PENGARUH TINGKAT TOLERANSI BERAGAMA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DI DESA SAMPETAN KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah Disusun Oleh : LARAS ROSWIDYANINGSIH 11110057 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014 i ii iii iv ABSTRAK Roswidyaningsih,Laras.2014.PengaruhTingkat Toleransi BeragamaTerhadapInteraksi Sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2014. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agam Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing. Sukron Ma’mun, M. Si. Kata kunci: tingkat toleransi beragama, interaksi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; pertama, untuk mengetahui tingkat toleransi beragama di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014. Kedua, untuk mengetahui interaksi sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014. Ketiga, untuk mengetahui adakah pengaruh tingkat toleransi beragama terhadap interaksi sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Subyek penelitian adalah warga Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali sebanyak 35 responden. Pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi.Data penelitian yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Pengujian hipotesis menggunakan analisis statistik untuk koefisien korelasi dengan menggunakan alat bantu SPSS dengan poerson product moment dan formula analisis regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan tingkat toleransi beragama dengan kategori sangat baik dengan jumlah presentase (40%), kategori baik dengan jumlah persentase (57%), sedangkan kategori kurang baik berada pada persentase (3%). Hasil penelitian menunjukkan interaksi sosial kategori sangat baik dengan jumlah persentase (20%), kategori baik dengan jumlah presentase (57%), sedangkan kategori kurang baik dengan jumlah persentase (23%). Sehingga hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh antara tingkat toleransi beragama dengan interaksi sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014.Dibuktikan dengan dengan hasil perhitungan uji hipotesis dengan bantuan SPSS 16for windowsyaitu nilai yang diambil dengan N (jumlah responden) 35 pada taraf signifikansi 1% adalah 0,334.Hasil hitung koefisiensi korelasi antara variabel X(variasi toleransi beragama) dan variabel Y(interaksi sosial) adalah 0,386. Hasil yang diperoleh adalah r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 0,386>0,334 pada taraf signifikansi 1% maka hasil yang diperoleh adalah signifikan.Pada uji t diperoleh nilai F hitung sebesar 5,774dengan tingkat probabilitas 0,22 nilai tersebut dibawah 0,05 signifikan pada P value 5% dan nilai F hitung lebih besar dari 2. v MOTTO “Agama jangan hanya sebagai status, tetapi sebagai keyakinan untuk menjalani hidup” PERSEMBAHAN Kupersembahkan skripsi ini untuk: 1. Bapakku Rusdi Saleh dan Ibuku Widah Sumiyati tercinta, mereka telah membimbing, mendidik,memotivasi dan mendorong terus maju untuk belajar. Terimakasih atas doa yang mereka panjatkan kepada Allah dan kasih sayangnya yang tiada henti mereka berikan kepada kami, anak- anaknya. 2. Adik-adikku, Intan Fikrianingsih dan Muhammad Zaky Ar Rasyid, semoga kalian bisa menjalankan pendidikan yang lebih baik dan gapailah cita-citamu setinggi mungkin. 3. Saudara-saudariku yang selalu senantiasa mendukung dan membantu dengan keikhlasannya. 4. Sahabat-sahabat terbaikku dan teman-teman seperjuangan di STAIN Salatiga tahun angkatan 2010 yang mengajarkanku begitu berartinya sebuah persahabatan dan persaudaraan. vi KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberi beberapa kerohmatan, kenikmatan dan petunjuk kepada manusia menuju kebaikan. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang dinanti-nantikan syafaat dari sekarang sampai hari kiyamat nanti. Berkat Inayah Allah jualah penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang sederhana ini, untuk memenuhi tugas dan syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam. Semoga penulis dan pembaca umumnya bisa mengambil manfaaat dari tulisan ini. Ucapan terimakasih sedalam-dalamnya, penulis sampaikan kepada yang terhormat: 1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Dr.H. Rahmat Hariyadi, M. Pd. 2. Ketua Jurusan STAIN Salatiga Suwardi, M.Pd. 3. Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam Rasimin, S.PdI., M. Pd. 4. Pembimbing Skripsi Sukron Ma’mun, M.Si. 5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan bagian akademik STAIN Salatiga. 6. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah rela berkorban baik material maupun spiritual. vii 7. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan khususnya PAI B yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini khususnya warga desa Sampetan yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Alhamdulliah skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang peneliti harapkan. Besar harapan penulis, semoga amal baik tersebut diterima oleh Allah SWT dan mendapat pahala yang sepantasnya. Tak lupa penulis mengharapkan saran dan kritik yang berssifat membangun dari penyempurnaan skripsi ini,hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis. Dan semoga apa yang telah tertulis dalam skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, dan khususnya bagi peneliti. Salatiga, 23 September 2014 Penulis viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..................... iv ABSTRAK.......................................................................................... v HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN................................... vi KATA PENGANTAR........................................................................ vii DAFTAR ISI...................................................................................... ix DAFTAR TABEL.............................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ................................................................. 7 D. Hipotes................................................................................... 7 E. Manfaat Penelitian................................................................ 8 F. Definisi Operasional.............................................................. 8 G. Metode Penelitian.................................................................. 10 H. Sistematika Penulisan Skripsi................................................. 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................. 18 A. Toleransi Beragama ............................................................... 18 1. Pengertian Toleransi Beragama.................................. 18 2. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Toleransi...................... 20 3. Toleransi dalam Pandangan Islam.............................. 23 4. Sikap Toleransi Antarumat Beragama........................ 24 B. INTERAKSI SOSIAL............................................................. 29 1. Pengertian Interaksi Sosial................................................ 29 2. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi sosial.......................... 30 3. Faktor-faktor Pendorong Interaksi sosial.......................... 32 4. Status, Peranan, dan hubungan Individu dalam Interaksi Sosial................................................................................. 38 5. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial......................................... 41 C. KAITAN TOLERANSI BERAGAMA DENGAN INTERAKSI SOSIAL ............................................................ 43 BABA III HASIL PENELITIAN....................................................... 45 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................... 45 1. Letak Geografis Desa Sampetan....................................... 45 2. Batas Wilayah Desa Sampetan.......................................... 45 3. Monografis Desa Sampetan.............................................. 45 B. Sejarah Keberagamaan Desa................................................... 49 1. Agama Islam..................................................................... 49 2. Agama Buddha................................................................. 49 3. Agama Kristen.................................................................. 50 ix C. Kehidupan Beragama.............................................................. D. Penyajian Data Penelitian ...................................................... 1. Data Responden................................................................ 2. Hasil Angket..................................................................... BAB IV ANALISIS DATA............................................................... A. Analisis Deskriptif.................................................................. 1. Analisis Data tentang Toleransi Beragama....................... 2. Analisis Data tentang Interaksi Sosial............................... B. Uji Persyaratan Analisis.......................................................... 1. Uji Normalitas................................................................... 2. Uji Homogenitas............................................................... C. Analisis Uji Hipotesis............................................................. 1. Korelasi Pearson Product Moment.................................... 2. Regresi Linier.................................................................... BAB V PENUTUP............................................................................. A. Kesimpulan ………………………………………………… B. Saran....................................................................................... DAFTAR PUSTAKA......................................................................... LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................. x 51 52 53 54 57 57 57 63 70 70 71 72 73 75 78 78 79 81 83 DAFTAR TABEL Tabel3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 : Mata Pencaharian Warga Desa Sampetan...................... : Daftar Nama Responden................................................. : Hasil Angket Toleransi Beragama.................................. : Hasil Angket Interaksi Sosial.......................................... : Skor Toleransi Beragama................................................ : Daftar Nominasi Toleransi Beragama............................ : Presentase Toleransi Beragama...................................... : Skor Interaksi Sosial....................................................... : Daftar Nominasi Interaksi Sosial.................................... : Presentase Interaksi sosial.............................................. : Nilai Product Moment.................................................... xi Halaman 46 53 54 55 58 60 61 64 66 67 74 DAFTAR LAMPIRAN Halaman LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................ LAMPIRAN I : DAFTAR ANGKET …………………………… LAMPIRAN II : LEMBAR DOKUMENTASI .............................. LAMPIRAN III : DAFTAR NILAI SKK ......................................... LAMPIRAN IV : LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI ................... LAMPIRAN V : SURAT NOTA PEMBIMBING ......................... LAMPIRAN VI : SURAT IZIN PENELITIAN ............................... LAMPIRAN VII : SURAT KETERANGAN PENELITIAN ........... LAMPIRAN VIII: DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................ xii 83 84 91 95 98 100 101 102 103 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana kita ketahui di Indonesia terdapat beberapa agama seperti Islam, Kristen, Buddha, Hindu, dan Katolik.Hal ini sesuai dengan pendapat sosiolog Bergson (lahir 1859) manusia hidup bersama bukan didasarkan kepada persamaan tetapi oleh karena perbedaan baik dalam sifat, kedudukan dan lain sebagainya. Kenyataan hidup dapat dilihat karena terdapatnya perbedaan hidup dalam bergolong-golongan. Walaupun terdapat tempat-tempat tertentu di dunia, misalnya Amerika Serikat, dimana perbedaan agama tidak menimbulkan persoalan, dan golongan penganutnya bergaul dengan salingterbuka. Namun dikebanyakan bagian dunia dimana terdapat pluralitas agama, pertemuan yang sungguh-sungguh amat minim, dan hanya terbatas pada pertemuan yang dangkal sekedar memenuhi norma sopan santun hidup sehari-hari. Jarang sekali dapat disaksikan seorang Kristen misalnyabertemu dengan seorang Muslim seperti manusia bertemu dengan manusia pada tingkat kejiwaan yang lebih dalam dari eksistensi manusia. Sedangkan justru itulah yang dituntut oleh agama. Jadi jelaslah bahwa masih terdapat tembok pemisah yang menghalangi pergaulan yang akrab antara pemeluk 1 agama yang berbeda. Tembok pemisah itu tidak lain adalah perbedaan antar agama dan kepercayaan(Al Munawar, 2003:23,39). Perbedaan ini menciptakan rasa persatuan dan kesatuan serta menciptakan kerukunan antar umat beragama. Upaya untuk mewujudkan sikap toleransi itu dilatarbelakangi oleh keberagamaan bangsa Indonesia, antara lain dalam hal suku, bangsa, agama dll. Sikap toleransi tersebut merupakan cerminan dari pola kehidupan sosial kemasyarakatan yang bermoral. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan di Indonesia diperlukan sikap toleransi, sebagai salah satu modal dasar untuk mewujudkan kehidupan sosial kemasyarakatan yang tentram. Sebagaimana diketahui, manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu tidak dapat dihindari bahwa manusia harus selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan manusia dengan manusia lainnya, atau hubungan manusia dengan kelompok, atau hubungan kelompok dengan kelompok inilah yang disebut sebagai interaksi sosial. Beberapa aspek yang mendasari interaksi sosial tersebut, yaitu komunikasi, sikap, tingkah laku kelompok dan norma-norma sosial (Sarwono, 1996: 86). Sebagai makhluk sosial maanusia dalam segi kehidupan tidak mampu melepaskan diri dari keterkaitannya pada orang lain. Keterkaitan inilah yang menjadikan orang untuk berusaha mengelimir sikap radikal dan mempertimbangkan golongan atau pihak lain, serta mengutamakan 2 keadilan.Pengertian keadilan disini ialah tiap golongan mempertimbangkan golongan atau pihak lain dengan memlihara kondisi yang telah ada. Setiap golongan memandang golongan lain sebagaimana memandang golongannya sendiri (Al Munawar, 2003: 25). Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia mempunyai dorongan sosial. Dengan adanya dorongan atau motif sosialpada manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi. Dengan demikian maka akan terjadilah interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lain. Di dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan dengan yang lain, atau sebaliknya. Pengertian penyesuaian disini dalam arti yang luas, yaitu bahwa individu dapat meleburkan dengan keadaan sekitarnya, atau sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dalam diri individu, sesuai dengan apa yang di inginkan oleh individu yang bersangkutan (Walgito, 1990:65). Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama berpangkal dari penghayatan ajaran agama masing-masing. Bila toleransi dalam pergaulan hidup ditinggalkan, berarti kebenaran ajaran agama tidak dimanfaatkan sehingga pergaulan dipengaruhi oleh rasa saling mencurigai dan saling berprasangka. Toleransi positif kecuali memanifestasikan 3 kebenaran agama secara horizontal, juga merupakan bagian dari cara memurnikan prinsip berdemokrasi. Dengan toleransi positif berarti bangsa Indonesia telah memelihara nilai-nilai warisan leluhur bangsa sendiri (Al Munawar, 2003:16). Upaya mewujudkan kerukunan antar umat beragama tidak hanya dipelopori oleh pemerintah. Banyak lembaga-lembaga swasta telah turut mengambil peran dalam hal ini. Wahid Institute, misalnya, sebagai lembaga nirlaba yang bergerak dibidang sosial keagamaan telah memprakarsai Konferensi Religi dengan tema “Toleransi Antar agama: Sebuah Rahmat Bagi Semua Ciptaan” di Hotel Rits Carlton, Jimbaran Bali 12 Juni 2007. Para tokoh agama dari berbagai negara dalam kesempatan itu menyepakati sebuah komitmen bahwa kunci untuk dapat hidup berdampingan dinegara manapun adalah toleransi antar umat beragama. Mereka secara terbuka membahas berbagai hal termasuk kebebasan berpindah agama. Mereka yakin, agama adalah sumber kedamaian karena membawa pesan kepada seluruh umat manusia tentang kasih sayang, keadilan dan saling memahami (Hidayati,2008:3). Sampetan merupakan salah satu desa kecil di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Di daerah ini terdapat penduduk yang beragama Islam, Kristen dan Budha yang berjumlah kurang lebih 150 orang terdiri dari 50 kepala keluarga. Penduduk agama Islam berjumlah 42 kepala keluarga atau mencapai 84%, yang beragama Buddha 5 kepala keluarga atau sekitar 10 %, dan yang beragama Kristen 3 kepala keluarga atau 6%. 4 Ketika peneliti singgah kesana terdapat tempat beribadah seperti masjid, gereja dan vihara yang terdapat di desa tersebut. Interaksi antar umat beragama telah di atur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Interaksi yang terjalin di desa tersebut sangat erat dalam bidang sosial seperti halnya kegotong royongan yaitu membangun rumah, kematian, hajatan, dan dalam acara lainnya. Semua warga ikut berpartisipasi dan saling membantu tanpa membedakan agama masingmasing. Sehingga menimbulkan rasa persatuan dan kesatuan antar umat beragama yang baik. Meskipun demikian, konflik tetap dirasakan oleh masyarakat di desa Sampetan. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda-beda (www.wikipedia.org). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konflik adalah perekcokan, perselisihan, pertentangan (Depdiknas, 2007:587). 5 Konflik yang terjadi di desa Sampetan terjadi pada salah satu warga yaitu ketika peringatan hari waisak dan natal biasanya tetangga yang berbeda agama juga di undang untuk menghadiri. Sebagai ketua Rukun Tetangga di desa, beliau juga memenuhi undangan tersebut dengan berniat menggugurkan kewajiban karena apabila kita di undang dalam acara apapun kita wajib untuk menghadirinya. Apa yang beliau lakukan hanya sebatas memenuhi kewajiban. Sehingga ketika perayaan tersebut umat kristen maupun budha yang sedang melaksanakan ibadah, biasanya dilakukan dengan cara berdiri dan hadirin juga dimohon berdiri, tetapi bagi beliau itu adalah bagian ritual dari kegiatan keagamaan, jadi beliau tidak ikut berdiri karena nanti bisa di artikan bahwa beliau telah mengikuti kegiatan agama tersebut. Konflik tersebut sering disebut dengan konflik batin yaitu konflik yang disebabkan oleh adanya dua atau lebih gagasan atau keinginanyang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga mempengrauhi tingkah laku (Depdiknas, 2007:587). Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan mengangkat judul “PENGARUH TINGKAT TOLERANSI BERAGAMA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DI DESA SAMPETAN KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada maka pokok permasalahan dalam penelitian adalah : 6 1. Bagaimana tingkat toleransi beragama di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014? 2. Bagaimana interaksi sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014? 3. Adakah pengaruhtingkat toleransi beragama terhadap interaksi sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat toleransi beragama di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014. 2. Untuk mengetahui interaksi sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tingkat toleransi beragama terhadap interaksi sosial beragama di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014. D. Hipotesis Suryabrata mengatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Kebenaran hipotesis harus masih diuji secara empiris (Suryabrata, 1995: 69). Hipotesis yang dapat dikemukakan sesuai dengan permasalahan di atas adalah: adanya pengaruhantara tingkat 7 toleransi beragama terhadap interaksi sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dalam pendidikan mengenai toleransi beragama dan interaksi sosial. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberi gambaran bagaimana bertoleransi terhadap pemeluk agama lain dan berinteraksi sosial yang baik dalam lingkungan. F. Definisi Operasional Definisi operasional bertujuan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Menurut Masri Singarimbun (2003:46-47), definisi operasional harus bisa diukur dan spesifik serta bisa dipahami oleh orang lain. Adapun definisi operasional peneliti ini diuraikan sebagai berikut: 1. Toleransi beragama Toleransi : (1)sifat atau sikap toleran; (2) batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan; (3) 8 penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja(Depdiknas, 2007:1204). Agama : ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Beragama : menganut (memeluk) agama, beribadah: taat kepada agama (Depdiknas, 2007:12). Toleransi berasal dari bahasa inggris, yaitu “Tolerance” berarti sikap membiarkan, mengakui, dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Bahasa arab menterjemahkan dengan “Tasamuh”, berarti saling memudahkan (Al Munawar, 2003 : 13). Toleransi beragama yang dimaksud di sini adalah sikap menghargai pemeluk agama lain. Adapun indikatornya sebagai berikut: a. Memberi kesempatan kepada orang lain untuk melaksanakan ajaran yang diyakininya. b. Tidak memaksakan kehendak, kepercayaan atau keyakinan terhadap agama lain. c. Bersikap terbuka terhadap perbedaan agama lain. d. Berusaha bersikap adil meskipun terhadap agama lain. e. Menghargai pendapat orang lain walau berbeda agama. 9 2. Interaksi sosial Interaksi sosial ialah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat dengan individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok (Walgito, 1990:65). Indikator variabel interaksi sosial adalah: a. Ramah dan santun terhadap tetangga. b. Ikut berpartisipasi dan kerjasama dalam kegiatan kemasyarakatan. c. Bersedia memberikan sumbangan materi dalam kegiatan sosial. d. Berkomunikasi secara lisan, tulisan maupun isyarat. e. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta nilai yang berlaku. G. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah korelasional. Penelitian ini bermaksud menguji keterkaitan antara variabel tingkat toleransi beragama dengan interaksi sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014. 10 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Sebagaimana kita ketahui di Indonesia terdapat beberapa agama seperti Islam, Buddha, Kristen, Hindu, Katholik. Perbedaan ini menciptakan rasa persatuan dan kesatuan serta menciptakan kerukunan antar umat beragama. Hal serupa juga terjadi di Desa SampetanKecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian di desa tersebut. Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari bulan April 2014 sampai selesai. 3. Populasi dan sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010: 173). Dalam penelitian ini, populasi adalah seluruh objek atau penduduk atau apa saja yang di jadikan sumber data dalam sebuah penelitian. Populasi ini mencakup seluruh penduduk masyarakat di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali yang berjumlah 150 orang. b. Sampel Menurut Arikunto (2010: 174) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Peneliti merujuk pendapat Arikunto (2010: 120-121) sebagai berikut: “sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya 11 merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20%-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik”. Adapun sampel penulis mengambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 35 orang yaitu diperoleh dari 25% dari 150 orang. Pengambilan sampel (teknik sampling) yang di gunakan pada penelitian ini menggunakan purposive Sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan). Pada cara ini, siapa yang akan diambil sebagai anggota sample diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang berdasarkan atas pertimbangannya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian (Rumidi, 2002: 65). 4. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 12 a. Metode Angket Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 194), yang dimaksud angket adalah: “Teknik pengumpulan data yang diadakan dengan jalan mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau halhal yang ia ketahui”. Dalam penelitian metode ini digunakan untuk mengumpulkan data, adapun jenis angket yang penulis gunakan pada penelitian terdiri dari: Angket pertama tentang toleransi beragama yang ditujukan kepada penduduk di Desa Sampetan Kecamatan ampel Kabupaten Boyolali. Angket kedua tentang interaksi sosial yang ditujukan kepada penduduk di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. b. Metode Dokumentasi Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. (Arikunto, 2010: 201). 13 Metode ini digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data tentang kondisi lokasi, penduduk desa, serta data yang di anggap perlu. c. Observasi Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi yaitu dengan cara mencari informasi mengamati sikap dan perilaku penduduk desa terhadap tetangga beda agama. 