Memori dan Kaitannya dengan Stuktur Otak dan Faktor Fisiologis

advertisement
Memori dan Kaitannya dengan Stuktur Otak dan Faktor Fisiologis
Liza Amanda Saphira
102011202
B1
Email : [email protected]
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2011/2012
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510. Telephone : (021) 5694-2061, Fax : (021) 5631731
Pendahuluan
Ingatan adalah penyimpanan pengetahuan yang didapat untuk dapat diingat kembali
kemudian. Belajar dan mengingat merupakan dasar bagi individu untuk mengadaptasikan
perilaku mereka dengan lingkungan eksternal tertentu. Tanpa mekanisme ini, individu tidak
dapat merencanakan interaksi yang berhasil dan secara sengaja menghindari keadaankeadaan tidak menyenangkan yang seharusnya dapat diprediksi. Perubahan-perubahan saraf
yang berperan dalam retensi atau penyimpanan pengetahuan dikenal sebagai jejak ingatan.
Secara umum, yang disimpan adalah konsep, bukan informasi verbatim (kata demi kata).
Selagi kita membaca halaman ini, kita menyimpan konsep yang dibahas, bukan kata-kata
spesifiknya. Kemudian, ketika kita mengambil kembali konsep dari ingatan, kita akan
mengubahnya menjadi kata-kata kita sendiri. Namun kita dapat saja mengingat potongan
informasi kata demi kata.
Penyimpanan informasi yang diperoleh dilakukan paling sedikit dalam dua cara;
ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang. Ingatan jangka pendek berlangsung
beberapa detik sampai jam, sedangkan ingatan jangka panjang dipertahankan dalam hitungan
harian sampai tahunan. Proses pemindahan atau fiksasi jejak ingatan jangka pendek menjadi
simpanan ingatan jangka panjang dikenal sebagai konsolidasi. Pada makalah ini akan dibahas
tentang ingatan (memori) dan kaitannya dengan struktur otak dan faktor fisiologisnya :
klasifikasi memori, proses penyimpanan memori, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
memori.
1
Pembahasan
I.
Otak. Otak manusia mencapai 2% dari keseluruhan berat tubuh, mengkonsumsi 25%
oksigen, dan menerima 1,5% curah jantung. (3)
Bagian kranial pada tabung saraf membentuk tiga pembesaran (vesikel) yang
berdiferensiasi untuk membentuk otak; otak depan, otak tengah, dan otak belakang. (3)
a. Otak depan (proensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi, telensefalon dan
diensefalon. (3)
(1) Telensefalon merupakan awal hemisfer serebral atau serebrum, dan
basal ganglia, serta korpus striatum (substansi abu-abu) pada serebrum.
(2) Diensefalon menjadi talamus, hipotalamus, dan epitalamus. (3)
b. Otak tengah (mesensefalon) terus tumbuh, dan pada orang dewasa disebut
otak tengah. Bagian ini terdiri dari pedunkulus, dan korpora kuadrigemina. (3)
c. Otak
belakang
(rombensefalon)
terbagi
menjadi
dua
subdivisi,
metensefalon dan mielensefalon.
(1) Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons) dan serebelum.
(2) Mielensefalon menjadi medulla oblongata. (3)
B. Lapisan pelindung otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan
jaringan ikat yang disebut meninges. Lapisan meningeal terdiri dari pia mater,
lapisan araknoid, dan dura mater. (3)
1. Pia mater adalah lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat erat pada
otak. Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah untuk mensuplai jaringan
saraf. (3)
2. Lapisan araknoid (tengah) terletak di bagian eksternal pia mater dan
mengandung sedikit pembuluh darah. (3)
a. Ruang subaraknoid memisahkan lapisan araknoid dari pia mater dan
mengandung cairan serebrospinalis, pembuluh darah, serta jaringan
2
penghubung seperti selaput yang mempertahankan posisi araknoid terhadap
pia mater di bawahnya.
b. Berkas kecil jaringan araknoid, vili araknoid, menonjol ke dalam sinus vena
(dural) dura mater. (3)
3. Dura mater, lapisan terluar, adalah lapisan yang tebal dan terdiri dari dua
lapisan. Lapisan ini biasanya terus bersarnbungan, tetapi terputus pada beberapa
sisi spesifik. (3)
a. Lapisan periosteal luar pada dura mater melekat di permukaan dalam
kranium dan berperan sebagai periosteum dalam pada tulang tengkorak. (3)
b. Lapisan meningeal dalam pada dura mater tertanam sampai ke dalam fisura
otak dan terlipat kembali ke arahnya untuk membentuk bagian-bagian
berikut:
(1) Falks serebrum terletak dalam fisura longitudinal antar hemisfer
serebral. Bagian ini melekat pada krista galli tulang etmoid.
(2) Falks serebelum membentuk bagian pertengahan antar hemisfer
serebelar.
(3) Tentorium serebelum memisahkan serebrum dari serebelum.
(4) Sela diafragma memanjang di atas sela tursika, tulang yang
membungkus kelenjar hipofisis. (3)
c. Pada beberapa regia, kedua lapisan ini dipisahkan oleh pembuluh darah besar,
sinus vena yang mengalirkan darah keluar dari otak. (3)
d. Ruang subdural memisahkan dura mater dari araknoid pada regia kranial
dan medulla spinalis. (3)
e. Ruang epidural adalah ruang potensial antara periosteal luar dan lapisan
meningeal dalam pada dura mater di regia medulla spinalis. (3)
C. Cairan serebrospinalis mengelilingi ruang subaraknoid di sekitar otak dan medulla
spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel dalam otak. (3)
1. Komposisi. Cairan serebrospinalis menyerupai plasma darah dan cairan
interstisial, tetapi tidak mengandung protein. (3)
3
2. Produksi. Cairan serebrospinalis dihasilkan oleh
a. Pleksus koroid, yaitu jaring-jaring kapilar berbentuk bunga kol yang
menonjol dari pia mater ke dalam dua ventrikel otak.
b. Sekresi oleh sel-sel ependimal, yang mengitari pembuluh darah serebral dan
melapisi kanal sentral medulla spinalis. (3)
3. Sirkulasi cairan serebrospinalis adalah sebagai berikut:
a. Cairan bergerak dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikular
(Monro) menuju ventrikel ketiga otak, tempat cairan semakin banyak
karena ditambahkan oleh pleksus koroid ventrikel ketiga.
b. Dari ventrikel ketiga, cairan mengalir melalui akuaduktus serebral
(Sylvius) menuju ventrikel keempat, tempat cairan ditambahkan kembali
dari pleksus koroid.
c. Cairan mengalir melalui tiga lubang pada langit-langit ventrikel keempat
kemudian bersirkulasi melalui ruang subaraknoid di sekitar otak dan
medulla spinalis.
