Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas TANTANGAN DAKWAH REKAYASA SOSIAL DI INDONESIA ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Oleh : Rini Setiawati e-mail : [email protected] Abstract Islamic social engineering is efforts to change people who deviated of Islamic teachings to the wright direction. Efforts for changes made by practising Islamic social engineering as it is the substance of Islamic missionary movement. Facing various socioeconomic challenges arising from the various world political and economic policy, the social engineering strategy undertaken by the Islamic missionary movement must be designed for facing such challenges. Thus Islamic propagation will continue to play important role in global assocaition, at least for eliminating various negative impacts arising from the implementation of the global politics and economic policies which is cionsidered unfair by developing countries Kata Kunci : Rekayasa Sosial, Tantangan Dakwah Islamiyah, MEA PENDAHULUAN Rekayasa sosial pada keadaan bagaimanapun senantiasa membutuhkan agen-agen untuk melakukan gerakan. Terdapat dua kelompok besar di balik upaya rekayasa social, yakni pemimpinpemimpin (leaders) dan pendukung (supporters). Jika diuraikan lebih lanjut maka akan kita temukan derivasinya yang mana tiap-tiap orang mempunyai peran yang tertentu. Ada orang yang menggerakkan, ada yang terus menerus memberikan motivasi agar massa tetap bergerak, ada yang membantu dengan sumber daya, dana dan fasilitas, ada yang mempengaruhi kalangan elit, ada yang mengatur administrasi sebuah gerakan, ada yang harus menjadi konsultan, ada juga prototype pekerja atau aktivis, ada pendonor, dan yang tidak kalah pentingnya adalah kalangan simpatisan. Dan keseluruhan komponen tersebut dapat kita pahami dalam dakwah yang kemudian disebut unsur-unsur dakwah. VOL. 9 No.2 Juli 2014 311 Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku, motivator, dan aktivis gerakan), mad’u (simpatisan gerakan), maddah (materi gerakan), wasilah (media gerakan), thariqah (metode gerakan),1 muqashid (tujuan gerakan).2 Sehingga dengan dakwah terjadilah rekonstruksi peradaban kehidupan umat manusia. Secara historis, dakwah memiliki perjalanan yang sangat panjang dan senantiasa bergerak. dakwah telah ada sejak manusia pertama di bumi yang menyeru untuk meng-Esa-kan Allah semata, kemudian senantiasa bergerak hingga pada Nabi akhir zaman Muhammad saw., dakwah tidak hanya pada masalah akidah, tetapi merambah pada masalah sosial (muamalah dan akhlak). Atsar dakwah telah dapat kita saksikan dalam masa sekarang. Dakwah dapat merekonsturksi peradaban umat manusia jahiliyah kepada peradaban umat manusia yang berwawasan luas dan cerdas. Dan dengan gerakan dakwah pula dapat mensetarakan kedudukan umat manusia, menghapus kedzaliman, dan penindasan dari umat yang kuat kepada umat yang lemah. Hingga pada akhirnya golden eggs dapat diwujudkan. Meskipun demikian, gerakan dakwah tidak terlepas dari tantangan-tantangan sesuai zamannya. Di Indonesia gerakan dakwah yang dipelopori oleh walisongo juga tidak terlepas dari banyak tantangan social dan budaya masyarakat Indonesia waktu itu. Namun para da’i tersebut mampu membuktikan bahwa gerakan dakwah dapat terus bergerak di manapun, kapanpun, dan dalam keadaan bagaimanapun. Tetapi pada masa sekarang, gerakan dakwah yang telah dibangun oleh sejak lama di Indonesia akan menghadapi tantangan yang lebih kompleks, yakni hadirnya isu MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) pada tahun 2015. Indonesia dan negara-negara di wilayah Asia Tenggara akan membentuk sebuah kawasan yang dikenal sebagai MEA.. MEA merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Terdapat empat hal yang menjadi focus MEA pada tahun 2015. