Sampel Buku - Perkantas Jawa Timur

advertisement
Radical Disciples.indd 1
11/22/2010 2:41:53 AM
Pujian untuk M URID Y ANG R ADIKAL
Siapa yang lebih baik dibanding John Stott, dengan komitmen seumur hidupnya untuk hidup sebagai pengikut Yesus, yang menjelaskan panggilan kekal untuk memperhatikan pengajaran Yesus secara
serius? Dengan putus asa dunia sangat mengharapkan bahwa ada cara
lain untuk hidup, namun terlalu sering orang-orang Kristen justru
berupaya untuk menyepadankan dirinya dengan pola-pola masyarakat dibandingkan mendemonstrasikan kekhususan yang Yesus tuntut
dari kita. Jika memperhatikannya, niscaya panggilan ini sanggup untuk menghidupkan kembali kesaksian dari Gereja Tuhan.
John Grayston, Direktur Teologi, Scripture Union
Selama hampir enam puluh tahun pencerahan-pencerahan John Stott
yang tajam dan sangat alkitabiah telah memberi pencerahan dalam
banyak isu menantang yang dihadapi oleh Gereja Tuhan secara global. Buku ini mengantar semua tahun-tahun pengalaman, refleksi, dan
studi beliau ke dalam sederetan pertanyaan yang ia yakini sering kita
abaikan. Hal itu saja seharusnya membuat kita mendengar dengan
seksama, bahkan sekali pun ia tidak memberitahu bahwa ini akan
menjadi buku terakhirnya. Lebih jauh lagi, buku ini memberi kita
pandangan yang amat jarang dan personal dari pemuridan penuh
pengorbanan yang telah menandai hidupnya dengan amat dalam—
itu adalah salah satu alasan lain bagi kita untuk belajar dari seorang
pemimpin langka nan sejati ini.
Peter Harris, pendiri dari A Rocha
Sebuah buku perpisahan dari salah seorang raksasa pada zaman kita. Di
dalamnya John Stott memberi garis besar tentang delapan aspek pemuridan dengan kejelasan luar biasa. Secara khusus betapa menggetarkan dan mendalam pembahasannya dalam dua bab terakhir tentang kebergantungan dan kematian. Jangan melewatkannya.
Amy Boucher Pye, editor dan kolumnis
Radical Disciples.indd 2
11/22/2010 2:41:53 AM
Ini merupakan sebuah seruan langsung yang sangat indah untuk membangun kembali kehidupan pertobatan yang sejati di tengah-tengah
sub-kultur Kristen kontemporer yang dicemari oleh keegoisan zaman.
Ini adalah karya John Stot yang sangat bernas dan merupakan refleksi
terbaiknya. Pemikirannya sangat padat, tajam, dan secara utuh menggambarkan bagaimana seharusnya para pengikut Yesus hidup secara
otentik. Yesus tidak hanya menyentil hidup kita namun membangunnya kembali dari dasar.... Inilah buku yang menginspirasi kita untuk
memiliki pertobatan yang sejati. Bacalah buku ini dan temukan seperti apa sosok pengikut Yesus sepenuh hati itu.
Dominic Smart, pelayan, Gilcomston South Church of Scotland,
Aberdeen
Buku ini adalah buku yang setia kepada alkitab, relevan, sangat menantang, dan menggetarkan—sebuah karakteristik dari penyelidikan luar
biasa yang terlalu mudah untuk kita abaikan. Saya tidak dapat membayangkan guru sebaik John Stott yang sanggup membahas tema ini,
yang mana komitmen pribadi seumur hidupnya kepada kemuridan
yang radikal terpancar dalam setiap halaman dari buku ini.
David Stone, Team Rector of Newbury
Saya senantiasa bersedih tatkala membayangkan bahwa Paman John
pada akhirnya akan pergi, sebab ia akan membawa serta banyak hal
bersama dengannya.... Ia telah menangkap esensi apa arti menjadi
murid yang radikal, dan menuliskannya bagi kita dengan sebuah sentuhan ringan.... Dalam karya ini kita mendapatkan sebuah cuplikan
dari apa yang Paman John yakini merupakan emas.... Saya yakin
menulis pokok ini, sambil membagikan karya hidup yang luas dan
dalam tanpa cacat dengan bahasa yang ringkas namun bernas..., ini
juga merupakan demonstrasi yang sangat kuat dari perintah sederhana yang merupakan inti Injil.... Inilah buku yang akan selalu saya
simak, berulang-ulang, untuk mendapatkan pertolongan.
Brian Draper, dosen dan penulis dari Spiritual Intelligence
Radical Disciples.indd 3
11/22/2010 2:41:53 AM
Semua royalti dari buku ini telah diserahkan sepenuhnya kepada
Langham Literature (dulunya bernama Evangelical Literature Trust)
Langham Literature adalah sebuah program dari Langham Partnership
International (LPI) yang didirikan oleh John Stott. Chris Wright
adalah Direktur Pelayanan Internasional
Langham Literature mendistribusikan buku-buku Injili bagi para
gembala, mahasiswa sekolah teologi dan perpustakaan-perpustakaan seminari di negara-negara berpenduduk mayoritas, dan mengembangkan karya tulis dan percetakan literatur Kristen dalam
banyak bahasa-bahasa setempat
Untuk informasi lebih lanjut tentang Langham Literature, dan
program-program lain dari LPI, kunjungi alamat website berikut
www.langhampartnership.org.
Di Amerika Serikat, anggota nasional dari Langham Partnership
International adalah John Stott Ministries. Kunjungi website JSM
di www.johnstott.org.
Radical Disciples.indd 4
11/22/2010 2:41:53 AM
T HE R ADICAL D ISCIPLE
(Murid yang Radikal)
Beberapa Aspek yang Sering Diabaikan Orang Kristen
oleh John R. W. Stott
Copyright © 2010 by John R.W. Stott
All Right Reserved
This translation of The Radical Disciple first published in 2010
is published by arrangement with Inter-Varsity Press,
Nottingham, United Kingdom
Alih Bahasa: Perdian K. M.Tumanan
Editor: Milhan K. Santoso, Gadi Makitan
Penata Letak: Milhan K. Santoso
Desain Sampul: Ivan Gunawan
Hak cipta terjemahan Indonesia:
Literatur Perkantas Jawa Timur
Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292
Telp. (031) 8413047, 8435582; Faks. (031) 8418639
E-mail: [email protected]
www.perkantasjatim.org
Literatur Perkantas Jatim adalah sebuah divisi pelayanan literatur di bawah naungan Persekutuan
Kristen Antar Universitas (Perkantas) Jawa Timur. Perkantas Jawa Timur adalah sebuah kegerakan
yang melayani siswa, mahasiswa, dan alumni di sekolah dan universitas di Jawa Timur.
