qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui hjklzxcvbnmqwer opasdfgTeknologi tyuiopa Pengolahan & Pemanfaatan Feses, Urine dan Isi Rumen sdfghjk lzxcvbnmqwertyui opasdf ghjklzx cvbnmqwertyuiop asdfghj klzxcvb nmqwertyuiopasd fghjklz xcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe rtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert y uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjk Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Limbah & Sisa Hasil Ternak Dr. Hikmah M.Ali, S.Pt, M.Si Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Feses, Urine dan Isi Rumen Oleh : Dr. Hikmah M.Ali, S.Pt, M.Si Limbah dalam wujudnya selalu mempunyai konotasi yang negatif, yang harus dijauhi atau dimusnahkan. Hampir setiap hari berbagai media cetak maupun elektronik tidak henti-hentinya mengekspos masalah limbah. Berbagai akibat buruk sering kita dengar akibat terakumulasinya limbah, lebih-lebih limbah yang mengandung bahan toksik ataupun bahan pencemar yang kadarnya melebihi ambang batas toleransi untuk kelangsungan hidup berbagai ragam hayati, termasuk di dalamnya adalah manusia. Dewasa ini usaha peternakan di Indonesia cukup maju dan berkembang pesat dibandingkan dengan dua atau tiga dasawarsa yang lalu. Hal ini sebagai akibat masuknya bibit-bibit unggul dari luar negeri yang dikembangkan secara intensif seperti masuknya broiler dari Eropa dan sapi potong dari Australia. Sebagai akibat dari banyaknya usaha dalam bidang peternakan tersebut adalah terakumulasinya limbah peternakan berupa feses. Di pedesaan, selama ini feses ternak lebih banyak dimanfaatkan hanya sebagai pupuk kandang maupun sebagai bahan campuran pembuatan kompos. Namun bila ternyata jumlah limbah terlalu banyak dan tidak segera dimanfaatkan, maka dikhawatirkan akan menimbulkan bau yang kurang sedap, disamping itu juga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Feses yang dimaksud disini adalah merupakan produk buangan dari saluran pencernaan ternak yang dikeluarkan melalui organ anus ataupun kloaka. Salah satu dampak dari pencemaran air oleh limbah ternak misalnya ruminansia adalah meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek polusi yang spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya 1 proses eutrofikasi. Eutrofikasi adalah penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil dari proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air. Feses dan urine yang dihasilkan oleh ternak yang tertular dapat menjadi sarana penularan penyakit (carrier), misalnya saja penyakit antraks yang dapat menular melalui kulit manusia yang terluka ataupun tergores. Spora antraks dapat tersebar melalui darah atau daging yang belum dimasak yang mengandung spora, oleh karena itu dampak limbah ternak tentunya memerlukan penanganan yang cukup serius. Berbagai macam manfaat yang dapat dipetik dari keberadaan limbah ternak, apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui selama ternak tersebut masih dapat dipelihara. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroorganisme serta zat-zat yang lain. Limbah ternak dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku sumber energi, pupuk organik, media tumbuh dan lain-lain. 1. Pengertian dan Karakteristik Feses pada Ternak Feses pada ternak pada prinsipnya merupakan hasil sisa pakan yang sudah tercerna dan tidak dapat digunakan oleh tubuh ternak untuk diserap dan digunakan sebagai energi dalam tubuh maupun makanan bagi sel-sel tubuh. Kandungan zat-zat yang terdapat pada feses ternak berbeda-beda, tergantung dari mekanisme proses pencernaannya (ruminansia atau nonruminansia). Sebagai contoh pada ternak ruminansia (misalnya sapi) (Gambar 50), dalam fesesnya mengandung sejumlah hemisellulosa sebesar 18,6%, sellulosa 25,2%, lignin 20,2%, nitrogen 1,67%, fosfat 1,11% dan kalium sebesar 0,56%. Pada ternak non ruminansia (misalnya kuda), dalam fesesnya mengandung sejumlah hemisellulosa sebesar 23,5%, sellulosa 27,5%, lignin 14,2%, nitrogen 2,29%, fosfat 1,25% dan kalium sebesar 1,38% (Sihotang, 2010 dalam Windyasmara dkk., 2012). 