Assessment Cold Chain Kegiatan Surveilans ILI Temuan

advertisement
Assessment Cold Chain Kegiatan Surveilans ILI
Temuan dan Rekomendasi
Januari 2012
DAFTAR ISI
AKRONIM
............................................................................. 4
UCAPAN TERIMA KASIH
............................................................................. 5
I.
KERANGKA ACUAN COLD CHAIN ASSESSMENT ......................................... 6
1.
Tujuan Umum
............................................................................. 6
2.
Tujuan Khusus
............................................................................. 6
3.
Pengorganisasian
............................................................................. 6
4.
Sasaran
............................................................................. 6
5.
Strategi
............................................................................. 7
6.
Peran dan tanggung jawab masing-masing mitra dalam assessment ....... 7
7.
Tim assessment
............................................................................. 8
8.
Keluaran
............................................................................. 9
9.
Pembiayaan
............................................................................. 9
10. Waktu pelaksanaan
............................................................................. 9
11. Jadwal kegiatan
............................................................................. 10
II.
RINGKASAN
............................................................................. 11
III.
LATAR BELAKANG REPUBLIK INDONESIA................................................... 15
IV.
LATAR BELAKANG
V.
TEMUAN DAN HASIL ANALISA........................................................................ 18
VI.
............................................................................. 16
1.
Laboratorium Virologi Pusat BTDK ............................................................ 24
2.
Laboratorium Mikrobiologi RS Universitas Hasanuddin, Makasar ............. 26
3.
Puskesmas Sentinel Sudiang, Kota Makasar ............................................ 30
4.
Laboratorium Biologi Molekuler FK Universitas Udayana, Denpasar ........ 32
5.
Puskesmas Sentinel 1 Denpasar Selatan, Kota Denpasar ........................ 35
6.
Laboratorium Mikrobiologi FK Universitas Indonesia ................................. 37
7.
Puskesmas Sentinel Utan Kayu Utara, Jakarta Timur ............................... 40
8.
Laboratorium Mikrobiologi FK Universitas Diponegoro .............................. 41
9.
Puskesmas Sentinel Pandanaran, Kota Semarang ................................... 46
TEMUAN-TEMUAN PADA MASING-MASING FASILITAS SURVEILANS ILI ... 49
VII. KESIMPULAN
Laporan assessment cold chain
............................................................................. 50
2 of 58
Desember 2011
VIII. REKOMENDASI
............................................................................. 50
1.
Rekomendasi Umum
............................................................................. 50
2.
Rekomendasi untuk Laboratorium Regional .............................................. 51
3.
Rekomendasi untuk Puskesmas Sentinel .................................................. 51
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Bagan alur penemuan kasus dan penanganan spesimen ILI
I. Di Puskesmas Sentinel
II. Di Laboratorium Regional
B. Instrumen Assessment
I. Kuesioner Untuk Lab. Regional
II. Kuesioner Untuk Puskesmas Sentinel
C. Gambaran Situasi Cold Chain di Lapangan
D. Contoh Formulir Kondisi Spesimen Saat Dikirim Dan Diterima
Laporan assessment cold chain
3 of 58
Desember 2011
AKRONIM
°C
Suhu, derajat Celcius
CDC Atlanta
Communicable Disease Control Atlanta, USA
Ditjen P2P-PL
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan
EVM
Effective vaccine Management
FK Unhas
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar
FK Udayana
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar
FK Undip
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang
FKUI
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
ILI
Influenza Like Illness
ILR
Ice-lined Refrigerator
JSI
John Snow, Inc.
KemenKes
Kementerian Kesehatan
MoH RI
Ministry of Health , Republic of Indonesia
PCR – RT
Polymerase Chain Reaction – Reverse Transcriptase
Puskesmas/HC
Pusat Kesehatan Masyarakat/Health Center
Puslit BTDK
Pusat penelitian Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan,
Kementerian Kesehatan
Puslitbang BMF
Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi
SOP
Standard Operating Procedure
SPO
Standar Prosedur Operasional
TOR
Terms of Reference
USAID
United States Agency for International Development
WHO
World Health Organization
Laporan assessment cold chain
4 of 58
Desember 2011
UNGKAPAN TERIMA KASIH
USAID Deliver menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan atas kesempatan yang
diberikan untuk melaksanakan cold chain assessment pada program surveilans ILI di beberapa
Laboratorium Regional dan Puskesmas Sentinel ILI.
USAID Deliver menghargai inisiatif dan kerjasama yang diberikan oleh Pusat BTDK Kemenkes,
CDC Atlanta (Kantor Jakarta) serta pimpinan dan staf dari 5 laboratorium Regional di Jakarta,
Makassar, Denpasar dan Semarang serta puskesmas sentinel pengambilan spesimen di masingmasing wilayah yang telah memberikan dukungan atas pelaksanaan kegiatan ini.
Kegiatan ini dimungkinkan pula atas dukungan dan dana dari USAID melalui USAID Deliver GPO1-00-06-00007-00 Task order 6 project 13244.2856.0001.
Laporan assessment cold chain
5 of 58
Desember 2011
I.
KERANGKA ACUAN COLD CHAIN ASSESSMENT
1. Tujuan Umum
Menjamin keterpercayaan dan ketepatan diagnose laboratorik spesimen ILI
2. Tujuan Khusus
1.
Melakukan assessment pengelolaan cold chain pada laboratorium regional dan
puskesmas sentinel pengambilan spesimen ILI sejak pengambilan spesimen,
penyimpanan, pengepakan dan pengiriman sampai pemeriksaan di laboratorium.
2.
Memantau kinerja dan kecukupan berbagai jenis peralatan pendingin pada
laboratorium regional dan puskesmas pengambilan spesimen ILI.
3.
Melakukan assessment penggunaan dan kecukupan alat pemantau suhu dalam
upaya pencegahan paparan panas berlebih terhadap bahan biologis dan
spesimen ILI.
4.
Melakukan telaah pengelolaan dan penanganan bahan dan limbah infeksius
pada laboratorium regional dan puskesmas pengambilan spesimen ILI.
5.
Menelaah pembinaan rutin berjenjang terhadap laboratorium regional dan
puskesmas sentinel ILI.
6.
Membuat rekomendasi dan SOP mengenai prosedur dan penanganan cold chain
untuk peningkatan mutu spesimen ILI.
3.
Pengorganisasian
Pelaksanaan kegiatan ini merupakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan/Pusat
BTDK, USAID Deliver, dan CDC Atlanta.
4.
Sasaran
Sasaran assessment adalah 5 laboratorium regional ILI yaitu:
1.
Laboratorium rujukan Nasional Pusat BTDK, DKI Jakarta
2.
Laboratorium Mikrobiologi – RS Universitas Hasanudin (FK Hasanudin), Kota
Makasar
3.
Laboratorium Biologi Mokuler – FK Universitas Udayana, Kota Denpasar
4.
Laboratorium Mikrobiologi – RS Universitas Diponegoro (FK Diponegoro), Kota
Semarang
5.
Laboratorium Bagian Mikrobiologi Klinik (FK UI), DKI Jakarta
Laporan assessment cold chain
6 of 58
Desember 2011
4 puskesmas sentinel ILI yaitu:
5.
1.
Puskesmas Utan Kayu Utara, DKI Jakarta
2.
Puskesmas Sudiang, Kota Makassar
3.
Puskesmas I Denpasar Selatan, Kota Denpasar
4.
Puskesmas Pandanaran, Kota Semarang
Strategi
Assessment akan dilakukan melalui wawancara dengan pejabat terkait di lokasi
laboratorium dan puskesmas sentinel ILI, pengamatan mengenai penanganan cold
chain spesimen mulai dari pengambilan, penyimpanan, pengepakan dan pengiriman
spesimen ILI di puskesmas sentinel ILI dan lab regional.
Tim assessment akan dibentuk dengan anggota dari masing-masing mitra kerja
sebagai tercantum di bawah. Kuesioner dan format isian akan dibuat sebagai
instumen assessment. Kuesioner akan diuji sebelum digunakan di lapangan dan
masukan yang diperoleh akan dipakai dalam finalisasi kuesioner.
6.
Peran Dan Tanggung Jawab Masing- Masing Mitra Dalam Assessment
Pusat BTDK KemenKes
•
Melakukan koordinasi kegiatan assessment
•
Menjadi focal point komunikasi pada pelaksanaan assessment
•
Memberikan masukan mengenai design dan instrumen assessment
•
Menunjuk staf yang akan menjadi anggota tim assessment.
•
Melakukan aktivitas lapangan untuk assessment
•
Memberikan masukan untuk analisa hasil assessment
•
Memberikan masukan mengenai rekomendasi dan SOP prosedur dan
penanganan cold chain untuk peningkatan mutu spesimen ILI.
Laboratorium regional di Denpasar, Semarang, Makassar, DKI Jakarta
•
Membantu koordinasi assessment di lapangan dan puskesmas sentinel.
•
Merupakan focal point komunikasi di wilayahnya
USAID melalui USAID Deliver
•
Memberikan masukan mengenai design dan kuesioner assessment
•
Memberikan masukan mengenai rekomendasi dan SOP prosedur dan
penanganan cold chain utnuk peningkatan mutu spesimen ILI
Laporan assessment cold chain
7 of 58
Desember 2011
USAID/DELIVER
•
Memberikan masukan mengenai design dan kuesioner assessment
•
Menunjuk konsultan dan staf yang akan menjadi anggota tim assessment.
•
Menyediakan dukungan administratif dan logistik untuk kegiatan assessment
•
Melaksanak danmengkoordinir kegiatan assessment di lapangan
•
Memberikan masukan untuk analisa hasil assessment
•
Memberikan masukan mengenai rekomendasi dan SOP prosedur dan
penanganan cold chain utnuk peningkatan mutu spesimen ILI
CDC Atlanta, kantor Jakarta
•
Menunjuk staf yang akan menjadi anggota tim assessment.
•
Memberikan masukan mengenai design dan kuesioner assessment
•
Memberikan masukan mengenai rekomendasi dan SOP prosedur dan
penanganan cold chain utnuk peningkatan mutu spesimen ILI
Konsultan USAID Deliver
•
Menyediakan bantuan teknis mengenai rancangan, koordinasi dan pelaksanaan
assessment
•
Menyediakan rencana rinci kegiatan assessment
•
Mengkoordinir pembuatan rancangan dan instrumen assessment
•
Melaksanakan kegiatan asessment di lapangan
•
Membuat analisa data assessment data
•
Membuat laporan hasil assessment
•
Menyiapkan rekomendasi, SOP serta prosedur dan penanganan cold chain untuk
peningkatan mutu spesimen ILI.
7.
Tim Pelaksana Assessment
Tim assessment terdiri atas:
No.
Nama anggota tim
Instansi/Organisasi
1
Dr. Vivi Setiawaty MSi
Pusat BTDK – Puslitbangkes
2
Dr. Krisna Nur
Pusat BTDK
3
Dr. Mursinah
Pusat BTDK
Laporan assessment cold chain
8 of 58
Desember 2011
8.
4
Eka Pratiwi Ssi
Pusat BTDK
5
Hartanti Dian Ikawati SSi
Pusat BTDK
6
Anton Widjaya
JSI/USAID Deliver
7
Juhartini
JSI/USAID Deliver
8
Rio Chandra
JSI/USAID Deliver
9
Febry Nova
CDC Atlanta, kantor Jakarta
10
Esther
CDC Atlanta, kantor Jakarta
Keluaran
Data yang dikumpulkan akan ditabulasi dan dianalisa dengan keluaran sebagai berikut:
1.
Data mengenai situasi dan kondisi sumber daya cold chain (peralatan, kinerja)
guna mendukung mempertahankan mutu spesimen di puskesmas sentinel dan lab
regional.
2.
Kesimpulan dan rekomendasi teknis serta SOP untuk meningkatkan pengelolaan
cold chain pada spesimen ILI.
9.
Pembiayaan
Pembiayaan untuk pelaksanaan assessment dan pembuatan SOP, dukungan
administratif disediakan oleh USAID melalui USAID/Deliver GPO-1-00-06-00007-00
Task order 6 project 13244.2856.0001.
10. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan assessment dilakukan antara Nopember (akhir) – Januari 2012 oleh tim
beranggotakan petugas dari Pusat BTDK, USAID Deliver dan CDC Atlanta.
Laporan assessment cold chain
9 of 58
Desember 2011
11. Jadwal kegiatan
Kegiatan assessment secara keseluruhan diharapkan selesai dalam 3 bulan sejak
pembentukan tim.
No
Kegiatan
1
Persiapan internal JSI/USAID Deliver
2
Pembentukan dan diskusi tim
3
Nop.2011
Membuat rancangan dan instrumen
x
x
x
x
x
assessment
Finalisasi instrumen assessment dan
4
Jan. 2012
x
x
x
Des. 2011
x
x
pelatihan penggunaan oleh tim
lapangan
5
Pelaksanaan kegiatan assessment di
x
x
x
x
x
x
lapangan
6
Tabulasi dan analisis
7
Penulisan laporan
8
Penyampaian laporan
x
x
x
x
x
X
x
Pembuatan SOP mengenai prosedur
9
x
x
x
x
x
x
x
x
dan penerapan cold chain untuk
spesimen ILI
10
Pertemuan tim berkala
x
x
X
*) Keterangan: Jadwal dapat berubah sesuai situasi
Laporan assessment cold chain
10 of 58
Desember 2011
II.
