BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang penting bagi kehidupan manusia sekarang ini. Lahan mempunyai beberapa fungsi penting bagi manusia diantaranya dapat berfungsi sebagai ruang, sebagai nilai ekonomi bahkan sebagai tempat produksi. Fungsi lahan sebagai ruang, lahan digunakan untuk tempat tinggal atau untuk melakukan kegiatan. Fungsi lahan sebagai nilai ekonomi, lahan dapat digunakan untuk investasi masa depan. Fungsi lahan sebagai tempat produksi, lahan digunakan untuk pertanian, perkebunan, kehutanan dan sebagainya (Mather, 1986). Lahan dipandang sebagai suatu lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, topografi, tanah, hidrologi dan vegetasi yang dimana pada batas-batas tertentu mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan bukan hanya tanah saja, tetapi merupakan kumpulan dari komponen abiotik dan biotik yang saling berinteraksi membentuk suatu kesatuan lingkungan fisik yaitu lahan. Lahan sebagai suatu lingkungan, berarti keberadaan lahan tidak akan terlepas dari pengaruh manusia. Lahan sebagai sumberdaya, lahan dapat mengalami kerusakan atau kelangkaan karena kegiatan manusia. Kegiatan manusia dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau kelangkaan sumberdaya alam dalam tiga cara. Pertama, kegiatan manusia menyebabkan penurunan jumlah dan kualitas sumberdaya. Kedua, pertumbuhan penduduk menyebabkan penurunan atau kelangkaan sumberdaya. Ketiga, akses 1 terhadap lingkungan dan sumberdaya alam yang tidak seimbang. Ketiga faktor tersebut dapat berdiri sendiri atau dalam kombinasi, seperti yang disebutkan Homer-Dixon, et al. (1993) dalam Mitchell, et al. (2000). Cutter dan Renwick (2004) mengemukakan bahwa peningkatan populasi berarti akan menyebabkan konsumsi sumberdaya alam semakin meningkat. Jumlah sumberdaya yang relatif tetap dan seiring bertambahnya jumlah penduduk, maka sumberdaya yang tetap tersebut akan semakin banyak dimanfaatkan dan lebih cepat berkurang. Kerusakan lingkungan atau kelangkaan sumberdaya alam akan terjadi ketika sumberdaya alam dieksploitasi dengan tingkat kecepatan yang melebihi daya pulihnya. Kondisi lingkungan fisik yang berbeda-beda semakin membatasi ketersediaan lahan bagi kehidupan. Karakteristik lahan yang berbeda dari segi tanah, lereng, batuan, dan bentuk lahan tentunya akan memunculkan potensi dan masalah lingkungan yang berbeda pula. Kemunculan potensi atau masalah lingkungan ini tergantung pada manusia sebagai agen perubahan lingkungan, akan dibawa menuju potensi lingkungan yang optimal atau memunculkan masalah lingkungan. Menurut Panizza (1996) aset geomorfologi dari suatu bentuklahan dapat berubah menjadi sumberdaya apabila ada campur tangan manusia. Manusia juga dapat merubah lingkungan fisik karena aktivitasnya baik ekonomi, sosial maupun budaya sehingga muncul suatu masalah. Karakteristik lahan menentukan atau mempengaruhi perilaku lahan yaitu bagaimana ketersediaan air, peredaran udara, ketersediaan unsur hara dan sebagainya (Arsyad, 1989). 2 Peningkatan jumlah penduduk dan ketersediaan lahan yang relatif tetap, menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan pada kawasan hutan. Manusia memiliki kebutuhan sandang, pangan dan papan serta kebutuhan lainnya. Kebutuhan tertinggi manusia yang memberikan ancaman bagi keberadaan hutan adalah kebutuhan lahan bagi manusia. Penggunaan lahan ini dapat berupa lahan pemukiman, tegalan, sawah maupun lahan terbangun lainnya. Perubahan penggunaan lahan hutan menjadi lahan pertanian menunjukkan kualitas lahan menjadi semakin buruk, hal ini diikuti pula dengan permasalahan berupa meningkatnya erosi, kesuburan tanah menurun, perubahan