Kaidah Imperatif Bahasa Indonesia dalam Buku

advertisement
Kaidah Imperatif Bahasa Indonesia dalam Buku Imperatif dalam Bahasa
Indonesia Karya Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.
Dewi Kusumaningsih
Jl. Slamet Riyadi 100 Sukoharjo. Telp. 087736303068
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaidahkan imperatif biasa, imperatif permintaan, imperatif
pemberian izin, imperatif ajakan, imperatif suruhan, imperatif aktif tidak transitif, imperatif
aktif transitif, dan imperatif pasif. Kaidah-kaidah dari imperatif yang muncul adalah sebagai
berikut: (1) imperatif biasa: KB + KK (KD)!; KK (KD) + KAB + itu!; KB + KK (KD)!; KK
(KU) + partikel, KD!, (2) imperatif permintaan: coba + negasi + KK (KD); kalau boleh,
KKet(waktu) + KB + KK (KD) + KKet (tujuan)!; Diharapkan + KB + (+/-) + KK + KKet
(tempat); sudi(lah) + KB + berkenan + KK + KB + KKet; dapat(kah) + KB + KK(kan) + KB +
K tunjuk (ini, itu); (di)mohon + dengan hormat + KB + (berkenan) + KK + ke +
KKet(tempat), (3) imperatif pemberian izin : KB + silahkan + KK + KB!; KK (lah), jika
mau/akan + KK(me/me-i) + KB; biar(lah) + KB + KK(kan) + KB + KTunjuk!; KB + diizinkan
+ KK (me-i) + KB; ambil(lah) + KB + Ktunjuk!, (4) imperatif ajakan : ayo + KK + KB + kata
ganti milik!; biar + KB + KK + di +KB!; coba + KB + KK + KB + Ktunjuk!; mari + KB +
KK(kan) + KB + KKet!; harap + KK (di-kan) + KB + Ktunjuk!, (5) imperatif suruhan : ayo +
KK + Ksapaan!; biar + KB + KK + KB + KKet!; coba + KK(kan) + KB + Ktunjuk!; harap +
KB + KK + ke + KB!; hendaknya + KB + Ktunjuk + KKpasif!; hendaklah + KB + KK + KB!;
silahkan + KKpasif + KB + Ktunjuk!; tolong + KKpasif + KB(nya)!, (6) imperatif aktif tidak
transitif : (interjeksi) + KB + kalau + KK(lah)!; KK(ber-,-lah) + di + KB + Ktunjuk!; KK(ber,-lah) + kalau + KS!; KK(ber-,-lah) + ke + KKet tempat!, (7) imperatif aktif transitif : ambil
(lah) + KB + Ktunjuk +Ket.waktu!; KS + -i (partikel –lah) + KB + Ktunjuk + KKwaktu!; per +
KS(-lah) + KB + Ktunjuk!; KK (ber-kan) (-lah) + KB + Ktunjuk!, (8) imperatif pasif : KB + itu
+ KKpasif + Kcara; KKpasif + saja + KB + Ktunjuk!; sebaiknya + KKpasif + saja + KB +
Ktunjuk!; KK + -lah + KB + itu!; ambil(-kan) + KB + Kwaktu; KK(-lah) + KB + PP +
Ket.waktu!; Hampiri (lah) + KB + di + Ket.tempat!; tukar(kan) + dengan + KB + saja(lah) +
KB.
Kata-kata Kunci: Imperatif, kaidah, struktural.
Pendahuluan
Imperatif adalah salah satu jenis kalimat yang bermakna memerintah di samping
jenis kalimat yang lain yaitu deklaratif, interogatif, eksklamatif, dan empatik. Perihal
imperatif ini masih belum banyak yang mengkaji.Terakhir sepengetahuan penulis, diteliti
oleh Rahardi sebagai desertasinya dan diterbitkan menjadi buku dengan judul “Imperatif
Dalam Bahasa Indonesia”tahun 2000 oleh Penerbit Duta Wacana University Press.
