skripsi analisis penerapan metode activity based costing

advertisement
SKRIPSI
ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING
DALAM MENENTUKAN SEWA KAMAR PENGINAPAN
(STUDI PADA WAKATOBI DIVE RESORT ONEMOBA’A TOMIA).
OLEH :
ARDINO
B1C1 12 104
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
SKRIPSI
ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING
DALAM MENENTUKAN SEWA KAMAR PENGINAPAN
(STUDI PADA WAKATOBI DIVE RESORT ONEMOBA’A TOMIA).
Diajukan Kepada
Universitas Halu Oleo
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S-1)
OLEH
ARDINO
B1C1 12 104
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
ABSTRAK
Ardino, 2017. “Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam
Menentukan Sewa Kamar Penginapan ( Studi Pada Penginapan
Wakatobi Dive Resort Onemoba’a Tomia). Skripsi. Jurusan Akuntansi.
Universitas Halu Oleo. Dengan Pembimbing I Bapak Dr. H. Andi Basru
Wawo, SE., M.Si., Ak., CA., Qia. Dan Pembimbing II Ibu Sulvariany
Tamburaka, SE., M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perhitungan metode
Activity Based Costing dalam menghitung tarif sewa penginapan Wakatobi Dive
Resort dan untuk mengetahui perbedaan besarnya tarif sewa penginapan Waktobi
Dive Resort dengan perhitungan akuntansi biaya tradisional dan metode Activity
Based Costing. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi.
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.
Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan metode Activity Based Costing
dalam perhitungan tarif sewa kamar penginapan akan menghasilkan perhitungan tarif
sewa yang akurat, karena biaya-biaya yang terjadi dibebankan pada produk atas
dasar aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsikan oleh produk dan juga
menggunakan dasar lebih dari satu cost driver. Hasil dari perhitungan tarif sewa
kamar penginapan dengan menggunakan pendekatan metode Activity Based Costing
yaitu, untuk tipe penginapan Garden Bungalow sebesar Rp. 3.176.400,35. Untuk tipe
penginapan Beach Bungalow sebesar Rp. 3.068.886,90. Untuk tipe penginapan Villa
sebesar Rp. 3.920.827,28. Terdapat selisih tarif sewa yang lebih tinggi pada tipe
penginapan Garden Bungalow dan Beach Bungalow dari hasil perhitungan metode
Activity Based Costing dengan perhitungan pihak perusahaan dengan metode
tradisional yaitu masing-masing sebesar Rp. 9.42.777,43. dan Rp. 221.554,07.
Sedangkan tarif sewa yang lebih rendah dengan menggunakan metode Activity Based
Costing, yaitu pada tipe penginapan Villa yaitu sebesar Rp. 462.434,69.
Kata Kunci : Activity, Cost Driver, Activity Based Costng
ABSTRACK
Ardino, 2017. "Application of Analysis Method of Determining the Activity Based
Costing In Room Rental Accommodation (Studies in Wakatobi Dive Resort
Lodge Onemoba'a Tomia). Essay. Accounting major. Haluoleo university.
With Supervisor I Mr. Dr. H. Andi Basru Wawo, SE., M.Si., Ak., CA. And
Supervisor II Ms. Sulvariany Tamburaka, SE., M.Si.
This study aims to determine how the calculation method of Activity Based
Costing in calculating rental rates Wakatobi Dive Resort lodging and to determine
the magnitude of the difference in rental rates Wakatobi Dive Resort accommodation
with traditional cost accounting calculation and Activity Based Costing. The type of
data in this research is quantitative data and qualitative data. Sources of data in this
study are primary data and secondary data. Data collection techniques in this study
were interviews and documentation. Analysis of the data used is descriptive analysis.
Results from this study is the use of Activity Based Costing in the calculation
rental rate room inn will yield calculating rental rates are accurate, because the
costs incurred are charged to the product on the basis of activities and resources
consumed by the product and also use a base of more than one cost driver. The
results of the calculation of the inn room rental rates using Activity Based Costing
approach is, for the type of accommodation Garden Bungalow Rp. 3,176,400.35. For
the type of accommodation Beach Bungalow Rp. 3,068,886.90. For the type of
accommodation Villa Rp. 3,920,827.28. There is a difference of higher rental rates
on accommodation type Beach Bungalow Garden Bungalow and from the calculation
method of Activity Based Costing with the calculation of the company with traditional
methods, respectively Rp. 9.42.777,43. and Rp. 221,554.07. While rental rates lower
by using Activity Based Costing, ie on the type of accommodation Villa is Rp.
462,434.69.
Keyword : Activity, cost driver, activity based costing.
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Alhamdulillaahi Rabbil’aalamiin, puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Dzat yang Esa, Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan rahmat yang
tiada terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis
Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Sewa Kamar
Penginapan (Studi Pada Penginapan Wakatobi Dive Resort Onemoba’
Tomia)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
pada jenjang Strata Satu (S1) dapat terselesaikan dan tersusun sebagaimana
mestinya.
Skripsi ini diselesaikan oleh penulis dengan segala upaya yang diberikan
agar memperoleh hasil yang baik sehingga kelak dapat bermanfaat bagi pihak
yang membutuhkan. Selanjutnya, tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada
pihak lain, maka secara khusus ucapan sayang dan terima kasih penulis
persembahkan untuk ayahanda tercinta La Bani dan Ibunda tersayang Wa Bai
yang telah mengasuh, mendidik, dan membesarkan penulis, serta memberikan
dukungan moril maupun materil yang diiringi do’a yang tulus kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, demi kesuksesan penulis. Rasa Terima Kasih pula penulis
haturkan untuk Saudara kandungku tercinta Basri Bani, Dedi Bani dan Maryam
Bani, S.Pd, atas doa dan dukungannya yang tak pernah putus dan memberikan
keceriaan ditengah kejenuhan penulis.
Setulus hati penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada Bapak Dr. H. Andi Basru Wawo, SE.,M.Si.,Ak.,QIA.,CA
selaku
pembimbing I dan Ibu Sulvariany Tamburaka, SE.,M.Si selaku pembimbing II,
yang penuh keikhlasan dan kesungguhan telah meluangkan waktunya,
memberikan petunjuk, arahan dan bimbingan sejak awal penyusunan hingga
selesainya penulisan tugas akhir ini.
Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada berbagai pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis sejak awal penyusunan
hingga selesainya penulisan tugas akhir ini, diantaranya:
1.
Bapak Rektor Universitas Halu Oleo.
2.
Ibu Dr. Hj. Rostin, SE., MSi Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Halu Oleo.
3.
Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu
Oleo.
4.
Ibu Tuti Dharmawati,SE,.M.Si,.Ak.,QIA.,CA Selaku Ketua Jurusan
Akuntansi.
5.
Bapak
Safaruddin.,SE.,M.SA.,Ak.,CA
selaku
Sekretaris
Jurusan
Akuntansi.
6.
Dosen-dosen
Penguji,
Bapak
Safaruddin.,SE.,M.SA.,Ak.,CA,
Ibu
Intihanah SE,.M.Si,.QIA dan Ibu Ika Maya Sari, SE., M.Si.,Ak terima kasih
atas kritik dan saran guna perbaikan tugas akhir ini.
7.
Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Akuntansi yang telah membagikan
ilmunya kepada penulis.
8.
Seluruh staf administrasi di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Halu Oleo atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan
kepada penulis selama studi khususnya Bapak Fariah Saleh, Bapak
Halifah, SE, dan Ibu Yunita Abas, SH.
9.
Bapak Indra Aprianto selaku HR koordinator dan juga mewakili
pimpinan pihak Wakatobi Dive Resort beserta seluruh stafnya yang telah
membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi.
10. Sahabat-sahabatku, Muhamad Tonasa S.Ak, Muliadin, Suparman, Muh
Rizal, Hariana Rukmana, Mulawati, Riska Handayani dan Fadila Tonasa
terima kasih atas keceriaan, kegilaan, tawa, kebersamaan, serta dukungan
moril yang telah kalian berikan. Terima kasih atas persahabatan selama
perkuliahan hingga penyelesaiaan tugas akhir penulis.
11. Teman-teman Akuntansi kelas C 2012, Rani, Juli, Cika, Rheisky, Opi,
Amy, Yayat, Wayan, Razak, Juna, Arif, Madhe, Ryan, Misbah, Rinto,
Praga, Senja, Agnes, Eny, Rinda, Ningsih, Isma, Falziah, dan temanteman akuntansi, terima kasih atas kesetiaan, bantuan dan dukungan
selama penyelesaian tugas akhir penulis. Terima kasih atas kerjasama
dan kebersamaannya.
12. Buat Teman – teman KKN 2016 kecamatan Tinanggea kelurahan
Lanowulu Kasman,
Arifin
Hidayat,
megawati, sabarun,
Jamal,
Kurniawati, Melani, dan Gaby Priska Cecilya.
13. Teman seperjuangan angkatan Akuntansi 2012 Saediman, Muh.praga,
Arisal, Vina, Samsuri, Rafika, Tika, Bojels, Rois, Mulawati dan Sanyoto
terimakasih atas saran-saran, masukan dan bantuan dalam penyelesaian
tugas akhir penulis.
14. Serta seluruh pihak yang ikut membantu terselesaikannya tugas akhir ini,
yang tidak dapat disebutkan satu per-satu.
Penulis menyadari sepenuhnya keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini
sehingga hasilnya jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk perbaikan
penulisan selanjutnya.
Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal kepada
mereka yang telah memberikan bantuan. Penulis juga berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi peningkatan IPTEK khususnya bidang Akuntansi. Aamiiin.
Kendari,
Ardino
April 2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..............................................
ABSTRAK ...............................................................................................
ABSTRACK ..............................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................
DAFTAR TABEL ...................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
DAFTAR SKEMA ..................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .........................................................
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................
1
6
6
7
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ...............................................................
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya ...........................................
2.2.2 Konsep Biaya ..................................................................
2.2.3 Klasifikasi Biaya ............................................................
2.3 Pengertian Biaya Overhead Pabrik .........................................
2.3.1 Pembebanan Biaya Overhead Tradisional .....................
2.3.2 Pembebanan Biaya Overhead Menggunakan
Activity Based Costing ...................................................
2.3.3 Perbedaan Pembebanan Biaya Overhead Tradisional
Dan Activity Based Costing ...........................................
2.3.4 Activity Based Costing System Sebagai Pengganti
Model Tradisonal ...........................................................
2.4 Sistem Akuntansi Biaya Berdasarkan Aktivitas
(Activity Based Costing) .........................................................
2.4.1 Keunggulan Dan Kelemahan Activity Based Costing ....
2.4.2 Syarat Penerapan Activity Based Costing System ..........
2.4.3 Activity Based Costing Untuk Perusahaan Jasa .............
2.5 Cost Driver
2.5.1 Pengertian Cost Driver ...................................................
2.5.2 Faktor Utama Cost Driver ..............................................
2.5.3 Jenis-Jenis Cost Driver ..................................................
8
10
10
13
15
16
17
20
20
22
28
29
31
32
33
35
2.6 Pengertian Dan Penentuan Tarif ............................................. 35
2.7 Kerangka Pikir ......................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian ......................................................................
3.2 JenisData dan Sumber Data ....................................................
3.3 Metode Pengumpulan Data .....................................................
3.4.Metode Analisis Data ..............................................................
3.5 Definisi Operasional ................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................
4.1.1 Visi .................................................................................
4.1.2 Misi ................................................................................
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Perhitungan Tarif Sewa Kamar Penginapan
Wakatatobi Dive Resort Dengan Menggunakan
Metode Tradisional ........................................................
4.2.2 Penentuan Tarif Sewa Kamar Penginapan
Wakatobi Dive Resort Dengan Menggunakan Metode
Activity Based Costing ..................................................
4.2.2.1 Mengidentifikasi Dan Mengidentifikasi Aktivitas ......
4.2.2.2 Mengidentifikasi Biaya Berdasar Aktivitas Ke dalam
Berbagai Aktivitas ......................................................
4.2.2.3 Mengidentifikasi Cost Driver .....................................
4.2.2.4 Menentukan Tarif Per Unit Cost Driver .....................
4.2.2.5 Membebankan Biaya Ke Produk Dengan
Menggunakan Tarif Cost Driver dan
Ukuran Aktivitas ........................................................
4.3 Pembahasan ..............................................................................
40
40
41
41
42
44
46
46
47
52
52
53
55
62
64
67
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 69
5.1 Saran ........................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 1.1 Tarif Sewa Pengiunapan ........................................................ 5
Tabel 2.1 Perbedaan Pembebanan Biaya Overhead Tradisional dan
Activity Based Costing ............................................................ 20
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Wakatobi Dive Resort .......................... 45
Tabel 4.2 Room Rate Wakatobi Dive Resort Tahun 2015 ...................... 47
Tabel 4.3 Jumlah Kamar Penginapan Untuk Dijual ................................ 48
Tabel 4.4 Jumlah Hari Hunian Penginapan Waktobi Dive Resort
Tahun 2015 ............................................................................. 48
Tabel 4.5 Occupancy Rate Penginapan Wakatobi Dive Resort Tahun
2015 ......................................................................................... 49
Tabel 4.6 Pendapatan Penjualan Jasa Pengiinapan Wakatobi Dive
Resort Tahun 2015 .................................................................. 49
Tabel 4.7 Persentase pendapatan Penjualan Jasa Penginapan
Wakatobi Dive Resort ............................................................. 50
Tabel 4.8 Rincian Biaya Langsung ......................................................... 51
Tabel 4.9 Rincian Biaya Operasional ...................................................... 51
Tabel 4.10 Harga Pokok Penginapan Wakatobi Dive Resort
Tahun 2015 ............................................................................. 52
Tabel 4.11 Klasifikasi Aktivitas Berdasarkan Aktivitas ........................... 55
Tabel 4.12 Cost Pool dan Cost Driver ...................................................... 57
Tabel 4.13 Cost Pool I .............................................................................. 58
Table 4.14 Cost Pool II ............................................................................. 58
Tabel 4.15 Cost Pool III ............................................................................ 59
Tabel 4.16 Cost Pool IV ............................................................................ 59
Tabel 4.17 Cost Pool V ............................................................................. 60
Tabel 4.18 Cost Pool VI ............................................................................ 60
Tabel 4.19 Pengelompokan Aktivitas dan Cost Driver ............................ 61
Tabel 4.20 Penentuan Tarif Per Unit Cost Driver Penginapan Dengan
Metode Activity Based Costing ............................................... 63
Tabel 4.21 Tarif Sewa Penginapan Wakatobi Dive Resort Untuk
Garden Bungalow ................................................................... 65
Tabel 4.22 Tarif Sewa Penginapan Wakatobi Dive Resort Untuk
Beach Bungalow ...................................................................... 66
Tabel 4.23 Tarif Sewa Penginapan Wakatobi Dive Resort Untuk Villa ... 66
Tabel 4.24 Perbedaan Tarif Sewa Kamar Penginapan Antara
Perhitungan Yang Dilakukan Perusahaan Dengan
Metode Tradisional dan Activity Based Costing ..................... 67
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 2.1 Pembebanan Biaya Tarif Departemen ................................... 17
Gambar 2.2 Pembebanan Biaya Overhead Dengan Menggunakan
Metode Activity based Costing .............................................. 19
Gambar 2.3 Konsep Dasar Activity Based Costing ................................... 24
DAFTAR SKEMA
Skema
Halaman
Skema 2.1 Kerangka Pikir ......................................................................... 39
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Potensi wisata dalam negeri berperan penting bagi industri jasa
penginapan. Bisnis hotel dan resor misalnya, tumbuh karena ditopang
meningkatnya sektor pariwisata. Pertumbuhan industri jasa penginapan juga
dipengaruhi oleh perkembangan hotel dan resor yang dikelola baik pengelola
dalam negeri maupun luar negeri. Bertambahnya hotel dan resor akan
menyebabkan persaingan bisnis yang sejenis. Kondisi ini menuntut para
pengembang atau
pelaku usaha untuk
fokus
menjamin kualitas dan
pelayanan, serta harga yang terjangkau. Perusahaan harus dapat secara efisien
dan efektif menentukan harga yang sesuai dengan kualitas dan pelayanan yang
mampu bertahan melawan pesaing. Penetapan biaya yang tepat akan
menghasilkan biaya yang akurat, efisien, dan efektif. Penetapan biaya juga sangat
berpengaruh pada penentuan harga pokok.
Mayoritas hotel dan resor masih menggunakan metode konvensional
dalam penetapan biayanya. Pembebanan biaya produksi dilakukan atas
biayan langsung dan tidak langsung yang berhubungan dengan produk.
Pembebanan biaya tersebut dilakukan dengan berdasarkan pembebanan secara
menyeluruh atau per departemen. Metode ini tidak sesuai dengan jenis produk
jasa yang bervariatif, sehingga memberikan informasi biaya yang terdistorsi atau
tidak akurat dalam pembebanan biaya.
1
2
Harga pokok mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menentukan harga jual produk. Penetapan biaya yang lebih tepat akan
menghasilkan harga pokok produks/jasa yang lebih akurat. Oleh karena itu,
perusahaan
harus
benar-benar
teliti
dalam
menentukan
harga
pokok
produksinya. Dalam perhitungan biaya produk untuk menetukan harga pokok
produksi/jasa masih banyak perusahaan yang menggunakan sistem tradisional.
