1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah keganasan dari leher rahim (serviks) yang disebabkan oleh virus HPV (Human Papiloma Virus). Penyakit ini merupakan jenis kanker kedua terbanyak yang dialami wanita di seluruh dunia.1 Di Indonesia, kanker serviks merupakan kanker pada wanita dengan insiden tertinggi sehingga dapat menjadi suatu alasan mengapa skrining atau deteksi dini terhadap hal ini penting. 2 Untuk Indonesia, kanker serviks merupakan keganasan yang paling banyak ditemukan dan merupakan penyebab kematian utama pada perempuan dalam tiga dasawarsa terakhir. Diperkirakan insidens penyakit ini adalah sekitar 40.000 kasus pertahun3. Laporan terakhir pada skrining kanker serviks di Indonesia tahun 2004-2006 menunjukkan hasil Tes IVA positif mencapai 4,5% dari seluruh peserta.4 Sedangkan laporan yang sama di wilayah Jakarta menunjukkan angka 2,1% dari 8004 responden dan di Tasikmalaya mencapai 5,3% dari 7986 responden.5 Dalam beberapa dekade, angka penderita kanker serviks di negara-negara maju mengalami penurunan yang tajam. Di Amerika Serikat, dalam 50 tahun terakhir insidens kanker serviks turun sekitar 70%6. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya program deteksi dini dan tatalaksana yang baik7. Sebaliknya, di negara-negara berkembang, angka penderita penyakit ini tidak mengalami penurunan, bahkan justru meningkat seperti yang terjadi di negara-negara Afrika akibat jumlah populasi yang meningkat1;7;8. Kalaupun ada sedikit penurunan hal tersebut lebih banyak disebabkan karena perubahan social demografi bukan karena usaha pencegahan atau deteksi dini7;9. Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi dengan target pada kelompok usia yang tepat dan sistem rujukan yang efektif di semua tingkat pelayanan kesehatan. Beberapa metode skrining yang dapat digunakan adalah pemeriksaan sitologi berupa Pap tes konvensional atau sering dikenal dengan Pap smear, pemeriksaan sitologi cairan (liquid-base cytology / LBC), pemeriksaan DNA HPV, inspeksi visual dengan lugol iodine (VILI) dan pemeriksaan visual berupa inspeksi visual dengan asam asetat (IVA).1 Analisis faktor..., Ajiraga A., FK UI., 2009 Universitas Indonesia 2 Pemeriksaan IVA memiliki sensitivitas sampai 96% dan spesifisitas 97% untuk program yang dilaksanakan oleh tenaga medis yang terlatih. Hal ini menunjukkan bahwa IVA memiliki sensitivitas yang hampir sama dengan sitologi serviks sehingga dapat menjadi metode skrining yang efektif pada negara berkembang seperti di Indonesia. Teknik pemeriksaannya adalah dengan mengaplikasikan asam asetat 3-5% dengan menggunakan aplikator kapas/sprai kecil untuk mengkoagulasikan dan membersihkan mukus. Neoplasia Intraepitelial Serviks (NIS) dengan koagulasi maksimal (mengandung banyak protein nuklear) dapat mencegah cahaya melewati epitelium, kemudian pola pembuluh darah sub epithelial mengalami obliterasi. Hal ini menyebabkan epithelium sulit untuk dilihat sehingga tampak putih (acetowhite), yaitu efek yang mudah diamati. Munculnya gambaran acetowhite menandakan hasil tes IVA positif. Namun jika terlihat gambaran permukaan polos dan halus atau adanya tampilan acetowhite yang hilang dalam 30-60 detik menandakan hasil tes IVA negatif.10 Saat ini telah diketahui di beberapa negara bahwa puncak insidensi lesi prakanker serviks terjadi pada kelompok usia pertama kali menikah 12-17 tahun, sedangkan kejadian kanker serviks terjadi pada usia menikah pertama kali di atas 19 tahun.11 Di Indonesia, telah dilakukan penelitian pada tahun 2004 mengenai puncak insidensi kanker serviks yaitu pada kelompok usia menikah pertama kali 18-20 tahun.12 Sebetulnya program skrining dan deteksi dini kanker serviks telah dilakukan di beberapa wilayah, baik dengan metode Tes Pap atau metode pemeriksaan IVA. Namun belum ada data yang menggambarkan tentang sebaran dan hubungan antara usia dengan terjadinya lesi prakanker serviks di Indonesia, khususnya di Jakarta. Program skrining dengan pemeriksaan Papsmear membutuhkan pemeriksaan