pengaruh tingkat toleransi beragama terhadap interaksi sosial di

advertisement
PENGARUH TINGKAT TOLERANSI BERAGAMA
TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DI DESA
SAMPETAN KECAMATAN AMPEL
KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN 2014
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah
Disusun Oleh :
LARAS ROSWIDYANINGSIH
11110057
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2014
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Roswidyaningsih,Laras.2014.PengaruhTingkat
Toleransi
BeragamaTerhadapInteraksi Sosial di Desa Sampetan
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2014. Skripsi.
Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Sekolah Tinggi Agam Islam Negeri Salatiga. Dosen
Pembimbing. Sukron Ma’mun, M. Si.
Kata kunci: tingkat toleransi beragama, interaksi sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; pertama, untuk mengetahui
tingkat toleransi beragama di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali tahun 2014. Kedua, untuk mengetahui interaksi sosial di Desa Sampetan
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014. Ketiga, untuk mengetahui
adakah pengaruh tingkat toleransi beragama terhadap interaksi sosial di Desa
Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Subyek
penelitian adalah warga Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali
sebanyak 35 responden. Pengumpulan data menggunakan angket dan
dokumentasi.Data penelitian yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan analisis statistik deskriptif. Pengujian hipotesis menggunakan
analisis statistik untuk koefisien korelasi dengan menggunakan alat bantu SPSS
dengan poerson product moment dan formula analisis regresi linier.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat toleransi beragama dengan kategori
sangat baik dengan jumlah presentase (40%), kategori baik dengan jumlah
persentase (57%), sedangkan kategori kurang baik berada pada persentase (3%).
Hasil penelitian menunjukkan interaksi sosial kategori sangat baik dengan jumlah
persentase (20%), kategori baik dengan jumlah presentase (57%), sedangkan
kategori kurang baik dengan jumlah persentase (23%). Sehingga hasil penelitian
menunjukkan adanya pengaruh antara tingkat toleransi beragama dengan interaksi
sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun
2014.Dibuktikan dengan dengan hasil perhitungan uji hipotesis dengan bantuan
SPSS 16for windowsyaitu nilai yang diambil dengan N (jumlah responden) 35
pada taraf signifikansi 1% adalah 0,334.Hasil hitung koefisiensi korelasi antara
variabel X(variasi toleransi beragama) dan variabel Y(interaksi sosial) adalah
0,386. Hasil yang diperoleh adalah r hitung lebih besar dari r tabel yaitu
0,386>0,334 pada taraf signifikansi 1% maka hasil yang diperoleh adalah
signifikan.Pada uji t diperoleh nilai F hitung sebesar 5,774dengan tingkat
probabilitas 0,22 nilai tersebut dibawah 0,05 signifikan pada P value 5% dan nilai
F hitung lebih besar dari 2.
v
MOTTO
“Agama jangan hanya sebagai status, tetapi sebagai keyakinan untuk
menjalani hidup”
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
1. Bapakku Rusdi Saleh dan Ibuku Widah Sumiyati tercinta, mereka
telah membimbing, mendidik,memotivasi dan mendorong terus maju
untuk belajar. Terimakasih atas doa yang mereka panjatkan kepada
Allah dan kasih sayangnya yang tiada henti mereka berikan kepada
kami, anak- anaknya.
2. Adik-adikku, Intan Fikrianingsih dan Muhammad Zaky Ar Rasyid,
semoga kalian bisa menjalankan pendidikan yang lebih baik dan
gapailah cita-citamu setinggi mungkin.
3. Saudara-saudariku yang selalu senantiasa mendukung dan
membantu dengan keikhlasannya.
4. Sahabat-sahabat terbaikku dan teman-teman seperjuangan di STAIN
Salatiga tahun angkatan 2010 yang mengajarkanku begitu
berartinya sebuah persahabatan dan persaudaraan.
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberi beberapa kerohmatan, kenikmatan dan petunjuk kepada manusia menuju
kebaikan. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Agung Muhammad SAW yang dinanti-nantikan syafaat dari sekarang sampai hari
kiyamat nanti.
Berkat Inayah Allah jualah penulis mampu menyelesaikan penyusunan
skripsi yang sederhana ini, untuk memenuhi tugas dan syarat guna memperoleh
gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam. Semoga
penulis dan pembaca umumnya bisa mengambil manfaaat dari tulisan ini.
Ucapan terimakasih sedalam-dalamnya, penulis sampaikan kepada yang
terhormat:
1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Dr.H. Rahmat Hariyadi, M.
Pd.
2. Ketua Jurusan STAIN Salatiga Suwardi, M.Pd.
3. Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam Rasimin, S.PdI., M. Pd.
4. Pembimbing Skripsi Sukron Ma’mun, M.Si.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan bagian akademik
STAIN Salatiga.
6. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah rela berkorban baik material
maupun spiritual.
vii
7. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan khususnya PAI B yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini khususnya warga desa
Sampetan yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Alhamdulliah skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang peneliti
harapkan. Besar harapan penulis, semoga amal baik tersebut diterima oleh Allah
SWT dan mendapat pahala yang sepantasnya. Tak lupa penulis mengharapkan
saran dan kritik yang berssifat membangun dari penyempurnaan skripsi ini,hal ini
disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis. Dan
semoga apa yang telah tertulis dalam skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, dan
khususnya bagi peneliti.
Salatiga, 23 September 2014
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.....................
iv
ABSTRAK..........................................................................................
v
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN...................................
vi
KATA PENGANTAR........................................................................
vii
DAFTAR ISI......................................................................................
ix
DAFTAR TABEL..............................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah......................................................
1
B. Rumusan Masalah.................................................................
6
C. Tujuan Penelitian .................................................................
7
D. Hipotes...................................................................................
7
E. Manfaat Penelitian................................................................
8
F. Definisi Operasional..............................................................
8
G. Metode Penelitian..................................................................
10
H. Sistematika Penulisan Skripsi.................................................
15
BAB II KAJIAN PUSTAKA..............................................................
18
A. Toleransi Beragama ...............................................................
18
1. Pengertian Toleransi Beragama..................................
18
2. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Toleransi......................
20
3. Toleransi dalam Pandangan Islam..............................
23
4. Sikap Toleransi Antarumat Beragama........................
24
B. INTERAKSI SOSIAL.............................................................
29
1. Pengertian Interaksi Sosial................................................
29
2. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi sosial..........................
30
3. Faktor-faktor Pendorong Interaksi sosial..........................
32
4. Status, Peranan, dan hubungan Individu dalam Interaksi
Sosial.................................................................................
38
5. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial.........................................
41
C. KAITAN TOLERANSI BERAGAMA DENGAN
INTERAKSI SOSIAL ............................................................
43
BABA III HASIL PENELITIAN.......................................................
45
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................
45
1. Letak Geografis Desa Sampetan.......................................
45
2. Batas Wilayah Desa Sampetan..........................................
45
3. Monografis Desa Sampetan..............................................
45
B. Sejarah Keberagamaan Desa...................................................
49
1. Agama Islam.....................................................................
49
2. Agama Buddha.................................................................
49
3. Agama Kristen..................................................................
50
ix
C. Kehidupan Beragama..............................................................
D. Penyajian Data Penelitian ......................................................
1. Data Responden................................................................
2. Hasil Angket.....................................................................
BAB IV ANALISIS DATA...............................................................
A. Analisis Deskriptif..................................................................
1. Analisis Data tentang Toleransi Beragama.......................
2. Analisis Data tentang Interaksi Sosial...............................
B. Uji Persyaratan Analisis..........................................................
1. Uji Normalitas...................................................................
2. Uji Homogenitas...............................................................
C. Analisis Uji Hipotesis.............................................................
1. Korelasi Pearson Product Moment....................................
2. Regresi Linier....................................................................
BAB V PENUTUP.............................................................................
A. Kesimpulan …………………………………………………
B. Saran.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................
x
51
52
53
54
57
57
57
63
70
70
71
72
73
75
78
78
79
81
83
DAFTAR TABEL
Tabel3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
: Mata Pencaharian Warga Desa Sampetan......................
: Daftar Nama Responden.................................................
: Hasil Angket Toleransi Beragama..................................
: Hasil Angket Interaksi Sosial..........................................
: Skor Toleransi Beragama................................................
: Daftar Nominasi Toleransi Beragama............................
: Presentase Toleransi Beragama......................................
: Skor Interaksi Sosial.......................................................
: Daftar Nominasi Interaksi Sosial....................................
: Presentase Interaksi sosial..............................................
: Nilai Product Moment....................................................
xi
Halaman
46
53
54
55
58
60
61
64
66
67
74
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................
LAMPIRAN I : DAFTAR ANGKET ……………………………
LAMPIRAN II : LEMBAR DOKUMENTASI ..............................
LAMPIRAN III : DAFTAR NILAI SKK .........................................
LAMPIRAN IV : LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI ...................
LAMPIRAN V : SURAT NOTA PEMBIMBING .........................
LAMPIRAN VI : SURAT IZIN PENELITIAN ...............................
LAMPIRAN VII : SURAT KETERANGAN PENELITIAN ...........
LAMPIRAN VIII: DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................
xii
83
84
91
95
98
100
101
102
103
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagaimana kita ketahui di Indonesia terdapat beberapa agama
seperti Islam, Kristen, Buddha, Hindu, dan Katolik.Hal ini sesuai dengan
pendapat sosiolog Bergson (lahir 1859) manusia hidup bersama bukan
didasarkan kepada persamaan tetapi oleh karena perbedaan baik dalam
sifat, kedudukan dan lain sebagainya. Kenyataan hidup dapat dilihat
karena
terdapatnya
perbedaan
hidup
dalam
bergolong-golongan.
Walaupun terdapat tempat-tempat tertentu di dunia, misalnya Amerika
Serikat, dimana perbedaan agama tidak menimbulkan persoalan, dan
golongan
penganutnya
bergaul
dengan
salingterbuka.
Namun
dikebanyakan bagian dunia dimana terdapat pluralitas agama, pertemuan
yang sungguh-sungguh amat minim, dan hanya terbatas pada pertemuan
yang dangkal sekedar memenuhi norma sopan santun hidup sehari-hari.
Jarang sekali dapat disaksikan seorang Kristen misalnyabertemu dengan
seorang Muslim seperti manusia bertemu dengan manusia pada tingkat
kejiwaan yang lebih dalam dari eksistensi manusia. Sedangkan justru
itulah yang dituntut oleh agama. Jadi jelaslah bahwa masih terdapat
tembok pemisah yang menghalangi pergaulan yang akrab antara pemeluk
1
agama yang berbeda. Tembok pemisah itu tidak lain adalah perbedaan
antar agama dan kepercayaan(Al Munawar, 2003:23,39).
Perbedaan ini menciptakan rasa persatuan dan kesatuan serta
menciptakan kerukunan antar umat beragama. Upaya untuk mewujudkan
sikap toleransi itu dilatarbelakangi oleh keberagamaan bangsa Indonesia,
antara lain dalam hal suku, bangsa, agama dll. Sikap toleransi tersebut
merupakan cerminan dari pola kehidupan sosial kemasyarakatan yang
bermoral. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan di Indonesia
diperlukan sikap toleransi, sebagai salah satu modal dasar untuk
mewujudkan kehidupan sosial kemasyarakatan yang tentram.
Sebagaimana diketahui, manusia adalah makhluk sosial, yaitu
makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupannya
sehari-hari. Oleh karena itu tidak dapat dihindari bahwa manusia harus
selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan manusia dengan
manusia lainnya, atau hubungan manusia dengan kelompok, atau
hubungan kelompok dengan kelompok inilah yang disebut sebagai
interaksi sosial. Beberapa aspek yang mendasari interaksi sosial tersebut,
yaitu komunikasi, sikap, tingkah laku kelompok dan norma-norma sosial
(Sarwono, 1996: 86).
Sebagai makhluk sosial maanusia dalam segi kehidupan tidak
mampu melepaskan diri dari keterkaitannya pada orang lain. Keterkaitan
inilah yang menjadikan orang untuk berusaha mengelimir sikap radikal
dan mempertimbangkan golongan atau pihak lain, serta mengutamakan
2
keadilan.Pengertian
keadilan
disini
ialah
tiap
golongan
mempertimbangkan golongan atau pihak lain dengan memlihara kondisi
yang telah ada. Setiap golongan memandang golongan lain sebagaimana
memandang golongannya sendiri (Al Munawar, 2003: 25).
Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan
atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri,
sedangkan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan
untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia mempunyai
dorongan sosial. Dengan adanya dorongan atau motif sosialpada
manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan
hubungan atau untuk mengadakan interaksi. Dengan demikian maka
akan terjadilah interaksi antara manusia satu dengan manusia yang
lain. Di dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat
menyesuaikan dengan yang lain, atau sebaliknya. Pengertian penyesuaian
disini dalam arti yang luas, yaitu bahwa individu dapat meleburkan dengan
keadaan sekitarnya, atau sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan
sesuai dengan keadaan dalam diri individu, sesuai dengan apa yang di
inginkan oleh individu yang bersangkutan (Walgito, 1990:65).
Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama berpangkal
dari penghayatan ajaran agama masing-masing. Bila toleransi dalam
pergaulan hidup ditinggalkan, berarti kebenaran ajaran agama tidak
dimanfaatkan sehingga pergaulan dipengaruhi oleh rasa saling mencurigai
dan saling berprasangka. Toleransi positif kecuali memanifestasikan
3
kebenaran agama secara horizontal, juga merupakan bagian dari cara
memurnikan prinsip berdemokrasi. Dengan toleransi positif berarti bangsa
Indonesia telah memelihara nilai-nilai warisan leluhur bangsa sendiri (Al
Munawar, 2003:16).
