Radical Disciples.indd 1 11/22/2010 2:41:53 AM Pujian untuk M URID Y ANG R ADIKAL Siapa yang lebih baik dibanding John Stott, dengan komitmen seumur hidupnya untuk hidup sebagai pengikut Yesus, yang menjelaskan panggilan kekal untuk memperhatikan pengajaran Yesus secara serius? Dengan putus asa dunia sangat mengharapkan bahwa ada cara lain untuk hidup, namun terlalu sering orang-orang Kristen justru berupaya untuk menyepadankan dirinya dengan pola-pola masyarakat dibandingkan mendemonstrasikan kekhususan yang Yesus tuntut dari kita. Jika memperhatikannya, niscaya panggilan ini sanggup untuk menghidupkan kembali kesaksian dari Gereja Tuhan. John Grayston, Direktur Teologi, Scripture Union Selama hampir enam puluh tahun pencerahan-pencerahan John Stott yang tajam dan sangat alkitabiah telah memberi pencerahan dalam banyak isu menantang yang dihadapi oleh Gereja Tuhan secara global. Buku ini mengantar semua tahun-tahun pengalaman, refleksi, dan studi beliau ke dalam sederetan pertanyaan yang ia yakini sering kita abaikan. Hal itu saja seharusnya membuat kita mendengar dengan seksama, bahkan sekali pun ia tidak memberitahu bahwa ini akan menjadi buku terakhirnya. Lebih jauh lagi, buku ini memberi kita pandangan yang amat jarang dan personal dari pemuridan penuh pengorbanan yang telah menandai hidupnya dengan amat dalam— itu adalah salah satu alasan lain bagi kita untuk belajar dari seorang pemimpin langka nan sejati ini. Peter Harris, pendiri dari A Rocha Sebuah buku perpisahan dari salah seorang raksasa pada zaman kita. Di dalamnya John Stott memberi garis besar tentang delapan aspek pemuridan dengan kejelasan luar biasa. Secara khusus betapa menggetarkan dan mendalam pembahasannya dalam dua bab terakhir tentang kebergantungan dan kematian. Jangan melewatkannya. Amy Boucher Pye, editor dan kolumnis Radical Disciples.indd 2 11/22/2010 2:41:53 AM Ini merupakan sebuah seruan langsung yang sangat indah untuk membangun kembali kehidupan pertobatan yang sejati di tengah-tengah sub-kultur Kristen kontemporer yang dicemari oleh keegoisan zaman. Ini adalah karya John Stot yang sangat bernas dan merupakan refleksi terbaiknya. Pemikirannya sangat padat, tajam, dan secara utuh menggambarkan bagaimana seharusnya para pengikut Yesus hidup secara otentik. Yesus tidak hanya menyentil hidup kita namun membangunnya kembali dari dasar.... Inilah buku yang menginspirasi kita untuk memiliki pertobatan yang sejati. Bacalah buku ini dan temukan seperti apa sosok pengikut Yesus sepenuh hati itu. Dominic Smart, pelayan, Gilcomston South Church of Scotland, Aberdeen Buku ini adalah buku yang setia kepada alkitab, relevan, sangat menantang, dan menggetarkan—sebuah karakteristik dari penyelidikan luar biasa yang terlalu mudah untuk kita abaikan. Saya tidak dapat membayangkan guru sebaik John Stott yang sanggup membahas tema ini, yang mana komitmen pribadi seumur hidupnya kepada kemuridan yang radikal terpancar dalam setiap halaman dari buku ini. David Stone, Team Rector of Newbury Saya senantiasa bersedih tatkala membayangkan bahwa Paman John pada akhirnya akan pergi, sebab ia akan membawa serta banyak hal bersama dengannya.... Ia telah menangkap esensi apa arti menjadi murid yang radikal, dan menuliskannya bagi kita dengan sebuah sentuhan ringan.... Dalam karya ini kita mendapatkan sebuah cuplikan dari apa yang Paman John yakini merupakan emas.... Saya yakin menulis pokok ini, sambil membagikan karya hidup yang luas dan dalam tanpa cacat dengan bahasa yang ringkas namun bernas..., ini juga merupakan demonstrasi yang sangat kuat dari perintah sederhana yang merupakan inti Injil.... Inilah buku yang akan selalu saya simak, berulang-ulang, untuk mendapatkan pertolongan. Brian Draper, dosen dan penulis dari Spiritual Intelligence Radical Disciples.indd 3 11/22/2010 2:41:53 AM Semua royalti dari buku ini telah diserahkan sepenuhnya kepada Langham Literature (dulunya bernama Evangelical Literature Trust) Langham Literature adalah sebuah program dari Langham Partnership International (LPI) yang didirikan oleh John Stott. Chris Wright adalah Direktur Pelayanan Internasional Langham Literature mendistribusikan buku-buku Injili bagi para gembala, mahasiswa sekolah teologi dan perpustakaan-perpustakaan seminari di negara-negara berpenduduk mayoritas, dan mengembangkan karya tulis dan percetakan literatur Kristen dalam banyak bahasa-bahasa setempat Untuk informasi lebih lanjut tentang Langham Literature, dan program-program lain dari LPI, kunjungi alamat website berikut www.langhampartnership.org. Di Amerika Serikat, anggota nasional dari Langham Partnership International adalah John Stott Ministries. Kunjungi website JSM di www.johnstott.org. Radical Disciples.indd 4 11/22/2010 2:41:53 AM T HE R ADICAL D ISCIPLE (Murid yang Radikal) Beberapa Aspek yang Sering Diabaikan Orang Kristen oleh John R. W. Stott Copyright © 2010 by John R.W. Stott All Right Reserved This translation of The Radical Disciple first published in 2010 is published by arrangement with Inter-Varsity Press, Nottingham, United Kingdom Alih Bahasa: Perdian K. M.Tumanan Editor: Milhan K. Santoso, Gadi Makitan Penata Letak: Milhan K. Santoso Desain Sampul: Ivan Gunawan Hak cipta terjemahan Indonesia: Literatur Perkantas Jawa Timur Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Telp. (031) 8413047, 8435582; Faks. (031) 8418639 E-mail: [email protected] www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jatim adalah sebuah divisi pelayanan literatur di bawah naungan Persekutuan Kristen Antar Universitas (Perkantas) Jawa Timur. Perkantas Jawa Timur adalah sebuah kegerakan yang melayani siswa, mahasiswa, dan alumni di sekolah dan universitas di Jawa Timur. Perkantas Jatim adalah bagian dari Perkantas Indonesia. Perkantas sendiri adalah anggota dari pergerakan International Fellowship of Evangelical Students (IFES). Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan yang ada secara lokal maupun regional di Jawa Timur dapat menghubungi melalui e-mail: [email protected], atau mengunjungi Website Perkantas Jatim di www.perkantasjatim.org Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) ISBN: 978-602-96700-1-1 Cetakan Pertama: November 2010 Hak cipta di tangan penerbit. Seluruh atau sebagian dari isi buku ini tidak boleh diperbanyak, disimpan dalam bentuk yang dapat dikutip, atau ditransmisi dalam bentuk apa pun seperti elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman, dlsb. tanpa ijin dari penerbit. Radical Disciples.indd 5 11/22/2010 2:41:53 AM Radical Disciples.indd 6 11/22/2010 2:41:53 AM D a f ta r I s i Ucapan Terima Kasih 9 Kata Pengantar: Murid atau Orang Kristen? 11 1 Non-Konformitas 15 2 Keserupaan dengan Kristus 25 3 Kedewasaan 35 4 Kepedulian terhadap Ciptaan 45 5 Kesederhanaan 55 6 Keseimbangan 75 7 Kebergantungan 89 8 Kematian 98 Kesimpulan: “Kamu Menyebut Aku Guru dan Tuhan” 119 Catatan Akhir: Salam Perpisahan! 121 Catatan 123 Radical Disciples.indd 7 11/22/2010 2:41:54 AM Radical Disciples.indd 8 11/22/2010 2:41:54 AM UCAPAN Terima Kasih Oleh karena proses penulisan buku ini telah dimulai, dikerjakan, dan diakhiri di bawah perteduhan yang ramah dari Kampus St. Barnabas, maka ucapan terima kasih saya yang pertama haruslah ditujukan bagi para stafnya dan bagi pengawas dan istrinya, Howard dan Lynne Such, bagi para warganya dan pasiennya, bagi para staf bagian perawatan, pemerhati, pelayanan administratif, layanan katering, dan bagian kebersihan, sebab secara bersama-sama mereka telah menciptakan sebuah komunitas Kristen yang kaya dengan penyembahan dan persekutuan, sebuah konteks yang cocok untuk berpikir dan menulis. Ketika sewaktu-waktu saya sangat keasyikan dengan aktivitas-aktivitas ini, saya pastilah terlihat seperti sesosok ciptaan anti-sosial, namun mereka sangat memaklumi dan memaafkan saya. Komunitas lain yang kepadanya saya berhutang adalah Gereja St. John, Felbridge; bagi vikaris mereka Stephen Bowen, istrinya Mandy, dan pengawas Gereja mereka Anne Butler dan Malcolm Francis. Ketika saya merasa cukup kuat, dengan sangat ramah mereka mengatur antar-jemput saya ke sana dan pulang pada hari minggu. Mereka mengerti dan menyemangati saya sepanjang pengerjaan buku ini. Saya sangat menghargai kemampuan editorial David Stone, dibantu oleh Eleanor Trotter, dan beberapa orang telah berkontribusi bagi teks termasuk John Wyatt dan Sheila Moore, di mana keduanya telah memperkaya Bab 7 dari pengalaman personal mereka. Peter Harris dan Chris Wright telah menolong saya pada Bab 4, dan Grace Lam telah memberikan saya informasi vital tentang pelayanan Radical Disciples.indd 9 11/22/2010 2:41:54 AM 10 / M u r i d ya n g r a d i k a l terakhir suaminya (Bab 5). Adalah hal yang terus membesarkan hati menerima kunjungan dua mingguan dari kemenakan perempuan saya Caroline dan Sarah, dan kunjungan yang amat sering dari sahabat saya Philip Herbert. Beberapa yang lain telah bekerja di belakang layar bagi saya, misalnya John Smith, yang dengan sabar berselancar di dunia maya bagi saya. Yang akhir namun bukan yang terakhir, Frances Whitehead telah mengatur untuk menjaga kunjungan mingguannya dan dengan demikian membuatnya terus disibukkan dengan arus surat elektronik yang tidak pernah berakhir, yang ditanganinya dengan kemampuan luar biasa, bersama dengan manuksrip ini. John Stott Paskah 2009 Radical Disciples.indd 10 11/22/2010 2:41:54 AM PENDAHULUAN: MURID ATAU ORANG KRISTEN? Izinkan saya menjelaskan dan memberi keterangan terhadap judul dari buku ini, Murid yang Radikal. Pertama, mengapa “murid”? Merupakan hal yang mengejutkan bagi banyak orang tatkala menemukan bahwa hanya tiga kali dalam Perjanjian Baru para pengikut Yesus Kristus disebut “orang Kristen”. Kemunculan yang paling signifikan adalah komentar Lukas bahwa oleh orang-orang Syria Antiokialah para murid Yesus pertama disebut “orang Kristen” (Kis. 11:26). Antiokia dikenal sebagai komunitas internasional. Konsekuensinya, Gereja di sana tentu merupakan sebuah komunitas internasional yang majemuk, dan memang tepat jikalau para anggotanya disebut “orang Kristen,” demi mengindikasikan bahwa perbedaan-perbedaan kesukuan mereka teratasi oleh kesetiaan mereka bersama kepada Kristus. Dua kemunculan lain dari kata “Kristen” memberikan bukti bahwa kekristenan sudah mulai dikenal luas. Maka ketika Paulus diadili di hadapan Raja Agripa dan menantangnya secara langsung, Agripa berseru kepada Paulus, “Apakah kau pikir dalam waktu yang singkat engkau dapat membujukku menjadi seorang Kristen?” (Kis.26:28). Selanjutnya, rasul Petrus yang surat pertamanya ditulis dengan latar belakang berkembangnya penganiayaan, melihat perlunya memisahkan antara mereka yang menderita “sebagai pelaku kriminal” dan mereka yang menderita “sebagai seorang Kristen” (1Pet. 4:16); oleh karena mereka milik Kristus. Kedua kata ini (“orang Kristen” dan “murid”) menyatakan secara tidak langsung tentang Radical Disciples.indd 11 11/22/2010 2:41:54 AM 12 / M u r i d ya n g r a d i k a l sebuah hubungan dengan Yesus, walaupun mungkin kata “murid” adalah istilah yang lebih kuat