Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Tindakan
4.1.1. Kondisi Awal
Sebelum penelitian dilakukan perlu diketahui kondisi pembelajaran Matematika di kelas
3 dalam materi operasi hitung campuran dan hasil belajar matematika. Hal ini untuk
memberikan informasi kondisi pembelajaran Matematika sebelum menggunakan metode
diskusi kelompok kecil dan hasil belajar yang diperoleh siswa.
Sebelum dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran guru yang juga berlaku sebagai
peneliti mengajarkan materi tentang operasi hitung campuran di kelas 3 dengan metode
ceramah konvensional. Guru menyampaikan materi pembelajaran tanpa menggunakan alat
peraga. Hasil belajar siswa jauh dari harapan. Dari 22 siswa yang terdiri atas 12 siswa laki-laki
dan 10 siswa perempuan yang tuntas baru 7 siswa dan yang tidak tuntas 15 siswa serta nilai
rata-rata kelas mencapai 63,6 dan prosentase ketuntasannya 31,8%, dengan kata lain, siswa
yang tidak tuntas persentasenya mencapai 68,2%. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 8
sementara nilai terendahnya 5. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 63,6.
Tabel 1.
Ketuntasan Hasil Belajar Pra-Siklus
No
1
2
Ketuntasan
Frekuensi
7
15
63,6
8
5
Tuntas
Tidak tuntas
Rata-rata
Nilai tertinggi
Nilai terendah
%
31,8
68,2
Hasil Tabel 1 jika digambarkan dalam diagram adalah sebagai berikut :
29
30
Jumlah Siswa
frekuensi
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
15
7
Tuntas
Tidak Tuntas
Diagram 1.
Ketuntasan Hasil Belajar Pra-Siklus
Hasil belajar siswa kelas 3 yang masih jauh dari harapan mendorong guru untuk
melakukan tindakan perbaikan. Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah guru
menganggap perlu adanya penelitian tindakan kelas. Salah satu upaya peneliti untuk
memperbaiki pembelajaran adalah dengan pengaplikasian metode diskusi kelompok kecil
yang dapat meningkatkan peran siswa dalam proses belajar mengajar sehingga siswa bukan
hanya berperan sebagai resipien pasif tetapi juga ikut aktif dalam proses pemahaman materi
ajar. Diharapkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
4.1.2. Siklus I
1.
Planning atau Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan Siklus I penulis merancang perbaikan pembelajaran dengan
merancang beberapa kegiatan. Langkah pertama penulis membuat skenario rencana
perbaikan. Kemudian menyiapkan alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan rencana,
seperti cara menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan perkalian.
31
Instrumen yang dibutuhkan antara lain lembar observasi, lembar kerja siswa, lembar soal tes
formatif dan lembar analisa penilaian. Rincian lengkap instrumen-instrumen tersebut dapat
dilihat pada bagian lampiran laporan penelitian ini.
2.
Acting atau Pelaksanaan Tindakan
Perbaikan pembelajaran Siklus I dilaksanakan tanggal 15 Oktober 2012 dengan mata
pelajaran Matematika pokok bahasan operasi hitung campuran. Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan oleh teman observer selama proses belajar mengajar ditemukan
kelebihan dan kekurangan selama berlangsungnya siklus I. Kelebihan atau hal-hal positif
yang ditemukan dalam pelaksanaan siklus I antara lain.
a. Guru sudah mempersiapkan dan menggunakan media dan alat pembelajaran
b. Guru sudah membuka pelajaran dengan doa bersama
c. Guru telah melakukan absensi siswa
d. Guru telah melakukan apersepsi
e. Selama proses kegiatan awal siswa lumayan tertib
f.
Guru sudah menyampaikan materi pokok dengan masalah kontekstual serta memberikan
kesempatan bagi anak untuk bertanya
g. Guru sudah membagi kelompok diskusi secara merata, bukan hanya mempertimbangkan
jumlah, tetapi juga mempertimbangkan karakteristik dan kemampuan anak
h. Guru sudah menciptakan lembar kerja dengan karakteristik soal yang sudah sesuai untuk
bahan diskusi kelompok
i.
Guru mengamati proses diskusi yang berlangsung pada tiap kelompok
j.