RINGKASAN
Infeksi oleh virus influenza merupakan salah satu penyakit yang menjadi penyebab
masalah kesehatan dengan potensi menyebabkan epidemi dengan angka kematian yang
cukup tinggi di Indonesia dan bagian lain dunia.
Sejak bulan September 2004 Puslitbang BMFBadan Litbangkes (kini Pusat Biomedis dan
Teknologi Dasar Kesehatan) bekerja sama dengan Ditjen P2PL KemenKes, CDC Atlanta
dan WHO telah mengembangkan jejaring surveilans epidemiologi dan virologi di 7 propinsi
di Indonesia yang kemudian diperluas ke 22 propinsi di Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, Bali dan NusaTenggara dan Papua. Untuk menunjang kegiatan surveilans ini
Laboratorium Rujukan Nasional ILI, 5 Laboratorium Regional (2 di Jakarta, dan masing
masing 1 di Semarang, Bali, Makassar) ditetapkan sebagai sentra pemeriksaan PCR-RT
terhadap spesimen usap nasal atau usap tenggorok yang dikirim oleh puskesmas sentinel
ILI.
Mulai September 2011 KemenKes menambahkan satu laboratorium regional di Palembang
dan 4 puskesmas sentinel di Palu, Ambon, Palangkaraya dan Bengkulu untuk mendukung
kegiatan surveilans ILI sehingga keseluruhan ada 5 laboratorium regional dan 24
puskesmas sentinel ILI.
Pemeriksaan laboratorium ini sangat penting artinya dalam menunjang surveilans
epidemiologi guna menentukan upaya penanggulangan dan pencegahan epidemi maupun
pandemi virus ILI yang berisiko menimbulkan banyak kesakitan dan kematian seperti pada
infeksi virus H1N1, H5N1 dan sebagainya.
Keberhasilan diagnosa laboratorium ini sangat tergantung pada berbagai faktor termasuk
bagaimana penanganan cold chain spesimen mulai dari pengambilan, penyimpanan,
transportasi sampai pemeriksaan laboratorik dilakukan. Kesemuanya ini merupakan hal
yang penting untuk dapat menghasilkan pemeriksaan laboratorik yang terpercaya dan
akurat.
Berbagai pedoman pengambilan, pengepakan, pengiriman spesimen yang ada
menekankan perlunya untuk selalu mempertahankan suhu spesimen pada suhu 4°C,
namun tidak memberikan petunjuk yang rinci mengenai bagaimana cara pengaturan dan
Laporan assessment cold chain
11 of 58
Desember 2011
pemantauan peralatan dan peralatan pembantu yang diperlukan agar diperoleh suhu yang
optimal.
Suatu assessment mengenai pengelolaan cold chain pada spesimen telah dilakukan untuk
mengetahui situasi dan praktek di lapangan dalam upaya mempertahankan suhu optimal,
situasi peralatan dan perangkat pendukungnya, sumber daya dan pengetahuan petugas
dan sebagainya. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan gambaran situasi dan
kondisi sebenarnya agar dapat diperoleh kesimpulan serta rekomendasi untuk
mempertahankan ataupun meningkatkan mutu spesimen ILI.
Tim assessment melakukan telaah manajemen cold chain untuk spesimen ILI di 4 dari 24
puskesmas sentinel ILI dan 4 dari 5 laboratorium regional yang kesemuanya merupakan
pelaksana surveilans ILI.
Pengambilan spesimen dilakukan setiap hari kerja di Puskesmas sentinel dengan jumlah
±2 – 10% dari jumlah kunjungan sebesar 20 – 150 kunjungan per hari.
Pengambilan spesimen di puskesmas umumnya dilakukan oleh teknisi laboratorium atau
perawat puskesmas.
Pengambilan, penempatan dalam cryotube, penggunaan parafilm dan tissue serta plastik
klip serta penyimpanan di lemari es pada umumnya sudah sesuai dengan prosedur namun
tidak semua lemari es memiliki suhu 2-8°C .
Hampir semua puskesmas dan lab regional menggunakan lemari es domestik auto-defrost
tanpa menggunakan termometer di dalamnya. Selain di puskesmas I Denpasar Selatan
dan FKUI, fasilitas yang lain tidak melakukan monitoring dan pencatatan suhu harian.
Pencatatan suhu harian dari freezer dilakukan di form pencatatan suhu.
Suhu lemari es domestik saat ditelaah secara real time berada pada kisaran (- )1°C sampai
(+) 5.5°C, namun tidak diketahui riwayat suhu sebelumnya dan pengaruh pemanasan
heater saat auto defrost aktif mencairkan bunga es.
Pemeliharaan lemari es masih perlu ditingkatkan karena masih dijumpai lemari es yang
kurang terawat dan penuh dengan kotoran dan jamur pada karet seal pintu dan bagianbagian lemari es lainnya serta bunga es yang tebal.
Pengemasan spesimen untuk pengiriman ke lab regional bervariasi yaitu ada puskesmas
yang melakukan pengemasan sampai siap diambil oleh kurir. Ada 3 puskesmas yang
Laporan assessment cold chain
12 of 58
Desember 2011
hanya menyerahkan spesimen dalam plastik klip dan menyertakan dokumen berupa form
surveilans dan menyerahkan semuanya pada staf Dinas Kesehatan Kota yang menjemput
dan selanjutnya melakukan pengemasan untuk dibawa ke lab regional. Staf dinas yang
menyediakan perlengkapan pengemasan seperti cold box, ice packs.
Antara 40 – 50 % pengiriman spesimen tidak menyertakan termometer bersama
spesimen dalam coldbox karena puskesmas /dinas tidak memiliki cukup termometer atau
prosedur standar kurang menekankan perlunya penyertaan termometer.
Dokumen yang disertakan dalam pengiriman hanya form surveilans yang berisi informasi
mengenai kondisi pasien dan lain-lain, namun tidak ada form/surat pengantar yang
memberikan informasi mengenai kondisi spesimen, dan suhu saat dikirimkan dan saat tiba
ditujuan dengan menggunakan formulir berkelanjutan dari puskesmas.
Pengiriman dari puskesmas sampai di lab regional berkisar antara 0 – 5 hari atau lebih
terutama bila spesimen tiba di luar jam kerja atau hari Sabtu dan harus menunggu sampai
diserahkan hari Senin. Jadwal pengiriman pada hari Rabu/Kamis seringkali berubah
tergantung dari kinerja kurir kontrak dan jadwal transport (antara lain pesawat untuk kiriman
dari luar propinsi).
Spesimen yang diterima di lab regional tidak diperiksa/dicatat suhu spesimen saat tiba
karena tidak ada termometer yang disertakan. Di lab FKUI, 60 – 70 % diantara yang
menggunakan termometer menunjukkan spesimen berada pada kisaran 13 – 17°C saat
diterima. Salah satu kiriman dari Papua ke FK Universitas Hasanuddin mencapai suhu
28°C saat diterima, dan tidak diketahui sudah berlangsung berapa lama.
Spesimen yang diterima akan dibagi dalam 2 aliquot, untuk pemeriksaan di lab regional
dan untuk dikirim ke BTDK.
Aliquot spesimen untuk BTDK disimpan dalam lemari es domestik 2-8°C dan yang untuk
lab regional dalam freezer (-) 20° C atau (-) 80° C selama 1-7 hari saat diperiksa PCR.
Spesimen untuk BTDK, bila dikirim setelah >1 hari, maka akan spesimen dipindahkan ke
freezer(-) 80°C.
Monitoring dan pencatatan suhu harian lemari es dalam form grafik suhu perlu ditekankan.
Beberapa lab regional dan puskesmas sudah melakukan pemantauan suhu lemari es dan
freezer namun sebagian besar belum melaksanakan.
Laporan assessment cold chain
13 of 58
Desember 2011
Informasi mengenai spesimen yang dicatat dalam logbook tidak selalu sama pada berbagai
lab regional dan tidak ada pencatatan mengenai kondisi dan suhu spesimen saat diterima
dan lama waktu dalam perjalanan.
Pengiriman spesimen dari lab regional ke BTDK menggunakan perangkat pengemasan yg
berasal dari puskesmas dan bila tidak lengkap atau termomenter pecah tidak dilakukan
penggantian karena stok tidak ada. Pengiriman dari lab regional ke BTDK pada umumnya
berlangsung selama 2-3 hari.
Data dan suhu spesimen yang diterima oleh BTDK dicatat dalam log book dan spesimen
disimpan dalam freezer (-) 80°C sampai dikirim ke lab virologi dan kemudian di simpan
dalam lemari es domestik sampai dilakukan pemeriksaan PCR dan lain-lain. Belum
dilakukan monitoring dan pencatatan suhu pada lemari es domestik dan freezer serta lama
perjalanan dalam pengiriman.
Penanganan limbah medis ILI di lab regional dan BTDK sudah memadai, namun pada
beberapa puskesmas masih memerlukan perhatian.
Selama pelaksanaan proyek yang dimulai sejak 2005, 2007 dan 2009 belum ada sistem
supervisi suportif mengenai cold chain spesimen unmtuk petugas puskesmas, lab regional
maupun BTDK.
Berdasarkan hasil telaah di atas dirasa perlu untuk kembali mereview SOP penanganan
cold chain terhadap spesimen sejak dari Puskesmas sampai BTDK dan masalah cold chain
perlu dimasukkan dalm materi monitoring ILI. Pelatihan perlu dilakukan bagi para
pelaksana surveilans ILI dan evaluasi mengenai hubungan antara spesimen yang
dikirim/disimpan diluar suhu 2-8° C dengan hasil PCR, sub-typing maupun isolasi virus.
Pengadaan peralatan cold chain seperti termometer,wadah pralon perlu direview kembali,
baik untuk pengiriman spesimen maupun monitoring lemari es domestik sehingga setiap
tingkat surveilans tercukupi.
Laporan assessment cold chain
14 of 58
Desember 2011
III.
LATAR BELAKANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan dan memiliki jumlah penduduk
terbanyak nomer 4 di dunia dengan jumlah penduduk sebesar 238 juta pada tahun 2010 1.
Secara administrasi Republik Indonesia terdiri atas Pemerintah Pusat di Jakarta, 33
provinsi dan 399 kabupaten dan 98 kota, 6543 kecamatan dan 75,226 desa dan kelurahan.
Sekitar 65 % penduduk berdiam di P. Jawa, Lampung, dan Bali dan sisanya tersebar di
propinsi-propinsi lain 2.
.
Dalam bidang kesehatan, pelayanan antara lain diberikan oleh 8737 puskesmas statis
dimana 6,033 adalah puskesmas dengan tempat perawatan. Disamping itu ada 6253
puskesmas keliling dengan mobil/perahu motor dan 22,171 puskesmas pembantu .Rata
rata tiap puskesmas melayani 25.000 – 50.000.penduduk.
Pelayanan rumah sakit umum terdiri dari 18 RS milik KemenKes, 1175 RS milik Pemda,
Abri-Polri dan instansi lain serta swasta.
Gambar 1: Peta Indonesia
1
2
Biro Pusat Statistik 2010
BPS; Penduduk Indonesia per Propinsi, 2010
Laporan assessment cold chain
15 of 58
Desember 2011
IV. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi masih merupakan penyakit yang utama di Indonesia dan infeksi virus
influenza merupakan salah satu kelompok penyebab penyakit yang baru muncul dan
merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan timbulnya masalah kesehatan dengan
potensi menyebabkan epidemi dengan angka kematian yang cukup tinggi di Indonesia dan
bagian lain dunia 3.
Sejak bulan September 2004 Puslitbang BMF Badan Litbangkes (kini Pusat Biomedis dan
Teknologi Dasar Kesehatan) bekerja sama dengan Ditjen P2PL KemenKes, CDC Atlanta
dan WHO telah mengembangkan jejaring surveilans epidemiologi dan virologi di 7 propinsi di
Indonesia yang kemudian diperluas ke 22 propinsi di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Bali dan NusaTenggara dan Papua, dengan pemeriksaan kasus tersangka ILI dan
pengambilan spesimen usap hidung dan usap tenggorok. Pengambilan spesimen usap
hidung dan tenggorok dilakukan di 20 Puskesmas sentinel di 20 propinsi.
Untuk menunjang kegiatan surveilans ini ditetapkan 1 laboratorium rujukan nasional yaitu
laboratorium virology Pusat BTDK Badan Litbangkes dan 5 laboratorium Regional (2 di
Jakarta, dan masing masing 1 di Semarang, Bali, Makassar) sebagai sentra pemeriksaan
laboratorium PCR - RT terhadap spesimen yang dikirim 20 puskesmas sentinel ILI.
Mulai September 2011 KemenKes menambahkan satu laboratorium regional di Palembang
dan 4 puskesmas sentinel di Palu, Ambon, Palangkaraya dan Bengkulu untuk mendukung
kegiatan surveilans ILI sehingga keseluruhan ada 6 lab regional dan 24 puskesmas sentinel
ILI.