laboratorium sitologi dan dinilai memerlukan biaya yang lebih tinggi. Sehingga kenyataannya program skrining yang telah dilakukan di wilayah Jakarta belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah. Masih banyak ibu-ibu berisiko tinggi pada kelompok usia 30-50 tahun yang belum mendapat pelayanan deteksi dini kanker serviks. Dengan adanya program metode skrining yang lebih sederhana dan relatif memerlukan biaya yang murah dan praktis yaitu dengan metode IVA, Analisis faktor..., Ajiraga A., FK UI., 2009 Universitas Indonesia 3 kiranya dapat menjangkau lebih banyak masyarakat ekonomi golongan menengah kebawah. Hal ini menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian mengenai insidensi lesi prakanker serviks terkait usia, sekaligus untuk deteksi dini terjadinya lesi prakanker serviks. Penelitian ini akan mengambil data dari program skrining “see & treat” yang sedang dilaksanakan oleh Female Cancer Program di wilayah puskesmas Jatinegara, Jakarta Timur sejak bulan April 2009. Meskipun program tersebut dilaksanakan pada 12 puskesmas di Jatinegara, atas keterbatasan waktu penulis akan mengambil data pada 4 puskesmas dari kegiatan bulan AprilMei 2009. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1.2.1 Berapakah prevalensi wanita peserta program skrining “see & treat” berdasarkan usia pertama kali menikah pada bulan April-Mei 2009 di 4 puskesmas wilayah Jatinegara? 1.2.2 Bagaimana hubungan antara usia pertama kali menikah responden dikaitkan dengan kesadaran? 1.2.3 Apakah terdapat hubungan antara usia pertama kali menikah responden dengan terjadinya lesi pra-kanker serviks dari hasil Tes IVA positif 1.3 Hipotesis 1.3.1 Makin rendah usia menikah pertama kali responden akan memiliki kecenderungan semakin rendah juga tingkat kesadarannya. 1.3.2 Makin rendah usia menikah pertama kali responden akan berpengaruh pada makin tingginya kejadian Tes IVA positif 1.3.3 Semakin rendah usia pertama kali menikah responden dan semakin rendah tingkat kesadarannya, lebih cenderung untuk mendapatkan hasil tes IVA positif. Analisis faktor..., Ajiraga A., FK UI., 2009 Universitas Indonesia 4 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara lesi pra-kanker serviks pada program skrining “see and treat” dengan faktor usia. 1.4.2 Tujuan Khusus 1.4.2.1 Mengetahui prevalensi wanita peserta program skrining “see & treat” berdasarkan usia pertama kali menikah pada bulan April-Mei 2009 di 4 puskesmas Jatinegara. 1.4.2.2 Mengetahui keterkaitan antara usia pertama kali menikah responden dengan tingkat kesadaran. 1.4.2.3 Diketahuinya pengaruh usia pertama kali menikah responden terhadap terjadinya lesi pra-kanker serviks. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti 1.5.1.1 Sebagai salah satu syarat kelulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1.5.1.2 Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian 1.5.1.3 Mengaplikasikan ilmu medik dan non-medik 1.5.1.4 Meningkatkan kemampuan berkomunikasi 1.5.1.5 Mengembangkan daya nalar, minat, dan kemampuan di bidang penelitian 1.5.2 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi 1.5.2.1 Realisasi Tridarma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian bagi masyarakat. 1.5.2.2 Memberikan sumbangsih kepada Universitas Indonesia dalam rangka mewujudkan visinya sebagai salah satu universitas riset terkemuka di Indonesia. 1.5.2.3 Meningkatkan hubungan yang baik dan kerjasama antara mahasiswa dengan staf pengajar. 1.5.3 Manfaat Bagi Mahasiswa/I dan Masyarakat Luas Analisis faktor..., Ajiraga A., FK UI., 2009 Universitas Indonesia 5 1.5.3.1 Memberikan informasi dan pengetahuan yang tepat mengenai kanker serviks, terutama mengenai cara penularan dan pencegahannya 1.5.3.2 Memberikan masukan kepada instansi pendidikan, kesehatan, media informasi dan komunikasi, serta pihak-pihak yang terkait tentang tingkat pengetahuan dan sikap mengenai kanker serviks di kalangan mahasiswa kedokteran. Analisis faktor..., Ajiraga A., FK UI., 2009 Universitas Indonesia