Perkantas Jatim adalah bagian dari Perkantas Indonesia. Perkantas sendiri adalah anggota dari
pergerakan International Fellowship of Evangelical Students (IFES). Untuk informasi lebih lanjut
mengenai kegiatan yang ada secara lokal maupun regional di Jawa Timur dapat menghubungi melalui
e-mail: [email protected], atau mengunjungi Website Perkantas Jatim di www.perkantasjatim.org
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
ISBN: 978-602-96700-1-1
Cetakan Pertama: November 2010
Hak cipta di tangan penerbit. Seluruh atau sebagian dari isi buku ini tidak boleh diperbanyak, disimpan
dalam bentuk yang dapat dikutip, atau ditransmisi dalam bentuk apa pun seperti elektronik, mekanik,
fotokopi, rekaman, dlsb. tanpa ijin dari penerbit.
Radical Disciples.indd 5
11/22/2010 2:41:53 AM
Radical Disciples.indd 6
11/22/2010 2:41:53 AM
D a f ta r I s i
Ucapan Terima Kasih 9
Kata Pengantar: Murid atau Orang Kristen?
11
1
Non-Konformitas
15
2
Keserupaan dengan Kristus
25
3
Kedewasaan
35
4
Kepedulian terhadap Ciptaan
45
5
Kesederhanaan
55
6
Keseimbangan
75
7
Kebergantungan
89
8
Kematian
98
Kesimpulan: “Kamu Menyebut Aku Guru dan Tuhan”
119
Catatan Akhir: Salam Perpisahan!
121
Catatan
123
Radical Disciples.indd 7
11/22/2010 2:41:54 AM
Radical Disciples.indd 8
11/22/2010 2:41:54 AM
UCAPAN Terima Kasih
Oleh karena proses penulisan buku ini telah dimulai, dikerjakan,
dan diakhiri di bawah perteduhan yang ramah dari Kampus St.
Barnabas, maka ucapan terima kasih saya yang pertama haruslah
ditujukan bagi para stafnya dan bagi pengawas dan istrinya, Howard
dan Lynne Such, bagi para warganya dan pasiennya, bagi para staf
bagian perawatan, pemerhati, pelayanan administratif, layanan
katering, dan bagian kebersihan, sebab secara bersama-sama
mereka telah menciptakan sebuah komunitas Kristen yang kaya
dengan penyembahan dan persekutuan, sebuah konteks yang cocok
untuk berpikir dan menulis. Ketika sewaktu-waktu saya sangat
keasyikan dengan aktivitas-aktivitas ini, saya pastilah terlihat seperti
sesosok ciptaan anti-sosial, namun mereka sangat memaklumi dan
memaafkan saya.
Komunitas lain yang kepadanya saya berhutang adalah Gereja
St. John, Felbridge; bagi vikaris mereka Stephen Bowen, istrinya
Mandy, dan pengawas Gereja mereka Anne Butler dan Malcolm
Francis. Ketika saya merasa cukup kuat, dengan sangat ramah
mereka mengatur antar-jemput saya ke sana dan pulang pada
hari minggu. Mereka mengerti dan menyemangati saya sepanjang
pengerjaan buku ini.
Saya sangat menghargai kemampuan editorial David Stone,
dibantu oleh Eleanor Trotter, dan beberapa orang telah berkontribusi
bagi teks termasuk John Wyatt dan Sheila Moore, di mana keduanya
telah memperkaya Bab 7 dari pengalaman personal mereka. Peter
Harris dan Chris Wright telah menolong saya pada Bab 4, dan
Grace Lam telah memberikan saya informasi vital tentang pelayanan
Radical Disciples.indd 9
11/22/2010 2:41:54 AM
10 / M u r i d ya n g r a d i k a l
terakhir suaminya (Bab 5).
Adalah hal yang terus membesarkan hati menerima kunjungan
dua mingguan dari kemenakan perempuan saya Caroline dan Sarah,
dan kunjungan yang amat sering dari sahabat saya Philip Herbert.
Beberapa yang lain telah bekerja di belakang layar bagi saya, misalnya
John Smith, yang dengan sabar berselancar di dunia maya bagi saya.
Yang akhir namun bukan yang terakhir, Frances Whitehead
telah mengatur untuk menjaga kunjungan mingguannya dan
dengan demikian membuatnya terus disibukkan dengan arus surat
elektronik yang tidak pernah berakhir, yang ditanganinya dengan
kemampuan luar biasa, bersama dengan manuksrip ini.
John Stott
Paskah 2009
Radical Disciples.indd 10
11/22/2010 2:41:54 AM
PENDAHULUAN:
MURID ATAU ORANG KRISTEN?
Izinkan saya menjelaskan dan memberi keterangan terhadap judul
dari buku ini, Murid yang Radikal.
Pertama, mengapa “murid”?
Merupakan hal yang mengejutkan bagi banyak orang tatkala
menemukan bahwa hanya tiga kali dalam Perjanjian Baru para
pengikut Yesus Kristus disebut “orang Kristen”.
Kemunculan yang paling signifikan adalah komentar Lukas bahwa oleh orang-orang Syria Antiokialah para murid Yesus pertama
disebut “orang Kristen” (Kis. 11:26). Antiokia dikenal sebagai komunitas internasional. Konsekuensinya, Gereja di sana tentu merupakan sebuah komunitas internasional yang majemuk, dan memang tepat jikalau para anggotanya disebut “orang Kristen,” demi
mengindikasikan bahwa perbedaan-perbedaan kesukuan mereka
teratasi oleh kesetiaan mereka bersama kepada Kristus.
Dua kemunculan lain dari kata “Kristen” memberikan bukti
bahwa kekristenan sudah mulai dikenal luas. Maka ketika Paulus
diadili di hadapan Raja Agripa dan menantangnya secara langsung, Agripa berseru kepada Paulus, “Apakah kau pikir dalam
waktu yang singkat engkau dapat membujukku menjadi seorang
Kristen?” (Kis.26:28).
Selanjutnya, rasul Petrus yang surat pertamanya ditulis dengan
latar belakang berkembangnya penganiayaan, melihat perlunya
memisahkan antara mereka yang menderita “sebagai pelaku kriminal” dan mereka yang menderita “sebagai seorang Kristen” (1Pet.
4:16); oleh karena mereka milik Kristus. Kedua kata ini (“orang
Kristen” dan “murid”) menyatakan secara tidak langsung tentang
Radical Disciples.indd 11
11/22/2010 2:41:54 AM
12 / M u r i d ya n g r a d i k a l
sebuah hubungan dengan Yesus, walaupun mungkin kata “murid”
adalah istilah yang lebih kuat di antara keduanya sebab ia menyatakan hubungan murid dengan gurunya. Selama tiga tahun
dalam pelayanan publiknya, kedua belas orang yang dipilih Yesus
adalah murid sebelum mereka menjadi rasul, dan sebagai murid
mereka ada di bawah instruksi Guru dan Tuhan mereka.
