biro analisa anggaran dan pelaksanaan apbn – setjen dpr ri

advertisement
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
BI
R
O
AN
AL
IS
A
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
SE
TJ
EN
D
PR
R
I
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat
Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi
Dra. Sri Lestari, M.M
Witingsih Yuhelmi, S.E. M.M
Titik Kurnianingsih, S.E
Suparmono
Sekretariat Jenderal DPR RI - National Legislative Strengthening
Program
Februari 2008
Februari 2008
1
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
I.
R
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
SE
TJ
EN
D
PR
Pengangguran merupakan masalah jangka panjang yang hanya dapat
diselesaikan secara konsepsional dan komprehensif. salah satu faktor
terjadinya pengangguran adalah pertumbuhan ekonomi yang tidak
berkualitas. Kondisi ini pada akhirnya mengakibatkan terhentinya daya
serap tenaga kerja di hampir seluruh sektor ekonomi khususnya sektor
pertanian dan sektor manufaktur. Tulisan ini mengambil enam propinsi
sebagai sampel, yaitu Propinsi Jambi, Jawa Jengah, Jawa Barat,
kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara. Penulisan ini
bertujuan untuk melihat hubungan pergerakan jumlah pengangguran
dengan pertumbuhan sektor ekonomi di enam propinsi sampel tersebut
dalam periode 2002 - 2005. Disamping analisis secara deskriptif juga
dilakukan analisis dengan regresi sederhana secara spasial. Hasil yang
didapatkan adalah sektor ekonomi yang mendominasi struktur ekonomi
di enam propinsi sampel tidak selalu merupakan sektor yang paling
mempengaruhi pergerakan jumlah penganggurannya.
I
Abstrak
PENDAHULUAN
PE
LA
1.1. Latar Belakang
AR
AN
D
AN
BPS baru-baru ini kembali mengumumkan penurunan angka pengangguran per
Agustus 2007. Angka ini turun dari tahun sebelumnya, dari 10,9 juta jiwa pada tahun
2006 menjadi 10,01 juta jiwa pada Februari 2007. meskipun mengalami penurunan,
namun pengangguran tetap merupakan masalah jangka panjang yang hanya dapat
diselesaikan secara konsepsional dan komprehensif.
AN
G
G
Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun di Indonesia yang
mengalami peningkatan, dan baru pada tahun 2006 mengalami penurunan.
Tahun
BI
R
O
AN
AL
IS
A
Tabel 1. Jumlah pengangguran tahun 2000 – 2006
Jumlah
Pengangguran
(ribu orang)
2001
8.000
2002
9.100
2003
9.531,1
2004
10.251
2005
11.899
2006
10.932
2007*
10.001
Sumber : Badan Pusat Statistik
Februari 2008
Persentase dari
Angkatan Kerja
(%)
8,10
9,06
9,28
9,86
11,24
10,28
9,11
2
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
R
I
Catatan : * Februari 2007
Penurunan jumlah pengangguran yang terjadi pada tahun 2006 cukup
menggembirakan, banyak pihak optimis bahwa pada tahun 2008 tingkat
pengangguran secara nasional dapat terus ditekan hingga di bawah 9 persen seperti
target pada RKP (8-9 persen). Namun betapapun, angka-angka tersebut masih
dibawah target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009, yang
ditetapkan sebesar 5 persen.
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
SE
TJ
EN
D
PR
Namun, penghitungan jumlah pengangguran sebenarnya berkaitan dengan definisi
dari pengangguran itu sendiri. Menurut definisi pengangguran yang digunakan Badan
Pusat Statistik (BPS) orang dikatakan tidak menganggur jika telah bekerja dalam satu
jam secara tidak terputus dalam periode satu minggu terakhir yang diperoleh dari
Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Definisi penganggur yang digunakan
BPS dinilai banyak pihak sangat longgar sehingga batas antara orang yang bekerja
dan pengangguran sangat tipis. Definisi pengangguran yang digunakan membawa
konsekuensi bahwa orang yang membantu mengatur lalu lintas di persimpangan jalan
tetap dapat dikategorikan sebagai pekerja atau bukan penganggur. Demikian juga
para buruh cangkul tidak tetap yang hanya bekerja satu jam dalam seminggu terakhir
saat survei, sementara mereka menganggur selama jeda waktu survei (selama 6
bulan misalnya) tidak dikategorikan sebagai penganggur.
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
Definisi tersebut memang sesuai dengan definisi yang digunakan oleh International
Labor Organization (ILO), yang mendefinisikan penganggur sebagai orang yang tidak
bekerja minimal satu jam dalam satu periode terakhir. Namun, ILO memberikan arti
’periode’ dengan sangat luas tergantung masing-masing negara. Ada negara yang
memilih untuk menggunakan minggu, bulan atau bahkan 6 bulan sebagai batasan
satu periode waktu. Batasan periode ini yang dapat membedakan hasil dari
penghitungan jumlah pengangguran, karena semakin sempit periode waktu yang
digunakan maka akan semakin sedikit angkatan kerja yang terjaring sebagai
penganggur.
Negara-negara pengguna definisi ini sangat terbatas (termasuk
Indonesia) karena negara-negara industri umumnya menganggap seseorang
menganggur bila bekerja kurang dari 35 jam per minggu.
BI
R
O
AN
AL
IS
A
Hasil penelitian Hananto Sigit, 2001 menyimpulkan bahwa pada saat kondisi sebelum
krisis, dimana rata-rata angka pertumbuhan ekonomi selama periode 1982-1997
sebesar 6.7 persen, secara keseluruhan pasar kerja di Indonesia tidak terlalu sensitif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan tenaga kerja relatif stabil, sementara
pertumbuhan ekonomi berfluktuasi. Pada masa akhir sebelum krisis, pertumbuhan
ekonomi lebih banyak didorong oleh penggunaan modal dan tenaga kerja, khususnya
akumulasi modal secara cepat namun tidak efisien dalam penggunaannya, dari pada
peningkatan produktivitas (INFOMET, 2001). Seiring dengan pola pertumbuhan
perekonomian nasional, krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 telah
mengakibatkan perubahan struktur pertumbuhan ekonomi maupun pasar kerja.
Beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi yang dicapai tidak membawa dampak
positif terhadap jumlah pengangguran yang ada.
Terjadi paradoks antara
pertumbuhan ekonomi dengan jumlah pengangguran, pertumbuhan ekonomi tidak
Februari 2008
3
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
diikuti oleh peningkatan kesempatan kerja sehingga penurunan jumlah pengangguran
tidak terjadi1, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut:
R
PR
D
EN
AP
BN
–
Sumber : BPS dan data seic
TJ
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Jumlah
Pengangguran
(dalam ribu jiwa)
8.005
9.132,1
9.531,1
10.251
11.899
10.932
SE
PDB
(dalam triliun
rupiah)
1.389,8
1443,0
1.579,6
1.660,6
1.749,5
1.846,7
Tahun
I
Tabel 2. PDB dan Jumlah Pengangguran
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi yang dapat mengurangi tingkat
pengangguran harus pertumbuhan ekonomi yang merata dan berkualitas. Banyak
pihak yang meragukan kualitas dari pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Kinerja
makro ekonomi Indonesia yang membaik dalam tiga tahun terakhir ini ternyata belum
2
bisa mengatasi masalah tingkat pengangguran dan kemiskinan yang masih tinggi .
Pertumbuhan ekonomi yang dicapai lebih ditopang oleh menggelembungnya investasi
di pasar modal dan bukan pada investasi di sektor riil. Kondisi ini pada akhirnya
mengakibatkan terhentinya daya serap tenaga kerja di hampir seluruh sektor ekonomi
khususnya sektor pertanian dan sektor manufaktur 3.
AN
G
G
AR
AN
D
Selain itu, pertumbuhan ekonomi nasional sampai tahun ini masih bertumpu pada
sektor konsumsi dan disinyalir belum mampu menurunkan angka kemiskinan dan
pengangguran. Apakah kondisi seperti ini terjadi pada enam propinsi sampel yang
diambil.
IS
A
1.2. Masalah
BI
R
O
AN
AL
Angka pengangguran di Indonesia terus meningkat. Walaupun mulai tahun 2006 telah
mengalami penurunan, namun angka tersebut masih hampir sama dengan setengah
jumlah penduduk Malaysia. Tingginya angka pengangguran bukan tidak mungkin akan
membawa permasalahan sosial yang serius.
1
Menurut Faisal Basri, kondisi ini disebabkan terjadinya kemerosotan sektor formal dalam menyerap
pertumbuhan angkatan kerja, banyak pekerja yang tadinya bekerja di sektor formal kemudian beralih ke sektor
informal, dan kurang tingginya pertumbuhan ekonomi yang dicapai.
2
Disampaikan oleh Deputi Gubernur BI, Miranda Gultom, dalam forum Round Table Discussion ke-5 PPSK-BI
bertema Pemberdayaan Sektor Riil Untuk mempercepat Pertumbuhan Ekonomi Melalui Peningkatan Koordinasi
Kebijakan Fiskal dan Moneter yang diadakan di Gedung BI, Jakarta, pada tanggal 31 Oktober 2007.
3
Dorojatun Kuntjoro Jakti mengatakan bahwa penyelesaian masalah pengangguran ini harus dihadapi lewat
upaya peningkatan investasi dari jenis yang mampu menciptakan kesempatan kerja dalam jumlah besar untuk
menaikkan laju pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan upaya memelihara kestabilan ekonomi makro,
utamanya tekanan inflasi.
Februari 2008
4
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dinilai beberapa pihak sebagai salah satu
strategi untuk mengurangi tingginya angka pengangguran, karena pertumbuhan
ekonomi yang demikian akan membawa dampak pada kesejahteraan rakyat. Tulisan
ini mengemukakan permasalahan, bagaimanakah hubungan antara pergerakan
jumlah pengangguran dengan pertumbuhan sektor ekonomi di enam propinsi sampel.
PR
R
I
1.3. Tujuan
BN
–
SE
TJ
EN
D
Paper ini dimaksudkan untuk mengetahui :
1. Hubungan antara pergerakan jumlah pengangguran dengan pertumbuhan sektor
ekonomi di enam propinsi sampel.
2. Sektor ekonomi yang dominan dalam hubungannya dengan pergerakan jumlah
pengangguran di enam propinsi di Indonesia dalam periode 2002 - 2005.
AP
1.4. Metode Analisis
AN
D
1.5. Pemilihan Propinsi
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N
1. Analisis dilakukan dengan studi pustaka berupa penelusuran literatur baik text
book maupun tulisan dari jurnal yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan
sektor-sektor pendukungnya.
2. Analisis juga dilakukan menggunakan alat analisis statistik SPSS dengan regresi
sederhana untuk mengetahui hubungan antara jumlah pengangguran dan
pertumbuhan ekonomi di enam propinsi sampel.
3. Pengumpulan data sekunder terutama data kuantitatif.
AN
G
G
AR
Pemilihan Propinsi dilakukan dengan metode stratified random berdasarkan tingkat
pertumbuhan dan tingkat pendapatan per kapita yang dikelompokkan oleh Badan
Pusat Statistik pada tahun 2005.
BI
R
O
AN
AL
IS
A
1. Propinsi dengan tingkat pertumbuhan dan tingkat pendapatan tinggi (high growth
dan high Income). Untuk kriteria ini dipilih Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat.
2. Propinsi dengan tingkat pertumbuhan rendah dan tingkat pendapatan tinggi (low
growth dan high income). Untuk kriteria ini dipilih Propinsi Kalimantan Timur.
3. Propinsi dengan tingkat pertumbuhan dan tingkat pendapatan rendah (low growth
dan low income). Untuk kriteria ini dipilih Propinsi Jambi.
4. Propinsi dengan tingkat pertumbuhan tinggi dan pendapatan rendah (high growth
dan low income). Untuk kriteria ini dipilih Propinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi
Tengah.
1.6. Sistematika Penulisan
I.
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Permasalahan
1.3. Tujuan Penulisan
Februari 2008
5
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
1.4. Metodologi Penulisan
1.5. Pemilihan Propinsi
1.6. Sistematika Penulisan
PR
R
I
II. Landasan Teori
Dalam bab ini disajikan landasan teori yang berkaitan dengan Produk Domestik
Bruto (PDB) sebagai model pertumbuhan ekonomi dan teori yang berhubungan
dengan pengangguran.
TJ
EN
D
III. Analisis
Dalam bab ini akan disajikan analisis yang dilakukan sesuai metode yang
digunakan.
LANDASAN TEORI
2.1
KS
AN
AA
N
II.
AP
BN
–
SE
IV. Kesimpulan dan Saran
Dalam bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran-saran berdasarkan hasil
analisis yang diperoleh.
Pendapatan Domestik Bruto (PDB)
PE
LA
Dalam bukunya “ Pengantar Teori Makro Ekonomi” Sadono Sukirno mendefinisikan
pendapatan nasional sebagai nilai seluruh barang jadi dan jasa yang dihasilkan oleh
suatu negara dalam satu tahun tertentu.