d. Cairan kemudian direabsorpsi di vili araknoid (granulasi) ke dalam sinus
vena pada dura mater dan kembali ke aliran darah tempat asal produksi cairan
tersebut.
e. Reabsorpsi cairan serebrospinalis berlangsung secepat produksinya, dan
hanya menyisakan sekitar 125 ml pada sirkulasi. Reabsorpsi normal berada di
bawah tekanan ringan (10 mmHg sarnpai 20 ininHg), tetapi jika ada
hambatan saat reabsorpsi berlangsung maka cairan akan bertambah dan
tekanan intrakranial akan semakin besar. (3)
4. Fungsi cairan serebrospinalis adalah sebagai bantalan untuk jaringan lunak otak
dan medulla spinalis, juga berperan sebagai media per-tukaran nutrien dan zat
buangan antara darah dan otak serta medulla spinalis. (3)
5. Secara klinis, cairan serebrospinalis dapat diambil untuk pemeriksaan melalui
prosedur pungsi lumbal (spinal tap), yaitu jarum berongga diinsersi ke dalam
ruang sub-araknoid di antara lengkung saraf vertebra lumbal ketiga dan keempat.
(3)
4
D. Otak dan medulla spinalis mengandung substansi abu-abu dan substansi putih.
1. Substansi abu-abu membentuk bagian luar otak (disebut korteks) dan bagian
dalam medulla spinalis. Substansi ini mengandung badan sel neuron, serabut
termielinisasi dan tidak-termielinisasi, astrosit proto-plasma. oligodendrosit, dan
mikroglia.
2. Substansi putih membentuk bagian dalam otak dan bagian luar medulla
spinalis. Kandungan pada substansi ini didominasi oleh serabut termielinisasi
(tetapi juga oleh serabut tidak-termielinisasi), oligodendrosit, astrosit fibrosa, dan
mikroglia. (3)
E. Struktur Serebrum. Serebrum tersusun dari dua hemisfer serebral, yang
membentuk bagian terbesar otak. (3)
1. Korteks serebral terdiri dari enam lapisan sel dan serabut saraf. Ketebalan
masing-masing lapisan berbeda di berbagai area serebrum.
2. Ventrikel I dan II (ventrikel lateral) terletak dalam hemisfer serebral.
3. Korpus kalosum, yang terdiri dari serabut termielinisasi, menyatukan kedua
hemisfer.
4. Fisura dan sulkus. Setiap hemisfer dibagi oleh fisura (ceruk dalam) dan sulkus
(ceruk dangkal) menjadi empat lobus (frontal, parietal, oksipital, dan
temporal) yang dinamakan sesuai dengan tulang tempatnya berada. (3)
a. Fisura longitudinal membagi serebrum menjadi hemisfer kiri dan kanan.
b. Fisura transversal memisahkan hemisfer serebral dari serebelum.
c. Sulkus pusat (fisura Rolando) memisahkan lobus frontal dari lobus parietal.
d. Sulkus lateral (fisura Sylvius) memisahkan lobus frontal dan temporal.
e. Sulkus parieto-oksipital memisahkan lobus parietal dan oksipital. (3)
5. Girus. Permukaan hemisfer serebral memiliki semacam konvolusi yang disebut
girus. Fungsi girus meliputi:
a. Girus prasentral pada setiap hemisfer terletak dalam lobus frontal, tepat di
depan flsura sentral. Girus Ini mengandung neuron yang bertanggung jawab
untuk aktivltas motorik volunter.
5
b. girus postsentral terletak tepat di belakang flsura sentral, mengandung
neuron yang terlibat dalam aktivitas sensorik. (3)
F. Area fungsional korteks serebral meliputi area motorik primer, area sensorik
primer, dan area asosiasi atau sekunder yang berdekatan dengan area primer dan
berfungsi untuk integrasi dan interpretasi tingkat tinggi. (3)
1. Area motorik primer pada korteks
a. Area motorik primer terdapat dalam girus presentral. Di sini, neuron
(piramidal) mengendalikan kontraksi volunter otot rangka. Aksonnya
menjalar dalam traktus piramidal.
b. Area pramotorik korteks terletak tepat di sisi anterior girus presentral.
Neuron (ekstrapiramidal) mengendalikan aktivitas motorik yang terlatih
dan berulang, seperti mengetik.
c. Area Broca terletak di sisi anterior area premotorik pada tepi bawahnya.
Area ini mungkin hanya terdapat pada satu hemisfer saja (biasanya sebelah
kiri) dan dihubungkan dengan kemampuan wicara. (3)
2. Area sensorik korteks
a. Area sensorik primer terdapat dalam girus postsentral. Di sini, neuron
menerima informasi sensorik urnum yang berkaitan dengan nyeri, tekanan,
suhu, sentuhan, dan propriosepsi dari tubuh.
b. Area visual primer terletak dalam lobus oksipital dan menerima informasi
dari retina mata.
c. Area auditori primer, terletak pada tepi atas lobus temporal, menerima
impuls saraf yang berkaitan dengan pendengaran.
d. Area olfaktori primer, terletak pada permukaan medial lobus temporal,
berkaitan dengan indera penciuman.
e. Area pengecap primer (gustatori), terletak dalam lobus parietal dekat
bagian inferior girus postsentral, terlibat dalam persepsi rasa. (3)
3. Area asosiasi telah dipetakan dalam sistem yang disebut klasifikasi Brodmann. (3)
a. Area asosiasi frontal, yang terletak pada lobus frontal, adalah sisi fungsi
intelektual dan fisik yang lebih tinggi.
6
b. Area asosiasi somatik (somestetik), yang terletak dalam lobus parietal,
berkaitan dengan interpretasi bentuk dan tekstur suatu objek dan keterkaitan
bagian-bagian tubuh secara posisional.
c. Area asosiasi visual, yang terletak pada lobus oksipital, dan area asosiasi
auditorik,
yang
terletak
dalam
lobus
temporal,
berperan
untuk
menginterpretasi pengalaman visual dan auditori.
d. Area wicara Wernicke, yang terletak dalam bagian superior lobus temporal,
berkaitan dengan pengertian bahasa dan formulasi wicara. Bagian ini
berhubungan dengan area wicara Broca. (3)
4. Nukleus basal adalah kepulauan substansi abu-abu (neuron) yang terletak jauh
di dalam substansi putih serebrum. Pulau-pulau ini merupakan nukleus
berpasangan yang berasosiasi dengan pergerakan kasar tubuh dan berhubungan
dengan neuron dalam girus presentral. Gangguan pada nukleus basal dapat
mengakibatkan penyakit yang berkaitan dengan aktivitas motorik seperti
parkinson, chorea, dan athetosis. Struktur yang tercakup dalam nukleus basal
meliputi:
a. Nukleus kauda, dinamakan sesuai dengan bentuknya yang seperti ekor,
dihubungkan dengan pergerakan otot rangka tak sadar.
b. Nukleus amigdaloid adalah bagian ekor nukleus kauda.
c. Nukleus lentikular (lentiform) terdiri dari dua bagian, putamen dan globus
pallidus, yang bila disatukan disebut korpus striatum karena adanya
persilangan pada tampilan serabut termielinisasi dan tidak termielinisasinya.