Ada yang berpikir bahwa dalam cara tertentu kata “murid” terus
dipakai beberapa abad kemudian, sehingga orang-orang Kristen
punya kesadaran diri sebagai murid-murid Yesus, dan secara serius
mengambil tanggung jawab mereka untuk ada “di bawah disiplin”
sang guru.
Penekanan saya lewat buku ini adalah kita yang mengklaim diri
sebagai murid-murid Tuhan Yesus akan memancing-Nya untuk berkata kembali: “Mengapa engkau menyebut-Ku ‘Tuhan, Tuhan’,
dan tidak melakukan apa yang Aku katakan?” (Luk. 6:46). Sebab
pemuridan yang sejati adalah pemuridan yang sepenuh hati, dan
dari sinilah poin saya yang berikutnya berlanjut.
Jadi, yang kedua, mengapa “radikal”? Oleh karena kata yang
saya gunakan untuk menggambarkan pemuridan kita ini adalah
kata sifat, maka penting untuk menunjukkan makna dari kata
yang saya gunakan ini.
Kata Inggris “radikal” diturunkan dari kata Latin radix, yang
berarti akar (atau sumber). Tampaknya, pada mulanya kata ini
digunakan sebagai label politis bagi orang-orang seperti politisi
abad ke-19, William Cobbett yang memiliki pandangan ekstrim,
liberal, dan reformis. Namun dari sini, kata ini kemudian digunakan
secara umum bagi mereka yang pandangan-pandangannya sangat
mengakar kuat dan sempurna dalam komitmen mereka.
Kini kita siap untuk meletakkan kata benda dan kata sifat ini
bersama-sama dan mengajukan pertanyaan ketiga, mengapa disebut “murid yang radikal”? Jawabannya sangat jelas. Ada tingkattingkat komitmen yang berbeda dalam komunitas Kristen. Yesus
sendiri mengilustrasikan hal ini lewat apa yang dialami dengan
Radical Disciples.indd 12
11/22/2010 2:41:54 AM
K ata P e n g a n ta r
/ 13
benih-benih yang digambarkan-Nya dalam Perumpamaan Penabur.1 Perbedaan yang ada di antara benih-benih tersebut terletak
pada jenis tanah di mana benih tersebut jatuh. Terhadap benih
yang ditaburkan pada tanah yang berbatu-batu Yesus berkata,
“Tetapi ia tidak berakar.”
Cara umum yang kita gunakan untuk menghindarkan diri dari
pemuridan yang radikal adalah dengan menjadi selektif; memilih
area-area di mana komitmen yang cocok dengan kita dan menjauh
dari area-area yang menuntut harga yang sangat mahal. Namun
karena Yesus adalah Tuhan, kita tidak punya hak untuk mengambil
dan memilih area-area yang cocok di mana kita akan tunduk
kepada otoritas-Nya.
Yesus layak untuk menerima
Penghormatan dan Kuasa
Dan pujian lebih dari yang dapat kita berikan
Jadilah Tuhan selamanya milik-Mu.2
Jadi tujuan saya lewat buku ini adalah untuk membahas delapan
karakteristik dari pemuridan Kristen yang sering diabaikan namun
patut untuk digumulkan secara serius.
Radical Disciples.indd 13
11/22/2010 2:41:54 AM
Radical Disciples.indd 14
11/22/2010 2:41:54 AM
1
NON-KONFORMITAS
Karakter pertama dari murid radikal, yang hendak saya sampaikan
kepada Anda, saya menyebutnya “non-konformitas”. Izinkan saya
menjelaskannya.
Gereja memiliki tanggung jawab ganda dalam kaitannya dengan
dunia sekitar kita. Di satu sisi kita ada untuk hidup, melayani dan
bersaksi di tengah-tengah dunia ini. Namun pada sisi yang lain
kita menghindarkan diri agar tidak terkontaminasi oleh dunia.
Jadi kita tidak menjaga kesucian kita dengan melarikan diri dari
dunia (eskapisme) ataupun mengorbankan kekudusan kita dengan
menjadi serupa (konformisme) dengan dunia.
Eskapisme dan konformisme adalah dua hal yang tidak diperbolehkan bagi kita. Ini adalah salah satu tema besar dari seluruh
Alkitab, yakni Allah memanggil sebuah umat bagi diri-Nya dan
memerintahkan kita untuk hidup berbeda dari orang lain. “Kuduslah kamu,” ujar-Nya berulang-ulang kepada umat-Nya, “sebab
Aku kudus” (mis. Imamat 11:45; 1 Petrus 1:15-16).
Radical Disciples.indd 15
11/22/2010 2:41:54 AM
16 / M u r i d ya n g r a d i k a l
Tema yang sangat mendasar ini
Jadi kita tidak menjaga kesucian berulang-ulang muncul di dalam
empat bagian utama dari Kitab
kita dengan melarikan diri
dari dunia (eskapisme) ataupun Suci: Taurat, kitab nabi-nabi,
mengorbankan kekudusan kita
pengajaran Yesus (Injil), dan pedengan menjadi serupa
ngajaran para rasul. Izinkan saya
(konformisme) dengan dunia
memberikan satu contoh pada
_________________________
setiap bagian. Pertama-tama, contoh yang terdapat di dalam Taurat. Allah berkata kepada umat-Nya
melalui Musa:
_________________________
Janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Mesir,
di mana kamu diam dahulu; juga janganlah kamu berbuat seperti yang
diperbuat orang di tanah Kanaan, ke mana Aku membawa kamu; janganlah kamu hidup menurut kebiasaan mereka. Kamu harus lakukan
peraturan-Ku dan harus berpegang pada ketetapan-Ku dengan hidup
menurut semuanya itu; Akulah TUHAN, Allahmu (Imamat 18:3-4).
Mirip dengan pernyataan tersebut, teguran Allah kepada umatNya melalui nabi Yehezkiel adalah “karena kelakuanmu tidak selaras
dengan ketetapan-ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku tidak
kamu lakukan; bahkan engkau melakukan peraturan-peraturan bangsa-bangsa yang di sekitarmu” (Yehezkiel 11:12).
Hal yang sama juga terdapat di dalam Perjanjian Baru. Dalam
khotbah di Bukit, Yesus berbicara soal orang munafik dan orang yang
tidak mengenal Allah, dan Ia menambahkan: “Janganlah kamu seperti
mereka” (Matius 6:8). Yang terakhir, Rasul Paulus menuliskan bagi
jemaat di Roma: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu” (Roma 12:2).