Upaya mewujudkan kerukunan antar umat beragama tidak hanya
dipelopori oleh pemerintah. Banyak lembaga-lembaga swasta telah turut
mengambil peran dalam hal ini. Wahid Institute, misalnya, sebagai
lembaga nirlaba yang bergerak dibidang sosial keagamaan telah
memprakarsai Konferensi Religi dengan tema “Toleransi Antar agama:
Sebuah Rahmat Bagi Semua Ciptaan” di Hotel Rits Carlton, Jimbaran Bali
12 Juni 2007. Para tokoh agama dari berbagai negara dalam kesempatan
itu menyepakati sebuah komitmen bahwa kunci untuk dapat hidup
berdampingan dinegara manapun adalah toleransi antar umat beragama.
Mereka secara terbuka membahas berbagai hal termasuk kebebasan
berpindah agama. Mereka yakin, agama adalah sumber kedamaian karena
membawa pesan kepada seluruh umat manusia tentang kasih sayang,
keadilan dan saling memahami (Hidayati,2008:3).
Sampetan merupakan salah satu desa kecil di Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali. Di daerah ini terdapat penduduk yang beragama
Islam, Kristen dan Budha yang berjumlah kurang lebih 150 orang terdiri
dari 50 kepala keluarga. Penduduk agama Islam berjumlah 42 kepala
keluarga atau mencapai 84%, yang beragama Buddha 5 kepala keluarga
atau sekitar 10 %, dan yang beragama Kristen 3 kepala keluarga atau 6%.
4
Ketika peneliti singgah kesana terdapat tempat beribadah seperti masjid,
gereja dan vihara yang terdapat di desa tersebut. Interaksi antar umat
beragama telah di atur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Interaksi yang terjalin di desa tersebut sangat erat
dalam bidang sosial seperti halnya kegotong royongan yaitu membangun
rumah, kematian, hajatan, dan dalam acara lainnya. Semua warga ikut
berpartisipasi dan saling membantu tanpa membedakan agama masingmasing. Sehingga menimbulkan rasa persatuan dan kesatuan antar umat
beragama yang baik.
Meskipun demikian, konflik tetap dirasakan oleh masyarakat di
desa Sampetan. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang
dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut
diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat
istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar
dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok lainnya,
konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri. Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu
dengan yang lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan konflik
dalam level yang berbeda-beda (www.wikipedia.org). Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, konflik adalah perekcokan, perselisihan,
pertentangan (Depdiknas, 2007:587).
5
Konflik yang terjadi di desa Sampetan terjadi pada salah satu
warga yaitu ketika peringatan hari waisak dan natal biasanya tetangga
yang berbeda agama juga di undang untuk menghadiri. Sebagai ketua
Rukun Tetangga di desa, beliau juga memenuhi undangan tersebut dengan
berniat menggugurkan kewajiban karena apabila kita di undang dalam
acara apapun kita wajib untuk menghadirinya. Apa yang beliau lakukan
hanya sebatas memenuhi kewajiban. Sehingga ketika perayaan tersebut
umat kristen maupun budha yang sedang melaksanakan ibadah, biasanya
dilakukan dengan cara berdiri dan hadirin juga dimohon berdiri, tetapi
bagi beliau itu adalah bagian ritual dari kegiatan keagamaan, jadi beliau
tidak ikut berdiri karena nanti bisa di artikan bahwa beliau telah mengikuti
kegiatan agama tersebut. Konflik tersebut sering disebut dengan konflik
batin yaitu konflik yang disebabkan oleh adanya dua atau lebih gagasan
atau keinginanyang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga
mempengrauhi tingkah laku (Depdiknas, 2007:587).
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik
melakukan penelitian dengan mengangkat judul “PENGARUH TINGKAT
TOLERANSI BERAGAMA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DI
DESA
SAMPETAN
KECAMATAN
AMPEL
KABUPATEN
BOYOLALI TAHUN 2014”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada maka pokok permasalahan dalam
penelitian adalah :
6
1. Bagaimana tingkat toleransi beragama di Desa Sampetan Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014?
2. Bagaimana interaksi sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali tahun 2014?
3. Adakah pengaruhtingkat toleransi beragama terhadap interaksi sosial
di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat toleransi beragama di Desa Sampetan
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014.
2. Untuk mengetahui interaksi sosial di Desa Sampetan Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tingkat toleransi beragama
terhadap interaksi sosial beragama di Desa Sampetan Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014.
D. Hipotesis
Suryabrata mengatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap masalah penelitian. Kebenaran hipotesis harus masih diuji secara
empiris (Suryabrata, 1995: 69). Hipotesis yang dapat dikemukakan sesuai
dengan permasalahan di atas adalah: adanya pengaruhantara tingkat
7
toleransi beragama terhadap interaksi sosial di Desa Sampetan Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dalam
pendidikan mengenai toleransi beragama dan interaksi sosial.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberi gambaran
bagaimana bertoleransi terhadap pemeluk agama lain dan berinteraksi
sosial yang baik dalam lingkungan.
F. Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk menjelaskan makna variabel yang
sedang diteliti. Menurut Masri Singarimbun (2003:46-47), definisi
operasional harus bisa diukur dan spesifik serta bisa dipahami oleh orang
lain. Adapun definisi operasional peneliti ini diuraikan sebagai berikut:
1. Toleransi beragama
Toleransi
: (1)sifat atau sikap toleran; (2) batas ukur untuk
penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan; (3)
8
penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran
kerja(Depdiknas, 2007:1204).
Agama
: ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia
serta lingkungannya.
Beragama
: menganut (memeluk) agama, beribadah: taat
kepada agama (Depdiknas, 2007:12).
Toleransi berasal dari bahasa inggris, yaitu “Tolerance” berarti
sikap membiarkan, mengakui, dan menghormati keyakinan orang lain
tanpa memerlukan persetujuan. Bahasa arab menterjemahkan dengan
“Tasamuh”, berarti saling memudahkan (Al Munawar, 2003 : 13).
Toleransi beragama yang dimaksud di sini adalah sikap
menghargai pemeluk agama lain. Adapun indikatornya sebagai berikut:
a. Memberi kesempatan kepada orang lain untuk melaksanakan
ajaran yang diyakininya.
b. Tidak memaksakan kehendak, kepercayaan atau keyakinan
terhadap agama lain.
c. Bersikap terbuka terhadap perbedaan agama lain.
d. Berusaha bersikap adil meskipun terhadap agama lain.
e. Menghargai pendapat orang lain walau berbeda agama.
9
2. Interaksi sosial
Interaksi sosial ialah hubungan antara individu satu dengan
individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang
lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal
balik. Hubungan tersebut dapat dengan individu dengan individu,
individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok (Walgito,
1990:65).
Indikator variabel interaksi sosial adalah:
a. Ramah dan santun terhadap tetangga.
b. Ikut berpartisipasi dan kerjasama dalam kegiatan kemasyarakatan.
c. Bersedia memberikan sumbangan materi dalam kegiatan sosial.
d. Berkomunikasi secara lisan, tulisan maupun isyarat.
e. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta nilai yang berlaku.
G. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Jenis
penelitian ini adalah korelasional. Penelitian ini bermaksud
menguji keterkaitan antara variabel tingkat toleransi beragama
dengan interaksi sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali tahun 2014.
10
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Sebagaimana kita ketahui di Indonesia terdapat beberapa
agama seperti Islam, Buddha, Kristen, Hindu, Katholik. Perbedaan
ini menciptakan rasa persatuan dan kesatuan serta menciptakan
kerukunan antar umat beragama. Hal serupa juga terjadi di Desa
SampetanKecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Sehingga penulis
tertarik untuk melakukan penelitian di desa tersebut.
Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari bulan April 2014
sampai selesai.
3. Populasi dan sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,
2010: 173). Dalam penelitian ini, populasi adalah seluruh objek
atau penduduk atau apa saja yang di jadikan sumber data dalam
sebuah penelitian. Populasi ini mencakup seluruh penduduk
masyarakat di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali yang berjumlah 150 orang.
b. Sampel
Menurut Arikunto (2010: 174) sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Peneliti merujuk pendapat
Arikunto (2010: 120-121) sebagai berikut:
“sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari
100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya
11
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20%-25%
atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan
peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana. Sempit
luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal
ini menyangkut banyak sedikitnya data, besar kecilnya
resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang
resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan
lebih baik”.
Adapun sampel penulis mengambil dalam penelitian
ini adalah sebanyak 35 orang yaitu diperoleh dari 25% dari
150 orang.
Pengambilan sampel (teknik sampling) yang di
gunakan pada penelitian ini menggunakan purposive
Sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan). Pada
cara ini, siapa yang akan diambil sebagai anggota sample
diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang
berdasarkan atas pertimbangannya sesuai dengan maksud
dan tujuan penelitian (Rumidi, 2002: 65).
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
12
a.
Metode Angket
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 194), yang
dimaksud angket adalah: “Teknik pengumpulan data yang
diadakan dengan jalan mengajukan sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau halhal yang ia ketahui”.
Dalam
penelitian
metode
ini
digunakan
untuk
mengumpulkan data, adapun jenis angket yang penulis
gunakan pada penelitian terdiri dari:
Angket pertama tentang toleransi beragama yang
ditujukan kepada penduduk di Desa Sampetan Kecamatan
ampel Kabupaten Boyolali.
Angket kedua tentang interaksi sosial yang ditujukan
kepada penduduk di Desa Sampetan Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali.
b. Metode Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya
barang-barang. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan
harian, dan sebagainya. (Arikunto, 2010: 201).
13
Metode
ini
digunakan
dalam
penelitian
untuk
mengumpulkan data tentang kondisi lokasi, penduduk desa,
serta data yang di anggap perlu.
c. Observasi
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
observasi yaitu dengan cara mencari informasi mengamati
sikap dan perilaku penduduk desa terhadap tetangga beda
agama.
5. Analisis Data
Analisis data yaitu penyekoran atau mengubah data ke dalam
bentuk angka-angka kuantitatif agar dapat dianalisis dengan teknik
statistik. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis data deskriptif dengan teknik persentase. (Hadi,
1997:399) Untuk menghitung skor dari masing-masing variabel
peneliti menggunakan rumus:
P=
x 100%
Keterangan :
P = Presentase
f = Frekuensi
N = Jumlah responden
Analisis selanjutnyadalam penelitian ini penulis menggunakan alat
bantu progran SPSS (Statistical Package For Social Sciences). 16 sebagai
14
piranti untuk menganalisis dengan nilai product momen dan formula
analisis regresi linier. Dalam penelitian ini analisis korelasi untuk
mengetahui pengaruh tingkat toleransi beragama dengan interaksi sosial di
Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah
dimulai dari bab muka skripsi yang meliputi : halaman judul, nota
pembimbing, halaman pengesahan, kata pengantar, motto, dan daftar isi.
Selanjutnya bab isi atau batang tubuh skripsi meliputi:
BAB I : Pendahuluan
Pendahuluan adalah bab petama dari skripsi yang mengantarkan
pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa
dan mengapa penelitian itu dilakukan. Oleh karena itu, bab pendahuluan
ini pada dasarnya memuat latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Landasan Teori
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan
mencari dan menemukan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Untuk memandu dan pengumpulan, dan analisis data guna
menjawab pertanyaan tersebut, diajukan jawaban sementara atau dugaan.
Meskipun bersifat dugaan, jawaban sementara ini harus didasarkan pada
argumentasi yang kuat. Oleh karena itu, peneliti wajib mengkaji teori-
15
teoridan hasil penelitianyang relevan dengan masalah yang diteliti. Kajian
tersebut berisi pengertian tentang toleransi beragama dan interaksi sosial.
BAB III : Laporan Hasil penelitian
Dalam penelitian lapangan, laporan mengenai hasil-hasil yang
diperoleh dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi uraian
tentang gambaran umum lokasi, subjek/objek penelitian. Bagian kedua
berisi uraian tentang karakteristik tiap-tiap variabel, berupa skor atau nilai
yang diperoleh melalui instrumen penelitian.
BAB IV : Analisis Data
Bab analisis memuat tiga bagian, yaitu:
1. Analisis tiap-tiap variabel, dapat dilakukan dengan teknik
statistik deskriptif, seperti distribusi frekuensi yang disertai
dengan grafik berupa histogram, nilai rata-rata, atau yang
lainnya. Setiap variabel dilaporkan dalam subbab tersendiri
dengan merujuk pada rumusan masalah atau tujuan penelitian
2. Pengujian
hipotesis,
dilakukan
dengan
rumus-rumus
penghitungan yang telah ditentukan sesuai dengan jenis dan
skala variabel.
3. Pembahasan hasil uji hipotesis, temuan yang dihasilkan melalui
statistik deskriptif maupun pengujian hipotesis perlu dilakukan
pembahasan. Tujuannya adalah menjawab masalah penelitian,
menafsirkan temuan penelitian, mengintegrasikan temuan
16
penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan,
menyusun teori baru, dan menjelaskan implikasi lain dari hasil
penelitian termasuk keterbatasan temuan penelitian.
BAB V : Penutup
Bab terakhir dari skripsi memuat dua hal pokok, yaitu
kesimpulan dan saran.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. TOLERANSI BERAGAMA
1. Pengertian Toleransi Beragama
Istilah toleransi dalam bahasa Inggris, desebut dengan tolerance
berarti kesabaran, kelapangan dada, dapat menerima. Dalam bahasa arab
disebut dengan tasaamukh, yang berasal dari kata samakha, tasaamakha
yang artinya memudahkan, berlaku lemah lembut (Yunus, 1990: 178).
Sedang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia toleransi di artikan sebagai
sikap atau sifat menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan kelakuan) yang
lain atau bertentangan dengan pendiriannya.