2 Potensi, Teknologi Pengolahan dan Aplikasi Feses Ternak a. Bahan baku biogas - Perkembangan teknologi biogas dan manfaatnya Krisis energi pada tahun 70-an menyebabkan masalah ekonomi di beberapa negara, khususnya negara-negara miskin yang masih tergantung pada produk impor minyak dan gas alam. Biogas sering juga disebut sebagai gas kota adalah hasil ikutan dari bahan organik yang diproduksi secara anerob yang telah digunakan sebagai sumber energi alternatif. Biogas dapat digunakan dalam skala rumah tangga untuk proses memasak, pemanas ruangan maupun penerangan dan dapat pula digunakan oleh institusi yang lebih besar sebagai pemanas atau sebagai sumber penghasil energi. Gas metan sudah lama digunakan oleh warga Mesir, Cina, dan Roma kuno untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas, sedangkan proses fermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan gas metan ini pertama kali ditemukan oleh Alessandro Volta pada tahun 1776. Hasil identifikasi gas yang dapat terbakar ini dilakukan oleh William Henry pada tahun 1806 dan Becham tahun 1868, murid Louis Pasteur dan Tappeiner tahun 1882, adalah orang pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan gas metan. Penghasil biogas secara anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. Pada akhir abad ke-19, riset untuk menjadikan gas metan sebagai biogas dilakukan oleh Jerman dan Perancis pada masa antara dua Perang Dunia. Selama Perang Dunia II, banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat alat penghasil biogas kecil yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Akibat kemudahan dalam memperoleh BBM dan harganya yang murah pada tahun 1950an, proses pemakaian biogas ini mulai ditinggalkan. Namun, di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah akan selalu tersedia. Oleh karena itu, di India kegiatan produksi biogas terus dilakukan semenjak abad ke19. Saat ini, negara berkembang lainnya, seperti Cina, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua Nugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat penghasil biogas. Selain di negara berkembang, teknologi biogas juga telah dikembangkan di negara maju seperti Jerman. 3 Pemanfaatan biomassa tradisional dan bahan bakar fosil yang telah menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan, kesehatan, dan kehidupan sosial telah meningkatkan minat negara-negara di dunia untuk mencari sumber energi alternatif global yang bersih dan ramah lingkungan. Salah satu negara yang telah mengimplementasikan program tersebut adalah Ghana. Ghana sebagai salah satu negara yang masih dalam taraf berkembang, masih sangat tergantung pada bahan bakar kayu (wood fuel) sebagai sumber bahan bakarnya. Penggunaan bahan bakar tersebut mampu mencapai 72% dari pasokan energi primernya, disamping sumber energi lainnya berupa minyak mentah (oil) dan energi dari air (hydro). Produk biogas merupakan salah satu by product dari proses digesti secara anaerobik dengan menggunakan bahan baku limbah organik. Saat terbukti bahwa ternyata biogas mampu menjadi teknologi yang sangat praktis dan menjanjikan, maka penerapan teknologi ini dipastikan akan berhasil jika diikuti dengan manajemen program yang baik. Secara umum Ghana memiliki sumber daya biomassa yang sangat potensial, termasuk limbah organiknya yang melimpah dan tersebar luas. Sumber daya ini memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan baku produksi biogas. Tujuannya adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar dari wood fuel dan fosil; serta untuk membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang dapat berdampak negatif terhadap perubahan iklim. Konversi limbah ternak melalui proses anaerobik digestion dengan menghasilkan biogas memiliki beberapa keuntungan, yaitu : 1. Biogas merupakan energi tanpa menggunakan material yang masih memiliki manfaat termasuk biomassa sehingga biogas tidak merusak keseimbangan karbondioksida yang diakibatkan oleh penggundulan hutan (deforestation) dan perusakan tanah 2. Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar fosil sehingga akan menurunkan efek rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya 3. Metan merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya di atmosfer akan meningkatkan suhu, dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar maka tentunya akan mengurangi populasi gas metan di udara 4 4. Limbah berupa feses merupakan material yang tidak bermanfaat secara langsung kepada manusia, bahkan bisa mengakibatkan penyakit yang sangat berbahaya 5. Aplikasi anaerobik digestion akan meminimalkan efek tersebut dan meningkatkan nilai manfaat dari limbah ternak 6. Selain keuntungan energi yang didapat dari proses anaerobik digestion dengan menghasilkan biogas, juga dihasilkan produk samping berupa sludge. Meterial ini diperoleh dari sisa proses anaerobik digestion dalam bentuk padat maupun cair. Masing-masing dapat digunakan sebagai pupuk berupa pupuk cair maupun pupuk padat. - Komposisi biogas Biogas adalah gas yang mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Dari keseluruhan komponen biogas tersebut, metan merupakan gas yang paling diinginkan karena gas ini memiliki nilai kalori yang tinggi (+9000 kcal/m3). Nilai panas biogas berkisar antara 4.500-6.300 kcal/cm3). Biogas memiliki berat 20% lebih ringan dibanding dengan udara dan memiliki suhu pembakaran 650-750oC. Nilai kalor mencapai 20 MJ/m3 dengan efisiensi pembakaran 60%. Beberapa jenis bakteri yang berperan dalam proses pembentukan gas metan adalah yang dikenal dengan nama bakteri metanogenik atau metanogen. Bakteri ini banyak terdapat pada bahan-bahan organik. Bakteri pembentuk metan memiliki sifat-sifat fisiologi seperti bakteri pada umumnya, namun morfologi selnya lebih heterogen. Proses fermentasi mengacu pada berbagai reaksi dan interaksi yang terjadi diantara bakteri metanogen dan non-metanogen. Proses penghancuran feses mengalami 3 tahap, yakni : (1) hidrolisis, (2) pengasaman (acidification) dan proses pembentukan gas metan (methanozation). Tahapan awal dari proses pembentukan biogas adalah mempersiapkan bahan baku organik yang dapat dicerna oleh bakteri dan mikroorganisme yang ada di dalam pembangkit biogas. 5 Biogas merupakan sebuah proses produksi gas dari material organik dengan bantuan organisme bakteri. Proses pembentukan melibatkan 3 tahap, yakni : a. Tahap I (Hidrolisis) adalah proses hidrolisis berupa proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen yang selanjutnya disebut sebagai anaerobik digestion. Proses hidrolisis dimulai dengan penguraian bahan-bahan organik kompleks yang mudah larut atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein dan karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana. Tahap ini diartikan sebagai perubahan struktur bentuk polimer menjadi molekul yang sederhana dalam bentuk monomer. Senyawa-senyawa monomer yang merupakan hasil penguraiannya diantaranya adalah asam organik, glukosa, etanol, CO2 dan hidrokarbon. Senyawa-senyawa tersebut selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh bakteri sebagai sumber karbon dan energi untuk melakukan aktivitas fermentasi. Material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) selanjutnya akan diuraikan dengan bantuan dua jenis bakteri. Reaksi kimia yang terbentuk adalah : (C6H10O5)n + n H2O n (C6H12O6) b. Tahap II (Asidifikasi) adalah proses pembentukan senyawa sederhana (monomer) berupa material organik akan didegradasi menjadi asam-asam lemah dengan bantuan bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan material pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana, sedangkan asidifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa sederhana. Senyawa-senyawa sederhana yang dihasilkan diantaranya adalah senyawa asam, seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat serta asam laktat. Beberapa produk 6 sampingan juga dihasilkan dari reaksi ini antara lain: alkohol, CO2, hidrogen dan amonia. Reaksi yang terbentuk antara lain : (C6H12O6) (C6H12O6) (C6H12O6) (C6H12O6) 2CH3CHOHCOOH (asam laktat) CH3CH2CH2COOH + 2CO2 + 2H2 (asam butirat) CH3CH2COOH + 2CO2 (asam propionat) CH3COOH (asam asetat) c. Tahap III adalah proses anaerobik digestion adalah pembentukan gas metan (CH4), karbondioksida (CO2) dan air (H2O) dengan bantuan bakteri pembentuk metan seperti methanococus, methanosarcina, methano bacterium. Jenis reaksi yang terjadi adalah : 4H2 + CO2 4HCOOH CH3COOH CH3CH2COOH + ½ H2O 4CH3OH CH3(CH2)2COOH + 2H2O+CO2 4CO + 2H2O 4(CH3)N + 6H2O CH4 + 2H2O CH4 + 3CO2 + 2H2O CH4 + CO2 7/4CH4 + CO2 3CH4 + CO2 + 2H2O CH3COOH + CH4 CH4 + 3CO2 9CH4 + 3CO2 + 4NH3 Karakteristik Urine pada Ternak Urine pada ternak dapat didefiniskan sebagai produk hasil sisa metabolisme tubuh ternak yang sudah tidak dimanfaatkan lagi oleh tubuh dan siap untuk diekskresikan bersama-sama dengan keringat. Urine sapi mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh dan memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman jagung (Anty, 1998). Karena baunya yang khas urine ternak juga dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman sehingga urine sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman dari serangga (Prihmantoro dan Indriyani, 1994). 7 Urine ternak sebagai salahsatu contoh dari limbah cair setidaknya harus mengalami berbagai proses pengolahan seperti fisik, kimia dan biologis sebelum limbah tersebut dibuang ke lingkungan. Dengan penerapan sistem pengolahan yang baik dan terkontrol, memungkinkan limbah ini aman bagi kehidupan manusia. Pengolahan limbah cair secara fisik disebut juga pengolahan primer (primary treatment). Proses ini merupakan proses termurah dan termudah, karena tidak memerlukan biaya operasi yang tinggi. Metode ini hanya digunakan untuk memisahkan partikel-partikel padat di dalam limbah. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam pengolahan secara fisik antara lain seperti floatasi, sedimentasi, dan filtrasi. Perbandingan karakteristik urine dan gambaran pertumbuhan tanaman yang diberi dengan urine tanpa fermentasi maupun setelah fermentasi selama 20 hari seperti disajikan pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Karakteristik urine sapi tanpa fermentasi dan fermentasi selama 20 hari No. Karakteristik 1. Derajat Keasaman (pH) 2. Kadar Nitrogen (N) (%) 3. Kadar Posfor (P) (%) 4. Kadar Kalium (K) (%) 5. Kadar Kalsium (Ca) (%) 6. Kadar Natrium (Na) (%) 7. Kadar Besi (Fe) (ppm) 8. Kadar Mangan (Mn) (ppm) 9. Kadar Seng (Zn) (ppm) 10. Kadar Tembaga (ppm) 11. Warna 12. Bau Sumber : Naswir, 2003 Tanpa Fermentasi 7,2 1,1 0,5 0,9 1,1 0,2 3726 300 101 18 Kuning Menyengat Fermentasi 20 hari 8,7 2,7 2,4 3,8 5,8 7,2 7692 507 624 510 Hitam Kurang menyengat 8 Tabel 2. Perbedaan pertumbuhan (cm) dan produksi (kg) tanaman tomat tanpa pemberian urine fermentasi dengan melalui pemberian urine fermentasi Minggu KeTanpa Pemberian Pemberian Urine (tinggi)(cm) Urine Fermentasi Fermentasi 1 5,6 5,4 2 9,4 8,7 3 15,0 18,3 4 22,3 29,7 5 47,2 68,3 Produksi (kg/tanaman) 2,8 3,4 Sumber : Naswir, 2003 Pengolahan limbah cair secara kimia disebut juga pengolahan sekunder (secondary treatment) yang bisanya relatif lebih mahal dibandingkan dengan proses pengolahan secara fisik. Metode ini umumnya digunakan untuk mengendapkan bahan-bahan berbahaya yang terlarut dalam limbah cair menjadi padat. Pengolahan dengan cara ini meliputi proses-proses seperti netralisasi, flokulasi, koagulasi, dan ekstraksi. Pengolahan limbah cair secara biologi merupakan tahap