Inilah panggilan Allah untuk sebuah pemuridan yang radikal,
yakni non-konformitas yang radikal terhadap budaya yang ada di
sekitar kita. Ini adalah sebuah panggilan untuk menumbuhkan
sebuah budaya alternatif (counter culture) Kristiani, sebuah pang-
Radical Disciples.indd 16
11/22/2010 2:41:54 AM
No n - Ko n f o r m i ta s
/ 17
gilan untuk terlibat namun tidak berkompromi.
Jadi, tren-tren kontemporer apa yang mengancam kita dan yang
harus kita tolak? Kita akan memikirkan empat hal. Pertama, tantangan dari pluralisme. Pandangan pluralisme menegaskan bahwa
setiap “isme” memiliki validitasnya masing-masing yang mandiri
dan memiliki hak yang sama untuk dihargai. Karena itu pluralisme
menolak klaim-klaim kekristenan tentang finalitas dan keunikannya, dan menuduh bahwa setiap upaya untuk mempertobatkan
siapa pun kepada sesuatu yang sebenarnya hanyalah pandangan-pandangan subyektif kita belaka, sebagai sebuah kesombongan belaka.
Kalau begitu, bagaimana kita seharusnya merespons semangat
dari pluralisme? Saya berharap kita merespons pandangan ini dengan
kerendahan hati yang besar dan tanpa kesan hadirnya superioritas personal. Namun kita harus terus menegaskan keunikan dan
finalitas Yesus Kristus. Sebab Ia unik dalam inkarnasi-Nya (satusatunya dan hanya satu-satunya Allah-manusia); unik dalam karya
penebusan-Nya (hanya Dia yang telah mati bagi dosa-dosa dunia);
dan unik dalam kebangkitan-Nya (hanya Dia yang telah menaklukkan maut). Dan oleh karena tidak dalam siapa pun kecuali dalam
Yesus dari Nazareth, Allah pertama-tama menjadi manusia (dalam
kelahiran-Nya), dan yang menanggung dosa-dosa kita (dalam kematian-Nya), dan yang kemudian mengalahkan maut (dalam kebangkitan-Nya), Ia secara unik punya kesanggupan untuk menyelamatkan
para pendosa. Tidak ada satu pribadi pun yang memiliki kualifikasi yang Ia miliki. Kita mungkin lazim dengan Alexander yang
Agung, Charles yang Agung dan Napoleon yang Agung, namun
bukan Yesus yang Agung. Ia bukanlah yang Agung—Ia adalah yang
satu-satunya. Tidak ada seorang pun seperti Dia. Ia tidak memiliki
pesaing dan pengganti.
Tren sekuler kedua yang menyebar luas, yang harus ditolak oleh
para murid Kristen adalah materialisme. Materialisme bukanlah
sekadar penerimaan terhadap realitas dunia material. Jika itu yang
dimaksudkan, maka semua orang Kristen tentunya adalah kaum
Radical Disciples.indd 17
11/22/2010 2:41:54 AM
18 / M u r i d ya n g r a d i k a l
materialis, sebab kita percaya bahwa Allah telah menciptakan dunia material dan menyediakan berkat-berkat melaluinya. Allah
juga menyatakan keberadaan perihal material melalui inkarnasi
dan kebangkitan Anak-Nya, di dalam air baptisan dan di dalam
roti dan anggur perjamuan kudus. Oleh karena itu tidak mengherankan jika William Temple menggambarkan kekristenan sebagai
agama yang paling material dari semua agama. Tapi kekristenan
tidaklah materialistik.
Sebab materialisme adalah perhatian terhadap benda-benda material yang dapat menahan kehidupan kerohanian kita. Sebaliknya
Yesus berfirman kepada kita untuk tidak menyimpan harta di dunia dan memberi kita peringatan dari bahaya ketamakan. Demikian
pula rasul Paulus, mendesak kita untuk lebih mengembangkan sebuah gaya hidup sederhana, penuh dengan kemurahan hati dan rasa
puas diri, di mana ia menarik pengalaman dirinya sendiri yang telah
belajar puas dalam keadaan apapun juga (Filipi 4:11).
Paulus menambahkan bahwa “kesalehan dengan rasa puas diri
memberi keuntungan besar” (1 Timotius 6:6) dan kemudian melanjutkan penjelasannya dengan mengatakan “Sebab kita tidak membawa apapun ke dalam dunia dan tidak akan membawa apapun
ke luar.” Mungkin Paulus dengan sadar menggemakan apa yang
dikatakan Ayub: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan
ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya” (Ayub
1:21). Dengan kata lain, hidup di dalam dunia adalah sebuah perjalanan musafir singkat di antara dua peristiwa ketelanjangan. Sehingga
kita akan bersikap bijaksana untuk meringankan beban perjalanan
kita. Kita tidak akan membawa apa-apa. (Saya akan berbicara lebih
banyak soal materialisme di Bab 5).
Tren kontemporer ketiga yang mengancam kita dan yang membuat kita tidak boleh menyerah menghadapinya adalah semangat
yang berbahaya dari relativisme etika.
Di sekitar kita, standar-standar moral sedang tergelincir. Ini jugalah yang sedang terjadi di dunia Barat. Banyak orang dibingungkan
Radical Disciples.indd 18
11/22/2010 2:41:54 AM
No n - Ko n f o r m i ta s
/ 19
apakah masih ada standar-standar kebenaran mutlak yang tersisa.
Relativisme telah meresap di dalam budaya dan sedang merembes
ke dalam Gereja Tuhan.
Tidak ada ranah di mana relativisme lebih tampak jelas selain
yang sedang terjadi dalam bidang etika seksual dan revolusi seksual
yang telah terjadi sejak tahun 1960-an. Hal yang diterima secara
universal (setidaknya di mana etika Yudaisme-Kristen masih diperhatikan dengan serius) adalah pernikahan merupakan ikatan
yang bersifat monogami, heteroseksual, persatuan kasih, dan kesetiaan seumur hidup, dan merupakan satu-satunya tempat yang
disediakan Allah bagi keintiman seksual. Namun saat ini, bahkan
terjadi di dalam beberapa Gereja, kohabitasi (kumpul kebo) tanpa
pernikahan secara luas diperagakan tanpa merasa perlu dengan
komitmen yang esensial di dalam pernikahan yang otentik, pada
sisi yang lain relasi kaum-sejenis dianjurkan sebagai sebuah alternatif yang sah terhadap pernikahan heteroseksual.
Menghadapi tren-tren ini Yesus Kristus memanggil muridmurid-Nya kepada ketaatan dan menyepadankan hidup mereka
kepada standar-standar-Nya. Terkadang ada kalangan yang mengklaim bahwa Yesus tidak pernah berbicara tentang hal-hal ini.