Penelitian imperatif secara konten analisis sedikit mengalami kendala dalam
pencarian data secara melimpah. Hal ini disebabkan karena bentuk imperatif adalah salah
satu tuturan bahasa yang muncul dengan konteks memerintah, melarang, menyuruh,
menghimbau, dll, yang munculnya dari suatu tuturan dialog. Wacana dialog yang bisa
muncul imperatifnya hanya sedikit. Sedangkan sumber data imperatif dari wacana lisanpun
juga sedikit, karena wacana tuturan dialog yang bisa memunculkan imperatif pasti harus
dikondisikan. Misalnya supaya peneliti bisa mendapatkan data imperatif larangan,
permintaan, ajakan, pembiaran, dsb. pasti harus berusaha membuat penutur masuk pada
konteks pembicaraan melarang, meminta, membiarkan, mengajak, dsb.
93
No.2 / Volume 22 / 2013 WIDYATAMA
Tulisan ini sepenuhnya berangkat dari hasil penelitan Rahardi dan diambil
permasalahan yang ada di dalamnya secara bebas dan memandang bahwa permasalahan
yang diambil masih relevan untuk diteliti. Pengambilan sumber data secara terfokus
tersebut sangat didasari oleh pertimbangan di atas.
Permasalahan yang diambil dalam tulisan ini adalah bagaimana kaidah semua
imperatif yang ditemukan. Penulis mengambil permasalahan itu karena di dalam Imperatif
dalam Bahasa Indonesia (IDBI) karangan Rahardi, kaidah imperatif tersebut secara
struktural memang tidak dianalisis secara mendalam. Masih terdapat ketidakjelasan dan
kekurangpendiskripsian dalam bentuk kaidah dalam buku IDBI. Permasalahan yang
menjadi judul tulisan ini akan diteliti, diamati dan dianalisis sesuai dengan metode
penelitian linguistik yang ditulis oleh Sudaryanto (1993) dengan dibantu sumber-sumber
buku lain, terutama buku IDBI.
Tujuan mendasar dalam penelitian ini adalah untuk dapat mengkaidahkan bentukbentuk imperatif dalam bahasa Indonesia yang terdapat dalam Buku Imperatif dalam
Bahasa Indonesia karangan Kunjana Rahardi tahun 2000, penerbit Duta Wacana
University Press. Dengan adanya kaidah imperatif tersebut, diharapkan para pemakai
bahasa Indonesia bisa memproduksi imperatif dengan cepat dan tepat. Minimal secara
struktur.
Metode
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini disebabkan
karena penelitian ini akan mendeskripsikan permasalah-permasalahan secara mendalam
sehingga ditemukan hasil yang akurat. Hal itu sesuai yang dikemukakan oleh Sutopo
(1996:18) pemilihan jenis penelitian deskriptif kualitatif bertujuan mengungkapkan
berbagai informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti dan penuh nuansa. Hal itu
untuk menggambarkan secara cermat sifat-sifat suatu hal, keadaan, gejala, atau fenomena
tidak terbatas pada sekadar pengumpulan data, melainkan meliputi analisis dan interpretasi
mengenai data tersebut.
Data dalam penelitian ini adalah semua bentuk tuturan imperatif formal atau
struktural. Wujud formal imperatif adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa
Indonesia menurut ciri struktural atau ciri formalnya secara sintaksis (Rahardi, 2000: 87).
Tentang ciri mendasar yang dimiliki oleh satuan lingual imperatif dalam bahasa Indonesia.
Dasar yang dipakai adalah batasan kalimat imperatif dari Alwi, dkk. (2003: 353-357) yang
menggolongkannya menjadi kalimat imperatif taktransitif, kalimat imperatif transitif,
kaimat imperatif halus, kalimat imperatif permintaan, kalimat imperatif ajakan dan
harapan, kalimat imperatif larangan, dan kalimat imperatif pembiaran.
