SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN SEWA KAMAR PENGINAPAN (STUDI PADA WAKATOBI DIVE RESORT ONEMOBA’A TOMIA). OLEH : ARDINO B1C1 12 104 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN SEWA KAMAR PENGINAPAN (STUDI PADA WAKATOBI DIVE RESORT ONEMOBA’A TOMIA). Diajukan Kepada Universitas Halu Oleo Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S-1) OLEH ARDINO B1C1 12 104 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 ABSTRAK Ardino, 2017. “Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Sewa Kamar Penginapan ( Studi Pada Penginapan Wakatobi Dive Resort Onemoba’a Tomia). Skripsi. Jurusan Akuntansi. Universitas Halu Oleo. Dengan Pembimbing I Bapak Dr. H. Andi Basru Wawo, SE., M.Si., Ak., CA., Qia. Dan Pembimbing II Ibu Sulvariany Tamburaka, SE., M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perhitungan metode Activity Based Costing dalam menghitung tarif sewa penginapan Wakatobi Dive Resort dan untuk mengetahui perbedaan besarnya tarif sewa penginapan Waktobi Dive Resort dengan perhitungan akuntansi biaya tradisional dan metode Activity Based Costing. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan metode Activity Based Costing dalam perhitungan tarif sewa kamar penginapan akan menghasilkan perhitungan tarif sewa yang akurat, karena biaya-biaya yang terjadi dibebankan pada produk atas dasar aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsikan oleh produk dan juga menggunakan dasar lebih dari satu cost driver. Hasil dari perhitungan tarif sewa kamar penginapan dengan menggunakan pendekatan metode Activity Based Costing yaitu, untuk tipe penginapan Garden Bungalow sebesar Rp. 3.176.400,35. Untuk tipe penginapan Beach Bungalow sebesar Rp. 3.068.886,90. Untuk tipe penginapan Villa sebesar Rp. 3.920.827,28. Terdapat selisih tarif sewa yang lebih tinggi pada tipe penginapan Garden Bungalow dan Beach Bungalow dari hasil perhitungan metode Activity Based Costing dengan perhitungan pihak perusahaan dengan metode tradisional yaitu masing-masing sebesar Rp. 9.42.777,43. dan Rp. 221.554,07. Sedangkan tarif sewa yang lebih rendah dengan menggunakan metode Activity Based Costing, yaitu pada tipe penginapan Villa yaitu sebesar Rp. 462.434,69. Kata Kunci : Activity, Cost Driver, Activity Based Costng ABSTRACK Ardino, 2017. "Application of Analysis Method of Determining the Activity Based Costing In Room Rental Accommodation (Studies in Wakatobi Dive Resort Lodge Onemoba'a Tomia). Essay. Accounting major. Haluoleo university. With Supervisor I Mr. Dr. H. Andi Basru Wawo, SE., M.Si., Ak., CA. And Supervisor II Ms. Sulvariany Tamburaka, SE., M.Si. This study aims to determine how the calculation method of Activity Based Costing in calculating rental rates Wakatobi Dive Resort lodging and to determine the magnitude of the difference in rental rates Wakatobi Dive Resort accommodation with traditional cost accounting calculation and Activity Based Costing. The type of data in this research is quantitative data and qualitative data. Sources of data in this study are primary data and secondary data. Data collection techniques in this study were interviews and documentation. Analysis of the data used is descriptive analysis. Results from this study is the use of Activity Based Costing in the calculation rental rate room inn will yield calculating rental rates are accurate, because the costs incurred are charged to the product on the basis of activities and resources consumed by the product and also use a base of more than one cost driver. The results of the calculation of the inn room rental rates using Activity Based Costing approach is, for the type of accommodation Garden Bungalow Rp. 3,176,400.35. For the type of accommodation Beach Bungalow Rp. 3,068,886.90. For the type of accommodation Villa Rp. 3,920,827.28. There is a difference of higher rental rates on accommodation type Beach Bungalow Garden Bungalow and from the calculation method of Activity Based Costing with the calculation of the company with traditional methods, respectively Rp. 9.42.777,43. and Rp. 221,554.07. While rental rates lower by using Activity Based Costing, ie on the type of accommodation Villa is Rp. 462,434.69. Keyword : Activity, cost driver, activity based costing. KATA PENGANTAR Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Alhamdulillaahi Rabbil’aalamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Dzat yang Esa, Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan rahmat yang tiada terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Sewa Kamar Penginapan (Studi Pada Penginapan Wakatobi Dive Resort Onemoba’ Tomia)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada jenjang Strata Satu (S1) dapat terselesaikan dan tersusun sebagaimana mestinya. Skripsi ini diselesaikan oleh penulis dengan segala upaya yang diberikan agar memperoleh hasil yang baik sehingga kelak dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Selanjutnya, tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada pihak lain, maka secara khusus ucapan sayang dan terima kasih penulis persembahkan untuk ayahanda tercinta La Bani dan Ibunda tersayang Wa Bai yang telah mengasuh, mendidik, dan membesarkan penulis, serta memberikan dukungan moril maupun materil yang diiringi do’a yang tulus kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, demi kesuksesan penulis. Rasa Terima Kasih pula penulis haturkan untuk Saudara kandungku tercinta Basri Bani, Dedi Bani dan Maryam Bani, S.Pd, atas doa dan dukungannya yang tak pernah putus dan memberikan keceriaan ditengah kejenuhan penulis. Setulus hati penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Bapak Dr. H. Andi Basru Wawo, SE.,M.Si.,Ak.,QIA.,CA selaku pembimbing I dan Ibu Sulvariany Tamburaka, SE.,M.Si selaku pembimbing II, yang penuh keikhlasan dan kesungguhan telah meluangkan waktunya, memberikan petunjuk, arahan dan bimbingan sejak awal penyusunan hingga selesainya penulisan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis sejak awal penyusunan hingga selesainya penulisan tugas akhir ini, diantaranya: 1. Bapak Rektor Universitas Halu Oleo. 2. Ibu Dr. Hj. Rostin, SE., MSi Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo. 3. Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo. 4. Ibu Tuti Dharmawati,SE,.M.Si,.Ak.,QIA.,CA Selaku Ketua Jurusan Akuntansi. 5. Bapak Safaruddin.,SE.,M.SA.,Ak.,CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi. 6. Dosen-dosen Penguji, Bapak Safaruddin.,SE.,M.SA.,Ak.,CA, Ibu Intihanah SE,.M.Si,.QIA dan Ibu Ika Maya Sari, SE., M.Si.,Ak terima kasih atas kritik dan saran guna perbaikan tugas akhir ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Akuntansi yang telah membagikan ilmunya kepada penulis. 8. Seluruh staf administrasi di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama studi khususnya Bapak Fariah Saleh, Bapak Halifah, SE, dan Ibu Yunita Abas, SH. 9. Bapak Indra Aprianto selaku HR koordinator dan juga mewakili pimpinan pihak Wakatobi Dive Resort beserta seluruh stafnya yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi. 10. Sahabat-sahabatku, Muhamad Tonasa S.Ak, Muliadin, Suparman, Muh Rizal, Hariana Rukmana, Mulawati, Riska Handayani dan Fadila Tonasa terima kasih atas keceriaan, kegilaan, tawa, kebersamaan, serta dukungan moril yang telah kalian berikan. Terima kasih atas persahabatan selama perkuliahan hingga penyelesaiaan tugas akhir penulis. 11. Teman-teman Akuntansi kelas C 2012, Rani, Juli, Cika, Rheisky, Opi, Amy, Yayat, Wayan, Razak, Juna, Arif, Madhe, Ryan, Misbah, Rinto, Praga, Senja, Agnes, Eny, Rinda, Ningsih, Isma, Falziah, dan temanteman akuntansi, terima kasih atas kesetiaan, bantuan dan dukungan selama penyelesaian tugas akhir penulis. Terima kasih atas kerjasama dan kebersamaannya. 12. Buat Teman – teman KKN 2016 kecamatan Tinanggea kelurahan Lanowulu Kasman, Arifin Hidayat, megawati, sabarun, Jamal, Kurniawati, Melani, dan Gaby Priska Cecilya. 13. Teman seperjuangan angkatan Akuntansi 2012 Saediman, Muh.praga, Arisal, Vina, Samsuri, Rafika, Tika, Bojels, Rois, Mulawati dan Sanyoto terimakasih atas saran-saran, masukan dan bantuan dalam penyelesaian tugas akhir penulis. 14. Serta seluruh pihak yang ikut membantu terselesaikannya tugas akhir ini, yang tidak dapat disebutkan satu per-satu. Penulis menyadari sepenuhnya keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini sehingga hasilnya jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan IPTEK khususnya bidang Akuntansi. Aamiiin. Kendari, Ardino April 2017 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................. HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................. ABSTRAK ............................................................................................... ABSTRACK .............................................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................. DAFTAR ISI ........................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................... DAFTAR GAMBAR ............................................................................... DAFTAR SKEMA .................................................................................. i ii iii iv v vi vii viii ix x xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................... 1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 1 6 6 7 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................... 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya ........................................... 2.2.2 Konsep Biaya .................................................................. 2.2.3 Klasifikasi Biaya ............................................................ 2.3 Pengertian Biaya Overhead Pabrik ......................................... 2.3.1 Pembebanan Biaya Overhead Tradisional ..................... 2.3.2 Pembebanan Biaya Overhead Menggunakan Activity Based Costing ................................................... 2.3.3 Perbedaan Pembebanan Biaya Overhead Tradisional Dan Activity Based Costing ........................................... 2.3.4 Activity Based Costing System Sebagai Pengganti Model Tradisonal ........................................................... 2.4 Sistem Akuntansi Biaya Berdasarkan Aktivitas (Activity Based Costing) ......................................................... 2.4.1 Keunggulan Dan Kelemahan Activity Based Costing .... 2.4.2 Syarat Penerapan Activity Based Costing System .......... 2.4.3 Activity Based Costing Untuk Perusahaan Jasa ............. 2.5 Cost Driver 2.5.1 Pengertian Cost Driver ................................................... 2.5.2 Faktor Utama Cost Driver .............................................. 2.5.3 Jenis-Jenis Cost Driver .................................................. 8 10 10 13 15 16 17 20 20 22 28 29 31 32 33 35 2.6 Pengertian Dan Penentuan Tarif ............................................. 35 2.7 Kerangka Pikir ......................................................................... 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ...................................................................... 3.2 JenisData dan Sumber Data .................................................... 3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 3.4.Metode Analisis Data .............................................................. 3.5 Definisi Operasional ................................................................ BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 4.1.1 Visi ................................................................................. 4.1.2 Misi ................................................................................ 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Perhitungan Tarif Sewa Kamar Penginapan Wakatatobi Dive Resort Dengan Menggunakan Metode Tradisional ........................................................ 4.2.2 Penentuan Tarif Sewa Kamar Penginapan Wakatobi Dive Resort Dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing .................................................. 4.2.2.1 Mengidentifikasi Dan Mengidentifikasi Aktivitas ...... 4.2.2.2 Mengidentifikasi Biaya Berdasar Aktivitas Ke dalam Berbagai Aktivitas ...................................................... 4.2.2.3 Mengidentifikasi Cost Driver ..................................... 4.2.2.4 Menentukan Tarif Per Unit Cost Driver ..................... 4.2.2.5 Membebankan Biaya Ke Produk Dengan Menggunakan Tarif Cost Driver dan Ukuran Aktivitas ........................................................ 4.3 Pembahasan .............................................................................. 40 40 41 41 42 44 46 46 47 52 52 53 55 62 64 67 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ............................................................................. 69 5.1 Saran ........................................................................................ 70 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 1.1 Tarif Sewa Pengiunapan ........................................................ 5 Tabel 2.1 Perbedaan Pembebanan Biaya Overhead Tradisional dan Activity Based Costing ............................................................ 20 Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Wakatobi Dive Resort .......................... 45 Tabel 4.2 Room Rate Wakatobi Dive Resort Tahun 2015 ...................... 47 Tabel 4.3 Jumlah Kamar Penginapan Untuk Dijual ................................ 48 Tabel 4.4 Jumlah Hari Hunian Penginapan Waktobi Dive Resort Tahun 2015 ............................................................................. 48 Tabel 4.5 Occupancy Rate Penginapan Wakatobi Dive Resort Tahun 2015 ......................................................................................... 49 Tabel 4.6 Pendapatan Penjualan Jasa Pengiinapan Wakatobi Dive Resort Tahun 2015 .................................................................. 49 Tabel 4.7 Persentase pendapatan Penjualan Jasa Penginapan Wakatobi Dive Resort ............................................................. 50 Tabel 4.8 Rincian Biaya Langsung ......................................................... 51 Tabel 4.9 Rincian Biaya Operasional ...................................................... 51 Tabel 4.10 Harga Pokok Penginapan Wakatobi Dive Resort Tahun 2015 ............................................................................. 52 Tabel 4.11 Klasifikasi Aktivitas Berdasarkan Aktivitas ........................... 55 Tabel 4.12 Cost Pool dan Cost Driver ...................................................... 57 Tabel 4.13 Cost Pool I .............................................................................. 58 Table 4.14 Cost Pool II ............................................................................. 58 Tabel 4.15 Cost Pool III ............................................................................ 59 Tabel 4.16 Cost Pool IV ............................................................................ 59 Tabel 4.17 Cost Pool V ............................................................................. 