Namun sebenarnya Ia melakukannya. Ia mengutip baik Kejadian
1:27 (“Pada mulanya Sang Khalik menciptakan mereka sebagai
laki-laki dan perempuan”) dan Kejadian 2:24 (“Seorang laki-laki
akan meninggalkan orang tuanya dan bersatu dengan istrinya, dan
keduanya akan menjadi satu daging”) saat memberikan definisi alkitabiah tentang pernikahan. Dan setelah mengutip bagian-bagian
Kitab Suci ini Yesus memberikan dorongan pribadi-Nya dengan
berkata “apa yang Allah telah persatukan, tidak boleh diceraikan
oleh satu orang pun” (Matius 19:4-6).
Cara pandang ini telah dievaluasi secara kritis oleh seorang filsuf
moral dan sosial Amerika yang sangat terkenal, Abraham Edel (19082007), yang buku penting pertamanya adalah Penilaian Etika (Ethical
Judgment), dan bersub-judul “penggunaan sains dalam etika.”1
Radical Disciples.indd 19
11/22/2010 2:41:54 AM
20 / M u r i d ya n g r a d i k a l
“Moralitas pada puncaknya adalah sesuatu yang berubah-ubah,”
tulisnya, dan ia melanjutkan dengan sepenggal puisi populer yang
tidak bermutu berikut:
Semuanya bergantung di mana Anda berada,
Semuanya bergantung kapan Anda berada
Semuanya bergantung pada perasaan Anda.
Semuanya bergantung pada apa yang dipuja,
Apa yang benar hari ini dapat salah esok harinya,
Suka di Perancis, duka di Inggris.
Semuanya bergantung pada titik pandang,
Australia atau Timbuktu,
Di Roma lakukanlah dengan cara orang Roma.
Bila rasa dapat disetujui
Pastilah Anda bermoral.
Namun ketika kecenderungan saling berkonflik
Semuanya bergantung pada..., semuanya bergantung pada....
Namun murid-murid kristen yang radikal harus tidak sepakat
dengan hal ini. Tentu kita tidak boleh terlalu kaku saat mengambil
keputusan terhadap persoalan-persoalan etika dan sebaliknya kita
harus sensitif mengaplikasikan prinsip-prinsip alkitabiah dalam
setiap situasi. Namun hal yang sangat mendasar dalam perilaku
Kristen adalah ke-Tuhanan Yesus Kristus. “Yesus adalah Tuhan” harus tetap menjadi dasar dari hidup kita.
Karena itu pertanyaan mendasar yang diperhadapkan kepada
Gereja adalah: siapa yang menjadi Tuhan? Apakah Gereja menjadi
tuhan bagi Yesus Kristus dan karena itu Gereja punya kebebasan
untuk mengedit dan memanipulasi, menerima apa yang disenanginya, dan menolak apa yang tidak disukainya? Atau apakah Yesus
Kristus merupakan Guru dan Tuhan kita, sehingga kita percaya
dan menaati ajaran-Nya?
Ia masih berfirman kepada kita sampai hari ini “Mengapa engkau menyebut-Ku, ‘Tuhan, Tuhan,’ namun tidak melakukan apa
Radical Disciples.indd 20
11/22/2010 2:41:55 AM
/ 21
No n - Ko n f o r m i ta s
yang Aku katakan?” (Lukas 6:46). Mengakui Yesus sebagai Tuhan
namun tidak menaati-Nya ibarat membangun hidup kita di atas
fondasi yang terbuat dari pasir. Sekali lagi, “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, ialah yang mengasihi Aku,”
firman Yesus pada saat berada di ruang atas dalam perjamuan bersama murid-murid-Nya (Yohanes 14:21).
Jadi di sini terdapat dua budaya dan dua sistem nilai, dua standar dan dua gaya hidup. Pada satu sisi terdapat gaya dari dunia di
sekitar kita; namun di sisi yang lain terdapat kehendak Allah yang
disingkapkan, yang baik dan berkenan di hati Allah.
Para murid yang radikal tidak terlalu sulit untuk memilih.
Kini kita ada pada tren kontemporer keempat yaitu tantangan
narsisme.
Narcisus (dalam mitologi Yunani) adalah seorang pemuda tampan yang tertawan dengan refleksi dirinya sendiri pada sebuah kolam,
jatuh cinta dengan gambar dirinya itu sehingga membuatnya terjun
ke air itu dan tenggelam. Narsisme adalah cinta terhadap diri sendiri
secara berlebihan, sebuah penghargaan tak terbatas terhadap “diri”.
Pada tahun 1970-an narsisme terekspresi dalam Gerakan Potensi
Manusia, yang menitikberatkan pada kebutuhan manusia akan aktualisasi diri. Pada tahun 1980-an dan 1990-an Gerakan Zaman
Baru bergabung masuk dalam Pergerakan Potensi Manusia. Shierly McLaine dapat disebut sebagai imam besarnya dan ia tergila-gila
terhadap diri sendiri. Menurutnya yang dimaksud dengan kabar
baik adalah:
Saya yakin bahwa saya berada; maka saya ada.
Saya yakin bahwa kekuatan allah berada; maka ia ada.
Karena saya adalah bagian dari kekuatan itu, maka aku adalah aku.
Hal tersebut terdengar seperti sebuah parodi yang disengaja terhadap penyataan diri Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU”
(Keluaran 3:14).
Radical Disciples.indd 21
11/22/2010 2:41:55 AM
22 / M u r i d ya n g r a d i k a l
Jadi Gerakan Zaman Baru memanggil kita untuk melihat ke
dalam diri kita, untuk mengeksplorasi diri kita, sebab solusi dari
masalah-masalah kita berasal dari dalam. Kita tidak butuh juruselamat dari satu tempat yang datang bagi kita; kita dapat menjadi
juruselamat bagi diri kita sendiri.
Sayangnya, beberapa bagian dari pengajaran ini telah merasuki
gereja, lewat beberapa orang kristen yang mendesak bahwa kita
tidak boleh hanya mengasihi Allah dan sesama kita, kita juga harus mengasihi diri kita. Tapi tidak, ini pastilah pandangan yang
keliru karena tiga alasan. Pertama, Yesus berbicara tentang “perintah yang pertama dan terutama” dan perintah yang “kedua,” namun tidak menyebut sebuah perintah yang ketiga. Kedua, cinta
diri adalah salah satu tanda dari manusia-manusia yang hadir pada
zaman akhir (2 Timotius 3:2). Ketiga, arti dari kasih agape adalah
pengorbanan dari seseorang dalam melayani orang lain. Mengorbankan diri untuk melayani diri sendiri jelas merupakan sebuah
omong kosong! Kalau begitu bagaimana sikap kita seharusnya
terhadap diri sendiri? Sikap kita yang tepat terhadap diri sendiri
merupakan sebuah kombinasi dari afirmasi diri dan penyangkalan
diri—mengafirmasi segala sesuatu di dalam kita yang datang kepada kita sejak penciptaan dan penebusan kita, dan menyangkali
segala sesuatu yang menyebabkan kejatuhan kita.