Toleransi berasal dari bahasa latin ‘Tolerare’ yang berarti menahan
diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, berhati lapang
dan tenggang rasa terhadap orang yang berlainan pandangan, keyakinan,
dan agama lain (Ali, 2006: 87).
Dalam percakapan sehari-hari, di samping kata toleransi juga
dipakai kata “tolerer”. Kata ini berasal dari bahasa Belanda berarti
membolehkan, membiarkan; dengan pengertian membolehkan atau
membiarkan yang pada prinsipnya tidak perlu terjadi. Jadi toleransi
mengandung konsesi. Konsesi ialah pemberian yang hanya didasarkan
18
kepada kemurahan dan kebaikan hati, dan bukan didasarkan kepada
kemurahan dan kebaikan hati, dan bukan didasarkan kepada hak. Jelas
bahwa toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan
menghormati perbedaan atau prinsip orang lain itu tanpa mengorbankan
prinsip sendiri (Al Munawar, 2003 : 13).
Toleransi diartikan suatu sikap atau sifat kebebasan manusia untuk
menyatakan keyakinannya, menjalankan agamanya dengan bebas,
memberikan
seseorang
untuk
berpendapat
lain,
dengan
saling
menghormati, tenggang rasa, saling membantu dan bekerjasama sesama
umat beragama dalam membangun masyarakat yang aman dan sejahtera.
Manusia menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan bertentangan
dengan
syarat-syarat
azas
terciptanya
ketertiban,
kedamaian,
keharmonisan dan kerukunan intern dan antar umat beragama, merupakan
suatu keyakinan adanya sikap dan susunan toleransi antar sesama manusia
harus terjalin erat pada setiap umat beragama. Untuk terciptanya kondisi
kerukunan hidup antar umat beragama dan semangat persatuan dan
kesatuan yang harmonis dan dinamis (Ali, 2006: 89).
Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama, yang
didasarkan kepada setiap agama menjadi tanggung jawab pemeluk agama
itu sendiri dan mempunyai bentuk ibadat (ritual) dengan sistem dan cara
tersendiri yang ditaklifkan (dibebankan) serta menjadi tanggung jawab
orang yang pemeluknya atas dasar itu, maka toleransi dalam pergaulan
hidup antar umat beragama bukanlah toleransi dalam masalah-masalah
19
keagamaan, melainkan perwujudan sikap keberagamaan pemeluk suatu
agama dalam pergaulan hidup antara orang yang tidak seagama, dalam
masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum (Al Munawar,
2003 : 14).
2. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Toleransi
Toleransi dianjurkan dalam al-Qur’an, agar tercipta suasana rukun
dan damai dalam masyarakat yang majemuk. Al-Qur’an melarang
memaksa orang non muslim untuk pindah ke agama Islam. Al-Qur’an
juga melarang mencaci maki, mengganggu ritual orang lain(Budiharjo,
2007: 92).
a. Al-Qur’an surat Al-kafirun : 1-6








Artinya:
1. “Katakanlah (Muhammad): "Hai orang-orang kafir!” 2. “Aku
tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.” 3. “Dan kamu
bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah.” 4. “ Dan Aku
tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.” 5.
“Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan
yang Aku sembah.” 6. “Untukmu agamamu, dan untukkulah,
agamaku.”
20
b. Al-Qur’an Surat Yunus : 40-41









Artinya:
40. Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al
Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak
beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orangorang yang berbuat kerusakan.
41. Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah:
"Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas
diri terhadap apa yang Aku kerjakan dan akupun berlepas diri
terhadap apa yang kamu kerjakan".
Perilaku yang mencerminkan Surah Al-Kafirun, Surah Yunus
Ayat 40-41, antara lain sebagai berikut:
1. Tidak suka menganggap diri paling benar dan berusaha
bersikap terbuka terhadap keberagamaan agam atau keyakinan
lain diluar dirinya.
2. Tidak membeda-bedakan orang lain dan bersikap adil
meskipun terhadap keluarga dan diri sendiri.
3. Tidak memaksakan kehendak, kepercayaan, atau keyakinan
terhadap golongan lain, apabila dengan jalan kekerasan.
21
4. Tidak menjelek-jelekkan Tuhan dan agama lain karena hal
tersebut justru akan menimbulkan kebencian dan rasa antipati
terhadap Islam.
5. Menunjukkan bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam
dngan tidak mengintimidasi kelompok yang minoritas atau
beragama lain.
6. Tidak mencampuradukkan keyakinan Islam dengan keyakinan
Islam dengan keyakinan atau agama lain, termasuk ritualnya.
7. Memperkokoh keyakinan Islam dengan banyak mengkaji atau
mendalami ilmunya.
8. Memberi contoh atau berdakwah melalui akhlak atau
kepribadian yang mulia sebagaiman telah dicontohkan oleh
Rasulullah saw.
9. Membuktikan ketinggian Islam dengan bersikap intelektual dan
gemar mencari ilmu untuk mendukung khasanah peradaban
Islam.
10. Menjadikan Al-Qur’an sebagai skenario kehidupan dan rajin
mengkaji hikmah yang terkandung didalamnya.
11. Menjadikan Al-Qur’an sebagai penuntun dan obat bagi hati
sehingga senantiasa berada dalam jalur rida Allah.
12. Menghadapi kritik atau upaya menjatuhkan Islam, khususnya
melalui Al-Qur’an dengan sikap yang bijaksana dan tidak
emosional.
22
13. Bersikap konsisten dan sabar dalam berdakwah, baik dengan
lisan maupun dengan perbuatan sebagaimana telah ditunjukkan
oleh para Rasul Allah.
14. Bertutur kata lemah lembut dan bersifat amanah, tetapi berani
membela kebenaran Islam apabila mendapatkan serangan dari
pihak lain (Latifah, 2006:10).
3. Toleransi dalam Pandangan Islam
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah untuk umat
manusia dengan tuntutanhidup yang serba sempurna, agar dapat
dijadikan pedoman hidup bagi umat manusia supaya mereka dapat
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dengan ini seorang
yang mau memikirkan dengan dengan mendalami arti dan tujuan Islam
maka dia akan memilihnya dengan senang hati, karena dia merasa
bahwa Islam adalah kebutuhan pribadinya sendiri (Al Muhdar, 1983:3).
Dilain kesempatan Allah telah menandaskan dengan jelas bahwa
agama itu tidak dapat dipaksakan kepada seseorang maka hal itu pasti
akan bertentangan dengan fitrah manusia itu sendiri. Dalam hal ini
cara paksaan sudah pasti dijauhi oleh Nabi. Sebab hal ini akan
menjatuhkan martabat agama Islam. Karena itu Allah berfirman dalam
surah Al-Baqarah ayat 256:





23



Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman
kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar
lagi Maha Mengetahui(departemen agama RI, 2002:53).”
Islam adalah agama buat semua umat dan tidak akan memaksakan
seseorang untuk memeluknya. Dengan dasar toleransi inilah Nabi
mengajak semua orang untuk masuk Islam. Siapa yang mau
menerimanya maka dia akan beruntung di dunia dan akhirat. Namun
siapa yang tidak mau menerimanya maka tidak seorangpun yang
berhak memaksanya ke dalam Islam. Inilah dasar toleransi yang
digariskan oleh Islam selalu menghormati kemerdekaan beragama dan
hidup bersaudara. Tidak seperti yang dituduhkan oleh musuhmusuhnya bahwa Islam tersia dengan pedang (Al Muhdar, 1983:9).
4. Sikap Toleransi Antar Umat Beragama
Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama lain, menimbulkan
sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup
sehari-hari, sehingga tumbuh pula kerukunan beragama. Kerukunan
hidup beragama itu dimungkinkan karena agama-agama memiliki
dasar ajaran hidup rukun. Semua agama menganjurkan untuk
senantiasa hidup damai dan rukun dalam hidup dan kehidupan seharihari.
1. Agama Protestan
24
Agama protestan beranggapan bahwa aspek kerukunan
hidup beragama dapat diwujudkan melalui Hukum Kasih yang
merupakan norma dan pedoman hidup yang terdapat Al Kitab.
Hukum Kasih tersebut ialah mengasihi Allah dan mengasihi
sesama manusia. Menurut agama Kristen Protestan Kasih
adalah hukum utama dan yang terutama dalam kehidupan
orang Kristen.
2. Roma Katolik.
Kerukunan hidup beragama menurut ajaran Kristen Katolik
sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Konsili Vatikan II tentang
sikap Gereja terhadap agama-agama bukan Kristen didasarkan asal
Kisah Rasul-rasul.
“Adapun segala bangsa itu merupakan satu masyarakat, dan
asalnya pun satu juga, karena Allah menjadikan seluruh bangsa
manusia untuk menghuni seluuh bumi”.
3. Agama Hindu.
Pandangan
agama
Hindu
tentang
kerukunan
hidup
antarumat beragama, dapat diketahui dari tujuan agama hindu
yakni Moksarthan Jagathita Ya Ca iti Dharma. Dharma artinya
mencapai kesejahteraan hidup manusia baik jasmani maupun
rohani. Berangkat dari pengertian tersebut maka untuk
mencapai
kerukunan
umat
beragama
manusia
harus
mempunyai dasar hidup yang disebut Catur Purusa Artha;
25
Dharma, Artha, Kama, Moksha. Keempat dasar inilah yang
merupakan titik tolak terbinanya kerukunan umat beragama.
Keempat
dasar
ini
yang
memberikan
sikap
hormat-
menghormati dan harga menghargai keberagamaan umat
beragama lain. Tidak saling mencurigai dan tidak saling
mempersalahkan dan dapat menumbuhkan saling bekerja sama.
a. Dharma
Dharma dapat diartikan sebagai mematuhi semua
ajaran-ajaran agama terlihat dari pikiran, perkataan dan
perbuatan sehari-hari. Dharma juga dapat diartikan
sebagai memenuhi kewajiban sesuai dengan profesi
atau pekerjaan dan tanggung jawab masing-masing.
b. Artha
Artha adalahsesuatu yang bernilaimateriil yang
dapatdigunakanuntukmemenuhikebutuhanhidupmanusi
asecarafisik.
c. Kama
Kama artinya kebutuhan hidup berupa pangan,
sandang, perumahan, sosial, spiritual, kesehatan, dan
pendidikan. Makin banyak arta yang diperoleh maka
manusia makin leluasa memenuhi kama.
d. Moksha
26
Moksha adalah kebebasan jiwatma (atma) yang mutlak,
kebahagiaan yang kekal abadi tanpa wali duka,
kebebasan dari ikatan Karma dan Samsara, bersatunya
antara Atma dengan Brahman (Parama Atma, Sang
Hyang Widdhi).Sang Hyang Widdhi merupakan asal
serta tujuan kembalinya alam semesta.(www.hindu
batam.com)
4. Agama Buddha.
Pandangan agama Buddha mengenai kerukunan hidup
umat beragama dapat dicapai dengan titik tolak empat
kebenaran.
a. Hidup itu adalah suatu penderitaan (Dukha-satya).
b. Penderitaan
disebabkan
karena
keinginan
rendah
(samudaya-satya).
c. Apabila tanha (keinginan rendah) dapat dihilangkan maka
penderitaan akan berakhir.
d. Jalan untuk menghilangkan keinginan yang rendah ialah
melaksanakan delapan jalan utama, yaitu pengertian,
pikiran, ucapan, perbuatan, kesadaran, mata pencaharian,
daya upaya, pemusatan pikiran (konsentrasi) yang benar
(Marga-Satya).
Dalam pengajaran Buddha Gautama kepada manusia telah
dilaksanakan dengan dasar:
27
1. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat
ditembus oleh pikiran manusia.
2. Metta, welas asih terhadap makhluk sebagai kasih ibu
terhadap putranya yang tunggal.
3.
Karunia, kasih sayang terhadap sesama makhluk.
4. Mudita, perasaan turut bahagia dengan kebahagiaan
makhluk lain tanpa benci, iri hati, perasaan prihatin bila
makhluk lain menderita.
5. Karma, tumimbal lahir (reinkarnasi) atau hukum umum
yang kekal, karena ini ada hukum dari sebab dan akibat.
Karma adalah jumlah seluruhnya dari perbuatanperbuatan baik atau tidak baik.
5. Agama Islam.
Agama Islam secara positif mendukung Kerukunan Hidup
Beragama. Sikap kerukunan hidup yang tertanam dalam setiap
pribadi Muslim adalah atas pelajaran Al-Qur’an dan Sunnah.
Antara lain dapat diperhatikan ayat 64 surat Ali Imran.
Panggilan kepada Ahli
Kitab andaikata mereka tidak
memperhatikan, maka ucapan mereka ialah “Ketahuilah bahwa
kami selaku orang Muslim”. Kepada orang kafir pun terdapat
penggarisan untuk menunjukkan toleransi sebagaiman terdapat
dalam surat Al Kafirun ayat 1-5.
28
Jadi umat Islam sudah terpimpin dengan Al-Qur’an untuk
hidup rukun bersama umat agama lain. Dan dalam berdakwah
pun orang Islam diberi garis jelas yaitu tidak dibenarkan
melakukan paksaan untuk menarik orang yang berlainan agama
menjadi penganut Islam. Berdasarkan ayat-ayat suci AlQur’anul Karim jelas bahwa agama Islam mempunyai prinsip
menghormati agama-agama lain. Di samping itu agama Islam
mendidik pemeluk-pemeluknya untuk taat kepada Pemerintah,
memberikan nilai-nilai moral dan akidah-akidah sosial untuk
mengendalikan tingkah laku atau perangai manusia dalam
masyarakat agar tercipta kedamaian dan tata tertib dalam
pergaulan bangsa dan umat manusia (Daradjat, 1996: 139-144).