5. Analisis Data Analisis data yaitu penyekoran atau mengubah data ke dalam bentuk angka-angka kuantitatif agar dapat dianalisis dengan teknik statistik. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif dengan teknik persentase. (Hadi, 1997:399) Untuk menghitung skor dari masing-masing variabel peneliti menggunakan rumus: P= x 100% Keterangan : P = Presentase f = Frekuensi N = Jumlah responden Analisis selanjutnyadalam penelitian ini penulis menggunakan alat bantu progran SPSS (Statistical Package For Social Sciences). 16 sebagai 14 piranti untuk menganalisis dengan nilai product momen dan formula analisis regresi linier. Dalam penelitian ini analisis korelasi untuk mengetahui pengaruh tingkat toleransi beragama dengan interaksi sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014. H. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah dimulai dari bab muka skripsi yang meliputi : halaman judul, nota pembimbing, halaman pengesahan, kata pengantar, motto, dan daftar isi. Selanjutnya bab isi atau batang tubuh skripsi meliputi: BAB I : Pendahuluan Pendahuluan adalah bab petama dari skripsi yang mengantarkan pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian itu dilakukan. Oleh karena itu, bab pendahuluan ini pada dasarnya memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : Landasan Teori Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan mencari dan menemukan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk memandu dan pengumpulan, dan analisis data guna menjawab pertanyaan tersebut, diajukan jawaban sementara atau dugaan. Meskipun bersifat dugaan, jawaban sementara ini harus didasarkan pada argumentasi yang kuat. Oleh karena itu, peneliti wajib mengkaji teori- 15 teoridan hasil penelitianyang relevan dengan masalah yang diteliti. Kajian tersebut berisi pengertian tentang toleransi beragama dan interaksi sosial. BAB III : Laporan Hasil penelitian Dalam penelitian lapangan, laporan mengenai hasil-hasil yang diperoleh dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi uraian tentang gambaran umum lokasi, subjek/objek penelitian. Bagian kedua berisi uraian tentang karakteristik tiap-tiap variabel, berupa skor atau nilai yang diperoleh melalui instrumen penelitian. BAB IV : Analisis Data Bab analisis memuat tiga bagian, yaitu: 1. Analisis tiap-tiap variabel, dapat dilakukan dengan teknik statistik deskriptif, seperti distribusi frekuensi yang disertai dengan grafik berupa histogram, nilai rata-rata, atau yang lainnya. Setiap variabel dilaporkan dalam subbab tersendiri dengan merujuk pada rumusan masalah atau tujuan penelitian 2. Pengujian hipotesis, dilakukan dengan rumus-rumus penghitungan yang telah ditentukan sesuai dengan jenis dan skala variabel. 3. Pembahasan hasil uji hipotesis, temuan yang dihasilkan melalui statistik deskriptif maupun pengujian hipotesis perlu dilakukan pembahasan. Tujuannya adalah menjawab masalah penelitian, menafsirkan temuan penelitian, mengintegrasikan temuan 16 penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan, menyusun teori baru, dan menjelaskan implikasi lain dari hasil penelitian termasuk keterbatasan temuan penelitian. BAB V : Penutup Bab terakhir dari skripsi memuat dua hal pokok, yaitu kesimpulan dan saran. 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. TOLERANSI BERAGAMA 1. Pengertian Toleransi Beragama Istilah toleransi dalam bahasa Inggris, desebut dengan tolerance berarti kesabaran, kelapangan dada, dapat menerima. Dalam bahasa arab disebut dengan tasaamukh, yang berasal dari kata samakha, tasaamakha yang artinya memudahkan, berlaku lemah lembut (Yunus, 1990: 178). Sedang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia toleransi di artikan sebagai sikap atau sifat menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan kelakuan) yang lain atau bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi berasal dari bahasa latin ‘Tolerare’ yang berarti menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, berhati lapang dan tenggang rasa terhadap orang yang berlainan pandangan, keyakinan, dan agama lain (Ali, 2006: 87). Dalam percakapan sehari-hari, di samping kata toleransi juga dipakai kata “tolerer”. Kata ini berasal dari bahasa Belanda berarti membolehkan, membiarkan; dengan pengertian membolehkan atau membiarkan yang pada prinsipnya tidak perlu terjadi. Jadi toleransi mengandung konsesi. Konsesi ialah pemberian yang hanya didasarkan 18 kepada kemurahan dan kebaikan hati, dan bukan didasarkan kepada kemurahan dan kebaikan hati, dan bukan didasarkan kepada hak. Jelas bahwa toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan menghormati perbedaan atau prinsip orang lain itu tanpa mengorbankan prinsip sendiri (Al Munawar, 2003 : 13). Toleransi diartikan suatu sikap atau sifat kebebasan manusia untuk menyatakan keyakinannya, menjalankan agamanya dengan bebas, memberikan seseorang untuk berpendapat lain, dengan saling menghormati, tenggang rasa, saling membantu dan bekerjasama sesama umat beragama dalam membangun masyarakat yang aman dan sejahtera. Manusia menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan bertentangan dengan syarat-syarat azas terciptanya ketertiban, kedamaian, keharmonisan dan kerukunan intern dan antar umat beragama, merupakan suatu keyakinan adanya sikap dan susunan toleransi antar sesama manusia harus terjalin erat pada setiap umat beragama. Untuk terciptanya kondisi kerukunan hidup antar umat beragama dan semangat persatuan dan kesatuan yang harmonis dan dinamis (Ali, 2006: 89). Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama, yang didasarkan kepada setiap agama menjadi tanggung jawab pemeluk agama itu sendiri dan mempunyai bentuk ibadat (ritual) dengan sistem dan cara tersendiri yang ditaklifkan (dibebankan) serta menjadi tanggung jawab orang yang pemeluknya atas dasar itu, maka toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama bukanlah toleransi dalam masalah-masalah 19 keagamaan, melainkan perwujudan sikap keberagamaan pemeluk suatu agama dalam pergaulan hidup antara orang yang tidak seagama, dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum (Al Munawar, 2003 : 14). 2. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Toleransi Toleransi dianjurkan dalam al-Qur’an, agar tercipta suasana rukun dan damai dalam masyarakat yang majemuk. Al-Qur’an melarang memaksa orang non muslim untuk pindah ke agama Islam. Al-Qur’an juga melarang mencaci maki, mengganggu ritual orang lain(Budiharjo, 2007: 92). a. Al-Qur’an surat Al-kafirun : 1-6 Artinya: 1. “Katakanlah (Muhammad): "Hai orang-orang kafir!” 2. “Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.” 3. “Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah.” 4. “ Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.” 5. “Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah.” 6. “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” 20 b. Al-Qur’an Surat Yunus : 40-41 Artinya: 40. Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orangorang yang berbuat kerusakan. 41. Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang Aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan". Perilaku yang mencerminkan Surah Al-Kafirun, Surah Yunus Ayat 40-41, antara lain sebagai berikut: 1. Tidak suka menganggap diri paling benar dan berusaha bersikap terbuka terhadap keberagamaan agam atau keyakinan lain diluar dirinya. 2. Tidak membeda-bedakan orang lain dan bersikap adil meskipun terhadap keluarga dan diri sendiri. 3. Tidak memaksakan kehendak, kepercayaan, atau keyakinan terhadap golongan lain, apabila dengan jalan kekerasan. 21 4. Tidak menjelek-jelekkan Tuhan dan agama lain karena hal tersebut justru akan menimbulkan kebencian dan rasa antipati terhadap Islam. 5. Menunjukkan bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam dngan tidak mengintimidasi kelompok yang minoritas atau beragama lain. 6. Tidak mencampuradukkan keyakinan Islam dengan keyakinan Islam dengan keyakinan atau agama lain, termasuk ritualnya. 7. Memperkokoh keyakinan Islam dengan banyak mengkaji atau mendalami ilmunya. 8. Memberi contoh atau berdakwah melalui akhlak atau kepribadian yang mulia sebagaiman telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. 9. Membuktikan ketinggian Islam dengan bersikap intelektual dan gemar mencari ilmu untuk mendukung khasanah peradaban Islam. 10. Menjadikan Al-Qur’an sebagai skenario kehidupan dan rajin mengkaji hikmah yang terkandung didalamnya. 11. Menjadikan Al-Qur’an sebagai penuntun dan obat bagi hati sehingga senantiasa berada dalam jalur rida Allah. 12. Menghadapi kritik atau upaya menjatuhkan Islam, khususnya melalui Al-Qur’an dengan sikap yang bijaksana dan tidak emosional. 22 13. Bersikap konsisten dan sabar dalam berdakwah, baik dengan lisan maupun dengan perbuatan sebagaimana telah ditunjukkan oleh para Rasul Allah. 14. Bertutur kata lemah lembut dan bersifat amanah, tetapi berani membela kebenaran Islam apabila mendapatkan serangan dari pihak lain (Latifah, 2006:10). 3. Toleransi dalam Pandangan Islam Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah untuk umat manusia dengan tuntutanhidup yang serba sempurna, agar dapat dijadikan pedoman hidup bagi umat manusia supaya mereka dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dengan ini seorang yang mau memikirkan dengan dengan mendalami arti dan tujuan Islam maka dia akan memilihnya dengan senang hati, karena dia merasa bahwa Islam adalah kebutuhan pribadinya sendiri (Al Muhdar, 1983:3). Dilain kesempatan Allah telah menandaskan dengan jelas bahwa agama itu tidak dapat dipaksakan kepada seseorang maka hal itu pasti akan bertentangan dengan fitrah manusia itu sendiri. Dalam hal ini cara paksaan sudah pasti dijauhi oleh Nabi. Sebab hal ini akan menjatuhkan martabat agama Islam. Karena itu Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 256: 23 Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui(departemen agama RI, 2002:53).” Islam adalah agama buat semua umat dan tidak akan memaksakan seseorang untuk memeluknya. Dengan dasar toleransi inilah Nabi mengajak semua orang untuk masuk Islam. Siapa yang mau menerimanya maka dia akan beruntung di dunia dan akhirat. Namun siapa yang tidak mau menerimanya maka tidak seorangpun yang berhak memaksanya ke dalam Islam. Inilah dasar toleransi yang digariskan oleh Islam selalu menghormati kemerdekaan beragama dan hidup bersaudara. Tidak seperti yang dituduhkan oleh musuhmusuhnya bahwa Islam tersia dengan pedang (Al Muhdar, 1983:9). 4. Sikap Toleransi Antar Umat Beragama Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama lain, menimbulkan sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup sehari-hari, sehingga tumbuh pula kerukunan beragama. Kerukunan hidup beragama itu dimungkinkan karena agama-agama memiliki dasar ajaran hidup rukun. Semua agama menganjurkan untuk senantiasa hidup damai dan rukun dalam hidup dan kehidupan seharihari. 1. Agama Protestan 24 Agama protestan beranggapan bahwa aspek kerukunan hidup beragama dapat diwujudkan melalui Hukum Kasih yang merupakan norma dan pedoman hidup yang terdapat Al Kitab. Hukum Kasih tersebut ialah mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. Menurut agama Kristen Protestan Kasih adalah hukum utama dan yang terutama dalam kehidupan orang Kristen. 2. Roma Katolik. Kerukunan hidup beragama menurut ajaran Kristen Katolik sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Konsili Vatikan II tentang sikap Gereja terhadap agama-agama bukan Kristen didasarkan asal Kisah Rasul-rasul. “Adapun segala bangsa itu merupakan satu masyarakat, dan asalnya pun satu juga, karena Allah menjadikan seluruh bangsa manusia untuk menghuni seluuh bumi”. 