di antara keduanya sebab ia menyatakan hubungan murid dengan gurunya. Selama tiga tahun dalam pelayanan publiknya, kedua belas orang yang dipilih Yesus adalah murid sebelum mereka menjadi rasul, dan sebagai murid mereka ada di bawah instruksi Guru dan Tuhan mereka. Ada yang berpikir bahwa dalam cara tertentu kata “murid” terus dipakai beberapa abad kemudian, sehingga orang-orang Kristen punya kesadaran diri sebagai murid-murid Yesus, dan secara serius mengambil tanggung jawab mereka untuk ada “di bawah disiplin” sang guru. Penekanan saya lewat buku ini adalah kita yang mengklaim diri sebagai murid-murid Tuhan Yesus akan memancing-Nya untuk berkata kembali: “Mengapa engkau menyebut-Ku ‘Tuhan, Tuhan’, dan tidak melakukan apa yang Aku katakan?” (Luk. 6:46). Sebab pemuridan yang sejati adalah pemuridan yang sepenuh hati, dan dari sinilah poin saya yang berikutnya berlanjut. Jadi, yang kedua, mengapa “radikal”? Oleh karena kata yang saya gunakan untuk menggambarkan pemuridan kita ini adalah kata sifat, maka penting untuk menunjukkan makna dari kata yang saya gunakan ini. Kata Inggris “radikal” diturunkan dari kata Latin radix, yang berarti akar (atau sumber). Tampaknya, pada mulanya kata ini digunakan sebagai label politis bagi orang-orang seperti politisi abad ke-19, William Cobbett yang memiliki pandangan ekstrim, liberal, dan reformis. Namun dari sini, kata ini kemudian digunakan secara umum bagi mereka yang pandangan-pandangannya sangat mengakar kuat dan sempurna dalam komitmen mereka. Kini kita siap untuk meletakkan kata benda dan kata sifat ini bersama-sama dan mengajukan pertanyaan ketiga, mengapa disebut “murid yang radikal”? Jawabannya sangat jelas. Ada tingkattingkat komitmen yang berbeda dalam komunitas Kristen. Yesus sendiri mengilustrasikan hal ini lewat apa yang dialami dengan Radical Disciples.indd 12 11/22/2010 2:41:54 AM K ata P e n g a n ta r / 13 benih-benih yang digambarkan-Nya dalam Perumpamaan Penabur.1 Perbedaan yang ada di antara benih-benih tersebut terletak pada jenis tanah di mana benih tersebut jatuh. Terhadap benih yang ditaburkan pada tanah yang berbatu-batu Yesus berkata, “Tetapi ia tidak berakar.” Cara umum yang kita gunakan untuk menghindarkan diri dari pemuridan yang radikal adalah dengan menjadi selektif; memilih area-area di mana komitmen yang cocok dengan kita dan menjauh dari area-area yang menuntut harga yang sangat mahal. Namun karena Yesus adalah Tuhan, kita tidak punya hak untuk mengambil dan memilih area-area yang cocok di mana kita akan tunduk kepada otoritas-Nya. Yesus layak untuk menerima Penghormatan dan Kuasa Dan pujian lebih dari yang dapat kita berikan Jadilah Tuhan selamanya milik-Mu.2 Jadi tujuan saya lewat buku ini adalah untuk membahas delapan karakteristik dari pemuridan Kristen yang sering diabaikan namun patut untuk digumulkan secara serius. Radical Disciples.indd 13 11/22/2010 2:41:54 AM Radical Disciples.indd 14 11/22/2010 2:41:54 AM 1 NON-KONFORMITAS Karakter pertama dari murid radikal, yang hendak saya sampaikan kepada Anda, saya menyebutnya “non-konformitas”. Izinkan saya menjelaskannya. Gereja memiliki tanggung jawab ganda dalam kaitannya dengan dunia sekitar kita. Di satu sisi kita ada untuk hidup, melayani dan bersaksi di tengah-tengah dunia ini. Namun pada sisi yang lain kita menghindarkan diri agar tidak terkontaminasi oleh dunia. Jadi kita tidak menjaga kesucian kita dengan melarikan diri dari dunia (eskapisme) ataupun mengorbankan kekudusan kita dengan menjadi serupa (konformisme) dengan dunia. Eskapisme dan konformisme adalah dua hal yang tidak diperbolehkan bagi kita. Ini adalah salah satu tema besar dari seluruh Alkitab, yakni Allah memanggil sebuah umat bagi diri-Nya dan memerintahkan kita untuk hidup berbeda dari orang lain. “Kuduslah kamu,” ujar-Nya berulang-ulang kepada umat-Nya, “sebab Aku kudus” (mis. Imamat 11:45; 1 Petrus 1:15-16). Radical Disciples.indd 15 11/22/2010 2:41:54 AM 16 / M u r i d ya n g r a d i k a l Tema yang sangat mendasar ini Jadi kita tidak menjaga kesucian berulang-ulang muncul di dalam empat bagian utama dari Kitab kita dengan melarikan diri dari dunia (eskapisme) ataupun Suci: Taurat, kitab nabi-nabi, mengorbankan kekudusan kita pengajaran Yesus (Injil), dan pedengan menjadi serupa ngajaran para rasul. Izinkan saya (konformisme) dengan dunia memberikan satu contoh pada _________________________ setiap bagian. Pertama-tama, contoh yang terdapat di dalam Taurat. Allah berkata kepada umat-Nya melalui Musa: _________________________ Janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Mesir, di mana kamu diam dahulu; juga janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Kanaan, ke mana Aku membawa kamu; janganlah kamu hidup menurut kebiasaan mereka. Kamu harus lakukan peraturan-Ku dan harus berpegang pada ketetapan-Ku dengan hidup menurut semuanya itu; Akulah TUHAN, Allahmu (Imamat 18:3-4). Mirip dengan pernyataan tersebut, teguran Allah kepada umatNya melalui nabi Yehezkiel adalah “karena kelakuanmu tidak selaras dengan ketetapan-ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku tidak kamu lakukan; bahkan engkau melakukan peraturan-peraturan bangsa-bangsa yang di sekitarmu” (Yehezkiel 11:12). Hal yang sama juga terdapat di dalam Perjanjian Baru. Dalam khotbah di Bukit, Yesus berbicara soal orang munafik dan orang yang tidak mengenal Allah, dan Ia menambahkan: “Janganlah kamu seperti mereka” (Matius 6:8). Yang terakhir, Rasul Paulus menuliskan bagi jemaat di Roma: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu” (Roma 