MENCIPTAKAN WORD OF MOUTH MELALUI KUALITAS PELAYANAN Eka Mayastika Sinaga Abstract Word of Mouth is one of marketing communication that relies on consumers as a party whose role is to deliver the performance of a product of both goods and services based on their experience. The role of word of mouth is very important in the service industry . This is due to the intangible characteristics of services that the consumer is at a high level of uncertainty before deciding to purchase a quality service. Quality service is a service that can satisfy consumer expectations. Service quality is one of dimension to achieve customer satisfaction because satisfied customers will give effect to the word of mouth that will provide value to the company . Perception of satisfaction provided by the company formed by the services to customers in dimensions as indicators of service quality and perceived value . Indicators or dimensions of service quality which comprised of tangible, reliability, responsiveness, assurance, and empathy. Consumers have an assessment of the quality of service based on whether or not a special service. If consumers feel satisfied for a service then the service provider can be called quality. But the fact that consumers will accept and face various forms of service , so word of mouth is very influenced by the dimensions of the service quality provided. If the service quality provided does not lead to dissatisfied customers and ultimately will create negative word of mouth . Keywords: Word of Mouth, Service Quality, Costumer Satisfaction PENDAHULUAN Pada era globalisasi ini persaingan diantara perusahaan semakin kompetitif, baik itu di pasar domestik ataupun pasar internasional. Untuk dapat memenangkan persaingan, maka setiap perusahaan harus menyusun strategi pemasaran yang tepat agar mampu memasarkan produk baik itu barang/jasanya dan diterima oleh konsumen. Konsumen memiliki kekuatan yang besar dalam menentukan barang/jasa apa yang mereka inginkan dan juga bagaimana penilaian mereka terhadap merek yang dikonsumsi. Konsumen cenderung untuk menyebarkan informasi mengenai suatu produk atau merek yang diperoleh dari beberapa media komunikasi kepada orang lain. Sehingga perusahaan diharapkan untuk kreatif dalam mengomunikasikan produk atau merek perusahaannya. Salah satu strategi komunikasi pemasaran yang cukup efektif dan banyak digunakan oleh para pengusaha yaitu strategi pemasaran word of mouth atau pemasaran dari mulut ke mulut. Pemasaran word of mouth diyakini dapat meningkatkan penjualan sampai dua kali lipat. Selain itu pemasaran word of mouth juga tidak membutuhkan biaya, sehingga dapat dikatakan pemasaran word of mouth ini adalah strategi pemasaran gratis yang sangat efektif. Terlebih lagi masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan suka bersosialisasi dan berkumpul hanya untuk sekedar berbagi cerita, sehingga kesempatan untuk menyebarluaskan informasi sebuah produk atau jasa yang sering mereka gunakan sangat terbuka lebar. Hal ini akan menguntungkan para pengusaha, sebab dengan adanya word of mouth akan memunculkan loyalitas pelanggan terhadap barang/jasa yang ditawarkan perusahaan, terutama perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa. Dalam industri jasa peranan word of mouth sangat penting bagi penyedia jasa agar konsumen tertarik mengkonsumsi jasa yang ditawarkannya. Sebelum mengkonsumsi suatu jasa konsumen sering kali mengandalkan informasi dari orang lain yang telah mempunyai pengalaman mengkonsumsinya atau dari para ahli berdasarkan pengetahuannya. Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa konsumen lebih tergantung pada word of mouth dari pada iklan dalam pemilihan jasa. Word of mouth biasanya cepat diterima oleh pelanggan karena yang menyampaikannya adalah mereka yang dapat dipercayainya, seperti para ahli, teman, keluarga, dan publikasi media masa. Di samping itu, word of mouth juga cepat diterima sebagai referensi karena pelanggan jasa biasanya sulit mengevaluasi jasa yang belum dibelinya atau belum dirasakannya sendiri (Lovelock & Wirtz, 2011). Word of mouth penting bagi perusahaan jasa, karena jasa cenderung memiliki proporsi pengalaman dan kepercayaan yang tinggi sehingga diasosiasikan dengan resiko tinggi oleh calon pembeli, konsumen yang kurang informasi mengenai suatu jasa lebih bergantung pada word of mouth ketimbang pelanggan yang sudah paham (Lovelock & Wirtz, 2011). Lupiyoadi (2007) menyatakan bahwa peranan orang sangat penting dalam mempromosikan jasa. Konsumen sangat dekat dengan pengiriman jasa, dengan kata lain konsumen tersebut akan berbicara kepada pelanggan lain dan word of mouth ini sangat besar pengaruhnya dan dampaknya terhadap pemasaran jasa dibandingkan dengan aktifitas komunikasi lainnya. Konsumen akan merasa puas bila harapan akan layanan yang diterimanya memenuhi standar kualitas yang diinginkan. Konsumen yang puas terhadap suatu layanan cenderung untuk merekomendasikan dalam penggunaan suatu produk kepada pihak lain (Handayani dan Cahyono, 2008). Defenisi Kualitas Pelayanan Kualitas Pelayanan merupakan tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan pelanggan. Kualitas Pelayanan dinilai berdasarkan presepsi konsumen yang membandingkan harapan untuk menerima layanan dan pengalaman sebenarnya atas layanan yang diterima. Menurut Kotler (2009) Kualitas (quality) adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Kualitas menurut Tjiptono (2005) mengandung banyak defenisi dan makna seperti: 1. Kesesuaian dengan persyaratan /tuntutan 2. Kecocokan untuk pemakaian 3. Perbaikan/penyempurnaan berkelanjutan 4. Bebas dari kerusakan / cacat 5. Pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat 6. Melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal 7. Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan. Parasuraman (dalam Lupiyoandi 2009) menyatakan Kualitas layanan didefinisikan sebagai sikap konsumen yang berkaitan dengan hasil dari perbandingan antara harapan pelayanan dengan persepsi tentang kinerja aktual. Dalam penelitian terbaru harapan dibagi menjadi dua macam, antara lain: 1. Expected service Yaitu suatu tingkat layanan yang diharapkan pelanggan akan diterima. Disini pelanggan berekspektasi akan mendapat pelayanan sesuai dengan keinginan. 2. Perceived service Merupakan tingkat layanan memadai yang akan diterima oleh pelanggan. Disini minimal perusahaan memberikan layanan yang seharusnya diberikan dan masih berharap memenuhi kebutuhan dasar pelanggan. Keunggulan suatu produk jasa adalah tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut, apakah sudah sesuai dengan harapan dan keinginan pelanggan. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan harapan (expectation) maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal, sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik atau tidaknya kualitas jasa sangat tergantung kepada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten dan berkesinambungan (sustainable). Tingkat kualitas layanan tidak dapat dinilai berdasarkan sudut pandang organisasi, akan tetapi harus dilihat dari kebutuhan atau keinginan pelanggan. Oleh karena itu dalam merumuskan strategi dan program pelayanan, organisasi harus berorientasi pada kepentingan pelanggan dan sangat memperhatikan dimensi kualitasnya. Menurut Parasuraman,dkk (dalam Lupiyoadi, 2009) terdapat lima dimensi SERVQUAL yaitu: 1. Berwujud (tangible), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. 2. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. 3. Ketanggapan (responsiveness), yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. 