Guru memberikan bimbingan pada kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan atau
proses diskusinya berjalan tidak lancar
k. Guru mampu menyimak, membimbing, sekaligus menjadi moderator saat wakil kelompok
mempresentasikan dan mendiskusikan hasil diskusi kelompok masing-masing
I.
Guru membimbing siswa untuk bersama-sama menarik kesimpulan dari hasil diskusi,
bukan memberikan kesimpulan secara instan kepada siswa
m. Guru sudah menyusun tes formatif yang sesuai
32
n. Guru memberikan kesempatan lagi untuk siswa mengajukan pertanyaan setelah tes
formatif
o. Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah
Kekurangan yang ditemukan selama proses pembelajaran siklus I antara lain:
a. Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Guru belum memberikan motivasi pada siswa
c. Masih ada siswa yang tidak memperhatikan atau sibuk sendiri saat guru menyampaikan
materi
d. Saat diskusi ada siswa-siswa yang cenderung dominan dan ada juga yang pasif selama
diskusi
e. Pengaturan waktu tiap kelompok masih harus diperbaiki, ada kelompok yang cepat sekali
selesai tetapi ada juga yang masih belum menyelesaikan lembar kerja karena terlalu lama
mendiskusikannya
f.
Masih banyak siswa yang malu dan takut untuk mengemukakan pendapat
g. Siswa tidak memanfaatkan kesempatan bertanya pada guru meskipun ada beberapa
siswa yang terlihat masih kurang memahami materi
h. Masih ada siswa yang mencontek jawaban tes formatif siswa lain
3.
Hasil Tindakan
Setelah dilakukan tindakan berupa penggunaan metode diskusi kelompok kecil pada
mata pelajaran matematika pokok bahasan operasi hitung campuran, terlihat perbedaan
sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan peneliti. Perubahan tersebut menunjukkan hasil
positif walaupun dalam proses pembelajaran masih ada kendala yang dihadapi. Berikut
adalah hasil tindakan yang ditemukan peneliti.
a. Kegiatan Mengajar Guru
Merujuk dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer selama pembelajaran
siklus I, dalam membuka pelajaran, kegiatan inti, maupun penutup mengalami peningkatan
performa bila dibandingakan dengan pra-siklus. Penggunaan media dan alat pembelajaran
33
terlihat membantu dan mempermudah proses penyampaian materi.
Dalam siklus I, peran guru di dalam kelas sudah bukan lagi sebagai penyampai materi
tunggal. Dengan metode pembelajaran diskusi kelompok kecil guru diperkenalkan dengan
peran tambahan yang barn sebagai mediator yang mengarahkan jalannya diskusi serta
memastikan agar siswa dalam tiap kelompok terlibat aktif dalam diskusi. Pembelajaran siklus I
sudah dapat dikatakan berpusat pada siswa sebab sebagian besar waktu pembelajaran
dialokasikan untuk aktifitas siswa. Hasil pengamatan observer secara rinci dapat dilihat pada
lampiran pada Lembar Pengamatan Guru.
b. Keaktifan Pembelajaran Siswa
Metode diskusi kelompok kecil yang diaplikasikan peneliti pada mata pelejaran
matematika pokok bahasan operasi hitung campuran mampu meningkatkan peran siswa
selama proses pembelajaran di mana siswa bukan lagi berperan hanya sebagai resipien pasif
yang hanya menerima materi yang disampaikan guru tetapi siswa ikut aktif berdiskusi dalam
menyelesaikan soal yang diberikan guru, kemudian mempresentasikan dan menarik
kesimpulan sehubungan dengan materi. Jika mengalami kesulitan siswa tidak hanya dapat
bertanya pada guru tetapi juga dapat bertanya pada siswa lain. Hal ini sangat membantu
karena tidak semua siswa berani mengajukan pertanyaan pada guru saat mengalami
kesulitan dalam menerima materi pelajaran.