Surveilans epidemiologi ini penting guna menentukan jenis virus penyebab guna mendukung
upaya penanggulangan dan pencegahan epidemi maupun pandemi virus ILI yang berisiko
menimbulkan banyak kesakitan dan kematian seperti pada infeksi virus H1N1, H5N1 dan
sebagainya.
Diagnosa laboratorik dengan PRT-RT ataupun biakan virus dianggap sebagai metoda
terpercaya dan akurat dalam menentukan penyebab infeksi ILI (Influenza Like Illness) di
Indonesia pada kasus tersangka serangan virus ILI.
3
Profil Kesehatan Indonesia, KemenKes 2010
Laporan assessment cold chain
16 of 58
Desember 2011
Keberhasilan diagnose laboratorium ini sangat tergantung pada berbagai faktor, antara lain
bagaimana pengelolaan cold chain pada spesimen sejak saat pengambilan, penyimpanan,
transportasi sampai pemeriksaan laboratorik dilakukan. Faktor lain yang juga perlu adalah
masalah ketersediaan peralatan dan alat bantu cold chain.
Guna memperoleh hasil pemeriksaan laboratorium yang terpercaya dan akurat maka
kualitas spesimen perlu dijaga antara lain dengan mempertahankan agar suhu spesimen
tetap dijaga tetap berada pada kisaran suhu optimal (4°C) mulai dari saat pengambilan,
penyimpanan,pengepakan dan pengiriman spesimen ke laboratorium regional ataupun
laboratorium rujukan nasional .
Berbagai pedoman pengambilan, pengepakan, pengiriman spesimen yang ada menekankan
perlunya untuk selalu mempertahankan suhu spesimen pada suhu 4°C. Namun tidak ada
petunjuk yang rinci mengenai bagaimana cara pengaturan dan pemantauan peralatan dan
alat bantu cold chain agar diperoleh suhu yang optimal tersebut, disamping masalah
ketersediaan peralatan dan alat bantu yang diperlukan serta bagaimana persiapan atau
pelatihan para petugas yang terkait dalam mengelola cold chain.
Selama ini puskesmas dan laboratorium regional telah melakukan pengambilan spesimen
maupun pemeriksaan laboratorik secara rutin namun hanya sedikit informasi yang ada
mengenai keberadaan dan kondisi peralatan dan alat bantu cold chain, penanganan limbah
dan kegiatan pembinaan pada berbagai fasilitas tersebut. Pada umumnya petugas
mempunyai persepsi bahwa peralatan dan alat bantu yang digunakan sudah secara otomatis
memenuhi kebutuhan pengelolaan cold chain dan tidak memerlukan pengaturan maupun
monitoring.
Menilik keadaan di atas, suatu cold chain assessment pada fasilitas dalam jejaring
surveilans ILI telah dilakukan untuk melengkapi informasi yang ada guna menjamin
diperolehnya spesimen yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan laboratorik
Penilaian meliputi prosedur rantai dingin yang diterapkan, jenis, kapasitas dan kinerja
peralatan penyimpanan dingin maupun alat pemantau suhu yang dipergunakan. Selain itu
informasi mengenai pelaksanaan fungsi pembinaan serta keamanan penanganan bahan dan
limbah infeksius berbasis universal precaution yang selama ini dilakukan pada fasilitas
pengambilan spesimen dan laboratorium ILI.
Laporan assessment cold chain
17 of 58
Desember 2011
V.
TEMUAN DAN HASIL ANALISA
Temuan Umum
Tim assessment melakukan telaah manjemen cold chain untuk spesimen ILI di 4 dari 24
puskesmas sentinel ILI dan 4 dari 5 laboratorium regional yaitu:
No.
1.
Laboratorium Regional
Puskesmas Sentinel
Laboratorium Microbiologi RS FK UNHAS di
Puskesmas Sudiang, Kota Makasar
Makasar
2.
3
Labortorium Biologi Molekuler FK UNUD di
Puskesmas I Denpasar Selatan, Kota
Denpasar
Denpasar
Laboratorium Diagnostik Molekuler FKUI
Puskesmas Kayu Putih Utara, Jakarta
Timur
4
Laboratorium Mikrobiologi FK UNDIP di
Puskesmas Pandanaran, Kota
Semarang
Semarang
Ke 4 lab regional dan puskesmas ini merupakan pelaksana surveilans ILI.
Pengambilan spesimen di puskesmas umumnya dilakukan oleh teknisi laboratorium atau
perawat puskesmas.
Jumlah
No.
Puskesmas
Kunjungan Spesimen
Per Hari
1
Keterangan
Jumlah
Puskesmas Sudiang,
150
Per Hari
5-7 10 kasus (25% menolak untuk
Kota Makasar
2
diambil spesimen)
Puskesmas I Denpasar
150
4
20
3
130
2-5
Selatan
3
Puskesmas Utan Kayu
Utara
4
Puskesmas Pandanaran
Laporan assessment cold chain
18 of 58
Desember 2011
Pengambilan, penempatan dalam cryotube, penggunaan parafilm dan tissue serta plastik
klip dan penyimpanan di lemari es sudah sesuai dengan prosedur namun tidak diketahui
apakah suhu lemari es selalu berada pada kisaran 2-8°C (di puskesmas Utan Kayu
spesimen ditempatkan di bagian chiller yang memiliki suhu dibawah 0°C).
Lemari es yang digunakan menyimpan spesimen di puskesmas pada umumnya
menggunakan lemari es domestik auto-defrost tanpa menggunakan termometer di
dalamnya. Kecuali di puskesmas Denpasar Selatan dan FKUI yang lain tidak melakukan
monitoring dan pencatatan suhu harian lemari es. Lihat tabel 1 & 2.
Suhu lemari es saat ditelaah secara real time berada pada kisaran (- ) 1.5° sp (+) 8°C,
namun tidak diketahui riwayat suhu sebelumnya terutama pengaruh pemanasan heater saat
auto-defrost aktif mencairkan bunga es.
Pemeliharaan lemari es memerlukan peningkatan karena masih dijumpai lemari es yang
kurang terawat dan dipenuhi kotoran dan jamur pada karet seal pintu dan bagian-bagian
lainnya.
Laporan assessment cold chain
19 of 58
Desember 2011
Tabel 1. Peralatan Penyimpanan Spesimen di BTDK dan Lab Regional
Tipe
No.
araan
Tipe
Suhu °C
Kapasitas
Pemelih
araan
Penyimpanan spesimen untuk pemeriksaan
Penyimpanan sementara untuk spesimen yang
& Penyimpanan
akan dikrim ke BTDK
2
135 L
Baik
BTDK*
Freezer
Lab Mikrobiologi RS
UNHAS
Alat
u Suhu
Freezer
Lab Biologi Mokuler
Deep
Universitas Udayana
Freezer
(-)80
519 L
(-)20
482 L
Baik
(-)80
519 L
Baik
Domestik
auto frost
Ada, tidak
ada
update
Tidak
Ada, tidak
ada
update
Tidak
(-)1- (-)4.8
135 L
Baik
(-)1 – 5
135 L
Baik
Tidak ada
4–5
135 L
Baik
Ada
(-) 80
519 L
Baik
1 – 6.7
135 L
Baik
ada
Domestik
auto frost
Bagian Mikrobiologi Klinik
Deep
Universitas Indonesia
Freezer
auto frost
(-) 80
519 L
Universitas Diponegoro
Deep
Freezer
Domestik
(-) 80
519 L
Baik
auto frost
*Pencatatan suhu dilakukan berdasarkan suhu display yang ada pada deep freezer
Laporan assessment cold chain
20 of 58
Tidak ada
Ada, tidak
update
Ada dan
Update
Baik
Deep Freezer
5
Suhu
Tidak
Domestik
4
Pencatatan
N/A
Deep
3
Pemelih
Pemanta
auto frost
2
Kapasitas
Fasilitas
Domestik
1
Suhu °C
Desember 2011
Tidak
*Ada dan
ada
Update
Tidak
ada
Tidak ada
Tabel 2. Peralatan Penyimpanan Spesimen di Puskesmas
Suhu
Tipe
No.
°C
Fasilitas
Kapasitas
Pemeliharaan
Pemantau
Penyimpanan Spesimen Sementara
Puskesmas
1
Sudiang, Kota
Makasar
Domestik
4
auto frost
Alat
135 L
Tidak bersih &
berjamur
Pencatat
Suhu
an Suhu
Tidak
Tidak ada
ada
Ada
2
Puskesmas 1
Denpasar Selatan
Domestik
5.5
135 L
Bunga es
Manual frost
tebal
(termomet
er Mueller
Ada dan
&
update
OneMed)
3
4
Puskesmas Utan
Domestik
Kayu Utara
auto frost
Puskesmas
Domestik
Pandanaran
auto frost
(-) 2
135 L
Baik
Tidak ada
3.8
135 L
Baik
Tidak ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Pengemasan spesimen untuk pengiriman ke lab regional bervariasi yaitu ada puskesmas
yang melakukan pengemasan sampai siap diambil oleh kurir dan ada puskesmas yang
hanya menyerahkan spesimen dalam plastik klip dengan menyertakan dokumen berupa
form surveilans selanjutnya pengemasan dilakukan oleh staf Dinas Kesehatan Kota yang
menjemput untuk dibawa ke lab regional. Staf dinas yang menyediakan perlengkapan
pengemasan seperti cold box dan ice pack.
Antara 40 – 50 % pengiriman spesimen tidak menyertakan termometer bersama spesimen
dalam coldbox karena puskesmas /dinas tidak memiliki cukup termometer atau prosedur
standar kurang menekankan perlunya penyertaan termometer.
Dalam pengiriman hanya disertakan isian form surveilans mengenai kondisi pasien dan lainlain, namun tidak ada form/surat pengantar yang memberikan informasi mengenai kondisi
spesimen, suhu saat dikirimkan dari puskesmas dan lain-lain.
Pengiriman dari puskesmas sampai di lab regional berkisar antara 0 – 5 hari bila spesimen
tiba diluar jam kerja atau hari Sabtu karena menunggu sampai diserahkan hari Senin pada
hari berikutnya. Jadwal pengiriman pada hari Rabu/Kamis seringkali berubah tergantung dari
kinerja kurir kontrak dan jadwal transport (antara lain pesawat untuk kiriman dari luar
propinsi).
Laporan assessment cold chain
21 of 58
Desember 2011
Tabel 3. Peralatan Pengemasan dan Sistem Pengiriman Spesimen di Lab Regional dan
Puskesmas
Peralatan & Tipe
No.
Fasilitas
Wadah
Pengirim
an
Pendin
gin
Surat
Frekuensi
Cara
Pengiriman
Alat
Wadah
Pengantar
Pengirim
Pemantau
Spesi
(kondisi
an
Suhu
men
spesimen)
Lab Regional
Lab
1
Mikrobiologi RS
Cold box
UNHAS
Ice
Termometer
Pack/
(tidak selalu
gel
ada)
Lab Biologi
2
Mokuler
Universitas
Cold box
Ice
Pack
Udayana
Pralon
Tidak ada
Pralon
Tidak ada
Pralon
Tidak ada
Pralon
Tidak ada
Termometer
(tidak selalu
ada)
1 kali
seminggu
1 kali
seminggu
Kurir: Caraka/
Mega Cargo
Kurir: Caraka
Bagian
Mikrobiologi
3
Klinik
Cold box
Universitas
Ice
Pack
Termometer
(tidak selalu
ada)
1 kali
seminggu
Diambil oleh
BTDK
Indonesia
4
Universitas
Diponegoro
Cold box
Ice
Pack
Termometer
(tidak selalu
ada)
1 kali
seminggu
Kurir: Caraka
Puskesmas
Puskesmas
1
Sudiang, Kota
Cold box
Makasar
Puskesmas 1
2
Denpasar
Cold box
Selatan
Puskesmas
3
Utan Kayu
Cold box
Utara
4
Puskesmas
Pandanaran
Cold box
Laporan assessment cold chain
Ice
Pack
Ice
Pack
Ice
Pack
Ice
Pack
Dikemas dan
Termometer
(tidak selalu
Pralon
Tidak ada
ada)
Pralon
Tidak ada
termometer)
Termometer
(tidak selalu
ada)
Termometer
(tidak selalu
ada)
22 of 58
diantar ke lab
seminggu
reg oleh staf
DinKes Kota
Termometer
(70% tdk ada
1 kali
1 kali
seminggu
Kurir: Caraka
Dikemas dan
Tanpa
wadah
Tidak ada
1 kali
diantar ke lab
seminggu
reg oleh staf
Sudin JakTim
Botol
plastik
bekas
obat
Diantar ke lab
Tidak ada
1 kali
reg oleh staf
seminggu
DinKes Kota
Semarang
Desember 2011
Spesimen yang diterima di lab regional akan diperiksa kondisinya namun tidak
diperiksa/dicatat suhu spesimen dan salah satu penyebabnya adalah karena tidak ada
termometernya.
