mL x V1 = 80 µg/mL x 20 mL
V1 =
1.600 µg
= 0,08 mL
20.000 µg/mL
Jadi, kita mengambil 0,08 mL larutan ekstrak 20.000 ppm
b.
70 ppm
V1M1=V2M2
80 µg/mL x V1 = 70 µg/mL x 4 mL
V1 = 280 µg = 3,5 mL
80 µg/mL
Jadi, kita mengambil 3,5 mL larutan ekstrak 80 ppm
c.
60 ppm
V1M1=V2M2
80 µg/mL x V1 = 60 µg/mL x 4 mL
V1 = 240 µg = 3 mL
80 µg/mL
Jadi, kita mengambil 3 mL larutan ekstrak 80 ppm
d.
50 ppm
V1M1=V2M2
80 µg/mL x V1 = 50 µg/mL x 4 mL
V1 = 200 µg = 2,5 mL
80 µg/mL
49
Jadi, kita mengambil 2,5 mL larutan ekstrak 80 ppm
e.
40 ppm
V1M1=V2M2
80 µg/mL x V1 = 40 µg/mL x 4 mL
V1 = 160 µg = 2 mL
80 µg/mL
Jadi, kita mengambil 2 mL larutan ekstrak 80 ppm
f.
30 ppm
V1M1=V2M2
80 µg/mL x V1 = 30 µg/mL x 4 mL
V1 = 120 µg = 1,5 mL
80 µg/mL
Jadi, kita mengambil 1,5 mL larutan ekstrak 80 ppm
g.
20 ppm
V1M1=V2M2
80 µg/mL x V1 = 20 µg/mL x 4 mL
V1 = 80 µg = 1 mL
80 µg/mL
Jadi, kita mengambil 1 mL larutan ekstrak 80 ppm
50
Lampiran 4
Tabel Transformasi Persen – Probit
Tabel 6.1 Transformasi Persen - Probit
51
Lanjutan
52
Lampiran 5
Riwayat Penulis
Nama
: Akbar Sepadan
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir
: Muara Enim, 12 Maret 1993
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Ariodillah No. 4315 RT. 34 RW. 12 Palembang
Sumatra Selatan
No. Hp
: 081273698800
Email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
:
1. 1997 – 1999
: TK Bhayangkari Muara Enim
2. 1999 – 2004
: SDN 18 Muara Enim
3. 2004 – 2005
: MIN 1 Palembang
4. 2005 – 2008
: MTsN 1 Palembang
5. 2008 – 2011
: MAN 2 Palembang
6. 2011 – sekarang
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Download