12:2). Inilah panggilan Allah untuk sebuah pemuridan yang radikal, yakni non-konformitas yang radikal terhadap budaya yang ada di sekitar kita. Ini adalah sebuah panggilan untuk menumbuhkan sebuah budaya alternatif (counter culture) Kristiani, sebuah pang- Radical Disciples.indd 16 11/22/2010 2:41:54 AM No n - Ko n f o r m i ta s / 17 gilan untuk terlibat namun tidak berkompromi. Jadi, tren-tren kontemporer apa yang mengancam kita dan yang harus kita tolak? Kita akan memikirkan empat hal. Pertama, tantangan dari pluralisme. Pandangan pluralisme menegaskan bahwa setiap “isme” memiliki validitasnya masing-masing yang mandiri dan memiliki hak yang sama untuk dihargai. Karena itu pluralisme menolak klaim-klaim kekristenan tentang finalitas dan keunikannya, dan menuduh bahwa setiap upaya untuk mempertobatkan siapa pun kepada sesuatu yang sebenarnya hanyalah pandangan-pandangan subyektif kita belaka, sebagai sebuah kesombongan belaka. Kalau begitu, bagaimana kita seharusnya merespons semangat dari pluralisme? Saya berharap kita merespons pandangan ini dengan kerendahan hati yang besar dan tanpa kesan hadirnya superioritas personal. Namun kita harus terus menegaskan keunikan dan finalitas Yesus Kristus. Sebab Ia unik dalam inkarnasi-Nya (satusatunya dan hanya satu-satunya Allah-manusia); unik dalam karya penebusan-Nya (hanya Dia yang telah mati bagi dosa-dosa dunia); dan unik dalam kebangkitan-Nya (hanya Dia yang telah menaklukkan maut). Dan oleh karena tidak dalam siapa pun kecuali dalam Yesus dari Nazareth, Allah pertama-tama menjadi manusia (dalam kelahiran-Nya), dan yang menanggung dosa-dosa kita (dalam kematian-Nya), dan yang kemudian mengalahkan maut (dalam kebangkitan-Nya), Ia secara unik punya kesanggupan untuk menyelamatkan para pendosa. Tidak ada satu pribadi pun yang memiliki kualifikasi yang Ia miliki. Kita mungkin lazim dengan Alexander yang Agung, Charles yang Agung dan Napoleon yang Agung, namun bukan Yesus yang Agung. Ia bukanlah yang Agung—Ia adalah yang satu-satunya. Tidak ada seorang pun seperti Dia. Ia tidak memiliki pesaing dan pengganti. Tren sekuler kedua yang menyebar luas, yang harus ditolak oleh para murid Kristen adalah materialisme. Materialisme bukanlah sekadar penerimaan terhadap realitas dunia material. Jika itu yang dimaksudkan, maka semua orang Kristen tentunya adalah kaum Radical Disciples.indd 17 11/22/2010 2:41:54 AM 18 / M u r i d ya n g r a d i k a l materialis, sebab kita percaya bahwa Allah telah menciptakan dunia material dan menyediakan berkat-berkat melaluinya. Allah juga menyatakan keberadaan perihal material melalui inkarnasi dan kebangkitan Anak-Nya, di dalam air baptisan dan di dalam roti dan anggur perjamuan kudus. Oleh karena itu tidak mengherankan jika William Temple menggambarkan kekristenan sebagai agama yang paling material dari semua agama. Tapi kekristenan tidaklah materialistik. Sebab materialisme adalah perhatian terhadap benda-benda material yang dapat menahan kehidupan kerohanian kita. Sebaliknya Yesus berfirman kepada kita untuk tidak menyimpan harta di dunia dan memberi kita peringatan dari bahaya ketamakan. Demikian pula rasul Paulus, mendesak kita untuk lebih mengembangkan sebuah gaya hidup sederhana, penuh dengan kemurahan hati dan rasa puas diri, di mana ia menarik pengalaman dirinya sendiri yang telah belajar puas dalam keadaan apapun juga (Filipi 4:11). Paulus menambahkan bahwa “kesalehan dengan rasa puas diri memberi keuntungan besar” (1 Timotius 6:6) dan kemudian melanjutkan penjelasannya dengan mengatakan “Sebab kita tidak membawa apapun ke dalam dunia dan tidak akan membawa apapun ke luar.” Mungkin Paulus dengan sadar menggemakan apa yang dikatakan Ayub: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya” (Ayub 1:21). Dengan kata lain, hidup di dalam dunia adalah sebuah perjalanan musafir singkat di antara dua peristiwa ketelanjangan. Sehingga kita akan bersikap bijaksana untuk meringankan beban perjalanan kita. Kita tidak akan membawa apa-apa. (Saya akan berbicara lebih banyak soal materialisme di Bab 5). Tren kontemporer ketiga yang mengancam kita dan yang membuat kita tidak boleh menyerah menghadapinya adalah semangat yang berbahaya dari relativisme etika. Di sekitar kita, standar-standar moral sedang tergelincir. Ini jugalah yang sedang terjadi di dunia Barat. Banyak orang dibingungkan Radical Disciples.indd 18 11/22/2010 2:41:54 AM No n - Ko n f o r m i ta s / 19 apakah masih ada standar-standar kebenaran mutlak yang tersisa. Relativisme telah meresap di dalam budaya dan sedang merembes ke dalam Gereja Tuhan. Tidak ada ranah di mana relativisme lebih tampak jelas selain yang sedang terjadi dalam bidang etika seksual dan revolusi seksual yang telah terjadi sejak tahun 1960-an. Hal yang diterima secara universal (setidaknya di mana etika Yudaisme-Kristen masih diperhatikan dengan serius) adalah pernikahan merupakan ikatan yang bersifat monogami, heteroseksual, persatuan kasih, dan kesetiaan seumur hidup, dan merupakan satu-satunya tempat yang disediakan Allah bagi keintiman seksual. Namun saat ini, bahkan terjadi di dalam beberapa Gereja, kohabitasi (kumpul kebo) tanpa pernikahan secara luas diperagakan tanpa merasa perlu dengan komitmen yang esensial di dalam pernikahan yang otentik, pada sisi yang lain relasi kaum-sejenis dianjurkan sebagai sebuah alternatif yang sah terhadap pernikahan heteroseksual. Menghadapi tren-tren ini Yesus Kristus memanggil muridmurid-Nya kepada ketaatan dan menyepadankan hidup mereka kepada