AR
AN
D
AN
Penghitungan pendapatan nasional dilakukan dengan pendekatan nilai satuan uang
(value) dalam mata uang domestik, bukan volume atau kuantitas barang/jasa yang
dihasilkan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesulitan menghitung produk yang
dihasilkan dengan satuan yang berbeda-beda.
BI
R
O
AN
AL
IS
A
AN
G
G
Namun penghitungan PDB dengan cara ini memiliki kelemahan:
1. Nilai produksi dalam suatu tahun tidak mencerminkan terjadinya peningkatan
volume produksi dari tahun sebelumnya.
2. Karena nilai yang dihitung masih termasuk nilai kenaikan harga barang (inflasi),
sehingga hanya dengan menghitung kenaikan nilai pendapatan nasional tahun
terakhir dibandingkan nilai tahun sebelumnya tidak terlihat peningkatan volume
produksi yang sebenarnya.
Untuk mengatasi masalah ini dilakukan penghitungan pendapatan nasional dengan
“harga tetap” atau dikenal dengan Pendapatan Nasional riil dan pendapatan nasional
yang dihitung dengan harga yang berlaku disebut dengan pendapatan nasional
menurut “harga berlaku” atau PDB nominal.
2.2
Penghitungan Pendapatan Nasional
Pendekatan yang digunakan dalam penghitungan pendapatan nasional yaitu
pendekatan pengeluaran, pendekatan produksi, dan pendekatan pendapatan. Namun
Februari 2008
6
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
Indonesia hanya menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan
pendekatan produksi.
R
PR
D
EN
SE
TJ
Y = pendapatan nasional (PDB)
C = Total pengeluaran individu
I = pengeluaran swasta
G = pengeluaran Pemerintah
X = pengeluaran luar negeri atas produk domestik
M = pengeluaran domestik atas produk luar negeri dengan notasi
I
Pendekatan pengeluaran
Pendekatan pengeluaran dihitung dengan menggunakan persamaan
Y=C+I+G+(X-M), dimana
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
Pendekatan produksi
Pendekatan produksi dilakukan dengan cara menghitung nilai tambah produksi (value
added) dari berbagai sektor ekonomi, seperti sektor pertanian, sektor jasa, sektor
manufaktur dan lain-lain.
Ketenagakerjaan
D
2.3
AN
PE
LA
Pendekatan pendapatan
Pendekatan pendapatan dilakukan dengan cara menghitung pendapatan seluruh
faktor produksi, yaitu : pendapatan para pekerja (gaji dan upah), pendapatan
perusahaan individu, pendapatan dari sewa, bunga neto (kecuali bunga pinjaman
konsumsi dan pinjaman pemerintah), dan keuntungan perusahaan.
AN
G
G
AR
AN
2.3.1 Angkatan kerja (labor force)
Angkatan kerja adalah penduduk dengan usia mulai dari 16 tahun baik laki-laki
maupun perempuan yang sudah bekerja baik di sektor formal maupun sektor informal
serta yang tidak bekerja (menganggur).
BI
R
O
AN
AL
IS
A
2.3.2 Penduduk yang bekerja (kesempatan kerja)
Penduduk yang bekerja atau kesempatan kerja dapat dibagi atas kesempatan kerja
pada sektor formal maupun sektor informal dan juga atas kriteria kota/ desa dan lakilaki/ perempuan.
2.3.3 Pengangguran (unemployment)
Pengangguran menurut Sakernas adalah :
1. Orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan.
2. Orang yang sedang mempersiapkan suatu usaha atau pekerjaan baru.
3. Orang yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak akan mendapatkan
pekerjan, atau lebih dikenal dengan penganggur “putus asa”.
4. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.
Sedangkan pengangguran menurut ilmu ekonomi adalah :
1. Pengangguran terbuka, adalah pengangguran yang dapat diihat dengan kasat
mata bahwa seseorang sama sekali tidak bekerja.
Februari 2008
7
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
Hukum Okun
KS
AN
AA
N
2.4
AP
BN
–
SE
TJ
EN
D
PR
R
I
2. Pengangguran friksional (normal) adalah pengangguran yang timbul karena
keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
3. Pengangguran struktural adalah pengangguran karena terjadinya krisis ekonomi,
kemajuan teknologi di sektor lain, perubahan cita rasa masyarakat, dan adanya
pesaing baru.
4. Pengangguran teknologi adalah pengangguran karena terjadinya penggantian
tenaga manusia dengan mesin.
5. Penganguran siklikal adalah penganguran akibat menurunnya kegiatan ekonomi
(siklus ekonomi).
6. Pengangguran tidak kentara/ tersembunyi adalah kondisi suatu pekerjaan yang
menggunakan tenaga kerja yang berlebihan.
7. Pengangguran musiman adalah pengangguran yang sering terjadi di sektor
pertanian berkaitan dengan musim cocok tanam yang sedang menurun
kegiatannya.
8. Pengangguran setengah penganggur adalah pengangguran dimana seseorang
bekerja dibawah 40 jam dalam seminggu.
PE
LA
Hukum Okun menggambarkan hubungan antara perubahan tingkat pengangguran
akibat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di atas tingkat pertumbuhan PDB
secara normal. Menurut hukum Okun, pertumbuhan PDB memiliki hubungan negatif
dengan perubahan tingkat pengangguran.
, dimana :
AN
D
AN
Secara matematis, hukum Okun dinyatakan sebagai berikut :
Sumitro Djojohadikusumo
AN
AL
2.5
IS
A
AN
G
G
AR
adalah output dari tenaga kerja (full-employment)
Y adalah output riil
u adalah tingkat yang pengangguran alami
u adalah pengangguran nyata
c adalah faktor penghubung perubahan antara pengangguran ke perubahan output
BI
R
O
Pengalaman empiris sejak perang dunia II menunjukkan bahwa di negara-negara
berkembang secara menyeluruh jumlah penduduk dan angkatan kerja bertambah
dengan laju yang lebih pesat, dibandingkan dengan peluasan lapangan kerja yang
bersifat produktif penuh. Dengan kata lain, pengangguran (secara terbuka maupun
terselubung) lebih meluas, dibandingkan dengan kesempatan bagi angkatan kerja
untuk mendapat pekerjaan yang bersifat produktif penuh.
Usaha penanggulangan pengangguran di negara-negara berkembang akan kurang
berhasil, jika hanya dengan mengandalkan pertumbuhan industri modern. Hal itu satu
sama lain harus dilihat dalam rangka umum proses modernisasi yang meliputi pula
pengembnagan perekonomian daerah pedesaan maupun pembangunan lapisan
industri kecil dan menengah di kota dan sekitarnya.
Februari 2008
8
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
III.
ANALISIS
3.1. Analisis Deskriptif
PR
R
I
Dari data yang didapatkan, menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di enam propinsi sampel mengalami
peningkatan. Peningkatan PDRB yang terjadi di enam propinsi tersebut secara umum
tidak disertai dengan penurunan jumlah pengangguran. Seperti ditunjukkan dalam
tabel berikut
2004
2005
129,2
11,9
73.108
135,8
12,6
133.964
143,1
1133.19
1299.22
1641.57
78.264
2006
2191.53
87,9
221,6
1979.07
89,5
233,1
2319.72
91,1
245,8
2692.226
93,6
Unem
135,19
44,645
2561.525
1356.91
Sumber : BPS dan data seic
PDRB
120,72
135,59
178
EN
Unem
211,4
Unem
TJ
74.376
1081.69
PDRB
11,3
SE
11,3
123,03
Unem
Sulut
11,7
–
PDRB
67.092
Kaltim
PDR
B
BN
2003
Unem
10,8
Jabar
AP
2002
PDRB
Jateng
KS
AN
AA
N
Jambi
Thn
D
Tabel 3. PDRB dan Pengangguran di Enam Propinsi (2002-2006)
12,1
12,7
102,18
49,974
107,01
136,44
141,87
Sulteng
PDRB
9,6
10,2
10,9
11,7
Unem
86,505
43,003
60,692
85,171
119,06
AN
D
AN
PE
LA
Secara teori, pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat membantu penciptaan
kesempatan kerja, namun seperti dikatakan sebelumnya ternyata
rata-rata
pertumbuhan ekonomi yang terjadi di enam propinsi sampel tidak membawa dampak
terhadap perluasan kesempatan kerja sehingga tidak banyak tenaga kerja yang
terserap.
AL
IS
A
AN
G
G
AR
Rata-rata pertumbuhan ekonomi yang dicapai di enam propinsi sampel dimungkinkan
selama ini belum dinikmati oleh sebagian besar masyarakat. Pertumbuhan ekonomi
tidak terjadi pada sektor riil, sehingga tidak mampu mengurangi jumlah pengangguran.
Dalam grafik berikut ditunjukkan bahwa secara umum telah terjadi gap yang semakin
melebar antara indeks produksi manufaktur dengan indeks GDP riil. Hal ini
menunjukkan sumbangan industri manufaktur bagi pertumbuhan ekonomi semakin
menurun.
BI
R
O
AN
Grafik 1. Indeks PDB Riil dan Indeks Produksi Manufaktur
16 0
In d e k s (2 0 0 0 =10 0 )
15 0
In d e k s GD P r iil
14 0
13 0
12 0
In d e k s Pr o d u k si M an u f ak t u r
110
10 0
20 0 0
20 0 1
20 0 2
20 0 3
20 0 4
20 0 5
20 0 6
2 0 0 7E 2 0 0 8 F
Su m b e r: BPS, p ro ye ksi Eco n it
Februari 2008
9
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
SE
TJ
EN
D
PR
R
I
Selain itu, kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat, secara langsung ataupun
tidak akan berdampak pada perekonomian di enam propinsi tersebut. Berbagai
kebijakan industri dan perdagangan yang tidak berpihak pada kepentingan industri
nasional semakin mendorong percepatan deindustrialisasi. Sektor industri mengalami
pertumbuhan negatif dan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan PDB sejak beberapa
tahun terakhir. Pertumbuhan negatif sebagian besar ternyata terjadi di berbagai sub
sektor padat karya. Artinya, sub sektor manufaktur yang mengalami pertumbuhan
negatif sebagian adalah sub-sektor dimana usaha kecil dan menengah
4
terkonsentrasi . Padahal, usaha penanggulangan pengangguran akan berhasil jika
terjadi juga pengembangan pada industri kecil dan menengah, tidak hanya
mengandalkan industri modern5. Melihat kondisi tersebut maka tidak mengherankan
bila pertumbuhan ekonomi yang dicapai tidak mampu mengurangi pengangguran dan
kemiskinan
D
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
Selanjutnya, Bila dilihat dari sektor lapangan usaha yang mendominasi struktur
perekonomian masing-masing Propinsi, lima propinsi didominasi oleh sektor lapangan
usaha yang labour intensive sedangkan sisanya didominasi oleh lapangan usaha yang
capital intensive.
Bila dikaitkan dengan kemampuan mengurangi angka
pengangguran, maka propinsi dengan struktur perekonomian yang didominasi sektor
lapangan usaha labour intensive secara umum memiliki rata-rata pertumbuhan
pengangguran yang lebih rendah dibandingkan dengan propinsi yang struktur
perekonomiannya didominasi oleh sektor lapangan usaha yang capital intensive. Hal
ini dapat diartikan bahwa propinsi dengan struktur perekonomian labour intensive
relatif mampu menurunkan angka penganggurannya lebih tinggi dibandingkan dengan
propinsi dengan struktur ekonomi capital intensive. Hal ini wajar saja terjadi karena
struktur perekonomian labour intensive jelas akan membutuhkan tenaga kerja lebih
banyak, dan lapangan usaha yang tersedia di propinsi tersebut dimungkinkan
sebagian besar adalah bersifat padat karya dan bukan padat modal.
BI
R
O
AN
AL
IS
A
AN
G
G
AR
AN
Tabel 4. Propinsi dan Rata-rata Pertumbuhan Pengangguran
No
Propinsi
Dominasi sektor ekonomi
Rata-rata pertumbuhan
pengangguran (%)
1
Jambi
Pertanian
12,70
2
Jawa Tengah
Industri pengolahan
7,11
3
Jawa Barat
Industri pengolahan
4,68
4
Kaltim
Pertambangan & penggalian
38,58
5
Sulut
Pertanian
30,18
6
Sulteng
Pertanian
3,05
Sumber : Data Seic, diolah
3.2.
Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif yang dilakukan menggunakan alat analisis SPSS.
Karena
keterbatasan data, maka digunakan regresi sederhana yang dilakukan secara spasial
untuk tiap sektor ekonomi.
4
5
Economic Outlook 2008, Econit, Advisory Group in Economics, Industry & Trade, Januari 2008
Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Sumitro Djojohadikusumo, LP3ES
Februari 2008
10
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
3.2.1. Propinsi Jambi
A. Profil Ekonomi Propinsi Jambi
R
I
Pertanian
Potensi pertanian di Jambi tersebar di daerah Kabupaten Tanjung Jabung, dengan
komoditas utama padi dan palawija.