60 Tabel 4.18 Cost Pool VI ............................................................................ 60 Tabel 4.19 Pengelompokan Aktivitas dan Cost Driver ............................ 61 Tabel 4.20 Penentuan Tarif Per Unit Cost Driver Penginapan Dengan Metode Activity Based Costing ............................................... 63 Tabel 4.21 Tarif Sewa Penginapan Wakatobi Dive Resort Untuk Garden Bungalow ................................................................... 65 Tabel 4.22 Tarif Sewa Penginapan Wakatobi Dive Resort Untuk Beach Bungalow ...................................................................... 66 Tabel 4.23 Tarif Sewa Penginapan Wakatobi Dive Resort Untuk Villa ... 66 Tabel 4.24 Perbedaan Tarif Sewa Kamar Penginapan Antara Perhitungan Yang Dilakukan Perusahaan Dengan Metode Tradisional dan Activity Based Costing ..................... 67 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 2.1 Pembebanan Biaya Tarif Departemen ................................... 17 Gambar 2.2 Pembebanan Biaya Overhead Dengan Menggunakan Metode Activity based Costing .............................................. 19 Gambar 2.3 Konsep Dasar Activity Based Costing ................................... 24 DAFTAR SKEMA Skema Halaman Skema 2.1 Kerangka Pikir ......................................................................... 39 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Potensi wisata dalam negeri berperan penting bagi industri jasa penginapan. Bisnis hotel dan resor misalnya, tumbuh karena ditopang meningkatnya sektor pariwisata. Pertumbuhan industri jasa penginapan juga dipengaruhi oleh perkembangan hotel dan resor yang dikelola baik pengelola dalam negeri maupun luar negeri. Bertambahnya hotel dan resor akan menyebabkan persaingan bisnis yang sejenis. Kondisi ini menuntut para pengembang atau pelaku usaha untuk fokus menjamin kualitas dan pelayanan, serta harga yang terjangkau. Perusahaan harus dapat secara efisien dan efektif menentukan harga yang sesuai dengan kualitas dan pelayanan yang mampu bertahan melawan pesaing. Penetapan biaya yang tepat akan menghasilkan biaya yang akurat, efisien, dan efektif. Penetapan biaya juga sangat berpengaruh pada penentuan harga pokok. Mayoritas hotel dan resor masih menggunakan metode konvensional dalam penetapan biayanya. Pembebanan biaya produksi dilakukan atas biayan langsung dan tidak langsung yang berhubungan dengan produk. Pembebanan biaya tersebut dilakukan dengan berdasarkan pembebanan secara menyeluruh atau per departemen. Metode ini tidak sesuai dengan jenis produk jasa yang bervariatif, sehingga memberikan informasi biaya yang terdistorsi atau tidak akurat dalam pembebanan biaya. 1 2 Harga pokok mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan harga jual produk. Penetapan biaya yang lebih tepat akan menghasilkan harga pokok produks/jasa yang lebih akurat. Oleh karena itu, perusahaan harus benar-benar teliti dalam menentukan harga pokok produksinya. Dalam perhitungan biaya produk untuk menetukan harga pokok produksi/jasa masih banyak perusahaan yang menggunakan sistem tradisional. Sistem akuntansi tradisional, dalam pembebanan biaya produksi dilakukan atas biaya langsung dan tidak langsung yang berhubungan dengan produk. Secara tradisional pembebanan biaya produk dilakukan dengan menggunakan dasar pembebanan secara menyeluruh. Hal ini akan menimbulkan banyak masalah karena produk yang dihasilkan tidak dapat mencerminkan biaya yang sebenarnya diserap untuk menghasilkan produk tersebut. Sebagai akibatnya akan muncul produk under costing dan produk over costing. Distorsi tersebut mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan dalam hal harga produk dan kelangsungan organisasi. Sehingga perlu diterapkannya sistem penentuan harga pokok produk berdasarkan aktivitasnya (activity based) atau lebih dikenal dengan nama Activity Based Costing System. Activity Based Costing System merupakan sebuah sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasikan bermacam-macam aktivitas yang dikerjakan di dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar sifat yang ada dari aktivitas tersebut. Metode Activity Based Costing dapat menyediakan informasi perhitungan biaya yang lebih baik dan dapat membantu manajemen dalam mengelola perusahaan secara efisien serta memperoleh pemahaman yang lebih baik atas 3 keunggulan kompetitif, kekuatan dan kelemahan perusahaan. Sehingga dengan metode Activity Based Costing dapat menyajikan informasi harga pokok produk/jasa secara cermat dan akurat bagi kepentingan manajemen. Konsep sistem Activity Based Costing merupakan alternatif solusi yang ditempuh oleh perusahaan untuk mendapatkan informasi akuntansi yang relevan dalam keragaman kondisi dan sistem Activity Based Costing ini, dapat diterapkan pada Wakatobi Dive Resort tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi manajemen perusahaan. Manajemen memerlukan informasi untuk memungkinkan manajer melakukan pengelolaan terhadap berbagai aktivitas dalam menghasilkan cost object. Oleh karena itu, manajemen harus mampu mengelola sumber daya dengan melakukan perancangan kembali sistem akuntansi manajemen yang mampu mencerminkan sumber daya dalam aktivitas produk/jasa. Penelitian yang dilakukan oleh Ashford C.Chea dengan judul (ActivityBased Costing System in the Service Sector: A Strategic Approach for Enhancing Managerial Decision Making and Competitiveness). Mengemukakan bahwa Activity Based Costing memiliki akar di sektor manufaktur dan sebagian besar literatur tentang Activity Based Costing menekankannya digunakan dalam pengaturan manufaktur. Namun, harus diakui bahwa aktivitas ekonomi yang signifikan dan berkembang terjadi di sektor non-manufaktur. Penting untuk dicatat bahwa prinsip-prinsip Activity Based Costing berlaku untuk semua jenis bisnis. Misalnya, perusahaan jasa menghadapi perubahan lingkungan yang sama yang telah mengharuskan modifikasi dalam praktek manajemen biaya dalam 4 perusahaan manufaktur dalam rangka bagi mereka untuk tetap kompetitif. Berikut contoh perusahaan yang menggunakan metode Activity Based Costing yaitu Healthspan Transportation Service in the USA reports that, through analyzing ABC data, it was recognized that when the scheduled call service was busy, the emergency room service was often idle. As a result, the emergency room service was used to respond to scheduled calls and greater usage efficiency was achieved with aconsequent (positive) impact on profitability. Wakatobi Dive Resort merupakan salah satu resor yang terkenal di Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu kini Wakatobi Dive Resort mulai exist menapaki kerasnya persaingan dunia pariwisata di Indonesia, dengan mengandalkan fasilitas dan keindahan panorama alamnya sehingga menarik para wisatawan dari berbagai mancanegara untuk berkunjung di Wakatobi Dive Resort Kabupaten Wakatobi. Wakatobi Dive Resort mengandalkan fasilitas yang ada seperti, 28 kamar penginapan yang dibagi dalam tiga (3) tipe penginpan yaitu: 4 Villas, 15 Beach Bungalows, 9 Garden Bungalows. Resor juga menyediakan berbagai fasilitas umum yang dapat digunakan oleh wisatawan yaitu, spa, kids klub, restaurant, jeety bar, medical center. Semua penginapan ini memiliki balkon di depan serta kursi santai, meja dan perabotan lainnya. Resor ini di lengkapi dengan akses internet, mini-bar, dan wifi dan masih banyak lagi. Semua bungalow dan villa dilengkapi dengan penyejuk ruangan. Wakatobi Dive Resort dalam pengoperasiannya dihadapkan dengan berbagai tipe penginapan dan melalui berbagai tahap dalam penyelesaian 5 produk/jasa sehingga muncul berbagai biaya diluar biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang turut mendukung penyelesaian produk/jasa. Hal tersebut memerlukan adanya pengalokasian biaya secara akurat ke produk/jasa yang didasarkan pada sumber daya yang dikonsumsi sebagai akibat adanya berbagai aktivitas yang akhirnya akan menghasilkan perhitungan harga pokok produksi/jasa. Dengan melihat karakteristik spesifikasi jenis penginapan, pelayanan, serta potensi persaingan dari competitor maka salah satu cara yang dilakukan Wakatobi Dive Resort dalam upaya meningkatkan efisiensi biayanya adalah dengan menentukan harga pokok produk/jasa secara tepat. Cara yang ditempuh perusahaan untuk menentukan harga pokok produksi/jasa secara akurat dan efektif adalah dengan menggunakan konsep Activity Based Costing. Penentuan tarif sewa kamar penginapan yang ada pada Wakatobi Dive Resort berbeda, dimana penentuan tarif sewa yang ditetapkan atau diberlakukan akan naik secara berkala sesuai dengan adanya keputusan yang telah disepakati oleh pihak resor. Adapun tarif sewa masing-masing penginapan yang ada di Wakatobi Dive Resort adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Tarif Sewa Masing-Masing Penginapan Pada Wakatobi Dive Resort Tipe Ruangan Garden Bungalows Beach Bungalows Villa Tarif Sewa (Perhari) ($) $290 $380 Tarif Sewa (Perhari) (Rp) 3.799.000 4.978.000 $605 7.927.500 Sumber : Data Wakatobi Dive Resort Tahun 2015 6 Berdasarkan tabel 1.1 tentang tarif masing-masing tipe penginapan Wakatobi Dive Resort, penulis dalam menyusun skripsi ini mengamati perkembangan terakhir kurs rupiah menunjukan bahwa besarnya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar $ 1 = Rp 12.500. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Sewa Kamar Penginapan Pada Wakatobi Dive Resort.” 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perhitungan metode Activity Based Costing untuk menghitung tarif sewa penginapan pada penginapan Wakatobi Dive Resort ? 2. Apakah ada perbedaan besarnya tarif sewa penginapan pada Wakatobi Dive Resort dengan perhitungan akuntansi biaya tradisional dan Activity Based Costing ? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perhitungan dengan menggunakan metode Activity based Costing dalam menghitung tarif sewa penginapan Wakatobi Dive Resort. 7 2. Untuk mengetahui beda besarnya tarif menggunakan metode akuntansi biaya tradisional dan Activity based Costing. 1.4 Manfaat Penelitian Penulisan hasil penelitan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai kalangan yaitu, sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna perusahaan sebagai masukan untuk meningkatkan kinerja dan menentukan suatu strategi perusahaan khususnya dalam mengoptimalkan fungsi dan peranan informasi. 2. Bagi Penulis, dapat menjadi sarana untuk mengembangkan potensi diri atau wawasan khususnya yang berkaitan dengan materi yang disajikan. 3. Bagi Peneliti, sebagai bahan bacaan atau literature bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 1.5 Ruang Lingkup Peneilitian Agar penelitian ini lebih terarah, maka peneliti membatasi ruang lingkup pembahasan hanya mengenai tarif sewa pada penginapan Wakatobi Dive Resort Onemoba’a Tomia tahun 2015. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Insyirah Putikadea (2010) yang berjudul Penentuan Harga Pokok Penjualan Kamar “DELUXE” Dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing Pada Resort G-Land Joyo’s Camp menyatakan bahwa Hasil dari perhitungan harga pokok penjualan kamar G-land Joyo’s Camp untuk jenis “Deluxe room” Dengan menggunakan metode Activity Based Costing sebesar Rp 303.284,26. Selisih antara harga pokok penjualan kamar G-land Joyo’s Camp jenis “Deluxe room” menggunakan metode Activity based Costing dengan metode konvensional sebesar Rp 155.715,74. Hal ini membuktikan bahwa hasil perhitungan harga pokok penjualan kamar G-land Joyo’s Camp “Deluxe room” dengan menggunakan metode Activity Based Costing lebih rendah daripada metode konvensional atau dengan kata lain harga pokok penjualan kamar dengan menggunakan metode yang diterapkan oleh manajemen G-land Joyo’s Camp disebut over costing dikarenakan adanya pembebanan menyeluruh per unit kamar bukan berdasarkan aktivitas yang terjadi. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muh. Akbar (2011) yang berjudul Analisis Penerapan Metode Activity Based Conting System dalam Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel Pada Hotel Coklat Makassar menyatakan bahwa hasil analisis data penelitian tentang peranan Activity Based Costing System dalam penentuan harga pokok kamar hotel, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 8 9 1. Penggunaan metode Activity Based Costing dalam perhitungan harga pokok kamar akan menghasilkan harga pokok kamar yang akurat, karena biaya-biaya yang terjadi dibebankan pada produk atas dasar aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsikan oleh produk dan juga menggunakan dasar lebih dari satu cost driver. 2. Hasil dari perhitungan harga pokok kamar dengan menggunakan metode Activity Based Costing yaitu, untuk kamar standard sebesar Rp. 175.744,08. Untuk kamar deluxe sebesar Rp. 191.964,27. Untuk kamar Suite sebesar Rp. 368.972,58, Untuk kamar Family sebesar Rp. 438.324,93. Dan untuk kamar Executive Suite/Pent House sebesar Rp. 2.039.888,19. Terdapat selisih harga yang lebih rendah dari penetapan harga manajemen hotel dengan hasil perhitungan metode Activity Based Costing yaitu, untuk kamar standard sebesar Rp. 58.024,48. Untuk kamar deluxe sebesar Rp. 175.411,58. Untuk kamar suite sebesar Rp. 99.034,88. Dan untuk kamar family sebesar Rp. 100.045,60. Sedangkan harga yang lebih tinggi menggunakan metode Activity Based Costing, yaitu pada kamar executive suite/pent house dengan selisih sebesar Rp. 368.096,17. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu terdapat pada objek penelitiannya. Sedangkan persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdapat pada variable yang diteliti yaitu penerapan Activity Based Costing System dalam penentuan tarif sewa kamar penginapan. 10 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Secara garis besar Akuntansi berarti pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi dalam suatu perusahaan. Sedangkan biaya berarti pengorbanan materi yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Mulyadi (2009:7), Akuntansi Biaya adalah : “Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya.” Bustami (2010:3) mengemukakan bahwa : “Akuntansi biaya adalah suatu bidang yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur dan melaporkan tentang informasi biaya yang digunakan dan membahas tentang penentuan harga pokok produksi dalam suatu produk yang diproduksi dan di jual di pasar.” Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya adalah suatu proses pencatatan, pengklarifikasian, perhitungan, dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan produk barang maupun jasa dengan cara tertentu sebagai alat pembantu bagi manajemen dalam pengambilan keputusan. 