Sistem akuntansi tradisional, dalam pembebanan biaya produksi
dilakukan atas biaya langsung dan tidak langsung yang berhubungan dengan
produk. Secara tradisional pembebanan biaya produk dilakukan dengan
menggunakan dasar pembebanan secara menyeluruh. Hal ini akan menimbulkan
banyak masalah karena produk yang dihasilkan tidak dapat mencerminkan biaya
yang sebenarnya diserap untuk menghasilkan produk tersebut. Sebagai akibatnya
akan muncul produk under costing dan produk over costing. Distorsi tersebut
mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan dalam hal harga produk dan
kelangsungan organisasi. Sehingga perlu diterapkannya sistem penentuan harga
pokok produk berdasarkan aktivitasnya (activity based) atau lebih dikenal
dengan nama Activity Based Costing System. Activity Based Costing System
merupakan sebuah sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasikan
bermacam-macam aktivitas yang dikerjakan di dalam suatu organisasi dan
mengumpulkan biaya dengan dasar sifat yang ada dari aktivitas tersebut.
Metode Activity Based Costing dapat menyediakan informasi perhitungan
biaya yang lebih baik dan dapat membantu manajemen dalam mengelola
perusahaan secara efisien serta memperoleh pemahaman yang lebih baik atas
3
keunggulan kompetitif, kekuatan dan kelemahan perusahaan. Sehingga dengan
metode Activity Based Costing dapat menyajikan informasi harga pokok
produk/jasa secara cermat dan akurat bagi kepentingan manajemen. Konsep
sistem Activity Based Costing merupakan alternatif solusi yang ditempuh oleh
perusahaan untuk mendapatkan informasi akuntansi yang relevan dalam
keragaman kondisi dan sistem Activity Based Costing ini, dapat diterapkan pada
Wakatobi Dive Resort tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi
manajemen
perusahaan.
Manajemen
memerlukan
informasi
untuk
memungkinkan manajer melakukan pengelolaan terhadap berbagai aktivitas
dalam menghasilkan cost object. Oleh karena itu, manajemen harus mampu
mengelola sumber daya dengan melakukan perancangan kembali sistem
akuntansi manajemen yang mampu mencerminkan sumber daya dalam aktivitas
produk/jasa.
Penelitian yang dilakukan oleh Ashford C.Chea dengan judul (ActivityBased Costing System in the Service Sector: A Strategic Approach for Enhancing
Managerial Decision Making and Competitiveness). Mengemukakan bahwa
Activity Based Costing memiliki akar di sektor manufaktur dan sebagian besar
literatur tentang Activity Based Costing menekankannya digunakan dalam
pengaturan manufaktur. Namun, harus diakui bahwa aktivitas ekonomi yang
signifikan dan berkembang terjadi di sektor non-manufaktur. Penting untuk
dicatat bahwa prinsip-prinsip Activity Based Costing berlaku untuk semua jenis
bisnis. Misalnya, perusahaan jasa menghadapi perubahan lingkungan yang sama
yang telah mengharuskan modifikasi dalam praktek manajemen biaya dalam
4
perusahaan manufaktur dalam rangka bagi mereka untuk tetap kompetitif. Berikut
contoh perusahaan yang menggunakan metode Activity Based Costing yaitu
Healthspan Transportation Service in the USA reports that, through analyzing
ABC data, it was recognized that when the scheduled call service was busy, the
emergency room service was often idle. As a result, the emergency room service
was used to respond to scheduled calls and greater usage efficiency was achieved
with aconsequent (positive) impact on profitability.
Wakatobi Dive Resort merupakan salah satu resor yang terkenal di
Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu kini Wakatobi Dive Resort mulai
exist menapaki kerasnya persaingan dunia pariwisata di Indonesia, dengan
mengandalkan fasilitas dan keindahan panorama alamnya sehingga menarik para
wisatawan dari berbagai mancanegara untuk berkunjung di Wakatobi Dive
Resort Kabupaten Wakatobi.
Wakatobi Dive Resort mengandalkan fasilitas yang ada seperti, 28
kamar penginapan yang dibagi dalam tiga (3) tipe penginpan yaitu: 4 Villas, 15
Beach Bungalows, 9 Garden Bungalows. Resor juga menyediakan berbagai
fasilitas umum yang dapat digunakan oleh wisatawan yaitu, spa, kids klub,
restaurant, jeety bar, medical center. Semua penginapan ini memiliki balkon di
depan serta kursi santai, meja dan perabotan lainnya. Resor ini di lengkapi
dengan akses internet, mini-bar, dan wifi dan masih banyak lagi. Semua
bungalow dan villa dilengkapi dengan penyejuk ruangan.
Wakatobi Dive Resort dalam pengoperasiannya dihadapkan dengan
berbagai tipe penginapan dan melalui berbagai tahap dalam penyelesaian
5
produk/jasa sehingga muncul berbagai biaya diluar biaya bahan baku dan tenaga
kerja langsung yang turut mendukung penyelesaian produk/jasa. Hal tersebut
memerlukan adanya pengalokasian biaya secara akurat ke produk/jasa yang
didasarkan pada sumber daya yang dikonsumsi sebagai akibat adanya
berbagai aktivitas yang akhirnya akan menghasilkan perhitungan harga pokok
produksi/jasa.
Dengan melihat karakteristik spesifikasi jenis penginapan, pelayanan,
serta potensi persaingan dari competitor maka salah satu cara yang dilakukan
Wakatobi Dive Resort dalam upaya meningkatkan efisiensi biayanya adalah
dengan menentukan harga pokok produk/jasa secara tepat. Cara yang ditempuh
perusahaan untuk menentukan harga pokok produksi/jasa secara akurat dan
efektif adalah dengan menggunakan konsep Activity Based Costing.
Penentuan tarif sewa kamar penginapan yang ada pada Wakatobi Dive
Resort berbeda, dimana penentuan tarif sewa yang ditetapkan atau diberlakukan
akan naik secara berkala sesuai dengan adanya keputusan yang telah disepakati
oleh pihak resor. Adapun tarif sewa masing-masing penginapan yang ada di
Wakatobi Dive Resort adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Tarif Sewa Masing-Masing Penginapan Pada
Wakatobi Dive Resort
Tipe Ruangan
Garden Bungalows
Beach Bungalows
Villa
Tarif Sewa (Perhari)
($)
$290
$380
Tarif Sewa (Perhari)
(Rp)
3.799.000
4.978.000
$605
7.927.500
Sumber : Data Wakatobi Dive Resort Tahun 2015
6
Berdasarkan tabel 1.1 tentang tarif masing-masing tipe penginapan
Wakatobi Dive Resort, penulis dalam menyusun skripsi ini mengamati
perkembangan terakhir kurs rupiah menunjukan bahwa besarnya kurs rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat sebesar $ 1 = Rp 12.500.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini penulis
tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “Analisis Penerapan Metode
Activity Based Costing Dalam Menentukan Sewa Kamar Penginapan Pada
Wakatobi Dive Resort.”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perhitungan metode
Activity Based Costing
untuk
menghitung tarif sewa penginapan pada penginapan Wakatobi Dive
Resort ?
2. Apakah ada perbedaan besarnya tarif sewa penginapan pada Wakatobi
Dive Resort dengan perhitungan akuntansi biaya tradisional dan
Activity Based Costing ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui perhitungan dengan menggunakan metode Activity
based Costing dalam menghitung tarif sewa penginapan Wakatobi Dive
Resort.
7
2.
Untuk mengetahui beda besarnya tarif menggunakan metode akuntansi
biaya tradisional dan Activity based Costing.
1.4
Manfaat Penelitian
Penulisan hasil penelitan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai kalangan yaitu, sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna perusahaan
sebagai masukan untuk meningkatkan kinerja dan menentukan suatu
strategi perusahaan khususnya dalam mengoptimalkan fungsi dan peranan
informasi.
2. Bagi Penulis, dapat menjadi sarana untuk mengembangkan potensi diri
atau wawasan khususnya yang berkaitan dengan materi yang disajikan.
3. Bagi Peneliti, sebagai bahan bacaan atau literature bagi peneliti selanjutnya
yang berkaitan dengan penelitian ini.
1.5 Ruang Lingkup Peneilitian
Agar penelitian ini lebih terarah, maka peneliti membatasi ruang lingkup
pembahasan hanya mengenai tarif sewa pada penginapan Wakatobi Dive Resort
Onemoba’a Tomia tahun 2015.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Insyirah Putikadea (2010) yang berjudul
Penentuan Harga Pokok Penjualan Kamar “DELUXE” Dengan Menggunakan
Metode Activity Based Costing Pada Resort G-Land Joyo’s Camp menyatakan
bahwa Hasil dari perhitungan harga pokok penjualan kamar G-land Joyo’s Camp
untuk jenis “Deluxe room” Dengan menggunakan metode Activity Based Costing
sebesar Rp 303.284,26. Selisih antara harga pokok penjualan kamar G-land Joyo’s
Camp jenis “Deluxe room” menggunakan metode Activity based Costing dengan
metode konvensional sebesar Rp 155.715,74. Hal ini membuktikan bahwa hasil
perhitungan harga pokok penjualan kamar G-land Joyo’s Camp “Deluxe room”
dengan menggunakan metode Activity Based Costing lebih rendah daripada
metode konvensional atau dengan kata lain harga pokok penjualan kamar dengan
menggunakan metode yang diterapkan oleh manajemen G-land Joyo’s Camp
disebut over costing dikarenakan adanya pembebanan menyeluruh per unit kamar
bukan berdasarkan aktivitas yang terjadi.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muh. Akbar (2011)
yang berjudul Analisis Penerapan Metode Activity Based Conting System dalam
Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel Pada Hotel Coklat Makassar menyatakan
bahwa hasil analisis data penelitian tentang peranan Activity Based Costing
System dalam penentuan harga pokok kamar hotel, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
8
9
1. Penggunaan metode Activity Based Costing dalam perhitungan harga
pokok kamar akan menghasilkan harga pokok kamar yang akurat, karena
biaya-biaya yang terjadi dibebankan pada produk atas dasar aktivitas dan
sumber daya yang dikonsumsikan oleh produk dan juga menggunakan
dasar lebih dari satu cost driver.
2. Hasil dari perhitungan harga pokok kamar dengan menggunakan metode
Activity Based Costing yaitu, untuk kamar standard sebesar Rp.
175.744,08. Untuk kamar deluxe sebesar Rp. 191.964,27. Untuk kamar
Suite sebesar Rp. 368.972,58, Untuk kamar Family sebesar Rp.
438.324,93. Dan untuk kamar Executive Suite/Pent House sebesar Rp.
2.039.888,19. Terdapat selisih harga yang lebih rendah dari penetapan
harga manajemen hotel dengan hasil perhitungan metode Activity Based
Costing yaitu, untuk kamar standard sebesar Rp. 58.024,48. Untuk kamar
deluxe sebesar Rp. 175.411,58. Untuk kamar suite sebesar Rp. 99.034,88.
Dan untuk kamar family sebesar Rp. 100.045,60. Sedangkan harga yang
lebih tinggi menggunakan metode Activity Based Costing, yaitu pada
kamar executive suite/pent house dengan selisih sebesar Rp. 368.096,17.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu terdapat pada
objek penelitiannya. Sedangkan persamaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu terdapat pada variable yang diteliti yaitu penerapan Activity Based
Costing System dalam penentuan tarif sewa kamar penginapan.
10
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya
Secara
garis
besar
Akuntansi
berarti
pencatatan,
penggolongan,
peringkasan dan penyajian dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi dalam
suatu perusahaan. Sedangkan biaya berarti pengorbanan materi yang telah terjadi
untuk mencapai tujuan tertentu.
Mulyadi (2009:7), Akuntansi Biaya adalah :
“Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan,
dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan
cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya.”
Bustami (2010:3) mengemukakan bahwa :
“Akuntansi biaya adalah suatu bidang yang mempelajari bagaimana cara
mencatat, mengukur dan melaporkan tentang informasi biaya yang
digunakan dan membahas tentang penentuan harga pokok produksi dalam
suatu produk yang diproduksi dan di jual di pasar.”
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi
biaya adalah suatu proses pencatatan, pengklarifikasian, perhitungan, dan
penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan produk barang maupun jasa
dengan cara tertentu sebagai alat pembantu bagi manajemen dalam pengambilan
keputusan.
2.2.2 Konsep Biaya
Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian
manajemen membutuhkan pemahaman akan arti biaya dan terminologi yang
berkaitan dengan biaya. Pembebanan biaya atas produk, jasa, pelanggan dan
objek lain yang merupakan kepentingan manajemen, adalah salah satu tujuan
11
dasar
sistem
informasi
akuntasi
manajemen.
Peningkatan
keakuratan
pembebanan biaya menghasilkan informasi yang lebih bermutu tinggi yang
kemudian dapat digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik.
Memperbaiki penentuan biaya telah menjadi pengembangan utama dalam bidang
manajemen biaya. Sebelum membicarakan proses penentuan biaya, baiknya
menentukan mengenai definisi biaya (cost).
Biaya (cost) dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu : aktiva atau
aset dan beban atau expense. Biaya akan dicatat sebagai aktiva atau aset apabila
memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Sedangkan biaya akan
dikategorikan sebagai beban atau expense jika memberikan manfaat pada periode
akuntansi berjalan.
Aktiva atau aset juga dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu:
Aktiva atau aset dan beban atau expense. Jika aktiva atau aset tersebut
belum terpakai, maka tetap dicatat sebagai aktiva atau aset. Sedangkan
apabila aktiva atau aset tersebut telah digunakan, maka akan dicatat sebagai
beban.
Hansen dan Mowen (2006:40), mendefinisikan biaya sebagai berikut:
Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan
barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang
bagi organisasi.
Dikatakan sebagai ekuivalen kas karena sumber nonkas dapat ditukar
dengan barang atau jasa yang diinginkan. Sebagai contoh, menukar peralatan
dengan bahan yang digunakan untuk produksi. Dalam usaha menghasilkan
12
manfaat saat ini dan di masa depan, manajemen suatu organisasi harus
melakukan berbagai usaha untuk meminimumkan biaya yang dibutuhkan dalam
mencapai keuntungan tertentu. Mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk
mencapai manfaat tertentu memiliki arti bahwa perusahaan menjadi lebih efisien.
Biaya tidak harus ditekan, tetapi juga harus dikelola secara strategis.
Adapun definisi biaya menurut Mulyadi (2009:8), yaitu :
“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu.”
Menurut Darsono (2009:20), dijelaskan bahwa:
“Biaya adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi
atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh
manfaat atau keuntungan dimasa mendatang.”
Kuswadi (2005:21) mendefinisikan biaya adalah semua pengeluaran
untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak ketiga, baik yang berkaitan
dengan usaha pokok perusahaan maupun tidak. Menurut Bustami dan Nurlela
(2006:38), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan
uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan
tertentu.
Sedangkan IAI (IASC) mendefinisikan
Akuntansi Keuangan (2002), sebagai berikut :
biaya
dalam
Standar
“Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Dari berbagai pengertian di atas, dapat ditarik mengenai kesimpulan
mengenai biaya, yaitu bahwa biaya memiliki pengertian yang berbeda dengan
13
beban. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi/penurunan hak kekayaan
pemilik berupa kas atau sesuatu yang dapat diukur dalam satuan uang yang
diharapkan dapat menghasilkan keuntungan di masa ini dan masa yang akan
datang, sedangkan beban adalah biaya/pengorbanan yang manfaatnya sudah
dinikmati karena telah habis pakai.
2.2.3
Klasifikasi biaya
Klasifikasi biaya sangat diperlukan untuk mengembangkan data biaya
yang dapat membantu pihak manajemen dalam mencapai tujuannya. Untuk tujuan
perhitungan biaya produk dan jasa, biaya dapat diklasifikasikan menurut tujuan
khusus atau fungsi-fungsi. Menurut Hansen dan Mowen (2006:50), biaya
dikelompokkan ke dalam dua kategori fungsional utama, antara lain :
1. Biaya produksi (manufacturing cost) adalah biaya yang berkaitan
dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi dapat
diklasifikasikan lebih lanjut sebagai :
a. Bahan baku langsung, adalah bahan yang dapat di telusuri ke barang
atau jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan langsung ini dapat
dibebankan ke produk karena pengamatan fisik dapat digunakan untuk
mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh setiap produk. Bahan yang
menjadi bagian produk berwujud atau bahan yang digunakan dalam
penyediaan jasa pada umumnya diklasifikasikan sebagai bahan
langsung.
b. Tenaga kerja langsung, adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada
barang atau jasa yang sedang diproduksi. Seperti halnya bahan
14
langsung, pengamatan fisik dapat digunakan dalam mengukur
kuantitas karyawan yang digunakan dalam memproduksi suatu produk
dan jasa. Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi produk atau
menyediakan jasa kepada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga
kerja langsung.
c. Overhead, adalah semua biaya produksi selain bahan langsung dan
tenaga kerja langsung dikelompokkan ke dalam kategori biaya
overhead. Kategori biaya overhead memuat berbagai item yang
luas. Banyak input selain dari bahan langsung dan tenaga kerja
langsung diperlukan untuk membuat produk. Bahan langsung yang
merupakan bagian yang tidak signifikan dari produk jadi umumnya
dimasukkan dalam kategori overhead sebagai jenis khusus dari bahan
tidak langsung. Hal ini dibenarkan atas dasar biaya dan kepraktisan.