4. Jaminan dan Kepastian (assurance), yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. 5. Empati (emphaty),yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Kualitas pelayanan merupakan kemampuan perusahaan dalam menyediakan jasa yang dapat memenuhi keinginan atau harapan pelanggan. Kualitas pelayanan merupakan tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan pelanggan. Kualitas pelayanan dinilai berdasarkan presepsi konsumen yang membandingkan harapan untuk menerima layanan dan pengalaman sebenarnya atas layanan yang diterima. Secara umum kepuasan merupakan perbandingan apa yang diharapkan (expectation) oleh konsumen dengan kinerja yang dirasakannya (perceived perfomance). Dalam perkembangannya untuk menilai kualitas suatu pelayanan digunakan suatu model SERVQUAL yang dikembangkan oleh Parasuraman dkk (dalam Lupiyoadi, 2009) yang meliputi lima dimensi yaitu berwujud (tangible), kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance), dan empati (emphaty). Menurut Lewis dan Baums (dalam Elitan dan Anatan, 2007) menyatakan: “Kualitas pelayanan merupakan sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu menyesuaikan dengan ekspentasi pelanggan, jadi kualitas pelayanan diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan penyampaian pelayanan tersebut membagi harapan pelanggan” rekomendasi baik secara individu maupun kelompok terhadap suatu produk atau jasa yang bertujuan untuk memberikan informasi secara personal. Saluran komunikasi personal yang berupa ucapan atau perkataan dari mulut ke mulut (word of mouth) dapat menjadi Jadi jelas bahwa kepuasan konsumen merupakan fungsi dari kesan kinerja dalam hal ini kualitas pelayanan dan harapan. Jika kinerja (pelayanan) dibawah metode promosi yang efektif karena harapan maka pelanggan akan tidak puas pada umumnya disampaikan dari atau bahkan kecewa. Namun apabila kinerja konsumen oleh konsumen dan untuk (pelayanan) sama dengan harapan atau konsumen, sehingga konsumen atau bahkan melebihi harapan pelanggan maka pelanggan yang puas dapat menjadi pelanggan akan merasa puas bahkan sangat media iklan bagi perusahaan. Di puas. samping itu, saluran komunikasi word of mouth tidak personal membutuhkan biaya yang besar karena dengan melalui pelanggan yang puas, Komunikasi dari mulut ke mulut rujukan atau referensi terhadap produk (word of mouth) terjadi ketika pelanggan mulai membicarakan idenya tentang hasil produksi perusahaan akan lebih tersebar ke konsumenlayanan, merek, maupun kualitas dari mudah konsumen lainnya. produk yang dipakainya kepada orang lain. Defenisi Word Of Mouth Word of Mouth Marketing adalah komunikasi tentang produk dan jasa antara orang-orang yang dianggap independen dari perusahaan yang menyediakan produk atau jasa, dalam medium yang akan dianggap independen dari perusahaan. Komunikasi ini bisa saja berupa percakapan, atau hanya satu arah testimonial. Misalnya berbicara langsung, melalui telepon, e-mail, listgroup, atau sarana komunikasi lainnya (Silverman, 2001). Menurut Brown et al (2005) word of mouth terjadi ketika konsumen berbicara kepada orang lain mengenai pendapatnya tentang suatu merek, produk, layanan atau perusahaan tertentu pada orang lain. Apabila konsumen menyebarkan opininya mengenai kebaikan produk maka disebut sebagai positif WOM, tetapi bila konsumen menyebarluaskan opininya mengenai keburukan produk maka disebut sebagai negatif WOM. Kotler & Keller (2009) mengemukakan bahwa word of mouth Communication (WOM) atau komunikasi dari mulut ke mulut merupakan proses komunikasi yang berupa pemberian Dalam word of mouth, konsumenlah yang memutuskan tentang sesuatu yang sangat berharga untuk dibicarakan. Konsumen yang memiliki pengalaman unik tentang produk, jasa, dan merek