2.2.2 Konsep Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen membutuhkan pemahaman akan arti biaya dan terminologi yang berkaitan dengan biaya. Pembebanan biaya atas produk, jasa, pelanggan dan objek lain yang merupakan kepentingan manajemen, adalah salah satu tujuan 11 dasar sistem informasi akuntasi manajemen. Peningkatan keakuratan pembebanan biaya menghasilkan informasi yang lebih bermutu tinggi yang kemudian dapat digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik. Memperbaiki penentuan biaya telah menjadi pengembangan utama dalam bidang manajemen biaya. Sebelum membicarakan proses penentuan biaya, baiknya menentukan mengenai definisi biaya (cost). Biaya (cost) dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu : aktiva atau aset dan beban atau expense. Biaya akan dicatat sebagai aktiva atau aset apabila memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Sedangkan biaya akan dikategorikan sebagai beban atau expense jika memberikan manfaat pada periode akuntansi berjalan. Aktiva atau aset juga dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu: Aktiva atau aset dan beban atau expense. Jika aktiva atau aset tersebut belum terpakai, maka tetap dicatat sebagai aktiva atau aset. Sedangkan apabila aktiva atau aset tersebut telah digunakan, maka akan dicatat sebagai beban. Hansen dan Mowen (2006:40), mendefinisikan biaya sebagai berikut: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi. Dikatakan sebagai ekuivalen kas karena sumber nonkas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. Sebagai contoh, menukar peralatan dengan bahan yang digunakan untuk produksi. Dalam usaha menghasilkan 12 manfaat saat ini dan di masa depan, manajemen suatu organisasi harus melakukan berbagai usaha untuk meminimumkan biaya yang dibutuhkan dalam mencapai keuntungan tertentu. Mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk mencapai manfaat tertentu memiliki arti bahwa perusahaan menjadi lebih efisien. Biaya tidak harus ditekan, tetapi juga harus dikelola secara strategis. Adapun definisi biaya menurut Mulyadi (2009:8), yaitu : “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.” Menurut Darsono (2009:20), dijelaskan bahwa: “Biaya adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa mendatang.” Kuswadi (2005:21) mendefinisikan biaya adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak ketiga, baik yang berkaitan dengan usaha pokok perusahaan maupun tidak. Menurut Bustami dan Nurlela (2006:38), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan IAI (IASC) mendefinisikan Akuntansi Keuangan (2002), sebagai berikut : biaya dalam Standar “Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Dari berbagai pengertian di atas, dapat ditarik mengenai kesimpulan mengenai biaya, yaitu bahwa biaya memiliki pengertian yang berbeda dengan 13 beban. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi/penurunan hak kekayaan pemilik berupa kas atau sesuatu yang dapat diukur dalam satuan uang yang diharapkan dapat menghasilkan keuntungan di masa ini dan masa yang akan datang, sedangkan beban adalah biaya/pengorbanan yang manfaatnya sudah dinikmati karena telah habis pakai. 2.2.3 Klasifikasi biaya Klasifikasi biaya sangat diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat membantu pihak manajemen dalam mencapai tujuannya. Untuk tujuan perhitungan biaya produk dan jasa, biaya dapat diklasifikasikan menurut tujuan khusus atau fungsi-fungsi. Menurut Hansen dan Mowen (2006:50), biaya dikelompokkan ke dalam dua kategori fungsional utama, antara lain : 1. Biaya produksi (manufacturing cost) adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai : a. Bahan baku langsung, adalah bahan yang dapat di telusuri ke barang atau jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan langsung ini dapat dibebankan ke produk karena pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh setiap produk. Bahan yang menjadi bagian produk berwujud atau bahan yang digunakan dalam penyediaan jasa pada umumnya diklasifikasikan sebagai bahan langsung. b. Tenaga kerja langsung, adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Seperti halnya bahan 14 langsung, pengamatan fisik dapat digunakan dalam mengukur kuantitas karyawan yang digunakan dalam memproduksi suatu produk dan jasa. Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi produk atau menyediakan jasa kepada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. c. Overhead, adalah semua biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung dikelompokkan ke dalam kategori biaya overhead. Kategori biaya overhead memuat berbagai item yang luas. Banyak input selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung diperlukan untuk membuat produk. Bahan langsung yang merupakan bagian yang tidak signifikan dari produk jadi umumnya dimasukkan dalam kategori overhead sebagai jenis khusus dari bahan tidak langsung. Hal ini dibenarkan atas dasar biaya dan kepraktisan. Biaya penelusuran menjadi lebih besar dibandingkan dengan manfaat dari peningkatan keakuratan. Biaya lembur tenaga kerja langsung biasanya dibebankan ke overhead. Dasar pemikirannya adalah bahwa tidak semua operasi produksi tertentu secara khusus dapat diidentifikasi sebagai penyebab lembur. Oleh sebab itu, biaya lembur adalah hal yang umum bagi semua operasi produksi, dan merupakan biaya manufaktur tidak langsung. 2. Biaya nonproduksi (non-manufacturing cost) adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi perancangan, pengembangan, pemasaran, 15 distribusi, layanan pelanggan, dan administrasi umum. Terdapat dua kategori biaya nonproduksi yang lazim, antara lain: a. Biaya penjualan atau pemasaran, adalah biaya yang diperlukan untuk memasarkan, mendistribusikan, dan melayani produk atau jasa. b. Biaya administrasi, merupakan seluruh biaya yang berkaitan dengan penelitian, pengembangan, dan administrasi umum pada organisasi yang tidak dapat dibebankan ke pemasaran ataupun produksi. Administrasi umum bertanggung jawab dalam memastikanbahwa berbagai aktivitas organisasi terintegrasi secara tepat sehingga misi perusahaan secara keseluruhan dapat terealisasi. 2.3 Pengertian Biaya Overhead Pabrik Menurut Mardiasmo (1994:71) biaya overhead pabrik adalah biaya bahan, tenaga kerja, dan fasilitas produksi lainnya, selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan karateristiknya dalam hubungannya dengan produksi. Tiga kelompok tersebut adalah: 1. Biaya overhead pabrik variabel Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang totalnya mengalami perubahan secara proporsional sesuai dengan perubahan volume produksi. 2. Biaya overhead pabrik tetap Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang dalam kapasitas relevan, totalnya tetap konstan meskipun volume produksi 16 berubah-ubah. 3. Biaya overhead pabrik semi-variabel merupakan biaya overhead pabrik yang totalnya berubah. 2.3.1 Pembebanan Biaya Overhead Tradisional Dalam sistem tradisional, pemicu biaya yang digunakan hanya didasarkan atas unit level activity driver. Pemicu aktivitas atas dasar unit merupakan factor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya ketika unit yang dihasilkan berubah. Contoh unit pemicu biaya yang digunakan sebagai dasar untuk membebankan biaya overhead pada produk adalah unit produksi, jam kerja langsung, jam mesin dan biaya bahan baku. Pada pembebanan tarif overhead departemen terdiri dari dua tahapan, pertama dalah membagi dan membebankan biaya overhead ke masing-masing departemen (direct tracing, driver tracing, dan alokasi) dan tahap kedua adalah membebankan overhead pada masing-masing departemen ke tiap-tiap produk atas dasar pembebanan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik pekerjaan yang dilakukan. 17 Gambar 2.1 Pembebanan Biaya Tarif departemen Biaya Overhead Pabrik Tahap 1 Departemen 1 Departemen 2 Departemen 3 Tahap 2 Produk Sumber : Warindrani, (2006:26) 2.3.2 Pembebanan Biaya Overhead Menggunakan Activity Based Costing Metode Activity Based Costing akan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat, karena metode ini dapat mengidentifikasikan secara teliti aktivitasaktivitas yang dilakukan manusia, mesin dan peralatan dalam menghasilkan suatu produk maupun jasa. Menurut Warindrani (2006:27) terdapat dua tahapan pembebanan biaya overhead dengan metode Activity Based Costing yaitu: 1. Biaya overhead dibebankan pada aktivitas-aktivitas. Dalam tahapan ini di perlukan 5 (lima) langkah yang dilakukan yaitu: a. Mengidentifikasi aktivitas. Pada tahap ini harus diadakan (1) identifikasi terhadap sejumlah aktivitas yang dianggap menimbulkan biaya dalam memproduksi barang atau jasa dengan cara membuat secara rinci tahap proses aktivitas produksi sejak menerima barang sampai dengan pemeriksaana 18 akhir barang jadi dan siap dikirim ke konsumen, dan (2) dipisahkan menjadi kegiatan yang menambah nilai (value added) dan tidak menambah nilai (non added value). b. Menentukan biaya yang terkait dengan masing-masing aktivitas. Aktivitas merupakan suatu kejadian atau transaksi yang menjadi penyebab terjadinya biaya (cost driver atau pemicu biaya). Cost driver atau pemicu biaya adalah dasar yang digunakan dalam Activity Based Costing yang merupakan faktor-faktor yang menentukan seberapa besar atau seberapa banyak usaha dan beban tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas c. Mengelompokkan aktivitas yang seragam menjadi satu. Pemisahan kelompok aktivitas diidentifikasikan sebagai berikut: i. Unit level activities merupakan aktivitas yang dilakukan untuk setiap unit produk yang dihasilkan secara individual. ii. Batch level activities merupakan aktivitas yang berkaitan dengan sekelompok produk. iii. Product sustaining activities dilakukan untuk melayani berbagai kegiatan produksi produk yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. iv. Facility sustaining activities sering disebut sebagai biaya umum karena tidak berkaitan dengan jenis produk tertentu. d. Menggabungkan biaya dari aktivitas yang dikelompokkan. Biaya untuk masing-masing kelompok (unit, batch level, product, dan 19 facility sustaining) dijumlahkan sehingga dihasilkan total biaya untuk tiap-tiap kelompok. e. Menghitung tarif per kelompok aktivitas (homogeny cost pool rate). Dihitung dengan cara membagi jumlah total biaya pada masing-masing kelompok dengan jumlah cost driver. 2. Membebankan biaya aktivitas pada produk. Setelah tarif per kelompok aktivitas diketahui maka dapat dilakukan perhitungan biaya overhead yang dibebankan pada produk adalah sebagai berikut: Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Jumlah Konsumsi tiap Produk Jika dibuat dalam suatu gambar maka pembebanan biaya overhead dengan menggunakan metode Activity Based Costing adalah sebagai berikut: Gambar 2.2 Pembebanan Biaya Overhead dengan menggunakan Metode Activity Based Costing Biaya Overhead Pabrik Tahap 1 Aktivitas Tahap 2 Sumber : Warindrani, (2006:30) Aktivitas produk Aktivitas 20 2.3.2 Perbedaan Pembebanan Biaya Overhead Tradisional Dan Activity Based Costing Setelah dijelaskan mengenai pembebanan biaya overhead secara tradisional dengan pembebanan biaya overhead secara Activity Based Costing maka dapat diperinci adanya perbedaan dari kedua metode tersebut: Table 2.1 Perbedaan Pembebanan Biaya Overhead Tradisional dan Activity Based Costing Tradisional ï‚· Pemicu biaya: unit (unit level activity driver). Pemicu aktivitas atas dasar unit merupakan faktor yang menyebabkan biaya ketika jumlah unit yang dihasilkan berubah. ï‚· Pemicu biaya yang digunakan: unit produksi, jam kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, biaya bahan baku. ï‚· Macam: tarif tunggal dan tarif berbeda yang berlaku untuk tiap departemen. ï‚· Hanya menyediakan informasi biaya. Activity Based Costing ï‚· Biaya overhead berubah secara proporsional dengan unit pengukur selain volume. ï‚· Jumlah pemicu biaya yaitu yang didasarkan pada unit dan non unit dan didasarkan pada hubungan sebab akibat. Macam: Metode Activity Based Costing ï‚· ï‚· Disamping menyediakan informasi biaya juga kinerja aktivitas. Sumber : Warindrani, (2006:31) 2.3.3 Activity Based Costing System Sebagai Pengganti Model Tradisional Konsep Activity Based Costing timbul karena sistem akumulasi biaya tradisional (traditional costing) yang dipakai tidak dapat mencerminkan secara benar besarnya pemakaian biaya produksi dan biaya sumber daya fisik secara benar. Sistem akuntansi biaya tradisional dirancang hanya untuk menyajikan 21 informasi biaya pada tahap produksi yang merupakan salah satu dari 3 tahap proses pembuatan produk. Tahap desain dan pengembangan produk, tahap produksi, dan tahap distribusi. Sistem akuntansi tradisional mempunyai kelemahan, yaitu: a. Hanya menggunakan jam kerja langsung (biaya tenaga kerja langsung) sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya overhead dari pusat biaya kepada produk dan jasa. b. Hanya alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead yang sangat berbeda. c. Cost pool (cost centers) yang terlalu besar dan berisi mesin yang mempunyai struktur biaya overhead yang sangat berbeda. d. Biaya pemesanan dan penyerahan rancangan produk dan jasa sangat berbeda diantara berbagai saluran distribusi, namun sistem akuntansi biaya konvensional tidak memperdulikan biaya pemasaran. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembebanan biaya secara tradisonal kurang tepat karena hanya berdasarkan jumlah produksi, sehingga mempunyai kelemahan-kelemahan yang membuat undercost pada volume yang rendah, produk sederhana, namun mengovercost pada volume tinggi dengan produk yang kompleks, dengan demikian perhitungan biaya menjadi terdistorsi. Activity Based Costing menghilangkan distorsi sehingga dapat diketahui harga pokok proses, jasa, dan produk yang sebenarnya. 