Globus pallidus mengatur tonus otot dan ketepatan gerakan otot. (3)
G. Diensefalon, berarti “di antara otak,” terletak di antara serebrum dan otak tengah
serta tersembunyi dibalik hemisfer serebral, -kecuali pada sisi basal. Bagian ini
terdiri dari seluruh struktur yang berada di sekitar ventrikel ketiga. (3)
1. Talamus terdiri dari dua massa oval (lebar 1V4 cm dan panjang 3% cm)
substansi abu-abu yang sebagian tertutup substansi putih. Masing-masing massa
menonjol ke luar untuk membentuk sisi dinding ventrikel ketiga. (3)
a. Banyak nukleus sensorik dan motorik penting yang terletak dalam talamus,
misalnya, nukleus genikulasi, nukleus ventral, dan nucleus ventrolateral.
7
b. Talamus merupakan stasiun pemancar sensorik utama untuk serabut aferen
dart medulla splnalis ke serebrum. (3)
(1) Akson neuron sensorik muncul dart sinaps tubuh bersama nuklei talamus
untuk mempersepsikan kesadaran akan sensasi.
(2) Serabut talamus merentang dalam traktus talamokortikal ke area
sensorik serebrum untuk lokasillsasi, diferensiasi, dan interpretasi
sensasi yang lebih baik.
(3) Beberapa traktus eferen (motorik) yang keluar dart serebrum juga
bersinapsis dengan neuron talamus. (3)
2. Hipotalamus terletak di sisi inferior talamus dan membentuk dasar serta bagian
bawah sisi dinding ventrikel ketiga. (3)
a. Struktur
(1) Bagian
anterior
hipotalamus
adalah
substansi
abu-abu
yang
menyelubungi kiasma optik, yang merupakan persilangan pada saraf
optik.
(2) Bagian tengah hipotalamus terdiri dart infundibulum (batang) kelenjar
hipofisis posterior tempat melekatnya kelenjar hipofisis. (3)
b. Fungsi
(1) Hipotalamus berperan penting dalam pengendalian aktivitas SSO yang
melakukan fungsi vegetatif penting untuk kehidupan, seperti pengaturan
frekuensi jantung, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan air, selera
makan, saluran pencernaan, dan aktivitas seksual. (3)
(2) Hipotalamus juga berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti
kesenangan, nyeri, kegembiraan, dan kemarahan.
(3) Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur pelepasan atau
inhibisi hormon kelenjar hipofisis, sehingga mempengaruhi keseluruhan
sistem endokrin. (3)
8
3. Epitalamus membentuk langit-langit tipis ventrikel ketiga. Suatu massa
berukuran kecil, badan pineal, yang mungkin memiliki fungsi endokrin,
menjulur dari ujung posterior epitalamus. (3)
H. Sistem limbik terdiri dari sekelompok struktur dalam serebrum dan diensefalon yang
terlibat dalam aktivitas emosional dan terutama aktivitas perilaku tidak sadar. (3)
1. Girus singulum, girus hipokampus. dan lobus piriformis merupakan bagian
sistem limbik dalam korteks serebral.
2. Forniks dan area septum pada bagian frontal otak dekat bagian radiks bulbus
olfaktori adalah bagian sub-kortikal sistem limbik.
3. Bagian-bagian hipotalamus, badan mamilari, nukleus amigdaloid, dan beberapa
nukleus talarnlus anterior tertentu juga termasuk sistem limbik. (3)
I.
Otak tengah adalah bagian otak pendek dan terkontriksi yang menghubungkan pons
dan serebelum dengan serebrum dan berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat
refleks. Otak tengah, pons, dan medulla oblon-gata disebut batang otak (Gambar 920). (3)
1. Korpora kuadrigemina. adalah empat tonjolan bulat yang disebut kolikuli
yang menyusun langit-langit otak tengah.
a. Dua kolikulus superior berkaitan dengan refleks visual.
b. Dua kolikulus inferior berkaitan dengan refleks auditori.
2. Pedunkulus serebral adalah dua berkas serabut silindris yang terbentuk dari
traktus asenden dan desenden untuk membentuk bagian dasar otak tengah.
3. Otak
tengah
mengandung
aquaductus
Sylvius,
yaitu
saluran
yang
menghubungkan ventrikel ketiga dengan ventrikel keempat. (3)
J. Pons (berarti jembatan) hampir semuanya terdiri dari substansi putih. Pons
menghubungkan medulla, yang panjang, dengan berbagai bagian otak melalui
pedunkulus serebral. (3)
1. Pusat respiratorik terletak dalam pons dan mengatur frekuensi dan kedalaman
pernapasan. (3)
9
K. Serebelum terletak di sisi inferior pons dan merupakan bagian terbesar kedua dari
otak.
1. Struktur. Serebelum terdiri dari bagian sentral terkonstriksi, vermis, dan dua
massa lateral, hemisfer serebelar. (3)
a. Seperti pada serebrum, substansi abu-abu membentuk korteks di bagian
permukaan, yang kemudian terdorong menjadi lipatan (folia) yang dipisahkan
oleh fisura. (3)
b. Potongan melintang pada serebelum dengan substansl abu-abu di bagian luar
dan substansi putih di bagian dalamnya terlihat seperti sebuah pohon dan
dlsebut sebagai arbor vitae, atau pohon kehidupan. (3)
2. Fungsi.
Serebelum
bertanggung
jawab
untuk
mengkoordinasi
dan
mengendalikan ketepatan gerakan otot dengan balk. Bagian ini memastikan
bahwa gerakan yang dicetuskan di suatu tempat di SSP berlangsung dengan
halus bukannya mendadak dan tidak terkoordinasi. Serebelum juga berfungsi
untuk mempertahankan postur. (3)
L. Medulla oblongata, panjangnya sekitar 2,5 cm dan menjulur dari pons sampai
medulla spinalis dan terus memanjang. Bagian ini berakhir pada area foramen
magnum tengkorak.(3)
Secara struktural, jaringan saraf terdiri dari sel saraf atau neuron, yang biasanya
memperlihatkan banyak juluran panjang dan beberapa jenis sel glia atau neuroglia yang
menyokong dan melindungi neuron dan ikut serta dalam aktifitas saraf, nutrisi saraf dan
proses pertahanan sistem saraf pusat. (1)
Neuron
Sel saraf atau neuron merupakan satuan anatomis dan fungsional yang berdiri sendiri
dengan sifat-sifat morfologis yang rumit. Kebanyakan neuron terdiri dari 3 bagian: dendrit,
yang merupakan prosessus panjang dan multipel yang terkhususkan dalam menerima
rangsang dari lingkungan, dari sel epitel sensoris, atau dari neuron lain; badan sel atau
perikaryon, yang merupakan pusat untuk seluruh sel saraf tersebut dan juga dapat menerima
10
rangsang; dan akson, yang merupakan suatu prosesus tunggal yang terkhususkan dalam
membangkitkan atau menghantarkan impuls saraf ke sel lain (sel saraf, otot, dan kelenjar).