B. INTERAKSI SOSIAL
1. Pengertian Interaksi Sosial
Pada hakikatnya, manusia adalah mahluk sosial. Di dalam dirinya
terdapat hasrat untuk berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama
dengan orang lain. Hasrat ini timbul bukan hanya karena kebutuhan
lahiriah, melainkan karena hasrat itu sendiri bahwa ia butuh
berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Karena
itulah, interaksi dengan orang lain merupakan kebutuhan mendasar
dalam diri manusia. Setiap manusia berkenalan, bekerja sama,
berorganisasi, bersaing bahkan berkonflik untuk memdapatkan sesuatu.
29
Dari sudut pandang sosiologi, hubungan-hubungan seperti itu disebut
interaksi sosial (Juju, 2006: 55).
Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan
individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang
lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal
balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok (Walgito,
1990:65).
Menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan bisa disebut
interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri berikut :
a. Jumlah pelaku dua orang atau lebih.
b. Adanya komunikasi antarpelaku dengan mengunakan simbol atau
lambang.
c.
Adanya suatu dimensi yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa
yang akan datang.
d. Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai sebagai hasil dari interaksi
tersebut(Juju, 2006: 55).
2. Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, interaksi soaial tidak mungkin terjadi
tanpa adanya suatu syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.
a. Kontak Sosial
Kata “Kontak” (Inggris: “contact”) berasal dari bahasa latin con
atau cum yang artinya bersama-sama dan tangereyang artinya
30
menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyentuh. Dalam
pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi
atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan
pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio
atau surat elektronik.Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi
syarat utama terjadinya kontak.
Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut:
1. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial
positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial
negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.
2. Kontak sosial bisa bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial
primer terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara
langsung. Misalnya kontak antara guru dan murid di dalam kelas,
penjual dan pembeli dipasar tradisional, atau pertemuan ayah dan
anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi
apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya,
percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan
secara lansung dan tidaklangsung.
b. Komunikasi
Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial.
Hal terpenting dalam komunikasi yaitu dadnya kegiatan saling
31
menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau
sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan.
Ada lima unsur pokok dalam komunikasi. Kelima unsur
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan,
atau pikiran kepihak lain.
2. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi
pesan, perasaan, atau pikiran.
3. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan komunikator. Pesan dapat
berupa informasi, instruksi, dan perasaan.
4. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi
dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.
5. Efek, yaitu perubahan yang diharapakan terjadi pada komunikan,
setelah mendapatkan pesan dari komunikator(Juju, 2006: 55).
3. Faktor-Faktor Pendorong Interaksi Sosial
Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi berlangsungnya
interaksi sosial, baik secara individu maupun kelompok yaitu :
a. Imitasi
Faktor ini
dikemukakan oleh Gabriel
Trade
yang
beranggapan bahwa faktor imitasi ini merupakan satu-satunya
32
faktor yang mendasari atau melandasi interaksi sosial (Walgito,
1990:66).
Menurut
Tarde,
masyarakat
itu
tiada
lain
dari
pengelompokan manusia dimana individu-individu yang satu
mengimitasi dari yang lain dan sebaliknya, bahkan masyrakat
itu baru menjadi masyrakat sebenarnya apabila manusia mulai
mengimitasi kegiatan manusia lainnya. Kata Tarde : Ia Sociate
e’est I’imitation (Walgito, 1990:67).
Pendapat Trade dalam hal ini bukan satu-satunya faktor
yang
mendasari
interaksi
sosial.
Imitasi
tidak
dapat
berlangsung dengan sendirinya, sehingga individu yang satu
akan dengan sendirinya mengimitasi individu yang lain,
demikian sebaliknya. Dengan demikian untuk mengimitasi
sesuatu perlu adanya sikap menerima dan sikap mengagumi.
Tetapi itu di akui juga bahwa faktor imitasi mempunyai
peranan dalam interaksi sosial, misal dalam perkembangan
bahasa yang berlaku adalah faktor imitasi karena apa yang
diucapkan oleh anak adalah mengimitasi dari keadaan
sekelilingnya(Walgito, 1990:67).
b. Sugesti
Sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang datang dengan
sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima
33
tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan (Walgito,
1990:67).
1. Macam-macam sugesti dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Auto-sugesti adalahsuatu proses sugesti yang diberikan
kepada diri sendiri sehingga akan diperoleh tingkah
laku yang lebih meningkat dari sebelumnya.
2) Hetero-sugesti adalah suatu proses sugesti yang
berlangsung dan ditujukan kepada individu lain agar
dapat dipengaruhi sesuai maksud individu yang
dipengaruhi(Santosa, 2004: 17).
2. Hukum-hukum sugesti:
1) Bertambahnya
bertambahnya
sugesti
perpecahan
sebanding
atau
dengan
pertentangan
daripada keutuhan kesadarannya.
2) Bertambahnya sugesti pada orang-orang normal
terlaksana secara tidak langsung daripada sugesti
yang secara langsung.
3) Bertambahnya sugesti pada orang-orang tidak
normal terlaksana secara langsung daripada sugesti
yang secara tidak langsung.
Baik sugesti secara langsung maupun sugesti sugesti
secara
tidak
langsung
bermaksud
untuk
menempatkan kembali sistem tingkah laku pada
34
situasi tertentu yang dihadapi individu yang
bersangkutan (Santosa, 2004: 18).
3. Faktor-faktor yang mempercepat sugesti
Suatu peristiwa yang terjadi, dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor dari dalam individu maupun dari luar
individu. Faktor-faktor tersebut, antara lain disebabkan
oleh hal-hal berikut:
1) Karena hambatan berpikir. Keadaan seseorang
yang berbeda dengan keadaan yang normal
menyebabkan individu tersebut mudah disugesti
2) Karena
pikiran
terpecah-belah.
Keadaan
seseorang yang menghadapi bermacam-macam
hal, menyebabkan individu tersebut mudah
disugesti
3) Karena
keadaan
otoritas.
Hal-hal
yang
merupakan hak milik individu menyebabkan
individu yang bersangkutan mudah memberi
sugesti dan mudah diterima oleh individu lain.
4) Karena
keadaaan
mayoritas
menyebabkan
individu mudah terkena sugesti oleh individu
lain.
5) Karena keadaan will to believe. Keadaan yang
berfungsiuntuk lebih meyakinkan menyebabkan
35
individu lebih mudah dikenai sugesti (Santosa,
2004: 18).
c. Identifikasi
Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik
(sama) dengan orang lain. Sehubungan dengan identifikasi ini
Freud menjelaskan bagaimana anak mempelajari norma-norma
sosial dari orang tuanya.
Dalam garis besar hal ini dapat ditempuh dengan dua cara,
yaitu:
1) Anak mempelajari dan menerima norma-norma sosial
itu karena orang tua dengan sengaja mendidiknya.
2) Kesadaran akan norma-norma sosial juga dapat
diperoleh anak dengan cara identifikasi, yaitu anak
mengidentifikasi diri pada orang tua, baik ibu atau ayah.
Dari dua cara untuk mempelajari norma-norma tersebut,
peran orang tua sebagai rumah tangga angat penting dalam hal
mendidik anak-anaknya. Karena anak akan menegidentifikasi
semua tingkah laku orang tuanya, baik itu norma, sikapsikapnya ataupun segi-segi yang lain. Sebagai anak ia selalu
mencari tempat identifikasi yang menurutnya lebih ideal bagi
yang bersangkutan(Walgito, 1990:72).
d. Simpati
36
Simpati merupakan suatu proses di mana seseorang merasa
tertarik kepada pihak lain. Melalui proses simpati, orang
merasa dirinya seolah-olah berada dalam keadaan orang lain
dan merasakan apa yang dialami, dipikirkan, atau dirasakan
orang lain tersebut.dalam proses ini, perasaan memegang
peranan penting walaupun alasan utamanya adalah rasa ingin
memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Contoh, ketika
ada tetangga yang terkena musibah, kita ikut merasakan
kesedihannya
dan berusaha
untuk membantunya. Pada
umumnya, simpati lebih banyak terlihat pada hubungan teman
sebaya, hubungan ketetanggaan, atau hubungan pekerjaan(Juju,
2006: 63).
e. Empati
Empati
merupakan
simpati
mendalam
yang
dapat
mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang. Contohnya,
seorang ibu akan merasa kesepian ketika anaknya yang
bersekolah di luar kota. Ia selalu rindu dan memikirkan
anaknya tersebut sehingga jatuh sakit(Juju, 2006: 63).
4. Status, Peranan, dan Hubungan Individu dalam Interaksi Sosial
a. Status dan peranan individu dalam dalam interaksi sosial
Status dan peranan merupakan unsur-unsur dalam struktur
sosial yang mempunyai arti penting bagi sistem sosial. Sistem
37
sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik
tersebut, status danperanan individu mempunyai arti yang penting
karena kelanggengan masyarakat tergantung pada keseimbangan
kepentingan-kepetingan
individu
yang
bersangkutan.Secara
empiris, perbedaan status mempengaruhi cara bersikap seseorang
dalam berinteraksi sosial. Orang yang menduduki status tinggi
mempunyai sikap yang berbeda dengan orang yang statusnya
rendah (Juju, 2006: 69).
b. Kedudukan Status
Kedudukan atau status sosial merupakan posisi seseorang
secara umum dalam masyarakat dalam hubungannya dengan orang
lain. Posisi seseorang menyangkut lingkungan pergaulan, prestige,
hak-hak dan kewajibannya. Secara abstrak, kedudukan berarti
tempat seseorang dalam satu pola tertentu. Bahkan, seseorang bisa
mempunyai beberapa kedudukan karena memiliki beberapa pola
kehidupan.
Menurut Ralph Linton, dalam kehidupan masyarakat
terdapat tiga macam cara memperoleh status, yaitu:
a. Ascribed status merupakan status seseorang yang dicapai
dengan sendirinya tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah
dan kemampuan. Status tersebut bisa di peroleh sejak lahir.
b. Achieved statusmerupakan status yang diperoleh seseorang
dengan usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak diperoleh
38
atas dasar keturunan, akan tetapi tergantung pada status
kemampuan individu dalam mencapai tujuan-tujuannya. Jadi
status ini bersifat terbuka bagi siapa saja
c. Assigned
statusmerupakan
status
yang
diperoleh
dari
pemberian pihak lain. Assigned status mempunyai hubungan
yang erat dengan achievedstatus. Artinya, suatu kelompok atau
golongan memberikan status yang lebih tinggi kepada
seseorang yang berjasa. Status ini diberikan karena status orang
tersebut telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan dan kepentingan masyarakat rendah (Juju, 2006: 69).
c. Peranan Sosial
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan atau status.
Peranan adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang
dimilikinya. Status dan pernan tidak dapat dipisahkan karena tidak
ada peranan tanpa status dan tidak ada status tanpa peranan.
Interaksi sosial yang ada dalam masyarakat merupakan
hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Ada
tiga hal yang tercakup pada peranan. Ketiga hal tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan
posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat.
39
2) Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat
dilakukan
oleh individu
dalam
masyarakat
sebagai
organisasi.
3) Peranan merupakan perilaku individu yang penting sebagai
struktur sosial masyarakat(Juju, 2006: 70).
d. Mengukur Hubungan Individu dalam Interaksi Sosial
Secara sosiologis, seorang individu baru mempunyai arti
jika ia selalu mengadakan kontak dengan orang lain. Dalam
hubungan itu terjadi interaksi yang dinamis. Dengan adanya kontak,
kita akan memahami keberadaan masing-masing individu termasuk
diri kita sendiri.
Untuk mengukur akrab atau tidaknya seseorang, umumnya
digunakan sosiometri. Dari sosiometri itu dapat dapat diketahui
beberapa hal yaitu:
1) Makin sering seseorang bergaul dengan orang lain,
hubungannya akan semakin baik. Sebaliknya, makin sedikit
ia bergaul berarti ia tidak memiliki pergaulan yang baik.
Sering atau tidaknya seorang bergaul disebut frekuensi
dalam pergaulan.
2) Dari intim tidaknya seseorang dalam pergaulan dapat
diketahui intensitas pergaulannya. Banyak sedikitnya teman
bergaul seseorang di dalam masyarakat disebut popularitas.
40
Makin seseorang banyak teman maka dikatakan ia
mempunyai hubungan sosial yang baik.
3) Dalam pergaulan, seseorang akan memilih atau menolak
siapa yang akan ia jadikan teman. Tindakan ini sering
disebut tindakan pemilihan (Juju, 2006: 72).
5. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
a. Interaksi Sosial yang Bersifat Asosiatif
1) Kerjasama (cooperation)
Kerjasama adalah suatu usaha bersama antar
individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Kerjasama timbul apabila orang menyadari memiliki
kepentingan dan tujuan yang sama, serta menyadari bahwa
hal tersebut bermanfaat bagi dirinya atau orang lain (Juju,
2006: 75).
2) Akomodasi (accomodation)
Akomodasi mempunyai dua makna, yaitu sebagai
keadaan dan proses. Akomodasi sebagai keadaan mengacu
pada keseimbangan interaksi antar individu atau antar
kelompok yang berkaitan dengan nilai dan norma sosial
yang berlaku. Akomodasi sebagai sebuah proses mengacu
pada
usaha-usaha
manusia
untuk
meredakan
suatu
pertentangan agar tercipta keseimbangan(Juju, 2006: 76).
3) Asimilasi (assimilation)
41
Asimilasi merupakan usaha untuk mengurangi
perbedaan antar individu atau antar kelompok guna
mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan
tujuan-tujuan bersama (Juju, 2006: 78).