22 2.4 Sistem Akuntansi Biaya Berdasarkan Aktivitas (Activity Based Costing) Activity Based Costing memfokuskan pada aktivitas sebagai objek biaya yang fundamental. Activity Based Costing menggunakan biaya dari aktivitas sebagai dasar untuk membagikan biaya ke objek biaya lain seperti produk, jasa, atau konsumen. Aktivitas yang terjadi di perusahaan dipengaruhi oleh penggerak biaya dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas tersebut. Menurut Garrison dan Norren (2000:342) Activity Based Costing adalah metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk pembuatan keputusan stratejik dan keputusan lain yang mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap. Pengambil keputusan yang berpengalaman tidak menggunakan informasi akuntansi tanpa mempertimbangkan potensi ketidakakuratannya. Data yang tidak akurat dapat menyesatkan dan menghasilkan kesalahan yang berpotensi menghasilkan pengambilan keputusan strategis yang kurang optimal. Dengan adanya Activity Based Costing dapat dihitung harga pokok suatu produk atau jasa yang dapat digunakan oleh manajemen sebagai salah satu alternatif untuk penentuan harga jual. Mulyadi (2003:40) menyatakan bahwa definisi Activity Based Costing adalah: Activity based costing adalah sistem informasi yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan 23 secara akurat biaya produk atau jasa sebagai tujuan. Sistem informasi diterapkan dalam perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang. Menurut Blocher (2005:222) menyatakan bahwa Activit Based Costing adalah: Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing) adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya tersebut. Dasar pemikiran pendekatan perhitungan biaya ini adalah produk dan jasa perusahaan merupakan hasil dari aktivitas dan aktivitas tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Fokus utama Activity Based Costing adalah aktivitas. Mengidentifikasi biaya aktivitas dan kemudian ke produk merupakan langkah dalam menyusun Activit Based Costing System (Hansen & Mowen, 2006:153). Activity based costing mengakui hubungan sebab akibat atau hubungan langsung antara biaya sumber daya, penggerak biaya, aktivitas, dan objek biaya dalam membebankan biaya pada aktivitas dan kemudian pada objek biaya. Untuk tujuan perhitungan biaya produk, aktivitas dapat diklasifikasikan dalam empat kategori umum, yaitu tingkat unit, tingkat batch, tingkat produk, dan tingkat fasilitas. Pengklasifikasian aktivitas menjadi kategori umum ini akan memudahkan perhitungan biaya produk karena biaya aktivitas yang berkaitan dengan tingkat yang berbeda akan merespon jenis penggerak biaya yang berbeda (perilaku biaya berbeda berdasarkan tingkat). Aktivitas tingkat unit adalah aktivitas yang dilakukan setiap kali sebuah unit diproduksi. Sebagai contoh, permesinan dan perakitan adalah aktivitas yang 24 dikerjakan setiap kali sebuah unit produksi. Aktivitas tingkat batch adalah aktivitas yang dilakukan setiap batch produk diproduksi. Penyetelan pemeriksaan, penjadwalan produksi dan penanganan bahan adalah contoh-contoh dari aktivitas tingkat batch. Aktivitas tingkat produk adalah aktivitas yang dilakukan bila diperlukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi perusahaan. Perubahan teknik, pengembangan prosedur pengujian produk, pemasaran produk, rekayasa teknik produk, dan pengiriman adalah contoh-contoh dari aktivitas tingkat produk. Pengklasifikasian yang terakhir yaitu aktivitas tingkat fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses umum produksi suatu pabrik. Gambar 2.3 Konsep Dasar Activity Based Costing Resources Cost Object Activities Cost Object Cost Object Sumber: Hansen dan Mowen (2006:56) Konsep dasar dari Activity Based Costing dapat dijelaskan bahwa bagian vertikal menggambarkan kebutuhan organisasi untuk membebankan sumber daya ke aktivitas dan selanjutnya dibebankan ke obyek biaya (pelanggan atau produk). Sedangkan bagian horisontal menggambarkan kebutuhan organisasi lain yaitu 25 informasi yang menjelaskan apa penyebab terjadinya pekerjaan atau bagaimana pekerjaan tersebut dilakukan. Berikut ini merupakan prosedur-prosedur dilakukan dalam penerapan Activity Based Costing (Simamora, 2002:297-306). a. Prosedur tahap pertama Pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas meliputi empat langkah sebagai berikut: 1. Penggolongan berbagai aktivitas 2. Menghubungkan biaya dengan aktivitas 3. Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pools) yang homogen. 4. Penentuan tarif kelompok (pool rate) Langkah pertama dalam prosedur tahap pertama Activity Based Costing adalah penggolongan berbagai aktivitas. Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai suatu interpretasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses produksi yang dapat dikelola. Setelah menggolongkan berbagai aktivitas, maka langkah kedua adalah menghubungkan berbagai biaya dengan setiap aktivitas. Setelah itu, langkah ketiga adalah penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen yang ditentukan. Kelompok biaya homogen (homogenous cost pool) adalah sekumpulan biaya overhead yang terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal. Dengan kata lain suatu kelompok biaya dapat dikatakan homogen apabila aktivitas-aktivitas overhead dapat dihubungkan secara logis 26 dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. Rasio konsumsi yang sama menunjukkan eksistensi dari sebuah cost driver. Cost driver yang dipilih harus mudah dipahami berhubungan langsung dengan aktivitas yang dikerjakan dan memadai untuk ukuran kinerja. Jika kelompok-kelompok biaya yang homogen telah ditentukan, maka langkah terakhir adalah penetuan tarif kelompok. Tarif kelompok (pool rates) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas kelompok tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penentuan cost driver adalah pengidentifikasian aktivitas pada berbagai tingkat. Pada proses ini aktivitas yang luas dikelompokkan ke dalam empat kategori aktivitas, yaitu: 1. Aktivitas-aktivitas berlevel unit (unit level activities). Aktivitas yang dilakukan setiap satu kali unit produk diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi. untuk masing-masing output yang diproduksi. 2. Aktivitas-aktivitas berlevel batch (batch level activities). Aktivitas yang dilakukan setiap kali suatu batch produk diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. 27 3. Aktivitas-aktivitas berlevel produk (product level activities). Aktivitas yang dilakukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini menggunakan masukan (input) yang bertujuan untuk mengembangkan dan atau memproduksi produk untuk dijual. Biaya dari aktivitas jenis ini cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah produk yang berbeda. 4. Aktivitas-aktivitas berlevel fasilitas (facility level activities). Aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan proses produksi secara keseluruhan. Aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang diproduksi dan dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Aktivitas ini memberikan keuntungan bagi organisasi sampai tingkat tertentu, akan tetapi tidak memberikan keuntungan untuk satu spesifik produk. b. Prosedur tahap kedua Di dalam tahap yang kedua, biaya-biaya dari setiap overhead pool ditelusuri kembali ke hasil produksi. Ini dilakukan dengan menggunakan pool rates yang dihitung dalam tahap pertama dan dengan mengukur jumlah sumber- sumber yang digunakan oleh setiap hasil produksi. Pengukuran ini hanyalah jumlah dari activity driver yang digunakan oleh setiap hasil produksi. Dapat dihitung sebagai berikut: Overhead yang dibebankan = tarif kelompok x unit-unit cost driver yang digunakan. 28 2.4.1 Keunggulan dan Kelemahan Activity Based Costing Keunggulan Activity Based Costing adalah sebagai berikut: 1. Suatu pengkajian Activity Based Costing dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki mutu dan mengurangi biaya. 2. Activity Based Costing dapat membantu dalam pengambilan keputusan. 3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar. 4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari break even atas produk yang bervolume rendah. 5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi. Sedangkan kelemahan dari sistem Activity Based Costing ini adalah sebagai berikut : a. Alokasi, beberapa biaya dialokasikan secara sembarangan, karena sulitnya menemukan aktivitas biaya tersebut. Contoh pembersihan pabrik dan pengelolaan proses produksi. 29 b. Mengabaikan biaya-biaya tertentu yang diabaikan dari analisis. Contoh iklan, riset, pengembangan, dan sebagainya. c. Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi, disamping memerlukan biaya yang mahal juga memerlukan waktu yang cukup lama. 2.4.2 Syarat Penerapan Activity Based Costing System Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan system Activity Based Costing menyaratkan tiga hal: 1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi Activity Based Costing System mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk. 2. Tingkat persaingan industri yang tinggi Terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan manajemen. 3. Biaya pengukuran yang rendahBiaya yang digunakan Activity Based Costing System untuk menghasilkan informasi biaya yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh 30 Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan penerapan Activity Based Costing System, yaitu: a. Biaya berdasarkan non unit harus merupakan presentase yang signifikan dari biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead yang dipengaruhi hanya oleh volume produksi dari keseluruhan overhead pabrik maka jika digunakan akuntansi biaya tradisional pun informasi biaya yang dihasilkan masih akurat sehingga penggunaan Activity Based Costing System kehilangan relevansinya. Artinya Activity Based Costing akan lebih baik diterapkan pada perusahaan yang biaya overheadnya tidak hanya dipengaruhi oleh volume produksi saja. b. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non-unit harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya semua biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu biaya. Pada kondisi ini penggunaan Activity Based Costing System justru tidak tepat karena Activity Based Costing System hanya dibebankan ke produk dengan menggunakan pemicu biaya baik unit maupun non unit (memakai banyak cost driver). Apabila berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka sistem akuntansi biaya tradisional atau Activity Based Costing System membebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama. Jadi perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi paling rendah) mungkin masih dapat menggunakan sistem tradidisional tanpa ada masalah. 31 2.4.3 Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa Mursyidi (2008:291), menjelaskan pada mulanya sistem Activity Based Costing berkembang pada perusahaan manufaktur yang memiliki teknologi tinggi, artinya biaya peralatan jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya tenaga kerja, karena mekanisme proses produksi dapat dinyatakan serba otomatis (terkomputerisasi) atau menggunakan mesin. Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain yang ada. Pada dasarnya tidak terwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Proses produksinya mungkin atau mungkin juga tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik. Departemen jasa menurut Ray H. Gorrison (1991) adalah semua yang meliputi departemen-departemen yang tidak langsung berkaitan dengan aktivitasoperasi suatu organisasi. Departemen jasa berfungsi sebagai penyedia jasa atau membantu penyediaan aktivitas-aktivitas yang diperlukan dalam operasi organisasi. Prinsip utama penerapan Activity Based Costing baik untukdepartemen jasa maupun untuk perusahaan jasa tidak berbeda. Dua organisasi di atas (departemen jasa dan perusahaan jasa) sama-sama menghasilkan produk yangsulit untuk diidentifikasikan. Penerapan sistem Activity Based Costing pada perusahaan jasa permasalahan yang timbul disebabkan karena perusahaan jasa menghasilkan produk yang tidak berwujud dan bervariasi sehingga menimbulkan kesulitan dalam menentukan biaya aktivitas dalam menghasilkan jasa tersebut. Menggunakan Activity Based Costing dalam organisasi jasa pada dasarnya merupakan tindakan untuk menata aktivitas yang berhubungan dengan jasa. 32 Manajemen aktivitas ini berdasarkan prinsip bahwa proses aktivitas atau usaha akan mengkonsumsi sumber daya sedangkan service costing ditentukan dengan cara menelusuri secara lebih spesifik terhadap support cost (biaya pendukung) yang secara tradisional tertimbun dalam overhead dan dialokasikan ke aktivitas pembantu (support activities) secara tradisional dialokasikan ke semua produk jasa melalui direct berbasis, misalkan seperti tenaga kerja langsung, pemakaian equipment, atau supplies. Sedangkan dalam Activity Based Costing, diperlukan penulusuran-penelusuran aktivitas pembantu ke masing-masing produk jasa. 2.5 Cost Driver 2.5.1 Pengertian Cost Driver Menurut Warindrani (2006:28) pengertian Cost driver atau pemicu biaya adalah dasar alokasi yang digunakan dalam Activity Based Costing system yang merupakan faktor-faktor yang menentukan seberapa besar atau seberapa banyak usaha dan beban kerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas. Cost driver digunakan untuk menghitung biaya sumber dari setiap unit aktivitas. Kemudian setiap biaya sumber daya dibebankan ke produk atau jasa dengan mengalihkan biaya setiap aktivitas dengan kuantitas setiap aktivitas yang di konsumsikan. Cost driver merupakan faktor-faktor yang menyebabkan biaya aktivitas, cost driver faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas satu ke aktivitas lainnya. Cost driver adalah penyebab terjadi biaya, sedangkan aktivitas adalah merupakan dampak yang ditimbulkannya. Dalam sistem biaya Activity Based Costing (ABC) digunakan 33 beberapa macam pemicu biaya sedangkan pada sistem biaya tradisional hanya menggunakan satu macam pemicu biaya tertentu. 2.5.2 Faktor Utama Cost Driver Paling tidak ada dua faktor utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan pemacu biaya (cost driver) ini yaitu biaya pengukuran dan tingkat korelasi antara cost driver dengan konsumsi biaya overhead sesungguhnya. Hal ini dapat dijelaskan, sebagai berikut: a. Biaya Pengukuran (Cost of Measurement). Dalam sistem biaya Activity Based Costing (ABC), sejumlah besar pemicu biaya dapat dipilih dan digunakan. Jika memungkinkan, adalah sangat penting untuk memilih pemacu biaya yang menggunakan informasi yang telah tersedia. Informasi yang tidak tersedia pada sistem yang ada sebelumnya berarti harus dihasilkan dan akibatnya akan meningkatkan biaya sistem informasi perusahaan. Kelompok biaya (cost pool) yang homogen dapat menawarkan sejumlah pemacu biaya. Untuk keadaan ini, pemac biaya yang dapat digunakan pada sistem informasi yang ada sebelumnya hendaknya dipilih. Pemilihan ini akan meminimumkan biaya pengukuran. b. Tingkat Korelasi (Degree of Corelation) antara Cost Driver dan Konsumsi Overhead Aktualnya. Struktur informasi yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan cara lain untuk meminimalkan biaya pengumpulan informasi konsumsi pemacu biaya. Terdapat kemungkinan untuk menggantikan suatu pemacu biaya 34 yang secara langsung mengukur konsumsi suatu aktivitas dengan pemacu biaya yang tidak secara langsung, mengukur konsumsi tersebut. Menurut Supriyono (2001:652), menyatakan bahwa pemicu biaya dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis utama yaitu: 1. Pemicu biaya yang berkaitan dengan volume produksi. Pemicu biaya ini dianggap sebagai pemicu sejumlah biaya yang berkaitan dengan volume produksi. Pemicu biaya jenis ini telah mendominasi sistem akuntansi biaya tradisional. Sebagian besar biaya-biaya pemanufakturan dianggap berkaitan erat dengan pemicu biaya tersebut. Dalam hal variabilitas biaya-biaya pemanufakturan dianggap dapat diterapkan dengan besarnya jam kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin dan biaya bahan baku. 2. Pemicu biaya yang berkaitan dengan pemanufakturan. Pemicu biaya ini dianggap memicu sejumlah biaya pemanufakturan karena terdapatnya diversitas dan kompleksitas produk. Diversitas dan kompleksitas produk disebabkan oleh karena perusahaan memproduksi berbagai macam produk dengan karateristik yang berbeda-beda baik karena kerumitan rancangan, ukuran volume produksi, ukuran bentuk, maupun karateristik lainnya. Jika perusahaan memproduksi berbagai macam produk dengan batch (ukuran volume dan karateristik tertentu) yang berbeda-beda, maka akan timbul sejumlah biaya yang terjadi karena pola aktivitas untuk memproduksi setiap jenis produk berbeda-beda. Dalam hal ini fokus pengukuran biaya diarahkan pertama-pertama bukan kepada produk, tetapi ke 35 unit-unit yang menyebabkan aktivitas terjadi. 