dari perusahaan tertentu cenderung akan membicarakannya kepada orang lain (Hasan, 2010). Karakteristik Word of mouth antara lain: 1. Valence Dari sudut pandang pemasaran, WOM dapat bersifat positif dan negatif. Positif WOM terjadi ketika berita baik testimonial dan dukungan yang dikehendaki oleh perusahaan yang diucapkan. Sedangkan WOM negatif adalah sebaliknya. Apa yang negatif dari sudut pandang perusahaan dapat dianggap sebagai sangat positif dari sudut pandang konsumen. tidak hanya valensi, tetapi volume pasca pembelian WOM dapat dipengaruhi oleh manajemen usaha. 2. Focus Pemasaran yang berorientasi pasar, fokus marketer WOM adalah konsumen, membangun dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan dalam berbagai peran utama pelanggan (end user sekaligus mediator), pemasok (aliansi), karyawan, influencer, rekrutmen, dan rekomender. Fokus WOM adalah pelanggan yang puas, mereka akan berkomunikasi dengan calon pelanggan. 3. Timing Rekomendasi Wom mungkin dilakukan baik sebelum atau sesudah pembelian. WOM dapat beroperasi sebagai sumber penting informasi pada prapembelian, yang umumnya dikenal sebagai masukan WOM. Pelanggan dapat menjadi WOM setelah pembelian atau pengalaman konsumsi atau dikenal sebagai output WOM. teman atau keluarga tentang restoran mana yang akan direkomendasikan. 2. Expert Sources Diperlukan terutama untuk pembelian jasa yang memerlukan keterlibatan tinggi. Konsumen akan lebih percaya seorang ahli yang memiliki informasi yang dinilai lebih baik dari sumber informasi personal. Contohnya dalam menyewa jasa pengacara, meminta pendapat seorang ahli sangat diperlukan. Sumber ini akan lebih bernilai ketika konsumen tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan informasi jasa ideal yang harusnya mereka dapatkan. 4. Solicitation Tidak semua WOM berasal dari komunikasi pelanggan. WOM dapat ditawarkan dengan atau tanpa permohonan; ketika sulit ditemukan talker, WOM dapat ditawarkan tanpa permohonan pelanggan. Sebaliknya, jika talker cukup banyak cara yang dilakukan dengan surat permohonan (solicitation). Namun, ketika otoritas informasi muncul dari prospek yang mencari masukkan lain dari seorang pemimpin opini atau orang yang berpengaruh, maka pemimpin opini menjadi salah satu sasaran yang dapat untuk menjadi WOM marketing. 3. Derived Sources Digunakan dalam membentuk ekspektasi dan berasal dari sumber ketiga. Contohnya ialah testimoni pada iklan yang mengarahkan dan meyakinkan calon kosumen lainnya terkait kehandalan produk yang dikonsumsi. Komponen Word of Mouth 5. Intervention Meskipun WOM dapat secara spontan dihasilkan, semakin banyak perusahaan melakukan intervensi proaktif dalam upaya untuk mendorong dan mengelola aktivitas WOM. Mengatur WOM agar dapat beroperasi pada individu atau tingkat organisasi. Individu yang dicari adalah individu yang dapat mendesain dan menyampaikan WOM sendiri secara aktif. Sumber: Kanwar, 2002 Menurut Harsasi (2006) word of mouth berasal dari 3 sumber yakni: 1. Personal Sources Meliputi teman, keluarga, maupun rekan kerja. Contohnya dalam memilih restoran favorit, calon konsumen akan bertanya pada Gambar 1 Proses WOM Model di atas memberikan gambaran sederhana atas hal-hal yang berkaitan dengan proses Word of mouth marketing (WOMM). Ketiga hal diatas yaitu content, context dan carrier disebut konstituen dari proses WOMM. 1. Content : sebagai pesan atau informasi yang menjadi bahan pembicaraan dalam proses dan interaksi WOM. Pesan atau informasi tersebut dapat bersifat positif atau negatif dalam kaitannya dengan merek atau produk yang menjadi bahan pembicaraan. 2. Context : adalah bila isi pesan atau content mengalami proses penerimaan (decoding) dan pengiriman pesan (encoding). Context juga mengacu pada saluran (channel) yang dipakai pada suatu proses pesan. Contoh dari channel dapat berupa interest groups di internet dan yang menjadi context adalah tema dari interest group tersebut. 