Dari dasar-dasar teori tersebut, maka data yang diambil adalah segala bentuk
kalimat yang masuk pada golongan imperatif tersebut di atas. Sumber data yang dipakai
adalah buku “Imperatif dalam Bahasa Indonesia” karya R. Kunjana Rahardi, terbitan Duta
Wacana University Press tahun 2000 setebal 192 halaman.
Data penelitian ini didapatkan dengan menggunakan dua macam metode, yaitu (1)
metode baca, dan (2) metode catat. Metode tersebut dilakukan dengan teknik dasar dan
lanjutan. Metode baca dilakukan dengan cara membaca seluruh buku IDBI sebagai sumber
data dengan cermat untuk mencari bentuk-bentuk kalimat imperatif yang terdapat dalam
buku tersebut. Teknik dasarnya adalah teknik catat. Penulis mencatat semua bentuk
kalimat imperatif yang sekiranya diperlukan sebagai data analisis penelitian. Catatan data
penelitian tersebut selanjutnya diberi kode dan diklasifikasikan sesuai kelompoknya.
94
WIDYATAMA
Dewi Kusumaningsih. Kaidah Imperatif Bahasa Indonesia dalam Buku Imperatif dalam Bahasa.......
Data mentah yang didapat dari sumber data selanjutnya dikelompokkan menurut
jenis kalimat yang ditemukan dalam sumber data. Data-data yang sudah disediakan dalam
penelitian tersebut akhirnya diklasifikasikan dengan tujuan mempermudah proses analisis.
Adapun klasifikasi data dilakukan dengan dasar pemisahan bentuk-bentuk tuturan
imperatif sesuai dengan golongannya kalimat imperatif taktransitif, kalimat imperatif
transitif, kaimat imperatif halus, kalimat imperatif permintaan, kalimat imperatif ajakan
dan harapan, kalimat imperatif larangan, dan kalimat imperatif pembiaran.
Setelah data tersedia sebagai bahan jadi penelitian, maka tahap selanjutnya adalah
analisis data. Oleh karena permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah
pengkaidahan kalimat imperative secara struktural, maka analisis data diarahkan pada
struktur imperatif tersebut dengan menggunakan teknik analisis dari Sudaryanto (1993).
Metode analisis yang dipakai adalah metode agih atau metode distribusional karena
alat penentu analisisnya menggunakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993:
15). Teknik yang dipakai adalah teknik bagi unsur langsung (BUL) sebagai teknik
dasarnya sedang teknik lanjutannya adalah teknik baca markah. Teknik baca markah
adalah teknik analisis data dengan cara membaca pemarkah atau penanda. Pemarkah
adalah alat seperti imbuhan, kata penghubung, kata depan, dan artikel yang menyatakan
ciri ketatabahasaan atau fungsi kata atau kontruksi (lih. Kesuma, 2007: 66). Teknik ini
disesuaikan dengan data kalimat imperatif yang ditemukan.
Kegiatan dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah
persiapan, tahap kedua adalah pelaksanaan penelitian untuk mengumpulkan data kemudian
menganalisisnya, dan tahap ketiga adalah penulisan laporan penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian secara berturut-turut disajikan dalam bentuk pengelompokan jenis
kalimat imperatif yang ditemukan dari sumber data. Analisis dilakukan dengan cara
mencermati penanda-penanda yang dipakai dalam setiap jenis kalimat imperatif yang ada
seperti adanya kata-kata: kata depan, konjungsi, imbuhan, artikel, ataupun partikel serta
jenis kata yang dipakai misal kata benda (KB), kata kerja (KK), kata dasadr (KD), kata
ulang (KU), kata tunjuk (K Tunjuk),
Jenis Kalimat Imperatif Biasa
Kalimat imperatif biasa adalah kalimat imperatif yang mempunyai cirri-ciri: 1)
intonasi keras, 2) didukung dengan kata kerja dasar, dan 3) berpartikel penegas –lah
(Rahardi, 2000:77).Data yang ditemukan: (1) “Monik, lihat!” (halaman 77) (2) “Usir
kucing itu!” (halaman 78)(3) “Kita lihat! Pokoknya percaya boleh tidak juga boleh. Ayo...