Biaya penelusuran menjadi lebih besar dibandingkan dengan manfaat
dari peningkatan keakuratan. Biaya lembur tenaga kerja langsung
biasanya dibebankan ke overhead. Dasar pemikirannya adalah bahwa
tidak semua operasi produksi tertentu secara khusus dapat diidentifikasi
sebagai penyebab lembur. Oleh sebab itu, biaya lembur adalah hal
yang umum bagi semua operasi produksi, dan merupakan biaya
manufaktur tidak langsung.
2. Biaya nonproduksi
(non-manufacturing cost)
adalah biaya
yang
berkaitan dengan fungsi perancangan, pengembangan, pemasaran,
15
distribusi, layanan pelanggan, dan administrasi umum. Terdapat dua
kategori biaya nonproduksi yang lazim, antara lain:
a. Biaya penjualan atau pemasaran, adalah biaya yang diperlukan untuk
memasarkan, mendistribusikan, dan melayani produk atau jasa.
b. Biaya administrasi, merupakan seluruh biaya yang berkaitan dengan
penelitian, pengembangan, dan administrasi umum pada organisasi
yang tidak dapat dibebankan ke pemasaran ataupun produksi.
Administrasi umum bertanggung jawab dalam memastikanbahwa
berbagai aktivitas organisasi terintegrasi secara tepat sehingga misi
perusahaan secara keseluruhan dapat terealisasi.
2.3 Pengertian Biaya Overhead Pabrik
Menurut Mardiasmo (1994:71) biaya overhead pabrik adalah biaya bahan,
tenaga kerja, dan fasilitas produksi lainnya, selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok berdasarkan karateristiknya dalam hubungannya dengan produksi. Tiga
kelompok tersebut adalah:
1. Biaya overhead pabrik variabel
Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang
totalnya mengalami perubahan secara proporsional sesuai dengan
perubahan volume produksi.
2. Biaya overhead pabrik tetap
Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang dalam
kapasitas relevan, totalnya tetap konstan meskipun volume produksi
16
berubah-ubah.
3. Biaya overhead pabrik semi-variabel merupakan biaya overhead pabrik
yang totalnya berubah.
2.3.1
Pembebanan Biaya Overhead Tradisional
Dalam sistem tradisional, pemicu biaya yang digunakan hanya didasarkan
atas unit level activity driver. Pemicu aktivitas atas dasar unit merupakan
factor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya ketika unit yang dihasilkan
berubah. Contoh unit pemicu biaya yang digunakan sebagai dasar untuk
membebankan biaya overhead pada produk adalah unit produksi, jam kerja
langsung, jam mesin dan biaya bahan baku.
Pada pembebanan tarif overhead departemen terdiri dari dua tahapan,
pertama dalah membagi dan membebankan biaya overhead ke masing-masing
departemen (direct tracing, driver tracing, dan alokasi) dan tahap kedua adalah
membebankan overhead pada masing-masing departemen ke tiap-tiap produk atas
dasar pembebanan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik pekerjaan yang
dilakukan.
17
Gambar 2.1
Pembebanan Biaya Tarif departemen
Biaya Overhead Pabrik
Tahap 1
Departemen 1
Departemen 2
Departemen 3
Tahap 2
Produk
Sumber : Warindrani, (2006:26)
2.3.2 Pembebanan Biaya Overhead Menggunakan Activity Based Costing
Metode Activity Based Costing akan menghasilkan perhitungan yang lebih
akurat, karena metode ini dapat mengidentifikasikan secara teliti aktivitasaktivitas yang dilakukan manusia, mesin dan peralatan dalam menghasilkan suatu
produk maupun jasa.
Menurut Warindrani (2006:27) terdapat dua tahapan pembebanan biaya
overhead dengan metode Activity Based Costing yaitu:
1. Biaya overhead dibebankan pada aktivitas-aktivitas. Dalam tahapan ini di
perlukan 5 (lima) langkah yang dilakukan yaitu:
a. Mengidentifikasi aktivitas.
Pada tahap ini harus diadakan (1) identifikasi terhadap sejumlah
aktivitas yang dianggap menimbulkan biaya dalam memproduksi
barang atau jasa dengan cara membuat secara rinci tahap proses
aktivitas produksi sejak menerima barang sampai dengan pemeriksaana
18
akhir barang jadi dan siap dikirim ke konsumen, dan (2) dipisahkan
menjadi kegiatan yang menambah nilai (value added) dan tidak
menambah nilai (non added value).
b. Menentukan biaya yang terkait dengan masing-masing aktivitas.
Aktivitas merupakan suatu kejadian atau transaksi yang menjadi
penyebab terjadinya biaya (cost driver atau pemicu biaya). Cost driver
atau pemicu biaya adalah dasar yang digunakan dalam Activity Based
Costing yang merupakan faktor-faktor yang menentukan seberapa besar
atau seberapa banyak usaha dan beban tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk melakukan suatu aktivitas
c. Mengelompokkan aktivitas yang seragam menjadi satu. Pemisahan
kelompok aktivitas diidentifikasikan sebagai berikut:
i. Unit level activities merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
setiap unit produk yang dihasilkan secara individual.
ii. Batch level activities merupakan aktivitas yang berkaitan dengan
sekelompok produk.
iii. Product sustaining activities dilakukan untuk melayani berbagai
kegiatan produksi produk yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya.
iv. Facility sustaining activities sering disebut sebagai biaya umum
karena tidak berkaitan dengan jenis produk tertentu.
d. Menggabungkan biaya dari aktivitas yang dikelompokkan.
Biaya untuk masing-masing kelompok (unit, batch level, product, dan
19
facility sustaining) dijumlahkan sehingga dihasilkan total biaya untuk
tiap-tiap kelompok.
e. Menghitung tarif per kelompok aktivitas (homogeny cost pool rate).
Dihitung dengan cara membagi jumlah total biaya pada masing-masing
kelompok dengan jumlah cost driver.
2. Membebankan biaya aktivitas pada produk.
Setelah tarif per kelompok aktivitas diketahui maka dapat dilakukan
perhitungan biaya overhead yang dibebankan pada produk adalah sebagai
berikut:
Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Jumlah Konsumsi tiap Produk
Jika dibuat dalam suatu gambar maka pembebanan biaya overhead dengan
menggunakan metode Activity Based Costing adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2
Pembebanan Biaya Overhead dengan menggunakan Metode
Activity Based Costing
Biaya Overhead Pabrik
Tahap 1
Aktivitas
Tahap 2
Sumber : Warindrani, (2006:30)
Aktivitas
produk
Aktivitas
20
2.3.2
Perbedaan Pembebanan Biaya Overhead Tradisional Dan Activity
Based Costing
Setelah dijelaskan mengenai pembebanan biaya overhead secara
tradisional dengan pembebanan biaya overhead secara Activity Based Costing
maka dapat diperinci adanya perbedaan dari kedua metode tersebut:
Table 2.1
Perbedaan Pembebanan Biaya Overhead Tradisional dan Activity
Based Costing
Tradisional
ï‚·
Pemicu biaya: unit (unit level activity
driver). Pemicu aktivitas atas dasar
unit
merupakan
faktor
yang
menyebabkan biaya ketika jumlah
unit yang dihasilkan berubah.
ï‚· Pemicu biaya yang digunakan: unit
produksi, jam kerja langsung, biaya
tenaga kerja langsung, jam mesin,
biaya bahan baku.
ï‚· Macam: tarif tunggal dan tarif
berbeda yang berlaku untuk tiap
departemen.
ï‚· Hanya menyediakan informasi biaya.
Activity Based Costing
ï‚·
Biaya overhead berubah
secara proporsional dengan
unit pengukur selain volume.
ï‚·
Jumlah pemicu biaya yaitu
yang didasarkan pada unit
dan non unit dan didasarkan
pada hubungan sebab akibat.
Macam: Metode Activity
Based Costing
ï‚·
ï‚·
Disamping menyediakan
informasi biaya juga kinerja
aktivitas.
Sumber : Warindrani, (2006:31)
2.3.3
Activity Based Costing System Sebagai Pengganti Model Tradisional
Konsep Activity Based Costing timbul karena sistem akumulasi biaya
tradisional (traditional costing) yang dipakai tidak dapat mencerminkan secara
benar besarnya pemakaian biaya produksi dan biaya sumber daya fisik secara
benar. Sistem akuntansi biaya tradisional dirancang hanya untuk menyajikan
21
informasi biaya pada tahap produksi yang merupakan salah satu dari 3 tahap
proses pembuatan produk.
Tahap desain dan pengembangan produk, tahap produksi, dan tahap
distribusi. Sistem akuntansi tradisional mempunyai kelemahan, yaitu:
a. Hanya menggunakan jam kerja langsung (biaya tenaga kerja langsung)
sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya overhead dari pusat biaya
kepada produk dan jasa.
b. Hanya alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan untuk
mengalokasikan biaya overhead yang sangat berbeda.
c. Cost pool (cost centers) yang terlalu besar dan berisi mesin yang
mempunyai struktur biaya overhead yang sangat berbeda.
d. Biaya pemesanan dan penyerahan rancangan produk dan jasa sangat
berbeda diantara berbagai saluran distribusi, namun sistem akuntansi
biaya konvensional tidak memperdulikan biaya pemasaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembebanan
biaya secara tradisonal kurang tepat karena hanya berdasarkan jumlah produksi,
sehingga mempunyai kelemahan-kelemahan yang membuat undercost pada
volume yang rendah, produk sederhana, namun mengovercost pada volume
tinggi dengan produk yang kompleks, dengan demikian perhitungan biaya
menjadi terdistorsi. Activity Based Costing menghilangkan distorsi sehingga
dapat diketahui harga pokok proses, jasa, dan produk yang sebenarnya.
22
2.4
Sistem Akuntansi Biaya Berdasarkan Aktivitas (Activity Based
Costing)
Activity Based Costing memfokuskan pada aktivitas sebagai objek biaya
yang fundamental. Activity Based Costing menggunakan biaya dari aktivitas
sebagai dasar untuk membagikan biaya ke objek biaya lain seperti produk, jasa,
atau konsumen. Aktivitas yang terjadi di perusahaan dipengaruhi oleh penggerak
biaya dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas tersebut.
Menurut Garrison dan Norren (2000:342) Activity Based Costing adalah
metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer
untuk pembuatan keputusan stratejik dan keputusan lain yang mempengaruhi
kapasitas dan biaya tetap. Pengambil keputusan yang berpengalaman tidak
menggunakan
informasi
akuntansi
tanpa
mempertimbangkan
potensi
ketidakakuratannya. Data yang tidak akurat dapat menyesatkan dan menghasilkan
kesalahan yang berpotensi menghasilkan pengambilan keputusan strategis yang
kurang optimal. Dengan adanya Activity Based Costing dapat dihitung harga
pokok suatu produk atau jasa yang dapat digunakan oleh manajemen sebagai
salah satu alternatif untuk penentuan harga jual.
Mulyadi (2003:40) menyatakan bahwa definisi Activity Based Costing
adalah: Activity based costing adalah sistem informasi yang berorientasi pada
penyediaan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel
perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini
menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan
23
secara akurat biaya produk atau jasa sebagai tujuan. Sistem informasi diterapkan
dalam perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang.
Menurut Blocher (2005:222) menyatakan bahwa Activit Based Costing
adalah: Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing) adalah
pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek
seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk
objek biaya tersebut. Dasar pemikiran pendekatan perhitungan biaya ini adalah
produk dan jasa perusahaan merupakan hasil dari aktivitas dan aktivitas
tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya.
Fokus utama Activity Based Costing adalah aktivitas. Mengidentifikasi
biaya aktivitas dan kemudian ke produk merupakan langkah dalam menyusun
Activit Based Costing System (Hansen & Mowen, 2006:153). Activity based
costing mengakui hubungan sebab akibat atau hubungan langsung antara biaya
sumber daya, penggerak biaya, aktivitas, dan objek biaya dalam membebankan
biaya pada aktivitas dan kemudian pada objek biaya.
Untuk tujuan perhitungan biaya produk, aktivitas dapat diklasifikasikan
dalam empat kategori umum, yaitu tingkat unit, tingkat batch, tingkat produk, dan
tingkat fasilitas. Pengklasifikasian aktivitas menjadi kategori umum ini akan
memudahkan perhitungan biaya produk karena biaya aktivitas yang berkaitan
dengan tingkat yang berbeda akan merespon jenis penggerak biaya yang berbeda
(perilaku biaya berbeda berdasarkan tingkat).
Aktivitas tingkat unit adalah aktivitas yang dilakukan setiap kali sebuah
unit diproduksi. Sebagai contoh, permesinan dan perakitan adalah aktivitas yang
24
dikerjakan setiap kali sebuah unit produksi. Aktivitas tingkat batch adalah
aktivitas yang dilakukan setiap batch produk diproduksi. Penyetelan pemeriksaan,
penjadwalan produksi dan penanganan bahan adalah contoh-contoh dari aktivitas
tingkat batch. Aktivitas tingkat produk adalah aktivitas yang dilakukan bila
diperlukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi perusahaan.
Perubahan teknik, pengembangan prosedur pengujian produk, pemasaran produk,
rekayasa teknik produk, dan pengiriman adalah contoh-contoh dari aktivitas
tingkat produk. Pengklasifikasian yang terakhir yaitu aktivitas tingkat fasilitas
adalah aktivitas yang menopang proses umum produksi suatu pabrik.
Gambar 2.3
Konsep Dasar Activity Based Costing
Resources
Cost Object
Activities
Cost Object
Cost Object
Sumber: Hansen dan Mowen (2006:56)
Konsep dasar dari Activity Based Costing dapat dijelaskan bahwa bagian
vertikal menggambarkan kebutuhan organisasi untuk membebankan sumber daya
ke aktivitas dan selanjutnya dibebankan ke obyek biaya (pelanggan atau produk).
Sedangkan bagian horisontal menggambarkan kebutuhan organisasi lain yaitu
25
informasi yang menjelaskan apa penyebab terjadinya pekerjaan atau bagaimana
pekerjaan tersebut dilakukan.
Berikut ini merupakan prosedur-prosedur dilakukan dalam penerapan
Activity Based Costing (Simamora, 2002:297-306).
a. Prosedur tahap pertama
Pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas
meliputi empat langkah sebagai berikut:
1. Penggolongan berbagai aktivitas
2. Menghubungkan biaya dengan aktivitas
3. Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pools) yang homogen.
4. Penentuan tarif kelompok (pool rate)
Langkah pertama dalam prosedur tahap pertama Activity Based Costing
adalah penggolongan berbagai aktivitas. Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke
dalam beberapa kelompok yang mempunyai suatu interpretasi fisik yang mudah
dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses produksi yang dapat
dikelola. Setelah menggolongkan berbagai aktivitas, maka langkah kedua adalah
menghubungkan berbagai biaya dengan setiap aktivitas. Setelah itu, langkah
ketiga adalah penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen yang
ditentukan. Kelompok biaya homogen (homogenous cost pool) adalah
sekumpulan biaya overhead yang terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas
yang dilaksanakan dan berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh
cost driver tunggal. Dengan kata lain suatu kelompok biaya dapat dikatakan
homogen apabila aktivitas-aktivitas overhead dapat dihubungkan secara logis
26
dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. Rasio konsumsi
yang sama menunjukkan eksistensi dari sebuah cost driver. Cost driver yang
dipilih harus mudah dipahami berhubungan langsung dengan aktivitas yang
dikerjakan dan memadai untuk ukuran kinerja.
Jika kelompok-kelompok biaya yang homogen telah ditentukan, maka
langkah terakhir adalah penetuan tarif kelompok. Tarif kelompok (pool rates)
adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu
kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya overhead
untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas kelompok
tersebut.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penentuan cost driver
adalah pengidentifikasian aktivitas pada berbagai tingkat. Pada proses ini
aktivitas yang luas dikelompokkan ke dalam empat kategori aktivitas, yaitu:
1. Aktivitas-aktivitas berlevel unit (unit level activities).
Aktivitas yang dilakukan setiap satu kali unit produk diproduksi, besar
kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang
diproduksi. untuk masing-masing output yang diproduksi.
2. Aktivitas-aktivitas berlevel batch (batch level activities).
Aktivitas yang dilakukan setiap kali suatu batch produk diproduksi, besar
kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang
diproduksi.
27
3. Aktivitas-aktivitas berlevel produk (product level activities).
Aktivitas yang dilakukan untuk mendukung berbagai produk yang
diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini menggunakan masukan (input)
yang bertujuan untuk mengembangkan dan atau memproduksi produk
untuk dijual. Biaya dari aktivitas jenis ini cenderung meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah produk yang berbeda.
4. Aktivitas-aktivitas berlevel fasilitas (facility level activities).
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan proses produksi
secara keseluruhan. Aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran
produk yang diproduksi dan dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis
produk yang berbeda. Aktivitas ini memberikan keuntungan bagi organisasi
sampai tingkat tertentu, akan tetapi tidak memberikan keuntungan untuk satu
spesifik produk.
b. Prosedur tahap kedua
Di dalam tahap yang kedua, biaya-biaya dari setiap overhead pool
ditelusuri kembali ke hasil produksi. Ini dilakukan dengan menggunakan pool
rates yang dihitung dalam tahap pertama dan dengan mengukur jumlah
sumber- sumber yang digunakan oleh setiap hasil produksi. Pengukuran ini
hanyalah jumlah dari activity driver yang digunakan oleh setiap hasil produksi.