Bagian distal akson biasanya bercabang dan membentuk percabangan terminal. Tiap cabang
dari percabangan ini membentuk pelebaran yang disebut end bulb (bongkol akhir), yang
mempermudah penghantaran informasi ke sel berikutnya dalam rangkaian tersebut. Neuron
biasanya menerima informasi melalui dendrit dan badan sel dan menghantarkannya melalui
akson. Urutan ini merupakan mekanisme umum dalam fungsi neuron. Ukuran dan bentuk
neuron serta prosesusnya sangat bervariasi. Perikaryon dapat berbentuk ovoid , atau bersikusiku; beberapa sangat besar, dengan diameter sampai 150 µm – cukup besar untuk dapat
dilihat dengan mata telanjang.(1)
Menurut ukuran dan bentuk prosesus mereka, kebanyakan neuron dapat dimasukkan
dalam salah satu golongan berikut ini : neuron multipolar, yang mempunyai lebih dari 2
prosesus sel, yang satu adalah akson dan sisanya merupakan dendritnya; neuron bipolar,
dengan satu dendrit dan satu akson; dan neuron pseudounipolar, yang mempunyai satu
prosesus tunggal dekat dengan perikaryon tetapi kemudian ia bercabang 2, sehingga
membentuk huruf T, satu cabang berjalan ke ujung perifer dan lainnya ke sistem saraf pusat.
Pada neuron pseudounipolar, percabangan cabang-cabang perifer menerima rangsang dan
berfungsi sebagai dendrit. Pentingnya neuron jenis ini adalah rangsang ditangkap oleh dendrit
dan berjalan langsung ke terminal akson tanpa melalui perikaryon. Sebagian besar neuron
tubuh bersifat multipolar. Neuron bipolar ditemukan dalam ganglion koklearis dan
vestibularis, di dalam retina dan di dalam mukosa olfaktorius. Neuron pseudounipolar
ditemukan di dalam ganglion spinalis, yang merupakan ganglion sensoris yang terletak pada
radiks dorsalis saraf spinal, dan dalam sebagian ganglion kranialis.(1)
Neuron dapat pula digolongkan menurut peranan fungsional mereka. Neuron motorik
mengatur organ efektor (misalnya kelenjar eksokrin dan endokrin) dan serabut otot. Neuron
sensoris berfungsi menerima rangsang sensoris dari dalam tubuh. Interneuron mengadakan
hubungan timbal balik di antara neuron-neuron lain, sehingga membentuk rangkaian atau
sirkuit fungsional yang kompleks. Di dalam sistem saraf pusat, badan sel saraf hanya ada di
dalam substansia grisea. Substansia alba mengandung prosesus saraf tetapi tidak mengandung
perikaryon. Di dalam sistem saraf tepi, perikaryon ditemukan di dalam ganglion dan di dalam
beberapa sensoris (misalnya retina, mukosa olfaktorius).(1)
Perikaryon (Soma)
11
Perikaryon merupaka bagian neuron yang mengandung nukleus dan sitoplasma
disekitarnya, tidak termasuk prosesus sel tersebut. Ia terutama merupakan suatu pusat trofik
(nutrisi), tetapi ia juga berfungsi menerima rangsang. Perikaryon kebanyakan neuron
menerima sejumlah besar ujung saraf yang menyampaikan rangsang eksitasi atau inhibisi
yang dibangkitkan di dalam sel saraf lain. Di dalam perikaryon terkandung(1) :

Nukleus
Kebanyakan sel saraf memperlihatkan suatu nukleus eukromatik (pucat pada
pewarnaan) yang berbentuk sferis dan besar luar biasa dengan suatu nukleolus yang
menonjol. Nukleus tersebut paling sering terletak di pusat badan sel kecuali di dalam sel
saraf kolumna Clarke medulla spinalis. Sel saraf berinti ganda terlihat di dalam ganglion
simpatis dan sensoris.(1)

Retikulum Endoplasmik Granular (Kasar)
Perikaryon mengandung suatu retikulum endoplasmik granular yang sangat
berkembang yang tersusun menjadi kumpulan sisterna-sisterna sejajar. Dalam sitoplasma
di antara sisterna tersebut terdapat sejumlah besar ribosom bebas. Sel-sel ini mensintesa
protein struktural dan protein untuk transpor. Bila digunakan pewarnaan yang sesuai,
retikulum endoplasmik granular dan ribosom bebas nampak di bawah mikroskop cahaya
sebagai daerah granular basofilik yang disebut benda-benda Nissl. Jumlah benda Nissl
bervariasi menurut jenis neuron dan keadaan fungsional. Mereka sangat banyak di dalam
sel saraf besar seperti neuron motorik. (1)

Aparatus Golgi
Aparatus Golgi hanya terdapat di dalam perikaryon, di sekitar nukleus. Aparatus
Golgi neuron biasanya terdiri dari susunan sejajar multipel dari sisterna halus dan terletak
di sekitar tepi nukleus tersebut. Dengan menggunakan teknik impregnasi perak, Aparatus
Golgi terlihat sebagai jaringan filamen tak teratur. (1)

Mitokondria
Mitokondria ditemukan di dalam neuron dan sangat banyak di dalam terminal akson.
Di dalam perikaryon ukurannya kecil dan tersebar di seluruh sitoplasma. (1)

Neurofilamen dan Mikrotubulus
12
Filamen intermediate dengan diameter 10 nm, yang disebut neurofilamen, banyak
terdapat di dalam perikaryon dan prosesus sel. Perikaryon juga mengandung
mikrotubulus dengan diameter 24 nm yang identik dengan yang ditemukan di dalam
banyak sel lain. (1)
Dendrit
Kebanyakan sel saraf mempunyai banyak dendrit, yang sangat meningkatkan luas
daerah penerima rangsang sel tersebut. Percabangan dendrit memungkinkan suatu neuron
untuk menerima dan mengintegrasikan sejumlah besar terminal akson dari sel saraf lain.
