The effect of artificial and natural baits on the - E

advertisement
Aquatic Science & Management, Edisi Khusus 1, 57-61 (Mei 2013)
Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm
ISSN 2337-4403
e-ISSN 2337-5000
jasm-pn00023
The effect of artificial and natural baits on the capture of tuna
hand line around the Molucca Sea
Pengaruh umpan buatan dan umpan alami terhadap hasil tangkapan tuna hand line
di perairan Laut Maluku
Saeful A. Tauladani1,2*, M. Zainul Arifin2, and Novie Wijaya2
1
Program Studi Ilmu Perairan, Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi, Jln. Kampus UNSRAT Bahu, Manado 95115
2
Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan,Akademi Perikanan Bitung, Kampus APB, Bitung
*E-mail : [email protected]
Abstract: Tuna hand lines have been used by fishermen to catch big pelagic species. Most of the fishermen still
used natural bait in their catching operation, and just a few of them who used artificial bait. Therefore, the
objective of this research was to study the effect of artificial bait toward the capture of tuna hand line. The
artificial bait which been used in this research was non comercial bait, made from a plastic bag with silver color.
The natural bait that been used was fish meat. This research was done by descriptive method based on case
study; worked on October 2012 until January 2013 in Molucca Sea; hand line with artificial bait caugth 113 fish
and with natural bait 67 fish. Analysis of t-test showed that t0 = 4,55 > t0,05;5 = 2,080; which means that the use of
artificial bait could affected the catch of tuna hand line©
Keywords: tuna hand line; artificial bait; natural bait; big pelagic species.
Abstrak: Pancing ulur tuna biasa digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan pelagis besar. Umumnya mereka
masih menggunakan umpan alami; masih sedikit nelayan yang menggunakan umpan buatan dalam operasi
penangkapannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan umpan
buatan terhadap hasil tangkapan pancing ulur tuna. Umpan buatan yang digunakan adalah umpan non-komersial
(buatan sendiri) yang terbuat dari bahan plastik berwarna perak mengkilat, sedangkan umpan alami yang
digunakan adalah daging ikan. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif yang didasarkan pada studi
kasus yang dilaksanapan pada bulan Oktober 2012 sampai Januari 2013 di perairan Laut Maluku. Pancing ulur
tuna dengan umpan buatan menangkap 113 ekor dan dengan umpan alami menangkap 67 ekor. Uji-t
menunjukan bahwa t0 = 4,55 > t0,05;5 = 2,080 yang berarti bahwa penggunaan umpan buatan berpengaruh
terhadap hasil tangkapan pancing ulur tuna©
Kata-kata kunci: pancing ulur tuna; umpan buatan; umpan alami; ikan pelagis besar.
perahu katir tipe pelang atau pump boat (outrigger
canoes) berkapasitas 5 GT dengan mesin tempel
(outboard engine) 25-40 GT (Labaro et al., 2008).
Walaupun konstruksi pancing ulur telah
berkembang sejak tetapi alat ini sebenarnya masih
memiliki potensi untuk dikembangkan, terutama
dalam aspek peningkatan efisiensi penangkapan dan
selektivitasnya; sebagai upaya untuk memenuhi
kriteria ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Keberhasilannya sebagai alat tangkap yang
berumpan adalah didasarkan pada aktivitas
kehidupan hewan yang paling fundamental, yaitu
mencari dan menangkap makanan (Lokkeborg,
1994 dalam Labaro et al., 2008).
Ikan menjadi tertarik pada umpan melalui
beberapa indera yang dimilikinya, termasuk
penglihatan; tetapi karena visibility dalam air
PENDAHULUAN
Ikan pelagis besar yang terdapat di perairan
Indonesia terdiri dari 11 jenis, yang dikelompokan
atas: tuna, cakalang, tongkol, setuhuk (marlin), ikan
pedang, tenggiri dan cucut (Uktolseja et al., 1998
dalam Labaro, I. et al., 2008); di mana potensi
lestarinya sebesar 976,832 ton/tahun dan produksi
pada tahun 1997 sebesar 364.182 ton atau (37,3%).