2.5.3 Jenis-jenis Cost Driver Ada dua jenis cost driver yaitu: 1. Driver Sumber Daya (resources driver). Merupakan ukuran kuantitas sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas. 2. Driver Kuantitas (activity driver). Merupakan ukuran frekuensi dan intensitas permintaan terhadap suatu aktivitas terhadap objek biaya. 2.6 Pengertian dan Penentuan Tarif Menurut Supriyono, tarif adalah sejumlah moneter yang dibebankan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan kepada pembeli atau pelanggan (2001:350). Untuk menentukan tarif, biasanya manajemen mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi baik faktor biaya maupun bukan biaya, yaitu: b. Biaya, khususnya biaya masa depan. c. Pendapatan yang diharapkan. d. Jenis produk jasa yang dijual. e. Jenis industri. f. Citra dan kesan masyarakat. g. Pengaruh pemerintah, khususnya undang-undang, keputusan, peraturan dan kebijakan pemerintah. h. Tindakan atau reaksi para pesaing. i. Tipe pasar yang dihadapi. j. Trend Ekonomi. 36 k. Biaya manajemen. l. Tujuan non laba. m. Tanggung jawab sosial perusahaan. n. Tujuan perusahaan,khususnya laba dan return on investment (ROI). Dalam penentuan tarif atau harga jual produk, manajemen perlu tujuan dari penentuan tarif tersebut. Tujuan itu akan dipergunakan sebagai salah satu pedoman kerja perusahaan. Pada umumnya tujuan tersebut adalah sebagai berikut: a. Bertahan hidup (survival) Perusahaan menetapkan bertahan hidup sebagai tujuan utama, apabila menghadapi kesulitan dalam hal kelebihan kapasitas produksi, persaingan keras, atau perubahan keinginan konsumen. Untuk mempertahankan tetap berjalannya kegiatan produksi, perusahaan harus menetapkan harga yang rendah, dengan harapan akan meningkatkan permintaan. Dalam situasi demikian, laba menjadi kurang penting dibandingkan survival. b. Memaksimalkan laba jangka pendek Perusahaan memperkirakan permintaan akan biaya, dihubungkan dengan harga alternatif dan harga yang akan menghasilkan laba, arus kas, atau tingkat laba investasi maksimal. Dalam semua hal, perusahaan lebih menitikberatkan pada kemampuan keuangan yang ada dan kurang mempertimbangkan prestasi keuangan jangka pendek. 37 c. Kepemimpinan pangsa pasar (leader of market share) Sebagian perusahaan ingin mencapai pangsa pasar yang dominan. Mereka yakin bahwa perusahaan dengan market share terbesarakan menikmati biaya terendah dan laba tertinggi dalam jangka panjang. Untuk itu, mereka menetapkan harga serendah mungkin. d. Kepemimpinan mutu produk Perusahaan dapat memutuskan bahwa mereka ingin memiliki produk dengan mutu terbaik di pasar. Keputusan ini biasanya mengharuskan penetapan harga yang tinggi untuk menutup biaya pengendalian mutu produk serta biaya riset dan pengembangan. e. Tujuan-tujuan lain. Misalnya mempertahankan loyalitas pelanggan Perusahaan mungkin menetapkan harga yang rendah untuk mencegah masuknya perusahaan pesaing atau dapat menetapkan harga yang sama dengan pesaing dengan tujuan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan. Menghindari campur tangan pemerintah, menciptakan daya tarik sebuah produk, dan untuk menarik lebih banyak pelanggan. 2.6 Kerangka Pikir Wakatobi Dive Resort merupakan salah satu resor bintang lima yang terletak di Kabupaten Wakatobi. Seiring dengan berjalannya waktu kini Wakatobi Dive Resort mulai exist menapaki kerasnya persaingan dunia penginapan resor di Nusantara. 38 Di dalam pengoperasiannya, resor ini dihadapkan dengan berbagai tipe kamar dan melalui berbagai tahap dalam penyelesaian produk/jasa sehingga muncul berbagai biaya diluar biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang turut mendukung penyelesaian produk/jasa. Hal tersebut memerlukan adanya pengalokasian biaya secara akurat ke produk/jasa yang didasarkan pada sumber daya yang dikonsumsi sebagai akibat adanya berbagai aktivitas yang akhirnya menghasilkan perhitungan harga pokok produk/jasa. Dengan melihat karakteristik spesifikasi jenis penginapan, pelayanan, fasilitas serta potensi persaingan dari competitor maka salah satu cara yang dilakukan manajemen Wakatobi Dive Resort dalam upaya meningkatkan efisiensi biayanya adalah dengan menentukan harga pokok produk/jasa secara tepat. Cara yang ditempuh perusahaan untuk menentukan harga pokok produk/jasa secara akurat dan efektif adalah dengan menggunakan konsep Activity Based Costing system. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu membandingkan, menjelaskan, meringkas, berbagai kondisi, situasi dan variable yang timbul dimasyarakat, yang menjadi objek penelitian berdasarkan apa yang terjadi. Untuk lebih jelasnya dapat disajaikan dalam bentuk skema sebagai berikut: 39 Skema 2.1 Kerangka pikir Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Sewa Kamar Penginapan (Studi Pada Wakatobi Dive Resort Onemoba’a Tomia) - Studi Teoritis Akuntasi Biaya Activity Based Costing Cost Driver ABC untuk perusahaan jasa Fakta Empirik Wakatobi Dive Resort dalam penentuan tarif sewa penginapannya serta dalam sistem perhitungan biayanya masih menggunakan sistem akuntansi tradisional. Rumusan masalah Analisis Deskriptif Hasil dan Pembahasan Kesimpulan dan saran BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Adapun yang menjadi objek dari penelitian ini adalah penerapan metode Activity Based Costing dalam menentukan tarif sewa kamar penginapan pada Wakatobi Dive Resort yang berlokasi di pulau Onemoba’a Jln. Poros Maranggo Kecamatan Tomia Kabupaten Wakatobi. 3.2 Jenis Data dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini terdiri atas : 1. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari dalam perusahaan yang bukan dalam bentuk angka-angka tetapi dalam bentuk lisan maupun tulisan seperti gambaran umum perusahaan dan struktur organisasi perusahaan. 2. Data kuantitatif yaitu data atau informasi yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk angka-angka, seperti tarif sewa masing-masing penginapan, laporan biaya-biaya yang terkait, dan lain-lain. Adapun saumber data yang digunakan dalam penulisan ini terdiri atas 1) Data primer merupakan data yang diperoleh dari objek penelitian. Data jenis ini diperoleh dari wawancara dan konsultasi terhadap pihak-pihak yang bersangkutan. 40 41 2) Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan mengumpulka dokumen-dokumen serta arsip perusahaan yang ada kaitannya dengan penelitian ini. 3.3 Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk penelitian ini,maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab atau wawancara langsung dengan pihak resor yang berwenang untuk mengumpulkan data mengenai objek yang diteliti. 2. Dokumentasi yaitu pengambilan data yang telah didokumentasikan yang relevan dengan penelitian seperti dokumen-dokumen yang berupa tarif masing-masing penginapan Waklatobi Dive Resort. 3.4 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis deskriptif yaitu menunjukan dan membandingkan metode penentuan tarif sewa kamar penginapan yang diterapkan oleh pihak perusahaan selama ini dengan menggunakan metode Activity Based Costing. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain: 1. Mengidentifikasi aktivitas. 2. Mengklasifikasikan biaya berdasar aktivitas ke dalam berbagai aktivitas. 3. Mengidentifikasi cost driver. 4. Menentukan tarif per unit cost drive 42 Untuk menentukan tarif per unit dapat dihitung dengan rumus : Jumlah aktivitas Tarif per unit cost driver = Cost driver 5. Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver dan ukuran aktivitas. a. Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap penginapan dihitung dengan rumus: BOP yang dibebankan = Tarif per unit cost driver x cost driver yang digunakan 6. Membandingkan perhitungan harga pokok produksi yang menggunakan Activity Based Costing dengan metode harga pokok tradisional. 3.5 Definisi Operasional 1. Activity Based Costing merupakan metode perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada diperusahaan dalam menghasilkan produk/jasa. 2. Aktivitas (Activity) adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya. 3. Objek biaya merupakan sesuatu yang menjadi dasar pengukuran biaya 4. Pengelompokkan biaya merupakaan proses pengelompokkan biayabiaya yang sama. 5. Aktivitas-aktivitas Wakatobi Dive Resort merupakan seluruh kegiatan yang terjadi atau dilakukan di resor dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan seperti, aktivitas penginapan, aktivitas laundry, aktivitas 43 penyusutan, aktivitas pemberian sarapan, aktivitas pemeliharaan bangunan aktivitas penggajian. 6. Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 393/KPTS-IV/1996 tanggal 30 juli 1996, tentang penunjukan kawasan kepulauan Wakatobi dan perairan laut disekitarnya yang berada di Kabupaten Daerah Tingkat II Wakatobi Prpinsi Sulawesi Tenggara seluas kurang lebih 1.390.000 Ha, sebagai Taman Wisata Laut Nasional Kepulauan Wakatobi, yang termaksud di dalamnya Wakatobi Dive Resort. Wakatobi Dive Resort tersebut berada di wilayah Kecamatan Tomia dengan luas wilayah 7,00 Ha yang tepatnya berada disekitar Desa Lamanggau. Keputusan Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam tentang penunjukan zonasi pada taman wisata laut Wakatobi yang termasuk di dalamnya Wakatobi Dive Resort, menunjukan bahwa Wakatobi Dive Resort masuk pada zona dimana dapat dilakukan kegiatan-kegiatan ilmu pengetahuan seperti pendidikan, penelitian serta diperuntukan bagi pusat pembangunan sarana dan prasarana dalam rangka sarana kepariwisataan alam dan rekreasi, penggunaan lain yang menunjang fungsi konservasi sumber daya hayati dan ekosistemnya. Wakatobi Dive Resort merupakan salah satu resor dengan standar bintang lima yang terkenal di Indonesia yang letaknya tepat berada di depan pulau tomia. Wakatobi Dive Resort dirintis sejak tahun 1996 dan terus beroperasi hingga kini dan telah memiliki bandara tersendiri sejak tahun 2001 untuk membawa para tamunya. 44 45 Resor ini merupakan sebuah pulau tersendiri yang di kelolah oleh pengusaha berkebangsaan swiss yaitu Bapak Lorenzt, pulau ini memiliki keindahan hamparan pasir putih yang luas dan resor ini dilengkapi dengan fasilitas umum yang dapat digunakan oleh wisatawan yaitu spa, kids club, restaurant, jetty bar, dan medical center. Untuk menunjang kelancaran pengembangan kepariwisataan, maka yang sangat penting adalah sarana dan prasarana pariwisata. Sarana pariwisata yang dimaksud disini adalah segala sesuatu keperluan pariwisata dalam rangka memperlancar perjalanan wisatawan agar dapat menikmati masa kunjungan mereka. Dengan adanya sarana dan prasarana pariwisata yang memadai maka wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata tidak akan merasa kesulitan untuk berkunjung. Menganai sarana dan prasarana yang ada pada Wakatobi Dive Resort dapat dilihat pada tabel berikut ini : Table 4.1 Sarana dan Prasarana Wakatobi Dive Resort No Sarana dan Prasarana 1 Speed boat 2 Villa 3 Restoran 4 Kolam renang 5 Pancuran air panas 6 Kapal kecil 7 Gudang 8 Puskesmas 9 Bungalow Sumber : Wakatobi Dive Resort, 2015 Jumlah 15 4 3 4 20 20 4 1 24 46 Dalam memberikan pelayanan jasa khususnya jasa penginapan. Wakatobi Dive Resort menyediakan tiga tipe jasa kamar penginapan yaitu garden bungalow, beach bungalow, dan villa. Dimana masing-masing tipe penginapan memiliki fasilitas yang berbeda-beda. Adapun fasilitas pada masing-masing tipe adalah sebagai berikut : a. Garden bungalow: Fasilitas yang tersedia yaitu, tempat tidur, kursi santai, lemari, sofa, meja, AC, mini bar serta dilengkapi dengan akses internet. Letaknya disekeliling pepohonan. b. Beach bungalow: Fasilitas yang tersedia yaitu, tempat tidur, kursi santai, lemari, sofa, meja, AC, mini bar dan dilengkapi juga dengan akses internet. Letaknya berada di pesisir pantai. c. Villa : Fasilitas yang tersedia yaitu, tempat tidur, kursi santai, lemari, sofa, meja, AC, mini bar dan dilengkapi juga dengan akses internet serta kolam renang. Letaknya berada di tebing dan di pesisir pantai. 4.1.1 Visi Wakatobi Dive Resort Sebagai Destinasi Pariwisata Ekologis Yang Mendunia, Berbasis Alam Dan Budaya Bahari. 4.1.2. Misi Misi Wakatobi Dive Resort Adalah Menberikan Pelayanan Yang Terbaik Terhadap Semua Pelanggan. 47 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Perhitungan Tarif Kamar Penginapan Wakatobi Dive Resort Dengan Menggunakan Metode Tradisional Perhitungan harga pokok kamar penginapan pada penginapan Wakatobi Dive Resort dilakukan untuk setiap bagian atau unit yang menghasilkan jasa. Biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok kamar merupakan biayabiaya yang terjadi pada bagian atauunit penghasil jasa maupun biaya hasil alokasi dari bagian atau unit yang bersifat umum. Biaya–biaya dari bagian atau unit yang sifatnya umum ini proses pembebanannya dilakukan dengan cara alokasi. Besarnya alokasi biaya-biaya tersebut didasarkan berdasarkan kontribusi pendapatan masing-masing bagian atau unit penghasilan jasa kamar penginapan terhadap pendapatan total jasa kamar penginapan. Jenis kamar penginapan di Wakatobi Dive Resort, antara lain : 1. Garden Bungalow, dengan jumlah 9 unit dengan luas sebesar 270 m2 2. Beach Bungalow, dengan jumlah 19 unit dengan luas sebesar 450 m2 3. Villa, dengan jumlah 4 unit dengan luas sebesar 480 m2 Tabel 4.2 Room Rate Penginapan Wakatobi Dive Resort Tahun 2015 Tipe Penginapan Garden Bungalow Beach Bungalow Villa Tarif Penginapan (Perhari) Rp. 3.625.000 Rp. 4.750.000 Rp. 7.562.500 Sumber Data : Wakatobi Dive Resort Tahun 2015 48 Untuk jumlah kamar tersedia untuk dijual dan jumlah hari tamu menginap disetiap jenis kamar selama tahun 2015 pada penginapan Wakatobi Dive Resort dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 4.3 Jumlah Kamar Penginapan Tersedia Untuk Dijual Tipe Penginapan Jumlah Kamar Jumlah Penginapan setahun (1) (1) X 365 Hari Garden Bungalow 9 3.285 Beach Bungalow 19 5.475 Villa 4 1.460 Jumlah 28 10.220 Sumber Data : Wakatobi Dive Resort Tahun 2015 Untuk jumlah hari hunian Penginapan Wakatobi Dive Resort selama tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4 Jumlah Hari Hunian Penginapan Wakatobi Dive Resort Tahun 2015 Bulan Garden Bungalow Beach Bungalow (1) (2) Januari 62 89 Februari 45 67 Maret 60 78 April 42 71 Mei 48 74 Juni 56 70 Juli 58 78 Agustus 64 87 September 69 82 Oktober 87 120 November 61 84 Desember 80 102 Jumlah 732 1002 Sumber Data : Wakatobi Dive Resort Tahun 2015 Villa (3) 11 10 11 12 13 12 10 13 16 11 12 21 152 49 Berdasarkan tabel 4.3 atas perhitungan dari proses pembebanan biaya dan penentuan harga jual jasa untuk masing-masing jenis kamar penginapan Wakatobi Dive Resort dapat dijelaskan melalui perhitungan sebagai berikut. a. Tingkat pengisian kamar atau tingkat hunian kamar penginapan masing-masing jenis kamar penginapan (occupancy rate) selama tahun 2015. Tabel 4.5 Occupancy Rate Penginapan Wakatobi Dive Resort Tahun 2015 Jumlah Jumlah Tipe Penginapan Penginapan Penginapan Occupancy Rate Terjual Tersedia (1) : (2) x 100% (1) (2) Garden Bungalow 732 3285 22,3% Beach Bungalow 1.002 5475 18,3% Villa 152 1460 10,4% Jumlah 1886 10220 18,5% Sumber Data : Wakatobi Dive Resort Tahun 2015 b. Penjualan jasa kamar penginapan dari masing-masing jenis kamar penginapan selama tahun 2015. Tabel 4.6 Pendapatan Penjualan Jasa Penginapan Wakatobi Dive Resort Tahun 2015 Tipe Penginapan Jumlah Penginapan Terjual (Rp) (1) 732 1.002 152 Tarif Penginapan (Rp) (2) 3.625.000 4.750.000 7.562.500 Garden Bungalow Beach Bungalow Villa Jumlah Sumber Data : Wakatobi Dive Resort Tahun 2015 Pendapatan Jasa Penginapan (Rp) (1)X (2) 2.653.500.000,00 4.759.500.000,00 1.149.500.000,00 8.562.500.000,00 50 c. Persentase pendapatan dari masing-masing jenis kamar penginapan terhadap pendapatan dari penjualan jenis kamar penginapan secara keseluruhan selama tahun 2015. Tabel 4.7 Persentase Pendapatan Penjualan Jasa Penginapan Wakatobi Dive Resort Tahun 2015 Pendapatan Total Tipe Penginapan Penginapan Pendapatan jasa (Rp) Penginapan (Rp) (1) (2) Garden Bungalow 2.653.500.000,00 8.562.500.000,00 Beach Bungalow 4.759.500.000,00 8.562.500.000,00 Villa 1.149.500.000,00 8.562.500.000,00 Jumlah 8.562.500.000,00 8.562.500.000,00 Sumber Data : Wakatobi Dive Resort Tahun 2015 Persentase Pendapatan (Rp) (1) : (2) x 100% 31,0% 55,6% 13,4% 100% Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh persentase alokasi pendapatan pada setiap jenis penginapan terhadap pendapatan penjualan jasa kamar penginapan secara keseluruhan. Hasil perhitungan tersebut dalam analisa selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan pengeluaran biaya-biaya dasar alokasi pendapatan. Alokasi berdasarkan pendapatan adalah biaya yang didasarkan pada besarnya persentase terhadap jenis kamar penginapan tertentu terhadap total pendapatan suatu jenis kamar penginapan. Jadi, setiap jenis kamar penginapan akan menanggung beban biaya aktivitas jasa (tarif sewa kamar penginapan) sebesar nilai persentase yang diperoleh kamar penginapan itu sendiri terhadap perolehan pendapatan jasa kamar penginapan secara keseluruhan. 