4) Akulturasi (aculturation)
Akulturasi adalah berpadunya dua kebudayaan yang
berbeda dan membentuk suatu kebudayaan baru dengan
tidak menghilangkan ciri kepribadian masing-masing (Juju,
2006: 79).
b. Interaksi Sosial yang Bersifat Disosiatif
1) Persaingan (competition)
Persaingan adalah perjuangan berbagai pihak untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Persaingan mempunyai dua tipe,
yaitu yang bersifat pribadi dan non pribadi atau kelompok (Juju,
2006: 80).
2) Kontravensi (contravensi)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk
proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan.
Kontravensi
ditandai
oleh
adanya
ketidakpuasan
dan
ketidakpastian mengenai diri seseorang, rencana dan perasaan
tidak suka yang disembunyikan, atau kebencian dan keraguraguan terhadap kepribadian seseorang. Kontravensi cenderung
bersifat rahasia (Juju, 2006: 80).
42
3) Pertentangan atau Konflik (conflict)
Pertentangan atau konflik adalah suatu perjuangan individu
atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menantang pihak lawan. Biasanya, konflik disertai dengan
ancaman atau kekerasan. Konflik terjadi karena perbedaan
pendapat, perasaan individu, kebudayaan, kepentingan baik
kepentingan individu maupun kelompok, dan terjadinya
perubahan-perubahan
sosial
yang
cepat
menimbulkan
disorganisasi sosial. Perbedaan-perbedaan ini akan memuncak
menjadi pertentangan karena keinginan-keinginan individu
tidak dapat diakomodasikan. Akibatnya, tiap individu atau
kelompok berusaha menghancurkan lawan dengan ancaman
(Juju, 2006: 81).
C. KAITAN
TOLERANSI
BERAGAMA
DENGAN
INTERAKSI
SOSIAL
Hidup beragama yang toleran sekaligus menjadi sikap dasar dalam
kehidupan sosial masyarakat.Dalam lingkungan keluarga, kehidupan yang
toleran harus disosialisasikan sejak dini terhadap anggota keluarga (anakanak) dan inilah yang menjadi sosialisasi dasar dalam kehidupan umat
manusia, yang dari padanya dikembangkan sosialisasi lebih lanjut. Dalam
kehidupan yang lebih luas, manusia harus menyesuaikan diri dengan
berbagai norma dalam kelompok kerja maupun masyarakat.Ternyata
sosialisasi terhadap sikap hidup toleran dalam berbagai bidang kehidupan
43
(agama dan lain-lain) berlangsung seumur hidup karena kehidupan umat
manusia dari hari ke hari adalah kehidupan yang ditandai oleh
penambahan pengetahuan dengan terus belajar dan berusaha mencari
sesuatu yang baru dalam kehidupan berpengetahuan. Itulah maknanya
bahwa sosialisasi terhadap kehidupan toleran merupakan proses yang tak
henti-hentinya dan terus mencari untuk mendapatkan yang lebih baik
dalam kehidupan umat manusia.
Berinteraksi dengan jiwa toleran dalam setiap bentuk aktivitas,
tidak harus membuang prinsip hidup (beragama) yang diyakini.
Kehidupan yang toleran justru akan menguatkan prinsip hidup (keagamaan)
yang diyakini. Segalanya menjadi jelas dan tegas tatkala diletakkan sikap
mengerti dan memahami terhadap apapun yang nyata berbeda dengan
prinsip yang diyakini. Manusia bebas dengan keyakinan masing-masing,
sedangkan pihak yang berbeda (yang memusuhi sekalipun) dibebaskan
terhadap sikap dan keyakinannya.
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
44
1. Letak Geografis Desa Sampetan
Desa Sampetan terletak di Kelurahan Sampetan Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali. Jarak dengan kelurahan kurang lebih 600 m, jarak
dengan kecamatan kurang lebih 7 km dan jarak dengan kabupaten
kurang lebih 15 km.
2. Batas Wilayah Desa Sampetan
a. Desa Sampetan berbatasan dengan desa lain yaitu:
Sebelah utara
: Desa Ngadirojo, Kecamatan Ampel
Sebelah selatan
: Desa Kembang, Kecamatan Ampel
Sebelah barat
: Gunung Merbabu/ Kabupaten Magelang
Sebelah timur
: Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang
b. Luas wilayah
Luas wilayah desa Sampetan 2500 x 600 m yang terdiri dari:
Pemukiman
: 50 Kepala Keluarga
Sekolah
: Sekolah Dasar, Roudhotul Athfal
Tempat wirausaha
: petani
Lain-lain
: tempat pariwisata (Taman)
3. Monografis Desa Sampetan
Jumlah Penduduk Desa Sampetan kurang lebih 150 jiwa atau 50
Kepala Keluarga dalam 1 Rukun Tetangga.
1) Mata Pencaharian
45
Mata pencaharian warga masyarakat desa Sampetan
kebanyakan sebagai petani, bedasarkan data dari desa
Sampetan diperoleh perincian penduduk sebagai berikut:
Tabel 3.1
Mata Pencaharian Warga Desa Sampetan
No.
1.
2.
3.
Pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil
Wiraswasta
Buruh
Jumlah
4%
6%
90%
2) Kondisi Agama
Kondisi agama di Desa Sampetan 84% Muslim
sedangkan umat non muslim 10% Buddha dan 6% Kristen.
Di desa Sampetan dapat bertoleransi dengan baik antara
tetangga beda agama yang ditunjukkan adanya sikap saling
menghormati dan tolong menolong.
Jumlah tempat ibadah :
Masjid/mushola
: 1 buah
Gereja
: 1 buah
Vihara
: 1 buah
3) Visi dan Misi
Visi Desa:
Pada umumnya masyarakat menginginkan suatu
pemerintahan yang baik, dilihat dari pemerintahan pusat
sampai dengan pemerintahan yang paling bawah yaitu
46
pemerintahan tingkat desa. Untuk itu atas nama Pemerintah
Desa kami selaku Kepala Desa Terpilih menyadari bahwa
dalam mengemban amanat dari rakyat tidaklah mudah
tetapi kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk
mewujudkan Visi tentang Desa Yaitu : “terwujudnya
masyarakat desa yang maju, mandiri, sejahtera lahir dan
batin dalam keseimbangan berbasis pertanian
dan
peternakan”
Misi Desa:
Dalam rangka mewujutkan Visi Desa, maka perlu
perencanaan program yang sistematis dan mengarah pada
usaha usaha untuk mengembangkan pemerintahan bersama
komponen komponen didalamnya serta memberikan peran /
partisipasi aktif dari masyarakat. Oleh karena itu perlu
dipersiapkan penjabaran Visi dalam bentuk kegiatan
kegiatan desa terangkum dalam Misi Desa Sebagai berikut :
Meningkatkan
dan
memberdayakan
sumberdaya
manusia dan sumberdaya alam yang bertanggungjawab
dan berkelanjutan.
Membangun dan memperbaiki sarana dan prasrana
guna pencapaian taraf hidup dan perekonomian yang
lebih baik.
47
Mengembangkan pelayanan sosial budaya, sarana
pertanian dan peternakan yang tepat guna .
4) Tujuan dan Sasaran
Tujuan :
Menggalakkan Pembelajaran Melalui Kejar Paket A,
Paket B dan Keaksaraan Fungsional ( KF)
Peningkatan Pemberdayaan Kelembagaan Pemerintah
Desa yang profesional dan berdedikasi yang tinggi.
Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam
pembangunan segala sektor
Pengembangan
Perekonomian
Rakyat
terutama
Agrobisnis, Pertanian dan Peternakan.
Meningkatkan Ketentraman, Ketertiban, Keimanan dan
Ketakwaan yang terpadu.
5) Sasaran :
Meningkatnya Pembelajaran Kejar Paket 50% (dalam 5 th).
Meningkatnya Pemberdayaan kelembagaan sampai 75 %.
Bertambahnya jumlah tingkat swadaya masyarakat 60%.
Bertambahnya jumlah lahan penghijauan dan ternak Sapi
60%.
Meningkatkan Pemahaman beragama 50%.
48
B. Sejarah Keberagamaan Desa
1. Agama Islam
Untuk agama yang pertama kali di Desa Sampetan adalah
agama Islam. Dan pada saat itu belum ada agama yang lain,
sehingga agama Islam berkembang dengan baik, karena adanya
sesepuh yang mengajarkan agama Islam seperti Kanaf, Markum
dan Suminah. Dan yang masih hidup hingga saat ini adalah
Suminah, beliau sampai sekarang masih aktif dalam kegiatan
keagamaan dan anak-anak beliau juga meneruskan perjuangan
Suminah, seperti anaknya yang laki-laki sekarang ini menjadi
guru TPA di Desa Sampetan secara sukarela.
Tetapi sejak era Lurah Priyo Hartoyo, agama Islam menjadi
terkucilkan karena beliau berusaha membuddhakan masyarakat
dengan cara pendaftaran agama buddha, tetapi hanya sedikit
masyarakat yang menganutnya, yang lain masih tetap beragama
Islam. Agama Buddha semakin berkembang karena semua
perangkat desa terdiri dari orang-orang yang beragama Buddha.
2. Agama Buddha
Agama masuk di Desa Sampetan pada tahun 1656 yang di
bawa oleh Pramono dari Salatiga untuk mengembangkan agama
Buddha. Warga yang menganut agama Buddha pertama kali
adalah Priyo Hatoyo yang pada saat itu menjabat sebagai lurah.
49
Priyo Hartoyo saat itu mempunyai tujuan awal untuk
mengembangkan agama Buddha dan berusaha membuddhakan
masyarakat dengan cara pendaftaran agama Buddha. Dalam usaha
ini hanya sebagian masyarakat yang mengikuti agama tersebut,
yang sebagian masyarakat tetap menganut agama Islam. Priyo
Hartoyo sangat di segani masyarakat, sehingga ini adalah salah
satu faktor yang mendukung usaha beliau. Sejak saat itu ibadah
umat Buddha mulai dilakukan dirumah Priyo Hatoyo setiap selasa
malam, kamis malam dan hari minggu. Peribadahan umat Buddha
ini berlangsung secara rutin hingga masyarakat sadar bahwa
mereka membutuhkan vihara sebagai tempat ibadah.
3. Agama Kristen
Agama Kristen masuk ke desa Sampetan sejak tahun 1979
yang di bawa oleh misi dari Solo yaitu Meri Hartanti dan Phitrus
Agung. Mereka menyebarkan agama Kristen dengan cara
melakukan pemutaran film di lapangan Purwogondo serta
mengadakan KKR. Sebelum ada gereja mereka mengadakan
pertemuan di rumah Bapak Carik di Purwogondo serta lebih
sering mengadakan KKR.
Setelah agama Kristen berkembang dan banyak orang yang
menganut agama tersebut, kemudian di bangunlah gereja di
Purwosari serta persekutuan umat Kristen resmi berdiri tanggal 30
Desember 1979. Kemudian pada tahun 1980 terjadi bencana
50
sehingga gereja itu rusak. Setelah itu, di bangunlah gereja yang
kedua, yang keberadaannya di desa Selorejo pada tahun 1985.
Di Kelurahan Sampetan ada 6 gereja dan setiap bulan para
pendetanya mengadakan pertemuan yang dinamai pesekutuan
Umat Kristen Lereng Merbabu (PUKLM) dan resmi di bentuk
pada tanggal 6 Juli 1997, dalam pertemuan tersebut membahas
tentang natal, paskah, KKR bersama serta kegiatan di bidang
sosial seperti jika ada orang Kristen yang meninggal, setiap gereja
harus mengirimkan perwakilan 10 orang untuk ikut dalam
upacara, kemudian di setiap gereja juga menyediakan peti mati
sehingga orang yang kesusahan tidak perlu mengeluarkan biaya
pemakaman. Serta di dalam bidang pendidikan juga ada TK Sion
di Purwosari dan di samping gereja, ada tempat belajar untuk
anak-anak yang di sediakan untuk umum. Untuk kegiatan ibadah
dilakukan pada hari rabu, sabtu dan minggu.
C. Kehidupan Beragama
Kehidupan beragama di desa Sampetan sangat baik dan tercipta kehidupan
yang rukun. Toleransinya sangat bagus, seperti ketika Idul Fitri, umat Kristen
dan Buddha bersilaturahmi ke rumah-rumah orang Islam mengucapkan
Selamat Idul Fitri. Begitupun sebaliknya pada saat Waisak dan Natal, umat
lain juga bersilaturahmi ke rumah tetangga yang sedang merayakan hari besar
agamanya.
51
Hubungan antar umat beragama di desa juga sangat erat dalam
bidang sosial seperti halnya gotong royong,pembangunan rumah tempat
tinggal, dll. Semua warga ikut berpartisipasi dan saling membantu tanpa
membeda-bedakan agama masing-masing.Bila ada yang sakit, masyarakat
bersama-sama berangkat untuk menjenguk.
Untuk kegiatan ibadah juga tidak mengganggu umat yang lain
karena sesama umat bergama saling menyadari akan kebutuhan masingmasing sehingga tidak menimbulkan hal yang buruk.Jika ada warga yang
meninggal, baik itu orang Islam, Buddha dan Kristen maka diumumkan
lewat microphone di masjid agar masyarakat pada tahu dan akan datang
membantu berbagai macam persiapan. Bila sedang upacara, umat lain juga
sabar menunggu sampai selesai dan juga ikut mengantarkan jenazah ke
kuburan sehingga semua masyarakat ikut serta dalam acara tersebut
sampai selesai.Ketika ada hajatan,umat lain juga di undang dalam acara
tersebut karena kita hidup dalam tengah-tengah masyarakat dan sebagai
makhluk sosial juga memerlukan tenaga dan fikiran orang lain. Kecuali
ketika acara hajatan agama, orang muslim tidak mengundang umat lain
karena sudah diniati untuk ibadah.