akhir dari pengolahan sekunder bahan-bahan organik yang terkandung di dalam limbah cair. Limbah yang hanya mengandung bahan organik saja dan tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, dapat langsung digunakan atau didahului dengan pengolahan secara fisik. Teknologi Pengolahan dan Aplikasi Urine Ternak Pemanfaatan urine dari ternak selama ini masih sangat jarang dilakukan, padahal urine memiliki potensi dan prospek yang cukup cerah untuk diolah dan dikembangkan menjadi produk pupuk organik cair karena mengandung unsurunsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman secara lengkap. Pupuk organik cair adalah pupuk dalam bentuk larutan yang seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang mengalami pembusukan dimana kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. 9 Pada saat kita memberikan pupuk pada tanaman, maka secara tidak langsung kita telah memberikan unsur hara pada tanaman tersebut. Jadi secara umum unsur hara berfungsi sebagai bahan makanan bagi tanaman. Setiap unsur hara memiliki fungsi yang berbeda-beda khususnya dalam masa pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Seekor sapi dewasa mampu menghasilkan urine sebanyak kurang lebih 8 liter/hari sehingga bagi industri peternakan, urine merupakan komoditas yang sangat potensial untuk menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi. Urine sapi mengandung unsur-unsur kimia yang sangat dibutuhkan oleh tanaman seperti (N, P, K, Ca, Mg yang terikat dalam bentuk senyawa organik antara lain: urea, amonia, kreatinin dan keratin, asam urat, asam amino, alantoin, klorida, sulfat, fosfat, vitamin, hormon serta enzim). Proses pembuatan pupuk organik cair dari urine sapi secara sederhana ditampilkan pada Gambar 63 yang dapat dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain : 1. Urine sapi disiapkan dalam wadah dan proses pengukuran pH dan suhu awal dilakukan 2. Ke dalam wadah ditambahkan starter atau probiotik (seperti EM4 atau produk lain) sebanyak 0,5% serta molasses sebanyak 1% 3. Larutan urine diaduk secara merata dan ditutup dengan rapat 4. Proses pengadukan dilakukan setiap satu minggu sekali 5. Urine akan menjadi pupuk setelah terjadi degradasi selama 3 minggu. Pupuk cair yang sudah jadi ditandai dengan hilangnya bau urine. Suhu dan pH akhir kemudian diukur kembali. Pupuk organik cair memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan pupuk sintetis pasaran. Beberapa kelebihan tersebut adalah : 1. Pupuk organik cair memiliki kemampuan secara cepat mengatasi defisiensi hara dan menyediakan hara secara cepat 2. Tidak mudah merusak tanah dan tanaman walaupun pupuk tersebut sering digunakan 10 3. Pupuk organik cair mempunyai bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung diserap dan dimanfaatkan oleh tanaman 4. Pupuk ini sangat baik untuk tanaman yang sementara dalam masa perkembangbiakan Beberapa manfaat dari unsur hara yang terkandung dalam urine sebagai pupuk organik cair antara lain : 1. Karbon (C), Oksigen (O) dan Hidrogen (H) Unsur karbon, oksigen dan hidrogen dalam pupuk organik cair dimanfaatkan sebagai elemen pokok dalam membangun bahan-bahan organik. 2. Nitrogen (N) Unsur nitrogen dalam pupuk organik cair diperlukan untuk : (1) pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar, (2) berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun untuk terlaksananya proses fotosintesis, (3) membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik, (4) meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan dan (5) meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme di dalam tanah. 