Dalam proses diskusi, meskipun masih ada siswa yang pasif, sebagian besar siswa
dalam tiap kelompok sudak aktif menyumbangkan pendapat dalam diskusi untuk
memecahkan soal lembar kerja yang diberikan guru. Dalam beberapa kelompok ada siswasiswa yang cenderung mendominasi diskusi kelompoknya, biasanya di kelompok yang sama
terdapat siswa yang cenderung pasif. Proses diskusi ini ternyata juga membantu siswa yang
masih belum memahami penjelasan guru mengenai materi pelajaran karena selama proses
diskusi untuk menyelesaikan soal lembar kerja, siswa di kelompoknya terlihat membantu
memberi penjelasan dengan bahasa mereka sendiri yang mungkin akan lebih mudah
dipahami mengingat persamaan usia dan karakteristik mereka. Hasil pengamatan observer
secara rinci dapat dilihat pada lampiran pada Lembar Pengamatan Siswa.
34
c. Hasil Belajar
1) Hasil belajar aspek kognitif
Setelah dilakukan tes formatif pada pembelajaran siklus I, guru kemudian melakukan
analisis hasil belajar. Berdasarkan analisis tes formatif, nilai rata-rata kelas mencapai 79,1
dengan nilai tertinggi 9 dan nilai terendah 6. Persentase tingkat ketuntasan hasil belajar siswa
mencapai 72,7% dengan 16 siswa tuntas hasil belajarnya sementara 6 lainnya belum tuntas,
bila dipersentase nilainya mencapai 27,3%.
Tabel 2.
Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
No
1
2
Ketuntasan
Frekuensi
16
6
79,1
9
6
Tuntas
Tidak tuntas
Rata-rata
Nilai tertinggi
Nilai terendah
%
72,7
27,3
Hasil Tabel 2 jika digambarkan dalam diagram adalah sebagai berikut :
persentase
frekuensi
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
100
90
80
16
72,7
70
60
50
40
6
27,3
30
20
10
0
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Diagram 2.
Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Tidak Tuntas
35
2) Hasil belajar aspek ketrampilan sosial
Berdasarkan hasil pengamatan observer bila dibandingkan dengan kondisi awal,
selama proses pembelajaran siklus I, terjadi beberapa perubahan sikap pada siswa. di
antaranya:
a) Siswa belajar untuk lebih berani mengeluarkan pendapat dalam diskusi
b) Siswa lebih dapat menghargai hak-hak siswa siswa lain untuk berbicara
c) Siswa juga mulai belajar untuk menghargai pendapat orang lain
d) Siswa mulai belajar untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam menyelesaikan soal
e) Siswa belajar untuk bisa menemukan pemecahan masalah sendiri
f) Siswa mulai belajar untuk mau membantu siswa lain yang kesulitan memahami materi
g) Siswa mulai belajar untuk bertanggung jawab
4. Efektifitas Pembelajaran
Proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok kecil seperti
pada siklus I mampu merangsang siswa untuk lebih aktif dan kreatif selama proses
pembelajaran karena dengan metode ini siswa dibiasakan untuk mengeluarkan pendapat,
gagasan maupun ide-ide dalam proses pemecahan masalah. Guru bukan lagi sebagai
narasumber tunggal dalam memberikan materi pembelajaran tetapi lebih sebagai moderator
yang mengarahkan jalannya diskusi dan memastikan siswa-siswa dalam tiap kelompok dapat
aktif dalam diskusi.
Berdasarkan analisis hasil belajar, metode ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar
baik yang bersifat kognitif maupun aspek keterampilan sosial. Metode ini juga memberi ruang
bagi siswa yang takut atau malu bertanya pada guru ketika mengalami kesulitan dalam
memahami materi pelajaran untuk bertanya pada siswa lain dalam kelompoknya. Mengingat
persamaan usia dan karakteristik mereka, tidak menutup kemungkinan siswa lain mungkin
dapat memberikan penjelasan yang lebih mudah dipahami.
Meskipun 6 siswa masih belum mencapai ketuntasan belajar, metode diskusi kelompok
kecil yang digunakan dalam siklus I dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga akan
digunakan kembali dalam proses perbaikan pembelajarn siklus II.
36
Prosedur pelaksanaan melalui tahap-tahap sesuai dengan rencana pembelajaran,
dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang ditandai dengan evaluasi
pembelajaran dengan tes formatif. Hasilnya dianalisa untuk mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan. Pada siklus I ini juga dilakukan pengamatan oleh teman sejaat dengan tujuan
Auk mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada. Hasil pengamatan tersebut akan dijadikan
bahan diskusi dan refleksi untuk perbaikan berikutnya.