3. Carriers : mengacu pada individuindividu yang melihara dan mempertahankan pesan dan informasi (content). Jenis Word Of Mouth WOM dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu WOM positif (PWOM) dan WOM negatif (NWOM) dan keduanya memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku konsumen dan kinerja bisnis. WOM positif merupakan proses penyampaian informasi dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh individu yang satu ke individu lain berdasarkan pengalaman yang bersifat positif terhadap suatu produk, jasa, maupun perusahaan. Positif WOM dapat berarti apabila seseorang melakukan bisnis dengan suatu perusahaan dan melakukan rekomendasi kepada orang lain mengenai perusahaan tersebut dan memuji kualitas perusahaan tersebut. Sementara itu, komunikasi WOM negatif merupakan proses interaksi dari mulut ke mulut yang didasarkan pada pengalaman negatif yang diperoleh dari individu yang satu ke individu yang lain terhadap suatu produk, jasa, atau perusahaan. (http://pendekonomi.blogspot.com/2012/07/jeni s-dan-tingkatan-komunikasi-word-of.html) Proses Komunikasi Word Of Mouth Proses komunikasi WOM dimulai dari informasi yang disampaiakan melalui media masa, kemudian informasi itu ditangkap oleh pemimpin opini yang mempunyai pengikut dan pengaruh, informasi yang di tangkap oleh pemimpin opini disampaikan kepada pengikutnya melalui informasi dari mulut ke mulut. Berikut gambar proses komunikasi WOM , Sutisna (2002) : Gatekeeper Mass Media Opinion Leader Follower Gambar 2 Proses Komunikasi WOM Sumber: Sutisna, 2002 Proses komunikasi WOM dimulai dari informasi yang disampaikan melalui media, kemudian informasi tersebut ditangkap oleh opinion leader dan gatekeeper yang berfungsi sebagai pengumpul informasi dan pengikut. Orangorang yang kita tanyai dan mintai informasinya, disebut sebagai pemimpin opini (opinion leaders). Penjaga informasi (gatekeeper) sebagai pihak yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut berfungsi sebagai pengumpul informasi, dia juga dapat berdiri sebagai agen pembelian yang memberikan informasi atau alternanif pemasok yang ada. Kualitas Layanan dan Word of Mouth Kualitas layanan adalah suatu yang mutlak agar sebuah usaha word of mouth berjalan dengan baik. Produsen dapat melakukan usaha word of mouth yang baik dengan menciptakan pengalaman yang baik bagi pelanggan dalam hal pelayanan (Goodman, 2005). Kualitas pelayanan merupakan komponen penting dalam persepsi konsumen, juga sangat penting dalam pengaruhnya terhadap kepuasan konsumen. semakin baik kualitas maka jasa yang diberikan maka akan semakin baik pula citra jasa tersebut dimata konsumen. Jika layanan pada konsumen exellence, maka words of mouth akan spread effect ke seluruh jagad raya. Konsumen akan selalu mengingat produk dan layanan yang lebih dari sebenarnya. Selain itu, pelayanan prima akan berpengaruh dan mendorong konsumen melakukan words of mouth positif dari mulut ke mulut (Hasan, 2010). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan yang berkualitas akan mereferensikan konsumen, dan mereka cenderung akan merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain. semakin tinggi kualitas pelayanan, maka akan semakin meningkatkan konsumen dalam melakukan words of mouth. Kepuasan Pelanggan dan Words of Mouth Kepuasan pelanggan menurut Kotler (2009) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan harapanharapannya. Jadi tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja di bawah harapan, pelanggan akan kecewa. Jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan akan sangat puas. Menurut Tse&Wilton (dalam Tjiptono 2009) Kepuasan ialah