Secara struktural, dendrit sangat mirip dengan perikaryon, tetapi dendrit tidak mengandung
aparatus golgi. Terdapat juga benda-benda Nissl dan mitokondria, kecuali pada dendrit yang
sangat tipis. Neurofilamen dan mikrotubulus, yang juga ditemukan di dalam akson, lebih
banyak di dalam dendrit. Dendrit biasanya pendek dan bercabang-cabang seperti percabangan
sebuah pohon. Dendrit biasanya ditutupi oleh sejumlah besar duri atau tunas yang merupakan
penonjolan dendritik kecil yang menjadi tempat hubungan sinaptik. (1)
Akson
Tiap neuron hanya mempunyai satu akson; ia merupakan suatu prosesus silindris yang
panjang dan diameternya bervariasi menurut jenis neuron tersebut. Karena dendrit suatu sel
saraf lebih banyak, volume total mereka biasanya lebih besar dari volume akson. Semua
mulai dari perikaryon atau, dalam beberapa kasus, dari tangkai suatu dendrit utama melalui
suatu daerah pendek berbentuk piramid yang disebut axon hillock yang dapat dibedakan dari
dendrit dengan gambaran hisologik berikut ini : (1) Retikulum endoplasmik granular dan
ribosom yang di temukan di dalam perikaryon dan dendrit tidak meluas ke dalam axon
hillock. (2) Di dalam axon hillock, mikrotubulus tersusun dalam fasikulus atau berkas.
Membran plasma akson disebut aksolemma dan isinya disebut aksoplasma. Di dalam neuron
yang menghasilkan akson bermielin, bagian akson diantara axon hillock dan tempat dimana
mielinisasi dimulai disebut segmen awal. Berbeda dengan dendrit, akson mempunyai
diameter yang konstan dan tidak bercabang banyak. Kadang-kadang, akson tersebut segera
setelah meninggalkan badan sel, memberikan suatu cabang yang kembali ke daerah badan sel
tersebut. Di dalam sistem saraf pusat, akson memberikan cabang-cabang yang tegak lurus
dengan arah utama mereka. Cabang-cabang ini dikenal sebagai kolateral. Sitoplasma akson
sedikit mengandung organel dan terutama mempunyai beberapa mitokondria, mikrotubulus,
13
dan neurofilamen. Sitoplasma baru di bentuk dan bahan lain dibentuk di dalam badan sel dan
ditranspor ke dalam akson. (1)
Neuroglia
Beberapa jenis sel yang ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berhubungan
dengan neuron digolongkan sebagai neuroglia atau sel glia. Telah diperkirakan bahwa di
dalam sistem saraf pusat ada 10 neuroglia untuk tiap neuron. Tetapi karena neuroglia jauh
lebih kecil, mereka hanya menempati kira-kira setengah volume total jaringan saraf.
Neuroglia meliputi astrosit, oligodendrosit, mikroglia, dan sel ependim. Astrosit dan
oligodendrosit disebut makroglia. (1)
Makroglia
1. Astrosit
Astrosit merupakan neuroglia terbesar, yang memiliki banyak prosesus panjang. Astrosit
mempunyai nukleus bulat yang terletak di sentral. Banyak prosesus mempunyai pedikel yang
melebar pada ujung-ujungnya yang melekat pada dinding pembuluh darah kapiler. Pedikel
ini, yang di sebut “kaki vaskuler” neuroglia, mengelilingi dan menyelubungi semua
pembuluh darah dari jaringan vaskuler yang memberikan nutrisi kepada jaringan saraf.
Prosesus astrosit juga ada pada bagian perifer otak dan medulla spinalis yang membentuk
suatu lapisan dibawah pia mater. Biasanya ada 2 jenis astrosit: (1) protoplasmik, yang
ditemukan di dalam substansia grisea otak dan medulla spinalis; (2) fibrosa, yang terutama
ditemukan di dalam substansia alba. (1)
2. Oligodendrosit
Oligodendrosit jauh lebih kecil daripada astrosit, dan prosesus mereka kurang banyak dan
lebih pendek daripada yang ada di dalam neuroglia lain. Oligodendrosit ditemukan di dalam
substansia grisea dan alba. Di dalam substansia grisea mereka terutama terdapat pada
perikaryon. Jaringan saraf manusia mempunyai jumlah oligodendrosit terbanyak per sel saraf.
Di dalam substansia alba, oligodendrosit terlihat dalam deretan-deretan diantara serabutserabut saraf bermielin. Sitoplasma oligodendrosit padat elektron dan terutama terdiri dari
mitokondria, ribosom, dan mikrotubulus. Nukleus kecil, bulat, dan memperlihatkan kromatin
yang memadat. (1)
Mikroglia
14
Badan sel mikroglia kecil, padat, dan gepeng. Nukleus memperlihatkan kromatin
yang memadat. Mikroglia mempunyai prosesus pendek yang ditutupi oleh banyak juluran
kecil, sehingga terlihat seperti tanaman berduri. Mikroglia tidak banyak, tetapi mereka dapat
di temukan di dalam substansia alba dan grisea. (1)
Sel Ependim
Sel ependim berasal dari lapisan dalam tabung neuralis. Sel ependim melapisi rongga
otak dan medulla spinalis dan terendam di dalam cairan serebrospinal, yang mengisis ronggarongga ini. Dalam kehidupan embrionik, sel ependim mempunyai silia, yang kadang-kadang
terlihat pada organisme dewasa di dalam beberapa bagian yang melapisi ventrikel. Dalam
bagian-bagian tertentu sistem saraf pusat, sel ependim berhubungan langsung dan homolog
dengan sel kuboid pleksus koroideus.(1)
Sinaps
Sinaps adalah hubungan antara satu terminal akson suatuneuron, yang dikenal sebagai
neuron prasinaps, dan dendrit atau badan sel neuron lain, yang dikenal sebagai neuron
pascasinaps. Dendrit, dan dengan tingkat yang lebih rendah, badan sel sebagian besar neuron
menerima ribuan masukan sinaptik, yaitu terminal akson dari banyak neuron lain. Terminal
akson suatu neuron prasinaps, yang menghantarkan potensial aksinya menuju ke sinaps,
berakhir di suatu pembengkakan ringan, synaptic knob. Synaptic knob mengandung vesikel
sinaps, yang menyimpan pembawa pesan kimiawi spesifik, neurotransmitter yang telah
disintesis dan dikemas oleh neuron prasinaps. Ruang antara neuron prasinaps dan pascasinaps
disebut celah sinaps.(2)
Ketika potensial aksi di neuron prasinaps telah menjalar ke terminal akson, perubahan
potensial lokal ini memicu terbukanya saluran Ca2+ berpintu voltase di synaptic knob. Karena
Ca2+ jauh lebih pekat di CES dan gradien listriknya mengarah ke dalam, maka ion ini
mengalir ke dalam synaptic knob melalui saluran-saluran yang terbuka. Ca 2+ memicu
pelepasan neurotransmitter dari sebagian vesikel sinaps ke dalam celah sinaps. Pelepasan ini
terlaksana dengan eksositosis. Neurotransmitter yang dibebaskan berdifusi menyebrangi
celah dan berikatan dengan reseptor protein spesifik di membran subsinaps, bagian membran
pascasinaps yang tepat berada di bawah synaptic knob. Pengikatan ini memicu terbukanya
saluran-saluran ion spesifik di membran subsinaps, mengubah permeabilitas neuron
pascasinaps terhadap ion. Ini adalah saluran-saluran berpintu kimiawi, yang berbeda dari
15
saluran berpintu voltase yang berperan dalam pembentukan potensial aksi dan influks Ca 2+ ke
dalam synaptic knob.(2)
Terdapat dua jenis sinaps, bergantung pada perubahan permeabilitas yang
ditimbulkannya di neuron pascasinaps oleh ikatan neurotransmitter spesifik dengan
reseptornya : sinaps eksitatorik dan sinaps inhibitorik. Perubahan permeabilitas yang terpicu
di sinaps eksitatorik menyebabkan perpindahan sedikit ion K+ keluar neuron pascasinaps,
sedangkan Na+ dalam jumlah besar masuk ke neuron ini. Bagian dalam membran menjadi
kurang negatif dibandingkan pada saat potensial istirahat. Keadaan ini menimbulkan
depolarisasi kecil neuron pascasinaps. Mebran kini lebih peka rangsang (lebih dekat ke
ambang). Pada sinaps inhibitorik, pengikatan neurotransmitter yang berbeda dengan
reseptornya meningkatkan permeabilitas membran subsinaps terhadap K+ atau Cl-. Ini
menyebabkan hiperpolarisasi kecil neuron pascasinaps (negativitas bagian dalam lebih besar).