5. Refleksi
Hasil refleksi pelaksanaan perbaikan pembejaran siklus I dapat dirangkum sebagai
berikut :
a. Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok kecil pada mata pelajaran
Matematika pokok bahasan operasi hitung campuran pada perbaikan pembelajaran siklus
I dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini dapat diamati dari hasil nilai tes formatif dari 22
siswa, yang memperoleh nilai terendah 60 hanya ada 3 siswa, nilai 70 hanya ada 3 siswa,
nilai 80 ada 9 siswa dan nilai tertinggi 90 ada 7 siswa. Nilai rata-rata kelasnya mengalami
peningkatan menjadi 79,1. Hasil belajar pada pembelajaran siklus ini sudah di atas nilai
kriteria ketuntasan minimal yaitu 75.
b. Berdasarkan data dari hasil analis nilai tes formatif pada siklus I terjadi kenaikan siswa
yang mencapai ketuntasan belajar. Pada siklus ini siswa yang telah mencapai ketuntasan
belajar jumlahnya 16 siswa dengan persentase 72,7% sedankan siswa yang belum
mencapai ketuntasan belajar jumlahnya 6 siswa dengan persentase 27,3%. Berdasarkan
data ini, dapat dilihat bahwa perolehan ketuntasan belajar masih di bawah kriteria
keberhasilan penelitian yaitu ketuntasan belajar serendah-rendahnya 75%.
c. Performa guru dalam mengajar pada siklus I ini sudah baik. Dari 19 indikator yang ada
hanya 2 indikator yang menunjukkan hasil negatif. Pada siklus I ini guru masih belum
menyampaikan tujuan pembelajaran serta memberikan motivasi kepada siswa.
d. Berdasarkan hasil observasi, pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode
diskusi kelompok kecil seperti pada siklus I ini, siswa memiliki kesempatan untuk lebih
aktif dan kreatif selama proses pembelajaran karena siswa dibiasakan untuk berani
mengeluarkan pendapat, gagasan maupun ide-ide dalam proses pemecahan masalah.
37
4.1.3. Siklus II
1. Planning atau Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan Siklus II penulis merancang rencana perbaikan pembelajaran
dengan merancang beberapa kegiatan. Langkah pertama penulis membuat skenario rencana
perbaikan. Kemudian menyiapkan alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan rencana,
seperti cara menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan perkalian.
Instrumen yang dibutuhkan antara lain lembar observasi untuk guru dan siswa, lembar kerja
siswa, lembar soal tes formatif dan lembar analisa penilaian. Instrumen secara lengkap dapat
dilihat pada lampiran.
2. Acting atau Pelaksanaan tindakan
Perbaikan pembelajaran Siklus II dilaksanakan tanggal 22 Oktober 2012 dengan mata
pelajaran Matematika pokok bahasan operasi hitung campuran. Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan oleh teman observer selama proses belajar mengajar ditemukan
kelebihan dan kekurangan selama berlangsungnya siklus II. Kelebihan atau hal-hal positif
yang ditemukan dalam pelaksanaan siklus II antara lain:
a. Guru sudah mempersiapkan dan menggunakan media dan alat pembelajaran
b. Guru sudah membuka pelajaran dengan doa bersama
c. Guru telah melakukan absensi siswa
d. Guru telah melakukan apersepsi
e. Guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran
f.
Guru memberikan motivasi kepada siswa
g. Selama kegiatan awal siswa cukup tertib
h. Guru sudah menyampaikan materi pokok dengan masalah kontekstual serta memberikan
kesempatan bagi anak untuk bertanya
i.
Bila dibandingkan dengan siklus I, saat guru menyampaikan materi siswa lebih tertib
menyimak materi yang disampaikan guru
j.
Guru sudah membagi kelompok diskusi secara merata, bukan hanya mempertimbangkan
jumlah, tetapi juga mempertimbangkan karakteristik dan kemampuan anak
38
k. Guru sudah menciptakan lembar kerja dengan karakteristik soal yang sudah sesuai untuk
bahan diskusi kelompok
I.