respon pelanggan terhadap evaluasi persepsi atas perbedaan antara harapan awal sebelum pembelian (atau standar kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk sebagaimana dipersepsikan setelah memakai atau mengkonsumsi produk bersangkutan. Menurut Tjiptono (2005:129) perusahaan perlu mengidentifikasi pelanggannya; pelanggan internal atau pelanggan eksternal; pelanggan bisnis atau konsumen akhir. Sementara itu, kepuasan pelanggan tercapai bila kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan terpenuhi. Berkenaan dengan kualitas ada tiga level harapan pelanggan mengenai kualitas yaitu: a. Level Pertama Harapan pelanggan yang paling sederhana dan berbentuk asumsi, must have atau take it for granted. b. Level Kedua Harapan yang lebih tinggi dari level 1, dimana kepuasan dicerminkan dalam pemenuhan persyaratan dan /atau spesifikasi. c. Level Ketiga Harapan yang lebih tinggi lagi dibanding level 1 atau level 2 dan menuntut suatu kesenangan atau jasa yang begitu bagusnya sehingga membuat pelanggan tertarik. Berikut gambar pelanggan : konsep TUJUAN PERUSAHAAN kepuasan Kebutuhan & Keinginan Pelanggan PRODUK Harapan Pelanggan Terhadap Produk Nilai Produk Bagi Pelanggan Tingkat Kepuasan Pelanggan Gambar 3 Konsep Kepuasan Pelanggan Sumber: Tjiptono (2005) Dari beberapa pengertian kepuasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan merupakan apa yang telah dirasakan oleh pengguna jasa terhadap pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa dibandingkan dengan apa yang mereka harapkan dari pelayanan tersebut. Kottler (2009 ) menyatakan kunci untuk mempertahankan pelanggan adalah kepuasan pelanggan. Seorang pelanggan yang puas akan: 1. Membeli lagi 2. Mengatakan hal-yang baik tentang perusahaan kepada orang lain 3. Kurang memperhatikan merek dan iklan produk pesaing 4. Membeli produk lain dari perusahaan yang sama. Dengan adanya kepuasan yang diperoleh pelanggan, maka pelanggan akan bersikap loyal kepada perusahaan dan produk yang dihasilkannya. Artinya pelanggan akan terus bersikap setia walaupun terdapat produk sejenis dari perusahaan lain. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama tanpa memikirkan harga dan memberikan komentar yang baik tentang perusahaan. Untuk menciptakan kepuasan pelanggan, perusahaan harus menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pelanggan yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pelanggan. Kepuasan pelanggan dan kualitas layanan mempunyai hubungan yang erat, dimana jika kepuasan pelanggan tinggi maka rangkaian dari kualitas layanan yang dirasakan sesuai dengan harapan pelanggan. Untuk menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pelanggan yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pelanggan. Beberapa Perusahaan/Produk Melakukan Word of Mouth yang 1. J.CO Donut J.CO donut adalah kafe retailer indonesia yang didirikan pada tahun 2005 oleh Johnny Andean spesialis untuk donut, yogurt beku dan kopi. J.CO membuat tagline dikantong plastiknya SHARING THE J.CO WAY tak heran kalau perusahaan J.CO bisa berkembang pesat dalam waktu lima tahun di 4 negara : Indonesia, Malaysia, Singapore, Shanghai. SHARING THE J.CO WAY mengajak konsumen J.CO donut untuk berbagi suka dengan makan bersama-sama dengan keluarga dan teman dan juga merekomendasikan J.CO donut kepada siapa saja termasuk dengan orang-orang terdekat seperti keluarga dan teman-teman. Kesuksesan yang diraih J.CO disebabkan karena komunikasi word of mouth yang dilakukan oleh pelanggan J.CO kepada orang,lain http://vemmaindonesiaonline.com/bisnisvemma-sukses-tips-sharing-vemma-the-jco-way/ 2. Google Google Inc. adalah sebuah perusahaan multinasional Amerika Serikat yang berkekhususan pada jasa dan produk Internet. Produk-produk tersebut meliputi teknologi