SE
TJ
EN
D
PR
Hasil produksi buah-buahan di Jambi adalah alpukat, mangga, rambutan, duku,
durian, jeruk, dan pisang. Hasil sayur-sayuran yang menonjol adalah kentang,
tomat, ketimun terong, dan kangkung. Di luar komoditas itu, Jambi menghasilkan
bawang merah, lombok, kacang panjang, kubis, petai, buncis, labu siam, dan
buah-buahan seperti mangga, jambu, pepaya, dan sawo.
AN
D
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
Industri dan Pertambangan
Perkembangan industri di Propinsi Jambi, dalam dua tahun, yakni 1996-1998
relatif maju pesat, baik dilihat dari unit usaha, tenaga kerja, investasi maupun
produksinya. Pada tahun 1997 perusahaan di Jambi berjumlah sekitar 6.869 unit,
tahun berikutnya (1998) menjadi 7.429 unit, terdiri dari perusahaan besar, sedang,
kecil dan rumah tangga. Jenis perusahaan yang ada antara lain industri minuman,
makanan dan tembakau; industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; industri pengolahan
kayu dan rotan serta rumput-rumputan; industri kimia dan bahan dari kimia; industri
logam dan mesin; industri bahan galian bukan logam; dan Iain-lain. Hasil produksi
industri menengah dan kecil antara lain kerajinan kayu, sulaman, bordir,
pengalengan udang beku, pengolahan ikan, pengolahan kayu, dan kerajinan rotan.
Propinsi Jambi memiliki berbagai bahan tambang dan mineral, seperti batubara
yang terdapat di Kabupaten Rantau Pandan, Bungo Tebo termasuk bahan galian
lainnya yang sangat potensial untuk dikembangkan lagi, seperti minyak bumi,
emas, biji besi, tembaga, kaolin, fospat, dan marmer
BI
R
O
AN
AL
IS
A
AN
G
G
AR
Kehutanan
Hasil kehutanan terbesar dari Jambi adalah kayu bulat. Potensi hasil hutan yang
tersebar di Propinsi Jambi meliputi Kabupaten Batanghari, Bungo Tebo, dan
Sorolangon Bangko dengan komoditas utamanya kayu bulat (gelondongan), rotan,
damar, dan getah jelutung yang belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal
dan modern. Persoalannya menyangkut investasi serta kualitas SDM yang ada di
daerah ini.
Perikanan
Potensi perikanan darat dan tambak yang hasilnya berupa ikan dan udang belum
berkembang dengan baik.
Peternakan
Pengelolaan peternakan di Jambi juga belum dapat dikatakan berhasil dan
optimal. Berbagai kendala masih banyak dihadapi oleh masyarakat dan Pemda
Tingkat I Jambi, khususnya dinas peternakan. Hasil ternak utama tahun 1997
adalah sapi, sapi perah, kambing, ayam kampung, ayam broiler, ayam petelur, dan
itik. Masih terdapat hasil ternak lain yang jumlahnya belum signifikan, seperti
kerbau, domba, babi, dan kuda. Hasil peternakan di Jambi sebenarnya belum
optimal dan masih dapat dikembangkan lebih jauh lagi.
Februari 2008
11
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
PR
R
I
Jumlah populasi ternak di Jambi tahun 1998 adalah sapi, kerbau, kambing, babi,
ayam kampung, ayam petelur, ayam broiler pedaging, dan itik. Pembudidayaan
ternak di daerah Jambi tidak mudah. Pengembangan dan penerapan teknologi
sektor peternakan di daerah ini sering kali berbenturan dengan kultur masyarakat
setempat. Penerapan teknologi dan pemeliharaan ternak besar menghendaki
ternak dipelihara secara baik di kandangnya, sedangkan pola kebiasaan
masyarakat setempat adalah ternak justru dilepas begitu saja. Resistensi yang
tinggi dari masyarakat setempat untuk mengandangkan ternak menyebabkan
sentuhan teknologi tinggi di sektor peternakan ini sulit dijangkau.
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
SE
TJ
EN
D
Perkebunan
Porensi perkebunan meliputi kelapa sawit dan karet, yang banyak terdapat di
wilayah Jambi bagian timur. Produk hasil perkebunan utama tahun 1997 antara
lain karet, kelapa, kelapa sawit (CPO), kayu manis, teh, dan pinang. Masih
terdapat sejumlah komoditas perkebunan lainnya meski hasilnya sedikit, seperti
cengkih, coklat, kemiri, dan sebagainya. Seperti halnya daerah Sumatra lainnya,
Propinsi Jambi memiliki potensi yang cukup besar di sektor pertanian dan
perkebunan. Andaikata kedua sektor ini dapat terus dikembangkan, tidak tertutup
kemungkinan akan meningkatkan pendapatan asli daerah Jambi yang relatif masih
rendah.
LA
B. Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Pengangguran di Propinsi Jambi
AN
D
AN
PE
Tabel 5. PDRB dan Jumlah Pengangguran Propinsi Jambi (2002-2006)
JUMLAH
PDRB
TAHUN
PENGANGGURAN
(juta rupiah)
(dalam ribu jiwa)
10,803,423.29
67.092
2002
AR
11,343,279.54
AN
G
G
2003
2004
AL
IS
A
2005
11,953,885.47
73.108
12,619,972.18
133.964
78.264
AN
2006
74.376
BI
R
O
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) dan data seic
Februari 2008
12
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
Tabel 6. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Propinsi Jambi (2000-2006)
Sektor Ekonomi
Bangunan
Pengan
gkutan
&
Komuni
kasi
Keuangan
Persewaan
& Jasa
Perusahaan
Pertanian
2000
3079,26
1192,26
1408,2
54,80
204,59
1609,35
749,595
364,404
2001
3522,93
1883,72
1646,11
67,91
233,32
1889,2
879,53
672,036
2002
4159,22
2409,33
1926,94
102,89
258,99
2219,42
1002,31
2003
1729,04
2494,86
2027,4
156,29
527,93
2444,24
1128,08
2004
5314,71
2893,03
2293,89
191,002
727,28
2788,81
2005
6053,44
4063,25
2702,26
218,94
980,21
3438,99
6917,96
4702,93
3124,08
244,98
1189,45
3958,15
1973,86
Jasa-Jasa
906,79
PR
1815,92
1272,3
786,912
2220,02
1610,04
897,487
2522,39
1015,215
2935,145
TJ
EN
D
1319,81
604,773
BN
–
Sumber : data seic
1037,01
441,615
SE
2006
R
I
Industri
Pengolaha
n
Listrik,
Gas &
Air
Bersih
Perdagan
gan, Hotel
&
Restoran
Pertamb
angan &
Penggal
ian
Tahun
AP
Hasil analisis sebagai berikut
Bangunan
Perdagang
an, Hotel &
Restoran
Pengan
gkutan
&
Komuni
kasi
Keuangan
Persewaa
n & Jasa
Perusaha
an
Jasa-Jasa
0.561
0.545
0.504
0.535
0.511
0.2642
0.2677
0.2757 0.2698
0.2744
2.175
2.297
-0.620
0.738
1.492
0.931
0.433
0.324
0.631
0.510
0.444
0.456
Industri
Pengola
han
Listrik,
Gas &
Air
Bersih
0.560
0.581
0.503
0.535
0.2754
0.2600
0.2759 0.2698
-1.596
0.081
-0.966
0.700
0.537
AN
D
AN
PE
LA
Pertanian
Pertamban
gan &
Penggalian
AR
0.692
G
Angka
R
Std.err
or
Consta
nt
Ln
KS
AN
AA
N
Tabel 7. Hasil Analisis Kuantitatif, Propinsi Jambi
Sektor Ekonomi
BI
R
O
AN
AL
IS
A
AN
G
Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya angka R diatas 0,5 yang
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara jumlah pengangguran
dengan tiap sektor lapangan usaha.
Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya standar error adalah 0,26-0,27
atau 0,26 persen sampai dengan 0,27 persen. Makin kecil standar error akan
membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
Angka konstanta yang didapatkan untuk tiap sektor ekonomi sebagai berikut :
Sektor pertanian sebesar -1,596 menunjukkan bahwa sektor ini akan
menurunkan jumlah pengangguran sebesar 1,596 persen setiap 1 persen
pertumbuhan sektor pertanian.
Sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,081 menunjukkan sektor ini
akan meningkatkan jumlah pengangguran 0,081 persen setiap 1 persen
pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian.
Sektor industri pengolahan sebesar -0,966 menunjukkan bahwa sektor ini akan
menurunkan jumlah pengangguran sebesar 0,966 persen setiap 1 persen
pertumbuhan sektor industri pengolahan.
Februari 2008
13
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
SE
TJ
EN
D
PR
R
I
Sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 2,175 menunjukkan bahwa sektor ini
akan meningkatkan jumlah pengangguran sebesar 2,175 persen setiap 1
persen pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih.
Sektor bangunan sebesar 2,297 menunjukkan bahwa sektor ini akan
meningkatkan jumlah pengangguran sebesar 2,297 persen setiap 1 persen
pertumbuhan sektor bangunan.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar -0,620 menunjukkan bahwa
sektor ini akan menurunkan pengangguran sebesar 0,620 persen setiap 1
persen pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 0,738 menunjukkan bahwa
sektor ini akan meningkatkan jumlah pengangguran sebesar 0,738 persen
pengangguran setiap 1 persen pertumbuhan sektor pengangkutan dan
komunikasi.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
sebesar 1,492
menunjukkan bahwa sektor ini akan meningkatkan jumlah pengangguran
sebesar 1,492 persen setiap 1 persen pertumbuhan sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan.
Sektor jasa sebesar 0,931 menunjukkan bahwa sektor ini akan meningkatkan
jumlah pengangguran sebesar 0,931 persen setiap 1 persen pertumbuhan
sektor jasa .
Angka Ln menunjukkan elastisitas tiap sektor ekonomi terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Dari tabel diatas terlihat bahwa semua sektor ekonomi kurang
berpengaruh terhadap pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Jambi.
Namun dari semua sektor tersebut, pertanian (0,700) merupakan sektor yang
lebih mendekati elastis terhadap jumlah pengangguran, artinya sektor pertanian
merupakan sektor yang paling dominan dalam pergerakan jumlah pengangguran
di Propinsi Jambi. Penurunan ataupun pertumbuhan sektor ini akan sangat
mempengaruhi fluktuasi jumlah pengangguran di Propinsi Jambi. Dari angka
konstanta di atas, sektor pertanian mampu menyerap pengangguran sebesar
1,596 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi di Propinsi
Jambi.
Sedangkan bangunan (0,324) merupakan sektor yang mempunyai tingkat
elastisitas terendah sehingga dapat diartikan bahwa sektor ini tidak terlalu
mempengaruhi pergerakan jumlah pengangguran di propinsi Jambi.
Propinsi Jawa Tengah
AL
IS
A
3.2.2
BI
R
O
AN
A. Profil Ekonomi Propinsi Jawa Tengah
Perkebunan
Perkebunan di Propinsi Jawa Tengah pada umumnya merupakan perkebunan
rakyat dan perkebunan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dengan
komoditas andalan teh yang terdapat di Wonosobo, Tegal, Batang, dan
Banjarnegara. Hasil komoditas kelapa, kopi, tembakau, kakao, dan vanili, banyak
terdapat di Temanggung, Klaten, dan Magelang. Sementara itu, perkebunan coklat
dikembangkan di Wonogiri dan karet di Grobogan. Hasil perkebunan lain meliputi
kapuk, kelapa, pala, kapas, dan jambu mete.
Semua tanaman perkebunan itu menyebar di seluruh daerah JawaTengah, kecuali
jenis tanaman tertentu seperti gambir, misalnya, yang hanya terdapat di eks
Februari 2008
14
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
keresidenan Kedu (Temanggung, Bagelen, Wonosobo, Magelang, dan Muntilan)
dan tembakau Vorvstenland (vorvstenlanden) yang hanya terdapat di daerah
Klaten dan sekitarnya. Daun tembakau jenis ini sangat baik untuk kulit cerutu,
sehingga banyak diekspor ke Eropa barat, antara lain ke Jerman dan Belanda.
SE
TJ
EN
D
PR
R
I
Perikanan
Potensi perikanan tersebar di beberapa daerah di seluruh Propinsi Jateng berupa
perikanan darat, air tawar dan laut, sekaligus memanfaatkan Zona Eekonomi
Ekslusif (ZEE). Kedua jenis komoditas perikanan ini masih dapat dikembangkan
lebih optimal lagi, dengan menggunakan peralatan penangkap ikan yang modern.
Dengan hasil yang dimiliki Jawa Tengah ini, kini sudah saatnya dikembangkan
agrobisnis perikanan yang dapat dijadikan basis (penopang) pembangunan
ekonomi daerah. Untuk prospek ke depan, sektor perikanan darat dan laut harus
dapat dijadikan potensi andalan daerah Jawa Tengah.
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
Peternakan
Potensi peternakan di Jawa Tengah relatif belum berkembang optimal. Masih
banyak kendala yang dihadapi, antara lain berupa skill (SDM) para pengelola,
sarana dan prasarana, serta investasi atau modal.