Guru mengamati proses diskusi yang berlangsung pada tiap kelompok
m. Guru memberikan bimbingan pada kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan atau
proses diskusinya berjalan tidak lancar
n. Guru mampu menyimak, membimbing, sekaligus menjadi moderator saat wakil kelompok
mempresentasikan dan mendiskusikan hasil diskusi kelompok masing-masing
o. Siswa lebih aktif dalam berdiskusi bila dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I
p. Guru membimbing siswa untuk bersama-sama menarik kesimpulan dari hasil diskusi,
bukan memberikan kesimpulan secara instan kepada siswa
q. Guru sudah menyusun tes formatif yang sesuai
r. Guru memberikan kesempatan lagi untuk siswa mengajukan pertanyaan setelah tes
formatif
s. Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah
Kekurangan yang ditemukan selama proses pembelajaran siklus I antara lain.
a. Saat diskusi ada siswa-siswa yang cenderung dominan dan ada juga yang pasif selama
diskusi
b. Pengaturan waktu tiap kelompok masih harus diperbaiki, ada kelompok yang cepat sekali
selesai tetapi ada juga yang masih belum menyelesaikan lembar kerja karena terlalu lama
mendiskusikannya
c. Walau jumlahnya sudah jauh berkurang, masih ada siswa yang malu dan takut untuk
mengemukakan pendapat
d. Masih ada siswa yang mencontek jawaban tes formatif siswa lain
3. Hasil Tindakan
Setelah dilakukan tindakan berupa penggunaan metode diskusi kelompok kecil pada
mata pelajaran matematika pokok bahasan operasi hitung campuran, terlihat perbedaan
sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan peneliti bila dibandingkan dengan Siklus I.
Perubahan tersebut menunjukkan hasil positif walaupun dalam proses pembelajaran masih
ada kendala yang dihadapi. Berikut adalah hasil tindakan yang ditemukan peneliti.
39
a. Kegiatan Mengajar Guru
Merujuk dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer selama pembelajaran
siklus II, dalam membuka pelajaran, kegiatan inti, maupun penutup mengalami peningkatan
performa bila dibandingakan dengan siklus I. Penggunaan media dan alat pembelajaran
lerlihat masih efektif dalam membantu dan mempermudah proses penyampaian materi.
Dalam siklus II, guru terlihat jauh lebih nyaman dalam menjalankan perannya yang
bukan lagi hanya sebagai penyampai materi tetapi juga sebagai moderator dan memastikan
diskusi berjalan lancar. Dari 19 indikator pengamatan guru, tidak satupun memberikan hasil
negatif.
b. Keaktifan Pembelajaran Siswa
Metode diskusi kelompok kecil yang diaplikasikan peneliti pada mata pelajaran
matematika pokok bahasan operasi hitung campuran mampu meningkatkan peran siswa
selama proses pembelajaran. Karena sudah pernah melakukan proses pembelajaran dengan
metode yang sama sebelumnya, siswa terlihat lebih nyaman dalam melaksanakan diskusi.
Siswa tidak lagi canggung dalam melaksanakan diskusi. Dalam proses diskusi,
meskipun masih ada siswa yang pasif, jumalah siswa yang aktif menyumbangkan pendapat
dalam diskusi untuk memecahkan soal lembar kerja yang diberikan guru mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan siklus I. Dalam beberapa kelompok ada siswa-siswa
yang cenderung mendominasi diskusi kelompoknya, biasanya di kelompok yang sama
terdapat siswa yang cenderung pasif. Proses diskusi ini ternyata juga membantu siswa yang
masih belum memahami penjelasan guru mengenai materi pelajaran karena selama proses
diskusi untuk menyelesaikan soal lembar kerja, siswa di kelompoknya terlihat membantu
memberi penjelasan dengan bahasa mereka sendiri yang mungkin akan lebih mudah
dipahami mengingat persamaan usia dan karakteristik mereka. Hasil pengamatan obserser
secara rinci dapat dilihat pada lampiran pada Lembar Pengamatan Siswa.
40
c. Hasil Belajar
1) Hasil belajar aspek kognitif
Setelah dilakukan tes formatif pada pembelajaran siklus II, guru kemudian melakukan
analisis hasil belajar. Berdasarkan analisis tes formatif, nilai rata-rata kelas mencapai 86,8
dengan nilai tertinggi 10 dan nilai terendah 6. Persentase tingkat ketuntasan hasil belajar
siswa mencapai 90,9% dengan 20 siswa tuntas hasil belajarnya sementara 2 lainnya belum
tuntas, bila dipersentase nilainya mencapai 09,1%.