pencarian, komputasi web, perangkat lunak, dan periklanan daring. Sebagian besar labanya berasal dariAdWords. Google didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin saat masih mahasiswa Ph.D. di Universitas Stanford. Mereka berdua memegang 16 persen saham perusahaan. Mereka menjadikan Google perusahaan swasta pada tanggal 4 September 1998. Google pada awalnya menerapkan pemasaran mulut ke mulut di kalangan mahasiswa Universitas Standford di Amerika Serikat pada akhir tahun 90-an. Mereka memastikan bahwa setiap pengguna Google mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dari layanan yang diberikan dan mengajak teman untuk mencoba layanan yang sama. Hasilnya Google meroket menjadi salah satu perusahaan internet tersukses sepanjang sejarah, tanpa pernah memasang iklan untuk memperkenalkan perusahaannya. http://www.belitungisland.com/index.php?art c_id=14&bahasa=id 3. Sabun Pencuci Piring Sunglight Sunlight, pelopor sabun cuci piring cair produksi PT Unilever Indonesia, Tbk, adalah salah satu merek yang sukses mengimplementasi WOMM melalui kegiatan Agen 1000 Sunlight-nya. Agen 1000 Sunlight adalah sebuah program yang diselenggarakan oleh Sunlight yang bertujuan menggali kekuatan dan potensi luar biasa ibu-ibu dalam hal memberi pengaruh positif kepada lingkungan sekitarnya. Pengaruh positif disini adalah membagikan pengalaman mereka tentang manfaat penggunaan Sunlight dan mengajak orang lain untuk mulai menggunakan Sunlight. Sunlight memotivasi konsumennya untuk mengajak orang lain, yaitu pengguna sabun krim untuk upgrade menggunakan Sunlight dengan imingiming hadiah. Secara mengejutkan ternyata tingkat partisipasi konsumen untuk menjadi Agen 1000 Sunlight sangatlah besar yang dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan dari segi jumlah agen ataupun jumlah member (orang yang diajak) yang mencapai ratusan ribu orang menjadi pengguna baru Sunlight. Kesuksesan ini memberikan efek yang luar biasa terhadap bisnis, dimana bisnis Sunlight terus tumbuh strong double digit dari tahun ke tahun. Kegiatan ini telah mendapat penghargaan Word of Mouth Marketing (WOMM) yang dilakukan oleh salah satu majalah bisnis dan badan riset terkemuka di Indonesia. http://news.okezone.com/read/2009/06/02/2 29/225356/agen-1000-sunlightmengungkap-kegigihan-dan-kreativitasperempuan-indonesia PENUTUP Word of mouth adalah bentuk komunikasi pemasaran dimana pelanggan saling meneruskan informasi mengenai suatu produk kepada pelanggan yang lain. Kegiatan yang dilakukan berdasarkan hasil pengalaman konsumen terhadap barang/jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Word of mouth tidak dapat dibuat-buat atau diciptakan. Karena word of mouth dilakukan oleh konsumen dengan sukarela atau tanpa mendapatkan imbalan. Word of mouth dapat ditentukan oleh kepuasan yang dirasakan oleh konsumen, baik atas layanan atau produk yang dikonsumsi oleh konsumen. Konsumen yang terpuaskan akan menceritakan pengalaman positif mereka dan hal ini akan membangun word of mouth yang positif. Word of mouth yang positif dapat diartikan bahwa konsumen yang ada saat ini sangat mungkin menceritakan atau merekomendasikan pengalamannya tentang service quality kepada pihak lain. Word of mouth tidak hanya melibatkan berita baik, namun juga berita buruk. Artinya, tidak mempedulikan seberapa banyak dan baik iklannya, maka jika ada pengalaman yang buruk mengenai merek tertentu, tentu akan menyebar dengan sangat cepat. Sehingga bisa mencederai penjualan dari merek tertentu. Word of mouth mungkin saja negatif, yaitu tergantung pada persepsi apa yang muncul di dalam diri konsumen setelah merasakan ketidakpuasan terhadap layanan yang diberikan. Dampak WOM yang bersifat negatif lebih cepat menyebar dari pada yang bersifat positif. Keberhasilan untuk menciptakan