Di lab FKUI, 60 – 70 % diantara yang menggunakan termometer menunjukkan spesimen
berada pada kisaran 13 – 17° C . Juga pada salah satu kiriman dari Papua ke FK Unhas
mencapai suhu 28°C saat diterima, dan tidak diketahui hal ini sudah berlangsung berapa
lama.
Spesimen akan dibagi dalam 2 aliquot, untuk pemeriksaan di lab regional dan untuk dikirim
ke BTDK. Aliquot untuk BTDK disimpan dalam lemari es domestik 2-8°C dan untuk lab
regional di freezer (-) 20°C atau (-) 80°C selama 1-7 hari saat diperiksa PCR tergantung
jumlah spesimen yang ada.
Informasi mengenai spesimen yang dicatat dalam log book tidak selalu mencatat kondisi dan
suhu spesimen saat diterima dan lama waktu dalam perjalanan. Bentuk log book beserta
infromasi yang dicatat bervariasi antar laboratorium.
Pengiriman spesimen dari lab regional ke BTDK menggunakan perangkat pengemasan yg
berasal dari puskesmas dan bila peralatan pengemasan tidak lengkap, tidak ada data yang
menunjukkan apakah dilengkapi oleh BTDK. Jika ada termomenter yang pecah, menurut
informasi dari BTDK maka dilakukan penggantian. Perjalanan pengiriman dari lab regional
ke BTDK pada umumnya berlangsung 2-3 hari.
Spesimen yang diterima oleh BTDK dicatat ke dalam log book termasuk kondisi suhu (bila
ada termometer menyertai spesimen). Kemudian spesimen tersebut disimpan dalam freezer
(-) 80°C sampai dilakukan pemeriksaan PCR dan lain-lain. Belum dilakukan monitoring dan
pencatatan suhu yang terupdate pada lemari es domestik dan freezer di BTDK (terakhir
Maret 2010).
Penanganan limbah medis ILI pada beberapa puskesmas masih memerlukan peningkatan.
Di lab regional dan BTDK penanganan sudah memadai.
Selama pelaksanaan proyek yang dimulai sejak 2005, 2007 dan 2009 belum ada sistem
supervisi suportif mengenai cold chain spesimen untuk petugas puskesmas, lab regional
maupun BTDK.
Laporan assessment cold chain
23 of 58
Desember 2011
VI. TEMUAN-TEMUAN PADA MASING-MASING FASILITAS
SURVEILANS ILI
1.
Laboratorium Virologi Pusat BTDK
-
Organisasi:
Laboartorium Virologi Pusat BTDK virology berfungsi sebagai laboratorium regional
ILI dan juga sebagai Laboratorium Rujukan Nasional ILI. Sebagai lab regional,
laboratorium ini melakukan pemeriksaan parallel PCR_RT dan sub-typing atas
semua aliquot spesimen yang dikirim oleh semua lab regional dan bila perlu
dilanjutkan dengan isolasi virus. Sebagai lab regional laboratorium ini menerima
spesimen langsung dari 4 puskesmas yaitu dari Palu, Ambon, Bengkulu,
Palangkaraya yang ditetapkan sebagai puskesmas ILI sejak September 2011.
-
Rata-rata jumlah spesimen yng diterima oleh Pusat BTDK adalah 45 – 72
spesimen :
•
Dari 4 Puskesmas binaan::4 x 5-8 spesimen = 20 -32 spesimen per bulan .
•
Dari 5 lab regional : 5 x 5-8 spesimen = 25 – 40 spesimen per bulan.
Saat tiba spesimen dikeluarkan dari cold box dan wadah pralon, kemudian diperiksa
kondisinya. Spesimen dicatat dalam buku log yang berisi informasi mengenai ID
spesimen termasuk suhu saat diterima (bila termometer disertakan). Tidak ada
pencatatan mengenai waktu yang dibutuhkan dalam pengiriman dari lab regional
sampai diterima di BTDK .
Spesimen kemudian ditaruh dalam rak dan disimpan dalam deep freezer (–) 80oC
di tempat penrimaan spesimen sampai dikirim ke lab virologi. Selain pegecekan
visual pada display suhu yang build in pada freezer tidak dilakukan pencatatan suhu
harian.
-
Pengiriman spesimen ke Pusat BTDK:
Spesimen dikemas sejak dari puskesmas dan kemudian dilanjutkan oleh lab
regional menggunakan sarana pengemasan yang terdiri dari cold box disertai 6 ice
pack dan bila ada disertai termometer Mueller. Spesimen dalam klip plastik dikemas
dalam pipa pralon lalu semuanya dimasukkan dalam cold box.
Laporan assessment cold chain
24 of 58
Desember 2011
Kedua spesimen usap dimasukkan dalam cryotube berisi VTM kemudian dikemas
dalam plastik klip lalu dimasukkan dalam wadah pipa pralon bertutup. Pengiriman
disertai dokumen berupa form surveilans namun tidak ada form kondisi spesimen
dan suhu saat dikirim dari puskesmas /lab regional (kecuali lab regional
Banjarmasin yang kadang-kadang menyertakan form kondisi dan suhu spesimen
(kartu monitoring suhu ILI).
Secara teori perusahaan kurir yang dikontrak (Caraka untuk P.Jawa dan Indonesia
bagian barat dan Mega cargo untuk wilayah timur) harus menjemput cold box dari
puskesmas dan lab regional setiap hari tertentu (Rabu/Kamis) setiap minggunya.
Namun seringkali jadwal ini tidak ditepati dan menyebabkan kelambatan pengiriman
atau tiba ditujuan diluar jam kerja atau hari hari libur yang menyebabkan spesimen
terpapar suhu ruang sampai diterima oleh laboratorium pemeriksa.
-
Penanganan spesimen di lab virologi:
Spesimen disimpan dalam lemari es domestik jenis auto-defrost tanpa dilengkapi
termometer di dalamnya. Ada form pencatatan suhu yang dilekatkan di pintu lemari
es namun pemantauan tidak dilakukan rutin, catatan terakhir Maret 2009 (deep
freezer) dan Maret 2010 (lemari es domestik).
Dari spesimen yang diterima 1 aliquot dipakai untuk pemeriksaan dan sisanya
disimpan dalam deep freezer of (-)70o – (-) 80oC di lab virologi.
-
Sarana pengemasan dan peralatan pembantu:
Sarana pengemasan dan peralatan pembantu yang dipakai untuk pengiriman
spesimen ILIdan diterima oleh BTDK adalah:
•
1 Cold box ± 6 L
•
1 wadah pipa pralon dengan tutup ukuran panjang 15 cm dan diameter 2.5
inch
•
6 ice pack ± 0.6 L
•
1 Termometer Mueller (tidak selalu ada)
•
Form survilans
•
Form mengenai kondisi dan suhu saat dikirim (Kartu monitoring suhu ILI tapi
hanya diterima dari Banjarmasin walaupun tidak pada setiap pengiriman.).
Bila ice pack dibekukan lebih dari 24 jam, spesimen diharapkan ada dalam kondisi
baik sampai tiba di BTDK sebelum 24 jam. Semua perangkat pengemasan dikirim
kembali ke puskesmas/Dinas Kota dan termometer yang pecah akan diganti.
Laporan assessment cold chain
25 of 58
Desember 2011
Pengiriman kembali ini seringkali terlambat diterima puskesmas sehingga
pengiriman berikutnya akan terhambat (puskesmas hanya punya 2 set pengemas
tanpa ada cadangan).
-
Kondisi dan kapasitas Cold chain:
Cold chain untuk penyimpanan spesimen ILI di BTDK terdiri atas 1 buah deep
freezer (juga untuk SARI) di tempat penerimaan spesimen , 1 buah lemari es
domestik dan 1 buah deep freezer di lab virology.
Kapasitas yang ada memadai untuk penyimpanan spesimen ILI (135 L untuk lemari
es domestik dan +/- 350 L untuk setiap freezer).
-
Penanganan limbah medis:
Limbah laboratorium dikumpulkan dalam kantong plastik hitam, di otoklaf dan
kemudian dijemput oleh perusahaan yang dikontrak untuk mengangkut limbah dari
BTDK secara berkala. Tidak diketahui dimana pembuangan terakhir dari limbah
tersebut.
Kantong yang dipakai belum mengikuti panduan WHO mengenai penggunaan
kantong berwarna dan bertanda berdasar jenis limbah medis.
-
Supervisi suportif:
Tidak ada supervisi rutin kepada lab regional ataupun puskesmas sentinel oleh
pusat BTDK mengenai manajemen cold chain untuk spesimen ILI.
2.
Laboratorium Mikrobiologi RS FK UNHAS (Rumah Sakit Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin) yang berfungsi sebagai Lab Regional
ILI di Makassar
-
Organisasi:
Laboratorium Mikrobiologi dri RS FK Unhas adalah lab regional ILI di Makassar
untuk melakukan pemeriksaan PCR-RT dan subtyping terhadap spesimen yang
dikirim oleh 5 puskesmas sentinel di Sudiang (Makassar), Manado (Sulawesi
Utara), Jayapura dan Merauke ( Papua) dan Balikpapan (Kalimantan Timur).
Laporan assessment cold chain
26 of 58
Desember 2011
Laboratorium ini juga melakukan sub-typing dan isolasi virus terhadap spesimen
positif influenza A.
Laboratorium ini merupakan divisi mikrobiologi untuk pelayanan di RS FK Unhas
yang baru dan mulai berfungsi sejak April 2011. Untuk pendidikan mahasiswa
dilakukan di bagian Mikrobiologi di komplek lama FK Unhas. Lab ini menggunakan
peralatan yang dipindahkan dari lab mikrobiologi lama dan masih terus
berlangsung. Beberapa peralatan seperti deep freezer belum dapat dipindahkan
karena keterbatasan ukuran lift di RS.
Laboratorium ini memiliki 4 divisi yaitu Bakteriologi, Virologi, Mikologi dan
Biomolekuler.
Lab virologi mempunyai 2 teknisi untuk tugas ILI (Safri and Desi) secara penuh.
-
Penerimaan spesimen:
Laboratorium Mikrobiologi RS FK UNHAS menerima spesimen sebanyak:
5 x 5-10 spesimen = 25 -50 pesimen setiap minggu dari 5 puskesmas cakupannya.
Seharusnya spesimen diterima tiga kali seminggu (Selasa, Rabu dan Kamis) namun
kiriman dari luar propinsi seringkali jadwal tidak dipenuhi karena tergantung pada
pengaturan kurir yang dikontrak (Mega cargo dianggap lebih baik dari Caraka),
sedang spesimen dari puskesmas Sudiang spesimen dijemput dan dikemas dengan
sarana yang disediakan oleh staf Dinas Kota (Sdr. Samsul).
Seringkali spesimen dikirimkan diluar jam kerja atau hari libur sehingga baru
diterima hari berikutnya hari Senin dengan akibat spesimen diterima oleh staf RS
atau di kantor kurir dan dibiarkan pada suhu ruang 1-3 hari.
•
Saat assessment kiriman tiba dari Jayapura dengan ice pack sudah tidak
dingin dan suhu dalam cold box adalah 28ºC. Tidak ada informasi berapa lama
keadaan ini sudah berlangsung.
Spesimen yang tiba dari Jayapura di lab regional, ice pack
sudah hangat dan termometer menunjukkan suhu 28ºC
Laporan assessment cold chain
27 of 58
Desember 2011
Saat tiba, spesimen dikeluarkan dari wadah pipa pralon, dicek kondisi serta suhu
bila disertai termometer. Namun tidak semua pengiriman disertai termometer atau
termometer pecah saat diterima.
Volume spesimen juga bervariasi karena beberapa terjadi kebocoran diduga karena
stik terlalu panjang mematahkannya sehingga tutup cryotube tidak rapat dan
mengakibatkan bocor. Beberapa spesimen diterima dengan warna larutan Hanks
berwarna kuning, namun diduga tidak berkaitan dengan hasil tes.
Setelah itu ID spesimen dicatat dalam log book dan suhu akan dicatat bila disertai
termometer dalam kemasan. Spesimen kemudian di buat dalam 2 aliquot, satu
untuk BTDK yang disimpan dalam lemari es domestik (saat dicek suhu antara 1 –
4,8 °C) sampai dikirim ke BTDK. Aliquot kedua (300 - 400 ul) ditampung dalam
tabung mikro Eppendorf untuk pemeriksaan setempat dan disimpan dalam freezer
(-) 20ºC (dalam telaah suhu (-)17º sampai (-)19ºC).
Lemari es tidak dilengkapi termometer dan freezer hanya memiliki termometer
display yang build-in pada freezer. Tidak ada pencatatan suhu harian baik pada
lemari es maupun freezer.
Ice pack yang diterima disimpan dalam freezer (-) 20ºC saat tiba agar siap untuk
pengiriman ke BTDK.
-
Pengiriman spesimen ke Pusat BTDK:
Aliquoted spesimen dalam cryotube dikemas ulang di lab regional dengan material
yang diperoleh dari puskesmas yaitu wadah: pipa pralon panjang 15 cm dan
diameter 2.5 inch, 6 ice pack yang dibekukan kembali dan termometer Mueller bila
ada. Formulir surveilans disertakan dalam pengiriman dan formulir kondisi
spesimen yang berisi informasi mengenai kondisi, warna dan suhu spesimen saat
diterima oleh lab regional dan saat dikirim ke BTDK . Form ini dibuat sendiri oleh
lab regional. Spesimen kemudian dikirimkan ke BTDK melalui kurir.