Dapat dihitung sebagai berikut:
Overhead yang dibebankan = tarif kelompok x unit-unit cost driver
yang digunakan.
28
2.4.1
Keunggulan dan Kelemahan Activity Based Costing
Keunggulan Activity Based Costing adalah sebagai berikut:
1. Suatu pengkajian Activity Based Costing dapat meyakinkan manajemen
bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih
kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan
mutu sambil secara simultan memfokus pada mengurangi biaya. Analisis
biaya
dapat
menyoroti
bagaimana
benar-benar
mahalnya
proses
manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk
mereorganisasi proses, memperbaiki mutu dan mengurangi biaya.
2. Activity Based Costing dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran
kompetitif yang lebih wajar.
4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan
analisis yang lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk
mencari break even atas produk yang bervolume rendah.
5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen
dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai
pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.
Sedangkan kelemahan dari sistem Activity Based Costing ini adalah
sebagai berikut :
a. Alokasi, beberapa biaya dialokasikan secara sembarangan, karena
sulitnya menemukan aktivitas biaya tersebut. Contoh pembersihan pabrik
dan pengelolaan proses produksi.
29
b. Mengabaikan biaya-biaya tertentu yang diabaikan dari analisis. Contoh
iklan, riset, pengembangan, dan sebagainya.
c. Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi, disamping memerlukan biaya
yang mahal juga memerlukan waktu yang cukup lama.
2.4.2
Syarat Penerapan Activity Based Costing System
Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan
system Activity Based Costing menyaratkan tiga hal:
1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi
Activity Based
Costing
System mensyaratkan
bahwa perusahaan
memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang diproses
dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian
tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke
masing-masing produk.
2. Tingkat persaingan industri yang tinggi
Terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama
atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut
maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk
memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin
penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung
pengambilan keputusan manajemen.
3. Biaya pengukuran yang rendahBiaya yang digunakan Activity Based
Costing System untuk menghasilkan informasi biaya yang akurat harus
lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh
30
Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan
penerapan Activity Based Costing System, yaitu:
a. Biaya berdasarkan non unit harus merupakan presentase yang signifikan
dari biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead yang dipengaruhi
hanya oleh volume produksi dari keseluruhan overhead pabrik maka jika
digunakan akuntansi biaya tradisional pun informasi biaya yang dihasilkan
masih akurat sehingga penggunaan Activity Based Costing System
kehilangan relevansinya. Artinya Activity Based Costing akan lebih
baik diterapkan pada perusahaan yang biaya overheadnya tidak hanya
dipengaruhi oleh volume produksi saja.
b. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan
non-unit harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu
artinya semua biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu
pemicu biaya. Pada kondisi ini penggunaan Activity Based Costing System
justru tidak tepat karena Activity Based Costing System hanya dibebankan
ke produk dengan menggunakan pemicu biaya baik unit maupun non unit
(memakai
banyak
cost
driver).
Apabila
berbagai
produk
rasio
konsumsinya sama, maka sistem akuntansi biaya tradisional atau Activity
Based Costing System membebankan biaya overhead dalam jumlah yang
sama. Jadi perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi paling
rendah) mungkin masih dapat menggunakan sistem tradidisional tanpa
ada masalah.
31
2.4.3 Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa
Mursyidi (2008:291), menjelaskan pada mulanya sistem Activity Based
Costing berkembang pada perusahaan manufaktur yang memiliki teknologi tinggi,
artinya biaya peralatan jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya tenaga kerja,
karena
mekanisme
proses
produksi
dapat
dinyatakan
serba
otomatis
(terkomputerisasi) atau menggunakan mesin.
Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak
pada pihak lain yang ada. Pada dasarnya tidak terwujud dan tidak menghasilkan
kepemilikan sesuatu. Proses produksinya mungkin atau mungkin juga tidak
dikaitkan dengan suatu produk fisik.
Departemen jasa menurut Ray H. Gorrison (1991) adalah semua yang
meliputi departemen-departemen
yang tidak langsung berkaitan dengan
aktivitasoperasi suatu organisasi. Departemen jasa berfungsi sebagai penyedia jasa
atau membantu penyediaan aktivitas-aktivitas yang diperlukan dalam operasi
organisasi. Prinsip utama penerapan Activity Based Costing baik untukdepartemen
jasa maupun untuk perusahaan jasa tidak berbeda. Dua organisasi di atas
(departemen jasa dan perusahaan jasa) sama-sama menghasilkan produk yangsulit
untuk diidentifikasikan. Penerapan sistem Activity Based Costing pada perusahaan
jasa permasalahan yang timbul disebabkan karena perusahaan jasa menghasilkan
produk yang tidak berwujud dan bervariasi sehingga menimbulkan kesulitan
dalam menentukan biaya aktivitas dalam menghasilkan jasa tersebut.
Menggunakan Activity Based Costing dalam organisasi jasa pada dasarnya
merupakan tindakan untuk menata aktivitas yang berhubungan dengan jasa.
32
Manajemen aktivitas ini berdasarkan prinsip bahwa proses aktivitas atau usaha
akan mengkonsumsi sumber daya sedangkan service costing ditentukan dengan
cara menelusuri secara lebih spesifik terhadap support cost (biaya pendukung)
yang secara tradisional tertimbun dalam overhead dan dialokasikan ke aktivitas
pembantu (support activities) secara tradisional dialokasikan ke semua produk
jasa melalui direct berbasis, misalkan seperti tenaga kerja langsung, pemakaian
equipment, atau supplies. Sedangkan dalam Activity Based Costing, diperlukan
penulusuran-penelusuran aktivitas pembantu ke masing-masing produk jasa.
2.5 Cost Driver
2.5.1
Pengertian Cost Driver
Menurut Warindrani (2006:28) pengertian Cost driver atau pemicu biaya
adalah dasar alokasi yang digunakan dalam Activity Based Costing system yang
merupakan faktor-faktor yang menentukan seberapa besar atau seberapa banyak
usaha dan beban kerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas. Cost
driver digunakan untuk menghitung biaya sumber dari setiap unit aktivitas.
Kemudian setiap biaya sumber daya dibebankan ke produk atau jasa dengan
mengalihkan biaya setiap aktivitas dengan kuantitas setiap aktivitas yang di
konsumsikan.
Cost driver merupakan faktor-faktor yang menyebabkan biaya aktivitas,
cost driver faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk membebankan biaya
ke aktivitas dan dari aktivitas satu ke aktivitas lainnya. Cost driver adalah
penyebab terjadi biaya, sedangkan aktivitas adalah merupakan dampak yang
ditimbulkannya. Dalam sistem biaya Activity Based Costing (ABC) digunakan
33
beberapa macam pemicu biaya sedangkan pada sistem biaya tradisional hanya
menggunakan satu macam pemicu biaya tertentu.
2.5.2
Faktor Utama Cost Driver
Paling tidak ada dua faktor utama yang harus diperhatikan dalam
pemilihan pemacu biaya (cost driver) ini yaitu biaya pengukuran dan tingkat
korelasi antara cost driver dengan konsumsi biaya overhead sesungguhnya. Hal
ini dapat dijelaskan, sebagai berikut:
a. Biaya Pengukuran (Cost of Measurement).
Dalam sistem biaya Activity Based Costing (ABC), sejumlah besar pemicu
biaya dapat dipilih dan digunakan. Jika memungkinkan, adalah sangat
penting untuk memilih pemacu biaya yang menggunakan informasi yang
telah tersedia. Informasi yang tidak tersedia pada sistem yang ada
sebelumnya berarti harus dihasilkan dan akibatnya akan meningkatkan
biaya sistem informasi perusahaan. Kelompok biaya (cost pool) yang
homogen dapat menawarkan sejumlah pemacu biaya. Untuk keadaan ini,
pemac biaya yang dapat digunakan pada sistem informasi yang ada
sebelumnya hendaknya dipilih. Pemilihan ini akan meminimumkan biaya
pengukuran.
b. Tingkat Korelasi (Degree of Corelation) antara Cost Driver dan Konsumsi
Overhead Aktualnya.
Struktur informasi yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan cara lain
untuk meminimalkan biaya pengumpulan informasi konsumsi pemacu
biaya. Terdapat kemungkinan untuk menggantikan suatu pemacu biaya
34
yang secara langsung mengukur konsumsi suatu aktivitas dengan pemacu
biaya yang tidak secara langsung, mengukur konsumsi tersebut.
Menurut Supriyono (2001:652), menyatakan bahwa pemicu biaya dapat
diklasifikasikan ke dalam dua jenis utama yaitu:
1. Pemicu biaya yang berkaitan dengan volume produksi.
Pemicu biaya ini dianggap sebagai pemicu sejumlah biaya yang berkaitan
dengan volume produksi. Pemicu biaya jenis ini telah mendominasi sistem
akuntansi biaya tradisional. Sebagian besar biaya-biaya pemanufakturan
dianggap berkaitan erat dengan pemicu biaya tersebut. Dalam hal
variabilitas biaya-biaya pemanufakturan dianggap dapat diterapkan dengan
besarnya jam kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin dan
biaya bahan baku.
2. Pemicu biaya yang berkaitan dengan pemanufakturan.
Pemicu biaya ini dianggap memicu sejumlah biaya pemanufakturan karena
terdapatnya diversitas dan kompleksitas produk.
Diversitas dan kompleksitas produk disebabkan oleh karena perusahaan
memproduksi berbagai macam produk dengan karateristik yang berbeda-beda
baik karena kerumitan rancangan, ukuran volume produksi, ukuran bentuk,
maupun karateristik lainnya. Jika perusahaan memproduksi berbagai macam
produk dengan batch (ukuran volume dan karateristik tertentu) yang
berbeda-beda, maka akan timbul sejumlah biaya yang terjadi karena pola aktivitas
untuk memproduksi setiap jenis produk berbeda-beda. Dalam hal ini fokus
pengukuran biaya diarahkan pertama-pertama bukan kepada produk, tetapi ke
35
unit-unit yang menyebabkan aktivitas terjadi.
2.5.3
Jenis-jenis Cost Driver
Ada dua jenis cost driver yaitu:
1. Driver Sumber Daya (resources driver). Merupakan ukuran kuantitas
sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas.
2. Driver Kuantitas (activity driver). Merupakan ukuran frekuensi dan
intensitas permintaan terhadap suatu aktivitas terhadap objek biaya.
2.6
Pengertian dan Penentuan Tarif
Menurut Supriyono, tarif adalah sejumlah moneter yang dibebankan atas
barang atau jasa yang dijual atau diserahkan kepada pembeli atau pelanggan
(2001:350). Untuk menentukan tarif, biasanya manajemen mempertimbangkan
beberapa faktor yang mempengaruhi baik faktor biaya maupun bukan biaya, yaitu:
b. Biaya, khususnya biaya masa depan.
c. Pendapatan yang diharapkan.
d. Jenis produk jasa yang dijual.
e. Jenis industri.
f. Citra dan kesan masyarakat.
g. Pengaruh pemerintah, khususnya undang-undang, keputusan, peraturan
dan kebijakan pemerintah.
h. Tindakan atau reaksi para pesaing.
i. Tipe pasar yang dihadapi.
j. Trend Ekonomi.
36
k. Biaya manajemen.
l. Tujuan non laba.
m. Tanggung jawab sosial perusahaan.
n. Tujuan perusahaan,khususnya laba dan return on investment (ROI).
Dalam penentuan tarif atau harga jual produk, manajemen perlu tujuan
dari penentuan tarif tersebut. Tujuan itu akan dipergunakan sebagai salah satu
pedoman kerja perusahaan. Pada umumnya tujuan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Bertahan hidup (survival)
Perusahaan menetapkan bertahan hidup sebagai tujuan utama, apabila
menghadapi kesulitan dalam hal kelebihan kapasitas produksi, persaingan
keras, atau perubahan keinginan konsumen. Untuk mempertahankan tetap
berjalannya kegiatan produksi, perusahaan harus menetapkan harga yang
rendah, dengan harapan akan meningkatkan permintaan. Dalam situasi
demikian, laba menjadi kurang penting dibandingkan survival.
b. Memaksimalkan laba jangka pendek
Perusahaan memperkirakan permintaan akan biaya, dihubungkan dengan
harga alternatif dan harga yang akan menghasilkan laba, arus kas, atau
tingkat laba investasi maksimal. Dalam semua hal, perusahaan lebih
menitikberatkan pada kemampuan keuangan yang ada dan kurang
mempertimbangkan prestasi keuangan jangka pendek.
37
c. Kepemimpinan pangsa pasar (leader of market share)
Sebagian perusahaan ingin mencapai pangsa pasar yang dominan. Mereka
yakin bahwa perusahaan dengan market share terbesarakan menikmati
biaya terendah dan laba tertinggi dalam jangka panjang. Untuk itu,
mereka menetapkan harga serendah mungkin.
d. Kepemimpinan mutu produk
Perusahaan dapat memutuskan bahwa mereka ingin memiliki produk
dengan mutu terbaik di pasar. Keputusan ini biasanya mengharuskan
penetapan harga yang tinggi untuk menutup biaya pengendalian mutu
produk serta biaya riset dan pengembangan.
e. Tujuan-tujuan lain.
Misalnya mempertahankan loyalitas pelanggan Perusahaan mungkin
menetapkan harga yang rendah untuk mencegah masuknya perusahaan
pesaing atau dapat menetapkan harga yang sama dengan pesaing dengan
tujuan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan. Menghindari campur
tangan pemerintah, menciptakan daya tarik sebuah produk, dan untuk
menarik lebih banyak pelanggan.
2.6
Kerangka Pikir
Wakatobi Dive Resort merupakan salah satu resor bintang lima yang
terletak di Kabupaten Wakatobi. Seiring dengan berjalannya waktu kini Wakatobi
Dive Resort mulai exist menapaki kerasnya persaingan dunia penginapan resor di
Nusantara.
38
Di dalam pengoperasiannya, resor ini dihadapkan dengan berbagai tipe
kamar dan melalui berbagai tahap dalam penyelesaian produk/jasa sehingga
muncul berbagai biaya diluar biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang
turut mendukung penyelesaian produk/jasa. Hal tersebut memerlukan adanya
pengalokasian biaya secara akurat ke produk/jasa yang didasarkan pada sumber
daya yang dikonsumsi sebagai akibat adanya berbagai aktivitas yang akhirnya
menghasilkan perhitungan harga pokok produk/jasa.
Dengan melihat karakteristik spesifikasi jenis penginapan, pelayanan,
fasilitas serta potensi persaingan dari competitor maka salah satu cara yang
dilakukan manajemen Wakatobi Dive Resort dalam upaya meningkatkan efisiensi
biayanya adalah dengan menentukan harga pokok produk/jasa secara tepat. Cara
yang ditempuh perusahaan untuk menentukan harga pokok produk/jasa secara
akurat dan efektif adalah dengan menggunakan konsep Activity Based Costing
system.
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif
yaitu membandingkan, menjelaskan, meringkas, berbagai kondisi, situasi dan
variable yang timbul dimasyarakat, yang menjadi objek penelitian berdasarkan
apa yang terjadi. Untuk lebih jelasnya dapat disajaikan dalam bentuk skema
sebagai berikut:
39
Skema 2.1
Kerangka pikir
Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing
Dalam Menentukan Sewa Kamar Penginapan (Studi
Pada Wakatobi Dive Resort Onemoba’a Tomia)
-
Studi Teoritis
Akuntasi Biaya
Activity Based Costing
Cost Driver
ABC untuk perusahaan jasa
Fakta Empirik
Wakatobi Dive Resort dalam
penentuan tarif sewa penginapannya
serta dalam sistem perhitungan
biayanya masih menggunakan
sistem akuntansi tradisional.
Rumusan masalah
Analisis Deskriptif
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan saran
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek dari penelitian ini adalah penerapan metode
Activity Based Costing dalam menentukan tarif sewa kamar penginapan
pada Wakatobi Dive Resort yang berlokasi di pulau Onemoba’a Jln. Poros
Maranggo Kecamatan Tomia Kabupaten Wakatobi.
3.2 Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini terdiri atas :
1. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari dalam perusahaan
yang bukan dalam bentuk angka-angka tetapi dalam bentuk lisan
maupun tulisan seperti gambaran umum perusahaan dan struktur
organisasi perusahaan.
2. Data kuantitatif yaitu data atau informasi yang diperoleh dari
perusahaan dalam bentuk angka-angka, seperti tarif sewa masing-masing
penginapan, laporan biaya-biaya yang terkait, dan lain-lain.
Adapun saumber data yang digunakan dalam penulisan ini terdiri atas
1) Data primer merupakan data yang diperoleh dari objek penelitian. Data
jenis ini diperoleh dari wawancara dan konsultasi terhadap pihak-pihak
yang bersangkutan.
40
41
2) Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan mengumpulka
dokumen-dokumen serta arsip perusahaan yang ada kaitannya dengan
penelitian ini.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk penelitian
ini,maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan
tanya jawab atau wawancara langsung dengan pihak resor yang
berwenang untuk mengumpulkan data mengenai objek yang diteliti.