persepsi positif didalam benak konsumen merupakan faktor yang penting dalam kesuksesan produk jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Untuk menciptakan word of mouth yang positif maka perusahaan harus memberikan kepuasan kepada pelanggan terhadap produk/jasa yang ditawarkan perusahaan. Kualitas layanan adalah sejauh mana performance memenuhi kebutuhankebutuhan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh konsumen. Sehingga konsumen akan menganggap suatu pelayanan jasa akan berkualitas bila sesuai dengan harapan atau yang dipersepsikannya. Persepsi atas kepuasan yang diberikan oleh perusahaan jasa kepada kosumen terbentuk oleh dimensi-dimensi yang menjadi indikator kualitas jasa dan perceived value. Indikator atau dimensidimensi kualitas jasa tersebut terdiri dari tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Jika kinerja yang diharapkan tidak sesuai harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila jasa sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas namun jika kinerja produk melebihi harapan, maka pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan dapat dilihat dari pengalaman yang pernah alaminya, masukan-masukan dari teman, kerabat serta janji-janji informasi pemasar dan saingannya. Untuk dapat tercipta kepuasan pelanggan yang maksimal, perusahaan harus dapat menciptakan sistem pelayanan untuk menarik lebih banyak lagi pelanggan serta mempunyai kemampuan untuk mempertahankan pelanggan yang telah ada. Kualitas Pelayanan merupakan salah satu dimensi untuk mencapai kepuasan pelanggan karena pelanggan yang puas akan memberikan dampak kepada word of mouth sehingga akan memberikan nilai kepada perusahaan. Pelayanan yang berkualitas akan mereferensikan konsumen, dan mereka cenderung akan merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain sehingga terbentuklah word of mouth yang positif. DAFTAR PUSTAKA Agen 1000 Sunlight: Mengungkap Kegigihan dan Kreativitas Perempuan Indonesia http://news.okezone.com/read/200 9/06/02/229/225356/agen-1000sunlight-mengungkap-kegigihan dan-kreativitasperempuanindonesia Bisnis Vemma Indonesia Sukses Tips: Sharing Vemma The J.Co Way! http://vemmaindonesiaonline.com/b isni s-vemma-sukses-tipssharing-vemma-the-j-co-way/ Brown, et al., 2005”Spreading The Words : Investigating Antecedents of Customer’s Positive Word of Mouth Intention And Behavior in Retailing Context”, Academy of Marketing Science Journals, Vol.33, no 2, p.123-138. Elitan, Lena, dan Lina Anatan. 2007. Sistem Informasi Manjemen. Bandung : CV. Alfabeta. Hasan, Ali. 2010 Marketing dari Mulut ke Mulut: Word of Mouth Marketing. MEDPRESS, Yogyakarta Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. (Terjemahan oleh Bob Sabran MM) Edisi 13 Jilid 1& 2 Jakarta: Erlangga. Lupiyoandi, Rambat. dan A.Hamdani. 2009. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Lovelock, Christopher H., & Wirtz, Jochen. (2011). Service marketing: People, technology, strategy (7th. ed.). New Jersey: Prentice-Hall. Meirani Harsasi, 2006, “WOM dalam industri jasa: kaitannya dengan sikap dan kemuungkinan membeli”, Jurnal Bisnis Strategi, Vol.15. Saurabh Kanwar. What’s the buzz: Demistifying Word of Mouth Stategy M Research Paper.2002:4. Sri Handayani dan Budhi Cahyono, 2008, “Pengaruh kinerja karyawan terhadap perceived service quality dan WOM pada BPRSUD Kota Salatiga”, EKOBIS, Vol.9. Silverman, George. 2001.The Secret of WOM Marketing. Ebook Edition, hal. 25 Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung Penerbit PT. Remaja Rosdakarya. The Power Of Mouth http://www.belitungisland.com/ind ex.php?artc_id=14&bahasa=id Tjiptono, Fandy. 2005. Total Quality Service. Yogyakarta : Penerbit ANDI. 2009. Service Management: mewujudkan pelayanan prima. Yogyakarta : Penerbit ANDI.