Tabel 3.
Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
No
1
2
Ketuntasan
Frekuensi
20
2
86,8
9
6
Tuntas
Tidak tuntas
Rata-rata
Nilai tertinggi
Nilai terendah
%
90,9
09,1
Hasil Tabel 3 jika digambarkan dalam diagram adalah sebagai berikut :
frekuensi
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
persentase
100
20
90,9
90
80
70
60
50
40
30
2
20
9,1
10
0
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Diagram 3.
Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Tidak Tuntas
41
2) Hasil belajar aspek ketrampilan sosial
Berdasarkan hasil pengamatan observer bila dibandingkan dengan kondisi awal,
selama proses pembelajaran siklus II, terjadi beberapa perubahan sikap pada siswa, di
antaranya:
a) Siswa mulai lebih berani mengeluarkan pendapat dalam diskusi
b) Siswa lebih dapat menghargai hak-hak siswa siswa lain untuk berbicara
c) Siswa mulai menghargai pendapat orang lain
d) Siswa mulai nayaman bekerjasama dengan siswa lain dalam menyelesaikan soal
e) Siswa mulai dapat menemukan pemecahan masalah sendiri
f) Siswa mulai mau membantu siswa lain yang kesulitan memahami materi
g) Siswa mulai belajar untuk bertanggung jawab
4. Efektifitas Pembelajaran
Proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok kecil seperti
pada siklus II mampu merangsang siswa untuk lebih aktif dan kreatif selama proses
pembelajaran karena dengan metode ini siswa dibiasakan untuk mengeluarkan pendapat,
gagasan maupun ide-ide dalam proses pemecahan masalah. Berdasarkan analisis hasil
belajar, metode ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar baik yang bersifat kognitif
maupun aspek keterampilan sosial. Metode ini juga memberi ruang bagi siswa yang takut
atau malu bertanya pada guru ketika mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran
untuk bertanya pada siswa lain dalam kelompoknya. Mengingat persamaan usia dan
karakteristik mereka, tidak menutup kemungkinan siswa lain mungkin dapat memberikan
penjelasan yang lebih mullah dipahami. Jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan
belajar jumlahnya berkurang dari 6 siswa pada siklus I menjadi hanya 2 siswa pada siklus II
ini. Dengan mempertimbangkan fakta ini, metode pembelajaran diskusi kelompok kecil yang
digunakan pada siklus II ini efektif.
5. Refleksi
Hasil refleksi pelaksanaan perbailkan pembejaran siklus Ii dapat dirangkum sebagai
berikut:
42
a. Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok kecil pada mata pelajaran
matematika pokok bahasan operasi hitung campuran pada perbaikan pembelajaran siklus
II dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini dapat diamati dari hasil nilai tes formatif dari
22 siswa, yang memperoleh nilai terendah 60 hanya ada 2 siswa, nilai 80 ada 5 siswa,
nilai 90 ada 11 siswa dan nilai tertinggi 100 ada 4 siswa. Nilai ratarata kelasnya
mengalami peningkatan menjadi 86,8. Hasil belajar pada pembelajaran siklus ini sudah di
atas nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu 75.
b. Berdasarkan data dari hasil analis nilai tes formatif pada siklus II terjadi kenaikan siswa
yang mencapai ketuntasan belajar bila dibandingakan dengan pra-siklus maupun siklus I.
Pada siklus II ini siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar jumlahnya 20 siswa
dengan persentase 90,9%% sedankan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar
jumlahnya 2 siswa dengan persentase 09,11%. Berdasarkan data ini, dapat dilihat bahwa
perolehan ketuntasan belajar masih di atas kriteria keberhasilan penelitian yaitu
ketuntasan belajar serendah-rendahnya 75%.
c. Performa guru dalam mengajar pada siklus II ini lebih baik bila dibandingkan dengan
siklus I. Dari 19 indikator pengamatan, tidak ada indikator yang menunjukkan hasiL
negatif.
d. Berdasarkan hasil observasi, pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode
diskusi kelompok kecil seperti pada siklus I ini, siswa memiliki kesempatan untuk lebih
aktif dan kreatif selama proses pembellajaran karena siswa dibiasakan untuk berani
mengeluarkan pendapat, gagasan maupun ide-ide dalam proses pemecahan masalah.