2. Dokumentasi yaitu pengambilan data yang telah didokumentasikan yang
relevan dengan penelitian seperti dokumen-dokumen yang berupa
tarif masing-masing penginapan Waklatobi Dive Resort.
3.4 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif yaitu menunjukan dan membandingkan metode penentuan tarif
sewa kamar penginapan yang diterapkan oleh pihak perusahaan selama ini
dengan menggunakan metode Activity Based Costing.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain:
1. Mengidentifikasi aktivitas.
2. Mengklasifikasikan biaya berdasar aktivitas ke dalam berbagai aktivitas.
3. Mengidentifikasi cost driver.
4. Menentukan tarif per unit cost drive
42
Untuk menentukan tarif per unit dapat dihitung dengan rumus :
Jumlah aktivitas
Tarif per unit cost driver =
Cost driver
5. Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver
dan ukuran aktivitas.
a. Pembebanan
biaya
overhead
dari
tiap
aktivitas
ke
setiap
penginapan dihitung dengan rumus:
BOP yang dibebankan = Tarif per unit cost driver x cost driver yang digunakan
6. Membandingkan perhitungan harga pokok produksi yang menggunakan
Activity Based Costing dengan metode harga pokok tradisional.
3.5 Definisi Operasional
1. Activity Based Costing merupakan metode perhitungan biaya
yang
dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada diperusahaan dalam
menghasilkan produk/jasa.
2. Aktivitas (Activity) adalah setiap kejadian atau transaksi
yang
merupakan pemicu biaya.
3. Objek biaya merupakan sesuatu yang menjadi dasar pengukuran biaya
4. Pengelompokkan biaya merupakaan proses pengelompokkan biayabiaya yang sama.
5. Aktivitas-aktivitas Wakatobi Dive Resort merupakan seluruh kegiatan
yang terjadi atau dilakukan di resor dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan seperti, aktivitas penginapan, aktivitas laundry, aktivitas
43
penyusutan,
aktivitas
pemberian
sarapan,
aktivitas
pemeliharaan
bangunan aktivitas penggajian.
6.
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 393/KPTS-IV/1996
tanggal 30 juli 1996, tentang penunjukan kawasan kepulauan Wakatobi dan
perairan laut disekitarnya yang berada di Kabupaten Daerah Tingkat II Wakatobi
Prpinsi Sulawesi Tenggara seluas kurang lebih 1.390.000 Ha, sebagai Taman
Wisata Laut Nasional Kepulauan Wakatobi, yang termaksud di dalamnya
Wakatobi Dive Resort. Wakatobi Dive Resort tersebut berada di wilayah
Kecamatan Tomia dengan luas wilayah 7,00 Ha yang tepatnya berada disekitar
Desa Lamanggau.
Keputusan Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam
tentang penunjukan zonasi pada taman wisata laut Wakatobi yang termasuk di
dalamnya Wakatobi Dive Resort, menunjukan bahwa Wakatobi Dive Resort
masuk pada zona dimana dapat dilakukan kegiatan-kegiatan ilmu pengetahuan
seperti pendidikan, penelitian serta diperuntukan bagi pusat pembangunan sarana
dan prasarana dalam rangka sarana kepariwisataan alam dan rekreasi, penggunaan
lain yang menunjang fungsi konservasi sumber daya hayati dan ekosistemnya.
Wakatobi Dive Resort merupakan salah satu resor dengan standar bintang
lima yang terkenal di Indonesia yang letaknya tepat berada di depan pulau tomia.
Wakatobi Dive Resort dirintis sejak tahun 1996 dan terus beroperasi hingga kini
dan telah memiliki bandara tersendiri sejak tahun 2001 untuk membawa para
tamunya.
44
45
Resor ini merupakan sebuah pulau tersendiri yang di kelolah oleh
pengusaha berkebangsaan swiss yaitu Bapak Lorenzt, pulau ini memiliki
keindahan hamparan pasir putih yang luas dan resor ini dilengkapi dengan
fasilitas umum yang dapat digunakan oleh wisatawan yaitu spa, kids club,
restaurant, jetty bar, dan medical center.
Untuk menunjang kelancaran pengembangan kepariwisataan, maka yang
sangat penting adalah sarana dan prasarana pariwisata. Sarana pariwisata yang
dimaksud disini adalah segala sesuatu keperluan pariwisata dalam rangka
memperlancar perjalanan wisatawan agar dapat menikmati masa kunjungan
mereka. Dengan adanya sarana dan prasarana pariwisata yang memadai maka
wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata tidak akan merasa kesulitan untuk
berkunjung. Menganai sarana dan prasarana yang ada pada Wakatobi Dive Resort
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Table 4.1
Sarana dan Prasarana Wakatobi Dive Resort
No
Sarana dan Prasarana
1 Speed boat
2 Villa
3 Restoran
4 Kolam renang
5 Pancuran air panas
6 Kapal kecil
7 Gudang
8 Puskesmas
9 Bungalow
Sumber : Wakatobi Dive Resort, 2015
Jumlah
15
4
3
4
20
20
4
1
24
46
Dalam memberikan pelayanan jasa khususnya jasa penginapan. Wakatobi
Dive Resort menyediakan tiga tipe jasa kamar penginapan yaitu garden bungalow,
beach bungalow, dan villa. Dimana masing-masing tipe penginapan memiliki
fasilitas yang berbeda-beda. Adapun fasilitas pada masing-masing tipe adalah
sebagai berikut :
a. Garden bungalow: Fasilitas yang tersedia yaitu, tempat tidur, kursi santai,
lemari, sofa, meja, AC, mini bar serta dilengkapi dengan akses internet.
Letaknya disekeliling pepohonan.
b. Beach bungalow: Fasilitas yang tersedia yaitu, tempat tidur, kursi santai,
lemari, sofa, meja, AC, mini bar dan dilengkapi juga dengan akses
internet. Letaknya berada di pesisir pantai.
c. Villa : Fasilitas yang tersedia yaitu, tempat tidur, kursi santai, lemari, sofa,
meja, AC, mini bar dan dilengkapi juga dengan akses internet serta kolam
renang. Letaknya berada di tebing dan di pesisir pantai.
4.1.1 Visi
Wakatobi Dive Resort Sebagai Destinasi Pariwisata Ekologis Yang
Mendunia, Berbasis Alam Dan Budaya Bahari.
4.1.2. Misi
Misi Wakatobi Dive Resort Adalah Menberikan Pelayanan Yang Terbaik
Terhadap Semua Pelanggan.
47
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Perhitungan Tarif Kamar Penginapan Wakatobi Dive Resort Dengan
Menggunakan Metode Tradisional
Perhitungan harga pokok kamar penginapan pada penginapan Wakatobi
Dive Resort dilakukan untuk setiap bagian atau unit yang menghasilkan jasa.
Biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok kamar merupakan biayabiaya yang terjadi pada bagian atauunit penghasil jasa maupun biaya hasil alokasi
dari bagian atau unit yang bersifat umum. Biaya–biaya dari bagian atau unit yang
sifatnya umum ini proses pembebanannya dilakukan dengan cara alokasi.
Besarnya alokasi biaya-biaya tersebut didasarkan berdasarkan kontribusi
pendapatan masing-masing bagian atau unit penghasilan jasa kamar penginapan
terhadap pendapatan total jasa kamar penginapan.
Jenis kamar penginapan di Wakatobi Dive Resort, antara lain :
1. Garden Bungalow, dengan jumlah 9 unit dengan luas sebesar 270 m2
2. Beach Bungalow, dengan jumlah 19 unit dengan luas sebesar 450 m2
3. Villa, dengan jumlah 4 unit dengan luas sebesar 480 m2
Tabel 4.2
Room Rate Penginapan Wakatobi Dive Resort Tahun 2015
Tipe Penginapan
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
Tarif Penginapan (Perhari)
Rp. 3.625.000
Rp. 4.750.000
Rp. 7.562.500
Sumber Data : Wakatobi Dive Resort Tahun 2015
48
Untuk jumlah kamar tersedia untuk dijual dan jumlah hari tamu menginap
disetiap jenis kamar selama tahun 2015 pada penginapan Wakatobi Dive Resort
dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3
Jumlah Kamar Penginapan Tersedia Untuk Dijual
Tipe Penginapan
Jumlah Kamar
Jumlah Penginapan setahun
(1)
(1) X 365 Hari
Garden Bungalow
9
3.285
Beach Bungalow
19
5.475
Villa
4
1.460
Jumlah
28
10.220
Sumber Data : Wakatobi Dive Resort Tahun 2015
Untuk jumlah hari hunian Penginapan Wakatobi Dive Resort selama
tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4
Jumlah Hari Hunian Penginapan Wakatobi Dive Resort Tahun 2015
Bulan
Garden Bungalow Beach Bungalow
(1)
(2)
Januari
62
89
Februari
45
67
Maret
60
78
April
42
71
Mei
48
74
Juni
56
70
Juli
58
78
Agustus
64
87
September
69
82
Oktober
87
120
November
61
84
Desember
80
102
Jumlah
732
1002
Sumber Data : Wakatobi Dive Resort Tahun 2015
Villa
(3)
11
10
11
12
13
12
10
13
16
11
12
21
152
49
Berdasarkan tabel 4.3 atas perhitungan dari proses pembebanan biaya dan
penentuan harga jual jasa untuk masing-masing jenis kamar penginapan Wakatobi
Dive Resort dapat dijelaskan melalui perhitungan sebagai berikut.
a. Tingkat pengisian kamar atau tingkat hunian kamar penginapan
masing-masing jenis kamar penginapan (occupancy rate) selama tahun
2015.
Tabel 4.5
Occupancy Rate Penginapan Wakatobi Dive Resort Tahun 2015
Jumlah
Jumlah
Tipe Penginapan
Penginapan
Penginapan
Occupancy Rate
Terjual
Tersedia
(1) : (2) x 100%
(1)
(2)
Garden Bungalow
732
3285
22,3%
Beach Bungalow
1.002
5475
18,3%
Villa
152
1460
10,4%
Jumlah
1886
10220
18,5%
Sumber Data : Wakatobi Dive Resort Tahun 2015
b. Penjualan jasa kamar penginapan dari masing-masing jenis kamar
penginapan selama tahun 2015.
Tabel 4.6
Pendapatan Penjualan Jasa Penginapan Wakatobi Dive Resort Tahun 2015
Tipe Penginapan
Jumlah Penginapan
Terjual
(Rp)
(1)
732
1.002
152
Tarif
Penginapan
(Rp)
(2)
3.625.000
4.750.000
7.562.500
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
Jumlah
Sumber Data : Wakatobi Dive Resort Tahun 2015
Pendapatan Jasa
Penginapan
(Rp)
(1)X (2)
2.653.500.000,00
4.759.500.000,00
1.149.500.000,00
8.562.500.000,00
50
c. Persentase pendapatan dari masing-masing jenis kamar penginapan
terhadap pendapatan dari penjualan jenis kamar penginapan secara
keseluruhan selama tahun 2015.
Tabel 4.7
Persentase Pendapatan Penjualan Jasa Penginapan
Wakatobi Dive Resort Tahun 2015
Pendapatan
Total
Tipe Penginapan
Penginapan
Pendapatan jasa
(Rp)
Penginapan (Rp)
(1)
(2)
Garden Bungalow 2.653.500.000,00 8.562.500.000,00
Beach Bungalow
4.759.500.000,00 8.562.500.000,00
Villa
1.149.500.000,00 8.562.500.000,00
Jumlah
8.562.500.000,00 8.562.500.000,00
Sumber Data : Wakatobi Dive Resort Tahun 2015
Persentase
Pendapatan
(Rp)
(1) : (2) x 100%
31,0%
55,6%
13,4%
100%
Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh persentase alokasi pendapatan
pada setiap jenis penginapan terhadap pendapatan penjualan jasa kamar
penginapan secara keseluruhan. Hasil perhitungan tersebut dalam analisa
selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan pengeluaran
biaya-biaya dasar alokasi pendapatan.
Alokasi berdasarkan pendapatan adalah biaya yang didasarkan pada
besarnya persentase terhadap jenis kamar penginapan tertentu terhadap total
pendapatan suatu jenis kamar penginapan. Jadi, setiap jenis kamar penginapan
akan menanggung beban biaya aktivitas jasa (tarif sewa kamar penginapan)
sebesar nilai persentase yang diperoleh kamar penginapan itu sendiri terhadap
perolehan pendapatan jasa kamar penginapan secara keseluruhan.
51
Biaya langsung yang terdapat pada penginapan Wakatobi Dive Resort
terdiri dari biaya laundry, biaya Breakfast, biaya guest supplies, . Untuk lebih
rinci dapat di lihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8
Rincian Biaya Langsung
Elemen Biaya Langsung
Breakfast
Laundry
Guest Supplies
Total Biaya Langsung
Garden Bungalow
21.960.000
23.204.400
131.686.800
176.851.200
Beach Bungalow
Villa
30.060.000 4.560.000
31.763.400 4.818.400
180.259.800 27.344.800
242.083.200 36.723.200
Sedangkan biaya operasional terdiri dari biaya gaji, biaya listrik dan air,
biaya pengantaran tamu, biaya pemeliharaan bangunan, biaya pemeliharaan
kendaraan, dan biaya penyusutan aktiva tetap. Untuk lebih rinci dapat di lihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.9
Rincian Biaya Operasional
Elemen Biaya Operasional
Gaji Karyawan
Listrik Dan Air
Pemeliharaan Bangunan
Pemeliharaan Kendaraan
Penyusutan Aktiva
Pengantaran Tamu
Total Biaya Operasional
Jumlah
792.960.000
401.500.000
322.140.000
134.804.700
157.146.188
2.880.000.000
4.688.550.888
52
Tabel 4.10
Harga Pokok Kamar Penginapan Wakatobi Dive Resort Dengan
Metode Tradisional Tahun 2015
Elemen Biaya
Biaya Langsung
Biaya Opersional
31,0% x 4.688.550.888
55,6% x 4.688.550.888
13,4% x 4.688.550.888
HPP
Jumlah Kamar Terjual
Harga Pokok
Penginapan
Garden Bungalow Beach Bungalow
181.561.200
246.193.200
Villa
37.990.000
1.453.450.775,28
2.606.834.294
1.635.011.975,28
732
2.853.027.494
1002
628.265.819
666.255.819
152
2.233.622,92
2.847.332,83
4.383.261,97
4.2.2 Penentuan Tarif Sewa Kamar Penginapan Wakatobi Dive Resort
Dengan menggunakan Metode Activity Based Costing
Ada lima langkah dalam perhitungan tarif sewa penginapan Wakatobi
Dive Resort berdasarkan metode activity based costing dalam penelitian ini yaitu :
a. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas
b. Mengklasifikasi biaya berdasar aktivitas ke dalam berbagai aktivitas
c. Mengidentifikasi cost driver
d. Menentukan tarif per unit cost driver
e. Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver
dan ukuran aktivitas.
4.2.2.1 Mengidentifikasi dan Mengidentifikasi Aktivitas
Berdasarkan wawancara dengan pihak Wakatobi Dive Resort di dapat
aktivitas-aktivitas yang ada di dalam Aktivitas-aktivitas itu meliputi:
53
1. Akitvitas penginapan
2. Aktivitas laundry
3. Aktivitas transportasi
4. Aktivitas penggajian
5. Aktivitas diving
6. Aktivitas penyusutan
7. Aktivitas pemberian sarapan
8. Aktivitas Listrik dan air
9. Aktivitas pemasaran
10. Aktivitas pemeliharaan
4.2.2.2 Mengklasifikasi Biaya Berdasar Aktivitas Ke dalam Berbagai
Aktivitas
1. Berdasarkan Unit-level activity cost
Biaya unit-level activity cost adalah biaya yang pasti bertambah ketika
sebuah unit produk di produksi yang sebanding dengan proporsi volume produk
tersebut Aktivitas ini dilakukan setiap hari dalam menjalani aktivitas yang
termasuk dalam kategori ini adalah aktivitas penginapan, penyediaan tenaga
listrik dan air, dan biaya pemberian sarapan pagi.
54
2. Berdasarkan Batch-related activity cost
Biaya batch-related activity cost adalah biaya yang disebabkan oleh
sejumlah batches yang di produksi dan terjual. Besar kecilnya biaya ini
tergantung dari frekuensi order produksi yang di olah oleh fungsi produksi.
Aktivitas ini tergantung pada jumlah batch produk yang di produksi. Aktivitas ini
tidak ditemui dalam pelayanan jasa kamar penginapan Wakatobi Dive Resort.
3. Berdasarkan Product-sustaining activity cost
Biaya
ini
merupakan biaya
yang digunakan untuk mendukung
produksi produk yang berbeda. Aktivitas ini berhubungan dengan penelitian dan
pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk
agar tetap dapat dipasarkan. Aktivitas ini adalah aktivitas pemasaran.
4. Berdasarkan Fasilitas-sustaining activity cost
Biaya
ini
merupakan
biaya
kapasitas
pendukung
pada
tempat
dilakukannya produksi. Aktivitas ini berhubungan dengan kegiatan untuk
mempertahankan fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Aktivitas yang termasuk
dalam kategori ini adalah biaya laundry, biaya pemeliharaan, biaya penyusutan
gedung dan fasilitas.