Kita lihat!” (halaman 78)(4) “Tenang-tenanglah dulu, Pong! Sabar... sabar dulu!” (halaman
78)(5) “Diam! Hansip tahu apa.” (halaman 78). Kalimat (1, 2, 5) menggunakan kata kerja
dasar yaitu lihat, usir, tahu. Kalimat (4) digunakan kata ulang dari kata sifat dasar tenang
mendapat pertikel –lah dan menggunakan kata. Kaidah yang biasa digunakan pada
imperatif ini adalah: KB + KK (KD)!; KK (KD) + KB + itu!; KB + KK (KD)!; KK
(KU) + partikel, KD! KB yang harus dipakai adalah KB dengan jenis manusia yang bisa
diisi dengan pronomina tunggal maupun jamak, nama diri, serta kata sapaan kekerabatan
(Bapak, Ibu, Nak, Adik/dik, Kakak/kak, dsb).
Jenis Kalimat Imperatif Permintaan
Kalimat imperatif permintaan adalah jenis kalimat imperatif yang berkonteks
tuturan meminta/memohon sesuatu. Oleh karena itu imperatif jenis ini sangat memerlukan
WIDYATAMA
95
No.2 / Volume 22 / 2013 WIDYATAMA
penanda kata tertentu yang bermakna meminta yaitu coba, kalau boleh, sudilah,
diharapkan, dapatkah, dimohon, mohon, dsb. Semua penanda tersebut biasa diletakkan di
awal atau tengah kalimat. (6) “Anak-anak sekalian... Coba jangan ramai, Bapak akan
menjelaskan materi yang baru! Buku tulisannya diambil dulu!” (halaman 78) (7) “Kalau
boleh, nanti saya mau berangkat lagi ke Jakarta! Besuk sore aku harus bertemu Tatang di
Bekasi.” (halaman 79)(8) “Diharapkan dengan sangat agar pengunjung tidak merokok di
ruangan ber- AC ini!” (halaman 79)
(9) “Sudilah kiranya Bapak berkenan menanggapi surat kami secepatnya!” (halaman 79)
(10) “Dapatkah saudara membacakan makalah ini seandainya saya tidak dapat
meneruskannya!” (halaman 79) (11) “Dimohon dengan hormat agar hadirin berkenan
pindah ke ruang sebelah untuk beramah tamah bersama!” (halaman 79) (12) “Dengan
segala rendah hati kami mohon kiranya Bapak berkenan mempertimbangkan lamaran
Kami!” (halaman 79). Kaidah yang terlihat pada variasi imperatif permintaan di atas
adalah: Coba + negasi + KK (KD); kalau boleh, KKet(waktu) + KB + KK (KD) +
KKet (tujuan)!; Diharapkan + KB + (+/-) + KK + KKet (tempat); sudi(lah) + KB +
berkenan + KK + KB + KKet; dapat(kah) + KB + KK(kan) + KB + K tunjuk (ini,
itu); (di)mohon + dengan hormat + KB + (berkenan) + KK + ke + KKet(tempat).
Kalimat Imperatif pemberian ijin. kalimat imperatif ini ditandai dengan penanda
kesantunan silahkan, biarlah, diperkenankan, dipersilahkan, dan diizinkan.
Di bawah ini data-data kalimat imperatif tersebut. (13) “Ian silahkan ambil buah
duku itu kalau kamu mau! Tadi nenek belikan buah duku untuk cucuku di pasar. Ayo!”
(halaman 80)(14) “Mas... Masuklah ke dalam, jika mau mengunjungi makam Ibu Negara!