Merupakan sebuah kelepasan yang sangat besar apabila kita dapat
menjauh dari kesenangan-kesenangan terhadap diri yang tidak sehat
dan beralih kepada perintah-perintah Allah yang sehat (disatukan
dan dikuatkan oleh Yesus) untuk mengasihi Allah dengan seluruh
keberadaan diri kita dan mengasihi sesama kita seperti diri sendiri.
Sebab Allah menginginkan Gereja-Nya menjadi sebuah komunitas
kasih, sebuah komunitas penyembahan dan pelayanan.
Siapa pun pasti tahu bahwa kasih adalah hal terbesar di dalam
dunia, dan orang-orang kristen tahu alasannya, mengapa. Itu dikarenakan Allah adalah kasih.
Seorang yang berasal dari kalangan istana Spanyol pada abad
Radical Disciples.indd 22
11/22/2010 2:41:55 AM
No n - Ko n f o r m i ta s
/ 23
ke-13, Raymond Lull (seorang misionaris bagi kalangan Muslim
di Afrika Utara) pernah menuliskan “Ia yang tidak mengasihi, sebenarnya tidak pernah hidup.” Sebab hidup berarti mengasihi, dan
tanpa kasih kepribadian seseorang tidaklah utuh. Itulah sebabnya
mengapa setiap orang mencari sebuah relasi kasih yang otentik.
Kalau kita kembali melihat ke belakang, kita telah membicarakan empat tren utama dunia yang mengancam akan menelan
komunitas Kristen. Di hadapan semua tantangan inilah kita dipanggil, bukan untuk menjadi seorang konformis yang berpikiran
lemah, namun untuk menjadi orang-orang non-konformis yang
radikal. Menghadapi tantangan pluralisme, kita harus menjadi sebuah komunitas kebenaran, yang berdiri teguh berpegang pada
keunikan Yesus Kristus. Dalam menghadapi tantangan materialisme, kita harus menjadi sebuah komunitas orang-orang sederhana
dan kaum pengembara. Menghadapi tantangan relativisme, kita harus menjadi sebuah komunitas yang taat. Menghadapi tantangan
narsisme, kita harus menjadi sebuah komunitas kasih.
Kita tidak boleh menjadi seperti buluh yang mudah diombangambingkan oleh angin, tunduk menyerah di hadapan hembusan
keras opini publik. Namun kita harus menjadi seperti batu karang
pegunungan yang tidak tergoyahkan. Kita tidak boleh menjadi seperti ikan yang mengikuti arus (sebab “hanya ikan matiah yang berenang
mengikuti arus”, ujar Malcolm Muggeridge), namun kita harus berenang melawan arus, bahkan dalam melawan arus budaya. Kita tidak
boleh menjadi seperti bunglon, yaitu sejenis kadal yang mengubah
_____________________________ warnanya berdasarkan suaKita tidak boleh menjadi seperti buluh sana sekitarnya, sebaliknya
yang mudah diombang-ambingkan oleh kita harus berdiri menentang pandangan-pandangan
angin, tunduk menyerah di hadapan
hembusan keras opini publik. Namun sekitar kita.
kita harus menjadi seperti batu karang
Kalau begitu menjadi
pegunungan yang tidak tergoyahkan
seperti apa orang-orang kris_____________________________
ten seharusnya jika ternyata
Radical Disciples.indd 23
11/22/2010 2:41:55 AM
24 / M u r i d ya n g r a d i k a l
kita tidak boleh menjadi seperti buluh, ikan mati atau seekor bunglon? Apakah firman Allah selalu bersifat negatif, hanya sekadar menyarankan kita untuk menghindarkan diri agar tidak tercetak dalam
pola orang-orang dunia yang ada di sekitar kita? Tentu tidak. Firman
Allah juga bersifat positif. Kita harus menjadi serupa dengan Kristus,
“menjadi serupa dengan gambaran Anak Allah” (Roma 8:29). Kebenaran ini membimbing kita untuk masuk pada bab selanjutnya.
Radical Disciples.indd 24
11/22/2010 2:41:55 AM
5
KESEDERHANAAN
Menurut saya, karakteristik kelima dari murid yang radikal adalah
kesederhanaan, khususnya semua persoalan yang berhubungan
dengan uang dan harta milik. Kita telah menunda pada bab 1 soal
tantangan materialisme.
Pada bulan Maret 1980, sebuah Konsultasi Internasional tentang Gaya Hidup Sederhana (International Consultation on Simple Lifestyle) yang dilangsungkan di Inggris. Pertemuan tersebut
memberi dampak kecil saat itu, tetapi dalam pandangan saya tidak terlalu mendapat perhatian yang layak, baik sebelum maupun
sesudahnya. Karena itu, izinkan saya memperkenalkan seseorang
kepada Anda, yang menghadiri Konsultasi itu dan hidupnya dipengaruhi oleh pertemuan tersebut.
SEBUAH HIDUP YANG SEDERHANA
Dan Lam dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga Kristen di Hong
Kong. Ayahnya meninggal pada saat ia masih kecil, karena itu ibunya
Radical Disciples.indd 55
11/22/2010 2:41:58 AM
56 / M u r i d ya n g r a d i k a l
menghidupi keluarganya seorang diri. Ia adalah seorang perempuan
yang baik dan saleh. Setiap hari minggu ia memberikan kepada setiap
anaknya sejumlah uang untuk diletakkan pada tempat persembahan,
meskipun mereka amat miskin. Namun Dan akan mengambil
kembali uang persembahannya, mencurinya dari gereja, menyewa
sebuah sepeda, dan berkeliling Hong Kong. Ketika kebaktian usai ia
akan menunjukkan diri dan pulang ke rumahnya. Menurut seorang
teman kelasnya dulu, ia adalah “seorang anak yang sangat nakal.”
Ketika remaja, ia sempat mengalami sakit yang hampir merenggut
nyawanya. Sejak saat itulah ia yakin bahwa Allah bermaksud “baik
kepadanya, bukan jahat,” dan ia menyerahkan hidupnya kepada
Tuhan Yesus Kristus. Ia tidak menoleh ke belakang lagi. Ia mengalami
perubahan 180 derajat, dan ini mengejutkan serta membebaskan
keluarganya!
Ketika tiba masanya untuk ia menafkahi sendiri hidupnya, ia
mendapatkan pekerjaan di Bechtel Corporation, sebuah perusahaan multi-nasional yang bergerak di bidang alat-alat berat.