3. Agama Hindu. Pandangan agama Hindu tentang kerukunan hidup antarumat beragama, dapat diketahui dari tujuan agama hindu yakni Moksarthan Jagathita Ya Ca iti Dharma. Dharma artinya mencapai kesejahteraan hidup manusia baik jasmani maupun rohani. Berangkat dari pengertian tersebut maka untuk mencapai kerukunan umat beragama manusia harus mempunyai dasar hidup yang disebut Catur Purusa Artha; 25 Dharma, Artha, Kama, Moksha. Keempat dasar inilah yang merupakan titik tolak terbinanya kerukunan umat beragama. Keempat dasar ini yang memberikan sikap hormat- menghormati dan harga menghargai keberagamaan umat beragama lain. Tidak saling mencurigai dan tidak saling mempersalahkan dan dapat menumbuhkan saling bekerja sama. a. Dharma Dharma dapat diartikan sebagai mematuhi semua ajaran-ajaran agama terlihat dari pikiran, perkataan dan perbuatan sehari-hari. Dharma juga dapat diartikan sebagai memenuhi kewajiban sesuai dengan profesi atau pekerjaan dan tanggung jawab masing-masing. b. Artha Artha adalahsesuatu yang bernilaimateriil yang dapatdigunakanuntukmemenuhikebutuhanhidupmanusi asecarafisik. c. Kama Kama artinya kebutuhan hidup berupa pangan, sandang, perumahan, sosial, spiritual, kesehatan, dan pendidikan. Makin banyak arta yang diperoleh maka manusia makin leluasa memenuhi kama. d. Moksha 26 Moksha adalah kebebasan jiwatma (atma) yang mutlak, kebahagiaan yang kekal abadi tanpa wali duka, kebebasan dari ikatan Karma dan Samsara, bersatunya antara Atma dengan Brahman (Parama Atma, Sang Hyang Widdhi).Sang Hyang Widdhi merupakan asal serta tujuan kembalinya alam semesta.(www.hindu batam.com) 4. Agama Buddha. Pandangan agama Buddha mengenai kerukunan hidup umat beragama dapat dicapai dengan titik tolak empat kebenaran. a. Hidup itu adalah suatu penderitaan (Dukha-satya). b. Penderitaan disebabkan karena keinginan rendah (samudaya-satya). c. Apabila tanha (keinginan rendah) dapat dihilangkan maka penderitaan akan berakhir. d. Jalan untuk menghilangkan keinginan yang rendah ialah melaksanakan delapan jalan utama, yaitu pengertian, pikiran, ucapan, perbuatan, kesadaran, mata pencaharian, daya upaya, pemusatan pikiran (konsentrasi) yang benar (Marga-Satya). Dalam pengajaran Buddha Gautama kepada manusia telah dilaksanakan dengan dasar: 27 1. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat ditembus oleh pikiran manusia. 2. Metta, welas asih terhadap makhluk sebagai kasih ibu terhadap putranya yang tunggal. 3. Karunia, kasih sayang terhadap sesama makhluk. 4. Mudita, perasaan turut bahagia dengan kebahagiaan makhluk lain tanpa benci, iri hati, perasaan prihatin bila makhluk lain menderita. 5. Karma, tumimbal lahir (reinkarnasi) atau hukum umum yang kekal, karena ini ada hukum dari sebab dan akibat. Karma adalah jumlah seluruhnya dari perbuatanperbuatan baik atau tidak baik. 5. Agama Islam. Agama Islam secara positif mendukung Kerukunan Hidup Beragama. Sikap kerukunan hidup yang tertanam dalam setiap pribadi Muslim adalah atas pelajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Antara lain dapat diperhatikan ayat 64 surat Ali Imran. Panggilan kepada Ahli Kitab andaikata mereka tidak memperhatikan, maka ucapan mereka ialah “Ketahuilah bahwa kami selaku orang Muslim”. Kepada orang kafir pun terdapat penggarisan untuk menunjukkan toleransi sebagaiman terdapat dalam surat Al Kafirun ayat 1-5. 28 Jadi umat Islam sudah terpimpin dengan Al-Qur’an untuk hidup rukun bersama umat agama lain. Dan dalam berdakwah pun orang Islam diberi garis jelas yaitu tidak dibenarkan melakukan paksaan untuk menarik orang yang berlainan agama menjadi penganut Islam. Berdasarkan ayat-ayat suci AlQur’anul Karim jelas bahwa agama Islam mempunyai prinsip menghormati agama-agama lain. Di samping itu agama Islam mendidik pemeluk-pemeluknya untuk taat kepada Pemerintah, memberikan nilai-nilai moral dan akidah-akidah sosial untuk mengendalikan tingkah laku atau perangai manusia dalam masyarakat agar tercipta kedamaian dan tata tertib dalam pergaulan bangsa dan umat manusia (Daradjat, 1996: 139-144). B. INTERAKSI SOSIAL 1. Pengertian Interaksi Sosial Pada hakikatnya, manusia adalah mahluk sosial. Di dalam dirinya terdapat hasrat untuk berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Hasrat ini timbul bukan hanya karena kebutuhan lahiriah, melainkan karena hasrat itu sendiri bahwa ia butuh berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Karena itulah, interaksi dengan orang lain merupakan kebutuhan mendasar dalam diri manusia. Setiap manusia berkenalan, bekerja sama, berorganisasi, bersaing bahkan berkonflik untuk memdapatkan sesuatu. 29 Dari sudut pandang sosiologi, hubungan-hubungan seperti itu disebut interaksi sosial (Juju, 2006: 55). Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok (Walgito, 1990:65). Menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan bisa disebut interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri berikut : a. Jumlah pelaku dua orang atau lebih. b. Adanya komunikasi antarpelaku dengan mengunakan simbol atau lambang. c. Adanya suatu dimensi yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. d. Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai sebagai hasil dari interaksi tersebut(Juju, 2006: 55). 2. Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial Menurut Soerjono Soekanto, interaksi soaial tidak mungkin terjadi tanpa adanya suatu syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi. a. Kontak Sosial Kata “Kontak” (Inggris: “contact”) berasal dari bahasa latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tangereyang artinya 30 menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio atau surat elektronik.Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut: 1. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik. 2. Kontak sosial bisa bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli dipasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara lansung dan tidaklangsung. b. Komunikasi Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu dadnya kegiatan saling 31 menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi. Kelima unsur tersebut adalah sebagai berikut: 1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepihak lain. 2. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, perasaan, atau pikiran. 3. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan komunikator. Pesan dapat berupa informasi, instruksi, dan perasaan. 4. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film. 5. Efek, yaitu perubahan yang diharapakan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator(Juju, 2006: 55). 3. Faktor-Faktor Pendorong Interaksi Sosial Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi berlangsungnya interaksi sosial, baik secara individu maupun kelompok yaitu : a. Imitasi Faktor ini dikemukakan oleh Gabriel Trade yang beranggapan bahwa faktor imitasi ini merupakan satu-satunya 32 faktor yang mendasari atau melandasi interaksi sosial (Walgito, 1990:66). Menurut Tarde, masyarakat itu tiada lain dari pengelompokan manusia dimana individu-individu yang satu mengimitasi dari yang lain dan sebaliknya, bahkan masyrakat itu baru menjadi masyrakat sebenarnya apabila manusia mulai mengimitasi kegiatan manusia lainnya. Kata Tarde : Ia Sociate e’est I’imitation (Walgito, 1990:67). Pendapat Trade dalam hal ini bukan satu-satunya faktor yang mendasari interaksi sosial. Imitasi tidak dapat berlangsung dengan sendirinya, sehingga individu yang satu akan dengan sendirinya mengimitasi individu yang lain, demikian sebaliknya. Dengan demikian untuk mengimitasi sesuatu perlu adanya sikap menerima dan sikap mengagumi. Tetapi itu di akui juga bahwa faktor imitasi mempunyai peranan dalam interaksi sosial, misal dalam perkembangan bahasa yang berlaku adalah faktor imitasi karena apa yang diucapkan oleh anak adalah mengimitasi dari keadaan sekelilingnya(Walgito, 1990:67). b. Sugesti Sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang datang dengan sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima 33 tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan (Walgito, 1990:67). 1. Macam-macam sugesti dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Auto-sugesti adalahsuatu proses sugesti yang diberikan kepada diri sendiri sehingga akan diperoleh tingkah laku yang lebih meningkat dari sebelumnya. 2) Hetero-sugesti adalah suatu proses sugesti yang berlangsung dan ditujukan kepada individu lain agar dapat dipengaruhi sesuai maksud individu yang dipengaruhi(Santosa, 2004: 17). 2. Hukum-hukum sugesti: 1) Bertambahnya bertambahnya sugesti perpecahan sebanding atau dengan pertentangan daripada keutuhan kesadarannya. 2) Bertambahnya sugesti pada orang-orang normal terlaksana secara tidak langsung daripada sugesti yang secara langsung. 3) Bertambahnya sugesti pada orang-orang tidak normal terlaksana secara langsung daripada sugesti yang secara tidak langsung. Baik sugesti secara langsung maupun sugesti sugesti secara tidak langsung bermaksud untuk menempatkan kembali sistem tingkah laku pada 34 situasi tertentu yang dihadapi individu yang bersangkutan (Santosa, 2004: 18). 3. Faktor-faktor yang mempercepat sugesti Suatu peristiwa yang terjadi, dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam individu maupun dari luar individu. Faktor-faktor tersebut, antara lain disebabkan oleh hal-hal berikut: 1) Karena hambatan berpikir. Keadaan seseorang yang berbeda dengan keadaan yang normal menyebabkan individu tersebut mudah disugesti 2) Karena pikiran terpecah-belah. Keadaan seseorang yang menghadapi bermacam-macam hal, menyebabkan individu tersebut mudah disugesti 3) Karena keadaan otoritas. Hal-hal yang merupakan hak milik individu menyebabkan individu yang bersangkutan mudah memberi sugesti dan mudah diterima oleh individu lain. 4) Karena keadaaan mayoritas menyebabkan individu mudah terkena sugesti oleh individu lain. 5) Karena keadaan will to believe. Keadaan yang berfungsiuntuk lebih meyakinkan menyebabkan 35 individu lebih mudah dikenai sugesti (Santosa, 2004: 18). c. Identifikasi Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. Sehubungan dengan identifikasi ini Freud menjelaskan bagaimana anak mempelajari norma-norma sosial dari orang tuanya. Dalam garis besar hal ini dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu: 1) Anak mempelajari dan menerima norma-norma sosial itu karena orang tua dengan sengaja mendidiknya. 2) Kesadaran akan norma-norma sosial juga dapat diperoleh anak dengan cara identifikasi, yaitu anak mengidentifikasi diri pada orang tua, baik ibu atau ayah. Dari dua cara untuk mempelajari norma-norma tersebut, peran orang tua sebagai rumah tangga angat penting dalam hal mendidik anak-anaknya. Karena anak akan menegidentifikasi semua tingkah laku orang tuanya, baik itu norma, sikapsikapnya ataupun segi-segi yang lain. Sebagai anak ia selalu mencari tempat identifikasi yang menurutnya lebih ideal bagi yang bersangkutan(Walgito, 1990:72). d. Simpati 36 Simpati merupakan suatu proses di mana seseorang merasa tertarik kepada pihak lain. Melalui proses simpati, orang merasa dirinya seolah-olah berada dalam keadaan orang lain dan merasakan apa yang dialami, dipikirkan, atau dirasakan orang lain tersebut.dalam proses ini, perasaan memegang peranan penting walaupun alasan utamanya adalah rasa ingin memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Contoh, ketika ada tetangga yang terkena musibah, kita ikut merasakan kesedihannya dan berusaha untuk membantunya. Pada umumnya, simpati lebih banyak terlihat pada hubungan teman sebaya, hubungan ketetanggaan, atau hubungan pekerjaan(Juju, 2006: 63). e. Empati Empati merupakan simpati mendalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang. Contohnya, seorang ibu akan merasa kesepian ketika anaknya yang bersekolah di luar kota. Ia selalu rindu dan memikirkan anaknya tersebut sehingga jatuh sakit(Juju, 2006: 63). 4. Status, Peranan, dan Hubungan Individu dalam Interaksi Sosial a. Status dan peranan individu dalam dalam interaksi sosial Status dan peranan merupakan unsur-unsur dalam struktur sosial yang mempunyai arti penting bagi sistem sosial. Sistem 37 sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik tersebut, status danperanan individu mempunyai arti yang penting karena kelanggengan masyarakat tergantung pada keseimbangan kepentingan-kepetingan individu yang bersangkutan.Secara empiris, perbedaan status mempengaruhi cara bersikap seseorang dalam berinteraksi sosial. Orang yang menduduki status tinggi mempunyai sikap yang berbeda dengan orang yang statusnya rendah (Juju, 2006: 69). b. Kedudukan Status Kedudukan atau status sosial merupakan posisi seseorang secara umum dalam masyarakat dalam hubungannya dengan orang lain. Posisi seseorang menyangkut lingkungan pergaulan, prestige, hak-hak dan kewajibannya. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam satu pola tertentu. Bahkan, seseorang bisa mempunyai beberapa kedudukan karena memiliki beberapa pola kehidupan. Menurut Ralph Linton, dalam kehidupan masyarakat terdapat tiga macam cara memperoleh status, yaitu: a. Ascribed status merupakan status seseorang yang dicapai dengan sendirinya tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Status tersebut bisa di peroleh sejak lahir. b. Achieved statusmerupakan status yang diperoleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak diperoleh 38 atas dasar keturunan, akan tetapi tergantung pada status kemampuan individu dalam mencapai tujuan-tujuannya. Jadi status ini bersifat terbuka bagi siapa saja c. Assigned statusmerupakan status yang diperoleh dari pemberian pihak lain. Assigned status mempunyai hubungan yang erat dengan achievedstatus. Artinya, suatu kelompok atau golongan memberikan status yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa. Status ini diberikan karena status orang tersebut telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat rendah (Juju, 2006: 69). c. Peranan Sosial Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan atau status. Peranan adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya. Status dan pernan tidak dapat dipisahkan karena tidak ada peranan tanpa status dan tidak ada status tanpa peranan. Interaksi sosial yang ada dalam masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Ada tiga hal yang tercakup pada peranan. Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut: 1) Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat. 39 2) Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3) Peranan merupakan perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat(Juju, 2006: 70). d. Mengukur Hubungan Individu dalam Interaksi Sosial Secara sosiologis, seorang individu baru mempunyai arti jika ia selalu mengadakan kontak dengan orang lain. Dalam hubungan itu terjadi interaksi yang dinamis. Dengan adanya kontak, kita akan memahami keberadaan masing-masing individu termasuk diri kita sendiri. Untuk mengukur akrab atau tidaknya seseorang, umumnya digunakan sosiometri. Dari sosiometri itu dapat dapat diketahui beberapa hal yaitu: 1) Makin sering seseorang bergaul dengan orang lain, hubungannya akan semakin baik. Sebaliknya, makin sedikit ia bergaul berarti ia tidak memiliki pergaulan yang baik. Sering atau tidaknya seorang bergaul disebut frekuensi dalam pergaulan. 2) Dari intim tidaknya seseorang dalam pergaulan dapat diketahui intensitas pergaulannya. Banyak sedikitnya teman bergaul seseorang di dalam masyarakat disebut popularitas. 40 Makin seseorang banyak teman maka dikatakan ia mempunyai hubungan sosial yang baik. 3) Dalam pergaulan, seseorang akan memilih atau menolak siapa yang akan ia jadikan teman. Tindakan ini sering disebut tindakan pemilihan (Juju, 2006: 72). 5. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial a. Interaksi Sosial yang Bersifat Asosiatif 1) Kerjasama (cooperation) Kerjasama adalah suatu usaha bersama antar individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama timbul apabila orang menyadari memiliki kepentingan dan tujuan yang sama, serta menyadari bahwa hal tersebut bermanfaat bagi dirinya atau orang lain (Juju, 2006: 75). 2) Akomodasi (accomodation) Akomodasi mempunyai dua makna, yaitu sebagai keadaan dan proses. Akomodasi sebagai keadaan mengacu pada keseimbangan interaksi antar individu atau antar kelompok yang berkaitan dengan nilai dan norma sosial yang berlaku. Akomodasi sebagai sebuah proses mengacu pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan agar tercipta keseimbangan(Juju, 2006: 76). 3) Asimilasi (assimilation) 41 Asimilasi merupakan usaha untuk mengurangi perbedaan antar individu atau antar kelompok guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama (Juju, 2006: 78). 4) Akulturasi (aculturation) Akulturasi adalah berpadunya dua kebudayaan yang berbeda dan membentuk suatu kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan ciri kepribadian masing-masing (Juju, 2006: 79). b. Interaksi Sosial yang Bersifat Disosiatif 1) Persaingan (competition) Persaingan adalah perjuangan berbagai pihak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Persaingan mempunyai dua tipe, yaitu yang bersifat pribadi dan non pribadi atau kelompok (Juju, 2006: 80). 2) Kontravensi (contravensi) Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai oleh adanya ketidakpuasan dan ketidakpastian mengenai diri seseorang, rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, atau kebencian dan keraguraguan terhadap kepribadian seseorang. Kontravensi cenderung bersifat rahasia (Juju, 2006: 80). 42 3) Pertentangan atau Konflik (conflict) Pertentangan atau konflik adalah suatu perjuangan individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan. Biasanya, konflik disertai dengan ancaman atau kekerasan. Konflik terjadi karena perbedaan pendapat, perasaan individu, kebudayaan, kepentingan baik kepentingan individu maupun kelompok, dan terjadinya perubahan-perubahan sosial yang cepat menimbulkan disorganisasi sosial. Perbedaan-perbedaan ini akan memuncak menjadi pertentangan karena keinginan-keinginan individu tidak dapat diakomodasikan. Akibatnya, tiap individu atau kelompok berusaha menghancurkan lawan dengan ancaman (Juju, 2006: 81). C. KAITAN TOLERANSI BERAGAMA DENGAN INTERAKSI SOSIAL Hidup beragama yang toleran sekaligus menjadi sikap dasar dalam kehidupan sosial masyarakat.Dalam lingkungan keluarga, kehidupan yang toleran harus disosialisasikan sejak dini terhadap anggota keluarga (anakanak) dan inilah yang menjadi sosialisasi dasar dalam kehidupan umat manusia, yang dari padanya dikembangkan sosialisasi lebih lanjut. Dalam kehidupan yang lebih luas, manusia harus menyesuaikan diri dengan berbagai norma dalam kelompok kerja maupun masyarakat.Ternyata sosialisasi terhadap sikap hidup toleran dalam berbagai bidang kehidupan 43 (agama dan lain-lain) berlangsung seumur hidup karena kehidupan umat manusia dari hari ke hari adalah kehidupan yang ditandai oleh penambahan pengetahuan dengan terus belajar dan berusaha mencari sesuatu yang baru dalam kehidupan berpengetahuan. Itulah maknanya bahwa sosialisasi terhadap kehidupan toleran merupakan proses yang tak henti-hentinya dan terus mencari untuk mendapatkan yang lebih baik dalam kehidupan umat manusia. Berinteraksi dengan jiwa toleran dalam setiap bentuk aktivitas, tidak harus membuang prinsip hidup (beragama) yang diyakini. Kehidupan yang toleran justru akan menguatkan prinsip hidup (keagamaan) yang diyakini. Segalanya menjadi jelas dan tegas tatkala diletakkan sikap mengerti dan memahami terhadap apapun yang nyata berbeda dengan prinsip yang diyakini. Manusia bebas dengan keyakinan masing-masing, sedangkan pihak yang berbeda (yang memusuhi sekalipun) dibebaskan terhadap sikap dan keyakinannya. BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 44 1. Letak Geografis Desa Sampetan Desa Sampetan terletak di Kelurahan Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Jarak dengan kelurahan kurang lebih 600 m, jarak dengan kecamatan kurang lebih 7 km dan jarak dengan kabupaten kurang lebih 15 km. 2. Batas Wilayah Desa Sampetan a. Desa Sampetan berbatasan dengan desa lain yaitu: Sebelah utara : Desa Ngadirojo, Kecamatan Ampel Sebelah selatan : Desa Kembang, Kecamatan Ampel Sebelah barat : Gunung Merbabu/ Kabupaten Magelang Sebelah timur : Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang b. Luas wilayah Luas wilayah desa Sampetan 2500 x 600 m yang terdiri dari: Pemukiman : 50 Kepala Keluarga Sekolah : Sekolah Dasar, Roudhotul Athfal Tempat wirausaha : petani Lain-lain : tempat pariwisata (Taman) 3. Monografis Desa Sampetan Jumlah Penduduk Desa Sampetan kurang lebih 150 jiwa atau 50 Kepala Keluarga dalam 1 Rukun Tetangga. 1) Mata Pencaharian 45 Mata pencaharian warga masyarakat desa Sampetan kebanyakan sebagai petani, bedasarkan data dari desa Sampetan diperoleh perincian penduduk sebagai berikut: Tabel 3.1 Mata Pencaharian Warga Desa Sampetan No. 1. 2. 3. Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil Wiraswasta Buruh Jumlah 4% 6% 90% 2) Kondisi Agama Kondisi agama di Desa Sampetan 84% Muslim sedangkan umat non muslim 10% Buddha dan 6% Kristen. Di desa Sampetan dapat bertoleransi dengan baik antara tetangga beda agama yang ditunjukkan adanya sikap saling menghormati dan tolong menolong. Jumlah tempat ibadah : Masjid/mushola : 1 buah Gereja : 1 buah Vihara : 1 buah 3) Visi dan Misi Visi Desa: Pada umumnya masyarakat menginginkan suatu pemerintahan yang baik, dilihat dari pemerintahan pusat sampai dengan pemerintahan yang paling bawah yaitu 46 pemerintahan tingkat desa. Untuk itu atas nama Pemerintah Desa kami selaku Kepala Desa Terpilih menyadari bahwa dalam mengemban amanat dari rakyat tidaklah mudah tetapi kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan Visi tentang Desa Yaitu : “terwujudnya masyarakat desa yang maju, mandiri, sejahtera lahir dan batin dalam keseimbangan berbasis pertanian dan peternakan” Misi Desa: Dalam rangka mewujutkan Visi Desa, maka perlu perencanaan program yang sistematis dan mengarah pada usaha usaha untuk mengembangkan pemerintahan bersama komponen komponen didalamnya serta memberikan peran / partisipasi aktif dari masyarakat. Oleh karena itu perlu dipersiapkan penjabaran Visi dalam bentuk kegiatan kegiatan desa terangkum dalam Misi Desa Sebagai berikut : Meningkatkan dan memberdayakan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang bertanggungjawab dan berkelanjutan. Membangun dan memperbaiki sarana dan prasrana guna pencapaian taraf hidup dan perekonomian yang lebih baik. 47 Mengembangkan pelayanan sosial budaya, sarana pertanian dan peternakan yang tepat guna . 4) Tujuan dan Sasaran Tujuan : Menggalakkan Pembelajaran Melalui Kejar Paket A, Paket B dan Keaksaraan Fungsional ( KF) Peningkatan Pemberdayaan Kelembagaan Pemerintah Desa yang profesional dan berdedikasi yang tinggi. Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam pembangunan segala sektor Pengembangan Perekonomian Rakyat terutama Agrobisnis, Pertanian dan Peternakan. Meningkatkan Ketentraman, Ketertiban, Keimanan dan Ketakwaan yang terpadu. 5) Sasaran : Meningkatnya Pembelajaran Kejar Paket 50% (dalam 5 th). Meningkatnya Pemberdayaan kelembagaan sampai 75 %. Bertambahnya jumlah tingkat swadaya masyarakat 60%. Bertambahnya jumlah lahan penghijauan dan ternak Sapi 60%. Meningkatkan Pemahaman beragama 50%. 48 B. Sejarah Keberagamaan Desa 1. Agama Islam Untuk agama yang pertama kali di Desa Sampetan adalah agama Islam. Dan pada saat itu belum ada agama yang lain, sehingga agama Islam berkembang dengan baik, karena adanya sesepuh yang mengajarkan agama Islam seperti Kanaf, Markum dan Suminah. Dan yang masih hidup hingga saat ini adalah Suminah, beliau sampai sekarang masih aktif dalam kegiatan keagamaan dan anak-anak beliau juga meneruskan perjuangan Suminah, seperti anaknya yang laki-laki sekarang ini menjadi guru TPA di Desa Sampetan secara sukarela. Tetapi sejak era Lurah Priyo Hartoyo, agama Islam menjadi terkucilkan karena beliau berusaha membuddhakan masyarakat dengan cara pendaftaran agama buddha, tetapi hanya sedikit masyarakat yang menganutnya, yang lain masih tetap beragama Islam. Agama Buddha semakin berkembang karena semua perangkat desa terdiri dari orang-orang yang beragama Buddha. 2. Agama Buddha Agama masuk di Desa Sampetan pada tahun 1656 yang di bawa oleh Pramono dari Salatiga untuk mengembangkan agama Buddha. Warga yang menganut agama Buddha pertama kali adalah Priyo Hatoyo yang pada saat itu menjabat sebagai lurah. 49 Priyo Hartoyo saat itu mempunyai tujuan awal untuk mengembangkan agama Buddha dan berusaha membuddhakan masyarakat dengan cara pendaftaran agama Buddha. Dalam usaha ini hanya sebagian masyarakat yang mengikuti agama tersebut, yang sebagian masyarakat tetap menganut agama Islam. Priyo Hartoyo sangat di segani masyarakat, sehingga ini adalah salah satu faktor yang mendukung usaha beliau. Sejak saat itu ibadah umat Buddha mulai dilakukan dirumah Priyo Hatoyo setiap selasa malam, kamis malam dan hari minggu. Peribadahan umat Buddha ini berlangsung secara rutin hingga masyarakat sadar bahwa mereka membutuhkan vihara sebagai tempat ibadah. 