Salah satu alat tangkap yang umum digunakan oleh
nelayan di Sulawesi Utara untuk mengeksplotasi
sumberdaya tersebut adalah pancing ulur tuna (tuna
hand line).
Sasaran utama pancing ulur tuna adalah ikan
madidihang (yellowfin tuna) yang berasosiasi
dengan rumpon pada kedalaman 50-200 m. Kapal
yang digunakan dalam perikanan ini biasanya
57
Aquatic Science & Management, Edisi Khusus 1 (Mei 2013)
 Es balok untuk pengawet hasil tangkapan.
 Timbangan, kamera, dan alat tulis-menulis.
Penelitian ini didasarkan pada studi kasus
yang bersifat deskriptif (Nasir, 1985). Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara
mengoperasikan 6 unit alat tangkap pancing ulur
tuna secara bersamaan oleh masing-masing 3 orang
pemancing per jenis umpan selama 22 hari operasi.
Terlebih dahulu ikan umpan alami disiapkan.
Ikan umpan disayat tipis dan salah satu sayatan
dikaitkan pada mata pancing. Beberapa sayatan
ditambahkan dan diikat pada sebuah batu; Tali
pancing ditarik dengan hati-hati sampai ikan
mendekati perahu, dan memukul pangkal kepala
ikan sebelum dinaikkan dengan ganco ke atas
perahu. Ikan hasil tangkapan diukur, ditimbang dan
dicatat berdasarkan perlakuan dan jenisnya.
Demikian halnya dengan penggunaan umpan
buatan, tahapan-tahapan tersebut dilakukan.
Perbedaannya adalah pada penggunaan dan
pemasangan umpan. Umpan buatan yang digunakan
terbuat dari bahan plastik berwarna perak mengkilat
yang telah dibentuk menyerupai tubuh ikan kecil.
Umpan tersebut dikaitkan pada mata pancing.
terbatas (Guthrie and Muntz, 1993), rangsangan
visual terhadap kehadiran umpan hanya berperan
ketika ikan telah berada dekat dengan alat tangkap
berumpan.
Di beberapa daerah di Indonesia, penggunaan
umpan buatan pada alat pancing ulur tuna telah
dilakukan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
umpan buatan terbukti memiliki kemampuan untuk
memikat spesies target pancing ulur tuna. Umpan
buatan yang dipergunakan umumnya bersifat nonkomersial (buatan sendiri). Salah satunya adalah
umpan yang terbuat dari bahan kantong plastik
berwarna mengkilat. Hal ini bisa menjadi suatu
alternatif dalam pengembangan pengoperasian alat
tangkap pancing ulur tuna yang selama ini sangat
bergantung pada ketersediaan umpan alami. Dari
sudut pandang konservasi penggunaan umpan
buatan bersama dengan umpan alami dapat
mengurangi penggunaan ikan sebagai umpan.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas,
penulis mencoba mengkaji pemakaian umpan
buatan pada pancing ulur tuna yang biasa
dioperasikan nelayan Sulawesi Utara di daerah
Perairan Laut Maluku melalui suatu penelitian.
Tujuan penelitian ini, yaitu: (1) mempelajari
pengaruh penggunaan umpan buatan dibandingkan
dengan umpan alami terhadap hasil tangkapan
pancing ulur tuna; (2) mengidentifikasi jenis-jenis
ikan yang tertangkap.
Penelitian ini dilaksanakan pada beberapa
buah rumpon milik PT Nutrindo di perairan Laut
Maluku selama bulan Oktober 2012 sampai Januari
2013. Kapal yang digunakan dalam penelitian
adalah KM Nutrindo PM 11 yang merupakan salah
satu kapal milik PT Nutrindo.
Analisis Data
Untuk menarik kesimpulan, dirumuskan
hipotesis, sebagai berikut :
H0: Penggunaan umpan buatan pada pancing ulur
tuna tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan
dengan menggunakan umpan alami;
H1: Penggunaan umpan buatan pada pancing ulur
tuna berpengaruh terhadap hasil tangkapan
dengan menggunakan umpan alami.