Mereka terlibat dalam pembangunan bandara-bandara udara dan
pelabuhan-pelabuhan, memberi bantuan pada saat terjadi bencana
(angin topan), dalam pembangunan “Chunnel” (terowongan yang
menghubungkan Inggris dan Perancis), dan dalam pembangunan
“BART,” sistem Transit Cepat Area Teluk San Fransisco. Tentu saja
Dan tidak sendirian terlibat dalam semua proyek ini namun ia
menjadi manager yang bertanggung jawab terhadap sekian ratus
tenaga kerja.
Pada tahun 1976 perusahaan memindahkannya dan keluarganya
ke Saudi Arabia dan tahun 1978 memindahkannya ke London.
Saat itulah pertama kalinya saya berjumpa dengan Dan dan
Grace istrinya, sebab mereka bergabung dengan Gereja All Souls,
Langham Place, di mana saya menjadi pimpinan saat itu dan
menjadi anggota dalam kelompok persekutuan yang sama.
Dan punya perhatian yang luar biasa terhadap orang-orang
miskin dan yang membutuhkan. Ia sangat murah hati terhadap
Radical Disciples.indd 56
11/22/2010 2:41:58 AM
Kese d e r h a n a a n
/ 57
keluarga dan gerejanya, meskipun demikian gaya hidupnya sangat
sederhana. Tapi ia juga mulai merasakan tekanan dari bisnisnya.
Kemudian muncullah sebuah Konsultasi Gaya Hidup Sederhana
dan tantangan yang dihasilkannya. Dan telah setia memberi
persepuluhan dari pendapatannya, namun sekarang ia berkata bahwa
kini, ia harus hidup lebih sederhana lagi. Dalam sebuah kunjungan
ke India ia melihat kemiskinan yang sesungguhnya, dan juga
menemukan bahwa persentase untuk dana misi yang dibutuhkan
sangat tinggi. Ia memutuskan untuk tidak menumpuk kekayaan
melainkan memberikannya.
Pada tahun 1981, ia mengundurkan diri dari Bechtel. Keputusan
itu ia ambil bukan karena ia merasa tidak mampu melayani Allah
dalam perusahaan multi-nasional, sebab Yesus Kristus adalah Tuhan
atas seluruh bagian kehidupan. Dorongan ini lebih disebabkan
oleh sebuah panggilan khusus yang ia rasakan ke negara-negara
Asia Tenggara yang diantaranya: Thailand, Laos, dan Kamboja,
kemudian Myanmar dan Mongolia. Ia memahami dan menerapkan
prinsip-prinsip konteks lokal dalam bermisi. Ia dengan sangat yakin
mengajar dan melatih orang Asia untuk memenangkan orang Asia
dan memperlengkapi orang-orang Asia bagi misi. Ia termotivasi
oleh pemahaman bahwa mayoritas populasi penduduk dunia
hidup di Asia. Lebih jauh lagi, cara ini merupakan hal yang lebih
ekonomis dan efisien bagi warga Asia untuk memenangkan Asia
sebab mereka tidak punya masalah dengan budaya atau bahasa,
makanan, atau larangan bepergian.
Dan memulai Sekolah Alkitab pertama di Mongolia, dan Sekolah
Alkitab di Phnom Penh (Kamboja) pertama kali terdaftar atas
namanya, walaupun kini sekolah tersebut terdaftar dengan nama
Sekolah Alkitab Phnom Penh (Phnom Penh Bible School). Orang
mendengar pertumbuhan yang sangat signifikan ini dengan penuh
pengharapan. Namun hal ini tidak berlangsung lama.
Secara mengejutkan kepemimpinan Dan berakhir. Sebab pada
tanggal 22 Maret 1994 ia menjadi korban dari sebuah kecelakaan
Radical Disciples.indd 57
11/22/2010 2:41:58 AM
8
KEMATIAN
Karakteristik kedelapan dan terakhir dari murid yang radikal yang
telah saya pilih adalah kematian. Izinkan saya menjelaskannya.
Kekristenan menawarkan kehidupan—kehidupan kekal, kehidupan yang utuh dan penuh. Namun sangat jelas bahwa jalan menuju
kehidupan adalah kematian. Hal ini digarisbawahi setidaknya
dalam enam area, yang selanjutnya akan saya tunjukkan dalam bab
ini. Kehidupan melalui kematian merupakan salah satu paradoks
paling agung, baik dalam iman Kristen maupun dalam kehidupan
Kristen.
Kehidupan maupun kematian senantiasa mempesona umat manusia. Tidak ada keraguan sedikit pun bahwa sekarang kita hidup
dan suatu saat nanti kita akan mati. Kehidupan dan kematian
merupakan dua kenyataan tak terbantahkan yang akan kita alami.
Namun keduanya juga sangat misterius dan sukar untuk dijelaskan.
Izinkan saya memberikan sebuah contoh dari bidang pengalaman
yang menjadi minat saya, ornithologi (ilmu pengetahuan tentang
burung)
Radical Disciples.indd 99
11/22/2010 2:42:01 AM
100 / M u r i d ya n g r a d i k a l
____________________________
Kehidupan melalui kematian merupakan salah
satu paradoks paling agung baik dalam iman
Kristen maupun dalam kehidupan Kristen
____________________________
Roger Tory Peterson, yang meninggal dunia di tahun 1997, adalah
sesepuh dari para pengamat burung di Amerika Serikat abad ke 20.
Ia suka menceritakan bagaimana ia memulainya. Pada saat berusia
sebelas tahun, ia berjalan-jalan di pedesaan lalu menandai seekor
burung Flicker (sejenis burung Woodpecker). Burung tersebut tampak hanya berupa buntelan bulu-bulu kecoklatan, melekat pada
dahan dari sebuah pohon ek.
Dengan hati-hati sekali saya menyentuh bagian belakangnya. Tiba-tiba
benda lamban tak berdaya ini mengangkat kepalanya berputar, menatap padaku dengan mata terkejut, lalu kemudian seketika merentangkan sayap-sayap emas, dan terbang ke dalam hutan. Kejadian itu seperti
kebangkitan—apa yang kelihatannya mati sebenarnya-benarnya hidup.
Sejak saat itu, burung bagi saya tampak sebagai ekspresi kehidupan yang
paling nyata.... Burung-burung adalah penegasan dari kehidupan.1
Dalam kesempatan apa pun Peterson selalu melukiskan ini sebagai
“kejadian paling penting dalam hidup saya.” Ia melanjutkan, “Saya
terkesima oleh kontras antara sesuatu yang tiba-tiba menjadi begitu
hidup dari sesuatu yang saya pikir sudah mati.”2
Perhatian saya dalam bab ini bukanlah soal natur dari kehidupan dan
kematian, melainkan soal kematian dan kehidupan di dalam Kristus.
Perspektif Alkitab yang radikal melihat kematian bukan sebagai akhir
kehidupan melainkan sebagai gerbang menuju kehidupan.