D
AN
PE
LA
Kehutanan
Berdasarkan data BPS 1998, luas hutan yang ada di Jawa Tengah mencapai
sekitar 0,65 juta hektar atau 19,88 % dari seluruh luas wilayah yang ada. Luas
areal hutan tersebut terbagi menjadi hutan produksi 93 %, hutan lindung enam 6
%, dan sisanya hutan suaka/ wisata alam 1 %. Salah satu komoditas hasil hutan di
Jawa Tengah adalah kayu jati, kayu pertukangan, dan sebagainya. Selama tiga
tahun terakhir, hasilnya sangat fluktuatif sekali.
BI
R
O
AN
AL
IS
A
AN
G
G
AR
AN
Pertambangan
Di sektor pertambangan dan galian, Propinsi Jawa Tengah memiliki berbagai
potensi tambang dan bahan galian, seperti emas di Wonogiri dan Kedu, tembaga
di Surakarta dan Wonogiri, biji besi di Wonogiri, batu bara di Surakarta dan
Rembang. Selain itu, ada bahan galian lain seperti manner di Semarang,
Banyumas, Banjarnegara, Wonosobo, Klaten dan Pemalang; fosfat di Semarang,
Banyumas, Kebumen dan Purworejo. Pasir besi terdapat di sepanjang pantai
selatan Cilacap dan Kebumen, sementara batu kapur, batu gunung tersebar di
beberapa daerah Propinsi Jawa Tengah.
Potensi pertambangan yang cukup melimpah di daerah Jawa Tengah belum dapat
digali dan dimanfaatkan secara optimal. Barang tambang, seperti yang sudah
disebutkan di atas hingga sekarang belum banyak yang dieksplorasi karena
berbagai kendala, misalnya dana dan kualitas SDM yang ada.
Perindustrian
Pembangunan di sektor industri merupakan prioritas utama pembangunan ekonomi
tanpa mengabaikan pembangunan disektor lain. Sektor industri dibedakan menjadi
industri besar dan sedang serta industri kecil dan rumahtangga.
Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2003 tercatat
sebesar 3.339 unit perusahaan dengan 575,36 ribu orang tenaga kerja. Berarti, dari
tahun sebelumnya jumlah perusahaan industri besar dan sedang dan jumlah tenaga
Februari 2008
15
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
kerja masing-masing turun 3,90 persen dan 1,89 persen.
EN
D
PR
R
I
Pada tahun yang sama, nilai output industri besar dan sedang mencapai 56,95
triliun rupiah, lebih rendah 5,73 persen dari nilai output tahun 2002. Nilai tambahan
bruto (NTB) atas dasar hargapasar turun, dari 22,87 triliun rupiah pada tahun 2002
menjadi 22,01 triliun rupiah pada tahun 2003. Nilai tambah bruto terbesar dihasilkan
oleh industri pengolahan tembakau yaitu senilai 7,70 triliun rupiah dan
mempekerjakan 84,7 ribu orang. Nilai terbesar kedua dihasilkan oleh industri tekstil
dengan NTB sebesar 4,70 triliun rupiah dan menyerap tenaga kerja sebanyak 133
ribu orang. Perusahaan industri mesin dan perlengkapannya merupakan sub sektor
industri dengan NTB terkecil, yakni 5 milyar rupiah.
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
SE
TJ
Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Tengah, terdapat 644
ribu perusahaan industri kecil dan menengah pada tahun 2004 atau meningkat
relatif kecil dibandingkan jumlah perusahaan tahun sebelumnya. Jumlah tenaga
kerja yang diserap sebanyak 2,63 juta orang. Nilai produksi industri kecil dan
menengah pada tahun yang sama mencapai 5,27 triliun atau meningkat 0,16 persen
dari tahun sebelumnya.
Total nilai investasi industri kecil dan menengah yang ditanamkan di jawa Tengah
tahun 2004 sebesar 1,21 triliun rupiah atau naik sekitar 1,16 persen dibandingkan
dengan tahun 2003.
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
Pertanian
Potensi pertanian di Jawa Tengah tersebar di seluruh wilayah propinsi. Daerah ini
juga termasuk satu di antara propinsi penyandang (lumbung) pangan nasional,
terutama padi. Hasil utama pertanian di Jawa Tengah antara lain adalah padi,
palawija, dan hortikultura. Komoditas hasil pertanian lain yang banyak terdapat di
daerah Jawa Tengah adalah sayur-sayuran dan buah-buahan, seperti kacang
tanah, kedelai, bawang merah, lombok, kubis, kentang, petai, pisang, mangga,
durian, pepaya, dan nanas.
IS
A
B. Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Pengangguran di Propinsi Jawa Tengah
BI
R
O
AN
AL
Tabel 8. PDRB dan Jumlah Pengangguran Propinsi Jawa Tengah (2002-2006)
JUMLAH
PDB
TAHUN
PENGANGGURAN
(juta rupiah)
(dalam ribu jiwa)
123,038,541.13
2002
1081.69
2003
2004
2005
2006
Februari 2008
129,166,462.45
135,789,872.31
143,051,213.88
1133.19
1299.22
1641.57
1356.91
16
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
Sumber : BPS dan Data Seic
Tabel 9. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Propinsi Jawa Tengah (2000-2006)
LAPANGAN USAHA
Bangunan
Pengangk
utan &
Komunika
si
867,87
5262,49
26065,3
5181,71
4340,63
41253,4
1023,2
6237,93
28967,5
6253,97
4968,06
13579
48176,2
1544,5
7393,91
31830,5
7924,19
5767,94
14255,7
1668,79
56032,1
2009,25
8891,13
35660,6
EN
29654,85
1289,61
2002
33668,13
1407,81
2003
33813,53
2004
38492,12
9899,17
6448,27
17459
1855,13
63136,6
2361,91
10899,1
38870,5
10959,3
7212,98
19647,5
2005
44806,49
2276,91
79037,44
2815,65
13517,7
46694,1
13852,02
8339,49
23095,5
2006
57364,98
2869,482
92646,43
3153,227
15962,32
55362,79
16801,49
9592,397
28243,58
I
2001
R
35688,2
Jasa-Jasa
PR
1100,33
D
26124,65
TJ
2000
Keuangan
Persewaa
n & Jasa
Perusaha
an
Perdagan
gan, Hotel
&
Restoran
SE
Listrik,
Gas & Air
Bersih
–
Industri
Pengolaha
n
10070,6
BN
Pertanian
Pertamba
ngan &
Penggalia
n
Tahun
AP
Sumber : Data Seic
KS
AN
AA
N
Hasil analisis sebagai berikut
Tabel 10. Hasil Analisis Kuantitatif, Propinsi Jawa Tengah
Sektor Ekonomi
0.821
0.662
0.736
0.792
0.1426
0.1288
0.1161 0.1085
1.994
3.841
0.487
0.438
AN
D
AN
AR
G
AN
G
Bangunan
Perdagang
an, Hotel &
Restoran
Pengan
gkutan
&
Komuni
kasi
Keuangan
Persewaa
n & Jasa
Perusaha
an
Jasa-Jasa
0.813
0.751
0.772
0.777
0.751
0.1108
0.1256
0.1209 0.1196
0.1257
PE
LA
Pertanian
Industri
Pengola
han
1.643
3.446
3.143
1.190
3.095
1.515
2.477
0.497
0.480
0.432
0.562
0.435
0.634
0.473
Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya angka R diatas 0,5 yang
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara jumlah pengangguran
dengan tiap sektor lapangan usaha.
Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya standar error adalah 0,10-0,14
atau 0,10 persen sampai dengan 0,14 persen. Makin kecil standar error akan
membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
Angka konstanta yang didapatkan menunjukkan bahwa tidak terjadi penurunan
pengangguran setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi masing-masing sektor
tersebut, atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak
berdampak pada pergerakan jumlah pengangguran di propinsi tersebut.
Angka Ln menunjukkan elastisitas tiap sektor ekonomi terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Seperti propinsi sebelumnya, semua sektor ekonomi kurang
berpengaruh terhadap pergerakan pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi
Jawa tengah. Namun dari semua sektor tersebut sektor bangunan (0,432)
merupakan sektor yang lebih mendekati elastis terhadap jumlah pengangguran,
BI
R
O
AN
AL
IS
A
Angka
R
Std.err
or
Const
ant
Ln
Listrik,
Gas &
Air
Bersih
Pertamban
gan &
Penggalian
Februari 2008
17
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
artinya sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang
paling dominan dalam pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Jawa Tengah.
Penurunan ataupun pertumbuhan sektor ini akan sangat mempengaruhi fluktuasi
jumlah pengangguran di Propinsi Jawa Tengah.
R
I
3.2.3. Propinsi Jawa Barat
PR
A. Profil Ekonomi Propinsi Jawa Barat
AP
BN
–
SE
TJ
EN
D
Pertambangan
Daerah Jawa Barat mempunyai berbagai potensi bahan tambang dan galian,
seperti minyak dan gas bumi di daerah Cirebon dan Indramayu, tambang emas di
Gunung Pongkor, Gunung Limbung, dan Purwakarta. Selain itu, Jawa Barat juga
memiliki bahan galian marmer di daerah Tasikmalaya, Bandung, dan Sukabumi.
Batu kwarsa banyak terdapat di Bogor, Sukabumi, Bekasi dan Cirebon, fosfat
banyak terdapat di daerah Ciamis dan Sukabumi, serta bentonit, zeloit dan gips
tersebar di beberapa daerah.
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N
Industri
Kontribusi industri cukup menonjol bagi perekonomian nasional, termasuk bagi
daerah Jawa Barat. Hampir 60% industri pengolahan berlokasi di Jawa Barat,
sehingga perekonomian nasional sangat dipengaruhi oleh kinerja industri di daerah
ini. Dalam struktur perekonomian di Jawa Barat, sektor industri memiliki kontribusi
terbesar dan menduduki peringkat pertama, disusul oleh sektor pertanian. Sektor
industri ini, khususnya industri pengolahan, mampu menyerap jumlah tenaga kerja
terbesar kedua sesudah pertanian.
BI
R
O
AN
AL
IS
A
AN
G
G
AR
AN
D
Berbagai industri di Jawa Barat sudah berkembang dengan pesat, antara lain
industri pesawat terbang, industri senjata ringan, dan telekomunikasi di Bandung
dan industri dinamit di Tasikmalaya. Industri lain yang cukup menonjol antara lain
industri besi baja di Cilegon, industri elektronik di Bandung, industri kertas di
Padalarang dan Bekasi, industri semen di Cibinong, Citeureup, dan Cirebon,
industri pupuk di Cikampek, aneka industri dengan komoditas tekstil, benang
tenun, dan pakaian jadi di daerah cekungan Bandung, serta industri minuman,
makanan, rokok, kulit, keramik di sekitar Bandung, Tangerang, Bekasi, dan
Cirebon. Industri-industri kecil dan rumah tangga yang banyak terdapat di Bekasi,
Bogor, Tangerang, Depok, Kota Bandung, Cianjur, dan Tasikmalaya juga
berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Potensi lain yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan berbagai aneka
industri dan industri utama di Jawa Barat adalah perguruan tinggi dan lembaga
penelitian yang ada di daerah itu, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut
Teknologi Bogor (IPB), LAPAN, dan Badan Reaktor Atom Negara (BATAN). Selain
itu, besarnya jumlah penduduk dan SDM yang berkualitas merupakan potensi
pendukung untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi (Iptek)
di Jawa Barat.
Jumlah industri utama di Jawa Barat (1997) adalah sebagai berikut: industri
makanan, minuman dan tembakau berjumlah 1000 unit dengan tenaga kerja
Februari 2008
18
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
EN
D
PR
R
I
119.745 orang; industri tekstil pakaian jadi dan kulit sebanyak 1.744 unit dengan
tenaga kerja 783.745 orang; industri kayu dan barang-barang dari kayu termasuk
alat-alat kayu 483 unit dengan tenaga kerja 7.174 orang; jumlah industri kertas dan
barang dari kertas cetakan dan penerbitan 207 unit dengan tenaga kerja 46.428
orang; industri barang galian bukan logam kecuali minyak bumi 815 unit dengan
tenaga kerja 82.308 orang; industri logam dasar 63 unit dengan tenaga kerja
19.755 orang; industri mesin dan peralatan lain 903 unit dengan tenaga kerja
209.776 orang; dan industri pengolahan lain berjumlah 143 unit dengan tenaga
kerja 37.988 orang. Hasil produksi industri kecil berupa makanan dan minuman,
sandang dan kulit, kimia dan bahan-bahan bangunan, kerajinan umum dan logam
mengalami perkembang-an pesat.
AP
BN
–
SE
TJ
Total jumlah industri di Jawa Barat (1997) berjumlah sekitar 6.085 unit, baik
industri besar, sedang maupun kecil, dan menyerap tenaga kerja lebih dari 1,5 juta
orang. Investasi di daerah Jawa Barat tahun 1998 adalah: persetujuan PMA
US$81,035,000 dan persetujuan PMDN Rp 8.117.050.000.000. Jumlah tersebut
untuk waktu sekarang sudah terlampau kecil.