Potensial membran semakin jauh dari ambang. Membran menjadi kurang peka rangsang
dibanding pada saat istirahat.(2)
Neurotransmitter
Lusinan zat yang berbeda, kebanyakan berupa molekul organik kecil yang
mengandung nitrogen, diketahui berfungsi sebagai neurotransmitter. Tabel 48.1 menampilkan
neurotransmitter utama yang sudah diketahui. Sebuah neurotransmitter tunggal dapat memicu
respon yang berbeda pada sel pascasinaptik. Versatilitas ini bergantung pada keberadaan
reseptor di sel pascasinaptik yang berbeda serta pada model kerja reseptor tersebut. Pada
beberapa kasus, perbedaan pengaruh neurotransmitter disebabkan oleh perbedaan reseptor
protein. Pada kasus lain, reseptor yang sama dapat mamicu perubahan molekuler yang
berbeda pada sel pascasinaptik yang berlainan.(4)
Asetilkolin adalah salah satu neurotransmitter yang umum ditemukan pada
invertebrata maupun vertebrata. Pada sistem saraf pusat vertebrata, asetilkolin dapat bersifat
inhibitoris atau eksitatoris, yang bergantung pada jenis reseptor. Anmina biogenik adalah
neurotransmitter yang disintesis dari asam amino. Satu kelompok, yang dikenal sebagai
katekolamina, dihasilkan dari asam amino tirosin. Kelompok ini meliputi epinefrin dan
norepinefrin, yang juga berfungsi sebagai hormon, dan sebuah senyawa yang berhubungan
erat yang disebut dopamin. Amina biogenik lainnya, serotonin, disintesis dari asam amino
16
triptofan. Amina biogenik umumnya berfungsi sebagai transmitter di SSP. Akan tetapi,
norepinefrin juga berfungsi dalam cabang sistem saraf otonom. Dopamin dan serotonin
tersebar luas dalam otak dan mempengaruhi keadaan tidur, suasana hati, perhatian, dan
pembelajaran.(4)
Empat asam amino yang dikenal sebagai neurotransmitter SP: asam gamma
aminobutirat (GABA), glisin, glutamat, dan aspartat. GABA diyakini menjadi transmitter
pada sebagian besar sinapsis inhibitorik di otak, menghasilkan IPSP dengan cara
maningkatkan permeabilitas ion klorida membran pascasinaptik.(4)
Klasifikasi memori
Memori dapat diklasifikasikan menurut cara terjadinya dan menurut waktunya.
Klasifikasi memori berdasarkan cara terjadinya :
•
•
•
Memori deklaratif / kognitif
Memori refleksif – “muscle memory”(5)
Menurut waktu :

Memori jangka panjang

Memori jangka pendek(5)
Informasi yang baru diperoleh pada awalnya diendapkan di ingatan jangka pendek,
yang kapasitas penyimpanannya terbatas. Informasi dalam ingatan jangka pendek mengalami
salah satu dari dua nasib. Informasi ini segera dilupakan, atau dipindahkan ke dalam mode
ingatan jangka panjang yang lebih permanen melalui latihan aktif atau pengulangan. Daur
ulang informasi yang baru diperoleh melalui ingatan jangka pendek memperbesar
kemungkinan bahwa informasi baru ini akan terkonsolidasi menjadi ingatan jangka panjang.
Kadang-kadang hanya sebagian dari ingatan yang terfiksasi, sementara yang lain lenyap.
Informasi yang menarik atau penting bagi individu lebih besar kemungkinannya di daur ulang
dan difiksasi dalam ingatan jangka panjang, sementara informasi yang kurang penting cepat
terhapus. (2)
Kapasitas penyimpanan ingatan jangka panjang jauh lebih besar daripada kapasitas
untuk ingatan jangka pendek. Karena gudang ingatan jangka panjang lebih besar, maka sering
diperlukan waktu lebih lama untuk mengingat kembali ingatan jangka panjang dibandingkan
ingatan jangka pendek. Mengingat adalah proses mengambil kembali informasi spesifik dari
simpanan ingatan; lupa adalah ketidakmampuan mengambil kembali informasi yang
17
disimpan. Informasi yang lenyap dari ingatan jangka pendek akan dilupakan selamanya,
tetapi informasi dalam simpanan jangka panjang sering hanya dilupakan secara transien. (2)
Struktur otak yang mempengaruhi memori
Tidak ada suatu “pusat ingatan” tunggal di otak. Neuron-neuron yang berperan dalam
jejak ingatan tersebar luas di seluruh daerah subkorteks dan korteks otak. Bagian-bagian otak
yang diperkirakan paling berperan dalam ingatan adalah hipokampus dan struktur terkait di
lobus temporalis medial (dalam), sistem limbik, serebelum, korteks prafrontalis, dan bagianbagian lain korteks serebri. (2)
1. Hipokampus dan ingatan deklaratif
Hipokampus, bagian medial lobus temporalis yang memanjang dan merupakan bagian
dari sistem limbik, berperan vital dalam dalam ingatan jangka pendek yang melibatkan
integrasi berbagai rangsangan terkait serta penting bagi konsolidasi ingatan tersebut menjadi
ingatan jangka panjang. Hipokampus dipercayai menyimpan ingatan jangka panjang baru
hanya sesaat dan kemudian memindahkannya ke bagian korteks lain untuk penyimpanan
yang lebih permanen, tempat untuk penyimpanan jangka panjang berbagai jenis ingatan
sedang mulai di identifikasi oleh para ilmuwan saraf. (2)
Hipokampus dan daerah sekitarnya sangat berperan penting dalam ingatan deklaratifingatan “apa” tentang orang, tempat, benda, fakta, dan kejadian spesifik yang sering
terbentuk setelah hanya satu pengalaman dan yang dapat dikemukakan dalam suatu
penyataan seperti “saya melihat tugu monas tahun lalu” atau mengingat kembali suatu
gambar dalam ingatan. Ingatan deklaratif memerlukan pemanggilan kembali secara sadar.