kondisi kelembaban udara dan sebagainya (Gabler, et al. 2007). Panizza (1996) mengemukakan bahwa perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi lahan pertanian dapat menyebabkan terjadinya perubahan tanah dari segi kimia, biologi dan fisik serta menyebabkan terjadinya perubahan iklim mikro. Perubahan ini terjadi karena proses pengolahan lahan pertanian, di antaranya penggunaan pupuk kimia, irigasi, pembajakan lahan baik dengan mesin maupun hewan serta penggunaan jenis spesies baru. Perubahan penggunaan lahan di kawasan hutan di Jawa akhir-akhir ini mengalami peningkatan, sehingga kawasan hutan semakin berkurang. Permasalahan ini muncul karena adanya dualistik penguasaan dan penggunaan lahan. Kawasan hutan dikuasai dan dikelola oleh Departemen, Dinas maupun Kantor Wilayah Perhutani, namun di sisi lain masuk daerah administratif tertentu (Ritohardoyo, 2009). Kawasan hutan yang dikelola dapat masuk dalam dua wilayah administratif yang bersamaan, dimana kedua wilayah administratif 3 tersebut tentunya memiliki peraturan penggunaan lahan yang berbeda. Masyarakat sekitar hutan masih menggantungkan hidup dari keberadaan hutan di sekitarnya. Kondisi lahan di sekitar hutan yang kurang produktif dibandingkan kondisi lahan di dalam kawasan hutan mendorong terjadinya perubahan lahan hutan menjadi lahan pertanian. Menurut Sutaryono (2008) ada beb erapa faktor yang menyebabkan masyarakat menggantungkan hidupnya pada keberadaan hutan, yaitu keterbatasan akses, kemiskinan dan kultur serta sikap hidup. Salah satu upaya untuk mengatasi degradasi hutan dan lahan tersebut perlu dilakukan strategi pengelolaan lingkungan, agar kualitas lingkungan dapat menjadi lebih baik. Pengelolaan lingkungan atau manajemen lingkungan adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk mengelola lingkungan dengan mengintegrasikan antara ekologi, pembuatan kebijakan, perencanaan dan perkembangan sosial (Barrow, 1999). Pengelolaan lingkungan dalam Undangundang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup No.32 Tahun 2009 merupakan upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum. Adapun tujuan dari pengelolaan lingkungan antara lain adalah melindungi dan memberikan resolusi atas permasalahan lingkungan; mengurangi faktor pembatas; mengidentifikasi bahaya dan potensi; menjaga keberlanjutan sumberdaya atau bahkan meningkatkan keberadaan sumberdaya; menemukan teknologi terbaru atau kebijakan yang lebih cocok dan sebagainya (Mitchel, et al. 2000). 4 Degradasi hutan dan lahan akibat perubahan penggunaan lahan di Indonesia, salah satunya terjadi di Daerah Todanan Kabupaten Blora. Daerah Todanan termasuk salah satu daerah yang rawan terhadap perubahan penggunaan lahan dari kawasan hutan menjadi lahan pertanian maupun lahan terbangun. Daerah yang mempunyai luas sebesar 12.873,9 hektar ini, 43,76% dari keseluruhan wilayahnya atau 5.633,528 hektar adalah kawasan hutan. Kawasan hutan produksi di daerah Todanan ini masuk ke dalam KPH Blora. Penggunaan lahan terbesar setelah hutan di daerah Todanan ini adalah berupa lahan sawah, yaitu sebesar 4.055,63 hektar atau 31,5% (BPS, 2010). Daerah ini termasuk rawan terhadap perubahan penggunaan lahan karena dalam rencana tata ruang Kabupaten Blora 2011-2031, daerah Todanan diarahkan untuk menjadi kawasan industri. Daerah Todanan juga memiliki lahan kritis dengan tingkatan kritis, agak kritis dan potensial kritis. Adanya arahan untuk menjadi kawasan industri dan terdapatnya lahan kritis di daerah Todanan, dapat menyebabkan degradasi lahan menjadi lebih luas karena kesalahan dalam penggunaan lahan. Daerah Todanan masuk dalam daerah administratif