3. Agama Kristen Agama Kristen masuk ke desa Sampetan sejak tahun 1979 yang di bawa oleh misi dari Solo yaitu Meri Hartanti dan Phitrus Agung. Mereka menyebarkan agama Kristen dengan cara melakukan pemutaran film di lapangan Purwogondo serta mengadakan KKR. Sebelum ada gereja mereka mengadakan pertemuan di rumah Bapak Carik di Purwogondo serta lebih sering mengadakan KKR. Setelah agama Kristen berkembang dan banyak orang yang menganut agama tersebut, kemudian di bangunlah gereja di Purwosari serta persekutuan umat Kristen resmi berdiri tanggal 30 Desember 1979. Kemudian pada tahun 1980 terjadi bencana 50 sehingga gereja itu rusak. Setelah itu, di bangunlah gereja yang kedua, yang keberadaannya di desa Selorejo pada tahun 1985. Di Kelurahan Sampetan ada 6 gereja dan setiap bulan para pendetanya mengadakan pertemuan yang dinamai pesekutuan Umat Kristen Lereng Merbabu (PUKLM) dan resmi di bentuk pada tanggal 6 Juli 1997, dalam pertemuan tersebut membahas tentang natal, paskah, KKR bersama serta kegiatan di bidang sosial seperti jika ada orang Kristen yang meninggal, setiap gereja harus mengirimkan perwakilan 10 orang untuk ikut dalam upacara, kemudian di setiap gereja juga menyediakan peti mati sehingga orang yang kesusahan tidak perlu mengeluarkan biaya pemakaman. Serta di dalam bidang pendidikan juga ada TK Sion di Purwosari dan di samping gereja, ada tempat belajar untuk anak-anak yang di sediakan untuk umum. Untuk kegiatan ibadah dilakukan pada hari rabu, sabtu dan minggu. C. Kehidupan Beragama Kehidupan beragama di desa Sampetan sangat baik dan tercipta kehidupan yang rukun. Toleransinya sangat bagus, seperti ketika Idul Fitri, umat Kristen dan Buddha bersilaturahmi ke rumah-rumah orang Islam mengucapkan Selamat Idul Fitri. Begitupun sebaliknya pada saat Waisak dan Natal, umat lain juga bersilaturahmi ke rumah tetangga yang sedang merayakan hari besar agamanya. 51 Hubungan antar umat beragama di desa juga sangat erat dalam bidang sosial seperti halnya gotong royong,pembangunan rumah tempat tinggal, dll. Semua warga ikut berpartisipasi dan saling membantu tanpa membeda-bedakan agama masing-masing.Bila ada yang sakit, masyarakat bersama-sama berangkat untuk menjenguk. Untuk kegiatan ibadah juga tidak mengganggu umat yang lain karena sesama umat bergama saling menyadari akan kebutuhan masingmasing sehingga tidak menimbulkan hal yang buruk.Jika ada warga yang meninggal, baik itu orang Islam, Buddha dan Kristen maka diumumkan lewat microphone di masjid agar masyarakat pada tahu dan akan datang membantu berbagai macam persiapan. Bila sedang upacara, umat lain juga sabar menunggu sampai selesai dan juga ikut mengantarkan jenazah ke kuburan sehingga semua masyarakat ikut serta dalam acara tersebut sampai selesai.Ketika ada hajatan,umat lain juga di undang dalam acara tersebut karena kita hidup dalam tengah-tengah masyarakat dan sebagai makhluk sosial juga memerlukan tenaga dan fikiran orang lain. Kecuali ketika acara hajatan agama, orang muslim tidak mengundang umat lain karena sudah diniati untuk ibadah. D. Penyajian Data Penelitian Sebelum penulis menyajikan data penelitian, terlebih dahulu penulis sajikan data tentang daftar nama yang menjadi responden dalam penelitian ini. 52 1. Data Responden Tabel 3.2 Daftar Nama Responden No. 1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Nama Responden AT DS DSP EJ EK EM EN FR JM JN JY KM NH NI NK NM NN NW NM PJ PM PY SG SL SN SS ST SU SW SY TH TK TW WK WN 53 Agama Islam Kristen Kristen Kristen Islam Kristen Islam Islam Buddha Islam Buddha Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Kristen Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Kristen Kristen Buddha Islam Islam 2. Hasil Angket Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu Toleransi Beragama sebagai variabel X dan Interaksi Sosial sebagai variabel Y. Untuk memperoleh data kedua variabel tersebut maka perlu diberikan angket kepada warga di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali sebagai responden dalam penelitian ini. Angket yang dimaksud berdasarkan msing-masing variabel yang telah ditetapkan pada BAB I, sebagaimana tersebut dalam lampiran I. Adapun hasil angket dari warga Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali yang menjadi responden adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Hasil Angket Toleransi Beragama No. 1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nama Responden AT DS DSP EJ EK EM EN FR JM JN JY KM NH NI NK NM NN NW 54 Jawaban A B C 5 2 3 6 2 2 7 2 1 3 2 5 4 3 3 6 2 2 4 3 3 6 3 1 5 2 3 5 3 2 7 2 1 6 2 2 6 3 1 7 3 0 7 3 0 7 3 0 4 3 3 6 2 2 Bersambung … Sambungan …. 19 NM 20 PJ 21 PM 22 PY 23 SG 24 SL 25 SN 26 SS 27 ST 28 SU 29 SW 30 SY 31 TH 32 TK 33 TW 34 WK 35 WN 6 6 6 5 6 5 4 6 5 7 8 7 6 5 6 6 6 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1 2 1 3 1 3 3 2 3 1 0 1 1 2 2 2 2 Tabel 3.4 Hasil Angket Interaksi Sosial No. 1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Nama Responden AT DS DSP EJ EK EM EN FR JM JN JY KM NH NI NK NM NN 55 Jawaban A B C 6 3 1 7 3 0 5 2 3 5 2 3 6 3 1 4 3 3 5 3 2 8 2 0 6 2 2 7 2 1 6 2 2 7 2 1 5 2 3 8 2 0 9 1 0 7 2 1 6 3 1 Bersambung … Sambungan …. 18 NW 19 NM 20 PJ 21 PM 22 PY 23 SG 24 SL 25 SN 26 SS 27 ST 28 SU 29 SW 30 SY 31 TH 32 TK 33 TW 34 WK 35 WN 7 10 7 9 6 7 6 7 6 6 8 6 6 7 6 8 7 7 56 2 0 3 1 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 2 0 1 0 1 1 BAB IV ANALISIS DATA Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya yang penulis tempuh adalah menganalisis data sebagai tindak lanjut dalam upaya mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebagaimana termuat dalam bab I. Sedangkan untuk memudahkan penganalisian maka ditempuh tahapan-tahapan analisis sesuai dengan jenis data, yaitu sebagai berikut : A. Analisis Deskriptif Analisis data ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat toleransi beragama dan interasi sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. 1. Analisis Data tentang Toleransi Beragama Untuk mengetahui tingkat toleransi beragama, penulis menggunakan instrument beberapa angket yang terdiri dari 10 item pertanyaan, masingmasing pertanyaan disediakan 3 alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut: a. Alternatif jawaban A memiliki nilai 3 b. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2 c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 1 Dengan demikian setelah masing-masing jawaban diberi skor angka maka akan diperoleh hasil sebagai berikut : 57 Tabel 4.1 Skor Toleransi Beragama No Respond en 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 1 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Nomor Item 5 6 7 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 8 9 10 Jumlah Skor 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 22 24 26 17 21 24 21 25 22 23 26 24 25 27 27 27 21 24 25 24 25 22 25 22 21 24 22 26 28 26 25 23 24 24 24 Berdasarkan nilai hasil angket Toleransi Beragama diporeh nilai tertinggi 28 dan nilai terendah 17. Kemudian ditetapkan interval sebagai berikut: I= I= I= I= I= 4 keterangan : I : Interval item Xt : Nilai tertinggi Xr : Nilai terendah Ki : Kelas interval Setelah diketahui lebar intervalnya, maka langkah selanjutnya memasukkan data nominasi klasifikasi toleransi beragama tersebut dapat didistribusikan dalam table berikut: 59 TABEL 4.2 Daftar Nominasi Toleransi Beragama No. Nilai Interval Frekuensi 1. 2. 3. 25-28 21-24 17-20 14 20 1 Nilai Nominal A B C Artinya Sangat baik Baik Kurang baik Dari tabel 4.2 tentang daftar nominasi klasifikasi toleransi beragama tersebut kemudian dihitung frekuensi masing-masing klasifikasi serta dihitung presentasenya dengan rumus: P= x 100% Keterangan : P = Presentase f = Frekuensi N = Jumlah responden Dari tabel 4.2 tentang daftar nominasi toleransi beragama dapat diketahui yang mempunyai tingkat toleransi toleransi beragama : a. Sangat baik (kategori A) mencapai 14 orang b. Baik (kategori B) mencapai 20 orang c. Kurang baik(kategori C) mencapai 1 orang 60 Hasil Penghitungan dari data tersebut dapat dilihat secara jelas pada tabel berikut : TABEL 4.3 Presentase Toleransi Beragama No. Klasifikasi Toleransi Interval Frekuensi Presentase Beragama 1 Sangat Baik 25-28 14 40% 2 Baik 21-25 20 57% 3 Kurang Baik 17-20 1 3% Jumlah 35 100% Dari tabel tersebut terlihat tingkat toleransi beragama warga desa SampetanKecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dari 35 responden. 1. kategori Sangat baik sebanyak 14 orang atau sekitar 40%. Kategori tersebut diperoleh dari hasil angket toleransi beragama warga desa Sampetan. Hasil tersebut antara lain: dengan tetangga yang berbeda agama, mereka selalu memberi kesempatan beribadah sesuai ajaran yang di yakininya; pada saat tetangga yang berbeda agama melaksanakan ibadah sesuai keyakinannya, mereka selalu berusaha menciptakan suasana tenang; jika ada tetangga yang berbeda agama mengadakan acara hajatan, mereka selalu memberi kesempatan dan menghadiri acara tersebut; ketika tetangga yang berpindah keyakinan, mereka selalu memberi kesempatan; mereka selalu menerima keberadaan tetangga yang berbeda agama dilingkungan tempat tinggal; dalam bergaul mereka tidak membedabedakan tetangga yang berlainan agama;Ketika umat lain melaksanakan acara besar keagamaannya, mereka kadang-kadang ikut membantunya; Ketika agama lain merayakan hari besar agamanya, mereka kadang- 61 kadang memberikan selamat kepadanya mereka selalu menghargai pendapat orang lain pada saat musyawarah walaupun berbeda agama; dan mereka selalu memberi kesempatan berbicara kepada orang lain yang berbeda agama pada saat musyawarah. 2. Kategori baik sebanyak 20 orang atau sekitar 57%.Kategori tersebut diperoleh dari hasil angket toleransi beragama warga desa Sampetan. Hasil tersbut antara lain: dengan tetangga yang berbeda agama, mereka selalu memberi kesempatan beribadah sesuai ajaran yang di yakininya; pada saat tetangga yang berbeda agama melaksanakan ibadah sesuai keyakinannya, mereka selalu berusaha menciptakan suasana tenang; jika ada tetangga yang berbeda agama mengadakan acara hajatan, mereka selalu memberi kesempatan dan menghadiri acara tersebut; ketika tetangga yang berpindah keyakinan, mereka selalu memberi kesempatan; mereka selalu menerima keberadaan tetangga yang berbeda agama dilingkungan tempat tinggal; dalam bergaul mereka tidak membeda-bedakan tetangga yang berlainan agama;ketika umat lain melaksanakan acara besar keagamaannya, mereka tidak pernah ikut membantunya; ketika agama lain merayakan hari besar agamanya, mereka kadang-kadang memberikan selamat kepadanya mereka kadang-kadang menghargai pendapat orang lain pada saat musyawarah walaupun berbeda agama; dan mereka kadang-kadang memberi kesempatan berbicara kepada orang lain yang berbeda agama pada saat musyawarah. 62 3. Kategori kurang baik ada 1 orang atau sekitar 3%. Kategori tersebut diperoleh dari hasil angket toleransi beragama warga desa Sampetan. Hasil tersbut antara lain: dengan tetangga yang berbeda agama, mereka selalu memberi kesempatan beribadah sesuai ajaran yang di yakininya; pada saat tetangga yang berbeda agama melaksanakan ibadah sesuai keyakinannya, mereka selalu berusaha menciptakan suasana tenang; jika ada tetangga yang berbeda agama mengadakan acara hajatan, mereka kadang-kadang memberi kesempatan dan menghadiri acara tersebut; ketika tetangga yang berpindah keyakinan, mereka selalu memberi kesempatan; mereka selalu menerima keberadaan tetangga yang berbeda agama dilingkungan tempat tinggal; dalam bergaul mereka tidak membeda-bedakan tetangga yang berlainan agama; ketika umat lain melaksanakan acara besar keagamaannya, mereka tidak pernah ikut membantunya; ketika agama lain merayakan hari besar agamanya, mereka kadang-kadang memberikan selamat kepadanya mereka tidak pernah menghargai pendapat orang lain pada saat musyawarah walaupun berbeda agama; dan mereka tidak pernah memberi kesempatan berbicara kepada orang lain yang berbeda agama pada saat musyawarah. 2. Analisis data tentang interaksi sosial Untuk mengetahui tingkat interaksi sosial, penulis menggunakan instument beberapa angket yang terdiri dari 10 item pertanyaan, masingmasing pertanyaan disediakan 3 (tiga) alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut: 63 a. Alternatif jawaban A memiliki nilai 3 b. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2 c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 1 Dengan demikian setelah masing-masing jawaban diberi skor angka maka akan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.4 Skor Interaksi Sosial No Respond en 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 Nomor Item 4 5 6 7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 64 2 2 1 1 2 1 1 2 1 3 1 1 1 2 3 1 1 1 3 3 3 2 3 1 Jumlah 8 9 10 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 25 3 27 3 22 3 22 3 25 3 22 3 23 3 28 3 24 3 26 3 24 3 26 3 22 3 28 3 29 3 26 3 25 3 26 3 30 3 27 3 29 3 25 3 27 3 25 Bersambung... Sambungan.... 