D. Penyajian Data Penelitian
Sebelum penulis menyajikan data penelitian, terlebih dahulu penulis
sajikan data tentang daftar nama yang menjadi responden dalam penelitian ini.
52
1. Data Responden
Tabel 3.2
Daftar Nama Responden
No.
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Nama Responden
AT
DS
DSP
EJ
EK
EM
EN
FR
JM
JN
JY
KM
NH
NI
NK
NM
NN
NW
NM
PJ
PM
PY
SG
SL
SN
SS
ST
SU
SW
SY
TH
TK
TW
WK
WN
53
Agama
Islam
Kristen
Kristen
Kristen
Islam
Kristen
Islam
Islam
Buddha
Islam
Buddha
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Kristen
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Kristen
Kristen
Buddha
Islam
Islam
2. Hasil Angket
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu Toleransi
Beragama sebagai variabel X dan Interaksi Sosial sebagai variabel Y.
Untuk memperoleh data kedua variabel tersebut maka perlu
diberikan angket kepada warga di Desa Sampetan Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali sebagai responden dalam penelitian ini. Angket
yang dimaksud berdasarkan msing-masing variabel yang telah
ditetapkan pada BAB I, sebagaimana tersebut dalam lampiran I.
Adapun hasil angket dari warga Desa Sampetan Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali yang menjadi responden adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Hasil Angket Toleransi Beragama
No.
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Nama Responden
AT
DS
DSP
EJ
EK
EM
EN
FR
JM
JN
JY
KM
NH
NI
NK
NM
NN
NW
54
Jawaban
A
B
C
5
2
3
6
2
2
7
2
1
3
2
5
4
3
3
6
2
2
4
3
3
6
3
1
5
2
3
5
3
2
7
2
1
6
2
2
6
3
1
7
3
0
7
3
0
7
3
0
4
3
3
6
2
2
Bersambung …
Sambungan ….
19 NM
20 PJ
21 PM
22 PY
23 SG
24 SL
25 SN
26 SS
27 ST
28 SU
29 SW
30 SY
31 TH
32 TK
33 TW
34 WK
35 WN
6
6
6
5
6
5
4
6
5
7
8
7
6
5
6
6
6
3
2
3
2
3
2
3
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
1
2
1
3
1
3
3
2
3
1
0
1
1
2
2
2
2
Tabel 3.4
Hasil Angket Interaksi Sosial
No.
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Nama Responden
AT
DS
DSP
EJ
EK
EM
EN
FR
JM
JN
JY
KM
NH
NI
NK
NM
NN
55
Jawaban
A
B
C
6
3
1
7
3
0
5
2
3
5
2
3
6
3
1
4
3
3
5
3
2
8
2
0
6
2
2
7
2
1
6
2
2
7
2
1
5
2
3
8
2
0
9
1
0
7
2
1
6
3
1
Bersambung …
Sambungan ….
18 NW
19 NM
20 PJ
21 PM
22 PY
23 SG
24 SL
25 SN
26 SS
27 ST
28 SU
29 SW
30 SY
31 TH
32 TK
33 TW
34 WK
35 WN
7
10
7
9
6
7
6
7
6
6
8
6
6
7
6
8
7
7
56
2
0
3
1
3
3
3
2
3
3
2
3
2
3
3
2
2
2
1
0
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
2
0
1
0
1
1
BAB IV
ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya yang penulis tempuh adalah
menganalisis data sebagai tindak lanjut dalam upaya mencapai tujuan penelitian
yang telah ditetapkan sebagaimana termuat dalam bab I. Sedangkan untuk
memudahkan penganalisian maka ditempuh tahapan-tahapan analisis sesuai
dengan jenis data, yaitu sebagai berikut :
A. Analisis Deskriptif
Analisis data ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat toleransi
beragama dan interasi sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali.
1. Analisis Data tentang Toleransi Beragama
Untuk mengetahui tingkat toleransi beragama, penulis menggunakan
instrument beberapa angket yang terdiri dari 10 item pertanyaan, masingmasing pertanyaan disediakan 3 alternatif jawaban dengan bobot nilai
sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban A memiliki nilai 3
b. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2
c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 1
Dengan demikian setelah masing-masing jawaban diberi skor angka
maka akan diperoleh hasil sebagai berikut :
57
Tabel 4.1
Skor Toleransi Beragama
No
Respond
en
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
1
2
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
1
2
3
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
2
3
2
2
3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
1
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Nomor Item
5
6
7
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
58
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
2
1
2
2
2
2
1
1
2
1
2
1
2
1
1
1
1
2
2
2
2
1
1
1
1
8
9
10
Jumlah
Skor
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
1
1
2
1
2
3
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
1
2
1
2
1
2
3
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
22
24
26
17
21
24
21
25
22
23
26
24
25
27
27
27
21
24
25
24
25
22
25
22
21
24
22
26
28
26
25
23
24
24
24
Berdasarkan nilai hasil angket Toleransi Beragama diporeh nilai
tertinggi 28 dan nilai terendah 17. Kemudian ditetapkan interval sebagai
berikut:
I=
I=
I=
I=
I= 4
keterangan :
I
: Interval item
Xt
: Nilai tertinggi
Xr
: Nilai terendah
Ki
: Kelas interval
Setelah diketahui lebar intervalnya, maka langkah selanjutnya
memasukkan data nominasi klasifikasi toleransi beragama tersebut dapat
didistribusikan dalam table berikut:
59
TABEL 4.2
Daftar Nominasi Toleransi Beragama
No.
Nilai Interval
Frekuensi
1.
2.
3.
25-28
21-24
17-20
14
20
1
Nilai
Nominal
A
B
C
Artinya
Sangat baik
Baik
Kurang baik
Dari tabel 4.2 tentang daftar nominasi klasifikasi toleransi
beragama tersebut kemudian dihitung frekuensi masing-masing klasifikasi
serta dihitung presentasenya dengan rumus:
P=
x 100%
Keterangan :
P = Presentase
f = Frekuensi
N = Jumlah responden
Dari tabel 4.2 tentang daftar nominasi toleransi beragama dapat
diketahui yang mempunyai tingkat toleransi toleransi beragama :
a. Sangat baik (kategori A) mencapai 14 orang
b. Baik (kategori B) mencapai 20 orang
c. Kurang baik(kategori C) mencapai 1 orang
60
Hasil Penghitungan dari data tersebut dapat dilihat secara jelas
pada tabel berikut :
TABEL 4.3
Presentase Toleransi Beragama
No.
Klasifikasi Toleransi
Interval
Frekuensi Presentase
Beragama
1 Sangat Baik
25-28
14
40%
2 Baik
21-25
20
57%
3 Kurang Baik
17-20
1
3%
Jumlah
35
100%
Dari tabel tersebut terlihat tingkat toleransi beragama warga desa
SampetanKecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dari 35 responden.
1. kategori Sangat baik sebanyak 14 orang atau sekitar 40%. Kategori
tersebut diperoleh dari hasil angket toleransi beragama warga desa
Sampetan.
Hasil tersebut antara lain: dengan tetangga yang berbeda
agama, mereka selalu memberi kesempatan beribadah sesuai ajaran yang
di yakininya; pada saat tetangga yang berbeda agama melaksanakan
ibadah sesuai keyakinannya, mereka selalu berusaha menciptakan suasana
tenang; jika ada tetangga yang berbeda agama mengadakan acara hajatan,
mereka selalu memberi kesempatan dan menghadiri acara tersebut; ketika
tetangga yang berpindah keyakinan, mereka selalu memberi kesempatan;
mereka selalu menerima keberadaan tetangga yang berbeda agama
dilingkungan tempat tinggal; dalam bergaul mereka tidak membedabedakan tetangga yang berlainan agama;Ketika umat lain melaksanakan
acara besar keagamaannya, mereka kadang-kadang ikut membantunya;
Ketika agama lain merayakan hari besar agamanya, mereka kadang-
61
kadang memberikan selamat kepadanya mereka selalu menghargai
pendapat orang lain pada saat musyawarah walaupun berbeda agama; dan
mereka selalu memberi kesempatan berbicara kepada orang lain yang
berbeda agama pada saat musyawarah.
2. Kategori baik sebanyak 20 orang atau sekitar 57%.Kategori tersebut
diperoleh dari hasil angket toleransi beragama warga desa Sampetan. Hasil
tersbut antara lain: dengan tetangga yang berbeda agama, mereka selalu
memberi kesempatan beribadah sesuai ajaran yang di yakininya; pada saat
tetangga yang berbeda agama melaksanakan ibadah sesuai keyakinannya,
mereka selalu berusaha menciptakan suasana tenang; jika ada tetangga
yang berbeda agama mengadakan acara hajatan, mereka selalu memberi
kesempatan dan menghadiri acara tersebut; ketika tetangga yang berpindah
keyakinan, mereka selalu memberi kesempatan; mereka selalu menerima
keberadaan tetangga yang berbeda agama dilingkungan tempat tinggal;
dalam bergaul mereka tidak membeda-bedakan tetangga yang berlainan
agama;ketika umat lain melaksanakan acara besar keagamaannya, mereka
tidak pernah ikut membantunya; ketika agama lain merayakan hari besar
agamanya, mereka kadang-kadang memberikan selamat kepadanya
mereka kadang-kadang menghargai pendapat orang lain pada saat
musyawarah walaupun berbeda agama; dan mereka kadang-kadang
memberi kesempatan berbicara kepada orang lain yang berbeda agama
pada saat musyawarah.
62
3. Kategori kurang baik ada 1 orang atau sekitar 3%. Kategori tersebut
diperoleh dari hasil angket toleransi beragama warga desa Sampetan. Hasil
tersbut antara lain: dengan tetangga yang berbeda agama, mereka selalu
memberi kesempatan beribadah sesuai ajaran yang di yakininya; pada saat
tetangga yang berbeda agama melaksanakan ibadah sesuai keyakinannya,
mereka selalu berusaha menciptakan suasana tenang; jika ada tetangga
yang berbeda agama mengadakan acara hajatan, mereka kadang-kadang
memberi kesempatan dan menghadiri acara tersebut; ketika tetangga yang
berpindah keyakinan, mereka selalu memberi kesempatan; mereka selalu
menerima keberadaan tetangga yang berbeda agama dilingkungan tempat
tinggal; dalam bergaul mereka tidak membeda-bedakan tetangga yang
berlainan
agama;
ketika
umat
lain
melaksanakan
acara
besar
keagamaannya, mereka tidak pernah ikut membantunya; ketika agama lain
merayakan hari besar agamanya, mereka kadang-kadang memberikan
selamat kepadanya mereka tidak pernah menghargai pendapat orang lain
pada saat musyawarah walaupun berbeda agama; dan mereka tidak pernah
memberi kesempatan berbicara kepada orang lain yang berbeda agama
pada saat musyawarah.
2. Analisis data tentang interaksi sosial
Untuk mengetahui tingkat interaksi sosial, penulis menggunakan
instument beberapa angket yang terdiri dari 10 item pertanyaan, masingmasing pertanyaan disediakan 3 (tiga) alternatif jawaban dengan bobot
nilai sebagai berikut:
63
a. Alternatif jawaban A memiliki nilai 3
b. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2
c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 1
Dengan demikian setelah masing-masing jawaban diberi skor
angka maka akan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4
Skor Interaksi Sosial
No
Respond
en
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
1
2
3
Nomor Item
4
5
6
7
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
2
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
3
2
2
1
2
2
2
2
1
1
2
1
2
3
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
3
2
3
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
2
3
3
3
2
3
3
2
3
2
2
2
64
2
2
1
1
2
1
1
2
1
3
1
1
1
2
3
1
1
1
3
3
3
2
3
1
Jumlah
8
9
10
3
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
25
3
27
3
22
3
22
3
25
3
22
3
23
3
28
3
24
3
26
3
24
3
26
3
22
3
28
3
29
3
26
3
25
3
26
3
30
3
27
3
29
3
25
3
27
3
25
Bersambung...
Sambungan....
25
3
26
3
27
3
28
3
29
3
30
3
31
3
32
3
33
3
34
3
35
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
3
3
3
1
1
1
2
1
1
2
2
2
1
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
26
25
25
28
25
24
27
25
28
26
26
Berdasarkan nilai hasil angket interaksi sosial diperoleh nilai
tertinggi 30 dan nilai terendah 22, kemudian ditetapkan interval sebagai
berikut:
I=
I=
I=
I=
I= 3
Setelah diketahui lebar interval, maka langkah selanjutnya
memasukkan data nominasi klasifikasi interaksi sosial tersebut dapat
didistribusikan dalam table berikut:
65
Tabel 4.5
Daftar Nominasi Interaksi Sosial
No.
Nilai Interval
Frekuensi
1.
2.
3.
28-30
25-27
22-24
7
20
8
Nilai
Nominal
A
B
C
Artinya
Sangat baik
Baik
Kurang baik
Dari table nominasi klasifikasi interaksi sosial tersebut kemudian
dihitung frekuensi masing-masing klasifikasi serta dihitung presentasenya
dengan rumus:
P=
x 100%
Keterangan :
P = Presentase
f = Frekuensi
N = Jumlah responden
Dari table V tentang nominasi interaksi sosial dapat diketahui yang
mempunyai toleransi beragama :
a. Sangat baik (kategori A) mencapai 7 orang
b. Baik (kategori B) mencapai 20 orang
c. Kurang baik (kategori C) mencapai 8 orang
Hasil Penghitungan dari data tersebut dapat dilihat secara jelas pada tabel
berikut :
66
TABEL 4.6
PresentaseInteraksi Sosial
No.