standar-standar-Nya. Terkadang ada kalangan yang mengklaim bahwa Yesus tidak pernah berbicara tentang hal-hal ini. Namun sebenarnya Ia melakukannya. Ia mengutip baik Kejadian 1:27 (“Pada mulanya Sang Khalik menciptakan mereka sebagai laki-laki dan perempuan”) dan Kejadian 2:24 (“Seorang laki-laki akan meninggalkan orang tuanya dan bersatu dengan istrinya, dan keduanya akan menjadi satu daging”) saat memberikan definisi alkitabiah tentang pernikahan. Dan setelah mengutip bagian-bagian Kitab Suci ini Yesus memberikan dorongan pribadi-Nya dengan berkata “apa yang Allah telah persatukan, tidak boleh diceraikan oleh satu orang pun” (Matius 19:4-6). Cara pandang ini telah dievaluasi secara kritis oleh seorang filsuf moral dan sosial Amerika yang sangat terkenal, Abraham Edel (19082007), yang buku penting pertamanya adalah Penilaian Etika (Ethical Judgment), dan bersub-judul “penggunaan sains dalam etika.”1 Radical Disciples.indd 19 11/22/2010 2:41:54 AM 20 / M u r i d ya n g r a d i k a l “Moralitas pada puncaknya adalah sesuatu yang berubah-ubah,” tulisnya, dan ia melanjutkan dengan sepenggal puisi populer yang tidak bermutu berikut: Semuanya bergantung di mana Anda berada, Semuanya bergantung kapan Anda berada Semuanya bergantung pada perasaan Anda. Semuanya bergantung pada apa yang dipuja, Apa yang benar hari ini dapat salah esok harinya, Suka di Perancis, duka di Inggris. Semuanya bergantung pada titik pandang, Australia atau Timbuktu, Di Roma lakukanlah dengan cara orang Roma. Bila rasa dapat disetujui Pastilah Anda bermoral. Namun ketika kecenderungan saling berkonflik Semuanya bergantung pada..., semuanya bergantung pada.... Namun murid-murid kristen yang radikal harus tidak sepakat dengan hal ini. Tentu kita tidak boleh terlalu kaku saat mengambil keputusan terhadap persoalan-persoalan etika dan sebaliknya kita harus sensitif mengaplikasikan prinsip-prinsip alkitabiah dalam setiap situasi. Namun hal yang sangat mendasar dalam perilaku Kristen adalah ke-Tuhanan Yesus Kristus. “Yesus adalah Tuhan” harus tetap menjadi dasar dari hidup kita. Karena itu pertanyaan mendasar yang diperhadapkan kepada Gereja adalah: siapa yang menjadi Tuhan? Apakah Gereja menjadi tuhan bagi Yesus Kristus dan karena itu Gereja punya kebebasan untuk mengedit dan memanipulasi, menerima apa yang disenanginya, dan menolak apa yang tidak disukainya? Atau apakah Yesus Kristus merupakan Guru dan Tuhan kita, sehingga kita percaya dan menaati ajaran-Nya? Ia masih berfirman kepada kita sampai hari ini “Mengapa engkau menyebut-Ku, ‘Tuhan, Tuhan,’ namun tidak melakukan apa Radical Disciples.indd 20 11/22/2010 2:41:55 AM / 21 No n - Ko n f o r m i ta s yang Aku katakan?” (Lukas 6:46). Mengakui Yesus sebagai Tuhan namun tidak menaati-Nya ibarat membangun hidup kita di atas fondasi yang terbuat dari pasir. Sekali lagi, “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, ialah yang mengasihi Aku,” firman Yesus pada saat berada di ruang atas dalam perjamuan bersama murid-murid-Nya (Yohanes 14:21). Jadi di sini terdapat dua budaya dan dua sistem nilai, dua standar dan dua gaya hidup. Pada satu sisi terdapat gaya dari dunia di sekitar kita; namun di sisi yang lain terdapat kehendak Allah yang disingkapkan, yang baik dan berkenan di hati Allah. Para murid yang radikal tidak terlalu sulit untuk memilih. Kini kita ada pada tren kontemporer keempat yaitu tantangan narsisme. Narcisus (dalam mitologi Yunani) adalah seorang pemuda tampan yang tertawan dengan refleksi dirinya sendiri pada sebuah kolam, jatuh cinta dengan gambar dirinya itu sehingga membuatnya terjun ke air itu dan tenggelam. Narsisme adalah cinta terhadap diri sendiri secara berlebihan, sebuah penghargaan tak terbatas terhadap “diri”. Pada tahun 1970-an narsisme terekspresi dalam Gerakan Potensi Manusia, yang menitikberatkan pada kebutuhan manusia akan aktualisasi diri. Pada tahun 1980-an dan 1990-an Gerakan Zaman Baru bergabung masuk dalam Pergerakan Potensi Manusia. Shierly McLaine dapat disebut sebagai imam besarnya dan ia tergila-gila terhadap diri sendiri. Menurutnya yang dimaksud dengan kabar baik adalah: Saya yakin bahwa saya berada; maka saya ada. Saya yakin bahwa kekuatan allah berada; maka ia ada. Karena saya adalah bagian dari kekuatan itu, maka aku adalah aku. Hal tersebut terdengar seperti sebuah parodi yang disengaja terhadap penyataan diri Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU” (Keluaran 3:14). Radical Disciples.indd 21 11/22/2010 2:41:55 AM 22 / M u r i d ya n g r a d i k a l Jadi Gerakan Zaman Baru memanggil kita untuk melihat ke dalam diri kita, untuk mengeksplorasi diri kita, sebab solusi dari masalah-masalah kita berasal dari dalam. Kita tidak butuh juruselamat dari satu tempat yang datang bagi kita; kita dapat menjadi juruselamat bagi diri kita sendiri. Sayangnya, beberapa bagian dari pengajaran ini telah merasuki gereja, lewat beberapa orang kristen yang mendesak bahwa kita tidak boleh hanya mengasihi Allah dan sesama kita, kita juga harus mengasihi diri kita. Tapi tidak, ini pastilah pandangan yang keliru karena tiga alasan. Pertama, Yesus berbicara tentang “perintah yang pertama dan terutama” dan perintah yang “kedua,” namun tidak menyebut sebuah perintah yang ketiga. Kedua, cinta diri adalah salah satu tanda dari manusia-manusia yang hadir pada zaman akhir (2 Timotius 3:2). Ketiga, arti dari kasih agape adalah pengorbanan dari seseorang dalam melayani orang lain. Mengorbankan diri untuk melayani diri sendiri jelas merupakan sebuah omong kosong! Kalau begitu bagaimana sikap