AN
D
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N
Kehutanan
Selain itu, di Jawa Barat juga terdapat potensi hutan alam dan hutan tanaman
yang belum dimanfaatkan sepenuhnya, meskipun potensi itu tidak sebesar daerah
Sumatra dan Kalimantan. Dalam konteks ini, hutan punya peranan penting untuk
menjaga stabilitas sumber daya alam dan memiliki empat fungsi, yakni hutan
lindung, hutan produksi, hutan suaka dan wisata, serta hutan cadangan.
Luas kawasan hutan di daerah Jawa Barat dari tahun, ke tahun mengalami
penurunan yang cukup signifikan karena ulah dan keserakahan manusia.
Peningkatan produksi yang paling tinggi adalah produksi rotan. Hal ini disebabkan
oleh menjamurnya perusahaan mebel yang menggunakan bahan baku rotan. Hasil
industri ini diminati oleh banyak orang dalam beberapa tahun terakhir.
BI
R
O
AN
AL
IS
A
AN
G
G
AR
Perikanan
Budidaya perikanan di Jawa Barat berupa perikanan laut dan darat yang didukung
oleh perikanan air tawar di waduk Saguling, Jatiluhur, Cirata, dan sungai-sungai
serta budi daya udang sampai sekarang belum sepenuhnya dikembangkan secara
optimal. Zone Ekonomi Ekslusif (ZEE) juga belum dimanfaatkan padahal dalam
era kelautan seperti sekarang ini potensi perikanan di daerah Jawa Barat
seharusnya dapat dikembangkan lebih baik lagi.
Perikanan laut sampai sekarang belum ditunjang oleh peralatan yang memadai,
seperti masih banyaknya nelayan yang menggunakan perahu tempel. Ini
disebabkan karena mayoritas nelayan di daerah Jawa Barat adalah nelayan
gurem.
Peternakan
Peternakan yang potensial untuk dikembangkan di Jawa Barat antara lain unggas,
sapi, kambing, dan sapi perah. Hasil produksi peternakan di Jabar masih bisa
dikembangkan.
Pertanian
Februari 2008
19
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
Dalam struktur perekonomian di Jawa Barat, sektor pertanian merupakan sektor
dominan kedua terbesar setelah industri. Potensi pertanian di Jawa Barat tersebar
secara merata di seluruh daerah, yang meliputi komoditas padi, palawija, dan
hortikultural. Selain itu, jenis sayuran dan buah-buahan di daerah Jawa Barat
memiliki potensi yang sangat menjanjikan.
TJ
EN
D
PR
R
I
Hasil pertanian pangan lainnya berupa sayur-sayuran dan buah-buhan juga
benyak terdapat di Jawa Barat, misalnya kacang tanah, kacang hijau, daun
bawang, bawang merah, kentang, kubis, lobak, petsai, kacang panjang, wortel,
buncis, bayam, ketimun, cabe, terong, labu siam, kacang merah, tomat, alpokat,
jeruk, durian, duku, jambu biji, jambu air, jambu bol, nenas, mangga, pepaya,
pisang, sawo, salak serta rambutan.
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
SE
Melihat hasil pertanian di atas, dapat dikatakan bahwa daerah Jawa Barat memiliki
potensi yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan secara optimal. Hasil buahbuahan dan sayur-sayuran merata di seluruh daerah kabupaten yang ada di Jabar.
Jika semua itu dapat dikembangkan melalui program intensifikasi dan
ekstensifikasi pertanian serta dikelola secara proresional dengan peralatan yang
lebih modern, daerah Jawa Barat akan mendapat tambahan penghasilan yang
besar dari sektor pertanian. Apalagi kalau hasil pertanian itu diekspor ke negera
lain, hasilnya akan menambah devisa negara dalam jumlah cukup besar.
AN
D
AN
PE
LA
Perkebunan
Perkebunan di Jawa Barat pada umumnya merupakan perkebunan rakyat,
perkebunan swasta besar, dan perkebunan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dengan komoditas utama berupa teh, karet, kelapa, kelapa sawit, tebu, kopi,
cengkeh, coklat, dan sebagainya.
AR
B. Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Pengangguran di Propinsi Jawa Barat
AL
IS
A
AN
G
G
Tabel 11. PDRB dan Jumlah Pengangguran Propinsi Jawa Barat (2002-2006)
JUMLAH
PDRB
PENGANGGURAN
TAHUN
(juta rupiah)
(dalam ribu jiwa)
BI
R
O
AN
2002
2003
2004
2005
211,391,702.74
2191.53
221,628,173.72
1979.07
233,057,690.94
2319.72
245,798,061.75
2692.226
2006
2561.525
Sumber : BPS dan Data Seic
Februari 2008
20
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
Tabel 12. Pertumbuhan sektor ekonomi Propinsi Jawa Barat (2000-2006)
LAPANGAN USAHA
Pengang
kutan &
Komunik
asi
Keuangan
Persewaa
n & Jasa
Perusaha
an
Jasa-Jasa
5351,15
12099,8
Pertanian
2000
28784,19
17548,19
79949,9
3644,34
5254,51
35567,8
7314,26
2001
32881,33
32881,33
94307,56
4693,74
5880,71
41228,2
8702,43
2002
35996,49
35996,49
105504
5506,44
6539,82
44461,48
10851,81
7107,72
17244,29
2003
37734,66
37734,66
120654,2
7517,59
7133,93
50356,48
13612,91
7967,4
21712,48
2004
41081,57
41081,57
127493,3
8556
8480,28
57567,98
16082,08
9104,54
25731,53
2005
46430,74
46430,74
173067,7
10061,1
11452,9
74280,7
EN
Bangunan
Perdagan
gan, Hotel
&
Restoran
Pertamba
ngan &
Penggalia
n
20712,35
11789,58
28296,88
2006
52653,02
52653,02
214242,1
11303,48
14348,88
91884,71
27831,31
12754,93
34277,66
Industri
Pengolaha
n
Listrik, Gas
& Air Bersih
SE
TJ
D
PR
6324,19
16071,5
BN
–
Sumber : Data Seic
R
I
Tahun
AP
Hasil analisis sebagai berikut
Bangunan
Perdagang
an, Hotel &
Restoran
Pengan
gkutan
&
Komuni
kasi
Keuangan
Persewaa
n & Jasa
Perusaha
an
Jasa-Jasa
0.717
0.854
0.818
0.776
0.861
0.729
0.098
0.075
0.081
0.089
0.072
0.097
4.909
4.880
3.996
5.224
3.885
4.292
0.315
0.315
0.341
0.260
0.423
0.342
Industri
Pengola
han
Listrik,
Gas &
Air
Bersih
0.824
0.870
0.794
0.080
0.069
0.086
0.820
3.787
3.753
0.651
0.433
AR
AN
D
AN
PE
LA
Pertanian
Pertamban
gan &
Penggalian
0.337
AN
G
G
Angka
R
Std.err
or
Const
ant
Ln
KS
AN
AA
N
Tabel 13. Hasil Analisis Kuantitatif, Propinsi Jawa Barat
Sektor Ekonomi
BI
R
O
AN
AL
IS
A
Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya angka R diatas 0,5 yang
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara jumlah pengangguran
dengan tiap sektor lapangan usaha.
Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya standar error adalah 0,06-0,09
atau 0,06 persen sampai dengan 0,09 persen. Makin kecil standar error akan
membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
Angka konstanta yang didapatkan menunjukkan bahwa tidak terjadi penurunan
pengangguran setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi masing-masing sektor
tersebut, atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak
berdampak pada pergerakan jumlah pengangguran di propinsi tersebut.
Angka Ln menunjukkan elastisitas tiap sektor ekonomi terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Seperti Propinsi sebelumnya, semua sektor ekonomi kurang
berpengaruh terhadap pergerakan jumlah pengangguran. Namun dari tabel diatas
terlihat bahwa pengangkutan dan komunikasi (0,260) merupakan sektor yang lebih
mendekati elastis terhadap jumlah pengangguran, artinya sektor ini merupakan
sektor yang paling dominan dalam pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi
Februari 2008
21
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
Jawa Barat.
Penurunan ataupun pertumbuhan sektor ini akan sangat
mempengaruhi fluktuasi jumlah pengangguran di Propinsi Jawa Barat.
3.2.4. Propinsi Kalimantan Timur
R
I
A. Profil Propinsi Kalimantan Timur
AP
BN
–
SE
TJ
EN
D
PR
Potensi Perkebunan
Pembangunan perkebunan di Kalimantan Timur diarahkan untuk meningkatkan
kontribusi perkebunan dalam akselerasi pemulihan ekonomi seperti peningkatan
pendapatan masyarakat, perluasan kesempatan kerja serta meningkatkan
perannya dalam memperbaiki indikator ekonomi makro. Upaya yang telah
dilakukan, memberikan berbagai manfaat dan kemajuan antara lain dalam
sumbangannya terhadap pendapatan domestik bruto, pengembangan wilayah dan
konservasi kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup
KS
AN
AA
N
Sub sektor perkebunan mempunyai peranan yang sangat penting baik dalam
pengembangan wilayah, ekonomi, sosial maupun ekologi. Peranan tersebut
semakin penting karena perkebunan merupakan sub sektor yang berbasis sumber
daya alam yang tidak tergantung pada komponen impor, sehingga mampu
menghadapi situasi krisis ekonomi.
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
Sejalan dengan pertambahan luas areal, maka produksi perkebunan pun
mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan luas areal
tanaman yang produktif (tanaman menghasilkan) sebagai akibat dari hasil-hasil
kegiatan peremajaan dan perluasan areal pembangunan perkebunan. Dengan
meningkatnya luas areal perkebunan terjadi pula peningkatan jumlah Tenaga Kerja
Perkebunan (TKP) yang terlibat dalam kegiatan usaha tani perkebunan. Pada
tahun 2005 jumlah petani seluruhnya 242.597 TKP, maka pada tahun 2006
menjadi 296.012 TKP berarti mengalami kenaikan sebanyak 53.415 KK petani
BI
R
O
AN
AL
IS
A
Potensi Kelautan dan Perikanan
Perkembangan produksi ikan tangkapan ikan laut, produksi perikanan tambak dan
produksi prikanan perairan umum mengalami peningkatan. Potensi produksi
sumberdaya ikan di Kalimantan Timur diperkirakan sebesar ± 339.998 ton
pertahun dengan rincian sebagai berikut :
Perairan laut
: 139.200 ton dimanfaatkan sekitar 40,94 %.
Perairan Umum
: 69.348 ton dimanfaatkan sekitar 20,40 %
Budidaya tambak
: 122.450 ton dimanfaatkan sekitar 36,02 %
Budidaya air tawar
: 9.000 ton dimanfaatkan sekitar 2,64 %.
Peluang Ekspor hasil perikanan Kalimantan Timur sebagian besar ke negara
Jepang dan ke beberapa negara tujuan seperti Amerika, Hongkong, Malaysia,
Singapura serta beberapa negara Eropa.
Potensi Kehutanan
Kontribusi sektor kehutanan dan industri turunannya terhadap perekonomian
nasional, khususnya dalam pemulihan krisis ekonomi akan sangat banyak apabila
seluruh potensi yang tersedia dimanfaatkan secara optimal. Akan tetapi pada saat
Februari 2008
22
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
R
I
ini sektor kehutanan mengalami penurunan kualitas hutan secara drastis yang
diakibatkan antara lain eksploitasi hutan yang berlebihan, konversi/pembukaan
kawasan hutan untuk peruntukan lain dan bencana alam seperti kebakaran hutan.
Maraknya kegiatan illegal logging antara lain disebabkan oleh lebarnya
kesenjangan antara kapasitas industri dengan ketersediaan bahan baku, hal ini
merupakan dampak dari kebijakan pengurangan jatah tebangan tahunan secara
nasional (soft landing).
EN
D
PR
Potensi Peternakan
Perkembangan populasi ternak pada tahun 2006 secara umum mengalami
kenaikan terutama ternak sapi, kambing.
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
SE
TJ
Potensi Industri
Potensi industri di Kaltim, baik yang memanfaatkan sumber daya alam, khususnya
industri pengolahan hasil hutan, perkebunan, dan hasil laut, maupun yang berbasis
iptek, seperti petrokimia, peralatan pengeboran lepas pantai, metanol, dan
galangan kapal, masih memiliki peluang dan potensi yang besar untuk
dikembangkan secara lebih modern. Hanya persoalan investasi yang sampai
sekarang masih menjadi kendala utama. Kendala lain menyangkut kualitas sumber
daya manusia dan moralitas birokrasi setempat.
AN
PE
LA
Jumlah perusahaan industri besar dan sedang di Kaltim masih didominasi oleh
subsektor industri kayu, yaitu mencapai 66 perusahaan (46,51 %) dan menyerap
47.902 orang tenaga kerja. Meski selama tiga tahun terakhir produksi kayu di
Kaltim mengalami penurunan akibat kesulitan pasokan bahan baku, daerah Kaltim
masih merupakan penghasil kayu terbesar dibandingkan propinsi lain.