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Association of Southheast ASIAN Nations, Pertama, negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Kedua, MEA akan dibentuk sebagai kawasan dengan tingkat 1 Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), cet-3, hal. 21-32 2 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), hal. 9 VOL. 9 No.2 Juli 2014 312 Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas kompetisi yang tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan yang meliputi competition policy, consumer protection, intellectual property rights (IPR), taxation, dan E-commerce. Ketiga, MEA akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Keempat, MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global.3 Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi ajang kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan ekspor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Namun, di sisi lain muncul tantangan baru bagi gerakan dakwah berupa permasalahan homogenitas komoditas yang diperjual belikan serta system ekonomi yang akan diterapkan. Apakah syariah, kapitalis, sosialis, liberalis ataukah ekonomi pancasila? Inilah tantangan gerakan dakwah dalam bidang ekonomi. Sedangkan gerakan dakwah selama ini senantiasa menghendaki suatu rekaya social (perubahan social terencana) dengan harapan mewujudkan khoiru ummah. Dengan demikian akan muncul pertanyaan bagaimana responsif dakwah terhadap MEA 2015 di Indonesia? PEMBAHASAN KONSEP DAKWAH ISLAMIYAH Dakwah dari segi bahasa berarti panggilan, seruan, atau ajakan. Sedangkan berdakwah berarti memanggil, menyeru, atau mengajak. Dalam istilah Prof. Dr. Toha Yahya Oemar mengartikan dakwah Islam sebagai upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.4 Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hamzah Ya’qub yang mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah dan RasulNya.5 Lebih jelas lagi dikemukakan oleh Drs. Rachmat Imampuro dakwah adalah suatu kegiatan untuk membina manusia agar mentaati ajaran Islam, guna memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. 6 3 Association of Southeast ASIAN Nations, Asean Economic Community Blueprint, (Jakarta: Asean Sekretariat, 2008), hal. 6 4 Ibid, hal. 1 5 Ibid, hal. 2 6 Rachmat Imampuro, Ilmu Dakwah, (Semarang: Badan Penerbitan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 1982), hal. 3 VOL. 9 No.2 Juli 2014 313 Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas Dari penjelasan makna dakwah di atas dapat dipahami bahwa berdakwah merupakan perjuangan hidup untuk menegakkan dan menjunjung undang-undang ilahi dalam seluruh aspek kehidupan manusia dan masyarakat, sehingga ajaran Islam menjadi sibghah (celupan) yang mendasari, menjiwai dan mewarnai seluruh sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan dan pergaulan hidupnya. Wahidin mengelompokan dakwah dalam tiga pola dakwah. Diantaranya dakwah cultural, dakwah politik, dan dakwah ekonomi. Di mana dalam tulisan akan membatasi pembahasan pada dakwah ekonomi saja yang kemudian akan dikolaborasikan dengan rekayasa sosial. A. Konsep Dakwah Ekonomi Dakwah ekonomi adalah aktivitas umat Islam yang berusaha mengimplementasikan ajaran Islam yang berhubungan dengan prosesproses ekonomi guna meningkatkan ekonomi dan kesejahteraannya. Ajaran Islam dalam kategori ini antara lain; jual-beli, salam, musaqoh, muzaro’ah, zakat, infak, kurban, dan yang lainnya termasuk di dalamnya tentang haji.ajaran Islam tersebut memiliki relevansi dengan dakwah ekonomi yaitu pada aspek produksinya, distribusinya, supplier, pemanfaatan barang dan jasa. Maka ekonomi umat Islam akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan umat Islam.7 1. Tujuan Dakwah Ekonomi Tujuan daripada dakwah ekonomi di antaranya: a. Mengutamakan Ketuhanan (mencari kehidupan akhirat) Maksud tujuan dari ekonomi Islam adalah berbakti kepada Tuhan. Tujuan