kita seharusnya terhadap diri sendiri? Sikap kita yang tepat terhadap diri sendiri merupakan sebuah kombinasi dari afirmasi diri dan penyangkalan diri—mengafirmasi segala sesuatu di dalam kita yang datang kepada kita sejak penciptaan dan penebusan kita, dan menyangkali segala sesuatu yang menyebabkan kejatuhan kita. Merupakan sebuah kelepasan yang sangat besar apabila kita dapat menjauh dari kesenangan-kesenangan terhadap diri yang tidak sehat dan beralih kepada perintah-perintah Allah yang sehat (disatukan dan dikuatkan oleh Yesus) untuk mengasihi Allah dengan seluruh keberadaan diri kita dan mengasihi sesama kita seperti diri sendiri. Sebab Allah menginginkan Gereja-Nya menjadi sebuah komunitas kasih, sebuah komunitas penyembahan dan pelayanan. Siapa pun pasti tahu bahwa kasih adalah hal terbesar di dalam dunia, dan orang-orang kristen tahu alasannya, mengapa. Itu dikarenakan Allah adalah kasih. Seorang yang berasal dari kalangan istana Spanyol pada abad Radical Disciples.indd 22 11/22/2010 2:41:55 AM No n - Ko n f o r m i ta s / 23 ke-13, Raymond Lull (seorang misionaris bagi kalangan Muslim di Afrika Utara) pernah menuliskan “Ia yang tidak mengasihi, sebenarnya tidak pernah hidup.” Sebab hidup berarti mengasihi, dan tanpa kasih kepribadian seseorang tidaklah utuh. Itulah sebabnya mengapa setiap orang mencari sebuah relasi kasih yang otentik. Kalau kita kembali melihat ke belakang, kita telah membicarakan empat tren utama dunia yang mengancam akan menelan komunitas Kristen. Di hadapan semua tantangan inilah kita dipanggil, bukan untuk menjadi seorang konformis yang berpikiran lemah, namun untuk menjadi orang-orang non-konformis yang radikal. Menghadapi tantangan pluralisme, kita harus menjadi sebuah komunitas kebenaran, yang berdiri teguh berpegang pada keunikan Yesus Kristus. Dalam menghadapi tantangan materialisme, kita harus menjadi sebuah komunitas orang-orang sederhana dan kaum pengembara. Menghadapi tantangan relativisme, kita harus menjadi sebuah komunitas yang taat. Menghadapi tantangan narsisme, kita harus menjadi sebuah komunitas kasih. Kita tidak boleh menjadi seperti buluh yang mudah diombangambingkan oleh angin, tunduk menyerah di hadapan hembusan keras opini publik. Namun kita harus menjadi seperti batu karang pegunungan yang tidak tergoyahkan. Kita tidak boleh menjadi seperti ikan yang mengikuti arus (sebab “hanya ikan matiah yang berenang mengikuti arus”, ujar Malcolm Muggeridge), namun kita harus berenang melawan arus, bahkan dalam melawan arus budaya. Kita tidak boleh menjadi seperti bunglon, yaitu sejenis kadal yang mengubah _____________________________ warnanya berdasarkan suaKita tidak boleh menjadi seperti buluh sana sekitarnya, sebaliknya yang mudah diombang-ambingkan oleh kita harus berdiri menentang pandangan-pandangan angin, tunduk menyerah di hadapan hembusan keras opini publik. Namun sekitar kita. kita harus menjadi seperti batu karang Kalau begitu menjadi pegunungan yang tidak tergoyahkan seperti apa orang-orang kris_____________________________ ten seharusnya jika ternyata Radical Disciples.indd 23 11/22/2010 2:41:55 AM 24 / M u r i d ya n g r a d i k a l kita tidak boleh menjadi seperti buluh, ikan mati atau seekor bunglon? Apakah firman Allah selalu bersifat negatif, hanya sekadar menyarankan kita untuk menghindarkan diri agar tidak tercetak dalam pola orang-orang dunia yang ada di sekitar kita? Tentu tidak. Firman Allah juga bersifat positif. Kita harus menjadi serupa dengan Kristus, “menjadi serupa dengan gambaran Anak Allah” (Roma 8:29). Kebenaran ini membimbing kita untuk masuk pada bab selanjutnya. Radical Disciples.indd 24 11/22/2010 2:41:55 AM 5 KESEDERHANAAN Menurut saya, karakteristik kelima dari murid yang radikal adalah kesederhanaan, khususnya semua persoalan yang berhubungan dengan uang dan harta milik. Kita telah menunda pada bab 1 soal tantangan materialisme. Pada bulan Maret 1980, sebuah Konsultasi Internasional tentang Gaya Hidup Sederhana (International Consultation on Simple Lifestyle) yang dilangsungkan di Inggris. Pertemuan tersebut memberi dampak kecil saat itu, tetapi dalam pandangan saya tidak terlalu mendapat perhatian yang layak, baik sebelum maupun sesudahnya. Karena itu, izinkan saya memperkenalkan seseorang kepada Anda, yang menghadiri Konsultasi itu dan hidupnya dipengaruhi oleh pertemuan tersebut. SEBUAH HIDUP YANG SEDERHANA Dan Lam dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga Kristen di Hong Kong. Ayahnya meninggal pada saat ia masih kecil, karena itu ibunya Radical Disciples.indd 55 11/22/2010 2:41:58 AM 56 / M u r i d ya n g r a d i k a l menghidupi keluarganya seorang diri. Ia adalah seorang perempuan yang baik dan saleh. Setiap hari minggu ia memberikan kepada setiap anaknya sejumlah uang untuk diletakkan pada tempat persembahan, meskipun mereka amat miskin. Namun Dan akan mengambil kembali uang persembahannya, mencurinya dari gereja, menyewa sebuah sepeda, dan berkeliling Hong Kong. Ketika kebaktian usai ia akan menunjukkan diri dan pulang ke rumahnya. Menurut seorang teman kelasnya dulu, ia adalah “seorang anak yang sangat nakal.” Ketika remaja, ia sempat mengalami sakit yang hampir merenggut nyawanya. Sejak saat itulah ia yakin bahwa Allah bermaksud “baik kepadanya, bukan jahat,” dan ia menyerahkan hidupnya kepada Tuhan Yesus Kristus. Ia tidak menoleh ke belakang lagi. Ia mengalami perubahan 180 derajat, dan ini mengejutkan serta membebaskan keluarganya! Ketika tiba masanya untuk ia menafkahi sendiri hidupnya, ia mendapatkan pekerjaan