Semua boleh masuk kok. Silahkan... Silahkan!” (halaman 80)(15) “Mbak... Biar saya
bawakan tas itu! Aku masih ringan kok mbak.” (halaman 80)(16) “Para pengunjung yang
sudah berada di depan pintu masuk makam Ibu Negara diijinkan segera memasuki makam
dengan tenang!” (halaman 81)(17) “Mas-mas... Ambillah makanan itu, seberapapun kau
suka!” (halaman 81).Kaidah-kaidah kalimat imperatif pemberian izin sesuai urutan datanya
adalah sebagai berikut:KB + silahkan + KK + KB!; KK (lah), jika mau/akan +
KK(me/me-i) + KB; biar(lah) + KB + KK(kan) + KB + KTunjuk!; KB + diizinkan +
KK (me-i) + KB; ambil(lah) + KB + Ktunjuk!
Kalimat imperatif pemberian izin dibuat dengan penanda-penanda khusus yang
menyatakan pemberian izin seperti yang sudah diterangkan di atas. Dengan pola kaidah
tersebut di atas, pemakai bahasa Indonesia bisa memproduksi kalimat imperatif pemberian
izin seperti contoh.
Kalimat Imperatif ajakan
Kalimat imperatif ini biasanya digunakan penanda ayo(yo), biar, coba, mari, harap,
hendaknya, dan hendaklah. Di bawah ini data kalimat imperatif yang ditemukan dari
sumber data.(18) “Tut... Ayo naik mobilku saja! Ayo... ndak apa-apa. Aku lewat sana
kok.” (halaman 81)(19) “Ian... Biar kita nanti tinggal di rumah saja! Bapak biar pergi
sendirian.” (halaman 81)(20) Vendi... Coba kita geser dulu meja ini! Kursinya kamu
angkat dulu!” (halaman 82)(21) “Mari kita bersihkan dulu rumput-rumput di depan gedung
itu!” (halaman 82)(22) “Harap diselesaikan dahulu tugas berat ini bersama-sama!”
(halaman 82).Untuk semua kalimat imperatif ajakan di atas kaidahnya adalah sebagai
berikut: ayo + KK + KB + kata ganti milik!; biar + KB + KK + di +KB!; coba + KB +
KK + KB + Ktunjuk!; mari + KB + KK(kan) + KB + KKet!; harap + KK (di-kan) +
KB + Ktunjuk!.Kaidah-kaidah yang sudah dimunculkan di atas tidak bersifat kaku,
maksudnya penutur bahasa bisa membuat kalimat imperatif tersebut dengan tambahan
penanda-penanda emotif sehingga kalimat menjadi luwes.
96
WIDYATAMA
Dewi Kusumaningsih. Kaidah Imperatif Bahasa Indonesia dalam Buku Imperatif dalam Bahasa.......
Kalimat Imperatif Suruhan
Biasanya kalimat imperatif suruhan ini dibuat dengan penanda kesantunan bahasa
seperti ayo, biar, coba, harap, hendaklah, hendaknya, silahkan, dan tolong. Berikut datadata imperatif suruhan yang ditemukan dari sumber data.(23) “Ayo makan dulu, dik! Kami
sudah makan lebih dulu tadi. Ayo.. tidak usah malu-malu.” (halaman 82)(24) “Biar kamu
menunggu rumah saja bersama Joko, nanti malam! Bapak akan berangkat sendiri saja.”
(halaman 82)(25)“Nang... Coba keraskan sedikit radio itu! Dalangnya siapa itu?” (halaman
83)(26) “Saudara sekalian... Harap kamu semua pergi ke Auditorium untuk mengikuti
Misa Kudus! Bagi yang bukan Katholik boleh ke perpustakaan dulu!” (halaman 83)(27)
“Bu... Hendaknya obat ini diminum sesuai aturan! Yang ini antibiotik dan harus habis
semua.” (halaman 83)(28)“Reni... Hendaklah kamu mencari uang dahulu kemudian
menikah! Nanti bisa repot kalau kamu segera punya anak.” (halaman 83)(29)“Silahkan
dibuka dulu bingkisan itu! Silahkan Yan... buka dulu yang itu!” (halaman 83)(30)“Sul...
nanti akan ada tamu yang menginap di sini. Tolong dibersihkan dulu bak mandinya!