Kabupaten Blora. Luas Kabupaten Blora pada tahun 2007 adalah 182.058,797 hektar, dimana 49,66% dari total luas wilayah tersebut adalah hutan yaitu sebesar 90.416,52 hektar (BPS, 2010). Kawasan hutan di kecamatan Todanan mempunyai luas sebesar 5.633,528 hektar atau sebesar 43,76% dari keseluruhan wilayahnya, kawasan hutan di daerah Todanan ini masuk ke dalam KPH Blora. Penggunaan lahan terbesar setelah hutan di daerah Todanan ini adalah berupa lahan sawah, yaitu sebesar 4.055,63 hektar atau 31,5% (BPS, 2010). Karenanya perlu dilakukan strategi pengelolaan 5 lingkungan berdasarkan tingkat kekritisan lahan dengan indikator kemampuan lahan, agar degradasi lahan maupun kerusakan lingkungan tidak semakin meluas. Strategi pengelolaan lingkungan dalam penelitian ini nantinya meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian dan pemeliharaan yang dapat diterapkan pada masing-masing satuan lahan di daerah Todanan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam pembuatan strategi pengelolaan lingkungan dan memberikan masukan dalam perencanaan pembangunan di daerah Todanan Blora. 1.2. Permasalahan Kebutuhan lahan oleh manusia yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, perlu dilakukan upaya untuk mengatur penggunaan lahan. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuaannya dapat menyebabkan kerusakan lahan. Sumberdaya lahan yang bersifat terbatas dan tetap jumlahnya, sedangkan manusia terus berkembang dan tumbuh dapat menimbulkan masalah. Konflik atau perebutan penggunaan lahan akan semakin meningkat, banyak lahan hutan beralih fungsi menjadi lahan pertanian maupun lahan terbangun guna memenuhi kebutuhan manusia akan lahan. Semakin banyaknya lahan hutan yang dikonversi menjadi lahan pertanian maupun lahan terbangun, dapat menimbulkan kerusakan pada tanahnya maupun lingkungannya. Fungsi hutan sebagai pelindung sistem penyangga kehidupan, sebagai kekayaan keanekaragaman tumbuhan maupun satwa serta sebagai fungsi produksi akan hilang seiring perubahan pengunaan lahan. Degradasi lahan hutan ini apabila terjadi dalam skala besar dan tidak dilakukan penanganan secara cepat dan tepat akan menjadi lahan kritis. 6 Kemampuan lahan dan lahan kritis yang ada pada suatu daerah, perlu dilakukan evaluasi secara cepat dan dilakukan pengelolaan yang tepat. Pemerintah bersama masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan dimana nantinya akan bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri. Strategi pengelolaan lingkungan berdasarkan kemampuan lahan dan lahan kritis ini nantinya dapat dijadikan pedoman bagi pemerintah dan masyarakat dalam pengaturan penggunaan lahan. Untuk itu pertanyaan penelitian berikut sangat perlu untuk dicari jawabannya, antara lain: 1. Bagaimana kondisi penggunaan lahan berdasarkan tingkat kekritisan lahan? 2. Bagaimana kondisi penggunaan lahan berdasarkan kelas kemampuan lahan? 3. Apa saja kendala yang dihadapi masyarakat dan strategi apa yang telah dilakukan masyarakat dan pemerintah dalam pemanfaatan lahan di daerah Todanan, Blora? 1.3. Keaslian Penelitian Penelitian tentang lahan kritis dan kemampuan sebelumnya pernah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti: Suharjo (2003) tentang rehabilitasi lahan kritis berbasis masyarakat di Kecamatan Jenar Sragen, Jawa Tengah; Ismail (2007) melakukan kajian lahan kritis dengan pendekatan analisis kemampuan lahan menggunakan SIG dan software LCLP di DAS Opak Yogyakarta. Sadoeitoeboen (2006) melakukan penelitian mengenai peran serta masyarakat 7 dalam rehabilitasi hutan dan lahan kritis di distrik Biak Timur Kabupaten Numfor Provinsi Papua. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan berdasarkan tingkat lahan kritis dan kemampuan lahan untuk penyusunan strategi pengelolaan lingkungan. Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan kemampuan lahan dilakukan Aziz (2008), yaitu tentang evaluasi kemampuan lahan dan pendugaan erosi untuk arahan pemanfaatan lahan di sub DAS Juwet dan Dondong, Gunung Kidul. Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan strategi pengelolaan lingkungan dilakukan Ilu (2007), yaitu tentang rehabilitasi lahan dan konservasi tanah di kawasan hulu DAS Lasolo Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian terdahulu tersebut hanya menggunakan satu pendekatan saja, dan pada penelitian ini dilakukan dengan kedua pendekatan secara bersamaan yaitu berdasarkan kemampuan lahan dan tingkat kekritisan lahan. Peneliti mengangkat masalah analisis kerusakan lingkungan berdasarkan tingkat lahan kritis sebagai acuan strategi pengelolaan lingkungan. Evaluasi lahan merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis kerusakan lingkungan. Evaluasi lahan dilakukan dalam satuan lahan dengan menilai dan mengelompokkan kemampuan lahannya terlebih dahulu. Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) menyebutkan bahwa terdapat beberapa aspek penting dilakukannya evaluasi lahan dalam perencaan tataguna lahan, yaitu aspek teknis, aspek lingkungan, aspek hukum, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek politik. Evaluasi lahan nantinya digunakan untuk analisis dampak lingkungan dan analisis 8 sosial ekonomi, sehingga dapat menjadi pedoman dalam menentukan strategi pengelolaan lingkungan. Analisis evaluasi lahan dilakukan pada wilayah hutan dan di pinggir kawasan hutan dengan jenis penggunaan lahan yang berbeda. Penggunaan lahan yang dimaksudkan dapat berupa pemukiman, kebun campuran, sawah dan sebagainya. Kawasan di sekitar hutan dipilih karena tingkat kerawanan terhadap perubahan penggunaan lahan relatif tinggi. Masyarakat sekitar hutan sangat menggantungkan hidupnya terhadap hasil hutan, diantaranya memanfaatkan lahan hutan untuk bercocok tanam. Hamilton dan Peter (1983) mengemukakan bahwa dampak dari penebangan hutan atau degradasi hutan salah satunya mengubah sifat-sifat tanah meliputi pemadatan, lepasnya butir-butir tanah, kehilangan bahan organik, penolakan air dan sebagainya. Penelitian terdahulu yang menggunakan analisis lahan kritis dan kawasan hutan dilakukan oleh Sadsoitoeboen (2006), yaitu tentang peran serta masyarakat dalam rehabilitasi hutan dan lahan kritis di distrik Biak Timur Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua. Penelitian ini mengambil tema yang hampir sama dengan penelitian Sadsoeitoeboen (2006), yaitu mengenai analisis lahan kritis dan kawasan hutan. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi penelitian dan penggunan metode analisis kemampuan lahan dipadukan dengan metode deskriptif kondisi lahan kritis. Hasil penelitian ini berupa zonasi tingkat kekritisan lahan berdasarkan kemampuan lahan serta peta penggunaan lahan-lahan kritiskemampuan lahan di dalam dan di luar kawasan hutan. Muara akhir dari penelitian ini adalah menentukan strategi pengelolaan lingkungan berdasarkan 9 pada lahan kritis dan kemampuan lahan di daerah Todanan Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah. Perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan disajikan pada Tabel 1.1. 1.4.Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk merancang strategi pengelolaan lingkungan berdasarkan tingkat kekritisan lahan baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) Mengevaluasi penggunaan lahan berdasarkan tingkat kekritisan lahan di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan. 2) Mengevaluasi penggunaan lahan berdasarkan kemampuan lahan sebagai indikator tingkat kekritisan lahan baik di luar maupun di dalam kawasan hutan. 