25 3 26 3 27 3 28 3 29 3 30 3 31 3 32 3 33 3 34 3 35 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 26 25 25 28 25 24 27 25 28 26 26 Berdasarkan nilai hasil angket interaksi sosial diperoleh nilai tertinggi 30 dan nilai terendah 22, kemudian ditetapkan interval sebagai berikut: I= I= I= I= I= 3 Setelah diketahui lebar interval, maka langkah selanjutnya memasukkan data nominasi klasifikasi interaksi sosial tersebut dapat didistribusikan dalam table berikut: 65 Tabel 4.5 Daftar Nominasi Interaksi Sosial No. Nilai Interval Frekuensi 1. 2. 3. 28-30 25-27 22-24 7 20 8 Nilai Nominal A B C Artinya Sangat baik Baik Kurang baik Dari table nominasi klasifikasi interaksi sosial tersebut kemudian dihitung frekuensi masing-masing klasifikasi serta dihitung presentasenya dengan rumus: P= x 100% Keterangan : P = Presentase f = Frekuensi N = Jumlah responden Dari table V tentang nominasi interaksi sosial dapat diketahui yang mempunyai toleransi beragama : a. Sangat baik (kategori A) mencapai 7 orang b. Baik (kategori B) mencapai 20 orang c. Kurang baik (kategori C) mencapai 8 orang Hasil Penghitungan dari data tersebut dapat dilihat secara jelas pada tabel berikut : 66 TABEL 4.6 PresentaseInteraksi Sosial No. 1 2 3 Klasifikasi Interaksi Sosial Sangat baik Baik Kurang baik Jumlah Interval Frekuensi Presentase 28-30 25-27 22-24 7 20 8 35 20% 57% 23% 100% Dari tabel tersebut terlihat interaksi sosial warga desa Sampetan Kecamatan Ampel kabupaten Boyolali dari 35 responden dalam kategori sangat baik sebanyak 7 orang atau sekitar 20%, dalam kategori baik sebanyak 20 orang atau sekitar 57 %, dan 8 orang atau sekitar 23% dalam kategori kurang baik. a. Kategori sangat baik sebanyak 7 orang atau sekitar 20%. Kategori tersebut diperoleh dari hasil angket interaksi sosial warga desa Sampetan. Hasil tersebut antara lain: mereka selalu bertegur sapa ketika bertemu tetangga yang berbeda agama; mereka seslalu berturtur kata yang baik kepada tetangga yang berbeda agama; ketika ada kegiatan kerja bakti, mereka selalu ikut bergotong-royong membersihkan lingkungan sekitar dengan tetangga yang berbeda agama; mereka kadang-kadang ikut serta dalam ronda/keamanan lingkungan meskipun dengan tetangga yang berbeda agama; ketika ada kegiatan pembangunan jalan, mereka selalu memberikan sumbangan dana meskipun petugasnya berbeda agama; ketika ada 67 tetangga yang terkena musibah, mereka selalu membantunya meskipun berbeda agama; apabila ada informasi kegiatan kemasyarakatan, mereka selalu menyampaikan informasi tersebut dengan baik kepada seluruh masyarakat sekitar; ketika ada tetangg.a yang sedang sakit, mereka selalu mengajak tetangga yang lain untuk menjenguknya meskipun berbeda agama; mereka selalu merasa nyaman ketika bersenda gurau/ngobrol santai dengan tetangga meskipun berbeda agama; mereka selalu ikut serta menjalankan adat istiadat yang ada didesa anda meskipun bersama dengan tetangga yang berbeda agama. b. Kategori baik sebanyak 20 orang atau sekitar 57%, Kategori tersebut diperoleh dari hasil angket interaksi sosial warga desa Sampetan. Hasil tersebut antara lain: mereka selalu bertegur sapa ketika bertemu tetangga yang berbeda agama; mereka seslalu berturtur kata yang baik kepada tetangga yang berbeda agama; ketika ada kegiatan kerja bakti, mereka selalu ikut bergotong-royong membersihkan lingkungan sekitar dengan tetangga yang berbeda agama; mereka kadang-kadang ikut serta dalam ronda/keamanan lingkungan meskipun dengan tetangga yang berbeda agama; ketika ada kegiatan pembangunan jalan, mereka kadang-kadang memberikan sumbangan dana meskipun petugasnya berbeda agama; ketika ada tetangga yang terkena musibah, mereka selalu membantunya meskipun berbeda agama; apabila ada informasi kegiatan kemasyarakatan, mereka kadang-kadang menyampaikan informasi tersebut dengan baik kepada seluruh 68 masyarakat sekitar; ketika ada tetangga yang sedang sakit, mereka selalu mengajak tetangga yang lain untuk menjenguknya meskipun berbeda agama; mereka selalu merasa nyaman ketika bersenda gurau/ngobrol santai dengan tetangga meskipun berbeda agama; mereka selalu ikut serta menjalankan adat istiadat yang ada didesa anda meskipun bersama dengan tetangga yang berbeda agama. c. Kategori kurang baik sebanyak 8 orang atau sekitar 23%.Kategori tersebut diperoleh dari hasil angket interaksi sosial warga desa Sampetan. Hasil tersebut antara lain: mereka selalu bertegur sapa ketika bertemu tetangga yang berbeda agama; mereka seslalu berturtur kata yang baik kepada tetangga yang berbeda agama; ketika ada kegiatan kerja bakti, mereka selalu ikut bergotong-royong membersihkan lingkungan sekitar dengan tetangga yang berbeda agama; mereka tidak pernah ikut serta dalam ronda/keamanan lingkungan meskipun dengan tetangga yang berbeda agama; ketika ada kegiatan pembangunan jalan, mereka tidak pernah memberikan sumbangan dana meskipun petugasnya berbeda agama; ketika ada tetangga yang terkena musibah, mereka kadang-kadang membantunya meskipun berbeda agama; apabila ada informasi kegiatan kemasyarakatan, mereka tidak pernah menyampaikan informasi tersebut dengan baik kepada seluruh masyarakat sekitar; ketika ada tetangga yang sedang sakit, mereka kadang-kadang mengajak tetangga yang lain untuk menjenguknya meskipun berbeda agama; mereka 69 kadang-kadang merasa nyaman ketika bersenda gurau/ngobrol santai dengan tetangga meskipun berbeda agama; mereka selalu ikut serta menjalankan adat istiadat yang ada didesa anda meskipun bersama dengan tetangga yang berbeda agama. B. Uji Persyaratan Analisis Dalam uji persyaratan analisis ini penulis menggunakan aplikasi SPSS 16 untuk mengetahui ada tidaknya hipotesis yang penulis ajukan dalam model regresi. 1. Uji Normalitas Langkah-langkah Uji Normalitas dengan bantuan SPSS 16 menurut Priyatno (2009:188) adalah sebagai berikut: a. Buka program SPSS. b. Klik Variable view oada SPSS data editor. c. Pada kolom Name baris pertama klik nama, pada label klik, pada kolom measure pilih Normal. Pada kolom name baris kedua ketik X, pada label ketik (variasi toleransi beragama), pada kolom measure pilih (interaksi sosial), pada kolom Measure pilih Scale. Untuk kolom lainnya biasa diabakan. d. Masuk ke halaman Data view dengan klik Data View. e. Selanjutnya, klik Analyze > Nonparametic Test > 1 Sample KS. 70 f. Setelah itu, kotak dialog One Sample Kolmogrov-Smirnov Test akan tampil. Masukkan variabel produk yang dipilih ke kotak Test Variable List. g. Klik OK. Hasil output sebagai berikut: One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test VAR00001 N a Normal Parameters Most Extreme Differences VAR00002 35 23.8857 2.24619 .177 .085 -.177 1.050 .220 Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 35 25.6571 2.05717 .146 .120 -.146 .864 .444 a. Test distribution is Normal. Berdasarkan output diatas diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,444. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal. Hasil yang diperoleh adalah 0,444 dan lebih besar dari 0,05 atau 0,444> 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data yang di uji berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Langkah-langkah Uji Homogenitas dengan SPSS 16menurut Priyatno (2009:83)adalah sebagai berikut: a. Buka Program SPSS,klik Variable View. Selanjutnya, pada bagian Name tulis X dan Y, P Decimals ubah semua menjadi angka 0, pada bagian label tuliskan VAR00001 dan VAR00002. 71 b. Setelah itu, klik Data View, dan masukkan data variasi toleransi beragama /VAR00001(X), dan interaksi sosial/VAR00002 (Y). c. Pilih Analyze, kemudian klik Compare Means, dan One Way Anova d. Muncul kota dengan nama One Way Anova, selanjutnya masukkan variabel Y ke kotak Dependen List dan Variabel X ke kotak Factor, lalu, klik Options e. Pada menu options, beri tanda pada Homogeneity of Variance, lalu klik Continue f. Klik OK untuk mengakhiri perintah. Selanjutnya akan muncul tampilan Output SPSS. Test of Homogeneity of Variances VAR00002 Levene Statistic .936 df1 df2 6 Sig. 26 .486 Berdasarkan output SPSS di atas diketahui bahwa nilai signifikansi variabel variasi toleransi beragama (X). Berdasarkan variabel interaksi sosial (Y) =0,486. Jika nilai signifikan <0,05, maka dikatakan bahwa dari dua atau lebih populasi data adalah tidak sama. Sedangkan, apabila nilai signifikan >0,05, maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih populasi data adalah sama. Oleh karena itu signifikan yang diperoleh adalah 0,486>0,05 maka varian dari dua variabel yaitu variasi toleransi beragama dengan interaksi sosial adalah sama atau homogen. C. Analisis Uji Hipotesis Dalam analisis ini penulis menggunakan analisis regresi dengan menggunakan aplikasi SPSS 16 untuk mengetahui serta membuktikan 72 hipotesis yang penulis ajukan yaitu pengaruh tingkat toleransi beragama terhadap interaksi sosial warga Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. a. Korelasi Pearson Product Moment Langkah pertama menganalisis hubungan kedua variabel tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan bantuan SPSS 16 untuk menghitung hipotesis yang telah diajukan yaitu ada hubungan antara variasi toleransi beragama dengan interaksi sosial. Adapun langkah-langkah dalam analisis yang ditempuh menurut Priyatno (2009:110)ialah sebagai berikut: a) Bukalah Program SPSS. b) Kliklah variabel view pada SPSS data editor . c) Pada kolom Name baris pertama klik nama, pada label klik, pada kolom measure pilih Normal. Pada kolom name baris kedua ketik X, pada label ketik (variasi toleransi beragama), pada kolom measure pilih Scile. Pada kolom name baris ketiga ketik Y, dan pada label ketik (interaksi sosial), pada kolom Measure pilih Scale. Untuk kolom lainnya biasa diabakan. d) Masukanlah ke halaman Data View dengan klik Data View e) Isikan data nama , X, dan Y f) Selanjutnya,klik Analyze>Correlate>Bivareate g) Muncul kotak Bivateate Correlations 73 h) Masukkan variabel X dan Y ke kotak Vaiables i) Klik OK. Hasil outputnya sebagai berikut: Correlations VAR00001 VAR00001 Pearson Correlation VAR00002 * 1 .386 Sig. (2-tailed) .022 N VAR00002 35 35 * 1 Pearson Correlation .386 Sig. (2-tailed) .022 N 35 35 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Dari tampilan data perhitungan SPSS diketahui korelasi antara X(VAR00001) dan Y(VAR00002) memberikan nilai koefiensi sebesar 0,386. Karena koefisien mendekati 1, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variasi toleransi beragama dengan interaksi sosial sangat erat. Angka koefisien positif menunjukkan hubungan positif, yaitu jika “toleransi beragama” baik, maka “ interaksi sosial” akan semakin tinggi. Dengan diperoleh nilai product moment ( ) di atas, maka untuk menentukan taraf signifikan disajikan nilai-nilai product moment dalam tabel taraf signifikansi 1% sebagai berikut : Tabel 4.7 Nilai Product Moment N Nilai Signifikansi 1% 35 0,334 r table pearson product moment (Priyatno, 2009:216) 74 Interpretasi dari tabel di atas adalah bahwa nilai yang diambil dengan N (jumlah responden) 35 pada taraf signifikansi 1% adalah 0,334. Hasil hitung koefisiensi korelasi antara variabel X(variasi toleransi beragama) dan variabel Y (interaksi sosial) adalah 0,386. Hasil yang diperoleh adalah r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 0,386>0,334 pada taraf signifikansi 1% maka hasil yang diperoleh adalah signifikan. Artinya, hipotesis yang diajukan oleh penulis dapat diterima, yaitu “ada pengaruh antara tingkat toleransi beragama terhadap interaksi sosial” b. Regresi Linier Adapun langkah-langkah analisis yang ditempuh menurut Priyatno (2009:128) adalah sebagai berikut: a. Buka program SPPS. b. Klik Variable View pada SPSS data editor. c. Selanjutnya, pada bagian Name tulis X kemudian Y, pada Decimals ubah semua menjadi angka 0, pada bagian Label tuliskan VAR00001 dan VAR00002, dan abaikan yang lainnya. d. Setelah itu, klik Data View dan masukkan data. e. Isikan data y dan x. f. Selanjutnya klik Analyze > Regresion > Linear. g. Masukkan variabel Y ke kotak Dependent dan variabel X ke kotak Independent(s). h. Klik tab Statistics, kemudian akan muncul kotak dialog. 75 i. Pada Residual beri tanda centang pada casewise diagnostics, kemudian pilih All casess. j. Klik ok. Dari langkah-langkah tersebut output SPSS yang dihasilkan adalah adalah sebagai berikut: 1. Koefisien Determinasi Model Summary Model Summary Model R 1 .386 Adjusted R Square R Square a b .149 Std. Error of the Estimate .123 1.92635 a. Predictors: (Constant), VAR00001 b. Dependent Variable: VAR00002 Dari tinjauan output SPSS dapat dilihat besarnya Adjusted adalah 0, 123. Hal ini berarti bahwa 12,3% variasi toleransi beragama bisa dijelaskan oleh variasi kedua variabel independen interaksi sosial. Sedangkan sisanya (100% 12,3% = 87,7%) di jelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. 