Airnya sudah kelihatan agak keruh.” (halaman 84). Kaidah-kaidah yang bisa dibuat dari
data kalimat imperatif suruhan di atas adalah: ayo + KK + Ksapaan!; biar + KB + KK +
KB + KKet!; coba + KK(kan) + KB + Ktunjuk!; harap + KB + KK + ke + KB!;
hendaknya + KB + Ktunjuk + KKpasif!; hendaklah + KB + KK + KB!; silahkan +
KKpasif + KB + Ktunjuk!; tolong + KKpasif + KB(nya)!. Hampir sama pernyataan
sebelumnya bahwa kreativitas penutur kalimat imperatif sangat menentukan kalimat yang
dibuat. Dengan demikian kaidah ini hanya sebagai ancangan awal.
Imperatif Aktif Tidak Transitif
Kalimat imperatif aktif tidak transitif Rahardi menyatakan bahwa kalimat aktif
dapat berciri tidak transitif. Imperatif itu dibentuk dari tuturan deklaratif, dengan
ketentuan-ketentuan antara lain: (1) menghilangkan subjek yang lazimnya berupa persona
kedua seperti: anda, saudara, kamu, kalian, anda sekalian, saudara sekalian, kamu sekalian,
dan kalian-kalian; (2) mempertahankan bentuk verba yang dipakai dalam kalimat deklaratif
itu seperti apa adanya; (3) menambahkan partikel –lah pada bagian tertentu untuk
memperhalus maksud imperatif aktif tersebut. Berikut data yang ditemukan dengan
berbagai variasi kalimat imperatif aktif tidak transitif. Pengkaidahan imperatif di bawah ini
tidak secara satu per satu akan tetapi dibuat satu kaidah untuk tiga variasi imperatif yang
muncul.
(31) a. “Hei... Kamu kemari kalau berani!” (halaman 88)
b. “Hei... Kemari kalau berani!” (halaman 88)
c. “Hei... Kemarilah kalau berani!” (halaman 88)
(32) a. “Dansalah di diskotek itu!” (halaman 88)
b. “Berdansalah di diskotek itu!” (halaman 88)
(33) a. “Teriaklah kalau berani!” (halaman 89)
b. “Berteriaklah kalau berani!” (halaman 89)
(34) a. “Berlibur ke tempat nenekmu!” (halaman 89)
b. “Berliburlah ke tempat nenekmu!” (halaman 89)
(35) a. “Naik kalau mau!” (halaman 89)
b. “Naiklah kalau mau!” (halaman 89)
kaidah imperatif aktif tidak transitif tersebut di atas adalah:
(interjeksi) + KB + kalau + KK(lah)!; KK(ber-,-lah) + di + KB + Ktunjuk!; KK(ber-,lah) + kalau + KS!; KK(ber-,-lah) + ke + KKet tempat!
Semua kaidah imperatif di atas tidak menyertakan subjek (berwujud KB) karena ciri
kalimat aktif tidak transitif seperti yang sudah disebutkan di atas.
WIDYATAMA
97
No.2 / Volume 22 / 2013 WIDYATAMA
Imperatif Aktif Transitif
Imperatif aktif transitif ketentuannya sama dengan imperatif aktif tidak transitif.
Perbedaannya hanya pada verba imperatif tersebut dibuat tanpa berawalan –me. Contohcontoh di bawah ini bisa dipakai untuk mencermati teori tersebut di atas.