3) Menyusun strategi pengelolaan lingkungan untuk mengatasi kendala yang dihadapai dalam pemanfaatan lahan berdasarkan atas tingkat kemampuan lahan dan kekritisan lahan. 1.5. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1) Sebagai masukan kepada Pemerintah Daerah tentang strategi pengelolaan lingkungan di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan yang berdasarkan lahan kritis dan kemampuan lahan. 10 2) Sebagai sumber informasi bagi masyarakat tentang bagaimana kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka baik potensi, masalah dan cara pengelolaannya. 1.6 Batasan Operasional 1. Lahan kritis : lahan yang telah kehilangan lapisan atasnya (top soil) atau mengalami penurunan keterpaduan strukturnya karena adanya erosi, sehingga terlihat batuan penyusunnya atau lahan menjadi gundul (Malingreau dan Christiani, 1982; Rukmana, 1995). 2. Kemampuan lahan : potensi lahan bagi serangkaian atau sejumlah penggunaan seperti untuk pertanian, kehutanan atau rekreasi tanpa membicarakan peruntukan jenis tertentu (Sitorus, 1985). 3. Evaluasi lahan : proses penilaian penampilan atau keragaan lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). 4. Klasifikasi kemampuan lahan : penilaian komponen-komponen lahan secara sistematik dan mengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari (Arsyad, 1989). 5. Kerusakan lingkungan : perubahan langsung dan/ atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia dan/ atau hayati lingkungan hidup yang 11 melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup (UU PPLH No.32 Th. 2009). 6. Kriteria baku kerusakan lingkungan : ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia, dan/ atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat melestarikan fungsinya (UU PPLH No.32 Th. 2009). 7. Pengelolaan lingkungan : suatu upaya intervensi publik yang sistematis dan terpadu dalam pemanfaatan lingkungan dan sumber daya alam untuk mengoptimalkan pemanfaatan lingkungan dan sumber daya meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum menuju pembangunan yang berkelanjutan (UU PPLH No.32 Th. 2009). 8. Strategi pengelolaan lingkungan : ilmu atau seni dalam menggunakan sumber daya dengan rencana yang cermat dalam memanfaatkan lingkungan dan sumber daya secara optimal serta mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan (UU PPLH No.32 Th. 2009). 12 Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu yang Terkait Daerah Penelitian Kec. Jenar, Sragen No 1 Nama Suharjo (2003) 2 Sadsoeitoe boen (2006) Distrik Biak Timur, kab. Biak Numfor provinsi Papua 3 Ilu (2007) DAS Lasolo Kab. Konawe Provinsi Sulawesi tenggara Tujuan Mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan lahan kritis beserta agihannya; mengkaji bentuk penanganan lahan kritis; mengkaji bagaimana peran serta masyarakat dalam rehabilitasi lahan kritis Metode Analisis Metode deskriptif terhadap data lahan kritis, faktor penyebab dan bentuk penanganan yang ada saat penelitian Hasil Rehabilitasi lahan kritis berbasis masyarakat Mengetahui tingkat keterlibatan masyarakat/marga dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan kritis di distrik biak timur; mengetahui tingkat keaktifan marga/masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan kritis di distrik biak timur; mengetahui perbedaan faktor-faktor motivasi, pengalaman usaha tani, jenis kelamin, tingkat pendidikan, mata pencaharian dan status sosial