Hipokampus dan struktur temporalis/limbik terkait sangat penting dalam mempertahankan
ingatan tentang kejadian-kejadian seharo-hari dalam waktu yang memadai. (2)
2. Serebelum dan ingatan prosedural
Berbeda dengan peran hipokampus dan daerah temporalis/limbik sekitar dalam ingatan
deklaratif, serebelum dan daerah korteks terkait berperan penting dalam ingatan prosedural
“bagaimana” yang melibatkan keterampilan motorik yang diperoleh melalui latihan berulang,
misalnya mengingat gerakan tari tertentu. Daerah-daerah korteks yang penting untuk suatu
ingatan prosedural adalah sistem-sistem motorik dan sensorik spesifik yang melakukan
18
tindakan/gerakan yang dimaksud. Berbeda dari ingatan deklaratif, yang diingat kembali
secara sadar dari pengalaman sebelumnya, ingatan prosedural dapat dilaksanakan tanpa
upaya sadar. Sebagai contoh, seorang pemain ski selama pertandingan biasanya berprestasi
maksimal dengan “membiarkan tubuhnya mengambil alih” dan bukan memikirkan secara
eksak gerakan-gerakan apa yang harus dilakukannya. (2)
3. Korteks prafrontal dan ingatan sementara
Yang berperan utama dalam memadukan kemampuan berfikir kompleks yang berkaitan
dengan ingatan sementara adalah korteks asosiasi prafrontal. Korteks prafrontal tidak hanya
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara untuk menahan data-data relevan online
tetapi juga berperan besar dalam apa yang disebut sebagai fungsi eksekutif yang melibatkan
manipulasi dan integrasi informasi untuk perencanaan, pemilihan prioritas, pemecahan
masalah, dan pengorganisasian aktivitas. Korteks prafrontal melaksanakan fungsi-fungsi
berpikir kompleks ini dengan bekerja sama dengan semua regio sensorik otak, yang
berhubungan dengan korteks prafrontal melalui koneksi-koneksi saraf. (2)
Proses penyimpanan memori
Ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang memiliki mekanisme yang
berbeda. Ingatan jangka pendek melibatkan modifikasi transien fungsi sinaps-sinaps yang
sudah ada. Sebaliknya, ingatan jangka panjang melibatkan perubahan struktural dan
fungsional yang relatif permanen antara neuron-neuron yang sudah ada di otak. Dua bentuk
ingatan jangka pendek- habituasi (pembiasaan) dan sensititasi (pemekaan)- disebabkan oleh
modifikasi berbagai protein saluran di terminal prasinaps neuron-neuron aferen tertentu yang
berperan di jalur yang memerantai perilaku yang sedang mengalami modifikasi. Modifikasi
ini, pada gilirannya, menimbulkan perubahan pada pelepasan neurotransmitter. Habituasi
adalah penurunan responsivitas terhadap presentasi berulang suatu stimulus indifferen-yaitu,
rangsangan yang tidak menghasilkan penghargaan atau hukuman. Sensitisasi adalah
peningkatan responsivitas terhadap rangsangan ringan setelah rangsangan kuat yang
mengganggu. (2)
Mekanisme Habituasi
Pada habituasi, penutupan saluran Ca2+ mengurangi masuknya Ca2+ ke dalam terminal
prasinaps, yang menyebabkan penurunan pelepasan neurotransmitter. Akibatnya potensial
pascasinaps berkurang dibandingkan dengan normal sehingga terjadi penurunan atau
19
hilangnya respon perilaku yang dikontrol oleh neuron eferen pascasinaps. Karena itu, ingatan
untuk habituasi pada aplysia disimpan dalam bentuk modifikasi saluran-saluran Ca 2+ spesifik.
Habituasi mungkin merupakan bentuk belajar yang paling sering dan dipercayai merupakan
proses belajar pertama yang terjadi pada bayi manusia. Dengan belajar mengabaikan stimulus
indifferen, hewan atau manusia bebas memperhatikan rangsangan yang lebih penting. (2)
Mekanisme Sensitisasi
Sensitisasi juga melibatkan modifikasi saluran, tetapi dengan mekanisme dan saluran
yang berbeda. Berbeda dari apa yang terjadi pada habituasi, masuknya Ca 2+ ke dalam
terminal prasinaps meningkat pada sensititasi peningkatan pelepasan neurotransmitter yang
kemudian terjadi menghasilkan potensial pascasinaps yang lebih besar sehingga respon
menjadi lebih kuat. Sensititasi tidak memiliki efek langsung pada saluran Ca 2+ prasinaps.
Sensititasi secara tak langsung meningkatkan pemasukan Ca2+ melalui fasilitasi prasinaps.
Neurotransmitter serotonin dibebaskan dari antarneuron fasilitatif yang bersinaps di terminal
prasinaps untuk menimbulkan peningkatan pelepasan neurotransmitter prasinaps sebagai
respon terhadap potensial aksi. Bahan ini melakukannya dengan memicu pengaktifan
pembawa pesan kedua AMP siklik di terminal prasinaps, yang akhirnya menyebabkan
penyumbatan saluran K+. Penyumbatan ini memperlama potensial aksi di terminal sinaps.
Potensial aksi yang berkepanjangan akan meningkatkan influks Ca 2+ yang berkaitan dengan
sensitisasi. (2)
Mekanisme penyimpanan ingatan jangka panjang
Sementara ingatan jangka pendek berkaitan dengan penguatan transien sinaps-sinaps
yang sudah ada, ingatan jangka panjang memerlukan pengaktifan gen-gen spesifik yang
mengontrol sintesis protein yang dibutuhkan untuk perubahan struktural atau fungsional
jangka panjang di sinaps-sinaps spesifik. Contoh dari pembentukan tersebut adalah
pembentukan koneksi sinaps baru atau perubahan permanen pada membran pra atau pasca
sinaps. Karena itu, simpanan ingatan jangka panjang melibatkan perubahan fisik yang agak
permanen di otak. (2)
Peningkatan luas permukaan dendrit diperkirakan meningkatkan tempat untuk sinaps.
