Pembangkit MVPP untuk Sumatera - Tender

advertisement
Pembangkit MVPP untuk Sumatera
Sumatera Utara telah diperkuatkan
kembali dengan adanya, Marine Vessel
Power Plant (MVPP) asal Turki kapasitas
240 MW. MVPP tersebut nantinya akan
memperkuat sistem kelistrikan Sumatera
Bagian Utara.
Kapal pembangkit listrik tersebut disewa
PLN selama lebih kurang lima tahun,
memiliki
kelebihan
seperti;
tidak
membutuhkan lahan luas, bisa dipindahkan
secara cepat, konsumsi bahan bakar yang
lebih hemat, produksi limbah lebih rendah
dan tingkat kebisingan masyarakat lebih
rendah. "Kehadiran kapal ini (MVPP)
menjadi solusi hingga terselesainya
pembangunan
pembangkit
listrik
permanen," ungkap Direktur Bisnis
Regional Sumatera PLN, Amir Rosidin.
"Mulai Juni 2017 tidak akan ada
pemadaman di Sumatera Utara, sebab PLN
sudah menambah daya sekitar 240 MW
melalui MVPP, Sumut reserve margin-nya
sekitar 10-12 persen,” imbuhnya.
MPP
juga
harus
lebih
efisien
penggunaannya, pasalnya saat ini masih
menggunakan bahan bakar minyak.
Kedepan pihaknya akan beralih dari bahan
bakar minyak menggunakan gas. Amir
mengatakan, saat ini di Sumatera sudah
ada dua MPP yang sudah menggunakan
gas, yakni MPP Tarahan, Lampung 4x25
MW dan Balai Pungut, Duri 3x25 MW.
ini
sedang
melakukan studi,
dan
diharapkan
dalam satu tahun
sudah
siap
memberikan gas ke
Bangka
dan
Belitung,"
paparnya.
"MPP Lampung dan Balai Pungut sudah
menggunakan bahan bakar gas. Sementara
lainnya, Kita akan beralih dari BBM
menggunakan
bahan
bakar
gas,"
terangnya.
Adapun MPP yang belum beralih
menggunakan
gas,
di
antaranya,
MPPGunung Sitoli, Nias 1x25 MW; Bair
Anyir, Bangka 2x25 MW; Suge, Belitung
1x25 MW; dan Paya Pasir, Medan 3x25
MW.
"Yang akan segera diubah ke gas yaitu di
Paya Pasir, Medan 3x25 MW, gasnya dari
Arun dan ada pipa transmisi dari Belawan,
Sumatera Utara. Pihaknya menargetkan
tahun ini sudah dapat direalisasikan," kata
Amir
“Sebanyak enam lokasi MPP di Sumatera,
semua sudah beroperasi, bagian dari
delapan lokasi pembangunan MPP Enam
diantaranya berada di sepanjang pulau
Sumatera, satu di Pontianak dan satu di
Lombok.”
Sementara, MPP Gunung Sitoli, Nias 1x25
MW; Air Anyir, Bangka 2x25 MW; dan
Suge, Belitung 1x25 MW; PLN sedang
melakukan kerjasama dengan Kepple Gas
(perusahaan asal Singapura) "Mereka saat
Secepatnya MPP
dapat direalisasikan
menggunakan
bahan
bakar
gas
untuk
efisiensi."Ditargetkan, Insya Allah akhir
tahun 2018, itu sudah selesai. Artinya
MPP yang terpasang sudah menggunakan
gas," papar Amir Rosidin.
Untuk MPP, lanjut Amir, ini merupakan
salah satu solusi dalam mempercepat
melayani pelanggan, terutama untuk
daerah-daerah yang terisolasi. "Oleh
karena itu, Kita berharap bahwa ke depan
nantinya program tersebut ada dengan
kapasitas yang mungkin lebih kecil, karena
untuk kapasitas saat ini sekitar 20 MW
masih terbilang besar, contohnya seperti
Natuna. Natuna itu butuhnya mungkin
sekitar 5 MW. Jadi, mungkin kita
butuhkan MPP dengan kapasitas yang
kecil," paparnya.
Di Selat Panjang juga begitu, jadi di
beberapa lokasi yang menjadi remote
segera dilakukan dengan suplai Mobile
Power Plant dengan kapasitas yang lebih
kecil. "Seperti di Bengkulu, Mukomuko,
akan dipasang MPP dengan skala kecil
dalam waktu 1,5 tahun sudah dapat
dipenuhi.saat ini dalam proses tender,”
tandasnya.
Proyek Listrik yang diresmikan Presiden
Joko Widodo ada delapan Pembangkit
Listrik Tenaga Gas (PLTG) Mobile Power
Plant (MPP) dengan total kapasitas 500
Mega Watt yang tersebar di delapan
lokasi, yaitu:
1. MPP Jeranjang - Lombok dengan
daya (2x 25 MW) yang beroperasi
sejak tanggal 27 Juli 2016;
2. MPP Air Anyir - Bangka dengan
daya (2x 25MW) mulai beroperasi
15 September 2016;
3. MPP Tarahan - Lampung (4x
25MW) mulai beroperasi 29
September 2016;
4. MPP Nias (1x 25 MW) mulai
beroperasi 31 Oktober 2016;
5. MPP Pontianak (4x 25 MW) mulai
beroperasi 8 November 2016;
6. MPP Balai Pungut - Riau (75 MW)
mulai beroperasi 13 November
2016;
7. MPP Suge - Belitung (1 x 25 MW
(Roll Suge) mulai beroperasi 22
November 2016;
8. MPP Paya Pasir Medan (75 MW)(
Roll Paya Pasir) mulai beroperasi 9
Desember 2016.
Download