Pengambilan keputusan di lakukan dengan
cara, sebagai berikut:
H0 diterima (H1 ditolak) apabila T0  Tt;
H1 diterima (H0 ditolak) apabila T0 > Tt;
Nilai T0 dihitung dengan menggunakan
analisis komparatif dua sampel berkorelasi (Hasan,
2004), dengan menggunakan rumus, sebagai
berikut:
MATERIAL DAN METODE
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian,
antara lain, sebagai berikut:
 Pancing ulur tuna 6 unit; tali utama (damyl) No.
150, panjang 400 m; tali pengantar (leader line)
No. 130, panjang 30 m; mata pancing stainless
steel SST No. 6.
 Umpan alami: sayatan daging ikan tongkol,
cakalang, dan tuna kecil.
 Umpan buatan: terbuat dari plastik mengkilat
(bekas pembungkus permen dan susu).
 Pemberat: batu kali (3-4 kg) untuk menenggelamkan mata kail dan umpan.
 Pisau, ganco, dan alat pemukul ikan.
 Kapal pengangkut KM Nutrindo PM 11.
 Bahan bakar solar dan olie.
T
X Y
 D 

2
D
2
n
nn  1
58
Tauladani et al.: The effect of artificial and natural baits on the capture of tuna hand-line…
Berdasarkan perbandingan jumlah hasil
tangkapan antara umpan buatan yang terbuat dari
kantong plastik mengkilat dengan umpan alami,
terlihat bahwa umpan buatan lebih banyak
menangkap ikan selama penelitian. Mayoritas ikan
yang tertangkap oleh umpan buatan tersebut adalah
ikan tuna sirip kuning atau madidihang. Hal ini
diperkirakan terkait dengan visibility atau
kemampuan penglihatan dari ikan jenis tersebut
Fritsches (2002a) menyatakan bahwa tuna
adalah salah satu jenis ikan yang memiliki super
vision atau kemampuan melihat yang lebih baik
dibandingkan dengan jenis ikan yang lain.
Ditemukan bahwa ikan-ikan predator laut dalam,
seperti tuna, layaran, dan hiu, mampu menjaga
kehangatan suhu mata dan otak mereka sehingga
memiliki penglihatan yang sangat baik pada saat
berburu mangsa. Dengan menjaga mata mereka
tetap hangat di dalam perairan yang bersuhu rendah,
ikan-ikan predator tersebut dapat melihat 10 kali
lebih baik dibanding ikan mangsanya.
Umpan buatan yang terbuat dari bahan
kantong plastik mengkilat memiliki kemampuan
untuk memantulkan cahaya yang bisa ditangkap
oleh mata tuna. Fritsches (2002b) menyatakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil tangkapan
Hasil tangkapan selama penelitian berjumlah
180 ekor; terdiri dari 113 ekor tertangkap dengan
pancing berumpan buatan dan 67 ekor tertangkap
dengan pancing yang menggunakan umpan alami
(Tabel 1).
Jenis-jenis ikan yang tertangkap selama
penelitian terdiri dari 8 jenis, yaitu madidihang,
albakora, cakalang, tongkol, tenggiri, lemadang,
sunglir, dan barakuda; sebarannya pada tiap hari
operasi disajikan dalam Tabel 2 dan Tabel 3 untuk
sebaran berdasarkan perlakuan.
Kisaran berat hasil tangkapan penting untuk
diketahui karena berkaitan dengan harga jual ikan.
Saat ini, perusahan-perusahan perikanan di Bitung
mengklasifikasikan berat hasil tangkapan tuna ke
dalam 6 kelas dengan harga patokan tertentu seperti
disajikan dalam Tabel 4.
Untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan sebelumnya, maka uji-t menggunakan
Analisis Komparatif Dua Sampel Berkorelasi telah
dikerjakan. Hasil analisis menunjukan bahwa T0 =
4,55 > T0,05;21 = 2,080; sehingga menolak H0 dan
menerima H1, di mana hal ini menjelaskan bahwa
penggunaan umpan buatan pada pancing ulur tuna
berpengaruh terhadap hasil tangkapan dengan
mengunakan umpan alami.
