laporan keuangan bi: wajar tanpa pengecualian

advertisement
LAPORAN KEUANGAN BI: WAJAR TANPA PENGECUALIAN
finance.detik.com
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) i atas Laporan Keuangan ii Tahunan Bank Indonesia (LKTBI). Pencapaian ini
merupakan
predikat
tertinggi
dalam
penyajian
Laporan
Keuangan
yang
telah
dipertahankan BI secara konsisten selama sembilan tahun berturut-turut sejak LKTBI
2003 sampai 2011.
Deputi Gubernur Hartadi A. Sarwono mengatakan, Bank Indonesia senantiasa
berusaha melakukan perbaikan-perbaikan dalam pengelolaan keuangan. Seluruh
saran/rekomendasi BPK akan diperhatikan dan diupayakan dengan sungguh-sungguh
untuk dapat ditindaklanjuti.
“BPK selaku Auditor Eksternal, kami pandang juga sebagai Mitra Strategis yang
membantu dalam mendorong dan mewujudkan prinsip-prinsip “Good Governance” iii di
Bank Indonesia,” kata Hartadi di Jakarta, Selasa (15/5).
Sesuai amanah Undang-Undang No 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan
dan
Undang-Undang
No
23
tahun
1999
tentang
Bank
Indonesia,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No 6 tahun 2009, BPK
melakukan pemeriksaan atas LKTBI 2011.
Pemeriksaan diawali dengan proses penyerahan LKTBI tahun 2011 (Unaudited)
dari BI kepada BPK yang telah dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 26 Januari 2012
dan selanjutnya BPK mulai melakukan pemeriksaan sejak tanggal 1 Februari 2012.
Anggota BPK Taufiequrachman Ruki mengatakan, LKTBI 2011 telah disajikan
secara wajar dalam semua hal yang material sesuai prinsip akuntansi yang berlaku
umum dan kebijakan akuntansi khusus atas transaksi yang umumnya dilakukan oleh
bank sentral, yang hal ini berarti opini WTP.
1 Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum
Secara umum, kinerja BI pada 2011 sebenarnya membaik, karena realisasi
defisit iv turun hampir separuh dari proyeksi semula Rp30 triliun menjadi defisit Rp16,5
triliun. Akan tetapi, defisit pada tahun ini ditaksir mencapai Rp21,57 triliun.
Dalam tiga tahun terakhir kinerja BI menurun karena terus ditimpa defisit. Hal
itu justru terjadi dalam kondisi ekonomi stabil. Padahal saat krisil global memuncak
pada 2008 BI mengalami surplus Rp17,25 triliun, terbesar dalam 6 tahun terakhir.
Surplus BI terjadi saat gejolak nilai tukar rupiah melemah, karena mendapat
gain dari penjualan valas. Namun, kompensasinya cadangan devisa merosot.
Pasca krisis 2008, neraca BI diproyeksikan bakal terus defisit karena dipakai
untuk menjaga stabilitas ekonomi dari dampak krisis global. Bahkan, pada 2012 modal
BI pernah diperkirakan bakal tergerus di bawah Rp2 triliun. Posisi modal BI awal 2011
mencapai Rp7,6 triliun.
SUMBER:
¾
Laporan Keuangan BI: Wajar Tanpa Pengecualian, Tribunnews.com, 15 Mei
2012
BI Raih Wajar Tanpa Pengecualian 9 Tahun Berturut-turut, Bisnis Indonesia, 16
Mei 2012.
Laporan Keuangan BI 2011 Dapat Opini WTP, Hukum Online.com, 15 Mei 2012.
Kebijakan akuntansi yang dianut Bank Indonesia diatur dalam Pedoman Akuntansi
Keuangan Bank Indonesia (PAKBI). PAKBI disusun dengan mengacu kepada
prinsip akuntansi yang berlaku umum sebagaimana dimaksud dalam Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) dan International AccountingStandard (IAS), Peraturan
Intern Bank Indonesia, dan praktik-praktik yang lazim dilakukan oleh bank sentral
negara lain, serta kesepakatan-kesepakatan antara Bank Indonesia dan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK) dengan Dewan Standar Akuntansi
Keuangan
–
Ikatan
Akuntan
Indonesia.
Agar
senantiasa
sejalan
dengan
perkembangan SAK dan IAS, PAKBI selalu disempurnakan, terakhir dengan Surat
Edaran Nomor 8/50/INTERN tanggal 28 September 2006 tentang Pedoman
Akuntansi Keuangan Bank Indonesia. Untuk hal-hal yang belum diatur dalam
PAKBI, Kebijakan Akuntansi Bank Indonesia mengacu kepada prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
i
Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion): pendapat wajar tanpa pengecualian
menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperikasa menyajikan secara wajar : dalam semua
2 Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum
ii
iii
iv
hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tersebut sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Laporan Keuangan: laporan keuangan, bentuk pertanggungjawaban sebagaimana ditetapkan dalam
Pasal 30, Pasal 31, dan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal
55 ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara [vide: UU No. 15/2004, Pasal 1 angka 9].
Good Governance: mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang substansial dan
penerapannya untuk menunjang pembangunan yang stabil dengan syarat utama efisien) dan (relatif)
merata. Good governance sangat terkait dengan dua hal yaitu (1) good governance tidak dapat dibatasi
hanya pada tujuan ekonomi dan (2) tujuan ekonomi pun tidak dapat dicapai tanpa prasyarat politik
tertentu.
Defisit: selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan.
3 Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum
Download