BI
R
O
AN
AL
IS
A
AN
G
G
AR
AN
D
Potensi Pertambangan
Daerah Kalimantan Timur memiliki banyak hasil tambang dan bahan galian yang
tersebar di beberapa kabupaten. Kekayaan minyak bumi dan gas alam di Kaltim
terdapat di pantai timur, termasuk di daratan sekitar Balikpapan, Pulau Bunyu,
Pulau Tarakan, dan Bontang, serta di daerah lepas pantai yang memanjang dari
utara sampai selatan. Begitu juga dengan tambang batubara, tambang tersebut
ditemukan di beberapa daerah, antara lain di Kutai, Pasir, Berau, Bulungan dan
Kota Samarinda. Endapan bahan galian golongan C banyak terdapat di Kabupaten
Pasir, Berau, Kutai, Kota Samarinda dan Kota Balikpapan. Bahan galian ini antara
lain berupa kaolin, bentonit, batu kapur, pasir kuarsa, dan pasir besi. Hasil
tambang lainnya yang banyak terdapat di Kaltim adalah emas, timah hitam, fosfat,
besi, dan nikel.
Potensi Kawasan Konservasi
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Berau telah direncanakan
kawasan
konservasi
pulau-pulau
kecil
di
Kepulauan
Derawan.
Potensi kawasan konservasi ini dilihat dari keanekaragaman hayati yang ada di
kepulauan ini antara lain satwa endemik, dan tempat-tempat penting lain. Selain
memiliki beberapa ekosistem tropis yang terdiri dari ekosistem terumbu karang,
ekosistem lamun, dan ekosistem mangrove, Kepulauan Derawan juga memiliki
spesies yang dilindungi dan khas.
Februari 2008
23
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
R
I
Kilang Minyak Balikpapan
Kilang minyak ini terletak di tepi teluk Balikpapan, meliputi daerah seluas 2,5 Km2 .
Kilang
ini
merupakan
kilang
tua
yang
dibangun
tahun
1922.
Saat pecah Perang Dunia II kilang ini hancur akibat pemboman hebat yang
dilancarkan oleh pihak Sekutu dan pembangunan kembali kilang yang hancur ini
dimulai tahun 1950.
PR
B. Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Pengangguran di Propinsi Kalimantan
D
Timur
BN
–
SE
TJ
EN
Tabel 14. PDRB dan Jumlah Pengangguran Propinsi Kalimantan Timur (2002-2006)
JUMLAH
PDRB
TAHUN
PENGANGGURAN
(juta rupiah)
(dalam ribu jiwa)
87.850.398,00
2002
135,19
AP
89.483.542,00
44,645
KS
AN
AA
N
2003
91.050.494,61
2004
120,72
93.589.180,92
2005
PE
178
AN
Sumber : BPS dan Data Seic
LA
2006
135,59
AR
AN
D
Tabel 15. Pertumbuhan sektor ekonomi Propinsi Kalimantan Timur (2000-2006)
Industri
Pengola
han
G
Pertanian
Pertamba
ngan &
Penggalia
n
AN
G
Tahun
LAPANGAN USAHA
Listrik,
Gas &
Air
Bersih
Bangunan
Perdagan
gan, Hotel
&
Restoran
Pengan
gkutan
&
Komuni
kasi
Keuangan
Persewaan
& Jasa
Perusahaan
Jasa-Jasa
5.658
28.678
34.992
167
1.979
5.254
2.802
1.527
1.391
2001
6.101
32.763
37.768
211
2.457
5.866
3.098
1.780
1.847
2002
BI
R
2005
2006
AL
O
2004
32.206
37.574
256
2.788
6.247
3.666
1.948
2.411
7.439
40.364
38.938
345
3.128
6.806
4.766
2.186
2.982
8.502
52.958
49.037
409
3.539
8.498
4.840
2.605
3.316
9.536
76.699
65.989
536
4.045
10.464
6.024
3.029
3.968
10.563
82.701
71.806
577
4.681
12.867
6.953
3.468
4.964
6.674
AN
2003
IS
A
2000
Sumber : Data Seic
Februari 2008
24
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
Hasil analisis sebagai berikut
Tabel 16. Hasil Analisis Kuantitatif, Propinsi Kalimantan Timur
Sektor Ekonomi
Keuangan
Persewaa
n & Jasa
Perusaha
an
Jasa-Jasa
0.512
0.593
0.328
0.536
0.441
0.4805 0.5659
0.5290
0.4960
0.5818 0.5200
-7.489
1.126
-6.202
1.335
-4.872
1.058
-1.393
0.715
0.5329
-8.526
1.465
-2.470
0.660
0.901
0.635
R
0.5309
PR
0.395
D
0.626
EN
0.501
TJ
0.507
SE
Pertanian
Listrik,
Gas &
Air
Bersih
I
Pengan
gkutan
&
Komuni
kasi
Industri
Pengola
han
-4.870
1.220
0.5528
-2.241
0.855
Sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor
jasa memiliki angka R dibawah 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga sektor
tersebut memiliki tingkat korelasi yang lemah dengan angka pengangguran.
Sedangkan sektor lainnya memiliki korelasi yang kuat dengan pergerakan jumlah
pengangguran, karena angka R yang dihasilkan untuk keenam sektor tersebut
diatas 0,5.
Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya standar error adalah 0,4-0,5 atau
0,4 persen sampai dengan 0,5 persen. Makin kecil standar error akan membuat
model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
Angka konstanta yang didapatkan untuk tiap sektor ekonomi sebagai berikut :
Sektor pertanian sebesar -8,526 menunjukkan bahwa sektor ini akan
menurunkan jumlah pengangguran sebesar 8,526 persen setiap 1 persen
pertumbuhan ekonomi.
Sektor pertambangan dan penggalian sebesar -2,470 menunjukkan sektor ini
akan menurunkan jumlah pengangguran 2,470 persen setiap 1 persen
pertumbuhan ekonomi.
Sektor industri pengolahan sebesar -7,489 menunjukkan bahwa sektor ini akan
menurunkan jumlah pengangguran sebesar 7,489 persen setiap 1 persen
pertumbuhan ekonomi.
Sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,901 menunjukkan bahwa sektor ini
akan meningkatkan jumlah pengangguran sebesar 0,901 persen setiap 1
persen pertumbuhan ekonomi.
Sektor bangunan sebesar -6,202 menunjukkan bahwa sektor ini akan
menurunkan jumlah pengangguran sebesar 6,202 persen setiap 1 persen
pertumbuhan ekonomi
Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar -4,872 menunjukkan bahwa
sektor ini akan menurunkan pengangguran sebesar 4,872 persen setiap 1
persen pertumbuhan ekonomi.
Sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar -1.393 menunjukkan bahwa
sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 1,393 persen
pengangguran setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
sebesar -4,870
menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran
sebesar 4,870 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi
BI
R
O
AN
AL
IS
A
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
Angka
R
Std.err
or
Cons. t
Ln
Bangunan
Perdagang
an, Hotel &
Restoran
Pertamban
gan &
Penggalian
Februari 2008
25
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
Propinsi Sulawesi Utara
–
3.2.5
SE
TJ
EN
D
PR
R
I
Sektor jasa sebesar -2,241 menunjukkan bahwa sektor ini akan meningkatkan
jumlah pengangguran sebesar 2,241 persen setiap 1 persen pertumbuhan
ekonomi.
Angka Ln menunjukkan elastisitas tiap sektor ekonomi terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dari tabel diatas terlihat bahwa pertanian (1,465) merupakan sektor
yang paling elastis terhadap jumlah pengangguran, artinya sektor ini merupakan
sektor yang paling dominan dalam pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi
Kalimantan Timur. Penurunan ataupun pertumbuhan sektor ini akan sangat
mempengaruhi fluktuasi jumlah pengangguran di Propinsi ini. Sedangkan sektor
pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor
pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa tidak terlalu mempengaruhi jumlah
pengangguran di Propinsi Kalimantan Timur.
AP
BN
A. Profil Ekonomi Sulawesi Utara
LA
KS
AN
AA
N
Potensi pertambangan dan industri
Di sektor industri, khususnya agroindustri, daerah ini mempunyai potensi yang cukup
besar, lebih khusus lagi pada industri pengolah hasil pertanian, perikanan dan
sumber alam lainnya. Industri ini didukung oleh pemanfaatan iptek, kualitas SDM,
dan posisi strategis Sulawesi Selatan yang terletak di dalam lingkar perdagangan
Pasifik.
AR
AN
D
AN
PE
Di bidang pertambangan, sumber daya mineral, seperti tembaga, bijih besi, nikel,
emas, serta bahan galian batu kapur, kaolin, sangat potensial untuk dikembangkan
secara optimal. Selain itu, di daerah Lahendong, telah ditemukan panas bumi yang
potensial untuk dikembangkan menjadi tenaga listrik dengan kekuatan ribuan
megawatt.
BI
R
O
AN
AL
IS
A
AN
G
G
Potensi kehutanan
Propinsi Sulut juga memiliki kawasan hutan yang potensial. Pemanfaatan hasil
hutan di Sulawesi Utara sampai sekarang baru mencapai sekitar 47,5 % dari seluruh
areal hutan produksi yang ada. Jenis hutan yang ada di Sulut adalah hutan lindung,
hutan PPA, hutan bakau, dan hutan produksi yang terdiri dari hutan produksi tetap,
terbatas, dan konversi. Luas hutan di daerah Sulut adalah seperti berikut ini: hutan
lindung 331.254,90 ha, hutan PPA 396.565 ha, hutan bakau 23.776 ha, hutan
produksi tetap 568.380 ha, hutan produksi terbatas 169.966 ha, dan hutan konversi
35.487 ha.
Potensi perikanan dan peternakan
Potensi sumber daya perikanan di Sulawesi Utara sangat potensial. Tetapi, hingga
sekarang potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, terutama di wilayah
perairan laut utara Sulut, perairan Teluk Tomini, serta perairan darat di Bolaang
Mongodow dan Minahasa.
Potensi pertanian dan perkebunan
Hasil produksi pertanian pangan di Sulawesi Utara pada umumnya sama seperti
propinsi lain berdasarkan data BPS 1998, yakni padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar,
Februari 2008
26
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
kacang dedelai, kacang hijau, kacang tanah, sayur-sayuran dan buah-buahan.
Dilihat dari perkembangan pertanian di Sulut 1998, beberapa hasil komoditas utama
cukup menggembirakan.
EN
D
PR
R
I
Lahan yang luas dan berkualitas, sebagai sumber daya paling utama bagi
pembangunan pertanian dan perkebunan di daerah Sulut, merupakan potensi yang
dapat diandalkan dalam penanaman kelapa (kopra), terutama di Minahasa dan
Kepulauan Sangihe-Talaud. Begitu pula dengan tanaman kopi dan cengkeh,
tanaman tersebut banyak terdapat di Gorontalo, Bolaang Mongondow, dan
Minahasa. Sementara itu, tanaman pala banyak terdapat di Kepulauan SangiheTalaud.
AP
BN
–
SE
TJ
Potensi rumput laut
Sulawesi Utara terletak di laut terbuka yang sangat baik untuk pertumbuhan rumput
laut secara alamiah. Rumput laut di Sulut belum terkontaminasi dengan limbah
rumah tangga maupun limbah pabrik. Sepanjang garis pantai kota Manado
merupakan lokasi yang berpotensi untuk rumput laut.
Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Pengangguran di Propinsi Sulawesi
Utara
KS
AN
AA
N
B.