ini untuk memperingatkan kepada masing-masing manusia bahwa dibalik hidupnya yang sekarang, masih ada lagi kehidupan yang abadi. Di sana hanya hukuman Tuhan yang berlaku, di mana tiap-tiap orang harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan selama hidup di dunia di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam berjuang mencari rizki dan membangun perekonomian, haruslah orang mengingat tujuan akhir. Tujuan ini harus dijadikan lambing pekerjaannya dan juga dasar taktik strategi perjuangannya di lapangan ekonomi itu. Tujuan itu 7 Wahidin Saputra, Op.Cit., hal. 4 VOL. 9 No.2 Juli 2014 314 Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas mempengaruhi pekerjaannya di lapangan produksi, distribusi, dan konsumsi.8 b. Memenuhi Kebutuhan Hidup Secara Sederhana Aspek yang tercakup dalam kategori ini termasuk usaha untuk mendapatkan makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, perawatan, dan pendidikan. Jika dikaitkan dengan tujuan yang benar, semua usaha untuk mencapai tujuan ini adalah sunah, dan dianggap sebagai usaha yang diridhoi Allah swt. Demikian yang dinyatakan oleh Muhammad Nejatullah Siddiqi, menurutnya seseorang yang cukup pangan, mengenakan pakaian bagus, dan menikmati berbagai kesenangan lain dengan baik, merupakan tujuan yang hendak dicapai dalam Islam.9 c. Memperjuangkan Kebutuhan Hidup Duniawi (tidak melupakan nasib di dunia) Di dalam tujuan ini Islam menegaskan bahwa ekonomi haruslah ditujukan kepada perjuangan nasib. Manusia tidak boleh melalaikan nasibnya dalam hidup di dunia ini, melainkan harus hidup berjuang di lapangan perekonomian dengan segala jalan yang terbuka baginya. Banyak jalan yang ditempuh dan banyak usaha yang dikerjakan untuk menolong nasib sendiri di dalam perebutan ekonomi.10 d. Memenuhi Kebutuhan Jangka Panjang Islam juga mengakui tentang perlunya manusia menyimpan barang kebutuhan untuk digunakan pada saat tertentu. Firman Allah swt., dalam QS. Al-Isra’; 29 Artinya: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS. Al-Isra’:29) Nabi Muhammad saw sering memperingati sahabatsahabatnya agar bersifat hemat dan menasehati agar jangan menghabiskan semua harta yang ada walaupun heart tersebut 8 Ahmad M. Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Rajawali, 1987), hal. 170-175 9 Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi dalam Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 16 10 Ahmad Saefudin, Op.Cit., hal. 155-156 VOL. 9 No.2 Juli 2014 315 Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas digunakan untuk di jalan Allah, karena harta tersebut dibutuhkan untuk keperluan hidup sehari-hari dan untuk masa depan.11 e. Memberikan Bantuan Social dan Sumbangan Berdasarkan Jalan Allah Saat pendapatan dan pengeluaran menjadi masalah yang paling penting dalam aktivitas ekonomi manusia. Setelah seseorang dapat memuaskan kebutuhan hidupnya dan juga kebutuhan orang-orang berada di bawah pengawasannya, juga menyimpan beberapa bagian hartanya di masa yang akan dating dan keturunannya, seseorang tidak sepantasnya untuk berdiam diri saja tanpa melakukan aktivitas ekonomi. Misalnya memberikan bantuan social pada fakir miskin dan sumbangan social berdasarkan di jalan Allah dengan cara infaq, sedekah, dan lainnya. B. REKAYASA SOSIAL Perubahan social adalah perubahan dalam segi struktur dan hubungan social. Kingley Davis mengartikan perubahan social sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.12 Selanjutnya meskipun arah perubahan social diramalkan dan dikendalikan masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan, namun demikian, bagi ilmuwan yang berpendapat bahwa arah perubahan social dapat diramalkan, bahwa manusia dapat memberikan pengaruh tertentu terhadap arah perubahan social.13 Bertolak pada argument tersebut bahwa perubahan social yang direncanakan disebut