Ikan
madidihang
mendominasi
hasil
tangkapan (43,33 %) kemudian diikuti sunglir
(19,44 %), lemadang (13,89 %), cakalang (10,56
%), tongkol (10 %), albakora (1,11 %), tenggiri
(1,11 %), dan barakuda (0,56 %). Hasil ini masih
senada dengan Kedel and Ayodhyoa (1967) dalam
Gunarso (1985) bahwa tuna yang tertangkap di Laut
Sulawesi dan Laut Banda adalah madidihang 6080%, mata besar sekitar 10 %, dan albakora 0-10 %.
Hasil tangkapan berdasaran kelas ukuran
berat untuk ikan jenis tuna (khusus madidihang dan
albakora) didominasi oleh ukuran <10 kg/ekor
(93,98 %), diikuti oleh ukuran 10-14,9 kg/ekor
(4,82 %); sedangkan ukuran 15-19,9 kg hanya 1,20
%. Banyaknya ukuran ikan kecil yang tertangkap
(dengan harga relatif rendah) mungkin disebabkan
karena kedalaman pancing tidak cukup untuk
mencapai swiming layer ikan target yang lebih
besar atau mungkin populasi ikan ukuran besar
sudah berkurang. Jika semua kapal pancing ulur
tuna, dominan hanya menangkap ikan ukuran kecil
secara berlanjut (walaupun masih memiliki nilai
pasar) maka hal ini dapat mengancam kelestarian
sumberdaya perikanan tuna.
Tabel 1. Jumlah hasil tangkapan (ekor) pancing
ulur tuna berdasarkan perlakuan
59
Hari
Operasi
Umpan
Buatan
Umpan
Alami
Jumlah
(ekor)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Jumlah
6
7
8
7
9
11
4
10
9
5
0
2
0
10
0
3
9
1
1
2
7
2
113
7
3
7
6
6
4
2
5
5
3
1
1
0
2
1
0
4
2
2
3
3
0
67
13
10
15
13
15
15
6
15
14
8
1
3
0
12
1
3
13
3
3
5
10
2
180
Aquatic Science & Management, Edisi Khusus 1 (Mei 2013)
Tabel 2. Jenis-jenis ikan yang tertangkap pada tiap hari operasi penangkapan
Hari
Operasi
Madidihang
Albakora
3
2
5
2
5
5
2
3
4
3
2
8
3
13
3
3
3
9
78
2
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Jumlah
Jenis hasil tangkapan
Caka- Tong- Lema- Sunglang
kol
dang
lir
1
3
1
2
2
2
4
1
2
1
19
1
3
1
2
4
3
3
1
18
4
2
5
1
1
1
1
4
2
2
1
1
25
5
2
2
8
4
3
1
1
4
1
1
1
1
1
35
Barakuda
Tenggiri
1
1
2
2
bahwa ikan jenis layaran dan tuna memiliki
sensitivitas terhadap cahaya. Hal ini sejalan dengan
kenyataan bahwa selama penelitian pengoperasian
alat tangkap dilaksanakan pada siang hari sehingga
senantiasa tersedia sumber cahaya yang dapat
dipantulkan oleh umpan buatan tersebut. Diduga
Tabel 3. Jenis dan jumlah ekor hasil tangkapan
berdasarkan perlakuan
Tabel 4. Kisaran berat, jumlah ekor dan harga satuan
hasil tangkapan pancing ulur tuna yang
menggunakan umpan buatan dan umpan alami
Jenis hasil tangkapan
Madidihang, Thunnus
albacares
Albakora, Thunnus
alalunga
Cakalang, Katsuwonus
pelamis
Tongkol, Auxis thazard
Tenggiri, Scomberomorus
commersonii
Lemadang, Coryphaena
hippurus
Sunglir, Elogatis
bipinnulatus
Barakuda, Sphyraena
barracuda
Jumlah
Umpan
Buatan
67
Umpan
Alami
11
0
2
19
0
18
2
0
0
1
24
6
29
0
1
113
67
Kisaran berat
hasil tangkapan
< 10
10 - 14,9
15 - 19,9
20 - 24,9
25 - 29,9
>30
Umpan
buatan
65
1
-
Umpan
alami
13
3
1
-
Harga/kg
(Rp)
9.000.13.000.15.000.22.000.25.000.32.000.-
ikan-ikan target tertarik dengan kilauan cahaya yang
dipantulkan
oleh
umpan
buatan.