Pipa Pralon dan termometer yang pecah dan rusak tidak diganti oleh lab
regional karena mereka tidak mempunyai stok.
Laporan assessment cold chain
28 of 58
Desember 2011
-
Penanganan spesimen di lab virologi:
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, spesimen untuk pemeriksaan setempat
disimpan dalam freezer dan spesimen untuk BTDK disimpan dalam lemari es
domestik jenis auto-defrost, namun tidak ada monitoring dan pencatatan suhu
antara lain karena tidak memiliki termometer untuk ditempatkan di dalam lemari es.
Spesimen untuk pemeriksaan setempat disimpan dalam freezer (-) 20ºC. Sejak 1
bulan yang lalu lab ini tidak melakukan pemeriksaan PCR karena tidak memiliki stok
primer. Sudah melaporkan ke BTDK namun diberi suplai baru. Lab regional juga
bermasalah dengan safety cabinet dan memerlukan pemeriksaan oleh teknisi luar.
-
Peralatan pengemasan:
Peralatan pengemasan untuk spesimen ILI yang diterima di lab FK Unhas terdiri
atas :
•
Cold box ± 6 L
•
1 wadah pipa pralon dengan tutup ukuran panjang 15 cm dan diameter 2.5
inch
•
6 ice pack ± 0.6 L (atau gel atau es dalam kantong plastik)
•
1 termometer Mueller (seringkali tidak ada/tidak disertakan)
•
Formulir berisi ID spesimen tanpa informasi suhu saat dikirimkan.
Keseluruhan peralatan pengemasan yang diterima dari puskesmas saat
mengirimkan spesimen ke lag regional dipakai kembali untuk pengiriman spesimen
ke BTDK, walaupun termometer atau tutup pralon pecah. Semua puskesmas
/dinas memiliki 2 set peralatan pengemasan namun seringkali pengiriman kembali
dari BTDK terlambat atau ada yang rusak.
-
Kondisi dan kapasitas Cold chain:
Fasilitas penyimpanan dingin untuk spesimen ILI di RS FK Unhas terdiri dari 2
freezer (1 untuk spesimen dan 1 untuk membekukan ice pack serta spesimen yang
sudah diperiksa sejak permulaan proyek yang belum dimusnahkan karena
menunggu pedoman dari BTDK). Satu buah lemari es domestik jenis auto-defrost
untuk simpan spesimen yang akan dikirim ke BTDK. Total kapasitas (135 L untuk
lemari es domestik dan 482 L untuk masing masing freezer) sangat memadai untuk
penyimpanan spesimen ILI.
Laporan assessment cold chain
29 of 58
Desember 2011
-
Penanganan limbah medis:
Limbah non-infectious dikumpulkna dalam tong sampah dengan kantong plastik
yang disediakan bagian safety rumah sakit dan dijemput secara berkala oleh
petugas RS. Limbah infeksius dikumpulkan dalam kotak limbah kuning denagn
kantong plastik merah yang disediakan rumah sakit dan berisi cairan chlorine dan
dikumpulkan oleh divisi safety RS untuk di-insinerasi di Wahidin atau RS Dadi.
-
Supervisi suportif:
Tidak ada supervisi ke lab regional maupun puskesmas oleh Pusat BTDK mengenai
manajemen cold chain dari spesimen ILI.
3.
Puskesmas Sentinel Sudiang di Kota Makassar
-
Organisasi:
Puskesmas Sudiang adalah puskesmas sentinel ILI . Puskesmas ini adalah salah
satu puskesmas pelayanan primer (puskesmas kunjungan tanpa tempat perawatan)
yang dikelola oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar.
Kepala puskesmas adalah Dr. Muhammad Sofyan dan sebagai koordinator ILI
adalah Dr. Martha.
-
Pengambilan spesimen dan pengiriman ke lab regional:
Total kunjungan rata rata 150 pasien per hari. Secara rata-rata jumlah spesimen
adalah 5- swab nasal dan tenggorok per hari yaitu 75 % dari 10 kasus tersangka ILI
sedang 25% lain menolak pengambilan usapan.
Tersangka kasus di diagnosa di poliklinik oleh Dr. Martha dan setelah interview dan
penandatanganan formulir consent pasien dirujuk ke lab untuk pengambilan usapan
oleh teknisi lab. Spesimen dimasukkan dlam cryotube berisi larutan Hanks,
dibungkus parafilm dan kertas tisu kemudian dimasukkan ke dalam kantong klip
plastik. Spesimen kemudian disimpan dalam lemari es domestik jenis auto-defrost
yang dilengkapi dengan termometer Mueller (pinjaman dari program Imunisasi) dan
suhu dicatat setiap hari. Pengambilan spesimen dilakukan setiap hari dan dijemput
serta dikemas oleh staf Dinas Kesehatan Kota (sdr. Samsul)setiap hari Rabu.
Peralatan dan pengemasan dilakukan sepenuhnya oleh Dinas Kesehatan Kota.
Kemudian diantar ke lab regional dengan menggunakan motor. Puskesmas hanya
Laporan assessment cold chain
30 of 58
Desember 2011
bertugas mengambil spesimen dan menyertakan form surveilans yang berisi
mengenai data pasien.
-
Peralatan pengemasan:
Pada umumnya peralatan pengemasan yang dipakai untuk mengirim spesimen dari
puskesmas ke lab regional disediakan oleh staf Dinas Kesehatan Kota saat
menjemput spesimen dari puskesmas terdiri dari:
•
1 Cold box ± 6 L
•
1 wadah pipa pralon dengan tutup ukuran panjang 15 cm dan diameter 2.5
inch
-
•
6 Ice pack ± 0.6 L ( atau gel atau es dalam kantong plastik)
•
1 Termometer Mueller (tidak selalu ada )
•
Form surveilans berisi data pasien
Kondisi dan kapasitas Cold chain:
Fasilitas penyimpanan dingin spesimen ILI menggunakan lemari es domestik jenis
auto defrost dengan kapasitas sekitar 135 L yang cukup memadai untuk
menyimpan spesimen ILI.
Kondisi lemari es kurang bersih dan terdapat jamur pada karet seal pintu lemari es,
hal ini menunjukkan kurangnya perawatan yang dilakukan pada lemari es.
Pemantauan suhu dilakukan dengan termometer pinjaman dari program imunisasi
dan pencatatan suhu belum dilakukan.
-
Penanganan limbah medis:
Limbah medis infeksius maupun non-infeksius semuanya dikumpulkan dalam
keranjang sampah rumah tangga tanpa diberi kantong plastik dan dibakar dekat
puskesmas bersama sampah lain.
-
Supervisi suportif:
Tidak ada supervisi ke puskesmas oleh Pusat BTDK atau lab regional mengenai
manajemen cold chain dari spesimen ILI.
Laporan assessment cold chain
31 of 58
Desember 2011
4.
Laboratorium Biologi Molekuler FK Udayana Denpasar,sebagai
laboratorium regional ILI
-
Organisasi:
Laboratorium Biologi Molekuler FK Udayana adalah laboratorium yang
diperuntukkan riset dan penelitian dan merupakan lab regional ILI di Denpasar
untuk pemeriksaan PRT dan subtyping ILI. Lab ini menerima spesimen dari 3
puskesmas sentinel yaitu Puskesmas I Denpasar Selatan (Denpasar), Mataram
(NTB) dan Kupang (NTT).
Lab Biologi molekuler FK Unud dipimpin oleh Dr. Nyoman Sri Widayanti, SPMK,
Staf yang bertanggung jawab dalam proyek ILI adalah:
1.
Nyoman Sri Handayani, SSi sebagai koordinator
2.
I Ketut Sucipta, melaksanakan penerimaan, penyimpanan dan pengiriman
spesimen ke BTDK.
3.
Wahyu Hidayati SKM dan Ketut Nani Astuti, teknisi yang melaksanakan
pemeriksaan lab.
-
Penerimaan spesimen:
Rata-rata laboratorium regional ini menerima 15 – 30 spesimen ILI per minggu dari
ke 3 puskesmas sentinel.
Penerimaan spesimen dari puskesmas diatur sebagai berikut:
1.
Rabu: dari Puskesmas I – Denpasar Selatan,
2.
Kamis – Sabtu: Kupang dan Mataram,
Semua pengiriman dilakukan oleh kurir kontrak Caraka dan sebagian besar jadwal
dapat dipenuhi.
Hanya pada permulaan surveilans ditemui kebocoran VTM karena tangkai swab
masih terlalu panjang sehingga cryotube tidak tertutup dengan baik atau tidak
menggunakan parafilm, namun hal itu sudah tidak terjadi lagi.
Setibanya di lab regional spesimen dikeluarkan dari wadah pralon dan diperiksa
kondisi serta suhunya (bila ada termometer). Data spesimen dicatat dalam logbook
ILI. Spesimen kemudian di aliquot menjadi 2, satu untuk BTDK yang kemudian
disimpan dalam lemari es domestik sampai dikirim ke BTDK. Aliquot ke 2 (± 300 ul)
disimpan dalam tabung miro Eppendorf untuk pemeriksaan setempat dan disimpan
dalam freezer (–) 80ºC.
Laporan assessment cold chain
32 of 58
Desember 2011
Ice pack dibekukan dalam freezer (–) 20º C yang khusus untuk mempersiapkan ice
pack.
-
Peralatan pengemasan spesimen:
Peralatan pengemasan untuk spesimen ILI yang diterima di lab regional umumnya
terdiri atas:
•
1 Cold box ± 6 L
•
1 wadah pipa pralon dengan tutup ukuran panjang 15 cm dan diameter 2.5
inch
•
6 ice pack ± 0.6 L
•
1 Termometer Mueller (lebih sering tidak disertakan)
•
Form berisi ID spesimen namun tidak disertakan form mengenai kondisi dan
suhu spesimen saat dikirim oleh puskesmas.
Seringkali pengiriman tidak disertai termometer dalam cold box. Dari penelaahan,
sejak Agustus 2011 sampai 15 Desember 2011 ditemukan bahwa:
Dari 41 pengiriman, 21 pengiriman (> 50%) dilakukan tanpa menyertakan
termometer (Denpasar Selatan 3 dari16 karena termometer pecah, Mataram 6
dari 12 dan Kupang 12 dari 13 pengiriman). Hal ini mungkin karena tidak ada cukup
termometer pada puskesmas atau pengembalian dari BTDK lambat. Akibatnya lab
regional tidak mengetahui suhu spesimen yang diterima untuk dicatat dalam
logbook.
Selain itu, lab regional hanya dapat menggunakan sarana pengemasan yang
diterima dari puskesmas untuk melakukan pengiriman ke BTDK, sehingga jika tidak
ada maka pengiriman ke BTDK juga tidak menggunakan termometer, begitu juga
bila termometer dan pralon rusak atau pecah tidak ada penggantian.
-
Pengirimkan spesimen dari lab regional ke Pusat BTDK:
Aliquoted spesimen dalam cryotube dikemas ulang di lab regional dengan material
yang diperoleh dari puskesmas dan disertakan form surveilanss dari puskesmas .
Disarankan agar ditambahkan form mengenai keadaan spesimen dan suhu sejak
dari puskesmas – lab regional dan saat diterima di BTDK. Pengiriman dilakukan
lewat kurir kontrak.
Laporan assessment cold chain
33 of 58
Desember 2011
Pipa pralon dan termometer yang rusak/pecah tidak diganti karena lab
regional tidak memiliki persediaan.
-
Kondisi dan kapasitas Cold chain:
Penyimpanan spesimen di lab regional FK UNUD terdiri atas 1 freezer (-) 80ºC
(untuk simpan spesimen, kapasitas 519 L ) dan 1 freezer (-) 20ºC kapasitas 274 L
yang digunakan untuk membekukan ice pack dan menyimpan spesimen yang
sudah diperiksa sejak dimulainya surveilans. Kedua freezer sudah penuh.
Disarankan agar BTDK memberikan pedoman penghapusan spesimen > 3 tahun
kecuali spesimen positif.
Lemari es domestik dengan kapasitas 135 L tipe auto-defrost dipakai menyimpan
spesimen ILIyang akan dikirim ke BTDK. Pemeliharaan dilakukan dengan benar,
Beberapa bahan biologis disimpan pada bagian pintu lemari es, hal ini tidak
direkomendasikan oleh WHO karena risiko overheating.
Suhu lemari es domestik saat telaah ada pada kisaran suhu (-)1 ºC sampai (+) 5ºC
dan freezer antara (-) 20º to (-)26ºC.
Tidak ada termometer dalam lemari es domestik, maka tidak ada monitoring dan
pencatatan suhu harian. Freezer memiliki termometer dispaly yang build in dan ada
pencatatan suhu walau tidak dilakukan setiap hari.