dengan beberapa istilah, di antaranya rekayasa social, perencanaan social (planned change), dan manajemen perubahan. Dari ketiga istilah di atas, rekayasa social memiliki makna yang lebih pasti dibandingkan dengan lainnya. Taghyiir ijtimaa’i (rekayasa social) merupakan cara untuk merubah tatanan kondisi masyarakat yang menyimpang, salah, dan buruk menjadi kondisi masyarakat yang terarah, benar, dan baik. Dalam Al-Qur’an istilah rekayasa social tersirat dalam QS. Ar-Ra’d: 11 11 Muhammad Nejatullah, op.cit., hal. 25-26 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 262 13 Wahidin Saputra, loc.cit., hal. 135 12 VOL. 9 No.2 Juli 2014 316 Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas …… Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” Menurut Rachmat Imampuro rekayasa social (social engineering) adalah campur tangan gerakan ilmiah dari visi ideal tertentu untuk mempengaruhi perubahan tertentu.14 Rekayasa social merupakan sebuah jalan mencapai sebuah perubahan social secara terencana. Gerakan ilmiah yang dimaksud Rachmat adalah sebuah gagasan atas perubahan tingkat/taraf kehidupan masyarakat demi tercapainya kesejahteraan dan kemandirian. Dalam sejarah panjang dan telah kita saksikan bahwa kita saat ini sedang menikmati efek dakwah rekayasa social. Rekayasa social telah dipraktikan oleh Nabi Muhammad saw., dalam misi dakwahnya. Beliau adalah agent of social change (pelaku rekayasa social) dalam waktu relative singkat, yaitu lebih kurang dari du puluh tiga tahun. Berhasil dalam melakukan rekayasa social yang spektakuler atas kondisi social masyarakat Arab. Bukti Nabi Muhammad saw merupakan pelaku rekayasa social dapat kita saksikan dari kutipan penuturan sahabat Nabi saw, yaitu Ja’far bin Abi Thalib: “Kami adalah kaum jahiliyah yang menyembah patung, memakan bangkai, mengerjakan perbuatan-perbuatan yang keji,… kemudian rasul tersebut mengajak kami untuk mengesakan Allah dan menyembah-Nya,… rasul itu menyuruh kami berkata benar, memelihara amanah, menyambung hubungan keluarga, menjaga hubungan tetangga dengan baik, menjauhi kejahatan,… rasul itu juga melarang kami memakan harta anak yatim dan menuduh wanita yang suci….”15 Demikianlah sekilas tentang taghyiir ijtimaa’i yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Menurut Joseph S. Roucek dan Roland L. Warrin, rekayasa social adalah suatu 14 Rachmat Imampuro, lo.cit. hal. 23 Ibnu Ishaq, Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah SAW, (Jakarta: Akbar Media, 2012), cet-1, hal. 390-391 15 VOL. 9 No.2 Juli 2014 317 Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas usaha untuk mengarahkan perubahan social melalui beberapa jenis rencana yang tersusun rapi.16 Dengan mengacu pada penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa pengertian rekayasa social yaitu suatu upaya terencana untuk mengarahkan perubahan social kea rah yang baik. Rekayasa Sosial dakwah ekonomi Indonesia Dalam sebuah hadits disebutkan, “kefakiran sangat dekat dengan kekufuran”. Dan juga keseriusan Sayidina Ali bin Abi Thalib dalam penuturan, “jika kemiskinan itu berwujud maka aku akan memeranginya.” Dengan begitu penting dan bahayanya sebuah kemiskinan dan hal ini sangat erat berkaitan dengan ekonomi. Dalam perkembangan, perekonomian dalam system Islam telah menjadi problem solving dalam menghadapi permasalahan kemiskinan ummat. Di zaman Nabi Muhammad saw, dalam mengatasi kemiskinan telah memberikan fundasi yang kuat untuk kelangsungan ekonomi zaman setelahnya. Yaitu dengan mewajibkan zakat, dan menganjurkan infaq dan sedekah. Estafet dakwah ekonomi dilanjutkan oleh khalifah Abu Bakar As-Sidiq dalam memerangi kaum yang tidak membayar zakat sepeninggal Rasulullah saw. Kemudian Kaum yang tidak membayar zakat kemudian dilanjutkan oleh Umar bin Khattab di mana hampir masyarakat tidak terdapat yang miskin