Klasifikasi biaya kedalam berbagai aktivitas dapat dilihat pada tabel
berikut:
55
Tabel 4.11
Klasifikasi Aktivitas Berdasarkan Tingkat Aktivitas
Aktivitas
Aktivitas penginapan
Aktivitas penggajian
Aktivitas listrik dan air
Level Aktivitas
Unit –level activity cost
Unit –level activity cost
Unit –level activity cost
Aktivitas konsumsi
Aktivitas transportasi
Aktivitas pemasaran
Unit –level activity cost
Unit –level activity cost
Product-sustaining activity cost
Aktivitas pemeliharan bangunan dan
fasilitas
Fasilitas-sustaining activity cost
Aktivitas penyusutan
Aktivitas diving
Aktivitas laundry
Fasilitas-sustaining activity cost
Fasilitas-sustaining activity cost
Fasilitas-sustaining activity cost
4.2.2.3 Mengidentifikasi Cost Driver
Pengidentifikasian cost driver adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas penginapan untuk dasar pengalokasian dapat berdasarkan jumlah
tamu yang menginap dan jumlah kamar terjual. Tetapi dengan mengingat
bahwa biaya-biaya meningkat jika jumlah kamar terjual, maka dapat
dijadikan cost driver adalah jumlah kamar terjual.
b. Aktivitas laundry meliputi pencucian handuk, seprei, sarung bantal, selimut
dan kelambu. Untuk dasar pengalokasian dapat berdasarkan jumlah kamar
yang ada dan jumlah kamar terjual, maka dapat dijadikan cost driver adalah
jumlah kamar terjual.
c. Aktivitas pemberian sarapan ditelusuri secara langsung dengan tarif full
breakfast sebesar Rp 30.000/orang. Untuk dasar pengalokasian dapat
berdasarkan jumlah tamu yang menginap dan jumlah kamar yang terjual.
56
Tapi peningkatan biaya pada pemberian makan pagi tergantung pada jumlah
tamu yang menginap, maka dapat dijadikan cost driver adalah jumlah tamu
yang menginap.
d. Aktivitas listrik dan air untuk dasar pengalokasian dapat berdasarkan jumlah
kamar terjual, maka cost driver yang tepat adalah jumlah kamar terjual.
e.
Aktivitas penyusutan untuk dasar pengalokasian dapat berdasarkan jumlah
kamar yang tersedia dan jumalah kamar terjual. Tetapi aktiva tetap dan
peralatan resor yang disusutkan digunakan untuk semua kamar yang ada,
maka cost driver yang tepat adalah jumlah luas kamar tersedia.
f. Aktivitas pemasaran dapat dialokasikan berdasarkan jumlah kamar tersedia
dan jumlah kamar terjual. Tetapi karena pemasaran dilakukan dengan tujuan
untuk menjual semua kamar yang tersedia, maka cost driver yang tepat
adalah jumlah kamar tersedia.
g. Aktivitas pemeliharaan meliputi pemeliharan gedung dan fasilitas resor
dapat dialokasikan berdasarkan jumlah kamar tersedia dan jumlah kamar
terjual. Tetapi pemeliharaan gedung dan fasilitas resor tidak dilakukan
hanya pada kamar terjual, maka cost driver yang tepat adalah jumlah luas
kamar terjual.
h. Aktivitas penggajian untuk dasar pengalokasian berdasarkan jumlah kamar
terjual, maka cost driver yang tepat adalah jumlah kamar terjual.
i. Aktivitas transportasi untuk dasar pengalokasian berdasarkan jumlah tamu
yang menginap, maka cost driver yangt tepat adalah jumlah tamu menginap.
57
j. Aktivitas diving untuk dasar pengalokasian berdasarkan jumlah kamar
terjual dan jumlah tamu yang menginap, maka cost driver yang tepat adalah
jumlah tamu yang menginap.
Tabel 4.12
Cost Pool dan Cost Driver
Cost Pool
Cost Driver
Unit –level activity cost
Pool I
Aktivitas Peginapan
Jumlah kamar terjual
Aktivitas Laundry
Jumlah kamar terjual
Aktivitas Listrik dan Air
Jumlah kamar terjual
Pool II
Aktivitas Pemberian Sarapan
Jumlah tamu menginap
Aktivitas Transportasi
Jumlah kamar terjual
Product-sustaining activity cost
Pool III
Aktivitas Pemasaran
Jumlah kamar tersedia
Fasilitas-sustaining activity cost
Pool IV
Aktivitas Pemeliharaan
Jumlah Luas lantai
Aktivitas Penyusutan
Jumlah Luas lantai
Pool V
Aktivitas Penggajian
Jumlah kamar terjual
Pool VI
Aktivitas Diving
Jumlah tamu menginap
Biaya overhead dibebankan ke berbagai aktivitas dan dikelompokan ke
beberapa cost pool yang homogen. Untuk biaya yang berasal dari departemen
kamar langsung dibebankan 100% ke kamar, tetapi untuk biaya yang berasal dari
departemen penunjang departemen kamar hanya dibebankan 65% dan sisanya
58
35% dibebankan ke aktivitas di luar aktivitas yang berhubungan dengan harga
pokok kamar. Berikut masing-masing tabel cost pool adalah sebagai berikut :
Tabel 4.13
Cost Pool I
Aktivitas
Biaya (Rp)
Aktivitas Penginapan:
Guest supplies
Villa : (152 x 183.300 = 27.861.600)
Garden bungalow :
(732 x 179.900 = 131.686.800)
Beach bungalow:
(1002 x 179.900 = 180.259.800)
Aktivitas Laundry
Laundry (1886 x 31.700)
Aktivitas listrik dan air
Listrik dan air
(200 x 5.500 x 365 = 401.500.000 x65%)
Sumber : Hasil pengolahan data
339.808.200
59.786.200
260.975.000
Berdasarkan tabel 4.13 menjelaskan bahwa untuk aktivitas penginapan dan
aktivitas laundry di kalikan dengan jumlah kamar terjual untuk aktivitas listrik
dan air yaitu total biaya bahan bakar di kali dalam satu tahun.
Tabel 4.14
Cost Pool II
Aktivitas
Aktivitas pemberian sarapan
Full breakfast (Rp 30.000 x 2.205)orang
Aktivitas Transportasi
Mengtantar tamu :
(30.000.000 x 96 = 2.880.000.000 x 65%)
Sumber : Hasil pengolahan data
Biaya (Rp)
66.150.000
1.872.000.000
Berdasarkan tabel 4.14 menjelaskan bahwa aktivitas pemberian sarapan
merupakan biaya pemberian sarapan di kali dengan jumlah tamu yang menginap,
59
untuk aktivitas transportasi merupakan biaya carter pesawat dari kota Bali
langsung ke Tomia di kali dengan jumlah trip.
Tabel 4.15
Cost Pool III
Aktivitas
Aktivitas Pemasaran
Advertising & Promotion
(360.366.300 x 65%)
Sumber : Hasil pengolahan data
Biaya (Rp)
234.238.098
Tabel 4.16
Cost Pool IV
Aktivitas
Aktivitas Pemeliharaan :
Perbaikan dan pemeliharaan
(322.140.000 x 65%)
Aktivitas Penyusutan :
Penyusutan bangunan dan peralatan
(157.146.188 x 65%)
Sumber : Hasil pengolahan data
Biaya (Rp)
209.391.000
102.145.022,20
Berdasarkan tabel 4.16 menjelaskan bahwa berdasarkan hasil wawancara
dengan pihak Wakatobi Dive Resort untuk aktivitas pemeliharaan dan aktivitas
penyusutan pihak perusahaan menjelaskan bahwa untuk total biaya pemeliharaan
sebesar Rp. 322.140.000 dan total biaya penyusutan sebesar Rp. 157.146.188.
60
Tabel 4.17
Cost Pool V
Aktivitas
Aktivitas Penggajian :
Gaji karyawan
(40 x 1.652.000 x 12 = 792.960.000) x 65%
Sumber : Hasil pengolahan data
Biaya (Rp)
515.424.000
Berdasarkan tabel 4.17 menjelaskan bahwa jumlah karyawan yang bekerja
berhubungan dengan kamar penginapan berjumlah 40 orang yang terbagi, untuk
pelayan penginapan sebanyak 20 orang, laundry 5 orang, pemandu penyelaman
10 orang dan pelayan kebersihan kamar 5 orang dengan standar gaji UMP (upah
minimum propinsi) tahun 2015.
Tabel 4.18
Cost Pool VI
Aktivitas
Aktivitas Diving :
Penyelaman (3.594.150.000 x 65%)
Sumber : Hasil pengolahan data
Biaya (Rp)
2.336.197.500
Berdasarkan tabel 4.18 menjelaskan bahwa total untuk aktivitas diving
merupakan biaya penyelaman di kali dengan jumlah tamu menginap.
61
Berikut ini adalah tabel pengelompokan aktivitas dan cost driver adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.19
Pengelompokan Aktivitas dan Cost Driver
Cosy Driver
No
1
2
3
Aktivitas
Pool I
a. Aktivitas Penginapan
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
b. Aktivitas Laundry
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
c. Aktivitas Listrik dan Air
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
Pool II
a. Aktivitas sarapan pagi
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
b. Aktivitas Transportasi
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
Pool III
a. Aktivitas Pemasaran
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
Satuan
Banyaknya
satuan
Jumlah kamar terjual
Jumlah kamar terjual
Jumlah kamar terjual
Jumlah kamar terjual
Jumlah kamar terjual
Jumlah kamar terjual
Jumlah kamar terjual
Jumlah kamar terjual
Jumlah kamar terjual
Jumlah kamar terjual
Jumlah kamar terjual
Jumlah kamar terjual
1886 Kamar
732
1002
152
1886 Kamar
732
1002
152
1886 Kamar
732
1002
152
Jumlah Tamu Menginap
Jumlah Tamu Menginap
Jumlah Tamu Menginap
Jumlah Tamu Menginap
Jumlah Tamu Menginap
Jumlah Tamu Menginap
Jumlah Tamu Menginap
Jumlah Tamu Menginap
2205 orang
889
1139
177
2205 orang
889
1139
177
Jumlah Kamar Tersedia
Jumlah Kamar Tersedia
Jumlah Kamar Tersedia
Jumlah Kamar Tersedia
10.220 kamar
3.285
5.475
1.460
62
Lanjutan Tabel 4.19
Cosy Driver
Satuan
Banyaknya
satuan
Jumlah Luas Lantai
Jumlah Luas Lantai
1.200 m2
270 m2
Beach Bungalow
Jumlah Luas Lantai
450 m2
Villa
Jumlah Luas Lantai
480 m2
Jumlah Luas Lantai
Jumlah Luas Lantai
1.200 m2
270 m2
Beach Bungalow
Jumlah Luas Lantai
450 m2
Villa
Jumlah Luas Lantai
480 m2
No
4
Aktivitas
Pool IV
a. Aktivitas Pemeliharaan
Garden Bungalow
b. Aktivitas Penyusutan
Garden Bungalow
Pool V
a. Aktivitas Penggajian
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
Pool VI
6
a. Aktivitas Diving
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
Sumber : Hasil pengolahan data
5
Jumlah Kamar Terjual
Jumlah Kamar Terjual
Jumlah Kamar Terjual
Jumlah Kamar Terjual
Jumlah Tamu Menginap
Jumlah Tamu Menginap
Jumlah Tamu Menginap
Jumlah Tamu Menginap
1886 Kamar
732
1002
152
2205 orang
889
1139
177
4.2.2.4 Menentukan Tarif Per Unit Cost Driver
Setelah mengidentifikasi cost driver, langkah selanjutnya menentukan
tarif per unit cost driver karena setiap aktivitasnya memiliki cost driver dengan
cara membagi jumlah biaya dengan cost driver. Menurut Hansen and Mowen
(2003; 134), tarif per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Tarif per unit cost driver = Jumlah aktivitas
cost driver
63
Berikut ini merupakan penentuan tarif per unit cost driver kamar
penginapan dengan menggunakan Activity Based Costing System.
Table 4.20
Penentuan Tarif Per Unit Cost Driver Penginapan Dengan
Metode Activity Based Costing
No
1
2
3
Aktivitas
Pool I
a. Aktivitas Penginapan
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
b. Aktivitas Laundry
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
c. Aktivitas Listrik dan Air
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
Pool II
a. Aktivitas Sarapan
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
b. Aktivitas Transportasi
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
Pool III
a. Aktivitas Pemasaran
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
Jumlah Biaya
(Rp)
339.808.700
59.786.200
260.975.000
Cost
Driver
1886
732
1002
152
1886
732
1002
152
1886
Tarif Per
Unit
(Rp)
180.174,28
31.700,00
138.374,86
732
1002
152
66.150.000
1.872.000.000
234.238.098
2205
889
1139
177
2205
889
1139
177
10.220
3.285
5.475
1.460
30.000,00
848.979,59
22.919,58
64
Lanjutan Tabel 4.20
No
Aktivitas
4
a. Aktivitas Pemeliharaan
Jumlah Biaya
(Rp)
209.391.000
Cost
Driver
1.200
Garden Bungalow
270
Beach Bungalow
Villa
450
480
b. Aktivitas penyusutan
102.145.002,20
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
5 Pool V
a. AktivitasPenggajian
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
6 Pool VI
a. Aktivitas Diving
Garden Bungalow
Beach Bungalow
Villa
Sumber : Hasil pengolahan data
1.200
Tarif Per
Unit
(Rp)
174.492,50
85.120,83
270
450
480
515.424.000
1886
732
1002
152
273.289,50
2.336.197.500
2205
889
1139
177
1.059.500,00
4.2.2.5 Membebankan Biaya Ke Produk Dengan Menggunakan Tarif Cost
Driver dan Ukuran Aktivitas
Dalam tahap ini, menurut Hansen and Mowen (2006; 138), biaya aktivitas
dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas produk.
Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap kamar dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
BOP yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih
65
Dengan mengetahui BOP (biaya overhead pabrik) yang dibebankan pada
masing-masing produk, maka dapat dihitung tarif sewa per penginapan. Berikut
ini tarif sewa penginapan untuk masing-masing tipe penginapan:
Tabel 4.21
Tarif Sewa Kamar Penginapan Wakatobi Dive Resort Untuk
Garden Bungalow
Aktivitas
Tarif Cost
Jumlah Cost
Driver
Driver
Aktivitas Penginapan
180.174,28
732
Aktivitas Laundry
31.700,00
732
Aktivitas Listrik dan Air
138.374,86
732
Aktivitas Sarapan Pagi
30.000,00
889
Aktivitas Transportasi
848.979,59
889
Aktivitas Pemasaran
22.919,58
3.285
Aktivitas Pemeliharaan
174.492,50
270
Aktivitas Penyusutan
85.120,83
270
Aktivitas Penggajian
273.289,50
732
Aktivitas Diving
1.059.500,00
889
Total biaya untuk tipe Garden Bungalow
Jumlah kamar terjual
Tarif sewa kamar penginapan
Sumber : Hasil pengolahan data
Total
(Rp)
131.887.572,96
23.204.400,00
101.290.397,52
26.670.000,00
754.742.855,51
75.290.820,30
47.112.975.00
22.982.624,10
200.047.914,00
941.895.500,00
2.325.125.059,39
732
3.176.400,35
66
Tabel 4.22
Tarif Sewa Kamar Penginapan Wakatobi Dive Resort Untuk
Beach Bungalow
Aktivitas
Tarif Cost
Jumlah Cost
Driver
Driver
Aktivitas Penginapan
180.174,28
1.002
Aktivitas Laundry
31.700,00
1.002
Aktivitas Listrik dan Air
138.374,86
1.002
Aktivitas Sarapan Pagi
30.000,00
1.139
Aktivitas Transportasi
848.979,59
1.139
Aktivitas Pemasaran
22.919,58
5.475
Aktivitas Pemeliharaan
174.492,50
450
Aktivitas Penyusutan
85.120,83
450
Aktivitas Penggajian
273.289,50
1002
Activitas Diving
1.059.500,00
1139
Total biaya untuk tipe Beach Bungalow
Jumlah kamar terjual
Tarif sewa kamar penginapan
Sumber : Hasil pengolahan data
Total
(Rp)
180.534.628.56
31.763.400.00
138.651.609,72
34.170.000,00
966.987.753,01
125.484.700,50
78.521.625,00
38.304.373,50
273.836.079,00
1.206.770.500,00
3.075.024.669,29
1002
3.068.886,90
Tabel 4.23
Tarif Sewa Kamar Penginapan Wakatobi Dive Resort Untuk Villa
Aktivitas
Tarif Cost
Jumlah Cost
Driver
Driver
Aktivitas Penginapan
180.174,28
152
Aktivitas Laundry
31.700,00
152
Aktivitas Listrik dan Air
138.374,86
152
Aktivitas Sarapan Pagi
30.000,00
177
Aktivitas Transportasi
848.979,59
177
Aktivitas Pemasaran
22.919,58
1.460
Aktivitas Pemeliharaan
174.492,50
480
Aktivitas Penyusutan
85.120,83
480
Aktivitas Penggajian
273.289,50
152
Activitias Diving
1.059.500,00
177
Total biaya untuk tipe Villa
Jumlah kamar terjual
Tarif sewa kamar penginapan
Sumber : Hasil pengolahan data
Total
(Rp)
27.386.490,56
4.818.400,00
21.032.978.72
5.310.000,00
150.269.387,43
33.462.586,80
83.756.400,00
40.857.998,40
41.540.004,00
187.531.500,00
595.965.745,91
152
3.920.827,28
67
4.3 Pembahasan
Dari hasil perhitungan tarif sewa yang telah dilakukan terlihat adanya
perbedaan hasil perhitungan metode tradisional dan hasil perhitungan metode
Acvtivity Based Costing. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.24
Perbedaan Tarif Sewa Penginapan Antara Perhitungan
Yang Dilakukan Perusahaan Dengan
Metode Tradisional dan Activity Based Costing
Perhitungan
Tipe Penginapan
Tradisional (Rp)
Garden Bungalow
2.233.622,92
Beach Bungalow
2.847.332,83
Villa
4.383.261.97
Sumber : hasil pengolahan data
Activity Baesd
Costing (Rp)
3.176.400,35
3.068.886,90
3.920.827,28
Selisih
(Rp)
942.777,43
221.554,07
(462.434,69)
Dari perhitungan sebelumnya, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan
tarif sewa kamar penginapan dengan menggunakan metode yang dilakukan oleh
pihak perusahaan yaitu dengan metode tradisional untuk tipe penginapan Garden
Bungalow sebesar Rp. 2.233.622,92 untuk tipe penginapan Beach Bungalow
sebesar Rp.2.847.332,83 dan untuk tipe penginapan Villa sebesar Rp.4.383.261,97.