1
2
3
Klasifikasi Interaksi
Sosial
Sangat baik
Baik
Kurang baik
Jumlah
Interval
Frekuensi
Presentase
28-30
25-27
22-24
7
20
8
35
20%
57%
23%
100%
Dari tabel tersebut terlihat interaksi sosial warga desa Sampetan
Kecamatan Ampel kabupaten Boyolali dari 35 responden dalam kategori
sangat baik sebanyak 7 orang atau sekitar 20%, dalam kategori baik sebanyak
20 orang atau sekitar 57 %, dan 8 orang atau sekitar 23% dalam kategori
kurang baik.
a. Kategori sangat baik sebanyak 7 orang atau sekitar 20%. Kategori
tersebut diperoleh dari hasil angket interaksi sosial warga desa
Sampetan. Hasil tersebut antara lain: mereka selalu bertegur sapa
ketika bertemu tetangga yang berbeda agama; mereka seslalu berturtur
kata yang baik kepada tetangga yang berbeda agama; ketika ada
kegiatan
kerja
bakti,
mereka
selalu
ikut
bergotong-royong
membersihkan lingkungan sekitar dengan tetangga yang berbeda
agama;
mereka kadang-kadang ikut serta dalam ronda/keamanan
lingkungan meskipun dengan tetangga yang berbeda agama; ketika
ada kegiatan pembangunan jalan, mereka selalu memberikan
sumbangan dana meskipun petugasnya berbeda agama; ketika ada
67
tetangga yang terkena musibah, mereka selalu membantunya meskipun
berbeda agama; apabila ada informasi kegiatan kemasyarakatan,
mereka selalu menyampaikan informasi tersebut dengan baik kepada
seluruh masyarakat sekitar; ketika ada tetangg.a yang sedang sakit,
mereka selalu mengajak tetangga
yang lain untuk menjenguknya
meskipun berbeda agama; mereka selalu merasa nyaman ketika
bersenda gurau/ngobrol santai dengan tetangga meskipun berbeda
agama; mereka selalu ikut serta menjalankan adat istiadat yang ada
didesa anda meskipun bersama dengan tetangga yang berbeda agama.
b. Kategori baik sebanyak 20 orang atau sekitar 57%, Kategori tersebut
diperoleh dari hasil angket interaksi sosial warga desa Sampetan.
Hasil tersebut antara lain: mereka selalu bertegur sapa ketika bertemu
tetangga yang berbeda agama; mereka seslalu berturtur kata yang baik
kepada tetangga yang berbeda agama; ketika ada kegiatan kerja bakti,
mereka selalu ikut bergotong-royong membersihkan lingkungan
sekitar dengan tetangga yang berbeda agama; mereka kadang-kadang
ikut serta dalam ronda/keamanan lingkungan meskipun dengan
tetangga yang berbeda agama; ketika ada kegiatan pembangunan jalan,
mereka kadang-kadang memberikan sumbangan dana meskipun
petugasnya berbeda agama; ketika ada tetangga yang terkena musibah,
mereka selalu membantunya meskipun berbeda agama; apabila ada
informasi
kegiatan
kemasyarakatan,
mereka
kadang-kadang
menyampaikan informasi tersebut dengan baik kepada seluruh
68
masyarakat sekitar; ketika ada tetangga yang sedang sakit, mereka
selalu mengajak tetangga yang lain untuk menjenguknya meskipun
berbeda agama; mereka selalu merasa nyaman ketika bersenda
gurau/ngobrol santai dengan tetangga meskipun berbeda agama;
mereka selalu ikut serta menjalankan adat istiadat yang ada didesa
anda meskipun bersama dengan tetangga yang berbeda agama.
c. Kategori kurang baik sebanyak 8 orang atau sekitar 23%.Kategori
tersebut diperoleh dari hasil angket interaksi sosial warga desa
Sampetan. Hasil tersebut antara lain: mereka selalu bertegur sapa
ketika bertemu tetangga yang berbeda agama; mereka seslalu berturtur
kata yang baik kepada tetangga yang berbeda agama; ketika ada
kegiatan
kerja
bakti,
mereka
selalu
ikut
bergotong-royong
membersihkan lingkungan sekitar dengan tetangga yang berbeda
agama;
mereka tidak pernah ikut serta dalam ronda/keamanan
lingkungan meskipun dengan tetangga yang berbeda agama; ketika
ada kegiatan pembangunan jalan, mereka tidak pernah memberikan
sumbangan dana meskipun petugasnya berbeda agama; ketika ada
tetangga yang terkena musibah, mereka kadang-kadang membantunya
meskipun
berbeda
agama;
apabila
ada
informasi
kegiatan
kemasyarakatan, mereka tidak pernah menyampaikan informasi
tersebut dengan baik kepada seluruh masyarakat sekitar; ketika ada
tetangga yang sedang sakit, mereka kadang-kadang mengajak tetangga
yang lain untuk menjenguknya meskipun berbeda agama; mereka
69
kadang-kadang merasa nyaman ketika bersenda gurau/ngobrol santai
dengan tetangga meskipun berbeda agama; mereka selalu ikut serta
menjalankan adat istiadat yang ada didesa anda meskipun bersama
dengan tetangga yang berbeda agama.
B. Uji Persyaratan Analisis
Dalam uji persyaratan analisis ini penulis menggunakan aplikasi SPSS 16
untuk mengetahui ada tidaknya hipotesis yang penulis ajukan dalam model
regresi.
1. Uji Normalitas
Langkah-langkah Uji Normalitas dengan bantuan SPSS 16
menurut Priyatno (2009:188) adalah sebagai berikut:
a. Buka program SPSS.
b. Klik Variable view oada SPSS data editor.
c. Pada kolom Name baris pertama klik nama, pada label klik,
pada kolom measure pilih Normal. Pada kolom name baris
kedua ketik X, pada label ketik (variasi toleransi beragama),
pada kolom measure pilih (interaksi sosial), pada kolom
Measure pilih Scale. Untuk kolom lainnya biasa diabakan.
d. Masuk ke halaman Data view dengan klik Data View.
e. Selanjutnya, klik Analyze > Nonparametic Test > 1 Sample KS.
70
f. Setelah itu, kotak dialog One Sample Kolmogrov-Smirnov Test
akan tampil. Masukkan variabel produk yang dipilih ke kotak
Test Variable List.
g. Klik OK. Hasil output sebagai berikut:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
VAR00001
N
a
Normal Parameters
Most Extreme Differences
VAR00002
35
23.8857
2.24619
.177
.085
-.177
1.050
.220
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
35
25.6571
2.05717
.146
.120
-.146
.864
.444
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan output diatas diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,444.
Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi
normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka data
tersebut tidak berdistribusi normal. Hasil yang diperoleh adalah 0,444 dan lebih
besar dari 0,05 atau 0,444> 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data yang di uji
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Langkah-langkah Uji Homogenitas dengan SPSS 16menurut
Priyatno (2009:83)adalah sebagai berikut:
a. Buka Program SPSS,klik Variable View. Selanjutnya, pada bagian
Name tulis X dan Y, P Decimals ubah semua menjadi angka 0, pada
bagian label tuliskan VAR00001 dan VAR00002.
71
b. Setelah itu, klik Data View, dan masukkan data variasi toleransi
beragama /VAR00001(X), dan interaksi sosial/VAR00002 (Y).
c. Pilih Analyze, kemudian klik Compare Means, dan One Way Anova
d. Muncul kota dengan nama One Way Anova, selanjutnya masukkan
variabel Y ke kotak Dependen List dan Variabel X ke kotak Factor,
lalu, klik Options
e. Pada menu options, beri tanda pada Homogeneity of Variance, lalu
klik Continue
f. Klik OK untuk mengakhiri perintah. Selanjutnya akan muncul
tampilan Output SPSS.
Test of Homogeneity of Variances
VAR00002
Levene Statistic
.936
df1
df2
6
Sig.
26
.486
Berdasarkan output SPSS di atas diketahui bahwa nilai signifikansi
variabel variasi toleransi beragama (X). Berdasarkan variabel interaksi
sosial (Y) =0,486. Jika nilai signifikan <0,05, maka dikatakan bahwa dari
dua atau lebih populasi data adalah tidak sama. Sedangkan, apabila nilai
signifikan >0,05, maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih
populasi data adalah sama. Oleh karena itu signifikan yang diperoleh
adalah 0,486>0,05 maka varian dari dua variabel yaitu variasi toleransi
beragama dengan interaksi sosial adalah sama atau homogen.
C. Analisis Uji Hipotesis
Dalam analisis ini penulis menggunakan analisis regresi dengan
menggunakan aplikasi SPSS 16 untuk mengetahui serta membuktikan
72
hipotesis yang penulis ajukan yaitu pengaruh tingkat toleransi beragama
terhadap interaksi sosial warga Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali.
a. Korelasi Pearson Product Moment
Langkah pertama menganalisis hubungan kedua variabel tersebut.
Dalam hal ini penulis menggunakan analisis korelasi Pearson Product
Moment dengan menggunakan bantuan SPSS 16 untuk menghitung
hipotesis yang telah diajukan yaitu ada hubungan antara variasi toleransi
beragama dengan interaksi sosial.
Adapun langkah-langkah dalam analisis yang ditempuh menurut
Priyatno (2009:110)ialah sebagai berikut:
a) Bukalah Program SPSS.
b) Kliklah variabel view pada SPSS data editor .
c) Pada kolom Name baris pertama klik nama, pada label klik, pada
kolom measure pilih Normal. Pada kolom name baris kedua ketik X,
pada label ketik (variasi toleransi beragama), pada kolom measure pilih
Scile. Pada kolom name baris ketiga ketik Y, dan pada label ketik
(interaksi sosial), pada kolom Measure pilih Scale. Untuk kolom
lainnya biasa diabakan.
d) Masukanlah ke halaman Data View dengan klik Data View
e) Isikan data nama , X, dan Y
f) Selanjutnya,klik Analyze>Correlate>Bivareate
g) Muncul kotak Bivateate Correlations
73
h) Masukkan variabel X dan Y ke kotak Vaiables
i) Klik OK. Hasil outputnya sebagai berikut:
Correlations
VAR00001
VAR00001
Pearson Correlation
VAR00002
*
1
.386
Sig. (2-tailed)
.022
N
VAR00002
35
35
*
1
Pearson Correlation
.386
Sig. (2-tailed)
.022
N
35
35
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari tampilan data perhitungan SPSS diketahui korelasi antara
X(VAR00001) dan Y(VAR00002) memberikan nilai koefiensi sebesar
0,386. Karena koefisien mendekati 1, maka dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara variasi toleransi beragama dengan interaksi sosial sangat
erat. Angka koefisien positif menunjukkan hubungan positif, yaitu jika
“toleransi beragama” baik, maka “ interaksi sosial” akan semakin tinggi.
Dengan diperoleh nilai product moment (
) di atas, maka untuk
menentukan taraf signifikan disajikan nilai-nilai product moment dalam
tabel taraf signifikansi 1% sebagai berikut :
Tabel 4.7
Nilai Product Moment
N
Nilai Signifikansi
1%
35
0,334
r table pearson product moment (Priyatno, 2009:216)
74
Interpretasi dari tabel di atas adalah bahwa nilai yang diambil
dengan N (jumlah responden) 35 pada taraf signifikansi 1% adalah 0,334.
Hasil hitung koefisiensi korelasi antara variabel X(variasi toleransi
beragama) dan variabel Y (interaksi sosial) adalah 0,386. Hasil yang
diperoleh adalah r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 0,386>0,334 pada
taraf signifikansi 1% maka hasil yang diperoleh adalah signifikan. Artinya,
hipotesis yang diajukan oleh penulis dapat diterima, yaitu “ada pengaruh
antara tingkat toleransi beragama terhadap interaksi sosial”
b. Regresi Linier
Adapun langkah-langkah analisis yang ditempuh menurut Priyatno
(2009:128) adalah sebagai berikut:
a. Buka program SPPS.
b. Klik Variable View pada SPSS data editor.
c. Selanjutnya, pada bagian Name tulis X kemudian Y, pada
Decimals ubah semua menjadi angka 0, pada bagian Label tuliskan
VAR00001 dan VAR00002, dan abaikan yang lainnya.
d. Setelah itu, klik Data View dan masukkan data.
e. Isikan data y dan x.
f. Selanjutnya klik Analyze > Regresion > Linear.
g. Masukkan variabel Y ke kotak Dependent dan variabel X ke kotak
Independent(s).
h. Klik tab Statistics, kemudian akan muncul kotak dialog.
75
i. Pada Residual beri tanda centang pada casewise diagnostics,
kemudian pilih All casess.
j. Klik ok.
Dari langkah-langkah tersebut output SPSS yang dihasilkan adalah
adalah sebagai berikut:
1. Koefisien Determinasi Model Summary
Model Summary
Model
R
1
.386
Adjusted R
Square
R Square
a
b
.149
Std. Error of the
Estimate
.123
1.92635
a. Predictors: (Constant), VAR00001
b. Dependent Variable: VAR00002
Dari tinjauan output SPSS dapat dilihat besarnya Adjusted
adalah 0,
123. Hal ini berarti bahwa 12,3% variasi toleransi beragama bisa dijelaskan oleh
variasi kedua variabel independen interaksi sosial. Sedangkan sisanya (100% 12,3% = 87,7%) di jelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.
2. Uji Signifikansi Sigmultan (Uji Statistik F)
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
21.428
1
21.428
Residual
122.458
33
3.711
Total
143.886
34
F
5.774
Sig.