51 Biaya langsung yang terdapat pada penginapan Wakatobi Dive Resort terdiri dari biaya laundry, biaya Breakfast, biaya guest supplies, . Untuk lebih rinci dapat di lihat pada tabel berikut. Tabel 4.8 Rincian Biaya Langsung Elemen Biaya Langsung Breakfast Laundry Guest Supplies Total Biaya Langsung Garden Bungalow 21.960.000 23.204.400 131.686.800 176.851.200 Beach Bungalow Villa 30.060.000 4.560.000 31.763.400 4.818.400 180.259.800 27.344.800 242.083.200 36.723.200 Sedangkan biaya operasional terdiri dari biaya gaji, biaya listrik dan air, biaya pengantaran tamu, biaya pemeliharaan bangunan, biaya pemeliharaan kendaraan, dan biaya penyusutan aktiva tetap. Untuk lebih rinci dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.9 Rincian Biaya Operasional Elemen Biaya Operasional Gaji Karyawan Listrik Dan Air Pemeliharaan Bangunan Pemeliharaan Kendaraan Penyusutan Aktiva Pengantaran Tamu Total Biaya Operasional Jumlah 792.960.000 401.500.000 322.140.000 134.804.700 157.146.188 2.880.000.000 4.688.550.888 52 Tabel 4.10 Harga Pokok Kamar Penginapan Wakatobi Dive Resort Dengan Metode Tradisional Tahun 2015 Elemen Biaya Biaya Langsung Biaya Opersional 31,0% x 4.688.550.888 55,6% x 4.688.550.888 13,4% x 4.688.550.888 HPP Jumlah Kamar Terjual Harga Pokok Penginapan Garden Bungalow Beach Bungalow 181.561.200 246.193.200 Villa 37.990.000 1.453.450.775,28 2.606.834.294 1.635.011.975,28 732 2.853.027.494 1002 628.265.819 666.255.819 152 2.233.622,92 2.847.332,83 4.383.261,97 4.2.2 Penentuan Tarif Sewa Kamar Penginapan Wakatobi Dive Resort Dengan menggunakan Metode Activity Based Costing Ada lima langkah dalam perhitungan tarif sewa penginapan Wakatobi Dive Resort berdasarkan metode activity based costing dalam penelitian ini yaitu : a. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas b. Mengklasifikasi biaya berdasar aktivitas ke dalam berbagai aktivitas c. Mengidentifikasi cost driver d. Menentukan tarif per unit cost driver e. Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver dan ukuran aktivitas. 4.2.2.1 Mengidentifikasi dan Mengidentifikasi Aktivitas Berdasarkan wawancara dengan pihak Wakatobi Dive Resort di dapat aktivitas-aktivitas yang ada di dalam Aktivitas-aktivitas itu meliputi: 53 1. Akitvitas penginapan 2. Aktivitas laundry 3. Aktivitas transportasi 4. Aktivitas penggajian 5. Aktivitas diving 6. Aktivitas penyusutan 7. Aktivitas pemberian sarapan 8. Aktivitas Listrik dan air 9. Aktivitas pemasaran 10. Aktivitas pemeliharaan 4.2.2.2 Mengklasifikasi Biaya Berdasar Aktivitas Ke dalam Berbagai Aktivitas 1. Berdasarkan Unit-level activity cost Biaya unit-level activity cost adalah biaya yang pasti bertambah ketika sebuah unit produk di produksi yang sebanding dengan proporsi volume produk tersebut Aktivitas ini dilakukan setiap hari dalam menjalani aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah aktivitas penginapan, penyediaan tenaga listrik dan air, dan biaya pemberian sarapan pagi. 54 2. Berdasarkan Batch-related activity cost Biaya batch-related activity cost adalah biaya yang disebabkan oleh sejumlah batches yang di produksi dan terjual. Besar kecilnya biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi yang di olah oleh fungsi produksi. Aktivitas ini tergantung pada jumlah batch produk yang di produksi. Aktivitas ini tidak ditemui dalam pelayanan jasa kamar penginapan Wakatobi Dive Resort. 3. Berdasarkan Product-sustaining activity cost Biaya ini merupakan biaya yang digunakan untuk mendukung produksi produk yang berbeda. Aktivitas ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk agar tetap dapat dipasarkan. Aktivitas ini adalah aktivitas pemasaran. 4. Berdasarkan Fasilitas-sustaining activity cost Biaya ini merupakan biaya kapasitas pendukung pada tempat dilakukannya produksi. Aktivitas ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya laundry, biaya pemeliharaan, biaya penyusutan gedung dan fasilitas. Klasifikasi biaya kedalam berbagai aktivitas dapat dilihat pada tabel berikut: 55 Tabel 4.11 Klasifikasi Aktivitas Berdasarkan Tingkat Aktivitas Aktivitas Aktivitas penginapan Aktivitas penggajian Aktivitas listrik dan air Level Aktivitas Unit –level activity cost Unit –level activity cost Unit –level activity cost Aktivitas konsumsi Aktivitas transportasi Aktivitas pemasaran Unit –level activity cost Unit –level activity cost Product-sustaining activity cost Aktivitas pemeliharan bangunan dan fasilitas Fasilitas-sustaining activity cost Aktivitas penyusutan Aktivitas diving Aktivitas laundry Fasilitas-sustaining activity cost Fasilitas-sustaining activity cost Fasilitas-sustaining activity cost 4.2.2.3 Mengidentifikasi Cost Driver Pengidentifikasian cost driver adalah sebagai berikut : a. Aktivitas penginapan untuk dasar pengalokasian dapat berdasarkan jumlah tamu yang menginap dan jumlah kamar terjual. Tetapi dengan mengingat bahwa biaya-biaya meningkat jika jumlah kamar terjual, maka dapat dijadikan cost driver adalah jumlah kamar terjual. b. Aktivitas laundry meliputi pencucian handuk, seprei, sarung bantal, selimut dan kelambu. Untuk dasar pengalokasian dapat berdasarkan jumlah kamar yang ada dan jumlah kamar terjual, maka dapat dijadikan cost driver adalah jumlah kamar terjual. c. Aktivitas pemberian sarapan ditelusuri secara langsung dengan tarif full breakfast sebesar Rp 30.000/orang. Untuk dasar pengalokasian dapat berdasarkan jumlah tamu yang menginap dan jumlah kamar yang terjual. 56 Tapi peningkatan biaya pada pemberian makan pagi tergantung pada jumlah tamu yang menginap, maka dapat dijadikan cost driver adalah jumlah tamu yang menginap. d. Aktivitas listrik dan air untuk dasar pengalokasian dapat berdasarkan jumlah kamar terjual, maka cost driver yang tepat adalah jumlah kamar terjual. e. Aktivitas penyusutan untuk dasar pengalokasian dapat berdasarkan jumlah kamar yang tersedia dan jumalah kamar terjual. Tetapi aktiva tetap dan peralatan resor yang disusutkan digunakan untuk semua kamar yang ada, maka cost driver yang tepat adalah jumlah luas kamar tersedia. f. Aktivitas pemasaran dapat dialokasikan berdasarkan jumlah kamar tersedia dan jumlah kamar terjual. Tetapi karena pemasaran dilakukan dengan tujuan untuk menjual semua kamar yang tersedia, maka cost driver yang tepat adalah jumlah kamar tersedia. g. Aktivitas pemeliharaan meliputi pemeliharan gedung dan fasilitas resor dapat dialokasikan berdasarkan jumlah kamar tersedia dan jumlah kamar terjual. Tetapi pemeliharaan gedung dan fasilitas resor tidak dilakukan hanya pada kamar terjual, maka cost driver yang tepat adalah jumlah luas kamar terjual. h. Aktivitas penggajian untuk dasar pengalokasian berdasarkan jumlah kamar terjual, maka cost driver yang tepat adalah jumlah kamar terjual. i. Aktivitas transportasi untuk dasar pengalokasian berdasarkan jumlah tamu yang menginap, maka cost driver yangt tepat adalah jumlah tamu menginap. 57 j. Aktivitas diving untuk dasar pengalokasian berdasarkan jumlah kamar terjual dan jumlah tamu yang menginap, maka cost driver yang tepat adalah jumlah tamu yang menginap. Tabel 4.12 Cost Pool dan Cost Driver Cost Pool Cost Driver Unit –level activity cost Pool I Aktivitas Peginapan Jumlah kamar terjual Aktivitas Laundry Jumlah kamar terjual Aktivitas Listrik dan Air Jumlah kamar terjual Pool II Aktivitas Pemberian Sarapan Jumlah tamu menginap Aktivitas Transportasi Jumlah kamar terjual Product-sustaining activity cost Pool III Aktivitas Pemasaran Jumlah kamar tersedia Fasilitas-sustaining activity cost Pool IV Aktivitas Pemeliharaan Jumlah Luas lantai Aktivitas Penyusutan Jumlah Luas lantai Pool V Aktivitas Penggajian Jumlah kamar terjual Pool VI Aktivitas Diving Jumlah tamu menginap Biaya overhead dibebankan ke berbagai aktivitas dan dikelompokan ke beberapa cost pool yang homogen. Untuk biaya yang berasal dari departemen kamar langsung dibebankan 100% ke kamar, tetapi untuk biaya yang berasal dari departemen penunjang departemen kamar hanya dibebankan 65% dan sisanya 58 35% dibebankan ke aktivitas di luar aktivitas yang berhubungan dengan harga pokok kamar. Berikut masing-masing tabel cost pool adalah sebagai berikut : Tabel 4.13 Cost Pool I Aktivitas Biaya (Rp) Aktivitas Penginapan: Guest supplies Villa : (152 x 183.300 = 27.861.600) Garden bungalow : (732 x 179.900 = 131.686.800) Beach bungalow: (1002 x 179.900 = 180.259.800) Aktivitas Laundry Laundry (1886 x 31.700) Aktivitas listrik dan air Listrik dan air (200 x 5.500 x 365 = 401.500.000 x65%) Sumber : Hasil pengolahan data 339.808.200 59.786.200 260.975.000 Berdasarkan tabel 4.13 menjelaskan bahwa untuk aktivitas penginapan dan aktivitas laundry di kalikan dengan jumlah kamar terjual untuk aktivitas listrik dan air yaitu total biaya bahan bakar di kali dalam satu tahun. Tabel 4.14 Cost Pool II Aktivitas Aktivitas pemberian sarapan Full breakfast (Rp 30.000 x 2.205)orang Aktivitas Transportasi Mengtantar tamu : (30.000.000 x 96 = 2.880.000.000 x 65%) Sumber : Hasil pengolahan data Biaya (Rp) 66.150.000 1.872.000.000 Berdasarkan tabel 4.14 menjelaskan bahwa aktivitas pemberian sarapan merupakan biaya pemberian sarapan di kali dengan jumlah tamu yang menginap, 59 untuk aktivitas transportasi merupakan biaya carter pesawat dari kota Bali langsung ke Tomia di kali dengan jumlah trip. Tabel 4.15 Cost Pool III Aktivitas Aktivitas Pemasaran Advertising & Promotion (360.366.300 x 65%) Sumber : Hasil pengolahan data Biaya (Rp) 234.238.098 Tabel 4.16 Cost Pool IV Aktivitas Aktivitas Pemeliharaan : Perbaikan dan pemeliharaan (322.140.000 x 65%) Aktivitas Penyusutan : Penyusutan bangunan dan peralatan (157.146.188 x 65%) Sumber : Hasil pengolahan data Biaya (Rp) 209.391.000 102.145.022,20 Berdasarkan tabel 4.16 menjelaskan bahwa berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Wakatobi Dive Resort untuk aktivitas pemeliharaan dan aktivitas penyusutan pihak perusahaan menjelaskan bahwa untuk total biaya pemeliharaan sebesar Rp. 322.140.000 dan total biaya penyusutan sebesar Rp. 157.146.188. 60 Tabel 4.17 Cost Pool V Aktivitas Aktivitas Penggajian : Gaji karyawan (40 x 1.652.000 x 12 = 792.960.000) x 65% Sumber : Hasil pengolahan data Biaya (Rp) 515.424.000 Berdasarkan tabel 4.17 menjelaskan bahwa jumlah karyawan yang bekerja berhubungan dengan kamar penginapan berjumlah 40 orang yang terbagi, untuk pelayan penginapan sebanyak 20 orang, laundry 5 orang, pemandu penyelaman 10 orang dan pelayan kebersihan kamar 5 orang dengan standar gaji UMP (upah minimum propinsi) tahun 2015. Tabel 4.18 Cost Pool VI Aktivitas Aktivitas Diving : Penyelaman (3.594.150.000 x 65%) Sumber : Hasil pengolahan data Biaya (Rp) 2.336.197.500 Berdasarkan tabel 4.18 menjelaskan bahwa total untuk aktivitas diving merupakan biaya penyelaman di kali dengan jumlah tamu menginap. 61 Berikut ini adalah tabel pengelompokan aktivitas dan cost driver adalah sebagai berikut : Tabel 4.19 Pengelompokan Aktivitas dan Cost Driver Cosy Driver No 1 2 3 Aktivitas Pool I a. Aktivitas Penginapan Garden Bungalow Beach Bungalow Villa b. Aktivitas Laundry Garden Bungalow Beach Bungalow Villa c. Aktivitas Listrik dan Air Garden Bungalow Beach Bungalow Villa Pool II a. Aktivitas sarapan pagi Garden Bungalow Beach Bungalow Villa b. Aktivitas Transportasi Garden Bungalow Beach Bungalow Villa Pool III a. Aktivitas Pemasaran Garden Bungalow Beach Bungalow Villa Satuan Banyaknya satuan Jumlah kamar terjual Jumlah kamar terjual Jumlah kamar terjual Jumlah kamar terjual Jumlah kamar terjual Jumlah kamar terjual Jumlah kamar terjual Jumlah kamar terjual Jumlah kamar terjual Jumlah kamar terjual Jumlah kamar terjual Jumlah kamar terjual 1886 Kamar 732 1002 152 1886 Kamar 732 1002 152 1886 Kamar 732 1002 152 Jumlah Tamu Menginap Jumlah Tamu Menginap Jumlah Tamu Menginap Jumlah Tamu Menginap Jumlah Tamu Menginap Jumlah Tamu Menginap Jumlah Tamu Menginap Jumlah Tamu Menginap 2205 orang 889 1139 177 2205 orang 889 1139 177 Jumlah Kamar Tersedia Jumlah Kamar Tersedia Jumlah Kamar Tersedia Jumlah Kamar Tersedia 10.220 kamar 3.285 5.475 1.460 62 Lanjutan Tabel 4.19 Cosy Driver Satuan Banyaknya satuan Jumlah Luas Lantai Jumlah Luas Lantai 1.200 m2 270 m2 Beach Bungalow Jumlah Luas Lantai 450 m2 Villa Jumlah Luas Lantai 480 m2 Jumlah Luas Lantai Jumlah Luas Lantai 1.200 m2 270 m2 Beach Bungalow Jumlah Luas Lantai 450 m2 Villa Jumlah Luas Lantai 480 m2 No 4 Aktivitas Pool IV a. Aktivitas Pemeliharaan Garden Bungalow b. Aktivitas Penyusutan Garden Bungalow Pool V a. Aktivitas Penggajian Garden Bungalow Beach Bungalow Villa Pool VI 6 a. Aktivitas Diving Garden Bungalow Beach Bungalow Villa Sumber : Hasil pengolahan data 5 Jumlah Kamar Terjual Jumlah Kamar Terjual Jumlah Kamar Terjual Jumlah Kamar Terjual Jumlah Tamu Menginap Jumlah Tamu Menginap Jumlah Tamu Menginap Jumlah Tamu Menginap 1886 Kamar 732 1002 152 2205 orang 889 1139 177 4.2.2.4 Menentukan Tarif Per Unit Cost Driver Setelah mengidentifikasi cost driver, langkah selanjutnya menentukan tarif per unit cost driver karena setiap aktivitasnya memiliki cost driver dengan cara membagi jumlah biaya dengan cost driver. Menurut Hansen and Mowen (2003; 134), tarif per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Tarif per unit cost driver = Jumlah aktivitas cost driver 63 Berikut ini merupakan penentuan tarif per unit cost driver kamar penginapan dengan menggunakan Activity Based Costing System. Table 4.20 Penentuan Tarif Per Unit Cost Driver Penginapan Dengan Metode Activity Based Costing No 1 2 3 Aktivitas Pool I a. Aktivitas Penginapan Garden Bungalow Beach Bungalow Villa b. Aktivitas Laundry Garden Bungalow Beach Bungalow Villa c. Aktivitas Listrik dan Air Garden Bungalow Beach Bungalow Villa Pool II a. Aktivitas Sarapan Garden Bungalow Beach Bungalow Villa b. Aktivitas Transportasi Garden Bungalow Beach Bungalow Villa Pool III a. Aktivitas Pemasaran Garden Bungalow Beach Bungalow Villa Jumlah Biaya (Rp) 339.808.700 59.786.200 260.975.000 Cost Driver 1886 732 1002 152 1886 732 1002 152 1886 Tarif Per Unit (Rp) 180.174,28 31.700,00 138.374,86 732 1002 152 66.150.000 1.872.000.000 234.238.098 2205 889 1139 177 2205 889 1139 177 10.220 3.285 5.475 1.460 30.000,00 848.979,59 22.919,58 64 Lanjutan Tabel 4.20 No Aktivitas 4 a. Aktivitas Pemeliharaan Jumlah Biaya (Rp) 209.391.000 Cost Driver 1.200 Garden Bungalow 270 Beach Bungalow Villa 450 480 b. Aktivitas penyusutan 102.145.002,20 Garden Bungalow Beach Bungalow Villa 5 Pool V a. AktivitasPenggajian Garden Bungalow Beach Bungalow Villa 6 Pool VI a. Aktivitas Diving Garden Bungalow Beach Bungalow Villa Sumber : Hasil pengolahan data 1.200 Tarif Per Unit (Rp) 174.492,50 85.120,83 270 450 480 515.424.000 1886 732 1002 152 273.289,50 2.336.197.500 2205 889 1139 177 1.059.500,00 4.2.2.5 Membebankan Biaya Ke Produk Dengan Menggunakan Tarif Cost Driver dan Ukuran Aktivitas Dalam tahap ini, menurut Hansen and Mowen (2006; 138), biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas produk. Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap kamar dihitung dengan rumus sebagai berikut : BOP yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih 65 Dengan mengetahui BOP (biaya overhead pabrik) yang dibebankan pada masing-masing produk, maka dapat dihitung tarif sewa per penginapan. Berikut ini tarif sewa penginapan untuk masing-masing tipe penginapan: Tabel 4.21 Tarif Sewa Kamar Penginapan Wakatobi Dive Resort Untuk Garden Bungalow Aktivitas Tarif Cost Jumlah Cost Driver Driver Aktivitas Penginapan 180.174,28 732 Aktivitas Laundry 31.700,00 732 Aktivitas Listrik dan Air 138.374,86 732 Aktivitas Sarapan Pagi 30.000,00 889 Aktivitas Transportasi 848.979,59 889 Aktivitas Pemasaran 22.919,58 3.285 Aktivitas Pemeliharaan 174.492,50 270 Aktivitas Penyusutan 85.120,83 270 Aktivitas Penggajian 273.289,50 732 Aktivitas Diving 1.059.500,00 889 Total biaya untuk tipe Garden Bungalow Jumlah kamar terjual Tarif sewa kamar penginapan Sumber : Hasil pengolahan data Total (Rp) 131.887.572,96 23.204.400,00 101.290.397,52 26.670.000,00 754.742.855,51 75.290.820,30 47.112.975.00 22.982.624,10 200.047.914,00 941.895.500,00 2.325.125.059,39 732 3.176.400,35 66 Tabel 4.22 Tarif Sewa Kamar Penginapan Wakatobi Dive Resort Untuk Beach Bungalow Aktivitas Tarif Cost Jumlah Cost Driver Driver Aktivitas Penginapan 180.174,28 1.002 Aktivitas Laundry 31.700,00 1.002 Aktivitas Listrik dan Air 138.374,86 1.002 Aktivitas Sarapan Pagi 30.000,00 1.139 Aktivitas Transportasi 848.979,59 1.139 Aktivitas Pemasaran 22.919,58 5.475 Aktivitas Pemeliharaan 174.492,50 450 Aktivitas Penyusutan 85.120,83 450 Aktivitas Penggajian 273.289,50 1002 Activitas Diving 1.059.500,00 1139 Total biaya untuk tipe Beach Bungalow Jumlah kamar terjual Tarif sewa kamar penginapan Sumber : Hasil pengolahan data Total (Rp) 180.534.628.56 31.763.400.00 138.651.609,72 34.170.000,00 966.987.753,01 125.484.700,50 78.521.625,00 38.304.373,50 273.836.079,00 1.206.770.500,00 3.075.024.669,29 1002 3.068.886,90 Tabel 4.23 Tarif Sewa Kamar Penginapan Wakatobi Dive Resort Untuk Villa Aktivitas Tarif Cost Jumlah Cost Driver Driver Aktivitas Penginapan 180.174,28 152 Aktivitas Laundry 31.700,00 152 Aktivitas Listrik dan Air 138.374,86 152 Aktivitas Sarapan Pagi 30.000,00 177 Aktivitas Transportasi 848.979,59 177 Aktivitas Pemasaran 22.919,58 1.460 Aktivitas Pemeliharaan 174.492,50 480 Aktivitas Penyusutan 85.120,83 480 Aktivitas Penggajian 273.289,50 152 Activitias Diving 1.059.500,00 177 Total biaya untuk tipe Villa Jumlah kamar terjual Tarif sewa kamar penginapan Sumber : Hasil pengolahan data Total (Rp) 27.386.490,56 4.818.400,00 21.032.978.72 5.310.000,00 150.269.387,43 33.462.586,80 83.756.400,00 40.857.998,40 41.540.004,00 187.531.500,00 595.965.745,91 152 3.920.827,28 67 4.3 Pembahasan Dari hasil perhitungan tarif sewa yang telah dilakukan terlihat adanya perbedaan hasil perhitungan metode tradisional dan hasil perhitungan metode Acvtivity Based Costing. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.24 Perbedaan Tarif Sewa Penginapan Antara Perhitungan Yang Dilakukan Perusahaan Dengan Metode Tradisional dan Activity Based Costing Perhitungan Tipe Penginapan Tradisional (Rp) Garden Bungalow 2.233.622,92 Beach Bungalow 2.847.332,83 Villa 4.383.261.97 Sumber : hasil pengolahan data Activity Baesd Costing (Rp) 3.176.400,35 3.068.886,90 3.920.827,28 Selisih (Rp) 942.777,43 221.554,07 (462.434,69) Dari perhitungan sebelumnya, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan tarif sewa kamar penginapan dengan menggunakan metode yang dilakukan oleh pihak perusahaan yaitu dengan metode tradisional untuk tipe penginapan Garden Bungalow sebesar Rp. 2.233.622,92 untuk tipe penginapan Beach Bungalow sebesar Rp.2.847.332,83 dan untuk tipe penginapan Villa sebesar Rp.4.383.261,97. Sedangkan perhitungan tarif sewa kamar penginapan yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan metode Activity Based Costing diperoleh untuk tipe penginapan Garden Bungalow sebesar Rp. 3.176.400,35 untuk tipe penginapan Beach Bungalow sebesar Rp 3.068.886,90 untuk tipe penginapan Villa sebesar Rp 3.920.827,28. Dari hasil yang diperoleh dapat dibandingkan selisih tarif sewa antara perhitungan yang dilakukan pihak perusahaan dengan metode tradisional dengan hasil perhitungan metode Activity Based Costing. Untuk metode Activity 68 Based Costing pada tipe penginapan Garden Bungalow dan Beach Bungalow memberikan hasil perhitungan tarif sewa kamar lebih besar daripada perhitungan dengan menngunakan perhitungan metode tradisional, yaitu dengan selisih tarif sewa kamar penginapan untuk tipe penginapan Garden Bungalow sebesar Rp 942.777,43 dan untuk tipe penginapan Beach Bungalow sebesar Rp 221.554,07. Sedangkan untuk tipe Villa dengan hasil perhitungan tarif sewa kamar penginapan menggunakan metode Activity Based Costing lebih kecil daripada perhitungan tarif sewa kamar penginapan dengan metode tradisional yang dilakukan perusahaan, yaitu dengan selisih sebesar Rp 462.434,69. Terjadinya selisih tarif sewa dikarenakan pada metode Activity Based Costing biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam metode Activity Based Costing mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar penginapan secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis pada penginapan Wakatobi Dive Resort, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perhitungan biaya produk yang telah digunakan oleh manajemen perusahaan telah banyak menimbulkan distorsi biaya, hal ini dikarenakan konsumsi sumber daya pada masing-masing aktivitas tidaklah sama. Sedangkan pada metode Activity Based Costing, biaya-biaya yang terjadi dibebankan pada produk aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsikan oleh produk dan juga menggunakan dasar lebih dari satu cost driver. 2. Hasil dari perhitungan tarif sewa kamar penginapan dengan menggunakan pendekatan metode Activity Based Costing yaitu, untuk tipe penginapan Garden Bungalow sebesar Rp. 3.176.400,35. Untuk tipe penginapan Beach Bungalow sebesar Rp. 3.068.886,90. Untuk tipe penginapan Villa sebesar Rp. 3.920.827,28. Terdapat selisih tarif sewa kamar penginapan yang lebih tinggi pada tipe penginapan Garden Bungalow dan Beach Bungalow dari hasil perhitungan metode Activity Based Costing dengan perhitungan pihak perusahaan dengan pendekatan metode tradisional yaitu masing-masing sebesar Rp. 9.42.777,43. dan Rp. 221.554,07. Sedangkan tarif sewa kamar 69 70 penginapan yang lebih rendah dengan menggunakan metode Activity Based Costing, yaitu pada tipe penginapan Villa yaitu sebesar Rp. 462.434,69. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut: 1. Melihat persaingan yang begitu ketat di dunia jasa penginapan maka pihak Wakatobi Dive Resort sebaiknya mulai mempertimbangkan perhitungan tarif sewa penginapan dengan menggunakan metode Activity Based Costing. Karena metode Activity Based Costing, biaya-biaya yang terjadi dibebankan pada produk aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsikan oleh produk menggunakan dasar lebih dari satu cost driver. 2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti pada perusahaan jasa penginapan yang telah melakukan pemisahan biaya berdasarkan aktivitas agar mempermudah dalam melakukan analisis perhitungan metode Activity Based Costing. DAFTAR PUSTAKA Blocher, Edward J., Kung H. Chen dan Thomas W.Lin, 2005. Manajemen Biaya, Buku 1, Terjemaha Susty Ambarrani, Salemba Empat, Jakarta. Bustami. 2010. Akuntansi Biaya : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu Bustami. dan Nurlela, 2006. Akuntansi Biaya : Kajian Teori dan aplikasi, Edisi 1. Cetakan 1. Yogyakarta: graham Ilmu Chea Ashford C, 2011. Activity Based Costing System In The Service Sector: A Strategy Approch For Eanhancing Managerial Decision Making And Competitiveness, International Journal of Business And Management Vol.6 No.11, USA. Darsono. 2009. Akuntansi Manajemen. Edisi 3. Jakarta: Graha Ilmu Gorrison, Ray H. 1991. Management Accounting, Sixth Edition, Richard D. Irwin, Inc. Garrison, Ray H. dan Eric W. Noreen, 2000. Akuntansi Manajerial, Jilid 2, Terjemahan A. Totok Budi Santoso, Salemba Empat, Jakarta. Hansen, Don R. Maryanne M Mowen 2006. Akuntansi manajemen. Diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Kwary. Edisi 7 Jakarta: Salemba Empat Hansen, Don R. Maryanne M Mowen, 2009. Management Accounting. Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Salemba dengan judul Akuntansi Manajemen, Edisi 8. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat Henry Simamora. 2002. Akuntansi Manajemen, Edisi 2. Yogyakarta: UPP AMP YKPN IAI. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Insyirah Putikadea. 2010. Penentuan Harga Pokok Penjualan Kamar “DELUXE” Dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing pada Resort GLand Joyo’s Camp. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Kuswadi. 2005. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya. Jakarta:Elex Media Komputindo Mardiasmo. 1994. Akuntansi Biaya Suatu Pendekatan Manajerial. Jakarta: Erlangga. Muh.Akbar. 2011. Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing System dalam Penentuan harga Pokok Kamar Hotel Coklat Makassar. Makassar: Universitas Hasanudin Mulyadi. 2003. Activity Based Cost System: Sistem Informasi Biaya Untuk Pengurangan Biaya, Edisi 6. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Mulyadi. 2009 Akuntansi Biaya. Edisi 5. Cetakan 10. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Mursyidi. 2008. Akuntansi Biaya - Conventional Costing, Just In Time, dan Activity Based Costing. Cetakan Kedua. PT. Refika Aditama, Bandung. Supriyono, R.A 2001 Akuntasi Manajemen 3: Proses Pengendalian Manajemen Yogyakarta: BPFE Warindrani, Armila Krisna. 2006. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta. VILLA GUEST SUPPLIES NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 ITEM Tooth brush Shower Cap Cotton Bud 3 in 1 Multipurpose Hand Soap Tissue Box Note Pad Pencil Mineral Water 600 Ml Slipper Logo Laundry Bag Glass Coaster Glass Cover White Sugar Logo Creamer Logo Coffee Logo Sweetener Logo Fruit Bucket Mini Bar Tea Brown Sugar Logo Registration Form Key Jacket Cash Receipt Invoice Form Unit Pcs Pcs Pcs Ml Ml Pack Lbr Pcs Btl Psg Lbr Pcs Pcs Sct Sct Sct Sct Bh Pcs Sct Sct Lbr Bh Lbr Lbr QTY 2 2 2 250 250 1 1 1 2 2 2 3 PRICE 2,500 1,500 1,400 45 15 2,800 1,100 1,500 4,000 3,700 1,300 700 TOTAL 5000 3000 2800 11250 3750 2800 1100 1500 8000 7400 2600 2100 0 900 350 1100 250 15000 111000 700 800 350 500 450 600 183300 3 1 2 1 2 6 1 1 1 1 1 1 300 350 550 250 7,500 18,500 700 800 350 500 450 600 Unit Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs QTY 1 1 4 1 2 1 PRICE 3500 6700 2000 2500 3000 5000 TOTAL 3500 6700 8000 2500 6000 5000 31700 Unit Set Unit Unit Set Set Set QTY 1 1 1 1 1 1 PRICE 350000 250000 150000 250000 80000 250000 TOTAL 350000 250000 150000 250000 80000 250000 1 300000 300000 1630000 LAUNDRY NO 1 2 3 4 5 6 ITEM Bed Sheet Duve cover Pillo Case Bath Mat Bath Towel Mosquito Net DIVING NO 1 2 3 4 5 6 7 ITEM SCUBA Gear (BCD, Regulator, Pemberat 6 kg) Tabung Isi 200 Bar BCD Regulator (Mouthpiece, Octopus, Console) Sabuk + Pemberat 4 kg Snorkeling Gear (Fin Open Heel, Boot, Masker, Snorke) Wetsuit (baju selam) Unit BEACH BUNGALOW GUEST SUPPLIES ITEM Tooth brush Shower Cap Cotton Bud 3 in 1 Multipurpose Hand Soap Tissue Box Note Pad Pencil Mineral Water 600 Ml Slipper Logo Laundry Bag Glass Coaster Glass Cover White Sugar Logo Creamer Logo Coffee Logo Sweetener Logo Fruit Bucket Mini Bar Tea Brown Sugar Logo Registration Form Key Jacket Cash Receipt Invoice Form Unit Pcs Pcs Pcs Ml Ml Pack Lbr Pcs Btl Psg Lbr Pcs Pcs Sct Sct Sct Sct Bh Pcs Sct Sct Lbr Bh Lbr Lbr QTY 2 2 2 250 250 1 1 1 2 2 2 3 Unit Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs QTY 1 1 4 1 2 1 PRICE 3500 6700 2000 2500 3000 5000 TOTAL 3500 6700 8000 2500 6000 5000 31700 Unit Set Unit Unit Set Set Set QTY 1 1 1 1 1 1 PRICE 350000 250000 150000 250000 80000 250000 TOTAL 350000 250000 150000 250000 80000 250000 1 300000 300000 1630000 3 1 2 1 2 6 1 1 1 1 1 1 PRICE 2,500 1,500 1,400 45 15 2,800 1,100 1,500 4,000 3,700 1,300 700 7,500 18,500 700 350 500 450 600 TOTAL 5000 3000 2800 11250 3750 2800 1100 1500 8000 7400 2600 2100 0 0 0 0 0 15000 111000 700 0 350 500 450 600 179900 LAUNDRY ITEM Bed Sheet Duve cover Pillo Case Bath Mat Bath Towel Mosquito Net DIVING ITEM SCUBA Gear (BCD, Regulator, Pemberat 6 kg) Tabung Isi 200 Bar BCD Regulator (Mouthpiece, Octopus, Console) Sabuk + Pemberat 4 kg Snorkeling Gear (Fin Open Heel, Boot, Masker, Snorke) Wetsuit (baju selam) Unit GARDEN BUNGALOW GUEST SUPPLIES ITEM Tooth brush Shower Cap Cotton Bud 3 in 1 Multipurpose Hand Soap Tissue Box Note Pad Pencil Mineral Water 600 Ml Slipper Logo Laundry Bag Glass Coaster Glass Cover White Sugar Logo Creamer Logo Coffee Logo Sweetener Logo Fruit Bucket Mini Bar Tea Brown Sugar Logo Registration Form Key Jacket Cash Receipt Invoice Form Unit Pcs Pcs Pcs Ml Ml Pack Lbr Pcs Btl Psg Lbr Pcs Pcs Sct Sct Sct Sct Bh Pcs Sct Sct Lbr Bh Lbr Lbr QTY 2 2 2 250 250 1 1 1 2 2 2 3 Unit Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs QTY 1 1 4 1 2 1 PRICE 3500 6700 2000 2500 3000 5000 TOTAL 3500 6700 8000 2500 6000 5000 31700 Unit Set Unit Unit Set Set Set QTY 1 1 1 1 1 1 PRICE 350000 250000 150000 250000 80000 250000 TOTAL 350000 250000 150000 250000 80000 250000 1 300000 300000 1630000 3 1 2 1 2 6 1 1 1 1 1 1 PRICE 2,500 1,500 1,400 45 15 2,800 1,100 1,500 4,000 3,700 1,300 700 7,500 18,500 700 350 500 450 600 TOTAL 5000 3000 2800 11250 3750 2800 1100 1500 8000 7400 2600 2100 0 0 0 0 0 15000 111000 700 0 350 500 450 600 179900 LAUNDRY ITEM Bed Sheet Duve cover Pillo Case