AN
PE
LA
Tabel 17. PDB dan Jumlah Pengangguran Propinsi Sulawesi Utara (2001-2006)
JUMLAH
PDB
TAHUN
PENGANGGURAN
(juta rupiah)
(dalam ribu jiwa)
11.291.462,78
2002
102,18
D
11.652.793,37
AR
12.744.549,77
49,974
107,01
136,44
141,87
IS
A
AN
G
2005
12.149.501,26
G
2004
AN
2003
BI
R
O
AN
AL
Sumber : BPS dan Data Seic
Februari 2008
27
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
Tabel 18. Pertumbuhan sektor ekonomi Propinsi Sulawesi Utara (2000-2006)
Bangunan
Perdagan
gan, Hotel
&
Restoran
Pengan
gkutan
&
Komuni
kasi
Keuangan
Persewaan
& Jasa
Perusahaan
Jasa-Jasa
75
1.456
1.408
1.159
339
1.816
84
1.655
1.581
1.360
R
LAPANGAN USAHA
1.122
97
1.829
1.753
1.696
1.325
111
2.211
1.986
1.782
814
1.467
115
2.371
2.332
847
1.583
182
2.874
2.877
967
1.901
195
3.205
3.288
Pertanian
Pertamb
angan &
Penggal
ian
Industri
Pengolaha
n
2000
2.243
1.193
877
2001
2.490
875
980
2002
2.794
856
2003
2.744
824
2004
3.019
2005
3.616
2006
4.169
Listrik,
Gas &
Air
Bersih
I
Tahun
PR
1.954
2.118
892
2.287
1.980
967
2.663
2.689
1.057
3.040
2.883
1.281
3.615
SE
TJ
EN
D
812
BN
–
Sumber : Data Seic
736
AP
Hasil analisis sebagai berikut
Bangunan
Perdagang
an, Hotel &
Restoran
Pengan
gkutan
&
Komuni
kasi
Keuangan
Persewaa
n & Jasa
Perusaha
an
Jasa-Jasa
0.557
0.667
0.717
0.605
0.685
0.4025
0.3609
0.3376 0.3858
0.3528
0.433
-3.649
-3.811
-4.930
-5.437
-5.923
0.854
1.059
1.084
1.244
1.458
1.334
Industri
Pengola
han
Listrik,
Gas &
Air
Bersih
0.759
0.539
0.543
0.641
0.3153
0.4082
0.4068 0.3718
-9.661
-17.645
-3.822
1.767
3.295
AR
AN
D
AN
PE
LA
Pertanian
Pertamban
gan &
Penggalian
1.158
AN
G
G
Angka
R
Std.err
or
Const
ant
Ln
KS
AN
AA
N
Tabel 19. Hasil Analisis Kuantitatif, Propinsi Sulawesi Utara
Sektor Ekonomi
BI
R
O
AN
AL
IS
A
Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya angka R diatas 0,5 yang
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara jumlah pengangguran
dengan tiap sektor lapangan usaha.
Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya standar error adalah 0,3-0,4 atau
0,3 persen sampai dengan 0,4 persen. Makin kecil standar error akan membuat
model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
Angka konstanta yang didapatkan untuk tiap sektor ekonomi sebagai berikut :
Sektor pertanian sebesar -9,661 menunjukkan bahwa sektor ini akan
menurunkan jumlah pengangguran sebesar 9,661 persen setiap 1 persen
pertumbuhan ekonomi.
Sektor pertambangan dan penggalian sebesar -17,645 menunjukkan sektor ini
akan menurunkan jumlah pengangguran 17,645 persen setiap 1 persen
pertumbuhan ekonomi.
Sektor industri pengolahan sebesar -3,822 menunjukkan bahwa sektor ini akan
menurunkan jumlah pengangguran sebesar 3,822 persen setiap 1 persen
pertumbuhan ekonomi.
Februari 2008
28
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
SE
TJ
EN
D
PR
R
I
Sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,433 menunjukkan bahwa sektor ini
akan meningkatkan jumlah pengangguran sebesar 0.433 persen setiap 1
persen pertumbuhan ekonomi.
Sektor bangunan sebesar -3,649 menunjukkan bahwa sektor ini akan
menurunkan jumlah pengangguran sebesar 3,649 persen setiap 1 persen
pertumbuhan ekonomi
Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar -3,811 menunjukkan bahwa
sektor ini akan menurunkan pengangguran sebesar 3,811 persen setiap 1
persen pertumbuhan ekonomi.
Sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar -4,930 menunjukkan bahwa
sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 4,930 persen
pengangguran setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
sebesar -5,437
menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran
sebesar 5,437 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi
Sektor jasa sebesar -5,923 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan
jumlah pengangguran sebesar 5,923 persen setiap 1 persen pertumbuhan
ekonomi.
Angka Ln menunjukkan elastisitas tiap sektor ekonomi terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dari tabel diatas terlihat bahwa pertambangan dan penggalian (3,295)
merupakan sektor yang paling elastis terhadap jumlah pengangguran, artinya
sektor ini merupakan sektor yang paling dominan dalam pergerakan jumlah
pengangguran di Propinsi Sulawesi Utara. Penurunan ataupun pertumbuhan
sektor ini akan sangat mempengaruhi fluktuasi jumlah pengangguran di Propinsi
ini. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih tidak terlalu mempengaruhi jumlah
pengangguran di Propinsi Sulawesi Utara.
AN
D
3.2.6. Propinsi Sulawesi Tengah
G
AR
A. Profil Ekonomi Sulawesi Tengah
BI
R
O
AN
AL
IS
A
AN
G
Pertanian
Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu:
Pertanian Tanaman Pangan
1. Padi
Angka produksi padi Sulawesi Tengah tahun 2005 sebanyak 716.905 ton. Bila
dibandingkan terhadap tahun 2004 dengan produksi padi 694.921 ton berarti
mengalami peningkatan sekitar 3,16 persen. Peningkatan produksi tersebut
disebabkan oleh meningkatnya produktivitas dari 39,48 kw/ha tahun 2004 menjadi
40,85 kw/ha tahun 2005, meskipun terjadi penurunan pada luas panen dari 179.029
ha tahun 2004 menjadi 175.489 ha di tahun 2005.
2. Palawija
Tanaman palawija terdiri atas tanaman jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah,
kacang kedele dan kacang hijau. Produksi palawija pada tahun 2005 mengalami
peningkatan, kecuali komoditi ubi jalar, bila dibandingkan tahun sebelumnya.
Produksi jagung tahun 2005 sebanyak 57.617 ton, dibandingkan dengan tahun 2004
yang produksinya hanya mencapai 53.452 ton, maka ini berarti terjadi peningkatan
Februari 2008
29
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
sebesar 26,45 persen. Untuk Ubi Kayu produksi tahun 2005 tarcatat sebesar 48.255
ton, angka ini naik sebesar 6,98 persen dari angka 2004 yang hasilnya hanya
mencapai 45.106 ton. Lain halnya dengan produksi ubi jalar yang tahun 2004
produksinya sebesar 27.903 ton turun menjadi 23.768 ton pada tahun 2005 (turun
14,81 persen).
PR
R
I
3. Produksi kacang tanah pada tahun 2004 yang produksinya sebanyak 7.308 ton,
meningkat menjadi 9.201 tahun 2005 atau terjadi peningkatan sebesar 25,90 persen.
–
SE
TJ
EN
D
4. Kemudian kacang kedele pada tahun 2005 mengalami peningkatan produksi, di
mana pada tahun 2004 produksinya sebanyak 2.085 ton naik menjadi 2.240 ton
tahun 2005 atau naik sebesar 7,43 persen. Sementara untuk produksi kacang hijau
pada tahun 2005 juga mengalami peningkatan produksi dibandingkan tahun
sebelumnya yaitu dari 1.310 ton tahun 2004 menjadi 1.380 ton tahun 2005 atau
terjadi peningkatan sebesar 5,34 persen.
tersebut
terutama
AP
BN
5. Peningkatan produksi komoditi palawija tahun 2005
disebabkan adanya peningkatan luas panen setiap komoditi.
D
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N
6. Tanaman sayur-Sayuran
Tanaman sayur-sayuran di Sulawesi Tengah yang tercatat perkembangannya
meliputi tujuh belas jenis tanaman sayur-sayuran mulai dari Bawang daun, Kentang,
Kubis, sampai dengan Kangkung. Di Tahun 2005 dari 17 jenis tanaman sayur
sayuran yang mempunyai produksi terbesar adalah sayuran jenis tomat yang
mencapai 58.260 ton. Sementara yang memiliki luas areal panen terluas adalah
kacang-kacangan yang tercatat sebesar 1.392 ha. Sedangkan ditinjau dari
produktivitasnya dari 17 jenis tanaman tersebut yang tertinggi adalah tanaman
bawang merah dengan 7,16 kw/ha.
AN
G
G
AR
AN
7. Buah-buahan
Luas panen dan produksi tanaman buah-buahan masih menggambarkan keadaan
data pada tahun 2005, yang mencakup 21 jenis tanaman buah-buahan diantaranya
jeruk, pisang, nenas, durian dan lain sebagainya.
BI
R
O
AN
AL
IS
A
Potensi Industri
Banyaknya perusahaan besar/sedang di Sulteng pada 1998 ada 65 unit perusahaan
yang menyerap 4.816 orang tenaga kerja. Rinciannya adalah sebagai berikut:
industri makanan, minuman, dan tembakau sebanyak 15 unit usaha, menyerap 946
orang tenaga kerja; industri tekstil, pakaian jadi dan kulit ada 34 unit, menyerap
3.213 orang tenaga kerja, industri kayu dan barang dari kayu ada 4 unit, menyerap
114 orang tenaga kerja, industri kertas dan barang dari kertas ada 11 unit, menyerap
493 orang tenaga kerja, industri kimia dan barang dari kimia sebanyak 2 unit,
menyerap 58 orang tenaga kerja. Sektor industri memiliki potensi untuk
dikembangkan dengan lebih optimal.
Potensi Kehutanan
Daerah Sulteng memiliki potensi hasil hutan yang cu kup besar, terutama kayu
bakau, kayu hitam, kayu meranti, kayu kuning, serta hasil hutan lainnya, seperti
rotan dan damar. Luas hutan di Sulteng berdasarkan data BPS 1998 adalah sebagai
berikut: hutan lindung 1.489.923 hektar; hutan produksi biasa 483.034 hektar; hutan
Februari 2008
30
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
produksi terbatas 1.476.316 hektar; hutan konversi 269.411 hektar; hutan suaka
alam dan hutan wisata 676.246 hektar.
Sementara itu, produksi hasil hutan di Sulteng pada 1998 menurut jenisnya adalah
kayu bulat 250.443 m3; kayu gergajian 34.306 m3; kayu hitam gergajian 109 m3;
rotan 20.959 ton; dan damar 582 ton.
SE
TJ
EN
D
PR
R
I
Pertambangan
Begitu juga di sektor pertambangan, daerah Sulawesi Tengah memiliki berbagai
bahan mineral seperti emas, nikel, bijih besi, mangan, mika skis, limestone, granit,
marmer, kaolin, gypsum, dan batubara. Seluruh potensi tambang mineral tersebut
tersebar di beberapa wilayah dati II. Sementara itu, cadangan (deposit) minyak bumi
dan gas terdapat di Kabupaten Donggala dan Poso.
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
Peternakan dan Perikanan
Sulteng termasuk propinsi yang berpotensi cukup besar atas hasil perikanan, baik
darat maupun laut. Persoalannya adalah modal untuk pengadaan sarana-prasarana
penangkap an ikan belum terjangkau dan dimiliki nelayan.
Pertanian dan Perkebunan
Hasil pertanian yang dihasilkan daerah Sulteng adalah padi sawah dan ladang,
jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau.
AN
D
AN
PE
LA
Jenis tanaman yang telah diusahakan dalam usaha perkebunan di Kalteng baru
tujuh komoditas, yakni kelapa, kopi, teh, coklat, karet, kapuk, kelapa sawit, dan
jambu mete. Di antara hasil perkebunan tersebut, kelapa sawit, kelapa, dan coklat
merupakan hasil perkebunan andalan di Sulteng. Komoditas andalan ini berpotensi
untuk meningkatkan pendapatan daerah Sulteng.
AN
G
G
AR
B. Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Pengangguran di Propinsi Sulawesi
Tengah
BI
R
O
AN
AL
IS
A
Tabel 20. PDRB dan Jumlah Pengangguran Propinsi Sulawesi Tengah (2002-2006)
JUMLAH
PDRB
TAHUN
PENGANGGURAN
(juta rupiah)
(dalam ribu jiwa)
9.600.363,96
2002
86,505
2003
2004
2005
10.196.749,88
10.925.465,10
11.728.617,22
2006
43,003
60,692
85,171
119,06
Sumber : BPS dan Data Seic
Februari 2008
31
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
Tabel 21. Pertumbuhan sektor ekonomi Propinsi Sulawesi Tengah (2000-2006)
Bangunan
Perdagan
gan, Hotel
&
Restoran
Pengan
gkutan
&
Komuni
kasi
Keuangan
Persewaan
& Jasa
Perusahaan
Jasa-Jasa
59
551
1.099
586
392
1.355
73
611
1.247
725
R
LAPANGAN USAHA
961
87
688
1.450
801
1.070
100
760
1.569
872
110
893
1.786
125
1.080
2.083
141
1.249
2.332
1.234
Pertanian
Pertamb
angan &
Penggal
ian
Industri
Pengolaha
n
2000
3.775
172
660
2001
4.587
193
856
2002
5.217
209
2003
5.838
226
2004
6.597
263
1.139
2005
7.784
371
1.279
2006
8.660
563
1.402
Listrik,
Gas &
Air
Bersih
I
Tahun
PR
1.652
1.898
527
2.052
960
658
2.252
1.094
759
2.541
902
2.849
SE
TJ
EN
D
483
BN
–
Sumber : Data Seic
436
AP
Tabel 22. Hasil Analisis Kuantitatif, Propinsi Sulawesi Tengah
Sektor Ekonomi
Pengan
gkutan
&
Komuni
kasi
Keuangan
Persewaa
n & Jasa
Perusaha
an
Jasa-Jasa
0.610
0.610
0.598
0.608
0.601
0.3806 0.3844
0.3556
0.3557
0.3596 0.3562
0.3588
0.444
-5.497
-0.705
-2.274
-4.760
-4.936
-1.650
-6.778
0.676
1.390
1.065
0.966
1.209
1.342
0.921
1.433
Listrik,
Gas &
Air
Bersih
0.567
0.712
0.530
0.516
0.3695
0.3153
-5.107
1.069
AN
D
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N
Pertanian
Industri
Pengola
han
AR
Angka
R
Std.err
or
Const
ant
Ln
Bangunan
Perdagang
an, Hotel &
Restoran
Pertamban
gan &
Penggalian
BI
R
O
AN
AL
IS
A
AN
G
G
Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya angka R diatas 0,5 yang
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara jumlah pengangguran
dengan tiap sektor lapangan usaha.
Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya standar error adalah 0,31-0,38
atau 0,31 persen sampai dengan 0,38 persen. Makin kecil standar error akan
membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
Angka konstanta yang didapatkan untuk tiap sektor ekonomi sebagai berikut :
Sektor pertanian sebesar -5,107 menunjukkan bahwa sektor ini akan
menurunkan jumlah pengangguran sebesar 5,107 persen setiap 1 persen
pertumbuhan ekonomi.
Sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,444 menunjukkan sektor ini
akan meningkatkan jumlah pengangguran 0,444 persen setiap 1 persen
pertumbuhan ekonomi.
Sektor industri pengolahan sebesar -5,497 menunjukkan bahwa sektor ini akan
menurunkan jumlah pengangguran sebesar 5,497 persen setiap 1 persen
pertumbuhan ekonomi.
Februari 2008
32
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
SE
TJ
EN
D
PR
R
I
Sektor listrik, gas dan air bersih sebesar -0,705 menunjukkan bahwa sektor ini
akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 0.705 persen setiap 1 persen
pertumbuhan ekonomi.
Sektor bangunan sebesar -2,274 menunjukkan bahwa sektor ini akan
menurunkan jumlah pengangguran sebesar 2,274 persen setiap 1 persen
pertumbuhan ekonomi
Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar -4,760 menunjukkan bahwa
sektor ini akan menurunkan pengangguran sebesar 4,760 persen setiap 1
persen pertumbuhan ekonomi.
Sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar -4,936 menunjukkan bahwa
sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 4,936 persen
pengangguran setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
sebesar -1,650
menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran
sebesar 1,650 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.
Sektor jasa sebesar -6,778 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan
jumlah pengangguran sebesar 6,778 persen setiap 1 persen pertumbuhan
ekonomi.
Dari tabel diatas terlihat bahwa jasa merupakan sektor yang paling berpengaruh
(1,433) terhadap jumlah pengangguran, artinya sektor ini merupakan sektor yang
paling dominan dalam pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Sulawesi
Tengah. Penurunan ataupun pertumbuhan sektor ini akan sangat mempengaruhi
fluktuasi jumlah pengangguran di Propinsi ini. Sedangkan sektor pertambangan
dan penggalian, bangunan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
tidak terlalu mempengaruhi jumlah pengangguran di Propinsi Sulawesi Tengah.
AN
AL
IS
A
AN
G
G
AR
AN
D
Hasil analisis menunjukkan bahwa
untuk Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat
pertumbuhan sektor-sektor ekonomi tidak berdampak pada pergerakan jumlah
pengangguran. Hal ini dimungkinkan telah digunakannya teknologi padat modal dalam
berproduksi sehingga mengurangi pendayagunaan tenaga kerja yang tidak membawa
perluasan lapangan kerja produktif dan hanya mempertajam masalah pengangguran.
Penggunaan peralatan modal secara pukul rata dengan menghemat pemanfaatan tenaga
kerja memang dapat membawa hasil produksi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat,
namun perlu diingat bahwa kondisi demikian akan menyebabkan terjadinya kesenjangan
yang semakin besar antara pertumbuhan produksi dan pertumbuhan lapangan kerja
produktif.
BI
R
O
Selain itu didapatkan juga bahwa sektor-sektor ekonomi yang mendominasi struktur
perekonomian di suatu propinsi tidak selalu menjadi sektor yang dominan dalam
menggerakkan angka pengangguran. Lima dari enam propinsi sampel menunjukkan bahwa
pergerakan jumlah penganggurannya lebih didominasi oleh pertumbuhan sektor ekonomi
yang bukan merupakan sektor ekonomi utama dalam pertumbuhan ekonominya, sebagai
berikut:
Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam struktur perekonomian Propinsi Jambi,
dan sektor inilah yang paling dominan dalam pergerakan jumlah pengangguran di
Propinsi ini. Pertanian di Propinsi ini tersebar di kabupaten Tanjung Jabung dengan
komoditas utama padi dan palawija. Cara bertani dimungkinkan dilakukan secara
tradisional, dengan lebih banyak menggunakan tenaga kerja daripada peralatan modern
Februari 2008
33
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
sehingga sektor ini lebih banyak menyerap tenaga kerja dan lebih dominan dalam
pergerakan angka penganggurannya.
Sektor industri manufaktur merupakan sektor utama dalam struktur perekonomian
Propinsi Jawa Tengah, namun fluktuasi jumlah pengangguran yang dimiliki lebih
dipengaruhi oleh sektor bangunan (0,432).
D
PR
R
I
Sektor industri manufaktur merupakan sektor utama dalam struktur perekonomian
Propinsi Jawa Barat, namun fluktuasi jumlah pengangguran yang dimiliki lebih
dipengaruhi oleh sektor pengangkutan dan komunikasi (0,260).
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
SE
TJ
EN
Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor utama dalam struktur
perekonomian Propinsi Kalimantan Timur, namun fluktuasi jumlah pengangguran yang
dimiliki lebih dipengaruhi oleh sektor pertanian (1,465). Sektor pertanian (sub sektor
kehutanan) merupakan sektor kedua yang sangat mendominasi struktur perekonomian
propinsi Kalimantan Timur setelah sektor pertambangan dan penggalian. Namun saat
ini Pemerintah Daerah Kalimantan Timur berupaya mengembangkan sub sektor lain
sehingga pertanian tidak bertumpu hanya pada sub sektor kehutanan. Upaya yang
dilakukan Pemerintah Daerah kalimantan Timur dilakukan tidak hanya dalam
penggunaan teknologi namun juga penyerapan tenaga kerja, karena sebagaimana
diketahui bahwa sektor pertanian adalah sektor padat karya. Sehingga sektor pertanian
lebih dominan dalam mempengaruhi pergerakan jumlah pengangguran.
AN
PE
LA
Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam struktur perekonomian Propinsi
Sulawesi Utara, namun fluktuasi jumlah pengangguran yang dimiliki lebih dipengaruhi
oleh sektor tambang dan penggalian (3,295).
AL
IS
A
AN
G
G
AR
AN
D
Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam struktur perekonomian Propinsi
Sulawesi Tengah, namun fluktuasi jumlah pengangguran yang dimiliki lebih dipengaruhi
oleh sektor jasa (1,433). Sektor jasa merupakan satu dari empat sektor yang paling
mendominasi struktur perekonomian Propinsi Sulawesi Tengah. Hingga saat ini sektor
jasa masih mendominasi total kegiatan ekonomi daerah, terutama di Kota Palu. Hingga
tahun 2000, 34,63 persen penduduk usia kerja kota Palu terserap di sektor jasa. Untuk
itu Pemerintah daerah Sulawesi Tengah memberi perhatian utama pada pengembangan
sektor jasa ini.
SIMPULAN
DAN REKOMENDASI
BI
R
O
AN
IV.
4.1. Simpulan
1. Untuk keenam propinsi sampel, terjadi paradoks antara rata-rata pertumbuhan
ekonomi dengan angka pengangguran.
2. Untuk keenam propinsi sampel, propinsi dengan struktur perekonomian yang
didominasi sektor lapangan usaha labour insentive relatif mampu menurunkan
jumlah penganggurannya lebih tinggi dibandingkan dengan propinsi yang struktur
perekonomiannya didominasi oleh sektor lapangan usaha yang capital intensive.
Februari 2008
34
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
BN
–
SE
TJ
EN
D
PR
R
I
3. Untuk keenam propinsi sampel, sektor lapangan usaha yang mendominasi struktur
perekonomian di suatu propinsi, ternyata tidak selalu menjadi sektor yang dominan
dalam pergerakan jumlah pengangguran.
Pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Jambi dipengaruhi oleh sektor
pertanian.
Pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Jawa Tengah dipengaruhi oleh
sektor bangunan.
Pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Jawa Barat dipengaruhi oleh
sektor pengangkutan dan komunikasi.
Pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Kalimantan Timur dipengaruhi oleh
sektor Pertanian.
Pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Sulawesi Utara dipengaruhi oleh
sektor tambang dan penggalian.
Pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Sulawesi Tengah dipengaruhi oleh
sektor jasa.
AP
4.2. Rekomendasi
LA
KS
AN
AA
N
Pemerintah hendaknya mempertimbangkan kembali arah kebijakan ekonomi yang
diambilnya dengan lebih berfokus pada sektor padat karya sehingga pertumbuhan
ekonomi yang dicapai tidak bersifat eksklusif (exclusive economic growth) dan mampu
menurunkan angka pengangguran.
AN
PE
R EFERENSI
AR
AN
D
Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2000, 2000, BPSStatistik Indonesia, Jakarta
AN
G
G
Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2001, 2001, BPSStatistik Indonesia, Jakarta
AL
IS
A
Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2002, 2002, BPSStatistik Indonesia, Jakarta
O
AN
Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2003, 2003, BPSStatistik Indonesia, Jakarta
BI
R
Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2004, 2004, BPSStatistik Indonesia, Jakarta
Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2005, 2005, BPSStatistik Indonesia, Jakarta
Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2006, 2006, BPSStatistik Indonesia, Jakarta
Februari 2008
35
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Februari 2007, 2007, BPSStatistik Indonesia, Jakarta
Djojohadikusumo, Sumitro, Dasar Teori
Pembangunan, 1993, LP3ES, Jakarta
Ekonomi
Pertumbuhan
dan
Ekonomi
PR
Irawan, M. Suparmoko, Ekonomika Pembangunan, 2002, FE UGM, Yogyakarta
R
I
ECONIT Advisory Group, Economic Outlook 2008, 2008, ECONIT, Jakarta
TJ
EN
D
Kemu, Suparman Zen, R. Nurhidayat, Analisis : Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (PDB)
Terhadap Penciptaan kesempatan Kerja, 2005, BAPPEKI
SE
Santoso, Singgih, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, 2001, Gramedia, Jakarta
BI
R
O
AN
AL
IS
A
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
Artikel-artikel
Februari 2008
36
Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam
Provinsi
DAFTAR GRAFIK
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N
AP
BN
–
SE
TJ
EN
D
PR
R
Tabel 1. Jumlah pengangguran tahun 2000 – 2006
Tabel 2. PDB dan Jumlah Pengangguran
Tabel 3. PDRB dan Pengangguran di Enam Provinsi (2002-2006)
Tabel 4. Provinsi dan Rata-rata Pertumbuhan Pengangguran
Tabel 5. PDRB dan Jumlah Pengangguran Provinsi Jambi (2002-2006)
Tabel 6. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi (2000-2006)
Tabel 7. Hasil Analisis Kuantitatif, Provinsi Jambi
Tabel 8. PDRB dan Jumlah Pengangguran Provinsi Jawa Tengah (2002-2006)
Tabel 9. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Provinsi Jawa Tengah (2000-2006)
Tabel 10. Hasil Analisis Kuantitatif, Provinsi Jawa Tengah
Tabel 11. PDRB dan Jumlah Pengangguran Provinsi Jawa Barat (2002-2006)
Tabel 12. Pertumbuhan sektor ekonomi Provinsi Jawa Barat (2000-2006)
Tabel 13. Hasil Analisis Kuantitatif, Provinsi Jawa Barat
Tabel 14. PDRB dan Jumlah Pengangguran Provinsi Kalimantan Timur (2002-2006)
Tabel 15. Pertumbuhan sektor ekonomi Provinsi Kalimantan Timur (2000-2006)
Tabel 16. Hasil Analisis Kuantitatif, Provinsi Kalimantan Timur
Tabel 17. PDB dan Jumlah Pengangguran Provinsi Sulawesi Utara (2001-2006)
Tabel 18. Pertumbuhan sektor ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (2000-2006)
Tabel 19. Hasil Analisis Kuantitatif, Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 20. PDRB dan Jumlah Pengangguran Provinsi Sulawesi Tengah (2002-2006)
Tabel 21. Pertumbuhan sektor ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah (2000-2006)
Tabel 22. Hasil Analisis Kuantitatif, Provinsi Sulawesi Tengah
I
DAFTAR TABEL
BI
R
O
AN
AL
IS
A
Grafik 1. Indeks PDB Riil dan Indeks Produksi Manufaktur
Februari 2008
37
I
R
PR
D
EN
TJ
SE
–
BN
AP
KS
AN
AA
N
LA
BI
R
O
AN
AL
IS
A
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
This page will not be added after purchasing Win2PDF.
Download