Karena itu, ingatan jangka panjang dapat disimpan, paling tidak sebagian, dalam pola tertentu
percabangan dendritik dan kontak sinaptik. Suatu protein regulatorik positif, CREB adalah
tombol molekular yang mengaktifkan gen-gen yang penting dalam penyimpanan ingatan
20
jangka panjang. Molekul terkait lain, CREB2 adalah penekan sintesis protein yang difasilitasi
oleh CREB. Pembentukan ingatan yang bertahan lama melibatkan tidak saja pengaktifan
faktor-faktor regulatorik positif (CREB) yang mendorong penyimpanan ingatan, tetapi juga
inaktivasi (pemadaman) faktor-faktor penghambat (CREB2) yang mencegah penyimpanan
ingatan. Perubahan keseimbangan antara faktor positif dan represif dipercayai menjamin
bahwa hanya informasi yang relevan bagi individu, bukan semua yang dijumpai, yang
dimasukkan ke dalam simpanan jangka panjang. (2)
Protein-protein regulatorik CREB mengatur sekelompok gen, immediate early genes
(IEGs), yang berperan penting dalam konsolidasi ingatan. Gen-gen ini mengatur sintesis
protein-protein yang menyandi ingatan jangka panjang. Peran pasti yang mungkin dimainkan
oleh protein-protein ingatan jangka panjang yang penting ini masih diperdebatkan. Proteinprotein ini mungkin diperlukan untuk perubahan struktural di dendrit atau digunakan untuk
membentuk lebih banyak neurotransmitter atau reseptor tambahan. Selain itu, mereka
mungkin melaksanakan modifikasi jangka panjang pelepasan neurotransmitter dengan
memperlama proses-proses biokimia yang mula-mula diaktifkan oleh proses-proses ingatan
jangka pendek.(2)
Faktor yang mempengaruhi memori
1. Senyawa-senyawa yang menghambat atau mengaktifkan neurotransmitter/kegiatan
neuron:
a. Nikotin : mengaktivasi reseptor asetilkolin
b. Physostigmin : meningkatkan kerja asetilkolin
c. Antidepresan (misalnya Prozac) : mengingkatkan kerja serotonin
d. Skopolamin (Thomas G.Aigner) : menghambat kerja Ach, mengganggu memori
e. Striknin : pemberian pada tikus, segera setelah latihan akan meningkatkan
penyimpanan memori. Pada beberapa jam setelah latihan, tidak meningkatkan
memori.
f. Kokain : memfasiltasi kerja dopamin.
g. Amfetamin (stimulan) : fasilitasi memori, menggiatkan NE tubuh dan sistem
dopamin.
h. Beberapa antipsikotik : antagonis katekolamin, mencegah ikatan dopamin dengan
reseptornya.
i. Obat-obat penghambat aktivitas neuronal / sintesis protein : dapat menimbulkan
amnesia retrograd. (5)
2. Faktor usia
 Bayi : memori deklaratif belum terbentuk (berpikir)
21

Anak sampai usia 2 tahun : memori deklaratif belum berkembang, proses
memori masih refleksif (periode sensorimotor) dan setelah dewasa hampir
tidak ingat peristiwa masa tersebut. (5)
 Usia lanjut :
a. mungkin fungsi lobus frontalis yang tidak lagi efisien.
b. Gangguan pemanggilan memori kata.
c. Hipokampus : erentan terhadap proses penuaan.
d. Sebagian besar tikus tua: gangguan memori spasial. (5)
 Hasil penelitian Petersen dkk:
Usia 62-100 tahun : gangguan konsolidasi ke memori jangka panjang. (5)
3. Faktor lingkungan
 Binatang yang dibesarkan dalam lingkungan majemuk : lapisan kortikal otak
lebih tebal, struktur neuronal lebih rumit.
 Situasi lingkungan: distraksi yang mengganggu memori jangka pendek. (5)
4. Trauma
 Gegar otak, stroke mengakibatkan amnesia retrograd.
 Kehilangan kesadaran setelah terpukul yang mengakibatkan terhapusnya isi
memori jangka pendek (hilangnya memori peristiwa yang terjadi kurang lebih


setengah jam sebelumnya).
Trauma hebat: mengganggu akses ke memori jangka panjang.
Terapi kejutan listrik : mengakibatkan kehilangan memori jangka pendek
(amnesia), namun tidak mengganggu memori jangka panjang) (5)
5. Lesi dalam struktur otak
 Lesi bagian medial lobus temporalis : regio kritis untuk konsolidasi memori
yang mengakibatkan amnesia anterograd ( tidak dapat membentuk memori
jangka panjang baru). Namun memori sebelum onset penyakit tidak


terganggu. (5)
Pada binatang :
a. Kerusakan hipokampus : tidak dapat mempelajari hal baru, tidak dapat
membentuk memori baru.
b. Kerusakan amigdala : lambat belajar asosiasi, gangguan memori deklaratif.
c. Kerusakan hipokampus dan amigdala: amnesia global. (5)
Pada manusia:
a. Kerusakan hipokampus menyebabkan amnesia global.
b. Degenerasi bagian medial dekat garis tengah otak mengakibatkan
sindroma Korsakof yang ditandai oleh amnesia global ( alkoholisme

kronik).
Kerusakan diensefalon (stroke, jejas, infeksi, tumor). Pola gangguan memori
pada pengangkatan hipokampus dan amigdala.(5)
6. Faktor penyakit
22
Penderita alzheimer : banyak serat kolinergik mengalami deplesi. Gejala utamanya
adalah kehilangan memori.(5)
Kesimpulan
Memori berkaitan dengan struktur otak pada manusia. Struktur otak yang berperan
pada memori adalah hipokampus, serebelum, dan korteks prafrontal. Memori dapat
diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya dan berdasarkan waktunya. Berdasarkan cara
terjadinya, memori diklasifikasikan menjadi memori deklaratif dan memori refleksif.
Berdasarkan waktunya, memori dapat diklasifikasikan menjadi memori jangka pendek dan
memori jangka panjang. Proses penyimpanan memori pada jangka pendek dan jangka
panjang pun berbeda. Pada memori jangka pendek, proses penyimpanan memori mencakup
proses habituasi dan sensitisasi, sedangkan pada memori jangka panjang, proses
penyimpanannya melibatkan gen-gen spesifik yang harus diaktifkan. Memori juga
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor senyawa yang dapat meningkatkan dan
menghambat neurotransmitter, faktor usia, faktor lingkungan, faktor trauma, faktor lesi dalam
struktur otak, dan faktor penyakit.
Daftar Pustaka
1. Junqueira LC. Histologi dasar. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 1991. P. 155166.
2. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC; 2011. P. 172-9.
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2004. P.
166-173.
4. Campbell. Biologi. Jakarta: Erlangga; 2004. P. 214-6.
5. Wati WW, Kindangen K, Wibawani N. Neuroscience. Jakarta; Fakultas kedokteran
UKRIDA; 2012.
23
Download