dan berhak menerima zakat. Pada zaman Ustman bin Affan, dibangunlah baitul mall, kemudian Ali bin Abi Thalib, di mana beliau memilih hidup sederhana dan dibangun pusat perekonomian. Dan begitulah sejarah rekayasa social dakwah ekonomi, hingga di Indonesia sendiri telah kita saksikan bahwasanya telah tumbuh perbankkan syariah, lembaga pengelolaan ZIS, lembaga distribusi kurban, dan lainnya. TANTANGAN DAKWAH REKAYASA SOSIAL Di INDONESIA ERA MEA 2015 Telah dipaparkan di muka bahwa MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) adalah momentum sejarah yang tidak dapat dihindarkan. Negara-negara ASEAN akan menjadi kesatuan pasar dan basis produksi. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang besar, dan skilled labour menjadi tidak ada hambatan dari satu Negara ke Negara lainnya di kawasan Asia Tenggara. 16 Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, op.cit, hal. 254 VOL. 9 No.2 Juli 2014 318 Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas Selain itu, akan tercipta persaingan dan akan meningkatkan perdagangan dengan media elektronik berbasis online. Kehadiran MEA bagi sebagian masyarakat Indonesia menjadi momentum yang dinanti, namun bagaimana dengan para aktivis dakwah khususnya aktivis dakwah ekonomi? Beberapa hal yang menjadi tantangan dalam era MEA, pertama, belum pastinya aktivis dakwah dalam mahzab system ekonomi? Hal ini sangat beralasan sebab lebih dari 50% perekonomian di Indonesia dikuasai oleh kaum kapitalis. Kedua, belum munculnya produk komoditas yang akan diunggulkan dalam pasar MEA. Ketiga, masih rendahnya penguasaan tanah, bahasa dan life skill oleh para aktivis dakwah. Sebab kurikulum pendidikan yang senantiasa mengacu kepada teoritis keilmuan, dan sedikit yang mengacu pada praksis. KESIMPULAN Dakwah sejatinya telah muncul sejak awal manusia pertama di bumi. Yaitu untuk mengesakan Tuhan. Hingga pada masa Nabi Muhammad saw., risalah dakwah telah berkembang tidak sebatas aqidah saja, melainkan muamalah dan juga akhlak (norma). Dakwah sendiri memiliki pola, diantaranya dakwah cultural, dakwah politik, dan dakwah ekonomi. Dengan dakwah telah mampu membuat suatu perubahan dalam kalangan umat manusia yang disebut dengan istilah rekayasa social (perubahan social terencana). Rekayasa social telah dibuktikan oleh Nabi Muhammad saw., yang telah mampu merekayasa masyarakat makkah yang jahiliyah menjadi masyarakat yang khoiru ummah sebagaimana yang menjadi cita-cita gerakan dakwah. Adapun tantangan dakwah di Indonesia era MEA 2015 antara lain; belum terkoordinirnya system ekonomi yang menjadi acuan dakwah. Produk komoditas yang akan dipasarkan belum muncul, dan hal ini seakan menjadi pekerjaan rumah bagi para aktivis dakwah ekonomi. Yang terakhir, masih rendahnya pengasaan tanah, bahasa serta life skill para aktivis dakwah. MEA adalah bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. VOL. 9 No.2 Juli 2014 319 Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas DAFTAR PUSTAKA Ibnu Ishaq. 2012. Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah SAW. Jakarta: Akbar Media Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Ahmad M. Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Rajawali, 1987 Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi dalam Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996 Rachmat Imampuro, Ilmu Dakwah, (Semarang: Badan Penerbitan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 1982 Ahmad M. Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Rajawali, 1987), hal. 170-175 Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi dalam Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) Association of Southeast ASIAN Nations, Asean Economic Community Blueprint, (Jakarta: Asean Sekretariat, 2008 Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012 VOL. 9 No.2 Juli 2014 320