-
Penanganan limbah medis:
Limbah medis infeksius diletakkan dalam wadah kecil dengan kantong plastik di
dalamnya yang didisinfeksi dengan sinar UV selama 1 jam dalam safety cabinet
sebelum dikumpulkan dalam kantong plastik besar untuk insinerasi di RS. Sanglah
(biaya Rp 9.000/kg).
-
Supervisi suportif:
Tidak ada supervise rutin mengenai manajemen cold chain spesimen oleh lab
regional atau Pusat BTDK terhadap lab regional maupun puskesmas .
Laporan assessment cold chain
34 of 58
Desember 2011
5.
Puskesmas sentinel ILI I Denpasar Selatan di Denpasar
-
Organisasi:
Denpasar Selatan I adalah puskesmas sentinel ILI. Puskesmas ini adalah salah
satu puskesmas pelayanan primer tanpa perawatan yang dikelola oleh Dinas
Kesehatan Kota Denpasar.
Puskesmas dipimpin.oleh Pjlt. Ketut Pawarte dan coordinator ILI adalah Dr. Wulan
Putri dan teknisi lab Tarmanta.
- Pengambilan spesimen usap dan pengiriman ke lab regional:
Jumlah kunjungan poliklinik sekitar 150 pasien per hari.
Rata rata 4 usap hidung dan tenggorok kasus tersangka dikumpulkan setiap hari
(sekitar 2 % kunjungan).
Tersangka kasus di diagnosa di poliklinik oleh Dr. Wulan Putri dan setelah
didiagnosa, wawancara dan pengisian formulir inform consent dirujuk ke
laboratorium untuk pengambilan usapan. Spesimen dimasukkan dalam cryotube
berisi VTM dan setelah diberi parafilm dan tisu dimasukkan ke dalam kantong plastik
klip. Kemudian dimasukkan dalam wadah pralon. Spesimen yang akan dikirim ke
BTDK dimasukkan dalam lemari es domestik. Pengambilan spesimen dilakukan
setiap hari kerja. Pada setiap hari Rabu dijemput oleh kurir Caraka untuk dikirim ke
lab regional.
- Peralatan pengemasan spesimen
Pengemasan dilakukan sesuai prosedur dengan menggunakan:
•
1 Cold box ± 6 L
•
1 wadah pipa pralon dengan tutup ukuran panjang 15 cm dan diameter 2.5
inch
•
6 Ice pack ± 0.6 L
•
1 termometer Mueller (saat ini tidak ada stok termometer karena rusak)
•
Form surveilans berisi ID spesimen
Laporan assessment cold chain
35 of 58
Desember 2011
Dalam 3 pengiriman terakhir puskesmas tidak menggunakan termometer karena
termometer rusak dan beberapa kali menggunakan termometer yang dibeli sendiri
(merk OneMed) oleh puskesmas juga rusak.
- Kondisi dan kapasitas Cold chain
Cold chain untuk spesimen ILI adalah lemari es domestik jenis manual defrost
dengan kapasitas sekitar 135 L. Perawatan lemari es kurang optimal, terdapat
bunga es yang tebal pada bagian freezer. Termometer diletakkan di dalam lemari es
untuk memonitor suhu dan pencatatan suhu dilakukan dengan menggunakan grafik
pencatatan suhu. Pembekuan ice pack dilakukan di freezer (-) 20°C merk Modena
dan kapasitas +/- 100 L milik program imunisasi.
Bunga es yang tebal, harus
Suhu dicatat setiap hari dengan
dilakukan defrosting agar
menggunakan grafik
kinerja lemari es lebih
optimal
Memantau suhu dengan
pencatatan suhu
menggunakan termometer
- Penanganan limbah medis
Limbah medis infeksius dan non infeksius dikumpulkan di keranjang sampah rumah
tangga dan memakai kantong plastik didalamnya. Limbah akan dikirim ke RS
Wangaya untuk insinerasi.
- Supervisi suportif
Tidak ada supervisi rutin mengenai manajemen cold chain untuk spesimen ILI yang
dilakukan baik oleh BTDK maupun lab regional untuk puskesmas sentinel ILI dan
Dinas Kesehatan Kota.
Laporan assessment cold chain
36 of 58
Desember 2011
6.
Laboratorium Bagian Mikrobiologi Klinik FK Universitas Indonesia,
Jakarta, sebagai lab regional ILI
- Organisasi:
Laboratorium Mikrobiologi FKUI terdiri atas beberapa divisi yaitu: Bacteriology
(Klinik dan Lingkungan), Virologi, Mikologi, Serologi dan. Divisi Diagnostik Molekuler.
Laboratorium ini berfungsi sebagai lab riset dan juga memberikan pelayanan untuk
RSCM dan RS lain di Jakarta.
Divisi Diagnostik Molekuler ditugaskan untuk melaksanakan pemeriksaan PCR-RT
dan subtyping spesimen ILI sejak 2009.
Spesimen berasal dari 6 puskesmas sentinel yaitu puskesmas Utan Kayu Utara
(Jakarta Timur), dan puskesmas sentinel diluar Jakarta : Tangerang (Banten), Banda
Aceh (Aceh), Bandung (Jawa Barat), Pontianak (Kalimantan Barat), dan
Banjarmasin (Kalimanatan Selatan).
Pimpinan Lab Mikrobiologi Klinik adalah Dr. Anis Karuniawati PhD.
Untuk proyek surveilans ILI dilaksanakan oleh:
1.
DR. Andi Yasmon, kepala divisi Diagnostik Molekuler dan koordinator ILI.
2.
Alfian AMD, penaggung jawab penerimaan, dokumentasi, penyimpanan dan
pengemasan spesimen untuk BTDK dan sekaligus bertanggung jawab untuk
pemeriksaan PCR dan sub-typing
3.
Nila and Lolita, teknisi lab yang membantu penerimaan, aliquoting dan
pemeriksaan spesimen.
- Penerimaan spesimen:
Rata rata jumlah spesimen yang diterima 6-20 spesimen per minggu berasal dar 6
puskesmas binaan. Penerimaan spesimen diatur agar tiba antara hari Kamis dan
Jumat saat jam kerja.
Semua spesimen dikirim oleh kurir (kecuali Utan Kayu dikirim oleh Dinas Kota) dan
pada umumnya jadwal diikuti.
Setelah tiba, spesimen dikeluarkan dari wadah pralon (tidak selalu digunakan),
diperiksa kondisi dan suhu (bila disertai termometer). Data penerimaan dan ID
Laporan assessment cold chain
37 of 58
Desember 2011
spesimen dicatat langsung ke dalam komputer . Penelaah tidak menemukan log
book manual untuk pencatatan. Untuk data komputer disarankan menambah kolom
mengenai suhu saat tiba dan lama waktu antara pengiriman dari puskesmas sampai
diterima di lab regional.
Spesimen dibagi 2 aliquot sama volume (300 – 400 ul):1 untuk BTDK dan 1 untuk
pemeriksaan setempat. Aliquot untuk BTDK disimpan dalam lemari es domestik
sampai dikirim ke BTDK. Bila > 1 hari, maka spesimen dipindah ke freezer (-) 80°C
seperti spesimen untuk pemeriksaan setempat.
Ice pack disimpan dalam freezer (-) 20°C khusus untuk ice pack dan spesimen yang
sudah diperiksa.
.
- Peralatan pengemasan spesimen
Pengemasan dilakukan sesuai prosedur dengan menggunakan:
•
1 Cold box ± 6 L
•
1 wadah pipa pralon dengan tutup ukuran panjang 15 cm dan diameter 2.5
inch
•
6 ice pack ± 0.6 L
•
1 termometer Mueller (bila ada)
•
Form surveilans berisi ID spesimen
Kebocoran spesimen hanya terjadi 1 x dan hal ini karena tangkai usap terlalu
panjang sehingga tutup bocor.
Sebanyak 30 - 40 % kiriman tidak menggunakan termometer.
Dari 60 – 70 % spesimen yang menggunakan termometer, pada umumnya
menunjukkan suhu antara 13 – 170C saat diterima. Hal ini menyebabkan, lab
regional tidak dapat secara lengkap mencatat suhu saat diterima. Lama perjalanan
pengiriman dari puskesmas sampai tiba di lab regional juga tidak diketahui.
Untuk pengiriman ke BTDK lab regional akan menggunakan peralatan pengemasan
yang diterima dari puskesmas. Spesimen yang dikirim ke BTDK akan dijemput oleh
staf BTDK sekali dalam seminggu.
Laporan assessment cold chain
38 of 58
Desember 2011
- Pengiriman spesimen ke BTDK:
Aliquot spesimen dalam cryotube asli dikemas ulang oleh lab regional menggunakan
peralatan pengemasan dari puskesmas (ice pack dibekukan dulu/diganti). Hal ini
berarti bahwa > 60 % pengiriman tidak memakai termometer.
Di samping peralatan pengemasan formulir surveilans ILI juga disertakan.
- Kondisi dan kapasitas Cold chain
Untuk kegiatan ILI, lab Mikrobiologi FKUI menggunakan 1 freezer (-) 80ºC dengan
kapasitas 519 L untuk menyimpan spesimen maupun spesimen yang telah diperiksa
sejak 2007. Kapasitas masih memadai. Suhu dimonitor sehari satu kali dengan
membaca build- in display pada freezer dan dicatat dalam grafik suhu yang
dilekatkan pada freezer.
Sebuah lemari es domestik jenis auto defrost 2 pintu dipakai untuk penyimpanan
sementara spesimen untuk BTDK. Kapasitas ±90 L untuk refrigerataor dan ±40 L
untuk bagian freezer. Pemeliharaan lemari es dilakukan dengan baik dan suhu
dicatat setiap hari diatas grafik suhu.
Saat telaah, suhu adalah (+) 4 - 50C untuk bagian refrigerator dan (-) 12 – 130C
untuk bagian freezer. Tidak diketahui riwayat suhu saat alat heater berfungsi
otomatis mencairkan bunga es.
Beberapa material biologis nampak ditempatkan di bagian pintu lemari es, hal ini
tidak dianjurkan.
- Penanganan limbah medis:
Limbah medis infeksius ditempatkan dalam kotak plastik kecil dengan kantong
plastik limbah di dalamnya berisi larutan chlorine 1%. Bila penuh akan dimasukkan
dalam kantong limbah bertanda dan diautoklaf di dapur bagian untuk selanjutnya di
insinerasi di RSCM.
- Supervisi Suportif
Tidak ada supervisi rutin mengenai manajemen cold chain untuk spesimen ILI yang
dilakukan baik oleh BTDK maupun lab regional untuk lab regional, puskesmas
sentinel ILI dan staf Dinas Kesehatan Kota.
Laporan assessment cold chain
39 of 58
Desember 2011
7.
Puskesmas sentinel Utan Kayu Utara di Jakarta Timur
- Organisasi:
Utan Kayu Utara merupakan puskesmas sentinel ILI dan merupakan salah stau
penyedia layanan primer tingkat kelurahan dan dikelola oleh puskesmas kecamatan
Matraman dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Puskesmas ini sudah
mengikuti surveilans ILI sejak th 2007.
Puskesmas ini tanpa tempat rawat inap dan rata-rata kunjungan 20 - 40 pasien per
hari.
Kepala Puskesmas: Drg. Rosalina dan dibantu Dr. Rahadini sebagai tenaga medis.
Pengelola ILI adalah: Perawat Nurhaeni dibantu perawat Choti untuk tugas mulai
dari pengambilan spesimen, penyimpanan dan pendataan spesimen.
- Pengambilan spesimen dan pengiriman ke lab regional:
Rata rata pengambilan spesimen per hari 3 usap hidung dan tenggorok untuk ILI
dari sekitar 20 kunjungan (sekitar 10 % kunjungan terduga ILI).
Kasus didaignosa di poliklinik oleh Dr. Rahadini dan setelah diwawancarai dan
sebagainya yang akan diambil usapan oleh perawat.
Spesimen dimasukkan cryotube diberi parafilm, dibungkus tisu, dimasukkan kantong
plastik klip dan kemudian disimpan dalam lemari es domestik yang menggunakan
salah satu dari termometer yang diberikan. Spesimen biasanya diletakkan di bagian
chiller yang tidak dianjurkan karena suhu saat ditelaah (-) 11°C.
Pengambilan spesimen dilakukan setiap hari. Akan dijemput oleh staf dinas
kesehatan yang membawa perangkat pengemasan dan mengirimkan ke lab regional
pada setiap hari Rabu atau Kamis.
- Peralatan pengemasan
Menurut keternagan petugas puskesmas, peralatan pengemasan yang dipakai oleh
staf Dinas saat menjemput terdiri atas:
•
1 Cold box ± 6 L
•
6 Ice pack ± 0.6 L
•
Form surveilans yang disiapkan puskesmas.
Laporan assessment cold chain
40 of 58
Desember 2011
Dari 2 termometer yang disediakan ILI, petugas menyimpan 1 buah dna memakai 1
buah di lemari es karena TIDAK TAHU bahwa termometer diperuntukkan untuk
pengiriman spesimen ke lab regional.