Sangat
memungkinkan pula ikan target mengira bahwa
kilauan pantulan cahaya dari umpan tersebut berasal
dari bagian tubuh ikan mangsanya yang rata-rata
berwarna keperakan.
60
Tauladani et al.: The effect of artificial and natural baits on the capture of tuna hand-line…
FRITSCHES, K. (2002a) “What do billfish See”.
Blue Water. Science Journal, pp.104-106.
FRITSCHES, K. (2002b) Vision in billfish project.
Research Progress
Report.
Australia:
University of Queensland.
GUNARSO W. (1985) Suatu pengantar tentang
tingkah laku ikan terutama dalam
hubungannya dengan alat, metode dan taktik
penangkapan. Bogor: Fakultas Perikanan,
Institut Pertanian Bogor.
GUTHRIE, D.M. and MUNTZ, W.R.A. (1993)
Role of vision in fish behaviour. In: Pitcher
T.J. (ed.) Behaviour of teleost fishes. London:
Chapman and Hall, pp. 89-128.
HASAN, I. ( 2004) Analisis data penelitian dengan
Statistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
LABARO, I., et al. (2008) Pengaruh larutan minyak
cumi (Chisabu) terhadap hasil tangkapan
pancing ulur tuna di perairan sekitar Pulau
Batang Dua. Prosiding Konferensi Nasional
VI, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Lautan, pp.782-790.
ADITYARINI, S. et al. (2012) Pengaruh perbedaan
konstruksi mata pancing dan jenis umpan
pada pancing ulur terhadap hasil tangkapan di
kawasan zona pemanfaatan perikanan
tradisional Taman Nasional Karimunjawa.
Journal of Fisheries Resources Utilization
Management and Technology, 1(1), pp. 97107.
NASIR, M. (1985) Metode Penelitian. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
SUJANA, N. (2001) Tuntunan penyusunan karya
ilmiah: makalah, skripsi, tesis, disertasi.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
VENEMA, S.C. (1997) Report on Indonesia/FAO/
DANIDA. Workshop on the assessment of the
potential of the marine fishery resources of
Indonesia. Rome: FAO.
KESIMPULAN
 Penggunaan umpan buatan pada pancing ulur
tuna berpengaruh terhadap hasil tangkapan
dengan mengunakan umpan alami.
 Jumlah hasil tangkapan dengan umpan yang
menggunakan umpan buatan sebanyak 113 ekor
dan dengan umpan alami 67 ekor. Ikan
madidihang (43,33%) mendominasi hasil
tangkapan, diikuti oleh sunglir (19,44 %),
lemadang (13,89 %), cakalang (10,56 %),
tongkol (10 %), albakora (1,11 %), tenggiri (1,11
%), dan barakuda (0,56 %);
 Umpan buatan yang terbuat dari plastik
berwarna perak mengkilat terbukti efektif
menangkap ikan dengan alat pancing ulur tuna
dari segi jumlah akan tetapi dari segi ukuran
ikan yang tertangkap masih relatif kecil.
Ucapan terima kasih. Disampaikan terima kasih
dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada Bpk.
Taufik Aspuji selaku Kapten KM Nutrindo PM 11
dan seluruh awaknya yang telah berperan
membantu pelaksanaan kegiatan penelitian ini,
Direktur Akademi Perikanan Bitung yang telah
memfasilitasi pendanaan kegiatan penelitian ini, Dr.
J. Budiman, MS, M.Sc, dan Dr. E. Reppie, M.Sc.
yang telah banyak memberikan masukan dalam
pengerjaan penelitian ini.
REFERENSI
ATEMA, J. (1980) Chemical senses, chemical
signals and feeding behaviour in fishes. In:
ICLARM conf. Proc., Fish behaviour and its
use in the capture and culture of fishes.
Manila: ICLARM, pp. 57-101.
Ferno A., Solemdal, P. and Tilseth S. (1986) Field
studies on the behaviour of whiting (Gadus
merlangus) toward baited hooks. Fis Dir. Ser.
Hav. Unders, 18, pp. 83-95.
Diterima: 22 April 2013
Disetujui: 29 April 2013
61
Download