Tabel 4.
Ketuntasan Hasil Belajar Pra-Siklus, Siklus I & Siklus II
No
1.
2.
3.
Tindakan Pembelajaran
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Rata-Rata Nilai
Ketuntasan
Ketuntasan
Perseorangan
Klasikal (%)
63,6
31,8
79,1
72,7
86,8
90,9
43
Setelah melaksanakan refleksi, berdasarkan analisis data yang diperoleh dari siklus II
ini, pebaikan pembelajaran dihentikan hanya sampai siklus II.
4.2. Analisa Data
4.2.1. Analisis Data Pengamatan
a. Pengamatan Terhadap Guru
Berdasarkan hasil pengamatan guru saat proses awal, inti, maupun akhir pembelajaran
performa guru pada pelaksanaan siklus I maupun siklus II secara umum sudah baik. Pada
siklus I, dari 19 indikator pengamatan guru, hanya 2 indikator yang belum terpenuhi. Pada
pelaksanaan siklus ini guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran dan belum
memberikan motivasi kepada siswa. Pada siklus II, semua indikator pengamatan telah
terpenuhi. Dengan kata lain performa guru yang sudah baik pada siklus I mengalami
peningkatan pada siklus II.
b. Pengamatan Terhadap siswa
Berdasarkan hasil pengamatan observer terhadap aktifitas siswa, pada siklus I dan
siklus I, siswa berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pada pra-siklus, mereka
hanya duduk mendengarkan penjelasan guru kemudian mengerjakan soa-soal yang
diberikan, sementara pada perbaikan pembelajaran siklus I dan II, setelah mendengarkan
penjelasan singkat mengenai materi mereka kemudian menghabiskan sebagian besar waktu
pembelajaran untuk berdiskusi dengan kelompoknya untuk memecahkan soal sekaligus
menemukan kesimpulan bersama-sama.
Pada siklus I, dari 15 indikator pengamatan, mayoritas indikator tersebut sudah
terpenuhi walaupun masih ada beberapa siswa yang masih pasif selama diskusi, terlalu
mendominasi diskusi, sibuk sendiri ketika siswa lain berdiskusi atau mendengarkan
penjelasan dari guru, masih malu untuk bertanya ketika mengalami kesulitan atau mencontek
saat mengerjakan tes formatif. Meskipun hal-hal ini masih ditemui pada siklus II, jumlahnya
sudah mengalami penurunan.
44
4.2.2. Analisis Hasil Belajar
Berdasarkan analisis hasil tes formatif matematika pada perbaikan pembelajaran dari
siklus I dan II diperoleh data mengenai peroiehan nilai siswa, jumlah siswa, nilai rata-rata
kelas, nilai tertinggi dan terendah serta jumlah siswa baik yang memenuhi ketuntasan belajar
maupun yang belum. Sebelum melakukan analisis, ada beberapa hal yang harus kita
perhatikan:
a. Jumlah siswa
Siswa yang dijadikan objek penelitian pada kedua siklus berjumlah 22 anak.
b. Nilai tertinggi
Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 9 sedangkan pada siklus II adalah
10.
c. Nilai terendah
Nilai terendah pada kedua siklus adalah sama-sama 6.
d. Nilai rata-rata
Nilai rata-rata untuk siklus I adalah 79,1 sementara pada siklus II adalah 86,8. Nilai ini
diperoleh dengan menjumlah keseluruhan nilai yang diperoleh siswa dibagi dengan
jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian tersebut.
e. Jumlah dan persentase ketuntasan
Jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan pada siklus I adalah 16 siswa dengan
persentase 72,7% sementara pada siklus II jumlahnya 20 siswa dengan persentase
90,9%. Jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan pada siklus I adalah 6 siswa
dengan persentase 27,3% sementara pada siklus II jumlahnya 2 orang dengan
persentase 09,1 %.