1. Fosfor (P) Ketersediaan unsur hara berupa fosfor dalam pupuk organik cair juga memiliki peran yang sangat penting, yakni : (1) merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih/tanaman muda, (2) mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa serta menaikkan persentase bunga menjadi buah/biji, (3) membantu asimilasi dan pernafasan sekaligus mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah serta sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu. 11 2. Kalium (K) Unsur kalium dalam pupuk organik cair memiliki beberapa peran penting antara lain : (1) membantu pembentukan protein dan karbohidrat, (2) berperan memperkuat tubuh tanaman, mengeraskan jerami dan bagian kayu tanaman, agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur, (3) meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit serta meningkatkan mutu dari biji/buah. 3. Kalsium (Ca) Terhadap proses metabolisme tanaman, unsur kalsium dalam pupuk organik cair bermanfaat untuk : (1) merangsang pembentukan bulu-bulu akar, (2) berperan dalam pembuatan protein atau bagian yang aktif dari tanaman, (3) memperkeras batang tanaman dan sekaligus merangsang pembentukan biji, (4) menetralisir asam-asam organik yang dihasilkan pada saat metabolisme, (5) kalsium yang terdapat dalam batang dan daun dapat menetralisirkan senyawa atau suasana keasaman tanah. 4. Magnesium (Mg) Unsur magnesium merupakan salah satu unsur yang memegang peran penting dari bagian tanaman khususnya klorofil. Unsur magnesium berperan : (1) sebagai salah satu bagian enzim yang disebut organic pyrophosphatase dan carboxy peptidase serta (2) dalam proses pembentukan buah. 5. Belerang (Sulfur = S) Kebutuhan unsur belerang yang terdapat pada pupuk organik cair diantaranya : (1) berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar, (2) merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein dalam bentuk sistein, metionin serta tiamin, (3) membantu pertumbuhan anakan produktif, (4) merupakan bagian terpenting pada tanaman-tanaman penghasil minyak, sayuran seperti cabai, kubis dan lain-lain serta (5) membantu pembentukan butir hijau daun. 12 6. Besi (Fe) Zat besi yang terdapat pada pupuk cair dimanfaatkan tanaman sebagai (1) agen pembentuk hijau daun (klorofil), (2) berperan penting dalam pembentukan karbohidrat, lemak dan protein. Zat besi terdapat dalam enzim katalase, peroksidase, prinodic hidrogenase dan sitokrom oxidase. 7. Mangan (Mn) Penggunaan unsur mangan dalam pupuk organik cair dimanfaatkan oleh tanaman antara lain : (1) pembentuk protein dan vitamin terutama vitamin C, (2) berperan penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua, (3) berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim dan (4) berperan sebagai komponen penting untuk kelancaran proses asimilasi. 8. Tembaga (Cu) Unsur tembaga bagi tanaman diperlukan dalam : (1) pembentukan enzim seperti : ascorbic acid oxydase, lacosa, butirid coenzim A. dehidrosenam serta (2) berperan penting dalam pembentukan hijau daun (khlorofil). 9. Seng (Zincum = Zn) Manfaat unsur seng dalam pupuk organik cair diantaranya : (1) dalam jumlah yang sangat sedikit dapat berperan dalam mendorong perkembangan pertumbuhan, (2) diperkirakan persenyawaan Zn berfungsi dalam pembentukan hormon tumbuh (auksin) dan penting bagi keseimbangan fisiologis serta (3) berperan dalam pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan biji/buah. 10. Molibdenum (Mo) Unsur molibdenum lebih banyak berperan dalam meningkatkan produktivitas tanaman jeruk dan sayuran melalui upaya : (1) mengikat (fiksasi) N oleh mikroorganisme pada leguminosa dan (2) katalisator dalam mereduksi N. 13 11. Boron (Bo) Unsur boron berperan sebagai : (1) media transportasi karbohidrat dalam tubuh tanaman, (2) meningkatkan mutu tanaman sayuran dan buah-buahan, (3) berperan dalam pembentukan/pembiakan sel terutama dalam titik tumbuh pucuk, juga dalam pembentukan tepung sari, bunga dan akar, (4) berhubungan erat dengan metabolisme kalium (K) dan kalsium (Ca), (5) unsur hara boron (Bo) dapat memperbanyak cabang-cabang nodul untuk memberikan banyak bakteri dan mencegah bakteri parasit. 