di Bechtel Corporation, sebuah perusahaan multi-nasional yang bergerak di bidang alat-alat berat. Mereka terlibat dalam pembangunan bandara-bandara udara dan pelabuhan-pelabuhan, memberi bantuan pada saat terjadi bencana (angin topan), dalam pembangunan “Chunnel” (terowongan yang menghubungkan Inggris dan Perancis), dan dalam pembangunan “BART,” sistem Transit Cepat Area Teluk San Fransisco. Tentu saja Dan tidak sendirian terlibat dalam semua proyek ini namun ia menjadi manager yang bertanggung jawab terhadap sekian ratus tenaga kerja. Pada tahun 1976 perusahaan memindahkannya dan keluarganya ke Saudi Arabia dan tahun 1978 memindahkannya ke London. Saat itulah pertama kalinya saya berjumpa dengan Dan dan Grace istrinya, sebab mereka bergabung dengan Gereja All Souls, Langham Place, di mana saya menjadi pimpinan saat itu dan menjadi anggota dalam kelompok persekutuan yang sama. Dan punya perhatian yang luar biasa terhadap orang-orang miskin dan yang membutuhkan. Ia sangat murah hati terhadap Radical Disciples.indd 56 11/22/2010 2:41:58 AM Kese d e r h a n a a n / 57 keluarga dan gerejanya, meskipun demikian gaya hidupnya sangat sederhana. Tapi ia juga mulai merasakan tekanan dari bisnisnya. Kemudian muncullah sebuah Konsultasi Gaya Hidup Sederhana dan tantangan yang dihasilkannya. Dan telah setia memberi persepuluhan dari pendapatannya, namun sekarang ia berkata bahwa kini, ia harus hidup lebih sederhana lagi. Dalam sebuah kunjungan ke India ia melihat kemiskinan yang sesungguhnya, dan juga menemukan bahwa persentase untuk dana misi yang dibutuhkan sangat tinggi. Ia memutuskan untuk tidak menumpuk kekayaan melainkan memberikannya. Pada tahun 1981, ia mengundurkan diri dari Bechtel. Keputusan itu ia ambil bukan karena ia merasa tidak mampu melayani Allah dalam perusahaan multi-nasional, sebab Yesus Kristus adalah Tuhan atas seluruh bagian kehidupan. Dorongan ini lebih disebabkan oleh sebuah panggilan khusus yang ia rasakan ke negara-negara Asia Tenggara yang diantaranya: Thailand, Laos, dan Kamboja, kemudian Myanmar dan Mongolia. Ia memahami dan menerapkan prinsip-prinsip konteks lokal dalam bermisi. Ia dengan sangat yakin mengajar dan melatih orang Asia untuk memenangkan orang Asia dan memperlengkapi orang-orang Asia bagi misi. Ia termotivasi oleh pemahaman bahwa mayoritas populasi penduduk dunia hidup di Asia. Lebih jauh lagi, cara ini merupakan hal yang lebih ekonomis dan efisien bagi warga Asia untuk memenangkan Asia sebab mereka tidak punya masalah dengan budaya atau bahasa, makanan, atau larangan bepergian. Dan memulai Sekolah Alkitab pertama di Mongolia, dan Sekolah Alkitab di Phnom Penh (Kamboja) pertama kali terdaftar atas namanya, walaupun kini sekolah tersebut terdaftar dengan nama Sekolah Alkitab Phnom Penh (Phnom Penh Bible School). Orang mendengar pertumbuhan yang sangat signifikan ini dengan penuh pengharapan. Namun hal ini tidak berlangsung lama. Secara mengejutkan kepemimpinan Dan berakhir. Sebab pada tanggal 22 Maret 1994 ia menjadi korban dari sebuah kecelakaan Radical Disciples.indd 57 11/22/2010 2:41:58 AM 8 KEMATIAN Karakteristik kedelapan dan terakhir dari murid yang radikal yang telah saya pilih adalah kematian. Izinkan saya menjelaskannya. Kekristenan menawarkan kehidupan—kehidupan kekal, kehidupan yang utuh dan penuh. Namun sangat jelas bahwa jalan menuju kehidupan adalah kematian. Hal ini digarisbawahi setidaknya dalam enam area, yang selanjutnya akan saya tunjukkan dalam bab ini. Kehidupan melalui kematian merupakan salah satu paradoks paling agung, baik dalam iman Kristen maupun dalam kehidupan Kristen. Kehidupan maupun kematian senantiasa mempesona umat manusia. Tidak ada keraguan sedikit pun bahwa sekarang kita hidup dan suatu saat nanti kita akan mati. Kehidupan dan kematian merupakan dua kenyataan tak terbantahkan yang akan kita alami. Namun keduanya juga sangat misterius dan sukar untuk dijelaskan. Izinkan saya memberikan sebuah contoh dari bidang pengalaman yang menjadi minat saya, ornithologi (ilmu pengetahuan tentang burung) Radical Disciples.indd 99 11/22/2010 2:42:01 AM 100 / M u r i d ya n g r a d i k a l ____________________________ Kehidupan melalui kematian merupakan salah satu paradoks paling agung baik dalam iman Kristen maupun dalam kehidupan Kristen ____________________________ Roger Tory Peterson, yang meninggal dunia di tahun 1997, adalah sesepuh dari para pengamat burung di Amerika Serikat abad ke 20. Ia suka menceritakan bagaimana ia memulainya. Pada saat berusia sebelas tahun, ia berjalan-jalan di pedesaan lalu menandai seekor burung Flicker (sejenis burung Woodpecker). Burung tersebut tampak hanya berupa buntelan bulu-bulu kecoklatan, melekat pada dahan dari sebuah pohon ek. Dengan hati-hati sekali saya menyentuh bagian belakangnya. Tiba-tiba benda lamban tak berdaya ini mengangkat kepalanya berputar, menatap padaku dengan mata terkejut, lalu kemudian seketika merentangkan sayap-sayap emas, dan terbang ke dalam hutan. Kejadian itu seperti kebangkitan—apa yang kelihatannya mati sebenarnya-benarnya hidup. Sejak saat itu, burung bagi saya tampak sebagai ekspresi kehidupan yang paling nyata.... Burung-burung adalah penegasan dari kehidupan.1 Dalam kesempatan apa pun Peterson selalu melukiskan ini sebagai “kejadian paling penting dalam hidup saya.” Ia melanjutkan, “Saya terkesima oleh kontras antara sesuatu yang tiba-tiba menjadi begitu hidup dari sesuatu yang saya pikir sudah mati.”2 Perhatian saya dalam bab ini bukanlah soal natur dari kehidupan dan kematian, melainkan