Melihat dari perbandingan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
mengalami peningkatan, ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan dari
79,1 pada siklus I menjadi 86,8 pada siklus 11. Demikian juga dengan persentase ketuntasan
belajar dari 72,7% pada siklus I menjadi 90,9% pada siklus II.
45
4.3. Pembahasan
Dari Tabel 8. yang menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa mulai dari pra-siklus,
siklus I sampai siklus II kita dapat melihat peningkatan persentase tingkat ketuntasan
perseorangan seiring dengan pengaplikasian metode diskusi kelompok kecil pada siklus I dan
siklus II.
Pada pra-siklus terlihat kurang berhasilnya proses pembelajaran dengan rendahnya
jumalah anak yang telah mencapai ketuntasan belajar, yaitu hanya 7 siswa dengan
persentase 31,8%. Nilai terendah yang dipeoleh siswa adalah 50 dengan nilai tertinggi hanya
80. Nilai rata-rata keseluruhan siswa pada tes formatif siklus ini adalah 63,6.
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi
kelompok kecil pada siklus I dan II, terjadi peningkatan hasil nilai tes formatif siswa. Jumlah
siswa yang mencapai ketuntasan belajar belajar jumlahnya naik dari 7 siswa dengan
persentase ketuntasan belajar hanya 31,8% pada pra-siklus menjadi 16 siswa dengan tingkat
ketuntasan belajar 72,7% pada siklus I dan naik lagi menjadi 20 siswa dengan persentase
ketuntasan mencapai 90,9% pada siklus 11. Nilai terendah yang hanya 50 pada pada prasiklus naik menjadi 60 pada siklus I dan siklus II sementara nilai tertinggi yang dapat dicapai
siswa juga meningkat dari 80 pada pra-siklus menjadi 90 pada siklus I dan 100 pada siklus II.
Kenaikan nilai rata-rata kelas dapat diamati pada diagram di bawah ini.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
86,8
79,1
63,6
pra siklus
siklus I
siklus II
Diagram 4.
Nilai Rata-Rata Kelas Pra-Siklus, Siklus I & Siklus II
46
Berikut merupakan tabel yang memperlihatkan perbandingan presentase siswa yang sudah
mencapai ketuntasan belajar dari pra-siklus, siklus I dan II. Dengan mengamati tabel berikut,
kenaikan persentase siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar akan lebih mudah
diamati.
Tabel 5.
Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar
Pra-Siklus, Siklus I & Siklus II
No
1.
2.
3.
Ketuntasan Belajar (%)
Tuntas
Belum Tuntas
31,8%
69,2%
72,7%
27,3%
90,9%
09,1%
Siklus
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Ditinjau dari ketuntasan belajarnya, ada 4 kelompok siswa yaitu : (1) siswa yang tuntas
setelah pembelajaran pra-siklus, (2) siswa yang tuntas setelah perbaikan pembelajaran siklus
I, (3) siswa yang tuntas setelah perbaikan siklus II, dan (4) siswa yang tidak tuntas setelah
perbaikan pembelajaran siklus II.
Diagram di bawah ini menggambarkan kenaikan jumlah persentase siswa yang sudah
mencapai ketuntasan belajar dan penurunan persentase siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
90,9
72,7
31,8
pra siklus
siklus I
siklus II
Diagram 5.
Ketuntasan Belajar Pra-Siklus, Siklus I & Siklus II
47
Selain ketuntasan belajarnya, keterampilan sosial siswapun mengalami peningkatan.
Dengan metode pembelajaran diskusi kelompok kecil, keterampilan sosial siswapun
meningkat. Mereka mulai untuk berani bertanya dan berpendapat, menghargai pendapat
orang lain, membantu siswa yang belum memahami materi, mandiri dalam menyelesaikan
permasalahan, dan lebih kritis dalam berfikir.
Dengan mempertimbangkan peningkatan signifikan pada hasil belajar, baik dari aspek
kognitif maupun keterampilan sosial siswa, hipotesis penelitian yang dikemukakan yaitu,
“penggunaan metode diskusi kelompok kecil diduga dapat menignkatkan hasil belajar
Matematika pada siswa kelas 3 SD Negeri Sidomulyo 01 Kecamatan Gunungwungkal
Kabupaten Pati semester I tahun pelajaran 2012/2013” terbukti sesuai.
Download