- Kondisi dan kapasitas Cold chain
Fasilitas penyimpanan dingin spesimen ILI adalah 1 lemari es domestik jenis autodefrost 1 pintu dengan kapasitas ±135 L. Kapasitas ini memadai untuk ILI. Saat
ditelaah ditemukan bahwa suhu di bagian chiller (kotak daging) adalah (-) 11°C
sampai (-) 18°C sedangkan bagian lain suhunya (-) 1.5° to 5°C. Diketahui pula
bahwa termostat di-set maksimum (level 7) maka tim mereset ke level 3 agar suhu
dapat berada pada kisaran 2°-8°C.
Tidak ada monitoring dan pencatatan suhu lemari es karena petugas tidak tahu
bahwa itu diperlukan.
- Penanganan limbah medis:
Limbah infeksius dan non infeksius dikumpulkan dalam kantong plastik bertanda.
Diambil oleh puskesmas kecamatan setiap 2 hari sekali untuk diinsenerasi.
- Supervisi Suportif:
Tidak ada supervisi rutin mengenai manajemen cold chain untuk spesimen ILI yang
dilakukan baik oleh BTDK maupun lab regional untuk dan puskesmas sentinel ILI
dan Dinas Kesehatan Kota.
8.
Laboratorium Mikrobiologi FK Universitas Diponegoro, Semarang yang
berfungsi sebagai Lab Regional ILI di Semarang
- Organisasi:
Laboratorium Mikrobiologi FK Universitas Diponegoro adalah laboratorium yang
ditetapkan sebagai lab regional ILI di Semarang untuk melakukan uji laboratorium
atas spesimen ILI yang diambil sejak tahun 2006. Spesimen berasal dari 3
puskesmas yaitu puskesmas Pandanaran (Semarang), puskesmas Dinoyo Malang
(Jawa Timur), dan puskesmas Kota Gede I di Yogyakarta (DIY).
Laporan assessment cold chain
41 of 58
Desember 2011
Di samping uji PCR-RT, lab regional ini juga melakukan subtyping virus pada
spesimen yang dengan PCR-RT positif flu A.
Bagian Mikrobiologi FK UNDIP melakukan aktivitas laboratorium dalam bidang
Bakteriologi, Mikologi, Virologi dan Serologi dan berfungsi sebagai bagian dari
pendidikan dokter dan spesialis mikrobiologi, Disamping lab ini mereka juga
mengelola bagian Mikrobiologi Klinik berlokasi di RS Kariadi dengan tugas
pelayanan RSUP Dr. Kariadi.
Kepala bagian Mikrobiologi adalah Prof.DR.dr.Hendro Wahyono,
MscTropMed,DMM, SpMK(K), dan di bagian vVrology dimana spesimen ILI diuji
berada di bawah koordinasi Dr. Purnomo Hadi, MSi dengan dibantu oleh:
1.
Ms. Irma Dewinovita, teknisi lab senior sebagai penanggung jawab ILI.
2.
Dr. Vincentio Rezke, PPDS Mikrobiologi,
3.
Bambang, teknisi yang melakukan penerimaan spesimen, pengemasan dan
penyimpanan spesimen serta pemeriksaan lab.
- Penerimaan spesimen:
Lab Mikrobiologi FK Undip menerima rata rata 10 – 17 spesimen per minggu dari 3
puskesmas sentinel yaitu 1-3 spesimen dari puskesmas Kota Gede I Yogya, 8 – 14
spesimen dari masing masing Puskesmas Dinoyo di Malang dan puskesmas
Pandanaran di Semarang.
Penerimaan spesimen di Lab regional diatur menurut Puskesmas masing masing
sebagai berikut:
1.
Selasa dari Puskesmas Pandanaran
2.
Rabu dari Puskesmas Kota Gede, DIY dan
3.
Kamis dari Pusekesmas Dinoyo, Malang.
Toleransi diberikan sampai hari Sabtu dimana lab masih buka tetapi tidak pada hari
libur atau hari Minggu.
Semua spesimen dikirim oleh kurir Caraka kecuali Puskesmas Pandanaran diambil
dan dikirim oleh petugas Dinas Kesehatan Kota yang berlokasi sama dengan
puskesmas tersebut. Pada umumnya jadwal yang telah ditetapkan dapat diikuti oleh
pihak kurir. Saat diterima di lab regional spesimen dikeluarkan dari wadah pipa
pralon atau botol plastik bekas obat dan diperiksa kondisinya. Petugas akan
membaca suhu saat diterima bila ada termometer yang disertakan dalam kemasan.
Kemudian ID spesimen, suhu saat diterima (bila ada) akan dicatat dalam logbook
untuk spesimen.
Laporan assessment cold chain
42 of 58
Desember 2011
Spesimen kemudian dibagi dalam aliquot pada hari diterima dan bila tidak tiba sore
hari untuk sementara akan disimpan dalam lemari es sampai keesokan harinya.
Satu aliquot tetap disimpan dalam cryotube asli untuk dikirim ke BTDK dan disimpan
dalam lemari es (4-8ºC) sampai saat dikirim ke BTDK. Pada umumnya lab regional
akan mengirim spesimen ke BTDK sebanyak 3 kali seminggu berdasarkan lot dari
masing-masing puskesmas, biasanya keesokan hari setelah diterima.
Aliquot yang lain disimpan dalam tabung mikro untuk diperiksa setempat dan
disimpan dalam freezer (–) 80ºC .
Ice pack disimpan dalam freezer lain dengan suhu (–) 20º C freezer khusus unuk
membekukan ice pack dan menyimpan spesimen yang sudah diperiksa.
Menurut lab reg seringkali Hanks spesimen yang diterima berwarna kuning terutama
dari Malang dan Semarang dan mereka menduga hal tersebut karena mutu dari
Hanks yang dipakai.
.
- Peralatan pengemasan spesimen
Peralatan yangdipakai untuk transportasi spesimen ILI terdiri atas:
•
1 Cold box ± 6 L, kadang-kadamg bukan dari tipe yang umum dipakai.
•
1 wadah pipa pralon yang seringkali diganti dengan botol plastik bekas obat
yang ukurannya lebih kecil.
•
6 Ice pack atau gelpack dari berbagai ukuran
•
1 Termometer Mueller (atau tanpa termometer atau termometer sudah pecah)
•
Formulir surveilans ILI tetapi tidak ada formulir mengenai kondisi, tanggal
pengiriman dan suhu saat dikirim dari puskesmas.).
Seringkali termometer tidak disertakan dalam kemasan cold box,:
Selama periode Nopember 2011 sampai Desember 2011 ditemukan keadaan sbb.:
Dari 24 kiriman, 7 kiriman dri 3 puskesmas tsb (30%)tidk menggunakan
termometer.
Hal ini disebabkan karena jumlah termometer pada puskesmas tidk mencukupi
(pecah, terlambat dalam penerimaan kembali dari BTDK dan sebagainya) .
Akibatnya lab regional tidak mengetahui kondisisuhu spesimen saat diterima untuk
dicatat dalam logbook.
Suhu spesimen yang menyertakan termometer berada pada suhu antara 4-10°C
saat diterima.
Laporan assessment cold chain
43 of 58
Desember 2011
Untuk pengiriman ke BTDK, lab regional akan menggunakan peralatan pengemasan
yang diterima dari puskesmas termasuk tidak menggunakan termometer bila tidak
ada termometer atau pecah saat diterima oleh lab regional karena tidak ada stok
pengganti di lab regional. Mengenai ice pack lab regional akan mengganti dengan
ice pack yang sudah dibekukan sebelumnya.
- Pengiriman spesimen ke BTDK:
Aliquot spesimen dalam cryotube asli akan dikemas ulang oleh lab regional
menggunakan peralatan pengemasan yang berasal dari puskesmas yaitu: cold box,
wadah pralon atau botol plastik, 6 ice pack dan termometer (bila ada). Ini berarti
bahwa juga 30 % kiriman dari lab regional ke BTDK tidak menggunakan termometer.
Selain itu dianjurkan agar selain form surveilans tiap tingkat ILI menggunakan
formulir berkelanjutan yang berisi data tanggal pengiriman, kondisi/jumlah spesimen
dan suhu saat dikirim dan saat diterima dan diisi terus ditiap tingkat sampai ke
BTDK.
Pipa pralon dan termometer yang rusak/tidak ada tidak diganti oleh lab reg
karena stok tidak ada pada lab regional.
- Kondisi dan kapasitas Cold chain:
Penyimpanan dingin untuk proyek ILI di lab regional FK UNDIP trdiri atas:
Freezer (-) 80ºC kapasitas 519 L (untuk menyimpan spesimen) dan freezer (-) 25ºC,
kapasitas 482 L (untuk ice pack dan spesimen yang sudah diperiksa). Kedua freezer
hampir penuh dengan spesimen lama yang belum diketahui kapan dapat
dimusnahkan. Freezer (-) 20º C menyimpan spesimen sejak 2007 dan pemusnahan
menunggu petunjuk dari BTDK
FK UNDIP memiliki 3 lemari es es domestik jenis auto defrost 2 pintu kapasitas
masing-masing 135 L yang dipakai menyimpan sementara spesimen untuk BTDK
dan juga untuk thawing bertahap dari spesimen yang akan diperiksa. Sebelumnya
disimpan dalam suhu (-) 80°C lalu dipindahkan ke suhu (-) 25°C dan terakhir dalam
suhu 2-8°C sebelum dilakukan pengujian. Beberapa material biologis nampak
ditempatkan di bagian pintu lemari es, hal ini tidak dianjurkan. Lemari es bersih dan
terpelihara dengan baik.
Saat diperiksa,dengan termotracer, suhu lemari es domestik berkisar antara (+)1°
sampai (+) 6.7ºC, suhu freezer (-) 25ºC dan deep freezer (-) 77ºC.
Laporan assessment cold chain
44 of 58
Desember 2011
Semua lemari es domestik tidak memiliki termometer, sehingga suhu tidak dapat
dipantau. Riwayat suhu tidak diketahui saat alat heater berfungsi otomatis
mencairkan bunga es.
Pemantauan suhu freezer dilakukan dengan melihat display suhu yang sudah build
in, tetapi pencatatan suhu tidak dilakukan. Untuk deep freezer, memiliki
thermograph yang dapat membaca suhu secara otomatis namun tidak berfungsi
karena petugas tidak mengetahui cara memakai dan tidak ada kertas grafik (disc)
yang harus diganti setiap bulan.
- Penanganan limbah medis:
Limbah medis labratorium dikumpulkan dalam wadah limbah dari plasik ukuran kecil
berisi kantong limbah warna merah dan diletakkan dalam safety cabinet. Bila penuh
akan dikumpulkan dalam kantong plastik besar dan di otoklaf di Bagian Mikrobiologi.
Kemudian di insinerasi secara mingguan di RS Kariadi.
Limah non medis dikumpulkan dalam kantong plastik besar warna hitam dengan
tanda limbah non medis diluarnya dan selanjutnya ditangani pembuangannya oleh
pihak RS.
- Supervisi Suportif:
Tidak ada supervise suportif mengenai manajemen cold chain untuk spesimen ILI
secara mandiri maupun terintegrasi dalam supervisi lain yang dilakukan oleh BTDK
terhadap lab regional dan puskesmas maupun oleh lab regional kepada puskesmas
wilayahnya.
- Hasil pemeriksaan PCR-RT dan Sub-typing (July 2010 – July 2011) di FK
UNDIP:
Mikrobiologi FK UNDIP secara rutin merekapitulasi hasil PCR dan subtyping ILI
Berdasarkan asal/ kelompok puskesmas dan menempelkan di laboratorium
sehingga mudah terbaca trend dan situasi epidemiologi-nya.
Laporan assessment cold chain
45 of 58
Desember 2011
PCR-RT
Pusk.
SUBTYPING
Jml
spesimen
Flu A
Flu B
Subtyp
Subtyp
Subty
Novel
Unsub
e H1
e H3
pe H5
H1N1
type
Yogyakarta
141
15
14
3
7
0
4
5
Malang
221
21
31
1
1
0
13
6
Semarang
311
17
56
0
3
0
11
3
673
53
101
4
11
0
28
14
(7.9%)
(15%)
(0.6%)
(1.6%)
(4.2%)
(2%)
Total
9.
Puskesmas Sentinel Pandanaran di Semarang
- Organisasi:
Puskesmas Pandanaran adalah pusekesmas sentinel ILI sejak 2009. Puskesmas ini
adalah salah satu dari 37 puskesmas pelayanan kesehatan primer tingkat
kecamatan yang dikelola Dinas kesehatan Kota.
Puskesmas ini merupakan puskesmas tanpa perawatan dengan jumlah kunjungan
sekitar 130 pasien per hari. Sebelum ini puskesmas mempunyai ruang perawatan
persalinan namun ditutup beberapa bulan yang lalu karena jumlah persalinan di
puskesmas tersebut rendah. Pimpinan puskesmas adalah: Dr. Antonia. Pelaksana
surveilans ILI adalah Dr. Wiwik Nugrawati dan perawat Eko Suprianto.
- Pengambilan spesimen dan pengiriman ke lab regional:
Dari sekitar 130 kunjungan terdapat sekitar 2-4 % kasus tersangka ILI tapi hanya
sekitar 1% yang bersedia atau dapat diambil spesimen secara rata rata 2- 5
spesimen usap hidung dan tenggorok setiap hari kerja.