Sebab apa yang Kitab Suci lakukan adalah untuk mengatur di
hadapan kita kerinduan akan kemuliaan hidup, kemudian menegaskan bahwa kondisi yang tidak dapat diabaikan untuk mengalaminya
adalah melalui kematian. Singkatnya, Alkitab menjanjikan kehidupan
melalui kematian, dan Kitab Suci tidak menjanjikan kehidupan dari
Radical Disciples.indd 100
11/22/2010 2:42:01 AM
Kem at i a n
/ 101
terminologi yang lain. Itulah sebabnya rasul Paulus menggambarkan
orang-orang Kristen sebagai “orang-orang yang dahulu mati, tetapi
yang sekarang hidup.” (Roma 6:13). Perspektif ini sangat berbeda
dari asumsi-asumsi pemikiran sekuler, sesuatu yang belum pernah
terlihat sebelumnya, sangat revolusioner dalam implikasinya, sehingga
kita perlu melihatnya diilustrasikan dalam enam situasi berbeda,
yang masing-masing bekerja menurut Perjanjian Baru.
KESELAMATAN
Pertama-tama, kita melihat kematian dan kehidupan dalam relasinya
dengan keselamatan kita. Sebab keselamatan sering direpresentasikan
dalam terminologi kehidupan. Paulus menulis bahwa anugerah
Allah adalah hidup yang kekal (Roma 6:23) dan Injil Yohanes
menjelaskan bahwa mereka yang memiliki Anak memiliki hidup
(1 Yohanes 5:12). Juga terlihat jelas bahwa keistimewaan khusus
dari kehidupan ini bukan terletak pada kekekalannya (waktu yang
panjang) melainkan pada kualitasnya sebagai sebuah kehidupan
dari zaman baru. Kehidupan kekal adalah kehidupan yang dihidupi
di dalam persekutuan dengan Allah (Yohanes 17:3).
Namun satu-satunya cara untuk masuk dalam kehidupan ini
adalah kematian. Alasan untuk hal ini sangat jelas karena penghalang untuk bersekutu dengan Allah adalah dosa, dan “upah dosa
ialah maut” (Roma 6:23). Di seluruh Alkitab dosa dan maut adalah
dua hal yang menyatu sebagai pelanggaran dan hukuman yang adil.
Namun jika kita mati oleh dosa-dosa kita sendiri, itu tentu akan
menjadi akhir bagi kita. Tidak akan ada lagi kehidupan sama sekali.
Itulah sebabnya Allah datang kepada kita dalam Yesus Kristus.
Ia mengambil tempat kita, menanggung beban kita, dan mati bagi
kematian kita. Kita telah berdosa. Karena itulah kita patut untuk
mati. Namun Ia mati bagi kita. Pernyataan sederhana “Kristus mati
bagi dosa-dosa” sudah cukup. Ia tidak memiliki dosa pada diri-Nya
yang membuat-Nya patut untuk mati; Ia mati bagi dosa-dosa kita.
Namun kematian-Nya tidak akan membawa kebaikan apa-apa
Radical Disciples.indd 101
11/22/2010 2:42:01 AM
Reimagining Evangelism
(Merombak Citra Penginjilan)
Mengundang Rekan dalam Sebuah Perjalanan Rohani
Rick C. Richardson
Terkadang menceritakan Yesus kepada rekan-rekan Anda terasa seperti
usaha untuk mencapai kesepakatan
dalam sebuah percakapan jual-beli,
menawarkan sesuatu kepada seseorang
yang belum tentu mereka sukai. Pernakah Anda membayangkan penginjilan yang lebih alami dan hangat?
Bayangkanlah bahwa Anda bebas
menjadi diri Anda sendiri dan bebas
dalam memberikan kesempatan pada
Roh Kudus untuk berkarya dalam diri
Anda. Bayangkanlah bahwa Penginjilan tidaklah bergantung semata-mata
pada Anda namun Anda dapat menjadi bagian penting dalam sebuah komunitas yang bersaksi. Bayangkanlah
Anda sedang menceritakan beberapa kisah kepada orang lain dan bukannya
sekadar mencoba untuk mengingat-ingat sesuatu. Buku yang benar-benar
merombak cara pandang kita akan Penginjilan selama ini dan membawa
pandangan yang lebih segar, inovatif, dan dinamis bersama Roh Kudus.
“Terima Kasih, Rick, karena membuat kita berpikir kreatif, jujur, dan berani.”
(Luis Palau, penulis & penginjil)
Literatur Perkantas Jawa Timur
Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292
Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639
E-mail: [email protected], www.perkantasjatim.org
Radical Disciples.indd 126
11/22/2010 2:42:02 AM
Longing for God
(Merindukan Allah)
Tujuh Jalan Devosi Kristen
Richard J. Foster & Gayle D. Beebe
Kita ingin agar pengalaman akrab dengan
Allah bukan? Namun kita sering tidak
tahu bagaimana mengembangkan spiritualitas yang semarak. Buku ini akan
membuat kita masuk ke dalam arena perlombaan iman berkeme-nangan atau pesta rohani penuh gairah, sebab dua penulis berpengalaman tentang spiritualitas,
menolong kita menemukan harta karun
pengalaman dan pengertian para raksasa
iman sepanjang sejarah Gereja. Pengalaman dan pencerapan rohani para tokoh
spiritualitas seperti Origen, Bernard dari
Clairvaux, Martin Luther, John Calvin,
Thomas Aquinas, Evagrius dari Ponticus,
Franciscus dari Asisi, Teresa dari Avila,
Blaise Pascal, John Wesley, dan masih
banyak lagi tokoh lainnya akan menolong kita merayakan relasi kita dengan
Allah secara kaya. Para tokoh gereja Barat dan Timur, Katolik dan Reformasi,
pria dan wanita, akan bagaikan “banyak saksi” yang menyemangati kita untuk
berkerohanian makin maju dan membawa kita makin intim bersama Allah.
2010 Christianity Today Book Award winner!
2010 Golden CanonLeadership Book Award winner!
Literatur Perkantas Jawa Timur
Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292
Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639
E-mail: [email protected], www.perkantasjatim.org
Radical Disciples.indd 127
11/22/2010 2:42:02 AM
Seri Pemahaman Pemuridan Kristen
Kualitas Pemimpin
Kelompok Kecil
Tetap Segar
di Tengah Rutinitas
Harry Limanto
Gunawan Sri Haryono
Bahan Kelompok Tumbuh Bersama
Pembinaan
Dasar
(Edisi Revisi)
Ketuhanan
Kristus
Pembinaan
Watak
(Edisi Revisi)
U ntuk I nfo dan P emesanan dapat menghubungi :
Literatur Perkantas Jawa Timur
Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292
Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639
E-mail: [email protected], www.perkantasjatim.org
Radical Disciples.indd 128
11/22/2010 2:42:03 AM
Download