(36) a. “Kamu mengambil surat keterangan itu sekarang juga!” (halaman 90)
b. “Ambil surat keterangan itu sekarang juga!” (halaman 90)
c. “Ambillah surat keterangan itu sekarang juga!” (halaman 90)
(37) a. “Saudara memanasi mobil itu sekarang!” (halaman 90)
b. “Panasi mesin mobil itu sekarang!” (halaman 90)
c. “Panasilah mesin mobil itu sekarang!” (halaman 90)
(38) a. “Kamu memperkecil suara radio itu.” (halaman 90)
b. “Perkecil suara radio itu!” (halaman 90)
c. “Perkecillah suara radio itu!” (halaman 90)
(39) a. “Saudara memberhentikan pertengkaran itu!” (halaman 90)
b. “Berhentikan pertengkaran itu!” (halaman 90)
c. “Berhentikanlah pertengkaran itu!” (halaman 90)
Data di atas satu kalimat divariasi menjadi 3 kalimat. Kaidah-kaidah yang dimunculkan
bisa dipakai untuk ketiga kalimat tersebut dengan penambahan variasi dari penutur bahasa.
Variasi kalimat b dan c adalah imperatif aktif transitif yang diturunkan dari kalimat aktif
pada nomor a. Berikut ini kaidah-kaidahnya : ambil (lah) + KB + Ktunjuk +KKwaktu!;
KS + -i (partikel –lah) + KB + Ktunjuk + KKwaktu!; per + KS(-lah) + KB +
Ktunjuk!; KK (ber-kan) (-lah) + KB + Ktunjuk!
Imperatif Pasif
Menurut Rahardi (2000: 90) kadar suruhan imperatif pasif cenderung rendah. Hal
ini karena kata kerja suruhan yang dipakai menggunakan kata kerja pasif. Selain itu bentuk
imperatif pasif juga mengandung konotasi makna bahwa orang ketigalah yang diminta
melakukan sesuatu, bukannya orang kedua. Dengan demikian maksud tuturan imperatifnya
tidak secara langsung tertuju kepada orang yang dimaksud. Berikut ini data imperatif pasif
yang ditemukan.
(40) “Ketik surat itu dan kirim secepatnya!” (halaman 91)(41)
“Surat itu diketik dan
dikirim secepatnya.” (halaman 91)(42)
“Diketik dulu saja surat itu dan kalau bisa
dikirim secepatnya!” (halaman 91)(43)
“Sebaiknya diketik dulu saja surat itu dan
kalau masih bisa dikirim secepatnya!” (halaman 91)(44)
“Kerjakanlah tugas itu sebaikbaiknya! Dan anu... ya, tugas itu harus diserahkan tepat pada waktunya.” (halaman 92)(45)
“Ratih... Ambilkan saya surat edaran tadi! Saya mau mencermati lagi isinya.”
(halaman 92)(46) “Kunjungilah orang tuamu setiap waktu! Harus diingat merekalah yang
mengadakan kamu. Jangan pernah kamu telantarkan!” (halaman 92)(47) “Hampirilah
warung kopi di pinggir jalan itu! Kalau saya tidur bangunkan saja pas sampai di warung
itu. Kopinya... wah... nikmat sekali!” (halaman 92)(48)“Tukarkan dengan rokok sajalah
semua uangmu, Antok! Tidak perlu makan! Apalagi minum. Semua tidak perlu!” (halaman
93)Kaidah yang bisa dimunculkan dari kalimat-kalimat tersebut di atas adalah sebagai
berikut: KB + itu + KKpasif + Kcara; KKpasif + saja + KB + Ktunjuk!; sebaiknya +
KKpasif + saja + KB + Ktunjuk!; KK + -lah + KB + itu!; ambil(-kan) + KB +
Kwaktu; KK(-lah) + KB + PP + Kwaktu!; Hampiri (lah) + KB + di + Ktempat!;
tukar(kan) + dengan + KB + saja(lah) + KB!
98
WIDYATAMA
Dewi Kusumaningsih. Kaidah Imperatif Bahasa Indonesia dalam Buku Imperatif dalam Bahasa.......