Kasus tersangka ILI di diagnosa di poliklinik dan setelah dilakukan wawancara dan
penandatanganan informed consent, dilakukan pengambilan usap hidung dan
tenggorok di ruang tindakan poliklinik. Petugas akan menempatkan spesimen usap
dalam cryotube berisi lar. Hanks dan setelah dibungkus parafilm disimpan dalam
kantong plastik klip dan disimpan dalam lemari es domestik yang ada. Untuk
pengiriman spesimen akan ditempatkan dalam wadah pralon atau botol plastik
bekas obat yang lebih kecil ukurannya. Suhu lemari es domestik selama ini tidak
dimonitor dan dicatat secara harian karena puskesmas tidak memiliki termometer
untuk lemari esnya.
Laporan assessment cold chain
46 of 58
Desember 2011
Spesimen yang diambil setiap hari kerja akan dikirim secara mingguan pada hari
Selasa oleh petugas Dinas Kesehatan Kota (Ashudi, SKM) dan mencapai rata-rata
10 – 15 spesimen per minggu.
Pada saat telaah dilakukan puskesmas tidak mempunyai peralatan pengemasan
(cold box, wadah spesimen, ice pack, termometer ) karena yang dikirim ke BTDK, 2
minggu sebelumnya belum diterima kembali sedangkan aset yang lain sudah dikirim
ke BTDK minggu yang lalu. Pada umumnya peralatan sudah bisa diterima kembali
dalam waktu 1 minggu.
Dalam pengiriman puskesmas hanya menyertakan dokumen form surveilans ILI
tanpa catatan tanggal kirim dan suhu pengiriman.
Dianjurkan penggunaan dan pengisian formulir berlanjut mulai dari puskesmas
sampai BTDK berisi tanggal kirim/terima dan kondisi spesimen serta suhu saat
dikirim/diterima sehingga dapat dimonitor mutu spesimen dalam pengiriman ke
berbagai tingkat tersebut.
- Peralatan pengemasan
Sesuai prosedur standard dan informasi yang dikumpulkan dari lab regional
peralatan yang dipakai untuk mengirimke lab regional terdiri atas:
•
1 Cold box ± 6 L
•
1 wadah pralon (sering diganti dengan botol plastik bertutup bekas obat dengan
ukuran lebih kecil dari pralon sehingga lebih mudah pengemasannya dalam cold
box)
•
6 Ice packs ± 0.6 L dari berbagai ukuran atau gelpacks.
•
1 Termometer Mueller (atau tanpa termometer bila rusak/tidak ada persediaan)
•
Form surveilans ILI
- Kondisi dan kapasitas Cold chain
Penyimpanan dingin dari spesimen ILI di puskesmas menggunakan lemari es
domestik auto-defrost dengan kapasitas 135 L, yang cukup memadai untuk
menyimpan spesimen ILI. Puskesmas membekukan ice pack kompartemen freezer
lemari es tersebut. Saat telaah suhu lemari es berkisar pada suhu 3.8°C dan (-)1°C
dibagian chiller. Lemari es bersih dan terawat.
Laporan assessment cold chain
47 of 58
Desember 2011
- Penanganan limbah medis:
Limbah medis dikumpulkan dalamk kotak sampah dengan kantong plastik di
dalamnya dan dibagian luar dituliskan “Tempat Sampah medis”. Sekali seminggu
kantong-kantong ini dibawa ke tambak Aji yang merupakan pemusatan penanganan
limbah medis Dinas Kota dengan insinerasi.
- Supervisi Suportif:
Tidak ada superviso suportif yang dilakukan mengenai manajemen cold chain untuk
spesimen ILI baik oleh BTDK maupun lab regional ke tingkat bawahnya.
Laporan assessment cold chain
48 of 58
Desember 2011
VII. Kesimpulan
1.
Prosedur manajemen cold chain pada penyimpanan dan pengiriman spesimen masih
bervariasi antar fasilitas dalam surveilans ILI. Ditemukan perbedaan prosedur
pengiriman antara fasilitas yang berbeda keikutsertaan dalam surveilans ILI (2005,
2007, 2009 dan seterusnya)
2.
Petugas belum memahami mengenai pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas
pendingin.
3.
Petugas belum memahami mengenai monitoring dan pencatatan suhu yang digunakan
dan penempatan spesimen yang benar.
4.
Lemari es domestik yang dipakai merupakan jenis auto-defrost yang bisa
mempengaruhi stabilitas suhu dalam lemari es.
5.
Pengadaan peralatan pengemasan tidak ada/tidak mencukupi pada puskesmas
maupun lab regional terutama untuk mengganti yang rusak atau peralatan belum
diterima kembali karena bervariasinya waktu pengiriman.
6.
Pengadaan peralatan untuk pemantauan suhu tidak ada, sehingga lemari es tidak
dapat dipantau.
7.
Pencatatan untuk penerimaan, pengiriman, suhu dan kondisi spesimen ke dalam log
book masih dilakukan dengan bervariasi, tidak ada standar yang ditetapkan.
8.
Jadwal pengiriman dan penerimaan spesimen di tingkat lebih atas masih bervariasi
dana seringkali tidak dipenuhi oleh kurir yang dikontrak sehingga berisiko terhadap
keamanan mutu spesimen.
9.
Penanganan limbah pada umumnya sudah sesuai pedoman yang umum berlaku untuk
penanganan limbah medis kecuali pada beberapa puskesmas masih perlu perhatian.
10. Tidak ada pembinaan/supervisi supportif mengenai manajemen cold chain untuk
spesimen ILI pada semua fasilitas surveilans ILI oleh jenjang di atasnya.
Laporan assessment cold chain
49 of 58
Desember 2011
VIII. Rekomendasi
1.
Rekomendasi Umum
a. Perlu dilakukan review kembali prosedur penanganan spesimen ILI dan cold chain
yang diperlukan sejak pengambilan spesimen sampai pemeriksaan di Pusat BTDK
antara fasilitas yang mengikuti surveilans tahun 2005-2007-2009 dan seterusnya,
termasuk pada suhu berapa spesimen harus disimpan di lab regional dan
puskesmas.
b. Perlu dibuat SOP yang lebih rinci mengenai prosedur penanganan cold chain
spesimen dalam surveilans ILI.
c. Perlu dilasanakan pelatihan atau on-the-job training (OTJ) para petugas puskesmas
dan lab regional mengenai manajemen cold chain untuk spesimen ILI.
d. Perlu diseragamkan dokumen yang harus disertakan dalam pengiriman dan
komponen apa harus tercatat dalam log book.
e. Perlu diatur kembali jadwal, prosedur, penaggung jawab pengemasan dan
penanggung
jawab pengiriman spesimen.
f. Perlu dilakukan review kebutuhan dan pengadaan dan jenis peralatan dan peralatan
penunjang cold chain yang tepat untuk kebutuhan penyimpanan setempat dan untuk
transportasi spesimen terutama termometer, lemari es ILR/ manual defrost domestik
refrigerator.
g. Perlu pengadaan peralatan pengemasan yang mencukupi pada puskesmas maupun
lab regional terutama untuk mengganti yang rusak maupun untuk pemantauan
lemari pendingin setempat.
h. Perlu ditekankan mengenai jadwal pengiriman sehingga spesimen tidak berisiko
terpapar suhu ruang selama beberapa hari sehingga berisiko terhadap keamanan
mutu spesimen.
i. Penanganan limbah pada bebarapa puskesmas perlu ditingkatkan.
j. Perlu ada pembinaan/supervisi supportif mengenai manajemen cold chain untuk
spesimen ILI pada semua fasilitas surveilans ILI oleh jenjang diatasnya baik secara
mandiri maupun dimasukkan sebagai komponen supervisi surveilans yang lain.
Laporan assessment cold chain
50 of 58
Desember 2011
2.
Rekomendasi untuk Lab regional:
a. Perlu log book yang diisi secara manual dan juga berisi tanggal, suhu dan kondisi
spesimen saat diterima.
b. Semua lemari es domestik perlu diberikan termometer dan semua lemari pendingin
perlu di monitor dan dicatat suhu harian dan dirawat sesuai prosedur.
3.
Rekomendasi untuk Puskesmas sentinel:
a. Log book spesimen hendaknya juga berisi tanggal, suhu saat dikirim.
b. perlu perhatian mengenai kelengkapan peralatan pengemasan, terutama
termometer- dan dokumen lain yang harus disertakan berupa form tanggal
pengiriman dan kondisi spesimen dan suhu saat dikirim.
c. perlu penempatan termometer dalam lemari es dan pemantauan dan pencatatan
suhu harian
d. Lemari es harus dirawat secara rutin terutama kebersihan, pembersihan genangan
air dan bunga es (pada lemari es manual-defrost)
Laporan assessment cold chain
51 of 58
Desember 2011
Lampiran A.I:
BAGAN ALUR PENEMUAN KASUS DAN PENANGANAN
SPESIMEN
INFLUENZA LIKE ILLNES S (ILI) DI PUSKESMAS
DOKTER/PERAWAT
Identifikasi pasien ILI
 anamnesis
 pengukuran suhu tubuh dg termometer
digital
IDENTIFIKASI  pasien dg
panas ≥ 38◦C + Batuk
PERAWAT
Dicatat dalam Buku Register ILI
DOKTER/PERAWAT
Informed Consent
• Isi Formulir Kasus ILI
• Pengambilan spesimen apus hidung &
tenggorokan
• Formulir Kasus ILI  serahkan ke
Petugas Surveilans
• Spesimen  disimpan di dalam lemari
es
PETUGAS SURVEILANSS/REKAM
MEDIS
Entry ke database
PERAWAT
Spesimen dikemas dalam coolbox
Pengisian Formulir Pengiriman
Spesimen
Formulir + Spesimen diambil oleh Kurir
Laporan assessment cold chain
52 of 58
•
•
•
•
•
Swab
Cryotube
Kertas tisu
Parafilm
Klip plastik
• Lemari es suhu 2-8oC
• Termometer
• Form pencatatan suhu
harian
•
•
•
•
Pralon dan tutup
Cold box
Ice pack beku
Termometer
• Surat pengantar
pengiriman
• Form kondisi & suhu
spesimen
• Form ID pasien, kondisi
pasien, dll
Desember 2011
Lampiran A.II:
BAGAN ALUR PENEMUAN KASUS DAN PENANGANAN
SPESIMEN
INFLUENZA LIKE ILLNES S (ILI) DI LABORATORIUM
REGIONAL
Periksa kelengkapan dokumen:
Menerima spesimen dari Puskesmas
• Periksa kelengkapan dokumen
• Periksa kondisi dan suhu spesimen
• Surat pengantar pengiriman
• Form kondisi & suhu spesimen
• Form ID pasien, kondisi pasien,
dll.
Periksa kondisi & suhu spesimen:
• Periksa suhu  lihat termometer
• Periksa peralatan pengemasan
(pralon & tutup, ice pack beku,
termometer, cool box).
Dicatat dalam Log Book ILI
Spesimen di aliquot:
1. Spesimen asli disimpan dalam LE 28ºC untuk dikirim ke BTDK
2. Spesimen untuk lab reg disimpan
dalam freezer atau deep freezer
• Termometer
• Form pencatatan suhu harian
Bio safety cabinet
Pemeriksaaan spesimen:
1. Melakukan ekstraksi
2. Periksa PCR-RT bila positif tipe A
lanjutkan dengan sub typing
Pengiriman spesimen ke BTDK:
•
•
Spesimen dikemas dalam coolbox
Kelengkapan dokumen
Bio safety cabinet
•
•
•
•
Pralon dan tutup
Cold box
Ice pack beku
Termometer
• Surat pengantar pengiriman
• Form kondisi & suhu spesimen
• Form ID pasien, kondisi
pasien, dll
Laporan assessment cold chain
53 of 58
Desember 2011
Laporan assessment cold chain
54 of 58
Desember 2011
Lampiran B.I:
Kuesioner untuk lab regional
Laporan assessment cold chain
55 of 58
Desember 2011
Lampiran B.II: Kuesioner untuk puskesmas sentinel
Laporan assessment cold chain
56 of 58
Desember 2011
Lampiran C: Gambar fasilitas dalam surveilans ILI
Laporan assessment cold chain
57 of 58
Desember 2011
Lampiran D:
KARTU MONITORING PENGIRIMAN/PENERIMAAN SPESIMEN ILI
Puskesmas pengirim:____________________
No
Item yg diperiksa
Saat dikirim
Saat diterima
oleh
oleh Lab.
Puskesmas
Regional
Saat dikirim
Saat
oleh Lab.
diterima
Regional ke
oleh Pusat
BTDK
BTDK
1
Tanggal pengiriman
2
Jam pengiriman
3
Suhu saat pengiriman
°C
°C
°C
°C
4
Jumlah spesimen
bh
bh
bh
bh
5
Warna spesimen
6
Termometer disertakan:
Ya/Tidak
7
Jumlah ice pack
bh
bh
bh
bh
8
Jumlah pralon
bh
bh
bh
bh
9
Nama petugas
10
Paraf petugas
Laporan assessment cold chain
58 of 58
Desember 2011
Download