Bath Mat Bath Towel Mosquito Net DIVING ITEM SCUBA Gear (BCD, Regulator, Pemberat 6 kg) Tabung Isi 200 Bar BCD Regulator (Mouthpiece, Octopus, Console) Sabuk + Pemberat 4 kg Snorkeling Gear (Fin Open Heel, Boot, Masker, Snorke) Wetsuit (baju selam) Unit LAPORAN KUNJUNGAN TAMU KE WAKATOBI RESORT TAHUN 2015 TRIP # 1 (4 DAYS) AMERICAN SWIISS BRITISH GERMAN AUSTRALIAN TOTAL GENDER FEMALE 8 5 2 2 3 2 2 3 1 1 16 13 1 2 3 4 5 6 TRIP #2 (4 DAYS) AMERICAN SWIISS BRITISH GERMAN AUSTRALIAN JAPANESE TOTAL 7 2 3 2 1 1 16 1 2 3 4 TRIP #3 (4 DAYS) AMERICAN SWEDISH BRITISH CHINESE TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 NO 1 2 3 4 5 NATIONALITY MALE TOTAL PURPOSE 13 4 5 5 2 29 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 5 1 2 2 1 1 12 12 3 5 4 2 2 28 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 4 2 4 3 13 3 1 2 1 7 7 3 6 4 20 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE TRIP #4 (7 DAYS) AUSTRALIAN SWEDISH BRITISH CHINESE SPAIN IRISH CANADIAN TOTAL 5 1 3 2 2 1 1 15 2 2 1 1 3 1 0 10 7 3 4 3 5 2 1 25 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 TRIP #5 (7 DAYS) AMERICAN BRITISH GERMAN SOUTH AFRICAN SPAIN TOTAL 5 1 3 2 2 13 3 1 2 1 2 9 8 2 5 3 4 22 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 TRIP #6 (4 DAYS) AMERICAN BRITISH RUSSIAN CHINESE BULGARIAN SWEDISH DUTCH TOTAL 5 1 3 2 1 1 2 15 4 2 2 1 0 1 1 11 9 3 5 3 1 2 3 26 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 TRIP #7 (7 DAYS) AMERICAN BRITISH AUSTRALIAN SWISS TOTAL 3 1 2 3 9 1 2 2 2 7 4 3 4 5 16 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 TRIP #8 (3 DAYS) AUSTRALIAN AMERICAN CHINESE GERMAN FRENCH AUSTRIAN TOTAL 4 2 2 3 1 2 14 2 1 1 2 3 2 11 6 3 3 5 4 4 25 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 TRIP #9 (7 DAYS) AMERICAN BRITISH TOTAL 2 1 3 1 1 2 3 2 5 PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 TRIP # 10 (7 DAYS) AMERICAN SWIISS BRITISH FRENCH GERMAN TOTAL 12 0 2 1 2 17 10 1 1 1 1 14 22 1 3 2 3 31 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 TRIP 11 #(7 DAYS) SWISS AMERICAN AUSTRALIA TOTAL 1 3 1 5 1 2 1 4 2 5 2 9 PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 8 TRIP # 12 (3 DAYS) BRITISH SINGAPOREAN FINN OF FINISH AUSTRALIAN SLOVAKIA SWISS AMERICAN GERMAN TOTAL 1 0 1 1 1 1 0 1 6 1 2 1 2 1 1 1 1 10 2 2 2 3 2 2 1 2 16 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 TRIP # 13 (4 DAYS) AMERICAN AUSTRALIAN SWISS AUSTRIAN CANADIAN CYPRIOT GERMAN TOTAL 5 1 2 2 1 1 1 13 5 1 0 1 0 0 1 8 10 2 2 3 1 1 2 21 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 TRIP # 14 (3 DAYS) SWEDISH AMERICAN TOTAL 0 1 1 2 1 3 2 2 4 PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 TRIP #15 (7 DAYS) SWISS GERMAN CHINESE SPAIN AMERICAN IRISH BRITISH TOTAL 4 4 1 1 1 1 1 13 3 3 1 0 3 3 1 14 7 7 2 1 4 4 2 27 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 TRIP #16 (3 DAYS) AUSTRALIAN AMERICAN TOTAL 1 2 3 2 1 3 3 3 6 PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 TRIP #17 (7 DAYS) SWISS AMERICAN AUSTRALIA GERMAN CHINESE CANADIAN TOTAL 6 4 2 2 1 0 15 5 4 2 2 0 1 14 11 8 4 4 1 1 29 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 TRIP #18 (7 DAYS) GERMAN SWISS AMERICAN TOTAL 0 0 1 1 1 1 0 2 1 1 1 3 PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 TRIP #19 (7 DAYS) SWISS DUTCH AMERICAN BRITISH AUSTRIAN GERMAN TOTAL 1 0 8 1 1 0 11 3 1 5 1 0 1 11 4 1 13 2 1 1 22 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 TRIP #20 (4 DAYS) AMERICAN SWISS TOTAL 0 1 1 1 1 2 1 2 3 PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 8 TRIP #21 ( 4 DAYS) AMERICAN NEW ZEALENDER AUSTRALIAN JAPANESE FINNISH RUSSIAN SINGAPOREAN BRITISH TOTAL 2 1 0 0 1 0 0 1 5 2 0 1 1 1 1 1 0 7 4 1 1 1 2 1 1 1 12 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 TRIP # 22 (3 DAYS) AMERICAN TOTAL 6 6 5 5 11 11 PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 8 TRIP # 23 (7 DAYS) SWISS AMERICAN BRITISH JAPANESE ITALIAN AUSTRALIAN NEW ZEALAND GERMAN TOTAL 3 5 1 1 1 1 1 1 14 3 3 0 2 1 0 1 1 11 6 8 1 3 2 1 2 2 25 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 TRIP # 24 (7 DAYS) AMERICAN BRITISH JAPANESE ITALIAN SWEDISH GERMAN TOTAL 6 2 0 2 2 1 13 4 2 2 1 0 2 11 10 4 2 3 2 3 24 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 TRIP # 25 (4 DAYS) AMERICAN INDONESIAN BRITISH CHINESE TOTAL 3 2 1 1 7 3 0 0 1 4 6 2 1 2 11 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 TRIP # 26 (3 DAYS) SWISS AMERICAN JAPANESE AUSTRALIAN NEW ZEALANDER TOTAL 3 5 1 1 1 11 3 3 2 0 1 9 6 8 3 1 2 20 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 TRIP # 27 (4 DAYS) AMERICAN BRITISH JAPANESE ITALIAN SWEDISH TOTAL 2 2 0 2 2 8 3 2 2 1 0 8 5 4 2 3 2 16 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 TRIP# 28 (7 DAYS) American BRITISH TOTAL 1 1 2 3 0 3 4 1 5 PLEASURE PLEASURE 1 2 3 TRIP# 29 (7 DAYS) British Swiss Singaporean TOTAL 1 2 1 4 1 1 0 2 2 3 1 6 PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 TRIP# 30 (3 DAYS) American German Swiss Belgian TOTAL 1 1 0 1 3 1 0 2 0 3 2 1 2 1 6 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 TRIP# 31 (4 DAYS) American Swiss Singaporean Australian TOTAL 1 2 0 2 5 1 0 1 1 3 2 2 1 3 5 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 3 4 5 6 TRIP# 32 (7 DAYS) American British Japanese Canadian South African TOTAL 6 4 1 2 1 14 3 2 1 1 1 8 9 6 2 3 2 22 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 TRIP#33 (4 DAYS) Australian British American Indonesian Chinese TOTAL 2 1 1 0 0 4 2 1 1 2 1 7 4 2 2 2 1 11 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 TRIP#34 (7 DAYS) American TOTAL 11 11 12 12 23 23 PLEASURE 1 TRIP# 35 (7 DAYS) American TOTAL 1 1 3 3 4 4 PLEASURE 1 TRIP# 36 (3 DAYS) British TOTAL 1 1 1 1 2 2 PLEASURE 1 2 3 4 5 TRIP# 37 (4 DAYS) American German Swiss Indonesian Belgian TOTAL 1 1 0 7 1 10 1 0 2 10 0 13 2 1 2 17 1 23 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 TRIP# 38 (3 DAYS) Australian Swiss Singaporean TOTAL 1 2 0 3 1 0 1 2 2 2 1 5 PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 TRIP# 39 (4 DAYS) American Singaporean German Australian Canadian Sweden South African TOTAL 8 2 1 3 2 1 1 18 1 4 1 1 2 1 0 10 9 6 2 4 4 2 1 28 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 TRIP#40 (3 DAYS) Australian British American Indonesian Chinese TOTAL 2 1 1 0 0 4 2 1 1 3 1 8 4 2 2 3 1 12 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 TRIP#41 (4 DAYS) American Canadian Japanese TOTAL 9 3 2 14 8 2 1 11 17 5 3 25 PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 Trip# 42 (3 days) Australian American TOTAL 1 1 2 3 0 3 4 1 5 PLEASURE PLEASURE 1 2 3 Trip# 43 (4 days) American Swiss British TOTAL 5 6 1 12 7 4 1 12 12 10 2 24 PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 Trip# 44 (3 days) American Australian Swiss Malaysian TOTAL 2 3 1 1 7 1 5 1 1 8 3 8 2 2 15 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 8 Trip# 45 (7 days) American Indonesia British Canadian Singaporean Swiss Swedish Italian TOTAL 3 2 2 1 1 2 1 1 13 1 2 2 0 1 0 0 0 6 4 4 4 1 2 2 1 1 19 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 8 Trip# 46 (7 days) American Indonesia British Canadian Singaporean Swiss Swedish Italian TOTAL 3 2 2 1 1 2 1 1 13 1 2 2 0 1 0 0 0 6 4 4 4 1 2 2 1 1 19 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 Trip# 47 (4 days) American British French Swiss Qatari Chinese South African TOTAL 2 1 2 4 2 3 1 15 1 2 1 3 3 2 1 13 3 3 3 7 5 5 2 28 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 Trip# 48 (7 Days) American Australian Japanese TOTAL 2 1 0 3 2 1 1 4 4 2 1 7 PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 8 Trip# 49 (4 days) American Australian Spanish British Filipino French Italian Singaporean TOTAL 4 2 7 1 0 1 0 0 15 4 3 3 0 1 0 1 2 14 8 5 10 1 1 1 1 2 29 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 Trip# 50 (3 days) American French British Indonesian Swiss Italian TOTAL 0 0 2 5 4 2 13 2 1 1 0 1 1 6 2 1 3 5 5 3 19 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Trip# 51 (4 days) American French Austrian Swiss Swedish German Italian Dutch Chinese TOTAL 2 3 2 1 1 3 1 1 0 14 2 1 3 3 0 6 1 0 3 19 4 4 5 4 1 9 2 1 3 33 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 Trip# 52 (3 days) Canadian South African Swiss Swazi TOTAL 2 1 0 1 4 2 1 1 0 4 4 2 1 1 8 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 Trip# 53 (4 days) Italian German French Japanese New Zealander British TOTAL 5 3 5 0 0 0 13 4 1 3 1 1 1 11 9 4 8 1 1 1 24 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 Trip# 54 (7 days) British Australian Italian French TOTAL 2 1 2 2 7 4 1 3 2 10 6 2 5 4 17 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE Trip# 55 (Kosong) 1 2 Trip# 56 ( 3 days) Australian British TOTAL 5 6 11 7 5 12 12 11 23 PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 Trip 57# ( 4 days) Swiss Japanese Austrian Indonesian American Malaysian TOTAL 2 2 2 2 1 2 11 2 3 1 0 1 5 12 4 5 3 2 2 7 23 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 Trip# 58 (3 days) French Australian Filipino American Ukrainan Canadian Singapore TOTAL 2 1 2 1 1 3 1 11 3 0 1 2 1 1 2 10 5 1 3 3 2 4 3 21 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 Trip# 59 (4 days) German Australian British American TOTAL 3 6 2 2 13 2 8 3 5 18 5 14 5 7 31 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 Trip #60 (7 days) United States TOTAL 4 4 3 3 7 7 PLEASURE 1 2 Trip# 61 (3 days) British Singaporean TOTAL 3 5 6 2 6 7 5 11 13 PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 Trip# 62 (7 days) Luxembourger French German Swiss TOTAL 3 2 4 3 12 2 2 2 5 11 5 4 6 8 23 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 Trip# 63 (4 days) Swiss Irish South African Australian American TOTAL 3 2 1 6 6 18 2 5 3 2 8 20 5 7 4 8 14 38 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 Trip# 64 (7 days) American German Swiss TOTAL 4 2 4 10 7 3 5 15 11 5 9 25 PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 Trip# 65 (4 days) German British TOTAL 6 1 7 2 2 4 8 3 11 PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 Trip# 66 ( 3 days) Singaporean German Austrian Swiss American TOTAL 2 3 2 1 2 10 1 4 2 3 1 11 3 7 4 4 3 21 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 Trip# 67 (4 days) Swiss American German Italian Qatari Slovakian Australian TOTAL 3 4 2 2 1 0 1 11 2 5 1 3 0 1 1 11 1 2 Trip# 68 (3 days) American German TOTAL 9 4 13 6 3 9 1 2 Trip# 69 (7 days) Swiss British TOTAL 2 1 3 4 2 6 6 3 9 PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 8 Trip# 70 (7 days) Japanese Canadian Swiss British French New Zealander Spanish Sweden TOTAL 2 3 1 3 2 2 1 1 15 2 4 2 4 4 3 1 1 21 4 7 3 7 6 5 2 2 36 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 Trip# 71 (4 days) American Canadian Germany Australian British New Zealander Danish TOTAL 9 4 6 3 1 0 1 24 13 1 2 1 2 2 1 22 22 5 8 4 3 2 2 46 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 TRIP#72 (4 DAYS) American German Swiss Indonesian Belgian TOTAL 2 1 0 7 1 11 1 2 2 10 3 18 3 3 2 17 4 29 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 TRIP #73 (3 DAYS) AUSTRALIAN AMERICAN TOTAL 2 1 3 3 2 2 5 3 8 PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 8 Trip# 74 (7 days) American Indonesia British Canadian Singaporean Swiss Swedish Italian TOTAL 8 3 4 2 3 1 5 3 29 3 4 5 2 5 2 3 2 26 11 7 9 4 8 3 8 5 55 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 5 9 3 5 1 1 2 22 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 15 PLEASURE 7 PLEASURE 22 1 2 3 4 5 TRIP #75 (7 DAYS) AMERICAN BRITISH GERMAN SOUTH AFRICAN SPAIN TOTAL 4 2 2 1 2 11 4 3 2 4 1 14 8 5 4 5 3 25 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 TRIP #76 (3 DAYS) AUSTRALIAN AMERICAN CHINESE GERMAN FRENCH AUSTRIAN TOTAL 4 3 1 1 3 2 14 3 3 2 3 2 5 18 7 6 3 4 5 7 32 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 Trip# 77 (4 days) Italian German French Japanese New Zealander British TOTAL 1 2 3 1 2 0 9 3 3 1 3 2 2 14 4 5 4 4 4 2 23 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 Trip# 78 (4 days) German Australian British American TOTAL 5 2 2 3 12 4 5 2 2 13 9 7 4 5 25 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 TRIP # 79 (7 DAYS) AMERICAN BRITISH JAPANESE ITALIAN SWEDISH GERMAN TOTAL 6 3 2 2 3 3 19 7 4 3 3 6 5 28 13 7 5 5 9 8 47 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 TRIP# 80 (3 DAYS) Australian Swiss Singaporean Italian TOTAL 3 2 3 2 10 5 5 4 2 16 8 7 7 4 26 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 TRIP # 81 (7 DAYS) AMERICAN SWIISS BRITISH FRENCH GERMAN TOTAL 9 2 1 2 1 15 8 3 2 3 2 18 17 5 3 2 3 30 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 TRIP 82 #(7 DAYS) SWISS AMERICAN CANADIAN TOTAL 2 3 3 8 1 2 5 8 3 5 8 16 PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 8 TRIP # 83 (3 DAYS) AMERICAN SINGAPOREAN FINN OF FINISH AUSTRALIAN SLOVAKIA SWISS BRITISH GERMAN TOTAL 2 1 1 2 1 1 1 1 10 2 2 1 2 1 1 2 1 12 4 3 2 4 2 2 3 2 22 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 TRIP# 84 (3 DAYS) American German Swiss Belgian TOTAL 2 1 4 1 8 3 2 2 1 8 5 3 6 2 16 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 TRIP# 85 (4 DAYS) American Swiss Singaporean Australian TOTAL 2 2 3 2 9 3 3 1 1 8 5 5 4 3 14 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 3 4 5 7 TRIP# 86 (7 DAYS) American Australian British Japanese South African TOTAL 7 5 2 2 1 17 5 3 1 4 1 14 12 8 3 6 2 31 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 TRIP# 87 (4 DAYS) Australian British American Indonesian Chinese TOTAL 1 2 2 2 1 8 2 3 1 2 3 11 3 5 3 4 4 19 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 TRIP# 88 (7 DAYS) American Canadian British TOTAL 10 2 4 11 8 2 3 12 18 4 7 29 PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 TRIP# 89 (7 DAYS) American Australian TOTAL 2 2 1 3 4 3 5 6 11 PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 TRIP# 90 (3 DAYS) British Singaporean American Swiss German TOTAL 4 2 2 1 2 11 5 2 1 3 2 13 9 4 3 4 4 24 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 TRIP #91 (7 DAYS) SWISS AMERICAN AUSTRALIA GERMAN CHINESE CANADIAN TOTAL 4 2 3 1 1 1 12 3 2 1 2 1 1 10 7 4 4 3 2 2 22 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 TRIP #92 (7 DAYS) GERMAN SWISS AMERICAN TOTAL 2 2 4 8 1 2 3 6 3 4 7 14 PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 TRIP #93 (3 DAYS) SWISS DUTCH AMERICAN BRITISH PORTUGUESE SOUTH AFRICAN TOTAL 1 0 8 1 1 0 11 3 1 5 1 0 1 11 4 1 13 2 1 1 22 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 8 TRIP # 94 (3 DAYS) AMERICAN SWISS BRITISH SOUTH AFRICAN NEW ZEALAND AUSTRALIAN ITALIAN GERMAN TOTAL 4 3 3 1 7 5 3 3 29 6 4 4 3 5 8 2 2 34 10 7 7 4 12 13 5 5 63 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 TRIP # 95 (4 DAYS) AMERICAN BRITISH AUSTRALIAN ITALIAN SWEDISH GERMAN TOTAL 6 2 0 2 2 1 13 4 2 2 1 0 2 11 10 4 2 3 2 3 24 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 TRIP # 96 (4 DAYS) AMERICAN INDONESIAN BRITISH AUSTRALIAN SWISS GERMAN SINGAPOREAN JAPANESE KOREAN CHINESE ITALIAN TOTAL 5 2 2 3 3 2 2 2 2 4 2 29 6 2 3 4 4 3 2 4 2 2 4 36 11 4 5 7 7 5 4 6 4 6 6 65 PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE PLEASURE