12. Khlor (Cl) Unsur klor dimanfaatkan untuk memperbaiki dan meninggikan hasil bahan kering dari tanaman seperti: tembakau, kapas, kentang dan tanaman sayuran seperti pada Gambar 1. (www.antarafoto.com) Gambar 1. Salah satu aplikasi pupuk cair pada tanaman hortikultura Salah satu by product hasil pemotongan ternak yang perlu mendapat perhatian diantaranya adalah isi rumen. Isi rumen merupakan salah satu limbah Rumah Potong Hewan (RPH) yang sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan secara optimal, bahkan sebagian besar yang dibuang begitu saja sehingga hal ini tentunya sangat berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Isi rumen yang dihasilkan oleh ternak ternyata juga memiliki nilai ekonomis yang cukup berarti. Limbah ini sebenarnya sangat potensial bila dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak maupun sebagai bahan baku pupuk organik. Karakteristik fisik isi rumen seperti disajikan pada Gambar 2. 14 (www.info-nak.blogspot.com) Gambar 2. Isi rumen sebagai salah satu by product ternak Bahan baku pakan ternak Isi rumen pada prinsipnya adalah bahan pakan yang sifatnya belum sepenuhnya tercerna yang terdiri atas berbagai macam organisme rumen yang diantaranya adalah sebagai sumber vitamin B. Isi rumen dalam pemanfaatannya sebagai bahan pakan biasanya mengalami proses pendahuluan berupa fermentasi. Bahan fermentasi yang sering digunakan adalah EM4. meningkatkan daya cerna makanan oleh ternak. Proses fermentasi akan Salah satu kendala pada penggunaan isi rumen sebagai pakan ternak adalah baunya, sehingga hal ini menyebabkan isi rumen tersebut memiliki tingkat palatabilitasnya yang sangat rendah. Kualitas isi rumen tergantung dari pakan yang dikonsumsi semasa ternak tersebut hidup. Isi rumen akan mengandung zat antinutrisi bila ternak tersebut mengkonsumsi zat antinutrisi. Isi rumen tersebut dapat pula mengandung mikroorganisme yang bersifat patogen jika proses pengolahan tidak dilakukan secara sempurna. Isi rumen dapat dipisahkan antara cairan dan padatan melalui suatu proses pengepresan. Bahan padatan dapat dikeringkan dengan oven pada suhu 100oC hingga diperoleh isi rumen yang memiliki kadar air 12%. Selain itu proses pengeringan tersebut memungkinkan bakteri-bakteri yang bersifat patogen menjadi in-aktif. 15 2. Komposisi nutrien isi rumen Isi rumen dalam bentuk padat (kadar air <12%) dapat disimpan pada suhu kamar. Isi rumen secara umum memiliki komposisi antara lain : protein sebesar 8,86%, lemak 2,60%, serat kasar 28,78%, fosfor 0,55%, abu 18,54% dan air 10,92% (Widodo, 2002). Komposisi nutrien pada isi cukup rumen bervariasi dari setiap ternak. Berdasarkan kandungan nutrien yang ada di dalam isi rumen, maka dalam batas tertentu, nutrien tersebut tidak akan menimbulkan akibat yang dapat merugikan bila dijadikan sebagai bahan campuran dalam pakan berbagai ternak. Rumen pada ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba, mengandung berbagai macam populasi mikroorganisme. Seperti halnya dengan cairan rumen yang mengandung sebagian besar mikroorganisme bakteri dan protozoa. Cairan rumen mengandung konsentrasi bakteri sekitar 109 CFU/ml, sedangkan populasi protozoa cukup bervariasi yakni sekitar 105-106 CFU/ml (Tillman dkk., 1991). Beberapa jenis bakteri yang terdapat dalam isi rumen diantaranya adalah (a) bakteri lipolitik yang mengandung kira-kira 2,1 x 1010 sel/gram isi, (b) bakteri asam laktat (6 x 109 sel/gram isi), (c) bakteri amilolitik (4,9 x 109 sel/gram isi) (d) bakteri selulolitik sebanyak (8,1 x 104 sel/gram isi) serta (e) bakteri proteolitik (2,5 x 109 sel/gram isi) (Sutrisno, 1994). Mikroorganisme yang terdapat pada isi rumen, selain mensintesa nutrien untuk digunakan bagi dirinya sendiri, juga nutrien tersebut nantinya akan dimanfaatkan oleh inangnya (ternak) tempat mikroorganisme tersebut hidup. Adapun jenis nutrien yang biasa disintesa oleh mikroorganisme diantaranya adalah protein dan vitamin B. 16