.022
a
a. Predictors: (Constant), VAR00001
b. Dependent Variable: VAR00002
Dari uji ANOVA atau F test,didapat F Hitung sebesar 5,774 dengan
tingkat probalitas 0,22. Nilai F Hitung lebih besar dari 2 maka dapat
dikatakan hasil perhitungan regresi tersebut signifikan. Selanjutnya, dapat
76
dilihat hasil signifikansi sebesar 0,22. Nilai tersebut di bawah 0,05
sehingga signifikan pada P value 5%. Maka model regresi tersebut dapat
digunakan untuk memprediksi bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
toleransi beragama terhadap interaksi sosial.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengumpulkan data dalam rangka membuktikan
hipotesis yang diajukan dan mengolahnya dengan teknik statistik dengan
menggunakan rumus pearson product moment dan regresi linier melalui
penghitungan SPSS, selanjutnya penulis dapat menarik kesimpulan dari
penelitian yang berjudul “pengaruh tingkat toleransi beragama terhadap
interaksi sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali”
sebagai berikut:
1. Toleransi beragama
Hasil penelitian menunjukkan tingkat toleransi beragama di
Desa Sampetan terbagi dalam 3 variasi yaitu sangat baik, baik dan
kurang baik. Dari 35 responden dalam kategori sangat baik sebanyak
14 orang atau sekitar 40%, dalam kategori baik ada 20 orang atau
sekitar 57% ,dan 1 orang atau sekitar 3% dalam kategori kurang baik.
2. Interaksi sosial
Hasil penelitian menunjukkan interaksi sosial di Desa Sampetan
terbagi dalam 3 variasi yaitu sangat baik, baik, cukup dan kurang baik.
Dari 35 responden dalam kategori sangat baik sebanyak 7 orang atau
78
sekitar 20%, dalam kategori baik ada 20 orang atau sekitar 57 %,dan 8
orang atau sekitar 23% dalam kategori kurang baik.
3. Pengaruh Tingkat Toleransi Beragama dengan Interaksi Sosial
Nilai yang diambil dengan N (jumlah responden) 35 pada taraf
signifikansi 1% adalah 0,334. Hasil hitung koefisiensi korelasi antara
variabel X(variasi toleransi beragama) dan variabel Y (interaksi sosial)
adalah 0,386. Hasil yang diperoleh adalah r hitung lebih besar dari r
tabel yaitu 0,386>0,334 pada taraf signifikansi 1% maka hasil yang
diperoleh adalah signifikan. Dari uji ANOVA atau F test,didapat F
Hitung sebesar 5,774 dengan tingkat probabilitas 0,22. Nilai F Hitung
lebih besar dari 2 maka dapat dikatakan hasil perhitungan regresi
tersebut signifikan. Selanjutnya, dapat dilihat hasil signifikansi sebesar
0,22. Nilai tersebut di bawah 0,05 sehingga signifikan pada P value 5%.
Artinya, hipotesis yang diajukan oleh penulis dapat diterima, maka
model product moment dan regresi linier tersebut bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara tingkat toleransi beragama terhadap interaksi
sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yaitu:
a. Hendaknya manusia mau melaksanakan apa yang diperintahkan Allah
SWT dan menjauhi segala larangan-Nya.
79
b. Dalam kaitannya toleransi beragamahendaknya masyarakatsaling
menjaga hubungan antar sesama manusia dengan baik walaupun
berbeda agama.
c. Dalam kaitannya interaksi sosial, hendaknya masyarakat menegakkan
hidup beragama di dalam suasana perdamaian, kerukunan, dan saling
kerjasama dengan sesama tanpa memandang suku, bangsa, dan agama
serta status sosial ekonominya.
80
DAFTAR PUSTAKA
Al Munawar, Said Agil Husin. 2003. Fikih Hubungan Antar Umat Beragama.
Jakarta: Ciputat Pess.
AlMuhdar, Yunus Ali. 1983. Toleransi Kaum Muslimin dan Sikap Lawanlawannya. Bandung: Iqra.
Ali, Mukti. 2006. Pluralisme Agama di Persimpangan Menuju Tuhan. Salatiga:
STAIN Salatiga Press.
Arikunto, Suhasimi. 2010. Posedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Budiharjo. 2007. Konflik Antar Umat Samawi dan Solusinya. Yogyakarta:
Sumbangsih Press.
Daradjat, Zakiah, dkk. 1996. Perbandingan Agama. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Agama RI, 2002. Al-Qyr’an dan Terjemahnya. Jakarta: Ciputat Press.
Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi
ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Hidayati, Tri Wahyu. 2008. Apakah Kebebasan beragama= Bebas Apakah
Beragama? Prespektif Hukum Islam dan HAM. Semarang: JP Books.
Juju Suryawati. Kun Maryati. 2006. Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X.
Jakarta: Erlangga.
Latifah. Junaidi Anwar. Margiono. 2006. Agama Islam 3 Lentera Kehidupan SMA
Kelas XII. Jakarta: Yudhistira.
Priyatno, Duwi. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta:
Andi Offset.
Rumidi, Sukandar. 2004. Metodologi Penelitian petunjuk Praktis untuk Peneliti
pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Santosa, Slamet. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara,
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1996. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: NV Bulan
Bintang.
81
Suryabrata, Sumardi. 1995. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.
Yunus, Mahmud. 1990. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT Mahmud Yunus
Wadzuryah.
http://www.hindubatam.com/catur-purusa-artha.html, Lanus, Sugi. Ajaran Hindu
Dharma. di akses pada 21 September 2014 pukul 17:35 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/pengertiankonflik,di akses pada 25 Apil 2014 pukul
19:46 WIB.
82
DAFTAR ANGKET
83
Instrumen Penelitian
Angket penelitian mengenai Pengaruh Tingkat Toleransi Beragama Terhadap
Interaksi Sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun
2014
Identitas Responden:
Nama
: ............................
Agama
: ............................
Petunjuk pengisian:
1.) Jawablah pernyataan-pernyataan dibawah ini dengan cara memberi
tanda silang (
) sesuai dengan kondisi yang bapak/ibu/saudara-
saudari rasakan dan pikirkan.
2.) Jawablah sejujur-jujurnya dan penulis menjamin kerahasiaan dari
identitas dan jawaban bapak/ibu/saudara-saudari.
3.) Terima kasih atas partisipasinya.
AngketA (Toleransi Beragama)
1. Dengan tetangga yang berbeda agama, apakah anda memberi kesempatan
untuk beribadah sesuai ajaran yang diyakininya?
a. Saya selalu memberi kesempatan beribadah sesuai ajaran yang
diyakininya.
84
b. Saya kadang-kadang memberi kesempatan beribadah sesuai ajaran
yang diyakininya.
c. Saya tidak pernah memberi kesempatanberibadah sesuai ajaran yang
diyakininya.
2. Pada saat tetangga yang berbeda agama melaksanakan ibadah sesuai
keyakinannya, apakah anda berusaha menciptakan suasana tenang?
a. Saya selalu berusaha menciptakan tenang.
b. Saya kadang-kadang berusaha menciptakan tenang.
c. Saya tidak pernah berusaha menciptakan tenang.
3. Jika ada tetangga yang berbeda agama mengadakan acara hajatan, apakah
anda memberi kesempatan dan menghadiri acara tersebut?
a. Saya selalu memberi kesempatan dan menghadiri acara tersebut.
b. Saya kadang-kadang memberi kesempatan dan menghadiri acara
tersebut.
c. Saya tidak pernah memberi kesempatan dan menghadiri acara tersebut.
4. Ketika tetangga yang berpindah keyakinan, apakah anda memberi
kesempatan?
a. Saya selalumemberi kesempatan.
b. Saya kadang-kadangmemberi kesempatan.
c. Saya tidak pernahmemberi kesempatan.
5. Apakah anda menerima keberadaan tetangga yang berbeda agama
dilingkungan tempat tinggal anda?
a. Saya selalu menerima keberadaannya.
85
b. Saya kadang-kadang menerima keberadaannya.
c. Saya tidak pernah menerima keberadaannya.
6. Dalam bergaul apakah anda tidak membeda-bedakan tetangga yang
berlainan agama?
a. Saya selalu tidak membeda-bedakan tetangga yang berlainan agama.
b. Saya kadang-kadang tidak membeda-bedakan tetangga yang berlainan
agama.
c. Saya tidakpernah tidak membeda-bedakan tetangga yang berlainan
agama.
7. Ketika umat lain melaksanakan acara besar keagamaannya, apakah anda
ikut membantunya?
a. Saya selalu ikut membantunya.
b. Saya kadang-kadang membantunya.
c. Saya tidak pernah membantunya.
8. Ketika agama lain merayakan hari besar agamanya, apakah anda
memberikan selamat kepadanya?
a. Saya selalu memberikan selamat kepadanya.
b. Saya kadang-kadang memberikan selamat kepadanya.
c. Saya tidak pernah memberikan selamat kepadanya.
9. Apakah anda menghargai pendapat orang lain pada saat musyawarah
walaupun berbeda agama?
a. Saya selalu menghargai pendapat orang lain pada saat musyawarah
walaupun berbeda agama.
86
b. Saya kadang-kadang menghargai pendapat orang lain pada saat
musyawarah walaupun berbeda agama.
c. Saya tidak pernah menghargai pendapat orang lain walaupun berbeda
agama.
10. Apakah anda memberi kesempatan berbicara kepada orang lain yang
berbeda agama pada saat musyawarah?
a. Saya selalu memberi kesempatan berbicara kepada orang lain yang
berbeda agama pada saat musyawarah.
b. Saya kadang-kadang memberi kesempatan berbicara kepada orang lain
yang berbeda agama pada saat musyawarah.
c. Saya tidak pernah memberi kesempatan berbicara kepada orang lain
yang berbeda agama pada saat musyawarah.
Angket B (Interaksi Sosial)
1. Apakah anda bertegur sapa ketika bertemu tetangga yang berbeda agama?
a. Saya selalu bertegur sapa ketika bertemu tetangga yang berbeda agama.
b. Saya kadang-kadang bertegur sapa ketika bertemu tetangga yang
berbeda agama.
c. Saya tidak pernah bertegur sapa ketika bertemu tetangga yang berbeda
agama.
2. Apakah anda berturtur kata yang baik kepada tetangga yang berbeda
agama?
a. Saya selalu betutur kata baik kepada tetangga yang berbeda agama.
87
b. Saya kadang-kadang bertutur kata baik kepada tetangga yang berbeda
agama.
c. Saya tidak pernah bertutur kata baik kepada tetangga yang berbeda
agama.
3. Ketika ada kegiatan kerja bakti, apakah anda ikut bergotong-royong
membersihkan lingkungan sekitar dengan tetangga yang berbeda agama?
a. Saya selalu ikut bergotong-royong membersikan lingkungan sekitar
dengan tetangga yang berbeda agama.
b. Saya kadang-kadang ikut bergotong-royong membersikan lingkungan
sekitar dengan tetangga yang berbeda agama.
c. Saya tidak pernah ikut bergotong-royong membersihkan lingkungan
sekitar dengan tetangga yang berbeda agama.
4. Apakah anda ikut serta dalam ronda/keamanan lingkungan meskipun
dengan tetangga yang berbeda agama?
a. Saya selalu ikut serta dalam ronda/keamanan lingkungan meskipun
dengan tetangga yang berbeda agama.
b. Saya kadang-kadang ikut serta dalam ronda/keamana lingkungan
meskipun dengan tetangga yang berbeda agama.
c. Saya tidak pernah ikut serta dalam ronda/keamanan lingkungan
meskipun dengan tetangga yang berbeda agama.
5. Ketika ada kegiatan pembangunan jalan, apakah anda memberikan
sumbangan dana meskipun petugasnya berbeda agama?
a. Saya selalu ikut memberikan sumbangan dana.
88
b. Saya kadang-kadang ikut memberikan sumbangan dana.
c. Saya tidak pernah ikut memberikan sumbangan dana.
6. Ketika ada tetangga yang terkena musibah, apakah anda membantunya
meskipun berbeda agama?
a. Saya selalu membantunya.
b. Saya kadang-kadang membantunya.
c. Saya tidak pernah membantunya.
7. Apabila
ada
informasi
kegiatan
kemasyarakatan,
apakah
anda
menyampaikan informasi tersebut dengan baik kepada seluruh masyarakat
sekitar?
a. Saya selalu menyampaikan informasi dengan baik kepada seluruh
masyarakat sekitar.
b. Saya kadang-kadang menyampaikan informasi dengan baik kepada
seluruh masyarakat sekitar.
c. Saya tidak pernah menyampaikan informasi dengan baik kepada
masyarakat sekitar.
8. Ketika ada tetangga yang sedang sakit, apakah anda mengajak tetangga
yang lain untuk menjenguknya meskipun berbeda agama?
a. Saya selalu mengajak tetangga yang lain untuk menjenguk meskipun
berbeda agama.
b. Saya kadang-kadang mengajak tetangga yang lain untuk menjenguk
meskipun berbeda agama.
89
c. Saya tidak pernah mengajak tetangga yang lain untuk menjenguk
meskipunberbeda agama.
9. Apakah anda merasa nyaman ketika bersenda gurau/ngobrol santai dengan
tetangga meskipun berbeda agama?
a. Saya selalu merasa nyaman ketika bersenda gurau/ngobrol santai
dengan tetangga meskipun berbeda agama.
b. Saya kadang-kadang nyaman ketika bersendau gurau/ngobrol santai
dengan tetangga meskipun berbeda agama.
c. Saya tidak pernah nyaman ketika bersendau gurau/ngobrol santai
dengan tetangga meskipun bebeda agama.
10. Apakah anda ikut serta menjalankan adat istiadat yang ada didesa anda
meskipun bersama dengan tetangga yang berbeda agama?
a. Saya selalu ikut menjalankan adat istiadat yang ada didesa meskipun
bersama dengan tetangga yang berbeda agama.
b. Saya kadang-kadang ikut menjalankan adat istiadat yang ada didesa
meskipun bersama dengan tetangga berbeda agama.
c. Saya tidak pernah ikut menjalankan adat istiadat yang ada didesa
meskipun bersama dengan tetangga yang berbeda agama.
90
Download