soal kematian dan kehidupan di dalam Kristus. Perspektif Alkitab yang radikal melihat kematian bukan sebagai akhir kehidupan melainkan sebagai gerbang menuju kehidupan. Sebab apa yang Kitab Suci lakukan adalah untuk mengatur di hadapan kita kerinduan akan kemuliaan hidup, kemudian menegaskan bahwa kondisi yang tidak dapat diabaikan untuk mengalaminya adalah melalui kematian. Singkatnya, Alkitab menjanjikan kehidupan melalui kematian, dan Kitab Suci tidak menjanjikan kehidupan dari Radical Disciples.indd 100 11/22/2010 2:42:01 AM Kem at i a n / 101 terminologi yang lain. Itulah sebabnya rasul Paulus menggambarkan orang-orang Kristen sebagai “orang-orang yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup.” (Roma 6:13). Perspektif ini sangat berbeda dari asumsi-asumsi pemikiran sekuler, sesuatu yang belum pernah terlihat sebelumnya, sangat revolusioner dalam implikasinya, sehingga kita perlu melihatnya diilustrasikan dalam enam situasi berbeda, yang masing-masing bekerja menurut Perjanjian Baru. KESELAMATAN Pertama-tama, kita melihat kematian dan kehidupan dalam relasinya dengan keselamatan kita. Sebab keselamatan sering direpresentasikan dalam terminologi kehidupan. Paulus menulis bahwa anugerah Allah adalah hidup yang kekal (Roma 6:23) dan Injil Yohanes menjelaskan bahwa mereka yang memiliki Anak memiliki hidup (1 Yohanes 5:12). Juga terlihat jelas bahwa keistimewaan khusus dari kehidupan ini bukan terletak pada kekekalannya (waktu yang panjang) melainkan pada kualitasnya sebagai sebuah kehidupan dari zaman baru. Kehidupan kekal adalah kehidupan yang dihidupi di dalam persekutuan dengan Allah (Yohanes 17:3). Namun satu-satunya cara untuk masuk dalam kehidupan ini adalah kematian. Alasan untuk hal ini sangat jelas karena penghalang untuk bersekutu dengan Allah adalah dosa, dan “upah dosa ialah maut” (Roma 6:23). Di seluruh Alkitab dosa dan maut adalah dua hal yang menyatu sebagai pelanggaran dan hukuman yang adil. Namun jika kita mati oleh dosa-dosa kita sendiri, itu tentu akan menjadi akhir bagi kita. Tidak akan ada lagi kehidupan sama sekali. Itulah sebabnya Allah datang kepada kita dalam Yesus Kristus. Ia mengambil tempat kita, menanggung beban kita, dan mati bagi kematian kita. Kita telah berdosa. Karena itulah kita patut untuk mati. Namun Ia mati bagi kita. Pernyataan sederhana “Kristus mati bagi dosa-dosa” sudah cukup. Ia tidak memiliki dosa pada diri-Nya yang membuat-Nya patut untuk mati; Ia mati bagi dosa-dosa kita. Namun kematian-Nya tidak akan membawa kebaikan apa-apa Radical Disciples.indd 101 11/22/2010 2:42:01 AM Reimagining Evangelism (Merombak Citra Penginjilan) Mengundang Rekan dalam Sebuah Perjalanan Rohani Rick C. Richardson Terkadang menceritakan Yesus kepada rekan-rekan Anda terasa seperti usaha untuk mencapai kesepakatan dalam sebuah percakapan jual-beli, menawarkan sesuatu kepada seseorang yang belum tentu mereka sukai. Pernakah Anda membayangkan penginjilan yang lebih alami dan hangat? Bayangkanlah bahwa Anda bebas menjadi diri Anda sendiri dan bebas dalam memberikan kesempatan pada Roh Kudus untuk berkarya dalam diri Anda. Bayangkanlah bahwa Penginjilan tidaklah bergantung semata-mata pada Anda namun Anda dapat menjadi bagian penting dalam sebuah komunitas yang bersaksi. Bayangkanlah Anda sedang menceritakan beberapa kisah kepada orang lain dan bukannya sekadar mencoba untuk mengingat-ingat sesuatu. Buku yang benar-benar merombak cara pandang kita akan Penginjilan selama ini dan membawa pandangan yang lebih segar, inovatif, dan dinamis bersama Roh Kudus. “Terima Kasih, Rick, karena membuat kita berpikir kreatif, jujur, dan berani.” (Luis Palau, penulis & penginjil) Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: [email protected], www.perkantasjatim.org Radical Disciples.indd 126 11/22/2010 2:42:02 AM Longing for God (Merindukan Allah) Tujuh Jalan Devosi Kristen Richard J. Foster & Gayle D. Beebe Kita ingin agar pengalaman akrab dengan Allah bukan? Namun kita sering tidak tahu bagaimana mengembangkan spiritualitas yang semarak. Buku ini akan membuat kita masuk ke dalam arena perlombaan iman berkeme-nangan atau pesta rohani penuh gairah, sebab dua penulis berpengalaman tentang spiritualitas, menolong kita menemukan harta karun pengalaman dan pengertian para raksasa iman sepanjang sejarah Gereja. Pengalaman dan pencerapan rohani para tokoh spiritualitas seperti Origen, Bernard dari Clairvaux, Martin Luther, John Calvin, Thomas Aquinas, Evagrius dari Ponticus, Franciscus dari Asisi, Teresa dari Avila, Blaise Pascal, John Wesley, dan masih banyak lagi tokoh lainnya akan menolong kita merayakan relasi kita dengan Allah secara kaya. Para tokoh gereja Barat dan Timur, Katolik dan Reformasi, pria dan wanita, akan bagaikan “banyak saksi” yang menyemangati kita untuk berkerohanian makin maju dan membawa kita makin intim bersama Allah. 2010 Christianity Today Book Award winner! 2010 Golden CanonLeadership Book Award winner! Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: [email protected], www.perkantasjatim.org Radical Disciples.indd 127 11/22/2010 2:42:02 AM Seri Pemahaman Pemuridan Kristen Kualitas Pemimpin Kelompok Kecil Tetap Segar di Tengah Rutinitas Harry Limanto Gunawan Sri Haryono Bahan Kelompok Tumbuh Bersama Pembinaan Dasar (Edisi Revisi) Ketuhanan Kristus Pembinaan Watak (Edisi Revisi) U ntuk I nfo dan P emesanan dapat menghubungi : Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: [email protected], www.perkantasjatim.org Radical Disciples.indd 128 11/22/2010 2:42:03 AM