Kesimpulan
Konsentrasi penelitian Imperatif dalam bahasa Indonesia yang dibahas dalam
penelitian ini adalah pengkaidahan kalimat dalam wujud formal (struktural). Konsentrasi
ini melihat imperatif sebagai suatu produk bahasa yang bisa dibuat dengan suatu kaidah
yang bisa dipakai untuk membuat imperatif. Adanya kaidah imperatif ini diharapkan
produksi imperatif bisa berkelimpahan dengan cara mengisi rumus-rumus kaidah yang
sudah dihasilkan dari penelitian ini. Secara berurutan (sesuai urutan yang sudah ditemukan
Rahardi dalam buku IDBI) kaidah-kaidah imperatif yang dihasilkan adalah sbb.:(1)
imperatif biasa: KB + KK (KD)!; KK (KD) + KAB + itu!; KB + KK (KD)!; KK (KU) +
partikel, KD!(2) imperatif permintaan: coba + negasi + KK (KD); kalau boleh,
KKet(waktu) + KB + KK (KD) + KKet (tujuan)!; Diharapkan + KB + (+/-) + KK + KKet
(tempat); sudi(lah) + KB + berkenan + KK + KB + KKet; dapat(kah) + KB + KK(kan) +
KB + K tunjuk (ini, itu); (di)mohon + dengan hormat + KB + (berkenan) + KK + ke +
KKet(tempat)!(3) imperatif pemberian izin : KB + silahkan + KK + KB!; KK (lah), jika
mau/akan + KK(me/me-i) + KB; biar(lah) + KB + KK(kan) + KB + KTunjuk!; KB +
diizinkan + KK (me-i) + KB; ambil(lah) + KB + Ktunjuk!
(4) imperatif ajakan: ayo + KK + KB + kata ganti milik!; biar + KB + KK + di +KB!;
coba + KB + KK + KB + Ktunjuk!; mari + KB + KK(kan) + KB + KKet!; harap + KK
(di-kan) + KB + Ktunjuk!.(5) imperatif suruhan: ayo + KK + Ksapaan!; biar + KB + KK
+ KB + KKet!; coba + KK(kan) + KB + Ktunjuk!; harap + KB + KK + ke + KB!;
hendaknya + KB + Ktunjuk + KKpasif!; hendaklah + KB + KK + KB!; silahkan + KKpasif
+ KB + Ktunjuk!; tolong + KKpasif + KB(nya)!(6) imperatif aktif tidak transitif:
(interjeksi) + KB + kalau + KK(lah)!; KK(ber-,-lah) + di + KB + Ktunjuk!; KK(ber-,-lah)
+ kalau + KS!; KK(ber-,-lah) + ke + Ket tempat!,(7) imperatif aktif transitif: ambil (lah)
+ KB + Ktunjuk +KKwaktu!; KS + -i (partikel –lah) + KB + Ktunjuk + KKwaktu!; per +
KS(-lah) + KB + Ktunjuk!; KK (ber-kan) (-lah) + KB + Ktunjuk!, (8) imperatif pasif: KB
+ itu + KKpasif + Ket.cara; KKpasif + saja + KB + Ktunjuk!; sebaiknya + KKpasif + saja
+ KB + Ktunjuk!; KK + -lah + KB + itu!; ambil(-kan) + KB + Ket.waktu; KK(-lah) + KB
+ PP + Ket.waktu!; Hampiri (lah) + KB + di + Ket.tempat!; tukar(kan) + dengan + KB +
saja(lah) + KB.
Daftar Rujukan
Alwi, Hasan. Dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (edisis Ketiga). Jakarta:
Balai Pustaka.
Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007.
Yogyakarta:Carasvatibooks.
Pengantar
(Metode)
Penelitian
Bahasa.
Rahardi, R.Kunjana. 2000. Imperatif dalam Bahasa Indonesia. Jogjakarta: Duta wacana
University Press
Sudaryanto. 1982. Metode Linguistik: Kedudukannya, Aneka Jenisnya, dan faktor Penentu
Wujudnya. Yogyakarta; Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gadjah
Mada.
_________. 1992. Metode Linguistik: Ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
WIDYATAMA
99
Download