Sedangkan perhitungan tarif sewa kamar penginapan yang dilakukan oleh penulis
yaitu dengan metode Activity Based Costing diperoleh untuk tipe penginapan
Garden Bungalow sebesar Rp. 3.176.400,35 untuk tipe penginapan Beach
Bungalow sebesar Rp 3.068.886,90 untuk tipe penginapan Villa sebesar Rp
3.920.827,28. Dari hasil yang diperoleh dapat dibandingkan selisih tarif sewa
antara perhitungan yang dilakukan pihak perusahaan dengan metode tradisional
dengan hasil perhitungan metode Activity Based Costing. Untuk metode Activity
68
Based Costing pada tipe penginapan Garden Bungalow dan Beach Bungalow
memberikan hasil perhitungan tarif sewa kamar lebih besar daripada perhitungan
dengan menngunakan perhitungan metode tradisional, yaitu dengan selisih tarif
sewa kamar penginapan untuk tipe penginapan Garden Bungalow sebesar Rp
942.777,43 dan untuk tipe penginapan Beach Bungalow sebesar Rp 221.554,07.
Sedangkan untuk tipe Villa dengan hasil perhitungan tarif sewa kamar penginapan
menggunakan metode Activity Based Costing lebih kecil daripada perhitungan
tarif sewa kamar penginapan dengan metode tradisional yang dilakukan
perusahaan, yaitu dengan selisih sebesar Rp 462.434,69.
Terjadinya selisih tarif sewa dikarenakan pada metode Activity Based
Costing biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost
driver. Sehingga dalam metode Activity Based Costing mampu mengalokasikan
biaya aktivitas ke setiap kamar penginapan secara tepat berdasarkan konsumsi
masing-masing aktivitas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis
pada penginapan Wakatobi Dive Resort, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perhitungan biaya produk yang telah digunakan oleh manajemen perusahaan
telah banyak menimbulkan distorsi biaya, hal ini dikarenakan konsumsi
sumber daya pada masing-masing aktivitas tidaklah sama. Sedangkan pada
metode Activity Based Costing, biaya-biaya yang terjadi dibebankan pada
produk aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsikan oleh produk dan juga
menggunakan dasar lebih dari satu cost driver.
2. Hasil dari perhitungan tarif sewa kamar penginapan dengan menggunakan
pendekatan metode Activity Based Costing yaitu, untuk tipe penginapan
Garden Bungalow sebesar Rp. 3.176.400,35. Untuk tipe penginapan Beach
Bungalow sebesar Rp. 3.068.886,90. Untuk tipe penginapan Villa sebesar
Rp. 3.920.827,28. Terdapat selisih tarif sewa kamar penginapan yang lebih
tinggi pada tipe penginapan Garden Bungalow dan Beach Bungalow dari
hasil perhitungan metode Activity Based Costing dengan perhitungan pihak
perusahaan dengan pendekatan metode tradisional yaitu masing-masing
sebesar Rp. 9.42.777,43. dan Rp. 221.554,07. Sedangkan tarif sewa kamar
69
70
penginapan yang lebih rendah dengan menggunakan metode Activity Based
Costing, yaitu pada tipe penginapan Villa yaitu sebesar Rp. 462.434,69.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, saran yang dapat diberikan
penulis adalah sebagai berikut:
1. Melihat persaingan yang begitu ketat di dunia jasa penginapan maka pihak
Wakatobi Dive Resort sebaiknya mulai mempertimbangkan perhitungan
tarif sewa penginapan dengan menggunakan metode Activity Based
Costing. Karena metode Activity Based Costing, biaya-biaya yang terjadi
dibebankan pada produk aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsikan
oleh produk menggunakan dasar lebih dari satu cost driver.
2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti pada perusahaan jasa
penginapan yang telah melakukan pemisahan biaya berdasarkan aktivitas
agar mempermudah dalam melakukan analisis perhitungan metode Activity
Based Costing.
DAFTAR PUSTAKA
Blocher, Edward J., Kung H. Chen dan Thomas W.Lin, 2005. Manajemen Biaya,
Buku 1, Terjemaha Susty Ambarrani, Salemba Empat, Jakarta.
Bustami. 2010. Akuntansi Biaya : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Bustami. dan Nurlela, 2006. Akuntansi Biaya : Kajian Teori dan aplikasi, Edisi 1.
Cetakan 1. Yogyakarta: graham Ilmu
Chea Ashford C, 2011. Activity Based Costing System In The Service Sector:
A Strategy Approch For Eanhancing Managerial Decision Making And
Competitiveness, International Journal of Business And Management
Vol.6 No.11, USA.
Darsono. 2009. Akuntansi Manajemen. Edisi 3. Jakarta: Graha Ilmu
Gorrison, Ray H. 1991. Management Accounting, Sixth Edition, Richard D. Irwin,
Inc.
Garrison, Ray H. dan Eric W. Noreen, 2000. Akuntansi Manajerial, Jilid 2,
Terjemahan A. Totok Budi Santoso, Salemba Empat, Jakarta.
Hansen, Don R. Maryanne M Mowen 2006. Akuntansi manajemen.
Diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Kwary. Edisi 7 Jakarta:
Salemba Empat
Hansen, Don R. Maryanne M Mowen, 2009. Management Accounting.
Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Salemba dengan judul
Akuntansi Manajemen, Edisi 8. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
Henry Simamora. 2002. Akuntansi Manajemen, Edisi 2. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN
IAI. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Insyirah Putikadea. 2010. Penentuan Harga Pokok Penjualan Kamar “DELUXE”
Dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing pada Resort GLand Joyo’s Camp. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Kuswadi. 2005. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan
dan Akuntansi Biaya. Jakarta:Elex Media Komputindo
Mardiasmo. 1994. Akuntansi Biaya Suatu Pendekatan Manajerial. Jakarta:
Erlangga.
Muh.Akbar. 2011. Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing System
dalam Penentuan harga Pokok Kamar Hotel Coklat Makassar.
Makassar: Universitas Hasanudin
Mulyadi. 2003. Activity Based Cost System: Sistem Informasi Biaya Untuk
Pengurangan Biaya, Edisi 6. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Mulyadi. 2009 Akuntansi Biaya. Edisi 5. Cetakan 10. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN
Mursyidi. 2008. Akuntansi Biaya - Conventional Costing, Just In Time, dan Activity
Based Costing. Cetakan Kedua. PT. Refika Aditama, Bandung.
Supriyono, R.A 2001 Akuntasi Manajemen 3: Proses Pengendalian Manajemen
Yogyakarta: BPFE
Warindrani, Armila Krisna. 2006. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama, Cetakan
Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.
VILLA
GUEST SUPPLIES
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
ITEM
Tooth brush
Shower Cap
Cotton Bud
3 in 1 Multipurpose
Hand Soap
Tissue Box
Note Pad
Pencil
Mineral Water 600 Ml
Slipper Logo
Laundry Bag
Glass Coaster
Glass Cover
White Sugar Logo
Creamer Logo
Coffee Logo
Sweetener Logo
Fruit Bucket
Mini Bar
Tea
Brown Sugar Logo
Registration Form
Key Jacket
Cash Receipt
Invoice Form
Unit
Pcs
Pcs
Pcs
Ml
Ml
Pack
Lbr
Pcs
Btl
Psg
Lbr
Pcs
Pcs
Sct
Sct
Sct
Sct
Bh
Pcs
Sct
Sct
Lbr
Bh
Lbr
Lbr
QTY
2
2
2
250
250
1
1
1
2
2
2
3
PRICE
2,500
1,500
1,400
45
15
2,800
1,100
1,500
4,000
3,700
1,300
700
TOTAL
5000
3000
2800
11250
3750
2800
1100
1500
8000
7400
2600
2100
0
900
350
1100
250
15000
111000
700
800
350
500
450
600
183300
3
1
2
1
2
6
1
1
1
1
1
1
300
350
550
250
7,500
18,500
700
800
350
500
450
600
Unit
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
QTY
1
1
4
1
2
1
PRICE
3500
6700
2000
2500
3000
5000
TOTAL
3500
6700
8000
2500
6000
5000
31700
Unit
Set
Unit
Unit
Set
Set
Set
QTY
1
1
1
1
1
1
PRICE
350000
250000
150000
250000
80000
250000
TOTAL
350000
250000
150000
250000
80000
250000
1
300000
300000
1630000
LAUNDRY
NO
1
2
3
4
5
6
ITEM
Bed Sheet
Duve cover
Pillo Case
Bath Mat
Bath Towel
Mosquito Net
DIVING
NO
1
2
3
4
5
6
7
ITEM
SCUBA Gear (BCD, Regulator, Pemberat 6 kg)
Tabung Isi 200 Bar
BCD
Regulator (Mouthpiece, Octopus, Console)
Sabuk + Pemberat 4 kg
Snorkeling Gear (Fin Open Heel, Boot, Masker,
Snorke)
Wetsuit (baju selam)
Unit
BEACH BUNGALOW
GUEST SUPPLIES
ITEM
Tooth brush
Shower Cap
Cotton Bud
3 in 1 Multipurpose
Hand Soap
Tissue Box
Note Pad
Pencil
Mineral Water 600 Ml
Slipper Logo
Laundry Bag
Glass Coaster
Glass Cover
White Sugar Logo
Creamer Logo
Coffee Logo
Sweetener Logo
Fruit Bucket
Mini Bar
Tea
Brown Sugar Logo
Registration Form
Key Jacket
Cash Receipt
Invoice Form
Unit
Pcs
Pcs
Pcs
Ml
Ml
Pack
Lbr
Pcs
Btl
Psg
Lbr
Pcs
Pcs
Sct
Sct
Sct
Sct
Bh
Pcs
Sct
Sct
Lbr
Bh
Lbr
Lbr
QTY
2
2
2
250
250
1
1
1
2
2
2
3
Unit
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
QTY
1
1
4
1
2
1
PRICE
3500
6700
2000
2500
3000
5000
TOTAL
3500
6700
8000
2500
6000
5000
31700
Unit
Set
Unit
Unit
Set
Set
Set
QTY
1
1
1
1
1
1
PRICE
350000
250000
150000
250000
80000
250000
TOTAL
350000
250000
150000
250000
80000
250000
1
300000
300000
1630000
3
1
2
1
2
6
1
1
1
1
1
1
PRICE
2,500
1,500
1,400
45
15
2,800
1,100
1,500
4,000
3,700
1,300
700
7,500
18,500
700
350
500
450
600
TOTAL
5000
3000
2800
11250
3750
2800
1100
1500
8000
7400
2600
2100
0
0
0
0
0
15000
111000
700
0
350
500
450
600
179900
LAUNDRY
ITEM
Bed Sheet
Duve cover
Pillo Case
Bath Mat
Bath Towel
Mosquito Net
DIVING
ITEM
SCUBA Gear (BCD, Regulator, Pemberat 6 kg)
Tabung Isi 200 Bar
BCD
Regulator (Mouthpiece, Octopus, Console)
Sabuk + Pemberat 4 kg
Snorkeling Gear (Fin Open Heel, Boot, Masker,
Snorke)
Wetsuit (baju selam)
Unit
GARDEN BUNGALOW
GUEST SUPPLIES
ITEM
Tooth brush
Shower Cap
Cotton Bud
3 in 1 Multipurpose
Hand Soap
Tissue Box
Note Pad
Pencil
Mineral Water 600 Ml
Slipper Logo
Laundry Bag
Glass Coaster
Glass Cover
White Sugar Logo
Creamer Logo
Coffee Logo
Sweetener Logo
Fruit Bucket
Mini Bar
Tea
Brown Sugar Logo
Registration Form
Key Jacket
Cash Receipt
Invoice Form
Unit
Pcs
Pcs
Pcs
Ml
Ml
Pack
Lbr
Pcs
Btl
Psg
Lbr
Pcs
Pcs
Sct
Sct
Sct
Sct
Bh
Pcs
Sct
Sct
Lbr
Bh
Lbr
Lbr
QTY
2
2
2
250
250
1
1
1
2
2
2
3
Unit
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
QTY
1
1
4
1
2
1
PRICE
3500
6700
2000
2500
3000
5000
TOTAL
3500
6700
8000
2500
6000
5000
31700
Unit
Set
Unit
Unit
Set
Set
Set
QTY
1
1
1
1
1
1
PRICE
350000
250000
150000
250000
80000
250000
TOTAL
350000
250000
150000
250000
80000
250000
1
300000
300000
1630000
3
1
2
1
2
6
1
1
1
1
1
1
PRICE
2,500
1,500
1,400
45
15
2,800
1,100
1,500
4,000
3,700
1,300
700
7,500
18,500
700
350
500
450
600
TOTAL
5000
3000
2800
11250
3750
2800
1100
1500
8000
7400
2600
2100
0
0
0
0
0
15000
111000
700
0
350
500
450
600
179900
LAUNDRY
ITEM
Bed Sheet
Duve cover
Pillo Case
Bath Mat
Bath Towel
Mosquito Net
DIVING
ITEM
SCUBA Gear (BCD, Regulator, Pemberat 6 kg)
Tabung Isi 200 Bar
BCD
Regulator (Mouthpiece, Octopus, Console)
Sabuk + Pemberat 4 kg
Snorkeling Gear (Fin Open Heel, Boot, Masker,
Snorke)
Wetsuit (baju selam)
Unit
LAPORAN KUNJUNGAN TAMU KE WAKATOBI RESORT TAHUN 2015
TRIP # 1 (4 DAYS)
AMERICAN
SWIISS
BRITISH
GERMAN
AUSTRALIAN
TOTAL
GENDER
FEMALE
8
5
2
2
3
2
2
3
1
1
16
13
1
2
3
4
5
6
TRIP #2 (4 DAYS)
AMERICAN
SWIISS
BRITISH
GERMAN
AUSTRALIAN
JAPANESE
TOTAL
7
2
3
2
1
1
16
1
2
3
4
TRIP #3 (4 DAYS)
AMERICAN
SWEDISH
BRITISH
CHINESE
TOTAL
1
2
3
4
5
6
7
NO
1
2
3
4
5
NATIONALITY
MALE
TOTAL
PURPOSE
13
4
5
5
2
29
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
5
1
2
2
1
1
12
12
3
5
4
2
2
28
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
4
2
4
3
13
3
1
2
1
7
7
3
6
4
20
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
TRIP #4 (7 DAYS)
AUSTRALIAN
SWEDISH
BRITISH
CHINESE
SPAIN
IRISH
CANADIAN
TOTAL
5
1
3
2
2
1
1
15
2
2
1
1
3
1
0
10
7
3
4
3
5
2
1
25
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
TRIP #5 (7 DAYS)
AMERICAN
BRITISH
GERMAN
SOUTH AFRICAN
SPAIN
TOTAL
5
1
3
2
2
13
3
1
2
1
2
9
8
2
5
3
4
22
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
TRIP #6 (4 DAYS)
AMERICAN
BRITISH
RUSSIAN
CHINESE
BULGARIAN
SWEDISH
DUTCH
TOTAL
5
1
3
2
1
1
2
15
4
2
2
1
0
1
1
11
9
3
5
3
1
2
3
26
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
TRIP #7 (7 DAYS)
AMERICAN
BRITISH
AUSTRALIAN
SWISS
TOTAL
3
1
2
3
9
1
2
2
2
7
4
3
4
5
16
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
TRIP #8 (3 DAYS)
AUSTRALIAN
AMERICAN
CHINESE
GERMAN
FRENCH
AUSTRIAN
TOTAL
4
2
2
3
1
2
14
2
1
1
2
3
2
11
6
3
3
5
4
4
25
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
TRIP #9 (7 DAYS)
AMERICAN
BRITISH
TOTAL
2
1
3
1
1
2
3
2
5
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
TRIP # 10 (7 DAYS)
AMERICAN
SWIISS
BRITISH
FRENCH
GERMAN
TOTAL
12
0
2
1
2
17
10
1
1
1
1
14
22
1
3
2
3
31
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
TRIP 11 #(7 DAYS)
SWISS
AMERICAN
AUSTRALIA
TOTAL
1
3
1
5
1
2
1
4
2
5
2
9
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
8
TRIP # 12 (3 DAYS)
BRITISH
SINGAPOREAN
FINN OF FINISH
AUSTRALIAN
SLOVAKIA
SWISS
AMERICAN
GERMAN
TOTAL
1
0
1
1
1
1
0
1
6
1
2
1
2
1
1
1
1
10
2
2
2
3
2
2
1
2
16
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
TRIP # 13 (4 DAYS)
AMERICAN
AUSTRALIAN
SWISS
AUSTRIAN
CANADIAN
CYPRIOT
GERMAN
TOTAL
5
1
2
2
1
1
1
13
5
1
0
1
0
0
1
8
10
2
2
3
1
1
2
21
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