2. Uji Signifikansi Sigmultan (Uji Statistik F) b ANOVA Model 1 Sum of Squares Regression df Mean Square 21.428 1 21.428 Residual 122.458 33 3.711 Total 143.886 34 F 5.774 Sig. .022 a a. Predictors: (Constant), VAR00001 b. Dependent Variable: VAR00002 Dari uji ANOVA atau F test,didapat F Hitung sebesar 5,774 dengan tingkat probalitas 0,22. Nilai F Hitung lebih besar dari 2 maka dapat dikatakan hasil perhitungan regresi tersebut signifikan. Selanjutnya, dapat 76 dilihat hasil signifikansi sebesar 0,22. Nilai tersebut di bawah 0,05 sehingga signifikan pada P value 5%. Maka model regresi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi bahwa ada pengaruh yang signifikan antara toleransi beragama terhadap interaksi sosial. 77 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis mengumpulkan data dalam rangka membuktikan hipotesis yang diajukan dan mengolahnya dengan teknik statistik dengan menggunakan rumus pearson product moment dan regresi linier melalui penghitungan SPSS, selanjutnya penulis dapat menarik kesimpulan dari penelitian yang berjudul “pengaruh tingkat toleransi beragama terhadap interaksi sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali” sebagai berikut: 1. Toleransi beragama Hasil penelitian menunjukkan tingkat toleransi beragama di Desa Sampetan terbagi dalam 3 variasi yaitu sangat baik, baik dan kurang baik. Dari 35 responden dalam kategori sangat baik sebanyak 14 orang atau sekitar 40%, dalam kategori baik ada 20 orang atau sekitar 57% ,dan 1 orang atau sekitar 3% dalam kategori kurang baik. 2. Interaksi sosial Hasil penelitian menunjukkan interaksi sosial di Desa Sampetan terbagi dalam 3 variasi yaitu sangat baik, baik, cukup dan kurang baik. Dari 35 responden dalam kategori sangat baik sebanyak 7 orang atau 78 sekitar 20%, dalam kategori baik ada 20 orang atau sekitar 57 %,dan 8 orang atau sekitar 23% dalam kategori kurang baik. 3. Pengaruh Tingkat Toleransi Beragama dengan Interaksi Sosial Nilai yang diambil dengan N (jumlah responden) 35 pada taraf signifikansi 1% adalah 0,334. Hasil hitung koefisiensi korelasi antara variabel X(variasi toleransi beragama) dan variabel Y (interaksi sosial) adalah 0,386. Hasil yang diperoleh adalah r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 0,386>0,334 pada taraf signifikansi 1% maka hasil yang diperoleh adalah signifikan. Dari uji ANOVA atau F test,didapat F Hitung sebesar 5,774 dengan tingkat probabilitas 0,22. Nilai F Hitung lebih besar dari 2 maka dapat dikatakan hasil perhitungan regresi tersebut signifikan. Selanjutnya, dapat dilihat hasil signifikansi sebesar 0,22. Nilai tersebut di bawah 0,05 sehingga signifikan pada P value 5%. Artinya, hipotesis yang diajukan oleh penulis dapat diterima, maka model product moment dan regresi linier tersebut bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat toleransi beragama terhadap interaksi sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yaitu: a. Hendaknya manusia mau melaksanakan apa yang diperintahkan Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. 79 b. Dalam kaitannya toleransi beragamahendaknya masyarakatsaling menjaga hubungan antar sesama manusia dengan baik walaupun berbeda agama. c. Dalam kaitannya interaksi sosial, hendaknya masyarakat menegakkan hidup beragama di dalam suasana perdamaian, kerukunan, dan saling kerjasama dengan sesama tanpa memandang suku, bangsa, dan agama serta status sosial ekonominya. 80 DAFTAR PUSTAKA Al Munawar, Said Agil Husin. 2003. Fikih Hubungan Antar Umat Beragama. Jakarta: Ciputat Pess. AlMuhdar, Yunus Ali. 1983. Toleransi Kaum Muslimin dan Sikap Lawanlawannya. Bandung: Iqra. Ali, Mukti. 2006. Pluralisme Agama di Persimpangan Menuju Tuhan. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Arikunto, Suhasimi. 2010. Posedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Budiharjo. 2007. Konflik Antar Umat Samawi dan Solusinya. Yogyakarta: Sumbangsih Press. Daradjat, Zakiah, dkk. 1996. Perbandingan Agama. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Agama RI, 2002. Al-Qyr’an dan Terjemahnya. Jakarta: Ciputat Press. Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Hidayati, Tri Wahyu. 2008. Apakah Kebebasan beragama= Bebas Apakah Beragama? Prespektif Hukum Islam dan HAM. Semarang: JP Books. Juju Suryawati. Kun Maryati. 2006. Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Latifah. Junaidi Anwar. Margiono. 2006. Agama Islam 3 Lentera Kehidupan SMA Kelas XII. Jakarta: Yudhistira. Priyatno, Duwi. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi Offset. Rumidi, Sukandar. 2004. Metodologi Penelitian petunjuk Praktis untuk Peneliti pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Santosa, Slamet. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara, Sarwono, Sarlito Wirawan. 1996. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: NV Bulan Bintang. 81 Suryabrata, Sumardi. 1995. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset. Yunus, Mahmud. 1990. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT Mahmud Yunus Wadzuryah. http://www.hindubatam.com/catur-purusa-artha.html, Lanus, Sugi. Ajaran Hindu Dharma. di akses pada 21 September 2014 pukul 17:35 WIB. http://id.wikipedia.org/wiki/pengertiankonflik,di akses pada 25 Apil 2014 pukul 19:46 WIB. 82 DAFTAR ANGKET 83 Instrumen Penelitian Angket penelitian mengenai Pengaruh Tingkat Toleransi Beragama Terhadap Interaksi Sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2014 Identitas Responden: Nama : ............................ Agama : ............................ Petunjuk pengisian: 1.) Jawablah pernyataan-pernyataan dibawah ini dengan cara memberi tanda silang ( ) sesuai dengan kondisi yang bapak/ibu/saudara- saudari rasakan dan pikirkan. 2.) Jawablah sejujur-jujurnya dan penulis menjamin kerahasiaan dari identitas dan jawaban bapak/ibu/saudara-saudari. 3.) Terima kasih atas partisipasinya. AngketA (Toleransi Beragama) 1. Dengan tetangga yang berbeda agama, apakah anda memberi kesempatan untuk beribadah sesuai ajaran yang diyakininya? a. Saya selalu memberi kesempatan beribadah sesuai ajaran yang diyakininya. 84 b. Saya kadang-kadang memberi kesempatan beribadah sesuai ajaran yang diyakininya. c. Saya tidak pernah memberi kesempatanberibadah sesuai ajaran yang diyakininya. 2. Pada saat tetangga yang berbeda agama melaksanakan ibadah sesuai keyakinannya, apakah anda berusaha menciptakan suasana tenang? a. Saya selalu berusaha menciptakan tenang. b. Saya kadang-kadang berusaha menciptakan tenang. c. Saya tidak pernah berusaha menciptakan tenang. 3. Jika ada tetangga yang berbeda agama mengadakan acara hajatan, apakah anda memberi kesempatan dan menghadiri acara tersebut? a. Saya selalu memberi kesempatan dan menghadiri acara tersebut. b. Saya kadang-kadang memberi kesempatan dan menghadiri acara tersebut. c. Saya tidak pernah memberi kesempatan dan menghadiri acara tersebut. 4. Ketika tetangga yang berpindah keyakinan, apakah anda memberi kesempatan? a. Saya selalumemberi kesempatan. b. Saya kadang-kadangmemberi kesempatan. c. Saya tidak pernahmemberi kesempatan. 5. Apakah anda menerima keberadaan tetangga yang berbeda agama dilingkungan tempat tinggal anda? a. Saya selalu menerima keberadaannya. 85 b. Saya kadang-kadang menerima keberadaannya. c. Saya tidak pernah menerima keberadaannya. 6. Dalam bergaul apakah anda tidak membeda-bedakan tetangga yang berlainan agama? a. Saya selalu tidak membeda-bedakan tetangga yang berlainan agama. b. Saya kadang-kadang tidak membeda-bedakan tetangga yang berlainan agama. c. Saya tidakpernah tidak membeda-bedakan tetangga yang berlainan agama. 7. Ketika umat lain melaksanakan acara besar keagamaannya, apakah anda ikut membantunya? a. Saya selalu ikut membantunya. b. Saya kadang-kadang membantunya. c. Saya tidak pernah membantunya. 8. Ketika agama lain merayakan hari besar agamanya, apakah anda memberikan selamat kepadanya? a. Saya selalu memberikan selamat kepadanya. b. Saya kadang-kadang memberikan selamat kepadanya. c. Saya tidak pernah memberikan selamat kepadanya. 9. Apakah anda menghargai pendapat orang lain pada saat musyawarah walaupun berbeda agama? a. Saya selalu menghargai pendapat orang lain pada saat musyawarah walaupun berbeda agama. 86 b. Saya kadang-kadang menghargai pendapat orang lain pada saat musyawarah walaupun berbeda agama. c. Saya tidak pernah menghargai pendapat orang lain walaupun berbeda agama. 10. Apakah anda memberi kesempatan berbicara kepada orang lain yang berbeda agama pada saat musyawarah? a. Saya selalu memberi kesempatan berbicara kepada orang lain yang berbeda agama pada saat musyawarah. b. Saya kadang-kadang memberi kesempatan berbicara kepada orang lain yang berbeda agama pada saat musyawarah. c. Saya tidak pernah memberi kesempatan berbicara kepada orang lain yang berbeda agama pada saat musyawarah. Angket B (Interaksi Sosial) 1. Apakah anda bertegur sapa ketika bertemu tetangga yang berbeda agama? a. Saya selalu bertegur sapa ketika bertemu tetangga yang berbeda agama. b. Saya kadang-kadang bertegur sapa ketika bertemu tetangga yang berbeda agama. c. Saya tidak pernah bertegur sapa ketika bertemu tetangga yang berbeda agama. 2. Apakah anda berturtur kata yang baik kepada tetangga yang berbeda agama? a. Saya selalu betutur kata baik kepada tetangga yang berbeda agama. 87 b. Saya kadang-kadang bertutur kata baik kepada tetangga yang berbeda agama. c. Saya tidak pernah bertutur kata baik kepada tetangga yang berbeda agama. 3. Ketika ada kegiatan kerja bakti, apakah anda ikut bergotong-royong membersihkan lingkungan sekitar dengan tetangga yang berbeda agama? a. Saya selalu ikut bergotong-royong membersikan lingkungan sekitar dengan tetangga yang berbeda agama. b. Saya kadang-kadang ikut bergotong-royong membersikan lingkungan sekitar dengan tetangga yang berbeda agama. c. Saya tidak pernah ikut bergotong-royong membersihkan lingkungan sekitar dengan tetangga yang berbeda agama. 4. Apakah anda ikut serta dalam ronda/keamanan lingkungan meskipun dengan tetangga yang berbeda agama? a. Saya selalu ikut serta dalam ronda/keamanan lingkungan meskipun dengan tetangga yang berbeda agama. b. Saya kadang-kadang ikut serta dalam ronda/keamana lingkungan meskipun dengan tetangga yang berbeda agama. c. Saya tidak pernah ikut serta dalam ronda/keamanan lingkungan meskipun dengan tetangga yang berbeda agama. 5. Ketika ada kegiatan pembangunan jalan, apakah anda memberikan sumbangan dana meskipun petugasnya berbeda agama? a. Saya selalu ikut memberikan sumbangan dana. 88 b. Saya kadang-kadang ikut memberikan sumbangan dana. c. Saya tidak pernah ikut memberikan sumbangan dana. 6. Ketika ada tetangga yang terkena musibah, apakah anda membantunya meskipun berbeda agama? a. Saya selalu membantunya. b. Saya kadang-kadang membantunya. c. Saya tidak pernah membantunya. 7. Apabila ada informasi kegiatan kemasyarakatan, apakah anda menyampaikan informasi tersebut dengan baik kepada seluruh masyarakat sekitar? a. Saya selalu menyampaikan informasi dengan baik kepada seluruh masyarakat sekitar. b. Saya kadang-kadang menyampaikan informasi dengan baik kepada seluruh masyarakat sekitar. c. Saya tidak pernah menyampaikan informasi dengan baik kepada masyarakat sekitar. 8. Ketika ada tetangga yang sedang sakit, apakah anda mengajak tetangga yang lain untuk menjenguknya meskipun berbeda agama? a. Saya selalu mengajak tetangga yang lain untuk menjenguk meskipun berbeda agama. b. Saya kadang-kadang mengajak tetangga yang lain untuk menjenguk meskipun berbeda agama. 89 c. Saya tidak pernah mengajak tetangga yang lain untuk menjenguk meskipunberbeda agama. 9. Apakah anda merasa nyaman ketika bersenda gurau/ngobrol santai dengan tetangga meskipun berbeda agama? a. Saya selalu merasa nyaman ketika bersenda gurau/ngobrol santai dengan tetangga meskipun berbeda agama. b. Saya kadang-kadang nyaman ketika bersendau gurau/ngobrol santai dengan tetangga meskipun berbeda agama. c. Saya tidak pernah nyaman ketika bersendau gurau/ngobrol santai dengan tetangga meskipun bebeda agama. 10. Apakah anda ikut serta menjalankan adat istiadat yang ada didesa anda meskipun bersama dengan tetangga yang berbeda agama? a. Saya selalu ikut menjalankan adat istiadat yang ada didesa meskipun bersama dengan tetangga yang berbeda agama. b. Saya kadang-kadang ikut menjalankan adat istiadat yang ada didesa meskipun bersama dengan tetangga berbeda agama. c. Saya tidak pernah ikut menjalankan adat istiadat yang ada didesa meskipun bersama dengan tetangga yang berbeda agama. 90