mempengaruhi perbedaan tingkat keaktifan masyarakat/marga dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan kritis di distrik biak timur Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pelaksanaan dan manfaat dalam rehabilitasi lahan dan konservasi tanah; mengetahui tingkat persepsi masyarakat terhadap kegiatan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah; mengetahui tingkat peran serta masyarakat dalam rehabilitasi lahan dan konservasi tanah Deskriptif analisis tentang keterlibatan dan tingkat keaktifan masyarakat dalam pelaksanaan RHL Tingkat keterlibatan masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan Metode kuantitatif dengan indeks komposit pada parameter pengetahuan, persepsi dan peran serta petani Tingkat keberhasilan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah dari aspek sosial ekonomi masyarakat 13 Daerah Penelitian DAS opak Yogyakarta No 4 Nama Ismail (2007) 5 Aziz (2008) Sub DAS Juwet dan Dondong, Gunung Kidul, Yogyakarta 6 Natalaga (2010) DAS Sailo Kab.Landak Kalimantan Barat Tujuan Menentukan kelas kemampuan lahan dan kaitannya dengan kesesuaian penggunaan lahannya menggunakan software LCLP dan SIG; menentukan kekritisan lahan di daerah penelitian berdasarkan kelas kemampuan lahan; menentukan kesesuaian antara upaya konservasi yang telah dilakukan oleh masyarakat dengan kemampuan lahannya dengan mengetahui kelas bahaya erosinya; menyusun alternatif rekomendasi upaya konservasi tanah sesuai dengan kekritisan lahan Mengevaluasi kemampuan lahan di wilayah Sub DAS Juwet dan Dondong; mengkaji kesesuaian antara penggunaan lahan saat ini dengan kelas kemampuan lahan di wilayah DAS Juwet dan Dondong; melakukan pendugaan erosi dan tingkat erosi yang diperbolehkan; menentukan arahan pemanfaatan lahan wilayah DAS Juwet dan Dondong berdasarkan pertimbangan kemampuan lahan dan tingkat erosi Mengkaji besar dan sebaran spasial tingkat bahaya erosi; mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya erosi dan tren perubahannya; menentukan arahan bentuk rehabilitasi lahan berdasarkan tingkat bahaya erosi; menyusun alternatif strategi pengelolaan lingkungan Metode Analisis Metode analisis kemampuan lahan menggunakan SIG Hasil Peta kelas kemampuan lahan, penggunaan lahan yang sesuai dengan kelas kemampuannya, menentukan bahaya erosi dan menentukan upaya konservasi Metode deskriptif, pengambilan data sample menggunakan metode purposive random sampling; aplikasi model LCLP; pendekaatan satuan medan sebagai unit analisis Survey lapangan dengan pendekatan satuan bentanglahan Klasifikasi kemampuan lahan; tingkat erosi dan arahan funsi pemanfaatan lahan Peta sebaran tingkat bahaya erosi, peta alternatif strategi pengelolaan lingkungan 14 No 7 Nama Irwan (2012) Daerah Penelitian Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora Tujuan Melakukan evaluasi penggunaan lahan berdasarkan kemampuan lahan baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan; Melakukan evaluasi penggunaan lahan berdasarkan kemampuan lahan dan lahan kritis baik di luar maupun di dalam kawasan hutan; Menentukan strategi pengelolaan lingkungan yang didasarkan atas tingkat kemampuan lahan dan kekritisan lahan Metode Analisis Metode analisis kemampuan lahan, deskriptif terhadap lahan kritis dengan penentuan sampel secara purposive sampling terhadap satuan lahan Hasil Zonasi tingkat kekritisan lahan dengan indikator kemampuan lahan, peta penggunaan lahan-lahan kritis-kemampuan lahan di dalam dan di luar kawasan hutan, strategi pengelolaan lingkungan Sumber : Suharjo (2003); Sadsoeitoeboen (2006); Ilu (2007); Ismail (2007); Aziz (2010); Natalaga (2010). 15