TRIP # 14 (3 DAYS)
SWEDISH
AMERICAN
TOTAL
0
1
1
2
1
3
2
2
4
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
TRIP #15 (7 DAYS)
SWISS
GERMAN
CHINESE
SPAIN
AMERICAN
IRISH
BRITISH
TOTAL
4
4
1
1
1
1
1
13
3
3
1
0
3
3
1
14
7
7
2
1
4
4
2
27
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
TRIP #16 (3 DAYS)
AUSTRALIAN
AMERICAN
TOTAL
1
2
3
2
1
3
3
3
6
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
TRIP #17 (7 DAYS)
SWISS
AMERICAN
AUSTRALIA
GERMAN
CHINESE
CANADIAN
TOTAL
6
4
2
2
1
0
15
5
4
2
2
0
1
14
11
8
4
4
1
1
29
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
TRIP #18 (7 DAYS)
GERMAN
SWISS
AMERICAN
TOTAL
0
0
1
1
1
1
0
2
1
1
1
3
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
TRIP #19 (7 DAYS)
SWISS
DUTCH
AMERICAN
BRITISH
AUSTRIAN
GERMAN
TOTAL
1
0
8
1
1
0
11
3
1
5
1
0
1
11
4
1
13
2
1
1
22
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
TRIP #20 (4 DAYS)
AMERICAN
SWISS
TOTAL
0
1
1
1
1
2
1
2
3
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
8
TRIP #21 ( 4 DAYS)
AMERICAN
NEW ZEALENDER
AUSTRALIAN
JAPANESE
FINNISH
RUSSIAN
SINGAPOREAN
BRITISH
TOTAL
2
1
0
0
1
0
0
1
5
2
0
1
1
1
1
1
0
7
4
1
1
1
2
1
1
1
12
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
TRIP # 22 (3 DAYS)
AMERICAN
TOTAL
6
6
5
5
11
11
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
8
TRIP # 23 (7 DAYS)
SWISS
AMERICAN
BRITISH
JAPANESE
ITALIAN
AUSTRALIAN
NEW ZEALAND
GERMAN
TOTAL
3
5
1
1
1
1
1
1
14
3
3
0
2
1
0
1
1
11
6
8
1
3
2
1
2
2
25
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
TRIP # 24 (7 DAYS)
AMERICAN
BRITISH
JAPANESE
ITALIAN
SWEDISH
GERMAN
TOTAL
6
2
0
2
2
1
13
4
2
2
1
0
2
11
10
4
2
3
2
3
24
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
TRIP # 25 (4 DAYS)
AMERICAN
INDONESIAN
BRITISH
CHINESE
TOTAL
3
2
1
1
7
3
0
0
1
4
6
2
1
2
11
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
TRIP # 26 (3 DAYS)
SWISS
AMERICAN
JAPANESE
AUSTRALIAN
NEW ZEALANDER
TOTAL
3
5
1
1
1
11
3
3
2
0
1
9
6
8
3
1
2
20
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
TRIP # 27 (4 DAYS)
AMERICAN
BRITISH
JAPANESE
ITALIAN
SWEDISH
TOTAL
2
2
0
2
2
8
3
2
2
1
0
8
5
4
2
3
2
16
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
TRIP# 28 (7 DAYS)
American
BRITISH
TOTAL
1
1
2
3
0
3
4
1
5
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
TRIP# 29 (7 DAYS)
British
Swiss
Singaporean
TOTAL
1
2
1
4
1
1
0
2
2
3
1
6
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
TRIP# 30 (3 DAYS)
American
German
Swiss
Belgian
TOTAL
1
1
0
1
3
1
0
2
0
3
2
1
2
1
6
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
TRIP# 31 (4 DAYS)
American
Swiss
Singaporean
Australian
TOTAL
1
2
0
2
5
1
0
1
1
3
2
2
1
3
5
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
3
4
5
6
TRIP# 32 (7 DAYS)
American
British
Japanese
Canadian
South African
TOTAL
6
4
1
2
1
14
3
2
1
1
1
8
9
6
2
3
2
22
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
TRIP#33 (4 DAYS)
Australian
British
American
Indonesian
Chinese
TOTAL
2
1
1
0
0
4
2
1
1
2
1
7
4
2
2
2
1
11
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
TRIP#34 (7 DAYS)
American
TOTAL
11
11
12
12
23
23
PLEASURE
1
TRIP# 35 (7 DAYS)
American
TOTAL
1
1
3
3
4
4
PLEASURE
1
TRIP# 36 (3 DAYS)
British
TOTAL
1
1
1
1
2
2
PLEASURE
1
2
3
4
5
TRIP# 37 (4 DAYS)
American
German
Swiss
Indonesian
Belgian
TOTAL
1
1
0
7
1
10
1
0
2
10
0
13
2
1
2
17
1
23
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
TRIP# 38 (3 DAYS)
Australian
Swiss
Singaporean
TOTAL
1
2
0
3
1
0
1
2
2
2
1
5
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
TRIP# 39 (4 DAYS)
American
Singaporean
German
Australian
Canadian
Sweden
South African
TOTAL
8
2
1
3
2
1
1
18
1
4
1
1
2
1
0
10
9
6
2
4
4
2
1
28
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
TRIP#40 (3 DAYS)
Australian
British
American
Indonesian
Chinese
TOTAL
2
1
1
0
0
4
2
1
1
3
1
8
4
2
2
3
1
12
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
TRIP#41 (4 DAYS)
American
Canadian
Japanese
TOTAL
9
3
2
14
8
2
1
11
17
5
3
25
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
Trip# 42 (3 days)
Australian
American
TOTAL
1
1
2
3
0
3
4
1
5
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
Trip# 43 (4 days)
American
Swiss
British
TOTAL
5
6
1
12
7
4
1
12
12
10
2
24
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
Trip# 44 (3 days)
American
Australian
Swiss
Malaysian
TOTAL
2
3
1
1
7
1
5
1
1
8
3
8
2
2
15
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
8
Trip# 45 (7 days)
American
Indonesia
British
Canadian
Singaporean
Swiss
Swedish
Italian
TOTAL
3
2
2
1
1
2
1
1
13
1
2
2
0
1
0
0
0
6
4
4
4
1
2
2
1
1
19
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
8
Trip# 46 (7 days)
American
Indonesia
British
Canadian
Singaporean
Swiss
Swedish
Italian
TOTAL
3
2
2
1
1
2
1
1
13
1
2
2
0
1
0
0
0
6
4
4
4
1
2
2
1
1
19
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
Trip# 47 (4 days)
American
British
French
Swiss
Qatari
Chinese
South African
TOTAL
2
1
2
4
2
3
1
15
1
2
1
3
3
2
1
13
3
3
3
7
5
5
2
28
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
Trip# 48 (7 Days)
American
Australian
Japanese
TOTAL
2
1
0
3
2
1
1
4
4
2
1
7
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
8
Trip# 49 (4 days)
American
Australian
Spanish
British
Filipino
French
Italian
Singaporean
TOTAL
4
2
7
1
0
1
0
0
15
4
3
3
0
1
0
1
2
14
8
5
10
1
1
1
1
2
29
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
Trip# 50 (3 days)
American
French
British
Indonesian
Swiss
Italian
TOTAL
0
0
2
5
4
2
13
2
1
1
0
1
1
6
2
1
3
5
5
3
19
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Trip# 51 (4 days)
American
French
Austrian
Swiss
Swedish
German
Italian
Dutch
Chinese
TOTAL
2
3
2
1
1
3
1
1
0
14
2
1
3
3
0
6
1
0
3
19
4
4
5
4
1
9
2
1
3
33
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
Trip# 52 (3 days)
Canadian
South African
Swiss
Swazi
TOTAL
2
1
0
1
4
2
1
1
0
4
4
2
1
1
8
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
Trip# 53 (4 days)
Italian
German
French
Japanese
New Zealander
British
TOTAL
5
3
5
0
0
0
13
4
1
3
1
1
1
11
9
4
8
1
1
1
24
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
Trip# 54 (7 days)
British
Australian
Italian
French
TOTAL
2
1
2
2
7
4
1
3
2
10
6
2
5
4
17
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
Trip# 55 (Kosong)
1
2
Trip# 56 ( 3 days)
Australian
British
TOTAL
5
6
11
7
5
12
12
11
23
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
Trip 57# ( 4 days)
Swiss
Japanese
Austrian
Indonesian
American
Malaysian
TOTAL
2
2
2
2
1
2
11
2
3
1
0
1
5
12
4
5
3
2
2
7
23
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
Trip# 58 (3 days)
French
Australian
Filipino
American
Ukrainan
Canadian
Singapore
TOTAL
2
1
2
1
1
3
1
11
3
0
1
2
1
1
2
10
5
1
3
3
2
4
3
21
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
Trip# 59 (4 days)
German
Australian
British
American
TOTAL
3
6
2
2
13
2
8
3
5
18
5
14
5
7
31
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
Trip #60 (7 days)
United States
TOTAL
4
4
3
3
7
7
PLEASURE
1
2
Trip# 61 (3 days)
British
Singaporean
TOTAL
3
5
6
2
6
7
5
11
13
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
Trip# 62 (7 days)
Luxembourger
French
German
Swiss
TOTAL
3
2
4
3
12
2
2
2
5
11
5
4
6
8
23
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
Trip# 63 (4 days)
Swiss
Irish
South African
Australian
American
TOTAL
3
2
1
6
6
18
2
5
3
2
8
20
5
7
4
8
14
38
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
Trip# 64 (7 days)
American
German
Swiss
TOTAL
4
2
4
10
7
3
5
15
11
5
9
25
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
Trip# 65 (4 days)
German
British
TOTAL
6
1
7
2
2
4
8
3
11
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
Trip# 66 ( 3 days)
Singaporean
German
Austrian
Swiss
American
TOTAL
2
3
2
1
2
10
1
4
2
3
1
11
3
7
4
4
3
21
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
Trip# 67 (4 days)
Swiss
American
German
Italian
Qatari
Slovakian
Australian
TOTAL
3
4
2
2
1
0
1
11
2
5
1
3
0
1
1
11
1
2
Trip# 68 (3 days)
American
German
TOTAL
9
4
13
6
3
9
1
2
Trip# 69 (7 days)
Swiss
British
TOTAL
2
1
3
4
2
6
6
3
9
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
8
Trip# 70 (7 days)
Japanese
Canadian
Swiss
British
French
New Zealander
Spanish
Sweden
TOTAL
2
3
1
3
2
2
1
1
15
2
4
2
4
4
3
1
1
21
4
7
3
7
6
5
2
2
36
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
Trip# 71 (4 days)
American
Canadian
Germany
Australian
British
New Zealander
Danish
TOTAL
9
4
6
3
1
0
1
24
13
1
2
1
2
2
1
22
22
5
8
4
3
2
2
46
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
TRIP#72 (4 DAYS)
American
German
Swiss
Indonesian
Belgian
TOTAL
2
1
0
7
1
11
1
2
2
10
3
18
3
3
2
17
4
29
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
TRIP #73 (3 DAYS)
AUSTRALIAN
AMERICAN
TOTAL
2
1
3
3
2
2
5
3
8
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
8
Trip# 74 (7 days)
American
Indonesia
British
Canadian
Singaporean
Swiss
Swedish
Italian
TOTAL
8
3
4
2
3
1
5
3
29
3
4
5
2
5
2
3
2
26
11
7
9
4
8
3
8
5
55
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
5
9
3
5
1
1
2
22
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
15 PLEASURE
7 PLEASURE
22
1
2
3
4
5
TRIP #75 (7 DAYS)
AMERICAN
BRITISH
GERMAN
SOUTH AFRICAN
SPAIN
TOTAL
4
2
2
1
2
11
4
3
2
4
1
14
8
5
4
5
3
25
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
TRIP #76 (3 DAYS)
AUSTRALIAN
AMERICAN
CHINESE
GERMAN
FRENCH
AUSTRIAN
TOTAL
4
3
1
1
3
2
14
3
3
2
3
2
5
18
7
6
3
4
5
7
32
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
Trip# 77 (4 days)
Italian
German
French
Japanese
New Zealander
British
TOTAL
1
2
3
1
2
0
9
3
3
1
3
2
2
14
4
5
4
4
4
2
23
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
Trip# 78 (4 days)
German
Australian
British
American
TOTAL
5
2
2
3
12
4
5
2
2
13
9
7
4
5
25
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
TRIP # 79 (7 DAYS)
AMERICAN
BRITISH
JAPANESE
ITALIAN
SWEDISH
GERMAN
TOTAL
6
3
2
2
3
3
19
7
4
3
3
6
5
28
13
7
5
5
9
8
47
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
TRIP# 80 (3 DAYS)
Australian
Swiss
Singaporean
Italian
TOTAL
3
2
3
2
10
5
5
4
2
16
8
7
7
4
26
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
TRIP # 81 (7 DAYS)
AMERICAN
SWIISS
BRITISH
FRENCH
GERMAN
TOTAL
9
2
1
2
1
15
8
3
2
3
2
18
17
5
3
2
3
30
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
TRIP 82 #(7 DAYS)
SWISS
AMERICAN
CANADIAN
TOTAL
2
3
3
8
1
2
5
8
3
5
8
16
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
8
TRIP # 83 (3 DAYS)
AMERICAN
SINGAPOREAN
FINN OF FINISH
AUSTRALIAN
SLOVAKIA
SWISS
BRITISH
GERMAN
TOTAL
2
1
1
2
1
1
1
1
10
2
2
1
2
1
1
2
1
12
4
3
2
4
2
2
3
2
22
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
TRIP# 84 (3 DAYS)
American
German
Swiss
Belgian
TOTAL
2
1
4
1
8
3
2
2
1
8
5
3
6
2
16
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
TRIP# 85 (4 DAYS)
American
Swiss
Singaporean
Australian
TOTAL
2
2
3
2
9
3
3
1
1
8
5
5
4
3
14
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
3
4
5
7
TRIP# 86 (7 DAYS)
American
Australian
British
Japanese
South African
TOTAL
7
5
2
2
1
17
5
3
1
4
1
14
12
8
3
6
2
31
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
TRIP# 87 (4 DAYS)
Australian
British
American
Indonesian
Chinese
TOTAL
1
2
2
2
1
8
2
3
1
2
3
11
3
5
3
4
4
19
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
TRIP# 88 (7 DAYS)
American
Canadian
British
TOTAL
10
2
4
11
8
2
3
12
18
4
7
29
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
TRIP# 89 (7 DAYS)
American
Australian
TOTAL
2
2
1
3
4
3
5
6
11
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
TRIP# 90 (3 DAYS)
British
Singaporean
American
Swiss
German
TOTAL
4
2
2
1
2
11
5
2
1
3
2
13
9
4
3
4
4
24
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
TRIP #91 (7 DAYS)
SWISS
AMERICAN
AUSTRALIA
GERMAN
CHINESE
CANADIAN
TOTAL
4
2
3
1
1
1
12
3
2
1
2
1
1
10
7
4
4
3
2
2
22
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
TRIP #92 (7 DAYS)
GERMAN
SWISS
AMERICAN
TOTAL
2
2
4
8
1
2
3
6
3
4
7
14
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
TRIP #93 (3 DAYS)
SWISS
DUTCH
AMERICAN
BRITISH
PORTUGUESE
SOUTH AFRICAN
TOTAL
1
0
8
1
1
0
11
3
1
5
1
0
1
11
4
1
13
2
1
1
22
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
8
TRIP # 94 (3 DAYS)
AMERICAN
SWISS
BRITISH
SOUTH AFRICAN
NEW ZEALAND
AUSTRALIAN
ITALIAN
GERMAN
TOTAL
4
3
3
1
7
5
3
3
29
6
4
4
3
5
8
2
2
34
10
7
7
4
12
13
5
5
63
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
TRIP # 95 (4 DAYS)
AMERICAN
BRITISH
AUSTRALIAN
ITALIAN
SWEDISH
GERMAN
TOTAL
6
2
0
2
2
1
13
4
2
2
1
0
2
11
10
4
2
3
2
3
24
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
TRIP # 96 (4 DAYS)
AMERICAN
INDONESIAN
BRITISH
AUSTRALIAN
SWISS
GERMAN
SINGAPOREAN
JAPANESE
KOREAN
CHINESE
ITALIAN
TOTAL
5
2
2
3
3
2
2
2
2
4
2
29
6
2
3
4
4
3
2
4
2
2
4
36
11
4
5
7
7
5
4
6
4
6
6
65
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
PLEASURE
Download